representasi gaya hidup remaja dalam film (a nalisis semiotika roland barthes dalam film...
TRANSCRIPT
REPRESENTASI GAYA HIDUP REMAJA DALAM FILM(Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Generasi Micin)
Skripsi
Oleh
WILIS DESTIANA NINGRUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
REPRESENTASI GAYA HIDUP REMAJA DALAM FILM(Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Generasi Micin)
Oleh
WILIS DESTIANA NINGRUM
Film sebagai media massa mempunyai muatan pesan sosial, sebagai alat komunikasifilm dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat.Pesan yang terkandung dalam film tersebut memiliki pengaruh yang memungkinkanterjadinya suatu fenomena baru di kehidupan nyata, salah satunya adalah budaya kidszaman now yang ada di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama pada remaja.Gaya hidup sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi,fenomena gaya hidup yang sering muncul dalam kehidupan remaja yaitu kecenderunganuntuk lebih memilih hidup dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang ditawarkanoleh perkembangan teknologi yang semuanya terasa begitu mudah dan instan. Sepertipada film generasi micin yang memunculkan berbagai macam representasi bagaimanakehidupan generasi anak yang lahir di tahun 2000 an. Tujuan Penelitian untukmengetahui Representasi Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin. Tipepenelitian deskriptif kualitatif dengan menganalisis setiap tanda yang memunculkangaya hidup remaja menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yang menggunakandua tahap denotasi dan konotasi. Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, maka padapenelitian ini diperoleh kesimpulan yakni gaya hidup remaja dalam film Generasi Micindi representasikan melalui oleh siswa-siswi SMA Harapan Buana yang menggambarkankehidupan sehari-hari mereka yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi sepertidalam memanfaatkan website, menggunakan sosial media dalam hal ini live instagram,mencari alamat menggunakan maps, menulis pada blog serta membuat vlog di youtube.Sehingga remaja pada film ini disebut sebagai generasi micin. Istilah ini hadir dandikaitkan dengan mengkonsumsi micin atau MSG, Hal ini kemudian yang dikaitkandengan perilaku remaja yang menyukai hal-hal yang istan karena dirasa lebih praktis.
Kata Kunci : Analisis Semiotika, Representasi, Gaya Hidup, Remaja, RolandBarthes, Generasi Micin.
ABSTRACT
REPRESENTATION OF THE TEENAGER'S LIFESTYLE IN A MOVIE
(Semiotics Analysis of Roland Barthes in Generasi Micin Movie)
By
WILIS DESTIANA NINGRUM
Movie as mass media has a lot of social messages, as a movie communication, as mediato communicate social messages to the people. The messages contained in the moviehave an impact that allowed for a new phenomenon to occur in real life, one of them isthe modern-day kids culture that runs in everyday society, especially in youth Life-stylesare closely related to the development of times and technologies, a lifestyle phenomenonthat is often present in adolescent life: they tend to choose a life with kinds of easinessthat offered by technological developments that are all so easy and instant. Just like inthe Generasi Micin movie, which gives rise to all sorts of representations of how thechildren are born in the 2000's. The aim of this research is to know representation ofthe teenager lifestyle in Generasi Micin movie. The type of this research is qualitativedescriptive with analyzing every sign which shows the teenagers lifestyle using semioticanalysis of Roland Barthes, which uses two stages of denotation and connotation.Based on representation of results and discussions, the conclusion drawn to this study isthe lifestyle of youth Generasi Micin representated through the students of SMAHarapan Buana which describe their daily life that are affected by technologicaldevelopment, such as using website, social media in this case such as live in instagram,using maps to search adresses, writing a blog and also creating a vlog in youtube. Sothe teenagers in this movie are called Generasi Micin. These terms are present andassociated with consuming micin or MSG. This was later linked to the behavior of teenswho love instant things because they feel more practical.
Key words: semiotics analysis, representation, lifestyle, teenagers, Roland barthes,Generasi Micin.
REPRESENTASI GAYA HIDUP REMAJA DALAM FILM(Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Generasi Micin)
Oleh
WILIS DESTIANA NINGRUM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Wilis Destiana
Ningrum Lahir di Bumi Raharjo pada tanggal 19
Januari 1997. Merupakan putri tunggal dari Bpk.
Suparman dan Ibu Sumi. Penulis menempuh
pendidikan di Taman Kanak-kanak Sumbangsih
Kec. Bumi Ratu Nuban yang diselesaikan pada
tahun 2003, SDN 01 Bumi Raharjo Kec. Bumi
Ratu Nuban yang diselesaikan pada tahun 2009, SMP Swasta Purnama Kec.
Trimurjo yang diselesaikan pada tahun 2012, dan SMAN I Trimurjo yang
diselesaikan pada tahun 2015. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui
Jalur SNMPTN pada tahun 2015. Selama penulis menjadi mahasiswa, penulis
aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Jurnalistik
periode kepengurusan 2016-2017. Penulis mempraktekan kerja lapangan (PKL)
hasil dari bangku perkuliahan di Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPPAPPKB) Kabupaten
Pringsewu selama satu bulan. Penulis mengabdikan ilmu dan keahlian yang
dimiliki kepada masyarakat dengan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Tanjung Gunung, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus pada
periode Januari 2018.
PERSEMBAHAN
BISMILLAHHIROHMANNIROHIM
Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
Kepersembahkan sebuah karya kecilku ini untuk kedua orang
tua tercinta
Ayahku Suparman dan Ibuku Sumi
Serta Keluarga Besar yang selalu mendukungku.
SANWACANA
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
REPRESENTASI GAYA HIDUP REMAJA DALAM FILM (Analisis
Semiotika Roland Barthes dalam Film Generasi Micin) sebagai salah satu
persyarakatan untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna dan tidak terlepas
dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, penulis berusaha semaksimal
mungkin dalam penyusunan skripsi ini dengan kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki, serta berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT, atas segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya. Terima kasih atas
segala petunjuk dan kemudahan yang Engkau berikan selama menjalani segala
cobaan dalam hidupku. Terima kasih Engkau yang tidak pernah
meninggalkanku dalam kondisi apapun.
2. Bapak. Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Lampung.
3. Ibu Dhanik S. S.Sos,M.Comn&MediaSt, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,
sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia banyak
membantu penulis mengenai akademik kampus dari awal perkuliahan hingga
akhir perkuliahan.
4. Bapak Ahmad Rudy Fardiyan, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan memberikan
banyak ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat dalam menyelesaikan
penelitian ini. Terima kasih atas segala kebaikan dan bimbingannya.
7. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku Dosen Pembahas. Terima kasih
atas kebaikanya dan keramahan bapak, yang telah memberikan bimbingan,
perbaikan, kritik, dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses
menyelesaikan penelitian ini.
8. Seluruh dosen, staff, adminitrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung.
Khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis selama
berkuliah dan penelitian ini dilakukan.
9. Kedua orang tuaku tercinta. Terima kasih atas segala bentuk dukungan yang
ibu dan ayah berikan untuk ku. Terima kasih untuk semua doa kalian yang
tidak pernah putus sehingga aku selalu diberikan kemudahan dan kebahagiaan
melimpah di dunia ini. Terimakasih telah mendidik ku untuk menjadi pribadi
yang baik kepada semua orang, sederhana dan selalu bersyukur atas apa yang
kita miliki.
10. Kepada saudaraku Komaria, Prabowo Susilo, sepupu kecilku Nayla, Andin
dan Maul terimakasih atas dukungan dan bantuan, serta telah menjadi
penyemangat dan hiburan dalam keadaan apapun. Seluruh keluarga yang telah
mendukung. Terimakasih untuk segala bentuk dukungan dan semangat yang
kalian berikan.
11. Terima kasih untuk sahabatku Rahma, Tina, Rere, Haya, Dinda, Nia, Aisyah,
Vio Astri, Bagiku kalian semua adalah teman sekaligus keluarga, dan juga
penyemangat serta penasehat yang memotivasiku untuk menjadi pribadi yang
lebih baik, semoga kita semua selalu diridhoi Allah SWT dan diberikan
kemudahan dalam mencapai kesuksesan Aamin.
12. Terima kasih kepada para penghuni kosan Tamado putri Yerli, Shara, Erlinia,
Agustina, kalian semua adalah teman sekaligus rumah kedua ku, penyemangat
selama masa kuliah, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
13. Teman-teman Angkatan 2015 yang juga telah memberikan kenangan
menyenangkan selama kuliah.
14. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung. Terima kasih untuk segala
pembelajaran berharga di bangku perkuliahan yang telah membuatku menjadi
orang yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat dan
memberikan keluasan ilmu bagi semua pihak yang telah membantu. Terima kasih
banyak untuk segala bentuk doa dan dukungan yang kalian berikan, semoga Allah
SWT yang maha pengasih dan maha penyayang membalas kebaikan kalian.
Bandar Lampung, November 2019
Penulis
Wilis Destiana Ningrum
MOTTO
“Allah Memberikan Gelap agar Cahaya Nampak Terang”
(Wilis Destiana Ningrum)
“...boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ iiDAFTAR TABEL ............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................................................................................11.2 Perumusan Masalah ........................................................................................101.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................101.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................112.2 Representasi .................................................................................................152.3 Gaya Hidup ..................................................................................................162.4 Remaja..........................................................................................................21
2.4.1 Ciri-Ciri Masa Remaja ........................................................................222.5 Semiotika .....................................................................................................25
2.5.1 Konsep Semiotika ...............................................................................252.5.2 Semiotika Menurut Roland Barthes ....................................................272.5.3 Semiotika Dalam Film ........................................................................29
2.6 Film ..............................................................................................................312.6.1 Pengertian Film ...................................................................................312.6.2 Jenis Film ............................................................................................332.6.3 Bahasa Film.........................................................................................36
2.7 Kerangka Pemikiran.....................................................................................38
III. METODE PENELITIAN3.1 Paradigma Penelitian....................................................................................403.2 Tipe Penelitian .............................................................................................413.3 Fokus Penelitian ...........................................................................................423.4 Metode Penelitian.........................................................................................433.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................433.6 Teknik Analisis Data....................................................................................443.7 Teknik Keabsahan Data ...............................................................................45
ii
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN4.1 Deskripsi Film Generasi Micin .......................................................................47
4.1.1 Profil Film ...........................................................................................474.1.2 Profil Sutradara ...................................................................................484.1.3 Profil Perusahaan ................................................................................494.1.4 Karakter Pemain..................................................................................514.1.5 Sinopsis Film Generasi Micin.............................................................55
V HASIL DAN PEMBAHASAN5.1 Hasil Penelitian ...............................................................................................59
5.1.1 Makna Denotasi .................................................................................64A. Makna Denotasi Scene 1 ..............................................................64B. Makna Denotasi Scene 2 ...............................................................68C. Makna Denotasi Scene 3 ...............................................................73D. Makna Denotasi Scene 4 ...............................................................78
5.2.1. Makna Konotasi ..................................................................................80A. Makna konotasi scane 1 ................................................................80B. Makna konotasi scane 2 ................................................................82C. Makna konotasi scane 3 ................................................................83D. Makna konotasi scane 4 ................................................................85
5.2 Pembahasan............................................................................................... .....92
VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Simpulan .................................................................................................... ....996.2 Saran........................................................................................................... ...100
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. PenelitianTerdahulu .......................................................................................132. Peta Roland Barthes .......................................................................................283. Scane 1 Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin ............................614. Scane 2 Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin ............................665. Scane 3 Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin ............................716. Scane 4 Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin ............................76
iv
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir Penelitian ..............................................................................392. Poster Film Generasi Micin ...........................................................................473. Profil Sutradara ..............................................................................................484. Logo Perusahaan ............................................................................................495. Tokoh Kevin ..................................................................................................516. Tokoh Chelsea ...............................................................................................517. Tokoh Trisno..................................................................................................528. Tokoh Dimas..................................................................................................529. Tokoh Aldo ....................................................................................................5310. Tokoh Bonbon ...............................................................................................5311. Tokoh Johanna ...............................................................................................5312. Tokoh Cindy ..................................................................................................5413. Tokoh Papa Kevin..........................................................................................5414. Tokoh Mama Kevin .......................................................................................5415. Tokoh Haji Imron ..........................................................................................5516. Tokoh Guru Kevin .........................................................................................5517. Most Active Social Media Platforms..............................................................8818. Time Spent With Media ..................................................................................8819. Social Media Audience Profile ......................................................................89
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film adalah hasil seni yang fenomenal dalam kehidupan modern dan
berproses menjadi salah satu bagian dari kehidupan sosial karena
memberikan pengaruh signifikan pada manusia sebagai penonton. McQuail
(1987:13) menyatakan bahwa film berperan sebagai pembentuk budaya
massa, karena penonton tidak hanya terpengaruh ketika saat menonton tetapi
terus sampai waktu yang cukup lama. Film juga biasanya dikemas semenarik
mungkin, sehingga penonton tidak merasa bosan saat menyaksikan film
tersebut.
