sistem pernapasan

32
MAKALAH SISTEM PERNAPASAN BLOK 11 Disusun oleh : 1. Ismail (1461050002) 2. Prita Alif Amiria (1461050023) 3. Lisa Novita Putri Br Ginting (1461050041) 4. Benedikta Suryandari (1461050043) 5. Pratika Lawrence Sasube (1461050084) 6. Abdul Aziz (1461050094) 7. Irvan Christian Wenben (1461050119) 8. Aziza (1461050159)

Upload: pratikalawrencesasube

Post on 02-Feb-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fisiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Pernapasan

MAKALAH SISTEM PERNAPASANBLOK 11

Disusun oleh :1. Ismail (1461050002)2. Prita Alif Amiria (1461050023)3. Lisa Novita Putri Br Ginting (1461050041)4. Benedikta Suryandari (1461050043)5. Pratika Lawrence Sasube (1461050084)6. Abdul Aziz (1461050094)7. Irvan Christian Wenben (1461050119)8. Aziza (1461050159)9. Meisy Handayani (1461050181)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2015

Page 2: Sistem Pernapasan

I. Anatomi Sistem Pernapasan

1. Hidung

Eksternal: kulit disangga tulang dan kartilago dan tulang hidung.

Internal: selaput lendir/concha nasalis (inferior, medial, superior)

Fungsi: saluran udara pernapasan, penyaring udara pernapasan (bulu hidung),

menghangatkan udara pernapasan (mukosa).

2. Trakea

Organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di bawah laring,

bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah dan berbatasan

dengan percabangan bronkus. Panjang trakea mencapai 4 inchi (10-12 cm)

dengan ukuran diameter ±2 cm.

Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher

dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut

manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata

torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).

Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang

rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

3. Paru-Paru

A. Apeks Pulmo          

Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.

B. Basis Pulmo

Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan lebih kontak dari pada paru-paru kiri.

C. Insisura atau Pulmo

Page 3: Sistem Pernapasan

Dengan adanya fisura atau takik yang ada pada umumnya, paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus dapat digunakan untuk menentukan diagnosis.

Pada paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu:

1.    Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di depan insisura.

2.    Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura.

Paru-paru kanan memeliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura interlobularies sekunder.

Insisura obligue (interlobularies primer): mulai daerah atas dan ke belakang sampai ke hilus

setinggi vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah dengan iga ke-6 sampai linie

aksilaris media ke ruang interkostal ke-6 memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan

kembali ke hilus.

Insisura interlobularies sekunder: mulai insisura obligue pada aksilaris media berjalan

horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis keenam terus ke hilus. Insisura

obligue memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal

memisahkan lobus medius dari lobus superior.

C. Radiks Pulmonalis

Susunan dalam jaringan penyambung media spenalis dikelilingi oleh garis peralihan pleura, susunan alat utama bronkus, arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis segmen pulmonari.

Dari bronkus lobaris radiks pulmonari bercabang menjadi bronkus segmentorum. Segmen bronkus pulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum, dan mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum yang berdekatan, sedangkan darah vena diatur oleh vena-vena yang terletak intersegmental.

Segmen Paru-Paru Kanan

1. Lobus superior

0. Segmen apikal

i. Segmen superior

ii. Segmen anterior

iii. Lobus medius

0. Segmen lateral

i. Segmen medial

2. Lobus inferior

0. Segmen superior

Page 4: Sistem Pernapasan

i. Semen mediobasal

ii. Segmen aterobasal

iii. Segmen laterobasal

iv. Segmen posteriobasal

Segmen Paru-Paru Kiri

1. Lobus superior

0. Segmen apikoposterior

i. Segmen anterior

ii. Segmen superior

iii. Segmen inferior

 

2. Lobus inferior

0. Segmen superior

i. Segmen ateriomediobasal

ii. Segmen lateralbasal

iii. Segmen laterobasal

II. Histologi Sistem Pernapasan

Terdapat 5 jenis sel yang khas dalam epitel respirasi

Sel silindris bersilia

Sel terbanyak, memiliki ≥300 silia

Sel goblet

Mengandung mukus kaya polisakarida

Sel sikat (brush)

