sptlal im baru

Upload: marlinna-aja

Post on 05-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    1/41

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    2/41

    a. Urtikaria 'apular  

    tiologi gigitan serangga (nyamuk,

    lebah, dll)

    'ruritus bi%asik papular àwheal  *eaksi hipersensitiitas tipe ! " !+

     b. Urtikaria pigmentosac. Mastositosis sistemik  

    d. !n%eksi disertai urtikaria

    e. Urtikaria dengan penyakit sistemik yang

    mendasarinya

    'enyakit askuler kolagen

    eganasan

    etidakseimbangan sistem endokrin

    %. -aktor psikogenik  

    g. Urtikaria " angioedema idiopatik  

    P!%o&enei Patogenesis:

    • el mediator à mediator / (histamin) 0 &ilatasi pembuluh darah à eritema0 é permeabilitas kapiler à edema (eksudasi cairan " sel) à sara% 

     peri%er kulit  gatal

    0 'embuluh darah subkutan

    • &egramulasi sel mediator

    • &egranulasi sel mast kutan 1 sub kutan

    0 &ilatasi kapiler àeritema0 peé permeabilitas kapiler à ekstraasasi cairan " sel (eosino%il)àudema lokal, gatal

    0 +askuler subkutan à angioedema (periorbita " perioral)

    • 2istologis degranulasi sel mast kutan 1 subkutan à  pelepasanmediator / (histamin, lekotrin) à dilatasi pembuluh darah dermal 1subdermal dgn in%iltasi sel0sel periaskular terutama eosino%il

    • 2istamin à reseptor 2 pd organ sasaran (23, 2/, 24" 25)

    Ben%uk K"ini

    K"!i2ik!i

    Bentuk Klinis (Klasifikasi)

    Urtikaria akut 6 sering pada bayi 1 anak 

    • Ukuran, jumlah berariasi

    • 'apul udematous, datar, merah muda1terang, /07 mm à papul atau plak batas tegas, datar à  bbrp lesi berkon%luensi à  plak dgn tepi polisiklik 

    • 8atal selalu ada

    • 9ayi

    0 8atal tidak terlalu berat

    0 Urtikaria à purpurik (urtikaria hemorhagik) à bayi " anak kecilà && askulitis

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    3/41

    Angioedema

    • Udema subkutan " atau submukosa

    • kstremitas, bibir, palpebra, genitalia, saluran cerna (abdomen) "

    %aring

    • 703: ; bayi " anak < urtikaria

    • Menghilang /04 hari, jarang disertai gatal

    • A berulang tanpa U à 2A atau AA

    • #esi A < U

    0 ementara dari waktu ke waktu

    0 9eberapa lesi menghilang, dapat timbul lesi baru à khronik 0 9ayi " anak à lesi menghilang dalam beberapa hari

    • Ana%ilaktik idiopatik

    0 U 1 A akut, luas, Wheezing , hipotensi, mual, muntah, tanda0tanda

    aritmia jantung

     An!mneio >nset berulang1lamanya durasi, lokasi

    o &itanya mengenai %aktor pencetus

    Makanan, >bat0obatan, ?at aditi%, 2obi

    !nhalasi, 'enyakit in%eksi akut1kronis

    -aktor/ eksaserbasi serangan

    o *iwayat atopi, dan penyakit penyerta lain

    Peme$ik!!n 2iik gambaran yang khas, bentuk lesi à tipe urtikari #inier ( dermogra%ism),

    Urtika kecil dikelilingi daerah eritem (U. kolinergik), pada ekstremitasin%erior (U. askulitis, papular U), terbatas pada daerah paparan (U

    dingin1 solar)

    K$i%e$i! Di!&noi An!mnei!

    Peme$ik!!n (iik

    Di22$en%i!"di!&noi

    Urtikaria Anak

    • ritema multi%orme

    • Urtikaria pigmentosa

    • 8igitan serangga

    • ritema Anulare

    • !n%antile Acute 2emoragic edema

    • 'urpura 2enoch chonlein, pitriasis rosea

    Angioedema

    •  elulitis

    •   risipelas

    •   &ermatitis kontak•   #

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    4/41

    •   asus bedah abdomen

     

    *eaksi ana%ilaktik #aring

    Peme$ik!!nPenunu3!n&

    Pemeriksaan Penunjang Laoratorium

    Basi! Tests "is!retionar# Tests Based on

    $om%lete lood !ount &it'

    differential

    If as!ulitis is sus%e!ted :

    Antinu!lear antiod#

    r#t'ro!#te sedimentation

    rate

    *kin io%s#

    Urinal#sis $+,-

    Lier fun!tion tests If lier fun!tion tests anormal :

    T'#roid fun!tion and

    autoantiodies

    *erolog# for iral 'e%atitis

    Anti.F!eR autoantiod#

    (if aailale)

    *iwayat U. %isik à test yang sesuai

    $ondition Test

    @holinergic urticaria ercise, mecholyl challenge !&

    &ermographism troking or scratching the skin

    olar urticaria @ontrolled eposure to sunlight

    @old urticaria !ce challenge

    2A à periksa kadar @5, @3 !B2 (antigenik " %ungsional)

    T!%!"!k!n!'ada penderita dengan pengalaman serangan akut saluran napas atas

    sering dilengkapi dengan epine%rin injeksi

    • liminasi à  kenali %aktor pencetus dan %aktor0%aktor yangmengeksaserbasi serangan

    • Cabir surya à urtikaria solar (panjang gelombang /D704/: nm)

    • U. dingin à hindari mandi1 berenang di air dingin

    • 2A 2indari %aktor eksaserbasi panas, aktiitas, aspirin, alkohol

    • Antihistamin   diberikan antihistamin penghambat reseptor 

    histamine 23

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    5/41

    • Adregenik   mula0mula diberikan larutan adrenalin (33:::)

    dengan dosis :,:3 ml1kg991kali subkutan (maksimum :,4 ml)

    dilanjutkan dengan pemberian antihistamin penghambat reseptor 

    histamine 23

    • ortikosteroid diberikan bila tidak memberikan respon yang baik 

    dengan obat0obat lain,Eduk!i Meyakinkan penderita1keluarga

    U1A à remisi spontan ( hari, bulan, tahun) U1A tidak menyebabkan cacat

    U1A dapat dikontrol dengan satu atau kombinasi

    obat0obatan

    Kom*"ik!i d!nP$o&noi

    Kom%likasi

    Urtikaria merupakan bentuk kutan ana%ilaksis sistemik, dapat saja

    terjadi obstruksi jalan na%as karena edema laring dan sekitarnya, atau

    ana%ilaksis yang dapat mengancam jiwa.

    Prognosis

    9aik, dapat sembuh spontan atau dengan obat

    D!2%!$ke*u%!k!!n

    3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi anak.

    !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics.

    disi ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.L!in4"!in

    A"&!$i%m!-P$o%oko"-P$oedu$-

    S%!ndin& +$de$

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    6/41

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    *I/"R0M *T1/*.20+/*0/ Kode ICD : L51.1

    No Dokumen'

    No.Revii1

    H!"!m!n :1 #

    P!ndu!n P$!k%ekK"ini

    T!n&&!" Revii'' (e)$u!$i '01'

    Di%e%!*k!n +"e,-Ke%u! Divii A"e$&i Immuno"o&i

    D$. um!"! He"m/- S*AKDe2inii indrom teens0Eohnson (E) adalah suatu reaksi mukokutaneus

    akut yang ditandai makula eritema yang cepat meluas. 9iasanya

     berbentuk target lesion dan kelainan pada lebih dari satu mukosa

    (mulut, konjungtia, dan anogenital). ering ditandai gejala

    konstitusional dan dapat mengancam kehidupan.

     E%io"o&i tiologi E sukar ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan

    oleh berbagai %aktor, walaupun pada umumnya sering dikaitkan

    dengan respons imun terhadap obat. Ada yang beranggapan bahwa

    sindrom ini merupakan eritema multi%orme yang berat dan disebuteritema multi%orme mayor. 9eberapa %aktor yang sering disebut

    sebagai penyebab E di antaranya dapat dilihat pada tabel 3.

    Cabel 3. -aktor 'enyebab timbulnya sindrom teens0Eohnson

    Infeksi

    +irus

    Eamur

    9akteri

    'arasit

    2erpes simple, Mycoplasma pne

    oksidioidomikosis, 2istoplasma

    treptokokus, taphylococcus, 2a

    tuberculosis, almonela

    Malaria

    0at alisilat, ul%a, 'enisilin, tambut

    ontrasepti% 

    Makanan @oklat

    Fisik  Udara dingin, sinar matahari, sina

    Lain.lain 'enyakit kolagen, keganasan, keh

    P!%o&enei Patogenesis

    'atogenesis E sampai saat ini belum jelas, walaupun sering

    dihubungkan dengan reaksi hipersensiti%itas tipe !!! dan !+. 'ada

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    7/41

     biopsi kulit beberapa kasus dapat ditemukan endapan !gM, !gA, @4

    dan %ibrin, serta kompleks imun beredar dalam sirkulasi.

