post positivisme

16
PERSPEKTIF POST POSITIVISME : KRITIK TERHADAP POSITIVISME

Upload: university-of-andalas

Post on 05-Dec-2014

6.951 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Post Positivisme

PERSPEKTIF POST POSITIVISME : KRITIK TERHADAP POSITIVISME

Page 2: Post Positivisme

POST POSITIVISME

Beberapa asumsi dasar post-positivisme :• Fakta tidak bebas melainkan bermuatan

teori • Falibilitas teori• Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan

nilai• Interaksi antara subjek dan objek peneliti

Page 3: Post Positivisme

ONTOLOGI POST POSITIVISME

• Bersifat critical realism • Tiga bentuk ontologi yang berkembang :1. Realisme2. Nominalisme3. Konstruksionisme sosial

Page 4: Post Positivisme

• Phillips : “ontologi post-positivisme tidak menolak

gagasan realisme dalam berbagai pendekatan yang menekankan konstruksi sosial atas realitasperbedaannya pada cara memandang realitas

- Positivisme = memandang realitas sebagaimana adanya

- Post-positivisme = adanya peran subjek

Page 5: Post Positivisme

Ontologi post-positivisme =

Ontologi konstruksionis sosial

Page 6: Post Positivisme

EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI

Asumsi :1. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh melalui pencaian

akan relasi kausal dan keteraturan antara berbagai komponen dunia sosial

2. Relasi kausal dan keteraturan bisa ditemukan bila ada pemisahan total antara penyelidik dengan subjek yang diteliti

3. Pemisahan terjadi melalui penggunaan metode ilmiah

Page 7: Post Positivisme

STRUKTUR TEORI PERSPEKTIF POST-POSITIVISME

• Robert Dubin (1978) : theory building• Teori harus menyediakan penjelasan abstrak

fenomena empiris dalam bentuk konsep spesifik ataupun definisi

• Ada hubungan eksplisit antara konsep abstrak dan observasi empirik

• Menekankan pada pendekatan deduktif

Page 8: Post Positivisme

FUNGSI TEORI PERSPEKTIF POST-POSITIVISME

• Tiga fungsi (Dubin,1978) :1. Explanation2. Prediction3. contol

Page 9: Post Positivisme

KRITERIA EVALUASI & PERBANDINGAN TEORI

Menurut Thomas Kuhn :1. Teori harus akurat2. Harus konsisten3. ruang lingkup luas4. Sederhana 5. Harus menghasilkan

Page 10: Post Positivisme

Proses Perkembangan Teori Post Positivisme

Kalangan post-postivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik.

Tegasnya, pada setiap proses pengujian dan pengembangan teori, kita mesti merangkai observasi dengan metode ilmiah tertentu.

Page 11: Post Positivisme

Untuk dapat memahami metode ilmiah dan penelitian perspektif post-positivisme dapat kita llihat pada tabel berikut ini :

Seleksi konsep-konsep abstrak untuk mempresentasikan fenomena yang diselidiki

Pendefinisian konsep-konsep, baik secara konseptual maupun operasional

Menghubungkan konsep-konsep tersebut lewat proposisi

Pengujian teori dengan bukti penyelidikan

Mengontrol penjelasan alternatif lewat disain studi

Pengolahan definisi dan prosedur-prosedur umum untuk penelitian oleh komunitas ilmiah

Penggunaan bukti-bukti yang tidak bersifat bias dalam membuat klaim kebenaran

Rekonsiliasi teori dan observasi secara objektif

Tabel : Perbedaan antara metode ilmiah dan metode observasi naifSumber : diadaptasi dari Watt dan Van den Berg (1995) dalam Miller (2002:42)

Page 12: Post Positivisme

Perbedaan Metode Ilmiah dengan Metode Naif

Metode ilmiah berbeda dengan metode naif. Metode naif yang dimaksud adalah cara-cara kita meneliti suatu masalah yang hanya berdasarkan kebiasaan, atau tanpa metode yang jelas. Sementara metode ilmiah mensyaratkan adanya penggunaan konsep abstrak tertentu dalam mengamati kenyataan.

Page 13: Post Positivisme

Urutan kerja metode ilmiah

1. Membuat definisi operasional2. Pembuatan hubungan antar konsep3. Pengujian teori melalui observasi, dan4. Pembuktian empiris

Page 14: Post Positivisme

Mengapa metode ilmiah dianggap penting?

1. Metode ilmiah dibutuhkan sebagai alat untuk mengeliminasi pengaruh prasangka dalam observasi. Metode ilmiah menyediakan standar kontrol yang harus dipenuhi oleh peneliti agar proses penelitian tidak bisa pengaruhi dirinya, juga agar interpretasi yang dilakukan pada saat penelitian tidak memberikan tambahan yang mengurangi objektivitas kegiatan penelitian.

2. Kita telah mencatat bahwa post-postivisme mencari jalan untuk menjelaskan fenomena sosial melalui teori mereka, dan penjelasan tersebut seringkali menggunakan bentuk kausal (lihat Cook and Campbell, 1979). Dalam menguji penjelasan kausal, peneliti mencoba memenuhi teori John Stuart Mills yang disebut undang-undang kausal. Undang-undang ini menyatakan bahwa suatu variabel (x) dapat dikatakan penyebab variabel kedua (y), jika : -(x) mendahului (y) dalam waktu (x datang sebelum y)-x dan y berhubungan satu sama lain (ada korelasi antar x dan y)-Penjelasan alternatif dari kovariasi yang diobservasi dapat dihilangkan

(penyebab lain dari y dapat dihilangkan)

Page 15: Post Positivisme

Dua pandangan mengenai post-postivisme menurut para ahli

Karl R. Popper Thomas Kuhn

Ilmu pengetahuan bukan semata-mata produk kesepakatan sosial

Ilmu pengetahuan adalah hasil kesepakatan

intersubjektifIlmu pengetahuan berkembang secara evolusioner Ilmu pengetahuan berkembang secara revolusionerPerkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek peneliti

Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek

peneliti dalam suatu komunitas ilmu pengetahuan

Rumus perkembangan ilmu pengetahuan: P1 -TT – EE -

P2

Rumus perkembangan ilmu pengetahuan: P1 -SN – A –

K - P2Antar teori dapat dibandingkan walaupun asumsinya berbeda

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung dalam

ketidak sinambunganPerkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara sinambung

Antarteori tak dapat diperbandingkan bila asumsinya

berbeda

Tabel : Perbedaan antara Karl Popper dan Thomas KuhnSumber : Gahral Adian. Menyoal Objektivisme Pengetahuan. 2002. Hlm.89

Page 16: Post Positivisme

Kesimpulan

Perspektif post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial yang termasuk Ilmu Komunikasi. Melalui kritik yang mendasar terhadap positivisme yang terlalu realis, bebas nilai, dan memisahkan subjek dan objek penelitian, post-positivisme memberikan model penelitian khas yang ilmu sosial. Manusia bukanlah benda yang ketika diteliti hanya menyajikan efek yang sama, manusia itu hidup dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti. Maka ke-objektivan tak bisa ditemukan sebagaimana kita menemukannya ketika meneliti benda-benda.

Walaupun demikian, menurut post-postivisme, keobjektivan dapat ditemukan sejauh hubungannya dengan teori yang dipergunakan, dan post-positivisme tidak terlepas dari kelemahan.