perjalanan suci di tanah vraja

213
PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA Bhagératha Däsaù

Upload: gung-ngara

Post on 13-Apr-2017

129 views

Category:

Spiritual


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA

Bhagératha Däsaù

Page 2: Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Page 3: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA

Page 4: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA

Penulis:Bhagératha Däsaù

Layout/Penyelaras Akhir:Lakñmé Näräyana Däsaù

Penerbit:Narayana Smrti Press

Jl. Sudarsan Chakra No. 3 MaguwoharjoYogyakarta

Cetakan Pertama: Februari 201113,7 x 20,5 cm

xx + 189 halaman

.

Hak Cipta pada PenulisHak Cipta Dilindungi Undang-Undang:

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis atau penerbit

Page 5: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Daftar isi

Persembahan .................................................................................... viiUcapan Terimakasih ......................................................................... ixPrakata ............................................................................................. xiPendahuluan .................................................................................... xvSepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma ....................................... xxiii

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana ............................................ 1

Maöhurä ........................................................................................... 17

Gokula ............................................................................................... 35

Våndävana ......................................................................................... 63

Varñäëä .............................................................................................. 147

Nanda Grama .................................................................................... 159

Jabaran Waktu Keberadaan Tuhan Çré Kåñëa Selama Di PlanetBumi Lima Ribu Tahun Yang Lalu .................................................... 187

v

Page 6: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

vi

Page 7: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Persembahan

Kepada

vii

Param pujyaÇré Çrémad Añöottara-çata A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda

(Pendiri dan acarya masyarakat kesadaran Krsna internasional)

Page 8: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

viii

Buku ini juga dipersembahkankepada

Guru kerohanian hambaParam pujya

Çréla Bhakti Räghava Swami Maharaj

Page 9: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Ucapan Terimakasih

Atas karunia Çré Çré Guru dan Gauraìga, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada H.D.G. A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupäda karena atas karunia beliau, tanah suci yang sangat rahasia telah terungkap dikalangan kita yang berada dalam kebodohan yang paling gelap dunia material. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada guru kerohanian saya, H.H. Bhakti Räghava Swami Maharäj, karena atas karunia dan bimbingan beliau, saya telah mendapat kesempatan menimba pendidikan dan tingal di tempat suci Vraja bumi untuk belajar dibawah H.G. Gopé Paräëadhana Prabhu, seorang murid senior Çréla Prabhupäda. Kepada H.G. Gopé-paräëadhana, yang telah memberikan begitu banyak inspirasi dan semangat kepada saya dalam pengabdian suci selama belajar dibawah beliau di Çré Govardhana dham – Vraja mandal. Kepada Kiçora Kåñëa Prabhu, saudara seguru saya yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya selama berada di tanah suci Bharata-bumi.

Ucapan terimakasi juga saya sampaikan kepada beberapa penyembah yang telah banyak membantu saya sehingga buku ini bisa terbit. H.G. Lakñmé Näräyana Prabhu, yang telah meluangkan waktu untuk layout dan membantu mengedit buku ini. Kepada H.G. Çrénidhi Prabhu, yang juga telah meluangkan cukup banyak waktu untuk membantu pengeditan. Dan kepada banyak Vaisnava lainnya yang tidak bisa saya

ix

Page 10: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

x

sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan saya semangat dan dukungan untuk menulis dan menerbitkan buku “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” ini. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, kepada semua Vaisnava, khususnya para pembaca semoga mendapatkan inspirasi lebih dalam untuk mengetahui lebih banyak lélä dan tempat rahasia spiritual, Çré Vraja mandala.

Hare Krsna

Page 11: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Prakata

Saya sangat puas dan senang saat membaca buku pertama Çrémän Bhagératha däsa berjudul “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Sebelum saya berkomentar pada buku ini, pertama-tama saya ingin sedikit berbicara tentang si penulis.

Penulis muda ini awalnya ketemu kesadaran Krsna di Bali – Indonesia ketika dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Atas pergaulan yang baik dari para penyembah seperti Dhåtätmä däsa, Kiçora Kåñëa däsa dan yang lainnya, dengan perkembangan yang pesat dia mengembangkan keterikatan kuat dalam pengabdian suci dan pergaulan pada para penyembah. Ketika berada di Kåñëa Balaräma Mandir di Denpasar, kami mendapatkan kesempatan untuk ketemu satu sama lain sekitar tahun 1998-1999. Saat itu dia tidak begitu fasih dalam berbahasa inggris. Namun dia meperlihatkan semangat yang kuat untuk belajar dan melayani. Segera setelah lulus sekolah dia bergabung sebagai brahmacari asram.

Berkeinginan untuk memberikan kesempatan kepada beberapa penyembah dari Indonesia untuk lebih akrab dan dekat berhubungan dengan kebudayaan Veda, pada tahun 2004 kami mengatur beasiswa untuk program pendidikan yoga selama tiga tahun untuk Kiçora Däsa

xi

Oà Surabhyai namaù Oà Çré-gurave namaù

Page 12: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dan Bhagératha Däsa. Atas karunia Yang Maha Kuasa, pada saat itu program gurukula BBT untuk program belajar bahasa sansekerta, Çrémad-Bhägavatam Vidyäpéöham, dicanangkan akan segera dibuka. Gurukula tradisional ini dipimpin oleh H.G. Gopéparäëadhana däsa, seorang murid senior Çréla Prabhupäda dan salah satu dari senior editor Sanskrit di BBT. Ini adalah suatu kesempatan yang jarang dan khusus bagi Bhagératha däsa untuk dapat diterima dalam program belajar tiga tahun mereka. Atas karunia Kåñëa, meskipun relatif masih sangat awam dalam bahasa inggris, dia diterima sebagai murid angkatan pertama dimana kebanyakan muridnya berasal dari negara-negara asing. Karena gurukula memerlukan pujari untuk memuja Çré Çré Gaura Nitäi, para otoritas meminta Bhagératha Däsa untuk melakukan pelayanan tersebut. Karena belum menerima brähmaëa dékñä, maka diputuskan untuk melaksanakan upacara yajïa di Govardhana yang dilakukan langsung oleh Gopéparäëadhana däsa.

Selama tiga tahun belajar, Çrémän Bhagératha däsa terbukti sebagai murid yang tekun. Atas pergaulan dengan para penyembah dari negara asing, dia mengembangkan bahasa ingrisnya dengan pesat. Sebagai kepala pujari (pendeta) untuk gurukula, dia memuja Çré Çré Gaura Nitäi dengan penuh perhatian. Dia tinggal di daerah Govardhana. Tetapi secara teratur dia mengunjungi berbagai tempat suci di Vraja, sebuah penemuan dunia baru di setiap kunjungan. Pada waktu inilah dia mempelajari bahasa sansekerta dimana dia menekuninya dengan serius sehinga menguasainya dengan cepat. Atas karunia Çré Çré Gaura Nitai, dia juga mendapat kesempatan melayani Çré Çré Kåñëa Balaräma di dalam bentuk dua Çré Giriräja Govardhana çiläs. Dia lulus dari Çrémad-Bhägavatam Vidyäpéöham pada tahun 2008 dan menerima gelar Bhagavat-çästré. Buku yang telah dia tulis membawa pembaca pada sebuah perjalanan suci ke tempat suci yang paling menarik diantara semua tempat suci, Çré Vraja Dhama, dimana setiap hari Tuhan Çré Kåñëa melakukan nitya-lélä, kegiatan kekal, dengan rekan kekalNya yaitu para gopa dan gopé di tepi sungai Yamunä dan di dua belas hutan Våndävana. Hal ini mengingatkan pada perjalanan Jéva Gosvämé di Navadvépa didampingi oleh Tuhan Nityänanda yang dijelaskan dengan baik oleh Bhaktivinoda Thakura dalam karyanya Çré Navadvépa-dhäma-mähätmyam pada bagian Parikramä-khaëòa. Perjalanan yang dibawakan untuk kita oleh Bhagératha Däsa mencangkup semua tempat penting di Vraja diawali

xii

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

Page 13: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dengan uraian Mathurä dan diikuti dengan semua tempat utama Kåñëa lélä di Gokula, Våndävana, Varñäëä dan Nanda gräma. Penulis menguraikan berbagai kuil dan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan Çré Kåñëa yang memberikan pembaca gambaran yang hidup tentang dunia rohani dengan menyajikan foto-foto kuil, kuëòa dan banyak hal lain di dalam buku ini.

Siapapun yang membaca deskripsi ini akan diingatkan pada kegiatan Tuhan sehari-hari berikut: “Tuhan Çré Kåñëa meniup serulingNya dengan keras sambil Beliau memasuki hutan di Çré Våndävana, sehingga memberikan kebahagiaan yang tidak terbayangkan pada semua penduduk desanya, Vraja-dhäma. Kegiatan sederhana ini, yaitu kejenakaan memasuki hutan, bermain seruling dan sebagainya, dilakukan setiap hari di tanah spiritual Våndävana.” [SB 10.15.2]. Çréla Prabhupäda juga menjelaskan bahwa tempat suci yang hadir di Bhauma Våndävana (di dunia material) ini tidak berbeda dengan Goloka Våndävana (di dunia rohani) dan juga tidak berbeda dengan Kåñëa sendiri: “Tempat-tempat yang berada di dunia ini tidak berbeda dengan tempat aslinya karena tempat-tempat itu merupakan cerminan tempat suci yang asli yang berada di dunia rohani. Tempat-tempat itu sama dengan Kåñëa sendiri dan sama-sama patut dipuja. Tuhan Çré Caitanya menyatakan bahwa Tuhan Çré Kåñëa, yang menjadikan dirinya sebagai putra raja Vraja patut dipuja dan begitu juga Våndävana Dhäma juga sama-sama patut dipuja.” [CC Adi 5.18]

Bagi mereka yang secara fisik belum mendapatkan kesempatan mengunjungi Vraja, buku ini akan memberikan pengenalan yang sangat bagus. Bagi mereka yang beruntung telah berkunjung ke Vraja, buku ini akan membantu untuk mengingat kembali meditasi yang dalam pada Çré Våndävana Dhäma. Penemuan tempat suci di tanah suci Våndävana adalah kelanjutan pelayanan yang dilakukan oleh Çré Caitanya Mahäprabhu yang secara pribadi mengirim muridnya yang paling utama, enam gosvami Våndävana, untuk mencari tempat tempat suci ini dan terus mengundang roh-roh yang terikat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka dengan dunia spiritual yang telah terputus.

Kita harus berterimakasi kepada Çrémän Bhagératha däsa karena telah menulis secara ekstensif tentang tempat suci yang paling mulia, Våndävana Dhäma. Kita berdoa semoga Tuhan Çré Kåñëa, tujuan dan acuan meditasi bagi para penduduk Våndävana, akan berkarunia kepada

xiii

Prakata

Page 14: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

penulis dan pembaca sehingga bisa mengembangkan cinta bhakti rohani kepada Kåñëa yang telah terpendam.

Çrémän Bhagératha däsa saat ini tinggal di Bali dan sekarang sudah menikah dengan Çrémati Tusmila Permana Dewi (bhaktin), yang juga berasal dari Bali. Dia sekali-kali berkunjung ke India untuk mengantar para penyembah berziarah di dalam dan di sekitar Vraja. Segera setelah tiba di Indonesia, dia berkecimpung di dalam menyelenggarakan pendidikan Varnasrama dan traditional gurukula di Gianyar-Bali. Dia telah membantu untuk mengorganisir global varnasrama seminar tahunan di Bali selama dua kali dalam 2 tahun berturut-turut. Kåñëe matir astu,

Bhakti Räghava Swami

xiv

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

Page 15: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Pendahuluan

oà ajïäna-timirändhasyajïänäïjana-çaläkayä

cakñur unmélitaà yenatasmai çré-gurave namaù

Hamba dilahirkan di dalam kebodohan yang gelap, tetapi guru kerohanian hamba telah membuka mata hamba dengan penerangan berupa pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada beliau.

nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-taleçrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine

namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëenirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe

“Hamba bersujud dengan hormat kepada Çré Çrémad A.C. Bhaktivedanta swami Prabhupäda, yang sangat dicintai oleh Tuhan Çré Kåñëa karena beliau sepenuhnya berlindung pada kaki padma-Nya. Sembah sujud hamba kepada anda, O tuanku, pelayan Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté Gosvämé. Anda sangat berkarunia dengan mengajarkan ajaran Çré Caitanya dan membebaskan negara-negara barat yang penuh dengan filsafat mäyävädé dan çünyavädé (Tuhan tidak berbentuk pribadi dan sifat kekosongan)”.

xv

Page 16: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Vrajendra-nandanaà vande sa-rämaà jaladä prabhamÇré-dämädyaiù parivritaà sakhya-prema-pariplutam

“Hamba menghaturkan sembah sujud kepada Vrajendra-Nandana yang warna kulitNya bagaikan awan menjelang hujan, beliau yang di temani oleh Çré Balaräma dan dikelilingi oleh anak-anak pengembala sapi yang di pimpin oleh Çré Däma. Beliau di banjiri oleh rasa cinta bhakti rohani anak gembala sapi”.

çré-kåñëa-Caitanya prabhu-nityänanda çré-advaitagadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda

“Hamba bersujud kepada Çré Kåñëa Chaitanya, Prabhu Nityänanda, Çré Advaita, Gadädhara, Çréväsa, dan semua yang berada di dalam garis pengabdian suci bhakti”.

hare kåñëa hare kåñëa kåñëa kåñëa hare harehare räma hare räma räma räma hare hare

vraja-väsé-gaëa, pracäraka-dhana,pratiñöhä-bhikñuka tä’rä nahe ‘çava’

präëa äche tä’r, se-hetu pracär,pratiñöhäçä-héna-’kåñëa-gäthä’ saba

“Harta karun yang paling berharga dari para pelayan Tuhan yang mengajarkan kesadaran Kåñëa, mereka sebenarnya merupakan kepribadian yang kekal yang tingal di Vraja-dhäm. Mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu untuk diri mereka hanya untuk reputasi material yang tidak berharga yang hanya kelihatan berharga bagi orang yang bagaikan mayat. Para vraja-väsé sepenuhnya hidup, karena itu mereka mengajarkan hanya untuk memberikan kehidupan kepada orang material yang bagaikan mayat berjalan. Semua nyanyian yang dinyanyikan oleh para vraja-väsé tentang keagungan Tuhan Çré Kåñëa sebenarnya bebas dari bintik-bintik keinginan kemasyuran material”.(“Duñöa-Mana”, karya tulis Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté)

Vraja juga kadang kadang di kenal denga nama “tanah kemunculan Çré Kåñëa” karena Çré Kåñëa berlila di tempat ini lima ribu tahun yg lalu.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

xvi

Page 17: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Tidak ada perbedaan antara tempat dan kegiatan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çré Kåñëa dengan diri Beliau sendiri. Karena itu untuk memberikan kesempatan kepada para makhluk hidup, khususnya umat manusia, agar mendapat kesempatan untuk mendengar kegiatanNya, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul disertai oleh rekan-rekanNya, tempat tingal yang kekal dan lain lain. Di dalam Çrémad Bhagavad Gétä, bab 4 sloka 9 Tuhan Çré Kåñëa bersabda:

janma karma ca me divyamevaà yo vetti tattvataù

tyaktvä dehaà punar janmanaiti mäm eti so ‘rjuna

“Orang yang mengetahui sifat rohani kemunculan dan kegiatanKu tidak akan dilahirkan lagi setelah meningalkan badannya melainkan akan mencapi tempat tingalKu, wahai Arjuna”.

Ada begitu banyak tempat di bumi ini yang sangat indah secara material dan Tuhan mempunyai kuasa penuh untuk muncul dan berlila dimanapun beliau inginkan. Karena beliau adalah Yang Maha Kuasa, maka tidak seorangpun akan mampu melarang Beliau. Tetapi tetap beliau memilih untuk muncul dan berlila di Vraja-dhäma. Tuhan memilih Vraja-dhäma karena di sana ada penyembah murniNya. Hanya itulah alasan Beliau untuk muncul di suatu tempat. Kalau hanya untuk membunuh Kamsa, atau raksasa yang lainnya, Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini. Hanya dengan memerintahkan Devi Mäyä atau dewa kematian, Yamaraj, beliau mampu membunuh para raksasa dengan mudah. Tetapi karena beliau ingin memuaskan dan menikmati bersama penyembahNya maka beliau muncul di muka bumi ini.

Karena rasa cinta bhakti yang murni para Gopé dan Gopa di Våndävana, Tuhan Çré Kåñëa memilih Vraja sebagai tempat favoritNya. Di Vraja Dhäma, beliau mempunyai tiga tempat favorit karena tempat itu memberikan fasilitas yang khusus kepada Kåñëa dan penyembahNya menikmati kegiatan mereka. Tempat itu adalah tepi sungai Yamunä, bukit Govardhana dan hutan Våndävana.

Çré Kåñëa melakukan léläNya yang rohani di Vraja-dhäma lima ribu tahun yang lalu. Beliau muncul di Mathurä di dalam penjara yang berada

Pendahuluan

xvii

Page 18: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dibawah kekuasaan Kaàsa. Setelah beberapa jam dari kemunculan Beliau, Vasudeva membawaNya ke Gokul ke rumah Nanda Maharaj. Setelah kurang lebih 3 atau 4 tahun, karena rasa sayang para vrajavasi, takut jika Kåñëa digangu oleh raksasa yang sering berusaha membunuh Kåñëa, yang dimulai dari Raksasi Pütanä, mereka pindah ke seberang sungai Yamunä menuju Nanda-gaon (Nanda Grama). Di sana Kåñëa bersama Balaräma melakukan aktivitasNya selama kurang lebih sampai berumur 10 tahun. Dari Nanda Grama Kåñëa pindah ke Mathurä untuk memuaskan para penyembah Beliau yang di Mathurä. Setelah beberapa tahun meluangkan waktu beliau di Mathurä, kurang lebih pada waktu Beliau berumur 28 sampai 29 tahun, Beliau mendirikan kota di tengah lautan di Dvaraka, di daerah bagian barat India.

Meskipun kejadian ini telah terjadi lima ribu tahun silam, namun Kåñëa dalam aprakåta lélä (kegiatan yang terselubung), Beliau masih berada di Vraja-dhäma sampai saat ini dan kalau seseorang mempunyai kualifikasi, mereka masih bisa melihat Kåñëa sedang bermain-main di Bukit Govardhan bersama anak anak gembala sapi. Diantara tempat-tempat suci di mana Tuhan Çré Visnu melakukan léläNya, hanya di Vraja-dhäma Beliau menginjakan kaki padmaNya setiap hari tanpa alas kaki. Beliau mengembalakan sapi setiap hari dan berkeliling di hutan Våndävana, bukit Govardhan dan tempat-tempat lainya tanpa alas kaki. Jadi tanah suci Våndävana sebenarnya penuh dengan debu bekas jejak kaki Çré Kåñëa secara langsung. Bahkan sampai sekarang kita bisa melihat di beberapa tempat di bukit Govardhana dan tempat lainya, jejak kaki Çré Kåñëa yang berbekas di atas batu (Govardhan sila). Selain itu, Çré Caitanya Mahäprabhu dan para pengikut Beliau, para Gosvämé dan lain lain, lima ratus tahun yang lalu, mengadakan perjalanan di Vraja-dhäma tanpa alas kaki. Mereka berkeliling di Vraja-dhäma dan menginjakan kaki padma mereka. Debu yang menyentuh kaki padma para vaisnava yang agung seperti itu bisa mengangkat seluruh alam semesta pulang ke dunia rohani.

Meskipun keagungan Vraja-dhäma tidak bisa dibandingkan dengan tempat suci manapun di alam semesta material ini, namun keberadaan dan keagungan Vraja sempat terpendam selama beberapa ribu tahun setelah Kåñëa menutup léläNya di bumi ini. Banyak tempat yang penting yang berhubungan dengan kegiatan rohani Çré Kåñëa di Vraja, termasuk Rädhä Kunda, tempat suci tertingi di seluruh alam semesta, sempat

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

xviii

Page 19: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

terlupakan dan bahkan tidak ada yang tahu dimana lokasi tempat-tempat tersebut. Melihat keadaan seperti itu, Çré Caitanya Mahäprabhu, yang merupakan Çré Kåñëa sendiri, secara pribadi datang ke Våndävana untuk menggali atau menemukan tempat-tempat suci tersebut. Beliau juga mengirim para pengikutNya seperti Lokanath Gosvämé, Rupa Gosvämé, Sanatan Gosvämé dan lain-lain, yang tidak lain merupakan para rekan pribadi Çré Kåñëa yang muncul dalam lélä Beliau sebagai Çré Caitanya, untuk melajutkan pencaharian terhadap tempat-tempat dimana Çré Kåñëa melakukan kegiatanNya di Vraja bumi.

Mungkin orang akan berpikir, Bagaimana kita bisa mempercayai kalau itu adalah tempat yang sama dimana Kåñëa melakukan kegiatanNya di Vraja sedangkan mereka, para Gosvämé, tidak hadir lima ribu tahun yang lalu? Kåñëa bersifat kekal, maka beliau juga mempunyai rekan yang kekal. Rekan rekan beliau tersebut selalu muncul bersama beliau dalam berbagai bentuk. Atas keinginan Kåñëa, para penyembahNya bisa mengingat segala sesuatu yang terjadi di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Jadi karena lima ribu tahun silam Kåñëa dan para gopé dan gopa berlila di tempat ini, hanya Kåñëa, gopa dan gopilah yang bisa memastikan dimana tempat mereka berlila. Seperti yang disampaikan sebelumnya, para gosvämé tidak lain dari gopa dan gopé yang menjelma di dalam lila Çré Caitanya sebagai orang yang berada dalam pelepasan ikatan (Gosvämé atau para sannyasi). Jadi atas keinginan Çré Caitanya, yang merupakan Çré Kåñëa pribadi, mereka mengingat tempat-tempat dimana mereka melakukan lélä lima ribu tahun lalu. Karena itu tidak ada hal yang perlu diragukan lagi mengenai kebenaran pendapat mereka. Selain itu para goswami juga mengunakan dasar sastra yang dapat dipercaya untuk memastikan tempat-tempat tersebut seperti Puräëa, itihasa dan lain lain.

Vraja-dhäma yang berada di bumi ini tidaklah berbeda dengan Goloka Våndävana. Ketika Kåñëa turun ke bumi, Beliau membawa tempat tingal Beliau yang kekal ke dunia material ini. Meskipun Goloka di bumi ini dengan yang ada di dunia rohani tidak berbeda, namun dinyatakan bahwa Vraja-dhäma di dunia material lebih berkarunia dari pada goloka Våndävana di dunia rohani. Di dunia rohani, hanya roh-roh yang sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material dan memiliki cinta bhakti yang murni kepada Çré Kåñëa yang akan diizinkan untuk masuk. Sedangkan orang yang masih memiliki bahkan sedikit motif material

Pendahuluan

xix

Page 20: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

tidak akan diizinkan bahkan hanya untuk mendekati perbatasan Goloka sekalipun. Sedangkan Vraja yang sama, yang bermanifestasi di bumi ini, mengijinkan dan memberikan kesempatan bahkan kepada para raksasa atau orang yang sangat berdosa sekalipun untuk masuk ke Vraja dhäma. Çréman Gopi Parana Dhana Prabhu, seorang murid senior Çréla Prabhupäda, sering menjelaskan bahwa, Kadang kadang ada orang naik bus atau kereta api yang secara tidak sengaja berhenti dan turun di vraja hanya untuk membeli teh atau kopi. Meskipun secara tidak sengaja seperti itu, karena telah menginjakan kakinya di tanah suci Vraja, mereka sebenarnya secara tidak sadar telah mendapatkan keuntungan yang tidak bisa dibandingkan dengan mengunjungi ribuan tempat suci lainnya dan mandi di berbagai tempat suci dimuka bumi ini.

Di dalam buku kecil ini saya berusaha menguraikan segelintir dari keagungan tempat-tempat di Vraja-dhäma. Disini tidak akan diuraikan semua tempat di Vraja, tetapi hanya akan menguraikan beberapa tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan tuntunan untuk mereka yang berkunjung ke Vraja dalam waktu yang singkat dan juga untuk mereka yang belum pernah mengunjungi Vraja sehingga mereka mendapat kesempatan merasakan dan menikmati keindahan Vraja di dalam meditasi mereka. Selain itu, buku ini juga dimaksudkan untuk menambah keyakinan kita pada kisah-kisah yang diuraikan di dalam kitab suci adalah merupakan sejarah yang memang benar-benar nyata dan bukan sekedar dongeng atau mitologi, dengan bukti yang masih kita dapat lihat sampai sekarang seperti yang akan diuraikan di sini.

Cerita-cerita dalam buku ini dimaksudkan untuk membantu para pembaca untuk bermeditasi pada kegiatan Kåñëa. Berkunjung ke tempat suci dimaksudkan untuk mengingat kegiatan Kåñëa atau para penyembahnya di tempat-tempat tersebut. Berkunjung ke tempat suci, seperti Çréla Prabhupada sampaikan, bukan hanya untuk mandi dan berpikir bahwa saya sekarang sudah disucikan dan bebas dari dosa. Tapi hal yang paling penting adalah mendapat pergaulan dari para sadhu atau orang suci yang tingal di tempat-tempat suci tersebut dan menikmati manisnya kegiatan Çré Kåñëa dari mereka atau dari karya-karya yang mereka tingalkan untuk kita. Kisah-kisah yang disampaikan di dalam buku kecil ini diambil dari berbagai sumber khususnya dari buku-buku Prabhupäda dan dari para Gosvämé dan pengikut mereka.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

xx

Page 21: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Pesan terakhir yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang mungkin bisa dijadikan bahan renungan adalah, sangat sulit untuk datang ke India, ke tempat-tempat suci di India seperti Våndävana, Çrédhäma Mäyäpura, Jagannätha Puré dan lain lain. Tetapi yang lebih sulit lagi dari itu adalah setelah kembali dari tempat suci dan tiba di tempat tingal masing-masing. Karena itu kita perlu belajar banyak di tempat suci dari pergaulan para vaisnava dan mengambil hikmah dari kunjungan ke tempat suci.

Semoga persembahan kecil dan sederhana ini akan berguna untuk kemajuan kehidupan spiritual para pembaca. Hare Kåñëa

Oà namo bhagavate väsudeväyaOà Çri rämakåñëäbhyaà namaù

Om tat sat.Däsa Däsänu Däsaù Bhagératha däsaù

Pendahuluan

xxi

Page 22: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

xxii

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

Page 23: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma

Seperti halnya nama suci yang tidak berbeda dengan Tuhan Çré Kåñëa, begitu juga dhäma atau tempat suci tidaklah berbeda dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sastra menyatakan, “abhinnatvän näma-näminoù”, tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan hal-hal yang berhubungan dengan Beliau seperti tempatNya ber-lila, paraphernalia yang beliau pakai dan lain-lain. Karena itu kita mesti berhati-hati ketika kita berkunjung ke tempat-tempat suci. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan ketika kita berada di tempat suci. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kunjungan ke tempat suci, selain mendapat pergaulan dengan para penyembah Tuhan dan mendengarkan kegiatan rohani Tuhan di setiap tempat, kita perlu memperhatikan berbagai jenis kesalahan terhadap tempat suci yang mesti kita hindari. Dalam hal ini Çréla Bhaktivinoda Öhäkura memberi pernyataan untuk menghindari sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma.

Sepuluh jenis kesalahan terhadap tempat suci (dhäma aparadha) adalah sebagai berikut:

1. Tidak menghormati seorang guru yang telah mengungkapkan dhäma kepada para muridnya.

2. Berpikir bahwa tempat suci (dhäma) bersifat sementara.3. Melakukan kekerasan terhadap setiap penduduk dhäma atau para

pengunjung atau berpikir bahwa mereka adalah orang-orang biasa.

xxiii

Page 24: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

xxiv

4. Melakukan kegiatan-kegiatan material selama berada atau tinggal di tempat suci.

5. Mencari uang dengan mengkomersialkan pemujaan arca dan nyanyian nama suci Tuhan di tempat suci

6. Berpikir bahwa tempat suci merupakan bagian dari suatu Negara atau provinsi yang material seperti Bengal, atau berpikir bahwa tempat suci dimana Tuhan ber-lila sama dengan tempat perziarahan yang berhubungan dengan para dewa atau berusaha untuk mengukur atau membatasi areal tempat suci.

7. Melakukan kegiatan berdosa selama berada atau tinggal di tempat suci.

8. Menganggap bahwa Våndävana berbeda dengan Navadvépa.9. Menghina kesusastraan atau kitab suci atau buku-buku yang

mengagungkan tempat suci.10. Tidak yakin pada tempat suci atau berpikir bahwa keagungan tempat

suci adalah suatu imajinasi.

Selama kita tidak memperhatikan kesepuluh kesalahan diatas, maka kita tidak akan pernah bisa masuk kedalam dhäma atau tempat suci yang sejati dan mendapatkan hasil sempurna dalam pelaksanaan tirtha yatra.

Page 25: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bab IKunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

Lima ratus tahun yang lalu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çré Kåñëa muncul sebagai Çré Kåñëa Caitanya di daerah India Timur, tepatnya di Çrédhäma Mäyäpura, Nawadvip, Bengala bagian barat. Salah satu tujuan Beliau adalah untuk membangkitkan kembali keagungan Vraja-dhäma yang saat itu sudah hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat umum dan bahkan mereka yang tingal di daerah tersebut. Atas perintah beliau, para Gosvämé Våndävana melakukan research sehinga akhirnya saat ini kita dapat dengan mudah mengenali tempat-tempat dimana Kåñëa melakukan kegiatanNya. Sebelum para Gosvämé khususnya enam Gosvämé yang dipimpin oleh Çré Rüpa dan Çré Sanätana datang ke Våndävana, Çré Caitanya maharaprabhu secara pribadi datang ke Våndävan untuk menemukan tempat-tempat yang telah terlupakan di Våndävana. Seperti misalnya Rädhä Kunda dan Syäma Kunda yang telah hilang, namun Çré Kåñëa Caiatanya menemukan kembali tempat tersebut yang nantinya direnovasi oleh Çré Raghunätha Däsa Gosvämé.

Sebelum kita memasuki daerah Våndävana, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendengarkan kisah perjalanan Çré Caitanya serta saat beliau berada di Våndävana. Dengan demikian kita bisa mendapat kesempatan untuk mendengar dan mengerti bagaimana hendaknya perasaan seseorang saat berkunjung ke Våndävana. Selain itu, dengan mendengarkan kisah Çré Caianya Mahäprabhu ini, kita bisa mengikuti

1

Page 26: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

jejak kaki padma Beliau dan berdoa kepadaNya yang merupakan Yuga-avatar, avatara yang paling berkarunia di jaman ini, semoga Beliau bersedia memberikan karuniaNya agar kita bisa mengagumi dan menghormati Vraja-dhäma semaksimal mungkin.