    Antigen penyebab berupa hapten akan berikatan dengan karier yang

    dapat merangsang respons imun spesi%ik sehingga terbentuk

    kompleks imun beredar. 2apten atau karier tersebut dapat berupa

    %aktor penyebab (misalnya irus, partikel obat atau metabolitnya)

    atau produk yang timbul akibat aktiitas %aktor penyebab tersebut

    (struktur sel atau jaringan sel yang rusak dan terbebas akibat in%eksi,

    in%lamasi atau proses metabolik). ompleks imun beredar dapat

    mengendap di daerah kulit dan mukosa serta menimbulkan

    kerusakan jaringan akibat aktiasi komplemen dan reaksi in%lamasi

    yang terjadi. erusakan jaringan dapat pula terjadi akibat aktiitas

    sel C serta mediator yang dihasilkannya. erusakan jaringan yang

    terlihat sebagai kelainan klinis lokal di kulit dan mukosa dapat puladisertai gejala sistemik akibat aktiitas mediator serta produk

    in%lamasi lainnya.

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    eadaan umumnya berariasi dari ringan sampai berat. 'ada yang

     berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai

    koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal

     berupa demam, malaise, batuk, kori$a, sakit menelan, nyeri dada,

    muntah, pegal otot dan atralgia. etelah itu akan timbul lesi kulit,

    mukosa dan mata yang dapat diikuti kelainan iseral.

    'ada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa

    a. elainan kulit

    elainan kulit dapat berupa eritema, papul, esikel atau bula

    secara simetris, berupa lesi kecil satu0satu atau kelainan luas

     pada hampir seluruh tubuh. ering timbul perdarahan pada lesi

    menimbulkan gejala %okal berbentuk target, iris atau mata sapi.

    'redileksi pada area ekstensor tangan dan kaki serta muka yang

    meluas ke seluruh tubuh sampai kulit kepala. 'ada keadaan

    lanjut terjadi erosi, ulserasi, kulit mengelupas dan pada kasus berat pengelupasan kulit dapat terjadi pada seluruh tubuh

    disertai paronikia dan pelepasan kuku.

    elainan mukosa

    elainan mukosa yang tersering adalah pada mukosa mulut

    (3::;), kemudian disusul oleh kelainan di alat genital (7:;),

    sedangkan di hidung dan anus jarang (masing0masing D; dan

    5;). 'ada selaput mukosa dapat ditemukan esikel, bula, erosi,

    ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah. elainan di

    mukosa dapat juga terdapat di %aring, traktus respiratorius bagian atas dan eso%agus. 'ada %aring dapat terbentuk

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    8/41

     pseudomembran berwarna putih atau keabuan yang

    menimbulkan kesukaran menelan.

    c. elainan mata

    elainan mata merupakan D:; diantara semua kasus, yangtersering ialah konjungtiitis kataralis. elain itu juga dapat

     berupa ble%arokonjungtiitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata

     biasanya edema dan sulit dibuka. 'ada kasus berat dapat terjadi

    erosi dan per%orasi kornea.

    elainan klinis E biasanya timbul cepat dan menakutkan dengan

    keadaan umum yang berat, disertai demam, dehidrasi, gangguan

     pernapasan, muntah, diare, melena, pembesaran kelenjar getah

     bening dan hepatosplenomegali sampai pada penurunan kesadaran

    dan kejang.

    'erjalanan penyakit tergantung dari derajat berat penyakitnya, dapat

     berlangsung beberapa hari sampai I minggu. 9erbagai komplikasi

    dapat terjadi seperti ulkus kornea, simble%aron, miositis, mielitis,

     bronkopneumonia, ne%ritis, poliartritis atau septikemia.

    K$i%e$i! Di!&noi &iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan %isik dan

    laboratorium. Anamnesis dan pemeriksaan %isik ditujukan terhadap

    kelainan yang sesuai dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata serta

    hubungannya dengan %aktor penyebab. ecara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris, atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam

    dan hasil biopsi yang sesuai dengan E.

    Di22$en%i!" di!&noi 1. Nek$o"ii e*ide$m!" %okik NETP!d! NET ke"!in!n ku"i% /!n& u%!m! !d!"!, e*ide$mi %e$"e*! d!$id!!$n/! e*ide$mo"ii /!n& men/e"u$u,. T!nd! Niko"k/ *oi%i2 *!d! ku"i% /!n& e$i%em!%o!- /!i%u 3ik! ku"i% di%ek!n d!n di&ee$-m!k! ku"i% !k!n %e$ke"u*!. Se"!in i%u %e$)en%uk e$i%em!- veike"-)u"!- e$oi d!n *u$*u$! e*e$%i SS6. Ke"!in!n *!d! m!%! d!neki%!$ o$i2iium %id!k e"!"u men/e$%!i. Pe$)ed!!n "!in i!"!,

    ke!d!!n umumn/! "e)i, )u$uk.

    '. S%!*,/"o7o77u 7!"ded kin /nd$omeBi!!n/! %im)u" *!d! !n!k4!n!k *!d! "ok!"i!i %e$%en%u. Be$u*!)u"! numu"!$ di "e,e$- ke%i!k d!n 8!3!,. 6u&! %e$d!*!%e*ide$mo"ii- %e%!*i e"!*u% "endi$ 3!$!n& diken!i.

    Peme$ik!!nPenunu3!n&

    'emeriksaan laboratorium ditujukan untuk mencari hubungannya

    dengan %aktor penyebab serta untuk penatalaksanaan secara umum.

    'emeriksaan yang rutin dilakukan diantaranya adalah

    3. 'emeriksaan darah tepi (leukosit, hitung jenis, hitung eosino%iltotal, #&). #eukosit biasanya normal atau sedikit meninggi,

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    9/41

    dan pada hitung jenis eosino%il meningkat.

    /. 9iakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi.

    4. 2istopatologik biopsi kulit. 9iasanya tidak diperlukan, bila

    diragukan gambaran klinisnya dapat dilakukann biopsi dan

     pemeriksaan histopatologik untuk membedakan. 'ada

     pemeriksan histopatologik dapat ditemukan gambaran nekrosisepidermis sebagian atau menyeluruh, edema intrasel di daerah

    epidermis, pembengkakan endotel, serta eritrosit yang keluar 

    dari pembuluh darah dermis super%isial. 'emeriksaan

    imuno%luoresen dapat memperlihatkan endapan !gM, !gA, @4

    dan %ibrin. Untuk mendapat hasil pemeriksaan imuno%luoresen

    yang baik maka bahan biopsi kulit harus diambil dari lesi baru

    yang berumur kurang dari /5 jam.

    T!%!"!k!n!o *awat di '!@U

    o 2entikan %aktor penyebab

    o Antibiotika diberikan untuk mengatasi in%eksi. &ipilih

    antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas,

     bakterisidal dan tidak ada kontrainidkasi seperti gentamisin

    7mg1kg991hari dalam dua dosis, netromisin 50I mg1kg991hari.

    o Copikal

    0 ulit kompres Ba@l :,J;

    0 Mulut kumur0kumur antiseptik 

    0 Mata lubrikasi dengan air mata buatan

    salep mata yang mengandung antibiotika

    o

    !n%us1trans%usi. 9ila terdapat esikel dan bula yang luas K in%usdarrow glukosa. 9ila terdapat purpura K bila perlu trans%usi

    darah

    o onsultasi dengan bagian lain sesuai kebutuhan 1keadaan

     penderita (Mata, C2C)Eduk!i   • 2arus dicegah kontak ulang dengan %aktor penyebab.

    Kom*"ik!i d!nP$o&noi

    'ada kasus yang tidak berat prognosanya baik dan penyembuhan

    terjadi dalam waktu /04 minggu. 'ada kasus berat dengan berbagai

    komplikasi atau dengan pengobatan terlambat dan tidak memadai,

    angka kematian berkisar antara 7037;. 'rognosis lebih buruk bilaterdapat purpura yang luas. ematian biasanya disebabkan oleh

    gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia,

    serta sepsis.

    D!2%!$ ke*u%!k!!n3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi

    anak. !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics.

    disi ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

    4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.L!in4"!in A"&!$i%m!-

    P$o%oko"- P$oedu$-S%!ndin& +$de$

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    10/41

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    PURPURA +/0$+.*$+0/LI/ Kode ICD : D9.0

    No Dokumen;

    No.Revii1

    H!"!m!n :1 # ;

    P!ndu!n P$!k%ekK"ini

    T!n&&!" Revii'' (e)$u!$i '01'

    Di%e%!*k!n +"e,-Ke%u! Divii A"e$&i Immuno"o&i

    D$. um!"! He"m/- S*AK

    De2inii 'urpura 2enoch chonlein adalah sindroma klinis yang disebabkanoleh askulitis pembuluh darah kecil sistemik, yang ditandai dengan

    lesi kulit spesi%ik yang berupa purpura nontrombositopenik, artritis

    atau artralgia, nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinal dan

    kadang0kadang dengan ne%ritis. Bama lain purpura ana%ilaktoid,

     purpura alergik atau askulitis alergik.

     E%io"o&i   • 'enyebab penyakit ini belum diketahui.

    • -aktor0%aktor yang diduga berperanan in%eksi traktus

    respiratorius bagian atas, obat0obatan, makanan dan imunisasi.

    P!%o&enei &eposit kompleks imun yang mengandung !gA dan aktiasi

    komplemen jalur alternati% mengakibatkan in%lamasi pada

     pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi, dan abdomen sehingga

    terjadi purpura dikulit, ne%ritis, artritis, dan perdarahan

    gastrointestinalis. ecara histologis tampak askulitis

    leukositoklatik.

