persiapan alat ib dan ternak akseptor

21
PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013 PERSIAPAN INSEMINASI BUATAN BAB I A. PENTING DI PERHATIKAN INSEMINATOR Laporan peternak : ajukan pertayaan : kapan mulai birahi , tanda- tanda Penilaian inseminator Pelaksanan IB Pencatatan Pengamatan birahi 18-24 hari Kemudian PKB B. TAHAPAN BIRAHI : AWAL : B3/A3 (Bengkak,merah/mengkilat, Hangat), gelisah, bersuara, tdk mau makan, menaiki teman, cari jantan. (BELUM WAKTU IB) AKHIR BIRAHI : Vulva : keriput, hangat, merah. Tenang, diam dipegang. SAATNYA IB 1

Upload: kamil-irfani-effendi

Post on 13-Jan-2016

420 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ib

TRANSCRIPT

Page 1: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

PERSIAPAN INSEMINASI BUATANBAB I

A. PENTING DI PERHATIKAN INSEMINATOR

Laporan peternak  : ajukan pertayaan : kapan mulai birahi , tanda- tanda

Penilaian inseminator Pelaksanan IB Pencatatan Pengamatan birahi  18-24 hari

Kemudian

PKB

B. TAHAPAN BIRAHI :

AWAL : B3/A3(Bengkak,merah/mengkilat, Hangat), gelisah, bersuara, tdk mau makan, menaiki teman, cari jantan.(BELUM WAKTU IB)

AKHIR BIRAHI : Vulva : keriput, hangat, merah. Tenang, diam dipegang. SAATNYA IB

1

Page 2: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

WAKTU MELAKUKAN INSEMINASI BUATAN (IB)

WaktuKeberhasilan

permulaan birahi 44%pertengahan birahi 82%

akhir birahi 75%6 jam sesudah birahi 62,5%

12 jam sesudah birahi 32,5%18 jam sesudah birahi 28%24 jam sesudah birahi 12%

KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

A. FAKTOR RENDAHNYA % KEBUNTINGAN

1. Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;

2.  Inseminator kurang / tidak terampil;3.  Petani / peternak tidak / kurang terampil

mendeteksi birahi;4. Pelaporan yang terlambat dan / atau

pelayanan Inseminator yang lamban;5. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi /

kesehatan sapi betina. Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara:

6.  Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);

7.  Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar /

2

Page 3: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.

1. KETEPATAN WAKTU IB 2. IB dilakukan 10 jam setelah gejala awal birahi3. Birahi Pagi - IB sore4. Sore- IB pagi besok

SEMEN BEKU

1. TERGANTUNG PRODUSEN2. Min 40 % (dari 25 juta/straw) harus

motil(bergerak) saat IB3. Pastikan kualitas baik—saat IB, 4. N2 cair : riskan ; Jika kurang -- rusak

INSEMINATOR

1. Keahlian / keterampilan 2. Akurasi  pengenalan berahi 3. Sanitasi alat 4. Handling  semen beku yang baik 5. Thawing yang benar

BETINA AKSEPTOR                                                      

1. BCS/Nilai Kondisi Tubuh :2.  Sedang (tdk gemuk, tdk kurus)

a. Gemuk : sel telur terhalangb. Kurus : ovarium tdk berfungsi

3. Sehat, birahi normal, derjat birahi bagus . 4. Jika sakit : birahi kurang jelas/tdk terjadi,

bisa karena infeksi saluran reproduksi/metritis—ada nanah.

PERHATIAN !!!

PENILAIAN INSEMINATOR SEBELUM MENG IB -- PENTING.JANGAN SALAH PAKAN SETELAH BUNTING. JANGAN DIJEMUR (HEAT STROKE)JANGAN TERJATUH/KERJA KERAS-BAJAK.

3

Page 4: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

.STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) IB

BAB II

A. Thawing semen a. Buka tutup container b. Pilih nomor canister dimana straw yang di

ingginkan di simpan c. Angkat canister sampai kira-kira sampai

batas leher container d. Tahan canister beberapa saat sementara di

ambil straw yang di inginkan dengan mengunakan pinset .

e. Kembalikan canister ke dalam nitrogen cair .

