sfiliss

12
SIFILIS 1.Definisi Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema palidum; bersifat kronik dan sistemik. Pada perjalanannya, sifilis dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Sifilis sering disebut sebagai ‘Lues Raja Singa’. 2.Etiologi Treponema pallidum (= Spirochaeta pallida) Oleh Schaudinn & Hoffman (1905) dengan mikroskop lapangan gelap Bentuk Spiral: Panjang: 6 -15 μ, Lebar: 0,25 μ, lilitan: 9 - 24 Gerak maju & mundur Berotasi undulasi sisi ke sisi Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar tubuh Sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual maupun transplasenta dari ibu ke janinnya karena Treponema pallidum dapat menembus sawar plasenta. Sifilis tidak ditularkan melalui dudukan toilet, kolam renang, air mandi maupun pakaian. Faktor Resiko : Menyerang bermacam usia, antara 20-39 tahun, 15-19 tahun, 40- 49 tahun. Pria lebih banyak di bandingkan dengan wanita dengan perbandingan 6:1. Sifilis mengenai semua bangasa/ras Faktor pengetahuan, karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya penyakit, mendorong orang untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah.

Upload: shinta-maya-sari

Post on 10-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kebidanan

TRANSCRIPT

Page 1: Sfiliss

SIFILIS

1. Definisi

Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema palidum; bersifat

kronik dan sistemik. Pada perjalanannya, sifilis dapat menyerang hampir semua alat tubuh,

dapat menyerupai banyak penyakit dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Sifilis sering

disebut sebagai ‘Lues Raja Singa’.

2. Etiologi

Treponema pallidum (= Spirochaeta pallida)

Oleh Schaudinn & Hoffman (1905) dengan mikroskop lapangan gelap

Bentuk Spiral: Panjang: 6 -15 , Lebar: 0,25 , lilitan: 9 - 24μ μ

Gerak maju & mundur

Berotasi undulasi sisi ke sisi

Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar tubuh

Sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual maupun transplasenta dari ibu ke

janinnya karena Treponema pallidum dapat menembus sawar plasenta. Sifilis tidak

ditularkan melalui dudukan toilet, kolam renang, air mandi maupun pakaian. Faktor Resiko :

Menyerang bermacam usia, antara 20-39 tahun, 15-19 tahun, 40-49 tahun. 

Pria lebih banyak di bandingkan dengan wanita dengan perbandingan 6:1.

Sifilis mengenai semua bangasa/ras

Faktor pengetahuan, karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya penyakit,

mendorong orang untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah.

Ekonomi yang kurang juga cenderung berpengaruh

3. Klasifikasi/Grade

Menurut WHO secara epidemiologik dibagi menjadi:

a. Stadium dini menular (1 tahun sejak infeksi)

1) Sifilis stadium I

2) Sifilis stadium II

3) Sifilis stadium rekuren

4) Sifilis stadium laten dini

b. Stadium lanjut tidak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi)

1) Sifilis stadium laten lanjut

2) Sifilis stadium III

Page 2: Sfiliss

4. Patogenesis

Stadium Dini

Treponema masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi/selaput lendir. Berkembang

biak, membentuk infiltrat yang terdiri dari sel limfosit dan sel plasma. Pada daerah

perivaskular terutama pembuluh darah kecil, akan dikelilingi oleh treponema pallidum.

Bila timbul endarteritis akan mengakibatkan perubahan hipertrofik dari endotelium yang

akan mengakibatkan timbulnya obliterasi kuman. Akibat dari kehilangan perdarahan akan

timbul erosi yang pada pemeriksaan klinis tampak sebagai sifilis stadium I.

Sebelum nampak gejala sifilis stadium I, kuman telah mencapai kelenjar limfe

regional melalui penyebaran secara limfogen dan secara hematogen ke semua jaringan di

badan dan membiak. Multiplikasi ini diikuti reaksi jaringan sebagai sifilis stadium II, yang

terjadi 6-8 minggu sesudah sifilis stadium I. Sifilis stadium I dan II perlahan akan

mengalami regresi dan menghilang.

Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif

karena pada ibu yang menderita sifilis pada stadium ini dapat melahirkan bayi dengan

sifilis kongenital.Bila proses imunitas gagal pada tempat bekas sifilis stadium I Treponema

pallidum akan membiak kembali dan menimbulkan lesi rekuren, reaksi tersebut menular

dan dapat timbul berulang-ulang.

Stadium Lanjut

Stadium laten pada sifilis dapat berlangsung selama bertahun-tahun, hal ini

dikarenakan Treponema berada dalam keadaan dorman. Apabila terjadi perubahan

keseimbangan antara Treponema dan jaringan maka dapat muncul sifilis stadium II

berbentuk guma yang hal tersebut belum pasti diketahui sebabnya, namun trauma

merupakan salah satu faktor predisposisi. Pada guma umumnya tidak ditemukan

Treponema pallidum, reaksinya hebat dan bersifat destruktif serta berlangsung bertahun-

tahun.Treponema dapat mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf dalam waktu

dini, namun kerusakan yang terjadi secara perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu

bertahun-tahun untuk dapat menimbulkan gejala klinis.

