laporan nutrisi ternak dasar
DESCRIPTION
Laporan Nutrisi Ternak Dasar tentang Analisi ProksimatTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR“ANALISIS PROKSIMAT MENGGUNAKAN SAMPEL BUNGKIL KELAPA”
Nama : Dwi Ramadian Nasa
NPM : E1C012090
Kelompok : Enam (Sampel Bungkil Kelapa)
Anggota Kelompok : Riska Juliasti
Yana Deska Vena
Indarto Cahyono
Timotius Sucahyo
Alvian Novandi
Dosen : Prof Dr. Ir. Yosi Fenita, Mp
Dr. Irma Badarina, Mp
Pof. Dr. Ir. Urip Santoso, M. Sc
Co-Ass : Gilang Ramadhan
M. Inggit Fauzi
Nursaadah Istiqamah
Pinda Rahayu Ginting
JURUSAN PETERNAKAN-FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
ABSTRAKKegiatan praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar terhadap pakan ternak berdasarkan analisis proksimat yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar. Kegiatan praktikum dilaksanakan di laboratorium peternakan Universitas Bengkulu. Kegiatan praktikum berlangsung selama 5 hari, dimulai tanggal 28 September 2015 dan berakhir tanggal 2 Oktober 2015. Dalam praktikum ini untuk kadar air dilakukan 2 kali pengamatan dengan 3 kali pengulangan guna mendapatkan hasil yang mendekati dari standar yang digunakan. Hasil analisis yang di dapat yaitu pada kadar air pengamatan I pada ulangan 1 adalah 13,35%; ulangan 2 adalah 13,6% dan ulangan 3 adalah 14,15%. Pada ulangan pengamatan II pada ulangan 1 adalah 13,085%; ulangan 2 adalah 5,81% dan ulangan 3 adalah 13,95%. Kadar abu pada pengamatan1 adalah 6,095% dan pengamatan 2 adalah 6,115%. Kadar lemak kasar pada pengamatan 1 adalah 7,33% dan pada pengamatan 2 adalah 6,275%, kadar serat kasar pada pengamatan 1 adalah 9,6345% dan pengamatan 2 adalah 14,4408%. Kadar BETN pada pengamatan 1 adalah 63,885% dan pada pengamatan 2 adalah 61,8659%
Kata kunci : Penetapan Kadar Air, Penetapan Kadar Abu, Penetapan Kadar Ekstrak Eter ( Lemak Kasar ), Penetapan Serat Kasar, Penetapan Kadar BETN.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan
dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende
Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan
menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Metode ini didasarkan pada komposisi
susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus dipakai dan
dikenal dengan nama analisis proksimat.
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari
bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Mulyono (2000),
menyatakan bahwa Analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan
untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi.
Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu,
analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum
dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum
tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat
makanan yang diperlukan.
Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun
formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari
kekurangan pada ransom tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan
menambahkan zat makanan yang diperlukan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan setelah diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
kandungan zat makanan, kadar air, kadar abu, serat, lemak kasar dan protein serta BETN dari
bahan pakan/ yang akan diuji.
Manfaat yang diperoleh dari raktikum ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
praktikan dalam menganalisis bahan pakan dengan baik meliputi pengetahuan dasar dan
aplikasinya, sehingga para praktikan dapat mengaplikasikannya dikehidupan nyata.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1.Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum analisis proksimat ini berlangsung selama 5 hari, dimulai pada
hari senin 28 September 2015 sampai dengan hari Jum’at 2 Oktober 2015. Dilaksanakan di
Laboratorium Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu.