B. Persiapan inseminasi Gun a. Tarik pistol pistolet sepanjang 15 cm ,dan

tahan dengan jari kelingking tangan kiri.b. Pengang ujung straw di bagian sumbat

pabrik dengan ibu jari dan telunjuk .

c. Tahan ujung pistolet dengan jari kelingking dan masukan straw ke dalam lubang pistolet.

d. Tekan ujung straw di bagian sumbat sampai straw duduk  pada tempatnya  di dalam pistolet .

e. Gunting ujung straw sejajar dengan mata , sisakan kira-kira 0,5 cm di atas ujung gun .

f. Pasang sheet menyelubungi straw kemudian kencangkan cincin kuncinya

g. Usahakan agar sheet menyelubungi dengan sempurna ujung straw pada bagian bekas penggunting , karena bila tidak maka semen akan tersisa di dalam sheet pada waktu penyemprotan ( inseminasi) di lakukan.

h. Secara halus dan perlahan –lahan tekanlah pistol kedalam pistolet   sampai di rasakan gerakan sumbat pabrik mendesak semen atau terlihat cairan semen di bagian ujung straw

C. Tahap memasukkan inseminasi Gun ke dalam cervix a. Ambil serung tangan  disposibel dan

masukkan ke dalam tangan yang akan masuk kedalam rectum .

b. Ambil kertas tissue untuk mengeringkan sisa kotoran dengan tangan yang tidak bersarung

c. Angkat ekor sapi

4

Page 5: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

d. Masukan tangan bersarung plastik yang sudah di beri pelicin / sabun mandi ke dalam rectum .

e. Bersihkan seluruh bibir vulva dari kotoran dan urine dengan tissue.

f. Pergelangan tangan dalam rectum menekan ke bawah agar bibir vulva mudah di masuki ujung gun saat memasuki vagina.

g. Masukkan gun sepanjang vulva , dengan ujung gun melekat pada bagian atas menyntuh tangan.

h. Dengan hati-hati dorong gun ke depan dengan ujungnya ada di atas kantung kencing .

i. Gerakkan gun ke depan sehingan masuknya gun tertahan ,bila ujung gun tertahan sebelum mencapai cervix ,dorong cervix searah kepala sapi. Dengan cara ini lipatan-lipatan dalam vagina merenggang dan memudahkan gun bergerak kedepan .

j. Tekan ke bawah , raba cervix dengan tangan yang bersarung dari rectum.

k. Genggam bagian pangkal cervix dengan lembut,bila tidak dapat menyentuh cervix berarti bertahan di pelvis , kemudian dengan perlahan tekan gun ke depan tempelkan ujung gun tepat di tengah pangkal cervix.

l. Goyangkan cervix ke kiri / kekanan  keatas agar ujung gun mudah masuk dalam cincin cervix hinga cincin terahkir cervix dan ujung gun berada 0,5-1,0 cm dari akhir batas cervix atau berada di badan uterus *( posisi IV)

m. Semprotkan semen dengan cara menekan pistol secara perlahan –lahan dengan hitungan ke -8 atau ke 10 semen telah di semprotkan seluruhnya.

n. Gun di tarik pelan-pelan dari cervix dan vagina .

o. Mengelurkan tangan dari rectum pelan –pelan .

p. Lepaskan kunci ring pada gun dan dan di tarik plastic sheet dengan tangan yang berbungkus.

q. Tarik sarung tangan dengan menggulung dari atas ke bawah dan mengembalikan bagian dalam menjadi bagian luar. Dengan cara ini permukaan yang kotor berada di dalam bersamaan dengan plastic sheet. Permukaan yang berada di luar adalah bagian yang bersih .

r. Buang sarung plastik, straw dan tissue.s. Catat ke dalam kartu c-IV.

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN

5

Page 6: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu  dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.

2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.