Film pada dasarnya juga sebagai bentuk pemberian informasi kepada
masyarakat dan memberi kebebasan dalam menyampaikan informasi atau
pesan-pesan dari seorang sineas kepada para penontonnya. Kebebasan dalam
hal ini adalah film seringkali secara lugas dan jujur menyampaikan sesuatu,
dipihak lain film juga terkadang malah disertai tendensi tertentu, misalnya
ingin mendeskripsikan suatu tema sentral. Film dikelompokkan menjadi dua
yaitu film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang menyajikan
kepada penonton tentang sebuah cerita yang mengandung unsur-unsur yang
menyentuh perasaan manusia sehingga pesan didalam film tersampaikan.
2
Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam
bentuk gambar yang dapat dilihat, dan suara yang dapat didengar. Film itu
sendiri mempunyai banyak unsur-unsur yang terkonstruksi menjadi kesatuan
yang menarik. Unsur-unsur kejahatan/kriminalitas, roman, kekerasan, rasisme
dan sejarah adalah unsur-unsur cerita yang dapat menyentuh rasa manusia,
yang dapat membuat publik terpesona, yang dapat membuat publik tertawa,
menangis, dan dapat membuat publik dongkol, marah, terharu, iba, bangga,
tegang dan lain-lain.
Film mempunyai dampak tertentu bagi penontonnya, dampak film terhadap
masyarakat, dipahami secara linier. Film yang ditayangkan di televisi atau
bioskop, selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan
muatan pesan (message) dibaliknya. Film juga memiliki kekuatan dan
kemampuan untuk menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli
film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Media visual
seperti film dan televisi mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
menirukan dunia nyata melalui duplikasi realitasnya, sehingga lebih mudah
memahami apa yang disampaikan olehnya daripada menjelaskannya.
Karakter film sebagai media massa mampu membentuk semacam visual
public consensus yang disebabkan karena isi film selalu bertautan dengan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera publik. Singkatnya, film
merangkum pluralitas nilai yang ada dalam masyarakat. Realitas yang
disajikan dalam film merupakan realitas sebenarnya, atau dapat juga berupa
realitas imajinasi. Film bisa dianggap mempresentasi citra atau identitas
3
komunitas tertentu, bahkan juga bias membentuk komunitas sendiri karena
sifatnya yang universal.
Film mempunyai muatan-muatan pesan sosial, sebagai alat komunikasi film
dijadikan media untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat. Pesan
sosial tersebut didapat dari keseharian problem real yang dihadapi
masyarakat. Pesan yang disampaikan pun beranekaragam, tergantung dari
hasil gagasan sutradara. Gagasan ini menjadi tanda yang akan memberikan
suatu makna tersendiri yang akan bergantung dari masing-masing khalayak
yang menyaksikannya. Metode semiotika digunakan untuk mengetahui
makna dari tanda-tanda dalam menganalisis sebuah film, salah satu film yang
memunculkan berbagai macam semiotika atau nilai kehidupan adalah film
generasi micin.
Film tersebut memunculkan berbagai macam representasi seperti representasi
bagaimana kehidupan generasi anak yang lahir ditahun 2000 an. Marcel
Denasi (2010:24) mengatakan representasi adalah penggunaan sebuah tanda
(gambar, bunyi dan sebagainya) untuk menghubungkan, menggambarkan,
memotret dan memproduksi sesuatu yang dilihat, dibayangkan kedalam
bentuk fisik tertentu. Representasi juga dapat diartikan sebagai sebuah cara
yang digunakan untuk membentuk suatu pengetahuan yang dimungkinkan
oleh otak untuk dapat memaknai suatu tanda yang dilakukan oleh semua
manusia. Film generasi micin merupakan film keluarga yang bergenre
komedi, tokoh utama dalam film ini diperankan oleh Kevin yang diperankan
oleh Kevin Anggara. Diusianya yang kini menginjak bangku SMA, Kevin
4
seolah tidak memiliki minat dan tujuan hidup, kevin hanya menghabiskan
waktunya untuk bermain game online setiap hari. Keluarganya pun semakin
khawatir karena ia kerap bertingkah aneh baik dirumah maupun di
lingkungan sekolahnya. Kevin anggara berperan sebagai anak SMA yang
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dalam keseharianya Kevin hanya
memiliki tiga orang teman , yakni Teuku Rizky Muhammad sebagai Bonbon,
Joshua Suherman sebagai Dimas, dan Kamasean Matthews sebagai Johanna,
kehidupanya terasa sangat membosankan sampai suatu hari Kevin
menemukan sebuah website yang berisi challange untuk melakukan hal iseng
di sekolah, Kevin melakukan tantangan-tantangan tersebut tanpa merasa
takut. Target dari kejailan kevin adalah siwa yang sombong seperti salah satu
siswa yang menjadi youtuber, property sekolah, hingga skandal korupsi di
sekolahnya. tidak hanya kebiasaan iseng yang dilakukan, selain itu dalam
film ini juga terdapat beberapa siswa yang menjadi youtuber dengan
membuat konten yang sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah.
Pesan yang terkandung dalam film tersebut memiliki pengaruh yang
memungkinkan terjadinya suatu fenomena baru di kehidupan nyata, salah
satunya adalah budaya kids zaman now yang semakin nampak perwujudanya
di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama pada remaja. Manusia
sebagai sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa
terpengaruh dan mempengaruhi antara individu satu dengan individu yang
lain. Hasil dari peristiwa saling mempengaruhi ini maka timbulah perilaku
sosial tertentu yang akan mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap
individu. Perilaku sosial individu akan ditampilkan apabila berinteraksi
5
dengan orang lain. Perilaku sosial adalah pola interaksi dan tindakan antara
individu satu dengan yang lainnya.
Maksudnya adalah sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga akan terjalin ikatan
saling ketergantungan dan kerjasama antara individu yang satu dengan yang
lainnya dalam hidup bermasyarakat. Jadi, perilaku sosial merupakan pola
interaksi yang berbentuk sikap dan tindakan yang ditunjukkan oleh individu
satu dengan individu yang lain dalam hidup bermasyarakat. Pola perilaku
sosial dapat ditunjukkan melalui perasaan, tindakan, sikap, rasa hormat
terhadap orang lain Perilaku sosial ini biasanya terjadi pada kaum remaja,
karena mereka menganggap bahwa masa remaja merupakan masa transisi.
Masa transisi merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. Hal ini dikarenakan para remaja dalam pergaulannya mudah
terpengaruh oleh teman teman sebayanya. Ketika seseorang melakukan atau
memakai sesuatu yang mereka anggap itu menarik, tanpa memikirkan fungsi
dan kegunaannya, seseorang akan mengikutinya. Pada masa remaja tak heran
jika ditemui adanya suatu pergaulan yang kental antara satu dengan yang
lainnya. Pergaulan ini yang menyebabkan identitas dan perilaku remaja dapat
berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya bergaul.
Pergaulan remaja terhadap peningkatan gaya hidup (life style) sangat
berpengaruh karena para remaja masa kini yang selalu ingin mengikuti zaman
dan tidak ingin ketinggalan zaman. Nas dan v.d. Sande dalam sobur (2017:167)
mengatakan gaya hidup merujuk pada frame of reference (kerangka acuan)
yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku. Dua aspek yang ditekankan
6
disini adalah bahwa individu berusaha membuat seluruh aspek hidupnya
berhubungan dalam suatu pola tertentu, dan mengatur strategi bagaimana ia
ingin dipersepsi oleh orang lain. Dimana masa-masa remaja dapat dikatakan
masa yang paling menyenangkan. Kebanyakan remaja masih memiliki sifat
labil atau cenderung mengikuti perkembangan di sekitarnya. Mereka
beranggapan pada masa remaja, mereka dapat dengan bebas melakukan apa
yang mereka suka. Jika tidak mengikuti perkembangan, berarti mereka tidak
modern atau ketinggalan zaman. Adanya gaya hidup yang seperti ini
merupakan pengaruh dari arus globalisasi yang mengharuskan kita mengikuti
tuntutan zaman saat ini sehingga kita harus terus mengikuti perkembangan
teknologi di segala bidang kehidupan. Dengan adanya teknologi yang semakin
canggih serta arus globalisasi dapat dengan mudah masuk ke penjuru dunia,
tidak terkecuali di negara kita Indonesia. Banyak pengaruh-pengaruh yang
muncul dari globalisasi, baik itu pengaruh positif maupun negatif.
Namun dalam kenyataannya dampak globalisasi ini mengakibatkan para
remaja lupa akan jati diri mereka. Para remaja dengan mudahnya terpengaruh
dengan hal-hal yang sedang booming atau trend di negara lain, mulai dari gaya
hidup, berbicara, berpakaian dan pergaulan. Kenyataan pada saat ini yang
dapat kita lihat trend dan gaya hidup yang kebanyakan ditiru remaja-remaja
ialah mulai dari gaya hidup berkomunikasi, rekreasi, kuliner, dan berpakaian.
Selain itu, para remaja juga mempunyai perilaku-perilaku sosial yang biasa
terjadi pada usia mereka, seperti perilaku bergaul, berbagi, berpacaran dan
berkelompok. Hal ini banyak banyak dialami oleh para remaja-remaja SMA,
karena masa SMA merupakan masa dimana seseorang mempunya sifat yang
7
sangat labil dan mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya. Dari
sinilah remaja dituntut untuk berhati-hati dalam segala hal, baik dalam
pergaulan, maupun penerapan kehidupan. Karena belum tentu apa yang kita
tiru dari hasil perkembangan zaman itu baik dan cocok untuk kita dan
lingkungan kita. Untuk itu di zaman yang serba modern ini orang tua yang
mempunyai anak remaja harus memantau pergaulan, teman-teman, dan gaya
hidup yang mereka terapkan. Dan untuk para remaja harus berhati-hati dalam
menerima budaya dari luar dan harus bisa memfilter budaya dari luar secara
baik dan tepat. Dalam pencarian identitas diri para remaja tidak semua
menemukan identitas yang sebenarnya, tetapi mayoritas para remaja ketika
dalam proses pencarian identitas dirinya, mereka lebih mengikuti apa saja yang
dilakukan orang lain mulai dari gaya berpakaian, tutur kata, perbuatan, sifat
dan sikap tanpa memfilternya sehingga mereka hanya sekedar ikut-ikutan dan
tidak peduli itu baik atau buruk.
