program pengembangan potensi masyarakat...

15
1 | Page PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT PUSAT PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) TRAWAS 1. GAMBARAN UMUM PROGRAM Kecamatan Trawas terletak di lereng Gunung Penanggungan, tepatnya di Kabupaten Mojokerto sekitar 60 km dari Surabaya, ibukota Propinsi Jawa Timur. Pada tahun 2004 Trawas berpenduduk 26.890 jiwa yang sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian pertanian (45%). Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia banyak masyarakat yang berusia muda bekerja di sektor industri yang berada di dekat Trawas. Aktivitas pertanian di Trawas, untuk kegiatan di sawah didominasi tanaman padi, dan sebagian kecil sayuran. Sedangkan dari hasil ladang atau kebun mereka menghasilkan buah-buahan. Pasca revolusi hijau pertanian di Indonesia termasuk di Trawas, mengalami perubahan orientasi dari pemenuhan kebutuhan sendiri dengan cara berkelanjutan, menjadi produksi massal dengan mengeksploitasi pertanian untuk kepentingan ekonomi. Upaya intensifikasi menjadi pilihan dalam orientasi produksi massal, akibatnya ketergantungan terhadap bibit, pupuk, pestisida, serta infratruktur lainnya dari perusahaan besar menjadi tinggi. Ketergantungan ini akhirnya menghasilkan lingkaran kemiskinan bagi petani. Pada tingkat lokal seperti Trawas ini, muncul tengkulak yang memiliki fungsi ganda sebagai penyalur bibit, pupuk, dan infrastruktur pertanian lainnya, serta menjadi pengumpul barang dari petani. Tengkulak tersebut menjual kebutuhan petani dengan harga yang tinggi, bahkan sampai petani harus meminjam dengan bunga yang tinggi untuk mendapatkannya. Sementara hasil panen hanya cukup untuk membayar pinjaman sekaligus bunga dari tengkulak dan hanya menyisakan sedikit saja untuk petani. Krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, semakin mempersulit aktivitas pertanian akibat dari harga pupuk dan pestisida naik, sementara pemerintah secara pelan-pelan menghilangkan subsidi pupuk bagi petani. Kondisi ini menyulitkan petani karena tidak memiliki modal yang kuat. Banyak dari mereka semakin terjerat dalam utang, sementara produksinya bahkan tidak mencukupi untuk membayar utangnya. Selain sector pertanian, sektor non pertanian di Trawas juga mengalami guncangan, banyak industri di sekitar Trawas yang melakukan efisiensi dan ada pula yang menghentikan operasinya. Akibatnya banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor industri mengalami PHK dan menjadi pengangguran. Sebagian besar mereka kembali ke tempat asalnya di desa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka berusaha keras untuk mendapatkan uang dari potensi yang ada di Trawas. Figure1. Location of Trawas area, Seloliman

Upload: vuongnhan

Post on 28-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

1 | P a g e

PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT PUSAT PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH)

TRAWAS

1. GAMBARAN UMUM PROGRAM

Kecamatan Trawas terletak di lereng Gunung Penanggungan, tepatnya di Kabupaten Mojokerto sekitar 60 km dari Surabaya, ibukota Propinsi Jawa Timur. Pada tahun 2004 Trawas berpenduduk 26.890 jiwa yang sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian pertanian (45%). Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia banyak masyarakat yang berusia muda bekerja di sektor industri yang berada di dekat Trawas.

Aktivitas pertanian di Trawas, untuk kegiatan di sawah didominasi tanaman padi, dan sebagian kecil sayuran. Sedangkan dari hasil ladang atau kebun mereka menghasilkan buah-buahan. Pasca revolusi hijau pertanian di Indonesia termasuk di Trawas, mengalami perubahan orientasi dari pemenuhan kebutuhan sendiri dengan cara berkelanjutan, menjadi produksi massal dengan mengeksploitasi pertanian untuk kepentingan ekonomi. Upaya intensifikasi menjadi pilihan dalam orientasi produksi massal, akibatnya ketergantungan terhadap bibit, pupuk, pestisida, serta infratruktur lainnya dari perusahaan besar menjadi tinggi. Ketergantungan ini akhirnya menghasilkan lingkaran kemiskinan bagi petani. Pada tingkat lokal seperti Trawas ini, muncul tengkulak yang memiliki fungsi ganda sebagai penyalur bibit, pupuk, dan infrastruktur pertanian lainnya, serta menjadi pengumpul barang dari petani. Tengkulak tersebut menjual kebutuhan petani dengan harga yang tinggi, bahkan sampai petani harus meminjam dengan bunga yang tinggi untuk mendapatkannya. Sementara hasil panen hanya cukup untuk membayar pinjaman sekaligus bunga dari tengkulak dan hanya menyisakan sedikit saja untuk petani.

Krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, semakin mempersulit aktivitas pertanian akibat dari harga pupuk dan pestisida naik, sementara pemerintah secara pelan-pelan menghilangkan subsidi pupuk bagi petani. Kondisi ini menyulitkan petani karena tidak memiliki modal yang kuat. Banyak dari mereka semakin terjerat dalam utang, sementara produksinya bahkan tidak mencukupi untuk membayar utangnya.

Selain sector pertanian, sektor non pertanian di Trawas juga mengalami guncangan, banyak industri di sekitar Trawas yang melakukan efisiensi dan ada pula yang menghentikan operasinya. Akibatnya banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor industri mengalami PHK dan menjadi pengangguran. Sebagian besar mereka kembali ke tempat asalnya di desa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka berusaha keras untuk mendapatkan uang dari potensi yang ada di Trawas.

Figure1. Location of Trawas area, Seloliman

Page 2: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

2 | P a g e

Trawas yang sebagian besar wilayahnya adalah hutan baik produksi maupun lindung menjadi sasaran masyarakat untuk dimanfaatkan. Kayu yang diambil dari hutan memiliki nilai jual yang tinggi, karena kayu-kayu tersebut diekspor. Pada waktu itu nilai tukar uang Indonesia yang sangat rendah menyebabkan kegiatan ekspor kayu menjadi lahan yang bagus untuk menghasilkan uang. Hampir semua masyarakat yang pada saat itu tidak memiliki pekerjaan yang jelas, melakukan kegiatan penebangan hutan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Aktivitas penebangan hutan tersebut secara serentak dilakukan hampir disemua hutan di daerah trawas, baik hutan produksi maupun hutan lindung. Pemerintah tidak dapat mengendalikan aktivitas ini karena begitu banyak orang yang melakukannya sementara petugas penjaga hutan hanya beberapa orang saja.

Dua tahun setelah aktivitas penebangan hutan secara besar-besaran oleh masyarakat, maka hutan yang ada di daerah trawas ini menjadi gundul. Meskipun belum semua habis, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan sudah mulai dirasakan, seperti longsor, banjir, dan suhu udara yang bertambah panas. Setelah merasakan akibatnya orang mulai membicarakan dan mendiskusikan berbagai pemecahan, baik pemerintah, NGO, maupun masyarakat sendiri.

