reklamasi-2.tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
BAB IITINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA
2.1. UMUM
Daerah rawa non pasang surut (seringkali disebut juga sebagai tanah lebak) pada
umumnya merupakan lahan dengan keadaan topografi yang rendah dan berbentuk
cekungan. Akibat air hujan daerah tersebut tergenang air.di musim kering berangsur-
angsur air rawa tersebut menjadi kering dan terkadang kering sama sekali dalam
waktu yang relatif singkat (1-2 bulan). Pada daerah-daerah yang berada didekat
sungai, air yang menggenangi berasal dari luapan air sungai disekitarnya. Namun, ada
pula daerah rawa yang sudah digenangi air hujan sebelum ditambah oleh air sungai
melimpah ke daerah tersebut (Suhardjono, 1994 : 3).
Terdapat dua faktor penting yang menyebabkan terjadinya penggenangan air,
yaitu (Suhardjono, 1994 : 3) :
1. Keadaan topografi yang datar, rendah dan berbentuk cekungan-cekungan.
2. Keadaan drainasi alam yang tidak baik.
2.2. SISTEM JARINGAN DRAINASI
Dalam merencanakan sebuah sistem jaringan drainasi, diperlukan data peta
topografi yang menggambarkan kondisi daerah studi. Garis kontur dalam peta
menggambarkan kondisi daerah yang akan direncanakan. Topografi suatu daerah akan
menentukan sistem jaringan drainasi serta bentuk yang paling efektif untuk saluran
pembuang.
Berdasarkan bentuk dan sistem jaringan tata air yang telah dikembangkan dalam
reklamasi rawa, termasuk rawa gambut terdapat empat sistem jaringan pengelolaan air
yaitu :
II - 1
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
1. Sistem Handil
2. Sistem Anjir
3. Sistem Garpu
4. Sistem Sisir
Dari keempat sistem jaringan drainasi tersebut, masing-masing mempunyai
karakteristik desain yang berbeda-beda. Adapun uraian mengenai keempat sistem
tersebut diatas adalah sebagai berikut:
2.2.1 Sistem Handil
Sistem handil merupakan sistem tata air tradisional yang rancangannya sangat
sederhana berupa saluran yang menjorok masuk dari muara sungai. (Noor, 2001:100).
Umumnya handil memiliki lebar 2-3 m, dalam 0,5-1 m dan panjang masuk dari muara
sungai 2-3 km. Jarak antar handil satu dengan yang lainnya berkisar 200-300 m.
Adakalanya panjang handil ditambah atau diperluas sehingga luas yang
dikembangkan dapat mencapai 20-60 Hektar (noor, 2001:100).
Bentuk dari sistem ini biasanya di pinggir handil dibuat saluran-saluran yang
tegak lurus sehingga suatu handil dengan jaringan saluran-salurannya menyerupai
bangunan sirip ikan atau tulang daun nangka.untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.1. Sebuah handil umumnya digali dan dimanfaatkan secara gotong royong
oleh 7-10 orang. (Noor, 2001:100)
Sistem handil ini mengandalkan apa yang telah diberikan alam berupa tenaga
pasang surut untuk mengalirkan air sungai ke saluran-saluran handil dan parit kongsi,
kemudian mengeluarkannya ke arah sungai jika surut.
Kelebihan sistem handil :
1.Sistem ini dapat digunakan sebagai jaringan pengairan atau drainasi.
2.Dapat dimanfaatkan sebagai alur transportasi untuk dilewati sejenis sampan atau
perahu kecil
II - 2
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
Kelemahan sistem handil :
1. Hanya cocok dikembangkan untuk skala pengembangan yang relatif kecil dan
hanya dapat menjangkau luas areal yang terbatas.
2. Seringkali timbul masalah titik aliran mati (air diam, tidak bergerak) pada ujung
saluran
Gambar 2. 1.Sistem Handil
Sumber : Noor, 2001 : 105
2.2.2 Sistem Anjir
Sistem anjir disebut juga dengan sistem kanal yaitu sistem air makro dengan
pembuatan saluran besar yang dibuat untuk menghubungkan antara dua sungai besar.