2.2. Alat dan Bahan
- Penetapan Kadar Air
Cawan
Oven
Timbangan analitik listrik
Desikator
Tang Penjepit
Spatula
- Penetapan Kadar Abu
Silica disk
Tanur
Timbangan analitik listrik
Desikator
Tang penjepit
Spatula
- Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
Soklet sistim HT 2 Extraction Unit Tecator dan selongsongnya
Labu penampung
Alat pendingin
Penangas/waterbath
Timbangan analitik
Spatula
Gelas arloji
Kertas saring bebas lemak
Oven
- Penetapan Kadar Serat Kasar
Beaker glass 600 ml
Saringan dari linnen
Serat gelas (glass wool)
Alat penyaring Buchner atau Gooch crucible
Desikator
Tanur
Pompa vakum
Tang penjepit
Timbangan snslitik listrik
Gelas ukur 100 ml
Corong gelas diameter 10cm
- Penetapan Kadar Protein Kasar
Labu Kejdahl 650 ml
Labu erlemeyer 300 ml
Buret
Pipet volume 25 ml/50 ml
Labu erlemeyer 100 ml
Corong
Alat destruksi dan destilasi
2.3. Prosedur Kerja
a. Penetapan Kadar Air
1. Menimbang cawan yang sudah bersih dkeringkan di dalam oven pengering pada suhu 105oC selama 1 jam.
2. Mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam
3. Menimbang dalam keadaan tertutup (X gram)
4. Menimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram cawan (Y gram) dan
dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 105oC selama 8 jam
5. Mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam, ditimbang sampel (Z gram)
6. Dimnasukkan kedalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam dan kemudian
didinginkan kembali dalam desikator selama 1 jam, dinginkan kembali dalam
desikator selama 1 jam. Menimbang kembali sampel (Z gram). Mengulangi cara kerja
6 sampai 2 kali
b. Penetapan Kadar Abu
1. Mengeringkan silica disk di dalam oven pada suhu 105oC selama satu jam2. Mendinginkan didalam desikator. Selanjutnya menimbang (X gram)
3. Menimbang bahan (sampel) sebanyak 1.5-2 gram (Y gram) dan dimasukkan ke dalam
tanur. Menyalakan tanur sampai 550oC selama 1 jam
4. Mendinginkan tanur sampai suhunya turun menjadi 105oC, lalu memasukkan ke
dalam desikator selama 1 jam
5. Menimbang hasilnya
c. Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
1. Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram), menambahkan sampel yang akan dianalisa kira 1.5 – 2 gram (b gram) dan kemudian membungkus dengan baik sehingga tidak ada ceceran sampel.
2. Memasukkan bungkusan sampel ke dalam oven dengan temperatur 105oC selama 6
jam
3. Menimbang dalam keadaan panas dengan cepat (c gram),memasukkan ke dalam
soklet
4. Meletakkan labu penampung alat ekstraksi dan alat pendingin diatas penangas air.
Memasukkan perrolum benzen (pelarut lemak) melalui lubang pendingin sampai
petroleum benzen seluruhnya turun dan masuk kedalam labu penampung. Mengisi
lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi
5. Mengalirkan air pada labu pendingn, dikuti dengan pemanas labu penampung
6. Mengekstraksi selama 16 jam (sampai petroleum benzen yang ada di dalam alat
ekstraksi menjdai jernih
7. Mengeluarkan sampel dan meletakkan di atas gelas arloji, lalu kemudian mengerikan
dengan angin sampai kering
8. Memasukkan bungkusan sampel kedalam oven dengan temperatur 105oC selama 6
jam
9. Menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram)
d. Penetapan Kadar Serat Kasar
1. Memasukkan sampel dari penetapan kadar lemak kedalam beaker glass 600 ml, kemudian menambahkan 200 ml H2SO4 1.25% dan memasang pada pemanas lalu mengalirkan pendingin, kemudian mendidihkan selama 30 menit
