reklamasi pt. bukit asam- jadi artikel

Upload: rio-jhiee

Post on 09-Oct-2015

125 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    TINJAUAN

    KEGIATAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT. BUKIT ASAM

    BAGI PEMBELAJARAN DIKLAT KEHUTANAN

    Oleh

    Burhanudin JP

    Widyaiswara Madya pada Pusat Diklat Kehutanan

    Abstrak

    Dewasa ini usaha pertambangan hampir di seluruh kepulauan Indonesia berkembang

    sangat pesat. Berbagai bahan tambang seperti minyak, gas, nikel, timah, emas, intan,

    batubara dan lain-lain terkandung dalam perut bumi Indonesia yang tersebar hampir di

    seluruh propinsi termasuk propinsi Sumatera Selatan.

    PT. Bukit Asam merupakan salah satu perusahaan tambang batubara tertua yang berada

    di Sumatera Selatan. Oleh karena itu perusahaan ini mempunyai pengalaman yang cukup

    baik dalam penambangan batubara dan telah banyak melakukan kegiatan reklamasi

    dengan baik sesuai pedoman yang ada baik dari kementerian ESDM maupun Kementerian

    Kehutanan.

    Pengalaman yang dipunyai perusahaan tersebut merupakan bahan pembelajaran bagi

    kediklatan kehutanan. Banyak manfaat yang bisa diambil dari pengalaman tersebut

    diantaranya dalam hal proses serta hasil kegiatan reklamasi bekas tambang pada lahan

    maupun kawasan hutan yang dilakukan PT. Bukit Asam yang bisa dijadikan sebagai

    bahan diklat terkait reklamasi hutan bekas tambang. Selain itu juga bisa dijadikan

    tempat/lokasi praktik diklat sesuai kebutuhan kurikulum sehingga akan membantu

    efisiensi dan efektivitas pelaksanaan diklat.

    Kata Kunci : Pengalaman PT Bukit Asam, Reklamasi hutan bekas tambang dan Bahan

    diklat.

    A. Latar Belakang.

    Keterlibatan Kementerian Kehutanan dalam kegiatan reklamasi hutan bekas

    tambang tidak seperti Kementerian ESDM yang lebih dahulu menangani

    penambangan mineral dan batubara. Keterlibatan kehutanan dalam reklamasi

    relatif baru setelah adanya UU 41 tahun 1999 yang dijabarkan dalam

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 76 tahun 2008 tentang

    Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan lebih tegas lagi dalam Peraturan

    Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.4/Menhut-II/2011 tentang

    Pedoman Reklamasi Hutan. Ketertinggalan ini membuat Kementerian

  • 2

    Kehutanan harus bekerja ekstra keras dalam menangani reklamasi ini terlebih

    lagi dengan adanya pinjam pakai kawasan hutan.

    Kegiatan penambangan sudah barang tentu menyebabkan kerusakan

    lingkungan yang tak terhingga. Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi di

    lokasi tambang dan sekitarnya merupakan konsekuensi dari proses kegiatan

    penambangan. Namun demikian perubahan lingkungan tersebut dapat

    diminimalkan dengan melakukan reklamasi pada lahan-lahan bekas tambang

    yang telah dinyatakan selesai maupun penambangan sedang berjalan.

    Reklamasi hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau memulihkan

    kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal

    sesuai peruntukannya.

    PT. Bukit Asam merupakan perusahaan pertambangan batubara yang cukup

    lama dan telah banyak melakukan kegiatan reklamasi dengan baik sesuai

    pedoman yang ada baik dari kementerian ESDM maupun Kementerian

    Kehutanan.

    Dalam tulisan ini akan membahas tentang ruang lingkup dan proses serta

    hasil kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Bukit Asam sebagai pembelajaran

    bagi diklat-diklat kehutanan terkait kegiatan reklamasi bekas tambang pada

    lahan maupun kawasan hutan. Selain itu juga mencoba mengidentifikasi

    bahan/materi diklat bahkan kesesuaian lokasi praktik dengan kebutuhan

    kurikulum diklat sehingga akan membantu efisiensi dan efektivitas

    pelaksanaan diklat.

