persepsi auditor eksternal terhadap …eprints.perbanas.ac.id/1784/1/artikel ilmiah.pdf · persepsi...
TRANSCRIPT
PERSEPSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP PROFESIONALISME DAN
KOMPETENSI DALAM MELAKUKAN “WHISTLEBLOWING”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi
Oleh :
ADICKY DWI REZA
NIM : 2012310502
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2016
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Adicky Dwi Reza
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo. 17 September 1993
N.I.M : 2012310502
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : Strata 1
Konsentrasi : Audit dan Perpajakan
Judul : Persepsi Auditor Eksternal Terhadap Profesionalisme dan
Kompetensi dalam melakukan Whistleblowing
Disetujui dan diterima baik oleh :
Dosen Pembimbing,
Tanggal:
(Dr. Dra. Rovila El Maghviroh, M.Si.Ak.CA.CMA.CIBA)
Ketua Program Sarjana Akuntansi
Tanggal:
(Dr. Luciana Spica Almilia,S.E.,M.Si.,QIA.,CPSAK)
1
PERCEPTION OF THE EXTERNAL AUDITOR ON THE PROFESSIONALISM AND
COMPETENCE IN PERFORMING WHISTLEBLOWING
Adicky Dwi Reza
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to examine the perception of the external auditor on the
professionalism and competence in performing whistleblowing . Methods of data analysis of
this research is using multiple linear regression analysis that the significance level is 0.05 .
The sampling method in this research is using convenience sampling method with the
external auditors who work in public accounting firm in Surabaya as respondents . This
research is a quantitative study with the primary data source and measured using a Likert
scale. The results of this study indicate that the professionalism variables affect the action of
external auditors in performing whistleblowing , while competence variable does not affect
the action of external auditors in conducting whistleblowing.
Keyword : Perception of the External Auditor, Professionalism, Competence, and
Whistleblowing,
PENDAHULUAN
Jasa akuntan publik pada saat ini
sangat dibutuhkan bagi para pelaku bisnis
yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan investor, kreditur, dan instansi
pemerintah lain selaku pemakai laporan
keuangan. Jasa akuntan publik dibutuhkan
untuk pembuktian wajar tidaknya laporan
keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan. Pelaksaaan pemeriksaan
kewajaran laporan keuangan melalui
pelaksaan audit yang dilakukan auditor
eksternal. Auditor eksternal adalah praktisi
mandiri atau disebut juga anggota dari
perusahaan akuntan publik yang
memberikan jasa profesional mereka
kepada klien. Profesi sebagai auditor
eksternal mempunyai tanggungjawab
melaksanakan pemeriksaan dan
mengevaluasi bukti tentang kejadian dan
kegiatan ekonomi perusahaan untuk
memberikan keyakinan kewajaran laporan
keuangan dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan akan melaporkan hasil
audit tersebut kepada pihak yang
berkepentingan dalam bentuk dokumen
laporan audit. Auditor eksternal seolah
dijadikan pihak yang paling bertanggung
jawab atas semua hasil dan harus
menerima tanggung jawab atas kegagalan
pihak lain. Menurut Vinten dalam Devi
dan Herry (2014) disebutkan bahwa
Seorang pelapor pelanggaran/kecurangan
(whistleblower) di negara barat rata-rata
dijadikan panutan/role model (Vinten,
1992) atas tindakan berani mereka
melaporkan tindakan tidak etis atau illegal
walaupun hal tersebut memberikan risiko
yang besar terhadap karir pekerjaannya,
kehidupan pribadi, maupun mental outlook
terhadap mereka. Seperti Sherron Watkins
pada kasus skandal window dressing pada
Enron, dia menjadi seorang whistleblower
tanpa memperdulikan resiko ke depannya
meskipun dia tahu apa saja resiko yang
akan diterimanya setelah dia
mengungkapkan pelanggaran yang terjadi.
Salah satu motivasinya untuk
2
mengungkapkan adanya pelanggaran di
perusahaannya hanya karena dia ingin
melakukan sesuatu yang benar untuk
perusahaannya di mana dia harus
bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup perusahaannya.