Pada saat remaja sedang terhimpit arus globalisasi dan mengalami krisis
identitas mengenai baik dan buruk, maupun salah atau benar, remaja sekarang
akan mengenal dunia mereka melalui lingkungan sekitarnya yang terkesan
dirangsang oleh pengaruh media. Remaja juga sangat antusias terhadap hal-hal
baru. Remaja mempunyai daya pikir yang sangat luar biasa, sehingga dalam
waktu singkat banyak bermunculan fenomena gaya hidup baru akibat faham
ini. Gaya hidup sendiri merupakan sebuah penggambaran tingkah laku, pola
dan cara hidup yang ditunjukkan dengan aktivitas seseorang, Minat dan
ketertarikan serta apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri
8
sehingga membedakan statusnya dari orang lain dan lingkungan melalui
lambang-lambang sosial yang mereka miliki. Gaya hidup adalah seni yang
dibudayakan oleh setiap orang. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menyatakan gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan
manusia dalam masyarakat, sedangkan dari sisi ekonomi, gaya hidup yaitu
perilaku seseorang dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktunya. Gaya hidup sangat berkaitan erat dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Gaya hidup menjadi upaya yang
digunakan untuk membuat diri menjadi eksis dengan cara tertentu dan terlihat
berbeda dari orang lain.
Fenomena gaya hidup yang sering muncul dalam kehidupan remaja yaitu
kecenderungan untuk lebih memilih hidup dengan berbagai kemudahan-
kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi yang semuanya
terasa begitu mudah dan instan. Tayangan film mengandung banyak makna
yang mempengaruhi khalayak pada saat menonton film tersebut. Namun,
banyak yang menganggap bahwa film hanya berfungsi sebagai media hiburan
saja, tanpa berfikir ada makna yang tersembunyi di dalamnya yang dapat dikaji
dengan menggunakan semiotika. Rangkaian gambar pada sebuah film
menceritakan imaji dan sistem penandaan yaitu tanda-tanda ikonis. Tanda
ikonis merupakan tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu sehingga
rangkaian gambar yang ada di dalam film berbeda dengan fotografi statis.
Sobur (2017:15) menyatakan bahwa “Semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda, Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
9
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan
bersama-sama manusia”. Semiotika atau dalam istilah Barthes Semiologi pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai
hal-hal dan Barthes (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai
dimana objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal makna objek-
objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur
dari tanda.
Sobur (littlejohn 2017:16) Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan
suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat
luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal,
teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya
dan bagaimana tanda disusun. Representasi gaya hidup remaja dalam film
generasi micin dapat dikaji oleh peneliti menggunakan pandangan semiotika
Roland Barthes. Konsep yang diberikan Roland Barthes dalam menganalisis
tanda yaitu dengan menggunakan sistem pemaknaan tataran pertama yakni
denotatif dan sistem pemaknaan tataran ke dua yakni konotatif. Berdasarkan
uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana
Representasi Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin?”
10
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Representasi Gaya Hidup Remaja dalam Film Generasi Micin?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Representasi Gaya Hidup
Remaja dalam Film Generasi Micin?
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
referensi yang bermanfaat dalam pengembangan penelitian Ilmu
Komunikasi, khususnya dalam pemahaman mengenai semiotika
dan kajian tentang budaya gaya hidup dan media yang digunakan
dalam menganalisis sebuah film.
2. Secara Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk lebih memahami
tentang representasi, gaya hidup dalam film.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini, penulis mengambil tiga penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan tema judul peneliti. Penelitian pertama atas nama Dwi Dicky Febry
Rahardjo, Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman, 2016, Samarinda.
Penelitian ini berjudul Representasi budaya populer dalam film “ Slank nggak
ada matinya” karya Fajar Bustomi. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif, hasil dari penelitian ini yakni dalam film ini group band
Slank merupakan sosok idola bagi kaum muda, dimana unsur budaya populer
dalam film ini menunjukkan bahwa dari setiap ucapan, bahasa tubuh, dan
juga aksi dari bintang film Slank memberi efek yang kuat dalam masyarakat,
khususnya bagi Slankers. Maskulinitas dalam film ini ditampilkan sangat
menonjol bila dilihat dari sosok aktor Kaka, Bimbim, Ridho, Ivanka, Abdee
dari masing-masing aktor tersebut terlihat jantan. Film ini mengajarkan
bahwa manusia harus belajar dari kesalahan, dan juga memberi pembelajaran
untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Perbedaan dalam
penilitian ini yaitu pada objek penelitiannya. Sedangkan, pada penelitian ini
peniliti memfokuskan pada representasi budaya populer sedangkan penulis
memfokuskan penelitian pada representasi gaya hidup remaja,
12
kontribusi yang dapat diambil oleh penulis yaitu membantu memberikan
gambaran analisis menggunakan pendekatan Roland Barthes.
Penelitian kedua atas nama Hani Taqiyya, Ilmu Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul penelitian Analisis Semiotik Terhadap Film In The
Name Of God, penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa representasi konsep jihad islam yang ditampilkan dalam
film In The Name Of God yaitu berupa jihad yang dimaknai dengan upaya
peperangan, jihad dari menuntut ilmu, jihad untuk mempertahankan diri dari
ketidakadilan yang menimpa seseorang. Perbedaan terletak pada fokus
penelitian, yang digambarkan dengan kaum muslim dalam mempertahankan
agama islam. Kontribusi yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu penulis
mendapatkan gambaran tentang penelitian yang terfokus pada cara
menganalisis sebuah film yang menggunkan analisis semiotika.
Penelitian ketiga atas nama Mutia Nur Ilmi, Ilmu Komunikasi, FISIP,
Universitas Hasanuddin, 2017. Penelitian ini berjudul Makna Waktu Dalam
Film In Time, penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Hasil dari
penelitian ini yaitu yang pertama makna "waktu" secara denotasi
menggambarkan belenggu kehidupan masyarakat zona Dayton. Sedangkan
yang kedua makna "waktu" secara konotasi adalah uang menjadi tolak ukur
kebahagiaan, keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat akumulasi modal
membentuk kelas utama dalam masyarakat (kelas borjuis dan proletar)
penindasan buruh oleh kapitalis menciptakan kesulitan ekonomi dan
13
pengawasan terhadap masyarakat dilakukan demi menguatkan kekuasaan
kapitalis. Ketiga mitos-mitos dibalik makna "waktu", yaitu mitos perubahan
teori nilai-kerja ke teori nilai-utilitas, mitos logika kompetisi, mitos teori
seleksi alam Darwin, dan mitos pengawasan masyarakat demi keamanan
bersama. Keempat liberalisme merupakan ideologi yang melatar belakangi
kapitalisme. Perbedaan terletak pada fokus penelitian. Pada penelitian ini
makna waktu menjadi fokus penelitian. Kontribusi yang diperoleh dari
penelitian ini yaitu membantu penulis menganalisis sebuah film dengan
menggunakan pendekatan Roland Barthes. Berikut tabel mengenai penelitian
terdahulu:
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
NO ASPEK PENELITIAN KETERANGAN1. Peneliti Dwi Dicky Febry Rahardjo, Ilmu Komunikasi,
Universitas Mulawarman, 2016, Samarinda.Judul Representasi budaya populer dalam film “ slank
nggak ada matinya” karya Fajar BustomiMetode Penelitian Penelitian dekriptif kualitatifHasil Dalam film ini group band slank merupakan sosok
idola bagi kaum muda, dimana unsur budaya populerdalam film ini menunjukkan bahwa dari setiapucapan, bahasa tubuh, dan juga aksi dari bintangfilm slank memberi efek yang kuat dalammasyarakat, khususnya bagi slankers. Maskulinitasdalam film ini ditampilkan sangat menonjol biladilihat dari sososk Aktor Kaka, Bimbim, Ridho,Ivanka, Abdee dari masing-masing aktor tersebutterlihat jantan. Film ini mengajarkan bahwa manusiaharus belajar dari kesalahan, dan juga memberipembelajaran untuk tidak melakukan hal-hal yangmelanggar hukum.
Perbedaan Perbedaan dalam penilitian ini yaitu pada objekpenelitian. Pada penelitian ini peniliti memfokuskanpada representasi budaya populer sedangkan penulismemfokuskan penelitian pada representasi gayahidup remaja.
Kontribusi Memberikan gambaran analisis menggunakanpendekatan Roland Barthes.
14
2. Peneliti Hani Taqiyya, Ilmu Komunikasi dan PenyiaranIslam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,2011.
Judul Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name OfGod.
Metode Penelitian Kualitatif.Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi
konsep jihad islam yang ditampilkan dalam film inthe name of god yaitu berupa jihad yang dimaknaidengan upaya peperangan, jihad dari menuntut ilmu,jihad untuk mempertahankan diri dari ketidakadilanyang menimpa seseorang.
Perbedaan Perbedaan terletak pada fokus penelitian, yang di-gambarkan dengan kaum muslim dalammempertahankan agama islam.
Kontribusi Kontribusi yang dapat diambil dari penelitian iniyaitu penulis mendapatkan gambaran tentangpenelitian yang terfokus pada cara menganalisissebuah film yang menggunkan analisis semiotika.
3. Peneliti Mutia Nur Ilmi, Ilmu Komunikasi, FISIP,Universitas Hasanuddin, 2017.
Judul Makna waktu dalam film in time.
Metode Penelitian Kualitatif.Hasil Hasil dari penelitian ini yaitu yang pertama makna
"waktu" secaradenotasi menggambarkan belenggukehidupan masyarakat zona Dayton. Yang keduamakna "waktu" secara konotasi adalah: uang menjaditolak ukur kebahagiaan, keamanan dan kenyamananhidup masyarakat; akumulasi modal membentukkelas utama dalam masyarakat (kelas borjuis danproletar) penindasan buruh oleh kapitalismenciptakan kesulitan ekonomi; dan pengawasanterhadap masyarakat dilakukan demi menguatkankekuasaan kapitalis. Ketiga mitos-mitos dibalikmakna "waktu", yaitu mitos perubahan teori nilai-kerja ke teori nilai-utilitas, mitos logika kompetisi,mitos teori seleksi alam Darwin, dan mitospengawasan masyarakat demi keamanan bersama.Keempat liberalisme merupakan ideologi yangmelatar belakangi kapitalisme.
Perbedaan Perbedaan terletak pada fokus penelitian. Padapenelitian ini makna waktu menjadi fokus penelitian.
Kontribusi Kontribusi yang diperoleh dari penelitian ini yaitumembantu penulis menganalisis sebuah film denganmenggunakan pendekatan Roland Barthes.
Sumber: Peneliti
15
2.2 Representasi
Representasi bersal dari bahasa inggris yakni Representation yang berarti
perwakilan, gambaran atau penggambaran. Representasi mengharuskan kita
mengeksplorasi pembentukan makna tekstual dan menghendaki penyelidikan
tentang bagaimana makna itu dihasilkan. Representasi merupakan sebuah
cara yang digunakan untuk membentuk suatu pengetahuan yang
dimungkinkan oleh pikiran untuk dapat memaknai suatu tanda yang
dilakukan oleh semua manusia. Representasi juga dapat dimaknai dengan
penggunaan tanda (suara/bunyi, gambar dan lain-lain) yang digunakan untuk
menghubungkan, memproduksi, menggambarkan, memotret sesuatu yang
dilihat, dibayangkan, dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Dengan kata lain
representasi dapat menghubungkan konsep dalam benak kita menggunakan
bahasa yang memungkinkan kita mengartikan objek yang kita lihat.
