potensi 2 dosis

29
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI PASARAN (KLORAMFENIKOL) TERHADAP ANTIBIOTIKA STANDAR DENGAN UJI POTENSI DUA DOSIS Disusun Oleh : RIDA RUFAIDAH (260110080075) AULIA ASSARI (260110080077) LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Upload: echie2008

Post on 26-Jun-2015

1.010 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI 2 DOSIS

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI

PASARAN (KLORAMFENIKOL) TERHADAP ANTIBIOTIKA

STANDAR DENGAN UJI POTENSI DUA DOSIS

Disusun Oleh :

RIDA RUFAIDAH (260110080075)

AULIA ASSARI (260110080077)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2010

Page 2: POTENSI 2 DOSIS

PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI

PASARAN (KLORAMFENIKOL) TERHADAP ANTIBIOTIKA

STANDAR DENGAN UJI POTENSI DUA DOSIS

I. Tujuan

Menentukan besarnya potensi sample antibiotika di pasaran terhadap

antibiotika standar.

II. Prinsip

1. Membandingkan respon, yaitu derajat hambatan pertumbuhan dari jasad

renik yang peka dan sesuai dalam kondisi pertumbuhan yang sama dari

dosis sediaan yang diuji terhadap dosis sediaan baku

2. Baku Pembanding (references standar)

Sebagai baku yang potensinya dinyatakan dalam unit (satuan/milligram)

dari zat kering, telah ditetapkan secara internasional maupun nasional.

3. Biakan mikroorganisme

- harus dipilih dari strain murni

- harus memberi respon bertahap sesuai dengan kenaikan dosis

4. Media pembenihan

- harus dapat mendukung pertumbuhan jasad renik yang digunakan

- tidak mengandung zat lain yang mengganggu aktivitas baku

5. Pengenceran

Konsentrasi suatu zat akan berkurang setengahnya bila x mL zat dilarutkan

dalam x mL pelarut.

Page 3: POTENSI 2 DOSIS

6. V1N1 = V2N2

Hasil perkalian normalitas dengan volume senyawa yang semula

digunakan (V1N1) adalah sama dengan hasil akhir senyawa tersebut setelah

pengenceran (V2N2).

III. Teori

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,

yang memiliki khasiat yang mematikan atau menghambat pertumbuhan

kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Antibiotik yang pertama kali ditemukan adalah Penisillin, ditemukan oleh

Alexander Fleming, secara kebetulan saat Alexander Fleming menanamkan

bakteri pada cawan tetapi lupa tidak ditutup. Besoknya diamati, terlihat

adanya organisme asing yang di sekelilingnya ada daerah bening, organisme

asing ini diselidiki, dan ternyata organisme itu adalah Penicillium notatum.

Organisme ini lalu diekstraksi, ditanamkan lagi pada pembenihan yang baru.

Sejak ditemukannya Penisillin oleh Alexander Fleming sampai saat ini sudah

beribu-ribu antibiotika yang ditemukan, dan hanya sebagian kecil yang dapat

dipakai untuk maksud terapeutik Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan

oleh mikroorganisme-mikroorganisme hidup terutama jamur-jamur dan

bakteri-bakteri tanah yang mempunyai khasiat bakteriostatik atau bakterisid

terhadap banyak bakteri dan beberapa virus besar. Toksisitasnya untuk tubuh

manusia adalah relatif kecil.

Antibiotik adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan

bakteri.. Antibiotik adalah salah satu kelas "antimikroba", yaitu kelompok

obat yang mencakup termasuk obat antivirus, anti jamur, dan antiparasit.

Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia, sehingga dapat

digunakan sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya hanya digunakan

untuk formulasi yang diperoleh dari makhluk hidup, tetapi sekarang

antimikroba buatan juga termasuk di dalamnya, seperti sulfonamida.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun

seperti striknin, antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik

Page 4: POTENSI 2 DOSIS

penyakit tanpa melukai tuannya. Individu antibiotik sangat beragam

keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang

membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya

lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan

kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotik yang dimakan

adalah pendekatan yang mudah jika efektif, dan antibiotik melalui infus

dignakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat

digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.Mekanisme kerja antibiotik

umumnya dapat dijelaskan secara terperinci:

a. Menghambat biosintesis dinding sel (penisilin, sefalosporin, sikloserin,

basitrasin).

b. Meninggikan permeabilitas membran sitoplasma (sefalosporin,

sikloserin, basitrasin).

c. Mengganggu sintesis protein normal bakteri (tetrasiklin,

kloramfenikol, eritromisin, novobiosin, antibotika aminoglikosida).

Antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau

permeabilitas membran sel bekerja bakterisid, sedangkan yang bekerja pada

sintesis protein bekerja bakteriostatik.

Dalam farmakope Indonesia dinyatakan bahwa semua potensi adalah

perbandingan dosis sediaan uji dengan dosis larutan standar atau larutan

pembanding yang menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama

pada biakan jasad renik yang peka dan sesuai. Aktivitas (potensi) antibiotik

dapat ditunjukkan pada pada kondisi yang sesuai dengan efek daya

hambatannya pada mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga

dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh

metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya

merupakan suatu standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan

hilangnya aktivitas. Farmakope Indonesia menentukan bahwa potensi

antibiotica standar berkisar antara 95-105%. Namun potensi tersebut dapat

Page 5: POTENSI 2 DOSIS

menurun karena kadaluwarsa, penyimpanan yang tidak benar dan terjadinya

penguraian obat yang menghasilkan zat lain yang tidak memiliki efek lagi.

Aktivitas suatu antibiotica dapat dilihat pada dua criteria yaitu MIC

dan besar diameter hambatan. Makin rendah MIC makin kuat potensialnya,

demikian pula makin besar diameter hambatan, makin kuat pula potensialnya.

Namun pada umumnya, antibiotic yang mempunyai potensi tinggi memiliki

MIC yang rendah dan diameter yang besar.

Ada dua metode umum pengujian potensi antibiotica yang dapat

digunakan:

1. Metode penetapan dengan lempeng silinder

Metode ini berdasarkan difusi antibiotika dari silinder yang dipasang

tegak lurus pada lapisan agar dapat dalam cawan petri atau lempeng,

sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhanya pada

daerah berupa lingkaran atau zona disekeliling silinder yang berisi

larutan antibiotika.

2. Metode Turbidimetri

Metode ini berdasarkan hambatan perkembang biakan mikroba dalam

larutan serbasama antibiotika, dalam media cair yang dapat

menumbuhkan microba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotika.

KLORAMFENIKOL : Kemicitine

Kloramfenikol semula diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947),

tetapi kemudian dibuat secara sintetis. Antibiotikum broadspectrum ini

berkhasiat terhadap hampir semua kuman Gram-positif dan sejumlah

kuman Gram-negatif, juga terhadap spirokhaeta, Chlamydia trachomatis

dan Mycoplasma. Tidak aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas,

Proteus, dan Enterobacter.

Obat ini merupakan obat yang paling unggul terhadap basil tifus.

Keberatannya adalah tidak berkhasiat mematikan kuman, sehingga

seringkali timbul “pembawa basil”, juga dapat mengakibatkan anemia

aplastis fatal. Resistensi sudah sering dilaporkan.

Page 6: POTENSI 2 DOSIS

Penggunaanya berhubung resiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol di

negara Barat sejak 1970-an jarang digunakan lagi per oral untuk terapi

manusia. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa infeksi bila tidak

ada kemungkinan lain, yaitu pada infeks tifus (Salmonella typhi) dan

meningitis (khususnya akibat H. Influenzae) juga pada infeksi anaerob

yang sukar dicapai obat, khususnya abces otak oleh B. Fragilis. Untuk

infeksi tersebut juga tersedia antibiotika lain yang lebih aman dengan

efektivitas sama.

Khasiatnya bersfat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan Staph.

aureus berdasarkan peringatan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol

bekerja bakterisid terhadap Str. pneumoniae, Neiss. meningitides, dan H.

influenzae. Resistensi dapat timbul dengan agak lambat (tipe banyak

tingkat), tetapi resistensi ekstra-kromosomal melalui plasmid juga

terdapat, antara lain terhadap basil tifus perut.

Escherichia coli

Enterobakteriaceae adalah kelompok besar batang gram negatif yang

heterogen, yang habitat alamnya adalah saluran usus manusia dan hewan.

Famili ini mencakup banyak genus (misalnya Escherichia, Shigella,

Page 7: POTENSI 2 DOSIS

Salmonella , Enterobacter, Klebsiella, Serratia, dan Proteus). Beberapa

organisme enterik, misalnya Escherichia coli, merupakan bagian flora normal

yang kadang-kadang menyebabkan penyakit.