Whistleblower adalah bagian dari
pelaku kejahatan yang terjadi karena
whistleblower itu sendiri sangat dekat
dengan dengan kejahatan dan mengetahui
secara langsung tentang apa yang terjadi.
(Nixson, Syafrudin, Tan, dan Mahmud,
2013). Pada penelitian yang dilakukan
oleh Wayne A. Label and Dr. Terance D.
Miethe (2011) menunjukkan hasil bahwa
sebagian besar auditor dalam sampel
penelitian sangat menentang upaya untuk
meningkatkan whistleblowing. Hampir tiga
perempat dari auditor yang menentang dan
oposisi ini kuat di berbagai jenis auditor
dengan pengalaman yang berbeda dan
posisi organisasi. Penelitian R. Wilopo
Nurul Hasanah Uswati Dewi dan Djuwito
(2012) menghasilkan bahwa seorang
auditor yang tidak memiliki tingkat
kompetensi yang tinggi tidak
mempengaruhi diri seorang auditor
tersebut untuk berkehendak menjadi
whistleblowing. Seorang auditor yang
tidak ahli dapat menjadi seorang
whistleblowing atau pengungkap kejahatan
yang berada di organisasinya. Berbeda
dengan penelitian Lezer and Spaeth (2002)
menyatakan bahwa seseorang yang
berkehendak menjadi whistleblower ini
tergantung pada tingkat kompetensi yang
dimilikinya. Penelitian ini akan meneliti
tentang persepsi seorang auditor eksternal
terhadap sikap profesionalisme dan
kompetensi dalam melakukan tindakan
Whistleblowing. Profesionalisme auditor
eksternal dibutuhkan untuk melakukan
whistleblowing, karena profesionalisme
merupakan tindakan seorang yang
melakukan pekerjaan telah sesuai dengan
peraturan atau melakukan tindakan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Sedangkan kompetensi merupakan
pengetahuan yang dimiliki individu
diperoleh dari pengalaman dan pelatihan
khusus.
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Teori Persepsi
Teori Persepsi adalah teori yang
mendefinisikan suatu proses seseorang
untuk memahami kejadian atau objek
melalui suatu panca indera seseorang yang
kemudian akan menginterpretasikannya
dan mengartikan suatu kejadian. Persepsi
adalah sebuah proses individu
mengorganisasikan, menginterprestasikan
kesan sensoris untuk memberikan
pengertian pada lingkungan (Robbins
2015:103).
Pengaruh Profesionalisme Auditor
Eksternal Terhadap Whistleblowing
Dalam melakukan profesional
dapat ditemukan tantangan dan tuntutan
yang sangat berat, tetapi juga adanya pola
perilaku yang baik yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat. Semakin tinggi
profesionalisme yang dimiliki auditor
eksternal, maka akan semakin tinggi untuk
melakukan tindakan whitleblowing.
Karena whistleblowing merupakan
tindakan yang baik yang dapat membantu
pengungkapan tindak kecurangan dalam
suatu organisasi. Pada hasil dari
pengolahan data yang telah dilakukan
variabel Profesionalisme berpengaruh
terhadap tindakan dalam melakukan
Whistleblowing.
Pengaruh Kompetensi Auditor
Eksternal Terhadap Whistleblowing
Kompetensi ditentukan dalam tiga
faktor, yaitu faktor pendidikan formal,
pelatihan, dan pendidikan profesional.
Pengetahuan dan pengalaman auditor
membantu dalam mengatasi masalah-
masalah yang timbul pada proses audit.
Pengalaman merupakan banyaknya auditor
melakukan audit laporan keuangan.
Dengan kompetensi auditor semakin
meningkat, maka pengalaman dan
pengetahuan auditor akan lebih banyak
3
dimiliki oleh auditor. Namun, pada hasil
pengolahan data bahwa variabel
Kompetensi tidak berpengaruh terhadap
auditor eksternal dalam melakukan
tindakan Whistleblowing. Berikut ini
adalah kerangka pemikiran dalam
penelitian ini:
Hipotesis Penelitian
H1 : Profesionalisme mempunyai
pengaruh terhadap auditor eksternal
dalam melakukan tindakan
whistleblowing.