Terdapat banyak mikrovili pada permukaan apikalnya

Sel basal

Sel bulat kecil terletak diatas laminal basal

Sel granula kecil

Mirip sel basal dan memiliki banyak granul

Page 5: Sistem Pernapasan

1. Saluran Pernapasan Atas

Saluran Respirasi Atas terdiri dari Hidung, Faring, Laring, dan Epiglotis

A. Hidung

Hidung mempunyai dua bagian yang disekat oleh septum, yaitu

Vestibulum dan Fossa Nasal

Bagian yang lebar disebut vestibulum dan bagian yang kecil dibagian

belakang disebut Fossa nasal.

a) Vestibulum

Vestibulum merupakan bagian paling anterior dari cavum nasi.

Didalamnya terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, vibrissae. Epitel

yang terdapan dalam vestibulum adalah epitel berlapis gepeng dengan

lapisan tanduk (kulit) yang akan berubah menjadi epitel berlapis gepeng

tanpa lapisan tanduk kemudian berubah menjadi epitel respirasi sebelum

masuk fossa nasal

b) Fossa nasal

Dari dinding lateral menonjol 3 tonjolan tulang/konka, yaitu konka

superior, konka media, dan konka inferior.

Konka superior ditutupi epitel olfaktorius

Epitel olfaktorius dikhususkan untuk menerima rangsang bau

Epitel olfaktorius merupakan epitel bertingkat semi silindris tanpa

sel goblet dan tanpa sel silia motil

Selain itu, kelenjar olfaktorius menghasilkan sekret serosa

Saraf olfaktorius menggambarkan kumpulan akson aferen yang

meninggalkan sel olfaktorius dan berlanjut ke dalam rongga

tengkorak ,tempat saraf ini bersinaps dengan saraf olfaktorius

Konka media dan inferior ditutupi epitel repirasi

Epitel Respirasi membatasi dari rongga hidung sampai

bronkiolus terminalis.

Page 6: Sistem Pernapasan

B. Faring

Faring terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Nasofaring

Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle, diliputi

oleh epitel bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet

b. Orofaring

Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah,

diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

c. Laringofaring

Terletak di belakang laring, diliputi epitel yang bervariasi,

sebagian besar oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

C. Laring

Pilka vokalis palsu (superior) disebut juga pita suara,dilapisi oleh epitel

bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet. Plika vokalis sejati dilapisi

oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina propria banyak kelenjar

campuran seromukosa. Ventikulus adalah lekukan dalam yang memisahkan plika

vokalis palsu dan plika vokalis sejati. Nodulus limfoid(2) di daerah ini

banyak ,kadang disebut tonsil laringeal.

D. Epiglotis

Permukaan laringeal : epitel silindris bertingkat bersilia dan bersel goblet

Permukaan lingual : epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk

Lamina propria : terdapat kelenjar campur

Dibawah epiglotis terdapat 2 pasang lipatan:

Atas : pita suara palsu (plica vestibularis)

Bawah : pita suara sejati (plica vocalis)

2. Saluran Pernapasan Bawah

Page 7: Sistem Pernapasan

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :

A. Trakea

Trakea adalah saluran dengan panjang 12-14 cm dan di lapisi mukosa

respiratorik. Di lamina propia, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa

menghasilkan mucus encer dan di submukosa, 16-20 cincin kartilago hialin

berbentuk C menjaga agar lumen trakea tetap terbuka dari cincin kartilago ini

terhadap di permukaan posterior trakea, menghadap esophagus dan dihubungkan

oleh suatu berkas otot polos (m. trakealis) dan suatu lembar jaringan fibro elastis

yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi oleh lapisan

adventisia.

Dinding trakea dilapisi oleh epitel respiratorik (E) khas yang terletak di

bawah jaringan ikat (CT) dan kelenjar seromukosa (G) pada lamina propria.

