tan malaka guru revolusioner

Upload: wahyu-indra-wardhana-iwe

Post on 03-Jun-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    1/153

    BAB 1PENDAHULUAN

    Mengajari anak-anak Indonesia saya anggap pekerjaan tersuci

    dan terpenting(Tan Malaka)

    A. Latar Belakang

    Tan Malaka, seorang anak bangsa yang menghabiskan 100 persen

    hidupnya hanya untuk mencapai sebuah cita-cita yaitu, menujuRepublik Indonesia. Republik yang dimaksud Tan Malaka adalah

    sebuah negara yang 100 persen mengatur dirinya sendiri,

    mengatur perekonomiannya sendiri, politik yang bebas

    menegakkan demokrasi, serta martabat bangsa yang sejajar

    dimata negara-nagara lain.

    Tan Malaka sebagai ahli propaganda, politikus, dan sebagai

    seorang pendidik rakyat, sangat ditakuti oleh pemerintah Hindia

    Belanda. Dikarenakan proses penyadaran yang agresif

    revolusioner, yang dilakukan terus menerus oleh Tan Malaka

    akan memperkuat kesadaran rakyat.

    Ketakutan pemerintah Hindia Belanda tak hanya pada saat

    kondisi fisik Tan Malaka dalam keadaan sehat, tetetapi juga dalam

    keadaan sakit TBC nya yang kompleks dengan berbagai penyakit

    memperburuk kondisi kesehatan dan fisiknya. Sosok Tan Malaka

    merupakan ancaman yang sangat berbahaya bagi posisi

    pemerintahan kolonial, karena Tan Malaka dianggap akan

    menganggu ketertiban umum dengan berbagai kegiatan politik

    dan kegiatan pendidikan untuk rakyat. Oleh karena itu

    pemerintah Hindia Belanda sangat mempertimbangkanpermohonan Tan Malaka untuk diintrinirke Jawa setelah

    beberapa tahun dalam pembuangannya di Eropa.

    Rakyat Indonesia harus belajar memberi nilai yang tepat pada

    akhlak (moral) mereka yang menamakan dirinya para atasan dan

    berkata bahwa mereka akan memberi peradaban kepada

    pribumi, Rakyat Indonesia harus sadar bahwa rasa belas kasih

    dan kasihan dan peri kemanusiaan tak dapat diharapkan dari

    1

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    2/153

    pihak penjajah untuk perbaikan peri kehidupan rakyat, apalagi

    untuk kemerdekaan rakyat.1

    Sosok Tan Malaka dikenal sebagai tokoh komunis tulen,

    namun apabila dilihat kembali visi pendidikan yang ingin

    ditanamkannya sangat mendekati tujuan pendidikan Islam

    dimana tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menciptakan

    manusia yang mempunyaiakhlakul karimahdan menjadi Insan

    Kamil. Pendidikan harus sebagai proses untuk mewujudkan

    peserta didik menjadi orang yang baik dan bajik. Pendidikan

    menciptakan manusia yang baik dan bajik akan memberi

    kekuatan kepada peserta didik. Karena itulah menurut Tan

    Malaka pendidikan akhlak harus menjadi tujuan utama.2Jauh sebelum pendidikan keterampilan belum dikembangkan

    di nusantara, Tan Malaka sudah sangat menekankan bahwa

    pendidikan anak-anak harus tak hanya sebatas kognitif, seperti

    mempelajari Sejarah, Ilmu bumi, dan Ilmu hitung sebagaimana

    yang sangat difokuskan di banyak sekolah-sekolah Eropa pada

    masa itu. Tan Malaka memandang bahwa sebuah kewajiban

    untuk menanamkan etos kerja, dan keterampilan-keterampilan

    praktis yang akan memunculkan kepada pribumi untuk

    mencintai kerja. Seharusnyalah pendidikan memberikan nilaitambah bagi peserta didik.

    Tujuan pendidikan untuk anak-anak para kuli terutama

    adalah membuat otak mereka lebih tajam dan kemauan mereka

    lebih kuat, di samping menghaluskan perasaan mereka, seperti

    apa yang menjadi cita-cita pendidikan setiap bangsa atau

    golongan di negeri manapun. Di samping memajukan otak, daya

    kemampuan, dan perasaan, maka perlu dikembangkan kehendak

    dan kebiasaan anak-anak untuk melakukan pekerjaan tangan

    serta perasaan bahwa pekerjaan itu penting artinya, dan bahwapekerjaan seperti itu di mata masyarakat tak lebih rendah

    nilainya daripada pekerjaan otak.3

    Pendidikan rakyat yang berlangsung pada masa Tan Malaka

    sangat tak memuaskan hatinya. Masih banyak masyarakat yang

    buta huruf dan masih banyak kalangan intelektual yang terasing

    dari masyarakat, karena menganggap mereka lebih tinggi dari

    1Surat Kapar API dalam Harry A. Poeze.Pergulatan Menuju Republik 1897-

    1925.Jakarta: Grafiti. 2000. h. 3372Ibid.h. 1213Ibid.h. 121

    2

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    3/153

    kaum tani dan buruh. Olehkarena itu menurut Tan Malaka, lebih

    baik pendidikan itu tak diberikan sama sekali bila setelah

    mengenyam pendidikan mereka menjadi kaum elit eksklusif.

    Pendidikan harus menanamkan kepada pribumi untuk

    mencintai pekerjaan fisik dan itu harus ditanamkan ketika anak

    masih kecil: dibiasakan waktu muda, dikenal waktu tua,

    demikianlah sebuah periBahasa Belanda yang dipakai Tan Malaka

    dalam filosofi pendidikannya. Di sekolah, kaum muda harus biasa

    melakukan pekerjaan secara teratur dan produktif, dan tentunya

    nanti mereka akan merasakan manfaatnya.

    Tan Malaka menekankan bahwa pembiasaan kerja fisik, bukan

    berarti pendidikan merancang dan akan mencetak kaum kuli dankaum tani seperti yang dilakukan oleh kaum kolonial yang

    mengikat masyarakat untuk terus menjadi budak: Sungguh

    sudah keterlaluan kalau kita berpikir bahwa setiap murid harus

    menjadi kuli, Tan Malaka menentang pendidikan yang dirancang

    untuk mengkulikan manusia. Anak-anak yang cerdas harus

    dididik untuk menempati kedudukan-kedudukan yang lebih baik

    di perkebunan-perkebunan, kerani, tukang, mandor, guru, sopir,

    atau juru tulis. Pribumi harus menyadari bahwa anaknya yang

    cerdas bisa mencapai suatu kedudukan lebih baik, daripadahanya sekedar kuli. Dengan demikian pendidikan di sekolah akan

    lebih menarik, dan mereka yang tak begitu cerdas akan terdorong

    untuk tetap bekerja di perkebunan. Tan Malaka secara tegas

    mengarahkan, bahwa peserta didik yang memiliki potensi

    intelektual harus diberdayakan, sedangkan yang lebih tertarik

    dikerja fisik, mereka dapat mengasah keahlian mereka agar lebih

    profesional di bidangnya.

    Buku ini mengulas secara khusus pemikiran pendidikan dan

    aksi pendidikan Tan Malaka. Penting membaca kembaliketeladanan Tan Malaka sebagai guru maupun sebagai pejuang

    kemerdekaan. Tan Malaka adalah seorang Bapak Pendiri Bangsa

    yang lebih menonjol aktifitas politiknya, namun tak banyak yang

    mengetahui bahwa Tan Malaka memiliki latar belakang

    pendidikan seorang guru dikweekschoolBukit Tinggi dan

    melanjutkan pendidikan gurunya di Haarlem Belanda. Banyak

    penelitian maupun buku yang membahas pemikiran Tan Malaka

    khususnya bidang politik, namun bidang pendidikan belum

    banyak yang membahas secara khusus dan mendalam, untuk

    itulah penulis merasa perlu mengkaji pemikiran dan aksi

    3

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    4/153

    pendidikan Tan Malaka. Buku ini menjadi refleksi dan introspeksi

    bagi stakeholder pendidikan dalam merumuskan dan

    menjalankan pendidikan nasional.

    B. Pendekatan Kajian

    Menurut Syahrin Harahap, dalam menanalisis data penelitian

    studi tokoh ada lima konsep yang perlu diperhatikan, yaitu:

    koherensi interen, idealisasi dancritical approach,kesinambungan

    historis, Bahasa inklusif dan analogal, dan kontribusi tokoh.4

    Guna menganalisis pemikiran pendidikan Tan Malaka tersebut,

    penulis mengunakan pendekatan sebagai berikut.

    1. Koherensi interen

    Agar penulis dapat menganalisis secara tepat dan medalam

    konsep pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan, maka penulis

    menyeleksi dari sekian banyak pemikirannya dari berbagai bidang

    (ekonomi, militer, politik, filsafat, pendidikan).Penulis tetapkan

    bahwa yang akan dibahas mendalam di buku ini adalah

    pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan. Setelah penulis

    menemukan pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan,kemudian menganalisa secara logis dan sistematis.

    2. Idealisasi danCritical Approach

    Tan Malaka berpikiran sangat universal, berbagai hal menjadi

    bahan pemikirannya. Di buku ini penulis berusaha menganalisa

    pemikiran pendidikan Tan Malaka secara mendalam dan kritis,

    sehingga tak hanyareportivedandescriptive.Menurut Syahrin

    Harahap,selain menggunakan kritik, penulis sendiri dapat jugamenggunakan pandangan pemikir lain namun penulis harus bisa

    membedakan antara narasi (penuturan dan cara pandang) tokoh

    yang dikaji (emik), narasi pemikir lain mengenai tokoh yang dikaji

    (etiki), dan narasi penulis sendiri. Penulis juga dapat

    menggunakan verstehenyang artinya dapat menggali pikiran,

    perasaan, dan motif yang ada dibalik tindakan tokoh.5Dengan

    4Syahrin Harahap.Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam.Jakarta: Istiqamah

    Mulya Press. 2006. h. 425Ibid.h. 44

    4

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    5/153

    jelasnya sudut pandang tersebut di maksudkan agar dapat

    menganalisis secara objektif.

    3. Kesinambungan Historis

    Penulis berusaha melihat kesinambungan historis Tan Malaka

    dengan dua sisi.Pertama, pengaruh sosok Tan Malaka dan

    pemikirannya dengan zaman dan lingkungannya.Kedua, Penulis

    ber empatidalam memandang dan menganalisis pemikiran

    pendidikan Tan Malaka. Tan Malaka dianalisis sesuai zaman dan

    lingkungannya perlu dilakukan agar dapat dilihat bagaimana

    rangkaian dan peristiwa yang dialami oleh Tan Malaka menjadimata rantai hingga terbentuk pemikiran pendidikannya.

    4. Bahasa Inklusif dan Analogal

    Bahasa yang digunakan Tan Malaka sering menggunakan Bahasa

    dan konsep inklusif sehingga tak populer, untuk itu penulis

    menggunakan istilah-istilah yang digunakan dan berusaha

    memahami istilah itu dengan logika yang Tan Malaka maksud.

    Pada sisi lain Bahasa dan konsep tersebut penulis pelajari dalamBahasa analogal, artinya pemahaman lain atau yang sama juga

    digunakan pemikir atau aliran lain mengenai Bahasa maupun

    konsep yang dipakai Tan Malaka. Hal ini dilakukan untuk melihat

    unsur yang sama maupun berbeda dari pemikiran pendidikan

    Tan Malaka dengan pemikiran tokoh maupun aliran lain.

    5. Kontribusi Tokoh

    Pemikiran, gagasan, ide-ide dan aksi Tan Malaka dimaksudkanuntuk menganalisis, pemaknaan, metode, dan solusi sebuah

    permasalahan yang dihadapi pada masa sebelum ataupun

    sesudahnya, bahkan proyeksi persoalan masa depan. Penulis

    berusaha memperlihatkan kontribusi pemikiran pendidikan Tan

    Malaka pada zamannya maupun sesudahnya dengan melihat

    secara konseptual maupun hal praksis. Untuk itulah penulis juga

    mengkaji aksi pendidikan Tan Malaka sebagai manifestasi

    pemikiran pendidikannya. Penjelasan mengenai kontribusi

    pemikiran pendidikan Tan Malaka akan memperlihatkan

    5

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    6/153

    kesejajaran antara gagasan dengan kontribusinya bagi

    perkembangan masyarakat dan memperlihatkan kontribusi

    pemikiran pendidikan Tan Malaka secara keseluruhan.

    C. Kajian Teoritik

    1. Konsep Pedagogik

    Buku ini berangkat dari konsep pedagogik. Pedagogik berasal dari

    Bahasa Yunanipaidagogiayang berarti pergaulan dengan anak-

    anak.6Pedagogik merupakan aktifitas mendidik anak-anak.

