power point tht rinto

65
Rinto Hadiarto 2004730061 PEMBIMBING Dr. H. Denny P. Machmud, Sp. THT REFRESHING Embriologi, Anatomi, Fisiologi dan Penyakit Terbanyak pada Telinga

Upload: haruno-rosydz

Post on 27-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pf

TRANSCRIPT

Page 1: Power Point THT Rinto

Rinto Hadiarto2004730061

PEMBIMBINGDr. H. Denny P. Machmud, Sp. THT

REFRESHING Embriologi, Anatomi, Fisiologi

dan Penyakit Terbanyak pada Telinga

Page 2: Power Point THT Rinto

EMBRIOLOGI TELINGA

Page 3: Power Point THT Rinto

TELINGA LUAR

• Liang telinga celah brankial pertama ektoderm.

• Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua.

• Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor (cabang pleksus servikalis).

Page 4: Power Point THT Rinto
Page 5: Power Point THT Rinto

TELINGA TENGAH

Rongga telinga tengah celah brankial pertama endoderm.

Rongga berisi udara tsb ke dalam resesus tubotimpanikus sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah ± daerah mastoid.

Osikula rawan arkus brakialis. - Maleus rawan arkus brakialis pertama

(kartilago meckel)- Inkus dan stapes arkus brakialis kedua

(kartilago Reichert).

Page 6: Power Point THT Rinto

Saraf korda timpani arkus kedua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama (mandibularis-lingualis).

Saraf timpanikus (dari Jacobson) saraf arkus brankialis ketiga (glosofaringeus) menuju saraf fasialis.

Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga tengah.

Page 7: Power Point THT Rinto

TELINGA TENGAH

Otot-otot telinga tengah otot-otot arkus brankialis.

Otot tensor timpani yang melekat pada maleus arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf mandibularis (saraf kranial ke-lima).

Otot stapedius arkus kedua, dipersarafi oleh suatu cabang saraf ke-tujuh.

Page 8: Power Point THT Rinto

TELINGA DALAM Plakoda otika ektoderm terletak pd permukaan

lat eral dari kepala embrio tenggelam lekukan otika terkubur di bawah permukaan vesikel otika.

Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang sedang berkembang dan sekelompok neuron ganglion akustikofasialis.

Ganglion ini penting dalam perkembangn dari saraf fasialis, akustikus dan vestibularis.

Vesikel auditoris divertikulum dekat tabung saraf (berkembang) duktus endolimfatikus.

Vesikel otika berkerut utrikulus superior & sakulus inferior timbul tiga tonjolan mirip gelang Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang.

Page 9: Power Point THT Rinto

TELINGA DALAM Sakulus duktus koklearis berbentuk spiral. organ-organ akhir khusus neromast yang tidak

terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis krista

utrikulus dan sakulus makula koklea organ Corti Organ2 akhir ini kmdn berhubungan dgn neuron2

ganglion akustikofasialis. Neuron ini yg membentuk ganglia saraf vestibularis dan ganglia spiralis dari saraf koklearis.

Page 10: Power Point THT Rinto

Mesenkim di sekitar ganglion otikum memadat kapsul rawan di sekitar turunan membranosa dari vesikel otika diserap pada daerah-daerah tertentu disekitar labirin membranosa terisi LCS melalui akuaduktus koklearis rongga perilimfatik labirin tulang.

Labirin membranosa berisi endolimfe. Tulang yang berasal dari kapsula rawan

vesikel otika endokondral.

Page 11: Power Point THT Rinto

ANATOMI TELINGA

Page 12: Power Point THT Rinto

TELINGA LUAR

Page 13: Power Point THT Rinto

Meatus Akustikus Eksterna• Berbentuk seperti huruf “S”• Panjang ± 2,5-3 cm• Diameter ± 0,5 cm

Page 14: Power Point THT Rinto

Telinga tengah berbentuk kubus dengan: Batas luar : membran timpani Batas depan : tuba eustachius Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis) Batas belakang : auditus ad antrum, kanalis

fasialis pars vertikalis Batas atas : tegmen timpani (meningen/

otak) Batas dalam : berturut-turut dari atas ke

bawah, kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar

(round window), & promontorium.

