tafsir ‘ilmi surah ar ra’d ayat 2 (pemahaman makna menurut...

98
Tafsir ‘Ilmi Surah ar-Ra’d ayat 2 (Pemahaman Makna ‘Amad Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah al-Qur’an Al-Karīm Perspektif al-Qur’an dan Sains) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Pada Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama ANDI ZAINAL ABIDIN NIM 160069 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Tafsir ‘Ilmi Surah ar-Ra’d ayat 2 (Pemahaman Makna ‘Amad

    Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah

    fī al-Qur’an Al-Karīm Perspektif al-Qur’an dan Sains)

    SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Strata Satu (S.1) Pada Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    ANDI ZAINAL ABIDIN

    NIM 160069

    JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS

    USHULUDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM

    NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2020

  • i

    Dr. Masiyan, M.Ag Jambi 19 April 2019

    Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,. MA,. M.Hum

    Alamat : Fakultas Ushuluddin Uin Sts Jambi Kepada Yth.

    Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan

    Simp. Sungai Duren Fakultas Ushuluddin

    Muaro Jambi dan Studi Agama

    Uin STS Jambi

    di –

    JAMBI

    NOTA DINAS

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan

    yang berlaku di Fakultas Ushuluddin UIN STS jambi, maka kami berpendapat

    bahwa skripsi saudara ( Andi Zainal Abidin) dengan Judul “Tafsir „Ilmi Surah ar-

    Ra‟d ayat 2 (Pemahaman Makna „Amad Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr

    Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an dan Sains)”

    telah dapat diajukan untuk di munaqoshahkan sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Serjana Strata Satu (S1) Jurusan/Program Studi Ilmu Al-

    Qur‟an Dan Tafsir (IAT) Di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

    Jambi.

    Demikianlah yang bisa dapat kami sampaikan kepada bapak ibuk, semoga

    bermampaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

    wassalām

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Masiyan, M.Ag Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,.M.A,.M.Hum

    NIP. 19730713 200501 1 006 NIP. 19861215 201101 1 004

  • ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

    Saya yang bertandangan di bawah ini :

    Nama : Andi Zainal Abidin

    Nim : UT160069

    Tempat/Tangal Lahir : Tanjung Pinang, 07 Januari 1998

    Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)

    Alamat : Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota Jambi, Jambi

    Dengan menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Tafsir „Ilmi

    Surah ar-Ra‟d ayat 2 (Pemahaman Makna „Amad Menurut Zaglul al-Najjar

    dalam Tafsīr Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an

    dan Sains)”. Adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah

    disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian

    hari ternyata ini tidak benar, maka saya sepenuh bertanggung jawab sesuai dengan

    hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Studi

    Agama UIN STS Jambi.

    Dengan demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk

    dapat dipergunakan seperlunya.

    Jambi, 19 Juni 2019

    Penulis,

    Andi Zainal Abidin

    NIM: UT.160069

  • iii

  • iv

    MOTTO

    ٰمٰيّت ّق السَّّْذيَْن ّانَّ ّفْي َخل

    ََّباّبِۙ ال

    ْلَاْى ال ولّ

    ِا ّ ٰيٍج ل

    ٰاََىاّر ل ْيّل َوالنَّ

    َّاّف ال

    َْرّض َواْخّخل

    َاَْوال

    ْرّضِۚ َاْٰمٰيّت َوال ّق السَّ

    ِْرْوَن ّفْي َخل

    َّى ِجِنْيّبّهْم َوَيَخَفك

    َٰعل ِكِػْيًدا وَّ َ ّكَياًما وَّ ِرْوَن اّٰلله

    َِيْذك

    اِۚ ِسْتٰدنَ ًْلَج ٰوَذا َةاّطل

    َ َك َفّلَنا َعَذاَب النَّارّ َربََّنا َما َخل

    “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan

    siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)

    orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan

    berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

    berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;

    Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

    (al-„Imrān: 190-191)

  • v

    PERSEMBAHAN

    Lewat setiap tarikan nafas yang terhirup, suatu rasa syukur yang wajib

    tertanam di dalam hati. Sungguh hanya kepadamu ya Rabb rasa syukur dari segala

    nikmat dan karunia yang telah engkau beri dan anugerahkan kepadaku. Taburan

    cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan

    ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang

    Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat

    dan salam kepada kekasih kami Nabi Muhammad Saw makhluk terbaik yang

    engkau ciptakan, penebar rahmat bagi seluruh alam.

    Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang yang tercinta dan

    tersayang atas kasihnya yang melimpah. Dari didikan kalian yang ku aplikasikan

    dengan ketikan hingga menjadi barisan tulisan dengan beribu kesatuan, berjuta

    makna kehidupan, tidak bermaksud yang lain hanya ucapan terima kasih yang

    setulusnya tersirat di hati yang ingin ku sampaikan atas segala usaha dan jerih

    payah pengorbanan untuk anakmu selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang

    dapat ku berikan dari bangku kuliahku yang memilki sejuta makna, sejuta cerita,

    sejuta kenangan, pengorbanan, dan perjalanan untuk dapatkan masa depan yang

    ku inginkan atas restu dan dukungan yang kalian berikan. Saudara kandungku

    kakak dan dua adikku yang tersayang, terima kasih atas do‟a, kasih sayang,

    kesabaran dan dorongan semangatnya. Semoga kita bisa mewujudkan semua

    harapan orang tua kita, baik di dunia begitupun di akhirat kelak. Amin.

    Ucapan Terima kasih yang tiada tara untuk guru-guruku sejak awal dini ku

    belajar hingga pada jenjang pergurun tinggi, yang telah membimbing dan

    mengajariku banyak ilmu, hanya ucapan terima kasih yang dapat kuberikan. Dan

    tiada balasan yang pantas untukmu wahai guruku, melainkan hanyalah ridho

    Allah Swt.

    Merampungkan skripsi jelas bukanlah momen mudah yang harus kujalani

    sebagai mahasiswa, terima kasih kepada Bapak Dr. Masiyan, M.Ag dan Bapak

    Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,.M.A,.M.Hum tidak hanya sebagai guru namun kalian

  • vi

    sebagai pembimbing skripsi yang telah rela meluangkan waktu, pikiran hingga

    mengantarkanku mengantungi gelar sarjana.

    Selanjutnya karya ini kupersembahkan untuk teman-teman seperjuangan

    selama menjalani pendidikan mulai dari SD, MTS, MA hingga pada bangku

    kuliah, terkhusus buat teman-teman satu jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

    angkatan 2016 kebersamaan kita dalah kenangan yang tak akan terlupakan. dan

    tidak lupa pula ucapan banyak terima kasih kepada segenap civitas akademika di

    lingkungan Fakultas ushuluddin dan Studi Agama, yang telah banyak membantu

    dan membimbing saya selama proses perkuliahan.

  • vii

    ABSTRAK

    Banyak ayat al-Qur‟an yang memerintahkan manusia agar memperhatikan

    dan mengamati kejadian-kejadian yang diciptakan oleh Allah swt. Pada surah ar-

    Ra‟d ayat 2 adalah salah satu ayat al-Qur‟an yang membahas hal tersebut yang

    harus diamati sehingga nantinya akan memberikan pemahaman apa yang

    dimaksudkan oleh Allah pada firman-Nya tersebut. Untuk memahami ayat

    tersebut penulis menganalisa pandangan Zaglul al-Najjar, karena ia adalah pakar

    Geologi serta kepiawaiannya dalam tafsir al-Qur‟an yang berbasis sains.

    Penelitian ini menggunakan metode tematik yang dimaksudkan untuk

    mengungkap maksud ayat tertentu secara kontekstual. Pendekatan penelitian yang

    penulis gunakan adalah pendekatan tafsir „ilmi (library research), yaitu

    pendekatan yang berorientasikan sains. Dengan menekankan pada sumber tertulis

    terutama karya Zaglul al-Najjr “Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-

    Karīm”, dengan tujuan mengetahui penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap surah ar-

    Ra‟d ayat 2 yang secara kontekstual bertentangan dengan apa yang

    diinformasikan Allah dalam al-Qur‟an, namun tidak pada kenyataannya karena

    penulis menemukan bagaimana pemahaman Zaglul al-Najjar tentang ayat

    tersebut, bahwa pada dasarnya segalanya peciptaan Allah Swt adalah bukti kuasa

    dan kebesaran-Nya, namun pada ayat ini Zaglul al-Najjar memberikan analisa

    bahwa langit terangkat karena ada tiannya. Hal ini dijawab dengan penjelasan

    secara sains dan dikuatkan pula dengan ayat-ayat al-Qur‟an lainnya.

    Menurutnya, disebutkan dalam kitab tafsinya Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī

    al-Qur‟an Al-Karīm bahwa tiang langit itu adalah empat energy yang

    tersembunyi, yaitu Gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, gaya elektromagnetik dan

    gaya gravitasi yang dimediasi oleh 5 partikel tak bermassa yang dinamakan boson

    acuan, ditunjukkan dalam warna merah muda yang merupakan partikel yang

    menghantarkan keempat gaya tersebut (gaya fundamental).

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah setinggi-tingginya ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan

    kekuatan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai tugas

    akhir studi dan semoga Allah meridhai perjuangan ini. Shalawat dan salam kepada

    Rasulullah saw, keluarga sahabat dan kepada seluruh kaum muslimin yang

    mengikuti beliau hingga hari kiamat.

    Penulis menyadari bahwa proses penulisan tugas akhir ini tidak akan berjalan

    dengan lancar tanpa konstribusi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini

    izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga

    kepada:

    1. Kedua orang tua penulis, yakni ayahanda tercinta dan ibunda tercinta yang

    selalu memberi motivasi dan nasehat serta doa yang sangat berharga dan tidak

    tidak dapat tergantikan oleh apapun di dunia ini. Begitu juga kepada saudara-

    saudara tersayang dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberi

    semangat kepada penulis untuk melanjutkan penulisan skripsi ini hingga

    selesai.

