sistem pernapasan
DESCRIPTION
FisiologiTRANSCRIPT
MAKALAH SISTEM PERNAPASANBLOK 11
Disusun oleh :1. Ismail (1461050002)2. Prita Alif Amiria (1461050023)3. Lisa Novita Putri Br Ginting (1461050041)4. Benedikta Suryandari (1461050043)5. Pratika Lawrence Sasube (1461050084)6. Abdul Aziz (1461050094)7. Irvan Christian Wenben (1461050119)8. Aziza (1461050159)9. Meisy Handayani (1461050181)
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2015
I. Anatomi Sistem Pernapasan
1. Hidung
Eksternal: kulit disangga tulang dan kartilago dan tulang hidung.
Internal: selaput lendir/concha nasalis (inferior, medial, superior)
Fungsi: saluran udara pernapasan, penyaring udara pernapasan (bulu hidung),
menghangatkan udara pernapasan (mukosa).
2. Trakea
Organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di bawah laring,
bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah dan berbatasan
dengan percabangan bronkus. Panjang trakea mencapai 4 inchi (10-12 cm)
dengan ukuran diameter ±2 cm.
Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher
dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
3. Paru-Paru
A. Apeks Pulmo
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.
B. Basis Pulmo
Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan lebih kontak dari pada paru-paru kiri.
C. Insisura atau Pulmo
Dengan adanya fisura atau takik yang ada pada umumnya, paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus dapat digunakan untuk menentukan diagnosis.
Pada paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu:
1. Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di depan insisura.
2. Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura.
Paru-paru kanan memeliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura interlobularies sekunder.
Insisura obligue (interlobularies primer): mulai daerah atas dan ke belakang sampai ke hilus
setinggi vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah dengan iga ke-6 sampai linie
aksilaris media ke ruang interkostal ke-6 memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan
kembali ke hilus.
Insisura interlobularies sekunder: mulai insisura obligue pada aksilaris media berjalan
horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis keenam terus ke hilus. Insisura
obligue memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal
memisahkan lobus medius dari lobus superior.
C. Radiks Pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spenalis dikelilingi oleh garis peralihan pleura, susunan alat utama bronkus, arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis segmen pulmonari.
Dari bronkus lobaris radiks pulmonari bercabang menjadi bronkus segmentorum. Segmen bronkus pulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum, dan mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum yang berdekatan, sedangkan darah vena diatur oleh vena-vena yang terletak intersegmental.
Segmen Paru-Paru Kanan
1. Lobus superior
0. Segmen apikal
i. Segmen superior
ii. Segmen anterior
iii. Lobus medius
0. Segmen lateral
i. Segmen medial
2. Lobus inferior
0. Segmen superior
i. Semen mediobasal
ii. Segmen aterobasal
iii. Segmen laterobasal
iv. Segmen posteriobasal
Segmen Paru-Paru Kiri
1. Lobus superior
0. Segmen apikoposterior
i. Segmen anterior
ii. Segmen superior
iii. Segmen inferior
2. Lobus inferior
0. Segmen superior
i. Segmen ateriomediobasal
ii. Segmen lateralbasal
iii. Segmen laterobasal
II. Histologi Sistem Pernapasan
Terdapat 5 jenis sel yang khas dalam epitel respirasi
Sel silindris bersilia
Sel terbanyak, memiliki ≥300 silia
Sel goblet
Mengandung mukus kaya polisakarida
Sel sikat (brush)
Terdapat banyak mikrovili pada permukaan apikalnya
Sel basal
Sel bulat kecil terletak diatas laminal basal
Sel granula kecil
Mirip sel basal dan memiliki banyak granul
1. Saluran Pernapasan Atas
Saluran Respirasi Atas terdiri dari Hidung, Faring, Laring, dan Epiglotis
A. Hidung
Hidung mempunyai dua bagian yang disekat oleh septum, yaitu
Vestibulum dan Fossa Nasal
Bagian yang lebar disebut vestibulum dan bagian yang kecil dibagian
belakang disebut Fossa nasal.
a) Vestibulum
Vestibulum merupakan bagian paling anterior dari cavum nasi.
Didalamnya terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, vibrissae. Epitel
yang terdapan dalam vestibulum adalah epitel berlapis gepeng dengan
lapisan tanduk (kulit) yang akan berubah menjadi epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk kemudian berubah menjadi epitel respirasi sebelum
masuk fossa nasal
b) Fossa nasal
Dari dinding lateral menonjol 3 tonjolan tulang/konka, yaitu konka
superior, konka media, dan konka inferior.
