tafsir ‘ilmi surah ar ra’d ayat 2 (pemahaman makna menurut...
TRANSCRIPT
-
Tafsir ‘Ilmi Surah ar-Ra’d ayat 2 (Pemahaman Makna ‘Amad
Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah
fī al-Qur’an Al-Karīm Perspektif al-Qur’an dan Sains)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Pada Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
ANDI ZAINAL ABIDIN
NIM 160069
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS
USHULUDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
-
i
Dr. Masiyan, M.Ag Jambi 19 April 2019
Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,. MA,. M.Hum
Alamat : Fakultas Ushuluddin Uin Sts Jambi Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fakultas Ushuluddin
Muaro Jambi dan Studi Agama
Uin STS Jambi
di –
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku di Fakultas Ushuluddin UIN STS jambi, maka kami berpendapat
bahwa skripsi saudara ( Andi Zainal Abidin) dengan Judul “Tafsir „Ilmi Surah ar-
Ra‟d ayat 2 (Pemahaman Makna „Amad Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr
Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an dan Sains)”
telah dapat diajukan untuk di munaqoshahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Serjana Strata Satu (S1) Jurusan/Program Studi Ilmu Al-
Qur‟an Dan Tafsir (IAT) Di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.
Demikianlah yang bisa dapat kami sampaikan kepada bapak ibuk, semoga
bermampaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
wassalām
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Masiyan, M.Ag Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,.M.A,.M.Hum
NIP. 19730713 200501 1 006 NIP. 19861215 201101 1 004
-
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertandangan di bawah ini :
Nama : Andi Zainal Abidin
Nim : UT160069
Tempat/Tangal Lahir : Tanjung Pinang, 07 Januari 1998
Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
Alamat : Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota Jambi, Jambi
Dengan menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Tafsir „Ilmi
Surah ar-Ra‟d ayat 2 (Pemahaman Makna „Amad Menurut Zaglul al-Najjar
dalam Tafsīr Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an
dan Sains)”. Adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah
disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian
hari ternyata ini tidak benar, maka saya sepenuh bertanggung jawab sesuai dengan
hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
Dengan demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan seperlunya.
Jambi, 19 Juni 2019
Penulis,
Andi Zainal Abidin
NIM: UT.160069
-
iii
-
iv
MOTTO
ٰمٰيّت ّق السَّّْذيَْن ّانَّ ّفْي َخل
ََّباّبِۙ ال
ْلَاْى ال ولّ
ِا ّ ٰيٍج ل
ٰاََىاّر ل ْيّل َوالنَّ
َّاّف ال
َْرّض َواْخّخل
َاَْوال
ْرّضِۚ َاْٰمٰيّت َوال ّق السَّ
ِْرْوَن ّفْي َخل
َّى ِجِنْيّبّهْم َوَيَخَفك
َٰعل ِكِػْيًدا وَّ َ ّكَياًما وَّ ِرْوَن اّٰلله
َِيْذك
اِۚ ِسْتٰدنَ ًْلَج ٰوَذا َةاّطل
َ َك َفّلَنا َعَذاَب النَّارّ َربََّنا َما َخل
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
(al-„Imrān: 190-191)
-
v
PERSEMBAHAN
Lewat setiap tarikan nafas yang terhirup, suatu rasa syukur yang wajib
tertanam di dalam hati. Sungguh hanya kepadamu ya Rabb rasa syukur dari segala
nikmat dan karunia yang telah engkau beri dan anugerahkan kepadaku. Taburan
cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan
ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang
Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat
dan salam kepada kekasih kami Nabi Muhammad Saw makhluk terbaik yang
engkau ciptakan, penebar rahmat bagi seluruh alam.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang yang tercinta dan
tersayang atas kasihnya yang melimpah. Dari didikan kalian yang ku aplikasikan
dengan ketikan hingga menjadi barisan tulisan dengan beribu kesatuan, berjuta
makna kehidupan, tidak bermaksud yang lain hanya ucapan terima kasih yang
setulusnya tersirat di hati yang ingin ku sampaikan atas segala usaha dan jerih
payah pengorbanan untuk anakmu selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang
dapat ku berikan dari bangku kuliahku yang memilki sejuta makna, sejuta cerita,
sejuta kenangan, pengorbanan, dan perjalanan untuk dapatkan masa depan yang
ku inginkan atas restu dan dukungan yang kalian berikan. Saudara kandungku
kakak dan dua adikku yang tersayang, terima kasih atas do‟a, kasih sayang,
kesabaran dan dorongan semangatnya. Semoga kita bisa mewujudkan semua
harapan orang tua kita, baik di dunia begitupun di akhirat kelak. Amin.
Ucapan Terima kasih yang tiada tara untuk guru-guruku sejak awal dini ku
belajar hingga pada jenjang pergurun tinggi, yang telah membimbing dan
mengajariku banyak ilmu, hanya ucapan terima kasih yang dapat kuberikan. Dan
tiada balasan yang pantas untukmu wahai guruku, melainkan hanyalah ridho
Allah Swt.
Merampungkan skripsi jelas bukanlah momen mudah yang harus kujalani
sebagai mahasiswa, terima kasih kepada Bapak Dr. Masiyan, M.Ag dan Bapak
Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,.M.A,.M.Hum tidak hanya sebagai guru namun kalian
-
vi
sebagai pembimbing skripsi yang telah rela meluangkan waktu, pikiran hingga
mengantarkanku mengantungi gelar sarjana.
Selanjutnya karya ini kupersembahkan untuk teman-teman seperjuangan
selama menjalani pendidikan mulai dari SD, MTS, MA hingga pada bangku
kuliah, terkhusus buat teman-teman satu jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
angkatan 2016 kebersamaan kita dalah kenangan yang tak akan terlupakan. dan
tidak lupa pula ucapan banyak terima kasih kepada segenap civitas akademika di
lingkungan Fakultas ushuluddin dan Studi Agama, yang telah banyak membantu
dan membimbing saya selama proses perkuliahan.
-
vii
ABSTRAK
Banyak ayat al-Qur‟an yang memerintahkan manusia agar memperhatikan
dan mengamati kejadian-kejadian yang diciptakan oleh Allah swt. Pada surah ar-
Ra‟d ayat 2 adalah salah satu ayat al-Qur‟an yang membahas hal tersebut yang
harus diamati sehingga nantinya akan memberikan pemahaman apa yang
dimaksudkan oleh Allah pada firman-Nya tersebut. Untuk memahami ayat
tersebut penulis menganalisa pandangan Zaglul al-Najjar, karena ia adalah pakar
Geologi serta kepiawaiannya dalam tafsir al-Qur‟an yang berbasis sains.
Penelitian ini menggunakan metode tematik yang dimaksudkan untuk
mengungkap maksud ayat tertentu secara kontekstual. Pendekatan penelitian yang
penulis gunakan adalah pendekatan tafsir „ilmi (library research), yaitu
pendekatan yang berorientasikan sains. Dengan menekankan pada sumber tertulis
terutama karya Zaglul al-Najjr “Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-
Karīm”, dengan tujuan mengetahui penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap surah ar-
Ra‟d ayat 2 yang secara kontekstual bertentangan dengan apa yang
diinformasikan Allah dalam al-Qur‟an, namun tidak pada kenyataannya karena
penulis menemukan bagaimana pemahaman Zaglul al-Najjar tentang ayat
tersebut, bahwa pada dasarnya segalanya peciptaan Allah Swt adalah bukti kuasa
dan kebesaran-Nya, namun pada ayat ini Zaglul al-Najjar memberikan analisa
bahwa langit terangkat karena ada tiannya. Hal ini dijawab dengan penjelasan
secara sains dan dikuatkan pula dengan ayat-ayat al-Qur‟an lainnya.
Menurutnya, disebutkan dalam kitab tafsinya Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī
al-Qur‟an Al-Karīm bahwa tiang langit itu adalah empat energy yang
tersembunyi, yaitu Gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, gaya elektromagnetik dan
gaya gravitasi yang dimediasi oleh 5 partikel tak bermassa yang dinamakan boson
acuan, ditunjukkan dalam warna merah muda yang merupakan partikel yang
menghantarkan keempat gaya tersebut (gaya fundamental).
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah setinggi-tingginya ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan
kekuatan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai tugas
akhir studi dan semoga Allah meridhai perjuangan ini. Shalawat dan salam kepada
Rasulullah saw, keluarga sahabat dan kepada seluruh kaum muslimin yang
mengikuti beliau hingga hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan tugas akhir ini tidak akan berjalan
dengan lancar tanpa konstribusi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yakni ayahanda tercinta dan ibunda tercinta yang
selalu memberi motivasi dan nasehat serta doa yang sangat berharga dan tidak
tidak dapat tergantikan oleh apapun di dunia ini. Begitu juga kepada saudara-
saudara tersayang dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberi
semangat kepada penulis untuk melanjutkan penulisan skripsi ini hingga
selesai.
