program studi ilmu kesehatan masyarakat …
TRANSCRIPT
i
STUDI KELAYAKAN SANITASI DAN HYGIENE PADA KOLAMRENANG GELORA INDAH GAMPONG KUALA BARO
KECAMATAN KUALA PESISIRKABUPATEN NAGAN RAYA
S K R I P S I
OLEH
DIGO ASMARANIM : 09C10104136
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH
ALUE PEUNYARENG - ACEH BARAT
2013
i
STUDI KELAYAKAN SANITASI DAN HYGIENE PADA KOLAMRENANG GELORA INDAH GAMPONG KUALA BARO
KECAMATAN KUALA PESISIRKABUPATEN NAGAN RAYA
S K R I P S I
OLEH
DIGO ASMARANIM : 09C10104136
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH
ALUE PEUNYARENG - ACEH BARAT
2013
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri parawisata saat ini merupakan indutri terbesar di dunia dan salah
satu sektor jasa yang tingkat pertumbuhan paling pesat. Bersama industri
teknologi dan informasi, industri parawisata akan menjadi salah satu
perekonomian pada abat ke 21 ini. Sektor parawisata akan menjadi penghasil
terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Serta merupakan salah
satu sektor yang memberikan devisa bagi negara. (Muljadi, 2009).
Undang-Undang RI No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan
menjelaskan pengertian wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat-tempat umum adalah
upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-
tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan prilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat
umum sehat. Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. (Depkes. RI. 2006).
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat-tempat umum yaitu :
2
Menggunakan air bersih, menggunakan jamban, membuang sampah pada
tempatnya, tidak merokok di tempat umum, tidak meludah sembarangan,
memberantas jentik nyamuk.
Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup mendesak, karena tempat umum merupakan tempat bertemunya
segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat
tersebut. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang
sembarangan (Depkes RI, 2004).
Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan
lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal yang
mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya
(Adisasmito, 2006).
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, dan udara, penanganan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian
faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang
lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multi disiplin agar
kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Misalnya diperlukan tenaga ahli di
bidang air bersih, ahli kimia, ahli biologi, ahli teknik dan sebagainya (Mukono,
2006).
3
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000).
Menurut World Health Organization (WHO) sanitasi kolam renang
adalah upaya pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat
menimbulkan atau mungkin menimbulkan pengaruh yang merugikan
perkembangan jasmani, kesehatan dan ketahanan hidup. Ada begitu banyak
tempat objek wisata di Indonesia yang menjadi pusat perhatian dunia saat ini.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No.061/Menkes/Per/I/1991,
kolam renang adalah suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat untuk
berenang, berekreasi, berolahraga, serta jasa pelayanan lainnya, menggunakan air
bersih yang telah diolah.
Beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air tersebut
baik secara fisik, kimia, dan juga mikrobiologi. Syarat fisik, antara lain: air harus
bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu tidak berbeda
lebih dari 3 °c dari suhu udara dan tidak meninggalkan endapan. Syarat kimiawi,
antara lain: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak
mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5 – 8,5.
Syarat mikrobiologi, antara lain: tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti
disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit (Depkes RI, 2002).
Proses disinfeksi yang banyak digunakan adalah klorinasi, karena klor
efektif sebagai disinfektan dan harganya terjangkau. Tujuan klorinasi adalah
mengurangi dan membunuh mikroorganisme yang ada di dalam air baku.
4
Kaporit umumnya digunakan sebagai sumber klor. Salah satu kelemahan
desinfeksi menggunakan kaporit adalah terbentuknya senyawa trihalometan yang
merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik. Ada korelasi positif
antara konsentrasi kaporit dengan terbentuknya trihalometan. Semakin tinggi
konsentrasi kaporit yang digunakan, semakin tinggi pula konsentrasi trihalometan
yang terbentuk (Sururi dkk, 2008).
Pada tahun 2006 kolam renang Gelora Indah bertempat di Gampong
Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, pada tahun
2006, kolam renang ini belum berfungsi dengan baik, karena lokasinya belum
memadai, dan pada tahun 2008 s/d 2010 kolam renang ini sudah mulai berfungsi
tetapi kolam renang atau tempat rekreasi ini belum memiliki izin baik itu dari
kepala desa maupun pemerintah. Memang masyarakat pada umumnya sangat suka
adanya kolam renang tersebut, dulunya tempat kolam renang ini belum memiliki
kolam yang besar, tetapi banyak dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti, mainan anak-
anak, dan bagi anak-anak di sekitar lingkungan tersebut, bila masuk di tempat
rekreasi ini tidak di bebankan biaya apapun, itulah orang tua anak-anak tidak
melarang anaknya bermain di tempat tersebut. Seiring berjalannya waktu tempat
rekreasi ini di pindah ke Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya, karena sudah punya tempat sendiri. Dan mulai tahun
2011 tempat rekreasi ini sudah mulai di promosikan oleh pihak pengelola, dan
mulai tahun 2012 sudah banyak pengunjung yang datang bermain ketempat
rekreasi ini. (sumber wawancara dengan pihak pengelola).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
kelayakan Sanitasi dan Hygiene di Taman Rekreasi Gelora Indah Gampong
Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah ``Bagaimanakah Kelayakan Sanitasi dan Hygiene pada Kolam Renang
Gelora Indah Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2013``
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui
Kelayakan Sanitasi dan Hygiene pada Kolam Renang Gelora Indah
Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Kelayakan di Kolam Renang Gelora Indah.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya Bakteriologi pada air Kolam
Renang Gelora Indah Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Dapat menjadi bahan perbandingan dalam rangka penelitian dan
pengembangan lebih lanjut bagi pengkajian Kelayakan Kolam
Renang Gelora Indah.
2. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pengetahuan tentang
Kelayakan pada Kolam Renang Gelora Indah.
6
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pengelola
Kolam Renang Gelora Indah Gampong Kuala Baro Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
2. Kita dapat mengetahui bagaimana cara mengelola kolam renang
dengan baik.
3. Sebagai masukan informasi bagi semua masyarakat di sekitarnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hygiene
2.1.1. Pengertian Hygiene
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang
membantu atau mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan
maupun melalui masyarakat (Mukono, 2000).
Sedangkan menurut Azwar (2000) Hygiene adalah usaha kesehatan
masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000).
Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan
lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal yang
mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya
(Adisasmito, 2006).
Sedangkan menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu
kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat
untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya
bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
8
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), sanitasi itu sendiri merupakan
perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan, sanitasi
lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya.
2.2. Hygiene dan Sanitasi
Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya
penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan (Azwar,
2003).
Entjang (2000), mengemukakan usaha kesehatan pribadi (hygiene
perorangan) adalah upaya seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatannya sendiri, meliputi (1) memelihara kebersihan, (2) makanan sehat, (3)
cara hidup yang teratur, (4) meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan
jasmani, (5) menghindari terjadi penyakit, (6) meningkatkan kecerdasan dan
rohaniah, (7) menglengkapi rumah dengan fasilitas yang terjamin hidup sehat, dan
(8) pemeriksaan kesehatan.
Hygiene perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi lingkungan,
artinya apabila melakukan hygiene perorangan harus diikuti atau didukung oleh
sanitasi lingkungan yang baik, kaitan keduanya dapat dilihat misalnya pada saat
mencuci tangan sebelum makan dibutuhkan air bersih yang harus memenuhi
9
syarat kesehatan.
2.3. Kesehatan Lingkungan
Ditinjau dari luasnya ruang lingkup, maka masalah lingkungan dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok dasar :
1. Lingkungan rumah.
2. Lingkungan khusus atau lingkungan kerja.
3. Lingkungan luas.
Dengan membagi semua masalah lingkungan dalam tiga kelompok
diharapkan upaya penanganan dapat dilakukan dengan lebih terarah (Adisasmito,
2007).
Riyadi (2004) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang
berada disekitar manusia secara lebih terperinci, dapat dikategorikan dalam
beberapa kelompok, yaitu :
1. Lingkungan fisik, termasuk ke dalam kelompok ini adalah tanah dan
udara serta interaksi satu sama lainnya diantara faktor-faktor tersebut.
2. Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua
organisme hidup, baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme
kecuali manusia itu sendiri.
3. Lingkungan sosial, yaitu termasuk semua interaksi antara manusia
dari makluk semuanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi,
kebudayaan dan psikologi.
Berdasarkan kategori tersebut, dapat diartikan bahwa lingkungan adalah
kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia (Riyadi, 2004).
10
Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatannya. World
Health Organization (WHO) mendenfinisikan kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
terjamin keadaan sehat dari manusia, keadaan sehat mencakup manusia
seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik saja, juga sehat mental dan hubungan sosial
yang optimal di dalam lingkungan (Mawardi, 2002).
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari
segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Banyak
faktor yang mempengaruh kesehatan. H.L.Blum menggambarkan secara ringkas
adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) :
Gambar 1. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, prilaku dan pelayanan
kesehatan) disamping pengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling
berpengaruh satu sama lain. Status kesehatan akan tercapai secara optimal,
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
Keturunan
Lingkungan▪ Fisik▪ Sosial Ekonomi
Prilaku
PelayananKesehatan
StatusKesehatan
11
optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal), maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, penanganan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor
penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang
lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multi disiplin agar
kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Misalnya diperlukan tenaga ahli di
bidang air bersih, ahli kimia, ahli biologi, ahli teknik dan sebagainya (Mukono,
2006).
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, pendidikan kesehatan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2.4. Pengertian Kolam Renang
Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi
dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air lainnya.
Kolam renang pribadi adalah simbol status bagi pemiliknya, karena membutuhkan
banyak tempat dan biaya perawatan yang besar.
Kolam renang umum biasanya adalah bagian dari pusat kebugaran
jasmani atau taman rekreasi, dengan fasilitas-fasilitas lainnya. Untuk
menjernihkan dan mendisfeksi air biasanya menggunakan kaporit.