    Sedangkan yang dimaksud dengan pedagogi adalah aktifitas

    mengajar, danpaedagoog adalah seorang yang bertugas

    membimbing anak ke arah pertumbuhan yang lebih baik. Dalam

    Oxford Dictionaryberikut derivasinya.Peda-gogue, school master,

    pedantic teacher.Pedagogy, science of teaching.Pedagogic. Adj of

    pedagogy.7Soegarda menjelaskan bahwapedagogymerupakan

    praktek, cara mengajar, serta ilmu pengetahuan mengenai

    prinsip-prinsip, metode-metode membimbing dan mengawasi

    pelajaran; yang disebut pendidikan.8Langeveld menjelaskan

    bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan

    dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada

    pendewasaan anak agar dapat menjalankan tugas hidupnya

    sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa maupun yang

    diciptakan orang dewasa yang ditujukan kepada orang yang

    belum dewasa.9Menurut John Dewey, pendidikan merupakan

    sebuah proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin

    akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang

    dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengajadan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial.

    Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

    2003 tentang sistem pendidikan nasional, Pendidikan adalah

    6Warul Walidin. Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun: Perspektif

    Pendidikan Modern.Nanggroe Aceh Darussalam: Nadiya Foundation. h. 67As Hornby.Oxford Advanced Dictionary of Current English.Oxford University

    Press. 1987. h. 7.8Soegarda Poerbakwadja. dalam Warul Walidin.Op. Cit. Konstelasi. h. 79Langeveld.Paedagogiek Teoritis.FIP-FKIP. Jakarta. 1971

    6

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    7/153

    usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

    dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara.

    2. Kerangka Teoritik

    Tan Malaka sulit diidentifikasi sosoknya sebagai sosiolog, ekonom,

    maupun politisi.10Bisa dikatakan Tan Malaka adalah sosok

    universalis: sebagai ekonom bahkan pakar militer dia menulisbukuGerpolek(Gerilya Politik Ekonomi), sebagai Sejarahwan dia

    menulisNaar de Republiek Indonesia,sebagai seorang filsuf dan

    ilmuwan (eksak) dia menulis buku Madilog,sebagai seorang

    politisi dia menulisMassa Aksi,dan sebagai seorang pendidik dia

    menulis bukuDasar-dasar Pendidikan,danSekolah Sarekat Islam

    dan Onderwijs.Untuk lebih lengkap memetakan seorang Tan

    Malaka, berikut penulis tampilkan karya-karya Tan Malaka.11

    1.De Menangkabausche Maleirs,Hou en Trouw, tanggal 1-6-

    19192.Is er een koloniaal problem (adakah suatu masalah

    kolonial),Hindia Poetra, 1918-9.

    3.Armoedeland. Het Vrije Woord. 27-3-1920.

    4.Engelsche arbeidstoestanden in 1919.Het Vrije Woord. 5-4-

    1920.

    5.Verbruikscooperaties voor Javaansche proletariaat. Het

    Vrije Woord

    6.Het Roode Deli.15-9-1920

    7.De Delische Staking.20-10-19208.Deli en de arbeidersbeweging.18-3-1921

    9.Raden kamil, de nestor.10-8-1921

    10. Sovyet-Rusland.Sumatera Post. 24-7-1920

    10Peni Chalid.Epistemologi Tan Malaka.dalamApa, Siapa & Bagaimana Tan

    Malaka.Editor. DP. Asral. Jakarta: LPPM Tan Malaka. h. 13011Daftar publikasi Tan Malaka ini penulis kutip dari buku Harry Poeze.Op. Cit.

    Pergulatan

    7

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    8/153

    11. Sovyet atau Parlement. Soeara Rajat. (terdapat

    empat tulisan dengan judul yang sama. 16-5-1921. 1-7-

    1921.1-8-1921. 16-8-1921)

    12. Kaoem Moeslimin dan Bolsjewisme.Soeara Rajat. 1-

    10-1921

    13. SI Semarang dan Onderwijs.Soeara Rajat. 20-11-

    1921

    14. Een Woord tot Jong-Java.Sinar Hindia 22-6-1921

    (ditulis dengan Seamun)

    15. Wie zal de sterkeste zijn?.Sinar Hindia. 1-10-1921

    16. Mijn Verbanning.De Tribune (terdapat empat tulisan

    dengan judul yang sama, 15-5-1922. 16-5-1922. 18-5-1922.20-5-1922)

    17. De Sarekat-Islamschool als een pistool op de borst der

    Koloniale Regeering(Sekolah Sarekat Islam sebagai Pestol

    terbidik pada dada Pemerintah Kolonial). De Tribune.

    (terdapat tiga tulisan dengan judul yang sama. 29-5-1922.

    30-5-1922. 31-5-1922)

    18. Het wettig Gezag in Indonesia.De Tribune

    (Pemerintah yang sah di Indonesia). De Tribune

    19. De beweging in Indonesie.(Gerakan di Indonesia).De Tribune 5-9-122

    20. De Sarekat Islam-schoolen(Sekolah-sekolah Sarekat

    Islam). De Tribune 21-9-1922

    21. De Islam en het Bolsjewisme(Islam dan Boljewisme).

    De Tribune . -9-1922.

    22. Een Open Brief Tan Malaka aan de Indonesische

    studenten en intelektuelen I(Surat Terbuka Tan Malaka

    kepada Para mahasiswa dan Kaum Cendikiawan Indonesia

    I). De Tribune. 29-8-192323. Die Rote Gewerschafts-Internationale(Buruh Merah

    Internasional) De Tribune

    24. Der Gewerkschafts bewegung in Indo-Cina

    (Holladisch-Ost-Inden)(Gerakan Buruh di Indocina, Hindia

    Belanda). De Tribune. Oktober 1922

    25. Die Vertragskulis(Kuli Kontrak). De Tribune.

    Februari 1923

    26. Der Anschuluss des NAS an die RGI.De Tribune.

    April (tak tertulis tahun)

    8

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    9/153

    27. Die GewerskchaftsbewegungDe Tribune. Mei-Juni

    1923

    28. Die Arbeiter in der Zuckkerindustrie auf insel Java

    (Buruh di Industri Gula Pulau Jawa) De Tribune. Mei-Juni

    (tanpa tahun)

    29. Der Kommunismus auf Java(Komunis di Jawa).

    Internationale Presse-Korespondentz. 20-7-1923

    30. Die Kommunistische Bewegung in Indonesien

    (Gerakan Komunis di Indonesia). Die Komunistische

    Internationale. Agustus 1923

    Berikut adalah buku-buku karya Tan Malaka yang penuliskutip dari penelitian Harry A.Poeze.

    1.Sovyet atau Parlement (1921)

    2.SI Semarang dan Onderwijs (1921)

    3.Toendoek kepada Kekoeasaan, tetetapi tak Toendoek kepada

    Kebenaran(1922)

    4.Indonesia i ejo mesto na proboesjdajoesjtsjemsja vostoke

    (1924)

    5.Goetji Wasiat Kaoem Militer (1924)

    6.Naar de Republiek Indonesia (1925)7.Semangat Moeda (1926)

    8.Massa actie (1926)

    9.Lokal dan Nasional Aksi di Indonesia (1926)

    10. Parimanifest (1927)

    11. Pari dan Kaum Intelektuil Indonesia (1927)

    12. Pari en het Internationalisme (1927)

    13. Pari dan PKI (Pari dengan PKI) (1927)

    14. Brief aan Sukarno, Singgih en Sutomo (1929)

    15. Pari dan Komintern (Pari dengan Komintern)16. Stalinisme dan Trotskyisme

    17. PKI dan Digul (brosur dari nomor 15-17 hanya

    judulnya yang dikenal namun bukunya tak ditemukan oleh

    Harry A Poeze)

    18. Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika (1943)

    19. Gabungan Aslia (1943 selesai separuh)

    20. Manifesto Jakarta (1945)

    21. Rencana Ekonomi Berjuang (1945)

    22. Politik (1945)

    9

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    10/153

    23. Muslihat (1945)

    24. Situasi Politik Luar dan Dalam Negeri (1946)

    25. Thesis (1946)

    26. Pandangan Hidup (1948)

    27. Kuhandel di kaliurang (1948)

    28. Proklamasi 17-8-1945 isi dan Pelaksanaannya (1948)

    29. Coomunisme and Pan Islamisme (1922)

    Dalam Arsip Indonesia Marxis, terdapat dua judul yang tak

    dimasukkan oleh Poeze, yaitu:Dari Ir. Soekarno sampai ke

    Presiden Soekarno (1948),dan Keterangan Ringkas tentang

    Program Maksimum(1948).Selain artikel dan buku yang dipublikasikan di atas. Tan

    Malaka juga menulis di sebuah koran Cina bernama De

    Voorkhoede(prapidato), pada tahun 1924 dengan nama Ma La

    Chia menulis artikel dengan judul Gerakan Sosial di Hindia

    Belanda. Tan Malaka juga menulis secara teratur di Surat Kabar

    The Dawnpada akhir tahun 1924 sampai awal tahun 1925. pada

    tahun 1925 sampai tahun 1931 surak kabarEl Debate,Tan

    Malaka menulis artikel secara teratur. Dengan nama Tan Malacca

    pada tanggal 29-10-1927, menulis artikel berjudulCuando isnaturlsleza habla el arte calladi surat kabarLa Opinion.Dalam

    sebuah koran milik Pari,Oborsecara teratur dari tahun 1927

    sampai 1931 terdapat banyak tulisan Tan Malaka, namun

    menurut Poeze, tak satu eksemplar koranpun ini ditemukan.12

    Tulisan-tulisan karya Tan Malaka yang berbentuk buku

    maupun artikel tersebut tak banyak yang membahas tentang

    pendidikan. Beberapa karya tulis Tan Malaka yang khusus

    membahas pendidikan adalah:SI Semarang dan Onderwijs, De

    Sarekat-Islamschool als een pistool op de borst der KolonialeRegeering,De Sarekat Islam-schoolen,Een Open Brief Tan

    Malaka aan de Indonesische studenten en intelektuelen . Penulis

    lebih banyak menemukan pemikiran pendidikan Tan Malaka

    dalam bukunya yang tak secara khusus membahas pendidikan.

    Pemikiran pendidikan Tan Malaka tentang pendidikan banyak

    disampaikannya di brosurSI Semarang dan Onderwijs.Di brosur

    ini Tan Malaka menjelaskan landasan sistem pendidikan di

    sekolah yang dipimpinnya. Tan Malaka menguraikan landasan

    12Ibid.h. 399

    10

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    11/153

    pendidikan bagi cita-cita rakyat miskin. Tan Malaka juga banyak

    membahas sekolah SI dalam buku Pembuanganku.

    3. Ideologi Pendidikan

    Dalam buku ini penulis lebih banyak melihat konsep pendidikan

    Tan Malakalebih bersifat ideologis dan politis. Olehkarena itu

    konsep ideologi dan pendidikan penulis bahas sebagai pemetaan

    arah ideologi pendidikan Tan Malaka.

    William ONeil memetakan dua aliran ideologi besar, Pertama,

    Konservatif dengan varian: fundamentalisme, intelektualisme, dan

    konservatisme. Kedua, Liberalisme, dengan varian: anarkisme.13

    Henry Giroux menjelaskan ideologi pendidikan: konservatisme,

    liberalisme, dan kritisisme.14Menurut Achmadi, antara Giroux

    dan ONeil sebenarnya memiliki kesamaan dalam memetakan

    ideologi pendidikan, yaitu konservatisme, dan liberalisme. Hanya

    saja rumusan antitesa dua aliran tersebut menyebutnya dengan

    berbeda, Giroux menyebutnya dengan kritisisme, sedangkan

    ONeil menyebutnya anarkisme.15Achmadi menjelaskan ciri-ciri

    ideologi tersebut, sebagai berikut:

    a. Konservatisme

    Aliran ini berpandangan bahwa pendidikan yang berlangsung tak

    perlu ada perubahan karena masih cocok dengan keadaan zaman.

    Konsep determinisme aliran ini meyakini bahwa keadaan

    masyarakat yang bodoh, miskin, dan tertindas dikarenakan

    kesalahan mereka sendiri. Aliran ini berpandangan kondisi sosial

    masyarakat yang bobrok bukan dikarenakan kesalahan

    struktural, sehingga dalam pelaksanaan masyarakat yangberpandangan konservatif enggan berkonflik.

    b. Liberalisme

    13William F.ONeil.Ideologi-ideologi Pendidikan.Alih Bahasa Omi Intan Naomi.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 200114H.A. Giroux.Culture and the Process of the Schooling.Philadelphia: Temple

    University and Falmer Press. 198115Achmadi.Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005

    11

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    12/153

    Liberalisme menekankan kepada hak dan kebebasan individu,

    dan pola pikir rasional, dan individualisme Barat sebagai acuan.