PPLH Seloliman yang berada di wilayah Trawas, sejak berdiri tahun 1990 sampai dengan 1998 merupakan NGO yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan hidup. Aktivitas yang dilakukan cenderung eksklusif, yaitu hanya melayani mereka yang berkunjung ke PPLH. Tidak ada interaksi dengan masyarakat disekitarnya serta tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi kegiatan pembangunan di Trawas. Menurut penuturan beberapa masyarakat di sekitar PPLH banyak yang tidak tahu aktivitas apa yang ada di dalam

PPLH sendiri.

Sejalan dengan perkembangan waktu serta adanya dorongan-dorongan dari kondisi dan permasalahan yang muncul, lambat laun PPLH memulai kegiatan pengelolaan lingkungan di daerah Trawas dan sekitarnya. Permasalahan kerusakan hutan dan terjebaknya petani dalam lingkaran kemiskinan menjadi fokus penting bagi PPLH untuk bekerjasama dengan masyarakat Trawas untuk mencari solusi. PPLH sendiri sebagai pusat pendidikan lingkungan hidup sangat kuat sekali dalam materi maupun metodologi pendidikan lingkungan hidup. Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat, mereka juga membutuhkan aktivitas ekonomi yang dapat mendukung kehidupan mereka sehari-hari.

2. IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT

Program yang berjudul pengembangan potensi masyarakat ini bukanlah proyek dengan durasi tertentu tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan multipihak. Visi yang dibangun adalah terbangunnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan melalui pendidikan lingkungan hidup. Awal tahun 1999 mereka mengawali berbagai kegiatan untuk mewujudkan visi tersebut. Tujuan akhir dari kegiatan-kegiatan pendampingan masyarakat yang dilakukan adalah menciptakan kemandirian masyarakat melalui

Figure 2. Illegal logging cause erotion at Trawas Hill

Page 3: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

3 | P a g e

aktivitas ekonomi yang berwawasan lingkungan. Sehingga di satu sisi masyarakat berdaya dan terpenuhi kebutuhan hidupnya, sementara disisi lain kelestarian alam tetap terjaga untuk anak cucu mereka.

Dalam program ini PPLH berperan sebagai fasilitator dan menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah, universitas, swasta, dan donor. Awalnya mereka memberdayakan masyarakat melalui

penguatan organisasi serta peningkatan kapasitas, selanjutnya bersama masyarakat melakukan need assessment. Hasil dari need assessment tersebutlah yang kemudian dikomunikasikan dengan multipihak untuk bekerjasama dalam pelaksanaannya.

Sampai sejauh ini beberapa donor yang terlibat dalam program PPLH ini antara lain adalah WWF, Pan Eco Swiss, dan GTZ Jerman. Sementara untuk memperkuat kajian akademis PPLH juga bekerjasama dengan Universitas Brawijaya, Universitas Muhamadiyah Malang, dan beberapa universitas di Jawa Timur. PPLH juga tergabung dalam beberapa

jaringan untuk memperkuat organisasi juga untuk pertukaran informasi, seperti jaringan pendidikan lingkungan, jaringan kearifan tradisional Indonesia, jaringan kerja pertanian organik Indonesia, dan beberapa jaringan lainnya. Kerjasama dengan pemerintah kabupaten serta propinsi juga dilakukan.

COMMUNITY OF

TRAWAS

Community Potential

Development Program

UNIVERSITYBrawaijaya University

Muhamadiyah University, etc

LOCAL GOVERNMENTMojokerto Regency

East Java Province

DONORSWWF, Pan Eco, GTZ

COMPANY/MARKETPPLH Seloliman

Policy

support

Technical

Assistance

Facilitator,

coordinator program

Financial and

advice support

Planning, Action,

Organizing

empowering

Access

Market

Transfer money

& reporting

Selling

product

Facilitate for

activities

Technical

support

Financial support,

scholarship

Figure 4. Relationship between stakeholder in community potential development program

Figure 3. PPLH as education centre for Trawas community

Page 4: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

4 | P a g e

Untuk mewujudkan program pengembangan potensi masyarakat tersebut ada tiga isu strategis utama

Pendidikan lingkungan sebagai media penyadaran masyarakat mengenai arti pentingnya melestarikan lingkungan hidup

Pendampingan bagi pemberdayaan dan pendampingan masyarakat, sebagai media untuk meningkatkan kapasitas masyarakat.

Pertanian ekologis (organik) menuju pertanian yang berkelanjutan merupakan upaya perbaikan ekonomi dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Dengan mewujudkan ketiga hal tersebut diatas maka tujuan menciptakan pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada aktivitas pertanian dapat tewujud di wilayah Trawas dan sekitarnya. Pemilihan aktivitas pertanian didasarkan pada mayoritas penduduk Trawas adalah petani. Pertanian disini dalam arti luas meliputi peternakan, berladang dan berkebun. Selain itu ada aktivitas-aktivitas lain yang mendukung terwujudnya keberlanjutan kehidupan, seperti pengembangan pembangkit listrik tenaga air skala kecil (Micro Hydro Power), pengelolaan sampah, pengelolaan makanan ramah lingkungan, dan aktivitas lainnya.

2.1 Pendidikan lingkungan sebagai media penyadaran masyarakat

Aktivitas awal yang dilakukan PPLH bersama-sama dengan komunitas adalah aktivitas penyadaran akan arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Ada empat kelompok target group dalam

penyadaran lingkungan, yaitu kelompok anak, kelompok remaja, kelompok ibu, dan kelompok bapak. Pendidikan lingkungan untuk kelompok anak, dilakukan dengan pendekatan formal dan non formal. Pendekatan formal dilakukan dengan bekerja sama dengan sekolah SD, SMP, dan SMA untuk memasukan beberapa materi pendidikan lingkungan kedalam mata pelajaran. Untuk pendekatan non formal dilakukan dengan melakukan aktivitas outdoor di luar sekolah. Areal PPLH yang luas dan disekitarnya selama ini dimanfaatkan sebagai aktivitas non formal.

Pendekatan dengan kelompok remaja dilakukan melalui

pertemuan-pertemuan yang dilakukan secara rutin, begitu juga untuk pendidikan lingkungan untuk kelompok ibu dan kelompok bapak, dilakukan melalui kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Pendidikan lingkungan ini dilakukan secara komprehensif kepada seluruh target group dengan metode yang disesuaikan. Hal ini untuk memberikan dampak yang luas kepada masyarakat terhadap pemahaman lingkungan.

