tingkah laku beberapa predator dalam memangsa kerang kopah ... · dan fitoplankton, zooplankton,...

6
ISBN 978-602-14989-0-3 BioETI Tingkah laku beberapa predator dalam memangsa Kerang Kopah (Gafrarium tumidum Röding 1798) di perairan Teluk Kabung, Sumatera Barat IZMIARTI DAN JABANG NURDIN Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis Padang 25163 E-mail: [email protected] ABSTRACT Penelitian tentang tingkah laku beberapa predator dalam memangsa kerang kopah (Gafrarium tumidum Röding 1798) di perairan Teluk Kabung, Sumatera Barat telah dilakukan pada Februari 2012. Hasil pengamatan menunjukan bahwa predator kerang kopah yaitu kepiting bakau Thalamita prymna (Herbsd, 1803) dan Gastropoda Siput Bulan Natica stellata (Hedley, 1913). Kerang Kopah yang dimangsa siput predator berukuran 7,5-20,5 mm (n=283). Kerang tersebut sebaran ukurannya cenderung terkonsentrasi pada kelompok juvenil yaitu 7,5-14,5 mm sedangkan yang dominan dimangsa pada ukuran 8,5-11,5 mm. Kerang yang berukuran lebih dari 20,5 mm tidak dimangsa lagi oleh siput Bulan. Siput predator ditemukan berukuran 7,5-29,5 mm (n=76) dan cenderung terkonsentrasi pada kelompok muda dan dewasa dengan ukuran 15,5-21,5 mm. Kerang yang dimangsa kepiting bakau berukuran 17,1-29,1 mm dan yang berukuran lebih dari 29,1 mm tidak lagi dimangsa oleh kepiting bakau. Dari pengamatan bahwa kerang kopah memiliki strategi mengatasi predator dengan cara mengali lubang pada saat predator sudah menempel pada cangkang kerang dan mempertebal cangkang. Key words: Kerang, Kopah, Gafrarium tumidum, Teluk Kabung, siput Bulan Pendahuluan Diversitas, ekologi dan biologi kebanyakkan kerang laut di daerah pantai dan perairan laut dangkal di Sumatera Barat sangat bervariasi. Kerang ini mendomiasi komunitas makrofauna di banyak sistem laut, estuaria dan terumbu karang. Kerang laut juga merupakan salah satu komponen utama dikomunitas di substrat dasar di kawasan pesisir selain Gastropoda dari kelompok moluska (Hendrickx, 2007). Umumnya, perairan teluk dangkal dan estuaria dengan sirkulasi air yang baik merupakan habitat yang baik bagi kerang laut (Hicks, 2005) dan secara senergis mempengaruhi keberadaan diversitas biota laut. Kerang laut terdistribusi dari daerah intertidal, perairan laut dangkal bahkan ada yang mendiami laut dalam. Kerang banyak yang hidup di terumbu karang yang berasosiasi dengan karang dan ada juga yang hidup di pasir-pasir diatas terumbu karang yang telah mati (Scaps, 2007) seperti kerang Pedum spondyloideum yang berasosiasi dengan karang dan hubungannya bersifat mutualisme. Kerang Amiatis umbonella hidup di perairan laut dangkal berlumpur dan terdistribusidi perairan Qatar (Khayat, 2006). Sedikit sekali perhatian terhadap kehidupan kerang laut yang berasosiasi dengan karang di Indonesia, baik biodiversitas, biologi dan penyebaran serta predator yang memangsa kerang laut (Scaps, 2007). Faktor biologi lainnya yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan kerang laut adalah predator yang hidup dilingkungannya dan fitoplankton, zooplankton, zat organik tersuspensi sebagai makanannya (Debenay, 1994). Predator yang memangsa kerang laut umumnya dari organisme daratan seperti kelompok burung dan organisme perairan seperti kelompok kepiting, Gastropoda dan invertebrate lainnya. Kerang yang hidup di daerah intertidal umumnya dimangsa oleh organisme daratan seperti kerang Donax sp. yang dimangsa kelompok burung. Kelompok kerang yang hidup di perairan laut dangkal umumnya dimangsa oleh organisme perairan dan sangat jarang yang dimangsa organisme

