teknik pembebasan jalan nafass.pdf

37
TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS MAKALAH Oleh Kelompok 3 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

Upload: anisa-fiatul-karimah

Post on 19-Feb-2016

71 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS

MAKALAH

Oleh

Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

i

TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Keperawatan Klinik IA (IKK IA)

Dosen Pembimbing: Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep

NIP 198004122006041002

oleh:

Gafinda Andri A 142310101006

Anisa Fiatul K 142310101014

Neneng Dwi S 142310101020

Yessi Anggun P 142310101023

Reza R.T.F 142310101036

Dewi Melati Sukma 142310101050

Widiyatus Sholehah 142310101056

Mahda F.E.P.P 142310101069

Mega Rani W 142310101086

Ida Purwati 142310101095

Lisca Nurmalika F 142310101109

Candra Widhi K.S 142310101116

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 3: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Teknik

Pembebasan Jalan Nafas.

Dalam proses penelitian dan penulisan tidak terlepas dari bantuan,

dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Ns.Siswoyo, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Ilmu

Keperawatan Klinik IA Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember

3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi

yang sangat dibutuhkan

4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapakan. Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.

Jember, 05 November 2015

Penulis

Page 4: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB 1. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

1.1 Anatomi Jantung .......................................................................... 1

1.1.1 Definisi, ukuran dan letak jantung ..................................... 1

1.1.2 Lapisan jantung ................................................................. 1

1.1.3 Bagian-bagian jantung ....................................................... 2

1.1.4 Katup jantung .................................................................... 3

1.1.5 Permukaan jantung ............................................................ 3

1.1.6 Tepi jantung ...................................................................... 4

1.1.7 Alur permukaan jantung .................................................... 4

1.1.8 Ruang-ruang jantung ......................................................... 4

1.1.9 Peredaran darah jantung .................................................... 5

1.1.10 Denyut jantung .................................................................. 6

1.1.11 Siklus jantung ................................................................... 6

1.2 Fisiologi Jantung ........................................................................ 7

1.2.1 Fungsi umum otot jantung ................................................ 7

1.2.2 Sistem konduksi jantung.................................................... 8

1.2.3 Fungsi jantung sebagai pompa ........................................... 8

1.2.4 Curah jantung .................................................................... 8

1.2.5 Bunyi jantung .................................................................... 9

1.2.6 Sistem sirkulasi ................................................................. 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cardiac Arrest ............................................................................ 11

Page 5: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

iv

2.1.1 Definisi cardiac arrest ........................................................ 11

2.1.2 Penyebab cardiac arrest ..................................................... 11

2.1.3 Proses terjardinya cardiac arrest ......................................... 11

2.2 Obstruksi Jalan Nafas ................................................................. 12

2.2.1 Definisi obstruksi jalan nafas............................................. 12

2.3 Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) ................................... 13

2.3.1 Definisi bantuan hidup dasar (Basic Life Suppport) ........... 13

2.4 Penanganan Obstruksi Jalan Nafas ............................................. 13

2.4.1 Definisi manajemen jalan nafas ......................................... 13

2.4.2 Tindakan penanganan tanpa alat bantu .............................. 14

2.4.3 Penanganan obstruksi jalan nafas dengan alat bantu .......... 18

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 22

3.2 Saran .......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25

Page 6: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

1

BAB 1. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

1.1 Anatomi Jantung

1.1.1 Definisi, ukuran dan letak jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan

susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerja menyerupai

jantung pisang atau piramid, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan

disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks

kordis.

Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan dan beratnya

kirakira 250-300 gram. Jantung terletak diantara kedua paru dan berada di

tengah-tengah dada, bertumpu pada diagram thoracis dan berada kira-kira 5

cm di atas proxessusxiphoideus. Pada tepi kanan cranial, jantung erada pada

tepi cranialis pars cartilaginiscosta III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum.

Pada tepi kanan caudal, jantung berada pada tepi craniais pars cartilaginis

costa VI dextra. Sedangkan pada tepi kiri cranial jantung berada pada tepi

caudal cranialis pars cartilaginiscosta II sinistra di tepi lateral sternum serta

pada tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri

linea medioclavicularis.

1.1.2 Lapisan jantung

Lapisan jantung terdiri dari tiga lapisan yang berbeda, antara lain:

1) Perikardium

Lapisan yang merupakan kantong pembukus jantung, terletak di dalam

mediastinum minus, terletak di belakang korpus sterni rawan iga II-VI. a.