Tujuan dari aktivitas ini adalah memberikan pemahaman kepada seluruh elemen masyarakat mengenai hubungan sebab akibat dari aktivitas manusia terhadap lingkungan, yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini untuk menyadarkan mereka tentang berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi dan hubungannya pada permasalahan ekonomi dan sosial yang mereka hadapi selama ini.

Figure5. Environmental education as a media to aware community

Page 5: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

5 | P a g e

2.2 Pemberdayaan masyarakat, sebagai media peningkatan kapasitas masyarakat.

Kesadaran masyarakat mengenai kelestarian lingkungan hidup sebagai syarat keberlanjutan kehidupan di Trawas, mendorong mereka untuk melakukan usaha-usaha perbaikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di Trawas. Keinginan itu tentunya harus didukung oleh kapasitas yang memadai.

Pemberdayaan masyarakat merupakan usaha yang dilakukan dalam program ini untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Sebagai langkah awal masyarakat di Trawas mulai membentuk kelompok-kelompok berdasarkan interestnya. Sejauh ini ada empat jenis kelompok yang ada di Trawas, yaitu kelompok berbasis pertanian, kelompok berbasis pengelolan hutan, kelompok berbasis gender, dan kelompok berbasis energi.

Jenis kelompok berbasis pertanian, merupakan jenis yang memiliki anggota kelompok terbesar. Dorongan petani di Trawas yang ingin keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketergantungan pada tengkulak, menyebabkan kelompok ini banyak dibentuk oleh masyarakat. Sebagian besar kelompok yang berbasis pertanian ini memiliki visi untuk keluar dari ketergantungan tengkulak, sehingga mampu meningkatkan pendapatan mereka.

Jenis kelompok berbasis pengelolaan hutan, merupakan masyarakat yang selama ini memanfaatkan hutan sebagai tempat berladang mereka. Sistem yang selama ini mereka

lakukan adalah dengan ladang berpindah yang bertentangan dengan prinsip keberlanjutan. Sistem ladang berpindah menjadi masalah yang besar ketika masyarakat yang menggunakan sistem ini menjadi banyak. Hal ini menyebabkan semakin luas hutan yang dibuka sementara waktu untuk sistem recovery lahan menjadi sangat pendek, akibatnya hutan menjadi semakin gundul.

Jenis kelompok berbasis gender, adalah kelompok ibu-ibu Trawas yang ingin memanfaatkan waktunya lebih berguna. Kelompok ibu-ibu ini potensial dalam mengolah produk pertanian. Hasil pertanian jika dijual dalam bentuk olahan seperti makanan kecil, tentunya akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi dibanding dijual dalam bentuk mentah. Potensi mengolah makanan ini yang menjadi aktivitas dari kelompok berbasis gender ini.

Jenis kelompok berbasis energi, ini memiliki aktivitas yang sangat spesifik yaitu mengelola pembangkit listrik micro hydro. Aktivitas ini berawal dari belum adanya listrik disalah satu desa di Trawas yaitu desa Janjing, dan PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang merupakan penyedia jasa listrik tidak sanggup melayani. Desa Janjing yang relativ terpencil dan jumlah penduduknya yang sedikit, dirasa oleh PLN menjadi investasi yang tidak menguntungkan. PPLH yang bekerjasama dengan GTZ Jerman mengembangkan pembangkit listrik micro hydro dengan memanfaatkan arus air sungai yang hasil listriknya dapat untuk memberikan penerangan di Desa Janjing dan Areal PPLH. Bahkan mulai tahun 2004, kelebihan produksi listrik yang ada telah dijual ke PLN dengan kontrak 4,5 – 5 juta rupiah per bulan.

Figure 6. PPLH as a communication center among groups of community

Page 6: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

6 | P a g e

Community Potential

Development Program

PPHSR Seloliman(Forest Farmer Association

“Sri Rahayu”)

PTMM Kalimaron(Forest Association “Triloka

Manunggal Makaryo”)

P2KP(Milking Goat Cattle

Association )

KELOPAK(Organic Farmer Group

“Kutogirang”)

KTM(Organic Farmer Group

“Tunas Mandiri”)

KAPOR(Organic Farmer Group

“Sempur”)

BRENJONK(Organic Farmer Group

“Lestari”)

HASANAH(Women Association)

KEJATRA(Women Association for

Herbal)

CONSERVATION

& RENEWABLE

ENERGY

ORGANIC

FARMING

NETWORK

GENDER

PERSPECTIVE

NETWORK

FOREST

MANAGEMENT &

RIVER BASIN

NETWORK

PKM(Organization of Micro

Hydro Power)

Keep flow a river for

supply micro hydro power

Supply electricity

for daily life

Supply farming production

for selling, make snackSupply farming production

for selling, make snack,

and herbal

Figure 7. Scheme of Community Potential Development Program PPLH Seloliman

Kelompok-kelompok tersebut membentuk jaringan baik antar kelompok-kelompok dalam jenis kelompok maupun antar jenis kelompok. Jaringan ini bertujuan untuk memperkuat posisi kelompok dan individu yang ada di dalam kelompok tersebut. Kelompok-kelompok tersebut membangun visi dan misi bersama serta membuat anggaran rumah tangga yang dipatuhi oleh seluruh anggotanya. Secara periodik (minimum sebulan sekali) mereka berkumpul baik dalam kelompok maupun dalam jaringan. Mereka selalu membahas isu-isu yang terjadi di masing-masing kelompok dan mendiskusikannya untuk mencari penyelesaiannya.

Dalam pembentukan dan perawatan kelompok ini, PPLH sejak awal memfasilitas masyarakat dalam membentuk kelompok. Selain itu sebagai pusat pendidikan PPLH menyediakan fasilitas untuk proses pembelajaran bagi masyarakat dan menjembatani dengan stakeholder lain seperti perguruan tinggi, pemerintah, maupun swasta. Dalam perawatan jaringan kelompok yang ada, PPLH secara periodic juga memfasilitasi pertemuan. Sejauh ini peningkatan kapasitas tidak hanya dilakukan dalam lingkup masing-masing kelompok, tetapi sudah pada tataran hubungan antara kelompok baik dalam kelompok sejenis maupun berbeda jenis. Hubungan antar kelompok bertujuan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

2.3 Pertanian ekologis (organik) menuju pertanian yang berkelanjutan

Aktivitas pertanian memiliki visi untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketergantungan pada tengkulak. Untuk itulah mereka sepakat untuk memotong rantai kemiskinan tersebut. Aspek ketergantungan pada bibit, pupuk kimia, pestisida dan traktor yang selama ini menjerat mereka, karena membebani biaya produksi petani. Pada aspek penjualan produksi hasil pertanian, ketergantungan dengan tengkulak juga diputus dengan cara membentuk kelompok dan jaringan yang memiliki akses pasar secara langsung.