12
Menurut Permenkes nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 yang dimaksud
dengan air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk
rekreasi, dan kualitas memenuhi syarat kesehatan, kualitas air kolam renang harus
selalu dijaga, karena air kolam renang yang tidak memenuhi syarat dapat
menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan lainnya terhadap
perenang (pemakai). Penyakit yang dapat terjadi terutama iritasi mata dan
penyakit kulit, yang dapat menyebabkan iritasi pada mata diantaranya :
1. Pemberian kaporit yang berlebihan.
2. Air kolam renang yang terlalu Asam atau Basa (pH kurang dari 7 atau lebih
dari 8).
Penyakit yang berhubungan dengan kolam renang yang terpenting adalah :
1. Penyakit kulit
2. Infeksi mata
3. Penyakit perut (Typhus abdominalis)
4. Dysentri
5. Gastro enteritis
6. Polio melitis
7. Leptopirosis
Kegiatan pengawasan kualitas air kolam renang mencakup :
1. Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk air pada proses
produksi dan distribusi.
2. Pemeriksaan contoh air.
3. Analisis hasil pemeriksaan.
4. Perumusan Saran dan cara pemecahan masalah yang timbul.
13
5. Kegiatan tindak lanjut berupa upaya, penanggulangan atau perbaikan
termasuk penyuluhan.
2.5. Sanitasi dasar Kolam Renang
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No.061/Menkes/Per/I/1991, kolam
renang adalah suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat untuk berenang,
berekreasi, berolahraga, serta jasa pelayanan lainnya, menggunakan air bersih
yang telah diolah. Kolam renang termasuk dalam tempat pemandian umum buatan
karena kolam renang dibangun atau dibuat oleh manusia. Syarat konstruksi kolam
renang adalah sebagai berikut :
1. Bahan
a. Dari bahan yang kuat, kedap air, keras, tetapi halus.
b. Di cat dengan warna muda.
c. Setiap sudut pertemuan dinding dibentuk sudut lengkung.
2. Bentuk
a. Lubang pengering (outlet drain) pada bagian yang terdalam.
b. Setiap dinding harus vertikal.
c. Dasar kolam renang yang kedalaman kurang dari 1.5 m kemiringan
maksimum 10% dan tidak boleh ada penurunan yang curam. Untuk
kedalaman yang lebih dari 1.5 m sampai 3 m penurunan maksimal 30
cm.
d. Untuk membedakan masing-masing wilayah (zone) harus diberikan
tanda yang jelas agar tidak menimbulkan kecelakaan.
3. Tempat berjalan
a. Pada sekeliling kolam renang harus ada tempat berjalan dengan lebar
14
minimal 1 m dengan kemiringan kearah luar kolam.
b. Sekeliling kolam renang di tepi tempat berjalan ada paret pengering.
4. Pipa pemasukan air (in let)
a. Saluran air yang masuk ke kolam harus terjamin tidak ada hubungan
silang (cross conection) dengan air kotor. Lubang pemasukan air
bersih berseberangan dengan lubang pembuangan/ pengering.
b. Pipa pembuangan dihubungkan dengan pipa penyedot. Bila lebar
kolam lebih dari 7 m harus dibuat beberapa lubang pembuangan. Pada
lubang pembuangan harus dilengkapi dengan jeruji yang dibuat dari
bahan yang tidak membahayakan bagi para perenang. Cara
pengeluaran air harus menghindari terjadinya pusaran air (fortex).
Pipa pembuangan tidak boleh berhubungan langsung dengan roil kota.
Lubang pipa pengering minimal berjarak 25 cm dari dinding, bila
dipisahkan atau dibuat lebih dari satu lubang pengering jarak lubang
satu dengan lainnya maksimal 50 cm.
5. Saluran peluap (Scum gutters)
a. Pada dua sisi dinding kolam harus ada saluran peluap.
b. Dalam saluran minimal 7.5 cm
c. Lubang saluran harus cukup besar agar mudah dalam membersihkan
d. Lubang pengering pada saluran peluap berjarak antara 3.5 m sampai
5.5m.
15
6. Tangga
a. Tangga harus vertical.
b. Dibuat dari bahan yang berbentuk bulat dan tahan karat.
c. Dipasang terutama pada bagian kolam.
2.6. Persyaratan Air Kolam Renang
Syarat air kolam renang sebagaimana persyaratan air bersih sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416/Menkes/Per/IX/1990.
Bagi air kolam renang parameter yang paling penting diperhatikan adalah :
1. PH air, apabila menyimpang akan menimbulkan iritasi pada mata dan
proses koagulasi akan terganggu.
2. CO2 Agresif, harus tidak ada karena akan mengakibatkan karatan pada
pipa kesadahan dan berpengaruh pada daya pembersih air.