5. Diagnosa

Sifilis Stadium I

Masa tunas 2-4 minggu. Treponema masuk ke dalam selaput lendir/ kulit yang

mengalami lesi secara langsung, lalu berkembang biak, dan menyebar secara limfogen dan

hematogen.Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat khusus :

1. Tidak nyeri

2. Sekitar ulkus teraba keras

Page 3: Sfiliss

3. Dasar ulkus bersih dan berwarna merah

4. Soliter

Lokasi ulkus pada wanita di labium mayora dan minora, klitoris, serviks. Ulkus juga

dapat terdapat pada ekstra genital misalnya pada anus, rektum, bibir,mulut, lidah, tonsil,

jari, dan payudara. Sifilis stad. I setelah 1 minggu umumnya ditemukan pembesaran kelenjar

getah bening ingunalis medialis yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak

supuratif dan tidak terdapat periadenitis.

Sifilis Stadium II

Sifilis stad. II timbul 6-8 minggu sejak sifilis stad. I. Sifilis stadium II dapat disertai gejala

konstitusi, berupa anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang

tidak tinggi, atralgia. Lesi pada stadium II menular, gejala untuk membedakan antara

stadium II dan penyakit kulit lain adalah lesi kulit pada sifilis stadium II umumnya tidak

gatal, disertai limafenitis generalisata dan pada lesi dini disertai kelainan kulit pada tangan

dan kaki. 

Sifilis Laten Dini

Pada fase ini tidak ada gejala klinis tetapi pemeriksaan serologisnya positif.

Sifilis Stadium Rekuren

Terjadi pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup.

Umumnya terjadi pada sifilis stadium II.

Sifilis Stadium Laten Lanjut

Biasanya tidak menular, diagnosis dengan tes serologik, masa laten dari beberapa tahun

hingga bertahun-tahun.Perbedaan karakteristik sifilis dini dan sifilis lanjut ialah sebagai

berikut:

Pada sifilis dini bersifat infeksius, pada sifilis lanjut tidak, kecuali kemungkinan pada

wanita hamil.

Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan Tpallidum, pada sifilis

lanjut tidak ditemukan.

Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan yang cukup,

sedangkan pada sifilis lanjut sangat jarang.

Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut destruktif

Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi, setelah diberi

pengobatan yang adekuat akan berubah menjadi non reaktif atau titer rendah,

sedangkan pada sifilis lanjut umumnya reaktif, selalu dengan titer rendah dan sedikit

atau hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan. Titer yang tinggi pada

sifilis lanjut dijumpai pada gumma dan paresis.

Page 4: Sfiliss

Sifilis Stadium III

Berupa guma dimulai dengan timbulnya granuloma di dalam jaringan (otot, tulang dsb)

yang kemudian memecah ke permukaan membentuk ulkus yang dalam dengan dasar

tertutup pus. Tepi ulkus meninggi dan keras dindingnya curam.proses guma juga terjadi

pada laring, paru, gastrointestinal, hepar dan testis.

6. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis sifilis dapat ditegakkan dengan cara melihat langsung organisme

dengan mikroskop lapangan gelap atau pewarnaan antibodi fluoresen langsung dan kedua

dengan mendeteksi adanya antibodi dalam serum dan cairan serebrospinal.

1. Pemeriksaan T. pallidum dengan mikroskop lapangan gelap.

Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk

dan pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga hari

berturut-turut jika hasil pada hari pertama dan kedua negatif. Treponema tampak

berwarna putih berlatar belakang gelap. Pergerakan memutar terhadap sumbunya,

bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pandang.

2. Serologis Test for Syphilis (S.T.S)

. Tes serologis merupakan tes konfirmasi untuk melihat adanya antibodi terhadap

organisme penyebab sifilis. Tes serologis juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis

infeksi sifilis pada masa laten sifilis dimana tidak tampak adanya gejala-gejala penyakit.

S.T.S. dibagi menjadi 2 berdasarkan antigen yang dipakai yaitu:

o Tes Non Treponemal adalah tes untuk melihat antibodi yang terbentuk akibat adanya

infeksi oleh penyakit sifilis atau penyakit infeksi lainnya. Antibodi ini terbentuk setelah

penyakit menyebar ke kelenjar limpe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan

serta dapat menimbulkan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain. Tes

serologis non treponema mendeteksi antibodi yang merupakan kompleks dari lecitin,

kolesterol dan kardiolipin dan digunakan untuk skrining adanya infeksi oleh T. pallidum.

