salat duha  · web view... pendapat inilah yang diyakini ... yang menyatakan keharusan untuk ......

199
SHALAT RAWATIB Shalat Rawatib adalah Shalat sunah yang dilakukan sebelum atau sesudah Shalat lima waktu . Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut Shalat qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut Shalat ba'diyah. Shalat sunah rawatib ini terbagi dua bagian, yaitu sunah muakkad dan sunah ghairu muakkad. Shalat sunah rawatib muakkad amat besar kemuliaannya dan dijanjikan ganjaran yang besar apabila menunaikannya. Shalat sunat rawatib ghairu muakkad kurang sedikit kemuliaannya berbanding dengan Shalat sunat muakkad. Jumlah raka'at Jumlah raka'at Shalat rawatib berbeda-beda tergantung Shalat apa yang dia iringi dan kapan (sebelum/sesudahnya) dia dilaksanakan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada daftar berikut. Sunah muakkad Shalat Lima Waktu Qabliyah Ba'diyah Shubuh 2 raka'at - Dzuhur 2 raka'at 2 raka'at Ashar - - Maghrib - 2 raka'at Sunah-Sunah Rasulullah SAW 1

Upload: lydiep

Post on 20-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SHALAT RAWATIB

Shalat Rawatib adalah Shalat sunah yang dilakukan sebelum atau sesudah

Shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut Shalat

qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut Shalat ba'diyah.

Shalat sunah rawatib ini terbagi dua bagian, yaitu sunah muakkad dan

sunah ghairu muakkad. Shalat sunah rawatib muakkad amat besar

kemuliaannya dan dijanjikan ganjaran yang besar apabila menunaikannya.

Shalat sunat rawatib ghairu muakkad kurang sedikit kemuliaannya

berbanding dengan Shalat sunat muakkad.

Jumlah raka'at

Jumlah raka'at Shalat rawatib berbeda-beda tergantung Shalat apa yang dia

iringi dan kapan (sebelum/sesudahnya) dia dilaksanakan. Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat pada daftar berikut.

Sunah muakkad

Shalat Lima Waktu Qabliyah Ba'diyahShubuh 2 raka'at -Dzuhur 2 raka'at 2 raka'atAshar - -Maghrib - 2 raka'atIsya' - 2 raka'at

Sunah ghairu muakkad

Shalat Lima Waktu Qabliyah Ba'diyahDzuhur 2 raka'at 2 raka'atAshar 4 raka'at -Maghrib 2 raka'at -Isya 2 raka'at -

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 1

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain, niat tempatnya

dihati, karena niat adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan mulut. Jadi, niat

tidak perlu diucapkan, entah itu pelan ataupun keras.

Sumber hadits

Berikut adalah beberapa hadits tentang Shalat rawatib:

Dari Aisyah r.a bahwa Nabi SAW bersabda :" Dua raka'at fajar

(Shalat sunah yang dikerjakan sebelum shubuh) itu lebih baik

daripada dunia dan seisinya. " (HR Muslim)

Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha , ia berkata: "Aku telah

men-dengar Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda,

Barangsiapa Shalat dalam sehari semalam dua belas rakaat akan

dibangun untuknya rumah di Surga, yaitu; empat rakaat sebelum

Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib,

dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebe-lum Shalat Subuh."”

(HR. At-Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan shahih)

Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dia berkata: "Aku Shalat

bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dua rakaat sebelum

Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum’at,

dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat sesudah Isya."

(Muttafaq ‘alaih)

Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu , ia berkata:

"Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam , ‘Di antara dua

adzan itu ada Shalat, di antara dua adzan itu ada Shalat, di antara

dua adzan itu ada Shalat. Kemudian pada ucapannya yang ketiga

dia menambahkan: ‘bagi yang mau". (Muttafaq ‘alaih)

Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata : Rasulullah

shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Barangsiapa yang menjaga

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 2

empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah

mengharamkannya dari api Neraka." (HR. Abu Daud dan At-

Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih)

Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi

wasalam bersabda : "Semoga Allah memberi rahmat bagi orang

yang Shalat empat rakaat sebelum Ashar." (HR. Abu Daud dan At-

Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan)

SHALAT TARAWIH

Shalat Tarawih (kadang-kadang disebut Teraweh atau Taraweh) adalah

Shalat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadan. Tarawih

dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari ترويح�ة yang diartikan sebagai

"waktu sesaat untuk istirahat". Waktu pelaksanaan Shalat sunnat ini adalah

selepas isya', biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid. Fakta

menarik tentang Shalat ini ialah bahwa rasulullah hanya pernah

melakukannya secara berjama'ah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan

bahwa rasulullah kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam

berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat

muslim (lihat sub seksi hadits tentang Tarawih).

Rakaat Shalat

Terdapat beberapa praktik tentang jumlah rakaat dan jumlah salam pada

Shalat Tarawih. Pada masa Nabi Muhammad shalat Tarawih hanya

dilakukan tiga atau empat kali saja, tanpa ada satu pun keterangan yang

menyebutkan jumlah rakaatnya. Kemudian shalat Tarawih berjamaah

dihentikan, karena ada kekhawatiran akan diwajibkan. Barulah pada

zaman khalifah Umar shalat Tarawih dihidupkan kembali dengan

berjamaah, dengan jumlah 20 raka'at dilanjutkan dengan 3 raka'at witir.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 3

Sejak saat itu umat Islam di seluruh dunia menjalankan shalat Tarawih tiap

malam-malam bulan Ramadhan dengan 20 rakaat. Empat mazhab yang

berbeda, yaitu mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah serta

Al-Hanabilah, semua sepakat menetapkan jumlah 20 rakaat sebagai

bilangan shalat Tarawih. Sedangkan Umar bin Abdul Aziz sebagai

khalifah dari Bani Umayyah di Damaskus menjalankan shalat Tarawih

dengan 36 rakaat. Dan Ibnu Taimiyah menjalankan 40 rakaat.

Yang pertama kali menetapkan shalat Tarawih hanya 8 atau 11 rakaat

dalam sejarah adalah pendapat orang-orang di akhir zaman, seperti Ash-

Shan’ani (w.1182 H), Al-Mubarakfury (w. 1353 H) dan Al-Albani. Ash-

Shan’ani Penulis  Subulus-salam sebenarnya tidak sampai mengatakan

shalat Tarawih hanya 8 rakaat, dia hanya mengatakan bahwa shalat

Tarawih itu tidak dibatasi jumlahnya. Sedangkan Al-Mubarakfury

memang lebih mengunggulkan shalat Tarawih 8 rakat, tanpa menyalahkan

pendapat yang 20 rakaat.

Tetapi yang paling ekstrim adalah pendapat Al-Albani yang sebenarnya

tidak termasuk kalangan ahli fiqih. Dia mengemukakan pendapatnya yang

menyendiri dalam kitabnya, Risalah Tarawih, bahwa shalat Tarawih yang

lebih dari 8 plus witir 3  rakaat, sama saja dengan shalat Dzhuhur 5 rakaat.

Selain tidak sah juga dianggap berdosa besar bila dikerjakan.

Perbedaan pendapat menyikapi boleh tidaknya jumlah raka'at yang

mencapai bilangan 20 itu adalah tema klasik yang bahkan bertahan hingga

saat ini, seperti yang dilakukan sebagian besar pengikut Nahdlatul Ulama.

Sedangkan mengenai jumlah salam praktik umum adalah salam tiap dua

raka'at namun ada juga yang salam tiap empat raka'at. Sehingga bila akan

menunaikan Tarawih dalam 8 raka'at maka formasinya adalah salam tiap

dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan

dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at sebagaimana yang dilakukan

sebagian besar pengikut Muhammadiyah

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 4

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya,

apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu

Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini

gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

Secara lengkap, niat Shalat Tarawih 2 rakaat adalah:

� ركعتين التراويح سنة أصلىتعالى/ لله إماما مأموما

"Ushalli sunnatat taraawiihi rak'ataini (ma'muman/imaaman) lillahi ta'aalaa."

Artinya: " Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat (menjadi makmum/ imam)

karena Allah Ta'ala"

ATAU

� التراويح سنة أصلىتعالى لله ركعتين

"Usholli sunnatattarowihi rok'ataini lillahi ta'ala"

Artinya: " Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat karena Allah Ta'ala"

Walaupun demikian, ada beberapa cara dalam mengerjakan Shalat

Tarawih, salah satunya dengan formasi 2 kali 4 rakaat masing masing

dengan sekali salam setiap selesai 4 rakaat. Oleh karena itu, dalam niat

Shalat Tarawih, niatnya disesuaikan menjadi "arba'a raka'atin".

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 5

Beberapa Hadits Terkait

“Sesungguhnya rasulullah pada suatu malam Shalat di masjid

lalu para sahabat mengikuti Shalat Dia, kemudian pada malam

berikutnya (malam kedua) Dia Shalat maka manusia semakin

banyak (yang mengikuti Shalat nabi), kemudian mereka berkumpul

pada malam ketiga atau malam keempat. Maka rasulullah tidak

keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Dia bersabda:

‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan

tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali

sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan

(peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadan.” (Muttafaqun ‘alaih)

"Artinya: Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata:

Rasulullah pernah Shalat bersama kami di bulan Ramadan

(sebanyak) delapan raka'at dan witir (satu raka'at). Maka pada hari

berikutnya kami berkumpul di masjid dan mengharap dia keluar

(untuk Shalat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi,

kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata: Ya

Rasulullah ! Tadi malam kami telah berkumpul di masjid dan kami

harapkan engkau mau Shalat bersama kami, maka sabdanya

"Sesungguhnya aku khawatir (Shalat itu) akan diwajibkan atas kamu

sekalian".(Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr)

"Aku perhatikan Shalat malam rasulullah , yaitu (Ia) Shalat dua

raka'at yang ringan, kemudian ia Shalat dua raka'at yang panjang

sekali, kemudian Shalat dua raka'at, dan dua raka'at ini tidak

sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian Shalat dua raka'at

(tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian Shalat dua

raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian Shalat

dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian

witir satu raka'at, yang demikian adalah 13 raka'at".Diriwayatkan

oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 6

"Artinya: Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia

bertanya kepada 'Aisyah radyillahu anha tentang Shalat rasulullah

di bulan Ramadan. Maka ia menjawab ; Tidak pernah rasulullah

kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadan dan tidak pula di lainnya

lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) ia Shalat empat (raka'at) jangan

engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia Shalat

empat (raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya

kemudian ia Shalat tiga raka'at".[Hadits Shahih Riwayat Bukhari

dan Muslim]

SHALAT WITIR

Shalat Witir (Arab: Sholatul witr) adalah Shalat sunah yang dikerjakan

malam setelah waktu isya dan sebelum subuh, dengan rakaat ganjil. Shalat

ini dilakukan setelah Shalat lainnya, sepertti tarawih dan tahajjud), hal ini

didasarkan pada sebuah hadits.[1] Shalat ini dimaksudkan sebagai

pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" Shalat-Shalat yang genap,

karena itu, dianjurkan untuk menjadikannya akhir Shalat malam.

Hukum Shalat Witir

Shalat sunah witir adalah sunah muakad. Dasarnya adalah hadis

Abu Ayyub Al-Anshaari Radhiyallahu ‘anhu bahwa rasulullah

bersabda, “Witir adalah hak atas setiap muslim. Barangsiapa yang

suka berwitir tiga rakaat hendaknya ia melakukannya, dan

barangsiapa yang berwitir satu rakaat, hendaknya ia melakukannya”

Dari Ubay Bin Ka’ab, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi biasa

membaca dalam shalat witir: Sabbihis marobbikal a’la (di raka'at

pertama -red), kemudian di raka'at kedua: Qul yaa ayyuhal

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 7

kaafiruun, dan pada raka'at ketiga: Qul huwallaahu ahad, dan dia

tidak salam kecuali di raka'at yang akhir.” (Hadits riwayat Nasa’i,

Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)

Penjelasan: Perkataan Ubay Bin Ka’ab, “dan dia tidak salam kecuali di

raka'at yang akhir”, jelas ini menunjukkan bahwa tiga raka'at shalat witir

yang dikerjakan nabi itu dengan satu kali salam.

Aisyah radhiallahu ‘anha menerangkan tentang shalatnya Rasul di

bulan Ramadhan,

“Rasul tidak pernah shalat malam lebih dari 11 raka'at, baik di bulan

Ramadhan maupun di luar Ramadhan, yaitu dia shalat 4 raka'at, maka

jangan engkau tanya tentang bagus dan lama shalatnya, kemudian dia

shalat 4 raka'at lagi, maka jangan engkau tanya tentang bagus dan lama

shalatnya, kemudian dia shalat witir 3 raka'at.” (Hadits riwayat Bukhori

2/47, Muslim 2/166)

Demikian juga dengan hadits Ali Radhiyallahu ‘anhu ketika ia berkata:

“Witir tidaklah wajib sebagaimana Shalat fardhu. Akan tetapi ia adalah

sunnah yang ditetapkan oleh rasulullah ”

Di antara yang menunjukkan bahwa witir termasuk sunah yang ditekankan

(bukan wajib) adalah riwayat shahih dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwa ia

menceritakan:” Ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Nejed yang

datang menemui rasulullah dengan rambut acak-acakan. Kami

mendengar suaranya, tetapi kami tidak mengerti apa yang diucapkannya,

sampai dekat, ternyata ia bertanya tentang Islam. Ia berkata “ Wahai

Rasulullah, beritahukan kepadaku Shalat apa yang diwajibkan kepadaku?”

Dia menjawab: “Shalat yang lima waktu, kecuali engkau mau melakukan

sunah tambahan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku puasa

apa yang diwajibkan kepadaku?” Dia menjawab; “Puasa di bulan

Ramadan, kecuali bila engkau ingin menambahkan”. Lelaki itu bertanya

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 8

lagi: “Beritahukan kepadaku zakat apa yang diwajibkan kepadaku?” Dia

menjawab: (menyebutkan beberapa bentuk zakat). Lelaki itu bertanya lagi:

‘Apakah ada kewajiban lain untuk diriku?” Dia menjawab lagi: “Tidak,

kecuali bila engkau mau menambahkan’. Rasulullah memberitahukan

kepadanya syariat-syariat Islam. Lalu lelaki itu berbalik pergi, sambil

berujar: “Semoga Allah memuliakan dirimu. Aku tidak akan melakukan

tambahan apa-apa, dan tidak akan mengurangi yang diwajibkan Allah

kepadaku sedikitpun. Maka rasulullah bersabda: “Sungguh ia akan

beruntung, bila ia jujur, atau ia akan masuk surga bila ia jujur”

Juga berdasarkan hadis Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi

pernah mengutus Muadz ke Yaman. Dalam perintahnya: “Beritahukan

kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka Shalat lima

waktu sehari semalam. Kedua hadits ini menunjukkan bahwa witir

bukanlah wajib. Itulah madzhab mayoritas ulama. Shalat witir adalah

sunnah yang ditekankan sekali. Oleh sebab itu rasulullah tidak pernah

meninggalkan Shalat sunnah witir dengan sunnah Shubuh ketika

bermukim atau ketika bepergian.

Keutamaan Shalat Witir

Witir memiliki banyak sekali keutamaan, berdasarkan hadits Kharijah bin

Hudzafah Al-Adwi. Ia menceritakan nabi pernah keluar menemui

kami. Dia bersabda

“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menambahkan kalian dengan satu

Shalat, yang Shalat itu lebih baik untuk dirimu dari pada unta yang merah,

yakni Shalat witir. Waktu pelaksanaannya Allah berikan kepadamu dari

sehabis Isya hingga terbit Fajar”

Di antara dalil yang menujukkan keutamaan dan sekaligus di

sunnahkannya Shalat witir adalah hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 9

‘anhu bahwa menceritakan: ”Rasulullah pernah berwitir, kemudian

bersabda: “Wahai ahli Qur’an lakukanlah Shalat witir, sesungguhnya

Allah itu witir (ganjil) dan menyukai sesuatu yang ganjil”

Rakaat Shalat

Shalat witir dapat dilaksanakan satu, tiga, lima rakaat atau jumlah lain

yang ganjil langsung dengan sekali salam. tetapi jumhur ulama

berpendapat bahwa Shalat witir dilaksanakan dengan satu kali salam tiap

dua rakaat dan terakhir satu kali salam satu rakaat. sebagai contoh apabila

Shalat witir satu rakaat saja maka satu rakaat satu kali salam. apabila

Shalat witir tiga rakaat maka dilaksanakan dua rakaat satu kali salam di

tambah satu rakaat satu kali salam. apabila Shalat witir lima rakaat maka

dilaksanakan empat rakaat dua kali salam ditambah satu rakaat satu kali

salam.apabila Shalat witir tujuh rakaat maka dilaksanan enam rakaat tiga

kali salam ditambah satu rakaat satu kali salam.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya,

apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu

Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini

gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

Doa

Doa sesudah Shalat witir Allahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman,

wa nas’aluka qalban khaasyi’an wa nas’aluka ‘ilman naafi’an, wa

nas’aluka yaqiinan shaadiqan, wa nas’aluka ‘amalan shaalihan, wa

nas’aluka dinan qayyiman, wa nas’aluka khairan katsiiran, wa

nas’alukal-‘afwa wal-‘aafiyah, wa nas’aluka tamaamal-‘aafiyah, wa

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 10

nas’alukasy-syukra ‘alal-‘aafiyati wa nas’alukal-ghinaa’a ‘anin-naas.

Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa

qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharru’anaa wa ta’abbudanaa wa

tammim taqshiiranaa yaa Allaah ya Allaah ya Allaah ya arhamar-

raahimiin, wa shallallahu ‘alaa khairi khalqihi Muhammadin wa a’alaa

aalihi wa shahbihii ajma’iina walhamdulillahi rabbil-‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon

diberi) iman yang langgeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang

khusyuk, dan kami mohon kepada-Mu diberi-Nya ilmu yang bermanfaat,

dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon

(dapat melaksanakan) amal yang shaleh, dan kami mohon tetap dalam

dalam agama Islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-

limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami

mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas

kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah, Ya Tuhan kami,

terimalah Shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyuk kami dan

pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama

Shalat ya Allah, ya Allah, ya Allah Dzat Yang Maha Pengasih dan

Penyayang.”

Waktu Pelaksanaan

Para ulama berbeda pendapat mengenai seseorang yang berwitir pada awal

malam lalu tidur dan bangun di akhir malam dan melakukan sholat.

Sebagian ulama berpendapat bahwa batal witir yang telah dilakukannya

pada awal malam dan di akhir malam ia menambahkan satu rakaat pada

sholat witirnya, karena ada hadist yang mengatakan "tidak ada witir dua

kali dalam semalam". Witir artinya ganjil, kalau ganjil dilakukan dua kali

menjadi genap dan tidak witir lagi, maka ditambah satu rakaat agar tetap

witir. Pendapat in diikuti imam Ishaq dll. Redaksi hadist tersebut sbb:

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 11

Dari Qais bin Thalk berkata suatu hari aku kedatangan ayahnya Thalq bin

Ali di hari Ramadhan, lalu dia bersama kita hingga malam dan sholat

(tarawih) bersama kita dan berwitir juga. Lalu dia pulang ke kampungnya

dan mengimam sholat lagi dengan penduduk kampung hingga sampailah

sholat witir, lalu dia meminta seseorang untuk mengimami sholat witir

"berwitirlah bersama makmum" aku mendengar Rauslullah s.a.w.

bersabda "Tidak ada witir dua kali dalam semalam" H.R. Tirmidzi, Abu

Dawud, Nasai, Ahmad dll.

Pendapat kedua mengatakan tidak perlu witir lagi karena sudah witir di

awal malam. Ia cukup sholat malam tanpa witir. Alasannya banyak sekali

riwayat dari Rasulullah s.a.w. mengatakan bahwa dia melakukan sholat

sunnah setelah witir. Pendapat ini diikuti Malik, Syafii, Ahmad, Sufyan al-

Tsuari dan Hanafi.

SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DANIDUL ADHA (SHOLAT IED)

Shalat Id adalah ibadah Shalat sunah yang dilakukan setiap hari raya Idul

Fitri dan Idul Adha. Shalat Id termasuk dalam Shalat sunah muakkad,

artinya Shalat ini walaupun bersifat sunah namun sangat penting sehingga

sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 12

Waktu dan tata cara pelaksanaan

Waktu Shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya

matahari. Syarat, rukun dan sunahnya sama seperti Shalat yang lainnya.

Hanya ditambah beberapa sunah sebagai berikut :

Berjamaah

Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat

kedua

Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.

Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca

tasbih.

Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat

kedua. Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada

rakaat kedua.

Imam menyaringkan bacaannya.

Khutbah dua kali setelah Shalat sebagaimana khutbah jum’at

Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada

Idul Adha tentang hukum – hukum Qurban.

Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.

Makan terlebih dahulu pada Shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha

sebaliknya.

Hadits berkenaan

Diriwayatkan dari Abu Said, ia berkata : Adalah Nabi SAW. pada

hari raya idul fitri dan idul adha keluar ke mushalla (padang untuk

Shalat), maka pertama yang dia kerjakan adalah Shalat, kemudian

setelah selesai dia berdiri menghadap kepada manusia sedang

manusia masih duduk tertib pada shaf mereka, lalu dia memberi

nasihat dan wasiat (khutbah) apabila dia hendak mengutus tentara

atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah dia putuskan,dia

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 13

perintahkan setelah selesai dia pergi. (H.R : Al-Bukhary dan

Muslim)

Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan Shalat Id bersama Nabi

Muhammad SAW. dia memulai Shalat sebelum khutbah tanpa adzan

dan tanpa iqamah, setelah selesai dia berdiri bertekan atas Bilal, lalu

memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong

mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan

mereka, setelah selesai dia turun mendatangai shaf wanita dan

selanjutnya dia memperingatkan mereka. (H.R : Muslim)

Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata : Rasulullah SAW.

memerintahkan kami keluar pada 'idul fitri dan 'idul adha semua

gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal

dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan

diri dari mushalla tempat Shalat Id, mereka menyaksikan kebaikan

dan mendengarkan da'wah kaum muslimin (mendengarkan

khutbah). Saya berkata : Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami

yang tidak mempunyai jilbab? Dia bersabda : Supaya saudaranya

meminjamkan kepadanya dari jilbabnya. (H.R : Jama'ah)

Diriwayatkan dariAnas bin Malik ra. ia berkata : Adalah Nabi SAW.

Tidak berangkat menuju mushalla kecuali dia memakan beberapa

biji kurma, dan dia memakannya dalam jumlah bilangan ganjil.

(H.R : Al-Bukhary dan Muslim)

Diriwayatkan dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata : Nabi Muhammad

SAW. Mendirikan Shalat Id, kemudian dia memberikan ruhkshah /

kemudahan dalam menunaikan Shalat Jumat, kemudian dia

bersabda : Barang siapa yang mau Shalat jumat, maka kerjakanlah.

(H.R : Imam yang lima kecuali At-Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia

berkata : Sesungguhnya Nabi SAW. bertakbir pada Shalat Id dua

belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 14

raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak Shalat sunnah

sebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R : Amad dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. bertakbir pada hari-hari tasyriq

dengan lafadz sbb (artinya) : Allah maha besar, Allah maha besar,

tidak ada Illah melainkan Allah dan Allah maha besar, Allah maha

besar dan bagiNya segala puji. (H.R Ibnu Abi Syaibah dengan sanad

shahih)

Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang

pamannya dari golongan Anshar, ia berkata : Mereka berkata :

Karena tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal syawal,

maka pada pagi harinya kami masih tetap shaum, kemudian

datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi

dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal.