    2. Bapak Dr. Masiyan,M.Ag sebagai pembimbing I dan Dr. D.I Ansusa Putra,

    Lc,.M.A,.M.Hum sebagai pembimbing II, dan kepada Ibu Ermawati,

    S.Ag,.MA sebagai pembimbing akademik (PA), yang telah berkenan

    meluangkan waktu dan menyempatkan diri membimbing dan memberi

    masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima

    kasih juga penulis ucapkan kepada bapak (nama penguji) selaku penguji

    utama dan kepada bapak (nama penguji) sebagai penguji kedua yang telah

    meluangkan waktu dan pikiran serta arahan dan masukan kepada penulis

    sehingga selesai penulisan skripsi ini.

    3. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Abdul Halim,

    M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, dan juga kepada

    Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, M.HI selaku ketua prodi Ilmu Alquran

    dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Serta kepada seluruh

    bapak/ibu dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Selain itu,

  • ix

    ucapan terima kasih juga kepada karyawan/karyawati pustaka Ushuluddin,

    pustaka UIN Jambi, dan pustaka Wilayah, yang telah membantu untuk

    mencari bahan rujukan serta memberi kemudahan kepada penulis dalam

    pengurusan administrasi selama penulisan skripsi.

    4. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan,

    teman-teman angkatan 2016 jurusan IAT dan teman-teman di pondok

    pesantren Darul Arifin. Kalian semua luar biasa, sukses buat kita.

    Akhirnya penulis menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt, semoga

    amal kebaikan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah swt.

    Amin ya Rabbal „Alamin.

    Jambi, April 2020

    Penulis,

    Andi Zainal Abidin

    NIM: UT.160069

  • x

    DAFTAR ISI

    NOTA DINAS ......................................................................................................... i

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................... ii

    PENGESAHAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.

    MOTTO ................................................................................................................ iii

    PERSEMBAHAN .................................................................................................. v

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

    PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

    C. Batasan Masalah........................................................................................... 6

    D. Tujuan dan kegunaan penelitian................................................................... 6

    1. Tujuan penelitian ...................................................................................... 6

    2. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 6

    E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7

    F. Metode Penelitian......................................................................................... 9

    1. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 9

    2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 10

    3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 10

    4. Metode Analisis Data ............................................................................. 10

    G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11

    BAB II PARADIGMA MUFASSIR TERHADAP PENAFSIRAN KATA

    ‘AMAD ................................................................................................... 13

    A. Definisi Kata „Amad ................................................................................... 13

    B. Ayat-ayat Tentang „Amad .......................................................................... 15

    1. Kata „amad disebut dalam 3 ayat ........................................................... 16

    2. Kata „imaad disebut dalam Surah al-Fajr ayat 6-9 ................................. 17

    C. Penafsiran Kata „Amad Dalam Kitab Tafsir .............................................. 17

  • xi

    1. Periode Tafsir Klasik .............................................................................. 18

    2. Periode Tafsir Kontemporer (Modern) ................................................... 19

    BAB III ANALISIS PENAFSIRAN ZAGLUL AL-NAJJAR DALAM

    SURAT AL-RA’D AYAT 2 .................................................................. 25

    A. Biografi Zaglul Al-Najjar ........................................................................... 26

    1. Namanya ................................................................................................. 26

    2. Riwayat Pendidikan ................................................................................ 27

    3. Pekerjaan, Kegiatan Ilmiah dan Akademik ............................................ 28

    4. Karya-karya ............................................................................................ 31

    B. „Amad Di dalam Ilmu Kosmologi (Sains) .................................................. 32

    1. Gaya Nuklir Kuat ................................................................................... 33

    2. Gaya Nuklir Lemah ................................................................................ 34

    3. Gaya Elektromagnetik ............................................................................ 34

    4. Gaya gravitasi ......................................................................................... 35

    C. Gravitasi Universal Newton ....................................................................... 37

    D. Gelombang Gravitasi ................................................................................. 39

    E. Teori Superstring dan Kohesi Alam Semesta ............................................ 40

    BAB IV ANALISIS KATA ‘AMAD PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN ILMU

    DAN SAINS ........................................................................................... 44

    A. Langit Dan Bumi Suatu Yang Padu ........................................................... 46

    B. Meluasnya Bangunan Langit Dengan Kekuatan ........................................ 55

    C. Langit Pada Mulanya Berupa Asap............................................................ 57

    D. Langit dan Bumi Tidak Jatuh Dengan Adanya Kekuatan Gravitasi .......... 59

    E. Langit Sebagai Atap ................................................................................... 65

    1. Troposfer ................................................................................................ 66

    2. Stratosfer ................................................................................................ 67

    3. Mesosfer ................................................................................................. 67

    4. Termosfer ............................................................................................... 68

    5. Eksosfer .................................................................................................. 68

    F. Makna Tujuh Lapis Langit ......................................................................... 68

  • xii

    BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 72

    B. Saran ........................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

    CURICULUM VITAE ........................................................................................ 78

  • xiii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    A. Konsonan

    Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

    dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan

    dengan hurufdan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi

    dengan huruf dan tanda sekaligus.

    Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin.

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

    Ba B Be ب

    Ta T Te ت

    Sa Ṡ ثes (dengan titik di

    atas)

    Jim J Je ج

    Ha Ḥ حha (dengan titik di

    bawah)

    Kha Kh ka dan ha خ

    Dal D De د

    Zal Ż ذZet (dengan titik di

    atas)

    Ra R Er ر

    Zai Z Zet ز

    Sin S Es س

  • xiv

    Syin Sy Es dan ye ش

    Sad Ṣ صEs (dengan titik di

    bawah)

    Dad Ḍ ضEs (dengan titik di

    bawah)

    Ta Ṭ طEs (dengan titik di

    bawah)

    Za Ẓ ظEs (dengan titik di

    bawah)

    ، ain„ عKoma terbalik (di

    atas)

    Gain G Ge غ

    Fa F Ef ف

    Qaf Q Ki ق

    Kaf K Ka ك

    Lam L El ل

    Mim M Em م

    Nun N En ن

    Wau W We و

    Ha H Ha ه

    Hamzah ´ Apostrof ء

  • xv

    Ya Y Ye ي

    B. Vokal (tunggal dan rangkap)

    Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

    tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

    1. Vokal Tunggal

    Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

    transliterasinya sebagai berikut:

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    ------َ Fathah A A

    ---ِ--- Kasrah I I

    ---ُ--- Dhammah U U

    2. Vokal Rangkap

    Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

    harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    --َ--ي Fathah dan ya‟ Ai a-i

    --َ--و Fathah dan wau Au a-u

    C. Vokal Panjang (maddah)

    Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

    transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    َ Fathah dan alif Ā ا

    a dan garis di

    atas

    Fathah dan ya‟ Ā َي a dan garis di

    atas

  • xvi

    Kasrah dan ya‟ Ī i dan dan garis ّي

    Dhammah dan وِ wawu

    Ū U dan garis di

    atas

    Contoh:

    َ qāla - َكال

    ramā - َرَمى

    َ qīla - ّكْيل

    ِ yaqūlu - َيَلْيل

    D. Ta’ Marbutah

    Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:

    1. Ta marbutah hidup

    Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan

    dhammah, transliterasinya adalah /t/

    2. Ta marbutah mati

    Ta marbutah yang matiatau mendapat harakat sukun, transliterasinya

    adalah /h/ Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata

    yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka

    ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

    Contoh:

    َلأَْطَفالَرْوَضث ا - rauḍah al-aṭfāl

    لدنيرةَ al-Madīnah al-Munawwarah - الددينث ا

    Ṭalḥah - طلدث

    E. Syaddah

  • xvii

    Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

    dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini

    tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama

    dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

    Contoh:

    rabbanā - رب نا

    ل nazzala - نز

    ر al-birr - الَب

    F. Kata Sandang (di depan huruf syamsiah dan qamariah)

    Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال

    namun dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang

    diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.

    1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiah

    Kata sandang yang dikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai

    dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan

    huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

    2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariah

    Kata sandang yang diikuti huruf qamariah ditransliterasikan sesuai

    dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

    Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang ditulis

    terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sandang.

    Contoh:

    جل ar-rajulu - الر

    دة ي as-sayyidatu - الس

    مس asy-syamsu - الش

  • xviii

    al-qalamu - الللم

    G. Hamzah

    Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi

    hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal

    kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

    Contoh:

    ta´khużūna - حأخذون

    ´an-nau - النيء

    syai´un - شيئ

    H. Penulisan Kata

    Pada dasarnya setiap kata, baik fi´il, isim maupun harf, ditulis terpisah,

    hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya

    dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan

    maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata

    lain yang mengikutinya.

    Contoh:

    اّزّقيْ لرَََّذِو َخْي ِر ا

    َّٰلَل ل

    َنَّ ا

    َ wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn - َو إ

    لدّي َزانَ َو ا

    َْيل

    َلكَْوِفيا ا

    َ fa auful kaila wal mīzāna - َفأ

    ّلْيل لخََ ibrāhīmul khalīl - ّإْةَراّوْيِم ا

    I. Huruf Kapital

    Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

    transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti

    apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk

    menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu

  • xix

    didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf

    awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

    Contoh:

    َرسيل لاَ Wa mā Muḥammadun illā rasūl - وما َمحمد إ

    ل َةيج َوضع لَلناسن إ و َأ - Inna awwala baitin wuḍi‟alinnāsi

    لػالمْينَ Alḥamdu lillāhi rabbil „ālamīn - الحمد ّٰلَل َرب ا

    Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan

    Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan

    kata lain, sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak

    dipergunakan.

