potensi parasitoid diadegma dan predator sycanus … · 2017. 6. 6. · laporan akhir hibah...

32
LAPORAN AKHIR HIBAH FUNDAMENTAL POTENSI PARASITOID Diadegma DAN PREDATOR Sycanus DALAM PENGENDALIAN HAMA PEMAKAN DAUN KUBIS DI DAERAH BALI Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun Ketua : TEAM Dr. Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, MP, NIDN 0006076004 Anggota: TEAM Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS. NIDN 0007125606 Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, MSi. NIDN 0020025402 Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 138/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015 UNIVERSITAS UDAYANA NOVEMBER, 2015

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR

    HIBAH FUNDAMENTAL

    POTENSI PARASITOID Diadegma DAN PREDATOR Sycanus

    DALAM PENGENDALIAN HAMA PEMAKAN DAUN KUBIS

    DI DAERAH BALI

    Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

    Ketua : TEAM

    Dr. Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, MP, NIDN 0006076004

    Anggota: TEAM

    Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS. NIDN 0007125606

    Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, MSi. NIDN 0020025402

    Dibiayai oleh

    Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

    Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian

    Nomor : 138/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015

    UNIVERSITAS UDAYANA

    NOVEMBER, 2015

    http://evaluasi.dikti.go.id/epsbed/datadosen/0030035703

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul : Potensi Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen dan

    Predator Sycanus sp. dalam Pengendalian Hama Pemakan

    Daun Kubis di Daerah Bali

    Peneliti/ Pelaksana

    Ketua Peneliti

    a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, MP b. NIDN : 0006076004 c. Jabatan fungsional : Lektor Kepala d. Program studi : Agroekoteknologi e. Nomor HP : 081 999 905 340 f. Alamat Surat (email) : [email protected] Anggota (I)

    a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS b. NIDN : 0007125606 c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Anggota (II)

    a. Nama Lengkap : Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, MSi b. NIDN : 0020025402 c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

    Tahun Pelaksana : Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

    Biaya Tahun Berjalan : Rp. 55.500.000,-

    Biaya Keseluruhan : Rp. 118.000.000,-

    Bukit Jimbaran, 5 November 2015

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian – UNUD Ketua Peneliti,

    Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS Dr. Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, MP

    NIP. 19630515 198803 1 001 NIP. 19600706 198603 2 001

    Menyetujui,

    Ketua LPPM Universitas Udayana

    (Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng) i

    mailto:[email protected]

  • RINGKASAN

    Perlu upaya pengendalian yang lebih berlandaskan pada pendekatan ekologi dan

    ekonomi, tidak mencemari lingkungan dan aman bagi konsumen kubis. Secara umum

    penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui potensi dan peranan predator Sycanus

    Sp.dalam mengendalikan populasi P. xylostella dan C. pavonana.

    Penelitian dilakukan melalui survei, percobaan lapangan dan percobaan laboratorium.

    Aspek Biologi Predator Sycanus Sp., Preferensi Sycanus Sp.terhadap P. xylostella , C.

    pavonana dan T. molitor, dan Tanggap Fungsional Predator Sycanus Sp.terhadap Mangsa P.

    xylostella dan C. pavonana

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Siklus hidup Sycanus Sp.di laboratorium dengan

    mangsa T. molitor adalah 84 – 91 hari. Lama hidup imago betina 82,7 ± 11,7 hari. Sycanus

    Sp.memiliki keperidian yang tinggi. Predator Sycanus Sp.lebih memilih P. xylostella sebagai

    mangsa daripada C. pavonana. Tanggap fungsional Sycanus Sp.terhadap kerapatan mangsa P.

    xylostella dan C. pavonana, laju pemangsaan pada awalnya semakin meningkat dan setelah

    mencapai suatu titik tertentu laju pemangsaannya mengendur. Pola hubungan proporsi

    mangsa yang dikonsumsi dengan kerapatan awal yang demikian merupakan karakteristik dari

    model tanggap fungsional tipe II.

    Pada penelitian ini, telah diketahui bahwa serangga Sycanus Sp.memiliki potensi

    untuk mengendalikan serangan hama kubis P. xylostella dan C. pavonana, namun demikian,

    keefektifan Sycanus Sp.sebagai predator perlu diuji dalam sekala lapangan yang lebih luas.

    Kata kunci: Kubis, parasitoid, predatortanggap fungsional

    ii

  • PRAKATA

    Kubis merupakan salah satu sayuran yang menjadi unggulan petani dataran tinggi di

    Bali, selain tomat dan wortel. Prospek pengembangan budidaya kubis, diperkirakan tetap

    baik. Tanaman kubis sebenarnya termasuk tanaman yang relatif mudah dalam

    pembudidayaan, tetapi dalam usaha meningkatkan produksinya selalu ada gangguan hama

    dan penyakit, sehingga mengakibatkan hasil yang tidak maksimal. Petani kubis di Desa

    Candikuning Kabupaten Tabanan dan di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng mengalami

    penurunan hasil akibat serangan hama kubis.

    Beberapa hama yang telah dilaporkan menyerang tanaman kubis adalah ulat daun

    kubis Plutella xylostella, ulat jantung kubis Crocidolomia binotalis, ulat grayak Spodoptera

    litura, ulat tanah Agrotis ipsilon Hufn., ulat jengkal Chrysodeixis orichalcea L., Helicoperva

    armigera Hbn. dan kutudaun.

    Untuk mencegah atau mengurangi dampak penggunaan insektisida, perlu dicari

    pengendalian alternatif hama tersebut. Di antara pengendalian alternatif terhadap hama

    pemakan daun kubis yang dapat dipilih adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan

    musuh alami yang sekaligus juga merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama

    terpadu (PHT) yang berwawasan lingkungan sehingga dapat mengurangi dampak

    penggunaan insektisida yang tidak diinginkan.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,

    Departemen Pendidikan Nasional yang telah berkenan memberikan dukungan dana penelitian

    dengan judul Potensi Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen dan Predator Sycanus sp.

    dalam Pengendalian Hama Pemakan Daun Kubis di Daerah Bali. Penulis berharap

    penelitian ini dapat menghasilkan luaran yang bermanfaat.

    iii

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i

    RINGKASAN ......................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii

    I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

    1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 1

    II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4

    2.1 Hama Utama Pemakan Daun Kubis. ....................................................... 4

    2.2 Musuh alami hama pemakan daun kubis ................................................. 6

    III. METODE PENELITIAN................................................................................. 7

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 9

    3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 9

    3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................... 9

    3.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 9

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

    iv

  • DAFTAR GAMBAR

    1 Skema Rancanga Penelitian ............................................................................... 7

    2 Skema Konsep Penelitian .................................................................................. 8

    v

  • 1

    POTENSI PARASITOID Diadegma DAN PREDATOR Sycanus DALAM

    PENGENDALIAN HAMA PEMAKAN DAUN KUBIS DI DAERAH BALI

    Ketut Ayu Yuliadhi

    I Nyoman Wijaya

    I Dewa Nyoman Nyana

    BAB I. PENDAHULUAN

    Kubis merupakan salah satu sayuran yang menjadi unggulan petani dataran tinggi di

    Bali, selain tomat dan wortel. Prospek pengembangan budidaya kubis, diperkirakan tetap

    baik. Tanaman kubis sebenarnya termasuk tanaman yang relatif mudah dalam

    pembudidayaan, tetapi dalam usaha meningkatkan produksinya selalu ada gangguan hama

    dan penyakit, sehingga mengakibatkan hasil yang tidak maksimal. Petani kubis di Desa

    Candikuning Kabupaten Tabanan dan di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng mengalami

    penurunan hasil akibat serangan hama kubis.