Çré Caitanya Mahäprabhu beberapa kali berusaha keras datang ke Våndävana. Saat beliau berada di Navadvépa, Çré Caitanya pernah berusah berangakat ke Våndävana, tetapi atas aturan Çré Nityänanda prabhu beliau berhasil menggiring Çré Caitanya ke Çantipur, rumah Çré Advaitäcarya. Setelah beliau mengambil sannyas, Çré Caitanya berkeinginan untuk tingal di Våndävana tetapi atas keinginan Saci, ibuNya, Çré Caitanya akhirnya tingal di Jagannätha puré. Saat berada di Jagannätha Puré, beliau juga berusaha untuk berangkat ke Våndävana beberapa kali, namun selalu digagalkan oleh penyembah-penyembah Beliau di sana karena mereka tidak ingin berpisah denganNya. Bahkan pada akhirnya, ketika beliau sudah di dalam perjalanan ke Våndävana, setelah bertemu dengan perdana mentri Aurang zeb di Räma-keli, Rüpa dan Sanätana, atas anjuran dan permintaan mereka, Çré Caitanya Mahäprabhu kembali lagi ke jagannätha puré dan mengurungkan niatNya untuk berangkat ke Våndävana. Sehinga pada akhirnya, suatu hari ketika musim gugur tiba, Çré Caitanya memutuskan untuk berangkat ke Våndävana sendirian tanpa ditemani oleh siapaun.

Sebelum berangkat ke Våndävana, Çré Caitanya mendiskusikan hal ini dengan Çréla Svarüpa Dämodara dan Ramananda Raya. Ketika beliau menyampaikan niatnya utnuk berangkat ke Våndävana sendirian, Çréla Svarüpa Dämodara meminta Çré Caitanya untuk mengajak paling tidak satu pelayan yang bisa melayani Beliau di perjalanan. Çré Caitanya setuju dengan perminataan Çréla Svarüpa Dämodara namun dengan syarat, Beliau tidak akan mengajak salah satu dari rekan terdekatNya dan juga orang tersebut harus benar-benar mempunyai pikiran yang tenang. Akhirnya Çréla Svarüpa Dämodara mengirim Balabhadra Bhaööäcärya. Çréla Svarüpa Dämodara berkata ”Ini adalah Balabhadra Bhattäcarya yang mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam kepada Anda. Selain itu dia adalah orang yang sangat jujur, terpelajar dan sangat maju di dalam kesadaran Kåñëa. Akhirnya Çré Caitanya menerima masukan Çréla Svarüpa Dämodara dan setuju mengajak Balabhadra bersama Beliau di dalam perjalanan ke Våndävana. Di malam hari, Çré Caitanya darsan pada Çré Jagannätha dan sebelum malam berakhir, beliau mulai berangkat

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

2

Page 27: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

ke Våndävana. Untuk menghindari masyarakat umum, Çré Caitanya tidak mengambil jalan umum melainkan mengambil jalan di dalam hutan Jhärikaëòa.

Seperti biasanya, Çré Caitanya selalu menyanyi dan menari bahkan di dalam hutan sekalipun dimana terdapat begitu banyak binatang buas di berbagai tempat. Ketika Çré Caitanya berjalan sambil menari dan menyanyikan nama suci, beberapa harimau dan gajah yang ada didepan Beliau memberikan jalan kepadaNya. Setelah beberapa saat, binatang-binatang di hutan seperti macan, singa, babi hutan, gajah, rhinocaurus, mulai menari dan menyanyi bersama beliau. Balabhadra yang saat itu menemani Tuhan Çré Caitanya, merasa sangat takut melihat binatang buas tersebut, tetapi karena pengaruh rohani Çré Caitanya, semua binatang berdiri di satu sisi bersama beliau dan menari. Suatu hari dalam perjalanan di hutan, ada seekor harimau yang sedang tidur tepat di depan Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya Mahäprabhu yang saat itu berada di dalam kebahagiaan rohani tidak menghiraukan macan tersebut melainkan hanya melanjutkan perjalananNya. Kemudian tiba-tiba Beliau menyentuh harimau tersebut dengan kakiNya. Ketika itu, Çré Caitanya berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa! “. Membangunkan harimau yang sedang tidur merupakan hal yang sangat berbahaya yang diumpamakan seperti mengundang kematian. Tetapi bagi Çré Caitanya Mahäprabhu, harimau itu sama sekali bukan suatu yang berbahaya tetapi malahan

Binatang-binatang pun ikut menari ketika Çré Caitanya menyanyikan nama suci Tuhan di hutan

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

3

Page 28: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

harimaunya langsung bangun dari tidur dan mulai menari sambil mengucapkan “ Kåñëa ! Kåñëa!”.

Suatu hari ketika beliau sedang mandi dan mengucapkan gayatri mantra di dalam sungai, sekelompok gajah gila datang kesungai tersebut untuk minum air. Dapat kita bayangkan, bahkan satu gajah gila saja bisa mengancurkan seluruh desa, dan sekarang Çré Caitanya yang sedang berada di dalam sungai sendirian mesti menemui gerombolan gajah gila. Ketika Çré Caitanya mengucapkan mantra gayatri, gajah-gajah gila tersebut tiba tepat di depan Çré Caitanya.

Tuhan Çré Caitanya secara langsung memercikan air pada gajah-gajah tersebut sambil berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa”. Gajah-gajah yang terkena air yang dipercikan oleh Çré Caitanya mulai menari dan mengucapkan “Kåñëa!! Kåñëa!!”. Çré Kåñëa Caitanya Mahäprabhu adalah Kåñëa sendiri yang mengambil posisi sebagai seorang penyembah yang sangat maju atau seorang mahä-bhägavata. Di dalam Bhagavad Gita, diuraikan bahwa seorang bhägavata tidak membedakan makhluk hidup dari segi badan tetapi mereka melihat semua makhluk hidup sebagai sang roh yang merupakan percikan terkecil Tuhan yang maha esa.

vidyä-vinaya-sampannebrähmaëe gavi hastiniçuni caiva çva-päke ca

paëòitäù sama-darçinaù

“Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan yang sama. (Bg 5.18)

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

4

Page 29: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Seorang mahä-bhägavata tidak melihat perbedaan antara seekor gajah, harimau maupun anjing. Çréla Prabhupäda menguraikan di dalam hal ini bahwa seseorang yang maju di dalam pengetahuan rohani atau seorang mahä-bhägavata tidak mempunyai rasa takut, tidak iri kepada siapapun dan selalu sibuk di dalam pengabdian suci. Orang seperti itu melihat semua makhluk hidup sebagai percikan terkecil Yang Maha Kuasa yang melakukan pengabdian kepada Kåñëa sesuai dengan kemampuan mereka berdasarkan keinginan Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah tes untuk seseorang bisa diangap maju di dalam kehidupan rohani. Kåñëa berada di dalam hati setiap makhluk hidup, ”sarvasya cähaà hådi sanniviñöo”, orang-orang suci yang maju di dalam kerohanian mengerti dan menginsyapi hal ini. Karena itu, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati semua makhluk hidup menghilhami makhluk hidup yang lain dari dalam hati mereka bahwa orang ini adalah mahä-bhägavata dan hendaknya jangan diganggu. Contoh ini diperlihatkan di sini oleh Çré Caitanya Mahäprabhu.

Çréla Prabhupäda juga menguraikan bahwa kita hendaknya jangan meniru tindakan para mahä-bhägavata seperti itu dan mencoba datang ke hutan dan menendang harimau yang sedang tidur dan berusaha untuk menyuruh mereka mengucapkan maha mantra. Sebelum harimau tersebut mengucapkam maha mantra, mungkin harimau itu akan bersyukur pada Tuhan terlebih dahulu bahwa hari ini Tuhan sudah membawakan mangsa ke depan matanya tanpa dikejar dan menyergap kita dalam sekejap. Saat ini mungkin sangat sulit menemukan harimau di hutan, tetapi ada banyak harimau materialistik di hutan dunia modern yang lebih berbahaya dari pada harimau di dalam hutan Jharikhaëòa. Jadi, kita memang harus berhati-hati didalam proses mengajarkan kesadaran Kåñëa. Itu tidak berarti kita mesti mengorbankan prinsip kita untuk berkompromi dengan mereka. Kita tetap mempertahankan prinsip dan saat yang sama harus sangat cerdas di dalam melakukan sesuatu sesuai dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Ada istilah “anusara” yang berarti mengikuti dan “anukara” yang berarti meniru. Anusara adalah sikap yang sangat dipuji oleh para acarya sedangkan anukara semestinya dihindari. Jadi sikap yang mestinya kita kembangkan adalah mengikuti jejak kaki padma para acarya semampu kita. Hati para mahä-bhägavata sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material sehinga mereka menjadi kelihatan sama sekali tidak berbahaya bahkan bagi binatang sekalipun. Di dalam posisi seperti itu, mereka sepenuhnya bebas dari rasa iri dan dengki pada makhluk hidup lain sehinga bahkan

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

5

Page 30: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

binatang buas sekalipun merasa tenang dan damai berada dekat mereka. Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan, beliau sepenuhnya berpikir tentang Kåñëa dan mencari-cari Kåñëa dimana-mana.

Ketika para gajah mulai mengucapkan nama suci atas pengaruh kekuatan rohani Çré Caitanya Mahäraprabhu, beberapa diantara mereka terjatuh dan beberapa diantaranya berteriak dalam kebahagian rohani. Melihat kejadian ini, Balabhadra terheran-heran sendiri. Ketika Çré Caitanya mulai melanjutkan perjalananNya, mendengar suara Çré Caitaya Mahäprabhu yang sangat manis, rusa-rusa hadir dari berbagai tempat dan mulai mengikuti Çré Caitanya dari belakang. Setelah beberapa lama, beberapa harimau muncul dan ikut bersama rusa-rusa mengikuti Çré Caitanya. Para rusa tersebut juga terbebas dari rasa takut pada harimau-harimau yang biasanya sebagai pemangsa mereka. Hal ini merupakan pengaruh rohani orang yang sudah maju di dalam pengabdian suci. Bahkan mereka yang secara alami bermusuhan bisa menjadi sahabat di dalam pergaulan dengan orang suci yang maju di dalam pengabdian suci bhakti. Ini merupakan contoh yang sangat kongkrit yang diperlihatkan oleh Çré Caitanya di dalam hutan Jharikhaëòa. Melihat para rusa dan harimau yang mengikuti beliau, Çré Caitanya teringat dengan tanah Vraja. Beliau mulai menyanyikan sloka dari Çrémad Bhagavatam skanda sepuluh bab 13 ayat 60, yang menguraikan keagungan Våndävana Dhäma sebagai berikut:

yatra naisarga-durvairäùsahäsan nå-mågädayaù

miträëéväjitäväsa-druta-ruö-tarñaëädikam

“Våndävana merupakan tempat tingal rohani Kepribadian Tuhan. Tidak ada istilah kelaparan, kehausan maupun amarah di tempat tersebut. Meskipun secara alami bermusuhan, umat manusia dan binatang berbahaya hidup bersama di dalam hubungan persahabatan yang rohani”.Seperti biasanya, Çré Caitanya Mahprabhu mulai menyuruh mereka untuk mengucapkan nama Kåñëa. Mendengar permintaan Çré Caitanya Mahäprabhu seperti itu, semua binatang yang mengikuti Çré Caitanya bersama-sama mengucapkan” Kåñëa! Kåñëa! Dan menari bersama-sama. Sekali lagi Balabhadra terkagum melihat semua kejadian ini. Para harimau bukan hanya menyanyi dan menari bersama para rusa namun mereka saling berpelukan sambil mengucapkan nama suci. Çré

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

6

Page 31: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Caitanya hanya tersenyum melihat semua hal ini kemudian meningalkan mereka di hutan dan melanjutkan perjalananNya. Berbagai jenis burung seperti merak mulai mengikuti Çré Caitanya yang sedang melanjutkan perjalananNya. Ketika beliau menyanyikan nama suci, berbagai jenis tumbuhan menjalar dan pepohonan menjadi sangat berbahagia.

Çréla Prabhupada menjelaskan bahwa pengucapan “Hare Kåñëa mantra” merupakan proses yang sangat menakjubkan yang bahkan mampu menembus telinga tumbuh-tumbuhan. Suatu hari Çré Haridäs Thakur ditanya oleh Çré Caitanya tentang bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa dibebaskan di jaman kali yuga. Çré Haridäs Thakur menjawab bahwa dengan pengucapan nama suci dengan keras bersama-sama, maka ini tidak hanya akan menguntungkan mereka yang mengucapkan tetapi semua seranga, pohon-pohon dan tumbuhan menjalar yang ada di sekitarnya. Prabhupada menguraikan bahwa hendaknya seseorang tidak merasa tergangu dengan pengucapan maha mantra karena hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang mendengarkan nama suci tersebut. Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak dan yang tidak bergerak di hutan Jharikhaëòa menjadi tergila-gila pada nama suci begitu mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu mengucapkan nama suci. Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan Jharikhaëòa, beliau berpikir bahwa hutan ini adalah hutan Våndävana. Melihat beberapa bukit yang mengelilingi hutan Jharikhaëòa, beliau berpikir bahwa ini adalah bukit Govardhana dan ketika beliau melihat sungai di hutan tersebut, beliau berpikir bahwa itu adalah Yamunä. Dengan demikian, diuraikan bahwa dimanapun beliau berada, beliau hanya melihat Våndävana. Beliau melihat Vraja-dhäma dimana-mana karena beliau sendiri membawa Vraja-dhäma kemana-mana. Sebagai pengikut Çré Caitanya Mahäprabhu, kita juga bisa mengikuti jejak kaki padma Beliau dengan bermeditasi pada Våndävana ketika kita melihat hal-hal yang berhubungan atau mirip dengan uraian Våndävana-dhäma. Dengan demikian kita secara otomatis dan berangsur-angsur berada di dalam meditasi pada Våndävana-dhäma meskipun kita berada jauh dari Våndävana-dhäma yang sejati dimana Kåñëa melakukan lélä beliau lima ribu tahun silam. Karena Çré Kåñëa bersifat mutlak, maka segala sesuatu yang berhubungan denganNya adalah identik denganNya. Dengan berpikir tentang Våndävana-dhäma maka kita juga berpikir tentang Kåñëa. Kita melihat sebuah contoh yang diberikan oleh Çréla Rüpa Gosvämépäda, dimana ada seseorang yang melakukan pelayanan kepada Kåñëa hanya di dalam pikiran yang

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

7

Page 32: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

sebenarnya sama dengan pelayanan secara fisik. Sama halnya dengan bermeditasi pada dhäma atau tempat suci, maka kita secara tidak sadar sebenarnya sudah berada di dhäma tersebut. Ini adalah keunikan hal-hal rohani. Proses ini diperlihatkan oleh Çré Caitanya di dalam lélä Beliau, seperti yang sudah diuraikan tadi, yaitu Beliau berpikir bahwa melihat sungai sebagai sungai Yamunä, bukit sebagai bukit Govardhan dan lain-lain.

Setelah melewati hutan, Çré Caitanya mulai memasuki sebuah desa. Ketika penduduk desa mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu menyanyi dan menari, atas pengaruh aura rohaniNya, orang-orang tersebut juga mulai mengucapkan nama suci Çré Kåñëa. Ketika seseorang mengucapakan nama suci yang mereka dengar dari Çré Caitanya, mereka juga diikuti oleh orang ketiga yang mendengar nama suci dari orang yang telah mendengar nama suci dari Çré Caitanya. Çréla Prabhupäda menguraikan bahwa orang yang mendengar nama suci dari Çré Caitanya menjadi sepenuhnya disucikan dan mereka yag mendengar nama suci dari orang yang sudah di sucikan juga menjadi disucikan. Seperti ini, garis perguruan paramparä juga berlagsung turun-temurun.

Balabhadra bhattäcarya mengumpulkan bahan makanan seperti sayur-sayuran, buah-buah, akar-akaran dan kemudian mempersembahkannya kepada Çré Caitanya Mahäprabhu. Ketika Çré Caitanya melewati pedesaaan, Beliau biasanya diundang oleh para brahmana untuk menerima makanan di rumah mereka. Ada beberapa diantaranya yang memberikan beras kepada Balabadra Bhattäcarya, ada yang memberikan susu, susu asam dan ada yang memberikan ghee dan juga batangan tebu. Balabhadra memasak dari bahan makanan yang dikumpulkan dari dalam hutan dan Çré Caitanya Mahäprabhu dengan sangat senang hati menikmati makanan tersebut. Tuhan Çré Caitanya sangat menikmati sayuran yang dipetik dari hutan. Dari sini kita bisa belajar bahwa Tuhan Çré Kåñëa sangat senang dengan makanan yang tumbuh alami tanpa suatu yang berbau kimiawi sintetis. Bahan kimia sebenarnya mencemari ibu bumi dan hal ini sangat menyakiti badan ibu bumi. Kåñëa tidak bisa menahan penderitaan yang dialami oleh ibu bumi yang merupakan saÿah satu dari pelayan beliau yang sangat mulia. Karena itu, persembahan yang diperoleh tanpa menyakiti ibu bumi akan sangat memuaskan Çré Kåñëa atau Çré Caitanya Mahäprabhu.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

8

Page 33: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çré Caitanya mandi tiga kali sehari. Kadang-kadang di pagi hari dan di sore hari Beliau menghangatkan badanNya dekat api. Çré Balabhadräcarya melayani Çré Caitanya Mahäprabhu dengan penuh rasa kasih sayang sebagai seorang pelayan dan melakukan pelayanan yang sederhana. Kadang-kadang Çré Caitanya Mahäprabhu membicarakan perasaan beliau kepada Çré Balabadra dan kadang kadang beliau mengagungkan Bhaööäcärya atas pelayaanannya. Tetapi sebagai penyembah yang tunduk hati, Balabhadräcarya selalu merasa hanya melakukan pelayanan yang sangat sederhana dan merasa dirinya sangat beruntung mendapat kesempatan untuk melayani Çré Caitanya.

Çré Caitanya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di Käçé. Di sana Beliau mandi di sebuah tempat yang disebut Maëikarëikä. Maëikarëikä adalah sebuah tempat dimana Çré Viçvanäth (Çiva) menyembuhkan seseorang dari penyakit kehidupan dunia material dengan membisikkan nama suci Çré Räma melalui telinga seseorang. Saat itu, Tapana Miçra, salah satu dari rekan Çré Caitanya Mahäprabhu sedang mandi di sungai Gaìga dan kebetulan melihat Çré Caitanya disana. Tapana Miçra mendengar bahwa Çré Caitanya telah mengambil sannyas dan Beliau sangat bahagia dapat bertemu dengan Çré Caitanya di sini. Tapana Miçra langsung menghaturkan sembah sujud kepada Çré Caitanya dengan menjatuhkan badanya ke tanah dan memegang kaki padma Çré Caitanya. Kemudian Tapana Miçra mengajak Çré Caitanya darsan pada Çré Viçvesvara dan kemudian darsan pada Çré Bindu Mädhava. Kemudian dengan perasaan yang sangat bahagia, Tapana Miçra mengajak Çré Caitanya ke rumahnya. Saat itu, Candraçekhara juga hadir untuk menemui Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya tinggal di Käçi selama sepuluh hari. Semasa beliau tinggal di Käçi, ada seorang sannyasi Mäyävädé, Çré Prakäçänanda Sarasvaté menjelek-jelekkan Çré Caitanya Mahäprabhu. Dia mengatakan bahwa Çré Caitanya adalah seorang sanyasi yang berpura-pura dan merupakan ahli ilmu hitam yang bisa mengontrol orang yang ditemuiNya. Kemudian ketika brahmana yang mendengar ini menyampaikan kepada Çré Caitanya Mahäprabhu, Beliau hanya tersenyum dan mulai mengagungkan nama suci Çré Hari dan menguraikan kemalangan para Mäyävädé yang tidak mendapat kesempatan merasakan manisnya nama suci Çré Hari. Uraian ini diuraikan dengan panjang lebar dan sangat indah di dalam madhya lélä, Caitanya Caritämåta oleh Çré Kåñëa Däsa Kaviraj Gosvämé.

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

9

Page 34: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kemudian dari Käçi, Çré Caianya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan sehinga sampai di Prayäg. Di sini Beliau mandi di pertemuan antara Gaìga dan Yamunä. Begitu Çré Caitanya melihat Yamunä, beliau langsung menceburkan diriNya sehinga Balabadra Bhaööäcärya dengan sangat kesulitan harus mengangkat Çré Caitanya dari sungai. Beliau tinggal di Prayäg selama tiga hari dan menyebarkan nama suci kepada banyak orang di tempat itu. Saat melanjutkan perjalanan ke Mathurä, Çré Caitanya sering melewati sungai Yamunä. Begitu beliau melihat sungai Yamunä, beliau langsung jatuh pingsan berulang kali di dalam kebahagian rohani. Akhirnya setelah melalui perjalanan seperti itu, Çré Caitanya sampai di Mathurä. Begitu beliau melihat Mathurä, beliau langsung menjatuhkan badanNya ke tanah dan menghaturkan sembah sujud pada tanah Mathurä.

Ketika Beliau memasuki kota Mathurä, pertama-tama Beliau mandi di Viçräma Ghat di tepi sungai Yamunä di Mathurä. Kemudian beliau mengunjungi tempat kemunculan Çré Kåñëa dan darsan pada Çré Keçava Ji. Seperti biasanya, Çré Caitanya menari dan menyanyi dimana nyanyian dan tarianNya menyebabkan banyak orang terkagum-kagum. Tiba-tiba, saat Çré Caitanya menyanyi dan menari, ada seorang brahmana bersujud pada kaki padmaNya dan mulai menari bersamaNya. Kemudian mereka berdua (Çré Caitanya dan Brahmana) menari dan menyanyi, “Kåñëa! Kåñëa!”. Melihat kejadian ini, semua orang mengucapkan, Hari!Hari!!!Hari! Hari, Jay Çré Hari!!! Kemudian pujari Çré Kesavadev ji mempersembahkan untaian bunga yang dipakai oleh Çré Kesava kepada Çré Caitanya. Ketika mereka melihat Çré Caianya Mahäprabhu menari dengan kebahagian rohani seperti itu, orang-orang pada kagum dan saling berbincang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya berkata “Rasa cinta kasih rohani seperti itu bukan hal yang biasa”. Beberapa orang berkata, “Hanya dengan melihat Çré Caitanya, orang akan menjadi gila di dalam kebahagiaan rohani dan akan menari dan menyanyi sambil menangis. Tidak diragukan lagi bahwa orang ini pasti Çré Kåñëa yang muncul kembali untuk membebaskan penduduk Mathurä..”

Setelah beberapa saat Çré Caitanya Mahäprabhu duduk di tempat yang tenang dan mulai bertanya kepada brahmana yang menari bersama beliau, dari manakah dia mendapatkan rasa cinta kasih kepada Kåñëa yang begitu dalam tersebut? Brahmana tua tersebut menjawab bahwa beliau menerima cinta bhakti rohani kepada Kåñëa dari Çré Mädhavendra

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

10

Page 35: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Puré yang saat itu datang ke Mathurä. Begitu Çré Caitanya Mahäprabhu mendengar bahwa brahmana itu adalah murid Çré Mädhavendra Puré, Çré Caitanya langsung menghaturkan sembah sujud kepada brahmana tersebut. Melihat Çré Caitanya Mahäprabhu bersujud kepada dirinya, brahmana tersebut juga menghaturkan sembah sujud kepada Çré Caitanya sebagai seorang sanyasi. Brahmana ini menyampaikan kepada Çré Caitanya bahwa hanya orang yang berhubungan dengan Çré Mädhavendra Puré yang mempunyai ciri-ciri kebahagiaan rohani seperti itu. Kemudian Çré Balabadra Bhaööäcärya menguraikan hubungan Çré Caitanya dengan Mädhavendra Puré kepada brahmana tersebut. Mendengar hal ini, brahmana ini menjadi sangat bahagia. Dia mengundang Çré Caitanya agar bersedia prasad di rumahnya. Brahmana tersebut meminta Bhaööäcärya untuk memasak untuk Çré Caitanya Mahäprabhu, namun Çré Caitanya bilang ”karena Mädhavendra Puré sudah pernah makan di rumah anda, dengan demikian anda bisa masak untuk saya, ini adalah permintan saya.”

Meskipun secara kasta, seorang sanyasi tidak makan makanan yang diberikan oleh kelas brahmana tersebut, tetapi karena Mädhavendra Puré melihat brahmana ini mengembangkan sifat sebagai seorang vaisnava, maka beliau bersedia untuk menerima brahmana itu sebagai muridnya dan bersedia makan di rumah brahmana ini. Tetapi karena berpikir tentang posisi Çré Caitanya Mahäprabhu, brahmana ini berusaha menjelaskan posisinya. Dia akan sangat senang mempersembahkan makanan kepada beliau, tetapi orang umum akan menghina tingkah laku Çré Caitanya. Tetapi Çré Caitanya meyakinkan brahmana itu sehingga akhirya bersedia untuk memasak untuk Beliau.

Setelah menerima prasad dari brahmana tersebut, banyak penduduk Mathurä yang datang untuk menemui Çré Caitanya. Ketika orang-orang berkumpul, Çré Caitanya mulai mengangkat tanganNya dan mengucapkan “Hari Bol!”. Semua yang hadir saat itu mengikuti Çré Caitanya dan mengucapkan nama Çré Hari dengan penuh rasa cinta kasih. Çré Caitanya mandi di 24 ghat (temat permandian) di tepi sungai Yamunä dan brahman tersebut menunjukan tempat-tempat peziarahan di Mathurä. Kedua puluh empat ghat tersebut adalah : (1) Avimukta, (2) Adhirüòha, (3) Guhya-tértha, (4) Prayäga-tértha, (5) Kanakhala-tértha, (6) Tinduka, (7) Sürya-tértha, (8) Vaöa-svämé, (9) Dhruva-ghäöa, (10) Åñi-tértha, (11) Mokña-tértha, (12) Bodha-tértha, (13) Gokarëa, (14) Kåñëa-gaìgä, (15)

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

11

Page 36: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Vaikuëöha, (16) Asi-kuëòa, (17) Catuù-sämudrika-küpa, (18) Akrüra-tértha, (19) Yäjïika-vipra-sthäna, (20) Kubjä-küpa, (21) Raìga-sthala, (22) Maïca-sthala, (23) Mallayuddha-sthäna and (24) Daçäçvamedha. Çré Caitanya Mahäprabhu juga mengunjungi berbagai tempat suci di tepi sungai Yamunä di daerah Mathurä termasuk Svayambhu, Viçräma-ghäöa, Dérgha Viñëu, Bhüteçvara, Mahävidyä and Gokarëa. Ketika Beliau berkeinginan untuk mengunjungi hutan Våndävana, Beliau mengajak brahmana tersebut bersamaNya.

Çré Caitanya Mahäprabhu mengunjungi berbagai tempat termasuk Madhuvana, Tälavana, Kumudavana and Bahulävana. Beliau mandi di setiap tempat suci dengan rasa kebahagian rohani. Ketika beliau melewati Våndävana, beberapa sapi yang sedang digembalakan mengelilingi beliau dan mulai menatap beliau sambil menguak. Melihat sapi-sapi yang mengelilingi diriNya, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagiaan rohani yang lebih dalam dan saat itu sapi-sapi mulai menjilat badan rohani Çré Caitanya. Çré Caitanya sangat memperhatikan sapi-sapi tersebut dan karena tidak bisa meningalkan pergaulan Çré Caitanya, para sapi mengikuti Çré Caitanya. Dengan kesulitan para gembala sapi menahan sapi-sapi tersebut. Çré Caitanya mulai mengucapkan nama suci, dan ketika para rusa dan merak mendengar suara beliau yang manis, mereka semua datang menemui Çré Caitanya. Ketika para kelinci dan rusa-rusa mendekati Çré Caitanya, mereka juga mulai menjilat badan Çré Caitanya dengan penuh rasa kasih sayang seperti para sapi tadi. Berbagai jenis binatang seperti lebah, burung-burung parkit dan merak mulai menari di depan Çré Caitanya. Melihat kehadiran Çré Caitanya di Våndävana, bahkan pepohonan menjadi penuh dengan kebahagian rohani dan menangis yang tangisannya keluar berupa madu dari batang-batang mereka. Pepohonan dan tumbuhan menjalar penuh dengan bunga dan buah-buahan menyambut kedatangan Tuhan mereka yang telah lama pergi. Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak menjadi penuh dengan rasa bahagia bagaikan seorang teman ketemu dengan teman setelah begitu lama berpisah.