Upload: vuongngoc

Post on 03-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ISBN 978-602-14989-0-3 BioETI

Tingkah laku beberapa predator dalam memangsa KerangKopah (Gafrarium tumidum Röding 1798) di perairan TelukKabung, Sumatera BaratIZMIARTI DAN JABANG NURDIN

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis Padang 25163E-mail: [email protected]

ABSTRACTPenelitian tentang tingkah laku beberapa predator dalam memangsa kerang kopah (Gafrarium tumidum Röding 1798) diperairan Teluk Kabung, Sumatera Barat telah dilakukan pada Februari 2012. Hasil pengamatan menunjukan bahwapredator kerang kopah yaitu kepiting bakau Thalamita prymna (Herbsd, 1803) dan Gastropoda Siput Bulan Naticastellata (Hedley, 1913). Kerang Kopah yang dimangsa siput predator berukuran 7,5-20,5 mm (n=283). Kerang tersebutsebaran ukurannya cenderung terkonsentrasi pada kelompok juvenil yaitu 7,5-14,5 mm sedangkan yang dominandimangsa pada ukuran 8,5-11,5 mm. Kerang yang berukuran lebih dari 20,5 mm tidak dimangsa lagi oleh siput Bulan.Siput predator ditemukan berukuran 7,5-29,5 mm (n=76) dan cenderung terkonsentrasi pada kelompok muda dan dewasadengan ukuran 15,5-21,5 mm. Kerang yang dimangsa kepiting bakau berukuran 17,1-29,1 mm dan yang berukuran lebihdari 29,1 mm tidak lagi dimangsa oleh kepiting bakau. Dari pengamatan bahwa kerang kopah memiliki strategi mengatasipredator dengan cara mengali lubang pada saat predator sudah menempel pada cangkang kerang dan mempertebalcangkang.

Key words: Kerang, Kopah, Gafrarium tumidum, Teluk Kabung, siput Bulan

Pendahuluan

Diversitas, ekologi dan biologi kebanyakkankerang laut di daerah pantai dan perairan lautdangkal di Sumatera Barat sangat bervariasi.Kerang ini mendomiasi komunitas makrofaunadi banyak sistem laut, estuaria dan terumbukarang. Kerang laut juga merupakan salah satukomponen utama dikomunitas di substrat dasardi kawasan pesisir selain Gastropoda darikelompok moluska (Hendrickx, 2007).Umumnya, perairan teluk dangkal dan estuariadengan sirkulasi air yang baik merupakanhabitat yang baik bagi kerang laut (Hicks,2005) dan secara senergis mempengaruhikeberadaan diversitas biota laut.

Kerang laut terdistribusi dari daerahintertidal, perairan laut dangkal bahkan adayang mendiami laut dalam. Kerang banyakyang hidup di terumbu karang yang berasosiasidengan karang dan ada juga yang hidup dipasir-pasir diatas terumbu karang yang telahmati (Scaps, 2007) seperti kerang Pedumspondyloideum yang berasosiasi dengan karangdan hubungannya bersifat mutualisme. Kerang

Amiatis umbonella hidup di perairan lautdangkal berlumpur dan terdistribusidi perairanQatar (Khayat, 2006). Sedikit sekali perhatianterhadap kehidupan kerang laut yangberasosiasi dengan karang di Indonesia, baikbiodiversitas, biologi dan penyebaran sertapredator yang memangsa kerang laut (Scaps,2007).

Faktor biologi lainnya yang sangatberpengaruh terhadap kehidupan kerang lautadalah predator yang hidup dilingkungannyadan fitoplankton, zooplankton, zat organiktersuspensi sebagai makanannya (Debenay,1994). Predator yang memangsa kerang lautumumnya dari organisme daratan sepertikelompok burung dan organisme perairanseperti kelompok kepiting, Gastropoda daninvertebrate lainnya. Kerang yang hidup didaerah intertidal umumnya dimangsa olehorganisme daratan seperti kerang Donax sp.yang dimangsa kelompok burung. Kelompokkerang yang hidup di perairan laut dangkalumumnya dimangsa oleh organisme perairandan sangat jarang yang dimangsa organisme

Izmiarti dan Jabang Nurdin 96

daratan seperti kerang Anadara sp. dan G.tumidum.

Namun, predator dan makanan bukan selalusebagai faktor pembatas bagi kelompok keranglaut. Kerang laut sebagai filter feedermenggunakan siphon untuk mendapatkanmakanan dan menghindari kompetisi makanansesama spesies (Bachok, 2006) dan ekresi yangdikeluarkan melalui exhalan siphon yangberkontribusi dalam siklus nutrien (Arun, 2005).Selain itu, kerang laut laut juga mempunyaicara untuk menghindar dari predator. Keranglaut secara ekologi memiliki cara hidup yangdapat terhindar dari predator seperti hidup didalam substrat dan memiliki cangkang.Beberapa spesies kerang ada yang hidup padaperairan tercemar sehingga terhindar daripredator, namun, cara hidup ini dapatdigunakan sebagai bioindikator pencemaran(Otchere, 2003).

Penangkapan kerang intertidal oleh manusiadan faktor lainnya dapat mempengaruhikeberadaan kerang di daerah intertidal (Barnes,1997 dan Pereira, 2000). Karena itu, tingkatekploitasi yang tidak terkendali akanmemepengaruhi variabilititas kelimpahanspesies kerang laut pada habitatnya danterjadinya perubahan komposisi spesies(Dolmer, 2001).

Faktor lain yang mempengaruhi kehidupankerang laut, perubahan beberapa habitat secaradratis seperti yang terjadi di pantai SumateraBarat akibat gelombang dan tsunami kecil yangtelah merubah habitat kerang seperti MuaroPutus (kabupaten Padang Pariman), TelukKabung Selatan (Padang), Muaro LamoKambang (pengamatan langsung). Secaraumum, faktor lingkungan yang mempengaruhikeberadaan kerang laut antara lain musim, suhu,makanan, salinitas, tipe substrat, derajatsedimentasi, derajat gelombang, kedalaman air,temperatur, pH, kadar kalsium, O2 terlarut, zatpencemar dan faktor kimia air lainnnya. Selaindari faktor di atas bentik juga menentukan

seperti predator. Penelitian tentang ekologi, danbiologi untuk kerang intertidal di perairan lautSumatera Barat masih kurang. Berdasarkan haldiatas banyak yang akan dikaji tentang kerangG. tumidum dan predatornya. Dalam makalahini hanya mengkaji aspek ekologi tentangtingkah laku beberapa predator dalammemangsa kerang kopah (Gafrarium tumidumRöding 1798) di perairan Teluk Kabung,Sumatera Barat.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan pada bulanFebruari 2012 dengan menggunakan metodasurvei dan teknik pengambilan data denganpengamatan langsung di perairan. Pengamatandilakukan pada pagi hari pukul 7:00 wib-10:00wib dan sore hari pada pukul 14:00 wib -16:00wib di perairan laut dangkal Teluk KabungSumatera (Gambar 1). Pengamatan dilakukanpada lokasi yang sudah ditentukan di substratkerikil berpasir dengan membuat plot 2 x 2 m2.Dalam plot tersebut diamati objek (kerangGafrarium tumidum) dan predator. Pengamatanyang dilakukan adalah meliputi pengukuranukuran cangkang kerang dan predator sertamengamati strategi pemangsaan dari predatordan strategi kerang mempertahankan diri daripredator

HASIL DAN PEMBAHASAN

Predator kerang KopahDi perairan Teluk Kabung ditemukan predatoryang memangsa kerang G. tumidum yaitu siputBulan Natica stellata Hedley, 1913 dankepiting bakau Thalamita prymna (Herbsd,1803) (Gambar 2). Pengamatan perilaku kerangkopah G. tumidum terhadap predator dilakukanhanya untuk siput Bulan. Siput Bulanmemangsa kerang Kopah yang masih mudadengan cara melubungi cangkang kerang yangukurannya bervariasi (Gambar 3).