Marcel Denasi (2010:24) mengatakan representasi adalah penggunaan sebuah
tanda (gambar, bunyi dan sebagainya) untuk menghubungkan,
menggambarkan, memotret dan memproduksi sesuatu yang dilihat,
dibayangkan kedalam bentuk fisik tertentu. Representasi, suatu makna
diproduksi dan dipertukarkan antar individu. Representasi secara singkat
adalah satu cara untuk memproduksi makna representasi bekerja melalui
sstem representasi yang terdiri dari dua komponen penting, yakni konsep
dalam pikiran dan bahasa. Konsep dari sesuatu hal yang dimiliki dan ada
dalam pikiran, membuat manusia atau seseorang mengetahui makna dari
sesuatu hal tersebut. Namun makna tidak akan dapat dikomunikasikan tanpa
16
bahasa, oleh karena itu yang terpenting dalam sistem representasi adalah
bahwa kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik
adalah kelompok tertentu yang memiliki suatu latar belakang pengetahuan
yang sama sehingga dapat menciptakan suatu pemahaman yang (hampir)
sama. Dalam penelitian ini representasi digunakan oleh penulis untuk
menafsirkan makna yang berkaitan dengan gaya hidup dalam film.
2.3 Gaya Hidup
Mempresentasikan suatu makna dalam sebuah film tentu harus mengetahui
makna dari gaya hidup itu sendiri. Gaya hidup tidak hanya istilah
menyeluruh yang meliputi cita rasa seseorang dalam fashion, mobil, hiburan
dan lain-lain. Pandangan gaya hidup dalam sinonim dengan subkultur
membuat deskripsi gaya hidup menjadi statis dalam pemahaman. Nas dan
v.d. Sande dalam sobur (2017:167) mengatakan gaya hidup merujuk pada
frame of reference (kerangka acuan) yang dipakai seseorang dalam
bertingkah laku. Dua aspek yang ditekankan disini adalah bahwa individu
berusaha membuat seluruh aspek hidupnya berhubungan dalam suatu pola
tertentu, dan mengatur strategi bagaimana ia ingin dipersepsi oleh orang lain.
Cara hidup manusia bisa terlihat dari kebiasaan, pandangan, dan pola tingkah
laku padakehidupan sehari-hari. Dalam merumuskan gaya hidup, Nas dan v.d
Sande menggunakan pendekatan analitis dan sintesis. Lewat pendekatan yang
pertama, konsep gaya hidup dirinci ke dalam lima dimensi yaitu :
1. Morfologi, sebagai aspek lingkungan dan geografi dari gaya hidup,
dimensi ini melihat sejauh mana individu menggunakan kota dan
17
fasilitasnya. Dari dimensi ini dapat dilihat, apakah aktivitas individu itu
terbatas pada suatu bagian kota tertentu saja misalnya, selalu beebelanja
dipasar yang sama dalam memenuhi semua kebutuhanya atau dengan
melibatkan segala fasilitas perkotaan yang ada dengan berbelanja
keberbagai pusat perbelanjaan sesuai dengan barang yang sedang dicari.
2. Hubungan sosial, dimensi ini menggali pola hubungan sosial individu.
Seperti diketahui bahwa individu memiliki beberapa lingkaran
pergaulan. Berapa banyakkah lingkaran pergaulan individu, siapa
sajakah anggota di dalam lingkaran pergaulan, apa fungsi dari setiap
lingkaran pergaulan itu bagi individu, dan seberapa individu itu merasa
perlu membuat lingkaran-lingkaran pergaulanya bersentuhan.
3. Domain, lewat dimensi ini diperoleh informasi mengenai aktivitas yang
ditekankan di dalam jaringan sosial, serta peran yang dinilai berharga
oleh individu.
4. Makna, dimensi ini menggali bagaimana individu memberi makna pada
kegiatan-kegiatanya. Seperti diketahui bahwa individu dapat memiliki
tingkah laku yang sama walaupun world-view yang mendasari tingkah
laku tersebut berbeda.
5. Style, dimensi yang menampilkan aspek lahiriah dari gaya hidup ini
menggunakan simbol-simbol dan memberikan nilai simbolik pada objek-
objek di sekitarnya.
Nas dan v.d Sande tidak memberikan suatu aturan yang ketat mengenai
bagaimana bermacam-macam dimensi itu dirangkum, penekankan pada
fleksibilitas kelima dimensi itu. Gaya hidup juga sering digambarkan dengan
18
kegiatan, minat dan opini dari seseorang (activities, interests, and opinions).
Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang
mungkin dengan cepat mengganti model dan merek pakaiannya karena
menyesuakan dengan perubahan hidupnya. Gaya hidup juga bagian dari cara
hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya
(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Susanto dalam Sobur (2017:171) menyatakan simbolisasi sebuah mobil di
kalangan eksekutif bukanlah gejala konsumtivisme, namun sudah merupakan
kebutuhan pokok . kesuksesan sebuah bisnis karena didukung oleh keharusan
untuk menampilkan dirinya secara profesional. Gaya hidup adalah pola hidup
seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas sehari-hari, berupa
minat dan opininya. Terdapat enam macam gaya hidup yang berkembang
pada masyarakat diantaranya:
1. Gaya Hidup Mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada
orang lain. Kemampuan mengenali kekurangan dan kelebihan diri
sendiri diperlukan untuk berstrategi dengan kelebihan dan
kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk
menyusun strategi dan bertanggung jawab atas segala perubahan yang
dipilih. Manusia akan bebas untuk menentukan pilihanya, serta
menimbulkan inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian
tersebut.
19
2. Gaya Hidup Modern
Jaman serba modern dan praktis menuntut masyarakat untuk tidak
ketinggalan dalam segala hal termasuk dalam idang teknologi. Gaya
hidup digital (digital lifestyle) adalah istilah yang sering digunakan
untuk menggambarkan gaya hidup modern yang sarat dengan
teknologi informasi. Teknologi informasi sangat berperan untuk
mengefisienkan segala sesuatu yang kita lakukan, baik di masa kini
maupun masa depan, dengan satu tujuan yaitu mencapai efisiensi dan
produktivitas maksimum. Teknologi informasi dalam hal ini sangat
berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi dalam keidupan.
3. Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk
dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikiran, kebiasaan dan
lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah segala
hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik dan positif.
4. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan hidup, seperli lebih menghabiskan waktu diluar
rumah, lebih banyak bermain, senang dengan keramaian kota,
membeli barang mahal sesuai dengan keinginan serta selalu ingin
menjadi pusat perhatian.
20
5. Gaya Hidup Hemat
Hidup hemat adalah mengurangi konsumsi saat ini guna dapat
mengosumsi lebih banyak di masa depan. Hidup sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan. Gaya hidup hemat akan mengajarkan
disiplin dalam hal pengeluaran.
6. Gaya Hidup Bebas
Semakin pesatnya perkembangan kehidupan, semakin banyak
pengaruh yang akan didapat. Adanya globalisasi memberikan
pengaruh positif dan negatif. Secara positif globalisasi membantu
masyarakat dalam mencari informasi serta meudahkan pekerjaan
mereka, sedangkan dampak negatifnya seperti maraknya pergaulan
bebas dikalangan remaja.1
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku meyimpang yaitu proses
transformasi budaya yang berkembang dimasyarakat yang mempengaruhi gaya
hidup terutama yang dialami oleh remaja, karena pada fase ini remaja akan
mencari hal baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya dan secara tidak
disadari hal ini akan berakibat kepada gaya hidup yang berbeda dari seharusnya.
Fokus dalam penelitian ini yaitu gaya hidup modern yang dialami oleh remaja
pada saat ini, David Chaney (2003:40) mengatakan gaya hidup merupakan pola-
pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup
diasumsikan merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa juga di sebut
1 Dwi Kresdianto, “Hubungan Gaya Hidup Hedonis Dengan Perilaku Konsumtif FashionPakaian pada Mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang”, Skripsi, h. 16.
21
modernitas, maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern
akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan
tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup modern atau kekinian
merupakan gaya hidup yang tidak lepas dari perkembangan teknologi yang cukup
pesat, misalnya kurangnya komunikasi tatap muka atau secara langsung karena
lebih memilih untuk menggunakan sosial media untuk berkomunikasi, karena
dirasa sangat mudah untuk dilakukan. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk
mempresentasikan gaya hidup pada remaja dalam film.
2.4 Remaja
Gaya hidup erat kaitanya dengan remaja, seiring perkembagan teknologi yang
berjalan kian pesat mau tidak mau akan berdampak pada kehidupan individunya,
Banyak orang menggambarkan remaja adalah masa transisi dari fase anak-anak
menuju fase dewasa, atau orang-orang dengan usia belasan tahun, atau bisa juga
dengan pengertian seseorang yang menunjukan tingkah laku tertentu, seperti
susah diatur atau orang yang mudah terpancing emosinya. Periode remaja adalah
waktu untuk tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidakmatangan masa
kanak-kanak menuju ke arah kematangan pada usia dewasa. Periode remaja
adalah periode transisi secara biologis, psikologis, sosiologi, dan ekonomi pada
individu. Ini adalah masa yang menyenangkan dalam rentang kehidupan. Para
remaja menjadi lebih sedikit bijak, serta lebih mampu untuk membuat keputusan
sendiri dibandingkan usia-usia sebelumnya yaitu pada masa kanak-kanak.
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, dimana masa
remaja identik dengan dengan masa puber. Pubertas adalah suatu periode
22
kedewasaan kerangka tubuh dan seksual yang cepat, terutama terjadi pada awal
masa remaja. Pada umumnya masa remaja memiliki ciri pertumbuhan fisik yang
relatif cepat. Organ-organ fisik mencapai taraf kematangan yang Masa remaja
identik dengan dengan masa puber. Pubertas adalah suatu periode kedewasaan
kerangka tubuh maupun seksual yang cepat, terutama terjadi pada awal masa
remaja.
WHO (World Health Organization). WHO memberikan definisi tentang remaja
lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut
berbunyi, Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali yakni ketika menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
2.4.1 Ciri-ciri Masa Remaja
Setiap masa perkembangan manusia memiiki ciri-ciri masing-masing,
begitu pula dengan masa remaja. Berikut penjelasan ciri- ciri masa
remaja menurut (Yudrik Jahja:2001) :
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa strom and stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
23
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditunjukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka
harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan
tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan
akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidka
yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik
yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat
berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain. selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik
bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal
menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan
adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, makan
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka
pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam
hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya
24
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan
lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati
dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivallen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan
kebebasan, tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang
menyertai kebebasan ini.
Remaja adalah masa transisi yang menghubungkan masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Pada periode ini teerjadi perubahan-perubahan
besar yang esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah,
jasmaniah, terutama fungsi seksual (kartono,1995:148). Masa remaja
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja,
yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut dengan masa pubertas.
Saat ini remaja lebih banyak berhubungan sosial lewat dunia maya,
mengisi kehidupan dengan penggunaan komputer, video games, digital
music players, video call, dan berbagai macam perangkat permainan
yang diproduksi oleh abad digital. Sejak kecil, generasi ini sudah
banyak dikenalkan dengan teknologi dan sangat akrab dengan
smartphone dan dikategorikan sebagai generasi yang kreatif. Remaja
saat ini sudah menganggap teknologi digital sebagai bagian yang tidak
25
dapat dipisahkan dengan dirinya. Karakterisktik remaja yaitu
cenderung memiliki sifat tidak sabar, ingin menyelesakan masalah
menggunakan cara-cara instan, karena terbiasaberkomunikasi
menggunakan dunia maya yang cepat dan praktis, dengan demikian
untuk melihat gaya hidup remaja maka peneliti menggunakan analisis
semiotika.
2.5 Semiotika
2.5.1 Konsep Semiotika
Kaitanya dengan sosial dan budaya semiotika dapat digunakan untuk
mempelajari sederetan objek, peristiwa, kebudayaan, dan lain-lain
ditengah masyarakat sebagai sebuah tanda yang memiliki arti tertentu.
Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda”
(Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii) atau seme, yang mempunyai arti
“penafsiran tanda” (Cobley dan Jansz, 1994:4). Semiotika berasal dari
studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorikam dan poetika
(Kurniawan, 2001:49 dalam Sobur, 2017). “Tanda” pada masa yang
dulu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukan adanya hal lain.