    Mereka berpandangan bahwa pola pikir rasionalisme dan

    individulaisme akan meningkatkan kreatifitas, inovasi, dan

    optimalisasi individu. Dalam praktik pendidikan, aliran ini lebih

    mengejar kualitas akademis dan profesionalisme.

    c.Kritisisme

    Kritisisme lebih cendrung kepada sebuah paham anti kemapanan.

    Pandangan aliran ini bahwa pendidikan harus bisa menjadi alat

    rekonstruksi sosial, yaitu memperbaiki sendi kehidupan politikdan ekonomi masyarakat. Pola revolusioner, yaitu dekonstruksi

    dan rekonstruksi menjadi ciri khas aliran ini. Paulo Freire, dan

    Ivan Illich adalah dua orang tokoh aliran kritisisme, mereka

    berpandangan bahwa pendidikan merupakan wadah strategis

    untuk penyadaran manusia sebagai manusia. Manusia harus

    menyadari haknya akan kemerdekaan, dan membebaskan

    manusia yang belum terbebaskan. Penindasan, kemiskinan, dan

    kebodohan adalah musuh utama yang harus dilawan oleh

    individu yang harus sadar akan hakikatnya sebagai manusiamerdeka.

    Bila dipahami dari tiga ideologi pendidikan tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa pemikiran pendidikan Tan Malaka lebih

    cendrung kepada kritisisme, namun corak liberalisme Barat juga

    dapat ditemukan dalam pemikiran dan aksi pendidikan Tan

    Malaka. Bagi Tan Malaka untuk memerdekakan manusia

    tertindas dan bodoh, maka rasionalisme Baratlah yang dapat

    dijadikan alat untuk melawan paham mistisisme rakyat yang

    masih mengakar, dan belum memiliki budaya unggul yang patutdijadikan landasan. Prinsip kemerdekaan manusia juga harus

    dilandasi kemampuan intelektualisme, dan profesionalisme

    individu yang dapat menjadi bekal hidup mereka.

    d. Metode Penelitian

    Buku ini termasuk dalam kategori studi tokoh. Studi tokoh

    merupakan pengkajian secara sistematis terhadap pemikiran,

    gagasan seorang tokoh secara keseluruhan maupun

    12

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    13/153

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    14/153

    2.Harry A. Poeze.Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi

    Indonesia: Jilid 1: Agustus 1945 Maret 1946.Jakarta:

    KITLV. Edisi Pertama. 2008

    3.Harry A. Poeze.Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi

    Indonesia: Jilid 2: Agustus 1946 Maret 1947.Jakarta:

    KITLV. Edisi Pertama. 2009

    Tidak hanya mempelajari hasil penelitian Harry A. Poeze,

    penulis juga menjadikan penulis lain yang mempelajari Tan

    Malaka, dipakai sebagai sumber sekunder, yaitu:

    1.Zulhasril. Tan Malaka dan Gerakan Kiri

    Minangkabau.Yogyakarta: Ombak. 2007

    2.Tengku Ibrahim Alfian.Tan Malaka Pejuang Revolusioneryang Kesepian.Dalam Manusia dalam Kemelut Sejarah.

    Editor Taufik Abdullah. Jakarta: LP3ES. 1978

    3.Editor: DP. Asral.Apa, Siapa, dan Bagaimana Tan Malaka.

    Jakarta: LPPM Tan Malaka. 2007

    Penulisan buku ini dibahas dengan beberapa tahap

    pemBahasan.Pertama,dimulai dari Epistemologi Tan Malaka

    yang berusaha mengkaji struktur pengalaman Tan Malaka hingga

    terlahir pemikiran dan aksi pendidikannya. Adapun EpistemologiTan Malaka tersebut dapat dirunut mulai dari masa kecilnya di

    Minangkabau, adat budaya yang mempengaruhi, masa studinya

    di Bukit Tinggi, hingga ketika Tan Malaka melanjutkan studinya di

    Haarlem Belanda, dan ketika Tan Malaka pulang ke Indonesia.

    Keadaan nusantara yang dalam jajahan Belanda ini sangat

    mempengaruhi pemikirannya secara umum dan pendidikan

    secara khusus.

    Kedua,penulis membahas pemikiran-pemikiran pendidikan

    Tan Malaka mengenai konsep pendidikan, kurikulum, metode,lembaga pendidikan, pendanaan pendidikan, kompetensi guru.

    TahapKetiga, penulis membahas dan menelusuri dimana dan

    kapan Tan Malaka mulai bergerak aktif di lapangan pendidikan.

    Keempat, penulis mencoba mengelaborasi bagaimana pemikiran

    pendidikan Tan Malaka agar dapat memberi kontribusi bagi dunia

    pendidikan saat ini.

    Penulis menyadari bahwa Tan Malaka merupakan seorang

    tokoh sejarah. Maka pendekatan sejarah juga harus dipakai

    dalam membahas pemikiran pendidikan Tan Malaka. Anton

    14

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    15/153

    Bakker dalam Syahrin Harahap memasukan studi tokoh sebagai

    bagian dari penelitian sejarah.17Menurut Muhammad Nazir

    (1998) dalam pendekatan sejarah dapat dikategorikan sebagai

    biografi yang membahas kehidupan seorang tokoh dalam

    hubungannya dengan masyarakat; sifat-sifat, watak, pengaruh

    pemikiran dan idenya, serta pembentukan watak tokoh tersebut

    selama hayatnya.18Menurut Kuntowijoyo, penelitian sejarah

    mempunyai lima tahap, yaitu: (1) pemilihan topik, (2)

    pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan

    sumber), (4) interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) penulisan.19

    e. Kajian Terdahulu

    Banyak penelitian dan karya ilmiah yang telah membahas

    sejarah, pemikiran, dan aktifitas Tan Malaka dalam berbagai

    bidang: Politik, Ekonomi, Militer, dan Pendidikan. Dalam bagian

    kajian terdahulu ini, penulis hanya menampilkan penelitian yang

    mengkaji aspek pemikiran dan tindakan pendidikan Tan Malaka.

    Berdasarkan survey penulis, tak banyak karya ilmiah dan

    penelitian yang serius membahas pemikiran dan aksi pendidikan

    Tan Malaka. Namun tak tertutup kemungkinan daftar penelitianberikut akan bertambah, seiring informasi yang penulis peroleh.

    Berikut adalah penelitian yang mengkaji Tan Malaka dalam aspek

    pendidikan:

    1.Cahyo Hakiki Baskoro Putro.Murbaisme Tan Malaka (Suatu

    Kajian Sejarah Pemikiran Modern) dan keterkaitannya dalam

    Pembelajaran Sejarah.Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah.

    Universitas Negeri Malang.2011. Pembimbing: Prof. Dr.

    Hariyono.2.Furqon Ulya Himawan.Konsep Pendidikan Kerakyatan Tan

    Malaka dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam.Skripsi

    Fakultas Tarbiyah - Universitas Islam Negeri Sunan Kali

    Jaga. 2009.

    3.Pemikiran Tan Malaka Selama di Sumatera Utara (1920-

    1921).http://ramadhan15071983. wordpress.com

    17Ibid.h. 818Ibid.h.819Kuntowijoyo.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2005. h.

    91

    15

    http://ramadhan/http://ramadhan/
  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    16/153

    Dalam Cahyo (2011), penelitian yang berjudulMurbaisme TanMalaka (Suatu Kajian Sejarah Pemikiran Modern) dan

    keterkaitannya dalam Pembelajaran Sejarah.Peneliti menekankan

    pada bagaimana pengaruh alam pergerakan nasional terhadap

    latar pemikiran Tan Malaka serta menjawab bagaimana konsep

    pemikiran Tan Malaka mengenai idologi yang disebut dengan

    Murbaisme. Pada penelitian ini, Cahyo juga ingin menjawab

    bagaimana peran pemikiran Murbaisme Tan malaka dalam

    kaitannya dengan pembelajaran sejarah.

    Hasil penelitian Cahyo, menemukan bahwa secara garis besar

    kehidupan Tan Malaka dipengaruhi kehidupan dalam dan luar

    negeri. Sehingga Tan Malaka sangat dipengaruhi dengan dua

    pemikiran dunia yaitu modernisme islam dan komunisme.

    Murbaisme merupakan sebuah paham yang ingin mewujudkan

    masyarakat Indonesia baru berbasiskan sosialis kerakyatan tanpa

    menafikkan adanya Tuhan.

    Materi Murbaisme menurut Cahyo, mengandung nilai-nilai

    kepemimpinan, perjuangan, nasionalisme, toleransi, politik dan

    pendidikan kerakyatan. Olehkarena itu, menurut Cahyo, dalam

    konteks pendidikan, Murbaisme masih dapat dijadikan teladanbagi generasi saat ini. Cahyo menganjurkan Murbaisme diajarkan

    pada sekolah tingkat menengah dan tingkat perguruan tinggi

    sebagai sejarah pemikiran modern dan sebagai sejarah politik.

    Furqon ( 2009), meneliti Tan Malaka dengan judul,Konsep

    Pendidikan Kerakyatan Tan Malaka dan Relevansinya dengan

    Pendidikan Islam.Rumusan permasalahan, mencari konsep

    pendidikan Tan Malaka, bagaimana relevansi konsep pendidikan

    Tan Malaka dengan konsep pendidikan Islam. Hasil penelitian

    tersebut mengemukakan bahwa konsep pendidikan Tan Malakaberbasis kerakyatan, demokratis, dan sebagai sebuah usaha

    pergerakan kemerdekaan rakyat Indonesia dari Belanda.

    Pendidikan Tan Malaka mengajarkan kepada siswa untuk

    berorganisasi, mencintai rakyat dan mencintai pekerjaan tangan.

    Menurut Furqon, konsep pendidikan Tan Malaka memiliki

    relevansi dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam

    menekankan pengoptimalan fungsi akal sebagai potensi manusia.

    Dalam Islampun diajarkan untuk membela kaum lemah dan

    tertindas sebagaimana yang menjadi prinsip di sekolah Tan

    16

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    17/153

    Malaka. Islam menganjurkan manusia untuk selalu membaca,

    sebagai alat membaca diri, dan sosial. Prinsipnya, konsep

    pendidikan Tan Malaka memiliki relevansi dengan pendidikan

    Islam.

    Sedangkan penelitian yang berjudulPemikiran Tan Malaka

    selama di Sumatera Utara (1920-1921).Permasalah penelitian

    yang diajukan: (a) Apa yang melatarbelakangi Tan Malaka ke

    Sumatera Utara; (b) Bagaimana pemikiran dan gagasan Tan

    Malaka di Sumatera Utara (1920-1921); (c) Bagaimana aktifitas

    Tan Malaka selama di Sumatera Utara (1920-1921); (4) Apakah

    yang menyebabkan Tan Malaka meninggalkan Sumatera Utara.

    Bagian penelitian yang penulis peroleh di http://ramadhan15071983. wordpress.com ini tidak diperoleh dengan utuh

    (termasuk nama penulis). Penelitian ini diperoleh hanya sampai

    pada Bab Metode penelitian, tidak diperoleh kesimpulan dari

    penelitian.

    Dari tiga penelitian tentang Tan Malaka tersebut, penelitian

    Cahyo (2011), Furqon (2009) adalah penelitian yang fokus

    mengkaji Tan Malaka dari aspek pendidikan. Dalam beberapa

    aspek buku ini memiliki kesamaan, memandang bahwa konsep

    pendidikan lebih bersifat kerakyatan dan sebagai mediamemandirikan pribumi dan kemudian sebagai media merebut

    kemerdekaan. Kekhasan buku ini,Pertama, penulis memulai

    pembahasan dari proses pembentukan pemikiran Tan Malaka

    hingga mempengaruhi konsep dan aksi pendidikan Tan Malaka.

    Kedua,penulis menganalisa konsep Filsafat Pendidikan, Psikologi

    Pendidikan, Kurikulum, Manajemen Pendidikan, dan peran

    pendidikan dalam kehidupan masyarakat yang digagas Tan

    Malaka.Ketiga,penulis mengungkapkan secara detail tahap-

    tahap dan kronologis pemikiran dan aksi pendidikan Tan Malaka.Keempat,penulis berusaha melihat relevansi pemikiran dan aksi

    pendidikan Tan Malaka dalam konteks kekinian, sehingga konsep

    tersebut menjadi praxis.