    Ben%uk K"ini

    K"!i2ik!i

    Mani%estasi klinis yang khas adalah pada kulit, berupa ruam

    makuloeritematosa, berlanjut menjadi purpura, tanpa adanya

    trombositopenia, terutama pada kulit bokong dan ekstremitas bagian

     bawah (pada 3::; kasus) → purpura lambat laun berubah menjadi

    ungu, kemudian coklat kekuning0kuningan, lalu menghilang, tetapi

    dapat rekuren. 8ejala ini dapat disertai

    • Angioedema pada muka (kelopak mata, bibir) pada /:; kasus,

    dan ekstremitas (punggung, tangan, kaki) pada 5: kasus,

    • Artralgria atau artritis migran mengenai sendi besar ekstremitas

     bawah, tidak menimbulkan de%ormitas yang menetap.

    •  Byeri abdomen dapat berupa kolik abdomen yang berat dan

     perdarahan gastrointestinalis pada 470D7; kasus, kadang0kadang

    dapat per%orasi usus dan intususepsi ileoileal atau ileokolonal

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    11/41

     pada /04; kasus.

    • 2ematuria atau ne%ritis (pada /:07:; kasus)

    K$i%e$i! Di!&noi 8ejala klinis yang spesi%ik yaitu ruam purpurik pada kulit, terutama

    di bokong dan ekstremitas bawah dengan satu atau lebih gejala

     berikut nyeri obdema, atau perdarahan gastrointestinalis, artralgia

    atau artritis dan hematuria atau ne%ritis.

    #angkah &iagnosis

    3. #akukan anamnesis dan pemeriksaan %isik 

    /. #akukan pemeriksaan laboratorium dan penunjang untuk 

    mendukung atau menyingkirkan diagnosis. 2asil pemeriksaan

    laboratorium pada '2 tidak spesi%ik, jumlah trombosit normal

    atau meningkat, #& dapat meningkat, kadar komplemen

    normal, kadar !gA dalam darah lim%osit yang mengandung !gA

    mungkin meningkat. Urin dan tinja dapat mengandung darah.9iopsi lesi kulit ada askulitis leukositoklastik. !muno%loresensi

     pada dinding pembuluh darah, pada deposit !gA dan komplemen.

    4. Cegakkan diagnosis, identi%ikasi luasnya mani%estasi klinis dan

    telusuri komplikasi.

    Peme$ik!!nPenunu3!n&

    'ada pemeriksaan laboratorium trombosit bisa normal atau

    meningkat, membedakan purpura yang disebabkan trombositopenia,

     biasanya juga eosino%ilia. #& dapat meningkat, adar komplemen

    seperti @3q, @4, @5 dapat normal. 'emeriksaan kadar !gA dalam

    darah mungkin meningkat, demikian pula lim%osit yangmengandung !gA. Analisa urin dapat menunjukkan hematuria,

     proteinuria maupun penurunan kreatinin klirens demikian pula pada

    %eses dapat ditemukan darah

    T!%!"!k!n! uporti% dan simptomatis. ontrol nyeri dapat dengan analgesik

    seperti asetamino%en atau ibupro%en. ortikosteroid diberikan jika

    ditemukan nyeri perut yang hebat, perdarahan saluran cerna,

     purpura yang persisten, adanya gangguan ginjal progresi% (sindroma

    ne%rotik, kerusakan glomerulus), edema jaringan lunak yang hebat,

    gangguan ', dan perdarahan paru, dengan protokol

    0 induksi dengan metilprednisolon /7:0L7: mg (!+) selama 40Lhari < siklo%os%amid 3::0/:: mg1hari (oral)

    0 maintenance predinson 3::0/:: mg (oral) selang sehari,

    siklos%os%amid 3::0/:: mg selama 4:0L7 hari

    0 Cappering o%% predinon /7 mg1bulan   terapi selasai minimal

    dalam I bulan.

    Untuk pencegahan terjadinya ne%ritis dapat diberikan kortikosteroid

     prednison dengan dosis 30/ mg1kg991hari selama L hari, kemudian

    diturunkan perlahan0lahan selama /04 minggu. 8agal ginjal

    ditanggulangi sesuai '. Eika akut abdomen → konsul bedah.

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    12/41

    Kom*"ik!i d!nP$o&noi

    • aluran cerna perdarahan, intususepsi, in%ark usus.

    • 8injal gagal ginjal akut1kronis.

    • ' de%isit neurologik, kejang dan penurunan kesadaran.

    'rognosis baik, dapat sembuh spontan beberapa hari atau beberapa

    minggu. 7:; kasus dapat rekuren.

     Be%ritis kronis dapat terjadi pada 3; kasus.

    D!2%!$ ke*u%!k!!n 3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi

    anak. !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics.

    disi ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

    4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.

    5. @assidy, 'etty *, #aer *M. Cetbook 'ediatric

    *heumatology. 'hiladelphia lseier aunders. /:3:L!in4"!in A"&!$i%m!-P$o%oko"- P$oedu$-

    S%!ndin& +$de$

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    13/41

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    ARTRITI* RUMAT0I" 2U1/IL Kode ICD : M0

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    14/41

    dan pembentukan jaringan granulasi akibat aktiitas sistem imun

    selular. el lim%osit, makro%ag dan sinoia dapat mengeluarkan

     berbagai macam sitokin seperti kolagenase, prostaglandin serta

     plasminogen yang akan mengakti%kan sistem kalikrein dan kinin0

     bradikinin. 'roduk0produk ini akan menimbulkan reaksiin%lamasi dan kerusakan jaringan.

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    • Cipe onset poliartritis gejala artritis terjadi pada lebih 5 sendi,

    terbanyak pada sendi jari, biasanya simetris, dapat juga pada

    sendi lutut, pergelangan kaki dan siku.

    • Cipe onset oligoartritis mengenai 5 sendi atau kurang (biasanya

    mengenai sendi besar) terutama didaerah tungkai.

    • Cipe onset sistemik didapatkan demam intermiten dengan

     puncak tunggal atau ganda 6 4J : @ selama / minggu atau lebih

    →  muncul artritis. 9iasanya disertai kelainan sistemik berupa

    ruam reumatoid serta kelainan iseral (hepatosplenomegali,serositis, limpadenopati).

    K$i%e$i! Di!&noi endi yang terkena artritis terasa hangat dan biasanya tidak terlihat

    eritem. ecara klinis ditentukan dengan menemukan paling sedikit /

    gejala in%lamasi gerakan sendi yang terbatas, nyeri atau sakit pada

     pergerakan dan panas. 'ada anak kecil yang lebih menonjol adalah

    kekakuan sendi pada pergerakan terutama pagi hari.

    &ipakai kriteria diagnosis menurut American @hallenge o%

    *heumatology Association (A@*),yaitu• Usia penderita kurang dari 3I tahun

    • Artritis (bengkak atau e%usi adanya dua atau lebih tanda

    keterbatasan gerak, nyeri sendi, dan panas pada sendi) pada satu

    sendi atau lebih

    • #ama sakit lebih dari I minggu

    • Cipe onset penyakit (dalam waktu I bulan)

    0 'oliartritis (N7 sendi)

    0 >ligoartritis ( 5 sendi)

    0 istemik dan artritis dengan demam minimal / minggu,

    mungkin terdapat ruam atau keterlibatan ekstrartikuler, sepertilimadeopati, hepatosplenomegali, dan perikarditis.

    • emungkinan penyakit artritis lain dapat disingkirkan.

    8ejala klinis yang menyokong kecurigaan A*E kaku sendi pada

     pagi hari, ruam reumatoid, demam intermiten, perikarditis, ueitis

    kronik, spondilitis serikal, nodul reumatoid, tenosinoitis. 'ada

     pemeriksaan laboratorium ditemukan antibodi antinuklear(ABA),

    %aktor reumatoid (*-), serta peningkatan titer komplemen @4 dan

    @5.

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    15/41

    #angkah &iagnosis

    • #akukan anamnesis dan pemeriksaan %isik, diagnosis A*E

    semata0mata berdasarkan klinis.

    • 'emeriksaan laboratorium1 penunjang untuk mendukung1

    menyingkirkan diagnosis.• Cegakkan diagnosis dan identi%ikasi luasnya mani%estasi klinis

    T!%!"!k!n!&asar pengobatan suporti% bukan kurati%. 'engobatan secara terpadu

    untuk mengontrol mani%estasi klinis dan mencegah de%ormitas

    dengan melibatkan dokter anak, ahli %isioterapi, latihan kerja,

     praktek sosial, bila perlu konsultasi pada ahli bedah dan psikiatri.

    Medikamentosa

    • >bat anti in%lamasi non steroid (A!B)

    3. Baproksen 3:037 mg1 kg991hari dibagi / dosis.

    /. Asam Astil alisat (AA) dosis L70J: mg1kg991hari peroral,

    dibagi405 dosis, diberikan bersama makanan, selama 30/ tahun

    setelah gejala klinis menghilang.

    4. A!B lain sebagian besar tidak boleh diberikan pada anak.

    'emberiannya hanya untuk mengontrol nyeri, kekakuan dan

    in%lamasi pada anak tertentu yang tidak responsi% terhadap

    AA atau sebagai pengobatan inisial, misalnya

    Colmetin dosis inisial /: mg1kgbb1hari, kemudian 3704:

    mg1kg991hari dibagi 405 dosis, diberi bersama makanan

    atau antasid.• Analgesik lain Asetamino%en dosis 3:037 mg1kg991kali, setiap

    50I jam sesuai kebutuhan, jangan diberikan lebih 7 kali perhari

    → untuk mengontrol nyeri atau demam terutama pada penyakit

    sistemik (pemberian 6 3: hari memerlukan pengawasan yang

    ketat, tidak boleh diberikan untuk waktu lama karena dapat

    menimbulkan kelainan ginjal.