Famili Enterobacteriaceae secara biokimia ditandai oleh kemampuannya

mereduksi nitrat menjadi nitrit, meragikan glukosa, dan menghasilkan asam

atau asam dan gas. Famili ini tidak membutuhkan peningkatan jumlah

natrium klorida untuk pertumbuhan dan bersifat oksidase negatif.

EMB, dan tes bercak positif untuk indol. Lebih dari 90% isolat E. coli

bersifat positif terhadap -glukoronidase yang menggunakan substrat 4-

metilumberiferil--glukoronida (MUG). Isolat dari tempat-tempat pada tubuh

selain urin, dengan ciri-ciri khasnya sering dapat dipastikan sebagai E. coli

dengan tes MUG positif.

E. coli dan kebanyakan bakteri enterik lain membentuk koloni yang

bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata. Koloni Enterobacter serupa

tetapi agak lebih mukoid. Koloni Klebsiella besar, sangat mukoid, dan

cenderung bersatu bila dieramkan. Beberapa strain E. coli menyebabkan

hemolisis pada agar darah.

E. coli secara khas memberi hasil positif untuk tes indol, lisin

dekarboksilase, dan peragian manitol serta membentuk gas dari glukosa.

Isolat urin dengan cepat dapat dikenali sebagai E. coli karena terjadi

hemolisis pada agar darah, morfologi koloni yang khas dengan kilau iridesen

pada perbenihan diferensial misalnya agar

Escherichia coli hidup pada usus besar manusia, biasanya tidak

membahayakan tetapi justru berguna dalam pembusukan feses. Walaupun

begitu, air atau makanan yang tidak dimasak dengan baik dapat

terkontaminasi dengan bakteri ini dan menyebabkan infeksi yang parah.

E coli adalah anggota flora usus normal. Bakteri enterik lain (spesies

Proteus, Enterobacter, Klebsiella, Morganella, Providencia, Citrobacter, dan

Serratia) juga ditemukan sebagai anggota flora usus normal tetapi masih lebih

jarang dibandingkan Escherichia coli. Bakteri enterik kadang-kadang

ditemukan dalam jumlah kecil sebagai bagian dari flora normal saluran

Page 8: POTENSI 2 DOSIS

pernafasan bagian atas dan saluran genital. Bakteri enterik pada umumnya

tidak menyebabkan penyakit, dan dalam usus mungkin berperan terhadap

fungsi dan nutrisi normal. Ketika terjadi infeksi yang penting secara klinik,

biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, tetapi bakteri enterik lain adalah

penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit dan kadang-kadang

menyebabkan infeksi yang didapat dari komunitas. Bakteri menjadi bersifat

patogen hanya bila bakteri ini berada di luar usus, yaitu lokasi normal

tempatnya berada atau di lokasi lain dimana flora normal jarang terdapat.

Tempat yang paling sering terkena infeksi yang penting secara klinik adalah

saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain dirongga perut.

Beberapa bakteri enterik (misalnya Serratia marcescens, Enterobacter

aerogenes) merupakan bakteri patogen yang oportunis. Ketika pertahanan

inang tidak kuat khususnya pada bayi atau lanjut usia, pada stadium akhir dari

penyakit-penyakit lain, setelah pengobatan dengan imunosupresan, atau pada

pemasangan kateter uretra atau infus vena dapat menimbulkan infeksi lokal

yang penting secara klinik, dan bakteri dapat mencapai aliran darah lalu

menimbulkan sepsis.

Patogenesis & Gambaran klinik

Manifestasi klinis infeksi oleh Escherichia coli dan bakteri enterik lain

bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan oleh gejala atau

tanda-tanda akibat proses yang disebabkan oleh bakteri lain.

1. Infeksi saluran kemih.

E coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi

saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih

pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala dan tanda-

tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria.

Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian

atas. Tak satu pun darigejala atau tanda-tanda ini besifat khusus

untuk infeksi E coli . infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan

bakteremia dengan tanda-tanda klinik sepsis.

Page 9: POTENSI 2 DOSIS

E coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan

hemosilin. Kebanyakan infeksi disebabkan oleh Escericia coli

dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K tampaknya

penting dalam proses patogenesis infeksi saluran atas. Pielonefritis

berhubungan dengan jenis pilus khusus, pilus P, yang mengikat zat

golongan darah P.