2. Bapak Dr. Masiyan,M.Ag sebagai pembimbing I dan Dr. D.I Ansusa Putra,
Lc,.M.A,.M.Hum sebagai pembimbing II, dan kepada Ibu Ermawati,
S.Ag,.MA sebagai pembimbing akademik (PA), yang telah berkenan
meluangkan waktu dan menyempatkan diri membimbing dan memberi
masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada bapak (nama penguji) selaku penguji
utama dan kepada bapak (nama penguji) sebagai penguji kedua yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta arahan dan masukan kepada penulis
sehingga selesai penulisan skripsi ini.
3. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Abdul Halim,
M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, dan juga kepada
Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, M.HI selaku ketua prodi Ilmu Alquran
dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Serta kepada seluruh
bapak/ibu dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Selain itu,
-
ix
ucapan terima kasih juga kepada karyawan/karyawati pustaka Ushuluddin,
pustaka UIN Jambi, dan pustaka Wilayah, yang telah membantu untuk
mencari bahan rujukan serta memberi kemudahan kepada penulis dalam
pengurusan administrasi selama penulisan skripsi.
4. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan,
teman-teman angkatan 2016 jurusan IAT dan teman-teman di pondok
pesantren Darul Arifin. Kalian semua luar biasa, sukses buat kita.
Akhirnya penulis menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt, semoga
amal kebaikan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah swt.
Amin ya Rabbal „Alamin.
Jambi, April 2020
Penulis,
Andi Zainal Abidin
NIM: UT.160069
-
x
DAFTAR ISI
NOTA DINAS ......................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................... ii
PENGESAHAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
MOTTO ................................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Batasan Masalah........................................................................................... 6
D. Tujuan dan kegunaan penelitian................................................................... 6
1. Tujuan penelitian ...................................................................................... 6
2. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7
F. Metode Penelitian......................................................................................... 9
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 9
2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 10
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 10
4. Metode Analisis Data ............................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB II PARADIGMA MUFASSIR TERHADAP PENAFSIRAN KATA
‘AMAD ................................................................................................... 13
A. Definisi Kata „Amad ................................................................................... 13
B. Ayat-ayat Tentang „Amad .......................................................................... 15
1. Kata „amad disebut dalam 3 ayat ........................................................... 16
2. Kata „imaad disebut dalam Surah al-Fajr ayat 6-9 ................................. 17
C. Penafsiran Kata „Amad Dalam Kitab Tafsir .............................................. 17
-
xi
1. Periode Tafsir Klasik .............................................................................. 18
2. Periode Tafsir Kontemporer (Modern) ................................................... 19
BAB III ANALISIS PENAFSIRAN ZAGLUL AL-NAJJAR DALAM
SURAT AL-RA’D AYAT 2 .................................................................. 25
A. Biografi Zaglul Al-Najjar ........................................................................... 26
1. Namanya ................................................................................................. 26
2. Riwayat Pendidikan ................................................................................ 27
3. Pekerjaan, Kegiatan Ilmiah dan Akademik ............................................ 28
4. Karya-karya ............................................................................................ 31
B. „Amad Di dalam Ilmu Kosmologi (Sains) .................................................. 32
1. Gaya Nuklir Kuat ................................................................................... 33
2. Gaya Nuklir Lemah ................................................................................ 34
3. Gaya Elektromagnetik ............................................................................ 34
4. Gaya gravitasi ......................................................................................... 35
C. Gravitasi Universal Newton ....................................................................... 37
D. Gelombang Gravitasi ................................................................................. 39
E. Teori Superstring dan Kohesi Alam Semesta ............................................ 40
BAB IV ANALISIS KATA ‘AMAD PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN ILMU
DAN SAINS ........................................................................................... 44
A. Langit Dan Bumi Suatu Yang Padu ........................................................... 46
B. Meluasnya Bangunan Langit Dengan Kekuatan ........................................ 55
C. Langit Pada Mulanya Berupa Asap............................................................ 57
D. Langit dan Bumi Tidak Jatuh Dengan Adanya Kekuatan Gravitasi .......... 59
E. Langit Sebagai Atap ................................................................................... 65
1. Troposfer ................................................................................................ 66
2. Stratosfer ................................................................................................ 67
3. Mesosfer ................................................................................................. 67
4. Termosfer ............................................................................................... 68
5. Eksosfer .................................................................................................. 68
F. Makna Tujuh Lapis Langit ......................................................................... 68
-
xii
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72
A. Kesimpulan ................................................................................................ 72
B. Saran ........................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
CURICULUM VITAE ........................................................................................ 78
-
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan hurufdan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi
dengan huruf dan tanda sekaligus.
Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin.
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Sa Ṡ ثes (dengan titik di
atas)
Jim J Je ج
Ha Ḥ حha (dengan titik di
bawah)
Kha Kh ka dan ha خ
Dal D De د
Zal Ż ذZet (dengan titik di
atas)
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
-
xiv
Syin Sy Es dan ye ش
Sad Ṣ صEs (dengan titik di
bawah)
Dad Ḍ ضEs (dengan titik di
bawah)
Ta Ṭ طEs (dengan titik di
bawah)
Za Ẓ ظEs (dengan titik di
bawah)
، ain„ عKoma terbalik (di
atas)
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Ki ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha ه
Hamzah ´ Apostrof ء
-
xv
Ya Y Ye ي
B. Vokal (tunggal dan rangkap)
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
------َ Fathah A A
---ِ--- Kasrah I I
---ُ--- Dhammah U U
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
--َ--ي Fathah dan ya‟ Ai a-i
--َ--و Fathah dan wau Au a-u
C. Vokal Panjang (maddah)
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
َ Fathah dan alif Ā ا
a dan garis di
atas
Fathah dan ya‟ Ā َي a dan garis di
atas
-
xvi
Kasrah dan ya‟ Ī i dan dan garis ّي
Dhammah dan وِ wawu
Ū U dan garis di
atas
Contoh:
َ qāla - َكال
ramā - َرَمى
َ qīla - ّكْيل
ِ yaqūlu - َيَلْيل
D. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:
1. Ta marbutah hidup
Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dhammah, transliterasinya adalah /t/
2. Ta marbutah mati
Ta marbutah yang matiatau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah /h/ Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka
ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
َلأَْطَفالَرْوَضث ا - rauḍah al-aṭfāl
لدنيرةَ al-Madīnah al-Munawwarah - الددينث ا
Ṭalḥah - طلدث
E. Syaddah
-
xvii
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
rabbanā - رب نا
ل nazzala - نز
ر al-birr - الَب
F. Kata Sandang (di depan huruf syamsiah dan qamariah)
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال
namun dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.
1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiah
Kata sandang yang dikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti huruf qamariah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang ditulis
terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sandang.
Contoh:
جل ar-rajulu - الر
دة ي as-sayyidatu - الس
مس asy-syamsu - الش
-
xviii
al-qalamu - الللم
G. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
ta´khużūna - حأخذون
´an-nau - النيء
syai´un - شيئ
H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi´il, isim maupun harf, ditulis terpisah,
hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan
maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata
lain yang mengikutinya.
Contoh:
اّزّقيْ لرَََّذِو َخْي ِر ا
َّٰلَل ل
َنَّ ا
َ wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn - َو إ
لدّي َزانَ َو ا
َْيل
َلكَْوِفيا ا
َ fa auful kaila wal mīzāna - َفأ
ّلْيل لخََ ibrāhīmul khalīl - ّإْةَراّوْيِم ا
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti
apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk
menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu
-
xix
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
َرسيل لاَ Wa mā Muḥammadun illā rasūl - وما َمحمد إ
ل َةيج َوضع لَلناسن إ و َأ - Inna awwala baitin wuḍi‟alinnāsi
لػالمْينَ Alḥamdu lillāhi rabbil „ālamīn - الحمد ّٰلَل َرب ا
Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan
kata lain, sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak
dipergunakan.
Contoh:
ّٰلل َو َكخح َكريبَ Naṣrun minallāhi wa fatḥun qarīb - نصه َمن ا
لأمر َجميػاَ Lillāhil amru jamī‟an - ّٰلل ا
َشيئ َعليم ّٰلل َةكل
َ Wallāhu bikulli sya‟in alīm - و ا
J. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefashihan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.
Karena itu, peresmian pedoman transliterasi Arab Latin (versi Internasional) ini
perlu disertai dengan pedoman tajwid.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang menetapkan masalah akidah dan hidayah,
hukum syari‟at dan akhlak. Bersamaan dengan itu, di dalamnya juga terdapat
ayat-ayat yang menunjukkan berbagai kenyataan ilmiah, sehingga memberikan
dorongan kepada manusia untuk mempelajarinya, membahas, dan menggalinya.