Melihat kebahagian mereka, Çré Caitanya Mahäprabhu juga menjadi sangat bahagia dan mulai memeluk mereka satu sama lain di dalam kebahagiaan rohani. Badan beliau tidak terkontrol dan selalu mengucapkan, Kåñëa! Kåñëa!... Ketika beliau melihat dua ekor burung parkit di atas cabang pohon, beliau merasa ingin mendengarkan sesuatu dari mereka dan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

12

Page 37: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

kemudian kedua burung tersebut terbang ke tangan Çré Caitanya dan mulai menceritakan kegiatan Kåñëa. Kemudian setelah beberapa saat Çré Caitanya Mahäprabhu melihat seekor merak yang sedang menari. Ketika beliau menatap warna kebiru-biruan dari merak tersebut, Beliau langsung teringat pada Kåñëa sehingga langsung jatuh pingsan di dalam kebahagiaan rohani. Melihat Çré Caitanya jatuh pingsan, brahmana dan Balabhadra Bhaööäcärya merasa gelisah dan mulai memercikan air pada Beliau sambil mengipasi badanNya. Kemudian mereka mulai mengucapkan nama Kåñëa pada telinga Çré Caitanya sehinga membuat Beliau kembali sadar. Setelah kembali pada kesadaranNya, Çré Caitanya langsung berguling-guling di tanah karena kebahagian rohani yang dalam. Karena berguling di tanah, badan Çré Caitanya terlukai oleh banyak duri-duri di hutan Våndävana sehinga Balabadra harus menghentikan dan menenangkan Beliau. Seperti biasa, beliau terus mengucapkan nama, Kåñëa! Kåñëa! Sambil menari. Beliau melanjutkan perjalanan bersama brahmana dan Balabadra Bhaööäcärya. Si brahmana ini sangat keheranan melihat kebahagian rohani yang diperlihatkan oleh Çré Caitanya dan sangat resah dengan keadaanNya. Ketika Çré Caitanya berada di Jagannätha puré, Beliau selalu berada di dalam kebahagian rohani, tetapi di dalam perjalanan di Våndävana, rasa rindu kepada Kåñëa ratusan kali lipat bertambah. Ini hanya salah satu uraian dari kunjungan Çré Caitanya di dalam satu tempat di Våndävana dan Çré Kåñëa Däsa kaviraja menguraikan bahwa sangat mustahil untuk menguraikan kejadian di beberapa tempat lainya. Çré Caitanya Mahäprabhu melakukan perjalanan di berbagai hutan di Våndävana dan memuaskan semua makhluk hidup di sana dan juga secara pribadi Tuhan

Gambar: Çré Caitanya mandi di Rädhä Kunda

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

13

Page 38: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çré Caitanya merasa puas dengan melihat mereka. Akhirnya suatu hari beliau sampai di sebuah desa yang disebut dengan Ärit-gräma. Ärit-grama juga dikenal dengan nama Ariñöä-gräma dimana Ariñöäsura dibunuh oleh Çré Kåñëa. Disini Çré Caitanya bertanya pada penduduk lokal dimana kedudukan Çré Rädhä Kunda. Namun sangat disayangkan bahwa tempat Rädhä Kunda saat itu sudah terlupakan sehinga tidak seorang pun bisa memberi tahu Çré Caitanya keberadaan Rädhä Kunda. Brahmana yang menemani beliau ternyata juga tidak tahu-menahu keberadaan tempat tersebut. Çré Caitanya Mahäprabhu dapat mengerti bahwa tempat suci ini sudah tidak lagi tampak. Sebagai kepribadian yang maha mengetahui segala sesuatu, beliau secara pribadi mampu mengenali dimana sebenarnya Rädhä Kunda dan Çyäma Kunda. Beliau menemukan Rädhä Kunda yang saat itu merupakan sebuah tanah sawah yang terdapat sedikit air. Ketika orang-orang melihat Tuhan Çré Caitanya mandi di kolam kecil tersebut, orang-orang di sekitarnya menjadi sangat keheranan namun beliau tetap mandi di sana dan menyampaikan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda.

yathä Rädhä priyä viñëostasyäù kuëòaà priyaà tathä

sarva-gopéñu saivaikäviñëor atyanta-vallabhä

“Seperti halnya Çrémati Rädhärani yang paling dicintai oleh Çré Kåñëa diantara para gopi, begitu juga kolam beliau yang dikenal dengan nama Rädhä Kunda juga sangat disayangi olehNya. Diantara para gopi, Çrémati Rädhäräëé merupakan yang paling dicintai oleh Kåñëa”.

Setelah mengucapkan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda, Çré Caitanya menari dan menyanyi dengan kebahagian rohani di tepi Rädhä Kunda sambil mengingat kegiatan Çré Kåñëa. Kemudian Çré Caitanya Mahäprabhu menandai badan beliau dengan tilak dari lumpur di Rädhä kunda dan mengumpulkan beberapa lumpur untuk dibawa bersama beliau.

Kemudian dari Rädhä Kunda beliau menuju ke danau Sumana. Melihat bukit Govardhana dari tempat itu, beliau menjadi sangat gembira. Beliau bersujud kepada Govardhana bagaikan tongkat yang terjatuh. Kemudian beliau berlari dan memeluk batu di bukit Govardhana. Akhirnya beliau sampai di desa Govardhana dan darsan pada Çré Harideva. Harideva merupakan arca Vigraha yang di sthanakan oleh Çré Vajranäbha, yang

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

14

Page 39: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

terletak di bagian barat matura. Çré Caitanya mulai menari dan menyanyi penuh dengan kebahagian rohani di depan arca Harideva. Mendengar kegiatan beliau, para penduduk setempat datang dan melihat beliau. melihat kebahagian rohani dan ketampanan Çré Caitanya, semua orang yang hadir menjadi sangat heran. Pujari Çré Harideva menerima Çré Caitanya dengan sangat baik. Çré Bhaööäcärya memasak untuk Çré Caitanya Mahäprabhu di Brahma-kunda, yang terletak di dekat Harideva Mandir. Setelah mandi di Brahma-kunda, Çré Caitanya menerima prasad yang telah dimasak oleh Çré Balabadra Bhaööäcärya.

Çré Caitanya Mahäprabhu tinggal semalam di Haridev mandir. Beliau berpikir, “Karena Aku tidak akan memanjat bukit Govardhana, bagaimana Aku bisa darsan pada Çré Gopäla Raya JI?” Berpikir seperti ini, beliau hanya bisa diam. Mengerti keinginan Çré Caitanya Mahäprabhu, Arca Gopäla Ji, mempermainkan para penduduk setempat sehinga beliau diarak ke bawah dari puncak bukit. Çré Gopäla Ji mengirim kabar burung yang menyatakan bahwa pasukan muslim akan segera datang untuk menyerang kuil ini. Karena itu penduduk setempat bersama dengan para pujari Gopäla Ji, menggusung Gopäla Ji dengan tandu turun dari bukit Govardhana. Pada saat itu, Tuhan Çré Caitanya bisa darsan pada Çré Gopäla Ji tanpa menginjakkan kaki di atas bukit Govardhana yang tidak berbeda dengan badan Çré Kåñëa sendiri. Sambil menari dan menyanyikan nama suci menemui Çré Gopal Ji, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagian rohani yang dalam sehinga air mata beliau mengalir bagaikan aliran sungai Gaìga yang deras. Beliau kelihatan seperti orang yang gila pada kekasihnya yang akhirnya tiba-tiba ketemu dengan kekasih yang dirindukan. Dalam keadaan gila rohani seperti ini Tuhan Çré caitanya berkeliling mengunjungi berbagai tempat di Våndävana dhäma di dalam perasaan pelayan dan pelayan dari penduduk Vraja dhäma.

Jay Çré Caitanya mahäprabhuJay Çré Harinama Sankirtan .........ki jay

Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana

15

Page 40: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

16

Page 41: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bab IIMaöhurä

Parikrama dapat dilakukan dari berbagai tempat. Namun dalam buku ini saya sengaja mengajak pembaca untuk memulai parikrama (mengelilingi tempat suci) dari Maöhurä dengan alasan kita bisa mengingat kegiatan Kåñëa dari awal dimana Kåñëa muncul dan kemudian dibawa ke Gokula oleh Vasudeva. Kemudian dari Gokula Kåñëa diajak menuju ke Nanda Gaon oleh Mahäräja Nanda. Sehingga sedikit tidaknya kita akan berusaha untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut satu persatu secara teratur sesuai dengan perjalanan Çré Kåñëa selama ber-lélä di Vraja Dham.

Pertama-tama marilah kita menghaturkan sembah sujud kepada tempat tinggal abadi Tuhan Çré Kåñëa, Çré Maöhurä dhäma.

harir api bhajamanebhyaùpräyo muktià dadäti na tu bhaktim

vihita-tad-unnati-satraàmaöhure dhanyaà namämi tväm

”Biasanya Tuhan Çré Hari, Çré Viñëu, menganugrahkan “Mukti” (pembebasan), namun Beliau tidak begitu mudah menganugrahi “bhakti” ( pengabdian) kepada pemujanya. Oh Maöhurä! Engkau adalah kepribadian yang mujur dan yang menganugrahkan yajïa agung berupa bhakti. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada anda”.

17

Page 42: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Maöhurä adalah tempat suci yang sangat penting diantara tempat-tempat suci yang harus dikunjungi oleh para Vaisnava. Maöhurä berada +150 km di sebelah selatan New Delhi, ibu kota India. Menurut Çréla Rüpa Goswämé di dalam Upadeçämåta, beliau menyatakan bahwa Maöhurä bahkan lebih tinggi kedudukannya dari Vaikuntha dimana Tuhan dalam bentuk Beliau sebagai Näräyana bertempat tinggal. Kenapa? karena Kepribadian Tuhan Yang Asli, Çré Kåñëa, muncul di tempat ini. Karena begitu agungnya tempat ini, orang yang hanya melihat tempat ini saja akan terbebaskan dari dosa-dosa yang mereka lakukan di dalam hidup mereka. Di dalam Maöhurä mähätmya, keagungan Maöhurä diuraikan sebagai berikut:

suryodare tamo naçyedyatha vajra-bhayan nagaùtarkñaà dåñöva yatha sarpa

megha vata-hata ivatattva-jïanad yatha duhkhaàsiàhaà dåñöva yatha mågaù

tatha papäni naçyantiMaöhurä-darçanat kñanat

”Seperti halnya kegelapan dihilangkan oleh terbitnya matahari, seperti gajah yang takut terhadap ankusa (tongkat pengendali gajah), ular yang takut begitu melihat Garuda, rasa duka yang dilenyapkan oleh pengetahuan dan seekor rusa merasa takut melihat seekor singa, begitu juga dosa-dosa akan dihancurkan hanya dengan melihat Maöhurä Dhama”.

Meskipun demikian, tujuan kita mengunjungi Maöhurä bukanlah untuk menghancurkan dosa yang telah kita perbuat kemudian melakukan dosa lagi dan datang kembali ke tempat suci untuk membersihkan dosa. “präyaçcittam atho ‘pärthaà manye kuïjara-çaucavat”, prayascita atau penyucian diri seperti itu merupakan penyucian diri yang tidak berguna yang bagaikan gajah mandi, (SB 6.1.10). Tujuan kita ke tempat suci adalah untuk mendengarkan manisnya kegiatan Tuhan dan ajaran-ajaran dari para sadhu atau orang-orang suci, yang bagaikan minuman kekekalan yang mampu menganugrahkan kehidupan kekal kepada si pendengar. Tentu saja mengunjungi tempat suci akan secara otomatis memberikan efek samping seperti yang diuraikan diatas yaitu orang akan terbebaskan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

18

Page 43: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dari dosa-dosa. Tetapi kita harus mengerti bahwa pembersihan dosa seperti itu itu bukanlah tujuan utama kita.

Tempat tempat di Maöhurä

1. Janmasthäna ( Kåñëa Janma Bhümi)

Lima ribu tahun yang lalu Çré Kåñëa muncul di tempat ini dari kandungan ibu Devaké. Pada jaman Vajranäbha, kuil yang sangat indah dibangun di tempat ini dan Arca Çré Keçava deva disthänaakan di tempat ini. Namun sayang sekali kuil tersebut dihancurkan oleh orang-orang Islam. Setelah kuil tersebut dihancurkan, sejumlah kuil dibangun lagi oleh beberapa raja Hindu berulang kali, akan tetapi setelah beberapa waktu dihancurkan kembali oleh raja Islam. Akhirnya kuil yang masih berdiri sampai saat ini adalah kuil yang di bangun sekitar tahun 1951. kuil ini sangat megah dan di dalam kuil, Çré Çré Rädhä-Kåñëa dipuja sebagai istadeva.

Gambar: Krsna Janmasthan mandir, Maöhurä

Maöhurä

19

Page 44: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Karena diserang oleh raja Islam, arca Keçava deva yang asli yang dulunya di sthänakan oleh Vajranäbha dilarikan oleh penduduk Hindu setempat ke tempat yang aman. Saat ini arca yang asli tersebut berada di Radjdhani, sebuah kota dekat Maöhurä. Saat ini Pratibhu murti Çré Keçava Deva (Replika arca yang sebenarnya tidak berbeda dengan yang asli) masih di puja di salah satu kuil di dalam area janma sthänaa. Kuil ini dikenal dengan nama “pratibhü keçava deo mandir”

Keçava Deva adalah salah satu dari empat deva yang disthänaakan oleh Vajranäbha di empat penjuru Vraja Bhümi sebagai Içtadeva di keempat penjuru. Diurakan bahwa Vajranäbha memahat 16 arca secara pribadi yang disthänaakan di Vraja Bhümi. Arca ini terbuat dari batu pilihan yang sangat langka yang disebut dengan nama “batu Braja”. Beliau memahat empat deva, dua nätha, dua Gopäla, empat mähädeva, dan empat Devé. Masing masing diantaranya adalah sebagai berikut:

• Keempat deva adalah:1. Hari Deva (disthänaakan di Govardhan). Saat ini arca yang asli tidak

diketahui keberadaanya.2. Govinda Deva (disthänaakan di Våndävana). Saat ini arca asli Çré-Çré

Rädhä Govinda ji dipuja di Jayapur. Jayapur adalah sebuah kota yang terletak di Rajasthäna, dekat Maöhurä.

3. Baladeva, juga di kenal dengan nama Dauji dan Baldeo. Arca ini adalah satu-satunya arca yang asli dari keempat deva yang masih sampai sekarang di Vraja . Beliau di puja di desa Baldeo, di Mahavan (+18 km dari Maöhurä). Tempat ini terletak dekat dengan Gokula.

4. Keçavadeva (di Maöhurä).

• Dua nätha adalah:1. Çrénäth ji, yang ditemukan oleh Madhavendra Puri di Govardhan

dan disthänaakan di atas bukit Govardhan. Saat ini beliau di puja di Näthadvar, rajasthäna.

2. Gopénäth ji yang saat ini berada di Jayapur.

• Dua Gopäla adalah:1. Madana Gopäla (Madana Mohan) yang di puja oleh Çré Sanätana

Gosvämé di Våndävana. Saat ini Madana Gopäla berada dan dipuja di Karoli.

2. Saksi Gopäla, arca yang lari ke Orisa untuk menjadi saksi atas janji

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

20

Page 45: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang diberikan oleh seorang brahmana tua kepada brahmana muda dari daerah Orissa. Saat ini Beliau di puja di Kota kecil Saksi Gopal, Orissa, di daerah bagian timur India.

• Empat Mähädeva atau Siva lingga adalah :1. Cakraleçvara Mähädeva di Govardhan2. Kamesvara Mähädeva di Kämyavana.3. Bhutesvara Mähädeva di Maöhurä4. Gopeçvara Mähädeva di Våndävana

• Empat Devé adalah:1. Manasi Devé di Govardhan2. Vrnda Devé di Kamavan3. Pathala Devé di Maöhurä4. Yogamäyä Devé di Våndävana.

Selain Hari Deva, kelima belas arca yang lainnya masih dapat kita lihat sampai saat ini. Masing-masing arca tersebut akan diuraikan sambil kita mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masing-masing arca tersebut.

Janmasthäna adalah salah satu tempat yang sangat ketat untuk dikunjungi. Untuk masuk ke dalam, para pengunjung dilarang membawa alat-alat eletronik, khususnya kamera dan hand-phone. Jika kita ingin perjalanan memasuki tempat ini lancar, usahakan untuk tidak membawa barang-barang yang terbuat dari logam. Akan lebih baik bila tas dan barang lainnya diletakkan di bus atau di mobil, kecuali japa mala.

Tempat dimana Tuhan Çré Kåñëa muncul di dalam sebuah penjara. Disini kita akan melihat lorong kecil untuk masuk ke tempat tersebut. Sebelum memasuki tempat ini kita akan darsan terlebih dahulu kepada Çré Yogamäya Devé. Yogamäyä Devé adalah saudari Çré Kåñëa, Çrématé Durga Devé, yang muncul dari kandungan ibu Yaçodä di Gokulaa. Bayi tersebut ditukar oleh Vasudeva dan dibawa ke dalam penjara di Maöhurä. Vasudeva dan Devaké berharap bahwa Kaàsa akan mengurungkan niatnya untuk membunuh anak mereka karena bayi yang lahir adalah bayi wanita. Ketika Kaàsa mengetahui bahwa bayi ke delapan Devaké telah lahir, meskipun bayi tersebut adalah bayi wanita, Kaàsa tetap berusaha untuk membunuhnya. Akan tetapi ketika Kaàsa melemparkannya,

Maöhurä

21

Page 46: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

bayi tersebut langsung terbang dan berubah wujud dalam bentuk Durga berlengan delapan. Jadi arca ini dimaksudkan untuk mengingat Beliau. sebelum darsan kepada Kåñëa, kita hendaknya memohon berkat dari Devé Yogamäyä agar dianugrahi penglihatan rohani sehingga kita dapat mengerti kegiatan Kåñëa. Atas aturan Yogamäyä, Vraja-dhama terselubungi dari penglihatan material kita. Hanya atas karunia beliau kita akan mampu merasakan keindahan dan keagungan Vraja bhümi.

Setelah darsan dan berdoa kepada Yogamäyä Devé, kita akan memasuki lorong kecil yang panjangnya hanya beberapa meter. Lorong ini tepat berada di sebelah kanan kita ketika kita darsan pada Çré Yogamäyä. Di dalam lorong kecil inilah Çré Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul lima ribu tahun yang lalu. Di sini kita dapat melihat arca Çré Viñëu berlengan empat dan gambar ibu Devaké dan Vasudeva sedang berdoa kepada Çré Viñëu. Di sini juga terdapat gambar Kåñëa sebagai bayi di depan mereka berdua. Kita dapat pula melihat Çrémad Bhagävatam yang berhubungan dengan lila ini di tulis dalam tulisan Deva-nägaré di atas tembok di dalam ruangan ini.

Setelah keluar dari Garbha Sthäna, ruangan di mana bayi Kåñëa muncul, kita akan melihat kuil yang sangat megah yang sebelumnya kita lihat dari jalan raya. Kuil tersebut adalah kuil Çré Çré Rädhä Kåñëa, kuil yang dibangun sekitar tahun 1951. Kita dapat darsan dan menikmati keindahan mandir tersebut yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah yang berhubungan dengan kegiatan Kåñëa dan kisah-kisah dari Purana, Ramayana, Mahabharata dan lain-lain. Selain Rädhä Kåñëa, terdapat beberapa arca yang dipuja disini. Kemudian kita bisa berkeliling dan darsan di beberapa kuil yang dibangun di dalam areal Janma sthäna. Keçava Deva, salah satu dari empat deva yang di sthanakan oleh Vajranäbha terletak diluar tembok kuil Janma sthäna. Saat ini Pratibhü- murti Çré Keçava Deva dipuja di kuil ini. Arca Keçava Deva yang sangat tampan terbuat dari batu marmer hitam.

Çré Kåñëa Janma lila

yadä yadä hi dharmasyaglänir bhavati bhärata

abhyutthänam adharmasyatadätmänaà såjämy aham

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

22

Page 47: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul, oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7)

Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab, Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya, menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi lautan susu, para dewa mulai memuja Çré Viñëu, penguasa alam semesta, Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang dikenal dengan doa Puruña Sükta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan Çré Viñëu akan segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lélä-Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa bagian dari diri Beliau yaitu Saìkarñaëa juga akan muncul segera sebelum kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para dewa lainya termasuk ibu bhümi menjadi sangat bahagia dan kembali ke tempat mereka masing-masing.

Pada saat itu Mahäräja Çürasenä dari keluarga Yadu, memerintah di kota Maöhurä. Dibawah pemerintahan Mahäräja Surasena, Maöhurä dijadikan ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura menikahi Devaké, putri Mahäräja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari pernikahan itu, ayah Devaké, Mahäräja Devaka, karena rasa sayang kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. Kaàsa, putra Ugrasena, yang sangat mencintai Devaké, adiknya, dengan tujuan untuk memuaskan adiknya, Kaàsa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada

Maöhurä

23

Page 48: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

saat Kaàsa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai, terdengar suara dari langit:

“asyäs tväm añöamo garbho hantä yäà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh Kaàsa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan dari Devaké, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan membunuhmu”.

Mendengar pernyataan dari langit ini, Kaàsa menganggap bahwa Sang Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan menganiaya Devaké sehingga Tuhan Çré Kåñëa akan segera muncul untuk menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti Kaàsa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari akasa vani, Kaàsa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu menjambak rambut Devaké dan dengan pedang di tangannya, dia siap membunuh adiknya.

Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak pada Kaàsa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan Devaké akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah Kaàsa. Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan Çré Kåñëa tidak akan terganggu dan Devaké tidak perlu kehilangan enam putra pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Vasudeva dan Devaké merupakan penyembah murni yang kekal dari Çré Kåñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti Kaàsa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak sengaja, maka Kåñëa berkewajiban untuk melindungi Kaàsa sehingga beliau tidak akan dapat membunuh Kaàsa. Dengan demikian tujuan Kåñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan Çré Kåñëa dimana akasa vani disampaikan kepada Kaàsa sehingga Kaàsa tidak mendapat kesempatan untuk melayani Devaké dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

24

Page 49: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama Devaké, ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang telah menjelma menjadi Kaàsa.

Melihat Kaàsa hendak membunuh istrinya, Devaké, Vasudeva berusaha menasehati Kaàsa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon agar kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké khususnya di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh Kaàsa yang berwatak raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan Devaké untuk sementara waktu, Vasudeva berjanji kepada Kaàsa bahwa dia akan menyerahkan semua anak yang lahir dari kandungan Devaké kepada Kaàsa dan Kaàsa dapat melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut. Kaàsa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah benar. Kaàsa berpikir:

“Kesalahan tidak berada pada Devaké maupun Vasudeva tetapi pada Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa Kaàsa, pangeran gagah yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa membunuh Devaké saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia tumbuh dewasa”. Berpikir demikian Kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké melainkan meminta maaf dan mengirim Devaké ke keluarga Vasudeva.

Waktu telah berlalu, Devaké melahirkan seorang putra. Untuk menepati janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk diserahkan kepada Kaàsa. Melihat kejujuran Vasudeva, Kaàsa sangat kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena Kaàsa berpikir bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan Devaké maka Kaàsa berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun

Maöhurä

25

Page 50: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kaàsa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan Kaàsa hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan Kaàsa dan berpikir bahwa Kaàsa pasti akan segera merubah keputusannya.

Suatu hari Närada Muni datang menemui Kaàsa dan memberitahunya bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera dihancurkan dengan kemunculan Çré Viñëu. Maha Rsi Närada juga menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan Çré Viñëu, para Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul, mengapa Närada Muni menginformasikan kepada Kaàsa bahwa mereka akan segera terbunuh oleh Çré Viñëu? karena hal itu, Kaàsa dapat saja membunuh bayi-bayi Devaké dan menganiaya para Yadu.

Närada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan Çré Kåñëa sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh Närada maka hal itu akan memancing kekejaman Kaàsa terhadap para Yadu yang merupakan penyembah Çré Viñëu. Karena penyembahNya dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera.

Setelah keberangkatan Närada muni, Kaàsa memikirkan kata-kata Devaåñi Närada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin akan lahir sebagai salah satu dari putra Devaké. Takut akan kematian, Kaàsa mulai menganiaya Devaké dan Vasudeva dan memasukan mereka ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama dengan para raksasa seperti Pütanä, Pralamba, Keçi, Baka, Aghäsura, Tåëävarta, Narakäsura, Bäëäsura dan lain-lain, Kaàsa juga mulai menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya. Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu, dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena.

Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat seperti Kaàsa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu, suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

26

Page 51: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka selalu iri kepada Çré Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah. Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak melakukan atau menolak pengabdian suci kepada Çré Viñëu, mereka akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda.

Setelah enam bayi Devaké dibunuh oleh Kaàsa, Çré Ananta, bagian dari badan Çré Kåñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan Devaké sebagai putra ke tujuhnya. Untuk melindungi para Yadu dari penganiayaan yang dilakukan oleh Kaàsa, Kåñëa memerintahkan kepada Yogamäyä untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini Devé, salah satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama keluarga Nanda Mahäräja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan Devaké dipindahkan oleh Yogamäyä, maka orang-orang berpikir bahwa Devaké mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad Bhagävatam sebagai berikut:

garbha-saìkarñaëät taà vai prähuù saìkarñaëaà bhuvirämeti loka-ramaëäd balabhadraà balocchrayät

”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena dipindahkan (san-kås) dari kandungan Devaké ke dalam kandungan Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama Räma karena beliau mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”.

Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran Devaké. Badan Devaké mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya.

Maöhurä

27

Page 52: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kaàsa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir bahwa badan Devaké yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat.

Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat dimana Devaké dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa mereka kepada Çré Kåñëa yang berada di dalam kandungan Devaké. Di dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan Devaké dan Vasudeva karena Tuhan Çré Kåñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke tempat mereka masing masing.

Pada hari menjelang kemunculan Çré Kåñëa, alam secara otomatis memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai muncul, begitu juga bintang mujur lainnya seperti Asvini dan lain-lain. Kedaan alam semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan. Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah. Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajïa, api yajïa berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang jahat seperti Kaàsa, para brahmana dilarang untuk memuja Çré Viñëu. Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajïa dengan sembunyi-sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang munculnya Tuhan Çré Kåñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang Maha Kuasa. Para Apsarä mulai menari, para Kinnara dan Gandharva

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

28

Page 53: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa-doa pujian yang menguntungkan.

Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati Devaké. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat, yang masing-masing tanganNya memegang saìka, cakra, gadä dan padma. Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman, yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini, Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang

sangat menakjubkan sebagai putranya. Setelah beberapa saat, Vasudeva menyadari bahwa Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Sadar seperti itu, Vasudeva bersama Istrinya, Devaké, mulai memanjatkan doa pujian kepada Yang Maha Kuasa, yang berada di depannya. Setelah menyampaikan doa pujian kepada Tuhan, dibingungkan oleh tenaga Yogamäyä, Vasudeva dan Devaké yang berperan sebagai orang tua, yang tahu bahwa Kaàsa akan datang untuk membunuh putranya, meminta Çré Viñëu untuk

Maöhurä

29

Page 54: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva dan Devaké, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan menyembunyikan diriNya di Vraja bhümi, di rumah Nanda Mahäräja. Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan Devaké sudah menjadi orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya. Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya. Setelah Kåñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai Yamunä. Pada saat itu, atas aturan tenaga khayalan Kåñëa, semua penjaga pintu penjara dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi Kåñëa yang sedang dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin yang keras, sungai Yamunä kelihatan sangat ganas dengan gelembung -gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah menyentuh kaki padma Çré Kåñëa, Yamunä membelah badan beliau menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada Çré Rämacandra untuk membuat jembatan ke Laìka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda Mahäräja dan meletakkan putranya di dekat Yaçodä kemudian mengambil bayi perempuan yang baru lahir dari Yaçodä. Karena kelelahan melahirkan bayi, Yaçodä langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang lahir laki-laki atau perempuan. Jadi Yaçodä tidak menyadari bahwa bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya menguraikan bahwa sebenarnya ibu Yaçodä melahirkan dua anak, satu putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan Kåñëa, Vasudeva tidak melihat putra Yaçodä melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan. Setelah Vasudeva menaruh Kåñëa di dekat Ibu Yaçodä dan mengambil bayi wanita, Väsudeva-Kåñëa masuk kedalam badan Våndävana-Kåñëa sehingga ketika ibu Yaçodä sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki-laki.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

30

Page 55: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di pangkuan Devaké. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula, pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata Kaàsa dan pengikutnya.

Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada Kaàsa. Mendengar hal ini, Kaàsa yang sudah tidak sabar menunggu kelahiran bayi kedelapan dari Devaké mulai mengambil tindakan. Dia segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. Kaàsa berpikir, “Ini adalah käla, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan takut dan resah, Kaàsa masuk ke dalam penjara untuk menemui Devaké. Sebagai wanita yang tidak berdaya, Devaké memohon kepadaKaàsa untuk tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah seorang perempuan. Namun Kaàsa yang kejam tidak menghiraukan permintaan Devaké dan mengambil bayi dari tangan Devaké secara paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, Kaàsa melemparkannya ke atas batu. Namun bayi yang merupakan Yogamäyä sendiri, terlepas dari tangan Kaàsa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit dalam bentuk Dewi Durgä berlengan delapan yang memegang senjata di masing-masing tangannya. Durgä Devé bersabda, “Oh Kaàsa, kamu orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”. Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan Kaàsa.

Mendengar kata-kata Durgä Devé, Kaàsa berpikir bahwa Durgä sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja Durgä dan Çiva setiap saat, Kaàsa berpikir bahwa sekarang Durgä Devé telah berkarunia untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat. Kaàsa kemudian mendekati Devaké dan Vasudeva. Kaàsa meminta maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda Durgä Devé, Kaàsa mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari hari tersebut.

Maöhurä

31

Page 56: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda Mahäräja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan Kåñëa dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “Kåñëa jayanti” atau dikenal pula dengan nama “Kåñëa janmastami”. Çré Kåñëa Janmastami ki jay 2. Viçräm Ghat

Tempat ini terletak di tepi sungai Yamunä di Maöhurä. Kita dapat mengunjungi tempat ini langsung dari Janmasthäna atau pada saat kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki. Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet, akan lebih baik bila kita mengunjungi Viçräm Ghat setelah datang dari Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari Janmasthäna. Setiap supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat ini.

Gambar: tepi sungai Yamunä di Viçrama Ghat

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

32

Page 57: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Setelah Çré Kåñëa dan Çré Balaram membunuh Kaàsa di Kaàsa tila, mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa setelah membunuh Hiraëyäkña, Çré Varähadeva beristirahat di sini. Viçräm ghat juga muncul di dalam Çré Caitanya Caritamrta, karya Çré Kåñëa Däsa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota Maöhurä, Çré Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang telah diuraikan di dalam bab sebelumnya.

Di tempat ini kita bisa darsan pada arca Çré-Çré Kåñëa Balaram. Di sini juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada Çrémati Yamunä Devé dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (Yamunä) adalah putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan menikmati sejuknya air sungai Yamunä dimana kaki padma Çré Hari, Kåñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa di Våndävana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu Yamunä di sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan bahwa Yamunä seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha Purana, Çré Varahadev menguraikan keagungan Yamunä kepada Ibu pertiwi sebagai berikut,

gaìgä çata-guëä proktämäthure mama maëòale

yamunä viçrutä Devénätra käryä vicäraëä

“Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah Sungai Yamunä yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, Maöhurä. Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”.

Jadi bila kita mandi di sungai Yamunä satu kali sama dengan mandi seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci Yamunä.Yamunä Devé Kijay.

3. Keçava gaudiya maöhaSebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada H.D.G. Çréla Prabhupäda. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani

Maöhurä

33

Page 58: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran Kåñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah tercemari oleh sifat-sifat alam material. Çré Keçava Gaudiya Maöha adalah tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G. A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda, pendiri dan acarya ISKCON menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His Holiness Keçava Mahäräja. Di sini, Çré Çré Rädhä-Vinoda-Vihari ji di puja. Arca Çré Caitanya Mahäprabhu yang di puja adalah arca yang secara pribadi disumbangkan oleh Çréla Prabhupäda. Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di Maöhurä adalah: Ranga Bhümi (tempat dimana Kaàsa di bunuh oleh Kåñëa di atas bukit Kaàsa-tila, Rangesvar Mähädeva temple (Siva linga yang di puja oleh Kaàsa sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

34

Page 59: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bab IIIGokula

Gokula adalah tempat di mana Nanda Mahäräja bertempat tinggal sebelum pindah ke Nanda-gaon. Tempat ini berada di seberang sungai Yamunä jika dari Maöhurä. Bila kita datang kemari dari Maöhurä, kita akan melewati jembatan yang sangat indah dan kita dapat melihat pemandangan sungai Yamunä yang mengalir dengan deras di bawah jembatan tersebut.

