relevansi perpindahan hak wali nikah dalam kitab tabyin al...

109
i Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Ringayatunnisa‟ NIM : 21114021 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI‟AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

i

Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Ringayatunnisa‟

NIM : 21114021

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI‟AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 2: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Ringayatunnisa‟

NIM : 21114021

Judul :Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin

Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari

Hukum Islam

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 04 September 2018

Pembimbing,

M. Yusuf Khummaini, S.H.I,M.H.

NIP. 19810508 200312 1 00

Page 3: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

iii

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam

Oleh:

Ringayatunnisa‟

NIM : 21114021

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 2018, dan telah dinyatakan

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag .....................................

Sekretaris Sidang : M. Yusuf Khummaini, S.H.I, M.H .....................................

Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si .......................................

Penguji II : Heni Satar N, S.H., M.Si .......................................

Salatiga, 2018

Dekan Fakultas Syari‟ah

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

NIP.19670115 199803 2 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI‟AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

Website : http://syariah.iainsalatiga.ac.id/ E-mail : [email protected]

Page 4: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ringayatunnisa‟

NIM : 21114021

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi :Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i

Ditinjau Dari Hukum Islam

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan

jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 05 September 2018

Yang menyatakan

Ringayatunnisa‟

NIM: 21114021

Page 5: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

v

MOTTO

﴾٦﴿إن مع انعسس سسا

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Page 6: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku ibu Siti Asiyah dan bapak Muhdi yang telah membesarkan dan

mendidikku dengan penuh kasih sayang dan cinta serta pengorbanan baik secara lahir

maupun batin dengan iringan do‟a restu sehingga aku bisa seperti sekarang.

2. Kakakku Mbak Faizah dan Mas Ma‟rufi Ahmad serta Adikku Azmi Latifah dan Azka

Umaya Muflikha terimakasih atas do‟a dan motivasi yang tercurahkan tanpa batas dan

lelah.

3. Kepada bapak M. Yusuf Khummaini, S.H.I, M.H. selaku pembimbing dan sekaligus

sebagai serta motifator juga pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

4. Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu kepada penulis dan

terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

5. Kepada sahabatku Dhewi Endriani, viani rahmawati, Sinta Marya Dewi, Siti Aisah,

Isnataini Nur Fitriana, Afita Setyowati dan Siti Muzayanah yang selalu mendo‟akan

dan selalu memperhatikanku dalam segala keadaan yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

6. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2014 terkhusus program studi HKI yang telah

memberikan kebahagiaan, motivasi dan semangat belajar.

7. Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu senang

belajar, berlatih, berkarya dalam memahami makna hidup hingga mencapai tujuan

keridloan Allah Swt. Sang Pencipta.

Page 7: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

vii

8. Sahabat dan sahabati PMII Rayon Zubair Al-Jailani Komisariat Joko Tingkir Kota

Salatiga.

Page 8: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran

Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, inayah serta hidayahnya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan

kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran,

beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.). Adapun judul skrisi ini adalah “Relevansi

Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah Karangan Syaikh Haji

Ahmad Rifa‟i Ditinjau Hukum Islam”

Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku Ketua Program Studi HKI IAIN Salatiga.

4. Bapak yusuf khummaini,S.H.I, M.H. sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, yang

telah mencurahkan tenaga dan pikiran serta mengorbankan waktunya dalam

membimbing sehingga terwujudnya penulisan skripsi ini.

Page 9: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan seluruh Sivitas Akademik

IAIN Salatiga yang telah banyak membimbing dan membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual, yang selalu

mencurahkan kasih sayang, memberikan semangat dan dukungan serta mendo‟akan

saya, selama saya menempuh studi di IAIN Salatiga yang selalu megharapkan

keberhasilan saya.

7. Sahabat senasib seperjuangan HKI angkatan 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu.

Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik teknik penyusunan

maupun isi, karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangsih bagi

pengembangan dunia khususnya Hukum Keluarga Islam.

Salatiga, Agustus 2018

Penulis

Ringayatunnisa‟

NIM. 21114021

Page 10: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

x

ABSTRAK

Ringayatunnisa‟. 2018 “Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al

Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam”.

Skrispi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam, Institut Agama

Islam Negeri. Pembimbing: Yusuf Khummaini,S.H.I,M.H.

Kata Kunci: perpindahan, hak wali nikah, dan kitab Tabyin Al-Ishlah

Pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Yang mana dalam perkawinan itu

sendiri bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Dalam

melaksanakan pernikahan terdapat syarat sah dan rukun yang harus dipenuhi oleh calon

kedua mempelai, Salah satunya yaitu wali nikah. Di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah wali

nikah harus memenuhi syarat yang sudah ditentukan yaitu, adil dan mursyid. Permasalahan

di dalam konsep pernikahan sangat beragam salah satunya permasalahan perwalian nikah.

Yang mana, terdapat konsep perpindahan hak wali, itu terjadi karena wali tersebut merasa

tidak mumpuni untuk menikahkan anaknya, maka perwalian di taukilkan kepada ulil amri

yang mereka percaya akan adil dan kemursyidannya. Berdasarkan latar belakang di atas,

kemudian peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana

perpindahan hak wali dalam kitab tabyin al-ishlah di tinjau dari hukum islam? 2.

Bagaimana konsep perpindahanhak wali dalam kitab tabyin al-ishlah di tinjau dari hukum

islam?

Sehubungan dengan pertanyaan di atas peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif dan pendekatannya melalui pendekatan yuridis normatif. Metode yang digunakan

adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu suatu cara membaca, mencermati,

menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan di teliti.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah konsep perpindahan hak wali nikah

yang dijelaskan oleh Syeikh Ahmad Rifa‟i yang kemudian di tuangkan dalam kitab Tabyin

Al-Ishlah. Yang mana jika di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah wali nikah dipindahkan kepada

ulil amri yang dipercaya sifat adil dan kemursyidannya. Perpindahan hak wali nikah dalam

kitab Tabyin Al-Ishlah dipandang kurang relevan apabila diterapkan pada era zaman

sekarang. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan berguna

bagi masyarakat yang ingin mengetahui konsep perpindahan hak wali nikah yang

dijelaskan di dalam kitb Tabyin Al-Ishlah yang ditinjau dari hukum islam.

Page 11: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ___________________________________________________ i

NOTA PEMBIMBING _________________________________________ ii

PENGESAHAN ______________________________________________ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ____________________________________ iv

MOTTO_____________________________________________________ v

PERSEMBAHAN _____________________________________________ vi

KATA PENGANTAR _________________________________________ viii

ABSTRAK __________________________________________________ x

DAFTAR ISI _________________________________________________ xi

DAFTAR LAMPIRAN _________________________________________ xiii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ___________________________________ 1

B. Rumusan Masalah ________________________________________ 7

C. Tujuan Penelitian _________________________________________ 7

D. Kegunaan Penelitian ______________________________________ 8

E. Penegasan Istilah _________________________________________ 9

F. Telaah Pustaka ___________________________________________ 9

G. Metode Penelitian ________________________________________ 12

H. Sistematika Penulisan _____________________________________ 15

BAB II: PERWALIAN NIKAH DALAM HUKUM ISLAM

A. Konsep Pernikahan _______________________________________ 17

1. Pengertian Pernikahan __________________________________ 17

2. Hukum Pernikahan ____________________________________ 20

3. Tujuan Dan Hikmah Pernikahan __________________________ 22

4. Rukun Dan Syarat Sah Nikah ____________________________ 25

Page 12: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

xii

BAB III: GAMBARAN UMUM BIOGRAFI SYAIKH AHMAD RIFA‟I DAN

KITAB TABYIN AL-ISHLAH

A. Gambaran Umum Syaikh Ahmad Rifa‟i Dan Kitab Tabyin Al-Ishlah 40

1. Biografi Syaikh Ahmad Rifa‟i ____________________________ 40

2. Jamaah Rifa‟iyyah ____________________________________ 51

3. Kitab Tabyin Al-Ishlah _________________________________ 53

B. Konsep Pernikahan Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah ______________ 55

C. Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al-Ishlah _________________________________________ 65

BAB IV: ANALISIS PERPINDAHANN HAK WALI NIKAH

DALAM KITAB TABYIN AL-ISHLAH DI TINJAU

DARI HUKUM ISLAM

A. Analisis Konsep Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah

Di Tinjau Dari Hukum Islam _______________________________ 71

1. Analisis Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Fikih ____ 71

2. Analisis Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Undang-Undang Perkawinan __ 72

B. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Hukum Islam _________________ 72

1. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Fikih __________ 72

2. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Undang-Undang Perkawinan __ 73

C. Analisis Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al-Ishlah Ditinjau Dari Hukum Islam Era Zaman Sekarang _ 75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan _____________________________________________ 77

B. Saran __________________________________________________ 79

C. Penutup ________________________________________________ 79

LAMPIRAN

Page 13: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Surat Penunjukkan Pembimbing

2. Lembar Surat Izin Observasi

3. Lembar Konsultasi Skripsi

4. Lembar Surat Keterangan Keaktifan (SKK)

Page 14: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ajaran yang penting dalam islam adalah pernikahan

(perkawinan). Begitu pentingnya ajaran tentang pernikahan tersebut sehingga

dalam alqur‟an terdapat sejumlah ayat baik secara langsung maupun tidak langsung

berbicara mengenai masalah pernikahan dimaksud. (Anam, 2015: 1)

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir adalah hubungan formal yang

dapat dilihat karena dibentuk menurut undang-undang yang mengikat kedua pihak

dan pihak lain dalam masyarakat. Sedangkan ikatan batin adalah hubungan tidak

formal yang dibentuk dengan kemauan bersama yang sungguh-sungguh mengikat

kedua belah pihak. (Hanif, 2015: 1)

Ikatan pernikahan yaitu suatu ikatan yang didalamnya ada kesepakatan

antara seorang suami dan istri bertujuan untuk membangun keluarga yang sakinah

mawaddah warahmah tentu berlandaskan tuntunan syariat agama dan atas petunjuk

dari Allah swt dan semata-mata untuk menjalankan perintahNya dan

mengharapkan Ridlo dariNya.Ikatan pernikahan sendiri merupakan suatu ikatan

lahir batin antara suami dan istri yang didalamnya bertujuan untuk hidup harmonis

kekal selamanya sampai akhir hayat memisahkan antara keduanya.

Page 15: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

2

Pada hakikatnyaikatan pernikahan sendiri tidak hanya membahas tentang

ikatan lahir batin. Akan tetapi, untuk mewujudkan kehidupan kelaurga yang

harmonis perlu dilihat proses pernikahan seseorang yang dilaksanakan

sebelumnya.Tradisi atau kebiasaan yang terjadi di suatu daerah merupakan

rangkaian prosesi pernikahan yang dilaksanakan seseorang.Dimana, suatu adat atau

kebiasaan yang terjadi dimasyarakat sudah turun temurun dari nenek

moyangnya.Tradisi merupakan sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat,

baik yang menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau

agama. Atau dalam pengertian yang lain, sesuatu yang telah dilakukan sejak lama

dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari

suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. (Hanif, 2015: 2)

Islam merupakan agama yang bersifat universal.Didalamnya tidak

menganut ajaran yang kaku.Ia mampu beradaptasi dan berkembang diberbagai

daerah dan disetiap waktu. Akan tetapi terkadang budaya dan tradisi lokal dalam

masyarakat tidak dapat dihindari oleh berbagai kalangan masyarakat muslim.

Karena itu agama dan budaya saling berjalan beriringan tanpa mengurangi nilai-

nilai yang terkandung didalamnya.

Hal ini menjadi indikasi bahwa perbedaan tidaklah menjadi kendala untuk

mencapai tujuan islam, dan islam tetap menjadi pedoman dalam segala aspek

kehidupan. Hanya saja pergumulan islam itu beakibat pada adanya keragaman

penerapan prinsip-prinsip umum dan universal suatu agama berkenan dengan tata

Page 16: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

3

caranya, dengan kata lain masyarakat muslim tidak dapat lepas dengan istilah

tradisi.

Tradisi dalam hukum islam disebut „urf. „urf adalah sesuatu yang telah

dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di kalangan mereka baik berupa

perkataan maupun perbuatan.Atau kebiasaan atau hukum yang bersifat kedaerahan

yang dapat saja bersanding dengan hukum islam, dan ini juga disebut dengan adat.

Jadi, dikalangan syariat tidak ada perbedaan antara „urf dan adat. (munir, 2005:

334)

Pada saat ini tradisi pernikahan juga masih melekat dan dijalankan di

masyarakat.Salah satunya di kalanganJamaah Rifa‟iyah, yangmana Jamaah

Rifa‟iyah adalah kelompok keagamaan pengikut KH.Ahmad Rifa‟i yang muncul

pada pertengahan abad ke-19 di pesisir utara jawa tengah tepatnya di Desa

Kalisalak Kecamatan Limpung Kabupaten Batang, pada masa itu masuk dalam

Karesidenan Pekalongan.KH. Ahmad Rifa‟i telah memainkan peranan yang amat

penting dalam sejarah islam dan gerakan keagamaan menantang pemerintah

belanda di Indonesia.

Saat ini pengikut Jamaah Rifa‟iyah cukup banyak yang tersebar di beberapa

daerah di jawa tengah seperti Batang, Pekalongan, Pemalang, Kendal, Kebumen,

Wonosobo, Pati dan bahkan diluar jawa tengah seperti arjowinangun Cirebon,

indramayu, Yogyakarta dan Jakarta. Nama rifa‟iyah merupakan suatu

penghormatan terhadap pendiri jamaah keagamaan dan untuk mengenang jasa-jasa

KH.bin Muhammad marhum, bukan untuk memuja.Selain sebagai pendiri beliau

Page 17: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

4

juga sebagai tokoh sentral yang sangat dihormati oleh pengikutnya hingga

sekarang.

Jamaah Rifa‟iyah dalam masalah pernikahan ia berpedoman pada kitab

yang dianut oleh KH. Ahmad Rifa‟i yaitu kitab Tabyin Al-Ishlah.Kitab Tabyin Al-

Ishlahsendiri merupakan suatu kitab yang dikarang sendiri oleh KH. Ahmad Rifa‟i

didalamnya berisi tentang berbagai pelajaran, salah satunya membahas tentang

pernikahan dan proses pernikahan berlangsung. Dan pelajaran-pelajaran yang

terdapat didalamnya khususnya hal pernikahansesungguhnya tidak jauh berbeda

dengan yang dijelaskan oleh kitab-kitab yang lainnya.Perkawinan dianggap sah

apabila terpenuhi semua syarat dan rukunnya. Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A

menjelaskan bahwa tentang rukun-rukun perkawinan terdiri atas lima macam, yaitu

adanya: calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab qabul. (Rofiq,

2013:55)

Salah satu unsur penting dalam perkawinan adalah adanya wali

nikah.Pendapat tentang keharusan adanya wali dalam perkawinan juga dinyatakan

oleh Imam Syafi‟i, bahwa wali merupakan satu rukun nikah, sehingga tanpa adanya

wali maka perkawinan itu tidak sah.Di dalam kitab al-umm, al-syafi‟i menyatakan

secara tegas bahwa salah satu syarat sahnya perkawinan adalah adanya wali bagi

perempuan. (Anam, 2013: 3)

Wali nikah adalah orang yang menikahkan seorang wanita dengan seorang

pria.Karena wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi

oleh calon mempelai wanita yang bertindak menikahkannya (pasal 19 KHI).Wanita

Page 18: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

5

yang menikah tanpa wali berarti pernikahannya tidak sah. Ketentuan ini didasari

oleh hadis Nabi Muhammad yang mengungkapkan:“tidak sah perkawinan, kecuali

diniahkan oleh wali”.Status wali dalam pernikahan merupakan rukun yang

menentukan sahnya akad nikah (perkawinan). Seorang wali mempunyai

persyaratan yaitu: laki-laki, dewasa, mempunyai hak perwalian dan tidak terdapat

halangan perwalian seperti yang diatur dalam pasal 20 KHI ayat (1) bahwa yang

bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum

islam, yakni muslim, aqil, dan baligh. Dalam pelaksanaan akad nikah atau yang

biasa disebut ijab qabul. (zainuddin, 2006: 15)

Dalam fenomena sosial sendiri sudah menjadi tradisi dengan perwakilan

perwalian ketika akad nikah, hal ini terjadi karena beberapa alasan seperti kurang

siapnya wali atau bisa juga karena grogi, kurangnya pengetahuan sehingga

mewakilkan kepada orang yang lebih faham tentang agama, bahkan ada juga yang

karena wali tidak bisa hadir ketika akad nikah dikarenakan berada sedang bekerja

di luar negeri atau alasan lainnya. Tradisi yang terjadi biasannya wali tersebut

diwakilkan kepada wali hakim atau penghulu. (Anam, 2013: 3)

Namun ada suatu penjelasan dalam kitab Tabyin Al-Ishlahyang

membedakan dengan tradisi masyarakat islam pada umumnya, yaitu Jamaah

Rifa‟iyah tidak dapat mengesahkan akad nikah yang dilakukan oleh penghulu atau

orang di luar Jamaah Rifa‟iyah sebab pihak-pihak yang terlibat dalam pernikahan

seperti wali dan saksi nikah dianggap tidak memenuhi syarat syah yang dijelaskan

dalam kitab Tabyin Al-Ishlah.

Page 19: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

6

Menurut informasi yang penulis dapatkan, Jamaah Rifa‟iyah mempunyai

tradisi untuk menentukan atau memilih seseorang yang berhak untuk menjadi wali

dan saksi pernikahan dalam setiap pernikahan Jamaah Rifa‟iyah, agar syarat syah

yang sudah ditentukan sebagai wali dan saksi pernikahan dapat terpenuhi.Dalam

Jamaah Rifa‟iyah untuk melaksanakan prosesi pernikahan didalamnya terdapat

tradisi tersendiri.Yang mana, seorang calon pengantin harus mempelajari kitab

yang dianut Jamaah Rifa‟iyah yaitu kitab Tabyin Al-Ishlah. Yang didalamnya berisi

tentang hal ikhwal kehidupan dan salah satunya kehidupan bahtera rumah tanggga

yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Menurut salah satu Jamaah Rifa‟iyah yaitu bapak Nadzir, beliau

berpendapat bahwa seseorang yang ingin melakukan pernikahan dan yang akan

menikahkan (wali nikah) calon pengantin diharuskan untuk mempelajari terlebih

dahulu kitab Tabyin Al-Ishlah, untuk mencapai syarat sah secara fiqiyah dan

pernikahannya bisa dianggap shahih. Jamaah Rifa‟iyah mengenal sebuah prinsip,

bahwasannya tidak bisa sah secara fiqiyah seseorang yang akan melakukan sesuatu

tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Seorang calon mempelai yang tidak

mempelajari kitab Tabyin Al-Ishlahsebelum pernikahan akan mendapat sanksi,

yaitu dikucilkan dari Jamaah Rifa‟iyah.