    B. Manfaat Tulisan

    Tulisan ini akan bermanfaat bagi para widyaiswara pengampu materi

    reklamasi hutan bekas tambang dan bagi penyelenggara diklat. Bagi

    widyaiswara, tulisan ini bisa dipakai sebagai suplemen dalam merancang

    bahan dan kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktik.

  • 3

    Bagi penyelenggara, tulisan ini akan bermanfaat dalam mempersiapkan

    pelaksanaan diklat reklamasi hutan bekas tambang misalnya berkaitan

    dengan fasilitas/sarana-prasarana pembelajaran teori dan praktik. Demikian

    juga terkait pembelajaran praktik penyelenggara harus mendapatkan

    informasi tentang akomodasi-konsumsi dan transportasi, serta tenaga lokal

    sebagai pendamping atau narasumber.

    C. Gambaran Umum PT Bukit Asam.

    Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman

    kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan

    terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air

    Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan

    bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk

    kepentingan komersial dimulai pada 1938.

    Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para

    karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang

    menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian

    mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam

    (PN. TABA). Pada 1981, PN. TABA kemudian berubah status menjadi

    Perseroan Terbatas dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)

    Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan

    pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 pemerintah

    menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.

    Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada

    1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha

    briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri

    sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA.

    PT. Bukit Asam terletak di Kecamatan Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim

    Propinsi Sumatera Selatan, perjalanan dari Palembang ke lokasi

  • 4

    memerlukan waktu 5 - 6 jam. Lokasi pelaksanaan penambangan batubara

    terbagi kedalam 2 site yaitu Blok Tambang Air Laya seluas 7.621 ha dan Blok

    Tambang Banko Barat seluas 4.500 ha.

    D. Ruang Lingkup dan Proses Penambangan dan Reklamasi PT Bukit Asam.

    Secara umum kegiatan penambangan batubara di Indonesia dilakukan

    dengan teknik penambangan terbuka (open pit), yaitu dengan membuka

    lahan (land clearing), mengupas tanah pucuk (stripping top soil), mengupas

    dan menimbun tanah penutup (over burden stripping), membersihkan dan

    menambang batubara, menutup kembali lubang galian dengan overburden,

    menata lahan, menebarkan tanah pucuk, dan penanaman kembali

    (revegetasi). Dengan teknik seperti ini, telah menyebabkan kerusakan

    lingkungan berupa rusaknya kondisi fisik, kimia, dan biologis tanah tambang

    belum lagi hilangnya keanekaragaman hayati yang begitu tinggi. Oleh karena

    itu kegiatan rehabilitasi dan reklamasi pasca penambangan batubara mutlak

    diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan tersebut sehingga

    kembali ke ekosistem semula. Di PT. Bukit Asam, ruang lingkup dan proses

    penambangan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

    1. Eksplorasi

    Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan penambangan adalah

    eksplorasi. PT. Bukit Asam melakukan kegiatan eksplorasi selain untuk

    mendapatkan data penyebaran dan ketebalan batubara, dalam kegiatan ini

    juga dilakukan pengambilan contoh batubara dan tanah penutup. Selain

    untuk mengetahui kualitas batubara, tanahnya juga akan dianalisa

    parameter geotekniknya. Hasil analisa laboratorium ini akan digunakan

    sebagai masukan bagi pembuatan peta penyebaran batubara dan

    kualitasnya. Tanah penutup ini sangat berperan dalam kegiatan reklamasi.

  • 5

    2. Pembukaan Lahan

    Setelah eksplorasi dilakukan, PT. Bukit Asam melakukan kegiatan

    pembukaan lahan dengan penuh kehati-hatian. Hasil ini didasari atas rona

    awal hutan sungguh kaya dengan plasma nuftah, ekosistem yang lengkap,

    iklim mikro yang baik, flora dan fauna yang beraneka ragam. Oleh

    karenanya, sebelum kegiatan pembukaan lahan dimulai, dilakukan

    kegiatan identifikasi dan dokumentasi flora dan fauna yang ada di daerah

    tersebut. Beberapa jenis spesies tanaman penting dan jenis lokal dikoleksi

    untuk ditanam kembali pada kegiatan rehabilitasi lahan nantinya. Kelalaian

    dalam kegiatan pembukaan lahan mengakibatkan kerugian yang cukup

    siginifikan bagi perusahaan baik dari segi materi maupun secara ekologis.