    17

    http://ramadhan/http://ramadhan/
  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    18/153

    BAB 2

    EPISTEMOLOGI

    TAN MALAKA

    Akuilah dengan hati bersih bahwa kalian dapat belajar dari orang

    Barat. Tapi jangan sekali-kali kalian meniru dari orang Barat.

    Kalian harus menjadi murid-murid dari Timur yang cerdas

    (Tan Malaka)

    A. Alam Minangkabau

    1. Alam Terkembang menjadi Guru

    Alam takambang jadi guru merupakan ungkapan filosofis

    Minangkabau yang bermakna dialektis, bahwa seseorang harus

    dapat membaca alam sekitar, orang sekitar, belajar dari apa yang

    mereka tampakkan, dimanapun berada kita dapat menjadikannyapelajaran dalam memaknai dan menjalankan kehidupan.

    Menurut Rudolf Mrazek bahwa falsafah Minangkabau pada

    dasarnya telah membentuk cara berpikir Barat yang rasional,

    logis, dan dialektis. Tan Malaka yang dibesarkan dalam budaya

    Minangkabau telah membentuk struktur pengalaman dan

    visinya.1Struktur pengalaman menurut Marzek yaitu totalitas

    pola-pola kebudayaan yang terkumpul dalam diri seseorang,

    1Alfian.Tan Malaka: Pejuang Revolusioner yang Kesepian.dalam bukuManusia

    dalam Kemelut Sejarah. Editor. Taufik Abdullah. Jakarta: LP3ES. h. 137

    18

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    19/153

    melalui mana ia menghayati atau memahami apa-apa yang terjadi

    disekitarnya. Struktur pengalaman tersebut akan mempengaruhi

    visi tertentu bagi seseorang dalam mengartikan apa-apa yang

    berlaku. Struktur pengalaman Tan Malaka menurut Mrazek tak

    terlepas dari budaya masyakat Minang yang memiliki dinamisme

    tinggi.

    Saat kelahiran Tan Malaka, di alam Minangkabau3,Republik

    Indonesia belum dalam kesatuan politik. Alam Minangkabau

    merupakan ranah yang banyak melahirkan kaum intelek dan

    pejuang kemerdekaan. Nama Minangkabau dalam Mavie Ros

    (1991) dipercayai masyarakat Minangkabau sebagai ungkapan

    menang kerbau.Legenda masyarakat Minangkabau, bahwa orangMinang yang memakai aduan kerbau memenangi sebuah

    pertandingan dengan orang Jawa yang menggunakan Sapi (Jawi,

    dalam Bahasa Minang).

    Strategi menang pertandingan itu dikarenakan kecerdikan

    orang Minang yang memasangkan pisau baja di tanduk kerbau

    ketika bertanding dengan banteng besar yang dipakai oleh orang

    Jawa.4Olehkarena itu masyarakat Minang sangat mengagungkan

    simbol-simbol berbentuk kerbau, misalnya atap rumah yang

    berbentuk tanduk kerbau.Tafsiran lain yang disampaikan Mavi Rose, kata Minangkabau

    diambil dari istilahpinang kabhuyang berarti rumah asal, yang

    berarti tanah pegunungan dengan dataran tinggi yang subur,

    membentang dari pantai Barat Sumatera Tengah melintasi

    pegunungan Bukit Barisan. Tiga daerah inti pemukiman atau

    luhakyang membentuk rumah asal- Agam, Tanah Datar, dan

    Lima Puluh Kota. Satu sama lain terpisah oleh pegunungan yang

    tinggi dan ngaraiyang dalam yang terbagi dalam dua adat

    berbeda yaitu koto-Piliang dan Bodi Caniago.Menurut Taufik Abdulah dalam Poeze bahwa orang

    Minangkabau menganggap tiga daerah yang disebutluhaksebagai

    inti dari negerinya, yaitu: Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh

    Koto. Orang Minangkabau yang menuruti tradisi pertama

    menempati daerah-daerah pedalaman Sumatera Barat. Semakin

    3Alam Minangkabau bermakna sebagai dunia alami orang Minangkabau yaitu

    wilayah yang mereka rumuskan sebagai tanah asal mereka,. Mavie Ross dalam

    D. Darwis Datuk rajo Malano.Filsafat Adat Minangkabau: Sebagai Pembina

    Budi Luhur.Padang: yayasan Lembaga Studi Minangkabau. 1991. h. xxiv4Ibid.h. 63

    19

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    20/153

    berkembangnya suku Minang membuat daerahnya semakin

    meluas yang di luar ketigaluhakdan disebutrantau.Daerah

    rantauini menyusuri pantai Sumatera Barat dan Padang sebagai

    pusat. Luhak maupun rantau-rantau tersebut termasuk

    Masyarakat Minangkabau (Alam Minangkabau).5

    Menurut Dobbin sebagaimana dikutip oleh Rose bahwa suku

    yang mengidentifikasi diri dengan tradisi Koto Piliang bermukim

    di Luhak Tanah Datar dan Lima Puluh Kota. Secara politis

    pemerintahan yang berlangsung adalah pemerintahan desa. Pintu

    gerbang ke daerah Minangkabau adalah Padang. Dari sana jalan

    pos raya dan sebuah rel kereta api masuk ke pedalaman. Alam

    Minangkabau berupa pegunungan, dan jalan serta rel kereta apisetelah melalui Padang Panjang menuju Fort de Kock (Bukit

    Tinggi)di ketinggian.

    Tan Malaka dilahirkan di sebuah Lembah bernama Suliki di

    desa Pandan Gadang. Negeri Pandan Gadang berada di lintasan

    Koto Tinggi dan Manggani, masuk ke pedalaman Bukit Barisan

    sejauh 35 km di bagian Barat Payakumbuh, 75 km dari

    Bukittinggi dan 165 km dari Padang.6

    Menurut Poeze, Tan Malaka pernah bercerita kepada rekan

    seperjuangannya Djamaluddin Tamin tentang sejarah desaPandan Gadang. Pada awalnya leluhur Tan Malaka tinggal di

    sebuah daerah bernama Kamal, karena tanah disana tak subur

    sementara jumlah penduduk terus bertambah maka pada awal

    abad kesembilan belas, keluarlah Datuk Tan Malaka bersama

    kemenakannya mencari daerah lain untuk ditempati. Dalam

    sebuah perjalanan Datuk Tan Malaka melihat sebuah lembah

    dengan sebuah sumber mata air di bawah sebuah pohon pandan

    yang besar (gadang). Maka Datuk Tan Malaka memutuskan

    tinggal di lembah tersebut, dan memberi nama desa denganPandan Gadang. Di bawah pimpinan Datuk Tan Malaka desa

    tersebut semakin berkembang, dan kemudian beralih

    kepemimpinan di bawah Datuk Mahurun Basa.7

    5Taufik Abdullah.Schools and Politics: the Kaum Muda Movement in West

    Sumatera.USA: Itacha. 1974. sebagaimana dikutip Poeze.Op. Cit. Pergulatan.

    h. 36Zulhasril Nasir,Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau,Yogyakarta:

    Ombak. h.67Joustra.Minangkabau,h. 83;encyclopaedie van Nederlandsch-Indie,Jilid III,

    h. 252 dalam Harry Poeze.Pergulatan...h. 10

    20

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    21/153

    Peni Chalid menjelaskan Tiga Epistemologi Tan malaka (petani,

    pedagang, pejuang) yang merupakan manifestasi dari tanah

    lahirnya Minangkabau. Epistemologi Petani merupakan mayoritas

    kehidupan yang dijalani masyarakat Indonesia. Dengan pola

    hidup agraris, kecendrungan mistis akan ditemukan di

    masyarakat, dengan ritual - ritual upacara menanam dan menuai.

    Di masyarakat agraris kehidupan manusia sangat tergantung

    pada dialektika alam.

    Epistemologi Pedagang merupakan aktifitas yang cendrung

    dilakukan oleh etnis tertentu, dalam hal ini, Suku Minang yang

    merupakan suku Tan Malaka, lebih cendrung pada aktifitas

    berdagang. Tipe pedagang, pola pikirnya lebih bersifat rasionaldan memakai pola transaksional dengan berbagai kepentingan.

    Berbeda dengan tipe masyarakat agraris di masyarakat pedagang

    unsur mistis tak menjadi hal yang terlalu diperhatikan dalam pola

    kehidupan sehari-hari, tetetapi lebih realistis dan penuh

    perhitungan. Sedangkan Epistemologi Pejuang, tipe ini

    merupakan pola pikir ideologis dan visioner seseorang untuk

    kepentingan bangsanya, berjuang demi keyakinan yang

    dianggapnya kebenaran.

    Menurut Peni Chalid Tan Malaka mengalami prosespengembangan pemikiran terhadap masyarakat dengan transisi

    epistemologi pedagang ke epistemologi pejuang (dari real-

    materialistik ke kritis-revolusioner). Keyakinan Tan Malaka

    tersebut termanifestasi dalam dua bukunya yang tergolong

    sebagai filsafat, yaitu Pandangan Hidup, dan Madilog.

    2. Pencak Silat

    Silat atau silekmerupakan sebuah aktifitas yang hampir ratadilakukan oleh anak-anak muda Minang. Silat bukan hanya

    sekedar olahraga tetetapi juga melatih disiplin, solidaritas,

    ketabahan yang merupakan karakter pendekar. Anak muda yang

    akan merantau belum lengkap kalau belum belajar silat. Di

    Minangkabau, hal yang biasa kalau di surau-surau tak hanya

    belajar agama, tetetapi juga belajar silat. Kegiatan belajar silat

    bersifat sukarela, tak ada patokan biaya.

    Sudah menjadi tradisi, bahwa yang menjadi guru silat adalah

    mereka yang sudah dianggap tinggi kepandaiannya. Menurut

    21

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    22/153

    Zulhasril untuk mengawasi kualitas latihan, maka sekalikali

    pandeka tuo8akan datang dari dalam nagariatau dari luarnagari

    tetangga.9Gerakan silat Minangkabau yang seperti menari

    mengandung filosofi mikrokosmos dan makrokosmos. Bagi orang

    Minang bahwa alam, binatang, tumbuhan dan fenomena alam

    tunduk kepada hukum alam yang diatur oleh Tuhan. Bagi orang

    yang mempelajari silat maka akan dapat memahami makna

    kehidupan dengan kearifan dan strategi.10Seorang peneliti

    bernama Barendregt menjelaskan gerak silat tak hanya melatih

    orang terhadap gerak fisik tetetapi juga gelagat pemikiran,

    perkataan dapat dibaca,Tahu digarak jo garik, tahu diangin nan

    bakisa.Artinya mengerti tentang gerak-gerik dan gelagat.Selain kemampuan gerak fisik dan akal (strategi), pada tahap

    tertentu yang biasanya disebut sakti, silat menggunakan tenaga

    supranatural yang sufistik. Agama (Islam) tak terlepas dari silat.

    Kesempurnaan ilmu silat seorang pendekar, nampak pada

    perilaku sosial kemasyarakatannya yang tak mencari musuh,

    terkenal dengan sloko musuah indak dicari, basuo pantang

    dielakkan.Berlatih silat, bukan untuk gagah-gagahan mencari

    musuh, namun ketika ada musuh adalah pantang untuk

    dielakkan.Silat menjadi bekal bagi kaum muda untuk merantau. Tan

    Malaka sebelum merantau pada saat berumur 16 tahun dia

    sudah berbekal ilmu agama dan silat. Jurus-jurus silat Tan

    Malaka yang lama terpendam selama di Belanda, secara spontan

    keluar ketika dia merasa diremehkan dan terancam. Peristiwa

    keluarnya pusaka silat Tan Malaka ini terjadi ketika dia di

    Belanda, lehernya dibelit sehingga dia tertekan dan sulit bernafas,

    karena gerak yang terlatih pada masa kecilnya, dengan beberapa

    jurus maka lawannya terpelanting, sehingga dia digelari siharimau.Silek Harimauatau Silat Harimau, merupakan sebuah

    aliran silat padang yang terkenal, melihat budaya budaya

    masyarakat Minang, ada kemungkinan Tan Malaka pernah

    mempelajarinya. Tan Malaka mengisahkannya di buku dari

    Penjara ke PenjaraEntah bagaimana jalannya saya meloncat dan

    dia terpelanting jatuh didinding. Semenjak itu di belakang saya dia

    8Pendekar yang sudah terlatih dan tinggi ilmu silatnya9Zulhasril Nasir.Op. Cit. Gerakan .... h. 810Strategi merupakan kemampuan bertindak berdasarkan akal (aka) atau

    logika, dalam belajar silat akal lebih utama daripada kekuatan fisik

    22

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    23/153

    menggelari saya De tijger.11De tijgeryang dimaksud orang

    Belanda yang terkenasilek Minangitu adalah Tan Malaka Sang

    Harimau. Sebuah gelar yang sangat berwibawa, dan membuat

    kawan-kawannya menyegani dan menghormati Tan Malaka.