    Beberapa hama yang telah dilaporkan menyerang tanaman kubis adalah ulat daun

    kubis Plutella xylostella, ulat jantung kubis Crocidolomia binotalis, ulat grayak Spodoptera

    litura, ulat tanah Agrotis ipsilon Hufn., ulat jengkal Chrysodeixis orichalcea L., Helicoperva

    armigera Hbn. dan kutudaun (Permadi dan Sastrosiswojo, 1993). Kehilangan hasil yang

    ditimbulkan oleh hama Plutella dan Crocidolomia dapat mencapai 100% apabila tanpa

    pemakaian insektisida (Permadi dan Sastrosiswojo, 1993).

    Hasil pengamatan penulis di pertanaman kubis di desa Candikuning, hama yang selalu

    ada dan menyerang tanaman kubis adalah ulat daun kubis Plutella xylostella dan ulat jantung

    kubis Crocidolomia pavonana. Petani di desa Candikuning pada umumnya mengatasi

    serangan hama kubis dengan menggunakan pestisida, bahkan petani melakukan

    penyemprotan umumnya sangat berlebihan, bahkan berjadual. Memang dari segi penekanan

    populasi hama, pengendalian dengan pestisida memang cepat dapat dilihat hasilnya. Tetapi,

    penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak yang tidak

    diinginkan seperti pencemaran lingkungan, resistansi hama, dan yang lebih penting lagi

    matinya serangga berguna dalam hal ini musuh alami hama pemakan daun kubis.

  • 2

    Untuk mencegah atau mengurangi dampak penggunaan insektisida, perlu dicari

    pengendalian alternatif hama tersebut. Di antara pengendalian alternatif terhadap hama

    pemakan daun kubis yang dapat dipilih adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan

    musuh alami yang sekaligus juga merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama

    terpadu (PHT) yang berwawasan lingkungan sehingga dapat mengurangi dampak

    penggunaan insektisida yang tidak diinginkan.

    Predator dan parasitoid adalah kelompok musuh alami yang dapat dimanfaatkan

    dalam pengendalian hayati. Survei yang pernah dilakukan pada beberapa lokasi penanaman

    kubis di daerah Bali menemukan satu jenis predator yaitu Sycanus dichotomus

    Stal.(Hemiptera: Reduviidae) dan satu jenis parasitoid yaitu Diadegma semiclausum Hellen

    (Hymenoptera: Ichneumonidae) ditemukan berasosiasi dengan hama pemakan daun kubis

    (Yuliadhi 2012).

    Sycanus adalah predator serangga termasuk ulat pemakan daun kubis. Nimfa predator

    ini memangsa serangga dengan menusukkan stiletnya ke bagian yang lunak dari bagian tubuh

    serangga, setelah itu serangga yang sudah tertangkap akan segera lumpuh akibat toksin yang

    dikeluarkan melalui stilet. D. semiclausum adalah parasitoid larva dengan serangga inang P.

    xylostella. Parasitoid ini merupakan endoparasitoid yang sebagian stadium hidupnya berada

    di dalam tubuh serangga inang.

    Karena kedua musuh alami ini umum ditemukan di seluruh sentra produksi kubis di

    daerah Bali namun dengan tingkat predasi maupun parasitisasi yang sangat bervariasi dan

    juga karena belum tersedia informasi yang lengkap tentang peri kehidupan musuh alami

    tersebut, maka banyak hal yang masih perlu dikaji mengenai musuh alami ini sebagai dasar

    meningkatkan keefektifan pengendalian hama pemakan daun kubis.

    Keberhasilan penggunaan musuh alami untuk menekan populasi hama di lapangan

    dipengaruhi oleh kebugaran musuh alami tersebut. Indikator kebugaran musuh alami antara

    lain meliputi keperidian, lama hidup, dan siklus hidup (Buchori 1995).

    Potensi suatu musuh alami dalam pengendalian suatu hama dapat dilakukan dengan

    mengukur beberapa komponen sifat intrinsik dari musuh alami tersebut. Sifat-sifat intrinsik

    yang perlu diukur adalah siklus hidup, tingkat reproduksi, dan tanggap fungsional. Siklus

    Hidup dan Tingkat Reproduksi menggambarkan potensi musuh alami tersebut dalam hal

    kecepatan merespon dinamika populasi hama di lapangan. Potensi yang tinggi akan

    digambarkan oleh siklus hidup yang pendek dan tingkat reproduksi yang tinggi.

    Tanggap fungsional menyatakan perubahan jumlah inang atau mangsa yang diserang

    oleh individu parasitoid atau predator akibat perubahan kerapatan populasi inang atau mangsa

  • 3

    per satuan waktu. Tanggap ini penting dalam interaksi antara inang atau mangsa dengan

    parasitoid atau predator (Hassel, 2000).

    Tanggap fungsional kemudian menjadi salah satu ukuran untuk menentukan keefektifan

    suatu parasitoid atau predator dalam mengendalikan populasi hama atau kemampuannya

    mengatur keseimbangan populasi hama. Keefektifan tersebut dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, salah satunya adalah kehadiran mangsa alternatif.

    Jumlah inang atau mangsa yang diparasit atau dimangsa pada kerapatan inang atau

    mangsa merupakan aspek penting untuk dipelajari, sehingga diperolah gambaran tentang

    kemampuan parasitoid atau predator dalam menangani inang atau mangsanya (Pervez &

    Omkar 2005; Rahman et al. 2009).