Izmiarti dan Jabang Nurdin 97

A B

Gambar 2.(A). Siput Bulan Natica stellata Hedley, 1913 dan (B). Kepiting bakau Thalamita prymna(Herbsd, 1803) yang memangsa kerang Kopah

Gambar 3. Beberapa ukuran cangkang kerang G. tumidum yang dilubangi oleh siput Bulan N. stellata

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel di perairan laut dangkal Teluk Kabung, Sumatera Barat.

(Lokasi dengan tanda panah)

Izmiarti dan Jabang Nurdin 98

N=62

0

20

40

60

80

100

120

6 8 10 12 14 16 18

Sempurna dimakan Tidak sempurna dimakan

A B C

Gambar 4. Tahapan siput Bulan N. stellata dalam memangsa kerang Kopah Gafrarium tumidum

Gambar 5. Strategi perlawanan kerang G. tumidum untuk melepaskan diri dari predator

A. (N=115) B. (N=168)

Gambar 6. Sebaran posisi lubang pada cangkang kanan (A) dan cangkang kiri (B) dari kerang Kopahsetelah dilubungi oleh siput Bulan pada kondisi lapangan

Panjang kerang Kopah yang dimangsa (mm)

Gambar 7. Waktu yang dibutuhkan siput Bulan untuk melubangi cangkang dan memakan daging kerangG. tumidum pada kondisi lapangan. Beberapa individu kerang Kopah ada yang sempurnadilubangi dan ada yang tidak sempurna dilubangi

Wak

tu y

ang

dibu

tuhk

an u

ntuk

mel

uban

gida

nm

emak

an is

i ker

ang

Kop

ah (m

enit)

Izmiarti dan Jabang Nurdin 99

Perilaku makan predator (N. stellata) danpertahanan mangsa (G. tumidum)Siput N. stellata bergerak di permukaan substratatau membenamkan 2/3 tubuhnya dalamsubstrat untuk mencari mangsa. Setelahmenemukan mangsa, siput Bulan menempelkanoverkulumnya pada permukaan cangkang.Selanjutnya siput tersebut melubangi cangkangmangsa dengan gigi kait lalu menghisap organvisceral kemudian cangkang terbuka dalamkondisi yang telah berlubang (Gambar 4).

Pada umumnya, kerang G. tumidummelakukan perlawanan pada predator tersebut.Kerang tersebut melakukan perlawanan untukmelepaskan diri dengan bergerak ke dalamsubstrat (Gambar 5).

Pada kerang G. tumidum yang telahdimangsa ditemukan beberapa goresandipinggir-pinggir lubang. Goresan initerkosentrasi pada pinggir lubang yang telahdibuat. Tujuan goresan dibuat oleh siput Bulanbelum diketahui tetapi dugaan sementara untukmencari posisi yang lunak atau mencari posisidaging mangsa yang lebih tepat

Lubang pada kerang G. tumidum ditemukanpada cangkang kiri dan cangkang kanan.Sebaran lubang tersebut berbeda-beda tetapitetap menuju ke alat organ yang dimakan(Gambar 6). Perbandingan kerang kopah yangdilubangi antara cangkang kanan dan kiri yaitu40,7% : 59,6% (n=283).

Waktu pemangsaan kerang G. tumidum olehsiput Bulan berkisar antara 8-96 menit (Gambar7). Waktu yang digunakan untuk memangsa daripengamatan lapangan yaitu waktu penanganandan memangsa. Waktu penanganan yaitu saatsiput Bulan menangkap dan tidak lagi adaperlawanan dari mangsa sedangkan waktumemangsa yaitu waktu melubangi cangkang danmemakan isi kerang. Semakin besar ukurankerang cangkang G. tumidum yang dimangsasemakin lama pula waktu yang dibutuhkan dancenderung tidak mampu dilubangi.

Cangkang kerang G. tumidum yang dilubangiada yang sempurna dan ada yang tidaksempurna. Secara umum, posisi lubang yangtidak sempurna dilubangi biasanya arah keumbo atau pada kerang yang berukuran lebihbesar. Kerang tersebut masih dapat hidup.Perbandingan cangkang yang sempurna dengantidak sempurna dilubangi yaitu (77,4% : 23,6%;n=62).