    3. Pola Komunikasi Orang Minang

    Orang Minang paling terkenal dengan retorikanya, sehingga tak

    salah kalau ilmu tersebut banyak diterapkan dalam berdagang.

    Diibaratkan kalau orang Minang yang pandai berdagang orang

    bisa merasa berhutang, dalam artian menjadi sebuah kewajiban

    baginya membeli atau memenuhinya karena telah terkenapendekatan persuasif ala Minang tersebut. Orang Minang dalam

    memecahkan sebuah persoalan diselesaikan secara musyawarah,

    ketika terjadi dialog, permasalahan utama tak langsung

    dilemparkan, tetetapi memulainya dengan berbagaislokohingga

    suasana terasa cair untuk menyelesaikan perkara berat sekalipun

    sehingga menjadi terasa ringan.

    Walaupun masyarakat Minang merupakan masyarakat yang

    egaliter dan tak aristokratis, namun pola komunikasi Langgam

    Empat adalah etika komunikasi berdasarkan umur, dan posisidalam masyarakat yang menjadi etika pergaula, jika tak dipakai

    maka bisa dikatakan orang yang tak beradat.Kata menurun,

    merupakan pola komunikasi ayah kepada anak, guru kepada

    murid, dan mamakkepada kemenakan. Kata mendaki,pola

    komunikasi anak kepada ayah, murid kepada guru, kemenakan

    kepadamamak.Kata mendatar,merupakan pola komunikasi yang

    seumur.Kata melereng, pola komunikasi dalam kendudukan yang

    sama dan saling menyegani, pola komunikasikata melerengini

    mungkin adalah tingkat komunikasi yang tertinggi, karenamerupakan hal tabu untuk berkata terus terang tetetapi

    menyampaikannya dengan Bahasa sindiran, periBahasa, dengan

    tata Bahasa yang rapi.12Menurut Hamka dalam Zulhasril, secara

    kelembagaan pola komunikasi orang Minang: kata raja

    melimpahkan, kata penghulu bermufakat, kata nan tua menyelesai,

    kata dubalang kata menderas, kata banyak kata bagalau, kata

    perempuan kata merendah.

    11Tan Malaka.Dari Penjara ke Penjara I.Jakarta: LPPM Tan Malaka. h.3812Navis dalam Zulhasril.Op. Cit. Gerakan h. 12

    23

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    24/153

    Tan Malaka sebagai perantau bisa jadi telah mempelajari

    filosofi Minangkabau berikut: berkata di bawah-bawah,

    manyauak di hilir-hilir, ranting orang dipatah, sumur orang digali,

    adatnya diisi, Ibu cari sanak cari, induk semang cari

    dahulu(berkata merendah-rendah, mengambil air di hilir,

    mengambil ranting yang patah, membuat sumur untuk keperluan

    bersama, adat diperkaya,Ibu cari sanak cari, induk semang cari

    dahulu). Makna filosofi tersebut sangat dalam, sosok Tan Malaka

    adalah manifestasi filosofi tersebut. Tan Malaka dalam pergaulan,

    dan guru-gurunya sangat terkenal sopan santun dan tak

    sombong, ketika berbicara tak merasa paling hebat. Soal

    penghormatan kepada orang dirantau Tan Malaka sudah terujidari setiap negara yang pernah dikunjunginya dia selalu

    mempelajari budaya dan karakter sebuah tempat yang

    dikunjunginya sebelum menentukan dan melakukan sikap yang

    pantas bagi mereka.

    Mengambil ranting patah, bisa dipahami sebagai seorang

    perantau jangan bersikap serakah, egois, dan tak menenggang

    pada masyarakat yang telah lebih dulu hidup pada tempat yang

    baru dipijaknya. Ketika mencari sumber penghidupan baginya

    janganlah sampai mengusik sumber pendapatan orang lain,lihatlah peluang apa yang bisa dilakukan untuk bisa

    menghidupkan dirinya. Tan Malaka dalam perantauannya tak

    pernah menganggu sumber kehidupan orang lain, bahkan watak

    enterpreneurnya selalu muncul untuk bertahan hidup, dia selalu

    melihat peluang apa yang bisa dijadikannya sumber

    penghidupannya tetetapi juga bisa membantu orang lain.

    Sumur orang digali, bisa dimaknai ketika seorang perantau

    mendiami sebuah tempat barunya, sudah selayaknya dia

    berpartisipasi mengembangkan daerah tersebut agar lebih baikdemi kepentingan bersama. Sedangkan makna adatnya diisi,

    seorang perantau tetap memperhatikan dan menghormati adat

    budaya dimana dia berpijak, orang Minang menurut Mochtar

    Naim bukan tipe, eksklusif dimanapun mereka berada dapat

    bergaul dan terbuka. Hal paling menonjol dari Tan Malaka adalah

    Ibu cari sanak cari, induk semang cari dahulu, yang berarti di

    perantauan carilah tempat berlindung dan yang bisa mengasihi

    kita. Tan Malaka dimanapun dia berada hampir selalu ada orang

    yang menganggapnya anak angkat, saudara angkat, bapak

    24

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    25/153

    angkat. Guru Horensma, Dr. Jansen, Snevliet dan istri adalah

    beberapa orang Eropa yang menyayangi Tan Malaka, sehingga

    mereka selalu siap sedia membantu Tan Malaka.

    4. Egaliter

    Sosok Tan Malaka yang egaliter, terbentuk dari budaya egaliter

    masyarakat Minangkabau. Tak hanya prinsip egaliter, tetetapi

    penerapan sosialisme, demokrasi dan hak manusia. Menurut

    Zulhasril pada masa kekuasaan kerajaan Pagaruyung tak

    mengenal apa yang dikatakan otoritarinisme dan sentralisasi

    kekuasaan. Menurut Kartikawening, kerajaan dapat berkuasa

    tetetapi tak mengatur setiapnagari.13Nagariadalah sebuah unit

    otonom dalam struktur politik masyarakat Minangkabau yang

    mengatur dirinya sendiri yang dapat mengatur segalanya.14Nagari

    ini menurut Zulhasril terdiri empat kelompok komunitas yang

    disebut: kaum, suku, jorong danpayuang. Komunitas ini

    terbangun berdasarkan nilai demokrasi dan nilai-nilai tanggung

    jawab. Bentuk demokrasi yang dilakukan masyarakat

    Minangkabau adalah pemerintahan yang diserahkan kepada

    penghulu atau datuk-datuk pemangku adat, mereka memerintahberlandaskan berdasarkan undang-undang yang berdasar

    mufakat, prinsip ini berbunyi,anak kemenakan beraja kepada

    penghulu, penghulu beraja kepada mufakat, dan mufakat beraja

    kepada alur yang patut. (anak kemenakan beraja kepada

    penghulu, penghulu beraja kepada mufakat, dan mufakat beraja

    kepada alur yang patut.15

    Penyelenggaraan pemerintahan nagariini disebuttali tiga

    sepilinsering juga disebuttungku tiga sajarangan. Tiga unsur

    tersebut merupakan tiga unsur yang mempersatukan, merekaadalah unsur adat, agama, cerdik cendikia.16Ketiga unsur yang

    disebutberingin di tengahkampung tersebut mengadakan rapat di

    balairung atau mesjid ketika memecahkan permasalahan

    13Dyah Kartikawening.Public in Space Dynamic in Minangkabau Rural Area

    Indonesia.(Thesis) University of Cincinnati. 2006. dalam Zulhasril.Op. Cit.

    Gerakan..h. 514Ibid.h. 1515Indra Mulya bakti.Pemikiran Politik Tan Malaka.dalam DP. Asral.Op. Cit.

    Apa, Siapa, dan....h.15616Zulhasril.Op. Cit.h.Gerakanh.16

    25

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    26/153

    masyarakat. Pemimpin nagari dipilih berdasarkan mufakat

    mereka.17Tentang konsep mufakat ini Tan Malaka telah

    menjadikannya dasar dalam konsep demokrasi, bagi Tan Malaka

    bulat air dek pembuluh, bulat kata dek mufakatbahwa mufakat

    harus jauh dari kekerasan dan paksaan yang menjadi dasar

    perundingan adalah penjelasan logis menurut adat dan undang-

    undang.18mufakat beraja kepada alur dan patut

    Apabila dilihat penjelasan Zulhasril, dan Kartikawening

    tersebut, dapat dipahami bahwa permasalahan egaliter,

    demokrasi, sudah lebih dahulu diterapkan dan menjadi nilai-nilai

    masyarakat Minangkabau. Nilai - nilai tersebut menyerap dalam

    pribadi Tan Malaka, yang memang membentuk dia menjadi orangyang menghargai kemanusiaan, demokrasi, dan memandang

    bahwa setiap manusia mempunyai hak yang sama.

    Adat sebagai pengatur kehidupan masyarakat,adat bersendi

    syara, syarak bersendi kitbullah. Adat terbagi dua, adat yang tak

    dapat diubah atau adat sebenar adat, dan adat yang dapat diubah

    atau adat yang diadatkan atau adat teradat.19Yang menjadi

    kebiasaan masyarakat disebut adat istiadat, tingkah laku, mana

    yang baik dan buruk dibiarkan.20Menurut Navis setelah Islam

    masuk Alquran menjadi rujukan dalam adat inilah yangdimaksudadat bersendi syara, syarak bersendi kitbullah.

    Peraturan masalah adat tersebut terdapat dalam Undang-

    undang nan Empat (undang-undang nagari, undang-undang isi

    nagari, undang-undang luhak dan rantau, dan undang-undang

    dua puluh).21Perundangan adat ini mengatur hubungan individu

    dan masyarakat, etika, filsafat, kesenian, pesta, keramaian,

    pertanian, harta waris, keamanan, dan suku. Melihat tatanan

    masyarakat yang rapi, budaya egaliter dan demokratis ini

    menurut Zulhasril, pernah membuat Jenderal Van den Boschingin menghancurkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau

    17Seorang pemimpin dalam masyarakat Minangkabau filosofinya,orang yang

    didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting,artinya pemimpin tak

    dikultus individu tetetapi harus merakyat, bukan menjadi kelas sendiri.18Tan Malaka.Pandangan Hidup.http://www.marxists.org/indonesia/index.htm

    19Zulhasril.Op.Cit. Gerakan...h. 1720Ibid.h. 1821Ibid.h. 18

    26

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    27/153

    tersebut dengan cara menciptakan aristokrasi seperti kerajaan

    Jawa, dengan mengeluarkan Plakat Panjang.22Tak hanya

    dengan Plakat Panjang, Belanda juga menempuh jalur

    pendidikan untuk Jawanisasi tanah Melayu, pada tahun 1919

    pelajaran Bahasa Melayu dihapuskan, dan diganti dengan

    pelajaran Bahasa dan adat Jawa yang disampaikan guru-guru

    dari Jawa. Prinsip gotong royong merupakan nilai yang berlaku di

    masyarakat Minangkabau, Tegak dikampung pagar kampung,

    tinggal di alam pagarnya alam, melompatlah sama pata, menuruk

    sama hilang.22

    5. Merantau

    Merantau bisa dikatakan sebagai puncak dari pendidikan seorang

    pemuda Minang. Seorang pemuda memang dilatih mandiri dalam

    mengatasi permasalahan hidupnya, selama masih dikampung,

    pemuda biasanya selalu tidur di surau sambil belajar berbagai

    hal, mulai dari agama sampai silat. Setelah dirasakan cukup

    bekal seorang pemuda, maka merantau adalah sebuah keharusan

    bagi pemuda, apakah merantau menuntut ilmu maupun bekerja.

    Merantau merupakan sebuah sikap, pemikiran, tindakanmeninggalkan kampung asal menuju ke sebuah tempat untuk

    menyerap ilmu, maupun mencari kekayaan yang suatu saat akan

    bermanfaat bagi daerah asalnya, maupun bangsanya. Perantauan

    Tan Malaka dalam menyerap berbagai hal dan pengalam di negeri

    orang telah memperkaya dan sebagai modalnya dalam

    memperjuangkan bangsanya merdeka.