    Secara umum individu parasitoid biasanya akan memberikan tanggap/respon terhadap

    peningkatan kerapatan inang. Pengetahuan tentang tanggap fungsional dapat digunakan untuk

    menapis musuh alami yang potensial dan memperkirakan potensi pengendalian hayati

    (Parella & Horsburgh 1983; Houck & Strauss 1985). Parameter penting dari tanggap

    fungsional adalah laju pencarian seketika (a) dan masa penanganan inang (Th). Parasitoid

    yang potensial adalah yang memiliki nilai a yang tinggi dan nilai Th yang rendah (Hassel

    2000).

    Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan memberikan landasan yang

    memadai untuk mengambil keputusan dalam memilih cara pemanfaatan musuh alami hama

    pemakan daun kubis, apakah cukup melalui konservasi atau harus dilakukan inundasi.

    Potensi predator Sycanus dalam pengendalian hama pemakan daun kubis akan

    dipetakan melalui pengukuran keperidian, lama hidup, siklus hidup, Preferensi dan tanggap

    fungsional predator Sycanus terhadap hama utama kubis P. xylostella dan C. pavonana.

    Mengetahui biologi Sycanus merupakan suatu hal penting dalam usaha memanfaatkan Sycanus

    sebagai predator, sehingga dapat lebih pasti kapan tepatnya melakukan pelepasan predator di

    lapangan.

    Kajian aspek biologi predator yaitu perkembangan (siklus hidup), lama hidup dan

    keperidian Sycanus sp. dilaksanakan di laboratorium. Lama hidup ditentukan mulai dari

    pergantian kulit nimfa instar terakhir sampai meletakkan telur dan mengalami kematian.

    Keperidian adalah kemampuan predator meletakkan telur selama hidupnya. Kajian tentang

    perkembangan predator dilakukan untuk mengetahui siklus hidup predator.

  • 4

    Kajian preferensi Sycanus sp. terhadap P. xylostella dan C. pavonana dilakukan di

    laboratorium. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui ketertarikan predator Sycanus sp.

    terhadap kedua mangsa tersebut.

    Kajian tanggap fungsional predator Sycanus sp. dilakukan di laboratorium.

    Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu Sycanus sp. untuk menemukan dan

    memangsa P. xylostella atau C. pavonana.

    Penentuan tipe tanggap fungsional adalah dengan menggunakan analisis regresi, yaitu

    dengan menghitung jumlah P. xylostella atau C. pavonana yang dimangsa (Ne) dan

    dibandingkan dengan yang dipaparkan (No). Data pemangsaan dianalisis menggunakan

    regresi linear, eksponensial dan logaritmik. Nilai r digunakan untuk menentukan tipe tanggap

    fungsional, dari setiap persamaan regresi yang digunakan. Nilai r yang paling mendekati 1

    dinyatakan sebagai tipe respon fungsional dari predator (Jones et al. 2003).

    1.2 TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan Khusus

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai potensi dan peranan

    Sycanus sp. dalam mengendalikan populasi P. xylostela dan C. pavonana pada tanaman

    kubis. Tujuan penelitian dicapai dengan melakukan 3 (tiga) topik penelitian yaitu (1) kajian

    aspek biologi (siklus hidup, lama hidup imago dan keperidian) predator Sycanus sp.; (2)

    kajian preferensi Sycanus sp. terhadap P. xylostela dan C. pavonana; dan (3) tanggap

    fungsional predator Sycanus sp. terhadap P. xylostella dan C. pavonana.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

    2.1 Hama Utama Pemakan Daun Kubis

    Hama utama yang menyerang tanaman kubis adalah Plutella xylostella L. dan Crocidolomia

    pavonana Zell. (Sembel, 2010). Plutella xylostella L. dan Crocidolomia pavonana Fab.

    merupakan dua hama penting yang paling umum dan selalu ada pada budidaya tanaman kubis

    serta bersifat kosmopolit. Pada fase larva, P. xylostella L. menyerang tanaman kubis yang

    masih kecil di persemaian dan juga merusak tanaman kubis yang sedang membentuk krop

    sehingga sangat merugikan bagi petani. Sedangkan larva Crocidolomia pavonana

    menyerang krop kubis.

  • 5

    Stadia yang merusak kubis adalah saat stadia larva. Larva P. xylostella L. mulai

    menyerang tanaman kubis pada saat masih dalam pembibitan (umur 1 bulan) dengan jumlah

    daun kubis baru sekitar 3 sampai 4 lembar hingga tanaman menjelang panen. Hama ini

    mempunyai kisaran inang yang cukup luas serta mampu beradaptasi pada geografi yang

    berbeda. Selain kubis, inang P. xylostella antara lain brokoli, pea, caisin, dan beberapa kubis

    liar (Kalshoven, 1981).

    Plutella xylostella (L.) mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari telur, larva,

    pupa, dan imago. Telur dari P. xylostella sangat kecil (kurang dari 1 mm), atau berbentuk

    oval dengan warna putih kekuningan/kehijauan. Imago meletakkan telurnya secara tunggal

    atau berkelompok 2-3 di sekitar tulang daun di atas atau di bawah permukaan

    daun.(Ngatimin, 2002). Jumlah telur yang dihasilkan oleh imago betina P. xylostella selama

    hidupnya adalah 92 hingga 130 butir (Vos, 1953 dalam Ngatimin, 2002). Warna telur akan

    lebih gelap pada saat akan menetas (Kalshoven, 1981). Telur akan menetas menjadi larva

    dalam 3-8 hari tergantung kondisi lingkungan.

    Larva yang baru menetas akan segera menggerek daun dan memakan daging daun

    sebelah bawah dengan meninggalkan lapisan epidermis bagian atas daun. Larva ini ada

    bersembunyi di balik daun sambil makan, biasanya yang dimakan adalah daging daunnya,

    tetapi kulit ari (epidermis) bagian permukaan daun sebelah atas tidak dimakan hingga pada

    daun terlihat bercak-bercak putih. Apabila kulit ari kering maka akan sobek dan kelihatan

    lubang-lubang.

    Tanaman yang terserang menjadi rusak berat (Pracaya, 2007). Kerusakan yang

    ditimbulkan oleh hama tersebut dapat mencapai 58 – 100 persen apabila tidak segera

    dilakuan pengendalian, terutama pada musim kemarau (Rukmana, 1994).

    C. pavonana merupakan hama yang menyerang pertanaman kubis dari munculnya

    krop hingga panen. C. pavonana termasuk ke dalam Kelas : Insekta (serangga), Ordo :

    Lepidoptera, Famili : Pyralidae, Genus : Crocidolomia, Spesies : Crocidolomia pavonana

    Fab.