Sebagaimana latar belakang tersebut diatas, maka sangat baik untuk

dilakukan penelitian.Untuk mengetahui bagaimana perpindahan hak wali nikah

yang dilakukan oleh masyarakat Jamaah Rifa‟iyah.Maka dari itu, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut.Hal yang menarik untuk dilakukan

Page 20: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

7

penelitian yaitu bagaimana perpindahan hak wali, apa syarat untuk menjadi seorang

wali untuk menikahkan calon mempelai di dalam kitab Tabyin Al-Ishlahyang

diterapkan di dalam Jamaah Rifa‟iyah. Dalam penelitian ini penulis mengambil

judul “Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah saya sampaikan di atas,

maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah:

1. ApaKonsep Perpindahan Hak WaliNikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah

Dalam Hukum Islam?

2. Bagaimana Perpindahan Hak WaliNikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah?

3. Bagaimana Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-

Ishlah Ditinjau Dari Hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa setiap kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang pasti mempunyai tujuanyang ingin di capai. Adapun tujuan skripsi

ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Konsep Wali nikah dalam Kitab Tabyin Al-ishlah dalam

hukum islam.

2. Untuk Mengetahui Perpindahan Hak Wali nikah dalam Kitab Tabyin Al-ishlah.

3. Untuk Mengetahui Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

Tabyin Al-Ishlah Ditinjau Dari Hukum Islam.

Page 21: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

8

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan ini diantaranya adalah:

1) Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran tentang

wacana keilmuan, terutama pengembangan wawasan mengenai pemikiran

tokoh Rifa‟iyah terhadap perpindahan hak wali nikah.

2) Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan ilmu pengetahuan

bagi semua pihak, khususnya bagi:

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan,

dan pengalaman bagi peneliti mengenai produk pemikiran tokoh

Rifa‟iyahyang berkaitan dengan perpindahan hak wali nikah.

b. Bagi pemerintah yang bergerak dalam bidang perkawinan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan referensi

untuk memberikan informasi dan memberikan tambahan pengetahuan

terhadap masyarakat khususnya orang tua yang menjadi wali nikah tentang

bagaima ketentuan-ketentuan untuk sah menjadi wali nikah.

c. Masyarakat

Sebagai bahan pengetahuan bagi masyarakat bahwa kitab Tabyin Al-

Ishlah ini sebai penjelas atau syarah dari kita-kitab fiqih yang lainnya,

Page 22: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

9

yangmana kitab ini membahas tentang pernikahan yang di dalamnya juga

berisi tentang ketentuan-ketentuan wali nikah.

E. Penegasan istilah

1. Perpindahan, dalam kamus besar bahasa Indonesia adalahperihal berpindah,

peralihan, peranjakan. Perpindahan menurut bapak nadzir yaitu peralihan

perwalian dari seorang bapak kepada wali hakim (adil dan mursyid) yaitu

seorang kiyai.

2. Hak dalam kamus besar Indonesia adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu

(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya)

3. wali nikah, perwalian dalam perkawinan adalah suatu kekuasaan atau

wewenang syar‟i atas segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang

yang sempurna, karena kekurangan tertentupada orang yang dikuasai itu,

demi kemaslahatannya sendiri. (jawad, : 53)

4. Kitab Tabyin Al-Ishlah, adalah salah satu kitab karangan Syaikh Ahmad

Rifa‟i yang di dalamnya berisi penjelasan-penjelasan mengenai segala hal

yang bersangkutan tentang pernikahan.

F. Telaah pustaka

Telaah pustaka pada dasarnya adalah untuk menentukan apa yang telah

diteliti oleh peneliti lain yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan

dilakukan. Hal tersebut diharapkan di dalam penelitian sejenis ini tidak

memperoleh kesamaan yang mutlak dengan penelitian orang lain.

Page 23: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

10

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat

kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam

penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu

perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat

dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaan hasil

kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasn

tema yang hampir serupa.Dalam pernikahan wali merupakan salah satu rukun

dalam pernikahan.Apabila ada salah satu rukun tidak terpenuhi maka pernikahan

itu bisa dibatalkan.Wali nikah bisa diganti oleh wali hakim yang sudah memenuhi

aturan atau ketentuan-ketentuan yang ada dalam perundang-undangan yang

berlaku.

Penelitian mengenai Jamaah Rifa‟iyah telah banyak dilakukan oleh para

peneliti. Ada yang secara total mengkaji dalam skripsi, tesis, disertasi maupun

buku. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir sama

dengan skripsi ini:

1. Penelitian Abdul Djamil dalam Disertasinya yang kemudian dibukukan

dengan judul perlawanan Kiayi Desa: pemikiran dan gerakan Islam KH.

Ahmad Rifa‟i Kalisalak. Abdul Djamil lebih memfokuskan pada doktrin dan

pemahaman normatif yang diajarkan oleh KH. Ahmad Rifa‟i, ia juga sedikit

menyinggung historisitas Jamaah Rifa‟iyah dan ketokohan KH.Ahmad Rifa‟i.

Abdul Djamil menyimpulkan bahwa sepeninggal KH. Ahmad Rifa‟i dari

Kalisalak, pengikut KH. Ahmad Rifa‟i mengalami diaspora. Mereka tersebar

Page 24: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

11

dibeberapa tempat di nusantara, karena menghindari kejaran kekuasaan

kolonial belanda. Trauma dari kejaran kolonial belanda ini menghasilkan

sikap bagi para pengikutnya untuk anti terhadap kekuasaan dan terjadi apa

yang dikatakan Abdul Djamal sebagai protes diam. Tentang pernikahan

dalam buku ini Abdul Djamil hanya mengulas tentang pemikiran KH. Ahmad

Rifa‟i dalam kitab tabyin al-islah.

2. Peneltian Muhlisin Saad dalam buku an-naz‟ah al-kharijiyyah fi afkar wa

harakah syaikhAhmad Rifa‟i. Buku ini diterjemahkan oleh KH. Ahmad

Syadzirin Amin, dengan judul mengungkap gerakan dan pemikiran Syaikh

Ahmad Rifa‟i. Buku yang diterbitkan oleh yayasan badan wakaf rifa‟iyah ini

menggambarkan ciri khas pemikiran KH. Ahmad Rifa‟i terutama berkaitan

dengan hal-hal yang special. Tentang pernikahan, dalam buku tersebut hanya

mengutip pendapat KH. Ahmad Rifa‟i dalam kitab Tabyin Al-Islah, utamanya

tentang persyaratan wali yang harus adil dan mursyid.

3. Penelitian yang dilakukan oleh M. Nasrudin dalam skripsinya yang berjudul

hukum islam dan perubahan sosial: studi pergeseran pemikiran Jamaah

Rifa‟iyah tentang keabsahan nikah yang diadakan oleh penghulu atau PPN.

Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa dahulu Jamaah Rifa‟iyah tidak

menerima akad nikah yang dilakukan oleh penghulu, sehingga harus

melakukan kad nikah hingga dua kali. Akad yang pertama dilakukan di PPN

dan akad yang kedua dilakukan di Jamaah Rifa‟iyah itu sendiri. Akan tetapi

setelah diadakan penelitian, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa

Page 25: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

12

pemahaman Jamaah Rifa‟iyah terhadap keabsahan nikah sudah mulai

bergeser dengan menerima akad nikah yang dilakukan penghulu walaupun

pergeseran itu tidak terjadi secara keseluruhan di Jamaah Rifa‟iyah, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan persepsi antara tokoh

muda di Jamaah Rifa‟iyah.

G. Metode Penelitian

Penggunaan metode penelitian merupakan sesuatu yang lazim diguakan

dalam setiap penelitan ilmiah. Dalam dunia riset, penerapan metode dalam sebuah

penelitian telah diatur dan ditentukan dengan persyaratan yang sangat ketat

berdasarkan tradisi keilmuan ang berlaku agar hasil penemuan tersebut diakui

oleh kmunitas ilmuan terkat kaena memiliki nilai ilmiah dibidangnya.

Oleh sebab itu dalam penelitian bahan skripsi ini penulis menggunakan

teknik sebagai berkut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu

suatu cara membaca, mencermati, dan menelaah buku-buku yangada

kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Menurut zed (2004: 1-2), “riset

pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber

perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya”.

2. Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif,

yaitu jenis pendekatan dengan menggunakan ketentuan perundang-undangan

Page 26: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

13

yang berlaku dan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Pendekatan

yuridis normatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan

hukum Islam, yaitu menelaah aturan-aturan hukum Islam untuk memperoleh

data yang akurat mengenai relevansinya perpindahan hak wali yang

dijelaskan dalam kitab Tabyin Al-Ishlahdengan hukum islam yang diterapkan

masyarakat pada era zaman sekarang.

3. Pengumpulan data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini mencakup sumber data

primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer diperoleh dari kitab Tabyin Al-Ishlahyang memuat

masalah tentang perpindahan hak wali nikah dan biografi

pengarangnya.

b. Sumber data sekunder, adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan

yang ada hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat

membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer tersebut

(soemitro, 1990:53). Dalam hal ini yangpenulis gunakan menjadi data

sekunder adalah buku-bukudan informasi dari berbagai media

mengenai perpindahan hak wali nikah seperti kitab-kitab fiqih, KHI,

UUP dan media lainnya.

4. Analisis data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia, kemudian data direduksi metode analisis adalah suatu cara

Page 27: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

14

penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilih antara

pengertian yang satu dengan yang lainuntuk mendapatkan pengertian yang

satu dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang

berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan cara

menerapkan metode berfikir induktif, yaitu suatu metode berfikir yang

bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan

yang bersifat umum.

5. Pengecekan keabsahan data

Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa

kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik

pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya

kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan

pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat kecukupan referensi, adanya

kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci.

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan

pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin

validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keprluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (moleong,

2007:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh

Page 28: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

15

dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang

berbeda.

6. Tahap-tahap penelitian

a. Penelitian pendahuluan

Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan nikah dan buku

lain yang berhubungan dengan konsep perpindahan hak wali nikah

yang dijelaskan di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah.

b. Pengembangan desain

Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang tradisi pernikahan

dalam kitab Tabyin Al-Ishlah, kemudian penulis melakukan observasi

penelitian untuk mencari datayang detail mengenai tradisi pernikihan

yang dijelaskan didalam kitab Tabyin Al-Ishlahkhususnya mengenai

perpindahan hak wali nikah.

c. Penulis melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan data-data

dari buku yang berkaitan tentang perpindahan hak wali nikah.

H. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan

masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:

1. BAB I merupakan pendahuluan yang menjelaskan: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Page 29: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

16

2. BAB II berisi tentang konsep pernikahan, syarat dan rukun nikah dalam fiqih.

Dan selanjutnya menjelaskan tentang konsep perpindahan hak wali dalam

kitab Tabyin Al-Ishlah.

3. BAB III merupakan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum

biografi Syaikh Ahmad Rifa‟i dan kitab Tabyin Al-Ishlah.

4. BAB IV berisi tentang analisis data dari data hasil temuan-temaun yang

terdiri dari: analisis faktor yang melatar belakangi perpindahan hak wali

nikah berdasarkan para ulama fiqih.

5. BAB V, bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan

skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan

kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran-saran.

Page 30: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

17

BAB II

PERWALIAN NIKAH DALAM HUKUM ISLAM

A. Konsep Pernikahan

A. Pengertian Nikah

Perkawinan adalah terjemahan dari kata nakahadan zawaja.Kedua kata

inilah yang menjadi istilah pokok dalam al-Qur‟an untuk menunjuk

perkawianan (pernikahan).Dengan demikian, dari sisi bahasa perkawinan

berarti berkumpulnya dua insan yang semula terpisah dan berdiri sendiri,

menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermitra sebagai pasangan.

Menurut sebagian ulama Hanafiah, “nikah adalah akad yang memberikan

faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar

(sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanit, terutama guna mendapatkan

kenikmatan biologis”.Sedangkan menurut sebagian mazhab Maliki, nikah

adalah sebuah ungkapan, sebutan atau titel bagi suatu akad yang dilaksanakan

dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan seksual semata”.

Oleh Mazhab Syafi‟iah, nikah dirumuskan dengan “akad yang menjamin

kepemilikan untuk bersetubuh dengan menggunakan redaksi (lafal) “inkah atau

tazwij; atau turunan (makna) dari keduanya.” Sedangkan ulama Hanabilah

mendefinisikan nikah dengan “akad (yang dilakukan dengan menggunakan)

kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenangan (bersenang-senang).”

(Summa, 2005 : 45)

Page 31: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

18

Hal ini sesua dengan ungkapan yang ditulis oleh zakiyah darajat dan

kawan-kawan yang memberikan definisi perkawinan sebagai berikut:

معى ج أ انرص طئ تهفظ انىكاح أ ه إتذح ام ا عقد رضم

“akad yang mengandung ketentuan huum kebolehan hubungan

kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna

keduanya”

Nikah menurut bahasa artinya mengumpulkan. Sedangkan menurut istilah

nikah adalah akad yang telah terkenal dan memenuhirukun-rukun serta syarat

(yang telah tertentu) untuk berkumpul.(moh.zuri, 1978:268) Menurut pendapat

shahih, bahwa kata nikah itu menurut makna hakikat adalah akad, sedang

majasnya adalah persetubuhan (zainuddin, 1993:1).

Sedangkan perkawinan menurut istilah, yang mana menurut Muhammad

Abu Zahrah, perkawinan adalah akad (transaksi) yang menghalalkan hubungan

seorang laki-laki (suami) dengan seorang perempuan (isteri), dan saling

menolong di antara keduanya, dan saling memiliki hak dan kewajiban

(Khoiruddin, 2009 : 238- 240)

Nikah artinya, suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang

laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan

kewajiban antara keduanya. Dalam pengertian yang luas, pernikahan adalah

merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk

hidup bersama dalam suatu rumah tangga yang dilangsungkan menurut

ketentuan-ketentuan syariat islam. (moh. Rifa‟i. 2014:420)

Page 32: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

19

Sabda rasulullah saw:

انىكخ سىر فمه أدة فطسذ فهسره تسىر

Artinya: nikah adalah sunahku, maka barang siapa yang menyukai

agamaku, hendaklah ia mengikuti tuntunanku.

Dalam Kitab Tansyirah(1273H), Ahmad Rifa‟i mengatakan: bahwa

pernikahan seseorang hendaknya melalui prosedur hukum yang berlaku

disuatu Negara, misalnya tercatat dalam administrasi di lembaga urusan

agama. Adapun pelaksanaan akad nikahnya melalui prosedur hukum islam.

Karena pernikahan merupakan awal pembangunan rumah tangga yang kelak

diharap akan mendapat keturunan yang sah dan menjadi anak yang solih

solihah, maka pernikahan yang benar dan sah merupakan suatu keharusan.

Pasal 1 UU No. 1/1974 menyebutkan: “perkawinan ialah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.Rumusan pasal 1 UU No. 1/1974 juga

mengandung dua pokok pengertian, yaitu arti dan tujuan pernikahan. Arti

pernikahan adalah: ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang seorang

wanita sebagai suami istri” dan tujuannya adalah “untuk membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa.Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa arti

perkawinan menurut hukum islam adalah perkawinan, yaitu akad yang sangat

Page 33: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

20

kuat atau mitsaqan ghalidzanuntuk mentati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah.

Jika dicermati pengertian pernikahan diatas antara UU No. 1/1974 dengan

KHI terdapat pokok pembahasan yang tidak jauh berbeda.Karena pengertian

perkawinan dalam KHI merupakan penegasan dari UU No. 1/1974.Dari

beberapa pengertian pernikahan diatas yang sudah dipaparkan oleh para ulama

dan penjelasan dari Undang-undang, dapat disimpulkan bahwa arti pernikahan

adalah suatu akad anatara seorang laki-laki dan perempuan yang bertujuan

untuk membangun rumah tangga yang bahagia sejahtera di dunia hingga

diakhirat dengan dasar sama-sama suka dan sukarela atas kekuasaan Tuhan

Yang Maha Esa, serta dengan akad yang sah sesuai dengan yang telah

ditentukan oleh syariat.

B. Hukum Nikah

Dalam Qur‟ansuratAdzariyat ayat 9 dijelaskan sebagai berikut:

ج مه كم شئ خهقىاش ن س ( 44)انرزح: ه نعهكم ذرك

Artinya: dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat akan kebesaran Allah. (QS. Adzariyat: 9)

Dalam buku karangan Drs. Moh.Rifa‟i yang berjudul terjemah

khulashahkifayatul akhyar hukum nikah sangat erat hubungannya dengan

mukalaf (pelakunya). Kalau ia (mukalaf) sudah memerlukan, hukumnya wajib.

Kalau ia (mukalaf) tidak mampu maka hukumnya haram. Sedang hukum asal

dari nikah adalah mubah, nikah hukumnya sunah bagi yang

Page 34: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

21

memerlukannya.Hukum pernikahan bisa berubah disebabkan oleh faktor

berikut ini:

a. Orang yang diwajibkan menikah adalah orang yang sanggup untuk

menikah, sedang dia khawatir terhadap dirinya akan melakukan perbuatan

yang dilarang Allah SWT. Melaksanakan pernikahan merupakan satu-

satunya jalan baginya untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang

dilarang oleh Allah SWT.

b. Orang yang disunatkan menikah adalah orang yang mempunyai

kesanggupan untuk menikah dan sanggup memelihara diri dari

kemungkinan melakukan perbuatan terlarang. Sekalipun demikian

melaksanakan pernikahan adalah lebih baik baginya, karena Rasulullah

SAW melarang hidup sendirian dalam nikah.

c. Orang yang dimakruhkan menikah adalah orang yang tidak mempunyai

kesanggupan menikah. Pada hakekatnya orang yang tidak mempunyai

kesanggupan untuk menikah diperbolehkan untuk melakukan pernikahan.