3. Zat, organik kelebihan zat organik menandakan air kotor.
Cara pengolahan air kolam renang yaitu :
1. Menjernihkan air dengan cara :
a. Membubuhkan zat koagulan seperti tawas (AL2SO4)3 Soda ash Na2Co3.
b. maksud dari pemberian zat koagulan pada air kolam renang adalah untuk
mengikat kotoran (zat organik) yang ada dalam air kolam menjadi keping
yang lebih besar agar dapat lebih mudah diambil atau disaring.
pembubuhan zat koagulan tergantung dari faktor : Jumlah kotoran yang
terdapat dalam air, keasaman air (pH), volume air dalam kolam renang.
c. Menyaring air melalui saringan (filtrasi)
d. Membasmi lumut
16
2. Disinfeksi air dengan cara memasukkan zat desinfeksia.
Mengapa desinfeksi air kolam renang perlu dilakukan karena setelah melalui
proses, penyaringan air kelihatan bersih, namun harus di curigai masih
adanya bakteri di dalam air tersebut.
pembubuhan zat koagulan tergantung dari faktor :
a. Jumlah kotoran yang terdapat dalam air.
b. Keasaman air (pH)
c. Volume air dalam kolam renang.
Kolam renang yang ideal adalah yang memenuhi syarat-syarat antara lain :
keamanan, kebersihan, kenyamanan.
Ada 3 syarat minimum yang harus dipenuhi :
1) Tidak bocor
2) Sirkulasi air dan sistem filtersi baik sehingga air selalu bersih
3) Aman bagi penggunanya
Bahan yang digunakan harus kedap air, setiap kolam renang harus
memiliki proses waterproofing untuk memberikan lapisan kedap air.
Tempat-tempat pemandian buatan (Artifical Pools)
Pemandian buatan terdiri atas :
1. Fill-draw tipe : air yang sudah nampak kotor diganti seluruhnya dengan
air yang baru dan bersih. Penentuan kotor tidaknya ditetapkan dari
keadaan fisiknya (kelihatan keruh, kotor), jumlah orang mandi didalamnya
2. Flow-through tipe : air kolam tersebut mengalir terus menerus setiap
waktu sehingga senantiasa air tidak akan keruh karena selalu diganti
dengan yang baru. Tipe ini yang baik membutuhkan banyak air.
17
3. Recirculating tipe : air yang telah dikotori disaring dalam filter-filter dan
dipompa kembali kedalam kolam pemandian yang setelah bersih.
Hubungan dengan kebersihan kolam renang sebaiknya kolam renang dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut :
1. Loket tempat pakaian dan peralatan lainya.
2. Ruang tempat ganti pakaian.
3. Kebersihan tempat membasahi badan.
4. Kebersihan kolam renang.
5. Kamar mandi dan kakus.
2.7. Sumur Bor
Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah
yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat
dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari
pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air
minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin
(Depkes RI, 2005).
Air bawah tanah sering disebut dengan air tekanan yaitu air yang
tersimpan dalam lapisan tanah. Air bawah tanah adalah air sumur gali dan air
sumur bor (Gabriel, 2001).
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Secara teoritis, meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk akan
meningkatkan jumlah kebutuhan air bersih (demand). Kebutuhan air bersih
tersebut harus diimbangi dengan persediaan (supplai) yang cukup. Ditinjau dari
18
sisi kualitas, kuantitas dan biaya air bawah tanah merupakan alternatif yang
banyak dipilih. Mengingat air bawah tanah memiliki karakteristik yang baik serta
mudah diperoleh dan murah biaya memanfaatkannya, maka masyarakat lebih
cenderung memanfaatkan air bawah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Soemarwoto, 2001).
Menurut Pratowo (2001) pemakaian air tanah yang melebihi potensi akan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang berakibat pada berkurangnya
cadangan bagi generasi mendatang serta terjadinya kerusakan lingkungan yang
akan sangat berpengaruh pada perkembangan kota dan penduduk kota itu sendiri.
Untuk itu diperlukan peran pemerintah di dalam pemanfaatan air bawah tanah,
khususnya untuk keperluan rumah tangga, utamanya dalam melaksanakan fungsi
pengawasan dan pengendalian.
2.9. Pengertian pH Meter
pH elektroda adalah suatu instrumen elektronik yang digunakan untuk
pengukuran pH (kadar keasaman) suatu larutan (meskipun bisa juga digunakan
untuk pengukuran pH unsur semi-solid). Kadar keasaman suatu larutan dikatakan
netral apabila bernilai 7. Sealain pH meter, alat lain yang digunakan untuk
mengukur kadar pH antara lain fenolptali dan pH strip.
Sebuah pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH (keasaman atau alkalinitas) dari suatu cairan (meskipun probe
khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi padat). pH meter yang
biasa terdiri dari pengukuran khusus probe (elektroda gelas) yang terhubung ke
meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pH membaca. Langkah-
langkah pemeriksaan pH, pH sebagai aktivitas ion hidrogen yang mengelilingi
19
berdinding tipis kaca bola lampu di ujungnya. Penyidikan menghasilkan tegangan
kecil (sekitar 0,06 volt per pH unit) yang diukur dan ditampilkan sebagai unit pH
meter. Untuk informasi lebih lanjut tentang pH probe, lihat gelas elektrode.