Maka Rasulullah SAW. memerintahkan semua manusia (ummat

Islam) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan Shalat Id

pada hari esoknya. (H.R : Lima kecuali At-Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Azzuhri, ia berkata : Adalah manusia (para

sahabat) bertakbir pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-

rumah mereka menuju tempat Shalat Id sampai mereka tiba di

musala (tempat Shalat Id) dan terus bertakbir sampai imam datang,

apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam ber

takbir maka merekapun ikut bertakbir. (H.R: Ibnu Abi Syaibah)

SHALAT HAJAT

Shalat Hajat adalah Shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim saat

memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan Allah. Shalat Hajat dilakukan

antara 2 hingga 12 raka'at dengan salam di setiap 2 rakaat. Shalat ini dapat

dilakukan kapan saja kecuali pada waktu-waktu yang dilarang untuk

melakukan Shalat.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 15

Niat Shalat

Niat Shalat ini, seperti juga Shalat-Shalat lain, diucapkan di dalam hati,

yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah dengan hati yang

ikhlas dan mengharapkan ridha-Nya, apabila ingin dilafalkan jangan

terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada

beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

Niat dilakukan di dalam hati ketika sedang takbiratul ihram (mengangkat

tangan). Lafazh niat Shalat hajat:

تعالى ه لل ركعتين الحاجة ة سن أصليUshollii sunnatal haajati rok’aataini lillaahi ta’aala.

Artinya: “Aku berniat Shalat hajat sunah hajat dua rakaat karena Allah

Ta’ala.”

Bacaan Surat

Membaca Ayat Kursi dan surah Al-Ikhlash pada tiap rakaat. Diriwayatkan

dari Wahiib ibn Al-Ward, ia mengatakan bahwa dari doa yang dikabulkan

adalah seorang hamba yang Shalat 12 rakaat, ia membaca pada tiap

rakaatnya ayat Kursi dan surah Al-Ikhlas.[1]

Hadits terkait

Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat hajat antara lain :

"Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian Shalat

dua rakaat (Shalat Hajat) dan sempurna rakaatnya maka Allah

berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat" ( HR.Ahmad )

“Barangsiapa yang memunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau

salah seorang manusia dari anak-cucu adam, maka wudhulah dengan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 16

sebaik-baik wudhu. Kemudian Shalat dua rakaat (Shalat Hajat), lalu

memuji kepada Allah, mengucapkan salawat kepada Nabi. Setelah

itu, mengucapkan “Laa illah illallohul haliimul kariimu,

subhaana.... (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-

laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan

keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian Shalat dua

rakaat, setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah,

sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna

berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi

bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan

membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan

saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini

saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku

yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu

mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad

cerita ini shahih)

Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia

mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata

saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka

Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian Shalatlah

dua rakaat (Shalat hajat). Setelah itu, berdoalah....” Dalam waktu

yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah

buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu

memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (Shalat

hajat).” (HR Tirmidzi)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 17

SHALAT DUHA

Shalat Duha adalah Shalat sunah yang dilakukan seorang muslim ketika

waktu duha. Waktu duha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang

lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu

zuhur. Jumlah rakaat Shalat duha minimal 2 rakaat dan maksimal 12

rakaat.[1] Dan dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam.

Manfaat

Manfaat atau faedah Shalat duha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh

orang yang melaksanakan Shalat duha adalah dapat melapangkan dada

dalam segala hal terutama dalam hal rizki, sebab banyak orang yang

terlibat dalam hal ini.[2]

Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad

Islamic Academy-menyatakan bahwa gerakan teratur dari shalat

menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa

terhadap sistem kardiovaskular.

Terlebih lagi shalat dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri

menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga

menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari, sesuai

dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat, "Ada ketegangan

yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti

enkefalin dan endorfin. Zat ini sejenis morfin, termasuk opiat. Efek

keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya, zat ini

alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan

terkontrol."

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 18

Hadis Terkait

Hadis rasulullah terkait Shalat duha antara lain :

"Barang siapa Shalat Duha 12 rakaat, Allah akan membuatkan

untuknya istana disurga." (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)

"Siapapun yang melaksanakan Shalat duha dengan langgeng, akan

diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di

lautan." (H.R Tirmidzi)

Dari Ummu Hani bahwa rasulullah Shalat dhuha 8 rakaat dan

bersalam tiap dua rakaat. (HR Abu Daud)

Dari Zaid bin Arqam berkata, "Nabi keluar ke penduduk Quba

dan mereka sedang Shalat dhuha." Ia bersabda, "Shalat awwabin

(duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari)." (HR

Ahmad Muslim dan Tirmidzi)

Rasulullah bersabda di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman,

“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan

empat rakaat Shalat duha, karena dengan Shalat tersebut, Aku

cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim &

Thabrani)

"Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat

Shalatnya setelah Shalat shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir,

dan melakukan dua rakaat Shalat dhuha disertai tidak berkata

sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni

meskipun banyaknya melebihi buih di lautan." (HR Abu Daud)

Dari Abi Zar dari nabi , dia bersabda, Setiap pagi ada kewajiban

untuk bersedekah untuk tiap-tiap persendian (ruas). Tiap-tiap tasbih

adalah sedekah, riap-tiap tahlil adalah sedekah, tiap-tiap takbir

adalah sedekah, dan menganjurkan kebaikan serta mencegah

kemungkaran itu sedekah. Cukuplah menggantikan semua itu

dengan dua raka'at Shalat dhuha.” (HR Muslim)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 19

Doa Shalat dhuha

Pada dasarnya doa setelah Shalat duha dapat menggunakan doa apapun.

Bahkan pernah tercatat nabi beristighfar seusai shalat duha dan dilanjutkan

dengan doa lain Doa yang biasa dilakukan selepas Shalat duha adalah:

Dalam tulisan latin: "Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a

baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota

qudrotuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kana rizqi fis sama-i fa-

anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa

yassirhu, wa in kana haroman fathohhirhu, wa in kana ba’idan

faqorribhu, bihaqqi dhuha-ika, wa baha-ika, wa jamalika, wa quwwatika,

wa qudrotika, aatini ma atayta 'ibadakas sholihin".

Artinya: "Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-

Mu, dan keagungan itu adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah

keindahan-Mu, dan kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan

itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit,

maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika

masih sukar, maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah,

jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha, keagungan,

keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami

segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang

sholeh".

Dalam Fatwa Mufti Markaz Al Fatawa – Asy Syabkah Al Islamiyah,

Dr ‘Abdullah Al Faqih, Fatwa no. 53488, 1 Sya’ban 1425,

diterangkan:

do’a Dhuha seperti ini (“Allahumma innadhuha dhuha-uka, wal bahaa

baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota

qudrotuka, wal ‘ismata ‘ismatuka ...dst) tidak ditemukan dalam berbagai

kitab yang menyandarkan doa ini sebagai hadits Nabi Muhammad

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 20

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Do'a seperti itu ditulis oleh Asy Syarwani

dalam Syarh Al Minhaj dan Ad Dimyathi dalam I’anatuth Tholibiin,

namun doa ini tidak dikatakan sebagai hadis.

Surah-surah yang paling baik dibaca

Surah-surah yang paling baik dibaca ketika Shalat duha adalah:

Surah Al-Waqi’ah

Surah Asy-Syams

Surah Ad-Duha

Surah Al-Kafirun

Surah Quraisy

Surah Al-Ikhlas

Surah yang paling disunahkan ketika Shalat dhuha yaitu:

Rakaat pertama disunahkan membaca Surah Asy-Syams

Rakaat kedua disunahkan membaca Surah Ad-Duha

Untuk rakaat berikutnya:

Setiap rakaat pertama disunahkan membaca Surah Al-Kafirun

Setiap rakaat kedua disunahkan membaca Surah Al-Ikhlas

SHALAT TAHAJUD

Shalat tahajjud adalah Shalat sunnat yang dikerjakan di malam hari setelah

terjaga dari tidur. Shalat tahajjud termasuk Shalat sunnat mu'akad (Shalat

yang dikuatkan oleh syara'). Shalat tahajjud dikerjakan sedikitnya dua

rakaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 21

Dalam Al-Qur'an

Dalam karyanya yang terkenal, Fiqh As-Sunnah, Sayyid Sabiq Sheikh

menguraikan tentang subjek tahajjud sebagai berikut:

Suruhan untuk Nabi Muhammad, Allah swt berfirman sebagai berikut:

Dan pada sebagian malam hari, sembahyang tahajjudlah kamu

sebagaimana ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu

mengangkat kamu ketempat yang terpuji : Al-Isra' 17:79

Perintah ini, meskipun secara khusus ditujukan kepada Muhammad, juga

mengacu pada semua Muslim, karena Muhammad adalah menjadi contoh

sempurna dan panduan bagi mereka dalam segala hal.

Selain itu, melakukan shalat Tahajjud teratur memenuhi syarat sebagai

salah satu dari orang-orang benar dan seseorang yang mendapatkan

karunia dan kemurahan Allah. Dalam memuji mereka yang melakukan

sholat malam, Allah berfirman:

Dan orang-orang yang melalui malam dengan bersujud dan berdiri untuk

tuhan mereka : Al-Furqan 25:64

Dalam Hadits

"Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari

waktu malam, lalu berseru: Adakah orang-orang yang memohon

(berdo'a), pasti akan Kukabulkan, adakah orang-orang yang meminta,

pasti akan Kuberi dan adakah yang mengharap/memohon ampunan, pasti

akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu Shubuh." (Al Hadits).

Waktu utama

Shalat tahajjud dapat dilakukan kapanpun pada malam hari. Namun waktu

paling utama untuk melakukannya adalah pada sepertiga akhir malam.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 22

Hukum

Pada mula-mula, sembahyang ini diwajibkan oleh Allah, pada firmannya

di Surah Al-Muzzammil:

Bangun lah pada malam hari (untuk sembahyang) kecuali sedikit

(daripadanya) : Al-Muzzammil 73:20

Namun, setelah turunnya ayat 20 dalam surat ini,Allah Yang Maha Adil

memberi keringanan. Hukumnya menjadi sunah.

Keistimewaan Shalat tahajjud

Shalat tahajjud merupakan kehormatan bagi seorang muslim, sebab

mendatangkan kesehatan, menghapus dosa-dosa yang dilakukan siang

hari, menghindarkannya dari kesepian dialam kubur, mengharumkan bau

tubuh, menjaminkan baginya kebutuhan hidup, dan juga menjadi hiasan

surga. [2] Selain itu, Shalat tahajjud juga dipercaya memiliki keistimewaan

lain, dimana bagi orang yang mendirikan Shalat tahajjud diberikan

manfaat, yaitu keselamatan dan kesenangan di dunia dan akhirat, antara

lain wajahnya akan memancarkan cahaya keimanan, akan dipelihara oleh

Allah dirinya dari segala macam marabahaya, setiap perkataannya

mengandung arti dan dituruti oleh orang lain, akan mendapatkan perhatian

dan kecintaan dari orang-orang yang mengenalinya, dibangkitkan dari

kuburnya dengan wajah yang bercahaya, diberi kitab amalnya ditangan

kanannya, dimudahkan hisabnya, berjalan di atas shirat bagaikan kilat.[1]

Ketika menerangkan Shalat tahajjud, Nabi Muhammad SAW bersabda,

Shalat tahajjud adalah sarana (meraih) keridhaan Tuhan, kecintaan para

malaikat, sunah para nabi, cahaya pengetahuan, pokok keimanan,

istirahat untuk tubuh, kebencian para setan, senjata untuk (melawan)

musuh, (sarana) terkabulnya doa, (sarana) diterimanya amal, keberkatan

bagi rezeki, pemberi syafaat di antara yang melaksanakannya dan di

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 23

antara malaikat maut, cahaya di kuburan (pelaksananya), ranjang dari

bawah sisi (pelaksananya), menjadi jawaban bagi Munkar dan Nakir,

teman dan penjenguk di kubur (pelaksananya) hingga hari kiamat, ketika

di hari kiamat Shalat tahajud itu akan menjadi pelindung di atas

(pelaksananya), mahkota di kepalanya, busana bagi tubuhnya, cahaya

yang menyebar didepannya, penghalang di antaranya dan neraka, hujah

(dalil) bagi mukmin dihadapan Allah SWT, pemberat bagi timbangan, izin

untuk melewati Shirath al-Mustaqim, kunci surga..

SHALAT ISTIKHARAH

Shalat Istikharah adalah Shalat sunnah yang dikerjakan untuk meminta

petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan

merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal.

Spektrum masalah dalam hal ini tidak dibatasi. Seseorang dapat Shalat

istikharah untuk menentukan dimana ia kuliah, siapa yang lebih cocok

menjadi jodohnya atau perusahaan mana yang lebih baik ia pilih. Setelah

Shalat istikharah, maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan

hati dalam memilih.

Waktu Pengerjaan

Pada dasarnya Shalat istikharah dapat dilaksanakan kapan saja namun

dianjurkan pada waktu sepertiga malam terakhir. Nabi Muhammad

menjelaskan jika umatnya memiliki keinginan atau memilih keputusan

yang terbaik maka disunnahkan untuk melakukan Shalat ini.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 24

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya.

Tata Cara

Shalat istikharah boleh dikerjakan paling sedikit dua rakaat atau hingga

dua belas rakaat (enam salam). Selepas membaca Al-Fatihah pada rakaat

yang pertama, diutamakan membaca Surah Al-Kafiruun (1 kali). Selepas

membaca Al-Fatihah pada rakaat yang kedua, diutamakan membaca 1

Surah Al-Ikhlas (1 kali). namun untuk surah yang lain tetap diperbolehkan

dibaca selepas membaca surah Al-Fatihah, baik pada rokaat pertama dan

kedua.

Setelah salam dilanjutkan do'a Shalat istikharah kemudian memohon

petunjuk dan mengutarakan masalah yang dihadapi. Sebuah hadits tentang

do'a setelah Shalat istikharah dari Jabir r.a mengemukakan bahwa do'a

tersebut dapat berbunyi :

"Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan

ilmu-Mu. Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah,

seandainya Engkau tahu bahwa masalah ini baik untukku dalam

agamaku, kehidupanku dan jalan hidupku, jadikanlah untukku dan

mudahkanlah bagiku dan berkahilah aku di dalam masalah ini.

Namun jika Engkau tahu bahwa masalah ini buruk untukku,

agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan

masalah itu dariku. Tetapkanlah bagiku kebaikan dimana pun

kebaikan itu berada dan ridhailah aku dengan kebaikan itu".

(Hadits riwayat Al Bukhari)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 25

SHALAT TAUBAT

Shalat Taubat adalah Shalat Sunnah yang dilakukan seorang muslim saat

ingin bertobat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat

dilaksanakan dua raka'at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu

yang diharamkan untuk melakukan Shalat (lihat pada Shalat sunnat).

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya,

apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu

Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini

gunakanlah dengan hikmah bijaksana..

Hadits terkait

Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat taubat antara lain :

Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: 'Tidaklah seseorang

melakukan dosa kemudian ia bersuci (berwudhu) dan Shalat lalu

minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni

dosanya itu, dia lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran

135).'" (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-

Albani)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 26

SHALAT ISTISQA

Shalat Istisqa adalah Shalat Sunah yang dilakukan untuk meminta

diturunkannya hujan. Shalat ini dilakukan bila terjadi kemarau yang

panjang atau karena dibutuhkannya hujan untuk keperluan/hajat tertentu.

Shalat istisqa dilakukan secara berjamaah dipimpin oleh seorang imam.

Tata Cara Pelaksanaan

Pra Shalat

Tiga hari sebelum Shalat Istisqa dilaksanakan terlebih dahulu seorang

pemimpin seperti ulama, aparat pemerintah atau lainnya menyerukan

kepada masyarakat agar berpuasa dan bertaubat meninggalkan segala

bentuk kemaksiatan serta kembali beribadah, menghentikan perbuatan

yang zalim dan mengusahakan perdamaian bila terdapat konflik.

Hari H

Pada hari pelaksanaan, seluruh penduduk diperintahkan untuk berkumpul

(bahkan membawa binatang ternak) di tempat yang telah dipersiapkan

untuk Shalat istisqa (tanah lapang). Penduduk sebaiknya memakai pakaian

yang sederhana, tidak berhias dan tidak pula memakai wewangian.

Shalat istisqa dilaksanakan dalam dua rakaat kemudian setelah itu diikuti

oleh khutbah dua kali oleh seorang khatib.

Khutbah Shalat istisqa sendiri memiliki ciri/ketentuan tersendiri antara

lain:

Khatib disunahkan memakai selendang

Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 kali sedangkan

pada khutbah kedua 7 kali.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 27

Khutbah berisi anjuran untuk beristighfar (memohon ampun) dan

merendahkan diri kepada Allah serta berkeyakinan bahwa

permintaan akan dikabulkan oleh-Nya.

Pada khutbah ke-dua khatib berpaling ke arah kiblat (membelakangi

makmum) dan berdo'a bersama-sama.

Saat berdoa hendaknya mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya.

Hadis terkait

Hadis terkait Shalat istisqa:

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu ia berkata,

"Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ke luar dengan berpakaian

sederhana, penuh tawaduk dan kerendahan. Sehingga tatkala sampai

di musala, dia naik ke atas mimbar, namun tidak berkhutbah

sebagaimana khutbah kalian ini. Ia terus menerus berdoa, merendah

kepada Allah, bertakbir kemudian Shalat dua rakaat seperti Shalat

ketika Ied". (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan di hasankan oleh

al-Albani)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 28

SHALAT TAHIYAT MASJID

Shalat Tahiyat Masjid adalah Shalat sunah dua rakaat yang dilakukan

ketika seorang muslim memasuki masjid.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati namun sunnah melafalkannya dan apabila ingin dilafalkan

jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada

beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

Hadits terkait

Hadis Rasulullah SAW terkait Shalat tahiyyatul masjid antara lain :

“Apabila seseorang di antara kamu masuk masjid, maka janganlah

hendak duduk sebelum Shalat dua rakaat lebih dahulu” (H.R.

Bukhari dan Muslim)

SHALAT WUDU

Shalat Tahiyat Wudu adalah Shalat sunah yang dilakukan seusai berwudu.

Jumlah rakaat Shalat Tahiyat Wudu adalah dua rakaat.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati.

Wudu (Arab: al-wuḍū', Persia: ābdast, Turki: abdest, Urdu: wazū') adalah

salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 29

diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan Shalat. Berwudu bisa pula

menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.

Penggunaan air

Jenis air yang diperkenankan

Air hujan,

Air sumur,

Air terjun, laut atau sungai,

Air dari lelehan salju atau es batu,

Air dari tangki besar atau kolam.

Jenis air yang tidak diperkenankan

Air yang tidak bersih atau ada najis,

Air sari buah atau pohon,

Air yang telah berubah warna, rasa dan bau dan menjadi pekat

karena sesuatu telah direndam didalamnya,

Air dengan jumlah sedikit (kurang dari 1000 liter) yang terkena

sesuatu yang tidak bersih seperti urin, darah atau minuman anggur

atau ada seekor binatang mati didalamnya,

Air bekas wudu,[1]

Air yang tersisa setelah binatang haram meminumnya seperti anjing,

babi atau binatang mangsa,

Air yang tersisa oleh seseorang yang telah mabuk karena khamr

(minuman keras).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 30

Air mustamal menurut pendapat empat mahzab

Mahzab Al-Hanafiyah

Menurut mazhab ini bahwa yang menjadi musta’mal adalah air yang

membasahi tubuh saja dan bukan air yang tersisa di dalam wadah. Air itu

langsung memiliki hukum musta’mal saat dia menetes dari tubuh sebagai

sisa wudu atau mandi. Air musta’mal adalah air yang telah digunakan

untuk mengangkat hadats (wudu` untuk Shalat atau mandi wajib) atau

untuk qurbah. Maksudnya untuk wudu sunnah atau mandi sunnah.

Sedangkan air yang di dalam wadah tidak menjadi musta’mal. Bagi

mereka, air musta’mal ini hukumnya suci tapi tidak bisa mensucikan.

Artinya air itu suci tidak najis, tapi tidak bisa digunakan lagi untuk wudu

atau mandi.

Mahzab Al-Malikiyah

Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan

untuk mengangkat hadats baik wudu atau mandi, dan tidak dibedakan

apakah wudu` atau mandi itu wajib atau sunnah. Juga yang telah

digunakan untuk menghilangkan khabats (barang najis), dan sebagaimana

Al-Hanafiyah, mereka pun mengatakan ‘bahwa yang musta’mal hanyalah

air bekas wudu atau mandi yang menetes dari tubuh seseorang. Namun

yang membedakan adalah bahwa air musta’mal dalam pendapat mereka

itu suci dan mensucikan. Artinya, bisa dan sah digunakan digunakan lagi

untuk berwudu` atau mandi sunnah selama ada air yang lainnya meski

dengan karahah (kurang disukai).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 31

Mahzab Asy-Syafi`iyyah

Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air sedikit yang telah

digunakan untuk mengangkat hadats dalam fardhu taharah dari hadats. Air

itu menjadi musta’mal apabila jumlahnya sedikit yang diciduk dengan niat

untuk wudu atau mandi meski untuk untuk mencuci tangan yang

merupakan bagian dari sunnah wudu. Namun bila niatnya hanya untuk

menciduknya yang tidak berkaitan dengan wudu, maka belum lagi

dianggap musta’mal. Termasuk dalam air musta’mal adalah air mandi baik

mandinya orang yang masuk Islam atau mandinya mayit atau mandinya

orang yang sembuh dari gila, dan air itu baru dikatakan musta’mal kalau

sudah lepas atau menetes dari tubuh. Air musta’mal dalam mazhab ini

hukumnya tidak bisa digunakan untuk berwudu atau untuk mandi atau

untuk mencuci najis. Karena statusnya suci tapi tidak mensucikan.

Mahzab Al-Hanabilah

Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan

untuk bersuci dari hadats kecil (wudu`) atau hadats besar (mandi) atau

untuk menghilangkan najis pada pencucian yang terakhir dari 7 kali

pencucian, dan untuk itu air tidak mengalami perubahan baik warna, rasa

maupun aromanya. Selain itu air bekas memandikan jenazah pun termasuk

air musta’mal. Namun bila air itu digunakan untuk mencuci atau

membasuh sesautu yang di luar kerangka ibadah, maka tidak dikatakan air

musta’mal. Seperti menuci muka yang bukan dalam rangkaian ibadah

ritual wudu. Atau mencuci tangan yang juga tidak ada kaitan dengan ritual

ibadah wudu.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 32

Hukum wudu

Wajib

Pelaksanaan wudu wajib dilakukan oleh umat Muslim, ketika hendak

melakukan ibadah Shalat, thawaf di Ka'bah, dan menyentuh al-Qur'an.

Berwudu untuk menyentuh al-Qur'an menurut pendapat para ulama empat madzhab adalah

wajib, berdasarkan salah satu surah dalam al-Qu'ran, yang berbunyi:

Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab

yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-

orang yang disucikan. (Al Waaqi'ah 56:77-79)

Sedangkan menurut pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud

oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-

Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat

yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para malaikat yang telah disucikan

oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain

sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya.

Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang

Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.

Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian

maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi:

Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci (bersih),

yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek).

Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-

Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk

maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).

“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.” Yang

dimaksud oleh hadits di atas ialah: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an

kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 33

sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak

najis”

Sunnah

Wudu bersifat sunnah adalah bila akan mengerjakan hal-hal berikut ini:

1. Mengulangi wudu untuk tiap shalat,

2. Bagi setiap Muslim untuk selalu tampil dengan wudu,

3. Ketika hendak tidur, dalam keadaan junub,

4. Sebelum mandi wajib,

5. Ketika hendak mengulangi hubungan badan,[11]

6. Ketika marah,

7. Ketika membaca al-Qur'an,

8. Ketika Melantunkan azan dan iqamat,

9. Ziarah ke makam Nabi Muhammad,

10. Menyentuh kitab-kitab syar'i.

Syarat wudu

Ada 5 (lima) syarat untuk berwudu;

1. Niat (ada perbedaan pendapat antara mayoritas dan Hanafiyah)

2. Air yang digunakan harus thohur (suci dan mensucikan), maka tidak

sah berwudu dengan air yang najis

3. Menghilangkan hal-hal yang bisa mengahalangi sampainya air ke

kulit.