Tetapi dia dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan pernikahannya,

karena itu dianjurkan sebaiknya dia tidak melakukan pernikahan.

d. Orang yang diharamkan menikah adalah orang-orang yang mempunyai

kesanggupan untuk menikah, tetapi kalau dia menikah diduga akan

menimbulkan kemudharatan terhadap pihak yang lain, seperti orang gila,

orang yang suka membunuh, atau mempunyai sifat-sifat yang dapat

membahayakan pihak yang lain dan sebagainya. (Muchtar, 1974:23-25).

Page 35: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

22

Segolongan fuqaha, yakni jumhur, berpendapat bahwa nikah itu sunat

hukumnya.Gologan zhahiri berpendapat bahwa nikah itu wajib. Sedang ulama

Maliki mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang,

sunat untuk sebagian lainya, dan mubah untuk segolongan yang lain lagi.

Demikian itu menurut mereka ditinjau berdasarkan kekhawatiran terdapat

kesusahan dirinya.

Fuqaha yang berpendapat bahwa nikah itu wajib bagi sebagian orang,

sunat untuk sebagianyang lain, dan mubah untuk sebagian yang lain lagi,

didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan.Qiyas seperti inilah yang

dinamakanqiyas mursal, yakni qiyas yang tidak mempunyai dasar

penyandaran.Kebanyakan ulama mengingkari qiyas tersebut, tetapi dalam

Mazhab Maliki tampak jelas dipegangi. (ibnu rusyd, 2007:394-39)

C. Tujuan dan Hikmah pernikahan

Ulama fiqih mengemukakan beberapa tujuan dan hikmah

pernikahan.Tujuan pokok perkawinan adalah untuk membangun keluarga

sakinah (ketenangan) menunjukkan kesejukan dan ketentraman

mendalam.(nasution. 2009: 225-227)

Faedah yang terbesar dalam pernikahan ialah untuk menjaga dan

memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan, sebab seorang

perempuan, apabila ia sudah menikah, maka nafkahnya (biaya hidupnya) wajib

ditanggung oleh suaminya. Pernikahan juga berguna untuk memelihara

kerukunan anak cucu (keturunan), sebab kalau tidak dengan nikah, tentulah

Page 36: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

23

anak tidak berketentuan siapa yang akan mengurusnya dan siapa yang

bertanggung jawab atasnya. (rasjid. 2016: 375)

Keuntungan nikah diantaranya adalah anak yang saleh, meredam birahi,

mengatur rumah tangga, banyak keluarga dan pahala jerih payah dalam

memenuhi kebutuhan nafkah mereka. Jika anaknya saleh, maka berkah doanya

akan menyusulnya, danjika dia mati, maka anaknya yang saleh itu menjadi

pemberi syafaat baginya. (al-ghazali, 2016: 172)

Salah satu tujuan menikah adalah untuk menjalankan perintah sunatullah

dan sebagai fitroh manusia untuk menyempurnakan ibadahnya menuju pada

kehidupan yang terjaga, bahagia, sejahtera serta barokah di dunia hingga

menuju akhirat.

Zakiya darajat dkk, mengemukakan lima tujuan dalam perkawinan, yaitu:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan

kasih sayangnya.

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta

kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan

yang halal, serta

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentramatas

dasar cinta dan kasih sayang. (tihami, 2009:15-16)

Page 37: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

24

Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik

bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh umat manusia. Adapun

hikmah menikah adalah:

1. Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu

banyak, maka proses memakmurkan bumi berjalan dengan mudah, karena

suatu perbuatan yang harus dikerjakan bersama-sama akan sulit jika

dilakukan secara individual. Dengan demikian keberlangsungan keturunan

dan jumlahnya harus terus dilestarikan sampai benar-benar makmur.

2. Keadaan hidup manusia tidak akan tenteram kecuali jika keadaan rumah

tangganya teratur. kehidupannya tidak akan tenang kecuali dengan adanya

ketertiban rumah tangga. Ketertiban tersebut tidak mungkin terwujud

kecuali harus ada perempuan yang mengatur rumah tangga itu. Dengan

alasan itulah maka nikah disyariatkan, sehingga keadaan kaum laki-laki

menjadi tentram dan dunia semakin makmur.

3. Naluri kebapakan dan keibukan akan tumbuh saling melengkapi dalam

suasana hidup dengan anak-anak.

Perkawinan, dapat membuahkan diantaranya: tali kekeluargaan,

memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan memperkuat

hubungan masyarakat, yang memang oleh islam direstui, ditopang, dan

ditunjang. Karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling menyayangi

merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia. (tahimi, 2009: 20)

Page 38: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

25

4. Rukun dan Syarat Sah Nikah

Rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan

itu, seperti membasuh muka untuk wudlu, dan takbiratul ihram untuk

shalat.Atau adanya calon pengantin laki-laki atau perempuan dalam

perkawinan.(rahman, 2003: 45)

Syarat adalah hal-hal yang melekat pada masing-masing unsur yang

menjadi bagian dari suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum. (Djubaedah,

2010:92). Syarat menurut Tihami (2010:12) adalah sesuatu yang mesti ada

yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu

tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk

shalat.Rukun dan syarat dalam pernikahan keduanya wajib dipenuhi, apabila

tidak dipenuhi maka perkawinan yang dilangsungkan tidak sah.Sah, yaitu

sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.

Rukun-rukun yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan aqad nikah sebanyak

limaperkara. DalamKompilasi Hukum Islam (KHI) telah diatur dalam pasal 14

tentang rukun-rukun nikah yaitu: (1) pengantin laki-laki, (2) pengantin

perempuan, (3) wali pengantin perempuan, (4) dua orang saksi yang adil, (5)

ijab dan qabul.

Dari lima rukun nikah tersebut yang paling penting adalah ijab Kabul antara

yang mengadakan dengan yang menerima akad, sedangkan yang dimaksud

dengan syarat perkawinan adalah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun

Page 39: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

26

perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, saksi, ijab Kabul, dan

wali. (tihami, 2009:13)

a. Syarat-syarat calon mempelai laki-laki: Bukan mahrom dari calon istri,

Tidak terpaksa atas kemauan sendiri, Orang tertentu, jelas orangnya, Tidak

sedang ihram.

b. Syarat-syarat calon mempelai perempuan: tidak halangan syarak, yaitu

tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang dalam iddah, merdeka, atas

kemauan sendiri, jelas orangnya, dan tidak sedang dalam ihram

c. Syarat-syarat saksi: laki-laki, baligh, waras akalnya, adil, dapat mendengar

dan melihat, bebas, tidak dipaksa, tidak sedang mengerjakan ihram, dan

memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab kabul.

d. Syarat-syarat wali: laki-laki, baligh, waras akalnya, tidak dipaksa, adil,

dan tidak sedang dalam ihram

a) KriteriaWali

Didalam KHI tentang wali nikah pasal 20 ayat 1 dijelaskan

bahwasannya yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki

yang memenuhi syarat hukum islam yakni muslim, aqil dan baligh.Orang

yang rusak akalnya karena tua atau sakit tidak boleh menjadi wali,

kewaliannya harus dipindahkan. Demikian juga menurut suatu pendapat

orang yang sangat bodoh tidak boleh menjadi wali, sebab tidak mengerti

kebaikan untukdirinya apalagi kebaikan untuk orang lain. Dalam hal wali

harus orang islam yang baik (tidak fasik) berdasar pada sabda Nabi:

Page 40: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

27

مسشد ن لا وكاح الا ت

Artinya: tidak sah nikah kecuali dengan (oleh) wali yang mursyid.

Sahnya nikah harus hadirnya 4 orang, yaitu wali, calon pengantin

laki-laki dan dua orang saksi yang adil. Kalau keduanya atau salah satunya

hadir tetapi tidak melaksanakan (tugasnya), mewakilkannya kepada orang

lain, dan wakil itu mengakadkan maka akad nikah itu tidak sah, sebab

wakil adalah merupakan pengganti wali.

Dalam buku karangan KH. Ahmad Azhar Basyir, MA dijelaskan

bahwa, syarat-syarat perkawinan menurut pendapat Imam Syafi‟i, Ahmad

bin Hambal, dan lain-lain, umat Islam di Indonesia dilakukan oleh

mempelai laki-laki dan wali mempelai perempuan atau wakilnya.Alasan

pendapat ini antara lain hadis nabi riwayat Turmudzi dari Aisyah ra. Yang

megatakan, “perempuan yang menikah tanpa izin walinya, nikahnya batal

(sampai tiga kali nabi mengatakan “nikahnya batal”)….”.hadis nabi

riwayat Baihaqi dari Imran dan Aisyah ra. Mengatakan, “tidak sah nikah

tanpa wali dan dua orang saksi laki-laki yang adil”.

Menurut pendapat Abu Hanifah, wali yang harus ada dalam akad

nikah seperti disebutkan dalam hadis di atas hanyalah apabila mempelai

perempuan belum baligh atau tidak sehat akal.Perempuan yang telah

baligh dan berakal sehat dibolehkan menikahkan diri sendiri dengan laki-

laki yang disukai tanpa wali, dengan syarat kufu.Jika mempelai laki-laki

Page 41: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

28

tidak kufu, wali berhak minta kepada hakim untuk membatalkan

perkawinan perempuan tersebut.

Alasan pendapat Abu Hanifah itu antara lain hadis Nabi riwayat

Muslim dari Ibnu Abbas yang megajarkan, perempuan janda lebih baik

berhak atas dirinya sendiri daripada walinya, perempuan perawan diminta

pendapatnya, izinnya adalah jika ia diam”. Hadis ini menegaskan bahwa

perempuan janda dapat bertindak terhadap dirinya sendiri tanpa wali,

perawan pula diminintai pendapat mengenai dirinya dalam masalah

perkawinan.

Imam Malik menurut riwayat Asyhab, berpendapat bahwa nikah

tanpa wali sah. Menurut riwayat Ibnu Qashim, Imam Malik berpendapat

bahwa adanya wali dalam akad nikah tidak wajib, tetapi hanya sunah,

adanya wali merupakan syarat kesempurnaan nikahm bukan syarat sahnya.

Pembahasan mengenai wali meliputi empat persoalan.Pertama,

pensyaratan wali bagi sahnya nikah.Kedua, sifat-sifat wali.Ketiga, macam-

macam wali dan urut-urutannya dalam perwalian berikut hal-hal yang

terkait.Keempat, keberatan wali terhadap orang yang berada dibawah

perwaliannya dan hukum perselisihan yang terjadi antara wali dengan

orang yang diwalikannya.

Didalam kitab bidayatul mujtahid karangan Al-Fakih Abul Wahid

Muhammad Bin Achmad Bin Muhammad Ibnu Rusyd dijelaskan tentang

Persyaratan wali bagi sahnya nikah. Yang mana, didalamnya terdapat

Page 42: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

29

beberapa pendapat imam ahli fikih.Ulama berselisih pendapat apakah wali

menjadi syarat sahnya nikah atau tidak.Berdasarkan riwayat Asyhab,

Malik berpendapat bahwa tidak ada nikah tanpa wali, dan wali menjadi

syarat sahnya nikah.Pendapat ini juga dikemukakan oleh Syafi‟I, Abu

Hanifah, Zufar, Asy-Sya‟bi, dan Az-Zuhri berpendapat bahwa apabila

seorang perempuan melakukan akad nikahnya tanpa wali, sedang calon

suami sebanding, maka nikahnya itu boleh.(ibnu, 2007: 409)

Berdasarkan riwayat Ibnul Qasim dari Malik dapat disimpulkan

adanya pendapat keempat, yaitu bahwa persyaratan wali itu sunah

hukumnya, dan bukan fardlu. Demikian itu karena ia meriwayatkan dari

Malik bahwa ia berpendapat adanya waris mewarisi antara suami dengan

istri yang perkawinannya terjadi tanpa menggunakan wali, dan wanita

yang tidak terhormat itu boleh mewakilkan kepada seorang lelaki untuk

menikahkannya. Malik juga menganjurkan seorang janda mengajukan

walinya untuk mengawinkannnya. (ibnu, 2007: 410)

Dengan demikian, seolah Malik menganggap wali itu termasuk

syarat kelengkapan perkawinan, bukan syarat syahnya perkawinan. Hal ini

bertolak belakang dengan pendapat fuqaha Maliki dari Baghdad yang

mengatakan bahwa wali itu termasuk syarat syahnya perkawinan, bukan

syarat kelengkapan.

Silang pendapat ini disebabkan tidak terdapatnya satu ayat dan satu

hadispun yang berdasarkan lahirnya mensyaratkan adanya wali dalam

Page 43: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

30

perkawinan, terlebih lagi yang menegaskan demikian. Bahkan ayat-ayat

dan hadis-hadis yang biasa dipakai alasan oleh fuqaha yang mensyaratkan

wali hanya memuat kemungkinan yang demikian itu.Demikian pula ayat-

ayat dan hadis-hadis yang dipakai alasan oleh fuqaha yang tidak

mensyaratkan wali juga hanya memuat kemungkinan yang demikian.

Alasan wali menjadi syarat syahnya nikah yaitu dengan adanya

firman Allah dalam ayat alquran:

Quran surat albaqarah: 232

إذا طهقرم انىساء فثهغه أجهه فلا ذعضه ه أن ىكذه أشاجه )انثقسج:

232)

Artinya: apabila menalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya,

maka janganlah anda (para wali) menghalangi mereka kawin dengan

calon suaminya. (QS. Albaqarah: 232)

Golongan pertama mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada

para wali.Jika mereka tidak mempunyai hak dalam perwalian, tentu tidak

dilarang untuk menghalanginya.Ayat lainnya terdapat dalam quran surat

albaqarah ayat 221:

(222لا ذىكذا انمشسكاخ در ؤمه)انثقسج:

Artinya: dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik

(dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman.

(albaqarah: 221)

Page 44: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

31

Dan diantara hadis-hadis terkenal yang menjadi alasan mereka

adalah hadis yang diriwayatkan oleh Az-Zuhri dari „Urwah dari Aisyah,

yaitu:

عه عائشح قاند: قال زسل الله صهى الله عه سهم: أما امسأج

مساخ إن دخم تا فانمس وكذد تغس إذن نا فىكا دا تا طم، ثلاز

نا تما أصا ب مىا فئن اسرجسا فانسهطاون مه لا ن ن )زاي

انرسمري(

Artinya: Aisyah berkata rasulullah saw. Bersabda: siapapun wanita

yang kawin tanpa izin walinya, maka nikah itu batal (diucapkan tiga

kali). Jika suaminya telah menggaulinya, maka maskawinnya adalah

untuknya (wanita) karena apa yang telah diperoleh darinya. Apabila

mereka bertengkar, maka penguasa menjadi wali bagi orang yang

tidak mempunyai wali.”

Fuqaha golongan kedua, yakni yang tidak menysaratkan wali

mengemukakan alasan dari alquran:

(234فئذا تهغه أجهه فلا جىا ح عهكم فما فعهه ف أوفسه تانمعسف )انثقسج:

Artinya: “(kemudian apabila telah habis iddahnya), maka tiada dosa

bagimu membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut

yang patut.” (QS. Albaqarah: 234)

Di dalam kitab Bidayatul Mujtahid Ibnu Rusyd juga menjelaskan

tentang sifat-sifat seorang wali nikah. Mengenai sifat-sifat positif dan

negatif bagi seorang wali, fuqaha sepakat bahwa sifat-sifat positif tersebut

adalah islam, dewasa, dan laki-laki. Sedang sifat-sifat negatif adalah

kebalikan dari sifat-sifat tersebut yaitu: kufur, belum dewasa dan wanita.

Page 45: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

32

Kemudaian fuqaha berselisih pendapat tentang tiga orang, yaitu

hamba sahaya, orang fasik dan orang bodoh. Mengenai kecerdikan,

menurut pendapat yang populer dalam Madzhab Maliki, tidak menjadi

syarat dalam perwalian. Pendapat ini juga dikemukakan oleh abu hanifah.

Syafi‟i berpendat bahwa kecerdikan menjadi syarat dalam perwalian.

Pendapat seperti ini juga diriwayatkan dari Malik. Asyhab dan Abu

Mush‟ab juga mengemukakan pendapat yang samadengan Syafi‟i.

Silang pendapat ini disebabkan oleh kemiripan kekuasaan dalam

menikahkan dengan kekuasaan alam urusan harta. Bagi fuqaha, yang

berpendapat kecerdikan dalam perwalian harta dapat diperlukan dan bisa

tidak, mengatakan dalam urusan harta, wali tidak disyaratkan cerdik.

Sedang bagi fuqaha yang berpendapat bahwa cerdik mutlak diperlukan

dalam urusan harta, maka kecerdikan menjadi syarat bagi wali harta.

Dengan demikian, dalam hal ini terdapat dua kecerdikan, yaitu

kecerdikan dalam urusan harta dan kecerdikan dalam urusan memilih

memilih calon suami yang patut untuk wanita.Selain syarat yang sudah

dituturkan, syarat lain yang dijelaskan Ibnu Rusyd yaitu tentang sifat wali

yang adil. Para fuqaha berbeda pendapat tentang esensi keadilan. Sebab

keadilan sulit dibuktikan tanpa adanya kekuasaan. Oleh karena itu, pilihan

untuk “kecocokan dan kesesuaian” tanpa keadilan itu sulit diterima.