Submukosa memiliki cincin kartilago hialin (C) berbentuk huruf C yang dilapisi

oleh perikondrium (P). cairan mukosa encer yang dihasilkan sel goblet dan

kelenjar membentuk suatu lapisan yang memungkinkan pergerakkan silia

mendorong partikel asing secara kontinu keluar dari sistem pernapasan di

escalator mukosiliar. Pintu masuk pada cincin kartilago berada pada permukaan

Page 8: Sistem Pernapasan

posterior, yang berhadapan dengan esophagus, dan memiliki otot polos dan

jaringan elastis. Hal ini memungkinkan distensi lumen trakea ketika sebagian

makanan melewati esophagus. M. trachealis di pintu masuk kartilago C juga

berkontraksi selama refleks batuk untuk menyempitkan lumen trakea dan

menghasilkan dorongan udara dengan kuat dan mengeluarkan mucus dari saluran

napas.

Trakea menjadi rileks selama menelan untuk mempermudah pasase makanan

dengan memungkinkan esophagus menonjol ke dalam lumen trakea dengan

lapisan elastis yang mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks batuk,

otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trake dan meningkatkan kecepatan

pengeluaran udara dan melonggarkan materi pada pasase udara.

B. Bronkus

Setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang yang

mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar secara

structural mirip dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan kartilago dan otot

polosnya. Di bronkus primer kebanyakan cincin kartilago sepenuhnya

mengelilingi lumen bronkus, tetapi dengan seiring mengecilnya diameter

bronkus, cincin kartilago secara perlahan digantikan lempeng kartilago hialin.

Sejumlah besar kelenjar mukosa dan serosa juga ditemui dengan saluran yang

bermuara ke dalam lumen bronkus. Di lamina propria bronkus terdapat berkas

menyilang otot polos yang tersusun spiral yang menjadi lebih jelas terlihat di

cabang bronkus yang lebih kecil kontraksi lapisan otot ini bertanggung jawab atas

tampilan berlipat mukosa bronkus yang diamati pada sediaan histologis.

Page 9: Sistem Pernapasan

Bronkus (segmental) tersier. Pada potongan melintang bronkus besar, lapisan

epitel respiratorik (E) dan mukosa terlipat akibat kontraksi otot polosnya (SM).

Pada tahap ini di percabangan bronkus, dindingnya juga dikelilingi oleh banyak

bagian kartilago hialin (C) dan memiliki banyak kelenjar seromukosa (G) di

submukosa yang bermuara ke dalam lumen. Pada jaringan ikat yang mengelilingi

bronkus dapat terlihat arteri dan vena (V), yang juga bercabang sebagai pembuluh

kecil yang mendekati bronchioles respiratorius. Semua bronkus dikelilingi oleh

jaringan paru khas (LT) yang memperlihatkan banyak ruang di alveoli paru.

Lamina propria juga mengandung serat elastin dan juga memiliki banyak

kelenjar serosa dan mukosa dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen

bronkus. Banyak limfosit ditemukan baik di lamina propria dan di antara sel-sel

epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai di tempat

percabangan bronkus. Serat elastin, otot polos, MALT relative bertambah banyak

seiring dengan mengecilnya bronkus dan berkurangnya kartilago dan jaringan

ikat lain.

Page 10: Sistem Pernapasan

Dinding bronkus. (a) : Pandangan dengan pembesaran kuat bronkus

memperlihatkan epitel (E) yang terutama berupa sel silindris bersilia bertingkat.

Lamina propria (LP) mengandung lapisan otot polos (SM) yang mengelilingi

seluruh bronkus. Submukosa adalah tempat kartilago (C) penyangga dan

adventisia mencakup pembuluh darah (V) dan saraf (N). jaringan paru (LT)

secara langsung mengelilingi adventisia bronkus.

(b) : mikrograf ini memperlihatkan epitel bronkus yang lebih kecil dengan epitel

yang terutama berupa sel kolumnar dengan silia (panah) dengan lebih sedikit sel

goblet. Lamina propria memiliki otot polos (SM) dan kelenjar serosa kecil (G) di

dekat kartilago (C).