Konka superior ditutupi epitel olfaktorius
Epitel olfaktorius dikhususkan untuk menerima rangsang bau
Epitel olfaktorius merupakan epitel bertingkat semi silindris tanpa
sel goblet dan tanpa sel silia motil
Selain itu, kelenjar olfaktorius menghasilkan sekret serosa
Saraf olfaktorius menggambarkan kumpulan akson aferen yang
meninggalkan sel olfaktorius dan berlanjut ke dalam rongga
tengkorak ,tempat saraf ini bersinaps dengan saraf olfaktorius
Konka media dan inferior ditutupi epitel repirasi
Epitel Respirasi membatasi dari rongga hidung sampai
bronkiolus terminalis.
B. Faring
Faring terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Nasofaring
Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle, diliputi
oleh epitel bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet
b. Orofaring
Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah,
diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
c. Laringofaring
Terletak di belakang laring, diliputi epitel yang bervariasi,
sebagian besar oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
C. Laring
Pilka vokalis palsu (superior) disebut juga pita suara,dilapisi oleh epitel
bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet. Plika vokalis sejati dilapisi
oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina propria banyak kelenjar
campuran seromukosa. Ventikulus adalah lekukan dalam yang memisahkan plika
vokalis palsu dan plika vokalis sejati. Nodulus limfoid(2) di daerah ini
banyak ,kadang disebut tonsil laringeal.
D. Epiglotis
Permukaan laringeal : epitel silindris bertingkat bersilia dan bersel goblet
Permukaan lingual : epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk
Lamina propria : terdapat kelenjar campur
Dibawah epiglotis terdapat 2 pasang lipatan:
Atas : pita suara palsu (plica vestibularis)
Bawah : pita suara sejati (plica vocalis)
2. Saluran Pernapasan Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :
A. Trakea
Trakea adalah saluran dengan panjang 12-14 cm dan di lapisi mukosa
respiratorik. Di lamina propia, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa
menghasilkan mucus encer dan di submukosa, 16-20 cincin kartilago hialin
berbentuk C menjaga agar lumen trakea tetap terbuka dari cincin kartilago ini
terhadap di permukaan posterior trakea, menghadap esophagus dan dihubungkan
oleh suatu berkas otot polos (m. trakealis) dan suatu lembar jaringan fibro elastis
yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi oleh lapisan
adventisia.
Dinding trakea dilapisi oleh epitel respiratorik (E) khas yang terletak di
bawah jaringan ikat (CT) dan kelenjar seromukosa (G) pada lamina propria.
Submukosa memiliki cincin kartilago hialin (C) berbentuk huruf C yang dilapisi
oleh perikondrium (P). cairan mukosa encer yang dihasilkan sel goblet dan
kelenjar membentuk suatu lapisan yang memungkinkan pergerakkan silia
mendorong partikel asing secara kontinu keluar dari sistem pernapasan di
escalator mukosiliar. Pintu masuk pada cincin kartilago berada pada permukaan
posterior, yang berhadapan dengan esophagus, dan memiliki otot polos dan
jaringan elastis. Hal ini memungkinkan distensi lumen trakea ketika sebagian
makanan melewati esophagus. M. trachealis di pintu masuk kartilago C juga
berkontraksi selama refleks batuk untuk menyempitkan lumen trakea dan
menghasilkan dorongan udara dengan kuat dan mengeluarkan mucus dari saluran
napas.
Trakea menjadi rileks selama menelan untuk mempermudah pasase makanan
dengan memungkinkan esophagus menonjol ke dalam lumen trakea dengan
lapisan elastis yang mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks batuk,
otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trake dan meningkatkan kecepatan
pengeluaran udara dan melonggarkan materi pada pasase udara.
B. Bronkus
Setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang yang
mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar secara
structural mirip dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan kartilago dan otot
polosnya. Di bronkus primer kebanyakan cincin kartilago sepenuhnya
mengelilingi lumen bronkus, tetapi dengan seiring mengecilnya diameter
bronkus, cincin kartilago secara perlahan digantikan lempeng kartilago hialin.