Contohnya, asap yang menandai adanya api. Jika hal ini diterapkan
pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak akan
memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengandung
rmakna arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya.
Pembaca istilah yang digunakan untuk menghubungkan tanda dengan
apa yang ditandakan (signife) sesuai dengan konvensi dalam sistem
26
bahasa yang bersangkutan. Tanda-tanda (signs) merupakan basis dari
keseluruhan komunikasi.
Manusia dengan perantara tanda-tanda, akan dapat melakukan
komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan
di dunia ini. sebuah tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri,
dan makna (meaning) merupakan hubungan antara suatu objek atau
idea dan suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersamaan seperangkat
teori yang sangat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan
bentuk-bentuk non-verbal, teori-teori menjelaskan bagaimana tanda
berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda tersebut disusun.
Secara umum, studi tentang tanda akan merujuk kepada semiotika
(Littlejohn, 1996:64 dalam Sobur 2013).
Semiotik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda
dalam kehidupan manusia. Yang dimana, semua yang hadir di sekitar
kita dapat dilihat dari segi tanda, yakni sesuatu yang harus diberi
makna. Merujuk pada Ferdinand de Saussure (1916), melihat tanda
sebagai pertemuan antara bentuk (yang tercipta dalam kognisi
seseorang) dan makna atau isi, yakni yang dipahami oleh manusia
pemakai tanda (Hoed, 2011: 3). Semiotika adalah sebuah ilmu atau
metode analisis digunakan untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda
merupakan perangkat yang dapat pakai dalam upaya untuk mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
27
manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa pesan
informasi saja , tetapi dimana objek-objek itu hendakberkomunikasi,
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Kurniawan, 2001: 53).
Dengan kata lain bukan hanya informasi saja yang dibawa suatu objek
dalam memaknai, namun bagaimana onjek-objek tersebut saling terkait
satu sama lain.
2.5.2 Semiotika Menurut Roland Barthes
Teori Barthes mengemukakan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi
dan konotasi. Denotasi merupakan hubungan eksplisit antara tanda
dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi
yaitu aspek makna yang berkaitan antara perasaan dan emosi serta nilai-
nilai kebudayaan dan ideologi (Piliang, 2003: 16 dan 18). pada salah
satu bukunya yang berjudul Sarrasine, Barthes merangkai beberapa
kode rasionalisasi atau suatu proses yang mirip dengan yang terlihat
dalam retorika tentang tanda.
Dalam kerangka Barthes, konotasi diidentikan dengan operasi ideologi,
yang disebut sebagai “mitos”, yang berfungsi untuk mengungkapkan
dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku
dalam suatu periode tertentu. Sedangkan Dalam mitos juga terdapat
28
pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai sistem
yang unik, mitos dibangun untuk suatu rantai pemaknaan yang sudah
ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos juga dapat dikatakan
sebagai suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Barthes memahami
ideologi sebagai sesuatu hal palsu yang dapat membuat orang hidup di
dalam dunia berimajiner, meski realitas hidupnya sesungguhnya
tidaklah demikian. Ideologi akan tetap ada selama kebudayaan ada, dan
itulah sebabnya Barthes mengatakan bahwa konotasi ialah suatu
ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks
dengan demikian, ideologi mewujudkan dirinya melalui berbagai kode
yang dapat masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda
penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. (Sobur, 2017:
69). Barthes menciptakan peta tentang bagaimana sebuah tanda bekerja
(Cobley & Jansz,1999:51).
Tabel 2. Peta Roland Barthes
Dari peta diatas dapat terlihat jelas bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2) tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif
dapat berfungsi sebagai penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal
tersebut merupakan unsur material, hanya jika kita mengenal tanda
1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda)3. Denotative Sign (tanda Denotatif)
4. Conotative Signifier 5. Connotative signified(petanda konotatif)
6. Connotative sign (tanda konotatif)
Sumber: (Sobur ,2017:69)
29
“singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian
menjadi mungkin. Dengan demikian sumbangan Barthes sangat berarti
bagi penyempurnaan semiologi Saussure mengenai tandakonotatif tidak
sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandungkedua
bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya. Tidak hanya
memiliki makna denotasi dan konotasi, Perspektif Barthes tentang
mitos ini menjadi ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru.
Mitos sendiri biasanya diasumsikan sebagai apa yang menjadi kegiatan
yang dilakukan sehari-hari yang sudah diyakini oleh orang-orang.
Terdapat 3 kategori yang dilakukan oleh Roland Barthes dalam buku
Alex sobur, yaitu:
1. Pesan linguistik, ialah semua kata dan kalimat pada frame.
2. Pesan ikonik tak terkodekan, denotasi dalam frame program yang
diteliti.
3. Pesan ikonik terkodekan, merupakan konotasi yang muncul dalam
frame yang memiliki fungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda
lebih luas. Dalam penelitian ini penulis menggunkan semiotika
Roland Barthes dalam menganalisis film.
2.5.3 Semiotika Dalam Film
Film merupakan bidang kajian dalam analisis semiotika, karena film
dibangun menggunakan tanda semata-mata. Tanda-tanda tersebut
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik agar
mencapai efek bersamaan dengan tanda-tanda yang terstruktur,
30
terutama indeksikal dalam film digunakan tanda-tanda ikonis, yaitu
suatu tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
Sistem semiotika lebih penting pada film yang menggunkan tanda
ikonis, dimana berupa tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu yang
dimaksud dalam penyampaian pesannya kepada audiens. Metz dalam
Sobur mengatakan walaupun ada upaya lain diluar pemikiran
kontinental tentang des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS)
Paris, merupakan figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi
sampai sekarang Sumbangan Metz pada teori film ialah usaha untuk
menggunakan peralatan konseptual linguistik struktural yang meninjau
kembali teori film yang ada. Salah satu area semiologi penting yang
ditekuni oleh Roland Barthes dalam studinya yakni tentang tanda
adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, meskipun merupakan
sifat asli tanda, hal ini membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat
berfungsi dengan baik. Barthes secara panjang lebar menjelaskan apa
yang sering disebut dengan sistem pemaknaan tataran kedua, yang
dibangun diatas sistem lain yang dimana telah ada sebelumnya. Barthes
menyebut Sistem kedua ini dengan konotasi, yang didalam
mythologies-nya secara tegas ia telah bedakan dari denotasi atau sistem
pemaknaan tataran pertama. Barthes menciptakan peta tentang
bagaimana sebuah tanda bekerja (Cobley & Jansz,1999:51 dalam sobur
2017).
31
Penerapan semiotika dalam film dalam hal ini harus memperhatikan
aspek medium film atau sinema yang berfungsi sebagai tanda. Film
umumnya dibangun dengan menggunakan banyak tanda. Tanda-tanda
itu termasuk dari berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik
dalam mencapai efek yang diharapkan, yang paling penting dalam
sebuah film adalah gambar dan suara (kata yang diucapkan maupun
suara-suara lain yang mengiringi gambar dan musik film). Sistem
semiotika yang penting dalam sebuah film adalah penggunaan tanda-
tanda ikonis yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
Semiotika dalam film yaitu memandang setiap pesan yang disampaikan
dalam film meliputi pesan verbal dan non verbal yang bersifat simbolis
dan terdiri dari jaringan atau rangkaian tanda-tanda yang kompleks
serta memiliki arti.
2.6 Film
2.6.1 Pengertian Film
Pengertian film (sinema) secara harfiah ialah cinemathographie
yang berasal dari kata cinema dan tho atau phytos berarti cahaya serta
graphie atau graph yang berarti gambar. Jadi pengertian film yaitu
melukis gerak dengan cahaya. Gambar yang bergerak (film) adalah
bentuk dominan pada komunikasi massa visual dibelahan dunia ini
(Ardianto, 2004: 143). Film saat ini telah menjadi media komunikasi
audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari
berbagai usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film
32
yang dapat menjangkau banyak segmen sosial. Hal ini lantas membuat
para ahli berfikir bahwa film memiliki potensi yang baik untuk
mempengaruhi khalayaknya. Film dapat memberi dampak pada setiap
penontonnya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Melalui
pesan yang terkandung di dalam film.
Film mampu memberikan pengaruh bahkan mengubah pola pikir dan
karakter penontonnya. Film dapat mempengaruhi dan membentuk
masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa
berlaku sebaliknya. Film dapat merekam realitas yang tumbuh pada
masyarakat, kemudian memproyeksikannya ke atas layar.
Agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan kepada khalayak,
sutradara menggunakan imajinasinya untuk mempresentasikan suatu
pesan melalui film dengan menggunkanan unsur-unsur yang
menyangkut eksposisi (penyajian secara langsung atau tidak langsung).
Tidak sedikit film yang mengangkat cerita kisah nyata atau sungguh-
sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan pesan ideologis di
dalamnya, sehingga pesan dalam film akhirnya dapat mempengaruhi
pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film
merupakan reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. pada dasarnya
semua film merupakan dokumen sosial maupun budaya yang
membantu mengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan
sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu.
33
2.6.2 Jenis Film
Pada perkembangannya, baik karena kemajuan teknologi yang semakin
canggih maupun tuntutan massa penonton, pembuat film semakin
bervariasi. Jenis-jenis film dapat digolongkan sebagai berikut
(Mudjiono, 2011: 133-135):
a. Teatrical Film (Film teaterikal)
Film teaterikal atau yang biasa disebut dengan film cerita,
merupakan ungkapan sebuah cerita yang dimainkan oleh manusia
yang menggunkan unsur dramatis dan memiliki unsur yang kuat
terhadap emosi penonton. Pada hakikatnya, film dengan unsur
dramatis bertolak belakang dari eksplorasi konflik dalam suatu kisah.
Misalnya konflik manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia yang lain maupun manusia dengan lingkungan
sosialnya, yang pada intinya menunjukkan pertentangan, lewat plot
kejadian-kejadian disampaikan secara visual. Cerita dengan unsur
yang dramatis ini dijabarkan kembali dengan berbagai tema. Lewat
tema inilah film teaterikal digolongkan menjadi beberapa jenis
yakni:
1) Film Aksi (Action film), film ini mempunyai ciri yakni penonjolan
filmnya pada masalah konflik. Hal ini dapat dilihat dalam film
yang mengeksploitasi peperangan atau pertarungan fisik,
semacam film perang, silat, koboi, kepolisian, gengster dan
semacamnya.
34
2) Film Psikodrama. Film ini terlihat pada ketegangan yang
dibangun dari kekacauan antara konflik-konflik kejiwaan,
yang mengeksploitiasi karakter manusia, dapat dilihat dari film-
film drama yang mengeksploitasi penyimpangan mental maupun
dunia takhayul, semacam film horor.
3) Film Komedi. Film yang mengeksploitasi situasi yang dapat
menimbulkan kelucuan pada penonton. Situasi lucu ini ada yang
ditimbulkan oleh peristiwa fisik sehingga menjadi komedi. Selain
itu, adapula kelucuan yang timbul harus diinterpretasikan dengan
referensi intelektual.
4) Film Musik. Jenis film ini tumbuh bersamaan dengan adanya
teknik suara dalam film, Tidak setiap film dengan musik dapat
digolongkan sebagai film musik. Yang dimaksud di sini adalah
film yang bersifat musikal, yang dicirikanoleh musik yang
menjadi bagian internal cerita, bukan sekedar selingan.
b. Film Non-teaterikal (Non-teatrical film)
Film jenis ini merupakan film yang diproduksi dengan
memanfaatkan realitas asli, tidak bersifat fiktif. Selain itu tidak
dikmaksudkan sebagai alat hiburan. Film jenis ini lebih cenderung
untuk menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan informasi
(penerangan) maupun informasi pendidikan. Film non-teaterikal
terdiri dari:
1) Film Dokumenter, merupakan istilah yang dipakai secara luas
untuk memberi nama film yang sifatnya non-teaterikal. Jika
35
dilihat dari subyek materinya film dokumenter berkaitan dengan
aspek faktual dalam kehidupan manusia, hewan dan makhluk
hidup lainnya yang tidak dicampuri oleh unsur fiksi.pada
dasarnya, film ini adalah drama ide yang dianggap dapat
menimbulkan perubahan sosial. Karena fil ini bukan untuk
kesenangan estetis, hiburan atau pendidikan. Tujuan film adalah
untuk menyadarkan penonton akan berbagai aspek kenyataan
hidup. Dengan kata lain, salah satu fingsi film yang berjenis
seperti ini adalah untuk membangkitkan perasaan masyarakat atas
suatu masalah, untuk memberikan ilham dalam bertindak,atau
membina standart perilaku yang berbudaya.
