reformasi peraturan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum serta pembangunan untuk...
DESCRIPTION
merupakan penjelasan lebih rinci dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2005. disampaikan oleh Direktorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah-BPN RITRANSCRIPT
REFORMASI PERATURAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SERTA PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN
UMUM MELALUI KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN SWASTA (KPS)
(Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2005)
DIREKTORAT PENGATURAN DAN PENGADAAN TANAH PEMERINTAH
23
ISSUE AKTUAL PENGADAAN TANAH
1.Ketersediaan Tanah Semakin Terbatas
2.Rendahnya Partisipasi Masyarakat
3.Potensi Kerugian Negara
4.Persoalan Hukum Pengadaan Tanah5.Reformasi Peraturan Perundang-undangan
Pengadaan Tanah
6.Prinsip-Prinsip Dasar Pada Pengadaan
Tanah
7.Perubahan Fundamental Dalam Pengadaan
Tanah
8.4 (empat) Tahapan Pengadaan Tanah
3
1. Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk mewujudkan
tersedianya tanah untuk digunakan dalam berbagai kepentingan bagi
pembangunan untuk kepentingan umum. Prinsip dasar dalam pengadaan
tanah, demokratis, adil, transparan, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia,
serta mengedepankan asas musyawarah. Peradilan adalah Pintu terakhir
dalam menghadapi kebuntuan dalam musyawarah antara pemerintah yang
memerlukan tanah dengan masyarakat pemilik tanah.
2. Pembangunan untuk kepentingan umum menjadi salah satu dasar bagi
pemerintah untuk melegitimasi dalam rangka melaksanakan pengadaan
tanah, karena pemerintah memerlukan tanah untuk mewujudkan
pembangunan di segala bidang dan ternyata dalam praktek di lapangan
ketersediaan tanah semakin terbatas, akibatnya pengadaan tanah menjadi
terhambat dan pembangunan fisiknya tidak dapat dilakukan sesuai jadwal
yang telah di tetapkan, dengan demikian pemerintah menderita kerugian
yang sangat besar karena proyek yang akan dibangun tertunda
pengoperasiannya.
Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
(Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Pendukung Lainnya)
4
3. Keterbatasan ketersediaan tanah dimaksud janganlah dikonotasikan
bahwa tanah sudah tidak tersedia, tetapi di lapangan tanah-tanah yang
akan diperlukan oleh pemerintah ternyata telah dikuasai atau dimiliki
oleh berbagai badan hukum, baik privat maupun publik seperti, tanah
aset pemerintah, tanah kawasan hutan, dan tanah-tanah yang telah
dimiliki atau dikuasai oleh masyarakat.
4. Dalam pemahaman masyarakat indonesia tanah mempunyai
kedudukan tertinggi dalam kehidupan masyarakat indonesia, karena
tanah adalah sebagai modal kehidupan dan penghidupan mereka,
sehingga apabila tanah diperlukan untuk pembangunan dan dilakukan
perbuatan pemutusan hubungan hukum maka akan menimbulkan
reaksi cepat dari masyarakat berupa penolakan, perlawanan bahkan
tindakan anarkis dan tidak jarang timbul perkara di pengadilan. Kondisi
ini sering terjadi disaat pemerintah memerlukan tanah untuk
kepentingan umum, hal semacam ini sangat disadari oleh pemerintah,
namun di sisi lain pemerintah membutuhkan tanah dalam rangka
menyelenggarakan pembangunan guna mewujudkan kemakmuran bagi
seluruh bangsa Indonesia.
5
5. Kurang harmonisnya hubungan masyarakat pemilik tanah dengan
pemerintah yang memerlukan tanah disaat akan merealisasikan
kesepakatan dalam musyawarah disebabkan berbagai aspek :
1) Pengadaan tanah selalu identik dengan penggusuran.
2) Peraturan perundangan yang ada belum bisa mengatasi
persoalan di lapangan.
3) Masyarakat tidak dilibatkan pada awal pengadaan tanah.
4) Rencana lokasi pembangunan kurang melibatkan masyarakat
pemilik tanah.
5) Penetapan ganti rugi dirasakan masyarakat kurang adil.
6) Pelaksanaan pengadaan tanah tidak dilakukan secara transparan.