    • >bat anti rematik kerja lambat = low Acting Anti *heumatic

    &rugs (AA*&s) → hanya diberikan pada poliartristik progresi% 

    yang tidak menunjukkan perbaikan dengan A!B, contoh

    2idroksi klorokuin, garam emas (gold salt), 'enisilamin dan

    sul%a sala$in.

    0 2idroksi klorokuin (dapat dipakai sebagai obat tambahan

    A!B), dosis I0L mg1kg991hari, setelah D minggu turunkan

     jadi 7 mg1kg991hari dibagi / dosis, jika setelah terapi I bulan

    tidak ada perbaikan → obat dihentikan

    0 8aram emas bisa dipakai jika penderita tidak responsi% terhadap

     pengobatan AA1A!B lain setelah I bulan. 'engobatan

    dengan AA1A!B lain diteruskan selama pemakaian garam

    emas. 'reparat yang diapaki 8old sodium thiomalate dan auro

    thioglucose. &ipakai dosis awal 7 mg !M dan kemudian dosis

    ditingkatkan sampai :,L703 mg1kg991minggu ( 7:mg). Eikaremisi telah tercapai dalam I bulan diteruskan dengan dosis

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    16/41

    yang sama dengan injeksi tiap0tiap / minggu selama 4 bulan,

    kemudian setiap 4 minggu setelah 4 bulan, lalu setiap 5

    minggu, diteruskan sampai beberapa tahun remisi. 'reparat

    oral garam emas dipakai Aurano%in dosis dimulai :,30:,/

    mg1kg991hari (maksimal J mg1hari), kemudian ditingkatkan 3

    mg1kg991hari setiap 4 bulan sampai mencapai dosis maksimalI mg. #ama pengobatan dapat sampai beberapa tahun remisi.

    0 'enisilamin diberikan inisial 4 mg1kg991hari( /7: mg1hari)

    selama 4 bulan, kemudian I mg1kg991hari ( 7:: mg1hari)

    dalam / dosis selama 4 bulan, sampai maksimum3:

    mg1kg991hari, dalam 405 dosis terbagi selama 4 bulan. &osis

    rumatan diteruskan selama 304 tahun.

    0 ul%asala$in dosis 4:07:mg1kg991hari, dibagi 50I dosis, diberi

     bersama makan, jangan diberikan bersama antasid. etelah

    tidak ada keluhan dosis diturunkan perlahan0lahan sampai /7

    mg1kg991hari. &apat digunakan beberapa tahun.

    • ortikosteroid jika gejala penyakit sistemik, ueitis kronis dan

    untuk pemberian obat secara parenteral termasuk intra artikuler.

    'enyakit sistemik yang tidak terkontrol prednison :,/703

    mg1kg991hari dosis tunggal, jika keadaan lebih berat dosis

    terbagi jika terjadi perbaikan klinis dosis diturunkan pelan0pelan,

    kemudian stop.

    • !munosupresan pada keadaan berat yang mengancam kehidupan

    dipakai metotreksat dosis inisial 7 mg1m/1minggu, jika respons

    tidak adekuat setelah D minggu pemberian, dapat dinaikan

    menjadi 3: mg1m/1minggu. #ama pengobatan adekuat I bulan.

    • >bat lain yang bisa dipergunakan adalah a$atioprin,siklo%os%amid dan klorambusil.

    Eduk!i   • aluasi luas mani%estasi klinis, periksa mata, terutama pada A*E

    tipe oligoartritis dengan ABA (

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    17/41

    • ebagian kecil sekali menjadi bentuk artritis reumatoid dewasa.

    • 'rognosis kurang baik pada tipe onset sistemik atau poliartritis,

    atau disertai ueitis kronik, erosi sendi, %ase akti% yang

     berlangsung lama, nodul reumatoid dan %aktor reumatoid positi%.

    Angka kematian sangat rendah (/05;), sering dihubungkan dengan

    gagal ginjal akibat amilodosis serta in%eksi.

    D!2%!$ ke*u%!k!!n3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi

    anak. !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrm, B, liegman, Eenson. /::D. Belson Cetbook o% 

    'ediatrics 3Dth edition. 'ennsylania aunders

    4. @assidy, 'etty *, #aer *M. Cetbook 'ediatric

    *heumatology. 'hiladelphia lseier aunders. /:3:.L!in4"!in A"&!$i%m!-P$o%oko"- P$oedu$-

    S%!ndin& +$de$

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    18/41

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    LUPU* RITMAT0*U* *I*TMIK 

    (L*)

    Kode ICD : L;.0

    No Dokumen5

    No.Revii1

    H!"!m!n :1 #

    P!ndu!n P$!k%ekK"ini

    T!n&&!" Revii'' (e)$u!$i '01'

    Di%e%!*k!n +"e,-Ke%u! Divii A"e$&i Immuno"o&i

    D$. um!"! He"m/- S*AK

    De2inii #upus eritematosus sistemik adalah penyakit sistemik eoluti% yang

    mengenai satu atau lebih organ tubuh, ditandai oleh in%lamasi luas

     pada pembuluh darah dan jaringan ikat, bersi%at episodik yang

    diselingi oleh periode remisi.

     E%io"o&i Merupakan penyakit autoimun dengan berbagai %aktor penyebabyang saling berkaitan %aktor genetik, %aktor endokrin, %aktor obat

    dan %aktor in%eksi. Eika salah satu %aktor tidak ada, maka penyakit

    #upus tidak akan muncul secara klinis.

    P!%o&enei Autoantibodi berikatan dengan autoantigen membentuk kompleks

    imun yang mengendap berupa depot dalam jaringan → terjadi

    antiasi komplemen, terjadi reaksi in%lamasi yang menimbulkan lesi

    di tempat tersebut.

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    # dapat menyerang semua organ, yang dapat muncul sendiri0sendiri atau bersama0sama. Mani%estasi klinis pada masing0masing

    organ ini yang la$im adalah

    • &emam dan astenia merupakan gejala tersering.

    • elainan kulit, berupa

    0 *uam berbentuk sayap kupu0kupu, ( Butterfly rash) terdapat

    didaerah muka (eritema malar) dapat berupa eritema simpel,

    atau erupsi makulopapular dengan squamasi halus berwarna

    kemerahan, erupsi dapat juga mengenai cuping hidung,

     pangkal hidung, daerah leher atau bahu yang terbuka,

     periorbita, %rontal atau darah telinga luar.

    0 #upus diskoid

    0 #esi askulitis (berupa eritem pada tangan, edema periungual,

    makuloeritematosa kulit dan pulpa jari jemari).

    0 rupsi populoeritematosa disseminata non spesi%ik terutama

    dianggota gerak, kulit %otosensiti%, alopesia, non sikatrik,

    sindroma *aynaud.

    • elainan selaput mukosa berupa ulserasi nasal dan oral.

    • elainan sendi, tulang dan otot dapat berupa artritis, de%ormitas,

    tenosinoitis, artralgia, mialgia miositis lupus, serta osteonekrosis

    aseptik.• elainan ginjal ditandai dengan proteinuria, hematuria, sindrom

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    19/41

    ne%rotik, gagal ginjal. lasi%ikasi lupus ne%ritis lupus ne%ritis

    mesangial, glomerulone%ritis proli%erati% %okal, glomerulone%ritis

     proli%erati% di%us, glomerulone%ritis membranosa.

    • Mani%estasi neuropsikiatrik psikosis, disorientasi delirium, atau

    dapat berhubungan dengan kelainan organik serebral.

    • Mani%estasi hematologik lim%adenopati super%isial atau lebihdalam (mediatinum, intra abdomen), dapat juga terjadi

    splenomegali. Anemia normokrom normositik dengan kapasitas

     pengikatan $at besi rendah dapat disertai ski$ositosis dan

    trombositopenia, leukopenia dan gangguan hemostatis.

    • elainan kardioaskuler perikarditis, miokarditis, hipertensi.

    • elainan saluran na%as e%usi pleura, dapat juga terjadi

     perdarahan aleolar masi%.

    • Mani%estasi gineko0obstetrik amenore pada anak besar.

    • elainan sistem pencernaan → terjadi akibat askulitis seperti

     perdarahan intestinal, prankreatitis, per%orasi usus atau ulserasihemoragis. &apat terjadi diare karena in%eksi saluran cerna.

    'erdarahan digesti% karena pemberian obat (anti in%lamasi),

    hepatitis dan dapat terjadi asites.

    • 8anguan pada mata dapat mengenai semua struktur dan jalur 

    sara% optik. 'ada retina terdapat eksudat seperti kapas disertai

     perdarahan (Cotton Wool Spots), papilitis dan oklusi arteri

    sentralis (paling jarang), scotoma, gangguan penglihatan

    unilateral dan keratitis.