H2 : Kompetensi tidak mempunyai
pengaruh terhadap auditor eksternal
dalam melakukan tindakan
whistleblowing
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Berdasarkan metode analisis
menunjukkan bahwa penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif. Sumber
data penelitian ini menggunakan sumber
data primer, data yang bersumber dari
responden yang dihasilkan dengan
menggunakan kuesioner secara terstruktur
dengan responden. Metode survey
merupakan metode yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian ini.
Penyeberan kuesioner dilakukan pada
auditor eksternal yang berada di Kantor
Akuntan Publik di Surabaya guna
memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan dua
jenis variabel yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Veriabel dependen
dalam penelitian ini adalah Whistleblowing
(Y). Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
Profesionalisme (X1) dan Kompetensi
auditor eksternal (X2)
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Whistleblowing
Whistleblowing dalam penelitian
ini bertindak sebagai variabel dependen.
Whistleblowing dalam penelitian ini
dipengaruhi oleh profesionalisme auditor
eksternal dan kompetensi auditor eksternal
yang bertindak sebagai variabel
independen. Variabel ini diukur
menggunakan kuesioner dalam bentuk
kasus dengan skala Likert 1-5. Pada poin
satu merepresentasikan “Rendah” dan
pada poin lima merepresantikan “Tinggi”.
Profesionalisme
Penelitian ini menggunakan
variabel independen profesionalisme
auditor eksternal yang akan mempengaruhi
variabel dependen yaitu whistleblowing.
Pada profesionalisme auditor ekternal akan
menggunakan lima dimensi yaitu afiliasi
dengan komunitas, kewajiban sosial,
dedikasi terhadap pekerjaan, keyakinan
terhadap peraturan sendiri atau profesi,
dan tuntutan untuk mandiri. Pada poin satu
sebagai poin terendah mempresentasikan
“sangat tidak setuju” dan pada poin lima
sebagai poin tertinggi mempresentasikan
“sangat setuju”.
Kompetensi
Kompetensi auditor eksternal
adalah auditor yang banyak memliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup
mempuni dan mampu melakukan audit
secara objektif. Semakin tinggi tingkat
kompetensi yang dimiliki oleh auditor
eksternal maka auditor eksternal tidak
akan melakukan tindakan kecurangan dan
sebaliknya maka akan tinggi tingkat
kewaspadaan atas tindakan kecurangan.
Kompetensi auditor eksternal dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuesioner dengan skala likert. Pada poin
satu mempresentasikan “sangat tidak
PROFESIONALISME
KOMPETENSI
WHISTLEBLOWING
4
setuju dan poin lima akan
mempresentasikan “sangat setuju”
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menganalisis
tentang persepsi auditor eksternal terhadap
pengaruh profesionalisme dan kompetesi
dalam tindakan whistleblowing. Auditor
eksternal yang bekerja di Kntor Akuntan
Publik di wilayah Surabaya adalah
responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Penyebaran kuesioner akan
dilakukan pada 28 Juni 2016 dan
pengambilan kuesioner akan dibatasi
sampai dengan tanggal 14 Juli 2016. Pada
metode pengumpulan data akan dilakukan
dengan secara langsung memberikan
kuesioner kepada responden. Sebelum
melakukan penyebaran kuesioner akan
menghubungi terlebih dahulu ke Kantor
Akuntan Publik yang akan dilakukan
penyebaran kuesioner. Terdapat empat
puluh lima data Kantor Akuntan Publik di
wilayah Surabaya yang bersumber dari
data Kantor Akuntan Publik dari IAPI.