    Gambar 1. Kegiatan pembukaan lahan tanpa kehati-hatian akan merusak lingkungan

    yang cukup besar.

    Sumber Foto : PT Bukit Asam.

    Pembersihan lahan dilakukan terhadap pohon-pohon dan semua vegetasi

    yang ada diatasnya dibabat dan di tumbangkan kemudian ditimbun

    disuatu tempat terutama untuk kayu-kayu yang tidak bisa dimanfaatkan.

    Hasil akhir dari kegiatan ini yaitu didapatkannya areal bersih dari vegetasi

    sehingga memudahkan proses penggalian lapisan top soil dan sub soil.

  • 6

    3. Pengolahan dan Penyebaran Tanah Top soil

    Kegiatan selanjutnya setelah pembersihan lahan yaitu kegiatan

    pengolahan tanah pucuk (top soil). Tanah pucuk (top soil) adalah lapisan

    tanah bagian atas yang banyak mengandung unsur hara yang sangat baik

    untuk pertumbuhan tanaman. PT. Bukit Asam mengartikan tanah pucuk

    (top soil) ini dengan ketebalan lapisan tanah sampai dengan 50-70 cm.

    PT Bukit Asam melakukan kegiatan pengolahan tanah pucuk sebagai

    berikut :

    Pengambilan tanah pucuk/top soil dilakukan untuk mengamankan tanah

    yang masih bagus kandungan haranya. Tanah top soil dari lokasi

    penggalian dibawa ke lokasi penimbunan dilakukan dengan

    menggunakan alat angkut Dump Truck dan dihamparkan dengan

    menggunakan alat Buldozer untuk meratakan penimbunannya.

    Pengambilan tanah pucuk dilakukan seoptimal mungkin, selanjutnya

    dilakukan penebaran pada lahan timbunan yang sudah final.

    Tanah pucuk yang dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara

    selanjutnya ditempatkan di daerah yang sudah final dan siap

    direhabilitasi atau di stock sementara menunggu lokasi yang telah final.

    Melakukan pengamanan stock tanah pucuk dengan tanaman LCC

    (Legume cover crops) agar terhindar dari kerusakan dan erosi.

    a b

  • 7

    c

    Gambar 2. Penyimpanan sementara tanah pucuk (a). Penebaran tanah pucuk (b) dan

    Pengaman tanah pucuk dari erosi dengan LCC (c).

    Sumber Foto : PT Bukit Asam dan Burhan JP

    Pengolahan tanah pucuk dilakukan dalam rangka penanganan kualitas

    tanah untuk reklamasi agar tanah tersebut selalu terjaga.

    PT. Bukit Asam melakukan penanganan kualitas tanah dengan cara :

    Memanfaatkan kembali tanah pucuk sebagai media tumbuh tanaman

    pada kegiatan revegetasi lahan.

    Melakukan penambahan bahan organik (kompos, pupuk kandang,

    Kaptan, Kompos TEL) serta pengapuran tanah untuk mempercepat

    pemulihan kesuburan lahan.

    Melakukan revegetasi lahan secepatnya pada lahan timbunan yang

    sudah final dengan tanaman LCC dan tanaman tahunan yang adaptif.

    Melakukan perawatan tanaman revegetasi secara intensif untuk

    mempercepat pemulihan lahan.

    Gambar 3. berikut memperlihatkan bagaimana upaya PT. Bukit Asam

    dalam rangka menangani kualitas tanah agar selalu terjaga dengan baik

    sebagai bahan reklamasi.

  • 8

    a b

    c d e

    Gambar 3. Pemanfaatan tanah pucuk (a); Penambahan bahan organik & pengapuran (b);

    Penanaman LCC & tanaman pokok (c); Pemeliharaan (d & e).

