struktur.pdf

55
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Mengetahui cara penggambaran simbol struktur bidang dan struktur garis di peta. 2. Mengetahui gambaran tiga dimensi dari struktur bidang dan struktur garis. I.2. Alat dan Bahan 1. Busur derajat 2. Jangka 3. Plastik mika 4. Penggaris 5. Pensil warna 6. Alat tulis. I.3. Dasar Teori Geologi Struktur adalah suatu ilmu yang mempelajari perihal bentuk arsitektur, struktur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Geologi struktur pada intinya mempelajari struktur batuan (struktur geologi), yaitu struktur primer dan struktur sekunder. (Bagian terbesar,terutama mempelajari struktur sekunder ini). A. Struktur Primer : Adalah struktur batuan yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan. Contoh : Pada batuan sedimen: Perlapisan/laminasi sejajar, perlapisan/laminasi silangsiur (cross bedding), perlapisan bersusun (graded bedding). Secara umum merupakan struktur sedimen.

Upload: panji-ahmad

Post on 26-Dec-2015

134 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: struktur.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Tujuan

1. Mengetahui cara penggambaran simbol struktur bidang dan struktur garis di

peta.

2. Mengetahui gambaran tiga dimensi dari struktur bidang dan struktur garis.

I.2. Alat dan Bahan

1. Busur derajat

2. Jangka

3. Plastik mika

4. Penggaris

5. Pensil warna

6. Alat tulis.

I.3. Dasar Teori

Geologi Struktur adalah suatu ilmu yang mempelajari perihal bentuk

arsitektur, struktur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Geologi struktur

pada intinya mempelajari struktur batuan (struktur geologi), yaitu struktur primer

dan struktur sekunder. (Bagian terbesar,terutama mempelajari struktur sekunder

ini).

A. Struktur Primer :

Adalah struktur batuan yang terbentuk bersamaan dengan proses

pembentukan batuan. Contoh :

Pada batuan sedimen:

Perlapisan/laminasi sejajar, perlapisan/laminasi silangsiur (cross

bedding), perlapisan bersusun (graded bedding). Secara umum merupakan

struktur sedimen.

Page 2: struktur.pdf

2

Gambar 1. Struktur sedimen laminasi sejajar

(vivageography.blogspot.com)

Gambar 2. Struktur sedimen silangsiur

(vivageography.blogspot.com)

Gambar 3. Struktur sedimen perlapisan

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Page 3: struktur.pdf

3

Pada batuan beku :

Kekar kolom (columnar joint), kekar melembar (sheeting joint), vesikuler.

Gambar 4. Columnar joint

(geologyfieldcamp.sdsmt.edu)

Gambar 5. Sheeting joint

(www.marlimillerphoto.com)

Pada batuan metamorf:

Foliasi.

Page 4: struktur.pdf

4

Gambar 6. Foliasi

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

B. Struktur Sekunder:

Adalah struktur batuan yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan

yang diakibatkans oleh deformasi. Contoh: kekar, sesar, lipatan.

Gambar 7. Struktur kekar

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Page 5: struktur.pdf

5

Gambar 8. Struktur sesar

(isticlyne.blogspot.com)

Gambar 9. Struktur lipatan

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Cara mempelajari dan menganalisis struktur geologi dapat dilakukan

dengan tiga cara, yaitu :

1. Secara Deskriptif

Mempelajari struktur geologi dengan mengamati, mengukur unsur

-unsur geometri (struktur bidang dan struktur garis) di lapangan, dan

menyajikannya dalam peta, penampang,diagram dan analisis statistik.

2. Secara Kinematik

Meliputi pergerakan atau pergeseran dari struktur tersebut

(analisis), identifikasi dan klasifikasi (penamaan).

3. Secara Genetik

Meliputi pemahaman serta penjabaran mengenai pembentukan

struktur geologi yang berkaitan dengan pola tegasan pembentuknya.

Page 6: struktur.pdf

6

Cara penulisan simbol struktur bidang dan struktur garis :

1. Struktur bidang

Penulisan struktur bidang dinyatakan dengan :

a) Jurus kemiringan

Sistem Azimuth : N Xº E / Yº

o X = jurus/strike, besarnya 00 - 360

0

o Y = kemiringan/dip, besarnya 00

- 900

Sistem Kwadran : (N/S) A0 (E/W) / B

0 C

o A = strike

o B = dip

o C = dip direction, menunjukan arah dip dapat dengan SW, NE dll.

b) Besar kemiringan

Misalnya dalam sistem azimuth ditulis dengan notasi N X0 E / Y

0, maka

penulisan berdasarkan sistem “dip direction” dapat ditulis dengan notasi

Y0, N X

0 E. Petunjuk praktis : arah kemiringan/dip direction = jurus + 90

0.

2. Struktur Garis

Penulisan struktur garis dinyatakan dengan :

System Azimuth : Y0, N X

0 E

System Kwadran : tergantung pada posisi kwadran

Tabel 1. Struktur Bidang dan Struktur Garis

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Page 7: struktur.pdf

7

Aplikasi yang dapat dilakukan di dunia pertambangan diantaranya adalah :

1. Dengan kemampuan pemahaman, penggunaan dan pembacaan kompas

dengan baik dan benar, maka penyusun akan mampu untuk mengukur

kedudukan-kedukan litologi batuan, kemudian untuk mengetahui

penyebaran litologi batuan di suatu daerah.

2. Mampu membuat peta geologi dengan mengetahui batas-batas satuan

batuan tiap daerah yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai metode atau

acuan penambangan.

3. Mengeplotkan kedudukan lapisan-lapisan batuan dalam peta lintasan

sebagai acuan daerah-daerah penambangan sehingga penyusun dapat

mengetahui metode atau model penambangan.

4. Dengan mengetahui kedudukan dari kekar (fracture), penyusun dapat

mengetahui perkembangan struktur geologi yang ada pada daerah tersebut

serta daerah-daerah ini merupakan zona hancuran akibat adanya struktur

geologi, maka proses penambangan pada daerah seperti ini akan berbeda

dengan daerah normal yang tidak dikenai oleh struktur geologi.

5. Mengetahui perkembangan struktur geologi (sesar/patahan) yang ada pada

daerah tersebut yang di indikasikan dengan kedudukan yang tidak beraturan.

Sehingga dengan adanya indikasi seperti hal tersebut di atas.

6. Bedasarkan kedudukan-kedudukan dari fracture, maka penyusun dapat

mengetahui jalar-jalur mineralisasi, migrasi minyak bumi karena bagian ini

merupakan zona-zona lemah yang terbuka, sehingga fluida dan mineral

akan berada di sepanjang jalar ini hingga mencapai ke permukaan bumi.

Page 8: struktur.pdf

8

Gambar 10. Simbol-simbol struktur

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Page 9: struktur.pdf

9

BAB II

STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS

II.1. Tujuan

II.2.1. Tujuan struktur bidang

1. Mampu menggambarkan geometri struktur bidang ke dalam proyeksi dua

dimensi (secara grafis).

2. Mampu menentukan kedudukan bidang dari dua atau lebih kemiringan

semu.

3. Mampu menentukan kedudukan bidang berdasarkan “problem tiga titik”

(three point problem).

4. Mampu melakukan ploting simbol-simbol geologi dengan geometri bidang

pada peta.

II.2.2. Tujuan struktur garis

1. Mampu menggambarkan geometri struktur garis ke dalam proyeksi dua

dimensi (secara grafis).

2. Mampu menentukan plunge dan rake/pitch suatu garis pada suatu bidang.

3. Mampu menentukan kedudukan struktur garis yang merupakan

perpotongan dua bidang.

II.2. Alat dan Bahan

1. Alat tulis lengkap.

2. Jangka, penggaris, busur derajat.

3. Peta topografi

II.3. Dasar Teori

1. Struktur Bidang

Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang.