Menurut Çréla Viçvanätha Cakravarté Thakur, di dalam buku beliau yang berjudul särärtha-darçini, dijelaskan bahwa sebelum pindah ke Gokula, Parjanya, kakek Çré Kåñëa dan para putranya termasuk Nanda Mahäräja, Upananda, beserta keluarga lainya pernah tinggal di Nandiçvara di Nanda-Gaon. Namun karena merasa takut terhadap raksasa Arisöäsura (raksasa yang mengambil wujud dalam bentuk sapi jantan), mereka pindah ke Gokula. Di sini mereka tinggal selama beberapa tahun sampai Kåñëa muncul sebagai anak Nanda Mahäräja dan Yaçodä mata. Tetapi setelah kemunculan Kåñëa, banyak raksasa yang menyerang Gokula dan berusaha membunuh Kåñëa. Untuk menghindari hal ini Upananda, kakak Nanda Mahäräja, salah satu orang yang dituakan di Gokula dan juga orang yang sangat terpelajar, karena rasa sayangnya kepada Kåñëa, ia menganjurkan agar mereka pindah dari Gokula sehingga Kåñëa tidak akan diganggu lagi oleh para raksasa.

35

Page 60: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Sebenarnya Kåñëa sebagai paramätmä yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup, menyemangatkan Upanada dari dalam hatinya untuk menyampaikan ide ini kepada para Vrajavasi, karena Kåñëa berkeinginan untuk menikmati tempat-tempat di seberang sungai Yamunä seperti hutan Våndävana dan bukit Govardhan. Karena mereka masih merasa takut terhadap raksasa Aristasura, Upananda menganjurkan untuk pindah ke hutan Våndävana dimana para sapi bisa menikmati manisnya air sungai Yamunä dan rumput hijau dari bukit Govardhana. Saat itu mereka sempat tinggal di Chatikara (+ 6 km dari Våndävana) selama beberapa bulan. Dan setelah Kåñëa membunuh raksasa Aristasura, mereka memutuskan untuk kembali ke Nandéçvar di Nanda-gaon.

Tempat-tempat di daerah Gokula:

1. Kuil utama di Gokula (Istana Nanda Mahäräja/Nanda Bhavan)

Istana ini dibangun lima ribu tahun yang lalu ketika Nanda Mahäräja bertempat tinggal di sini. Ada 84 pilar yang menyangga bangunan ini. Dijelaskan bahwa 80 pilar dibangun oleh Visvakarma, arsitek para Dewa di surga dan yang empat lainya diciptakan oleh Dewa Brahma. Sebenarnya 84 pilar ini menunjukan 8.400.000 jenis kehidupan yang ada di alam semesta material. Jadi setiap pilar mewakili 100.000 jenis kehidupan di alam semesta material ini. Di dalam kuil kita bisa darsan pada arca Kåñëa yang sedang di ayunkan, Çré Balaräma ji, Nanda Mahäräja dan ibu Yaçodä. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa Balaräma, kakak Çré Kåñëa dilahirkan oleh ibu Rohiné di sini. Balaräma pada awalnya berada di dalam kandungan ibu Devaké, tetapi atas kehendak Kåñëa, Beliau dipindahkan dari dalam kandungan ibu Devaké ke dalam kandungan Ibu Rohiné. Karena itu beliau juga di kenal dengan nama Saìkarñaëa (Beliau yang di pindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Di dalam Çrémad Bhagävatam skanda sepuluh bab dua, Çré Kåñëa bersabda kepada Yoga maya sebagai berikut:

devakyä jaöhare garbhaàçeñäkhyaà dhäma mämakam

tat sannikåñya rohiëyäudare sanniveçaya

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

36

Page 61: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Di dalam kandungan ibu Devaké adalah ekspansi dari diriku yang dikenal dengan nama Sankarsana atau Sesa. Tanpa kesulitan, pindahkan Dia ke dalam kandungan Rohini”. (S.B. 10.2.8). 2. Pütanä Mardhana Sthänam

Pütanä terbunuh di sekitar daerah ini yang disebut dengan Pütanä mardhana sthänam. Bila kita keluar dari temple utama dan berbelok ke kanan, maka kita akan melihat bangunan kecil di sebelah kanan jalan setapak yang kita lewati. Bangunan ini sebagai tanda di mana Kåñëa membunuh raksasi Pütanä. Di dalam pondok kecil ini, kita dapat melihat Murti Kåñëa sedang bermain di atas dada Pütanä yang mengerikan yang berbaring setelah dibunuh oleh Kåñëa.

Tidak seorangpun yang lebih berkarunia dari pada Kåñëa. Meskipun seseorang hanya melakukan sedikit saja pelayanan kepada Beliau, Beliau akan membalas pelayanan itu dalam jumlah yang tidak terhingga, yang sangat sulit kita percayai. “svalpam apy asya dharmasya träyate mahato bhayät”. “Bahkan sedikitpun seseorang melakukan pelayanan bhakti kepada Tuhan, itu akan menyelamatkan dia dari bahaya yang paling besar yang mestinya dialaminya”.( BG,2.40).

Sebagai umat manusia, bahaya terbesar yang paling mengerikan adalah kehilangan kesempatan untuk dilahirkan kembali sebagai manusia. Dengan kata lain, merosot kedalam kehidupan yang lebih rendah seperti binatang, serangga atau tumbuh-tumbuhan merupakan hal yang paling mengerikan yang bisa kita alami. Jadi pelayanan kepada Tuhan adalah satu-satunya cara untuk menghindari bahaya tersebut. Apakah seseorang melakukan pelayanan secara sengaja maupun tidak sengaja, karena Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa merupakan kebenaran yang mutlak, pelayanan itu akan selalu dianggap bernilai oleh Çré Kåñëa dan Beliau merasa bertanggung jawab untuk membalas pelayanan tersebut. Uddhava, dalam doa pujiannya kepada Çré Kåñëa di dalam Çrémad-Bhagävatam, ketika Vidura menanyakan tentang keadaan para Yadu kepadanya, Uddhava memanjatkan pujian-pujian yang meringkas lélä Tuhan Çré Kåñëa selama berada di planet bumi ini. Salah satu doa pujian yang indah tersebut adalah sebagai berikut:

Gokula

37

Page 62: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

aho baké yaà stana-käla-küöaàjighäàsayäpäyayad apy asädhvé

lebhe gatià dhätry-ucitäà tato ‘nyaàkaà vä dayäluà çaraëaà vrajema

“Oh, bagaimana mungkin saya bisa berlindung dari orang lain yang lebih berkarunia dari Dia (Kåñëa) yang menganugrahi seorang raksasi (Pütanä) sebuah posisi sebagai seorang ibu meskipun Pütanä orang yang tidak berkeyakinan dan membuat racun yang mematikan untuk dihisap oleh Kåñëa dari payudaranya?”( SBhg 3.2.23).

Sloka ini meringkas lélä Tuhan Çré Kåñëa yang sangat istimewa selama berada di Våndavana, yaitu terbunuh dan diselamatkannya seorang raksasi jahat bernama Pütanä. Berikut adalah kisah lengkap Çré Kåñëa menghabisi kesombongan Pütanä.

Terbunuhnya Raksasi Pütanä

Ketika Kaàsa mendengar dari Dewi Durga bahwa orang yang akan membunuhnya telah lahir di suatu tempat di muka bumi ini, dia menjadi sangat marah dan berusaha membunuh semua bayi yang lahir sepuluh hari sebelum kejadian itu. Karena itu Kaàsa mengirim Pütanä, seorang nenek sihir yang pekerjaannya membunuh dan mengganggu bayi untuk melakukan tugas ini. Nenek sihir seperti itu di sebut dengan nama

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

38

Page 63: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“khecaré”. Di beberapa tempat di India utara, masih ada beberapa orang yang mempraktekan ilmu hitam seperti ini sampai sekarang. Setelah berkeliling ke berbagai kota dan desa untuk membunuh bayi-bayi yang baru lahir saat itu, Pütanä akhirnya sampai di daerah Gokula. Raksasi Pütanä, yang mampu berkeliling sesuai dengan kemauanya, terbang di angkasa dengan mengunakan ranting pohon. Dengan tenaga gaibnya dia merubah badanya menjadi seorang wanita yang sangat cantik mempesona dan kemudian memasuki Gokula di senja kala.

Dengan wajah samaran yang cantik, pinggul besar dan payudara besar yang memberatkan pingangnya yang langsing, Pütanä memakai pakaian yang sangat indah. Rambutnya dihiasi dengan untaian bunga, dan anting-antingnya yang bersinar cerah. Ketika dia tersenyum, senyumannya menawan dan menarik hati setiap orang. Kecantikanya yang palsu ini menarik perhatian para penduduk Vraja khususnya para lelaki di Gokula. Atas kehendak Çré Kåñëa, semua penduduk Vraja sepertinya di kendalikan oleh tenaga sulap Pütanä. Para wanita Vraja berpikir bahwa ini adalah Dewi Lakñmé yang datang untuk menemui Näräyana yang mucul sebagai Kåñëa. Sambil mencari-cari bayi yang akan dia bunuh, tenaga Mäyä Çré Kåñëa (tenaga yang mengkhayalkan) menggiring Pütanä ke rumah Nanda Mahäräja tanpa di halangi oleh seorangpun. Tanpa ijin dari tuan rumah, Pütanä masuk ke kamar Nanda Mahäräja dan menemukan bayi Kåñëa yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Pütanä menyadari bahwa bayi ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat seperti bara api di bungkus oleh abu. Pütanä dapat mengerti bahwa bayi ini bukan bayi biasa seperti bayi lain yang dibunuhnya sebelumnya, namun dia dilahirkan hanya untuk membunuh para raksasa. Meskipun Pütanä mengerti hal ini, dengan bodoh dia berpikir untuk meracuni Kåñëa dengan racun yang sudah dioleskan pada puting susunya. Pütanä berpikir bahwa begitu Kåñëa meminum air susu dari payudaranya, Kåñëa akan segera mati kerena susu itu akan tercampur dengan racun yang di oleskan pada puting susunya.

Tuhan Çré Kåñëa, sebagai paramatma yang berada di mana-mana, yang saat ini berbaring di atas tempat tidur sebagai seorang bayi mengerti bahwa Pütanä adalah seorang nenek sihir yang sangat ahli membunuh anak-anak kecil. Ia datang untuk membunuh bayi-bayi di Gokula termasuk diriNya. Berpura-pura takut kepada Pütanä, Kåñëa menutup mata padma beliau.

Gokula

39

Page 64: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çréla Viçvanätha menguraikan mengapa Kåñëa menutup mata padma Beliau ketika Pütanä datang untuk membunuhNya. Kåñëa menutup mata karena (1) sebagai anak kecil, menutup mata adalah suatu hal yang wajar melihat raksasi seperti Pütanä. (2) Untuk menghindari melihat orang yang tidak mujur seperti Pütanä, raksasi yang telah membunuh banyak bayi yang tidak berdosa. (3) Untuk menghindari melihat pembunuhan terhadap seorang wanita yang datang sebagai seorang ibu yang akan beliau lakukan dalam waktu yang dekat. (4) menghindari melihat kematian Pütanä yang tidak mujur.

Melihat Kåñëa sendirian berada di dalam kamar, Pütanä mengambil kesempatan ini untuk membunuhNya. Dia mengambil Kåñëa dari tempat tidur dan meletakan Kåñëa di atas pangkuannya. Bagaikan orang yang tanpa sadar meletakan ular berbisa di atas pangkuannya, Pütanä tidak menyadari bahwa dia sedang memangku maut yang akan mengakhiri riwayatnya dengan segera. Bagaikan sebuah pedang yang tajam dibungkus dengan sarung yang lembut dan halus, Pütanä yang sebenarnya berhati bejat dan jahat, berpura-pura memperlihatkan rasa keibuan pada Kåñëa. Meskipun Yaçodä dan Rohiné melihat Pütanä di dalam kamar sedang mengambil bayi Kåñëa. Tetapi karena rasa kagum atas kecantikan dan rasa keibuan yang diperlihatkan oleh Pütanä membuat mereka tidak dapat berbicara apapun dan hanya tinggal diam menyaksikan kejadian ini. Di tempat tersebut, dengan menaruh Kåñëa di atas pangkuannya, raksasi yang sangat berbahaya dan mengerikan yang menyamar dalam bentuk wanita cantik bagaikan dewi keberuntungan sendiri, memberikan puting susunya yang telah diolesi racun yang mematikan (kala kutam) kepada Kåñëa. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Kåñëa, menjadi sangat marah kepada raksasi ini dan dengan kedua tangan Beliau yang mungil, Kåñëa memegang dan memencet payudara Pütanä dan pada saat yang sama menghisap susu dan udara kehidupannya. Tidak mampu menahan rasa sakit, Pütanä mulai menangis dan berteriak-teriak,” oh...oh... lepaskan saya, hentikan meminum susu saya”. Dalam keadaan seperti ini, Pütanä mulai memperlihatkan wajah aslinya sebagai seorang raksasi yang sangat menyeramkan. Matanya yang besar melotot seperti hendak meloncat, lengan dan kakinya yang panjang mulai memberontak namun tetap saja Kåñëa memegang payudaranya dengan erat dan tidak mau melepaskannya. Akhirnya karena tidak bisa menahan rasa sakit dari payudara yang sedang dihisap oleh Kåñëa, Pütanä membuka mulutnya yang penuh dengan gigi yang tajam, mulai meraung dengan teriakan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

40

Page 65: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang menggetarkan bumi. Dia memperpanjang badan, kaki, lengan dan rambutnya yang mengerikan. Setelah beberapa lama, dalam bentuk badanya yang asli dan menyeramkan ini, dia jatuh di tanah Vraja dan mengakhiri riwayatnya. Diuraikan bahwa semua bayi yang telah di bunuh oleh Pütanä adalah bayi-bayi para pengikut Kaàsa. Tidak seorangpun bayi dari Gokula yang terbunuh oleh Pütanä karena bayi pertama yang dia temukan adalah Kåñëa, yang kemudian mengakhiri riwayatnya.

Çréla Bhaktivinod Thakur menguraikan bahwa di antara raksasa yang datang ke Våndävana, Pütanä melambangkan sosok seorang bogus guru atau guru yang tidak dapat dipercaya. Seorang guru yang tidak bonafide (tidak dapat dipercaya), kelihatanya sangat menyenangkan pada awalnya. Namun dalam hati guru seperti itu, yang ada hanya uang dan kenikmatan indria material yang memuncak pada kehidupan seks. Guru seperti itu akan berusaha mendapatkan semuanya dari para pengikutnya yang bodoh yang berusaha untuk dia kelabuhi. Tetapi bila seseorang dengan tekun dan tulus ikhlas melakukan pelayanan bhakti kepada Kåñëa maka suatu hari Kåñëa akan menyelamatkan penyembahNya dengan menghindarkan guru seperti itu dari kehidupan mereka. Karena berada di dunia material ini, kita semua cenderung berbuat kesalahan di dalam memilih atau melakukan sesuatu dan itu adalah hal yang sangat wajar. Tetapi bila kita tulus maka sebagai “Chaita Guru” yang bersemayam di dalam hati kita semua, Kåñëa secara berangsur-angsur akan membimbing kita untuk mengambil jalan yang benar. Beliau disebut dengan nama “Bhakta Vatsala” karena beliau penuh rasa kasih sayang terhadap penyembahnya dan Beliau tidak akan membiarkan penyembahnya yang tulus dihina, apalagi ditipu oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini tidak perlu diragukan lagi.

Tentunya, kita tidak bisa menilai seorang guru dari bagian external saja, bentuk badan, kelahiran India, Amerika, dan lain sebagainya, itu sama sekali tidak memegang peranan di dalam menentukan seorang guru yang bonafide. Hanya orang suci yang mampu mengetahui seseorang murni maupun tidak. Tetapi paling tidak satu hal yang bisa dijadikan patokan adalah seorang guru harus berasal dari garis perguruan parampara yang sejati dan mengikuti aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh guru kerohanian mereka. khususnya di ISKCON, sudah menjadi suatu keputusan dan ketetapan bahwa seorang guru kerohanian (guru diksa) harus diakui oleh badan kepengurusan ISKCON yang dikenal dengan

Gokula

41

Page 66: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

nama GBC (Governing Body comissioan). Seorang guru sejati memang bukan hanya ada di ISKCON, tetapi kalau kita ingin bernaung dibawah naungan Çréla Bhaktivedänta swämi Prabhupäda, kita harus mengikuti atauran yang ditetapkan oleh GBC.

Dibunuhnya raksasi Pütanä adalah contoh yang nyata yang dapat kita lihat berhubungan dengan penipuan terhadap penyembah. Pütanä berusaha menipu para Vrajavasi dengan keelokan tubuhnya. Namun Kåñëa tidak membiarkan hal ini berlangsung lama. Kåñëa dengan segera membinasakan Pütanä.

Hal yang paling penting di dalam pelayanan bhakti adalah keseriusan dan ketulusan hati. Bhakti begitu mulia, bahkan orang yang tidak sengaja sekalipun melakukan bhakti akan mendapat hasil yang luar biasa dari bhakti yang mereka lakukan. Dalam hal ini Pütanä juga dapat dijadikan contoh yang sangat jelas. Meskipun Pütanä berusaha membunuh Kåñëa, namun hanya karena sedikit pengabdian yang dilakukan oleh Pütanä pada kehidupan sebelumnya, dia telah dianugerahi berkat yang sangat mulia. Pütanä terbunuh di Vraja, tempat suci yang paling tinggi di alam semesta dan dibunuh oleh Kåñëa secara langsung. Siapapun yang di bunuh oleh Kåñëa, secara otomatis akan mendapatkan pembebasan dari dunia material ini. karena sifat keibu-ibuan Pütanä, dia di anugerahi berkat sebagai ibu perawat Kåñëa di dunia rohani yang senantiasa membantu ibu Yaçodä untuk merawat Kåñëa. Ini merupakan berkat yang sangat khusus yang telah diberikan kepada Pütanä hanya karena pengabdian yang hampir tidak berarti di dalam kehidupan masa lalunya.

Di kehidupannya yang lalu, Pütanä adalah putri Mahäräja Bali. Ketika Vämanadeva datang ke arena yajïa yang sedang dilakukan oleh Mahäräja Bali, beliau dilihat oleh putri Bali Mahäräja. Karena ketampanan Vämanadeva yang memikat hati setiap makhluk hidup, sang putri berpikir bahwa bila anak ini menjadi anaknya, dia akan sangat menyayanginya dan memberikan susu kepadaNya dengan penuh kasih sayang. Tetapi setelah beberapa saat, ketika Bali Mahäräja ditipu dan ditaklukan oleh Vämanadeva, putri Mahäräjaa Bali menjadi sangat marah dan berpikir untuk meracuni dan membunuh anak ini. Kåñëa, sebagai roh yang utama yang berada di dalam hati setiap mahluk hidup mengerti dan mengetahui isi hati sang putri. Dalam kehidupan berikutnya, dia lahir sebagai Pütanä yang kemudian diberikan kesempatan oleh Kåñëa untuk memenuhi

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

42

Page 67: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

keinginannya yaitu menyusui dan meracuni Kåñëa. Dan akhirnya dia diberikan posisi yang kekal di dunia rohani sebagai perawat yang bekerja sebagai pembantu ibu Yaçodä untuk merawat Kåñëa.

3. Yogamäyä Janmasthäna

Dari Pütanä Mardhana Sthänam, bila kita berjalan lurus beberapa meter dan kemudian berbelok ke kiri, kita akan sampai ke tempat dimana Yogamäyä dilahirkan oleh ibu Yaçodä seperti uraian sebelumnya di dalam kisah kemunculan Kåñëa. Jadi ini adalah tempat dimana Vasudeva menaruh bayi Kåñëa dan ditukar dengan bayi perempuan yang baru lahir dari Yaçodä yang merupakan Yogamäyä sendiri. Kemudian Yogamäyä yang sama dibawa ke penjara tempat Kåñëa lahir oleh Vasudeva sebagai pengganti bayi Kåñëa.

4. Utkhal

Utkhal artinya lumpang. Tempat ini berada di tepi jalan dekat dengan istana Nanda Mahäräja. Bila kita datang dari kuil utama dan berjalan lurus kedepan, kita akan menemukan jalan aspal. Disini berbelok kekiri, setelah beberapa meter maka kita akan menemukan satu kuil kecil di

Gambar: Lumpang kayu yang pernah dipakai ibu Yaçodä mengikat Kåñëa

Gokula

43

Page 68: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

sebelah kanan jalan. Tempat ini adalah Utkhal. Disini adalah tempat dimana ibu Yaçodä mengikat Kåñëa dengan tali pada lumpang kayu dan tempat dimana Kåñëa membebaskan Nalaküvera dan Maëigréva dari kutukan Närada Muni. Kita masih bisa melihat lumpang kayu tersebut disini yang sudah membatu dan setengah dari bagian lumpang ini telah masuk ke dalam tanah. Bila kita berdiri di depan tempat ini dan menghadap ke jalan, kita dapat melihat sebuah sumur di seberang jalan agak di atas. Itu adalah sumur Nanda Mahäräja yang disebut dengan Nanda-küpa.

Dämodara Lélä

evaà sandarçitä hy aìgahariëä bhåtya-vaçyatäsva-vaçenäpi kåñëena

yasyedaà seçvaraà vaçe “Sukadeva Gosvami melanjutkan: Oh Mahäräja pariksit! Seluruh alam semesta ini bersama dengan para dewa yang agung dan mulia seperti dewa Çiva,dewa Brahma dan dewa Indra berada di bawah kendali Kepribadian Tuhan yang Maha Esa. Tetapi Tuhan memiliki satu sifat rohani yaitu Beliau bersedia berada di bawah kendali para penyembahnya. Hal ini diperlihatkan oleh Çré Kåñëa di dalam lila ini yaitu di dalam Dämodara-lélä”. (SBhg, 10.9.19).

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

44

Page 69: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Suatu hari, tepat di hari Dhipävali, karena beberapa pembantu ibu Yaçodä pulang ke rumah mereka masing-masing, ibu Yaçodä harus melakukan kegiatan rumah tangga secara pribadi. Saat itu ibu Yaçodä harus memanaskan susu sendiri dan mengocok susu guna membuat mentega untuk Kåñëa. Untuk kepuasan Kåñëa, ibu Yaçodä secara pribadi memeras susu dari sapi-sapi pilihan. Dari ribuan sapi yang di pelihara oleh Nanda Mahäräja, ibu Yaçodä memilih 6 atau 7 ekor sapi yang sangat khusus untuk di perah. dijelaskan bahwa sapi-sapi ini sangat jarang sekali di temukan. Mereka memberikan susu yang berlimpah, sangat lezat dan berbau harum. Ibu Yaçodä kadang-kadang berpikir “Bagaimana saya bisa mengizinkan pelayan-pelayan saya yang sering menghanguskan susu yang dimasak untuk Kåñëa melakukan kegiatan ini. karena itu saat ini saya pribadi yang akan melakukan segala sesuatu mumpung mereka tidak ada di sini”.

Sambil mengingat kegiaan-kegiatan rohani Kåñëa, ibu Yaçodä menyanyikan kegiatan tersebut sambil mengocok susu asam. Sambil melakukan kegiatan demikian, diuraikan dalam Çrémad-Bhagävatam bahwa karena perasaan kasih sayang keibuan ibu Yaçodä, air susu mengalir dari payudaranya karena dia berpikir bahwa Kåñëa akan meminum susu dari payudaranya.

Ibu Yaçodä memakai sari berwarna kuning yang terbuat dari serat pohon Atasi. Warna badan Beliau kehitam-hitaman. Karena sibuk mengocok susu ,wajah ibu Yaçodä yang dihiasi oleh alis mata yang indah, dilumuri keringat yang keluar dari badan beliau dan bunga melati yang menghiasi rambutnya berjatuhan. Disaat-saat ibu Yaçodä sibuk seperti itu, Kåñëa, dengan wajah beliau yang menawan hadir di depan Yaçodä dengan keinginan untuk minum susu dari ibu Yaçodä. Untuk menambah rasa kasih sayang ibunya, Kåñëa mulai memegang kayu pengocok susu dan menghalangi ibunya untuk mengocok susu. Melihat tingkah laku Kåñëa seperti ini, Ibu Yaçodä merasa terharu dan dengan perasaan cinta yang dalam, beliau memeluk Kåñëa dan mulai menyusuiNya di atas pangkuannya. Terhanyut dengan perasaan keibuan yang sangat dalam, air susu ibu Yaçodä mengalir dari payudaranya dan membiarkannya di minum oleh Kåñëa sepuas-puasnya. Setelah beberapa saat ibu Yaçodä melihat susu yang sedang di panaskan di dapur mulai mendidih dan meluap. Karena hal ini Yaçodä mengesampingkan Kåñëa dan menuju ke dapur untuk menghindari susu yang di masak meluap dan tumpah.

Gokula

45

Page 70: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Orang mungkin akan bertanya, kalau memang ibu Yaçodä sepenuhnya mencintai Kåñëa namun mengapa Beliau lebih berpikir tentang susu di dapur dari pada menyusui Kåñëa secara langsung? Apakah ibu Yaçodä tidak dianggap berada dalam mäyä karena ibu Yaçodä melalaikan Kåñëa dan lebih mementingkan susu di dapur? Dalam hal ini kita harus mengerti, seperti apa yang diuraikan oleh Çréla Viçvanätha Cakravarté, ketika ibu Yaçodä mengarahkan pikiranya terhadap susu yang mendidih di dapur, beliau berpikir ”Bila susu ini tumpah atau hangus, apa yang akan saya berikan kepada Kåñëa nanti saat Kåñëa lapar. Susu ini dihasilkan dari sapi-sapi yang khusus dan ini hanya dimaksudkan untuk Kåñëa. Jadi untuk sementara saya harus menaruh Kåñëa dan melanjutkan untuk menyusuiNya nanti setelah saya mengangkat susu dari atas tungku”.

Penyembah murni kadang-kadang berpikir sesuatu yang kelihatannya diluar kesadaran Kåñëa tetapi mereka mampu menghubungkan segala sesuatu dengan Kåñëa. Disamping itu, penyembah tidak suka membuang apapun karena segala sesuatu adalah milik Tuhan Çré Kåñëa dan harus digunakan untuk Kåñëa. Jadi sesuatu hendaknya jangan disia-siakan atau dibuang-buang. Mereka selalu manghargai hal yang kecil sekalipun yang diberikan oleh Kåñëa dan mengunakan hal itu untuk pelayanan kepada Kåñëa. Selain itu, dalam hal ini ibu Yaçodä berada di dalam keadaan untuk memilih. Orang yang cerdas akan memilih untuk mendahulukan hal yang seharusnya didahulukan. Menurut ibu Yaçodä, susu yan di dapur lebih memerlukan perhatian lebih dulu dibandingkan menyusui Kåñëa. Beliau berpikir “Kalau Kåñëa ditunda maka masih ada waktu untuk menyusui Dia lagi, tetapi kalau susu yang sedang dimasak di dapur ditunda, maka tidak akan ada kesempatan kedua lagi karena susu tersebut akan hangus. Jadi jika itu hangus, saya harus memerah susu kembali. Dengan demikian, semua pekerjaan rumahku akan terhambat. Kalau semuanya terhambat, siapa yag akan memperhatikan Kåñëa? Dalam perasaan seperti ini, ibu Yaçodä meninggalkan Kåñëa menuju ke dapur.

Merasa dirinya diabaikan oleh ibu Yaçodä, Kåñëa menjadi sangat marah dan menunjukkannya dengan mengigit bibir merah Beliau yang seindah bunga padma. Wajah Beliau kemerah-merahan dan mata padmaNya dihiasi dengan air mata yang palsu mengalir dari mata padmaNya. Dalam keadaan marah seperti itu, Çré-Yaçodä-Nandana memecahkan beberapa pot yang berisi mentega lalu pergi ke ruangan yang aman dan mulai memakan mentega segar yang baru di kocok oleh ibu Yaçodä tersebut.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

46

Page 71: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kemudian setelah merasa puas, Beliau membagi-bagikan mentega tersebut kepada monyet-monyet. Beberapa waktu setelah ibu Yaçodä mengangkat susu yang dipanaskan di dapur, Beliau datang kembali untuk menyusui Kåñëa. Tetapi Yaçodä tidak melihat Kåñëa di sana melainkan beliau melihat pecahan pot dan mentega yang berserakan di lantai. Melihat hal ini ibu Yaçodä mengerti bahwa Kåñëa-lah yang melakukan kegiatan nakal ini. Yaçodä mulai mencari-cari Kåñëa di dalam ruangan dan di halaman rumah. Akhirnya Yaçodä menemukan Kåñëa sedang duduk di atas lumpang kayu yang biasanya di pakai untuk menumbuk bumbu dan sedang sibuk membagikan mentega kepada monyet-monyet di sekitarnya. Karena merasa dirinya bersalah, Kåñëa kelihatan merasa takut dan melihat-lihat ke sekitarnya dengan gelisah, berpikir kalau ibu Yaçodä akan datang dan menghukumnya. Melihat Kåñëa dalam keadaan seperti itu, ibu Yaçodä mulai mendekati Kåñëa dari belakang. Ketika Kåñëa melihat ibunya datang mendekat dengan tongkat di tangan, Çré Kåñëa yang menjadi objek meditasi para yogi dengan perasaan takut Beliau berlari menghindari ibu Yaçodä. Para Yogi yang agung melakukan meditasi dan pertapaan bertahun tahun untuk berusaha masuk ke dalam sinar suci yang memancar dari badan rohani Çré Kåñëa namun gagal untuk mencapai hal itu. Bahkan dewa Brahma, sang pencipta, berusaha menangkap sinar suci yang memancar dari ujung kuku kaki padma Tuhan gagal melakukannya. Srila Rüpa Gosvämé Prabhupäda menulis di dalam Stava-Mälä, kumpulan lagu pujian kepada Çré Kåñëa sebagai berikut:

yad api samädhiñu vidhir api paçyatina tava nakhägra-marécim

idam icchämi niçamya taväcyutatad api kåpädbhuta-vécim

“O Acyuta, meskipun dewa Brahma dalam meditasinya mengalami kesulitan bahkan hanya untuk melihat partikel kecil cahaya yang memancar dari kuku kaki padma Anda, namun tetap hamba mengharapkan untuk melihat-Mu, karena hamba telah mendengar lautan karunia anda yang tiada sebabnya”. Tetapi saat ini, ibu Yaçodä menganggap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang sama sebagai anaknya dan berusaha untuk menangkap-Nya.