Dengan kata lain, kondisi para wali ketika memilih calon suami

yang sesuai dan cocok bagi para wanita yang di bawah perwaliannya itu

Page 46: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

33

bukan keadilan dalam arti khawatir akan tertimpa kehinaan. Sebab kondisi

ini secara alami ada pada setiap orang. Sedang keadilan selain kondisi

diatas dapat dicapai dengan berbagai upaya. Seorang hamba sahaya,

karena tidak mempuanyai otoritas kekuasaan, diperselisihkan keadilan dan

perwaliannya.

b) Urutan wali

Didalam kitab kifayatul akhyar dijelaskan mengenai Orang-orang

yang berhak menjadi wali yaitu, Kebanyakan ulama berpendapat bahwa

orang-orang yang menjadi wali adalah:

a. Ayah, kakek dan seterusnya ke atas dari garis laki-laki.

b. Saudara laki-laki kandung (seayah dan seibu) atau seayah

c. Kemenakan laki-laki kandung atau seayah (anak laki-laki saudara

laki-laki kandung atau seayah)

d. Paman kandung atau seayah (saudara laki-laki kandung seayah)

e. Saudara sepupu kandung atau seayah (anak laki-laki paman kandung

atau seayah)

f. Sultan (penguasa tetinggi) yang disebut juga hakim (bukan qadli,

hakim pengadilan)

g. Wali yang diangkat oleh mempelai bersangkutan, yang disebut wali

muhakkam.

c) Macam-macam wali

Page 47: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

34

Dari macam-macam orang yang dinyatakan berhak menjadi wali

tersebut di atas, dapat dilihat adanya tiga macam wali, yaitu:

1) Wali nasab atau kerabat

Wali nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan

wanita yang akan melangsungkan pernikahan. Tentang urutan wali

nasab terdapat perbedaan pendapat di antara ulama fikih. Imam malik

mengatakan bahwa perwalian itu didasarkan atas „shabah, kecuali

anak laki-laki dan keluarga terdekat lebih berhak untuk menjadi wali.

Tertib wali:ayah, kakek dan seterusnya ke atas dari garis laki-laki,

saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki seayah, kemenakan laki-

laki kandung, kemenakan laki-laki seayah, paman kandug, paman

seayah, saudara sepupu laki-lakikandung, saudara sepupu laki-laki

seayah, sultan atau hakim, orang yang ditunjuk oleh mempelai

bersangkutan.Dalam al-mughni terdapat keterangan bahwa kakek

lebih utama daripada saudara lelaki dan anaknya saudara lelaki,

karena kakek adalah asal, kemudian paman-paman dari pihak ayah

berdasarkan urut-urut saudara-saudara lelaki sampai ke bawah,

kemudian bekas tuan (almaula).

Imam Syafi‟i berpegang pada „ashabah, yakni bahwa anak laki-

laki termasuk „ashabah seorang wanita, berdasarkan hadisUmar r.a

sebagai berikut:

Page 48: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

35

ه انس ها أ أي مه أ ذي انس نا أ طانلا ذىكخ انمسأج إلا تئذن Artinya:“wanita tdak boleh menikah kecuali dengan izin walinya,

atau orang cerdik dari kalangan keluarganya, atau penguasa”

Wali nasab dibagi menjadi dua, yaitu wali aqrab (dekat) dan wali

ab‟ad (jauh). Adapun perpindahan wali aqrab kepada wali ab‟ad

adalah sebagai berikut: apbila wali aqrabnya non muslim, fasik, belum

dewasa, gila dan bisu/tuli. (tihami, 2009: 96-97)

2) Wali mujbir

Diantara wali nasab yang telah disebutkan, ada yang berhak

memaksa gadis di bawah perwaliannya untuk dikhawatirkan dengan

laki-laki tanpa izin gadis bersangkutan.Wali yang mempunyai hak

memaksa itu disebut wali mujbir.Wali mujbir hanya terdiri dari ayah

dan kakek (bapak dan seterusnya ke atas) yang dipandang paling

besar rasa kasih sayangnya kepada perempuan dibawah perwaliannya,

selain mereka tidak berhak ijbar.

Wali mujbir yang menikahkan perpempuan gadis dibawah

perwaliannya tanpa izin gadis bersangkutan disyaratkan: laki-laki

pilihan wali harus kufu (seimbang) dengan gadis yang dinikahkan,

antara wali mujbir dan gadis tidak ada permusuhan, antara gadis dan

laki-laki calon suami tidak ada permusuhan, calon suami harus

sanggup membayar maskawin dengan tunai,laki-laki pilihan wali akan

dapat memenuhi kewajiban-kewajibanya terhadap istri denganbaik,

Page 49: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

36

dan tidak terbayang akan berbuat yang mengakibatkan kesengsaraan

istri.

Syarat-syarat tersebut yang harus diperhatikan oleh wali mujbir

apabil akan menggunakan hak ijbarnya sehingga prinsip sukarela

tersebut tidak terlanggar. Apabila syarat-syarat tersebut tidak

terpenuhi, gadis yang telah dinikahkan walinya tanpa terlebih daulu

diminta persetujuannya itu dapat minta fasakh, minta dirusakkan

nikahnya kepada hakim.

Hadis nabi riwayat Ahmad, Abu Dawd, dan Ibnu Majah dari Ibnu

Abbas menceritakan bahwa ada seorang gadis yang mengadu kepada

nabi karena ayahnya telah menikahkannya dengan laki-laki yang tidak

disenangi. Kemudian nabi memberi hak kepadanya untuk

melangsungkan atau membatalkan perkawinannya. Hadis ini ditinjau

dari jalan perawi-perawinya tidak memenuhi syarat sahih, tetapi

isinya sejalan dengan hadis riwayat muslim yang antara lain

mengajarkan agar anak gadis yang akan dinikahkan diminta

pendapatnya atau izinnya. (azhar, 1999: 40-43)

3) Wali hakim

Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadli, Rasulullah

SAW bersabda:

لا ه م ن ان ط ه فا نس ن ن

Page 50: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

37

“maka hakimlah yang bertindak menjadi wali bagi seseorang

yang tidak ada walinya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah,

dan Nasa‟i)

Wali hakim ialah kepala Negara yang beragama islam, dalam hal

ini biasanya di Indonesia dilakukan oleh kepala pengadilan agama.

Seorang wali hakim dapat mengangkat orang lain menjadi hakim

(biasanya yang diangkat adalah kepala kantor urusan agama

kecamatan) untuk mengakdnikahkan perempuan yang berwali hakim.

Sabda rasulullah saw:

ل الله صهى الله عه الله عىا قا ند: قا ل زس عه عا ئشح زض

نا فىكا دا تا طم، فان دخم تا فها سهم: اماامساج وكذد تغس اذن

س تما اسرذضم مه ناانم ن مه لا ن هطا ن ا فا نس فسجا فا ن اشرجس

Artinya: “Dari aisyah ra., ia berkata, rasulullah saw. Bersabda,

siapapun perempuan yang menikah dengan tidak seizin walinya,

maka batallah pernikahannya, dan jika ia telah bercampur, maka

maskawinnya bagi perempuan itu, lantaran ia telah menghalalkan

kemaluannya; dan jika wali-wali itu enggan menikahkan, maka

sultanlah yang menjadi wali bagi orang yang tidak

mempunyai‟.”(HR. Imam yang empat, kecuali Nasa‟i dan disahkan

oleh Abu Awanah, Ibnu Hibban dan Hakim)

Apabila tidak ada orang-orang di atas, maka wali hakim dapat

diangkat oleh orang-orang yang terkemuka dari daerah tersebut atau

orang-orang yang alim. Wali hakim dibenarkan menjadi wali dari

sebuah akad nikah jika dalam kondisi-kondisi berikut: (1) tiak ada

wali nasab, (2) tidak cukup syarat-syarat pada wali aqrab atau wali

ab‟ad, wali aqrab ghaib atau pergi dalam perjalanan sejauh kurang

Page 51: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

38

lebih 92,5 km atau dua hari perjalanan, wali aqrab di penjara da tidak

bisa ditemui, wali aqrabnya„adlal, wali aqrabnya berbelit-belit

(mempersulit), wali aqrabnya sedang ihram, wali aqrabnya sendiri

yang akan menikahkan wanita akan dinikahkan gila, tetapi sudah

dewasa dan wali mujbir tidak ada.

d) Ketiadan hakperwalian

Moh Rifa‟i dalam buku karangannya yang berjudul fiqih islam

lengkap menjelaskan Sebab Perempuan Berwali Hakim. Diantara

penyebab perempuan berwali hakim adalah: (1) Tidak ada wali nasab,

(2) Wali yang lebih dekat (aqrab) tidak memenuhi persyatan menjadi

wali,sedangkan wali yang lebih jauh (ab‟ad) tidak ada, (3) Wali yang

lebih dekat gaib sejauh perjalanan safar yang memperbolehkan

mengqasar salat, (4) Wali yang lebih dekat sedang mengerjakan ihram

haji atau umrah, (5) Wali yang lebih dekat masuk penjara dan tidak

dapat dijumpai, (6) Wali yang lebih dekat menolak, atau tidak mau

menikahkan, (7) Wali yang lebih dekat hilang, dan tidak diketahui

tempat tinggalnya. (moh.rifa‟i. 2014: 437-438)

Dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd, dijelaskan

Malik berpendapat bahwa apabila wali dekat tidak ada, maka hak

perwalian berpindah pada wali jauh. Sedang Syafi‟i berpendapat

bahwa hak perwalian tersebut berpindah kepada penguasa.Silang

pendapat ini disebabkan, ketiadaan tersebut bisa disamakan

Page 52: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

39

kedudukannya dengan kematian atau tidak.Dengan demikian hal

tersebut tidak diperselisihkan lagi di kalangan fuqaha bahwa dalam

hal kematian, perwalian bisa berpindah. (ibnu, 2007: 422-423)

Page 53: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

40

BAB III

Gambaran UmumBiografi Syaikh Ahmad Rifa‟i Dan Kitab Tabyin Al-Ishlah

A. Gambaran Umum Tentang Syaikh Ahmad Rifa‟i Dan Kitab Tabyin Al-Ishlah

1. Biografi Syaikh Ahmad Rifa‟i (pengarang kitab tabyin al-ishlah)

a. Tempat lahir

KH.Ahmad Rifa‟i dilahirkan di Desa Tempuran Kabupaten Kendal

pada tanggal 10 Muharram 1200 Hijriyah. Ayahnya bernama Raden Kiyai

Haji Muhammad bin Abi Sujak, yang menjadi qadli agama di kabupaten

tersebut. Pada usianya mencapai 30 tahun KH.Ahmad Rifa‟i pergi ke

Mekah untuk menunaikan ibadah haji.Selama 8 tahun di Mekah

KH.Ahmad Rifa‟i mendalami ilmu-ilmu keislaman di bawah guru Syaikh

Ahmad Usman dan Syaikh Al Faqih Muhammad Ibn Abd al-Aziz al-

Jaisyi. Kemudian KH. Ahmad Rifa‟i melanjutkan belajarnya ke Mesir

selama 12 tahun untuk belajar kitab-kitab dengan petunjuk dan arahan

guru-guru agung seperti Syaikh Ibrahim al-Bajuri dan Syaikh

Abdurrahman al-Mirsyi (Saad, 2004:6-7).

b. Silsilah nasab

Raden KH. Abu Sujak alias Soetjowidjojo seorang bangsawan

keturunan darah kraton bekerja sebagai penghulu di Kendal, menikah

dengan seorang gadis primadona di Kendal. Pernikahannya itu

membuahkan hasil keturunan anak sebanyak 5 (lima) orang, yaitu Raden

Page 54: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

41

Nyai Nakiyamah, Raden KH. Muhammad Mahrum, Raden KH. Bukhari,

Raden KH. Ahmad Hasan, Raden Kiai Abu Mustofa. Anak kedua hasil

pernikahannya Abu Sujak dengan gadis pilihannya di Kendal itu bernama

Muhammad marhum. Setelah Muhammad marhum mencapai usia dewasa,

menikah dengan Siti Rahmah atau Umi Radjiyah di Kendal.

Kedua pasangan suami istri yang harmonis, penuh rasa kasih sayang

ini kemudian mendapat keturunan 7 (tujuh) anak ialah: KH. Qamarun,

KH.Abdul Karim, Kiai Salamah, KH. Zakaria, Nyai Radjiyah, Nyai

Radijah, Kiai Muhammad Arif dan Syaikh Ahmad Rifa‟i. tujuh anak

keturunan Muhammad marhum itu menjadi ulama besar yang penuh

charisma kemudian menetap di kalisalak batang. Sebagai pemeluk islam

yang taat tentu tidak mengabaikan perintah-perintah agamanya yang

dianut. Untuk menjaga dirinya agar selamat dari perbuatan melanggar

aturan hukum, seperti yang dilakukan leluhurnya, Ahmad Rifa‟i menikah

dengan seorang gadis pilihannya di Kendal. Dari pernikahan yang sakinah,

terjalin kasih sayang (mawaddah wa rahmah)itu kemudian membuahkan

hasil keturunan sebanyak 5 (lima) orang anak, masing-masing bernama:

KH. Chabir, KH. Junaid, Nyai Zaenah, Kiai Djauhari, Nyai Fatimah Alias

Umrah. Sedang pernikahannya dengan Sujainah di Kalisalak Batang,

membuahkan keturunan seorang anak laki-laki. (syadzirin: 1996. 41)

Page 55: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

42

c. Cikal bakal ulama besar

Dikisahkan oleh ulama terkemuka generasi kedua Syaikh Ahmad

Bajuri Bin Abdul Muthalib Kendal, bahwa pada diri Ahmad Rifa‟i ada

suatu keistimewaan yang merupakan tanda kekuasaan dan kebesaran Allah

sebagai alamat cikal bakal ulama besar di kemudian hari, diperlihatkan

kepada masyarakat kaum santri di Kaliwungu, terutama kepada kakak

iparnya Kiai Asy‟ari.Pada suatu malam gelap gulita Kiai Asy‟ari secara

diam-diam memeriksa para santri yang sedang berada di dalam asrama

pondok pesantren. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seberkas cahaya menerangi

asrma dan memancar tinggi ke atas. Dia menyangka cahaya itu berasal

lampu milik anak santri yang sedang menelaah kitab.Tetapi sangkaan itu

meleset, karena ternyata cahaya tersebut berasal dari lekuk ditengah pusar

seorang santri kecil yang ternyata santri tersebut yaitu Ahmad

Rifa‟i.singkat cerita, menurut kepercayaan sementara masyarakat bahwa

cahaya itu merupakan cikal bakal akan memperoleh gelar kebesaran dan

keagungan bagi pemiliknya di masa mendatang. (syadzirin: 1996. 44)

d. Masa remaja

Masa remaja Ahmad Rifa‟i hampir sama sekali tidak meluangkan

waktu untuk keperluan lain kecuali menuntut ilmu agama kepada Kiai

Asy‟ari dan kiai lain. tiada hari tanpa mengaji, tiada waktu tanpa menuntut

ilmu, tiada saat tanpa belajar semangat dan tiada hidup tanpa amar ma‟ruf.

Semangat pemuda Ahmad Rifa‟i menuntut ilmu patut dibanggakan,

Page 56: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

43

sekaligus menjadi idaman dan panutan.Pola berfikirnya mendasar pada

ulama-ulama dahulu seperti Imam Syafi‟i, Abu Hanifah, Anas Ibnu

Malik,Ahmad Bin Hanbal, Alghazali.Dan Ahmad Rifa‟i juga mendasar

pada cita-cita mulia, pemuda sekarang adalah pemimpin di masa

mendatang.

Ahmad Rifa‟i terus belajar ilmu-ilmu yang dibutuhkan diri pribadi

dan orang lain, terutama ilmu pokok-pokok agama islam. Di dalam

mempelajari ilmu pokok agama, Ahmad Rifa‟i memusatkan pikirannya

untuk memahami dan mendalami ilmu ketuhanan (teologi), ilmu hukum-

hukum syariah (fiqih) dan ilmu perpaduan antara syariat dan haqiqat

dalam praktik ibadah dan muamalah (tasawuf). Dari sebab ketekunan

belajar serta pandai memilih ilmu-ilmu terpenting, ia kemudian tumbuh

menjadi remaja yang mahir sekali dalam soal agama. Untuk memperluas

pemahaman tentang ilmu-ilmu agama, Ahmad Rifa‟i kemudian

mendalami cabang-cabang serta serta ranting-ranting ilmu yang erat sekali

hubungan dengan ketiga ilmu pokok agama tersebut, yaitu sebanyak 14

pan ilmu, ialah: Ulumul Qur‟an, Musthalahul Hadist, Lughatul Arabiyah,

Balaghoh, Mantiq, Falaq, Aruld dan lain-lain. kesadaran mendalami ilmu-

ilmu ini, rupanya yang membawa hikmah di kemudian hari pada diri

Ahmad Rifa‟i tumbuh menjadi ulama terbesar ke-19, hingga mampu

mengarang kitab sebanyak 67 judul lebih di Indonesia.

Page 57: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

44

e. Menuntut Ilmu di Mekah Melanjutkan Studi di Mesir

Beliau berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji melalui

pelabuhan Semarang dan kemudian menetap di sana selama delapan tahun

(1833-1841 M). Beliau belajar ilmu agama dengan beberapa guru seperti

Syaikh Abdurrahman, Syaikh Abu Ubaidah, Syaikh Abdul Aziz, Syaikh

Usman, Syaikh Abdul Malik, dan Syaikh Isa al-Barawi. Dalam riwayat

yang lain, Pada tahun 1230 H/1816 M ketika usianya mencapai 30 tahun,

Ahmad Rifa‟i pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dan selama

8 tahun mendalami ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan guru Syaikh

Ahmad Usman dan Syaikh al-Faqih Muhammad ibn Abdul Azis al-Jaisy,

kemudian beliau melanjutkan belajarnya ke Mesir selama 12 tahun. Di

Kairo beliau belajar kitab-kitab fiqih madzhab Syafi‟i dengan petunjuk

dan arahan dari guru-guru agung dan dua diantara guru-gurunya adalah

Syaikh Ibrahim al-Bajuri (pengarang kitab al-Bajuri) dan Syaikh

Abdurrahman al-Misry. (Syazdirin: 1996.50-53)

f. Silsilah guru-guru syaikh Ahmad Rifa‟i

KH. Ahmad Rifa‟i berguru ilmu fiqih kepada Syaikh Ibrahim al-

Bajuri al-Misri yang bersambung kepada Abdillah bin Hijazy asy-

Syarqawy dari Syamsyil Khafni dari Ahmad al-Khalifi Dari Ahmad al-

Basybisyi dari Sulthan al-Muzahiy dari Isa ibni al-Halaby dari

Syihabuddin ar-Romly dari Ibni Hajar al-Haitami dari Zakaria al-Ansyari

dari Ahmad bin Hajar al-„Asyqalani dari Abdirrahim al-„Iraqi dari

Page 58: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

45

alauddin bin al-„Atthar dari Muhyiddin an-Nawawy dari al-Ardabily dari

Muhammad bin Muhammad Shahibisy Syamilisy Shaghir dari Abdirrahim

ibn Abdil Ghaffar al-Qozwainy dari Abdil Karim ar-Rofi‟i dari Abil

Fadlal bin Yahya dari Hujjatul islam al-Ghozali dari Abdil Mulk bin

Abdillah al-Juwainy dari Abdillah bin Yusuf al-Juwainy dari Abi Bakr al-

Qoffal al-Marwazy dari Abi Yazid al-Marwazy dari Abi Ishaq al-Marwazy

dari Abil „Abbas Ahmad bin Syuraij dari Ibnul Qosim „Usman bi n Sa‟id

al-Anmathy dari Ibrahim bin Ismail bin Yahya al-Muzany dari Imam al-

Mujtahid Abi Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi‟i dari Muslim bin

Khalid az-Zinji dari Abdil Mulk bin Juraij dari Atha‟ bin Abi Rabbah dari

Abdillah bin Abbas as-Shahaby dari Rasulullah SAW dari Malaikat Jibril

as. dari Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Suci dari segala apa yang

menyekutukan.