Kedudukan awal struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk

kedudukan horizontal. Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika

mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan

Page 10: struktur.pdf

10

atau pada lereng gunung api, kedudukan miringnya disebut initial dip. Di samping

struktur perlapisan,struktur geologi lainnya yang membentuk struktur bidang

adalah: bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi dll.

Istilah-istilah struktur bidang

Jurus (strike)

Arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara

bidang yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana

besarnya jurus/strike diukur dari arah utara.

Kemiringan (dip)

Besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang

miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus

terhadap jurus/strike.

Kemiringan semu

Sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan (apparent dip)

dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus

jurus.

Arah kemiringan

Arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah (dip direction)

miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.

Gambar 11. Struktur bidang dalam blok tiga dimensi

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Page 11: struktur.pdf

11

Contoh penulisan kedudukan bidang:

N 2450 E / 45

0 SW

Pembacaan kompas dengan skala 00 – 360

0

JURUS dibaca azimutnya yaitu 2450

dari arh utara (N) ke arah timur (E)

KEMIRINGAN setelah didapatkan besaran kemiringan (450) kemudian

ditentukan kwadrannya (SW).

Apabila dinyatakan dengan kemiringan dan arah kemiringan, arah

kemiringannya ditentukan dan bidang yang sama, maka akan

dinyatakan 450, N 215

0 E.

N 700 E / 20

0 SE atau S 70

0 W / 20

0 SE

Pembacaan kompas dengan skala (00 – 90

0)

JURUS dihitung 700 dari arah utara (N) ke arah barat (E) atau dari arah

selatan (S) ke arah timur (E).Kwadran dari arah kemiringan harus

ditentukan (SE atau yang lain), apabila akan dinyatakan sebagai besaran

kemiringan dan arah kemiringan, bidang ini akan dinyatakan 20O SE, S

700 W.

2. Struktur garis

Seperti halnya metode grafis dalam Geologi Struktur dapat dibedakan menjadi

struktur garis riil dan struktur garis semu. Struktur garis semu adalah semua

struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur untuk

struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi. Struktur garis riil adalah struktur

garis yang arah dan kedudukannya diamati langsung dilapangan. Berdasarkan saat

pembentukannya struktur garis dibedakan :

Struktur garis semu dan struktur garis sekunder.

Yang termasuk struktur garis semu / primer : liniasi.

Yang termasuk struktur garis sekunder : arah liniasi.

Istilah dalam struktur garis:

Arah penunjaman adalah : jurus dari bidang vertikal yang melalui garis

dan menunjukan arah penunjaman arah garis tersebut.

Arah kelurusan adalah : jurus bidang perlapisan vertikal yang melalui garis

tetapi tidak menunjukan arah penunjaman garis tersebut.

Page 12: struktur.pdf

12

Rake adalah : besar sudut antara garis horisontal yang diukur pada bidang

dimana garis tersebut besarnya rake sama atau lebih kecil dari 90°.

Gambar 12. Struktur Garis dalam Blok Tiga Dimensi

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

II.4. Langkah Kerja

II.4.1. Langkah kerja struktur bidang

Adapun langkah kerja struktur bidang yaitu :

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan (alat tulis, jangka,

busur, penggaris 1 paket dan sebagainya)

2. Mengeplotkan besar strike dimana 00 terletak di N.

3. Tarik garis strike tegas memotong titik pusat sebagai.

4. Plotkan garis dip tegak lurus garis strike.

5. Dengan perbandingan garis 3 :1.

6. Tulis besar nilai dip didepan garis dip.

II.4.2. Langkah kerja struktur garis

Adapun langkah kerja struktur garis sebagai berikut:

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan (alat tulis, jangka,

busur, penggaris 1 paket dan sebagainya)

2. Menentukan arah utara

Page 13: struktur.pdf

13

3. Mengeplot penunjaman (plunge/trend), tepat sesuai arah pengukuran

pembacaan kompas dititik lokasi struktur bidang di ukur.

4. Mengeplot tanda kemiringan (bearing) tegak lurus searah jarum jam

dengan ukuran 1/3 panjang garus jurus ditambah tanda panah pada ujung

garis untuk mengetahui bahwa itu merupakan bearing.

5. Menuliskan besar penunjaman (plunge/trend) pada ujung tanda panah

tersebut.

II.5. Lembar Kerja

II.5.1. Lembar kerja struktur bidang

(Terlampir)

II.5.2. Lembar kerja struktur garis

(Terlampir)

II.6. Kesimpulan

Struktur Bidang :

1. Kedudukan pada struktur bidang dilambangkan dengan strike dan Dip.

2. Strike adalah arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara

bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal yang diukur dari arah

utara.

3. Dip adalah sudut terbesar yang dibentuk oleh bidang miring dengan bidang

horizontal yang diukur tegak lurus jurus.

4. Mengetahui arah dip terhadap strike dapat menggunakan kaidah tangan kiri

Struktur Garis :

1. Dalam pembacaan struktur garis terdapat istilah plunge, bearing

2. Berdasarkan pada pembentukannya struktur garis dibagi menjadi :

a. Struktur garis primer

b. Struktur garis sekunder.

3. Menentukan "Plunge" dan "bearing" sebuah garis pada suatu bidang secara

azimuth dan kuadran.

Page 14: struktur.pdf

14

BAB III

KONSEP DASAR PEMBENTUKAN STRUKTUR

III.1. Tujuan

1. Memahami proses pembentukan struktur

2. Mampu menganalisis struktur geologi yang terjadi

III.2. Alat dan Bahan

1. Alat tulis lengkap

2. Kertas hvs

III.3. Dasar Teori

Berikut beberapa konsep pembentukan struktur menurut para ahli:

1. Pemodelan Moody dan Hill (1956)

Moody dan Hill (1956) membuat model pembentukan sesar mendatar

yang dikaitkan dengan sistem tegasan. Di dalam model tersebut dijelaskan bahwa

sesar orde I membentuk sudut kurang lebih 300 terhadap tegasan utama. Sesar

orde I baik dekstral maupun sinistral merupakan sesar utama yang

pembentukannya dapat terjadi bersamaan atau salah satu saja. Selanjutnya sesar

orde II mempunyai ukuran yang lebih kecil dan membentuk sudut tertentu

terhadap sesar orde I. Lebih lanjut lagi dijumpai orde sesar yang lebih kecil lagi.

Beberapa struktur berasosiasi dengan sesar orde I tergantung pada bentuk, skala

dan lingkungan dimana sesar itu berkembang. Berdasarkan percobaan yang

dilakukan oleh Moody and Hill yang meneliti hubungan tegasan utama terhadap

unsur – unsur struktur yang terbentuk maka muncul teori pemodelan sistem Sesar

Mendatar Moody and Hill sebagai berikut :

a. Jika suatu materi isotropik yang homogen dikenai oleh suatu gaya

kompresi akan menggerus (shearing) pada sudut 300 terhadap arah tegasan

maksimum yang mengenainya, bidang shear maksimum sejajar terhadap

sumbu tegasan menengah dan berada 450 terhadap tegasan kompresi

maksimum. Rentang sudut 150 antara 45

0 bidang shear maksimum dan 30

0

Page 15: struktur.pdf

15

bidang shear yang terbentuk dipercaya terbentuk akibat adanya sudut

geser dalam (internal friction).

b. Suatu kompresi stres yang mengenai suatu materi isotropik yang seragam,

pada umumnya dapat dipecahkan ke dalam tiga arah tegasan (sumbu

tegasan maksimum, menengah dan minimum). Kenampakan bumi dari

udara adalah suatu permukaan yang tegasan gerusnya nol, dan seringkali

berada tegaklurus / normal terhadap salah satu arah tegasan. Akibatnya

salah satu dari tiga arah tegasan tersebut akan berarah vertikal.

c. Orde kedua dalam sistem ini muncul dari tegasan orde kedua yang berarah

450 dari tegasan utama orde pertama atau tegak lurus terhadap bidang

gerus maksimal orde pertama. Bidang gerus orde kedua ini akan berpola

sama dengan pola bidang gerus yang terbentuk pada orde pertama.

d. Orde ketiga dalam sistem ini arahnya akan mulai menyerupai arah orde

pertama, sehingga tidak mungkin untuk membedakan orde keempat dan

seterusnya dari orde pertama, kedua, dan orde ketiga. Akibatnya tidak

akan muncul jumlah tak terhingga dari arah tegasan. Sistem ini dipecahkan

ke dalam delapan arah shear utama, empat antiklinal utama dan arah

patahan naik untuk segala province tektonik. Dalam kenyataan di lapangan

kenampakan orde pertama dan orde kedua dapat kita bedakan dengan

mudah, namun kenampakan orde ketiga dan orde-orde selanjutnya pada

umumnya sulit sekali untuk ditemukan.