2. Penyakit diare yang berkaitan dengan Escericia coli.

E coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan di

seluruh dunia. E coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat

virulensinya, dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui

mekanisme yang berbeda. Sifat pelekatan sel epitel usus kecil atau

usus besar disandi oleh gen pada plasmid. Secara serupa, toksin

seringkali diperantarai plasmid atau faga.

E coli Enteropatogenik (EPEC)

Adalah penyebab penting diare pada bayi, khuusnya di

negara berkembang. EPEC sebalumnya dikaitkan dengan wabah

diare pada anak-anak di negara maju. EPEC melekat pada sel

mukosa usus kecil. Faktor yang diperantarai secara kromosom

menimbulkan pelekatan yang kuat. Terjadi kehilangan mikrovili

(penumpulan), membentuk tumpuan filamen aktin atau struktur

mirip mangkuk, dan kadang-kadang, EPEC masuk ke dalam sel

mukosa. Dapat terlihat lesi yang khas pada mikograf elektron dari

biopsi lesi di usus kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare

cair., yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga menjadi

kronik.

E coli Enterotoksigenik (ETEC)

Adalah penyebab yang sering dari diera ”wisatawan” dan

sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara

berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia

manimbulkan pelekatan ETEC pada epitel sel usus kecil.

Page 10: POTENSI 2 DOSIS

E coli Enterohemoragik (EHEC)

menghasilkan verotoksin. Terdapat sedikitnya dua bentuk

antigenik dari toksin. EHEC berhubungan dengan kolitis

hemoragik, bentuk diare yang berat, dan dengan sindroma uremia

hemoragik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia

hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia. Verotoksin

memiliki banyak sifat yang mirip dengan vaksin Shiga yang

dihasilkan oleh beberapa strain Shella dysentriae tipe 1; namun

kedua toksin berbeda secara antigenik dan genetik.

E coli Enteroinvasif (EIEC)

menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan

shigelosis. Penyakit terjadi yang paling sering pada anak-anak di

negara berkembang dan pada para wisatawan yang menuju ke

negara tersebut. Seperti Shigella, strain EIEC bersifat nonlaktosa

atau melakukan fermentasi laktosa dengan terhambat serta bersifat

tidak dapat bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui

invasinya ke sel epitel mukosa usus.

E coli Enteroagregatif (EAEC)

menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di

negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas

pengikatannya pada sel manusia. Sangat sedikit yang diketahui

mengenai faktor virulensi EAEC dan epidemiologi penyakit yang

disebabkannya.

3. Sepsis.

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E coli

dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang

baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis E coli karena tidak

memiliki antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran

kemih.

Page 11: POTENSI 2 DOSIS

4. Meningitis.

E coli dan streptokokus golongan adalah penyebab utama

meningitis pada bayi. E coli merupakan penyebab pada sekitar

40% kasus meningitis neonatal, dan kira-kira 75% E coli dari kasus

meningitis ini mempunyai antigen KI. Antigen ini bereaksi silang

dengan polisakarida simpai golongan B dari N meningitidis.

Mekanisme virulensi yang berhubungan dengan antigen KI tidak

diketahui.

IV. Alat dan Bahan

Alat

Cawan petri

Inkubator

Jangka sorong

Lampu spirtus

Mikropipet

Perforator

Pinset

Rak tabung

Spatel

Tabung reaksi

Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml

Bahan

Air suling steril

Larutan desinfektan

Media nutrien agar

Pelarut sediaan uji

Sedia antibiotika standar dan sample (kloramfenikol)

Suspensi Escherichia coli

Page 12: POTENSI 2 DOSIS

V. Prosedur

Disiapkan suspensi bakteri dalam Nutrien broth yang berumur 18-24 jam,

bakteri ini harus homogen. Disiapkan pembenihan nutrien agar dengan cara

dilarutkan sejumlah tertentu nutrient agar dalam aquades kemudian disterilkan

dalam otoklaf selama 15 menit pada 1210C. Dimasukkan sediaan uji ke dalam

labu ukur, larutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian ditambahkan air

