sistem pendidikan pondok pesantren darul muttaqien … · sistem pendidikan pondok pesantren darul...
TRANSCRIPT
SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
DALAM MENINGKATKAN LIFE SKILLS SANTRI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Teguh Iswanto
(11140110000044)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRACT
Teguh Iswanto (NIM: 11140110000044). Islamic Boarding School Education
System to Increase Santri Life Skills in Darul Muttaqien Islamic Boarding
School.
The purpose of this study is to find out how the education system of Islamic
boarding schools that are made has an affiliation to life skills or life skills. This
research was conducted at the Darul Muttaqien Islamic Boarding School. The subject
of this research is the education system policy makers and the santri as implementers
of the education system created. This research method uses qualitative methods using
a case study form. The point is that in qualitative research the data collected is not in
the form of numbers, but the data may come from interviews, field notes, personal
documents, and others.
The results of this study indicate that, Darul Muttaqien Islamic Boarding
School in managing its education by creating a modern education model that is
integrated into the classical sciences that does not leave the characteristics of a
boarding school There are several fields of management of Islamic boarding schools
used to improve santri's life skills through the program created by TMI and the care
of Darul Muttaqien Islamic Boarding School.
Keywords: Education System, Islamic Boarding Schools, Life Skills
ii
ABSTRAK
Teguh Iswanto (NIM : 11140110000044). Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Dalam Meningkatkan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem pendidikan
pondok pesantren yang dibuat mempunyai afiliasi terhadap kecakapan hidup atau life
skills. Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Subjek
penelitian ini adalah para pembuat kebijakan sistem pendidikan dan para santri
sebagai pelaksana sistem pendidikan yang dibuat. Metode penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan memakai bentuk studi kasus. Maksudnya
adalah dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,
melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumen pribadi, dan lainnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, Pondok Pesantren Darul
Muttaqien dalam mengelola pendidikannya dengan cara menciptakan model
pendidikan modern yang terintegrasi pada ilmu-ilmu klasik yang tidak meningalkan
ciri khas suatu pondok pesantren Ada beberapa bidang pengelolaan pondok pesantren
yang digunakan untuk meningkatkan life skills santri yakni melalui program yang
dibuat oleh TMI dan Pengasuhan Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Diantaranya
pada bidang sossial santri dibekali untuk bisa berorganisasi melalui wadah organisasi
santri yaitu OPDM, praktek pengabdian masyarakat atau PPM. Dibidang vokasional
santri dibekali ekstrakulikuler dengan berbagai macam ekstrakulikuler. Dibidang
akademik santri dibekali pembacaan kitab klasik dan diskusi masalah-masalah
kehidupan yang ada.
Kata Kunci : Sistem Pendidikan, Pondok Pesantren, Life Skills
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem
Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Life Skills Santri (Studi Kasus :
Pondok Pesantren Darul Muttaqien)”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya doa, bantuan, bimbingan,
dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sururin, MA.g, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah Saleh, M.A. selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Akhmad Shodiq, MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberi bimbingan, arahan, maupun kritik dan saran yang sangat bermanfaat
selama mengerjakan skripsi.
6. Tanenji, S.Ag., M.A. selaku dosen PAI yang telah memberikan arahan dan
semangat agar dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu, serta selalu
mengingatkan untuk bersyukur dan menikmati setiap prosesnya.
iv
7. Segenap dosen PAI, terima kasih atas ilmu, nasehat, motivasi, serta tugas-
tugas yang selama ini telah mendewasakan saya, berkat mereka, saya
mendapatkan banyak ilmu mengenai pengajaran.
8. Drs. KH. Mad Rodja Sukarta Pimpinan Pondok Pesantren Darul Muttaqien
yang dengan ikhlas mendidik dan mengajarkan banyak hal kepada saya.
9. Abdullah Hudri, S.S Kepala Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien yang
dengan tangan terbuka menerima saya untuk melakukan penelitian.
10. Dewan guru TMI Pondok Pesantren Darul Muttaqien yang telah memberikan
banyak contoh, teladan, pengalaman, dan memberi kesempatan untuk belajar
lebih banyak, serta tak lupa untuk santriwan dan santriwati Pondok Pesantren
Darul Muttaqien yang selalu menyambut saya dengan suka cita.
11. Kedua orang tua saya, Ibu Uswati, dan Bapak Puasdi, terima kasih karena
tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun
material, serta telah mengajarkan kemandirian, kerja keras, dan bersyukur
terhadap segala sesuatu yang saya miliki.
12. Adik saya, Ahmad Taufik, yang tidak henti-hentinya memberikan do’a dan
dukungannya serta bantuannya. Dan yang telah menghibur dan
menghilangkan kejenuhan selama pembuatan skripsi.
13. Sahabat-sahabat tersayang dan seperjuangan, Faridatunnuha, Sholihin
Firdaus, Novalda Pertiwi S.Pd, Zefi Khomara S.Pd, Ghilman Hanif, Santri
Ekawati, Ajeng Rahmawati Dewi S.Pd, Amelia Kurnia dan Ghita Tamalia,
yang telah mengingatkan untuk selalu ber’doa dan berusaha, menghibur,
menemani, dan menyemangati selama proses pembuatan skripsi.
14. Teman-teman PAI 2014 khususnya PAI B yang senantiasa menyemagati saya
dalam menyelesaikan skripsi.
15. Teman-teman seperjuangan di HMI Distrik PAI dan kawan kawan pengurus
IKRADA yang selalu memberi ide-ide baru dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
v
Demikian ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan dan iringan do’a
selalu semoga segala amal yang kalian berikan akan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis sadar, meskipun usaha telah maksimal tetapi sebagai manusia pastilah
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima saran
dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga karya
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga bagi pengembangan pendidikan.
Jakarta, 11 Januari
2019
Penulis,
Teguh Iswanto
NIM. 11140110000044
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sistem Pendidikan Pesantren ......................................................................... 9
1. Pengertian Sistem Pendidikan Pesantren ................................................ 9
2. Aspek – Aspek Sistem Pendidikan Pesantren ....................................... 13
B. Pondok Pesantren ....................................................................................... 17
1. Pengertian Pondok Pesantren ............................................................... 17
2. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren ................................................... 19
3. Karakteristik Pondok Pesantren ........................................................... 23
4. Tujuan Pendidikan Pesantren ............................................................... 29
5. Tipologi Pondok Pesantren ................................................................... 31
C. Life Skills .................................................................................................... 35
1. Pengertian Life Skills ........................................................................... 35
2. Pengembangan Life Skills .................................................................... 37
D. Penelitian Yang Relefan ............................................................................. 39
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................................... 42
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 42
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 43
D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 47
E. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data ....................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 50
B. Deskripsi Dan Interpretasi Data ..................................................................... 57
1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqien Dalam
Meningkatkan Life Skills Santri .............................................................. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pandangan progresif pembangunan bangsa Indonesia di era-globalisasi
diarahkan pada terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri,
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum, dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
tinggi serta disiplin.1
“Di era globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), pondok pesantren juga dituntut untuk lebih meningkatkan kualitasnya,
baik dibidang keagamaan, intelektual, maupun life skill yang mumpuni, sehingga
eksistensi pondok pesantren tetap kokoh”.2 Maka pondok pesantren harus bisa
melahirkan lulusan-lulusan santri yang bisa bersaing di zaman globalisasi. Karena
dengan melahirkan sumber daya yang baik maka marwah pondok pesantren
tersebut akan selalu terjaga seiring berkembangnya zaman.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menjadikan nilai-nilai sosial mengalami perubahan dan juga moral, gaya hidup
dan berbagai problematika kehidupan manusia yang semakin kompleks. Hampir
disemua bidang menuntut sesuatu yang cepat dan serba instan, maka wajar apabila
saat ini banyak pihak yang menuntut adanya sumber daya manusia yang
1 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : Rosda Karya, 2004) h. 3
2 Abidin, Zainal, “Implementasi Pendidikan Life Skill Di Pondok Pesantren Darussalam
Blokagung Banyuwangi”, Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam, Volume VI
No. 1: 162-173, September 2014, h. 163
2
berkualitas dan siap pakai dalam menghadapi arus globalisasi ini. Dalam situasi
dan kondisi ini maka lembaga pendidikan juga memiliki andil untuk melahirkan
sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih lembaga pendidikan islam atau
pondok pesantren.3
Dengan perubahan-perubahan yang ada pada zaman ini seharusnya pondok
pesantren bisa menjadi solusi untuk masalah-masalah yang muncul. “Oleh karena
itulah pesantren kemudian dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change):
sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat berperan sebagai dinamisator
dan katalisator permberdayaan sumber daya manusia”.4 Sudah sepatutnya dengan
peran yang telah dijelaskan maka pondok pesantren harus menjadi solusi agar
masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat bisa terselesaikan dengan
mencetak santri yang berkualitas.
Jelas bahwa posisi pondok pesantren di dalam tatanan dan struktur piramida
sosial masyarakat memiliki peran penting bagi terwujudnya masyarakat yang adil
dan makmur. Adanya posisi penting yang dimiliki oleh pesantren menuntutnya
untuk memanikan peran penting pula dalam setiap proses-proses pembangunan
sosial baik melalui potensi atau sistem pendidikan maupun pengembangan sumber
daya manusia yang baik yaitu santri yang menunut ilmu di pondok pesantren.