2. Menyaring dengan menggunakan saringan linnen. Memasukkan hasil saringan ke
dalam beaker glass dengan mencuci saringan
3. Mencuci beaker glass, memasukkan hasil saringan beserta serat kasar ke dalam beaker
glass dan menambahkan NAOH 1.25% sebanyak 210 ml, mendidihkan selama 30
menit
4. Menyaring dengan menggunakan Gooch crucible yang sudah dilapisi glasswool.
Mencuci dengan beberapa ml air panas, boleh melanjutkan dengan 15 ml ety alkohol
95%
5. Menganginkan hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible sampai
kering kemudian memasukkan ke dalam alat pengering dengan suhi 105oC selama
satu malam, mendinginkan didalam desikator selama 1 jam. Kemudian menimbang
(Y gram)
6. Mengabukan di dalam tanur dengan suhu 550oC selama 1 jam atau sampel berwarna
putih (bebas karbon)
7. Mengeluarkan dan membiarkan selama beberapa menit sampai suhunya turun
menjadi 105oC, mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam, kemudian
menimbang (Z gram)
e. Penetapan Kadar Protein Kasar
1. menimbang contoh bahan (1 gram untuk konsentrat, 2 gram untuk hijauan), memasukkan ke dalam labu Kejdahl yang telah dibersihkan, lalu mengeringkan.
2. Menambahkan 2 gram, K2SO4 1 gram CuSO4, 3 buah batu didih (kejl tab) dan 25 ml
H2SO4 pekat.
3. Mendestruksi dalam alat destruksi dengan urutan sebagai berikut:
a. Menghidupkan kipas angin
b. Menghidupkan pemanas, mulai dengan api kecil kemudain membesarkan
apinya sedikit demi sedikit (pada skala 4)
c. Memutar-mutar labu saat larutan berwarna hitam (rata) sampai larutan
menjadi jernih
d. Menghentikan destruksi setelah warna jernih doperoleh selama 30 menit.
Mematikan pemanas, mematikan kipas setelah asap habis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
- Kelompok 1
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (KODE) 10 21 10 21 10 21
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
17,7900 18,540
0
17,7900 18,540
0
17,7900 18,5400
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
19,8000 20,530
0
19,8000 20,530
0
19,8000 20,5300
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
19,6253 20,360
0
19,6261 20,357
2
19,6225 20,3520
Kadar air (%) 8,7014 8,6517 8,5427 8,6834 8,8308 8,9447
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 34 29
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 18,9900 20,9900
Berat cawan + sampel (Yg) 20,9900 22,9900
Berat cawan + sampel abu (Zg) 19,2848 21,2957
Kadar abu (%) 14,74 15,285
c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)
Nama Sampel (KODE) K1.1 K1.2
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat kertas saring 0,6770 0,6860
Berat kertas saring + sampel (b
gram)
2,6905 2,6650
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,3601 2,3346
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,3568 2,3270
Kadar lemak (EE) (%) 0,1489 0,3840
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 16 9
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat sampel (Xg) 1,9963 2,002
Berat penyaring + residu kering (Yg) 29,2497 27,9776
Berat penyaring + abu (Zg) 28,7084 27,4432
Kadar serat kasar (SK) (%) 27,1151 26,693
- Kelompok 2
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (KODE) 31 35 31 35 31 35
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
21,0600 21,720
0
21,0600 21,720
0
21,0600 21,7200
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
23,0500 23,720
0
23,0500 23,720
0
23,0500 23,7200
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
22,8131 23,475
5
22,8146 23,473
5
22,8099 23,4755
Kadar air (%) 11,9045 12,225
0
11,8291 12,310
0
12.7155 12,7150
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 34 29
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 21,6100 18,4200
Berat cawan + sampel (Yg) 23,6100 20,4200
Berat cawan + sampel abu (Zg) 21,6499 184590
Kadar abu (%) 1,9950 1,9500
c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)