3. Paru-Paru

a. Bronkiolus

Bronkiolus yaitu jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang,

terbentuk setelah generasi ke 10 percabangan dan tidak memiliki kartilago

maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya

masih epitel bertingkat silindris bersilia, tetapi semakin memendek dan sederhana

sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronkiolus

terminalis yang lebih kecil. Sel goblet menghilang selama peralihan ini, tetapi

Page 11: Sistem Pernapasan

epitel bronkiolus terminalis juga mengandung sejumlah besar sel kolumnar lain:

sel bronkiolar eksokrin, yang lazim disebut sel clara. Sel yang aktif bermitosis ini

menyekresi komponen surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahanan yang

penting. Sebaran sel neuro endokrin juga dijumpai yang menghasilkan serotonin

dan peptide lain yang membantu mengatur tonus otot polos setempat. Kelompok

sel serupa yang disebut badan neuroepitel dijumpai di sejumlah bronkiolus dan

pada tingkat yang lebih tinggi di percabangan bronkus. Badan ini dipersarafi oleh

serabut sensoris dan autonom serta sejumlah sel tampaknya berfungsi sebagai

reseptor kemosensorik dalam memantau kadar O2 udara. Sel punca epithelial

juga dijumpai pada kelompok sel-sel tersebut.

Bronkiolus. Percabangan bronkus berdiameter lebih kecil 5 mm tidak

memiliki kartilago penyangga dan disebut bronkiolus. (a): Sebuah bronkiolus

besar memiliki epitel respiratorik € yang terlipat dan otot polos yang mencolok

(panah) tetapi disangga hanya oleh jaringan ikat fibrosa (C) tanpa kelenjar. (b):

Pemulasan serat elastin memperlihatkan kandungan elastin yang tinggi dalam

otot polos (mata panah) yang berhubungan dengan otot bronkiolus yang lebih

kecil (B) dengan epitel berupa epitel kolumnar. Serat elastin yang terpulas gelap

Page 12: Sistem Pernapasan

juga ditemukan di tunica media arteriol besar (A) di dekatnya dan dalam jumlah

yang lebih sedikit di venula (V) penyerta. Jaringan ikat mencakup banyak

limfosit (L) MALT dan nodul limfoid juga umum ditemukan pada tingkat ini. (c):

Di bronkiolus yang sangat kecil epitel (E) berkurang menjadi epitel kolumnar

rendah selapis dan sejumlah lapisan sel otot polos (panah) membentuk sebagian

besar dinding.

Lamina propria bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat

elastin. Otot-otot bronkus dan bronkiolus berada di bawah kendali nervus vagus

dan system saraf simpatis, selain pengaruh peptide neuroendokrin. Stimulasi

nervus vagus mengurangi diameter struktur-struktur tersebut : stimulasi simpatis

menghasilkan efek sebaliknya.

b. Bronkiolus Respiratorius

Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 lebih bronkiolus

respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan

bagian respiratorik sistem pernapasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara

struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang

diselingi oleh banyak alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian

bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi

pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus

gepeng (sel alveolus tipe I). Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini jumlah

alveolusnya senakin banyak dan jarak diantaranya semakin pendek. Diantara

alveolus epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia. Otot polos dan

jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Page 13: Sistem Pernapasan

Bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius dan alveoli. Bronkiolus

terminalis bercabang menjadi bronchiolus respiratorius yang kemudian bercabang

lebih lanjut menjadi ductus alveolaris dan setiap alveoli di sepanjang

permukaannya.

c. Duktus Alveolus

Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut

ductus alveolaris. Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.

Page 14: Sistem Pernapasan

Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan

dinding yang terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai

saccus alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut

kolagen elastis dan otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus

alveolaris.

d. Alveolus

Ruangan yang berada diantara ductus alveolaris dan saccus alveolaris

dinamakan atrium. Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang

berdinding tipis.

Yang menarik, dindingnya penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling

beranastomose.

Kadang ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus

pemisah(septa) antara 2 alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat

diduga untuk mengalirkan udara apabila terjadi sumbatan pada salah satu

bronchus.