    Contoh:

    ّٰلل َو َكخح َكريبَ Naṣrun minallāhi wa fatḥun qarīb - نصه َمن ا

    لأمر َجميػاَ Lillāhil amru jamī‟an - ّٰلل ا

    َشيئ َعليم ّٰلل َةكل

    َ Wallāhu bikulli sya‟in alīm - و ا

    J. Tajwid

    Bagi mereka yang menginginkan kefashihan dalam bacaan, pedoman

    transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.

    Karena itu, peresmian pedoman transliterasi Arab Latin (versi Internasional) ini

    perlu disertai dengan pedoman tajwid.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur‟an adalah kitab suci yang menetapkan masalah akidah dan hidayah,

    hukum syari‟at dan akhlak. Bersamaan dengan itu, di dalamnya juga terdapat

    ayat-ayat yang menunjukkan berbagai kenyataan ilmiah, sehingga memberikan

    dorongan kepada manusia untuk mempelajarinya, membahas, dan menggalinya.

    Al-Qur‟an al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam

    agama Islam, memandang bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah

    merupakan realitas-realitas independen apalagi terakhir (ultimate), melainkan

    “tanda-tanda” (signs,ayat) dari kebesaran dan keberadaan tuhan.1 Selain itu al-

    Qur‟an juga sebagai sumber ajaran dan landasan utama bagi sebuah pemikiran dan

    peradaban Islam. Maka banyak ayat al-Qur‟an menuntut manusia agar senantiasa

    membaca, mengkaji dan memahaminya. Dengan demikian, untuk mengerti dan

    memahami isi al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya, maka dibutuhkan sejumlah

    perangkat, di antaranya yang paling utama yaitu ilmu tafsir. Tafsir secara

    etimologis berarti al-idhah wa al-tabyin, penjelasan dan keterangan. Dan secara

    terminology ilmu tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab al-Qur‟an, menjelaskan

    maknanya, menggali hukum-hukum, hikmah dan ilmu yang terkandung di

    dalamnya.2 Yaitu dengan penafsiran yang bercorak ilmiah untuk menjelaskan

    isyarat-isyarat al-Qur‟an mengenai gejala alam yang bersentuhan dengan wujud

    Tuhan yang Maha hidup dan Mahakuasa.3

    Ayat-ayat al-Qur‟an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau

    menjadi ilmuwan begitu banyak. al-Qur‟an menggunakan berbagai istilah yang

    berkaitan dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan

    mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; al-Ghasyiyah:

    17-20; Yunus: 101; al-Anbiya‟: 30), membaca (al-„Alaq: 1-5) agar mengetahui

    suatu kejadian (al-An‟am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15),

    menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus:

    1Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains&Sosial, (Jakarta: AMZAH 2012), 1

    2 Tim Tafsir Salman, Tasfir Ilmiah Atas Juz „Amma, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), 27.

    3 Samsurrahman, Pengantar „Ilmu tafsir, (Jakarta: AMZAH 2014), 190.

  • 2

    2

    101; al-Ra‟d: 4; al-Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah:5, 13), menjadi ulu al-

    albab (ali „Imran: 7; 190-191; al-Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus:

    3).

    Sedangkan pandangan al-Qur‟an tentang sains maupun teknologi, dapat

    diketahui dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:

    َق ََقِۚ َخل

    َّذْي َخل

    ََّك ال ّ

    ّةاْسّم َرة َْساَن ّاْكَرأ

    ّْانَْم ال

    َّّمِۙ َعل

    ََللَْم ّةال

    َّّذْي َعل

    ََّرِمِۙ ال

    ْكَاَْك ال َوَرةُّ

    ٍْقِۚ ّاْكَرأ

    ََساَن ّمْن َعل

    ّْانْال

    مْ َْم َيْػل

    َ َما ل

    “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

    menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

    Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan

    manusia apa yang tidak diketahuinya”. (al-„Alaq: 1-5).4

    Kata iqra‟, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti

    menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,

    menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang

    tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra‟ itu mencakup

    segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia5

    Salah satu tanda-tanda kebenaran di dalam al-Qur‟an dan alam semesta

    dipadukan melalui mukjizat al-Qur‟an dan mukjizat alam semesta yang

    menggambarkan kekuasaan tuhan karena al-Qur‟an lebih dahulu daripada temuan

    ilmiah. Masing-masing mengakui dan membenarkan mukjizat yang lain agar

    keduanya menjadi pelajaran bagi setiap orang yang mempunyai akal sehat dan

    hati bersih atau orang yang mau mendengar, Allah Swt menciptakan fitrah yang

    bersih dan mulia dalam diri manusia, lalu melengkapimya dengan bakat dan

    sarana pemahaman yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui

    kenyataan-kenyataan besar di alam semesta ini. Fitrah manusia mukmin mengarah

    ke alam semseta untuk mengungkap rahasia dan tujuan penciptaan-Nya serta

    4 Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat

    Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word. 5 Jamal Fakhri, “Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya Dalam

    Pembelajaran”, Jurnal TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010. 125.

  • 3

    berakhir dengan memahami posisi dirinya di alam semesta dan menentukan

    bagaimana ia harus berbuat dan bersikap. Tidak hanya manusia tetapi seluruh

    alam semesta ini diciptakan dengan fitrah keimanan kepada Allah Swt, Tuhan

    semesta alam.6

    Epistemologi sufi melalui penafsiran-penafsiran fenomena alam (dalam

    kajian sufistik), D.I Ansusa Putra menjelaskan bahwa fenomena alam merupakan

    salah satu jalan untuk mencapai esensi Tuhan. Sedangkan keberadaan Tuhan

    dapat dikaji melalui tanda-tanda-Nya.7 Sudah terdapat beberapa kebenaran ilmiah

    yang telah dijelaskan oleh al-Qur‟an, tetapi tujuan penjelasan ayat al-Qur‟an

    tersebut untuk menunjukkan dan membuktikan kebesaran Tuhan dan keesaan-

    Nya, serta memberikan motivasi dan mendorong manusia untuk mengadakan

    penelitian dan observasi agar lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-

    Nya.8

    Salah satu yang merupakan penelitian ilmiah yaitu pembuktian kebenaran

    al-Qur‟an terhadap bagaimana penciptaan alam semesta. Sekian lama para ilmuan

    berpendapat bahwa alam semesta bersifat azali (sudah demikian semenjak di

    ciptakan) dan costan (tidak berubah). Namun, abab-20 membuktikan bahwa ilmu

    astronomi mengalami perkembangan yang signifikan,9 sehingga mampu menguap

    misteri dari berbagai aspek pembahasan penelitian seperti konsep penciptan alam

    semesta, pemisahan langit dan bumi dan lain sebagainya. Namun, pembahasan

    pada penelitian ini penulis akan mengangkat sebuah penelitian ilmiah tentang

    “Tiang langit” sebagaimana Allah Swt menjelaskan di dalam al-Qur‟an pada

    surah Ar-Ra‟d ayat 2 sebagai berikut:

    َٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا ّذْي َرَفَع السَّ

    َِّ ال ّٰلله

    َ ا

    6 Ahmad Fu‟ad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur‟an, terjemahan M.Arifin, (Jakarta:PT Tiga

    Serangkai Pustaka Mandiri, 2006) 1-2. 7 D.I Ansusa Putra, Jurnal: Epistemologi Tafsir Sufi Perspektif Esoterik-Fenomenologi

    (Jurnal Ulul Albab Volume 19, No.2 Tahun 2018), 185. pdf 8 M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan Media Utama, 2013), 75.

    9 Hisham Talbah, Perj, Syarif Hade Masyah, Ensiklopedia Mukzizat Al-Qur‟an dan Hadis,

    (PT. Sapta Sentosa, 2009).

  • 4

    ”Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu

    lihat”. (QS. Ar-Ra‟d:2).10

    Makna “tiang” langit dalam bahasa Arab yaitu „amad yang merupakan

    jama‟ dari kata „imaadun yang bermakna tiang. Wahbah Az-Zuhaili

    mengemukakan pendapat tentang permasalahan ini di dalam tafsirnya (Tafsir Al-

    Munir) bahwa Allah Swt menginformasikan kesempurnaan dan totalitas kuasa-

    Nya dan keagungan kekuasan-Nya. Allah Swt yang menciptakan langit tanpa

    tiang, kita tidak melihat adanya tiang dan pilar karena langit memang tidak

    mempunyai tiang dan pilar sama sekali. Kalimat (َحَروَنَىا) adalah untuk memperkuat

    makna keberadaan langit tanpa tiang. Maksudnya bahwa Allah membuktikan

    wujud dan kuasa-Nya. Seandainya langit memiliki tiang dan pilar, tentu ayat ini

    tidak mengandung bukti petunjuk wujud Allah Swt. langit bisa tegak dengan

    kuasa Allah Swt, penjagaan, pemeliharaan dan penganturan-Nya. Allah Swt yang

    menjadikannya seperti itu. Walaupun ada yang mengatakan, itu adalah

    keseimbangan hukum gravitasi antara bintang-bintang dan planet-planet, tetap

    saja itu semua adalah ciptaan Allah Swt.11

    Pendapat di atas sesuai firman Allah Swt secara tekstual, bahwa benar Allah

    swt menciptakan langit dan bumi diantara keduanya tidak ada tiang. Namun,

    berbeda halnya dengan pendapat Zaghlul Al-Najjar bahwa langit itu terangkat

    sebab ada tiangnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

    pemahaman Zaglul Al-Najjar di dalam kitab tafsir Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī

    Al-Qur‟anil Al-Karīm tentang hal tersebut.