Nama Sampel (KODE) K2.1 K2.2
Pengamatan / ulangan ke I II
Berat kertas saring 0,6965 0,6956
Berat kertas saring + sampel (b
gram)
2,6660 2,6963
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,3274 2,3518
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,2787 2,339
Kadar lemak (EE) (%) 2,4727 2,3941
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 16 9
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat sampel (Xg) 1,9965 1,9945
Berat penyaring + residu kering (Yg) 26,5091 26,7328
Berat penyaring + abu (Zg) 26,4367 26,6553
Kadar serat kasar (SK) (%) 3,6263 3,8856
- Kelompok 3
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (KODE) 18 23 18 23 18 23
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
16,39 16,38 16,39 16,38 16,39 16,38
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
18,3700 18,370
0
18,3700 18,370
0
18,3700 18,3700
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
18,1403 18,141
3
18,1366 18,139
2
18,1342 18,1314
Kadar air (%) 11,6010 11,492
4
11,7878 11,597
9
11,9090 11,9899
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 16 2
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 19,1200 20,7100
Berat cawan + sampel (Yg) 21,1100 22,7000
Berat cawan + sampel abu (Zg) 19,2873 20,9054
Kadar abu (%) 8,4070 9,8190
c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)
Nama Sampel (KODE) K3.1 K3.2
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat kertas saring 0,6941 0,6850
Berat kertas saring + sampel (b
gram)
2,6902 2,6802
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,3694 2,3598
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,3650 2,3546
Kadar lemak (EE) (%) 0,2649 0,2606
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 7 26
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat sampel (Xg) 2,0163 2,0081
Berat penyaring + residu kering (Yg) 28,1464 29,8537
Berat penyaring + abu (Zg) 27,8434 29,5022
Kadar serat kasar (SK) (%) 15, 0275 16,6077
- Kelompok 4
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (KODE) 41 47 41 47 41 47
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
17,2100 19,7900 17,2100 19,790
0
17,2100 19,7900
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
19,2100 21,7800 19,2100 21,780
0
19,2100 21,7800
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
18,9774 21,5506 18,9760 21,551
5
18,9713 21,5470
Kadar air (%) 11,63 11,5276
4
11,7 11,597
9
11,4824 11,7085
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 42 33
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 20,6600 19,4700
Berat cawan + sampel (Yg) 22,6600 21,4700
Berat cawan + sampel abu (Zg) 20,7304 19,5305
Kadar abu (%) 3,52 3,025
c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)
Nama Sampel (KODE) K4.1 K4.2
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat kertas saring 0,6941 0,6850
Berat kertas saring + sampel (b
gram)
2,6903 2,6803
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,3560 2,4005
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,2972 2,3470
Kadar lemak (EE) (%) 2,9455 2,6679
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 13 25
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat sampel (Xg) 1,9896 1,9974
Berat penyaring + residu kering (Yg) 28,8177 28,0276
Berat penyaring + abu (Zg) 28,0625 27,4328
Kadar serat kasar (SK) (%) 37,656 29,783
- Kelompok 5
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (KODE) 20 15 20 15 20 15
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
21,1400 17,6900 21,1400 17,690
0
21,1400 17,6900
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
23,1300 19,6900 23,1300 19,690
0
23,1300 19,6900
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
22,9093 19,4762 22,9072 19,473
9
22,9027 18,3110
Kadar air (%) 11,09 10,69 11,196 10,805 11,422 60,95
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 37 36
