salat duha · web view... pendapat inilah yang diyakini ... yang menyatakan keharusan untuk ......
TRANSCRIPT
SHALAT RAWATIB
Shalat Rawatib adalah Shalat sunah yang dilakukan sebelum atau sesudah
Shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut Shalat
qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut Shalat ba'diyah.
Shalat sunah rawatib ini terbagi dua bagian, yaitu sunah muakkad dan
sunah ghairu muakkad. Shalat sunah rawatib muakkad amat besar
kemuliaannya dan dijanjikan ganjaran yang besar apabila menunaikannya.
Shalat sunat rawatib ghairu muakkad kurang sedikit kemuliaannya
berbanding dengan Shalat sunat muakkad.
Jumlah raka'at
Jumlah raka'at Shalat rawatib berbeda-beda tergantung Shalat apa yang dia
iringi dan kapan (sebelum/sesudahnya) dia dilaksanakan. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada daftar berikut.
Sunah muakkad
Shalat Lima Waktu Qabliyah Ba'diyahShubuh 2 raka'at -Dzuhur 2 raka'at 2 raka'atAshar - -Maghrib - 2 raka'atIsya' - 2 raka'at
Sunah ghairu muakkad
Shalat Lima Waktu Qabliyah Ba'diyahDzuhur 2 raka'at 2 raka'atAshar 4 raka'at -Maghrib 2 raka'at -Isya 2 raka'at -
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 1
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain, niat tempatnya
dihati, karena niat adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan mulut. Jadi, niat
tidak perlu diucapkan, entah itu pelan ataupun keras.
Sumber hadits
Berikut adalah beberapa hadits tentang Shalat rawatib:
Dari Aisyah r.a bahwa Nabi SAW bersabda :" Dua raka'at fajar
(Shalat sunah yang dikerjakan sebelum shubuh) itu lebih baik
daripada dunia dan seisinya. " (HR Muslim)
Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha , ia berkata: "Aku telah
men-dengar Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda,
Barangsiapa Shalat dalam sehari semalam dua belas rakaat akan
dibangun untuknya rumah di Surga, yaitu; empat rakaat sebelum
Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib,
dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebe-lum Shalat Subuh."”
(HR. At-Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan shahih)
Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dia berkata: "Aku Shalat
bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dua rakaat sebelum
Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum’at,
dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat sesudah Isya."
(Muttafaq ‘alaih)
Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu , ia berkata:
"Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam , ‘Di antara dua
adzan itu ada Shalat, di antara dua adzan itu ada Shalat, di antara
dua adzan itu ada Shalat. Kemudian pada ucapannya yang ketiga
dia menambahkan: ‘bagi yang mau". (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata : Rasulullah
shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Barangsiapa yang menjaga
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 2
empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah
mengharamkannya dari api Neraka." (HR. Abu Daud dan At-
Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih)
Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi
wasalam bersabda : "Semoga Allah memberi rahmat bagi orang
yang Shalat empat rakaat sebelum Ashar." (HR. Abu Daud dan At-
Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan)
SHALAT TARAWIH
Shalat Tarawih (kadang-kadang disebut Teraweh atau Taraweh) adalah
Shalat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadan. Tarawih
dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari ترويح�ة yang diartikan sebagai
"waktu sesaat untuk istirahat". Waktu pelaksanaan Shalat sunnat ini adalah
selepas isya', biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid. Fakta
menarik tentang Shalat ini ialah bahwa rasulullah hanya pernah
melakukannya secara berjama'ah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan
bahwa rasulullah kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam
berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat
muslim (lihat sub seksi hadits tentang Tarawih).
Rakaat Shalat
Terdapat beberapa praktik tentang jumlah rakaat dan jumlah salam pada
Shalat Tarawih. Pada masa Nabi Muhammad shalat Tarawih hanya
dilakukan tiga atau empat kali saja, tanpa ada satu pun keterangan yang
menyebutkan jumlah rakaatnya. Kemudian shalat Tarawih berjamaah
dihentikan, karena ada kekhawatiran akan diwajibkan. Barulah pada
zaman khalifah Umar shalat Tarawih dihidupkan kembali dengan
berjamaah, dengan jumlah 20 raka'at dilanjutkan dengan 3 raka'at witir.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 3
Sejak saat itu umat Islam di seluruh dunia menjalankan shalat Tarawih tiap
malam-malam bulan Ramadhan dengan 20 rakaat. Empat mazhab yang
berbeda, yaitu mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah serta
Al-Hanabilah, semua sepakat menetapkan jumlah 20 rakaat sebagai
bilangan shalat Tarawih. Sedangkan Umar bin Abdul Aziz sebagai
khalifah dari Bani Umayyah di Damaskus menjalankan shalat Tarawih
dengan 36 rakaat. Dan Ibnu Taimiyah menjalankan 40 rakaat.
Yang pertama kali menetapkan shalat Tarawih hanya 8 atau 11 rakaat
dalam sejarah adalah pendapat orang-orang di akhir zaman, seperti Ash-
Shan’ani (w.1182 H), Al-Mubarakfury (w. 1353 H) dan Al-Albani. Ash-
Shan’ani Penulis Subulus-salam sebenarnya tidak sampai mengatakan
shalat Tarawih hanya 8 rakaat, dia hanya mengatakan bahwa shalat
Tarawih itu tidak dibatasi jumlahnya. Sedangkan Al-Mubarakfury
memang lebih mengunggulkan shalat Tarawih 8 rakat, tanpa menyalahkan
pendapat yang 20 rakaat.
Tetapi yang paling ekstrim adalah pendapat Al-Albani yang sebenarnya
tidak termasuk kalangan ahli fiqih. Dia mengemukakan pendapatnya yang
menyendiri dalam kitabnya, Risalah Tarawih, bahwa shalat Tarawih yang
lebih dari 8 plus witir 3 rakaat, sama saja dengan shalat Dzhuhur 5 rakaat.
Selain tidak sah juga dianggap berdosa besar bila dikerjakan.
Perbedaan pendapat menyikapi boleh tidaknya jumlah raka'at yang
mencapai bilangan 20 itu adalah tema klasik yang bahkan bertahan hingga
saat ini, seperti yang dilakukan sebagian besar pengikut Nahdlatul Ulama.
Sedangkan mengenai jumlah salam praktik umum adalah salam tiap dua
raka'at namun ada juga yang salam tiap empat raka'at. Sehingga bila akan
menunaikan Tarawih dalam 8 raka'at maka formasinya adalah salam tiap
dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan
dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at sebagaimana yang dilakukan
sebagian besar pengikut Muhammadiyah
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 4
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya,
apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu
Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini
gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
Secara lengkap, niat Shalat Tarawih 2 rakaat adalah:
� ركعتين التراويح سنة أصلىتعالى/ لله إماما مأموما
"Ushalli sunnatat taraawiihi rak'ataini (ma'muman/imaaman) lillahi ta'aalaa."
Artinya: " Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat (menjadi makmum/ imam)
karena Allah Ta'ala"
ATAU
� التراويح سنة أصلىتعالى لله ركعتين
"Usholli sunnatattarowihi rok'ataini lillahi ta'ala"
Artinya: " Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat karena Allah Ta'ala"
Walaupun demikian, ada beberapa cara dalam mengerjakan Shalat
Tarawih, salah satunya dengan formasi 2 kali 4 rakaat masing masing
dengan sekali salam setiap selesai 4 rakaat. Oleh karena itu, dalam niat
Shalat Tarawih, niatnya disesuaikan menjadi "arba'a raka'atin".
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 5
Beberapa Hadits Terkait
“Sesungguhnya rasulullah pada suatu malam Shalat di masjid
lalu para sahabat mengikuti Shalat Dia, kemudian pada malam
berikutnya (malam kedua) Dia Shalat maka manusia semakin
banyak (yang mengikuti Shalat nabi), kemudian mereka berkumpul
pada malam ketiga atau malam keempat. Maka rasulullah tidak
keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Dia bersabda:
‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan
tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali
sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan
(peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadan.” (Muttafaqun ‘alaih)
"Artinya: Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata:
Rasulullah pernah Shalat bersama kami di bulan Ramadan
(sebanyak) delapan raka'at dan witir (satu raka'at). Maka pada hari
berikutnya kami berkumpul di masjid dan mengharap dia keluar
(untuk Shalat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi,
kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata: Ya
Rasulullah ! Tadi malam kami telah berkumpul di masjid dan kami
harapkan engkau mau Shalat bersama kami, maka sabdanya
"Sesungguhnya aku khawatir (Shalat itu) akan diwajibkan atas kamu
sekalian".(Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr)
"Aku perhatikan Shalat malam rasulullah , yaitu (Ia) Shalat dua
raka'at yang ringan, kemudian ia Shalat dua raka'at yang panjang
sekali, kemudian Shalat dua raka'at, dan dua raka'at ini tidak
sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian Shalat dua raka'at
(tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian Shalat dua
raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian Shalat
dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian
witir satu raka'at, yang demikian adalah 13 raka'at".Diriwayatkan
oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 6
"Artinya: Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia
bertanya kepada 'Aisyah radyillahu anha tentang Shalat rasulullah
di bulan Ramadan. Maka ia menjawab ; Tidak pernah rasulullah
kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadan dan tidak pula di lainnya
lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) ia Shalat empat (raka'at) jangan
engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia Shalat
empat (raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya
kemudian ia Shalat tiga raka'at".[Hadits Shahih Riwayat Bukhari
dan Muslim]
SHALAT WITIR
Shalat Witir (Arab: Sholatul witr) adalah Shalat sunah yang dikerjakan
malam setelah waktu isya dan sebelum subuh, dengan rakaat ganjil. Shalat
ini dilakukan setelah Shalat lainnya, sepertti tarawih dan tahajjud), hal ini
didasarkan pada sebuah hadits.[1] Shalat ini dimaksudkan sebagai
pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" Shalat-Shalat yang genap,
karena itu, dianjurkan untuk menjadikannya akhir Shalat malam.
Hukum Shalat Witir
Shalat sunah witir adalah sunah muakad. Dasarnya adalah hadis
Abu Ayyub Al-Anshaari Radhiyallahu ‘anhu bahwa rasulullah
bersabda, “Witir adalah hak atas setiap muslim. Barangsiapa yang
suka berwitir tiga rakaat hendaknya ia melakukannya, dan
barangsiapa yang berwitir satu rakaat, hendaknya ia melakukannya”
Dari Ubay Bin Ka’ab, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi biasa
membaca dalam shalat witir: Sabbihis marobbikal a’la (di raka'at
pertama -red), kemudian di raka'at kedua: Qul yaa ayyuhal
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 7
kaafiruun, dan pada raka'at ketiga: Qul huwallaahu ahad, dan dia
tidak salam kecuali di raka'at yang akhir.” (Hadits riwayat Nasa’i,
Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)
Penjelasan: Perkataan Ubay Bin Ka’ab, “dan dia tidak salam kecuali di
raka'at yang akhir”, jelas ini menunjukkan bahwa tiga raka'at shalat witir
yang dikerjakan nabi itu dengan satu kali salam.
Aisyah radhiallahu ‘anha menerangkan tentang shalatnya Rasul di
bulan Ramadhan,
“Rasul tidak pernah shalat malam lebih dari 11 raka'at, baik di bulan
Ramadhan maupun di luar Ramadhan, yaitu dia shalat 4 raka'at, maka
jangan engkau tanya tentang bagus dan lama shalatnya, kemudian dia
shalat 4 raka'at lagi, maka jangan engkau tanya tentang bagus dan lama
shalatnya, kemudian dia shalat witir 3 raka'at.” (Hadits riwayat Bukhori
2/47, Muslim 2/166)
Demikian juga dengan hadits Ali Radhiyallahu ‘anhu ketika ia berkata:
“Witir tidaklah wajib sebagaimana Shalat fardhu. Akan tetapi ia adalah
sunnah yang ditetapkan oleh rasulullah ”
Di antara yang menunjukkan bahwa witir termasuk sunah yang ditekankan
(bukan wajib) adalah riwayat shahih dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwa ia
menceritakan:” Ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Nejed yang
datang menemui rasulullah dengan rambut acak-acakan. Kami
mendengar suaranya, tetapi kami tidak mengerti apa yang diucapkannya,
sampai dekat, ternyata ia bertanya tentang Islam. Ia berkata “ Wahai
Rasulullah, beritahukan kepadaku Shalat apa yang diwajibkan kepadaku?”
Dia menjawab: “Shalat yang lima waktu, kecuali engkau mau melakukan
sunah tambahan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku puasa
apa yang diwajibkan kepadaku?” Dia menjawab; “Puasa di bulan
Ramadan, kecuali bila engkau ingin menambahkan”. Lelaki itu bertanya
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 8
lagi: “Beritahukan kepadaku zakat apa yang diwajibkan kepadaku?” Dia
menjawab: (menyebutkan beberapa bentuk zakat). Lelaki itu bertanya lagi:
‘Apakah ada kewajiban lain untuk diriku?” Dia menjawab lagi: “Tidak,
kecuali bila engkau mau menambahkan’. Rasulullah memberitahukan
kepadanya syariat-syariat Islam. Lalu lelaki itu berbalik pergi, sambil
berujar: “Semoga Allah memuliakan dirimu. Aku tidak akan melakukan
tambahan apa-apa, dan tidak akan mengurangi yang diwajibkan Allah
kepadaku sedikitpun. Maka rasulullah bersabda: “Sungguh ia akan
beruntung, bila ia jujur, atau ia akan masuk surga bila ia jujur”
Juga berdasarkan hadis Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi
pernah mengutus Muadz ke Yaman. Dalam perintahnya: “Beritahukan
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka Shalat lima
waktu sehari semalam. Kedua hadits ini menunjukkan bahwa witir
bukanlah wajib. Itulah madzhab mayoritas ulama. Shalat witir adalah
sunnah yang ditekankan sekali. Oleh sebab itu rasulullah tidak pernah
meninggalkan Shalat sunnah witir dengan sunnah Shubuh ketika
bermukim atau ketika bepergian.
Keutamaan Shalat Witir
Witir memiliki banyak sekali keutamaan, berdasarkan hadits Kharijah bin
Hudzafah Al-Adwi. Ia menceritakan nabi pernah keluar menemui
kami. Dia bersabda
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menambahkan kalian dengan satu
Shalat, yang Shalat itu lebih baik untuk dirimu dari pada unta yang merah,
yakni Shalat witir. Waktu pelaksanaannya Allah berikan kepadamu dari
sehabis Isya hingga terbit Fajar”
Di antara dalil yang menujukkan keutamaan dan sekaligus di
sunnahkannya Shalat witir adalah hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 9
‘anhu bahwa menceritakan: ”Rasulullah pernah berwitir, kemudian
bersabda: “Wahai ahli Qur’an lakukanlah Shalat witir, sesungguhnya
Allah itu witir (ganjil) dan menyukai sesuatu yang ganjil”
Rakaat Shalat
Shalat witir dapat dilaksanakan satu, tiga, lima rakaat atau jumlah lain
yang ganjil langsung dengan sekali salam. tetapi jumhur ulama
berpendapat bahwa Shalat witir dilaksanakan dengan satu kali salam tiap
dua rakaat dan terakhir satu kali salam satu rakaat. sebagai contoh apabila
Shalat witir satu rakaat saja maka satu rakaat satu kali salam. apabila
Shalat witir tiga rakaat maka dilaksanakan dua rakaat satu kali salam di
tambah satu rakaat satu kali salam. apabila Shalat witir lima rakaat maka
dilaksanakan empat rakaat dua kali salam ditambah satu rakaat satu kali
salam.apabila Shalat witir tujuh rakaat maka dilaksanan enam rakaat tiga
kali salam ditambah satu rakaat satu kali salam.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya,
apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu
Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini
gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
Doa
Doa sesudah Shalat witir Allahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman,
wa nas’aluka qalban khaasyi’an wa nas’aluka ‘ilman naafi’an, wa
nas’aluka yaqiinan shaadiqan, wa nas’aluka ‘amalan shaalihan, wa
nas’aluka dinan qayyiman, wa nas’aluka khairan katsiiran, wa
nas’alukal-‘afwa wal-‘aafiyah, wa nas’aluka tamaamal-‘aafiyah, wa
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 10
nas’alukasy-syukra ‘alal-‘aafiyati wa nas’alukal-ghinaa’a ‘anin-naas.
Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa
qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharru’anaa wa ta’abbudanaa wa
tammim taqshiiranaa yaa Allaah ya Allaah ya Allaah ya arhamar-
raahimiin, wa shallallahu ‘alaa khairi khalqihi Muhammadin wa a’alaa
aalihi wa shahbihii ajma’iina walhamdulillahi rabbil-‘aalamiin.
Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon
diberi) iman yang langgeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang
khusyuk, dan kami mohon kepada-Mu diberi-Nya ilmu yang bermanfaat,
dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon
(dapat melaksanakan) amal yang shaleh, dan kami mohon tetap dalam
dalam agama Islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-
limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami
mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas
kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah, Ya Tuhan kami,
terimalah Shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyuk kami dan
pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama
Shalat ya Allah, ya Allah, ya Allah Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.”
Waktu Pelaksanaan
Para ulama berbeda pendapat mengenai seseorang yang berwitir pada awal
malam lalu tidur dan bangun di akhir malam dan melakukan sholat.
Sebagian ulama berpendapat bahwa batal witir yang telah dilakukannya
pada awal malam dan di akhir malam ia menambahkan satu rakaat pada
sholat witirnya, karena ada hadist yang mengatakan "tidak ada witir dua
kali dalam semalam". Witir artinya ganjil, kalau ganjil dilakukan dua kali
menjadi genap dan tidak witir lagi, maka ditambah satu rakaat agar tetap
witir. Pendapat in diikuti imam Ishaq dll. Redaksi hadist tersebut sbb:
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 11
Dari Qais bin Thalk berkata suatu hari aku kedatangan ayahnya Thalq bin
Ali di hari Ramadhan, lalu dia bersama kita hingga malam dan sholat
(tarawih) bersama kita dan berwitir juga. Lalu dia pulang ke kampungnya
dan mengimam sholat lagi dengan penduduk kampung hingga sampailah
sholat witir, lalu dia meminta seseorang untuk mengimami sholat witir
"berwitirlah bersama makmum" aku mendengar Rauslullah s.a.w.
bersabda "Tidak ada witir dua kali dalam semalam" H.R. Tirmidzi, Abu
Dawud, Nasai, Ahmad dll.
Pendapat kedua mengatakan tidak perlu witir lagi karena sudah witir di
awal malam. Ia cukup sholat malam tanpa witir. Alasannya banyak sekali
riwayat dari Rasulullah s.a.w. mengatakan bahwa dia melakukan sholat
sunnah setelah witir. Pendapat ini diikuti Malik, Syafii, Ahmad, Sufyan al-
Tsuari dan Hanafi.
SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DANIDUL ADHA (SHOLAT IED)
Shalat Id adalah ibadah Shalat sunah yang dilakukan setiap hari raya Idul
Fitri dan Idul Adha. Shalat Id termasuk dalam Shalat sunah muakkad,
artinya Shalat ini walaupun bersifat sunah namun sangat penting sehingga
sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 12
Waktu dan tata cara pelaksanaan
Waktu Shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya
matahari. Syarat, rukun dan sunahnya sama seperti Shalat yang lainnya.
Hanya ditambah beberapa sunah sebagai berikut :
Berjamaah
Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat
kedua
Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca
tasbih.
Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat
kedua. Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada
rakaat kedua.
Imam menyaringkan bacaannya.
Khutbah dua kali setelah Shalat sebagaimana khutbah jum’at
Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada
Idul Adha tentang hukum – hukum Qurban.
Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
Makan terlebih dahulu pada Shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha
sebaliknya.
Hadits berkenaan
Diriwayatkan dari Abu Said, ia berkata : Adalah Nabi SAW. pada
hari raya idul fitri dan idul adha keluar ke mushalla (padang untuk
Shalat), maka pertama yang dia kerjakan adalah Shalat, kemudian
setelah selesai dia berdiri menghadap kepada manusia sedang
manusia masih duduk tertib pada shaf mereka, lalu dia memberi
nasihat dan wasiat (khutbah) apabila dia hendak mengutus tentara
atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah dia putuskan,dia
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 13
perintahkan setelah selesai dia pergi. (H.R : Al-Bukhary dan
Muslim)
Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan Shalat Id bersama Nabi
Muhammad SAW. dia memulai Shalat sebelum khutbah tanpa adzan
dan tanpa iqamah, setelah selesai dia berdiri bertekan atas Bilal, lalu
memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong
mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan
mereka, setelah selesai dia turun mendatangai shaf wanita dan
selanjutnya dia memperingatkan mereka. (H.R : Muslim)
Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata : Rasulullah SAW.
memerintahkan kami keluar pada 'idul fitri dan 'idul adha semua
gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal
dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan
diri dari mushalla tempat Shalat Id, mereka menyaksikan kebaikan
dan mendengarkan da'wah kaum muslimin (mendengarkan
khutbah). Saya berkata : Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami
yang tidak mempunyai jilbab? Dia bersabda : Supaya saudaranya
meminjamkan kepadanya dari jilbabnya. (H.R : Jama'ah)
Diriwayatkan dariAnas bin Malik ra. ia berkata : Adalah Nabi SAW.
Tidak berangkat menuju mushalla kecuali dia memakan beberapa
biji kurma, dan dia memakannya dalam jumlah bilangan ganjil.
(H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
Diriwayatkan dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata : Nabi Muhammad
SAW. Mendirikan Shalat Id, kemudian dia memberikan ruhkshah /
kemudahan dalam menunaikan Shalat Jumat, kemudian dia
bersabda : Barang siapa yang mau Shalat jumat, maka kerjakanlah.
(H.R : Imam yang lima kecuali At-Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia
berkata : Sesungguhnya Nabi SAW. bertakbir pada Shalat Id dua
belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 14
raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak Shalat sunnah
sebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R : Amad dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. bertakbir pada hari-hari tasyriq
dengan lafadz sbb (artinya) : Allah maha besar, Allah maha besar,
tidak ada Illah melainkan Allah dan Allah maha besar, Allah maha
besar dan bagiNya segala puji. (H.R Ibnu Abi Syaibah dengan sanad
shahih)
Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang
pamannya dari golongan Anshar, ia berkata : Mereka berkata :
Karena tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal syawal,
maka pada pagi harinya kami masih tetap shaum, kemudian
datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi
dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal.
Maka Rasulullah SAW. memerintahkan semua manusia (ummat
Islam) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan Shalat Id
pada hari esoknya. (H.R : Lima kecuali At-Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Azzuhri, ia berkata : Adalah manusia (para
sahabat) bertakbir pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-
rumah mereka menuju tempat Shalat Id sampai mereka tiba di
musala (tempat Shalat Id) dan terus bertakbir sampai imam datang,
apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam ber
takbir maka merekapun ikut bertakbir. (H.R: Ibnu Abi Syaibah)
SHALAT HAJAT
Shalat Hajat adalah Shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim saat
memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan Allah. Shalat Hajat dilakukan
antara 2 hingga 12 raka'at dengan salam di setiap 2 rakaat. Shalat ini dapat
dilakukan kapan saja kecuali pada waktu-waktu yang dilarang untuk
melakukan Shalat.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 15
Niat Shalat
Niat Shalat ini, seperti juga Shalat-Shalat lain, diucapkan di dalam hati,
yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah dengan hati yang
ikhlas dan mengharapkan ridha-Nya, apabila ingin dilafalkan jangan
terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada
beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
Niat dilakukan di dalam hati ketika sedang takbiratul ihram (mengangkat
tangan). Lafazh niat Shalat hajat:
تعالى ه لل ركعتين الحاجة ة سن أصليUshollii sunnatal haajati rok’aataini lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku berniat Shalat hajat sunah hajat dua rakaat karena Allah
Ta’ala.”
