ringkasan uraian mengenai : pengembangan...
TRANSCRIPT
RINGKASAN URAIAN MENGENAI :
PENGEMBANGAN WILAYAH SEBAGAI SUATU
. PENDEKATAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN*)
ot.n :
Poernomosidi Hadjisateso
*) DIMOAT DALAM MAJALAH "SURVEY & PEMETAAN ': Nomor 3 - Juli - Agustus 1976
• ' :- 1-l • .: .~ i\J
,.1·'": 14!.-1 /J"" I r ~ )(0 ~ 7 t! .t{_ - ~ ~-~~~ ~:I -,~ ·~- _j
- 1 -
A. INTRODUKSI : DINAMIKA WILAYAH
1. Penqembangan Wilayah sebagai suatu pendekatan :
PENGEMBANGAN WILAYAH, dapat diartikan sebagai "tindakan meagembangkan wilayah". Apabila ditarik dari arti kata-katanya, tindakan ini menghasilkan produk berupa· wilayah yang lebih be~ kembang daripada sebelumnya. Hal itu benar dan penting untuk selalu dicatat:, namun tujuan-pokoknya jela.s bukan itu, melainkan tara£ kehidupan.masyarakat1) yang lebih baik.
Berbagai usaha pembangunan pada dasarnya mempunyai tujuan-pokok yang sama, yakni memperbaiki tara£ kehidupan masyarakat. Akan tetapi pendekatan yanq ditempuh dapat berbeda-beda. Penqembangan Wilayah, sebagai salah satu pendekatan, merupakan suatu usaha pembanqunan dengan memasukkan disiplin tata-ruang kedalamnya.
DISIPLIN TATA-RUANG, dapat diartikan &ebagai suatu usaha optimasi dalam pemanfaatan wilayah2) • Sebagai produk-awal y saba ini ialah Rencana Penqernbangan Wilayah. Rencana ini sifat nya menyeluruh, meliputi berbagai segi kehidupan manusia dan terkoordinasi. Setiap kegiatan pernbangunan pada prinsipnya be~ peqang ~ada rencana tersebut.
2. Tahap •••••••.
- 2 -
2. Tahap Makro dan Mikro :
Sebagaimana lazimnya, usaha optimasi dibekali dengan tu
juan, unsur-pembatas dan kriteria. Dalam pada itu, terdapat
sederetan tujuan pembangunan3 > yang wajib ditampung. Sesuai
dengan "sifat tujuan" yang wajib ditampung, dibedakan adanya
tahap makro dan mikro dalam perencanaan pengembangan wilayah.
Masing-masing tahap memerlukan "sifat pengamatan" atas wilayah
yang berbeda pula, disamping adanya perbedaan dalam tingkatan
detail perencanaannya.
Pada tahap MIKRO, pengamatan ditujukan' sejauh.-p~da unsur
unsur mikro wilayah beserta hubungan interdependensinya, se
perti unsur alam, penduduk, kegiatan-usaha4) dan prasarana. P~ ~a tahap ini, sebagai ukuran bagi luasnya wilayah yang diambil
dapat dipergunakan batas wilayah administratip, wilayah penga
liran sungai, wilayah homogeen, a tau yang lainnya lagi, namun
y~g penting ialah sesuai dengan batas kemampuan menejemen da
lam perencanaan.
Produk yang dihasilkan pada tahap ini berupa Rencana Mi
kro PengembangmWilayah, yang dapat diidentikkan dengan Renca
na Fisik Pengembangan Wilayah (physical area development plan).
Pada tahap MARRO, pengamatan ditujukan pada wilayah seb~
gai "keseluruhan wujudnya". Bagian-bagian wilayah yang nampak
hanyalah sejauh lingkungan kehidupan perkotaan dan lingkungan
kehidupan pedesaan berikut prasarana yang mengikatnya. Pada
tahap ini wilayah tampil sebagai suatu "satuan" dan dinamakan
SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN5 ) •
Banyaknya Satuan Wilayah Pengembangan, dengan tingkat
perkembangan masing-masing, dan penyebarannya pada Wilayah Na
aional memberikan gambaran tentang apa yang dinamakan Struktur
!en9!!bangan Wilayah Tingkat Nasional.
Hubungan •.••
- 3 -
Hubungan antara kedua tahap tersebut, yang relatip menon jol ialah :
(a) setiap wilayah merupakan bagian dari suatu, atau le
bi dari satu, Satuan Wilayah Pengembangan J
(b) perkembangan setiap wilayah dikendalikan oleh suatu
"satuan mekanisme pengembangan" yang berlaku pada Satuan Wilayah Pengembangan~ yang menguasainya J
(c) setiap wilayah memiliki tingkatan, dalam hal besarnya kesempatan untuk berkembang, sesuai dengan kedudukan hirarkinya didalam Satuan Wilayah Pengembangan yang menguasainya.
3. Dinamika Wilayah :
* Setiap orang penduduk (yang tergolong angkatan kerja) Jlemberikan produk-langsung berupa "jasa" 6 >. Setiap orang pen-
* duduk melakukan kegiatan-usaha, baik tanpa maupun dengan ban-tuaft teknoloqi. Teknologi, pada dasarnya berperan melipatgandakan dan meningkatkan mutu 11 jasa" manusia. Kum.pulan nilai equivalen "jasa" ini; yang notabene terorganisasi, menggambar
kan dinamika pada wilayah,bersangkutan dan disebut dinamikawilayah.
DINAMIKA-WILAYAH-, da.lam kenyataannya dapat memberikan k~ san mengenai "tingkat ketersediaan" 7 > kebutuhan-kebutuhan hi
aup·serta kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan ~egiatan-usaha.