    Penyebaran serangga ini di Afrika Selatan, Asia Tenggara, Australia dan Kepulauan

    Pasifik (Kalshoven, 1981). Di Jawa ditemukan di dataran rendah dan tinggi. Faktor musim

    sangat mempengaruhi populasinya, ada korelasi negatif antara populasi larva C. pavonana

    dengan curah hujan. Populasi larva pada pertanaman kubis akan meningkat mulai dua

    minggu setelah tanam dan akan mencapai puncaknya pada umur enam sampai delapan

    minggu setelah tanam kemudian akan menurun kembali sampai saat panen kubis

  • 6

    (Sastrosiswojo dkk. 2005). Serangga C. pavonana terkadang saling bergantian sebagai hama

    utama pada tanaman kubis dengan P. xylostella (Permadi dan Sastrosiswojo, 1993).

    C. pavonana sangat merusak karena larva memakan daun baru di bagian tengah

    tanaman kubis. Saat bagian tengah telah hancur, larva pindah ke ujung daun dan kemudian

    turun ke daun yang lebih tua. Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya

    jika ulat krop kubis tidak dikendalikan. Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi

    mencapai 50 persen per hektar (Tambunan, 2011).

    2. 2 Musuh alami hama pemakan daun kubis

    Pada penelitian pendahuluan di desa Candikuning, dimana petani dalam berbudidaya

    kubis selalu menggunakan pestisida untuk mengamankan tanamannya dari serangan hama,

    ditemukan hanya satu parasitoid yang berasosiasi dengan Plutella xylostella yaitu Diadegma

    semiclausum dengan tingkat parasitisasi mencapai 0%, 11.39%, dan 0.12 % (pada tanaman

    kubis berumur 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan di lapang ) (Yuliadhi, 2012).

    Berdasarkan investigasi dan penelitian yang penulis lakukan di Pancasari bulan Mei

    hingga Juli tahun 2012 ditemukan musuh alam di pertanaman kubis adalah parasitoid larva

    Plutella Diadegma semiclausum dan predator, Sycanus dichotomus. Hasil penelitian

    pendahuluan 2014 ditemukan predator hama kubis Sycanus sp.

    Diagdegma semiclausum adalah endoparasitoid larva soliter. Parasitoid ini

    meletakkan telur di dalam tubuh larva P. xylostella, terutama pada instar ketiga. Imago D.

    semiclausum muncul dari tubuh inang saat inang berada masih dalam fase larva.

    Siklus hidup D. semiclausum dari telur sampai dewasa lamanya 18-20 hari di dataran

    tinggi dan 14 hari di dataran rendah. Sedangkan masa telur 2-3 hari, masa larva 7-8 hari dan

    masa pupa 8-10 hari. Imago akan keluar dengan cara membuat lubang pada salah satu ujung

    kokon. Serangga berwarna hitam dengan sayap transparan dan tipis. Seekor parasitoid betina

    dapat menyerang kurang lebih 50 ekor larva.

    Sycanus dichotomus (Hemiptera: Reduviidae) merupakan predator yang umum

    ditemukan pada tanaman sawit. Siklus hidup Sycanus dichotomus (Hemiptera: Reduviidae)

    pada dua mangsa yaitu larva Plutella xylostella dan Corcyra cephalonica sudah pernah

    dilaporkan oleh Zulkefli et al. (2004), bahwa telur Sycanus menetas 11-39 hari setelah

    diletakkan, dan dilaporkan juga bahwa sycanus mempunyai lima tahapan (stadia) nimfa,

    dengan rata –rata perkembangan masing masing nimfa adalah 24.35, 16.95, 20.35, 25.32 dan

    43.51 hari bila diberi mangsa C. cephalonica, sedangkan bila diberi mangsa larva Plutella

    xylostella rata-rata lama stadia masing-masing nimpa adalah 16.72, 15.78, 14.88, 24.03 and

  • 7

    46.84 hari. Lama hidup imago jantan dan betina rata-rata 83.47 dan 87.64 hari jika diberi

    mangsa Plutella xylostella , tapi jika diberi mangsa C. cephalonica, maka lama hidup imago

    jantan dan betina Sycanus dichotomus lebih pendek yaitu ± 63.99 dan 61.86 hari. Sycanus

    dichotomus juga dilaporkan menyerang S. asigna and Darna trima (Singh, 1992).

    BAB III. METODE PENELITIAN

    Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

  • 8

    Penelitian

    Lapang

    1. Biologi

    predator

    Sycanus sp.

    3. Tanggap

    Fungsional

    Preferensi

    predator

    Sycanus sp.

    Laju predasi (a)

    Waktu

    penanganan

    mangsa atau

    inang (Th)

    Penelitian

    Laboratorium

    Siklus Hidup

    Lama Hidup

    Imago

    Keperidian

    Kelimpahan populasi P.

    xylostella

    dan C.

    pavonana

    Suksesi P.

    xylostella

    dan C.

    pavonana

    100 Tanaman

    Sampel

    2. Pola

    Suksesi P.

    xylostella

    dan C.

    pavonana

    Pemeliharaan

    Plutella xylostella

    Crocidolomia pavonana

    Sycanus sp. 2. Preferensi

    Predator

    1. Survey Pertanaman

    Kubis

    Sycanus sp.

    Keragaman Kelimpahan

    Populasi

    Sycanus sp.

    Gambar 3.2. Skema Konsep

    Penelitian

    Penelitian

    Lapangan Pelepasan

    Sycanus sp.

  • 9

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.

    Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi yaitu di Desa Candikuning Kabupaten

    Tabanan dengan ketinggian tempat 1000 m dpl sampai 1200 m dpl. Penelitian juga

    dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Program

    Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali. Penelitian ini

    dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan November 2015 sampai bulan April 2016.

    3.2 Alat dan Bahan.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku yaitu tanaman

    kubis. Peralatan yang digunakan yaitu plastik 5 kg, pinset, toples, kain, sarung tangan,

    gunting, pisau, tissu, gelas plastik beserta tutupnya, tabung plastik, cawan petri, dan karet

    pengikat, kuas dan alat tulis.

    3.3 Rancangan Percobaan.

    Percobaan dilakukan di lahan pertanaman kubis Non-pestisida. Jarak tanaman kubis

    masing-masing 50 cm x 50 cm.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian.

    Percobaan 1: Siklus Hidup Musuh Alami

    Sycanus

    Predator dipelihara dalam kotak plastic dengan ukuran 25 cm x 13 cm. Masing-masing kotak

    berisi sepasang Sycanus dewasa dipelihara sampai mereka melakukan perkawinan dan

    meletakkan telur. Larva P. xylostella dan C. pavonana diberikan untuk makan mereka setiap

    hari. Tanggal dan jumlah peletakan telur serta waktu penetasan telur dicatat.

    5 m

    Gambar 1.a. Petakan Pertanaman

    Kubis

    Gambar 1.b. Petakan Pertanaman Kubis

  • 10

    Telur.