Perikardium fibrosum (viseral): bagian kantong yang membatasi

pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma,

bersatu dengan pembuluh darah besar, melekatpada sternum melalui

ligamentum sternoperikardial. b. Perikardium serosum (parietal), dibagi

Page 7: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

2

menjadi dua bagian: Perikardium parietalis membatasi perikardium

fibrosum, sering disebut epikardium, dan perikardium viseral yang

mengandung sedikit cairan yang berfungsi melumas untuk

mempermudah pergerakan jantung. Diantara dua lapisan jantung terdapat

lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium

pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung

2) Miokardium

Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronia. Susunan

miokardium yaitu:

a. Susunan otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya

disusun dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria.

Beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan

dalam terdiri dari serabut-serabut berbentuk lingkaran.

b. Susunan otot ventrikuler: Membentuk bilim jantung dimulai dari

cincin atrioventrikular sampai ke apeks jantung.

c. Susunan otot atrioventrikular: Merupakan dinding pemih antara

serambi dan bilik (atrium dan ventrikel).

3) Endokardium

Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri dari

jaringan endotel atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula dan

bangian depan sinus vena kava.

1.1.3 Bagian-bagian jantung

Jantung terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Basis kordis. Bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan

pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian

oleh atrium dekstra.

2) Apeks kordis. Bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut

tumpul.

1.1.4 Katup jantung

Page 8: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

3

1. Katup Antrioventrikularis (AV)

Memisahkan atrium dengan ventrikel. Katup atrioventrikularis terdiri

dari katup trikuspidalis dan katub mitralis. Daun-daun katup

atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup trikuspidalis yang terletak

antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup. Katup

mitralis yang memisahkan atrium dan ventrikel kiri, merupakan katup

bikuspidalis dengan dua buah daun katup. Daun katup dari kedua katup ini

tertambat melalui berkas-berkas tipis jaringan fibrosa yang disebut

kordatendinae.

Kordatendinae akan meluas menjadi otot kapilaris, yaitu tonjolan otot

pada dinding ventrikel. Kordatendinae menyokong katup pada waktu

kontraksi ventrikel untuk mencegah membaliknya daun katup ke dalam

atrium. Apabila kordatendinae atau otot papilaris mengalami gangguan

(rupture, iskemia), darah akan mengalir kembali ke dalam atrium jantung

sewaktu ventrikel berkontraksi.

2. Katup Semilunaris

Memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang

bersangkutan, Kedua katup semilunaris sama bentuknya, katup ini terdiri

dari 3 daun katup simetris yang menyerupai corong yang tertambat kuat

pada annulus fibrosus. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta,

sedangkan katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan arteria

pulmonalis.

Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteria

pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat.

Tepat di atas daun aorta, terdapat kantung menonjol dari dinding aorta dan

arteria pulmonalis, yang disebut sinus valsalva. Muara arteria koronaria

terletak di dalam kantung-kantung tersebut. Sinus-sinus ini melindungi

muara koronaria tersebut dari penyumbatan oleh daun katup, pada waktu

katup aorta terbuka.

1.1.5 Permukaan jantung (fascies kordis)

Page 9: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

4

1. Fascies sternokostalis yaitu, permukaan menghadap kedepan

berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium

dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra

2. Fascies dorsalis yaitu, permukaan jantung menghadap kebelakang

berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,

dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan

sebagian kecil dinding ventrikel sinistra.

3. Fascies diafragmatika yaitu, permukaan bagian bawah jantung yang

bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh dinding

ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

1.1.6 Tepi jantung (margo kordis)

Terdapat dua tepi jantung, yaitu:

1) Margo dekstra. Bagian jantung tepi kanan yang membentang mulai

dari vena kava superior sampai ke apeks kordis.

2) Margo sinistra. Bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari

bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks

kordis.

1.1.7 Alur permukaan jantung

1. Sulkus atrioventrikularis. Mengelilingi batas bawah basis kordis, terletak

di antara batas kedua atrium jantung dan kedua ventrikel jantung.

2. Sulkus langitudinalis anterior. Mulai dari celah diantara arteri pulmonalis

dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis. Sulkus

ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari depan.

3. Sulkus langitudinals posterior. Mulai dari sulkus koronaria sebelah kanan

muara vena cava inferior menuju apeks kordis. Sulkus koronaria

merupakan batas antara kedua ventrikel dari belakang bawah.