7) Ganti rugi yang dibayarkan kepada masyarakat tidak menjamin
kelangsungan hidup bagi masyarakat pemilik tanah.
8) Pelaksanaan pembayaran ganti rugi dilakukan tidak tepat waktu
sehingga nilai harga tanah sudah berubah.
6
9) Kelemahan pemahaman masyarakat di dalam memaknai asas
hukum pertanahan yaitu hak atas tanah bersifat mutlak, kuat
dan abadi, sehingga pemikiran mereka hak atas tanah tidak
dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk pemerintah,
dan mereka mempunyai kebebasan dalam memanfaatkan
tanah tanpa memikirkan kepentingan orang lain, mereka
kurang mendapatkan sosialisasi bahwa tanah berfungsi sosial
sehingga tanah juga dapat diminta oleh pemerintah apabila
ada keperluan pemerintah yang lebih besar untuk mengangkat
hajat hidup orang banyak, akan tetapi asas fungsi sosial
bukanlah sebagai tindakan pembenaran untuk menggusur atau
mengambil hak masyarakat dengan dalih untuk kepentingan
umum, karena pada dasarnya pengadaan tanah harus
didasarkan musyawarah dan hak masyarakat harus dihormati
dan diberikan ganti rugi yang layak.
7
6. Dalam pelaksanaan pengadaan tanah selama ini potretnya
sangat memprihatinkan, disamping pengadaan tanah banyak
terkendala, pemerintah sebagai penyelenggara pengadaan
tanah cukup banyak yang harus berhadapan dengan penegak
hukum sampai akhirnya terjadi tindak pidana, hal ini
disebabkan karena peraturan yang ada tidak mampu lagi
dapat mengatasi dinamisnya persoalan yang timbul dalam
praktek di lapangan. Guna mengatasi barbagai persoalan yang
terjadi dalam pelaksanaan pengadaan tanah, serta sekaligus
menyamakan persepsi atas perbedaan antara masyarakat
pemilik tanah dengan pemerintah yang memerlukan tanah,
pemerintah wajib memformulasikan suatu kebijakan
pengadaan tanah yang dapat meminimalisir resistensi atau
dampak dari praktek pengadaan tanah yang dilaksanakan oleh
pemerintah.
8
7. Mengenai landasan konstitusional dalam pelaksanaan pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum adalah
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 yang berbunyi sebagai
berikut :
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
9
8.Disamping itu fungsi sosial atas tanah yaitu tanah haruslah
dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih besar bagi
bangsa Indonesia sebagaimana mandat negara kepada
pemerintah yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Untuk mewujudkan berbagai fungsi sosial atas tanah
maka dibentuk berbagai badan publik dan berbagai peraturan
perundang-undangan guna mewujudkan berbagai fungsi sosial
atas tanah di Indonesia.
Kondisi terkini pemerintah telah mereformasi peraturan
perundang-undangan terkait pengadaan tanah berupa
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum, termasuk peraturan pendukungnya yaitu :
10
1) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012;
2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2012;
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013.
Diharapkan undang-undang ini dapat mengatasi berbagai
persoalan yang timbul selama ini dalam pengadaan tanah
yang dilaksanakan pemerintah dan sekaligus menjadi
jembatan emas titik temu antara masyarakat pemilik tanah
dengan pemerintah yang nenerlukan tanah, yang pada
akhirnya terbangunnya partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pembangunan untuk kepentingan umum.
11
9. Bahwa undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, pengadaan
tanah dilakukan dalam 4 (empat) tahapan yaitu :
1)Perencanaan; 3) Pelaksanaan;
2)Persiapan; 4) Penyerahan Hasil.
Tahapan yang diatur dalam Undang-undang ini tidak diatur
dalam peraturan-peraturan terdahulu.
10.Reformasi pada peraturan Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan umum
Bahwa dalam undang-undang pengadaan tanah telah terjadi
reformasi yang sangat fundamental dalam kegiatan pengadaan
tanah dan diharapkan undang-undang ini mampu mengatasi
persoalan sosial yang terjadi selama ini, hal ini dapat dimaknai
dan dilihat dari aspek substansi dari undang-undang nomor 2
tahun 2012 diantaranya :
12
1) Bahwa undang-undang No. 2 Tahun 2012 menetapkan 4
(empat) tahapan, sehingga memberikan kejelasan pihak
yang bertanggung jawab dalam setiap tahapan, kegiatan-
kegiatan dalam setiap tahapan outputnya terukur, waktu
pelaksanaannya jelas, dengan demikian kegiatan
pengadaan tanah akan lebih terarah, terukur dan
memberikan kepastian yang lebih jelas.