TELINGA TENGAH

Page 15: Power Point THT Rinto

MEMBRAN TIMPANI

Page 16: Power Point THT Rinto

Menghubungkan rongga telinga tengah nasofaring.

Bagian lateral bagian yang bertulang 2/3 medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani sebelah atas bagian

bertulang kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar

tengkorak masuk ke faring di atas otot levator palatinum dan tensor palatinum disarafi pleksus faringeal dan saraf mandibularis.

Menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani.

Tuba Eustakius

Page 17: Power Point THT Rinto

Koklea (rumah siput) dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.

Ujung/ puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.

TELINGA DALAM

Page 18: Power Point THT Rinto

Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli di sebelah atas media (duktus koklearis) di antaranya.

Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.

Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa (penting untuk pendengaran).

Dasar skala vestibuli membran vestibuli (Reissner’s membrane)

Dasar skala media membrana basalis. Pada membran ini terletak Organo Corti.

TELINGA DALAM

Page 19: Power Point THT Rinto
Page 20: Power Point THT Rinto

FISIOLOGI PENDENGARAN

Page 21: Power Point THT Rinto

Ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani,

diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran

Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes

menggerakkan tingkap lonjong perilimfe pada skala vestibuli bergerak

diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa

Page 22: Power Point THT Rinto

Lanjutan....menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria.

rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut

sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.

depolarisasi sel rambut potensial aksi pada saraf auditorius

nukleus auditorius - korteks serebri / korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis

Page 23: Power Point THT Rinto
Page 24: Power Point THT Rinto

Keseimbangan dan orientasi tubuh tergantung input sensorik dari resptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif SSP menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Gerakan/ perubahan kepala & tubuh perpindahan cairan endolimfa di labirin silia sel rambut menekuk.

Tekukan silia permeabilitas membran sel berubah ion kalsium masuk ke dalam sel depolarisasi merangsang pnglepasan neurotransmiter eksitator meneruskan impuls sensoris saraf aferen pusat keseimbangan di otak

Page 25: Power Point THT Rinto

Organ vestibuler transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis energi biolistrik memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan sudut.

Page 26: Power Point THT Rinto
Page 27: Power Point THT Rinto

Alat yang diperlukan

Lampu kepala Corong telinga Pelilit kapas Pengait serume pn Pinset telinga Garputala Otoskop Alat Penghisap

Page 28: Power Point THT Rinto

POSISI PASIEN

Penderita duduk di depan pemeriksa Lutut kiri pemeriksa berdempetan

dengan lutut kiri penderita Kepala di pegang dengan ujung jari Waktu memeriksa telinga yang

kontra lateral, hanya posisi kepala penderita yang di rubah

Kaki,lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula

Page 29: Power Point THT Rinto

Cara memakai lampu

Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada diantar kedua mata

Letakan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm depan mata kanan

Mata kiri di tutup Proyeksi tabung harus tampak terletak

di medial dari proyeksi cahaya dan saling bersinggungan.

Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm.

Page 30: Power Point THT Rinto

INSPEKSI

• Keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-aurikuler)– tanda peradangan, sikatriks bekas operasi, massa,

dan sekret yang keluar dari liang telinga.• Menarik daun telinga ke atas dan kebelakang (superior

dorso lateral) liang telinga menjadi lebih lurus dan mempermudah melihat keadaan liang telinga dan membran timpani dengan menggunakan otoskop agar lebih jelas melihat bagian-bagian MT.

• Kartilago daun telinga agak kaku/ kemiringan liang telinga spekulum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang telinga.

Page 31: Power Point THT Rinto

Bila terdapat serumen harus dikeluarkan.

Konsistensi cair kapas yang dililitkan Konsistensi lunak / liat pengait Berbentuk lempengan dpt dipegang

dgn pengait pinset. Jika serumen sangat keras dan

menyumbat seluruh liang telinga di lunakkan dulu dgn minyak / karbogliserin sudah lunak/cair dpt dilakukan dengan irigasi dgn air bersih.