    K$i%e$i! Di!&noi &asar &iagnosis:

    &itegakkan secara klinis dan laboratoris. riteria diagnosis yang

     paling bayak dianut adalah menurut  American Rheumathism

     Association (A@*). &iagnosis # ditegakkan bila terdapat paling

    sedikit 5 dari 33 kriteria A*A tersebut. 5 kriteria positi% 

    menunjukkan J:; sensitiitas dan JI; spesi%isitas. alah satu butir 

     pernyataan cukup untuk memenuhi kriteria. riteria A*A ini terdiri

    dari

    • ritema malar ( Butterfly rash)

    • #upus diskoid

    • -otosensitiitas

    • Ulcerasi mukokutaneus oral dan nasal• Artritis

    •  Be%ritis, proteinuria 6 :,7 g1/5 jam, slinder dalam urine

    • nse%alopati, kon%ulsi, psikosis

    • 'leuritis atau perikarditis

    • itopenia

    • !munoserlogi positi% antibodi antidouble stranded &BA (anti

    ds&BA),

    •  Antibodi antinuklear m, sel #, serologi si%ilis (positi% palsu)

    •  Antibodi Antinuklear positif (AA) !

    Langkah Diagnosis

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    20/41

    3. #akukan anamnesis dan pemeriksaan %isik untuk dapat

    mengidenti%ikasi mani%estasi klinis dan butir0butir kriteria A@*.

    /. #akukan pemeriksaan laboratorium1 penunjang lain.

    Anjuran pemeriksaan laboratorium1 penunjang untuk #

    • Analisis darah tepi lengkap (darah besar dan #&)• el #

    • antibodi Antinuklear (ABA)

    • Anti ds &BA (anti &BA nati%)

    • Autoantibodi lain (anti M, *-, anti%os%olid, antihiston, dll)

    • Citer komplemen @4, @5 dan @27>

    • Citer !gM, !g8 dan !gA

    • rioglobulin

    • Masa pembekuan

    • Uji coombs

    • lekro%oresis protein

    • reatin dan ureum darah

    • 'rotein urine (total protein dalam /5 jam)

    • 9iakan kuman, terutama dalam urine

    • -oto rontgen dada.

    4. Cegakkan diagnosis berdasarkan kriteria A@* dan identi%ikasi

    luasnya mani%estasi klinis.

    5. Celusuri komplikasi.

    T!%!"!k!n!&asar &iagnosis:

    &itegakkan secara klinis dan laboratoris. riteria diagnosis yang

     paling bayak dianut adalah menurut  American Rheumathism

     Association (A@*). &iagnosis # ditegakkan bila terdapat paling

    sedikit 5 dari 33 kriteria A*A tersebut. 5 kriteria positi% 

    menunjukkan J:; sensitiitas dan JI; spesi%isitas. alah satu butir 

     pernyataan cukup untuk memenuhi kriteria. riteria A*A ini terdiri

    dari

    • ritema malar ( Butterfly rash)

    • #upus diskoid

    • -otosensitiitas

    • Ulcerasi mukokutaneus oral dan nasal• Artritis

    •  Be%ritis, proteinuria 6 :,7 g1/5 jam, slinder dalam urine

    • nse%alopati, kon%ulsi, psikosis

    • 'leuritis atau perikarditis

    • itopenia

    • !munoserlogi positi% antibodi antidouble stranded &BA (anti

    ds&BA),

    •  Antibodi antinuklear m, sel #, serologi si%ilis (positi% palsu)

    •  Antibodi Antinuklear positif (AA) !

    Langkah Diagnosis

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    21/41

    3. #akukan anamnesis dan pemeriksaan %isik untuk dapat

    mengidenti%ikasi mani%estasi klinis dan butir0butir kriteria A@*.

    /. #akukan pemeriksaan laboratorium1 penunjang lain.

    Anjuran pemeriksaan laboratorium1 penunjang untuk #

    • Analisis darah tepi lengkap (darah besar dan #&)

    • el #

    • antibodi Antinuklear (ABA)

    • Anti ds &BA (anti &BA nati%)

    • Autoantibodi lain (anti M, *-, anti%os%olid, antihiston, dll)

    • Citer komplemen @4, @5 dan @27>

    • Citer !gM, !g8 dan !gA

    • rioglobulin

    • Masa pembekuan

    • Uji coombs

    • lekro%oresis protein

    • reatin dan ureum darah

    • 'rotein urine (total protein dalam /5 jam)

    • 9iakan kuman, terutama dalam urine

    • -oto rontgen dada.

    4. Cegakkan diagnosis berdasarkan kriteria A@* dan identi%ikasi

    luasnya mani%estasi klinis.

    5. Celusuri komplikasi.

    Eduk!i Awasi in%eksi sekunder. !n%eksi, timbul akibat e%ek kortikoterapi,

    akibat pemakaian imunosupresan atau akibat de%isiensi imun akibat

     penyakit lupus.

    Kom*"ik!i!n%eksi banyak terjadi pada stadium eolusi. &isamping akibat

    de%isiensi imun, juga berhubungan dengan pemakaian

    kortikosteroid dan imunosupresan.

    • Akibat kerterlibatan isera gagal ginjal, hipertensi maligna,

    ense%alopati, perikarditis, sitopenia autoimun, dsb.

    P$o&noi 'rognosis penyakit lupus telah membaik dengan angka surial

    untuk masa 3: tahun sebesar J:;.

    • 'enyebab kematian → akibat komplikasi iseral gagal ginjal,

    hipertensi maligna, kerusakan ', perikarditis, in%rak miokard,

    dan sitopenia autoimun → in%eksi.

    D!2%!$ ke*u%!k!!n3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi

    anak. !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics.

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    22/41

    disi ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

    4. @assidy, 'etty *, #aer *M. Cetbook 'ediatric *heumatology.

    'hiladelphia lseier aunders. /:3:

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    ALR3I MAKA/A/ Kode ICD : T=

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    23/41

    %aktor psikis atau beban latihan.

    P!%o&enei Makanan merupakan pajanan alergen → gangguan integritas

    mukosa usus → absorpsi molekul alergen (protein glikoprotein atau

     polipeptida dengan berat molekul 6 3D.::: dalton, tahan panas,tahan en$im proteolitik) → pada orang yang sensiti% → reaksi alergi

    yang muncul dapat berupa satu atau lebih reaksi.

    *eaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi hipersensitiitas tipe 3 %ase

    cepat.

    *eaksi lambat terdapat 5 kemungkinan, yaitu

    3. *eaksi hipersensitiitas tipe ! %ase lambat

    /. *eaksi hipersensitiitas tipe !!

    4. *eaksi hipersensitiitas tipe !!!

    5. *eaksi hipersensitiitas tipe !+

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    9erariasi berdasarkan target organ

    o 'ada saluran cerna dapat berupa gatal pada bibir, mulut, %aring,

    sembab tenggorokkan, muntah0muntah, nyeri perut, kembung,

    mencret, perdarahan usus dan protein$ losing enteropathy!

    o 'ada saluran na%as dapat berupa rinitis, asma bronkial atau batuk 

    kronik berulang.

    o

    'ada kulit dapat berupa urtikaria, angiodema atau dermatitisatopik.

    o 'ada kardioaskular dapat menimbulkan reaksi ana%ilaksis,

     berupa

    0 Ana%ilaksis yang diinduksi makanan.

    0 Ana%ilaksis yang diinduksi latihan dan tergantung makanan

    ( food dependente'ercise inducedanaphyla'is)  gejala

    ana%ilaksis timbul setelah makan suatu alergen dan kemudian

    diikuti latihan %isik.

    9erariasi berdasarkan target organ

    o 'ada saluran cerna dapat berupa gatal pada bibir, mulut, %aring,sembab tenggorokkan, muntah0muntah, nyeri perut, kembung,

    mencret, perdarahan usus dan protein$ losing enteropathy!

    o 'ada saluran na%as dapat berupa rinitis, asma bronkial atau batuk 

    kronik berulang.

    o 'ada kulit dapat berupa urtikaria, angiodema atau dermatitis

    atopik.

    o 'ada kardioaskular dapat menimbulkan reaksi ana%ilaksis,

     berupa

    0 Ana%ilaksis yang diinduksi makanan.

    0 Ana%ilaksis yang diinduksi latihan dan tergantung makanan

    ( food dependente'ercise inducedanaphyla'is)  gejala

    ana%ilaksis timbul setelah makan suatu alergen dan kemudian

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    24/41

    diikuti latihan %isik.

    0

    K$i%e$i! Di!&noi &asar diagnosis

    o &iagnosis alergi makanan adalah diagnosis klinis

    yang dibuktikan dengan eleminasi dan prookasi makanan.o Makanan tersangka dieleminasi selama /04

    mingguKjika gejala hilang atau berkurang, dilakukan prookasi

    makanan yang dicurigai

    0 Eika makanan berupa cairan1makanan lunak dapat diberikan

     bersama dengan cairan  &uice  (seperti air jeruk) atau

    disembunyikan dalam bubur.

    0 Eika anak usia 6 I tahun, maka bahan makanan dihaluskan

     jadi buburK masukkan dalam kapsul (dosis kecil 7: mg,

    dinaikkan tiap0tiap 4: menit, jika tidak ada gejala setelah

    dosis D gram berarti makanan tersebut bukan alergen

     penyebab. 'rookasi tidak dilakukan jika gejala yang timbul

    ana%ilaksis dan edema laring.

    o &iagnosis dapat didukung melalui pemeriksaan

    0 Uji kulit dapat dilakukan uji gores ( scratch test ), uji suntik 

    intra dermal (intra dermal test ), dan uji tusuk ( prick test ).

