program proteksi

Upload: hengkitanjung

Post on 07-Mar-2016

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Program Proteksi

TRANSCRIPT

PROGRAM PROTEKSIDANKESELAMATAN RADIASI

DIRUMAH SAKIT UMUM DR.F.L.TOBINGJL.DR.FERDINAND LUMBANTOBING NO.35SIBOLGA

TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.Latar belakangRadiasi secara umum adalah suatu bentuk pemindahan energi dengan cara pemancaran dari sumbernya baik dalam bentuk gelombang elektromagnetik maupun partikel. Sebagian dari radiasi dikenal sebagai radiasi pengion karena dapat mengionisasi medium yang dilalui. Jika radiasi pengion mengenai tubuh maka radiasi tersebut dapat mengionisasi atom-atom atau molekul-molekul yang terdapat dalam tubuh baik melalui efek fotolistrik, comptom, maupun produksi pasangan. Ionisasi dapat terjadi pada molekul-molekul yang secara biologis penting terdapat didalam sel, misalnya molekul DNA, RNA, enzyme, protein struktural, dsb sehingga terjadi kerusakan pada molekul-molekul tersebut (efek langsung). Ionisasi dapat juga terjadi pada molekul air yang merupakan bagian terbesar dari organisme. Ionisasi ini dapat berakibat terurainya molekul air dan terbentuknya radikal kimia yang sangat aktif dan bersifat merusak. Radikal-radikal tersebut selanjutnya akan bereaksi dengan molekul molekul penting di dalam sel dengan akibat kerusakan pada molekul-molekul tersebut (efek tidak langsung). Kerusakan pada molekul-molekul penting ini dapat berpengaruh pada fungsi atau sifat - sifat sel yang normal ataupun bahkan mempengaruhi ketahanan sel itu (BATAN 2003). Kerusakan sel karena kerusakan struktur penting dalam sel yang tidak dapat diperbaiki sering kali dapat segera terlihat atau baru terlihat setelah selang waktu yang lamanya bervariasi, dari beberapa jam (untuk populasi sel yang cepat membelah ) hingga beberapa bulan ( untuk populasi sel yang lambat membelah). Banyak sel yang mati akan meningkat sesuai dengan besar dosis radiasi.Bila jumlah sel yang mati hanya sedikit maka fungsi jaringan atau alat tubuh yang tersusun dari sel-sel tidak akan terpengaruh. Namun jika sel yang mati berjumlah besar dan tidak dapat dikompensasikan dengan pembelahan sel-sel yang hidup maka akan terjadi efek yang merugikan yang merupakan gangguan fungsi atau kerusakan jaringan atau alat tubuh. Pada kedaan ekstrim organisme itu sendiri dapat mengalami kematian akibat kerusakan atau gangguan beberapa jaringan atau alat tubuh yang parah. Efek radiasi ini dengan sedirinya memerlukan ambang dosis radiasi yang besarnya tertentu agar efek dapat timbul, dan bila ambang tercapai maka efek pasti timbul sehingga efek radiasi jenis ini dikenal sebagai efekdeterministic (non stokastik ). Ada kalanya sel tidak terbunuh oleh radiasi melainkan terubah sifatnya ( akibat dampak radiasi pada Informasi genetic sel). Meskipun tubuh mempunyai mekanisme pertahanan