biologi, siklus hidup, dan potensi parasitoid telur ... · penulis juga aktif sebagai asisten...

53
BIOLOGI, SIKLUS HIDUP DAN POTENSI PARASITOID TELUR Trissolcus sp. PADA Chrysocoris javanus Westw., HAMA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) YULIUS DIKA CIPTADI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: duongduong

Post on 03-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

BIOLOGI, SIKLUS HIDUP DAN POTENSI PARASITOID

TELUR Trissolcus sp. PADA Chrysocoris javanus Westw., HAMA

TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

YULIUS DIKA CIPTADI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

ABSTRAK

YULIUS DIKA CIPTADI. Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur

Trissolcus sp. Pada Chrysocoris javanus Westw., Hama Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh DHAMAYANTI ADIDHARMA.

Beberapa tahun terakhir, jarak pagar (Jatropha curcas L.) mulai diusahakan

dalam skala luas dan ditanam secara monokultur karena potensinya sebagai

sumber bahan bakar nabati. Cara budi daya seperti ini dapat menyebabkan

perubahan keadaan agroekosistem yaitu pengurangan keanekaragaman hayati

sehingga menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan hama. Salah

satunya adalah hama Chrysocoris javanus. Hama ini menyerang buah sehingga

menyebabkan buah rusak dan tidak dapat dipanen. Musuh alami seperti parasitoid

telah ditemukan menyerang telur C. javanus. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui biologi, siklus hidup dan potensi Trissolcus sp. sebagai

parasitoid telur pada inang C. javanus. Telur C. javanus direkatkan pada pias

kertas dengan menggunakan gom arab kemudian dimasukkan ke dalam tabung

gelas yang telah berisi parasitoid betina. Penelitian tentang bentuk, ukuran, warna,

dan ciri-ciri lain setiap stadium pradewasa dilakukan dengan membedah telur

setiap 24 jam kecuali stadia larva setiap 12 jam dan diamati menggunakan

mikroskop stereo. Penelitian tentang biologi, siklus hidup dan potensi Trissolcus

sp. sebagai parasitoid telur pada inang C. javanus dilakukan tanpa pembedahan

telur dan pengamatan dilakukan terhadap keperidian, produksi telur harian,

potensi produksi telur, lama hidup parasitoid, lama perkembangan, kemunculan

imago, nisbah kelamin dan lama masa reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa telur parasitoid Trissolcus sp. bertipe stalked, larva instar pertama bertipe

teleaform, larva instar ketiga bertipe hymenopteriform. Lama stadium telur

Trissolcus sp. satu hari, larva empat hari, prapupa satu hari, pupa lima hari, lama

hidup imago jantan 23,70 ± 9,49 hari dan betina 17,40 ± 7,38 hari. Keperidian

95,70 ± 18,34 butir, produksi telur harian 15,76 ± 2,63 butir, potensi produksi

telur 129,30 ± 25,96 butir, lama masa reproduksi 6,10 ± 0,88 hari, nisbah kelamin

1 : 3,83. Tingkat parasitisasi 19,14 ± 3,67 % dan keberhasilan hidup mencapai

86,71 ± 3,77 %. Parasitoid telur Trissolcus sp. berpotensi dikembangkan sebagai

parasitoid telur untuk mengendalikan kepik jarak pagar C. javanus.

Kata kunci: Jatropha curcas L, Chrysocoris javanus Westw, Trissolcus sp.

Page 3: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

BIOLOGI, SIKLUS HIDUP DAN POTENSI PARASITOID

TELUR Trissolcus sp. PADA Chrysocoris javanus Westw., HAMA

TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

YULIUS DIKA CIPTADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

Judul Skripsi : Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur Trissolcus sp.

Pada Chrysocoris javanus Westw., Hama Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L.)

Nama : Yulius Dika Ciptadi

NIM : A34070044

Disetujui,

Pembimbing

Dhamayanti Adidharma, Ph.D

NIP. 19481006 197903 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Dadang, MSc

NIP 19640204 199002 1 002

Tanggal lulus :

Page 5: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 16 Maret 1989. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Stefanus Padmono

Ciptadi dan Henrica Lastyandari. Tahun 2007 penulis menyelesaikan

pendidikannya di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dan pada tahun yang

sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI). Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman dan Minor

Agronomi dan Hortikultura.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan

Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) tahun 2009/2010 sebagai staf divisi

PSDM. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak

tahun 2008 hingga sekarang.

Page 6: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas

limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

berjudul Biologi, Siklus Hidup dan Potensi Parasitoid Telur Trissolcus sp.

Pada Chrysocoris javanus Westw., Hama Tanaman Jarak Pagar (Jatropha

curcas L.).

Penulis sangat menyadari bahwa tidak dapat berbuat maksimal dalam

menyelesaikan tugas akhir ini tanpa bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dhamayanti Adidharma, Ph.D sebagai pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir

2. Dr. Ir. Gede Suastika, MSc. selaku dosen penguji tamu atas

masukkannya dalam skripsi ini

3. Dr. Ir. Nina Maryana, Msi. selaku moderator seminar dan atas

bantuannya dalam identifikasi parasitoid

4. Keluarga di Cianjur yang telah memberikan kasih sayang, perhatian,

nasehat dan doa

5. Anggota laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator: mbak Adha,

mbak Nita, kak Putri, kak Ai, kak Eldy, Gama

6. Teman-teman seperjuangan HPT’ers 44: eter, latip, harwan, taher, lutfi,

doli, sista, anik, sherli, mia, osmond, iky, sanny, nelly dan semua yang

tidak bisa disebutkan satu persatu

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga

tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat secara umum maupun perkembangan

IPTEK khususnya dalam bidang proteksi tanaman.

Bogor, Desember 2011

Yulius Dika Ciptadi

Page 7: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................ 1

Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ............................................ 4

Hama Chrysocoris javanus Westw. ........................................................ 5

Parasitoid Trissolcus sp. .......................................................................... 6

Tahap Perkembangan Parasitoid Famili Scelionidae .............................. 6

Telur .................................................................................................... 6

Larva ................................................................................................... 7

Prapupa dan Pupa ................................................................................ 7

Imago .................................................................................................. 8

BAHAN DAN METODE ........................................................................... 9

Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 9

Metode Penelitian .................................................................................... 9

Survei Awal Bioekologi C. javanus dan Trissolcus sp. ...................... 9

Perbanyakan C. javanus ...................................................................... 9

Perbanyakan Parasitoid Telur Trissolcus sp. ...................................... 10

Penelitian Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus sp. pada

Inang C. javanus ................................................................................. 11

Penelitian Potensi Trissolcus sp. Sebagai Parasitoid Telur pada

Inang C. javanus ................................................................................. 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 15

Parasitoid yang ditemukan di Lapang ..................................................... 15

Page 8: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

vii

Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus sp. pada Inang

C. javanus ................................................................................................ 15

Telur .................................................................................................... 16

Larva ................................................................................................... 16

Prapupa................................................................................................ 18

Pupa ..................................................................................................... 18

Imago .................................................................................................. 20

Potensi Trissolcus sp. Sebagai Parasitoid Telur pada Inang

C. javanus ................................................................................................ 22

Lama Perkembangan ........................................................................... 22

Keberhasilan Hidup............................................................................. 23

Parameter Kehidupan Parasitoid ......................................................... 24

Kemunculan Imago Trissolcus sp. ...................................................... 26

Nisbah Kelamin................................................................................... 27

Kemampuan Reproduksi ..................................................................... 28

Persentase Parasitisasi ......................................................................... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 32

Kesimpulan ............................................................................................. 32

Saran ........................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 33

LAMPIRAN ................................................................................................ 37

Page 9: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Parasitoid yang ditemukan di lapang ............................................ 15

Tabel 2 Lama perkembangan parasitoid Trissolcus sp. ............................. 20

Tabel 3 Jumlah imago Trissolcus sp. jantan dan betina yang muncul ....... 23

Tabel 4 Keberhasilan hidup imago Trissolcus sp. ..................................... 24

Tabel 5 Parameter kehidupan imago betina Trissolcus sp. ........................ 25

Tabel 6 Nisbah kelamin keturunan F1 dari imago betina Trissolcus sp. ... 28

Tabel 7 Kemampuan reproduksi imago betina Trissolcus sp. ................... 29

Tabel 8 Persentase parasitisasi Trissolcus sp. ............................................ 30

Page 10: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Lahan jarak pagar di Leuwikopo .............................................. 9

Gambar 2 Perbanyakan C. javanus ........................................................... 10

Gambar 3 Mikroskop stereo dengan kamera digital tipe OLYMPUS 11D,

digunakan untuk pemotretan semua stadia Trissolcus sp......... 12

Gambar 4 Penelitian di laboratorium ........................................................ 14

Gambar 5 Telur Trissolcus sp. .................................................................. 16

Gambar 6 Larva Trissolcus sp................................................................... 17

Gambar 7 Prapupa Trissolcus sp. .............................................................. 18

Gambar 8 Pupa Trissolcus sp. ................................................................... 19

Gambar 9 Imago Trissolcus sp. ................................................................. 21

Gambar 10 Kemunculan imago Trissolcus sp. ........................................... 27

Gambar 11 Reproduksi harian imago betina Trissolcus sp. ........................ 30

Gambar 12 Persentase parasitisasi berdasarkan umur imago

Trissolcus sp. ............................................................................ 31

Page 11: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel

Halaman

Tabel Lampiran 1 Ukuran pradewasa dan imago Trissolcus sp. ............... 38

Gambar

Halaman

Gambar Lampiran 1 Perbanyakan C. javanus .......................................... 38

Gambar Lampiran 2 Imago parasitoid Trissolcus sp. ............................... 39

Gambar Lampiran 3 Telur C. javanus terparasit ....................................... 40

Gambar Lampiran 4 Telur dan larva C. javanus tidak terparasit .............. 41

Gambar Lampiran 5 Serangga Famili Scelionidae ................................... 42

Page 12: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan bahan bakar minyak Indonesia saat ini cukup tinggi. Konsumsi

energi terbesar adalah minyak bumi yang mencapai 54,4 % (Krisnamurthi 2005).

Menurut data Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan – Ditjen Perhubungan Darat

tahun 2009, kebutuhan solar mencapai 12.382.242 liter per hari dan jumlah

kendaraan akan mencapai 110 juta kendaraan pada tahun 2020. Sedangkan

cadangan energi fosil hanya akan bertahan kurang lebih 18 tahun (Krisnamurthi

2005).