    0 &arah tepi eosino%il 67; atau 67::1ml, cenderung alergi.

    Eika leukosit 7:::1ml disertai neutropenia 4:;, sering

    ditemukan pada alergi makanan.

    0 2emoglobin dan hematokrit yang rendah sering ditemui pada

    susu sapi.

    0 'emeriksaan !g spesi%ik (*AC) hanya dikerjakan atasindikasi saja.

    #angkah diagnosis

    • Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan %isik,

    • liminasi dan prookasi makanan yang dicurigai.

    • 'emeriksaan 'enunjang

    Di22$en%i!" di!&noi 0 'enyakit !n%eksi pada organ yang sama

    0 'enyakit Alergi karena penyebab lain.

    T!%!"!k!n! Menghentikan makanan penyebab dan memberikan makanan

     pengganti. 'ada bayi1anak yang masih mendapat A!, ibunya

     jangan mengkonsumsi makanan yang alergenik.

    • 'engobatan simptomatis → ditujukan pada mani%estasi klinisnya

    (urtikaria, diare, rinitis, asma, angiodema, ana%ilaksis, dll)

    0 Urtikaria, pruritus, eritema dan rinitis diberikan antihistamin

     peroral, dipakai hidroksi$in dosis 3 mg1kgbb1kali, / kali

    sehari, atau dipenhidramin 3 mg1kgbb1kali, 5 kali sehari.

    0 Eika kelainannya cukup luas dan timbulnya cepat sepertiangioedema , mula0mula diberikan 2@! epine%rin (adrenalin)

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    25/41

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    26/41

    4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.

    L!in4"!in A"&!$i%m!-P$o%oko"- P$oedu$-

    S%!ndin& +$de$

    Menghindari makanan penyebab

    • 'ada anak yang mendapat alergi makanan sebaiknya dicobakanlagi, karena kemungkinan mengalami grow out dengan

     bertambahnya usia.

    DEPARTEMENIKA

    RSMHPALEMBANG

    ALR3I *U*U *API Kode ICD : T=<

    No Dokumen=

    No.Revii1

    H!"!m!n :1 #

    P!ndu!n P$!k%ekK"ini

    T!n&&!" Revii'' 2e)$u!$i '01'

    Di%e%!*k!n +"e,-Ke%u! Divii A"e$&i Immuno"o&i

    D$. um!"! He"m/- S*AK

    De2inii Alergi susu sapi (A) merupakan suatu penyakit yang timbul

     berdasarkan reaksi imunologis abnormal terhadap protein susu sapi.

    *eaksi ini biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitiitas tipe !

    yang diperantarai !g , dapat juga tidak diperantarai !g atau

    gabungan keduanya

     E%io"o&i 'rotein usu api

    Protein

    (Konsentrasi 4 %rotein susu)

    Konsentrasi

    (g5dl)

    Berat

    Molekul

    (k"a)

    2umla'

    residu

    asam

    amino

    %er

    molekul

    6'e#

    (7-4)

    (8 ,g5dl)

    $asein

    (9-4)

    (8-g5dl)

    ;.laktogloulin

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    27/41

     b. Cipe !! disebut reaksi sitotoksik 

    c. Cipe !!! dimediasi kompleks Ag0Ab.

    d. Cipe !+ yang dimediasi sel #.C.

    Ben%uk K"ini

    K"!i2ik!i

    ulit Urtikaria1angioedema, kemerahan kulit, pruritus dan dermatitis

    atopi.aluran cerna muntah, kolik, konstipasi, diare, buang air besar

     berdarah

    aluran napas hidung tersumbat, rhinitis, batuk berulang, asma atau

    rinokonjungtiitis

    istemik Ana%ilaksis 1 syok K$i%e$i! Di!&noi Anamnesis

    • Mengetahui jangka waktu timbulnya gejala setelah minum susu sapi

    atau makanan yang mengandung susu sapi.

    • 2arus diketahui riwayat pemberian makanan lainnya, termasuk diet

    ibu saat pemberian A!.

    • 2arus diketahui juga riwayat atopi pada keluarga atau penderita

    sendiri.

    • Adanya gejala klinis pada kulit, saluran napas dan saluran cerna.

    • Eumlah susu sapi yang diminum 1 makan yang mengandung susu

    sapi.

    • 'enyakit atopi seperti asma, rinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria,

    alergi makanan dan alergi obat pada keluarga dan penderita sendiri.

    Peme$ik!!n (Iik 'emeriksaan %isik yang mungkin didapatkan pada kulit tampakkekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik, siemen crease

     geographic tongue, mukosa hidung pucat dan wheezing  (mengi).

    Di22$en%i!"di!&noi

    Cipe *eaksi 8ejala yang

    muncul

    &iagnosa 9anding yang

    dipikirkan

    !g mediated

    istem *espirasi

    ulit

    8astrointestinal

    *inokonjungtiitis

    Asma

    dema laring

    &ermatitis atopikUrtikaria

    Angioedema

    indrom alergi

    oral

    Mual dan muntah

    olik , &iare

    Masalah pernapasan primer 

    Alergi makananAlergi lingkungan

    'enyakit atopik primer 

    Alergi lingkungan atau

    makan, !n%eksi, gangguan

     pengosongan lambung,

    malrotasi, celiac disease

    cystic fibrosis

    Cipe *eaksi 8ejala yang

    muncul

    &iagnosa 9anding yang

    dipikirkan

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    28/41

     Bon!g Mediated

    'ernapasan

    ulit

    8astrointestinal

     %ulmonary

    hemosiderosis

    (*einer

    Syndrome)

    &ermatitis kontak

    &ermatitis atopik

    *e%luks

    gastroeso%ageal

    nteropati tansien

     %rotein$losing

    enteropathy

    indrom

    enterokolitis

    olitis

    onstipasi

     "ailure to thrie

    0

    Alergi makanan atau

    lingkungan

    Atopi primer 

    *e%luks %isiologis,

     pengosongan lambung

    terlambat, celiac disease,

    cystic %ibrosis, %issura anal,

    hiperkalsemia, 2irschprung

    disease, hipotiroid, gangguan

    %ungsi gastrointestinal

    Peme$ik!!nPenunu3!n&

    • &arah tepi hitung jenis eosino%il 64;, atau jumlah eosino%il total

    64::1ml.

    • adar !g total1spesi%ik susu sapi meninggi.

    • Uji kulit alergi (uji tusuk= %rick skin test , intradermal, gores)

    • liminasi dan prookasi susu sapi dapat dengan baku emas adalah

     +ouble Blind %lacebo Controle "ood Challenge  =  +B%C"C atau

    dengan modi%ikasi  +ouble Blind placebo controled cow,s milk 

    challenge (&9'@@M@).

    • 'emeriksaan &arah pada tinja

    T!%!"!k!n!• Catalaksana Butrisi

    0 'enghindaran susu sapi harus ketat supaya toleransi dapat cepat

    tercapai, tetapi harus memberikan nutrisi yang seimbang dan

    sesuai untuk tumbuh kembang anak.

    0 &iberikan susu hipoalergenik susu terhidrolisat ekstensi% dan

    susu %ormula asam amino. Eika tidak tersedia 1 kendala biayamaka bayi 6 I bulan dapat diberi %ormula kedele (jelaskan pada

    orang tua kemungkinan reaksi silang).

    • Catalaksana Medikamentosa

    0 *eaksi kulit ringan antihistamin peroral ( hidroksin 3 mg1kg

     bb1kali, / kali sehari, atau di%enhidramin 3 mg1kg bb1kali 5 kali

    sehari, atau golongan alkilamin seperti chlortrimeton :,47 mg1kg

     bb1hari dibagi 4 dosis. Angioedema 2@l epine%rin (adrenalin)

    larutan 33::: :,:3 cc 1kg bb (maksimal :,4 cc) subkutan, jika

     perlu diulang / kali selang 37 menit à dilanjutkan peroral.0 +askulitis prednison, 30/mg1kg 991hari. linis membaik à

    kemudian ditapering o%% secara cepat, biasanya 4 hari0 Asmabronkial bronkodilator (salbutamol :,/1mg1kg bb1hari

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    29/41

    dibagi 4 dosis peroral atau intraena)

    Eduk!i 2indari susu sapi penyebab alergi. Eika makan makanan jadi baca label

    komposisinya

    Kom*"ik!i o  "ailure to thrieo 'enyakit atopi kronis seperti asma bronkial dan dermatitis atopik 

    P$o&noi   • 9aik 

    • etelah usia /04 tahun, biasanya imaturitas saluran cerna akan

    membaik. ehingga gangguan saluran cerna akan ikut berkurang

    • Angka remisi 57 0 77; pada tahun pertama, I:0L7; pada tahun

    kedua, D:0J:; pada tahun ketiga.

    D!2%!$

    ke*u%!k!!n

    3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi anak.

