sekolah montessori di solo baru dengan penerapan …/sekolah... · daftar gambar viii ... 2....
TRANSCRIPT
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu
Disusun Oleh:
MIMING RATNA WULANSARI
NIM. I 0204083
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam
Desain Bangunan
ii
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp. (0271) 643666 E-mail [email protected] Surakarta
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
JUDUL : Sekolah Montessori di Solo Baru
dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam
Desain Bangunan
PENYUSUN : MIMING RATNA WULANSARI
NIM : I 0204083
Surakarta, April 2010
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ir. Agoes Soediamhadi NIP. 19460318 197501 1 001
Ir. Leny Pramesti, MT NIP. 19610628 199802 2 001
Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007
Ir. Hardiyati, MT NIP. 19561209 198601 2 001
Pembantu Dekan I FT UNS
Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR SKEMA xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul 1
B. Pengertian Judul 1
C. Latar Belakang
1. Sifat Dasar Anak 1
2. Kualitas Pendidikan di Indonesia 2
3. Metode Montessori Untuk Anak 3
4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya 5
5. Kebutuhan Sekolah di Solo Baru 6
D. Permasalahan
1. Permasalahan Umum 6
2. Permasalahan Khusus 6
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan 7
2. Sasaran 7
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan
1. Batasan Pembahasan 8
2. Lingkup Pembahasan 8
G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan
1. Metode Pengumpulan Data 8
2. Metode Pembahasan 9
H. Sistematika Pembahasan 9
BAB II TINJUAN TEORI DAN STUDI KASUS
A. Metode Montessori
1. Sejarah 10
2. Sifat 10
iv
3. Kekhasan 11
4. Teori utama tentang cara belajar 11
5. Prinsip pendidikan Montessori 12
6. Program belajar 16
7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain 18
8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak 18
B. Sekolah Montessori
1. Pengertian 18
2. Filosofi 19
3. Tujuan pendidikan 19
4. Program yang disediakan 20
5. Waktu belajar 20
C. Tinjauan anak
1. Karakter Anak 20
2. Kebutuhan Anak 21
3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar) 23
D. Studi kasus Sekolah Montessori
1. Ruang dalam (Indoor) 25
2. Ruang luar (Outdoor) 26
BAB III TINJAUAN SOLO BARU
A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru 27
B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru 28
C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru 29
BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU
A. Proses Penentuan Konsep Peruangan
1. Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 31
2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang 37
3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang 41
B. Proses Penentuan Konsep Lokasi dan Site
1. Proses Penentuan Konsep Lokasi 44
2. Proses Penentuan Konsep Site 47
C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance)
dan Pintu Servis (Service Entrance) 50
D. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan 51
E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian
1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME) 52
2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE) 53
v
F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi 53
G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori
1. Proses Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa 54
2. Proses Penentuan Konsep Jumlah Massa 56
3. Proses Penentuan Konsep Pembagian Massa 56
4. Proses Penentuan Konsep Tata Massa 58
H. Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori 58
I. Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada
Prinsip Pendidikan Montessori 59
J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan
Pada Prinsip Pendidikan Montessori 62
K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori 64
L. Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori 64
M. Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan
1. Struktur Pondasi 68
2. Struktur Dinding 68
3. Struktur Atap 69
N. Proses Penentuan Konsep Utilitas
1. Proses Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih 69
2. Proses Penentuan Konsep Sistem Sanitasi 70
3. Proses Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan 72
4. Proses Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran 73
5. Proses Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi 73
6. Proses Penentuan Konsep Penanganan Sampah 74
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI
DI SOLO BARU
A. Konsep Peruangan
1. Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 75
2. Konsep Pola Hubungan Ruang 80
3. Konsep Besaran Ruang 82
B. Konsep lokasi dan site
1. Konsep Lokasi 84
2. Konsep Site 84
C. Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance) dan Pintu Servis
(Service Entrance) 86
vi
D. Konsep Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan 86
E. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian
1. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME) 86
2. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE) 87
F. Konsep Zone Berdasarkan Fungsi 87
G. Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Konsep Bentuk Dasar Massa 87
2. Konsep Jumlah Massa 87
3. Konsep Pembagian Massa 87
4. Konsep Tata Massa 88
H. Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 88
I. Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 89
J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada
Prinsip Pendidikan Montessori 91
K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori 92
L. Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 92
M. Konsep Struktur Bangunan
1. Struktur Pondasi 94
2. Struktur Dinding 94
3. Struktur Atap 94
N. Konsep Utilitas
1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih 94
2. Konsep Sistem Sanitasi 95
3. Konsep Sistem Kelistrikan 95
4. Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran 95
5. Konsep Jaringan Komunikasi 96
6. Konsep Penanganan Sampah 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
UCAPAN TERIMAKASIH
vii
Abstrak
Miming Ratna Wulansari, I0204083, Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan.
Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan berdasarkan
kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam dan metode
pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang
menyenangkan dalam dunia pendidikan.
Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif yang
mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru dalam hal
penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta pengembangan kecerdasan
dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan suasana belajar dan bermain melalui
pendekatan Metode Montessori. Melalui Prinsip-Prinsip Pendidikan Montessori, yaitu kebebasan,
keindahan, keteraturan, alami, kohesi kemasyarakatan dan penggunaan alat peraga yang diterapkan ke
dalam desain bangunan menjadikan Sekolah Montessori menjadi sebuah sekolah alternatif untuk
pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak-anak tumbuh dengan
kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang
lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.
Selain itu, melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan
adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi
kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua
anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul
Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori di Solo Baru ke
dalam Desain Bangunan.
B. Pengertian Judul 1. Sekolah
a. Suatu lembaga/bangunan untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran (menurut tingkatannya, ada : dasar, menengah pertama dan menengah ke atas).1
b. Suatu tempat/bangunan di mana pengajaran diberikan. Suatu pertemuan yang teratur bagi
guru dan murid untuk belajar mengajar.2
2. Montessori
Metode pendidikan yang ditemukan oleh pakar pendidikan usia dini, Dr. Maria Montessori yang
didasarkan pada potensi dan karakter anak sesuai dengan perkembangan usianya.3 Tujuan
pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang
berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri.4
3. Prinsip Pendidikan Montessori
Prinsip pendidikan yang meliputi kebebasan, keteraturan, keindahan, alami, alat peraga
Montessori, kohesi kemasyarakatan.5
4. Solo baru
Salah satu kota/wilayah di Kabupaten Sukoharjo.6
“Sekolah Montessori di Solo Baru” adalah fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-
sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah Dasar) yang terletak di Solo baru dengan menggunakan
Metode Montessori yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang
berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri dengan penerapan prinsip Pendidikan Montessori
ke dalam desain bangunan.”
C. Latar Belakang 1. Sifat Dasar Anak
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta : Dep.
P&K, 1089) 2 The New Grouer Webster Int. Dictionary of English Language, Vol. 1 (1971) The English Language Inst. Of America. Inc) 3 Sumber Inspiredkids (22/03/09),”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak” 4 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november
2008 5 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.53 6 RUTR-Kawasan Solo baru 1990-2010
ix
Pembinaan dan pendidikan anak sedini mungkin sangat berperan terhadap kemajuan
perkembangan tingkat kecerdasan anak. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa pada usia 4
tahun anak mencapai 50% dari tingkat kecerdasan, dan mendekati usia 8 tahun mencapai 80%
dan setelah usia itu usaha apapun pada pendidikan hanya meningkatkan kecerdasan 10% saja.7
Oleh sebab itu pendidikan dan pembinaan anak sangat mutlak diperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Untuk bisa memilih metode apa yang sekiranya tepat diterapkan pada anak-
anak dalam mendidik dan membina mereka, terlebih dulu kita memahami keinginan dan karakter
dalam diri anak-anak. Secara normal setiap anak memliki sifat untuk mencari tahu, konsentrasi
spontan, mulai memahami realita, suka keyenangan dan bekerja sendiri, memiliki rasa posesif,
ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, independen dan berinisiatif, disiplin diri spontan, serta
ceria.8
2. Kualitas pendidikan di Indonesia
Sejak berusia dua tahun, anak mempunyai keingintahuan yang sangat besar, senang
bereksplorasi, dan senang mencoba hal baru. Karenanya, kita sebaiknya bisa melihat bahwa
setiap anak memiliki kepribadian yang ingin dikembangkannya sendiri, mereka memiliki inisiatif,
mereka memilih sendiri apa yang ingin mereka lakukan, bertahan untuk terus melakukannya dan
merubahnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sendiri. Mereka sangat ‘hand-
minded’ dan senang mengamati berbagai hal dan meresponnya dengan cara mereka sendiri-
sendiri sesuai dengan perkembangan motorik, sensorik dan bahasa melalui penggunaan kelima
panca indera mereka.
Menurut Dr.Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Amerika, setiap anak dilahirkan
dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang
menjadi bawaan itu antara lain: keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas,
vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru
hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai
anak-anak itu tumbuh dewasa.9
Namun yang terjadi, pendidikan anak di Indonesia, beberapa aspek di atas kurang
mendapatkan perhatian secara mendalam. Bahkan sampai saat ini masih sering kita temui cara
mengajar yang masih konvensional, di mana guru seringkali tidak memperhatikan perkembangan
anak didiknya. Mereka dituntut untuk menyampaikan banyak materi kepada anak didiknya,
hinggga kadangkala mereka mengabaikan sisi-sisi psikologis anak.
Ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak tatkala mereka mengikuti
kegiatan belajar di sekolah-sekolah umum. Salah satu hal yang seringkali kita temui dalam
kegiatan belajar di sekolah umum adalah kesibukan yang luar biasa. Terutama bagi sekolah-
sekolah yang telah menerapkan konsep akselerasi, dimana anak didik mereka dituntut pandai
dan tahu dalam segala hal, namun mereka mengabaikan kondisi psikologis anak didiknya. Hal
7 Dikutip dari Wijanarko, Wijang, Fasilitas Pendidikan Anak, Yogyakarta, TA-UGM, 1998 8 Sumber Inspiredkids,”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak”, 22/03/09 9 http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008
x
yang kita takutkan adalah ketika mereka merasa terasing dari dunianya, dunianya yang
semestinya menyenangkan dan penuh warna tetapi sehari-harinya mereka terlalu dijejali dengan
pekerjaan dan tugas, baik di rumah maupun di sekolah. Tak heran, jam pelajaran di sekolah
dirasakan demikian sempit, mereka harus berpacu dengan materi pelajaran hingga kadangkala
siswa harus les, demi menguasai bahan pelajaran yang sudah dipelajari di kelas. Atau, sekolah
sendiri yang menyediakan pelajaran tambahan di sore hari, sampai-sampai siswa harus sekolah
dua kali, pagi dan sore.
Jika kita lihat sistem pendidikan di sekolah-sekolah umum, terlihat begitu kurangnya
interaksi anak dengan lingkungan. Metode mengajar yang diberikan bersifat teoritis, jarang sekali
anak-anak dicoba dan diajak belajar langsung dari obyek-obyek yang mereka pelajari. Padahal
kita mengetahui bahwa memori, kreativitas dan daya ingat anak-anak sangatlah tajam. Terlebih
lagi bagi anak-anak taman kanak-kanak, mereka sangat membutuhkan sistem pendidikan yang
mampu memberi rangsangan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Rangsangan ini sangat penting agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Beberapa hal inilah yang seharusnya kita perhatikan secara mendalam demi keberhasilan
pendidikan anak dimasa yang akan datang. Dan yang terpenting kehidupan anak bukanlah milik
kita karena mereka berhak untuk menentukan keinginan dan masa depan, sedangkan kita hanya
sebagai pendamping mereka, pengarah dan fasilitator bagi mereka.
Bertolak dari kenyataan itulah perlu dikembangkan pendekatan pendidikan yang menjadi
alternatif bagi sekolah pada umumnya. Penyediaan sebuah sekolah alternatif ini haruslah
dirancang atas pendekatan bahwa setiap anak itu mempunyai kecerdasannya sendiri.
Lingkungan sekolah dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak
kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk
mengeksplorasi lingkungannya.
3. Metode Montessori Untuk Anak
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang
terdiri dari proses, cara, serta perbuatan mendidik dengan tujuan membantu anak agar mampu
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Namun dewasa ini pendidikan dengan kurikulum atau
metode yang berubah-ubah sering tidak mengakar dan membuat bingung para siswa.
Pendidikan yang seharusnya memberi peluang bagi anak untuk berkembang dalam setiap
aspek kehidupannya, kadang hanya menyentuh satu aspek saja. Misalnya kurikulum yang
terus berganti membuat anak hanya belajar untuk mengejar nilai tanpa peduli akan lingkungan
dan kehidupan sosialnya.10
10 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november
2008
xi
Pendekatan ‘Teacher Centre’ yang digunakan dalam pendidikan nasional kita kurang
begitu berhasil dalam mengembangkan kemampuan anak seutuhnya karena metode ini
membuat kelas cenderung pasif dan membosankan.11
Dr. Maria Montessori sebagai pakar pendidikan yang sekaligus peduli akan kehidupan
anak mengembangkan metode pendidikan yang tidak hanya memperhatikan aspek kognitif,
tetapi juga melalui latihan-latihan praktis yang menyentuh jiwa anak. Ia mengemukakan bahwa
kemandirian seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak. Ia melatih
kemandirian anak lewat latihan-latihan yang sederhana misalnya di sekolahnya ia merancang
berbagai alat sederhana yang menunjang anak dalam belajar atau melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, anak tidak hanya menerima pengetahuan dari gurunya tetapi
mengembangkan diri dengan berbagai sarana yang ada. Semuanya ini menjadi satu kebutuhan
bersama dalam kehidupan anak. Jika anak hanya berkembang pada satu sisi akan
mempengaruhi sisi yang lain. Maka pentinglah pendidikan mencakup semua aspek tersebut di
atas.
Pada Montessori, metode yang digunakan adalah ‘Child Centre’, dimana anak sebagai
subjek pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.
Pendidikan merupakan usaha dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu atau membantu anak agar mampu melaksanakan tugas hidupnya
sendiri secara mandiri. Menurut Dr. Maria Montessori, untuk menjadi pribadi yang mandiri,
seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak karena pada masa itu
merupakan masa peka dimana anak mampu menerima segala sesuatu yang diajarkan.
Pendidikan dalam metode Montessori memberikan tempat bagi anak untuk beraktivitas
sebebas-bebasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing yang sekaligus merupakan
basis pembentukan kemandirian dan kedisiplinan bagi anak. Bagi Montessori, pendidikan tidak
berarti anak hanya menerima dari guru melainkan anak juga bisa menemukan sendiri apa yang
berguna bagi mereka melalui aktivitas mereka sendiri. Kebebasan dalam Metode Montessori
adalah kebebasan yang mendukung perkembangan seluruh kepribadian anak bukan hanya
secara fisik tetapi juga mental termasuk perkembangan otak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Metode Montessori
adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses
pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan
kehidupan anak itu sendiri.
4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya
Solo Baru adalah salah satu wilayah alternatif bagi Kota Surakarta sebagai pusat untuk
menampung jumlah penduduk yang semakin bertambah dari beberapa wilayah di Surakarta.
11 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005
xii
Solo Baru dapat dianggap sebagai kota satelit atau kota yang dalam perkembangannya selalu
mengikuti laju pertumbuhan kota lama.
Solo Baru yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, dalam perkembangannya jelas
akan saling berpengaruh dengan kondisi regional yang melengkapinya. Dari potensi dan kondisi
yang ada bahwa Solo Baru terletak di antara wilayah Sukoharjo dan Surakarta, mengakibatkan
peran Solo Baru yang cukup strategis dalam mendukung perkembangan di sekitarnya.
Solo Baru sebagai fungsi primer diharapkan mampu untuk ikut mendukung
perkembangan di sekelilingnya yaitu Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo baik sebagai
terminal distribusi barang, jasa, maupun fasilitas lain. Selain kaitannya dengan perkembangan
regional, Solo Baru yang juga tumbuh dan berkembang juga harus mampu melayani tuntutan
kebutuhan penduduk di wilayahnya. Dengan demikian Solo Baru harus mampu seoptimal
mungkin mengembangkan sektor kegiatan yang ada di wilayahnya.
Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan
Kotamadya Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia pra sekolah yang cukup banyak.
Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk mendapat pendidikan
dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah
fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel I.1 Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan
No Fasilitas Standar Jumlah
ideal
Jumlah
eksisting
1 TK 1 unit/1000 penduduk 147 64
2 SD 1 unit/1600 penduduk 92 61
3 SMP 1 unit/4800 penduduk 31 10
4 SMU 1 unit/4800 penduduk 31 5
Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010
Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain
untuk anak berumur 2-3 tahun.
Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan Sekolah Dasar
(SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan.
5. Kebutuhan Sekolah Montessori di Solo Baru
Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan
berdasarkan kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam
dan metode pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi
baru dan yang menyenangkan dalam dunia pendidikan.
Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif
yang mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru
dalam hal penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta
pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan
suasana belajar dan bermain melalui pendekatan metode Montessori.
Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya
Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi
xiii
kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani
semua anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.
Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah
alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak-
anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil
mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan
Metode Montessori.
D. Permasalahan 1. Permasalahan Umum
Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru
yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 2-12 tahun guna mengembangkan seluruh
potensi anak dengan menggunakan Metode Montessori melalui konsep tata ruang, baik interior
maupun eksterior.
2. Permasalahan Khusus
a. Bagaimana rumusan konsep peruangan yang meliputi :
1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang
2) Konsep pola hubungan ruang
3) Konsep besaran ruang
b. Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site
c. Bagaimana rumusan konsep pintu utama (main entrance) dan pintu servis (Service Entrance)
d. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan
e. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian
1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME)
2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE)
f. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada fungsi
g. Bagaimana rumusan konsep massa meliputi :
1) Konsep bentuk dasar massa
2) Konsep jumlah massa
3) Konsep pembagian massa
4) Konsep tata massa
h. Bagaimana rumusan konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
i. Bagaimana rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan
Montessori yang meliputi :
1) Konsep Eksterior
2) Konsep Interior
j. Bagaimana rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip
pendidikan Montessori
k. Bagaimana rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
l. Bagaimana rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
xiv
m. Bagaimana rumusan konsep sistem struktur bangunan
n. Bagaimana rumusan konsep utilitas
E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan
Menyusun rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru
yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 3-12 tahun guna mengembangkan seluruh
potensi anak dengan menggunakan metode Montessori melalu konsep tata ruang, baik interior
maupun eksterior.