Untuk melepaskan diri dari ketergantungan tersebut, tentunya pola pendekatan pertanian mereka juga harus diganti yaitu secara organik atau pertanian ekologis. Selain melepas ketergantungan terhadap tengkulak pertanian organik juga merupakan upaya perbaikan ekonomi dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Page 7: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

7 | P a g e

Pola pertanian yang dilakukan sejak lama oleh masyarakat Trawas merupakan pertanian konvensional. Untuk berpindah dari konvensional ke pertanian organik tentunya tidak dapat dilakukan dengan mudah. Ada dua pendekatan yang dilakukan oleh PPLH untuk membangun kesadaran petani Trawas tentang keunggulan pertanian organik. Pertama, PPLH memberikan pengetahuan mengenai apa itu pertanian organik dan bagaimana melakukannya. Kedua, untuk meyakinkan petani, PPLH memberikan tauladan atau contoh kepada masyarakat dengan mempraktekan pertanian organik di areal mereka. Awalnya hanya ada

beberapa petani saja yang mencoba berpindah ke pertanian organik, sementara petani lainnya tidak mau pindah dengan alasan mereka takut jika terjadi gagal panen. Beberapa petani yang berpindah ke pertanian organik tersebut akhirnya sukses, dan dapat memberikan motivasi serta dorongan bagi petani lain yang masih menggunakan pertanian konvesional untuk berpindah ke pertanian organik.

Secara teknis, masyarakat Trawas berpindah ke pertanian organik secara bertahap. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida awalnya tetap digunakan tetapi ukurannya dikurangi, setelah 3-4 tahun baru mereka benar-benar menjalankan pertanian organik. Untuk menciptakan pertanian organik yang baik, mereka mengembangkan infrastruktur yang mendukung, seperti untuk mendapatkan pupuk organik mereka mulai memelihara kerbau dan kambing. Kerbau juga digunakan untuk membajak sawah, sehingga mereka sudah tidak lagi menggunakan traktor. Selain itu kambing yang dipelihara juga merupakan jenis kambing Ettawa yang dapat dimanfaatkan susunya. Selain pupuk dari kotoran ternak, mereka juga mengembangkan kompos dari sampah organik rumah tangga, pupuk hijau dari tumbuhan, dan pupuk cair (slurry) yang diambil dari air kencing ternak. Kebutuhan akan pestisida untuk mengusir hama, juga tidak lagi menggunakan pestisida yang menggunakan bahan-bahan kimia, tetapi mereka mengembangkan bio-pestisida yang dibuat dari campuran beberapa jenis tumbuhan seperti daun papaya, gadung dan bunga turi.

Prinsip pertanian ekologis yang diterapkan petani Trawas tersebut adalah berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri dengan menciptkan siklus pertanian dari proses menanam sampai dengan memanen. Dengan demikian mereka akan terbebas dari ketergantungan eksternal yang selam ini menjerat mereka.

2.4 Konteks Kehidupan Sosial

Kunci sukses program pengembangan potensi masyarakat di Trawas adalah dalam pendekatan sosial. PPLH berusaha menempatkan diri menjadi bagian dari komunitas, bukan menjadi guru atau pemberi perintah. Lokasi areal kerja PPLH yang berada di Trawas memudahkan komunikasi antara keduanya. Pendekatan sosial yang dilakukan dengan menyeluruh, dari aspek agama, budaya, dan kebiasaan masyarakat sehari-hari.

Dalam konteks pendekatan agama, masyarakat Trawas mayoritas pemeluk agama Islam, sehingga pendekatan sosial kepada kelompok pengajian merupakan pintu masuk dari berbagai aktivitas. Pendekatan agama ini juga tercermin di salah satu kelompok Hasanah yang merupakan kelompok

Figure 8. Organic farming use buffalo for plowing rice field

Page 8: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

8 | P a g e

ibu-ibu yang aktif dalam kegiatan pengajian. Melalui kelompok pengajian yang sudah ada, sekaran ini kelompok Hasanah telah berkembang dengan aktivitas mengolah makanan dari hasil produksi pertanian, berupa makanan kecil. Pendekatan agama juga terasa sekali dari aktivitas pertemuan yang dilakukan, yaitu umumnya mereka melakukanya pada malam hari setelah Sholat Isya (merupakan sholat terakhir dalam satu hari dari sholat wajib lima waktu bagi agama Islam). Aktivitas pertemuan dilakukan minimal 1 bulan sekali, dan kadang-kadang dilakukan di masjid.

Meskipun mayoritas masyarakat Trawas beragama Islam, tetapi mereka hidup berdampingan juga dengan agama lain, seperti hindu dan nasrani. Bahkan, masyarakat Trawas juga ikut menjaga kelestarian Candi Jolotundo, yang merupakan candi peninggalan agama Hindu dan sampai sekarang masih digunakan oleh umat Hindu untuk melakukan ibadah.

Masyarakat Trawas mayoritas adalah masyarakat asli yang lahir dan dibesarkan disana sedikit sekali pendatang, sehingga kebudayaan yang dibawa adalah kebudayaan Jawa. Untuk melakukan pendekatan, seringkali penggunaan bahasa jawa menjadi lebih dapat diterima masyarakat dibandingkan dengan Bahasa Indonesia. Pendekatan budaya lainnya adalah dengan mempertahankan dan melestarikan upacara-upacara yang diyakini masyarakat selama ini, seperti upacara pada awal penanaman dan pada waktu panen, yang bertujuan untuk meminta berkah dan keselamatan dari tuhan.

2.5 Perubahan Sosial menuju Masyarakat yang Berdaya

Perubahan sosial secara positif terjadi pada komunitas yang terlibat dalam program ini. Kapasitas masyarakat meningkat akibat dari terselenggaranya pendidikan lingkungan yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. Masyarakat sudah paham mengenai dampak pertanian konvesional yang merusak lahan akibat penggunaan bahan-bahan kimia. Pandangan masyarakat menjadi lebih komprehensif dalam melihat keterkaitan antara lingkungan, ekonomi, dan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan pertanian organik sebagai pemecahan permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang selama beberapa tahun melanda Trawas. Dengan pertanian organik sekarang ini secara perlahan-lahan mereka mulai terlepas dari permasalahan petani.

Perubahan sosial yang paling mendasar adalah pemebentukan kelompok-kelompok dengan visi yang sama. Mereka memiliki pemikiran bahwa dengan berkelompok mereka akan lebih kuat dan dapat saling belajar sama lainnya. Sejauh ini telah muncul 16 kelompok masyarakat dengan berbagai aktivitas, yang terdiri dari kelompok pertanian organik, kelompok pengelola hutan, kelompok ibu-ibu, koperasi, dan kelompok konservasi energi. Terbentuknya kelompok ini berarti akan meningkatkan interaksi sosial antar masyarakat. Dalam interaksi sosial tersebut tentunya diikuti dengan proses belajar antar mereka. Pada kelompok-kelompok pertanian organik proses belajar antar individu dilakukan baik secara periodik dan terus menerus. Beberapa kelompok mendirikan sekolah lapangan yang berada di sawah. Pada waktu siang hari ketika mereka beristirahat, mereka melakukan tukar informasi dan secara bersama-sama mendiskusikan berbagai pemecahan yang muncul.