Melihat kenyataan tersebut, perlu adanya tindakan untuk mengurangi

ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dan menanggulangi masalah harga

minyak yang makin meningkat dan cadangan yang makin menipis. Pemerintah

telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006

tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi

alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Presiden Indonesia juga

menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan

pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai energi alternatif.

Hambali (2005) menyatakan salah satu sumber minyak nabati yang sangat

prospektif sebagai bahan baku biodiesel adalah biji jarak pagar yang bernama latin

Jatropha curcas Linn. Program pemerintah untuk mensubtitusi 5% minyak bumi

sampai tahun 2025 dapat memacu penanaman jarak pagar dalam skala luas,

monokultur dan intensif. Cara budi daya seperti ini dapat menyebabkan perubahan

keadaan ekosistem yaitu berkurangnya keanekaragaman hayati. Kondisi ini akan

menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan hama (Dadang 2005).

Jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifat

sebagai insektisida, tetapi beberapa hama dilaporkan dapat menyerang tanaman

ini (Mahmud 2006). Beberapa hama utama jarak pagar seperti yang telah

diidentifikasi oleh Karmawati dan Rumini (2009) adalah thrips (Selenothrips

rubrocinctus), kepik Chrysocoris javanus, kutu putih (Ferrisia virgata dan

Planococcus minor), dan tungau.

Page 13: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

2

Kepik C. javanus menjadi salah satu hama penting pada pertanaman jarak

pagar karena menyerang tanaman jarak fase generatif yaitu pada saat

pembungaan, menjelang pembentukan buah dan saat pembentukan buah. C.

javanus menyerang tanaman dengan cara menghisap buah jarak sehingga

menimbulkan kerusakan pada kapsul buah yang sedang berkembang. Gejala yang

ditimbulkan pada buah jarak pagar yaitu adanya bekas tusukan pada buah dan

buah berwarna coklat kehitaman kemudian membusuk dan mengering (Rumini

dan Karmawati 2007; Qodir 2010). Berbeda dengan di Indonesia, serangga

anggota famili Scutelleridae yang menyerang jarak pagar di India adalah

Scutellera nobilis Fabr. Sedangkan Pachycoris klugii Burmeister dan Agonosoma

trilineatum Fabr. menyerang jarak pagar di Nicaragua. Serangga ini dilaporkan

dapat menyebabkan gugurnya bunga, aborsi buah dan kerusakan benih. (Shanker

dan Dhyani 2006). Bahkan A. trilineatum menjadi agens hayati untuk

mengendalikan gulma famili Euphorbiaceae, Jatropha gossypiifolia (Bebawi et al.

2007; Heard et al. 2009).

Pengendalian hama pada pertanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan

beberapa strategi, salah satunya dengan pemanfaatan musuh alami berupa

parasitoid (Dadang 2006). Musuh alami merupakan komponen penting dalam

pengendalian hama terpadu (PHT) karena berjalan secara alami dan berkelanjutan.

Tiga jenis parasitoid telah ditemukan menyerang telur C. javanus yaitu

Anastatus sp. (Hymenoptera : Eupelmidae), Epiterobia sp. (Hymenoptera :

Pteromalidae) dan Trissolcus latisulcus (Hymenoptera : Scelionidae) (Rumini dan

Karmawati 2007; Rider 2009; Qodir 2010). Parasitoid famili Scelionidae menjadi

parasiotid yang selalu ditemukan menyerang C. javanus pada pertanaman jarak

pagar (Qodir 2010). Pengendalian C. javanus dengan memanfaatkan parasitoid

Trissolcus sp. mempunyai prospek yang baik namun kajian potensi parasitoid

tersebut terhadap inang C. javanus belum banyak dilakukan sehingga informasi

tentang biologi parasitoid ini masih diperlukan. Oleh karena itu perlu penelitian

mengenai biologi dan siklus hidup parasitoid telur Trissolcus sp. sehingga dapat

menambah informasi dalam implementasi pengendalian hama terpadu tanaman

jarak pagar.

Page 14: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui biologi, siklus hidup, dan potensi

parasitoid telur Trissolcus sp. pada inang C. javanus.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai dasar untuk mengetahui potensi

Trissolcus sp. sebagai musuh alami dan sebagai dasar untuk merancang metode

pembiakan dan pelepasan Trissolcus sp.

Page 15: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) termasuk dalam famili

Euphorbiaceae merupakan salah satu tanaman yang baik sebagai sumber bahan

bakar nabati (Prihandana dan Hendroko 2006; Hambali et al. 2007). Jarak pagar

berasal dari Amerika Tengah dan didistribusikan oleh pelaut Portugis melalui

pulau Cape Verde ke berbagai negara di Afrika dan Asia (Hambali 2005). Jarak

pagar mempunyai 4 varietas, yaitu varietas Cape Verde, Nicaragua, Ife-Nigeria,

dan varietas tidak beracun Mexico. Varietas Cape Verde merupakan varietas yang

umum terdapat di seluruh dunia dan bersifat toksik karena mengandung senyawa

lektine dan ester forbol (Henning 2005 dalam Nurcholis dan Sumarsih 2007).

Meskipun jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan

mempunyai sifat sebagai insektisida, beberapa hama telah dilaporkan menyerang

tanaman ini sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan ekonomis pada

perkebunan jarak yang sedang dikembangkan (Mahmud 2006). Organisme

penggangu tanaman (OPT) yang menyerang tanaman jarak pagar adalah

Exopholis hypoleuca Wied dan Leucopholis rorida F. ( Coleoptera: Scarabaeidae),

Agrothis spp. (Lepidoptera: Noctuidae), Spodoptera litura (Lepidoptera:

Noctuidae), Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae), Valanga nigricornis

(Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae), Chrysocoris

javanus (Hemiptera: Scutelleridae), Ferrisia virgata (Hemiptera:

Pseudococcidae), Nipaecoccus viridis (Hemiptera: Pseudococcidae), Leptocorisa

oratorius (Hemiptera: Alydidae), Empoasca sp. (Hemiptera: Cicadellidae),

Selenothrips rubrocinctus (Thysanoptera: Thripidae), Lagocheirus undatus

(Coleoptera: Cerambycidae), Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae), Chalcocelis

albiguttata, Parasa lepida (Lepidoptera: Limacodidae), dan Tungau

(Tarsonemidae dan Eriophyidae). (Dadang 2006; Priyanto 2007; Nurcholis dan

Sumarsih 2007; Rumini dan Karmawati 2007; Chandra 2008).

Page 16: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

5

Hama Chrysocoris javanus Westw.

C. javanus memiliki nama umum kepik buah jarak (Sosromarsono et al.

2007). Tubuhnya berbentuk perisai yang khas dengan skutelum yang berkembang

dengan baik menutupi abdomen, warna tubuh imago cerah dan mencolok dengan

elitra berwarna merah dan corak hitam. Serangga ini memiliki antena tiga ruas,

lebih panjang dari kepala (Dadang 2006; Kalshoven 1981). Telur berbentuk

silinder seperti drum, bagian bawah datar sedangkan bagian atas cembung. Telur

berdiameter 1,24 mm dan tinggi 1,34 mm. Telur yang baru diletakkan berwarna

krem terang dan ada yang berwarna agak kehijauan. Telur diletakkan secara

berkelompok di bawah permukaan daun, pada batang atau ranting dan pada

permukaan buah jarak pagar saat pagi hingga menjelang siang. Nimfa tubuhnya

berwarna hitam dengan bintik merah, kuning, dan hijau mengkilat, sementara

bagian dorsal toraks berwarna hijau metalik. Ukuran tubuh imago betina relatif

lebih besar dari pada imago jantan, yaitu panjang 17,65 mm dan lebar 9,55 mm

sedangkan ukuran tubuh jantan panjang 15,95 mm dan lebar 8,1 mm. Kemampuan

reproduksi cukup tinggi, satu kelompok telur terdiri dari 28 sampai 126 butir

dengan rerata 84,80 butir (Qodir 2010). Siklus hidupnya berkisar 60-80 hari

(Rumini dan Karmawati 2007).

C. javanus selain menyerang tanaman jarak pagar (Jatropha) juga

ditemukan pada tanaman jarak kepyar (Ricinus communis) serta Croton spp.

(Kalshoven 1981). Serangga ini menyerang jarak pagar selain pada saat

pembungaan dan menjelang pembentukan buah juga dapat menyerang daun.

Serangga ini menghisap nutrisi dalam buah sehingga menimbulkan kerusakan

pada kapsul buah yang sedang berkembang. Bunga atau buah yang terserang akan

menjadi kering dan berwarna coklat kehitaman. Bunga yang terserang tidak bisa

menjadi buah sedangkan buah menjadi rusak dan tidak dapat dipanen (Dadang

2006; Sodiq 2006; Rumini dan Karmawati 2007). Pengendalian hama dapat

dilakukan secara mekanis dengan mengumpulkan dan memusnahkan telur, nimfa

dan imago; kultur teknis dengan tidak menanam tanaman inang lain seperti padi,

jagung, kacang-kacangan, dan tanaman Solanaceae di sekitar areal pertanaman;

pengendalian hayati dengan musuh alami yaitu parasitoid Anastatus sp. dan

Epiterobia sp.; insektisida nabati seperti ekstrak mimba; dan menggunakan

Page 17: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

6

insektisida berbahan aktif imidaklorpid dan karbamat (Dadang 2006; Mahmud

2006; Rumini dan Karmawati 2007).

Parasitoid Trissolcus sp.

Trissolcus sp. merupakan parasitoid yang termasuk ke dalam Superfamili

Platygastroidea Famili Scelionidae Subfamili Telenominae (Rajmohana 2006).

Semua spesies yang telah diketahui dalam famili ini merupakan parasitoid telur

dan hidup pada berbagai habitat (Hagen 1973; Austin et al. 2005; Driesche et al..

2008). Trissolcus sp. telah menjadi spesies yang penting dalam penelitian maupun

praktek pengendalian hayati serangga hama khususnya serangga ordo Hemiptera

(Awan et al. 1990; Weber et al. 1996; Justo et al. 1997; Koçak dan Kilinçer 2003;

Arakawa et al. 2004; Tohir 2004; Laumann et al. 2008)

Tahap Perkembangan Parasitoid Famili Scelionidae

Parasitoid famili Scelionidae terbagi pada tiga kelompok subfamili yaitu

Scelioninae, Telesinae, dan Telenominae (Krombein 1979; Masner 1993).

