skripsi - metrouniv.ac.id · 2020. 2. 7. · persembahan tiada kata yang pantas diucapkan selain...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENERAPAN AKUNTANSI SYARI’AH PADA PROGRAM
TABUNGAN MUDHARABAH DI BTM AL-AMIN METRO
Oleh :
EKA PURNAMASARI
NPM : 1287594
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Syari’ah dan Ekonomi Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
METRO
1438 H / 2017 M
SKRIPSI
PENERAPAN AKUNTANSI SYARI’AH PADA PROGRAM
TABUNGAN MUDHARABAH DI BTM AL-AMIN METRO
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi sebagai Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
EKA PURNAMASARI
NPM : 1287594
Pembimbing I : Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag
Pembimbing II : Liberty, SE., MA
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Syari’ah dan Ekonomi Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
METRO
TAHUN 1438 H /2017 M
PENERAPAN AKUNTANSI SYARI’AH PADA PROGRAM TABUNGAN
MUDHARABAH DI BTM AL-AMIN METRO
ABSTRAK
Oleh :
EKA PURNAMASARI
BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) merupakan amal usaha
Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari’ah dan kegiatan
muamalah berdasarkan syari’ah Islam. Dalam sistem oprasionalnya BTm
menggunakan akuntansi syariah dengan tujuan untuk identifikasi transaksi yang
kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran
transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan, segala aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di
dunia.
Pertanyaan penelitian adalah “Bagaimana Penerapan Akuntansi Syari’ah
Pada Program Tabungan Mudharabah di BTM Al-Amin Metro. Tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk perhitungan akuntansi syari’ah pada
program tabungan mudharabah di BTM Al-Amin Metro. Manfaat penelitian ini
adalah secara teoritis, adalah Menambah wawasan keilmuan mengenai bagi
tabungan mudharabah, khususnya di BTM Al-Amin Metro dan secara praktis,
adalah memberikan pengetahuan tentang metode perhitungan akuntansi syari’ah
dan memberikan pengetahuan tentang program tabungan mudharabah.
Metode dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif.
Jenis penelitian adalah penelitian lapangan dan sifat penelitian yang akan peneliti
gunakan ini adalah penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Adapun sumber data
yang digunakan yaitu sumber data primer adalah Komarudin, selaku manager dan
karyawan BTM AL-Amin Metro dan sekunder. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Analisa yang
digunakan yaitu dengan cara berfikir induktif. Peneliti dapat mengetahui
penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan mudharabah di BTM Al-
Amin Metro.
Adapun hasil dalam penelitian ini tentang penerapan akuntansi syari’ah
pada program tabungan mudharabah di BTM Al-Amin Metro. BTM Al-Amin
Metro tidak terlepas dari kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi juga ikut
berpengaruh dalam sistem bagi hasil. Kebijakan yang mempengaruhi bagi hasil
yaitu penyusutan. Penyusutan akan berpengaruh pada laba usaha bank apabila
menggunakan metode profit/loss sharing. Oleh karena itu, dalam program
tabungan BTM Al-Amin Metro menggunakan metode bagi hasil revenue sharing
agar penyusutan tidak mempengaruhi bagi hasil. BTM Al-Amin Metro
menggunakan metode profit/loss sharing, keuntungan yang didapat oleh bank
akan lebih sedikit karena dikurangi oleh akun penyusutan. Terbukti bahwa
perusahaan tersebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi
syariah karena perhitungan yang sesuai dengan teorinya.
MOTTO
ي الله عنه : قال رسول اللهي صلى الله عليهي وسلم هري رة رضي عن ابياعةي ري الس ر الامر ايلى غيي اهليهي فان تظي ايذاوسي
Artinya : Dari Abu Hurairah R.A. berkata : Rasulullah SAW bersabda
“Jika sesuatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka tunggulah akan kehancurannya”. (HR. Ahmad bin
Hambal) 1
1 Ahmad bin Hambal, Sunan Ahmad bin Hambal, Jilid III, Dar Al-Maktab Al-
Islamiyah, (Beirut: Lebanon), 1993, h. 361.
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa Syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan ilmu kepada peneliti, saya persembahkan Tugas Akhir ini
sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih saya yang tulus kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Ismanto dan Ibu Siti Hanisah yang tak
pernah lelah senantiasa mendorong, memotivasi dan mendoakan untuk
keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan Study.
2. Pembimbing terbaik Ibu Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag selaku
pembimbing I dan Ibu Liberty, SE. MA selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan skripsi ini.
3. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 yang telah memotivasi dalam
menyelesaikan studi.
4. Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri Metro.
Terima kasih saya ucapkan atas keikhlasan dan ketulusannya dalam
mencurahkan cinta, kasih sayang dan do’anya untuk saya. Terima kasih untuk
perjuangan dan pengorbanan kalian semua. Semoga kita semua termasuk orang-
orang yang dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Diantara salah satu
kesempurnaan-Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan.
Salawat dan salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam
sedunia tiada lain yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat
dan umatnya yang selalu berpegang teguh hingga akhir zaman.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini peneliti menyadari adanya halangan,
rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan, tentunya
tidak terlepas dari beberapa individu yang sepanjang penulisan Skripsi ini banyak
membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada
peneliti guna penyempurnaan Skripsi ini.
Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini peneliti ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga :
1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, Rektor IAIN Metro
2. Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Zumaroh, S.E.I, M.E.Sy selaku ketua program Diploma Tiga (D-III)
Perbankan Syariah.
4. Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag dan Liberty, SE., MA selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat
berharga serta mengarahkan dan memberikan motivasi kepada
peneliti.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan IAIN Metro yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta fasilitas selama peneliti
menempuh pendidikan
6. Tika Indriyati, A.Md selaku Manager BTM Al-Amin Kota Metro
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian serta
meluangkan waktunya kepada peneliti untuk memberikan
bimbingan maupun pengarahan untuk meneliti.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
tugas akhir ini sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga hasil penelitian yang telah
peneliti lakukan dapat bermanfaat bagi banyak pihak guna memenuhi ilmu
pengetahuan perbankan syariah.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Metro, 06 Juli 2017
Peneliti
Eka Purnamasari
NPM. 1287594
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ iv
HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN .............................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 10
D. Penelitian Relevan ............................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Akuntansi Syariah ................................................................................. 12
1. Pengertian Akuntansi Syariah .......................................................... 12
2. Prinsip Akuntansi Syariah ................................................................ 13
3. Tujuan Akuntansi Syariah ................................................................ 15
4. Fungsi Akuntansi Syariah ................................................................ 16
B. Bagi Hasil ............................................................................................. 18
1. Pengertian Mudharabah ................................................................. 18
2. Jenis-Jenis Mudharabah ................................................................. 20
3. Sistem Bagi Hasil dan Perhitungannya .......................................... 21
C. Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) ................................................ 22
1. Pengertian Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) ....................... 22
2. Perkembnagan BTM di Indonesia ........................................... 23
3. Sistem Oprasional BTM ............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................... 27
B. Sumber Data .................................................................................. 28
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 29
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ................................................. 30
E. Teknik Analisa Data ....................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BTM Al-Amin Metro .................................... 34
1. Sejarah Singkat BTM Al-Amin Metro ....................................... 34
2. Visi, Misi dan Tujuan BTM Al-Amin Metro ............................. 36
3. Kepengurusan ............................................................................. 37
4. Organisasi dan Kelembagaan ..................................................... 39
5. Produk BTM Al-Amin Metro .................................................... 38
6. Kantor dan Karyawan BTM Al-Amin Metro ............................ 42
B. Pelaksanaan Program Tabungan Mudharabah di
BTM Al-Amin Metro ................................................................. 43
C. Analisis Terhadap Penerapan Akuntansi Syari’ah Pada
Program Tabungan Mudharabah di BTM Al-Amin Metro ........ 51
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 55
B. Saran ................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Kepengurusan ........................................................................ 39
DAFTAR LAMPIRAN
I. Surat Bimbingan Tugas Akhir IAIN Metro
II. Surat Izin Research dari IAIN Metro
III. Surat Tugas dari IAIN Metro
IV. Surat Keterangan Penelitian dari BTM Al-Amin Metro
V. Kartu Konsultasi Skripsi
VI. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) merupakan amal usaha
Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari’ah dan kegiatan
muamalah berdasarkan syari’ah Islam. Dari segi namanya, “Baitul Tamwil”
berarti lembaga bisnis yang menjadi penyangga operasional BTM. Baitut
Tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat dalam bentuk
simpanan serta menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan
usaha dengan sistem jual beli, bagi hasil maupun jasa.
Baitut Tamwil melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
ekonomi.2
Di Indonesia, kegiatan Baitut Tamwil Muhammadiyah bisa dijalankan
oleh industri perbankan syariah maupun Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Kedua jenis lembaga keuangan pada prinsipnya memiliki kesamaan konsep
operasional, perbedaannya terletak pada bentuk badan hukum serta
konsekuensi yang mengikutinya sebagai badan hukum.
2 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah, (Yogyakarta:P3EI Press,2008), h 32
Penerapan akuntansi syariah di Indonesia baru muncul dan
perkembangan lembaga keuangan syariah pada saat itu menghimbau
agar semua sistem yang ada baik secara prinsip ataupun prakteknya
harus sesuai dengan tuntunan syariah tidak terkecuali dalam
pencatatan laporan keuangan yang ditandai dengan berlakunya PSAK
59 tentang akuntansi perbankan syariah. Bank syariah disukai para
nasabah karena sistem atau prinsip yang berkiblat atau berpatok pada
agama islam atau Al-Qur’an. Dalam prinsip syariah terutama pada
penerapan akuntansi syariahnya tidak boleh dikenakan bunga, karena
bunga dalam ajaran islam atau dalam hadist al-qur’an dapat
menimbulkan Riba yang artinya penambahan pendapatan secara tidak
sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang
tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau
dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah
penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok
pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).3
Penjelasan di atas dapat peneliti pahami bahwa akuntansi syariah
adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan
pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga
menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, segala aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk
dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 282
sebagai berikut: 4
3 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 4 Q.S Al-Baqarah (2) :282.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang
yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua
oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi
itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil
di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai
yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.” 5
Tafsir dari Q.S Al-Baqarah ayat 282 perintah ayat ini
ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi yang dimaksud
adalah mereka yang melakukan transaksi hutang-piutang, bahkan
yang lebih khusus adalah yang berhutang. Ini agar yang memberi
piutang merasa lebih tenang dengan penulisan itu, karena
menulisnya adalah perintah atau tuntunan yang sangat dianjurkan,
walau kreditor tidak memintanya. Perintah utang piutang dipahami
oleh banyak ulama sebagai anjuran, bukan kewajiban. Allah SWT
menegaskan: “Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menulisnya dengan adil.” Yakni dengan benar, tidak menyalahi
ketentuan Allah dan perundangan yang berlaku dalam masyarakat.