Page 32: Power Point THT Rinto

Mengamati liang telinga Stenosis/ atresia meatal, obstruksi yang

disebabkan oleh sekret, jaringan ikat, benda asing, serumen obturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel.

Page 33: Power Point THT Rinto

INSPEKSI

Memperhatikan membran timpani permukaan, posisi membran, warna, ada

tidaknya perforasi, reflkes cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membran seperti manubrium mallei, prosessus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior.

Page 34: Power Point THT Rinto

PALPASI

Palpasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan , atau nyeri tarik , atau terdapat tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler.

Page 35: Power Point THT Rinto

otoscope

Spekulum telinga

Page 36: Power Point THT Rinto
Page 37: Power Point THT Rinto

Tes BIsik

Tempat : ruangan sunyi dan jarak 6 m. Penderita:

Mata di tutup Telinga di hadapkan ke arah pemeriksa Telinga yang tak di periksa ditutup Mengulang dengan keras dan jelas kata-

kata yang di bisikan. Pemeriksa:

Kata-kata di bisikan dengan udara cadangan paru-paru, sesudah ekspirasi biasa.

Kata-kata yang dibisikan terdiri 1-2 suku kata yang di kenal pemeriksa.

Page 38: Power Point THT Rinto

Hasil Tes

Kuantitatif

Fungsi pendengaran Suara bisik

Normal 6 m

Tuli Ringan >4m-<6 m

Tuli sedang > 1 m- < 4 m

Tuli Berat < 1 m

Tuli Total Bila berteriak di depan telinga, penderita tetap tidak mendengar

Page 39: Power Point THT Rinto

TEST WEBER

Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan sama.

Cara pemeriksaan: Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz

digetarkan, diletakkan pangkalnya pada dahi/ vertex.

Penderita ditanyakan apakah mendengar/ tidak.

Page 40: Power Point THT Rinto

Bila satu telinga menderita tuli sensorineural mendengar lebih baik pada telinga yang baik (lateralisasi ke telinga yang baik)

Bila satu telinga menderita tuli konduktif mendengar bunyi lebih keras (lateralisasi ke telinga yang sakit)

Page 41: Power Point THT Rinto

TEST RINNE

Membandingkan hantaran tulang dgn hantaran udara pd satu telinga.

Normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang.

Tuli sensori neural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

Tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran udara.

Page 42: Power Point THT Rinto

Cara pemeriksaan Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz digetarkan

dan kaki garputala diletakkan pada tulang mastoid telinga yg diperiksa selama 2-3 detik

Penderita ditanya apakah mendengar dan sekaligus instruksikan agar mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar.

Bila penderita mengangkat tangan, garpu tala dipindahkan hingga ujung bergetar berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+).

Page 43: Power Point THT Rinto

Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-).

Evaluasi test Rinne Rinne (+) normal atau tuli sensorineural. Rinne (-) tuli konduktif.

Page 44: Power Point THT Rinto

Tes Schwabach

Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa.

Garpu tala frekuensi 512 Hz di bunyikan kemudian tungkainya diletakan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka schwabah memanjang, tetapi bila tidak mendengar terdapat 2 kemungkinan yaitu schwabah memendek atau normal.

Page 45: Power Point THT Rinto

Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu dengan tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa.

Interpretasi Normal : schwabah normal Tuli konduksi: Schwabah memanjang Pada tuli sensori neural : schwabah

memendek

Page 46: Power Point THT Rinto

PENYAKIT TERBANYAK

Page 47: Power Point THT Rinto

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Otitis media supuratif akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid . Otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.

Etiologi Streptococcus hemolitikus, Stafilokokus

aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Eshericia colli, Streptokokus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa.

Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun

Page 48: Power Point THT Rinto

Patofisiologi ISPA edema mukosa saluran nafas termasuk

mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba eustakius.

Edema oklusi tuba gangguan fungsi tuba eustakius (fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah).

Tuba proteksi kuman dan sekret dari nasofaring hingga ke telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga tengah.