Parasitoid ini dapat menyerang telur serangga ordo Lepidoptera, Hemiptera,

Orthoptera, Diptera (Tabanidae) dan Arachnida. Adakalanya beberapa spesies

menyerang telur serangga ordo Coleoptera dan Neuroptera (Clausen 1940).

Imago parasitoid famili Scelionidae hidup secara soliter (Clausen 1940),

umumnya berada pada lingkungan terbuka dan terpapar sinar matahari seperti

padang rumput, gurun pasir, hutan, tanah, dan air (Masner 1993).

Telur

Menurut Clausen (1940) dan Hagen (1973) ada enam jenis tipe telur

serangga ordo Hymenoptera yaitu acuminate, hymenopteriform, microtype,

pedicelate, stalked, dan encyrtiform. Semua telur spesies serangga dari famili

Scelionidae yang telah dideskripsikan memiliki bentuk yang seragam yaitu tipe

stalked atau memiliki tangkai. Bagian tubuh utama telur berbentuk oval hingga

seperti gelendong dengan tangkai berbentuk runcing atau silinder yang berukuran

0,5 sampai 1,5 lebih panjang daripada tubuh utama.

Page 18: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

7

Larva

Hagen (1973) menyatakan hampir semua parasitoid yang meletakkan telur

dan berkembang di dalam inang mengalami perkembangan hipermetamorfosis.

Artinya, larva instar awal memiliki perbedaan bentuk dengan larva instar akhir.

Jumlah instar larva sangat beragam antar genus dan spesies. Pada larva ektoparasit

terdapat lima instar dan pada larva endoparasit kurang dari lima instar.

Clausen (1940) menyebutkan ada 14 tipe larva instar awal pada parasitoid

dari ordo Hymenoptera. Larva instar awal memiliki variasi bentuk yang terbesar

dalam perkembangan pradewasa parasitoid. Tipe larva instar awal tersebut adalah

sacciform, hymenopteriform, caudate, vesiculate, encyrtiform, mandibulate,

teleaform, microtype, mymariform, planidium, agriotypiform, polypodeiform,

eucoiliform dan cyclopiform.

Larva instar pertengahan tidak memilki perbedaan karakteristik yang

mendasar dari bentuk larva instar awalnya (Hagen 1973). Bentuk sebenarnya dari

larva instar kedua serangga famili Scelionidae masih dalam perdebatan. Pada

beberapa spesies hanya ditemukan dua instar larva, ini ditentukan berdasarkan

persamaan bentuk antara larva instar kedua dan ketiga (Clausen 1940). Larva

instar akhir pada parasitoid dari ordo Hymenoptera adalah hymenopteriform

(Hagen 1973).

Prapupa dan Pupa

Masa prapupa diawali ketika larva instar akhir telah berhenti makan dan

hampir tidak menunjukkan pergerakan tubuh. Saat itulah terjadi perubahan

struktural yang cepat pada tubuh larva (Hagen 1973). Stadium prapupa parasitoid

dari ordo Hymenoptera terdiri dari dua tahap yaitu eonymph dan pronymph. Larva

yang memasuki tahap eonymph, bentuknya masih menyerupai larva instar terakhir

namun lebih mengembang atau menggelembung tetapi kurang terlihat menonjol

dibandingkan tahap pronymph dan seringkali ditandai perubahan warna larva dari

putih kekuningan menjadi putih buram. Tahap pronymph ditandai dengan

kemunculan bakal mata dan adanya batas yang jelas antara toraks dan abdomen.

Pada tahap ini, sudah tidak ada pergerakan sama sekali (Morris 1937 dalam

Hagen 1973).

Page 19: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

8

Pupa serangga ordo Hymenoptera bertipe eksarata dengan embelan bebas

(Borror et al. 1996). Serangga ordo Hymenoptera khususnya parasitoid berpupa di

dalam inang. Seringkali larva parasitoid berpupa di dalam kokon atau puparium

inang atau berpupa di dalam terowongan yang dibuat inang dimana inang tersebut

terlindungi. Parasitoid yang hidup di pada inang yang tersembunyi biasanya tidak

berkokon (Hagen 1973).

Imago

Panjang tubuh serangga dari Famili Scelionidae berkisar dari 1 samapai 2,5

mm, ukuran tubuh paling kecil adalah 0,5 mm dan paling besar mencapai 10 mm

(Masner 1993). Menurut Qodir (2010) panjang tubuh imago jantan dari famili

Scelionidae yaitu 1,30 ± 0,05 mm dan lebar tubuhnya 0,68 ± 0,05 mm sedangkan

panjang tubuh imago betina 1,34 ± 0,04 mm dan lebar tubuhnya 0,69 ± 0,06 mm.

Tubuh berwarna hitam, kepala ditutupi rambut-rambut halus. Mata majemuk

relatif besar, tidak menutupi seluruh bagian kepala. Antena terdiri dari 10 ruas

flagelum. Sayap dengan rambut-rambut halus, sayap depan dengan venasi

submarginal mencapai sisi anterior. Koksa dan trokhanter berwarna hitam

berbentuk segitiga. Femur, tibia dan tarsus berwarna coklat terang. Tungkai

memiliki rambut-rambut halus. Tibia mempunyai taji, tarsus terdiri dari 5 ruas

dengan 1 kuku tarsus. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk

antenanya, ruas flagelomer antena jantan membulat, sedangkan antena betina

tidak.

Page 20: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi

Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor,

pada bulan Mei sampai Agustus 2011.

Metode Penelitian

Survei Awal Bioekologi C. javanus dan Trissolcus sp.

Survei awal tentang bioekologi serangga uji parasitoid Trissolcus sp dan C.

javanus dilakukan di kebun jarak pagar di Kebun Percobaan IPB desa Leuwikopo,

kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor. Informasi tentang cara hidup, perilaku dan

tempat peletakkan telur serangga uji ini diperlukan sebagai dasar dalam teknik

perbanyakannya.

Gambar 1 Lahan jarak pagar di Leuwikopo

Perbanyakan C. javanus

Sampel nimfa dan imago C. javanus dikumpulkan dari pertanaman jarak

pagar di desa Leuwikopo, Darmaga dan desa Lulut, Citeureup. Bagian tanaman

seperti daun dan buah yang terserang C. javanus diambil dan dimasukkan kantong

plastik yang sudah diberi lubang udara, dibawa ke laboratorium untuk

perbanyakan. Nimfa dan imago yang dikumpulkan dari lapang dipelihara pada

Page 21: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

10

tanaman jarak pagar dalam polibag berukuran 18 cm x 25 cm dengan media tanah

dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sangkar berkerangka kayu berdinding kain

kasa dengan ukuran 45 cm x 45 cm x 60 cm. Setiap hari tanaman disiram untuk

menjaga kesegaran tanaman. Sebagai pakan C. javanus, buah jarak pagar segar

digantungkan pada tanaman jarak. Pada setiap kaki-kaki sangkar diberi alas

wadah plastik yang diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain masuk

kedalam sangkar. Telur-telur C. javanus yang dihasilkan diambil setiap hari

sebagai bahan penelitian.

Gambar 2 Perbanyakan C. javanus, (a) sangkar pemeliharaan nimfa dan imago,

(b) kelompok telur C. javanus yang diletakkan di bawah permukaan daun tanaman jarak pagar dalam sangkar.

Perbanyakan Parasitoid Telur Trissolcus sp.

Parasitoid Trissolcus sp. diperoleh dengan cara mengumpulkan kelompok

telur kepik C. javanus terparasit dari pertanaman jarak pagar di desa Leuwikopo,

Darmaga dan desa Lulut, Citeureup. Telur-telur C. javanus diambil beserta tempat

melekatnya telur-telur tersebut (daun, ranting atau buah), dimasukkan ke dalam

kantung plastik dan diberi label keterangan asal telur dan waktu pengambilan. Di

laboratorium, telur tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi berukuran 0,5 cm

x 10 cm yang ditutup kapas. Imago parasitoid yang keluar dipelihara dengan

diberi pakan larutan madu 10% yang dioleskan pada permukaan dinding dalam

tabung. Imago-imago yang baru muncul tersebut akan digunakan untuk

perbanyakan.

Telur C. javanus umur satu hari sebanyak 20 butir diambil dari pembiakan

massal direkatkan pada pias kertas karton ukuran 0,5 x 2 cm dengan perekat gom

arab kemudian pias dimasukkan ke dalam tabung gelas yang telah berisi sepasang

Page 22: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

11

parasitoid Trissolcus sp. berumur satu hari dan telah mengalami kopulasi. Telur

inang yang telah terparasit dipindahkan ke dalam tabung reaksi lainnya. Imago

parasitoid yang keluar dipelihara dengan diberi pakan larutan madu 10% yang

dioleskan pada permukaan dinding dalam tabung. Tabung-tabung tersebut disusun

rapi diatas papan kayu yang ditopang wadah plastik yang diisi oli untuk mencegah

semut dan serangga lain mencapai tabung. Seluruh tabung disimpan dalam

ruangan dengan suhu 28,18 ± 0,59 0C dan kelembaban relatif 56,33 ± 4,27 %.

Imago-imago yang baru muncul tersebut akan digunakan untuk penelitian.

Penelitian Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus sp. pada Inang

C. javanus

Telur C. javanus umur satu hari sebanyak 5 butir yang diambil dari

pembiakan massal direkatkan pada pias kertas karton ukuran 0,5 x 2 cm dengan

perekat gom arab. Pias ini dimasukkan ke dalam tabung gelas yang berisi

sepasang parasitoid Trissolcus sp. berumur satu hari dan sudah mengalami

kopulasi. Jumlah lima butir telur C. javanus yang digunakan dimaksudkan untuk

mendapatkan waktu peletakan telur yang bersamaan sehingga mendapatkan

perkembangan pradewasa yang sama tiap harinya. Parasitoid diberi pakan madu

10% yang dioles pada dinding tabung gelas yang ditutup dengan kapas. Tabung-

tabung tersebut disusun rapi diatas papan kayu yang ditopang wadah plastik yang

diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain mencapai tabung. Seluruh

tabung disimpan dalam ruangan dengan suhu 28,18 ± 0,59 0C dan kelembaban

relatif 56,33 ± 4,27 %.