Bacaan Surat
Membaca Ayat Kursi dan surah Al-Ikhlash pada tiap rakaat. Diriwayatkan
dari Wahiib ibn Al-Ward, ia mengatakan bahwa dari doa yang dikabulkan
adalah seorang hamba yang Shalat 12 rakaat, ia membaca pada tiap
rakaatnya ayat Kursi dan surah Al-Ikhlas.[1]
Hadits terkait
Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat hajat antara lain :
"Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian Shalat
dua rakaat (Shalat Hajat) dan sempurna rakaatnya maka Allah
berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat" ( HR.Ahmad )
“Barangsiapa yang memunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau
salah seorang manusia dari anak-cucu adam, maka wudhulah dengan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 16
sebaik-baik wudhu. Kemudian Shalat dua rakaat (Shalat Hajat), lalu
memuji kepada Allah, mengucapkan salawat kepada Nabi. Setelah
itu, mengucapkan “Laa illah illallohul haliimul kariimu,
subhaana.... (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-
laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan
keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian Shalat dua
rakaat, setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah,
sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna
berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi
bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan
membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan
saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini
saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku
yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu
mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad
cerita ini shahih)
Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia
mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata
saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka
Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian Shalatlah
dua rakaat (Shalat hajat). Setelah itu, berdoalah....” Dalam waktu
yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah
buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu
memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (Shalat
hajat).” (HR Tirmidzi)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 17
SHALAT DUHA
Shalat Duha adalah Shalat sunah yang dilakukan seorang muslim ketika
waktu duha. Waktu duha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang
lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu
zuhur. Jumlah rakaat Shalat duha minimal 2 rakaat dan maksimal 12
rakaat.[1] Dan dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam.
Manfaat
Manfaat atau faedah Shalat duha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh
orang yang melaksanakan Shalat duha adalah dapat melapangkan dada
dalam segala hal terutama dalam hal rizki, sebab banyak orang yang
terlibat dalam hal ini.[2]
Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad
Islamic Academy-menyatakan bahwa gerakan teratur dari shalat
menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa
terhadap sistem kardiovaskular.
Terlebih lagi shalat dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri
menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga
menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari, sesuai
dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat, "Ada ketegangan
yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti
enkefalin dan endorfin. Zat ini sejenis morfin, termasuk opiat. Efek
keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya, zat ini
alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan
terkontrol."
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 18
Hadis Terkait
Hadis rasulullah terkait Shalat duha antara lain :
"Barang siapa Shalat Duha 12 rakaat, Allah akan membuatkan
untuknya istana disurga." (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
"Siapapun yang melaksanakan Shalat duha dengan langgeng, akan
diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di
lautan." (H.R Tirmidzi)
Dari Ummu Hani bahwa rasulullah Shalat dhuha 8 rakaat dan
bersalam tiap dua rakaat. (HR Abu Daud)
Dari Zaid bin Arqam berkata, "Nabi keluar ke penduduk Quba
dan mereka sedang Shalat dhuha." Ia bersabda, "Shalat awwabin
(duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari)." (HR
Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
Rasulullah bersabda di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman,
“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan
empat rakaat Shalat duha, karena dengan Shalat tersebut, Aku
cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim &
Thabrani)
"Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat
Shalatnya setelah Shalat shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir,
dan melakukan dua rakaat Shalat dhuha disertai tidak berkata
sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni
meskipun banyaknya melebihi buih di lautan." (HR Abu Daud)
Dari Abi Zar dari nabi , dia bersabda, Setiap pagi ada kewajiban
untuk bersedekah untuk tiap-tiap persendian (ruas). Tiap-tiap tasbih
adalah sedekah, riap-tiap tahlil adalah sedekah, tiap-tiap takbir
adalah sedekah, dan menganjurkan kebaikan serta mencegah
kemungkaran itu sedekah. Cukuplah menggantikan semua itu
dengan dua raka'at Shalat dhuha.” (HR Muslim)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 19
Doa Shalat dhuha
Pada dasarnya doa setelah Shalat duha dapat menggunakan doa apapun.
Bahkan pernah tercatat nabi beristighfar seusai shalat duha dan dilanjutkan
dengan doa lain Doa yang biasa dilakukan selepas Shalat duha adalah:
Dalam tulisan latin: "Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a
baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota
qudrotuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kana rizqi fis sama-i fa-
anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa
yassirhu, wa in kana haroman fathohhirhu, wa in kana ba’idan
faqorribhu, bihaqqi dhuha-ika, wa baha-ika, wa jamalika, wa quwwatika,
wa qudrotika, aatini ma atayta 'ibadakas sholihin".
Artinya: "Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-
Mu, dan keagungan itu adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah
keindahan-Mu, dan kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan
itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit,
maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika
masih sukar, maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah,
jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha, keagungan,
keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami
segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang
sholeh".
Dalam Fatwa Mufti Markaz Al Fatawa – Asy Syabkah Al Islamiyah,
Dr ‘Abdullah Al Faqih, Fatwa no. 53488, 1 Sya’ban 1425,
diterangkan:
do’a Dhuha seperti ini (“Allahumma innadhuha dhuha-uka, wal bahaa
baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota
qudrotuka, wal ‘ismata ‘ismatuka ...dst) tidak ditemukan dalam berbagai
kitab yang menyandarkan doa ini sebagai hadits Nabi Muhammad
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 20
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Do'a seperti itu ditulis oleh Asy Syarwani
dalam Syarh Al Minhaj dan Ad Dimyathi dalam I’anatuth Tholibiin,
namun doa ini tidak dikatakan sebagai hadis.
Surah-surah yang paling baik dibaca
Surah-surah yang paling baik dibaca ketika Shalat duha adalah:
Surah Al-Waqi’ah
Surah Asy-Syams
Surah Ad-Duha
Surah Al-Kafirun
Surah Quraisy
Surah Al-Ikhlas
Surah yang paling disunahkan ketika Shalat dhuha yaitu:
Rakaat pertama disunahkan membaca Surah Asy-Syams
Rakaat kedua disunahkan membaca Surah Ad-Duha
Untuk rakaat berikutnya:
Setiap rakaat pertama disunahkan membaca Surah Al-Kafirun
Setiap rakaat kedua disunahkan membaca Surah Al-Ikhlas
SHALAT TAHAJUD
Shalat tahajjud adalah Shalat sunnat yang dikerjakan di malam hari setelah
terjaga dari tidur. Shalat tahajjud termasuk Shalat sunnat mu'akad (Shalat
yang dikuatkan oleh syara'). Shalat tahajjud dikerjakan sedikitnya dua
rakaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 21
Dalam Al-Qur'an
Dalam karyanya yang terkenal, Fiqh As-Sunnah, Sayyid Sabiq Sheikh
menguraikan tentang subjek tahajjud sebagai berikut:
Suruhan untuk Nabi Muhammad, Allah swt berfirman sebagai berikut:
Dan pada sebagian malam hari, sembahyang tahajjudlah kamu
sebagaimana ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ketempat yang terpuji : Al-Isra' 17:79
Perintah ini, meskipun secara khusus ditujukan kepada Muhammad, juga
mengacu pada semua Muslim, karena Muhammad adalah menjadi contoh
sempurna dan panduan bagi mereka dalam segala hal.
Selain itu, melakukan shalat Tahajjud teratur memenuhi syarat sebagai
salah satu dari orang-orang benar dan seseorang yang mendapatkan
karunia dan kemurahan Allah. Dalam memuji mereka yang melakukan
sholat malam, Allah berfirman:
Dan orang-orang yang melalui malam dengan bersujud dan berdiri untuk
tuhan mereka : Al-Furqan 25:64
Dalam Hadits
"Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari
waktu malam, lalu berseru: Adakah orang-orang yang memohon
(berdo'a), pasti akan Kukabulkan, adakah orang-orang yang meminta,
pasti akan Kuberi dan adakah yang mengharap/memohon ampunan, pasti
akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu Shubuh." (Al Hadits).
Waktu utama
Shalat tahajjud dapat dilakukan kapanpun pada malam hari. Namun waktu
paling utama untuk melakukannya adalah pada sepertiga akhir malam.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 22
Hukum
Pada mula-mula, sembahyang ini diwajibkan oleh Allah, pada firmannya
di Surah Al-Muzzammil:
Bangun lah pada malam hari (untuk sembahyang) kecuali sedikit
(daripadanya) : Al-Muzzammil 73:20
Namun, setelah turunnya ayat 20 dalam surat ini,Allah Yang Maha Adil
memberi keringanan. Hukumnya menjadi sunah.
Keistimewaan Shalat tahajjud
Shalat tahajjud merupakan kehormatan bagi seorang muslim, sebab
mendatangkan kesehatan, menghapus dosa-dosa yang dilakukan siang
hari, menghindarkannya dari kesepian dialam kubur, mengharumkan bau
tubuh, menjaminkan baginya kebutuhan hidup, dan juga menjadi hiasan
surga. [2] Selain itu, Shalat tahajjud juga dipercaya memiliki keistimewaan
lain, dimana bagi orang yang mendirikan Shalat tahajjud diberikan
manfaat, yaitu keselamatan dan kesenangan di dunia dan akhirat, antara
lain wajahnya akan memancarkan cahaya keimanan, akan dipelihara oleh
Allah dirinya dari segala macam marabahaya, setiap perkataannya
mengandung arti dan dituruti oleh orang lain, akan mendapatkan perhatian
dan kecintaan dari orang-orang yang mengenalinya, dibangkitkan dari
kuburnya dengan wajah yang bercahaya, diberi kitab amalnya ditangan
kanannya, dimudahkan hisabnya, berjalan di atas shirat bagaikan kilat.[1]
Ketika menerangkan Shalat tahajjud, Nabi Muhammad SAW bersabda,
Shalat tahajjud adalah sarana (meraih) keridhaan Tuhan, kecintaan para
malaikat, sunah para nabi, cahaya pengetahuan, pokok keimanan,
istirahat untuk tubuh, kebencian para setan, senjata untuk (melawan)
musuh, (sarana) terkabulnya doa, (sarana) diterimanya amal, keberkatan
bagi rezeki, pemberi syafaat di antara yang melaksanakannya dan di
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 23
antara malaikat maut, cahaya di kuburan (pelaksananya), ranjang dari
bawah sisi (pelaksananya), menjadi jawaban bagi Munkar dan Nakir,
teman dan penjenguk di kubur (pelaksananya) hingga hari kiamat, ketika
di hari kiamat Shalat tahajud itu akan menjadi pelindung di atas
(pelaksananya), mahkota di kepalanya, busana bagi tubuhnya, cahaya
yang menyebar didepannya, penghalang di antaranya dan neraka, hujah
(dalil) bagi mukmin dihadapan Allah SWT, pemberat bagi timbangan, izin
untuk melewati Shirath al-Mustaqim, kunci surga..
SHALAT ISTIKHARAH
Shalat Istikharah adalah Shalat sunnah yang dikerjakan untuk meminta
petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan
merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal.
Spektrum masalah dalam hal ini tidak dibatasi. Seseorang dapat Shalat
istikharah untuk menentukan dimana ia kuliah, siapa yang lebih cocok
menjadi jodohnya atau perusahaan mana yang lebih baik ia pilih. Setelah
Shalat istikharah, maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan
hati dalam memilih.
Waktu Pengerjaan
Pada dasarnya Shalat istikharah dapat dilaksanakan kapan saja namun
dianjurkan pada waktu sepertiga malam terakhir. Nabi Muhammad
menjelaskan jika umatnya memiliki keinginan atau memilih keputusan
yang terbaik maka disunnahkan untuk melakukan Shalat ini.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 24
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya.
Tata Cara
Shalat istikharah boleh dikerjakan paling sedikit dua rakaat atau hingga
dua belas rakaat (enam salam). Selepas membaca Al-Fatihah pada rakaat
yang pertama, diutamakan membaca Surah Al-Kafiruun (1 kali). Selepas
membaca Al-Fatihah pada rakaat yang kedua, diutamakan membaca 1
Surah Al-Ikhlas (1 kali). namun untuk surah yang lain tetap diperbolehkan
dibaca selepas membaca surah Al-Fatihah, baik pada rokaat pertama dan
kedua.
Setelah salam dilanjutkan do'a Shalat istikharah kemudian memohon
petunjuk dan mengutarakan masalah yang dihadapi. Sebuah hadits tentang
do'a setelah Shalat istikharah dari Jabir r.a mengemukakan bahwa do'a
tersebut dapat berbunyi :
"Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan
ilmu-Mu. Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah,
seandainya Engkau tahu bahwa masalah ini baik untukku dalam
agamaku, kehidupanku dan jalan hidupku, jadikanlah untukku dan
mudahkanlah bagiku dan berkahilah aku di dalam masalah ini.
Namun jika Engkau tahu bahwa masalah ini buruk untukku,
agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan
masalah itu dariku. Tetapkanlah bagiku kebaikan dimana pun
kebaikan itu berada dan ridhailah aku dengan kebaikan itu".
(Hadits riwayat Al Bukhari)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 25
SHALAT TAUBAT
Shalat Taubat adalah Shalat Sunnah yang dilakukan seorang muslim saat
ingin bertobat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat
dilaksanakan dua raka'at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu
yang diharamkan untuk melakukan Shalat (lihat pada Shalat sunnat).
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya,
apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu
Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini
gunakanlah dengan hikmah bijaksana..
Hadits terkait
Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat taubat antara lain :
Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: 'Tidaklah seseorang
melakukan dosa kemudian ia bersuci (berwudhu) dan Shalat lalu
minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni
dosanya itu, dia lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran
135).'" (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-
Albani)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 26
SHALAT ISTISQA
Shalat Istisqa adalah Shalat Sunah yang dilakukan untuk meminta
diturunkannya hujan. Shalat ini dilakukan bila terjadi kemarau yang
panjang atau karena dibutuhkannya hujan untuk keperluan/hajat tertentu.
Shalat istisqa dilakukan secara berjamaah dipimpin oleh seorang imam.
Tata Cara Pelaksanaan
Pra Shalat
Tiga hari sebelum Shalat Istisqa dilaksanakan terlebih dahulu seorang
pemimpin seperti ulama, aparat pemerintah atau lainnya menyerukan
kepada masyarakat agar berpuasa dan bertaubat meninggalkan segala
bentuk kemaksiatan serta kembali beribadah, menghentikan perbuatan
yang zalim dan mengusahakan perdamaian bila terdapat konflik.
Hari H
Pada hari pelaksanaan, seluruh penduduk diperintahkan untuk berkumpul
(bahkan membawa binatang ternak) di tempat yang telah dipersiapkan
untuk Shalat istisqa (tanah lapang). Penduduk sebaiknya memakai pakaian
yang sederhana, tidak berhias dan tidak pula memakai wewangian.
Shalat istisqa dilaksanakan dalam dua rakaat kemudian setelah itu diikuti
oleh khutbah dua kali oleh seorang khatib.
Khutbah Shalat istisqa sendiri memiliki ciri/ketentuan tersendiri antara
lain:
Khatib disunahkan memakai selendang
Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 kali sedangkan
pada khutbah kedua 7 kali.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 27
Khutbah berisi anjuran untuk beristighfar (memohon ampun) dan
merendahkan diri kepada Allah serta berkeyakinan bahwa
permintaan akan dikabulkan oleh-Nya.
Pada khutbah ke-dua khatib berpaling ke arah kiblat (membelakangi
makmum) dan berdo'a bersama-sama.
Saat berdoa hendaknya mengangkat tangan tinggi-tinggi.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya.
Hadis terkait
Hadis terkait Shalat istisqa:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu ia berkata,
"Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ke luar dengan berpakaian
sederhana, penuh tawaduk dan kerendahan. Sehingga tatkala sampai
di musala, dia naik ke atas mimbar, namun tidak berkhutbah
sebagaimana khutbah kalian ini. Ia terus menerus berdoa, merendah
kepada Allah, bertakbir kemudian Shalat dua rakaat seperti Shalat
ketika Ied". (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan di hasankan oleh
al-Albani)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 28
SHALAT TAHIYAT MASJID
Shalat Tahiyat Masjid adalah Shalat sunah dua rakaat yang dilakukan
ketika seorang muslim memasuki masjid.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati namun sunnah melafalkannya dan apabila ingin dilafalkan
jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada
beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
Hadits terkait
Hadis Rasulullah SAW terkait Shalat tahiyyatul masjid antara lain :
“Apabila seseorang di antara kamu masuk masjid, maka janganlah
hendak duduk sebelum Shalat dua rakaat lebih dahulu” (H.R.
Bukhari dan Muslim)
SHALAT WUDU
Shalat Tahiyat Wudu adalah Shalat sunah yang dilakukan seusai berwudu.
Jumlah rakaat Shalat Tahiyat Wudu adalah dua rakaat.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati.
Wudu (Arab: al-wuḍū', Persia: ābdast, Turki: abdest, Urdu: wazū') adalah
salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 29
diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan Shalat. Berwudu bisa pula
menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.
Penggunaan air
Jenis air yang diperkenankan
Air hujan,
Air sumur,
Air terjun, laut atau sungai,
Air dari lelehan salju atau es batu,
Air dari tangki besar atau kolam.
Jenis air yang tidak diperkenankan
Air yang tidak bersih atau ada najis,
Air sari buah atau pohon,
Air yang telah berubah warna, rasa dan bau dan menjadi pekat
karena sesuatu telah direndam didalamnya,
Air dengan jumlah sedikit (kurang dari 1000 liter) yang terkena
sesuatu yang tidak bersih seperti urin, darah atau minuman anggur
atau ada seekor binatang mati didalamnya,
Air bekas wudu,[1]
Air yang tersisa setelah binatang haram meminumnya seperti anjing,
babi atau binatang mangsa,
Air yang tersisa oleh seseorang yang telah mabuk karena khamr
(minuman keras).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 30
Air mustamal menurut pendapat empat mahzab
Mahzab Al-Hanafiyah
Menurut mazhab ini bahwa yang menjadi musta’mal adalah air yang
membasahi tubuh saja dan bukan air yang tersisa di dalam wadah. Air itu
langsung memiliki hukum musta’mal saat dia menetes dari tubuh sebagai
sisa wudu atau mandi. Air musta’mal adalah air yang telah digunakan
untuk mengangkat hadats (wudu` untuk Shalat atau mandi wajib) atau
untuk qurbah. Maksudnya untuk wudu sunnah atau mandi sunnah.
Sedangkan air yang di dalam wadah tidak menjadi musta’mal. Bagi
mereka, air musta’mal ini hukumnya suci tapi tidak bisa mensucikan.
Artinya air itu suci tidak najis, tapi tidak bisa digunakan lagi untuk wudu
atau mandi.
Mahzab Al-Malikiyah
Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan
untuk mengangkat hadats baik wudu atau mandi, dan tidak dibedakan
apakah wudu` atau mandi itu wajib atau sunnah. Juga yang telah
digunakan untuk menghilangkan khabats (barang najis), dan sebagaimana
Al-Hanafiyah, mereka pun mengatakan ‘bahwa yang musta’mal hanyalah
air bekas wudu atau mandi yang menetes dari tubuh seseorang. Namun
yang membedakan adalah bahwa air musta’mal dalam pendapat mereka
itu suci dan mensucikan. Artinya, bisa dan sah digunakan digunakan lagi
untuk berwudu` atau mandi sunnah selama ada air yang lainnya meski
dengan karahah (kurang disukai).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 31
Mahzab Asy-Syafi`iyyah
Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air sedikit yang telah
digunakan untuk mengangkat hadats dalam fardhu taharah dari hadats. Air
itu menjadi musta’mal apabila jumlahnya sedikit yang diciduk dengan niat
untuk wudu atau mandi meski untuk untuk mencuci tangan yang
merupakan bagian dari sunnah wudu. Namun bila niatnya hanya untuk
menciduknya yang tidak berkaitan dengan wudu, maka belum lagi
dianggap musta’mal. Termasuk dalam air musta’mal adalah air mandi baik
mandinya orang yang masuk Islam atau mandinya mayit atau mandinya
orang yang sembuh dari gila, dan air itu baru dikatakan musta’mal kalau
sudah lepas atau menetes dari tubuh. Air musta’mal dalam mazhab ini
hukumnya tidak bisa digunakan untuk berwudu atau untuk mandi atau
untuk mencuci najis. Karena statusnya suci tapi tidak mensucikan.
Mahzab Al-Hanabilah
Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan
untuk bersuci dari hadats kecil (wudu`) atau hadats besar (mandi) atau
untuk menghilangkan najis pada pencucian yang terakhir dari 7 kali
pencucian, dan untuk itu air tidak mengalami perubahan baik warna, rasa
maupun aromanya. Selain itu air bekas memandikan jenazah pun termasuk
air musta’mal. Namun bila air itu digunakan untuk mencuci atau
membasuh sesautu yang di luar kerangka ibadah, maka tidak dikatakan air
musta’mal. Seperti menuci muka yang bukan dalam rangkaian ibadah
ritual wudu. Atau mencuci tangan yang juga tidak ada kaitan dengan ritual
ibadah wudu.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 32
Hukum wudu
Wajib
Pelaksanaan wudu wajib dilakukan oleh umat Muslim, ketika hendak
melakukan ibadah Shalat, thawaf di Ka'bah, dan menyentuh al-Qur'an.
Berwudu untuk menyentuh al-Qur'an menurut pendapat para ulama empat madzhab adalah
wajib, berdasarkan salah satu surah dalam al-Qu'ran, yang berbunyi:
Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab
yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-
orang yang disucikan. (Al Waaqi'ah 56:77-79)
Sedangkan menurut pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud
oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-
Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat
yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para malaikat yang telah disucikan
oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain
sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya.
Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang
Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian
maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi:
Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci (bersih),
yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek).
Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-
Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk
maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.” Yang
dimaksud oleh hadits di atas ialah: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an
kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 33
sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak
najis”
Sunnah
Wudu bersifat sunnah adalah bila akan mengerjakan hal-hal berikut ini:
1. Mengulangi wudu untuk tiap shalat,
2. Bagi setiap Muslim untuk selalu tampil dengan wudu,
3. Ketika hendak tidur, dalam keadaan junub,
4. Sebelum mandi wajib,
5. Ketika hendak mengulangi hubungan badan,[11]
6. Ketika marah,
7. Ketika membaca al-Qur'an,
8. Ketika Melantunkan azan dan iqamat,
9. Ziarah ke makam Nabi Muhammad,
10. Menyentuh kitab-kitab syar'i.
Syarat wudu
Ada 5 (lima) syarat untuk berwudu;
1. Niat (ada perbedaan pendapat antara mayoritas dan Hanafiyah)
2. Air yang digunakan harus thohur (suci dan mensucikan), maka tidak
sah berwudu dengan air yang najis
3. Menghilangkan hal-hal yang bisa mengahalangi sampainya air ke
kulit.
4. Jika seseorang selesai dari buang hajat maka dia harus bersuci
dahulu sebelum berwudu
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 34
Sunnah wudu
Berikut sunnah-sunnah wudu yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad:
1. Bersiwak,
2. Mencuci kedua tangan sampai pergelangan tangan sebelum
berwudu,
3. Mencuci anggota-anggota wudu sebanyak tiga kali, kecuali kepala
hanya sekali,
4. Menyela-nyela jenggot yang tebal,
5. Menyela-nyela jari-jari kaki dan jari-jari tangan,
6. Menyeka (dalk),
7. Mendahulukan tangan kanan daripada yang kiri dan kaki kanan
daripada kaki kiri.