4. Jika seseorang selesai dari buang hajat maka dia harus bersuci

dahulu sebelum berwudu

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 34

Sunnah wudu

Berikut sunnah-sunnah wudu yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad:

1. Bersiwak,

2. Mencuci kedua tangan sampai pergelangan tangan sebelum

berwudu,

3. Mencuci anggota-anggota wudu sebanyak tiga kali, kecuali kepala

hanya sekali,

4. Menyela-nyela jenggot yang tebal,

5. Menyela-nyela jari-jari kaki dan jari-jari tangan,

6. Menyeka (dalk),

7. Mendahulukan tangan kanan daripada yang kiri dan kaki kanan

daripada kaki kiri.

8. Berdo'a setelah berwudu.

9. Menggunakan air wudu dengan hemat.

Rukun wudu

Disepakati

Rukun berwudu yang disepakati ada empat:

1. Mencuci wajah,

2. Mencuci tangan,

3. Mengusap kepala,

4. Mencuci kedua kaki.

Diperselisihkan

Rukun-rukun yang diperselisihkan adalah sebagai berikut:

1. Tertib,

2. Bersambungan (Muwalah).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 35

Pembatal wudu

Disepakati

Ada beberapa perkara atau hal yang dapat membatalkan syahnya wudu,

diantaranya adalah:

1. Keluar sesuatu dari lubang kelamin dan anus, berupa tinja, kencing,

kentut, dan semua hadats besar seperti keluarnya air mani, madzi,

jima', haid, nifas,

2. Tidur lelap (dalam keadaan tidak sadar),

3. Hilangnya akal karena mabuk, pingsan dan gila,

4. Memakan daging unta,

5. Menyentuh kawasan sekitar anus (dubur).

Diperselisihkan

1. Sentuhan laki-laki pada wanita yang mahram atau bukan tanpa

penghalang, kemudian ada hadits yang menjelaskan bahwa

bersentuhan tidak membatalkan wudu,

2. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam

3. Keluarnya darah istihadhah,

4. Mimisan dan muntah,

5. Mengangkat dan memandikan jenazah.

Referensi

1. Air bekas wudu apabila sedikit, maka tidak boleh digunakan,

dan termasuk sebagai air musta'mal, sebagaimana hadits: Abdullah

bin Umar mengatakan, “Rasulullah telah bersabda: “Jika air itu

telah mencapai dua qullah, tidak mengandung kotoran. Dalam lafadz

lain: ”tidak najis”. (HR Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa’i, Ibnu Majah).

2. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan Shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 36

sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu

sampai mata kaki." (Al-Maidah 5:6).

3. Dari rasulullah dia bersabda: Shalat salah seorang di antara

kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu."

(H.R. Abu Hurairah).

4. Shahih riwayat Daruquthni dari jalan Amr bin Hazm, dan dari

jalan Hakim bin Hizaam diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim,

Thabrani di kitabnya Mu’jam Kabir dan Mu’jam Ausath dan lain-

lain, dan dari jalan Ibnu Umar diriwayatkan oleh Daruquthni dan

lain-lain, dan dari jalan Utsman bin Abil Aash diriwayatkan oleh

Thabrani di Mu’jam Kabir dan lain-lain. Irwaa-ul Ghalil no. 122

oleh Syaikhul Imam Al-Albani. Dia telah mentakhrij hadits di atas

dan menyatakannya shahih.

5. Shahih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi,

Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain dari jalan Abu Hurairah, ia

berkata: “Rasulullah pernah menjumpaiku di salah satu jalan dari

jalan-jalan yang ada di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan

junub, lalu aku menyingkir pergi dan segera aku mandi kemudian

aku datang (menemui dia), lalu dia bersabda, “Kemana engkau tadi

wahai Abu Hurairah?” Jawabku, “Aku tadi dalam keadaan junub,

maka aku tidak suka duduk bersamamu dalam keadaan tidak bersih

(suci)”. Maka dia bersabda, “Subhanallah! Sesungguhnya orang

mu’min itu tidak najis” (Dalam riwayat yang lain dia bersabda,

“Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis”).

6. Dari Abi Hurairah bahwa rasulullah bersabda, `Seandainya

tidak memberatkan ummatku, pastilah aku akan perintahkan untuk

berwudhu` pada tiap mau shalat, dan wudhu itu dengan bersiwak.

(HR Ahmad dengan isnad yang shahih).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 37

7. Dari Tsauban bahwa rasulullah bersabda, `Tidaklah

menjaga wudhu` kecuali orang yang beriman`. (HR Ibnu Majah, Al-

Hakim, Ahmad dan Al-Baihaqi).

8. Dari Al-Barra` bin Azib bahwa rasulullah bersabda, `Bila

kamu naik ranjang untuk tidur, maka berwudhu`lah sebagaimana

kamu berwudhu` untuk shalat, dan tidurlah dengan posisi di atas sisi

kananmu.. (HR Bukhari dan Tirmizy).

9. Dari Aisyah berkata bahwa rasulullah bila ingin tidur

dalam keadaan junub, dia mencuci kemaluannya dan berwudhu`

terlebih dahulu seperti wudhu` untuk shalat. (HR Jamaah).

10. Dari Aisyah berkata bahwa rasulullah bila dalam keadaan

junub dan ingin makan atau tidur, dia berwudhu` terlebih dahulu.

(HR Ahmad dan Muslim).

11. Dari Abi Said al-Khudhri bahwa rasulullah bersabda, `Bila

kamu berhubungan seksual dengan isterimu dan ingin

mengulanginya lagi, maka hendaklah berwuhdu terlebih dahulu.(HR

Jamaah kecuali Bukhari).

12. Bila kamu marah, hendaklah kamu berwudhu`. (HR Ahmad

dalam musnadnya).

13. Hadits Kholid bin Mi’dan bahwasanya nabi melihat

seorang laki-laki yang pada kakinya ada seukuran dirham yang tidak

terkena air (wudlu), maka nabi memerintahkan laki-laki tersebut

untuk mengulangi wudlu. Hadits shohih riwayat Abu Dawud dan

ada tambahan الة yaitu الص��� (nabi memerintahkannya untuk

mengulangi sholat, Irwaul Golil no 86).

14. Rosulullah , Kalau bukan karena akan memberatkan umatku

maka akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan

berwudlu. (Hadits shohih, Irwaul Gholil no 70).

15. Telah tsabit bahwasanya nabi berwudlu tiga-tiga kali, dan

hadits mengenai ini banyak (diantaranya hadits Abdullah bin Zaid).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 38

16. Demikian pula telah tsabit bahwa nabi berwudlu dua-dua

kali (sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Zaid t riwayat Bukhori

no 158).

17. Tsabit bahwa nabi pernah berwudlu sekali-sekali

(sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas t riwayat Bukhori no 157).

18. Juga telah tsabit bahwasanya nabi berwudlu sebagian

anggota tubuhnya tiga kali dan sebagian yang lain dua kali

(sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Zaid t di atas, lihat artikel

seri 1) (Lihat Thuhurul Muslim hal 81dan Syarhul Mumti' 1/146).

19. Yang dimaksud dengan dalk yaitu menyeka/menggosok

anggota wudlu (yang telah terkena air) dengan menggunakan tangan

(sebelum anggota wudlu tersebut kering), dan yang dimaksud

dengan tangan di sini yaitu telapak (bagian dalam) tangan. Oleh

karena itu tidak cukup men-dalk kaki dengan menggunakan kaki

lainnya. (al-fiqh al-islami 1/235). (Namun tidak ada dalilnya harus

dengan telapak tangan-pen). Menurut jumhur ulama hukum dalk

adalah sunnah karena tidak disebutkan dalam ayat. Sedangkan

menurut Malikiyah adalah wajib. Dalil mereka: Sesungguhnya

mencuci yang diperintahkan dalam ayat tidaklah bisa terwujud

kecuali dengan dalk, sedangakan hanya sekedar terkena air tidaklah

dianggap sebagai satu cucian. Dicontohkan oleh nabi adalah

dengan dalk sebagaimana dalam hadits. Dari Abdullah bin Zaid t

berkata: Bahwasanya nabi didatangkan air kepada dia (sebanyak)

dua per tiga mud, lalu dia mendalk (menggosok) kedua lengannya.

(Hadits shohih riwayat Ahmad dan dishohihkan oleh Ibnu

Khuzaimah). Tetapi pendapat jumhur yang lebih rojih, sebab yang

diperintahkan oleh Allah ta'ala hanyalah mencuci bukan menggosok.

Sedangkan sekedar perbuataan nabi tidak bisa menunjukkan akan

wajib. Tetapi jika air tidak bisa menyentuh kulit kecuali dengan

digosok maka hukum dalk adalah wajib (Taudlihul Ahkam 1/179).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 39

20. Sebagaimana sabda rosulullah dalam hadits Abu Huroiroh;

Jika kalian berwudlu maka mulailah dengan bagian kanan kalian.

(Hadits shohih dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Baihaqi, Thobroni

dan Ibnu Hibban dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan

dihasankan oleh Imam Nawawi).

21. Yang afdol adalah berwudlu tiga-tiga kali namun tidak boros

dan berlebih-lebihan dalam menggunakan air, baik ketika wudlu

maupun ketika mandi. Sebagaimana dalam hadits, dari 'Aisyah

bahwasanya rosulullah mandi janabah dengan satu ina' (yaitu

satu farq). (Hadits shohih riwayat Muslim no 319). Berkata Sofyan

satu farq adalah tiga sok.

22. Nabi pernah berwudlu dengan dua per tiga mud,

sebagaimana hadits: Dari Abdullah bin Zaid berkata: Bahwasanya

nabi didatangkan air kepada dia (sebanyak) dua per tiga mud, lalu

dia mendalk (menggosok) kedua lengannya. (Hadits shohih riwayat

Ahmad dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

23. Berkata Imam Bukhori: "Nabi telah menjelaskan bahwa

wajibnya wudlu adalah sekali-sekali, dan nabi juga pernah

berwudlu dua kali-dua kali dan tiga kali-tiga kali dan nabi tidak

menambah lebih dari tiga kali, ..." Oleh karena itu hendaknya

berhemat dalam berwdlu dan sesuai dengan sunnah nabi , dari

Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Seorang arab

badui datang kepada Nabi , maka Nabi memperlihatkannya

wudlu dengan tiga kali-tiga kali, kemudian nabi berkata:

"Demikianlah wudlu, maka barang siapa yang menambah lebih dari

ini (lebih dari tiga kali) maka dia telah berbuat jelek dan melampaui

batas dan berbuat dzolim." (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-

Albani dalam shohih Nasai 1/31).

24. Dari Abdullah bin Mugoffal bahwasanya beiau menengar nabi

berkata: Sesungguhnya akan ada pada umat ini suatu kaum yang

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 40

melampaui batas dalam bersuci dan berdo'a. (Hadits ini dishohihkan

oleh Syaikh Al-Abani dalam shohih Abu Dawud 1/21) (Lihat

Thuhurul Muslim hal 82).

25. Rasulullah memberi fatwa kepada seseorang yang ragu

apakah dia kentut dalam shalat ataukah tidak, “Jangan dia

memutuskan shalatnya sampai dia mendengar suara atau mencium

bau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid),

26. Berdasarkan hadits Ali bin Abi Thalib dari nabi bahwa dia

bersabda tentang seseorang yang mengeluarkan madzi, “Hendaknya

dia mencuci kemaluannya dan berwudhu.” (HR. Al-Bukhari dan

Muslim).

27. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/133.

28. “Ada seseorang yang bertanya pada rasulullah , “Apakah

aku mesti berwudhu setelah memakan daging kambing?” Dia

bersabda, “Jika engkau mau, berwudhulah. Namun jika enggan,

maka tidak mengapa engkau tidak berwudhu.” Orang tadi bertanya

lagi, “ Apakah seseorang mesti berwudhu setelah memakan daging

unta?” Dia bersabda, “Iya, engkau harus berwudhu setelah memakan

daging unta.” (HR. Muslim no. 360.)

29. Fathul Qarib, bab perkara yang membatalkan wudu

30. Hadits Aisyah dia berkata, “Sesungguhnya nabi pernah

mencium sebagian istrinya kemudian dia keluar mengerjakan shalat

dan dia tidak berwudhu lagi.” (HR. Ahmad, An-Nasai, At-Tirmizi

dan Ibnu Majah). Ini adalah pendapat Daud Azh-Zhahiri dan

mayoritas ulama muhaqqiqin, seperti: Ibnu Jarir Ath-Thabari,

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Ibnu Katsir, dan dari kalangan

muta`akhkhirin: Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin, Asy-Syaikh Muqbil

dan selainnya. Adapun sebagian ulama yang berdalilkan dengan

firman Allah Ta’ala, “Atau kalian menyentuh wanita …,” (Al-

Maidah 5:6) bahwa menyentuh wanita adalah membatalkan wudhu.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 41

Maka bisa dijawab dengan dikatakan bahwa kata ‘menyentuh’

dalam ayat ini bukanlah ‘menyentuh’ secara umum, akan tetapi dia

adalah ‘menyentuh’ yang sifatnya khusus, yaitu jima’ (hubungan

intim). Demikianlah Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib menafsirkan

bahwa ‘menyentuh’ di sini adalah bermakna jima’. Hal ini sama

seperti pada firman Allah Ta’ala tentang ucapan Maryam,

“Bagaimana mungkin saya akan mempunyai seorang anak

sementara saya belum pernah disentuh oleh seorang manusia pun

dan saya bukanlah seorang pezina.” (Maryam 19:20) dan kata

‘disentuh’ di sini tentu saja bermakna jima’ sebagaimana yang bisa

dipahami dengan jelas. Ini juga diperkuat oleh hadits Aisyah riwayat

Al-Bukhari dan Muslim bahwa dia pernah tidur terlentang di depan

rasulullah yang sedang shalat. Ketika dia akan sujud, dia

menyentuh kaki Aisyah agar dia menarik kakinya. Seandainya

menyentuh wanita membatalkan wudhu, niscaya dia akan

membatalkan shalatnya ketika menyentuh Aisyah. [Lihat An-Nail:

1/195, Fathu Al-Qadir: 1/558, Al-Muhalla: 1/244, Al-Ausath: 1/113

dan Asy-Syarh Al-Mumti’: 1/286-291]. Catatan: Menyentuh wanita

(baik yang mahram maupun yang bukan) tidaklah membatalkan

wudhu, hanya saja ini bukan berarti boleh menyentuh wanita yang

bukan mahram. Karena telah shahih dari rasulullah bahwa dia

bersabda, “Seseorang di antara kalian betul-betul ditusukkan jarum

besi dari atas kepalanya -dalam sebagian riwayat: Sampai tembus ke

tulangnya-, maka itu lebih baik bagi dirinya daripada dia menyentuh

wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dari Ma’qil

bin Yasar).

31. Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang yang menyentuh

kemaluannya, apakah dia wajib berwudhu? Maka dia menjawab,

“Tidak, itu hanyalah bagian dari anggota tubuhmu.” (HR. Imam

Lima dari Thalq bin Ali) Maka hadits ini menunjukkan bahwa

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 42

menyentuh kemaluan tidaklah membatalkan wudhu. Tapi di sisi lain

dia juga pernah bersabda, “Barangsiapa yang menyentuh

kemaluannya maka hendaknya dia berwudhu.” (HR. Imam Lima

dari Busrah bintu Shafwan) dan ini adalah nash tegas yang

menunjukkan batalnya wudhu dengan menyentuh kemaluan.

Pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah dan

Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin adalah pendapat yang memadukan

kedua hadits ini dengan menyatakan: Menyentuh kemaluan tidaklah

membatalkan wudhu akan tetapi disunnahkan -tidak diwajibkan-

bagi orang yang menyentuh kemaluannya untuk berwudhu kembali.

Jadi perintah yang terdapat dalam hadits Busrah bukanlah bermakna

wajib tapi hanya menunjukkan hukum sunnah, dengan dalil nabi

tidak mewajibkan wudhu padanya -sebagaimana dalam hadits

Thalq-. Wallahu a’lam bishshawab. [Lihat Al-Ausath: 1/193, A-

Mughni: 1/180, An-Nail: 1/301, Asy-Syarh Al-Mumti’: 1/ 278-284

dan As-Subul: 1/149].

32. Asy-Syaukani berkata dalam An-Nail, “Tidak ada satu pun

dalil yang bisa dijadikan hujjah, yang mewajibkan wudhu bagi

wanita yang mengalami istihadhah.” Di antara dalil lemah tersebut

adalah hadits Aisyah tentang sabda nabi kepada seorang sahabiah

yang terkena istihadhah, “Kemudian berwudhulah kamu setiap kali

mau shalat.” Hadits ini adalah hadits yang syadz lagi lemah,

dilemahkan oleh Imam Muslim, An-Nasai, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil

Barr dan selainnya. [Lihat Al-Fath: 1/409, As-Sail: 1/149 dan As-

Subul: 1/99].

33. Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam

Ibnu Taimiah. Adapun hadits, “Barangsiapa yang muntah (dari

perut) atau mimisan atau muntah (dari tenggorokan) atau

mengeluarkan madzi maka hendaknya dia pergi dan berwudhu.”

(HR. Ibnu Majah dari Aisyah), maka ini adalah hadits yang lemah.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 43

Imam Ahmad dan Al-Baihaqi telah melemahkan hadits ini, karena di

dalam sanadnya ada Ismail bin Ayyasy dan dia adalah rawi yang

lemah.

34. Ada beberapa hadits dalam permasalahan ini, di antaranya

adalah hadits Abu Hurairah secara marfu’, “Barangsiapa yang

memandikan mayit maka hendaknya dia juga mandi, dan

barangsiapa yang mengangkatnya maka hendaknya dia berwudhu.”

(HR. Ahmad, An-Nasai dan At-Tirmizi) Akan tetapi hadits ini telah

dilemahkan oleh Imam Az-Zuhri, Abu Hatim, Ahmad, Ali bin Al-

Madini dan Al-Bukhari. Adapun hadits-hadits lainnya, maka kami

sendiri pernah mentakhrij jalan-jalannya dan kami menemukannya

sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad -rahimahullah-,

“Tidak ada satu pun hadits shahih yang ada dalam permasalahan

ini.”

SHALAT JENAZAH

Shalat Jenazah adalah jenis Shalat yang dilakukan untuk jenazah muslim.

Setiap muslim yang meninggal baik laki-laki maupun perempuan wajib

diShalati oleh muslim yang masih hidup dengan status hukum fardhu

kifayah. Nabi Muhammad tidak pernah mau menyalatkan jenazah yang

meninggal masih memiliki hutang dan mati karena bunuh diri,tetapi wajib

diShalatkan oleh umatnya atau masyarakat umum.

Syarat penyelenggaraan

Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Shalat ini

adalah:

Yang melakukan Shalat harus memenuhi syarat sah Shalat secara

umum (menutup aurat, suci dari hadas, menghadap kiblat dst);

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 44

Jenazah harus sudah dimandikan dan dikafani;

Jenazah diletakkan disebelah mereka yang menyalati, kecuali

dilakukan di atas kubur atau Shalat ghaib.

Rukun Shalat Jenazah

Shalat jenazah yang tidak dilakukan ruku', sujud maupun iqamah,

melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam.

Berikut adalah urutannya:

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Niat Shalat

Berniat;

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup

diucapkan di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat

riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat.

Takbiratul Ihram (takbir yang pertama), kemudian membaca surat

Al Fatihah;

Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas rasulullah minimal:

"Allahumma shalli 'alaa Muhammadin" ("Ya Allah berilah salawat

atas Muhammad).";

Takbir ketiga kemudian membaca do'a untuk jenazah:

1. Jenazah pria, "Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu

anhu..." ("Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan

dan ma'afkanlah dia").

2. Jenazah wanita kata lahuu diganti dengan lahaa, "Allahhummaghfir

lahaa warhamha wa'aafiha wa'fu anha...".

3. Jenazah banyak kata lahuu diganti dengan lahum,

"Allahhummaghfir lahum warhamhum wa'aafihim wa'fu anhum..."

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 45

Takbir keempat kemudian membaca do'a minimal:

1. Jenazah pria, "Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna

ba'dahu waghfirlanaa walahu." ("Ya Allah, janganlah kiranya

pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau

meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi

kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia").

2. Jenazahnya wanita, bacaannya menjadi, "Allahumma laa tahrimnaa

ajraha walaa taftinna ba'daha waghfirlanaa walaha.";

Mengucapkan salam.

Shalat Ghaib

Jika terdapat keluarga atau muslim lain yang meninggal di tempat yang

jauh sehingga jenazahnya tidak bisa dihadirkan maka dapat dilakukan

Shalat ghaib atas jenazah tersebut. Pelaksanaannya serupa dengan Shalat

jenazah, perbedaan hanya pada niat Shalatnya.

SHALAT MUTLAQ

Shalat Sunnat Mutlaq adalah Shalat sunnat yang dapat dilakukan tanpa

memerlukan sebab tertentu dan kapan saja kecuali waktu-waktu yang

diharamkan untuk mengerjakan Shalat (lihat pada Shalat sunnat). Jumlah

rakaatnya tidak terbatas dan dilakukan dengan seri 2 raka'at.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya,

apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 46

Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini

gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

SHALAT AWWABIN

Shalat Awwabin adalah satu jenis Shalat Sunnah. Awwabin sendiri berasal

dari bahasa arab yang berarti (orang yang sering bertaubat). Ada

perbedaan pendapat mengenai Shalat ini dikalangan para ulama. Ada yang

mengatakan bahwa Shalat awwabin dilakukan antara waktu maghrib dan

isya, sementara yang lain mengatakan Shalat awwabin adalah nama lain

dari Shalat dhuha.

Hadits terkait

"Shalatnya orang-orang awwabin (yang sering bertaubat kepada

Allah) adalah ketika anak unta merasa kepanasan" (HR. Muslim :

848)

"Tidak ada yang menjaga Shalat dhuha kecuali orang awwab (sering

bertaubat). Rasulullah bersabda: "Itu adalah Shalatnya orang-orang

yang sering bertaubat" (HR Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya:

1224, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1/313 Ath Thabarani dalam

Al-Ausath: 4322. Disahihkan Al Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi.

Dan dihasankan Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah no. 707).

Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata :" Nabi SAW keluar ke penduduk

Quba dan mereka sedang Shalat dhuha. Ia bersabda,'Shalat awwabin

(duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari)' ". (HR

Ahmad Muslim dan Tirmizy)

SHALAT SAFAR

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 47

Safar secara harfiah berarti melakukan perjalanan. Orang yang melakukan

safar disebut dengan musafir.

Safar dan Shalat

Dalam ajaran agama Islam, bagi mereka yang sedang dalam keadaan safar

(melakukan perjalanan) diberikan keringanan dalam melakukan ibadah

Shalat. Keringanan yang didapatkan antara lain:

Dapat meringkas Shalat (Qashar), yakni mengurangi jumlah raka'at

Shalat yang tadinya 4 raka'at menjadi 2 raka'at (Dzhuhur, Ashar,

Isya).

Dapat melakukan dua Shalat pada satu waktu (Jamak/digabungkan),

baik diawal (Taqdim) maupun diakhir (Takhir). Yakni pasangan

Shalat Dzuhur dengan Ashar dikerjakan di waktu dzuhur (Taqdim)

atau diwaktu Ashar (Takhir) atau pasangan Shalat isya dan maghrib

dikerjakan pada waktu Maghrib atau Isya

Shalat Jamak yaitu Shalat yg dilaksanakan dengan mengumpulkan dua

Shalat wajib dalam satu waktu, seperti Shalat Zuhur dengan Asar dan

Shalat Magrib dengan Shalat Isya (khusus dalam perjalanan)[1]. Adapun

pasangan Shalat yang bisa dijamak adalah Shalat Dzuhur dengan Ashar

atau Shalat Maghrib dengan Isya. Shalat jamak dibedakan menjadi dua

tipe yakni:

Jama' Taqdim penggabungan pelaksanaan dua Shalat dalam satu

waktu dengan cara memajukan Shalat yang belum masuk waktu ke

dalam Shalat yang telah masuk waktunya (seperti penggabungan

pelaksanaan Shalat Asar dengan Shalat Zuhur pada waktu Shalat

Zuhur atau pelaksanaan Shalat Isya dengan Shalat Magrib pada

waktu Shalat Magrib)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 48

Jama' Ta'khir penggabungan pelaksanaan dua Shalat dalam satu

waktu dengan cara mengundurkan Shalat yang sudah masuk waktu

ke dalam waktu Shalat yang berikutnya (seperti penggabungan

pelaksanaan Shalat Zuhur dengan Shalat Asar pada waktu Shalat

Asar, atau pelaksanaan Shalat Magrib dengan Shalat Isya pada

waktu Shalat Isya)

Syarat jamak takdim

1. Tertib. Apabila musafir akan melakukan jamak Shalat dengan jamak

taqdim, maka dia harus mendahulukan Shalat yang punya waktu

terlebih dahulu. Semisal musafir akan menjamak Shalat maghrib

dengan shoalt isya', maka dia harus mengerjakan Shalat maghrib

terlebih dahulu. Apabila yang dikerjakan terlebih dahulu adalah

Shalat isya', maka Shalat Shalat isya'nya tidak sah. Dan apabila dia

masih mau melakukan jamak, maka harus mengulangi Shalat

isya'nya setelah Shalat maghrib.