Sejumlah besar kelenjar mukosa dan serosa juga ditemui dengan saluran yang
bermuara ke dalam lumen bronkus. Di lamina propria bronkus terdapat berkas
menyilang otot polos yang tersusun spiral yang menjadi lebih jelas terlihat di
cabang bronkus yang lebih kecil kontraksi lapisan otot ini bertanggung jawab atas
tampilan berlipat mukosa bronkus yang diamati pada sediaan histologis.
Bronkus (segmental) tersier. Pada potongan melintang bronkus besar, lapisan
epitel respiratorik (E) dan mukosa terlipat akibat kontraksi otot polosnya (SM).
Pada tahap ini di percabangan bronkus, dindingnya juga dikelilingi oleh banyak
bagian kartilago hialin (C) dan memiliki banyak kelenjar seromukosa (G) di
submukosa yang bermuara ke dalam lumen. Pada jaringan ikat yang mengelilingi
bronkus dapat terlihat arteri dan vena (V), yang juga bercabang sebagai pembuluh
kecil yang mendekati bronchioles respiratorius. Semua bronkus dikelilingi oleh
jaringan paru khas (LT) yang memperlihatkan banyak ruang di alveoli paru.
Lamina propria juga mengandung serat elastin dan juga memiliki banyak
kelenjar serosa dan mukosa dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen
bronkus. Banyak limfosit ditemukan baik di lamina propria dan di antara sel-sel
epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai di tempat
percabangan bronkus. Serat elastin, otot polos, MALT relative bertambah banyak
seiring dengan mengecilnya bronkus dan berkurangnya kartilago dan jaringan
ikat lain.
Dinding bronkus. (a) : Pandangan dengan pembesaran kuat bronkus
memperlihatkan epitel (E) yang terutama berupa sel silindris bersilia bertingkat.
Lamina propria (LP) mengandung lapisan otot polos (SM) yang mengelilingi
seluruh bronkus. Submukosa adalah tempat kartilago (C) penyangga dan
adventisia mencakup pembuluh darah (V) dan saraf (N). jaringan paru (LT)
secara langsung mengelilingi adventisia bronkus.
(b) : mikrograf ini memperlihatkan epitel bronkus yang lebih kecil dengan epitel
yang terutama berupa sel kolumnar dengan silia (panah) dengan lebih sedikit sel
goblet. Lamina propria memiliki otot polos (SM) dan kelenjar serosa kecil (G) di
dekat kartilago (C).
3. Paru-Paru
a. Bronkiolus
Bronkiolus yaitu jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang,
terbentuk setelah generasi ke 10 percabangan dan tidak memiliki kartilago
maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya
masih epitel bertingkat silindris bersilia, tetapi semakin memendek dan sederhana
sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronkiolus
terminalis yang lebih kecil. Sel goblet menghilang selama peralihan ini, tetapi
epitel bronkiolus terminalis juga mengandung sejumlah besar sel kolumnar lain:
sel bronkiolar eksokrin, yang lazim disebut sel clara. Sel yang aktif bermitosis ini
menyekresi komponen surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahanan yang
penting. Sebaran sel neuro endokrin juga dijumpai yang menghasilkan serotonin
dan peptide lain yang membantu mengatur tonus otot polos setempat. Kelompok
sel serupa yang disebut badan neuroepitel dijumpai di sejumlah bronkiolus dan
pada tingkat yang lebih tinggi di percabangan bronkus. Badan ini dipersarafi oleh
serabut sensoris dan autonom serta sejumlah sel tampaknya berfungsi sebagai
reseptor kemosensorik dalam memantau kadar O2 udara. Sel punca epithelial
juga dijumpai pada kelompok sel-sel tersebut.
Bronkiolus. Percabangan bronkus berdiameter lebih kecil 5 mm tidak
memiliki kartilago penyangga dan disebut bronkiolus. (a): Sebuah bronkiolus
besar memiliki epitel respiratorik € yang terlipat dan otot polos yang mencolok
(panah) tetapi disangga hanya oleh jaringan ikat fibrosa (C) tanpa kelenjar. (b):
Pemulasan serat elastin memperlihatkan kandungan elastin yang tinggi dalam
otot polos (mata panah) yang berhubungan dengan otot bronkiolus yang lebih
kecil (B) dengan epitel berupa epitel kolumnar. Serat elastin yang terpulas gelap
juga ditemukan di tunica media arteriol besar (A) di dekatnya dan dalam jumlah
yang lebih sedikit di venula (V) penyerta. Jaringan ikat mencakup banyak
limfosit (L) MALT dan nodul limfoid juga umum ditemukan pada tingkat ini. (c):
Di bronkiolus yang sangat kecil epitel (E) berkurang menjadi epitel kolumnar
rendah selapis dan sejumlah lapisan sel otot polos (panah) membentuk sebagian
besar dinding.