1.1.8 Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu:

Page 10: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

5

1. Atrium dekstra. Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian

dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.

a. Muara pada atrium kanan terdiri dari:

a) Vena cava superior

b) Vena cava inferior

c) Sinus koronarius

d) Osteum atrioventrikuler dekstra

b. Sisa fetal pada atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis.

2. Ventrikel dekstra. Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum

atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum

pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan

yang terdiri dari:

a. Valvula triskuspidal Melindungi osteum atrioventikuler, dibentuk

oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan afibrosa, terdiri

dari tiga kuspis atau saringan (anterior, septalis, dan inferior).

b. Valvula pulmonalis Melindungi osteum pulmonasi, terdiri dari

semilunaris arteri pulmonalis, dibentuk oleh lipatan endokardium

disertai sedikit jaringan fibrosa.

3. Atrium sinistra. Terdiri dari rongga utama dan aurikula, terletak di

belakang atrium kanan membentuk sebagian besar basis (fascies

posterior), dan pericardium fibrosum.

4. Ventrikel sinistra. Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum

atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri

dari:

a. Valvula mitralis (bikuspidalis) Melindungi osteum atrioventrikular

terdiri atas dua kuspis (kuspos anterior dan kuspis posterior).

b. Valvula semilunaris aorta Melindungi osteum aorta strukturnya

sama dengan valvula semilunaris arteri pulmonalis.

1.1.9 Peredaran darah jantung

Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:

Page 11: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

6

1) Arteri koronaria kanan Berasal dari sinus anterior aorta berjalan

kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan

cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.

2) Arteri koronaria kiri Lebih besar dari arteri koronaria dekstra, dari

sinus posterior aorta sinistra berjalan ke depan antara trunkus

pulmonalis dan aurikula kiri masuk ke sulkus atrioventrikularis

menuju apeks jantung

3) Aliran vena jantung Sebagian darah dari dinding jantung mengalir

ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian

belakang sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena

kardiak magna.

1.1.10 Denyut jantung

Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila

darah dipompakan keluar jantung. Denyut dapat diraba pada arteri radialis

dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan yang di

alihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat. Kecepatan denyut

jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi,

cara hidup dan umur.

1.1.11 Siklus jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama

peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontriksi (sistole)

dan pengendoran (diastole) konstriksi dari ke-2 atrium terjadi secara

serentak yang disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole

atrial. Lama konstriksi ventrikel ± 0,3 detik dan tahap pengendoran selama

0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel

lebih lama dan lebih kuat. Perubahan dalam siklus jantung berupa :

1. Pada waktu sistol :

Page 12: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

7

a. Kontraksi isovolumetrik, kontraksi ventrikel menyebabkan katup

mitral tertutup, tekanan dalam ventrikel meningkat mencapai

tekanan dalam aorta.

b. Fase ejeksi : tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta,

katup semilunaris aorta terbuka, darah didorong keluar dari ventrikel

ke aorta

2. Pada waktu diastol :

a. Fase relaksasi isovolumentrik, tekanan di dalam ventrikel kiri lebih

rendah dari pada di dalam aorta sehingga katup semilunaris aorta

tertutup dan menahan darah agar tidak kembali ke ventrikel.

b. Fase pengisian cepat, darah masuk ventrikel dari atrium karena

tekanan dalam ventrikel lebih rendah dari pada atrium, katup

atrioventrikular membuka.

c. Fase pengisian lambat, darah dari atrium masih mengalir sedikit ke

ventrikel.

d. Fase sistole atrium, memompakan sedikit lagi darah yang ada di

atrium.

1.2 Fisiologi Jantung

1.2.1 Fungsi umum otot jantung

a. Sifat ritmisitas/otomatis.

Secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung

dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri.

b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas

Impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka

seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.

c. Tidak dapat berkontraksi tetanik

Refraktor absolute pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa

relaksasi jantung yang merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri

d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.

Page 13: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

8

1.2.2 Sistem konduksi jantung

1. Sinotrial node (SA node)

Suatu tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam

dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.

2. Atrioventrikular node (AV node)

Susunannya sama seperti SA node, berada di dalam septum atrium dekat

muara sinus koronari.

3. Bundle atrioventrikuler

Mulai dari bundle AV berjalan kea rah depan pada tepi posterior dan tepi

bawah pars membranesea septum interventrikulare.

4. Serabut penghubung terminal(purkinje)

Anyaman yang berada pada endokardium menyebar pada kedua

ventrikel.