KH. Ahmad Rifa‟i belajar qira‟ah imam „Ashim, yang mata rantai

guru beliau bersambung kepada Syaikh Muhammad Ibnu al-Jazari dari

Imam Abi „Abdilla Muhammad bin Khaliq al-Misry as-Syafi‟i dari Imam

Abi Hasan bin asy-Syuja‟i bin Ali bin Musa al-Abbasi al-Misry dari Imam

Abu Qosim asy-Syatibi dari Imam Abil Hasan bin Huzail dari Ibnu Dawud

Sulaiman bin Naijah dari al-Hafiz Abi „Amar ad-Dani dari Abil

HasanṬahir dari Syaikh Abil „Abbas al-Asnani dari „Ubaid Ibnu as-Sabag

dariImam Hafas dari Imam „Asim dari Abdal Rahman as-Salma dari

empat sahabat Nabi ( Ali bin Abu Talib, Zaid bin Sabit, Usman bin Affan

Page 59: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

46

dan Ubay bin Ka‟ab) dari Rasulullah SAW dari Malaikat Jibril as. dari

Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Suci dari segala apa yang

menyekutukan. KH. Ahmad Rifa‟i belajar ilmu tasawuf pada aliran

tariqah yang diajarkan oleh Imam Abu Qasim Junaidi al-Bagdadi, yang

mata rantai guru beliau bersambung kepada Syaikh Usman dari

Abdurrahim dari Abu Bakar dari Yahya dari Hasamuddin dari Waliyuddin

dari Nuruddin dari Zainuddin dari Syarafuddin dari Syamsuddin dari

Muhammad al-Haski dari Abdul Aziz dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

dari Abil Sa‟id al-Mubarak al-Mahzuum dari Abil hasan Ali al-Hakari dari

Abil Faraji at-Tartusi dari Abdul Wahid at-Tamimi dari Abi Bakar as-Sibli

dari Abi al- Qasim al-Junaidi al-Bagdadi dari Sari as-Saqati dari Ma‟ruf

al-Kurkhi dari Abi al-Hasan Ali bin Musa al-Radi dari Musa al-Kadim

dari Ja‟far as-Sadiq dari Muhammad al-Baqir dari Imam Zainal Abidin

dari Al-Husain bin Fatimah az-Zahra dari Ali bin Abu Talib dari

Rasulullah SAW dari Malaikat Jibril as. dari Tuhan Yang Maha Agung

lagi Maha Suci dari segala apa yang menyekutukan.

KH. Ahmad Rifa‟i juga berguru ilmu fiqih kepada Ahmad „Usman

dari Muhammad Syanwan bin Aly as-Syafi‟i dari Isa bin Ahmad al-

Barawy dari Ahmad al-„Izzi al-Faray bin Salim bin Abdillah al-Bashary

dari Muhammad bin „Alaul Babili dari Ahmad Bin Muhammad al-

Ghanamy dari Syihabuddin ar-Ramli.

Page 60: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

47

g. Langkah-langkah perjuangannya

Setelah 20 tahun belajar di Timur Tenggah, kemudian KH.Ahmad

Rifa‟i pulang ke Indonesia bersama Syaikh Nawawi Banten dan Syaikh

Muhammad Kholil Bangkalan Madura.Dan pada waktu ingin kembali ke

Indonesia ketiganya duduk berkeliling memusyawarahkan untuk

menyatakan menyebarkan ilmu yang diperolehnya dalam bentuk tulisan

dan mereka bersepakat bahawa setiap individu wajib mengembangkan

ajarannya, pendidikannya dan keagamaannya. (Saad, 2004:7)

h. Karya-karya karangan syaikh Ahmad Rifa‟i

Dalam perkembangan dunia keilmuan, khususnya dakwah

Islamiyah, KH. Ahmad Rifa‟i dinilai sangat mengerti kebutuhan

masyarakat yang akan beliau dakwahi pada masa itu. Sehingga dengan

cerdas beliau membuat puluhan kitab yang berbentuk syair dengan

berbahasa Jawa (Tarajumah) supaya lebih cepat dipaham dan dihafal oleh

masyarakat Jawa. Oleh sebab itu, Dr. Karel A. Steenbrink seorang sarjana

Belanda yang diperbantukan sebagai dosen di IAIN Jakarta dan

Yogyakarta dalam kunjungannya ke pesantren IKSAP Pekalongan pada

tanggal 15 November 1987 mengatakan kalau KH. Ahmad Rifa‟i adalah

seorang mujaddid (pembaharu) dalam metode dakwah. Dalam kesimpulan

bukunya, Mukhlisin sa‟ad mengatakan KH. Ahmad Rifa‟i adalah seorang

yang alim, mualif (pemikir dan pengarang kitab), muballig,

mujahid(pendakwah dan berjihad), mujaddid (pembaharu), dan seorang

Page 61: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

48

mujtahidyang memperjelas persoalan-persoalan agama dan menyelesaikan

problem sosial kemasyarakatan.

Kitab-kitab tarjumah karangan KH. Ahmad Rifa‟i di pulau Jawa

sejak tahun 1225 sampai akhirnya diasingkan ke Ambon sebanyak 53

buah, yang isinya mencakup tiga bidang ilmu agama islam,ilmu

ushuluddin, ilmufiqih dan ilmu tasawuf. Kitab tarjumah yang membahas

tentang ketiga ilmu agama islam itu adalah kitab Ri‟ayatul Himmahdua

jilid, Abyanalhawa‟ij enam jilid, Husnul Mithalabsatu jilid, Asnal

Miqasaddua jilid dan Jam‟ul Masa‟ilsatu jilid.

Adapun kitab yang membahas masalah iman serta yang

berhubungan dengan iman ialah syariatul iman satu jilid, tahyirah

mukhtashar, dan lain-lainnya.Kitab absyar membicarakan qiblat shalat,

kitab rukhshiyah membahas ilmu qasar jama‟ dan kitab taisir membahas

ilmu shalat jum‟at.

Tahsinah, suatu kitab yang menguraikan ilmu tajwid, kitab tazkiyah

membahas ilmu memotong hewan, hewan halal, hewan haramdimakan,

kitab wadlihah membicarakan masalah ilmu manasik haji, kitab muslihat

(maslahat) membahas ilmu membagi waris, Tasyrihatal Mukhtajmengulas

tentang hukum jual beli, Minwaril Himmatberisi talqin mayit. Arja

mengupas mengenai isra‟ mi‟raj, Tabyin Alishlahmengupas mengenai

pernikahan, harta wakaf dan lain sebagainya, sedangkan kitab Jam‟ul

Masa‟il kecil menjabarkan tentang ilmu tasawuf.

Page 62: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

49

Selain kitab yang berjilid-jilid, ada beberapa ratus bismillah kitab

tanbih dan beberapa ratus lagi kitab nadzam do‟a dan jawabnya.Semua ini

diterjemahkan ke bahasa jawa dengan nadzam (puisi) atau natsar (prosa)

atau natsrah, (puisi dan prosa menjadi satu kitab). Lima puluh tiga kitab

yang dikarang oleh Syaikhina haji Ahmad Rifa‟i di pulau Jawa ini dapat

dilihat pada daftar kitab yang disusun oleh Syaikhina Kiai Ahmad

Nasihun.

e) Perjuangan kh. Ahmad rifa‟i dan wafat beliau

Setelah pulang dari Timur Tenggah KH.Ahmad Rifa‟i tinggal di

Kaliwungu Kabupaten Kendal dan memusatkan perhatiannya

merealisasikan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dan mengarang kitab-

kitab Tarjumah.Di samping kesibukannya dalam urusan pengajaran dan

mengarang kitab, KH.Ahmad Rifa‟i bekerja keras menanamkan

keislaman kepada murid-muridnya dan masyarakat umumnya.

Pada waktu pemerintah Belanda dan sekutunya menjajah penduduk

dantan ahairnya, KH.Ahmad Rifa‟i memandang bahwa pemerintah

Belanda yang harus bertanggung jawab atas kesengsaraan yang telah

menimpa umat Islam pada waktu itu. Kemudian KH. Ahmad Rifa‟i

membuat gerakan Ahmad Rifa‟i untuk melawan pemerintah Belanda dan

menyebabkan KH.Ahmad Rifa‟i harus berhadapan dengan pemerintah

Belanda.

Page 63: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

50

Karena takut dengan gerakan Ahmad Rifa‟i, pemerintah Belanda

memanggil Ahmad Rifa‟i dan Pemerintah Belanda memenjarakan

KH.Ahmad Rifa‟i di Kendal dan Semarang.Setelah keluar dari penjara

KH.Ahmad Rifa‟i pindah ke Desa Kalisalak. Di Desa Kalisalak KH.

Ahmad Rifa‟i menikah dengan Sujinah, setelah istri pertamanya Ummil

Umroh meninggal dunia.Kalisalak adalah desa terpencil yang terletak di

Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.Di Desa Kalisalak pertama kali

KH.Ahmad Rifa‟i mendirikan lembaga pondok pesantren yang namanya

semakin terkenal di kalangan orang banyak dan berdatangan para murid

dari berbagai daerah seperti Kendal, Pekalongan, Wonosobo dan daerah

lainya (Saad, 2004:8).

Ketika pemerintah Belanda mengetahui bahwa gerakan KH. Ahmad

Rifa‟i lambat laun semakin banyak pengikutnya dari daerah lain, maka

pemerintah Belanda menangkap dan mengasingkan KH. Ahmad Rifa‟i ke

Ambon pada tanggal 16 Syawal 1275 (19 Mei 1859).Walaupun diasingkan

dari khayalak ramai KH.Ahmad Rifa‟i tidak meninggalkan mengarang

kitab sebagai wahana untuk dakwah islamiyah.Dan kemudian KH.Ahmad

Rifa‟i juga pindah ke Kampung Jawa Tondano Kabupaten Minahasa,

Manado dan meninggal disana setelah berumur 89 tahun (Saad, 2004:9).

2. Jamah Rifa‟iyah

Sebagaimana para pemuka aliran, KH. Ahmad Rifa'i tidak pernah

memproklamasikan berdirinya Jamaah Rifa‟iyah sebagai nama bagi sebuah

Page 64: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

51

organisasi. Para pengikutnyalah yang mengidentifikan diri sebagai pengikut

KH. Ahmad Rifa'i. Mereka biasa menyebut diri sebagai santri Tarjumah atau

santri Rifa‟iyah.Semenjak abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20, santri

Tarjumah masih tersebar dalam berbagai organisasi dan lembaga.Beberapa di

antaranya masih menutup diri dengan dunia luar.Belum lagi ada semacam

trauma sejarah, dan kehilangan panutan kala KH.Ahmad Rifa'i diasingkan ke

Kampung Jawa, Tondano, Minahasa.Baru pada 1965, didirikan Yayasan Islam

Rifa'iyah di Randudongkal, Pemalang.Yayasan ini menaungi Madrasah

Ibtidaiyah dan pesantren yang melestarikan pengajaran kitab-kitab Tarjumah

(Nasrudin, 2009:90).

Dengan bendera yayasan, para santri Tarjumah mulai bersinggungan

dengan komunitas lain di luar mereka. Karena belum ada institusi resmi yang

menggabungkan mereka, santri Tarjumah masih terfregmentasi.Sehingga,

gerakan keagamaan mereka masih bersifat sporadis, terpolarisasi, dan tidak

fokus. Di beberapa daerah, mereka masih harus berhadapan dengan organisasi

keislaman lain yang sudah mapan, seperti NU dan Muhammadiyah.

Kegiatan yayasan yang telah didirikan tidak leluasa.Bahkan, di beberapa

daerah, Santri Tarjumah dipersulit mendirikan yayasan.Dalam kondisi terdesak

ini, pemerintah Kabupaten Pekalongan menawarkan kebebasan

berkegiatan.Tapi dengan catatan mau bergabung dengan Sekber

Golkar.Tawaran ini diterima setelah para Kyai Tarjumah memutuskannya

dalam sebuah musyawarah.

Page 65: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

52

Dengan bergabungnya santri Tarjumah kepada Golkar, mereka mendapat

banyak kemudahan dalam beraktifitas dan akses yang cukup luas terhadap

kekuasaan. Pada 24-25 Desember 1990 diadakanlah Seminar Nasional

Mengungkap Pembaharuan Islam Abad XIX: GerakanKH. Ahmad Rifa'i,

Kesinambungannya dan Perubahannya di Jogjakarta.Seminar ini

merekomendasikan berdirinya Jamaah Rifa'iyah (Nasrudin, 2009:91).

Tepat pada 18 Desember 1991 (18 Jumadil Akhir 1412 H),

dideklarasikanlah Jamaah Rifa'iyah di Cirebon, Jawa Barat. Berdirinya Jamaah

ini merupakan puncak kesadaran santri Tarjumah akan pentingnya sebuah

organisasi dalam menghadapi berbagai tantangan bangsa, negara, umat, dan

agamadi satu sisi, serta melestarikan tradisi pemikiran KH. Ahmad Rifa‟i yang

masih relevan dan dinamis di sisi lain (Nasrudin, 2009:92).

Jamaah Rifa'iyah berakidah, berasaskan Islam ala ahlu sunah, mengikuti

salah satu dari mazhab empat: Hanafi, Maliki, Hanbali, dan Syafi‟i. Dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, Jamaah Rifa‟iyah berpedoman kepada

Pancasila.Sedang secara keumatan, Jamaah Rifa'iyah bersifat sosial

keagamaan, memperjuangkan nilai-nilai kemaslahatan umat, kesejahteraan,

dan kemanusiaan.

3. Kitab Tabyin Al-Ishlah

KH. Ahmad Rifa‟i menulis sebuah kitab panduan bagi seorang muslim

untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan sebuah pernikahan yang sesuai

Page 66: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

53

dengan syari‟at Islam. Kitab tersebut berjudul Tabyin al-Islahli muridi an-

Nikah Bi as-Sawab ditulis pada tahun 1264 H/ 1847 M, berisi11 koras atau 220

halaman, khusus membicarakan hukum perkawinan Islam. Kitab tersebut

memuat pembahasan mengenai hukum nikah, hikmah nikah, rukun nikah,

talak, nafkah, hadhanah dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan masalah

pernikahan. Isi kitab tersebut cukup lengkap dalam membicarakan perkawinan,

akan tetapi KH. Ahmad Rifa‟i sedikit menyebutkan dalil al-Qur‟an maupun

Hadis yang dijadikan landasan hukum. Metode fiqih yang beliau pakai juga

tidak disampaikan secara eksplisit. Praktis kitab yang beliau karang itu hampir

berupa doktrin yang harus pembaca akui kebenarannya dengan tanpa

meragukan keilmuan KH. Ahmad Rifa‟i. Dalam membicarakan perihal wali

nikah KH. Ahmad Rifa‟i memulai dengan kata faslun nyataaken wali

wadonan, artinya pasal yang menjelaskan wali bagi perempuan. Kata-kata

faslun umum digunakan dalam penulisan kitab yang berfungsi sebagai pemisah

antara satu masalah dengan masalah yang lain. Dalam tulisan beliau ketika

membicarakan wali nikah tidak ditemukan devinisi wali itu sendiri, namun dari

tulisan beliau secara umum dalam membicarakan wali nikah dapat diambil

pemahaman bahwa wali nikah ialah orang yang bertindak menikahkan calon

pengantin perempuan dengan calon pengantin laki-laki.

Pada dasarnya kitab ini juga merujuk pada kitab-kitab kuning, seperti fathu

al-Mu‟in, Kifayah al-Ahyar, Mugni al-Muhtaj, al-Bajuri,Fathu al-Qarib, fathu

al-Wahhab, dll. Kitab Tabyin al-Islah sendiri terdiri dari 2 bab, yang masing-

Page 67: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

54

masing bab mempunyai pembahasan sendiri-sendiri. Bab 1 membahas tentang

rukun perkawinan, wali bagi wanita,susunan wali, wali hakim, saksi

perkawinan, ijab qabul, larangan perkawinan, kafa‟ah, mas kawin, walimah,

menggilir dan nusyuz, serta khulu‟. Sedangkan bab 2 membahas tentang

talak.Kitab Tabyin al-Ishlah ditulis mengunakan arab pegon (tulisan arab

berbahsa jawa). Pengunaan tulisan arab pegon dilakukan dengan tujuan untuk

memudahkan orang awam (orang yang tidak bisa membaca tulisan berbahasa

arab) yang akan mempelajari kitab Tabyin al-Ishlah.Kitab tabyin al-ishlah

ditulis tangan oleh Syaikh Ahmad Rifa‟i sendiri dengan menggunakan kertas

putih biasa.Kitab ini di setiap bab ditulis dengan tinta merah dan berada di

samping bait-bait penjelasnya, yang bertujuan untuk membedakan pembahasan

di setiap bab. Kemudian kalimat penjelasnya ditulis dengan tinta hitam yang

sebelum penjelasan biasanya Syaikh Ahmad Rifa‟i mengutipkan syair-syair

ataupun ayat alqur‟an dan hadis.