Dalam hubungan ini, Satuan Wilayah Pengembangan berikut dinamika-wilayahnya itu dapat berlaku sebagai Lingkungan Kehidupan; yang mempengaruhi orientasi serta pertimbangan manusia dan akhirnya mempengaruhi kelangsungan maupun perkembangan kegiatag usahanya.
Kebutuhan. manusia selalu meningkat, berhubung jumlah manusianya sendiri serta tuntutan kebutuhannya selalu meningkat.
Untuk ••••
- 4 -
Untuk dapat mengimbanginya, manusia memperkembangkan kegiatanusahanya. Disebabkan karena itu nampak adanya gejala pertumbub an dalam kehidupan manusia. Keseluruhannya disebut Proses Pertumbuhan dalam kehidupan manusia.
PROSES PERTUMBUHAN, membawa-serta berkembangnya Lingkung an Kehidupan, sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya, Lingkungan Kehidupan ini berlaku mempengaruhi jalannya proses pertumbuhan. Dalam rangka ini dinamika-wilayah merupakan unsur pelengkap Satuan Wilayah Pengembangan, yang mendasari hubungan timbal balik antara "perkembangan" Satuan Wilayah Pengembangan disatu pihak dan "jalannyan proses pertumbuhan dilain pihak.
4. Arab Penulisan :
Dengan berlatarbelakang uraian terdahulu, tulisan ini aken mengetengahkan uraian ringkas mengenai usaha pembuktian s~ eara theoretis adanya "Satuan Wilayah Pengembangan" dalam kehidupan manusia, dan khususnya yang dikenal dengan sebutan s~TUAN WILAYAB EKONOMI. Selain dari itu, juga mengetengahkan kegunaan Satuan Wilayah Ekonomi sebagai variabel dalam perencan!
an pe!nbangunan.
Usaha pembuktian dimulai dengan mengungkapkan terlebih dahulu kedudukan Lingk·.,ngan Kehidupan didalam masalah besar Kehidupan Man usia. KedudL. ·:an tersebut. terungkapkan dalam bentuk Struktur Dasar Proses Pertumbuhan. Struktur _ini diperoleh melalui suatu analisa yang bertolak pada asumsi, bahwa kehi-
. 8) dupan manusia merupakan proses tertutup •
Analisa-analisa, dilakukan dengan mengikuti suatu disi
plin dalam berfikir, sebagaimana terkandung dalam makna pendekatan sistim, dan diuraikan beri.kl:.t ini.
5. PPndekatan . . . . .
- 5 -
s. Pendekatan sistim sebagai suatu disiplin dalam berfikir :
DISIPLIN DALAM BERFIKIR, dalam hal ini membiasakan untuk menqenal masalah sampai pada strukturnya. Masalah, jika dike
nal sampai pada strukturnya disebut sistim. Pendekatan sistim,
tidak lain suatu pendekatan melalui penqenalan masalah sampai pada strukturnya.
STRUKTUR-MASALAH, ditunjukkan oleh adanya perbedaan tin2
kat kepentinqan antar bagian-masalah, yang berlaku sedemikian
sehingga nampak adanya hirarki. Dalam pada itu, salah satu ba
gian-masalah menunjukkan tingkat kepentingan tertinggi, dan b!
gian-baqian masalah selebihnya menunjukkan tinqkat-tingkat ke
pentinqan yang lebih rendah~ lebih rendah satu tingkat, dua
tingkat dan seterusnya.
Masalah, baru akan menampakkan strukturnya apabila pada
nya dikaitkan suatu tujuan.
Untuk mengisi tujuan perlu diwujudkan sasaran-sasaran.
Salah satu sasaran dikenal sebaqai sasaran-pokok, sedanqkan Si
saran-sasaran selebihnya dikenal sebagai sasaran tidak pokok
dan dinamakan sasarAQ-cenunjang.
Baqian-masalah yang berhubungan dengan sasaran-pokok di
sebut bagian-masalah pokok dan menunjukkan tingkat-kepentingan
~ertingqi. Baqian-baqian masalah selebihnya berhubungan dengan
sasaran-penunjanq, dinamakan bagian-masalah penunjanq dan me
nunjukkan tingkat-tingkat kepentingan yang lebih rendah.
Dalam hal masalahnya berupa kumpulan proses, maka salah
satu proses akan memberikan produk identik dengan sasaran-po
kok, disebut proses-pokok dan menunjukkan tinqkat-kepentingan
tertingqi. Proses-proses selebihnya memberikan produk identik
dengan sasaran-penunjang, disebut proses-proses penunjang dan
menunjukkan tingkat-tingkat kepentinqan yang lebih rendah~ le-
bib •••••
- 6 -
bih rendah satu tingkat, dua tingkat dan seterusnya.
Membicarakan "struktur-masalah" berarti menyadari adanya tujuan tertentu. Dengan demikian penyeragaman titik tolak pen9 lihatan telah dirintis. Pihak-pihak yang terlibat d•lam pengenalan masalah bersangkutan, akan mudah mencapai kesepakatan atas masalahnya sendiri. Penyeragaman titik to~ak penglihatan !
kan menciptakan ukuran yang seragam pula bagi penelaahan sesuatu persoalan yang timbul pada masalah bersangkutan.