suling steril sampai tanda batas. Jika sediaan uji berbentuk padat, digerus

dahulu dalam mortir, sebelum dimasukkan dalam labu ukur. Direncanakan

pengenceran larutan sample dan larutan standar hingga didapat variasi dua seri

dosis yang diinginkan (dosis tinggi dan dosis rendah). Dibuat larutan inokulum

dengan cara dimasukkan suspensi biakan bakteri ke dalam nutrien agar yang

telah disterilisasi. Dalam keadaan masih cair, dituangkan nutrien agar yang

mengandung suspensi bakteri tersebut kedalam cawan petri secara aseptis

sebanyak 20 ml. Dibiarkan sampai membeku. Dibagi permukaan dasar cawan

menjadi empat area sama besar. Diberi label masing-masing area tersebut

tergantung variasi seri dosis yang akan digunakan. Dibuat empat cetakan

reservoir (lubang) pada masing-masing cawan petri dengan menggunakan

perforator secara aseptis. Dibuat reservoir tersebut dengan cara membuang

agar yang ada dalam cetakan reservoir tersebut dengan digunakan spatel yang

telah disterilkan. Dimasukkan hasil buangan tersebut ke dalam larutan

desifektan yang telah disediakan. Dimasukkan larutan sampel dan standar pada

masing-masing reservoir sesuai dosis yang ditentukan dengan ,menggunakan

mikropipet secara aseptis. Diinkubasikan dalam ikubator pada suhu kurang

lebih 370 c selama 18-24 jam. Diukur dan dicatat diameter daerah bening (zone

lisis) yang terjadi di sekeliling reservoir yang telah mengandung antibiotika

tersebut dengan menggunakan jangka sorong. Dihitung potensi antibiotik.

Page 13: POTENSI 2 DOSIS

V. Perhitungan

a) Konsentrasi Kloramfenikol dalam labu ukur = 250 mg /100 mL

= 250000µg/100000µL

= 125µg/50µL

b) Konsentrasi untuk larutan baku

Dosis Tinggi = 120 µg / 50 µL

Konsentrasi per ml = 120 : 0,05 = 2400 µg/ml

V1 . N1 = V2 . N2

1,5 . 2500 µg /ml = V2 . 2400 µg/ml

V2 = 1,6 ml

Vol antibiotik = 1,5 ml

Vol aquadest = 0,1 ml

Dosis Rendah = 60 µg / 50 µL

Konsentrasi per ml = 60 : 0,05 = 1200 µg/ml

V1 . N1 = V2 . N2

1,5 . 2500 µg /ml = V2 . 1200µg/ml

V2 = 3,125 ml

Vol antibiotik = 1,5 ml

Vol aquadest = 1,64 ml

c) Konsentrasi untuk larutan sampel

Dosis Tinggi = 120 µg / 50 µL

Konsentrasi per ml = 120 : 0,05 = 2400 µg/ml

V1 . N1 = V2 . N2

1,5 . 2500 µg /ml = V2 . 2400 µg/ml

V2 = 1,6 ml

Vol antibiotik = 1,5 ml

Vol aquadest = 0,1 ml

Dosis Rendah = 60 µg / 50 µL

Konsentrasi per ml= 60 : 0,05 = 1200 µg/ml

Page 14: POTENSI 2 DOSIS

V1 . N1 = V2 . N2

1,5 . 2500 µg /ml = V2 . 1200µg/ml

V2 = 3,125 ml

Vol antibiotik = 1,5 ml

Vol aquadest = 1,64 ml

VI. Data Pengamatan

Cawan Petri Larutan Baku (mm) Larutan Sampel (mm)

Tinggi (Bt) Rendah (Br) Tinggi (St) Rendah (Sr)

I 21,6 17,7 17,2 14,5

PERHITUNGAN POTENSI

Log dosis = log (dosis tinggi/dosis rendah)

= log (120 µg/µl /60 µg/µl)

= log 2

log θ=

(∑ St +∑ Sr )−(∑ Bt+∑ Br )

(∑ St +∑ Bt )−(∑ Sr+∑ Br ). log dosis

Log θ= (17,2+14,5)-(21,6+17,7) x log 2

( 21,6+17,2)-(17,7+14,5)

Log θ= (31,7)-(39,3) x 0.301

( 38,8)-(32,2)

= -0,346

log θ = - 0,0706327

θ = 0,4501

Potensi sampel = 0,4501 x 100 %

= 45, 01 %

Jadi potensi Kloramfenikol sampel terhadap baku adalah 45, 01 %

Page 15: POTENSI 2 DOSIS

VIII. PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya potensi

sampel terhadap antibiotika standar. Suatu antibiotika memerlukan

konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai

bakteriostatik atau bakteriosidik. Potensi yang diberikan menurut

farmakope haruslah 95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak

memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di pasaran.

Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan

potensi antibiotika adalah meode penetapan dengan lempeng silinder,

yaitu menggunakan perforator untuk menguji antibiotika pada media

nutrien agar yang berisi inokulum bakteri pada cawan petri. Potensi dapat

ditentukan dengan mengukur zona bening yang dihasilkan dan

membandingkannya dengan diameter zona bening dari antibiotika standar.

Syarat penggunaan biakan bakteri yang dipakai adalah

harus biakan murni (pure straired). Maksud dari biakan murni adalah

bakteri yang diambil dari alam secara langsung kemudian dibiakkan,

bukan dari bakteri yang diisolasi dari laboratorium klinis (sampel darah,

feses, urin, dan sebagainya). Pembuatan inokulum yaitu dengan cara

dicampurkannya 0,2 ml suspensi bakteri ke dalam setiap 20 ml nutrien

agar yang dibuat. Perlu diketahui, volume minimal agar dalam cawan petri

adalah 20 ml. Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan adalah

Kloramfenikol dan suspensi bakterinya adalah Escherichia coli, karena

menurut farmakope dan literatur yang ada antibiotika Kloramfenikol dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

Sebelum memulai praktikum, dilakukan perencanaan pengenceran

dan perhitungan konsentrasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

penentuan nilai dosis tertinggi dan dosis terendah yang ingin digunakan

pada antibiotika ini, yaitu Kloramfenikol. Konsentrasi Kloramfenikol pada

awalnya adalah 2500 µg/ml pada larutan baku. Untuk larutan sampel

dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi baku. Dari perencanaan

Page 16: POTENSI 2 DOSIS

perhitungan konsentrasi, telah ditentukan konsentrasi pada dosis tinggi

adalah 120 µg/50 µl, untuk mendapatkannya, dicampurkan 1,5 ml

Kloramfenikol 2500 µg/ml lalu di tambahkan air suling steril hingga 1,6

ml, inilah dosis tingginya. Pada dosis rendah, konsentrasinya adalah 60

µg/50 µl, dengan cara mencampurkan 1,5 ml Kloramfenikol 2500 µg/ml

dengan 1,64 ml air suling steril dan inilah dosis rendahnya. Konsentrasi

untuk larutan baku dan larutan sampel dianggap sama.

Setelah dilakukan pengenceran pada tabung, dilakukan pembagian

pada permukaan dasar cawan petri menjadi 4 area sama besar. Setiap area

ini diberi label daerah untuk larutan baku tinggi, baku rendah maupun

larutan sampel tinggi maupun sampel rendah untuk mempermudah dalam

pengamatan. Untuk zona baku tinggi dan sampel tinggi diletakkan

berseberangan karena jika dua dosis yang sama-sama tinggi diletakkan

berdampingan, akan menyulitkan mengukur zona inhibisi karena

dikhawatirkan zonanya saling tumpang tindih. Pada penggunaan cawan

petri, jangan dibiarkan dalam kondisi terbuka, agar isi cawan tidak

terkontaminasi oleh udara luar.

Semua tahap pengerjaan prosedur harus dilakukan secara aseptis,

hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi yang terjadi oleh

mikroba lain yang dapat merusak percobaan. Setelah suspensi bakteri

dicampurkan dengan nutrien agar, kemudian dituangkan sebanyak 20 ml

ke dalam cawan petri dan didiamkan hingga membeku. Untuk

mensterilkan peralatan, setelah dicuci dengan cairan desinfektan, semua

alat dikeringkan dan dipanaskan di dalam autoklaf agar tidak ada

mikroorganisme dalam peralatan.

Setelah perforator diambil dari larutan desinfektan, harus

dikeringkan dahulu dengan dibakar pada api spiritus, supaya tidak ada

desinfektan yang tercampur pada perforator, cetakan yang dibuat dengan

perforator digunakan untuk menampung antibiotika. Namun saat

memanaskan perforator dan spatel haruslah didiamkan terlebih dahulu

hingga tidak terlalu panas, tetapi tetap di dekat pembakar spiritus, agar

Page 17: POTENSI 2 DOSIS

bakteri dari udara tidak mengkontaminasi media agar yang berisi bakteri.

Suhu yang panas dapat meleburkan nutrien agar saat melubanginya dan

jika terlalu jauh dari api, ditakutkan akan terkontaminasi oleh bakteri.