    Telur yang sudah diletakkan dipindahkan ke kotak plastik lain. Setelah muncul nimpha instar

    I ditempatkan pada cawan petri yang diberi alas kapas lembab. Setelah hari kedua, nimpha

    tersebut dipindahkan lagi dan disimpan secara tersendiri pada kotak platik (ukuran 5 cm x 4

    cm) dengan kapas lembab dan diisi mangsa. Pengamatan dilakukan setiap hari atau dua hari

    dan pemberian mangsa serta air diberikan secukupnya. Perkembangan demi perkembangan

    diamati setiap hari.

    Siklus Hidup, Lama Hidup Imago dan Keperidian Sycanus sp.

    Seekor Sycanus sp. uji yang baru eklosi dimasukkan ke dalam stoples plastik ukuran

    10 cm x 15 cm yang diberi mangsa setiap hari. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) dan diulang 10 kali pada masing-masing perlakuan. Siklus hidup ditentukan

    dengan menghitung hari mulai telur menetas sampai menjadi imago dan meletakkan telur

    pertama. Lama hidup imago predator Sycanus sp. ditentukan mulai dari pergantian kulit

    nimfa instar terakhir sampai meletakkan telur dan mengalami kematian. Keperidian adalah

    berapa banyak (jumlah) telur yang mampu diletakkan oleh imago Sycanus sp. dalam

    hidupnya. Data pengamatan dianalisis secara deskriptif dan kualitatif.

    Pemeliharaan Predator Sycanus sp.

    Serangga Sycanus sp. diambil dari pertanaman kubis di desa Pancasari Kabupaten

    Buleleng Bali. Predator tersebut dipelihara di dalam suatu kotak plastik berukuran 35 cm x 27

    cm x 7 cm. Sebagai pakan kepik diberikan Tenebrio molitor yang dibeli dari pasar burung.

    Untuk mendapatkan predator (imago) uji dalam penelitian ini, nimfa predator dipelihara lebih

    lanjut dan imago yang baru eklosi digunakan sebagai predator uji.

    Percobaan 2 : Preferensi Sycanus sp. terhadap Plutella xylostella dan Crocidolomia

    pavonana

    Untuk pengamatan preferensi Sycanus sp. terhadap P. xylostella dan C. pavonana

    dilakukan uji pilihan antara larva P. xylostella dan larva C. pavonana yang dimasukkan ke

    dalam stoples plastik ukuran tinggi 15 cm dan diameter 10 cm. Seekor imago Sycanus sp.

    diinfestasikan ke dalam stoples plastik yang sudah dimasukkan larva P. xylostella dan C.

    pavonana masing-masing sejumlah satu ekor. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap dengan sepuluh ulangan.

  • 11

    Percobaan 3 : Kajian Tanggap Fungsional Predator Sycanus sp. terhadap Kerapatan

    Populasi Plutella xylostella dan Crocidolomia pavonana

    Tujuan dari percobaan 3 adalah untuk mengetahui tanggap fungsional predator

    Sycanus sp. terhadap kerapatan populasi P. xylostella dan C. pavonana. Kajian tanggap

    fungsional predator Sycanus sp. dilakukan di laboratorium. Pengamatan dilakukan dengan

    menghitung waktu Sycanus sp. untuk menemukan dan memangsa P. xylostella atau C.

    pavonana. Selanjutnya data hasil penelitian dihitung berdasarkan Holling (1959) yaitu

    Na = aTN / (1 + aThN) (2)

    Keterangan :

    Na : jumlah P. xylostella/ C. pavonana yang dimangsa,

    a : laju pemangsaan,

    T : lama pemangsaan (60 menit),

    N : kerapatan mangsa dan

    Th : waktu yang digunakan predator untuk menangani satu mangsa.

    Penentuan tipe tanggap fungsional adalah dengan menggunakan analisis regresi, yaitu

    dengan menghitung jumlah P. xylostella atau C. pavonana yang dimangsa (Ne) dan

    dibandingkan dengan yang dipaparkan (No). Data pemangsaan dianalisis menggunakan

    regresi linear, eksponensial dan logaritmik. Nilai r digunakan untuk menentukan tipe tanggap

    fungsional, dari setiap persamaan regresi yang digunakan. Nilai r yang paling mendekati 1

    dinyatakan sebagai tipe respon fungsional dari predator (Jones et al. 2003).

    Tanggap Fungsional Predator Sycanus sp. Terhadap Kerapatan Populasi Mangsa

    Larva Plutella xylostella dan Larva Crocidolomia pavonana

    Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

    (RAL). Percobaan yang dilakukan adalah pola faktorial dengan perlakuan kerapatan jumlah

    inang larva pada umur dan ukuran larva yang sama (K) yang terdiri dari 7 (tujuh) level yakni

    K1= 2 ekor larva; K2= 4 ekor larva, K3= 6 ekor larva, K4= 8 ekor larva, dan K5= 10 ekor

    larva, K6= 12 ekor larva dan K7= 14 ekor larva, dengan masing-masing perlakuan diulang

    sebanyak 3 (tiga) kali, sehingga akan terdapat 42 unit percobaan.

    Daun kubis yang diinfestasi larva inang instar-3 dengan kerapatan 2, 4, 6, 8, 10, 12,

    14 larva P. xylostella /C. pavonana per daun, dimasukkan secara terpisah ke dalam kurungan

    stoples. Selanjutnya ke dalam masing-masing stoples dilepaskan satu Sycanus selama 24 jam.

    Percobaan 4 : Pelepasan Sycanus sp. di Lapang.

  • 12

    Pelepasan Sycanus sp. dilakukan pada tanaman kubis berumur lima minggu setelah

    tanam, pada pukul 17.30 Wita tepat di tengah-tengah petak pengamatan sebanyak 24 pasang.

    Peubah yang diamati dalam penentuan tanggap Sycanus sp. adalah jumlah populasi dari P.

    xylostella dan C. pavonana sebelum pelepasan dan sesudah pelepasan dilakukan. Pengamatan

    pola pemencaran Sycanus sp. dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama mengamati jumlah

    Sycanus sp. yang berkunjung pada masing-masing titik sampel (Utara, Barat, Timur, Selatan).

    Kedua, menghitung jumlah populasi Sycanus sp. pada masing-masing titik sampel yang

    ditentukan. Ketiga, jumlah populasi Sycanus sp. saat 11 minggu setelah tanam. Pengamatan

    dilakukan setiap hari selama seminggu setelah pelepasan. Pengamatan kedua adalah jumlah

    Sycanus sp. pada akhir percobaan (panen).

  • 13

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Perkembangan dan siklus hidup S. aurantiacus

    Imago betina meletakkan telur secara berkelompok (35 – 73 butir). Kelompok telur

    berukuran 4-8 mm yang diletakkan pada tutup bawah kotak pemeliharaan di laboratorium.

