tabel penyakit cacing.docx
TRANSCRIPT
1. NEMATODA (CACING BULAT/CACING GELANG)
KETERANGAN ANKILOSTOMIASIS
(CACING TAMBANG)
ASKARIASIS
(CACING GELANG)
ENTEROBIASIS
(CACING KREMI)
TRICHURIASIS
(CACING CAMBUK)
ETIOLOGI Necator americanus, Ancylostoma duodenale, &
Ancylostoma ceylonicum
Ascaris lumbricodes Enterobius vermicularis atau Oxyuris
vermicularis
Trichuris trichiura
PENULARAN Larva menembus kulit/larva tertelan Telur tertelan Dari tangan lalu telur tertelan Telur tertelan
MANIFESTASI
KLINIK
Gejala berupa gatal pada kulit, Gangguan
pencernaan seperti kurang nafsu makan, mual,
muntah, nyeri perut dan diare. Pada infeksi
kronis dapat terjadi anemia.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
tinja dengan ditemukannya telur, larva, atau
bahkan cacing dewasa.
Gejala penyakit berkisar dari yang ringan berupa
batuk sampai yang berat seperti sesak napas.
Gejala yang disebabkan cacing dewasa :
penyumbatan lumen usus,sampai muntah cacing
yang dapat menyumbat saluran napas.
Sensasi gatal di sekitar anus dan
gangguan kurang tidur.
Diagnosis berdasarkan gejala dan
ditemukannya telur /cacing dari apusan
daerah anus.
Biasanya tanpa gejala (asimptomatis).
Infeksi beratbisa menyebabkan anemia
ringan dan diare berdarah (bloody). Pada
kasus yang jarang dapat terjadi prolaps
recti.
Diagnosis didapatkan dari adanya telur
atau cacing dewasa dalam tinja.
PENGOBATAN - Pirantel pamoat, dosis tunggal 10 mg/kgBB
- Mebendazol 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari
- Albendazol 400 mg sehari, selama 5 hari
- Pirantel pamoat, dosis tunggal 10 mg/kgBB
- Mebendazol 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari
- Albendazol (anak > 2 tahun) 400 mg (2 tablet)
dosis tunggal
- Mebendazol dosis tunggal 100 mg
- Garam piperazin
- Tiabendazol
- Pirvinium pamoat
- Mebendazol 100 mg, 2 x sehari selama 3
hari
- Albendazol 400 mg
- Pirantel pamoat
HOSPES
PERANTARA
Manusia (pada usus halus) Manusia (pada usus halus) Manusia (pada usus halus) Manusia (pada usus halus)
LAIN-LAIN Siklus Hidup Cacing :
1) Cacing dewasa hidup dan bertelur di dalam
usus halus kemudian keluar melalui tinja; 2)
Larva bentuk pertama rhabditiform akan
berubah menjadi larva filariform; 3) Larva
memasuki tubuh manusia melalui kulit dan
masuk ke peredaran darah; 4) Larva akan naik ke
paru, trakea dan berlanjut ke faring, kemudian
larva tertelan ke saluran pencernaan: 5) Larva
bisa hidup di dalam usus sampai 8 tahun dengan
menghisap darah.
Pencegahan :
Pencegahan kontak dengan larva, dan
pembudidayaan perilaku hidup bersih dan sehat
pada masyarakat.
Siklus Hidup Cacing :
1) Telur dikeluarkan cacing melalui tinja ; 2)
Dalam lingkungan yang sesuai berkembang
menjadi embrio dan menjadi larva infektif; 3)
Larva infektif kemudian tertelan oleh manusia; 4)
Di dalam usus larva akan menetas; 5) Keluar dan
menembus dinding usus dan masuk ke sistem
peredaran darah; 6) Hingga sampai di usus halus,
dan larva menjadi dewasa di usus halus; 7)
Perjalanan siklus hidup cacing ini berlangsung
selama 65 – 70 hari.
Pencegahan :
Menjaga kebersihan pribadi, mencuci tangan,
memakai alas kaki dan melakukan perbaikan
sanitasi lingkungan sekitar tempat tinggal.
Siklus Hidup Cacing :
5) Cacing betina bermigrasi pada malam
hari dan bertelur di anus; 1) Hal ini
menyebabkan rasa gatal di anus dan
tergaruk dengan kuku jari lalu ke mulut;
2) Telur menetas di usus halus; 3) Larva
bermigrasi ke daerah di sekitar anus
dan tumbuh hingga dewasa; 4) Bila sifat
infeksinya retroinfeksi dari anus, maka
telur akan menetas di anus dan
bermigrasi ke kolon asendens.