yang sangat efektif, peluang sebuah sel terubah untuk lolos dari proses pertahanan tubuh yang mengeliminasi sel-sel semacam itu tetap ada sekalipun amat kecil. Sel terubah itu jika kebetulan adalah sel-sel kelamin maka segala sifat-sifat sel itu akan diwariskan kepada individu individu keturunannya sehingga terjadi efek genetic atau sebagai efek pewarisan. Apabila sel terubah itu adalah sel yang menyusun tubuh organism yang terkena radiasi tersebut ( sel somatic ) maka sel - sel semacam itu dapat memproduksi koloni sel sel ganas (kanker atau leukemia). Sejak ditemukan tahun 1900, kira - kira 5 tahun setelah pesawat sinar-X ditemukan oleh WR.Roentgen, para ilmuwan di bidang ini mulai menyadari adanya bahaya dari radisi pengion ini. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi pada waktu itu sangat besar jika dibandingkan dengan standar sekarang. Pembatasan dosis pada waktu itu merupakan pembatasan lamanya bekeja dimulai pada tahun 1925 dengan terbitnya rekomendasi dari British X_Ray dan Radium Protection Committee, dalam konggresnya yang pertama. Di Indonesia dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi dan yang dilaksanakan lebih rinci dengan surat Keputusan Direktur Jendral BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-1999 yaitu tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Peraturan Pemerintah tersebut masih berlaku berdasarkan pasal 45 UU No.10 tahun1997. Nilai Batas Dosis yang dimaksudkan di dalam peraturan ini berlaku untuk pekerja radiasi maupun untuk masyarakat umum yang masing - masing besarnya ditentukan di dalam SK Kepala BAPETEN No.01/BAPETEN/V-1999. Nilai Batas dosis ini adalah suatu nilai apabila diterima tidak mempunyai efek baik somaik maupun genetic, tetapi bukan berarti di bawah nilai batas dosis harus diterima dan aman. Tentang penerimaan dosis Ini berprinsip pada ALARA (As Low AS ReasonablyAchievable). Untuk mencegah terjadinya bahaya radiasi pada pasien, operator bahkan lingkungan, maka perlu diperhatikan norma kesehatan kerja pada rumah sakit dan dibutuhkan suatu alat ukur radiasi atau dosimeter yang merupakan suatu peralatan untuk mendeteksi adanya radiasi dan juga system proteksi radiasi. Dalam menerapkan prinsip proteksi radiasi, pekerja yang menangani sumber radiasi selain mengerti juga harus mampu dalam menangani sumber radiasi baik secara teori juga diharapkan mengetahui dan mampu mempergunakan alat ukur radiasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.TujuanDalam penyusunan Program Proteksi Dan Keselamatan Radiasi ini, mempunyai tujuan sbb :a. Mengetahui proteksi radiasi yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSU Dr.F.L.Tobing Sibolgab. Mengetahui Keselamatan Radiasi yang dilakukan di Instalasi RSU Dr.F.L.Tobing Sibolga.3.Ruang LingkupRuang lingkup Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr.F.L.Tobing Sibolga.