2. Niat jamak pada waktu Shalat yang pertama. Apabila musafir mau

melakukan Shalat jamak dengan jamak taqdim, maka diharuskan

niat jamak pada waktu pelaksanaan Shalat yang pertama. Jadi, selagi

musholli masih dalam Shalat yang pertama (asal sebelum salam),

waktu niat jamak masih ada, namun yang lebih baik, niat jamak

dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram.

3. Muwalah (bersegera). Antara kedua Shalat tidak ada selang waktu

yang dianggap lama. Apabila dalam jamak terdapat pemisah

(renggang waktu) yang dianggap lama, seperti melakukan Shalat

sunah, maka musholli tidak dapat melakukan jamak dan harus

mengakhirkan Shalat yang kedua serta mengerjakannya pada waktu

yang semestinya.

4. Masih berstatus musafir sampai selesainya Shalat yang kedua.

Orang yang menjamak Shalatnya harus berstatus musafir sampai

selesainya Shalat yang kedua. Apabila sebelum melaksanakan Shalat

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 49

yang kedua ada niatan muqim, maka musholli tidak boleh

melakukan jamak, sebab udzurnya dianggap habis dan harus

mengakhirkan Shalat yang kedua pada waktunya.[3]

Syarat jamak ta'khir

1. Niat menjamak ta'khir pada waktu shalat yang pertama. Misalnya,

jika waktu shalat zhuhur telah tiba, maka ia berniat akan

melaksanakan shalat zhuhur tersebut nanti pada waktu ashar.

2. Pada saat datangnya waktu shalat yang kedua, ia masih dalam

perjalanan. Misalnya, seseorang berniat akan melaksanakan shalat

zhuhur pada waktu ashar. Ketika waktu ashar tiba ia masih berada

dalam perjalanan. Dalam jamak ta'khir, shalat yang dijamak boleh

dikerjakan tidak menurut urutan waktunya. Misalnya shalat zhuhur

dan ashar, boleh dikerjakan zhuhur dahulu atau ashar dahulu. Di

samping itu antara shalat yang pertama dan yang kedua tidak perlu

berturut-turut (muwalat). Jadi boleh diselingi dengan perbuatan lain,

misalnya shalat sunat rawatib.

Pendapat dari Empat Mazhab Sunni:

1. Pendapat Mazhab Hanafi

o Hanafi meyakini bahwa pelaksanaan men-jama' Shalat

tidaklah memiliki kekuatan hukum, baik dalam perjalanan

ataupun tidak, dengan segala macam masalah kecuali dalam dua

kasus-Hari Arafah dan pada saat malam Muzdalifah dalam

berbagai kondisi tertentu.

2. Pendapat Mazhab Syafi'i

o Syafi'i meyakini diperbolehkannya pelaksanaan men-jama' Shalat

bagi para musafir perjalanan jauh (safar) dan saat hujan serta

salju dalam kondisi tertentu. Bagi mereka, pelaksanaan men-

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 50

jama' Shalat seharusnya tidak diperbolehkan dalam keadaan

gelap, berangin, takut atau sakit.

3. Pendapat Mazhab Maliki

o Maliki menganggap alasan untuk melaksanakan men-jama'

Shalat sebagai berikut: sakit, hujan, berlumpur, keadaan gelap

pada akhir bulan purnama dan pada Hari Arafah serta Malam

Muzdalifah untuk yang sedang melaksanakan haji dalam kondisi

tertentu.

4. Pendapat Mazhab Hambali

o Hambali memperbolehkan pelaksanaan men-jama' Shalat saat

Hari Arafah dan Malam Muzdalifah dan bagi para musafir,

pasien-pasien, ibu menyusui, wanita dengan haid berlebihan,

orang yang terus-menerus buang air kecil, orang yang tidak dapat

membersihkan dirinya sendiri, orang yang tidak dapat

membedakan waktu, dan orang yang takut kehilangan barang

kepemilikannya, kesehatannya atau reputasinya dan juga dalam

kondisi hujan, salju, dingin, berawan dan berlumpur. Mereka juga

menyebutkan beberapa kondisi lainnya.

Pendapat Perawi Hadits lainnya

1. Pendapat Ibnu Syabramah

o Ibnu Syabramah memperbolehkan pelaksanaan men-jama' Shalat

karena beberapa alasan dan bahkan tanpa kondisi khusus selama hal

tersebut tidak berubah menjadi suatu kebiasaan.

2. Pendapat Ibnu Mundzir dan Ibnu Sirin

o Ibnu Mundzir dan Ibnu Sirin, menurut Qaffal, memperbolehkan

pelaksanaan men-jama' Shalat dalam segala kondisi tanpa syarat

apapun.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 51

Dalil yang memperkuat adalah:

Dari Muadz bin Jabal: “Bahwa Rasulullah SAW pada saat perang

Tabuk, jika matahari telah condong dan belum berangkat maka

menjama’ Shalat antara Dzuhur dan Asar. Dan jika sudah dalam

perjalanan sebelum matahari condong, maka mengakhirkan Shalat

dzuhur sampai berhenti untuk Shalat Asar. Dan pada waktu Shalat

Maghrib sama juga, jika matahari telah tenggelam sebelum

berangkat maka menjama’ antara Maghrib dan ‘Isya. Tetapi jika

sudah berangkat sebelum matahari matahari tenggelam maka

mengakhirkan waktu Shalat Maghrib sampai berhenti untuk Shalat

‘Isya, kemudian menjama’ keduanya.” (HR Abu Dawud dan at-

Tirmidzi).

Mazhab Syi'ah seperti Dua Belas Imam berpendapat bahwa setiap orang

walaupun tidak dalam perjalanan jauh, berdiam di rumahnya, tidak berada

dalam keadaan sakit, dapat menjama' Shalat, baik jama' taqdim maupun

jama' ta'khir. Dalil yang memperkuat hal tersebut adalah:

Dirikanlah Shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap

malam dan (dirikanlah pula Shalat) subuh. Sesungguhnya Shalat

subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. al-Israa' [17]:78)

Dalil-dalil lain yang memperkuat hal ini ada dalam Ringkasan Shahih

Muslim, Kitab Shalat Musafir, Bab 6: Menjamak Dua Shalat ketika

Bermukim (Di Rumah, Tidak Bepergian);

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah pernah menjama' Shalat

Dzuhur dan Shalat Ashar, dan menjama' Maghrib dan Isya di

Madinah bukan karena khauf (sedang berperang) dan bukan karena

hujan."

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 52

Menurut hadits Waki', dia berkata, "Aku tanyakan kepada Ibnu

Abbas, 'Mengapa dia melakukan hal itu?" Ibnu Abbas menjawab,

'Agar dia tidak menyulitkan umatnya.'"

Menurut hadits Mu'awiyah, ditanyakan kepada Ibnu Abbas, "Apa

maksud Nabi berbuat demikian?" Dia menjawab, "Dia bermaksud

tidak menyulitkan umatnya." (Muslim 2/152

Shalat Qashar adalah melakukan Shalat dengan meringkas/mengurangi

jumlah raka'at Shalat yang bersangkutan. Shalat Qashar merupakan

keringanan yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan

perjalanan (safar). Adapun Shalat yang dapat diqashar adalah Shalat

dzhuhur, ashar dan isya, dimana raka'at yang aslinya berjumlah 4

dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.

Dalil Naqli Shalat Qashar

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah

mengapa kamu menqashar Shalat(mu), jika kamu takut diserang

orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah

musuh yang nyata bagimu.” (QS an-Nisaa’ 101)

Dari ‘Aisyah ra berkata : “Awal diwajibkan Shalat adalah dua

rakaat, kemudian ditetapkan bagi Shalat safar dan disempurnakan ( 4

rakaat) bagi Shalat hadhar (tidak safar).” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari ‘Aisyah ra berkata: “Diwajibkan Shalat 2 rakaat kemudian

Nabi hijrah, maka diwajibkan 4 rakaat dan dibiarkan Shalat safar

seperti semula (2 rakaat).” (HR Bukhari) Dalam riwayat Imam

Ahmad menambahkan : “Kecuali Maghrib, karena Maghrib adalah

Shalat witir di malam hari dan Shalat Subuh agar memanjangkan

bacaan di dua rakaat tersebut.”

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 53

Siapa Yang Diperbolehkan Shalat Qashar

Shalat qashar merupakan salah satu keringanan yang diberikan Allah.

Shalat qashar hanya boleh dilakukan oleh orang yang sedang bepergian

(musafir). Dan diperbolehkan melaksanakannya bersama Shalat Jamak

Jarak Qashar

Seorang musafir dapat mengambil rukhsoh Shalat dengan mengqashar dan

menjama’ jika telah memenuhi jarak tertentu. Beberapa hadits tentang

jarak yang diijinkan untuk melakukan Shalat qashar :

Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas

bin Malik tentang jarak Shalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah

Rasulullah SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh

dia Shalat dua rakaat.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai

penduduk Mekkah janganlah kalian mengqashar Shalat kurang dari

4 burd dari Mekah ke Asfaan.” (HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadits

mauquf)

Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata: “Qashar Shalat dalam

jarak perjalanan sehari semalam.”

Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqashar Shalat dan buka

puasa pada perjalanan menempuh jarak 4 burd yaitu 16 farsakh.

Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qashar Shalat yaitu

4 burd atau 16 farsakh. 1 farsakh = 5541 meter sehingga 16 Farsakh =

88,656 km. Dan begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas

dan Ibnu Umar. Sedangkan hadits Ibnu Syaibah menunjukkan bahwa

qashar Shalat adalah perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah perjalanan

kaki normal atau perjalanan unta normal. Dan setelah diukur ternyata

jaraknya adalah sekitar 4 burd atau 16 farsakh atau 88,656 km. Dan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 54

pendapat inilah yang diyakini mayoritas ulama seperti imam Malik, imam

asy-Syafi’i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga imam tadi.

Tentang masafah (jarak tempuh) yang seseorang dibolehkan

mengqoshor shalat, Ibnu al-Mundzir menceriterakan, bahwa ada

kurang lebih 20 pendapat ulama yang berbeda-beda tentang itu (lihat

Fathul Bari/ Juz III/ hal. 473

Lama Waktu Qashar

Jika seseorang musafir hendak masuk suatu kota atau daerah dan bertekad

tinggal disana maka dia dapat melakukan qashar dan jama’ Shalat.

Menurut pendapat imam Malik dan Asy-Syafi’i adalah 4 hari, selain hari

masuk kota dan keluar kota. Sehingga jika sudah melewati 4 hari ia harus

melakukan Shalat yang sempurna. Adapaun musafir yang tidak akan

menetap maka ia senantiasa mengqashar Shalat selagi masih dalam

keadaan safar.

Berkata Ibnul Qoyyim: “Rasulullah SAW tinggal di Tabuk 20 hari

mengqashar Shalat.” Disebutkan Ibnu Abbas dalam riwayat

Bukhari: “Rasulullah SAW melaksanakan Shalat di sebagian

safarnya 19 hari, Shalat dua rakaat. Dan kami jika safar 19 hari,

Shalat dua rakaat, tetapi jika lebih dari 19 hari, maka kami Shalat

dengan sempurna.”

Adab Shalat Qashar

Seorang musafir boleh berjamaah dengan Imam yang muqim (tidak

musafir). Begitu juga ia boleh menjadi imam bagi makmum yang muqim.

Kalau dia menjadi makmum pada imam yang muqim, maka ia harus

mengikuti imam dengan melakukan Shalat Imam (tidak mengqashar).

Tetapi kalau dia menjadi Imam maka boleh saja mengqashar Shalatnya,

dan makmum menyempurnakan rakaat Shalatnya setelah imammya salam.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 55

Untuk Musafir Yang Lebih Dari 4 Hari

Menurut Jumhur (mayoritas) ulama’ seorang musafir yang sudah

menentukan lama musafirnya lebih dari empat hari maka ia tidak boleh

mengqashar Shalatnya. Tetapi kalau waktunya empat hari atau kurang

maka ia boleh mengqasharnya. Dan jika Seseorang mengalami

ketidakpastian jumlah hari dia musafir boleh saja menjama’ dan

mengqashar Shalatnya.

Adab Shalat Sunnah Bagi Musafir

Sunah bagi musafir untuk tidak melakukan Shalat sunah rawatib (Shalat

sunah sesudah dan sebelum Shalat wajib), Kecuali Shalat witir dan

Tahajjud, karena Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu

melakukannya baik dalam keadaan musafir atau muqim. Dan begitu juga

Shalat- Shalat sunah yang ada penyebabnya seperti Shalat Tahiyatul

Masjid, Shalat gerhana, dan Shalat janazah.

SHALAT TASBIH

Shalat Tasbih merupakan Shalat Sunnah yang di dalamnya pelaku Shalat

akan membaca kalimat tasbih (kalimat "Subhanallah wal hamdu lillahi

walaa ilaaha illallahu wallahu akbar") sebanyak 300 kali (4 raka'at masing-

masing 75 kali tasbih). Shalat ini diajarkan Rasulullah SAW kepada

pamannya yakni sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib. Namun beberapa

ulama berbeda pendapat tentang hal ini.

Hikmah

Hikmah Shalat adalah dapat mencegah perbuatan keji dan kemungkaran,

tentu saja dari Shalat tasbih yang dilakukan dengan hati yang ikhlas

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 56

diharapkan akan dapat pula seseorang yang melakukannya dicegah atau

terjaga dari perbuata-perbuatan yang keji lagi mungkar.

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayat yang

menyatakan keharusan untuk melafalkan niat akan tetapi yang terpenting

adalah dengan niat hanya mengharapkan Ridho Allah Ta'ala semata

dengan hati yang ikhlas dan khusyu.

Cara Pengerjaan

Shalat tasbih dilakukan 4 raka'at (jika dikerjakan siang maka 4 raka'at

dengan sekali salam, jika malam 4 raka'at dengan dua salam )

sebagaimana Shalat biasa dengan tambahan bacaan tasbih pada saat-saat berikut:

No. Waktu Jml. Tasbih

1 Setelah pembacaan surat al fatihah dan surat pendek saat berdiri 15 kali

2 Setelah tasbih ruku' (Subhana rabiyyal adzim...) 10 Kali3 Setelah I'tidal 10 Kali4 Setelah tasbih sujud pertama (Subhana rabiyyal a'la...) 10 Kali5 Setelah duduk di antara dua sujud 10 Kali6 Setelah tasbih sujud kedua (Subhana rabiyyal a'la...) 10 Kali

7 Setelah duduk istirahat sebelum berdiri (atau sebelum salam tergantung pada raka'at keberapa) 10 Kali

Jumlah total satu raka'at 75

Jumlah total empat raka'at 4 X 75 =300 kali

Perbedaan pendapat ulama

Para ulama berbeda pendapat mengenai Shalat tasbih, berikut adalah

beberapa pendapat mereka :

Pertama: Shalat tashbih adalah mustahabbah (sunnah).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 57

Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian ulama penganut Mazhab Syafi'i.

Hadits Rasulullah SAW kepada pamannya Abbas bin Abdul Muthallib

yang berbunyi:

"Wahai Abbas pamanku, Aku ingin memberikan padamu, aku benar-benar

mencintaimu, aku ingin engkau melakukan -sepuluh sifat- jika engkau

melakukannya Allah akan mengampuni dosamu, baik yang pertama dan

terakhir, yang terdahulu dan yang baru, yang tidak sengaja maupun yang

disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang

terang-terangan. Sepuluh sifat adalah: Engkau melaksankan Shalat empat

rakaat; engkau baca dalam setiap rakaat Al-Fatihah dan surat, apabila

engkau selesai membacanya di rakaat pertama dan engkau masih berdiri,

mka ucapkanlah: Subhanallah Walhamdulillah Walaa Ilaaha Ilallah

Wallahu Akbar 15 kali, Kemudian ruku'lah dan bacalah do'a tersebut 10

kali ketika sedang ruku, kemudian sujudlah dan bacalah do'a tersebut 10

kali ketika sujud, kemudian bangkitlah dari sujud dan bacalah 10 kali

kemudian sujudlah dan bacalah 10 kali kemudian bangkitlah dari sujud

dan bacalah 10 kali. Itulah 75 kali dalam setiap rakaat, dan lakukanlah

hal tersebut pada empat rakaat. Jika engkau sanggup untuk melakukannya

satu kali dalam setiap hari, maka lakukanlah, jika tidak, maka lakukanlah

satu kali seminggu, jika tidak maka lakukanlah sebulan sekali, jika tidak

maka lakukanlah sekali dalam setahun dan jika tidak maka lakukanlah

sekali dalam seumur hidupmu" (HR Abu Daud 2/67-68)

Ibnu Ma'in. An-Nasaiy berkata: Ia tidak apa-apa. Az-Zarkasyi

berpendapat: "Hadis shahih dan bukan dhaif". Ibnu As-Sholah: "Haditsnya

adalah Hasan"

Al-Imam Bukhari rahimahulah.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 58

Siapa yang tidak kenal dia? Dia adalah penulis kitab tershahih kedua

setelah Al-Quran Al-Kariem. Namun hadits ini memang tidak terdapat di

dalam kitab shahihnya itu, melainkan dia tulis dalam kitab yang lain. Kitab

itu adalah Qiraatul Ma’mum Khalfal Imam. Di sana dia menyatakan

bahwa hadits tentang shalat tasbih di atas adalah hadits yang shahih.

Kedua: Shalat tasbih boleh dilaksanakan (boleh tapi tidak

disunnahkan).

Pendapat ini dikemukakan oleh ulama penganut Mazhab Hambali. Mereka

berkata: "Tidak ada hadits yang tsabit (kuat) dan Shalat tersebut termasuk

Fadhoilul A'maal, maka cukup berlandaskan hadits dhaif."

Ibnu Qudamah berkata: "Jika ada orang yang melakukannya maka hal

tersebut tidak mengapa, karena Shalat nawafil dan Fadhoilul A'maal tidak

disyaratkan harus dengan berlandaskan hadits shahih" (Al-Mughny 2/33)

Ketiga: Shalat tersebut tidak disyariatkan.

Imam Nawawi dalam Al-Majmu' berkata: "Perlu diteliti kembali tentang

kesunahan pelaksanaan Shalat tasbih karena haditsnya dhoif, dan adanya

perubahan susunan Shalat dalam Shalat tasbih yang berbeda dengan Shalat

biasa. Dan hal tersebut hendaklah tidak dilakukan kalau tidak ada hadits

yang menjelaskannya. Dan hadits yang menjelaskan Shalat tasbih tidak

kuat".

Ibnu Qudamah menukil riwayat dari Imam Ahmad bahwa tidak ada hadis

shahih yang menjelaskan hal tersebut. Ibnul Jauzi mengatakan bahwa

hadits-hadits yang berkaitan dengan Shalat tasbih termasuk maudhu`. Ibnu

Hajar berkata dalam At-Talkhis bahwa yang benar adalah seluruh riwayat

hadits adalah dhaif meskipun hadits Ibnu Abbas mendekati syarat hasan,

akan tetapi hadits itu syadz karena hanya diriwayatkan oleh satu orang

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 59

rawi dan tidak ada hadits lain yang menguatkannya. Dan juga Shalat

tasbih berbeda gerakannya dengan Shalat-Shalat yang lain.

Dalam kitab-kitab fiqih mazhab Hanafiyah dan Malikiyah tidak pernah

disebutkan perihal Shalat tasbih ini kecuali dalam Talkhis Al-Habir dari

Ibnul Arabi bahwa dia berpendapat tidak ada hadits shahih maupun hasan

yang menjelaskan tentang Shalat tasbih ini.

SHALAT GERHANA

Shalat Gerhana atau Shalat kusufain adalah Shalat yang dilakukan saat

terjadi gerhana bulan maupun matahari. Shalat yang dilakukan saat

gerhana bulan disebut dengan Shalat khusuf sedangkan saat gerhana

Matahari disebut dengan Shalat kusuf.

Latar belakang

Hadis yang mendasari dilakukannya Shalat gerhana ialah:

"Telah terjadi gerhana Matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah

terjadi gerhana Matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka

bersabdalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam "Bahwasanya

Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran

Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya.

Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau

lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka

hendaklah kamu Shalat dan berdoa sehingga selesai gerhana." (HR.

Bukhari & Muslim).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 60

Niat Shalat

Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan

di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah

Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya,

apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu

Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini

gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

Tata Cara

Shalat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali rukuk yaitu pada rakaat

pertama, setelah rukuk dan Iktidal membaca Al Fatihah lagi kemudian

rukuk dan iktidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula

pada rakaat kedua. Bacaan Al-Fatihah pada Shalat gerhana bulan

dinyaringkan sedangkan pada gerhana Matahari tidak. Dalam membaca

surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang.

Hukum Shalat gerhana adalah sunnat muakkad berdasarkan hadis Aisyah

Radhiallaahu anha. Nabi dan para shahabat melakukan di masjid dengan

tanpa adzan dan ikamah.

Tata cara Shalat gerhana adalah sebagai berikut:

1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau Matahari terlebih

dahulu. (Sebagai panduan lihat di rubrik IPTEK)

2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.

3. Sebelum Shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,

”Ash-shalatu jaami’ah.”

4. Niat melakukan Shalat gerhana Matahari (kusufisy-syams) atau

gerhana bulan (khusufil-qamar), menjadi imam atau ma’mum.

اماما / / القمر لخسوف مس الش لكسوف ة سن ي أصلتعالى لله مأموما

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 61

5. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.

6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.

7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan

surah kembali

8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada

surah kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama

lebih panjang daripada surat kedua.

Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman

(55), lalu rakaat kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (67)

9. Setelah Shalat disunahkan untuk berkhutbah.

Menurut Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa, panduan singkat mengenai

Shalat gerhana caranya adalah ada tiga cara :

1. yang termudah adalah dengan dua rakaat sebagaimana Shalat subuh.

2. dua rakaat, dan setiap rakaat adalah dengan dua rukuk dan dua kali

qiyam, urutannya adalah :

Takbiratul ihram, lalu Qiyam, fatihah, surah, rukuk, lalu Qiyam lagi,

fatihah surat, rukuk, lalu iktidal, lalu sujud, duduk sujud. lalu bangkit

ke rakaat kedua dengan hal yang sama.

3. dua rakaat sebagaimana poin kedua diatas, namun dipanjangkan, lalu

diakhiri dengan dua khutbah selepas Shalat.[2]

Tujuan Shalat

Tujuan dari Shalat ini adalah ibadah karena sebab terjadinya fenomena

alam berupa gerhana yang jarang terjadi. Shalat gerhana ini dilaksanakan

sejak jaman nabi.

