pertanian yang cukup berkembang di kawasan ini adalah hortikultura

Upload: dwi-darmawan

Post on 15-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

pertanian yang cukup berkembang di kawasan ini adalah hortikultura. Selain itu daerah ini juga banyak terdapat sawah, sumber air yang tidak sulit membuat lahan sawah mudah berkembang. Perkebunan juga banyak dijumpai di kawasan ini. Keadaan iklim di kawasan ini sangat mendukung berkembangnya tanaman teh. Curah hujan tahunan di kawasan ini cukup tinggi yaitu berkisar 3000 4000 mm/tahun. Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah ini membuat potensi lahan pertanian cukup tinggi di wilayah ini. Namun, curah hujan yang tinggi membuat debit aliran di DAS Ciliwung cukup tinggi ketika musim hujan. Selain itu dengan hutan yang semakin berkurang juga akan menambah tingginya laju debit air di sungai Ciliwung. Debit air yang sangat tinggi ini membuat daerah hilir mengalami banjir ketika musim hujan. 2.2. Puncak sebagai Kawasan Hutan Kawasan puncak juga memiliki hutan yang khas. Keanekaragaman hayati sangat banyak ditemukan di dalam hutan kawasan puncak. Hutan tersebut memiliki fungsi ekologis yang sangat tinggi yaitu sebagai penyangga lingkungan dan pengendali banjir. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah erosi dan tanah longsor di daerah sekitar. Topografi kawasan puncak yang berbukit mempunyai kemungkinan erosi dan longsor yang cukup besar sehingga keberadaan hutan sangat diperlukan. Hutan juga sangat diperlukan dalam memperkecil aliran permukaan sehingga debit maksimum akan dapat diperkecil sedangkan disisi lain tampungan air tanah akan lebih banyak sehingga debit minimum akan dapat diperbesar untuk dapat menjaga ketersediaan air tetap terjamin sepanjang tahun. Berdasarkan ketentuanPasal 14 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, penyusunan rencana tata ruang dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain daya dukung dan daya tampung lingkungan danKeputusan Presiden Nomor 79 Tahun 1985 Tanggal 6 Desember 1985 tentang Penetapan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Puncak menjelaskan bahwa fungsi utama dari kawasan puncak ini sebagai kawasan lindung, kawasan penyangga dan kawasan budi daya pertanian. Adapun kawasan lindung terdiri atas hutan lindung, suaka alam, dan areal lindung ainnya di luar hutan. Kemudian kawasan penyangga meliputi peruntukan ruang untuk perkebunan teh, tanaman tahunan dan hutan produksi terbatas. Sedangkan kawasan budi 5 daya pertanian terdiri dari peruntukan ruang tanaman tahunan, tanaman pangan lahan kering dan tanaman pangan lahan basah. Kawasan Puncak telah dianggap sebagai wilayah hinterland, yaitu sebagai wilayah penyangga kehidupan penduduk di wilayah DAS bagian hilir, yaitu wilayah Bogor, Depok dan Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Kesinambungan fungsi Bogor, Depok dan DKI Jakarta sebagai suatu ekosistem sangat tergantung pada kawasan ini, terutama dalam hal ketersediaan sumberdaya air. Ketersediaan sumberdaya air ini terutama sangat ditentukan oleh DAS Ciliwung Hulu (Lisnawati dan Wibowo, 2010). 2.3. Puncak sebagai Kawasan Pemukiman Pertumbuhan penduduk di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang cepat dan berkembangnya wilayah Puncak sebagai salah satu tujuan wisata, menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap sumberdaya lahan di DAS Ciliwung hulu. Besarnya arus wisata ke Puncak dan meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarananya seperti jalan, pertokoan, villa dan penginapan menyebabkan terjadinya konversi lahan yang semula merupakan lahan bervegetasi menjadi bangunan. (Pramono, 2005) Kondisi tersebut membuat Kawasan Puncak sudah kehilangan fungsi ekologisnya. Luas lahan terbangun yang terus meningkat seperti permukiman, hotel, villa, dan lain-lain menyebabkan luas lahan hutan terus berkurang. Potensi wisata yang terdapat di Kawasan Puncak ini menarik banyak investor untuk mengembangkan usaha penginapan