Lamina propria bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat
elastin. Otot-otot bronkus dan bronkiolus berada di bawah kendali nervus vagus
dan system saraf simpatis, selain pengaruh peptide neuroendokrin. Stimulasi
nervus vagus mengurangi diameter struktur-struktur tersebut : stimulasi simpatis
menghasilkan efek sebaliknya.
b. Bronkiolus Respiratorius
Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 lebih bronkiolus
respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan
bagian respiratorik sistem pernapasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara
struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang
diselingi oleh banyak alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian
bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi
pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus
gepeng (sel alveolus tipe I). Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini jumlah
alveolusnya senakin banyak dan jarak diantaranya semakin pendek. Diantara
alveolus epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia. Otot polos dan
jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel bronkiolus respiratorius.
Bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius dan alveoli. Bronkiolus
terminalis bercabang menjadi bronchiolus respiratorius yang kemudian bercabang
lebih lanjut menjadi ductus alveolaris dan setiap alveoli di sepanjang
permukaannya.
c. Duktus Alveolus
Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut
ductus alveolaris. Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.
Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan
dinding yang terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai
saccus alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut
kolagen elastis dan otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus
alveolaris.
d. Alveolus
Ruangan yang berada diantara ductus alveolaris dan saccus alveolaris
dinamakan atrium. Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang
berdinding tipis.
Yang menarik, dindingnya penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling
beranastomose.
Kadang ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus
pemisah(septa) antara 2 alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat
diduga untuk mengalirkan udara apabila terjadi sumbatan pada salah satu
bronchus.
III. Fisiologi Sistem Pernapasan
1. Ventilasi Paru
Ventilasi atau bernapas adalah cara tubuh untuk dalam pemasukan dan
pengeluaran udara dari paru ke atmosfer secara bergantian sehingga udara di
alveolus juga ikut dalam pertukaran O2 dan CO2 melauli kapiler darah. Udara
yang mengalir selama bernapas dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara
alveolus dan atmosfer,
Tekanan yang mempengaruhi:
a) Tekanan Atmosfer
Tekanan pada udara di atmosfer. Tekanan atmosfer 760mmHg pada
ketinggian permukaan laut. Tekanan ini dapat meningkat seiring dengan
penambahan atau pengurangan ketinggian diatas permukaan laut.
b) Tekanan Intra-alveolus
Tekana udara yang berada di alveolus. Tekanan pada intra-alveolus dengan
tekanan atmosfer harus seimbang.
c) Tekanan Intrapleura
Tekanan didalam kantung pleura, yang ditimbulkan diluar paru dalam rongga
torak Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah dibandingkan tekanan atmosfer
dan tidak menyesuaikan diri.
Pengaturan Aliran Udara Masuk dan Keluar
Aliran udara yang masuk dan keluar paru terjadi karena ada perubahan siklik
pada tekanan intra-alveolus. Hukum boyle menyatakan pada suhu yang konstan
bahwa tekanan pada udara berbanding terbalik dengan volume udara. Pada saat
volume gas meningkat, beriringan dengan berkurangnya tekanan udara yang ada,
begitu pula sebaliknya.
Otot-otot yang bekerja saat inspirasi maupun ekspirasi hanya membantu
merubah volume rongga toraks, yang akan juga berdampak dalam perubahan
volume paru. Karena dinding paru dan dinding toraks.
Otot-otot inspirasi utama, otot yang berkontraksi adalah diafragma dan otot
interkostalis eksterna. Otot-otot tersebut membuat rongga toraks membesar. Otot
pertama adalah diafragma, yang diatur oleh saraf frenikus berkontraksi membuat
posisinya turun sehingga memperbesar volume rongga toraks secara vertikal.
Otot kedua adalah otot interkostalis eksterna yang diaktifkan oleh saraf
interkostalis. Otot interkostalis eksterna ketika inspirasi mengalami kontraksi,
mengangkat iga dan sternum kearah depan dan atas sehingga memperbesar
rongga toraks secara lateral.
Otot-otot inspirasi tambahan yang berkontraksi adalah otot
sternokleidomastoideus dan otot skalenus. Kedua otot ini memperbesar rongga
toraks bagian atas.
