laporan nutrisi ternak dasar

45
LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR “ANALISIS PROKSIMAT MENGGUNAKAN SAMPEL BUNGKIL KELAPA” Nama : Dwi Ramadian Nasa NPM : E1C012090 Kelompok : Enam (Sampel Bungkil Kelapa) Anggota Kelompok : Riska Juliasti Yana Deska Vena Indarto Cahyono Timotius Sucahyo Alvian Novandi Dosen : Prof Dr. Ir. Yosi Fenita, Mp Dr. Irma Badarina, Mp Pof. Dr. Ir. Urip Santoso, M. Sc Co-Ass : Gilang Ramadhan M. Inggit Fauzi Nursaadah Istiqamah Pinda Rahayu Ginting JURUSAN PETERNAKAN-FAKULTAS PERTANIAN

Upload: dwi-ramadian-nasa

Post on 13-Feb-2016

145 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Laporan Nutrisi Ternak Dasar tentang Analisi Proksimat

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR“ANALISIS PROKSIMAT MENGGUNAKAN SAMPEL BUNGKIL KELAPA”

Nama : Dwi Ramadian Nasa

NPM : E1C012090

Kelompok : Enam (Sampel Bungkil Kelapa)

Anggota Kelompok : Riska Juliasti

Yana Deska Vena

Indarto Cahyono

Timotius Sucahyo

Alvian Novandi

Dosen : Prof Dr. Ir. Yosi Fenita, Mp

Dr. Irma Badarina, Mp

Pof. Dr. Ir. Urip Santoso, M. Sc

Co-Ass : Gilang Ramadhan

M. Inggit Fauzi

Nursaadah Istiqamah

Pinda Rahayu Ginting

JURUSAN PETERNAKAN-FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

Page 2: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

ABSTRAKKegiatan praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar terhadap pakan ternak berdasarkan analisis proksimat yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar. Kegiatan praktikum dilaksanakan di laboratorium peternakan Universitas Bengkulu. Kegiatan praktikum berlangsung selama 5 hari, dimulai tanggal 28 September 2015 dan berakhir tanggal 2 Oktober 2015. Dalam praktikum ini untuk kadar air dilakukan 2 kali pengamatan dengan 3 kali pengulangan guna mendapatkan hasil yang mendekati dari standar yang digunakan. Hasil analisis yang di dapat yaitu pada kadar air pengamatan I pada ulangan 1 adalah 13,35%; ulangan 2 adalah 13,6% dan ulangan 3 adalah 14,15%. Pada ulangan pengamatan II pada ulangan 1 adalah 13,085%; ulangan 2 adalah 5,81% dan ulangan 3 adalah 13,95%. Kadar abu pada pengamatan1 adalah 6,095% dan pengamatan 2 adalah 6,115%. Kadar lemak kasar pada pengamatan 1 adalah 7,33% dan pada pengamatan 2 adalah 6,275%, kadar serat kasar pada pengamatan 1 adalah 9,6345% dan pengamatan 2 adalah 14,4408%. Kadar BETN pada pengamatan 1 adalah 63,885% dan pada pengamatan 2 adalah 61,8659%

Kata kunci : Penetapan Kadar Air, Penetapan Kadar Abu, Penetapan Kadar Ekstrak Eter ( Lemak Kasar ), Penetapan Serat Kasar, Penetapan Kadar BETN.

Page 3: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan

dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende

Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan

menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Metode ini didasarkan pada komposisi

susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus dipakai dan

dikenal dengan nama analisis proksimat.

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi

kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari

bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Mulyono (2000),

menyatakan bahwa Analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan

untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi.

Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan

terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu,

analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum

dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum

tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat

makanan yang diperlukan.

Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun

formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari

kekurangan pada ransom tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan

menambahkan zat makanan yang diperlukan.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan setelah diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui

kandungan zat makanan, kadar air, kadar abu, serat, lemak kasar dan protein serta BETN dari

bahan pakan/ yang akan diuji.

Manfaat yang diperoleh dari raktikum ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

praktikan dalam menganalisis bahan pakan dengan baik meliputi pengetahuan dasar dan

aplikasinya, sehingga para praktikan dapat mengaplikasikannya dikehidupan nyata.

Page 4: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1.Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum analisis proksimat ini berlangsung selama 5 hari, dimulai pada

hari senin 28 September 2015 sampai dengan hari Jum’at 2 Oktober 2015. Dilaksanakan di

Laboratorium Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu.

2.2. Alat dan Bahan

- Penetapan Kadar Air

Cawan

Oven

Timbangan analitik listrik

Desikator

Tang Penjepit

Spatula

- Penetapan Kadar Abu

Silica disk

Tanur

Timbangan analitik listrik

Desikator

Tang penjepit

Spatula

- Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

Soklet sistim HT 2 Extraction Unit Tecator dan selongsongnya

Labu penampung

Alat pendingin

Penangas/waterbath

Timbangan analitik

Spatula

Gelas arloji

Kertas saring bebas lemak

Page 5: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

Oven

- Penetapan Kadar Serat Kasar

Beaker glass 600 ml

Saringan dari linnen

Serat gelas (glass wool)

Alat penyaring Buchner atau Gooch crucible

Desikator

Tanur

Pompa vakum

Tang penjepit

Timbangan snslitik listrik

Gelas ukur 100 ml

Corong gelas diameter 10cm

- Penetapan Kadar Protein Kasar

Labu Kejdahl 650 ml

Labu erlemeyer 300 ml

Buret

Pipet volume 25 ml/50 ml

Labu erlemeyer 100 ml

Corong

Alat destruksi dan destilasi

2.3. Prosedur Kerja

a. Penetapan Kadar Air

1. Menimbang cawan yang sudah bersih dkeringkan di dalam oven pengering pada suhu 105oC selama 1 jam.

2. Mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam

3. Menimbang dalam keadaan tertutup (X gram)

4. Menimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram cawan (Y gram) dan

dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 105oC selama 8 jam

5. Mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam, ditimbang sampel (Z gram)

Page 6: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

6. Dimnasukkan kedalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam dan kemudian

didinginkan kembali dalam desikator selama 1 jam, dinginkan kembali dalam

desikator selama 1 jam. Menimbang kembali sampel (Z gram). Mengulangi cara kerja

6 sampai 2 kali

b. Penetapan Kadar Abu

1. Mengeringkan silica disk di dalam oven pada suhu 105oC selama satu jam2. Mendinginkan didalam desikator. Selanjutnya menimbang (X gram)

3. Menimbang bahan (sampel) sebanyak 1.5-2 gram (Y gram) dan dimasukkan ke dalam

tanur. Menyalakan tanur sampai 550oC selama 1 jam

4. Mendinginkan tanur sampai suhunya turun menjadi 105oC, lalu memasukkan ke

dalam desikator selama 1 jam

5. Menimbang hasilnya

c. Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

1. Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram), menambahkan sampel yang akan dianalisa kira 1.5 – 2 gram (b gram) dan kemudian membungkus dengan baik sehingga tidak ada ceceran sampel.

2. Memasukkan bungkusan sampel ke dalam oven dengan temperatur 105oC selama 6

jam

3. Menimbang dalam keadaan panas dengan cepat (c gram),memasukkan ke dalam

soklet

4. Meletakkan labu penampung alat ekstraksi dan alat pendingin diatas penangas air.

Memasukkan perrolum benzen (pelarut lemak) melalui lubang pendingin sampai

petroleum benzen seluruhnya turun dan masuk kedalam labu penampung. Mengisi

lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi

5. Mengalirkan air pada labu pendingn, dikuti dengan pemanas labu penampung

6. Mengekstraksi selama 16 jam (sampai petroleum benzen yang ada di dalam alat

ekstraksi menjdai jernih

7. Mengeluarkan sampel dan meletakkan di atas gelas arloji, lalu kemudian mengerikan

dengan angin sampai kering

8. Memasukkan bungkusan sampel kedalam oven dengan temperatur 105oC selama 6

jam

9. Menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram)

d. Penetapan Kadar Serat Kasar

Page 7: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

1. Memasukkan sampel dari penetapan kadar lemak kedalam beaker glass 600 ml, kemudian menambahkan 200 ml H2SO4 1.25% dan memasang pada pemanas lalu mengalirkan pendingin, kemudian mendidihkan selama 30 menit

2. Menyaring dengan menggunakan saringan linnen. Memasukkan hasil saringan ke

dalam beaker glass dengan mencuci saringan

3. Mencuci beaker glass, memasukkan hasil saringan beserta serat kasar ke dalam beaker

glass dan menambahkan NAOH 1.25% sebanyak 210 ml, mendidihkan selama 30

menit

4. Menyaring dengan menggunakan Gooch crucible yang sudah dilapisi glasswool.

Mencuci dengan beberapa ml air panas, boleh melanjutkan dengan 15 ml ety alkohol

95%

5. Menganginkan hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible sampai

kering kemudian memasukkan ke dalam alat pengering dengan suhi 105oC selama

satu malam, mendinginkan didalam desikator selama 1 jam. Kemudian menimbang

(Y gram)

6. Mengabukan di dalam tanur dengan suhu 550oC selama 1 jam atau sampel berwarna

putih (bebas karbon)

7. Mengeluarkan dan membiarkan selama beberapa menit sampai suhunya turun

menjadi 105oC, mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam, kemudian

menimbang (Z gram)

e. Penetapan Kadar Protein Kasar

1. menimbang contoh bahan (1 gram untuk konsentrat, 2 gram untuk hijauan), memasukkan ke dalam labu Kejdahl yang telah dibersihkan, lalu mengeringkan.

2. Menambahkan 2 gram, K2SO4 1 gram CuSO4, 3 buah batu didih (kejl tab) dan 25 ml

H2SO4 pekat.

3. Mendestruksi dalam alat destruksi dengan urutan sebagai berikut:

a. Menghidupkan kipas angin

b. Menghidupkan pemanas, mulai dengan api kecil kemudain membesarkan

apinya sedikit demi sedikit (pada skala 4)

c. Memutar-mutar labu saat larutan berwarna hitam (rata) sampai larutan

menjadi jernih

d. Menghentikan destruksi setelah warna jernih doperoleh selama 30 menit.

Mematikan pemanas, mematikan kipas setelah asap habis.

Page 8: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

- Kelompok 1

a. Penetapan kadar air

Nama Sampel (KODE) 10 21 10 21 10 21

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

17,7900 18,540

0

17,7900 18,540

0

17,7900 18,5400

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

19,8000 20,530

0

19,8000 20,530

0

19,8000 20,5300

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

19,6253 20,360

0

19,6261 20,357

2

19,6225 20,3520

Kadar air (%) 8,7014 8,6517 8,5427 8,6834 8,8308 8,9447

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 34 29

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 18,9900 20,9900

Berat cawan + sampel (Yg) 20,9900 22,9900

Berat cawan + sampel abu (Zg) 19,2848 21,2957

Kadar abu (%) 14,74 15,285

Page 9: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)

Nama Sampel (KODE) K1.1 K1.2

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat kertas saring 0,6770 0,6860

Berat kertas saring + sampel (b

gram)

2,6905 2,6650

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,3601 2,3346

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,3568 2,3270

Kadar lemak (EE) (%) 0,1489 0,3840

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 16 9

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat sampel (Xg) 1,9963 2,002

Berat penyaring + residu kering (Yg) 29,2497 27,9776

Berat penyaring + abu (Zg) 28,7084 27,4432

Kadar serat kasar (SK) (%) 27,1151 26,693

Page 10: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

- Kelompok 2

a. Penetapan kadar air

Nama Sampel (KODE) 31 35 31 35 31 35

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

21,0600 21,720

0

21,0600 21,720

0

21,0600 21,7200

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

23,0500 23,720

0

23,0500 23,720

0

23,0500 23,7200

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

22,8131 23,475

5

22,8146 23,473

5

22,8099 23,4755

Kadar air (%) 11,9045 12,225

0

11,8291 12,310

0

12.7155 12,7150

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 34 29

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 21,6100 18,4200

Berat cawan + sampel (Yg) 23,6100 20,4200

Berat cawan + sampel abu (Zg) 21,6499 184590

Kadar abu (%) 1,9950 1,9500

Page 11: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)

Nama Sampel (KODE) K2.1 K2.2

Pengamatan / ulangan ke I II

Berat kertas saring 0,6965 0,6956

Berat kertas saring + sampel (b

gram)

2,6660 2,6963

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,3274 2,3518

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,2787 2,339

Kadar lemak (EE) (%) 2,4727 2,3941

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 16 9

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat sampel (Xg) 1,9965 1,9945

Berat penyaring + residu kering (Yg) 26,5091 26,7328

Berat penyaring + abu (Zg) 26,4367 26,6553

Kadar serat kasar (SK) (%) 3,6263 3,8856

Page 12: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

- Kelompok 3

a. Penetapan kadar air

Nama Sampel (KODE) 18 23 18 23 18 23

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

16,39 16,38 16,39 16,38 16,39 16,38

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

18,3700 18,370

0

18,3700 18,370

0

18,3700 18,3700

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

18,1403 18,141

3

18,1366 18,139

2

18,1342 18,1314

Kadar air (%) 11,6010 11,492

4

11,7878 11,597

9

11,9090 11,9899

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 16 2

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 19,1200 20,7100

Berat cawan + sampel (Yg) 21,1100 22,7000

Berat cawan + sampel abu (Zg) 19,2873 20,9054

Kadar abu (%) 8,4070 9,8190

Page 13: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)

Nama Sampel (KODE) K3.1 K3.2

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat kertas saring 0,6941 0,6850

Berat kertas saring + sampel (b

gram)

2,6902 2,6802

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,3694 2,3598

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,3650 2,3546

Kadar lemak (EE) (%) 0,2649 0,2606

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 7 26

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat sampel (Xg) 2,0163 2,0081

Berat penyaring + residu kering (Yg) 28,1464 29,8537

Berat penyaring + abu (Zg) 27,8434 29,5022

Kadar serat kasar (SK) (%) 15, 0275 16,6077

Page 14: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

- Kelompok 4

a. Penetapan kadar air

Nama Sampel (KODE) 41 47 41 47 41 47

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

17,2100 19,7900 17,2100 19,790

0

17,2100 19,7900

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

19,2100 21,7800 19,2100 21,780

0

19,2100 21,7800

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

18,9774 21,5506 18,9760 21,551

5

18,9713 21,5470

Kadar air (%) 11,63 11,5276

4

11,7 11,597

9

11,4824 11,7085

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 42 33

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 20,6600 19,4700

Berat cawan + sampel (Yg) 22,6600 21,4700

Berat cawan + sampel abu (Zg) 20,7304 19,5305

Kadar abu (%) 3,52 3,025

Page 15: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)

Nama Sampel (KODE) K4.1 K4.2

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat kertas saring 0,6941 0,6850

Berat kertas saring + sampel (b

gram)

2,6903 2,6803

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,3560 2,4005

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,2972 2,3470

Kadar lemak (EE) (%) 2,9455 2,6679

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 13 25

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat sampel (Xg) 1,9896 1,9974

Berat penyaring + residu kering (Yg) 28,8177 28,0276

Berat penyaring + abu (Zg) 28,0625 27,4328

Kadar serat kasar (SK) (%) 37,656 29,783

Page 16: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

- Kelompok 5

a. Penetapan kadar air

Nama Sampel (KODE) 20 15 20 15 20 15

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

21,1400 17,6900 21,1400 17,690

0

21,1400 17,6900

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

23,1300 19,6900 23,1300 19,690

0

23,1300 19,6900

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

22,9093 19,4762 22,9072 19,473

9

22,9027 18,3110

Kadar air (%) 11,09 10,69 11,196 10,805 11,422 60,95

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 37 36

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 22,2500 16,600

Berat cawan + sampel (Yg) 24,2500 18,600

Berat cawan + sampel abu (Zg) 22,3675 16,7175

Kadar abu (%) 5,875 5,785

Page 17: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)

Nama Sampel (KODE) K5.1 K5.2

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat kertas saring 0,7100 0,7000

Berat kertas saring + sampel (b

gram)