Kelompok-kelompok masyarakat juga membuat aturan-aturan sebagai instrument keberlanjutan organisasi. Aturan dan kebijakan dibuat untuk kesejahteraan kelompok, seperti masalah tanggung jawab kerja dan peran, permasalahan keuangan, serta membuat anggaran dasar dan rumah tangga organisasi. Untuk memperkuat keuangan lembaga, mereka memiliki mekanisme iuran rutin dan mekanisme bagi hasil. Hasil dari penjualan produksi pertanian mereka, sebesar 5 – 10 % harus dimasukkan ke dalam kas organisasi, untuk membiayai operasional organisasi. Keuangan organisasi juga digunakan untuk membeli peralatan-peralatan pendukung kegiatan pertanian untuk skala komunal (bukan untuk perorangan).

Fungsi kontrol dilakukan oleh seluruh anggota, baik terhadap pengurus maupun kepada anggota lainnya yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Mereka menamakan fungsi saling kontrol tersebut dengan ICS (Internal Control System). Untuk menjaga akuntabilitas kinerja ICS, maka

Page 9: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

9 | P a g e

pengurus ICS bukan orang yang ada di pengurus organisasi dan tidak banyak memiliki hubungan saudara dekat dengan yang anggota lain. Awalnya ICS dikenalkan oleh lembaga yang memberikan sertifikasi kepada produk pertanian organik di Indonesia. Dengan adanya mekanisme kontrol secara internal diharapkan tidak ada petani yang berbuat curang, seperti menggunakan bahan non organik dalam kegiatan pertaniannya, sehingga produk pertaniannya bukan organik lagi. Dalam perkembangannya istilah ICS digunakan oleh masyarakat Trawas untuk menjaga akuntabilitas kinerja organisasi. Jika ada anggota mereka yang melanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dalam organisasi, maka ICS akan mengingatkan sampai dengan memberikan sanksi bagi anggota yang melanggarnya.

3. IMPLIKASI TERHADAP ESD

Program PPM merupakan bentuk pengembangan dengan pendekatan ESD. Hal ini dapat dilihat pada pola pendidikan yang diterapkan. Pembangunan berkelanjutan menjadi visi bersama antara pelaku pembangunan, sementara unsur pendidikan terhadap pola pikir pembangunan berkelanjutan dibangun bersama antara PPLH Seloliman dengan masyarakat Trawas. Perwujudan dari hubungan antara aktivitas untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan dapat dilihat pada gambar 3.

PPLH SELOLIMAN

(Environmental

Education Center)

TRAWAS

COMMUNITY

Organic

Waste

EDUCATION for

SUSTAINABLE

DEVELOPMENT

ORGANIC

FARMER

FOREST

FARMER

Fruit &

Vegetbales

Milk Goat

Cattle

River

Conservation

CATTLE

WOMAN

GROUP

Electricity

OUT OF

TRAWAS

Internal Market, to :

- PPLH

- Trawas community

Eksternal

Market

To plow rice field

fertilizercollecting

PPLH need food for :

- restaurant

- meal for staff

- meal for training participants

MarketKeep flow a

river for

supply

micro hydro

power

FARMING

compost

Eco Food

(Snack and other

packing food)Processing food

Supply power

ACTOR ACTIVITIES OUTPUT / RESULT

Gambar 3. Keterkaitan aktivitas untuk kebelanjutan

Untuk menciptakan pembangunan keberlanjutan, aspek keterkaitan antar aktivitas untuk menciptakan rantai kehidupan harus terbentuk. Meskipun belum dalam rantai yang sempurna program PPM ini juga telah membentuk rantai kehidupan yang menghubungkan antar kegiatan. Dengan demikian maka akan terbentuk independensi aktivitas dan melepaskan ketergantungan dengan luar Trawas terutama menyangkut bahan baku produksi. Bahan baku produksi didapat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, dengan tetap menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan alam.

Dalam mekanisme program PPM, aktor pentingnya ada pada PPLH Seloliman dan masyarakat Trawas. Pada awalnya PPLH mendampingi kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, tetapi ketika masyarakat sudah berdaya maka hubungan mereka berubah menjadi mitra. Kemitraan antar kedua kelompok ini-lah yang selanjutnya berkembangan menjadi aktivitas pendidikan untuk

Page 10: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

10 | P a g e

pembangunan berkelanjutan. Pembelajaran bersama yang dilakukan kedua kelompok ini memiliki visi yang kurang lebih sama, sesuai dengan visi program PPM ini.

Kelompok petani organik tidak hanya mengerjakan sawah setiap harinya, tetapi juga harus mengelola ternak berupa kerbau. Ternak kerbau ini berfungsi ganda, yaitu untuk membajak padi di sawah dan untuk diambil kotoran serta air kencingnya untuk dibuat pupuk kompos. Untuk mencukupi kebutuhan pupuk kompos petani juga mendapatkan suplai dari kotoran ternak kambing perah dan sampah organik yang di daur ulang. Pupuk kompos tersebut yang menggantikan peran pupuk kimia yang selama ini digunakan petani konvensional.

Beternak kambing perah untuk diambil susunya dilakukan oleh kelompok petani hutan, hal ini hanya untuk memberikan tambahan pendapatan bagi mereka. Kegiatan utama dari kelompok petani hutan adalah menjaga kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Dalam rantai keterkaitan kegiatan di Trawas, selain mengelola ternak dan memanfaatkan hutan, mereka juga menjaga daerah tangkapan Sungai Maron supaya tetap memberikan aliran air yang lancar. Aliran air sungai tersebut dimanfaatkan untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro (PLTMH). Listrik yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan di PPLH dan salah satu desa di Trawas. Untuk mengelola listrik micro hydro tersebut, masyarakat membentuk Paguyuban PLTMH Kalimaron. Pengelolaan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara, yaitu dengan menggunakan meteran dan pengguna akan membayar sebulan sekali sesuai dengan pemakaiannya.

Kelompok wanita juga memberikan kontribusi untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Dilatarbelakangi oleh keinginan untuk meningkatkan nilai jual produk pertanian, maka kelompok wanita “HASANAH” yang merupakan kelompok pengajian mengembangkan makanan olahan. Hasil pertanian terutama dari kebun seperti singkong, pisang, dan lainnya, untuk mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi tentunya diolah terlebih dahulu, menjadi makanan kecil dan dikemas secara lebih baik. Sejauh ini, makanan olahan tersebut dapat dijual sampai luar wilayah Trawas.