    Butir telur berbentuk jorong, warna coklat dengan ukuran panjang 3 mm. Telur dilapisi oleh

    cairan berwarna putih yang berfungsi sebagai perekat, sehingga telur melekat satu sama

    lainnya. Telur diletakkan dalam keadaan tegak dan berderet. Telur tersebut menetas setelah

    berumur 12 – 14 hari (13,4 ± 0,7 hari). Menurut Zulkefli et al. (2004), masa inkubasi telur S.

    dichotomus adalah 11 – 39 hari dengan jumlah telur 15 – 119 butir dalam satu kelompok

    telur.

    Nimfa Sicanus Sp mengalami lima kali ganti kulit. Pada saat nimfa instar pertama

    menetas, nimfa mendorong tutup telur dengan kepalanya hingga tutup telur terbuka lebar.

    Setelah tutup telur terbuka, bagian kepala akan muncul terlebih dahulu dan diikuti oleh

    keluarnya abdomen. Proses menetasnya nimfa dari telur berlangsung selama 28 – 35 menit.

    Panjang tubuh nimfa instar pertama 1,9 ± 0,03 mm dan lebar 0,4 ± 0,09 mm. Nimfa instar

    pertama seluruh tubuhnya berwarna merah, tungkai dan antenna berwarna keabuan. Nimfa

    instar pertama yang baru menetas biasanya berkumpul di sekitar paket telur, dan memakan

    sisa-sisa dari telur seperti terlihat pada Gambar 4.1.

    Gambar 4.1

    Nimfa instar pertama yang baru menetas berkumpul di sekitar paket telur, dan memakan sisa-

    sisa dari telur (Pembesaran : 2 kali )

    Sehari setelah menetas nimfa berpencar ke segala arah. Nimfa instar pertama Sicanus

    Sp mulai mencari mangsa pada hari ketiga, dan memangsa mangsanya secara bergerombol

    serta secara bersama-sama menusukkan stiletnya pada satu mangsa. Stadia nimfa instar

    pertama berlangsung selama 13,7 ± 1,4 hari (Tabel 4.1).

  • 14

    Nimfa instar kedua panjang tubuhnya 2,8 ± 0,24 mm dan lebar 1,3 ± 0,26 mm. Nimfa

    tersebut berwarna merah dengan tibia dan femur berwarna gelap. Lama stadia nimfa instar

    kedua lebih pendek dari nimfa instar pertama yaitu 9,2 ± 1,8 hari. Nimfa instar ketiga panjang

    tubuhnya 4,4 ± 0,50 mm dan lebar 1,9 ± 0,10 mm, berwarna kehitaman dengan tibia dan

    abdomennya berwarna hitam. Stadia nimfa instar ketiga tersebut berlangsung selama 10,3 ±

    1,6 hari (Tabel 4.1). Panjang tubuh nimfa instar keempat 10,4 ± 0,46 mm dan lebar 3,9 ±

    0,21 mm memiliki warna tubuh yang sama dengan nimfa instar ketiga. Lama stadia nimfa

    instar keempat berkisar 11,0 ± 1,8 hari.

    Nimfa instar kelima panjang tubuhnya 17,3 ± 0,54 mm dan lebar 5,0 ± 0,47 mm

    berwarna coklat kehitaman,. Lama stadia nimfa instar kelima ini berkisar 19,0 ± 2,9 hari

    (Tabel 4.1). Lama stadia nimfa Sicanus Sp instar pertama hingga instar kelima adalah sekitar

    63,6 hari. Waktu yang diperlukan S. aurantiacus untuk menyelesaikan stadia nimfa lebih

    pendek dibandingkan waktu yang diperlukan oleh Sicanus Sp Imago muncul setelah stadia

    nimfa berakhir (± 63 hari). Proses ganti kulit pada predator Sicanus Sp ditandai dengan nimfa

    yang tidak melakukan aktivitas seperti memangsa, serangga akan diam.

    Tabel 4.1 Lama stadia Sicanus Sp dengan mangsa T. molitor

    Stadia

    Lama stadia (hari)

    Rata-rata1

    Telur 13,4 ± 0,7

    Nimfa instar I 13,7 ± 1,4

    Nimfa instar II 9,2 ± 1,8

    Nimfa instar III 10,3 ± 1,6

    Nimfa instar IV 11,0 ± 1,8

    Nimfa instar V 19,0 ± 2,9

    Imago

    Betina 82,7 ± 11,7

    Jantan 110,4 ± 10,03

    1Angka pertama merupakan nilai rerata dan angka kedua adalah simpangan baku

  • 15

    Lama hidup imago Sicanus Sp dihitung dari waktu nimfa instar akhir (kelima) ganti

    kulit, kemudian berkopulasi, meletakkan telur, hingga imago mati. Waktu yang dibutuhkan

    dari ganti kulit nimfa instar kelima sampai berkopulasi adalah 11-13 hari, dan dari

    berkopulasi sampai telur diletakkan adalah 8-14 hari. Sicanus Sp mengalami kematian sekitar

    6 hari setelah meletakkan telur terakhir. Lama hidup imago betina adalah 82,7 ± 11,75 hari

    sedangkan lama hidup imago jantan adalah 110,4 ± 10,03 hari. Lama hidup S. aurantiacus

    lebih panjang dibandingkan dengan lama hidup S. dichotomus yaitu 61,86 ± 2,96 hari

    (Zulkefli, et al., 2004).

    Siklus hidup kepik Sicanus Sp yang dipelihara di laboratorium dengan mangsa T.

    molitor adalah 84 – 91 hari (Gambar 4.2). Ditinjau dari lama siklus hidup, lama hidup imago

    dan keperidiannya Sicanus Sp tergolong predator yang potensial sebagai agen pengendali

    hayati P. xylostella dan C. pavonana. Potensi tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian

    sejenis yang dilakukan oleh Zulkefli, et al., Syari, et al. dan Erawati. Siklus hidup S.

    dichotomus dengan mangsa C. cephalonica 193,44 ± 2,41 hari (Zulkefli, et al., 2004), dan

    156,5 hari dengan mangsa T. molitor (Syari, et al., 2011). S. annulicornis dengan mangsa S.

    litura 115 hari ( Erawati, 2005). Serangga predator disebut potensial bila mempunyai

    keperidian yang tinggi (mampu meletakkan telur banyak), siklus hidup pendek, dan lama

    hidup imago panjang.

    Gambar 5.11

    Siklus Hidup S. aurantiacus

    Gambar 4.2

    Siklus Hidup Sicanus Sp.