sehingga peningkatan lahan terbangun tidak terkendali. Pertumbuhan Permukiman dan perkotaan yang tak terkendali di sepanjang dan di sekitar daerah aliran sungai, tidak berfungsinya kanal-kanal dan tidak adanya sistem drainase yang memadai mengakibatkan semakin terhambatnya aliran air ke laut, yang mengakibatkan Jakarta dan kawasan di sepanjang daerah aliran sungai menjadi sangat rentan terhadap banjir. Permasalahan DAS Ciliwung lainnya adalah penurunan kualitas dan kuantitas air sungai, pemanfatan ruang di sempadan sungai, yang menimbulkan permukiman kumuh, perubahan tata guna lahan, penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan, kekeringan dan erosi/longsor (Djakapermana, 2009). 6 Daerah Aliran Sungai dan tutupan hutan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Daerah tangkapan air yang tertutup hutan, terutama yang berada di daerah ketinggian menjadi penyangga utama tata air. Secara alami, air yang muncul ke permukaan akan membentuk sebuah ekosistem yang saling menunjang dan mendukung bentukan-bentukan kehidupan yang ada. DAS Ciliwung dengan luas total mencapai hampir 39.000 ha, dan 29.000 ha bagiannya ada di Kabupaten Bogor. Tutupan hutan berupa hamparan yang tersisa hanya 9,2%, terletak di bagian hulu, yaitu Kawasan Puncak. Sangat kecil dan masih akan mengecil. Pada periode tahun 2000-2009 tutupan hutan yang musnah di DAS Ciliwung mendekati 5.000 ha, sedikit lebih luas daripada Kota Sukabumi. Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Bogor, yang sebagian besar berada di Kecamatan Megamendung dan Cisarua, hanya 2.500 ha tertutupi hutan. Bisa dikatakan, Ciliwung adalah satu - satunya daerah aliran sungai yang terbaik untuk menyangga Jakarta. Keberadaan kebun teh juga harus dipertahankan karena mempunyai peran yang khas yaitu sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi. Pohon teh mempunyai sifat perakaran yang dalam, akar serabut panjang, dan kerapatan akar tinggi, sehingga baik untuk tindakan konservasi tanah dan air, yaitu sebagai pencegah erosi. Apabila laju pengurangan kebun teh tidak dapat ditekan, akan berdampak negatif terhadap lingkungan, baik yang dirasakan oleh wilayah tersebut maupun wilayah hilirnya. Berdasarkan hasil konfirmasi lapangan, bahwa warga sekitar kebun teh sudah merasakan mulai berkurangnya sumber air, seiring dengan banyaknya kebun teh yang terkonversi menjadi penggunaan lainnya seperti villa. Kebun campuran ditanami dengan berbagai macam tanaman yang diatur secara spasial dan urutan temporal. Jenis tanaman yang dominan adalah tanaman tahunan. Sehingga keberadaannya sama dengan hutan dan kebun teh yang harus dipertahankan untuk menjaga tata air di kawasan Puncak sehingga frekwensi kejadian banjir di kawasan hilirnya dapat ditekan. Adanya konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, dimana pada saat pembukaannya menggunakan alat berat yang bertujuan meratakan tanah dapat membuat lapisan tanah yang subur hilang sehingga mempengaruhi sifat fisik tanah. Selain itu juga dapat merusak struktur dan tekstur tanah, memperbesar jumlah dan kecepatan aliran permukaan akibat daya serap (infiltrasi) berkurang atau terhambat. Keberadaan lahan pertanian di kawasan Puncak disatu sisi adalah untuk meningkatkan produksi pangan, namun di sisi lain apabila keberadaannya kurang dapat dikendalikan akan dapat menurunkan fungsi hidrologis mengingat kondisi topografi kawasan 7 Puncak yang sebagian besar bergelombang, berbukit dan bergunung dengan kecuraman lereng antara 8 - 45 persen. Adanya penambahan pemukiman yang berlangsung dengan cepat di kawasan Puncak mengakibatkan bertambahnya daerah kedap air sehingga mengurangi daya serap atau infiltrasi air ke dalam tanah. Apabila perluasan areal pemukiman tidak dapat dikendalikan maka setiap terjadi curah hujan yang cukup besar intensitasnya maka dapat lebih meningkatkan nilai debit maksimum dan sebaliknya bila curah hujan rendah debit minimum akan semakin turun sehingga banyak daerah di hilir mengalami kekeringan