8. Berdo'a setelah berwudu.
9. Menggunakan air wudu dengan hemat.
Rukun wudu
Disepakati
Rukun berwudu yang disepakati ada empat:
1. Mencuci wajah,
2. Mencuci tangan,
3. Mengusap kepala,
4. Mencuci kedua kaki.
Diperselisihkan
Rukun-rukun yang diperselisihkan adalah sebagai berikut:
1. Tertib,
2. Bersambungan (Muwalah).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 35
Pembatal wudu
Disepakati
Ada beberapa perkara atau hal yang dapat membatalkan syahnya wudu,
diantaranya adalah:
1. Keluar sesuatu dari lubang kelamin dan anus, berupa tinja, kencing,
kentut, dan semua hadats besar seperti keluarnya air mani, madzi,
jima', haid, nifas,
2. Tidur lelap (dalam keadaan tidak sadar),
3. Hilangnya akal karena mabuk, pingsan dan gila,
4. Memakan daging unta,
5. Menyentuh kawasan sekitar anus (dubur).
Diperselisihkan
1. Sentuhan laki-laki pada wanita yang mahram atau bukan tanpa
penghalang, kemudian ada hadits yang menjelaskan bahwa
bersentuhan tidak membatalkan wudu,
2. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam
3. Keluarnya darah istihadhah,
4. Mimisan dan muntah,
5. Mengangkat dan memandikan jenazah.
Referensi
1. Air bekas wudu apabila sedikit, maka tidak boleh digunakan,
dan termasuk sebagai air musta'mal, sebagaimana hadits: Abdullah
bin Umar mengatakan, “Rasulullah telah bersabda: “Jika air itu
telah mencapai dua qullah, tidak mengandung kotoran. Dalam lafadz
lain: ”tidak najis”. (HR Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa’i, Ibnu Majah).
2. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan Shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 36
sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu
sampai mata kaki." (Al-Maidah 5:6).
3. Dari rasulullah dia bersabda: Shalat salah seorang di antara
kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu."
(H.R. Abu Hurairah).
4. Shahih riwayat Daruquthni dari jalan Amr bin Hazm, dan dari
jalan Hakim bin Hizaam diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim,
Thabrani di kitabnya Mu’jam Kabir dan Mu’jam Ausath dan lain-
lain, dan dari jalan Ibnu Umar diriwayatkan oleh Daruquthni dan
lain-lain, dan dari jalan Utsman bin Abil Aash diriwayatkan oleh
Thabrani di Mu’jam Kabir dan lain-lain. Irwaa-ul Ghalil no. 122
oleh Syaikhul Imam Al-Albani. Dia telah mentakhrij hadits di atas
dan menyatakannya shahih.
5. Shahih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain dari jalan Abu Hurairah, ia
berkata: “Rasulullah pernah menjumpaiku di salah satu jalan dari
jalan-jalan yang ada di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan
junub, lalu aku menyingkir pergi dan segera aku mandi kemudian
aku datang (menemui dia), lalu dia bersabda, “Kemana engkau tadi
wahai Abu Hurairah?” Jawabku, “Aku tadi dalam keadaan junub,
maka aku tidak suka duduk bersamamu dalam keadaan tidak bersih
(suci)”. Maka dia bersabda, “Subhanallah! Sesungguhnya orang
mu’min itu tidak najis” (Dalam riwayat yang lain dia bersabda,
“Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis”).
6. Dari Abi Hurairah bahwa rasulullah bersabda, `Seandainya
tidak memberatkan ummatku, pastilah aku akan perintahkan untuk
berwudhu` pada tiap mau shalat, dan wudhu itu dengan bersiwak.
(HR Ahmad dengan isnad yang shahih).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 37
7. Dari Tsauban bahwa rasulullah bersabda, `Tidaklah
menjaga wudhu` kecuali orang yang beriman`. (HR Ibnu Majah, Al-
Hakim, Ahmad dan Al-Baihaqi).
8. Dari Al-Barra` bin Azib bahwa rasulullah bersabda, `Bila
kamu naik ranjang untuk tidur, maka berwudhu`lah sebagaimana
kamu berwudhu` untuk shalat, dan tidurlah dengan posisi di atas sisi
kananmu.. (HR Bukhari dan Tirmizy).
9. Dari Aisyah berkata bahwa rasulullah bila ingin tidur
dalam keadaan junub, dia mencuci kemaluannya dan berwudhu`
terlebih dahulu seperti wudhu` untuk shalat. (HR Jamaah).
10. Dari Aisyah berkata bahwa rasulullah bila dalam keadaan
junub dan ingin makan atau tidur, dia berwudhu` terlebih dahulu.
(HR Ahmad dan Muslim).
11. Dari Abi Said al-Khudhri bahwa rasulullah bersabda, `Bila
kamu berhubungan seksual dengan isterimu dan ingin
mengulanginya lagi, maka hendaklah berwuhdu terlebih dahulu.(HR
Jamaah kecuali Bukhari).
12. Bila kamu marah, hendaklah kamu berwudhu`. (HR Ahmad
dalam musnadnya).
13. Hadits Kholid bin Mi’dan bahwasanya nabi melihat
seorang laki-laki yang pada kakinya ada seukuran dirham yang tidak
terkena air (wudlu), maka nabi memerintahkan laki-laki tersebut
untuk mengulangi wudlu. Hadits shohih riwayat Abu Dawud dan
ada tambahan الة yaitu الص��� (nabi memerintahkannya untuk
mengulangi sholat, Irwaul Golil no 86).
14. Rosulullah , Kalau bukan karena akan memberatkan umatku
maka akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan
berwudlu. (Hadits shohih, Irwaul Gholil no 70).
15. Telah tsabit bahwasanya nabi berwudlu tiga-tiga kali, dan
hadits mengenai ini banyak (diantaranya hadits Abdullah bin Zaid).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 38
16. Demikian pula telah tsabit bahwa nabi berwudlu dua-dua
kali (sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Zaid t riwayat Bukhori
no 158).
17. Tsabit bahwa nabi pernah berwudlu sekali-sekali
(sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas t riwayat Bukhori no 157).
18. Juga telah tsabit bahwasanya nabi berwudlu sebagian
anggota tubuhnya tiga kali dan sebagian yang lain dua kali
(sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Zaid t di atas, lihat artikel
seri 1) (Lihat Thuhurul Muslim hal 81dan Syarhul Mumti' 1/146).
19. Yang dimaksud dengan dalk yaitu menyeka/menggosok
anggota wudlu (yang telah terkena air) dengan menggunakan tangan
(sebelum anggota wudlu tersebut kering), dan yang dimaksud
dengan tangan di sini yaitu telapak (bagian dalam) tangan. Oleh
karena itu tidak cukup men-dalk kaki dengan menggunakan kaki
lainnya. (al-fiqh al-islami 1/235). (Namun tidak ada dalilnya harus
dengan telapak tangan-pen). Menurut jumhur ulama hukum dalk
adalah sunnah karena tidak disebutkan dalam ayat. Sedangkan
menurut Malikiyah adalah wajib. Dalil mereka: Sesungguhnya
mencuci yang diperintahkan dalam ayat tidaklah bisa terwujud
kecuali dengan dalk, sedangakan hanya sekedar terkena air tidaklah
dianggap sebagai satu cucian. Dicontohkan oleh nabi adalah
dengan dalk sebagaimana dalam hadits. Dari Abdullah bin Zaid t
berkata: Bahwasanya nabi didatangkan air kepada dia (sebanyak)
dua per tiga mud, lalu dia mendalk (menggosok) kedua lengannya.
(Hadits shohih riwayat Ahmad dan dishohihkan oleh Ibnu
Khuzaimah). Tetapi pendapat jumhur yang lebih rojih, sebab yang
diperintahkan oleh Allah ta'ala hanyalah mencuci bukan menggosok.
Sedangkan sekedar perbuataan nabi tidak bisa menunjukkan akan
wajib. Tetapi jika air tidak bisa menyentuh kulit kecuali dengan
digosok maka hukum dalk adalah wajib (Taudlihul Ahkam 1/179).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 39
20. Sebagaimana sabda rosulullah dalam hadits Abu Huroiroh;
Jika kalian berwudlu maka mulailah dengan bagian kanan kalian.
(Hadits shohih dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Baihaqi, Thobroni
dan Ibnu Hibban dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan
dihasankan oleh Imam Nawawi).
21. Yang afdol adalah berwudlu tiga-tiga kali namun tidak boros
dan berlebih-lebihan dalam menggunakan air, baik ketika wudlu
maupun ketika mandi. Sebagaimana dalam hadits, dari 'Aisyah
bahwasanya rosulullah mandi janabah dengan satu ina' (yaitu
satu farq). (Hadits shohih riwayat Muslim no 319). Berkata Sofyan
satu farq adalah tiga sok.
22. Nabi pernah berwudlu dengan dua per tiga mud,
sebagaimana hadits: Dari Abdullah bin Zaid berkata: Bahwasanya
nabi didatangkan air kepada dia (sebanyak) dua per tiga mud, lalu
dia mendalk (menggosok) kedua lengannya. (Hadits shohih riwayat
Ahmad dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
23. Berkata Imam Bukhori: "Nabi telah menjelaskan bahwa
wajibnya wudlu adalah sekali-sekali, dan nabi juga pernah
berwudlu dua kali-dua kali dan tiga kali-tiga kali dan nabi tidak
menambah lebih dari tiga kali, ..." Oleh karena itu hendaknya
berhemat dalam berwdlu dan sesuai dengan sunnah nabi , dari
Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Seorang arab
badui datang kepada Nabi , maka Nabi memperlihatkannya
wudlu dengan tiga kali-tiga kali, kemudian nabi berkata:
"Demikianlah wudlu, maka barang siapa yang menambah lebih dari
ini (lebih dari tiga kali) maka dia telah berbuat jelek dan melampaui
batas dan berbuat dzolim." (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani dalam shohih Nasai 1/31).
24. Dari Abdullah bin Mugoffal bahwasanya beiau menengar nabi
berkata: Sesungguhnya akan ada pada umat ini suatu kaum yang
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 40
melampaui batas dalam bersuci dan berdo'a. (Hadits ini dishohihkan
oleh Syaikh Al-Abani dalam shohih Abu Dawud 1/21) (Lihat
Thuhurul Muslim hal 82).
25. Rasulullah memberi fatwa kepada seseorang yang ragu
apakah dia kentut dalam shalat ataukah tidak, “Jangan dia
memutuskan shalatnya sampai dia mendengar suara atau mencium
bau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid),
26. Berdasarkan hadits Ali bin Abi Thalib dari nabi bahwa dia
bersabda tentang seseorang yang mengeluarkan madzi, “Hendaknya
dia mencuci kemaluannya dan berwudhu.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
27. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/133.
28. “Ada seseorang yang bertanya pada rasulullah , “Apakah
aku mesti berwudhu setelah memakan daging kambing?” Dia
bersabda, “Jika engkau mau, berwudhulah. Namun jika enggan,
maka tidak mengapa engkau tidak berwudhu.” Orang tadi bertanya
lagi, “ Apakah seseorang mesti berwudhu setelah memakan daging
unta?” Dia bersabda, “Iya, engkau harus berwudhu setelah memakan
daging unta.” (HR. Muslim no. 360.)
29. Fathul Qarib, bab perkara yang membatalkan wudu
30. Hadits Aisyah dia berkata, “Sesungguhnya nabi pernah
mencium sebagian istrinya kemudian dia keluar mengerjakan shalat
dan dia tidak berwudhu lagi.” (HR. Ahmad, An-Nasai, At-Tirmizi
dan Ibnu Majah). Ini adalah pendapat Daud Azh-Zhahiri dan
mayoritas ulama muhaqqiqin, seperti: Ibnu Jarir Ath-Thabari,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Ibnu Katsir, dan dari kalangan
muta`akhkhirin: Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin, Asy-Syaikh Muqbil
dan selainnya. Adapun sebagian ulama yang berdalilkan dengan
firman Allah Ta’ala, “Atau kalian menyentuh wanita …,” (Al-
Maidah 5:6) bahwa menyentuh wanita adalah membatalkan wudhu.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 41
Maka bisa dijawab dengan dikatakan bahwa kata ‘menyentuh’
dalam ayat ini bukanlah ‘menyentuh’ secara umum, akan tetapi dia
adalah ‘menyentuh’ yang sifatnya khusus, yaitu jima’ (hubungan
intim). Demikianlah Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib menafsirkan
bahwa ‘menyentuh’ di sini adalah bermakna jima’. Hal ini sama
seperti pada firman Allah Ta’ala tentang ucapan Maryam,
“Bagaimana mungkin saya akan mempunyai seorang anak
sementara saya belum pernah disentuh oleh seorang manusia pun
dan saya bukanlah seorang pezina.” (Maryam 19:20) dan kata
‘disentuh’ di sini tentu saja bermakna jima’ sebagaimana yang bisa
dipahami dengan jelas. Ini juga diperkuat oleh hadits Aisyah riwayat
Al-Bukhari dan Muslim bahwa dia pernah tidur terlentang di depan
rasulullah yang sedang shalat. Ketika dia akan sujud, dia
menyentuh kaki Aisyah agar dia menarik kakinya. Seandainya
menyentuh wanita membatalkan wudhu, niscaya dia akan
membatalkan shalatnya ketika menyentuh Aisyah. [Lihat An-Nail:
1/195, Fathu Al-Qadir: 1/558, Al-Muhalla: 1/244, Al-Ausath: 1/113
dan Asy-Syarh Al-Mumti’: 1/286-291]. Catatan: Menyentuh wanita
(baik yang mahram maupun yang bukan) tidaklah membatalkan
wudhu, hanya saja ini bukan berarti boleh menyentuh wanita yang
bukan mahram. Karena telah shahih dari rasulullah bahwa dia
bersabda, “Seseorang di antara kalian betul-betul ditusukkan jarum
besi dari atas kepalanya -dalam sebagian riwayat: Sampai tembus ke
tulangnya-, maka itu lebih baik bagi dirinya daripada dia menyentuh
wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dari Ma’qil
bin Yasar).
31. Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang yang menyentuh
kemaluannya, apakah dia wajib berwudhu? Maka dia menjawab,
“Tidak, itu hanyalah bagian dari anggota tubuhmu.” (HR. Imam
Lima dari Thalq bin Ali) Maka hadits ini menunjukkan bahwa
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 42
menyentuh kemaluan tidaklah membatalkan wudhu. Tapi di sisi lain
dia juga pernah bersabda, “Barangsiapa yang menyentuh
kemaluannya maka hendaknya dia berwudhu.” (HR. Imam Lima
dari Busrah bintu Shafwan) dan ini adalah nash tegas yang
menunjukkan batalnya wudhu dengan menyentuh kemaluan.
Pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah dan
Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin adalah pendapat yang memadukan
kedua hadits ini dengan menyatakan: Menyentuh kemaluan tidaklah
membatalkan wudhu akan tetapi disunnahkan -tidak diwajibkan-
bagi orang yang menyentuh kemaluannya untuk berwudhu kembali.
Jadi perintah yang terdapat dalam hadits Busrah bukanlah bermakna
wajib tapi hanya menunjukkan hukum sunnah, dengan dalil nabi
tidak mewajibkan wudhu padanya -sebagaimana dalam hadits
Thalq-. Wallahu a’lam bishshawab. [Lihat Al-Ausath: 1/193, A-
Mughni: 1/180, An-Nail: 1/301, Asy-Syarh Al-Mumti’: 1/ 278-284
dan As-Subul: 1/149].
32. Asy-Syaukani berkata dalam An-Nail, “Tidak ada satu pun
dalil yang bisa dijadikan hujjah, yang mewajibkan wudhu bagi
wanita yang mengalami istihadhah.” Di antara dalil lemah tersebut
adalah hadits Aisyah tentang sabda nabi kepada seorang sahabiah
yang terkena istihadhah, “Kemudian berwudhulah kamu setiap kali
mau shalat.” Hadits ini adalah hadits yang syadz lagi lemah,
dilemahkan oleh Imam Muslim, An-Nasai, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil
Barr dan selainnya. [Lihat Al-Fath: 1/409, As-Sail: 1/149 dan As-
Subul: 1/99].
33. Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiah. Adapun hadits, “Barangsiapa yang muntah (dari
perut) atau mimisan atau muntah (dari tenggorokan) atau
mengeluarkan madzi maka hendaknya dia pergi dan berwudhu.”
(HR. Ibnu Majah dari Aisyah), maka ini adalah hadits yang lemah.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 43
Imam Ahmad dan Al-Baihaqi telah melemahkan hadits ini, karena di
dalam sanadnya ada Ismail bin Ayyasy dan dia adalah rawi yang
lemah.
34. Ada beberapa hadits dalam permasalahan ini, di antaranya
adalah hadits Abu Hurairah secara marfu’, “Barangsiapa yang
memandikan mayit maka hendaknya dia juga mandi, dan
barangsiapa yang mengangkatnya maka hendaknya dia berwudhu.”
(HR. Ahmad, An-Nasai dan At-Tirmizi) Akan tetapi hadits ini telah
dilemahkan oleh Imam Az-Zuhri, Abu Hatim, Ahmad, Ali bin Al-
Madini dan Al-Bukhari. Adapun hadits-hadits lainnya, maka kami
sendiri pernah mentakhrij jalan-jalannya dan kami menemukannya
sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad -rahimahullah-,
“Tidak ada satu pun hadits shahih yang ada dalam permasalahan
ini.”
SHALAT JENAZAH
Shalat Jenazah adalah jenis Shalat yang dilakukan untuk jenazah muslim.
Setiap muslim yang meninggal baik laki-laki maupun perempuan wajib
diShalati oleh muslim yang masih hidup dengan status hukum fardhu
kifayah. Nabi Muhammad tidak pernah mau menyalatkan jenazah yang
meninggal masih memiliki hutang dan mati karena bunuh diri,tetapi wajib
diShalatkan oleh umatnya atau masyarakat umum.
Syarat penyelenggaraan
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Shalat ini
adalah:
Yang melakukan Shalat harus memenuhi syarat sah Shalat secara
umum (menutup aurat, suci dari hadas, menghadap kiblat dst);
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 44
Jenazah harus sudah dimandikan dan dikafani;
Jenazah diletakkan disebelah mereka yang menyalati, kecuali
dilakukan di atas kubur atau Shalat ghaib.
Rukun Shalat Jenazah
Shalat jenazah yang tidak dilakukan ruku', sujud maupun iqamah,
melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam.
Berikut adalah urutannya:
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Niat Shalat
Berniat;
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup
diucapkan di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat
riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat.
Takbiratul Ihram (takbir yang pertama), kemudian membaca surat
Al Fatihah;
Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas rasulullah minimal:
"Allahumma shalli 'alaa Muhammadin" ("Ya Allah berilah salawat
atas Muhammad).";
Takbir ketiga kemudian membaca do'a untuk jenazah:
1. Jenazah pria, "Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu
anhu..." ("Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan
dan ma'afkanlah dia").
2. Jenazah wanita kata lahuu diganti dengan lahaa, "Allahhummaghfir
lahaa warhamha wa'aafiha wa'fu anha...".
3. Jenazah banyak kata lahuu diganti dengan lahum,
"Allahhummaghfir lahum warhamhum wa'aafihim wa'fu anhum..."
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 45
Takbir keempat kemudian membaca do'a minimal:
1. Jenazah pria, "Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna
ba'dahu waghfirlanaa walahu." ("Ya Allah, janganlah kiranya
pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau
meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi
kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia").
2. Jenazahnya wanita, bacaannya menjadi, "Allahumma laa tahrimnaa
ajraha walaa taftinna ba'daha waghfirlanaa walaha.";
Mengucapkan salam.
Shalat Ghaib
Jika terdapat keluarga atau muslim lain yang meninggal di tempat yang
jauh sehingga jenazahnya tidak bisa dihadirkan maka dapat dilakukan
Shalat ghaib atas jenazah tersebut. Pelaksanaannya serupa dengan Shalat
jenazah, perbedaan hanya pada niat Shalatnya.
SHALAT MUTLAQ
Shalat Sunnat Mutlaq adalah Shalat sunnat yang dapat dilakukan tanpa
memerlukan sebab tertentu dan kapan saja kecuali waktu-waktu yang
diharamkan untuk mengerjakan Shalat (lihat pada Shalat sunnat). Jumlah
rakaatnya tidak terbatas dan dilakukan dengan seri 2 raka'at.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya,
apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 46
Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini
gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
SHALAT AWWABIN
Shalat Awwabin adalah satu jenis Shalat Sunnah. Awwabin sendiri berasal
dari bahasa arab yang berarti (orang yang sering bertaubat). Ada
perbedaan pendapat mengenai Shalat ini dikalangan para ulama. Ada yang
mengatakan bahwa Shalat awwabin dilakukan antara waktu maghrib dan
isya, sementara yang lain mengatakan Shalat awwabin adalah nama lain
dari Shalat dhuha.
Hadits terkait
"Shalatnya orang-orang awwabin (yang sering bertaubat kepada
Allah) adalah ketika anak unta merasa kepanasan" (HR. Muslim :
848)
"Tidak ada yang menjaga Shalat dhuha kecuali orang awwab (sering
bertaubat). Rasulullah bersabda: "Itu adalah Shalatnya orang-orang
yang sering bertaubat" (HR Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya:
1224, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1/313 Ath Thabarani dalam
Al-Ausath: 4322. Disahihkan Al Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi.
Dan dihasankan Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah no. 707).
Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata :" Nabi SAW keluar ke penduduk
Quba dan mereka sedang Shalat dhuha. Ia bersabda,'Shalat awwabin
(duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari)' ". (HR
Ahmad Muslim dan Tirmizy)
SHALAT SAFAR
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 47
Safar secara harfiah berarti melakukan perjalanan. Orang yang melakukan
safar disebut dengan musafir.
Safar dan Shalat
Dalam ajaran agama Islam, bagi mereka yang sedang dalam keadaan safar
(melakukan perjalanan) diberikan keringanan dalam melakukan ibadah
Shalat. Keringanan yang didapatkan antara lain:
Dapat meringkas Shalat (Qashar), yakni mengurangi jumlah raka'at
Shalat yang tadinya 4 raka'at menjadi 2 raka'at (Dzhuhur, Ashar,
Isya).
Dapat melakukan dua Shalat pada satu waktu (Jamak/digabungkan),
baik diawal (Taqdim) maupun diakhir (Takhir). Yakni pasangan
Shalat Dzuhur dengan Ashar dikerjakan di waktu dzuhur (Taqdim)
atau diwaktu Ashar (Takhir) atau pasangan Shalat isya dan maghrib
dikerjakan pada waktu Maghrib atau Isya
Shalat Jamak yaitu Shalat yg dilaksanakan dengan mengumpulkan dua
Shalat wajib dalam satu waktu, seperti Shalat Zuhur dengan Asar dan
Shalat Magrib dengan Shalat Isya (khusus dalam perjalanan)[1]. Adapun
pasangan Shalat yang bisa dijamak adalah Shalat Dzuhur dengan Ashar
atau Shalat Maghrib dengan Isya. Shalat jamak dibedakan menjadi dua
tipe yakni:
Jama' Taqdim penggabungan pelaksanaan dua Shalat dalam satu
waktu dengan cara memajukan Shalat yang belum masuk waktu ke
dalam Shalat yang telah masuk waktunya (seperti penggabungan
pelaksanaan Shalat Asar dengan Shalat Zuhur pada waktu Shalat
Zuhur atau pelaksanaan Shalat Isya dengan Shalat Magrib pada
waktu Shalat Magrib)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 48
Jama' Ta'khir penggabungan pelaksanaan dua Shalat dalam satu
waktu dengan cara mengundurkan Shalat yang sudah masuk waktu
ke dalam waktu Shalat yang berikutnya (seperti penggabungan
pelaksanaan Shalat Zuhur dengan Shalat Asar pada waktu Shalat
Asar, atau pelaksanaan Shalat Magrib dengan Shalat Isya pada
waktu Shalat Isya)
Syarat jamak takdim
1. Tertib. Apabila musafir akan melakukan jamak Shalat dengan jamak
taqdim, maka dia harus mendahulukan Shalat yang punya waktu
terlebih dahulu. Semisal musafir akan menjamak Shalat maghrib
dengan shoalt isya', maka dia harus mengerjakan Shalat maghrib
terlebih dahulu. Apabila yang dikerjakan terlebih dahulu adalah
Shalat isya', maka Shalat Shalat isya'nya tidak sah. Dan apabila dia
masih mau melakukan jamak, maka harus mengulangi Shalat
isya'nya setelah Shalat maghrib.