Gokula

47

Page 72: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Berusaha untuk menangkap Kåñëa, ibu Yaçodä mengejar Kåñëa dari belakang. Tetapi Yaçodä mengalami kesulitan karena berat badannya mengurangi kecepatanya berlari. Karena berlari, rambut Yaçodä mulai terurai dan bunga yang menghiasi rambutnya berjatuhan. Akhirnya setelah agak lelah, Yaçodä berhasil menangkap Kåñëa. Merasa diriNya bersalah, Kåñëa yang ditakuti bahkan oleh kepribadian rasa takut merasa takut pada ibu Yaçodä. Di dalam Dämodarastaka, keadaan Çré Kåñëa saat ditangkap oleh ibu Yaçodä diuraikan dengan sangat indah sebagai berikut:

rudantaà muhur netra-yugmaà måjantaàkarämbhoja-yugmena sätaìka-netram

muhuù çväsa-kampa-tri-rekhäìka-kaëöha-sthita-graiva-dämodaraà bhakti-baddham

“Ketika ditangkap, Dia mulai mengosok mata padmaNya yang penuh rasa takut dengan kedua tangan padmaNya. Nafasnya menggerak-gerakan perhiasan pada leherNya yang di tandai dengan tiga garis seperti kerang. Hamba bersujud kepada Çré Dämodara yang bisa diikat hanya dengan pengabdian suci bhakti”. (Dämodarastaka sloka 2).

Ibu Yaçodä sebagai seorang ibu selalu khusuk di dalam perasaan cinta yang dalam kepada Kåñëa, tanpa mengetahui keagungan Kåñëa yang merupakan Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Karena berada dalam posisi sebagai orang tua (Vatsalya Rasa), Yaçodä tidak pernah mau tahu siapa Kåñëa, yang Beliau tahu Kåñëa adalah anaknya yang sangat di sayanginya. Karena cinta kasihnya kepada Kåñëa, melihat Kåñëa berada dalam rasa takut seperti itu, untuk mengurangi rasa takut pada diri Kåñëa, Yaçodä membuang tongkat dari tanganya. Sambil memandang Kåñëa, Yaçodä memutuskan untuk memberi pelajaran yang setimpal kepada Kåñëa dengan mengikatNya agar Dia tidak akan melakukan kegiatan yang lebih nakal lagi.

Ibu Yaçodä mengambil tali dari rumahnya dan berusaha mengikat Kåñëa di lumpang kayu. Kåñëa adalah Kepribadian Tuhan yang tidak terbatas. Beliau tidak berawal dan tidak ada akhir. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengikat Beliau dengan tali biasa. Beliau hanya bisa diikat dengan cinta bhakti rohani yang tidak tercemari oleh keinginan untuk kepentingan material. Ibu Yaçodä berusaha mengikat Kåñëa dengan tali

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

48

Page 73: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang beliau temukan di dalam rumah tetapi talinya kependekan dua jari untuk mengikat Kåñëa. Beliau mulai mengumpulkan tali dari dalam rumah sebanyak mungkin, tetapi tetap kekurangan dua jari. Saat itu beberapa gopé tetangga Yaçodä tersenyum sambil menikmati kejadian ini dari jauh dan beberapa dari mereka berkata kepada Yaçodä sebagai berikut: “Yaçodä mayé! Saya pikir hari ini adalah hari kemujuran Kåñëa karena itu Kåñëa tidak bisa diikat dengan tali yang telah anda kumpulkan. Lupakan saja usahamu yang sia-sia ini dan lepaskan Kanai”. Namun Yaçodä menjawab, “Meskipun sore tiba dan saya harus mengumpulkan tali dari seluruh desa, saya tidak akan meninggalkan usaha saya untuk mengikat Kåñëa. pokokya hari ini Kåñëa harus diikat”.

Tidak menghiraukan perkataan tetangganya, Yaçodä tetap bersikeras dan mulai mengumpulkan tali sebanyak-banyaknya. Dijelaskan bahwa beliau telah mengumpulkan tali dari berbagai tempat di Gokula untuk mengikat Kåñëa tetapi sebanyak apapun tali yang dikumpulkanya, tali itu selalu kurang dua jari untuk mengikat Kåñëa. Karena usaha yang sangat keras, keringat mulai membanjiri badan Yaçodä. Melihat usaha yang penuh keyakinan dan ketabahan serta kerja keras ibu Yaçodä, Kåñëa merasa kasihan dan bersedia diikat oleh ibuNya. Meskipun para yogi yang agung mengalami kesulitan untuk mendekati sinar suci yang memancar dari badan Kåñëa, tetapi dengan usaha dalam cinta bhakti yang tidak pantang menyerah, ibu Yaçodä mampu mengikat badan Kåñëa secara langsung. Karena pingang Beliau (udara=pinggang) diikat dengan tali (däma=tali) Beliau di kenal dengan nama Dämodara.Jay Çré Dämodara.

Çréla Viçvanätha Cakravarté Thakur menjelaskan di dalam komentar yang beliau berikan pada Çrémad Bhagävatam skanda sepuluh, bahwa kata “dvi-aìgula” (dua jari) dari tali yang kurang yang digunakan ibu Yaçodä untuk mengikat Kåñëa mengandung arti yang sangat penting. Mengapa tali itu selalu kurang dua jari? Viçvanätha menjelaskan bahwa untuk mencapai sukses dalam bhakti, ada dua hal yang sangat penting. Tanpa satu dari kedua hal tersebut maka seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan dalam bhakti. Pertama adalah “Kåñëa Kåpa” yaitu karunia dari Çré Kåñëa. Kemudian yang kedua adalah “utsäha” yaitu usaha dari penyembah untuk mendapatkan karunia tersebut. Jadi satu jari menunjukan Kåñëa Kåpa dan satu jari lagi menunjukan utsäha.

Gokula

49

Page 74: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa selalu berkarunia kepada setiap orang, bagaikan matahari menyinari segala sesuatu. Namun usaha untuk mendapatkan karunia itu berasal dari diri kita. Matahari mungkin selalu bersinar tetapi bila kita menghindar dan lari ke dalam goa maka kita tidak akan mendapatkan sinar matahari. Begitu pula Kåñëa, Beliau selalu berkarunia, tetapi bila kita tidak berusaha mendapatkan karunia itu dengan melaksanakan bhakti, maka kita tidak akan pernah mendapatkan karunia dari Kåñëa, Tuhan Yang Maha Esa. Karena usaha ibu Yaçodä yang sangat keras untuk mengikat Kåñëa maka Beliau berkarunia kepada Yaçodä dan bersedia untuk diikat dengan tali pada lumpang kayu.

Setelah diikat oleh ibu Yaçodä, Kåñëa berpikir, “Tadi saya hanya melakukan kenakalan yang biasa, tapi sekarang saya akan melakukan hal yang lebih nakal lagi”. Berpikir seperti itu, Dämodara-Kåñëa tersenyum dan melirik sepasang pohon Arjuna di dekat tempat Beliau sedang diikat. Berkeinginan untuk memenuhi berkat yang diberikan oleh Närada Muni kepada Nalakuvera dan Manigriva yang saat itu berada dalam bentuk dua pohon Arjuna, Kåñëa mulai menyeret lumpang kayu itu diantara kedua pohon Arjuna tersebut. Kåñëa dengan mudah lewat diantara kedua pohon namun lumpang kayu dimana Beliau diikat, tidak bisa lewat. Kåñëa mulai menarik lumpang kayu tersebut yang menyebabkan kedua pohon Arjuna roboh. Dua Kepribadian, Nalakuvera dan Manigriva, yang merupakan putra dari Kuvera, bendahara surga, keluar dari pohon tersebut dan memanjatkan doa kepada Çré Kåñëa. setelah selesai memanjatkan doa, mereka mulai mengelilingi Kåñëa dan mohon ijin untuk kembali ketempat asal mereka. Kejadian ini terjadi lima ribu tahun silam di Gokula, tepatnya di tempat yang sekarang disebut Uttkhal (lihat uraian di atas tentang Utkhal).

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

50

Page 75: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

5. Brahmäëòa Ghat

Brahmäëòa Ghat terletak kurang lebih 1,5 km dari Utkhal. Keluar dari kuil utama, saat kita berbelok beberapa meter ke kiri, kita akan sampai di Utkhal. Jika kita melanjutkan dan berjalan lurus, setelah +1,5 km, kita akan sampai di Brahmäëòa Ghat. Disini terdapat tempat permandian yang sangat indah dan tempat yang sangat bagus untuk mandi di sungai Yamunä karena arus sungai disini tidak begitu deras dan tidak terlalu dalam. Banyak yatri yang berjunjung ke Vraja bhumi datang ke tempat ini hanya untuk mandi di sungai Yamunä. Sampai saat ini Brahmäëòa Ghat masih sangat tenang dan damai. Bila kita datang dipagi atau sore hari, kita akan mendengar suara burung parkit yang sangat indah dan hembusan angin yang segar berhembus dari sungai Yamunä. Daerah sekitar sini masih sangat tradisional dimana beberapa rumah penduduk masih terbuat dari tanah dan tahi sapi yang atapnya terbuat dari rumput atau daun palem.

Brahmäëòa Ghat adalah tempat dimana Kåñëa memakan tanah liat yang kemudian dimarahi oleh ibu Yaçodä. Kata Brahmäëòa berasal dari kata “Brahma-aëòa”. “Brahma” berarti “Yang Maha Kuasa” dan “aëòa” berarti “telur”. Kata Brahmäëòa berarti telur brahman yaitu alam semesta. Kåñëa memperlihatkan alam semesta di dalam mulut padmaNya kepada ibu Yaçodä di tempat ini.

Gambar: Tempat permandian di brahmanda ghat

Gokula

51

Page 76: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Suatu hari ketika Kåñëa bermain bersama anak-anak para pengembala sapi termasuk Balaräma, untuk menambah rasa cinta bhakti Ibu Yaçodä, Khanai Kåñëa, sengaja memakan tanah liat bagaikan menikmati mentega yang dibuatkan oleh Yaçodä. Teman-teman Kåñëa termasuk kakaknya, Baladeva, memberitahukan hal ini kepada Yaçodä. Mendengar hal ini, Yaçodä dipenuhi rasa gelisah karena takut Kåñëa akan jatuh sakit dengan memakan tanah yang kotor. Ibu Yaçodä berlari ke tempat itu dan mulai memarahi Kåñëa. “He Kanai! Apakah kamu kekurangan makanan di rumahMu sehingga Kamu makan tanah di sini? Apakah ibuMu tidak memberiMu mentega yang cukup untuk dimakan sehingga di tempat yang tersembunyi Kamu memakan sesuatu yang tidak patut dimakan? Anaku yang ku sayangi, kenapa Kamu tidak bisa mengontrol diriMu sendiri? Semua teman-temanMu mengadu kepada ibu dan melaporkan bahwa Kamu telah makan tanah disini. Mengapa Kamu melakukan hal ini?”

Takut akan dimarahi oleh ibunya, Kåñëa dengan cerdik menjawab melalui kata-kata yang memikat hati “Mätä! (ibu), semua teman-temanKu termasuk Kakak Dauji, berkata bohong. Mereka marah kepadaKu karena pagi ini mereka selalu kalah dalam permainan. Jadi karena iri kepadaKu dan untuk membuat diriKu dimarahi, mereka bersekongkol untuk

mengadukan Aku kepada ibu dengan cerita bohong mereka. Bila ibu tidak percaya, ibu bisa melihat mulutKu apakah Aku memang benar memakan tanah atau tidak”. Ibu Yaçodä tidak percaya begitu saja kepada Kåñëa. karena itu Yaçodä memerintahkan Kåñëa untuk membuka mulutNya. Ketika diperintah seperti itu oleh Ibu Yaçodä, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, penguasa seluruh jagat, yang bermain sebagai seorang anak kecil sebagai putra Mahäräja Nanda, membuka mulut padma Beliau seperti seorang anak biasa yang sedang

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

52

Page 77: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

membuka mulut di depan ibunya. Saat itu, Ibu Yaçodä melihat semua makhluk hidup yang bergerak maupun yang tidak bergerak di dalam mulut Kåñëa. Yaçodä juga melihat semua planet di seluruh alam semesta. Beliau juga melihat dirinya, seluruh penduduk Vraja dan banyak hal lainnya. Melihat semua ini, Yaçodä merasa takut dengan sifat Kåñëa yang sejati. Beliau mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Çré Näräyana. Atas karunia Tuhan, Yaçodä mengerti kebenaran mutlak dan keagungan putranya. Namun sekali lagi Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan tenaga Yoga Maya, Beliau mengatur agar Yaçodä melupakan semua hal ini dan dengan perasaan keibuanya yang dalam, Ibu Yasodä berpikir bahwa Kåñëa adalah putranya kemudian menaruh Kåñëa di atas pangkuannya seperti biasa.

Di sebuah kuil kecil di Brahmäëòa Ghat, kita dapat darsan pada gambar Kåñëa yang sedang memperlihatkan alam semesta pada ibu Yaçodä. Ada beberapa Arca kecil di tempat ini dan beberapa çälagräma-çilä yang di puja di kuil ini. Satu atau dua orang Vrajavasi biasanya duduk di depan kuil sibuk menjual bongkahan tanah suci berbentuk manisan ladu. Berada di tempat ini, kita hendaknya jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk mandi di Sungai Yamunä di sini.

Gambar: Arca di dalam altar di kuil Brahmäëòa Ghat

Gokula

53

Page 78: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

6. Dauji Mandir

Dauji mandir terletak di desa Baldeo. Dauji di dalam bahasa Vrajavasa (bahasa yang digunakan oleh para penduduk Vraja) berarti kakak laki-laki. Karena Balaräma adalah kakak Kåñëa maka Beliau dikenal dengan nama Dauji. Çré Baladeva di puja di tempat ini. Baladeva adalah salah satu arca yang dipahat dan disthanakan oleh Vajranabha sebagai salah satu deva di Vraja. Dari ke empat deva, hanya arca inilah satu-satunya arca yang merupakan arca asli yang masih berada di Vraja sampai saat ini. Arca ini merupakan arca terbesar diantara arca peninggalan jaman dahulu yang berada di Vraja. Arca ini berwarna hitam dan tinggiya kurang lebih dua meter. Baladeva berdiri di dalam altar memegang Varuni dengan tangan kirinya (Varuni adalah minuman favorite Çré Balaräma yag terbuat dari madhu dan susu asam). Tangan kanannya terangkat ke atas. Çrémati Revati Devé, istri Çré Balaräma juga berada di dalam altar tetapi kita tidak dapat melihat beliau dari depan. Untuk darsan pada Çrémati Revati Devé, kita harus datang ke sebelah kiri altar dan melihat Beliau dari jendela altar sebelah kiri. Revati Devé berada dalam posisi berdiri yang sedang melirik Çré Balaräma dengan wajahnya yang cantik dan penuh rasa malu.

Gambar 1: Arca Çré Dauji Gambar 2. muka padma Çré Dauji

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

54

Page 79: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Arca Baladev ini sempat hilang beberapa waktu. Suatu ketika, ada penyembah bernama Gushain Gokula Näth, seorang penyembah Balaräma yang sangat agung bermimpi bahwa Dauji berada di dalam sebuah kolam yang saat ini berada di belakang kuil. Kolam ini disebut dengan nama Kñéra-sägara kunda. Kñéra-sägara berarti lautan susu.

Setelah darsan kepada Çré Baladeva, bila kita keluar dari kuil dan di Dvära atau pintu gerbang kuil kita berbelok ke kiri maka kita akan sampai di tepi Kñéra-sägara kunda. Kita bisa memercikan air kunda ini diatas kepala kita.

Untuk memohon berkat dari Çré Balaräma, marilah kita memanjatkan doa dengan tulus ikhlas kepada Çré Balaräma dengan membaca doa Çré Balaräma Kavacam berikut. Balaräma-astaka ini akan memberikan perlindungan kepada pembaca yang tulus dari cengkraman Mäyä. Seseorang hendaknya memanjatkan doa Balaräma Kavaca ini setelah mandi dan mengunakan pakaian bersih. Balaräma kavaca ini diberikan kepada para Gopé oleh Garga Muni dan juga kepada Duryodhana oleh Prädvipäka Muni.

Çré Balaräma Kavaca

1goloka-dhämädhipatih pareçvarahpareñu mäà pätu pavitra-kértanaù

bhü-maëòalaà sarñapavad vilakñyateyan-mürdhni mäà pätu sa bhümi-maëòale

Gokula

55

Page 80: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Semoga Tuhan Çré Balaräma, yang merupakan penguasa goloka, pengontrol utama dari semua pengontrol dan yang keagungannya tidak tercemar, melindungi hamba. Semoga Tuhan Çré Balaräma, yang menopang ibu bumi yang bagaikan sebuah biji sawi pada kepalaNya, melindungi hamba di bhu-mandala ini”.

2senäsu mäà rakñatu séra-päëir

yuddhe sadä rakñatu mäà halé cadurgeñu cävyän musalé sadä mäà

vaneñu saìkarñaëa ädi-devah

“Semoga Tuhan Çré Séra Päni, Beliau yang tangannya memegang bajak, melindungi hamba ketika hamba dikelilingi banyak pasukan militer. Semoga Çré Halé, beliau yang bersenjatakan bajak selalu melindungi hamba di medan perang. Semoga Çré Musalédhara, beliau yang memegang gadä, melindungi hamba di dalam benteng-benteng. Semoga Çri Saìkarsana, melindungi hamba di dalam hutan”.

3kalindajä-vega-haro jaleñu

nélämbaro rakñatu mäà sadägnauväyau ca rämo ‘vatu khe balaç ca

mahärëave ‘nanta-vapuh sadä mäm

“Semoga Çré kalindajä-Vega-Hara, Beliau yang sebagai pengontrol sungai Yamunä, melindungi hamba di dalam air. Semoga Çré Nélämbara, Beliau yang memakai pakaian berwarna biru, melindungi hamba dari api. Semoga Räma, Beliau yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan penduduk Gokula, melindungi hamba dari angin. Semoga Bala, Beliau yang memiliki kekuatan fisik dan kekuatan rohani yang luar biasa, melindungi hamba di angkasa. Semoga Çré Anata-Vapuh, yang merupakan Ananta pribadi, selalu melindungi hamba di dalam lautan yang luas”.

4çré-väsudevo ‘vatu parvateñu

sahasra-çérñä ca mahä-viväderogeñu mäà rakñatu rauhiëeyo

mäà käma-pälo ‘vatu va vipatsu

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

56

Page 81: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Semoga Çré Väsudeva, putra Mahäräja Vasudeva, melindungi hamba di atas bukit. Semoga Çré Sahasra-Çérñä, Beliau yang memiliki ribuan kepala, melindungi hamba ketika ada peperangan. Semoga Çré Rauhiëeya, putra ibu Rohiné, melindungi hamba dari berbagai penyakit dan semoga Çré Käma-Päla, beliau yang memenuhi segala keinginan, melindungi hamba dari malapetaka”.

5kämät sadä rakñatu dhenukärih

krodhät sadä mäà dvivida-prahärélobhät sadä rakñatu balvalärir

mohät sadä mäà kila mägadhärih

“Semoga Çré Dhenukäri, musuh raksasa Dhenuka, melindungi hamba dari nafsu birahi. Semoga Çré Dvivida-Prahäré, beliau yang membunuh Dvivida Gorila, melindungi hamba dari rasa marah. Semoga Çré Balvaläri, musuh dari Balvala, melindungi hamba dari rasa loba dan semoga Çré Mägadhäri, Musuh raja Magadha (Jarasanda), melindungi hamba dari ilusi”.

6prätah sadä rakñatu våñëi-dhuryah

prähne sadä mäà Maöhurä-purendrahmadhyandine gopa-sakhah prapätusvarät parähne ‘vatu mäà sadaiva

“Semoga Çré Våñëi-Dhurya, beliau yang terbaik diantara para Dinasti Yadu, melindungi hamba pada saat mentari terbit, semoga Çré Maöhurä-Purendra, raja kota Maöhurä, selalu melindungi hamba di pagi hari. Semoga Çré Gopa-Sakha, teman para gembala sapi, melindungi hamba di tengah hari dan semoga Çré Svarät, yang sepenuhnya tidak ketergantungan, melindungi hamba di siang hari”.

7säyaà phaëéndro ‘vatu mäà sadaiva

parät paro rakñatu mäà pradoñepürëe niçéthe ca duranta-véryah

pratyüña-käle ‘vatu mäà sadaiva

Gokula

57

Page 82: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Semoga Çré Phaëéndra, Raja para ular, melindungi hamba pada saat mentari tengelam, semoga Çré Parat-para, yang lebih Agung dari yang teragung, melindungi hamba di sore hari. Semoga Çré Duranta-vérya, yang kekuatanya tidak terlihat, melindungi hamba di tengah malam dan semoga beliau selalu melindungi hamba pada bagian akhir dari malam hari”.

8vidikñu mäà rakñatu revaté-patir

dékñu pralambärir adho yadüdvahahürdhvaà sadä mäà balabhadra ärät

tathä samantäd baladeva eva hi

“Semoga Çré Revaté-Pati, suami Çrimaté Revaté Devé, melindungi hamba dari berbagai pojok. Semoga Çré Pralambäri, musuh Pralambäsura, melindungi hamba dari berbagai arah. Semoga Çré Balabhadra, Beliau yang mempunyai kekuatan luar biasa, melindungi hamba dari atas dan semoga Çré Baladeva melindungi hamba dari bawah dan dari segala sisi”.

9antah sadävyät puruñottamo bahir

nägendra-lélo ‘vatu mäà mahä-balahsadäntarätmä ca vasan harih svayaàprapätu pürëah parameçvaro mahän

“Semoga Çré Purusottama, Kepribadian Yang Paling Utama, melindungi hamba dari dalam. Semoga Çré Nägendra-Lila, yang menikmati kegiatan sebagai Raja para ular, melindungi hamba dari luar. Semoga Çré Hari, Çré Parameçvara, Kepribadian Tuhan yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup selalu menjadi pelindung hamba”.

10deväsuräëäà bhaya-näçanaà cahutäçanaà päpa-cayendhanänämvinäçanaà vighna-ghatasya viddhisiddhäsanaà varma-varaà balasya

“Ketahuilah bahwa Balaräma kavaca ini merupakan pelindung yang paling utama. Kavaca ini menghancurkan rasa takut para Dewa dan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

58

Page 83: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

juga para raksasa. Kavaca ini bagaikan bara api yang mampu membakar tumpukan bahan bakar dosa-dosa dan merupakan kematian bagi tumpukan rintangan dan juga merupakan tempat kesempurnaan rohani”.

NB: Käma Päla juga berarti beliau yang memberikan perlindungan kepada Käma (kämam Pälayati Iti kämapälah). Käma adalah nama lain Kåñëa yang berarti beliau yang melampaui Käma Dewa (Dewa Asmara) atau Kåñëa sendiri adalah Dewa Asmara. Jaya Çré Balaräma

7. Raval

Raval merupakan tempat dimana Çrémati Rädhäräëé ditemukan oleh Våñabhänu di sungai Yamunä. Tempat ini juga di kenal sebagai tempat

kelahiran Çrémati Rädhäräëé. Tempat ini berada sekitar 9 km dari Maöhurä di seberang sungai Yamunä. Berdasarkan Çré Lalita-mädhava, sebuah karya yang ditulis oleh Çréla Rüpa Gosvämé, Çrémati Rädhäräëé dan Candrävalé adalah dua bersaudara yang lahir dari kepribadian bukit dari bagian utara Bharata Varsa yang bernama Vandhya. Karena ingin menyaingi bukit Parvata, saudaranya yang telah menjadi sangat bangga karena putrinya yang bernama Gauri, yang menikah dengan Dewa Siva. Karena itu Vandya berkeinginan untuk mendapatkan seorang putri

Gambar: Sri Radhika kecil

Gokula

59

Page 84: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang akan menikah dengan orang yang akan menaklukan dewa Çiva. Akhirnya setelah melakukan pertapaan yang keras Vandhya di anugerahi dua orang putri yang sangat cantik yang merupakan perwujudan dewi Lakñmi sendiri.

Pütanä yang saat itu keliling untuk membunuh bayi-bayi karena diutus oleh Kaàsa, menculik kedua bayi dari rumah Vandhya. Saat itu para Brahmana sedang berkumpul melakukan näma-karaëa Yajïa untuk kedua bayi permepuan Vandya. Karena marah dengan prilaku Pütanä, para Brahmana yang merupakan pendeta keluarga Vandya mulai membacakan mantra-mantra Veda untuk membunuh raksasi Pütanä. Karena kekuatan para Brahmana, hati Pütanä menjadi sangat takut sehingga bayi tersebut terlepas dari tangannya dan terjatuh di sungai Yamunä. Atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, salah satu bayi tersebut ditemukan oleh Candrabhänu, seorang penduduk Vraja dan bayi ini diberi nama Candrävalé dan bayi yang satunya ditemukan oleh Çré Våñabhänu.

Ketika Våñabhänu datang ke sungai Yamunä untuk mandi, Beliau melihat setangkai bunga padma keemasan yang bersinar bagaikan ribuan matahari di atas air sungai Yamunä. Di dalam bunga padma ini Våñabhänu menemukan seorang bayi perempuan yang kecantikanya sangat luar biasa. Saat itu dewa Brahma muncul di depan Våñabhänu dan memberitahukan kepadanya bahwa di kehidupanya yang lalu, dia bersama istrinya Kértidä Devé, telah melakukan pertapaan yang sangat keras dan berkeinginan mendapatkan dewi Lakñmé sebagai putrinya. Bayi yang dia temukan ini adalah dewi Lakñmé yang asli, yang muncul untuk memenuhi keinginan mereka di kehidupan sebelumnya.

Våñabhänu mengambil bayi ini dan membawa kerumahnya di Raval, namun sayang sekali pada waktu itu bayi tersebut berada dalam keadaan buta. Saat itu Närada Muni datang menemui Våñabhänu dan menyarankan untuk melakukan upacara kelahiran bayinya meskipun bayi ini dalam keadaan buta. Nanda Mahäräja dan Yaçodä datang menghadiri upacara tersebut. Saat itu Kåñëa, yang masih bayi, juga diajak bersama mereka. Ketika Bayi Kåñëa merangkak mendekati Rädhäräëé, Çré Rädhä mencium bau yang menakjubkan dari badan Kåñëa yang merupakan suaminya yang kekal. Pada detik itu, Çré Rädhikä membuka mata padma beliau dan menjadi bayi yang normal yang mampu melihat. Orang pertama yang Beliau lihat adalah Kåñëa.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

60

Page 85: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çrématé Rädhärané sengaja tidak membuka mata padma beliau semenjak dilahirkan karena rasa cinta Beliau yang dalam kepada Kåñëa. Beliau berkeinginan agar Kåñëa-lah yang pertama yang akan beliau lihat di bumi ini. Çrémati Rädhäräëé Ki jay, Våndävaneçvaré Våsabhanu Sutä Ki Jay.

Ada sebuah kuil kecil di tempat dimana Çrématé Rädhä ditemukan. Arca Çré Rädhä Kåñëa yang dipuja disini ditemukan oleh dua orang penyembah di dalam waktu yang berbeda. Suatu hari, atas kehendak Çré Rädhä Kåñëa sendiri, mereka disatukan dan dipuja di kuil tersebut.

Gambar: Tempat Çré Rädhä ditemukan di Raval

Gambar 1: depan Kuil di Rawal Gambar 2: Çré Rädhä-Kåñëa di Raval

Gokula

61

Page 86: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Disini kita hendaknya berdoa kepada Çrémati Rädhäräëé untuk menganugerahkan karunia Beliau kepada kita sehingga kita mampu melaksanakan pelayanan bhakti kepada Çré Kåñëa dengan baik. Tanpa karunia Çrémati Rädhäräëé, tidak seorangpun dapat memasuki Vraja-dham yang sejati. Tanpa karunianya juga, tidak seorangpun mampu mendekati Kåñëa. Karunia Kåñëa akan secara otomatis datang jika seseorang mendapat berkat dari Çrémati Rädhäräëé. Karena itu, memegang kaki padma Çrématé Rädhäräëé erat-erat di dalam hati kita, kita berdoa kepadanya semoga Beliau berkenan menyiramkan karunia berupa hujan cinta bhakti rohani kepada Kåñëa di dalam hati kita.

(reff) rädhe jaya jaya mädhava-dayiteGokulaa-taruëé-maëòala-mahite

1dämodara-rati-vardhana-veçehari-niñkuta-våndä-vipineçe

våñabhänudadhi-nava-çaçi-lekhelalitä-sakhé guëa-ramita-viçäkhe

karuëäà kuru mayi karuëä-bharitesanaka-sanätana-varëita-carite

(reff)“O Rädhä! O kekasih Madhava! anda di puja oleh para gadis muda Gokula, segala pujian kepada anda! Segala pujian kepada anda”

1“O Rädhikä, yang menghias diri dengan sedemikian rupa yang hanya untuk menambah rasa kasih sayang Çré Dämodara dan menambah keterikatannya kepada anda! O ratu Våndävana, yang merupakan hutan kepuasan dari Çré Hari! O bulan purnama yang terbit dari lautan Mahäräja Våñabhänu! O sahabat Lalitä! O Rädhikä, Yang membuat Viçakhä setia kepada anda karena sifat-sifat persahabatan, kemurahan hati, dan keyakinan yang anda miliki pada Çré Kåñëa yang sangat menakjubkan! O anda yang penuh dengan rasa kasih sayang dan yang mempunyai sifat-sifat rohani yang diuraikan oleh Rsi Sanaka dan Sanätana, O Rädhä! Mohon berkenan untuk berkarunia kepada hamba”. (dikutip dari Rädhikä-Stava oleh Çréla Rüpa Gosvämi)

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

62

Page 87: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bab IVVåndävana

Gambar: Peta daerah Våndävana

Våndävana adalah salah satu hutan dari dua belas hutan di Vraja-bumi. Våndävana merupakan pusat dari Vraja Mandala. Vraja mandala

63

Page 88: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

berbentuk seperti bunga padma dan hutan Våndävana adalah pusat bunga padma tersebut. Våndävana terletak + 12 km dari Mathurä yang akan menghabiskan waktu + 20 menit dengan auto riksaw (kendaraan roda tiga). Diuraikan bahwa di kota kecil Våndävana ini terdapat sedikitnya lima ribu mandir (kuil/tempat persembahyangan). Diantara ribuan kuil di Våndävana, ada tujuh kuil utama. Jika seseorang tidak mempunyai waktu untuk mengunjungi seluruh kuil di sini, paling tidak orang hendaknya berusaha untuk mengunjungi tujuh mandir ini. Ketujuh kuil adalah:

1. Çré Çré Rädhä Madana Mohana ji2. Çré Çré Rädhä Govinda ji3. Çré Çré Rädhä Gopénätha ji4. Çré Çré Rädhä Raman ji5. Çré Çré Rädhä Gokulänanda ji6. Çré Çré Rädhä Çyämasundara ji7. Çré Çré Rädhä Dämodara ji

Selain Çré Rädhä Madana Mohana, keenam kuil yang lain berada pada posisi yang berdekatan satu sama lainnya. Kita bisa mengunjungi keenam kuil itu dalam waktu tiga jam sambil darsan pada masing-masing arca serta mengunjungi beberapa tempat sekitarnya. Untuk mengunjungi Rädhä Madana Mohan, kita perlu mengadakan perjalanan khusus hanya untuk darsan kesana. Di sekitar Rädhä Madana Mohan mandir, kita juga bisa mengunjungi beberapa tempat lain seperti kuil Çré Banke Bihariji, Käliya Ghat, keçi Ghat dan Imli Tala. kunjungan ke Våndävana akan diangap lengkap jika seseorang datang dan darsan ke ketujuh arca di tujuh kuil utama di atas. Selain tujuh kuil di atas, ada beberapa tempat yang sangat penting untuk di kunjungi. Ini akan kita uraikan di bawah. Sebelum kita mengunjungi tempat-tempat tersebut, marilah kita memanjatkan doa pujian kepada Çré Våndävana Dhäma, tempat favorit Kåñëa di mana beliau melakukan berbagai kegiatan rohani bersama para penduduk Vraja, yaitu para gopa dan gopé serta hewan peliharaanNya, khususnya para sapi.