2. Sasaran
a. Rumusan konsep peruangan yang meliputi :
1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang
2) Konsep pola hubungan ruang
3) Konsep besaran ruang
b. Rumusan konsep lokasi dan site
c. Rumusan konsep pintu utama (main entrante) dan pintu servis (Service Entrante)
d. Rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan
e. Rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian
1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME)
2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE)
f. Rumusan konsep zone berdasarkan pada fungís
g. Rumusan konsep massa meliputi :
1) Konsep bentuk dasar massa
2) Konsep jumlah massa
3) Konsep pembagian massa
4) Konsep tata massa
h. Konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
i. Rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori yang
meliputi :
1) Konsep Exterior
2) Konsep Interior
j. Rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan
Montessori
k. Rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
l. Rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
m. Rumusan konsep sistem struktur bangunan
n. Rumusan konsep utilitas
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan
xv
Pembahasan ditekankan sesuai dengan permasalahan perencanaan dan perancangan Sekolah
Montessori di Solo Baru yang dapat mengungkap faktor perencanaan dan perancangan fisik
dengan menggunakan metode Montessori.
2. Lingkup Pembahasan
Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur, hal-hal diluar disiplin ilmu Arsitektur
dibatasi dan disesuaikan dengan masalah-masalah yang muncul dalam mewujudkan Sekolah
Montessori di Solo Baru yang hendak dicapai.
G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan 1. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data-data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan dan hasil wawancara
dengan pihak terkait, yang meliputi:
1) Pendataan eksisting site.
2) Pencarian potensi dan permasalahan yang terdapat pada site.
b. Data sekunder
Data yang didapat dari studi literatur (pustaka dan internet) yang berhubungan dengan
pembuatan konsep bangunan Sekolah Montessori di Solo Baru.
2. Metode Pembahasan
a. Analisa Kuantitatif, yaitu analisa yang menyangkut perhitungan pasti, seperti besaran ruang
yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan Sekolah Montessori di Solo Baru.
b. Analisa Kualitatif, yaitu analisa yang tidak menyangkut besaran pasti, seperti kurikulum
Montessori, suasana, kenyamanan, jenis fasilitas yang dibutuhkan, serta keindahan di dalam
lingkungan sekolah Montessori.
c. Sintesa, yaitu tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman
empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep
perencanaan dan perancangan
H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan direncanakan :
Tahap I : Memaparkan latar belakang dan permasalahan.
Tahap II : Memaparkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Tahap III : Memaparkan batasan serta lingkup pembahasan yang akan dilakukan.
Tahap IV : Memaparkan metode yang akan digunakan serta sistematika pembahasan.
Tahap V : Memaparkan tinjauan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam
menentukan rancangan Sekolah Montessori agar sesuai dengan tujuan dan
sasaran. Tinjauan teori tentang Metode Montessori mencakup sejarah; sifat;
kekhasan; teori utama tentang cara belajar; prinsip pendidikan Montessori;
perbedaan metode Montessori dengan metode lain, Sekolah Montessori mencakup
xvi
pengertian; filosofi; tujuan pendidikan Montessori; program yang disediakan; waktu
belajar,
Tahap VI : Memaparkan tinjauan teori tentang anak, meliputi karakter anak, kebutuhan anak,
dan tinjauan keruangan (anak dan lingkungan belajar).
Tahap VII : Memaparkan studi kasus Sekolah Montessori.
Tahap VIII : Memaparkan tinjauan umum mengenai Solo Baru, keadaan fisik, lingkungan
geografi, fasilitas pendidikan dan rencana pengembangannya di Solo Baru.
Tahap IX : Memaparkan proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah
Montessori berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori di Solo Baru.
Tahap X : Memaparkan kesimpulan dari tahap analisis penentuan konsep perencanaan dan
perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru.
BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI KASUS
A. Metode Montessori
1. Sejarah12
Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada
teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19
dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun
ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.
Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari
penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental.
Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia
berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki
berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap
anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan
kecerdasan rata-rata.
Dr. Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dari berbagai budaya dan
latar belakang. Tidak hanya anak cacat, tetapi juga anak normal. Maria Montessori
menyimpulkan anak perlu lebih dari sekadar perawatan fisik dan medis guna menunjang
pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raga. Anak memerlukan lebih dari sekadar pelajaran
yang diajarkan sekolah umum.
Dr. Maria Montessori memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatih
panca indera dan ketrampilan motorik anak, dengan alat peraga khusus, di lingkungan ramah 12 http://www.wikipedia.org/
xvii
anak. Maria Montessori berpendapat jika anak diberi materi dan lingkungan yang tepat, anak
cenderung bisa mengerjakan aktivitas secara spontan. Lewat aktivitas, anak mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sesuai keinginan pribadi dan mengatasi
ketidakmampuan tanpa bantuan dan campur orang tua.
2. Sifat
Sifat dari metode pembelajaran Montessori adalah13 :
a. Anak-anak bekerja/bermain dalam satu kelompok/group, baik group kecil maupun besar.
b. Pada pre-school tidak ada penggolongan kelas berdasarkan umur.
c. Tidak ada aktivitas kompetitif.
d. Pembelajaran dengan cara permainan/games, tentu saja dengan material dan permainan
yang mempunyai tujuan pembelajaran tertentu.
e. Suasana gembira dalam belajar.
f. Kelas aktif, karena anak-anak yang bekerja sedangkan guru sebagai pembimbing.
g. Lebih banyak pembinaan gerak motorik dan kreativitas.
h. Penekanan pada proses, bukan pada produk.
i. Bebas bekerja dengan langkah dan material yang mereka pilih sendiri.
j. Lingkungan disiapkan untuk memaksimalkan pelajaran yang mandiri dan mengundang anak
untuk belajar dan ber-eksplorasi.
k. Guru sebagai perancang lingkungan, peraga, penjaga, peninjau tiap-tiap pertumbuhan dan
perilaku anak.
3. Kekhasan
25 karakteristik metode Montessori14 : Tabel II.1. Karakteristik Metode Montessori
Menghargai anak Belajar kesopanan dan saling menghormati
Menghargai sesama Motivasi intrinsik
Ragam budaya Inisiatif
Kemampuan untuk menyesuaikan diri Lingkungan yang dipersiapkan
Cosmic education Material yang mendidik
Kepribadian Penggabungan kurikulum
Kemandirian Sense of order
Kebebasan memilih Pengelompokan secara heterogen
Pembelajaran “hands-on” Kepekaan diri
Cinta pekerjaan Moving
Peduli pada diri sendiri Auto education
Konsentrasi secara spontan Guru sebagai fasilitator
Disiplin diri
Sumber : A Child’s Place Montessori School, 2009
13 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005 14 A Child’s Place Montessori School, 2009
xviii
4. Teori utama tentang cara belajar 15
a. Proses Pikiran Penyerap (Absorbent Mind)
Kapasitas belajar dari dalam diri anak. Belajar lewat berinteraksi dengan lingkungan
dan alat peraga. Anak melatih, melihat, mendengar, membaui, merasakan, dan meraba
lingkungan.
b. Lingkungan yang disiapkan (Prepared Environment)
Lingkungan pembelajaran yang disusun guna terjadinya pengembangan pengertian-
pengertian tertentu dalam diri anak. Dalam model Montessori, guru mempunyai tanggung
jawab terhadap lingkungan pembelajaran bagi murid-muridnya dengan memilih dan
menyusun alat-alat belajar sehingga memungkinkan proses belajar terjadi. Alat untuk belajar
harus dipilih dengan cermat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah menarik
minat anak. Meja dan tempat duduk harus sesuai dengan ukuran anak. Berat perabotan
harus pula disesuaikan dengan kekuatan anak sehingga memungkinkan anak
memindahkannya sesuai kemampuan mereka. Lingkungan harus ditata sedemikian rupa
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan keindahan.
c. Auto-education
Kemampuan anak untuk mengorganisasikan pemikiran sendiri apabila dikaitkan
dengan kegiatan tertentu. Guru bertanggung jawab menyajikan materi pelajaran sedemikian
rupa sehingga menumbuhkan pengalaman yang bersifat logis. Anak perlu mendapat
kesempatan mengamati dan kemudian melakukan sesuatu yang berarti anak
mengorganisasi dunianya dan pemikirannya sendiri. Peran utama guru dalam model
Montessori adalah memperagakan bagaimana suatu alat dipergunakan dan bagaimana
suatu tugas diselesaikan. Sebagian besar dari alat-alat yang dipergunakan Montessori
bersifat ‘mengoreksi diri’. Materi dirancang sedemikian rupa sehingga apabila anak
menggunakan alat tersebut mereka langsung mendapat umpan balik terhadap bertepatan
anak dalam menggunakan alat tersebut.
5. Prinsip pendidikan Montessori
a. Kebebasan
Pengertian kebebasan16 :
1) Berlapang-lapang, longgar, leluasa, los, merdeka, sesuka hati.
2) Informal, lapang, lega, rileks, santai, terbuka.
“Jika anak dihadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada
mereka untuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka
pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka.”17
15 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 16 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 17Dikutip dari David Gettman (1987),”Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’Press), hal 30
xix
Metode Montessori menekankan pentingnya kebebasan karena kebebasan
memberikan ruang gerak dan kemampuan untuk mencoba hal-hal baru dan mendapatkan
pengalaman baru yang beragam.
Kebebasan untuk anak di dalam kelas Montessori :
1) Kebebasan bergerak (di dalam maupun di luar ruangan).
2) Kebebasan memilih aktivitasnya sendiri di dalam kelas.
3) Kebebasan berbicara.
4) Kebebasan untuk tumbuh dan membangun mental dalam lingkungan yang dirancang.
5) Bebas untuk menyayangi dan disayangi.
6) Bebas dari bahaya.
7) Bebas dari persaingan.
8) Bebas dari tekanan.
Meskipun anak diberi kebebasan namun ada juga batasan ataupun arahan dalam
pemberian aktivitas kepada anak, antara lain :
1) Anak bebas untuk melakukan aktivitas apa saja sejauh tidak melanggar/merampas hak
orang lain dalam kelas (menghormati orang lain).
2) Menghormati barang mainan (alat peraga); anak dapat menggunakan alat peraga untuk
melakukan aktivitas sejauh menggunakannya dengan cara yang benar (tidak merusak
barang tersebut atau benda lain di sekitarnya. Tugas guru untuk mengarahkan hal-hal
seperti ini.
3) Menghormati lingkungan; anak diarahkan untuk dapat memperlakukan semua aspek
dengan penuh kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Anak diarahkan untuk
memperlakukan teman lain dan guru dengan lembut, sopan dan penuh penghargaan.
4) Menghormati diri sendiri.
b. Keteraturan
Pengertian keteraturan18 :
1) Apik, simetris, sistematis, terorganisasi, tertata, rapi, tertib, urut, berirama, harmonis.
2) Ajek, konstan, periodik.
“Ruangan yang dipergunakan untuk ‘belajar’ harus punya iklim yang teratur, terawat dan
estetis. Hal itu tidak hanya membangkitkan semangat belajar namun juga memberikan
kebebasan dan kemerdekaan anak untuk mengolah diri”19
Keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas Montessori.
Melalui keteraturan, anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar
berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif.
18 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 19 Hainstock, 1997 : 8, mengutip Montessori, 1995
xx
c. Keindahan
Pengertian keindahan20 : artistik, bagus, cakap, cantik, elok, permai.
Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada di dalamnya harus
memiliki desain dan kualitas yang baik.
d. Alami
Pengertian alami21 : alamiah, natural, wajar.
“Manusia adalah milik alam, begitu pula khususnya bagi anak. Mereka membutuhkan
gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. Semua hal yang diperlukan
untuk mengembangkan jiwa dan raga mereka adalah alam sebenarnya.” (Dr. Maria
Montessori)
Montessori percaya bahwa alam merangsang pertumbuhan otak dan tubuh.
Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realita dan alami. Segala
sesuatunya dirancang sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor maupun
outdoor.
Lingkungan belajar yang alami memberikan kesempatan anak untuk :
1) Belajar sambil bermain karena bermain merupakan cara belajar anak
2) Belajar dari lingkungan
3) Belajar mengalami realita secara alami
4) Merangsang pertumbuhan otak dan tubuh
e. Alat Peraga Montessori
“Hal penting pertama perkembangan anak adalah konsentrasi … Ia harus menemukan cara
bagaimana berkonsentrasi, dan oleh karenanya mereka membutuhkan benda-benda yang
dapat membuatnya berkonsentrasi … “ (Dr. Maria Montessori)
Alat peraga Montessori merupakan benda-benda atau alat-alat bermain yang dapat
membantu pembentukan internal anak, untuk membantu perkembangan fisik dan
pembangunan diri anak, disesuaikan dengan kebutuhan internal anak. Setiap benda atau
alat bermain dirancang agar memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol
kesalahan berada pada benda tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan
mebimbing anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan anak menyadari
kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.
Alat-alat yang digunakan dalam pendidikan di Sekolah Montessori terbagi dalam
empat kategori, yaitu : Tabel II.2. Alat-Alat Peraga Montessori
Kategori Fungsi Contoh
a. Alat
pengembangan
Menumbuhkan :
- disiplin diri
Ketrampilan yang dipergunakan sehari-hari
adalah mengurus diri dan lingkungannya,
20 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 21 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007
xxi
ketrampilan - kemandirian - konsentrasi - kepercayaan diri
seperti :
- alat untuk belajar memasang kancing - alat untuk belajar memasang tali sepatu - alat untuk menyapu lantai, dll
b. Alat
pengembangan
fungsi sensoris
- Pertumbuhan intelektual - Mengembangkan fungsi indera untuk
membantu kecerdasan anak
- Menara pink (1 set sepuluh kubus dengan berbagai ukuran)
- 7 Macam tekstil yang berbeda kualitasnya, mulai dari yang halus sampai yang kasar (beludru, sutera, wol, linen halus, linen kasar, katun halus, katun kasar)
- Cylinder blocks - Constructive triangles - Knobless cylinders
c. Alat
pengembangan
akademis
Mengembangkan kemampuan akademik
anak
Bahasa
- Huruf-huruf yang dapat dipindah-pindahkan, permukaannya terdiri dari ampelas yang dapat ditempelkan pada papan flannel
- Sandpaper letters, dll
Matematika
- Sandpaper numbers - Numerical rods - Papan penambahan - Papan pembagian, dll
Geografi
Gb.II.1.Contoh alat pengembangan
ketrampilan
Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/
Gb.II.2.Contoh alat pengembangan fungsi sensoris
Sumber : www.Imj365.com/ShippingProof-2.htm
Gb.II.3.Contoh alat pengembangan bahasa
Sumber : www.montessori.ie/
Gb.II.4.Contoh alat pengembangan matematika
Sumber : www.montessori.ie/
xxii
- Globe - Puzzle map - Flags of the world - Land and water form cards, dll
Biologi
- Botany puzzles - Zoology puzzles - Leaf cards, dll
Dll
d. Alat
pengembangan
artistik atau yang
berorientasi pada
budaya
Membantu anak untuk belajar menyukai
dan menghargai seni dan budaya
- Alat-alat musik, seperti Pentatonic Montessori Bells, not position materials, dll
- Gamelan
- Wayang
Sumber :Elizabeth G.Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008
f. Kohesi Kemasyarakatan
Gb.II.5.Contoh alat pengembangan geografi
Sumber : www.montessori.ie/
Gb.II.6.Contoh alat pengembangan biologi
Sumber : www.montessori.ie/
Gb.II.7.Contoh alat-alat musik
Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/
Gb.II.9.Contoh wayang
Sumber : www.google.com
Gb.II.8.Contoh gamelan
Sumber : www.google.com
xxiii
1) Pengertian kohesi22 : daya gabung, keterikatan, ketertarikan.
2) Pengertian kemasyarakatan23 : sosial.
Lingkungan ramah anak merangsang anak berkomunikasi dengan anak lain secara alami
dan melatih sosialisasi.
6. Program Belajar24
a. Kehidupan Praktis
Anak akan belajar bagaimana menyikat gigi, mencuci tangan, mengancingkan baju,
mengikat tali sepatu, membawa piring ke dapur, mengambil piring di meja, menuangkan air
dari teko ke gelas, dan makan dengan garpu. Selain itu, anak dilatih ketrampilan
bermasyarakat, seperti bermain peran (menyapa, menyela, berterima kasih, bereaksi
terhadap lawan bicara, berperilaku di acara sosial dan di pelajaran). Aktivitas-aktivitas
tersebut menyumbang pada kendali dan koordinasi gerakan, pengembangan ketrampilan
berkonsentrasi dan peningkatan rasa percaya diri anak.
Kehidupan praktis membantu anak mengembangkan ketrampilan (motorik) dan belajar
mandiri.
b. Pengalaman Sensorik
Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Dengan melatih
ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima
pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas. Tujuan utama
pengelaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Anak mulai diperkenalkan dengan alat
peraga sederhana, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari, pengenalan warna.
c. Bahasa
Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan
bahasa. Huruf alfabet diajarkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak akan digiatkan untuk
menunjukkan ekspresinya secara lisan, mengenali huruf sebagai awal pembelajaran
membaca, tata bahasa dan menulis tangan. Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori
meningkatkan intelektual anak dengan menambah perbendaharaan kata, yang merupakan
sarana bernalar dan berkomunikasi.
d. Matematika
Anak akan belajar tentang angka sebagai dasar belajar berhitung dan ilmu ukur. Sifat
alami materi-materi yang digunakan dalam kehidupan praktis dan sensor membawa kepada
pengembangan beberapa keterampilan matematika: ketepatan, keteraturan, diskriminasi,
pengenalan persamaan dan perbedaan, gradasi, perkiraan dan penghitungan.
e. Seni dan musik
22 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 23 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 24 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.75
xxiv
Kurikulum Montessori berupaya membangkitkan minat alami anak terhadap seni dan
musik. Dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menggunakan alat lukis dan alat
lain diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pengungkapan diri. Musik menjadi
komponen paling penting dalam kurikulum Montessori karena dapat membantu
meningkatkan kepekaan indera pendengaran.
f. Gerakan kreatif dan gerakan fisik
Kebebasan bergerak memperlancar perkembangan fisik dan motorik, serta melatih
sifat mandiri pada anak yang kemudian bermanfaat untuk perkembangan sosial, emosional
dan akademis anak-anak.