2. Niat jamak pada waktu Shalat yang pertama. Apabila musafir mau
melakukan Shalat jamak dengan jamak taqdim, maka diharuskan
niat jamak pada waktu pelaksanaan Shalat yang pertama. Jadi, selagi
musholli masih dalam Shalat yang pertama (asal sebelum salam),
waktu niat jamak masih ada, namun yang lebih baik, niat jamak
dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram.
3. Muwalah (bersegera). Antara kedua Shalat tidak ada selang waktu
yang dianggap lama. Apabila dalam jamak terdapat pemisah
(renggang waktu) yang dianggap lama, seperti melakukan Shalat
sunah, maka musholli tidak dapat melakukan jamak dan harus
mengakhirkan Shalat yang kedua serta mengerjakannya pada waktu
yang semestinya.
4. Masih berstatus musafir sampai selesainya Shalat yang kedua.
Orang yang menjamak Shalatnya harus berstatus musafir sampai
selesainya Shalat yang kedua. Apabila sebelum melaksanakan Shalat
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 49
yang kedua ada niatan muqim, maka musholli tidak boleh
melakukan jamak, sebab udzurnya dianggap habis dan harus
mengakhirkan Shalat yang kedua pada waktunya.[3]
Syarat jamak ta'khir
1. Niat menjamak ta'khir pada waktu shalat yang pertama. Misalnya,
jika waktu shalat zhuhur telah tiba, maka ia berniat akan
melaksanakan shalat zhuhur tersebut nanti pada waktu ashar.
2. Pada saat datangnya waktu shalat yang kedua, ia masih dalam
perjalanan. Misalnya, seseorang berniat akan melaksanakan shalat
zhuhur pada waktu ashar. Ketika waktu ashar tiba ia masih berada
dalam perjalanan. Dalam jamak ta'khir, shalat yang dijamak boleh
dikerjakan tidak menurut urutan waktunya. Misalnya shalat zhuhur
dan ashar, boleh dikerjakan zhuhur dahulu atau ashar dahulu. Di
samping itu antara shalat yang pertama dan yang kedua tidak perlu
berturut-turut (muwalat). Jadi boleh diselingi dengan perbuatan lain,
misalnya shalat sunat rawatib.
Pendapat dari Empat Mazhab Sunni:
1. Pendapat Mazhab Hanafi
o Hanafi meyakini bahwa pelaksanaan men-jama' Shalat
tidaklah memiliki kekuatan hukum, baik dalam perjalanan
ataupun tidak, dengan segala macam masalah kecuali dalam dua
kasus-Hari Arafah dan pada saat malam Muzdalifah dalam
berbagai kondisi tertentu.
2. Pendapat Mazhab Syafi'i
o Syafi'i meyakini diperbolehkannya pelaksanaan men-jama' Shalat
bagi para musafir perjalanan jauh (safar) dan saat hujan serta
salju dalam kondisi tertentu. Bagi mereka, pelaksanaan men-
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 50
jama' Shalat seharusnya tidak diperbolehkan dalam keadaan
gelap, berangin, takut atau sakit.
3. Pendapat Mazhab Maliki
o Maliki menganggap alasan untuk melaksanakan men-jama'
Shalat sebagai berikut: sakit, hujan, berlumpur, keadaan gelap
pada akhir bulan purnama dan pada Hari Arafah serta Malam
Muzdalifah untuk yang sedang melaksanakan haji dalam kondisi
tertentu.
4. Pendapat Mazhab Hambali
o Hambali memperbolehkan pelaksanaan men-jama' Shalat saat
Hari Arafah dan Malam Muzdalifah dan bagi para musafir,
pasien-pasien, ibu menyusui, wanita dengan haid berlebihan,
orang yang terus-menerus buang air kecil, orang yang tidak dapat
membersihkan dirinya sendiri, orang yang tidak dapat
membedakan waktu, dan orang yang takut kehilangan barang
kepemilikannya, kesehatannya atau reputasinya dan juga dalam
kondisi hujan, salju, dingin, berawan dan berlumpur. Mereka juga
menyebutkan beberapa kondisi lainnya.
Pendapat Perawi Hadits lainnya
1. Pendapat Ibnu Syabramah
o Ibnu Syabramah memperbolehkan pelaksanaan men-jama' Shalat
karena beberapa alasan dan bahkan tanpa kondisi khusus selama hal
tersebut tidak berubah menjadi suatu kebiasaan.
2. Pendapat Ibnu Mundzir dan Ibnu Sirin
o Ibnu Mundzir dan Ibnu Sirin, menurut Qaffal, memperbolehkan
pelaksanaan men-jama' Shalat dalam segala kondisi tanpa syarat
apapun.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 51
Dalil yang memperkuat adalah:
Dari Muadz bin Jabal: “Bahwa Rasulullah SAW pada saat perang
Tabuk, jika matahari telah condong dan belum berangkat maka
menjama’ Shalat antara Dzuhur dan Asar. Dan jika sudah dalam
perjalanan sebelum matahari condong, maka mengakhirkan Shalat
dzuhur sampai berhenti untuk Shalat Asar. Dan pada waktu Shalat
Maghrib sama juga, jika matahari telah tenggelam sebelum
berangkat maka menjama’ antara Maghrib dan ‘Isya. Tetapi jika
sudah berangkat sebelum matahari matahari tenggelam maka
mengakhirkan waktu Shalat Maghrib sampai berhenti untuk Shalat
‘Isya, kemudian menjama’ keduanya.” (HR Abu Dawud dan at-
Tirmidzi).
Mazhab Syi'ah seperti Dua Belas Imam berpendapat bahwa setiap orang
walaupun tidak dalam perjalanan jauh, berdiam di rumahnya, tidak berada
dalam keadaan sakit, dapat menjama' Shalat, baik jama' taqdim maupun
jama' ta'khir. Dalil yang memperkuat hal tersebut adalah:
Dirikanlah Shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula Shalat) subuh. Sesungguhnya Shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. al-Israa' [17]:78)
Dalil-dalil lain yang memperkuat hal ini ada dalam Ringkasan Shahih
Muslim, Kitab Shalat Musafir, Bab 6: Menjamak Dua Shalat ketika
Bermukim (Di Rumah, Tidak Bepergian);
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah pernah menjama' Shalat
Dzuhur dan Shalat Ashar, dan menjama' Maghrib dan Isya di
Madinah bukan karena khauf (sedang berperang) dan bukan karena
hujan."
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 52
Menurut hadits Waki', dia berkata, "Aku tanyakan kepada Ibnu
Abbas, 'Mengapa dia melakukan hal itu?" Ibnu Abbas menjawab,
'Agar dia tidak menyulitkan umatnya.'"
Menurut hadits Mu'awiyah, ditanyakan kepada Ibnu Abbas, "Apa
maksud Nabi berbuat demikian?" Dia menjawab, "Dia bermaksud
tidak menyulitkan umatnya." (Muslim 2/152
Shalat Qashar adalah melakukan Shalat dengan meringkas/mengurangi
jumlah raka'at Shalat yang bersangkutan. Shalat Qashar merupakan
keringanan yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan
perjalanan (safar). Adapun Shalat yang dapat diqashar adalah Shalat
dzhuhur, ashar dan isya, dimana raka'at yang aslinya berjumlah 4
dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.
Dalil Naqli Shalat Qashar
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah
mengapa kamu menqashar Shalat(mu), jika kamu takut diserang
orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah
musuh yang nyata bagimu.” (QS an-Nisaa’ 101)
Dari ‘Aisyah ra berkata : “Awal diwajibkan Shalat adalah dua
rakaat, kemudian ditetapkan bagi Shalat safar dan disempurnakan ( 4
rakaat) bagi Shalat hadhar (tidak safar).” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari ‘Aisyah ra berkata: “Diwajibkan Shalat 2 rakaat kemudian
Nabi hijrah, maka diwajibkan 4 rakaat dan dibiarkan Shalat safar
seperti semula (2 rakaat).” (HR Bukhari) Dalam riwayat Imam
Ahmad menambahkan : “Kecuali Maghrib, karena Maghrib adalah
Shalat witir di malam hari dan Shalat Subuh agar memanjangkan
bacaan di dua rakaat tersebut.”
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 53
Siapa Yang Diperbolehkan Shalat Qashar
Shalat qashar merupakan salah satu keringanan yang diberikan Allah.
Shalat qashar hanya boleh dilakukan oleh orang yang sedang bepergian
(musafir). Dan diperbolehkan melaksanakannya bersama Shalat Jamak
Jarak Qashar
Seorang musafir dapat mengambil rukhsoh Shalat dengan mengqashar dan
menjama’ jika telah memenuhi jarak tertentu. Beberapa hadits tentang
jarak yang diijinkan untuk melakukan Shalat qashar :
Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas
bin Malik tentang jarak Shalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah
Rasulullah SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh
dia Shalat dua rakaat.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai
penduduk Mekkah janganlah kalian mengqashar Shalat kurang dari
4 burd dari Mekah ke Asfaan.” (HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadits
mauquf)
Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata: “Qashar Shalat dalam
jarak perjalanan sehari semalam.”
Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqashar Shalat dan buka
puasa pada perjalanan menempuh jarak 4 burd yaitu 16 farsakh.
Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qashar Shalat yaitu
4 burd atau 16 farsakh. 1 farsakh = 5541 meter sehingga 16 Farsakh =
88,656 km. Dan begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas
dan Ibnu Umar. Sedangkan hadits Ibnu Syaibah menunjukkan bahwa
qashar Shalat adalah perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah perjalanan
kaki normal atau perjalanan unta normal. Dan setelah diukur ternyata
jaraknya adalah sekitar 4 burd atau 16 farsakh atau 88,656 km. Dan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 54
pendapat inilah yang diyakini mayoritas ulama seperti imam Malik, imam
asy-Syafi’i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga imam tadi.
Tentang masafah (jarak tempuh) yang seseorang dibolehkan
mengqoshor shalat, Ibnu al-Mundzir menceriterakan, bahwa ada
kurang lebih 20 pendapat ulama yang berbeda-beda tentang itu (lihat
Fathul Bari/ Juz III/ hal. 473
Lama Waktu Qashar
Jika seseorang musafir hendak masuk suatu kota atau daerah dan bertekad
tinggal disana maka dia dapat melakukan qashar dan jama’ Shalat.
Menurut pendapat imam Malik dan Asy-Syafi’i adalah 4 hari, selain hari
masuk kota dan keluar kota. Sehingga jika sudah melewati 4 hari ia harus
melakukan Shalat yang sempurna. Adapaun musafir yang tidak akan
menetap maka ia senantiasa mengqashar Shalat selagi masih dalam
keadaan safar.
Berkata Ibnul Qoyyim: “Rasulullah SAW tinggal di Tabuk 20 hari
mengqashar Shalat.” Disebutkan Ibnu Abbas dalam riwayat
Bukhari: “Rasulullah SAW melaksanakan Shalat di sebagian
safarnya 19 hari, Shalat dua rakaat. Dan kami jika safar 19 hari,
Shalat dua rakaat, tetapi jika lebih dari 19 hari, maka kami Shalat
dengan sempurna.”
Adab Shalat Qashar
Seorang musafir boleh berjamaah dengan Imam yang muqim (tidak
musafir). Begitu juga ia boleh menjadi imam bagi makmum yang muqim.
Kalau dia menjadi makmum pada imam yang muqim, maka ia harus
mengikuti imam dengan melakukan Shalat Imam (tidak mengqashar).
Tetapi kalau dia menjadi Imam maka boleh saja mengqashar Shalatnya,
dan makmum menyempurnakan rakaat Shalatnya setelah imammya salam.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 55
Untuk Musafir Yang Lebih Dari 4 Hari
Menurut Jumhur (mayoritas) ulama’ seorang musafir yang sudah
menentukan lama musafirnya lebih dari empat hari maka ia tidak boleh
mengqashar Shalatnya. Tetapi kalau waktunya empat hari atau kurang
maka ia boleh mengqasharnya. Dan jika Seseorang mengalami
ketidakpastian jumlah hari dia musafir boleh saja menjama’ dan
mengqashar Shalatnya.
Adab Shalat Sunnah Bagi Musafir
Sunah bagi musafir untuk tidak melakukan Shalat sunah rawatib (Shalat
sunah sesudah dan sebelum Shalat wajib), Kecuali Shalat witir dan
Tahajjud, karena Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu
melakukannya baik dalam keadaan musafir atau muqim. Dan begitu juga
Shalat- Shalat sunah yang ada penyebabnya seperti Shalat Tahiyatul
Masjid, Shalat gerhana, dan Shalat janazah.
SHALAT TASBIH
Shalat Tasbih merupakan Shalat Sunnah yang di dalamnya pelaku Shalat
akan membaca kalimat tasbih (kalimat "Subhanallah wal hamdu lillahi
walaa ilaaha illallahu wallahu akbar") sebanyak 300 kali (4 raka'at masing-
masing 75 kali tasbih). Shalat ini diajarkan Rasulullah SAW kepada
pamannya yakni sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib. Namun beberapa
ulama berbeda pendapat tentang hal ini.
Hikmah
Hikmah Shalat adalah dapat mencegah perbuatan keji dan kemungkaran,
tentu saja dari Shalat tasbih yang dilakukan dengan hati yang ikhlas
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 56
diharapkan akan dapat pula seseorang yang melakukannya dicegah atau
terjaga dari perbuata-perbuatan yang keji lagi mungkar.
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayat yang
menyatakan keharusan untuk melafalkan niat akan tetapi yang terpenting
adalah dengan niat hanya mengharapkan Ridho Allah Ta'ala semata
dengan hati yang ikhlas dan khusyu.
Cara Pengerjaan
Shalat tasbih dilakukan 4 raka'at (jika dikerjakan siang maka 4 raka'at
dengan sekali salam, jika malam 4 raka'at dengan dua salam )
sebagaimana Shalat biasa dengan tambahan bacaan tasbih pada saat-saat berikut:
No. Waktu Jml. Tasbih
1 Setelah pembacaan surat al fatihah dan surat pendek saat berdiri 15 kali
2 Setelah tasbih ruku' (Subhana rabiyyal adzim...) 10 Kali3 Setelah I'tidal 10 Kali4 Setelah tasbih sujud pertama (Subhana rabiyyal a'la...) 10 Kali5 Setelah duduk di antara dua sujud 10 Kali6 Setelah tasbih sujud kedua (Subhana rabiyyal a'la...) 10 Kali
7 Setelah duduk istirahat sebelum berdiri (atau sebelum salam tergantung pada raka'at keberapa) 10 Kali
Jumlah total satu raka'at 75
Jumlah total empat raka'at 4 X 75 =300 kali
Perbedaan pendapat ulama
Para ulama berbeda pendapat mengenai Shalat tasbih, berikut adalah
beberapa pendapat mereka :
Pertama: Shalat tashbih adalah mustahabbah (sunnah).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 57
Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian ulama penganut Mazhab Syafi'i.
Hadits Rasulullah SAW kepada pamannya Abbas bin Abdul Muthallib
yang berbunyi:
"Wahai Abbas pamanku, Aku ingin memberikan padamu, aku benar-benar
mencintaimu, aku ingin engkau melakukan -sepuluh sifat- jika engkau
melakukannya Allah akan mengampuni dosamu, baik yang pertama dan
terakhir, yang terdahulu dan yang baru, yang tidak sengaja maupun yang
disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang
terang-terangan. Sepuluh sifat adalah: Engkau melaksankan Shalat empat
rakaat; engkau baca dalam setiap rakaat Al-Fatihah dan surat, apabila
engkau selesai membacanya di rakaat pertama dan engkau masih berdiri,
mka ucapkanlah: Subhanallah Walhamdulillah Walaa Ilaaha Ilallah
Wallahu Akbar 15 kali, Kemudian ruku'lah dan bacalah do'a tersebut 10
kali ketika sedang ruku, kemudian sujudlah dan bacalah do'a tersebut 10
kali ketika sujud, kemudian bangkitlah dari sujud dan bacalah 10 kali
kemudian sujudlah dan bacalah 10 kali kemudian bangkitlah dari sujud
dan bacalah 10 kali. Itulah 75 kali dalam setiap rakaat, dan lakukanlah
hal tersebut pada empat rakaat. Jika engkau sanggup untuk melakukannya
satu kali dalam setiap hari, maka lakukanlah, jika tidak, maka lakukanlah
satu kali seminggu, jika tidak maka lakukanlah sebulan sekali, jika tidak
maka lakukanlah sekali dalam setahun dan jika tidak maka lakukanlah
sekali dalam seumur hidupmu" (HR Abu Daud 2/67-68)
Ibnu Ma'in. An-Nasaiy berkata: Ia tidak apa-apa. Az-Zarkasyi
berpendapat: "Hadis shahih dan bukan dhaif". Ibnu As-Sholah: "Haditsnya
adalah Hasan"
Al-Imam Bukhari rahimahulah.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 58
Siapa yang tidak kenal dia? Dia adalah penulis kitab tershahih kedua
setelah Al-Quran Al-Kariem. Namun hadits ini memang tidak terdapat di
dalam kitab shahihnya itu, melainkan dia tulis dalam kitab yang lain. Kitab
itu adalah Qiraatul Ma’mum Khalfal Imam. Di sana dia menyatakan
bahwa hadits tentang shalat tasbih di atas adalah hadits yang shahih.
Kedua: Shalat tasbih boleh dilaksanakan (boleh tapi tidak
disunnahkan).
Pendapat ini dikemukakan oleh ulama penganut Mazhab Hambali. Mereka
berkata: "Tidak ada hadits yang tsabit (kuat) dan Shalat tersebut termasuk
Fadhoilul A'maal, maka cukup berlandaskan hadits dhaif."
Ibnu Qudamah berkata: "Jika ada orang yang melakukannya maka hal
tersebut tidak mengapa, karena Shalat nawafil dan Fadhoilul A'maal tidak
disyaratkan harus dengan berlandaskan hadits shahih" (Al-Mughny 2/33)
Ketiga: Shalat tersebut tidak disyariatkan.
Imam Nawawi dalam Al-Majmu' berkata: "Perlu diteliti kembali tentang
kesunahan pelaksanaan Shalat tasbih karena haditsnya dhoif, dan adanya
perubahan susunan Shalat dalam Shalat tasbih yang berbeda dengan Shalat
biasa. Dan hal tersebut hendaklah tidak dilakukan kalau tidak ada hadits
yang menjelaskannya. Dan hadits yang menjelaskan Shalat tasbih tidak
kuat".
Ibnu Qudamah menukil riwayat dari Imam Ahmad bahwa tidak ada hadis
shahih yang menjelaskan hal tersebut. Ibnul Jauzi mengatakan bahwa
hadits-hadits yang berkaitan dengan Shalat tasbih termasuk maudhu`. Ibnu
Hajar berkata dalam At-Talkhis bahwa yang benar adalah seluruh riwayat
hadits adalah dhaif meskipun hadits Ibnu Abbas mendekati syarat hasan,
akan tetapi hadits itu syadz karena hanya diriwayatkan oleh satu orang
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 59
rawi dan tidak ada hadits lain yang menguatkannya. Dan juga Shalat
tasbih berbeda gerakannya dengan Shalat-Shalat yang lain.
Dalam kitab-kitab fiqih mazhab Hanafiyah dan Malikiyah tidak pernah
disebutkan perihal Shalat tasbih ini kecuali dalam Talkhis Al-Habir dari
Ibnul Arabi bahwa dia berpendapat tidak ada hadits shahih maupun hasan
yang menjelaskan tentang Shalat tasbih ini.
SHALAT GERHANA
Shalat Gerhana atau Shalat kusufain adalah Shalat yang dilakukan saat
terjadi gerhana bulan maupun matahari. Shalat yang dilakukan saat
gerhana bulan disebut dengan Shalat khusuf sedangkan saat gerhana
Matahari disebut dengan Shalat kusuf.
Latar belakang
Hadis yang mendasari dilakukannya Shalat gerhana ialah:
"Telah terjadi gerhana Matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah
terjadi gerhana Matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka
bersabdalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam "Bahwasanya
Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran
Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya.
Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau
lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka
hendaklah kamu Shalat dan berdoa sehingga selesai gerhana." (HR.
Bukhari & Muslim).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 60
Niat Shalat
Niat Shalat ini, sebagaimana juga Shalat-Shalat yang lain cukup diucapkan
di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah
Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya,
apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu
Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini
gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
Tata Cara
Shalat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali rukuk yaitu pada rakaat
pertama, setelah rukuk dan Iktidal membaca Al Fatihah lagi kemudian
rukuk dan iktidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula
pada rakaat kedua. Bacaan Al-Fatihah pada Shalat gerhana bulan
dinyaringkan sedangkan pada gerhana Matahari tidak. Dalam membaca
surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang.
Hukum Shalat gerhana adalah sunnat muakkad berdasarkan hadis Aisyah
Radhiallaahu anha. Nabi dan para shahabat melakukan di masjid dengan
tanpa adzan dan ikamah.
Tata cara Shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau Matahari terlebih
dahulu. (Sebagai panduan lihat di rubrik IPTEK)
2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum Shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,
”Ash-shalatu jaami’ah.”
4. Niat melakukan Shalat gerhana Matahari (kusufisy-syams) atau
gerhana bulan (khusufil-qamar), menjadi imam atau ma’mum.
اماما / / القمر لخسوف مس الش لكسوف ة سن ي أصلتعالى لله مأموما
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 61
5. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan
surah kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada
surah kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama
lebih panjang daripada surat kedua.
Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman
(55), lalu rakaat kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (67)
9. Setelah Shalat disunahkan untuk berkhutbah.
Menurut Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa, panduan singkat mengenai
Shalat gerhana caranya adalah ada tiga cara :
1. yang termudah adalah dengan dua rakaat sebagaimana Shalat subuh.
2. dua rakaat, dan setiap rakaat adalah dengan dua rukuk dan dua kali
qiyam, urutannya adalah :
Takbiratul ihram, lalu Qiyam, fatihah, surah, rukuk, lalu Qiyam lagi,
fatihah surat, rukuk, lalu iktidal, lalu sujud, duduk sujud. lalu bangkit
ke rakaat kedua dengan hal yang sama.
3. dua rakaat sebagaimana poin kedua diatas, namun dipanjangkan, lalu
diakhiri dengan dua khutbah selepas Shalat.[2]
Tujuan Shalat
Tujuan dari Shalat ini adalah ibadah karena sebab terjadinya fenomena
alam berupa gerhana yang jarang terjadi. Shalat gerhana ini dilaksanakan
sejak jaman nabi.