*
- 7 -
B .• KEBIDUPAN MANUSIA MERUPAKAN PROSES TERTUTUP
KEHIDOPAN MANOSIA, menqqambarkan kumpulan proses. Salah satu proses ialab proses KEGIATAN-USAHA9 >. Dalam pada itu, keqiatan-usaha menjalankan funqsi : (a) sebaqai penghasil jasa dan baranq, (b) sebaqai sumber pendapatan; dan (c) sebaqai lapangan kerja. Sesuai denqan funqsinya itu, proses KBGIATANUSABA memberikan produk berupa :
1. J a s a lO) 1
2.
3.
Bar~q 11)
Pendapatan 1
4. ·Lapanqan kerja, ·periksa Gambar l,a.
Keempat macam pr?duk tersebut, tanpa pengecualian, kesemuanya merupakan unsur pembentuk produk-produk ataupun langsung merupakan produk-produk yang identik dengan sasaran-pokok dalam kehidupan manusia. Berhubung denqan itu, ·proses KEGIATAN-USAHA berlaku sebagai proses-pokok. Jika demikian halnya, produk manakab dinilai identik dengan sasaran-penunjanq ?
Denqan asumsi, bahwa kehidupan manusia merupakan proses tertutup, produk-produk tersebut mengqanqqu keseimbangan dan berlaku mempengaruhi jalannya l:'r<lses KEGIATAN-USAHA ibl aendiri, periksa Gambar·l,b. Dalam kedudukannya sebagai unsur-peng-
gang9u •••
- 8 -
gangqu itu, keempat macam produk tersebut, tanpa pengecualian,
kesemuanya merupakan unsur pembentuk produk-produk ataupun
langsung merupakan produk-produk yang identik dengan sasaran
penunjang dalam kehidupan manusia.
Kegiatan-usaha, pada prinsipnya selalu berkembang terdo
rong oleh selalu bertambahnya jumlah penduduk dan selalu me
ningkatnya tuntutan kebutuhan hidup. Dengan demikian, produk
produknyapun selalu meningkat. Pengaruh gangguan _produk-pro
duk terhadap keseimbangan proses KEGIATAN-USAHA juga selalu
bert·ambah besar.
Menurut keinginan serta harapan, pengaruh gangguan itu
berakibat memacu perkembangan kegiatan-usaha kearah tujuanyang
ingin dicapai, bukan sebaliknya. Dalam hubungan ini, nyata ad~
nya keperluan untuk mengenal dengan baik tingkah laku gangguan
tersebut.
Produk-produk yang selalu bertambah, pada hakekatnya ju
g~ menggambarkan suatu proses pengembangan. Produk-produk yang
dihasilkan proses KEGIATAN-USAHA, dalam kedudukannya sebagai
unsur-penggang~, dapat dikelompokkan pengaruhnya menurut em
pat kombinasi berikut ini : periksa Gambar l,c.
Kombinasi 1 :
Pengembangan produk-produk yang tergolong modal, sepertj
sarana, barang-barang modal dan pendapatan, menggambar ·
kan proses PENGEMBANGAN MODAL.
Kombinasi 2 : Produk-prodtiK pada umumnya, membawa pengaruh pada orientasi kehidupan bermasyarakat. Dalam kaitannya denga:. un
sur manusia12> , pengembangan produk-pr~uk tersebut mewy
judkan proses PENGEMBANGAN MASYARAKAT.
Kombinasi 3 :
Dalam kaitannya dengan sumber-sumber alam, pengembangan
produk-produk berupa prasarana dan jasa-jasa mewujudkan
proses ••••••
- 9 -
proses PENGEMBANGAN SUMBER-SUMBER ALAM.
Kombinasi 4 : Pengembangan produk-produk berupa prasarana dan jasa-jasa pada umumnya, menggambarkan proses PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KEHIDUPAN.
Proses KEGIATAN-USAHA bersama dengan keempat proses pengembangan tersebut, membentuk kesatuan proses, yang mendasari berlangsungnya proses pertumbuhan dalam kehidupan manusia, periksa Gambar 2. Dengan proses KEGIATAN-USAHA sebagai proses-pokok, kesatuan proses menggambarkan adanya struktur yang disebut Struktur Dasar Proses Pertumbuhan.·
dasar,
Struktur tersebut membentuk suatu disiplin dalam hal ane lisa masalah-masalah yang menyangkut kehidupan manusia. Suatu analisa, baru akan memberikan basil jika dikaitkan pada KEGIA! AN-USAHA, dengan alasan, bahwa tujuan yang hendak dikaitkan Pe danya hanya dapat dicapai melalui kegiatan-usaha, periksa Bab A.S.
*
- 10 -
C. LINGKUNGAN KEHIDOPAN
1. 0 m u m :
Pengembangan produk berupa prasarana dan jasa-jasa
umumnya, dinilai sebagai proses PENGEMBANGAN LINGKONGAN DUPAN tidak hanya dari segi persyaratan bagi pemukiman
pad a
KEHI-manu-
sia saja, melainkan juga dari segi prasyarat
bagi perkembangan kegiatan-usaha. sosial-ekonomis
Lingkungan kehidupaq sedemikian itu, menyatakan "tingkat
ketersediaan" 7 > kebutuhan-kebutuhan hidup dan kebutuhan-kebu-.. tuhan untuk melakukan kegiatan-usaha, dan berlaku mempengaruhi Qrientasi serta pertimbang'an manusia dalam memilih jenis dan
lokasi kegiatan-usaha serta tempat pemukimannya.
Lingkungan k~hidupan berkembang, terbawa-serta oleh pe
ngembangan proses KEGIATAN-OSAHA. Ja.lannya pengembangan, tidak ~an terlepas dari ikatan sistim yang mendasari pengembangan prqses KEGIATAN-USAHA.