1.2.3 Fungsi jantung sebagai pompa

1. Fungsi atrium sebagai pompa

2. Fungsi ventrikel sebagai pompa

3. Periode ejeksi

4. Diastole

5. Periode relaksasi isometrik

Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung:

1. Autoregulasi intrinsic Pemompaan akibat perubahan volume darah

yang mengalir ke dalam jantung.

2. Refleks yang mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung.

1.2.4 Curah jantung

Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan

kanan sama besarnya. Curah jantung (cardiac output) adalah jumlah

darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit. Faktor-faktor utama

yang mempengaruhi pekerjaan jantung:

Page 14: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

9

1. Beban awal. Otot jantung yang direngangkan sebelum ventrikel kiri

berkontraksi berhubungan dengan panjang otot jantung.

2. Kontraktilitas. Bila saraf simpatis yang menuju kejantung

dirangsang maka ketegangan keseluruhan akan bergeser ke aras,

atau ke kiri.

3. Beban akhir. Resistensi yang harus diatasi waktu daerah di

keluarkan dari ventrikel, suatu beban ventrikel kiri untuk membuka

katup semilunaris aorta dan mendorong darah selama kontraksi.

4. Frekuensi jantung. Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan

memperberat pekerjaan jantung.

Periode pekerjaan jantung yaitu:

1) Periode systole (periode kontriksi). Suatu keadaan jantung bagian

ventrikel dalam keadaan menguncup, katup bikuspidalis dan katup

trikuspidalis dalam keadaan tertutup.

2) Periode diastole (periode dilatasi). Suatu keadaan ketika jantung

mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan

terbuka sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel

sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra.

3) Periode istirahat. Yaitu waktu antara periode diastole dan periode

systole, ketika jantung

berhenti kira-kira 1/10 detik.

1.2.5 Bunyi jantung

Bunyi jantung normal terdengar melalui stetoskop selama setiap siklus

jantung. Katup aorta akan menutup dan tekanan vaskuler turun kembali ke

nilai diastolik sehingga terjadi pembukaan dan penutupan katup-katup

jantung. Adanya aktifitas pembukaan dan penutupan katup-katup jantung

menimbulkan suara yang terdengar jika memakai alat stetoskop. Tahapan

bunyi jantung:

1. Bunyi pertama: Berbunyi “Lub” yang menandakan penutupan katup

mitral.

Page 15: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

10

2. Bunyi kedua: Berbunyi “Dub” yang menandakan penutupan katup

aorta dan pulmonal.

3. Bunyi ketiga: Lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda.

4. Bunyi keempat: Kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi

pertama.

1.2.6 Sistem sirkulasi

Sistem sirkulasi terbagi atas sirkulasi sitemik (sirkulasi besar yang

mencakup seluruh tubuh) dan sirkulasi paru (sirkulasi kecil). Sirkulasi

sistemik mengandung darah kaya O2 yang berasal dari paru, mulai

mengalirkan darah dari pentrikel kiri, aorta, arteri besar, cabang-cabang

arteri, arteriol, terus masuk kapiler, kembali kevenula, vena kecil, vena

besar dan vena kava superior, dan inferior, kemudian masuk keatrium

kanan.

Sirkulasi paru dimulai dengan pompaan darah dari ventrikel kanan yang

menerima darah dari atrium kanan menuju arteri pulmonalis yang terus

bercabang menjadi kapiler alveolus, kembali berkumpul menjadi venula,

vena dan akhirnya masuk vena pulmonalis dan terus ke atrium kiri.

Page 16: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cardiac Arrest

2.1.1 Definisi cardiac arrest

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan

mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan

penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,

terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart

Association, 2010).

2.1.2 Penyebab cardiac arrest

Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai

risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:

a) Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu

b) Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy)

c) Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung

d) Kelistrikan jantung yang tidak normal

e) Pembuluh darah yang tidak normal

f) Penyalahgunaan obat

2.1.3 Proses terjardinya cardiac arrest

Kebanyakan korban Cardiact arrest diakibatkan oleh timbulnya aritmia:

fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi

(PEA), dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).

1. Fibrilasi ventrikel. Merupakan kasus terbanyak yang sering

menimbulkan kematian mendadak, pada keadaan ini jantung tidak

dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar

saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR

dan DC shock atau defibrilasi.

Page 17: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

12

2. Takhikardi ventrikel. Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi

ventrikel biasanya karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan

impuls) ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi

yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan

memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang

sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan

hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih

diutamakan. Pada kasus VTdengan gangguan hemodinamik sampai

terjadi Cardiact arrest (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi

dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.

3. Pulseless Electrical Activity (PEA). Merupakan keadaan dimana

aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau

menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah

tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah

tindakan yang harus segera dilakukan.