Saluran yang dibuat dimaksudkan untuk dapat mengalirkan dan membagikan air yang
masuk dari sungai untuk pengairan jika terjadi pasang dan sekaligus menampung air
limpahan (pengatusan) jika surut melalui handil-handil yang dibuat sepanjang anjir.
Dengan demikian, air sungai dapat dimanfaatkan untuk pertanaman secara lebih luas
dan leluasa.
Dengan dibuatnya anjir, maka daerah yang berada di kiri dan kanan saluran
dapat diairi dengan membangun handil-handil (saluran tersier) tegak lurus kanal,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. Perbedaan waktu pasang dari dua
sungai yang dihubungkan oleh sistem anjir ini diharapkan akan diikuti oleh perbedaan
II - 3
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
muka air sehingga dapat tercipta suatu aliran dari sungai yang muka airnya lebih
tinggi ke sungai yang rendah.
Kelebihan sistem anjir :
1. Dengan dibuatnya anjir, maka daerah yang berada di kiri dan kanan saluran dapat
diairi dengan membangun handil-handil (sebagai saluran tersier) tegak lurus
kanal.
2. Adanya anjir ini menimbulkan lalu lintas transportasi air antara dua kota menjadi
lebih ramai sehingga mendorong pembangunan daerah karena terjadinya
peningkatan arus pertukaran barang dan jasa.
Kelemahan sistem anjir :
1. Terjadi aliran balik pada bagian tengah saluran (kanal) penghubung dari air yang
semestinya dibuang mengalir masuk kembali akibat didorong oleh gerakan
pasang.
2. Di wilayah yang berpotensi sulfat asam terjadi kontak antara sedimen air sungai
dengan sedimen asam yang mengandung kadar Al tinggi sehingga menimbulkan
keracunan pada tanaman dan biota air lainnya.
Gambar 2. 2.Sistem Anjir
Sumber : M. Noor, 2001 : 105
II - 4
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
2.2.3 Sistem Garpu
Sistem garpu adalah sistem tata air yang dirancang dengan saluran-saluran
yang dibuat dari pinggir sungai masuk menjorok ke pedalaman berupa saluran
navigasi dan saluran primer, kemudian disusul dengan saluran sekunder yang dapat
terdiri atas dua saluran bercabang sehingga jaringan berbentuk menyerupai garpu.
Ukuran lebar saluran primer antara 10-20 m dan dalam sebatas di bawah batas pasang
minimal. Ukuran lebar saluran sekunder antara 5-10 m. Pada setiap ujung saluran
sekunder sistem garpu dibuat kolam yang berukuran luas sekitar 90.000 m2 (300 m x
300 m) sampai dengan 200.000 m2 (400 m x 500 m) dengan kedalaman antara 2,5-3
m. Pada setiap jarak 200-300 m sepanjang saluran primer atau sekunder dibuat saluran
tersier (Noor, 2001 : 103).
Kelebihan sistem garpu :
1. Pada ujung saluran sekunder sistem garpu biasanya dibuat kolam, yang berfungsi
untuk menampung sementara unsur dan senyawa beracun pada saat pasang,
kemudian diharapkan keluar mengikuti surutnya air.
2. Luasan lahan yang dapat dikembangkan dari sistem garpu dapat berkisar sepuluh
ribu hektar.
Kelemahan sistem garpu :
1. Biaya yang relatif mahal dalam pemeliharaan kolam.
2. Terjadinya aliran mati pada bagian ujung-ujung saluran yang menjadikan aliran air
tidak sempurna.
3. Mutu air sepanjang saluran sekunder pada sistem garpu yang menuju ke arah
kolam makin asam sehingga pada kolam penampungan menjadi sumber asam.
II - 5
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
Gambar 2. 3.Sistem Garpu
Sumber : Noor, 2001 : 105
2.2.4 Sistem Sisir
Sistem sisir merupakan pengembangan sistem anjir yang dialihkan menjadi
satu saluran utama atau dua saluran primer yang membentuk sejajar sungai. Pada
sistem sisir tidak dibuat kolam penampung pada ujung-ujung saluran sekunder
sebagaimana pada sistem garpu. Sistem saluran dipisahkan antara saluran pemberi air
dan pengatusan. Pada setiap saluran tersier dipasang pintu air yang bersifat otomatis
(aeroflapegate). Pintu bekerja secara otomatis mengatur jeluk muka air sesuai dengan
pasang dan surut (Noor, 2001 : 104).