Page 49: Power Point THT Rinto

Stadium OMA

Stadium Oklusi Tuba Eustachius Stadium Hiperemis (Stadium

Presupurasi) Stadium Supurasi Stadium Perforasi Stadium Resolusi

Page 50: Power Point THT Rinto
Page 51: Power Point THT Rinto

Gejala Klinik

• Tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.

• Anak sudah dapat berbicara rasa nyeri di dalam telinga, suhu tubuh tinggi. Riwayat batuk pilek sebelumnya.

• Anak > besar/ dewasa rasa nyeri, ggn pendengaran berupa rasa penuh di telinga/rasa kurang dengar.

• Bayi dan anak kecil (khas) suhu tubuh tinggi hingga 39,50 C (stadium supurasi), gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

Page 52: Power Point THT Rinto

Terapi

Stadium Oklusi Tujuan utk membuka kembali tuba

Eustachius shg tekanan negatif di telinga tengah hilang.

obat tetes hidung , HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur > 12 tahun dan dewasa.

Sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.

Page 53: Power Point THT Rinto

Stadium Presupurasi Antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. membran timpani hiperemis difus

miringotomi. Antibiotik golongan penisilin intramuskular

(konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan).

Antibiotik min. 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

Anak ampisilin dosis 50-100 mg/ kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/ kg BB/ hari.

Page 54: Power Point THT Rinto

• Stadium Supurasi– Antibiotika dan lebih baik disertai miringotomi,

bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

• Stadium Perforasi– obat cuci telinga H2O2 3 % selama 3-5 hari

serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

Page 55: Power Point THT Rinto

• Stadium Resolusi– Membran timpani berangsur normal, sekret tidak

ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.– Bila tidak terjadi resolusi sekret mengalir di liang

telinga luar melalui perforasi di membran timpani. (berlanjutnya edem mukosa telinga tengah). Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak mastoiditis.

– OMA keluar sekret dari telinga tengah > 3 minggu Otitis Media Supuratif Subakut.

– Perforasi menetap dan sekret tetap keluar > 1,5-2 bln Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).

Page 56: Power Point THT Rinto

Otitis Media Supuratif Kronik

Definisi Otitis media supuratif kronik (OMSK) =

Otitis Media Perforata (OMP) = congek. Infeksi kronis di telinga tengah dgn

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Page 57: Power Point THT Rinto

Letak perforasi

Penting utk menentukan tipe/jenis OMSK

Perforasi MT dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau atik.

Pd perforasi sentral trdpt di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa MT

Pd perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dgn anulus atau sulkus timpanikum.

Perforasi atik pars flaksida

Page 58: Power Point THT Rinto

• Jenis OMSK– OMSK aktif, merupakan OMSK dengan sekret

yang keluar dari kavum timpani secara aktif.– OMSK tenang, ialah OMSK yang keadaan

kavum timpaninya terlihat basah atau kering. – OMSK tipe Benigna, Proses radang terbatas

pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Tdk terdapat kolesteatom.

– OMSK tipe Maligna, disertai kolesteatoma. OMSK tipe maligna dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Letaknya marginal atau di atik.

Page 59: Power Point THT Rinto
Page 60: Power Point THT Rinto

Diagnosis

• Anamnesis (history-taking)– Terjadi perlahan dan penderita seringkali

datang dgn gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.

– Telinga berair, sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah.

– Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

Page 61: Power Point THT Rinto

• Pemeriksaan otoskopi– Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan

adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

• Pemeriksaan audiologi– Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram

nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.

– Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

Page 62: Power Point THT Rinto

Pemeriksaan radiologi Radiologi konvensional, foto polos

radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

Page 63: Power Point THT Rinto

Terapi

Tipe Benigna Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka

diberikan obat pencuci telinga, H2O2 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.

Secara oral antibiotika dari gol ampisilin atau eritromisin

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.

Page 64: Power Point THT Rinto

Tipe Maligna Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu

mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.

Terapi konservatif dengan medikamentosa terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

Abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Page 65: Power Point THT Rinto