3.  Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih

4.  Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw

5. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat

6. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rectum

7. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu

8. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.

9. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.

A. PERSIAPAN ALAT IB DAN TERNAK AKSEPTORB. PENILAIAN KELAYAKAN TERNAK AKSEPTOR C. THAWING SEMEN BEKUD. SETTING GUN IB + STRAW

E. PELAKSANAAN IB :1. Siapkan dan ikat ternak2. Pastikan waktunya tepat 3. Bersihkan vulva dg kapas/tissue4. Palpasi rektal: -keluarkan kotoran tanpa

keluarkan tangan,5. kenali dan pegang servix secara lembut,

sambil didorong  ke depan.6. Masukkan GUN IB dg posisi miring kearah atas7. Lewatkan cincin-cincin servix sampai cincin

terakhir8. Semprotkan semen beku didepan dalam servix.9. Tarik GUN IB--- check kondisi straw10. Catat nama,kode pejantan, tgl IB, dll

F. THAWING

6

Page 7: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

1. Semen Beku dalam kontainer N2 cair (suhu -196 derjat C)

2. Siapkan air hangat bersih suhu 35 derjat C3. Semen beku dari kontainer dimasukkan ke

dalam air hangat  selama 1 menit, dan 4. Segera straw dimasukkan dalam GUN IB5. Siap untuk di IB kan, secepatnya

PERHATIKAN

1. N2 cair dalam KONTAINER mutlak merendam seluruh bagian straw.

2. Thawing dilakukan dekat ternak ‘layak IB’3. Jangan melakukan thawing, sekedar dengar

laporan peternak. Apalagi jangan thawing di lokasi yang jauh. Dapat menurunkan kualitas serta belum tentu ternaknya layak.

4. Termos semen beku jangan diisi es batu.  ( harus N2 cair)

PENCATATAN / REKORDINGBAB II

SISTEM PENCATATAN  SECARA GARIS BERAS

Jumlah populasi ( dewasa , dara dan anak ) untuk mengetahui berapa % akseptor IB

Sistem pencatatan dan  pelaporan operasional IB (dosis SB, akseptor , kebuntingan  dan kelahiran anak hasil IB )

Sistem pencatatan dan pelaporan yang mencakup kinerja pelaksanaan IB(S/c dan CR )

Jumlah tugas IB (inseminator,PKB,ATR )

 SYARAT PENCATATAN

Mudah di laksanakan di lapangan Berlanjut, di isi dengan jujur Berisi hal yang di perlukan bagi program IB .

KEGUNAAN PENCATATAN

Menilai kesanggupan peternakan dalam mendeteksi birahi

Menentukan sebab-sebab kegagalan yang bersumber pada penjantan atau hewan betina

Memberikan data untuk penilaian hasil inseminasi dan efisiensi reproduksi & silsilah anak yang lahir

PENILAIAN HASIL INSEMINASI BUATAN

7

Page 8: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

SERVICE PER CONCEPTION (S/C )

Adalah perhitungan jumlah pelayanan inseminasi ( service = straw ) yang di butuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebutingan .

S/C =    Jumlah straw yang di gunakan  Jumlah sapi yang bunting     Nilai S/C  yang normal bersekitar antara 1,5 sampai 2.0 makin mendekati nilai 1, makin tinggi kesuburan ternak betina dalam kelompok tsb. Sebaliknya makin tinggi nilai S/C makin rendah nilai kesuburan kelompok betina tsb.

CONCEPTION RATE ( CR)

Adalah presentase sapi betina yang bunting pada inseminasi pertama . tentukan berdasarkan hasil diagnose kebuntingan oleh dokter hewan atau petugas PKB/ATR dalam waktu 40 sampai 60 hari sesudah inseminasi .

C/R  = jumlah sapi bunting pada IB pertama x 100 %  Jumlah  sapi yang didiagnosa secara rectal

Nilai CR yang normal bersekitar antara 60 % sampai 80 % .