Setiap program bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak secara
individual dan membantu mereka mengembangkan pribadinya. Tiap-Tiap tahap yang
diberikan materi yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak.
7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain
Untuk lebih mudah membedakan antara Montesori dengan Pendidikan Nasional, lihat
tabel dibawah ini25 : Tabel II.3. Perbedaan antara Montessori dengan Pendidikan Nasional
Montessori Pendidikan Nasional
Pendekatan Childs Centre Teacher Centre
Media/alat belajar Dengan permainan Dengan buku
Suasana kelas Kelas full active Kelas pasif
Penilaian anak Tidak kompetitif Kompetitif
Tujuan pembelajaran Mengutamakan proses Cenderung ke hasil/produk
Sifat kelas Bebas dalam menyelesaikan
pekerjaan Sesuai dengan contoh Guru
Kurikulum Depdikbud & khusus Depdikbud
Pengembangan kemampuan Motorik & kreativitas/imajinasi Motorik halus
Quotient EQ (Emotional Quotient) IQ (Intelegen Quotient)
Fasilitas Material Montessori Material kurang
Model kelas Group & moving Individu
Waktu belajar Full day Part time
Sumber : Taufik Sukresno, TA-JogjaMontessori School, Fakultas Teknik UII, 2005 8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak
a. Dengan kebebasan anak dalam memilih cara/material dalam menyelesaikan pekerjaan,
anak-anak secara tidak langsung mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas dan
kedisiplinan.
b. Kelompok/group membantu anak dalam menukar gagasan dan mendiskusikan
pekerjaan/kesulitan mereka dengan orang lain.
c. Full active. Kelas mempunyai interaksi sosial yang tinggi karena anak-anak yang
menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator.
25 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005
xxv
d. Keragaman umur membentuk seperti keluarga, di mana pelajaran dapat berlangsung secara
alami, anak yang lebih tahu/berpengalaman akan belajar bagaimana berbagi dengan orang
lain begitu juga anak yang tidak tahu belajar untuk menangkap apa yang mereka
interaksikan.
e. Learning by Doing. Sebagian besar pencapaian kurikulum dengan cara praktik langsung,
sehingga memori anak sangat kuat dengan praktik tersebut yang tentu saja praktik tersebut
mempunyai tujuan pembelajaran tertentu. Anak-anak mengajar diri mereka melalui
aktivitasnya bukan guru yang mengajari mereka melalui suara/perintah.
B. Sekolah Montessori
1. Pengertian
Fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah
Dasar) untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses
pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan
anak itu sendiri dengan menggunakan Metode Montessori.
2. Filosofi 26
a. Setiap anak memiliki cita-cita.
b. Montessori telah mengenali bahwa satu-satunya dorongan untuk belajar anak adalah
motivasi diri seorang anak.
c. Seorang anak harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi, intelektual, fisik
dan spiritual, kebebasan untuk meraih sesuatu melalui perintah dan disiplin diri.
d. Perintah dan disiplin diri dapat diperoleh dalam “Lingkungan ramah anak” yang mengijinkan
anak untuk belajar dengan kecepatannya sesuai kapasitas dan kemampuan mereka sendiri
dalam suasana yang non-kompetitif.
e. Guru menyiapkan lingkungan, mengarahkan kegiatan dan menstimulasi anak sehingga anak
dapat belajar dengan sendirinya.
f. Pola gambaran ketekunan dan kecermatan ditanamkan semenjak dini sehingga
menghasilkan siswa yang percaya diri dan kompeten.
g. Montessori mengajarkan anak untuk meneliti, berpikir, dan memutuskan.
h. Metode Montessori mengenalkan kepada anak cara belajar yang menyenangkan pada tahap
awal dan menyediakan kerangka kerja di mana intelektual dan disiplin sosial diajarkan.
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak
yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan
praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiril.27
26 http://www.montessori-school.com 27 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november
2008
xxvi
Secara keseluruhan, menurut American Montessori Society (1984), tujuan pendidikan
Montessori adalah :
a. Pengembangan konsentrasi
b. Ketrampilan mengamati
c. Keselarasan memahami tingkatan dan urutan
d. Koordinasi kesadaran dalam melakukan persepsi dan ketrampilan praktis
e. Konsep yang bersifat matematis
f. Ketrampilan membaca dan menulis
g. Ketrampilan berbahasa
h. Terbiasa dengan kesenian yang kreatif
i. Memahami dunia alam lingkungan
j. Memahami ilmu sosial
k. Berpengalaman dalam menyelesaikan masalah
4. Program yang disediakan Tabel. II.4. Program yang disediakan
Umur Program
2-3 tahun - Latihan penginderaan
- Pertolongan terhadap diri sendiri
“self-help”
- Bahasa
- Ketrampilan praktis
- Perkembangan emosi dan sosial
4-6 tahun - Ilmu pengetahuan alam
- Bahasa
- Matematika
- Sejarah
- Geografi
- Musik
- Memasak
- Budaya
7-12 tahun - Ilmu pengetahuan alam
- Bahasa
- Matematika
- Bahasa asing
- Sejarah
- Geografi
- Biologi
- Pelajaran sosial
- Seni
- Musik
Semua umur
- Bahasa asing
- Musik
- Tari
- Drama
- Olah raga (senam)
- Komputer
- Memasak
- Agama
Sumber :http:// www.montessori-unlimited.com
5. Waktu belajar
a. Kelompok bermain (2-3 tahun) : Senin-Jumat; pukul 8.00-11.30 WIB
b. Taman Kanak-kanak (4-6 tahun) : Senin-Jumat; pukul 8.00-12.30 WIB
c. Sekolah Dasar (7-12 tahun) : Senin-Sabtu; pukul 07.30-14.00 WIB
xxvii
C. Tinjauan tentang Anak 1. Karakter Anak
a. Karakter Psikologi Anak
Usia awal masa kanak-kanak adalah masa kritis bagi perkembangan kepribadian
dan sikap sehingga usia tersebut diistilahkan dengan “golden age”. Pada dasarnya anak-
anak memiliki kreativitas alamiah yang perlu dikenali dan dirangsang sejak dini sehingga
anak harus mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang terencana, sistematis dan
terprogram. Dengan pola pengasuhan dan bimbingan yang sistematis anak mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang maksimal28. Contoh karakter dominan anak berkaitan
dengan psikologi anak29
a. Bebas dan dinamis b. Aktif dan selalu ingin tahu c. Bermain
b. Karakter Gerak Anak Secara umum, anak bergerak secara aktif, bebas, dan spontan. Bergerak dengan
bebas karena anak tidak suka diatur. Bergerak dengan spontan, yaitu melakukan kegiatan
yang dianggapnya menarik. Anak lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berlari,
melompat-lompat daripada melakukan kegiatan dengan tenang. Selain itu, anak-anak lebih
suka melakukan kegiatan dalam ruang di atas lantai daripada harus duduk di kursi.
c. Karakter Fisik Anak Karakter fisik anak dapat mempengaruhi perancangan. Faktor yang mempengaruhi
adalah tinggi badan dan ruang gerak anak. Tinggi badan dan ruang gerak akan berpengaruh
pada penataan ruang serta kenyamanan gerak dan visual. Tabel II.5. Ruang Gerak Bermain dalam Ruang Personal Space Anak-Besaran Minimal Ruang
Usia (tahun) Tinggi (m) Ruang Gerak (m2)
2-4 0.95 0.71
4-7 1.10 0.95
7-11 1.25 1.21
11-13 1.38 1.50
Sumber : Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat pengembangan
Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 21
Tabel II.6. Ruang Gerak Bermain di Luar Ruang Berdasarkan usia Anak-Social Distance
Usia (tahun) Tinggi (m) Ruang Gerak (m2)
2-4 1.22 1.20
4-7 1.53 1.80
7-11 1.83 2.60
11-13 2.14 3.60
28 Tim Pengembang Dinas, GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran 2000 29 Conny Semiawan, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta
xxviii
Sumber : Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat pengembangan
Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 22
2. Kebutuhan Anak
Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman, bebas,
hangat dan akrab, dan juga yang dapat merangsang perkembangan fisik motoriknya30.
a. Adanya rasa aman dan nyaman
Rasa aman dan nyaman dengan cara menyediakan lingkungan fisik yang aman dan
nyaman di mana kegiatan yng dilakukan oleh anak mudah diawasi orang dewasa sebagai
pengawas sekaligus fasilitator jika terjadi sesuatu pada anak.
b. Adanya rasa bebas
Agar anak dapat dengan bebas bergerak sesuai dengan keinginanya dan
kebutuhannya sehingga dapat memberikan kenyamanan gerak bagi anak untuk melakukan
kegiatan. Sebaiknya ruang-ruang yang disediakan dapat memberikan kebebasan untuk
melakukan kegiatan tersebut.
c. Adanya rasa hangat dan akrab
Dapat menciptakan suasana ruang yang akrab akan dapat membantu anak untuk
merasa lebih nyaman. Bisa melalui desain interior bangunan yang sesuai dengan karakter
anak (penggunaan furniture dan warna interior dinding).
d. Merangsang perkembangan fisik dan motorik
Dapat dilakukan dengan menyediakan ruang yang menarik bagi anak dengan
sarana dan prasarana yang mendukung.
Di dalam lingkungan Sekolah Montessori, kepekaan anak dapat dirangsang dengan mendidik
panca indera anak dengan materi-materi alam (tanaman, hewan, air, dsb) sehingga diri anak
sendirilah yang belajar untuk membuka diri menjadi reseptif dan peka. Mata untuk mengamati,
hidung untuk mencium, mulut untuk merasakan, telinga untuk mendengar, kulit untuk merasakan
(Teori utama tentang cara belajar anak31).
1) Indera Penglihatan
90% masukan indera untuk otak berasal dari sumber visual32. Penglihatan sekeliling
merupakan alat belajar tak sadar yang sangat ampuh. Materi-materi alam diatur supaya anak
mengamati kehidupan mereka, perkembangannya setiap hari.
30 Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan, Grasindo, Jakarta 2001 31 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 32 Quantum Teaching, Bobby Piter
Garis alam sebagai dinding semu Pohon sebagai pembatas
transparan
Dinding masif
Gb. II.10. Jenis pembatas ruang
Sumber : Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993
xxix
Batasan ruang : tinggi di atas mata (sebagai perlindungan), tinggi sebatas dada
(membentuk ruang/enclosure), di bawah pinggang (pengatur/pembentuk sirkulasi), setinggi
lutut (pola pengarah), setinggi telapak kaki (sebagai penutup)33.
2) Indera Penciuman
Daerah penciuman merupakan reseptor bagi endofrin yang menyuruh tanggapan
tubuh menjadi senang dan sejahtera. Manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir
secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan bunga tertentu. Di sekitar ruang-ruang belajar
dapat ditata tanaman yang menimbulkan bau menyegarkan dan menyenangkan. Bukaan
ruang (jendela, pintu) memberi keleluasaan angin segar untuk masuk ke dalam ruang
belajar.
3) Indera Pendengaran
Pendengaran bisa melatih kepekaan persepsi. Sering mendengar suara-suara
tertentu, anak akan bisa membedakan, apakah itu suara ayam, suara kambing, suara sapi,
suara kuda, dst.
4) Indera Peraba
Indera peraba dapat dilatih dengan tekstur materi alam yang mudah dipahami.
Dengan menyentuh tanaman dan hewan secara langsung, anak mudah merasakan,
memahami dan mengingatnya.
Tekstur materi bangunan juga mendukung indera peraba anak yang semakin
mendekatkan perasaannya dengan alam. Bahan-bahan bangunan alami yang dapat
digunakan : batu, kayu, bamboo, jerami, dst.
33 Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993
Di atas mata Sebatas dada Di bawah pinggang Lutut Telapak kaki
Gb.II.11. Tinggi batasan ruang
Sumber : Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993
Gb.II.12. Contoh kegiatan anak untuk
melatih indera peraba
Sumber : www.kinderhauskids.org
Gb.II.13. Contoh kegiatan anak untuk melatih indera
peraba
Sumber : www.country-meadows-montessori.com
xxx
3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar)
a. Ruang Sosial
Lingkungan belajar secara sosial adalah lingkungan di mana anak berinteraksi
dengan komunitasnya, baik dengan teman-teman sebaya ataupun dengan yang lebih muda
atau lebih tua dari anak. Anak-anak harus merasa cocok dan sesuai dengan lingkungan
belajarnya sehingga anak akan belajar dengan rasa nyaman.
b. Ruang fisik
Ruang fisik bagi anak-anak berhubungan dengan bentuk (pola ruang), warna,
tekstur, material, volume dan skala. Ruang fisik perlu diciptakan sesuai dengan karakter
anak sehingga anak merasa nyaman berada dalam ruang tersebut.
Ada beberapa model ruang fisik bagi anak yang dibedakan berdasarkan bentuk (pola ruang),
warna, tekstur, material, volume dan skala, yaitu :
1) Ruang aktif
Warna yang cerah, penuh dengan cahaya yang terang, ruang gerak bebas, pola, warna,
skala dan tekstur yang ramai (misal ruang publik, koridor, hall, gymnasium).
2) Ruang istirahat/tenang
Warna yang lembut dan sejuk, cahaya redup, pola, warna, skala dan tekstur yang teratur
(misal perpustakaan, ruang istirahat, ruang kesehatan, ruang administrasi).
3) Ruang aktif dan tenang
Warna terang yang lembut, pola, warna, skala dan tekstur yang teratur, cahaya terang,
ruang gerak yang bebas (misal ruang kelas).
c. Skala ruang
Skala ruang dapat dibentuk dengan permainan elemen-elemen horizontal dan
vertikal. Faktor penentu ruang salah satunya adalah dimensi tubuh.
1) Ketinggian rata-rata tiap kelompok umur :
a) Usia 3 tahun : 90 cm (h1)
b) Usia 5 tahun : 110 cm (h2)
c) Usia 8 tahun : 130 cm (h3)
d) Usia 12 tahun : 150 cm (h4)
2) Rumus perhitungan ruang khusus anak :
a) Kesan intim : 1,5 x h1, 2, 3, 4
b) Kesan manusiawi : 1,5 x h1, 2, 3, 4
xxxi
c) Kesan shock : > 10 x h1, 2, 3, 4
3) Rumus perhitungan ruang umum :
Ketinggian orang dewasa + ½ ketinggian anak
D. Studi Kasus Sekolah Montessori 1. Ruang Dalam (Indoor)
Metode Montessori menerapkan kebebasan dan kesenangan dalam belajar dan juga belajar
dalam satu kelompok sehingga dalam satu kelas terdapat ruang group dan ruang terbuka (share
learning).
Shared learning area yang memberi anak kebebasan dalam belajar.
Ruang terbuka tanpa tempat duduk dengan penempatan rak-rak di sekeliling ruang memberi
kebebasan anak dalam beraktivitas dalam shared learning area.
Gb. II.18. Ruang kelas Montessori
Sumber : www.designshare.com
xxxii
Rak-rak peralatan yang ditempatkan di sekeliling ruangan dengan memperhatikan skala anak
memudahkan anak menjangkau dan mengembalikannya ke tempat semula.
2. Ruang Luar (Outdoor)
Open space menjadi ruang yang penting dalam anak berinteraksi dengan anak-anak lain (yang
berbeda umur) dan lingkungannya. Keamanan dan kontrol anak merupakan hal penting yang
diperhatikan dalam pengolahan ruang terbuka (ruang bermain outdoor).
Penempatan mainan yang menyertakan vegetasi dalam objek mainan menjadi hal yang positif
bagi interaksi anak dengan lingkungannya.
Ruang terbuka (open space) juga sebagai ruang belajar, terutama belajar dari lingkungannya.
xxxiii
BAB III TINJAUAN SOLO BARU
A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru
Secara administratif cakupan wilayah Kawasan Solo Baru meliputi 2 bagian wilayah
kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, yaitu Kecamatan Grogol (terdiri dari; Desa Madegondo,
Manang, Langenharjo, Grogol, Sanggrahan, Cemani, Banaran, Gedangan, Kwarasan, Telukan,
Kadokan, Pandeyan, Parangjoro dan Pondok) dan Kecamatan Baki (terdiri dari; Desa Gentan, Siwal,
Baki, Pandeyan, Kudu, Kadilangu, Ngrombo, Mancasan, Bentakan, Jetis, Menuran, Gedongan,
Purbayan, Waru dan Duwet), dengan luas wilayah 5.147 ha.34
4. Kondisi geografis
Kawasan Solo Baru meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Grogol dan Kecamatan
Baki, beriklim tropis dengan kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan tanah bekisar
antara 0-2% , struktur batuan yang cukup kuat dan stabil yang tediri dari endapan alluvial dan
batu vulkanik kuarter tua dan muda.
Adapun batas wilayah Kawasan Perkotaan Solo Baru adalah :
Sebelah Utara : Kota Surakarta
Sebelah Timur : Kecamatan Mojolaban dan Polokarto
Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten
Sebelah Barat : Kecamatan Kartasura dan Gatak
5. Kondisi Klimatologis
a. Sinar matahari
Kadar penyinaran matahari Kota Solo Baru
1) Untuk yang 8 jam (pkl. 08.00 – 16.00) = 76,8 %
34 RUTR-Kawasan Solo Baru, tahun 1990-2010
xxxiv
2) Untuk yang 12 jam (pkl. 06.00 – 18.00) = 60,7 %
b. Angin
1) Arah angin
Arah angin berubah-ubah secara periodik, yaitu bervariasi antara Tenggara dan Barat
Laut.