Çré VåndävanästakamDelapan doa untuk mengangungkan Çré Våndävana Dhäma

oleh Çréla Viçvanätha Cakravarté Öhäkura

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

64

Page 89: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

1na yoga-siddhir na mamästu mokñovaikuëöha-loke ‘pi na pärñadatvaà

premäpi na syäd iti cet taraà tumamästu våëdävana eva väsaù

“Biarkanlah saya tidak mempunyai tenaga gaib, tidak mendapatkan pembebasan yang tidak berbentuk pribadi, pergaulan bersama Tuhan di Vaikuëöha dan bahkan rasa cinta yang murni kepadaNya, namun semoga saya akan bertempat tinggal di Våndävana”.

2trnaà janur yatra vidhir yayäce

sad-bhakta- cüòämaëir uddhavo ‘pivikñyaiva madhurya-dhuram tad asmin

mamästu våëdävana eva väsaù

“Ketika Dewa Brahma dan Udhhava, penyembah yang sangat agung dan terkemuka, melihat rasa manis yang sangat dalam di sini, mereka mengemis untuk dilahirkan bahkan sebagai sebatang rumput (di Våndävana). Karena itu saya berdoa agar diperkenankan untuk tinggal di Våndävana”.

3kià te kåtam hanta tapaù ksitéti

gopyo ‘pi bhüme stuvate sma kirtimyenaiva kåñëäìghri-padaìkite ‘smin

mamästu våëdävana eva väsaù

“Semoga saya diperkenankan untuk bertempat tinggal di Våndävana. Di sini para gopé mengagungkan ibu bumi, berkata: Oh bumi, pertapaan apa yang telah anda lakukan sehingga permukaan anda sekarang dihiasi dengan bekas jejak kaki Padma Kåñëa?”

4gopäìganä-lampaöataiva yatra

yasyaà rasaù pürëatamatvam apayato raso vai sa iti çrutis tan

mamästu våëdävana eva väsaù

Våndävana

65

Page 90: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Semoga saya bertempat tinggal di Våndävana, karena Veda mengatakan “raso vai sah”, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah rasa yang manis. Våndävana adalah tempat dimana rasa manis yang bersifat rohani tersebut mencapai tingkat kesempurnaan tertingginya yaitu di dalam rasa cinta yang dalam para Gopé kepada Krsna”.

5bhäëòéra-govardhana-rasa-pithais

tri-simake yojana-païcakenamite vibhütvad amite ‘pi cäsminmamästu våëdävana eva väsaù

“Meskipun hanya seluas lima Yojana, yang di pagari oleh Bhandiravan, bukit Govardhan, dan tempat tarian rasa, namun tempat ini (Våndävana) mempunyai kemewahan rohani yang tidak terbatas. Semoga saya diperkenankan untuk bertempat tinggal di Våndävana”.

6yaträdhipatyam våñabhänu-putryäyenodayet premä-sukham janänämyasmin mamäsa balavat yato ‘smin

mamästu våëdävana eva väsaù

“Karena putri Vrsabhanu adalah ratu di sini dan karena kebahagiaan dari cinta bhakti yang murni kepada Tuhan muncul di tempat ini, dengan demikian saya berdoa semoga saya diperkenankan untuk bertempat tinggal di Våndävana”.

7yasmin mahä-rasa-viläsa-lélä

na prapa yam çrér api sa tapobhihtatrollasan-maïju-nikuïja-punjemamästu våëdävana eva väsaù

“Semoga saya diperkenankan untuk bertempat tinggal di Våndävana. Meskipun dengan melakukan berbagai pertapaan, Sri yang merupakan Dewi keberuntungan tidak mampu masuk dalam tarian rasa yang sangat Agung di tempat ini”.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

66

Page 91: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

8sadä ruru-nyaìku-mukha visaìkam

khelanti küjanti pikali kiraùsikhandino yatra naöanti tasminmamästu våëdävana eva väsaù

“Semoga saya bertempat tinggal di Våndävana dimana ruru (rusa hitam) dan rusa nyanku bermain tanpa rasa takut. Burung kokila, lebah hitam dan burung parkit menyanyi dan burung merak menari”.

9våndävanasyästakam etad uccaihpaöhanti ye niçcalä-buddhayas tevåndavanesäëghri-saroja-sevamsakñat labhante januso ‘nta eva

“Barang siapa yang dengan konsentrasi penuh membaca Våndävanästaka ini, pada akhir hidupnya akan mencapai pelayanan yang langsung pada kaki padma penguasa Våndävana, Çré Kåñëa”.

Tempat-tempat di Våndävana

Seperti disebutkan di atas, ada ribuan kuil dan ratusan tempat yang ada hubungan dengan kegiatan Kåñëa di Våndävana. Tetapi di sini kita hanya akan mengunjungi beberapa tempat yang secara umum dikunjungi pada saat kunjungan singkat.

1. ISKCON VåndävanaKita akan mulai Våndävana parikrama kita dari ISKCON Våndävana. ISKCON di Våndävana juga dikenal dengan nama Kåñëa Balaräma mandir. Kadang-kadang para penduduk juga mengenal dengan nama “Anggreji mandir yang artinya kuil dimana ada banyak orang asing”. Kuil yang sangat megah ini dibangun pada jaman Çréla Prabhupäda oleh murid-murid beliau dari negara barat. Di dalam kuil terdapat arca Çré Çré Gaura Nitai pada altar paling kanan, Çré Çré Kåñëa Balaräma di tengah dan Çré Rädhä Çyämasundara dan Lalitä-Viçäkhä di sebelah kiri. Begitu kita masuk dari pintu gerbang depan, pertama-tama kita akan melihat

Våndävana

67

Page 92: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

bangunan megah yang terbuat dari batu marbel putih di sebelah kanan dan kiri kita. Bangunan ini dipersembahkan kepada Çréla Prabhupäda, pendiri dan äcärya ISKCON. Di sebelah kiri adalah samädhi mandir Çréla Prabhupäda. Samädhi mandir adalah tempat dimana badan beliau di kubur (disamadhikan). Badan orang suci yang sepenuhnya digunakan di dalam pengabdian suci kepada Kåñëa selalu menyucikan tempat yang dikunjungi atau disentuhnya. Karena itu, ini adalah suatu tradisi Veda kalau orang suci atau seorang penyembah murni meninggal dunia, badan mereka tidak akan dibakar melainkan dikubur sehingga orang-orang yang mengunjungi tempat tersebut mendapat berkat dari vaiñëava tesebut.

Gambar: Çré- Çré Gaura Nitai di ISKCON Våndävan

Secara fisik, Çréla Prabhupäda sudah tidak bersama kita lagi, tetapi beliau selalu hadir di dalam ajaran beliau. Çréla Prabhupäda juga selalu hadir di samädhi, arca atau dalam bentuk beliau yang kita püjä. kalau seseorang mempunyai hubungan yang sangat erat dalam pengabdian suci, mereka masih bisa berbicara dengan Çréla Prabhupäda di tempat samädhinya. Seperti halnya Kåñëa selalu hadir dalam aprakåta lélä Beliau,

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

68

Page 93: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Gambar: Çré- Çré Rädhä Çyämasundar di ISKCON Våndävan

Gambar: Çré Çré Kåñëa Balaräma di ISKCON Våndävana

Våndävana

69

Page 94: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çréla Prabhupäda juga secara kekal hadir di berbagai tempat, khususnya di samädhi mandir beliau. Arca Çréla Prabhupäda yang besarnya sama dengan badan beliau semasih hidup di püjä di samädhi mandir ini.

Setelah menghaturkan sembah sujud kita kepada Çréla Prabhupäda, kita hendaknya berdoa kepada beliau semoga beliau akan selalu hadir di dalam hidup kita dalam bentuk ajaran yang telah beliau berikan yang kita terima dari buku-buku, murid-murid dan pengikut beliau. Kita hendaknya mohon doa restu beliau sehingga kita bisa melakukan pelayanan kepada beliau dengan menyebarkan buku-buku dan ajaran beliau kepada masyarakat umum dan juga bisa bekerja sama dengan saudara-saudara kita dalam mengembangkan badan rohani beliau dalam bentuk ISKCON (International Society for Kåñëa consciousness atau masyarakat kesadaran Kåñëa International).Çréla Prabhupäda Ki jay.

Dari samadhi mandir ini, kita bisa langsung menuju kedepan dan memasuki kuil untuk darsan kepada arca di dalam mandir. Setelah darsan

Gambar: Samadhi mandir Çréla Prabhupäda terlihat dari luar.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

70

Page 95: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

pada arca, hendaknya kita meluangkan waktu untuk mengunjungi tempat yang sangat bersejarah bagi kita sebagai pengikut Çréla Prabhupäda yaitu kamar pribadi Çréla Prabhupäda. Kamar beliau berada di belakang mandir di depan Guest House. Beberapa alat-alat yang di pakai oleh Çréla Prabhupäda disimpan di kamar ini. Çréla Prabhupäda meninggal dunia di kamar ini, di atas tempat tidur yang sedang dikelilingi oleh para murid beliau yang sedang menyanyikan nama suci Kåñëa. Meskipun dalam keadaan yang sudah tidak berdaya, sudah tua dan berada dalam tempat tidur menjelang berpulang, Çréla Prabhupäda tidak kenal lelah memberikan ajaran-ajaran dari Çrémad Bhägavatam kepada murid-murid beliau saat itu. Seperti halnya Kakek Bhisma yang sudah tidur penuh dengan anak panah pada badannya, tetapi masih bersemangat mengajarkan ajaran dharma kepada Mahäräja Yudhistira. Sama halnya dengan Çréla Prabhupäda, beliau juga berada dalam kondisi yang hampir sama dan melakukan hal yang serupa. Jagat guru Çréla Bhaktivedanta Swami Prabhupäda Ki ……jay

Bagi para penyembah yang berkunjung ke Våndävana untuk melakukan tirta yatra, sangat dianjurkan untuk mengikuti program harian di Kåñëa Balaräma Mandir paling tidak Maìgala Ärati. Berikut adalah program harian di ISKCON Våndävana

Maìgala Ärati di samädhi mandir 4.10 amMaìgala ärati di kuil 4.30 amMenyambut Arca 7.15 amGuru Püjä 7.25 amÇrémad Bhägavatam Class 7.50 amPuspa Ärati 08.30 amBhoga Ärati 12.00 pm12.30 pm – 04.30 pm kuil tutup

Ärati sore saat altar di buka kembali 04.30 pm (04.00 di musim dingin) Gaura Ärati 07.00 pm (06.30 saat musim dingin)Çayana Ärati 08.30 pm (08.00 di musim dingin)Kuil tutup 08.45 am

Våndävana

71

Page 96: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

2. Pohon Kåñëa Balaräma Di dekat Kuil ISKCON,

di parikrama marg, ada sebuah pohon yang dikatakan merupakan Kåñëa Balaräma sendiri yang mengambil bentuk sebagai sebuah pohon. Daerah ini di kenal dengan nama Rämaë Reti. Rämaë Reti adalah tempat dimana Kåñëa-Balaräma bermain dengan para pengembala sapi pada saat mereka mengembalakan sapi di tepi singai Yamunä di hutan Våndävana.

3. ISKCON, Bhaktivedanta Goçälä

Gambar: Pohon Kåñëa Balaräma

Gambar: ISKCON gosala di Våndävana

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

72

Page 97: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bhaktivedanta Goçälä terletak di belakang ISKCON, Kåñëa Balarämaa Mandir. Namun kalau kita melakukan parikram Våndävana, kita akan melintas di depan Bhaktivedanta Goçälä. Diuraikan juga bahwa Nanda Mahäräja memberikan hadiah ratusan ekor sapi kepada para brahmana untuk memperingati hari kelahiran putranya, Çré Kåñëa, di tempat ini.

Berdasarkan peradaban Weda, sapi merupakan binatang yang sangat di sakralkan. Diuraikan bahwa kita, umat manusia memliki tujuh ibu dan salah satu dari tujuh ibu itu adalah sapi. Beliau merupakan lambang dari ibu pertiwi yang memberikan kesejahtrean kepada semua makhluk hidup di bumi ini. Karena itulah para umat manusia diajarkan untuk tidak menyemblih dan memakan daging sapi. Selain mempunyai manfaat dalam kehidupan rohani, sapi juga memelihara kita di dalam kehidupan material misalnya dengan memberikan susu dan berbagai produk susu. Selain susu dan berbagai produk susu, sapi juga memberikan berbagai jenis bahan obat-obatan seperti misalnya kencing sapi dan kotoran sapi. Bahkan ilmuwan modern sekalipun menerima bahwa air kencing sapi dan kotoran sapi mengandung zat anti septik yang bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di India, di dalam sistem pengobatan Ayur Veda, terdapat sistem yang disebut sebagai pengobatan panca gavya. Panca gavya adalah lima jenis produk yang dihasilkan oleh sapi yaitu; susu, yogurt, ghee, kencing sapi dan kotoran sapi. Panca gavya ini diangap sebagai bahan-bahan yang menyucikan. Bahkan di dalam yajïa dan memandikan arca (pratima) di berbagai kuil, bahan-bahan ini sangat diperlukan. Tanpa panca gavya, seseorang tidak bisa menginstalasi arca di kuil. Selain bahan-bahan yang bisa di komsumsi dari segi material, sapi juga membantu para petani di dalam berbagai hal. Sapi jantan digunakan untuk membajak dan kotoran sapi digunakan untuk pupuk.

Diuraikan bahwa 33 juta dewa yang bertugas di alam semesta ini ada di setiap bagian badan sapi. Ibu Gaìga, yang merupakan kepribadian sungai Gaìga yang sangat termasyur, yang mampu menghapuskan berbagai dosa orang yang mandi di sungai Ganga, bertempat tinggal di dalam kencing sapi. Ini hanya salah satu keagungan dari ibu sapi yang diuraikan di dalam sastra Veda. Karena itulah umat manusia dianjurkan untuk memelihara sapi dan memberikan penghormatan kepada sapi seperti kita memberikan hormat kepada seorang ibu. Tuhan Çré Kåñëa sendiri yang muncul ke dunia material ini memberikan contoh kepada kita semua untuk menghormati sapi. Beliau bahkan lebih memementingkan sapi

Våndävana

73

Page 98: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dari semua makhluk hidup lainnya termasuk para brahmana. Seperti diuraikan “namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca jagad-dhitäya kåñëäya govindäya namo namaù”.

Di Våndävana, tradisi menghormati sapi-sapi masih berlangsung sampai sekarang. Di beberapa tempat di daerah pedalaman di Vraja bumi, ketika mereka memasak roti (capati), roti pertama akan diberikan kepada sapi karena mereka mengangap bahwa Kåñëa hanya akan menerima persembahan kalau mereka memuaskan sapi-sapi dan para brahmana. Kemudian roti kedua diberikan kepada orang suci yang kebetulan lewat di daerah desa tersebut dan roti lainnya, di persembahkan kepada arca Çré Kåñëa.

Çréla Bhaktivedanta Swami Prabhupäda, pendiri dan äcärya ISKCON menguraikan bahwa perlindungan sapi sangat penting sekali di dalam kehidupan rohani. Beliau menjelaskan sebagai berikut: Umat manusia mesti mengetahui pentingnya sapi, baik jantan maupun sapi betina dengan demikian memberikan perlindungan sepenuhnya pada binatang yang sangat mulia ini, dengan mengikuti jejak kaki Mahäräja Pariksit. Karena dengan melindungi sapi-sapi dan tradisi kebrahmanaan, maka Tuhan yang sangat mencintai sapi-sapi dan para brahmana (go-brähmaëa-hitäya), akan menjadi puas sehingga akan menganugerahkan ketenangan atau kedamaian sejati kepada kita (Penjelasan Srimad Bhägavatam 1.17.9). Dengan melalaikan sapi-sapi, apa lagi dengan mendirikan tempat pemotongan sapi, ini hanya akan menghancurkan kesejahteraan dunia. Seperti Çréla Prabhupäda sekali lagi menggarisbawahi, “membunuh sapi berarti mengakhiri peradaban manusia” (penjelasan dari Srimad Bhägavatam, 1.4.9).

Di dalam Çrémad Bhägavatam skanda 3 bab 16 sloka 10, Tuhan Çré Näräyana menguraikan kepada Catur Kumära bahwa sapi dan brahmana merupakan bagian badan beliau sendiri. Hanya orang-orang berdosa yang mengangap brahmana dan sapi-sapi terpisah dengan Beliau.

ye me tanür dvija-varän duhatér madéyäbhütäny alabdha-çaraëäni ca bheda-buddhyä

drakñyanty agha-kñata-dåço hy ahi-manyavas tängådhrä ruñä mama kuñanty adhidaëòa-netuù

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

74

Page 99: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Para brahmana, sapi-sapi dan makhluk yang tidak berdaya (orang lanjut usia, wanita dan anak-anak) merupakan bagian dari badanKu. Mereka yang kemampuan pandangan baiknya telah dilemahkan oleh kegiatan berdosa, melihat makhluk-makhluk ini terpisah dariKu. Orang-orang seperti itu diangap bagaikan ular yang sedang marah dan mereka dicabik-cabik oleh hukum Yamaduta, yang bagaikan burung pemangsa daging. (SB, 3.16.10).

Secara pribadi saya masih teringat di masyarakat kita, dikalangan Hindu di Bali. Ketika saya masih kecil, orang tua saya sering memperingatkan “kalau kamu makan daging sapi, kamu tidak boleh datang ke pura tanpa mandi terlebih dahulu”. Peringatan ini diberikan oleh orang tua saya dan sudah merupakan peringatan turun temurun dari nenek moyang kami. Namun sayangnya beberapa orang berangapan bahwa karena kalau kita makan daging sapi, maka kita tidak bisa masuk ke pura, itu berarti sapi adalah binatang haram. Tetapi setelah kita amati dan mempelajari kitab suci Veda, ternyata sapi merupakan binatang suci yang dihormati oleh para dewa sekalipun. Bukanlah karena sapi merupakan binatang haram, sehingga kalau kita makan daging sapi kita tidak bisa ke pura tetapi karena sapi merupakan binatang yang sangat suci, sehingga kalau kita memakan daging sapi, maka kita diangap orang yang sangat berdosa, dengan demikian tidak bisa masuk ke pura. Karena itu, setelah makan daging sapi, kita harus menyucikan diri, paling tidak mandi terlebih dahulu sebelum memasuki tempat suci.

Ini bukan berarti bahwa kita bisa terus menerus memakan daging sapi dan kemudian mandi dan menyucikan diri. Tidak! Itu bukanlah proses präyascita (penyucian) yang sejati. Proses prayascita yang sejati adalah menyucikan diri dari perbuatan berdosa, merenungkan kegiatan berdosa tersebut dan berusaha untuk menghindari kegiatan tersebut. Kita hendaknya tidak melakukan präyascita seperti gajah mandi. Çré Pariksit Mahäräja di dalam Çrémad Bhägavatam menguraikan sebagai berikut.

kvacin nivartate ‘bhadrätkvacic cärati tat punaù

präyaçcittam atho ‘pärthaàmanye kuïjara-çaucavat

Kadang-kadang, orang sadar akan kegiatan berdosa namun melakukan

Våndävana

75

Page 100: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

kegiatan berdosa lagi. Dengan demikian saya mengangap proses melakukan kegiatan berdosa yang berulang-ulang dan penyucian berulang-ulang sebagai hal yang tidak berguna. Ini sama halnya dengan gajah mandi (kuïjara-çauca-vat), karena gajah membersihkan dirinya dengan mandi namun begitu selesai mandi dan kembali ke daratan, sang gajah akan menghamburkan lumpur pada kepala dan badannya. (Çrémad Bhägavatam, 6.1.10).

Jadi ajaran dari orang tua kita, tidak boleh ke pura setelah makan daging sapi, hendaknya diambil serius dan menghindari daging sapi selama-lamanya dan berusaha mengerti keagungan ibu sapi.

Sastra juga meuraikan bahwa orang yang membunuh sapi, atau makan daging sapi, akan menderita di planet neraka selama ratusan tahun untuk membayar satu dari bulu sapi yang mereka makan. kalau seseorang makan daging sapi yang memliki seratus ribu bulu, maka orang tersebut mesti menderita di neraka selama 100.000 dikali 100 tahun. Tentunya kita menghindari penyemblihan sapi dan makan daging sapi bukan karena takut untuk masuk neraka tapi karena rasa kasih sayang kita kepada ibu sapi yang telah berkenan memberikan kita berbagai jenis makanan terbuat dari susu sapi dll, seperti yang diuraikan di atas. Tanpa kita bisa menghormati ibu sapi, maka kita tidak akan bisa memuaskan Yang Maha Kuasa, yang mempunyai rasa cinta yang sangat dalam kepada sapi. Tanpa seseorang memuaskan Yang Maha Kuasa, maka tidak ada kata kedamaian baik di dalam hidup ini maupun di dalam kehidupan mendatang bagi orang seperti itu. Segala pujian kepada Go-mata. Çré Govindäya namo namas te

4.Käliya Ghat

Käliya ghat terletak di Våndävana parikrama marg dekat dengan ISKCON Goçälä. Kåñëa menaklukan Ular hitam Käliya yang telah meracuni sungai Yamunä dengan bisanya yang mematikan di tempat ini. Käliya Ghat adalah salah satu tempat yang sangat khusus di Vraja. Diantara semua tempat di Vraja, hanya di beberapa tempat dimana seluruh Vrajaväsé berkumpul dan menikmati pergaulan Çré Kåñëa bersama-sama. Saat Kåñëa berada di rumahnya di pagi hari, hanya orang tuaNya dan beberapa pembantu yang menikmati pergaulan Kåñëa sedangkan di tempat lain hanya para gopa

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

76

Page 101: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

atau gopé. Sangat jarang sekali semua penduduk Vraja berkumpul di satu tempat dan menikmati bersama Kåñëa. Tempat-tempat itu dianggap spesial karena hanya di tempat-tempat tersebut seluruh rasa hadir di satu tempat dan membanjiri tempat tersebut dengan prema rasa dari kelima rasa dalam hubungannya dengan Kåñëa. Lima rasa tersebut adalah : (1) Santa Rasa atau hubungan dalam sifat netral, (2) Dasya Rasa yaitu hubungan sebagai pelayan, (3) Sakhya Rasa yaitu hubungan sebagai sahabat,

(4) Vatsalya Rasa yaitu hubungan sebagai orang tua dan (5) Madhurya Rasa yaitu hubungan sebagai seorang kekasih.

Tempat-tempat dimana kelima rasa tersebut hadir bersamaan adalah sebagai berikut:

1. Akrura MargaAkrura marga adalah jalan yang dilewati oleh Akrura ketika dia mengajak Kåñëa ke Mathurä. Saat itu, hampir semua Vrajaväsé hadir untuk berusaha menahan Kåñëa di Våndävana.

2. Käliya Ghat.Ini adalah tempat dimana Kåñëa menaklukan Käliya. Saat itu, karena rasa resah dan takut mendengar Kåñëa masuk ke dalam sungai Yamunä yang diracuni oleh Käliya, hampir semua penduduk Vraja datang ke tempat ini.

3. Govardhan Dhäma. Semua penduduk Vraja datang ke tempat ini bersama Nanda Mahäräja dan Kåñëa Balaräma untuk melakukan Govardhan püjä. Ketika Indra mengirim hujan dan angin topan untuk menghancurkan Vraja

Gambar: Pohon kadamba di Käliya Ghat

Våndävana

77

Page 102: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

karena telah dianggap melalaikan Indra püjä, Kåñëa mengangkat bukit Govardhana. Saat itu, tidak satupun penduduk Vraja yang tidak hadir di sini. Di tempat lain mereka akan berkumpul hanya untuk beberapa jam tetapi di sini mereka semua berkumpul selama tujuh hari tujuh malam. Kita akan membicarakan lila ini dengan detail saat kita membicarakan Govardhan Parikram.

Di kaliya ghat ada sebuah pohon Kadamba yang sudah berumur lima ribu tahun. Kåñëa memanjat pohon tersebut dan meloncat ke dalam sungai untuk menghukum Käliya. Dekat dengan pohon ini, juga ada sebuah kuil yang memuja arca Kåñëa yang sedang menari di atas kepala Käliya.

Käliya Mardhana Lila

gavanuga-khelaù sakhi-kåta-melaù samid-ativelaù khala-jayi-helaùphaëi-hrada-yätaù sphuöa-viça-ghäta-prathana-saçätas tvam asi vibhätaù

phaëipati-maste bahu-mani-çaste jani çata-haste naöana-bharas tesa-parikarägas- kara-khara-nägaù pravasana-räga-çrita-hrada-bhägaùprabala-viläsaù kåta-tad-udäsaù çrita-nija-väsaù sphura mådu-häsaù

”O Tuhan yang bermain dengan anak-anak gembala sapi, yang bertemu dengan teman-temanMu dan bertarung dengan mereka dalam permainan,

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

78

Page 103: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang menaklukan para raksasa dengan mudah, anda bersinar dengan cahaya yang menyilaukan. Oh Tuhan yang tarianMu memberati kepala ular yang dihiasi dengan permata yang bercahaya, yang menghancurkan ular yang berdosa dan sangat berbahaya bersama para pengikutnya, dan kemudian membuat danau menjadi sangat indah, engkau sangat perkasa, bebas dari rasa takut, yang bertempat tinggal di rumahMu pribadi, dan yang tersenyum dengan menawan, berkenanlah untuk hadir di depan hamba. (Gopäla-virudali oleh Jéva Gosvämé text 18a)

Jaman dahulu, bangsa ular hidup dengan damai di sebuah pulau bernama Ramaëaka. Namun setelah beberapa waktu mereka merasa terganggu karena Garuda datang setiap saat dan memangsa beberapa ular. Untuk menghindari pembunuhan yang secara membabi buta yang dilakukan oleh Garuda terhadap bangsa ular di daerah itu, para ular membuat persetujuan dengan Garuda bahwa mereka akan mempersembahkan seekor ular setiap bulan sebagai persembahan kepada Garuda. Dengan demikian, setiap bulan masing-masing ular mengorbankan diri mereka untuk dipersembahkan kepada Garuda dengan imbalan berupa perlindungan terhadap mereka. Meskipun para ular yang lainnya mempersembahkan satu ular tiap bulan kepada Garuda, namun Käliya, Putra Kadru, yang merasa bangga atas kekuatanya mulai menantang Garuda dengan mengabaikan persembahan ular kepada Garuda. Bukan hanya itu, Käliya juga memakan ular-ular yang mestinya dipersembahkan kepada Garuda untuk dirinya sendiri. Mendengar hal ini, Garuda, putra Vinatä, menjadi sangat marah dan menyerang Käliya untuk membunuhnya. Garuda memukul Käliya dengan keras menggunakan sayapnya yang bersinar bagaikan emas yang menyebabkan Käliya terjatuh dan melarikan diri. Garuda selalu mengintai Käliya untuk mehukumnya sehingga pada akhirnya dia menemukan tempat untuk menyembunyikan diri.

Suatu hari, Garuda sedang sibuk menangkap ikan di dalam danau di sungai Yamunä. Seorang Rsi bernama Saubhari Muni sedang bermeditasi di dalam air merasa terganggu dan sangat kasihan melihat ikan-ikan yang di tangkap oleh Garuda. Meskipun dilarang oleh sang Rsi, namun karena rasa lapar, Garuda tetap melanjutkan menangkap ikan tersebut. Karena hal ini, Saubhari Muni mengutuknya. Kalau Garuda berani datang dan memakan ikan dari tempat ini lagi, maka dia akan segera mati. Menghormati kata-kata sang resi, Garuda tidak pernah datang ke tempat itu lagi.

Våndävana

79

Page 104: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Setelah beberapa lama, karena Sang Rsi sebenarnya melakukan Vaiñëava Aparädha terhadap Garuda, dia jatuh dari posisinya dan kehilangan kekuatan Tapasyanya. Akhirnya dia jatuh kedalam neraka kehidupan material yang penuh dengan kenikmatan indria material dan menikahi delapan putri Mahäräja Mandhata.

Kesalahan terhadap seorang Vaiñëava sangat berbahaya meskipun itu dilakukan untuk kebaikan material. Bahkan orang yang sudah mencapai tingkatan bhäva sekalipun di dalam pelayanan bhakti, kalau dia melakukan kesalahan terhadap seorang Vaiñëava maka dia akan jatuh kalau dia tidak minta maaf kepada Vaiñëava tersebut dan berlindung di bawah kaki padmanya. Çré Caitanya Mahäprabhu, ketika memberikan pelajaran kepada Sanätana Gosvämé, mengumpamakan Vaiñëava aparädha bagaikan gajah gila yang menghancurkan tanaman bhakti di dalam hati seorang. Beliau berkata:

yadi vaiñëava-aparädha uöhe häté mätäupäòe vä chiëòe, tära çukhi’ yäya pätä

“Jika seorang penyembah melakukan kesalahan kepada kaki padma Vaiñëava saat memelihara bhakti lata (tumbuhan bhakti) di dunia material ini, kesalahan itu diumpamakan seperti Gajah gila (häté mätä) yang akan mencabut tanaman bhakti tersebut dan menghancurkanya. Dengan demikian daun dari tanaman bhakti mulai mengering”.