Karena pondok peantren juga di kenal oleh banyak kalangan masyarakat memiliki
misi untuk membebaskan santrinya dari belenggu kebodohan yang selama ini
menjadi musuh paling utama dari dunia pendidikan secara global.5
“Di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, disebutkan secara tersirat bahwa
melalui pendidikan diharapkan potensi peserta didik dapat dikembangkan agar
3 Noor, Agus Hasbi, “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok Pesantren Dalam
Meningkatkan Kemandirian Santri”, Jurnal EMPOWERMENT, Volume 3, Nomor 1 Februari 2015,
h.2 4 HM Amin Haedari dkk, “Masa Depan Pesantren”, (Jakarta : IRD PRESS, 2004), h. 81
5 HS Mastuki dkk, ”Manajemen Pondok Pesantren”, (Jakarta : DIVA PUSTAKA, 2005), h.
10
3
berani menghadapi problema kehidupan tanpa merasa tertekan, memiliki kemauan
dan kemampuan, serta senang mengembangkan diri untuk menjadi manusia
unggul”.6 Oleh karena itu tujuan pendidikan pada hakekatnya harus berupaya
menciptakan suasa belajar yang sesuai dengan bekal peserta didik dengan berbagai
kecakapan hidup (life skill).
Tuntutan akan peningkatan kualitas pendidikan harus disikapi dengan sangat
serius dan seksama, karena ketertinggalan dalam bidang pendidikan akan
menimbulkan dua persoalan besar yakni kebodohan dan kemiskinan. Sektor
pendidikan harus ditempatkan dalam tatanan khusus dan menjadi prioritas pertama
serta utama yang amat sangat penting dalam kontek pembangunan suatu bangsa.
Begitu juga dengan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan harus bisa
menjawab tuntutan pendidikan yang ada.
“Bila para santri selama di pesantren dibekali dengan program life skill sesuai
dengan minat dan bakat santri, maka mereka akan menjadi generasi potensial yang
mampu hidup mandiri didaerah masing-masing”.7 Karena memang sudah
sepatutnya pondok pesantren membekali santri-santri nya dengan program
kecakapan hidup (life skill) agar mereka siap bersaing dengan lulusan lain ketika
terjun ke masyarakat.
Dari pemaparan tersebut penulisi telah melakukan studi pendahuluan di
pondok pesantren Darul Muttaqien dan mengamati bagaimana sistem pendidikan
yang ada di pondok pesantren tersebut. Pondok pesantren Darul Muttaqien
memiliki sistem pendidikan terpadu yang memadukan antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu modern. Ada tiga fokus dari sistem pendidikan yang ada di pondok
6 Noor, Agus Hasbi, op. cit., h.2
7 Koswara Rochmat, “Manajemen Pelatihan Life Skill Dalam Upaya Pemberdayaan Santri Di
Pondok Pesantren”, Jurnal EMPOWERMENT, Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, h. 42
4
pesantren Darul Muttaqien anatara lain baca tulis qur’an, kemampuan berbahasa
Arab dan Inggris, dan Dirasah Islamiyah atau pendidikan agama Islam baik teori
maupun praktek.8
Tiga hal tersebut memang nyatanya sudah dituangkan dalam visi pondok
pesantren Darul Muttaqien yaitu,
VISI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
“Dalam rangka menyiapkan generasi Muslim yang berkualitas, Pondok
Pesantren Darul Muttaqien akan menerapkan Pendidikan Islam Terpadu dengan
pendekatan "Learning Process" serta berkomunikasi berbahasa Arab dan Inggris
melalui Manajemen terpadu dan peningkatan hubungan kemitraan”.9
Dengan visi tersebut maka pondok pesantren Darul Muttaqien fokus pada
pencapaian yang sudah dibuat dan dituangkan dalam visinya. Selain visi dan
sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien penulis juga
mengamati beberapa hal yg ada di lingkungan pondok pesantren. Seluruh santri
berpakaian dengan rapih dan sopan, tingkat disiplin yang tinggi dan kegiatan yang
padat sejak santri bangun tidur hingga tidur kembali. Lingkungan yang sangat
bersih, karena pondok ini pernah mendapatkan prestasi pondok terbersih se-Jawa
Barat. Guru-guru yang ramah, juga sarana dan prasarana yang sangat memadai
untuk santri melakukan seluruh aktifitasnya.10
Penulis juga menemukan masih banyak santri yang tidak menggunakan
bahasa Arab dan Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari, padahal ini menjadi
salah satu kewajiban santri. Masih banyak juga santri akhir yang masih bingung
untuk melanjutkan jenjangnya setelah ia lulus dari pondok pesantren. Terdapat
8 Hasil wawancara dengan Ustadz Abdullah Hudri, pada hari senin 25 Februari 2019 pukul
09:00 WIB di pondok pesantren Darul Muttaqien. 9 Hasil observasi dokumen, pada hari minggu 9 Desember 2018 pukul 10:00 WIB di pondok
pesantren Darul Muttaqien. 10
Hasil observasi kunjungan, pada hari minggu 9 Desember 2018 pukul 10:00 WIB di
pondok pesantren Darul Muttaqien.
5
juga santri yang masih bergantung pada orang tuanya selama hidup di pondok
pesantren. Ada juga santri yang belum lancar dan benar dalam membaca Al-quran.
Dari pemaparan tersebut, pondok pesantren dengan berbagai pesoalan yang
ada di santri dan dengan visi misinya juga berbagai program yang ada mempunyai
tanggung jawab untuk memfasilitasi para santri agar semua yang ingin dicapai bisa
terwujud. Maka penulis tertarik untuk melalukan penelitian di pondok pesantren
Darul Muttaqien Parung Bogor terkait sistem pendidikan yang ada di pondok
pesantren Darul Muttaqien dalam meningkatkan kecakapan hidup santri di pondok
pesantren yang nantinya semua itu akan di terapkan dikehidupan masyarakat.
Maka dari itu judul yang diajukan pada skripsi ini adalah “Sistem Pendidikan
Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Life Skill Santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Banyaknya santri yang tidak aktif memakai bahasa Arab dan Inggris.
2. Santri yang bingung dalam memilih untuk melanjutkan karir nya setelah lulus
dari pondok pesantren.
3. Orang tua santri yang masih belum percaya sepenuhnya terhadap pondok
pesantren.
4. Masih ada santri yang belum lancar dalam membaca dan menulis Al-quran.
C. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut penulis tidak akan
mengungkap seluruh masalah yang ada, melaikan penulis akan fokus terhadap
masalah yang ingin di ungkap agar penelitian ini dapat terarah dan tercapai sesuai
tujuan penelitian. Penulis membatasai fokus penelitian ini terhadap sistem
pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien dalam meningkatkan
6
kecakapan hidup atau life skill santri. Dengan subfokus diantaranya program
pesantren, visi misi pesantren, kegiatan-kegiatan pesantren, dan para santri yang
menjalankan semua sistem dan program yang ada. Dan juga dengan fokus
penelitian ini dapat diungkapkan, dianalisis, dan dideskripsikan oleh penulis
bagaimana sistem yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien dalam
meningkatkan kecakapan hidup atau life skill santri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang sudah
dipaparkan di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut; Bagaimanakah Sistem
Pendidikan Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Life Skill Santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang sistem
pendidikan di pondok pesantren Darul Muttaqien dalam meningkatkan kecakapan
hidup atau life skill santri.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Bagi peneliti
Sebagai media belajar dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar dan
berlatih berfikir kritis, juga untuk memperluas wawasan dan mempertajam
analisis berpikir kritis tentang sistem pendidikan Pondok Pesantren dalam
meningkatkan life skills santri.
2. Manfaat Bagi Pondok Pesantren Darul Muttaqien
a. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan kebijakan lebih lanjut, dalam rangka sistem Pondok
Pesantren dalam meningkatkan life skills santri.
7
b. Sebagai bahan dokumentasi yang dapat menambah dan melengkapi
khazanah referensi.
3. Manfaat Bagi Santri
Dengan adanya penelitian ini diharapkan santri lebih bisa menyadari
betapa pentingnya untuk menjadi manusia yang professional di bidangnya.
Sehingga dengan profesionalisme, santri mampu bersaing di dunia kerja dan
di tengah-tengah masyarakat global,
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sistem Pendidikan Pesantren
1. Pengertian Sistem Pendidikan Pesantren
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani
(sustema) adalah sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan.1
Dalam terminology ilmu pendidikan, sistem dpat diartikan sebagai
suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri-
sendiri (independent) atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau
tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.2
“Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.3
Jelas bahwa sistem pendidikan formal mempunyai perbedaan dan
karakteristik masing-masing dengan sistem pendidikan pondok pesantren.
Dilihat dari segi budaya dan sejarah yang ada sistem pendidikan sekolah
formal dan sistem pendidikan pondok pesantren pun berbeda. Pada dasarnya
1 A.K. Ahmad Muda, Kamus Lengkap Bahasa Idonesia. (Jakarta: Reality Publisher, 2006) h.
45-50 2 Abdullah Syukri Zarkasyi, GONTOR & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 29 3 Departemen Pendidikan Nasional. 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 2
9
pendidikan pondok pesantren disebut sistem pendidikan produk Indonesia.
Atau dengan istilah indigenous (pendidikan asli Indonesia).4 “Dulu, pusat
pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang guru, di mana
murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan belajar mengaji.
Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari biar tidak
mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari”.5
Pondok pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan
sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan bersama guru,
kyai dan senior mereka. Oleh karena itu hubungan yang terjalin antara santri,
guru, kyai dalam proses pendidikan berjalan intensif, tidak sekedar hubungan
formal ustadz dan santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan
pendidikan berlangsung sepanjang hari, dari pagi hingga malam hari.6
Pesantren sebagai lembaga pendidikan merupakan sistem yang
memiliki beberapa sub sistem, setiap sub sistem memiliki beberapa sub-sub
sistem dan seterusnya, setiap sub sistem dengan sub sistem yang lain saling
mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Sub sistem dari sistem pendidikan
pesantren antara lain :
a. Aktor atau pelaku: Kyai, ustadz, santri dan pengurus
b. Sarana perangkat keras: Masjid, rumah kyai, rumah ustadz dan asrama,
pondok dan asrama santri , gedung sekolah atau madrasah, tanah untuk
pertanian dan lain-lain.
