praktek tarbiyah hasan al banna kepada anak-anaknya

18
Praktek Tarbiyah Hasan Al Banna kepada anak- anaknya Al-Banna rahimahullah dirumahnya adalah seorang ayah yg kebaikannya begitu mengesankan anggota keluarga, ia memberi contoh yang agung dalam penunaian misi seorang ayah yang berhasil. beliau dikarunia 6 orang anak (Wafa, Ahmad Saiful Islam, Dr.Tsana, Ir.Roja’, Dr.Halah, Dr.Istisyhad) @chmad-edition

Upload: gypsy

Post on 07-Feb-2016

90 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Praktek Tarbiyah Hasan Al Banna kepada anak-anaknya. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Praktek Tarbiyah Hasan Al Banna

kepada anak-anaknya

Al-Banna rahimahullah dirumahnya adalah seorang ayah yg kebaikannya begitu mengesankan anggota keluarga, ia memberi contoh yang agung dalam penunaian misi seorang ayah yang berhasil. beliau dikarunia 6 orang anak (Wafa, Ahmad Saiful Islam, Dr.Tsana, Ir.Roja’, Dr.Halah, Dr.Istisyhad) @chmad-edition

Page 2: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Adanya visi yang benar dan kemampuan

aplikasi sikap yang baik, adalah syarat utama

dalam pentarbiyahan keluarga. Bila seseorang

tidak memiliki visi dalam hidupnya, ia seperti

seorang buta yang tidak memiliki petunjuk.

Atau, seperti musafir di tengah padang pasir

tanpa memegang peta dan alat petunjuk

apapun. Bila seseorang tidak mampu

mengejahwantahkan perilaku yang baik, maka

visi yang dimilikinya hanya bermakna ilmu

teoritik belaka atau filosofi yang jauh dari

kenyataan lahir. Dan kedua kondisi itu sama

tidak bermanfaatnya.

Page 3: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Ketika kita mempelajari perilaku Hasan Al

Banna di dalam rumahnya, kita akan

mendapatkan dia sebagai sosok yang mampu

menjadi contoh dalam segalanya. Ia memiliki

visi yang jelas dan mulia, sehingga itu juga

yang menjadikannya secara sadar menjalani

berbagai aktivitas hidupnya.

Mari kita masuki rumah Imam Hasan Al Banna

rahimahullah untuk melihat, bagaimana ia

mendidik anak-anak dan istrinya

Page 4: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

1. Makan Bersama yang menjadi prioritas

 Imam Hasan Albanna mempunyai catatan memukau dalam sejarah kehidupan dakwahnya, beliau telah berhasil membentuk sebuah gerakan dakwah “Ikhwanul Muslimin” hanya 6 Bulan, membentuk sayap Al ikhwan di 20 negara, dan membentuk 2 ribu cabang. Tapi ternyata beliau masih mampu menyempatkan waktu untuk makan bersama anak2nya di rumah, saat-saat ini merupakan waktu yang prioritas bagi beliau. Siapakah diantara para juru dakwah yang merasa tidak punya waktu lagi hanya sekedar makan bersama anak-anak di rumah??

Page 5: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

2. Tak ada suara keras di Rumah kami  Tsana Bercerita,”Kami tidak pernah

merasakan adanya beban kegiatan yang dirasakan ayah selama di rumah. Misalnya saja kami tidak melihatnya seperti kebanyakan orang yang kerap berteriak atau bersuara keras di dalam rumah dan semacamnya sebagai akibat dari tekanan mental dan fisik setelah banyak beraktifitas di luar rumah. Jika anda baca bagaimana kehidupan ayah, engkau akan lihat bahwa semuanya berjalan sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Page 6: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

3. Perhatian Hasan Al-bannaAnak adalah investasi besar untuk dakwah dan tentu saja untuk

kemanusiaan secara keseluruhan. karena itu beliau melakukan

perencanaan yang baik untuk semua anak2nya. Beliau

menyediakan catatan untuk masing2 anaknya didalam map yang

berisikan detail sejarah dan tanggal kelahiran, nomor kelahiran,

pola pengaturan makanan bagi si kecil, surat keterangan dokter

atau resep dokter yg memeriksa anak2nya, rincian resep yg telah

diberikan lengkap dg tanggal kelahirannya, ijazah dan raport

anak2nya. sangat -sangat teratur sekali, hampir tak ada tumpang

tindih dalam dokumennya.

Page 7: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

beliau juga mempunyai kebiasaan yang mungkin jarang dilakukan oleh seorang ayah,

beliau biasa membawakan makan pagi ke sekolah TK anak2nya, simak perkataan salah

seorang anak beliau, Ir.Roja Hasan Albanna :

”Aku ingat, ayah semoga Allah merahmatinya-biasa

membawakan makan pagi ke sekolah ku ketika

usiaku masih 5 tahun. itu karena perhatiannya

begitu besar kepadaku agar aku bisa makan pagi.

ketika itu aku memang sering lupa membawa roti

untuk makan pagi kesekolah atau mungkin pula

makananku diambil oleh teman2-teman di

sekolahku. ayah sangat berusaha membawakan

makan pagi itu setiap hari ke sekolah meskipun

kesibukannya luar biasa. tapi beliau tetap tidak

melupakan kami…

Page 8: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Beliau juga sangat perhatian terhadap urusan rumah. beliau

menulis sendiri keperluan yang dibutuhkan keluarga setiap

bulannya. Puteri Al Banna, Tsana mengatakan,”Ayah

mempunyai catatan sendiri tentang kebutuhan bulanan

rumah kami.sampai terkait sejumlah bahan makanan yang

hanya ada sewaktu-waktu saja sesuai musimnya, semisal

kacang, zaitun, nasi dan semacamnya. juga termasuk dalam

catatan kebutuhan ayah. ayah memantau baik kapan

musim2nya tiba dan membelinya untuk kami dirumah. itu

karena ayah tahu, ibu sangat sibuk mengurus rumah.”

Page 9: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

4. Menasehati tidak secara langsung Orang tua memang tidak dianjurkan untuk tidak segera memberi

pemecahan langsung terhadap persoalan yang dihadapi anak. itu menjadi

salah satu pola pendidikan agar anak terlatih membuat keputusan

sendiri, bukan karena suruhan atau tekanan dari pihak lain. Tsana

mengisahkan,”ayah pernah memberi nasihat secara tidak langsung

kepadaku. Aku ingat ketika saudaraku Saiful islam yang sangat suka

membaca cerita komik.ketika itu ayah tidak mengatakan kepadanya, agar

buku itu tidak dibaca. tapi ayah pergi dan memberinya kisah2 kemuliaan

islam. sampai setelah beberapa waktu meninggalkan sendiri buku Arsin

Lobin dan lebih banyak membaca buku dari Ayah. ayah suka

mengarahkan kami dengan tidak secara langsung agar apa yang kami

lakukan itu tumbuh dari diri kami sendiri, bukan dari perintah ataupun

tekanan siapapun.

Page 10: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

5. Menyemai Cinta Dengan Cara Langsung

Memberikan arahan, nasihat, memerintahkan, melarang tidak menjamin kesuksesan dalam mendidik anak kecil. Bahkan umumnya, langkah seperti itu saja justru memancing mereka menolak dan jiwa mereka sempit untuk melakukan sesuatu yg diinginkan. Cara yg baik dan benar adalah dengan menanamkan nilai dalam jiwa melalui cara praktis, misalnya menuntun tangan sang anak untuk melakukan sesuatu sekaligus menjelaskan caranya dengan kecintaan dan kehati2an, serta latihan untuk menerapkannya.

Page 11: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Saiful Islam menceritakan,”Suatu ketika datang sekelompok Ikhwan untuk bertemu ayah. aku menerima mereka dipintu rumah dan segera bertanya, ”Apakah kalian datang untuk berkunjung kepadaku atau untuk ayahku?. Lalu mereka menjawab kedatangan mereka untuk ayahku, "Baik kalau begitu biarkanlah ayah saja yang membukakan pintu untuk kalian". Aku lalu menutup pintu dihadapan mereka dan meninggalkan mereka begitu saja. Setelah mereka menceritakan peristiwa itu kepada ayahku. ayah lalu datang kepadaku dan bertanya apa yang terjadi. Aku menceritakan kepada ayah, tapi ayah tidak marah dan menghukumku. ayah justru menyodorkan kesepakatan yang mengejutkan. Katanya, “Saif, bagaimana bila ayah yg memuliakan tamumu? ayah yg menerima mereka, dan mempersilahkan mereka masuk kemudian memperlakukan mereka sebagaimana tamuku. lalu ketika ada tamu datang untuk berkunjung kepadaku, engkau memperlakukannya sebagaimana tamumu…” setelah itu, tercapailah kesepakatan antara kami untuk memperlakukan tamu dengan baik. dan kesepakatan itu benar-benar terlaksana dg komitmen diantara kami. saat ditanya tentang usianya saat itu, saiful menjawab,”Ketika itu aku berusia 10 atau 11 tahun”.

Page 12: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

6. Ayah dan ibu kami, pasangan romantis dan harmonis

Hubungan yang harmonis dan baik antara ayah dan ibu, mempunyai pengaruh dahsyat dalam perilaku anak. ayah dan ibu adalah figur hidup dan pengalaman nyata bagi seorang anak, yang akan kuat tertanam dalam pikiran dan jiwanya.seorang anak akan membina nilai2 hubungan yang baik itu dan akan memberi manfaat besar kala ia dewasa dan menikah.

Page 13: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Tsana, puteri Hasan Al BAnna menceritakan,”Pernah suatu hari ayah pulang agak malam dan ibuku sedang tidur. Ketika itulah saya bisa melihat penerapan firman Allah SWT, ”Dan (Dia) menjadikan di antara kalian rasa kasih dan sayang”. Ketika itu ayah tidak membangunkan ibu sama sekali, sampai ayah menyiapkan sendiri makanannya dan seluruh keperluannya untuk menjamu makan malam untuk para Ikhwan yang datang. Ayah kulihat masuk ke dapur dan mempersiapkan makan malam sendiri. Ayah tahu letak semua bumbu dan perabotan di dapur lalu secara bertahap ayah menyiapkan makanan, kue dan minuman untuk para ikhwan. Ayah juga menyediakan roti dan menyusun meja makan sampai mereka bersantap malam bersama.

Page 14: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Saiful Islam menceritakan hal yang serupa.

Katanya,”Jika pulang larut malam, ayah tidak pernah

mengganggu seorangpun. Padahal kunci rumah

kami cukup panjang sehingga jika dibuka apalagi

dengan serampangan, pasti akan menimbulkan

bunyi, suatu malam aku belajar hingga larut malam.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat ayah sudah

berada di dalam rumah, padahal aku tidak pernah

mendengar suara pintu terbuka. ternyata ayah

membuka pintu dengan sangat hati2 dan sepelan

mungkin.

Page 15: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Tradisi lemah lembut dalam mengelola keluarga mempunyai banyak manfaat. lemah lembut akan menambah ikatan batin antara anggota keluarga dan memperkuat pertalian keluarga. 

Saiful Islam menceritakan, Hukuman yang paling berat yang diberikan ayah kepada salah seorang diantara kami adalah jeweran di telinga. Suatu ketika, telingku dijewer dan ini merupakan hukuman yang paling berat yang aku rasakan. Masalahnya, suatu pagi ada kesalahan yang aku lakukan, tapi ketika siang harinya, sekitar jam 11 siang, ayah meneleponku untuk menenangkan aku dan memperbaiki hubungan kami. Peristiwa itu sangat berpengaruh pada jiwaku.

7. Ayah Memberi kami hukuman

Page 16: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Tsana mengatakan,”jarang sekali ayah menghukum kami kecuali bila ada suatu yang memang dianggap kesalahan berat atau terkait dengan pelanggaran perintahnya yang sebelumnya sudah diingatkan kepada kami. Aku mendapat hukuman 2x dari ayah, kali pertama ketika aku keluar tanpa memaki sandal dan kedua ketika aku memukul pembantu di rumah.Suatu ketika aku duduk diatas tangga dan melihat ayah datang dari kejauhan. Aku segera bangun dan menghampirinya tanpa menggunakan sandal. Padahal ayah sudah mempersiapkan sandal untuk bermain dan sepatu untuk kesekolah. Ketika itu ayah melihatku sebentar saja, hanya sepintas.dan saat itu pula aku sadar bahwa pasti aku akan mendapatkan hukuman, aku segera kembali ke rumah. Setelah para ikhwan pulang, ayah masuk keruang makan dan memanggilku. aku datang dengan langkah lambat karena takut. ayah berkata,: “Duduklah di atas kursi dan angkat kedua kakimu.” Ayah lalu memukulku dengan penggaris pendek. masing2 kaki dipukul 10x. tapi terus teang sebenarnya aku ingin tertawa, karena pukulannya pelan sekali sampai aku tidak merasakannya. Ayah hanya ingin membuatku mengerti bahwa aku telah melakukan kesalahan.”

Page 17: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

8. Ayah Menemani Kami saat bermain

Permainan merupakan masalah penting dalam

membangun karakter anak saat kecil. Dahulu

Rasulullah SAW juga biasa bermain dan

bercanda dengan anak2 kecil. disanalah Beliau

memberikan rentang waktu untuk

mengistirahatkan jiwa. anak yang dapat

kesempatan bermain dan bercanda dengan

orang tuanya akan hidup dalam suasana yang

menggembirakan. jauh dari sikap kasar dan

bisa tumbuh besar dengan sikap yang baik.

Page 18: Praktek Tarbiyah Hasan  Al  Banna kepada anak-anaknya

Tsana menceritakan, “Ayah membawakan kami

sandal untuk bermain dan sepatu untuk ke

sekolah, saat liburan, Ayah selalu mengajak kami

berjalan, jika ayah mengajak kami, kami tidak

lepas dari pantauannya. Ayah juga mengajak kami

ke rumah nenek dan paman, agar kami bisa

melewati liburan di rumah mereka. kami

menikmati kebun2 hijau dan taman2 yang indah.

kami melewati hari yang sangat bahagia dalam

masa kanak-kanak kami di tempat yang indah ini.