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 22,2500 16,600
Berat cawan + sampel (Yg) 24,2500 18,600
Berat cawan + sampel abu (Zg) 22,3675 16,7175
Kadar abu (%) 5,875 5,785
c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)
Nama Sampel (KODE) K5.1 K5.2
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat kertas saring 0,7100 0,7000
Berat kertas saring + sampel (b
gram)
2.7000 2.7100
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,4040 2,4136
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,3040 2,3186
Kadar lemak (EE) (%) 5,025 4,7562
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 8 21
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat sampel (Xg) 1,9895 2,004
Berat penyaring + residu kering (Yg) 27,2962 26,3231
Berat penyaring + abu (Zg) 27,2368 26,2611
Kadar serat kasar (SK) (%) 2,986 3,094
- Kelompok 6
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (KODE) 50 78 50 78 50 78
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
21,3700 16,5900 21,3700 16,590
0
21,3700 16,5900
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
23,3700 18,5900 23,3700 18,590
0
23,3700 18,5900
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
23,1030 18,3283 23,0980 18.473
1
23,0870 18,3110
Kadar air (%) 13,35 13,085 13.6 5.81 14.15 13,95
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 8 13
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 18,3700 15,1000
Berat cawan + sampel (Yg) 20,3700 17,1000
Berat cawan + sampel abu (Zg) 18,4919 15,2223
Kadar abu (%) 6,095 6,115
c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)
Nama Sampel (KODE) K6.1 K6.2
Pengamatan / ulangan ke I II
Berat kertas saring 0,7500 0,6900
Berat kertas saring + sampel (b
gram)
2.7500 2.6900
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,3222 2,3123
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,1756 2,1868
Kadar lemak (EE) (%) 7,33 6,275
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 24 55
Pengamatan / ulangan ke I II
Berat sampel (Xg) 1,9986 1,9992
Berat penyaring + residu kering (Yg) 26,6594 27,4393
Berat penyaring + abu (Zg) 26,4726 27,1506
Kadar serat kasar (SK) (%) 9,3465 14,4408
3.2. Pembahasan
a. Penetapan kadar air (sampel bungkil kelapa)
Nama Sampel (KODE) 50 78 50 78 50 78
Ulangan ke I II III
Berat cawan timbang
kosong kering (Xg)
21,3700 16,5900 21,3700 16,590
0
21,3700 16,5900
Berat cawan timbang +
sampel (Yg)
23,3700 18,5900 23,3700 18,590
0
23,3700 18,5900
Berat cawan timbang +
sampel kering (Zg)
23,1030 18,3283 23,0980 18.473
1
23,0870 18,3110
Kadar air (%) 13,35 13,085 13.6 13,085 5,81 13,95
Rumus : KA=(Y−Z)(Y−X)
x 100 %
1. Kadar air cawan (50)
Ulangan I
KA=(23,3700−23,1030 )
(23,3700−21,37000)x 100 %
¿0,267
2x 100 %
= 13,35%
Ulangan II
KA=(23,3700−23,0980 )
(23,3700−21,37000)x 100 %
¿0,272
2x100 %
= 13,6%
Ulangan III
KA= (23,3700−23,0870 )(23,3700−21,37000)
x 100 %
¿0,283
2x100%
= 14,15%
Kadar air cawan (78)
Ulangan I
KA=(18,5900−18,3283 )(18,5900−16,5900)
x100 %
¿0,2617
2x 100 %
= 13.085%
Ulangan II
KA= (18,5900−18,4738 )(18,5900−16,5900)
x100 %
¿0,1162
2x 100%
= 5,81%
Ulangan III
KA=(18,5900−18,3110 )(18,5900−16,5900)
x100 %
¿ 0,2792
x100%
= 13,95%
Berdasarkan data hasil percobaan tentang analisis proksimat yaitu pada penetapan
kadar air sampel yang kami gunakan yaitu bungkil kelapa yang dengan menggunakan dua
buah cawan, masing-masing cawan dilakukan tiga kali ulangan pengamatan. Dengan
menggunakan sampel masing-masing sebanyak 2 gram pada tiap cawannya.
Pada cawan (50), dari pengamatan pertama diperoleh hasil 13,35%, dari pengamatan
kedua hasilnya aadalah 13,6 dan pada pengamatan ketiga hasilnya adalah 14.15. Dari cawan
(78) diperoleh hasil pengamatan pertama, kedua dan ketiga diperoleh hasil kadar airnya
sebanyak 13,085%, 5,81 dan 13,95%.
Kadar air ini didapat setelah sampel dikeringkan pada oven 1050C selamaa 8 jam.