Page 16: struktur.pdf

16

Gambar 13. Struktur geologi pemodelan moody dan hill, 1956

(//htmlimg2.scribdassets.com)

Ada persyaratan tertentu dalam menerapkan konsep Moody dan Hill

(1954), yaitu model ini berlaku apabila pembentukan sesarnya bukan merupakan

akibat reaktivasi sesar pada batuan dasar atau dengan kata lain sesarnya

merupakan sesar primer.

Apabila pembentukan sesar mendatar ini merupakan reaktivasi dari sesar

pada batuan dasar, maka konsep Moody dan Hill (1954) tidak tepat diterapkan.

Untuk kepentingan analisis dalam kasus ini digunakan model dari Price dan

Cosgrove (1956).

2. Pemodelan Tchalenko (1970) dan Harding (1973)

Pemodelan Tchalenko (1970) dan Harding (1973) menjelaskan bahwa

pada gerak sesar mendatar, gejala yang terdapat pada jalur sesar adalah komponen

gerak kopel yang bekerja akibat seasar tersebut. Gerak kopel tersebut

menghasilkan komponen tarik atau extension (E) dan komponen tekan atau

compression (C). Perbedaan dari model Moody dan Hill dan Harding adalah arah

gaya pembentukknya. Bila Moody dan Hill menggunakan pure shear sebagai gaya

penyebab terbentuknya shear. Sedangkan Harding mengunakan simple shear.

Seperti halnya sesar naik, sesar mendatarpun umumnya tidak berdiri

tunggal melainkan terdiri dari beberapa bidang sesar yang selanjutnya membentuk

Page 17: struktur.pdf

17

zona sesar (fault zone). Di dalam zona sesar mendatar, umumnya sesar ini

membentuk segmen-segmen sesar yang merencong (en-echelon).

Gambar 14. Analisa pembentukan sesar turun (www.ars.els-cdn.com)

III.4. Kesimpulan

1. Ada persyaratan tertentu dalam menerapkan konsep Moody dan Hill

(1954), yaitu model ini berlaku apabila pembentukan sesarnya bukan

merupakan akibat reaktivasi sesar pada batuan dasar atau dengan kata lain

sesarnya merupakan sesar primer.

2. Tchalenko (1970) dan Harding (1973) yang menjelaskan bahwa pada

gerak sesar mendatar, gejala yang terdapat pada jalur sesar adalah

komponen gerak kopel yang bekerja akibat seasar tersebut. Gerak kopel

tersebut menghasilkan komponen tarik atau extension (E) dan komponen

tekan atau compression (C).

Page 18: struktur.pdf

18

BAB IV

TEBAL DAN KEDALAMAN

IV.1. Tujuan

1. Mengetahui ketebalan lapisan sebenarnya

2. Mampu menganalisis ketebalan dan kedalam dengan data yang ada

3. Mengetahui penyebaran lapisan

IV.2. Alat dan Bahan

1. Alat tulis lengkap

2. Penggaris segutiga lengkap

3. Lembar kerja

4. Kalkulator ilmiah

IV.3. Dasar Teori

1. Ketebalan

Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu,

misalnya pada lapisan yang vertikal yang tersingkap pada topografi datar, dan bila

pengukuran rumit maka dilakukan pengukuran tidak langsung. Pendekatan lain

untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

merupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus jurus. Untuk mencari

kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan dapat dilakukan beberapa cara

yaitu dengan menggunakan “Aligment Nomograph” dengan menganggap

kemiringan lereng sebagai kemiringan semu dan kemiringan lereng tegak lurus

jurus sebagai kemiringan sebenarnya.

2. Kedalaman

Menghitung kedalaman lapisan ada beberapa cara antara lain :

Menghitung secara matematis.

Dengan “Alignment Diagram”.

Secara grafis.

Rumus Umum kedalaman : D = m ( Sin Cos tan )

Page 19: struktur.pdf

19

IV.4. Langkah Kerja

Soal tugas :

Seorang geologist melakukan eksplorsi di daerah Kulonprogo dengan

lintasan A ke B Sejauh 325 m, dengan arah lintasan N 1900

E ditemuka singkapan

batubara dengan kedudukan N 2200

E / 450.Skala 1 : 10.000.

Berapa tebal lapisan batubara secara grafis dan matematis?

Jika geologist berjalan dari titik B ke C dengan arah N 3100

E sejauh 400 m dan

dilakukan pengeboran pada kedalaman berapa ditemukan batubara?

a. Metode grafis

1. Buatlah suatu garis tegak lurus yang menjadi acuan arah utara atau N 00

E.

Skala peta 1:10000.

2. Buatlah titik A pada garis utara (posisi titik sebaliknya di tengah garis)

3. Dari titik A buatlah garis ke titk B sejauh 3.25 cm dengan arah N 1900

E.

4. Membuat garis bantu arah utara pada titik B, kemudian tarik garis dari titik

B ke titik C sejauh 4 cm dengan arah N 3100 E.

5. Buatlah garis strike N 2200

E dari titik A ke titik B.

6. Buatlah garis flodin line (FL) tegak lurus garis strike A A’.

7. Dari titik A dan A’ tarik garis dip lapisan batubara 450

dengan acuan garis

FL 00.

8. Buatlah garis dari titik AO ke A’ tegak lurus garis dip, kemudian mengukur

panjang garis dari titik A ke titik AO,hasil pengukuran dikalikan dengan

skala maka mendapatkan ketebalan sebenarnya.

9. Buatlah garis dai titik C ke titik CO tegak lurus garis FL, mengukur panjang

garis dari titik C ke titik CO kemudian hasil dikalikan skalamaka

mendpatkan kedalam sebenarnya.

b. Metode matematis

1. Menentukan nilai sin 450 hasilnya merupakan nilai x.

2. Menentukan nilai tan 450 hasilnya merupakan nilai kedalaman 1.

IV.5. Lembar Kerja

(Terlampir)

Page 20: struktur.pdf

20

IV.6. Kesimpulan

1. Ketebalan ialah jarak tegak lurus antara bidang (2 bidang) sejajar yang

merupakan lapisan batuan. Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan

beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Kedalaman ialah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya

permukaan bumi) kearah bawah terhadap suatu titik garis bidang.

Kedalaman dapat ditentukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.

3. Besar dan bentuk pola singkapan tergantung oleh beberapa faktor antara

lain:

a. Ketebalan lapisan

b. kemiringan lapisan

c. bentuk morfologi

d. bentuk struktur lipatan.

4. Ketebalan lapisan dapat ditentukan dengan beberapa cara, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

5. Perhitungan kedalaman dapat menggunakan dua metode yaitu perhitungan

berdasarkan pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan perhitungan

berdasarkan tidak tegak lurus dengan jurus. Jika tebal dan kedalaman

berlawanan dengan arah kemiringan maka akan terjadi penipisan dan

sebaliknya akan menambah ketebalan

6. Dalam praktikum yang dilakukan, metode yang digunakan yaitu metode

grafis dan metode matematis.

Page 21: struktur.pdf

21

BAB V

PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB

V.1. Tujuan

1. Mampu memecahkan masalah geometri bidang dan geometri garis secara

stereografis.