Kelebihan sistem sisir :
1. Panjang saluran sekunder pada sistem sisir dapat mencapai 10 km.
2. Pada sistem sisir tidak dibuat kolam penampung pada ujung-ujung saluran
sekunder sebagaimana pada sistem garpu sehingga dalam perencanaannya lebih
ekonomis.
II - 6
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
Kelemahan sistem sisir :
1. Terjadinya air mati (dead water) di tengah-tengah saluran primer.
2. Endapan yang tinggi pada ujung saluran primer.
Gambar 2. 4.Sistem Sisir
Sumber : Noor, 2001 : 105
2.3. IRIGASI
Irigasi adalah usaha untuk pengendalian sistem pemberian air dari sungai ke petak-
petak sawah dan pembuangan air dari petak-petak sawah ke sungai lagi. Tetapi
sebenarnya tujuan irigasi bukan itu saja, melainkan untuk :
1. Membasahi tanah
Hal ini merupakan tujuan yang terpenting, karena tumbuhan banyak memerlukan
air selama masa pertumbuhannya. Pembasahan tanah dengan menggunakan air ini
untuk memenuhi kekurangan air, selama air yang diperlukan tanaman tersebut
tidak ada ataupun sedikit dari curah hujan.
2. Merabuk tanah
Membasahi tanah dengan air sungai yang banyak mengandung mineral yang
dibutuhkan tanaman.
3. Mengatur suhu tanah
II - 7
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
Tanaman dapat tumbuh baik dengan suhu optimal, yaitu sesuai untuk
pertumbuhannya. Sehingga dengan air irigasi kita dapat mengatur suhu tanah agar
dapat mencapai kondisi tersebut.
4. Membersihkan tanah
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan hama tanaman seperti ulat, tikus,
serangga dan lain-lain, dan juga untuk menghilangkan zat – zat mineral yang
terdapat di dalam tanah yang tidak kita kehendaki, yang dapat mengganggu
pertumbuhannya.
5. Membersihkan air kotor
Berguna untuk mencuci bahan – bahan yang membahayakan tanaman pada air
kotor, sehingga tidak membahayakan lagi pada tanaman.
6. Memperbesar persediaan air tanah
Muka air tanah akan naik akibat digenangi air irigasi yang merembes. Dengan
naiknya muka air tanah maka debit sungai pada musim kemarau akan naik.
7. Memperbaiki struktur tanah
Tanah berbutir memiliki banyak pori sehingga memerlukan lebih banyak
pengairan. Bahan – bahan yang dibawa oleh air irigasi akan membuat butir– butir
tanah lebih padat.
Ada banyak aspek yang mempengaruhi banyaknya kebutuhan air yang diperlukan
dalam perencanaan dan perancangan saluran atau jaringan irigasi, antara lain:
a. Jenis tanaman
Tanaman padi membutuhkan air yang lebih banyak daripada tanaman lain pada
umumnya, hal ini dikarenakan tanaman padi membutuhkan air yang banyak
untuk menggenangi tanah tempat tumbuhnya.
b. Jenis tanah
Setiap tanah memiliki kapasitas menahan air dan permeabilitas yang berbeda –
beda sehingga kebutuhan air irigasi tergantung dari jenis tanahnya. Tanah yang
II - 8
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
mempunyai kapasitas menahan air lebih tinggi dan permeabilitas kecil
mebutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang mempunyai
kapasitas menahan air yang kecil dan permeabilitas tinggi.
c. Topografi
Daerah yang permukaannya miring membutuhkan air yang lebih banyak
dibandingkan dengan daerah yang tanahnya relatif datar, sebab pada tanah yang
miring air yang mengalir dipermukaan lebih besar daripada yang merembes
kedalam tanah dibandingkan dengan tanah yang lebih datar.
d. Iklim
Faktor iklim yang paling dominan dalam mempengaruhi kebutuhan air adalah
suhu. Makin tinggi suhu makin besar penguapan dan makin besar pula kebutuhan
airnya
e. Cara bercocok tanam
Penanaman secara bergilir membutuhkan lebih sedikit air maksimum yang harus
dialirkan ke suatu tempat dibandingkan dengan penanaman serentak.
2.4. PENENTUAN KEBUTUHAN AIR
Penentuan kebutuhan air adalah ditujukan untuk mengetahui berapakah
banyaknya air yang diperlukan oleh lahan agar dapat menghasilkan secara
optimal. Dalam penentuan kebutuhan air ini diperhitungkan pula efisiensi dari
saluran yang dilalui. Kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman adalah berbeda
tergantung pada koefisien tanaman. Ada berbagai unsur yang mempengaruhi
penentuan kebutuhan air yaitu :
1. Evapotranspirasi potensial
2. Curah hujan
3. Curah Hujan Efektif
4. Pola tanam
5. koefisien tanaman
6. Perkolasi dan rembesan
7. Penggantian lapisan air
8. Masa penyiapan lahanII - 9
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
9. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan
2.4.1 Evapotranspirasi potensial
Evaporasi adalah suatu proses penguapan atau berpindahnya sejumlah uap air
yang berada dari permukaan air bebas akibat dari sinar matahari dan faktor
lainnya seperti:
Temperatur
Kelembaban
Kecepatan angin
Tekanan atmosfer (kecil)
Sedangkan transpirasi adalah proses penguapan yang berasal dari vegetasi
(tumbuh–tumbuhan ke atmosfer). Jadi evapotranspirasi adalah proses penguapan
atau berpindahnya sejumlah air yang berasal dari permukaan air bebas, vegetasi
(tumbuh – tumbuhan) serta dari tanah yang lengas ke atmosfer.
2.4.2 Curah Hujan
Tinggi hujan adalah ketebalan lapisan air di atas permukaan yang bebas terhadap
rembesan maupun penguapan dan dinyatakan dalam satuan (mm). Intensitas
hujan adalah tinggi hujan per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan
(mm/jam,mm/menit).
2.4.3 Curah Hujan Efektif
Untuk Irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil 80% dari
curah hujan rata – rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%.
Curah hujan efektif ini didapat dari analisis curah hujan. Analisis curah hujan
dilakukan dengan maksud menentukan:
- Curah hujan efektif, dimana dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan irigasi.
Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang
secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
- Curah hujan lebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung kebutuhan
pembuangan / drainase dan debit banjir.
II - 10
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
2.4.4 Pola Tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam tahap studi akan ditinjau dengan
memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil survey, kalau perlu diadakan
beberapa penyesuaian. Dalam membuat pola tanam ini yang sangat perlu
diperhatikan adalah curah hujan yang terjadi. Baik curah hujan maksimum
maupun minimum. Dengan melihat kondisi curah hujan tersebut akan bisa
direncananakan berbagai pola tanam dengan masing – masing keuntungan dan
kekurangan.
2.4.5 Perkolasi dan Rembesan
Perkolasi adalah peristiwa air ke dalam tanah dimana tanah dalam keadaan jenuh.
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat – sifat tanah. Data – data mengenai
perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah
akan merupakan bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di
daerah pryek maka pengukuran laju perkolasi dapat langsung dilakukan di sawah.
Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan
berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Di daerah – daerah miring, perembesan dari
sawah ke sawah dapat mengakibatkan kehilangan banyak air. Di daerah – daerah
dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 2 mm/hari
akibat perkolasi dan rembesan. Pada tanah – tanah yang lebih ringan laju
perkolasi bisa lebih tinggi.
2.4.6 Penggantian lapisan air (WLR)
Penggantian lapisan air setinggi 50 mm diberikan dengan jangka waktu satu
setengah bulan, jadi kebutuhan air tambahan adalah 3,3 mm/hari.
2.4.7 Masa Penyiapan Lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah
1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin,
jangka waktu 1 bulan dapat dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan
lahan sawah (puddling) bisa diambil 250 mm. Ini meliputi penjenuhan
II - 11
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
(presaturation) dan penggenangan sawah, pada awal transplantasi akan ditambah
lapisan 50 mm lagi.
2.5. ANALISIS DEBIT SUNGAI
Perkiraan kuantitatif sumber daya air didasarkan pada data hidrologi dan
meteorologi yang merupakan inti dari nilai semua studi, rencana bangun dan konstruksi
dari pengembangan suatu satuan wilayah sungai. Oleh karena itu kecukupan dan
kehandalan data tersebut adalah sangat penting. Untuk menganalisis suatu sistem tata
air di tingkat wilayah sungai maka pertama kali diperlukan adanya analisis ketersediaan
air.