4. Asistole. Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik

pada jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti

garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah

CPR.

2.2 Obstruksi Jalan Nafas

2.2.1 Definisi obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan nafas, baik total atau parsial disebabkan oleh lidah yang

menyumbat hipofaring. Hal ini terjadi karena kelumpuhan tonus pada saat

terlentang, yaitu:

1. Otot jalan nafas atas, dan

2. Otot genioglossus

Terjadi pada pasien tidak sadar atau dalam keadaan anestesi. Bisa juga

karena spasme laring. Tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas:

1. Stridor (mendengkur, snoring)

2. Napas cuping hidung (flaring of the nostrils)

Page 18: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

13

3. Retraksi trakea

4. Retraksi torak

5. Tak terasa ada udara ekspirasi

2.3 Bantuan Hidup Dasar (Basuc life support)

Bantuan hidup dasar (Basuc life support) adalah usaha yang dilakukan

untuk menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan

sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu (Soerianata, 1996).

Istilah basuc life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan

sirkulasi. Basuc life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan

pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan

kompresi dada eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah

Resusitasi Jantung Paru (RJP) (Handley, 1997).

Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan

napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa

menggunakan alat bantu. Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu

tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan

mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).

Tujuan bantuan hidup dasar untuk oksigenasi darurat secara efektif pada

organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi

buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan

sendiri secara normal (Latief, 2009).

2.4 Penanganan Obstruksi Jalan Nafas

2.4.1 Definisi manajemen jalan napas

Manajemen jalan napas merupakan salah satu ketrampilan khusus yang

harus dimiliki oleh dokter atau petugas kesehatan yang bekerja di Unit Gawat

Darurat. Manajemen jalan napas memerlukan penilaian, mempertahankan dan

melindungi jalan napas dengan memberikan oksigenasi dan ventilasi yang

efektif. Penyebab kematian adalah hipoksia, organ tubuh yang paling rentan

terhadap hipoksia adalah otak jadi tujuan resusitasi yang utama adalah

Page 19: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

14

menjaga oksigenasi otak tetap terjaga. Pada pasien yang tidak sadar,

penyebab tersering sumbatan jalan napas yang terjadi adalah akibat hilangnya

tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini lidah jatuh ke belakang dan

menyumbat jalan napas ada bagian faring. Pada keadaan tersebut harus

dilakukan sesegera mungkin penanganan obstruksi jalan nafas.

2.4.2 Tindakan penanganan tanpa alat bantu

Algoritma Bantuan Hidup Dasar (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

PERTOLONGAN PADA ORANG DEWASA

UNRESPONSIVE?

Shout for help

Open airway

Not Breathing Normally?

Call 118

2 rescue breaths

3o compression

30 chest compression

Page 20: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

15

Untuk melakukan pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan bebrapa teknik

atau cara, yaitu sebagai berikut :

1. Periksa Respon dan Layanan Kedaruratan Medis

Berteriak didekat kuping Pemeriksaan kesadaran dilakukan untuk

menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara memanggil, menepuk

bahu atau wajah korban. Jika pasien sadar, biarkan pasien dengan posisi

yang membuatnya merasa nyaman, dan bila perlu lakukan kembali

penilaian kesadaran setelah beberapa menit. Jika pasien tidak sadar segera

meminta bantuan dengan cara berteriak “TOLONG!” atau dengan

menggunakan alat komunikasi dan beritahukan dimana posisi anda

(penolong) (ERC Guidelines, 2010).

2. Sirkulasi (Circulation Support)

Terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban

Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban

dengan cara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher

sehingga teraba trakea, kemudian digeser kea rah penolong kira-kira 1-

2 cm, raba dengan lembut selama 5-10 detik. Bila teraba penolong

Page 21: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

16

harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan

nafas 12 kali/menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.

2. Memberikan bantuan sirkulasi

Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau

kompresi jantung luar dengan cara:

- Tiga jari penolong (telunjuk, tengah dan manis) menelusuri tulang

iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga

bertemu tulang dada (sternum).

- Dari tulang dada sternum) diukur 2-3 jari ke atas. Daerah tersebut

merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.

- Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk

satu telapak tangan yang lain. Hindari jari-jari menyentuh dinding

dada pasien/korban.

- Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada

pasien/korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur

sebnyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 1,5- 2 inchi (3,8-5

cm).

- Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan

mengembang kembali ke posis semula setiap kali kompresi. Waktu

Page 22: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

17

penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 50 % duty

cycle).