2. Mampu menggunakan proyeksi stereografis sebagai alat bantu dalam

tahap awal analisis data yang diperoleh di lapangan untuk berbagai macam

data struktur.

V.2. Alat dan Bahan

1. Alat tulis lengkap, stereonet dan paku pines

2. Kalkir ukuran 20 x 20 cm ( 4 lembar )

V.3. Dasar Teori

1. Proyeksi Stereografis

Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang / garis

dengan suatu permukaan bola. Unsur struktur geologi akan lebih nyata, lebih

mudah dan cepat penyelesaiannya bila digambarkan dalam bentuk proyeksi

permukaan bola. Permukaan bola tersebut meliputi suatu bidang dengan pusat

bola yang terlihat pada bidang tersebut maka bidang tersebut memotong

permukaan bola sepanjang suatu lingkaran, yaitu lingkaran besar.

Yang dipakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan

adalah belahan bola bagian bawah. Selanjutnya proyeksi permukaan bola

digambarkan pada permukaan bidang horisontal dalam bentuk proyeksi

stereografis. Hal tersebut didapat dari perpotongan antara bidang horisontal yang

melalui pusat bola dengan garis yang menghubungkan titik-titik pada lingkaran

besar terhadap titik zenithnya. Gambaran proyeksi yang didapat disebut dengan

stereogram dan hubungan sudut di dalam proyeksi stereografi. Pengukuran besar

sudut selalu dimulai dari 0 di tepi lingkaran (lingkaran primitif) dan 90° di pusat

lingkaran.

Page 22: struktur.pdf

22

Macam-macam proyeksi sterografi :

1. Equal angle projection net atau Wulf net.

2. Equal area projection net atau Schmidt net.

3. The Polar Equal Area Net

4. Kalsbeek Counting Net

Dalam proyeksi ini, penggunaan ketiga jaring tersebut pada prinsipnya

sama, yaitu 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran.

a. Struktur Bidang

Stereogram struktur bidang selalu diwakili oleh lingkaran besar,

sehingga besar sudut kemiringan selalu diukur pada arah E - W jaring, yaitu

0° pada lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran.

b. Struktur Garis

Stereogram struktur garis berupa suatu garis lurus dari pusat

lingkaran. Besarnya plunge dihitung 0° pada lingkaran primitif dan 90° di

pusat lingkaran dan diukur pada kedudukan bearing berimpit dengan N-S

atau E-W jaring.

2. Proyeksi Kutub

Dasarnya sama dengan proyeksi stereografis, dimana unsur struktur

digambarkan pada permukaan bola di bagian bawah proyeksi kutub suatu bidang

garis, digambarkan sebagai titik. Proyeksi kutub bidang merupakan hasil proyeksi

titik tembus dari garis normal bidang bola terhadap permukaan bola. Sedangkan

proyeksi kutub garis merupakan suatu titik tembus suatu garis terhadap

permukaan bola pada bidang horizontal.

a. Struktur bidang

Pembacaan strike 00 dimulai dari West (W). Sedangkan arah dipnya

00

diukur dari pusat kearah tepi. Untuk proyeksi kutub struktur garis berupa

titik.

Page 23: struktur.pdf

23

Gambar 15. Proyeksi struktur bidang (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

b. Struktur garis

Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti dengan proyeksi

kutub, hanya saja stereonet yang digunakan adalah “Polar Equal Area Net”.

Struktur garis yang diperoleh berupa titik.

Gambar 16. Proyeksi struktur garis (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

V.4. Langkah Kerja

A. Struktur Bidang

Soal :

N 700 E / 35

0, N 125

0 E / 75

0, N 200

0 E / 81

0, N 300

0 E / 60

0, N 21

0 E 24

0

Page 24: struktur.pdf

24

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan (alat tulis, spidol

OHP min. 4 warna, kertas kalkir secukupnya, penggaris 1 paket dan

sebagainya).

2. Membuat lingkaran dengan arah utara menggunakan Wulf net.

3. Membuat proyeksi stereografis dengan titik pada kedudukan N 700 E

(Strike) dimulai dari arah utara.

4. Kemudian bawa titik tersebut diputar berlawanan arah dengan arah jarum

jam,hingga berhimpit dengan arah utara (N).

5. Tentukan nilai 350

(Dip) dari titik arah timur (E) dan diukur masuk kearah

pusat.

6. Membuat garis lengkung mengikuti nilai 350 lurus pada titik tersebut.

7. Agar penyusun dengan mudah memahami, maka dapat dibuat garis potong

lingkaran yang kedua titiknya mengikuti nilai 350 tadi.

8. Bila perlu berikan keterangan pada garis lengkung nilai struktur bidang.

9. Melakukan langkah- yang sama untuk soal berikutnya.

B. Struktur Garis

Soal

120, N 350

0 E, 13

0, N 32

0 E, 70

0, N 121

0 E , 60

0, N 80

0 E, 50

0, 200

0 E

1. Membuat lingkaran dengan arah utara menggunakan Wulf net.

2. Membuat proyeksi stereografis dengan titik pada kedudukan (Trand) N

3500 E dimulai dari arah utara.

3. Kemudian bawa titik tersebut diputar searah dengan arah jarum jam,

hingga berhimpit dengan arah timut (E).

4. Tentukan nilai (Plunge) 120 dari titik arah timur (E) dan diukur masuk

kearah pusat.

5. Membuat garis lurus dari titik pusat hingga titik nilai 120, kemudian garis

putus-putus setelah melewati nilai 120 hingga akhir lingkaran.

6. Beri keterangan nilai struktur garis disamping garis yang telah dibuat.

7. Melakukan langkah yang sama untuk soal berikutnya.

Page 25: struktur.pdf

25

V.5. Lembar kerja

(Terlampir)

V.6. Kesimpulan

1. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari

permukaan bola.

2. Proyeksi hanya dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah

geometri bidang dan garis yang besar merupakan besar sudut atau arah.

3. Stereonet terdiri dari : Wulff Net, Schmidt Net, Polar Equal Area Net dan

Klassbeek Counting Net.

Page 26: struktur.pdf

26

BAB VI

ANALISIS KEKAR

VI.l. Tujuan

1. Mampu mengetahui definisi kekar dan mekanisme pembentukannya.

2. Mampu menganalisis struktur kekar baik secara statistik (diagram kipas)

maupun secara stereografis.

VI.2. Alat dan Bahan

1. Stereonet

2. Paku Pinnes

3. Alat tulis (Jangka, busur derajat, penggaris)

4. Kalkir 20 X 20 cm sebanyak 2 lembar

VI.3. Dasar teori

Kekar adalah struktur rekahan yang belum/tidak mengalami pergeseran.

Kekar dapat terbentuk baik secara primer (bersamaan dengan pembentukan

batuan, misalnya kekar kolom dan kekar melembar pada batuan beku) maupun

secara sekunder (setelah proses pembentukan batuan, umumnya merupakan kekar

tektonik). Pada acara praktikum ini yang akan dibahas adalah kekar tektonik.

Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya, dibagi menjadi:

1. Shear joint (kekar gerus), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan kompresif

(compressive stress).

2. Tension joint (kekar tarik), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan tarikan

(tension stress), yang dibedakan menjadi :

a. Extension joint, terjadi akibat peregangan / tarikan.

b. Release joint, terjadi akibat hilangnya tegasan yang bekerja.

Pola tegasan yang membentuk kekar-kekar tersebut terdiri dari tegasan

utama maksimum (1), tegasan utama menengah (2) dan tegasan utama minimum

(3). Tegasan utama maksimum (1) membagi sudut lancip yang dibentuk oleh

kedua shear joint, sedangkan tegasan utama minimum (3) membagi sudut tumpul

yang dibentuk oleh kedua shear joint .

Page 27: struktur.pdf

27

Gambar 17. Tegasan yang bekerja pada suatu kubus

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Secara teoritis, rekahan atau bidang geser yang terbentuk adalah AA dan

BB yang saling tegak lurus, tetapi karena setiap batuan mempunyai koefisien

geseran dalam masing-masing,maka bidang geser yang terbentuk adalah SS.

Gambar 18. Hubungan antara tegasan utama dengan sudut geser dalam

(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

Page 28: struktur.pdf

28

Gambar 19. Kenampakan kekar dilapangan (Penyusun, 2013)

VI.4. Langkah Kerja

A. Analisis Kekar dengan Diagram Kipas

Analisis dengan Diagram Kipas, digunakan untuk kekar-kekar vertikal

(kemiringan/dip 80°-90°), jadi data kekar yang dianalisa adalah jurus kekar saja.

Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memasukkan data ke dalam tabel dengan pembagian skala 5°

2. Membuat diagram kipas, yaitu berupa setengah lingkaran dengan

pembagian jari-jarinya, sesuai dengan jumlah data terbanyak.

3. Memasukkan data dalam tabel ke dalam diagram kipas yang telah dilakukan

pembagian skala sebesar 5°, selanjutnya menentukan kedudukan umum

shear joint dan kedudukan tegasan-tegasan pembentuknya (1,2, dan 3).

Analisis tegasan berdasarkan arah umum kekar pada diagram kipas.

1. Bila sudut antara dua kedudukan umum merupakan sudut tumpul, maka

sudut baginya merupakan arah dari σ3.

2. Bila sudut antara dua kedudukan umum merupakan sudut lancip maka sudut

baginya merupakan arah dari σ1.

Page 29: struktur.pdf

29

B. Analisa Kekar dengan Diagram Stereografi (Wulf Net)

Digunakan untuk menganalisa kekar-kekar dengan kedudukan yang

bervariasi (bukan kekar vertikal, dengan dip <80°). Langkah - langkah yang

dilakukan adalah :

1. Mencari kedudukan umum kekar (shear joint) dengan munggunakan Polar

Equal Area Net.

2. Setelah semua data diplotkan di polar, masukan ke dalam kalsbeg. Buat

diagram kontur.

3. Buat struktur garis dari diagram kontur tersebut, dan baca nilainya

4. Mengeplotkan kedudukan umum tersebut ke dalam Wulf Net.

5. Perpotongan kedua shear joint adalah σ2.

6. σ2 diletakkan pada garis East - West (garis EW), kemudian membuat bidang

bantu yaitu 90° dari σ2 melewati pusat dihitung pada pembagian skala yang

terdapat di garis EW (bidang bantu tetap pada posisi NS).

7. Perpotongan antara bidang bantu dengan kedua shear joint:

Apabila membentuk sudut lancip, maka sudut baginya adalah σ1, dan σ3

dibuat 90° dari σ1 pada bidang bantu (dimana bidang bantu tetap pada

kedudukan NS)

Apabila membentuk sudut tumpul, maka sudut baginya adalah σ3 dan σ1

dibuat 90° dari σ3 pada bidang bantu (dimana bidang bantu tetap pada

kedudukan NS).

8. Membuat kedudukan dari extension joint yaitu melalui σ1 dan σ2.

9. Membuat kedudukan dari release joint yaitu melalui σ3 dan σ2.

VI.5. Lembar Kerja

(Terlampir)

VI.6. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan data-data serta pembahasan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Page 30: struktur.pdf

30

1. Kekar merupakan rekahan yang relatif tanpa mengalami pergeseran pada

bidang rekahannya.

2. Dari data kelurusan umumnya, kita dapat mengetahui arah tegasan yang

bekerja pada sebuah kekar.

3. Penyebab terjadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala tektonik.

4. Dari diagram kipas, kita dapat mengaetahui arah kelurusan umum dari

data-data yang kita peroleh.

5. Perbedaan diagram roset dan diagram kipas adalah pada diagram kipas

pengkuran dapat dilakukan dua arah, sedangkan pada diagram roset

pengukuran dilakukan hanya pada satu arah.

6. Pada diagram roset dan diagram kipas mengenai pembagian intervalnya

adalah sama, dimana semakin kecil intervalnya, maka akan memberikan

ketelitian yang semakin baik.

Page 31: struktur.pdf

31

BAB VII

ANALISIS SESAR

VII.1. Tujuan

1. Mampu menentukan pergerakan sesar baik secara langsung di lapangan

maupun secara stereografis

2. Mampu menganalisa berdasarkan data-data yang menunjang serta unsur-

unsur penyertanya dengan menggunakan metode stereogafis.

VII.2. Alat dan Bahan

1. Stereonet dan Pines.

2. Kalkir 20 x 20 = 4 lembar.

3. Alat tulis ( Pensil, pensil warna , penggaris , jangka ).

VII.3. Dasar teori

Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar

dan sejajar terhadap bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran pada sesar dapat

terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Dalam praktikum ini,

hanya pergeseran translasi yang di analisis.

A. Anatomi Sesar (unsur-unsur sesar)

1. Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam

batuan yang tergeserkan.

2. Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan

perpotongan antara bidang sesar dengan bidang horizontal.

3. Kemiringan sesar (dip) adalah sudut antara bidang sesar dengan bidang

horizontal dan diukur tegak lurus jurus sesar.

4. Atap sesar (hanging wall) adalah blok yang terletak diatas bidang sesar

apabila bidang sesamya tidak vertikal.

5. Foot wall adalah blok yang terletak dibawah bidang sesar.

6. Hade adalah sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan

merupakan penyiku dari dip sesar.

Page 32: struktur.pdf

32

7. Heave adalah komponen horizontal dari slip / separation, diukur pada

bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.

8. Throw adalah komponen vertikal dari slip/separation, diukur pada bidang

vertikal yang tegak turus jurus sesar.

9. Strike-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan sejajar teradap

arah jurus bidang sesar kadang-kadang disebut wrench faults, tear faults

atau transcurrent faults.

10. Dip-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan naik atau turun

sejajar terhadap arah kemiringan sesar.

11. Oblique-slip fault yaitu pergerakan sesar kombinasi antara strike-slip dan

dip-slip.

12. Slickensides yaitu kenampakan pada permukaan sesar yang

memperlihatkan pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar

terhadap arah pergerakan.

Sifat pergeseran sesar dapat dibedakan menjadi :

a. Pergeseran semu (separation).

Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh gejala sesar dan diukur

pada bidang sesar. Komponen dari separation diukur pada arah tertentu, yaitu

sejajar jurus (strike separation) dan arah kemiringan sesar (dip separation).

Sedangkan total pergeseran semu ialah net separation.

b. Pergesaran relatif sebenarnya (slip)

Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari blok satu ke lainnya pada bidang

sesar dan merupakan pergeseran titik yang sebelumnya berhimpit. Total

pergeseran disebut Net Slip.

B. Klasifikasi Sesar

Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda, di

mana aspek yang terpenting dari geometri tersebut adalah pergeseran. Atas dasar

sifat pergeserannya, maka sesar dibagi menjadi:

1. Berdasarkan Sifat Pergeseran Semu (Separation)

Page 33: struktur.pdf

33

a. Strike separation

Left -separation fault

Jika pergeseran ke kirinya hanya dilihat dari satu kenampakan horizontal.

Right -separation fault .

Jika pergeseran ke kanannya hanya dilihat dari satu kenampakan

horizontal.

b. Dip separation

Normal -separation fault

Jika pergeseran normalnya hanya dilihat dari satu penampang vertikal.

Reverse -separation fault

Jika pergeseran naiknya hanya dilihat dari satu penampang vertikal.

2. Berdasarkan Sifat Pergeseran Relatif Sebenarnya (Slip)

a. Strike slip.

Left -slip fault .

Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kiri.

Right -slip fault .

Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kanan.

b. Dip slip.

Normal -slip fault.

Blok hanging wall bergerak relatif turun.

Reverse - slip fault.

Blok hanging wall bergerak relatif naik.

c. Oblique slip.

Normal left -slip fault .

Normal right -slip fault .

Reverse left - slip fault .

Reverse right -slip fault .

Vertikal oblique -slip fault.

VII.4. Langkah Kerja

Adapun langkah kerja analisis sesar yaitu :

Page 34: struktur.pdf

34

1. Memplotkan semua data SF dan GF pada kertas kalkir di atas "Polar Equal

Area Net".

2. Memplotkan hasil pengeplopatan SF dan GF pada kertas kalkir (nomor 1)

pada "Kalsbeek Counting Net", kemudian mulai menghitungnya.

3. Membuat peta kontur berdasarkan hasil perhitungan nomor 2.

4. Menghitung prosentase kerapatan data, yaitu (ketinggian/jumlah data) x

100 %.

5. Membaca arah umum kedudukan dari SF dan GF dari titik tertinggi.

Menggunakan "Polar Equal Area Net".

6. Menentukan arah umum dari breksiasi dengan diagram kipas.

7. Kemudian dari ketiga data arah umum tersebut melakukan analisis dengan

menggunakan Wulf Net Caranya :

a. Mengeplotkan kedudukan umum SF dan GF.

b. Perpotongan antara SF dan GF didapatkan titik σ2σ2'

c. σ2σ2' diletakkan di sepanjang W-E stereonet, kemudian hitunglah 90°

ke arah pusat stereonet, kemudian buatlah busur melalui titik 90°

tersebut maka didapat bidang bantu (garis putus-putus).

d. Perpotongan GF dengan bidang Bantu didapatkan titik σ1'.

e. Mengeplotkan arah umum breksiasi. Kemudian diletakkan pada N-S

stereonet. Buatlah busur melalui σ2σ2' maka didapatkan bidang sesar.

f. Perpotongan bidang sesar dengan bidang bantu adalah net slip.

g. Mengukur kedudukan bidang sesar dan rake net slip.

h. Bidang bantu diletakkan pada N-S stereonet. Perhatikan posisi SF dan

GF.

i. Apabila sudut antara σ1'dengan net slip yang diukur sepanjang bidang

Bantu mempunyai kisaran 45°-75°, maka pergerakan sesar menuju

sudut lancipnya.

j. Sedangkan sudut antara SF dengan net slip mempunyai kisaran 15°-

.45°, maka pergeseran sesar menuju sudut tumpulnya.

k. Mengeplotkan arah pergeseran pada net slipnya (simbol pergeseran

sesar).

Page 35: struktur.pdf

35

8. Penamaan sesar berdasarkan klasifikasi Rickard,1972. Caranya :

merekonstruksi pergeseran sesar berdasarkan net slipnya, apakah naik atau

turun dan kiri atau kanan. Misal slipnya adalah kiri - turun, maka pada

diagram Rickard yang ditutup pada bagian kanan dan naik. Kemudian data

dip sesar dan rake net slip dimasukkan. Nama sesar dibaca sesuai dengan

nomor yang terdapat pada kotak.

Gambar 20. Diagram klasifikasi sesar translasi menurut Rickard, 1972

1. Thrust Slip Fault

2. Reverse Slip Fault

3. Right Thrust Slip Fault

4. Thrust Right Slip Fault

5. Reverse Right Slip Fault

6. Right Reverse Slip Fault

7. Right Slip Fault

8. Lag Right Slip Fault

9. Right Lag Slip Fault

10. Right Normal Slip Fault

11. Normal Right Slip Fault

12. Lag Slip Fault

13. Noramal Slip Fault

14. Left Lag Slip Fault

15. Lag Left Slip Fault

16. Normal Left Slip Fault

17. Left Normal Slip Fault

18. Left Slip Fault

19. Thurust Left Slip Fault

20. Left Thurust Slip Fault

21. Left Reverse Slip Fault

22. Reverse Left Slip Fault

Page 36: struktur.pdf

36

VII.5. Lembar Kerja

(Terlampir)

VII.6. Kesimpulan

Dari hasil percobaan, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. Ciri-ciri suatu batuan jika dijumpai sesar adalah memberikan kenampakan

adanya gores garis, adanya bidang sesar, adanya off set lithologi, adanya

jalur breksiasi

2. Kita dapat mengetahui bagaimana sesar itu terjadi.

3. Kita dapat memberikan nama jenis sesar dari hasil analisa diatas.

4. Kita dapat mengetahui bahwa sesar itu mempunyai karakteristik tersendiri.

Page 37: struktur.pdf

37

BAB VIII

LIPATAN

VIII.1. Tujuan

VIII.1.1. Tujuan analisis lipatan

1. Mengenal macam-macam /jenis lipatan

2. Mengetahui mekanisme gaya yang membentuk lipatan

VIII.1.2. Tujuan rekonstuksi lipatan

1. Mampu merekonstruksi dan menganalisa lipatan.

VIII.2. Alat dan Bahan

1. Stereonet

2. Paku pines

3. kalkir 20 X 20 cm (3 lembar)

4. Alat tulis (Pensil, pensil warna, penggaris, jangka).

VIII.3. Dasar teori

Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang

ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis

atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam

lipatan adalah bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi. Berdasarkan proses perlipatan

dan jenis batuan yang terlipat, dapat dibedakan menjadi empat macam lipatan,

yaitu :

1. Flexure / competent folding termasuk di dalamnya parallel fold

2. Flow / incompetent folding termasuk di dalamnya simillar fold

3. Shear folding

4. Flexure and Flow folding

A. Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada dua macam :

1. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar

dengan permukaan lempeng

2. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak

lurus permukaan lempeng

Page 38: struktur.pdf

38

B. Jenis-jenis Lipatan.

1. Antiklin, struktur lipatan dengan bentuk convex (cembung) di mana

lapisan batuan yang tua berada di bagian inti antiklin.

2. Sinklin, struktur lipatan dengan bentuk concave (cekung) di mana lapisan

batuan yang muda berada di bagian inti sinklin.

3. Antiform, struktur lipatan seperti antiklin namun umur batuan tidak

diketahui.

4. Sinform, struktur lipatan seperti sinklin namun umur batuan tidak

diketahui.

5. Sinklin Antiformal, struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan

yang tua di bagian atas dan batuan yang muda di bagian bawah.

6. Antiklin Sinformal, struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan

yang tua dibagian atas dan lapisan batuan yang muda dibawah.

7. Struktur kubah (Dome) yaitu suatu jenis tertentu antiklin di mana lapisan

batuan mempunyai kemiringan ke segala arah yang menyebar dari satu

titik.

8. Struktur depresi (Basinal) adalah suatu jenis unik sinklin di mana

kemiringan lapisan batuan menuju ke satu titik.

Page 39: struktur.pdf

39

Gambar 21. Jenis-jenis lipatan (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

C. Unsur-unsur Lipatan.

a. Hinge, adalah titik pelengkungan maksimum dari lipatan. Hinge line /

axial line merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik

pelengkungan maksimum tersebut. Sedangkan Hinge surface / Axial

surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua hinge line dari suatu

lipatan.

b. Crest, adalah titik tertinggi dari lipatan. Crestal line merupakan garis

khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada lipatan tersebut.

Sedangkan Crestal surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua

Crestal line.

Page 40: struktur.pdf

40

c. Trough, adalah titik dasar terendah dari lipatan. Trough line merupakan

garis khayal yang menghubungkan titik-titik dasar terendah pada lipatan.

Trough surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua trough line

pada suatu lipatan.

d. Plunge, sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horizontal dan

diukur pada bidang vertikal.

e. Bearing, sudut horizontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini

merupakan arah dari penunjaman suatu hinge line / axial line.

f. Rake, sudut antara hinge line / axial line dengan bidang / garis horizontal

yang diukur pada axial surface.

Gambar 22. Unsur-unsur lipatan (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

D. Klasifikasi Lipatan.

Klasifikasi lipatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah klasifikasi

menurut Fluety, 1964 dan Rickard 1971 .