    Sumber Foto : PT Bukit Asam

    4. Penggalian dan Penimbunan Tanah Over Burden Dengan Spreader.

    Tanah Over Burden merupakan lapisan tanah/batuan yang berada di

    bawah top soil/tanah pucuk dan di atas lapisan batubara. Penggalian Tanah

    over burden dilakukan dengan menggunakan Bucket Wheel Excavator

    (BWE), tanah dimuat ke dalam belt conveyor (ban berjalan) dengan sistem

    langsir, lebar conveyor 1,200 mm & 1,600 mm dengan kapasitas 2,800 m3

    /jam dan 5,600 m3/jam. Sebelumnya tanah tersebut sebagian diledakkan

    terlebih dahulu untuk memudahkan pemindahan.

    Tanah over burden dari lokasi penggalian dibawa ke lokasi penimbunan

    dilakukan dengan menggunakan Belt Conveyor (Ban berjalan) dan

    dihamparkan dengan menggunakan alat Spreader dan dibantu oleh

    Buldozer untuk meratakan penimbunannya.

    Penimbunan dilakukan dengan cara berjenjang atau terasering dengan

    kemiringan 1 : 4 dengan lebar 60 meter.

  • 9

    Gambar 4. Penggalian Tanah Over Burden dengan BWE

    5. Penggalian Batubara dan Penanganan Batubara di Stock Pile

    Setelah tanah over burden digali, selanjutnya dilakukan penggalian

    batubara, hasil dari penggalian diangkut menggunakan Conveyor ke stock

    pile menggunakan Stracker Reclaming (SR). Dari Stock pile dikirim ke Train

    Loading Station (TLS) untuk dikirim ke Gerbong Kereta Api (KA) diangkut ke

    Pelabuhan Tarahan dan Dermaga.

    6. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

    Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan

    penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan

    berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan

    sedimentasi di alur-alur sungai.

    Dalam pengendalian erosi dan sedimentasi yang merupakan salah satu

    pengelolaan lingkungan, PT Bukit Asam mengantisipasinya dengan cara :

    Melakukan pengaturan pola penimbunan dan pola alir air dengan upaya

    Pembentukan Backslope dan membuat saluran Down ditch dan saluran

    utama serta check dam yang diperkuat dengan batu.

    Membuat Kolam Pengendap Lumpur (KPL) untuk menampung

    sedimen yang berasal dari lahan timbunan dan galian tambang.

    Melakukan pengurasan lumpur secara berkala untuk menjaga efektivitas

    KPL.

  • 10

    Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang pengendalian erosi dan

    sedimentasi yang dilakukan PT Bukit Asam.

    (a)

    (b)

    Gambar 5. Pengendalian erosi dan sedimentasi dengan pembentukan Backslope, saluran

    air yang diperkuat dengan batu (a) dan KPL (b).

    Sumber Foto : PT. Bukit Asam.

    Kegiatan lainnya dalam pengendalian erosi dan sedimentasi yang

    merupakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yaitu pengelolaan

    kualitas air.

  • 11

    Dalam pengelolaan kualitas air, PT. Bukit Asam mengantisipasi dengan

    cara:

    Membuat KPL dan Wetland sebagai sarana untuk pengendapan

    sedimen dan treatment kualitas air.

    Fungsi KPL dan Wetland untuk mengendapkan lumpur yang terbawa

    akibat aliran air permukaan, sehingga air yang masuk ke sungai

    mempunyai kualitas yang sesuai dengan baku mutu lingkungan (BML).

    Selain KPL juga dibuat Wetland untuk penanganan Air Asam Tambang

    (AAT) dengan cara pasif khususnya untuk menurunkan logam berat Fe

    dan Mn.

    Gambar 6. Wetland untuk penanganan air asam

    Sumber Foto : PT. Bukit Asam

    Untuk melakukan penurunan asam/pH air dilakukan dengan

    pengapuran. Untuk itu diperlukan bak penampung dan pencampur

    antara air dan kapur yang selanjutnya dialirkan secara berbelok-belok

    ke kolam-kolam hingga netral baru dialirkan ke sungai.