Proses KEGIATAN-OSAHA meliputi bidang ekonomi, bidang SQ
sial dan bidang politik, masing-masing dalam arti sempit. Se~agai suatu rumahtangga, proses ini terikat dalam sis~ dalam arti luas, yang memungkinkan berlangsungnya proses pemu-
pukan ••••••
- 11 -
pukan modal bagi kepentingan pengembangan rumahtanqganya. De
ngan kata lain, rumahtangga ini menjalankan kehidupan ekonomi
Clalam arti luas, yang bertumpu pada ,proses KEGIATAN-USABA bi-
.dang ekonomi.
Catatan :
Tinjauan yang analog dapat pula dilakukan terhadap sosial maupun sistim-politik. Pengembangan kehidupan ataupun kehidupan politik dalam arti luas, bert\DD.PU
masing-masing bidang kegiatan-usahanya.
2. Jasa Distribusi :
sistimsosial
pada
Proses KEGIATAN-USAHA bidang ekonomi, menggambarkan sua
tD rangkaian proses-proses, yang bermula pada sumber-sumber a
lam dan berakhir pada konsumen-akhir13 ). Dalam rangka ini ber
langsung proses-proses produksi serta pemasaran, dan terjadi
~rus barang. Arus-barang berlangsung karena adanya jasa-dis
~ribusi yang terdiri dari jasa-perdagangan dan jasa-angkutan
sebagai bagian-bagi1n yang tak terpisahkan dalam fungsinya.
Barang, bermula dalam bentuknya sebagai produk-primer14 >
dan memperoleh perlakuan j~sa-jasa-sekonder15 ) dalam perjalan
annya menuju ke konsumen-akhir. Jasa-sekonder, sifatnya hanya
sejauh melengkapi jasa~distribusi dalam proses pemasaran.
Sumber alam, letaknya tersebar. Konsumen-akhir, letakny~ . pun tersebar-sebar. Keduanya saling dihubungkan, sehingga si-
fat penyebarannya l.ebih terasa lagi. "Derajad penyebaran" ak.a.n
makin meningkat, apabila ruanglingkup sistim yang dilibatkannya
~~tambah luas, misalnya dari ruanglingkup lokal meluas kese
luruh pulau,antar pulau dan dunia.
Kesempatan untuk berkembang menjadi lebih besar dengan
meluasnya ruanglingkup sistim yang dilibatkan, berhubung makin
banyak ragam sumber alam yang dapat dimanfaatkan. Dalam hu-
bungan •••••••
- 12 -
bunqan ini, jasa-distribusilah yang pertama-tama mesti memper
llitungkan pengaruh "penyebaran" dan menampung a~ibat meningka~
nya "derajad penyebaran". Sebagai r~aksi, terjadilah bentuk
bentuk yang mengikuti prinsip-prinsip effisiensi dalam proses
distribusi, yaitu diantaranya ialah TERMINAL JASA DISTRIBUSI.
3. Timbulnya Kota dan Wilayah Pengaruh
Terminal jasa distribusi menggambarkan arus-barang yang
seolah-olah terputus, karena terjadinya perobahan intensitas
pada jasa-distribusi. Dalam rangka itu, terminal jasa distri
busi berlaku sebagai pusat kegiatan-usaha perdagangan dan ang
kutan.
Kegiatan-usaha tersebut melibatkan sejumlah penduduk.Pen
duduk ini memerlukan kebutuhan hidup sehari-hari, yang berarti
mengundang kegiatan-kegiatan-usaha lain. Selain dari itu, ke
giatan-usaha perdagangan dan angkutan memerlukan jasa-jasa la-
in, baik yang tergolong dalam bidang ekonomi, sosial maupun
p<tlitik ('pemerintahan, hukum, keamanan), yang berakibat mengun
dang kegiatan-kegiatan usaha lainnya lagi. Kegiatan-usaha la
innya itu melibatkan sejum,lah penduduk, begitu ••••••••••• dan
seterusnya.
Keseluruhannya, akhirnya menimbulkan konsentrasi pendu
~uk dengan segala aspek kehidupannya, yang nampak akhirnya se
baqai kehidupan kota.
Sesuai dengari itu, terminal jasa distribusi dinilai se
baqai-titik tumpu bagi tumbuh dan berkembangnya kota menurut
k~nsiderasi ekonomi. Atau, sebaliknya dapat dikatakan bahwa
ko5a yang mempunyai fungsi ekonomis dalam proses pertumbuhan ,
mempunyai fungsi sebagai terminal jasa distribusi.
Dalam kedudukannya sebagai pusat kegiatan-usaha perda-
gangan ••..
- 13 -
gangan, harga-barang yang berlaku pada terminal itu rnerupakan
ukuran harga-pasar bagi kegiatan-kegiatan usaha produksi yang
berada diwilayah sekitarnya. Sebaliknya, setiap kegiatan-usa
ha produksi berusaha untuk mencapai harga-pasar yang berlaku
pada terminal. Sejalan dengan itu, terminal jasa distribusi -
dengan demikian juga kota -- mempunyai fungsi pelayanan pema
saran kepada wilayah sekitarnya.
Kemampuan pelayanan pemasaran mencapai suatu jangkauan
tertentu, yang ditentukan oleh tingkat harga-pasar, biaya-ang
kutan dan harga-produksi minimum yang dapat dicapai, periksa
Gambar 3. Wilayah yang berada dalam jangkauan pelayanan pema
saran suatu kota, disebut wilayah-pengaruh kota bersangkutan •
Makin rendah biaya-angkutan dan harga-produksi minimum yang
dapat dicapai, akan makin luas wilayah pengaruh kota · bersang
kutan.