Keterangan Jumlah Presentase kuesioner yang
kembali 52 83,9%
kuesioner tidak
kembali 10 16,1%
Kuesioner yang
disebar 62 100%
Sumber: Data diolah, 2016
Uji Validitas
Uji validitas pada penelitian ini
digunakan untuk mengukur valid tidaknya
suatu kuesioner. Pada kuesioner dikatakan
valid apablia pertanyaa pada kuesioner
mampu mengungkapkan seseuatu atau
hasil yang diukur dengan kuesioner
tersebut. Kuesioner dapat dikatakan valid
tidaknya dengan menganalisis atau melihat
nilai pada signifikan, apabila korelasi
signifikan < 0,05 maka pengujian variabel
dapat diakatan valid, dan akan dapat
dikatakan tidak valid jika korelasi
signifikan > 0,05. Pada pengujian valid
atau tidak validnya pertanyaan juga dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai
pada r hitung dan r tabel. Uji validitas
penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel
berikut :
Sumber : Data diolah, 2016 No Variabel Kode Correlat Sig. Ket
2
X1
X1_Q1 0,304* ,028 VALID
X1_Q2 0,384** ,005 VALID
X1_Q3 0,394** ,004 VALID
X1_Q4 0,355** ,010 VALID
X1_Q5 0,367** 0,07 VALID
X1_Q6 0,378** ,006 VALID
X1_Q7 0,329* ,017 VALID
X1_Q8 0,303* ,029 VALID
X1_Q9 0,339* ,014 VALID
X1_Q10 0,377** ,006 VALID
X1_Q11 0,566** ,000 VALID
X1_Q12 0,478** ,000 VALID
X1_Q13 0,349** ,011 VALID
X1_Q14 0,319* ,021 VALID
X1_Q15 0,339* ,014 VALID
Sumber : Data diolah, 2016
No Varia
bel Kode Correlat Sig. Ket
3
X2
X2_Q1 0,277* ,047 VALID
X2_Q2 0,576** ,000 VALID
X2_Q3 0,619** ,000 VALID
X2_Q4 0,496** ,000 VALID
X2_Q5 0,331* ,017 VALID
X2_Q6 0,433** 0,01 VALID
X2_Q7 0,320* ,021 VALID
X2_Q8 0,350* ,011 VALID
X2_Q9 0,358** ,009 VALID
X2_Q10 0,393* ,035 VALID
Sumber : Data diolah, 2016
Pada tabel diatas menjelaskan
hasil uji validitas bahwa dari 37 item
pertanyaan pada variabel whistleblowing,
profesionalisme, dan kompetensi dapat
dinyatakan valid dan hasil tersebut dapat
dibuktikan dari menganalisis nilai
signifikan yang dihasilkan dari data yang
diolah tersebut yaitu kurang dari 0,05.
Setelah pengujian dilakukan dengan uji
validitas, berikutnya akan berlanjut pada
uji reabilitas.
No Variabel Kode Correlati
on Sig.
Ketera
ngan
1
Y
K1_1 0,711** ,000 VALID
K1_2 0,525** ,000 VALID
K1_3 0,663** ,000 VALID
K1_4 0,630** ,000 VALID
K2_1 0,425** ,002 VALID
K2_2 0,380** ,006 VALID
K2_3 0,726** ,000 VALID
K2_4 0,449** ,001 VALID
K3_1 0,587** ,000 VALID
K3_2 0,642** ,000 VALID
K3_3 0,612** ,000 VALID
K3_4 0, 354** ,010 VALID
5
Uji Reabilitas
Uji reabilitas merupakan alat uji
yang digunakan untuk mengukur suatu
kuesioner yang termasuk dalam indikator
variabel. Kuesioner dapat dikatakan
reliable apabila jawaban responden atau
seseorang terhadap pertanyaan konsisten
atau stabil. Variabel dapat dikatakan
reliable jika nilai Cronbach Alpha > 0,70
dan apabila < 0,70 maka variabel tersebut
tidak reliable. Hasil reabliti penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No VARIABEL CRONBACH
ALPHA KETERANGAN
1 Whistleblowing 0,760 RELIABEL
2 Profesionalisme 0,711 RELIABEL
3 Kompetensi 0,734 RELIABEL
Sumber : Data diolah, 2016
Pada tabel diatas melihatkan hasil
uji reabilitas semua variabel pada
penelitian in dapat dikatakan reliabel. Hal
tersebut ditujukkan pada Cronbach Alpha
> 0,70. Variabel whistleblowing terlihat
bahwa memiliki tingkat realibitas yang
tinggi dengan nilai Cronbach Alpha 0,760
dan vaiabel kompetensi merupakan
variabel yang memiliki tingkat reabilitas
rendah, hal tersebut dapat dilihat dari nilai
Cronbach Alpha 0,711. Variabel
profesionalisme memiliki nilai Cronbach
Alpha sebesar 0,734.