4 M. Naquib Al-Attas dalam Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid
Terhadap Pendidikan Islam Tradisional), (Jakarta : Ciputat Prees, 2002), h. 5 5 Darussalam Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam,
Volume VI No. 1, September 2014, h. 165 6 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20: Pergumulan Antara
Modernisasi Dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 36
10
c. Sarana perangkat lunak: Tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib,
perpustakaan, pusat penerangan, keterampilan, pusat pengembangan
masyarakat, dan lain-lain.7
2. Aspek-Aspek Sistem Pendidikan Pesantren
Ada beberapa aspek sistem pendidikan pesantren yang dikaji dalam
skripsi ini meliputi:
a. Pendidik
Pendidik ialah orang yang melaksanakan tugas mendidik atau
orang yang memberikan pendidikan dan pengajaran, baik dalam
lingkungan formal, informal maupun nonformal. Pendidik ini
merupakan faktor human kedua sesudah terdidik. Walaupun
pandangan dari prinsip teacher centered pada umumnya tidak
diterima, tetapi pendidik mempunyai peranan penting di dalam
proses pendidikan. Sebab tanpa pendidik pendidikan tak mungkin
dapat berlangsung.8
b. Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik
atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga
masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.
Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik
dan mental maupun pikiran.
7 Ahmad Syahid (edt), Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat, (Depag dan INCIS,
2002), h. 30-31 8 Nu‟man, Aspek-aspek Pendidikan Islam dan Implementasinya Dalam Pembinaan Mental
Peserta Didik, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005), h. 76
11
Secara peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam
sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren
bahkan dalam lingkungan masyarakat. dalam proses ini peserta didik
akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin tidak
disadarinya, sebagai contoh seorang peserta didik mendapatkan buku
pelajaran tertentu yang ia beli dari sebuah toko buku.
c. Lingkungan
Dalam kaitannya dengan lingkungan, pendidikan juga dikatakan
sebagai suatu proses interaksi yang terjadi antara seseorang dengan
lingkungannya. Jadi, lingkungan yang dimaksud disini adalah
lingkungan yang berupa keadaan sekitar yang mempengaruhi
pendidikan peserta didik.9
d. Manajemen Pendidikan Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan (non formal) dan bagian
dari sistem pendidikan nasional yang memiliki tanggungjawab sama
dengan lembaga pendidikan lain (formal) dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk itu, semua unsur pesantren
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan
pesantren melalui manajemen yang sesuai dengan karakteristiknya.
Manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.10
Dalam pelaksanaannya , manajemen di setiap pesantren tidak sama,
sesuai dengan kemampuan pesantren dalam melakukan
pembaharuan. Pesantren menurut Hasan Basri sekurang-kurangnya
9 Ibid.,
10 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
Cet. 3, h.1
12
dibedakan menjadi tiga corak yaitu: 1) Pesantren Tradisional, 2)
Pesantren Transisional, 3) Pesantren Modern.11
B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pondok secara bahasa, pondok pesantren berasal dari dua kata
pondok dan pesantren. Pondok berarti asrama-asrama para santri yang
dibuat dari bambu, atau berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti
rumah penginapan, hotel atau asrama. Sementara itu, pesantren berakar
pada kata santri yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti melek
huruf, yaitu orang yang berusaha mendalami kitab-kitab yang ditulisi
dengan bahasa Arab.12
Secara terminologi, “pondok pesantren merupakan institusi sosial
keagamaan yang menjadi wahana pendidikan bagi umat Islam yang ingin
mendalami ilmu-ilmu keagamaan”.13
Pondok pesantren dalam terminologi
keagamaan merupakan institusi pendidikan Islam, namun demikian
pesantren mempunyai icon sosial yang memiliki pranata sosial di
masyarakat. Hal ini karena pondok pesantren memiliki modalitas sosial
yang khas, yaitu: 1). Ketokohan kyai, 2). Santri, 3). Independent dan
mandiri, dan 4). Jaringan sosial yang kuat antar alumni pondok pesantren.14
Abdullah Syukri Zarkasyi lebih lanjut mengatakan bahwa “tumbuhnya
pesantren berawal dari keberadaan seorang „alim yang tinggal di suatu
daerah yang kemudian berdatangan santri-santri untuk belajar kepadanya.
11
Hasan Basri, Pesantren: Karakteristik dan Unsur-unsur Kelembagaan, dalam Abudinnata
(eds), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Grasindo, 2001), h.124
12 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h.80 13
Mun‟im, Jurnal Pendidikan Islam, Peran Pesantren Dalam Education For All Di Era
Globalisasi, Vol. 01, No. 01, Juni 2009. h. 10 14
Ibid,
13
Lama-kelamaan rumah „alim itu tidak mampu menampung banyaknya
santri yang terus bertambah. Dari situlah muncul ide untuk membangun
sebuah pemondokan yang didirikan disekitar ruamh kiyai tersebut”.15
Inilah yang menjadi cikal bakal adanya pondok pesantren yang sudah
dijelaskan oleh pimpinan pondok pesantren modern Gontor.
Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah
lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan diniyah (tradisional) atau secara terpadu
dengan jenis pendidikan lainnya, seperti pendidikan formal (modern).
2. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren
Sistem berasal dari bahasa latin yakni systema dan bahasa yunani
sustema adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai
tujuan.16
Sedangkan pengajaran adalah suatu cara bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik dengan kata lain
pengajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki
pengalaman belajar. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan
dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan
menyebarkan agama Islam serta melatih para santri untuk siap dan mampu
mandiri.
Sistem pengajaran pondok modern berbeda dengan pondol pesantren
salafiyah pada umumnya. Di pondok modern telah dipergunakan sistem
klasikal dengan menggunakan media belajar yang sudah modern atau
canggih
15
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:
Rajawali Press, 2005), h.1 16
A. K. Ahmad Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006),
h.45-50
14
3. Karakteristik Pondok Pesantren
Di kutip dalam jurnal tarbawi Pondok Pesantren, Ciri Khas
Perkembangannya karya Ferdinan, menurut Mukti Ali yang dikemukakan
oleh Imam Bawani, mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan Islam
yang disebut pesantren, sekurang-kurangnya memiliki karakteristik yaitu,
Kyai yang mengajar dan mendidik, santri yang belajar dari kyai, masjid
sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, shalat berjama‟ah dan
sebagainya, serta pondok atau asrama tempat tingggal para santri.17
Sementara itu dalam buku Jejak Pesantren, Zamakhsyari Dhofier
menyebutkan lima elemen pesantren, yaitu: pondok, masjid, pengajaran
kitab-kitab klasik, santri dan kyai.Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-
kitab klasik dan kyai sebagai elemen dalam suatu pesantren. Lembaga
pengajian yang memiliki kelima elemen tersebut akan tergolong sebagai
pesantren. 18
Zamakhsyari Dhofier juga mengatakan, karakteristik pendidikan di
pesantren terlihat dari bangunan-bangunan yang sengaja dibuat sederhana,
sekaligus menekankan kesederhanaan cara hidup para santri. Oleh
karenanya, kehidupan pondok pesantren adalah kehidupan dengan pola
hidup mandiri, santri dituntut dapat mengurus dirinya terutama kebutuhan
badaniyahnya atau tidak tergantung pada orang lain kecuali kepada Allah.
Dalam belajar kitab-kitab klasik, kyai menuntut pemebelajaran individual,
artinya santri dituntut mampu belajar secara mandiri dan berusaha
membaca kitab-kitab yang lebih besar setelah kyai memberikan dasar
dalam mempelajarinya.19
17
Ferdinan, Jurnal Tarbawi Pondok Pesantren, Ciri Khas Perkembangannya, Volume 1 No 1 ISSN
2527-4082, 2016, h.15
18 Rama, Bahaking, Jejak Pesantren, Kajian Pesantren As‟adiyah Sengkang Sulawesi Selatan, Cet. I;
Jakarta Pusat: PT. Parodatama Wiragemilang, 2003
19 Ibid,.
15
Jika dilihat dari proses munculnya atau lahirnya sebuah pesantren,
maka kelima elemen dapat diurutkan mulai dari kyai, masjid, santri,
pondok dan pengajaran kitab Islam klasik. Dengan mengambil tempat di
masjid, kyai mengajarkan para santrinya dengan materi kitab-kitab Islam
klasik. Pondok, masjid, santri, kiai dan pengajaran kitab-kitab klasik
merupakan lima elemen dasar yang dapat menjelaskan secara sederhana
apa sesungguhnya hakikat pesantren itu, yang membedakannya dengan
lembaga pendidikan lainnya.
4. Tujuan Pendidikan Pesantren
Menurut Djamaluddin dan Arifin, “rumusan tujuan formal pondok
pesantren perlu disesuaikan dengan tujuan pendidikan seperti yang telah
ditetapkan oleh UU yang berlaku”.20
Jadi, perlu adanya perumusan tujuan
yang bersifat integral yang dapat menampung cita-cita negara dan ulama.
Hal ini karena pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam sekaligus
sub sistem dari pendidikan nasional. Khususnya dalam bidang pendidikan.
Kalau demikian, tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan ajaran
ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut
dalam semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang
yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.
2. Tujuan Khusus
a. Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi orang muslim
yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir dan batin sebagai warga
negara yang berpancasila;
20
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h.