    Merantau bukan semata-mata mencari uang dan harta namun

    menuntut ilmu juga bisa dikatakan merantau. Merantau tak

    hanya secara fisik, tetetapi merantau secara mental, misalnyakaum cendikiawan juga bisa merantau. Alfian mengatakan bahwa

    Tan Malaka merupakan perantau secara fisik dan mental.23

    22Plakat Panjang dikeluarkan tahun 1833, Jenderal Van den Bosch

    memanfaatkan keturunan raja-raja Pagaruyung dan penghulu-penghululuhak

    agar memecah belah masyarakat. Zulhasril menulis, bukan tak mungkin

    Perang Paderi adalah akibat politik aristokrasi yang diterapkan Belanda ke

    masyarakat Minangkabau.22Tan Malaka.Pandangan Hidup.http://www.marxis.org/indonesia/index.htm23Alfian.Op. Cit. Kemelut Sejarah.h.140

    27

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    28/153

    Merantau merupakan sebuah filsafat dialektika yang secara

    tak sadar telah dialami oleh Tan Malaka. Dengan merantau

    seorang perantau memiliki keyakinan ada sebuah kehidupan yang

    lebih baik di sebuah tempat yang lain dengan membatalkan

    kenyamanan dan tak manja terhadap kesuburan alam, dan

    kedamaian kampung halaman.

    Menurut Alfian, dengan merantau, mengundang perantau

    untuk berpikir kritis dengan berusaha melihat dan merasakan

    daerah lain sebagai pembanding kampung asal. Visi perantau ini

    merupakan cara berpikir dialektis sehingga kontradiksi, dan

    konflik dianggap hal biasa.24Menurut Mrazek konsep rantau

    membuat Tan Malaka terbuka menerima unsur-unsur luar ataubaru. Melalui merantau warga Minang dapat melihat dunia luar

    yang begitu luas sehingga ketika dia pulang kampung dia akan

    merasakan posisinya yang jelas dalam konteks kepulangannya.25

    Rantau bagi Tan Malaka adalah antithesis yang berkonflik dengan

    thesis (alam sebagai referensi asal), dan dari situ lahirlah synthesis-

    hasil pemikiran atau idealisme baru- yang mendorong manusia

    untuk mengadakan perubahan-perubahan buat perbaikan

    nasibnya........Madilog dimaksudkannya sebagai suatu cara

    berpikir baru yang dapat dipakai untuk memerangi cara berfikir

    lama yang amat dipengaruhi oleh dunia mistik atau takhyul yang

    menyebabkan orang menyerah kepada alam.26

    Momen pertama Tan Malaka merantau adalah ketika dia

    belajar diKweekschooldi Bukit Tinggi walaupun masih dalam

    daerah Minangkabau. Tan Malaka dalam usia yang relatif muda

    telah menjadi orang terpandang, dia adalah seorang

    berpendidikan yang juga menyandang gelar Datuk yang

    memimpin kaumnya. Merantau menuntut ilmu ke Bukit Tinggiternyata belum membuat dahaga Tan Malaka akan ilmu dan

    pengetahuan belum terlepaskan. Tan Malaka yang masih berumur

    16 tahun, selanjutnya menuju Belanda merantau menuntut

    24Ibid.h. 14025 Sejauh jauh bangau terbang akan turun juga ke rawa, pepatah ini sering

    dipakai mengibaratkan perantau yang pergi kemanapun suatu saat akan

    kembali ke asalnya kampung halaman. Namun apa yang terjadi pada

    perantauan Tan Malaka, dia benar-benar merantau cina pergi merantau

    dengan tak pernah sama sekali kembali ke kampung halaman26Alfian.Op. Cit. Kemelut...h.142

    28

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    29/153

    ilmu. Siklus ketiga perantauan Tan Malaka adalah masa

    pembuangan politiknya. Masa pembuangan selama 20 tahun pun

    dimanfaatkan oleh Tan Malaka untuk memperdalam dan

    memantapkan tekad perjuangannya menuju Republik Indonesia.

    Selama pembuangan tersebut Tan Malaka memantapkan jati

    dirinya sebagai pemikir, pejuang, Guru Bangsa, dan sebagai

    Idealis yang suatu saat akan kembali ke negerinya dengan

    membawa semangat dan pemikiran baru bagi masyarakatnya.

    Pada masa pulang dari pembuangan inilah Tan Malaka berpikir

    dia akan total mencurahkan seluruh hidupnya bagi kemerdekaan,

    tetetapi tak dengan langsung terjun melainkan masuk dulu

    dengan merubah cara berpikir pribumi yaitu dengan menulisMadilog.

    Pola pikir Dialektika menurut Tan Malaka dapat dibagi empat,

    yaitu: Tempo, Berkena-kenaan, berseluk beluk, Pertentangan, dan

    Gerakan. Apabila dilihat dari Tempo, dialektika merupakan ilmu

    berpikir berlainan dimana masa suatu benda tumbuh dan hilang,

    hidup dan mati. Dipandang dari kena-mengena dan seluk beluk

    suatu benda dengan benda lain, maka dialektika adalah ilmu

    berpikir dalam hal kena mengena dalam hal seluk-beluk

    (Varkettung und Zusammenhang). Sebagai ilmu pertentangan,dialektika adalah kontradiksi - kontradiksi dan pembatalan dari

    kebatalan (negation deer negation). Sedangkan dialektika dalam

    artian gerakan yaitu mempelajari suatu benda dengan

    memperhatikan pertentangannya, kena mengenanya serta seluk

    beluknya, pergerakannya, dan tumbuh hilangnya.27

    6. Masa Kecil di Ranah Minang

    Tan Malaka, atau Ibrahim Datuk Tan Malaka28

    memiliki pertaliankeluarga dengan dua pemimpin desa Pandan Gadang: Datuk Tan

    Malaka dan Datuk Mahurun Basa. Tanggal kelahiran Tan Malaka

    tak tercatatat pasti karena pada masa itu belum ada pencatatan

    bagi penduduk Indonesia. Namun Harry Poeze menyampaikan

    beberapa kemungkinan tahun kelahiran Tan Malaka, sebagai

    berikut: 1893, 1894, 1895, 2 Juni 1896, 2 Juni 1897, dan 1899.

    27Tan Malaka.Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika.Jakarta: LPPM Tan

    Malaka. h. 12828Nama lengkap yang merupakan sekaligus gelar adat diperolehnya untuk

    melanjutkan kepemimpinan adat

    29

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    30/153

    Poeze lebih cendrung memilih kelahiran Tan Malaka pada tahun

    1894 dengan fakta bahwa pada tahun 1903 Tan Malaka

    mengikuti pendidikan di sekolah rendah, maka menurut

    kesimpulan Poeze dapat ditarik kesimpulan pada masa itu Tan

    Malaka berumur lebih kurang enam tahun.

    Sesuai adat masa itu, setiap anak yang dilahirkan akan diberi

    nama kecil dengan nama Islam baru kemudian akan mendapat

    nama atau gelar menurut adapt, maka Ibrahim adalah nama

    Islam yang melekat pada Tan Malaka. Tan Malaka dalam bukunya

    dari Penjara ke Penjara menjelaskan bahwa ia mempunyai adik

    bernama Kamaruddin enam tahun lebih muda, dan tak memiliki

    adik atau kakak perempuan.Tan Malaka dilahirkan dalam sebuah keluarga pemeluk Islam

    yang taat, ayah dan ibu Tan Malaka sangat alim dan menjalankan

    perintah agama Islam. Dalam Madilog Tan Malaka menulis

    bagaimana ibunya ketika menjelang ajal, membaca Surat Yasin

    berkali-kali karena ibunya hampir sebagian hafal Al-quran.

    Sewaktu ibunya masih hidup, Tan Malaka sering diceritakan

    tentang nabi-nabi, seperti kisah Adam dan Hawa, Nabi Yusuf, dan

    Nabi Muhammad yang menurut penuturan Tan Malaka setiap

    mendengar kisah nabi-nabi dari ibunya itu dia selalu menangis.Ayah dan Ibu Tan Malaka yang sangat peduli terhadap akhlak

    anaknya tak hanya menyekolahkan anaknya di Sekolah rakyat,

    tetetapi juga menyuruhnya belajar ngaji di surau. Ayah Tan

    Malaka adalah penganut tarekat. Menurut Tan Malaka ketika

    masih kecil dia sudah bisa menafsirkan Al-quran dan sudah

    dijadikan sebagai guru muda. Tan Malaka juga menguasai Bahasa

    Arab,dia sangat mengagumi Bahasa Arab yang indah dan mulia.

    Sampai di Belanda Tan Malaka tahan menghemat pengeluaran

    untuk makan demi membeli buku Sejarah Dunia karena didalamnya terdapat sejarah Islam dan Arab.

    Tan Malaka adalah seorang anak pemberani, nakal dan keras

    kepala di masa kecilnya. Alam Minangkabau yang asri penuh

    pemandangan alam; gunung bebukitan dan sungai, menjadi

    guru bagi Tan Malaka untuk menempa mental dan fisiknya. Tan

    Malaka pernah hanyut dibawa arus Sungai Ombilin yang deras

    karena berusaha menyebranginya dengan kawan-kawan. Pada

    peristiwa hampir hanyut tersebut Tan Malaka beruntung

    30

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    31/153

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    32/153

    .....Sampai sekarang saya merasa heran, kenapa saya saja yang

    menjadi sasaran pilin pusat itu. Satu kali lagi dilakukan dibelakang hari, karena saya hampir hanyut pula disebabkan

    bermain menyelam-nyelam di bawah perahu yang sedang

    menyeberang sungai Ombilin itu pula, dan membawa-bawa lagi

    anak-anak para Engku. Lain kali karena main simbur air, artinya

    bertanding menyimburi muka sampai salah satunya kalah.

    Walaupun saya lihat sampai semua anak-anak lari, saya teruskan

    juga menyimbur lawan saya. Akhirnya lawan inipun lari. Saya fikir

    perjuangan sudah selesai, kemenangan akhir di pihak saya, dan

    saya berhak penuh merasakan lezatnya kemenangan itu. Cuma

    heran, kenapa saya sendiri saja yang tinggal. Ketika saya naik ketepi mau berpakaian, maka saya ditunggu oleh lima jarinya Guru

    Gadang buat menjalankan hukuman pilinan pusat. Rupanya

    anak-anak lain sudah melihat Guru Gadang itu di tepi sungai. Dan

    saya asyik berjuang membelakangi Guru Gadang. Kalau di

    belakang hari pula seterusnya saya yang dikatakan mengajak

    anak-anak Engku melihat macan ditangkap digunung, maka saya

    saja yang dikenai hukuman pilin pusat. Permainan perang

    jeruk (barisan yang satu melempar yang lain dengan jeruk),

    berakhir dengan perang batu antar anak sekolah dikampung

    Tanjung Ampalu, dengan anak dari kampung Tanjung, maka yangharus menjalani hukuman sebagai penjahat perang saya

    juga......33

    Ternyata nasib Tan Malaka kecil yang dianggap sebagai

    provokator selalu disalahkan dan mendapat hukuman yang tak

    adil baginya, juga dialami sampai akhir hidupnya yang selalu

    dianggap sebagai pengacau besar dan memperoleh perilaku yang

    tak adil. Masa kecil Tan Malaka di alam Minangkabau dengan

    adat istiadatnya banyak mempengaruhi berbagai segi caraberpikir dan bertindak Tan Malaka.34

    B. Biografi Intelektual

    1. Pendidikan Tan Malaka

    33Ibid.h. 2234Poeze.Op. Cit.Pergulatan. h. 3

    32

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    33/153

    Menurut Poeze sekolah untuk pendidikan rendah pada saat itu

    belum banyak. Pemerintah kolonial membagi dua sekolah,

    pertama sekolah pemerintah kelas satu, dimana anak didik

    adalah golongan priyayi dan mereka dipersiapkan untuk

    melanjutkan sekolah. Sedangkan golongan dua, adalah sekolah

    pemerintah kelas dua yang merupakan pendidikan dasar yang

    rudimentersaja. Sekolah kelas dua awalnya selama tiga tahun,

    sejak tahun 1895 terbuka kemungkinan pendidikan selama

    empat tahun.

    Masyarakat Minangkabau sangat peduli terhadap pendidikan

    anak mereka. Poeze mengatakan sekolah-sekolah yang ada

    sempat kewalahan menghadapi besarnya keinginan untuksekolah, bahkan Minangkabau mencapai angka tertinggi

    dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tahun 1915 terdapat 65

    sekolah di Sumatera Barat dengan jumlah murid 10.000, para

    murid sekolah kelas dua harus membayar uang sekolah sebanyak

    10 sampai 50 sen setiap bulan, namun tetap tergantung pada

    pendapatan.35

    Tahun 1903 sampai tahun 1908 Tan Malaka belajar di sekolah

    kelas dua. Karena dia seorang yang pintar, maka gurunya

    menganjurkan agar melanjutkan pelajarannya. Keluarga TanMalaka mendukung saran guru tersebut, sehingga Tan Malaka

    melanjutkan sekolahnya dikweekschool(Sekolah Guru) diFort de

    kock (Bukittinggi). Pada masa itu kweekschooladalah satu-

    satunya lembaga pendidikan lanjutan bagi pribumi di Sumatera.