Hasil diatas sangat sesuai dengan pernyataan dari Haryanto, (2002) yang menyatakan bahwa
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan
pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri,
kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan.
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air
seimbang. Pernyataan Haryanto dikuatkan oleh Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya
tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci
yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam
pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas
yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Dari dua pernyataan
yang disampaikan bahwa KA sangat mempengaruhi kualitas pakan.
Dari hasil praktikum penetapan kadar air pada sampel bungkil kelapa yang telah kami
lakukan dapat diketahui bahwa hasil yang kami peroleh melebihi dari referensi yang ada.
Lukito dan Prayugo (2007) menyatakan bahwa kandungan bahwa kandungan nutrisi bungkil
kelapa yaitu protein 47,9%; lemak 9,44%; karbohidrat 25,0%; abu 4,8%; serat kasar 3,6%;
dan air 7,8%.
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (KODE) 8 13
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat cawan kosong kering (Xg) 18,3700 15,1000
Berat cawan + sampel (Yg) 20,3700 17,1000
Berat cawan + sampel abu (Zg) 18,4919 15,2223
Kadar abu (%) 6,095 6,115
Rumus : Kadar abu=(Z−X )(Y−X )
x 100 %
Cawan (8)
Kadar abu ¿(18,4919−18,3700)(20,3700−18,3700)
x 100 %
¿0,1219
2x100 %
= 6,095%
Cawan (13)
Kadar abu ¿(15,2223−15,1000)17,1000−15,1000 ¿
¿ x 100 %
¿0,1223
2x100 %
= 6,115%
Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar dalam tanur,
sejumlah berat tertentu makanan pada suhu 550oC sampai semua karbon hilang dari bahan
makanan tersebut. Sisanya adalah abu dan dianggap mewakili bagian inorganik makanan.
Akan tetapi, abu bisa mengandung bahan yang berasal dari bahan organik seperti sulfur dan
fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium,
fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran.
Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik
pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Karra (2003) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-
600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di
dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash).
Dari hasil analisis kadar abu yang telah kami lakukan yaitu didapat kadar abunya pada
cawan (8) 6,095 % dan pada cawan (13) kadar abunya adalah 6,115 %. Dapat disimpulkan
bahwa kadar abu yang kami dapat lebih tinggi bila dibandingkan dengan literatur yang
menyatakan kadndunga kadar abu yang pas untuk bungkil kelapa adalah 4,8%. Hal ini
dipengaruhi faktor yang dapat menjadi penyebab dalam perbedaan ini, yaitu seperti
kurangnya ketelitian saat menimbang sampel. Faktor lain yaitu dari sampel sendiri, mungkin
sampel yang digunakan disimpan di sembarang tempat sehingga merusak kualitas sampel itu
sendiri.
c. Penetapan kadar ekstrak eter (lemak kasar)
Nama Sampel (KODE) K6.1 K6.2
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat kertas saring 0,7500 0,6900
Berat kertas saring + sampel (b 2.7500 2.6900
gram)
Berat kertas saring + sampel
oven (c gram)
2,3222 2,3123
Berat kertas saring + sampel
oven ekstraksi (d gram)
2,1756 2,1868
Kadar lemak (EE) (%) 7,33 6,275
Rumus : EE=(c−d )(b−a)
x100 %
Sampel (K6.1)
EE=(2,3222−2,1756)(2,7500−0,7500)
¿0,1466
2x100 %
= 7,33%
Sampel (K6.2)
EE=(2,3123−2,1868)(2,6900−0,6900)
¿0,1255
2x100 %
= 6,275%
Pada praktikum ini dilakukan dengan metode soklet yaitu dengan memasukkan
sampel kedalam alat soklet. Hal ini sesuai dengan (Soejono, 1990) yaitu Kandungan lemak
suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soklet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan
dalam tabung soklet.