Sewaktu inspirasi akibat dari kontraksi otot diatas yang membuat volume
rongga toraks membesar. Akibat dari volume rongga toraks membesar, tekanan
intra-alveolus lebih kecil dibandingkan tekanan atmosfer. Hal ini yang dapat
membuat aliran udara masuk ke dalam paru.
Pada awal ekspirasi atau biasa disebut dengan pernapasan tenang. Otot-otot
inspirasi relaksasi dan diafragma pun kembali ke posisi semula. Rongga toraks
yang terangkat dapat turun karena adanya gravitasi akibat otot interkostalis
externa yang melemas. Dinding dada dan paru yang tadinya meregang kembali ke
posisi semula. Hal ini menyebabkan tekanan di intra-alveolus meningkat karena
volume udaranya beradaptasi dengan ruangan yang telah kembali ke posisi
semula sebelum inspirasi. Tekanan di intra-alveolus meningkat menjadi
761mmHg menyebabkan aliran udara keluar dari paru menuju atmosfer.
Ekpirasi dapat menjadi lebih aktif atau bukan pernapasan tenang untuk
memaksimalkan pengosongan paru dan membuatnya lebih cepat. Ekspirasi aktif
mengeluarkan udara lebih banyak, itu sebabnya tekanan intra-alveolus harus lebih
tinggi dibandingkan tekanan atmosfer. Selain perbedaan tekanan yang besar, otot-
otot ekspirasi saat kontraksi juga mampu membantu ekspirasi aktif dengan
mengecilkan volume rongga toraks dan paru. Otot-otot yang berperan pada saat
ekspirasi adalah otot pada dinding abdomen dan otot interkostalis interna. Otot
pada dinding abdomen saat berkontraksi meningkatkan tekannan intra-abdomen
yang membuat gaya dorong ke atas pada diafragma. Otot interkostalis interna
berkontraksi menarik iga turun ke posisi semula, membuat datar dinding dada,
akibatnya ukuran rongga toraks berkurang.
2. Transportasi O2 dan CO2 dari darah ke jaringan
Sebagian besar O2 dalam darah diangkut dalam keadaan terikat dengan
Hemoglobin
Oksigen dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara kimiawi
berikatan dengan hemoglobin
O2 yang larut secara fisik sangat sedikit sehingga jumlah yang larut
berbanding lurus dengan tekanan O2 darah: semakin tinggi tekanan O2,
semakin banyak O2 yang larut. Pada tekanan O2 arteri normal sebesar 100
mmHg, hanya 3 mL O2 yang dapat larut dalam 1 L darah. Karena itu, hanya
15 mL O2/mnt yang dapat larut dalamaliran darah paru normal 5 L/mnt
(curah jantng istirahat).
Oksigen Yang Terikat Ke Hemoglobin
Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi dan terdapat di
dalam sel darah merah, dapat membentuk ikatan yang longgar dan mudah
berkombinasi reversibel dengan O2. Karena tidak berikatan dengan O2, Hb
disebut hemoglobin tereduksi atau deoksihemoglobin; ketika berikatan
dengan O2, ia disebut oksihemoglobin.
Hb + O2 HbO2
PO2 adalah faktor utama yang menentukan persen saturasi hemoglobin.
Masing-masing dari keempat atom besi di dalam bagian heme sebuah
molekul hemoglobin dapat berikatan dengan satu molekul Hb dapat
membawa hingga empat molekul O2. Hemoglobin dianggap jenuh ketika
semua Hb yang ada membawa O2 secara maksimal.persen saturasi
hemoglobin, suatu ukuran seberapa banyak Hb yang ada berikatan dengan
O2, dapat bervariasi dari 0% hingga 100%
Hemoglobin mendorong perpindahan neto O2 di tingkat alveolus dan
jaringan.
Peran Hemoglobin di tingkat Alveolus.
Hemoglobin bekerja sebagai depo penyimpanan untuk O2, memindahkan O2
dari larutan segera setelah molekul ini masuk ke darah dari alveolus. Karena
hanya O2 larut yang berperan membentuk PO2, O2 yang tersimpan di Hb
tidak dapat membentuk Po2 darah. Difusi neto O2 dari alveolus ke darah
sebenarnya terjadi secara terus-menerus hingga Hb mengalami saturasi
lengkap oleh O2 sesuai dengan dimungkinkan oleh PO2 tersebut.