KARTU  KONTROL IB

Hari  ke- Kegiatan Hari / TGL

0 Laporan  peternak

Penilaian inseminator

Catatan ( nama, kode,Pejantan )

……………………………….

18- 24 Birahi di amati (IB lagi , jika

birahi )

…………………………………

≥60 Cek bunting (jangan

diamkan )

…………………………………

 

8

Page 9: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

BAB IVPEMERIKSAAN KEBUNTINGAN

 A. KEBUNTINGAN

lama kebuntingan di hitung dari jarak antara perkawinan subur, sampai dengan kelahiran ,dan di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti : induk , anak ,genetik, dan lingkungan.Maksud :1. menentukan bunting atau tidak nya sapi

dengan ketepatan 100%, tanpa positif palsu maupun positif negatif palsu

2. menentukan kebuntingan seawal mungkin dengan kemampuan menentukan umur kebuntingan fetus.

B. TAHAPAN REPRODUKSI 1. Panjang kebuntingan pada hewan

ternak       

Jenis Rata-rata ( hari )

Sapi 278Kerbau 310Domba 148Kambing 150Babi 114

Kuda 335 

2. Pemeriksaan kebuntingan per rectum :a. pemeriksaan rectal       

termudah ,tercepat termurah dan akurat .

b. PKB rectal       dapat 100% akurat setelah 45 hari pasca IB/ perkawinan

c. Palpasi per rectum pada saluran reproduksi koruna uterus dan servix.

3. Teknik pemeriksaan rectal 1. Sapi di amankan dengan restrain,di

kandang  jepit ,mengunakan tali atau cara keamanan lain ,untuk keamanan operator maupun sapinya

2. Operator mengunakan sarung tangan plastik panjang, di lumasi secukupnya dengan menggunakan sabun mandi atau pelumas lainya( kuku operator harus di potong pedek dan di haluskan )

3. Masukkan tangan yang sudah di beri pelumas dalam bentuk di gerakkan berputar ke kiri –kanan pada saat melewati lubang anus

4. Pemasukan tangan melewati sphinkterani membutuhkan sendiri dorongan fisik kearah depan .

9

Page 10: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

5. Sampai di rekum tunggu sampai tidak ada kontrasi ,rectum dalam kaadaan relaksasi , di keluarkan feses yang ada secara pelan –pelan .

6. Bila ada kontraksi cukup kuat , sampai punggung sapi melengkung ke dorsal , upayakan untuk mengurangi kontraksi rectum .

7. Palpasi di mulai dari servix kemudian ke depan ke koruna uteri kanan dan kiri

8. Palpasi di lakukaan mulai dari lantai ruang pelvis.

4. Rabaan uterus tidak Bunting 1. Pada betia sapi tua besar terkadang

perlu retraksi uterus ke ruang pelvis 2. Kornu uteri kana-kiri kosong, relatife

simestris 3. Lumen uterus teraba tanpa isi 4. Dinding uterus tebal 5. Kedua koruna bias teraba seluruhnya dan

melengkung kebawah dan kebelakang 6. Jangan keliru dengan uterus sapi pasca

beranak yang belum berevolusi sepenuhnya

5. Rabaan uterus Bunting 1. Asimetris kornuan uteri ke kanan dan

kekiri 2. Penipisan dinding uterus

3. Akumulasi cairan pada uterus ( kantong amnion )

4. Bentuk koruna uteri menjadi menggembung ( salah satu kornuanya )

5. Teraba kotiledon > 5 bulan 6. Rabaan fetus yang mengapung

(ballottement)dalam kantung uteri yang mengembung >3,5 bulan

6. Teknik pemeriksaan kebuntingan muda 1. Retraksi traktus reproduksi

padakebuntingan muda 2. Retraksi ,menarik kearah atas dan ke

belakang , di masukkan ke ruangan pelvis .