Tradisi Berbeda
Tradisi berbeda terjadi di daerah, di Banda Aceh saat gerhana bulan
sedang berlangsung antara pukul 18.57 WIB hingga pukul 19.02 WIB,
semua masjid di Banda Aceh langsung melantunkan azan. Kumandang
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 62
azan diulang-ulang sampai beberapa kali. Kumandang azan mulai
terdengar di setiap masjid di Banda Aceh sekitar pukul 18.50 WIB hingga
pukul 19.00 WIB.Tradisi lainnya di beberapa di Jawa Timur, sebagian
masyarakat menyambutnya (selain Shalat gerhana) adalah dengan
memukul-mukul tanaman dengan sapu lidi. Alasannya agar tanaman
tumbuh subur. Anak-anak yang masih kecil juga dipukul-pukul ringan
dengan sapu lidi, alasannya agar pandai. Tidak diketahui siapa yang
memulai tradisi ini. Tetapi tradisi semacam ini sudah mulai tidak
dilakukan.Abdur rokib 5 April 2015 13.34
Gerhana Warna Merah
Gerhana yang terjadi kemarin berbeda dengan sebelumnya. Perbedaan ini
nampak dari warna merah pada obyek bulan. Menanggapi masalah ini,
Panitia Planetarium Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Cecep
Nurwendaya, Sabtu (4/4/2015) mengatakan bahwa pada saat gerhana
bulan total terjadi, bulan memancarkan warna merah merupakan tanda
semakin buruknya polusi di wilayah tersebut.[4]
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 63
10 MACAM PUASA SUNNAHBESERTA KEUTAMAANNYA
Allah Ta’ala telah berfirman :
''Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya
shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan
shaum itu adalah benteng (dari api neraka), maka apabila suatu hari
seorang dari kalian sedang melaksanakan shaum, maka janganlah dia
berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia
mengatakan ‘Aku orang yang sedang shaum’. Dan demi Zat yang jiwa
Muhammad berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang
shaum lebih harum di sisi Allah Ta’ala dari pada harumnya minyak misik.
Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang
dia akan bergembira dengan keduanya: Apabila berbuka dia bergembira
dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah
shaumnya itu''. (HR. Al-Bukhari no. 1771 dan Muslim no. 1151)
KEUTAMAAN PUASA
ENAM HARI DI BULAN SYAWAL
Tidak diragukan lagi bahwasanya dalam syariat Islam, selain puasa wajib
di bulan Ramadhan, kaum muslim pun diperintahkan untuk menjalankan
ibadah puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunah ini
memiliki banyak keutamaan,sebagaimana yang diterangkan dalam hadits
Qudsi, Allah Swt berfirman:
"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa)
adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)."
Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 64
berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di
sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi .
Salah satu keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal - Puasa Enam
hari di bulan Syawal memiliki dalil yang shahih.
“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia
mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan
Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang
berpuasa selama satu tahun.
Sebagian orang meragukan hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal,
akan tetapi keraguan itu terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits.
Perhatikan ungkapan Syeikh Abdullah bin Abdulal- Bassam berikut.
“Hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal merupakan hadits yang
shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain
hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa Enam hari di bulan
Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.” Oleh karena
itulah Hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal ini tergolong hadits
mutawatir.
Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh
dilaksanakan mulai tanggal dua Syawal. Apabila melaksanakan puasa
sunah Enam hari ini pada tanggal satu Syawal maka hukumnya tidak sah
dan haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia
berkata,
“Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri
dan idul adha.(maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan
Dzulhijjah .
Praktik berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan
Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 65
Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal,
boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih
di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat
Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.
Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu
dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.
Demikian saja sekilas tentang Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal.
Ingat, tidak ada lagi hari raya selain Idul Fitri dan Idul Adha, jadi pembaca
setelah melaksanakan puasa Enam hari di bulan Syawal tak usah lagi
merayakannya dan mengucapkan selamat hari raya.
Diantara keutamaan shoum enam hari dibulan syawal adalah:1. Maka nilai puasanya setahun penuh
2. Dicintai Allah dan meraih ampunan dosa (QS 3:31)
3. Meraih syafaat Rasulullah dan bersama beliau karena menghidupkan
sunnah beliau, "Siapa yang menghidupkan sunnahku maka sunggh ia
mencintaiku dan siapa yang mencintaiku bersamaku di Syurga"
4. Tanda meningkat iman dan taqwanya karena itulah disebut "Syawal" bulan peningkatan
5. Menutupi kekurangan selama shoum Romadhon
6. Diantara tanda ikhlas, gemar dengan amal sunnah, kalau wajib ya kewajiban tetapi kalau sunnah adalah kerelaan seorang hamba mengabdi kepada Allah
7. Cara terbaik memupuk keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada NabiNya
8. Hamba Allah yang beriman cerdas adalah semua sunnah dihidupkan sebagai bekal di akhirat kelak.
Puasa syawal bisa dengan dua cara, boleh berturut-turut enam hari
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 66
setelah Idul Fitri atau puasa enam hari selama di bulan Syawal. Bagi muslimat yang berhutang lebih utama bayar puasa dulu.
10 KEUTAMAAN SEPULUH HARI
PERTAMA BULAN DZULHIJJAH
10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah - Hari ini
kemungkinan besar adalah hari terakhir bulan Dzulqa'dah 1432 H. Esuk
hari, Jum'at (28/10) diprediksi oleh NU dan Muhammadiyah sebagai
tanggal 1 Dzulhijjah 1432 H, yang berarti 10 Dzulhijjah 1432 H jatuh pada
tanggal 6 Nopember 2011. Untuk memastikan, nanti malam Kementerian
Agama akan menggelar sidang itsbat guna menetapkan tanggal 1
Dzulhijjah 1432 H tersebut.
Dzulhijjah merupakan salah satu bulan istimewa dalam Islam. Terutama,
pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah itu. Setidaknya, ada 10
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah sebagai berikut :
1. Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang
mulia dan barakah
Keutamaan pertama dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, bahwa waktu itu adalah waktu yang mulia dan barakah.
Bukti kemuliaan ini adalah sumpah Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an al-
Karim.
Demi fajar, dan malam yang sepuluh (QS. Al-Fajr: 1-2)
“Wa layaalin ‘asr (dan malam yang sepuluh)," kata Imam al-Thabari
dalam tafsirnya,"adalah adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah
berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli tafsir.”
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 67
Ibnu Katsir juga menjelaskan hal yang sama dalam tafsir Qur'anil adhim.
“Dan malam-malam yang sepuluh," tulisnya, "adalah sepuluh (hari
pertama) Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu
Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan khalaf.”
2. Amal pada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah paling dicintai
Allah
Keutamaan kedua dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, bahwa amal di waktu itu paling dicintai Allah Ta'ala.
هذه من ه الل إلى أحب فيها الصالح العمل ام أي من ما
في الجهاد وال ه الل رسول يا قالوا العشر ام أي يعني ام األي
خرج رجل إال ه الل سبيل في الجهاد وال قال ه الل سبيل
بشيء ذلك من يرجع فلم وماله بنفسه
“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal
shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul
Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah,
kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak
ada yang kembali satupun." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
3. Haji dilakukan dalam waktu itu
Keutamaan ketiga dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, bahwa di waktu itulah disyariatkan Ibadah haji yang
merupakan rukun Islam kelima.
4. Di dalamnya ada hari Arafah
Keutamaan keempat dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, pada waktu itu ada hari Arafah, yaitu jatuh pada tanggal
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 68
9 Dzulhijjah. Pada hari itu jama'ah haji diwajibkan melakukan wukuf yang
merupakan puncak ibadah haji. Sedangkan bagi umat Islam yang tidak
sedang menjalankan ibadah haji disunnah melakukan puasa arafah yang
keutamaannya dapat menghapus dosa selama dua tahun.
الماضية نة الس يكفر فقال عرفة يوم صوم عن سئل
والباقية
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau
menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun
berikutnya.” (HR. Muslim)
5. Pahala Amal di Hari-hari itu dilipatgandakan
Keutamaan kelima dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, amal-amal pada hari itu dilipatgandakan pahalanya,
baik amal di siang hari maupun amal di malam hari.
ذى عشر من فيها له د يتعب أن ه الل إلى أحب ام أي من ما
ليلة كل وقيام سنة بصيام منها يوم كل صيام يعدل الحجة
القدر ليلة بقيام منها
Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah
sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang
harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam
harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul
qadar. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Tentu saja, ada pengecualian untuk puasa pada tanggal 10 Dzulhijjah
karena pada hari itu diharamkan berpuasa.
6. Keistimewaan membaca tahlil, takbir dan tahmid
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 69
Keutamaan keenam dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, istimewanya waktu itu untuk membaca tahlil, takbir
dan tahmid sehingga Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk
memperbanyaknya.
فيهن العمل من إليه أحب وال ه الل عند أعظم ام أي من ما
كبير والت هليل الت من فيهن فأكثروا العشر ام األي هذه من
حميد والت
Tidak ada hari-ahri yang dianggap lebih agung oleh Allah SWT dan lebih
disukai untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana hari
pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah ini. Karenanya, perbanyaklah pada
hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid. (HR. Ahmad)
7. Di dalamnya ada Idul Adha
Keutamaan ketujuh dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, pada akhir waktu itu yaitu tanggal 10 Dzulhijjah adalah
Hari raya Idul Adha yang merupakan hari yang sangat istimewa bagi umat
Islam.
8. Di dalamnya disyariatkan ibadah udhiyah (berkurban)
Keutamaan kedelapan dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah, disyariatkannya ibadah udhiyah. Yaitu menyembelih
kurban -baik unta, sapi atau kambing- yang dimulai pada tanggal 10
Dzulhijjah itu.
9. Disyariatkannya Takbir Muthlaq
Keutamaan kesembilan dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah disyariatkannya takbir muthlaq (setiap saat) dan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 70
muqayyad (setelah shalat fardhu). Kesempatan bertakbir ini jauh lebih
panjang daripada Idul Fitri.
Ibnu Taimiyah dalam majmu' Fatawa menjelaskan, "Hendaklah takbir
dilakukan mulai dari waktu fajar hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq
( tanggal 11,12,13 Dzulhijjah), dilakukan setiap selesai mengerjakan
shalat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk mengeraskan suara dalam
bertakbir ketika keluar untuk shalat Id. Ini merupakan kesepakatan para
imam yang empat".
10. Berkumpulnya Induk-induk Ibadah
Keutamaan kesepuluh dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan
Dzulhijjah adalah berkumpulnya induk-induk ibadah pada waktu itu.
Sebab inilah yang menjadikan 10 hari pertama bulan Dzhulhijjah begitu
istimewa.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang
menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena
padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa,
sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang
lain.”
Demikian 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah. Semoga
kita termasuk orang yang mendapatkan keutamaan-keutamaan itu,
termasuk pada bulan Dzulhijjah 1432 H ini. [Bersama Dakwah]
KEUTAMAAN PUASA HARI ARAFAH,HARI SEBELUM IDUL ADHA
Hari ‘Arafah ialah hari sembilan Zulhijjah. Ia adalah hari terbaik
sepanjang tahun kerana Nabi s.a.w. bersabda; “Tidak ada hari yang paling
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 71
banyak Allah membebaskan hambanya pada hari tersebut dari neraka
dari hari ‘Arafah” (Riwayat Imam Muslim).
Adapun disunatkan berpuasa pada hari tersebut, dalilnya ialah; hadis dari
Abu Qatadah r.a. yang menceritakan; Nabi s.a.w. ditanya tentang puasa
hari ’Arafah. Baginda bersabda; “(Puasa hari itu) dapat menghapus dosa
tahun lalu dan yang akan datang” (Riwayat Imam Muslim).
Keutamaan Hari Arafah
Hari Arafah merupakan hari yang mempunyai kelebihan tersendiri. Jika
para jemaah haji diwajibkan berada di padang Arafah untuk wuquf di
sana, kita yang tidak berkesempatan untuk menunaikan haji dianjurkan
untuk berpuasa pada hari ini. Kedatangannya setahun sekali ini janganlah
disia-siakan. Kita juga dianjurkan untuk berzikir dan berdoa kepada Allah
pada hari ini. Di sini dipetik beberapa buah hadis untuk renungan kita
bersama.
Adapun tentang fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9
Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:
ومستقبلة ماضية سنتين يكفر عرفة يوم صوم
ماضية سنة يكفر عاشوراء وصومPuasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang
akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun
yang telah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)
Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W telah ditanya
mengenai puasa hari Arafah? maka jawab Rasulullah S.A.W yang artinya :
Dikaffarah(ampun dosa) setahun lalu dan setahun akan datang.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 72
Selain itu, memang pada hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah
adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah seperti puasa.
Abnu Abbas RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:
Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih
disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada
sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya
Rasulallah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau
jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya
dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau
menjadi syahid. (HR Bukhari)
Puasa Arafah dan Tarwiyah sangat dianjurkan bagi yang tidak
menjalankan ibadah haji di tanah suci. Adapun teknis pelaksanaannya
mirip dengan puasa Ramadhan.
Bagi kaum Muslimin yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan juga
disarankan untuk mengerjakannya pada hari Arafah ini, atau hari-hari lain
yang disunnahkan untuk berpuasa. Maka ia akan mendapatkan dua pahala
sekaligus, yakni pahala puasa wajib (qadha puasa Ramadhan) dan pahala
puasa sunnah. :
كان إن الواجب ينوي أن التطوع لمريد األفضل أن يعلمعليه ما له ليحصل طوع فالت وإال عليه
Diketahui bahwa bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia
juga berniat melakukan puasa wajib jika memang ia mempunyai
tanggungan puasa, tapi jika ia tidak mempunyai tanggungan (atau jika ia
ragu-ragu apakah punya tanggungan atau tidak) ia cukup berniat puasa
sunnah saja, maka ia akan memperoleh apa yang diniatkannya.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 73
Puasa Arafah Sunah bagi yang tidak melaksankan Ibadah Haji
Puasa hari ‘Arafah ialah puasa sunat pada hari kesembilan Dzulhijjah yang
disunatkan bagi mereka yang tidak melakukan ibadah haji. Kelebihan
berpuasa pada hari ini ialah ia dapat menghapuskan dosa-dosa setahun
yang telah lalu dan dosa setahun yang akan datang, sebagaimana hadith
yang telah diriwayatkan daripada Abu Qatadah al-Anshari ra:
Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari ‘Arafah. Maka
Baginda bersabda: “Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun
yang akan datang.” (Hadith Riwayat Imam Muslim)
Manakala bagi mereka yang melakukan ibadah haji pula adalah disunatkan
untuk tidak berpuasa pada hari ‘Arafah dan adalah menyalahi perkara
yang utama jika mereka berpuasa juga pada hari itu berdasarkan apa yang
diriwayatkan dari Ummu al-Fadhl binti al-Harith:
Ramai di kalangan sahabat Rasulullah SAW yang ragu-ragu tentang
berpuasa pada hari ‘Arafah sedangkan kami berada di sana bersama
Rasulullah SAW, lalu aku membawa kepada Baginda satu bekas yang
berisi susu sewaktu Baginda berada di ‘Arafah lantas Baginda
meminumnya. (Hadith Riwayat Imam Muslim)
Juga daripada hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:
Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada Hari ‘Arafah
bagi mereka yang berada di ‘Arafah. (Hadith Riwayat Abu Dawud dan
an-Nasa’ie; at-Thabrani dari Aisyah rha) [al-Imam as-Syaf’ie rh
berpendapat; “Disunatkan puasa pada hari ‘Arafah bg mereka yang tidak
mengerjakan ibadah haji. Adapun bg yang mengerjakan ibadah haji,
adalah lebih baik untuknya berbuka agar ia kuat berdoa di ‘Arafah.” Dari
pendapat Imam Ahmad rh pula; “Jika ia sanggup berpuasa maka boleh
berpuasa, tetapi jika tidak hendaklah ia berbuka, sbb hari ‘Arafah
memerlukan kekuatan (tenaga).” Begitu juga dengan para sahabat yang
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 74
lain, lebih ramai yang cenderung untuk tidak berpuasa pada hari ‘Arafah
ketika mengerjakan ibadah haji]
Disunatkan juga berpuasa pada hari ke 8 Dzulhijjah di samping berpuasa
pada hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah) sebagai langkah berhati-hati yang mana
kemungkinan pada hari ke 8 Dzulhijjah itu adalah hari yang ke 9
Dzulhijjah (Hari ‘Arafah). Bahkan adalah disunatkan berpuasa lapan hari,
iaitu dari hari yang pertama bulan Dzulhijjah hingga ke hari yang kelapan
sama ada bagi orang yang mengerjakan haji atau tidak mengerjakan haji,
bersama-sama dengan hari ‘Arafah.
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra: Rasulullah SAW bersabda: “Tiada amal
yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih disukai
daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama dalam bln Dzulhijjah).”
(Hadith Riwayat al-Bukhari)
Dalam hadith yang lain yang diriwayatkan dari Hunaidah bin Khalid, dari
isterinya, dari beberapa isteri Nabi SAW: Sesungguhnya Rasulullah SAW
melakukan puasa sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah, di hari ‘Asyura
dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari
Khamis yang berikutnya. (Hadith Riwayat Imam Ahmad dan an-Nasa’ie)
Adapun berpuasa pada hari Aidiladha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik
(11, 12 dan 13 Dzulhijjah) adalah diharamkan berdasarkan hadith yang
diriwayatkan dari Umar ra:
Bahawasanya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari, iaitu
‘Eid al-Adha dan ‘Eid al-Fitr. (Hadith Riwayat Imam Muslim, Ahmad, an-
Nasa’ie, Abu Dawud)
Serta hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Rasulullah SAW
telah mengirimkan Abdullah Ibn Huzhaqah untuk mengumumkan di
Mina: “Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari ini (hari tasyrik). Ia adalah
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 75
hari untuk makan dan minum serta mengingati Allah.” (Hadith Riwayat
Imam Ahmad, sanadnya hasan) [Ulama Syafi’iyyah membenarkan untuk
berpuasa pada hari tasyrik hanya untuk keadaan tertentu seperti
bersumpah, qadha puasa di bulan Ramadhan serta puasa kifarah (denda).
Puasa tanpa sebab tertentu pada hari-hari ini (puasa sunat) adalah
BULAN MUHARRAM
DAN PUASA MUHARRAM
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Bulan ini
disebut oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
Syahrullah (Bulan Allah). Tentunya, bulan ini memilki keutamaan yang
sangat besar.
Di zaman dahulu sebelum datangnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam bulan ini bukanlah dinamakan bulan Al-Muharram, tetapi
dinamakan bulan Shafar Al-Awwal, sedangkan bulan Shafar dinamakan
Shafar Ats-Tsani. Setelah datangnya Islam kemudian Bulan ini dinamakan
Al-Muharram.1
Al-Muharram di dalam bahasa Arab artinya adalah waktu yang
diharamkan. Untuk apa? Untuk menzalimi diri-diri kita dan berbuat dosa.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يوم} ه الل كتاب في شهرا عشر اثنا ه الل عند هور الش عدة إن
فال م القي الدين ذلك حرم أربعة منها واألرض ماوات الس خلق
أنفسكم { فيهن تظلمواSunah-Sunah Rasulullah SAW 76
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS
At-Taubah: 36)
Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
متواليات((… ثالثة حرم أربعة منها شهرا عشر اثنا نة الس
بين ذي ال مضر ورجب م والمحر الحجة وذو القعدة ذو
((. وشعبان جمادى
“Setahun terdiri dari dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan
haram, tiga berurutan, yaitu: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Al-
Muharram, serta RajabMudhar yang terletak antara Jumada dan
Sya’ban. “
Pada ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أنفسكم} { فيهن تظلموا فال
“Janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian di dalamnya”, karena
berbuat dosa pada bulan-bulan haram ini lebih berbahaya daripada di
bulan-bulan lainnya. Qatadah rahimahullah pernah berkata:
من إ( ووزرا خطيئة أعظم الحرم األشهر في الظلم ن
عظيما، حال كل على الظلم كان وإن سواها، فيما الظلم
(. يشاء ما أمره من يعظم الله ولكن
“Sesungguhnya berbuat kezaliman pada bulan-bulan haram lebih besar
kesalahan dan dosanya daripada berbuat kezaliman di selain bulan-bulan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 77
tersebut. Meskipun berbuat zalim pada setiap keadaan bernilai besar, tetapi
Allah membesarkan segala urusannya sesuai apa yang dikehendaki-Nya.”3
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
فيهن(… الذنب وجعل حرماتهن م وعظ حرما فجعلهن
(. أعظم واألجر الصالح والعمل أعظم،
“…Kemudian Allah menjadikannya bulan-bulan haram, membesarkan
hal-hal yang diharamkan di dalamnya dan menjadikan perbuatan dosa di
dalamnya lebih besar dan menjadikan amalan soleh dan pahala juga lebih
besar.”
Haramkah berperang di bulan-bulan haram?
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Jumhur ulama memandang
bahwa larangan berperang pada bulan-bulan ini telah di-naskh
(dihapuskan), karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
حيث} المشركين فاقتلوا الحرم األشهر انسلخ فإذا
موهم { وجدت
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka Bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” (QS At-Taubah:
5)
Sebagian ulama mengatakan bahwa larangan berperang pada bulan-bulan
tersebut, tidak dihapuskan dan sampai sekarang masih berlaku. Sebagian
ulama yang lain mengatakan bahwa tidak boleh memulai peperangan pada
bulan-bulan ini, tetapi jika perang tersebut dimulai sebelum bulan-bulan
haram dan masih berlangsung pada bulan-bulan haram, maka hal tersebut
diperbolehkan.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 78
Pendapat yang tampaknya lebih kuat adalah pendapat jumhur ulama.
Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi penduduk
Thaif pada bulan Dzul-Qa’dah pada peperangan Hunain.
Keutamaan Berpuasa di Bulan Muharram
Hadits di atas menunjukkan disunnahkannya berpuasa selama sebulan
penuh di bulan Muharram atau sebagian besar bulan Muharram. Jika
demikian, mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
berpuasa sebanyak puasa beliau di bulan Sya’ban? Para ulama
memberikan penjelasan, bahwa kemungkinan besar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengetahui keutamaan bulan Muharram tersebut
kecuali di akhir umurnya atau karena pada saat itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memiliki banyak udzur seperti: safar, sakit atau yang
lainnya.
Keutamaan Berpuasa di Hari ‘Asyura (10 Muharram)
Di bulan Muharram, berpuasa ‘Asyura tanggal 10 Muharram sangat
ditekankan, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نة(… الس يكفر أن ه الل على أحتسب عاشوراء يوم وصيام
((. قبله تي Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah… “ال
agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu”.
Ternyata puasa ‘Asyura’ adalah puasa yang telah dikenal oleh orang-orang
Quraisy sebelum datangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka juga berpuasa pada hari tersebut. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha
berkata:
وكان( ، ة الجاهلي في قريش تصومه عاشوراء يوم كان
قدم فلما يصومه وسلم عليه الله صلى الله رسول
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 79
يوم ترك رمضان فرض فلما بصيامه وأمر صامه المدينة
(. تركه شاء ومن ، صامه شاء فمن عاشوراء
“Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa
Jahiliyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya.
Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh
orang-orang untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau
meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan
berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”
Keutamaan Berpuasa Sehari Sebelumnya
Selain berpuasa di hari ‘Asyura disukai untuk berpuasa pada tanggal 9
Muharram, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berkeinginan, jika seandainya tahun depan beliau hidup, beliau akan
berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Tetapi ternyata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat pada tahun tersebut.
: – – صام حين يقول عنهما الله رضى اس عب بن ه الل عبد
- - وأمر عاشوراء يوم وسلم عليه الله صلى ه الل رسول
. صارى, والن اليهود مه تعظ يوم ه إن ه الل رسول يا قالوا بصيامه
) :- - العام كان فإذا وسلم عليه الله صلى الله رسول فقال
: (. – – يأت فلم قال اسع الت اليوم صمنا ه الل شاء إن المقبل
.- وسلم - عليه الله صلى ه الل رسول توفى ى حت المقبل العام
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma
bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk
berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini
adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 80
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun
depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’
Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”
Banyak ulama mengatakan bahwa disunnahkan juga berpuasa sesudahnya
yaitu tanggal 11 Muharram. Di antara mereka ada yang berdalil dengan
hadits Ibnu ‘Abbas berikut:
يوما( قبله صوموا ، اليهود فيه وخالفوا عاشوراء يوم صوموا
(. يوما بعده أو
“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang
Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.”