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi merupakan
penjelasan tentang ketergantungan variabel
dependen dengan variabel independen
yang bertujuan mengestimasi dan
memprediksi nilai rata-rata variabel
dependen yang dihasilkan dari nilai
variabel yang diketahui atau memprediksi
rata-rata populasi. Pada hasil analisis
regresi linear berganda dapat diperoleh
hasil yang ditunjukkan sebagai berikut :
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan tabel yang ada diatas
(4.9) menghasilkan analisis linear regeresi
berganda, berikut adalah model persamaan
regresi linear berganda yang diperoleh:
Y = 14,957 + 0,601X1 – 0,076X2 + e
Pengujian Hipotesis
Uji F
Uji signifikansi simultan (uji
statistic F) merupakan alat uji untuk
membuktikan variabel independen apakah
mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen (terkait).
Perolehan dari probabilitas F hitung p
menunjukkan < 0,05 maka H0 ditolak,
sebaliknya apabila probabilitas F hitung p
menunjukkan > 0,05 maka Ha diterima,
maka model regresi fit. Apabila nilai
sigifikansi > 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, maka model regresi tidak fit.
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1Regression
Residual
Total
92,712
417,288
510,000
2
49
51
46,356
8,516
5,443 ,007a
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan hasil uji F (tabel 4.10)
yang menjelaskan nilai F hitung senilai
5,443 dengan nilai signifikansi 0,007.
Hasil tersebut dapat diartikan bahwa Sig.
0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, maka model regresi merupakan
model regresi fit. Demikian dapat
disimpulkan variabel Profesionalisme dan
Kompetensi secara bersama dapat
mempengaruhi variabel Whistleblowing.
Model
Unstandardized
Coefficients
Stad.
Coef T Sig.
B Std.
Error
Beta
Const
Prof
Komp
14,957
,601
-,076
12,700
,202
,308
,443
-,037
1,178
2,981
-,248
,245
,004
,805
6
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) yang
merupakan alat ukur yang digunakan
untuk menguji seberapa jauh kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan
variasi dari variabel dependen. Hasil uji
koefisien determinasi (R2) disajikan pada
tabel berikut ini:
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarakan hasil uji koefisien
determinasi (R2) diatas (tabel 4.11)
memberikan penjelasan bahwa adjusted R
square menunjukkan nilai 0,148 (14,8%).
Hasil tersebut menjelaskan kemampuan
independen yaitu Profesionalisme dan
Kompetensi dapat mempengaruhi variabel
dependen yaitu Whistleblowing senilai
0,148 (14,8%) dan sisanya untuk
menjelaskan faktor-faktor lainnya yang
tidak terlibat pada model penelitian ini
senilai 0,852 (85,2%).
Uji t
Uji signifikan parameter individual
(uji statistic t) merupakan alat ukur
pengaruh sebuah variabel penjelas atau
variabel individual secara individual yang
digunakan untuk menjelaskan variasi dari
variabel dependen. Apabila hasil
menunjukkan nila signifikan < 0,05 maka
H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
berpengaruh signifikan dan jika nilai
menunjukkan signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
berpengaruh signifikan.
Sumber : Data diolah, 2016
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama pada penelitian ini
dilakukan untuk menguji pengaruh
Profesionalisme (X1) terhadap
Whistleblowing (Y). Berdasarkan hasil
pengujian yang diperoleh, maka
dihasilkan nilai t hitung sebesar 2,981
dengan niali signifikan senilai 0,004.