Prinsip kerjanya yaitu Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan
dengan pelaut lemak (ether) selama 16 jam. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut)
terakumulasi dalam wadah pelarut (labu soklet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan
cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik
didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah).
Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
Dari hasil analisi kadar lemak kasar yang telah kami lakukan, diperoleh hasil untuk
kadar lemak kasar 7,33% untuk sampel (K6.1) dan 6,275 untuk sampel (K6.2). Kedua hasil
ini belum sesuai dengan sliteratur yang ada, yakni sebanyak 9,44%.
d. Penetapan kadar serat kasar
Nama Sampel (KODE) 24 55
Pengamatan / ulangan ke I I
Berat sampel (Xg) 1,9986 1,9992
Berat penyaring + residu kering (Yg) 26,6594 27,4393
Berat penyaring + abu (Zg) 26,4726 27,1506
Kadar serat kasar (SK) (%) 9,3465 14,4408
Rumus SK=Y−ZX
x100 %
Cawan (24)
SK=26,6594−26,47261,9986
x100 %
¿ 0,18681,9986
x100 %
= 9,3465
Cawan (24)
SK=27,4393−27,15061,9992
x100 %
¿ 0,28871,9992
x 100 %
= 14,4408%
Berdasarkan hasil dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan didapatkan kadar
serat kasar dari bungkil kelapa. Pada pengamatan satu (24) diperoleh hasil kadar serat kasar
sebanyak 9,3465 gram, dan dari pengamatan dua hasilnya adalah 14,4408 gram.
Kedua hasil pengamatan tersebut memiliki selisih yang cukup jauh, hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya ketelitian kami pada saat melakukan penimbangan, baik
penimbangan sampel ataupun penimbangan kertas penyaring yang mengakibatkan hasil
penimbangan akhir memiliki selisih yang cukup jelas.
e. Penetapan Kadar Protein Kasar
Kegiatan praktikum Penentuan Kadar Protei Kasar kali ini tidak berjalan seperti yang
diharapkan, hal ini disebabkan oleh alat yang belum bisa dioperasikan karena masih baru dan
belum disetel pada kegiatan praktikum ini.
Berdasarkan referensi dari BBPP Batu-Malang Jawa Timur, kadar protein kasar pada
bungkil kelapa adalah 21,2%. Penetapan kadar protein kasar dapat diketahui dengan
menggunakan metode Kejdahl dan metode Lowrey.
Metode Kjeldahl
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan
asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl.
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan
menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara
semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu
analisa yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar
nitrogennya.
Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi
dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia
yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya
dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl
digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang
semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari
bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam
bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar.
Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino
besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun
demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar
protein dalam bahan makanan. Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
Metode Lowry
Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu telah
digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang kemudian dikenal
dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana reagen folin ciocalteu apat
mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena kandungan fenolik dalam residu tersebut
mampu mereduksi fosfotungsat dan fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen
folin ciocalteu, menjadi tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini
menunjukkan puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin
ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung dengan ion-ion
Cu.
Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari fosfotungstat-
fosfomolibdad (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Na-carbonat 2% dalam NaOH 0,1
N, kupri sulfat dan Na-K-tartat 2%. Cara penentuannya seperti berikut: 1 ml larutan protein
ditambah 5 ml Lowry B, digojong dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambah 0,5
ml Lowry A digojong dan dibiarkan 20 menit. Selanjutnya diamati OD-nya.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk
sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I).
Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat
phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropoly molybdenum blue
akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang
memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri.
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-
Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein.
Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 – 750 nm, tergantung
sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar
disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi
rendah.
Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk mengukur jumlah
penyerapan zat suatu senyawa. Penyerapan cahaya pada senyawa larutan tersebut, dalam
spektrofotometri dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam penentuan konsentrasi
larutan atau senyawa secara kuantitatif.