Gambaran mengenai pelayanan pemasaran tersebut hanya
berlaku untuk satu jenis barang. Padahal, sarana angkutan di
pergunakan untuk multi jenis barang. Jangkauan pelayanan pema
saran sesuatu terminal jasa untuk multi jenis barang, dapat
digambarkan rnenurut prinsip yang sama, yaitu dengan jalan memy
puk wilayah-pengaruh untuk masing-masing jenis barang menjadi
satu, periksa Gambar 4.
Dengan cara itu diperoleh gambaran, bahwa makin dekat d~
ngan terminal jasa akan rnakin besar jumlah jenis barang yang
prinsipnya memperoleh pemasaran, yang berarti makin besar ke
sempatan untuk rnelakukan kegiatan-usaha, yang berarti pula rna
kin besar derajad kemungkinan pengembangannya.
4. Satuan Wilayah Ekonomi :
Peningkatan teknologi angkutan biasanya dikaitkan dengan
maksud untuk menurunkan biaya angkutan. Peningkatan teknologi
sedemikian •••••.
- 14 -
sedemikian itu akan membawa akibat memperluas wilayah-pengaruh kota, yang berarti memperbesar kesempatan untuk memperoleh pelayanan pemasaran maupun memperbesar keuntungan bagi kegiatanusaha produksi yang ada.
Peningkatan teknologi angkutan terjadi sejalan dengan m~
ningkatnya arus-barang. Pada suatu tara£, peningkatan teknologi angkutan mulai menuntut syarat berupa "pengumpulan barang",
yang berarti suatu terminal jasa distribusi baru, periksa Gam
bar 3. Suatu gejala meningkatnya arus-barang yang diikuti de~gan peningkatan teknologi angkutan akan mendorong timbulnya terminal jasa baru --- juga kota baru. Disebabkan karena itu, proses pertumbuhan dalam kehidupan manusia ditandai dengan
bertambahnya jumlah kota-kota.
Terminal jasa yang baru merupakan pelengkap dan berada dalam sub-ordinasi terminal yang telah ada sebelumnya. Yang di •ebut telah ada sebelumnya pun dapat berada dalam sub-ordinasi suatu terminal yang telah lebih dahulu lagi ada sebelumnya dan lebib besar.
Antar terminal jasa, dengan demikian juga antar
terdapat hubungan fungsionil dalam proses pemasaran, '
aturan hirarki. Atau, dapat disebutkan bahwa antar kota ku "orde" dalam fungsinya.
Terminal jasa orde ke-1, merupakan terminal yang
kota,
dengan
berla-
tidak berada dalam sub-ordinasi suatu terminal manapun. Apabila berlangsung hubungan antar terminal jasa orde ke-1, sifatnya hanya tukar-menukar dengan hirarki yang sama. Terminal dengan k~ dudukan orde ke-1 mesti menguasai fasilitas yang paling lengkap dalam hubungannya dengan jasa-distribusi. Dengan konstelasi kepulauan seperti yang berlaku di Indonesia, maka terminal jasa orde ke-1 paling sedikit harus menguasai pelabuhan.
Terminal jasa orde ke-2 berada dalam sub-ordinasi terminal orde ke-1, orde ke-3 dalam sub-ordinasi terminal orde ke-2
dan •••••
- 15 -
dan seterusnya.
COntoh : Daftar I menggambarkan hubungan antar termina1/kota d,i Jawa Barat. Sub-ordinasi didasarkan pada ni1ai-dominan. Kota-kota no.2, 3, 4,S, · 6, 10, 11, 12, 13, 14, 1S, (18), dini1ai sebaqai kota orde ke-2, dan dalam sub-ordinasi kota Jakarta, sebagai kota orde ke-1. Kota Cirebon dini1ai so-so, dan sementara diangqap sebaqai kota orde ke-1. Kota-kota no.B, 16,21, dini1ai orde ke-2 dan da1am sub-ordinasi kota Cirebon. Kotakota no. 7, 17, 19, 20, dini1ai sebagai kota orde ke-3 dan da1am sub-ordinasi kota Bandung.
Arab aturan-hirarki ditentukan terutama o1eh orientasi
geographis pemasarannya. Searah dengan orientasi pemasaran, akan dijumpai kota-kota yang semakin membesar, periksa Gambar 5. Bagi Kepu1auan Indonesia, orientasi pemasaran mengarah terutama ke perairan-dalam, periksa Gambar 6.
Di pulau Sumatra kota-kota besar dijumpai dipantai bagi
an Timur. Ka1au tokh dijumpai banyak kota-kota dipantai Barat, kiranya dapat dinilai sebagai substitusi atas ketidak ·mampuan kota-kota dibagian Timur untuk mengembangan jangkauan pe1ayanan p~asarannya jauh me1intasi Bukit Barisan. Jika ditinjau angka bongkar muat pelabuhan (1971) pada kota-kota tersebut, dipantai Timur rata-rata l~bih besar.
Telah disebutkan terdahulu, bahwa kemampuan pe1ayanan p~
masaran suatu kota mencapai jangkauan tertentu. Wi1ayah yang berada dalam jangkauan pelayanan suatu orde ke-1, melalui kotA kota yang berada dalam sub-ordinasinya, dinilai sebagai suatu "satuan wilayah" ya!lg berarti berdiri sendiri dan Satuan Wilayah Ekonomi.
catatan :
dinamak-an
ROta-kota dengan hubungan funqsioni1, terikat da1am suatu sistim harga-pasar. suatu kegiatan usaha:o~ produksi, cukup berusaha untuk mencapai harga-pasar yang ber1aku pada kota yang terdekat dan baranqnya telah terjamin te~pasarkan menuju ke konsumen-akhir.