  • 16

    4.2 Keperidian Sicanus Sp.

    Keperidian dihitung dengan menjumlahkan semua telur yang diletakkan oleh seekor

    imago betina selama hidupnya. Imago betina Sicanus Sp meletakkan telur 8 – 14 hari setelah

    berkopulasi. Waktu yang diperlukan dari pergantian kulit nimfa terakhir hingga melakukan

    kopulasi 11 – 13 hari. Masa praoviposisi dihitung dari pergantian kulit terakhir sampai

    meletakkan telur pertama. Masa praoviposisi Sicanus Sp adalah 19 – 27 hari.

    Imago betina Sicanus Sp mampu meletakkan telur paling tinggi sebanyak 11

    kelompok dan paling rendah 5 kelompok telur selama hidupnya, sementara Syari et al. (2011)

    melaporkan bahwa imago betina S. dichotomus menghasilkan 1 – 4 kelompok telur selama

    hidupnya. Tingkat penetasan telur Sicanus Sp dari 605 butir telur, hanya 431 butir (71%)

    yang menetas menjadi individu nimfa instar pertama. Selama hidupnya, imago betina Sicanus

    Sp meletakkan telur dengan interval 5 – 8 hari.

    4.3 Preferensi Sicanus Sp terhadap P. xylostella, C. pavonana dan T. molitor.

    Hasil uji Tukey terhadap perbedaan nilai rata-rata banyaknya individu mangsa P.

    xylostella, C. pavonana dan T. molitor menunjukkan bahwa banyaknya individu mangsa

    spesies pertama yang dikonsumsi oleh Sicanus Sp nyata lebih tinggi dari mangsa spesies

    kedua pada taraf nyata 1%. Rata-rata banyaknya larva P. xylostella dan C. pavonana yang

    dikonsumsi oleh Sicanus Sp masing-masing adalah 6,2 dan 3,1 ekor. Spesies mangsa ketiga

    tidak dipilih oleh Sicanus Sp yang terlihat tidak satupun larva T. molitor dikonsumsi oleh

    Sycanus Sp. (Tabel 4.2).

    Tabel 4.2 Rata-rata individu tiga jenis mangsa yang dikonsumsi oleh Sicanus Sp pada

    percobaan preferensi dengan pilihan dan tanpa pilihan

    Jenis mangsa Rata-rata individu yang dikonsumsi

    1

    Pilihan Tanpa Pilihan

    P. xylostella 6,2 a 8,8 a

    C. pavonana 3,1 b 8,7 a

    T. molitor 0,0 c 5,4 b

    1)Angka selajur diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji Tukey, =

    1%)

  • 17

    Nilai tersebut menunjukkan bahwa preferensi predator Sicanus Sp. terhadap mangsa

    P. xylostella lebih dari 2 kalinya dari preferensi terhadap C. pavonana. Dengan kata lain,

    kepik predator Sicanus Sp. jauh lebih menyukai mangsa P. xylostella daripada C. pavonana.

    Pemilihan mangsa oleh musuh alami dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi

    mangsa, secara umum kedua faktor tersebut memang menentukan keberhasilan musuh alami

    dalam menemukan mangsa (Vinson, 1991; Gross, 1993). De Bach (1991) mengatakan bahwa

    musuh alami dapat menyeleksi kecocokan inang atau mangsa dan seleksi tersebut

    berlangsung melalui proses yang alamiah.

    Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pemangsaan oleh predator , antara lain jenis

    mangsa, kepadatan populasi, maupun stadium mangsa (Tarumingkeng, 1994). Pada uji

    preferensi tanpa pilihan Sicanus Sp terhadap tiga jenis mangsa yaitu P. xylostella, C.

    xylostella bila dibandingkan dengan C. pavonana maupun T. molitor (Gambar 4.3).

    Gambar 4.3 Preferensi Sicanus Sp. dengan pilihan terhadap larva P. xylostella, C.

    pavonana dan T. molitor

    Kepik Reduviidae bersifat polifag, memiliki pemilihan mangsa yang sangat luas

    (Shaefer & Panizzi, 2000), terbukti pada uji preferensi tanpa pilihan, S. aurantiacus

    memangsa ketiga jenis mangsa tersebut. Erawati (2005) menyatakan bahwa kepik Reduviidae

    lebih memilih mangsa yang tubuhnya lunak. S. aurantiacus lebih memilih P . xylostella,

    kemudian C. pavonana dibanding T. molitor. Larva P. xylostella yang dimangsa oleh Sicanus

    Sp. akan dihisap habis dan hanya terlihat sisa integument yang berwarna hitam, sementara

    larva T. molitor yang dimangsa oleh S. aurantiacus tidak habis seperti pada larva P.

    xylostella tapi masih ada kulit warna coklat yang tersisa.

    010203040506070

    P.

    xylostella

    C.

    pavonana

    T. molitor

    Ju

    mla

    h M

    an

    gsa

    yan

    g D

    i

    Man

    gsa

    Jenis Mangsa

    Jumlah yang

    dimangsa (ekor)

  • 18

    4.4 Tanggap Fungsional Predator Sicanus Sp. terhadap Kerapatan Populasi P.

    xylostella dan C. pavonana

    Hasil analisis regresi logistik antara proporsi P. xylostella yang dikonsumsi oleh S.

    aurantiacus dan kerapatan awal mangsa tersebut memperlihatkan nilai koefisien komponen

    linier bertanda negatif (-3.0575) dan komponen kuadratik bertanda positif (0.1098). Kedua

    koefisien tersebut berbeda nyata dari nol pada taraf nyata 5% dengan nilai-P berturut-turut

    adalah 0.014 dan 0.033 (Tabel 4.3). Hasil ini menunjukkan bahwa P. xylostella yang

    dikonsumsi mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya kerapatan awal mangsa

    tersebut. Pola hubungan proporsi mangsa yang dikonsumsi dengan kerapatan awal yang

    demikian merupakan karakteristik dari model tanggap fungsional tipe II.

    Tabel 4.3

    Hasil analisis regresi logistik antara proporsi P. xylostella yang dikonsumsi oleh

    Sicanus Sp. dengan kerapatan awalnya

    Komponen model Nilai dugaan Galat baku (S.E) z-hitung Nilai-P

    Konstanta 22.0968 7.4211 2.98 0.0029

    Linier -3.0575 1.2431 -2.46 0.0139

    Kuadratik 0.1098 0.0514 2.13 0.0329

    Gambar 4.4 Kurva tanggap fungsional Sicanus Sp. terhadap P. xylostella dengan

    model }e{HHa )Ha.(. 246711901

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    Jum

    lah P

    . xy

    lost

    ella

    dik

    onsu

    msi

    (H

    a; e

    kor)

    Kerapatan awal P. xylostella (H; ekor)

    Ha_observasi

    Ha_model

  • 19

    Serupa dengan hasil analisis regresi logistik model tanggap fungsional predator Sicanus

    Sp. terhadap P. xylostella di atas, kurva tanggap fungsional terhadap mangsa C. pavonana

    juga bertipe II. Hal ini terlihat pada nilai koefisien komponen linier yang bertanda negatif (-

    3.5203) dan komponen kuadratik bertanda positif (0.1327). Kedua koefisien juga berbeda

    nyata dari nol namun dengan taraf nyata yang lebih kecil, yaitu taraf nyata 1%, dengan nilai-

    P berturut-turut adalah 0.001 dan 0.004 (Tabel 5.5).