Salah satu kekuatan untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi bagi petani adalah terbukanya akses pasar, sehingga petani dapat memutus rantai distribusi yang terlalu panjang dan merugikan. Untuk itulah petani membentuk koperasi untuk menjembatani akses pasar. Koperasi yang dibentuk tersebut mengumpulkan barang dari petani dan menjualnya ke luar Trawas langsung ke pasar. Sekarang ini prioritas pasar masih di internal yaitu untuk memenuhi kebutuhan di PPLH dan kebutuhan sehari-hari masyarakat Trawas. PPLH yang merupakan pusat pendidikan juga menyediakan pelayanan pelatihan bagi siapa saja yang ingin belajar mengenai lingkungan hidup. Hampir setiap minggu selalu ada kunjungan baik dari tingkat sekolah SD sampai universitas, bahkan juga masyarakat umum yang ingin belajar mengenai lingkungan. Ketika berada di lingkungan PPLH bisa tinggal untuk beberapa hari disana. Kebutuhan peserta pelatihan selama disana dipenuhi oleh PPLH yang bahan bakunya diambil dari hasil pertanian organik. Selain itu PPLH juga membuka pelayanan eco-restaurant yang menjual berbagai makanan dengan bahan baku organik.

Cara berpikir yang holistik dengan mengaitkan kegiatan satu dengan yang lainnya untuk menciptakan keberlanjutan kehidupan, merupakan ciri pemikiran pembangunan yang berkelanjutan. Cara berpikir inilah yang dikembangkan antara PPLH Seloliman dengan masyarakat Trawas. Dengan pemahaman yang sama antara keduanya akan memudahkan dalam merencanakan dan mengembangkan kegiatan di Trawas.

3.1 Lingkungan

Kontribusi program PPM pada aspek lingkungan jelas untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, supaya dapat dimanfaatkan terus menerus baik untuk generasi sekarang maupun yang akan datang. Sekitar 30 hektar hutan produksi yang telah gundul akibat penjarahan pada tahun 1999 lambat laun mulai diperbaiki. Masyarakat, PPLH, dan pemerintah membuat perencanaan pengelolaan hutan

Page 11: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

11 | P a g e

secara bersama-sama. Mereka bersama-sama melakukan pencegahan perluasan areal hutan yang ditebangi. Selain itu juga mereka melakukan pembibitan secara bersama-sama untuk kemudian melakukan rehabilitasi hutan yang telah rusak.

Hutan di kawasan Gunung Penanggungan ini merupakan daerah tangkapan dari Sungai Maron dan melindungi banyak sekali mata air di dalam hutan tersebut. Pemanfaatan hutan juga sebagai upaya menjaga kelestarian sungai Maron yang merupakan sumber dari pembangkit listrik tenaga air skala kecil. Untuk menjaga arus air supaya tetap stabil baik antara musim penghujan dan kemarau maka perlu memperbaiki daerah tangkapan.

Selain kelestarian hutan, aspek lingkungan lainnya adalah mengembalikan tingkat kesuburan tanah alami dengan menggunakan pertanian organik. Mengganti pupuk kimia dan pestisida kimia dengan bahan organik berarti telah menjaga kelestarian tanah pertanian.

3.2 Ekonomi

Terbukanya akses pasar secara langsung tanpa melalui tengkulak, memberikan nilai jual hasil pertanian yang lebih tinggi. Selain itu dengan adanya pengembangan makanan olahan dari hasil pertanian juga memberikan nilai tambah pada masyarakat Trawas.

Perubahan dari pertanian konvensional dengan menggunakan pupuk kimia, pada awalnya dirasakan berat oleh petani. Beberapa infrastruktur pertanian harus diadakan, seperti membeli kerbau maupun untuk membuat bio pestisida. Selain itu juga hasil panen yang belum maksimal akibat perubahan metode pertanian tersebut. Tetapi sampai dengan kurun waktu 3-4 tahun secara ekonomi justru menguntungkan, karena setelah kondisi lahan mereka sehat kembali maka hasil pertaniannya juga normal kembali. Dengan jumlah hasil produksi pertanian yang sama tetapi membutuhkan biaya produksi yang sedikit, karena mereka tidak lagi membeli pupuk kimia dan pestisida kimia yang harganya semakin hari semakin mahal. Mereka cukup dengan memanfaatkan pupuk organik dari kotoran ternak, kompos hijau, dan kompos dari sampah organik rumah tangga. Biaya yang mereka perlukan sangat sedikit untuk produksi pertanian.

Peningkatan ekonomi ini juga diperkuat dengan pembentukan koperasi petani. Koperasi yang didirikan oleh masyarakat tersebut, bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya yang terdiri dari petani itu sendiri. Segala bentuk jual beli anggota koperasi ditangani oleh koperasi tersebut, terutama berkaitan dengan akses pasar.

3.3 Sosial

Perdagangan pertanian yang diserahkan pada mekanisme pasar, menyebabkan interaksi antar petani menjadi menurun. Interaksi lebih besar tercipta antara petani dengan pembeli atau pun petani dengan pemasok bahan produksi. Dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok pertanian organik dan menciptakan kebersamaan dalam pembangunan pertanian, maka interaksi sosial antara petani menjadi lebih intens atau meningkat.

Pertemuan antar petani minimal sebulan sekali dan secara rutin melakukan sekolah lapangan menunjukkan interaksi petani yang terjadwal. Pertemuan-pertemuan untuk membahas permasalahan dan pemecahan yang dihadapi oleh petani, merupakan bentuk pembelajaran yang terus menerus. Untuk meningkatkan kapasitas petani terhadap pemahaman pertanian organik dilakukan dengan adanya sekolah lapangan. Tempat sekolah tersebut berada di tengah sawah dengan kondisi bangunan yang sangat sederhana. Interaksi sosial yang baik ini menimbulkan semangat kebersamaan antar petani, selain itu juga semakin menguatkan posisi tawar petani.

Page 12: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

12 | P a g e

3.4 Karakteristik ESD dalam Program PPM

Pendekatan Bottom-Up

Sistem pendidikan yang dikembangkan dalam program PPM untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dibangun dari masyarakat sendiri. Apa yang akan dipelajari dan waktu belajar ditentukan oleh masyarakat sendiri. Materi yang diajarkan benar-benar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Setiap bulan mereka menyusun kebutuhan bahan pembelajaran, kemudian mereka mencari narasumber yang sesuai dengan materi tersebut. Narasumber bisa dari anggota kelompok sendiri, orang lain di luar kelompok, PPLH, pemerintah, maupun perguruan tinggi. Siapa saja yang memiliki kompetensi baik secara organisasi maupun individu dapat menjadi narasumber dalam proses belajar mengajar mereka.

Pembelajaran partisipatif

Pendekatan dari bawah yang dilakukan, tentunya akan memberikan dampak terciptanya sistem pembelajaran yang partisipatif. Bentuk pembelajaran partisipatif identik dengan belajar bersama dimana semuanya adalah peserta didik dan bisa juga menjadi narasumber, dan dipandu oleh seorang fasilitator.