Akan tetapi hadits ini lemah dari segi sanadnya (jalur periwayatan
haditsnya).
Meskipun demikian, bukan berarti jika seseorang ingin berpuasa tanggal
11 Muharram hal tersebut terlarang. Tentu tidak, karena puasa tanggal 11
Muharram termasuk puasa di bulan Muharram dan hal tersebut
disunnahkan.
Sebagian ulama juga memberikan alasan, jika berpuasa pada tanggal 11
Muharram dan 9 Muharram, maka hal tersebut dapat menghilangkan
keraguan tentang bertepatan atau tidakkah hari ‘Asyura (10 Muharram)
yang dia puasai tersebut, karena bisa saja penentuan masuk atau tidaknya
bulan Muharram tidak tepat. Apalagi untuk saat sekarang, banyak manusia
tergantung dengan ilmu astronomi dalam penentuan awal bulan, kecuali
pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul-Hijjah.
Tingkatan berpuasa ‘Asyura yang disebutkan oleh para ahli fiqh
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 81
Para ulama membuat beberapa tingkatan dalam berpuasa di hari ‘Asyura
ini, sebagai berikut:
1. Tingkatan pertama: Berpuasa pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram.
2. Tingkatan kedua: Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
3. Tingkatan ketiga: Berpuasa pada tanggal 10 dan 11 Muharram.
4. Tingkatan keempat: Berpuasa hanya pada tanggal 10 Muharram.
Sebagian ulama mengatakan makruhnya berpuasa hanya pada tanggal 10
Muharram, karena hal tersebut mendekati penyerupaan dengan orang-
orang Yahudi. Yang berpendapat demikian di antaranya adalah: Ibnu
‘Abbas, Imam Ahmad dan sebagian madzhab Abi Hanifah.
Allahu a’lam, pendapat yang kuat tidak mengapa berpuasa hanya pada
tanggal 10 Muharram, karena seperti itulah yang dilakukan oleh
Rasulullah selama beliau hidup.
Hari ‘Asyura, Hari Bergembira atau Hari Bersedih?
Kaum muslimin mengerjakan puasa sunnah pada hari ini. Sedangkan
banyak di kalangan manusia, memperingati hari ini dengan kesedihan dan
ada juga yang memperingati hari ini dengan bergembira dengan
berlapang-lapang dalam menyediakan makanan dan lainnya.
Kedua hal tersebut salah. Orang-orang yang memperingatinya dengan
kesedihan, maka orang tersebut laiknya aliran Syi’ah yang memperingati
hari wafatnya Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Husain radhiallahu ‘anhu terbunuh di Karbala’ oleh
orang-orang yang mengaku mendukungnya. Kemudian orang-orang
Syi’ah pun menjadikannya sebagai hari penyesalan dan kesedihan atas
meninggalnya Husain.
Di Iran, yaitu pusat penyebaran Syi’ah saat ini, merupakan suatu
pemandangan yang wajar, kaum lelaki melukai kepala-kepala dengan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 82
pisau mereka hingga mengucurkan darah, begitu pula dengan kaum wanita
mereka melukai punggung-punggung mereka dengan benda-benda tajam.
Begitu pula menjadi pemandangan yang wajar mereka menangis dan
memukul wajah mereka, sebagai lambang kesedihan mereka atas
terbunuhnya Husain radhiallahu ‘anhu.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
- الله صلى بي الن قال قال عنه الله رضي الله عبد عن
) :- الجيوب وشق الخدود لطم من ا من ليس م وسل عليه
(. ة الجاهلي بدعوى ودعا
“Bukan termasuk golonganku orang yang menampar-nampar pipinya,
merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti teriakan orang-orang di
masa Jahiliyah.”
Kalau dipikir, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama di hari
meninggalnya ‘Ali bin Abi Thalib, Padahal beliau juga wafat terbunuh?
Di antara manusia juga ada yang memperingatinya dengan bergembira.
Mereka sengaja memasak dan menyediakan makanan lebih, memberikan
nafkah lebih dan bergembira layaknya ‘idul-fithri.
Mereka berdalil dengan hadits lemah:
سعة( في يزل لم عاشوراء يوم عياله على ع وس من
(. سنته سائر
“Barang siapa yang berlapang-lapang kepada keluarganya di hari
‘Asyura’, maka Allah akan melapangkannya sepanjang tahun tersebut.”
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 83
Dan perlu diketahui merayakan hari ‘Asyura’ dengan seperti ini adalah
bentuk penyerupaan dengan orang-orang Yahudi. Mereka bergembira
pada hari ini dan menjadikannya sebagai hari raya.
Demikianlah sedikit pembahasan tentang bulan Muharram dan keutamaan
berpuasa di dalamnya. Mudahan kita bisa mengawali tahun baru Islam ini
dengan ketaatan. Dan Mudahan tulisan ini bermanfaat. Amin.
Keutamaan Puasa Asyura
Apa saja keutamaan puasa Asyura? Puasa Asyura ini dilakukan pada hari
kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari
kesembilan.
Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu
sehingga semangat melakukan puasa tersebut.
1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وأفضل م المحر ه الل شهر رمضان بعد الصيام أفضل
يل الل صالة الفريضة بعد الصالة
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada
bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah
shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan
kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori
mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan
Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam Nawawi rahimahullah
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 84
berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk
berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.
Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara
umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.
2- Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu
Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,
« الماضية نة الس يكفر فقال عرفة يوم صوم عن وسئل
« .» فقال عاشوراء يوم صوم عن وسئل قال والباقية
الماضية نة الس يكفر
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa
Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun
yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai
keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan
menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa
di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau penerangkan masalah
pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan
dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan
tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih Muslim,
8: 46.
Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap
dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al
Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501
3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari
kesembilan (tasu’ah)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 85
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum
muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
. صارى والن اليهود مه تعظ يوم ه إن ه الل رسول يا
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan
Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,
اسع – – الت اليوم صمنا ه الل شاء إن المقبل العام كان فإذا
“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita
akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
الله صلى ه الل رسول توفى ى حت المقبل العام يأت فلم
.- وسلم عليه
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah
keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)
Kenapa sebaiknya menambahkan dengan hari kesembilan untuk berpuasa?
Kata Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berkata bahwa maksudnya
adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10
Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits di atas. Lihat Syarh
Shahih Muslim, 8: 14.
Tahun ini (1436 H), tanggal 9 dan 10 Muharram jatuh pada hari Ahad dan
Senin (2 dan 3 November 2014). Semoga kita bisa menjalaninya dan
jangan lupa sampaikan pada istri, anak, kerabat dan rekan-rekan muslim
lainnya.
ANJURAN PUASA SYA’BAN
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 86
Bulan Sya’ban memiliki beberapa keutamaan di antaranya bulan tersebut
adalah persiapan menjelang puasa Ramadhan. Di antara amalan yang
utama di bulan ini adalah melakukan puasa sunnah Sya’ban. Yang
dianjurkan adalah memperbanyak puasa pada bulan tersebut dan harinya
pun bebas memilih sesuai kemampuan.
Keutamaan Bulan Sya’ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku
tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya
selain di bulan Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شهر وهو ورمضان رجب بين عنه اس الن يغفل شهر ذلك
عملي يرفع أن فأحب العالمين رب إلى األعمال فيه ترفعصائم وأنا
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara
bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya
berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku
amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An
Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil
mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai.
Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)
Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban
Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan
puasa. Bahkan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa
ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di
bulan Ramadhan.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 87
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami
katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami
katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara
sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak
pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di
bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan
yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970
dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
قليال إال شعبان يصوم كان ه كل شعبان يصوم .كان
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban
seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR.
Muslim no. 1156)
Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa
sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan
berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban
kullahu)?
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 88
Asy Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan
dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu”
(seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya,
sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau
mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada
kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada
seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban
adalah berpuasa di mayoritas harinya.
Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di
bulan Sya’ban?
An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa
sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain
Ramadhan adalah wajib. ”(Syarh Muslim, 4/161)
Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak
berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat
ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan
karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah
puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa
Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa
menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al
Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
Hikmah di Balik Puasa Sya’ban
1. Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah
terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan
Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 89
Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa
ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-
orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-,
maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu
Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang
masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar
adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya
sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga
beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliaushallallahu
‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-
bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah,
maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau
menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.
3. Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum
memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa
sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih
bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.
(Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243)
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri
tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga
dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat
keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-
amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,
maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan
untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 90
gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia
gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku
mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan
melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506).
Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan
mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan
memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya
(terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul
Muhsin bin Hamd Al Abad)
Bagi yang ingin menjalankan puasa Sya’ban tidak perlu mengkhususkan
hari tertentu. Puasanya bebas kapan pun, sesuai hari yang kita mampu.
Mengenai puasa setelah pertengahan Sya’ban telah dibahas di “Hukum
Puasa Setelah Pertengahan Sya’ban“.
ANJURAN MEMPERBANYAK
PUASA PADA BULAN MUHARRAM
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalwat dan
salam semoga terlipah untuk Nabi kita Muhammad, keluarga dan para
sahabatnya.
Sesungguhnya syahrullah (bulan Allah) Muharram adalah bulan yang
agung dan diberkahi. Bulan pertama dari penanggalan hijriyah. Dan salah
satu dari empat bulan haram yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam
firman-Nya,
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 91
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS.
Al-Taubah: 36)
Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
: ذو متواليات ثالثة حرم أربعة منها شهرا عشر اثنا نة السبين ذي ال مضر ورجب م، والمحر الحجة وذو القعدة
وشعبان جمادى
"Setahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya terdapat empat bulan
yang dihormati. Yang tiga berurutan, yaitu Dzul Qa'dah, Dzulhijjah, dan
Muharram. Sedangkan (satunya adalah) Rajab Mudhar yang berada
antara Jumadil Tsaniah dan Sya'ban." (HR. Bukhari no. 2958). Dan
dinamakan Muharram karena dia termasuk bulan yang diharamkan
(dihormati) dan keharamannya tadi diperkuat lagi dengan namanya.
Sedangkan makna firman Allah Ta’ala, “Maka janganlah kamu
menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,” maksudnya jangan
kamu menzalimi dirimu sendiri pada bulan-bulan haram ini. Karena
dosanya lebih besar daripada bulan-bulan selainnya.
. . . jangan kamu menzalimi dirimu sendiri pada bulan-bulan haram
ini. Karena dosanya lebih besar daripada bulan-bulan selainnya.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma memahami dari firman Allah Ta’ala
“Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat
itu”, bahwa larangan berbuat zalim berlaku pada keseluruhan bulan, lalu
Allah menghususkan empat bulan dan menjadikannya sebagai bulan mulia
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 92
dan lebih mengagungkan kehormatannya. Dia menjadikan dosa di
dalamnya lebih besar, begitu juga amal shalih dan pahala lebih besar.
Menurut Imam Qatadah rahimahullaah, bahwa kezaliman pada bulan-
bulan haram lebih besar dosanya daripada berbuat zalim di selainnya.
Walaupun perbuatan zalim (dosa) secara keseluruhan adalah perkara besar
(dosa besar), tapi Allah melebihkan perkara sesuai dengan kehendak-Nya.
Sebagimana Allah telah memilih hamba-hamba pilihan dari makhluk-Nya:
Dia telah memilih beberapa dari malaikat sebagai rasul, begitu dari antara
manusia sebagai rasul (utusan-Nya). Dia memilih dari beberapa kalam-
Nya sebagai bahan untuk berdzikir kepada-Nya. Dia juga memilih dari
beberapa tanah di bumi ini sebagai masjid. Dia juga telah memilih bulan
Ramadhan dan bulan-bulan haram dari beberapa bulan yang ada. Dia telah
memilih hari Jum’at dari sejumlah hari dan memilih Lailatul Qadar dari
beberapa malam. Maka agungkan apa yang telah Dia agungkan, karena
sesungguhnya mulia dan agungnya sesuatu tergantung pada pengagungan
Allah terhadapnya pada sisi orang yang paham lagi berakal.” (Ringkasan
Tafsir QS. Al-Taubah: 36 dari Tafsir Ibnu Katsir)
. . . larangan berbuat zalim berlaku pada keseluruhan bulan, dan
dikhususkan pada empat bulan haram. Berarti dosa di dalamnya
lebih besar, begitu juga amal shalih dan pahala lebih besar . . . (Ringkasan Penjelasan Ibnu Abbas)
Keutamaan Memperbanyak Puasa Sunnah Pada Bulan Muharram
Mengagungkan syahrullah Muharram adalah dengan tidak melakukan
kemaksiatan di dalamnya. Sebaliknya, dianjurkan untuk mengisinya
dengan amal-amal ketaatan. Salah satunya, adalah memperbanyak puasa
di dalamnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 93
وأفضل م المحر ه الل شهر رمضان بعد الصيام أفضليل الل صالة الفريضة بعد الصالة
"Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada
Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan
shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu." (HR. Muslim, no. 1982)
Sabda beliau, “syahrullah (bulan Allah)” penyandaran kata bulan kepada
Allah merupakan penyadaran pengagungan. Imam Al-Qaari berkata,
“Secara zahir, maksudnya seluruh (hari-hari pada) bulan muharram.”
Tetapi telah disebutkan dalam hadits shahih bahwa Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali berpuasa sebulan penuh kecuali
di Ramadhan. Maka hadits ini dipahami, dianjurkan untuk memperbanyak
puasa pada bulan Muharram bukan seluruhnya.
Didapatkan juga keterangan bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban dan boleh jadi belum
diwahyukan kepada beliau tentang keutamaan bulam Muharram kecuali
pada akhir hayat beliau sebelum diperintahkan berpusa padanya.” (Syarah
Shahih Muslim)
Allah Memilih Tempat dan Waktu Sesuai Kehendak-Nya
Al-‘Izz bin Abdissalam rahimahullaah menyebutkan tentang pengutamaan
beberapa tempat dan waktu. Dalam hal ini ada dua bentuk: Pertama,
duniawi. Kedua, Pengutamaan secara keagamaan yang dikembalikan
kepada Allah. Dia memberikan kebaikan kepada para hamba-Nya dengan
mengutamakan (meningkatkan) pahala pelakunya sebagaimana
pengutamaan puasa pada setiap bulan, begitu juga puasa hari ‘Asyura.
Keutamaannya dikembalikan kepada kebaikan Allah kepada para hamba-
Nya pada saat itu.” (Disarikan dari Qawaid al-Ahkam: I/38)
Penutup
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 94
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram, yang
seharusnya dimuliakan. Cara memuliakannya bukan dengan
mengkramatkannya sehingga menetapkan mitos-mitos yang tak ada
dasarnya. Memuliakannya adalah dengan tidak mengerjakan maksiat dan
dosa besar di dalamnya. Di samping itu memperbanyak amal shalih
sebagai lawan dari maksiat, dan salah satu amal shalih yang ditekankan
adalah berpuasa. Dianjurkan memperbanyak puasa di dalamnya, tapi tidak
berpuasa seluruh hari-harinya. Wallahu Ta'ala a'lam.
10 MANFAAT PUASA SENIN KAMIS
Siapa yang menjalankannya akan mendapat pahala, sementara yang tidak
menjalankan tidak mendapat dosa. Namun, ibadah sunah tentu sangat
bermanfaat bagi Anda baik secara langsung maupun tidak. Salah satu
contohnya, yaitu ibadah sunah puasa senin kamis. Manfaat puasa senin
kamis sangat besar, dilihat dari segi kesehatan tubuh maupun mental dan
spiritual yang dialami oleh pelakukanya. Oleh karena itu, mereka yang
suka puasa senin kamis dapat memaksimalkan serta menyeimbangkan
antara tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Manfaat puasa senin kamis memang sangat banyak dan membantu
kehidupan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Di agama yang lain pun
selain Islam, umatnya juga dianjurkan dan diperintahkan untuk berpuasa,
meskipun tata caranya berbeda. Berikut akan disampaikan beberapa
manfaat puasa senin kamis yang bisa Anda pelajari.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 95
1. Peremajaan sel kulit
Manfaat puasa senin kamis
Sel-sel kulit manusia yang telah mati perlu diganti atau dengan kata lain
diremajakan kembali. Anda tidak perlu bantuan produk atau obat tertentu
yang harus dikonsumsi. Anda hanya perlu melakukan puasa senin
kamis secara rutin. Hal itu dikarena, berhubungan dengan metabolisme
dalam tubuh manusia yang berhenti saat berpuasa, dan itu menyebabkan
sel-sel tubuh dapat bekerja lebih aktif lagi, seperti halnya sel-sel kulit.
2. Mengencangkan kulit
Mungkin Anda tidak percaya apa hubungannya antara puasa senin
kamis dengan pengencangan kulit. Seperti halnya peremajan kulit, saat
Anda berpuasa sehari penuh metabolisme dalam tubuh juga ikut
beristirahat sehingga membuat sel-sel dalam tubuh bekerja lebih
maksimal. Hasilnya, antara lain, organ tubuh luar, seperti kulit akan lebih
sehat dan kencang. Coba buktikanlah!
3. Mengeluarkan racun dalam tubuh
Tanpa penelitian dari para ilmuwan, Anda pun dapat berpikir secara
logika, jika puasa puasa senin kamis dapat meneluarkan toksin atau racun
dalam tubuh. Racun yang bercampur dalam lemak, darah, atau bagian
yang lain itu berasal dari makanan dan minuman yang kita konsumsi
sehari-hari. Untuk mengeluarkannya bukan hanya dengan berolah raga
saja. Namun, Anda harus berhenti mengkonsumsi makanan dan minuman
minimal selama sehari, agar racun dapat dikeluarkan dengan efektif.
Pengeluarannya dapat lewat keringat, urine, atau saat Anda buang air
besar. Cara puasa senin kamis memang dipercaya ampuh untuk
mengelurkan racun yang sudah mengendap dalam tubuh. Jika racun-racun
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 96
tersebut sudah keluar, maka Anda akan merasakan tubuh Anda lebih sehat
dan bugar.
4. Memberikan istirahat untuk organ pencernaan
Organ perncernaan dalam tubuh yang Anda miliki diibaratkan seperti
mesin, sebut saja mesin kendaraan bermotor. Tidak mungkin sebuah mesin
dapat dihidupkan dan dijalankan terus menerus karena hanya akan
merusak salah satu atau lebih onderdil atau sparepart bagian dari mesin
tersebut. Oleh karena itu, mesin kendaraan bermotor juga membutuhkan
istirahat agar tidak cepat rusak komponen di dalamnya. Selain itu, juga
membutuhkan perawatan yang rutin.
Seperti juga organ pencernaan dalam tubuh Anda yang membutuhkan
istirahat untuk tidak bekerja minimal sehari hingga dua hari dalam
seminggu. Hal itu berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi organ
pencernaan, mengeluarkan racun-racun dalam organ pencernaan, serta
sebagai perawatan rutin agar tidak cepat rusak untuk organ pencernaan
Anda. Satu-satunya cara efektif yang bisa Anda lakukan untuk
mengistirahatkan organ perncernaan adalah puasa senin kamis.
5. Menurunkan kadar lemak
Lemak memang salah satu nutrisi yang dibutuhkan tubuh Anda. namun,
jika Anda memiliki lemak dalam tubuh yang terlalu banyak tentu hanya
akan membuat penyakit datang. Oleh karena itu, kelebihan lemak dalam
tubuh Anda harus dihilangkan. Ada tiga cara yang sangat efektif dan dapat
Anda lakukan segera, yaitu berolah raga secara teratur, melakukan diet
yang menyehatkan, dan melakukan puasa senin kamis. Ketiga cara
tersebut jika dilakukan dengan benar, dijamin akan menurunkan kadar
lemak dalam tubuh Anda. akibat positifnya, tubuh Anda akan terhindar
dari gangguan penyakit, seperti tekanan darah tinggi atau kolesterol.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 97
6. Mempercantik kaum wanita secara alami
Dengan berpuasa senin kamis, sel-sel tubuh akan mengalami reorganisasi
atau pergantian secara teratur. Hal itu yang menyebabkan sel-sel dalam
tubuh Anda selalu mengalami peremajaan. Dengan begitu, organ dalam
maupun luar tubuh Anda akan menjadi lebih sehat dan segar. Misalnya,
pada organ kulit yang mengalami peremajaan sel-sel kulit akan
menjadikan kulit wajah lebih bersih, segar, dan terlihat cantik. Bagi Anda
para wanita yang menginginkan terlihat selalu tampil cantik dan awet
muda, tidak ada salahnya mencoba melakukanpuasa senin kamis.
7. Menenangkan jiwa dan perasaan
Orang sudah terbiasa melakukan puasa senin kamis biasanya dapat lebih
mengontrol pikiran dan perasaannya. Sebagai contoh, dengan puasa senin
kamis orang dapat lebih bersabar, mengontrol hawa nafsu, dan pikiran-
pikiran kotor atau negatif. Dengan terkontrolnya pikiran, akan
menyebabkan ketenangan jiwa. Bagi Anda yang selama ini selalu dihantui
rasa takut, stres, depresi, atau mengarah pada gangguan kejiwaan. Cobalah
mempraktikkan puasa senin kamis agar pikiran dan jiwa Anda lebih
tenang dan terkontrol.
8. Mampu mengendalikan hawa nafsu
Orang yang sering melakukan puasa senin kamis lebih mampu dan mahir
mengendalikan hawa nafsu yang selalu bergejolak dalam hati dan
pikirannya. Contoh yang logis adalah seorang pemuda atau pemudi yang
selalu merasa kesepian dan selalu terbayang berhubungan dengan lawan
jenisnya. Setiap manusia normal pasti berharap seperti itu. Namun, hawa
nafsu seperti itu harus selalu dikontrol agar tidak menimbulkan efek
negatif pada diri yang bersangkutan. Salah satu cara yang paling efektif
untuk mengendalikan hawa nafsu adalah melakukan puasa senin kamis.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 98
9. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar
Saat Anda melakukan puasa senin kamis, pasti akan merasakan lapar dan
haus yang sangat. Rasa seperti itulah yang dirasakan oleh banyak orang
miskin dan tidak mampu. Mereka untuk mengisi perut agar tetap bisa
hidup hingga mengemis atau memungut makanan sisa dari tumpukan
sampah. Namun, Anda tentu lebih beruntung karena tidak mengalaminya.
Oleh karena itu, orang yang biasa berpuasa senin kamis lebih peka
terhadap kondisi lingkungan sekitar. Rasa ini menjadi lebih besar saat
orang yang berpuasa tersebut mengalami rasa lapar dan haus, seperti yang
dirasakan orang-orang miskin.
10. Lebih banyak beramal
Orang yang terbiasa puasa senin kamis akan lebih meningkatkan amalan
ibadahnya dengan banyak beramal. Misalnya, memberikan bantuan
kepada fakir miskin, orang yang tidak mampu, atau kepada anak-anak
yatim. Orang tersebut yakin dengan banyaknya amalan tambahan
pendamping puasa senin kamis yang dijalankannya, maka akan
memperoleh banyak pahala yang berlipat. Itulah efek positif secara tidak
langsung yang dapat diraih setiap orang yang puasa senin kamis.
CARA MENGERJAKAN
PUASA DAUD YANG BAIK DAN BENAR
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang seling, Yakni
sehari berpuasa dan sehari lagi berbuka. Apabila hari ini berpuasa maka
esok tidak berpuasa dan lusa berpuasa dan begitu seterusnya.
Hukum menunaikan ibadah puasa Daud adalah sunnah. Jadi barangsiapa
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 99
yang mengerjakannya niscaya mendapat pahala dan bagi yang
meninggalkannya tidak ada masalah.