2) Prinsip dasar pengadaan tanah adalah musyawarah.
3) Keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan dijamin
keberadaannya.
4) Masyarakat dijamin untuk mendapatkan akses informasi
rencana pembangunan.
5) Adanya kesetaraan hukum bagi masyarakat pemilik tanah.
13
6) Ploting lokasi pembangunan haruslah didasarkan atas
kesepakatan masyarakat pemilik tanah.
7) Objek pengadaan tanah terukur dan ada kepastian hukum
yang jelas.
8) Pemerintah tidak dapat campur tangan dalam menetapkan
besarnya nilai ganti rugi.
9) Hak keberatan pada tataran penetapan lokasi dan
penentuan besaran ganti rugi dijamin undang-undang.
10)Putusan akhir lokasi pembangunan dan besaran nilai ganti
rugi berada pada badan peradilan.
11)Pengadaan tanah dilakukan pemerintah dan dimiliki
pemerintah, pembangunannya dapat dilakukan oleh pihak
swasta (KPS).
14
12) Adapun pembangunan yang dapat dilakukan oleh pihak swasta
meliputi :
a) Jalan Umum, Jalan Tol, Terowongan, Jalur Kereta Api, dan
Fasilitas Operasi Kereta Api.
b) Waduk, Bendungan, Bendung, Irigasi, Saluran Air Minum,
Saluran Pembuangan Air dan Sanitasi, dan Bangunan
Pengairan Lainnya.
c) Pelabuhan, Bandar Udara, dan Terminal.
d) Infrastruktur Minyak, Gas, dan Panas Bumi.
e) Pembangkit, Transmisi, Gardu, Jaringan, dan Distribusi
Tenaga Listrik.
f) Jaringan Telekomunikasi dan Informatika Pemerintah.
g) Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah.
h) Rumah Sakit Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
i) Fasilitas Keselamatan Umum.
15
j) Tempat Pemakaman Umum Pemerintah atau Pemerintah
Daerah.
k) Fasilitas Sosial, Fasilitas Umum, dan Ruang Terbuka Hijau
Publik.
l) Cagar Alam dan Cagar Budaya.
m) Kantor Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
n) Penataan Pemukiman Kumuh Perkotaan atau Konsolidasi
Tanah, Serta Perumahan Untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah Dengan Status Sewa.
o) Prasarana Pendidikan atau Sekolah Pemerintah dan
Pemerintah daerah.
p) Prasarana Olahraga Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
q) Pasar Umum dan Lapangan Parkir Umum.
4 Tahapan Pelaksanaan
Pengadaan Tanah I Perencanaan
1. Dasar Perencanaan2. Kelembagaan3. Substansi Perencanaan4. Dokumen Perencanaan
II Persiapan5. Tim Persiapan6. Tim Kajian7. Tahap Kegiatan8. Penetapan Lokasi
III Pelaksanaan9. Sosialisasi Pengadaan
Tanah Kepada Masyarakat
10. Inventarisasi dan identifikasi
11. Penetapan Penilai12. Musyawarah
IV Penyerahan Hasil 13. Serah Terima Dokumen
Pengadaan Tanah 14. Kegiatan Pembangunan15. Kegiatan Pendaftaran
(Sertipikasi)
1) Susunan Anggota Pelaksanaan Pengadaan Tanah
2) Pemberitahuan kpd masyarakat
3) Identifikasi & Inventarisasi Objek dan Subjek
4) Penunjukan Penilai (Appraisal)
5) Musyawarah bentuk Ganti Rugi
6) Penyerahan hasil
Biaya Operasional dan Pendukung Pelaksanaan Pengadaan Tanah yang bersumber dari APBD
Penetapan Harga pelaksanaan pengadaan tanah bersumber dari APBD