Partisipatif dalam pengambilan keputusan

Keputusan tertinggi kelompok yang ada dalam program PPM ini adalah rapat bulanan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan dan arah organisasi, baik mereka yang ada di kepengurusan maupun mereka yang hanya jadi anggota saja. Mereka menggunakan azas musyawarah untuk mufakat untuk memutuskan sesuatu hal, dan jika ditemukan jalan keluar maka mereka melakukan pengambilan suara.

Akuisisi pengetahuan yang terimplementasi

Sebelumnya petani tidak mengerti mengenai pertanian organik, manfaat pengelolaan hutan, maupun bagaimana mengelola produk hasil pertanian. Melalui proses belajar mereka memahami dan menerapkan dalam pekerjaan mereka. Petani Trawas terutama generasi setelah revolusi hijau tidak mengetahui pertanian organik dan takut melakukannya. Setelah mengerti pertanian organik dan hubungannya dengan keberlanjutan pertanian, secara perlahan-lahan mereka berubah ke pertanian organik.

Membangun visi dan scenario

Penyusunan visi dilakukan oleh masing-masing organisasi masyarakat yang dibentuk. Visi dibangun secara bersama-sama sebagai arah yang hendak dicapai oleh organisasi. Masyarakat bersama-sama menyusun visi organisasi, kemudian mereka merencanakan tahapan-tahapan bagaimana mencapai visinya. Program-program yang disusun oleh kelompok masyarakat didasarkan pada proses tersebut.

Membangun Nilai dan Etika

Perwujudan dari adanya nilai dan etika yang dibangun oleh masyarakat adalah munculnya aturan-aturan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan bersama. Aturan ini dibangun sebagai instrument untuk mencapai visi yang dibangun. Organisasi masyarakat Trawas menyusun aturan-aturan baik skala organisasi maupun yang lebih luas, dengan tetap tidak melanggar aturan agama dan hakum Indonesia yang berlaku.

Peningkatan kapasitas organisasi dan individu

Peningkatan kapasitas merupakan syarat dasar bagi perubahan yang lebih baik. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, maka seluruh stakeholder harus memiliki standar pemahaman yang holistic dalam melihat permasalahan. Peningkatan kapasitas organisasi di Trawas yang banyak difasilitasi oleh PPLH telah terinstitusionalisasi, sehingga individu yang ada di dalam organisasi juga mengalami peningkatan kapasitas.

Page 13: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

13 | P a g e

Perubahan Sikap

Perubahan sikap masyarakat yang paling mendasar adalah cara melihat keterkaitan antara ekonomi dengan lingkungan. Berbagai permasalahan akibat kondisi lingkungan yang diabaikan, mulai menyadarkan masyarakat Trawas. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari permasalahan yang muncul, hal ini memperkaya pengetahuan masyarakat. Setelah mengetahui dan kemudian memahami mengenai perlunya membuat keberlanjutan dalam kehidupan, maka mereka secara bertahap melakukan perubahan. Apa yang mereka pahami secara bertahap telah terbukti kebenarannya di lapangan, hal itu secara perlahan-lahan mendorong perubahan bagi masyarakat Trawas.

4. SISTEM PENDIDIKAN KUNCI KEBERHASILAN PENGEMBANGAN KEGIATAN

Faktor pendidikan memegang peranan penting dalam implementasi program PPM. Model pendidikan yang dikembangkan oleh PPLH memiliki metode yang innovative dan selalu disesuaikan dengan isu internasional. Akses PPLH yang sangat luas dan besar pada jaringan internasional dan nasional membuat mereka mudah untuk menemukan model-model pembelajaran yang sesuai untuk masyarakat. Secara substansi materi yang diberikan adalah pengelolaan lingkungan untuk pembangnunan berkelanjutan. Sedangkan perubahan metode pembelajaran yang dilakukan antara lain adalah :

Perubahan teknik mengajar dari model satu arah menjadi dua arah. Petani selama ini lebih sering diberi kuliah dari penyuluh pertanian tentang bagaimana menjalankan pertanian. Dengan demikian cara berpikir mereka sulit berkembang, karena sebagian besar hanya mengikuti perintah saja dari penyuluh. Pendekatan teknik mengajar yang diterapkan program ini adalah dengan belajar bersama, sehingga petani di dorong untuk berpikir mencari solusi terhadap permasalah yang dihadapi, dan pada akhirnya mereka dapat memutuskan masalah yang mereka hadapi

Dibangunnya kelas lapangan, sehingga proses belajar dilakukan secara terus menerus baik di sawah tempat mereka bekerja maupun pada pertemuan rutin dibalai pertemuan. Dengan dibangunnya kelas lapangan, proses belajar dilakukan secara terus menerus dan partisipatif. Dalam kelas lapangan petani mendiskusikan permasalahan yang dihadapi baik dalam pengelolaan pertanian organic maupun dalam system penjualannya. Mereka berusaha memecahkan permasalahan sendiri melalui diskusi tersebut. Secara periodic mereka juga menghadirkan beberapa ahli baik dari NGO, intansi pemerintah, maupun universitas yang difasilitasi oleh PPLH untuk memberikan tambahan informasi dan pengetahuan kepada mereka. Dengan model kelas lapangan ini selain terjalin system komunikasi antar petani, juga sangat efektif dan memberikan manfaat dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

Integrasi antar aspek untuk pembangunan berkelanjutan. Sebelum adanya program PPM ini masyarakat beranggapan tidak ada keterkaitan antara permasalahan yang mereka hadapi di sawah dengan aspek lingkungan atau pun dengan kemiskinan yang mereka alami. Ketidakberdayaan mereka dalam menghadapi permasalahan pertanian lebih banyak disebabkan oleh perspektif mereka dalam melihat keterkaitan antar aspek. PPLH telah memberikan pemahaman kepada petani melalui konsep pembangunan berkelanjutan. Sekarang petani dapat melihat keterkaitan antar aspek, bagaimana mereka dapat melihat hubungan antara permasalahan pertanian yang mereka hadapi dengan permasalahan lingkungan yang mereka ciptakan sendiri, atau hubungan antara kemiskinan yang mereka alami. Dalam memecahkan permasalahan pun, mereka sudah mampu berpikir.

Page 14: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

14 | P a g e

Perubahan proses belajar menjadi model partisipatif oleh masyarakat Trawas ditunjukkan dengan adanya proses perencanaan yang dibuat oleh para petani dan juga kelompok-kelompok social lain. Dalam proses perencaan kerja tersebut mereka memiliki mekanisme monitoring dan evaluasi serta system pengawasan bersama.