Perhitungan perkiraan kuantitatif ketersediaan air permukaan akan menjadi bahan
masukan untuk menentukan daerah daerah rawan air, serta menentukan sumber air
baku ataupun prasarana air baku potensial yang dapat dikembangkan dimasa
mendatang. Analisis analisis ketersediaan air pada prinsipnya adalah untuk
mendapatkan data runtut waktu (time-series) yang andal dan cukup panjang misalnya
sekitar 20 tahun. Data-data tentang ketersediaan permukaan akan menjadi bahan
masukan untuk menentukan daerah daerah rawan air, serta menentukan sumber air
baku ataupun prasarana air baku potensial yang dapat dikembangkan dimasa
mendatang. Untuk menganalisis suatu sistem tata air di tingkat wilayah sungai maka
pertama kali diperlukan adanya analisis ketersediaan air.
Analisis ketersediaan air pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan data runtut
waktu (time-series) yang andal dan cukup panjang misalnya sekitar 20 tahun.
Permasalahan yang sering timbul dalam analisa ini adalah keterbatasan data debit pada
sungai-sungai yang ada. Jumlah ketersediaannya seringkali hanya beberapa tahun atau
bahkan tidak ada sama sekali, sehingga perlu dilakukan analisis pembangkitan data
debit atas dasar data hujan dan iklim (rainfall runoff analysis untuk kurun waktu yang
cukup panjang).
2.6. PERENCANAAN HIDRÁULIKA SALURAN
Dalam perencanaan daerah rawa, analisis hidraulika memegang peranan penting,
II - 12
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
seperti halnya analisis ketersediaan air dan banjir. Analisis yang dilakukan adalah
analisis debit banjir, kecepatan aliran rencana pada saluran, modul drainase,
perencanaan dimensi dari saluran drainase, perencanaan bangunan-bangunan penunjang
daerah rawa seperti bangunan pintu air, jembatan, gorong-gorong dan sedimen yang
akan terjadi pada saluran sehingga saluran tersebut tetap terjaga tanpa memerlukan
perawatan yang banyak.
2.7. Kriteria Desain
Pada Tahap Desain ini, disusun suatu alternatif sistem dengan kajian dari berbagai
aspek, baik aspek teknis, operasi dan pemeliharaan, sosial ekomomi dan biaya. Aspek-
aspek yang dikaji menyangkut hal-hal seperti :
a) Kecepatan Ijin
Perencanaan saluran dilakukan sedemikian rupa sehingga aliran dalam keadaan
stabil, artinya saluran tidak mengalami sedimentasi dan erosi. Untuk maksud
tersebut maka diupayakan sehingga batas kecepatan tidak melebihi kecepatan
maksimum yang diijinkan dengan maksud menghindari terjadinya erosi dan tidak
boleh lebih kecil dari kecepatan minimum yang diijinkan dengan maksud
menghindari sedimentasi.
b) Koefisien Kekasaran Saluran Pembuang
Koefisien kekasaran saluran (Koefisien Strickler) K sangat tergantung pada faktor-
faktor seperti kekasaran dasar saluran dan talud, vegetasi dan ketidakteraturan
trase.
c) Kemiringan Sisi Saluran
Akan ditentukan dari analisa mengenai stabilitas lereng tanah pada beberapa
kedalaman, baik pada saluran primer, saluran sekunder maupun saluran tersier.
d) Tinggi Jagaan (Free Board)
Tinggi jagaan adalah ruang bebas yang terletak di atas muka air maksimum pada
saluran. Tinggi jagaan berkaitan dengan debit yang mengalir pada ruas saluran
yang ditinjau.
e) Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran yang terjadi harus berada di bawah kecepatan maksimum yangII - 13
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
diijinkan dan bergantung pada jenis tanah pada dasar maupun tepi saluran.
f) Lebar Dasar Saluran
Lebar dasar saluran pemberi dan saluran pembuang akan ditetapkan berdasarkan
beban debit pada ruas saluran yang direncanakan, dengan menggunakan persamaan
analisa Steady Flow. (analisa dimensi dengan konsep analisa gerak air non-statis).
g) Tanggul Banjir
Ketinggian tanggul banjir ditentukan dengan melakukan perhitungan debit banjir
dengan periode ulang 25 tahun. Ukuran minimum tanggul akan memenuhi criteria
stabilitas (faktor keamanan SF>= 2) sesuai dengan data tanah .