2.7000 2.7100

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,4040 2,4136

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,3040 2,3186

Kadar lemak (EE) (%) 5,025 4,7562

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 8 21

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat sampel (Xg) 1,9895 2,004

Berat penyaring + residu kering (Yg) 27,2962 26,3231

Berat penyaring + abu (Zg) 27,2368 26,2611

Kadar serat kasar (SK) (%) 2,986 3,094

Page 18: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

- Kelompok 6

a. Penetapan kadar air

Nama Sampel (KODE) 50 78 50 78 50 78

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

21,3700 16,5900 21,3700 16,590

0

21,3700 16,5900

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

23,3700 18,5900 23,3700 18,590

0

23,3700 18,5900

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

23,1030 18,3283 23,0980 18.473

1

23,0870 18,3110

Kadar air (%) 13,35 13,085 13.6 5.81 14.15 13,95

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 8 13

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 18,3700 15,1000

Berat cawan + sampel (Yg) 20,3700 17,1000

Berat cawan + sampel abu (Zg) 18,4919 15,2223

Kadar abu (%) 6,095 6,115

Page 19: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

c. Penetapan kadar ekstrak lemak (eter)

Nama Sampel (KODE) K6.1 K6.2

Pengamatan / ulangan ke I II

Berat kertas saring 0,7500 0,6900

Berat kertas saring + sampel (b

gram)

2.7500 2.6900

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,3222 2,3123

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,1756 2,1868

Kadar lemak (EE) (%) 7,33 6,275

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 24 55

Pengamatan / ulangan ke I II

Berat sampel (Xg) 1,9986 1,9992

Berat penyaring + residu kering (Yg) 26,6594 27,4393

Berat penyaring + abu (Zg) 26,4726 27,1506

Kadar serat kasar (SK) (%) 9,3465 14,4408

Page 20: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

3.2. Pembahasan

a. Penetapan kadar air (sampel bungkil kelapa)

Nama Sampel (KODE) 50 78 50 78 50 78

Ulangan ke I II III

Berat cawan timbang

kosong kering (Xg)

21,3700 16,5900 21,3700 16,590

0

21,3700 16,5900

Berat cawan timbang +

sampel (Yg)

23,3700 18,5900 23,3700 18,590

0

23,3700 18,5900

Berat cawan timbang +

sampel kering (Zg)

23,1030 18,3283 23,0980 18.473

1

23,0870 18,3110

Kadar air (%) 13,35 13,085 13.6 13,085 5,81 13,95

Rumus : KA=(Y−Z)(Y−X)

x 100 %

1. Kadar air cawan (50)

Ulangan I

KA=(23,3700−23,1030 )

(23,3700−21,37000)x 100 %

¿0,267

2x 100 %

= 13,35%

Ulangan II

KA=(23,3700−23,0980 )

(23,3700−21,37000)x 100 %

Page 21: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

¿0,272

2x100 %

= 13,6%

Ulangan III

KA= (23,3700−23,0870 )(23,3700−21,37000)

x 100 %

¿0,283

2x100%

= 14,15%

Kadar air cawan (78)

Ulangan I

KA=(18,5900−18,3283 )(18,5900−16,5900)

x100 %

¿0,2617

2x 100 %

= 13.085%

Ulangan II

KA= (18,5900−18,4738 )(18,5900−16,5900)

x100 %

¿0,1162

2x 100%

= 5,81%

Ulangan III

KA=(18,5900−18,3110 )(18,5900−16,5900)

x100 %

¿ 0,2792

x100%

Page 22: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

= 13,95%

Berdasarkan data hasil percobaan tentang analisis proksimat yaitu pada penetapan

kadar air sampel yang kami gunakan yaitu bungkil kelapa yang dengan menggunakan dua

buah cawan, masing-masing cawan dilakukan tiga kali ulangan pengamatan. Dengan

menggunakan sampel masing-masing sebanyak 2 gram pada tiap cawannya.

Pada cawan (50), dari pengamatan pertama diperoleh hasil 13,35%, dari pengamatan

kedua hasilnya aadalah 13,6 dan pada pengamatan ketiga hasilnya adalah 14.15. Dari cawan

(78) diperoleh hasil pengamatan pertama, kedua dan ketiga diperoleh hasil kadar airnya

sebanyak 13,085%, 5,81 dan 13,95%.