239
16
b. Mendidik siswa atau santri untuk menjadi manusia muslim selaku
kader-kader ulama dan muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah,
tangguh, wiraswasta dalam mengembangkan syariat-syariat Islam
secara utuh dan dinamis;
c. Mendidik siswa atau santri untuk memperoleh kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan bangsa dan negara;
d. Mendidik penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional
(pedesaan/ masyarakat lingkungannya);
e. Mendidik siswa atau santri menjadi tenaga-tenaga yang cakap
dalam berbagai sektor pembangunan khususnya dalam
pembangunan mental spiritual; dan
f. Mendidik siswa atau santri untuk membangun meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka usaha
pembangunan masyarakat bangsanya.21
Dari beberapa deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
esensial, pendidikan pesantren bertujuan untuk membentuk insan kamil
(manusia paripurna), yaitu kepribadian Muslim yang kaffah (universal) di
segala bidang.
5. Tipologi Pondok Pesantren
Pada dasarnya, pesanrten didirikan untuk mencetak para ulama‟ atau
para ahli dalam agama Islam. Meurut Hasbullah, pesantren merupakan
bapak dari pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren dilahirkan atas
kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan
mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama‟ atau
21
Team Penyusun, Standarisasi Pengajaran Agama Di Pondok Pesantren
(Jakarta:Departemen Agama RI, 1985), 12-13.
17
da‟i.22
Dalam melaksanakan misi tersebut, pesantren menerapkan beberapa
metode pembelajaran tersendiri yang menjadikan pesantren memiliki
tipologi yang berbeda-beda sesuai dengan kekhasannya. Dalam memahami
tipologi pesantren, dapat digunakan panduan dari Departemen Agama
(sekarang Kementerian Agama) tentang pembagian tipologi pesantren di
Indonesia sebagai pijakan yang bisa dianggap baku. Dari berbagai tingkat
konsistensi dengan sistem lama dan berpengaruh pada keterpengaruhan
dengan sistem modern, secara garis besar pondok pesantren dapat
dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu: a) Pondok Pesantren Salafiyah,
b) Pondok Pesantren Khalafiyah, dan c) Pondok Pesantren
Campuran/Kombinasi.23
Pesantren salafi yaitu pesantren yang tetap mempertahankan sistem
(materi pengajaran) yang sebenarnya kitab-kitab klasik Islam atau kitab
dengan huruf Arab gundul (tanpa baris apapun). Sistem sorogan
(individual) menjadi sendi utama yang diterapkan. Pengetahuan non agama
tidak diajarkan. Pesantren khalafi yaitu sistem pesantren yang menerapkan
sistem madrasah yaitu pengajaran secara kalsikal, dan memasukkan
pengetahuan umum ini dan bahasa non Arab dalam kurikulum serta pada
akhir-akhir ini menambahkannya sebagai keterampilan.24
22
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Cet. 3, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), h.138
23 Departemen Agama RI-Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren
dan Madrasah Diniyah; lah, Pertumbuhan dan Perkembangannya¸ (Jakarta: Departemen Agama RI,
2003), h. 29-31
24 Sukron Hidayatulloh, Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Life Skill
Santri, (Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan, 2016)
18
C. Life Skills
1. Pengertian Life Skills
Menurut WHO (UNICEF) dalam Ahmadi, “lifeskills are abilities for
adaptive and possitive behaviour that enable individuals to deal effectively
with the demands and challenges of everyday life”.25
Kecakapan hidup (life
skill) sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif yang
memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan nya secara efektif dan
menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Life skill atau kecakapan hidup adalah “kemampuan dan keberanian
untuk menghadapi problema kehidupan secara proaktif dan kreatif mencari
dan menemukan solusinya untuk mengatasinya”.26
Life skills adalah kontinum pengetahuan dan kemampuan yang
diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan.27
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa life skill tidak hanya dipahami
sebagai keterampilan untuk mencari penghidupan atau bekerja. Life skill juga
mencakup keterampilan untuk menjalankan kehidupan di dunia ini dengan berbagai
macam persoalan dan masalah dalam kehidupan yang ada. Life skill adalah
kemampuan beradaptasi dan berperilaku positif yang dapat membantu seseorang
untuk menyesuaikan diri secara efektif dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi
di setiap hari sehingga kecakapan hidup merupakan sejumlah kompetensi
pysikososial dan kecakapan antar personal yang membantu seseorang dalam
mengambil keputusan, menyelesaikan masalah, berfikir kritis dan kreatif,
berkomunikasi secara efektif, membangun hubungan yang harmonis, berempati
dengan pihak lain, dan menyesuaikan diri serta mengelola kehidupannya dalam
suasana yang sehat dan produktif.
25
Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka
Ifada, 2013), h. 95-96 26
Asep Tapip Yani, MBS Life Skill & Kepemimpinan Sekolah, (Bandung: Humaniora, 2011),
h. 59 27
Jamal Ma‟mur Asmani, Sekolah Life Skills Lulus Siap Kerja, (Yogyakarta : Diva Press,
2009), h. 29.
19
Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan
latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai- nilai
kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan.28
Dalam pendidikan life skills pembelajaran yang diberikan adalah pelajaran
yang mampu memberikan kesadaran terhadap masyarakat sehingga
masyarakat mau dan mampu belajar (learning know or learning to learn),
masyarakat tahu apa yang hendak dikerjakan atau tahu pekerjaan alternative
dalam hidupnya (learning to do, learning to be), masyarakat mampu
memberikan motivasi untuk hidup dalam era sekarang dan memiliki orientasi
hidup ke masa depan (learn to be), mampu hidup bersama (learn to live
toghether).29
Untuk memgatasi berbagai persoalan yang ada dalam masalah di atas,
maka amatlah penting untuk diwujudkannya life skills dalam setiap lembaga
pendidikan guna terciptanya masyarakat yang produktif dan kreatif. Dengan
dimasukkannya life skills kedalam dunia pendidikan kita memberikan
trobosan bagi masyarakat untuk memberikan keterampilan yang praktisi
terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi
ekonomi atau industri yang ada di masyarakat dan juga mempunyai cakupan
yang luas, dapat berinteraksi antara pengetahuan yang diyakini sebagai unsur
penting untuk hidup lebih mandiri.
2. Pengembangan Life Skills
Dalam pengembangan life skills tidak hanya melalui pendidikan
formal, namun bisa dicapai melalui pelatihan-pelatihan maupun yang lainnya
seperti magang dan seminar. Sehingga pendidikan life skills dapat dijadikan
28
Darussalam Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam,
Volume VI No. 1, September 2014, h. 167 29
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup Life Skill Education, Konsep dan Aplikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. II, h. 21
20
terobosan untuk membekali manusia baik yang sedang mengenyam
pendidikan formal maupun yang berada di lembaga non formal atau
masyarakat yang tidak sempat mengeyam pendidikan formal maupun non
formal.
Departemen pendidikan Nasional membagi life skills menjadi empat
bagian:30
1. Kecakapan personal (personal skills) yang mencangkup kecakapan
mengenal diri (self answer) dan kecakapan berpikir rasional (social
skills), kecakapan mengenal diri ini merupakan penghayatan manusia
sebagai makhluk Tuhan, dan juga sebagai modal dalam mengingatkan
dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya dan juga sebagai alat bagi individu untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya yakni dengan
keterampilan belajar (learning skils).
2. Kecakapan sosial (sosial skills) mencangkup kecakapan komunikasi
dengan empati, dan keckapan bekerja sama empati, sikap penuh
pengertian dan seni komunikasi dua arah. Kecakapan ini sangat
membantu seseorang lebih berkompeten secara sosial.
3. Kecakapan akademik (academic skills) disebut juga kemampuan
berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari
berfikir rasional yang masih bersifat umum. Keckapan ini lebih
mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan.
4. Kecakapan vokasional (vocation skills) disebut juga dengan kecakapan
kejuruan yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang terdapat di masyarakat.
30
Ibid., h. 28
21
D. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan sebuah telaah pustaka
terhadap penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti
teliti sebagai rujukan. Terdapat penelitian terdahulu yang membahas tentang
sitem pendidikan pesantren dan kecakapan hidup (life skill), diantaranya
sebagai berikut:
1. Berdasarkan skripsi Rizki Amalia, yang berjudul “ Manajemen Program
Life Skills di MAN Purwokerto 2” pada Tahun 2014. Dapat didimpulkan
bahwa ada beberapa tahapan atau juga fungsi dalam menjalankan program
life skills. Ia menyebutkan antara lain adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian. Dalam
tahap perencanaan dapat disusun berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai
dengan keinginan pembuatan perencanaan. Dalam perencanaan program
keterampilan life skills para pendidik menyusun sesuai dengan kalender
pendidikan. Perencanaan dalam kurikulum implementasi program
keterampilan life skills yang disusun oleh masing-masing pendidik yang
dituangkan dalam perangkat perencanaan program diantaranya adalah
merencanakan kurikulum dan proses.31
Perbedaan yang ada antara skripsi yang ditulis oleh Rizki Amalia dengan
peneliti yang pertama adalah waktu dan tampat penelitian, Rizki Amalia
melakukan penelitian pada tahun 2014 dan bertempat di MAN Purwokerto
2, sedangkan penulis melakukan penelitian pada tahun 2019 di pondok
pesantren Darul Muttaqien Bogor. Perbedaan yang kedua adalah fokus
penelitian, fokus dari Rizki Amalia adalah meneliti tahapan manajemen
dari program life skill yang ada di MAN Purwokerto 2, sedangkan penulis
fokus pada pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren
31
Rizki Amalia, “ Manajemen Program Life Skills di MAN Purwokerto 2”, Skripsi pada
Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto, Purwokerto 2014, h. 133
22
Darul Muttaqien dalam meningkatkan life skill atau kecakapan hidup para
santri. Perbedaan yang ketiga hasil penelitian dari skripsi Rizki Amalia
adalah manajemen pendidikan life skill harus di awali dari perencanaan,
pengawasan dan pengevaluasian agar pendidikan life skill dapat berjalan
dengan baik, sedangkan hasil penelitian penulis adalah santri yang ada di
pondok pesantren Darul Muttaqien dapat meningkatkan kecakapan hidup
mereka baik personal, sosial, akademis, dan vokasional dari sistem
pendidikan yang ada di pondok peasantren Darul Muttaqien.