Tidak juga merugikan salah satu pihak yang bermuamalah,
sebagaimana dipahami dari kata adil dan di antara kamu. 6
Ayat ini mendahulukan penyebutan adil daripada penyebutan
pengetahuan yang diajarkan Allah. Ini karena keadilan, di samping
menuntut adanya pengetahauan bagi yang akan berlaku adil, juga
karena seseorang yang adil tapi tidak mengetahui, keadilannya akan
mendorong dia untuk belajar. Berbeda dengan yang mengetahui
tetapi tidak adil. Ketika itu pengetahuannya akan digunakan untuk
menutupi ketidakadilannya. Penggalan ayat ini meletakkan tanggung
jawab di atas pundak penulis yang mampu, bahkan setiap orang yang
memiliki kemampuan untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan
kemampuannya. Setelah menjelaskan tentang hukum penulisan
hutang piutang, penulis, kriteria, dan tanggung jawabnya. 7
Kemudian ayat selanjutnya adalah menyatakan nasihat,
janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya, baik yang
berkaitan dengan kadar hutang, waktu, cara pembayaran dan lain-
lain, yang dicakup kesepakatan bersama. Setelah menjelaskan
penulisan, maka uraian berikut adalah menyangkut persaksian, baik
dalam tulis menulis maupun selainnya. Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orng lelaki di antara kamu. Dua orang
saksi dimaksud adalah saksi-saksi lelaki yang merupakan anggota
masyarakat muslim, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
5 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terkemahnya, (Bandung : CV Diponegoro,
2008), h. 43. 6 Muhammad Ar-Rifa’i, “Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, Jilid 1, Penerjemah: Syihabuddin
(Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 462. 7 Ibid
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, yakni yang disepakati
oleh yang melakukan transaksi. Saksi adalah orang yang berpotensi
menjadi saksi, walaupun ketika itu dia belum melaksanakan
kesaksian, dan dapat juga secara aktual telah menjadi saksi. Jika
anda melihat satu peristiwa, katakanlah tabrakan, maka ketika itu
anda telah berpotensi memikul tugas kesaksian, sejak saat itu anda
telah dapat dinamai saksi walaupun belum lagi melakukan kesaksian
itu di pengadilan. Petunjuk-petunjuk di atas adalah jika muammalah
dilakukan dalam bentuk hutang-piutang. Tetapi jika ia merupakan
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada
dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; perintah di sini oleh mayoritas ulama
dipahami sebagai petunjuk umum, bukan perintah wajib. Saksi dan
penulis yang diminta atau diwajibkan untuk menulis dan
menyaksikan, tentu saja maempunyai aneka kepentingan pribadi atau
keluarga; kehadirannya sebagai saksi, dan atau tugasnya menulis,
dapat mengganggu kepentingannya.8
Di sisi lain, mereka yang melakukan transaksi jual beli atau
hutang piutang itu, dapat juga mengalami kesulitan dari para penulis
dan saksi jika karena menyelewengkan kesaksiasn atau menyalahi
ketentuan penulisan. Transaki perdagangan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai cara terselubung
untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin. 9
Berdasarkan Tafsir Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 Ayat
tersebut menganjurkan kepada manusia untuk mencatat apabila melakukan
suatu hutang piutang untuk menghindari perselisihan dikemudian hari apabila
terjadi suatu permasalahan yang timbul selama berjalannya transaksi hutang
sampai kepada suatu pelunasan. Apabila terjadi suatu masalah, catatan
perjanjian perlu dikaji kembali pada saat telah disepakati oleh kedua belah
pihak.
Allah SWT memperbolehkan umat manusia bermuamalah didalam
kehidupannya. transaksi muamalah dalam Islam dibagi menjadi dua yaitu
bermuamalah secara tunai dan bermuamalah secara tidak tunai. Dalam
bermuamalah diwajibkan untuk melakukan pencatatan dan saksi dengan
8 Ibid 9 Ibid
tujuan menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau penipuan (keraguan kedua
belah pihak) baik dalam berbagai transaksi.
Tabungan mudharabah adalah perkongsian antara dua pihak dimana
pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas
pengelolaan dana.10 Pendapat lain mengatakan bahwa tabungan adalah bentuk
simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini memberikan arti produk ini
dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabha membutuhkan.11
Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang disepakati bersama sejak awal. Tetapi, jika terjadi kerugian, shahibul
maal (pihak yang menyediakan dana) akan kehilangan sebagai imbalan dari
hasil kerjanya selama proyek berlangsung.
Berdasarkan survey yang peneliti lakukan Pada BTM Al-Amin Metro
bahwasannya kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Baitut Tamwil
Muhammadiyah (BTM) di Al-Amin Metro dan sekitarnya kini semakin
tinggi. Keberadaannya sebagai salah satu lembaga keuangan alternatif dan
partner bagi pengusaha kecil dan menengah serta masyarakat golongan
ekonomi lemah semakin mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat
bahkan menjadi tujuan utama di kota Metro karena tabungan mudharabah
yang ditawarkan cukup menguntungkan dan aman. Fungsi intermediasi yang
dijalankan BTM di Kota Metro dan sekitarnya, berupa kegiatan menghimpun
10 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah. (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 10. 11 Nur Rianto, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2010), 34
dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada
masyarakat.12
Sistem transaksi ekonomi pada BTM Al-Amin Metro mengutamakan
pola jual beli, bagi hasil, sewa, dan simpanan, sistem ini tidak memakai
bunga/riba namun menggunakan sistem bagi hasil. BTM Al-Amin Metro
memiliki beberapa produk diantaranya produk pendanaan yang salah satunya
adalah tabungan mudharabah. Tabungan mudharabah transaksinya hampir
sama dengan tabungan biasa akantetapi terdapat perbedaan yaitu bagi hasil
yang diberikan pihak BTM Al-Amin Metro kepada anggotanya. Tabungan
mudharabah merupakan simpanan untuk anggota berbentuk tabungan yang
diadakan oleh BTM Al-Amin Metro.13
Peneliti melakukan wawancara kepada manager BTM Al-Amin Metro
untuk mengetahui penerapan akuntansi syariah pada program tabungan, yaitu
bagi hasil dalam akuntansi syariah tidak diperbolehkan karena dapat
mengakibatkan riba. Dalam proses menabung di BTM Al-Amin Metro, pihak
bank melakukan negoisasi dan kesepakatan dengan pihak nasabah atau
pemilik dana tentang nisbah keuntungan yang telah ditentukan oleh BTM Al-
Amin Metro setahun sekali. Jika pihak nasabah menyetujui nisbah
keuntungan yang telah ditentukan dari pihak BTM Al-Amin Metro, maka
dilakukan hitam diatas putih atau surat persetujuan untuk menandai bahwa
12 Hasil Survey di BTM Al-Amin Metro , Pada Tanggal 27 November 2016. 13 Tika Indriati, selaku Manager BTM Al-Amin Metro, Wawancara, Pada Tanggal 27
November 2016.
telah terjadi persetujuan tentang bagi hasil yang di dapat oleh pihak pengelola
dana atau mudharib dan pihak nasabah atau pemilik dana (shahibul maal).14
Syarat dan ketentuan membuat tabungan mudharabah BTM Al-Amin
Metro antara lain:
1. KTP/Tanda penduduk lainnya.
2. Membayar Rp 20.000 (tanpa administrasi) masuk dalam buku
tabungan.
3. Setor minimal Rp 5000.
4. Dapat diambil sewaktu-waktu
5. Bagi hasil jangka waktu satu bulan.15
Peneliti memilih BTM Al-Amin Metro karena BTM Al-Amin Metro
bertindak sebagai lembaga ekonomi yang kegiatannya berupa pendanaan dan
pembiayaan dengan mengunakan sistem syariah yaitu dengan sistem bagi
hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak. Salah satunya adalah produk
tabungan yang bagi hasilnya berupa jumlah nominal.
Keberadaan lembaga syariah diharapkan dapat dimanfaatkan secara
optimal oleh masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup melalui produk
perbankan yang disediakan. Lembaga keuangan syariah menyedikan produk
tabungan mudharabah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya
kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara:
pemilik dana (rabbul maal) yang menyimpan uangnya dilembaga, lembaga
selaku pengelola dana (mudharib), dan masyarakat yang membutuhkan
pembiayaan dengan status peminjam dana atau yang menjalankan usaha.
14 Ibid. 15 Septi Lindasari Selaku Kasir Di BTM Al-Amin Metro, Wawancara, Pada Tanggal 02
Desember 2016, Pukul 09.00 WIB
Disisi yang lain, ketika lembaga keuangan syariah telah beroperasi
untuk pencatatan transaksi keuangannya diperlukan Standar akuntansi yang
berdasarkan dengan prinsip – prinsip syariah. Dengan menerapkan prinsip
standar akuntansi syariah merupakan kunci sukses bagi bank/lembaga
keuangan syariah untuk menjalankan sistemnya dalam rangka melayani
masyarakat. Standar akuntansi tersebut akan terlihat dalam sistem akuntansi
yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sistem laporan keuangan.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perhitungan bagi hasil dalam
program tabungan pada BTM Al-Amin Metro, maka peneliti tertarik untuk
meneliti masalah tersebut dengan judul “Penerapan Akuntansi Syari’ah Pada
Program Tabungan Mudharabah di BTM Al-Amin Metro”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian adalah
“Bagaimana Penerapan Akuntansi Syari’ah Pada Program Tabungan
Mudharabah di BTM Al-Amin Metro”?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk perhitungan akuntansi syari’ah
pada program tabungan mudharabah di BTM Al-Amin Metro.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Secara teoritis, adalah Menambah wawasan keilmuan mengenai bagi
tabungan mudharabah, khususnya di BTM Al-Amin Metro.
b. Secara praktis, adalah memberikan pengetahuan tentang metode
perhitungan akuntansi syari’ah dan memberikan pengetahuan tentang
program tabungan mudharabah.
D. Penelitian Relevan
Penelitian proposal skripsi ini peneliti menemukan beberapa skripsi
yang dapat dijadikan kajian terdahulu bagi peneliti, adalah:
Evina Suci Anggraini, judul skripsi Bagi Hasil Berjangka Produk
Mudharabah Mutlaqah Dalam Pespektif Ekonomi Islam.16 Penelitian ini
membahas tentang sistem bagi hasil yang menggunakan produk mudharabah
mutlaqah yang digunakan pada BMT untuk meningkatakan minat anggota
dalam menginvestasi sebagian uangnya pada BMT tersebut.
Naning Sudiarti, Judul skripsinya Keuangan BMT Fajar Metro Dilihat
Dari Sistem Akuntansi Islam.17 Penelitian ini membahas tentang sistem
pengelolaan keuangan pada BMT Fajar Metro dalan berbagai transaksinya
yang menggunakan akuntansi Islam.