    Tabel 4.4 Hasil analisis regresi logistik antara proporsi C. pavonana yang dikonsumsi

    oleh Sicanus Sp. terhadap kerapatan awalnya

    Komponen model Nilai dugaan Galat baku (S.E) z- hitung Nilai-P

    Konstanta 23.9662 6.5236 3.67 0.0000

    Linier -3.5203 1.1007 -3.20 0.0014

    Kuadratik 0.1327 0.0458 2.89 0.0038

    Gambar 4.5 Kurva tanggap fungsional Sicanus Sp. terhadap C. pavonana dengan

    model }e{HHa )Ha.(. 24911201

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    Jum

    lah C

    . pavo

    nana d

    ikonsu

    msi

    (H

    a;

    ekor)

    Kerapatan awal C. pavonana (H; ekor)

    Ha_observasi

    Ha_model

  • 20

    Gambar 4.6 Kurva tanggap fungsional Sicanus Sp. terhadap 2 jenis mangsa, yaitu P.

    xylostella dan C. pavonana

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    Jum

    lah m

    angsa

    dik

    onsu

    msi

    (H

    a; e

    kor)

    Kepadatan mangsa awal (H; ekor)

    P. xylostella

    C. pavonana

  • 21

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil Penelitian tahun ke dua dari dua tahun Penelitian dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    1. Siklus hidup kepik Sicanus Sp. yang dipelihara di laboratorium dengan mangsa T. molitor

    adalah 84 – 91 hari.

    2. Lama hidup imago betina 82,7 ± 11,7 hari sedangkan lama hidup imago jantan 110,4 ±

    10,04 hari.

    3. Imago betina Sicanus Sp. mampu meletakkan telur paling tinggi sebanyak 9 kelompok dan

    paling rendah 5 kelompok telur selama hidupnya.

    4. Predator Sicanus Sp. lebih memilih mangsa P. xylostella daripada C. pavonana dan T.

    molitor baik pada uji preferensi dengan pilihan maupun tanpa pilihan.

    5. Tanggap fungsional predator Sicanus Sp terhadap kerapatan populasi P. xylostella dan C.

    pavonana merupakan karakteristik dari model tanggap fungsional tipe II.

    5.2 Saran

    Saran penulis dalam penelitian lebih lanjut adalah meneliti persebaran S. aurantiacus

    atau famili Reduviidae lain pada komiditi pertanaman yang lain.

  • 22

    Daftar Pustaka

    Hassel, MP. 2000. Host-parasitoid population dynamics. J Anim Ecol 69:543-566.

    Kalshoven, LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah.

    Jakarta : PT Ichtiar Baru-van Hoeve.

    Korlina, E. 2011. Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (APH)

    terhadap Hama dan Penyakit Tanaman. Jawa Timur : Balai Pengkajian Teknologi

    Pertanian Jawa Timur. Superman: Suara Perlindungan Tanaman Vol. 1., No. 2.

    Kumar A, Kumar N, Siddiqui A, Tripathi CPM. 1999. Prey-predator relationship between

    Lipaphis erysimi Kalt (Homoptera: Aphididae) and Coccinela septempunctata L.

    (Coleoptera: Coccinellidae). Effect of host plants on the functional response of the

    predator. J Appl Ent 123: 591-601

    Ngatimin, SNA. 2002. Potensi Tumbuhan Berbunga sebagai Sumber Pakan Tambahan untuk

    Meningkatkan Kebugaran Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera :

    Ichneumonidae). Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

    Pracaya. 1993. Kol Alias Kubis. Jakarta : Penebar Swadaya.

    Permadi, A. H. dan Sastrosiswojo, S. 1993. Kubis Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penelitian

    dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang.

    Reijntjes C., Haverkort B., Water-Bayer A. 1992. Pertanian Masa Depan: Pengantar Untuk

    Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Yogyakarta : Kanisius. 270 hal.

    Sari, NJ. 2002. Biologi Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera : Pyralidae) pada Pakan

    Alami dan Pakan Semibuatan. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

    Sastrosiswojo, S., Tinny S., Uhan dan Sutarya, R. 2005. Penerapan Teknologi PHT pada

    Tanaman Kubis. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

    Sembel, T. D. 2010. Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Andi.

    Singh, G. 1992. Management of oil palm pests and disease in Malaysia in 2000. Pest

    Management and the Environment in 2000 (A Aziz; S A Kadar and Barlon, H S eds.).

    p. 195-212.

  • 23

    Suharti, T. 2000. Status Resistensi Crocidolomia pavonana Zell. (Lepidoptera : Pyralidae)

    terhadap Insektisida Profenofos (Curacron 500 EC) dari Tiga Daerah di Jawa Barat

    (Garut, Pengalengan, Lembang). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

    Tambunan, M. 2011. Laporan Hama Ulat Crop (Crocidolomia Binotalis Zell.) (Lepidoptera :

    Pyralidae) Pada Kubis (Brassica Oleracea.Linn.). Available at : http:// marktambunan.

    blogspot. com/2011/11/laporan-hama-ulat-crop-crocidolomia.html

    Yuliadhi, K.A. 2012. Jenis dan PopulasiHama Kubis (Brassica oleracea) Di Pertanaman

    Kubis Di Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali. Denpasar : Universitas Udayana.

    Agrotrop Journal On Agricultural Sciences Vol 2 No.1, Mei 2012.

    Zulkefli, M., Norman, K., dan Basri, M W. 2004. Life Cycle Of Sycanus Dichotomus

    Hemiptera:Pentatomidae) - A Common Predator of Bagworm In Oil Palm. Journal of

    Oil Palm Research Vol. 16 No. 2, December 2004, p. 50-56

  • 24

    LAMPIRAN

  • 25

    Lampiran 1. Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya

    No Nama dan Gelar Akademik Bidang Penelitian Instansi

    1 Dr. Ir. Ketut Ayu Yuliadi, MP Entomologi Fak. Pertanian Unud

    2 Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS Entomologi Fak. Pertanian Unud

    3 Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si Bioteknologi Fak. Pertanian Unud

  • 26