Page 41: struktur.pdf

41

1. Fluety,1964

a. Berdasarkan besarnya "interlimb angle"

Tabel 2. Klasifikasi lipatan berdasarkan interlimb angle ( Fleuty, 1964 )

Interlimb Angle Description of Fold

1800 – 120

0

1200-70

0

700-30

0

300-0

0

00

Negative Angle

Gentle

Open

Close

Tight

Isoclinal

Mushroom Sumber: Buku panduan praktikum UPN “Veteran”, 2007

b. Berdasarkan besarnya dip dari hinge surface dan plunge dari hinge line,

dibedakan atas :

Tabel 3. Klasifikasi lipatan berdasarkan dip sumbu lipatan dan plunge hinge line (Fluety, 1964)

Angle Term Dip of H. Surface Plunge of H. Line

00

10-10

0

100-30

0

300-60

0

600-80

0

800-89

0

900

Horizontal

Subhorizontal

Gentle

Moderate

Steep

Subvertical

Vertical

Recumbent Fold

Recumbent Fold

Gentle Inclined Fold

Moderately Inclined Fold

Steeply Inclined Fold

Upright Fold

Upright Fold

Horizontal Fold

Horizontal Fold

Gentle Plunging Fold

Moderately Plunging Fold

Steeply Plunging Fold

Vertical Fold

Vertical Fold

Sumber: Buku panduan praktikum UPN “Veteran”, 2007

Contoh penamaan lipatan :

Misalkan didapat besarnya dip of hinge surface 65° dan plunge of hinge

line 15°, maka untuk penamaan lipatannya dikombinasikan sehingga menjadi

Steeply inclined gently plunging fold (Fluety, 1964).

2. Rickard, 1971

Dalam klasifikasi ini digunakan diagram segitiga seperti Klasifikasi ini

berdasarkan pada nilai besarnya kemiringan hinge surface, penunjaman hinge line

dan pitch/rake hinge surface.

Cara penggunaannya:

Misal didapatkan dip of hinge surface 70° dan plunge of hinge line 45 °.

Plotkan kedua nilai tersebut pada diagram segitiga 1, sehingga didapat nilai

Page 42: struktur.pdf

42

perpotongannya. Letakkan di atas diagram segitiga ke-2, maka titik tadi akan

menunjukkan jenis lipatannya yaitu Inclined fold.

Gambar 23. Klasifikasi ricard,197 (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)

VIII.4. Langkah Kerja

VIII.2.4. Langkah kerja analisis lipatan

Analisis Lipatan dengan menggunakan Wulf Net

1. Masukkan kedudukan umum sayap lipatan yang didapatkan dari

diagram kontur (titik potongnya adalah σ2 ).

2. Membuat garis dari pusat lingkaran melalui σ2: garis ini adalah garis

sumbu lipatan.

3. Membuat bidang sumbu lipatan:

Membuat bidang bantu dengan cara menarik garis tegak lurus

sumbu lipatan dan membuat busur pada garis tersebut sebesar 90°

dari titik σ2.

Busur bidang bantu akan memotong bidang-bidang sayap lipatan di

L1 dan L2.

Titik tengah perpotongan antara dua sayap lipatan adalah σ3 (baik

lancip maupun tumpul). σ1 dibuat 90° dari σ3 pada bidang bantu di

mana bidang bantu tetap pada posisi NS.

Buatlah : hinge-surface dengan menghubungkan σ2 dan σ3.

Page 43: struktur.pdf

43

VIII.4.2. Langkah kerja rekonstuksi lipatan

Contoh :

Pada lintasan / penampang arah E-W, di lokasi A dan B dijumpai

batas lapisan yang sama dengan kedudukan yang berlawanan. Di lokasi A

kemiringan 500 ke barat dan B miring ke timur sebesar 60

0.

Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut menggunakan metode

Interpolasi Higgins (1962).

Adapun langkah rekontruksi sebagai berikut :

1. Buatlah garis A sebesar 500 dari garis horizontal dan garis B sebesar

600.

2. Tarik garis tegak lurus dan sama panjang dari A (A-OA) dan B (B-D)

sehingga berpotongan di titik C.

3. Hubungkabn titik D dan Oa serta buatlah bisektor D-Oa sehingga

memotong garis BD di Ob .

4. Tarik garis Oa-Ob sampai melewati batas busur yans akan di buat

(garis ini merupakan batas busur lingkaran).

5. Buatlah busur dari titik A dengan pusat di Oa sampai memotong garis

Oa-Ob di titik F.

6. Buatlah busur dari titik B dengan pusat di Ob dan memotong garis Oa-

Ob di titik F (busur dari titik A dan titik B bertemu di garis Oa-Ob).

VIII.5. Lembar Kerja

VIII.5.1. Lembar kerja kerja analisis lipatan

(Terlampir)

VIII.5.2. Lembar kerja rekonstuksi lipatan

(Terlampir)

VIII.6. Kesimpulan

1. Lipatan merupakan hasilnya dari perubahan bentuk suatu bahan yang

ditunjukkan dengan lengkungan dalam bahasa tersebut.

2. Lipatan dapat dibedakan menjadi 4 macam :

Page 44: struktur.pdf

44

a. Competent Folding

b. Incompetent Folding

c. Snear Folding

d. Flexure dan Flow Folding

e. Bending (perlengkungan)

3. Gaya yang bekerja ada dua :

a. Buckling (melipat)

b. Bending (perlengkungan)

Page 45: struktur.pdf

45

BAB IX

LAPANGAN

IX.1. Tujuan

1. Mengetahui kenampakan struktur geologi dilapangan

2. Mampu mengaplikasi teori yang di pelajari dalam praktikum di kampus

dalam praktik lapangan

3. Memahami jenis-jenis struktur geologi dilapangan

IX.2. Alat dan Bahan

1. Kompas geologi

2. Palu sedimen

3. Clip board

4. Alat tulis (penggaris besi, pena, pensil, dll)

5. Kertas HVS (secukupnya)

IX.3. Langkah Kerja

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

1. Melakukan deskripsi lokasi (waktu, lokasi, cuaca, morfologi, vegetasi,

dsb)

2. Melakukan deskripsi litologi.

3. Mengukur kedudukan batuan (Strik-dip).

4. Menganalisis singkapan (apakah kekar,sesar atau lipatan)

5. Lakukan pengukura struktur geologi yang ada. (Shear joint, Net-slip, shear

fracture, gash fracture, kelurusan sungai, dan data-data struktur geologi

lainya)

6. Melakukan analisis dengan data yang ada.

Page 46: struktur.pdf

46

Data lapangan:

1. Lokasi Pengamatan 1

Deskripsi lokasi :

Hari/Tanggal : Minggu, 8 Desember 2013

Pukul : 12.30 WIB

Lokasi : Des. Gedang sari, Kec.Bayat, Kab.Klaten,Jawa tengah

Cuaca : Berawan

Vegetasi : Sedang (pohon jati)

Morfologi : Dataran

Litologi : Batuan Sedimen

Elevasi : 145 mdpl

Koordinat : S 70 47’ 59” , E 110

0 38’ 28.6”

Slope : 700

Strike,dip : N 1040

E/ 140

Kelurusan sungai : N 100

E

Page 47: struktur.pdf

47

Sketsa Foto

Gambar 24. Sketsa foto lp1 lensa kamera mengarah ke barat (Penyusun, 2013)

Tabel 4. Data pengukuran shear joint

N.....0E/...