III. Fisiologi Sistem Pernapasan

1. Ventilasi Paru

Ventilasi atau bernapas adalah cara tubuh untuk dalam pemasukan dan

pengeluaran udara dari paru ke atmosfer secara bergantian sehingga udara di

alveolus juga ikut dalam pertukaran O2 dan CO2 melauli kapiler darah. Udara

yang mengalir selama bernapas dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara

alveolus dan atmosfer,

Tekanan yang mempengaruhi:

a) Tekanan Atmosfer

Tekanan pada udara di atmosfer. Tekanan atmosfer 760mmHg pada

ketinggian permukaan laut. Tekanan ini dapat meningkat seiring dengan

Page 15: Sistem Pernapasan

penambahan atau pengurangan ketinggian diatas permukaan laut.

b) Tekanan Intra-alveolus

Tekana udara yang berada di alveolus. Tekanan pada intra-alveolus dengan

tekanan atmosfer harus seimbang.

c) Tekanan Intrapleura

Tekanan didalam kantung pleura, yang ditimbulkan diluar paru dalam rongga

torak Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah dibandingkan tekanan atmosfer

dan tidak menyesuaikan diri.

Pengaturan Aliran Udara Masuk dan Keluar

Aliran udara yang masuk dan keluar paru terjadi karena ada perubahan siklik

pada tekanan intra-alveolus. Hukum boyle menyatakan pada suhu yang konstan

bahwa tekanan pada udara berbanding terbalik dengan volume udara. Pada saat

volume gas meningkat, beriringan dengan berkurangnya tekanan udara yang ada,

begitu pula sebaliknya.

Otot-otot yang bekerja saat inspirasi maupun ekspirasi hanya membantu

merubah volume rongga toraks, yang akan juga berdampak dalam perubahan

volume paru. Karena dinding paru dan dinding toraks.

Otot-otot inspirasi utama, otot yang berkontraksi adalah diafragma dan otot

interkostalis eksterna. Otot-otot tersebut membuat rongga toraks membesar. Otot

pertama adalah diafragma, yang diatur oleh saraf frenikus berkontraksi membuat

posisinya turun sehingga memperbesar volume rongga toraks secara vertikal.

Otot kedua adalah otot interkostalis eksterna yang diaktifkan oleh saraf

interkostalis. Otot interkostalis eksterna ketika inspirasi mengalami kontraksi,

mengangkat iga dan sternum kearah depan dan atas sehingga memperbesar

rongga toraks secara lateral.

Page 16: Sistem Pernapasan

Otot-otot inspirasi tambahan yang berkontraksi adalah otot

sternokleidomastoideus dan otot skalenus. Kedua otot ini memperbesar rongga

toraks bagian atas.

Sewaktu inspirasi akibat dari kontraksi otot diatas yang membuat volume

rongga toraks membesar. Akibat dari volume rongga toraks membesar, tekanan

intra-alveolus lebih kecil dibandingkan tekanan atmosfer. Hal ini yang dapat

membuat aliran udara masuk ke dalam paru.

Pada awal ekspirasi atau biasa disebut dengan pernapasan tenang. Otot-otot

inspirasi relaksasi dan diafragma pun kembali ke posisi semula. Rongga toraks

yang terangkat dapat turun karena adanya gravitasi akibat otot interkostalis

externa yang melemas. Dinding dada dan paru yang tadinya meregang kembali ke

posisi semula. Hal ini menyebabkan tekanan di intra-alveolus meningkat karena

volume udaranya beradaptasi dengan ruangan yang telah kembali ke posisi

semula sebelum inspirasi. Tekanan di intra-alveolus meningkat menjadi

761mmHg menyebabkan aliran udara keluar dari paru menuju atmosfer.