2) Kecepatan angin
Kecepatan rata-rata per tahun minimum 0.50 m/dt yang terjadi pada Bulan September-
Januari.
3) Suhu udara
Wilayah Solo Baru termasuk dalam iklim panas. Pada daerah equatorial, yaitu antara 5o
LU dan 10o LS. Perbedaan pada daerah equatorial pada umumnya berkisar antara 8oC
dengan maksimal temperatur pada siang hari berkisar 24oC. Suhu udara rata-rata
tercatat pada tahun 1995 maksimal 32.04oC dan 19.82oC.
4) Kelembaban
Kelembaban udara relatif umum 74.83%.
5) Curah hujan
Curah hujan yang terjadi pada wilayah tropis equatorial pada umumnya antara 2.000-
5.000 mm/bln dengan maksimal curah hujan adalah 500 mm/bln pada musim kemarau.
Pada tahun 1994 curah hujan maksimal adalah 200 mm/bln.
B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru Kegiatan dan fasilitas yang memanfaatkan ruang di Kota Solo Baru mengacu pada fungsi
Kota Solo Baru yang telah direncanakan dan ditegaskan sampai tahun 2010, yaitu :
1. Kawasan pusat pengembangan perumahan
2. Kawasan pusat pengembangan perkantoran pemerintah
3. Kawasan pusat pengembangan perdagangan dan jasa
4. Kawasan pusat pengembangan pendidikan 5. Kawasan pusat pengembangan kesehatan
6. Kawasan pusat pengembangan peribadatan
7. Kawasan pusat pengembangan perindustrian
8. Kawasan pusat pengembangan pertanian
9. Rencana tata hijau dan ruang terbuka (taman lingkungan)
10. Pekarangan dan pemakaman
Berdasarkan faktor-faktor penentu pemanfaatan ruang kota seperti fasilitas pendukung
ketersediaan lahan, kecenderungan pengembangan, dampak lingkungan, kemungkinan hambatan
pengembangan, maka potensi lokasi untuk penyediaan ruang, khususnya untuk sarana pendidikan
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut35 :
35 Rencana penyediaan dan penyebaran sarana sosial berdasarkan RUTR-Kawasan Solo Baru, tahun 1990 2010
xxxv
1. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah dasar (SD), lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan
kolektor/lokal primer (jalur jalan Solo-Sukoharjo, melewati Desa Grogol, Kadokan, Telukan,
Pandeyan serta jalur jalan Solo Baru-Daleman, melewati Desa Kwarasan, Kedangan, Kadilangu,
Baki, Bentakan, Gedongan)
2. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah dasar (SD), lokasi sebaiknya terletak maksimal 1 km dari
area yang dilayani (pemukiman penduduk)
C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru Fasilitas pendidikan tidak hanya penting bagi peningkatan derajat pendidikan masyarakat
dalam hal kecerdasan, ketrampilan, kreativitas, kemandirian namun juga berfungsi untuk
mengimbangi perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kota Solo baru.
Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan Kotamadya
Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia sekolah yang cukup banyak, dengan angka
pertumbuhan 2 %. Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk
mendapat pendidikan dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan
ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel III.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kec.Grogol 2004 2005 2006 2007
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
0-4 3 518 3 208 3 571 3 250 3 627 3 288 3 672 3 321
5-9 4 518 4 196 4 585 4 252 4 657 4 301 4 716 4 345
10-14 4 280 4 106 4 344 4 161 4 412 4 209 4 467 4 251
Sumber : Badan Pusat Statisik Sukoharjo 2007
Tabel III.2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kec.Baki 2004 2005 2006 2007
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
0-4 1 765 1 573 1 774 1 578 1 787 1 588 1 800 1 598
5-9 2 349 2 198 2 360 2 204 2 378 2 218 2 396 2 232
10-14 2 159 2 086 2 169 2 092 1 889 2 105 2 202 2 118
Sumber : Badan Pusat Statisik Sukoharjo 2007
Tabel III.3.. Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan
No Fasilitas Standar Jumlah
ideal
Jumlah
eksisting
Penilaian
1 TK 1 unit/1000 penduduk 147 64 Kurang
2 SD 1 unit/1600 penduduk 92 61 Kurang
3 SMP 1 unit/4800 penduduk 31 10 Kurang
4 SMU 1 unit/4800 penduduk 31 5 Kurang
Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010
Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain
untuk anak berumur 2-3 tahun.
xxxvi
Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (Kelompok Bermain dan
Taman Kanak-kanak) dan Sekolah Dasar (SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan.
Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya
Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi kebutuhan
masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua anak-
anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.
Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah
alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak) dan Sekolah
Dasar (SD) yang dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak
kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi
lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.
BAB IV
xxxvii
PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU
A. Proses Penentuan Konsep Peruangan
1. Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
a. Tujuan : Analisa ini bertujuan untuk
mendapatkan ruang yang didasarkan pada pendekatan kegiatan pelaku pada
Sekolah Montessori ini dan unit kegiatan lainnya.
b. Proses :
1) Kegiatan yang berlangsung dalam Sekolah Montessori di Solo Baru dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis kegiatannya, meliputi:
a) Kegiatan pendidikan sebagai kegiatan
utama (belajar dan bermain indoor/outdoor, kegiatan ibadah, kegiatan pendidikan
jasmani, kegiatan ekstrakulikuler).
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan paling utama yang diwadahi, karena
semua kegiatan ini berpusat pada lingkungan sekolah dengan menggunakan Metode
Montessori. Kegiatan yang diadakan bersifat rutin dan insidental yang diperuntukkan
bagi anak-anak dan pengajar.
b) Kegiatan pengelola
Unit Kegiatan Pengelola yang dilakukan oleh pihak sekolah,merupakan unit
penyelenggara kegiatan-kegiatan Sekolah Montessori yang berfungsi
merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang
ada.
c) Kegiatan penunjang
d) Kegiatan servis
2) Pelaku kegiatan dalam Sekolah Montessori di Solo Baru
Adapun pelaku kegiatan dalam Sekolah Montessori di Solo Baru yang diklasifikasikan
berdasarkan jenis kegiatannya, antara lain:
a) Kegiatan pendidikan
- Anak didik
Anak didik di dalam Sekolah Montessori terbagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu :
Siswa/i unit pendidikan Kelompok Bermain (KB)
Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 2-4 tahun.
Siswa/i unit pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)
Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 5-6 tahun.
Siswa/i unit pendidikan Sekolah dasar (SD)
xxxviii
Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 7-12 tahun.
- Tenaga pengajar (guru)
Membina dan mendidik dalam proses pendidikan maupun praktek yang
dilakukan di dalam dan di luar ruangan (indoor/ outdoor), bimbingan, dan
pengkajian bersama anak-anak.
Tenaga pengajar unit pendidikan Kelompok Bermain
(KB)
Tenaga pengajar unit pendidikan Taman Kanak-Kanak
(TK)
Tenaga pengajar unit pendidikan Sekolah dasar (SD)
- Pengantar/penunggu
b) Kegiatan pengelola
Pengelola adalah personil yang melaksanakan kegiatan pengelolaan dalam fasilitas
ini, sehingga kegiatan yang ada dapat berjalan lancar sesuai dengan fungsi, tugas
dan tujuan serta sasaran.
- Kepala Sekolah (Kelompok Bermain (KB)-Taman Kanak-Kanak
(TK)
- Kepala Sekolah Sekolah Dasar (SD))
- Wakil Kepala Sekolah/Kabag Kelompok Bermain (KB)-Taman
Kanak-Kanak (TK)
- Wakil Kepala Sekolah/Kabag Sekolah Dasar (SD)
- Tata Usaha (TU)
- Administrasi
- Staf perpustakaan
- Staf kesehatan
- Staf psikologi anak
c) Kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang ini meliputi taman bermain yang edukatif, gedung serbaguna
(multifungsi), kantin, koperasi, dll.
d) Kegiatan servis
- Staf kebersihan
- Staf keamanan
- Staf teknisi mekanikal elektrikal
c. Hasil :
xxxix
Tabel IV.1. Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan ruang
Kegiatan Kegiatan Kebutuhan ruang Indoor /
Pelaku Outdoor Kegiatan pendidikan
- Anak didik Kelompok
Bermain (KB)
Datang
Parkir
Membaca
Kegiatan belajar
Kegiatan latihan kehidupan
praktis
Bermain terstruktur
Belajar musik dan alat musik
Belajar melukis&seni bentuk
Bermain peran, dongeng
Belajar bahasa
Belajar teknologi
Kegiatan olahraga
Beribadah
Bermain/istirahat
Makan dan minum
Memeriksakan kesehatan
Metabolisme (Toilet training)
Pengenalan alam
Entrance
Area parkir
Perpustakaan, ruang kelas
Ruang kelas :
- Shared learning
area
- Small group area
Area kehidupan praktis
(Practical activities area)
Sentra balok
Sentra musik
Sentra lukis&seni bentuk
Sentra drama
Sentra bahasa (readiness
area)
Sentra teknologi
Ruang olahraga
Sentra ibadah
Outdoor learning
environment/Playground
Ruang kelas/Kantin
Ruang kesehatan (UKS)
Toilet anak
Lab. alam
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor/Outdoor
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
- Anak didik Taman
Kanak-Kanak (TK)
Datang
Parkir
Membaca
Kegiatan belajar
Kegiatan latihan kehidupan
praktis
Bermain terstruktur
Belajar musik dan alat musik
Belajar melukis&seni bentuk
Bermain peran, dongeng
Belajar bahasa
Belajar teknologi
Kegiatan olahraga
Entrance
Area parkir
Perpustakaan, ruang kelas
Ruang kelas :
- Shared learning
area
- Small group
Area kehidupan praktis
(Practical activities area)
Sentra balok
Sentra musik
Sentra lukis&seni bentuk
Sentra drama
Sentra bahasa (readiness
area)
Sentra teknologi
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor/Outdoor
xl
Beribadah
Bermain/istirahat
Makan dan minum
Memeriksakan kesehatan
Metabolisme (Toilet training)
Pengenalan alam
Ruang olahraga
Sentra ibadah
Outdoor learning
environment/Playground
Ruang kelas/Kantin
Ruang kesehatan (UKS)
Toilet anak
Lab. alam
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
- Anak didik Sekolah
Dasar (SD)
Datang
Parkir
Membaca
Kegiatan belajar :
- Kegiatan belajar di
dalam ruang
- Kegiatan belajar di
luar ruang
Kegiatan memasak
Kegiatan olahraga
Kegiatan seni :
- Menyanyi/bermain
alat musik
- Melukis
- Menari/balet
- Bermain peran
Belajar beribadah
Mengadakan pameran
Bermain/istirahat
Makan dan minum
Memeriksakan kesehatan
Metabolisme
Pengenalan alam
Entrance
Area parkir
Perpustakaan, ruang kelas
Ruang kelas :
- Shared learning
area
- Small group
Ruang belajar luar
(Outdoor learning
environment)
Ruang memasak
Ruang olahraga
Kelas musik
Kelas lukis
Kelas tari
Kelas drama
Sentra ibadah
Taman/ Ruang belajar luar
(Outdoor learning
environment)
Ruang kelas/Kantin
Ruang kesehatan
Toilet anak
Lab. alam
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor/Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
- Guru Kelompok
Bermain (KB)
Datang
Parkir
Mempersiapkan materi
Mengajar
Mengadakan rapat/pertemuan
Menyimpan berkas sementara
Menyimpan arsip
Menyimpan barang
Menerima tamu
Beribadat
Entrance
Area parkir
Ruang kantor guru
Ruang kelas
Ruang rapat/pertemuan
Loker
Ruang arsip
Gudang
Ruang tamu
Sentra ibadah
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
xli
Makan dan minum
Metabolisme
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Indoor
Indoor
- Guru Taman kanak-
Kanak (TK)
Datang
Parkir
Mempersiapkan materi
Mengajar
Mengadakan rapat/pertemuan
Menyimpan berkas sementara
Menyimpan arsip
Menyimpan barang
Menerima tamu
Beribadat
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor guru
Ruang kelas
Ruang rapat/pertemuan
Loker
Ruang arsip
Gudang
Ruang tamu
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Guru Sekolah Dasar
(SD)
Datang
Parkir
Mempersiapkan materi
Mengajar
Mengadakan rapat/pertemuan
Menyimpan berkas sementara
Menyimpan arsip
Menyimpan barang
Menerima tamu
Beribadat
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor guru SD
Ruang kelas
Ruang rapat/pertemuan
Loker
Ruang arsip
Gudang
Ruang tamu
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Pengantar/penunggu/
orang tua siswa/i
Datang
Parkir
Menunggu dan berinteraksi
Mencari informasi
Mengurus administrasi
Berkonsultasi mengenai
kesehatan anak
Berkonsultasi mengenai
psikologi anak
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Area tunggu
Ruang informasi
Ruang administrasi
Ruang dokter/UKS
Ruang konsultasi
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Kegiatan pendidik dan pengelola
- Kepala sekolah
Datang
Parkir
Bekerja
Pemeriksaan dan pengawasan
Rapat
Menggelar pertemuan dengan
Entrance
Area parkir
Ruang kantor Kepsek
Semua ruang
Ruang rapat
Ruang serbaguna
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
xlii
orang tua murid
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Wakil kepala
sekolah/Kabag KB-TK dan
SD
Datang
Parkir
Bekerja
Rapat
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor
wakasek/Kabag KB-
TK&SD
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Tata usaha (TU)
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang adminstrasi
Ruang ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf administrasi Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang adminstrasi
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf perpustakaan
Datang
Parkir
Bekerja
Rapat internal
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang perpustakaan
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf kesehatan
Datang
Parkir
Pelayanan kesehatan
Rapat
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kesehatan
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf psikologi anak
Datang
Parkir
Pelayanan konsultasi psikologi
anak
Rapat internal
Entrance
Area parkir
Ruang konsultasi
Ruang rapat
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
xliii
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Indoor
Indoor
Indoor
Kegiatan servis
- Staf kebersihan
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Lingkungan sekolah
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor&Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf keamanan
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Pos
keamanan&Lingkungan
sekolah
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor&Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf
mekanikal&elektrikal
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Gudang, Ruang ME
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Sumber : Analisa Pribadi, 2010
2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang dinyatakan dengan :
- Erat ( )
Kegiatan yang terwadahi mempunyai keterkaitan, perletakan ruangnya berdekatan tanpa
perantara.
- Kurang erat ( )
Kegiatan yang diwadahi kurang ada keterkaitan, perletakan ruang terpisah, dapat
menggunakan perantara.
- Tidak ada hubungan ( )
Kegiatan yang diwadahi tidak memiliki keterkaitan sama sekali.
a. Pola Hubungan Ruang Makro
Area bersama yang berupa tempat parkir, ruang tunggu orang tua dan juga area
pelayanan kesehatan terletak paling dekat dengan entrance dan penerimaan agar lebih
xliv
mudah diakses. Sedangkan area pendidikan berdekatan dengan area pengelolaan dan
disatukan dengan laboratorium alam yang dapat mengarahkan ke area-area pendidikan yang
dituju.
c. Pola Hubungan Ruang Mikro
1) Area penunjang
Area bersama merupakan public space bagi orang tua dan tamu yang
mempunyai kepentingan di Sekolah Montessori.
2) Area pengelola
Area ini direncanakan mempunyai tiga ruang utama yang dapat langsung
diakses.
Parkir
Ruang tunggu
Kantin
Sentra ibadah
Toilet
Skema IV.2. Pola hubungan ruang di area bersama
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Ruang
serbaguna
Koperasi
Entrance
Penerimaan Area penunjang
Area
pengelolaan
Area pelayanan
kesehatan
Lapangan
olahraga
Area pendidikan
KB
Area pendidikan
TK
Area pendidikan
SD
Laboratorium alam
Skema IV.1. Pola hubungan ruang makro
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Outdoor
learning
environment
Outdoor learning
environment
xlv
a) Ruang TU dan administrasi, di mana
orang tua dapat dengan mudah membayar SPP di loket, mengurus pendaftaran, dll.
b) Ruang kepala sekolah agar dapat
mudah diakses dan mengawasi seluruh aktivitas yang ada.
3) Area Pendidikan KB
Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan
massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.
4) Area Pendidikan TK
Ruang tamu Ruang Kepsek Ruang TU &
Administrasi
Ruang
wakasek/Kabag
Ruang guru
Ruang rapat Ruang arsip
Skema IV.3. Pola hubungan ruang pengelolaan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Ruang olahraga indoor
Toilet anak Outdoor learning environment
Laboratorium
alam
Skema IV.4. Pola hubungan ruang pendidikan KB
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Sentra bahasa/Readiness area
Lapangan olahraga
Sentra balok
Ruang kelas KB
Sentra musik
Sentra lukis dan
seni bentuk
Sentra drama
Sentra teknologi
Practical activities area
Sentra ibadah
Ruang olahraga indoor
Toilet anak Playground
Laboratorium
alam
Sentra bahasa/Readiness area
Lapangan olahraga
Sentra balok
Ruang kelas TK
Sentra musik
Sentra lukis dan Sentra teknologi
xlvi
5) Area Pendidikan SD
Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya menyatukan
massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.
6) Laboratorium alam
3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang
a. Tujuan : Mendapatkan perincian besaran tiap ruang
b. Kriteria :
1) Jumlah pengguna
2) Pendekatan kebutuhan ruang bagi anak untuk beraktivitas
3) Peralatan pendukung yang dipakai (alat peraga Montessori)
Kebun Kolam ikan
Skema IV.7. Pola hubungan laboratorium alam
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Lapangan olahraga Ruang kelas SD
Ruang ibadah
Skema IV.6. Pola hubungan ruang pendidikan SD
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Lab. sains
Ruang
memasak
Ruang olahraga indoor
Ruang komputer
Outdoor learning
environment
Toilet anak
Laboratorium
alam
Perpustakaan
Ruang seni
xlvii
4) Sirkulasi ditentukan sesuai dengan kebutuhan
Dasar perhitungan besaran ruang
Perhitungan khusus dilakukan berdasarkan standar ruang baku yang telah ditetapkan yaitu :
1) Neufert Architect Data/NAD
2) Dimensi Manusia & Ruang Interior
3) Perhitungan asumsi : berdasarkan studi banding kelas Montessori
dan asumsi.
c. Proses :
1) Untuk ruang kelas ruang kelas Kelompok Bermain (KB) jumlah siswa 8 anak/kelas, Taman Kanak-Kanak (TK) jumlah siswa 18 anak/kelas, dan Sekolah Dasar (SD) jumlah siswa 20 anak/kelas sesuai dengan standar maksimal di dalam kelas Montessori.