2.8. SALURAN DRAINASE
Pada umumnya saluran yang ada akan dipertahankan, sedangkan kemiringan
taludnya akan dibuat sesuai rencana, hal ini disebabkan karena kenyataan di lapangan
saluran-saluran yang ada kondisinya relatif tidak stabil akibat gerusan air sehingga pada
beberapa ruas saluran perlu di linning dan dengan demikian kapasitas saluran yang ada
harus dikontrol terhadap kebutuhan air di sawah dan debit sebagai saluran pembuangan
(drainase sawah).
Dalam suatu sistem pengairan untuk suatu lahan pertanian akan terjadi
keseimbangan antara air yang masuk dan keluar. Apabila keseimbangan ini terganggu
akibat kelebihan ataupun kekurangan air air maka mengakibatkan dampak buruk bagi
lahan pertanian tersebut. Drainasi adalah cara untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh
yang jelek terhadap tanaman akibat terjadinya kelebihan air pada lahan tersebut.
Biasanya tanaman padi tumbuh dalam keadaan tergenang, namun demikian jika
terjadi kelebihan air masih dapat diijinkan sepanjang hal ini masih dalam batas
toleransi. Untuk tanaman padi tinggi genangan yang diijinkan adalah 5 sampai 15 cm,
sedangkan untuk tanaman padi jenis varietas unggul tinggi genangan 10 cm cukup
memadai. Kedalaman air yang lebih dari 15 cm harus dihindari karena genangan yang
terlalu lama akan mengurangi hasil panen. Varietas unggul dan khususnya varietas
biasa (tradisional) kurang sensitif terhadap tinggi air.
Besar kecilnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh air yang berlebihan
tergantung kepada :II - 14
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
• Kedalaman lapisan air yang berlebihan
• Berapa lama genangan yang berlebihan itu berlangsung
• Tahap pertumbuhan tanaman
• Varietas
Tahap pertumbuhan padi yang paling peka terhadap kelebihan air adalah selama
pemindahan bibit ke sawah (transplantasi), persemaian dan permulaan masa berbunga.
Merosotnya hasil panenan secara tajam akan terjadi apabila dalamnya lapisan air
melebihi setengah dari tinggi tanaman padi selama tiga hari atau lebih. Jika tanaman
padi tergenang sedalam 20 cm selama jangka waktu lebih dari 3 hari hampir dapat
dipastikan bahwa tidak akan terjadi panen.
Perencanaan sistem drainasi untuk lahan pertanian, ada dua macam yaitu drainasi
bawah permukaan (sub surface drainage) dan drainasi atas permukaan (surface
drainage). Saluran bawah permukaan berfungsi sebagai pengontrol permukaan air
tanah serta membuang kelebihan air pada daerah pertanian sedangkan drainasi
permukaan dipakai untuk membuang kelebihan air akibat air hujan yang tidak meresap
ke dalam tanah.
2.8.1 Persyaratan Umum
Untuk Perencanaan Jaringan Drainasi ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, persyaratan tersebut antara lain :
• Sebagai beban rencana akan dipakai hujan 3 (tiga) harian maksimum dengan
periode ulang 5 tahunan.
•Sistem drainage harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
mengembalikan keadaan air paling lama 3 hari sejak terjadinya hujan.
• Kedalaman maks. air tanah untuk padi diambil sampai dengan zone akar yaitu 50
cm.
• Simpanan (storage) di sawah diambil 15 cm
• Kebutuhan air untuk tanaman harus dari sistem pengairan zone akar
• Sistem pengairan dari saluran pemberi harus dengan sistem pengairan zone akar.
II - 15
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
2.8.2 Drainasi Atas Permukaan
Drainasi atas permukaan diperlukan untuk menghilangkan pengaruh yang sangat
jelek pada tanah pertanian yang diakibatkan oleh curah hujan. Hujan yang berintensitas
tinggi akan menyebabkan terjadinya limpasan permukaan (surface run off) dan hal ini
jika tidak segera dibuang maka pada daerah pertanian yang mempunyai ketinggian
rendah akan tergenang sehingga lahan akan kenyang terhadap air yang kemudian
menyebabkan produktivitas tanah akan menurun.