  • 12

    Gambar berikut memperlihatkan proses penurunan asam /pH air

    dengan pengapuran, kemudian dialirkan ke kolam-kolam dengan

    berbelok-belok untuk selanjutnya dialirkan ke sungai lepas.

    Gambar 7. Proses pengapuran pada KPL

    Sumber : PT. Bukit Asam

    Gambar 8. Sebelum dialirkan ke sungai lepas, air dialirkan ke kolam-kolam yang

    berbelok-belok.

    Sumber Foto : Burhan JP.

    7. Penanaman Revegetasi

    Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi

    yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan

    bekas penggunaan kawasan hutan.

    Kolam Pengaduk Pengapuran secara mekanis

    Titik Penataan

  • 13

    Kegiatan revegetasi di PT Bukit Asam dilakukan dengan penuh perhatian

    dan keseriusan. Revegetasi diawali dengan penebaran benih tanaman

    penutup tanah (LCC=Legium Cover Crop), untuk mencegah terjadinya

    erosi. Selanjutnya dilakukan penanaman tanaman pionir /tanaman keras,

    khususnya jenis yang cepat tumbuh seperti Kayu putih dan Jabon. Setelah

    tanaman berumur 3- 5 tahun kemudian ditanami pengayaan tanaman

    komersil sesuai dengan tanaman pada rona awal misalnya meranti .

    Bibit tanaman yang digunakan sebagian besar hasil pembibitan sendiri dan

    pembelian bibit dari masyarakat sekitar.

    Perawatan tanaman di daerah rehabilitasi dilakukan secara rutin, supaya

    tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pekerjaan meliputi pemberian

    pupuk dan pembersihan gulma.

    Untuk mengetahui perkembangan daerah rehabilitasi secara menyeluruh,

    dilakukan pemantauan flora dan fauna secara rutin.

    Gambar 9. Penanaman dan pemberian pupuk kandang saat penanaman.

    a b Gambar 10. Tanaman jabon umur 4 bulan (a) dan tanamaan kayu putih

    berumur 8 bulan (b) hasil revegatasi.

    Sumber Foto : Burhan JP.

  • 14

    8. Pembibitan.

    Dalam rangka penyiapan bibit untuk kegiatan revegetasi, selain beli dari

    masyarakat, PT Bukit Asam telah menyiapkan persemaian/pembibitan sendiri

    di lokasi pembibitan PT Bukit Asam. Areal pembibitan seluas 2 ha dikelola

    secara baik dan modern dicirikan dengan pengembangan kultur jaringan dan

    adanya laboratorium. Bibit-bibit tersebut digunakan untuk kegiatan

    penanaman tahun berjalan dan penyulaman.

    Proses produksi bibit dilakukan dari biji, Stek Pucuk, Puteran, Cabutan dan

    Kultur Jaringan, serta implementasi Fungi Mikoriza terhadap bibit. Kapasitas

    produksi bibit per tahun sebanyak 500.000 bibit. Jenis bibit yang diproduksi

    diantaranya : Jabon, Acacia mangium, Sengon, Pulai, Trembesi dan beberapa

    jenis lokal serta jenis lainnya.

    Gambar 11. Lokasi pembibitan PT Bukit Asam dikelola dengan baik dan modern.

    Sumber Foto : PT. Bukit Asam & Burhan JP

    E. Fasilitas Diklat.

    PT. Bukit Asam mempunyai perhatian yang serius dan terbuka terhadap

    pendidikan dan pelatihan. Setiap saat selalu ada siswa, mahasiswa, dosen dan

    pihak lain untuk melakukan kegiatan praktik, magang, penelitian maupun

    kegiatan lainnya.

  • 15

    Khusus untuk diklat terkait rehabilitasi dan reklamasi hutan, substansi dan

    kegiatan yang dilakukan PT. Bukit Asam cukup ideal untuk kegiatan praktik

    diklat. Materi yang bisa di bahas dan dipelajari yaitu sejak kegiatan

    perencanaan reklamasi sampai dengan evaluasi hasil reklamasi.