    Maka berkenaan dengan penelitian pada skripsi ini, Allah Swt telah

    menjelaskan di dalam al-Qur‟an secara umum bahwa langit dan bumi itu adalah

    sebuah gumpalan atau satu yang padu yang dipisahkan. Firman-Nya di dalam

    surah al-Anbiya‟: [21]: 30 :

    10

    Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.

    11 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari‟ah, Manhaj ) terjemahan (Jakarta:

    Gema Insani, 2014), 105-106.

  • 5

    ْم َيَر ََولَ َذْيٍء َح ا

    َّلَِماّۤء ك

    َْنا ّمَن ال

    ْانََتا َرْحًلا َفَفَخْلٰنِىَما َوَجَػل

    َْرَض ك

    َاْٰمٰيّت َوال نَّ السَّ

    ََفِرْوا ا

    َّذيَْن ك

    َّا ال

    ََفلٍَ ا ي

    ِيْؤّمِنْيَن

    “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi

    keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;

    dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa

    mereka tidak beriman?”12

    Al-Qur‟an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, tetapi

    para ilmuwan dari hasil observasinya mengemukakan bahwa kejadian tersebut

    benar adanya. Observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang

    raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. ini berarti

    bahwa alam semesta berekspansi. Ekspansi itu, menurut fisikawan Rusia George

    Gamow (1904-1968), melahirkan sekitar seratus miliar galaksi yang masing-

    masing rata-rata memiliki 100 miliar bintang, apabila ditarik kebelakang,

    kesemuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron.13

    Namun,

    pembahasan lebih lanjut akan pada penelitian ini akan di jelaskan pada bab

    selanjutnya.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi masalah utama dalam

    penelitian ini adalah: Bagaimana pemahaman makna „amad (tiang langit) surah

    ar-Ra‟d ayat 2 dalam penafsiran tafsir „ilmi (ilmiah)?. Masalah utama ini akan

    duraikan dalam sub masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad dalam surah

    ar-Ra‟d ayat 2?

    2. Bagaimanakah pandangan sains dalam menjelaskan „amad (tiang langit?

    12

    Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.

    13 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat

    Ilmiah Dan Pemberitaan Ghaib) (Bandung: PT Nizan Pustaka, 2007). 175-176.

  • 6

    C. Batasan Masalah

    Setelah pemaparan latar belakang di atas bahwa di dalam al-Qur‟an yang

    menjelaskan tentang „amad (tiang langit) cukup luas dan tidak hanya pada satu

    ayat seperti penulis cantumkan di atas. Namun, terdapat pada empat ayat dengan

    dua kata yang berbeda yaitu „amad terdapat pada surah Ar-ra‟d ayat 2, Luqman

    ayat 10, al-Humazah ayat 9, dan „imaad terdapat pada surah al-Fajr ayat 6-9

    Namun, di dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan terfokus

    pada satu ayat yaitu surah ar-Ra‟d ayat ke-2 terhadap pemahaman Zaglul al-Najjar

    di dalam kitab Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm pada kata

    „amad dan juga bagaimana pandangan dalam ilmu sains berpadu dengan dalil-

    dalil Al-Qur‟an.

    D. Tujuan dan kegunaan penelitian

    Rumusan masalah di atas dapat membantu penulis untuk menetapkan

    maksud dan tujuan penelitian, sehingga penelitian ini mencapai target yang

    diinginkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengungkap beberapa

    masalah berikut ini:

    1. Tujuan penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah utama pada penelitian ini, yaitu

    Bagaimana pemahaman makna „amad (tiang langit) surah ar-Ra‟d ayat 2

    dalam penafsiran tafsir „ilmi (ilmiah). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Untuk mengetahui penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad

    dalam kitab Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm.

    b. Untuk mengetahui pandangan sains dalam menjelaskan kata „amad

    dalam kitab Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟anil Al-Karīm

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Agar menambah wawasan penafsiran al-Qur‟an yang berkaitan dengan

    ayat-ayat ilmiah tentang tiang langit.

  • 7

    b. Menambah refrensi keilmuan (khazanah) Islam terhadap penafsiran

    ayat al-Qur‟an tentang tiang langit.

    c. Memberikan kontribusi bagi pengembangan-pengembangan studi tafsir,

    terutama paradigma tafsir yang berkaitan langsung dengan ilmu-ilmu

    pengetahuan modern.

    Dengan demikian, besar harapan penulis agar semoga penelitian ini

    memberikan kontribusi, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

    E. Tinjauan Pustaka

    Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan rujukan karya

    Ilmiah lain yang yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang sedang

    peneliti kerjakan. Dengan tinjauan pustaka ini, penulis ingin menunjukkan bahwa

    apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama,

    Skripsi karya Agus Rizal dengan judul “Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut al-

    Qur‟an Berdasarkan Penafsiran Surah al-Anbiya` Ayat 30”14

    . Skripsi ini meneliti

    tentang bagaimana proses pemisahan antara langit dan bumi, ketika menafsirkan

    kata ratqa dan fatqa ahli tafsir berbeda penafsiran. Sebagian Mereka menafsirkan:

    dulu langit dan bumi adalah sesuatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya

    dengan mengangkat langit ke tempatnya. Sebagian ulama yang lain

    memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang

    terpadu. Para pakar banyak menemukan bukti yang cukup kuat, yang menyatakan

    bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan

    ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara langit

    dan bumi.

    Pembahasan masalah asal mula kejadian dan evolusi alam sebenarnya

    merupakan perkara ghaib yang pada hakikatnya hanya Allah lah yang

    mengetahuinya. Namun, Allah Swt memerintahkan agar manusia memperhatikan

    serta memikirkan apa yang ada di langit dan di bumi, sebagaimana telah Allah

    informasikan di beberapa ayat dalam al-Qur‟an tentang fenomena alam bahwa

    14

    Agus Rizal (NIM: 341103101) Skripsi: Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut Al-Qur‟an

    Berdasarkan Penafsiran Surah Al-Anbiya` Ayat 30, (Darussalam-Banda Aceh: Jurusan Tafsir

    Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2016). pdf

  • 8

    langit itu sebagai atap tanpa tiang yang meyangga karena dengan kekuatan yang

    di ciptakan oleh Allah.

    Kedua, Jurnal Ade Jamarudin dengan judul “Konsep Alam Semesta

    Menurut Al-Qur‟an”15

    Dalam Al-Qur‟an dikatakan bahwa alam semesta

    “mengalami perluasan atau mengembang”. Pada awal abad ke-20, satu-satunya

    pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa

    alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan.

    Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan

    teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki

    permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”. Pada awal abad ke-20,

    fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George

    Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta

    senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan

    menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan

    teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-

    bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di

    mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa

    alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan

    di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus

    mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam al-Qur‟an pada saat tak seorang

    pun mengetahuinya. Ini dikarenakan al-Qur‟an adalah firman Allah, Sang

    Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

    Ketiga, Muhammmad Rusli dengan judul “Konsep Penciptaan Alam

    Semesta Dalam Tafsir Al-Misbah.”16

    Pada surah Al-Anbiya‟: 30 ayat dipahami

    oleh sebahagian para ilmuan sebagai salah satu mukjizat al-Qur‟an yang

    mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang

    dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang

    15

    Ade Jamarudin, Jurnal: Konsep Alam Semesta Menurut Al-Qur‟an (JURNAL

    USHULUDDIN Vol. XVI No. 2, Juli 2010), 145. pdf 16

    Muhammad Rusli (10832002773), Skripsi: Konsep Penciptaan Alam Semesta Dalam

    Tafsir Al-Misbah, (Riau: Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Kasim Riau,

    2013), 57. pdf.

  • 9

    menyatakan bahwa langit dan bumi yang tadinya merupakan satu gumpalan atau

    yang diistilahkan oleh ayat ini dengan (َرحََّلا) ratqan, lalu gumpalan itu terpisah

    sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi. Allah membelah langit dan

    bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh-

    tumbuhan di bumi, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas

    dan membiarkan bumi ditempatnya berada di bawah lalu memisahkan keduanya

    dengan udara.

    Rujukan karya ilmiah yang telah penulis paparkan di atas, berbeda dengan

    penelitian yang akan penulis teliti. Ketiga penelitian ini mempunyai relevansi

    dengan penelitian yang akan penulis teliti, yaitu dalam penelitian ini penulis juga

    akan menjelaskan bagaimana konsep atau proses terciptanya alam semesta, hanya

    saja dalam penelitian ini lebih spesifik dalam meneliti tentang pemahaman makna

    „amad menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an

    Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an dan Sains.

    F. Metode Penelitian

    Dalam setiap penelitian ilmiah, agar lebih terarah dan rasional diperlukan

    suatu metode yang sesuai dengan obyek yang akan dikaji, karena metode

    merupakan cara bertindak supaya penelitian berjalan terarah dan mencapai hasil

    yang maksimal.

    1. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian merupakan merupakan cara berpikir yang

    diadopsi peneliti tentang bagaimana desain riset dibuat dan bagaimana

    penelitian akan dilakukan. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian

    ini adalah pendekatan tafsir „ilmi. Yaitu pendekatan yang berorientasikan

    sains. Objektif kajian ini adalah untuk menganalisis terjemahan makna ayat

    Al-Kauniyyah dalam terjemahan al-Qur‟an yang lebih sesuai seiring dengan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dewasa ini.

  • 10

    2. Sumber dan Jenis Data

    Penulisan ini bersifat Study kepustakaan (library research), yaitu

    mengumpulkan data dari berbagai literatur yang ada hubungan dengan

    penulisan ini yang selanjutnya diformulasikan kedalam bentuk karya ilmiah.

    Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapat informasi secara lengkap

    serta menyatukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam

    melakukan penelitian dan kegiatan ilmiah. Terdapat dua sumber kepustakaan

    yang menjadi rujukan dalam penelitian ini,yaitu:

    a. Sumber Data Primer

    Untuk penulisan ini, penulis menggunakan buku-buku dan juga

    sumber yang lain yang ada hubungannya atau literatur yang menjadi

    refrensi utama dalam penelitian ini. Adapun literatur pokok dalam

    penelitian ini adalah kitab Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm

    karya Zaglul al-Najjar.

    b. Sumber Data Sekunder

    Sumber data sekunder adalah bahan rujukan kepustakaan yang

    menjadi pendukung dalam penelitian ini, baik berupa buku, artikel, tulisan

    ilmiah, internet dan lain sebagainya guna dapat melengkapi data-data

    primer di atas sehingga dapat memperkuat argumentasi yang dibangun

    dalam skripsi ini.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penulisan ini yaitu dengan mengumpulkan

    berupa buku, artikel, tulisan ilmiah, internet dan lain sebagainya untuk di

    susun sesuai pembahasan yang berkaitan.

    4. Metode Analisis Data

    Penelitian ini dapat dikategorikan tafsir tematik atau tafsir maudhu‟I

    karena metode ini adalah metode yang efektif untuk dapat memperoleh

    kesimpulan yang komprehensif dari seluruh ayat yang memuat tema tentang

    tiang (langit). Setelah mendapatkan data-data yang cukup baik dari sumber

    primer dan sekunder kemudian penulis melukakan analisa.

  • 11

    Data-data yang telah terkumpul mengenai seputar penafsiran

    Zaglul al-Najjar terhadap ayat-ayat tentang tiang langit dan teori

    pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengannya disusun secara sistematik,

    dan kemudian dijelaskan dan dianalisis. Dalam rangka mencari

    pemahaman mengenai penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap ayat-ayat

    tentang tiang langit serta korelasinya dengan teori pengetahuan ilmiah.

    Dan juga metode penulisan skripsi ini berpedoman pada buku panduan

    karya tulis ilmiah yang di sepakati pada Fakultas Ushuluddin UIN STS

    Jambi.17

    Adapun penerjemahan ayat-ayat al-Qur‟an, penulisan mengacu

    pada terjemahan al-Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia,

    sementara penerjemahan tafsir ayat yang berkenaan dengan penulisan,

    penulis harus menggunakan penerjemah dan juga kamus bahasa Arab

    karena belum menguasai bahasa Arab seutuhnya.

    G. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini agar sistematis dan untuk menjawab pertanyaan

    pada penelitian ini, maka merujuk pada tekhnik penulisan yang disepakati pada

    Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi. Secara ringkas pembahasan ini terbagi

    kepada empat bab dengan perincian sebagai berikut:

    Bab I membahas latar belakang masalah, yaitu mengapa topik ini diangkat

    menjadi permasalahan untuk diteliti. Sementara untuk lebih memfokuskan

    permasalahan, maka akan dikemukakan rumusan masalah. Kemudian tujuan dan

    kegunaan penelitian, yaitu menguraikan target yang akan dicapai dalam penelitian

    dan kegunaannya untuk memberi kontribusi terhadap pengembangan studi tafsir

    khusunya serta yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Untuk

    membuktikan bahwa penelitian ini belum ada pembahasan sebelumnya maka

    dalam bab ini perlu dikemukakan tinjauan pustaka. metode penelitian juga

    dikemukakan karena untuk memberikan gambaran tentang prosedur dan cara

    17

    Arifullah dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi 2016).

  • 12

    penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini, dan yang terakhir

    pada bab I adalah sistematika penulisan, sebagai gambaran awal dari penelitian.

    Bab II menjelaskan penafsiran kata „amad dalam perspektif beberapa

    mufassir. Kemudian menyimpulkan bagaimana paradigma mufassir secara

    mayoritas. Yang mana merupakan penafsiran sesuai dengan periodesasi atau

    perkembangan zamannya, yaitu periode klasik dan periode modern. Selanjutnya,

    pada bab III yaitu penjelasan bagaimana pandangan Zaglul al-Najjar dalam

    penafsiran kata „amad di dalam kitab tafsir Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-

    Karīm, dengan penjabaran pembahasan dengan konsep ilmiah. Bab IV yaitu

    penjelasan kata „amad dalam ilmu sains yang dipadukan dengan dalil-dalil al-

    Qur‟an. Kemudian bab V adalah bab yang terakhir dari pembahasan skripsi ini

    yaitu, penutup yang meliputi; kesimpulan dari pembahasan tentang tiang langit

    dan kemudian saran-saran.

  • 13

    BAB II

    PARADIGMA MUFASSIR TERHADAP PENAFSIRAN KATA ‘AMAD

    A. Definisi Kata ‘Amad

    Dalam bahasa Arab kata (الػمد) adalah sesuatu yang dibebankan padanya,

    dan di katakan (غمد) adalah sesuatu yang ditopangi, yang berdiri. Kata (غماد)

    yaitu suatu yang disandari, dan kata (غمدت) adalah sesuatu yang apabila

    disandari, seperti tembok dan kata (الػميد) adalah sesuatu yang berdiri atau yang

    ditopangi atasnya layaknya tenda dari kayu atau seperti ( البيج غميد ) tiang

    rumah.18

    Secara bahasa kata غمد terdiri dari tiga huruf disebut juga dengan fi‟il

    tsulatsi mujarrad, juga tergolong fi‟il yang membutuhkan objek (fi‟il muta‟addi)

    seperti: غمدت السلف (saya telah menopang atap), دخيمثاغم (saya sedang

    menopang tenda), اغمد السلف (topanglah atap tersebut), dan mashdarnya غمد

    bermakna penopang. Kata غمد adalah bentuk jama‟ dari غماد yang artinya tiang,

    peyangga atau penopang. Maksud غمد adalah fi‟il yang membutuhkan objek

    yaitu disebut penopang atau tiang karena ada sesuatu yang ditopangi, seperti

    halnya dalam surah ar-Ra‟d ayat 2 bahwa langit adalah objek yang ditopangi oleh

    18

    Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah fi Al-Qur‟an Al-Karim, (Beirut: Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379

  • tiang (langit).19

    Sedangkan secara istilah kata غمد bermakna tiang, yang gunanya

    menyangga benda-benda yang terbentang atasnya. Semua benda yang

    dibentangkan atas tanah pasti memerlukan tiang sebagai penyangga. Dalam

    teknologi rekayasa kontruksi, telah ditemukan bagaimana suatu atap dapat

    dibentang tanpa tiang yang meyangganya. Hal seperti ini hanya mungkin

    dilakukan bila bentuk bangunan itu bulat seperti bola (spherical, surface of

    evolution). Namun demikian, para ahli belum sepakat tentang bentuknya.

    Sebagian menyatakan bahwa bentuknya mesti seperti bola, yang lain mengatakan

    seperti sadel, dan ada pula yang berpendapat bahwa bentuknya seperti terompet.

    Pada kontruksi demikian, dinding dan tiang menyatu menjadi permukaan bola itu

    sendiri. Dengan demikian, kita dapat memahami kontruksi lagit tanpa tiang hanya

    mungkin apabila langit itu berbentuk bola. Dari penemuan ilmiah diungkapkan

    bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang bentuknya seperti sebuah bola

    besar.20

    Sedangkan dalam KBBI definisi tiang adalah tonggak panjang dari bambu,

    besi, kayu dan sebagainya untuk menyokong atau meyangga (atap, lantai,

    jembatandan sebagainya) atau sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,

    penghidupan dan sebagainya.

    Tiang memiliki 5 arti, tiang adalah sebuah homonim karena arti-artinya

    memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Arti dari tiang

    dapat masuk ke dalam jenis kiasan sehingga penggunaan tiang dapat bukan dalam

    arti yang sebenarnya. Tiang memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda

    sehingga tiang dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda

    dan segala yang dibendakan. Berikut ini adalah arti tiang:

    Pertama Arti kata tiang adalah tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dan

    sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan. Contoh: tiang antena,

    19

    Abdul Ghani Abu al-„Azam, Mu‟jam Al-Ghaniy, (Tarikh Al-Nasyr: 2014). 20

    Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama

    RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-

    Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 297.

  • tiang listrik, tiang telepon, (bendera) setengah tiang, bendera yang dipasang hanya

    sampai di tengah-tengah tiang sebagai tanda berdukacita.

    Kedua Arti kata tiang adalah tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal

    untuk memasang layar dan sebagainya. Contoh: Tiang agung, tiang topang, kapal

    dua tiang.

    Ketiga Arti kata tiang adalah tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga

    (atap, lantai, jembatan, dan sebagainya). Tiang juga berarti pilar.

    Keempat Arti kata tiang adalah sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,

    penghidupan, dan sebagainya. Contoh: Salat merupakan tiang agama, tentara yang

    kuat adalah tiang negara, usaha perkebunan buah-buahan merupakan tiang

    penghidupan mereka.

    Kelima Arti kata bertiang adalah ada tiangnya. Bertiang juga berarti

    mempunyai tiang.21

    Definisi dan arti kata tiang adalah tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu

    dan sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan. Contoh, tiang antena,

    tiang listrik, tiang telepon, (bendera) setengah tiang, bendera yang dipasang hanya

    sampai di tengah-tengah tiang sebagai tanda berdukacita. Arti lainnya dari kata

    tiang adalah tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal untuk

    memasang layar dan sebagainya. Contoh, tiang agung, tiang topang, kapal dua

    tiang.