    Menurut Poeze, Tan Malaka menjadi murid kweekschoolpada

    tahun 1908.

    Tahun 1908-1909 kweekschoolmemiliki 76 murid yang

    mencakup seluruh Sumatera, untuk sekolah disini harus

    melewati ujian. Tan Malaka merupakan salah seorang murid asalMinangkabau yang diterima.36Disekolah ini siswa memperoleh

    bayaran f 19,- setiap bulan selain buku-buku, alat sekolah dan

    asrama.

    Waktu belajar yang padat harus ditempuh Tan Malaka selama

    enam tahun. Selama enam hari masuk belajar jam 7.30 sampai

    pukul 13, pada sore hari pukul 16 sampai pukul 17 murid kelas 6

    harus memberi pelajaran di sekolah pribumi, dan pada malam

    35Ibid.h. 1436Ibid.h. 17

    33

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    34/153

    hari pukul 18.30 sampai pukul 20.30 murid menyelesaikan

    pekerjaan rumah. Waktu berlibur diberikan setiap tahun selama

    enam minggu.37

    Bahasa pengantar yang dipakai adalah Bahasa Belanda, dan

    tentunya Bahasa Belanda merupakan pelajaran terpenting.

    Menurut Poeze, dari 35 jam belajar, 15 sampai 18 jam digunakan

    untuk belajar Bahasa Belanda, namun Bahasa Melayu juga

    dipelajari. Mata pelajaran yang lain adalah berhitung, ilmu ukur,

    mengukur tanah, ilmu bumi, sejarah bumi, ilmu alam, ilmu

    hayat, ilmu hewan, ilmu tumbuhan, ilmu pendidikan,

    menggambar, menulis dan menyanyi.38Melihat kurikulum yang

    begitu padat ini, bukanlah hal gampang bagi Tan Malaka untukmenyelesaikan studinya, pada masa itu sistem penilaian dan

    kelulusan sangatlah ketat, menuntut Tan Malaka harus belajar

    keras. Selain pelajaran yang padat dan berat, murid juga diatur

    dengan berbagai peraturan ketat yang tak memberikan ruang

    gerak bagi mereka untuk berbuat banyak hal.

    Ketika Tan Malaka masuk sekolah guru, sekolah tersebut

    terdapat empat staf dan guru bangsa Eropa, yaitu: B.J. Visscher

    (Direktur), T. Kramer (Guru kedua), G.H. Horensma, dan C.F.

    Ijspeert (Guru pembantu). Pada masa berikutnya ketika TanMalaka sekolah ke Haarlem, Guru Horensma adalah orang

    Belanda yang berjasa dan banyak membantu Tan Malaka dalam

    berbagai hal, memberikan pinjaman biaya sekolah adalah salah

    satunya.

    Selain peraturan dan disiplin yang begitu ketat di sekolah

    tersebut, menurut Sakti Arga dalam Poeze, Tan Malaka

    merupakan sosok yang sangat tertib, hormat dan ramah,

    sehingga orang banyak yang mengenalnya. Tan Malaka

    merupakan anak yang cerdas sehingga dia mendapat perhatiankhusus dari Guru Horensma dan istrinya yang menganggapnya

    sebagai anak angkat.39Walaupun Tan Malaka menguasai

    37Ibid.h. 1738Ibid.h. 17

    39Menurut Harry Poeze, Gerard Hendrik Horensma lahir tanggal 2 Mei 1873 di

    Groningen, tahun 1904 ia pergi ke Hindia dan menikah dengan Mathilde Elzas

    (1873-1946). Tahun 1915-1920 GH. Horensma menjabat Direktur di sekolah

    guru Fort de Kock, selanjutnya menjadiadjunct-inspecteurdi Jawa. GH.

    Horensma meninggal di Brussel pada tahun 1945 tanpa memiliki anak.

    34

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    35/153

    pelajarannya, bukan berarti hari-harinya diisi hanya dengan

    belajar, dia berbeda dengan kawan-kawan sekelasnya, Tan Malaka

    tak membutuhkan begitu banyak waktu untuk menguasai

    pelajaran, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk bermain

    bola, dan musik. Masa belajar dikweekschoolini sempat terhenti

    karena Tan Malaka harus menerima gelar adat menjadi Ibrahim

    Datuk Tan Malaka.

    Tahun 1913 Tan Malaka terakhir mengikuti ujian teori, dan

    mulai praktek di sekolah ekstern. Dengan bakat dan minatnya

    yang luar biasa Tan Malaka telah menjadi inspirasi bagi anak-

    anak didiknya. Melihat kesungguhan Tan Malaka dalam

    pengajaran tersebut membuat Horensma ingin agar Tan Malakamelanjutkan studinya di Belanda. Untuk mencari cara

    pembiayaan pendidikan Tan Malaka tersebut, Horensma mengajak

    Tan Malaka ke Suliki untuk menemui kawan baik Horensma, W.

    Dominicus yang bekerja sebagai kontrolir. Menurut Poeze atas

    prakarsa mereka maka didirikanlah sebuah yayasan sebagai

    jaminan beberapa orang berjanji untuk menyetor sebanyak f 30

    setiap bulan untuk membiayai studinya. Anggota yayasan tersebut

    terdiri dari para guru di sekolah guru, pegawai negeri, dan

    sejumlah orang di Suliki. Setelah adanya jaminan pada bulanOktober bersama keluarga Horensma berangkat ke Belanda

    dengan kapal Wills.40

    Menurut Tan Malaka sebenarnya ia tak perlu melanjutkan

    studi selama 2 tahun diRijkskweekschoolsampai Belanda hanya

    untuk memperolehhulp-acte.Akte pendidikannya diKweekschool

    Fort de Kock pada masa itu sudah merupakan pendidikan

    tertinggi di Sumatera.Kweekschoolsudah pendidikan tertinggi

    untuk ukuran rakyat Sumatera yang berjumlah 10 juta, apalagi

    kalau hanya diukur dengan daerah Minangkabau.Tan Malaka tiba di Belanda pada tanggal 15-12-1913 sekaligus

    diterima sebagai murid di Sekolah Guru Kepala di Kota Haarlem

    dengan Keputusan Menteri tanggal 10 Januari 1914.41Setiba di

    Belanda, tepatnya di Haarlem dijalanJacobijnenstraat,Tan Malaka

    tinggal di sebuah rumah keluarga buruh. Tan Malaka menempati

    sebuah kamar loteng yang sempit dan gelap, tentunya tetap

    dengan membayar sewa sebagai biaya hidup. Tetapi menurutnya,

    40Poeze.Op.Cit. Pergulatanh. 2441Ibid.h. 15

    35

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    36/153

    sewa yang dibayarnya tak setimpal, karena dia terus dibantu

    makanan dengan wanita tua tersebut, belum lagi anaknya yang

    sebagai sorang juru tulis sering mendapat bantuan.

    Di Belanda, pada bulan-bulan pertama menjalani masa berat,

    namun keluarga Horensma tetap memberi bantuan. Sedangkan

    lingkungan di sekolah guru Tan Malaka tak mengalami

    diskriminasi, sebagaimana surat C. Wilkeshuis dikutip oleh Harry

    Poeze. Tan Malaka merupakan warga Hindia yang menerima

    perlakuan khusus karena rekomendasi dari orang-orang Eropa

    berpengaruh.

    Tan Malaka ditempatkan di kelas tahun belajar kedua, di

    Haarlem Tan Malaka menampakkan minat luar biasa terhadappelajaran ilmu pasti yang membuat gurunya berpikir bahwa tak

    mungkin orang Hindia menguasai ilmu pasti. Namun anggapan

    bahwa Tan Malaka tak mampu dalam ilmu pasti dipatahkan

    setelah melihat bagaimana Tan Malaka menyelesaikan

    permasalahan-permasalahan ilmu pasti, bahkan dengan caranya

    sendiri. Namun Tan Malaka terlihat lemah dalam pelajaran

    Biologi, karena bersifat hafalan.

    Mata pelajaran di Haarlem terasa jauh berbeda ketika sekolah

    diKweekschooldiFort De Kock.Tidak ada satupun pelajaran yangsama, Ilmu Tumbuh-tumbuhan, Ilmu Bumi, Pedagogi,

    Menggambar, Ilmu Ukur (meetkunde), Sejarah Tanah Air, Aljabar,

    Stereometri (Ilmu Ukur Ruang), Trigonometri, dan Mekanika.

    Walupun Bahasa Belanda terasa sulit bagi Tan Malaka, namun

    pengakuan C. Wilkeshuis Bahasa Belanda Tan Malaka cukup

    bagus hanya permasalahan logat khas Tan Malaka saja, namun

    itu bukanlah masalah.

    Tidak hanya dalam kondisi kesulitan keuangan tetetapi juga

    dalam kondisi sakit terus menerus Tan Malaka berjuang kerasuntuk menyelesaikan studinya, sehingga kondisi buruk kesehatan

    Tan Malaka berdampak pada nilai-nilainya. Van der Ley menulis

    bahwa sejak 1 septmeber 1915 sampai ujian diselenggarakan Tan

    Malaka sama sekali tak bisa belajar.

    Teman Tan Malaka (P. De Koning) menulis bahwa ketika ujian,

    guru yang merupakan ujian negara yang diselenggarakan pada

    tanggal 23 Mei 1916 kondisi Tan Malaka sangat buruk. Sehingga

    menimbulkan kekhawatiran beberapa penguji dengan

    menanyakan apakan Tan Malaka telah belajar dengan baik, dan

    dia menjawab Tan Malaka sangat belajar dengan baik hanya saja

    36

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    37/153

    dia sudah sakit beberapa lama sehingga tak bisa berjalan kaki ke

    gedung ujian.42

    Ketika berpamitan dari sekolahnya, Tan Malaka memperoleh

    sebuah surat keterangan yang berisi sebagai berikut.

    Kelakuan : Baik Sekali

    Pengetahuan : Baik

    Kemajuan pada Umumnya: Baik43

    2. Gagal Meraih Akta Kepala

    Cita-cita Tan Malaka untuk memperoleh ijazah Akta Kepala harus

    kandas, karena setelah beberapa kali mengikuti ujian, dia selalugagal. Selesai soal ujian yang terasa berat juga subjektifitas

    penguji mempengaruhi. Dari 15 orang yang mengikuti tes hanya

    enam orang yang lulus. Tan Malaka menyimpulkan dengan nada

    satiris bahwa orang dapat lulus Akta Kepala, apabila: (a) Betul-

    betul mempelajari cara mengikuti ujian; (b) Penguji dengan

    pertanyaan-pertanyaan tanpa henti-hentinya itu tak mau

    menggagalkan seorang calon; (c) Orang bernasib baik.42Tulisan

    satir Tan Malaka tentang kegagalannya: Tak mudah bagiku!

    Betul, orang harus menjadiUbermesch(manusia super) Hindia,untuk dapat mengambil khususnya akta kepala. Dalam inkarnasi

    yang berikut kuharap akan memilih lapangan kerja yang lain.43

    Tan Malaka kurang mendapat angka baik pada tiga mata

    pelajaran: Menggambar, Membaca, dan Pengetahuan Alam. Pada

    mata pelajaran Membaca, Tan Malaka merasa kesulitan menjawab

    soal sastra Yahudi berjudulLuciferkarya Vondel, yang terasa sulit

    baginya adalah ketika harus memecahkan kalimat menurut

    beberapa dasar karena berkaitan dengan adat istiadat dan agama

    Yahudi. Pada mata pelajaran Pengetahuan Alam, Tan Malakagagal lebih karena subjektifitas penguji yang tak mau

    memberikan angka yang terlampau jauh dari angka yang

    diperoleh Tan Malaka sebelumnya, yaitu 3, maka diberilah angka

    42Ibid. h. 48

    43Ibid. h. 48

    42Surat Tan Malaka kepada Horensma, Bussum, 19 September 191, dalam

    Poeze.Pergulatan Menuju Republik.h. 8843

    Surat Tan Malaka kepada D.J.L. Van Wijngaarden, Bussum, 25/6-1919,

    dalam Poeze.Op. Cit. Pergulatan.....h.103

    37

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    38/153

    4. padahal Tan Malaka sangat menguasai Ilmu Kimia yang

    diujikan.

    Tan Malaka sangat kecewa akan kegagalannya memperoleh

    Akta Kepala. Hal ini hal wajar, karena waktu tiga tahun bukanlah

    waktu sebentar dan menghabiskan banyak biaya. Tan Malaka

    menyesalinya seandai saja dia mempelajari hal lain yang akan

    lebih bermanfaat, daripada hanya kegagalan demi selembar ijazah

    Akta Kepala.

