terbentuknya kerajaan safawi di persia (fitriani 70300111023)
TRANSCRIPT
Tugas Individu
SEJARAH PERADABAN ISLAM
“Terbentuknya Kerajaan Safawi di Persia”
Oleh:
F I T R I A N I
7 0 3 0 0 1 1 1 0 2 3
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,
kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya.
Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima
kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala
pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu
mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam,
serta lebih jauh dari batas pandangan mata.
Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang “Terbentuknya Kerajaan
Safawi di Persia“ yang bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat
bagi yang membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan
pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.
Makassar, November 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Proses Terbentuknya Kerajaan Safawi di Persia 3
B. Kemajuan Kerajaan Safawi di Persia 9
C. Kemunduran Kerajaan Safawi di Persia 13
BAB III PENUTUP 15
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Islam sekarang telah berjalan lebih dari empat belas abad lamanya.
Sebagaimana halnya sejarah setiap umat, sejarah Islam pun mengalami pasang
surut. Pada periode tertentu Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan, pada
periode selanjutnya Islam mengalami kemajuan dan kejayaan dan pada periode lain
Islam mengalami kemunduran bahkan kehancuran. Satu di antara beberapa sejarah
peradaban Islam yang cukup menarik untuk bahan kajian ilmiah, yaitu masa
pertengahan khususnya pada abad ke-17, karena pada abad tersebut terdapat tiga
kerajaan besar, yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan
Kerajaan Mughal di India, setelah sekian lama Islam mengalami kemunduran. Menurut
Harun Nasution, ada tiga kerajaan besar yang muncul di permukaan dalam kurun
waktu 1500-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Utsmani di
Turki, kerajaan Syafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Di masa
kemajuan ketiga kerajaan besar ini mempunyai kejayaan masing-masing, terutama
dalam bentuk literatur dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-gedung indah yang
didirikan di zaman ini masih terlihat di Istambul, Tibriz dan Isfahan serta kota-kota lain
di Iran dan Delhi. Kemajuan umat Islam di zaman ini lebih banyak merupakan warisan
kemajuan di masa periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang. Tentu
saja bila dibanding kemajuan yang dicapai pada Dinasti Abbasiyah, khususnya di
bidang ilmu pengetahuan. Namun menarik untuk di kaji karena kemajuan pada
masa ini terwujud setelah dunia Islam mengalami kemunduran beberapa abad lamanya
[1].1
Oleh karena itulah, penulis akan membahas salah satu dari ketiga kerajaan
tersebut yakni “Terbentuknya Kerajaan Safawi di Persia” sebagai bahan bacaan
untuk menambah wawasan akan sejarah peradaban islam sekaligus untuk memenuhi
tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimanakah proses terbentuknya kerajaan Safawi di Persia ?
2. Bagaimana kemajuan kerajaan Safawi di Persia ?
3. Bagaimana kemunduran kerajaan Safawi di Persia ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya kerajaan Safawi di Persia.
2. Untuk mengetahui kemajuan kerajaan Safawi di Persiai.
3. Untuk mengetahui bagaimana kemunduran kerajaan Safawi di Persia.
1Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 166.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terbentuknya Kerajaan Safawi di Persia
1. Proses Terbentuknya Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,
Sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, yang
berasal dari nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Safawi terus dipertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik[2]
. 2
Safi al Din Al Ardabily adalah keturunan dari Imam Syi’ah yang
ketujuh Musa Al-Khazim. Oleh karena itu dia masih keturunan Rasulullah dari
garis puterinya Siti fatimah. Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada
1501 M/907, tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau
syah di Tabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan menjadikan Syiah Itsna
Asyariah sebagai ideologi negara. Namun event sejarah yang penting ini
tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang yakni kurang lebih dua abad
[3].
2 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010, hlm 138. 3 Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 167.
Sejak Safi Al Din mulai memimpin tarekat safawiyah sampai kepada Syah
Ismail memproklamirkanberdirinya kerajaan safawi pada tahun 1501, tarekat
safawi mengalami dua fase dalam perjuangannya:
a. Pada masa 1301-1447 M (700-850 H), gerakan safawi masih murni gerakan
keagamaan (kultural) dengan tarekat safawiyah sebagai sarana. Pengikutnya
menyebar dari Persia, Syiria dan Anatolia.
b. Pada masa 1447-1501 M tarekat safawi berubah menjadi gerakan politik
(struktural), dengan pemimpinnya Junaid bin Ali. Perubahan terjadi
dikarenakan ambisi politik pada diri Junaid. Karena Junaid seorang
pemimpin tarekat, maka pengikutnya pun dijadikan pasukan yang diberi nama
Qizilbas (surban merah yang berumbai dua belas sebagai simbol Syiah Imamah
Dua Belas). Tapi usaha Junaid masih mengalami kegagalan dalam meraih
ambisinya karena selalu gagal dalam menaklukkan beberapa daerah seperti
Ardabil dan Chircasia, bahkan dalam tahun 1460 M mati terbunuh.