Ekpirasi dapat menjadi lebih aktif atau bukan pernapasan tenang untuk

memaksimalkan pengosongan paru dan membuatnya lebih cepat. Ekspirasi aktif

mengeluarkan udara lebih banyak, itu sebabnya tekanan intra-alveolus harus lebih

tinggi dibandingkan tekanan atmosfer. Selain perbedaan tekanan yang besar, otot-

otot ekspirasi saat kontraksi juga mampu membantu ekspirasi aktif dengan

mengecilkan volume rongga toraks dan paru. Otot-otot yang berperan pada saat

ekspirasi adalah otot pada dinding abdomen dan otot interkostalis interna. Otot

pada dinding abdomen saat berkontraksi meningkatkan tekannan intra-abdomen

yang membuat gaya dorong ke atas pada diafragma. Otot interkostalis interna

berkontraksi menarik iga turun ke posisi semula, membuat datar dinding dada,

akibatnya ukuran rongga toraks berkurang.

2. Transportasi O2 dan CO2 dari darah ke jaringan

Page 17: Sistem Pernapasan

Sebagian besar O2 dalam darah diangkut dalam keadaan terikat dengan

Hemoglobin

Oksigen dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara kimiawi

berikatan dengan hemoglobin

O2 yang larut secara fisik sangat sedikit sehingga jumlah yang larut

berbanding lurus dengan tekanan O2 darah: semakin tinggi tekanan O2,

semakin banyak O2 yang larut. Pada tekanan O2 arteri normal sebesar 100

mmHg, hanya 3 mL O2 yang dapat larut dalam 1 L darah. Karena itu, hanya

15 mL O2/mnt yang dapat larut dalamaliran darah paru normal 5 L/mnt

(curah jantng istirahat).

Oksigen Yang Terikat Ke Hemoglobin

Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi dan terdapat di

dalam sel darah merah, dapat membentuk ikatan yang longgar dan mudah

berkombinasi reversibel dengan O2. Karena tidak berikatan dengan O2, Hb

disebut hemoglobin tereduksi atau deoksihemoglobin; ketika berikatan

dengan O2, ia disebut oksihemoglobin.

Hb + O2 HbO2

PO2 adalah faktor utama yang menentukan persen saturasi hemoglobin.

Masing-masing dari keempat atom besi di dalam bagian heme sebuah

molekul hemoglobin dapat berikatan dengan satu molekul Hb dapat

membawa hingga empat molekul O2. Hemoglobin dianggap jenuh ketika

semua Hb yang ada membawa O2 secara maksimal.persen saturasi

hemoglobin, suatu ukuran seberapa banyak Hb yang ada berikatan dengan

O2, dapat bervariasi dari 0% hingga 100%

Hemoglobin mendorong perpindahan neto O2 di tingkat alveolus dan

jaringan.

Page 18: Sistem Pernapasan

Peran Hemoglobin di tingkat Alveolus.

Hemoglobin bekerja sebagai depo penyimpanan untuk O2, memindahkan O2

dari larutan segera setelah molekul ini masuk ke darah dari alveolus. Karena

hanya O2 larut yang berperan membentuk PO2, O2 yang tersimpan di Hb

tidak dapat membentuk Po2 darah. Difusi neto O2 dari alveolus ke darah

sebenarnya terjadi secara terus-menerus hingga Hb mengalami saturasi

lengkap oleh O2 sesuai dengan dimungkinkan oleh PO2 tersebut.

Peran Hemoglobun di Tingkat Jaringan

Situasu kebalikannya di tingkat jaringan. Karena PO2 darah yang masuk ke

kapiler sistemik jauh lebih besar daripada PO2 jaringan sekitar, O2 segera

berdifusi dari darah ke jaringan, menrukan PO2 darah. Ketika PO2 turun, Hb

harus melepaskan sebagian dari O2 yang dibawanya karena % saturasi Hb

berkurang.

Faktor-Faktor di Tingkat Jaringan mendorong pelepasan O2 dari

hemoglobin

Meskipun faktor utama yang menentukan % saturasi Hb adalah PO2 darah,

faktor lain dapat mempengaruhi afinitas, atau kekuatan ikatan antara Hb dan

O2, dan karenanya dapat menggeser kurva O2-Hb. Efek-efek tersebut adalah

1) Efek CO2 pada % Saturasi Hb

i. Menggeer kurva O2-Hb ke kanan. % saturasi Hb tetap bergantung

pada PO2, tetapi untuk PO2 tertentu, jumlah O2 dan Hb yang

berikatan lebih sedikit. PCO2 darah meningkat ke kapiler

sistemiksewaktu CO2 berdifusi menurumo gradien tekanan parsial

dari sel ke dalam darah.