2. Berdasarkan skripsi yang berjudul „Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
dalam Meningkatkan Life Skills Santri, studi kasus di Pondok Pesantren
Anwarul Huda Malang”, yang ditulis oleh Musyrif Kamal Jaaul Haq.
Tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Anwarul Huda dalam
meningkatkan life skills santri adalah menciptakan model pendidikan
pesantren yang mengintegrasikan sistemnya dengan berbagai model
kecakapan hidup dan mencoba meningkatkannya, baik itu personal skills,
social skills, academic skills, maupun vokasional skills.32
Perbedaaan yang ada antara penulis dengan skripsi yang ditulis oleh
Musyrif Kamal yang pertama adalah waktu dan tempat penelitian, waktu
penelitian yang dilakukan oleh Musyrif Kamal pada tahun 2015
sedangkan penulis pada tahun 2018, dan tempat yang dijadikan penelitian
olehnya di pondok pesantren Anwarul Huda Besuki Malang sedangkan
penulis bertempat di pondok pesantren Darul Muttaqien Bogor. Perbedaan
yang kedua adalah fokus penelitian yang dilakukan oleh Musyrif Kamal
32
Musyrif Kamal, “ Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Life Skills
Santri di ponpes Anwarul Huda Malang”, Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 2015, h. 104
23
ialah sistem yang ada di pondok pesantren Anwarul Huda dapat
terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup santri sedangkan fokus
penelitian penulis adalah sedangkan penulis fokus pada pelaksanaan
sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien dalam
meningkatkan life skill atau kecakapan hidup para santri. Perbedaan yang
ketiga adalah pada hasil penelitian, hasil dari penelitian Musyrif Kamal
adalah sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren Anwarul Huda
sudah terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup (life skill) dan
dapat meningkatkan kecakapan hidup santri, juga ada beberapa faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sistem pendidikan yang
ada, sedangkan hasil penelitian penulis adalah santri yang ada di pondok
pesantren Darul Muttaqien dapat meningkatkan kecakapan hidup mereka
baik personal, sosial, akademis, dan vokasional dari sistem pendidikan
yang ada di pondok peasantren Darul Muttaqien.
Berdasarkan skripsi yang berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan
Pondok Pesantren, studi kasus di Pondok Pesantren Jam‟iyyah Islamiyah
Jurangmangu Timur Pondok Aren Tangerang Selatan. Yang ditulis oleh
Abdul Aziz tahun 2014‟‟. Bahwa hasil penelitian tersebut menyimpulkan
latar belakang dilakukannya modernisasi ada dua alasan, Pertama untuk
memenuhi dan mengikuti perkembangan IPTEK dan, Kedua bentuk
keprihatinan kyai terhadap alumni Pon-Pes Jamiyyah Islamiyah yang
sebelum-sebelumnya tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.33
Perbedaaan yang ada antara penulis dengan skripsi yang
ditulis oleh Abdul Aziz yang pertama adalah waktu dan tempat penelitian,
33
Abdul Aziz, “ Modernisasi Sistem Pendidikan Podnok Pesantren di Pondok Pesantren
Jam‟iyyah Islamiyah Jurangmangu Timur Pondok Aren Tangerang Selatan”, Skripsi pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2014, h. 62
24
waktu penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz pada tahun 2014
sedangkan penulis pada tahun 2018, dan tempat yang dijadikan penelitian
olehnya di pondok pesantren Jam‟iyyah Islamiyyah Tangerang Selatan
sedangkan penulis bertempat di pondok pesantren Darul Muttaqien Bogor.
Perbedaan yang kedua adalah fokus penelitian yang dilakukan oleh Abdul
Aziz ialah modernisasi sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren
Jam‟iyyah Islamiyyah Tangerang Selatan dengan tujuan agar para alumni
pondok pesantren tersebut bisa bersaing dengan lulusan dari sekolah atau
pesantren lain, sedangkan fokus penelitian penulis adalah sedangkan
penulis fokus pada pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di pondok
pesantren Darul Muttaqien dalam meningkatkan life skill atau kecakapan
hidup para santri. Perbedaan yang ketiga adalah pada hasil penelitian,
hasil dari penelitian Abdul Aziz adalah modernisasi sistem pendidikan
yang ada di pondok pesantren Jam‟iyyah Islamiyyah menghasilkan hasil
yang baik untuk pondok pesantren tersebut terlebih lagi untuk para santri
yang selesai mengenyam pendidikan di pesantren akhirnya dapat
melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, sedangkan hasil
penelitian penulis adalah santri yang ada di pondok pesantren Darul
Muttaqien dapat meningkatkan kecakapan hidup mereka baik personal,
sosial, akademis, dan vokasional dari sistem pendidikan yang ada di
pondok peasantren Darul Muttaqien.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di suatu lembaga institusi yaitu, Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Parung Bogor yang terletak di Jl. Raya Jakarta Bogor Desa
Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor km. 42. Waktu Penelitian ini
dilakukan pada semester IX (sembilan), dari bulan November 2018 s/d selesai.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah berupa penelitian kualitatif, sebab itu pendekatan yang
dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan memakai metode
deskriptif kualitatif dengan analisis deskriptif. Maksudnya adalah dalam
penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,
melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, cacatan memo, dan dokumen resmi lainnya.1
Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin
menggambarkan realitas empiris dibalik fenomena yang ada secara mendalam,
rinci dan tuntas.2
Penelitian deskriptif dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
kondisi atau informasi tertentu tentang apa yang terjadi di lapangan ketika
penelitian dilakukan. Setelah memperoleh data, maka data akan di analisis dan
diolah. Dengan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat memperoleh dan
menjelaskan kondisi, situasi secara nyata hal-hal yang akan di teliti, yaitu hal-hal
yang berkaitan dengan Sistem Pendidikan Pesantren Darul Muttaqien dalam
meningktakan life skill santri.
1 Lexy J. Meoleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Roesdakarya.
1996), h. 5 2 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), Cet. 3 h. 66
26
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian dan sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti dari populasi tersebut.3
Populasi dalam penelitian ini seuruh santri putra pondok pesantren Darul
Muttaqien Parung Bogor. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah santri
putra kelas XI pondok pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor.
Adapun dalam pengambilan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan
non probability sampling dengan teknik Sampling Incidental (sampel
Aksidental). Sampel Aksidental merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti untuk digunakan sebagai sampel.4 Peneliti menjadikan santri putra kelas
XI sebagai sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa mereka telah
mengikuti hampir seluruh program yang dibuat oleh pondok pesantren.
D. Instrumen Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti menyusun kisi- kisi
instrumen penelitian, yang mana instrument dan kisi-kisi tersebut akan
dikembangkan menjadi acuan untuk membuat pedoman observasi,
pedoman wawancara, dalam mencari data dan informasi yang dibutuhkan
agar tujuan dari penelitian ini tercapai. Berikut kisi-kisi observasi pada
pelaksanaan sistem pendidikan pondok pesantren Darul Muttaqien:
3 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013),
Cet. Ke-15, h. 173-174 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2016), cet. Ke-23, h.
124.
27
Kisi-kisi Observasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul
Muttaqien dalam Meningkatkan Life Skill Santri
No. Objek Pengamatan Indikator
1.
Pelaksanaan sistem
pendidikan pesantren
1.1 Kondisi pesantren
1.2 Aktivitas santri
1.3 Fasilitas pesantren
1.4 Program program pesantren
2.
Subyek sitem pendidikan
pesantren
2.1 Kepala Sekolah
2.2 Kepala Pengasuhan
2.3 Santri
Instrumen penelitian pada wawancara, peneliti memberikan
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan sistem pendidikan yang ada di
pondok pesantren dalam meningkatkan life skill santri. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi wawancara dibawah ini:
Kisi-kisi Wawancara Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul
Muttaqien dalam Meningkatkan Life Skill Santri
No. Sub Pokok
Pertanyaan Aspek yang Diungkap Sumber Data
1
Sistem
Pendidikan
Pondok
Pesantren
1.1 Program-program pesantren
1.2 Relevansi program pesantren
dengan kecakapan hidup
Kepala sekolah
Wakil Pimpinan
Pesantren
Waka Kurikulum
Santri
Wakil Pimpinan
Pesantren
Santri
2.1 Kecakapan individu (personal skill)
Kepala sekolah
Waka Kurikulum
28
2 Kecakapan Hidup
Santri
2.2 Kecakapan Sosial (social
skill)
2.3 Kecakapan Vokasional
(vocational skill)
2.4 Kecakapan Akademik
(academic skill)
Kepala sekolah
Waka Kurikulum
Kepala sekolah
Waka Kurikulum
Kepala sekolah
Waka Kurikulum
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Bila
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan (triangulasi).5
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui
penelitian kepustakaan (library research) yaitu dilakukan dengan cara
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R & D, Cet.ke-23,
(Bandung: Alfabeta, 2016), h.225
29
mengumpulkan data dan mempelajari buku-buku seta referensi yang ada
hubungannya dengan objek yang akan diteliti dan penelitian lapangan
(field research), untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data ini dilakukan pada santri putra Pesantren Darul
Muttaqien. Dimana hasil temuan pada pengumpulan data ini akan diolah
menjadi hasil penelitian yang baik, dan bertujuan untuk mengetahui sistem
pendidikan pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien
dalam meningkatkan kecakapan hidup santri. Teknik yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.6 Wawancara dilakukan untuk mengetahui
informasi mengenai sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren dalam
meningkatkan kecakapan hidup (life skill) santri. Wawancara ini bertujuan
untuk memperjelas data angket yang telah diperoleh. Adapun kelebihan
wawancara ialah dapat melakukan kontak langsung tanya-jawab dengan
narasumber sehingga jawaban, informasi dan keterangan-keterangan yang
diungkapkan itu lebih bebas dan mendalam.7
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 186 7 Cholid Narbuka., Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.