Kemudian digantikan anaknya yang bernama Haidar, tapi belum berhasil
juga. Sebelum meninggal, Haidar menunjuk adiknya yang paling kecil
bernama Ismail. Setelah berhasil menaklukkan kota Tabriz, Ismail kenudian
memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawi, dengan Syiah Itsna asyariah
sebagai ideologi negara pada tahun 1501 M [4]
. 3
Berikut ini dalah urutan penguasa kerajaan Safawi :
a. Isma'il I (1501-1524 M)
b. Tahmasp I (1524-1576 M)
4 Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 172-173.
c. Isma'il II (1576-1577 M)
d. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
e. Abbas I (1587-1628 M)
f. Safi Mirza (1628-1642 M)
g. Abbas II (1642-1667 M)
h. Sulaiman (1667-1694 M)
i. Husein I (1694-1722 M)
j. Tahmasp II (1722-1732 M)
k. Abbas III (1732-1736 M).
2. Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-Politik
Sejak Shafi al-Din memulai memimpin ribath dan mendirikan tarekat
Shafawiyah pada tahun 1303 M sampai kepada Syah Ismail memproklamirkan
berdirinya kerajaan Shafawi pada 1501 M, telah banyak pengalaman keluarga
Shafawi dalam perjuangan menegakkan cita-cita selama dua abad itu. Paling tidak,
ada dua tahap perjuangan yang dilalui mereka. Pertama, sebagai gerakan keagamaan
(kultural) dan kedua, sebagai gerakan politik (struktural). Pada masa 1301-1447 M
(700-850 H) gerakan Shafawi masih murni gerakan keagamaan (kultural) dengan
tarekat Shafawiyah sebagai sarananya. Selama masa ini Shafawi memiliki pengikut
yang besar, tidak hanya di Persia tetapi juga sampai ke Syiria dan Anatolia.
Mayoritas pengikutnya adalah suku-suku Turki yang masih semi nomad yang dikenal
dengan sebutan Turkman yaitu diantaranya suku Ustajlu, Rumlu, Shamlu, Dulgadir,
Takkalu, Ashfar, dan Qojar [5]
. 4
5 Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 171.
Gerakan Shafawiyah pada fase peretama ini tidak mencampurkan masalah
politik sehingga ia berjalan dengan aman dan lancar, baik pada masa Ikhwan
maupaun pada masa penjarahan Timur Lenk. Pada masa itu kehidupan tarekat sufi
dapat tumbuh subur dan mendapat simpati masyarakat, karena masyarakat
sudah banyak yang bersikap apatis menyikapi konstelasi politik yang suram
itu. Masyarakat berharap hanya dengan kehidupan sufisme mereka mendapat
kekuatan mental dan menjalin persaudaraan antar muslim [6]
.
P.M. Holt, yang dikutip Ajid Thohir (2004:170), ia berpendapat bahwa
selama fase pertama gerakan Shafawi memilki dua warna. Pertama, bernuansa sunni.
Yaitu pada masa pimpinan Shafiudin Ishak (1303-1344) dan anaknyaSh adrudin
Musa (1344-1399) kedua, berubah menjadi Syi’ah pada masa pimpinan Khawaja
Ali anak Shadruddin (1399-1427). Perubahan tersebut tampaknya wajar karena
disamping alasan yang sudah disebutkan, juga kemungkinan karena bertambahnya
pengikut Shafawiyah di kalangan Syi’ah sehingga kepemimpinan menyesuaikan diri
dengan aliran mayoritas [7]
.
Pada masa (1447-1501), gerakan Shafawi memasuki tahap atau fase kedua,
yaitu sebagai gerakan politik. Pemimpin Shafawi waktu itu adalah Junaid bin Ali
mengubah gerakan politik revolusioner dengan tarekat Shafawiyah sebagai
sarananya. Konsekuensinya Shafawi mulai terlibat dalam konflik politik
dengan kekuatan politik lain yang ada di Persia saat itu. Pada saat itu ada dua
kerajaan Turki yang saat itu berkuasa yaitu Kara Koyunlu atau Black Sheep yang
6 Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 171.