2) 2)
Di kelas Montessori anak diberi kebebasan untuk beraktivitas (belajar dan bekerja). Dengan
mempertimbangkan bahwa tidak seluruhnya anak berposisi duduk di atas kursi dengan meja
di depannyamaka setelah dirata-rata dan diasumsikan maka untuk kegiatan belajar dan
bekerja menggunakan ruang 1 m2@anak.
Perhitungan besaran ruang dalam Sekolah Montessori yaitu sebagai berikut :
1) Kegiatan penerima
Ruang Besaran Ruang
Kapasitas Pertimbangan Luas (m2) Flow Jumlah Total (m2)
Hall 20 0.8 m2/org 16 50% 24
Ruang tunggu penjemput KB-TK 20 1.5 m2/org 30 30% 39
Ruang tunggu penjemput SD 20 1.5 m2/org 30 30% 39
Ruang informasi (resepsionis) 2 orang 0.8 m2/org 1.6 10% 1 2
Total 104
2) Kegiatan pengelola Ruang Besaran Ruang
Kapasitas Pertimbangan Luas (m2) Flow Jumlah Total (m2)
Ruang kepala sekolah (KB-TK) 1 6 m2/org 6 50% 1 9
Ruang kepala sekolah (SD) 1 6 m2/org 8 50% 1 9
0.3 m 1 m 0.4 m
1 m Gambar IV.1. Posisi dalam kegiatan belajar
Sumber : Analisa pribadi, 2010
xlviii
Ruang wakasek (KB-TK) 1 4 m2/org 12 50% 1 6
Ruang wakasek (SD) 1 4 m2/org 12 50% 1 6
Ruang guru (KB-TK) 15 4 m2/org 90 50% 1 108
Ruang guru (SD) 17 4 m2/org 102 50% 1 122
Ruang tata usaha dan administrasi
KB-TK
6 6 m2/org 36 50% 1 48
Ruang tata usaha dan administrasi
SD
6 6 m2/org 12 50% 1 48
Ruang rapat 43 1.5 m2/org 64.5 50% 1 77
Toilet Toilet Pria 50 orang
3 m2/KM&WC/100 org
1.5 m2/urinoir/25 org
1.5 m2/washbasin/KM&
WC
7.5 20% 1 9
Total
wanita
50 orang 3 m2/KM&WC/100 org
1.5 m2/washbasin/KM&
WC
4.5 20% 1 5
Total 447
3) Kegiatan pendidikan KB-TK-SD Ruang Besaran Ruang
Kapasitas Pertimbangan Luas
(m2)
Flow Jumlah Total
(m2)
Ruang kelas
Kelompok Bermain
(KB)
Pelaku 8 anak
2 guru 1 m2/anak
1.3 m2/dewasa 10.6 50% 2 72
Perabot 13.6
Toilet 15 15
Ruang kelas
Taman Kanak-
Kanak (TK)
Pelaku 18 anak
3 guru 1 m2/anak
1.3 m2/dewasa
21.9 50% 2 120
Perabot 18.15
Toilet 15 15
Sentra balok 18 anak
1 guru 2 m2/org 38 1 38
Sentra musik Pelaku 18 anak
1 guru
1 m2/org 19 40% 1 43
Perabot 12.02
Sentra lukis
dan seni
bentuk
Ruang lukis & seni bentuk 18 anak
1 guru
1.4 x 1.2 m2/anak
2.7 m2/org
32.94 40% 1 46
Ruang cuci Asumsi 4 1 4
Sentra drama 18 anak
1 guru 2 m2/org 38 30% 1 49
Sentra teknologi Pelaku 18 anak
1 guru
1 m2/anak
1.3 m2/dewasa
19.3 20%
36
Perabot 8.28
xlix
Sentra
bahasa
Ruang penitipan Asumsi 6
R. peminjaman/pengembalian 2 meja 2.24 m2/set meja 4.5
Ruang koleksi buku 1.2 m2/100 buku 3 20% 1 4
Ruang baca 26 anak standar baca normal
0.9 m2/anak
standar baca santai
0.6 m2/anak
19 40% 1 26.6
Practical activities area 18 anak 2 m2/org 36 1 36
Ruang kelas
Sekolah Dasar (SD)
Kelas
1,2,3
Pelaku 20 anak
2 direktur
1.84 m2/anak
1.3 m2/dewasa
39.4 50% 3 252
Perabot 16.5
Gudang
(storage)
4 3 12
Kelas
4,5,6
Pelaku 20 anak
2 direktur 1.84 m2/anak
1.3 m2/dewasa
39.4 50% 3 270
Perabot 20.28
Gudang
(storage)
4 3 12
Kelas musik Pelaku 20 anak
1 guru
1 m2/org 21 40% 1 32
Perabot 1.8
Gudang (storage) 6 1 6
Kelas lukis
& seni
bentuk
Ruang lukis & seni bentuk 20 anak
1 guru
1.4 x 1.2 m2/anak
2.7 m2/org
36.3 40% 1 51
Ruang cuci Asumsi 4 1 4
Gudang Asumsi 14 1 14
Kelas drama 20 anak
1 guru
2 m2/org 42 30% 1 55
Kelas memasak (fun cooking) 20 anak 2 m2/org 40 1 40
Kelas komputer Pelaku 20 anak
1 guru
1 m2/anak
1.3 m2/dewasa
21.3 20%
1 40
Perabot 11.84
Lab. sains 20 anak 3.1 m2/org 62 1 62
Toilet
siswa/i SD
Toilet putra 60 anak
3 m2/KM&WC/100 org
1.5 m2/urinoir/25 org
1.5
m2/washbasin/KM&WC
7.5 20% 1 9
Total putri 60 anak 3 m2/KM&WC/100 org
1.5
m2/washbasin/KM&WC
4.5 20% 1 5
Ruang belajar luar (Outdoor learning
environment) KB-TK
Asumsi 240
Ruang belajar luar (Outdoor learning Asumsi 800
l
environment)
Perpustakaan SD
Ruang penitipan Asumsi 6
R. peminjaman/pengembalian 2 meja 2.24 m2/set meja 4.5
Ruang koleksi buku 1.2 m2/200 buku 6 20% 1 7
Ruang baca 50 anak standar baca normal
0.9 m2/anak
standar baca santai
0.6 m2/anak
37.5 40% 1 52.5
Ruang olah raga indoor (gymnasium) KB-TK 18 orang
1 guru
2.5 m2/anak 50 1 47.5
Ruang olah raga indoor (gymnasium) SD 20 orang
1 guru
2.5 m2/anak 50 1 52.5
Lapangan olah raga KB-TK Asumsi 294
Lapangan olah raga SD Asumsi 476
Laboratorium alam Asumsi 30% dari luas
sekolah
1400 1400
Total 4759.1
4) Kegiatan penunjang
Ruang Besaran Ruang
Kapasitas Pertimbangan Luas
(m2)
Flow Jumlah Total
(m2)
Ruang konsultasi 3 orang 2 m2/org 6 20% 1 9
Ruang dokter/UKS Bed 2 buah/bed @ 2 x 1 = 2 m2 4 70% 1 7
Ruang dokter 1 org 5 m2/org 5 1 5
Ruang serbaguna 250 orang 0.8 m2/org 174.4 30% 1 260
Sentra ibadah Asumsi 12 12
Koperasi Meja 1 buah 3 m2 3 30% 105
Kursi 4 buah
Area display Asumsi 20 m2 20
Kantin
Area makan 20 orang 1.25 m2/org 25 30% 1 127.5
Serving 2 counter 4 m2/counter 30% 2
Dapur&gudang Asumsi 20% dari area
makan
6 1
Total 525.85
5) Kegiatan servis
Ruang Besaran Ruang
Kapasitas Pertimbangan Luas
(m2)
Flow Jumlah Total
(m2)
Parkir Parkir sepeda 60 sepeda 1.33 m2/unit 79.8 50% 120
Parkir sepeda motor 30 motor 1.7x0.8 m2/unit 40.8 50% 61
li
Parkir mobil 26 mobil 2.5x4.5 m2/unit 351 50% 526.5
Pos satpam 2 org/pos 3 m2/org 6 2 12
Genset 4 m2 4 4
Ruang pompa air 1 tanki 12 m2/tanki
1 pompa 3 m2/pompa
16
Gudang 6 6
Total 745.5
d. Hasil :
Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk kawasan Sekolah Montessori adalah
No. Kelompok kegiatan Kebutuhan Ruang (m2)
a Kegiatan penerima 104 b Kegiatan pengelola 447 c Kegiatan pendidikan KB-TK-SD 4759.1 d Kegiatan penunjang 525.85 e Kegiatan servis 745.5
Total 6581.45
Perhitungan kebutuhan lahan :
- Perkiraan luasan pada lantai 1 adalah 6321.45m2
- Jumlah luasan taman dan sirkulasi luar adalah 5000 m2
- BC 60 %
Luas minimal lahan yang dibutuhkan adalah (60
100x 11321.5) + 260 m2
- Luas yang dibutuhkan adalah 18869.2+ 260 = 19129.2 m2 ~ 20000 m2
B. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Lokasi dan Site
1. Proses Penentuan Konsep Lokasi
a. Tujuan : Menentukan fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 7-
12 tahun (Sekolah Dasar).
b. Kriteria pemilihan lokasi : 1) Lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer.36
2) Lokasi berada dalam radius maksimum 1 km dari pemukiman penduduk.37
3) Tingkat Aksesibilitas atau Pencapaian.
Faktor yang menentukan adalah :
a) Jenis jalan (jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder).
b) Jarak pencapaian.
36 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010 37 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010
lii
c) Transportasi, baik umum (lokasi berjarak minimal 100 meter dari jalur jalan yang
dilewati kendaraan umum) maupun pribadi.
Semakin tinggi kategori jalan, semakin dekat jarak pencapaian dan semakin mudah
sarana transportasi menuju lokasi tersebut sehingga semakin tinggi pula tingkat
aksesibilitasnya.
4) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi.
c. Proses : 1) Lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer.38
38 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010
liii
2) Lokasi berada dalam radius maksimum 1 km dari pemukiman penduduk.39
3) Tingkat Aksesibilitas atau Pencapaian
39 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010
liv
4) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi
d. Hasil :
2. Proses Penentuan Konsep Site
a. Tujuan :
b. Kriteria site :
1) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi (total ruang yang
dibutuhkan 20000 m2).
2) Kondisi lingkungan mampu mendukung keberadaan fasilitas.
a) Aspek keamanan dan kenyamanan
sebagai bangunan yang menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di
daerah yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi.
b) Gangguan kebisingan cukup kecil dan
tidak berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.
c. Proses :
Terdapat banyak lahan kosong
Gb. IV.5. Lokasi Site
Sumber : RUTRK Solo Baru 1990-2010
Gb. IV.6. Lokasi terpilih
Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
lv
Dari alternatif blok site maka dilakukanlah penyaringan blok site dengan menggunakan tabel.
Blok yang terpilih adalah yang paling sesuai dengan kriteria site. Tabel IV.2.Penilaian alternatif site
Kriteria Blok site
Site A Site B Site C Site D
Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi
(total ruang yang dibutuhkan m2)
1 3 3 2
Luas lahan memberikan kemungkinan pengembangan 1 3 3 1 Aspek keamanan dan kenyamanan sebagai bangunan yang
menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di daerah
yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi,
lokasi berada di daerah yang tidak rawan kejahatan
3 3 2 3
Gangguan kebisingan cukup kecil dan tidak berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan 3 3 3 2
Jumlah 8 12 11 8 Sumber : Analisa pribadi, 2010
Nilai : 1 : kurang
2 : cukup
3 : sangat
d. Hasil :
Dari tabel penialian alternatif site, blok site yang memenuhi 4 spesifikasi persyaratan adalah
site C.
Gb.IV.8. Site terpilih
Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
lvi
1) Eksisting site
a) Site merupakan lahan kosong
b) Luas site 24000 m2
2) Batas site
a) Sebelah utara : Jalan utama, perumahan
b) Sebelah selatan : Lahan kosong
c) Sebelah timur : Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU)
d) Sebelah barat : Jalan lingkungan, lahan kosong
Gb.IV.9.Eksisting Site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
SMU Kalam Kudus
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Lahan kosong
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Perumahan
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Jalan utama menuju site
Sumber :Dokumen pribadi,20109
lvii
C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance) dan Pintu Servis (Service
entrance)
1. Tujuan : Menentukan letak pintu utama (masuk-
keluar) dan pintu servis (masuk-keluar)
2. Kriteria :
Pelaku kegiatan utama di Sekolah Montessori adalah anak-anak, maka penting untuk
memperhatikan keamanan saat mengantar dan menjemput anak. Satu pintu utama untuk masuk
dan keluar site dapat mengurangi resiko.
3. Proses :
Pintu masuk terdiri dari dua bagian, yaitu pintu utama (main entrance) dan pintu servis (service
entrance). Pintu utama mencakup fungsi pelayanan sedangkan pintu servis mencakup fungsi
servis. Berikut aspek-aspek yang menentukan peletakan pintu utama dan pintu servis :
a. Arah datang pengunjung.
b. Mudah dikenali dan dicapai dari jalan utama.
c. Kelancaran lalu lintas dan keamanan pengguna tanpa ada gangguan dengan kegiatan
sirkulasi dalam site.
d. Pemisahan fungsi.
Gb.IV.11.Eksisting jalan di sekitar site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lviii
4. Hasil :
D. Proses Penentuan Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan
1. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan tingkat kebisingan, dan peletakan tanaman sebagai
barier suara.
2. Kriteria :
Semakin jauh sebuah zona dari sumber kebisingan maka zona tersebut keadaannya semakin
tenang dan privat.
3. Proses :
4. Hasil :
Gb.IV.13.Analisa kebisingan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.12.Letak pintu utama dan pintu servis
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lix
E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian
1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)
a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu utama(ME).
b. Kriteria :
Semakin jauh letak sebuah zona dari pencapaian pintu utama (ME) maka akan semakin sulit
dijangkau oleh publik atau semakin privat.
c. Proses :
d. Hasil :
Gb.IV.15.Letak pintu utama/ME (masuk-keluar) site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lx
2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)
a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu servis (SE).
b. Proses :
c. Hasil :
Gb.IV.16.Penentuan zoning berdasarkan
pencapaian ME site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.17.Letak pintu servis/SE (masuk-keluar) site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.18.Penentuan zoning berdasarkan
pencapaian SE site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxi
F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi
1. Tujuan : Untuk mendapatkan tata letak/zoning
dalam site untuk masing-masing daerah kelompok kegiatan Sekolah Montessori.
2. Kriteria :
Rincian jenis aktivitas berdasarkan sifat kegiatan.
3. Proses :
1) Zona penerima
1) Hall
2) Ruang informasi
3) Ruang tunggu
4) Ruang pengelola
2) Zona kegiatan utama (pendidikan)
a) Ruang pendidik
b) Ruang kelas dan pendidikan KB-TK-SD
3) Zona penunjang
a) Ruang kesehatan/UKS
b) Ruang serbaguna
c) Ruang tunggu
d) Kantin
e) Koperasi
4) Zona servis
Kegiatan yang bersifat operasional bangunan
4. Hasil :
Gb.IV.19.Penzoningan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxii
G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Proses Penentuan Konsep
Bentuk Dasar Massa
a. Tujuan : Untuk mendapatkan bentuk dasar massa sebagai dasar merancang wadah
kegiatan.
b. Kriteria :
Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan
murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas, di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan
kemudahan sistem pengawasan antara guru dengan murid.
c. Proses :
1) Ruang kelas Montessori terdiri dari small group area dan shared learning area. Dua area
ini dipisahkan agar keteraturan dalam ruang kelas bisa tercapai (prinsip keteraturan Montessori).
2) Peletakan perabot memberi anak kebebasan untuk memilih aktivitasnya di dalam kelas
(prinsip kebebasan Montessori). Contoh perabot yang digunakan dalam ruang kelas Montessori :
Ukuran perabot seperti meja dan kursi anak disesuaikan dengan ukuran anak sehingga
anak dapat dengan mudah memindah-mindah meja dan kursi sesuai dengan aktivitas
yang diinginkan. Anak juga bisa berpartisipasi menjaga ruang kelas tetap rapi (prinsip kebebasan dan keteraturan Montessori).
Penataan meja dan kursi dalam ruang kelas Montessori :
Gb.IV.20.Pembagian ruang kelas
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.21.Contoh perabot ruang kelas Montessori
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxiii
Penataan rak dalam ruang kelas Montessori :
Berdasarkan analisa ruang kelas di atas maka pada bangunan Sekolah Montessori ini
menggunakan bentuk dasar segi empat, dengan beberapa alasan, yaitu :
- Mudah dikembangkan sesuai fungsi kegiatan.
- Efisien dalam peletakan ruang-ruang, dimungkinkan
tidak ada ruang yang terbuang.
d. Hasil :
Bentuk dasar massa yang digunakan adalah segi empat.
2. Proses Penentuan Konsep
Jumlah Massa
a. Tujuan : Menentukan jumlah massa bangunan yang akan digunakan untuk
menjamin kelancaran dan keefektifan kegiatan.
b. Kriteria :
1) Memberi kesan bebas (tidak terikat) prinsip kebebasan Montessori. 2) Tampilan bangunan dinamis, tidak monoton, dan tidak terkesan formal.
3) Kejelasan fungsi tiap kelompok ruang.