Ahmad Hasyim, judul skripsinya Penggunaan Sisem Bagi Hasil pada
BMT Al-Hasanah Sumbergede Kecamatan Sekampung Ditinjau dari Ekonomi
16 Evina Suci Anggraini, judul skripsi Bagi Hasil Berjangka Produk Mudharabah Mutlaqah
Dalam Pespektif Ekonomi Islam”, Skripsi Jurusan Ekonomi Islam STAIN Jurai Siwo Metro, 2011. 17 Naning Sudiarti, Judul skripsinya Keuangan BMT Fajar Metro Dilihat Dari Sistem
Akuntansi Islam”, Skripsi Jurusan Ekonomi Islam STAIN Jurai Siwo Metro, 2011.
Islam.18 Penelitian ini membahas sistem bagi hasil yang merupakan produk
yang banyak diminati oleh anggota BMT Al-Hasanah Sumbergede dalam
menabung dan menginvestasikan sebagaian hartanya bertujuan mendapatkan
keuntungan dari sistem bagi hasil tersebut kemudian bagaimana tinjauan dari
ekonomi Islam.
Berdasarkan penelusuran pustaka yang peneliti lakukan terdapat
persamaan membahas tentang sistem bagi hasil dan sistem akuntansi Islam.
Namun terdapat perbedaan penelitian yaitu penelitian tersebut tidak
membahas tentang penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan
mudharabah, maka dapat dikatakan penelitian yang peneliti lakukan berbeda
dengan penelitian-penelitian yang sudah ada
18 Ahmad Hasyim, judul skripsinya Penggunaan Sisem Bagi Hasil pada BMT Al-Hasanah
Sumbergede Kecamatan Sekampung Ditinjau dari Ekonomi Islam., Skripsi Jurusan Ekonomi Islam
STAIN Jurai Siwo Metro, 2010.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuntansi Syariah
1. Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi tidak hanya memberikan informasi tetapi juga dapat
menafsirkan hasil yang berupa suatu keputusan yang merupakan
serangkaian proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan
informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan
dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (laporan arus kas
dan laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut.19
Pendapat lain mengatakan bahwa akuntansi dalam konsep syariah
Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum
yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber
syariah Islam dan dipakai sebagai aturan oleh seorang akuntan
dalam menjalankan profesinya, baik dalam pembukuan, analisis,
pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan dan menjadi pijakan
dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.20
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa
dalam transaksi perbankan syariah menggunakan akuntansi syariah sesuai
dengan ketentuan Islam. Oleh karena itu akuntansi syariah adalah suatu
19 Khoerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 332 20 Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010),
h.34.
proses dalam mengolah data keuangan pribadi/perusahaan berdasarkan
syariah/aturan hukum Islam. Akuntansi syariah lebih berorientasi kepada
masalah-masalah agama dan sosial. Orientasi penyajian informasi
akuntansi syariah diekspektasikan memberikan informasi yang lebih adil
bila dibandingkan dengan akuntansi modern.
Akuntansi syariah tidak hanya berfungsi sebagai tim audit tetapi
juga dapat sebagai tempat untuk menabung, meminjam modal yang
tanpa bunga, melayani dalam pemberi kartu kredit, pembuatan visa
untuk pembelanjaan keluar negeri, berbagai transaksi di luar negeri
sekaligus beribadah dan beramal melalui perbankan syariah .21
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran,
Sunah Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan
suatu peristiwa tertentu, dan Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan
dengan Syariah Islam.22
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kaidah-kaidah
dalam akuntansi syariah, memiliki ciri khusus yang membedakan dari
kaidah akuntansi konvensional. Ketentuan akuntansi syariah berdasarkan
norma-norma masyarakat Islami, dan bagian dari disiplin ilmu sosial yang
berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan akuntansi
tersebut.
2. Prinsip Akuntansi Syariah
Beberapa prinsip yang harus dipegang oleh bank syariah dalam
kegiatan operasi serta pelayanan terhadap masyarakat, antara lain :
21 http://www.beritasatu.com/blog/ekonomi/Penerapan_Akuntansi_Syariah diakses pada
tanggal 03 Desember 2016 Pukul 10.20 WIB 22 Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan
Syariah, Teori dan Praktik Kotemporer, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2009), h.16..
a. Prinsip persaudaraan (Ukhuwah), merupakan bentuk interaksi
sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan
secara umum dan saling tolong-menolong. Dalam transaksi syariah
meliputi berbagai aspek, yaitu saling mengenal, memahami,
menolong, menjamin, dan saling bersinergi.
b. Prinsip keadilan (‘Adalah), merupakan menempatkan sesuatu pada
tempatnya dan memberikan sesuatu pada yang berhak dan sesuai
posisinya. Implementasi keadilan dalam usaha berupa aturan
prinsip muamalah yang melarang unsur riba, dzulm, maysir,
gharar, ihtikar, najasy, risywah, ta’alluq , dan penggunaan unsur
haram dalam barang dan jasa, maupun dalam aktivitas operasi.
c. Prinsip kemaslahatan (maslahah), merupakan sesuatu yang harus
memenuhi dua unsur, yaitu halal (sesuai dengan syariah) dan
thayyib (bermanfaat dan mmbawa kebaikan).
d. Keseimbangan (Tawazun), menekankan pada manfaat yang didapat
dari transaksi syariah tidak hanya difokuskan pada pemegang
saham, melainkan padasemua pihak yang dapat merasakan manfaat
ekonomi.
e. Universalisme (syumuliyyah), merupakan transaksi syariah dapat
dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang ber
kepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras,
dan golongan. 23
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa konsep syariah
dapat dihubungkan dengan masalah akuntansi. Syariah adalah mencakup
seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik ekonomi, politik, sosial dan
filsafat moral. Dengan kata lain, syariah berhubungan dengan seluruh
aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya dalam hal akuntansi.
Prinsip Syariah menurut UU No.10/1998 adalah aturan perjanjian
berdasarkan hokum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.24
23 Ahim Abdurahim dan Aji Erlangga Martawireja, Akuntansi Perbankan Syariah Teori
dan Praktik Kontemporer. (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 62. 24 UU perbankan No.10 tahun 1998, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009) h.10.
Pendapat lain mengatakan bahwa prinsip akuntansi syariah terdapat
tiga komponen prinsip akuntansi syariah yaitu:
a. Prinsip pertanggungjawaban (accountability) pertanggungjawaban
manusia sebagai pelaku amanah Allah SWT di muka bumi.
Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang
terlibat dalam praktek bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat
kepada pihak-pihak yang terkait. Wujud pertanggungjawabannya
biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.
b. Prinsip Keadilan, berkaitan dengan praktik moral, seperti kejujuran
yang merupakan faktor yang sangat dominan.
c. Prinsip Kebenaran, aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik
apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan
menciptakan keadilan mengakui, mengukur dan melaporkan
transaksi-transaksi ekonomi.25
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip
syariah harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam agar
tidak merugikan satu sama lain yang bertujuan untuk mensejakterakan
umat manusia terutama dalam bermuamalah, piutang dan lain-lain yang
didalamnya sudah ditentukan dalam Al-Qur’an.
3. Tujuan Akuntansi Syariah
Dalam menerapkan akuntansi syariah sesuai dengan ketentuan
Islam maka harus mempunyai tujuan agar tujuan tersebut tercapai sesuai
dengan kebutuhannya.
Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis
dengan wawasan humanis, emansipatoris, transcendental dan
teleological.26
25 Muhammad, Pengantar Akuntansi, h. 57. 26 Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah , (Depok : Ghalia
Indonesia, 2005), h.72
Tujuan akuntansi menurut Islam adalah upaya mencari keridhoan
Allah SWT sebagai tujuan utama dalam menentukan keadilan
sosial ekonomi sesuai perintah Allah dalam Al-Qur’an dan Hadis
yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah dalam bermuamalah
serta mementingkan kepentingan kemaslahatan masyarakat umum
dengan menjaga hak-hak mereka agar tidak terzhalimi.27
Akuntansi syariah digunakan untuk melakukan transaksi syariah
yang meliputi pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian, dan
penyajian di laporan keuangan. 28
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa akuntansi
syariah dapat dikatakan sebagai kegiatan pencatatan, penggolongan dan
pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan Allah SWT.
4. Fungsi Akuntansi Syariah
Lembaga keuangan syariah pada saat itu menghimbau agar semua
sistem yang ada baik secara prinsip ataupun prakteknya harus sesuai
dengan tuntunan syariah tidak terkecuali dalam pencatatan laporan
keuangan yang ditandai dengan berlakunya PSAK 59 tentang akuntansi
perbankan syariah. Bank syariah disukai para nasabah karena sistem atau
prinsip yang berkiblat atau berpatok pada agama islam atau Al-Qur’an.
Dalam prinsip syariah terutama pada penerapan akuntansi syariahnya tidak
boleh dikenakan bunga, karena bunga dalam ajaran Islam atau dalam
27 Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi, h. 41 28 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2004), h. 54.
hadist Al-Qur’an dapat menimbulkan riba yang artinya penambahan
pendapatan secara tidak sah (batil).
Fungsi akuntansi dalam perbankan sebagai berikut:
a. Accrual basis didalam pencatatan biaya.
b. Cash basis didalam pencatatan pendapatan.
c. Dasar rancang bangun akuntansi perbankan.
d. Harus adanya perincian dari asetnya sehingga dapat
menggambarkan jumlah dana yang diinvestasikan pada masing-
masing aset tersebut.
e. Harus ada perincian dari utang-utangnya yang disusun menurut
jatuh waktunya dan tingkat kekekalannya.
f. Dapat menggambarkan laba/rugi yang diperoleh dari hasil
kegiatannya dengan jelas.
g. Menyediakan informasi secara periodik mengenai efisiensi dari
hasil kegiatan usahanya.
h. Ada sistem internal control yang ketat.
i. Dapat meyediakan data untuk penguasa moneter.
j. Dasar-sadar penyusunan rekening stelsel bank.
k. Rekening aset disusun atas dasar tingkat likuiditasnya.
l. Rekening utang bank disusun atas dasar urutan pemakaiannya atau
urutan jatah waktunya.
m. Rekening modal disusun berurutan atas dasar urutan
kekekalannya.
n. Rekening income/expense bank disusun berurutan atas dasar urutan
ranking byang paling besar atau berurutan dari tingkat prioritasnya
kegiatan utama dari bank yang bersangkutan.29
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa konsep syariah
dapat dihubungkan dengan masalah akuntansi. Syariah adalah mencakup
seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik ekonomi, politik, sosial dan
filsafat moral. Dengan kata lain, syariah berhubungan dengan seluruh
aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya dalam hal akuntansi.
29 Mia Lasmi Wardiah, Dasar-dasar Perbankan (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 105
B. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Bank syariah menggunakan produk mudharah untuk menarik
minat dari para anggota dengan tujuan menabung atupun menginvestasikan
sebagian harta anggotan yang nominalnya dan jangka waktunya ditentukan
oleh pihak bank syariah .
Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau lebih
tepatnya proses seseorang meukulkan kakinya dalam perjalanan usaha.
Secara teknis mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).30 Pendapat lain mengatakan
bahwa mudharabah adalah akad perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan kerjasama usaha.31
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa mudharabah
merupakan investasi atau tabungan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati dan tidak dapat
ditarik dengan dengan cek atau semacamnya.
Mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiaayaan atau
pendanaan, seperti pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan
mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka. Dana
tersebut juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito
spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.32
30 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lemabga
Keuangan Syariah , (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.173. 31 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2014), h.83 32 Mia Lasmi Wardiah, Dasar-dasar Perbankan, h. 95.
Mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiaayaan atau
pendanaan, seperti pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan
mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka. Dana tersebut juga
dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan
nasabah untuk usaha tertentu.33
Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-
prinsip akad mudharabah. Diantaranya keuntungan dari dana yang
digunakan harus dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini
nasabah) dan mudharib (dalam hal ini bank) dan adanya tenggang
waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan.
Karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu
diperlukan waktu yang cukup.34
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa mudharabah
merupakan investasi atau tabungan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati dan tidak dapat
ditarik dengan dengan cek atau semacamnya.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional dari
jumlah modal, yaitu pemilik modal. Kerugian yang timbul disebabkan oleh
kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.35
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa
investasi mudharabah merupakan investasi yang dilakukan oleh pihak
pemilik dana atau pemodal kepada pihak pengguna dana untuk melakukan
33 Ibid. 34 Muhammad Antonio Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani
Press, 2001), h. 54 35 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum, h. 173.
suatu usaha. Hasil usaha yang dilaksanakan pengelola dana atau pengguna
dana akan dibagi dengan pemilik dana dengan pembagian sesuai dengan
kesepakatan diantaranya.
Sistem bagi hasil merupakan suatu amanat yang diberikan anggota
BMT kepada karyawan BMT untuk mengelola tabungan anggota tersebut.
Amanat atau pesan merupakan hal yang sangat penting oleh karena itu
amanat harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya, dan jika
menetapkan hukum maka harus menetapkan hukum secara adil. Apabila
tidak bisa menetapkan hukum secara adil Allah Maha Mendengar dan Maha
Melihat atas segala yang dilakukan oleh manusia.
2. Jenis-Jenis Mudharabah
Berdasarkan jenisnya mudharabah dapat dibedakan menjadi dua
sebagai berikut:
a. Mudharabah Muthlaqah merupakan akad perjanjian antara dua
pihak yaitu shahibul maal dan madharib, yang mana shahibul maal
menyerahkan sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada
madharib untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah.
shahibul maal tidak memberikan batasan jenis usaha, waktu yang
diperlukan, strategi pemasarannya, serta wilayah bisnis yang
dilakukan. shahibul maal memberikan kewenangan yang sanga
besar kepada madharib untuk menjalankan aktivitas usahanya.
b. Mudharabah Muqayyadah merupakan akad kerjasama usaha
antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai pemilik dana
(shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana
(madharib). shahibul maal menginvestasikan dananya kepada
madharib, dan memberi batasan atas penggunaan dana yang
diinvestasikannya. Batasanya antara lain tentang tempat dan cara
berinvestasi, jenis investasi, objek investasi dan jangka waktu.36
36 Ismail, Perbankan Syariah, h. 84.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Mudharabah
Muthlaqah adalah seseoranng yang menginvestasikan sepenuhnya atas dana
yang diinvestasikan kepada pengelola untuk mengelola usahanya sesuai
dengan prinsip syariah tanpa memberikan batasan tertentu sedangkan
Mudharabah Muqayyadah kerjasama yang dilakukan oleh pemilik dana
dan pihak kedua sebagai pengelola dana. Namun pemilik dana
menginvestasikan dananya kepada pengelola dengan memberikan batasan
tempat, cara berinvestasi, jenis investasi, objek investasi dan jangka waktu.
3. Sistem Bagi Hasil dan Perhitungannya
Bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung
maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank
akan bertindak sebagai mudharib „pengelola‟, sedangkan penabung
bertidak sebagai shahibul maal „penyandang dana‟. Antara keduanya
diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan
masing-masing pihak.37
Rumusan perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah
sebagai berikut :
Pendapatan Penyimpanan Dana x 365
Rata-rata setahun saldo harian Umur bulan yang bersangkutan.38
37 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah h. 137 38 Nurul Huda, Dkk , Baitul Mal Wa Tamwil, (Jakarta : Amzah, 2016), h.152
C. Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM)
1. Pengertian Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM)
Salah satu cabang muamalah yaitu tentang kegiatan ekonomi,
seperti jual beli, sewa menyewa, utang piutang dan kegiatan lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu
bergaul dengan manusia lain pasti pernah bahkan sering melakukan
aktivitas atau kegiatan ekonomi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam bermuamalah umat manusia harus sesuai dengan dasar
hukum yang bernilai ibadah.
BTM (Baitut Tamwil Muhamadiyah) merupakan lembaga
keuangan mikro syariah yang dipayungi oleh persyarikatan
Muhammadiyah. BTM atau Baitut Tamwil Muhammadiyah (Amal usaha
Muhammadiyah) yang merupakan lembaga keuangan mikro yang mampu
menembus pasar keuangan masyarakat usaha kecil dan menengah, BTM
mampu menjadi salah satu pendorong ekonomi umat dan banyak
membantu masyarakat untuk memperbaiki perekonomian, khususnya
dalam hal permodalan usaha kecil maupun peminjaman uang untuk
kebutuhan sehari-hari. 39
Baitut Tamwil melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha
39 http://www.wordpress.com/blog/Pengertian BTM diakses pada tanggal 06 Januari 2017
Pukul 17.00 WIB
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
ekonomi.40
Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan Islam yang usaha
pokoknya mengimpun dana dari pihak lain (anggota/deposan) dan
menyalurkan kepada yang memerlukan melalui pembiayaan-pembiayaan
untuk usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil.41 Menurut
pendapat lain mengatakan bahwa Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan
yang kegiatannya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
yang bersifat profit motive. 42
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa
BTM atau Baitut Tamwil Muhammadiyah (Amal usaha Muhammadiyah)
yang merupakan lembaga keuangan mikro yang beroperasi sebagai badan
usaha yang mana memberikan pelayanan yang dapat membantu
usahausaha para pedagang kecil atau sebagai penambah modal usaha.
Dalam kaitannya tersebut tidak hanya menyalurkan dana, tetapi juga
melakukan penghimpunan dana serta menyediakan produk jasa.
2. Perkembangan BTM di Indonesia
BTM yaitu lembaga keuangan mikro yang beroprasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah artinya semua transaksi keuangan
dilakukan dengan akad sesuai syariat tersebut. Sedangkan kedudukan
40 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah, (Yogyakarta:P3EI Press,2008), h 32 41 Muhammad Syaini Usman, Petunjuk Praktis Mendirikan Baitul Maal dan Baitut Tamwil
(BMT) di Lingkungan Perserikatan Muhamadiyah, (Jakarta: Yayasan Baitul Maal Muhamadiyah,
2002), h. 8 42 Ahmad Dahlan, Lembaga Mikro dan Pembiayaan Mudharabah (Yogyakarta: Global
Pustaka Utama Yogyakarta, 2004), h. 9.
lembaga keungan tersebut merupakan amal usaha Ekonomi
Muhammadiyah. BTM dibangun dengan mengambil konsep dasar Baitul
Maal Wat-Tamwil yang merupakan gabungan antara Baitul Tamra
komersial dan wil, unit yang menjalankan pembiayaan secara komersial
Baitul Mal unit yang menjalankan pembiayaan non komersial-sosial
dengan dana yanng bersumber dari titipan zakat, infak dan shodaqoh.43
Untuk membangun kembali ekonomi mikro berbasis kerakyatan,
Muhammadiyah akan membangun jaringan Baitul Tamwil Muhammadiyah
(BTM) di seluruh Indonesia. Muhammadiyah telah menetapkan beberapa
program prioritas di bidang ekonomi diantaranya menumbuhkan,
mengembangkan lembaga keuangan mikro dengan membangun jaringan
Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM) di seluruh Indonesia tujuannya
untuk mendorong pertumbuhan sektor UKM dan kewirausahaan melalui
penciptaan permodalan, peningkatan wawasan, profesionalitas dan
manajemen. Dalam waktu 2-3 bulan mendatang akan berdiri mini market di
sejumlah wilayah. Mini market yang dibentuk Muhammadiyah itu
rencananya akan bekerja sama dengan sebuah perusahaan mini market
yang sudah ada. 44
BTM didirikan oleh warga Muhammadiyah beranggotakan orang-
per orang (bukan badan hukum) yang bisa seluruhnya atau sebagian di
antaranya adalah Persyarikatan Muhammadiyah, dan beroprasi di
lingkungan Muhammadiyah, di mana terdapat para pengusaha kecil dan
43 Muhammad Syaini Usman, Petunjuk Praktis, h. 16 44 http://www.beritasatu.com/blog/ Perkembangan BTM diakses pada tanggal 05 Januari
2017 Pukul 12.50 WIB
mikro yang menjadi anggotanya. BTM dapat melayani seluruh lapisan
masyarakat, ini sebagai bukti konsep rahmatan lil’alamiin
Muhammadiyah.
Untuk menjaga ruh atau idiologi Muhammadiyah, pengurus dan
pengawas BTM merupakan representasi Muhammadiyah. Aturan ini tidak
boleh tertera di dalam Anggaran Dasar BTM tetapi dapat diatur dalam
Anggaran Rumah Tangganya. Di samping kepemilikan melalui
perseorangan, Muhammadiyah akan mendapat bagian dari laba/SHU setiap
tahun sebagai syirkah wujuh dan dana dana da’wah BTM atau sejenis
Corporate Social Responsibility, yang diatur dalam bab tersendiri. 45
3. Sistem Oprasional BTM
Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) adalah lembaga keuangan
Islam yang usaha pokoknya mengimpun dana dari anggota dan
menyalurkan kepada anggota lain yang memerlukan melalui pembiayaan-
pembiayaan untuk usaha yang produktif dan investasi dengan
menggunakan sistem bagi hasil. Dari sistem operasionalnya BTM sebagai
berikut:
a. Visi dan misinya ekonomi.
b. Sebagai mediator antara penabung dengan pihak yang
memerlukan dana.
c. mencari keuntungan dari operasinya berdasar ketentuan
syariah.
d. Biaya operasionalnya dari keuntungan usahanya.
e. Wajib zakat atas keuntungan usahanya.46
45 Muhammad Syaini Usman, Petunjuk Praktis, h. 31 46 Iwan Tri Yuwono, Organisasi dan Akuntansi Syariah, (Yogyakarta : 2002) h. 194.
Pendapat lain mengatakan bahwa sistem oprasional BTM adalah
mengimpun dana dari anggota dan menyalurkan kepada yang memerlukan
melalui pembiayaan-pembiayaan untuk usaha produktif dan investasi
dengan sistem bagi hasil.47 Pendapat lain mengatakan bahwa baitul tamwil
ialah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil ke bawah dan kecil
dengan mendorong kegiatan menabung dan meminjam pembiayaan
ekonomi.48
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa BTM adalah
lembaga keuangan syariah yang bantuan kepada para pedagang untuk
menambah modal usaha agar usaha yang ditekuni berkembang. BTM
mempunyai sistem oprasional menyalurkan dana dan menghimpun dana
serta menyediakan produk jasa.
47 Muhammad Syaini Usman, Petunjuk Praktis, h. 9 48 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama, (Jakata: Kencana, 2012), h. 365
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi (pengukura).49 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
pemecahan masalahnya dengan mengguna kan data empiris.50
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian yang berusaha untuk mengembangkan konsep,
pemahaman, teori dari kondisi lapangan dan berbentuk deskripsi. Penelitian
kualitatif ini suatu penelitian yang mendeskripsikannya melalui bahasa non-
numerik dalam konteks dan paradigma alamiah. Penggunaan paradigma
alamiah mengasumsikan bahwa kenyataan-kenyataan empirik terjadi dalam
konteks sosio kultural yang saling terkait satu sama lain.
2. Sifat Penelitian
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.51
49Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami,
(Yogyakarta: Pustaka Baru, 2014), h.19 50Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
(Bandung: Refika Aditama, 2011) h.20 51 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011) h. 54
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan secara sistematis fakta
dan karakteristik objek atau subjek yang teliti secara tepat. Peneliti akan
mengungkap fenomena atau kejadian dengan cara menjelaskan,
memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci
melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/angka. Dengan jenis penelitian
deskriptif dan menggunakan pendekatan fenomenologi maka dapat
diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif.
B. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.52 Sumber
datanya dapat diperoleh berdasarkan dari dua sumber yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian dengan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.53 Pendapat
lain mengatakan bahwa sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. 54
Sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu
Manager, Bagian Administrasi Umum dan Keuangan BTM AL-Amin
Metro.
52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 172. 53 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 91
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2015), h. 224.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen. 55
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa sumber data
sekunder adalah sumber data kedua yaitu sumber data yang diperoleh dari
sumber lain yang tidak berkaitan secara langsung, antara lain :
a. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah.
Bandung : Alfabeta, 2009.
b. Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010.
c. Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi
di Lemabga Keuangan Syariah ,Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
d. Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada media Group,
2014.
e. Iwan Tri Yuwono, Organisasi dan Akuntansi Syariah, Yogyakarta :
2002.
C. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti untuk memperoleh data yang objektif dan valid, berkaitan
dengan penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan mudharabah di
BTM Al-Amin Metro. Maka digunakan beberapa metode ilmiah sebagai
landasan untuk mencari pemecahan terhadap permasalahan tersebut.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
55Ibid
antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).56
Secara fisik wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
b) Wawancara tidak terstruktur yaitu dalam wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.57
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menggunakan wawancara
terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Teknik interview
atau wawancara disini peneliti gunakan untuk mencari keterangan dan
data tentang penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan
mudharabah di BTM Al-Amin Metro.
Peneliti akan melakukan wawancara kepada Tika Indriyati, A.Md
Selaku Manager dan Septi Lindasari, S.Pd, selaku Bagian Administrasi
Umum dan Keuangan BTM AL-Amin Metro.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah berupa barang-barang tertulis, seperti buku
harian, majalah, dokumen, notulen rapat dan lain-lain.58
56 Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h. 19. 57Sugiyono, Metode Penelitian, h.138 58 Moh Nazir, Metode Penelitian, h.149
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dokumentasi
adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui berbagai catatan.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang
sejarah berdirinya, Visi, Misi dan tujuan serta stuktur organisasi, BTM
AL-Amin Metro.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif ialah penelitian yang
dilaksanakan tanpa mengadakan manipulasi kedaan atau situasi yang
diharapkan menjadi dasar timbulnya data tersebut.59 Pendapat lain
mengatakan bahwa seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif
biasanya berorentasi teoritis.60
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa penelitian deskriptif bermakna
segala konsep dan teori yang ada atau diperoleh, diungkapkan secara apa
adanya tanpa harus ada rekayasa atau pemanipulasian data. Peneliti
menggunakan konsep dan teori dari berbagai referensi atau rujukan dalam
mengungkapkan tentang penerapan akuntansi syari’ah pada program
tabungan mudharabah tetap bersumber primer pada referensi atau rujukan
utama yang telah ditentukan, serta bersumberkan pada referensi atau rujukan
penunjang yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.
Uji keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan
dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Uji keabsahan
data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses
59 Muhammad, Metodologi Penelitian, h. 59 60 Lexy. G. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 23
perolehan data penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir
dari suatu penelitian. Peneliti akan menguji kredibilitas data pada penelitian
kualitatif (kalibrasi) dengan menggunakan uji kredibilitas triangulasi.
Triangulasi adalah pengujian krebilitas yang diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Sedangkan uji kredibilitas data dengan triangulasi sumber yaitu data
dapat diambil dari manager, karyawan dan anggota BTM Al-Amin Metro.
Triangulasi tersebut dapat dilakukan pada berbagai kesempatan. Apabila data
yang diberikan oleh dan manager tidak sama dengan data yang diberikan oleh
dan Bagian Administrasi dan Keuangan, maka data tersebut belum kredibel
dan sebaliknya. Apabila data yang diberikan manager sama dengan data yang
diberikan oleh Bagian Administrasi dan Keuangan, maka data tersebut sudah
kredibel.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang
mengharuskan peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan
pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah.612
Penelitian kualitatif lapangan bertujuan untuk meneliti dan mengetahui
penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan mudharabah.
Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data secara
induktif, yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian
dianalisis dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum.
61. Ibid..
Induksi adalah cara berfikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.11
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan pola, menentukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
akan diceritakan kepada orang lain.62
Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, maksudnya sumber data yang diperoleh itu tertulis atau ungkapan
dan tingkah laku yang diobservasikan dari manusia.63 Data yang diperoleh
dari wawancara dan dokumentasi dari BTM Al-Amin Metro akan diolah
dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Metode kualitatif maksudnya data yang diperoleh diuraikan
sedemikian rupa dan disertai pembahasan dan kemudian hasil analisa tersebut
dilaporkan dalam bentuk laporan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan keterangan
dengan mengacu pada berbagai teori dengan pokok masalah.
Analisa yang digunakan yaitu dengan cara berfikir induktif, peneliti
dapat mengetahui penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan
mudharabah di BTM Al-Amin Metro. Berfikir induktif adalah suatu cara
berfikir yang berawal dari fakta-fakta yang khusus dan konkrit kemudian dari
fakta atau peristiwa tersebut ditarik kesimpulan.
11. Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Cet. 2, (Yogyakarta: UIN-
Maliki Press, 2010), h. 193. 62 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, h. 248 63Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), h. 16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. ................................................................................................................. G
ambaran Umum BTM Al-Amin Metro
1. Sejarah Singkat BTM Al-Amin Metro
Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Al-Amin Metro merupakan
lembaga ekonomi Islam yang berupaya mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Prinsip syariah artinya, semua transaksi keuangan
dilakukan dengan akad sesuai syariat Islam.
Kedudukan BTM Al-Amin adalah sebagai salah satu Amal Usaha
Ekonomi Muhammadiyah. Secara prinsip kedudukan BTM Al-Amin sama
seperti Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang lain seperti sekolah,
rumah sakit dan panti asuhan, tetapi karena ini lembaga merupakan
lembaga bisnis, maka manajemen memiliki kewenangan penuh dalam
pengelolaan BTM. Sebagai bukti konsep rohmatan lil’alamiin dalam
menjalankan usahanya, aktivitas BTM Al-Amin diarahkan untuk
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro, kecil dan menengah
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
64
64 Dokumentasi, BTM Al-Amin Kota Metro, Tahun 2016
Pendirian BTM Al-Amin Kota Metro diawali dengan adanya rapat
pleno yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah
(PCM) Metro Timur dan merupakan salah satu agenda program kerja dari
majelis ekonomi kewirausahaan. Atas dasar tersebut maka tanggal BTM
Al-Amin dan sekaligus penunjukan personalia kepengurusan BTM. 65
Berdasarkan rapat yang diadakan pada tanggal 5 Februari 2013 ini
diperoleh keputusan bahwa pendirian tersebut dikuasakan kepada 3 orang,
yaitu:
a. Suyanto, SE., M.Si., CA. sebagai ketua
b. Munawar MK. sebagai sekretaris
c. Haryanto, S.Pd. sebagai bendahara. 66
BTM Al-Amin Kota Metro secara resmi didirikan pada tanggal 29
Mei 2013 dengan jumlah pendiri sebanyak 27 orang dan modal awal Rp
40.000.000. dalam menjalankan usahanya, BTM Al-Amin akan selalu
berupaya memberikan pelayanan prima kepada anggota yang dirangkai
dalam kata AMIN, yaitu: Aman (jaminan keamanan), Mudah (jaminan
kemudahan), Islami (sesuai khaidah Islam), dan Nyaman (jaminan
kenyamanan). BTM Al-Amin memiliki motto yaitu: Solusi Utama
Masalah Keuangan Umat. 67
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti jelaskan bahwa BTM Al-
Amin Kota Metro secara resmi didirikan pada tanggal 29 Mei 2013 dan
memiliki banyak investor dari berbagai kalangan masyarakat yang
65 Dokumentasi, BTM Al-Amin Kota Metro, Tahun 2016 66 Ibid 67 Ibid
menginginkan berdirinya BTM Al-Amin Kota Metro dan melakukan
berbagai transaksi perbankan dengan tujuan untuk membantu dalam
menggunakan berbagai transaksi dalam menjalankan usahanya, memenuhi
kebutuhannya dan menginvestasikan harta yang dimiliki anggota BTM Al-
Amin Kota Metro tersebut. Pihak BTM Al-Amin Kota Metro mempunyai
prinsip dalam mengembangkan jasa perbankan antara lain Aman, Mudah,
Islami dan Nyaman, dengan prinsip tersebut menjadi alat untuk menarik
masyarakat untuk menjadi anggota di BTM Al-Amin Kota Metro.
2. Visi, Misi dan Tujuan BTM Al-Amin Metro
a. Visi
BTM Al-Amin memiliki visi yaitu Terwujudnya Lembaga
Keuangan Yang Handal dan Menjadi Solusi Utama Masalah
Keuangan Umat dengan Mengutamakan Prinsip Syariah. 68
b. Misi
1) Turut serta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umat khususnya
bagi anggota melalui pelayanan simpanan, investasi dan pembiayaan.
2) Menyelenggarakan pelayanan prima kepada anggota secara efektif dan
efisien serta berpedoman pada kaidah-kaidah Islam.
3) Menyelenggarakan manajemen lembaga keuangan syariah secara
profesional dan didukung dengan Sumber Daya Ekonomi yang
memadahi. 69
c. Tujuan
68 Ibid. 69 Ibid
1) Meningkatkan pendapatan para anggota melalui produk simpnan,
investasi maupun pembiayaan produktif secara islami.
2) Menumbuhkan usaha-usaha ekonomi baru yang potensial melalui
program pendampingan.
3) Menjadi mediator bagi masyarakat yang mampu secara financial
dengan masyarakat yang membutuhkan.
4) Menjadi lembaga pengelola simpanan pendidikan yang handal dalam
rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
perencanaan financial pendidikan. 70
Dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu perencanaan
dan tindakan yang nyata untuk dapat mewujudkannya, secara umum visi
dan misi dapat dikatakan suatu konsep perencanaan yang disertai dengan
tindakan sesuai dengan apa yang direncanakanuntuk mencapai suatu tujuan.
Visi merupakan suatu pandangan tentang perbankan antara lain
tujuan-tujuan perusahaan yang terdiri dari ide kreatis dalam kemajuan BTM
Al-Amin Kota Metro dan apa saja yang harus dilakukan oleh perbankan
untuk mencapai tujuan tersebut sedangkan misi adalah pernyataan yang
tentang gambaran keadaan dan karakterisik yang ingin dicapai oleh suatu
lembaga khususnya perbankan syariah dimasa yang akan datang. Apabila
visi dan misi berjalan seiringan sesuai dengan perkembangan teknologi dan
zaman maka tujuan BTM Al-Amin Kota Metro akan tercapai.
3. Kepengurusan
70 Dokumentasi, BTM Al-Amin Kota Metro, Tahun 2016
Berdasarkan Akta pendirian No. 40 tanggal 29 Mei 2013 bahwa
susunan kepengurusan BTM Al-Amin Kota Metro sebagai berikut:
a. Pengawas Syariah sebagai berikut:
1) H. Sabirin, S.Ag.
2) H. Ahmad Rasyid Sidiq, S.Pd.I.
3) H. Mashuri DM. 71
b. Pengawas Manajemen sebagai berikut:
1) Ratmono, SE., M.M.
2) Ir. Agus Surandono
3) Bekti Satriadi, S.Pd., M.Pd. 72
c. Pengurus sebagai berikut:
1) Ketua : Suyanto, SE., M.Si., Akt., CA.
2) Wakil Ketua I : Nedi Hendri, SE., M.Si., Akt., CA.
3) Wakil Ketua II : Komarudin, S.Pd., M.Pd.
4) Sekretaris : Munawar MK.
5) Wakil Sekretaris : Kholid MD, S.Ag
6) Bendahara : Haryanto, S.Pd.
7) Wakil Bendahara : Hary, SE. 73
Peneliti simpulkan bahwa BTM Al-Amin Kota Metro harus
mempunyai visi, misi, tujuan dan kepengurusan yang jelas dan profesional
agar BTM Al-Amin Kota Metro dapat berkembang dan memiliki kualitas
yang baik sehingga berpengaruh pada kepuasaan anggota dalam memilih
71 Dokumentasi, BTM Al-Amin Kota Metro, Tahun 2016 72 Ibid 73 Ibid
BTM Al-Amin Kota Metro sebagai BTM yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kepengurusan yang profesional sangat menentukan
keberhasilan dan daya saing BTM Al-Amin Kota Metro dengan BTM yang
lainnya.
4. Organisasi dan Kelembagaan
Legalitas usaha BTM Al-Amin Kota Metro berdasarkan Akta
Notaris MGS. Edy Putra, SH. Nomor 40 tanggal 29 Mei 2013. Struktur
organisasi BTM Al-Amin Kota Metro terdiri dari manager sampai dengan
karyawan, sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI BTM AL-AMIN KOTA METRO
Gambar 1. Struktur Organisasi
Sumber : Dokumentasi BTM Al-Amin Kota Metro Tahun 2016.
5. Produk BTM Al Amin Metro
Bidang usaha yang dijalankan BTM Al-Amin Kota Metro terdiri dari:
1) Produk simpanan/tabungan
MANAGER
Tika Indriyati, A.Md
ADM UMUM DAN KEUANGAN
Septi Lindasari, S.Pd
Staf
(Marketing/Surveyor)
Fata Budi Utama, SE
Ernita Aprilian
Staf
(Marketing)
Titik Sundari
Staf
(Marketing/Surveyor)
Bayu Handoko
a) Simpanan pendidikan
b) Simpanan berjangka (deposito)
c) Simpanan kurban
d) Simpanan hari raya
e) Simpanan haji
f) Tabungan biasa. 74
2) Produk pembiayaan
a) Pembiayaan mudarobah
b) Pembiayaan murabahah
c) Pembiayaan musyarokah
d) Produk investasi
e) Sertifikat modal koperasi (SMK)
g) Penyertaan modal. 75
BTM Al-Amin telah membuka kantor kas pembantu yang
beralamat di Kelurahan Mulyojati 16 C Metro Barat. Kantor kas
pembantu ini sudah mulai beroperasi pada tanggal 2 Maret 2015. Namun
kantor kas pembantu tersebut sampai dengan saat ini belum dapat
beroperasi secara maksimal, hal ini disebabkan oleh ketersediaan dana
yang terbatas serta sumber daya manusia atau penempatan karyawan
yang masih belum tepat untuk mendukung operasional di kantor
tersebut.76
74 Dokumentasi, BTM Al-Amin Kota Metro, Tahun 2016 75 Ibid 76 Wawancara kepada Tika Indriyati selaku Manager BTM Al-Amin Kota Metro, Pada
Tanggal 15 Februari 2017 Pukul 09.00 WIB.
Berdasarkan dokumentasi dan wawancara di atas dapat peneliti
jelaskan bahwa BTM Al-Amin Kota Metro mempunyai produk unggulan
yang ditawarkan oleh pihak BTM Al-Amin Kota Metro kepada
masyarakat antara lain: Produk simpanan/tabungan terdiri dari Simpanan
pendidikan, Simpanan berjangka (deposito), Simpanan kurban, Simpanan
hari raya, Simpanan haji dan Tabungan biasa. Produk tersebut sudah
mempunyai banyak anggota sehingga mempermudah BMT dalam
mengelola sumber pendanaannya.
Sedangkan produk pembiayaan terdiri dari Pembiayaan
mudharabah, Pembiayaan murabahah, Pembiayaan musyarokah, Produk
investasi, Sertifikat modal koperasi (SMK) dan Penyertaan modal.
Produk pembiayaan tersebut juga sudah memiliki anggota yang banyak
maka tugas BTM Al-Amin Kota Metro untuk mengelola dana yang
didapat dari sumber dana tersebut.
Perkembangan BTM Al-Amin Kota Metro berpengaruh pada
pelayanan yang diberikan kepada anggota khususnya dalam
memperhatikan calon anggota/peminjam dalam memilih produk atau
transaksi tertentu untuk meminimalisir kerugian dan penyelewengan dana
tersebut oleh karena itu pihak BTM Al-Amin Kota Metro harus
memberikan fasilitas yang mudah dijangkau oleh berbagai lapisan
masyarakat yang membutuhkan.
6. Kantor dan Karyawan BTM Al-Amin Metro
Bidang sumber daya manusia, bahwa jumlah pegawai BTM Al-
Amin Kota Metro sampai dengan pelaksanaan RAT 2015 ini sebagai
berikut:
Kantor Pusat (Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Kec. Metro Timur)
a) Manajer : Tika Indriyati, A.Md.
b) Adm Umum dan Keuangan : Septi Lindasari, S.Pd.
c) Staf (Marketing/Surveyor) : Bayu Handoko
d) Staf (Marketing/Surveyor) : Fata Budi Utama, SE.
e) Staf (Marketing) : Titik Sundari
Kantor Kas Pembantu (16 C Kec. Metro Barat)
a) Staf (Marketing) : Ismi Nur Aulia, A.Md.
b) Staf (Marketing/Surveyor) : Ridho Setiaan, S.Pd.
c) Staf (Marketing/Surveyor) : Ikhsan Adi Putra, S.Pd. 77
Secara kuantitas, jumlah karyawan BTM Al-Amin masih relatif
kurang. Untuk mengoptimalkan kantor kas pembantu 16 C Metro Barat
hanya 3 orang, termasuk staf yang menjaga kantor. Sedangkan dari segi
kualitas, masih terdapat beberapa keahlian dan pemahaman yang perlu
ditingkatkan, seperti kemampuan manajerial, marketing, dan administrasi
keuangan.
77 Dokumentasi, BTM Al-Amin Kota Metro, Tahun 2016
B. Pelaksanaan Program Tabungan Mudharabah di BTM Al-Amin Metro
Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau lebih tepatnya
proses seseorang meukulkan kakinya dalam perjalanan usaha. Secara teknis
mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola (mudharib).78 Pendapat lain mengatakan bahwa mudharabah adalah
akad perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama
usaha.79
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa mudharabah
merupakan investasi atau tabungan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang telah disepakati dan tidak dapat ditarik dengan
dengan cek atau semacamnya.
Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip
akad mudharabah. Diantaranya sebagai berikut : pertama, keuntungan dari
dana yang digunakan harus dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini
nasabah) dan mudharib (dalam hal ini bank). Kedua, adanya tenggang waktu
antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan. Karena untuk
melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang
cukup.
Tabungan mudharabah adalah merupakan investasi melalui simpanan
pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat
78 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lemabga
Keuangan Syariah , (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.173. 79 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2014), h.83
dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan bagi hasil yang keun tungannya
berdasarkan kesepakatan bersama.
Untuk mengetahui penerapan akuntansi syari’ah pada program tabungan
mudharabah di BTM Al-Amin Metro maka peneliti melakukan wawancara
kepada manager dan karyawan BMT Al-Amin Metro sebagai berikut:
Terdapat beberapa produk yang digunakan BTM Al-Amin Metro terdiri
dari:
3) Produk simpanan/tabungan
h) Simpanan pendidikan
i) Simpanan berjangka (deposito)
j) Simpanan kurban
k) Simpanan hari raya
l) Simpanan haji
m) Tabungan biasa
4) Produk pembiayaan
f) Pembiayaan mudarobah
g) Pembiayaan murabahah
h) Pembiayaan musyarokah
i) Produk investasi
j) Sertifikat modal koperasi (SMK)
n) Penyertaan modal. 80
80 Tika Indriyati, A.Md, selaku manager BTM AL-Amin Metro, Wawancara, Pada Tanggal
14 Februari 2017 Pukul 10.30 WIB.
Akuntansi syariah adalah proses akuntansi yang digunakan oleh
lembaga-lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi syariah yang
meliputi pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian, dan penyajian di
laporan keuangan. Sistem bunga dalam akuntansi syariah tidak diperbolehkan
karena dapat mengakibatkan riba. Karena sistem bunga tidak diperbolehkan
dalam dunia perbankan syariah, maka bank syariah khususnya di BTM Al-
Amin Metro menetapkan sistem bagi hasil atau nisbah.
Ketika anggota memilih produk yang akan dipilih maka anggota dan
pihak BTM Al-Amin Metro melakukan negoisasi dan kesepakatan dengan
pihak nasabah atau pemilik dana tentang nisbah keuntungan yang telah
ditentukan oleh pihak BTM Al-Amin Metro setahun sekali. Jika pihak nasabah
menyetujui nisbah keuntungan yang telah ditentukan dari pihak BTM Al-Amin
Metro, maka dilakukan hitam diatas putih atau surat persetujuan untuk
menandai bahwa telah terjadi persetujuan tentang bagi hasil yang di dapat oleh
pihak pengelola dana atau mudharib dan pihak nasabah atau pemilik dana
(shahibul maal). 81
Hal-hal tersebut sangat penting agar tidak terjadi riba. Setelah itu, bagi
hasil untuk tabungan mudharabah akan dibayarkan oleh BTM Al-Amin Metro
setiap akhir bulan. Dasar perhitungannya yaitu berasal dari total investasi
mudharabah BTM Al-Amin Metro, rata-rata pembiayaan, rata-rata
81 Ibid
pengendapan saldo tabungan mudharabah, dan pendapatan riil pada bulan
laporan BTM Al-Amin Metro.
Akuntansi syariah adalah proses akuntansi yang digunakan oleh
lembaga-lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi syariah yang
meliputi pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian, dan penyajian di
laporan keuangan. Bank syariah tersebut mendapat keuntungan, maka nasabah
dan bank akan menikmati hasilnya. Begitupun sebaliknya, apabila bank
mengalami kerugian, tidak ada satu pihak pun yang lepas tangan, mereka akan
menanggung ruginya bersama-sama. Bahkan jika dalam kondisi tersebut,
nasabah bisa tidak akan menerima bagi hasil. Oleh karena itu keuntungan
dalam menggunakan akuntansi syariah yaitu kegiatan laporan berbagai
transaksi dengan tujuan sebagai pengukuran, pencatatan, penilaian, dan
penyajian laporan keuangan. BTM AL-Amin Metro tersebut mendapat
keuntungan, maka nasabah dan bank akan menikmati hasilnya.
Apabila BTM Al-Amin Metro mengalami kerugian, tidak ada satu pihak
pun yang lepas tangan, mereka akan menanggung ruginya bersama-sama.
Bahkan jika dalam kondisi tersebut, nasabah bisa tidak akan menerima bagi
hasil. BTM Al-Amin Metro tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan
dananya apabila terjadi kerugian atas pengelolaan dana yang bukan disebabkan
kelalaian atau kesalahan bank sebagai Mudharib. Namun sebaliknya, jika
mudharib yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam pengelolaan dana
investor (shahibul maal), maka pihak bank wajib mengganti semua dana
investasi. 82
Karyawan BTM Al-Amin Metro sudah menerapakan dalam masing-
masing produk sudah menggunakan akuntansi syariah yaitu dengan tujuan
mencari dan membuat pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian, dan
penyajian di laporan keuangan.
Pendidikan yang sudah ditempuh oleh manager BTM Al-Amin Metro
adalah Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah. BTM Al-Amin Metro
mempunyai tim monitoring untuk mengawasi dan memeriksa laporan
keuangan berbagai transaksi yaitu bertujuan untuk menghindari kerugian BTM
Al-Amin Metro. Minat masyarakat terhadap BTM Al-Amin Metro pada
program tabungan mudharabah cukup baik. Masyarakat masih ragu untuk
memilih tabungan mudharabah dikarenakan pihak BTM Al-Amin Metro belum
mempromosikan secara keselurahan sehingga masyarakat belum mengetahui
tabungan mudharabah tersebut. 83
BTM Al-Amin Metro juga berpedoman pada prinsip syariah Islam.
Dalam prinsip bagi hasil di BTM Al-Amin Metro apabila pihak sahibul maal
akan merasa dirugikan. Maksud kata dirugikan bukan berarti pihak sahibul
maal atau pemilik dana akan rugi bersih. Untuk memperoleh perhitungan yang
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah, BTM Al-Amin Metro menggunakan
prinsip bagi hasil dengan cara penjualan dikurangi harga pokok penjualan akan
didapat laba kotor, mudharib akan mennaggung kerugian bila usahanya
82 Ibid 83 Ibid
mengalami kerugian juga, disamping itu laba yang didapat oleh pihak sahibul
maal atau pemilik dana lebih sedikit. 84
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada manager BTM Al-
Amin Metro dapat dipahami bahwa dalam penerapan akuntansi syariah pada
perhitungan bagi hasil di BTM Al-Amin Metro. Penerapan akuntansi syariah di
BTM Al-Amin Metro dalam program tabungan sudah sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi syariah antara lain prinsip penghimpunan dana menggunakan
prinsip Mudharabah, prinsip bagi hasil, dan prinsip dalam perhitungan
akuntansi syariah.
Selain wawancara dengan manager peneliti juga melakukan wawancara
dengan karyawan BTM Al-Amin Kota Metro sebagai pelengkap, yaitu:
Akuntansi syariah adalah kegiatan mengidentifikasi, mengukur, dan
menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal
pertimbangan dalam mengambil kesimpulan dan membuat laporan keuangan
Akuntansi syariah, memiliki ciri khusus yang membedakan dari kaidah
akuntansi konvensional. Ketentuan akuntansi syariah berdasarkan norma-
norma masyarakat Islami, dan bagian dari disiplin ilmu sosial yang berfungsi
sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan akuntansi tersebut.
Masih terdapat beberapa karyawan yang belum memahami akuntansi
syariah hal ini disebabkan masing-masing karyawan menduduki jabatan
tertentu sehingga kurang memahami akuntansi syariah. Pendidikan yang saya
84 Tika Indriyati, A.Md, selaku manager BTM AL-Amin Metro, Wawancara, Pada Tanggal
14 Februari 2017 Pukul 10.30 WIB.
tempuh tidak sesuai dengan jabatan yang saya ampu. Pendidikan yang saya
tempuh adalah sarjana pendidikan.
Dalam melakukan berbagai transaksi dan membuat laporan selalu
diawasi dan dibimbing oleh tim pengawas di BTM Al-Amin Metro. Minat
anggota dalam memilih produk tabungan cukup banyak hal ini dikarenakan
beberapa masyarakat belum mengetahui tabungan mudharabah. Masyarakat
hanya mengetahui tabungan biasa. Namun masih terdapat anggota memilih
tabungan mudharabah yaitu anggota yakin bahwasannya tabunagn tersebut
minimal kendala dikarenakan pihak BTM Al-Amin Metro profesional dalam
mengelola keuangan sehingga tidak mengalami kerugian yang banyak.
Dalam prinsip BTM Al-Amin Metro tidak mempunyai kewajiban untuk
mengembalikan dananya apabila terjadi kerugian atas pengelolaan dana yang
bukan disebabkan kelalaian atau kesalahan bank sebagai Mudharib. Namun
sebaliknya, jika mudharib yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
pengelolaan dana investor (shahibul maal), maka pihak bank wajib mengganti
semua dana investasi mudharabah. 85
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada manager dan
karyawan dapat diketahui bahwa akuntansi merupakan identifikasi transaksi
yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta
pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Sedangkan definisi dari
syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk dipatuhi
85 Septi Lindasari, S.Pd, selaku Karyawan BTM AL-Amin Metro, Wawancara, Pada
Tanggal 14 Februari 2017 Pukul 13.40 WIB.
oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi,
Akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-
transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT
C. Analisis Terhadap Penerapan Akuntansi Syari’ah Pada Program Tabungan
Mudharabah di BTM Al-Amin Metro
Perhitungan yang sesuai dengan prinsip akuntansi syariah, BTM Al-
Amin Metro dengan cara penjualan dikurangi harga pokok penjualan akan
didapat laba kotor, jika BTM Al-Amin Metro mudharib akan menanggung
kerugian bila usahanya mengalami kerugian juga, disamping itu laba yang
didapat oleh pihak sahibul maal atau pemilik dana lebih.
Tabel 1.0
Neraca BTM Al-Amin Metro
Perkiraan Jumlah (Rp) Perkiraan Jumlah (Rp)
Aktiva Kewajiban
Aktiva Lancar 3.629.746.780 Kewajiban Lancar 2.312.204.468
Kas
Simpanan di Bank
Penempatan pada
Koperasi lain
Penyertaan pada
Entitas Lain
Materai
Pembiayaan
Piutang
353.390.000
427.002.384
296.020.384
5.620.000
795.000
2.519.735.349
26.283.786
Simpanan Jk Pendek
Kewajiban Jangka
Panjang
Simpanan Berjangka
Simpanan Lainnya
Pembiayaan yang
diterima
Dana Cadangan
Utang lainnya
2.312.204.468
1.800.300.618
1.669.732.906
2.314.928
116.666.665
4.779.151
120.000
Aktiva tetap
Aktiva tetap
Akm. Py. Aktiva
tetap
Aktiva Lain-Lain
Beban ditangguhkan
Amor. beban yang
ditangguhkan
Beban di bayar muka
Amor. beban
dibayar di muka
Peralatan kantor
Amor.Peralatan
kantor
Cadangan Resiko
pembiayaan
Rupa-rupa aktiva
688.596.922
707.724.500
19.127.577
150.783.157
42.412.500
11.338.472
61.918.800
4.518.591
4.070.000
2.364.165
166.665
60.180.422
Ekuitas
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Simpanan
Penyertaan Modal
Simpanan
Penyertaan Khusus
Cadangan BTM
Dana Hibah
SHU
Laba/SHU di tahan
Laba/SHU Berjalan
311.524.293
187.128.000
50.325.000
7.677.422
28.750.000
17.643.871
20.000.000
45.097.480
-
45.097.480
Total Aktiva 4.469.126.860 Total Pasiva 4.469.126.860
Sumber Data: Dokumentasi BTM Al-Amin Metro Tahun 2016
Tabel 2.0
Laba Rugi BTM Al-Amin Metro
Pendapatan
Pendapatan Oprasional
Rp. 305.105.355
Rp.397.907.693
Pendapatan Bisyaroh
Pendapatan Ujroh
Pendapatan jasa
Rp. 304.345.480
Rp. 759.875
Rp -
Pendapatan Non Operasional
Pendapatan Adm Pembiayaan
Pendapatan pengembangan
Pendapatan Lain-lain
Rp. 92.802.337
Rp. 74.155.000
Rp. 1.325.389
Rp. 7.298.640
Pendapatan Jasa Rp. 10.023.307
Biaya
Biaya Bagi Hasil
Biaya Bagi Hasil Simpanan
Biaya Bahas Simpanan berjangka
Biaya Bahas Pinjaman
Biaya Bonus Pihak ke III
Rp. 182.013.143
Rp. 75.841.403
Rp 87.521.739
Rp. 18.000.000
Rp. 650.000
Rp. 352.810.213
Biaya Oprasional
Biaya Listrik dan Telekomunikasi
Biaya Rumah Tangga dan perlengkapan
Biaya Peny. Aktiva Tetap
Biaya Amor Beban-beban
Biaya SDM
Biaya Kepegawaian
Biaya Kepengurusan
Biaya Promosi
Rp. 163.881.307
Rp 10.085.300
Rp. 17.402.633
Rp. 14.540.077
Rp. 16.022.396
Rp. 6.713.400
Rp. 79.476.000
Rp. 14.503.500
Rp. 5.138.000
Biaya Non Operasional
Biaya Adm Bank
Biaya Kegiatan BTM
Biaya Pajak
Biaya Lain-lain
Rp. 6.915.762
Rp. 1.037.562
Rp. 2.720.000
Rp. 900.000
Rp. 2.258.200
Rp. 45.097.480.
Sumber Data: Dokumentasi BTM Al-Amin Metro Tahun 2016
Berdasarkan perhitungan neraca dan keuntungan (laba) BTM Al-
Amin Metro bahwasannya BTM Al-Amin Metro membuat laporan keuangan
Neraca yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap selain itu diperlukan
laporan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh BTM Al-Amin Metro yaitu
kewajiban lancar, kewajibab jangka panjang, ekuitas dan Laba, keseluruhannya
akan dikalkulasikan sehingga dapat diketahui apakah perkiraan antara aktiva
dan kewajiban seimbang. Kemudian perhitungan laba rugi sangat diperlukan
untuk mengetahui nominal keuntungan atau kerugian yang diterima oleh BTM
Al-Amin Metro.
Dalam menyajikan neraca, BTM Al-Amin Kota Metro belum sesuai
dengan PSAK 101 tentang “Penyajian laporan Keuangan Syariah”. Hal ini
disebabkan Neraca yang disusun oleh BTM Al-Amin Kota Metro tidak
memisahkan informasi yang perlu disajikan, yaitu antara kewajiban dengan
Dana Syirkah Temporer (DST). Kesesuaian antara apa yang disebutkan dalam
PSAK 101 dengan laporan keuangan yang disajikan oleh BTM Al-Amin Kota
Metro. Namun Penamaan akun-akun yang disebutkan belum sesuai dengan apa
yang di standarkan oleh PSAK 101, sebagaimana yang disebutkan dalam
paragraf 56, yakni kas dan setara kas, aset keuangan, piutang usaha, dan
piutang lainnya, persediaan, investasi yang diperlukan menggunakan metode,
ekuitas, aset tetap, aset tak berwujud dan sebagianya.
Sedangkan dalam menyusun laporan laba rugi, BTM Al-Amin Kota
Metro sudah mengacu pada PSAK 101 tentang “Penyajian Laporan Keuangan
Syariah”. Laporan laba rugi yang disajikan BTM Al-Amin Kota Metro
memang tidak serumit lembaga-lembaga keuangan besar lainya, dalam hal
jumlah halaman, memang hanya berjumlah setengah halaman, karena BTM Al-
Amin Kota Metro tergolong lembaga keuangan mikro.
Laporan yang disusun sudah memenuhi syarat sebagaimana PSAK
101 paragraf 60 yang menyatakan: “Laporan laba rugi entitas syariah
disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsure kinerja
keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar”. Dalam hal ini BTM
Al-Amin Kota Metro sudah memisahkan antara informasi yang perlu disajikan
dalam laporan laba rugi ataupun yang perlu disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan. Sedangkan dalam menyajikan rincian beban pada catatan
atas laporan keuangan, BTM Al-Amin Kota Metro juga sudah menerapkan
sesuai dengan dalil PSAK 101 pada paragraf 63 yang menyatakan; “Entitas
syariah menyajikan, di Laporan Laba Rugi atau di Catatan atas Laporan
Keuangan, rincian beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan
pada sifat atau fungsi beban di dalam entitas syariah.”
Dasar perhitungan bagi hasil lebih adil bagi pihak BTM Al-Amin
Kota Metro sendiri maupun anggota, karena penggunaan laba kotor sebagai
dasar perhitungan bagi hasil telah mempertimbangkan faktor kinerja atau
penjualan dan juga harga pokok penjualan sebagai item perhitungan laba atau
pendapatan kotor.
Dalam mendukung administrasi data keuangan serta penyusunan
laporan keuangan pada BTM Al-Amin Metro telah digunakan program
aplikasi. Sedangkan apabila dilihat dari bidang keuangan, BTM Al-Amin Kota
Metro mengalami perkembangan yang sangat pesat di tahun 2014 yakni Sisa
Hasil Usaha mencapai Rp 51.942.126,- meskipun di tahun 2015 ini terjadi
penurunan yakni Sisa Hasil Usaha yang dicapai sebesar Rp 15.418.831,-
Beberapa informasi bidang keuangan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Aset Produktif, aset produktif BTM Al-Amin Metro berupa
pembiayaan murahabah. Jumlah pembiayaan per 31 Desember 2015
berjumlah Rp 739.867.365,- Sedangkan dana penempatan BTM Al-
Amin Metro pada lembaga lain sebesar Rp 31.000.000,-
2. Permodalan, kondisi perubahan modal BTM Al-Amin selama tahun
2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.0
Aset produktif BTM Al-Amin Metro
Modal Jumlah
Modal Awal Tahun Rp 231.627.202
Penambahan Modal Rp 77.508.915
Penambahan Laba Rp 15.418.831
Pengurangan Modal (Pengambilan SHU) Rp 25.232.409
Modal Akhir Tahun Rp 299.322.539
Sumber Data: Dokumentasi BTM Al-Amin Metro Tahun 2016
Sedangkan jumlah dana yang digunakan dalam kegiatan pembiayaan
dan operasional BTM Al-Amin Metro bersumber dari beberapa pihak yaitu:
Tabel 4.0
Pembiayaan dan Operasional BTM Al-Amin
No Keterangan Jumlah
1 Pinjaman Puskopsyah 162.222.800
2 Simpanan Wadiah 242.567.500
3 Simpanan Mudharabah 45.462.751
4 Simpanan Deposito 136.400.000
5 Sertifikat Modal BTM 222.865.000
6 Simpanan Pokok 18.845.000
7 Simpanan Wajib 10.000
8 Dana Cadangan 3.768.915
Jumlah 832.141.966
Sumber Data: Dokumentasi BTM Al-Amin Metro Tahun 2016
3. Hasil Usaha. Sisa Hasil Usaha (SHU) BTM Al-Amin pada tahun
2015, yaitu sebesar Rp 15.418.831,-. Beberapa kondisi yang
mempengaruhi penerimaan SHU tahun 2016 sebagai berikut:
a. Kegiatan selama tahun 2016 lebih difokuskan pada penataan
internal manajemen dan penurunan NPL. Akibat dari kebijakan
ini bahwa penyaluran pembiayaan lebih selektif, sangat dibatasi
dan penarikan kembali pembiayaan-pembiayaan yang telah
lewat jatuh tempo.
b. Jumlah modal kerja yang berkurang akibat penarikan beberapa
Deposito (seperti: RS. Muhammadiyah Metro dan Guru SKM
Muhammadiyah) dengan nilai cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pembahasan bab-bab sebelumnya mengenai penerapan akuntansi
syari’ah pada program tabungan mudharabah di BTM Al-Amin Metro, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil kajian analisa penerapan Akuntansi Syari’ah di
BTM Al-Amin Metro, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan akutansi
syariah dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada BTM Al-Amin Metro belum
sepenuhnya sesuai dengan PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. Hal ini disebabkan karena BTM Al-Amin Metro dalam Neraca tidak
memisahkan antara kewajiban dengan Dana Syirkah Temporer (DST). Selain
itu, BTM Al-Amin Metro tidak mengikutkan Catatan atas Laporan Keuangan
yang mengungkapkan informasi-informasi penjelasan atau informasi tambahan
atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.
B. Saran
Meskipun dirasa cukup baik dalam penerapan akuntansi syari’ah pada
program tabungan mudharabah di BTM Al-Amin Metro, namun masih terdapat
kelemahan yang harus diminimalisir. Setelah peneliti melaksanakan penelitian,
menganalisis, dan menyimpulkan, maka ada beberapa saran, diantaranya:
1. Produk - produk tabungan yang sudah sesuai dengan prinsip syariah
harus dipertahankan dan dikembangkan.
2. Melakukan sosialisasi tentang program tabunagan mudharabah agar
dapat menarik masyarakat untuk memilih program tersebut.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan produk tabungan agar lebih menarik
customer.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama, Jakata: Kencana, 2012.
Ahim Abdurahim dan Aji Erlangga Martawireja, Akuntansi Perbankankan
Syariah Teori dan Praktik Kontemporer, Jakarta : Salemba Empat,
2009.
Ahmad Dahlan, Lembaga Mikro dan Pembiayaan Mudharabah Yogyakarta:
Global Pustaka Utama Yogyakarta, 2004.
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung : Pustaka Setia, 2008.
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lemabga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2014.
Iwan Tri Yuwono, Organisasi dan Akuntansi Syariah, Yogyakarta : 2002.
Lexy. G. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif, Bandung: Refika Aditama, 2011.
Mia Lasmi Wardiah, Dasar-Dasar Perbankan Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Moh Nazir, Metode Penelitian Bogor : Ghalia Indonesia, 2011.
Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta: UIN-
Maliki Press, 2010.
Muhammad Syafi‟i antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik Jakarta:
Gema Insani Pess, 2001.
Muhammad Syaini Usman, Petunjuk Praktis Mendirikan Baitul Maal dan
Baitut Tamwil (BMT) di Lingkungan Perserikatan Muhamadiyah,
Jakarta: Yayasan Baitul Maal Muhamadiyah, 2002.
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali
Pers,2008.
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Nasution, Metode Research, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.
Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012.
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah, Yogyakarta:P3EI Press,2008.
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat, 2004.
Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Eka Purnamasari, dilahirkan di Raman
Aji, pada tanggal 31 Desember 1992, anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan Bapak Ismanto dan Ibu
Siti Hanisah.
Pendidikan dasar peneliti tempuh diSDN 3 Raman Aji
dan selesai pada tahun 2004/2005, kemudian melanjutkan sekolah
menengah pertama MTsN Raman Utara dan selesai pada tahun 2007/2008,
sedangkan pendidikan menengah atas di MAN 1 Lampung Timur dan
selesai pada tahun 2010/2011. Kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, pada semester I TA. 2012/2013
hingga sekarang.