3. Palpasi uterus , asimetris uterus mulai 35 hari kebuntingan

4. Raba kantong amnion yang halus 5. Rasakan penggelinciran selaput amnion 6. Korpus luteal kebuntingan , teraba ke

sesisi koruna uteri yang bunting 7. Kotiledon / karunkula muncul setelah

umur kebuntingan lewat 75 hri .7. Teknik pemeriksaan kebuntingan pada

stadium lebih lanjut 1. Traktus reproduksi sudah tidak dapat di

retraksi 2. Fremitus ( desiran ) arteria uterine

media yang mengalami hipertrofik pada kebuntingan >3bulan .arteri ini

10

Page 11: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

tergantung pada alat penggantung uterus . desiran seirama dengan denjut jantung induk

3. Rabaan fetus atau bagianya ballottement dari fetus . 

 

C. RABAAN FETUS DAN BAGIAN – BAGIANYA 1. Bunting 2 bulan :

a. Asimetris koruna uteri b. Kantung amnion sebesar kantung telur

ayam kampung c. Penggelinciran selaput fetus d. Biasa di retrasi ,dalam ruang pelvis

2. Bunting  3 bulan :a. Asimetris koruna uteri b. Kantong amnion , sebesar telur angsa

(diameter 15  cm )c. Masih bias di retrasikan ,dalam ruang

pelvis d. Servix mulai tertarik ke depan bawah e. Mulai teraba kontiledon .

3. Bunting 4 bulan :a. Uterus makin tertarik ke depan , bawah b. Servix teregang  bentuk memipih c. Kantong amnion seberas bola sepak ( di

ammeter 30 cm).

d. Plasentoma semakin jelas teraba (sebesar kancing baju )

e. Fetus mulai dapat teraba (ballottement= bumping fetus )

f. Fremitus mulai teraba a. uteria media ( kanan dan kiri )

4. Bunting 5 bulan :a. Uterus makin masuk ke depan , kebawah

pada sapi besar (>500 kg) tangan tidak sampai keseluruhan uterus hanya punggung uterus saja.

b. Servix tertarik ,bentung memipih c. Plasentoma semakin jelas terabad. Fremitus jelas teraba a. uteri media

( kanan dan kiri )5. Bunting  6 bulan :        

a. Uterus membesar ,punggung uterus mudah di raba .

b. Servix tidak lagi tertarik .c. Plasentoma semakin jelas teraba d. Fremitus jelas teraba a uteri media

( kanan-kiri)e. Punggung fetus mudah teraba kembali .

6. Bunting 7 bulan :

11

Page 12: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

a. Uterus membesar ,punggung uterus mudah di raba , garis datar dengan serviks.

b. Punggung fetus mudah teraba .c. Plasetoma semakin jelas terabad. Fremitus jelas teraba a. uteri media

( kanan – kiri )7. Bunting 8 bulan ;

a. Fetus sudah mendekati dan kaki serta moncong men garah ke ruang pelvis

b. Fremitus mulai teraba a uteri media ( kanan-kiri)

c. Plasentoma / kotiledon teraba jelas .8. Bunting 9 bulan :

a. Fetus sudah ruang pelvis kepala dan kaki depanya tepat di depan servik

b. Plasentoma jelas teraba ( diameter 5 cm)c. Fremitus jelas teraba a.uteri median

( kanan- kiri )Ganguan ( masalah ) selama kebuntingan .Kematian sebelum kelahiran dapat terjadi pada setiap tahap kebuntingan kematian :

1. Kematian embryo dini ( <14 hari )2. Kematian embryo lahir ( 14- 42 hari )

Abortus, mummifikasi , distokia, premature

BAB VPARTURITION  (PROSES KELAHIRAN )

TANDA-TANDA KLINIS :1. perejanan awal       di lantasi cervik        2. kontraksi uterus3. pengeluaran anak (foetal Expulaasi )4. pengeluaran selaput anak ( plasenta )

 MEKANISME FISIOLOGI MENGONTROL KELAHIRAN Selama beberapa tahun di sepakati bahwa organisasi induk mengatur saat, dan terjadi kelahiran dengan beberapa kejadian fisiologi ,meliputi :1. Peningkatan ketidak –stabilan otot uterus oleh

kenaikan kadar hormone estrogen yang lambat pada akhirnya kebuntingan .