Cara Mengerjakan Puasa Daud yang Benar dan Sah
Puasa Daud dilaksanakan dengan cara selang-seling, sehari puasa sehari
tidak dan dapat dilaksanakan sepanjang tahun, selama tidak dilaksanakan
pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Hari-hari yang dilarang
untuk berpuasa diantaranya adalah 2 hari raya (Idul Firi dan Idul Adha)
dan hari Tasrik. Sedang untuk hari jum’at, tidak terdapat halangan, selama
puasa pada dari ini termasuk bagian dalam puasa Daud, jadi bukan puasa
khusus pada hari Jum’at saja. Sedangkan jika puasa hanya pada hari
Jum’at saja, maka hal ini tidak diperbolehkan. Puasa Daud sebaiknya
dilaksanakan apabila kita sudah terbiasa berpuasa hari Senin-Kamis,
sehingga tidak ada kesulitan bagi kita untuk melaksanakannya.
Rasulullah Muhammad saw bersabda:
“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang
dinamakan) puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling
afdhal. Lalu aku (Abdullah bin Amru radhialahu ‘anhu} berkata
sesungguhnya aku mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal
dari itu. ” (HR. Bukhari No : 1840)
Sebagian ulama menyatakan bahwa sebaiknya tidak melaksanakan puasa
Senin-Kamis jika sedang melaksanakan puasa Daud. Pendapat ini banyak
digunakan diberbagai belahan dunia. Namun ada juga ulama yang
menyatakan tidak masalah melaksanakannya juga. Selain waktunya, tata
cara pelaksanaan puasa Daud ini tidak berbeda dengan puasa lainnya.
Sebelum berpuasa kita diharuskan untuk berniat. Selain itu, juga harus
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 100
mampu mengendalikan diri dari semua perbuatan yang dapat
membatalkan maupun mengurangi pahala puasa kita. Dengan melakukan
puasa Daud, maka diharapkan adanya peningkatan ibadah kita kepada
Allah SWT. Selain itu, puasa Daud juga mampu membentengi doro dari
segala nafsu duniawi yang sering dimiliki oleh manusia. Dan yang lebih
penting lagi, puasa Daud adalah puasa yang dicintai oleh Allah SWT.
Lafadz niat puasa Nabi Daud yang umumnya dibaca adalah sebagai
berikut :
Nawaitu Shauma Daawuda Sunnatal Lillaahi Ta’aala
"Saya niat puasa Daud, sunnah karena Allah ta’ala"
Kalaupun niat puasa hanya dengan bahasa Indonesia atau bahasa Anda
sendiri, tidak pakai bahasa Arab, tidak masalah dan tetap niat puasanya
sah, karena niat yang terpenting ada di dalam hati.
Puasa sunnah yang paling utama sebagaimana diungkapkan dalam hadist
Rasulullah SAW adalah puasa Daud. Mengingat puasa ini memiliki
banyak keajaiban dan keistimewaan.
Adapun keajaiban-keajaiban yang secara umum dialami oleh orang-
orang yang menjalankan puasa Daud diantaranya sebagai berikut:
Terpelihara dari maksiat, Orang yang senantiasa
menjalankan puasa Daud, dengan niat ikhlas karena Allah
niscaya akan terpelihara dari berbuat maksiat. Apabila ia
akan melakukan suatu pekerjaan yang ada unsure maksiat
niscaya akan selalu ada kekuatan ghaib (semacam bisikan)
yang secara tiba-tiba menyeruak dalam hatinya. Jasmani dan
Ruhaninya seperti ada yang menjaga, pagar yang membuat
langkah dan sepak terjangnya selalu dalam bingkai aturan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 101
dan ridha Allah. Apabila ia berniat hendak melakukan
kejahatan yakni menganiaya orang lain maka Allah akan
memberinya rasa iba atau kasihan sehingga ia
mengurungkan niat buruknya tersebut.
Tumbuhnya akhlakul karimah (akhlak yang baik), Salah
satu rahasia Puasa Daud yaitu dikaruniai budi pekerti yang
luhur. Manakala bertutur kata senantiasa santun, sabar,
rendah hati, suka mengalah, tidak egois, senang berteman
sehingga orang lain melihatnya menarik dan penuh kesan.
Menerima pemberian Allah dengan lapang hati, Orang
yang mengerjakan puasa Daud niscaya Allah
mengaruniakan kepada orang tersebut rasa menerima
terhadap apa saja pemberian Allah baik buruk maupun baik.
Berfikir positif, kreatif dan inovatif, Orang yang
mengerjakan puasa Daud niscaya akan dikaruniai pikiran
yang senantiasa positif.
Menumbuhkan sifat Hilm (emosi dapat ditahan dengan baik,
Rasa Hilm atau mampu menahan emosi akan dikaruniakan
oleh Allah kepada orang yang istiqomah menjalankan puasa
Daud. Sebab pada dasarnya orang yang hendak melakukan
puasa Daud harus siap untuk bersifat sabar. Adapun cara
mencegah marah itu yaitu dengan berwudhu’, Merubah
posisi, dan mencari kesibukan.
Menentramkan jiwa, Orang yang menjalankan puasa Daud
jiwanya akan merasa tentram, sebab ia merasa dekat dengan
Allah dan Allah adalah Dzat dapat menolong setiap hamba-
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 102
Nya yang membutuhkan pertolongan. Ketentraman jiwanya
bisa dirasakan dimana saja dan kapan saja. Karena
sesungguhnya ketentraman jiwa yang diperoleh oleh orang
yang menjalankan puasa Daud tidak terikat oleh ruang dan
waktu.
Bertambah wibawa, Orang yang biasa menjalankan ibadah
puasa Daud niscaya dirinya akan bertambah wibawa di
hadapan orang lain. Jika ia seorang guru ia akan disegani
oleh murid-muridnya. Jika ia seorang bupati niscaya
dihormati oleh bawahannya dan apabila dia seorang
bawahan niscaya dia akan dihormati oleh atasannya.
Mendatangkan rejeki yang tidak disangka-sangka, Puasa
Daud bisa menjadi salah satu pintu datangnya rejeki. Tentu
saja hal ini adalah rejeki yang dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya.
Menjadi hamba yang bersyukur, Bersyukur merupakan
salah satu ibadah mulia kepada Allah yang mudah
dilaksanakan, tidak memerlukan tenaga dan pikiran.
Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterimakasih kepada
Allah karena kemurahan-Nya. Dengan bersyukur berarti kita
mengingat Allah yang Maha Kaya, Maha Pengasih, maha
Penyayang, dan Maha Penyantun. Mensyukuri nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada kita dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu bersyukur dengan hati nurani, bersyukur
‘billisan’ (dengan ucapan), bersyukur dengan perbuatan
yang biasanya dialkukan oleh anggota tubuh.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 103
Suasana Rumah Tangganya senantiasa Harmonis, Rumah
tangga yang harmonis merupakan dambaan setiap orang.
Sebab itu rumah tangga yang harmonis itu tercipta suasana
yang nyaman, tenang, damai dan menyenangkan hati. Puasa
Daud dapat dapat mendukung terciptanya keluarga yang
harmonis (sakinah, mawaddah, warahmah).
Selian yang diungkapkan diatas Puasa Daud juga masih memiliki
keajaiban-keajaiban lain misalnya seperti mengalah demi orang lain,
menumbuhkan sifat percaya diri, menumbuhkan gairah menuntut ilmu,
menuntut diri berbakti kepada kedua orang tua, terhindar dari celaan dan
hinaan orang lain, senantiasa dihargai orang lain, menumbuhkan sifat
tawadhdu’ (rendah hati), beribadah lebih khusyu’, senantiasa ikhlas dalam
beramal, kehidupannya senantiasa rukun, damai dan tenteram bersama
keluarga dan tetangga, rejekinya dicukupkan, peka dengan perkembangan
zaman, menumbuhkan rasa penuh dosa, menumbuhkan rasa malu kepada
Allah, semangat dalam memberdayakan orang lain, dapat diterima semua
kalangan atau kejadian-kejadian luar biasa yang bisa dirasakan oleh orang
yang menjalankan ibadah puasa Daud.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 104
NAMA-NAMA BULAN DALAM TAHUN HIJRIYAH DISERTAI DENGAN ARTI DAN
KEUTAMAANNYA
Nama-nama bulan dalam perhitungan tahun Hijriyah mungkin menjadi
suatu hal yang banyak dilupakan oleh bagi sebagian muslim di Indonesia.
Padahal sebagai warga negara yang memiliki identitas Muslim, selayaknya
bahkan Wajib ‘Ain hukumnya kita mengetahui nama-nama bulan dalam
tahun Hijriyah yang merupakan perhitungan tahun dalam kalender Islam.
Penetapan kalender hijriah menggunakan peredaran bulan sebagai
acuannya (seperti penetapan bulan puasa) dan dilakukan pada
kekhalifahan Umar bin Khattab r.a., dengan menetapkan peristiwa
hijrahnya Nabi ke Madinah. Penetapan 12 bulan ini seperti yang
difirmankan dalam Al Qur’an.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 105
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa.” (QS At Taubah (9): 36)
Berikut nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah disertai dengan arti dan
keutamaannya :
1. Muharam al-Haram ( Muharram )
Bulan ini mengambil perkataan “Haram” yang bermaksud terlarang. Ini
disebabkan budaya atau tradisi Arab mengharamkan peperangan pada
bulan ini. Bulan muharram termasuk dalam empat bulan yang diharamkan
dalam Islam serta dianjurkan bagi umat Islam untuk memperbanyak
amalan-amalan apapun di bulan-bulan tersebut.
Di bulan MUHARRAM mengandung berbagai peristiwa penting dalam
perkembangan ISLAM sejak nabi ADAM di jadikan oleh ALLAH S.W.T.
Bulan muharram merupakan bulan awal tahun Hijriah serta karena
terdapat beberapa keutamaan dalam beramal di bulan ini, umat Islam tentu
bergembira menyambut bulan ini. Hari Asyura yaitu hari kesepuluh bulan
Muharram dan disunnahkan untuk berpuasa pada hari itu.
Berdasarkan sabda nabi saat beliau ditanya “Puasa apakah yang paling
utama sesudah puasa Ramadhan?” Nabi menjawab,”Puasa pada bulan
Allah yang kalian namakan bulan Muharram.” (HR Muslim)
“Puasa hari Asyura dapat menghapus dosa tahun lalu.” (HR Muslim)
Terdapat banyak penjelasan mengenai bulan muharram, tetapi mungkin
akan dijelaskan pada tema tersendiri. ^^
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 106
2. Safar
Bulan ini berarti tiupan angin atau kosong. Bulan ini menunjukkan
masyarakat Arab meninggalkan rumah mereka , melakukan perjalanan
atau berperang. SAFAR adalah bulan kedua mengikuti perkiraan bulan
calender ISLAM yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkira’an bulan
mengelilingi bumi). Safar yang berarti kosong dan dinamakan safar karena
di bulan ini orang-orang arab sering meninggalkan rumah tangga mereka
menjadi kosong karena melakukan serangan dan menuntut pembalasan
pada musuh-musuh mereka.
Menurut kepercayaan turun temurun setengah orang ISLAM yang jahil,
bulan safar ini merupakan bulan turunnya bencana dan malapetaka
khusunya pada hari rabu di minggu terakhir. Oleh karena itu mereka
melakukan semacam ritual-ritual untuk menolak malapetaka yang mereka
percayai itu. Selama berpuluh tahun bahkan sampai beratus tahun lamanya
mereka telah mengamalkan mandi-manda dan berpesta yang di kenali
dengan “mandi safar” pada hari rabu di minggu terakhir pada bulan safar
ini. Kebanyakan dari mereka tidak maumengadakan resepsi pernikahan di
bulan ini.
Sebenarnya bencana dan malapetaka itu tidak hanya terjadi di bulan
SAFAR saja namun juga berlaku di bulan lainnya. Dan tentunya ISLAM
melarang keras kepercayaan tersebut sebagaimana ALLAH S.W.T
berfirman dalam Q.S ATTAUBAH ayat 51 yang artinya:
“Katakan lah (wahai MUHAMMAD): tidak akan sekali-kali menimpa
kami sesuatu apapun melainkan apa yang telah di tetapkan oleh ALLAH
S.W.T bagi kami. DIA lah pelindung yang menyelamatkan kami, dan
(dengan kepercayaan itu), maka hanya kepada ALLAH S.W.T lah
hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal”.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 107
Oleh sebab itu kita sebagai umat ISLAM yang beriman hendaklah
membuang prasangka itu. Dan membuang semua kepercayaan yang
percaya kepada sebuah benda atau lain sebagainya supaya kita terlepas
dari yang namanya syirik.
3. Rabiul awal
Bulan pertama musim bunga saat bulan tersebut dinamakan. Disebut juga
sebagai masa kembalinya kaum yang merantau (shafar) dari perang atau
perjalanan. Pada bulan ini pula Nabi Muhammad dilahirkan di dunia dan
dikenal dengan maulid nabi yakni lebih tepatnya pada tanggal 12 RABIUL
AWAL. Kemudian menjadi RASUL pada tanggal 9 rabiul awal dan wafat
pada tanggal 12 RABIUL AWAL juga.
ALLAH S.W.T berfirman dalam Q.S ALI IMRAAN ayat 31-32 yang
artinya:
“Katakanlah (wahai MUHAMMAD): Jika benar kamu mengasihi ALLAH
S.W.T maka ikutilah Aku, niscaya ALLAH S.W.T mengasihi kamu dan
mengampuni dosa-dosa kamu.Dan (ingatlah) ALLAH S.W.T maha
pengampun lagi maha mengasihani. Katakanlah (wahai MUHAMMAD)
ta’atlah kamu kepada ALLAH S.W.T dan RASUL-NYA. Oleh itu jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya ALLAH S.W .T tidak suka kepada
orang-orang yang kafir”.
4. Rabiul akhir
Bulan kedua musim bunga.
5. Jumadil awal
Bulan pertama musim panas. Jumada berarti kering.
6. Jumadil akhir
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 108
Bulan kedua musim panas. Jamada, juga berarti lebih sejuk karena musim
kering telah berakhir. JAMAIDIL AKHIR ialah bulan ke enam pada tahun
HIJRIAH dan pada bulan ini terjadi suatu peristiwa yang di sebut dengan
perang zi qarad. Dalam peperangan ini tercatat kehebatan ISLAM pada
zaman RASULULLAH SAW. Tentara ISLAM yang hanya memiliki
30.000 orang mengalahkan tentara rom yang memiliki lebih dari 100.000
orang. Tentara ISLAM di pimpin oleh Khalid bin Al Walid dan Abu
‘Ubaidah. Dan ada juga yang mempunyai pandangan dengan mengatakan
peperangan itu terjadi pada bulan rejab tahun ke – 15 HIJRIAH.
7. Rajab
Berarti mulia. Dikenali sebagai Rajab al Fard. Fard berarti keseorangan /
kesendirian; karena tiga bulan suci yang lain berada jauh dan berturutan
dibandingkan bulan Rajab yang berada ditengah.
Merupakan empat dari bulan yang diharamkan dalam Islam. Bulan Rajab
dianggap sebagai bulan persiapan menjelang bulan Ramadhan. Puasa pada
bulan Rajab dimaksudkan untuk persiapan agar pada bulan Ramadhan kita
siap dan berada dalam kondisi yang suci. Nabi muhammad pada bulan ini
dan bulan Sya’ban menggiatkan ibadah dan puasanya. Begitu rindunya
dengan bulan Ramadhan, terdapat amalan doa yang sering diucapkan pada
bulan Rajab dan Sya’ban dengan harapan dapat bertemu dengan bulan
Ramadhan.
“Allahumma bariklana fii rajaba wa sya’bana wa balighna Ramadhana.”
“Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan
sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.” (HR Ahmad dan Thabrani)
Sungguh indah
8. Sya’ban
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 109
SYA’ABAN adalah bulan ke delapan pada calender ISLAM yang berarti
berpecah belah. Bulan ini dinamakan demikian karena orang-orang arab
berpecah belah untuk pergi mencari air. Dalam bulan ini juga terjadi
peristiwa penting dalam sejarah ISLAM yaitu peralihan kiblat dari
MASJID AL-AQSA ke KA’BAH di MASJIDIL HARAM. Semenjak
peristiwa itu setiap menunaikan shalat dengan menghadap ke ka’bah
sebagai kiblat.
SYA’ABAN merupakan salah satu bulan yang mempunyai keistimewaan
tersendiri di dalam ISLAM. Keadaan ini samalah dengan bulan REJAB
dan RAMADHAN yang mepunyai keistimewaan tersendiri. Oleh
karenanya kehadiran bulan-bulan ini selalu di tunggu oleh orang-orang
yang beriman dan bertaqwa kepada ALLAH S.W.T sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh AL IMAM ABU DAUD dari AISYAH RA yang
artinya:
“Bulan yg paling di cintai oleh RASULULLAH SAW akan berpuasa di
bulan SYA’ABAN kemudian akan meneruskannya di bulan
RAMADHAN”.
Pada bulan ini juga terdapat suatu malam yang di namakan dengan malam
NISFU SYA’BAN dan kita juga di himbau untuk melakukan amalan
dengan membaca AL-QUR’AN dan surah YAASIN untuk menghidupkan
kembali malam tersebut. AL IMAM IBNU MAJAH meriwayatkan dari
ALI RA yakni RASULLULAH SAW bersabda yang artinya:
“Apabila tiba malam pertengahan SYA’BAN maka hendaklah
menghidupkan malam itu (dengan beramal ibadah) dan berpuasa di
siangnya, maka sesungguhnya ALLAH S.W.T turun pada waktu itu
lantaran terbenamnya matahari ke langit dunia dan berfirman: “Siapa
yang memohon ampun maka AKU akan mengampuninya, siapa yang
meminta rezeki maka AKU akan karuniakan kepadanya rezeki, siapa yang
di timpa musibah maka AKU akan melepaskannya, adakah kamu…adakah
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 110
kamu…adakah kamu…(berurutan pertanyaan dari ALLAH S.W.T)
sehingga terbitnya fajar SHUBUH”.
Pada bulan ini dianjurkan lebih memperbanyak amalan-amalan karena
mendekati bulan puasa. Nabi juga menggiatkan puasanya pada bulan ini.
Dari Aisyah r.a. “Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan
puasa satu bulan penuh selain dalam bulan Ramadhan, dan saya tidak
melihat beliau dalam bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak
daripada bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)
Di akhir bulan ini, umat muslim akan sangat sibuk untuk menyiapkan
ibadah puasa mereka dengan memperbanyak aktifitas ibadah sunnah dan
perhitungan awal puasa.
9. Ramadhan
RAMADHAN yaitu bulan ke sembilan di tahun HIJRIAH yang
mempunyai banyak kelebihan. Berikut ada beberapa hadis yang
menyebutkan keutama’an tentang bulan RAMADHAN. Kata Ramadhan
diambil dari kata “ramda”, yang bermaksud batu panas. Menceritakan
ketika nama bulan tersebut diberikan, ketika keadaan amat panas.
Dengan menetapkan awal bulan Ramadhan dengan rukyah atau hisab,
maka umat Islam yang telah baligh diwajibkan untuk berpuasa pada bulan
ini. Bulan ini begitu agung karena segala amalan kita akan dilipat
gandakan tidak seperti pada bulan-bulan lainnya.
“Jika kalian melihat bulan (hilal Ramadhan) maka berpuasalah, dan
berbukalah (berhari raya), karena melihat bulan (hilal Syawal).”
(Muttafaq ‘alaih)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 111
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS Al Baqarah (2) : 183)
Puasa merupakan ibadah yang ditujukan dan dibalas langsung oleh Allah
karena upaya bersusah payah mengalahkan hawa nafsu dan menyucikan
diri karena Allah. Pada bulan ini para setan akan dibelenggu danpara
hamba-Nya akan diberikan ampunan, rahmat dan pembebasan dari api
neraka.
ABU HURAIRAH menyatakan RASULULLAH SAW bersabda
yang artinya:
“Apabila telah tiba RAMADHAN, maka di bukakanlah semua pintu
Syurga dan di tutup segala pintu Neraka dan di ikat segala seytan.”
hadits di riwayatkan: IMAM BUKHAIRI, MUSLIM, NASAI’E,AHMAD
dan BAIHAQI.
Dari ABU HURAIRAH RASULULLAH SAW bersabda yang
artinya:
“Siapa yang berpuasa penuh di bulan RAMADHAN dengan penuh
keimanan dan keikhlasan niscaya akan diampuni segala dosanya yang
telah lalu.
hadits riwayat: IMAM NASAI’E, IBN MAJJAH, IBN HABBAN dan
BAIHAQI.
ABU HURAIRAH berkata aku telah mendengar RASULULLAH
SAW bersabda yang artinya:
“SHALAT FARDHU kepada SHALAT yang sebelumnya merupakan
penebus apa antara keduanya, dan JUM’AT kepada JUM’AT yang
sebelumnya merupakan penebus antara keduanya, dan bulan kepada
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 112
bualan (yaitu RAMADHAN) merupakan kaffarah antara keduanya
melainkan tiga golongan: Syrik kepada ALLAH S.W.T, meninggalkan
sunnah dan perjanjian (dilanggar) telah berkata ABU HURAIRAH: maka
aku tahu perkara itu akan berlaku maka aku bertanya wahai
RASULULLAH adapun syrik dengan ALLAH S.W.T telah kami tahu
maka apakah perjanjian dan meninggalkan sunnah BAGINDA SAW
bersabda: adapun perjanjian engkau membuat perjanjian dengan orang lain
dengan sumpah kemudian engkau melanggarnya maka engkau
membunuhnya dengan pedang engkau, manakala meninggalkan sunnah
maka keluar dari pada jama’ah (ISLAM)
hadits riwayat: AHMAD, AL HAKIM, BAIHAQI
Dari ABI SOLEH AZ-ZAYYAT bahwa ia telah mendengar ABU
HURAIRAH berkata RASULULLAH teleh bersabda yang artinya:
“Setiap amalan anak ADAM baginya melainkan puasa untukKU dan AKU
akan membalasnya. Dan puasa adalah perisai, maka apabila seseorang
berada pada hari puasa maka dia dilarang untuk menghampiri (bercumbu)
pada hari itu dan tidak meninggikan suara. Sekiranya dia di hina atau di
serang maka dia berkata: sesungguhnya aku berpuasa demi ALLAH
S.W.T yang mana diri nabi MUHAMMAD di tangan NYA maka
perubahan bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi ALLAH S.W.T
pada hari kiamat dari pada bau kasturi, dan bagi orang berpuasa dua
kegembiraan dengan waktu berbukanya dan apabila bertemu dengan
ALLAH S.W.T dia gembira dengan puasanya.
hadits riwayat: IMAM BUKHAIRI, MUSLIM, NASAI’E, AHMAD, IBN
KHUZAIMAH, IBN HABBAN, dan BAIHAQI.
ABU HURAIRAH berkata: aku telah mendengar RASULULLAH
SAW bersabda yang artinya:
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 113
“Siapa yang mendirikannya (puasa RAMADHAN) penuh keimanan dan
keikhlasan di ampunkan baginya dosanya yang telah lau.
hadits riwayat: BUKHAIRI, MUSLIM, TARMIZI, ABU DAUD,
NASAI’E, MALIK, AHMAD dan BAIHAQI
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala
(dari Allah), niscaya kan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaq ‘alaih)
10. Syawal
SYAWAL merupakan bulan ke sepuluh pada tahun HIJRIAH dan juga
sebagai puncak kegembiraan bulan puasa dengan datangnya HARI RAYA
IDUL FITRI. Dan di ketika itu semua golongan dari anak-anak remaja
dewasa dan para orang tua lengkap dengan persiapannya masing-masing.
Bulan Syawal merupakan bulan peningkatan setelah kita sebulan penuh
berpuasa. Bulan ini umat muslim juga bergembira dengan merayakan hari
raya Idul Fitri, hari raya kemenangan karena telah dikembalikan dalam
keadaan fitri / suci kembali.