Al-Qur‟an al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam
agama Islam, memandang bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah
merupakan realitas-realitas independen apalagi terakhir (ultimate), melainkan
“tanda-tanda” (signs,ayat) dari kebesaran dan keberadaan tuhan.1 Selain itu al-
Qur‟an juga sebagai sumber ajaran dan landasan utama bagi sebuah pemikiran dan
peradaban Islam. Maka banyak ayat al-Qur‟an menuntut manusia agar senantiasa
membaca, mengkaji dan memahaminya. Dengan demikian, untuk mengerti dan
memahami isi al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya, maka dibutuhkan sejumlah
perangkat, di antaranya yang paling utama yaitu ilmu tafsir. Tafsir secara
etimologis berarti al-idhah wa al-tabyin, penjelasan dan keterangan. Dan secara
terminology ilmu tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab al-Qur‟an, menjelaskan
maknanya, menggali hukum-hukum, hikmah dan ilmu yang terkandung di
dalamnya.2 Yaitu dengan penafsiran yang bercorak ilmiah untuk menjelaskan
isyarat-isyarat al-Qur‟an mengenai gejala alam yang bersentuhan dengan wujud
Tuhan yang Maha hidup dan Mahakuasa.3
Ayat-ayat al-Qur‟an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau
menjadi ilmuwan begitu banyak. al-Qur‟an menggunakan berbagai istilah yang
berkaitan dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan
mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; al-Ghasyiyah:
17-20; Yunus: 101; al-Anbiya‟: 30), membaca (al-„Alaq: 1-5) agar mengetahui
suatu kejadian (al-An‟am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15),
menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus:
1Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains&Sosial, (Jakarta: AMZAH 2012), 1
2 Tim Tafsir Salman, Tasfir Ilmiah Atas Juz „Amma, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), 27.
3 Samsurrahman, Pengantar „Ilmu tafsir, (Jakarta: AMZAH 2014), 190.
-
2
2
101; al-Ra‟d: 4; al-Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah:5, 13), menjadi ulu al-
albab (ali „Imran: 7; 190-191; al-Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus:
3).
Sedangkan pandangan al-Qur‟an tentang sains maupun teknologi, dapat
diketahui dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:
َق ََقِۚ َخل
َّذْي َخل
ََّك ال ّ
ّةاْسّم َرة َْساَن ّاْكَرأ
ّْانَْم ال
َّّمِۙ َعل
ََللَْم ّةال
َّّذْي َعل
ََّرِمِۙ ال
ْكَاَْك ال َوَرةُّ
ٍْقِۚ ّاْكَرأ
ََساَن ّمْن َعل
ّْانْال
مْ َْم َيْػل
َ َما ل
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya”. (al-„Alaq: 1-5).4
Kata iqra‟, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang
tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra‟ itu mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia5
Salah satu tanda-tanda kebenaran di dalam al-Qur‟an dan alam semesta
dipadukan melalui mukjizat al-Qur‟an dan mukjizat alam semesta yang
menggambarkan kekuasaan tuhan karena al-Qur‟an lebih dahulu daripada temuan
ilmiah. Masing-masing mengakui dan membenarkan mukjizat yang lain agar
keduanya menjadi pelajaran bagi setiap orang yang mempunyai akal sehat dan
hati bersih atau orang yang mau mendengar, Allah Swt menciptakan fitrah yang
bersih dan mulia dalam diri manusia, lalu melengkapimya dengan bakat dan
sarana pemahaman yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui
kenyataan-kenyataan besar di alam semesta ini. Fitrah manusia mukmin mengarah
ke alam semseta untuk mengungkap rahasia dan tujuan penciptaan-Nya serta
4 Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word. 5 Jamal Fakhri, “Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”, Jurnal TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010. 125.
-
3
berakhir dengan memahami posisi dirinya di alam semesta dan menentukan
bagaimana ia harus berbuat dan bersikap. Tidak hanya manusia tetapi seluruh
alam semesta ini diciptakan dengan fitrah keimanan kepada Allah Swt, Tuhan
semesta alam.6
Epistemologi sufi melalui penafsiran-penafsiran fenomena alam (dalam
kajian sufistik), D.I Ansusa Putra menjelaskan bahwa fenomena alam merupakan
salah satu jalan untuk mencapai esensi Tuhan. Sedangkan keberadaan Tuhan
dapat dikaji melalui tanda-tanda-Nya.7 Sudah terdapat beberapa kebenaran ilmiah
yang telah dijelaskan oleh al-Qur‟an, tetapi tujuan penjelasan ayat al-Qur‟an
tersebut untuk menunjukkan dan membuktikan kebesaran Tuhan dan keesaan-
Nya, serta memberikan motivasi dan mendorong manusia untuk mengadakan
penelitian dan observasi agar lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-
Nya.8
Salah satu yang merupakan penelitian ilmiah yaitu pembuktian kebenaran
al-Qur‟an terhadap bagaimana penciptaan alam semesta. Sekian lama para ilmuan
berpendapat bahwa alam semesta bersifat azali (sudah demikian semenjak di
ciptakan) dan costan (tidak berubah). Namun, abab-20 membuktikan bahwa ilmu
astronomi mengalami perkembangan yang signifikan,9 sehingga mampu menguap
misteri dari berbagai aspek pembahasan penelitian seperti konsep penciptan alam
semesta, pemisahan langit dan bumi dan lain sebagainya. Namun, pembahasan
pada penelitian ini penulis akan mengangkat sebuah penelitian ilmiah tentang
“Tiang langit” sebagaimana Allah Swt menjelaskan di dalam al-Qur‟an pada
surah Ar-Ra‟d ayat 2 sebagai berikut:
َٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا ّذْي َرَفَع السَّ
َِّ ال ّٰلله
َ ا
6 Ahmad Fu‟ad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur‟an, terjemahan M.Arifin, (Jakarta:PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2006) 1-2. 7 D.I Ansusa Putra, Jurnal: Epistemologi Tafsir Sufi Perspektif Esoterik-Fenomenologi
(Jurnal Ulul Albab Volume 19, No.2 Tahun 2018), 185. pdf 8 M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan Media Utama, 2013), 75.
9 Hisham Talbah, Perj, Syarif Hade Masyah, Ensiklopedia Mukzizat Al-Qur‟an dan Hadis,
(PT. Sapta Sentosa, 2009).
-
4
”Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat”. (QS. Ar-Ra‟d:2).10
Makna “tiang” langit dalam bahasa Arab yaitu „amad yang merupakan
jama‟ dari kata „imaadun yang bermakna tiang. Wahbah Az-Zuhaili
mengemukakan pendapat tentang permasalahan ini di dalam tafsirnya (Tafsir Al-
Munir) bahwa Allah Swt menginformasikan kesempurnaan dan totalitas kuasa-
Nya dan keagungan kekuasan-Nya. Allah Swt yang menciptakan langit tanpa
tiang, kita tidak melihat adanya tiang dan pilar karena langit memang tidak
mempunyai tiang dan pilar sama sekali. Kalimat (َحَروَنَىا) adalah untuk memperkuat
makna keberadaan langit tanpa tiang. Maksudnya bahwa Allah membuktikan
wujud dan kuasa-Nya. Seandainya langit memiliki tiang dan pilar, tentu ayat ini
tidak mengandung bukti petunjuk wujud Allah Swt. langit bisa tegak dengan
kuasa Allah Swt, penjagaan, pemeliharaan dan penganturan-Nya. Allah Swt yang
menjadikannya seperti itu. Walaupun ada yang mengatakan, itu adalah
keseimbangan hukum gravitasi antara bintang-bintang dan planet-planet, tetap
saja itu semua adalah ciptaan Allah Swt.11
Pendapat di atas sesuai firman Allah Swt secara tekstual, bahwa benar Allah
swt menciptakan langit dan bumi diantara keduanya tidak ada tiang. Namun,
berbeda halnya dengan pendapat Zaghlul Al-Najjar bahwa langit itu terangkat
sebab ada tiangnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
pemahaman Zaglul Al-Najjar di dalam kitab tafsir Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī
Al-Qur‟anil Al-Karīm tentang hal tersebut.
Maka berkenaan dengan penelitian pada skripsi ini, Allah Swt telah
menjelaskan di dalam al-Qur‟an secara umum bahwa langit dan bumi itu adalah
sebuah gumpalan atau satu yang padu yang dipisahkan. Firman-Nya di dalam
surah al-Anbiya‟: [21]: 30 :
10
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
11 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari‟ah, Manhaj ) terjemahan (Jakarta:
Gema Insani, 2014), 105-106.
-
5
ْم َيَر ََولَ َذْيٍء َح ا
َّلَِماّۤء ك
َْنا ّمَن ال
ْانََتا َرْحًلا َفَفَخْلٰنِىَما َوَجَػل
َْرَض ك
َاْٰمٰيّت َوال نَّ السَّ
ََفِرْوا ا
َّذيَْن ك
َّا ال
ََفلٍَ ا ي
ِيْؤّمِنْيَن
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”12
Al-Qur‟an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, tetapi
para ilmuwan dari hasil observasinya mengemukakan bahwa kejadian tersebut
benar adanya. Observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang
raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. ini berarti
bahwa alam semesta berekspansi. Ekspansi itu, menurut fisikawan Rusia George
Gamow (1904-1968), melahirkan sekitar seratus miliar galaksi yang masing-
masing rata-rata memiliki 100 miliar bintang, apabila ditarik kebelakang,
kesemuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron.13
Namun,
pembahasan lebih lanjut akan pada penelitian ini akan di jelaskan pada bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi masalah utama dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana pemahaman makna „amad (tiang langit) surah
ar-Ra‟d ayat 2 dalam penafsiran tafsir „ilmi (ilmiah)?. Masalah utama ini akan
duraikan dalam sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad dalam surah
ar-Ra‟d ayat 2?
2. Bagaimanakah pandangan sains dalam menjelaskan „amad (tiang langit?
12
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
13 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmiah Dan Pemberitaan Ghaib) (Bandung: PT Nizan Pustaka, 2007). 175-176.
-
6
C. Batasan Masalah
Setelah pemaparan latar belakang di atas bahwa di dalam al-Qur‟an yang
menjelaskan tentang „amad (tiang langit) cukup luas dan tidak hanya pada satu
ayat seperti penulis cantumkan di atas. Namun, terdapat pada empat ayat dengan
dua kata yang berbeda yaitu „amad terdapat pada surah Ar-ra‟d ayat 2, Luqman
ayat 10, al-Humazah ayat 9, dan „imaad terdapat pada surah al-Fajr ayat 6-9
Namun, di dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan terfokus
pada satu ayat yaitu surah ar-Ra‟d ayat ke-2 terhadap pemahaman Zaglul al-Najjar
di dalam kitab Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm pada kata
„amad dan juga bagaimana pandangan dalam ilmu sains berpadu dengan dalil-
dalil Al-Qur‟an.
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
Rumusan masalah di atas dapat membantu penulis untuk menetapkan
maksud dan tujuan penelitian, sehingga penelitian ini mencapai target yang
diinginkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengungkap beberapa
masalah berikut ini:
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah utama pada penelitian ini, yaitu
Bagaimana pemahaman makna „amad (tiang langit) surah ar-Ra‟d ayat 2
dalam penafsiran tafsir „ilmi (ilmiah). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad
dalam kitab Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm.
b. Untuk mengetahui pandangan sains dalam menjelaskan kata „amad
dalam kitab Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟anil Al-Karīm
2. Kegunaan Penelitian
a. Agar menambah wawasan penafsiran al-Qur‟an yang berkaitan dengan
ayat-ayat ilmiah tentang tiang langit.
-
7
b. Menambah refrensi keilmuan (khazanah) Islam terhadap penafsiran
ayat al-Qur‟an tentang tiang langit.
c. Memberikan kontribusi bagi pengembangan-pengembangan studi tafsir,
terutama paradigma tafsir yang berkaitan langsung dengan ilmu-ilmu
pengetahuan modern.
Dengan demikian, besar harapan penulis agar semoga penelitian ini
memberikan kontribusi, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan rujukan karya
Ilmiah lain yang yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang sedang
peneliti kerjakan. Dengan tinjauan pustaka ini, penulis ingin menunjukkan bahwa
apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama,
Skripsi karya Agus Rizal dengan judul “Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut al-
Qur‟an Berdasarkan Penafsiran Surah al-Anbiya` Ayat 30”14
. Skripsi ini meneliti
tentang bagaimana proses pemisahan antara langit dan bumi, ketika menafsirkan
kata ratqa dan fatqa ahli tafsir berbeda penafsiran. Sebagian Mereka menafsirkan:
dulu langit dan bumi adalah sesuatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya
dengan mengangkat langit ke tempatnya. Sebagian ulama yang lain
memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang
terpadu. Para pakar banyak menemukan bukti yang cukup kuat, yang menyatakan
bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan
ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara langit
dan bumi.
Pembahasan masalah asal mula kejadian dan evolusi alam sebenarnya
merupakan perkara ghaib yang pada hakikatnya hanya Allah lah yang
mengetahuinya. Namun, Allah Swt memerintahkan agar manusia memperhatikan
serta memikirkan apa yang ada di langit dan di bumi, sebagaimana telah Allah
informasikan di beberapa ayat dalam al-Qur‟an tentang fenomena alam bahwa
14
Agus Rizal (NIM: 341103101) Skripsi: Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut Al-Qur‟an
Berdasarkan Penafsiran Surah Al-Anbiya` Ayat 30, (Darussalam-Banda Aceh: Jurusan Tafsir
Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2016). pdf
-
8
langit itu sebagai atap tanpa tiang yang meyangga karena dengan kekuatan yang
di ciptakan oleh Allah.
Kedua, Jurnal Ade Jamarudin dengan judul “Konsep Alam Semesta
Menurut Al-Qur‟an”15
Dalam Al-Qur‟an dikatakan bahwa alam semesta
“mengalami perluasan atau mengembang”. Pada awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa
alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan.
Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan
teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”. Pada awal abad ke-20,
fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George
Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan
menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan
teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-
bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di
mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa
alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan
di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus
mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam al-Qur‟an pada saat tak seorang
pun mengetahuinya. Ini dikarenakan al-Qur‟an adalah firman Allah, Sang
Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Ketiga, Muhammmad Rusli dengan judul “Konsep Penciptaan Alam
Semesta Dalam Tafsir Al-Misbah.”16
Pada surah Al-Anbiya‟: 30 ayat dipahami
oleh sebahagian para ilmuan sebagai salah satu mukjizat al-Qur‟an yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang
dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang
15
Ade Jamarudin, Jurnal: Konsep Alam Semesta Menurut Al-Qur‟an (JURNAL
USHULUDDIN Vol. XVI No. 2, Juli 2010), 145. pdf 16
Muhammad Rusli (10832002773), Skripsi: Konsep Penciptaan Alam Semesta Dalam
Tafsir Al-Misbah, (Riau: Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Kasim Riau,
2013), 57. pdf.
-
9
menyatakan bahwa langit dan bumi yang tadinya merupakan satu gumpalan atau
yang diistilahkan oleh ayat ini dengan (َرحََّلا) ratqan, lalu gumpalan itu terpisah
sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi. Allah membelah langit dan
bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan di bumi, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas
dan membiarkan bumi ditempatnya berada di bawah lalu memisahkan keduanya
dengan udara.
Rujukan karya ilmiah yang telah penulis paparkan di atas, berbeda dengan
penelitian yang akan penulis teliti. Ketiga penelitian ini mempunyai relevansi
dengan penelitian yang akan penulis teliti, yaitu dalam penelitian ini penulis juga
akan menjelaskan bagaimana konsep atau proses terciptanya alam semesta, hanya
saja dalam penelitian ini lebih spesifik dalam meneliti tentang pemahaman makna
„amad menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an
Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an dan Sains.
F. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah, agar lebih terarah dan rasional diperlukan
suatu metode yang sesuai dengan obyek yang akan dikaji, karena metode
merupakan cara bertindak supaya penelitian berjalan terarah dan mencapai hasil
yang maksimal.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan merupakan cara berpikir yang
diadopsi peneliti tentang bagaimana desain riset dibuat dan bagaimana
penelitian akan dilakukan. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan tafsir „ilmi. Yaitu pendekatan yang berorientasikan
sains. Objektif kajian ini adalah untuk menganalisis terjemahan makna ayat
Al-Kauniyyah dalam terjemahan al-Qur‟an yang lebih sesuai seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dewasa ini.
-
10
2. Sumber dan Jenis Data
Penulisan ini bersifat Study kepustakaan (library research), yaitu
mengumpulkan data dari berbagai literatur yang ada hubungan dengan
penulisan ini yang selanjutnya diformulasikan kedalam bentuk karya ilmiah.
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapat informasi secara lengkap
serta menyatukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam
melakukan penelitian dan kegiatan ilmiah. Terdapat dua sumber kepustakaan
yang menjadi rujukan dalam penelitian ini,yaitu:
a. Sumber Data Primer
Untuk penulisan ini, penulis menggunakan buku-buku dan juga
sumber yang lain yang ada hubungannya atau literatur yang menjadi
refrensi utama dalam penelitian ini. Adapun literatur pokok dalam
penelitian ini adalah kitab Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm
karya Zaglul al-Najjar.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah bahan rujukan kepustakaan yang
menjadi pendukung dalam penelitian ini, baik berupa buku, artikel, tulisan
ilmiah, internet dan lain sebagainya guna dapat melengkapi data-data
primer di atas sehingga dapat memperkuat argumentasi yang dibangun
dalam skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan ini yaitu dengan mengumpulkan
berupa buku, artikel, tulisan ilmiah, internet dan lain sebagainya untuk di
susun sesuai pembahasan yang berkaitan.
4. Metode Analisis Data
Penelitian ini dapat dikategorikan tafsir tematik atau tafsir maudhu‟I
karena metode ini adalah metode yang efektif untuk dapat memperoleh
kesimpulan yang komprehensif dari seluruh ayat yang memuat tema tentang
tiang (langit). Setelah mendapatkan data-data yang cukup baik dari sumber
primer dan sekunder kemudian penulis melukakan analisa.
-
11
Data-data yang telah terkumpul mengenai seputar penafsiran
Zaglul al-Najjar terhadap ayat-ayat tentang tiang langit dan teori
pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengannya disusun secara sistematik,
dan kemudian dijelaskan dan dianalisis. Dalam rangka mencari
pemahaman mengenai penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap ayat-ayat
tentang tiang langit serta korelasinya dengan teori pengetahuan ilmiah.
Dan juga metode penulisan skripsi ini berpedoman pada buku panduan
karya tulis ilmiah yang di sepakati pada Fakultas Ushuluddin UIN STS
Jambi.17
Adapun penerjemahan ayat-ayat al-Qur‟an, penulisan mengacu
pada terjemahan al-Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia,
sementara penerjemahan tafsir ayat yang berkenaan dengan penulisan,
penulis harus menggunakan penerjemah dan juga kamus bahasa Arab
karena belum menguasai bahasa Arab seutuhnya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini agar sistematis dan untuk menjawab pertanyaan
pada penelitian ini, maka merujuk pada tekhnik penulisan yang disepakati pada
Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi. Secara ringkas pembahasan ini terbagi
kepada empat bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I membahas latar belakang masalah, yaitu mengapa topik ini diangkat
menjadi permasalahan untuk diteliti. Sementara untuk lebih memfokuskan
permasalahan, maka akan dikemukakan rumusan masalah. Kemudian tujuan dan
kegunaan penelitian, yaitu menguraikan target yang akan dicapai dalam penelitian
dan kegunaannya untuk memberi kontribusi terhadap pengembangan studi tafsir
khusunya serta yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Untuk
membuktikan bahwa penelitian ini belum ada pembahasan sebelumnya maka
dalam bab ini perlu dikemukakan tinjauan pustaka. metode penelitian juga
dikemukakan karena untuk memberikan gambaran tentang prosedur dan cara
17
Arifullah dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi 2016).
-
12
penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini, dan yang terakhir
pada bab I adalah sistematika penulisan, sebagai gambaran awal dari penelitian.
Bab II menjelaskan penafsiran kata „amad dalam perspektif beberapa
mufassir. Kemudian menyimpulkan bagaimana paradigma mufassir secara
mayoritas. Yang mana merupakan penafsiran sesuai dengan periodesasi atau
perkembangan zamannya, yaitu periode klasik dan periode modern. Selanjutnya,
pada bab III yaitu penjelasan bagaimana pandangan Zaglul al-Najjar dalam
penafsiran kata „amad di dalam kitab tafsir Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-
Karīm, dengan penjabaran pembahasan dengan konsep ilmiah. Bab IV yaitu
penjelasan kata „amad dalam ilmu sains yang dipadukan dengan dalil-dalil al-
Qur‟an. Kemudian bab V adalah bab yang terakhir dari pembahasan skripsi ini
yaitu, penutup yang meliputi; kesimpulan dari pembahasan tentang tiang langit
dan kemudian saran-saran.
-
13
BAB II
PARADIGMA MUFASSIR TERHADAP PENAFSIRAN KATA ‘AMAD
A. Definisi Kata ‘Amad
Dalam bahasa Arab kata (الػمد) adalah sesuatu yang dibebankan padanya,
dan di katakan (غمد) adalah sesuatu yang ditopangi, yang berdiri. Kata (غماد)
yaitu suatu yang disandari, dan kata (غمدت) adalah sesuatu yang apabila
disandari, seperti tembok dan kata (الػميد) adalah sesuatu yang berdiri atau yang
ditopangi atasnya layaknya tenda dari kayu atau seperti ( البيج غميد ) tiang
rumah.18
Secara bahasa kata غمد terdiri dari tiga huruf disebut juga dengan fi‟il
tsulatsi mujarrad, juga tergolong fi‟il yang membutuhkan objek (fi‟il muta‟addi)
seperti: غمدت السلف (saya telah menopang atap), دخيمثاغم (saya sedang
menopang tenda), اغمد السلف (topanglah atap tersebut), dan mashdarnya غمد
bermakna penopang. Kata غمد adalah bentuk jama‟ dari غماد yang artinya tiang,
peyangga atau penopang. Maksud غمد adalah fi‟il yang membutuhkan objek
yaitu disebut penopang atau tiang karena ada sesuatu yang ditopangi, seperti
halnya dalam surah ar-Ra‟d ayat 2 bahwa langit adalah objek yang ditopangi oleh
18
Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah fi Al-Qur‟an Al-Karim, (Beirut: Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379
-
tiang (langit).19
Sedangkan secara istilah kata غمد bermakna tiang, yang gunanya
menyangga benda-benda yang terbentang atasnya. Semua benda yang
dibentangkan atas tanah pasti memerlukan tiang sebagai penyangga. Dalam
teknologi rekayasa kontruksi, telah ditemukan bagaimana suatu atap dapat
dibentang tanpa tiang yang meyangganya. Hal seperti ini hanya mungkin
dilakukan bila bentuk bangunan itu bulat seperti bola (spherical, surface of
evolution). Namun demikian, para ahli belum sepakat tentang bentuknya.
Sebagian menyatakan bahwa bentuknya mesti seperti bola, yang lain mengatakan
seperti sadel, dan ada pula yang berpendapat bahwa bentuknya seperti terompet.
Pada kontruksi demikian, dinding dan tiang menyatu menjadi permukaan bola itu
sendiri. Dengan demikian, kita dapat memahami kontruksi lagit tanpa tiang hanya
mungkin apabila langit itu berbentuk bola. Dari penemuan ilmiah diungkapkan
bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang bentuknya seperti sebuah bola
besar.20
Sedangkan dalam KBBI definisi tiang adalah tonggak panjang dari bambu,
besi, kayu dan sebagainya untuk menyokong atau meyangga (atap, lantai,
jembatandan sebagainya) atau sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,
penghidupan dan sebagainya.
Tiang memiliki 5 arti, tiang adalah sebuah homonim karena arti-artinya
memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Arti dari tiang
dapat masuk ke dalam jenis kiasan sehingga penggunaan tiang dapat bukan dalam
arti yang sebenarnya. Tiang memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda
sehingga tiang dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Berikut ini adalah arti tiang:
Pertama Arti kata tiang adalah tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dan
sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan. Contoh: tiang antena,
19
Abdul Ghani Abu al-„Azam, Mu‟jam Al-Ghaniy, (Tarikh Al-Nasyr: 2014). 20
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama
RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-
Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 297.
-
tiang listrik, tiang telepon, (bendera) setengah tiang, bendera yang dipasang hanya
sampai di tengah-tengah tiang sebagai tanda berdukacita.
Kedua Arti kata tiang adalah tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal
untuk memasang layar dan sebagainya. Contoh: Tiang agung, tiang topang, kapal
dua tiang.
Ketiga Arti kata tiang adalah tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga
(atap, lantai, jembatan, dan sebagainya). Tiang juga berarti pilar.
Keempat Arti kata tiang adalah sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,
penghidupan, dan sebagainya. Contoh: Salat merupakan tiang agama, tentara yang
kuat adalah tiang negara, usaha perkebunan buah-buahan merupakan tiang
penghidupan mereka.
Kelima Arti kata bertiang adalah ada tiangnya. Bertiang juga berarti
mempunyai tiang.21
Definisi dan arti kata tiang adalah tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu
dan sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan. Contoh, tiang antena,
tiang listrik, tiang telepon, (bendera) setengah tiang, bendera yang dipasang hanya
sampai di tengah-tengah tiang sebagai tanda berdukacita. Arti lainnya dari kata
tiang adalah tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal untuk
memasang layar dan sebagainya. Contoh, tiang agung, tiang topang, kapal dua
tiang.
B. Ayat-ayat Tentang ‘Amad
Dalam aspek ilmiah, meskipun al-Qur‟an bukan kitab ilmu pengetahuan,
tidak sedikit ayat-ayatnya yang berbicara tentang isyarat-isyarat ilmu pengetahuan
dan metode pengembangannya. Tidak kurang dari 750 ayat di antaranya berbicara
tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Kebenaran al-Qur‟an antara lain
terungkap dan terbukti dengan banyaknya penemuan ilmiah dan berkembangnya
ilmu pengetahuan.22
21 Lektur.ID, “Tiang-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, diakses melalui alamat
https://lektur.id/arti-tiang/. tanggal 03 Maret 2020. 22
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan ghaib),(Bandung:PT Mizan Pustaka, 2007). 115
https://lektur.id/arti-tiang/
-
Dalam al-Qur‟an telah disinggung hakikat-hakikat ilmiah yang
dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak
terlepas dari ciri umum reaksinya, yakni memuaskan orang kebanyakan dan para
pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan
para pemikir melalui perenungan dan analisis dengan tujuan mendapatkan makna-
makna yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan itu. Salah satunya seperti
hakikat ilmiah tentang bagaimana penciptaan langit dan bumi dan lebih terfokus
kepada ayat tentang ilmiah yang menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit
tanpa tiang.