    !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics.disi ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

    4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.L!in4"!inA"&!$i%m!-P$o%oko"-P$oedu$-S%!ndin& +$de$

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    30/41

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    31/41

    urtikaria

    Cipe !+

    (lambat,diperantarai

    oleh seluler)

    'resentasi molekul

    obat oleh M2@kepada sel C dgn

     pelepasan sitokin

    &ermatitis

    kontak alergi

    /0L hari setelah

     paparan

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    Ana%ilaksis dema laring, hipotensi, bronkospasme

    rupsi kulit Urtikaria1angioedema, pruritus, ruam

    makulopapular morbili%ormis, erupsi obat %ikstum,

    dermatitis kontak, askulitis, eritema nodusom,

    eritema multi%ormis, sindrom steen0jhonson,

    nekrolisis epidermal toksik, dermatitis eks%oliati%

    dan reaksi %otosensitiitaselainan

    hematologic

    Anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia

    elaianan

     pulmonal

    'neumonitis interstisialis1aleolar, edema paru,

    %ibrosis paru

    elainan hepatic *eaksi kolestasis, destruksi hepatoseluler 

    elainan renal Be%ritis interstisialis, glomerulone%ritis,

    sindrom ne%rotik 

    +askulitis sistemik 

    #im%adenopati

    K$i%e$i! Di!&noi Anamnesis :

    • *iwayat terapi obat sebelumnya

    • !n%eksi yang menyertai

    • &a%tar semua terapi yang pernah diberikan termasuk dosis, indikasi,

    tanggal pemberian, dan lamanya terapi

    Peme$ik!!n (Iik   • 8ambaran lesi kulit, dideskripsikan secara akurat mengenai

     penampilan, dan distribusinya

    0 rupsi morbili%orm, eksantem merupakan ruam obat klasik,0 Urtikaria

    0 'urpura dan ptekiae

    0 #esi makulopapular di jari tangan dan kaki atau distribusi

    serpiginosa di lateral telapak kaki

    0 #esi target yang terdiri dari papulaeritematosa di sentral dengan

    cincin di peri%er yang edema dan eritematosa menunjukkan

    eritema pigmentosa

    0 +ariasi lesi papul eritematosa atau area pigmentosa sampai lesi

     papuloesikuler bulosa atau urtikaria dapat menunjukkan erupsi

    obat %ikstum

    0 #esi papuloesikuler dan berskuama dengan adanya riwayat obattopikal dapat menunjukkan dermatitis kontak 

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    32/41

    0 *uam ek$ema pada area yang terpapar matahari lebih mengarah

     pada reaksi %otoalergik 

    Di22$en%i!"di!&noi

    Alergi karena penyebab lain

    Peme$ik!!nPenunu3!n&

    • Uji in io

    . uji tusuk kulit

    . uji prookasi

    • Uji in itro

    • Uji diagnostik pada hipersensitiitas obat

    *eaksi imun Uji laboratorium Cerapi

    Cipe ! Uji kulit, *AC, serum

    triaptase

    'enghentian obat, epine%rin,

    antihistamin, kortikosteroidsistemik, bronkodilator,

    rawat * bila berat

    Cipe !! Uji @oombs direk dan

    indirek 

    'enghentian obat,

    kortikosteroid sistemik,

    trans%usi bila berat

    Cipe !!! #aju endap darah, @0

    reactie protein,

    kompleks imun,

    komplemen,

    autoantibodi, biopsi

     jaringan,imuno%luoresens

    'enghentian obat,

    antiin%lamasi non0steroid,

    antihistamin, atau

    kortikosteroid sistemik atau

     plasma%aresis bila berat

    Cipe !+ 'atch testing,

     pemeriksaan proli%erasi

    lim%osit

    'enghentian obat,

    kortikosteroid topikal,

    antihistamin atau

    kortikosteroid topikal bila

     berat

    T!%!"!k!n! 'enghentian pemakaian obat yang dicurigai menyebabkan alergi, lalu

    mengatasi gejala klinis yang timbul.

    Eduk!i 9eritahukan kepada pasien untuk selalu mengingat nama obat yang

    menyebabkan alergi sehingga sedapat mungkin menghindari pemakaian

    obat tersebut.

    Kom*"ik!i &apat terjadi perlekatan kulit, kontraktur, simble%aron, atau

    kebutaan bila tindakan pencegahan terlambat dilakukan

    P$o&noi 9aik, meskipun penghentian obat telah dilakukan, namun erupsi obat

    masih dapat muncul secara lambat, serta dapat memburuk.

    D!2%!$ke*u%!k!!n

    3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi anak.

    !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D./. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics. disi

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    33/41

    ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

    4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.

    DEPARTEMENIKA

    RSMHPALEMBANG

    I/FK*I +I1 "A/ AI"* PA"A A/AK  Kode ICD : B'0.=

    No Dokumen

    No.Revii1

    H!"!m!n :1 #

    P!ndu!n P$!k%ekK"ini

    T!n&&!" Revii'' (e)$u!$i '01'

    Di%e%!*k!n +"e,-Ke%u! Divii A"e$&i Immuno"o&i

    D$. um!"! He"m/- S*AK

    De2inii 'enyakit 2uman !mmunode%iciency +irus (2!+) adalah penyakit

    yang disebabkan oleh irus 2!+, yang menyerang sel imun tubuh,

    sehingga terjadi gangguan sistem imun tubuh. Acquired

    !mmunode%iciency yndrome (A!&) adalah penyakit yang

    menunjukkan adanya sindrom de%isiensiimun seluler sebagai akibat

    in%eksi 2uman !mmunode%iciency +irus (2!+).

    E%io"o&i HIV yaitu virus yang tergolong dalam keluarga retrovirus subkelompok lentivirus. Ada 2 tipe yaitu HIV1 HIV 2! yang"alaupun strukturnya berbeda tapi ge#ala klinis yangditimbulkannya sulit dibedakan. Antibodi yang terbentuk darikedua virus ini dapat bereaksi silang.

    P!%o&enei2!+ masuk sel melalui molekul @&5 pada permukaan sel seperti

    sel C@&5 dan sel makro%ag terjadi penurunan jumlah dan gangguan

    %ungsi sel C@&5 melalui e%ek sitopatik langsung dan e%ek sitopatik

    tidak langsung.

    • %ek sitopatik langsung

    4 #isis dan kematian sel C@&5 yang terjadi karena proses replikasiirus dalam sel C@&5

    4 'enimbunan &BA irus yang tidak terintegrasi ke genom host4 !nteraksi antara molekul 8p 3/: 2!+ dan molekul @&5 intra sel4 2ambatan maturasi sel prekursor C@&5 di dalam timus sehingga

    sel tersebut berkembang menjadi matur, sehingga sel C@&5

     peri%er menurun

    • %ek sitopatik tidak langsung

    4 'embentukan sel sinsitia

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    34/41

    4 Apoptosis sel C reakti% 4 &estruksi autoimun yang diinduksi 2!+

    4 'erubahan produksi sitokin sehingga menginduksi hambatanmaturasi sel prekursor C@&5 sehingga jumlah sel C@&5 peri%er 

     berkurang.

    @ara penularan

    'ada bayi dan anak, penularan 2!+ melalui ibu hamil yang mengidap

    2!+, dapat juga terjadi intrapartum dan melalui A!, trans%usi darah

    yang mengandung 2!+ atau produk darah yang berasal dari donor yang

    mengandung 2!+, jarum suntik yang tercemar 2!+ dan hubungan

    seksual dengan pengidap 2!+.

    -aktor risiko untuk tertular 2!+ pada bayi dan anak adalah

    4 9ayi dari ibu dengan pasangan biseksual

    4 9ayi dari ibu dengan pasangan berganti0ganti4 9ayi dari ibu atau pasangannya penyalah guna obat intraena4 9ayi atau anak yang mendapat tran%usi darah atau produk darah

     berulang0ulang

    4 9ayi atau anak yang terpapar denagn alat suntik1 tusuk bekas yangtidak steril

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    9erariasi sesuai tahapan penyakit

    4 anak yang lahir dari ibu pengidap 2!+4 kategori B asimptomatik 

    4 kategori A simptomatik ringan4 kategori 9 simptomatik sedang4 kategori @ simptomatik berat atau A!&

    K$i%e$i! Di!&noi   • &asar diagnosis

    4 anamnesa adanya %aktor risiko tertular 2!+4 gambaran klinis menunjukkan penuruan kekebalan4 adanya antibodi !g8 spesi%ik 2!+

    • #angkah diagnosis

    4 krining ibu hamil terhadap 2!+

    4 Memantau bayi yang lahir dari ibu dengan in%eksi 2!+ positi% 4 Memantau bayi yang telah dikenal terin%eksi 2!+4 &iagnosis ditegakkan jika ditemukan antibodi 2!+ dalam serum

     penderita

    4 'ada bayi baru lahir, jika antibodi 2!+ positi% tanpa gejala, harusdilakukan pemeriksaan ulang setiap 4 bulan sampai bayi berumur 

    37 bulan karena mungkin antibodi 2!+ diperoleh dari ibu secara

     pasi% selama dalam kandungan.

    4 &iagnosis in%eksi 2!+ pada bayi adanya antibodi spesi%ik !g82!+, menemukan &BA 2!+ (dengan '@*), antigen '/5 2!+

     pada darah bayi

    4 'emeriksaan darah tepi anemia, lekositopenia, lim%openia dantrombositopenia

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    35/41

    4 #im%osit @&5 menurun, @&D meningkat sehingga rasio@&51@&D menurun

    4 -ungsi sel C menurun   respons proli%erati% sel C terhadapantigen atau mitogen menurun, adanya anergi.

    0 adar imunoglobulin meningkat secara poliklonal. Cetapi

    meskipun terdapat hipergamaglobunemia, respons antibodispesi%ik terhadap antigen baru, seperti respons terhadap aksinasi

    di%teri, tetanus dan hepatitis 9 menurun.