Pada daerah studi genangan air disebabkan oleh hujan yang berlebihan. Untuk itu
direncanakan suatu sistem drainasi atas permukaan. Air direncanakan habis terbuang
pada akhir hari ke tiga. Hal ini didasarkan pada pengaruh genangan terhadap tanaman
padi. Makin lama tanaman padi tergenang air yang berlebihan maka akan semakin
besar pula prosentase penurunan produktivitasnya.
Tabel 2. 1.Daftar Penurunan Produksi Padi akibat Genangan
Masa Pertumbuhan Jenis Genangan
Lama Genangan
1-2 hari 3-4 hari 5-7 hari
Prosentase Penurunan Produksi
20 hari setelah tanam air hujan 10% 20% 30%
Masa pertunasan air hujan 10% 30% 65%
Masa pembungaan air hujan 15% 25% 30%
Masa berbuah air hujan 0% 15% 20%
Sumber : Fukuda, 1968
2.8.3 Debit Saluran Drainasi
Perhitungan debit saluran drainasi ini didasarkan limpasan hujan yang terjadi.
Debit rencana akan dipakai dalam merencanakan kapasitas saluran pembuangan dan
tinggi muka air. Saluran ini direncanakan untuk mengalirkan debit pembuang dari
daerah-daerah sawah dan non sawah, di dalam maupun di luar. Untuk memperkirakan
jumlah air yang masuk ke dalam saluran dapat menggunakan metode Modulus
Drainasi.II - 16
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
2.8.4 Modulus Drainasi
Cara perkiraan air buangan dengan metode ini adalah dengan memperhatikan
tinggi genangan yang terjadi di sawah. Untuk mengontrol tinggi genangan di lapangan
harus memperhatikan kesetimbangan air yang masuk dan keluar. Perhitungan
penambahan air pada jangka waktu tertentu dan berapa lama air tersebut harus dibuang
dinamakan kapasitas rencana. Kapasitas rencana itu disebut modulus drainasi. Rumus
yang dipakai adalah (Anonim, 1986 : 43) :
(Dn)T = (Rn)T + n(I - ETo - P) - Sn
dengan :
(Dn)T = modulus drainasi n harian dengan kala ulang T tahun (mm)
(Rn)T = hujan maksimum n harian dengan kala ulang T tahun (mm)
n = jumlah hari (hari)
I = jumlah air irigasi yang diberikan (mm.hari-1)
ETo = evapotranspirasi (mm.hari-1)
P = perkolasi (mm.hari-1)
Sn = tinggi air yang diijinkan di lahan (mm)
Dari modulus drainasi dapat ditentukan debit yang harus dibuang dalam satuan luas
areal. Rumus yang dipakai adalah :
Dm=(Dn )T
n
dengan :
Dm = modulus drainasi harian per luas (m3.hari-1.ha-1)
n = curah hujan harian
Kenaikan yang diijinkan dalam kedalaman lapisan air pada umumnya tidak akan
melebihi dari 0 – 150 mm dan periode kenaikan ini akan ditoleransi yang dapat berkisar
dari beberapa jam sampai beberapa hari (Suhardjono, 1984 : 68).
II - 17
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
2.8.5 Saluran
Bentuk penampang saluran pembuang yang direncanakan adalah berbentuk
trapesium. Bentuk ini paling sering dijumpai di lapangan, baik sebagai saluran
pembawa maupun sebagai saluran pembuang. Hal ini cukup beralasan karena bentuk
saluran ini mempunyai kelebihan, baik ditinjau dari bentuk hidrolik maupun dari segi
pelaksanaan pembuatannya. Dari segi hidrolik, saluran yang berbentuk trapesium
dengan radius hidrolik (R) yang relatif kecil mampu mengalirkan debit yang relatif
besar. Hal ini berarti jika R diperbesar maka kemampuan untuk mengalirkan debit juga
bertambah besar jika dibandingkan dengan bentuk penampang segiempat maupun
segitiga.