2) Film Pendidikan. Film ini dibuat bukan untuk massa, akan tetapi
untuk sekelompok penonton yang dapat diidentifikasikan secara
fisik. Film ini ditujukan untuk para siswa yang tertentu seagai
bahan pelajaran yang akan diikutinya. Sehingga film pendidikan
menjadi pelajaran ataupun instruksi belajar yang direkam dalam
wujud visual. Isi pesan yang disampaikan sesuai dengan
kelompok penontonnya, dan dipertunjukkan di depan kelas.
3) Film Animasi. Animasi atau kartun dibuat dengan
menggambarkan setiap frame satu persatu untuk kemudian
dipotret. Setiap gambar frame merupakan gambar dengan posisi
yang berbeda jika di-seri-kan akan menghasilkan kesan gerak.
Pioner dalam bidang ini adalah Emile Cohl (1905), yang semula
memfilmkan boneka lalu membuat gambar kartun di Prancis.
36
Sedang di Amerika Serikat Winsor McCay mempelopori film
animasi (1909). Walt Disney menyempurnakan teknik pembuatan
film animasi dengan memproduksi seni animasi tikus-tikus, dan
kemudian membuat film serial yang panjang seperti “Snow White
and Seven Dwarfs” tahun 1937.
Dengan penggunaan gambar, pembuat film akan dapat menciptakan
gerak dan bentuk-bentuk yang tak terdapat dalam realitas. Apa saja
yang ada dalam pikiran, akan dapat difilmkan melalui gambar pada
dasarnya, film animasi tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga
digunakan sebagai illustrasi dalam film pendidikan. Film kemudian
diklasifikasikan sebagai berikut (Mudjiono, 2011: 125-138) :
a. “G” (General) : film untuk semua umur.
b. “PG” (Parental Guidance) : film yang didampingi orang tua.
c. “PG-13” : film dibawah 13 tahun dan didampingi orang tua.
d. “R” (Restriced) : film dibawah 17 tahun, didampingi orang dewasa.
e. ”X” : film untuk 17 tahun ke atas.
Film pada penelitian ini termasuk kedalam jenis film drama komedi,
dan dapat diklasifikasikan sebagai film PG atau film untuk anak usia 13
tahun keatas dan mendaptkan pendampingan orang tua saat sedang
menonton film.
2.6.3 Bahasa Film
Bahasa film adalah sebuah pesan yang disampaikan melalui sebuah film,
bahasa film terdiri dari sinematografi. Sinematografi secara umum dapat
37
dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi
gambar. Kamera dan film menckup teknik-teknik yang dapat dilakukan
melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa,
kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Berikut ini salah satu aspek
framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap
objek (type of shot), yaitu (Pratista, 2008:89):
1. Extreme long shot
Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari
objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak nampak. Teknik ini
umumnya menggunakan sebuah objek yang sangat jauh atau panora
yang luas.
2. Long shot
Pada long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar
belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai
estabilishing shot, yakni shot permbuka sebelum digunakan shot-
shot yang berjarak lebih dekat.
3. Medium long shot
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai atas.
Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.
4. Medium shot
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai
dominan di dalam frame.
38
5. Medium close-up
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas.
Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak
lagi dominan. Adeganpercakapan normal biasanya menggunakan
medium close-up.
6. Close-up
Umunya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek
kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah
dengan jelas serta gesture yang mendetail. Close up biasanya
digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close up juga
memperlihatkan detil sebuah benda atau objek.
7. Extreme close-up
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail
bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau
bagian dari sebuah objek.
2.7 Kerangka Pemikiran
Film merupakan karya seni yang menjadi sebuah fenomena kehidupan
modern, yang memiliki pengaruh yang signifikan bagi penonton. Film dapat
berperan sebagai media komunikasi massa dalam menyampaikan pesan atau
makna tertentu melalui bahasa film atau yang disebut dengan sinematografi.
Film juga dapat dijadikan sebagai sarana penggambaran dari sebuah
kenyataan atau peristiwa yang menyajikan suatu realitas. Kita dapat melihat
realitas objek suatu film sebagai suatu dinamika pemaknaan melalui
interpretasi dari subjektifitas penonton. Interpretasi menjelaskan proses
39
dimana pemahaman itu terjadi agar dapat menjelaskan proses pemahaman
agar dapat menemukan makna dari suatu teks.
Makna yang dimaksud adalah sebuah representasi gaya hidup remaja dalam
film Generasi Micin yang menceritakan tentang kehidupan remaja yang
hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan adanya teknologi, yang akan dianalisis
menggunakan pendekatan Roland Barthes. Pada pendekatan ini menggunakan
analisis, berupa pesan denotasi dan konotasi kemudian hasil dari kedua pesan
tersebut di spesifikasikan kembali dengan tiga aspek yaitu aspek visual, latar,
teks, oleh peneliti sesuai dengan yang didapatkan dari film. Dari hasil analisis
tersebut maka akan dihasilakan Representasi Gaya Hidup Remaja dalam Film
Generasi Micin.
Gambar 1 Kerangka Pikir PenelitianSumber: peneliti
Film Generasi Micin
Analisis Roland Barthes1. Pesan Denotasi2. Pesan Konotasi
Representasi Gaya Hidup Remaja
Aspek Visul Aspek Latar Aspek Teks
40
III. METODE PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Paradigma menunjukkan apa yang penting, absah, dan masuk
akal. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis, yaitu paradigma yang meletakkan pengamatan dan objektivitas
dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma
memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially
meaningfull action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap
perilaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau
mengelola dunia sosial mereka (Hidayat, 2003:9).
Paradigma konstruktivis memiliki beberapa kriteria yang membedakan
dengan paradigma lainya, yaitu ontologi sebagai hal yang ada tetapi realitas
bersifat majemuk memiliki makna yang berbeda bagi tiap orang. Epistimologi
merupakan pendekatan subjektif untuk menjabarkan pengkonstruksian makna
oleh individu, sedangkan metodologi menggunakan berbagai jenis
pengkonstruksian dan menggabungkanya dalam sebuah konsensus. Proses
ini melibatkan dua aspek yaitu hermeunetik adalah aktivitas dalam merangkai
teks maupun percakapan, tulisan dan gambar. Sedangkan dialetik adalah
penggunaan dialog sebagai pendekatan agar objek yang diteliti dapat ditelaah
41
dan membandingkanya dengan cara berpikir peneliti. Dengan demikian
harmonitas komunikasi dan literasi dapat dicapai dengan maksimal (hidayat,
2003). Pada penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme karena
penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif, sebuah penelitian yang
bermaksud menggali makna perilaku yang ada dibalik tindakan manusia.
kajian ini menempatkan posisi peneliti sebisa mungkin masuk kedalam
subjeknya, dan berusaha memahami kemudian mengonstruksikan sesuatu
yang menjadi pemahaman pada subjek yang akan diteliti. Peneliti ingin
mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi
suatu makna dalam hal ini yaitu untuk melihat representasi gaya hidup remaja
dalam film Generasi Micin.
3.2 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai penelitian deskriptif yang merupakan suatu tipe
penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu
(Arikunto, 2002:112). Penelitian kualitatif menghasilkan data berupa uraian
atau kata-kata tertulis dan perilaku orang yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif cenderung menggunakan analisis dan lebih menonjolkan proses
serta makna.
Sifat penelitian yang diambil adalah jenis deskriptif, yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data
yang ada, dan pelaksanaanya melalui pengumpulan, penyusunan, analisa,
interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang. Pertimbangan penulis
42
menggunakan metode deskriftif karena memiliki tujuan yang sama dengan
keinginan penulis, yaitu hanya untuk melihat kondisi objektif yang terjadi
dilapangan, lalu memaparkan keadaan atau peristiwa tersebut apa adanya,
tidak untuk mencari atau menjelaskan. Tipe penelitian ini dianggap sangat
relevan untuk dipakai karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada
masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari
penelitian. Penelitian deskriftif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
menganalisis representasi gaya hidup remaja dalam film Generasi Micin.
3.3 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini terletak pada cara menganalisis semiotika terhadap
simbol-simbol gaya hidup remaja dalam Film Generasi Micin. Data-data
kualitatif tersebut didapatkan dari potongan gambar atau scene yang
digunakan sebagai objek penelitian untuk memperkuat analisis data. Peneliti
memfokuskan batasan peneliatan dengan memilih empat scene berupa
adegan, dialog, dan latar mengandung unsur gaya hidup remaja. Potongan
gambar yang didapatkan oleh peneliti kemudian dianalisis menggunakan
metode semiotika Roland Barthes, potongan gambar kemudian dianalisis
untuk mengetahui makna denotasi dan makna konotasinya. Hasil dari analisis
ini di spesifikan kembali dengan mempertimbangkan tiga aspek, yang
pertama aspek latar yakni berupa suatu penggambaran mengenai waktu,
suasana, tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang mengandung unsur gaya
hidup remaja dalam film Generasi Micin. Kedua aspek visual yakni suatu
penggambaran visual yang digambarkan dengan adegan-adegan dalam film
43
yang dapat dilihat oleh penonton dimana adegan tersebut mengandung unsur-
gaya hidup remaja dalam film Generasi Micin. Aspek yang ketiga yaitu aspek
teks berupa sederetan kata atau kalimat dalam dialog maupun teks yang
didapatkan dari sinopsis film yang menggambarkan gaya hidup remaja dalam
film Generasi Micin. Hasil dari penelitian menjawab bagaimana representasi
gaya hidup remaja dalam Film Generasi Micin, dengan menggungkapkan
makna dibalik simbol dan tanda yang digunakan.
3.4 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis semiotika.
Semiotika sendiri yakni ilmu yang mempelajari aturan-aturan, sistem-sistem
yang terdapat tanda-tanda yang mempunyai arti. Peneliti memilih analisis
semiotika Roland Barthes untuk digunakan dalam menganalisis film Generasi
Micin. Dalam semiotika model ini signifikasi terbagi kedalam dua tingkatan,
yang pertama denotasi sedangkan tingkat kedua yaitu konotasi yang
berhubungan dengan isi pesan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan berupa
dokumentasi dan studi kepustakaan. Dokumentasi yaitu proses pengumpulan
data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literature yang sesuai dan
berhubungan dengan bahan penelitian, kemudian dijadikan sebagai bahan
argumentasi. Hal lain yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian yang
pertama yaitu mempersiapkan data primer berupa data yang diperoleh dari
44
film Generasi Micin, Sedangkan yang kedua adalah data sekunder dengan
menggunakan sumber informasi yang terdapat diperpustakaan berupa buku-
buku yang sesuai dengan fokus penelitian, maupun artikel pada situs internet.
Dalam hal ini menggunakan artikel yang didapatkan dari situs internet berupa
sinopsis film Generasi Micin.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang berhubungan
dengan data, mengorganisasikan data dan memilahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.Secara lebih rinci, uraian ringkas mengenai langkah-langkah
analisisnya diolah dari analisis semiotika, (Kriyantono, 2009:271-272)
1. Inventarisasi data, yaitu dengan cara mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya baik dari dokumentasi maupun studi kepustakaan.