Rangkaian meteran tidak lebih dari sebuah voltmeter yang menampilkan unit
pengukuran pH bukan volt. Impedansi input dari meteran harus sangat tinggi
karena resistansi tinggi - sekitar 20-1.000 M_ - elektroda kaca probe biasanya
digunakan dengan pH meter. Rangkaian pH meter yang sederhana biasanya terdiri
dari penguat operasional dalam konfigurasi pembalik, dengan total gain tegangan
sekitar -17. Penguat pembalik mengubah tegangan kecil yang dihasilkan oleh
probe (0,059 volt / pH) ke dalam unit pH, yang kemudian diimbangi oleh tujuh
volt untuk memberikan bacaan pada skala pH.
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal
memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki
sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan
derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur
dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu
larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH
berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang
20
kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative
logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of
Hydrogen.
2.10. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh
manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan.
Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat
mengganggu kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan
standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah
dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan
sebagainya. Menurut perhitungan World Health Organization (WHO) di negara-
negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara
30-60 liter per hari (Mubarak dan Chayatin, 2009)
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-
rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).
21
Air yang diperuntukkan bagi keperluan manusia harus berasal dari
sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman
tersebut, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) :
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh World Health
Organization (WHO) atau Departemen Kesehatan RI. Persyaratan
tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun
1990. Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas
dan kualitas ( Depkes RI, 2005).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah
satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat.
Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting
bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Sarana
sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang
menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat.
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa
tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan,
22
penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-
sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara
khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung (Slamet, 2002).
1. Syarat Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua
syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
a. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari
tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas
yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas
di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari
dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter,
cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci
kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).
b. Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktifitas, dan
mikrobiologi yang memenuhi syarat kesehatan menurut peraturan menteri
kesehatan RI Nomor 416/menkes/per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air (slamet, 2007).
1. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak
berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan
suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga
23
menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang
rendah
a. Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
b. Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan.
c. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang
terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai
urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat
organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa
khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.
d. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal
dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari
lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan
sumber kekeruhan.
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
24
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa,
mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila
diminum air dapat menghilangkan dahaga.
f. Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam
anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan
naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan
tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.
2. Parameter Mikrobiologis Sumber-sumber air di alam pada umumnya
mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan
tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen.
Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum
bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Radioaktifitas dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk
radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada
sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan
komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat
beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
4. Parameter Kimia dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang
tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium
25
(Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat
kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk
mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.3.
Pengaruh air bagi Kesehatan Air dalam keadaan manusia, selain
memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan
pengaruh buruk terhadap kesehatan. air yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan
salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut
(Slamet, 2002).
2.11. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI.No.1193/MENKES/SK/X2004 adalah salah satu kebijakan
nasional yaitu promosi kesehatan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia
sehat 2014.
2.12. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
prilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
26
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes. RI.
2006).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud pemberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Program PHBS
adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok masyarakat. Masyarakat diharapkan
dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup bersih dan
sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkat kesehatannya.
2.13. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, berkerja,
bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 (lima) tatanan PHBS yaitu
rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. Dalam
penelitian ini adalah pada tatanan tempat umum yang tujuannya untuk melihat
bagaimanakah kelayakan pada kolam renang tersebut. (Depkes. RI. 2006).
2.14. Indikator PHBS
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di Tempat-tempat umum yaitu :
1. Menggunakan air bersih
2. Menggunakan jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok di tempat umum
27
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang
dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang
diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk
menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang
menjadi pokok perhatian. (Depkes. RI. 2006).
2.15. Kerangka Konsep
Gambar : 2 Kerangka Konsep Penelitian
JenisEscherichia coli
dan Coliform
Baku Mutu : Permenkes RINo.416/Menkes/Per/IX/1990
HygieneCemaran
Bakteriologipada air kolam
renang
Negatif
Sanitasi
Hasil Uji
Laboratorium
Positif
28
29
2.11 Hipotesis Penelitian.
Adanya Bakteriologi pada air kolam Renang Gelora Indah Gampong
Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
30
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat survei eksperiment murni
yaitu pengamatan langsung di lapangan dan pengambilan contoh air untuk di uji
ke UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh, untuk mengetahui ada
tidaknya Bakteriologi pada Air Kolam Renang Gelora Indah Gampong Kuala
Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Rekreasi Gelora Indah Gampong Kuala
Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 24 Mei 2013.
3.3. Sampel Penelitian
a. Sampel
Sampelnya adalah air kolam renang yang di ambil di 2 (dua) tempat yaitu
Kolam Renang Anak-anak dan Kolam Renang Dewasa, diambil pada pagi hari
sebelum digunakan oleh pengunjung.
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengambilan sampel air langsung
29
dilapangan dan di uji ke UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh.
3.4.2. Data Skunder
Data yang diperoleh dari Taman Rekreasi Gelora Indah Gampong Kuala
Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, serta literatur-literatur
yang berhubungan dengan judul penelitian.
3.5. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dan informasi yang diperlukan dilakukan dengan 4
(empat) macam cara yaitu :
1. Pengambilan sampel air di kolam renang Gelora Indah Gampong Kuala
Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
2. Observasi dengan mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang
menyangkut tentang pengelolaan Taman Rekreasi Gelora Indah.