*
- 16 -
D. STRUKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH TINGKAT NASIONAL
1. Tingkat perkembangan daerah :
Satuan Wilayah Ekonomi, disingkat SWE, ikut menentukan
besarnya kesempatan bagi sesuatu daerah16 ) untuk berkembang.
Makin kuat SWE yang menguasainya, akan makin besar kesernpatan
bagi daerah bersangkutan untuk berkembang.
Dalam hubungan itu SWE dapat dipakai sebagai variabel d2
lam menilai tingkat perkembangan sesuatu daerah serta
kinan perkembangannya dimasa mendatang. Jumlah dan
masing-masing SWE beserta penyebarannya pada wilayah
menggarnbarkan apa yang disebut Struktur Pengembangan
Tingkat Nasional, disingkat SPWTN.
kemung
kekuatan
nasional
Wilayah
Hukum keseimbangan17 > dinilai tidak berlaku pada sistim
sosial. Tanpa adanya pengendalian atas pembentukan SPWTN, pada
prinsipnya akan berakibat bahwa proses pertumbuhan dalam kedi
dupan nasional akan berlangsung menuju ke ketidak seimbangan
antar daerah dalam tingkat perkembangannya.
Dewasa ini tingkat pelayanan jasa-distribusi tergolong
belum cukup kuat, terutama jika dibandingkan dengan luasnya w!
layah ••••.•
- 17 -
1ayah nasiona1 yang per1u di1ayani. Sebagai akibat dijumpai SWE
palam jumlah yang cukup besar ; diperkirakan me1ebihi 70 buah.
Dalam pada itu, jasa-distribusi tersebar tidak merata, SWE-SWE yang ada tidak sama kuat. Sesuai dengan itu, pertumbuhan yang_berlaku juga tidak seimbang.
sehingga
tingkat
Perbaikan struktur dilakukan pada prinsipnya menuju SPWTN
dengan SWE-SWE yang seimbang. Pada tingkat pendapatan Nasional
dewasa ini, dini1ai be1um cukup kemampuan untuk menyeimbangkan
SWE yang banyak jum1ahnya itu secara langsung. Padahal, makin ... besar jum1ah SWE akan makin tinggi derajad perataan yang cipa-
W•
Da1am menghadapi dilema seperti itu, kiranya per1u ditem
puh ~ahap-tahap pembinaan SPWTN menurut periode-periode berikut
ini :
Periode ke-1 :
Da1am periode ini ditempUh tahap pengurangan jumlah SWE,
dengan tujuan meningqikan tingkat pertumbuhan nasional, denqan
SPWTN yang lebih effisien (~,1isalnya dari 70 menjadi 10 - 15). Me nguranqai jum1ah SWE tidak berarti mengabaikan jum1ah se1ebihnya, me1ainkan dengan jalan memberikan kesempatan kepada SWE
SWB yang tergo1ong lemah untuk menge1ompokkan diri menjadi SWE yang 1ebih besar dan kuat, guna mengimbangi yang sudah besar dan kuat.
COntoh :
Gulbar 7 memberikan contoh perkiraan SWE-SWE yang terdapat dibagian utara pulau SUmatra. Parkiraan didasarkan pada data-data kemampuan bongkar muat pelabuhan pada muing-muing terminal (1971), jarak antar terminal serta kelakuan intensitas angkutan antar terminal. Dalam rangka penqurangan j-.. lah SWE akan paling ideal, apabila kelt.& SWE tereebut dapat disatukan, dengan Madan sebagai terminal orde ke-1-nya. ICini sedanq dilakaanakan pembuatan jalan tellbua dari Sidikalang ke Tapaktuan, dengan maksud meningkatkan jangkauan pelayanan Hedan jauh Mncapai SWE-4.
Periode •••••••
- 18 -
Periode ke-2 :
Dengan SPWTN yang effisien, pertumbuhan nasional dibia! '.
kan berlangsung dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Akhir
periode ini iala~, apabila tingkat perkembangan nasional telah :mulai mampu membiayai "defisiensi '' sebagai akibat penambahan kembali jumlah SWE, dalam usaha meratakan tingkat perkembangan
antar daerah.
PeriQde ke-3 :
Dengan bertolak pada tingkat perkembangan nasional yang dinilai cukup tinggi, mulai dilaksanakqn proses perataan tingkat perkembangan antar daerah yang sebenarnya, dengan jalan me nambah kembali jumlah SWE. Tingkat perataannya sendiri, disesg aikan dengan tingkat perkembangan nasional, yang menjadi ukuran kemampuan dalam membiayai proses perataan, periksa Gambar8.
2. Memperhatikan Kesatuan Ekonomi Nasional :
KESATUAN EKONOMI NASIONAL, diukur dalam hal ini dari tingkat ketergantungan ekonomis antar daerah. Ketergantungan e!conomis yang dimaksudkan,disini, dihubungkan dengan fungsi masing-masing daerah dalam kehidupan ekonomi nasional.
Perdagangan antar dae·rah mengandung nilai ketergantungan ekonomis antar daerah yang terlibat. Makin intensip perdagangan antar daerah itu berlangsung, akan makin-tinggi tingkat ketergantungan eko~omisnya, yang diartikan sebagai ukuran rnakin kokohnya kesatuan ekonomi nasional •.