2. Kategorisasi model semiotik, menentukan model semiotika yang
digunakan, yaitu model semiotika Roland Barthes.
3. Klasifikasi data, identifikasi teks (tanda), alasan-alasan tanda tersebut
dipilih, dan tentukan kekhasan wacananya dengan mempertimbangkan
elemen semiotika dalam scene yang dianggap sebagai budaya populer.
4. Penentuan scene tersebut menentukan penanda (signifer), petanda
(signified), makna denotasi dan makna konotasi.
5. Analisis data untuk membahas makna konotasi tahap kedua (connotative
sign 2) yang berdasarkan ideologi, interpretan kelompok, frame work
45
budaya, aspek sosial, komunikatif, lapisan makna, kaitan dengan tanda
lain,hukum yang mengaturnya, serta berasal dari kamus.
6. Penarikan kesimpulan, penilaian terhadap data-data yang ditemukan
dibahas dan dianalisis selama penelitian.
Dari uraian diatas teknik analisis yang dipakai penulis, yaitu:
1. Peneliti menonton film Generasi Micin terlebih dahulu.
2. Kategori model semiotik, menentukan model semiotika yang digunakan
yaitu model semiotika Roland Barthes.
3. Melakukan pengamatan adegan maupun hal-hal yang ada dalam scene
tersebut.
4. Mengklasifikasi data dengan melakukan capture scene-scene yang
dianggap mewakili representasi gaya hidup remaja.
5. Penentuan scene tersebut menentukan penanda, makna denotasi pertama
yang merupakan makna konotasi tahap kedua berupa gambaran gaya hidup
remaja interpretan kelompok, frame work budaya, aspek sosial,
komunikatif, lapisan makna, kaitan dengan tanda lain, hukum yang
mengaturnya, serta berasal dari kamus.
6. Penarikan kesimpulan, penilaian terhadap data-data yang ditemukan
kemudian dibahas dan dianalisis selama penelitian.
3.7 Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu bagian yang
sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, biasanya terjadi pada proses pengumpulan data-data
46
dan analisis interpretasi sebuah data, jenis keabsahan data yang dipakai pada
penelitian ini yaitu triangulasi. Menurut sugiyono (2013:330) triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Peneliti menggunakan triangulasi sumber data berupa dokumen dan
kearsipan. Dokumen yang digunakan adalah dokumentasi dari film generasi
micin. Sedangkan untuk kearsipan, peneliti menggunakan beberapa buku
yang membahas tentang semiotika komunikasi, gaya hidup dan buku
pengantar semiotika tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer. Namun hal
tersebut disesuaikan kembali dengan proses perkembangan dalam penelitian
yang memungkinkan peneliti menggunakan buku-buku lainya yang sesuai
dengan fokus penelitian. Hal ini digunakan untuk menggali kebenaran data
penelitian agar fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran jika dilihat dari berbagai sudut pandang.
48
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1 Deskripsi Film Generasi Micin
4.1.1 Profil film
Ju
Judul Film : Generasi Micin
Tahun Produksi : 2018
Durasi : 88 menit
Sutradara : Fajar Nugros
Produser : Chand Parwez
Servia, Fiaz
Servia
Penulis naskah : Faza Meonk
Penata Kamera : Padri Nadeak
Gambar 2: Poster Film Generasi Micin
Sumber gambar : filmindonesia.or.id
Editor : Ryan Purwoko
Perusahan Produksi : Starvision
Negeri asal : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Tanggal Rilis : 18 Oktober 2018
48
Pemain : Kevin Anggara, Clairine Christabel, Morgan Oey, Joshua
Suherman, Teuku Ryzki, Kamasean Matthews, Ari Irham, Jennifer Coppen.
4.1.2 Profil Sutradara
G
Gambar 3: Profil Sutradara
Pria bernama lengkap Fajar Nugroho yang kerap disapa dengan
sapaan Fajar Nugros. Fajar Lahir di kota Yogyakarta tanggal 9 Juli
tahun 1979, Fajar Nugros tertarik pada dunia menulis. Selain menulis
cerita pendek, fajar nugros juga mengeluarkan beberapa buku seperti
nuku berjudul buaya jantan, labirin cinta dikilometer nol dan banyak
dari tulisanya yang berupa kumpulan cerita pendek yang diunggahnya
dalam sebuah blog. Lelaki yang hobby traveling ini telah
menyelesaikan sekitar 300 cerita pendek. Fajar pun berharap agar
kelak kumpulan cerita pendeknya dapat difilmkan. Sehingga dirinya
bisa menghabiskan waktu dimasa tuanya nanti untuk menonton film
49
dari cerita pendek yang ditulisnya. Dalam film generasi micin ini
cerita seakan tidak lepas dari karakter fajar nugros. Mengingat
sutradara asal yogyakarta ini menjadikan filmnya sebagai alat
propaganda yang asik dan menyenangkan. Dimana tema dalam film
ini yakni kehidupan generasi “micin” tidak selalu dipandang negatif
oleh generasi sebelumnya.
4.1.3 Profil Perusahaan
Gambar 3: Logo Perusahaan
PT Kharisma Starvision Plus atau lebih sering disebut dengan
Starvision didirikanpada 10 Oktober 1995 oleh Chand Parwez
Servia setelah mendirikan PT. Kharisma Jabar Film melalui film Si
Kabayan Saba Kota yang dibintangi Didi Petet. Starvision Plus
terpandang di masyarakat sejak adanya Sitkom "Spontan" yang
ditayangkan di SCTV pada tahun 1996. Saat ini, Starvision Plus telah
50
memproduksi lebih dari 50 sinetron dan lebih dari 100 film layar lebar
dalam berbagai genre. Starvision ingin selalu ada tuntunan dalam
karyanya agar menjadi hiburan di dunia entertainment. PT Kharisma
Jabar Film didirikan oleh Chand Parwez Servia pada tahun 1995.
PT Kharisma Starvision Plus, yang juga dikenal sebagai Starvision,
memproduksi berbagai program televisi yang mencapai Top Rating
Indonesia. Dari tahun 2004 sampai 2007, ia menjadi Ketua Persatuan
Perusahaan Film Indonesia (PPFI). Tahun 2015 Chand Parwez
menjadi salah satu pendiri dan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan
Film Indonesia (APFI), ia juga menjadi Ketua Umum Badan
Perfilman Indonesia (BPI) periode tahun 2017 - 2020. Selama 3 tahun
berturut-turut, film-filmnya mencapai Box Office : Virgin (2005),
Heart (2006) and Get Married (2007).
Karya Starvision sering menjadi trendsetter dengan genre beragam
dan meraih sukses seperti The Tarix Jabrix (2008), Perempuan
Berkalung Sorban, Get Married 2 (2009), Laskar Pemimpi, Kabayan
Menjadi Milyuner (2010), Purple Love, Get Married 3, Hafalan Shalat
Delisa (2011), Perahu Kertas (2012), Cinta Brontosaurus (2013),
Marmut Merah Jambu (2014), Ngenest (2015), Koala Kumal dan Cek
Toko Sebelah (2016), Critical Eleven dan Sweet 20 (2017). Karyanya
selain digemari juga memilki value dan meraih berbagai penghargaan
lokal juga internasional. Pada ulang tahun ke 22 Starvision meraih 22
Nominasi di Festival Film Indonesia 2017.
51
4.1.4 Karakter Pemain
Gambar 5: Tokoh Kevin
Kevin Anggara sebagai Kevin, berperan
sebagai tokoh utama yang berperan sebagai
anak generasi sekarang yang selalu ingin
mencoba hal-hal baru dibalik rutinitas
sehari-hari. Remaja yang duduk di bangku
SMA selalu menginginkan hal yang tidak
biasa dalam hidupnya. Dalam film ini
Kevin sebagai remaja yang tertuduh micin
atau anak yang selalu ingin melakukan
sesuatu dengan mudah dan instan.
Gambar 6: Tokoh Chelsea
Clairine Christabel sebagai Chelsea,
memiliki peran sebagai tokoh pembantu
yang kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. Berperan
sebagai teman kecil Kevin yang tumbuh
menjadi remaja cerdas yang mengikuti club
bahasa inggris, Chelsea adalah sahabat
dekat sekaligus tetangga Kevin. Dalam film
ini chelsea selalu menentang tingkah jahil
Kevin karena dirasa tidak masuk akal.
52
Gambar 7: Tokoh Trisno
Morgan Oey sebagai Trisno paman dari
Kevin, berperan sebagai tokoh pembantu
yang kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. Mempunyai
karakter yang sangat Rock N Roll dan tidak
pernah memikirkan hal lain seperti kuliah
dan kerja.Trisno merupakan generasi yang
lahir di era reformasi. Paman yang kerap
dipanggil asuh oleh Kevin, yang
menasehati Kevin untuk bangkit dari
keterpurukan karena telah melakukan
banyak kesalahan yang telah merugikan
orang lain.
Gambar 8: Tokoh Dimas
Joshua Suherman sebagai Dimas, tokoh
pembantu yang kemunculanya hanya ada
jika terdapat kaitan dengan tokoh utama.
berperan sebagai remaja yang menyukai
bahkan cenderung mengikuti gaya hidup K-
POP, Dimas merupakan sahabat Kevin
yang selalu ikut dalam misi kejahilan
Kevin.
53
Gambar 9: Tokoh Aldo
Ari Irham sebagai Aldo, tokoh pembantu
yang kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. berperan
sebagai siswa yang mengikuti
ekstrakulikuler english club dan sebagai
remaja yang gemar membuat video live
instagram dan membuat konten youtube.
Gambar 10: Tokoh Bonbon
Teuku Ryzki sebagai bonbon sahabat
Kevin, memiiki peran sebagai tokoh
pembantu yang kemunculanya hanya ada
jika terdapat kaitan dengan tokoh utama.
Memiliki sifat pelupa dalam segala hal
sehingga harus selalu diingatkan teman-
temanya. Sama seperti Dimas, Bonbon juga
selalu ikut dalam aksi jahil Kevin.
Gambar 11: Tokoh johanna
Kamasean Matthews sebagai Johanna,
sahabat Kevin memiiki peran sebagai
tokoh pembantu yang kemunculanya hanya
ada jika terdapat kaitan dengan tokoh
utama. Memiliki sifat pengingat, sehingga
johanna sangat bermanfaat bagi bonbon
untuk selalu mengingatkan.
54
Gambar 12: Tokoh Cindy
Jennifer Coppen sebagai Cindy, memiiki
peran sebagai tokoh pembantu yang
kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. remaja yang
gemar bermedia sosial sama seperti aldo,
Cindy juga senang melalukan goyang dua
jari untuk live instagram.
Gambar 13: Tokoh PapaKevin
Ferry Salim sebagai pak Anggara, memiiki
peran sebagai tokoh pembantu yang
kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. Dalam film ini
berperan sebagai papa dari Kevin. Keluarga
keturunan Tionghoa yang berprofesi
sebagai pedagang.
Gambar 14: Tokoh MamaKevin
Mellisa Karim sebagai bu Anggara,
memiiki peran sebagai tokoh pembantu
yang kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. Dalam film ini
berperan sebagai mama Kevin yang sama-
sama mempunyai garis keturunan
Tionghoa. Mama Kevin memiliki karakter
yang teliti dalam urusan bisnis.
55
M
e
4.1.5 Sinopsis Film Generasi Micin
Film generasi micin berfokus pada kisah anak muda yang lahir pada tahun
2000 an, dimana anak yang lahir ditahun ini dianggap lebih jahil dari pada
generasi millennial generasi ini juga sering disebut dengan generasi micin.
Film ini mengisahkan anak-anak remaja yang duduk di bangku SMA.