7 Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 170.
berkuasa di bagian timur dan Ak Koyunlu atau white sheep yang berkuasa di bagian
barat. Yang pertama beraliran Sunni sementara yang kedua beraliran Syi’ah.
Disebabkan kegiatan politiknya, Junaid, pemimpin Shafawi meninggalkan
Ardabil karena mendapat tekanan dari kerajaan Kara Koyunlu yang berkuasa di
daerah itu. Ia juga meminta suaka politik kepada raja Ak Koyunlu yang sekaligus
meminta bantuan untuk bersama-sama menghadapi Kara Koyunlu. Perubahan
Shafawi dari gerakan keagamaan berubah menjadi gerakan politik cukup menarik
karena sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat ukhrawi kemudian menjadi gerakan
duniawi. Faktor utama penyebab adanya perubahan tersebut adalah ada pada
ajaran tarekat itu sendiri, yaitu hubungan para pemimpin tarekat dengan
para pengikutnya. Anggota tarekat harus tunduk secara mutlak kepada
pemimpin mursyid dan khalifah itu. Hal ini bisa dijadikan modal awal untuk
membangun suatu pemerintahan yang dibangun dengan sikap fanatik dan fanatis
untuk mendukung memuluskan tegaknya pemerintahan [8]
. 5
3. Peran Kerajaan Safawi bagi Peradaban Islam
Peran kesejarahan Safawi begitu besar. Hal ini dapat dilihat dari sisi
kemajuan dan kejayaanya. Kendati demikian, masa kemajuan dinasti Shafawi tidak
langsung terwujud pada saat dinasti itu berdiri di bawah Ismail, raja
pertama. Kejayaan Safawi yang gemilang baru dicapai pada masa
pemerintahan Syaikh Abbas yang agung raja kelima. Walaupun begitu, Peran Ismail
sebagai pendiri Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan
Safawi di kemudian hari. Di samping telah memberikan corak yang khas bagi Safawi
8 Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 172.
dengan menetapkan Syi’ah sebagai agama Negara, Syaikh Ismail juga telah
memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah dan
penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya. Selama sepuluh tahun
pertama pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas wilayah pemerintahan
Shafawi sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah timur Fertile
Creschen. Mungkin karena kesuksesan besar itu, ia oleh para pengikutnya terutama
Qizilbas sebagai pendukungnya, dianggap sebagai seorang raja yang memiliki unsur
keilahian. Bahkan ia pun menganggap dirinya sebagai manifestasi Tuhan. Perlahan-
lahan mitos keilahian Syaikh Ismail itu goyah. Dalam pertempuran di Kalderan
melawan pasukan Turki Ustmani, ia mengalami kekalahan besar. Beberapa
daerahnya termasuk Tabriz jatuh ke tangan Turki Utsmani. Ia terpaksa
menandatangani perjanjian dengan Utsmani [9]
. 6
B. Kemajuan Kerajaan Safawi di Persia
Perkembangan dan kemajuan kerajaan safawi tidak serta merta dapat diraih
ketika Syah Ismail I memimpin (1501-1524 M), tapi kejayaan kerajaan Safawi baru
terwujud pada masa pemerintahan Syaikh Abbas yang Agung (1587-1628 M) raja yang
kelima. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi meliputi beberapa bidang, antara lain:
1. Kemajuan di bidang Politik
Kerajaan Safawi dan Turki Utsmani sebelum abad ke-17 sudah saling
bermusuhan dan Safawi banyak mengalami kekalahan, namun setelah Abbas I naik
tahta kerajaan Safawi dalam merebut wilayah kekuasaan Turki Utsmani banyak
mengalami kemenangan. Permusuhan antara dua Kerajaan aliran agama yang
9Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 2004, hlm 172.
berbeda ini tidak pernah padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-
serangannya ke wilayah Kerajaan Turki Utsmani pada tahun 1602 M. Disaat itu
Turki Utsmani berada di bawah Sultan Muhammad III. Pasukan Abbas I menyerang
dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan Nakh Chivan,
Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M. Selanjutnya pada
tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmus dan
mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas [10]
.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan politik kerajaan Safawi mulai
bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata
administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh
Abbas I dalam rangka memulihkan politik Kerajaan Safawi adalah:
a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan
dari pusat.
b. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi
dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak
yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang
telah ada sejak Raja Tamh I
c. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
d. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat [11]
. 7
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara
politik dia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu
10 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010, hlm 143. 11 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010, hlm 142.
stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut
oleh kerajaan lain di masa raja-raja sebelumnya, dengan reformasi politiknya [12]
.