Peran Hemoglobun di Tingkat Jaringan
Situasu kebalikannya di tingkat jaringan. Karena PO2 darah yang masuk ke
kapiler sistemik jauh lebih besar daripada PO2 jaringan sekitar, O2 segera
berdifusi dari darah ke jaringan, menrukan PO2 darah. Ketika PO2 turun, Hb
harus melepaskan sebagian dari O2 yang dibawanya karena % saturasi Hb
berkurang.
Faktor-Faktor di Tingkat Jaringan mendorong pelepasan O2 dari
hemoglobin
Meskipun faktor utama yang menentukan % saturasi Hb adalah PO2 darah,
faktor lain dapat mempengaruhi afinitas, atau kekuatan ikatan antara Hb dan
O2, dan karenanya dapat menggeser kurva O2-Hb. Efek-efek tersebut adalah
1) Efek CO2 pada % Saturasi Hb
i. Menggeer kurva O2-Hb ke kanan. % saturasi Hb tetap bergantung
pada PO2, tetapi untuk PO2 tertentu, jumlah O2 dan Hb yang
berikatan lebih sedikit. PCO2 darah meningkat ke kapiler
sistemiksewaktu CO2 berdifusi menurumo gradien tekanan parsial
dari sel ke dalam darah.
2) Efek Asam % pada saturasi Hb
i. Peningkatan keasaman juga menggeser kurva ke kanan. Karena CO2
menghasilkan asam karbonat (H2CO3), darah menjadi lebih asam
ditingkat kapiler sistemik sewaktu darah mnyerap CO2 dari
jaringan.
3) Efek Bohr
i. Pengaruh CO2 dan pembebasan O2 dikenal sebagai efek Bohr. Baik
Co2 maupun komponen ion Hidrogen asam dapat berikatan secara
reversibel dengan Hb setempat selain tempat pengikatan O2.
Akibatnya adalah perubahan struktur molekul Hb yang mengurangi
afinitasnya terhadap O2.
4) Efek Suhu pada % Saturasi Hb
i. Peningkatan suhu menggeser kurva O2-Hb ke kanan, menyebabkan
banyak O2 yang dibebaskan pada PO2 tertentu, peningkatan suhu
lokal meningkatkan pembebasan O2 dari Hb untuk diguakan oleh
jaringan yang lebih aktif.
5) Perbandingan Faktor Ini di tingkat Jaringan dan Paru
i. Peningkatan CO2, keasaman, dan suhu tingkat jaringan, yang
semuanya berkaitan dengan peningkatan metabolisme sel dan
peningkatan konsumsi O2, meningkatkan efek penurunan PO2
dalam mempermuda pembebasan O2 dari Hb.
6) Efe 2,3-bifosfogliserat pada % saturasi Hb
i. Suatu faktor dalam se darah merah juga dapat mempengaruhi derajat
pengikatan O2-Hb. Konstituen eritrosit ini yang diproduksi sewaktu
sel darah merah melakukan metabolisme, dapat berikatan secara
reversibel dengan Hb dan mengurangi afinitasnya terhadap Hb.
Hemoglobin memiliki afinitas jauh lebh besarterhadap karbon monoksida
daripada terhadap O2
Sebagian besar CO2 diangkut dalam darah sebagai bikarbonat
1. Larut secara fisik.karena CO2 lebih larut, jumlah CO2 yang
larut secara fisik dalam darah bergantung pada PCO2. Karena
CO2 lebih larutdibandingkan O2 dalam air plasma, proporsi
CO2 yang larut secara fisik dalam darah lebih besar daripada
O2.
2. Terikat Hemoglobin
Sebanyak 30% berikatan dengan Hb untuk membentuk
(karbomino hemoglobin) . Hb tereduksi lebih memiliki
afinitas terhadap CO2 dibandgkan O2.
3. Sebagai bikarbonat
Sejauh ini cara yang paling penting untuk mengagkut CO2
adalah sebagai bikarbonat dengan 60% CO2 diubah menjadi
HCO3- oleh reaksi kimia berikut.
CO2 + H20 H2Co3 H+ + HCO3-
Pada kenyataannya, di bawah pengaruh karbonat anhidrase,
reaksinya berlanjut secara langsung dari CO2 + HO menjadi H+ +
HCO3, tanpa adanya langah H2CO3 dengan enzim karbonat anhidrase
Sewaktu reaksi ini terjadi, HCO3- dan H+ menumpuk di darah kapiler
sistemik. Membran sel darah mrah memiliki karier HCO3- Cl- yang
secara pasif mempermudah difusi ion-ion ini dalam arah berlawanan
menembus membran.pergeseran masuk Cl- sebagai penukar efluks
HCO3- yang dihasilkan oleh CO2 ini dikenal sebagai pergeseran
klorida.