Telur C. javanus yang diduga terparasit dibedah dengan menggunakan

jarum mikro dan diamati di bawah mikroskop stereo. Pembedahan dilakukan

setiap 24 jam sesuai umur perkembangan parasitoid mulai dari stadia telur, larva

dan pupa. Khusus untuk stadium larva pembedahan dilakukan setiap 12 jam

karena diduga umur instar larva kurang dari 24 jam. Pengamatan dilakukan

terhadap bentuk, ukuran, warna, dan ciri-ciri lain setiap stadium pradewasa.

Kemudian dilakukan pemotretan terhadap parasitoid Trissolcus sp. semua stadia

dengan menggunakan mikroskop stereo dengan kamera digital tipe OLYMPUS

11D.

Page 23: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

12

Gambar 3 Mikroskop stereo dengan kamera digital tipe OLYMPUS 11D,

digunakan untuk pemotretan semua stadia Trissolcus sp.

Penelitian Potensi Trissolcus sp. Sebagai Parasitoid Telur pada Inang

C. javanus

Telur C. javanus berumur satu hari disterilkan dalam lemari pendingin

dengan suhu 50C selama 24 jam agar telur yang tidak terparasit tidak menetas

menjadi nimfa. Sebanyak 50 telur C. javanus yang telah disterilkan direkatkan

pada pias kertas karton ukuran 0,5 x 2 cm dengan perekat gom arab yang

selanjutnya disebut sebagai pias. Kemudian pias dimasukkan dalam tabung reaksi

berukuran panjang 10 cm dan diameter 1 cm. Pada masing-masing tabung

dimasukkan satu parasitoid Trissolcus sp. betina dewasa yang telah berkopulasi

dan pada bagian dinding tabung diolesi madu 10 % sebagai pakan parasitoid.

Imago jantan dipelihara pada tabung terpisah untuk mengamati lama hidup.

Tabung-tabung tersebut disusun rapi diatas papan kayu yang ditopang wadah

plastik yang diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain mencapai tabung.

Seluruh tabung disimpan dalam ruangan dengan suhu 28,18 ± 0,59 0C dan

kelembaban relatif 56,33 ± 4,27 %. Setiap hari pias diganti dengan pias yang baru

sampai imago betina Trissolcus sp. berhenti meletakkan telur dan diberi pakan

madu sampai imago betina tersebut mati. Imago betina Trissolcus sp. yang telah

mati kemudian dibedah dan dihitung jumlah telur yang masih ada di dalam ovari.

Percobaan diulang sebanyak 10 kali (10 pasang parasitoid). Pengamatan

Page 24: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

13

dilakukan terhadap keperidian dan produksi telur harian, potensi produksi telur,

lama hidup, lama perkembangan, jumlah imago Trissolcus sp. yang muncul,

nisbah kelamin dan lama masa reproduksi.

Keperidian dan Produksi Telur Harian. Keperidian dihitung dari jumlah

total telur yang diletakkan oleh imago betina Trissolcus sp. selama masa hidupnya

dalam telur inang C. javanus. Produksi telur harian dihitung berdasarkan jumlah

telur yang dihasilkan oleh imago Trissolcus sp. betina setiap harinya selama masa

oviposisi.

Potensi Produksi Telur. Potensi produksi telur merupakan total jumlah

telur yang dihasilkan dan sisa telur dalam ovari Trissolcus sp.

Lama Hidup. Lama hidup Trissolcus sp. diamati mulai dari hari pertama

imago muncul sampai imago tersebut mati.

Lama Perkembangan. Lama perkembangan dihitung dari hari pertama

Trissolcus sp. meletakkan telur sampai waktu pemunculan imago.

Nisbah Kelamin. Perbandingan jumlah imago jantan dan betina Trissolcus

sp. dihitung dari total seluruh imago keturunan F1 yang muncul.

Lama Masa Reproduksi. Masa reproduksi dihitung mulai hari pertama

imago betina Trissolcus sp. meletakkan telur sampai hari terakhir imago betina

meletakkan telur.

Persentase Parasitisasi. Persentase parasitisasi diketahui dengan cara

menghitung banyaknya telur inang yang terparasit dengan menggunakan rumus

berikut :

Persentase Keberhasilan Hidup. Keberhasilan hidup Trissolcus sp.

diketahui dengan cara menghitung banyaknya imago yang muncul dari kelompok

telur terparasit dengan menggunakan rumus :

Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.

Page 25: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

14

Gambar 4 Penelitian di laboratorium; (a) telur C. javanus, (b) pias yang berisi

telur C. javanus, (c) tabung tempat parasitisasi, dan (d) tabung berisi

telur C. javanus terparasit.

Page 26: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parasitoid yang ditemukan di Lapang

Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang

tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Tabel 1 menunjukkan bahwa parasitoid famili Scelionidae selalu ditemukan pada

kelompok telur C. javanus yang terparasit. Hasil ini menunjukkan bahwa

parasitoid ini cukup dominan di lapang. Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Qodir (2010) yaitu bahwa parasitoid ini selalu ditemukan di setiap pengamatan

dan selalu berperan dalam memarasit telur C. javanus. Oleh karena itu

pemahaman biologi, siklus hidup dan potensi parasitoid Trissolcus sp. dari famili

Scelionidae ini penting untuk membangun strategi pengelolaan hama C. javanus

yang efektif.

Tabel 1 Parasitoid yang ditemukan di lapang

Kelompok Telur Eupelmidae Pteromalidae Scelionidae

1 0 0 43

2 22 0 23

3 10 24 11

Jumlah 32 24 77

Biologi dan Siklus Hidup Trissolcus sp. pada Inang C. javanus

Trissolcus sp. merupakan parasitoid pada telur serangga ordo Hemiptera.

Parasitoid ini merupakan endoparasitoid soliter primer yang bersifat idiobiont

(Masner 1993; Austin et al. 2005). Parasitoid yang bersifat idiobiont setelah

memarasit akan membuat inang berhenti mengalami perkembangan lebih lanjut

(Gordh dan Headrick 2001; Driesche et al. 2008). Perkembangan Trissolcus sp.

termasuk dalam hipermetamorfosis. Larva berubah bentuk pada setiap instarnya

dan berkembang hingga menjadi imago di dalam inang. Imago yang telah

berkembang sempurna kemudian keluar dari dalam inang dengan cara menggigit

kulit telur inang menggunakan mandibel sehingga terbentuk lubang bergerigi.

Page 27: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

16

Telur

Telur Trissolcus sp. dalam ovari berbentuk lonjong, berwarna putih susu

berukuran panjang 0,25 – 0,34 mm dan lebar 0,05 – 0,12 mm sedangkan telur

Trissolcus sp. yang ditemukan pada telur C. javanus yang dibedah berbentuk bulat

telur, warna telur putih susu dengan ukuran panjang 0,35 - 0,43 mm dan lebar

0,15 - 0,2 mm. Pada kedua telur, terdapat tangkai (stalk) berbentuk lonjong

meruncing dengan panjang 0,14 ± 0,01 mm pada salah satu ujungnya (Gambar 5).

Menurut Clausen (1940) telur tersebut bertipe stalked.

Gambar 5 Telur Trissolcus sp.; (a) dalam ovari, (b) 12 jam setelah peletakkan

telur (SPT).

Larva

Larva Trissolcus sp. dijumpai pada hari pertama setelah telur diletakkan.

Perkembangan larva dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan ukuran. Larva instar

pertama memiliki abdomen berbentuk bulat seperti bola hingga agak lonjong

menyerupai buah pir, berwarna putih keruh agak transparan, aktif bergerak, dan

memilki mandibel besar berbentuk seperti kait yang mengarah ke bagian ventral

(Gambar 6a, 6b, dan 6c). Segmen tubuh tidak terlihat jelas namun pembagian

tubuh larva menjadi dua bagian terlihat jelas. Mandibel terdapat pada bagian

anterior yang disebut kepala (Henriksen, Bakkendorf dan Pagden 1934 dalam

Clausen 1940) atau cephalothorax (Noble dan Kamal dalam Clausen 1940). Larva

instar pertama berukuran panjang 0,37 - 0,85 mm dan lebar 0,14 - 0,57 mm. Umur

larva instar pertama adalah 36 jam. Clausen (1940) menggolongkan larva ini ke

dalam tipe teleaform.

Perkembangan larva instar kedua Trissolcus sp. ditandai oleh mulai

menghilangnya mandibel dan bertambahnya ukuran tubuh larva (Gambar 6d dan

Page 28: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

17

6e). Bentuk tubuh larva instar kedua bulat, berwarna putih keruh agak

kekuningan. Perubahan bentuk, warna dan ukuran terjadi pada 72 jam setelah

peletakkan telur (SPT). Larva berukuran panjang 0,85 - 1,23 mm dan lebar 0,57 -

1,08 mm. Umur larva instar kedua adalah 24 jam. Larva instar kedua parasitoid

dari ordo Hymenoptera biasanya menyerupai bentuk larva instar akhirnya yaitu

bagian kepala dan mandibel menghilang (Hagen 1973). Pada famili Scelionidae

bentuk larva instar kedua yang sebenarnya masih dalam perdebatan (Clausen

1940).

Gambar 6 Larva Trissolcus sp.; (a) 24 jam SPT, mandibel terlihat jelas, (b) 36

jam SPT, (c) 48 jam SPT (d) 60 jam SPT mandibel mulai menghilang,

(e) 72 jam SPT mandibel menghilang (f) 84 jam SPT, (g) 96 jam SPT,

dan (h) 108 jam SPT.

Larva instar ketiga ditemukan pada pengamatan 84 jam setelah telur

diletakkan, bentuk larva bulat dengan warna putih kekuningan, mandibel tidak

terlihat lagi dan ukuran yang semakin besar (Gambar 6f). Perubahan warna dan

struktur terlihat memasuki umur 96 jam setelah telur diletakkan (Gambar 6g).