Sistem
I Pendahuluan
1) Tujuan Pengadaan Tanah
2) Skema Umum Pengadaan
Tanah
3) Prinsip-prinsip Perumusan
UU 2/2012
II Pokok-Pokok Pengadaan
Tanah
4) Jaminan Pemerintah dan
Pemda terhadap
Tersedianya Tanah dan
Pendanaan
5) Pihak yang Berhak
melepas tanahnya
III Jenis Kepentingan
Umum
IV Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah
Biaya Operasional dan Pendukung Pelaksanaan Pengadaan Tanah yang bersumber dari APBN
Pembentukan Tim & Honorarium Tim
Kebijakan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
UU 2 / 2012 tentang
Pengadaan Tanah(Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum)
Perpres 71 /2012 (Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum)
PERKABPN 5/2012
PERMENDAGRI 72/2012
PMK 13 / 2013
17
1. Perencanaan
2. Persiapan
3. Pelaksanaan
4. Penyerahan Hasil
PENGADAAN TANAH MELALUI TAHAPAN
(MEMBERIKAN KEPASTIAN PROSES SERTA DURASI DALAM TIAP TAHAPAN)
18
1.PERENCANAAN PENGADAAN TANAH
(DOKUMEN PERENCANAAN)
DOKUMEN PERENCANAAN
“Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol”
Kotamadya Jakarta Pusat
2013
Kementerian Pekerjaan Umum
DOKUMEN PERENCANAAN
“Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol”
Kotamadya Jakarta Pusat
2013
Kementerian Pekerjaan Umum
DOKUMEN PERENCANAAN
“Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol”
Kotamadya Jakarta Pusat
2013
Kementerian Pekerjaan Umum
DOKUMEN PERENCANAAN
“Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol”
Kotamadya Jakarta Pusat
2013
Kementerian Pekerjaan Umum
DOKUMEN PERENCANAAN
“Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol”
Kotamadya Jakarta Pusat
2013
Kementerian Pekerjaan Umum
19
2. PERSIAPAN PENGADAAN TANAH
(PENETAPAN LOKASI)
2013
PEMERINTAH PROVINSI DKI
JAKARTA
GUBNERNUR PROVINSI DKI
JAKARTA
Keputusan Penetapan Lokasi Tanah Untuk Jalan Tol di Kota Administrasi
Jakarta Pusat Atas Nama Kementerian Pekerjaan Umum
20
3. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH(PEMUTUSAN HUBUNGAN HUKUM DAN PEMBAYARAN GANTI RUGI)
TANAH NEGARA
TANAH ADAT
TANAH PEMERINTAH
TANAH ULAYAT
TANAH HAK MILIK
22
Pemantauan dan Evaluasi
Upaya Pengendalian Atas Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah Dilakukan BPN RI
Sumber Dana
1. APBN
2. APBD
3. BUMN/BUMD
4. Sumber-Sumber Lain Sesuai Ketentuan
Ketentuan Peralihan
Sisa Pengadaan Tanah Tetap Berlaku Peraturan Lama
Sampai Dengan 31 Desember 2014
PEMANTAUAN, SUMBER DANA DAN KETENTUN PERALIHAN
23
1. Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
ini diselesaikan berdasarkan ketentuan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005
2. Proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan dimaksud
meliputi :
1) Telah dituangkan dalam dokumen perencanaan/proposal
pembangunan;
2) Telah dianggarkan pada tahun anggaran yang sedang
berjalan;
3) Telah diterbitkan penetapan lokasi;
4) Telah terlaksana pelepasan hak;
5) Ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.