2. Pennambahan ukuran / berat anak      merangsang kontrasi uterus

12

Page 13: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

3. Akumulasi sisa metabolism fetus terutama CO2

merangsang kontrasi uterus.4. Pematangan plasentayang pelepasanyaoleh

faktor yang tidak di ketahui atau output syaraf.

5. Pengaruh hormone induk estrogen progesterone,oxytocin (cepat lahir)

 

BAB IIIGANGGUAN REPRODUKSI PADA TERNAK

RUMINANSIA

MASALAH PRODUKTIVITAS TERNAK :a. rendahnya angka kelahiran b. tingginya angka kematian .c. gangguan reproduksi (yang sifatnya

fungsional )dan penyakit menular d. kurangnya terkontornya pemotongan betina

produktif,serta penjantan berkualitas di RPH  

GANGGUAN REPRODUKSI FUNGSIONAL

1. ANESTRUS :tidak aktifnya kelakuan kelamin secara lengkap di tandai dengan tidak munculnya gejala estrus .

2. KAWIN BERULANG :sapi betina dengan siklus estrus normal /mendekati normal tapi sudah di kawinkan baik alam, maupun IB, tidak menunjukan kebuntingan ( kematian embrio dini serta gangguan fertilitas 25-40 % merupakan penyebab umum)Permasalahnya pada saat kebuntingan dan komplikasi setelah melahirkan (post parturition complication )

 

A. HYOPFUNGFSI  OVARIUM ( ovarium in- aktif )a. pada palpasi saluran reproduksi dalam

kondisi normal ,pada bagian permukaan ovarium ( keduanya) kecil dan licin serta tidak di temukanperkembangan folikel ( seperti beras ) pakan ( jumlah dan kualitas ) di duga sebagai peyebab umum .

b. Sapi terlihat kurusc. tingkatkan kualitas dan jumlah pakan d. masase, perbaikan sirkulasi darah di

ovarium ( murah )e. pemberian vitamin ADE atau hormone FSH (

mahal ) B. CORPUS LUTEUM PERSISTEN (CLP)

13

Page 14: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

a. pada ovarium di temukan corpus luteum yang menetap oleh karena tertahanya luteolitic factor ( PGF2 α) dari uterus yang umumnya di sebabkan karena adanya peradangan .

b. secara palpasi ovarium yang ada CLPnya berbentukk seperti angka 8, batas antara ovarium dan CLP jelas dan bila di tekan CLP terasa lebih kenyal dan agak keras di bandingkan dengan ovarium .

c. progesterone tinggi dan mendepres keluarnya FSH dan LH dari HYPOPYSA anterior , sehingga tak terjadi perkembangan folikel , estrogen tidak di hasilhan .

d. enukleasi hanya oleh yang ahli saja , prostaglandin ( cukup mahal ) dan pemberian anti biotika intra uteri .

C. KISTA OVARIUM ( CYSTY OVARY) a. siklus birahi tidak teratur ,biasa sering

(nymyphomania ) atau tidak ada sama sekali dalam jangka waktu yang lama .

b. pemeriksaan ovarium secara palpasi :

D. KISTA FOLIKEL KISTA LUTEAL     a. Ovarium  besar seperti bola pingpong ,bias

disalah satu atau kedua ovarium. b. Kista berbentuk folikel matang tetapi tidak

berevolusi, berdinding tipis terdapat fluktuasi seperti cairan dan jika ditekan kadang mudah pecah.

c. Dalam satu ovarium bias terdapat lebih dari satu kista

d. Penyuntikan LH secara intrafenae. Ovarium yang ada kistanya membesar f. Kista berbentuk seperti folikel matang

berdinding lebih tebal dan keras dibandingkan dengan kista folikular

g. Bersifat tunggal dan hanya terdapat disalahsatu ovarium saja

h. Pemberian PGF 2 α secara intauteri atau intra vena

E. MUMMIFIKASI a. fetus mati resorbsi cairan fetus dehidrasi

jaringan fetus dan tertahannya di uterus. b. Kondisi dapat diindetifikasikan bila sapi :

1. Gagal melahirkan pada waktu yang telah ditentukan

2. Gagal memperlihatkan perkembangan kelenjar ambingPada palpsi : 1. Ada masa keras dalam uterus2. dinding uterus tipis dan tegang 3. Tidak ada caruncula / cotyledon dan

fremitus (denyut arteri uterina media) serta pada ovarium terdapat CLP.