Permukaan tubuh larva terlihat mengerut dan warnanya lebih kuning

dibandingkan 12 jam sebelumnya. Pada pengamatan 108 jam setelah peletakkan

telur, warna larva semakin menguning dan strukturnya mulai mengeras (Gambar

6h). Pada saat pembedahan, larva sudah memenuhi seluruh inang dan masih ada

pergerakan larva yang teramati ketika inang akan dibedah. Larva instar ketiga

memilki panjang 1,25 - 1,46 mm dan lebar 1 - 1,31 mm. Umur larva instar ketiga

adalah 36 jam. Larva instar akhir pada parasitoid dari ordo Hymenoptera adalah

hymenopteriform (Hagen 1973). Pada beberapa spesies, hanya terdapat dua instar

larva, ini berdasarkan adanya persamaan antara instar kedua dan ketiga (Clausen

Page 29: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

18

1940). Stadia larva berlangsung selama empat hari (Tabel 2). Memasuki hari ke 5

setelah peletakkan telur, larva parasitoid berkembang menjadi prapupa.

Prapupa

Prapupa dijumpai pada pembedahan 120 jam setelah peletakkan telur

(Gambar 7). Stadium ini dimulai ketika larva instar akhir telah berhenti makan

dan hampir tidak menunjukkan pergerakan tubuh. Tubuh prapupa Trissolcus sp.

berwana putih susu agak kekuningan, segmen tubuh terlihat dan struktur tubuh

tidak selunak stadium larva. Tubuh prapupa Trissolcus sp. memilki ukuran

panjang 1,15 - 1,38 mm dan lebar 0,85 - 1,08 mm. Pada saat pengamatan, larva

memasuki fase eonymph dengan ciri-ciri bentuknya masih menyerupai larva instar

terakhir namun lebih mengembang atau menggelembung, dan seringkali ditandai

perubahan warna larva dari putih kekuningan menjadi putih buram (Morris 1937

dalam Hagen 1973). Stadium prapupa berlangsung selama satu hari (Tabel 2).

Gambar 7 Prapupa Trissolcus sp.; (a) lateral, (b) ventral.

Pupa

Pupa Trissolcus sp. yang baru terbentuk berwarna putih keruh agak

kecokelatan. Pupa ditemukan pada pengamatan 144 jam setelah peletakkan telur.

(Gambar 8a, 8b dan 8c). Pada tahap ini sudah tidak ada pergerakan sama sekali

(Morris 1937 dalam Hagen 1973). Bagian tubuh seperti mata, tungkai, antena, dan

ruas abdomen sudah terbentuk dan terlihat jelas. Pupa Trissolcus sp. pada

pengamatan 144 jam setelah peletakkan telur memiliki panjang 1,31 - 1,38 mm

dan lebar 0,8 - 0,85 mm.

Page 30: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

19

Gambar 8 Pupa Trissolcus sp. 144 jam SPT (a) lateral (b) ventral (c) dorsal; 168

jam SPT (d) lateral (e) ventral (f) dorsal; 192 jam SPT (g) lateral (h)

ventral (i) dorsal; 216 jam SPT (j) lateral (k) ventral (l) dorsal; 240

jam SPT (m) lateral (n) ventral (o) dorsal.

Pada pengamatan 168 jam setelah peletakkan telur, hanya sedikit perubahan

yang terjadi pada pupa Trissolcus sp. yaitu warna mata pupa berubah menjadi

merah agak kecoklatan (Gambar 8d, 8e, dan 8f). Bagian tubuh lainnya seperti

tungkai, antena, sayap dan ruas abdomen semakin jelas terlihat. Panjang pupa

Page 31: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

20

Trissolcus sp. pada pengamatan 168 jam setelah peletakkan telur 1,31 - 1,38 mm

dan lebar 0,85 - 0,88 mm.

Pupa Trissolcus sp. mulai berubah warna menjadi hitam 192 jam setelah

peletakkan telur. Perubahan warna dimulai dari bagian kepala dan torak yang

semula putih keruh menjadi hitam namun bagian abdomen belum berwarna hitam

(Gambar 8g, 8h, dan 8i). Organ tubuh sudah lengkap dan bakal sayap mulai

terlihat jelas. Pupa berukuran panjang 1,37 - 1,38 mm dan lebar 0,91 - 0,92 mm.

Pada pengamatan 216 jam setelah peletakkan telur, tubuh pupa Trissolcus

sp. mulai menghitam hingga bagian abdomen (Gambar 8j, 8k, dan 8l). Tungkai

dan antena berwarna putih bening, sayap berwarna putih keruh dan warna mata

menjadi merah kehitaman. Pupa berukuran panjang 1,37 - 1,40 mm dan lebar 0,91

- 0,92 mm.

Warna tubuh pupa Trissolcus sp. menghitam sempurna 240 jam setelah

peletakkan telur (Gambar 8m, 8n, dan 8o). Mata berwarna hitam. Femur, tibia dan

tarsus berwarna coklat terang. Sayap belum terbentuk sempurna dan masih

berwarna putih keruh. Pupa masih belum bergerak namun sudah memasuki fase

akhir perkembangan. Pupa berukuran panjang 1,45 - 1,46 mm dan lebar 0,69 -

0,71 mm. Stadium pupa berlangsung selama lima hari (Tabel 2).

Tabel 2 Lama perkembangan parasitoid Trissolcus sp.

Stadia Perkembangan Lama Stadium (hari)

Telur 1

Larva 4

Prapupa 1

Pupa 5

Imago

Imago Trissolcus sp. keluar dengan cara menggigit kulit telur C. javanus

sebagai inangnya. Imago jantan keluar mulai hari ke-10 sampai ke-15 sedangkan

imago betina keluar mulai hari ke 11 sampai ke-18 setelah telur diletakkan.

Imago betina dan jantan berwarna hitam sedangkan femur, tibia dan tarsus

berwarna coklat terang. Perbedaan kedua imago tersebut terletak pada bentuk

antena dan ukuran tubuhnya. Pada antena jantan, ruas flagelomernya membulat

sedangkan pada antena betina tidak (Gambar 9). Imago jantan memiliki ukuran

Page 32: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

21

panjang 1,33 ± 0,06 mm dan lebar 0,69 ± 0,03 mm, lebih kecil dibandingkan

dengan imago betina yang berukuran panjang 1,51 ± 0,06 mm dan lebar 0,73 ±

0,03 mm (Tabel lampiran 1).

Gambar 9 Imago Trissolcus sp. betina (a) lateral (b) ventral (c) dorsal;

jantan (d) lateral (e) ventral (f) dorsal.

Setelah keluar dari telur inang, imago Trissolcus sp. jantan akan berputar-

putar di sekitar telur inang yang berisi parasitoid betina yang belum keluar

(Gambar Lampiran 2a). Imago jantan tersebut juga akan mengusir imago jantan

lain yang mendekati telur inang yang berisi parasitoid betina yang belum keluar.

Segera setelah imago betina keluar, imago jantan akan menghampiri dan

melakukan kopulasi. Kopulasi berlangsung sangat singkat hanya sekitar 2 – 3

detik (Gambar Lampiran 2b).

Perilaku imago betina setelah kopulasi meliputi pemilihan telur, oviposisi

dan menandai telur. Pemilihan telur inang oleh imago betina dilakukan dengan

cara menggerakan dan menyentuhkan antena pada telur inang sambil mengelilingi

telur inang. Menurut Doutt et al. (1989) dan Weber et al. (1996), perilaku seperti

ini dimaksudkan untuk membedakan telur inang yang sudah terparasit dan belum

terparasit. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kepunahan keturunan akibat

superparasitisme atau multiparasitisme. Setelah menemukan inang yang sesuai,

imago betina akan melakukan oviposisi (Gambar Lampiran 2c dan 2d). Oviposisi

dilakukan pada bagian atas telur untuk telur yang berada di tengah kelompok dan

Page 33: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

22

dibagian dinding samping telur untuk telur yang berada di pinggir kelompok.

Trissolcus sp. juga teramati melakukan penandaan telur yang telah diparasit.

Tanda dibuat dengan cara menyentuhkan ovipositor pada permukaan telur. Tanda

yang dibuat berupa pola yang menyerupai angka delapan. Perilaku ini juga

teramati pada spesies Trissolcus yang digunakan Weber et al. (1996) sebagai

materi penelitian. Penempelan ovipositor pada telur inang yang terparasit

bertujuan untuk menempelkan senyawa berupa feromon penanda inang (host

marking pheromone). Senyawa ini disekresikan oleh kelenjar aksesoris yaitu

kelenjar Dufour (Rosi et al. 2001).

Potensi Trissolcus sp. Sebagai Parasitoid Telur pada Inang C. javanus

Lama Perkembangan

Lama perkembangan Trissolcus sp. ditentukan berdasarkan waktu yang

diperlukan untuk perkembangan sejak telur diletakkan sampai imago parasitoid

muncul. Hasil pembedahan terhadap inang terparasit digunakan untuk

menentukan lama stadium telur, larva, prapupa dan pupa. Hasil penelitian

menunjukkan lama perkembangan jantan 11,91 ± 0,73 hari sedangkan betina

12,66 ± 1,22 hari (Tabel 3). Hasil penelitian Awan et al. (1990) menyatakan

perkembangan T. basalis dari tiga daerah geografis yang berbeda pada inang N.

viridula berkisar 9 sampai 12 hari. Lama perkembangan dapat dipengaruhi oleh

suhu udara. Hasil penelitian Torres et al. (2002) menunjukkan pada suhu yang

berfluktuasi antara 20 – 300 C dengan rerata suhu 25,83

0 C, waktu yang

dibutuhkan T. brochymenae untuk berkembang menjadi imago dalam inang

Podisus nigrispinus adalah 13,3 ± 0,2 hari untuk betina dan 12,3 ± 0,2 hari untuk

jantan. Suhu tinggi dapat meningkatkan kecepatan perkembangan pradewasa

Trissolcus grandis (Iranipour et al. 2010) dan Telenomus isis (Chabi-Olaye et al.

2001).

Page 34: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

23

Tabel 3 Jumlah imago Trissolcus sp. jantan dan betina yang muncul

Hari ke- Jumlah imago jantan

(individu)

Jumlah imago betina

(individu)

10 3,00 0

11 39,00 74,00

12 106,00 272,00

13 20,00 201,00

14 3,00 62,00

15 1,00 29,00

16 0 10,00

17 0 6,00

18 0 5,00

Total (individu) 172,00 659,00

Lama perkembangan (hari) 11,91 ± 0,73 12,66 ± 1,22

Lama perkembangan Trissolcus sp. berkaitan dengan banyaknya generasi

yang dapat dihasilkan. Parasitoid yang efektif memiliki lama perkembangan

pradewasa yang singkat dan keperidian yang tinggi (Doutt dan DeBach 1973).