4.Definisia.Penguasa Instalasi adalah pimipinan Instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk mewakili nya dan bertanggung jawab pada instalasinya.

b.Petugas Proteksi radiasi (PPR) adalah petugas yang ditunjuk oleh penguasa instalasi dan oleh Badan Pengawas dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

c.Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi pengi on yang diperkirakan menerima dosis radiasi tahunan melebihi dosis masyarakat umum.

d.Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang sedemiki an agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan lingkungan hidup tidak melampui batas yang ditentukan.

BAB IIPENYELENGGARA PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

1.Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSU Dr.F.L.Tobing Sibolga memiliki struktur struktur organisasi sbb: Direktur ( Penguasa Instalasi Radiologi )

Instalasi Radiologi

Petugas Proteksi Radiasi Pekerja Radiasi ( P P R ) ( P R )

2.Tanggung Jawab a. TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PENGUASA INSTALASI Penguasa Instalasi mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap keselamatan personil dan anggota masyarakat lain yang mungkin berada di dekat instalasi di bawah pengawasan nya. Namun demikian tidak berarti bahwa personil lain dapat menghindar dari tanggung jawab ini, apabila kecelakaan yang terjadi akibat dari kelalaiannya. Pengalaman menunjukkan bahwa bahwa pekerja radiasi yang bagaimanapun cakapnya tidak selalu memikirkan dan melaksanakan semua persyaratan keselamatan, karena kesibukannya. Oleh karena itu perlu adanya organisasi atau sesorang yang secara khusus diberi tugas memperhatikan masalah keselamatan radiasi, bila perlu Penguasa Instalasi dapat menunjuk dirinya sendiri untuk tugas ini. Petugas Proteksi Radiasi yang baik adalah yang bertanggung jawab pada organisasi proteksi radiasi yang efisien dan efektif. Petugas Proteksi Radiasi perlu diberi wewenang untuk memungkinkan ia bertindak tepat pada waktunya sesuai dengan gawatnya bahaya yang dihadapi. Adapun Tanggung jawab Penguasa Instalasi adalah sbb : Membentuk organisasi Proteksi Radiasi dan atau menunjuk Petugas Proteksi Radiasi dan bila perlu Petugas Proteksi Radiasi pengganti. Hanya mengijinkan seseorang dengan sumber radiasi setelah memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalaman kerja dengan sumber radiasi. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi bahaya radiasi yang terkandung dalam tu gas mereka dan memberikan latihan proteksi radiasi. Menyediakan aturan keselamatan radiasi yang berlaku da lam lingkunganya sendiri,termasuk aturan tentang penang gulangan keadaan darurat. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi dan pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan un tuk bekerja dengan sumber radiasi. Memberitahukan BAPETEN dan instansi lain yang terkait bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya.

b.TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PETUGAS PROTEKSI RADIASI Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban membantu Penguasa Instalasi dalam melaksanakan tanggung jawabnya di bidang Proteksi Radiasi. Sebagai pengemban tanggung jawab tersebut Petugas Proteksi Radiasi diberi wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan sbb : Memberikan instruksi tehnis dan administrasif secara lisan atau tertulis kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik, Instruksi ini harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi radiasi.

c.TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PEKERJA RADIASI Seseorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhada keselamatan radiasi di daerah kerjanya. Dengan demikian pekerja mempunyai kewajiban sbb : Mengetahui dan memahami serta melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja radiasi. Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan radiasi yang tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja secara aman untuk melindungi baik dirinya maupun pekerja lainnya. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada Petugas Proteksi Radiasi.

3.Pelatihan a. Pekerja Radiasi di Instalasi Radiologi di RSU Dr.F.L.Tobing Sibolga memiliki ijasah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai operator pesawat yang disebut sebagai Radiografer / lulusan dari D III ATRO ( ijasah terlampir ) b. Petugas Proteksi Radiasi ( P P R ) memiliki sertifikat pelatihan yang diberikan oleh BAPETEN BAB III DESKRIPSI FASILITAS, PERALATAN GENERAL PURPOSE X-RAY DAN PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI

A.Deskripsi Fasilitas Instalasi Radilogi Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Dr. F. L.Tobing Sibolga memiliki fasilitas sbb: 1.Ruang pemeriksaan pasien 2.Ruang operator 3.Ruang processing film ( kamar gelap ) 4.Ruang tunggu pasien 5.Ruang petugas 6.Kamar mandi (pasien dan petugas) 7.Ruang Administrasi

B.Deskripsi Peralatan Pesawat Pesawat I Nama Pesawat : General Purpose X Ray Merk Pesawat : Shimadzu Meja Kontrol Model/Type : ED 125 L No Seri: 0552193601

Tabung sinar X Model /Type: - No Seri: 15057 Nilai proteksi: 1,5 mmAl Pembatas berkas sinar x Jenis : Diafragma Panjang: 15 cm Lebar: 14 cm Model/Type: R-20 No seri: 0366008744 Nilai proteksi: 1,0 mmAlKapasitas Maksimum tersedia : 125kV, 500mA, 5,0 secKapasitas biasa terpakai: 60 kV, 150 mA, 0,08 secBeban kerja rata-rata: 2400 mAs / minggu (200 pasien/minggu) Tahun Pemasangan: 1994