Tradisi Berbeda

Tradisi berbeda terjadi di daerah, di Banda Aceh saat gerhana bulan

sedang berlangsung antara pukul 18.57 WIB hingga pukul 19.02 WIB,

semua masjid di Banda Aceh langsung melantunkan azan. Kumandang

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 62

azan diulang-ulang sampai beberapa kali. Kumandang azan mulai

terdengar di setiap masjid di Banda Aceh sekitar pukul 18.50 WIB hingga

pukul 19.00 WIB.Tradisi lainnya di beberapa di Jawa Timur, sebagian

masyarakat menyambutnya (selain Shalat gerhana) adalah dengan

memukul-mukul tanaman dengan sapu lidi. Alasannya agar tanaman

tumbuh subur. Anak-anak yang masih kecil juga dipukul-pukul ringan

dengan sapu lidi, alasannya agar pandai. Tidak diketahui siapa yang

memulai tradisi ini. Tetapi tradisi semacam ini sudah mulai tidak

dilakukan.Abdur rokib 5 April 2015 13.34

Gerhana Warna Merah

Gerhana yang terjadi kemarin berbeda dengan sebelumnya. Perbedaan ini

nampak dari warna merah pada obyek bulan. Menanggapi masalah ini,

Panitia Planetarium Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Cecep

Nurwendaya, Sabtu (4/4/2015) mengatakan bahwa pada saat gerhana

bulan total terjadi, bulan memancarkan warna merah merupakan tanda

semakin buruknya polusi di wilayah tersebut.[4]

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 63

10 MACAM PUASA SUNNAHBESERTA KEUTAMAANNYA

Allah Ta’ala telah berfirman :

''Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya

shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan

shaum itu adalah benteng (dari api neraka), maka apabila suatu hari

seorang dari kalian sedang melaksanakan shaum, maka janganlah dia

berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang

menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia

mengatakan ‘Aku orang yang sedang shaum’. Dan demi Zat yang jiwa

Muhammad berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang

shaum lebih harum di sisi Allah Ta’ala dari pada harumnya minyak misik.

Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang

dia akan bergembira dengan keduanya: Apabila berbuka dia bergembira

dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah

shaumnya itu''. (HR. Al-Bukhari no. 1771 dan Muslim no. 1151)

KEUTAMAAN PUASA

ENAM HARI DI BULAN SYAWAL

Tidak diragukan lagi bahwasanya dalam syariat Islam, selain puasa wajib

di bulan Ramadhan, kaum muslim pun diperintahkan untuk menjalankan

ibadah puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunah ini

memiliki banyak keutamaan,sebagaimana yang diterangkan dalam hadits

Qudsi, Allah Swt berfirman:

"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa)

adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)."

Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 64

berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di

sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi .

Salah satu keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal - Puasa Enam

hari di bulan Syawal memiliki dalil yang shahih.

“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia

mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan

Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang

berpuasa selama satu tahun. 

Sebagian orang meragukan hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal,

akan tetapi keraguan itu terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits.

Perhatikan ungkapan Syeikh Abdullah bin Abdulal- Bassam berikut.

“Hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal merupakan hadits yang

shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain

hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa Enam hari di bulan

Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.” Oleh karena

itulah Hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal ini tergolong hadits

mutawatir.

Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh

dilaksanakan mulai tanggal dua Syawal. Apabila melaksanakan puasa

sunah Enam hari ini pada tanggal satu  Syawal maka hukumnya tidak sah

dan haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia

berkata,

“Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri

dan idul adha.(maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan

Dzulhijjah .  

Praktik berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan

Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 65

Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal,

boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih

di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat

Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.

Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu

dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang

disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.

Demikian saja sekilas tentang Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal.

Ingat, tidak ada lagi hari raya selain Idul Fitri dan Idul Adha, jadi pembaca

setelah melaksanakan puasa Enam hari di bulan Syawal tak usah lagi

merayakannya dan mengucapkan selamat hari raya.

Diantara keutamaan shoum enam hari dibulan syawal adalah:1.  Maka nilai puasanya setahun penuh

2.  Dicintai Allah dan meraih ampunan dosa (QS 3:31)

3.  Meraih syafaat Rasulullah dan bersama beliau karena menghidupkan

sunnah   beliau,   "Siapa yang menghidupkan sunnahku maka sunggh ia

mencintaiku dan siapa yang mencintaiku bersamaku di Syurga"

4.  Tanda meningkat iman dan taqwanya karena itulah disebut "Syawal" bulan peningkatan

5.   Menutupi kekurangan selama shoum Romadhon

6.  Diantara tanda ikhlas, gemar dengan amal sunnah, kalau wajib ya kewajiban    tetapi kalau sunnah   adalah kerelaan seorang hamba mengabdi kepada Allah

7.  Cara terbaik memupuk keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada NabiNya

8.  Hamba Allah yang beriman cerdas adalah semua sunnah dihidupkan sebagai bekal di akhirat kelak.

Puasa syawal bisa dengan dua cara, boleh berturut-turut enam hari

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 66

setelah Idul Fitri atau puasa enam hari selama di bulan Syawal.  Bagi muslimat yang berhutang lebih utama bayar puasa dulu.

10 KEUTAMAAN SEPULUH HARI

PERTAMA BULAN DZULHIJJAH

10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah - Hari ini

kemungkinan besar adalah hari terakhir bulan Dzulqa'dah 1432 H. Esuk

hari, Jum'at (28/10) diprediksi oleh NU dan Muhammadiyah sebagai

tanggal 1 Dzulhijjah 1432 H, yang berarti 10 Dzulhijjah 1432 H jatuh pada

tanggal 6 Nopember 2011. Untuk memastikan, nanti malam Kementerian

Agama akan menggelar sidang itsbat guna menetapkan tanggal 1

Dzulhijjah 1432 H tersebut.

Dzulhijjah merupakan salah satu bulan istimewa dalam Islam. Terutama,

pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah itu. Setidaknya, ada 10

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah sebagai berikut :

1. Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang

mulia dan barakah

Keutamaan pertama dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, bahwa waktu itu adalah waktu yang mulia dan barakah.

Bukti kemuliaan ini adalah sumpah Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an al-

Karim.

Demi fajar, dan malam yang sepuluh (QS. Al-Fajr: 1-2)

“Wa layaalin ‘asr (dan malam yang sepuluh)," kata Imam al-Thabari

dalam tafsirnya,"adalah adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah

berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli tafsir.”

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 67

Ibnu Katsir juga menjelaskan hal yang sama dalam tafsir Qur'anil adhim.

“Dan malam-malam yang sepuluh," tulisnya, "adalah sepuluh (hari

pertama) Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu

Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan khalaf.”

2. Amal pada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah paling dicintai

Allah

Keutamaan kedua dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, bahwa amal di waktu itu paling dicintai Allah Ta'ala.

هذه من ه الل إلى أحب فيها الصالح العمل ام أي من ما

في الجهاد وال ه الل رسول يا قالوا العشر ام أي يعني ام األي

خرج رجل إال ه الل سبيل في الجهاد وال قال ه الل سبيل

بشيء ذلك من يرجع فلم وماله بنفسه

“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal

shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul

Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi

shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah,

kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak

ada yang kembali satupun." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

3. Haji dilakukan dalam waktu itu

Keutamaan ketiga dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, bahwa di waktu itulah disyariatkan Ibadah haji yang

merupakan rukun Islam kelima.

4. Di dalamnya ada hari Arafah

Keutamaan keempat dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, pada waktu itu ada hari Arafah, yaitu jatuh pada tanggal

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 68

9 Dzulhijjah. Pada hari itu jama'ah haji diwajibkan melakukan wukuf yang

merupakan puncak ibadah haji. Sedangkan bagi umat Islam yang tidak

sedang menjalankan ibadah haji disunnah melakukan puasa arafah yang

keutamaannya dapat menghapus dosa selama dua tahun.

الماضية نة الس يكفر فقال عرفة يوم صوم عن سئل

والباقية

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau

menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun

berikutnya.” (HR. Muslim)

5. Pahala Amal di Hari-hari itu dilipatgandakan

Keutamaan kelima dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, amal-amal pada hari itu dilipatgandakan pahalanya,

baik amal di siang hari maupun amal di malam hari.

ذى عشر من فيها له د يتعب أن ه الل إلى أحب ام أي من ما

ليلة كل وقيام سنة بصيام منها يوم كل صيام يعدل الحجة

القدر ليلة بقيام منها

Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah

sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang

harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam

harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul

qadar. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)

Tentu saja, ada pengecualian untuk puasa pada tanggal 10 Dzulhijjah

karena pada hari itu diharamkan berpuasa.

6. Keistimewaan membaca tahlil, takbir dan tahmid

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 69

Keutamaan keenam dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, istimewanya waktu itu untuk membaca tahlil, takbir

dan tahmid sehingga Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk

memperbanyaknya.

فيهن العمل من إليه أحب وال ه الل عند أعظم ام أي من ما

كبير والت هليل الت من فيهن فأكثروا العشر ام األي هذه من

حميد والت

Tidak ada hari-ahri yang dianggap lebih agung oleh Allah SWT dan lebih

disukai untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana hari

pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah ini. Karenanya, perbanyaklah pada

hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid. (HR. Ahmad)

7. Di dalamnya ada Idul Adha

Keutamaan ketujuh dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, pada akhir waktu itu yaitu tanggal 10 Dzulhijjah adalah

Hari raya Idul Adha yang merupakan hari yang sangat istimewa bagi umat

Islam.

8. Di dalamnya disyariatkan ibadah udhiyah (berkurban)

Keutamaan kedelapan dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah, disyariatkannya ibadah udhiyah. Yaitu menyembelih

kurban -baik unta, sapi atau kambing- yang dimulai pada tanggal 10

Dzulhijjah itu.

9. Disyariatkannya Takbir Muthlaq

Keutamaan kesembilan dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah disyariatkannya takbir muthlaq (setiap saat) dan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 70

muqayyad (setelah shalat fardhu). Kesempatan bertakbir ini jauh lebih

panjang daripada Idul Fitri.

Ibnu Taimiyah dalam majmu' Fatawa menjelaskan, "Hendaklah takbir

dilakukan mulai dari waktu fajar hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq

( tanggal 11,12,13 Dzulhijjah), dilakukan setiap selesai mengerjakan

shalat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk mengeraskan suara dalam

bertakbir ketika keluar untuk shalat Id. Ini merupakan kesepakatan para

imam yang empat".

10. Berkumpulnya Induk-induk Ibadah

Keutamaan kesepuluh dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan

Dzulhijjah adalah berkumpulnya induk-induk ibadah pada waktu itu.

Sebab inilah yang menjadikan 10 hari pertama bulan Dzhulhijjah begitu

istimewa.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang

menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena

padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa,

sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang

lain.”

Demikian 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah. Semoga

kita termasuk orang yang mendapatkan keutamaan-keutamaan itu,

termasuk pada bulan Dzulhijjah 1432 H ini. [Bersama Dakwah]

KEUTAMAAN PUASA HARI ARAFAH,HARI SEBELUM IDUL ADHA

Hari ‘Arafah ialah hari sembilan Zulhijjah. Ia adalah hari terbaik

sepanjang tahun kerana Nabi s.a.w. bersabda; “Tidak ada hari yang paling

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 71

banyak Allah membebaskan hambanya pada hari tersebut dari neraka

dari hari ‘Arafah” (Riwayat Imam Muslim).

Adapun disunatkan berpuasa pada hari tersebut, dalilnya ialah; hadis dari

Abu Qatadah r.a. yang menceritakan; Nabi s.a.w. ditanya tentang puasa

hari ’Arafah. Baginda bersabda; “(Puasa hari itu) dapat menghapus dosa

tahun lalu dan yang akan datang” (Riwayat Imam Muslim).

Keutamaan Hari Arafah

Hari Arafah merupakan hari yang mempunyai kelebihan tersendiri. Jika

para jemaah haji diwajibkan berada di padang Arafah untuk wuquf di

sana, kita yang tidak berkesempatan untuk menunaikan haji dianjurkan

untuk berpuasa pada hari ini. Kedatangannya setahun sekali ini janganlah

disia-siakan. Kita juga dianjurkan untuk berzikir dan berdoa kepada Allah

pada hari ini. Di sini dipetik beberapa buah hadis untuk renungan kita

bersama.

Adapun tentang fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9

Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:

ومستقبلة ماضية سنتين يكفر عرفة يوم صوم

ماضية سنة يكفر عاشوراء وصومPuasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang

akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun

yang telah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)

Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W telah ditanya

mengenai puasa hari Arafah? maka jawab Rasulullah S.A.W yang artinya :

Dikaffarah(ampun dosa) setahun lalu dan setahun akan datang.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 72

Selain itu, memang pada hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah

adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah seperti puasa.

Abnu Abbas RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:

Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih

disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada

sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya

Rasulallah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau

jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya

dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau

menjadi syahid. (HR Bukhari)

Puasa Arafah dan Tarwiyah sangat dianjurkan bagi yang tidak

menjalankan ibadah haji di tanah suci. Adapun teknis pelaksanaannya

mirip dengan puasa Ramadhan.

Bagi kaum Muslimin yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan juga

disarankan untuk mengerjakannya pada hari Arafah ini, atau hari-hari lain

yang disunnahkan untuk berpuasa. Maka ia akan mendapatkan dua pahala

sekaligus, yakni pahala puasa wajib (qadha puasa Ramadhan) dan pahala

puasa sunnah. :

كان إن الواجب ينوي أن التطوع لمريد األفضل أن يعلمعليه ما له ليحصل طوع فالت وإال عليه

Diketahui bahwa bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia

juga berniat melakukan puasa wajib jika memang ia mempunyai

tanggungan puasa, tapi jika ia tidak mempunyai tanggungan (atau jika ia

ragu-ragu apakah punya tanggungan atau tidak) ia cukup berniat puasa

sunnah saja, maka ia akan memperoleh apa yang diniatkannya.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 73

Puasa Arafah Sunah bagi yang tidak melaksankan Ibadah Haji

Puasa hari ‘Arafah ialah puasa sunat pada hari kesembilan Dzulhijjah yang

disunatkan bagi mereka yang tidak melakukan ibadah haji. Kelebihan

berpuasa pada hari ini ialah ia dapat menghapuskan dosa-dosa setahun

yang telah lalu dan dosa setahun yang akan datang, sebagaimana hadith

yang telah diriwayatkan daripada Abu Qatadah al-Anshari ra:

Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari ‘Arafah. Maka

Baginda bersabda: “Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun

yang akan datang.” (Hadith Riwayat Imam Muslim)

Manakala bagi mereka yang melakukan ibadah haji pula adalah disunatkan

untuk tidak berpuasa pada hari ‘Arafah dan adalah menyalahi perkara

yang utama jika mereka berpuasa juga pada hari itu berdasarkan apa yang

diriwayatkan dari Ummu al-Fadhl binti al-Harith:

Ramai di kalangan sahabat Rasulullah SAW yang ragu-ragu tentang

berpuasa pada hari ‘Arafah sedangkan kami berada di sana bersama

Rasulullah SAW, lalu aku membawa kepada Baginda satu bekas yang

berisi susu sewaktu Baginda berada di ‘Arafah lantas Baginda

meminumnya. (Hadith Riwayat Imam Muslim)

Juga daripada hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:

Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada Hari ‘Arafah

bagi mereka yang berada di ‘Arafah. (Hadith Riwayat Abu Dawud dan

an-Nasa’ie; at-Thabrani dari Aisyah rha) [al-Imam as-Syaf’ie rh

berpendapat; “Disunatkan puasa pada hari ‘Arafah bg mereka yang tidak

mengerjakan ibadah haji. Adapun bg yang mengerjakan ibadah haji,

adalah lebih baik untuknya berbuka agar ia kuat berdoa di ‘Arafah.” Dari

pendapat Imam Ahmad rh pula; “Jika ia sanggup berpuasa maka boleh

berpuasa, tetapi jika tidak hendaklah ia berbuka, sbb hari ‘Arafah

memerlukan kekuatan (tenaga).” Begitu juga dengan para sahabat yang

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 74

lain, lebih ramai yang cenderung untuk tidak berpuasa pada hari ‘Arafah

ketika mengerjakan ibadah haji]

Disunatkan juga berpuasa pada hari ke 8 Dzulhijjah di samping berpuasa

pada hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah) sebagai langkah berhati-hati yang mana

kemungkinan pada hari ke 8 Dzulhijjah itu adalah hari yang ke 9

Dzulhijjah (Hari ‘Arafah). Bahkan adalah disunatkan berpuasa lapan hari,

iaitu dari hari yang pertama bulan Dzulhijjah hingga ke hari yang kelapan

sama ada bagi orang yang mengerjakan haji atau tidak mengerjakan haji,

bersama-sama dengan hari ‘Arafah.

Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra: Rasulullah SAW bersabda: “Tiada amal

yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih disukai

daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama dalam bln Dzulhijjah).”

(Hadith Riwayat al-Bukhari)

Dalam hadith yang lain yang diriwayatkan dari Hunaidah bin Khalid, dari

isterinya, dari beberapa isteri Nabi SAW: Sesungguhnya Rasulullah SAW

melakukan puasa sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah, di hari ‘Asyura

dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari

Khamis yang berikutnya. (Hadith Riwayat Imam Ahmad dan an-Nasa’ie)

Adapun berpuasa pada hari Aidiladha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik

(11, 12 dan 13 Dzulhijjah) adalah diharamkan berdasarkan hadith yang

diriwayatkan dari Umar ra:

Bahawasanya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari, iaitu

‘Eid al-Adha dan ‘Eid al-Fitr. (Hadith Riwayat Imam Muslim, Ahmad, an-

Nasa’ie, Abu Dawud)

Serta hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Rasulullah SAW

telah mengirimkan Abdullah Ibn Huzhaqah untuk mengumumkan di

Mina: “Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari ini (hari tasyrik). Ia adalah

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 75

hari untuk makan dan minum serta mengingati Allah.” (Hadith Riwayat

Imam Ahmad, sanadnya hasan) [Ulama Syafi’iyyah membenarkan untuk

berpuasa pada hari tasyrik hanya untuk keadaan tertentu seperti

bersumpah, qadha puasa di bulan Ramadhan serta puasa kifarah (denda).

Puasa tanpa sebab tertentu pada hari-hari ini (puasa sunat) adalah

BULAN MUHARRAM

DAN PUASA MUHARRAM

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Bulan ini

disebut oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai

Syahrullah (Bulan Allah). Tentunya, bulan ini memilki keutamaan yang

sangat besar.

Di zaman dahulu sebelum datangnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi

wa sallam bulan ini bukanlah dinamakan bulan Al-Muharram, tetapi

dinamakan bulan Shafar Al-Awwal, sedangkan bulan Shafar dinamakan

Shafar Ats-Tsani. Setelah datangnya Islam kemudian Bulan ini dinamakan

Al-Muharram.1

Al-Muharram di dalam bahasa Arab artinya adalah waktu yang

diharamkan. Untuk apa? Untuk menzalimi diri-diri kita dan berbuat dosa.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يوم} ه الل كتاب في شهرا عشر اثنا ه الل عند هور الش عدة إن

فال م القي الدين ذلك حرم أربعة منها واألرض ماوات الس خلق

أنفسكم { فيهن تظلمواSunah-Sunah Rasulullah SAW 76

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan,

dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di

antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,

maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS

At-Taubah: 36)

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda:

متواليات((… ثالثة حرم أربعة منها شهرا عشر اثنا نة الس

بين ذي ال مضر ورجب م والمحر الحجة وذو القعدة ذو

((. وشعبان جمادى

“Setahun terdiri dari dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan

haram, tiga berurutan, yaitu: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Al-

Muharram, serta RajabMudhar yang terletak antara Jumada dan

Sya’ban. “

Pada ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

أنفسكم} { فيهن تظلموا فال

“Janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian di dalamnya”, karena

berbuat dosa pada bulan-bulan haram ini lebih berbahaya daripada di

bulan-bulan lainnya. Qatadah rahimahullah pernah berkata:

من إ( ووزرا خطيئة أعظم الحرم األشهر في الظلم ن

عظيما، حال كل على الظلم كان وإن سواها، فيما الظلم

(. يشاء ما أمره من يعظم الله ولكن

“Sesungguhnya berbuat kezaliman pada bulan-bulan haram lebih besar

kesalahan dan dosanya daripada berbuat kezaliman di selain bulan-bulan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 77

tersebut. Meskipun berbuat zalim pada setiap keadaan bernilai besar, tetapi

Allah membesarkan segala urusannya sesuai apa yang dikehendaki-Nya.”3

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:

فيهن(… الذنب وجعل حرماتهن م وعظ حرما فجعلهن

(. أعظم واألجر الصالح والعمل أعظم،

“…Kemudian Allah menjadikannya bulan-bulan haram, membesarkan

hal-hal yang diharamkan di dalamnya dan menjadikan perbuatan dosa di

dalamnya lebih besar dan menjadikan amalan soleh dan pahala juga lebih

besar.”

Haramkah berperang di bulan-bulan haram?

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Jumhur ulama memandang

bahwa larangan berperang pada bulan-bulan ini telah di-naskh

(dihapuskan), karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

حيث} المشركين فاقتلوا الحرم األشهر انسلخ فإذا

موهم { وجدت

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka Bunuhlah orang-

orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” (QS At-Taubah:

5)

Sebagian ulama mengatakan bahwa larangan berperang pada bulan-bulan

tersebut, tidak dihapuskan dan sampai sekarang masih berlaku. Sebagian

ulama yang lain mengatakan bahwa tidak boleh memulai peperangan pada

bulan-bulan ini, tetapi jika perang tersebut dimulai sebelum bulan-bulan

haram dan masih berlangsung pada bulan-bulan haram, maka hal tersebut

diperbolehkan.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 78

Pendapat yang tampaknya lebih kuat adalah pendapat jumhur ulama.

Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi penduduk

Thaif pada bulan Dzul-Qa’dah pada peperangan Hunain.

Keutamaan Berpuasa di Bulan Muharram

Hadits di atas menunjukkan disunnahkannya berpuasa selama sebulan

penuh di bulan Muharram atau sebagian besar bulan Muharram. Jika

demikian, mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak

berpuasa sebanyak puasa beliau di bulan Sya’ban? Para ulama

memberikan penjelasan, bahwa kemungkinan besar Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam tidak mengetahui keutamaan bulan Muharram tersebut

kecuali di akhir umurnya atau karena pada saat itu, Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam memiliki banyak udzur seperti: safar, sakit atau yang

lainnya.

Keutamaan Berpuasa di Hari ‘Asyura (10 Muharram)

Di bulan Muharram, berpuasa ‘Asyura tanggal 10 Muharram sangat

ditekankan, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نة(… الس يكفر أن ه الل على أحتسب عاشوراء يوم وصيام

((. قبله تي Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah… “ال

agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu”.

Ternyata puasa ‘Asyura’ adalah puasa yang telah dikenal oleh orang-orang

Quraisy sebelum datangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka juga berpuasa pada hari tersebut. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha

berkata:

وكان( ، ة الجاهلي في قريش تصومه عاشوراء يوم كان

قدم فلما يصومه وسلم عليه الله صلى الله رسول

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 79

يوم ترك رمضان فرض فلما بصيامه وأمر صامه المدينة

(. تركه شاء ومن ، صامه شاء فمن عاشوراء

“Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa

Jahiliyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya.

Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh

orang-orang untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau

meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan

berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”

Keutamaan Berpuasa Sehari Sebelumnya

Selain berpuasa di hari ‘Asyura disukai untuk berpuasa pada tanggal 9

Muharram, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah

berkeinginan, jika seandainya tahun depan beliau hidup, beliau akan

berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Tetapi ternyata Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat pada tahun tersebut.

: – – صام حين يقول عنهما الله رضى اس عب بن ه الل عبد

- - وأمر عاشوراء يوم وسلم عليه الله صلى ه الل رسول

. صارى, والن اليهود مه تعظ يوم ه إن ه الل رسول يا قالوا بصيامه

) :- - العام كان فإذا وسلم عليه الله صلى الله رسول فقال

: (. – – يأت فلم قال اسع الت اليوم صمنا ه الل شاء إن المقبل

.- وسلم - عليه الله صلى ه الل رسول توفى ى حت المقبل العام

 Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma

bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk

berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini

adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 80

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun

depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’

Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”

Banyak ulama mengatakan bahwa disunnahkan juga berpuasa sesudahnya

yaitu tanggal 11 Muharram. Di antara mereka ada yang berdalil dengan

hadits Ibnu ‘Abbas berikut:

يوما( قبله صوموا ، اليهود فيه وخالفوا عاشوراء يوم صوموا

(. يوما بعده أو

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang

Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.”

Akan tetapi hadits ini lemah dari segi sanadnya (jalur periwayatan

haditsnya).

