skrip 2

8
BANGAU YANG PINTAR DAN RUBAH YANG LICIK Bangau Pintar dan Rubah Yang Licik - Cerita Dongeng untuk kanak-kanak Cerita Pendek Sekali pada suatu hari, hiduplah seekor rubah yang sangat licik yang selalu ingin menipu dan menipu orang lain dengan tindakan mengerikan dan bodoh nya. Rubah digunakan untuk menipu orang lain dengan pikiran licik nya. Ia digunakan untuk berbicara dengan hewan lain manis untuk membuat dia dipercaya. Suatu hari ia mencoba untuk menipu dan bersenang-senang dengan bangau. Dia berteman bangau dan memperoleh kepercayaan. Rubah bertindak seperti teman yang sangat baik dan peduli banyak untuk bangau. Suatu hari, ia mengundang bangau untuk memiliki pesta dengan dia dan dia ingin memperlakukan temannya dengan makanan lezat. Happy bangau menerima undangan. Rubah berjanji untuk menawarkan makanan kaya dan lezat untuk bangau. Mengingat makan malam yang lezat diusulkan oleh rubah, bangau tetap lapar sepanjang hari. Fox mengambil bangau ke rumahnya. Dia meminta maaf kepada bangau bahwa ia tidak bisa membuat apa-apa karena penyakitnya dan menawarkan beberapa sup. Bangau meskipun kecewa, merawat rubah dan senang dengan sup. Rubah licik menawarkan sup dalam mangkuk dangkal. Bangau tertegun untuk memiliki sup dalam mangkuk dangkal! Tagihan panjang bangau mencegahnya untuk mengambil sup. Sebagai rubah mudah menjilat sup dari piring, bangau tidak dapat bahkan rasa sedikit sup. Itu hanya menyentuh sup dengan ujung tagihan nya. The Fox meminta bangau, 'Bagaimana sup? Apakah kau tidak seperti itu? " Bangau Hungry menjawab, "Oh itu baik, tapi aku punya sakit perut dan aku tidak bisa mengambil lagi sup!" "Saya minta maaf untuk mengganggu Anda", kata rubah. Bangau itu menjawab, "Oh, jangan minta maaf. Saya memiliki beberapa masalah kesehatan dan tidak dapat menikmati apa yang Anda tawarkan. Silakan menjaga kesehatan Anda. " Dia meninggalkan tempat berterima kasih kepada rubah!

Upload: azmira-binti-abdul-kadir

Post on 15-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sivik

TRANSCRIPT

Page 1: skrip 2

BANGAU YANG PINTAR DAN RUBAH YANG LICIK

Bangau Pintar dan Rubah Yang Licik - Cerita Dongeng untuk kanak-kanak

Cerita Pendek Sekali pada suatu hari, hiduplah seekor rubah yang sangat licik yang selalu ingin menipu

dan menipu orang lain dengan tindakan mengerikan dan bodoh nya. Rubah digunakan untuk menipu orang

lain dengan pikiran licik nya. Ia digunakan untuk berbicara dengan hewan lain manis untuk membuat dia

dipercaya.

Suatu hari ia mencoba untuk menipu dan bersenang-senang dengan bangau. Dia berteman bangau dan

memperoleh kepercayaan.

Rubah bertindak seperti teman yang sangat baik dan peduli banyak untuk bangau. Suatu hari, ia

mengundang bangau untuk memiliki pesta dengan dia dan dia ingin memperlakukan temannya dengan

makanan lezat. Happy bangau menerima undangan.

Rubah berjanji untuk menawarkan makanan kaya dan lezat untuk bangau. Mengingat makan malam yang

lezat diusulkan oleh rubah, bangau tetap lapar sepanjang hari.

Fox mengambil bangau ke rumahnya. Dia meminta maaf kepada bangau bahwa ia tidak bisa membuat

apa-apa karena penyakitnya dan menawarkan beberapa sup. Bangau meskipun kecewa, merawat rubah

dan senang dengan sup.

Rubah licik menawarkan sup dalam mangkuk dangkal. Bangau tertegun untuk memiliki sup dalam

mangkuk dangkal! Tagihan panjang bangau mencegahnya untuk mengambil sup. Sebagai rubah mudah

menjilat sup dari piring, bangau tidak dapat bahkan rasa sedikit sup. Itu hanya menyentuh sup dengan

ujung tagihan nya.

The Fox meminta bangau, 'Bagaimana sup? Apakah kau tidak seperti itu? "

Bangau Hungry menjawab, "Oh itu baik, tapi aku punya sakit perut dan aku tidak bisa mengambil lagi sup!"

"Saya minta maaf untuk mengganggu Anda", kata rubah.

Bangau itu menjawab, "Oh, jangan minta maaf. Saya memiliki beberapa masalah kesehatan dan tidak

dapat menikmati apa yang Anda tawarkan. Silakan menjaga kesehatan Anda. "

Dia meninggalkan tempat berterima kasih kepada rubah!

Namun, bangau mengerti bahwa itu ditipu oleh rubah dan memutuskan untuk memberinya pelajaran.

Page 2: skrip 2

Setelah beberapa hari, rubah bertemu bangau lagi dan memutuskan untuk bermain lelucon lain di bangau.

Kali ini giliran bangau itu. Bangau menyambut rubah bahagia dan diundang untuk membayar kembali

mengunjungi untuk makan malam.

Rubah senang dan mereka memutuskan berkencan untuk makan malam. The Stork meminta makanan

favorit rubah dan menawarkan untuk memasak sama untuk makan malam.

Hari StoriesThe pendek tiba dan rubah mencapai tempat bangau itu. Bangau yang disajikan sup untuk

rubah dan memintanya untuk memiliki sup pertama.

Sup disajikan dalam botol yang sempit dengan-leher panjang. Bangau mampu minum sup sangat mudah

dengan tagihan yang panjang, namun rubah tidak bisa.

Bangau meminta rubah untuk menikmati sup. Dan menunjukkan beberapa hidangan lezat dalam stoples

berleher panjang. Rubah kecewa berkata, "Perutku sangat menyakitkan. Aku pergi sekarang 'dan

meninggalkan tempat berjalan.

ANAK ITIK YANG HODOH

Pada suatu masa dahulu, seekor ibu itik mengeram enam biji telur. Tidak lama kemudian, satu per satu telur itu menetas dan keluarlah anak itik yang comel

Page 3: skrip 2

serta berbulu kuning. Tetapi satu telur yang agak besar menetas dan anak itu itu berwarna kelabu!“ Sungguh hodoh rupamu!” ibu itik berkata.

Ibu itik membawa anak-anak itik itu menuju kekolam. Ia melompat ke dalam air dan anak itik juga turut bersama. Kemudian ia membawa anak-anaknya berjumpa binatan-binatang yang lain di ladang itu.

Semua binatang di ladang gembira berjumpa anak-anak iti yang comel itu. Tetapi mereka mentertawakan anak itik yang besar dan berwarna kelabu itu. Ia diejek dan dihalau dari situ. Anak itik yang hodoh berasa sungguh sedih. Ia tidak ada kawan dan tidak ada tempat tinggal.

                                                

Pada keesokkan harinya, semasa semua binatang masih tidur nyenyak, ia berjalan keluar dari pintu pagar ladang itu. Apabila hampir senja, beberapa itik liar dating ke tempat itu tertawakannya dan berkata, “ Pergi kamu dari sini! Hodohnya kamu!”

Sekali lagi itik hodoh itu berasa tersisih dan beredar dari situ. Ia sampai pada sebuah pondok. Ia berasa lapar dan letih lalu meminta ayam membenarkannya tinggal di situ. Ayam juga memberikannya makanan.

Ayam bertanya, “ Bolehkah kamu bertelur?”

“Tidak, “ kata itik itu.

“ Bolehkah kamu mengejar tikus?” Tanya kucing.

“Tidak, “ kata itik itu.

Page 4: skrip 2

                                              

“Kalau begitu kamu mesti pergi dari sini,” kata ayam dan kucing.

Sekali lagi itik hodoh itu kesunyian. Musim salji pun tiba dan cuaca bertukar menjadi sejuk. Air dalam kolam bertukar menjadi sejuk. Air dalam kolam bertukar menjadi ais. Itik itu memandang kelangit dan melihat sekumpulan burung yang sangat cantik berterbangan di udara. Burung-burung berbulu putih itu besar dan berleher panjang.

“Alangkah bagusnya jika aku seperti burung-burung itu,” ia berkata di dalam hatinya.

Pada keesokan harinya, seorang petani yang baik hati terjumpa itik itu di atas tanah beku dan membawanya pulang. Anak itik berfikir bahawa ia sudah selamat berada disitu. Pada petang harinya, anak petani itu bermain dengannya dan membawanya ke perigi. Dia terlalu kasar sehingga anak itik itu menjadi takut. Anak itik itu pun melarikan diri dari ladang.

                                                     

Page 5: skrip 2

Anak itik itu terjumpa sebuah tasik di kawasan yang berumput panjang. Ia berasa selamat di situ. Ia tinggal di situ sehingga matahari mula bersinar semula.

Anak itik itu cuba mengembangkan sayapnya. Ia terkejut apabila melihat sayapnya sudah menjadi putih. Ia berasa seperti dirinya boleh terbang dan akhirnya ia terbang tinggi di langit!

Apabila ia turun ke tasik, ia ternampak bayangnya di dalam air. “ Alangkah cantiknya burung itu,” fikirnya.

Tiga ekor burung putih berleher panjang sedang berenang berhampiran.

                                                     

Burung-burung itu melihatnya dan berkata, “Wah ! awak seekor angsa yang tampan. Marilah berenang dengan kami.”

“Apa? Aku seekor angsa?”

“Ya, tengoklah rupa dirimu dalam air,” kata burung-burung itu.

Itik hodoh itu tidak percaya akan apa yang dilihatnya.

“ Aku seekor angsa! Aku memang seekor angsa!” ia menjerit dengan gembira.

Semenjak hari itu, ia tidak lagi di panggil hodoh dan ia tidak lagi sunyi.

CERITA BINATANG

Page 6: skrip 2

Sumpahan Ulat Tanah

Hampir seminggu Tuan Peladang duduk termenung. Musim kemarau memusnahkan

tanaman diladangnya. Tanah menjadi kering-kontang. Tuan Peladang melihat air

simpanannya di dalam tempayan cuma tinggal separuh sahaja lagi. Dia khuatir jika

keadaan kemarau terus berlarutan, ini akan mengakibatkan dia mati kehausan.  Seekor

lembu kepunyaan Tuan Peladang berada di kandang. Sang Lembu gembira kerana tidak

perlu bekerja di ladang sejak musim kemarau melanda. Namun demikian, kegembiraan

lembu itu tidak lama kerana musim kemarau itu menyebabkan rumput-rumput segar

yang menjadi makanannya kering dan mati. Kini sukar bagi Sang Lembu itu

mendapatkan rumput yang segar.

Pada suatu hari Sang Lembu mengambil keputusan untuk meninggalkan Tuan

Peladang. Seboleh-bolehnya Sang Lembu ingin membuat sesuatu untuk mengubat

kesedihan Tuan Peladang. Pada suatu malam, Sang Lembu telah keluar meninggalkan

kandangnya. Sang Lembu berjalan untuk mencari sumber air. Setelah jauh berjalan,

Sang Lembu terjumpa dengan sebuah perigi. Sang Lembu berfikir, tentulah perigi itu

mempunyai air tetapi sungguh malang nasibnya kerana tiada air di dalam perigi

tersebut. Sang Lembu berasa sedih dan duduk di tepi perigi buta itu sambil

mengenangkan nasib yang bakal manimpa dirinya.

Sewaktu Sang Lembu duduk ditepi perigi itu, dia terdengar satu suara memanggilnya. 

“Siapa?” Sang Lembu bertanya kehairanan. “ Aku, ulat tanah di dalam perigi buta ini.”

“Buat apa kamu di dalam perigi ini?” soal Sang Lembu lagi.  “Ini rumahku Sang Lembu.

Sudah lama aku di sini sejak perigi ini kering airnya.”  “Tapi bagaimana kamu boleh

hidup tanpa air di sini?” cetus Sang Lembu itu.  “Aku akan memberitahu kamu kenapa

aku boleh hidup di sini tetapi kamu mestilah berjanji denganku terlebih dahulu.” 

“Cakaplah saja dan aku akan berpegang pada janji-janji kamu itu.”  “Aku tahu kamu dan

Tuan Peladang menghadapi masalah kekurangan air. Aku boleh tolong mengatasi

masalah tersebut.” Sang Lembu tertawa. Dia tidak percaya dengan ulat tanah.

“Dengarlah dulu kata-kata aku ini. Janganlah mentertawakan aku pula,” marah ulat

tanah.

“Aku minta maaf Sang Ulat. Cakaplah aku bersedia mendengarnya.”  “Sebenarnya

tanah di dalam perigi ini tetap lembap. Kalau digali pasti akan mengeluarkan air. Air

perigi ini akan penuh semula. Justeru itu aku boleh berikan perigi ini kepada kamu dan

Tuan Peladang. Tetapi sebagai ganjaran kamu hendaklah menyuruh Tuan Peladang

Page 7: skrip 2

menanam tanam-tanaman seperti sayur-sayuran di sekitar perigi ini. Aku dan kawan-

kawanku akan berpindah dari perigi ini tetapi tidak jauh dari kawasan ini juga.” 

“Terima kasih atas pertolongan kamu itu Sang Ulat. Tapi kenapa tuan aku mesti

menanam tanaman di kawasan perigi ini?”  “Itu sebagai ganjaran kepadaku. Kamu

hendaklah merahsiakan perkara ini dan tidak memberitahu sesiapa pun tentang perigi

ini. Berjanjilah kamu akan menyuruh Tuan Peladang menanam sayur-sayuran di sini.”

“Baiklah. Terima kasih di atas pertolongan kamu itu wahai Sang Ulat.”  “Ah! Perkara

biasa saja. Bukankah kita hidup perlu saling menolong.”  Sang Lembu pulang dengan

hati yang girang. Didapatinya Tuan Peladang masih duduk termenung. Sang Lembu

terus menceritakan tentang penemuan perigi itu kepada Tuan Peladang. Mendengarkan

cerita Sang Lembu, tanpa berlengah-lengah lagi Tuan Peladang membawa cangkul dan

tangga ke perigi yang dikatakan oleh Sang Lembu. Tuan Peladang turun ke dalam

perigi menerusi tangga yang dibawanya dan terus mencangkul tanah di dalam perigi

tersebut. Tidak berapa lama kemudian, mata air mulai muncul di permukaan tanah.

Hati Tuan Peladang bertambah riang. Air mulai memenuhi perigi itu. Tuan Peladang

menepuk-nepuk belakang Sang Lembu yang berjasa terhadapnya. Walaupun begitu

Sang Lembu tidak memberitahu siapakah yang mengesyorkan agar Tuan Peladang

menanam sayur-sayuran di kawasan perigi itu. Tuan Peladang pula tidak banyak soal

dan bersetuju dengan pendapat Sang Lembu untuk menanam tanam-tanaman di

kawasan itu. Ini akan memudahkan lagi baginya mendapat bekalan air.  Beberapa bulan

kemudian, sayur-sayuran tersebut tumbuh dengan suburnya. Tuan Peladang berasa

sangat gembira. Di samping itu, Tuan Peladang juga menperolehi pendapatan daripada

hasil menjual air. Semakin bertambah lumayan pendapatan Tuan Peladang.

Pada suatu hari, Tuan Peladang datang ke kawasan perigi untuk memetik sayur-

sayurannya tetapi alangkah terkejutnya Tuan Peladang apabila mendapati sayur-

sayurannya terkorek di sana-sini. Tuan Peladang menuduh Sang Lembu memakan dan

merosakkan tanaman yang ditanamnya. Sang Lembu tidak mengaku bersalah. Tuan

Peladang semakin marah dan memukul belakang Sang Lembu sekuat-kuat hatinya.

Sang Lembu menjerit kesakitan dan terpaksalah dia berterus-terang. Mendengarkan

cerita Sang Lembu, Tuan Peladang rasa tertipu.

Tuan Peladang tidak mempercayai bahawa ulat tanah boleh membantu memberikan air.

Tuan Peladang mencari ulat tanah di merata-rata tempat. Beberapa kawasan tanah

digali oleh Tuan Peladang. Akhirnya Tuan Peladang berjumpa dengan sekelompok ulat

tanah. Tanpa membuang masa lagi, Tuan Peladang mengambil racun lalu

disemburkannya ke arah ulat-ulat tersebut. Banyaklah ulat tanah yang menjadi korban.

Seekor ulat tanah sempat melarikan diri. Ulat tanah itu tahu Tuan Peladang tidak

berhati perut dan mengenang budi. Ulat tanah bersumpah untuk membalas dendam.

Ulat tanah tidak mahu melihat Tuan Peladang dan Sang Lembu di kawasannya lagi.

Sememangnya Sang Ulat Tanah menyimpan kemarahan yang amat sangat.

Tiba-tiba air perigi menjadi kering kembali. Habis kesemua tanaman Tuan Peladang

terkulai layu. Tuan Peladang tersentak melihat perubahan yang mendadak itu. Dia

berasa sangat menyesal kerana membunuh ulat-ulat tanah. Sang Lembu pun turut

Page 8: skrip 2

bersedih mengenangkan bencana yang bakal diterimanya nanti. Dari satu arah Sang

Lembu terdengar suara Sang Ulat Tanah berkata sesuatu.  “Tidak semua orang itu

boleh dijadikan kawan. Lebih baik hidup bersendirian dari berdampingan dengan orang

yang tak tahu mengenang budi.”  Kini Sang Lembu mengerti tentang kesilapannya.

Dialah yang patut disalahkan kerana memberitahu Tuan Peladang tentang ulat tanah

yang tinggal di kawasan itu.

Nilai dan Pengajaran

1. Baik hati, membantu orang yang dalam kesusahan.

2. Janji mesti ditepai.

3. Menghargai jasa dan pengorbanan orang lain.

4. Amanah, tidak membocorkan rahsia.

5. Bersyukur dengan apa yang diberikan.