3. Difusi O2 dan CO2
Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah dimulai
dengan masuknya oksigen melalui hidung. Setelah masuk kehidung udara
melewati pharynx dan larynx berlanjut ke trakea dan masuk ke dalam paru-paru.
Ketika masuk ke paru-paru, udara dari trakea masuk melalui bronkus primer,
sekunder, lalu bronkus segmental sebelum akhirnya masuk ke alveoli.
Bronkus yang menghubungkan bronkus segmental dengan alveoli adalah
bronkus terminal. Satu kumpulan alveolus disebut alveoli. Dalam suatu alveoli
terdapat duktus alveoli yang merupakan cabang dari bronkus terminal dan juga
sakus alveoli yang merupakan kumpulan alveoli. Alveolus tersebut di perdarahi
oleh vena dan arteri pulmonal. Dalam satu alveolus diperdarahi oleh venuol
pulmonal yang mengangkut oksigen dari paru, dan juga arteriol pulmonal yang
mengangkut karbon dioksida dari jantung.
Dalam sebuah penampang dari duktus alveoli, dapat dilihat bahwa alveolus
memiliki dua jenis sel yang menjadi dinding selnya, yakni sel epitel dan sel
surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan paru. Selain itu
alveoli juga memiliki makrofag untuk sistem pertahanan tubuh, karena alveolus
berhubungan langsung dengan udara luar. Diantara alveolus-alveolus terdapat
kapiler yang membawa eritrosit yang mengikat gas. Jarak antara kapiler dengan
membran alveolus adalah 0,5. Oksigen dan karbon dioksida keluar masuk melalui
membran alveolus.
Secara terperinci, perpindahan gas dari eritrosit menuju alveolus dan
sebaliknya, dimulai dari transport gas dari pembuluh darah. Karbon dioksida
yang bebas dalam plasma dapat langsung berdifusi masuk ke alveolus. Selain itu
di dalam darah juga terdapat ion bikarbonat dan hidrogen yang bebas dalam
plasma, ketika ada reaksi ionisasi dari ion bikarbonat dan ion hidrogen dalam
plasma, dalam waktu yang lambat dapat menghasilkan karbon dioksida dan air
yang akan berdifusi masuk alveolus.
Ion bikarbonat yang bebas dalam plasma juga bisa masuk ke eritrosit
dengan pompa pertukaran dengan klorida. Ion bikarbonat tersebut dalam bereaksi
dengan ion hidrogen yang akan dikatalis oleh enzim carbonik anhidrase, yang
dalam waktu cepat dapat menghasilkan karbon dioksida dan air untuk didifusikan
ke alveolus.
Selain itu, karboamino hemoglobin yang berada dalam eritrosit juga dapat
dipecah menjadi karbon monoksida dan hemoglobin, yangmana karbon dioksida
nya akan berdifusi ke alveolus, dan hemoglobinnya tetap di dalam.
Untuk difusi oksigen, oksigen dalam alveolus dapat langsung berdifusi ke
plasma. Selain itu, oksigen juga bisa masuk ke eritrosit dan bereaksi dengan
hidrohemoglobin yang akan menghasilkan oksihemoglobin dan ion hidrogen, ion
hidrogen itu dapat bereaksi dengan ion bikarbonat pada jalur difusi karbon
dioksida dengan enzim karbonik anhidrase.
IV. Pemeriksaan
1. Inspeksi
Mengamati keadaan umum pasien. Adanya edema,deviasi trakea.
2. Palpasi: di dinding toraks
Menempelkan telapak tangan dan jari-jari tangan pada dinding dada.meminta
pasien mengucapkan kata 99.
3. Perkusi
Dengan pemeriksaan perkusi pada dinding toraks akan menggetarkan udara
yang yang ada dalam paru. Bunyi yang dihasilan dari perkusi sonor, hipersonor,
redup, pekak.
4. Auskultasi paru
Pada orang sehat dapat didengar suara napas veskuler, trakeal, bronkial,
bronkovesikuler.
Jenis pernafasan lain: asmatis,amphoric.
Suara napas tambahan: ronki,rongki basah,rongki basa nyaring.