Pencegahan :
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, rajin memotong kuku jari yang
sudah panjang.
Siklus Hidup Cacing :
1) Manusia tertelan telur cacing yang
matang; 2) Telur akan menetas menjadi
larva dan berpenetrasi pada mukosa usus
halus selama 3-10 hari; 3) Larva bergerak
turun dan lambat manjadi dewasa di
sekum dan kolon asendens; 4) Cacing akan
bertelur dan dalam lingkungan yang
kondusif telur akan matang dalam waktu
2-4 minggu dan akan keluar bersama tinja.
Pencegahan :
Menjaga kebersihan pribadi dan
melakukan perbaikan sanitasi pada
lingkungan sekitar.
2. CESTODA (CACING PITA)
KETERANGAN CACING PITA DAGING CACING PITA IKAN CACING PITA TIKUS
ETIOLOGI Taenia solium (pada babi), Taenia saginata (pada sapi), &
Cysticercus cellulosae (pada babi)
Diphyllobothrium latum Hymenolepsis spp. (H. nana) & Drepanidotaenia spp.
PENULARAN Termakan, terdapat pada daging yang tidak dimasak atau
dimasak tetapi kurang matang
Ikut tertelan, terdapat pada ikan mentah. Sumber penularannya
adalah manusia dan beruang.
Tertelan air dan makanan yang terkontaminasi telur “dwarf
worm”. Sumber penularan tersering adalah manusia dan tikus.
MANIFESTASI
KLINIK
Gejala dan tanda penyakit adalah berupa gangguan
saluran cerna dan anemia juga dapat terjadi pada berbagai
tingkat keparahan
Gejala biasanya tidak berat, dapat berupa gangguan pencernaan
(diare, nafsu makan kurang, berat badan turun, tidak enak perut),
anemia dan obstruksi mekanik.
Diagnosis dengan menemukan telur atau proglotid dalam tinja.
Gejala bervariasi dari asimptomatis (paling banyak) hingga
nyeri perut hebat, diare, mual dan muntah, anoreksia (kurang
nafsu makan), penurunan berat badan
PENGOBATAN - Kuinakrin hidroklorida
- Niklosamid
- Prazikuantel
- Atabrin
- Librax
- Niklosamid, 4 tablet (2gr) dikunyah setelah makan
hidangan ringan
- Prazikuantel, dosis tunggal 10 mg/kg BB
- Bitionol
- Pencahar (bila cacing tidak keluar)
- Paromomisin, 1 gram aetiap 4 jam sebanyak 4 dosis
- Niklosamid
- Prazikuantel, dosis tunggal 10 mg/kg BB
HOSPES
PERANTARA
Hospes T. solium : babi
Hospes T. saginata : sapi
Hospes definitif : manusia
Cyclops dan ikan Tikus (hewan pengerat)
LAIN-LAIN Siklus Hidup Cacing :
Cacing dewasa dalam usus halus → bertelur → dikeluarkan
melalui tinja → termakan oleh babi atau sapi → telur akan
menetas menjadi larva di dalam usus hewan tersebut →
larva masuk ke pembuluh darah → menuju jaringan otot
atau ke dalam daging → daging hewan tersebut
selanjutnya di makan oleh manusia → larva menetap dan
menjadi dewasa di usus halus manusia.
Pencegahan :
Memutus rantai penularan dan memasak daging hingga
benar-benar matang, sanitasi lingkungan yang baik akan
menurunkan penyebaran telur pada tanah.
Siklus Hidup Cacing :
Telur cacing → dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid
gravid di tinja → menetas dalam air → Larva (koradisium) →
dimakan H P pertama, anggota Cepepoda (ex. Cyclops dan
Dioptomus) → larva menjadi proserkoid → cyclops dimakan H P
kedua, ikan (ex. Salem) → proserkoid berubah menjadi larva
pleroserkoid (sparganum) → termakan manusia → sparganum
menjadi cacing dewasa di rongga usus halus manusia.
Pencegahan :
Melakukan pengawasan terhadap pengolahan ikan, pemasakan
ikan, dan sanitasi lingkungan.