Semakin singkat waktu perkembangan Trissolcus sp., semakin banyak generasi

yang dihasilkan dalam suatu kurun waktu tertentu. Informasi tersebut penting

untuk mengetahui perkembangan populasi parasitoid, perbanyakan di

laboratorium dan pelepasan di lapangan. Lama perkembangan jantan dan betina

juga dapat mempengaruhi keturunan selanjutnya karena perbedaan waktu

perkembangan antara jantan dan betina akan membuat peluang terjadinya kopulasi

semakin besar. Jantan yang telah muncul terlebih dahulu dapat mengawini betina

yang baru muncul. Informasi lama perkembangan parasiotid juga dapat dijadikan

dasar dalam penentuan waktu pelepasan di lapangan. Pelepasan parasitoid

Trissolcus sp. ke lapang dapat dilakukan pada hari ke-9 setelah telur C. javanus

terparasit atau pada saat parasitoid memasuki stadium pupa.

Keberhasilan Hidup

Data pada tabel 4 menunjukkan rata-rata persentase keberhasilan hidup

Trissolcus sp. pada inang C. javanus adalah 86,71 ± 3,77 %. Tingginya persentase

keberhasilan hidup Trissolcus sp. dapat menunjukkan bahwa C. javanus

Page 35: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

24

merupakan inang yang sesuai bagi perkembangan Trissolcus sp. Oleh sebab itu,

Trissolcus sp. mempunyai potensi yang besar untuk perbanyakan massal maupun

pelepasan di lapangan.

Tabel 4 Keberhasilan hidup imago Trissolcus sp.

Ulangan Telur terparasit

(butir)

Imago yang muncul

(individu)

Persentase keberhasilan

hidup (%)

1 102,00 91,00 89,22

2 105,00 90,00 85,71

3 106,00 93,00 87,74

4 104,00 91,00 87,50

5 95,00 82,00 86,32

6 123,00 107,00 86,99

7 57,00 49,00 85,96

8 98,00 79,00 80,61

9 93,00 88,00 94,62

10 74,00 61,00 82,43

Rerata ± SD 95,70 ± 8,34 83,10 ± 16,78 86,71 ± 3,77

Kematian pradewasa Trissolcus sp. tidak diketahui penyebabnya secara

pasti namun berdasarkan pengamatan terlihat bahwa sejumlah imago yang telah

berkembang tidak bisa menggigit kulit telur sehingga imago tersebut tidak bisa

keluar dari inang. Jenis inang (Kivan dan Kilic 2002) dan suhu (Chabi-Olaye et al.

2001) juga mempengaruhi keberhasilan hidup parasitoid.

Parameter Kehidupan Parasitoid

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama hidup parasitoid Trissolcus sp.

betina 17,40 ± 7,38 hari. Sedangkan parasitoid jantan 23,70 ± 9,49 hari (Tabel 5).

Menurut Arakawa et al. (2004) T. mitsukurii betina yang muncul dari inang N.

viridula dapat hidup selama 11,0 ± 0,5 hari. Hasil penelitian Awan et al. (1990)

menunjukkan T. basalis betina mampu hidup hingga 34,4 hari pada inang Nezara

viridula sedangkan imago jantan hidup lebih lama. Lama hidup dapat dipengaruhi

oleh ketersediaan makanan berupa madu. Rahat et al. (2005) menemukan bahwa

lama hidup imago T. basalis dipengaruhi oleh jenis tanaman penghasil nektar.

Lama hidup juga dipengaruhi oleh suhu, baik saat penyimpanan imago dalam

Page 36: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

25

suhu rendah (Foerster dan Doetzer 2006) maupun saat kondisi normal (Chabi-

Olaye et al. 2001; Iranipour et al. 2010).

Tabel 5 Parameter kehidupan imago betina Trissolcus sp.

Ulangan

Masa

oviposisi

(hari)

Masa

oviposisi

(hari)

Masa

pascaoviposisi

(hari)

Lama Hidup (hari)

Betina Jantan

1 0 6,00 8,00 14,00 26,00

2 0 6,00 9,00 15,00 28,00

3 0 7,00 9,00 16,00 33,00

4 0 6,00 31,00 37,00 36,00

5 0 6,00 11,00 17,00 27,00

6 0 8,00 13,00 21,00 27,00

7 0 6,00 5,00 11,00 3,00

8 0 5,00 11,00 16,00 19,00

9 0 6,00 8,00 14,00 15,00

10 0 5,00 8,00 13,00 23,00

Rerata ±SD 0 6,10 ± 0,88 11,30 ± 7,26 17,40 ± 7,38 23,70 ± 9,49

Rendahnya lama hidup betina dibandingkan jantan disebabkan oleh aktifitas

oviposisi yang dilakukan oleh betina. Alasan yang dikemukakan oleh Godfray

(1994) adalah dibutuhkannya energi dan usaha yang lebih besar dari induk untuk

persiapan nutrisi pada jumlah keturunan yang banyak hingga lama hidupnya jadi

lebih pendek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa imago betina Trissolcus sp.

meletakkan telur pada hari pertama setelah kemunculannya dan rata-rata jumlah

telur yang dihasilkan dapat mencapai 35,50 butir. Kondisi ini menguntungkan

karena segera setelah parasitoid betina keluar dari telur inang dapat langsung

memarasit inangnya, sehingga pengaruh faktor-faktor luar seperti suhu dan

kelembaban terhadap potensi parasitisasi dapat diperkecil.

Masa oviposisi Trissolcus sp. berlangsung hanya selama 6,10 ± 0,88 hari

(Tabel 5). Hasil ini menunjukkan umur Trissolcus sp. yang dapat digunakan untuk

perbanyakan maksimal 6 hari. Hasil penelitian Iranipour et al. 2010 menunjukkan

masa oviposisi Trissolcus grandis pada inang Eurygaster integriceps Puton

Page 37: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

26

(Hemiptera: Scutelleridae) berkisar antara 4,7 – 22,4 hari tergantung suhu

lingkungan dan asal populasi parasitoid.

Masa pascaoviposisi Trissolcus sp. mencapai 11,30 ± 7,26 hari (Tabel 5).

Menurut Awan et al. (1990) masa pascaoviposisi T. basalis dapat mencapai 21,1

hari pada inang N. viridula. Hasil penelitian Iranipour et al. (2010) menunjukkan

bahwa masa pascaoviposisi T. grandis pada inang E. integriceps dapat mencapai

30 hari. Sedangkan T. semistriatus pada inang E. integriceps hanya 5,7 hari

(Kivan dan Kilic 2006). Hasil ini mengindikasikan bahwa Trissolcus sp.

merupakan serangga pro-ovigenic. Serangga seperti ini memiliki cadangan telur

untuk seumur hidupnya dan dapat meletakkannya pada berbagai inang (Driesche

et al. 2008). Informasi siklus hidup parastoid diperlukan untuk mengetahui

potensi parasiotoid dalam mengendalikan hama sebagai inangnya. Siklus hidup

Trissolcus sp. 11,91 - 12,66 hari lebih pendek dari C. javanus yaitu 60 – 80 hari.

Kemunculan Imago Trissolcus sp.

Imago Trissolcus sp. keluar dengan cara menggigit kulit telur C. javanus.

Kemunculan imago jantan dimulai pada hari ke-10 dan mencapai puncaknya pada

hari ke-12 setelah imago Trissolcus sp. betina meletakkan telur. Hari ke-15 adalah

hari terakhir kemunculan imago jantan. Imago betina muncul pada hari ke-11 dan

mencapai puncaknya pada hari ke 12 setelah imago Trissolcus sp. betina

meletakkan telur. Kemunculan imago betina terakhir pada hari ke-18 setelah

imago Trissolcus sp. betina meletakkan telur (Gambar 17). Puncak kemunculan

imago jantan dan betina terjadi pada hari yang sama namun imago jantan muncul

terlebih dahulu. Hal ini memberikan peluang yang lebih besar bagi parasitoid

Trissolcus sp. untuk berkopulasi. Selain itu imago jantan memiliki waktu

perkembangan pradewasa yang lebih cepat dibandingkan dengan betina sehingga

memperbesar kemungkinan terjadinya kopulasi. Kopulasi sangat penting bagi

parasitoid karena telur yang tidak dibuahi akan berkembang secara partenogenesis

menjadi serangga jantan sedangkan yang dibuahi menjadi serangga jantan dan

betina. Reproduksi parasitoid seperti ini termasuk ke dalam tipe arenotoki atau

haplodiploid (Doutt 1973; Driesche et al. 2008).

Page 38: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

27

Gambar 10 Kemunculan imago Trissolcus sp.

Nisbah Kelamin

Sebagian besar Hymenoptera parasitoid memilki tipe reproduksi arenotoki

atau haplodiploid (Doutt et al. 1989; Driesche 2008). Telur yang tidak dibuahi

akan berkembang secara partenogenesis menjadi serangga jantan sedangkan yang

dibuahi menjadi serangga betina. Imago betina dan jantan berwarna hitam dan

mudah dibedakan, terutama dari ukuran tubuh dan bentuk antenanya. Imago

betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Pada antena jantan, ruas

flagelomernya membulat sedangkan pada antena betina tidak.

Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan adanya keragaman dan fluktuasi

nisbah kelamin yaitu 1 : 3,83 dimana jumlah imago betina cenderung lebih

banyak. Hasil penelitian Awan et al. (1990) menunjukkan nisbah kelamin

beragam menurut asal daerah geografis T. basalis pada inang N. viridula berkisar

dari 1: 0,94 sampai 1: 1,79. Kivan dan Kilic (2002) menemukan bahwa nisbah

kelamin Trissolcus semistriatus bervariasi menurut jenis inang. Doutt (1973)

menyatakan bahwa keragaman dan fluktuasi nisbah kelamin adalah karakteristik

utama reproduksi halplodiploid. Persentase imago Trissolcus sp. betina yang lebih

banyak akan menguntungkan karena imago betina menentukan perkembangan

suatu populasi dibandingkan jantan, semakin banyak imago Trissolcus sp. betina

akan semakin banyak keturunan yang dihasilkan.