    B. Ayat-ayat Tentang ‘Amad

    Dalam aspek ilmiah, meskipun al-Qur‟an bukan kitab ilmu pengetahuan,

    tidak sedikit ayat-ayatnya yang berbicara tentang isyarat-isyarat ilmu pengetahuan

    dan metode pengembangannya. Tidak kurang dari 750 ayat di antaranya berbicara

    tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Kebenaran al-Qur‟an antara lain

    terungkap dan terbukti dengan banyaknya penemuan ilmiah dan berkembangnya

    ilmu pengetahuan.22

    21 Lektur.ID, “Tiang-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, diakses melalui alamat

    https://lektur.id/arti-tiang/. tanggal 03 Maret 2020. 22

    M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan ghaib),(Bandung:PT Mizan Pustaka, 2007). 115

    https://lektur.id/arti-tiang/

  • Dalam al-Qur‟an telah disinggung hakikat-hakikat ilmiah yang

    dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak

    terlepas dari ciri umum reaksinya, yakni memuaskan orang kebanyakan dan para

    pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan

    para pemikir melalui perenungan dan analisis dengan tujuan mendapatkan makna-

    makna yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan itu. Salah satunya seperti

    hakikat ilmiah tentang bagaimana penciptaan langit dan bumi dan lebih terfokus

    kepada ayat tentang ilmiah yang menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit

    tanpa tiang.

    Disebutkan dalam kitab Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur‟ānil Karīm

    tentang redaksi ayat ini pada surah ar-Ra‟d ayat 2, surah Luqman ayat 10, surah

    al-Humazah ayat 6-9 dengan kata „amadin dan disebutkan pula dengan kata yang

    berbeda yaitu „imaadin yang terletak pada surah al-Fajr ayat 6-9.23

    1. Kata ‘amad disebut dalam 3 ayat

    a. Surah Ar-Ra’d Ayat 2

    ٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا ِذمَّ اْسَخٰيى ّذْي َرَفَع السََِّّ ال ّٰلله

    ََلَمرَ ا

    ْْمَس َوال َر الشَّ َػْرّش َوَسخَّ

    ْى ال

    ََعل

    ْم حِْيّكِنْيَن ِك ّْم ّةّلَلاّۤء َرة

    ِكََّػلَٰيّج ل

    ٰاْ ال

    ِل ْمَر ِيَفص ّ

    َاِْر ال ى ِيَدة ّ َسمًّ َجٍل مُّ

    َّرْي ّلا جْ يَّ

    ٌّلِ ك

    “Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,

    kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menundukkan matahari dan

    bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia

    mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-

    Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu”.24

    b. Surah Luqman ayat 10 (dengan kata ‘amadin)

    ِْم َوَةدَّ ّفْيَىا ّمْن ك

    ِْن َحّمْيَد ّةك

    َْرّض َرَواّدَي ا

    َاْٰقى ّفى ال

    ْلَٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا َوا َق السَّ

    َّ َخل

    ل

    ّ زَ لَِْۢبْخَنا ّفْيَىا ّمْن ك ْن

    ََماّۤء َماًۤء َفا َنا ّمَن السَّ

    ْْنَزلَّرْيٍم َداۤةَّثٍ َوا

    َ وٍْج ك

    23

    Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (Beirut: Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379

    24 Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat

    Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word

  • “Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia

    meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak

    menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis

    makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan

    dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan

    yang baik”.25

    c. Surah al-Humazah ayat 9 (dengan kata ‘amadin)

    َدٍة دَّ َ ّࣖفْي َغَمٍد ُّمُّ

    “(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang”.26

    2. Kata ‘imaad disebut dalam Surah al-Fajr ayat 6-9

    ادٍّۖ َوَذِميْ َّبلَْىا ّفى ال

    ِْق ّمْرل

    َل ْم ِيخْ

    َّتْي ل

    َّّػَمادٍّۖ ال

    َْك ّةَػادٍٍۖ ّاَرَم َذاّت ال َرةُّ

    َْيَف َفَػل

    َْم َحَر ك

    َلَّذيَْن َجاِةيا ا

    ََّد ال

    َيادٍّۖ ْْخَر ّةال الصَّ

    “Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu

    berbuat terhadap (kaum) „Ad? (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum „Ad)

    yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah

    dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain, dan (terhadap) kaum

    samud yang memotong batu-batu besar di lembah”.27

    C. Penafsiran Kata ‘Amad Dalam Kitab Tafsir

    Aktifitas penafsiran al-Qur‟an telah melawati proses sejarah yang sangat

    panjang, dimulai sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup hingga sampai

    sekarang. Munurut Muhammad Husain adz-Dzahabi secara garis besar penafsiran

    Al-Qur‟an dibagi menjadi dua periode, yaitu periode klasik dan periode modern.

    Tafsir al-Quran pada masa klasik mencakup masa Nabi Muhammad saw, sahabat,

    25

    Ibid. 26

    Ibid. 27

    Ibid.

  • dan tabi‟in, masa kodifikasi (pembukuan). Periode klasik merentang dari masa

    Rasulullah saw sampai dengan abad ke-8. Setelah abad ke-8 H dan selanjutnya,

    disebut periode modern.28

    Berdasarkan hal tersebut penulis akan menjelaskan tentang „amad menurut

    beberapa kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer (modern). Sehingga dapat

    mengetahui penafsiran para ulama sesuai dengan periodesasi atau perkembangan

    zamannya. Dengan menampilkan penafsiran beberapa kitab tafsir terhadap

    penafsiran kata „amad, diharapkan akan diketahui adanya perbedaan antara

    penafsiran Zaqlul Al-Najjar dengan ulama tafsir yang lain.

    1. Periode Tafsir Klasik

    Tafsir periode klasik adalah tafsir yang muncul dan berkembang pada

    masa rasulullah hingga munculnya tafsir pada masa pembukuan (akhir masa

    Daulat Bani Umayyah atau awal Daulat Bani Abbasiyyah).29

    a. Ath-Thabari

    Ath-Thabari dalam kitab Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an

    menjelaskan bahwa Allah Swt yang meninggikan tujuh lapis langit tanpa

    tiang sebagaimana yang kita lihat, maka Allah menjadikan langit itu

    sebagai atap yang tebal bagi bumi.

    Dan „amad adalah jamak dari „umudun yaitu searti dengan sawariy

    (tiang), sesuatu yang menopang bangunan.30

    b. Al-Baghawi

    Al-Baghawi dalam Tafsir al-Baghawi menafsirkan bahwa kata

    „amad jamak dari „umudun yang bermakna peyangga ataupun penopang

    yang terletak di bawah atap. Pada kata „taraunaha‟ ada dua pandangan,

    salah satunya yakni kembali kepada kata as-sama‟ maksudnya kalian

    melihat langit itu terangkat tanpa tiang (di bawahnya), yakni bukan tanpa

    penopang ataupun penyangga dan juga tidak ada sesuatu yang

    28

    Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir(peta metodologi penafsiran Al-Qur‟an periode klasik hingga kontemporer), (Yogyakarta: NUN PUSTAKA YOGYAKARTA, 2003). 32.

    29 Ibid, 33.

    30 Abu Ja‟far Muhammad, Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an, (Bairut: Muassah ar-

    Risalah, 1994), jilid IV, 401.

  • menggantungnya. Adapun pandangan kedua yakni kembali kepada kata

    „amad. Maksudnya, ada tiang namun tidak terlihat. Dari perkataan ini

    bahwasanya tiangnya langit itu di atas gunung qaf. Menurut ibnu Abbas

    pandangan pertama adalah pandangan yang lebih benar dibanding

    pandangan kedua.31

    c. Al-Baidhawi (685 H)

    Al-Baidhawi dalam Tafsir Al-Baidhawi menafsirkan bahwa kata

    „amad jama‟ dari „imadun, seperti kalimat ihab dan ahab, atau „amud

    seperti adimun dan adamun dan bisa dibaca „umudun seperti rusulun. Pada

    kalimat taraunaha menjadi sifat bagi „amad atau kalimat baru untuk

    kesaksian dengan penglihatan mereka kepada langit-langit seperti yang

    demikian. Ini adalah dalil menunjukkan adanya sang pencipta yang

    bijaksana, maka sungguh terangkatnya langit atas semua benda-benda

    langit yang sama sepertinya dalam hakikat haramiyyah, dan

    pengkhususannya dengan apa yang sesuai. Demikian itu mesti dengan

    pengkhususan bukan dengan benda bukan pula dengan fisik yang

    mendominasi sebagian kemungkinan atas sebagian keinginannya, dan atas

    metode ini semuanya telah disebutkan dari beberapa ayat.32

    2. Periode Tafsir Kontemporer (Modern)

    Metode tafsir kontemporer adalah, metode penafsiran al-Qur‟an yang

    menjadikan problem kemanusiaan yang ada sebagai semangat penafsirannya.

    Persoalan yang muncul dihadapan dikaji dan dianalisis dengan berbagai

    pendekatan yang sesuai dengan problem yang sedang dihadapinya serta

    sebab-sebab yang melatar belakanginya. Tafsir kontemporer yang merupakan

    kelanjutan dari tafsir modern mempunyai akar sejarah yang cukup panjang.

    Sejarah tafsir modern bermula dari kemunculan modernisasi Islam.

    Modernisasi Islam pun ternyata tidak ada begitu saja. Ia juga dipicu oleh

    modernisasi dan renaissance yang muncul di Barat. Modernisasi tafsir muncul

    31

    Imam Husain bin Mas‟ud, Ma‟alimu al-Tanzil (Bairut: Darul Kitab „Ilmiyah, 1995), Juz

    3, 426-427. 32

    Nashiruddin Abi Sa‟id Abdullah, Anwaru at-Tanzil Wa Asrar at-Ta‟wil, (Bairut: Darul

    Kitab „Ilmiyah, 1988), jilid I, 500-501.