83
30
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.8 Yaitu
dengan cara mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan terhadap sistem pendidikan yang ada di
pondok pesantren Darul Muttaqien dalam meningkatkan kecakapan hidup
(life skill).
3. Dokumentasi
Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat
oleh manusia.9 Data yang akan dikumpulkan melalui teknik ini meliputi:
data tentang program-program, santri, fasilitas pesantren, serta kurikulum
dan visi misi Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada tahap wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai pada tahap
tertentu, diperoleh data yag dianggap kredibel.
8 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 116 9 Samiaji sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar, (Jakarta Barat: PT Indeks, 2012) h. 61
31
a. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini peneliti membuat catatan yang
dikumpulkan melalui observasi pada proses pelaksanaan sistem pendidikan
pondok pesantren, wawancara kepada kepala TMI Darul Muttaqien, Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum,
b. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting,
dicari tema dan polanya.10
Sehingga peneliti mendapatkan kesimpulan pada
peneletian pelaksanaan sistem pendidikan pondok pesantren Darul Muttaqien
dalam meningkatkan kecakapan hidup (life skill) santri.
c. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah men-display-
kan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart, dan sejenisnya.
Dengan men-display-kan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.11
Sehingga peneliti bisa menjabarkan bagaimana sistem
pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien dalam
meningkatkan kecakapan hidup (life skill) santri berdasarkan kisi-kisi
intrumen yang peneliti telah buat sebelumnya.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R & D, Cet.ke-23,
(Bandung: Alfabeta, 2016), h.247-248 11
Ibid., h. 249
32
d. Triangulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.12
Trianggulasi merupakan salah satu teknik
dalam pengumpulan data untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data
yang lebih akurat dan kredibel. Beberapa cara yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan sumber yang banyak dan menggunakan metode yang
berbeda.13
Penelitian ini pun menggunakan triangulasi dengan sumber yaitu,
mengecek dan membandingkan balik tingkat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian.
Peneliti dapat mengecek data maupun memperoleh data melalui teknik
triangulasi, yakni dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara kepada Kepala TMI Darul Muttaqien, Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum dan santri putra kelas XI pondok pesantren Darul
Muttaqien. Pengamatan juga dilakukan peneliti melalui observasi lapangan
dalam hal proses pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di pondok
pesantren dalam meningkatkan kecakapan hidup (life skill) santri.
e. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang telah terkumpul maka mulai mereduksi data,
menyajikan data, dilakukan triangulasi dan selanjutnya menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh peneliti
yaitu untuk mengambil kesimpulan. Proses pemilihan data akan
difokuskan/ditujukan untuk data yang mengarah pada penemuan
masalah, pemecahan masalah, pemaknaan, maupun untuk menjawab
12
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan
Skripsi, h. 74 13
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian \kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), Cet. 1, h.395
33
pertanyaan penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian
yaitu sistem pendidikan pondok pesantren Darul Muttaqien dalam
meningkatkan kecakapan hidup (life skill) santri. jika masih terdapat
kekurangan atau masih ada keraguan biasanya penarikan kesimpulan
perlu dikaji ulang karena terkadang masih belum terstruktur dengan
baik.14
14
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan
Skripsi, h. 64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah peneliti mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang
diperoleh dari penelitian mengenai sistem pendidikan pondok pesantren dalam
meningkatkan kecakapan hidup (life skill) santri di pondok pesantren Darul
Muttaqien, dapat disimpulkan sistem pendidikan yang ada sudah baik dalam
meningkatkan kecakaoan hidup (life skill) santri. Berdasarkan temuan-temuan
yang ada dilapangan. Sistem yang dibuat di pondok pesantren Darul
Muttaqien sudah memfasilitasi para santri untuk meningkatkan kecakapan
hidup mereka. Dengan aktif dan tertibnya para santri mengikuti seluruh
kegiatan, program dan aturan yang ada di pondok pesantren menunjukan
bahwa mereka merasakan pengaruh dari sistem pendidikan yang ada di
pondok pesantren. Dalam pembentukan karakter santri diajarkan bahwa
mereka harus menjadi pribadi yang baik dan menjadi insan kamil yang
memiliki akhlakul karimah. Karena pendidikan yang ada di pondok pesantren
ingin atau bertujuan agar para santri mempunyai akhlak yang baik dalam
kehidupan sehari-harinya. Santri juga dibekali untuk mereka siap dan mampu
untuk hidup bersosial dengan berbagai program yang ada seperti organisasi,
pengbdian, dan sebagainya agar mereka siap menjadi agen perubahan didalam
tatanan masyarakat kelak ketika santri keluar dari podok pesantren. Karena
santri berasal dari masyarakat dan akan kembali ke masyarakat dan mengabdi
dimasyarakat. Kecakapan berpikir yang baik juga diperhatikan oleh pondok
pesantren dengan membuat program kajian kitab kuning, diskusi, mengajar di
dalam kelas dan sebagainya agar kelak pemikiran yang dimiliki oleh santri
bisa bermanfaat untuk orang sekitar. Minat dan bakat santripun menjadi salah
satu perhatian dari pondok pesantren agar kelak ketika santri lulus dari
45
pesantren bisa memilih dan menentukan karir dan tujuan hidup mereka
dimasa yang akan datang.
B. SARAN
Berdasarkan pada kesimpulan diatas penulis mengemukakan beberapa
saran yaitu:
1. Sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqien
sudah baik namun tetap butuh peningkatan dalam pelaksanaannya
agar tujuan yang dibuat oleh pondok pesantren Darul Muttaqien
bisa tercapai dengan baik.
2. Untuk TMI sebaiknya membuat pembaharuan-pembaharuan
sistem yang ada di pondok pesantren agar tidak tertinggal dari
pondok-pondok modern yang lainnya.
3. Pengasuhan yang hampir setiap waktu melihat dan memantau
kondisi santri dari santri bangun tidur sampai tidur lagi hendaknya
bisa memberikan fasilitas atau pelayanan yang baik dan maksimal
untuk kebutuhan santri dalam meningkatkan kecakapan hidupnya.
4. Sebaiknya para santri yang masih bergantung kepada orang tua
sudah saatnya bisa hidup secara mandiri dan tidak lagi bergantung
kepada orang tua
5. Juga untuk orang tua sebaiknya tidak terlalu memanjakan anaknya
yang dititipkan di pondok pesantren dan percayakan sepenuhnya
kepada para dewan guru dan pengasuhan yang akan mendidik
anaknya menjadi anak yang bermanfaat untuk kedua orang tuanya,
bangsa dan masyarakat kelak.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Darussalam Zainal. Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran
Hukum Islam. Volume VI No. 1. September 2014
Abudinnata (eds), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia, Jakarta: Grasindo. 2001
Ahmadi. Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta:
Pustaka Ifada. 2013
Al-Attas, M. Naquib. Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional). Jakarta : Ciputat Prees. 2002
Anwar. Pendidikan Kecakapan Hidup Life Skill Education, Konsep dan Aplikasi,
Cet. II. Bandung: Alfabeta. 2006
Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
007
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet. Ke-15. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2013
Asmani, Jamal Ma’mur. Sekolah Life Skills Lulus Siap Kerja. Yogyakarta : Diva
Press. 2009
Bahaking, Rama. Jejak Pesantren Kajian Pesantren As’adiyah Sengkang
Sulawesi Selatan. Cet. I. Jakarta Pusat: PT. Parodatama Wiragemilang. 2003
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet. 3. Jakarta: Kencana. 2008
Departemen Agama RI-Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pondok
Pesantren dan Madrasah Diniyah; lah, Pertumbuhan dan
Perkembangannya. Jakarta: Departemen Agama RI. 2003
Departemen Pendidikan Nasional 2003. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar
Grafika. 2003
Fatah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Cet. 3. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2000.
Ferdinan. Jurnal Tarbawi. Pondok Pesantren Ciri Khas Perkembangannya.
Volume 1 No 1 ISSN 2527-4082. 2016
46
Haedari, HM Amin dkk. Masa Depan Pesantren. Jakarta : IRD PRESS. 2004
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Cet. 3. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2000
Hidayatulloh, Sukron. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam
Meningkatkan Life Skill Santri. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan. 2016
Mastuki, HS dkk. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta : DIVA PUSTAKA
2005
Meoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja
Roesdakarya. 1996
Muda, A.K. Ahmad. Kamus Lengkap Bahasa Idonesia. Jakarta: Reality Publisher.
2006
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : Rosda Karya. 2004
Mun’im, Jurnal Pendidikan Islam. Peran Pesantren Dalam Education For All Di
Era Globalisasi. Vol. 01, No. 01. Juni 2009
Narbuka,Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
2005
Nasir, Ridwan. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2005
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Cet. 3. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.
Noor, Agus Hasbi. “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok
Pesantren Dalam Meningkatkan Kemandirian Santri”. Jurnal
EMPOWERMENT. Volume 3. Nomor 1. Februari 2015
Nu’man. Aspek-aspek Pendidikan Islam dan Implementasinya Dalam Pembinaan
Mental Peserta Didik. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Jakarta. 2005
Rochmat, Koswara. “Manajemen Pelatihan Life Skill Dalam Upaya
Pemberdayaan Santri Di Pondok Pesantren”. Jurnal EMPOWERMENT.
Volume 4. Nomor 1 Februari 2014
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar. Jakarta Barat: PT Indeks.