Kitab tersebut mengundangkontroversi dari pihak pemerintah, karena

banyak mengandung kritik terhadap penguasa, diantaranya dengan tidak

mengesahkan perkawinan yang dilaksanakan oleh pejabat yang diangkat oleh

pemerintah Hindia-Belanda karena mereka dianggap tidak memenuhi syarat,

fasik, danadanya pemaksaan membayar uang dalam jumlah tertentu

(menindas).

Page 68: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

55

B. Konsep Pernikahan dalam Kitab Tabyinal Ishlah

Sebagaimana para pemuka aliran, KH. Ahmad Rifa‟i tidak pernah

memproklamasikan berdirinya Jam‟iyah Rifa‟iyah sebagai nama bagi sebuah

organisasi. Para pengikutnyalah yang mengidentifikan diri sebagai pengikut KH.

Ahmad Rifa‟i. Mereka biasa menyebut diri sebagai santri Tarjumah atau santri

Rifa‟iyah.Semenjak abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20, santri Tarjumah

masih tersebar dalam berbagai organisasi dan lembaga.Kemudian Tepat pada

tanggal 18 Desember 1991 (18 Jumadil Akhir 1412 H), dideklarasikanlah Jama‟ah

Rifa'iyah di Cirebon, Jawa Barat. Berdirinya Jamaah Rifa'iyah ini merupakan

puncak kesadaran santri Tarjumah akan pentingnya sebuah organisasi dalam

menghadapi berbagai tantangan bangsa, negara, umat, dan agama.

1. Faktor yang Melatar Belakangi konsep Pernikahan dalam kitab tabyin al-

ishlah

Jamaah Rifa‟iyah dalam menetapkan landasan hukum masih menggunakan

tradisi pemikiran KH. Ahmad Rifa‟i. Tradisi pemikiran KH.Ahmad Rifa‟i juga

digunakan dalam masalah pernikahan, sehinga di kalangan Jamaah Rifa‟iyah

terdapat tradisi pernikahan yang berbeda dengan umat Islam pada umumnya.

Berikut ini tradisi pernikahan di Jamaah Rifa‟iyah:

a. Mempelajari kitab tabyin al-ishlah sebelum pernikahan

Tradisi mempelajari kitab Tabyin al-Ishlah sebelum pernikahan adalah

calon mempelai laki-laki dan perempuan di Jamaah Rifa‟iyah diharuskan

mempelajari kitab Tabyin al-Ishlah sebelum pernikahan dilakukan.Faktor yang

Page 69: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

56

melatar belakangi Mempelajari Kitab Tabyin al-Ishlah Sebelum Pernikahan

yaitu: Menurut pandangan ulama Jamaah Rifai‟yah, seseorang yang akan

menikah atau melakukan suatu hubungan muamalah dengan sesama manusia

maka harus mempelajari dan memahami maksud dan tujuan yang akan dicapai

supaya ibadah yang dilakukan tidak sia-sia begitu saja. Serta dengan cara ini

kita akan tahu bagaimana tata cara beribadah dan semua hal mengenai ibadah

itu sendiri. Ada prinsip dalam ajaran Jamaah Rifai‟yah yaitu barang siapa yang

beramal tanpa ilmu, maka segala amalnya akan sia-sia di tolak. Prinsip Jamaah

Rifa‟iyah ini tidak hanya berlaku bagi perkawinan saja, tetapi juga haji, jual

beli, toharoh, yang juga ada kitab tersendiri.

Jamaah Rifa‟iyah juga beranggapan bahwa orang yang tidak mempelajari

lebih dulu kitab Tabyin al-Ishlah, perkawinannya akan dianggap tidak shahih

dan pernikahannya tidak akan kekal dan bahagia. Dan jika ada salah satu

Jamaah Rifa‟iyah yang tidak mempelajari kitab Tabyin al-Ishlah sebelum

pernikahan maka dia akan mendapatkan sanksidari Jama‟ah Rifa‟iyah yaitu dia

akan setengah dikucilkan dari Jamaah Rifa‟iyah. Walaupun tradisi mempelajari

kitab Tabyinal-Ishlah sebelum pernikahan terlihat memberatkan bagi pasangan

yangakan melakukan pernikahan, tetapi tradisi mempelajari kitab Tabyin al-

Ishlah diJamaah Rifa‟iyah hingga sekarang masih dilakukan olehJamaah

Rifa‟iyah karena Jamaah Rifa‟iyah sangat memegang teguh ajaran-ajaran dari

KH. Ahmad Rifa‟i dan tradisi mempelajari kitab Tabyin al-Ishlah sebelum

Page 70: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

57

pernikahan dipandang dapat mengajarkankepada pasangan mempelai

bagaimana mencapai pernikahan yang bahagia dan kekal.

b. Pemilihan Saksi Pernikahan

Tradisi pemilihan saksi pernikahan adalah pemilihan saksi pernikahan yang

sesuai dengan kualifikasi pernikahan di kitab Tabyin al-Islah.Faktor yang

Melatar belakangi Pemilihan Saksi Pernikahan yaitu, Terjadinya kualifikasi

saksi pernikahan adalah faktor yang melatar belakangi tradisi pemilihan saksi

pernikahan. Jamaah Rifa‟iyah melakukan pemilihan dan seleksi tersendiri saksi

pernikahan. Masyarakat mengusulkan beberapa namawarga yang dianggap

memenuhi kualifikasi saksi pernikahan. Kemudian para tokoh Jamaah

Rifa‟iyahlah yang berhak menyeleksi dan menentukan seseorang menjadi saksi

pernikahan yang kemudian dinobatkan. Jumlah saksi pernikahan bervariatif,

sampai sekarang jumlah rata-rata saksi pernikahan adalah 6 orang, jadi hanya 6

orang inilah yang bisa menjadi saksi dimana mereka tinggal, akan tetapi

terkadang mereka juga diundang untuk menjadi saksi pernikahan di Jamaah

Rifa‟iyah lain biasanya dikarenakan adanya hubungan kekeluargaan antara

mempelai pernikahan dengan para saksi tersebut.

Mengenai kualifikasi saksi pernikahan KH.Aḥmad Rifa‟i memasukkannya

ke dalam salah satu rukun nikah, sebagaimana tertulis dalam kitabnya Tabyin

al-Iṣhlah.Dalam masalah kualifikasi pernikahan KH.Ahmad Rifa‟i mengikuti

Imam Syafi‟i.Berikut ini bukti KH. Ahmad Rifa‟i mengikuti ajaran Imam

Syafi‟i:

Page 71: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

58

a. Islam, akil (berakal), baligh, dua laki-laki, dan merdeka.

Kualifikasi Islam, akil, baligh, dua laki-laki, dan merdeka bagi saksi

pernikahan sebagaimana dituliskan KH. Aḥmad Rifa‟i dalam Tabyin al-

Islah-nya, ternyata juga terdapat dalam kitab Taqrib karangan Abu

Syuja‟ (salah satu ulama madzhab Syafi‟i) halaman 44 tertulis sebagai

berikut:

Yang artinya: “Wali dan dua saksi membutuhkan enam syarat: (1) islam,

(2) baligh, (3) berakal, (4) merdeka, (5) laki-laki, (6) adil”.

b. Bisa melihat (tidak buta) dan bisa mendengar (tidak tuli).

Dalam kitab tabyin al ishlah dijelaskan sebagai berikut:

انصخ انذضسج شا ده شس طما دسح ذكزج عدانح سمع تصس...

Artinya: “tidak sah akad nikah kecuali dengan hadirnya dua saksi,

syarat-syaratnya adalah merdeka, laki-laki, adil, bisa

mendengar dan bisa melihat”.

c. Bisa berbicara (tidak bisu)

Saksi disyaratkan harus orang yang bisa berbicara, tidak bisu. Syarat ini

juga dijelaskan dalam kitab al-iqna karangan Muhammad Syabirin Rasyid

salah satu ulama Madzhab Syafi‟i halaman 632 dituliskan sebagai berikut:

Yang artinya: “dan syarat saksi yang kedelapan yaitu orang yang bisa

berbicara, tidak diterima kesaksian orang yang bisu walaupun

bahasa isyaratnya bisa difahami”.

d. Bukan anak dan bapaknya

Kualifikasi saksi pernikahan ini dapat kita lihat di dalam kitab Hasyiyah

al-Allamah asy-Syekh Sulaiman al-Jaml ala Syarhal-Minhaj karangan

Page 72: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

59

Sulaiman al-Jamal (salah satu ulama madzhabSyafi‟i) halaman 384

dituliskan sebagai berikut:

Artinya: “Dan ditolak kesaksiannya kepada sebagiannya, yakni

dariasal (bapak) atau cabang (anak)nya .....”.

e. Bukan musuhnya.

Tidak diperbolehkan seorang musuh menjadi saksi. Pernyataan ini

dipertegas ulama madzhab Syafi‟i bisa dilihat dalam kitab Fath al-

Wahhab karanagan Abi Yahya Zakaria al Anshori halaman 221 dituliskan

sebagai berikut:

Artinya:“Dan tidak diterima kesaksian seorang musuh

terhadapnya”

f. Bukan orang yangfasiq

Bukan orang yang pernah melakukan dosa besar dan bukan orang yang

sering menjalankan dosa kecil atau adil. Syarat ini dituliskan di dalam

kitab Tabyin al-Islah dan diperkuat dalam kitab ulama madzhab Syafi‟i

yaitu dalam kitab al-Iqna‟ karangan Muhammad Syabirin Rasyid halaman

632 dituliskan sebagai berikut:

Artinya: “dan syarat saksi yang kelima adalah adil, tidak

diterimakesaksian orang fasiq”

g. Terjaga kehormatannya

Orang yang di komunitasnya terjaga dari kejelekan tempat tersebut,

contoh: makan di warung pinggir jalan, tidak memakai penutup kepala

ketika hendak ke sawah, tidak memakai baju di luar rumah, dan lain-lain.

Page 73: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

60

Syarat ini juga dituliskan dalam kitabFath al-Wahhab karangan Abi

Yahya Zakaria al Anshori halaman 221tertulis sebagai berikut:

Artinya:“Saksi adalah orang yang merdeka, mukallaf, dan mempunyai

harga diri”.

h. Terjaga keselamatan i‟tiqad (keyakinan)nya, yakni bukan orang

Qadariyyah dan Jabariyyah.

i. Keberadaan saksi pernikahan yang diharuskan orang yang terjaga i‟tiqad

atau keyakinannya. ini tertulis di kitab-kitab karangan ulama madzhab

Syafi‟i dalam kitab Hasyiyah Ibrahim al-Baijuri karangan Ibrahim al-

baijurri halaman 663 tertulis sebagai berikut:

Artinya:“dan yang ketiga dari syarat adil adalah terjaga keyakinannya, tidak diterima kesaksian pelaku bid‟ah yang mengakibatkan kufur atau fasiq”.

Dalam hal ini, baik Imam Syafi‟i maupun para pengikutnya tidak

secara langsung bahwa orang yang berakidah Qadariyyah dan Jabariyyah

tidak boleh menjadi saksi. Akan tetapi Imam Syafi‟i dan para pengikutnya

hanya menyebutkan orang yang selamat i‟tiqadnya yang bisa menjadi

saksi.Jadi jelaslah bahwa ini adalah salah satu sumbangsih pemikiran

KH.Aḥmad Rifa‟i.

j. Terjaga pemikirannya (bisa mengendalikan diri atau orang yang tidak

pemarah, dan orang yang lemah).

Page 74: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

61

Syarat ini tertulis di kitab ulama madzhab Syafi‟i yaitu kitab al-Iqna‟

karangan Muhammad Syabirin Rasyid halaman 634 tertulissebagai

berikut:

Artinya: “dan bagian yang keempat dari adil adalah seseorang

yangterjaga dari kemarahannya .....”.

Kualifikasi saksi harus orang yang terjaga kehormatannya, orang

yang terjaga keselamatan i‟tiqad (keyakinan)nya dan orang yang terjaga

pemikirannya (bisa mengendalikan diri atau orang yang tidak pemarah,

dan orang yang lemah) ini dalam kitab-kitab ulama madzhab Syafi‟i

adalah bagian dari adil, akan tetapi KH. Aḥmad Rifa‟i merinci satu

persatu sebagai syarat saksi nikah, tidak heran ketika syarat saksi yang

disebutkan dalam kitab-kitab Syafi‟iyah lebih sedikit daripada di dalam

kitab Tabyin al-Iṣhlah.

Dalam masalah saksi pernikahan bukan orang yang fasiq Jamaah

Rifa‟iyah berpendapat bahwa bukan orang yang fasiq adalah orang

muslim mukallaf yang tidak menjalankan dosa besar, tidak

mengesampingkan dosa kecil dan menolak orang yang bukan

fasiqberdasarkan cerita orang. Kualifikasi ini di kalangan Jamaah

Rifa‟iyah dianggap paling sulit dipenuhi oleh seorang saksi

pernikahan.Sehingga kualifikasi bukan orang fasiq merupakan faktor

utama yang melatar belakangi adanya pemilihan saksi pernikahan di

Jamaah Rifa‟iyah.

Page 75: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

62

c. Tradisi shihah(pengulangan akad nikah)

Tradisi shihah adalah tradisi pengulangan akad nikah yang sebelumnya

telah dilakukan.Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Shihah yaitu, Pada masa

KH. Ahmad Rifa‟i pengulangan pernikahan atau tradisi shihah dikarenakan

wali hakim atau penghulu pada masa KH. Ahmad Rifa‟i melakukan

penyelewengan dan para penghulu hanya memikirkan kepentingan pribadi

dengan mengatas namakan dan memanfaatkan agama, guna mengeruk

keuntungan pribadi.Dalam kondisi ini, KH. Ahmad Rifa‟i memahami bahwa

penghulu tidak memenuhi kualifikasi adil. Konsekuensinya, perwalian dan

akad nikah tidak sah. Lalu dibuatlah institusi shihah guna menanggulangi

ketidak absahan akad nikah dan diharapkan, pernikahan tersebut benar-benar

sah. (Hanif. 2015: 50 )

KH. Ahmad Rifa'i tidak mengeluarkan fatwa bahwa shihah itu sebagai

keharusan. Ia juga tidak mengklaim pernikahan yang diakadkanpenghulu tidak

sah secara mutlak. Dalam Tabyin al-Ishlah, ia hanya menyebutkan ghalib

qadhi (mayoritas penghulu). Dengan demikian, jika ada qadhi yang masih

bertahan dan berpegang teguh kepada syari‟ah, maka akad nikah sah. Akan

tetapi, orang seperti ini benar-benar langka. Secara politis, posisi qadhi waktu

itu teramat lemah. Ia menjadi bawahan, diperintah oleh pejabat pemerintah

Belanda atau pemimpin kafir.

Dalam perjalanan waktu, ada pergeseran pemahaman di Jamaah Rifa‟iyah

dalam mengambil kesimpulan, bahwa pendapat hukum yang dikeluarkan oleh

Page 76: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

63

KH. Ahmad Rifa'i adalah sebuah produk hukum yang tidak selalu mengikat

bagi para pengikutnya untuk seterusnya. Walaupun fatwa ketidak absahan

nikah yang diakadkan oleh penghulu dianggap sebagai keputusan final. Dan

membatu dan membeku dalam logika berfikir di Jamaah Rifa'iyah selama

beberapa waktu.

Setelah masa kemerdekaan pemahaman Jamaah Rifa‟iyah sedikit demi

sedikit mulai mengalami pergeseran. Pergeseran ini seiring dengan munculnya

kesadaran bahwa bangsa ini sudah merdeka dari jajahan pemerintah kafir.

Pemerintah Indonesia meski tidak berasaskan Islam bukanlah negara kafir. Di

sini umat Islam bebas beribadah, bebas dari tekanan orang kafir dan tidak

dipaksa menjalankan maksiat oleh negara. Kondisi sosial-politik yang berubah

mendorong perubahan kadar maslahat bagi bangsa ini. Bila Jamaah Rifa‟iyah

masih mempertahankan pandangan bahwa penghulu itu anak buah pemerintah

kafir, maka hal ini tidak akan membawa maslahat, bagi Jamaah Rifa'iyah

sendiri maupun bagi bangsa. Lagi pula, perbuatan mencampur syara‟dengan

bathil dan tidak adil kini sudah berkurang di kalanganpenghulu. Sebagian

besar penghulu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup mumpuni.

Mereka banyak yang berasal dari kalangan pesantren, tempat yang sangat

disegani oleh Jamaah Rifa'iyah. Karenanya, akad nikah yang diakadkan oleh

penghulu dianggap sah.

Namun demikian, di Jamaah Rifa'iyah masih ada yang tetap

mempertahankan pemikiran ini. Mereka merasa nyaman dengan pemahaman

Page 77: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

64

seperti ini. Hal ini dapat dilihat dengan kecenderungan yang ada untuk tetap

menyelenggarakan tradisi shihah, meskipun hanya sekedar penyebutannya

saja. Pergeseran pemikiran inilah yang kemudian berusaha membawa Jamaah

Rifa'iyah ke alam yang lebih modern dan moderat.Akan tetapi, perubahan ini

belum sepenuhnya terjadi. Dan pernikahan yang diakadkan penghulu baru bisa

dihitung dengan jari.

Boleh jadi, masih ada ketakutan dan keengganan di Jamaah Rifa‟iyah untuk

melangar ajaran KH. Ahmad Rifa‟i. Kebanyakan Jama‟ah Rifa'iyah masih

melimpahkan hak perwalian kepada Kyai (tahkim), dimana dulu menimba

ilmu. Tradisi shihah karenanya masih tetap dilangsungkan hingga kini.

Namun, Jamaah Rifa'iyah mewanti-wanti, bahwa tradisi shihah dilangsungkan

tidak untuk menghakimi akad nikah yang dilaksanakan oleh penghulu

sebelumnya.Tradisi shihah lebih ditujukan untuktabarukan, mengharap berkah

kepada sang Guru, itu yang pertama. Kedua, dilakukan karena untuktajdid,

memperbaharui pernikahan. Ketiga, untuktajamul nikah atau memperindah

pernikahan.

C. Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-ishlah

Setelah penulis mengkaji tentang wali nikah, baik dalam kerangka fiqih

pada umumnya, maupun spesifik wali nikah yang di tetapkan KH. Ahmad Rifa‟i,

penulis memahami bahwa sebenarnya ketentuan wali nikah yang ditetapkan KH.

Page 78: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

65

Ahmad Rifa‟i secara umum adalah sama dengan fiqih-fiqih Syafi‟iyah yang lain.

Sebagaimana Fathu al-Qarib, Fathu al-Mu‟in, Kifayah al-Ahyar, I‟anah at-Talibin,

Iqna,‟ Mugni al-Muhtaj, al-Bajuri, Fathu al-Wahhab, Tanwir al-Qulub, dll. Dalam

hal hukum danpersyaratan wali nikah misalnya, kitab-kitab tersebut juga

mengharuskan nikah dengan wali dan mensyaratkan beberapa syarat bagi wali,

yang diantaranya wali harus adil.

Sedangkan Imam al-Ghazali mengesahkan wali fasik karena dimana-mana

tersebar wali fasik dan pengantin yang akan dinikahkan juga banyak yang fasik.

(saleh: 208) Oleh karena itu menurut Sayyid Sabiq wali nikahtidak harus adil.Para

Imam Madzhab mensyaratkan adil hanya bagi hakim dan bukan wali yang dekat,

akan tetapi menurut imam Ahmad bin Hambal syarat adil adalah bagi setiap wali

nikah, baik itu wali hakimmaupun wali yang dekat.Syarat adil ini diperselisihkan

ulama karena tidak ada jaminan bahwa mereka yang tidak adil tidak dapat

memilihkan calon suami yang seimbang bagi wanita yang ada di bawah

perwaliannya. Sebagaimana syarat adil, kewalian seorang hamba sahaya

jugadiperselisihkan para ulama‟. Hal ini karena tidak sempurnannya hambasahaya

dari segi ahliyah-nya.

Beberapa ulama Jamaah Rifa‟iyah berpendapat, bahwa apabila seorang

wanita mempunyai wali yang ghoib atau berpergian lebih dari 2 marhalah maka

tahkiya tidak sah diberikan pada orang adil karena haknya wali ghoib itu harus

diberkan pada qodhi dan apabila itu aqrob atau berpergian kurang dari 2 marhalah

maka wewenang wali tidak bisa diberikan pada hakim, akan tetapi arus menunggu

Page 79: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

66

walinya atau diberikan pada orang lain yanga bisa di percaya menurut syariat,

bersifat adil, alimmuktamat (bisa bertanggung jawab) tidak boleh meninggalkan

syariat untuk mengikuti adat dan biasanya yang ditunjuk untuk menikahkan adalah

seorang kiai yang sudah dipercayai sifat keadilannya dan mursyidnya.

KH. Ahmad Rifa‟i juga menetapkan syarat-syarat tersebut bagi wali dan

menetapkan bahwa wali termasuk rukun nikah, sehingga tidak sah nikahnya

seorang perempuan tanpa wali. Berbeda dengan ulama Hanafiah maupun Daud ad-

Dahiri yang mengatakan wali bukan termasuk syarat sah nikah. Meskipun secara

umum sama dengan fikih-fikih Syafi‟iyah lainnya, akan tetapi KH. Ahmad Rifa‟i

terkesan lebih menekankan dalam penerapannya, seperti contoh penekanan syarat

adil bagi wali nikah. Akibatnya beliau harus berhadapan dengan pemerintah

Belanda karena kritik keras beliau terhadap hakim-hakim pemerintah yang dinilai

fasik. Dalam hal tertentu KH. Ahmad Rifa‟i juga mengemukakan pendapat yang

berbeda dari pendapat mayoritas ulama‟ Syafi‟iyah. Pendapat berbeda tersebut

seperti halnya dalam masalah wali tahkim.

a. Rukun dan syarat sahnya wali

Islam, tidak sah walinya orang kafir kecuali kafir kitabi, Aqil, tidak sah

walinya orang yang rusak atau hilan akalnya, Baligh, tidak sah walinya orang yang

masih kecil, Laki-laki, tidak sah walinya orang yang khuntsa (wandu) yang muskil

(yang suli untuk dibedakan kecerendungannya dari sisi laki-laki atau perempuan),

Page 80: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

67

Merdeka, tidak sah walinya seorang budak, Mursyid, tidak sah walinya orang yang

fasiq kecuali dalam tingkah dhorurot. Definisi mursyid atau adil yang ditetapkan

oleh KH. Ahmad Rifa‟i adalah sebagai berikut :

Wajib mukalaf weruha adil diraghib

Ikilah kalam ulama pahamen ya thalib

Wahuwal muslimul mukallafulladzi lam yartakib

Kabiratan walam yusirru ala sagiratin dzanid.

Artinya: wajib mukalaf mengetahui definisi adil, yaitu orang muslim yang

mukalaf, tidak melakukan dosa besar dan tidak melanggengkan perbuatan dosa

kecil.

Dalam hal wali nikah, syarat adil ini sangat ditekankan oleh KH. Ahmad

Rifa‟i, sehingga beliau menolak para wali hakim pemerintah penjajah dan ketika

wali aqrab itu fasik sementara wali ab‟ad itu adil, maka yang berhak menjadi wali

nikah ialah wali ab‟ad. (maryani. 2013: 53)

Sementara untuk istilah fasik, KH. Ahmad Rifa‟i memberikan penjelasan

sebagai berikut:

Aran fasik akil baligh sifate manungsa

Ngelakani dosa gede sawiji dirasa

Tuwin ngekelaken haram cili dosa

Ikulah wong fasik arep tinemu mirsa.

Artinya: Yang dinamakan fasik ialah orang berakal, dewasa Melakukan suatu

dosa besar terasa Atau melanggengkan dosa kecil Itulah orang fasik untuk

diketahui.

Meski demikian, ketika terjadi ta‟azur(halangan) seperti halnya tidak ada wali

yang adil, dalam arti semua wali yang ada itu fasik, maka KH. AhmadRifa‟i

mengesahkan juga nikah dengan menggunakan wali fasik. Seorang wali rela

menjadi wali (ikhtiyar) maka tidak sah walinya orang yang dipaksa. Makna

ikhtiyar di sini ialah tidak terpaksa. Artinya seorang wali ketika bertindak menjadi

Page 81: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

68

wali nikah tidak dipaksa oleh pihak tertentu melainkan ia menjadi wali nikah

dengan kemauan sendiri. Jika seorang wali nikah itu dipaksa, maka tidak sah

akadnya.

b. Pernikahan Yang Diulang

Jamaah Rifa‟iyyah dalam melakukan pernikahan mereka memliki adat atau

tradisi serta aturan-aturan yang harus dijalankan, salah satunya yaitu pernikahan

yang diulang.Pernikahan yang dilakukan oleh penghulu, menurut Ahmad Rifa‟i

tidak benar, karena masih banyak kekurangan yang harus dipenuhi. Maka untuk

mengabsahkan pernikahan tersebut harus diulang kembali. Kekurangan-

kekukarangan yang dimaksud ialah pada status wali, saksi dan ijab Kabul dalam

pernikahan.

Sebagai seorang wali pernikahan harus bersifat mursyid, artinya dia harus

selamat dari perbuatan safih, baik safih duniawi maupun ukhrawi karena orang

safih itu dibatasi kehidupannya oleh agama.Demikian juga syahid atau saksi harus

orang-orang yang memenuhi kriteria syahid, sebagaimana digariskan syariat yang

tertulis dalam kitab-kitab fiqih.

Syaikh Ahmad Rifa‟i mengklasifikasikan saksi pernikahan ini diatas saksi

ru‟yatul hilal (melihat tanggal) dan dibawah saksi had perzinaan. Dua saksi yang

adil sangat dibutuhkan dalam pernikahan untuk mengetahui keabsahannya.Selain

itu, dalam ijab Kabul nikah harus memakai bahasa yang bisa dipahami oleh pihak

wali pengantin putrid, calon pengantin putra dan para saksi.

Page 82: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

69

Masalah lain yang mendapat sorotan ialah brkumpulnya kaum lelaki dan

perempuan dewasa terbuka auratnya dalam majelis tanpa adanya tabir pemisah.

Biasanya pengantin putra dan pengantin putrid, wali, para saksi dan sanak kerabat

berlainan jenis duduk bersama dalam satu majelis akad nikah, pada umumnya di

masjid. Hal ini merupakan kemungkaran yang segera harus dihilangkan, sebelum

acara akad nikah dimulai. Karena jika hal itu dibiarkan, jelas akan merusak

keadilan dan berakibat gugur status kesaksian dua saksi itu. Dengan demikian, akad

nikah yang dilaksanakan tidak memenuhi syarat dan rukun, sehingga pernikahan itu

dianggap tidak sah atau batal.

Para ulama ahlu sunah sudah sepakat, bahwa pernikahan yang tidak memenuhi

rukun dan syarat, hukumnya tidak sah (batal) dan harus diulang kembali jika syarat

dan rukun nikah sudah terpenuhi. Syaikh Ahmad Rifa‟i menyetujui atas

kesepakatan para ulama tersebut. Dalam bait-bait syair yang tertera pada kitabnya

Tabyinal Ishlah, Ahmad Rifa‟i mengemukakan:

Ngendika „ulama, lan anapun wicaraane

Barang amal kang ora wajib panggerane

Koyo adol tuku lan “nikah” penggawene

Maka nekani atas wong iku nejane

Durung ngaweruhi partikele kebeneran

Lan sakeh syarate sah kelakuan

Iku haram moho taqsir linakonan

Ning panggerane syiariat kinawaruhan

Terjemahannya:

Ulama berkata, “dan adapun pembicaraannya

Barang amal yang tidak wajib peraturannya

Seperti pekerjaan jual beli dan nikah pekerjaannya

Maka mendatangi orang itu tujuannya

Page 83: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

70

Belum mengerti tatacara kebenaran

Dan semua syarat sahnya perbuatan

Itu haram menyengaja taqsir dijalankan

Di dalam aturan dapat diketahui

Dalam kitab tansyirah (1273 H), Ahmad Rifa‟i mengatakan: bahwa pernikahan

seseorang hendaknya melalui prosedur hukum yang berlaku disuatu Negara,

misalnya tecatat dalam administrasi di lembaga urusan agama. Adapun pelaksanaan

akad nikahnya melalui prosedur hukum islam. Karena pernikahan merupakan awal

pembangunan rumah tangga yang kelak diharap akan mendapat keturunan yang sah

dan menjadi anak yang salih salihah, maka pernikahan yang benar dan sah

merupakan suatu keharusan.

Page 84: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

71

BAB IV

Perpindahan Wali nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

Ditinjau Dari Hukum Islam

A. Analisis Konsep Wali Nikah Di Kitab Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Hukum

Islam

1. Analisis konsep perpindahan hak wali nikah di kitab Tabyin Al-

Ishlahdalam Fiqih

Di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah karya Syaikh Ahmad Rifa‟i, terdapat

konsep perpindahan hak wali nikah, yang mana dijelaskan bahwasannya ketika

akad nikah perwalian dipindahkan kepada wali hakim, dengan alasan

bahwasannya dikhawatirkan wali nasab tidak mumpuni persyaratan untuk

menjadi wali nikah, maka dalam hal ini perwalian harus dipindahkan atau

dengan istilah lain di taukilkan kepada wali hakim yang mana menurut kitab

tabyin al-ishlah yaitu orang alim yang bersifat adil dan mursyid.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan kitab-kitab fikih seperti

Kifayatul Akhyar, Bidayatul Mujtahid dan yang lainnya, wali nikah dapat

dipindahkan dengan beberapa alasan diantaranya, ketika wali nasab tidak

sanggup dalam hal ini tidak mampu karena kurang yakin, maka boleh untuk

dipindahkan kepada wali hakim, kemudian ketika wali nasab sudah meninggal

atau sedang dalam bepergian jauh juga boleh dipindahkan kepada wali .

Page 85: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

72

2. Analisis konsep perpindahan hak wali nikah di kitab tabyin al-ishlah dalam

Undang-undang perkawinan

Sebelumnya sudah dibahas mengenai konsep perpindahan hak wali nikah di

dalam kitab Tabyin Al-Ishlah, setelah penulis mengkajinya di dalam undang-

ndang perkawinan juga membahasnya.Jika di dalam kitab Tabyin Al Ishlah

sendiri menjelaskan bahwa konsep perpindahan hak wali yaitu dipindahkan

kepada seseorang yang dianggap terjaga sifat adil dan mursyidnya yaitu

kiyai.Akan tetapi jika di dalam undang-undang perkawinan menjelaskan bahwa

wali nikah atau wali nasab dapat perpindah kepada wali hakim ketika wali nasab

tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi wali dalam arti cacat, tidak yakin,

atau sedang dalam bepergian jauh. Dan yang di tetapkan untuk menjadi wali

hakim yaitu wali nikah yang ditugaskan oleh petugas kantor urusan agama

(KUA).

B. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah Ditinjau

Dari Hukum Islam

1. Analisis perpindahan hak wali nikah dalam fikih

Setelah penulis mengkaji tentang wali nikah, baik dalam kerangka fiqih

pada umumnya, maupun tentang wali nikah yang di tetapkan KH. Ahmad Rifa‟i,

penulis memahami bahwa sebenarnya ketentuan wali nikah yang ditetapkan KH.

Ahmad Rifa‟i secara umum adalah sama dengan fiqih-fiqih Syafi‟iyah yang lain.

Sebagaimana Fathu al-Qarib, Fathu al-Mu‟in, Kifayah al-Ahyar, I‟anah at-

Talibin, Iqna,‟ Mugni al-Muhtaj, al-Bajuri, Fathu al-Wahhab, Tanwir al-Qulub,

Page 86: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

73

dll. Dalam hal hukum danpersyaratan wali nikah misalnya, kitab-kitab tersebut

juga mengharuskan nikah dengan wali dan mensyaratkan beberapa syarat bagi

wali, yang diantaranya wali harus adil, mursyid, dan tidak fasiq.

Namun yang dimaksud adil dalam kitab Tabyin Al-Ishlah sendiri yaitu

seorang wali yang terhindar dari dosa besar dan tidak melanggengkan dosa kecil

mursyid yaitu seorang yang dipercaya kealimannya dan fasiq yaitu terhindar

dari sifat safih. Jika penulis simpulkan, seperti yang sudah dijelaskan

bahwasannya antara ketiga sifat yang sudah disebutkan di atasada

ketersinambungannya, dimana seorang wali yang dimaksud yaitu dia seorang

alim yang tidak diragukan lagi sifat-sifat yang sudah disebutkan yang di

dalamnya juga di pertimbangkan tingkah lakunya setiap hari contoh kecilnya

dalam berpakaian tidak menggunakan kaos pendek dan celana pendek, juga

selalu menutup kepalanya dengan peci. Dan dalam menghadiri suatu

perkumpulan tidak bersamaan dengan perempuan yang bukan muhrimnya. Jika

semua itu dalam kesetiap hariannya terjadi, maka dapat diragukan kefasiqannya

dan tidak bisa menjadi wali nikah karena tidak memenuhi kualifikasi untuk

menjadi wali nikah.

2. Analisis perpindahan hak wali nikah dalam undang-undang perkawinan

Mengenai pembahasan wali nikah Dalam Pasal 20 ayat 2hanya

menyebutkan wali itu terdiri dua macam, yaitu KHI wali nasab dan wali hakim.

KHI tidak mengakui wali tahkim, karena KHI tidak mensyaratkan wali itu harus

adil, di Indonesia ada hakim yang ditetapkan oleh Negara.Perkawinan selain di

Page 87: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

74

atur di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga diatur di dalam undang-

undang no.1 tahun 1974.

Hal ini dijelaskan dalam pasal 6 ayat (2) bahwasannya ” untuk

melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus

mendapat izin dari kedua orang tua”. Akan tetapi di dalam ayat (3) apabila

dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2)

pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua

yang mampu menyatakan kehendaknya.Dan di dalam ayat (4) dijelaskan

bahwasannya “dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari

wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah

dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam

keadaan dapat menyatakan kehendaknya. Kemudian di dalam ayat (5) dijelaskan

bahwa apabila dari kedua orang tua ataupun wali keturunan garis lurus keatas

tidak mampu menyatakan kehendaknya maka izin dapat diperoleh dari

pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan

melangsungkan pernikahan atas permintaan orang tersebut.

Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, akad

nikah dilakukan oleh wali sendiri atau diwakilkan kepada pegawai pencatat

nikah atau P3NTR atau orang lain yang menurut pegawai pencatat nikah

(P3NTR) dianggap memenuhi syarat.

Page 88: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

75

Dalam pasal 25 peraturan menteri agama nomor 3 tahun 1975 dijelaskan

bahwasannya “apabila calon suami atau wali nikah tidak hadir pada waktu

akad nikah disebabkan keadaan memaksa, maka dapat diwakilkan kepada

orang lain.

C. Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah Pada

Zaman Sekarang Ditinjau Dari Hukum Islam

Islam merupakan agama yang bersifat universal.Didalamnya tidak

menganut ajaran yang kaku.Ia mampu beradaptasi dan berkembang diberbagai

daerah dan disetiap waktu. Akan tetapi terkadang budaya dan tradisi lokal dalam

masyarakat tidak dapat dihindari oleh berbagai kalangan masyarakat muslim.

Karena itu agama dan budaya saling berjalan beriringan tanpa mengurangi nilai-

nilai yang terkandung didalamnya.

Seperti halnya mengenai pembahasan perpindahan hak wali nikah yang

terjadi di kalangan masyarakat pengikut Syaikh Ahmad Rifa‟i yang mana mereka

berpegangan pada kitab Tabyin Al-Ishlah dalam pembahasan pernikahan,

khususnya wali nikah. Di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan yang harus

dipenuhi oleh kedua mempelai nikah untuk melangsungkan suatu rangkaian

pernikahan harus mempelajari kitab Tabyin Al-Ishlah itu sendiridan tidak semua

daerah dalam menentukan kualifikasi untuk menjadi wali nikah itu sama dengan

yang sudah dijelaskan di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah.