Saluran yang ada direncanakan berdasarkan pada saluran stabil (stable channel),
sehingga persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak terjadi gerusan (non erosive).
Maka perhitungan berdasarkan atas kecepatan maksimum yang diijinkan, untuk itu
perlu ditetapkan besaran-besaran yang berhubungan dengan hal tersebut sehingga
fungsi dari pengaliran pada saluran diharapkan dapat dicapai sebaik mungkin.
Untuk mendimensi saluran dipakai kriteria sebagai berikut :
1. Saluran berbentuk trapesium.
2. Perbandingan antara lebar, tinggi, kecepatan air dan kemiringan talud tergantung pada debit rencana.
3. Perhitungan hidrolis memakai rumus :
Q = A . V
dengan :
Q = debit rencana (m3.det-1)
A = luas penampang (m)
V = kecepatan aliran (m.det-1)
4. Kecepatan aliran memakai rumus Manning
V=1n
. R23 . S
12
II - 18
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
dengan :
V = kecepatan aliran (m det')
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari jari hidrolis (m)
S = kemiringan saluran
Tabel 2. 2.Koefisien Kekasaran Manning
Type SaluranKondisi
baik cukup buruk
Saluran buatan :
1. Saluran tanah, lurus beraturan 0.020 0.023 0.025
2. Saluran tanah, digali biasanya 0.028 0.030 0.025
3. Saluran batuan, tidak lurus dan tidak beraturan 0.040 0.045 0.045
4. Saluran batuan, lurus beraturan 0.030 0.035 0.035
5. Saluran batuan, vegetasi pada sisinya 0.030 0.035 0.040
6. Dasar tanah, sisi batu koral 0.030 0.030 0.040
7. Saluran berliku-liku kecepatan rendah 0.025 0.028 0.030
Saluran alam :
1. Bersih,lurus, tetapi tanpa pasir dan tanpa celah 0.028 0.030 0.033
2. Berliku, bersih, tetapi berpasir dan berlubang 0.035 0.040 0.045
3. Berliku, bersih, tidak dalam, kurang beraturan 0.045 0.050 0.065
4. Aliaran lambat, banyak tanaman dan lubang dalam 0.060 0.070 0.080
5. Tumbuh tinggi dan padat 0.100 0.125 0.150
Saluran dilapisi :
1. Batu kosong tanpa adukan semen 0.030 0.033 0.035
2. Batu kosong dengan adukan semen 0.020 0.025 0.030
3. Lapisan beton sangat halus 0.011 0.012 0.013
II - 19
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
4. Lapisan beton biasa dengan tulangan baja 0.014 0.014 0.015
5. Lapisan beton biasa dengan tulangan kayu 0.016 0.016 0.018
Sumber : Suhardjono, 1984 : 29
5. Dimensi
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air (m)
1 : m = kemiringan talud
Tabel 2. 3.Kemiringan minimum talud untuk berbagai bahan tanah
Bahan Tanah Simbol Kisaran Kemiringan
Batu - <0.25
Gambut kenyal Pt 1.0 - 2.0
Lempung kenyal, geluh (loam), tanah lus CL, CH, MH 1.0 - 2.0
Lempung pasiran, tanah pasiran kohesif SC, SM 1.5 - 2.5
Pasir lanauan SM 2.0 - 3.0
Gambut lunak Pt 3.0 - 4.0
Sumber : KP 03, 1986 : 24
A = luas penampang basah (m2)
= (b + mh) . h
P = keliling basah (m2)
= b + 2h (1 + m2)0,5
II - 20
Studi Perencanaan Drainase Rawa
TEKNIK REKLAMASI
b
h
w
1
m
Gambar 2.1. Penampang Saluran Berbentuk Trapesium
Sumber : KP 03, 1986 : 16
2.8.6 Tanggul
Perencanaan tanggul pada saluran sekunder, kolektor maupun primer adalah untuk :
• menahan genangan air yang diperlukan oleh lahan
• mencegah limpasan banjir saluran masuk ke lahan
• sebagai jalan inspeksi
Tanggul direncanakan di kiri atau di kanan sepanjang saluran. Selain berfungsi sebagai
tanggul untuk menahan air di saluran, tanggul juga berfungsi sebagai jalan petani.
II - 21