  • karena masalah ketidakpuasan para mufassir modern terhadap karya-karya

    mufassir sebelumnya. Para mufassir modern ini berpendapat bahwa karya-

    karya mufassir sebelumnya tidak menyentuh permasalahan-permasalahan

    umat.33

    a. Tafsir Al-Maraghi

    Menurut Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maragi menjelaskan bahwa

    surah ar-Ra‟d ayat 2 adalah salah satu dalil yang menunjuk kepada wujud,

    kesaan dan kekuasaan-Nya. Allah Swt menciptakan langit menjulang

    tinggi dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan

    penundukan-Nya saja langit itu menjulang tinggi dan dengan kejauhan

    yang tidak kalian ketahui, kalian melihatnya tanpa tiang yang menjadi

    sandaran dari bawahnya, dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari atas,

    menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan wujud dengan tatanan

    yang rapi dan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu,

    dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak

    terpisah antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga

    matahari yang terdiri dari matahai, bulan dan bintang-bintang, di dalam

    geraknya saling berhubungan dengan suatu tatanan khusus melalui gaya

    tarik menarik yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah. Tidak

    menyalahi jalan yang telah ditetapkan. Allah swt baginya. Demikianlah

    keadaanya hingga alam ini berakhir.34

    b. Tafsir Al-Azhar

    Dalam tafsir Al-Azhar Prof DR. HAMKA berpendapat bahwa langit

    itu sangatlah jauh dan berlapis-lapis, sehingga tidak ada batas tempat

    tertumbuknya penglihatan. Melainkan hanya warna biru belaka yang kita

    lihat. Disebut samawat, yang berarti banyak langit, sedangkan menurut

    HAMKA adalah semua langit, yang juga kadang-kadang disebut di dalam

    al-Qur‟an tujuh langit. Namun, hal itu sebenarnnya mengingatkan kepada

    33

    Hadi Mutamam, “Kontribusi dan Kritik Tafsir Kontemporer”, Jurnal AL-FIKR Volume 17 Nomor 1 Tahun 2013. 162.

    34 Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Terjemah tafsir Al-Maraghi, (Mesir: Mushthafa Al-

    Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M), Juz XIII, 106-109.

  • manusia bahwa langit itu terbentang demikian rupa di atas kepala kita, dan

    bintang-bintang menghiasinya di waktu malam dengan indahnya, namun

    dia melindungi kita laksana atap bagi kita, namun kita tidak melihat di

    mana tiangnya. Apakah tiang itu? Apakah kekuatan daya tarik-menarik

    dan perimbangan berat dan jarak di antara satu bintang dengan bintang

    yang lain? Mungkin itulah tiangnya. Misalnya ukuran jarak di antara

    matahari dengan bumi dan ukuran jarak antara bumi dengan bulan,

    mungkin itu tiangnya.35

    c. M. Quraish Shihab

    M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah memberikan

    pandangan terhadap ayat ini bahwa Allah Swt yang menurunkan al-

    Qur‟an, Allah juga yang meninggikan langit, yakni menjadikannya tinggi

    sejak penciptaannya dalam keadaan tanpa tiang penyanggah yang dapat

    kamu lihat dengan mata kepala kamu semua, atau yang kamu lihat

    ketiadaannya dengan mata kepala kamu, kemudian Allah bersemayam di

    atas „Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan antara lain guna

    kemaslahatan makhluk.

    Pada kalimat (رفع السماوات) yaitu mengandung makna memisahkannya

    dari bumi, sehingga matahari dan bintang-bintang dapat memancarkan cahayanya

    ke bumi, dan hujan yang ditampung oleh awan dapat tercurah. Itu semua telah

    terjadi dan tidak mungkin akan terjadi tanpa ada yang mengatur dan

    mengendalikannya. Selanjutnya, pada kalimat (ةغير غمد حرونىا) dalam arti

    sebenarnya ada tiangnya, hanya saja tidak terlihat dengan mata kepala. Tiang

    tersebut adalah daya-daya yang diciptakan Allah Swt sehingga tiang ini dapat

    meninggi dan tidak jatuh ke bumi, serta tidak pula planet-planet yang ada di alam

    raya ini saling bertabrakan.

    35

    Prof. DR. Haji Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: PUSTAKA

    NASIONAL PTE LTD, tanpa tahun), Jilid 5, 3729-3731.

  • Kata ذم pada ayat ini bukan dimaksudkan untuk menunjukkan jarak waktu,

    tetapi untuk menggambarkan betapa jauh berbeda dan besar tingkat penguasa

    „Arsy, dibanding dengan penciptaan langit dan bumi. Kata رفع menggunakan

    bentuk kata kerja masa lampau ketika berbicara tentang peninggian langit yaitu

    „telah meniggikan‟. Sedangkan ketika berbicara tentang pengaturan-Nya

    digunakan bentuk kata mudhari‟ (masa kini dan datang) yaitu يدةر ini karena

    peninggian langit itu telah rampung dengan selesainya penciptaan langit dan

    bumi. Sedang pengaturan dan pemeliharaan-Nya berlanjut terus menerus sejak

    dahulu, sekarang, hingga masa mendatang.36

    Dari beberapa penafsiran baik dari periode klasik maupun kontemporer

    yang penulis pilih, secara umum mengatakan bahwa langit yang ditinggikan oleh

    Allah Swt. ada tiang, namun tidak terlihat sebagaimana nyatanya sekarang ini. Hal

    tersebut menjadikan dalil bahwa segala sesuatu ada penciptanya dengan keesaan

    dan kekuasaan-Nya, yaitu Allah Swt yang maha bijaksana. Namun pada

    prinsipnya penafsiran Zaglul al-Najjar bisa menjelaskan ketidak terlihatan tiang

    itu dengan pendekatan sains. Oleh karena itu, pendapat di atas bukanlah suatu

    pendapat yang bertentangan dengan al-Qur‟an pada surah ar-Ra‟d ayat 2, karena

    di sebutkan dalam kitab Jami‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an pada kalimat َّغَمدٍ ّةَغْير

    (tanpa tiang) para ahli ta‟wil37

    menjadi ikhtilaf di antara mereka, tetapi

    sebagiannya mena‟wilkan bahwa ٍّةَػَمد (dengan tiang) hanya saja tidak terlihat. Di

    antaranya adalah Hasan bin Muhammad, Tsana „Affan, Himad, Hamid, Hasan

    bin Muslim dan Mujahid. Diriwayatkan bahwa Ibn Abbās, Mujāhid, Hassān dan

    36

    M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 6, 548-550. 37

    Menurut Muhammad Husayn al-Dzahabi, adapun yang dimaksud dengan ta‟wil menurut

    pandangan kebanyakan ulama kontemporer (khalaf) yang didukung kalangan fuqaha (ahli-ahli

    hukum Islam), mutakallimin (para teolog), muhadditsin (ahli-ahli hadits) dan kelompok sufistik

    (mutashawwiyah) ialah: mengalihkan lafal dari makna (pengertianya) yang kuat (rajih) kepada

    makna lain yang dikuatkan/dianggap kuat (marjuh) karena ada dalil lain yang mendukung. (Dr. H.

    Muhammad Suma, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, halaman 312).

  • Qatādah mengatakan ada tiang tetapi tidak nampak. Maksudnya Allah yang

    meninggikan langit dengan tiang yang kamu tidak dapat melihatnya. Iyās bin

    Mu„āwiyah berpandangan bahawa langit berada di atas bumi seperti kubah tanpa

    tiang. Di dalam ayat yang lain Allah menyatakan:

    مَ ْمّره َوِيْمّسِك السَََّبْدّر ّةا

    ّْرْي ّفى ال جْ

    ََك ت

    ِْفلْْرّض َوال

    َاْا ّفى ال ْم مَّ

    ِكََر ل َ َسخَّ نَّ اّٰلله

    َْم َحَر ا

    َلَْن حَ ا

    َ َلَع اَۤء ا

    ّخْيمٌ َرِءْوٌف رَََّ ّةالنَّاّس ل ا ّةّاْذّنه ّانَّ اّٰلله

    َّْرّض ّال

    َاْى ال

    َ َعل

    “Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia)

    apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan

    Dia menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan

    izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”.

    (Q.S Al-Hajj 22: 65).38

    adalah penguat (ta‟kid) untuk menafikan adanya tiang yaitu terangkat َحَرْوَنَىا

    tanpa tiang yang dapat kamu saksikan dan inilah kekuasaan yang paling

    sempurna.

    Di dalam kitab tafsir Fi Dzilāl al-Qurān oleh Sayyid Quthb menyatakan

    bahwa ayat ini merupakan bukti kekuasaan dan hikmah kebijaksanaan tadbiran

    Allah dengan mempamerkan keajaiban alam. Langit adalah penciptaan yang amat

    besar apabila manusia merenungi dan menelitinya ketika bersendirian. Ia

    kelihatan begitulah selama-lamanya (sebelum kiamat) tidak berpegang kepada

    suatu apa pun, ia kelihatan sayup saujana tanpa tiang dan dapat dipandang dengan

    jelas.39

    Sebagai tambahan bahwa Terdapat dua belas ayat i„jāz „ilmiy di dalam

    surah al-Ra„d yaitu ayat 2, 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 17 dan 41. Ayat 2

    menceritakan tentang penciptaan langit, „arash, matahari dan bulan. Ayat 3 dan

    4 menyentuh mengenai gunung, sungai, kebun buah-buahan, tamar, anggur

    serta kejadian siang dan malam. Manakala ayat 8 mengenai rahim ibu (kejadian

    38

    Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.

    39 Sayyid QuÏb, Tafsir Fi Úilal Al-Qurān, cet. ke 12 (Kaherah: Dar al-Syuruq, 1986).

  • embrio sempurna dan tidak sempurna). Ayat 12 mengenai kilat dan awan.