3. Wawancara langsung dengan pihak pengelola Taman Rekreasi Gelora
Indah dan pihak yang terkait.
4. Studi pustaka dari berbagai literatur yang menunjang penelitian.
3.6. Teknik Pengolahan Sampel
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan maka hasil uji akan diolah secara
manual dan dijelaskan dalam bentuk deskriptif.
3.7. Pelaksanaan Penelitian
a. Alat-alat pada saat Pengambilan Sampel
1. Botol yang sudah di sterilkan 2 (dua) buah.
2. Alkohol 96 % 1 (satu) botol.
30
3. Hanscun 1 (satu) pasang.
4. Korek api 1 (satu) buah.
5. Tremos Es 1 (satu) buah.
6. Plastis 2 (dua) buah.
7. Tali putih 30 cm.
8. Alat Tulis.
9. Tas Lapangan.
10. Buku kecil 1 (satu) buah.
3.8. Instrumen Penelitian
1. Alat dan Bahan
a. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah: tabung reaksi steril,
erlenmeyer 250 ml, tabung durham, autoclave, sendok atau tangkai pengaduk,
rak tabung, pipet ukur 10 ml, bunsen, timbangan, oven, incubator, ose bulat.
b. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 96%, aquadest, tali
pengikat, kertas pembungkus, korek api.
2. Media
Adapun media yang digunakan pada saat penelitian yaitu ; Media
Lactosa Broth (LB) dan Brilliant Green Lactosa Broth (BGLB).
3.9. Prosedur Kerja
1). Persiapan Alat
Alat-alat dari gelas yang akan dipakai pada saat penelitian harus
31
terlebih dahulu disterilkan dalam oven pada suhu 180 °C selama 15 menit.
2). Perlakuan Sampel
Sebelum diperiksa sampel diambil sebanyak 250 ml dengan
menggunakan botol yang sudah di sterilkan dan di ambil pada waktu pagi hari
sebelum digunakan oleh pengunjung lalu segera diperiksa di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Banda Aceh.
Cara melakukan pemeriksaan
a. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
1. Terlebih dahulu disediakan tujuh tabung reaksi steril yang di dalamnya berisi
tabung durham dan bertutup kapas.
2. Ke dalam lima tabung pertama diisi media LB 5 ml (3x kuat), dan ke dalam
masing-masing tabung dimasukkan sampel sebanyak 10 ml.
3. Ke dalam tabung ke enam berikutnya diisi media LB 10 ml (1x kuat) dan
ditambahkan sampel kedalamnya sebanyak 1 ml.
4. Ke dalam tabung ke tujuh diisi media LB 10 ml (1x kuat) dan ditambahkan
sampel kedalamnya sebanyak 0.1 ml.
5. Semua tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37 °C selama 2 x 24 jam.
6. Kemudian diamati terbentuknya gas yang dapat dilihat pada tabung durham,
bila hasilnya positif dan tidak terbentuknya gas bila hasilnya negatif.
b. Tes Penegasan (confirmative Test)
1. Disediakan tabung reaksi steril yang telah dimasukkan tabung durham ke
dalamnya.
2. Setelah itu tabung ditutup dengan menggunakan kapas.
3. Kemudian dimasukkan media BGLB sebanyak 5 ml untuk 2 jenis seri media
32
yang akan dibuat.
4. Dari hasil tes perkiraan yang hasilnya positif, maka dilanjutkan tanam ke media
BGLB sebanyak satu ose bulat dan diinkubasi pada suhu 44 °C selama 1 x 24
jam.
33
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Taman Rekreasi Gelora Indah
Taman Rekreasi Gelora Indah Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya, merupakan tempat rekreasi yang pertama berada
di Kabupaten Nagan Raya yang berdiri sejak Tahun 2006, taman rekreasi ini
pertama dibangun sebagai tempat mainan anak-anak, kemudian taman rekreasi ini
menjadi tempat pemandian umum atau kolam renang, yang sekarang bertempat di
Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
4.2. Keadaan Geografis
Secara geografis Taman Rekreasi Gelora Indah Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya terletak di Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala
Pesisir, berjarak sekitar ± 26 Km dari Suka Makmue Ibu kota Kabupaten Nagan
Raya dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Ujung Fatihah
- Sebelah Selatan berbatas dengan Samudera Hindia
- Sebelah Timur berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Padang Rubek
- Sebelah Barat berbatas dengan kabupaten Aceh Barat
4.3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada air kolam renang dewasa dan
kolam renang anak-anak, positif tercemar oleh bakteri jenis Escherichia coli dan
Coliform. Hasil uji sampel air di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda
Aceh dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
34
Tabel 1 : Hasil Pemeriksaan Bakteri pada Air Kolam Renang Gelora IndahGampong Kuala Baro Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten NaganRaya
No SampelUji Laboratorium
Jenis BakteriPositif Negatif
1. Kolam Renang Dewasa + - Escherichia colidan Coliform
2. Kolam Renang Anak-anak + - Escherichia colidan Coliform
Baku Mutu : Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990Sumber : UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh (Mei 2013).