Kadar air ini didapat setelah sampel dikeringkan pada oven 1050C selamaa 8 jam.

Hasil diatas sangat sesuai dengan pernyataan dari Haryanto, (2002) yang menyatakan bahwa

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam

satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan

pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan

kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri,

kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan

pangan.

Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan

pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai

keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air

seimbang. Pernyataan Haryanto dikuatkan oleh Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa

Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya

tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci

yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam

pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan

makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas

yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Dari dua pernyataan

yang disampaikan bahwa KA sangat mempengaruhi kualitas pakan.

Dari hasil praktikum penetapan kadar air pada sampel bungkil kelapa yang telah kami

lakukan dapat diketahui bahwa hasil yang kami peroleh melebihi dari referensi yang ada.

Lukito dan Prayugo (2007) menyatakan bahwa kandungan bahwa kandungan nutrisi bungkil

Page 23: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

kelapa yaitu protein 47,9%; lemak 9,44%; karbohidrat 25,0%; abu 4,8%; serat kasar 3,6%;

dan air 7,8%.

b. Penetapan kadar abu

Nama Sampel (KODE) 8 13

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat cawan kosong kering (Xg) 18,3700 15,1000

Berat cawan + sampel (Yg) 20,3700 17,1000

Berat cawan + sampel abu (Zg) 18,4919 15,2223

Kadar abu (%) 6,095 6,115

Rumus : Kadar abu=(Z−X )(Y−X )

x 100 %

Cawan (8)

Kadar abu ¿(18,4919−18,3700)(20,3700−18,3700)

x 100 %

¿0,1219

2x100 %

= 6,095%

Cawan (13)

Kadar abu ¿(15,2223−15,1000)17,1000−15,1000 ¿

¿ x 100 %

Page 24: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

¿0,1223

2x100 %

= 6,115%

Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar dalam tanur,

sejumlah berat tertentu makanan pada suhu 550oC sampai semua karbon hilang dari bahan

makanan tersebut. Sisanya adalah abu dan dianggap mewakili bagian inorganik makanan.

Akan tetapi, abu bisa mengandung bahan yang berasal dari bahan organik seperti sulfur dan

fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium,

fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran.

Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik

pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Karra (2003) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-

600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di

dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash).

Dari hasil analisis kadar abu yang telah kami lakukan yaitu didapat kadar abunya pada

cawan (8) 6,095 % dan pada cawan (13) kadar abunya adalah 6,115 %. Dapat disimpulkan

bahwa kadar abu yang kami dapat lebih tinggi bila dibandingkan dengan literatur yang

menyatakan kadndunga kadar abu yang pas untuk bungkil kelapa adalah 4,8%. Hal ini

dipengaruhi faktor yang dapat menjadi penyebab dalam perbedaan ini, yaitu seperti

kurangnya ketelitian saat menimbang sampel. Faktor lain yaitu dari sampel sendiri, mungkin

sampel yang digunakan disimpan di sembarang tempat sehingga merusak kualitas sampel itu

sendiri.

c. Penetapan kadar ekstrak eter (lemak kasar)

Nama Sampel (KODE) K6.1 K6.2

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat kertas saring 0,7500 0,6900

Berat kertas saring + sampel (b 2.7500 2.6900

Page 25: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

gram)

Berat kertas saring + sampel

oven (c gram)

2,3222 2,3123

Berat kertas saring + sampel

oven ekstraksi (d gram)

2,1756 2,1868

Kadar lemak (EE) (%) 7,33 6,275

Rumus : EE=(c−d )(b−a)

x100 %

Sampel (K6.1)

EE=(2,3222−2,1756)(2,7500−0,7500)

¿0,1466

2x100 %

= 7,33%

Sampel (K6.2)

EE=(2,3123−2,1868)(2,6900−0,6900)

¿0,1255

2x100 %

= 6,275%

Pada praktikum ini dilakukan dengan metode soklet yaitu dengan memasukkan

sampel kedalam alat soklet. Hal ini sesuai dengan (Soejono, 1990) yaitu Kandungan lemak

suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soklet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan

dalam tabung soklet.