    Indik!i R!8!% 'enderita 2!+ atau A!& dengan in%eksi berat dan keganasan, untuk 

    mengatasi in%eksi atau gejala simtomatis.

    T!%!"!k!n!• Memperbaiki kondisi penderita untuk mencegah in%eksi opotunistik,

    mengobati in%eksi yang terjadi dan mencegah penularan in%eksi 2!+

    dari penderita kepada tenaga kesehatan, lingkungan dan teman0

    temannya.

    • 'ada penderita asimtomatik, dijelaskan bahwa penyakitnya dapat

    menulari orang sekitarnya, dapat berkembang menjadi berat dan

     juka penderita wanita dijelaskan bahwa jika hamil kemungkinan

     besar anaknya akan menderita 2!+ juga.

    • 9elum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit A!&. +aksin

    untuk pencegahan juga belum.

    • Upaya pengelolaan terhadap pasien A!&

    3. 'emberian obat antiretroiral, prinsip

    0 erjasama pengasuh dan orang tua

    0 'enentuan satu pengasuh utama

    0 9ila keluarga sudah siap dan patuh  belum siap, kepatuhan buruk resistensi A*C

    0 riteria A*C menggunakan kriteria klinis dan imunologis

    /. *ekomendasi A*C

    0 #ini pertama / B*C! < 3 BB*C!   ?idoudin pilihan

    utama bila 2b D gr1dlAbacair atau taudin

    0 B*C! (umur 4: hari034 tahun)

    ?idoudin (A?C) dosis 3D:0/5: mg1m/1dosis (semua

    umur)

    #amiudin (4C@) dosis 5 mg1kg991dosis, /1hari (semua

    umur)

    &uiral (A?C

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    36/41

     bulan < bila ada gejala)

    0 99 dan C9 (tiap bulan selama 5 bulan, kemudian per /04

     bulan)

    0 'enghitungan dosis A*C (tiap bulan selama 5 bulan,

    kemudian per /04 bulan)

    0 >bat yang diminum bersamaan0 epatuhan minum obat

    5. aluasi respon terhadap A*C

    • Cindakan lanjut

    0 >bserasi keaadaan umum penderita, klinis dan laboratorium

    >bserasi munculnya komplikasi

    Eduk!i 'encegahan

    • Menghindari tingkah laku seksual yang menyimpang pada anak 

    remaja

    Mencegah kehamilan ibu yang sudah terineksi 2!+• Cidak menyuntik anak dengan jarum yang tercemar 

    • elekti% terhadap donor darah, mereka yang berprilaku resiko tinggi

    tertular 2!+ tidak dijadikan donor.

    Kom*"ik!i • omplikasi pada organ spesi%ik #ymphocytic !nterstitial

     pneumonitis (#!'), gangguan susunan sara% pusat, gangguan

     pertumbuhan dan endokrinologi, gangguan gastrointestinal dan

    nutrisi, mani%estasi hematologis dan keganasan.

    • !n%eksi in%eksi bakteri berulang, in%eksi mikobakteria, irus

     proto$oa, jamur dan in%eksi pneumonitis karnii.

    P$o&noi 'enyakit in%eksi 2!+ berakibat %atal, L7; meninggal dalam 4 tahun

    sejak diagnosis A!& ditegakkan.

    D!2%!$ ke*u%!k!!n

    3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi anak.

    !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics. disi

    ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    37/41

    DEPARTEMENIKA

    RSMHPALEMBANG

    ANAFILAKSIS Kode ICD : T=

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    38/41

    askuler, konstriksi otot polos dan lain0lainmenyebabkan gejala

    ana%ilaksis

    Reaksi anafilaktoid

    *eaksi sama seperti ana%ilaksis di mana terjadi pelepasan mediator danreaksi yang sama, namun tidak diperantarai !g

    misal 0 Aspirin dan BA!& à reaksi terjadi karena inhibisi

    siklooksigenase

    0 ontras radiologi à menyebabkan pelepasan

    mediator secara langsung

    !ndiidu terpapar kembali dengan antigen yang pernah kontaksebelumnya membentuk !g g spesi%ik, antigen tersebut berikatan

    silang dengan molekul !g spesi%ik yang terikat pada sel mast dan

     baso%ilsel mast dan baso%il terakti%asi dan mengalami degranulasi

    mediator yang terkandung dilepaskan pada saat degranulasi, seperti

    histamin dan triptase, dan membentuk mediator baru seperti

     prostaglandin dan #eukotrinmediator ini beraksi pada reseptor

    menyebabkan produksi mukus, pruritus, peningkatan permeabilitas

    askuler, konstriksi otot polos dan lain0lainmenyebabkan gejala

    ana%ilaksis

    Reaksi anafilaktoid

    *eaksi sama seperti ana%ilaksis di mana terjadi pelepasan mediator dan

    reaksi yang sama, namun tidak diperantarai !g

    misal 0 Aspirin dan BA!& à reaksi terjadi karena inhibisi

    siklooksigenase

    0 ontras radiologi à menyebabkan pelepasan

    mediator secara langsung

    Ben%uk K"iniK"!i2ik!i

    Cergantung organ dan derajat beratnya serangan, penderita harus

    dimonitor status respirasi dan kardioaskuler

    Kulit

    • -lushing, pruritus, urtikaria, angioedema, ruam morbili%ormis, pilor 

    erecti

    • *eaksi lokal

    0ral• 'ruritus pada bibir, lidah, palatum, edema pada bibir dan lidah,

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    39/41

    rasa seperti logam di mulut

    *aluran /afas (organ s#ok utama)

    • #aring pruritus dan rasa sesak pada tenggorokan, dis%agia,

    dis%onia, serak, batuk kering, gatal pada saluran telinga luar

    • 'aru na%as pendek, dispnu, dada sesak, batuk dalam, whee$ing

    • 2idung gatal, bengkak, rinore, bersin

    • Apabila lidah dan oro%aring terkena bisa terjadi sumbatan saluran

    na%as atas

    • tridor bila saluran atas terkena

    >bstruksi total saluran na%as merupakan penyebab kematian terbanyak

    Kardioaskuler

    • 'ingsan1sinkop, nyeri dada, disritmia, hipotensi

    • Cakikardia kompensata karena penurunan tonus pembuluh darah• ebocoran kapiler dapat menyebabkan kehilangan olume

    intraaskuler dan hipotensi

    3astrointestinal

    Mual, kolik, muntah, diare

    K$i%e$i! Di!&noi &iagnosis ditegakkan secara klinis, perlu dicari riwayat penggunaan

    obat, makanan, gigitan binatang, atau trans%usi. 'ada beberapa keadaan

    dapat timbul keraguan terhadap penyebab lain sehingga perlu

    dipikirkan diagnosis banding.

    #angkah diagnosis anamnesis yang cermat dan pemeriksaan %isik

    Di22$en%i!"di!&noi

    'ada reaksi sistemik ringan dan sedang urtikaria dan angioedema

    'ada reaksi sitemik berat, harus dipertimbangkan semua penyebab

    distres pernapasan, kolaps kardioaskular, dan hilangnya kesadaran

    antara lain adalah reaksi asoagal, dan serangan sinkop, in%ark

    miokard, reaksi insulin, dan reaksi histeria.

    T!%!"!k!n!

    • aluasi segera keadaan jalan na%as dan jantung, bila pasien

    mengalami henti jantung0paru, harus dilakukan resusitasikardiopulmoner.

    • Adrenalin (epine%rin)

    • !ntubasi dan trakeostomi bila terdapat sumbatan jalan na%as bagian

    atas oleh edema

    • Corniket kalau ana%ilaksis terjadi karena suntikan pada ekstremitas

    atau sengatan1gigitan hewan berbisa maka dipasang torniket

     proksimal di daerah suntikan atau tempat gigtan tersebut

    • >ksigen diberikan pada penderita yang mengalami sianosis, sesak 

    atau penderita dengan mengi.

    &i%enhidramin untuk mencegah reaksi berulang• @airan intraena untuk mengatasi syok pada anak 

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    40/41

    • Amino%ilin

    • +asopresor 

    • ortikosteroid, walaupun kortikosteroid tidak menolong pada

     penatalaksanaan akut reaksi ana%ilaksis, kortikosteroid berguna

    untuk mencegah gejala berulang

     

    'engobatan suporti% 

    Eduk!i 

    Eelaskan pada anak agar menghindari %aktor penyebab, misalnya

    makanan, obat0obatan dan lain0lain.

     

    Eelaskan pada guru0teman, pengasuh pada anak menderita reaksi

    ana%ilaksis terhadap makanan, obat0obatan dan lain0lain.

     

    'ersiapan obat adrenalin pada anak besar, dan dijelaskan dulu

    tentang cara pemakaiannyaP$o&noi 9onam

    D!2%!$ke*u%!k!!n

    3. Akib AA, Muna$ir ?, urniati B. 9uku ajar alergi imunologi anak.

    !katan &okter Anak !ndonesia edisi ke /. /::D.

    /. 9ehrman,B, liegman, Eenson. Belson Cetbook o% 'ediatrics. disi

    ke 3D. 'hiladelphia F9 aunders @o /::D.

    4. #eung, &onald GM, ampson 2A, 8eha *. 'ediatric Allergy

    'rinciples and 'ractice. 'ennsylania F9 aunders. /:3:.

  • 8/16/2019 SptlAl Im Baru

    41/41