Hasil penelitian bahwa kepiting bakau jugamemangsa kerang Kopah terutama berusia muda.Kerang yang dimangsa berukuran 17,1-29,1 mmdan yang berukuran lebih dari 29,1 mm tidak

lagi dimangsa oleh kepiting bakau. Kepitingbakau memangsa kerang Kopah dengan caramemutus otot aduktor kerang sehinggacangkang kerang terbuka dan memakandagingnya. Pada ukuran kerang yang lebih besarkepiting bakau tidak sanggup lagi memangasakerang Kopah karena dapat membahayakepiting bakau sendiri karena cangkang kerangpada ukuran tersebut dapat memutuskan capitkepiting bakau.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan didapatkan dua jenis predator kerangGafrarium tumidum yaitu siput Bulan Naticastellata dan kepiting bakau Thalamita prymna(Herbsd, 1803). Bahwa kerang G. tumidummemiliki strategi mengatasi predator denganjalan menggali substrat dan memiliki cangkangyang tebal dan kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Arun, A.U. 2005. Impact of artificial structureson biodiversity of estuaries: a case studyfrom Cochin estuary with emphasis onclam beds. Applied Ecology andEnvironmental Research. 4 (1): 99-110.

Bachok, Z., P.L. Mfilinge & M. Tsuchiya. 2006.Food sources of coexisting suspension-feeding bivalves as indicated by fatty acidbiomarkers, subjected to the bivalvesabundance on a tidal flat. J. Sustain. Sci.Manag. 1(1): 92-111.

Barnes, R.S.K. 1988. An introduction to marineecology. Blakwell Science, Oxford: x+351hlm

Debenay, J. P. & D. L. Tack. 1994.Environmental condition, growth andproduction of Anadara senilis (Linnaeus,1758) in a Senegal Lagoon. J. Moll. Stud.60: 113-121.

Dolmer, P., T. Kristensen, M. L. Christiansen,M. F. Petersen, P. S. Kristensen & E.Hoffmann. 2001. Short-term impact of bluedredging (Mytilus edulis L.) on a benthiccommunity. Hydrobiologia. 465: 115-127.

Hendrickx, M.E., R.C.Brusca, M. Cordero & G.Ramirez. 2007. Marine and brackish-watermolluscan biodiversity in the of California,Mexico. Scientia Marina. 71(4): 637-647,

Izmiarti dan Jabang Nurdin 100

Hicks, D.W. & R. F. McMahon. 2005. Effectsof temperature on chronic hypoxiatolerance in the non-indigenous brownmussel, Perna perna (Bivalvia: Mytilidae)from the Texas Gulf of Mexico. Journal ofMolluscan Studies. 71(5): 401-408.

Khayat, J. & M. Muhanndai, 2006. Ecology andbiology of the benthic bivalve AmiantisUmbonella (Lamarck) in Khor Al-Adaid,Qatar. Egyption Journal of AquaticResearch. 32 (1): 419-430.

Otchere, F. A. 2003. Heavy metalsconcentrations and burden in the bivalves(Anadara (Senilia) senilis, Crassostreatulipa and Perna perna) from lagoons inGhana: Model to describe mechanism ofaccumulation/exrection. African Journal ofBiotechnology. 2 (9): 280-287.

Pereira, M. A. M. & P.M.B. Goncalves. 2000.Influence of human exploitation ofintertidal mollusk resources on theselection and utilisation of Gastropodashells by the hermit crab Clibanariuslongtarsus (de Haan) in Costa do solmangrove, Maputo. Nasional Conferenceon Coastal Zones Research. Maputo. hlm13.

Scaps, P. & V. Denis. 2007. Associationbetween scallop, Pedum spondyloideum,(Bivalvia: Pteriomorphia) and scleractiniancorals from the Wakatobi Marine NationalPark (Southeastern Sulawesi, Indonesia).The Raffles Bulletin of Zoology. 55 (2):371-380.