Pada hasil tersebut menunjukkan nilai
signifikan senilai 0,004 < 0,05 dan
dapat diartikan bahwa Profesionalisme
berpengaruh terhadap Whistleblowing
yang berarti H0 ditolak dan Ha
diterima.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua pada penelitian ini
dilakukan untuk menguji pengaruh
Kompetensi (X2) terhadap
Whistleblowing (Y). Berdasarkan hasil
pengujian yang diperoleh, maka
dihasilkan nilai t hitung sebesar -,0,248
dengan niali signifikan senilai 0,805.
Pada hasil tersebut menunjukkan nilai
signifikan senilai 0,805 > 0,05 dan
dapat diartikan bahwa Kompetensi
tidak berpengaruh terhadap
Whistleblowing yang berarti H0
diterima dan Ha ditolak.
PEMBAHASAN
Pengaruh Profesionalisme Terhadap
Whistleblowing
Berdasarkan pada hasil yang
didapatkan dari data yang telah diuji dan
dianalisis menunjukkan nilai t hitung
2,981 dengan nilai signifikan 0,004 yang
dapat diartikan bahwa variabel
Profesionalisme (X1) berpengaruh
terhadap variabel Whistleblowing (Y),
karena nilai 0,004<0,05. Profrsionalisme
dapat berpengaruh terhadap variabel
whistleblowing juga dikarenakan jawaban
responden pada waktu mengisi kuesioner
yang sebagian besar setuju dan sangat
setuju dalam menjawab pertanyaan positif
yang ditanyakan. Hasil dari rata-rata
jawaban yang menjawab sangat setuju
sebanyak 18 responden dan 34 responden
Model R R.
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
1 ,426a ,182 ,148 2,918
Model
Unstandaadized
Coefficients
Standar
dized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error Beta
(Constant) Profesionali
sme
Kompetensi
14,95
7
,601 -,076
12,700 ,202
,308
,443
-,037
1,178 2,981
-,248
,245 ,004
,805
7
menjawab setuju. Semakin tinggi tingkat
profesionalisme seorang auditor eksternal
maka semakin tinggi pula seorang auditor
eksternal dapat melakukan whistleblowing.
Pada penelitian ini 48.08% adalah auditor
junior, profesionalisme tetap berpengaruh
terhadap whistleblowing karena audior
junior juga sudah mempunyai profesionali.
Hal tersebut karena auditor junior akan
lebih disiplin untuk bekerja, dengan
melakukan audit tepat waktu untuk
menberikan gambaran baik untuk dirinya
dan juga audior junior sudah mendapatkan
pembekalan untuk bertindak profesional
pada awal sebelum diterima kerja atau
untuk melakukan proses audit.
Berdasarkan hasil penelitian ini
yang menunjukkan dari persepsi auditor
eksternal sebagai pihak yang dianggap
berperan sebagai whistleblowing,
seseorang dapat atau ingin menjadi
whistleblowing sangat ditentukan oleh
profesionalisme dari auditor eksternal
yang menerima informasi tetang
kecurangan yang dilakukan oleh pihak lain
dan untuk dilakukan perbaikan. Hasil
penelitian ini telah memberikan bukti
konsisten dengan penelitian terdahulu
yang hasilnya variabel Profesionalisme
berpengaruh terhadap intensi melakukan
whistleblowing. (Devi Novita dan Herry,
2014)
Pengaruh Kompetensi Terhadap
Whistleblowing
Berdasarkan pada hasil yang
didapatkan dari data yang telah diuji dan
dianalisis maka dapat menunjukkan
variabel Kompetensi (X2) tidak
berpengaruh terhadap variabel
Whistleblowing (Y). Hasil tersebut dapat
diketahui setelah melihat hasil dari
pengolahan data uji t dengan menunjukkan
nilai t hitung senilai -0,248 dan nilai
signifikan senilai 0,805 yang kurang dari
0,05. Semakin tinggi seorang auditor
eksternal memiliki sikap kompetensi,
maka semakin rendah seorang auditor
eksternal dapat menjadi whistleblowing.
Berdasarkan pada jawaban
kuesioner yang sudah diisi, jawaban dari
responden menunjukkan bahwa banyak
rsponden yang menjawab setuju dan
sangat sejutu, karena pertanyaan yang ada
di kuesioner merupakan pertanyaan yang
mengarah pada jawaban yang positif,
sehingga responden lebih banyak yang
menjawab setuju dan sangat setuju.
Namun kompetensi tidak berpengaruh, hal
tersebut dapat dikarenakan 48,08%
responden adalah auditor junior, karena
auditor junior masih mempunyai
pendidikan formal yang belum tinggi,
pelatihan yang sedikit, dan juga masih
belum mempunyai keahlian yang bagus
dibandingkan dengan auditor senior. Pada
hasil penelitian ini yang menunjukkan
bahwa persepi auditor eksternal yang
berperan untuk mengetahui kejahatan yang
dilakukan pihak lain, keberadaan
kompetensi dianggap tidak perlu bagi
auditor eksternal dalam melakukan
whistleblowing. Hasil dari penelitian ini
telah memberikan bukti konsisten dengan
penelitian terdahulu yang hasilnya
kompetensi tidak memiliki pengaruh
terhadap whistleblowing. (R. Wilopo,
Nurul Hasanah, dan Djuwito, 2012)
KESIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk
menguji dan menganalisis pengaruh
profesionalisme dan kompetensi terhadap
whistleblowing. Penelitian ini menjadikan
auditor eksternal yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik di Surabaya sebagai
responden. Kuesioner yang berasil tersebar
sebanyak 62 kuesioner, tetapi yang dapat
diolah sebanyak 52 kuesioner karena
sebagian lembar kuesioner tidak diisi.
Pengujian pada penelitian ini
menggunakan alat uji yaitu, uji analisis
deskriptif dan uji analisis regresi linier
berganda. Hasil dari pengujian hipotesis
penelitian ini dan pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut ini :
8
1. Auditor eksternal bersedia untuk
menjadi seorang Whistleblowing
apabila seorang auditor eksternal
tersebut memilki sikap
profesionalisme, sedangkan sikap
kompetensi tidak dibutuhkan auditor
eksternal untuk menjadi seorang
Whistleblowing.
2. Variabel Profesionalisme memiliki
pengaruh terhadap auditor eksternal
adalam melakukan tindakan
Whistleblowing.
3. Variabel Kompetensi tidak memiliki
pengaruh terhadap auditor eksternal
dalam melakukan tindakan
Whistleblowing.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini secara maksimal
telah disesuaikan dengan maksud dan
tujuan penelitian. Namun penelitian ini
masih didaptkan keterbatasan-keterbatasab
yang tidak dapat dihindari, berikut ini
adalah keterbatasan tersebut :
1. Keterbatasan penelitian ini terdapat
pada pengumpulan responden. Kantor
Akuntan Publik di Surabaya yang
terdaftar di IAPI sebanyak 45 KAP,
namun dari 45 KAP tersebut hanya 11
KAP yang bersedia menerima
kuesioner penelitian ini. Banyak
Kantor Akuntan Publik yang menolak
karena auditor eksternal mereka
sedang melakukan pelatihan dan juga
ada yang ke luar kota untuk menemui
klien. Keterbatasan juga terdapat pada
2. Pada persepsi seorang auditor eksternal
yang tidak dapat memberikan
kepastian apakah auditor eksternal
tersebut sudah atau belum mengalami
secara langsung menjadi seorang
Whistleblowing. Karena dibutuhkan
pengalaman secara langsung auditor
eksternal untuk menjadi seorang
whistleblowing guna dapat
memberikan suatu persepsi. Karena
persepsi adalah sebuah proses individu
mengorganisasikan dan
menginterprestasikan kesan sensoris
untuk memberikan pengertian pada
lingkungan (Robbins 2015:103).