    Ketika menjadi guru di Deli, perlahan Tan Malaka bersentuhan

    dan bergelut dalam dunia politik. Selain bertugas sebagai guru,

    Tan Malaka sangat aktif menulis permasalahan sosial politik.

    Ditengah-tengah kesibukan ini Tan Malaka ternyata masihmemiliki keinginan untuk mengambil Akta Kepala di Batavia,

    sehingga dalam suratnya dia ingin belajar lagi, dibantu oleh J.de

    Waard Tan Malaka belajar Sejarah dan Ekonomi dengan harapan

    ia akan menjadi guru di Jawa. Keputusan Tan Malaka untuk ke

    Jawa ini menjadi diskusi antara Horensma dan Dr. Jansen, untuk

    mencari guru pengganti Tan Malaka. Guru-guru pengganti

    tersebut mendapat arahan terlebih dahulu dari Tan Malaka.

    3. Tan Malaka dan Buku

    Semangat belajar Tan Malaka selayaknya menjadi inspirasi bagi

    para pembelajar. Tan Malaka sangat mencintai Bahasa asing,

    kecerdasannya dalam belajar Bahasa dapat dilihat ketika tahun

    1922 dia harus berbicara di depan kongres Komintern dalam

    Bahasa Jerman. Bahasa Jerman tersebut dipelajarinya hanya

    dalam waktu 3 bulan. Bahasa Inggris juga menjadi lahapan Tan

    Malaka walaupun dalam masa pelariannya di tengah-tengah

    masyarakat Tionghoa, dan dalam kondisi sakit, dan tekanansosial dia menghabiskan waktu dengan membaca buku sebanyak-

    banyaknya.

    Tan Malaka merupakan seorang yang sangat tergila-gila pada

    ilmu pengetahuan, sehingga dalam pelarian politiknya tak pernah

    dia lupa membawa berpeti-peti buku.44Dalam Madilog Tan

    44 Namun kebiasaannya membawa berpeti-peti buku tersebut harus

    dihilangkannya demi keselamatan dan kemudahan perjalanannya.

    Pemeriksaan demi pemeriksaan membuat akan mengancam jiwanya apabila

    ditemukan buku-buku yang dianggap menentang kolonial. Untuk mengatasi

    itu, maka Tan Malaka menerapkan sebuah teori mengingat bacaan dengan apa

    38

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    39/153

    Malaka menceritakan kebiasaan dua tokoh: Leon Trotzky dan

    Mohammad Hatta yang membawa berpeti-peti buku ke

    pembuanganya. Buku adalah hal terpenting bagi seseorang yang

    merasa pemikirannya harus disebarkan.

    Bagi Tan Malaka seseorang yang hidup dengan pemikiran yang

    harus disebarkan baik melalui pena maupun penyampaian lisan,

    kepustakaan merupakan sebuah hal yang wajib. Tan Malaka

    mengibaratkannya dengan tukang yang tak akan bisa

    membangun apabila tak memiliki semen, batu dan bahan-bahan

    lainnya. Menjalankan peran sebagai propagandis dia harus

    membuat catatan-catatan yang dianggapnya bisa menaklukkan

    musuh dan merebut permufakatan.45Pada tanggal 22 Maret 1922 adalah pembuangan pertama yang

    dialami Tan Malaka, dia tak mau menyia nyiakan waktu hanya

    dalam kesunyian pembuangan. Dia membawa buku dengan

    beragam tema, mulai dari buku Agama, Alquran, Bibel,

    Budhisme, Confusialisme, Darwinisme, Ekonomi Liberal,

    Komunisme, Sejarah Dunia, Ilmu Perang, Ilmu Berhitung, sampai

    Ilmu Mendidik. Melihat bacaan Tan Malaka tersebut maka tak

    salah kiranya apabila Peni Chalid mengatakan Tan Malaka sulit

    untuk didefinisikan sebagai seorang Sosiolog, Ekonom, atau ahliPolitik, karena secara spesifik Tan Malaka tak memperdalam ilmu

    tertentu.46Sosok Tan Malaka adalah seorang Universalis.

    Namun buku-buku dan catatan Tan Malaka harus ditinggal di

    Nederland ketika hendak pergi ke Moskow, karena harus melalui

    Polandia yang anti Komunisme, untuk itulah dia harus bebas dari

    segala hal yang membuat orang yang memeriksanya akan

    membaca kecendrungan pemikirannya. Namun di Moskow selama

    8 bulan kebiasaan membaca Tan Malaka agak berkurang, tetetapi

    lebih banyak mencermati pelaksanaan Komunisme.Di Moskow Tan Malaka lebih melihat aplikasi komunisme dan

    mengamati sendi kehidupan Uni Soviet dari Pendidikan, Politik,

    Ekonomi maupun Kebudayaan. Observasi itu juga ditambah Tan

    Malaka dengan melakukan dialog-dialog dengan berbagai

    golongan. Data dari pengamatan dan menyelami keadaan tersebut

    Tan Malaka catat sebagai bahan untuk menulis buku. Selain

    yang dinamakannya dengan jembatan keledai.45Tan Malaka.Op. Cit. Madilog.h. 846Peni Chalid.Op. Cit. Apa, Siapa, dan .h. 130

    39

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    40/153

    dengan kegiatan pengamatan tersebut dikarenakan ketatnya

    aturan tentang sumber-sumber buku yang tak bisa dibawa.47

    Kegiatan membaca Tan Malaka selama di Tiongkok muncul lagi

    (namun waktu membacanya sedikit dikarenakan sakit), dia mulai

    mengumpulkan buku-buku Ekonomi, Politik, Sejarah, Ilmu

    Pengetahuan, Sains, Sosialisme dan Komunisme. Berbelanja buku

    bagi Tan Malaka adalah sebuah hiburan. Walaupun untuk

    membeli buku dia harus mengencangkan ikat pinggang

    menghemat biaya makan ditengah kondisi kesehatan yang

    menurun. Namun buku-buku yang dibeli Tan Malaka tersebut tak

    banyak terbaca karena tak lebih dari satu jam waktunya untuk

    membaca, karena lemah kondisi fisik. Untuk bisa membacatumpukan buku-buku tersebut Tan Malaka harus menunggu

    pulih fisiknya.48

    Peristiwa yang menyedihkan Tan Malaka mengenai buku-

    bukunya adalah ketika dia dan buku-bukunya terkepung pada

    Perang Jepang-Tiongkok di sebuah jalan bernamaNorth Su Chuan

    Road. Setelah selama dua hari terkepung, akhirnya Jepang

    memberi kesempatan kepada warga kampung dimana Tan Malaka

    terkepung untuk pergi hanya dalam waktu lima menit. Tentunya

    waktu yang sangat singkat tersebut, Tan Malaka tak sempatmembawa buku-buku yang menemaninya. Namun ketika perang

    selesai Tan Malaka kembali lagi ke rumah dimana buku-bukunya

    ditinggalkan, naasnya tak selembar kertaspun lagi yang tersisa

    karena telah diambil olehlalilong(pencuri). Begitu menarik cerita

    Tan Malaka tentang kecintaannya kepada buku. Ternyata

    peristiwa tersebut tak membuat Tan Malaka menyerah dalam

    mengumpulkan buku-buku. Baginya selama masih ada toko

    buku, maka perpustakaannya masih bisa dibuat kembali,

    walaupun harus dengan mengurangi makanan dan pakaian.Peristiwa lain yang membuat Tan Malaka harus berpisah

    dengan pustakanya adalah ketika dia ditangkap di Hongkong

    pada 10 November 1932. disini dia sebenarnya sudah memiliki

    satu peti buku, tetetapi dia harus meninggalkannya agar dapat

    melarikan diri dan dengan menyamar dia masuk ke Amoy selama

    empat tahun, disana dia beristirahat sambil berobat. Di Amoy

    tahun 1936 sampat 1937 Tan Malaka mulai kembali

    mengumpulkan buku. Namun hal yang paling menyakitkannya

    47

    Tan Malaka.Op. Cit. Madilog.h. 848Ibid. h. 9

    40

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    41/153

    adalah catatan observasinya yang harus dibuang ke laut, demi

    keamanan. ......malah dua tiga buku peringatan yang penting

    sekali yang bahannya diperoleh dengan mata sendiri, ialah:

    catatan penting, buat buku-buku yang sekarang saya mau tulis,

    saya lemparkan ke laut Merqui, sebelum sampai di Rangoon.

    Putusan bercerai dengan dua buku catatan itu diambil dengan

    duka cita sekali.......

    Namun keputusan membuang catatan observasi tersebut tak

    salah diambil oleh Tan Malaka, karena di Rangoon pemeriksaan

    ketat sekali. Tan Malaka hanya menyisakan sebuah kamus

    English Dictionary, itupun tetap mendapat pemeriksaan yang

    ketat, sampai kulit-kulit bukupun diperiksa. Demikianberbahayanya sebuah buku bagi sebuah rezim.

    Di Singapura kondisi kesehatan Tan Malaka mulai membaik

    dan siap untuk fokus kembali belajar, tetapi sayangnya kondisi

    keuanganya tak memungkinkan dia untuk membeli sejumlah

    buku. Sulit baginya untuk mencari uang tambahan, termasuk

    menjadi pengajar Bahasa Inggris, karena sulit memperoleh izin

    dari inspektur. Dalam kondisi uang untuk makan dan pakaian

    yang sulit Tan Malaka pun tak bisa mendaftar sebagai anggota di

    perpustakaan karena mahalnya biaya anggota. Untuk mengobatikehausannya akan membaca, Tan Malaka hanya membaca surat

    kabar, dan pengamatan langsung. Namun usaha menutupi

    ketakbisaan membaca ini membuahkan hasil beberapa buku.

    Dalam perkembangannya Tan Malaka menjadi pengajar Bahasa

    Inggris dan Matematika di NanyangChinese Normal School.Maka

    aktifitas mengumpulkan referensi mulai dilakukannya. Pihak

    Raffles Librarypun memperbolehkanya membaca referensi untuk

    menulis buku. Buku yang paling sering dibaca Tan Malaka adalah

    Das Capital karya Karl Marx. Tetetapi ada saja halangan bagi TanMalaka untuk belajar, disaat itu Jepang terus memborbardir

    Singapura, yang membuat Tan Malaka harus membaca Das

    Capitaldi dalam lubang perlindungan. Namun akhirnya

    Singapura menyerah, seluruh penduduk menyerah dalam

    halauan pedang terhunus, untungnya pembantaian yang

    direncanakan tak jadi dilaksanakan.

    Kondisi kritis seperti itu, Tan Malaka masih sempat

    memikirkan bukuDas Capitalyang harus diselamatkannya, maka

    disembunyikannya ke dalam air terjemahan Bahasa InggrisDas

    41

  • 8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner

    42/153

    Capitalyang dipinjam dari Raffles Library di Singapura. Peristiwa

    ini terjadi diUpper Serangoon Roaddi depan rumah Tuan Kin

    Can.

    Masih mengenai perjalanan Tan Malaka dan buku, setelah dua

    minggu Singapura menyerah, Tan Malaka mencoba menyebrang

    ke Sumatera, namun gagal karena angin sakal. Maka Tan Malaka

    menempuh jalan Penang-Medan, selama dua bulan di jalan

    antara Singapura dan Jakarta, melalui Semenanjung Malaka,

    Penang, Selat Malaka, Medan, Padang, Lampung, Selat Sunda dan

    Jakarta. Dalam perjalanan tersebut Tan Malaka masih

    menyempatkan diri berburu buku. Buku-buku yang diburu Tan

    Malaka mengenai Sejarah Indonesia yang ditulis oleh penulisIndonesia. uniknya Tan Malaka harus menyembunyikan baik-baik

    buku sejarah tersebut, karena terdapat fotonya sendiri.

    Kesadaran politik dan pembebasan Tan Malaka, tak bisa

    dilepaskan dari buku-buku yang dipelajarinya. Sebelum dia sadar

    akan politik, ketika dia berangkat ke Belanda, Guru Horensma

    memberi dia sebuah buku berjudul de Fransche Revolutieyang

    dikarang oleh Th. Carlyle. Awalnya buku tersebut hanya masuk

    peti, namun setelah banyak bersentuhan dengan pemikiran kiri,

    pelan-pelan Tan Malaka mulai tertarik tentangLiberte, Egalite,Fraternite,sehingga baginya buku pemberian Horensma ini

    menjadi teman dalam pencariannya.

    Tan Malaka juga seorang penikmat sastra, selama di Belanda

    dia membaca literatur-literatur Belanda. Menurut Nyonya

    Koopmans dimana dia pernah tinggal di rumahnya mengatakan