Di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah sudah disebutkan bahwasannya yang

berhak menjdi wali nikah ialah dia seorang wali hakim yang sudah mumpuni

Page 89: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

76

untuk menjadi wali nikah. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bpembahasan

sebelumnya yangmana, kualifikasi untuk menjadi walinikah yang sesuai dengan

ketentuan kitab Tabyin Al-Ishlahyaitu seseorang yang tidak lagi diragukan sifat

adil dan mursyidnya dan dalam berperilaku setiap harinya terhindar dari dosa

besar dan tidak melanggengkan dosa kecil.

Berbicara mengenai perpindahan hak wali nikah, sebenarnya di dalam

kompilasi hukum islam (KHI) dan juga undang-undang perkawinan no. 1 tahun

1974 tidak ada yang membahas secara spesifik tentang perpindahan hak wali

nikah. Jika di dalam KHI pasal 22 hanya menyebutkan “perwalian dapat

dipindahkan kepada wali hakim ketika wali tersebut tuli, tuna netra dan terdapat

udzur”.Sedangkan di dalam undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 49

hanya menyebutkan bahwa perwaliannya dapat dicabut ketika wali nikah

berkelakuan buruk dan melakukan kewajiban anaknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa relevansi perpindahan hak wali

nikah dalam kitab Tabyin Al-Ishlah dalam pandangan hukum islam diperbolehkan

akan tetapi apabila diterapkan pada era zaman sekarang kurang relevan karena,

kualifikasi seorang wali nikah yang ditentukan dalam kitab tabyin al-ishlah masih

condong pada era zaman dahulu ketika kolonial belanda menjajah Negara ini,

yangmana wali nikah pada saat itu dipandang kurang cakap untuk menjadi wali

nikah karena tidak mumpuni melakukan tugasnya sebagai wali nikah. Dimana

seorang wali nikah itu harus memiliki sifat adil and mursyid.

Page 90: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukan penulis dari skripsi yang

berjudul “perpindahan hak wali dalam kitab Tabyinal Ishlah di tinjau dari hukum

islam”, yang mana kiyai H. Ahmad Rifa‟i sebagai imam Jamaah Rifa‟iyyah dan

beliau menuangkan pemikiran-pemikirannya tentang konsep perpindahan hak wali

kedalam kitab Tabyinal Ishlah.

Penulis menyimpulkan ada beberapa kesimpulan yang akan dipaparkan:

1. Konsep perpindahan hak wali yang dijelaskan di dalam kitab Tabyinal Ishlah,

yaitu wali nasab dipindahkan kepada wali hakim yaitu seorang kiyai. Pada

masa KH. Ahmad Rifa‟i mayoritas wali hakim atau penghulu belum bisa adil

mursyid, berada dalam perintah pemerintah kafir atau pemerintah belanda dan

hanya memikirkan kepentingan pribadi dengan mengatas namakan agama guna

mengeruk keuntungan pribadi. Setelah Indonesia merdeka pengulangan

pernikahan atau tradisi shihah di Jam‟aah Rifa‟iyah sudah mengalami

pergeseran dikarenakan para penghulu sudah diperintah oleh penguasa bukan

kafir, para penghulu dinilai sudah memiliki sifat yang alim dan sebagian besar

penghulu memiliki latar belakang pendidikan agama yang cukup mumpuni.

Namun demikian, di Jamaah Rifa‟iyah masih ada yang tetap mempertahankan

tradisi Shihah dengan pemahaman yang berbeda pada masa KH. AhmadRifa‟i.

Page 91: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

78

Tradisi shihah lebih ditujukan sebagai bentuk tabarukan, mengharap berkah

kepada sang Guru, itu yang pertama.Kedua,dilakukan bertujuan untuk

tajdid,memperbaharuipernikahan.Ketiga, untuk

tajamulnikahataumemperindahpernikahanuntukmewujudkankeluargayangbaha

gia, tentramdan sejahtera.

Sedangkan di dalam KHI tentang wali nikah pasal 20 ayat 1 dijelaskan

bahwasannya yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang

memenuhi syarat hukum islam yakni muslim, aqil dan baligh.

Orang yang rusak akalnya karena tua atau sakit tidak boleh menjadi wali,

kewaliannya harus dipindahkan. Demikian juga menurut suatu pendapat orang

yang sangat bodoh tidak boleh menjadi wali, sebab tidak mengerti kebaikan

untuk dirinya apalagi kebaikan untuk orang lain. Dalam hal wali harus orang

islam yang baik (tidak fasik).

2. Di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah karangan beliau Syaikh Ahmad Rifa‟i,

terdapat beberapa syarat wali, yang mana wali nikah sah jika memenuhi

beberapa syarat yang telah ditentukan, yaitu: Sebagai seorang wali pernikahan

harus bersifat mursyid, artinya dia harus selamat dari perbuatan safih, baik

safih duniawi maupun ukhrawi karena orang safih itu dibatasi kehidupannya

oleh agama. Demikian juga syahid atau saksi harus orang-orang yang

memenuhi kriteria syahid. Sedangkan di dalam KHI disebutkan syarat seorang

wali nikah: laki-laki, baligh, waras akalnya, tidak dipaksa, adil, dantidak

sedang dalam ihram.

Page 92: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

79

3. Relevansi perpindahan hak wali nikah dalam kitab Tabyin Al-Ishlah dalam

pandangan hukum islam diperbolehkan akan tetapi apabila diterapkan pada era

zaman sekarang kurang relevan karena, kualifikasi seorang wali nikah yang

ditentukan dalam kitab Tabyin Al-Ishlahmasih condong pada era zaman dahulu

ketika kolonial belanda menjajah Negara ini, yangmana wali nikah pada saat

itu dipandang kurang cakap untuk menjadi wali nikah karena tidak mumpuni

melakukan tugasnya sebagai wali nikah. Dimana seorang wali nikah itu harus

memiliki sifat adil dan mursyid.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan menganalisa hasil yang didapat dari data-

data, penulis bermaksud memberikan saran bagi masyarakat umum. Bahwasannya,

bagi masyarakat umum dalam menunjuk wali nikah harus mempunyai prinsip

keati-hatian, dimana prinsip tersebut merupakan pegangan dalam mewujudkan

keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. Sedangka bagi Jamaah Rifa‟iyah

jangan hanya terpaku terhadap pemikiran KH. Ahmad Rifa‟i harus membuka diri

dengan pemikiran-pemikiran ulama lain.Konsep pernikahan Jamaah Rifa‟iyah

dalam ajaran agama Islam termasuk konsep yang diperbolehkan, sehingga

pertahankan konsep tersebut.Namun dalam mempertahankan konsep tersebut

Jamaah Rifa‟iyyah harus melihat perkembangan zaman.

C. Penutup

Dengan memanjatkan puji syukur dan ucapan Alhamdulillah atas segala

karunia, petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

Page 93: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

80

skripsi ini dalam bentuk sederhana sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

penulis.Untuk itu penulis mengharapkan pengembangan terus menerus, yang

terpenting adalah saran dan kritik demi kesempurnaan selanjutnya.

Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis, umumnya bagi para pembaca dan juga bermanfaat untuk

masyarakat umum.

Page 94: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

81

DAFTAR PUSTAKA

Summa Amin Muhammad, Hukum Keluarga Islam di Dunia. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta: 2004

Nasution khoiruddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia Dan

Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim. ACAdeMIA +

TAZZAFA. Yogyakarta: 2009

Rifa‟i Moh, Fiqih Islam Lengkap. PT. Karya Toha Putra.

Semarang:2014

Saleh Hassan, Kajian Fiqihnabawi Dan Fiqih Kontemporer. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta: 2008

Attihami Ibnul Madani Muhammad, Konsep Isam Di Malam Pertama

Dan Bulan Madu Di Alik Tirai Pernikahan. Ampel Suci.Surabaya:

2000

Abdullah Aljan Erfani, Pembaruan Hukum Perdata Islam. UII Press.

Yogyakarta: 2017

Sabiq Sayyid, Fikih Sunnah. PT. Alma‟arif. Bandung: 1980

Jumantoro Totok, Amin Munir Samsul, Kamus Ilmu Ushul Fikih.

Amzah. 2005

Rasjid Sulaiman, Fiqih Islam. Sinar Baru Algensindo. Bandung. 2016

Rofiq Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta: 1995

Page 95: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

82

Qardhawi Yusuf, Problematika Islam Masa Kini Qardhawi

Menjawab. Trigenda Karya. 1995

Mubarok Jain, Kaidah Fiqih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta:

2002

Moh Zuhri.dkk, Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar. PT. Karya

Thoha Putra. Semarang: 1978

Rusyd Ibnu,Bidayaul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid. Pustaka

Amani. Jakarta: 2007

Syalthut Mahmud, Fiqih Tujuh Madzhab. CV. Pustaka Setia.

Bandung: 2000

Al-ghazali,Ringkasan Ihya‟ „Ulumuddin. Sinar Baru Algensio.

Bandung: 2016

Tim Redaksi Nuansa Aulia,Kompilasi Hukum Islam dan Undang-

Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Bandung: CV. Nuansa

Aulia. 2015

Amin Syadzirin Ahmad,Gerakan Syaikh Ahmad Rifa‟i Dalam

Menentang Kolonial Belanda. Jamaah Masjid Baiturrahman. Jakarta:

1996

Zed, Mestika,Metode Penelitian Kepustakaan.Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta: 2004

Soekanto, Soeryono Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat. CetIV. PT. Raja Pers, Jakarta: 1995

Page 96: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

83

Mariyani Dewi, Konsep Wali Nikah (Analisis Pemikiran KH. Ahmad

Rifa‟i Relevansinya Dengan KHI pasal 19-23). IAIN Walisongo.

Semarang: 2013

Safuddin Ahmad Hanif, Tradisi Pernikahan Jam‟iyah Rifa‟iyah Di

Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. IAIN.

Salatiga: 2015

Page 97: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau
Page 98: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau
Page 99: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau
Page 100: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau
Page 101: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

SURAT KETERANGAN KEAKTIFAN (SKK)

Nama : Ringayatunnisa‟ Fakultas : Syariah

Nim : 21114021 Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Dosen PA : Heni Satar N, S.H., M.Si

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Poin

1. Sertifikat OPAK

STAIN Salatiga

“Aktualisasi Gerakan

Mahasiswa yang

Beretika, Disiplin dan

Berfikir Terbuka”

Oleh : DEMA STAIN

Salatiga

18-19

Agustus

2014

Peserta 3

2. Sertifikat OPAK

SYARIAH

“Membangun

Mahasiswa Jurusan

Syari‟ah dan

Ekonomi Islam yang

Cerdas dan Peduli”

Oleh : HMJ Syariah

21 Agustus

2014

Peserta 3

3. Sertifikat Orientasi

Keislaman

“Pemahaman Islam

Rahmatan Lil

„Alamin Sebagai

Langkah Awal

Menjadi Mahasiswa

Berkarakter” Oleh:

LDK Darul Amal dan

Ittaqo STAIN Salatiga

21 Agustus

2014

Peserta 2

4. Sertifikat Seminar

Nasional

“Implementasi

Kurikulum 2013 pada

Mapel Bahasa Arab

Tingkat Dasar, dan

Tingkat Menengah

4

November

2014

Peserta 6

Page 102: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

Dalam Upaya

Menjawab Tantangan

Pengajaran Bahasa

Arab ” Oleh: ITTAQO

STAIN Salatiga

5. Sertifikat Achievement

Motivation Training

“Dengan AMT

Menyongsong

Prestasi” Oleh: CEC

dan JQH STAIN

Salatiga

23 Agustus

2014

Peserta 2

6. Sertifikat Library

User Education Oleh:

UPT PERPUSTAKAN

STAIN Salatiga

28 Agustus

2014

Peserta 2

7. Sertifikat “Training

Pembuatan Makalah”

Oleh: LDK STAIN

Salatiga

17

September

2014

Peserta 3

8. Sertifikat “Training

Pengembangan Diri

dan Komunikasi”

Oleh: KAMMI

Komisariat Salatiga

18

September

2014

Peserta 3

9. Sertifikat “Bedah

Buku Membidik

Bintang” Oleh: LDK

Darul Amal Salatiga

01 Oktober

2014

Peserta 2

10. Sertifikat “Seminar

Nasional

Entrepreneurship” Oleh: Racana Kusuma

Dilaga Woro Srikandi

STAIN Salatiga

16

November

2014

Peserta 6

11. Sertifikat Bedah Buku

“Metode Tafsir

Kontemporer Model

Pedekatan

Hermeneutika Sosio-

Tematik dalam Tafsir

Al Qur‟an Hasan

27

November

2014

Peserta 2

Page 103: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

Hanafi” Oleh: HMPS

IAT STAIN Salatiga

12. Seminar Nasional

“Mencegah Generasi

Pemuda Islam dari

Pengaruh

Radikalisme ISIS”

Oleh: Kelompok

Anjangsana AS IAIN

Salatiga

06 Mei

2015

Peserta 6

13. Seminar Internasional

“Petani Untuk

Negeri”

24

September

2016

Peserta 8

14. Seminar Nasional

“Perbankan Syari‟ah

di Indonesia : antara

Teori dan Praktik”

Oleh: HMJ HES IAIN

Salatiga

4

November

2015

Peserta 6

15. Seminar Nasional

“Perempuan

Indonesia di Mata

Hukum dan HAM”

Oleh: Fakultas

Syari‟ah IAIN Salatiga

21

Desember

2016

Peserta 8

16. Seminar Nasional

“Hak Gender Kaum

Difabel dalam

Perspektif Sosiologi

dan Hukum Islam”

Oleh HMJ AS

24

Desember

2015

Peserta 8

17. Bedah Buku “Agama

Baha‟i Dalam

Lintasan Sejarah di

Jawa Tengah” Oleh:

Fakultas Syari‟ah

26 April

2016

Peserta 2

18. Seminar Nasional

“Esensi Dakwah

Kontemporer” Oleh:

LDK IAIN Salatiga

21 Mei

2016

Peserta 6

19. Kuliah Umum

“Gerakan Revivalis

02 Juni

2016

Peserta 2

Page 104: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

Islam Modern dan

Perkembangan

Hukum di Indonesia”

Oleh: Fakultas

Syari‟ah

20. Seminar Nasional

“Rekontruksi Ideal

Sistem Peradilan di

Indonesia” Oleh HMJ

AS IAIN Salatiga

22

September

2016

Peserta 8

21. Seminar internasional

“Menjadi

Mobilepreuneur

dalam E-Commerce”

Oleh: Country Director

Tap Indonesia Kota

Salatiga

25 April

2017

Peserta 8

22. Seminar Nasional

“Perbaikan Mutu

Pendidikan Melalui

Profesionalitas

Pendidikan” Oleh

HMJ Fakultas

TARBIYAH STAIN

Salatiga

13

November

2014

Peserta 6

23. Seminar regional

“Menumbuhkan

Semangat Berbagi

Dan Kebersamaan

Sesama Muslim di

Bulan Suci

Ramadhan” Oleh:

dema fakultas

23 Juni

2016

Peserta 4

24. Surat Keputusan

Pengangkatan

Pengurus pondok

pesantren sunan giri

salatiga Tahun 2017

13

Desember

2016

Pengurus 3

25. Participant In Art and

Language Exhibition

2017 “Kidung

Katresnan Dewi

26 April

2017

Peserta 2

Page 105: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

Arimbi” Oleh:

Organized

Internasional Class

Program IAIN Salatiga

26. Kuliah Umum

“Kontribusi Fatwa-

Fatwa DSN MUI

terhadap

Perkembangan

Hukum Ekonomi

Syari‟ah di

Indonesia” Oleh: HMJ

HES IAIN Salatiga

8 Mei 2017 Peserta 2

27. Kuliah Umum

“Reorientasi Hukum

Keluarga Islam”

Oleh: HMJ HKI

Fakultas Syariah IAIN

Salatiga

Mei 2017 Peserta 2

28. Seminar Nasional

“Peluang Mahasiswa

dalam Berinvestasi

Menuju Kemandirian

Ekonomi” Oleh

DEMA Fakultas

Syari‟ah IAIN Salatiga

8

November

2017

Peserta 6

29. Kuliah Umum “Peran

Partai Politik Islam

Dalam Pentas Politik

Nasional Untuk

Mewujudkan

Indonesia Emas”

Oleh: Fakultas Syariah

IAIN Salatiga

19

september

2016

Peserta 2

30. Seminar Nasional “Ide

dan Gerakan

Penegakan Khilafah

dalam Dunia Islam

Kontemporer” Oleh:

Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga dan MUI Kota

Salatiga

20

Desember

2017

Peserta 6

Page 106: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

31. Surat Keputusan

Pengangkatan

Pengurus Pondok

Pesantren Salatiga

Tahun 2018

25 Juni

2018

Pengurus 3

32. Seminar nasional “Fun

Training Nasonal

Pendidikan Gerakan

Masyarakat Salatiga”

oleh: GEMAS Salatiga

27 februari

2016

Peserta 6

33. Seminar Nasional

“Perlindungan

Hukum terhadap

Usaha Mikro

Menghadapi Pasar

Bebas Asean ” Oleh:

Fakultas Ushuluaddin,

Adab dan Humaniora

IAIN Salatiga

Desember

2014

Peserta 6

34. Seminar Nasional

“Mewujudkan

Indonesia Kita,

Bukan Indonesia

Kami :

Meningkatkan

Stabilitas Ekonomi di

Tengah Gejolak

Politik Indonesia”

Oleh : HMJ HES

Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga

2 Mei 2018 Peserta 6

35. Seminar Nasional

“Kesehatan Islami”

Oleh: Ormas dan

Gemas Salatiga

10 Agustus

2015

Peserta 6

63. Masa Penerimaan

Anggota Baru

“Rekontruksi Mental

Mahasiswa dalam

Kerangka

Pergerakan” Oleh:

PMII Rayon Syari‟ah

17-19

Oktober

2014

Peserta 3

Page 107: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau

Salatiga, 02 Agustus 2018

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Dr. Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si

NIP. 197909302003121001

dan Ekonomi Islam

Komisariat Joko

Tingkir Kota Salatiga

37. Sertifikat “Pentas Seni

Dalam Rangka

Meriahkan Hari

Kemerdekaan Ri Ke-

72” ole Desa Ledok

Kota Salatiga tahun

2017

19 Agustus

2017

Panitia 2

Total Point 161

Page 108: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau
Page 109: Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4691/1/SKRIPSI risa.pdf · Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau