sfiliss
DESCRIPTION
kebidananTRANSCRIPT
SIFILIS
1. Definisi
Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema palidum; bersifat
kronik dan sistemik. Pada perjalanannya, sifilis dapat menyerang hampir semua alat tubuh,
dapat menyerupai banyak penyakit dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Sifilis sering
disebut sebagai ‘Lues Raja Singa’.
2. Etiologi
Treponema pallidum (= Spirochaeta pallida)
Oleh Schaudinn & Hoffman (1905) dengan mikroskop lapangan gelap
Bentuk Spiral: Panjang: 6 -15 , Lebar: 0,25 , lilitan: 9 - 24μ μ
Gerak maju & mundur
Berotasi undulasi sisi ke sisi
Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar tubuh
Sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual maupun transplasenta dari ibu ke
janinnya karena Treponema pallidum dapat menembus sawar plasenta. Sifilis tidak
ditularkan melalui dudukan toilet, kolam renang, air mandi maupun pakaian. Faktor Resiko :
Menyerang bermacam usia, antara 20-39 tahun, 15-19 tahun, 40-49 tahun.
Pria lebih banyak di bandingkan dengan wanita dengan perbandingan 6:1.
Sifilis mengenai semua bangasa/ras
Faktor pengetahuan, karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya penyakit,
mendorong orang untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah.
Ekonomi yang kurang juga cenderung berpengaruh
3. Klasifikasi/Grade
Menurut WHO secara epidemiologik dibagi menjadi:
a. Stadium dini menular (1 tahun sejak infeksi)
1) Sifilis stadium I
2) Sifilis stadium II
3) Sifilis stadium rekuren
4) Sifilis stadium laten dini
b. Stadium lanjut tidak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi)
1) Sifilis stadium laten lanjut
2) Sifilis stadium III
4. Patogenesis
Stadium Dini
Treponema masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi/selaput lendir. Berkembang
biak, membentuk infiltrat yang terdiri dari sel limfosit dan sel plasma. Pada daerah
perivaskular terutama pembuluh darah kecil, akan dikelilingi oleh treponema pallidum.
Bila timbul endarteritis akan mengakibatkan perubahan hipertrofik dari endotelium yang
akan mengakibatkan timbulnya obliterasi kuman. Akibat dari kehilangan perdarahan akan
timbul erosi yang pada pemeriksaan klinis tampak sebagai sifilis stadium I.
Sebelum nampak gejala sifilis stadium I, kuman telah mencapai kelenjar limfe
regional melalui penyebaran secara limfogen dan secara hematogen ke semua jaringan di
badan dan membiak. Multiplikasi ini diikuti reaksi jaringan sebagai sifilis stadium II, yang
terjadi 6-8 minggu sesudah sifilis stadium I. Sifilis stadium I dan II perlahan akan
mengalami regresi dan menghilang.
Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif
karena pada ibu yang menderita sifilis pada stadium ini dapat melahirkan bayi dengan
sifilis kongenital.Bila proses imunitas gagal pada tempat bekas sifilis stadium I Treponema
pallidum akan membiak kembali dan menimbulkan lesi rekuren, reaksi tersebut menular
dan dapat timbul berulang-ulang.
Stadium Lanjut
Stadium laten pada sifilis dapat berlangsung selama bertahun-tahun, hal ini
dikarenakan Treponema berada dalam keadaan dorman. Apabila terjadi perubahan
keseimbangan antara Treponema dan jaringan maka dapat muncul sifilis stadium II
berbentuk guma yang hal tersebut belum pasti diketahui sebabnya, namun trauma
merupakan salah satu faktor predisposisi. Pada guma umumnya tidak ditemukan
Treponema pallidum, reaksinya hebat dan bersifat destruktif serta berlangsung bertahun-
tahun.Treponema dapat mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf dalam waktu
dini, namun kerusakan yang terjadi secara perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk dapat menimbulkan gejala klinis.
5. Diagnosa
Sifilis Stadium I
Masa tunas 2-4 minggu. Treponema masuk ke dalam selaput lendir/ kulit yang
mengalami lesi secara langsung, lalu berkembang biak, dan menyebar secara limfogen dan
hematogen.Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat khusus :
1. Tidak nyeri
2. Sekitar ulkus teraba keras
3. Dasar ulkus bersih dan berwarna merah
4. Soliter
Lokasi ulkus pada wanita di labium mayora dan minora, klitoris, serviks. Ulkus juga
dapat terdapat pada ekstra genital misalnya pada anus, rektum, bibir,mulut, lidah, tonsil,
jari, dan payudara. Sifilis stad. I setelah 1 minggu umumnya ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening ingunalis medialis yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak
supuratif dan tidak terdapat periadenitis.
Sifilis Stadium II
Sifilis stad. II timbul 6-8 minggu sejak sifilis stad. I. Sifilis stadium II dapat disertai gejala
konstitusi, berupa anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang
tidak tinggi, atralgia. Lesi pada stadium II menular, gejala untuk membedakan antara
stadium II dan penyakit kulit lain adalah lesi kulit pada sifilis stadium II umumnya tidak
gatal, disertai limafenitis generalisata dan pada lesi dini disertai kelainan kulit pada tangan
dan kaki.
Sifilis Laten Dini
Pada fase ini tidak ada gejala klinis tetapi pemeriksaan serologisnya positif.
Sifilis Stadium Rekuren
Terjadi pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup.
Umumnya terjadi pada sifilis stadium II.
Sifilis Stadium Laten Lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis dengan tes serologik, masa laten dari beberapa tahun
hingga bertahun-tahun.Perbedaan karakteristik sifilis dini dan sifilis lanjut ialah sebagai
berikut:
Pada sifilis dini bersifat infeksius, pada sifilis lanjut tidak, kecuali kemungkinan pada
wanita hamil.
Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan Tpallidum, pada sifilis
lanjut tidak ditemukan.
Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan yang cukup,
sedangkan pada sifilis lanjut sangat jarang.
Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut destruktif
Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi, setelah diberi
pengobatan yang adekuat akan berubah menjadi non reaktif atau titer rendah,
sedangkan pada sifilis lanjut umumnya reaktif, selalu dengan titer rendah dan sedikit
atau hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan. Titer yang tinggi pada
sifilis lanjut dijumpai pada gumma dan paresis.
Sifilis Stadium III
Berupa guma dimulai dengan timbulnya granuloma di dalam jaringan (otot, tulang dsb)
yang kemudian memecah ke permukaan membentuk ulkus yang dalam dengan dasar
tertutup pus. Tepi ulkus meninggi dan keras dindingnya curam.proses guma juga terjadi
pada laring, paru, gastrointestinal, hepar dan testis.
6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis sifilis dapat ditegakkan dengan cara melihat langsung organisme
dengan mikroskop lapangan gelap atau pewarnaan antibodi fluoresen langsung dan kedua
dengan mendeteksi adanya antibodi dalam serum dan cairan serebrospinal.
1. Pemeriksaan T. pallidum dengan mikroskop lapangan gelap.
Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk
dan pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga hari
berturut-turut jika hasil pada hari pertama dan kedua negatif. Treponema tampak
berwarna putih berlatar belakang gelap. Pergerakan memutar terhadap sumbunya,
bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pandang.
2. Serologis Test for Syphilis (S.T.S)
. Tes serologis merupakan tes konfirmasi untuk melihat adanya antibodi terhadap
organisme penyebab sifilis. Tes serologis juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis
infeksi sifilis pada masa laten sifilis dimana tidak tampak adanya gejala-gejala penyakit.
S.T.S. dibagi menjadi 2 berdasarkan antigen yang dipakai yaitu:
o Tes Non Treponemal adalah tes untuk melihat antibodi yang terbentuk akibat adanya
infeksi oleh penyakit sifilis atau penyakit infeksi lainnya. Antibodi ini terbentuk setelah
penyakit menyebar ke kelenjar limpe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan
serta dapat menimbulkan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain. Tes
serologis non treponema mendeteksi antibodi yang merupakan kompleks dari lecitin,
kolesterol dan kardiolipin dan digunakan untuk skrining adanya infeksi oleh T. pallidum.
Tetapi tes ini dapat memberikan positif palsu pada kondisi seperti kehamilan,
kecanduan obat, keganasan, penyakit autoimun dan infeksi virus. Tes ini seperti :
o Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)
o Rapid Plasma Reagen (RPR)
o Cardiolipin Wassermann (CWR)
o Unheated Serum Reagen (USR)
o Toulidone Red Unheated Serum Test (TRUST)
o ELISA
o Tes Treponemal : Antibodi treponemal yang bertujuan untuk mendeteksi adanya
antibodi terhadap antigen treponema dan sebagai konfirmasi dari hasil positif tes
skrining nontreponemal atau konfirmasi adanya proses infeksi pada hasil negatif tes
nontreponemal pada fase late atau laten disease
o Tes Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Sensitifitas tes rendah pada beberapa stadium penyakit terutama stadium I ,
tetapi spesifisitasnya paling baik dibanding tes serologis lain dan merupakan
satu-satunya tes yang hampir tidak memberi hasil positif semu. Tes
menggunakan serum penderita yang tidak aktif ditambah dengan
T.pallidum yang mobile dan komplemen, lalu diinkubasi pada suhu 35° C selama
16 jam selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Hasil positif terlihat dengan T.
pallidum yang tidak mobile.
o Tes Treponema pallidum Hemagglutination (TPHA)
Merupakan uji hemaglutinasi pasif secara kualitatif dan semi kuantitatif yang
dapat mendeteksi anti T. pallidum antibodi dalam serum atau plasma, di mana
hasil positif didapatkan bila terjadi aglutinasi. Sensitivitas dan spesifisitas
cukup baik kecuali untuk sifilis stadium I, tes ini juga cukup praktis, mudah dan
sederhana serta harganya relatif murah. Sebagai antigen dipakai T .pallidum
strain Nichol dan sebagai carrier digunakan sel darah merah kalkun. Sel darah
merah kalkun yang diliputi antigen T . pallidum dan antibodi serum penderita
lalu diinkubasi. Antibodi T. pallidum dalam serum akan mengikat antigen pada
sel darah merah membentuk kompleks Ag-Ab dan hasil positif dinilai dengan
melihat adanya aglutinasi .
3. Foto Rontgen
Foto rontgen dapat dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang yang dapat terjadi
pada S II, S III, dan sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler misalnya untuk
melihat aneurisma aorta.
4. Histopatologi
Kelainan yang utama pada sifilis adalah proloferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas
infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limfoid dan sel-sel plasma.
7. Penatalaksanaan
Penisilin G merupakan obat yang sangat efektif.
Respon masing-masing jenis sifilis terhadap penisilin G tidak sama. Tindak lanjut terhadap
perkembangan penyakit perlu dilakukan selama maupun setelah pengobatan dengan
pemeriksaan serologik darah.
Sifilis Pengobatan Pemantuaan
serologic
Sifilis primer 1. penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit secara IM 2,4
juta) dan diberikan satu kali seminggu unit.
2. penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta,
diberi 0,6 juta unit/hari selama 10 hari
3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium
monostrerat) dosis 4,8 juta unit, diberikan 1,2 juta
unit/kali 2 kali seminggu.
Pada bulan I,
III, VI, dan XII
dan setiap
enam bulan
pada tahun ke
dua
Sifilis sekunder Sama seperti sifilis primer
Sifilis latent Penisilin G benzatin, dosis total 7,2 juta unit
Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta
unit (0,6 juta unit/hari)
PAM dosis t
Sifilis stadium
III
Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit
Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta
unit (0,6 juta unit/hari)
PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2 kali
seminggu)
Pada pasien yang alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin.
Lama pengobatan 15 hari untuk sifilis stadium I dan II, 30 hari sifilis stadium laten.
Dapat juga digunakan sefaleksin 15 hari, seftriakson 2 gram dosis tunggal setiap hari
selama 15 hari, azitromisin dosis tunggal selama 10 hari untuk sifilis stadium I dan II.
8. Komplikasi dan Prognosis
A. Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.
Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
o Benjolan kecil atau tumor : disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang
dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini
dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang
o Masalah Neurologi
Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem,
seperti:
o Stroke
o Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal
cord(meningitis)
o Koordinasi otot yang buruk
o Numbness (mati rasa)
o Paralysis
o Deafness or visual problems
o Personality changes
o Dementia
o Masalah kardiovaskular
Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan
pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti
aortic valve stenonis.
o Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi
sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk
masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.
o Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui
keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir
premature juga menjadi lebih tinggi.
Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab
banyak T. pallidum beredar dalam darah. treponema masuk secara hematogen ke janin
melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat massa kehamilan 10 minggu.
B. Prognosis
Jika pengobatan sempurna, Prognosis baik
9. Pencegahan
Sifilis tidak bisa dicegah dengan membersihkan daerah genital setelah berhubungan sexual.
Hindari berhubungan sex dengan lebih dari satu pasangan
Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
Gunakan kondom ketika berhubungan sexual
Lakukan pemeriksaan IMS yang teratur.
Tugas Keterampilan Klinik
SIFILIS
Oleh
Nama : Shinta Maya Sari
BP : 1310332007
Kelompok : 5
Instruktur : Bd. Suryati, S.Pd.M.Kons
Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Padang
2015