Saran
Pada penelitian ini membahas
tentang Whistleblowing yang jarang untuk
dijadikan topik dalam penelitian. Saran
bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk
lebih menambahkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi auditor eksternal
dalam melakukan tindakan whistleblowing
dan dapat mengetahui apa saja sikap
auditor eksternal yang memotivasinya
untuk melakukan tindakan whistleblowing.
DAFTAR RUJUKAN
Elfarina, Christina, Eunike, 2007.
“Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit”. Universitas
Negeri Semarang.
Evarista Febrina Sugiharto. 2015, Elfarina.
2007. “Pengaruh Kompetensi,
Independensi dan Akuntanbilitas
Auditor terhadap Kualitas
Audit”. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang 2015.
Fitri Yani Jalil. 2014. “Pengaruh
Komitmen Profesional Dan
Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa
Audit Terhadap Perilaku
Whistleblowing”. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol. 4, No. 2,
Agustus 2014.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
IBM SPSS 20. Semarang:
Universitas Diponegoro.
9
Gibson, dkk. 1986. Organisasi : Perilaku,
struktur, Proses, Edisi Kelima,
Jilid 1, Ahli Bahasa Djarkasih,
Erlangga, Jakarta.
Hall, James A dan Tommie Singleton.
2007. Audit dan Assurance
Teknologi Informasi Edisi
Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Hoffman, W. Michael and Robert E.
(2008). “A Business Ethics
Theory of Whistleblowing”.
Journal of Business and
Environmental Ethics . Bentley
Universiy. Waltham MA. USA,
45-59.
J. Leonard. Dan Paul Dunn. 2007. “Etika
Bisnis dan Profesi untuk
Direktur, Eksekutif, dan
Akuntan”. Jakarta : Salemba
Empat
Kamus Label, W. A., & Miethe, T. D.
(2011). Whistleblowing and
external auditors.Journal of
Applied Business Research
(JABR), 15(2), 87-92.
Label, W. A., & Miethe, T. D. 2011.
Whistleblowing and external
auditors.Journal of Applied
Business Research
(JABR), 15(2), 87-92.
Malik M.G., Rahardian. 2010. R. Dimas
Arief Yulianto. 2015, “Pengaruh
orientasi etika, komitmen
profesional, dan sensitivitas etis
terhadap whistleblowing, fakultas
ekonomi universitas negeri
yogyakarta”
Robbins, Stephen, dan Timothy A. Judge.
2015 Perilaku Organisasi (edisi
kedua belas). Diterjemahkan oleh
Diana Angelica. Jakarta :
Salemba Empat
Rina Rusyanti, 2010. Arleen dan Yulius
Kurnia Susanto, 2008. “Pengaruh
sikap skeptisme auditor,
profesionalisme auditor dan
tekanan anggaran waktu terhadap
kualitas audit”.
Smith, D dan M. Hall, 2008, “An
Empirical Examination of a
Three-Component Model of
Professional Commitment Model
of Professional Commitment
Among Public Accountant”,
Behavioral Research in
Accounting, Vol. 20, No.1
Sari, D. N., & Laksito, H. 2014.
Profesionalisme Internal Auditor
Dan Intensi Melakukan
Whistleblowing. Diponegoro
Journal of Accounting, 267-274.
Tampubolon, M. P. (2012). Perilaku
Keorganisasian (3ed.). Bogor:
Ghalia Indonesia.
Walgito, B. 2004. Pengantar psikologi
Umum. Yogyakarta : Andi Offset
Wilopo, R. (2013). Etika Profesi Akuntan :
Kasus-kasus di Indonesia.
Surabaya: STIE Perbanas
Surabaya.
Wilopo, R. Nurul Hasanah, U, D. Djuwito.
2012. Faktor Internal dan
Eksternal Dalam Whistleblower
System.Jurnal Ekonomi dan
Keuangan.
http://regional.kompas.com/read/2010/05/
18/21371744/Akuntan.Publik.Di
duga.Terlibat diakses pada
tanggal 11 Juni 2016 pada pukul
23.15 WIB.