2. Kemajuan di bidang keagamaan
Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khafilah-
khafilah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama
negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap politik
keagamaan beliau Abbas tanamkam paham toleransi atau lapang dada yang amat
besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat
hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta
Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab sudah
banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan [13].8
3. Kemajuan di Bidang Ekonomi
Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah
memacu perkembangan perekonomian Safawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz
dikuasai dan pelabuhan Gumurun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan
dikuasainya bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang bisa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya menjadi milik
kerajaan Safawi [14]
.
Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan
di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile crescent) [15]
.
12 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010, hlm 142. 13 Hamka. Sejarah Umat Islam III. 1981, hlm 70. 14,15 Badri Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. 2010, hlm 144.
4. Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia terkenal sebagai bangsa yang
berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Syafawi, khususnya
ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang. Berkembangnya
ilmu pengetahuan masa Kerajaan Syafawi tidak lepas dari suatu doktrin mendasar
bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka.
Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah
terhenti dan orang mesti taqlid saja. Kaum Syi’ah tetap berpendirian bahwasanya
mujtahid tidak terputus selamanya [16]
. 9
Pada masa ini muncullah beberapa filosof antara lain; lmuwan yang
melestarikan pemikiran-pemikiran Aristoteles, Al-Farabi adalah Mir Damad alias
Muhammad Bagir Damad (1631 M ) dengan menulis buku filsafat dalam dua
bahasa yaitu Arab dan persia, diantaranya yang terkenal qabasat dan taqdisat. Selain itu
ada filosof yang terkenal yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, yang selalu hadir di
majlis istana, begitu juga dengan Syah Abbas I yang sangat mendukung kegiatan
tersebut [17]
.
Adapun di bidang seni, kemajuan dalam bidang seni arsitektur ditandai dengan
berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota
kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang
diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan
16 Hamka. Sejarah Umat Islam III. 1981, hlm 70. 17Ajib Thohir. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam.2004, hlm 177.
kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah
162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur
lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda
seni lainnya. Serta ada peninggalan masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M
dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M [18]
. 10(
C. Kemunduran Kerajaan Safawi di Persia
Seiring dengan perjalanan waktu, kerajaan Safawi, lama kelamaan mengalami
masa- masa kemunduran, yang disebabkan antara lain:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani.
2. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi
kerajaan Utsmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar
ini.
3. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan
Safawi. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan
malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri
menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
4. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki
semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini
dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan
secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran
ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan
kerajaan Safawi.
18 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010, hlm 145.
5. Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan
keluarga istana [19]
. 11
Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern.
Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan Intervensi,
penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka
dalam halini kons olidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah
didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama.
Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern
berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang
dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur unsur kesukuan yang utama, dan
mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan
mandiri [20]
.
19 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010 ,hlm 158-159.
20 Ira M. Lupidus. Sejarah Sosial Ummat Islam. 1999, hlm 467.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Safawi adalah kerajaan yang berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di Ardabil, Sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat
safawiyah, yang berasal dari nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Safawi terus
dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik, pada masa kepemimpinan
Junaid, tarekat Shafawiyah bergeser menjadi gerakan politik. Tarekat Shafawiyah
berubah menjadi dinasti Shafawi sejak tahun 1501 dipimpin oleh raja Ismail. Kedua,
Kemajuan yang dicapai dinasti Shafawi ada beberapa bidang yaitu: bidang politik,
ekonomi, fisik dan tata kota, dan kemajuan bidang filsafat dan sains. Ketiga,
kemunduran dinasti Shafawi, dimulai ketika dipimpin oleh raja Sulaiman dan Husain.
B. Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar senantiasa mempelajari
sejara-sejarah umat terdahulu yang telah menorehkan berbagai kebaikan bagi
kemaslahatan umat masa kini, salah satunya adalah mempelajari sejarah terbentuknya
kerajaan Safawi di Persia. Dengan demikian, maka kita akan lebih memahami dan
menghargai Islam sebagai agama yang penuh perjuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang.
Lupidus , Ira M. 1999. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thohir, Ajib. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.