Prinsip kerjanya yaitu Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan

dengan pelaut lemak (ether) selama 16 jam. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut)

Page 26: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

terakumulasi dalam wadah pelarut (labu soklet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan

cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik

didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah).

Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.

Dari hasil analisi kadar lemak kasar yang telah kami lakukan, diperoleh hasil untuk

kadar lemak kasar 7,33% untuk sampel (K6.1) dan 6,275 untuk sampel (K6.2). Kedua hasil

ini belum sesuai dengan sliteratur yang ada, yakni sebanyak 9,44%.

d. Penetapan kadar serat kasar

Nama Sampel (KODE) 24 55

Pengamatan / ulangan ke I I

Berat sampel (Xg) 1,9986 1,9992

Berat penyaring + residu kering (Yg) 26,6594 27,4393

Berat penyaring + abu (Zg) 26,4726 27,1506

Kadar serat kasar (SK) (%) 9,3465 14,4408

Rumus SK=Y−ZX

x100 %

Cawan (24)

SK=26,6594−26,47261,9986

x100 %

¿ 0,18681,9986

x100 %

Page 27: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

= 9,3465

Cawan (24)

SK=27,4393−27,15061,9992

x100 %

¿ 0,28871,9992

x 100 %

= 14,4408%

Berdasarkan hasil dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan didapatkan kadar

serat kasar dari bungkil kelapa. Pada pengamatan satu (24) diperoleh hasil kadar serat kasar

sebanyak 9,3465 gram, dan dari pengamatan dua hasilnya adalah 14,4408 gram.

Kedua hasil pengamatan tersebut memiliki selisih yang cukup jauh, hal ini mungkin

disebabkan oleh kurangnya ketelitian kami pada saat melakukan penimbangan, baik

penimbangan sampel ataupun penimbangan kertas penyaring yang mengakibatkan hasil

penimbangan akhir memiliki selisih yang cukup jelas.

e. Penetapan Kadar Protein Kasar

Kegiatan praktikum Penentuan Kadar Protei Kasar kali ini tidak berjalan seperti yang

diharapkan, hal ini disebabkan oleh alat yang belum bisa dioperasikan karena masih baru dan

belum disetel pada kegiatan praktikum ini.

Berdasarkan referensi dari BBPP Batu-Malang Jawa Timur, kadar protein kasar pada

bungkil kelapa adalah 21,2%. Penetapan kadar protein kasar dapat diketahui dengan

menggunakan metode Kejdahl dan metode Lowrey.

Metode Kjeldahl

Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan

Page 28: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl.

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total

pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi

dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan

menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang

terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara

titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara

semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu

analisa yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam

bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar

nitrogennya.

Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi

dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia

yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya

dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl

digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang

semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari

bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam

bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar.

Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino

besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun

demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar

protein dalam bahan makanan. Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi

menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.

Metode Lowry

Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).

Page 29: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu telah

digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang kemudian dikenal

dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana reagen folin ciocalteu apat

mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena kandungan fenolik dalam residu tersebut

mampu mereduksi fosfotungsat dan fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen

folin ciocalteu, menjadi tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini

menunjukkan puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin

ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung dengan ion-ion

Cu.

Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari fosfotungstat-

fosfomolibdad (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Na-carbonat 2% dalam NaOH 0,1

N, kupri sulfat dan Na-K-tartat 2%. Cara penentuannya seperti berikut: 1 ml larutan protein

ditambah 5 ml Lowry B, digojong dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambah 0,5

ml Lowry A digojong dan dibiarkan 20 menit. Selanjutnya diamati OD-nya.

Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk

sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I).

Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat

phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropoly molybdenum blue

akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang

memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri.

Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-

Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein.

Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 – 750 nm, tergantung

sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat

digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar

disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi

rendah.

Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk mengukur jumlah

penyerapan zat suatu senyawa. Penyerapan cahaya pada senyawa larutan tersebut, dalam

Page 30: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

spektrofotometri dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam penentuan konsentrasi

larutan atau senyawa secara kuantitatif.

Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry

ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA,

Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine,

magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan

menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk

mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA

dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan

pengendapan protein.

f. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Nama Sampel Bungkil Kelapa

Pengamatan ke I II

Kadar Air (%) 13,345 11,3033

Kadar Abu (%) 6,095 6,115

Kadar Ekstrak Eter (%) 7,33 6,275

Kadar Serat Kasar (%) 9,3465 14,4408

Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) 63,8885 61,8659

Rumus : Kadar BETN=100 %−(%air+%abu+%EE+%SK+%PK )

Pengamatan I

Kadar BETN=100 %−(13,345+6,09+7,33+9,3465)

¿100 %−36,1115

¿ 63,8885%

Page 31: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

Pengamatan II

Kadar BETN=100 %−(11,3033+6,115+6,275+14,4408)

¿100 %−38,1341

¿ 61,8659%

Pada perhitungan penetapan Bahan Eskstrak Tanpa Nitrogen ini tanpa adanya

kandungan protein kasar, hal ini disebabkan tidak adanya data kandungan protein kasar.

Sehingga hanya dihitung dari Kadar air, kadara abu, kadar ekstrak eter, dan kadar serat kasar

saja.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari pelaksanaan kegiatan praktikum Nutrisi Ternak Dasar tentang anlisis proksimat

ini dapat disimpulkan bahwa:

- Hasil analisis yang di dapat yaitu pada kadar air pengamatan I pada ulangan 1 adalah

13,35%; ulangan 2 adalah 13,6% dan ulangan 3 adalah 14,15%. Pada ulangan

pengamatan II pada ulangan 1 adalah 13,085%; ulangan 2 adalah 5,81% dan ulangan

3 adalah 13,95%.

- Kadar abu pada pengamatan1 adalah 6,095% dan pengamatan 2 adalah 6,115%.

- Kadar lemak kasar pada pengamatan 1 adalah 7,33% dan pada pengamatan 2 adalah

6,275%.

- kadar serat kasar pada pengamatan 1 adalah 9,6345% dan pengamatan 2 adalah

14,4408%.

- Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen pada pengamatan 1 adalah 63,8885% dan pada

pengamatan 2 adalah 61,8659%.

Page 32: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

4.2. Saran

Kegiatan praktikum ini harusnya dapat diikuti dengan kesungguhan dan keseriusan

agar kegiatan praktikum dapat berjalan lancar dan agar terhindar dari hal-hal yang tidak

dinginkan.

Kekompakan antar co-ass harus ada, jangan sampai ada perbedaan pendapat antar co-

as, misalnya: co-ass ‘A’ menyatakan bahwa seluruh data hasil dan perhitungan kelompok lain

harus dimasukkan kedalam hasil laporan’, sedangkan co-ass ‘B’ menyatakan hanya perlu

memasukkan data dan hasilnya saja tanpa perlu memasukkan perhitungannya juga. Hal ini

tentunya dapat membuat kebingungan para praktikan dan akhirnya yang dirugikan adalah

kami para praktikan.

DAFTAR PUSTAKABBPP Batu-Malang Jawa Timur. Tanpa Tahun. Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Ransum

Pakan Dari Beberapa Referensi dan Pendidikan Pelatihan Peternakan BBPP Batu

Malang Jawa Timur. https://docs.google.com/document/d/1_zWhX26xI3sfGFs-

rMVzgJKHrmPsWyBURF1arfOgMVo/edit (diakses pada 7 Oktober 2015 pukul

11.19 WIB)

Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Fenita, Yosi et al. 2015, Penuntun praktikum nutrisi ternak dasar (PTR) 210. Jurusan

peternakan, Fakultas pertanian UNIB. Bengkulu

Karra .2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta

Khairul. 2009 . Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Lukito, Agung dan Surip Prayugo. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Lobster Air Tawar.

Penebar Swadaya. Jakarta

Sudarmadji. 2003. Makanan Ternak Unggas. BPFE : Yogyakarta.

Page 33: Laporan Nutrisi Ternak Dasar

Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tillman, et al. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.