- Tangan tidak boleh berubah posisi.

- Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu

penolong maupun dua penolong. Kecepatan kompresi adalah 100

kali permenit. Dilakukan selama 5 siklus.

Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanna sistolik 60-

80 mmHg dan diastolic yang sangat rendah. Selang waktu mulai dari

menemukan pasien/ korabn sampai dilakukan tindakan bantuan

sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.

3. Pembebasan Jalan Napas (Airway Support)

Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total,

perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang (ATLS,

2004). Penyebab utama obstruksi jalan napas bagian atas adalah lidah

yang jatuh kebelakang dan menutup nasofaring. Selain itu bekuan darah,

muntahan, edema, atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut.

Oleh karena itu, pembebasan jalan napas dan menjaga agar jalan napas

tetap terbuka dan bersih merupakan hal yang sangat penting dalam BLS

(Van Way, 1990).

Page 23: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

18

Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah

mungkin jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan

seperti ini dapat segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin-lift

maneuver) atau dengan mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw-

thrust maneuver). Tindakan-tindakan yang digunakan untuk membuka

airway dapat menyebabkan atau memperburuk cedera spinal. Oleh karena

itu, selama mengerjakan prosedur-prosedur ini harus dilakukan

immobilisasi segaris (in-line immobilization) dan pasien/korban harus

diletakkan di atas alas/permukaan yang rata dan keras (IKABI, 2004).

Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway), yaitu :

a. Tindakan kepala tengadah (head tilt)

Tindakan ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan

penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah (Latief

dkk, 2009).

b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)

Jari-jemari satu tangan diletakkan dibawah rahang, yang kemudian

secara hati-hati diangkat keatas untuk membawa dagu ke arah depan.

Ibu jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan

secara bersamaan dagu dengan hati-hati diangkat. Maneuver chin lift

tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher (IKABI, 2004).

Page 24: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

19

c. Tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust) pada pasien dengan

trauma leher, rahang bawah diangkat didorong kedepan pada sendinya

tanpa menggerakkan kepala-leher. (Latief dkk, 2009).

4. Bantuan Napas dan Ventilasi (Breathing Support)

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal,

oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke

seluruh tubuh (Smith, 2007). Breathing support merupakan usaha ventilasi

buatan dan oksigenasi dengan inflasi tekanan positif secara intermitten

dengan menggunakan udara ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke

hidung, atau dari mulut ke alat (S-tube masker atau bag valve mask)

(Alkatri, 2007).

Breathing support terdiri dari 2 tahap :

1. Penilaian Pernapasan Menilai pernapasan dengan memantau atau

observasi dinding dada pasien dengan cara melihat (look) naik dan

turunnya dinding dada, mendengar (listen) udara yang keluar saat

ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara yang menghembus dipipi

penolong (Mansjoer, 2009).

Page 25: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

20

2. Memberikan bantuan napas Bantuan napas dapat dilakukan melalui

mulut ke mulut (mouth-to-mouth), mulut ke hidung (mouth-to-nose),

mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut via sungkup (Latief

dkk, 2009).

a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) jika tanpa

alat, maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir

penolong ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat

supaya tidak bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut

pasien sambil menutup kedua lubang hidung pasien dengan cara

memencetnya.

Page 26: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

21

b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung (mouth-to-nose), maka udara

ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup

mulut pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit

dibuka (trismus) atau pada trauma maksilo-fasial.

c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama

dengan mulutke-mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari

mulut-ke-stoma atau lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah

laringektomi.

Page 27: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

22

Frekuensi dan besar hembusan sesuai dengan usia pasien apakah

korban bayi, anak atau dewasa. Pada pasien dewasa, hembusan sebanyak

10-12 kali per menit dengan tenggang waktu antaranya kira-kira 2 detik.

Hembusan penolong dapat menghasilkan volum tidal antara 800-1200 ml

(Latief dkk, 2009).

5. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of

Spontaneous Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

a. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas.

b. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada

pipi pasien.

c. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik

ke arah penolong, sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah

penolong. Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas

(secure airway) dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah.

Selanjutnya, lakukan pemeriksasn pernapasan secara berkala

(Resuscitation Council UK, 2010)

Page 28: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

23

2.4.3 Penanganan obstruksi jalan nafas dengan alat bantu

Setelah dilakukan tindakan yang cepat dan tepat, tindakana penanganan

obstruksi jalan nafas dilanjutkan dengan tindakan lain yang bertujuan agar

pola nafas pasien adekuat. Tindakan lanjutan dilakukan di tempat pelayanan

kesehatan (misalnya: rumah sakit, klinik). Tindakan tersebut diantaranya:

1. Manuver tripel jalan nafas, terdiri dari :

1) Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital

2) Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula.