4) Kemudahan kelancaran sirkulasi antar ruang.
c. Proses :
Penilaian jumlah massa : Massa banyak Massa tunggal
Memberi kesan bebas (tidak terikat) prinsip kebebasan
Montessori
3 1
Tampilan bangunan dinamis, tidak monoton, dan tidak terkesan
formal
3 2
Kejelasan fungsi tiap kelompok ruang 3 2
Kemudahan kelancaran sirkulasi antar ruang 1 2
Jumlah 10 7
Nilai : 1 : kurang
2 : cukup
3 : sangat
Gb.IV.22.Alternatif penataan meja dan kursi ruang kelas
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Rak juga berfungsi sebagai
pembatas/sekat untuk memisahkan shared
learning area dan small group area
Gb.IV.23.Contoh penataan rak
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxiv
d. Hasil :
Dari dua alternatif jumlah massa di atas, dipilih jumlah massa banyak.
3. Proses Penentuan Konsep
Pembagian Massa
a. Tujuan : Menentukan pembagian massa untuk seluruh fasilitas yang direncanakan.
b. Kriteria :
1) Sesuai dengan karakter dan macam kegiatan
2) Hubungan antar kelompok kegiatan
c. Proses :
d. Hasil :
Massa 1 : Hall/ruang tunggu penjemput, ruang informasi, ruang tunggu, ruang pendidik
dan pengelola, ruang konsultasi, ruang dokter/UKS.
Massa 2 : Ruang kelas KB
Massa 3 : Ruang kelas TK
Massa 4 : Sentra-sentra, perpustakaan, ruang olahraga indoor KB-TK
Massa 5 : Ruang kelas SD kelas 1, 2, 3
Massa 6 : Ruang kelas SD kelas 4, 5, 6
Massa 7 : Perpustakaan dan ruang kelas seni SD
Massa 8 : Ruang kelas seni SD
Entrance
Penerimaan Area penunjang
Area
pengelolaan
Area pelayanan
kesehatan
Lapangan
olahraga
Area pendidikan
KB
Area pendidikan
TK
Area pendidikan
SD
Laboratorium alam
Skema IV.8. Pola hubungan ruang makro
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Outdoor learning
environment
Outdoor learning
environment
lxv
Massa 9 : Ruang olahraga indoor SD
Massa 10 : Kantin
Massa 11 : Koperasi
Massa 12 : Tower air
Massa 13 : Ruang parkir sepeda, sepeda motor, dan ruang servis
Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di
mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan
massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12
tahun) maka perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa
(prinsip kebebasan Montessori).
4. Proses Penentuan Konsep Tata
Massa
a. Tujuan : Menentukan penempatan massa seluruh fasilitas yang direncanakan.
b. Kriteria :
1) Prinsip keteraturan Montessori
2) Prinsip kebebasan Montessori
c. Proses :
Dengan sistem tata massa majemuk, maka antar kelompok ruang perlu pemisahan atau
penggabungan. Hal ini didasarkan pada zoning akhir.
Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di
mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan
massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12
tahun) maka perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa
(prinsip kebebasan Montessori).
Kegiatan pendidikan :massa 2, massa 3, massa 4, massa 5, massa 6, massa 7, massa 8, massa 9
Kegiatan non pendidikan : - Kegiatan penerima dan pengelola (massa 1)
- Kegiatan penunjang (massa 1, massa 10, massa 11)
- Kegiatan servis (massa 12, massa 13)
d. Hasil :
Gb.IV.24.Penzoningan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxvi
H. Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Tujuan : Untuk mendapatkan pola sirkulasi antar
massa dan antar ruang dalam massa.
2. Kriteria :
Sekolah Montessori merupakan sarana belajar untuk anak usia 2-12 tahun sehingga diperlukan
karakter sirkulasi yang santai dan fleksibel (prinsip kebebasan Montessori) namun tetap jelas
menghubungkan antara satu kegiatan/massa dengan kegiatan/massa yang lainnya (prinsip keteraturan Montessori).
3. Proses :
Konsep sirkulasi untuk area Sekolah Montessori ini diutamakan adalah sirkulasi horisontal
karena sebagian besar bangunan hanya terdiri dari satu lantai.
4. Hasil :
Gb.IV.25.Tata massa
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.26.Sirkulasi
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Keterangan :
Jalur kendaraan
Jalur pejalan kaki
lxvii
I. Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori
1. Tujuan : Memperoleh bentuk penampilan bangunan.
2. Kriteria :
Tampilan bangunan Sekolah Montessori memperhatikan karakter pengguna utama, yaitu anak-
anak, dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan Montessori.
3. Proses :
Eksterior Beberapa aspek yang diharapkan mampu mendukung penampilan bangunan adalah :
a. Atap
Penggunaan atap tradisional (limasan dan pelana) untuk memberikan kesan alami/natural
(prinsip alami Montessori).
b. Ketinggian bangunan
Sesuai dengan prinsip kohesi kemasyarakatan Montessori, ketinggian bangunan Sekolah
Montessori tidak melebihi bangunan di sekitarnya. Bangunan di sekitar site maksimal terdiri
dari 2 lantai dengan ketinggian sekitar 6-7 m. Sebagian besar massa bangunan Sekolah
Montessori direncanakan hanya satu lantai. Namun untuk bangunan pendidik dan pengelola
dibuat dua lantai.
c. Ornamen bangunan
Ornamen tidak hanya sebagai tampilan estetik saja namun juga harus memiliki fungsi.
Beberapa ornamen yang direncanakan adalah :
1) Penonjolan fungsi elemen struktural
Penonjolan fungsi elemen struktural dalam kaitannya dengan eksplorasi indera
penglihatan dan imajinasi anak. Secara fisik struktural penonjolan fungsi merangsang
perkembangan kreativitas anak dilakukan dengan pemberian warna agar tetap terlihat
menarik (prinsip keindahan Montessori).
Gb.IV.27.Permainan bentuk-bentuk yang
diambil dari salah satu alat peraga Montessori
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Alat peraga Montessori
(botany puzzle)
Mengambil bentuk
kupu-kupu (salah satu
karakter binatang yang
dengan warna-warna
yang menarik
Alat peraga Montessori
(botany puzzle)
lxviii
2) Bentuk-bentuk geometris
Pemakaian elemen dinding dengan permainan bentuk-bentuk geometri yang diambil dari
salah satu Montessori material (Alat Peraga Montessori), yang ditata secara dinamis
(prinsip kebebasan Montessori) dengan warna-warna yang menarik sebagai usaha
untuk mengenalkan pada anak konsep bentuk dan warna.
Interior
Pengolahan tampilan dinding interior massa bangunan Sekolah Montessori yang cukup
spesifik adalah pengolahan untuk kelompok kegiatan utama/pendidikan, karena pemakai
ruangnya adalah anak-anak maka tampilan dinding interior harus cukup variatif dalam bentuk,
pewarnaan dan polanya sehingga mampu menampilkan kesan dinamis (prinsip kebebasan Montessori).
Bentuk dinding yang variatif dibentuk dari tambahan bentuk-bentuk baru yang bisa
memberi kejutan, misalnya dengan adanya penonjolan atau penciptaan tekstur pada dinding.
Tampilan dinding yang variatif juga dapat dicapai lewat pengecatan. Untuk dicat dipilih kombinasi
warna cerah dan lembut.
4. Hasil :
Eksterior
Interior
Penonjolan dinding
memberi kesan
dinamis (prinsip
kebebasan
Montessori)
dengan warna-
warna cerah
(merah-kuning)
Dinding dicat dengan warna oranye lembut, memberi
kesan ceria/menarik namun tetap terkesan natural
senada dengan warna perabot di dalamnya (warna asli
kayu) (prinsip keindahan dan alami Montessori)
Rak menjadi
Gb.IV.30.Gambar tampak yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Ruang kelas kelompok bermain Ruang kelas taman kanak-kanak
Ruang kelas sekolah dasar
Alat peraga Montessori Gb.IV.28.Permainan bentuk-bentuk geometris
Sumber : Analisa pribadi,2010
lxix
J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan
Montessori
1. Bidang dinding
a. Tujuan : Menerapkan penggunaan permukaan bidang dinding yang bernuansa natural/alami
(prinsip alami Montessori). b. Kriteria : Menerapkan karakter asli bahan.
c. Proses :
1) Batu alam dan batu bata ekspose
Untuk tempat-tempat yang membutuhkan kesan natural. Seperti pada kolom, dinding.
2) Kaca
Memberi kesan terbuka, luas, dan mampu memberikan pencahayaan alami di siang hari
serta mengakses view di luar.
3) Kayu berpola
Untuk tempat- tempat yang membutuhkan kenyamanan penghawaan, kesan terbuka dan
natural. Seperti untuk dinding-dinding selasar.
Gb.IV.31.Gambar tata ruang perpustakaan yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.32.Batu alam
Sumber : Analisa pribadi, 2010 Gb.IV.33.Batu bata ekspose
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.34.Kayu berpola
lxx
d. Hasil :
2. Bidang lantai
Bahan penutup lantai :
a. Proses :
1) Keramik, untuk ruangan yang membutuhkan perawatan yang mudah seperti ruang kelas,
selasar. Keramik menggunakan pola yang dapat memberikan kesan alami/natural
(prinsip alami Montessori). 2) Karpet, untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan seperti sentra ibadah, ruang
kelas.
b. Hasil :
Gb.IV.35.Penggunaan material alami pada tampilan bangunan
Sumber : Analisa pribadi,2010
Gb.IV.36.Penggunaan keramik dan
karpet pada ruang kelas
Sumber : Analisa pribadi,2010
Gb.IV.37.Penggunaan keramik berpola
pada selasar
Sumber : Analisa pribadi,2010
Penggunaan kayu
berpola pada dinding
selasar
Penggunaan batu alam
pada dinding selasar
Penggunaan elemen batu alam
pada dinding ruang kelas
Penggunaan batu bata ekspos pada
dinding kamar mandi
lxxi
3. Bidang atap
Bahan penutup atap : genteng.
K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Tujuan : Menciptakan keindahan visual pengamat melalui pemakaian warna pada tampilan
bangunan (prinsip keindahan Montessori). Kriteria : Warna-warna yang ceria dan menarik.
2. Proses :
Selain memberikan nilai estetika pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori), penggunaan warna juga bertujuan untuk mengenalkan konsep warna pada anak.
3. Hasil :
L. Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Tujuan : Menciptakan keindahan visual
pengamat dan sebagai penyeimbang lingkungan dari efek yang kurang baik (iklim dan suara).
2. Kriteria :
Penggunaan warna-
warna pelangi pada
tampilan bangunan
Gb.IV.39. Contoh penggunaan warna-warna pelangi pada tampilan
bangunan ruang kelas TK
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.IV.38.Spektrum warna
Sumber : www.Designbiz.com
lxxii
Pemilihan vegetasi dan lansekap furniture mampu mendukung fungsi kegiatan dalam bangunan
sekaligus berfungsi sebagai pelindung, penyejuk udara, filter polusi serta estetika berdasar
prinsip alami Montessori (alami/natural) dan prinsip keindahan Montessori (indah/cantik).
3. Proses :
Elemen alami lansekap :
a. Air
Kolam dan air mancur yang dominan tersusun oleh unsur air (prinsip alami Montessori) selain berfungsi untuk memberi kesan estetika (prinsip keindahan Montessori) juga bisa
difungsikan sebagai penyetabil suhu kawasan.
Air mancur kolam ikan diletakkan di area laboratorium alam, selain sebagai bahan ilmu
pengetahuan juga berfungsi untuk mempercantik lansekap.
b. Vegetasi
Beberapa hal yang menjadi dasar penentuan vegetasi:
1) Optimalisasi nuansa alam pada desain dengan tidak mengasingkan
vegetasi dari bangunan, dengan kata lain ada kesatuan antara taman dengan bangunan
(prinsip alami Montessori). 2) Semua vegetasi yang ada ditanam tanpa menggunakan pot untuk
menjaga kealamiannya (prinsip alami Montessori). 3) Pemilihan vegetasi mempertimbangkan estetika (prinsip keindahan
Montessori). 4) Vegetasi yang memiliki manfaat pada bangunan maupun fungsinya. Vegetasi terpilih :
1) Cemara kipas, palem berfungsi sebagai vegetasi pengarah pada jalur
sirkulasi. Ditanam dalam jarak 4 m.
2) Akasia, asem jawa sebagai vegetasi peneduh.
3) Teh-tehan dan bougenville rendah berfungsi sebagai vegetasi pembatas
pada jalur sirkulasi.
4) Rumput manila/rumput jepang sebagai penutup permukaan tanah
(groundcover). Selain itu juga berfungsi untuk menghindari cidera anak pada saat jatuh.
5) Tanaman bunga yang indah dan berbau harum untuk mempercantik
taman (prinsip keindahan Montessori). Diletakkan di dekat kolam dan laboratorium
alam.
a) Bunga teratai pada kolam hias.
Gb.IV.40.Vegetasi untuk jalur sirkulasi
Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxxiii
b) Bunga kanthil sebagai vegetasi penyambut pada taman.
c) Bunga mawar dengan variasi warna dan bentuknya dapat memperindah taman.
d) Melati dengan wanginya yang khas dan semerbak melengkapi wewangian taman.
e) Berbagai jenis bunga (bougenville, geranium, bunga mentega, soka, kembang
sepatu, dll) sebagai bahan ilmu pengetahuan yang terdapat di laboratorium alam.
6) Tanaman buah
a) Buah jeruk yang terdapat pada laboratorium alam.
b) Anggur, tanaman buah merambat sehingga letaknya dapat diatur tidak
terlalu tinggi agar mudah dijangkau.
7) Sayuran
Tomat, cabai, dll. sebagai bahan ilmu pengetahuan yang terdapat di laboratorium alam.
c. Batuan
Batu sebagai salah satu elemen natural juga dapat menambah kesan alamiah pada
lansekap.
1) Jalur pedestrian
Perkerasan kerikil atau batu alam, memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur sirkulasi
pedestrian. Memiliki daya serap air hujan cukup baik. Selain itu penggunaan batu alam
dapat memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Batu alam dibuat
per kotak (1 m2) dengan sela-sela rumput sehingga menyerap air.
2) Jalur kendaraan
Pavingblock digunakan untuk jalur kendaraan.
d. Elemen tambahan (furniture lansekap)
1) Penerangan (lighting)
Perencanaan penerangan diharapkan bisa merata dan menyebar ke seluruh area
lansekap. Area yang perlu di beri penerangan, antara lain : jalur sirkulasi kendaraan,
pedestrian, area parkir, taman, titik-titik yang menjadi point of interest lansekap seperti
pada taman, laboratorium alam, kolam buatan.
Tabel IV.3.Bentuk-bentuk penerangan di Sekolah Montessori
Lampu jalur kendaraan
Lampu area parkir
lxxiv
Lampu pedestrian
Lampu taman
Sumber : Analisa pribadi, 2010
2) Tower air
Tower air berfungsi sebagai pengikat antara zona pendidikan KB-TK dan zona
pendidikan SD.
4. Hasil :
M. Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan
1. Tujuan : Mendapatkan pola peruangan yang nyaman dengan sistem konstruksi yang cocok.
2. Kriteria :
a. Kondisi site dan jenis tanah.
b. Kesesuaian struktur dengan tampilan bangunan.
3. Proses :
Gb.IV.41.Penataan lansekap
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Area parkir sepeda siswa dan
sepeda motor guru dan
pengelola
Area parkir mobil
Area parkir untuk penjemput
Laboratorium alam
Kolam
Kolam
Lapangan olahraga SD
Lapangan olahraga KB-TK
Grassblock Outdoor Learning Environment KB-TK
Outdoor Learning
Environment SD
Taman dan ruang tunggu
penjemput
Tower air
Paving untuk jalur pejalan kaki Lampu taman
lxxv
a. Struktur pondasi
Dengan ketinggian bangunan yang relatif kecil dan jenis tanah yang tidak terlalu keras,
alternatif pondasi yang akan digunakan yaitu: Tabel IV.4.Jenis pondasi
No Jenis pondasi spesifikasi
1 Footplat
Mampu mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk jenis tanah
yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.
2 Sumuran
Mendukung bangunan berlantai banyak, dapat digunakan pada berbagai
jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian.
Alternatif pondasi yang digunakan adalah pondasi footplat yang memiliki karakteristik sesuai
dengan jenis tanah area site yang juga karena ketinggian bangunan bukan berlantai banyak.
Pondasi footplat ini digunakan pada bangunan yang berlantai 2. Sehingga dari 11 massa
bangunan ada 1 massa yang menggunakan pondasi footplat. Pola grid persegi dengan
ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang
berlantai 1 menggunakan pondasi batu kali.
b. Struktur dinding
Alternatif sistem struktur Tabel IV.5. Jenis struktur
No Jenis struktur Spesifikasi
1 Bearing wall Dinding pemikul, dinding sebagai struktur
2 Frame system (rangka)
Kolom-kolom balok dipakai penyalur beban secara vertikal dan
horizontal, dinding hanya sebagai pembatas ruangan
3 Struktur gabungan Kombinasi frame style dan bearing wall, dimana dinding berfungsi
sebagai penguatan struktur bangunan terhadap gaya-gaya
horizontal
Bangunan terdiri dari maksimal dua lantai. Oleh karenanya, bangunan yang terdiri dari dua
lantai menggunakan struktur rangka.
Contoh perhitungan modul yang digunakan untuk bangunan kelas (berdasar pada alat peraga Montessori) : Ruang kelas kelompok bermain
Kursi kelas : 8 (1.2 x 0.8) = 0.5
Meja kelas : 8 (0.46 x 0.61) = 2.25
Rak : 4 (0.9 x 0.37) = 1.32
: 2.05
Loker : 2 (1.2 x 0.3) = 0.72
: 2 (1.2 x 0.3) = 0.72
Karpet : 6
lxxvi
c. Struktur atap Tabel IV.6.Jenis struktur atap
No Jenis struktur spesifikasi
1 Struktur rangka baja Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih
luas.
2 Struktur kabel Dapat menahan atap dengan bentangan besar
3 Struktur beton
bertulang
Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas
4 Space frame Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas
5 Struktur rangka kayu Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas
Sumber: Alfitra Sofi H, Stasiun Televisi Swasta di Semarang
Struktur atap dipilih menggunakan struktur rangka baja (bangunan 2 lantai) dan kayu
(bangunan 1 lantai) sebagai solusi desain.