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry
ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA,
Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine,
magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan
menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk
mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA
dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan
pengendapan protein.
f. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Nama Sampel Bungkil Kelapa
Pengamatan ke I II
Kadar Air (%) 13,345 11,3033
Kadar Abu (%) 6,095 6,115
Kadar Ekstrak Eter (%) 7,33 6,275
Kadar Serat Kasar (%) 9,3465 14,4408
Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) 63,8885 61,8659
Rumus : Kadar BETN=100 %−(%air+%abu+%EE+%SK+%PK )
Pengamatan I
Kadar BETN=100 %−(13,345+6,09+7,33+9,3465)
¿100 %−36,1115
¿ 63,8885%
Pengamatan II
Kadar BETN=100 %−(11,3033+6,115+6,275+14,4408)
¿100 %−38,1341
¿ 61,8659%
Pada perhitungan penetapan Bahan Eskstrak Tanpa Nitrogen ini tanpa adanya
kandungan protein kasar, hal ini disebabkan tidak adanya data kandungan protein kasar.
Sehingga hanya dihitung dari Kadar air, kadara abu, kadar ekstrak eter, dan kadar serat kasar
saja.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan kegiatan praktikum Nutrisi Ternak Dasar tentang anlisis proksimat
ini dapat disimpulkan bahwa:
- Hasil analisis yang di dapat yaitu pada kadar air pengamatan I pada ulangan 1 adalah
13,35%; ulangan 2 adalah 13,6% dan ulangan 3 adalah 14,15%. Pada ulangan
pengamatan II pada ulangan 1 adalah 13,085%; ulangan 2 adalah 5,81% dan ulangan
3 adalah 13,95%.
- Kadar abu pada pengamatan1 adalah 6,095% dan pengamatan 2 adalah 6,115%.
- Kadar lemak kasar pada pengamatan 1 adalah 7,33% dan pada pengamatan 2 adalah
6,275%.
- kadar serat kasar pada pengamatan 1 adalah 9,6345% dan pengamatan 2 adalah
14,4408%.
- Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen pada pengamatan 1 adalah 63,8885% dan pada
pengamatan 2 adalah 61,8659%.
4.2. Saran
Kegiatan praktikum ini harusnya dapat diikuti dengan kesungguhan dan keseriusan
agar kegiatan praktikum dapat berjalan lancar dan agar terhindar dari hal-hal yang tidak
dinginkan.
Kekompakan antar co-ass harus ada, jangan sampai ada perbedaan pendapat antar co-
as, misalnya: co-ass ‘A’ menyatakan bahwa seluruh data hasil dan perhitungan kelompok lain
harus dimasukkan kedalam hasil laporan’, sedangkan co-ass ‘B’ menyatakan hanya perlu
memasukkan data dan hasilnya saja tanpa perlu memasukkan perhitungannya juga. Hal ini
tentunya dapat membuat kebingungan para praktikan dan akhirnya yang dirugikan adalah
kami para praktikan.
DAFTAR PUSTAKABBPP Batu-Malang Jawa Timur. Tanpa Tahun. Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Ransum
Pakan Dari Beberapa Referensi dan Pendidikan Pelatihan Peternakan BBPP Batu
Malang Jawa Timur. https://docs.google.com/document/d/1_zWhX26xI3sfGFs-
rMVzgJKHrmPsWyBURF1arfOgMVo/edit (diakses pada 7 Oktober 2015 pukul
11.19 WIB)
Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Fenita, Yosi et al. 2015, Penuntun praktikum nutrisi ternak dasar (PTR) 210. Jurusan
peternakan, Fakultas pertanian UNIB. Bengkulu
Karra .2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta
Khairul. 2009 . Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Lukito, Agung dan Surip Prayugo. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Lobster Air Tawar.
Penebar Swadaya. Jakarta
Sudarmadji. 2003. Makanan Ternak Unggas. BPFE : Yogyakarta.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tillman, et al. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.