3) Mulut dibuka. Lidah terangkat dan jalan nafas bebas, sehingga

udara lancar masuk ke trakea baik melalui mulut atau hidung.

Gambar manuver tripel jalan nafas

Page 29: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

24

2. Ventilasi positif dengan oksigen 100%

Jika manuver triple jalan nafas kurang berhasil, maka dipasang alat

jalan nafas :

1) Mulut faring (OPA – oropharingeal airway) lewat mulut

a. Menentukan ukuran OPA dengan meletakkan OPA disamping pipi

pasien dan memilih OPA yang panjangnya sesuai dari sudut mulut

hingga ke sudut rahang bawah (angulus mandibulae). Ukuran

yang tersedia :

a) Dewasa besar = 100 cm (Guedel no. 5)

b) Dewasa sedang = 90 cm (Guedel no. 4)

c) Dewasa kecil = 80 cm (Guedel no. 3)

d) Anak-anak = Guedel no. 1 dan no. 2

b. Buka mulut pasien dengan manuever chin lift atau tehnik crossed

finger

c. Memasang alat, terdapat 2 cara:

Cara pertama

a) Membuka mulut dan memasukkan OPA terbalik

b) Memutar/merotasi OPA jika telah mencapai palatum moll

Cara kedua

a) Membuka mulut dengan spatel

b) Dengan hati-hati memasukkan OPA hingga ke belakang.

d. Mengecek ketepatan pemasangan OPA dengan memberikan

ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak

pengembangan dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi

paru dengan stetoskop selama ventilasi.

Page 30: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

25

2) Hidung faring (NPA – nasopharingeal airway) lewat hidung

a. Nilai jalan nafas bila terdapat obstruksi (polyp, fraktur,

perdarahan)

b. Pilih ukuran NPA yang tepat

c. Meletakkan NPA di samping pipi pasien dan memilih NPA yang

panjangnya sesuai dari pangkal cuping hidung sampai cuping

telinga.

d. Lubrikasi NPA dengan lubrikan larut air (water-soluble

lubricant) untuk meminimalkan tahanan dan menurunkan iritasi

pada saluran lubang hidung.

e. Memasukkan NPA dengan cara memegang NPA seperti

memegang pensil dan secara perlahan dimasukkan ke dalam

lubang hidung pasien dengan bevel menghadap ke nasal septum.

f. Mendorong alat sepanjang dasar lubang hidung, mengikuti

lekukan saluran lubang hidung, hingga pinggiran pangkal NPA

rata dengan lubang hidung.

g. Jika terjadi tahanan selama insersi, merotasi NPA bolak balik

dengan lembut di antara kedua jari.

h. Jika tahanan tetap terjadi, tidak memaksakan pemasangan alat

karena dapat menyebabkan abrasi dan laserasi mukosa hidung

yang dapat mengakibatkan perdarahan dan risiko aspirasi

i. Mengecek ketepatan pemasangan NPA dengan memberikan

ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak

pengembangan dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi

paru dengan stetoskop selama ventilasi

Page 31: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

26

3. Pemasangan sungkup muka (face mask)

Sungkup muka berfungsi mengantarkan udara atau gas anestesi dari

alat resusitasi atau sistem anestesi ke jalan nafas pasien. Bentuknya

dibuat sehingga dapat ketika digunakan untuk bernafas spontan atau

dengan positif, udara tidak bocor. Sehingga udara dapat masuk

semuanya ke trakea. Ukuran sungkup muka:

a) 03 : bayi baru lahir

b) 02, 01, dan 1 : anak kecil

c) 2, 3 : anak besar

d) 4, 5 : dewasa

4. Ventilasi tanpa intubasi

a. Mouth-To-Pocket Face Mask (teknik 1 orang)

1) Hubungkan pipa oksigen ke face mask. Aliran oksigen yang

diberikan 12L/menit

2) Tempatkan face mask pada pasien menggunakan dua tangan

3) Pastikan mask melekat ke wajah pasien

4) Amankan jalan nafas dengan jaw-thrust atau chin-lift

maneuver

5) Ambil nafas yang dalam, tempatkan mulut penolong di atas

bagian mulut face mask dan hembuskan

6) Nilai ventilasi dengan mengobservasi pengembangan dada

pasien

7) Berikan ventilasi setiap 5 detik

Page 32: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

27

b. Bag-Valve-Mask Ventilation (teknik 2 orang)

1. Memilih ukuran mask yang sesuai dengan pasien dan

memasangnya pada wajah pasien

2. Hubungkan pipa oksigen dengan bag-valve. Aliran oksigen 12

L/menit.