Berdasarkan hasil uji sampel air di UPTD Laboratorium Kesehatan
Banda Aceh pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 2 (dua) sampel yang
diteliti, positif tercemar oleh bakteri jenis Escherichia Coli dan Coliform.
Tabel 2 : Hasil Pemeriksaan Parameter Kimia pada Air Kolam RenangGelora Indah Gampong Kuala Baro Kecamatan Kuala PesisirKabupaten Nagan Raya
No. Parameter Metoda Satuan Hasil Baku Mutu
1. pH Elektrometri - 7,3 6,5-8,5
2. Bau Organoleptik - Tidak Berbau Tidak Berbau
3. Kekeruhan Tulbidimetri NTU 6,02 5
4. TDS Elektrometri mg/L 324 500
5. Kesadahan Titrimetri mg/L 226 500
6. Sisa Chlor Photometri mg/L 0,197 0,-0,5
7. Al Photometri mg/L <0,05 0,2
Baku Mutu : Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990Sumber : UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh (Mei 2013).
35
Berdasarkan hasil uji beberapa parameter kimia di UPTD Laboratorium
Kesehatan Banda Aceh pada tabel di atas dapat dilihat bahwa beberapa jenis
parameter kimia seperti : kekeruhan dan sisa khlor yang melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan oleh permenkes.
4.4. Pembahasan
Escherichia coli umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan
manusia dan hewan. Sejak 1940 di Amerika Serikat telah ditemukan strain-strain
Escherichia coli yang tidak merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain
tersebut dapat menyebabkan diare (Wikipedia, 2013).
Coliform adalah bakteri yang bersifat anaerob, termasuk kedalam bakteri
gram negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa untuk
menghasilkan asam dan gas pada suhu 35 oC – 37 oC. Gangguan yang ditimbulkan
pada manusia adalah mual, nyeri perut, muntah, diare, berak berdarah, demam
tinggi, bahan pada beberapa kasus bisa terjadi kejang dan kekurangan cairan atau
dehidrasi. Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
digunakan sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Definisi objek Waterboom adalah sebuah taman hiburan yang
menampilkan wilayah waterplay, seperti slide air (seluncuran air), splash
(bantalan air), spraygrounds (bermain air) atau mandi rekreasi lainnya, berenang
dan dilengkapi dengan beberapa jenis area selancar buatan atau bodyboarding
seperti kolam gelombang atau flowrider (Wikipedia, 2013).
Lokasi Taman Rekreasi Gelora Indah ini berada di Gampong Kuala Baro
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan luas lokasi ± 1 hektar,
36
lokasi Taman Rekreasi Gelora Indah ini dibuka untuk umum, jadi pemakai atau
pengunjung bervariasi, baik dari tingkatan umur, jenis kelamin. Dari hasil
observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tahun 2013 diketahui rata-
rata pengunjung setiap harinya adalah 20-35 orang setiap harinya terdiri dari anak-
anak hingga orang dewasa. Kegiatan pengunjung meliputi rekreasi, berolahraga,
menikmati makanan dan minuman di kantin yang terdapat di dalam Taman
Rekreasi Gelora Indah. Pada penelitian ini, selain observasi juga dilakukan
pengujian sampel air di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh.
Pengambilan sampel yang diambil pada hari senin pagi jam 08.15 wib dan
lansung dibawa ke UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh. Walaupun
air kolam renang Gelora Indah sudah di berikan kaporit tetapi air tersebut belum
bisa membunuh bakteri yang ada di air kolam renang tersebut, karena pada saat
penggantian air di kolam renang, air kolam renang tersebut tidak semua dibuang
tetapi hanya penambahan saja, maka dari hal tersebut air kolam renang gelora
indah masih tercemar oleh bakteri jenis Escherichia coli dan Coliform.
Pemeriksaan sampel air kolam renang dengan menggunakan MPN adalah
untuk menentukan bakteri Escherichia coli dengan melewati tes perkiraan dan
penegasan seri 44 oC adalah uji untuk menentukan jumlah bakteri Escherichia coli
karena adanya zat Brilliant Green dan diinkubasi pada suhu 44 oC.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil observasi dan uji sampel air di UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan Banda Aceh, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kolam renang dewasa positif tercemar oleh bakteri jenis Escherichia coli
dan Califrom.
2. Kolam renang Anak-anak positif tercemar oleh bakteri jenis Escherichia
coli dan Califrom.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa kolam renang
dewasa positif tercemar oleh bakteri jenis Escherichia coli dengan hasil
130 dan Coliform 147, dan kolam renang anak-anak Escherichia coli
dengan hasil 10 dan Coliform 16, dengan jumlah per 100 ml minimum (-)
maksimum (0), hasil pemeriksaan beberapa parameter kimia menunjukan
bahwa pH 7,3 (baku mutu 6,5-8,8) bau, tidak berbau (baku mutu tidak
berbau), TDS 324 (baku mutu 500), kesadahan 226 (baku mutu 500), sisa
Chlor 0,197 (baku mutu 0,2-0,5), Al < 0,05 (baku mutu 0,2), dari hasil
yang terdapat di atas maka kolam renang gelora indah belum layak untuk
digunakan.