Karena itu kita harus selalu berlindung kepada para penyembah murni supaya selalu dihindarkan dari kesalahan-kesalahan dalam bhakti, khususnya vaiñëava Aparädha. Satu-satunya jalan untuk berangsur-angsur menghindari aparädha adalah pergaulan dengan para penyembah dengan sikap tunduk hati dan dengan serius mengucapkan maha mantra, Hare Kåñëa Hare Kåñëa Kåñëa Kåñëa Hare Hare Hare Räma Hare Räma Räma Räma Hare Hare.

Mendengar kabar bahwa Garuda tidak akan berani lagi mengunjungi danau di sungai yamunä tersebut, Käliya mengambil kesempatan untuk berlindung di sana. Käliya datang ke danau tersebut bersama dengan keluarga dan semua pengikutnya. Karena kehadiran ular-ular tersebut, khususnya Käliya, di dalam sungai Yamunä, air sungai Yamunä menjadi sangat beracun. Karena racun yang mematikan ini tepi sungai Yamunä

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

80

Page 105: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

menjadi kering karena pohon-pohon di sekitarnya semuanya mati keracunan. Bahkan burung yang terbang di atas danau ini akan jatuh dan mati karena pengaruh racun yang keluar dari mulut Käliya.

Suatu hari, pada hari ulang tahun Çré Balaräma, Kåñëa pergi ke hutan bersama teman-temannya untuk mengembalakan sapi tanpa disertai oleh Balaräma. Karena panasnya matahari di musim panas, anak-anak gembala sapi tidak bisa menahan rasa haus kemudian mereka meminum air dari sungai Yamunä yang beracun tersebut. Begitu menyentuh air sungai Yamunä, semua sapi dan anak gembala sapi jatuh dan meninggal di tempat. Melihat kejadian ini, Çré Kåñëa, penguasa seluruh ilmu kebatinan, merasa sangat bersedih dan dengan pandangan Beliau yang penuh kasih sayang terhadap teman-temanNya, Beliau menghidupkan mereka kembali.

Sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Kåñëa mengerti bahwa air ini beracun karena disebabkan oleh ular hitam Käliya yang hidup di dasar danau tersebut. Karena Kåñëa muncul ke bumi ini hanya untuk membinasakan raksasa yang penuh rasa iri, Beliau langsung memanjat pohon Kadamba di tepi sungai Yamunä. Meskipun semua pohon di dekat tempat itu sudah mati kekeringan, termasuk pohon Kadamba yang di panjat oleh Kåñëa ini, namun begitu pohon Kadamba ini disentuh oleh kaki padma Kåñëa, pohon tersebut tiba-tiba hidup kembali. Untuk memuaskan Kåñëa, pohon Kadamba tersebut mulai tumbuh daun yang rimbun dan berbunga lebat. Kåñëa mengencangkan ikat pingangnya dan menepukkan tangan padma Beliau kemudian terjun ke dalam sungai Yamunä. Ketika Kåñëa masuk ke dalam sungai Yamunä, air sungai muncrat dan membanjiri kedua tepi sungai sepanjang kurang lebih seratus meter. Kåñëa mulai berenang di dalam air bagaikan pemimpin gajah yang bermain di dalam danau dengan mengerakkan tanganNya yang perkasa dan membuat suara yang keras di dalam sungai. Mendengar suara ini, Käliya mengerti bahwa ada orang yang datang dan bermain di daerahnya. Tidak bisa mentoleransi hal ini, Käliya segera datang mencari asal suara tersebut.

Käliya melihat Kåñëa yang sangat tampan, warna badanNya kehitam-hitaman, yang menggunakan pakaian berwarna kuning, dadanya dihiasi dengan tanda Çrévatsa tersenyum dengan sangat manis dan menarik hati. Kåñëa bermain di dalam air tanpa rasa takut sedikitpun melihat Käliya.

Våndävana

81

Page 106: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Meskipun demikian, karena sifat alami Käliya yang selalu iri, tanpa berpikir sesaat pun, dia langsung mematuk dada Kåñëa dan melilitNya dengan erat.

Mengangap Kåñëa sebagai nyawa dan kawan mereka yang paling dicintai, anak-anak gembala sapi melihat Kåñëa yang sedang berada pada lilitan Käliya menjadi sangat panik. Mereka telah mengangap Kåñëa sebagai segala sesuatu bagi mereka. Mereka mempersembahkan segala-galanya kepada Kåñëa termasuk diri mereka sendiri, keluarga dan lain-lain. Karena rasa takut dan resah yang sangat dalam, mereka tidak bisa bertahan melihat Kåñëa dalam keadaan seperti itu kemudian jatuh pingsan. Bahkan para binatang seperti sapi, kerbau, burung-burung mulai menangis melihat Kåñëa yang kelihatan sedang tidak berdaya di dalam lilitan ular Käliya. Di Våndävana, pertanda buruk mulai bermunculan di langit, di darat dan pada badan penduduk Vraja. Melihat pertanda seperti itu, Nanda Mahäräja yang menyadari bahwa Kåñëa pergi ke hutan tanpa ditemani oleh Balaräma, menjadi sangat resah. Karena mereka telah menyerahkan hidupnya kepada Kåñëa dan Kåñëa adalah orang yang paling dicintainya, mereka tidak menyadari kekuatan Kåñëa. Semua penduduk Vraja, termasuk anak-anak, orang tua, wanita, dan lain-lain yang berpikir tentang Kåñëa, seperti seekor anak sapi tanpa induknya, lari keluar desa untuk mencari Kåñëa di dalam hutan. Mengikuti jejak kaki padma Kåñëa, mereka berjalan di tepi sungai Yamunä untuk mencariNya. Lari tergesa-gesa berusaha menemukan Kåñëa secepatnya, akhirnya dari kejauhan mereka melihat Kåñëa yang dililit oleh ular Käliya di dalam sungai Yamunä. Kemudian karena pada saat yang sama mereka melihat anak-anak gembala sapi yang jatuh pingsan dan para sapi di sekitarnya sedang menangis, mereka menjadi bingung dengan keadaan tersebut. Çré Balaräma tidak berbicara apa-apa ketika melihat keadaan penduduk Vraja yang sedang panik seperti itu karena beliau tahu kekuatan yang dimiliki oleh adikNya. Semua penduduk Vraja khususnya para gopé yang muda mengalami rasa sedih yang sangat dalam, hati mereka bagaikan terbakar melihat Kåñëa yang berada dalam kondisi yang tidak berdaya seperti itu. Ibu Yaçodä melihat keadaan Kåñëa seperti itu langsung jatuh pingsan di tepi sungai Yamunä. Nanda Mahäräja dan beberapa pengembala sapi lainnya memutuskan untuk masuk ke dalam danau Käliya, tetapi Çré Balaräma yang mengetahui kekuatan Kåñëa menghalangi mereka dan menenangkan mereka dengan kata-kata yang manis dan memastikan bahwa tidak akan terjadi apa-apa terhadap Khana.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

82

Page 107: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çré Kåñëa sengaja berada dalam keadaan seperti itu untuk beberapa waktu hanya untuk bermain bersama Käliya. Tetapi mengerti perasaan para penduduk Vraja yang saat itu sangat resah dan bersedih, Kåñëa mulai melepaskan diri Beliau dari lilitan ular hitam, Käliya. Käliya mengangkat kepalanya ke atas dan bernafas yang hembusan nafasnya bagaikan pot yang penuh dengan racun yang sedang direbus. Matanya merah bagaikan api membara menatap Kåñëa dengan sangat marah. Menatap Kåñëa seperti itu, dia menjilat-jilatkan lidahnya yang sangat mengerikan dan api beracun keluar dari mulutnya. Namun Kåñëa dengan tenang mulai mengétäri Käliya bagaikan burung Garuda yang sedang bermain dengan ular yang akan dimangsanya. Menanggapi hal ini, Käliya berusaha mencari kesempatan untuk mematuk Kåñëa. Menghabiskan tenaga Käliya dengan bermain-main sambil berputar-putar, Kåñëa kemudian meloncat ke atas kepala Käliya yang terangkat dan menendangnya dengan kaki padma Beliau yang seindah bunga padma. Berdiri di atas kepala Käliya, kaki padma Kåñëa kelihatan sangat indah, berwarna kemerah merahan karena sinar dari permata yang berada pada kepala Käliya. Käliya mempunyai 101 kepala dan setiap dia mengangkat kepalanya, Kåñëa memberikan pelajaran kepada Käliya dengan menendang kepala Käliya dengan keras dan menundukannya satu demi satu. Sambil menaklukan kepala-kepala Käliya, Çré Kåñëa, penari yang terkemuka di seluruh jagat raya (Nataraja) mulai menari di atas kepala Käliya dengan meloncat dari satu kepala ke kepala yang lain. Melihat pujaannya sedang menari di atas kepala Käliya, para dewa dari surga disertai oleh para kinnara, gandharva, siddha, dan lain-lain menyertai tarian Kåñëa dengan memainkan alat musik mereka masing-masing. Käliya mengalami rasa sakit yang tidak tertoleril dengan setiap loncatan yang dilakukan oleh Kåñëa.

Akhirnya seratus kepala Käliya dengan terpaksa merunduk tidak berdaya. Dari mulut yang tadinya keluar api beracun mematikan, sekarang keluar darah merah segar dari luka dalam yang dialaminya karena tendangan kaki padma Kåñëa. Dalam keadaan seperti itu, ular hitam Käliya mengalami rasa sakit yang luar biasa. Akhirnya Käliya menyadari bahwa Kåñëa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa Alam Semesta, Çré Narayana. Berpikir seperti itu, Käliya mulai berlindung pada Beliau. ketika para Näga-patné, para istri Käliya melihat suami mereka dalam keadaan yang tidak berdaya, mereka memanjatkan doa kepada Kåñëa dan memohon supaya Beliau membebaskan suami mereka yang merupakan satu-satunya harta kekayaan mereka sebagai seorang

Våndävana

83

Page 108: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

istri. Setelah Nägapatné tersebut memanjatkan doa yang menguraikan keagungan Kåñëa, Käliya secara pribadi meminta maaf kepada Çré Kåñëa karena secara bodoh telah mengabaikan kemahakuasaan Beliau. Kåñëa puas dengan doa Käliya dan istrinya lalu memaafkannya. Kemudian Çré kåñëa memerintahkan supaya saat itu pula Käliya harus meningalkan sungai Yamunä dan mencari tempat tinggal di lautan. Kåñëa juga memberikan berkat kepada Käliya bahwa dia tidak perlu takut kepada Garuda lagi karena begitu Garuda melihat bekas jejak telapak kaki Kåñëa pada kepala Käliya maka Garuda tidak akan menggangu Käliya lagi. Kåñëa melanjutkan:

ya etat saàsmaren martyastubhyaà mad-anuçäsanam

kértayann ubhayoù sandhyorna yuñmad bhayam äpnuyät

“Jika seseorang dengan khusuk mendengarkan perintahKu kepadamu untuk meningalkan Våndävana (sungai Yamunä) untuk pergi ke lautan dan menyampaikan kejadian ini pada waktu pagi dan senja, maka dia tidak perlu takut terhadapmu”.

Berdasarkan uraian dari Çréla Prabhupäda, Kåñëa mengirim Käliya ke sebuah pulau yang sekarang tempat itu dekenal dengan nama Fiji. Käliya masih berada di tempat itu sampai sekarang. Çréla Prabhupäda menginstalasi Çré Käliya Kåñëa di kuil ISKCON-Fiji.

Menurut Çréla Visvanath Cakravarti Thäkur di dalam komentar beliau terhadap sloka di atas, sloka ini adalah sebuah mantra untuk menangkal gigétän ular. Selain ini, beliau juga mengutip dari Rg. Veda, yang juga disebutkan sebagai sebuah mantra untuk melindungi seseorang dari serangan ular yang berbahaya sebagai berikut:

Yamunä-Hrade Hi So Yäto Yo Näräyaëa-VähanaùYadi Kälika-Dantasya Yadi Käkälikäd Bhayam,

Janma-Bhümi-Pariträto Virviño Yäti Kälikaù

“Garuda, kendaraan Çré Visnu datang untuk mengunjungi sungai Yamunä. Jika ada rasa takut terhadap bisa Käliya atau gigétänya maka itu akan segera lenyap. Tuhan yang melindungi tempat tingalnya telah membuat dia tidak berbahaya lagi”.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

84

Page 109: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Setelah memuja Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai parapernalia, Käliya bersama keluarga dan pengikutnya meningalkan sungai Yamunä menuju lautan. Begitu ditinggalkan oleh Käliya, air sungai Yamunä terbebas dari racun dan jernih kembali. Jay Käliya antaka ki ………jay

yo ‘smin snätvä mad-äkréòedevädéàs tarpayej jalaiù

upoñya mäà smarann arcetsarva-päpaiù pramucyate

”Jika seorang mandi di tempat ini (di Kaliya ghat), dimana aku melakukan kegiatan ini (menaklukan Käliya) dan mempersembahkan air dari danau ini kepada para Dewa dan orang-orang yang patut di püjä lainnya atau kalau seseorang berpuasa sambil mengingat dan menyembahKu, dia dipastikan akan terbebas dari segala reaksi dosa”. (Sabda Kåñëa kepada Käliya di SBhg,10.16.62, ).

Setelah menghaturkan sembah sujud dan mengelilingi pohon Kadamba yang di panjat oleh Kåñëa untuk menghukum Käliya, kita akan meninggalkan tempat ini dan menuju ke Çré Çré Rädhä Madana Mohana Mandir.

5. Çré Çré Rädhä Madana Mohana Mandir

jayatäà suratau paìgormama manda-mater gaté

mat-sarvasva-padämbhojau rädhä-madana-mohanau

“Segala pemujian kepada Çré Çré Rädhä Madana Mohana! Hamba seorang yang lemah dan telah mengikuti saran yang tidak baik, tetapi mereka merupakan pembimbing hamba dan kaki padma mereka merupakan segala sesuatu bagi hamba”. Gambar: Çré-Çri Madana Mohana di

Dvädaçäditya til di Våndävana.

Våndävana

85

Page 110: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kuil ini sangat dekat dengan Käliya Ghat. Kalau kita berdiri di tepi jalan di depan Käliya Ghat dan berdiri dengan posisi pohon Kadamba di sebelah kanan, maka kita akan melihat bangunan terbuat dari batu merah yang sangat tingi dan megah. Itu adalah kuil Çré Rädhä Madana Mohana. Kuil ini berada di atas bukit ”Dvadasa Aditya til”. Til berarti bukit. Karena terlalu lama berada di dalam air saat beliau bertarung dengan Käliya, Kåñëa merasa kedinginan sehingga badanNya gemetaran. Karena itu beliau lari ke atas bukit tersebut untuk memanaskan badannya di bawah sinar matahari. Namun setelah beberapa lama, Beliau masih merasa kedinginan. Beliau berpikir, “Matahari ini tidak berguna, masa sampai sekarang saya masih kedinginan meskipun sudah lama berjemur di bawah sinarnya”. Mengerti keadaan ini, atas keingingan Çré Kåñëa, untuk memuaskan tuan mereka, dua belas matahari muncul serentak untuk memanaskan badan Kåñëa. Setelah berjemur dibawah 12 matahari sekaligus, akhirnya badan Kåñëa normal kembali. Karena itu tempat ini di sebut “Dvadasa-Aditya-til” yang artinya bukit dimana 12 matahari muncul sekaligus.

Çré Çré Rädhä Madana Mohana adalah arca yang dipuja di dalam kuil ini. Arca ini merupakan iñöa-deva di dalam tingkatan Sambandha jïäna. Veda dirangkum dalam tiga pokok bahasan yaitu Sambandha jïäna, Abhideya jïäna dan Prayojana jïäna. Sambandha jïäna adalah pengetahuan tentang sang diri, siapa diri kita dan apa hubungan kita dengan Tuhan. Kita sebenarnya bukan badan ini tetapi Atma atau sang roh yang berada di dalam badan. Abhideya berarti praktek. Jadi Abhideya jïäna adalah pengetahuan tentang proses bhakti dimana kita bisa mempraktekkan suatu proses untuk menyambung hubungan kita yang terputus dengan Tuhan.

Jika kita mengetahui dan mengerti siapa diri kita dan apa hubungan kita dengan Tuhan maka kita harus berusaha menyambung hubungan tersebut dengan mempraktekan pengabdian suci kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Kåñëa. Prayojana berarti tujuan. Apapun yang kita lakukan maka kita harus tahu jelas apa tujuan activitas kita. Jadi prayojana jïäna menguraikan tujuan pengabdian suci yaitu Kåñëa Prema atau cinta bhakti yang murni kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Kåñëa.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

86

Page 111: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Dalam garis perguruan Gaudiya Vaiñëava sampradäya, masing-masing jïäna memiliki seorang otoritas sebagai äcärya. Ketiga äcärya tersebut adalah:

1. Çré Sanätana Gosvämé adalah äcärya dari Sambandha Jïäna yang ista-dewanya adalah Çré Çré Rädhä madana Mohana.

2. Çré Rüpa Gosvämé merupakan äcärya dari Abhideya Jïäna yang ista-dewanya adalah Çré Çré Rädhä Govinda

3. Çré Raghunätha Däs Gosvämé merupakan äcärya dari Prayojana Jïäna yang ista-dewanya adalah Çré Çré Rädhä Gopénätha.

Pada awal pengabdian suci, kita cenderung untuk tertarik terhadap hal-hal material yang kelihatanya sangat indah dan menarik hati, khususnya kecendrungan untuk tertarik pada lawan jenis yang berpusat pada kehidupan seks. Karena itu bagi pemula yang baru berusaha mengerti kedudukan mereka yang sejati dalam hubunganya dengan Çré Kåñëa, dianjurkan untuk berdoa kepada Çré Çré Rädhä Madana Mohana. Madana berarti dewa asmara dan mohana berarti yang membingungkan atau menarik perhatian. Jadi Madana Mohana berarti Beliau yang menarik bahkan bagi dewa asmara. Dewa asmara menyebabkan seluruh dunia penuh dengan hawa nafsu untuk menikmati bersama lawan jenis. Sedangkan Kåñëa melampaui kemampuan dewa asmara dan mampu membingungkannya. Dengan demikian kita berdoa kepada beliau semoga Madana Mohana, yang ketampananya jauh di atas ketampanan dewa asmara akan menarik hati kita dan mengarahkan ketertarikan kita dari ketertarikan terhadap hal-hal material kepada pelayanan bhakti pada kaki padma Beliau.

Di dalam proses pengabdian suci (abhideya), pengendalian indria adalah hal yang sangat penting. Tanpa pengendalian indria maka kita tidak akan pernah mencapai hasil yang sempurna di dalam bhakti. Karena itu kita dianjurkan untuk menyembah Çré Govinda deva. Govinda berarti Tuhan penguasa indria. Semoga atas karunia Beliau kita bisa mengontrol indria-indria kita yang tak terkendali dan menggunakan indria yang sama di dalam pengabdian suci.

sarvopädhi-vinirmuktaàtat-paratvena nirmalam

håñékeëa håñékeça-sevanaà bhaktir ucyate

Våndävana

87

Page 112: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Pengabdian suci bhakti berarti menyibukkan indria-indria seseorang di dalam pelayanan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, penguasa indria-indria. Ketika sang roh melakukan pelayanan bhakti kepada Tuhan, ada dua efek samping yang akan dialaminya. Satu, dia akan dibebaskan dari angapan material dan kedua, hanya karena digunakan dalam pelayanan kepada Tuhan, indria-indria seseorang akan disucikan”. (bhakti rasamrta sindhu, 1.2.234) Kemudia ketika seseorang sepenuhnya disucikan dan terbebas dari anartha (keinginan material yang menghambat bhakti), maka dia akan memenuhi syarat untuk mengerti kegiatan rohani Kåñëa yang rahasia. Dalam keadaan ini seseorang akan berangsur-angsur mengembangkan salah satu dari lima rasa yang sesuai dengan hubungannya yang kekal dengan Kåñëa. Hubungan yang paling tingi di antara kelima hubungan dengan Kåñëa adalah Madhurya rasa (hubungan sebagai kekasih). Dalam hubungan ini, orang hanya akan selalu merindukan bentuk Kåñëa berdiri di tepi sungai Yamunä yang menikmati dengan para gopé di tengah kegalapan malam yang di terangi oleh indahnya sinar bulan purnama. Karena itu ista deva dari prayojana jïäna adalah Çré Çré Rädhä Gopénäthaa. Gopénäthaa berarti tuan dari para gopé.

Tanpa seseorang matang dalam proses pengabdian suci, maka hendaknya dia jangan berusaha untuk meniru tingkatan madhurya rasa yang hanya akan menghancurkan kehidupan rohaninya. Kita hendaknya selalu bertindak di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya yang mengetahui sejauh mana sebenarnya keberadaan kita dalam bhakti. Jika kita berusaha menghindari anjuran-anjuran guru kerohanian, maka tidak ada istilah untuk maju bagi kita, apa lagi mencapai tingkatan prema berupa madhurya rasa. Itu hanya akan menjadi khayalan untuk orang-orang seperti itu.

Çré Madana Mohana adalah salah satu arca yang dipahat langsung oleh Vajranäbha. Karena dia tidak pernah melihat Kåñëa secara langsung, dia memahat arca berdasarkan uraian yang diberikan oleh Uttarä, ibu Parikñit. Untuk melihat bentuk Kåñëa yang sempurna dia memahat tiga arca yang merupakan ista deva dari masing-masing Jïäna. Tidak satupun dari ketiga arca tersebut sempurna yang sesuai dengan bentuk Çré Kåñëa namun masing-masing arca memperlihatkan salah satu dari tiga bagian tubuh Kåñëa. Çré Madana mohan yang dulunya dikenal dengan nama

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

88

Page 113: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Madana Gopäla, memperlihatkan bagian bawah badan Kåñëa yaitu dari kaki padma sampai ke pusar. Çré Govinda ji memperlihatkan bagian badan Kåñëa dan Gopénätha Ji memperlihatkan Wajah padma beliau. Ini ada hubungan dengan proses pada saat kita darsan kepada arca. Pertama-tama hendaknya kita melihat arca mulai dari bagian bawah arca kemudian naik ke atas sampai muka padma Beliau.

Arca Madana Gopäla ini sempat menghilang, namun kemudian ditemukan oleh Advaita äcärya yang kemudian memberikan arca tersebut kepada muridnya, seorang brahmana di Mathurä yang bernama Puruñottama Chaobe. Akhirnya Madan Mohan memilih Sanätana Gosvämé untuk memuja Beliau secara pribadi. Kisahnya sebagai berikut:

Suatu hari Sanatana Gosvämé melihat Arca Gopäla (Madana Mohana) dipuja oleh Vrajaväsé brahmana, Puruñottama Chaube, di Mathurä bersama keluaraganya. Mereka memperlakukan Kåñëa seperti anggota keluarga mereka dan tidak mengikuti standar pemujaan arca. Melihat hal ini Sanätana merasa sangat sedih. Atas aturan Kåñëa, karena sanätana

Gambar: Sanätana Gosvämé memuja Madana Gopäla di Dvädaçäditya til.

Våndävana

89

Page 114: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

seorang äcärya yang berusaha mengajarkan proses pengabdian suci, Sanätana Gosvämé sepertinya tidak menyadari hubungan Vraja vasi dengan Kåñëa. kemudian di malam hari, Gopäla muncul di dalam mimpi brahmana dan memerintahkan “Besok Sanätana Gosvämé akan datang dan kamu harus memberikan saya sebagai hadiah untuk dia”. Pada saat yang sama, Beliau juga muncul di dalam mimpi Sanätana Gosvämé dan menyuruhnya untuk datang ke Mathurä, ke rumah brahmana tersebut. Keesokan harinya, Sanätana Gosvämé datang ke umah brahmana tersebut di Mathurä. kemudian brahmana tersebut memberikan Madana Gopäla sebagai hadiah untuknya. Sanätana berpikir “Saya tidak mampu memelihara diri saya sendiri, bagaimana saya bisa melayani Gopäla? Berpikir seperti itu sanatana berkata kepada Gopäla “Kalau Anda bersedia menerima apapun yang saya miliki maka saya akan bersedia memujaMu”. Gopäla menyetujui hal itu, kemudian Sanätana membawa Gopälaji ke Våndävana dan memujaNya di atas bukit Dvädaçäditya. Karena Sanätana Gosvämé hidup hanya dengan melakukan Madhu-kari (meminta-minta), maka apapun yang dia dapatkan untuk makanan, hanya itu yang dia persembahkan kepada Gopälaji. Keseringan capati yang dipersembahkan kepada Gopäla tidak berisi garam. Suatu hari, ketika dia mempesembahkan makanan kepada Gopäla, Gopäla mengeluh kepada Sanätana dan berkata ”Sanätana! Bisakah kamu paling tidak mengisi garam pada capati ini karena rasanya hambar sekali tanpa garam”. Dengan perasan yang sangat sedih Gosvämé harus menjawab “Gopäla! Sekarang kamu minta garam dan besok minta manisan dan besok minta mentega dan lain-lain. Saya orang yang berada dalam pelepasan ikatan, jadi apapun yang saya dapatkan maka itu yang saya berikan kepadaMu. Jadi Kamu harus puas dengan apapun yang ada”. Di dalam hatinya, Sanätana merasa sangat terpukul karena Gopäla secara langsung meminta sesuatu namun dia tidak mampu memenuhinya. Dia selalu berpikir bahwa suatu hari Gopäla akan dipuja di kuil yang megah dan dengan standar yang tingi.

Suatu hari atas keinginan Gopäla, seorang saudagar besar yang bernama Räm Däs Kapoor, dari daerah Agra membawa barang daganganya melewati sungai Yamunä. Pada saat kapalnya melewati sungai Yamunä di dekat kaliya ghat, kapal saudagar tersebut mendapatkan kesulitan. Saat itu Gopäla menyamar sebagai seorang gembala sapi biasa, melambaikan kain sehingga awak kapal tersebut mengetahui bahwa ada daratan di

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

90

Page 115: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dekat sana dan kemudian berlabuh di dareah tersebut. Namun mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan karena beberapa masalah yang mereka alami setelah digoncangkan oleh sungai Yamunä. Gopäla bertanya kepada Räm Däs, “Apakah kamu perlu bantuan?” “Tentu saja”, jawab Räm Däs. Gopäla melanjutkan, “Saya akan memberi tahu bahwa ada seorang yang sangat terpelajar tinggal dekat tempat ini. Dulu dia adalah seorang perdana mentri di Bengal, namun saat ini dia menjadi seorang bäbäjé di Våndävana. Sebelum saya memberitahu anda di mana dia berada, saya mau bertanya, apakah anda punya garam di dalam kapal ini?” Räm Däs menjawab, “oh ya banyak sekali, kalau kamu mau saya akan berikan semuanya kepadmu”.

“Ok, anda datang ke sana (sambil menunjuk sebuah bukit), di atas bukit Dvädaçäditya, tinggal seorang bäbäjé yang hidup dengan sangat sederhana. Dia pasti akan membantumu”, sahut Gopäla. Räm Däs mendaki bukit Dvädaçäditya dan menemui Sanätana Gosvämé. Dia meyampaikan masalahnya dan meminta bantuan kepada Sanätana. Sanätana Gosvämé, karena rasa ketundukan hatinya mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa, tetapi dia menyarankan agar Räm Däs berdoa kepada Gopälaji. Kemudian atas bantuan Sanätana Gosvämé, mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka ke Mathurä. Räm Däs merasa sangat berhutang kepada Sanätana dan mau mempersembahkan semua barang yang dia miliki di dalam kapal, tetapi Sanätana, sebagai seorang yang sudah melepaskan ikatan dari harta material menolak pemberian tersebut. Sanätana berkata,” Kalau kamu mau mempersembahkan sesuatu, saya tidak perlu apa-apa namun anak kecil ini (mangacu kepada arca Gopäla), berada di bawah pohon berhari-hari dan Dia perlu kuil untuk tempat tinggal. Jadi kamu bisa membangun kuil yang megah dan melanjutkan pemujaan kepadaNya”. Akhirnya setelah Räm Däs menyelesaikan tugasnya, dia kembali ke Våndavan dan membangun kuil yang sangat megah untuk Madana Gopäla. Kuil tersebut dibangun sekitar tahun 1580, kuil megah pertama yang di bangun di Våndävana saat itu. Tinginya sekitar 60 kaki (+20 meter), berdiri di atas bukit yang ketingianya 50 kaki (16 meter). Namun sayang sekali bagian dari kuil dihancurkan oleh raja Islam yang memerintah sekitar tahun 1670. Karena takut pada raja muslim, para penduduk setempat melarikan Madan Mohan ke Jayapura di Rajasthan. Kemudian dari Jayapura dipindahkan ke Karoli (salah satu kota di Rajasthan) karena permintaan putri raja Jayapur yang menikah dengan pangeran dari Karoli. Namun di Våndävana, pemujaaan terhadap pratibhü mürti masih berjalan sampai saat ini.

Våndävana

91

Page 116: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Di daerah kuil ini, ada sebuah bangunan kecil yang berada di bagian belakang yang merupakan Bhajan Kutir Çréla Sanätana Gosvämé. Dibelakang kuil, tepat dibelakang bangunan altar, terdapat saluran pembuangan air dari dalam altar. Räm Däs pernah diminta untuk menerima berkat oleh Çré Sanätana Gosvämé karena telah membangun kuil semegah itu untuk Gopäla. Meskipun diminta seperti itu, Räm Däs menolak untuk menerima berkat apapun, namun Sanätana Gosämi meminta berulang kali kepadanya. Akhirnya, Räm Däs meminta agar setelah dia mati, dia minta untuk ditempatkan di tempat dimana semua pembuangan air dari kuil jatuh di atas kepalanya. Setelah Räm Däs meninggal, beliau diberikan tempat dibelakang kuil Madana Mohan dan saluran air untuk mencuci alat-alat pemujaan mengalir dan jatuh tepat di atas kepalanya.

Gambar: Sanätana Gosvämé Samadhé Mandir

Ada sebuah kuil Madan Gopäla baru yang dibangun di kaki bukit Dvädaçäditya. Pemujaan terhadap Madan Mohan juga dilakukan di tempat ini. Di belakang kuil baru ini adalah Samädhi Çré Sanätana Gosvämé. Jay Çré Çré Rädhä Madana mohan Kijay Çré Sanätana Gosvämé Ki Jay

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

92

Page 117: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

6. Çré Bankey Bihari MandirÇré Bankey Bihari mandir adalah kuil yang sangat populer di Vraja. Sampai saat ini, kuil ini adalah kuil yang terbanyak pengunjungnya dibandingkan kuil-kuil yang lain. Kuil ini berada + 0,5 Km dari Rädhä Madana Mohana Mandir. Çré Bankey Bihari adalah nama lain dari Çré Kåñëa. Beliau disthanakan di sini oleh Çré Hari Däs Svämi dari Våndävana pada jaman enam Gosvämé. Bankey Bihari ditemukan oleh Haridäs Svämi di Nidhu-vana, Vändävana, tempat di mana Kåñëa istirahat setelah tarian rasa. Bankey Bihari juga pernah dipuja di Nidhuvana. Setelah beberapa lama, sebuah kuil di bangun sekitar tahun 1864 untuk Çré Bankey Bihari di dekat Madana Mohana mandir sehingga beliau dipindahkan dari Nidhu-vana ke tempat tersebut.