3280/82

0 34

0/81

0 320

0/75

0 46

0/73

0

3180/78

0 38

0/82

0 322

0/65

0 45

0/78

0

3210/69

0 34

0/77

0 320

0/70

0 40

0/79

0

3270/75

0 34

0/74

0 320

0/60

0 50

0/71

0

3230/66

0 38

0/78

0 325

0/65

0 49

0/79

0

3240/81

0 36

0/81

0 330

0/66

0 30

0/71

0

3200/72

0 29

0/76

0 320

0/74

0 35

0/75

0

3250/72

0 34

0/81

0 330

0/70

0 44

0/80

0

3260/79

0 37

0/81

0 333

0/63

0 34

0/71

0

3260/76

0 41

0/75

0 334

0/56

0 21

0/72

0

3420/73

0 35

0/71

0 334

0/56

0 27

0/72

0

Sumber: Penyusun, 2013

Page 48: struktur.pdf

48

2. Lokasi Pengamatan 2

Deskripsi :

Hari/Tanggal : Minggu, 8 Desember 2013

Pukul : 10.25 WIB

Lokasi : Des. Gedang sari, Kec. Bayat, Kab. Klaten,Jawa tengah

Cuaca : Berawan

Vegetasi : Sedang (pohon jati)

Morfologi : Sungai

Litologi : Batuan Sedimen

Elevasi : 145 mdpl

Koordinat : S 70 48’ 00” , E 110

0 38’ 28.4”

Slope : 700

Strike,dip : N 980

E/ 100

Kelurusan sungai : N 100

E

Page 49: struktur.pdf

49

Sketsa Foto

Gambar 25. Sketsa foto lp2 lensa kamera mengarah ke timur laut (Penyusun, 2013)

Tabel 5. Pengukuran Shear joint LP 2

N.....0E/...

3140/60

0 245

0/64

0 319

0/61

0 250

0/59

0

3090/66

0 249

0/73

0 310

0/74

0 246

0/76

0

3050/51

0 245

0/58

0 311

0/64

0 241

0/62

0

3090/72

0 250

0/67

0 302

0/72

0 228

0/71

0

3040/64

0 231

0/66

0 309

0/63

0 236

0/71

0

2500/75

0 328

0/64

0 240

0/79

0 323

0/52

0

2370/69

0 311

0/45

0 242

0/86

0 315

0/65

0

2540/81

0 320

0/65

0 235

0/75

0 323

0/67

0

2500/76

0 305

0/67

0 260

0/80

0 323

0/58

0

2690/82

0 315

0/69

0 252

0/74

0 327

0/68

0

Sumber: Penyusun, 2013

Page 50: struktur.pdf

50

Lokasi Pengamatan 3

Deskripsi :

Hari/Tanggal : Minggu, 22 Desember 2013

Pukul : 09.41 WIB

Lokasi : Des. Hargomulyo, Kec. Gedang sari, Kab. Gunung

kidul ,D.I. Yogyakarta

Cuaca : Berawan

Vegetasi : Sedang (pohon jati)

Morfologi : Tubuh Sungai

Litologi : Batuan Sedimen

Elevasi : 145 mdpl

Koordinat : S 70 48’ 00” , E 110

0 38’ 28.4”

Slope : 700

Strike,dip : N 640

E/ 360

Kelurusan sungai : N 2550

E

Bidang sesar :N 1640

E

Page 51: struktur.pdf

51

Gambar 26. Sketsa foto LP 3 lensa kamera mengarah ke selatan (Penyusun, 2013)

Tabel 6. Pengukuran Shear freactur dan Gash fracture

Gash Fracture N.........0E Shear Fracture N.........

0E

276/51 266/65 192/65 195/63

277/25 274/65 198/58 185/65

285/48 296/50 201/73 190/76

265/59 308/60 202/69 205/61

268/55 277/51 194/73 198/62

264/57 293/31 195/64 159/62

269/69 285/38 190/77 176/63

281/61 305/59 204/56 178/69

278/61 282/35 192/78 203/63

281/48 280/52 189/72 200/56

310/69 286/44 199/55 200/64

304/66 283/50 197/62 202/65

279/36 279/61 191/73 210/70

281/50 273/47 198/84 191/69

290/56 275/65 210/78 203/76 Sumber: Penyusun, 2013

IX.4. Lembar Kerja

(Terlampir)

Page 52: struktur.pdf

52

IX.5. Kesimpulan

Setelah data lapangan di analisis, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Lokasi pengamatan 1:

a. Shear joint : N 400 E / 82

0 dan N 322

0 E / 72

0

b. Exstansion joint : N 60 E / 73

0

c. Relase joint : N 2730 E / 78

0

d. Arah :

T1 : 120, N 182

0 E

T2 : 620, N 64

0 E

T3 : 160, N 276

0

2. Lokasi pengamatan 2:

a. Shear joint : N 3080 E / 64

0 dan N 250

0 E / 72

0

b. Exstansion joint : N 2760 E / 64

0

c. Relase joint : N 100 E / 82

0

d. Arah :

T1 : 80, N 280

0 E

T2 : 640, N 26

0 E

T3 : 240, N 186

0E

3. Lokasi pengamatan 3:

a. Shear fracture : N 2830 E / 54

0

b. Gash fracture : N 1970 E / 63

0

c. Bidang sesar : N 1640 E / 87

0

d. Netslip : 400 , N 166

0 E

e. Arah :

T1 : 350, N 129

0 E

T2 : 490 , N 339

0 E

T3 :150 , N 23

0 E

f. Rake : 420

Nama sesar yaitu, Reverse lift slip fault (Rickard, 1972)

Page 53: struktur.pdf

53

BAB X

PENUTUP

X.1. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum geologi struktur dapat disimplkan bahwa :

1. Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh

batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan

internalnya.

2. Struktur geologi perlu di pelajari karena pada daerah ini merupakan tempat

terperangkapnya mineral-mieral yang ekonomis.

3. Besar dan bentuk dari pola singkapan tergantung dari beberapa hal, yakni:

a. Tebal lapisan.

b. Topografi/morfologi.

c. Besar kemiringan (Dip) lapisan.

d. Bentuk struktur lipatan.

4. Pola singkapan adalah suatu bentuk penyebaran batuan dan struktur yang

tergambarkan dalam peta geologi.

5. Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari

dua unsur geometris yaitu struktur bidang dan struktur garis dimana

struktur bidang terdiri dari Bidang perlapisan kekar, sesar, foliasi dan

sumbu perlipatan sedangkan struktur garis terdiri dari gores-garis,

perpotongan dua bidang, liniasi dan lain-lain.

Banyak masalah-masalah yang tercangkup dalam bidang geologi struktur

yang memerlukan analisa-analisa geometri dalam tiga dimensi yang sangat teliti.

Kita mengenal ada dua cara yang dapat diterapkan untuk mempelajari struktur

geologi, yaitu :

1. Dengan cara mengenal jenis dari pada struktur dan kemudian

menginterprestaikan kedalam keadaan yang sebenarnya, (kekar, sesar,

lipatan). Jadi terutama ditekankan cara mengenalnya, yaitu :

a. Mengukur kedudukan dan memetakannya.

b. Menggambar bentuk dan ukurannya.

Page 54: struktur.pdf

54

c. Menganalisa cara pembentukannya. Untuk mempelajari struktur

tersebut , kemudian membuat peta penampang tegak, diagram blok dan

keterangannya.

2. Dengan cara menggambarkan diametri dari struktur dan ditekankan

sebagai kelompok statistik yang keseluruhannya akan memberikan suatu

pola struktur dari batuan. Study pola struktur demikian didasarkan pada

banyak pengamatan dan catatan yang kemudian diubah dalam diagram

pola. Kedua cara diatas bila diterapkan dan dianalisa, maka akan saling

mengisi dalam memepelajari struktur geologi suatu daerah, tetapi yang

paling diutamakan adalah tempat dan kedudukan dari struktur yang

sebenarnya.

X.2. Kritik dan Saran

Saran dari penulis untuk laboratorium agar memberikan buku panduan

praktkum kepada praktikan, dan untuk peralatan pendukung praktkum (Spidol)

agar lebih diperhatikan.

Page 55: struktur.pdf

55

DAFTAR PUSTAKA

Staff pengajar & staff asisten Lab. Geologi UPN.2007. Buku Pnduan Praktikum

Geologi Struktur.UPN “Veteran” Yogyakarta.