Meskipun demikian, bukan berarti jika seseorang ingin berpuasa tanggal

11 Muharram hal tersebut terlarang. Tentu tidak, karena puasa tanggal 11

Muharram termasuk puasa di bulan Muharram dan hal tersebut

disunnahkan.

Sebagian ulama juga memberikan alasan, jika berpuasa pada tanggal 11

Muharram dan 9 Muharram, maka hal tersebut dapat menghilangkan

keraguan tentang bertepatan atau tidakkah hari ‘Asyura (10 Muharram)

yang dia puasai tersebut, karena bisa saja penentuan masuk atau tidaknya

bulan Muharram tidak tepat. Apalagi untuk saat sekarang, banyak manusia

tergantung dengan ilmu astronomi dalam penentuan awal bulan, kecuali

pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul-Hijjah.

Tingkatan berpuasa ‘Asyura yang disebutkan oleh para ahli fiqh

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 81

Para ulama membuat beberapa tingkatan dalam berpuasa di hari ‘Asyura

ini, sebagai berikut:

1. Tingkatan pertama: Berpuasa pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram.

2. Tingkatan kedua: Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

3. Tingkatan ketiga: Berpuasa pada tanggal 10 dan 11 Muharram.

4. Tingkatan keempat: Berpuasa hanya pada tanggal 10 Muharram.

Sebagian ulama mengatakan makruhnya berpuasa hanya pada tanggal 10

Muharram, karena hal tersebut mendekati penyerupaan dengan orang-

orang Yahudi. Yang berpendapat demikian di antaranya adalah: Ibnu

‘Abbas, Imam Ahmad dan sebagian madzhab Abi Hanifah.

Allahu a’lam, pendapat yang kuat tidak mengapa berpuasa hanya pada

tanggal 10 Muharram, karena seperti itulah yang dilakukan oleh

Rasulullah selama beliau hidup.

Hari ‘Asyura, Hari Bergembira atau Hari Bersedih?

Kaum muslimin mengerjakan puasa sunnah pada hari ini. Sedangkan

banyak di kalangan manusia, memperingati hari ini dengan kesedihan dan

ada juga yang memperingati hari ini dengan bergembira dengan

berlapang-lapang dalam menyediakan makanan dan lainnya.

Kedua hal tersebut salah. Orang-orang yang memperingatinya dengan

kesedihan, maka orang tersebut laiknya aliran Syi’ah yang memperingati

hari wafatnya Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam. Husain radhiallahu ‘anhu terbunuh di Karbala’ oleh

orang-orang yang mengaku mendukungnya. Kemudian orang-orang

Syi’ah pun menjadikannya sebagai hari penyesalan dan kesedihan atas

meninggalnya Husain.

Di Iran, yaitu pusat penyebaran Syi’ah saat ini, merupakan suatu

pemandangan yang wajar, kaum lelaki melukai kepala-kepala dengan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 82

pisau mereka hingga mengucurkan darah, begitu pula dengan kaum wanita

mereka melukai punggung-punggung mereka dengan benda-benda tajam.

Begitu pula menjadi pemandangan yang wajar mereka menangis dan

memukul wajah mereka, sebagai lambang kesedihan mereka atas

terbunuhnya Husain radhiallahu ‘anhu.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

- الله صلى بي الن قال قال عنه الله رضي الله عبد عن

) :- الجيوب وشق الخدود لطم من ا من ليس م وسل عليه

(. ة الجاهلي بدعوى ودعا

“Bukan termasuk golonganku orang yang menampar-nampar pipinya,

merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti teriakan orang-orang di

masa Jahiliyah.”

Kalau dipikir, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama di hari

meninggalnya ‘Ali bin Abi Thalib, Padahal beliau juga wafat terbunuh?

Di antara manusia juga ada yang memperingatinya dengan bergembira.

Mereka sengaja memasak dan menyediakan makanan lebih, memberikan

nafkah lebih dan bergembira layaknya ‘idul-fithri.

Mereka berdalil dengan hadits lemah:

سعة( في يزل لم عاشوراء يوم عياله على ع وس من

(. سنته سائر

“Barang siapa yang berlapang-lapang kepada keluarganya di hari

‘Asyura’, maka Allah akan melapangkannya sepanjang tahun tersebut.”

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 83

Dan perlu diketahui merayakan hari ‘Asyura’ dengan seperti ini adalah

bentuk penyerupaan dengan orang-orang Yahudi. Mereka bergembira

pada hari ini dan menjadikannya sebagai hari raya.

Demikianlah sedikit pembahasan tentang bulan Muharram dan keutamaan

berpuasa di dalamnya. Mudahan kita bisa mengawali tahun baru Islam ini

dengan ketaatan. Dan Mudahan tulisan ini bermanfaat. Amin.

Keutamaan Puasa Asyura

Apa saja keutamaan puasa Asyura? Puasa Asyura ini dilakukan pada hari

kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari

kesembilan.

Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu

sehingga semangat melakukan puasa tersebut.

1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وأفضل م المحر ه الل شهر رمضان بعد الصيام أفضل

يل الل صالة الفريضة بعد الصالة

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada

bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah

shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).

Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan

kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori

mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan

Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam Nawawi rahimahullah

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 84

berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk

berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.

Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara

umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.

2- Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu

Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,

« الماضية نة الس يكفر فقال عرفة يوم صوم عن وسئل

« .» فقال عاشوراء يوم صوم عن وسئل قال والباقية

الماضية نة الس يكفر

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa

Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun

yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai

keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan

menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa

di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau penerangkan masalah

pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan

dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan

tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih Muslim,

8: 46.

Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap

dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al

Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501

3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari

kesembilan (tasu’ah)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 85

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu

’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum

muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,

. صارى والن اليهود مه تعظ يوم ه إن ه الل رسول يا

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan

Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,

اسع – – الت اليوم صمنا ه الل شاء إن المقبل العام كان فإذا

“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita

akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,

الله صلى ه الل رسول توفى ى حت المقبل العام يأت فلم

.- وسلم عليه

“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah

keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)

Kenapa sebaiknya menambahkan dengan hari kesembilan untuk berpuasa?

Kata Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berkata bahwa maksudnya

adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10

Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits di atas. Lihat Syarh

Shahih Muslim, 8: 14.

Tahun ini (1436 H), tanggal 9 dan 10 Muharram jatuh pada hari Ahad dan

Senin (2 dan 3 November 2014). Semoga kita bisa menjalaninya dan

jangan lupa sampaikan pada istri, anak, kerabat dan rekan-rekan muslim

lainnya.

ANJURAN PUASA SYA’BAN

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 86

Bulan Sya’ban memiliki beberapa keutamaan di antaranya bulan tersebut

adalah persiapan menjelang puasa Ramadhan. Di antara amalan yang

utama di bulan ini adalah melakukan puasa sunnah Sya’ban. Yang

dianjurkan adalah memperbanyak puasa pada bulan tersebut dan harinya

pun bebas memilih sesuai kemampuan.

Keutamaan Bulan Sya’ban

Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku

tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya

selain di bulan Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

شهر وهو ورمضان رجب بين عنه اس الن يغفل شهر ذلك

عملي يرفع أن فأحب العالمين رب إلى األعمال فيه ترفعصائم وأنا

“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara

bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya

berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku

amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An

Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil

mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai.

Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)

Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan

puasa. Bahkan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa

ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di

bulan Ramadhan.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 87

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami

katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami

katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali

melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara

sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak

pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di

bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan

yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970

dan Muslim no. 1156)

Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

قليال إال شعبان يصوم كان ه كل شعبان يصوم .كان

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban

seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR.

Muslim no. 1156)

Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa

sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan

berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al

Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa

berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban

kullahu)?

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 88

Asy Syaukani mengatakan,  “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan

dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu”

(seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya,

sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau

mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada

kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada

seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban

adalah berpuasa di mayoritas harinya.

Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di

bulan Sya’ban?

An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa

sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain

Ramadhan adalah wajib. ”(Syarh Muslim, 4/161)

Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak

berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat

ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).

Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan

karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah

puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa

Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa

menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al

Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)

Hikmah di Balik Puasa Sya’ban

1. Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah

terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan

Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 89

Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa

ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-

orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-,

maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu

Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang

masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar

adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”

2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya

sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga

beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban.  Jadi beliaushallallahu

‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-

bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah,

maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau

menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.

3.  Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum

memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa

sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih

bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.

(Lihat Lathoif Al Ma’arif,  hal. 234-243)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri

tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga

dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat

keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-

amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,

maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan

untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia

gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 90

gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia

gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku

mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan

melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506).

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan

mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada

pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan

memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya

(terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul

Muhsin bin Hamd Al Abad)

Bagi yang ingin menjalankan puasa Sya’ban tidak perlu mengkhususkan

hari tertentu. Puasanya bebas kapan pun, sesuai hari yang kita mampu.

Mengenai puasa setelah pertengahan Sya’ban telah dibahas di “Hukum

Puasa Setelah Pertengahan Sya’ban“.

ANJURAN MEMPERBANYAK

PUASA PADA BULAN MUHARRAM

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalwat dan

salam semoga terlipah untuk Nabi kita Muhammad, keluarga dan para

sahabatnya.

Sesungguhnya syahrullah (bulan Allah) Muharram adalah bulan yang

agung dan diberkahi. Bulan pertama dari penanggalan hijriyah. Dan salah

satu dari empat bulan haram yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam

firman-Nya,

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 91

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan,

dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di

antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka

janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS.

Al-Taubah: 36)

Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

: ذو متواليات ثالثة حرم أربعة منها شهرا عشر اثنا نة السبين ذي ال مضر ورجب م، والمحر الحجة وذو القعدة

وشعبان جمادى

"Setahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya terdapat empat bulan

yang dihormati. Yang tiga berurutan, yaitu Dzul Qa'dah, Dzulhijjah, dan

Muharram. Sedangkan (satunya adalah) Rajab Mudhar yang berada

antara Jumadil Tsaniah dan Sya'ban." (HR. Bukhari no. 2958). Dan

dinamakan Muharram karena dia termasuk bulan yang diharamkan

(dihormati) dan keharamannya tadi diperkuat lagi dengan namanya.

Sedangkan makna firman Allah Ta’ala, “Maka janganlah kamu

menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,” maksudnya jangan

kamu menzalimi dirimu sendiri pada bulan-bulan haram ini. Karena

dosanya lebih besar daripada bulan-bulan selainnya.

. . . jangan kamu menzalimi dirimu sendiri pada bulan-bulan haram

ini. Karena dosanya lebih besar daripada bulan-bulan selainnya.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma memahami dari firman Allah Ta’ala

“Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat

itu”, bahwa larangan berbuat zalim berlaku pada keseluruhan bulan, lalu

Allah menghususkan empat bulan dan menjadikannya sebagai bulan mulia

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 92

dan lebih mengagungkan kehormatannya. Dia menjadikan dosa di

dalamnya lebih besar, begitu juga amal shalih dan pahala lebih besar.

Menurut Imam Qatadah rahimahullaah, bahwa kezaliman pada bulan-

bulan haram lebih besar dosanya daripada berbuat zalim di selainnya.

Walaupun perbuatan zalim (dosa) secara keseluruhan adalah perkara besar

(dosa besar), tapi Allah melebihkan perkara sesuai dengan kehendak-Nya.

Sebagimana Allah telah memilih hamba-hamba pilihan dari makhluk-Nya:

Dia telah memilih beberapa dari malaikat sebagai rasul, begitu dari antara

manusia sebagai rasul (utusan-Nya). Dia memilih dari beberapa kalam-

Nya sebagai bahan untuk berdzikir kepada-Nya. Dia juga memilih dari

beberapa tanah di bumi ini sebagai masjid. Dia juga telah memilih bulan

Ramadhan dan bulan-bulan haram dari beberapa bulan yang ada. Dia telah

memilih hari Jum’at dari sejumlah hari dan memilih Lailatul Qadar dari

beberapa malam. Maka agungkan apa yang telah Dia agungkan, karena

sesungguhnya mulia dan agungnya sesuatu tergantung pada pengagungan

Allah terhadapnya pada sisi orang yang paham lagi berakal.” (Ringkasan

Tafsir QS. Al-Taubah: 36 dari Tafsir Ibnu Katsir)

. . . larangan berbuat zalim berlaku pada keseluruhan bulan, dan

dikhususkan pada empat bulan haram. Berarti dosa di dalamnya

lebih besar, begitu juga amal shalih dan pahala lebih besar . . . (Ringkasan Penjelasan Ibnu Abbas)

Keutamaan Memperbanyak Puasa Sunnah Pada Bulan Muharram

Mengagungkan syahrullah Muharram adalah dengan tidak melakukan

kemaksiatan di dalamnya. Sebaliknya, dianjurkan untuk mengisinya

dengan amal-amal ketaatan. Salah satunya, adalah memperbanyak puasa

di dalamnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah

shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 93

وأفضل م المحر ه الل شهر رمضان بعد الصيام أفضليل الل صالة الفريضة بعد الصالة

"Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada

Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan

shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu." (HR. Muslim, no. 1982)

Sabda beliau, “syahrullah (bulan Allah)” penyandaran kata bulan kepada

Allah merupakan penyadaran pengagungan. Imam Al-Qaari berkata,

“Secara zahir, maksudnya seluruh (hari-hari pada) bulan muharram.”

Tetapi telah disebutkan dalam hadits shahih bahwa Nabi shallallaahu

'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali berpuasa sebulan penuh kecuali

di Ramadhan. Maka hadits ini dipahami, dianjurkan untuk memperbanyak

puasa pada bulan Muharram bukan seluruhnya.

Didapatkan juga keterangan bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam

memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban dan boleh jadi belum

diwahyukan kepada beliau tentang keutamaan bulam Muharram kecuali

pada akhir hayat beliau sebelum diperintahkan berpusa padanya.” (Syarah

Shahih Muslim)

Allah Memilih Tempat dan Waktu Sesuai Kehendak-Nya

Al-‘Izz bin Abdissalam rahimahullaah menyebutkan tentang pengutamaan

beberapa tempat dan waktu. Dalam hal ini ada dua bentuk: Pertama,

duniawi. Kedua, Pengutamaan secara keagamaan yang dikembalikan

kepada Allah. Dia memberikan kebaikan kepada para hamba-Nya dengan

mengutamakan (meningkatkan) pahala pelakunya sebagaimana

pengutamaan puasa pada setiap bulan, begitu juga puasa hari ‘Asyura.

Keutamaannya dikembalikan kepada kebaikan Allah kepada para hamba-

Nya pada saat itu.” (Disarikan dari Qawaid al-Ahkam: I/38)

Penutup

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 94

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram, yang

seharusnya dimuliakan. Cara memuliakannya bukan dengan

mengkramatkannya sehingga menetapkan mitos-mitos yang tak ada

dasarnya. Memuliakannya adalah dengan tidak mengerjakan maksiat dan

dosa besar di dalamnya. Di samping itu memperbanyak amal shalih

sebagai lawan dari maksiat, dan salah satu amal shalih yang ditekankan

adalah berpuasa. Dianjurkan memperbanyak puasa di dalamnya, tapi tidak

berpuasa seluruh hari-harinya. Wallahu Ta'ala a'lam.

10 MANFAAT PUASA SENIN KAMIS

Siapa yang menjalankannya akan mendapat pahala, sementara yang tidak

menjalankan tidak mendapat dosa. Namun, ibadah sunah tentu sangat

bermanfaat bagi Anda baik secara langsung maupun tidak. Salah satu

contohnya, yaitu ibadah sunah puasa senin kamis. Manfaat puasa senin

kamis sangat besar, dilihat dari segi kesehatan tubuh maupun mental dan

spiritual yang dialami oleh pelakukanya. Oleh karena itu, mereka yang

suka puasa senin kamis dapat memaksimalkan serta menyeimbangkan

antara tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan

emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).

Manfaat puasa senin kamis memang sangat banyak dan membantu

kehidupan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Di agama yang lain pun

selain Islam, umatnya juga dianjurkan dan diperintahkan untuk berpuasa,

meskipun tata caranya berbeda. Berikut akan disampaikan beberapa

manfaat puasa senin kamis yang bisa Anda pelajari.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 95

1. Peremajaan sel kulit

Manfaat puasa senin kamis

Sel-sel kulit manusia yang telah mati perlu diganti atau dengan kata lain

diremajakan kembali. Anda tidak perlu bantuan produk atau obat tertentu

yang harus dikonsumsi. Anda hanya perlu melakukan puasa senin

kamis secara rutin. Hal itu dikarena, berhubungan dengan metabolisme

dalam tubuh manusia yang berhenti saat berpuasa, dan itu menyebabkan

sel-sel tubuh dapat bekerja lebih aktif lagi, seperti halnya sel-sel kulit.

2. Mengencangkan kulit

Mungkin Anda tidak percaya apa hubungannya antara puasa senin

kamis dengan pengencangan kulit. Seperti halnya peremajan kulit, saat

Anda berpuasa sehari penuh metabolisme dalam tubuh juga ikut

beristirahat sehingga membuat sel-sel dalam tubuh bekerja lebih

maksimal. Hasilnya, antara lain, organ tubuh luar, seperti kulit akan lebih

sehat dan kencang. Coba buktikanlah!

3. Mengeluarkan racun dalam tubuh

Tanpa penelitian dari para ilmuwan, Anda pun dapat berpikir secara

logika, jika puasa puasa senin kamis dapat meneluarkan toksin atau racun

dalam tubuh. Racun yang bercampur dalam lemak, darah, atau bagian

yang lain itu berasal dari makanan dan minuman yang kita konsumsi

sehari-hari. Untuk mengeluarkannya bukan hanya dengan berolah raga

saja. Namun, Anda harus berhenti mengkonsumsi makanan dan minuman

minimal selama sehari, agar racun dapat dikeluarkan dengan efektif.

Pengeluarannya dapat lewat keringat, urine, atau saat Anda buang air

besar. Cara puasa senin kamis memang dipercaya ampuh untuk

mengelurkan racun yang sudah mengendap dalam tubuh. Jika racun-racun

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 96

tersebut sudah keluar, maka Anda akan merasakan tubuh Anda lebih sehat

dan bugar.

4. Memberikan istirahat untuk organ pencernaan

Organ perncernaan dalam tubuh yang Anda miliki diibaratkan seperti

mesin, sebut saja mesin kendaraan bermotor. Tidak mungkin sebuah mesin

dapat dihidupkan dan dijalankan terus menerus karena hanya akan

merusak salah satu atau lebih onderdil atau sparepart bagian dari mesin

tersebut. Oleh karena itu, mesin kendaraan bermotor juga membutuhkan

istirahat agar tidak cepat rusak komponen di dalamnya. Selain itu, juga

membutuhkan perawatan yang rutin.

Seperti juga organ pencernaan dalam tubuh Anda yang membutuhkan

istirahat untuk tidak bekerja minimal sehari hingga dua hari dalam

seminggu. Hal itu berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi organ

pencernaan, mengeluarkan racun-racun dalam organ pencernaan, serta

sebagai perawatan rutin agar tidak cepat rusak untuk organ pencernaan

Anda. Satu-satunya cara efektif yang bisa Anda lakukan untuk

mengistirahatkan organ perncernaan adalah puasa senin kamis.

5. Menurunkan kadar lemak

Lemak memang salah satu nutrisi yang dibutuhkan tubuh Anda. namun,

jika Anda memiliki lemak dalam tubuh yang terlalu banyak tentu hanya

akan membuat penyakit datang. Oleh karena itu, kelebihan lemak dalam

tubuh Anda harus dihilangkan. Ada tiga cara yang sangat efektif dan dapat

Anda lakukan segera, yaitu berolah raga secara teratur, melakukan diet

yang menyehatkan, dan melakukan puasa senin kamis. Ketiga cara

tersebut jika dilakukan dengan benar, dijamin akan menurunkan kadar

lemak dalam tubuh Anda. akibat positifnya, tubuh Anda akan terhindar

dari gangguan penyakit, seperti tekanan darah tinggi atau kolesterol.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 97

6. Mempercantik kaum wanita secara alami

Dengan berpuasa senin kamis, sel-sel tubuh akan mengalami reorganisasi

atau pergantian secara teratur. Hal itu yang menyebabkan sel-sel dalam

tubuh Anda selalu mengalami peremajaan. Dengan begitu, organ dalam

maupun luar tubuh Anda akan menjadi lebih sehat dan segar. Misalnya,

pada organ kulit yang mengalami peremajaan sel-sel kulit akan

menjadikan kulit wajah lebih bersih, segar, dan terlihat cantik. Bagi Anda

para wanita yang menginginkan terlihat selalu tampil cantik dan awet

muda, tidak ada salahnya mencoba melakukanpuasa senin kamis.

7. Menenangkan jiwa dan perasaan

Orang sudah terbiasa melakukan puasa senin kamis biasanya dapat lebih

mengontrol pikiran dan perasaannya. Sebagai contoh, dengan puasa senin

kamis orang dapat lebih bersabar, mengontrol hawa nafsu, dan pikiran-

pikiran kotor atau negatif. Dengan terkontrolnya pikiran, akan

menyebabkan ketenangan jiwa. Bagi Anda yang selama ini selalu dihantui

rasa takut, stres, depresi, atau mengarah pada gangguan kejiwaan. Cobalah

mempraktikkan puasa senin kamis agar pikiran dan jiwa Anda lebih

tenang dan terkontrol.

8. Mampu mengendalikan hawa nafsu

Orang yang sering melakukan puasa senin kamis lebih mampu dan mahir

mengendalikan hawa nafsu yang selalu bergejolak dalam hati dan

pikirannya. Contoh yang logis adalah seorang pemuda atau pemudi yang

selalu merasa kesepian dan selalu terbayang berhubungan dengan lawan

jenisnya. Setiap manusia normal pasti berharap seperti itu. Namun, hawa

nafsu seperti itu harus selalu dikontrol agar tidak menimbulkan efek

negatif pada diri yang bersangkutan. Salah satu cara yang paling efektif

untuk mengendalikan hawa nafsu adalah melakukan puasa senin kamis.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 98

9. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar

Saat Anda melakukan puasa senin kamis, pasti akan merasakan lapar dan

haus yang sangat. Rasa seperti itulah yang dirasakan oleh banyak orang

miskin dan tidak mampu. Mereka untuk mengisi perut agar tetap bisa

hidup hingga mengemis atau memungut makanan sisa dari tumpukan

sampah. Namun, Anda tentu lebih beruntung karena tidak mengalaminya.

Oleh karena itu, orang yang biasa berpuasa senin kamis lebih peka

terhadap kondisi lingkungan sekitar. Rasa ini menjadi lebih besar saat

orang yang berpuasa tersebut mengalami rasa lapar dan haus, seperti yang

dirasakan orang-orang miskin.

10. Lebih banyak beramal

Orang yang terbiasa puasa senin kamis akan lebih meningkatkan amalan

ibadahnya dengan banyak beramal. Misalnya, memberikan bantuan

kepada fakir miskin, orang yang tidak mampu, atau kepada anak-anak

yatim. Orang tersebut yakin dengan banyaknya amalan tambahan

pendamping puasa senin kamis yang dijalankannya, maka akan

memperoleh banyak pahala yang berlipat. Itulah efek positif secara tidak

langsung yang dapat diraih setiap orang yang puasa senin kamis.

CARA MENGERJAKAN

PUASA DAUD YANG BAIK DAN BENAR

Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang seling, Yakni

sehari berpuasa dan sehari lagi berbuka. Apabila hari ini berpuasa maka

esok tidak berpuasa dan lusa berpuasa dan begitu seterusnya.

Hukum menunaikan ibadah puasa Daud adalah sunnah. Jadi barangsiapa

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 99

yang mengerjakannya niscaya mendapat pahala dan bagi yang

meninggalkannya tidak ada masalah.