3. Orang pertama meletakkan mask pada wajah pasien dengan

dua tangan. Bagian mask yang menyempit (apeks) dari

masker di atas batang hidung pasien dan bagian yang melebar

(basis) diantara bibir bawah dan dagu

4. Menstabilkan masker pada tempatnya dengan ibu jari dan jari

teluntuk membentuk huruf “C”. Menggunakan jari yang

lainnya pada tangan yang sama untuk mempertahankan

ketepatan posisi kepala dengan mengangkat dagu sepanjang

mandibula dengan jari membentuk huruf “E”

5. Orang kedua memompa bag dengan kedua tangan

6. Mengobservasi pengembangan dada pasien selama melakukan

ventilasi

7. Berikan ventilasi setiap 5 detik

8. Jika tidak ada perbaikan, berikan pelumpuhan otot suksinil 0,5

mg/kg iv, im deltoid, atau sublingual 2-4 mg/kg.

Page 33: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

28

Bag-Valve-Mask Ventilation (teknik 2 orang)

Page 34: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

29

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk

mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen

ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi

secara efektif.

Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar lidah,

palatum mole, darah atau benda asing yang lain. Dasar lidah sering menyumbat

jalan nafas pada penderita koma, karena otot lidah dan leher lemas sehingga

tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini

sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi. Benda asing, seperti

tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau

dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas.

Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini

terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus,

masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam paru.

Pada sumbatan jalan nafas total tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa

adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda tambahan

yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila penderita

masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu inspirasi.

Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami

kesulitan walaupun dengan tehnik yang benar. Pada sumbatan jalan nafas

partial terdengar aliran udara yang berisik dan kadang-kadang disertai retraksi.

Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme, dan bunyi seperti orang

kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing.

Penanganan jalan nafas terutama ditujukan pada penderita tidak sadar,

memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil meminta

pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping

penderita. Pertama, kita lakukan ekstensi kepala karena gerakan ini akan

meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari

Page 35: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

30

dinding belakang farings. Disamping ekstensi kepala kadang-kadang masih

diperlukan pendorongan mandibula ke depan untuk membuka mulut karena

kemungkinan adanya sumbatan pada hidung. Kombinasi ekstensi kepala,

pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan mulut disebut gerak jalan

nafas tripel (Safar). Orang yang tidak sadar rongga hidung dapat tersumbat

selama ekspirasi, karena palatum mole bertindak sebagai katup.

Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan dan muka

menghadap keatas, kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher diangkat

keatas. Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan

adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan.

Teknik ekstensi kepala ialah tangan penolong mengangkat leher korban dan

tangan yang lain diletakkan pada dahinya. Teknik ini menyebabkan mulut

sedikit terbuka. Jika mulutnya tertutup atau dagunya terjatuh, maka dagu harus

ditopang, dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk

menopang dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan

bagian leher di bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan.

Kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan dilepas,

karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut, sehingga memudahkan

ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan menekan dahi

masih saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong mandibula ke

depan dan membuka mulut. Hati-hati pada penderita trauma, kepala-leher-dada

harus dipertahankan dalam posisi garis lurus, karena ditakutkan menambah

cedera pada tulang belakang bila tidak pada posisi tersebut.

3.2 Saran

Dalam memberikan tindakan penangan obstruksi jalan nafas perlu dilakukan

dengan cepat tetapi tepat. Pemberi tindakan harus memahamai teknik-teknik

yang akan dilakukan. Pemberi tindakan juga mengetahui penyebab dari

obstruksi jalan nafas pasien, dan kondisi pasien atau penderita. Karena

tindakan penanganan obstruksi jalan nafas akan berbeda tergantung pada jenis

obstruksi dan keadaan atau kondisi pasien saat itu.

Page 36: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

31

Page 37: TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

32

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan dan

Kebidanan. Jakarta: EKG.

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.

Jakarta:

Salemba Medika

American Heart Association. 2010. On line:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-santosotri-5766-2-

babii.pdf

Alkatiri. 2007. On line:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37618/4/Chapter%20II.pdf

Latief 2009. On line:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37618/4/Chapter%20II.pdf