N. Proses Penentuan Konsep Sistem Utilitas
1. Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih
a. Tujuan : Menyediakan sistem penyediaan air bersih dan kebutuhan air bersih.
b. Kriteria :
1) Peletakan massa yang terpisah-pisah dan banyaknya variasi kegiatan yang diwadahi,
maka standar perhitungan kebutuhan air bersih sesuai dengan standar untuk bangunan
sejenis.
2) Minimalisasi anggaran.
c. Proses :
Kebutuhan air di seluruh kawasan berasal dari sumur pompa yang berada pada setiap zone
kegiatan, air dari pompa ditampung dalam water tower, baru didistribusikan ke fasilitas tiap
zone kegiatan.
Perhitungan kebutuhan air bersih (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002) :
Standar kebutuhan bersama = 1,5 m3/hari/ m2
Koefisien penggunaan air = 50%
Luas bangunan dalam kawasan = 6430.6 m2
Kebutuhan air bersih = 6430.6 m2 x 1,5 m3/hari/ m2 x 50%
= 48,23 m3
= 4823 liter
d. Hasil :
lxxvii
Kebutuhan air bersih = 4823 liter
2. Penentuan Konsep Sistem Sanitasi
a. Tujuan : Mendapatkan konsep sanitasi tanpa mengganggu lingkungan.
b. Kriteria :
Sistem sanitasi harus memiliki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat
pengoperasian maupun pembuangan. Sistem Sanitasi di dalam bangunan mencakup
pembuangan atau penyaluran air kotor dan air hujan.
c. Proses :
1) Air kotor
Air kotor merupakan air yang berasal dari area servis, pantry dan kamar mandi. Air kotor
dari lavatory masuk ke septic tank lalu ke pembuangan akhir yaitu peresapan. Di sekitar
sekolah tidak ada riool kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke
peresapan. Jika suatu saat septic tank penuh, dapat disedot menggunakan mobil tinja.
2) Air hujan
Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran
horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena
jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan
lapangan rumput di sekitar bangunan, jalan-jalan yang ada dibuat dengan menggunakan
bahan grass block.
Tabel IV.7. Pipa pembuangan air hujan dan sumur resapan40
Luas atap (m²) Diameter pipa (inci) Volume sumur resaan (m³)
« 50 2 2
51-99 2 4
100-149 2.5 6
150-199 2.5 8
40 Ibid 6, hal 203
Air hujan dari atap
Saluran vertikal Bak kontrol Saluran horisontal Peresapan
Air hujan sekitar site
Skema IV.10.Analisa Sistem sanitasi (air hujan)
Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
Air kotor (limbah
dari lavatory,
pantry, dan dapur)
Kotoran cair
Kotoran padat
Bak pengolahan
limbah
Septictank Sumur resapan
Skema IV.9.Analisa Sistem sanitasi (air kotor)
Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
lxxviii
200-299 3 12
300-399 4 16
400-499 4 20
500-599 4 24
600-699 5 28
700-799 5 32
800-899 5 36
900-999 5 40
1000-1500 6 60
1500-3000 8 120
Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi’ untuk arsitek dan praktisi bangunan
Penentuan diameter pipa saluran air hujan (Dh) dan volume sumur resapan (Vr) adalah
dengan menghitung luasan atap (La) setiap bangunan :
- Bangunan penerima dan pengelola : La= 581.6 m² + 20 % = 697.9 m²
(Dh = 5 inci, Vr = 28m³)
- Ruang kelas KB : La= 102 m² + 20% = 122.4 m²
(Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)
- Ruang kelas TK : La = 157.5 m² + 20% = 189 m
(Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
- Ruang kelas SD (kelas 1,2,3) : La = 438m² + 20% = 525.6 m²
(Dh = 4 inci, Vr = 24 m³)
- Ruang kelas SD (kelas 4,5,6) : La = 405m² + 20% = 486 m²
(Dh = 4 inci, Vr = 20 m³)
- Sentra KB-TK : La = 192 m² + 20% = 230.4 m²
(Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
- Ruang kelas perpustakaan, : La = 312m² + 20% = 374.4 m²
ruang komputer, ruang memasak, (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
lab. sains
- Ruang kelas musik, kelas : La = 252 m² + 20% = 302.4 m²
drama, kelas lukis dan seni bentuk (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
- Ruang olahraga indoor : La = 7.87 + 20% = 105.2
(Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)
- Bangunan kantin dan koperasi : La = 127.5 m² + 20% = 153 m²
(Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
- Bangunan servis : La = 224.2m² + 20% = 269.04 m²
(Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
3. Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan
a. Tujuan : Mendapatkan sistem penyediaan listrik dan jumlah kebutuhan listrik.
b. Kriteria :
1) Jumlah kebutuhan listrik.
lxxix
2) Jaminan ketersediaan listrik.
c. Proses :
d. Hasil :
Sistem penyediaan listrik ada dua macam yaitu dari PLN dan mandiri menggunakan genset.
Listrik digunakan untuk pompa, penerangan dalam bangunan dan penerangan kawasan di
malam hari. Sumber utama adalah dari PLN. Genset digunakan sebagai persediaan
cadangan jika terjadi gangguan pada PLN.
Perhitungan kebutuhan listrik untuk penerangan : Tabel IV.8. Analisa kebutuhan listrik untuk penerangan
No Nama ruang Luas total ruang (m²) Daya yang dibutuhkan
(watt)
Total daya
(watt)
1 Ruang kelas 1118.4 15 16776
2 Ruang serbaguna 260 5 1300
3 Perpustakaan 111.1 15 1666.5
4 Kelas komputer 82 30 2460
5
Penerima dan
pengelola
554 15
8310
6 Kantin 127.5 20 2550
7 Koperasi 105.35 20 2107
8 utilitas 213 5 1065
9 Gudang 94 5 470
10 Lavatory 75 5 375
Total jumlah kebutuhan listrik untuk penerangan 37079.5
Sumber : analisa pribadi, 2010
4. Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran
a. Tujuan : Mendapatkan sistem pengaman terhadap bahaya kebakaran.
b. Kriteria :
1) Mendukung
2) Fungsi bangunan
3) Luas bangunan
4) Peralatan yang ada di dalam bangunan yang mampu memicu terjadinya kebakaran.
c. Proses :
PLN Meteran Panel utama
Panel sekunder
Panel sekunder
Distribusi
Distribusi
Skema IV.11.Analisa Penyediaan Listrik
Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
lxxx
Bangunan direncanakan maksimal terdiri dari 2 lantai dan tersebar di site dengan lansekap
yang tertata. Kebutuhan akan pengamanan bahaya kebakaran tidak serumit bangunan
berlantai banyak. Oleh karenanya pengaman yang digunakan adalah :
1) Indoor hydrant
Spesifikasi : Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya, digunakan
untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakan di tempat-tempat strategis yang
mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Indoor
hydrant ditempatkan pada jarak 20 m (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002).
2) Outdoor hydrant
Spesifikasi : Dihubungkan pada pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian sumber air
dan tekanan air yang memadai. Outdoor hydrant diletakkan di halaman terbuka (taman)
yang dekat dengan jalan yang bisa dialui oleh pemadam kebakaran.
d. Hasil :
Penempatan dan jumlah pengaman kebakaran:
1) Indoor hydrant diletakkan di ruang penerimaan.
2) Outdoor hydrant diletakkan di
bagian depan (agar dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran), dekat bangunan
pendidik dan pengelola dan dekat dengan bangunan servis.
5. Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi
Macam-macam sistem komunikasi yang dipakai adalah :
Macam-macam sistem komunikasi yang dipakai adalah :
a. Telepon
Alat komunikasi yang menggunakan jasa Telkom ini diletakkan di kantor pengelola untuk
kebutuhan pengelolaan dan pelayanan informasi.
b. Faksimile
Faksimile adalah alat fotokopi jarak jauh untuk pengiriman berita secara tertulis melalui
saluran telepon. Alat ini diletakkan di kantor pengelola berjumlah 3 unit.
PT. Telkom Terminal dan panel kontrol Operator Telepon faks. internet
SLJJ/SLI
Skema IV.12.Analisa Jaringan Komunikasi
Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
lxxxi
6. Penentuan Konsep Penanganan Sampah
Sampah terdiri dari dua macam, yaitu sampah organik dan anorganik. Ini harus dipisahkan pada
tempat pembuangan sampah sementara untuk memudahkan mengangkutan ke tempat
pembuangan akhir. Sampah di TPA akan dilebur menggunakan cara berdasarkan sifat masing-
masing sampah.
Rencana dalam pengembangan antara lain penyediaan tempat sampah yang terdiri dari dua
tempat sampah yang masing-masing diberi keterangan tempat untuk sampah organik maupun
anorganik. Jarak antar tempat sampah adalah 50 m. TPS di dekat jalan pintu SE untuk
memudahkan pengangkutan untuk dibuang..
Jumlah sampah = 5.000 cm³ sampah per 100 m² kawasan (Panduan Sistem Bangunan Tinggi,
2002). Luas site 000.24 m ²
Asumsi jumlah sampah per hari = 100
005,024000x = 1.2 m³
Jadi, pembuatan TPS harus mampu menampung sampah minimal 1.2 m³.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU B. Konsep Peruangan
2. Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Tabel V.1. Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan ruang
Kegiatan Kegiatan Kebutuhan ruang Indoor /
Pelaku Outdoor Kegiatan pendidikan
- Anak didik Kelompok
Bermain (KB)
Datang
Parkir
Membaca
Kegiatan belajar
Kegiatan latihan kehidupan
praktis
Bermain terstruktur
Belajar musik dan alat musik
Belajar melukis&seni bentuk
Bermain peran, dongeng
Entrance
Area parkir
Perpustakaan, ruang kelas
Ruang kelas :
- Shared learning
area
- Small group
Area kehidupan praktis
(Practical activities area)
Sentra balok
Sentra musik
Sentra lukis&seni bentuk
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
lxxxii
Belajar bahasa
Belajar teknologi
Kegiatan olahraga
Beribadah
Bermain/istirahat
Makan dan minum
Memeriksakan kesehatan
Metabolisme (Toilet training)
Pengenalan alam
Sentra drama
Sentra bahasa (readiness
area)
Sentra teknologi
Ruang olahraga
Sentra ibadah
Outdoor learning
environment/Playground
Ruang kelas/Kantin
Ruang kesehatan (UKS)
Toilet anak
Lab. alam
Indoor
Indoor
Indoor/Outdoor
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
- Anak didik Taman
Kanak-Kanak (TK)
Datang
Parkir
Membaca
Kegiatan belajar
Kegiatan latihan kehidupan
praktis
Bermain terstruktur
Belajar musik dan alat musik
Belajar melukis&seni bentuk
Bermain peran, dongeng
Belajar bahasa
Belajar teknologi
Kegiatan olahraga
Beribadah
Bermain/istirahat
Makan dan minum
Memeriksakan kesehatan
Metabolisme (Toilet training)
Pengenalan alam
Entrance
Area parkir
Perpustakaan, ruang kelas
Ruang kelas :
- Shared learning
area
- Small group
Area kehidupan praktis
(Practical activities area)
Sentra balok
Sentra musik
Sentra lukis&seni bentuk
Sentra drama
Sentra bahasa (readiness
area)
Sentra teknologi
Ruang olahraga
Sentra ibadah
Outdoor learning
environment/Playground
Ruang kelas/Kantin
Ruang kesehatan (UKS)
Toilet anak
Lab. alam
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor/Outdoor
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
- Anak didik Sekolah
Dasar (SD)
Datang
Parkir
Membaca
Kegiatan belajar :
- Kegiatan belajar di
dalam ruang
- Kegiatan belajar di
luar ruang
Entrance
Area parkir
Perpustakaan, ruang kelas
Ruang kelas :
- Shared learning
area
- Small group
Ruang belajar luar
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Outdoor
lxxxiii
Kegiatan memasak
Kegiatan olahraga
Kegiatan seni :
- Menyanyi/bermain
alat musik
- Melukis
- Menari/balet
- Bermain peran
Belajar beribadah
Mengadakan pameran
Bermain/istirahat
Makan dan minum
Memeriksakan kesehatan
Metabolisme
Pengenalan alam
(Outdoor learning
environment)
Ruang memasak
Ruang olahraga
Kelas musik
Kelas lukis
Kelas tari
Kelas drama
Sentra ibadah
Taman/ Ruang belajar luar
(Outdoor learning
environment)
Ruang kelas/Kantin
Ruang kesehatan
Toilet anak
Lab. alam
Indoor
Indoor/Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Outdoor
- Guru Kelompok
Bermain (KB)
Datang
Parkir
Mempersiapkan materi
Mengajar
Mengadakan rapat/pertemuan
Menyimpan berkas sementara
Menyimpan arsip
Menyimpan barang
Menerima tamu
Beribadat
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor guru
Ruang kelas
Ruang rapat/pertemuan
Loker
Ruang arsip
Gudang
Ruang tamu
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Guru Taman kanak-
Kanak (TK)
Datang
Parkir
Mempersiapkan materi
Mengajar
Mengadakan rapat/pertemuan
Menyimpan berkas sementara
Menyimpan arsip
Menyimpan barang
Menerima tamu
Beribadat
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor guru
Ruang kelas
Ruang rapat/pertemuan
Loker
Ruang arsip
Gudang
Ruang tamu
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Guru Sekolah Dasar
(SD)
Datang
Parkir
Entrance
Area parkir
Outdoor
Outdoor
lxxxiv
Mempersiapkan materi
Mengajar
Mengadakan rapat/pertemuan
Menyimpan berkas sementara
Menyimpan arsip
Menyimpan barang
Menerima tamu
Beribadat
Makan dan minum
Metabolisme
Ruang kantor guru SD
Ruang kelas
Ruang rapat/pertemuan
Loker
Ruang arsip
Gudang
Ruang tamu
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Pengantar/penunggu/
orang tua siswa/i
Datang
Parkir
Menunggu dan berinteraksi
Mencari informasi
Mengurus administrasi
Berkonsultasi mengenai
kesehatan anak
Berkonsultasi mengenai
psikologi anak
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Area tunggu
Ruang informasi
Ruang administrasi
Ruang dokter/UKS
Ruang konsultasi
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Kegiatan pendidik dan pengelola
- Kepala sekolah
Datang
Parkir
Bekerja
Pemeriksaan dan pengawasan
Rapat
Menggelar pertemuan dengan
orang tua murid
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor Kepsek
Semua ruang
Ruang rapat
Ruang serbaguna
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Wakil kepala
sekolah/Kabag KB-TK dan
SD
Datang
Parkir
Bekerja
Rapat
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kantor
wakasek/Kabag KB-
TK&SD
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Tata usaha (TU)
Datang
Parkir
Bekerja
Entrance
Area parkir
Ruang adminstrasi
Outdoor
Outdoor
Indoor
lxxxv
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Ruang ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf administrasi Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang adminstrasi
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf perpustakaan
Datang
Parkir
Bekerja
Rapat internal
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang perpustakaan
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf kesehatan
Datang
Parkir
Pelayanan kesehatan
Rapat
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang kesehatan
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf psikologi anak
Datang
Parkir
Pelayanan konsultasi psikologi
anak
Rapat internal
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Ruang konsultasi
Ruang rapat
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Kegiatan servis
- Staf kebersihan
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Lingkungan sekolah
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor&Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
- Staf keamanan
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Entrance
Area parkir
Pos
keamanan&Lingkungan
sekolah
Sentra ibadah
Outdoor
Outdoor
Indoor&Outdoor
Indoor
lxxxvi
Makan dan minum
Metabolisme
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Indoor
Indoor
- Staf
mekanikal&elektrikal
Datang
Parkir
Bekerja
Beribadah
Makan dan minum
Metabolisme
Entrance
Area parkir
Gudang, Ruang ME
Sentra ibadah
Ruang makan bersama
Toilet orang dewasa
Outdoor
Outdoor
Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
Sumber : Analisa Pribadi, 2010
3. Konsep Pola Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang dinyatakan dengan :
- Erat ( )
Kegiatan yang terwadahi mempunyai keterkaitan, perletakan ruangnya berdekatan tanpa
perantara.
- Kurang erat ( )
Kegiatan yang diwadahi kurang ada keterkaitan, perletakan ruang terpisah, dapat
menggunakan perantara.
- Tidak ada hubungan ( )
Kegiatan yang diwadahi tidak memiliki keterkaitan sama sekali.
b. Pola Hubungan Ruang Makro
Skema V.1. Pola hubungan ruang makro
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Entrance
Penerimaan Area penunjang
Area
pengelolaan
Area pelayanan
kesehatan
Lapangan
olahraga
Area pendidikan
KB
Area pendidikan
TK
Area pendidikan
SD
Laboratorium alam
Outdoor
learning
environment
Outdoor learning
environment
lxxxvii
b. Pola Hubungan Ruang Mikro
1) Area penunjang
2) Area pengelola
3) Area Pendidikan KB
Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan
massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.
Ruang tamu Ruang Kepsek Ruang TU &
Administrasi
Ruang
wakasek/Kabag
Ruang guru
Ruang rapat Ruang arsip
Skema V.3. Pola hubungan ruang pengelolaan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Parkir
Ruang tunggu
Kantin
Mushola
Toilet
Skema V.2. Pola hubungan ruang di area bersama
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Ruang
serbaguna
Koperasi
Ruang olahraga indoor
Toilet anak Playground
Laboratorium
alam
Skema V.4. Pola hubungan ruang pendidikan KB
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Sentra bahasa/Readiness area
Lapangan olahraga
Sentra balok
Ruang kelas KB
Sentra musik
Sentra lukis dan
seni bentuk
Sentra drama
Sentra teknologi
Practical activities area
Sentra ibadah
lxxxviii
4) Area Pendidikan TK
5) Area Pendidikan SD
Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya menyatukan
massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.