2012
Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20: Pergumulan
Antara Modernisasi Dan Identitas. Jakarta: Kencana. 2012
47
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. cet. Ke-23. Bandung: Alfabeta. 2016
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R & D. Cet.ke-23.
Bandung: Alfabeta 2016
Syahid, Ahmad (edt). Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat. Depag dan
INCIS. 2002
Team Penyusun. Standarisasi Pengajaran Agama Di Pondok Pesantren. Jakarta:
Departemen Agama RI. 1985
Yani, Asep Tapip. MBS Life Skill & Kepemimpinan Sekolah. Bandung:
Humaniora. 2011
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian \kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Cet. 1 Jakarta: Prenadamedia Group. 2014
Zarkasyi, Abdullah Syukri. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren.
Jakarta: Rajawali Press. 2005
Zainal, Abidin, “Implementasi Pendidikan Life Skill Di Pondok Pesantren
Darussalam Blokagung Banyuwangi”. Jurnal Pendidikan, Komunikasi,
dan Pemikiran Hukum Islam. Volume VI No. 1: 162-173. September 2014
Lampiran 1. Lembar Hasil Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Nama : Ustadz Abdullah Hudri, S.S
Jabatan : Kepala Sekolah
Waktu : 25 Februari 2019, 10:00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
No. Objek Pengamatan Deskripsi
1
Pelaksanaan sistem
pendidikan pesantren
Kondisi pesantren sangat bersih, nyaman, tentram dan
damai. Seluruh santri yang ada di pondok pesantren
sangat menikmati kondisi yang ada di pesantren. Seluruh
santri mengikuti semua kegiatan yang ada di pondok
pesantren dari mereka bangun tidur hingga tidur kembali.
Dengan kegiatan yang sangat padat baik di asrama dan di
sekolah juga di lingkungan pondok pesantren, seluruh
santri taat dengan peraturan dan ketentuan yang ada di
pondok pesantren. Fasilitas yag menunjang baik sarana
belajar seperti kelas yang ber AC, laboratorium,
perpustakaan, dan masjid juga sebagai sarana belajar dan
beribadah. Ada pula fasilitas pendukung kegiatan santri
seperti asrama yang bersih, kamar mandi yang banyak
jumlahnya, tampat menjemur baju, lapangan olahraga
sepak bola, futsal, basket, bulutangkis, dan ada juga
gedung serbaguna yang sangat megah. Semua fasilitas
bisa dikatakan sudah sangat cukup layak untuk santri
melakukan proses pembelajaran yang ada di pesantren.
2
Subyek sistem pendidikan
pesantren
Yang menjadi subyek dari sistem pendidikan pesantren
adalah para guru, dan juga santri. Guru yang ada di
pondok pesantren Darul Muttaqien seluruhnya terlihat
baik. Baik dalam berpakaian, santun dalam akhlak dan
tingkah laku nya, sangat ramah dengan semua yang ada di
lingkungan pondok pesantren. Semua guru mengikuti
peraturan yang ada di pondok peasntren, salah satunya
adalah berpakaian seragam sesuai hari yang telah
ditentukan, masuk kedalam kelas untuk mengajar tepat
waktu. Mempunyai wibawa dan memiliki profesionalisme
yang baik dalam membimbing santri yang ada di pondok
pesantren. Santri juga menjadi subyek dalam berjalannya
sistem pendidikan pondok pesantren. Santri yang
berpakaian rapih, taat dengan peraturan yang ada di
pesantren. Seluruh santri mengikuti kegiatan yang telah di
tentukan dengan tepat waktu, walaupun ada saja yang
masih melanggar atau terlambat dalam mengikuti kegiatan
Mengetahui,
Kepala Sekolah TMI Darul Muttaqien
Abdullah Hudri, S.S
yang ada di pesantren. Mengawali kegiatannya dengan
bangun tidur untuk melaksanakan Sholat Subuh berjamaah
dan dilanjutkan dengan tadarrus Al-quran. Persiapan
untuk mengikuti KBM di sekolah dan di kelas masing-
masing. Dari pagi hari sampai sore hari santri belajar di
kelas dan kembali lagi ke asrama pada sore hari untuk
melakukan Sholat Ashar berjamaah, lanjut mereka
melakukan kegiatan bebas dari jam 16.00-17.00, dan
persiapan Sholat Maghrib berjamaah dan tadarrus al-
quran dan dilanjut dengan Sholat Isya berjamaah, makan
malam bersama dan belajar malam hari sampai pukul
21.00 dan seluruh santri tidur dikamar masing-masing
pukul 21.30.
LEMBAR OBSERVASI
Nama : Ustadz Salim RD, S.Sos
Jabatan : Wakil Pimpinan
Waktu : 23 Desember 2018, 10:00 WIB
No. Objek Pengamatan Deskripsi
1
Pelaksanaan sistem
pendidikan pesantren
Kondisi pesantren sangat bersih, nyaman, tentram dan
damai. Seluruh santri yang ada di pondok pesantren
sangat menikmati kondisi yang ada di pesantren. Seluruh
santri mengikuti semua kegiatan yang ada di pondok
pesantren dari mereka bangun tidur hingga tidur kembali.
Dengan kegiatan yang sangat padat baik di asrama dan di
sekolah juga di lingkungan pondok pesantren, seluruh
santri taat dengan peraturan dan ketentuan yang ada di
pondok pesantren. Fasilitas yag menunjang baik sarana
belajar seperti kelas yang ber AC, laboratorium,
perpustakaan, dan masjid juga sebagai sarana belajar dan
beribadah. Ada pula fasilitas pendukung kegiatan santri
seperti asrama yang bersih, kamar mandi yang banyak
jumlahnya, tampat menjemur baju, lapangan olahraga
sepak bola, futsal, basket, bulutangkis, dan ada juga
gedung serbaguna yang sangat megah. Semua fasilitas
bisa dikatakan sudah sangat cukup layak untuk santri
melakukan proses pembelajaran yang ada di pesantren.
2
Subyek sistem pendidikan
pesantren
Yang menjadi subyek dari sistem pendidikan pesantren
adalah para guru pengasuhan, dan juga santri. Guru
pengasuhan adalah mereka yang bertanggung jawab atas
santri selama diasrama. Dan juga para guru pengasuhan
memiliki program dan membuat peraturan untuk santri.
Secara penuh para guru pengasuhan bertanggung jawab
kepada seluruh santri, karena guru-guru pengasuhan lebih
sering bertemu dan berinteraksi dengan santri selama
diasrama. Mereka mengatur dan menertibkan santri jika
ada santri yang melanggar aturan. Santri juga menjadi
subyek dalam berjalannya sistem pendidikan pondok
pesantren. Santri yang berpakaian rapih, taat dengan
peraturan yang ada di pesantren. Seluruh santri mengikuti
kegiatan yang telah di tentukan dengan tepat waktu,
walaupun ada saja yang masih melanggar atau terlambat
dalam mengikuti kegiatan yang ada di pesantren.
Mengawali kegiatannya dengan bangun tidur untuk
melaksanakan Sholat Subuh berjamaah dan dilanjutkan
dengan tadarrus Al-quran. Persiapan untuk mengikuti
KBM di sekolah dan di kelas masing-masing. Dari pagi
hari sampai sore hari santri belajar di kelas dan kembali
Tempat : Pesantren Darul Muttaqien
Mengetahui,
Wakil Pimpinan
Pondok Pesantren Darul Muttaqien,
Salim RD, S.Sos
lagi ke asrama pada sore hari untuk melakukan Sholat
Ashar berjamaah, lanjut mereka melakukan kegiatan bebas
dari jam 16.00-17.00, dan persiapan Sholat Maghrib
berjamaah dan tadarrus al-quran dan dilanjut dengan
Sholat Isya berjamaah, makan malam bersama dan belajar
malam hari sampai pukul 21.00 dan seluruh santri tidur
dikamar masing-masing pukul 21.30.
Lampiran 2. Lembar Hasil Wawancara
Hasil Wawancara
Informan : Ustadz Salim RD, S.Sos
Jabatan : Wakil Pimpinan
Waktu : 23 Desember 2018, 10:00 WIB
Tempat : Pesantren Darul Muttaqien
NO. PERTAYAAN JAWABAN
1
Bagaimana sistem
pendidikan Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
Kalo mengacu ke visi misi pondok pesantren
darul muttaqien itu diantaranya adalah
menterpadukan antara ilmu agama dan ilmu kauni
ilmu agama dan ilmu keduniaan. Dimana ilmu ini
satu dan dipadukan karena berharapnya bahwa
lulusan santri darul muttaqien itu dia mampu
menjawab tantangan hidup di masanya sehingga
perlu ada tahapan-tahapan untuk menyiapkan
anak itu menjadi seorang yang pertama dari lima
kejiwaan itu menjadi kokoh yang harus dikuasai
oleh santri dalam melakukan segala hal
diutamakan satu tentang bagaimana santri
melakukan segala sesuatu ya ikhlas saja ikhlas
lillah karena allah, yang kedua mencetak pribadi
santri yang memiliki jiwa kemandirian nah nanti
masalah kemandirian ini sangat luas jabaran nya
dalam teknis dalam penerapan pendidikan di
pondok ini,yang ketiga ya seorang santri harus
memiliki karakter sederhana sifat kesederhanaan
karena ini penting kadang kalo gak punya rasa
kesederhaan ini maka nanti akan hilang rasa
kepedulian terhadap sosial, tidak peduli terhadap
orang lain maka disitu ditemukan jiwa
kesederhanaan, yang ke empat itu jiwa
ukhuwah,ukhuwah ini artinya persaudaraan
bahwa satu sama lain itu adalah saudara, keluarga
yang memang harus di terapkan, kemudian yang
kelima kebebasan berfikir, kebebasan bertindak
tanpa di kekang oleh apapun sehingga ia
berkembang dengan talenta yang ia miliki talenta
yang santri miliki, kemampuan yang santri
miliki,bakat yang santri mau jadi apa keseluruhan
itu tergantung kepribadian mereka yang dimiliki
artinya bahwa seorang dai itu tidak mesti menjadi
ustadz. Seorang dai gak mesti jadi kiyai tapi
melekat profesi apapun dalam dirinya, pada
dirinya itu melekat disitu ada nilai-nilai dakwah
sebagai tanggung jawab sebagai seorang muslim,
bingkai nya itu panca jiwa pondok nah terus
kemudian dipadukan antara ilmu-ilmu
kepesantrenan dan ilmu-ilmu kependidikan itu
supaya nyatu bahwa ilmu yang dipelajari seperti
ilmu biologi, kimia, fisika itu keselurahannya itu
ada di al-quran bagaimana fisika, kimia, biologi
itu menguatkan keimanan kita setelah dipelajari
oh ternyata ilmu Allah itu sangat besar maka
disitu harapannya ketika mereka menjadi seorang
ahli biologi kaitannya dengan dalil-dalil al-quran
itu, fisika ada dalil-dalil al-quran nya, kemudian
geografi ada dalil alquran nya dan lain
sebagainya, inilah yang dipelajari, jadi perpaduan
itu, terus keseluruhan itu dirangkum dalam suatu
bingkai, supaya melekat agar santri tidak
terkontaminasi dibuatlah sebuah proses
pendidikan yang secara utuh dari malam sampai
malam lagi mereka dalam pengawasan mereka
dalam bimbingan guru, nah ini yang dengan
sendirinya dia nanti akan terbentuk karakter yang
kita inginkan, alumni yang paham al-quran,
alumni yang bisa ngaji tapi walaupun dia menjadi
apapun ini menjadi bekal dasarnya ia bisa
membaca al-quran.