Dikaitkan dengan isu pendidikan nasional dan internasional, sistem pendidikan di wilayah Trawas sangat baik. Kondisi ini sangat mendukung penerimaan program-program yang dijalankan disana. Basis pendidikan agama yang cukup kuat sangat mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat. Wilayah ini juga telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah bebas buta huruf, karena semua orang dapat membaca, menulis, maupun berhitung. Semua anak masuk dalam pendidikan baik pendidikan di sekolah umum maupun sekolah yang berbasis agama, terutama agama Islam.

Aktivitas agama berjalan dengan kuat, lewat kegiatan-kegiatan pengajian di masjid. Pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat menjadi sangat efektif melalui kanal pengajian. Peran pemimpin agama sangat kuat dalam mempengaruhi masyarakat, sehingga melalui kegiatan pengajian pengenalan program-program sangat efektif untuk disebarluaskan. Salah satu kelompok yang berhasil dalam program ini adalah kelompok wanita pengajian Hasanah. Pada awalnya kelompok ini adalah kelompok yang secara rutin yaitu setiap minggu menyelenggarakan kegiatan pengajian di masjid. Selain itu mereka juga melakukan kegiatan social lainnya, dan sekarang ini mereka telah mengembangkan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi berbagai makanan yang secara ekonomi memiliki nilai tambah.

Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan juga cukup terbuka, karena tersedianya fasilitas pendidikan baik formal maupun non formal. Pendidikan formal dilakukan di sekolah-sekolah baik yang disediakan pemerintah maupun swasta. Selain itu terdapat juga pendidikan pesantren yang merupakan pendidikan non formal yang berbasis agama islam. Sebagian besar masyarakat Trawas mengikuti pendidikan sampai dengan tingkat SMA, sedangkan sebagian kecil saja yang melanjutkan ke perguruan tinggi yang ada di kota sekitarnya.

5. PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT TRAWAS KE DEPAN

Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yang berbasis pada kegiatan pertanian organic di Trawas memang masih banyak yang harus dilakukan. Kelompok-kelompok yang ada sekarang ini merupakan embrio bagi pewujudan masyarakat dengan paradigm pembangunan berkelanjutan. Kelompok-kelompok yang ada selama ini belum menyangkut keseluruhan masyarakat di Trawas. Belum semua petani juga mengubah sistem pertanian yang konvensional ke pertanian organic. Untuk itu mereka membuat perencanaan kedepan untuk mewujudkan masyarakat Trawas yang berdaya dan mandiri yang pada akhirnya mampu mengurangi angka kemiskinan yang ada. Dalam garis besar perencanaan yang disusun oleh kelompok-kelompok yang sudah eksist disana adalah :

Pembentukan jaringan yang kuat dan menciptakan hubungan yang kuat dan sinergis antar kelompok yang sudah ada, serta menambah anggota pada masing-masing kelompok. Harapannya semua masyarakat yang ada di Trawas dapat terfasilitasi dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jenis kegiatan masing-masing. Proses pembelajaran kepada masyarakat lain tentang konsep pertanian organic dan pembanguan berkelanjutan secara terus menerus disebarluaskan oleh agen-agen di masyarakat. Selain itu lewat materi pelajaran di sekolah-sekolah paradigm pembangunan berkelanjutan dijelaskan dalam beragam mata pelajaran. Mata pelajaran pendidikan lingkungan menjadi salah satu pelajaran yang diintegrasikan dengan paradigm pembangunan berkelanjutan.

Pertukaran informasi antar kelompok yang lebih baik. Kondisi sekarang ini proses belajar mengajar masih dilakukan oleh masing-masing kelompok. Belum ada sistem pertukaran

Page 15: PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT …esd-j.org/english/wp/wp-content/uploads/2017/12/d24f6da3ceb0757ffd...Tetapi pendidikan lingkungan hidup saja tidak cukup bagi masyarakat,

15 | P a g e

informasi antar kelompok yang baik dan terencana. Ada banyak kelompok yang memiliki persamaan jenis kegiatan, terutama dalam kegiatan pertanian organic. Kedepan akan dibangun sistem pertukaran informasi antar kelompok yang terencana, sehingga penyebar luasan informasi akan lebih efektif dan efisien.

Keberlanjutan dalam menjalankan aktivitas terutama ekonomi. Menjaga konsistensi dalam menjalankan kegiatan menjadi tantangan yang harus dijalankan oleh kelompok-kelompok yang ada di Trawas. Permasalahan yang sering terjadi pada suatu kegiatan berbasis project adalah keberlanjutan dari kegiatan tersebut. Seringkali kelompok bentukan tidak dapat bertahan setelah project selesai. PPLH tidak mau terjebak dalam project oriented, tetapi mereka mengembangkan program oriented. Dengan pendekatan tersebut aspek keberlanjutan dapat dicapai.

Independent dalam perspective masyarakat Trawas adalah melepaskan diri dari ketergantungan pihak-pihak yang selama ini tidak menguntungkan dan justru merugikan mereka. Tengkulak dan pasar yang terbatas menjadi factor utama dalam menghambat independent mereka. Pinjaman dari para tengkulak menjerat mereka dalam lingkaran kemiskinan dan sulit untuk keluar. Para tengkulak meminjamkan kepada para petani dengan bunga pinjaman yang tinggi yang pada akhirnya hasil pertanian habis hanya untuk membayar pinjaman kepada para tengkulak. Lingkaran kemiskinan tersebut selama bertahun-tahun terjadi. Dengan mengembangkan pertanian organic dan mendapatkan akses pinjaman modal yang difasilitasi PPLH mereka mulai melepaskan diri dari tengkulak. Dalam pertanian organic mereka tidak lagi mengandalkan pupuk kimia dan pestisida yang setiap tahun kebutuhannya semakin banyak akibat kerusakan tanah dan harganya pun semakin mahal. Dengan tidak adanya ketergantungan pada pinjaman dengan tengkulak mereka dengan bebas dapat menjual hasil pertanian ke pasar dengan harga yang lebih baik. Sejauh ini belum sepenuhnya dapat berjalan karena untuk membuka pasar dengan harga jual yang lebih baik tidaklah mudah. Alternatif yang coba dikembangkan oleh masyarakat Trawas adalah dengan melakukan pengolahan hasil pertanian menjadi bentuk lain yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan lebih tahan lama. Selain itu mereka juga melakukan diversifikasi hasil pertanian.

Sebagai sebuah kegiatan yang berbasis pada program oriented maka belum selesai jika visi dan misi nya belum tercapai. Jika pertanian organic yang ramah lingkungan sudah menjadi pilihan semua orang yang ada di Trawas dan munculnya kelompok-kelompok lain yang terkait dengan aktivitas pertanian organic ini seperti pengelola hutan, peternakan, pengolahan hasil pertanian, dan pasar yang baik, maka Program Pengembangan Potensi Masyarakat telah mencapai titik tertinggi dari pencapaian cita-cita mereka.