Perdagangan antar daerah dapat rnencerminkan berlakunya
nspesialisasi daerah". Spesialisasi, akan memberikan kesempatan yang sebaik-baiknya bagi usaha pengembangan potensi yang ada~ Dengan dernikian, usaha memperkokoh kesatuan ekonomi nasional sejalan dengan usaha rnemperbesar kesempatan bagi masingmaeing ·daerah untuk berkernbang.
Perdagangan •.••
- 19 -
Perdagangan an tar daerah, pada hakek~_tnya berlangsung
antar Satuan Wilayah Ekonomi, melalui masing-masing terminal
jasa orde ke-1-nya. Hubungan angkutan antar terminal jasa orde
ke-1 merupakan komponen-utama sistim angkutan nasional. Ting
kat effisiensi komponen-utama dapat menjadi ukuran besarnya p~
luang bagi berlangsungnya perdagangan antar daerah.
SPWTN yang lebih effisien, _akan memiliki terminal-ter
minal jasa distribusi yang lebih effisien pula dan mampu mewu
judkan komponen-utama sistim angkutan nasional dengan tingkat
effisiensi yang lebih tinggi. Dengan demikian, usaha perbaikan
SPWTN kearah effisiensi yang tinggi, akan memberikan peluang
yang lebih besar bagi berlangsungnya perdagangan antar daerah .. dan berarti pula membuka kesempatan yang lebih besar bagi ma-
sing-masing daerah untuk berkembang dengan lebih baik, yang . sekaligus bersifat lebih memperkokoh kesatuan ekonomi nasional.
Catatan- ~
Apabila SPWTN tidak cukup effisien bagi berlangsungnya perdag< .gan antar daerah, timbul kecenderungan pada masing-:-- .sing d.aerah untuk berswasembada. Kejadian ini bera'. _bat selain melemahkan kesatuan ekonomi nasional , ju9:: kurang memberikan kesempatan untuk berkembang den("':n lebih baik.
rengan konstelasi kepulauan seperti yang berlaku di In
qpnesia, perdagangan antar daerah membawa norientasi geogr~s
pemasaran" wilayah-wilayah menuju ke perairan-dalam Indonesia.
Ori,ntasi ini membawa akibat, bahwa terminal-terminal jasa or
de ke-1 berapa pada lokasi yang bersentuhan dengan perairan-d~
~am. Untuk menjamin kesatuan ekonomi nasional, maka usaha-usa-~
ha memperbaiki SPWTN diupayakan tidak bertentangan dengan ori-
entasi tersebut.
***
Daftar 1 : Arus - Barang antar Terminal **)
Nama Terminal TOTAL -~ Termizaal Type "') :r Type *) :r:r
I
Jakarta Cirebon ton/hari % Bog or Ban dung Krawang
... ~,--!.Jakarta - - - - - - -
2.~anCJ 92,69 1,52 3,61 .1,90 0,28 1.20r,11 100
3e'Pangqeranq 98,56 0,00 - 0,82 0,32 0,30 3.229,66 100 -
4.Be&asi 96,51 0,09 0,00 0,85 2,55 j 2. 793,26 100 -
a.uawang 97,90 0,70 0,27 1,13 .
4.528,69 100 ---
.6.hrwakarta 56,42 1,45 1,30 10,22 ?i',61 1.031,08 100 ..
7.Subanq 41,06 1,10 0,06 44,13 13,65 730,12 100
~ 8.Jildhmayu 20,90 68£37 1,16 7,2r; 2,31 583,06 100
• 9.Ci~ - - - - - - -
;LO.hadeCJla.ng 94£42 0,91 1,19 3,46 .0;02 218,73 100
. ll. tllJlpasbi~t!rUj 85.35 0,00 14,58 0,00 0;.07 161,42 100
12.Bogcx 96,63 0,55 - 2,56 0,26 4.806,95 100
l3.Cienjur 50,82 4,04 0,97 .. - 44,17 0,00 742,76 100 ,.
U.SWCabua:i 64£19 2,02 27,52 6,27 0,00 1.128,91 100
b.a&ndUD9 79,72 13,88 4,52 - 1,88 2.726,18 100
1••ueckn9 32,60 46,88 1,85 18,67 0,00 117,09 100
17.Maj~e•a 11,57 1,08 0,82 86,53 1,00 264,97 100
1Wuninqan 62,91 •a,oo 0,00 24,51 12,58 36,48· 100
19.Caru1: 11,90 22,47 1,22 64r:41 0,00 358,39 160
JO. -.siJaealaya 18,59 21,98 3,69 55r:74 o,:;~ 552,08 100
Jl.c~!s 15,67 46,97 .8,68 ,.., 0" I
. ' 0,78 278,64 100
-41fLeer!nj.an 1 *) Type ditinjau dari se~?i ··~elengkapan" suatu terminal. Type I me
ailiki pelabuhan, ·~auangkan Type II tidak. lagi. Texmi.nal Type I c!apat digolonO'~~- ... orde ke-II dalam fungsinya.
**) ltDCJka menyat:.:.dll "prosentase" terhadap total arus-barang, dalam
hubunqannya Jengan terminal type I dan type II.
I .
Ca) (b)
K = ICEGIA'~:AN USAHA
P = PRODUK
Go1111tar t KEGIATAN USAMA DAN PRODUICMYA
8 .... 2
--------- ,, -~~--,, ~" ., / ........ / -- "' ----- ,, .,,.
--------- -_,.,.
STRUKTUR DAIAR PROIII PIRTUMBUHAN
K • "lOSEe KEIIATAN -. uaA NA .