Tokoh utama dalam film ini yaitu Kevin yang diperankan oleh Kevin
Anggara, sebagai anak muda Kevin selalu ingin mencoba hal-hal baru
Gambar 15: Tokoh HajiImron
Dicky Chandra sebagai pak Haji Imron,
memiiki peran sebagai tokoh pembantu
yang kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. Dalam film ini
haji imron menjadi pelanggan setia pak
Anggara untuk membeli tas para jamaah
haji.
Gambar 15: Tokoh GuruKevin
Dorman Borisman sebagai guru, memiiki
peran sebagai tokoh pembantu yang
kemunculanya hanya ada jika terdapat
kaitan dengan tokoh utama. Dalam film ini
Dorman berperan sebagai guru yang sudah
berumur dan menjadi korban dari aksi jahil
Kevin pada saat menagajar.
56
dibalik rutinitas kehidupan sehari-hari, Kevin seharusnya dituntut untuk
bergairah dan bersemangat namun menurut Kevin sekolah hanya sebagai
tempat persinggahan dengan kegiatan yang sangat membosankan.
Kevin lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain game online dari
pada sinuk dengan urusan sekolah yang membosankan. Hingga pada
akhirnya kedua orang tua Kevin sudah tidak mengerti lagi dengan
keinginan anaknya yang tetap menjadi siswa papan tengah hingga akhir
sekolah berlangsung, tidak ada prestasi dan hal lain yang membuatnya
menonjol disekolah. Kedua orang tua Kevin terus bertanya apa tujuan
setelah ulus SMA, pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang membuat Kevin
semakin kesal, sehingga Kevin selalu bertingkah aneh baik di sekolah
maupun di rumah. Kevin selalu menciptakan hal-hal baru yang terkesan
aneh, seperti mengelabui guru ketika jam pelajaran sedang berlangsung,
hal ini membuat Kevin merasa ketagihan untuk melakukan kejahilan
selanjutnya.
Sampai suatu hari Kevin menemukan sebuah website yang berisi
tantangan-tantangan yang menurut Kevin akan membuat akhir tahunya
menjadi menyenangkan. Di sekolah, Kevin memiliki tiga orang sahabat
yakni bobon, dimas dan Johanna. Kevin mulai mengajak teman dekatnya
itu untuk ikut dalam menyelesaikan tantangan dari website tersebut tanpa
memberitahu mereka bahwa itu semua adalah tantangan yang diberikan
oleh sebuah website. Kejahilan selanjutnya yang dilakukan Kevin yaitu
dengan merusak suasana ketika teman sekolahnya sedang melakukan live
57
instagram, setelah aksi ini Kevin kembali membuat tingkah jahil
denganmenumpahkan cat hijau pada baju seragam anak-anak club inggris.
Tingkah jahil Kevin tidak berhenti disitu aksi. Kevin berlanjut dengan rasa
penasaranya terhadap kepala sekolah yang dicurigai melakukan
penyalahgunaan dana atau diduga korupsi, hal pertama yang dilakukan
Kevin dengan teman-temanya yaitu membuat sekolah gagal menjadi
penyelenggara super student club dengan melakukan tindakan brutal
menyalakan petasan dibawah tribun sekolah pada saat berlangsungnya
sidak pantas tidaknya SMA harapan buana menjadi tuan rumah
penyelenggara super student club. Akibat dari peristiwa ini Kevin dan
ketiga temannya harus menanggung akibatnya dengan di skorsing, Kevin
merasa bersalah atas semua perbuatanya dan telah melibatkan teman-
temanya dalam hal ini, pada akhirnya Kevin kembali dengan melanjutkan
aktivitasnya menjadi seorang penulis di sebuah website pribadinya. Kevin
meminta maaf kepada semua teman yang telah menjadi korban
kejahilanya dan kembali berteman dengan ketiga sahabatnya setelah
kejadian rusuh yang mereka buat.
Kevin dan teman sekolahnya kembali kompak untuk memenangkan super
student club walaupun sekolahnya gagal menjadi tuan rumah dan benar
saja SMA Harapan Buana menjadi juara umum pada ajang super student
club hal ini membuat sekolah bangga atas pencapaian Kevin dan teman-
temannya. Kevin melanjutkan aktivitas menulisnya sampai suatu saat
terdapat penerbit yang tertarik hingga tulisan Kevin diterbitkan menjadi
58
sebuah buku. Kevin menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak ingin
kembali menjadi remaja yang jahil dan Kevin memutuskan untuk
melanjutkan pendidikanya di bangku kuliah.
99
6.1. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, maka pada penelitian ini diperoleh
kesimpulan Kevin sebagai tokoh utama menggambarkan gaya hidup generasi
micin atau generasi yang dekat dengan perkembangan teknologi modern yang
memudahkan segala aktivitas kesehariannya. Gaya hidup modern dalam film
generasi micin didominasi oleh penggunaan android, seperti tingkah laku Kevin
yang menjadi jahil akibat dari bermain game online. Selanjutnya yaitu
penggunaan google maps yang membedakan gaya hidup antara Kevin dan papa
Kevin yang berbeda generasi. Kemudian perubahan tingkah laku Kevin yang
sebelumnya jahil menjadi tidak jahil dengan kembalinya Kevin menjadi seorang
penulis blog atau blogger. Kevin sebagai tokoh utama memiliki gaya hidup yang
tidak pantang menyerah dengan berusaha memperbaiki kesalahannya dengan
mengajak teman-temannya agar tetap semangat mengikuti kompetisi super
student cup melalui vlog.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
100
6.2. Saran
Terkait dengan penelitian ini terdapat beberapa saran yang peneliti dapat
sampaikan:
1. Remaja hendaknya lebih bijaksana dalam menggunakan perkembangan
teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Penelitian ini dapat dikembangkan kembali dengan aspek lain seperti
analisa perbedaan gaya hidup lintas generasi dalam film generasi micin.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung:Simbiosa Rekatama Media.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek, Jakarta : Asdi Mahasatya.
Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika Tanda-Tanda DalamKebudayaan Kontemporer. Penerjemah M. Dwi Marianto dan Sunarto.Yogyakarta: Tiara Wacana.
Chaney, David.2003. Lifestyle. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar MengenaiSemiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan metodelogi penelitian sosial empirikklasik. Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, Edisi Kedua. Jakarta:Komunitas Bambu.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Kartini, Kartono.1995. Psikologi Anak(Psikologi Perkembangan). Bandung:Mandar Maju.
Kriyantono, Rachmat. 2005. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: KencanaPernada Media.
Kurniawan.2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesia Tera.
Mcquail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Marcuse, Herbert. 2016. Manusia Satu Dimensi. Yogyakarta: Narasi-PustakaPromethea.
Piliang, Y. A. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Atas Matinya Makna.Yogyakarta: Jalasutra.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogya: Homerian Pustaka.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sumarno, M. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Gramedia.
Sobur, Alex. 2017. Semiotika Komunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya.
Jurnal
Hari Siswoko, K. (2017, April). Kebijakan Pemerintah Menyangkal Berita Palsuatau ‘Hoax’.Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni , 1(1), 16-17)diakses pada tanggal 20 Maret pukul 09:20 WIB.
Juitan lase, formas. 2014. McDonaldisasi Melalui Praktik Jurnalisme Hibrida DiKompasiana. Jurnal Ilmu komunikasi, Vol 11 No 2. diakses pada 25September 2019 pukul 15.00 WIB.
Mudjiono, Yoyon. 2011. Kajian Semiotika dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi,Vol. 1, No. 1, April, ISSN: 2088-981X, hal. 125-138. diakses 23 Maretpukul 16:30 WIB.
Neng, kokom komariah. 2015. Pengaruh gaya hidup remaja terhadapmeningkatnya perilaku melanggar norma di masyarakat. Jurnal sosiologi.Vol5, No 2. diakses pada 23 Maret 2019 pukul 16:50 WIB.
Skripsi
Ilmi, Mutia Nur. 2017. Makna Waktu dalam Film In Time. Makassar: UniversitasHasanuddin.
Rahardjo, Dwi Dicky Febry. 2016. Representasi Budaya Populer dalam Film“Slank nggak Ada Matinya” Karya Fajar Bustomi. Samarinda: UniversitasMulawarman.
Taqiyya, Hani. 2011. Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name Of God.Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Internet
Sinopsis Film generasi micin.http://www.goegle.com.url?sa=tdansource=webdanrct=jdanurl=http://m.tribunnews.com//amp/section/. Diakses PadaTanggal 20 april 2019. Pukul 20.00 WIB.
Gambar poster film generasi micin. https://www.google.com/search?=film+generasi+micin&safe. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2019. Pukul 10:40WIB.
Gambar sutradara Fajar Nugros. https://www.google.com/search?=gambar+fajar+nugros &safe. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2019. Pukul 10:45WIB.
Logo Starvision. http://www.goegle.com.url?sa=tdansource=webdanrct=jdanurl=http://id.m.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada tanggal 9Agustus 2019. Pukul 10:48 WIB.
Gambar Kevin Anggara.https://www.google.com/search?q=gambar+kevin+anggara&tbm=isch&source. Diakses pada tanggal 9 Agustus. Pukul 10:50 WIB.
Gambar Clairine Cristabel.ttps://www.google.com/search?q=gambar+clairine+clay&tbm=isch&source.Diakses pada tanggal 9 Agustus. Pukul 10:52 WIB.
Gambar Morgan Oey.https://www.google.com/search?q=gambar+morgan+oey&oq=gambar+morgan+oey&aqs=. Diakses pada tanggal 9 agustus. Pukul 10:55 WIB.
Gambar Joshua Suherman.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fakurat.co%2Fhiburan%2Fid-298643-read-jonathan-christie-dapat-emas-joshua-suherman-saya-dapat-timah&psig. Diakses pada tanggal 10 Agustus. Pukul 19.00 WIB.
Gambar Ari Irham.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FAri_Irham&psig=AOvVaw11umgZsLF-. Diakses pada tanggal10 Agustus. Pukul 19.10 WIB.
Gambar Teuku Ryzki.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fentertainment.kompas.com%2Fread%2F2018%2F10%2F18%2F084846110%2Fteuku-rizky-eks-cjr-jadi-linglung-dan-pelupa-karena-generasi-micin&psig=. Diakses padatanggal 10 Agustus. Pukul 19.13 WIB.
Gambar Kamasean Matthews.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwartakota.tribunnews.com%2F2018%2F10%2F14%2Fkamasean-matthews-tertantang-ke-dunia-akting&psig. Diakses pada tanggal 10 Agustus. Pukul 19.15 WIB.
Gambar Jennifer Coppen.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.co
m%2Fshowbiz%2Fread%2F3877159%2Fsyuting-film-tembang-lingsir-jennifer-coppen-dengar-suara-tawa-kuntilanak&psig. Diakses pada tanggal10 Agustus. Pukul 19.18 WIB.
Gambar Ferry Salim.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fkumparanhits%2Fcara-ferry-salim-jaga-keharmonisan-dengan-istri-jujur-dan-komunikasi&psig. Diakses pada tanggal 10 Agustus. Pukul 19.20 WIB.
Gambar Melisa Karim.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fkumparanhits%2Fmelissa-karim-resmi-menikah-dengan-endru-march-sukardi-. Diakses pada tanggal 10 Agustus. Pukul 19.25 WIB.
Gambar Dicky Chandra.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fbandungkita.id%2F2019%2F01%2F20%2Fcuitan-ridwan-kamil-yang-sebut-tol-cigatas-hadiah-jokowi-dibantah-dicky-candra-dan-netizen-dicky-direncanakan-jaman-sby-dan-gubernur-. Diakses pada tanggal 10 Agustus. Pukul 19.30 WIB.
Gambar Dorman Borisman.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.boombastis.com%2Ffakta-dorman-borisman. Diakses pada tanggal 10 Agustus. Pukul19.32 WIB.