0,00

40,00

80,00

120,00

160,00

200,00

240,00

280,00

10 11 12 13 14 15 16 17 18

Ju

mla

h i

mago y

an

g m

un

cul

(in

div

idu

)

Hari kemunculan

Jantan

Betina

Page 39: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

28

Tabel 6 Nisbah kelamin keturunan F1 dari imago betina Trissolcus sp.

Ulangan

Jumlah

keturunan F1

(individu)

Jantan

(individu)

Betina

(individu)

Nisbah

Kelamin

1 91,00 17,00 74,00 1 : 4,35

2 90,00 11,00 79,00 1 : 7,18

3 93,00 27,00 66,00 1 : 2,44

4 91,00 4,00 87,00 1 : 21,75

5 82,00 8,00 74,00 1 : 9,25

6 107,00 17,00 90,00 1 : 5,29

7 49,00 6,00 43,00 1 : 7,17

8 79,00 15,00 64,00 1 : 4,27

9 88,00 28,00 60,00 1 : 2,14

10 61,00 39,00 22,00 1 : 0,56

Rerata ± SD 83,10 ± 16,78 17,20 ± 11,13 65,90 ± 20,60 1 : 3,83

Kemampuan Reproduksi

Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan bahwa parasitoid Trissolcus sp.

betina mampu menghasilkan telur sebanyak 95,7 ± 18,34 butir, produksi telur

harian sebanyak 15,76 ± 2,63 butir. Hasil pembedahan ovari betina yang telah

mati ditemukan 33,60 ± 10,97 butir telur sehingga potensi produksi telur

Trissolcus sp. mencapai 129,30 ± 25,96 butir per betina. Kemampuan reproduksi

dapat mempengaruhi jumlah keturunan dan menentukan seberapa cepat

perkembangan populasi parasitoid tersebut (Doutt 1973).

Keperidian yang tinggi merupakan salah satu indikator penting dalam

kesuksesan pembiakan massal di laboratorium. Namun, keperidian parasitoid di

laboratorium tidak selalu menjadi indikator penting terhadap keefektifan

parasitoid di lapang. Karakteristik lain yang diperlukan parasitoid untuk bisa

menekan populasi hama di lapang adalah kemampuan mencari inang, menempati

habitat inang, kekhususan inang (Doutt dan DeBach 1973), dan kemampuan

memilih inang (Doutt 1973).

Page 40: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

29

Tabel 7 Kemampuan reproduksi imago betina Trissolcus sp.

Ulangan Keperidian

(butir)

Produksi telur

per hari

(butir)

Sisa telur

dalam ovari

(butir)

Potensi

produksi telur

(butir)

1 102,00 17,00 32,00 134,00

2 105,00 17,50 42,00 147,00

3 106,00 15,14 36,00 142,00

4 104,00 17,33 55,00 159,00

5 95,00 15,83 27,00 122,00

6 123,00 15,38 36,00 159,00

7 57,00 9,50 26,00 83,00

8 98,00 19,60 25,00 123,00

9 93,00 15,50 41,00 134,00

10 74,00 14,80 16,00 90,00

Rerata ± SD 95,70 ± 18,34 15,76 ± 2,63 33,60 ± 10,97 129,30 ± 25,96

Pada hari pertama kemunculannya, Trissolcus sp. betina mampu meletakkan

35,30 ± 7,13 butir telur. Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi yang dapat

dihasilkan oleh imago Trissolcus sp. betina selama masa hidupnya. Hasil ini

menunjukkan bahwa Trissolcus sp. efektif mengendalikan C. javanus karena

Trissolcus sp. dapat segera meletakkan telur artinya parasitisasi lebih cepat terjadi.

Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah telur yang mampu dihasilkan

T. basalis pada inang N. viridula yang mencapai 65 butir pada hari pertama

kemunculannya (Awan et al. 1990). Namun demikian kedua spesies ini

menunjukkan pola reproduksi yang sama. Jumlah telur yang dihasilkan semakin

menurun seiring dengan bertambahnya umur parasitoid hingga tidak meletakkan

telur pada hari ke-9 (Gambar 11).

Page 41: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

30

Gambar 11 Reproduksi harian imago betina Trissolcus sp.

Persentase Parasitisasi

Hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan rata-rata persentase parasitisasi

Trissolcus sp. adalah 19,14 ± 3,67 % lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-

rata tingkat parasitisasi T. basalis inang N. viridula mencapai 41,8 - 72 % (Awan

et al. 1990). Hasil penelitian Kivan dan Kilic (2002) menunjukkan persentase

parasitisasi Trissolcus semistriatus mencapai 24,0 % pada inang Eurydema

ornatum (Hemiptera : Pentatomidae) dan 94,8 % pada inang Graphosoma

lineatum (Hemiptera : Pentatomidae).

Tabel 8 Persentase parasitisasi Trissolcus sp.

Ulangan Telur terparasit

(butir)

Telur tidak terparasit

(butir)

Persentase parasitisasi

(%)

1 102,00 398 20,40

2 105,00 395 21,00

3 106,00 394 21,20

4 104,00 396 20,80

5 95,00 405 19,00

6 123,00 377 24,60

7 57,00 443 11,40

8 98,00 402 19,60

9 93,00 407 18,60

10 74,00 426 14,80

Rerata ± SD 95,70 ± 8,34 404,30 ± 18,34 19,14 ± 3,67

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Pro

du

ksi

tel

ur

hari

an

(b

uti

r)

Umur Imago betina (hari)

Page 42: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

31

Persentase parasitisasi harian Trissolcus sp. tertinggi terjadi pada hari

pertama kemunculan imago betina yang mencapai 70,60 % (Gambar 12). Hasil ini

dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan imago betina yang harus

dilepaskan di lapang.

Gambar 12 Persentase parasitisasi berdasarkan umur imago Trissolcus sp.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Pre

sen

tase

Para

siti

sasi

(%

)

Umur imago betina (hari)

Page 43: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Siklus hidup Trissolcus sp. meliputi fase telur (satu hari) , larva (empat hari)

yang terdiri tiga instar, prapupa (satu hari), pupa (lima hari) dan dewasa. Lama

hidup imago jantan 23,70 ± 9,49 hari dan betina 17,40 ± 7,38 hari. Telur

parasitoid Trissolcus sp. bertipe stalked, larva instar pertama bertipe teleaform,

dan larva instar ketiga bertipe hymenopteriform.

Parasitoid telur Trissolcus sp. berpotensi dikembangkan sebagai parasitoid

telur untuk mengendalikan kepik jarak pagar C. javanus ditinjau dari:

i) Lama perkembangan yang relatif singkat (10 - 12 hari)

ii) Nisbah kelamin (1 : 3,83)

iii) Kemampuan reproduksi (95,7 butir/betina selama masa hidupnya)

iv) Masa praoviposisi yang singkat (<1 hari)

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pemanfaatan Trissolcus sp. sebagai

parasitoid telur untuk mengendalikan C. javanus di lapang.

Page 44: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

DAFTAR PUSTAKA

Arakawa R, Miura M, Fujita M. 2004. Effects of host species on the body size,

fecundity, and longevity of Trissolcus mitsukurii (Hymenoptera:

Scelionidae), a solitary egg parasitoid of stink bugs. Appl. Entomol. Zool. 39

(1): 177–181.

Austin AD, Johnson NF, Dowton M. 2005. Systematics, evolution, and biology

of scelionid and platygastrid wasps. Annu. Rev. Entomol 50: 553–582.

Awan MS, Wilson LT, Hoomann MP. 1990. Comparative biology of three

geographic populations of Trissolcus basalis (Hymenoptera: Scelionidae).

Environ. Entomol. 19(2): 387-392.

Bebawi FF, Lockett CJ, Davis KM, Lukitsch BV. 2007. Damage potential of an

introduced biological control agent Agonosoma trilineatum (F.) on

bellyache bush (Jatropha gossypiifolia L.). Biological Control 41: 415–422.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga

Edisi ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Brotowidjoyo M D, penyunting.

Yogyakarta: UGM-Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of

Insects, Sixth edition.

Chabi-Olaye A, Schulthess F, Poehling HM, Borgemeister C. 2001. Factors

affecting the biology of Telenomus isis (Polaszek) (Hymenoptera:

Scelionidae), an egg Parasitoid of cereal stem borers in West Africa.

Biological Control 21: 44–54.

Chandra D. 2008. Inventarisasi hama dan penyakit pada pertanaman jarak pagar

(Jatropha curcas Linn.) di Lampung dan Jawa Barat. [skripsi]. Bogor:

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Clausen CP. 1940. Entomophagus Insect. New York: McGraw Hill Book

Company Inc.

Dadang. 2005. Pengendalian hama dan penyakit tanaman jarak pagar (Jatropha

curcas Linn.) Dalam : Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar

(Jatropha curcas Linn.) untuk Biodiesel dan Minyak Bakar. Prosiding.

Bogor, 22 Desember 2006. Bogor: Pusat Penelitian Surfaktan dan

Bioenergi, hlm 90-103.

Dadang. 2006. Pengendalian terpadu hamatanaman jarak pagar (Jatropha curcas

Linn.). Dalam : Workshop Hama dan Penyakit Tanaman Jarak (Jatropha

curcas Linn.) : Potensi Kerusakan dan Teknik Pengendaliannya. Bogor,5-6

Desember 2006. Bogor: Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, hlm 17-

22.

Doutt, RL. 1973. Biological characteristic of enthomophagous adults. Di dalam:

DeBach P,editor. Biological Control of Insect Pest and Weeds. London:

Chapman and Hall Ltd. hlm 145-167.

Page 45: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

34

Doutt RL, DeBach P. 1973. Some biological control concepts and question. Di

dalam: DeBach P,editor. Biological Control of Insect Pest and Weeds.

London: Chapman and Hall Ltd. hlm 118-142.

Doutt RL, Annecke DP, Tremblay E. 1989. Biologi dan hubungan hospes

parasitoida. Di dalam: Huffaker CB, Messenger PS,editor. Teori dan

Praktek Pengendalian Biologis. Mangoendiharjo S,penerjemah. Untung

K,pendamping. Jakarta: UI-press. Terjemahan dari: Theory and Practice of

Biological Control.