Siklus Hidup Cacing :
Manusia tertular jika memakan telur cacing ini → Di dalam
usus halus, telur akan menetas menjadi oncospher dan
menembus villi usus halus serta akan kehilangan kaitnya →
Dalam 4 hari kemudian akan menjadi larva cysticercoid →
Larva ini terdapat pada tunica propria usus halus penderita →
Larva ini akan kembali ke lumen usus penderita untuk
menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu → Telur dapat
menetas di dalam lumen usus halus penderita kemudian
oncospher akan menembus villi usus dan siklus hidupnya
akan berulang kembali.
Pencegahan :
Menjajaga hygiene perorangan, pembuangan feses secara
aman, penyediaan air bersih, pemberantasan dan
pengendalian hama tikus.
3. TREMATODA (CACING DAUN)
KETERANGAN SCHISTOSOMA MANSONI SCHISTOSOMA JAPONICUM
ETIOLOGI Schistosoma mansoni Schistosoma japonicum
PENULARAN Kontak langsung dengan dengan air tawar yang mengandung larva infektif dan larva akan
menembus kulit manusia yang utuh atau sehat (tanpa luka). Sumber penularannya adalah
manusia, kera, dan tikus.
Terjadi melalui kontak langsung dengan dengan air tawar yang terkontaminasi oleh larva
infektif dari cacing ini. Sumber penularannya adalah manusia, anjing, kucing, kambing, sapi,
domba, kerbau dan hewan liar lainnya.
MANIFESTASI
KLINIK
Mempunyai gejala klinis awal yang sama, misalnya gatal-gatal pada saat serkaria telah masuk ke
dalam kulit, batuk berdahak dan demam serta hepatomegali (pembengkakan hati) dan
splenomegali (pembengkakan limpa)
Gatal-gatal (urtikaria), Gejala intoksikasi : demam hepatomegali dan eosinofilia tinggi,
Sindroma disentri, pada tingkat yang lebih lanjut dapat menyebabkan sirosis hepatis dan
splenomegali serta emasiasis.
PENGOBATAN - Praziquantel, dosis satu atau dua dari 40-60 mg / kgBB
- Oxamniquine
- Natrium antimonium tartrat
- Stiboven, secara intramuskular
- Nitridiasol
- Nitrioquinolin
- Prazikuantel, dosis 35 mg/kgBB, diberikan 2 x sehari
- Niridazol, dosis 25 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari berturut-turut
HOSPES
PERANTARA
Keong atau Siput air tawar (fresh water snail), genus Oncomelania Keong atau Siput air tawar
LAIN-LAIN Siklus Hidup Cacing :
Manusia terinfeksi oleh serkaria di air tawar melalui penetrasi pada kulit → Serkaria masuk
tubuh melalui sirkulasi vena ke jantung, paru-paru dan sirkulasi portal → Tiga minggu
serkaria matang dan mencapai vena mesenterika superior usus halus lalu tinggal disana serta
berkembang biak → Telur yang dikeluarkan oleh cacing betina di dalam usus menembus
jaringan sub mukosa dan mukosa lalu masuk kedalam lumen usus dan keluar bersama tinja →
Telur yang berada di air tawar menetas dan melepaskan mirasidium yang kemudian berenang
bebas mencari hospes perantaranya yaitu keong → Dalam tubuh keong mirasidium
berkembang menjadi sporokista 1 dan 2 kemudian menjadi larva serkaria yang ekornya
bercabang → Serkaria selanjutnya akan mencari hospes definitif dalam waktu 24 jam.
Pencegahan :
Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi oleh larva cacing tersebut,
sanitasi, terapi untuk penderita, dan pengendalian hospes perantara.
Siklus Hidup Cacing :
Telur dari parasit dilepaskan dalam tinja dan jika mengalami kontak dengan air mereka
menetas menjadi larva yang berenang bebas, yang disebut miracidia → Larva menginfeksi
keong dalam satu atau dua hari → Di dalam keong, larva mengalami reproduksi aseksual →
Setelah tahap reproduksi aseksual, cercaria yang dihasilkan dalam jumlah besar, yang
kemudian meninggalkan keong dan harus menginfeksi inang vertebrata yang cocok →
Cercaria menembus kulit → Cacing kemudian bermigrasi melalui sirkulasi, berakhir di
pembuluh darah mesenterika dimana mereka kawin dan mulai bertelur. Setiap pasangan
desposits sekitar 1500 - 3500 telur per hari dalam dinding usus → Telur menyusup melalui
jaringan dan terdapat dalam tinja.
Pencegahan :
Menghindari kontak langsung dengan air tawar yang terkontaminasi, sanitasi, terapi untuk
penderita, dan pengendalian siput air tawar.