    PT. Bukit Asam mempunyai divisi diklat tersendiri bagi karyawannya, yang

    melaksanaan kegiatan diklat sesuai substansi yang diperlukan perusahaan.

    Diklat yang dilaksanakan bervariasi mulai dari administrasi, manajemen

    sampai dengan teknik. Tersedia ruang kelas yang tertata dengan baik dan

    lengkap. Pelatih atau narasumber diisi oleh karyawan senior dan untuk materi

    tertentu mendatangkan dari luar. Bagi siswa yang magang /praktik, pihak

    perusahaan hanya menyiapkan uang saku saja, sedangkan penginapan dan

    konsumsi, safety shoes dan helm di tanggung sendiri siswa yang magang.

    Untuk pelaksanaan kegiatan ke lapangan, kendaraan sewaan tersedia dengan

    biaya yang terjangkau.

    F. Kesimpulan dan Saran.

    1. Kesimpulan :

    a. Ruang lingkup kegiatan reklamasi hutan bekas tambang di PT Bukit

    Asam dimulai dari eksplorasi, pembersihan lapangan (land clearing),

    penggalian tanah pucuk dan over borden, penggalian batubara,

    penataan lahan, revegetasi termasuk penyiapan pembibitan dan

    pemeliharaan serta evaluasi hasil kegiatan.

    b. Penambangan batubara PT Bukit Asam cukup ideal untuk tempat

    kegiatan diklat khususnya kegiatan praktik terkait diklat reklamasi

    hutan bekas tambang. Materi praktik cukup baik dan bervariasi

    c. Para pendamping lapangan sebagai narasumber cukup tersedia dan

    qualified sesuai bidangnya.

  • 16

    d. Fasilitas pendukung kelas dan mungkin asrama untuk jumlah terbatas

    sangat dimungkinkan karena PT. Bukit Asam mempunyai divisi diklat

    tersendiri. Namun apabila peserta diklat cukup banyak, di sekitar

    Tanjung Enim tersedia penginapan kelas melati dengan harga

    terjangkau.

    e. Fasilitas transportasi bagi kegiatan diklat cukup tersedia dengan biaya

    yang perlu dikonfirmasi dengan pihak perusahaan terlebih dahulu.

    2. Saran.

    a. Kegiatan praktik terkait diklat rehabilitasi dan reklamasi hutan bisa

    dilakukan di tempat ini namun dalam pelaksanaannya perlu konfirmasi

    terlebih dahulu jauh sebelum kegiatan dilaksanakan.

    b. Fasilitas diklat lainnya seperti, akomodasi dan konsumsi serta

    transportasi bisa dijajaki kembali sebelum diklat dilaksanakan.

    G. DAFTAR PUSTAKA

    http://ptba.co.id/id/about/history Profil Perusahaan, Sejarah Perusahaan

    PT. Bukit Asam (6 Pebruari 2014).

    Anonymous, 2013, Bahan presentasi Sekilas PT Bukit Asam Tbk. Tanjung Enim

    Sumsel.

    Burhanudin JP & Samsudi, 2013, Laporan hasil kajian pengembangan

    bahan/materi diklat terkait reklamasi hutan bekas tambang (Studi

    Kasus di PT. Bukit Asam Tanjung Enim Sumsel dan di PT Kaltim

    Prima Coal Sangatta Kaltim), Pusdiklat Kehutanan Bogor.

    Mansur Irdika, 2010 Teknik Silvikultur Untuk Reklamasi Lahan Bekas

    Tambang Seameo Biotrop Bogor.

    Mansur Irdika, 2011. Perkembangan Teknik Reklamasi Bekas Tambang Dan

    Implementasin Green Mining di Indonesia. Proseding Seminar

    Nasional Pertambangan, Kendari 24-25 Juni 2011. Seameo Biotrop

    Bogor.

    Peraturan Pemerintah no 76 tahun 2008, tentang Rehabilitasi dan Reklamasi

    Hutan.

  • 17

    Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008 tentang

    Reklamasi Penutupan Tambang dan Sumberdaya Mineral.

    Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.60/Menhut-II/2009

    tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan

    Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman

    Reklamasi Hutan.