2) Efek Asam % pada saturasi Hb

i. Peningkatan keasaman juga menggeser kurva ke kanan. Karena CO2

menghasilkan asam karbonat (H2CO3), darah menjadi lebih asam

Page 19: Sistem Pernapasan

ditingkat kapiler sistemik sewaktu darah mnyerap CO2 dari

jaringan.

3) Efek Bohr

i. Pengaruh CO2 dan pembebasan O2 dikenal sebagai efek Bohr. Baik

Co2 maupun komponen ion Hidrogen asam dapat berikatan secara

reversibel dengan Hb setempat selain tempat pengikatan O2.

Akibatnya adalah perubahan struktur molekul Hb yang mengurangi

afinitasnya terhadap O2.

4) Efek Suhu pada % Saturasi Hb

i. Peningkatan suhu menggeser kurva O2-Hb ke kanan, menyebabkan

banyak O2 yang dibebaskan pada PO2 tertentu, peningkatan suhu

lokal meningkatkan pembebasan O2 dari Hb untuk diguakan oleh

jaringan yang lebih aktif.

5) Perbandingan Faktor Ini di tingkat Jaringan dan Paru

i. Peningkatan CO2, keasaman, dan suhu tingkat jaringan, yang

semuanya berkaitan dengan peningkatan metabolisme sel dan

peningkatan konsumsi O2, meningkatkan efek penurunan PO2

dalam mempermuda pembebasan O2 dari Hb.

6) Efe 2,3-bifosfogliserat pada % saturasi Hb

i. Suatu faktor dalam se darah merah juga dapat mempengaruhi derajat

pengikatan O2-Hb. Konstituen eritrosit ini yang diproduksi sewaktu

sel darah merah melakukan metabolisme, dapat berikatan secara

reversibel dengan Hb dan mengurangi afinitasnya terhadap Hb.

Hemoglobin memiliki afinitas jauh lebh besarterhadap karbon monoksida

daripada terhadap O2

Sebagian besar CO2 diangkut dalam darah sebagai bikarbonat

1. Larut secara fisik.karena CO2 lebih larut, jumlah CO2 yang

Page 20: Sistem Pernapasan

larut secara fisik dalam darah bergantung pada PCO2. Karena

CO2 lebih larutdibandingkan O2 dalam air plasma, proporsi

CO2 yang larut secara fisik dalam darah lebih besar daripada

O2.

2. Terikat Hemoglobin

Sebanyak 30% berikatan dengan Hb untuk membentuk

(karbomino hemoglobin) . Hb tereduksi lebih memiliki

afinitas terhadap CO2 dibandgkan O2.

3. Sebagai bikarbonat

Sejauh ini cara yang paling penting untuk mengagkut CO2

adalah sebagai bikarbonat dengan 60% CO2 diubah menjadi

HCO3- oleh reaksi kimia berikut.

CO2 + H20 H2Co3 H+ + HCO3-

Pada kenyataannya, di bawah pengaruh karbonat anhidrase,

reaksinya berlanjut secara langsung dari CO2 + HO menjadi H+ +

HCO3, tanpa adanya langah H2CO3 dengan enzim karbonat anhidrase

Sewaktu reaksi ini terjadi, HCO3- dan H+ menumpuk di darah kapiler

sistemik. Membran sel darah mrah memiliki karier HCO3- Cl- yang

secara pasif mempermudah difusi ion-ion ini dalam arah berlawanan

menembus membran.pergeseran masuk Cl- sebagai penukar efluks

HCO3- yang dihasilkan oleh CO2 ini dikenal sebagai pergeseran

klorida.

3. Difusi O2 dan CO2

Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah dimulai

dengan masuknya oksigen melalui hidung. Setelah masuk kehidung udara

melewati pharynx dan larynx berlanjut ke trakea dan masuk ke dalam paru-paru.