Pesawat II Nama Pesawat : Panoramic Merk Pesawat : Toshiba Meja Kontrol Model/Type : - No Seri: -Tabung sinar X Model /Type: D - 051 No Seri: XG 150 - 386 Nilai proteksi: 2,8 mmAl Pembatas berkas sinar x Jenis : Conus Model/Type: - No seri: - Nilai proteksi: - mmAlKapasitas Maksimum tersedia : 70 kV, 6 mAsKapasitas biasa terpakai: 60 kV, 6 mAsBeban kerja rata-rata: 12 mAs / minggu (2 pasien/minggu) Tahun Pemasangan: 2009

C. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi Ukuran ruang pemeriksaan pesawat I dan II : P x L x T = 5,40 m x 3,66 m x 3,40 m Ruangan pemeriksaan berdinding tembok setebal 25 cm Seluruh pintu dan ruangan pemeriksaan dilapisi dengan 2,0 mmPb Terdapat 2(dua ) lead apron dengan nilai proteksi 0,35 mmPb dalam kondisi baik Di dalam ruang radiologi terdapat penahan radiasi/pelindung operator yang dilengkapi dengan jendela observasi setara dengan 2,0 mmPb dengan ukuran P x L : 30 cm x 19 cm Dosimeter film sebagai monitoring dosis radiasi pekerja radiasi dilayani oleh Balai Pengamanan Fasitas Kesehatan (BPFK) Medan

BAB IV PROSEDUR PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN RADIASI

A.PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM OPERASI NORMALProsedur pengoperasian peralatan pesawat general porpuse x- ray (terlampir) Prosedur pemantauan paparan radiasi Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Dr. F. L. Tobing Sibolga dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Ksehatan ( BPFK ) Medan yang dilakukan setiap satu kali setahun.

Prosedur penggunaan perlengkapan proteksi Radiasi.Ada beberapa perlengkapan proteksi radiasi antara lain adalah apron dan dosimeter film.

Prosedur penggunaan apron adalah :1. Jika pekerja radiasi harus berada di ruang pemeriksaan ketika proses exposure terjadi, maka pekerja radiasi harus memakai baju apron.

2. Jika keluarga pasien (masyarakat umum) yang mengharuskan ikut berada di ruang pemeriksaan selama exposure berlang sung , maka wajib memakai apron.

Prosedur penggunaan Dosimeter film adalah :1. Setiap saat jika berada di lingkungan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum DR. F. L. Tobing Sibolga, pekerja radiasi wajib memakai dosimeter film yang diletakkan diatas saku baju.2. Jika sudah selesai bekerja, dan akan meninggalkan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Dr.F. L. Tobing Sibolga, dosimeter film wajib ditinggalkan di daerah bebas radiasi dan tidak boleh dibawa pulang.3. Dosimeter film, pemakaiannya berlaku selama satu bulan dan segera dikembalikan ke BPFK Medan untuk dilakukan pemro sesan dosis radiasi.4. Jika dosis radiasi yang diterima melebihi Nilai Batas Dosis yang ditentukan, agar segera melaporkannya ke BAPETEN.

B. PROSEDUR INTERVENSI DALAM KEADAAN DARURAT Prosedur intervensi dalam keadaan darurat adalah sbb : Melalui Penguasa Instalasi melaporkan atau memberitahukan kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan instansi lain yang terkait (misalnya Kepolisian dan Dinas Pemadam Kebakaran) bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya Petugas Proteksi Radiasi (PPR) melaporkan kepada Penguasa Instalasi untuk meneruskan laporan ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan instansi lain yang terkait ( misalnya Kepolisian dan Dinas Pemadam Kebakaran ) bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya. Pekerja Radiasi melaporkan kepada Petugas Proteksi Radiasi bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya.

BAB V REKAMAN DAN LAPORAN

INSTALASI RADIOLOGI di RUMAH SAKIT UMUM DR.F.L. TOBING SIBOLGA memiliki dokumentasi operasional normal (terlampir).

INSTALASI RADIOLOGI di RUMAH SAKIT UMUM DR.F. L. TOBING SIBOLGA belum pernah mengalami kecelakaan radiasi atau pun keadaan darurat radiasi.

Sibolga, 2013 PETUGAS PROTEKSI RADIASI ( PPR)

TRI HANDAYANI