2
Apakah sistem pendidikan
yang dibuat mempunyai
kaitan dengan
pengembangan kecakapan
hidup/life skills?
Ya pastilah kalau pesantren itukan memang
mendidik santrinya itu untuk bisa berdikari,
berdikari artinya tidak bergantung pada siapapun
ia akan melakukan atas dasar pengalaman
pendidikan yang ia dapatkan. Banyak hal
pendidikan life skills ataupun kemampuan diri
yang diajarkan oleh pesantren pada anak itu yang
pertama, seluruh santri itu kita punya slogan “siap
dipimpin dan siap memimpin, ikhlas dipimpin dan
ikhlas memimpin” nah untuk merealisasikan itu,
di pesantren itu bahwa santri punya oranganisasi
santri yang disebut dengan Organisasi Pelajar
Darul Muttaqien itu keseluruhan praktek alamiah
santri bagaimana dia mampu belajar
keorganisasian bukan hanya sekedar teori tetapi
langsung praktek di bawah bimbingan guru-guru
yang menjadi Pembina atau pembimbing. Jadi
seluruh urusan santri, pergerakan santri kemudian
aktifitas santri dari bangun tidur sampai tidur lagi
bahwa itu menjadi tanggung jawab utuh pengurus
organisasi pelajar, nah diantaranya untuk
pengembangan life skills itu organisasi. Kemudian
ada juga kemampuan diri seperti di eskul, anak itu
sesuai keinginan dan bakatnya kita menyiapkan
ada yang memang ke IT, ya kita ajarkan mereka
tentang ilmu-ilmu teknologi perkomputeran,
kemudian ada yang ingin nya tentang bela diri, di
pondok pesantren darul muttaqien itu ada tiga
macam bela diri, ada wushu, tapak suci kemudian
boxing bahkan satu lagi ada karate nah terus
kemudian yang memang dia talent nya ke music
kita juga siapkan juga music, yang talent nya
kepada muhadhoroh atau speak contest ya public
speaking ya kita disitu wajib santri mampu
melakukan hal itu supaya mereka mampu
berbicara di depan umum yang memiliki mental
dan masih banyak hal tentang hal itu, memang
kembalinya kepada kemampuan diri secara
personalnya itu dikembangkan bakat-bakat itu
sehingga santri memiliki rasa percaya diri
kemudian juga ada rasa sense kepedulian terhadap
orang lain itu tentang life skills. Terus kemudian
tentang pembinaan suluk, karakter, sifat, diajarkan
santri itu dari sisi akhlak dan ibadah dengan
membiasakan sholat jamaah membiaskan ngaji
halaqoh, membiasakan diri anak itu dilatih untuk
menjadi imam, menjadi khatib, khatib jumat,
menjadi penceramah, menjadi khatib idul adha
idul fitri, itu keselurahan merupakan pendidikan
kemampuan hidup, bahkan didalam event-event
besar yang sifatnya tahunan santri menjadi
Pembina pekan olahraga seni dan pramuka dalam
upacara tahunan itu, kemudian upacara apel
pramuka, kemudian upacara porseka ya,
keseluruhan itu santri yang melakukan guru hanya
sebatas Pembina yang membimbing,
mengarahkan untuk bagaimana dia maju
kemudian dia menyampaikan kemudian dia aksi
dalam kondisi yang paripurna dan betul-betul
lengkap, nah itu diantaranya.
Hasil Wawancara
Informan : Ustadz Mansur, S.Fil.I
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum
Waktu : 9 Desember 2018, 10:00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
NO. PERTAYAAN JAWABAN
1 Apa saja program yang ada
di bidang kurikulum?
Otomatis kita punya program juga, kalo
kesiswaan program misalkan program upacara
program itu yang sifatnya terus menerus jadi
dari awal tahun sampai akhir aka nada terus kalo
kegiatan itu sifatnya exidentil, seperti toefl
Cuma sekali.
2
Siapa saja penanggung
jawab program yang telah
dibuat?
Iya untuk kurikulum akan bertanggung jawab
kepada apa yang sudah kita sepakati diawal,
sebagai contoh kita di awal tahun penyusunan
struktur dan beban kurikulum misalkan otomatis
kita sebagai kurikulum bertanggung jawab
memunculkan, menghasilkan struktur dan beban
kurikulum untuk tahun ajaran depan nya, sampai
pembuatan waktu, prota, prosem, KWP, dan
sebagainya itu kita susun untuk satu tahun
kedepan jadi ketika awal awal kita selesaikan
diawal. Kalo untuk santri itu lebih ke kesiswaan
jadi kerjasama nya dengan kesiswaan, semisal
kita ujian kita sebagai panitia kurikulumnya,
nanti kesiswaan yang banyak mengatur di daerah
kedisiplinan santri. Jadi sistemnya terpisah
secara teknis ada di kesiswaan dan konsepnya
ada di kurikulum.
Hasil Wawancara
Informan : Muhammad Fauzan Indra Rizki
Jabatan : Santri kelas IX
Waktu : 29 Desember 2018, 16:00 WIB
Tempat : Asrama Santri
NO. PERTAYAAN JAWABAN
1 Bagaimana sistem
pendidikan di pondok
pesantren Darul Muttaqien?
Ya sistem pendidikan nya bagus, maju, ya kalo
di Darul Muttaqien kita harus menjaga
kebersihan karena itu sangat diutamakan. Kalo
di pesantren kita harus mengutamakan ilmu
agama.
2
Apa program di pondok
pesantren yang melatih
kecakapan diri kamu atau
personal skill?
Ya kaya setiap pagi setelah sholat subuh
berjamaah ada mufrodat (pelatihan bahasa
inggris dan arab secara bersama sama) kita
dibagi kosa kata bahasa arab dan bahasa inggris,
tujuan nya untuk melatih kita berbicara
berbahasa arab dan inggris. Dan setiap malam
rabu, malam sabtu, malam senin belajar malam
di kelas mengulang pelajaran yang tadi pagi dan
setoran ibadah amaliyah (hafalan doa-doa
pilihan dan surat surat pendek), setiap hari kamis
siang dan jumat ada muhadhoroh (latihan
berpidato) untuk melatih kita ngomong di
masyarakat. Berpidato dengan bahasa Arab
Inggris dan juga bahasa Indonesia.
3. Apa program di pondok
pesantren yang melatih
kecakapan akademis kamu
atau academic skill?
Belajar malam, belajar di sekolah dari hari sabtu
sampai hari kamis dari pagi jam 7 sampai jam 3
sore kalo belajar di sekolah lebih banyak belajar
agamanya daripada umum nya,
4. Apa program di pondok
pesantren yang melatih
kecakapan sosial kamu
atau social skill?
Ada amaliyah tadris kita belajar ngajar anak
anak, ngajar kelas 1 sampai kelas 4 yang ngajar
itu santri akhir kelas 6, ada pengabdian
masyarakat atau PPM jadi kita di tempatin di
desa-desa yang pendidikan nya belum maju
disitu kita ngajar, dan membantu masyarakat
sekitar seperti bertani dan membuat desa itu
maju dan memperbaiki ilmu agamanya. Jadi
organisasi pelajar jadi OPDM (Organisasi
Pelajar Darul Muttaqien) kita ngurus santri kaya
bikin bikin acara buat santri dan buat pondok-
pondok lain kita undang. Program kerjanya kaya
kita bangunin santri setiap pagi. Yang diurus itu
anak Tsanawiyah
5. Apa program di pondok
pesantren yang melatih
kecakapan vokasional
kamu atau vocational skill?
Ekstrakulikuler, tapak suci, wushu, futsal, bola,
basket dan masih banyak lagi. Itu setiap hari
minggu sore berbarengan semua eskul.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DOKUMENTASI
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
EKSTRAKULIKULER
ORGANISASI PELAJAR DARUL MUTTAQIEN (OPDM)
KEGIATAN MUHADHOROH
PRAKTEK PENGABDIAN MASYARAKAT (PPM)