refkas hidup

10
REFLEKSI KASUS HIDUP Nama : Karina Noveria 406147019 Indah Pratiwi 406147034 Denny Purbawijaya 406147036 Mely Febriansari 406148073 Universitas : FK Universitas Tarumanagara Pembimbing : dr.Lipur Riantiningtyas BS, Sp.F A. IDENTITAS Nama : Nn.V Jenis kelamin : perempuan Usia : 14 Tahun Alamat : Nabin, Gulon, Salam Pekerjaan : pelajar Tanggal pemeriksaan : 07 juni 2016 No.RM :01773721 Agama : islam Status pernikahan : belum menikah Peristiwa : KLL

Upload: mely-febriansari

Post on 08-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: refkas hidup

REFLEKSI KASUS HIDUP

Nama : Karina Noveria 406147019

Indah Pratiwi 406147034

Denny Purbawijaya 406147036

Mely Febriansari 406148073

Universitas : FK Universitas Tarumanagara

Pembimbing : dr.Lipur Riantiningtyas BS, Sp.F

A. IDENTITAS

Nama : Nn.V

Jenis kelamin : perempuan

Usia : 14 Tahun

Alamat : Nabin, Gulon, Salam

Pekerjaan : pelajar

Tanggal pemeriksaan : 07 juni 2016

No.RM :01773721

Agama : islam

Status pernikahan : belum menikah

Peristiwa : KLL

B. DESKRIPSI

1. Anamnesis

Page 2: refkas hidup

Pasien wanita, usia 14 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas saat keluar dari rumahnya

pada hari Jum’at, 3 Juni 2016, sekitar pukul 06.30 WIB. Yang terjadi adalah korban

sedang berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan

helm, kemudian ditabrak oleh motor dari sebelah kanan yang kemudian membuat korban

jatuh tersungkur ke arah depan. Korban sempat pingsan selama beberapa menit,

kemudian segera dibawa oleh keluarga dan tetangganya ke IGD RSUP dr. Sardjito. Di

IGD, saat sedang ditangani pasien sempat muntah.

2. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Somnolen

GCS : E4V4M5

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Tanda vital : dalam batas normal

a. Kepala : tampak luka lecet di pelipis kanan, luka memar di pipi kanan dan sekitar

kedua mata

b. Leher : tidak tampak adanya luka maupun memar

c. Thorax : tidak tampak adanya luka maupun memar

d. Abdomen : tidak tampak adanya luka maupun memar

e. Ekstremitas atas : tidak tampak adanya luka maupun memar

f. Ekstremitas bawah : tidak tampak adanya luka maupun memar

3. Pemeriksaan Penunjang

Lab darah

Hb : 11,4 g/dl

Ht : 35 %

Leukosit : 13.370

Trombosit : 301.000

GDS : 157

Foto thorax AP

Cor dan pulmo tidak tampak kelainan

Head CT Scan

Page 3: refkas hidup

- ICH multiple di region frontalis dextra dan region temporoparietal sinistra

- Oedem cerebri

- Fraktur linier di os temporalis sinistra

- Soft tissue swelli di region frontalis dextra

C. MASALAH

Deskripsi luka pada korban:

Kepala :

o Pada pelipis kanan terdapat luka lecet geser 10 cm dari sumbu tubuh, dengan

panjang 5 cm dan lebar 2 cm.

o Pada pipi kanan terdapat luka memar 10 cm dari sumbu tubuh, dengan

panjang 4 cm dan lebar 3 cm dengan kondisi bersih, warna kebiruan

o Pada mata kanan terdapat luka memar, 2 cm dari sumbu tubuh dengan

panjang 5 cm dan lebar 3 cm. kondisi bersih, warna kebiruan

o Pada mata kiri terdapat luka memar 2 cm dari sumbu tubuh dengan panjang 4

cm dan lebar 2 cm, kondisi bersih, warna kebiruan

Ada berapa jenis kekerasan? Ada berapa jenis luka? Apakah yang dimaksud dengan luka

memar, seperti yang terjadi pada pasien ini? Apakah jenis trauma yang terjadi pada pasien

ini?

D. ANALISIS KASUS

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat

mekanik, fisika dan kimia. Kekerasan akibat benda tumpul berdasarkan sifatnya termasuk

kedalam kekerasan yang bersifat mekanik. Luka yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul

dapat berupa luka memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka

terbuka atau luka robek (vulnus laseratum).

a. Luka Memar

Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan

bawah kulit (kutis) karena pecahnya pembuluh darah kapiler dan vena akibat

Page 4: refkas hidup

kekerasan benda tumpul sewaktu seseorang masih hidup. Luka memar kadangkala

memberi petunjuk tentang benda-benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang

sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal haemorrhage). Letak, bentuk dan

luas luka mkulit, emar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan,

jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat

longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan

pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, diatesis hemoragik).

Apabila kekerasan benda tumpul terjadi pada jaringan ikat longgar, seperti pada

daerah leher, daerah mata atau pada orang yang sudah lanjut usia, maka luka memar

yang terjadi kadang seringkali tidak sebanding dengan kekerasan yang terjadi, dalam

arti seringkali lebih luas; adanya jaringan ikat longgar tersebut memungkinkan

berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.

Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada

saat timbul, memar berwarna merah kemudian berubah menjadi ungu atau hitam,

setelah empat sampai lima hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah

menjadi kuning dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari, dan akhirnya menghilang

dalam empat belas sampai lima belas hari. Perubahan warna tersebut berlangsung

mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor

yang mempengaruhinya.

b. Luka Lecet

Luka lecet adalah luka yang superfisial, luka ini terjadi akibat cedera pada epidermis

yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Luka

lecet memiliki ciri-ciri bentuk luka tidak teratur, tepi luka tidak rata, kadang-kadang

ditemui sedikit perdarahan, permukaan tertutup oleh krusta, warna kecoklatan merah,

pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih ditutupi

oleh epitel dan reaksi jaringan (inflamasi). Sesuai mekanisme terjadinya, luka lecet

dibedakan dalam 3 jenis:

Luka lecet gores (scratch)

Luka ini terjadi akibat oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan

kulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua ujungnya dapat ditentukan

arah kekerasan datang.

Page 5: refkas hidup

Luka lecet serut (graze) / geser (friction abrasion)

Luka lecet serut merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah

persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan

ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. Sedangkan luka lecet geser

merupakan luka lecet yang disebabkan karena tekanan linear pada kulit

disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada

korban pecut.

Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)

Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus

terhadap permukaan kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka

bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda

tumpul tersebut, namun terkadang dapat sama dengan bentuk permukaan

benda tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah kulit

yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya.

c. Luka Terbuka atau Luka Robek

Luka terbuka adalah luka yang disebabkan karena adanya persentuhan dengan benda

tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan

dibawahnya. Ciri-ciri dari luka terbuka adalah bentuk luka tidak beraturan, tepi atau

dinding luka tidak rata, tebing luka tidak rata, bila ditautkan tidak merapat karena

terdapat jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar

rambut tampak hancur atau tercabut, disekitar luka robek sering tampak adanya luka

lecet atau luka memar.

Trauma pada kecelakaan lalu lintas

Trauma yang terjadi kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari

organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut sebagai trauma benda

tumpul. Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam peristiwa ini, yaitu trauma

kepala, fraktur (patah tulang), dan trauma dada. 

Trauma kepala, terutama jenis berat, merupakan trauma yang memiliki prognosis

(harapan hidup) yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena kepala merupakan pusat

kehidupan seseorang. Di dalam kepala terdapat otak yang mengatur seluruh aktivitas

Page 6: refkas hidup

manusia, mulai dari kesadaran, bernapas, bergerak, melihat, mendengar, mencium bau,

dan banyak lagi fungsinya. Jika otak terganggu, maka sebagian atau seluruh fungsi

tersebut akan terganggu. Gangguan utama yang paling sering terlihat adalah fungsi

kesadaran. Itulah sebabnya, trauma kepala sering diklasifikasikan berdasarkan derajat

kesadaran, yaitu trauma kepala ringan, sedang, dan berat. Makin rendah kesadaran

seseorang makin berat derajat trauma kepalanya.   

Gangguan otak bisa terjadi disertai dengan adanya penurunan kesadaran, fraktur

tengkorak, atau  bengkak pada kulit kepala. Akan tetapi, tidak jarang, bisa juga terjadi 

tanpa kelainan fisik yang tampak dari luar. Ada tidaknya kelainan otak ini harus 

dipastikan.  

Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur

(patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur

terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan

udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan

dunia luar. 

Trauma yang ketiga, yang sering terjadi pada kecelakaan adalah trauma dada atau

toraks. Tercatat, seperempat kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma toraks.

Pengendara sepeda motor bila ditabrak kendaraan lain, maka dijumpai luka

benturan pertama, benturan kedua dan luka-luka sekunder yang lebih parah dibandingkan

dengan pengendara sepeda. Pemakaian helm dimaksudkan untuk meredam benturan pada

kepala sehingga memperkecil kemungkinan cedera.

Pada kasus, korban mengalami trauma kepala yang menyebabkan korban tidak sadar.

E. KESIMPULAN

Pada sebuah kecelakaan lalu lintas, penting untuk mengetahui apakah kecelakaan tersebut

adalah murni kecelakaan dan bukan merupakan suatu kesengajaan. Karena itu dibutuhkan

banyak keterangan dari berbagai pihak, termasuk korban dan saksi. Luka-luka pada korban,

walaupun kelihatannya tidak banyak, namun tidak boleh dianggap sepele, terutama jika

korban terbentur atau mengalami kekerasan di daerah kepala. Diperlukan pemeriksaan fisik

Page 7: refkas hidup

maupun pemeriksaan penunjang yang teliti sehingga didapatkan diagnosis yang pasti dan

penanganan yang baik untuk korban.

F. REFERENSI

1. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.

2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

1994.

2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Hertian S, Winardi T, Sampurna B, et al.

Traumatologi Forensik. Dalam: Budiyanto A, Editor. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:

Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997. p. 37-41.