L • PROIII ... INIIIIIAMAN LINIICUIIIAII ICIHIDUPAN
II • 'IIOIEI PIIIIEIIIAIIIAII IIAIYAilAICAT
Ill • P'IIOIU P•NIEMIAIIIAN IIODAL
A • P'IIOIII PIIIIIIIIAIMAN IU.III - IUI&I M.AII
P • PIIODUK
I • IAIAIIAII
!! • IDIIITII
TUJUAN
IIAYA - ANIICUTAN
I I
HARIA - ~RODUKII I lllfUIIUII I
I
..----"
Gombar 3 : TERMINAL - JASA DAN WILAYAH - PENGARUHNYA
t_0 t t I , t 2 , t a , t 4 , • I AlliS t.IENIKUNI ItAYA ANIKUTAII
A • WILAYAH - ~INIARUIJ TlfltiiiiiAL • oiAIA A
IIINURUT IAIUS LIIIIIU... ItAYA - AIIIICUTAN t 0
I • WILAYAH ~ ,I .. ARUH .. TCRIIlNAL - .I AlA I
.IANI Tlll.IADI IETILAH IERLAkUNYA IAilll. LENOKUN8
IIAYA - ANIICUTAII t 4
HAitiiA•,PAIAit ( DALAM .JOO UNIT i
.I.ENII MltANII
I I I I I I I I ·I I I I I I I I· I I I I I I I I I I I I I • I I I 1
I I
I IT I I t ' f I I t
' •
Ga111bar 4 : WILAYAH - PENGARUH UNTUK MULTI- JENIS BARANG
T : TERMINAL- .I AlA
.,2,3,4,5,6,7,8,9 • JUMLAH oiiNIIaAitANe YANII
MlllftiiiOLitf PILAYAIIAN .lA lA - DIITitlaUtl
• HAIIIIA•PitODUICII MINIMUM
_,/"'-, ,.,. ...... , ..... ,~ 0 ...........
, 0 ..... , ,, 0 0 '-....
( . 0 ...............
0 0
0
._, I
I
o/ 0 0
0 0
0 0
0 0
I I
0 I .___ o I
-- I ----- 0 J ..... ___ -----I)
Ill
Gambar S : STRUKTUR
I I
I I
I I
I I
I --J
OASAR PENGEMBANGAN WILAVAH
ORIINTAII
PCIIAIAIIAN GEOIRAPHI8
,,, I I ,
""-, ,~- ,..:> .;'/' ··!"-> ,-
. I ._ .... ~ ' . ~ ,,_..,., ....... _. 315~
9.2
q~,
() §
1'.3
Gambar 6 ~ . ORIENTASI PEMASARAN 8£0GRAPHIS KEPULAUAN.:.lNDONESIA
ICttero•••• 1
ANGKA • Bt:IARNYA BONGKAR/IIUAT DALAM RIIUAN TON.
II t& •••• f ••
............ : 1DJMK! I• .'4)NIIWt/_MUAT OALAM Tf • .........
8• 1ICAt • ~AIIICCHDARAAM/ M.t d i .. ~~
AC!H t)
' [t.tl8 I M t6t \~ 8 Gt
. - ,------ ,.. .. L M OS
-- -----.. e 45 I T IS4
I .. 48 8 •• Tao
II e& . ,. Mt'l7 ,. .. TSII
M t3t • Ill T 84
Y1t 8 6! T tos
"~~-:~f40.Ht)
I / .
<IUMLAH SWE
SEKARANG ~70
60
50
r 40
1 ~ c z 30 0 c;; c z
w z :.:. ~ fl) ::)
20 • % :1 c ::) ~ ... 2 e:: ::> w ..., ~
10
I I
\ I \ I ·.:
. \ . \ \ I \
\ I \ # I
~ I ca.\ ~\
, I
~~ ~ 1' tt~
"' I ~\ I \ I \ I \ ..
I \ I
I I \ .\ I I \I I
................. \..--->----...:f
~ PERIOOE KE -1
20-30TH
I I
PERIOOE ... KE ,....2. .. 10-20 TH
_ WAKTU--+
GAMBI R 8 ---
I I
-+ (+- PERIOOE I KE-3
TH
·;:
TGL. PINJAM
I~. ~. ~ l-
2_ - ' - /}'
C/_r- .s-8~
KLAS : 7//.~
---- --- -- ·-- ---- -· . .
HARL'S ~EMBAll ,
J..-:r . a _ u
'' , (. - f( <'/_- C..( - 8 &
TGL. KEMBALI
J ,. ')"' ~ fr' 6
/,- t , IC
'Z.- t-~<1 .
PENGARANG : f_ ~ '/J"ct.fo ,._ • H .. ___ .... . 2J Rh.. {1...8"¥'n, ~ ' .,....,.,..- : r~
JUOUL : ~~.tu,J1s.~ ~ a~ cUtn . (A,qJ...,._ ~~
No. STB. : 4J7 . fl-1
Nama Peminjam
Ala mat Peminjam
i
Tanggal Tanggal Peminjaman K e m b a I i
/! . I . J4 1_-5--6' 6 t-6-~{ t .. ~ .. S-(
'l f- .5 -J?l- ·e: -y_ ?r}) , 1.
bULl I'Eitt• ·sl'r\K \AN iUSLITB G i> .
'r\adl i sarosa' f' Ring~asan pens~~b·~\t.sb
g. pende\i.atan ••• Pettlb•
Ja~art• • DeP • P\l • 1976
2B Ha tan,a'f\
1 • f' en 9. '~ \ t -P efl\b • Na s •
r
'2· l.J 'll· DeP· PU