    Guruh dan petir dalam ayat 13. Wadi, air, api, buih dan logam ayat 17. Ayat 41

    menyentuh mengenai pengerutan bumi. Ayat 16 mengenai kegelapan dan

    cahaya serta Allah sebagai pencipta semua perkara. Berikut di dalam tabel:

    Ayat Bidang Ilmu Keterangan

    2,15, 16 Kosmologi dan

    Astronomi

    Langit,matahari,bulan,kejadian

    siang dan malam

    3, 5, 12 Geologi Bumi,gunung,sungai,wadi dan

    tanah

    4 Botani Anggur,tamar,buah-buahan

    berpasangan

    8 Embriologi Rahim ibu,kejadian janin yang

    sempurna dan tidak

    12, 13 Metereologi Kilat,petir,guruh,awan dan air

    hujan

    17 Kimia Buih,api,logam

    16, 10 Fisika Suara/bunyi,cahaya,gelap

    41 Geormofologi Pengerutan bumi

    Tabel di atas adalah klasifikasi ayat i„jāz „ilmi yang terdapat dalam surah

    al-Ra„d. Ayat-ayat i„jāz „ilmi adalah penjelasan terhadap realita ilmiah dengan

    nas-nas kauniyah yang termaktub di dalam al-Qur‟an.

  • 25

    BAB III

    ANALISIS PENAFSIRAN ZAGLUL AL-NAJJAR DALAM SURAT

    AL-RA’D AYAT 2

    Kajian terhadap al-Qur‟an memerlukan banyak ragam ilmu, salah satunya

    adalah ilmu tafsir. Oleh karena itu, adanya ilmu tafsir agar tidak terjatuh ke dalam

    kesalahan dan bahkan penyimpangan ketika berusaha memahami ayat-ayat al-

    Qur‟an. Kemudian untuk memahami suatu ayat maka perlu melakukan analisa,

    yang mana dalam hal ini penulis mengutip penafsiran Zaglul al-Najjar pada surah

    ar-Ra‟d ayat 2, sebagai berikut:

    َلمَ ْْمَس َوال َر الشَّ َػْرّش َوَسخَّ

    ْى ال

    َٰمٰيّت ّةَغْيّر َغَمٍد َحَرْوَنَىا ِذمَّ اْسَخٰيى َعل ّذْي َرَفَع السَّ

    َِّ ال ّٰلله

    َ ا

    ٌّلِرَ ك

    َّرْي ّلا جْ ْم حِْيّكِنْيَن يَّ

    ِك ّْم ّةّلَلاّۤء َرة

    ِكََّػلَٰيّج ل

    ٰاْ ال

    ِل ْمَر ِيَفص ّ

    َاِْر ال ى ِيَدة ّ َسمًّ َجٍل مُّ

    “Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu

    lihat, kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menundukkan

    matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah

    ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-

    tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan

    Tuhanmu”. (Q.S ar-Ra‟d:2).40

    Di dalam ayat ini Allah menceritakan mengenai kesempurnaan kuasa-Nya

    dan kehebatan pemerintahan-Nya. Yaitu dengan izin dan perintah-Nya

    ditinggikan langit tanpa tiang bahkan dengan izin dan perintahnya serta untuk

    memberi kemudahan kepada makhlukNya, Allah mengangkatnya jauh dari bumi.

    Jaraknya tidak dapat dijangkau oleh manusia dan manusia tidak mengetahui jarak

    bumi dengan langit. Langit dunia menutupi keseluruhan bumi dan semua yang

    ada di sekitarnya termasuklah air dan udara dari semua arah dan penjuru. Tegak di

    atasnya dari semua sudut dan jarak yang sama antara langit dan bumi dari semua

    arah. Jarak perjalanan antara keduanya adalah lima ratus tahun. Tebalnya juga

    sejauh perjalanan lima ratus tahun. Begitu juga langit kedua menutupi langit

    dunia. Jarak perjalanannya antara langit dunia dengan langit ke dua juga adalah

    40

    Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat

    Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.

  • lima ratus tahun. Begitulah seterusnya langit ketiga , keempat, kelima , keenam

    dan ketujuh.41

    Ketika menjelaskan masalah yang berkaitan dengan langit, Allah

    menerangkan bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang seperti yang terlihat.

    Andai saja benda sebesar dan seluas langit ini mesti memerlukan tiang untuk

    menyangganya, dapat dibayangkan betapa semrawutnya alam semesta. Namun,

    dengan kekuasaan Allah Swt, alam diciptakan menyerupai bentuk sebuah bola

    yang besar, yang dindingnya menyatu dengan tiang yang saling bertemu antara

    dasar, dinding, dan atap atau langitnya. Temuan ilmiah menyatakan teknologi

    bangunan seperti bola inilah yang menyebabkan suatu konstruksi tidak lagi

    memerlukan tiang. Tampak bahwa karya dari rekayasa teknologi yang demikian

    sejalan dengan informasi al-Qur‟an. Inilah kekuasaan Allah yag tidak ada

    bandingnya.42

    A. Biografi Zaglul Al-Najjar

    Sebelum melangkah pada analisa Zaglul Al-Najjar, berikut adalah biografi

    Zaglul Al-Najjar:

    1. Namanya

    Namanya adalah Dr. Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar, ia adalah

    seorang geologiwan asal Mesir, akademikus, sekaligus seorang da‟i muslim

    yang fokus membahas kemukijzatan ilmiah dalam al-Qur‟an dan hadis.43

    Beliau adalah guru besar ilmu geologi di Universitas Terusan Suez,

    sekaligus kepala Lajnah Kemukjizatan Ilmiah Al-Qur‟an di Dewan Tertinggi

    Urusan Keislaman.44

    Beliau dilahirkan pada tanggal 17 November 1933, di desa Masyal,

    distrik Basyun, provinsi al-Gharbiyyah.45

    41

    Karimah Binti Mat Zin dkk, “Kajian Terhadap Ayat-Ayat I'jāz „Ilmiy Dalam Surah Al-

    Ra„D” Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (1), Juni 2018, 58. 42

    Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-

    Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 296. 43

    Wikipedia, النجار زغلول“ ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/

    .tanggal 14 Juni 2020 , زغلول_النجار44

    Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 2007), 5.

  • 2. Riwayat Pendidikan

    Ia dibesarkan di keluarga yang religius, kakeknya adalah imam di

    desanya dan ayahnya seorang penghafal al-Qur‟an. Zaghlul menceritakan

    bahwa ketika ia melakukan kesalahan saat membaca al-Qur‟an, ayahnya

    membenarkan bacaannya dalam keadaan tertidur.46

    Ia sendiri mempelajari al-Qur‟an sejak kecil di tempat pembelajaran al-

    Qur‟an (kuttab) di desanya dan juga di bawah didikan ayahnya yang

    merupakan salah satu pengajar yang terkemuka.47

    Ia selesai menghafal al-Qur‟an pada usia 9 tahun. Kemudian ia pindah

    ke Kairo bersama ayahnya dan masuk ke salah satu sekolah dasar. Lalu ia

    masuk ke Sekolah Menengah Syubra pada tahun 1946 dania termasuk salah

    satu lulusan terbaik.48

    Kepala sekolahnya pernah menyuruhnya mengikuti perlombaan bahasa

    Arab karena kecakapannya dalam hal tersebut. Namun ia malu untuk

    melakukannya karena salah satu gurunya juga mengikuti perlombaan

    tersebut. Tetapi kepala sekolahnya menentang alasan tersebut dan

    mengatakan bahwa gurunya tidaklah mewakili sekolah. Zaghlul pun

    mengikuti lomba tersebut dan berhasil meraih posisi pertama sementara

    gurunya di posisi 42.49

    Setelah itu, ia masuk ke fakultas sains di Universitas Kairo, ia memilih

    jurusan geologi yang baru dibuka saat itu. Beliau menyukai jurusan tersebut

    karena ketuanya adalah seorang doktor asal Jerman dan Zaglul unggul di

    jurusan itu.50

    45

    Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim, 5. 46

    Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ زغلول_النجار.

    47 Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar

    al-Ma‟rifah, 2005), 5. 48

    Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/

    _النجار لزغلو 49

    Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ _النجار لزغلو

    50 Wikipedia, “ النجار زغلول ”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/

    نجارال _ لزغلو

  • Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1955 dan mendapat gelar Sarjana

    Muda Bidang Sains dengan yudisium Summa Cum Laude. Sebagai lulusan

    terbaik, pihak universitas memberikannya Penghargaan Barakah untuk

    kategori geologi.51

    Setelah lulus, Zaghlul pernah dipenjara karena campur tangannya di

    salah satu demonstrasi politik dan persidangannya membuktikan

    ketidakbersalahannya. Tetapi keputusan politik menolak ketetapannya untuk

    kembali ke universitas karena sebab hubungannya dengan kelompok al-

    Ikhwan al-Muslimin.52

    Ia dianggap sebagai ancaman yang nyata untuk kekuasaan politik

    sekuler Mesir saat itu, ia diasingkan dari Mesir pada awal tahun 1960 dan

    bisa kembali ke negaranya pada tahun 1970.53

    Setelahnya ia mendapatkan gelar doktor (Ph.D) bidang geologi dari

    Universitas Wales di Inggris pada tahun 1963 dan mendapat gelar mitra di

    sana. Selain itu, ia juga mendapatkan Penghargaan Riset Robertson.54

    Selain itu, ia juga mendapatkan gelar guru besar (Profesor) ilmu

    geologi di Universitas Kuwait pada tahun 1972 dan di Universitas Qatar pada

    tahun 1978.55

    3. Pekerjaan, Kegiatan Ilmiah dan Akademik

    Ia pernah bekerja di Perusahaan Petroleum Shahari, Pusat Riset

    Nasional di Kairo, pertambangan fosfat di Lembah Nil, petambangan emas di

    al-Barramiyyah (padang pasir di bagian t