3. Proses Pengadaan tanah diselesaikan paling lama sampai dengan
31 Desember 2014.
KETENTUAN PERALIHAN
24
Kelembagaan
1. Instansi Yang Memerlukan
Tanah
2. Instansi Teknis Terkait
3. Lembaga Profesional
Perencanaan
4.Dasar Perencanaan
5.Materi Perencanaan
6.Study Kelayakan Perencanaan
Hasilnya
7.Dokumen Perencanaan
Instansi
2.Diserahkan Kepada Gubernur
1. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH
(DOKUMEN PERENCANAAN)
Substansi Perencanaan
1. Dasar, RTRW, RPJM, Renstra, RKP dan Renja
2. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan
3. Data Awal (Objek dan Subjek)
4. Perkiraan Nilai Tanah dan Kebutuhan Anggaran
5. Perkiraan Waktu Pengadaan Tanah dan Pembangunannya
6. Kelayakan Lokasi (P4T)
7. Aspek Manfaat bagi Wilayah dan Masyarakat
8. Study dan Survei yang Diperlukan
25
Pembentukan TIM1. TIM Persiapan
1) Instansi terkait2) Bupati/walikota3) Instansi yg Perlu Tanah4) Satuan kerja perangkat
Daerah Provinsi terkait2. TIM Kajian
1) Sekretaris Daerah Provinsi2) Kepala Kantor Wilayah
BPN Provinsi3) Instansi di Bidang Perencanaan
Pembangunan Daerah4) Kakanwil KUMHAM5) Bupati/Walikota /yang ditunjuk6) Akademisi
3. Sekretariat Provinsi4. Pendelegasian Persiapan
Pengadaan Tanah kepada Bupati / Walikota
Tahap Kegiatan1. Pemberitahuan Rencana
Pembangunan
2. Pedataan Awal Lokasi
3. Konsultasi Publik / Konsultasi Publik Ulang
4. SK Penetapan Lokasi
5. Pengumuman penetapan Lokasi
6. Keberatan Pihak Yang Berhak
7. Kajian TIM
8. Diterima/Ditolak Gubernur
9. Keberatan Melalui PTUN
10.Kasasi melalui MA
11.Penetapan Lokasi
12.Pemindahan Lokasi
13.Penetapan Lokasi Berlaku 2 Tahun Dapat Diperpanjang 1 Tahun
14.Durasi Maksimal 207 Hari
2. PERSIAPAN PENGADAAN TANAH
(PENETAPAN LOKASI)
26
1. Tim Pelaksana Kanwil BPN 1) Kakanwil BPN Provinsi (Ketua)
2) Kabid HTPT (Pejabat Eselon III)3) Kakantah BPN Setempat4) SKPD Provinsi5) SKPD Kab/Kota6) Camat7) Lurah/Kepala Desa8) Kasi Pengaturan Tanah Pemerintah
2. Tim Pelaksana Kantah BPN1) Kakantah BPN (Ketua)2) Kasi HTPT (Pejabat Eselon IV)3) SKPD Kab/Kota (Eselon IV)4) Camat5) Lurah/Kepala Desa6) Kasubsi Pengaturan Tanah
Pemerintah 3. Sekretariat4. Satuan Tugas yang Membidangi
Inventarisaasi dan Identifikasi
1) Data Fisik (Satgas A)
2) Data Pihak yang Berhak (Satgas B)
3. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH(PEMUTUSAN HUBUNGAN HUKUM DAN PEMBAYARAN GANTI RUGI)
5. Tahapan Pelaksanaan Pengadaan Tanah
1. Peyiapan Pelaksanaan2. Inventarisasi Fisik dan Identifikasi
Yuridis3. Penetapan Penilai 4. Musyawarah Penetapan Bentuk Ganti
Kerugian5. Pemberian Ganti Kerugian6. Pemberian Ganti Kerugaian Dalam
Keadaan Khusus7. Penitipan Ganti Kerugian8. Pelepasan Objek Pengadaan Tanah9. Pemutusan Hubungan Hukum Antara
Pihak yang Berhak dengan Objek Pengadaan Tanah
10.Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administarasi Pengadaan tanah
11.Durasi Maksimal 382 Hari
27
1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari
Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi
yang Memerlukan Tanah
2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur
3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, BUMN Serta Swasta Dengan
Skema KPS (PPP)
4. Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi)
4. PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH(PEMENUHAN HAK KEPADA INSTANSI YANG MEMERLUKAN TANAH)
Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2005 - Tentang -
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
InfrastrukturDirektorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
29
LATAR BELAKANG
1. Ketersediaan infrastruktur merupakan
kebutuhan mendesak untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat;
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur
3. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah
dengan badan usaha.
30
TUJUAN KERJASAMA1. Mencukupi kebutuhan pendanaan;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
infrastruktur;
3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan
pemeliharaan infrastruktur.
4. Mendorong peningkatan investasi.
31
JENIS INFRASTRUKTUR YANG DIKERJASAMAKAN
1. Infrastruktur Transportasi;
2. Infrastruktur jalan;
3. Infrastruktur pengairan;
4. Infrastruktur air minum;
5. Infrastruktur telekomunikasi;
6. Infrastruktur ketenagalistrikan;
7. Infrastruktur minyak dan gas bumi.
8. Dll. (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012)