Driesche RV, Hoddle M, Center T. 2008. Control of Pests and Weeds by Natural

Enemies: an Introduction to Biological Control. Singapore: Blackwell

Publishing.

Foerster LA, Doetzer AK. 2006. Cold storage of the egg parasitoids Trissolcus

basalis (Wollaston) and Telenomus podisi Ashmead (Hymenoptera:

Scelionidae). Biological Control 36: 232–237.

Godfray HCJ. 1994. Parasitoids, Behavioral and Evolutionary Ecology. New

Jersey: Princeton University Press.

Gordh G, Headrick D. 2001. A Dictionary of Entomology. UK: CABI Publishing.

Goulet H, Huber JT,editor. 1993. Hymenoptera of the World: An Identification

Guide to Families. Kanada: Agriculture Canada Publication.

Hagen KS. 1973. Developmental stages of parasites. Di dalam: DeBach P,editor.

Biological Control of Insect Pest and Weeds. London: Chapman and Hall

Ltd. hlm 168-246.

Hambali E. 2005. Kontribusi perguruan tinggi dan lembaga litbang untuk

pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) menjadi biodiesel dan

minyak bakar). Dalam : Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar

(Jatropha curcas Linn.) untuk Biodiesel dan Minyak Bakar. Prosiding.

Bogor, 22 Desember 2006. Bogor: Pusat Penelitian Surfaktan dan

Bioenergi, hlm 6-24.

Hambali E, Suryani A, Dadang, Hariyadi, Hanafie H, Reksowardojo IK, Rivai M,

Ihasanur M, Suryadarma P, Tjitrosemito S, Soerawidjaja TH, Prawitasari T,

Prakoso T, Purnama W. 2007. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel

Cet ke-4. Jakarta: Penebar Swadaya.

Heard TA, Chan RR, Senaratne KADW, Palmer WA, Lockett C, et al. 2009.

Agonosoma trilineatum (Heteroptera: Scutelleridae) a biological control

agent of the weed bellyache bush, Jatropha gossypiifolia (Euphorbiaceae).

Biological Control 48: 196–203.

Iranipour S, Nozadbonab Z, Michaud JP. 2010. Thermal requirements of

Trissolcus grandis (Hymenoptera: Scelionidae), an egg parasitoid of sunn

pest. Eur. J. Entomol. 107: 47–53.

Justo Jr. HD, Shepard BM, Elsey KD. 1997. Dispersal of the egg parasitoid

Trissolcus basalis (Hymenoptera: Scelionidae) in Tomato. J. Agric. Entomol

14(2): 139-149.

Page 46: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

35

Kalshoven LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Van Der Laan PA,

penerjemah. Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Karmawati E, Rumini W. 2009. Dinamika populasi dan pengendalian hama

utama jarak pagar. Warta Penelitian dan pengembangan Pertanian 31(5):

12-14.

Kementerian Perhubungan. 2009. Perhubungan Darat dalam Angka 2009.

Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Kivan M, Kilic N. 2002. Host preference: parasitism, emergence and development

of Trissolcus semistriatus (Hymenoptera: Scelonidae) in various host eggs.

J. Appl. Ent 126: 395-399.

Kivan M, Kilic N. 2006. Age-specific fecundity and life table of Trissolcus

semistriatus, an egg parasitoid of the sunn pest Eurygaster integriceps.

Entomological Science 9: 39-46.

Koçak E, Kilinçer N. 2003. Taxonomic studies on Trissolcus sp. (Hymenoptera:

Scelionidae), egg parasitoids of the sunn pest (Hemiptera: Scutelleridae:

Eurygaster sp.), in Turkey. Turk J Zool 27: 301-317.

Krisnamurthi B. 2005. Pengembangan biofuel berbahan baku “jarak pagar”

sebagai bagian dari kebijakan diversifikasi energi nasional. Dalam : Seminar

Nasional Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk

Biodiesel dan Minyak Bakar. Prosiding. Bogor, 22 Desember 2006. Bogor:

Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, hlm 1-5.

Krombein KV, Hurd,Jr. PD, Smith DR, Burks BD. 1979. Catalog of Hymenoptera

in America North of Mexico. Washington DC: Smithsonian Institution Press.

Laumann RA, Moraes MCB, Pareja M, Alarcão GC, Botelho AC, Maia AHN,

Leonardecz E, Borges M. 2008. Comparative biology and functional

response of Trissolcus spp. (Hymenoptera: Scelionidae) and implications for

stink bugs (Hemiptera: Pentatomidae) biological control. Biological Control

44: 32–41.

Mahmud Z. 2006. Budi daya jarak pagar untuk sumber energi masa depan.

Dalam: Warta Penelitian dan pengembangan Pertanian 28(4): 1-3.

Masner L. 1993. Superfamily Platygastroidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT,

editor. Hymenoptera of The World: an Identification Guide to Families.

Ottawa: Canada Communication Group. hlm 558 – 620.

Nurcholis M, Sumarsih S. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodisel, Seri Budi

Daya. Yogyakarta: Kanisius.

Prihandana R, Hendroko R. 2006. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. Tangerang:

Agromedia Pustaka.

Priyanto U. 2007. Menghasilkan Biodisel Jarak Pagar Berkualitas. Jakarta:

Agromedia.

Qodir HA. 2010. Pengamatan parasitoid telur pada Chrysocoris javanus Westw.

(Hemiptera: Scutelleridae) di beberapa wilayah pertanaman jarak pagar

Page 47: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

36

(Jatropha curcas Linn.) di Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rahat S, Gurr GM, Wratten SD, Mo J, Neeson R. 2005. Effect of plant nectars on

adult longevity of the stinkbug parasitoid, Trissolcus basalis. International

Journal of Pest Management 51(4): 321-324.

Rajmohana K. 2006. A checklist of the Scelionidae (Hymenoptera:

Platygastroidea) of India. Zoos Print Journal 21(12): 2506-2613.

[RI] Presiden Republik Indonesia. 2006. Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Jakarta: RI.

[RI] Presiden Republik Indonesia. 2006. Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Bahan Bakar

Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. Jakarta: RI.

Rider DA. 2009. Hymenoptera parasitoid records list by Pentatomoid species.

Department of Entomology. North Dakota State University.

http://www.ndsu.nodak.edu [21 Mei 2011].

Rosi MC, Isidoro N, Colazza S, Bin F. 2001. Source of the host marking

pheromone in the egg parasitoid Trissolcus basalis (Hymenoptera:

Scelionidae). Journal of Insect Physiology 47: 989–995.

Rumini W, Karmawati E. 2007. Hama pada tanaman jarak pagar (Jatropha

curcas). Dalam: Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas

L.). Prosiding. Lokakarya II Jarak Pagar. Bogor, 29 Nopember 2006. Bogor:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, hlm 302 – 306.

Shanker C, Dhyani SK. 2006. Insect pests of Jatropha curcas L. and the potential

for their management. Current Science 91(2): 162-163.

Sodiq A. 2006. Inventarisasi hama dan penyakit tanaman jarak pagar (Jatropha

curcas Linn.) di Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Sosromarsono S, Wardojo S, Adisoemarto S, Suhardjono YR. 2007. Nama Umum

Serangga. Ed ke-2. Bogor: Perhimpunan Entomologi Indonesia.

Tohir AM. 2004. Teknik pembiakan massal parasitoid telur pengisap polong

kedelai Trissolcus basalis Wollaston (Hymenoptera: Scelionidae). Buletin

Teknik Pertanian 9(2): 66-69.

Torres JB, Musolin DL, Zanuncio JC. 2002. Thermal requirements and parasitism

capacity of Trissolcus brochymenae (Ashmead) (Hymenoptera: Scelionidae)

under constant and fluctuating temperatures, and assessment of development

in field conditions. Biocontrol Science and Technology 12: 583-593.

Weber CA, Smilanick JM, Ehler LE, Zalom FG. 1996. Ovipositional behavior

and host discrimination in three scelionid egg parasitoids of stink bugs.

Biological Control 6: 245–252.

Page 48: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

LAMPIRAN

Page 49: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

38

Tabel Lampiran 1 Ukuran pradewasa dan imago Trissolcus sp.

Stadia Perkembangan Rerata ± SD

Panjang (mm) Lebar (mm)

Telur 0,38 ± 0,03 0,17 ± 0,02

Larva instar pertama 0,66 ± 0,19

1,03 ± 0,18

1,34 ± 0,07

0,35 ± 0,17

0,82 ± 0,24

1,13 ± 0,10

Larva instar kedua

Larva instar ketiga

Prapupa 1,32 ± 0,09 0,97 ± 0,10

Pupa 1,38 ± 0,05 0,84 ± 0,08

Imago jantan 1,33 ± 0,06 0,69 ± 0,03

Imago betina 1,51 ± 0,06 0,73 ± 0,03

Gambar Lampiran 1 Perbanyakan C. javanus; (a) sangkar pemeliharaan imago,

(b) tanaman jarak dalam sangkar, (c) imago mendapatkan

nutrisi dari buah jarak yang digantungkan, dan (d) imago

berkumpul di bawah permukaan daun.

Page 50: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

39

Gambar Lampiran 2 Imago parasitoid Trissolcus sp.; (a) jantan menunggu

kemunculan betina, (b) kopulasi sesaat betina muncul dari

inang, (c) dan (d) betina melakukan oviposisi.

Jantan

Page 51: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

40

Gambar Lampiran 3 Telur C. javanus terparasit; (a) 1 – 3 hari SPT, (b) 4 – 5 hari

SPT, (c) 6 hari SPT, (d) 7 hari SPT, (e) 8 – 9 hari SPT, (f)

jantan muncul pada 10 hari SPT , (g) parasitoid pada hari ke-

11 SPT menjelang keluar dari telur inang, dan (h) kulit telur

inang yang telah kosong pada hari ke-12 SPT.

Page 52: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

41

Gambar Lampiran 4 Telur dan larva C. javanus tidak terparasit; (a) telur yang

akan menetas, (b) nimfa yang baru menetas, (c) kulit telur

yang telah kosong dengan pinggiran pecahan yang teratur,

dan (d) nimfa menghisap telur lain yang belum menetas.

Page 53: Biologi, Siklus Hidup, dan Potensi Parasitoid Telur ... · Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum kuliah agama Katolik sejak ... Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus

42

Gambar Lampiran 5 Serangga Famili Scelionidae (Goulet & Huber 1993).