Proses pembuatan lubang harus dilakukan dengan cepat, jangan biarkan

cawan petri terbuka terlalu lama untuk menghindari bakteri dari luar

masuk ke dalam cawan. Setelah keempat daerah yang dibagi tadi telah

dilubangi, maka dimasukkanlah larutan antibiotika dengan dosis tinggi dan

rendah dari larutan baku maupun larutan sampel. Pengisian antibiotika ke

lubang yang telah dibuat dilakukan dengan menggunakan mikro pipet 50

µl (masing–masing lubang diisi dengan 50 µl antibiotika). Berarti dosis

tinggi yang digunakan adalah 120 µg/50 µl, sedangkan untuk dosis

rendahnya adalah 60 µg/50 µl.

Pengisian antibiotika ke lubang yang telah dibuat harus dilakukan

di dekat api, agar tetap aseptis. Pada saat meneteskan antibiotika harus

tepat di lubang, dan lubang yang dibentuk harus bulat agar antibiotik

berdifusi sempurna dan zona yang dihasilkan juga bulat (diameter yang

dihitung mudah). Mikropipet yang digunakan haruslah bersih, setelah

digunakan harus dicuci dengan desinfektan. Saat penggunaan, harus benar-

benar kering, jika desinfektan masih di dalam mikropipet maka akan

mempengaruhi konsentrasi antibiotika (desinfektan juga bersifat

bakteriosida).

Setelah semua lubang terisi, cawan petri harus dibungkus dengan

koran kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam supaya

bakteri dapat tumbuh secara optimal. Pada saat inkubasi, cawan petri tidak

boleh dibalik karena antibiotika yang ada di dalamnya bisa tumpah

sehingga tidak terdifusi sempurna pada daerah sekitarnya. Percobaan ini

dibuat duplo (dua kali) dengan perlakuan yang sama.

Berdasarkan hasil pengamatan didapat zona bening pada sampel

dosis tinggi yakni sebesar 17,2 mm, sedangkan pada sampel dosis rendah

sebesar 14,5 mm. Pada antibiotik baku diperoleh zona bening pada dosis

tinggi sebesar 21,6 mm, dan pada dosis rendah sebesar 17,7 mm. Diameter

Page 18: POTENSI 2 DOSIS

hambat dosis tinggi pada antibiotik sampel maupun baku lebih besar

daripada pada dosis rendah. Hal ini berarti dosis tinggi dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

Namun pada percobaan kali ini, hasil yang dapat diamati zona

hambat pertumbuhan bakterinya hanya satu cawan petri. Hal ini dapat

terjadi karena saat membuat lubang dengan menggunakan perfolator,

cawan petri yang dibuka terlalu besar sehingga cawan petri uji dalam

percobaan telah terkontaminasi dengan berbagai bakteri lain. Hal ini

menyebabkan timbulnya kesulitan saat akan dilakukan pengukuran karena

zona hambat bakteri yang didapatkan tidak merata dan tidak teratur.

Kemudian lubang yang dibuat dengan perforator tidak bulat sempurna,

sehingga difusi antibiotika tidak merata. Hal ini dapat mengganggu daya

kerja Kloramfenikol dan mengganggu percobaan.

Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang didapat, potensi

larutan sampel Kloramfenikol yang diuji adalah sebesar 45,01 %. Hal ini

berarti, sampel uji berupa kloramhenicol potensi hambat bakterinya hanya

berkisar 45,01 % dari kloramphenicol bakunya. Sehingga seharusnya

sampel antibiotik yang diuji dalam percobaan ini, tidak layak untuk

diedarkan dipasaran. Karena potensi antibiotik yang layak untuk diedarkan

di pasaran adalah sebesar 95% - 105%.

IX. KESIMPULAN

Potensi dari sampel kloramfenikol terhadap baku pada bakteri

E.coli adalah 45, 01 %

Page 19: POTENSI 2 DOSIS

DAFTAR PUSTAKA

Departtemen Kesehatan RI.1979.Farmakope Indonesia. Edisi III. DEPKES RI:

Jakarta.

Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Penerbit UI : Jakarta.

Jawetz, Melnick, and Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC :

Jakarta.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. Penerbit ITB : Bandung.

Pelczar, M.J. Jr and Chan, E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi.Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta.

Rod,tobbing. 2008. Antibiotika. Tersedia

di:http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotic

mekanisme-cara-kerja-dan-klasifikasinya/ (diakses tgl : 8 April 2010)

Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan terapi .Edisi keempat (dengan perbaikan).

Bagian farmakologi FKUI : Jakarta.