Disebutkan dalam kitab Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur‟ānil Karīm
tentang redaksi ayat ini pada surah ar-Ra‟d ayat 2, surah Luqman ayat 10, surah
al-Humazah ayat 6-9 dengan kata „amadin dan disebutkan pula dengan kata yang
berbeda yaitu „imaadin yang terletak pada surah al-Fajr ayat 6-9.23
1. Kata ‘amad disebut dalam 3 ayat
a. Surah Ar-Ra’d Ayat 2
ٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا ِذمَّ اْسَخٰيى ّذْي َرَفَع السََِّّ ال ّٰلله
ََلَمرَ ا
ْْمَس َوال َر الشَّ َػْرّش َوَسخَّ
ْى ال
ََعل
ْم حِْيّكِنْيَن ِك ّْم ّةّلَلاّۤء َرة
ِكََّػلَٰيّج ل
ٰاْ ال
ِل ْمَر ِيَفص ّ
َاِْر ال ى ِيَدة ّ َسمًّ َجٍل مُّ
َّرْي ّلا جْ يَّ
ٌّلِ ك
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu”.24
b. Surah Luqman ayat 10 (dengan kata ‘amadin)
ِْم َوَةدَّ ّفْيَىا ّمْن ك
ِْن َحّمْيَد ّةك
َْرّض َرَواّدَي ا
َاْٰقى ّفى ال
ْلَٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا َوا َق السَّ
َّ َخل
ل
ّ زَ لَِْۢبْخَنا ّفْيَىا ّمْن ك ْن
ََماّۤء َماًۤء َفا َنا ّمَن السَّ
ْْنَزلَّرْيٍم َداۤةَّثٍ َوا
َ وٍْج ك
23
Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (Beirut: Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379
24 Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word
-
“Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis
makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan
dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik”.25
c. Surah al-Humazah ayat 9 (dengan kata ‘amadin)
َدٍة دَّ َ ّࣖفْي َغَمٍد ُّمُّ
“(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang”.26
2. Kata ‘imaad disebut dalam Surah al-Fajr ayat 6-9
ادٍّۖ َوَذِميْ َّبلَْىا ّفى ال
ِْق ّمْرل
َل ْم ِيخْ
َّتْي ل
َّّػَمادٍّۖ ال
َْك ّةَػادٍٍۖ ّاَرَم َذاّت ال َرةُّ
َْيَف َفَػل
َْم َحَر ك
َلَّذيَْن َجاِةيا ا
ََّد ال
َيادٍّۖ ْْخَر ّةال الصَّ
“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap (kaum) „Ad? (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum „Ad)
yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah
dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain, dan (terhadap) kaum
samud yang memotong batu-batu besar di lembah”.27
C. Penafsiran Kata ‘Amad Dalam Kitab Tafsir
Aktifitas penafsiran al-Qur‟an telah melawati proses sejarah yang sangat
panjang, dimulai sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup hingga sampai
sekarang. Munurut Muhammad Husain adz-Dzahabi secara garis besar penafsiran
Al-Qur‟an dibagi menjadi dua periode, yaitu periode klasik dan periode modern.
Tafsir al-Quran pada masa klasik mencakup masa Nabi Muhammad saw, sahabat,
25
Ibid. 26
Ibid. 27
Ibid.
-
dan tabi‟in, masa kodifikasi (pembukuan). Periode klasik merentang dari masa
Rasulullah saw sampai dengan abad ke-8. Setelah abad ke-8 H dan selanjutnya,
disebut periode modern.28
Berdasarkan hal tersebut penulis akan menjelaskan tentang „amad menurut
beberapa kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer (modern). Sehingga dapat
mengetahui penafsiran para ulama sesuai dengan periodesasi atau perkembangan
zamannya. Dengan menampilkan penafsiran beberapa kitab tafsir terhadap
penafsiran kata „amad, diharapkan akan diketahui adanya perbedaan antara
penafsiran Zaqlul Al-Najjar dengan ulama tafsir yang lain.
1. Periode Tafsir Klasik
Tafsir periode klasik adalah tafsir yang muncul dan berkembang pada
masa rasulullah hingga munculnya tafsir pada masa pembukuan (akhir masa
Daulat Bani Umayyah atau awal Daulat Bani Abbasiyyah).29
a. Ath-Thabari
Ath-Thabari dalam kitab Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an
menjelaskan bahwa Allah Swt yang meninggikan tujuh lapis langit tanpa
tiang sebagaimana yang kita lihat, maka Allah menjadikan langit itu
sebagai atap yang tebal bagi bumi.
Dan „amad adalah jamak dari „umudun yaitu searti dengan sawariy
(tiang), sesuatu yang menopang bangunan.30
b. Al-Baghawi
Al-Baghawi dalam Tafsir al-Baghawi menafsirkan bahwa kata
„amad jamak dari „umudun yang bermakna peyangga ataupun penopang
yang terletak di bawah atap. Pada kata „taraunaha‟ ada dua pandangan,
salah satunya yakni kembali kepada kata as-sama‟ maksudnya kalian
melihat langit itu terangkat tanpa tiang (di bawahnya), yakni bukan tanpa
penopang ataupun penyangga dan juga tidak ada sesuatu yang
28
Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir(peta metodologi penafsiran Al-Qur‟an periode klasik hingga kontemporer), (Yogyakarta: NUN PUSTAKA YOGYAKARTA, 2003). 32.
29 Ibid, 33.
30 Abu Ja‟far Muhammad, Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an, (Bairut: Muassah ar-
Risalah, 1994), jilid IV, 401.
-
menggantungnya. Adapun pandangan kedua yakni kembali kepada kata
„amad. Maksudnya, ada tiang namun tidak terlihat. Dari perkataan ini
bahwasanya tiangnya langit itu di atas gunung qaf. Menurut ibnu Abbas
pandangan pertama adalah pandangan yang lebih benar dibanding
pandangan kedua.31
c. Al-Baidhawi (685 H)
Al-Baidhawi dalam Tafsir Al-Baidhawi menafsirkan bahwa kata
„amad jama‟ dari „imadun, seperti kalimat ihab dan ahab, atau „amud
seperti adimun dan adamun dan bisa dibaca „umudun seperti rusulun. Pada
kalimat taraunaha menjadi sifat bagi „amad atau kalimat baru untuk
kesaksian dengan penglihatan mereka kepada langit-langit seperti yang
demikian. Ini adalah dalil menunjukkan adanya sang pencipta yang
bijaksana, maka sungguh terangkatnya langit atas semua benda-benda
langit yang sama sepertinya dalam hakikat haramiyyah, dan
pengkhususannya dengan apa yang sesuai. Demikian itu mesti dengan
pengkhususan bukan dengan benda bukan pula dengan fisik yang
mendominasi sebagian kemungkinan atas sebagian keinginannya, dan atas
metode ini semuanya telah disebutkan dari beberapa ayat.32
2. Periode Tafsir Kontemporer (Modern)
Metode tafsir kontemporer adalah, metode penafsiran al-Qur‟an yang
menjadikan problem kemanusiaan yang ada sebagai semangat penafsirannya.
Persoalan yang muncul dihadapan dikaji dan dianalisis dengan berbagai
pendekatan yang sesuai dengan problem yang sedang dihadapinya serta
sebab-sebab yang melatar belakanginya. Tafsir kontemporer yang merupakan
kelanjutan dari tafsir modern mempunyai akar sejarah yang cukup panjang.
Sejarah tafsir modern bermula dari kemunculan modernisasi Islam.
Modernisasi Islam pun ternyata tidak ada begitu saja. Ia juga dipicu oleh
modernisasi dan renaissance yang muncul di Barat. Modernisasi tafsir muncul
31
Imam Husain bin Mas‟ud, Ma‟alimu al-Tanzil (Bairut: Darul Kitab „Ilmiyah, 1995), Juz
3, 426-427. 32
Nashiruddin Abi Sa‟id Abdullah, Anwaru at-Tanzil Wa Asrar at-Ta‟wil, (Bairut: Darul
Kitab „Ilmiyah, 1988), jilid I, 500-501.
-
karena masalah ketidakpuasan para mufassir modern terhadap karya-karya
mufassir sebelumnya. Para mufassir modern ini berpendapat bahwa karya-
karya mufassir sebelumnya tidak menyentuh permasalahan-permasalahan
umat.33
a. Tafsir Al-Maraghi
Menurut Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maragi menjelaskan bahwa
surah ar-Ra‟d ayat 2 adalah salah satu dalil yang menunjuk kepada wujud,
kesaan dan kekuasaan-Nya. Allah Swt menciptakan langit menjulang
tinggi dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan
penundukan-Nya saja langit itu menjulang tinggi dan dengan kejauhan
yang tidak kalian ketahui, kalian melihatnya tanpa tiang yang menjadi
sandaran dari bawahnya, dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari atas,
menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan wujud dengan tatanan
yang rapi dan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu,
dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak
terpisah antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga
matahari yang terdiri dari matahai, bulan dan bintang-bintang, di dalam
geraknya saling berhubungan dengan suatu tatanan khusus melalui gaya
tarik menarik yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah. Tidak
menyalahi jalan yang telah ditetapkan. Allah swt baginya. Demikianlah
keadaanya hingga alam ini berakhir.34
b. Tafsir Al-Azhar
Dalam tafsir Al-Azhar Prof DR. HAMKA berpendapat bahwa langit
itu sangatlah jauh dan berlapis-lapis, sehingga tidak ada batas tempat
tertumbuknya penglihatan. Melainkan hanya warna biru belaka yang kita
lihat. Disebut samawat, yang berarti banyak langit, sedangkan menurut
HAMKA adalah semua langit, yang juga kadang-kadang disebut di dalam
al-Qur‟an tujuh langit. Namun, hal itu sebenarnnya mengingatkan kepada
33
Hadi Mutamam, “Kontribusi dan Kritik Tafsir Kontemporer”, Jurnal AL-FIKR Volume 17 Nomor 1 Tahun 2013. 162.
34 Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Terjemah tafsir Al-Maraghi, (Mesir: Mushthafa Al-
Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M), Juz XIII, 106-109.
-
manusia bahwa langit itu terbentang demikian rupa di atas kepala kita, dan
bintang-bintang menghiasinya di waktu malam dengan indahnya, namun
dia melindungi kita laksana atap bagi kita, namun kita tidak melihat di
mana tiangnya. Apakah tiang itu? Apakah kekuatan daya tarik-menarik
dan perimbangan berat dan jarak di antara satu bintang dengan bintang
yang lain? Mungkin itulah tiangnya. Misalnya ukuran jarak di antara
matahari dengan bumi dan ukuran jarak antara bumi dengan bulan,
mungkin itu tiangnya.35
c. M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah memberikan
pandangan terhadap ayat ini bahwa Allah Swt yang menurunkan al-
Qur‟an, Allah juga yang meninggikan langit, yakni menjadikannya tinggi
sejak penciptaannya dalam keadaan tanpa tiang penyanggah yang dapat
kamu lihat dengan mata kepala kamu semua, atau yang kamu lihat
ketiadaannya dengan mata kepala kamu, kemudian Allah bersemayam di
atas „Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan antara lain guna
kemaslahatan makhluk.
Pada kalimat (رفع السماوات) yaitu mengandung makna memisahkannya
dari bumi, sehingga matahari dan bintang-bintang dapat memancarkan cahayanya
ke bumi, dan hujan yang ditampung oleh awan dapat tercurah. Itu semua telah
terjadi dan tidak mungkin akan terjadi tanpa ada yang mengatur dan
mengendalikannya. Selanjutnya, pada kalimat (ةغير غمد حرونىا) dalam arti
sebenarnya ada tiangnya, hanya saja tidak terlihat dengan mata kepala. Tiang
tersebut adalah daya-daya yang diciptakan Allah Swt sehingga tiang ini dapat
meninggi dan tidak jatuh ke bumi, serta tidak pula planet-planet yang ada di alam
raya ini saling bertabrakan.
35
Prof. DR. Haji Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: PUSTAKA
NASIONAL PTE LTD, tanpa tahun), Jilid 5, 3729-3731.
-
Kata ذم pada ayat ini bukan dimaksudkan untuk menunjukkan jarak waktu,
tetapi untuk menggambarkan betapa jauh berbeda dan besar tingkat penguasa
„Arsy, dibanding dengan penciptaan langit dan bumi. Kata رفع menggunakan
bentuk kata kerja masa lampau ketika berbicara tentang peninggian langit yaitu
„telah meniggikan‟. Sedangkan ketika berbicara tentang pengaturan-Nya
digunakan bentuk kata mudhari‟ (masa kini dan datang) yaitu يدةر ini karena
peninggian langit itu telah rampung dengan selesainya penciptaan langit dan
bumi. Sedang pengaturan dan pemeliharaan-Nya berlanjut terus menerus sejak
dahulu, sekarang, hingga masa mendatang.36
Dari beberapa penafsiran baik dari periode klasik maupun kontemporer
yang penulis pilih, secara umum mengatakan bahwa langit yang ditinggikan oleh
Allah Swt. ada tiang, namun tidak terlihat sebagaimana nyatanya sekarang ini. Hal
tersebut menjadikan dalil bahwa segala sesuatu ada penciptanya dengan keesaan
dan kekuasaan-Nya, yaitu Allah Swt yang maha bijaksana. Namun pada
prinsipnya penafsiran Zaglul al-Najjar bisa menjelaskan ketidak terlihatan tiang
itu dengan pendekatan sains. Oleh karena itu, pendapat di atas bukanlah suatu
pendapat yang bertentangan dengan al-Qur‟an pada surah ar-Ra‟d ayat 2, karena
di sebutkan dalam kitab Jami‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an pada kalimat َّغَمدٍ ّةَغْير
(tanpa tiang) para ahli ta‟wil37
menjadi ikhtilaf di antara mereka, tetapi
sebagiannya mena‟wilkan bahwa ٍّةَػَمد (dengan tiang) hanya saja tidak terlihat. Di
antaranya adalah Hasan bin Muhammad, Tsana „Affan, Himad, Hamid, Hasan
bin Muslim dan Mujahid. Diriwayatkan bahwa Ibn Abbās, Mujāhid, Hassān dan
36
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 6, 548-550. 37
Menurut Muhammad Husayn al-Dzahabi, adapun yang dimaksud dengan ta‟wil menurut
pandangan kebanyakan ulama kontemporer (khalaf) yang didukung kalangan fuqaha (ahli-ahli
hukum Islam), mutakallimin (para teolog), muhadditsin (ahli-ahli hadits) dan kelompok sufistik
(mutashawwiyah) ialah: mengalihkan lafal dari makna (pengertianya) yang kuat (rajih) kepada
makna lain yang dikuatkan/dianggap kuat (marjuh) karena ada dalil lain yang mendukung. (Dr. H.
Muhammad Suma, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, halaman 312).
-
Qatādah mengatakan ada tiang tetapi tidak nampak. Maksudnya Allah yang
meninggikan langit dengan tiang yang kamu tidak dapat melihatnya. Iyās bin
Mu„āwiyah berpandangan bahawa langit berada di atas bumi seperti kubah tanpa
tiang. Di dalam ayat yang lain Allah menyatakan:
مَ ْمّره َوِيْمّسِك السَََّبْدّر ّةا
ّْرْي ّفى ال جْ
ََك ت
ِْفلْْرّض َوال
َاْا ّفى ال ْم مَّ
ِكََر ل َ َسخَّ نَّ اّٰلله
َْم َحَر ا
َلَْن حَ ا
َ َلَع اَۤء ا
ّخْيمٌ َرِءْوٌف رَََّ ّةالنَّاّس ل ا ّةّاْذّنه ّانَّ اّٰلله
َّْرّض ّال
َاْى ال
َ َعل
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia)
apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan
Dia menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan
izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”.
(Q.S Al-Hajj 22: 65).38
adalah penguat (ta‟kid) untuk menafikan adanya tiang yaitu terangkat َحَرْوَنَىا
tanpa tiang yang dapat kamu saksikan dan inilah kekuasaan yang paling
sempurna.
Di dalam kitab tafsir Fi Dzilāl al-Qurān oleh Sayyid Quthb menyatakan
bahwa ayat ini merupakan bukti kekuasaan dan hikmah kebijaksanaan tadbiran
Allah dengan mempamerkan keajaiban alam. Langit adalah penciptaan yang amat
besar apabila manusia merenungi dan menelitinya ketika bersendirian. Ia
kelihatan begitulah selama-lamanya (sebelum kiamat) tidak berpegang kepada
suatu apa pun, ia kelihatan sayup saujana tanpa tiang dan dapat dipandang dengan
jelas.39
Sebagai tambahan bahwa Terdapat dua belas ayat i„jāz „ilmiy di dalam
surah al-Ra„d yaitu ayat 2, 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 17 dan 41. Ayat 2
menceritakan tentang penciptaan langit, „arash, matahari dan bulan. Ayat 3 dan
4 menyentuh mengenai gunung, sungai, kebun buah-buahan, tamar, anggur
serta kejadian siang dan malam. Manakala ayat 8 mengenai rahim ibu (kejadian
38
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
39 Sayyid QuÏb, Tafsir Fi Úilal Al-Qurān, cet. ke 12 (Kaherah: Dar al-Syuruq, 1986).
-
embrio sempurna dan tidak sempurna). Ayat 12 mengenai kilat dan awan.