Idul Fitri atau sering disebut lebaran, umat muslim bergembira dengan
saling bermaaf-maafan dengan kerabat dan bersilaturahmi bersama. Bagi
yang tidak mampupun merasakan senangnya lebaran dengan zakat fitrah
yang diterimanya. Pada bulan syawal terdapat puasa sunnah juga yang
memiliki ganjaran yang sangat besar.
HARI RAYA IDUL FITRI bertujuan untuk merayakan kejayaan dan
kemenangan yang telah di peroleh selama berpuasa di bulan
RAMADHAN. Maka mereka akan berkumpul d MASJID ataupun di
lapangan yang luas untuk menunaikan SHALAT ID berjama’ah sambil
berzikir, bertakbir, tahlil, dan bertasbih.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 114
AL-IMAM AT-TABARANI telah meriwayatkan dari ANAS bahwa
RASULULLAH SAW bersabda yang artinya:
“Hiasilah hari raya kamu itu dengan TAKBIR”
Dalam bulan SYAWAL ini juga banyak terdapat amalan amalan seperti
puasa enam. AL-IMAM IBNU MAJAH telah meriwayatkan dari ABU
AYYUB bahwa RASULULLAH SAW bersabda yang artinya:
“Barang siapa berpuasa di bulan RAMADHAN di ikuti puasa enam hari
di bulan SYAWAL adalah menyerupai puasanya itu puasa setahun”.
Puasa ini lebih afdhal dilakukan selepas hari raya dengan berturut
turut.Berarti kebahagiaan.
“Barangsiapa puasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa pula
enam hari dalam bulan Syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa.”
(HR Muslim)
Mari ucap subhanallah ^^
11. Zulkaedah
Diambil daripada perkataan “qa’ada” berarti untuk duduk, waktu istirahat
bagi kaum lelaki Arab. Umat muslim mulai menghentikan aktivitas
perniagaan mereka untuk duduk dan bersiap menunaikan ibadah Haji.
Inilah bulan suci ketiga yang diharamkan dalam Islam.
Rasulullah saw. Bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan haram (mulya).”
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
12. Zulhijjah
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 115
Ini adalah bulan suci terakhir dalam setahun dan ibadah haji dilaksanakan.
Bulan ini mengambil kata “haji” sebagai nama bagi bulan haji ini.
Sedangkan bagi umat muslim yang tidak menunaikannya, akan merayakan
hari raya Idul Adha (Asyik hari raya lagi)..
Hari raya Idul Adha diperingati dengan ibadah puasa sunnah pada hari
Arafah (tanggal 9 zulhijjah) sebelumnya. Dan hari raya idul Adha jatuh
pada hari ke-10. Seperti yang kita ketahui, Idul Adha merupakan lebaran
kurban dimana umat muslim Shalat hari raya dan menyembelih hewan
kurban sebagai bentuk mengingat terhadap kisah pengorbanan Nabi
Ibrahim dan Ismail a.s dalam Al Qur’an.
“Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun,
yaitu tahun yang berlalu dan tahun yang akan datang.” (HR Muslim)
Telah sampai kita di akhir tahun. Penjelasan di atas disajikan dengan
singkat dan sederhana agar kita mengingat hal-hal dasar dalam Islam. Jadi
lihatlah di bulan apakah sekarang ini? Supaya bisa mempersiapkan
keutamaan di tiap bulannya.
Semoga bermanfaat. Syukron katsiron..
20 SUNAH RASULULLAH SAW
YANG SERING DILUPAKAN
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 116
Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam baik perkataan, perbuatan, ataupun
persetujuan. Sunnat pula berarti sesuatu yang pelakunya mendapat
pahala dan tidak ada dosa bagi yang meninggalkannya. Di antara
perbuatan sunnah yang jarang dilakukan kaum muslimin adalah sebagai
berikut:
1. Mendahulukan Kaki Kanan Saat Memakai Sandal Dan Kaki Kiri
Saat Melepasnya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kalian memakai sandal
maka dahulukanlah kaki kanan, dan jika melepaskannya, maka
dahulukanlah kaki kiri. Jika memakainya maka hendaklah memakai
keduanya atau tidak memakai keduanya sama sekali.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
2. Menjaga Dan Memelihara Wudhu
Diriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Istiqamahlah (konsistenlah)
kalian semua (dalam menjalankan perintah Allah) dan kalian tidak akan
pernah dapat menghitung pahala yang akan Allah berikan. Ketahuilah
bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat, dan tidak ada yang selalu
memelihara wudhunya kecuali seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan
Ibnu Majah)
3. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Siwak dapat membersihkan
mulut dan sarana untuk mendapatkan ridha Allah.” (HR. Ahmad dan
An-Nasa`i)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 117
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Andaikata
tidak memberatkan umatku niscaya aku memerintahkan mereka untuk
bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bersiwak disunnahkan setiap saat, tetapi lebih sunnah lagi saat hendak
berwudhu, shalat, membaca Al-Qur`an, saat bau mulut berubah, baik
saat berpuasa ataupun tidak, pagi maupun sore, saat bangun tidur, dan
hendak memasuki rumah.
Bersiwak merupakan perbuatan sunnah yang hampir tidak pernah
dilakukan oleh banyak orang, kecuali yang mendapatkan rahmat dari
Allah. Untuk itu, wahai saudaraku, belilah kayu siwak untuk dirimu
dan keluargamu sehingga kalian bisa menghidupkan sunnah ini kembali
dan niscaya kalian akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
4. Shalat Istikharah
Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita tata
cara shalat istikharah untuk segala urusan, sebagaimana beliau
mengajarkan surat-surat Al-Qur`an kepada kami.” (HR. Al-Bukhari)
Oleh karena itu, lakukanlah shalat ini dan berdoalah dengan doa yang
sudah lazim diketahui dalam shalat istikharah.
5. Berkumur-Kumur Dan Menghirup Air dengan Hidung Dalam Satu
Cidukan Telapak Tangan Ketika Berwudhu
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkumur-kumur dan
menghirup air dengan hidung secara bersamaan dari satu ciduk air dan
itu dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 118
6. Berwudhu Sebelum Tidur Dan Tidur Dengan Posisi Miring Ke
Kanan
Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kamu hendak
tidur, maka berwudhulah seperti hendak shalat, kemudian tidurlah
dengan posisi miring ke kanan dan bacalah, ‘Ya Allah, Aku pasrahkan
jiwa ragaku kepada-Mu, aku serahkan semua urusanku kepada-Mu, aku
lindungkan punggungku kepada-Mu, karena cinta sekaligus takut
kepada-Mu, tiada tempat berlindung mencari keselamatan dari (murka)-
Mu kecuali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab yang Engkau
turunkan dan dengan nabi yang Engkau utus’. Jika engkau meninggal,
maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah. Dan usahakanlah doa ini
sebagai akhir perkataanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
7. Berbuka Puasa Dengan Makanan Ringan
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berbuka puasa sebelum shalat
maghrib dengan beberapa kurma basah. Jika tidak ada maka dengan
beberapa kurma kering. Jika tidak ada, maka beliau hanya meminum
beberapa teguk air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
8. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau Terhindar Dari
Bencana
Sujud ini hanya sekali dan tidak terikat oleh waktu. Diriwayatkan dari
Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Jika Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan sesuatu yang
menyenangkan atau disampaikan kabar gembira maka beliau langsung
sujud dalam rangka bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud, At-
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 119
9. Tidak Begadang Dan Segera Tidur Selesai Shalat Isya`
Hal ini berlaku jika tidak ada keperluan saat begadang. Tetapi jika ada
keperluan, seperti belajar, mengobati orang sakit dan lain-lain maka itu
diperbolehkan. Dalam hadits shahih dinyatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak suka tidur sebelum shalat isya` dan
tidak suka begadang setelah shalat isya`.
10. Mengikuti Bacaan Muadzin
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu bahwa dia
mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika
kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh
muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku, maka Allah akan bershalawat kepadanya
sepuluh kali.Kemudian mintakan wasilah untukku, karena wasilah
merupakan tempat di surga yang tidak layak kecuali bagi seorang
hamba Allah dan aku berharap agar akulah yang mendapatkannya.
Barangsiapa yang memintakan wasilah untukku maka ia akan
mendapatkan syafaatku (di akhirat kelak).” (HR. Muslim)
11.Berlomba-Lomba Untuk Mengumandangkan Adzan, Bersegera
Menuju Shalat, Serta Berupaya Untuk Mendapatkan Shaf
Pertama.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Andaikata umat manusia
mengetahui pahala di balik adzan dan berdiri pada shaf pertama
kemudian mereka tidak mendapatkan bagian kecuali harus mengadakan
undian terlebih dahulu niscaya mereka membuat undian itu. Andaikata
mereka mengetahui pahala bergegas menuju masjid untuk melakukan
shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba melakukannya. Andaikata
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 120
mereka mengetahui pahala shalat isya dan subuh secara berjamaah,
niscaya mereka datang meskipun dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu
Jika tidak mendapatkan izin dari tuan rumah, maka konsekuensinya
anda harus pergi. Namun, banyak sekali orang yang marah-marah jika
mereka bertamu tanpa ada perjanjian sebelumnya, lalu pemilik rumah
tidak mengizinkannya masuk. Mereka tidak bisa memaklumi, mungkin
pemilik rumah memiliki uzur sehingga tidak bisa memberi izin. Allah
Ta’ala berfirman, “Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah!” Maka
(hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur: 28)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Adab meminta izin
itu hanya tiga kali, jika tidak diizinkan maka seseorang harus pulang.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
13. Mengibaskan Seprai Saat Hendak Tidur
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Jika kalian hendak
tidur, maka hendaknya dia mengambil ujung seprainya, lalu
mengibaskannya dengan membaca basmallah, karena dia tidak
mengetahui apa yang akan terjadi di atas kasurnya. Jika dia hendak
merebahkan tubuhnya, maka hendaknya dia mengambil posisi tidur
miring ke kanan dan membaca, “Maha Suci Engkau, ya Allah,
Rabbku, dengan-Mu aku merebahkan tubuhku, dan dengan-Mu pula
aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan nyawaku, maka
ampunkanlah ia, dan jika Engkau melepasnya, maka lindungilah ia
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 121
dengan perlindungan-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”
(HR. Muslim)
14. Meruqyah Diri Dan Keluarga
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa ia berkata,
“Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa meruqyah
dirinya dengan doa-doa perlindungan ketika sakit, yaitu pada sakit
yang menyebabkan wafatnya beliau. Saat beliau kritis, akulah yang
meruqyah beliau dengan doa tersebut, lalu aku mengusapkan
tangannya ke anggota tubuhnya sendiri, karena tangan itu penuh
berkah.” (HR. Al-Bukhari)
15. Berdoa Saat Memakai Pakaian Baru
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika mengenakan
pakaian baru, maka beliau menamai pakaian itu dengan namanya,
baik itu baju, surban, selendang ataupun jubah, kemudian beliau
membaca, “Ya Allah, hanya milik-Mu semua pujian itu, Engkau telah
memberiku pakaian, maka aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan
kebaikan tujuannya dibuat, dan aku berlindung kepada-Mu dari
keburukannya dan keburukan tujuannya dibuat.” (HR. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi)
16. Mengucapkan Salam Kepada Semua Orang Islam Termasuk
Anak Kecil
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu, ia
menceritakan, ”Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Apa ciri keislaman seseorang yang
paling baik?’Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab,
‘Kamu memberikan makanan (kepada orang yang membutuhkan) dan
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 122
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang
tidak kamu kenal.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu bahwa ia menuturkan,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati
kumpulan anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka
semua.” (HR. Muslim)
17. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (Mandi Junub)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anhu, “Jika Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin mandi besar, maka beliau
membasuh tangannya terlebih dahulu, lalu berwudhu seperti hendak
shalat, kemudian memasukkan jemarinya ke airdan membasuh
rambutnya dengan air. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam menuangkan air tiga ciduk ke kepalanya dengan menggunakan
tangannya, lalu mengguyur semua bagian tubuhnya.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
18. Membaca ‘Amin’ Dengan Suara Keras Saat Menjadi Makmum
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika imam
membaca “Amin” maka kalian juga harus membaca “Amin” karena
barangsiapa yang bacaan Amin-nya bersamaan dengan bacaan
malaikat maka diampunkan dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kaum salafus-shalih
mengeraskan bacaan “Amin” sehingga masjid bergemuruh.
19. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 123
Di dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Ibnu Abbas
Radhiyallahu Anhuma mengatakan, mengeraskan suara dalam
berzikir setelah orang-orang selesai melaksanakan shalat wajib telah
ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Abbas
juga mengatakan, “Aku mengetahui orang-orang telah selesai
melaksanakan shalat karena mendengar zikir mereka.” (HR. Al-
Bukhari)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Disunnahkan mengeraskan
suara saat membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.”
Sunnah ini tidak dilakukan di banyak masjid sehingga tidak dapat
dibedakan apakah imam sudah salam atau belum, karena suasananya
sepi dan hening. Caranya adalah imam dan makmum mengeraskan
bacaan tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah) dan takbir
(Allahu Akbar) secara sendiri-sendiri, bukan satu komando dan satu
suara. Adapun mengeraskan suara ketika berzikir dengan satu
komando, satu suara dan dipimpin oleh imam maka dalam hal ini
terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang
mengatakan sunnah secara mutlak, ada yang memandang sunnah
dengan syarat-syarat tertentu dan ada pula yang mengatakan bahwa
zikir berjamaah adalah perbuatan bid’ah.
20. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu Atau Shalat
Sunnah
Diriwayatkan dari Abu Said al-Kudri Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Ketika kalian
hendak shalat, maka buatlah pembatas di depannya dan majulah
sedikit, dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depannya. Jika
ada orang yang sengaja lewat di depannya, maka hendaknya dia
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 124
menghalanginya karena orang itu adalah setan.” (HR. Abu dawud dan
Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, ia
berkata, “Rasulullah menancapkan tombak di depannya, lalu shalat di
belakang tongkat itu.” (HR. Al-Bukhari)
Sunnah ini sering diabaikan, terutama saat melakukan shalat sunnah.
Wahai saudaraku! Jadilah seperti orang yang diungkapkan oleh
Abdurrahman bin Mahdi, “Aku mendengar Sufyan berkata, ‘Tiada
satu hadits pun yang sampai kepadaku kecuali aku mengamalkannya
meskipun hanya sekali.”
Muslim bin Yasar mengatakan, “Aku pernah melakukan shalat
dengan memakai sandal padahal shalat tanpa sandal sangat mudah
dilakukan. Aku melakukan itu hanya ingin menjalankan sunnah Rasul
Shallallahu Alaihi wa Sallam.”
Ibnu Rajab menuturkan, “Orang yang beramal sesuai ajaran
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, meskipun amal itu sangat
kecil, maka itu akan lebih baik daripada orang yang beramal tidak
sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
meskipun dia sangat bersungguh-sungguh.”
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mengikuti sunnah rasul-
Mu dan mengikuti jejaknya. Ya Allah, kumpulkanlah kami dan kedua
orang tua kami bersamanya di surga wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 125
Alhamdulillahirabbil’alamin
DAFTAR PUSTAKA
Kumpulan Shalat-Shalat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,
Semarang, 1993
(Indonesia) Tuntunan shalat sunnat, Dzikir.org
(Indonesia) Situs Dakwah dan Informasi Islam Al Sofwah, shalat
sunnah rawatib
Buku Panduan Sholat Rafi Vadra Addani, Surabaya
(Indonesia) Tuntunan salat sunnat
(Indonesia) Hadits Bukhari tentang Shalat Tarawih,
HaditsBukhari.net
(Indonesia) Assunnah tentang Tarawih
(Indonesia) Pesantren Virtual Panduan Puasa Ramadan
(Indonesia) Eramuslim, Konsultasi Seputar Jumlah Rakaat dan
Salam Salat Tarawih
Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,
Semarang, 1993
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 126
(Indonesia) Pesantren Virtual, Antara tarawih, tahajjud dan witir
(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org
(Indonesia) Salat Sunnah Witir
(Indonesia) Hadits Bukhari tentang Shalat Witir
(Indonesia) Kolom Aa GymDetik.com, Panduan Salat Idul Fitri &
Idul Adha
(Indonesia) Tuntunan salat sunat, Dzikir.org
Abdullah ibn Ahmad ibn Qudamah Al-Maqdisi Abu Muhammad.
Al-Mughni fi Fiqhi Al-Imam Ahmad ibn Hanbal As-Syaibaani. 1405
H.Daarul Fiqr: Beirut.
Keajaiban Salat Hajat - Membuat Keinginan Menjadi
Kenyataan. Ibnu Thahir Qultummedia,Jakarta 2007
Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,
Semarang, 1993
Pengertian, Cara, Niat, Serta Doa Shalat Hajat
(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org
(Indonesia) Nursyifa.net,Salat Hajat
The Power of Salat Hajat. DR. Ahmad Sudiman Abbas, M.A..
Qultummedia. Jakarta. 2008 http://www.qultummedia.com
Hadits dari Jabir bin Abdullah, "Rasulallah terbiasa mengajarkan
sahabatnya untuk melakukan sholat istikharoh dalam segala hal, sama
seperti yang dia gunakan untuk mengajarkan mereka surah dari Al-
Qur'an. Dia berkata: 'Jika salah satu dari kalian bimbang akan suatu
keputusan yang akan diambil, (atau dalam versi yang diriwayatkan oleh
Ibnu Mas'ud sebagai: 'Jika diantara kalian ingin melakukan sesuatu...')
maka sholat sunnahlah dua rakaat dan berdoa (setelah selesai sholat).'"
(Sahih Bukhari, Buku 19, Bab 25, Hadits No. 1162)
Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,
Semarang, 1993
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 127
Cara, Niat, dan Doa Shalat Istikharah
(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org
Salat sunat Istikharah
Azzet, Akhmad Muhaimin (2010). 7 Cara Agar Rezeki Semakin
Bertambah dan Barakah (dalam bahasa Indonesia). Yogyakarta: Diva
Press. ISBN 978-602-955-504-2.
Ghazali, Imam (2008). Bertambah Kaya Lewat Shalat Dhuha
(dalam bahasa Indonesia). Mitra Press. ISBN 978-979-17230-1-5.
Rifai, Moh. (2010). Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (dalam
bahasa Indonesia). Semarang: PT Karya Toha Putra
Anonim, Keutamaan dan keistimewaan salat tahajjud, salat hajat,
salat istikharah, salat dhuha beserta wirid, zikir, dan doa-doa pilihan,
Ampel Suci, Surabaya:199
Anonim, Maka bertahajjudlah, berdua dengan Tuhan, Al-Huda,
Jakarta:2006
Bihar al-Anwar, 87:161
Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,
Semarang, 1993
(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org
(Indonesia) 1Situs Dakwah & Informasi Islam Al Sofwah, Salat-
salat sunnah
Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra,
Semarang, 1993
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi,
terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.
Majmu’ Al Fatawa, Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu
Taimiyah), terbitan Darul Wafa dan Dar Ibni Hazm, cetakan keempat,
tahun 1432 H.
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 128
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, Al Hafizh Abu ‘Ulaa
Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan
Darus Salam, cetakan pertama, tahun 1432 H.
Sumber Situs web Resmi Nahdlatul Ulama
Ad-Dibaj ‘Ala Muslim. Jalaluddin As-Suyuthi.
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Imam An-Nawawi.
Fiqhussunnah. Sayyid Sabiq.
Risalah fi Ahadits Syahrillah Al-Muharram. ‘Abdullah bin Shalih
Al-Fauzan. http://www.islamlight.net/
Tuhfatul-Ahwadzi. Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri.
.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. SHALAT-SHALAT SUNAH DAN KEUTAMAANYA
1. Shalat Sunah Rawatib ………………………………………. 1
2. Shalat Tarawih ……………………………………………… 3
3. Shalat Witir …………………………………………………. 7
4. Shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ………………….. 12
5. Shalat Hajat …………………………………………………. 15
6. Shalat Duha …………………………………………………. 18
7. Shalat Tahajud ………………………………………………. 21
8. Shalat Istikharah …………………………………………….. 24
9. Shalat Taubat ………………………………………………... 26
10. Shalat Istisqa ………………………………………………… 27
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 129
11. Shalat Tahiyat Masjid ……………………………………….. 29
12. Shalat Wudhu ………………………………………………... 29
13. Shalat Jenazah ……………………………………………….. 44
14. Shalat Mutlaq ………………………………………………… 46
15. Shalat Awwabin ……………………………………………… 47
16. Shalat Safar …………………………………………………… 48
17. Shalat Tasbih ………………………………………………….. 56
18. Shalat Gerhana ………………………………………………… 60
II. PUASA-PUASA SUNAH DAN KEUTAMAANYA
1. 10 Macam Puasa suanah beserta keutamaanya ……………… 64
2. Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal …………….... 64
3. 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah …….. 67
4. Keutamaan Puasa Hari Arafah, hari Sebelum Idul Adha ……. 71
5. Bulan Muharram dan Puasa Muhamarram …………………... 76
6. Anjuran Puasa Sya’ban ………………………………………. 86
7. Anjuran Memperbanyak Puasa Pada Bulan Muharram ………. 91
8. 10 Manfaat Puasa Senin Kamis ………………………………. 95
9. Cara Mengerjakan Puasa Daud Yang Baik dan benar ……….. 99
III. NAMA-NAMA BULAN DALAM TAHUN HIJRIYAH DISERTAI DENGAN ARTI DAN KEUTAMAANYA
1. Muharam …………………………………………………...... 105
2. Safar …………………………………………………............ 106
3. Rabiul Awal ………………………………………………..... 107
4. Rabiul Akhir ……………………………………………........ 108
5. Jumadil Awal ……………………………………….……...... 108
6. Jumadil Akhir ……………………………………………….. 108
7. Rajab …………………………………………………............ 108
8. Sya’ban …………………………………………………........ 109
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 130
i
9. Ramadhan ………………………………………………........ 111
10. Syawal …………………………………………….............… 113
11. Zulkaedah ………………………………………………......... 115
12. Zulhijjah ..………………………………………………......... 115
IV. 20 SUNAH RASULULLAH SAW YANG SERING DILUPAKAN
35. Mendahulukan kaki Kanan saat memakai sandal dan
kaki kiri saat melepasnya ..…………………….……......... 116
36. Menjaga dan Memelihara Wudhu ..………………………..
117
37. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak) ………...
117
38. Shalat Istiharah ..…………………………………………...
118
39. Berkumur-kumur dan Menghirup Air Dengan Hidung
Dalam Satu Cidukan Telapak Tangan Ketika Berwudhu.... 118
40. Berwudhu Sebelum Tidur dengan Posisi miring ke Kanan ..
118
41. Berbuka Puasa Dengan Makanan Ringan …………………
119
42. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau Terhindar
Dari Bencana ……………………………………………… 119
9. Tidak Begadang Dan Segera Tidur Selesai Shalat Isya’ ..... 119
10. Mengikuti Bacaan Muadzin ……………………………….. 119
11. Berlomba-lomba Untuk Mengumandangkan Adzan,
bersegera Menuju Shalat, Serta Berupaya untuk Mendapatkan
Shaf Yang Pertama …………………………………………... 120
12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu …………………….. 120
13. Mengibaskan Sprai Saat Hendak Tidur ……………………… 121
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 131
ii
14. Meruqyah Diri dan Keluarga ………………………………...
121
15. Berdo’a Saat Memakai pakaian Baru ……………...……… ... 122
16. Mengucapkan Salam Kepada semua Orang termasuk
Anak Kecil …………………………………………………….
122
17. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (mAndi Junub) …………… 122
18. Membaca Amin Dengan Suara keras Saat Menjadi makmum.. 123
19. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat ……. 123
20. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu Atau
Shalat Sunnah ………………………………………………... 124
V. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………... 126
Sunah-Sunah Rasulullah SAW 132
iii