4. Kolam renang merupakan tempat berenang bagi umum oleh karena itu
kualitas air kolam renang harus cukup terpelihara secara teratur dan terus
menerus sehingga air dapat bebas dari pencemaran serta harus memenuhi
syarat-syarat kualitas air kolam renang sesuai dengan Permenkes
No.416/Menkes/IX/1990, disebutkan bahwa kualitas air kolam renang
38
harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika,
kimiawi, dan mikrobiologi.
5.2. Saran.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat dikemukakan saran sebagai
berikut :
1. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Nagan Raya dan Dinas
Kesehatan agar lebih menjaga dan mensosialisasikan tentang pentingnya
kesehatan pada tempat-tempat umum dan objek wisata Taman Rekreasi
Gelora Indah Gampong Kuala Baro.
2. Disarakan kepada pengelola Taman Rekreasi Gelora Indah agar lebih
menjaga ketertiban pengguna, kebersihan lingkungan serta kualitas air
yang digunakan.
3. Disarankan kepada pengguna Kolam Renang Gelora Indah, supaya lebih
menjaga kesehatan dan kebersihan, serta mengetahui dampak negative dari
infeksi bakteri pencemaran air.
4. Kepada pihak pengelola Taman Rekreasi Gelora Indah dalam pengelolaan
kolam renang hendaklah memperhatikan penukaran air agar tidak
menimbulkan penyakit.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kelayakan sanitasi dan
hygiene pada kolam renang Gelora Indah Gampong Kuala Baro
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
39
39
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Penerbit MutiaraSumber Widya, Jakarta.
Adisasmito, wiku 2006. Sistem Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo, Persada
Adisasmito, A 2007. Kesehatan. EGC, Jakarta.
Depkes RI, 2002. Kepmenkes RI No. 907/Menkes/VII/2002 Tentang Syaratsyaratdan Pengawasan Kualitas Air, Depkes RI, Jakarta. [Diakses tanggal 02Maret 2013].
Depkes RI, 2006. Perilaku hidup bersih dan sehat, Diperoleh :http://www.library.upnvj.ac.id//4s1kesmas/207313019/%20II.pdf.[Diakses tanggal 13 Mei 2013].
Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional , Jakarta. [Diakses tanggal 04 Maret2013].
Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tentangKesehatan. [Diakses tanggal 07 Maret 2013].
Entjang, Indan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Alumni,Bandung.
http://www. ziddu. com/download/kolam renang. [Diakses 02 Maret 2013].
http://dinkesprovkepri.org/profil/30-phbs [Diakses 22 Juli 2013].
http://en.wikipedia.org/wiki/PH_meter[Diakses 22 Juli 2013].
http://cahya-teknologikita.blogspot.com/2009/12/prinsip-kerja-ph meter.htmL[Diakses 22 Juli 2013].
http://juwilda.files.wordpress.com/2010/10/ph-meter. [Diakses 22 Juli 2013].
http://www.its.ac.id/personal/files/material/3072-mshovitri- Biokimia-[Diakses 22 Juli 2013].
Mubarak, Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Jakarta : SalembaMedika.
Mukono H. J, 2000 Prinsip Dasar Keshatan Lingkungan Airlangga UniversityPress. Diperoleh : http://repository.usu.ac.id/bitream/chapter [Diaksestanggal 08 Maret 2013].
40
Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : AirlanggaUniversity Press. Diperoleh : http://repository.usu.ac.id/bitream/chapter[Diakses 02 Maret 2013].
Muljadi A, Nurhayati Sitti. 2002. Pengertian Pariwisata (Kursus TertulisPariwisata Tingkat Dasar Modul I). Jakarta : Badan PengembanganKebudayaan dan Pariwisata Pusat Pendidikan dan Pelatihan. [Diaksestanggal 20 Februari 2013].
Muljadi A, Nurhayati Sitti. (2009). Keparawisataan dan perjalanan, Jakarta:Rajawali Pers.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua,Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : RinekaCipta.
Riyadi. S. 2004, Kesehatan Lingkungan, Usaha Offset Printing, Surabaya.[Diakses tanggal 04 April 2013].
Saiful, A. (2009). Pengertian Parawisata. Diperoleh : http//www. spidertube.com.[diakses tanggal 21 Maret 2013].
Slamet JS. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogjakarta : Gajah Mada UneversityPress.
Sururi, R. M., Rachmawati, S.Dj, Sholichah, M. 2008. Perbandingan EfektifitasKlor dan Ozon sebagai Desinfektan pada Sampel Air dari Unit FiltrasiInstalasi PDAM Kota Bandung. Prosiding Seminar Nasional Sains danTeknologi-II 2008 Universitas Lampung. Diperoleh :http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13278Bibliography.pdf. [Diakses tangga 28 Maret 2013].
Undang-undang RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup, Kantor Menteri Negara LH. Jakarta. [Diaksestanggal 02 Maret 2013].
Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang Keparawisataan. [Diakses tanggal02 Maret 2013].
Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi,Andi. Yogyakarta.
41