Cara Mengerjakan Puasa Daud yang Benar dan Sah

Puasa Daud dilaksanakan dengan cara selang-seling, sehari puasa sehari

tidak dan dapat dilaksanakan sepanjang tahun, selama tidak dilaksanakan

pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Hari-hari yang dilarang

untuk berpuasa diantaranya adalah 2 hari raya (Idul Firi dan Idul Adha)

dan hari Tasrik. Sedang untuk hari jum’at, tidak terdapat halangan, selama

puasa pada dari ini termasuk bagian dalam puasa Daud, jadi bukan puasa

khusus pada hari Jum’at saja. Sedangkan jika puasa hanya pada hari

Jum’at saja, maka hal ini tidak diperbolehkan. Puasa Daud sebaiknya

dilaksanakan apabila kita sudah terbiasa berpuasa hari Senin-Kamis,

sehingga tidak ada kesulitan bagi kita untuk melaksanakannya.

Rasulullah Muhammad saw bersabda:

“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang

dinamakan) puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling

afdhal. Lalu aku (Abdullah bin Amru radhialahu ‘anhu} berkata

sesungguhnya aku mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal

dari itu. ” (HR. Bukhari No : 1840)

Sebagian ulama menyatakan bahwa sebaiknya tidak melaksanakan puasa

Senin-Kamis jika sedang melaksanakan puasa Daud. Pendapat ini banyak

digunakan diberbagai belahan dunia. Namun ada juga ulama yang

menyatakan tidak masalah melaksanakannya juga. Selain waktunya, tata

cara pelaksanaan puasa Daud ini tidak berbeda dengan puasa lainnya.

Sebelum berpuasa kita diharuskan untuk berniat. Selain itu, juga harus

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 100

mampu mengendalikan diri dari semua perbuatan yang dapat

membatalkan maupun mengurangi pahala puasa kita. Dengan melakukan

puasa Daud, maka diharapkan adanya peningkatan ibadah kita kepada

Allah SWT. Selain itu, puasa Daud juga mampu membentengi doro dari

segala nafsu duniawi yang sering dimiliki oleh manusia. Dan yang lebih

penting lagi, puasa Daud adalah puasa yang dicintai oleh Allah SWT.

Lafadz niat puasa Nabi Daud yang umumnya dibaca adalah sebagai

berikut :

Nawaitu Shauma Daawuda Sunnatal Lillaahi Ta’aala

"Saya niat puasa Daud, sunnah karena Allah ta’ala"

Kalaupun niat puasa hanya dengan bahasa Indonesia atau bahasa Anda

sendiri, tidak pakai bahasa Arab, tidak masalah dan tetap niat puasanya

sah, karena niat yang terpenting ada di dalam hati.

Puasa sunnah yang paling utama sebagaimana diungkapkan dalam hadist

Rasulullah SAW adalah puasa Daud. Mengingat puasa ini memiliki

banyak keajaiban dan keistimewaan.

Adapun keajaiban-keajaiban yang secara umum dialami oleh orang-

orang yang menjalankan puasa Daud diantaranya sebagai berikut:

Terpelihara dari maksiat, Orang yang senantiasa

menjalankan puasa Daud, dengan niat ikhlas karena Allah

niscaya akan terpelihara dari berbuat maksiat. Apabila ia

akan melakukan suatu pekerjaan yang ada unsure maksiat

niscaya akan selalu ada kekuatan ghaib (semacam bisikan)

yang secara tiba-tiba menyeruak dalam hatinya. Jasmani dan

Ruhaninya seperti ada yang menjaga, pagar yang membuat

langkah dan sepak terjangnya selalu dalam bingkai aturan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 101

dan ridha Allah. Apabila ia berniat hendak melakukan

kejahatan yakni menganiaya orang lain maka Allah akan

memberinya rasa iba atau kasihan sehingga ia

mengurungkan niat buruknya tersebut.

Tumbuhnya akhlakul karimah (akhlak yang baik), Salah

satu rahasia Puasa Daud yaitu dikaruniai budi pekerti yang

luhur. Manakala bertutur kata senantiasa santun, sabar,

rendah hati, suka mengalah, tidak egois, senang berteman

sehingga orang lain melihatnya menarik dan penuh kesan.

Menerima pemberian Allah dengan lapang hati, Orang

yang mengerjakan puasa Daud niscaya Allah

mengaruniakan kepada orang tersebut rasa menerima

terhadap apa saja pemberian Allah baik buruk maupun baik.

Berfikir positif, kreatif dan inovatif, Orang yang

mengerjakan puasa Daud niscaya akan dikaruniai pikiran

yang senantiasa positif.

Menumbuhkan sifat Hilm (emosi dapat ditahan dengan baik,

Rasa Hilm atau mampu menahan emosi akan dikaruniakan

oleh Allah kepada orang yang istiqomah menjalankan puasa

Daud. Sebab pada dasarnya orang yang hendak melakukan

puasa Daud harus siap untuk bersifat sabar. Adapun cara

mencegah marah itu yaitu dengan berwudhu’, Merubah

posisi, dan mencari kesibukan.

Menentramkan jiwa, Orang yang menjalankan puasa Daud

jiwanya akan merasa tentram, sebab ia merasa dekat dengan

Allah dan Allah adalah Dzat dapat menolong setiap hamba-

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 102

Nya yang membutuhkan pertolongan. Ketentraman jiwanya

bisa dirasakan dimana saja dan kapan saja. Karena

sesungguhnya ketentraman jiwa yang diperoleh oleh orang

yang menjalankan puasa Daud tidak terikat oleh ruang dan

waktu.

Bertambah wibawa, Orang yang biasa menjalankan ibadah

puasa Daud niscaya dirinya akan bertambah wibawa di

hadapan orang lain. Jika ia seorang guru ia akan disegani

oleh murid-muridnya. Jika ia seorang bupati niscaya

dihormati oleh bawahannya dan apabila dia seorang

bawahan niscaya dia akan dihormati oleh atasannya.

Mendatangkan rejeki yang tidak disangka-sangka, Puasa

Daud bisa menjadi salah satu pintu datangnya rejeki. Tentu

saja hal ini adalah rejeki yang dapat mencukupi kebutuhan

hidupnya.

Menjadi hamba yang bersyukur, Bersyukur merupakan

salah satu ibadah mulia kepada Allah yang mudah

dilaksanakan, tidak memerlukan tenaga dan pikiran.

Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterimakasih kepada

Allah karena kemurahan-Nya. Dengan bersyukur berarti kita

mengingat Allah yang Maha Kaya, Maha Pengasih, maha

Penyayang, dan Maha Penyantun. Mensyukuri nikmat yang

diberikan oleh Allah kepada kita dapat dilakukan dengan

tiga cara yaitu bersyukur dengan hati nurani, bersyukur

‘billisan’ (dengan ucapan), bersyukur dengan perbuatan

yang biasanya dialkukan oleh anggota tubuh.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 103

Suasana Rumah Tangganya senantiasa Harmonis, Rumah

tangga yang harmonis merupakan dambaan setiap orang.

Sebab itu rumah tangga yang harmonis itu tercipta suasana

yang nyaman, tenang, damai dan menyenangkan hati. Puasa

Daud dapat dapat mendukung terciptanya keluarga yang

harmonis (sakinah, mawaddah, warahmah).

Selian yang diungkapkan diatas Puasa Daud juga masih memiliki

keajaiban-keajaiban lain misalnya seperti mengalah demi orang lain,

menumbuhkan sifat percaya diri, menumbuhkan gairah menuntut ilmu,

menuntut diri berbakti kepada kedua orang tua, terhindar dari celaan dan

hinaan orang lain, senantiasa dihargai orang lain, menumbuhkan sifat

tawadhdu’ (rendah hati), beribadah lebih khusyu’, senantiasa ikhlas dalam

beramal, kehidupannya senantiasa rukun, damai dan tenteram bersama

keluarga dan tetangga, rejekinya dicukupkan, peka dengan perkembangan

zaman, menumbuhkan rasa penuh dosa, menumbuhkan rasa malu kepada

Allah, semangat dalam memberdayakan orang lain, dapat diterima semua

kalangan atau kejadian-kejadian luar biasa yang bisa dirasakan oleh orang

yang menjalankan ibadah puasa Daud.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 104

NAMA-NAMA BULAN DALAM TAHUN HIJRIYAH DISERTAI DENGAN ARTI DAN

KEUTAMAANNYA

Nama-nama bulan dalam perhitungan tahun Hijriyah mungkin menjadi

suatu hal yang banyak dilupakan oleh bagi sebagian muslim di Indonesia.

Padahal sebagai warga negara yang memiliki identitas Muslim, selayaknya

bahkan Wajib ‘Ain hukumnya kita mengetahui nama-nama bulan dalam

tahun Hijriyah yang merupakan perhitungan tahun dalam kalender Islam.

Penetapan kalender hijriah menggunakan peredaran bulan sebagai

acuannya (seperti penetapan bulan puasa) dan dilakukan pada

kekhalifahan Umar bin Khattab r.a., dengan menetapkan peristiwa

hijrahnya Nabi ke Madinah. Penetapan 12 bulan ini seperti yang

difirmankan dalam Al Qur’an.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 105

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,

dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di

antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka

janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan

perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun

memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta

orang-orang yang bertakwa.” (QS At Taubah (9): 36)

Berikut nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah disertai dengan arti dan

keutamaannya :

1. Muharam al-Haram ( Muharram )

Bulan ini mengambil perkataan “Haram” yang bermaksud terlarang. Ini

disebabkan budaya atau tradisi Arab mengharamkan peperangan pada

bulan ini. Bulan muharram termasuk dalam empat bulan yang diharamkan

dalam Islam serta dianjurkan bagi umat Islam untuk memperbanyak

amalan-amalan apapun di bulan-bulan tersebut.

Di bulan MUHARRAM mengandung berbagai peristiwa penting dalam

perkembangan ISLAM sejak nabi ADAM di jadikan oleh ALLAH S.W.T.

Bulan muharram merupakan bulan awal tahun Hijriah serta karena

terdapat beberapa keutamaan dalam beramal di bulan ini, umat Islam tentu

bergembira menyambut bulan ini. Hari Asyura yaitu hari kesepuluh bulan

Muharram dan disunnahkan untuk berpuasa pada hari itu.

Berdasarkan sabda nabi saat beliau ditanya “Puasa apakah yang paling

utama sesudah puasa Ramadhan?” Nabi menjawab,”Puasa pada bulan

Allah yang kalian namakan bulan Muharram.” (HR Muslim)

“Puasa hari Asyura dapat menghapus dosa tahun lalu.” (HR Muslim)

Terdapat banyak penjelasan mengenai bulan muharram, tetapi mungkin

akan dijelaskan pada tema tersendiri. ^^

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 106

2. Safar 

Bulan ini berarti tiupan angin atau kosong. Bulan ini menunjukkan

masyarakat Arab meninggalkan rumah mereka , melakukan perjalanan

atau berperang. SAFAR adalah bulan kedua mengikuti perkiraan bulan

calender ISLAM yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkira’an bulan

mengelilingi bumi). Safar yang berarti kosong dan dinamakan safar karena

di bulan ini orang-orang arab sering meninggalkan rumah tangga mereka

menjadi kosong karena melakukan serangan dan menuntut pembalasan

pada musuh-musuh mereka.

Menurut kepercayaan turun temurun setengah orang ISLAM yang jahil,

bulan safar ini merupakan bulan turunnya bencana dan malapetaka

khusunya pada hari rabu di minggu terakhir. Oleh karena itu mereka

melakukan semacam ritual-ritual untuk menolak malapetaka yang mereka

percayai itu. Selama berpuluh tahun bahkan sampai beratus tahun lamanya

mereka telah mengamalkan mandi-manda dan berpesta yang di kenali

dengan “mandi safar” pada hari rabu di minggu terakhir pada bulan safar

ini. Kebanyakan dari mereka tidak maumengadakan resepsi pernikahan di

bulan ini.

Sebenarnya bencana dan malapetaka itu tidak hanya terjadi di bulan

SAFAR saja namun juga berlaku di bulan lainnya. Dan tentunya ISLAM

melarang keras kepercayaan tersebut sebagaimana ALLAH S.W.T

berfirman dalam Q.S ATTAUBAH ayat 51 yang artinya:

“Katakan lah (wahai MUHAMMAD): tidak akan sekali-kali menimpa

kami sesuatu apapun melainkan apa yang telah di tetapkan oleh ALLAH

S.W.T bagi kami. DIA lah pelindung yang menyelamatkan kami, dan

(dengan kepercayaan itu), maka hanya kepada ALLAH S.W.T lah

hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal”.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 107

Oleh sebab itu kita sebagai umat ISLAM yang beriman hendaklah

membuang prasangka itu. Dan membuang semua kepercayaan yang

percaya kepada sebuah benda atau lain sebagainya supaya kita terlepas

dari yang namanya syirik.

3. Rabiul awal 

Bulan pertama musim bunga saat bulan tersebut dinamakan. Disebut juga

sebagai masa kembalinya kaum yang merantau (shafar) dari perang atau

perjalanan. Pada bulan ini pula Nabi Muhammad dilahirkan di dunia dan

dikenal dengan maulid nabi yakni lebih tepatnya pada tanggal 12 RABIUL

AWAL. Kemudian menjadi RASUL pada tanggal 9 rabiul awal dan wafat

pada tanggal 12 RABIUL AWAL juga.

ALLAH S.W.T berfirman dalam Q.S ALI IMRAAN ayat 31-32 yang

artinya:

“Katakanlah (wahai MUHAMMAD): Jika benar kamu mengasihi ALLAH

S.W.T maka ikutilah Aku, niscaya ALLAH S.W.T mengasihi kamu dan

mengampuni dosa-dosa kamu.Dan (ingatlah) ALLAH S.W.T maha

pengampun lagi maha mengasihani. Katakanlah (wahai MUHAMMAD)

ta’atlah kamu kepada ALLAH S.W.T dan RASUL-NYA. Oleh itu jika

kamu berpaling, maka sesungguhnya ALLAH S.W .T tidak suka kepada

orang-orang yang kafir”.

4. Rabiul akhir 

Bulan kedua musim bunga.

5. Jumadil awal 

Bulan pertama musim panas. Jumada berarti kering.

6. Jumadil akhir 

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 108

Bulan kedua musim panas. Jamada, juga berarti lebih sejuk karena musim

kering telah berakhir. JAMAIDIL AKHIR ialah bulan ke enam pada tahun

HIJRIAH dan pada bulan ini terjadi suatu peristiwa yang di sebut dengan

perang zi qarad. Dalam peperangan ini tercatat kehebatan ISLAM pada

zaman RASULULLAH SAW. Tentara ISLAM yang hanya memiliki

30.000 orang mengalahkan tentara rom yang memiliki lebih dari 100.000

orang. Tentara ISLAM di pimpin oleh Khalid bin Al Walid dan Abu

‘Ubaidah. Dan ada juga yang mempunyai pandangan dengan mengatakan

peperangan itu terjadi pada bulan rejab tahun ke – 15 HIJRIAH.

7. Rajab 

Berarti mulia. Dikenali sebagai Rajab al Fard. Fard berarti keseorangan /

kesendirian; karena tiga bulan suci yang lain berada jauh dan berturutan

dibandingkan bulan Rajab yang berada ditengah.

Merupakan empat dari bulan yang diharamkan dalam Islam. Bulan Rajab

dianggap sebagai bulan persiapan menjelang bulan Ramadhan. Puasa pada

bulan Rajab dimaksudkan untuk persiapan agar pada bulan Ramadhan kita

siap dan berada dalam kondisi yang suci. Nabi muhammad pada bulan ini

dan bulan Sya’ban menggiatkan ibadah dan puasanya. Begitu rindunya

dengan bulan Ramadhan, terdapat amalan doa yang sering diucapkan pada

bulan Rajab dan Sya’ban dengan harapan dapat bertemu dengan bulan

Ramadhan.

“Allahumma bariklana fii rajaba wa sya’bana wa balighna Ramadhana.”

“Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan

sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.” (HR Ahmad dan Thabrani)

Sungguh indah

8. Sya’ban 

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 109

SYA’ABAN adalah bulan ke delapan pada calender ISLAM yang berarti

berpecah belah. Bulan ini dinamakan demikian karena orang-orang arab

berpecah belah untuk pergi mencari air. Dalam bulan ini juga terjadi

peristiwa penting dalam sejarah ISLAM yaitu peralihan kiblat dari

MASJID AL-AQSA ke KA’BAH di MASJIDIL HARAM. Semenjak

peristiwa itu setiap menunaikan shalat dengan menghadap ke ka’bah

sebagai kiblat.

SYA’ABAN merupakan salah satu bulan yang mempunyai keistimewaan

tersendiri di dalam ISLAM. Keadaan ini samalah dengan bulan REJAB

dan RAMADHAN yang mepunyai keistimewaan tersendiri. Oleh

karenanya kehadiran bulan-bulan ini selalu di tunggu oleh orang-orang

yang beriman dan bertaqwa kepada ALLAH S.W.T sebagaimana hadits

yang diriwayatkan oleh AL IMAM ABU DAUD dari AISYAH RA yang

artinya:

“Bulan yg paling di cintai oleh RASULULLAH SAW akan berpuasa di

bulan SYA’ABAN kemudian akan meneruskannya di bulan

RAMADHAN”.

Pada bulan ini juga terdapat suatu malam yang di namakan dengan malam

NISFU SYA’BAN dan kita juga di himbau untuk melakukan amalan

dengan membaca AL-QUR’AN dan surah YAASIN untuk menghidupkan

kembali malam tersebut. AL IMAM IBNU MAJAH meriwayatkan dari

ALI RA yakni RASULLULAH SAW bersabda yang artinya:

“Apabila tiba malam pertengahan SYA’BAN maka hendaklah

menghidupkan malam itu (dengan beramal ibadah) dan berpuasa di

siangnya, maka sesungguhnya ALLAH S.W.T turun pada waktu itu

lantaran terbenamnya matahari ke langit dunia dan berfirman: “Siapa

yang memohon ampun maka AKU akan mengampuninya, siapa yang

meminta rezeki maka AKU akan karuniakan kepadanya rezeki, siapa yang

di timpa musibah maka AKU akan melepaskannya, adakah kamu…adakah

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 110

kamu…adakah kamu…(berurutan pertanyaan dari ALLAH S.W.T)

sehingga terbitnya fajar SHUBUH”.

Pada bulan ini dianjurkan lebih memperbanyak amalan-amalan  karena

mendekati bulan puasa. Nabi juga menggiatkan puasanya pada bulan ini.

Dari Aisyah r.a. “Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan

puasa satu bulan penuh selain dalam bulan Ramadhan, dan saya tidak

melihat beliau dalam bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak

daripada bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)

Di akhir bulan ini, umat muslim akan sangat sibuk untuk menyiapkan

ibadah puasa mereka dengan memperbanyak aktifitas ibadah sunnah dan

perhitungan awal puasa.

9. Ramadhan 

RAMADHAN yaitu bulan ke sembilan di tahun HIJRIAH yang

mempunyai banyak kelebihan. Berikut ada beberapa hadis yang

menyebutkan keutama’an tentang bulan RAMADHAN. Kata Ramadhan

diambil dari kata “ramda”, yang bermaksud batu panas. Menceritakan

ketika nama bulan tersebut diberikan, ketika keadaan amat panas.

Dengan menetapkan awal bulan Ramadhan dengan rukyah atau hisab,

maka umat Islam yang telah baligh diwajibkan untuk berpuasa pada bulan

ini. Bulan ini begitu agung karena segala amalan kita akan dilipat

gandakan tidak seperti pada bulan-bulan lainnya.

“Jika kalian melihat bulan (hilal Ramadhan) maka berpuasalah, dan

berbukalah (berhari raya), karena melihat bulan (hilal Syawal).”

(Muttafaq ‘alaih)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 111

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa.” (QS Al Baqarah (2) : 183)

Puasa merupakan ibadah yang ditujukan dan dibalas langsung oleh Allah

karena upaya bersusah payah mengalahkan hawa nafsu dan menyucikan

diri karena Allah. Pada bulan ini para setan akan dibelenggu danpara

hamba-Nya akan diberikan ampunan, rahmat dan pembebasan dari api

neraka.

ABU HURAIRAH menyatakan RASULULLAH SAW bersabda

yang artinya:

“Apabila telah tiba RAMADHAN, maka di bukakanlah semua pintu

Syurga dan di tutup segala pintu Neraka dan di ikat segala seytan.”

hadits di riwayatkan: IMAM BUKHAIRI, MUSLIM, NASAI’E,AHMAD

dan BAIHAQI.

Dari ABU HURAIRAH RASULULLAH SAW bersabda yang

artinya:

“Siapa yang berpuasa penuh di bulan RAMADHAN dengan penuh

keimanan dan keikhlasan niscaya akan diampuni segala dosanya yang

telah lalu.

hadits riwayat: IMAM NASAI’E, IBN MAJJAH, IBN HABBAN dan

BAIHAQI.

ABU HURAIRAH berkata aku telah mendengar RASULULLAH

SAW bersabda yang artinya:

“SHALAT FARDHU kepada SHALAT yang sebelumnya merupakan

penebus apa antara keduanya, dan JUM’AT kepada JUM’AT yang

sebelumnya merupakan penebus antara keduanya, dan bulan kepada

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 112

bualan (yaitu RAMADHAN) merupakan kaffarah antara keduanya

melainkan tiga golongan: Syrik kepada ALLAH S.W.T, meninggalkan

sunnah dan perjanjian (dilanggar) telah berkata ABU HURAIRAH: maka

aku tahu perkara itu akan berlaku maka aku bertanya wahai

RASULULLAH adapun syrik dengan ALLAH S.W.T telah kami tahu

maka apakah perjanjian dan meninggalkan sunnah BAGINDA SAW

bersabda: adapun perjanjian engkau membuat perjanjian dengan orang lain

dengan sumpah kemudian engkau melanggarnya maka engkau

membunuhnya dengan pedang engkau, manakala meninggalkan sunnah

maka keluar dari pada jama’ah (ISLAM)

hadits riwayat: AHMAD, AL HAKIM, BAIHAQI

Dari ABI SOLEH AZ-ZAYYAT bahwa ia telah mendengar ABU

HURAIRAH berkata RASULULLAH teleh bersabda yang artinya:

“Setiap amalan anak ADAM baginya melainkan puasa untukKU dan AKU

akan membalasnya. Dan puasa adalah perisai, maka apabila seseorang

berada pada hari puasa maka dia dilarang untuk menghampiri (bercumbu)

pada hari itu dan tidak meninggikan suara. Sekiranya dia di hina atau di

serang maka dia berkata: sesungguhnya aku berpuasa demi ALLAH

S.W.T yang mana diri nabi MUHAMMAD di tangan NYA maka

perubahan bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi ALLAH S.W.T

pada hari kiamat dari pada bau kasturi, dan bagi orang berpuasa dua

kegembiraan dengan waktu berbukanya dan apabila bertemu dengan

ALLAH S.W.T dia gembira dengan puasanya.

hadits riwayat: IMAM BUKHAIRI, MUSLIM, NASAI’E, AHMAD, IBN

KHUZAIMAH, IBN HABBAN, dan BAIHAQI.

ABU HURAIRAH berkata: aku telah mendengar RASULULLAH

SAW bersabda yang artinya:

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 113

“Siapa yang mendirikannya (puasa RAMADHAN) penuh keimanan dan

keikhlasan di ampunkan baginya dosanya yang telah lau.

hadits riwayat: BUKHAIRI, MUSLIM, TARMIZI, ABU DAUD,

NASAI’E, MALIK, AHMAD dan BAIHAQI

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala

(dari Allah), niscaya kan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(Muttafaq ‘alaih)

10. Syawal 

SYAWAL merupakan bulan ke sepuluh pada tahun HIJRIAH dan juga

sebagai puncak kegembiraan bulan puasa dengan datangnya HARI RAYA

IDUL FITRI. Dan di ketika itu semua golongan dari anak-anak remaja

dewasa dan para orang tua lengkap dengan persiapannya masing-masing.

Bulan Syawal merupakan bulan peningkatan setelah kita sebulan penuh

berpuasa. Bulan ini umat muslim juga bergembira dengan merayakan hari

raya Idul Fitri, hari raya kemenangan karena telah dikembalikan dalam

keadaan fitri / suci kembali.