4. Penyuntikan PGF2α 

14

Page 15: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

5. cek pada ke 3-5 setelah penyuntikan, apabila terjadi kekeringan berikan pelicin tarik lewat vagina .

E. RETENSIO SEKUNDINAEa. Kegagalan pelepasan plasenta anak pada

tahap akhir kebuntingan b. Terjadi 8- 12 jam atau lebih setelah

melahirkan . Penyebab:a. Kekurangan daya konsentrasi uterus

( inertia uterus )b. Peradangan plasenta (plasentitis)c. Penyakit infeksi seperti : brucellosis,

leptospirosis dan IBR.d. Kelahiran prematur,distokia dll.

Penanganan :a. Manula ( perhatikan kebersihan )b. Antibiotikc. Apabila penangulangan tidak benar : 

endometritis dan involusi uterus terlambat  berpengaruh terhadap kesuburan.

F. KEMATIAN EMBRYO DINI (EARLY EMBRYONIC DEATH)Embryo mati sebelum hari ke 14 ,membra mengalami otolysis dan diresorbsi , sehinga sapi kembali birahi dengan jarak / siklus berahi normal , sangat tidak mungkin di bedakkan dengan kegagalan fertilitas ,sehinga siklus birahi normal.

G. KEMATIAN EMBRYO LANJUT ( LATE EMBRYONIC DEATH)Embryo mati antara hari ke 14-42 cairan fetus diresorbsi embryo dan membra otolysis , sehinga akan terlihat adanya discharge vula ,dan jumlah kecil jaringan anak atau mungkin tidak terlihat.Penyebab kematian embryo :

1. Genetic 2. Stress3. Infeksi – sakit – kekurusan 4. Dehidrasi lemah – mati 5. Defesiensi nutrisi 6. Defesiensi / ketidakseimbangan hormone7. Agen infeksi Non spesifik ( streptococcus,

staphylococcus, dll)8. Agen infeksi spesifik ( trichomanas ,

vibrio,LBR/IPU,dl)H. ABORTUS  Kejadian abortus pada kebuntingan lanjut yang di akibatkan oleh :

a. Penyakit infeksi ( menular ): brucellosis, leptospirosis, IBR.

b. Kelahiran premature di hubungankan dengan kembar , atau induksi kelahiran mengunakan corticosteroid , distokia tsd.

Kejadian :a. Sering pada sapi perah di bandingkan sapi

potong di hubungkan dengan buruknya

15

Page 16: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

keberhasihan kandang , atau stress saat kelahiran

b. Apabila penanggulangan tidak benar , endometritis , metritis, involusi uterus terlambat sehinga pengaruh pada kesuburan .

Penanganan :a. Manual – perhatikan kebersihan b. Anti biotic dan hormone estrogen c. Hormone FSH/ LH dan PGF2α

I. DYSTOKIA Mengakibatkan :

a. Kematian anak b. Penurunan nafsu makan , produksi susu,

produksi keseluruhan .c. Penurunan kesuburan , sterilitas d. Kematian induk penderita

Kejadian:a. Sulit di ketahui karena banyak faktor

berpengaruhi seperti : umur, beberapa kali melahirkan ,penjantan (3 %) bangsa sapi ( 8 %)

Penanggulangan :a. Menyelamatkan induk dan anak ( namun

pilihan pada induk ).  

.        

 

 

16

Page 17: Persiapan Alat Ib Dan Ternak Akseptor

PROSEDUR INSEMINASI BUATAN 2013

 

 

                                                                                                                                                 

17