Page 21: Sistem Pernapasan

Ketika masuk ke paru-paru, udara dari trakea masuk melalui bronkus primer,

sekunder, lalu bronkus segmental sebelum akhirnya masuk ke alveoli.

Bronkus yang menghubungkan bronkus segmental dengan alveoli adalah

bronkus terminal. Satu kumpulan alveolus disebut alveoli. Dalam suatu alveoli

terdapat duktus alveoli yang merupakan cabang dari bronkus terminal dan juga

sakus alveoli yang merupakan kumpulan alveoli. Alveolus tersebut di perdarahi

oleh vena dan arteri pulmonal. Dalam satu alveolus diperdarahi oleh venuol

pulmonal yang mengangkut oksigen dari paru, dan juga arteriol pulmonal yang

mengangkut karbon dioksida dari jantung.

Dalam sebuah penampang dari duktus alveoli, dapat dilihat bahwa alveolus

memiliki dua jenis sel yang menjadi dinding selnya, yakni sel epitel dan sel

surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan paru. Selain itu

alveoli juga memiliki makrofag untuk sistem pertahanan tubuh, karena alveolus

berhubungan langsung dengan udara luar. Diantara alveolus-alveolus terdapat

kapiler yang membawa eritrosit yang mengikat gas. Jarak antara kapiler dengan

membran alveolus adalah 0,5. Oksigen dan karbon dioksida keluar masuk melalui

membran alveolus.

Secara terperinci, perpindahan gas dari eritrosit menuju alveolus dan

sebaliknya, dimulai dari transport gas dari pembuluh darah. Karbon dioksida

yang bebas dalam plasma dapat langsung berdifusi masuk ke alveolus. Selain itu

di dalam darah juga terdapat ion bikarbonat dan hidrogen yang bebas dalam

plasma, ketika ada reaksi ionisasi dari ion bikarbonat dan ion hidrogen dalam

plasma, dalam waktu yang lambat dapat menghasilkan karbon dioksida dan air

yang akan berdifusi masuk alveolus.

Ion bikarbonat yang bebas dalam plasma juga bisa masuk ke eritrosit

dengan pompa pertukaran dengan klorida. Ion bikarbonat tersebut dalam bereaksi

dengan ion hidrogen yang akan dikatalis oleh enzim carbonik anhidrase, yang

dalam waktu cepat dapat menghasilkan karbon dioksida dan air untuk didifusikan

ke alveolus.

Page 22: Sistem Pernapasan

Selain itu, karboamino hemoglobin yang berada dalam eritrosit juga dapat

dipecah menjadi karbon monoksida dan hemoglobin, yangmana karbon dioksida

nya akan berdifusi ke alveolus, dan hemoglobinnya tetap di dalam.

Untuk difusi oksigen, oksigen dalam alveolus dapat langsung berdifusi ke

plasma. Selain itu, oksigen juga bisa masuk ke eritrosit dan bereaksi dengan

hidrohemoglobin yang akan menghasilkan oksihemoglobin dan ion hidrogen, ion

hidrogen itu dapat bereaksi dengan ion bikarbonat pada jalur difusi karbon

dioksida dengan enzim karbonik anhidrase.

IV. Pemeriksaan

1. Inspeksi

Mengamati keadaan umum pasien. Adanya edema,deviasi trakea.

2. Palpasi: di dinding toraks

Menempelkan telapak tangan dan jari-jari tangan pada dinding dada.meminta

pasien mengucapkan kata 99.

3. Perkusi

Dengan pemeriksaan perkusi pada dinding toraks akan menggetarkan udara

yang yang ada dalam paru. Bunyi yang dihasilan dari perkusi sonor, hipersonor,

redup, pekak.

4. Auskultasi paru

Pada orang sehat dapat didengar suara napas veskuler, trakeal, bronkial,

bronkovesikuler.

Jenis pernafasan lain: asmatis,amphoric.

Suara napas tambahan: ronki,rongki basah,rongki basa nyaring.

Page 23: Sistem Pernapasan