Tetapi tes ini dapat memberikan positif palsu pada kondisi seperti kehamilan,

kecanduan obat, keganasan, penyakit autoimun dan infeksi virus. Tes ini seperti :

o Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)

o Rapid Plasma Reagen (RPR)

o Cardiolipin Wassermann (CWR)

o Unheated Serum Reagen (USR)

o Toulidone Red Unheated Serum Test (TRUST)

o ELISA

Page 5: Sfiliss

o Tes Treponemal : Antibodi treponemal yang bertujuan untuk mendeteksi adanya

antibodi terhadap antigen treponema dan sebagai konfirmasi dari hasil positif tes

skrining nontreponemal atau konfirmasi adanya proses infeksi pada hasil negatif tes

nontreponemal pada fase late atau laten disease

o Tes Treponema Pallidum Immobilization (TPI)

Sensitifitas tes rendah pada beberapa stadium penyakit terutama stadium I ,

tetapi spesifisitasnya paling baik dibanding tes serologis lain dan merupakan

satu-satunya tes yang hampir tidak memberi hasil positif semu. Tes

menggunakan serum penderita yang tidak aktif ditambah dengan

T.pallidum yang mobile dan komplemen, lalu diinkubasi pada suhu 35° C selama

16 jam selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Hasil positif terlihat dengan T.

pallidum yang tidak mobile.

o Tes Treponema pallidum Hemagglutination (TPHA)

Merupakan uji hemaglutinasi pasif secara kualitatif dan semi kuantitatif yang

dapat mendeteksi anti T. pallidum antibodi dalam serum atau plasma, di mana

hasil positif didapatkan bila terjadi aglutinasi. Sensitivitas dan spesifisitas

cukup baik kecuali untuk sifilis stadium I, tes ini juga cukup praktis, mudah dan

sederhana serta harganya relatif murah. Sebagai antigen dipakai T .pallidum

strain Nichol dan sebagai carrier digunakan sel darah merah kalkun. Sel darah

merah kalkun yang diliputi antigen T . pallidum dan antibodi serum penderita

lalu diinkubasi. Antibodi T. pallidum dalam serum akan mengikat antigen pada

sel darah merah membentuk kompleks Ag-Ab dan hasil positif dinilai dengan

melihat adanya aglutinasi .

3. Foto Rontgen

Foto rontgen dapat dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang yang dapat terjadi

pada S II, S III, dan sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler misalnya untuk

melihat aneurisma aorta.

4. Histopatologi

Kelainan yang utama pada sifilis adalah proloferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas

infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limfoid dan sel-sel plasma.

7. Penatalaksanaan

Penisilin G merupakan obat yang sangat efektif.

Respon masing-masing jenis sifilis terhadap penisilin G tidak sama. Tindak lanjut terhadap

perkembangan penyakit perlu dilakukan selama maupun setelah pengobatan dengan

pemeriksaan serologik darah.

Page 6: Sfiliss

Sifilis Pengobatan Pemantuaan

serologic

Sifilis primer 1. penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit secara IM 2,4

juta) dan diberikan satu kali seminggu unit.

2. penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta,

diberi 0,6 juta unit/hari selama 10 hari

3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium

monostrerat) dosis 4,8 juta unit, diberikan 1,2 juta

unit/kali 2 kali seminggu.

Pada bulan I,

III, VI, dan XII

dan setiap

enam bulan

pada tahun ke

dua

Sifilis sekunder Sama seperti sifilis primer

Sifilis latent Penisilin G benzatin, dosis total 7,2 juta unit

Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta

unit (0,6 juta unit/hari)

PAM dosis t

Sifilis stadium

III

Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit

Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta

unit (0,6 juta unit/hari)

PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2 kali

seminggu)

Pada pasien yang alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin.

Lama pengobatan 15 hari untuk sifilis stadium I dan II, 30 hari sifilis stadium laten.

Dapat juga digunakan sefaleksin 15 hari, seftriakson 2 gram dosis tunggal setiap hari

selama 15 hari, azitromisin dosis tunggal selama 10 hari untuk sifilis stadium I dan II.

8. Komplikasi dan Prognosis

A. Komplikasi

Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.

Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat

memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

o Benjolan kecil atau tumor : disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang

dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini

dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang

o Masalah Neurologi

Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem,

seperti:

Page 7: Sfiliss

o Stroke

o Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal

cord(meningitis)

o Koordinasi otot yang buruk

o Numbness (mati rasa)

o Paralysis

o Deafness or visual problems

o Personality changes

o Dementia

o Masalah kardiovaskular

Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan  inflamasi aorta, arteri mayor, dan

pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti

aortic valve stenonis.

o Infeksi HIV

Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya

mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi

sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk

masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.

o Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui

keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir

premature juga menjadi lebih tinggi.

Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab

banyak T. pallidum beredar dalam darah. treponema masuk secara hematogen ke janin

melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat massa kehamilan 10 minggu.

B. Prognosis

Jika pengobatan sempurna, Prognosis baik

9. Pencegahan

Sifilis tidak bisa dicegah dengan membersihkan daerah genital setelah berhubungan sexual.

Hindari berhubungan sex dengan lebih dari satu pasangan

Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang

Gunakan kondom ketika berhubungan sexual

Lakukan pemeriksaan IMS yang teratur.

Page 8: Sfiliss

Tugas Keterampilan Klinik

SIFILIS

Oleh

Nama : Shinta Maya Sari

BP : 1310332007

Kelompok : 5

Instruktur : Bd. Suryati, S.Pd.M.Kons

Program Studi S1 Kebidanan

Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas

Padang

2015