6) Laboratorium alam
4. Konsep Besaran Ruang
a. Kegiatan penerima Ruang Total (m2)
Hall 24
Ruang tunggu penjemput KB-TK 39
Ruang tunggu penjemput SD 39
Kebun Kolam ikan
Skema V.7. Pola hubungan laboratorium alam
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Lapangan olahraga Ruang kelas SD
Ruang ibadah
Skema V.6. Pola hubungan ruang pendidikan SD
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Lab. sains
Ruang
memasak
Ruang olahraga indoor
Ruang komputer
Outdoor learning
environment
Toilet anak
Laboratorium
alam
Perpustakaan
Ruang olahraga indoor
Toilet anak Playground
Laboratorium
alam
Skema V.5. Pola hubungan ruang pendidikan TK
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Sentra bahasa/Readiness area
Lapangan olahraga
Sentra balok
Ruang kelas TK
Sentra musik
Sentra lukis dan
seni bentuk
Sentra drama
Sentra teknologi
Practical activities area
Sentra ibadah
Ruang seni
lxxxix
Ruang informasi (resepsionis) 2 Total 104
b. Kegiatan pengelola
Ruang Total (m2)
Ruang kepala sekolah (KB-TK) 9
Ruang kepala sekolah (SD) 9
Ruang wakasek (KB-TK) 6
Ruang wakasek (SD) 6
Ruang guru (KB-TK) 108
Ruang guru (SD) 122
Ruang tata usaha dan administrasi KB-TK 48
Ruang tata usaha dan administrasi SD 48
Ruang rapat 77
Toilet pengelola&pendidik Toilet Pria 9 Total wanita 5
Total 447
c. Kegiatan pendidikan KB-TK-SD Ruang Total (m2)
Ruang kelas Kelompok Bermain (KB) 84
Ruang kelas Taman Kanak-Kanak (TK) 135
Sentra balok 38
Sentra musik 43
Sentra lukis dan seni bentuk 46
Sentra drama 49
Sentra teknologi 36
Sentra bahasa 41
Practical activities area 36
Ruang kelas Sekolah Dasar (SD) Kelas 1,2,3 264
Kelas 4,5,6 282
Kelas musik 38
Kelas lukis & seni bentuk 69
Kelas drama 55
Kelas memasak (fun cooking) 40
Kelas komputer 40
Lab. sains 62
Toilet siswa/i SD Toilet putra 8
Total putri 5
Ruang belajar luar (Outdoor learning environment)
KB-TK
240
Ruang belajar luar (Outdoor learning environment) 800
xc
SD
Perpustakaan SD 70
Ruang olah raga indoor (gymnasium) KB-TK 47.5
Ruang olah raga indoor (gymnasium) SD 52.5
Lapangan olah raga KB-TK 294
Lapangan olah raga SD 476
Laboratorium alam 1400
Total 4759.1
d. Kegiatan penunjang
Ruang Total (m2) Ruang konsultasi 11
Ruang dokter/UKS 12
Ruang serbaguna 260
Sentra ibadah 12
Koperasi 105
Kantin 127.5
Total 525.85
e. Kegiatan servis Ruang Total (m2)
Parkir
Parkir sepeda 120
Parkir sepeda motor 61
Parkir mobil 526.5
Pos satpam 6
Genset 4
Ruang pompa air 16
Gudang 6
Total 745.5
Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk kawasan Sekolah Montessori adalah :
No. Kelompok kegiatan Kebutuhan Ruang (m2)
a Kegiatan penerima 104 b Kegiatan pengelola 447 c Kegiatan pendidikan KB-TK-SD 4759.1 d Kegiatan penunjang 525.85 e Kegiatan servis 745.5
Total 6581.45
xci
Perhitungan kebutuhan lahan :
Luas yang dibutuhkan adalah 20000 m2
D. Konsep Pemilihan Lokasi dan Site
1. Konsep Lokasi
2. Konsep Site
e. Eksisting site
1) Site merupakan lahan kosong
2) Luas site 24000 m2
Gb. V.1. Lokasi terpilih
Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
Gb.V.2. Site terpilih
Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
xcii
f. Batas site
1) Sebelah utara : Jalan utama, perumahan
2) Sebelah selatan : Lahan kosong
3) Sebelah timur : Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU)
4) Sebelah barat : Jalan lingkungan, lahan kosong
E. Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance) dan Pintu Servis (Service entrance)
SMU Kalam Kudus
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Lahan kosong
Sumber : Dokumen pribadi, 2010 Jalan lingkungan
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Lahan kosong
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Perumahan
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Jalan utama menuju site
Sumber :Dokumen pribadi,2010
Gb. V.4.Batas site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
xciii
O. Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan
P. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian
1. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)
2. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)
Gb.V.5.Letak pintu utama dan pintu servis
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.7.Zoning berdasarkan pencapaian ME site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.6.Zonifikasi berdasarkan tingkat kebisingan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.8.Zonifikasi berdasarkan pencapaian SE site
xciv
Q. Konsep Zone Berdasarkan Fungsi
R. Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Konsep Bentuk Dasar Massa
Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan
murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan kemudahan sistem
pengawasan antara guru dengan murid.
Berdasarkan analisa ruang kelas di atas maka pada bangunan Sekolah Montessori ini
menggunakan bentuk dasar segi empat. 2. Konsep Jumlah Massa
Jumlah massa bangunan yang akan digunakan untuk menjamin kelancaran dan keefektifan
kegiatan adalah jumlah massa banyak, sekaligus memberi kesan bebas/tidak terikat (prinsip kebebasan Montessori).
3. Konsep Pembagian Massa
Massa 1 : Hall/ruang tunggu penjemput, ruang informasi, ruang tunggu, ruang pendidik
dan pengelola, ruang konsultasi, ruang dokter/UKS.
Massa 2 : Ruang kelas KB
Massa 3 : Ruang kelas TK
Massa 4 : Sentra-sentra, perpustakaan, ruang olahraga indoor KB-TK
Massa 5 : Ruang kelas SD kelas 1, 2, 3
Massa 6 : Ruang kelas SD kelas 4, 5, 6
Massa 7 : Perpustakaan dan ruang kelas seni SD
Gb.V.9.Penzoningan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
xcv
Massa 8 : Ruang kelas seni SD
Massa 9 : Ruang olahraga indoor SD
Massa 10 : Kantin
Massa 11 : Koperasi
Massa 12 : Tower air
Massa 13 : Ruang parkir sepeda, sepeda motor, dan ruang servis
4. Konsep Tata Massa
Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di mana
laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari
kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12 tahun) maka
perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa (prinsip kebebasan Montessori).
S. Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
Sekolah Montessori merupakan sarana belajar untuk anak usia 2-12 tahun sehingga diperlukan
karakter sirkulasi yang santai dan fleksibel (prinsip kebebasan Montessori) namun tetap jelas
menghubungkan antara satu kegiatan/massa dengan kegiatan/massa yang lainnya (prinsip keteraturan Montessori).
Gb.V.10.Tata massa
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Keterangan :
Jalur kendaraan
Jalur pejalan kaki
xcvi
T. Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
Tampilan bangunan Sekolah Montessori memperhatikan karakter pengguna utama, yaitu anak-anak,
dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan Montessori.
Eksterior e. Atap
Penggunaan atap tradisional (limasan dan pelana) untuk memberikan kesan alami/natural
(prinsip alami Montessori). Selain itu juga sebagai usaha untuk mempertahankan identitas
lokal Surakarta serta penggunaan tritisan sebagai penyesuaian terhadap iklim lokal yaitu tropis.
f. Ketinggian bangunan
Sesuai dengan prinsip kohesi kemasyarakatan Montessori, ketinggian bangunan Sekolah
Montessori tidak melebihi bangunan di sekitarnya. Sebagian besar massa bangunan Sekolah
Montessori direncanakan hanya satu lantai. Namun untuk bangunan pendidik dan pengelola
dibuat dua lantai.
g. Ornamen bangunan
Beberapa ornamen yang direncanakan adalah :
3) Penonjolan fungsi elemen struktural
Penonjolan fungsi elemen struktural dalam kaitannya dengan eksplorasi indera penglihatan
dan imajinasi anak. Secara fisik struktural penonjolan fungsi merangsang perkembangan
kreativitas anak dilakukan dengan pemberian warna agar tetap terlihat menarik (prinsip keindahan Montessori).
4) Bentuk-bentuk geometris
Pemakaian elemen dinding dengan permainan bentuk-bentuk geometri yang diambil dari
salah satu Montessori material (Alat Peraga Montessori), yang ditata secara dinamis
(prinsip kebebasan Montessori) dengan warna-warna yang menarik sebagai usaha untuk
mengenalkan pada anak konsep bentuk dan warna.
xcvii
Interior
Gb.V.12.Gambar tampak ruang kelas kelompok bermain yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.13.Gambar tampak ruang kelas taman kanak-kanak yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.14.Gambar tampak ruang kelas sekolah dasar yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.16.Gambar tata ruang perpustakaan yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.15.Gambar tata ruang kelas yang direncanakan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Penonjolan dinding
memberi kesan
dinamis (prinsip
kebebasan
Montessori)
dengan warna-
warna cerah
(merah-kuning)
Lantai dari keramik
dengan motif
seperti parket,
sehingga memberi
kesan natural
Dinding dicat dengan warna oranye lembut, memberi
kesan ceria/menarik namun tetap terkesan natural
senada dengan warna perabot di dalamnya (warna asli
kayu) (prinsip keindahan dan alami Montessori)
Rak menjadi
sekat/pembatas
antara shared
learning area dan
xcviii
U. Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
1. Bidang dinding
2. Bidang lantai
3. Bidang atap
Bahan penutup atap : genteng.
Gb.V.18.Penggunaan keramik dan
karpet pada ruang kelas
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.19.Penggunaan keramik berpola
pada selasar
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.17.Penggunaan material alami pada
tampilan bangunan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Penggunaan kayu
berpola pada dinding
selasar
Penggunaan batu alam
pada dinding selasar
Penggunaan elemen batu alam
pada dinding ruang kelas
Penggunaan batu bata ekspose pada
dinding kamar mandi
xcix
V. Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
Penggunaan warna-warna yang ceria dan menarik (seperti warna-warna pelangi) sehingga dapat
memberikan nilai estetika pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori), penggunaan
warna juga bertujuan untuk mengenalkan konsep warna pada anak.
W. Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
Elemen alami lansekap :
1. Air
Kolam dan air mancur yang dominan tersusun oleh unsur air (prinsip alami Montessori) selain
berfungsi untuk memberi kesan estetika (prinsip keindahan Montessori) juga bisa difungsikan
sebagai penyetabil suhu kawasan.
2. Vegetasi
Tanaman bunga yang indah dan berbau harum untuk mempercantik taman (prinsip keindahan Montessori). Diletakkan di dekat kolam dan laboratorium alam.
3. Batuan
Perkerasan kerikil atau batu alam, memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur sirkulasi
pedestrian. Memiliki daya serap air hujan cukup baik. Selain itu penggunaan batu alam dapat
memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Batu alam dibuat per kotak (1 m2)
dengan sela-sela rumput sehingga menyerap air.
4. Elemen tambahan (furniture lansekap)
a. Penerangan (lighting) Tabel V.2.Bentuk-bentuk penerangan di Sekolah Montessori
Gb.V.21. Contoh penggunaan warna-warna pelangi pada tampilan
bangunan ruang kelas KB
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.20. Contoh penggunaan genting metal pada atap bangunan penerima
Sumber : Analisa pribadi, 2010
c
Lampu jalur kendaraan
Lampu area parkir
Lampu pedestrian
Lampu taman
Sumber : Analisa pribadi, 2010
b. Tower air
Tower air berfungsi sebagai pengikat antara zona pendidikan KB-TK dan zona pendidikan
SD.
X. Konsep Struktur Bangunan
1. Struktur pondasi
Alternatif pondasi yang digunakan adalah pondasi footplat yang memiliki karakteristik sesuai
dengan jenis tanah area site yang juga karena ketinggian bangunan bukan berlantai banyak.
Pondasi footplat ini digunakan pada bangunan yang berlantai 2. Sehingga dari 13 massa
bangunan ada 2 massa yang menggunakan pondasi footplat. Pola grid persegi dengan ukuran
yang disesuaikan dengan ukuran bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang berlantai 1
menggunakan pondasi batu kali.
2. Struktur dinding
Gb.V.22.Penataan lansekap
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Area parkir sepeda
siswa dan sepeda
motor guru dan
pengelola
Area parkir mobil
Area parkir untuk penjemput
Laboratorium alam
Kolam
Kolam
Lapangan olahraga SD
Lapangan olahraga KB-TK
Grassblock Outdoor Learning
Environment KB-TK
Outdoor Learning
Environment SD
Taman dan ruang
tunggu penjemput
Tower air
Paving untuk jalur pejalan kaki Lampu taman
ci
Contoh modul struktur yang digunakan untuk bangunan kelas (berdasar pada alat peraga Montessori) : Ruang kelas kelompok bermain
Kursi kelas : 8 (1.2 x 0.8) = 0.5
Meja kelas : 8 (0.46 x 0.61) = 2.25
Rak : 4 (0.9 x 0.37) = 1.32
: 2.05
Loker : 2 (1.2 x 0.3) = 0.72
: 2 (1.2 x 0.3) = 0.72
Karpet : 6
3. Struktur atap
Struktur atap dipilih menggunakan struktur rangka baja (bangunan 2 lantai) dan kayu (bangunan
1 lantai) sebagai solusi desain.
Y. Konsep Sistem Utilitas
1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih
Kebutuhan air bersih = 4823 liter
2. Konsep Sistem Sanitasi
a. Air kotor
Air kotor dari lavatory masuk ke septic tank lalu ke pembuangan akhir yaitu peresapan. Di
sekitar sekolah tidak ada riool kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke
peresapan. Jika suatu saat septic tank penuh, dapat disedot menggunakan mobil tinja.
b. Diameter pipa saluran air hujan (Dh) dan volume sumur resapan (Vr) adalah:
1) Bangunan penerima dan pengelola : (Dh = 5 inci, Vr = 28m³)
2) Ruang kelas KB : (Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)
3) Ruang kelas TK : (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
4) Ruang kelas SD (kelas 1,2,3) : (Dh = 4 inci, Vr = 24 m³)
Gb.V.23.Modul ruang kelas KB
Sumber : Analisa pribadi, 2010
cii
5) Ruang kelas SD (kelas 4,5,6) : (Dh = 4 inci, Vr = 20 m³)
6) Sentra KB-TK : (Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
7) Ruang kelas perpustakaan, : (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
ruang komputer, ruang memasak,
lab. sains
8) Ruang kelas musik, kelas : (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
drama, kelas lukis dan seni bentuk
9) Ruang olahraga indoor : (Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)
10) Bangunan kantin dan koperasi : (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
11) Bangunan servis : (Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
3. Konsep Sistem Kelistrikan
Sistem penyediaan listrik ada dua macam yaitu dari PLN dan mandiri menggunakan genset.
Listrik digunakan untuk pompa, penerangan dalam bangunan dan penerangan kawasan di
malam hari. Sumber utama adalah dari PLN. Genset digunakan sebagai persediaan cadangan
jika terjadi gangguan pada PLN. Tabel V.3. Kebutuhan listrik untuk penerangan
No Nama ruang Total daya (watt)
1 Ruang kelas 16776
2 Ruang serbaguna 1300
3 Perpustakaan 1666.5
4 Kelas komputer 2460
5
Penerima dan
pengelola
8310
6 Kantin 2550
7 Koperasi 2107
8 utilitas 1065
9 Gudang 470
10 Lavatory 375
Total 37079.5
Sumber : analisa pribadi, 2010
5. Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran.
a. Indoor hydrant diletakkan di ruang penerimaan.
b. Outdoor hydrant diletakkan di bagian
depan (agar dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran), dekat bangunan pendidik dan
pengelola dan dekat dengan bangunan servis.
6. Konsep Jaringan Komunikasi
ciii
a. Telepon
Alat komunikasi yang menggunakan jasa Telkom ini diletakkan di kantor pengelola untuk
kebutuhan pengelolaan dan pelayanan informasi.
b. Faksimile
Faksimile adalah alat fotokopi jarak jauh untuk pengiriman berita secara tertulis melalui
saluran telepon. Alat ini diletakkan di kantor pengelola berjumlah 3.
6. Konsep Penanganan Sampah
Pembuatan TPS harus mampu menampung sampah minimal 1.2 m³.
DAFTAR PUSTAKA
Endarmiko, Eko, (2007), Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gettman, David, (1987), Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives, St.Martin/Press, New
York.
Hainstock, Elizabeth. G., (2008), Kenapa Montessori ?, Mitra Media.
Hainstock, Elizabeth. G., (2002), Montessori Untuk Sekolah Dasar, PT. Pustaka Delapratasa.
Hakim, Rustam, (1993), Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara.
Mini A. P., Rose, (2007), Panduan Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak,
IndocarmPrima.
Osmond, (2000), Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, Tesis : Yogyakarta.
Semiawan, Conny, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta.
Sukresno, Taufik, (2005), Jogja Montessori School, TGA-UII : Yogyakarta.
Tedjasaputra, Mayke S, (2001), Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini, PT
Gramedia, Jakarta.
Tim Pengembang Dinas, (2000), GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1989), Kamus Besar Bahasa
Indonesia., PN. Balai Pustaka, Dep. P&K., Jakarta.
Wijanarko, Wijang, (1998), Fasilitas Pendidikan Anak, TA-UGM : Yogyakarta.
http://cahayahati.multiply.com/journal/item/164/coretan-pendidikan-ala-Montessori
http://fakultas luar kampus.net/pola-pendidikan-baru-menurut-montessori/
http://herijurnalis.blogspot.com/2007/10/solo-baru-kota-mandiri-di-jawa.html
http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008
http://www.wikipedia.org/
http://www.montessoribali.com
civ
http:// www.montessori-unlimited.com
http://www.sekolahrumah.com
The Foundation Montessori www.montessori=pl.org/montessori/
www.children.com
www.country-meadows-montessori.com
www.designshare.com
www.edfacilities.com
www.google.com
www.googleearth.com
www.kinderhauskids.org
www.skyscrapercity.com
www.solobaru.com
www.surakarta.go.id