Idul Fitri atau sering disebut lebaran, umat muslim bergembira dengan

saling bermaaf-maafan dengan kerabat dan bersilaturahmi bersama. Bagi

yang tidak mampupun merasakan senangnya lebaran dengan zakat fitrah

yang diterimanya. Pada bulan syawal terdapat puasa sunnah juga yang

memiliki ganjaran yang sangat besar.

HARI RAYA IDUL FITRI bertujuan untuk merayakan kejayaan dan

kemenangan yang telah di peroleh selama berpuasa di bulan

RAMADHAN. Maka mereka akan berkumpul d MASJID ataupun di

lapangan yang luas untuk menunaikan SHALAT ID berjama’ah sambil

berzikir, bertakbir, tahlil, dan bertasbih.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 114

AL-IMAM AT-TABARANI telah meriwayatkan dari ANAS bahwa

RASULULLAH SAW bersabda yang artinya:

“Hiasilah hari raya kamu itu dengan TAKBIR”

Dalam bulan SYAWAL ini juga banyak terdapat amalan amalan seperti

puasa enam. AL-IMAM IBNU MAJAH telah meriwayatkan dari ABU

AYYUB bahwa RASULULLAH SAW bersabda yang artinya:

“Barang siapa berpuasa di bulan RAMADHAN di ikuti puasa enam hari

di bulan SYAWAL adalah menyerupai puasanya itu puasa setahun”.

Puasa ini lebih afdhal dilakukan selepas hari raya dengan berturut

turut.Berarti kebahagiaan.

“Barangsiapa puasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa pula

enam hari dalam bulan Syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa.”

(HR Muslim)

Mari ucap subhanallah ^^

11. Zulkaedah 

Diambil daripada perkataan “qa’ada” berarti untuk duduk, waktu istirahat

bagi kaum lelaki Arab. Umat muslim mulai menghentikan aktivitas

perniagaan mereka untuk duduk dan bersiap menunaikan ibadah Haji.

Inilah bulan suci ketiga yang diharamkan dalam Islam.

Rasulullah saw. Bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan haram (mulya).”

(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

12. Zulhijjah 

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 115

Ini adalah bulan suci terakhir dalam setahun dan ibadah haji dilaksanakan.

Bulan ini mengambil kata “haji” sebagai nama bagi bulan haji ini.

Sedangkan bagi umat muslim yang tidak menunaikannya, akan merayakan

hari raya Idul Adha (Asyik hari raya lagi)..

Hari raya Idul Adha diperingati dengan ibadah puasa sunnah pada hari

Arafah (tanggal 9 zulhijjah) sebelumnya. Dan hari raya idul Adha jatuh

pada hari ke-10. Seperti yang kita ketahui, Idul Adha merupakan lebaran

kurban dimana umat muslim Shalat hari raya dan menyembelih hewan

kurban sebagai bentuk mengingat terhadap kisah pengorbanan Nabi

Ibrahim dan Ismail a.s dalam Al Qur’an.

“Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun,

yaitu tahun yang berlalu dan tahun yang akan datang.” (HR Muslim)

Telah sampai kita di akhir tahun. Penjelasan di atas disajikan dengan

singkat dan sederhana agar kita mengingat hal-hal dasar dalam Islam. Jadi

lihatlah di bulan apakah sekarang ini? Supaya bisa mempersiapkan

keutamaan di tiap bulannya.

Semoga bermanfaat. Syukron katsiron..

20 SUNAH RASULULLAH SAW

YANG SERING DILUPAKAN

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 116

Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam baik perkataan, perbuatan, ataupun

persetujuan. Sunnat pula berarti sesuatu yang pelakunya mendapat

pahala dan tidak ada dosa bagi yang meninggalkannya. Di antara

perbuatan sunnah yang jarang dilakukan kaum muslimin adalah sebagai

berikut:

1. Mendahulukan Kaki Kanan Saat Memakai Sandal Dan Kaki Kiri

Saat Melepasnya

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kalian memakai sandal

maka dahulukanlah kaki kanan, dan jika melepaskannya, maka

dahulukanlah kaki kiri. Jika memakainya maka hendaklah memakai

keduanya atau tidak memakai keduanya sama sekali.” (HR. Al-Bukhari

dan Muslim)

2. Menjaga Dan Memelihara Wudhu

Diriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Istiqamahlah (konsistenlah)

kalian semua (dalam menjalankan perintah Allah) dan kalian tidak akan

pernah dapat menghitung pahala yang akan Allah berikan. Ketahuilah

bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat, dan tidak ada yang selalu

memelihara wudhunya kecuali seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan

Ibnu Majah)

3. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak)

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Siwak dapat membersihkan

mulut dan sarana untuk mendapatkan ridha Allah.” (HR. Ahmad dan

An-Nasa`i)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 117

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Andaikata

tidak memberatkan umatku niscaya aku memerintahkan mereka untuk

bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Bersiwak disunnahkan setiap saat, tetapi lebih sunnah lagi saat hendak

berwudhu, shalat, membaca Al-Qur`an, saat bau mulut berubah, baik

saat berpuasa ataupun tidak, pagi maupun sore, saat bangun tidur, dan

hendak memasuki rumah.

Bersiwak merupakan perbuatan sunnah yang hampir tidak pernah

dilakukan oleh banyak orang, kecuali yang mendapatkan rahmat dari

Allah. Untuk itu, wahai saudaraku, belilah kayu siwak untuk dirimu

dan keluargamu sehingga kalian bisa menghidupkan sunnah ini kembali

dan niscaya kalian akan mendapatkan pahala yang sangat besar.

4. Shalat Istikharah

Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa ia berkata,

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita tata

cara shalat istikharah untuk segala urusan, sebagaimana beliau

mengajarkan surat-surat Al-Qur`an kepada kami.” (HR. Al-Bukhari)

Oleh karena itu, lakukanlah shalat ini dan berdoalah dengan doa yang

sudah lazim diketahui dalam shalat istikharah.

5. Berkumur-Kumur Dan Menghirup Air dengan Hidung Dalam Satu

Cidukan Telapak Tangan Ketika Berwudhu

Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, bahwa

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkumur-kumur dan

menghirup air dengan hidung secara bersamaan dari satu ciduk air dan

itu dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 118

6. Berwudhu Sebelum Tidur Dan Tidur Dengan Posisi Miring Ke

Kanan

Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu bahwa

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kamu hendak

tidur, maka berwudhulah seperti hendak shalat, kemudian tidurlah

dengan posisi miring ke kanan dan bacalah, ‘Ya Allah, Aku pasrahkan

jiwa ragaku kepada-Mu, aku serahkan semua urusanku kepada-Mu, aku

lindungkan punggungku kepada-Mu, karena cinta sekaligus takut

kepada-Mu, tiada tempat berlindung mencari keselamatan dari (murka)-

Mu kecuali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab yang Engkau

turunkan dan dengan nabi yang Engkau utus’. Jika engkau meninggal,

maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah. Dan usahakanlah doa ini

sebagai akhir perkataanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

7. Berbuka Puasa Dengan Makanan Ringan

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata,

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berbuka puasa sebelum shalat

maghrib dengan beberapa kurma basah. Jika tidak ada maka dengan

beberapa kurma kering. Jika tidak ada, maka beliau hanya meminum

beberapa teguk air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

8. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau Terhindar Dari

Bencana

Sujud ini hanya sekali dan tidak terikat oleh waktu. Diriwayatkan dari

Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Jika Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan sesuatu yang

menyenangkan atau disampaikan kabar gembira maka beliau langsung

sujud dalam rangka bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud, At-

Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 119

9. Tidak Begadang Dan Segera Tidur Selesai Shalat Isya`

Hal ini berlaku jika tidak ada keperluan saat begadang. Tetapi jika ada

keperluan, seperti belajar, mengobati orang sakit dan lain-lain maka itu

diperbolehkan. Dalam hadits shahih dinyatakan bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak suka tidur sebelum shalat isya` dan

tidak suka begadang setelah shalat isya`.

10. Mengikuti Bacaan Muadzin

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu bahwa dia

mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika

kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh

muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Barangsiapa yang

bershalawat kepadaku, maka Allah akan bershalawat kepadanya

sepuluh kali.Kemudian mintakan wasilah untukku, karena wasilah

merupakan tempat di surga yang tidak layak kecuali bagi seorang

hamba Allah dan aku berharap agar akulah yang mendapatkannya.

Barangsiapa yang memintakan wasilah untukku maka ia akan

mendapatkan syafaatku (di akhirat kelak).” (HR. Muslim)

11.Berlomba-Lomba Untuk Mengumandangkan Adzan, Bersegera

Menuju Shalat, Serta Berupaya Untuk Mendapatkan Shaf

Pertama.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Andaikata umat manusia

mengetahui pahala di balik adzan dan berdiri pada shaf pertama

kemudian mereka tidak mendapatkan bagian kecuali harus mengadakan

undian terlebih dahulu niscaya mereka membuat undian itu. Andaikata

mereka mengetahui pahala bergegas menuju masjid untuk melakukan

shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba melakukannya. Andaikata

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 120

mereka mengetahui pahala shalat isya dan subuh secara berjamaah,

niscaya mereka datang meskipun dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari

dan Muslim)

12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu

Jika tidak mendapatkan izin dari tuan rumah, maka konsekuensinya

anda harus pergi. Namun, banyak sekali orang yang marah-marah jika

mereka bertamu tanpa ada perjanjian sebelumnya, lalu pemilik rumah

tidak mengizinkannya masuk. Mereka tidak bisa memaklumi, mungkin

pemilik rumah memiliki uzur sehingga tidak bisa memberi izin. Allah

Ta’ala berfirman, “Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah!” Maka

(hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur: 28)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Adab meminta izin

itu hanya tiga kali, jika tidak diizinkan maka seseorang harus pulang.”

(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

13. Mengibaskan Seprai Saat Hendak Tidur

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Jika kalian hendak

tidur, maka hendaknya dia mengambil ujung seprainya, lalu

mengibaskannya dengan membaca basmallah, karena dia tidak

mengetahui apa yang akan terjadi di atas kasurnya. Jika dia hendak

merebahkan tubuhnya, maka hendaknya dia mengambil posisi tidur

miring ke kanan dan membaca, “Maha Suci Engkau, ya Allah,

Rabbku, dengan-Mu aku merebahkan tubuhku, dan dengan-Mu pula

aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan nyawaku, maka

ampunkanlah ia, dan jika Engkau melepasnya, maka lindungilah ia

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 121

dengan perlindungan-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”

(HR. Muslim)

14. Meruqyah Diri Dan Keluarga

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa ia berkata,

“Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa meruqyah

dirinya dengan doa-doa perlindungan ketika sakit, yaitu pada sakit

yang menyebabkan wafatnya beliau. Saat beliau kritis, akulah yang

meruqyah beliau dengan doa tersebut, lalu aku mengusapkan

tangannya ke anggota tubuhnya sendiri, karena tangan itu penuh

berkah.” (HR. Al-Bukhari)

15. Berdoa Saat Memakai Pakaian Baru

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu ia

berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika mengenakan

pakaian baru, maka beliau menamai pakaian itu dengan namanya,

baik itu baju, surban, selendang ataupun jubah, kemudian beliau

membaca, “Ya Allah, hanya milik-Mu semua pujian itu, Engkau telah

memberiku pakaian, maka aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan

kebaikan tujuannya dibuat, dan aku berlindung kepada-Mu dari

keburukannya dan keburukan tujuannya dibuat.” (HR. Abu Dawud

dan At-Tirmidzi)

16. Mengucapkan Salam Kepada Semua Orang Islam Termasuk

Anak Kecil

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu, ia

menceritakan, ”Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Apa ciri keislaman seseorang yang

paling baik?’Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab,

‘Kamu memberikan makanan (kepada orang yang membutuhkan) dan

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 122

mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang

tidak kamu kenal.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu bahwa ia menuturkan,

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati

kumpulan anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka

semua.” (HR. Muslim)

17. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (Mandi Junub)

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anhu, “Jika Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin mandi besar, maka beliau

membasuh tangannya terlebih dahulu, lalu berwudhu seperti hendak

shalat, kemudian memasukkan jemarinya ke airdan membasuh

rambutnya dengan air. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam menuangkan air tiga ciduk ke kepalanya dengan menggunakan

tangannya, lalu mengguyur semua bagian tubuhnya.” (HR. Al-

Bukhari dan Muslim)

18. Membaca ‘Amin’ Dengan Suara Keras Saat Menjadi Makmum

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika imam

membaca “Amin” maka kalian juga harus membaca “Amin” karena

barangsiapa yang bacaan Amin-nya bersamaan dengan bacaan

malaikat maka diampunkan dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR.

Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kaum salafus-shalih

mengeraskan bacaan “Amin” sehingga masjid bergemuruh.

19. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 123

Di dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Ibnu Abbas

Radhiyallahu Anhuma mengatakan, mengeraskan suara dalam

berzikir setelah orang-orang selesai melaksanakan shalat wajib telah

ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Abbas

juga mengatakan, “Aku mengetahui orang-orang telah selesai

melaksanakan shalat karena mendengar zikir mereka.” (HR. Al-

Bukhari)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Disunnahkan mengeraskan

suara saat membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.”

Sunnah ini tidak dilakukan di banyak masjid sehingga tidak dapat

dibedakan apakah imam sudah salam atau belum, karena suasananya

sepi dan hening. Caranya adalah imam dan makmum mengeraskan

bacaan tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah) dan takbir

(Allahu Akbar) secara sendiri-sendiri, bukan satu komando dan satu

suara. Adapun mengeraskan suara ketika berzikir dengan satu

komando, satu suara dan dipimpin oleh imam maka dalam hal ini

terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang

mengatakan sunnah secara mutlak, ada yang memandang sunnah

dengan syarat-syarat tertentu dan ada pula yang mengatakan bahwa

zikir berjamaah adalah perbuatan bid’ah.

20. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu Atau Shalat

Sunnah

Diriwayatkan dari Abu Said al-Kudri Radhiyallahu Anhu bahwa

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Ketika kalian

hendak shalat, maka buatlah pembatas di depannya dan majulah

sedikit, dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depannya. Jika

ada orang yang sengaja lewat di depannya, maka hendaknya dia

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 124

menghalanginya karena orang itu adalah setan.” (HR. Abu dawud dan

Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, ia

berkata, “Rasulullah menancapkan tombak di depannya, lalu shalat di

belakang tongkat itu.” (HR. Al-Bukhari)

Sunnah ini sering diabaikan, terutama saat melakukan shalat sunnah.

Wahai saudaraku! Jadilah seperti orang yang diungkapkan oleh

Abdurrahman bin Mahdi, “Aku mendengar Sufyan berkata, ‘Tiada

satu hadits pun yang sampai kepadaku kecuali aku mengamalkannya

meskipun hanya sekali.”

Muslim bin Yasar mengatakan, “Aku pernah melakukan shalat

dengan memakai sandal padahal shalat tanpa sandal sangat mudah

dilakukan. Aku melakukan itu hanya ingin menjalankan sunnah Rasul

Shallallahu Alaihi wa Sallam.”

Ibnu Rajab menuturkan, “Orang yang beramal sesuai ajaran

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, meskipun amal itu sangat

kecil, maka itu akan lebih baik daripada orang yang beramal tidak

sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

meskipun dia sangat bersungguh-sungguh.”

Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mengikuti sunnah rasul-

Mu dan mengikuti jejaknya. Ya Allah, kumpulkanlah kami dan kedua

orang tua kami bersamanya di surga wahai Tuhan Yang Maha

Pengasih.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 125

Alhamdulillahirabbil’alamin

DAFTAR PUSTAKA

Kumpulan Shalat-Shalat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,

Semarang, 1993

(Indonesia) Tuntunan shalat sunnat, Dzikir.org

(Indonesia) Situs Dakwah dan Informasi Islam Al Sofwah, shalat

sunnah rawatib

Buku Panduan Sholat Rafi Vadra Addani, Surabaya

(Indonesia) Tuntunan salat sunnat

(Indonesia) Hadits Bukhari tentang Shalat Tarawih,

HaditsBukhari.net

(Indonesia) Assunnah tentang Tarawih

(Indonesia) Pesantren Virtual Panduan Puasa Ramadan

(Indonesia) Eramuslim, Konsultasi Seputar Jumlah Rakaat dan

Salam Salat Tarawih

Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,

Semarang, 1993

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 126

(Indonesia) Pesantren Virtual, Antara tarawih, tahajjud dan witir

(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org

(Indonesia) Salat Sunnah Witir

(Indonesia) Hadits Bukhari tentang Shalat Witir

(Indonesia) Kolom Aa GymDetik.com, Panduan Salat Idul Fitri &

Idul Adha

(Indonesia) Tuntunan salat sunat, Dzikir.org

Abdullah ibn Ahmad ibn Qudamah Al-Maqdisi Abu Muhammad.

Al-Mughni fi Fiqhi Al-Imam Ahmad ibn Hanbal As-Syaibaani. 1405

H.Daarul Fiqr: Beirut.

Keajaiban Salat Hajat - Membuat Keinginan Menjadi

Kenyataan. Ibnu Thahir Qultummedia,Jakarta 2007

Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,

Semarang, 1993

Pengertian, Cara, Niat, Serta Doa Shalat Hajat

(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org

(Indonesia) Nursyifa.net,Salat Hajat

The Power of Salat Hajat. DR. Ahmad Sudiman Abbas, M.A..

Qultummedia. Jakarta. 2008 http://www.qultummedia.com

Hadits dari Jabir bin Abdullah, "Rasulallah terbiasa mengajarkan

sahabatnya untuk melakukan sholat istikharoh dalam segala hal, sama

seperti yang dia gunakan untuk mengajarkan mereka surah dari Al-

Qur'an. Dia berkata: 'Jika salah satu dari kalian bimbang akan suatu

keputusan yang akan diambil, (atau dalam versi yang diriwayatkan oleh

Ibnu Mas'ud sebagai: 'Jika diantara kalian ingin melakukan sesuatu...')

maka sholat sunnahlah dua rakaat dan berdoa (setelah selesai sholat).'"

(Sahih Bukhari, Buku 19, Bab 25, Hadits No. 1162)

Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,

Semarang, 1993

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 127

Cara, Niat, dan Doa Shalat Istikharah

(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org

Salat sunat Istikharah

Azzet, Akhmad Muhaimin (2010). 7 Cara Agar Rezeki Semakin

Bertambah dan Barakah (dalam bahasa Indonesia). Yogyakarta: Diva

Press. ISBN 978-602-955-504-2.

Ghazali, Imam (2008). Bertambah Kaya Lewat Shalat Dhuha

(dalam bahasa Indonesia). Mitra Press. ISBN 978-979-17230-1-5.

Rifai, Moh. (2010). Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (dalam

bahasa Indonesia). Semarang: PT Karya Toha Putra

Anonim, Keutamaan dan keistimewaan salat tahajjud, salat hajat,

salat istikharah, salat dhuha beserta wirid, zikir, dan doa-doa pilihan,

Ampel Suci, Surabaya:199

Anonim, Maka bertahajjudlah, berdua dengan Tuhan, Al-Huda,

Jakarta:2006

Bihar al-Anwar, 87:161

Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,

Semarang, 1993

(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org

(Indonesia) 1Situs Dakwah & Informasi Islam Al Sofwah, Salat-

salat sunnah

Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,

Semarang, 1993

Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi,

terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.

Majmu’ Al Fatawa, Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu

Taimiyah), terbitan Darul Wafa dan Dar Ibni Hazm, cetakan keempat,

tahun 1432 H.

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 128

Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, Al Hafizh Abu ‘Ulaa

Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan

Darus Salam, cetakan pertama, tahun 1432 H.

Sumber Situs web Resmi Nahdlatul Ulama

Ad-Dibaj ‘Ala Muslim. Jalaluddin As-Suyuthi.

Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Imam An-Nawawi.

Fiqhussunnah. Sayyid Sabiq.

Risalah fi Ahadits Syahrillah Al-Muharram. ‘Abdullah bin Shalih

Al-Fauzan. http://www.islamlight.net/

Tuhfatul-Ahwadzi. Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri.

.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

I. SHALAT-SHALAT SUNAH DAN KEUTAMAANYA

1. Shalat Sunah Rawatib ………………………………………. 1

2. Shalat Tarawih ……………………………………………… 3

3. Shalat Witir …………………………………………………. 7

4. Shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ………………….. 12

5. Shalat Hajat …………………………………………………. 15

6. Shalat Duha …………………………………………………. 18

7. Shalat Tahajud ………………………………………………. 21

8. Shalat Istikharah …………………………………………….. 24

9. Shalat Taubat ………………………………………………... 26

10. Shalat Istisqa ………………………………………………… 27

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 129

11. Shalat Tahiyat Masjid ……………………………………….. 29

12. Shalat Wudhu ………………………………………………... 29

13. Shalat Jenazah ……………………………………………….. 44

14. Shalat Mutlaq ………………………………………………… 46

15. Shalat Awwabin ……………………………………………… 47

16. Shalat Safar …………………………………………………… 48

17. Shalat Tasbih ………………………………………………….. 56

18. Shalat Gerhana ………………………………………………… 60

II. PUASA-PUASA SUNAH DAN KEUTAMAANYA

1. 10 Macam Puasa suanah beserta keutamaanya ……………… 64

2. Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal …………….... 64

3. 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah …….. 67

4. Keutamaan Puasa Hari Arafah, hari Sebelum Idul Adha ……. 71

5. Bulan Muharram dan Puasa Muhamarram …………………... 76

6. Anjuran Puasa Sya’ban ………………………………………. 86

7. Anjuran Memperbanyak Puasa Pada Bulan Muharram ………. 91

8. 10 Manfaat Puasa Senin Kamis ………………………………. 95

9. Cara Mengerjakan Puasa Daud Yang Baik dan benar ……….. 99

III. NAMA-NAMA BULAN DALAM TAHUN HIJRIYAH DISERTAI DENGAN ARTI DAN KEUTAMAANYA

1. Muharam …………………………………………………...... 105

2. Safar …………………………………………………............ 106

3. Rabiul Awal ………………………………………………..... 107

4. Rabiul Akhir ……………………………………………........ 108

5. Jumadil Awal ……………………………………….……...... 108

6. Jumadil Akhir ……………………………………………….. 108

7. Rajab …………………………………………………............ 108

8. Sya’ban …………………………………………………........ 109

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 130

i

9. Ramadhan ………………………………………………........ 111

10. Syawal …………………………………………….............… 113

11. Zulkaedah ………………………………………………......... 115

12. Zulhijjah ..………………………………………………......... 115

IV. 20 SUNAH RASULULLAH SAW YANG SERING DILUPAKAN

35. Mendahulukan kaki Kanan saat memakai sandal dan

kaki kiri saat melepasnya ..…………………….……......... 116

36. Menjaga dan Memelihara Wudhu ..………………………..

117

37. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak) ………...

117

38. Shalat Istiharah ..…………………………………………...

118

39. Berkumur-kumur dan Menghirup Air Dengan Hidung

Dalam Satu Cidukan Telapak Tangan Ketika Berwudhu.... 118

40. Berwudhu Sebelum Tidur dengan Posisi miring ke Kanan ..

118

41. Berbuka Puasa Dengan Makanan Ringan …………………

119

42. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau Terhindar

Dari Bencana ……………………………………………… 119

9. Tidak Begadang Dan Segera Tidur Selesai Shalat Isya’ ..... 119

10. Mengikuti Bacaan Muadzin ……………………………….. 119

11. Berlomba-lomba Untuk Mengumandangkan Adzan,

bersegera Menuju Shalat, Serta Berupaya untuk Mendapatkan

Shaf Yang Pertama …………………………………………... 120

12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu …………………….. 120

13. Mengibaskan Sprai Saat Hendak Tidur ……………………… 121

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 131

ii

14. Meruqyah Diri dan Keluarga ………………………………...

121

15. Berdo’a Saat Memakai pakaian Baru ……………...……… ... 122

16. Mengucapkan Salam Kepada semua Orang termasuk

Anak Kecil …………………………………………………….

122

17. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (mAndi Junub) …………… 122

18. Membaca Amin Dengan Suara keras Saat Menjadi makmum.. 123

19. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat ……. 123

20. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu Atau

Shalat Sunnah ………………………………………………... 124

V. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………... 126

Sunah-Sunah Rasulullah SAW 132

iii