Guruh dan petir dalam ayat 13. Wadi, air, api, buih dan logam ayat 17. Ayat 41
menyentuh mengenai pengerutan bumi. Ayat 16 mengenai kegelapan dan
cahaya serta Allah sebagai pencipta semua perkara. Berikut di dalam tabel:
Ayat Bidang Ilmu Keterangan
2,15, 16 Kosmologi dan
Astronomi
Langit,matahari,bulan,kejadian
siang dan malam
3, 5, 12 Geologi Bumi,gunung,sungai,wadi dan
tanah
4 Botani Anggur,tamar,buah-buahan
berpasangan
8 Embriologi Rahim ibu,kejadian janin yang
sempurna dan tidak
12, 13 Metereologi Kilat,petir,guruh,awan dan air
hujan
17 Kimia Buih,api,logam
16, 10 Fisika Suara/bunyi,cahaya,gelap
41 Geormofologi Pengerutan bumi
Tabel di atas adalah klasifikasi ayat i„jāz „ilmi yang terdapat dalam surah
al-Ra„d. Ayat-ayat i„jāz „ilmi adalah penjelasan terhadap realita ilmiah dengan
nas-nas kauniyah yang termaktub di dalam al-Qur‟an.
-
25
BAB III
ANALISIS PENAFSIRAN ZAGLUL AL-NAJJAR DALAM SURAT
AL-RA’D AYAT 2
Kajian terhadap al-Qur‟an memerlukan banyak ragam ilmu, salah satunya
adalah ilmu tafsir. Oleh karena itu, adanya ilmu tafsir agar tidak terjatuh ke dalam
kesalahan dan bahkan penyimpangan ketika berusaha memahami ayat-ayat al-
Qur‟an. Kemudian untuk memahami suatu ayat maka perlu melakukan analisa,
yang mana dalam hal ini penulis mengutip penafsiran Zaglul al-Najjar pada surah
ar-Ra‟d ayat 2, sebagai berikut:
َلمَ ْْمَس َوال َر الشَّ َػْرّش َوَسخَّ
ْى ال
َٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا ِذمَّ اْسَخٰيى َعل ّذْي َرَفَع السَّ
َِّ ال ّٰلله
َ ا
ٌّلِرَ ك
َّرْي ّلا جْ ْم حِْيّكِنْيَن يَّ
ِك ّْم ّةّلَلاّۤء َرة
ِكََّػلَٰيّج ل
ٰاْ ال
ِل ْمَر ِيَفص ّ
َاِْر ال ى ِيَدة ّ َسمًّ َجٍل مُّ
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menundukkan
matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah
ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan
Tuhanmu”. (Q.S ar-Ra‟d:2).40
Di dalam ayat ini Allah menceritakan mengenai kesempurnaan kuasa-Nya
dan kehebatan pemerintahan-Nya. Yaitu dengan izin dan perintah-Nya
ditinggikan langit tanpa tiang bahkan dengan izin dan perintahnya serta untuk
memberi kemudahan kepada makhlukNya, Allah mengangkatnya jauh dari bumi.
Jaraknya tidak dapat dijangkau oleh manusia dan manusia tidak mengetahui jarak
bumi dengan langit. Langit dunia menutupi keseluruhan bumi dan semua yang
ada di sekitarnya termasuklah air dan udara dari semua arah dan penjuru. Tegak di
atasnya dari semua sudut dan jarak yang sama antara langit dan bumi dari semua
arah. Jarak perjalanan antara keduanya adalah lima ratus tahun. Tebalnya juga
sejauh perjalanan lima ratus tahun. Begitu juga langit kedua menutupi langit
dunia. Jarak perjalanannya antara langit dunia dengan langit ke dua juga adalah
40
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
-
lima ratus tahun. Begitulah seterusnya langit ketiga , keempat, kelima , keenam
dan ketujuh.41
Ketika menjelaskan masalah yang berkaitan dengan langit, Allah
menerangkan bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang seperti yang terlihat.
Andai saja benda sebesar dan seluas langit ini mesti memerlukan tiang untuk
menyangganya, dapat dibayangkan betapa semrawutnya alam semesta. Namun,
dengan kekuasaan Allah Swt, alam diciptakan menyerupai bentuk sebuah bola
yang besar, yang dindingnya menyatu dengan tiang yang saling bertemu antara
dasar, dinding, dan atap atau langitnya. Temuan ilmiah menyatakan teknologi
bangunan seperti bola inilah yang menyebabkan suatu konstruksi tidak lagi
memerlukan tiang. Tampak bahwa karya dari rekayasa teknologi yang demikian
sejalan dengan informasi al-Qur‟an. Inilah kekuasaan Allah yag tidak ada
bandingnya.42
A. Biografi Zaglul Al-Najjar
Sebelum melangkah pada analisa Zaglul Al-Najjar, berikut adalah biografi
Zaglul Al-Najjar:
1. Namanya
Namanya adalah Dr. Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar, ia adalah
seorang geologiwan asal Mesir, akademikus, sekaligus seorang da‟i muslim
yang fokus membahas kemukijzatan ilmiah dalam al-Qur‟an dan hadis.43
Beliau adalah guru besar ilmu geologi di Universitas Terusan Suez,
sekaligus kepala Lajnah Kemukjizatan Ilmiah Al-Qur‟an di Dewan Tertinggi
Urusan Keislaman.44
Beliau dilahirkan pada tanggal 17 November 1933, di desa Masyal,
distrik Basyun, provinsi al-Gharbiyyah.45
41
Karimah Binti Mat Zin dkk, “Kajian Terhadap Ayat-Ayat I'jāz „Ilmiy Dalam Surah Al-
Ra„D” Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (1), Juni 2018, 58. 42
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-
Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 296. 43
Wikipedia, النجار زغلول“ ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.tanggal 14 Juni 2020 , زغلول_النجار44
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 2007), 5.
-
2. Riwayat Pendidikan
Ia dibesarkan di keluarga yang religius, kakeknya adalah imam di
desanya dan ayahnya seorang penghafal al-Qur‟an. Zaghlul menceritakan
bahwa ketika ia melakukan kesalahan saat membaca al-Qur‟an, ayahnya
membenarkan bacaannya dalam keadaan tertidur.46
Ia sendiri mempelajari al-Qur‟an sejak kecil di tempat pembelajaran al-
Qur‟an (kuttab) di desanya dan juga di bawah didikan ayahnya yang
merupakan salah satu pengajar yang terkemuka.47
Ia selesai menghafal al-Qur‟an pada usia 9 tahun. Kemudian ia pindah
ke Kairo bersama ayahnya dan masuk ke salah satu sekolah dasar. Lalu ia
masuk ke Sekolah Menengah Syubra pada tahun 1946 dania termasuk salah
satu lulusan terbaik.48
Kepala sekolahnya pernah menyuruhnya mengikuti perlombaan bahasa
Arab karena kecakapannya dalam hal tersebut. Namun ia malu untuk
melakukannya karena salah satu gurunya juga mengikuti perlombaan
tersebut. Tetapi kepala sekolahnya menentang alasan tersebut dan
mengatakan bahwa gurunya tidaklah mewakili sekolah. Zaghlul pun
mengikuti lomba tersebut dan berhasil meraih posisi pertama sementara
gurunya di posisi 42.49
Setelah itu, ia masuk ke fakultas sains di Universitas Kairo, ia memilih
jurusan geologi yang baru dibuka saat itu. Beliau menyukai jurusan tersebut
karena ketuanya adalah seorang doktor asal Jerman dan Zaglul unggul di
jurusan itu.50
45
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim, 5. 46
Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ زغلول_النجار.
47 Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar
al-Ma‟rifah, 2005), 5. 48
Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
_النجار لزغلو 49
Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ _النجار لزغلو
50 Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
نجارال _ لزغلو
-
Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1955 dan mendapat gelar Sarjana
Muda Bidang Sains dengan yudisium Summa Cum Laude. Sebagai lulusan
terbaik, pihak universitas memberikannya Penghargaan Barakah untuk
kategori geologi.51
Setelah lulus, Zaghlul pernah dipenjara karena campur tangannya di
salah satu demonstrasi politik dan persidangannya membuktikan
ketidakbersalahannya. Tetapi keputusan politik menolak ketetapannya untuk
kembali ke universitas karena sebab hubungannya dengan kelompok al-
Ikhwan al-Muslimin.52
Ia dianggap sebagai ancaman yang nyata untuk kekuasaan politik
sekuler Mesir saat itu, ia diasingkan dari Mesir pada awal tahun 1960 dan
bisa kembali ke negaranya pada tahun 1970.53
Setelahnya ia mendapatkan gelar doktor (Ph.D) bidang geologi dari
Universitas Wales di Inggris pada tahun 1963 dan mendapat gelar mitra di
sana. Selain itu, ia juga mendapatkan Penghargaan Riset Robertson.54
Selain itu, ia juga mendapatkan gelar guru besar (Profesor) ilmu
geologi di Universitas Kuwait pada tahun 1972 dan di Universitas Qatar pada
tahun 1978.55
3. Pekerjaan, Kegiatan Ilmiah dan Akademik
Ia pernah bekerja di Perusahaan Petroleum Shahari, Pusat Riset
Nasional di Kairo, pertambangan fosfat di Lembah Nil, petambangan emas di
al-Barramiyyah (padang pasir di bagian t