Satu hal yang sangat khusus di kuil ini adalah korden di depan arca tidak akan terbuka lama seperti di kuil lainnya. Di jelaskan bahwa Bankey Bihari sangat mudah sekali tertarik kepada penyembahNya. Suatu hari ada seorang penyembah yang datang untuk darsan kepada arca. Çré Bankey Bihari menjadi sangat tertarik kepada rasa cinta dari penyembah itu. Karena itu beliau kemudian meloncat dari dalam altar dan pergi bersama penyembah tersebut. Ketika pujari masuk ke dalam altar, mereka tidak melihat arca Bankey Bihari di dalam altar. Setelah ditelusuri, akhirnya mereka menemukan arca Bankey-bihari sedang bersama penyembahNya di dekat kuil. Kemudian Beliau dibawa lagi kembali ke altar. Karena itu, untuk mencegah Beliau agar tidak lari lagi, maka altar hanya terbuka beberapa menit dan kemudian ditutup untuk beberapa menit dan di buka lagi. Maksudnya adalah ketika Kåñëa mulai tertarik dengan penyembahnya yang datang dan berdoa kepada Beliau dan tiba-tiba pandanganNya kepada penyembah tersebut dihalangi oleh korden maka Kåñëa diharapkan kembali normal untuk beberapa saat. Kemudian korden dibuka lagi. Dan ini diulangi berkali-kali sampai kuil tutup untuk umum dan arca diistirahatkan. Jadi selama jam darsan, korden ini akan selalu dibuka dan ditutup berulang kali.

Karena padatnya pengunjung di tempat ini, sangat sulit sekali untuk darsan langsung secara dekat dengan arca. Karena itu, biasanya kita hanya bisa berdiri jauh di depan altar dan darsan kepada arca dari kejauhan.Jay Bankey Bihari ji …….ki jay

Våndävana

93

Page 118: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

7. Imli talaBerjalan menuju ke Keçi Ghat dari Bankey Bihari Mandir, pertama kita akan melewati sebuah kuil di sebelah kanan jalan yang saat ini berada di bawah naungan Gaudia Math. Tempat ini di kenal dengan nama Imli tala. Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu berada di Våndävana, Beliau datang ke tempat ini setiap hari dan berjapa di bawah pohon asam yang dulunya berada di tempat ini. Imli berarti buah asam dan tala berarti pohon. Diuraikan bahwa pohon asam ini menyaksikan kegiatan Çré Rädhä-Krsna di daerah ini, karena itulah Çré Caitanya Mahäprabhu datang dan berjapa setiap hari di tempat ini. Beberapa ratus tahun yang lalu, pohon asam yang sama masih ada di tempat ini. Saat itu ada keluarga bangsawan tinggal di tempat tersebut. karena pohon ini terlalu besar, para bangsawan tersebut merasa tergangu sehingga memerintahkan untuk menebang pohon imli tala tersebut. Pada saat pohon itu di tebang, darah segar keluar dari pohon tersebut. Beberapa waktu setelah kejadian tersebut, semua keluarga bangsawan tersebut meningal satu demi satu.

Saat ini ada sebuah pohon asam yang baru ditanam di sini. Batang Imli tala yang sejak ribuan tahun itu masih bisa kita lihat sampai sekarang disini dalam bentuk sebuah pohon yang sudah kering. Tepat disamping pohon ini ditanam sebuah pohon imli yang baru. Diuraikan bahwa ketika Çré Kåñëa duduk dibawah tempat ini, badan Beliau yang kehitam-hitamam berubah menjadi keemasan karena rasa rindu kepada Çré Rädhikä sedangkan ketika Çré Chaitanya duduk dibawah tempat ini, badan Beliau berubah menjadi kehitam-hitaman karena rasa rindu kepada Çré Kåñëa.

Gambar: Imli tala

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

94

Page 119: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Suatu hari Çré Rädhikä yang sudah berhias dengan sangat cantik untuk bertemu dengan kekasih tercintanya Çré Vrajendra Nandana-Kåñëa, lewat dibawah pohon imli tersebut. Tiba-tiba Çrématé Rädhikä menginjak sebuah buah asam yang sudah masak yang terjatuh dari pohon ini. Air dari buah asam ini menghapus warna merah yang menghiasi kaki padmanya. karena hal ini, Çré Rädhikä berpikir bahwa beliau tidak akan bisa memuaskan Kåñëa dalam keadaan tidak berhias dengan baik seperti itu dan menjadi marah terhadap pohon itu. Beliau mengutuk agar tidak akan ada buah asam yang masak di pohon sepanjang daerah Vraja.

Di dalam kuil ini kita dapat darsan kepada arca Çré Caitanya, Çré Nityananda dan Rädhä Kåñëa.

Sambil meningalkan immli tala menuju ke Keçi ghat, marilah kita memanjatkan pujian kepada Çré Hari dan para vaiñëava äcärya dengan menyanyikan lagu karangan Çré Narotama das Thäkur berikut:

hari haraye namaù kåñëa yädaväya namaùyädaväya mädhaväya keçaväya namaùgopäla govinda räma çré-madhusüdanagiridhäré gopénätha madana-mohana

çré-Caitanya-nityänanda çré-advaita-sétähari guru vaiñëava bhägavata gétä

çré-rüpa Sanätana bhaööa-raghunäthaçré-jéva gopäla-bhaööa däsa-raghunätha

hare kåñëa hare kåñëa kåñëa kåñëa hare harehare räma hare räma räma räma hare hare

8. Keçi Ghat

Keçi ghat adalah tempat yang terletak di tepi sungai Yamunä dimana Kåñëa membunuh raksasa keçi dan kemudian mandi di sungai Yamunä. Sampai saat ini Yamunä masih mengalir di tempat tersebut. Ada arca Çré Yamunä devi dipuja di tempat ini. Orang yang mandi di Keçi Ghat dinyatakan akan mendapat hasil dari mandi di seluruh tempat suci. Di dalam Mathurä mahatmyam, oleh Çré Rüpa Gosvämé, keagungan Keçi ghat diuraikan sebagai berikut.

Våndävana

95

Page 120: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

gaìga-çata-gunaà proktaàyatra keçi-nipatitaù

keçyaù çata-gunaà proktaàyatra viçrantito hariù

“Tempat dimana Keçi dibunuh oleh Kåñëa dinyatakan seratus kali lebih suci dari sungai Ganga. Dan tempat di mana Çré Hari beristirahat setelah itu, dinyatakan seratus kali lebih suci dari pada Keçi-tirtha”.

Terbunuhnya Raksasa Keçi

Mendengar keagungan putra Nanda Mahäräja, Kamsa menjadi iri dan takut kalau anak ini adalah anak yang lahir untuk membunuhnya. Karena itu dia mengirim berbagai raksasa ke Vrndavan untuk membunuh Kåñëa. Raksasa Keçi, yang saat itu juga dikirim oleh Kamsa, tiba di Våndävana dalam bentuk kuda yang sangat mengerikan. Lari dengan kecepatan yang dasyat, dia menggetarkan bumi dengan tendangannya dan mengoncangkan awan dan kendaraan para dewa dengan ekornya yang perkasa serta menciutkan nyali setiap orang dengan ringkikkanya yang mengema.

Ketika Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mengerti bahwa Keçi saat ini sedang menggangu desaNya, Beliau datang menemui Keçi dan menantangnya untuk bertarung. Melihat Vrajendra Nandana Kåñëa di depannya, Keçi lari ke depan dengan kecepatan penuh, dan berusaha menendang Kåñëa dengan kedua kaki depanya. Namun Kåñëa menahan tendangan Keçi dan dengan lengaNya yang perkasa Beliau menangkap kaki Keçi dan memutar-mutar badannya. Kemudian, bagaikan Garuda

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

96

Page 121: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

yang melemparkan seekor ular, Kåñëa melemparkan Raksasa Keçi sampai sejauh 100 meter sehingga menyebabkan Keçi jatuh pingsan. Setelah sadar kembali, Keçi menjadi sangat marah kepada Kåñëa dan dengan mulut terbuka, dia berusaha meyerang Kåñëa lagi. Tetapi Kåñëa sambil tersenyum, memasukan tangan kiriNya ke dalam mulut Keçi. Karena hantaman tangan Kåñëa yang bagaikan petir di dalam mulut Keçi, semua gigi Keçi menjadi rontok dan berjatuhan ke tanah. Tangan padma Kåñëa mulai membesar dan menjadi sangat panas bagaikan api yang membara di dalam mulut Raksasa Keçi. Karena tangan Kåñëa memblokir pernafasan Keçi, dia menendang-nendangkan kakinya kesana kemari. Badannya mulai berkeringatan, bola matanya berputar-putar. Tidak tahan akan rasa sakit, raksasa ini mulai kencing dan berak dan akhirnya dengan terpaksa harus menemui ajalnya ditangan seorang anak kecil pengembala sapi. Para dewa mulai menaburkan bunga dari langit dan mengirim tetesan air yang lembut untuk memuaskan rasa lelah Kåñëa. setelah membunuh Keçi, Kåñëa mandi di sungai Yamunä di tempat ini.Çré Keçi Ghat ki…. jay

Gambar: Keçi ghat.

Våndävana

97

Page 122: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Sambil berjalan di tepi sungai Yamunä dan menikmati sepoian angin yang berhembus dari sungai, marilah kita memanjatkan pujian kepada putri deva surya, Çrématé Yamunä devi;

jayati taraëi-putré dharma-räja-svasä yäkalayati mathuräyäù sakhyam atyeti gaìgämmura-hara-dayitä tat-päda-padma-prasütaà

vahati ca makarandaà néra-püra-cchalen

“Segala pujian kepada Çré Yamunä, putri dari dewa matahari dan saudara perempuan dari Raja Dharma, Yamaraj. Beliau sangat dicintai oleh Çré Kåñëa, pembunuh raksasa Mura. Beliau (Yamunä) menjalin persahabatan dengan kota Mathurä, dan telah melampaui keagungan Gangädevé. Dalam bentuk sebagai sungai, beliau membawa minuman kekekalan yang mengalir dari kaki padma Çré Kåñëa.” (Brhad Bhägavatamrta 1.6)

9. Rädhä Govinda Mandir

Gambar: Çré-Çré Rädhä Govinda Mandir-Våndävana

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

98

Page 123: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çré Rädhä Govinda mandir dibangun pada tahun 1590. Kuil ini dibangun oleh Raja Mansing dari Jayapur. Awalnya kuil Rädhä-Govinda terdiri dari tujuh tingkat dengan altar terbuat dari marbel, perak dan emas. Namun sayang sekali pada masa pemerintahan Aurangzeb, yang merupakan raja muslim di Agra, mengirim pasukan untuk menghancurkan kuil ini. karena ketingian kuil ini, lampu yang ditempatkan di atas kuil dapat dilihat oleh permaisuri raja Aurangzeb dari Agra yang berada + 60 km sebelah selatan Mathurä. Karena rasa iri pada bangunan Hindu yang megah ini, ratu tersebut menyuruh suaminya untuk menghancurkan kuil Rädhä Govinda. Meskipun demikian, mereka tidak mampu menghancurkan keseluruhan kuil. Mereka hanya menghancurkan 3 tingkat bagian atas. Sampai sekarang kita masih bisa melihat empat tingkat yang masih utuh dengan beberapa patung di tembok kuil yang sudah di hancurkan. Sebenarnya pasukan Islam tersebut berusaha untuk menghancurkan semua bangunan, tetapi setelah menghancurkan beberapa tingkat, tiba-tiba muncul gempa bumi yang mengerikan yang terjadi hanya di tempat tersebut. Karena rasa takut dan berusaha untuk menyelamatkan nyawa mereka, pasukan tersebut lari dari tempat itu dan tidak pernah datang lagi untuk melanjutkan menghancurkan kuil Rädhä Govinda. Dijelaskan juga setelah kejadian ini mereka tidak lagi datang ke Våndävana.

Gambar: Arca Çré Rädhä Govinda yang saat ini dipuja di Jaypur

Våndävana

99

Page 124: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Dulunya Çré Çré Rädhä Govinda ji dipuja di sini dibawah binaan Çré Rüpa Gosvämé. Govindadev ini adalah salah satu dari empat deva yang disthanakan oleh Vajranäbha di Våndävana. Govindadev juga merupakan iñöa deva dari tingkatan abhideya jïäna seperti yang kita uraikan sebelumnya. Arca Rädhäräné yang di püjä disini merupakan arca Çrématé Rädhäräné pertama yang di püjä di Våndävana saat itu. Arca Rädhäräëé ini di kirim oleh Çré Puruñottama, putra Mahäräja Prataparudra dari Jagannätha Puri, Orissa. Takut akan dihancurkan oleh orang muslim, arca Rädhä-Govindadev dilarikan ke Jayapura, tempat yang saat itu terbebas dari ganguan Muslim karena raja Hindu-nya sangat kuat. Saat ini Çré Çré Rädhä Govinda berada di Jayapur, Rajasthan.

Arca yang sekarang di püjä di Mandir ini adalah sebagai berikut; Çrénathji di tengah, kemudian di samping kanan dan kiri adalah Çré Nityananda dan Çré Gauranga. Di bawah Srinath ji adalah arca Çré Çré Rädhä Govinda kecil yang terbuat dari logam kuningan. Dan di bawah mereka adalah Çré Jagannath dan Govardhan Sila. Sambil darsan kepada Beliau, marilah kita haturkan sembah sujud kita kepada Çré Rädhä-Govindadev dan berdoa kepada Beliau semoga kita mampu mengontrol indria-indria kita dan mengunakannya di dalam proses pengabdian suci kepada Beliau.

dévyad-våndäraëya-kalpa-drumädhaù-çrémad-ratnägära-siàhäsana-sthauçrémad-rädhä-çréla-govinda-devaupreñöhälébhiù sevyamänau smarämi

“Di sebuah kuil permata di Våndävana, di bawah pohon kalpavrksa, pohon yang dapat memenuhi segala keinginan, Çré Çré Rädhä Govinda, dilayani oleh rekan-rekan mereka yang terdekat, duduk di atas simhasana yang bercahaya. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada mereka”. (Cc Adi 1.16 )

Çréla Rüpa Gosvämé dengan Çré Govindadeva

Çréla Rüpa Gosvämé diberikan beberapa tugas oleh Çré Caitanya Mahäprabhu ketika mereka bertemu di Jagannath puri dan di Prayag. Salah satu dari perintah itu adalah untuk mencari dan menyetanakan kembali arca-arca yang telah hilang di Vraja, khususnya Çré Govindadeva. Mengingat perintah Çré Caitanya ini, Çréla Rüpa Gosvämé melakukan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

100

Page 125: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

perjalanan di Vraja Dhäma berusaha untuk menemukan Çré Govindadev. Kadang-kadang beliau berkeliling di berbagai hutan dan semak-semak di Vraja dengan berpikir bahwa mungkin Govindadeva disembunyikan di sana. Kadang-kadang beliau memasuki rumah para Vrajaväsé dengan harapan akan menemukan Çré Govindadev yang mungkin sedang disembunyikan oleh para Vrajaväsé untuk menghindari pemerintah muslim waktu itu. Namun setelah bertahun-tahun melakukan pencaharian seperti itu, beliau belum juga menemukan Çré Govindadev.

Suatu hari, karena sudah merasa sangat putus asa dan sangat sedih karena sampai saat itu belum mampu memenuhi perintah Çré Caitanya, Çréla Rüpa Gosvämé merasa hidupnya tidak berarti. Saat itu beliau sedang duduk di tepi sungai Yamunä dan khusuk berpikir tentang Çré Caitanya dan Çré Govindadeva. Mata beliau penuh dengan air mata yang mengalir karena rasa sedih yang dirasakannya. Beliau hanya bisa memangil, “Kåñëa! Govinda! Oh Tuhan! Oh Mahäprabhu!..... “ . dalam keadaan seperti itu beliau kelihatan seperti orang gila yang sudah lupa akan dirinya sendiri. Beliau menangis sambil merenungkan kemalanganya karena merasa tidak berguna untuk melayani Çré Caitanya.

Pada saat itu, entah dari mana, ada seorang anak kecil gembala sapi datang dan menyapa Çré Rüpa Gosvämé, “ Baba! Baba! Kenapa anda kelihatan sangat sedih? Apakah penyebab dari rasa sedih anda ini? Apakah ada hal yang bisa saya bantu?” Melihat ketampanan anak kecil ini, Rüpa Gosvämé merasa sedikit diringankan oleh rasa sedihnya, namun tetap di dalam hatinya dia masih merasakan rasas sakit yang dalam karena tidak mampu memenuhi keinginan Tuhan pujaannya. Dengan suara yang sangat dalam, Rüpa menjawab, “Iya nak! Aku merasa sangat sedih karena sampai sekarang aku belum menemukan keberadaan Çré Govindadev”. Çré Rüpa Gosvämé Kemudian diam. Si anak kecil tadi mulai tersenyum pada Çré Rüpa dan berkata” Baba! Jangan khawatir. Dalam waktu yang dekat anda akan menemukan Çré Govinda. Saya akan membawa anda ke tempat dimana Çré Govinda sekarang berada”. Mendengar suara manis anak ini bagaikan amåta, Çré Rüpa Gosvämé merasa sangat bahagia, meskipun saat itu beliau tidak begitu pasti bahwa anak ini akan mengajak dan memperlihatkan arca Çré Govindadev kepadanya. Namun karena sudah tidak ada harapan lain lagi, Çré Rüpa mulai bertanya dimana Govindadev berada. Anak tersebut memberitahu bahwa ada sebuah tempat di dekat sungai Yamunä ini dimana setiap hari sapi-sapi akan datang kesana dan

Våndävana

101

Page 126: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

menyiramkan susu mereka dari putingnya. Jadi tempat itu adalah tempat di mana Çré Govindadev disembunyikan di dalam tanah karena takut arca akan di hancurkan oleh orang muslim saat itu.

Anak kecil tersebut mulai memandu Çré Rüpa ke tempat yang bernama “Go-mati”. Setelah sampai di tempat itu, anak kecil ini menunjukan satu tempat dimana tepatnya arca disembunyikan. Karena merasa sangat bahagia telah menemukan Çré Govindadev, Rüpa Gosvämé lupa akan dirinya selama beberapa saat. Kembali normal ke dalam kesadarannya, Çré Rüpa mencari-cari anak kecil tadi di sekitar tempat itu. Namun sayang sekali dia tidak menemukan anak itu lagi. Ketika Çré Rüpa mulai mengingat-ngingat bentuk anak ini, Rüpa Gosvämé mulai sadar akan dirinya sendiri bahwa anak itu tidak berbeda dengan bentuk Çré Vrajendra Nandana, Kåñëa. Mengingat hal ini, beliau langsung jatuh ke tanah tidak sadarkan diri selama beberapa saat. Setelah kembali ke dalam kesadaranya, Çré Rüpa hanya bisa memangil, “He Kåñëa! He govinda! Dan jatuh pingsan lagi. Hal ini terjadi berulang-ulang sehingga pada akhirnya, dengan sangat sulit, beliau mampu mengendalikan dirinya dari kebahagiaan rohani yang saat itu beliau rasakan. Setelah sadar seperti itu, beliau berusaha mengumpulkan penduduk setempat dan memberi tahu mereka bahwa Çré Govindadev berada di tempat tersebut. Dengan kata-katanya yang manis, Çré Rüpa Gosvämé berusaha untuk meyakinkan penduduk dan meminta mereka untuk menggali tempat itu. Saat itu Çré Rüpa Gosvämé dan Sanätana Gosvämé sudah sangat dikenal oleh para Vrajaväsé, karena itu mereka tidak tanggung-tanggung lagi dengan apapun yang mereka ucapkan. Dengan sangat semangat, mereka dengan hati-hati sekali menggali tempat itu sehingga akhirnya Çré Govindadeva ditemukan di dalam tanah. Beliau kemudian distanakan di tempat itu dan kemudian dibangunkan sebuah kuil yang megah. Çré Govinda Ki Jay...

10. Ranganätha Mandir

Tepat di depan Çré Rädhä Govinda Mandir, kita akan melihat sebuah kuil yang sangat megah yang kelihatan seperti bangunan kuil di daerah India selatan. Ini adalah kuil Çré Raìganätha. Ranganätha adalah bentuk Çré Visnu yang berbaring di atas Çré Ananta. Arca ini merupakan replika dari arca Çré Ranganätha yang ada di daerah Tamil Nadu yang dipuja oleh garis perguruan Çré Sampradäya. Kuil ini dibangun oleh seorang saudagar

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

102

Page 127: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Sheeti bersaudara atas perintah guru kerohaniannya. Kuil ini dibangun sekitar tahun 1851. Di dalam kuil ini seseorang juga dapat darsan pada arca Çré Kåñëa yang dipuja di salah satu altar di dalam area kuil. Selain itu bentuk Tuhan sebagai Çré Balaji juga dipüjä di sini.

11. Brahma Kunda

Brahma kunda terletak dibelakang kuil Raìganätha ji. Kunda ini terbentuk dari tangisan dewa Brahma yang telah menyadari kesalahanya setelah mencuri para gembala sapi. Ketika Dewa Brahma menyadari kesalahanya, beliau datang dan bersujud dengan menyentuhkan keempat kepala beliau di tanah Vraja di tempat ini. Kemudian karena rasa kebahaian dan pada waktu yang sama merasa bersalah, dewa Brahma menangis yang air mata dari tangisannya membentuk sebuah kunda (kolam). Çré Bilva Maìgala Thäkur, seorang penyembah yang sangat agung, selama berada di Vraja bhumi, bertempat tinggal disini. Menurut Çréla Prabhupäda, di dalam Çré Caitanya Caritämrta, beliau menguraikan bahwa selama berada di Våndävana, Çré Bilva Maìgala Thäkur menghabiskan waktunya di Brahma kunda selama tujuh ratus tahun. Untuk lebih jelas, lihat penjelasan Çréla Prabhupäda pada buku Çré Caitanya Caritamrta adi lila 1.57.

Gambar: Pintu gerbang Raìganätha Mandir.

Våndävana

103

Page 128: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Brahma vimohana lélä

Setelah terbunuhnya Aghäsura, raksasa yang mengambil bentuk ular besar, Parékñit Mahäräja bertanya kepada Çukadeva Gosvämé, kenapa lélä terbunuhnya raksasa Aghäsura mulai dibicarakan oleh penduduk Vraja setahun setelah kejadian. Untuk menjawab pertayaan Parékñit Mahäräja, Çukadeva Gosvämé pertama-tama mengagungkan kemulian kegiatan Çré Kåñëa. Kegiatan Çré Kåñëa selalu terasa baru dan lebih baru. Kegiatan Çré Kåñëa merupakan jéva dan raga bagi para paramahaàsa dan para penyembah murni lainnya yang telah menerima Tuhan Çré Kåñëa sebagai tujuan hidup mereka. Çukadeva Gosvämé memberikan contoh seperti halnya seorang materialistik yang terikat pada topik tentang wanita dan kehidupan seks, sama halnya para penyembah murni Tuhan mengembangkan keterikatanya seperti itu kepada lélä atau kegiatan rohani Çré Kåñëa.

Çukadeva melanjutkan cerita beliau sebagai berikut. Setelah menyelamatkan anak-anak gembala sapi dari mulut Aghäsura dan mengembalikan kehidupan mereka, Çré Kåñëa mengajak mereka ke tepi sungai Yamunä. Melihat keindahan tepi sungai Yamunä, khususnya pasirnya yang halus, Kåñëa mulai memuji tempat tersebut dan meyakinkan teman-temanNya bahwa tempat itu adalah tempat yang sangat cocok untuk bermain. Selain tempat yang indah yang terdiri dari pasir yang sangat halus, di sekitar daerah tersebut juga terdapat rumput hijau yang segar yang sangat bagus untuk anak-anak sapi yang sedang

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

104

Page 129: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

mereka gembalakan. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikmati kegiatan mereka di tempat itu dengan mengikat anak-anak sapi di dekat pohon. Çréla Viçvanätha Cakravarté Thäkur menjelaskan bahwa ketika anak-anak sapi diikat, kata “ärudhya çädvale” “diikat di dekat pohon dimana terdapat rumput-rumput yang hijau dan segar” hendaknya tidak diambil sebagai suatu pernyataan bahwa mereka diikat dengan tali di pohon. Kata diikat di sini sebenarnya berarti bahwa anak-anak sapi diikat dengan rumput-rumput hijau. Maksudnya adalah meskipun anak-anak sapi dibiarkan bebas, tidak diikat dengan tali di batang pohon, namun karena padang rumput yang segar itu, mereka tidak akan pergi jauh dari tempat itu, tapi hanya akan menikmati rumput hijau di sekitar tempat itu. Karena itulah, nanti akan diceritakan bahwa anak-anak gembala sapi mulai pergi menjauh dan akhirnya menghilang. Kalau mereka tadinya diikat dengan tali, maka mereka tidak akan bisa pergi jauh sedangkan akan tinggal di tempat. Ini adalah maksud dari kata ”diikat pada pohon dimana terdapat rumput hijau (ärudhya çädvale).

Karena waktu sudah agak telat, mereka memutuskan untuk makan siang di tempat ini. Berikut adalah kutipan dari Çrémad Bhagavaam skanda sepuluh mengenai kegiatan Kåñëa makan siang bersama anak-anak gembala sapi di mana para pembaca bisa bermeditasi pada kegiatan tersebut.

Våndävana

105

Page 130: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

kåñëasya viñvak puru-räji-maëòalairabhyänanäù phulla-dåço vrajärbhakäù

sahopaviñöä vipine virejuçchadä yathämbhoruha-karëikäyäù

kecit puñpair dalaiù kecitpallavair aìkuraiù phalaiù

çigbhis tvagbhir dåñadbhiç cabubhujuù kåta-bhäjanäùsarve mitho darçayantaù

sva-sva-bhojya-rucià påthakhasanto häsayantaç cä-

bhyavajahruù saheçvaräù

bibhrad veëuà jaöhara-paöayoù çåìga-vetre ca kakñeväme päëau masåëa-kavalaà tat-phaläny aìguléñu

tiñöhan madhye sva-parisuhådo häsayan narmabhiù svaiùsvarge loke miñati bubhuje yajïa-bhug bäla-keliù

1. Seperti pusar bunga padma yang dikelilingi oleh kelopak bunga dan daun, Kåñëa duduk di tengah-tengah yang dikelilingi oleh teman-temanNya yang kelihatan sangat indah. Setiap temanNya berusaha melihat Kåñëa kedepan dan berpikir bahwa Kåñëa akan menatap mereka juga. Demikian, mereka menikmati makan siang di hutan.

2. Dari semua anak gembala sapi, beberapa diantara mereka menaruh makanannya di atas bunga yang digunakan sebagai alas, beberapa memakai daun, buah dan ada juga yang memakai beberapa dedaunan yang digabung, beberapa makan pada bungkusannya masing-masing, beberapa menaruh pada kulit pohon, dan ada beberapa menaruh di atas batu.

3. Semua anak gembala sapi menikmati makan siang mereka bersama Kåñëa, satu dengan yang lainnya saling memperlihatkan berbagi rasa dari berbagai jenis makanan yang mereka bawa dari rumah. Sambil bersenda gurau, mereka saling mencicipi makanan dari makanan anak yang satu dengan yang lain .

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

106

Page 131: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

4. Kåñëa dikenal dengan nama Yajïa-Bhuk yaitu Dia yang hanya makan persembahan yajïa. Tetapi untuk memperlihatkan kegiatan kekanak-kanakannya, saat ini Kåñëa duduk dengan seruling dan ikatan kain pada pingang sebelah kananNya dan terompet tanduk dan tongkat pengendali sapi di sebelah kiri. Di tanganNya, Kåñëa memegang jenis makanan yang terbuat dari susu asam dan nasi, dengan selai buah diantara jari-jari tanganNya, Beliau duduk bagaikan pusar bunga padma, menatap semua teman-temanNya, secara pribadi bergurau dengan mereka yang menyebabkan ketawa yang semarak diantara mereka. Pada saat itu, para penduduk planet surga sedang menyaksikan ini, kagum bagaimana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang hanya makan dalam yajïa namun sekarang makan bersama teman-temanNya di tengah hutan,

Çréla Visvanätha Cakravarté Thäkura menguraikan di dalam komentar beliau bahwa ketika Kåñëa menikmati makanan dan duduk di tengah-tengah kelompok anak-anak gembala sapi, untuk memenuhi keinginan setiap anak gembala sapi, beliau menatap masing-masing gembala sapi pada saat yang sama. Dengan menggunakan sarva-saìkalapata-sakti Beliau (tenaga dari semua keinginan), Beliau membuat bagian badan Beliau kelihatan di seluruh penjuru. Dengan demikian setiap gembala sapi berpikir, “oh saya duduk tepat di depan Kåñëa dan Kåñëa hanya menatap saya sedangkan teman-temanku yang lain duduk dibelakang atau disamping Kåñëa.” ini membuktikan pernyataan Kåñëa di dalam Bhagavad Gétä

sarvataù päëi-pädaà tatsarvato ‘kñi-çiro-mukham

sarvataù çrutimal lokesarvam ävåtya tiñöhati

“Dimana-mana adalah tangan-tangan, kaki, mata, kepala dan muka-mukanyaNya. Dia memiliki telinga dimana-mana. Seperti ini, roh yang utama berada, meliputi segala sesuatu. ( Bg.13.14 ).

Jadi bukan merupakan suatu hal yang mustahil bagi Kåñëa untuk memperlihatkan setiap bagian dari badanNya di berbagai penjuru. Ketika mereka menikmati makanan, setiap gembala sapi berusaha membuat lelucon untuk membuat yang lainnya tertawa. Kadang salah seorang dari

Våndävana

107

Page 132: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

anak itu tanpa di lihat oleh temannya yang lain memasukkan beberapa bunga melati kedalam samosa dan memberikan samosa tersebut kepada temannya. Ketika temannya itu memakan samosa tersebut dan mulai memperlihatkan muka yang sedang memakan-makanan yang pahit, saat itu semua teman lainnya mulai tertawa dan kemudian yang memakan itu pun mulai tertawa. Dengan demikian mereka semua memuaskan Kåñëa dengan gurauan mereka.

Tiba-tiba setelah beberapa waktu anak gembala sapi tersebut memperhatikan bahwa anak-anak sapi yang mereka gembalakan tidak kelihatan di tempat dimana mereka meningalkan mereka. Melihat teman-temanNya yang mulai merasa cemas, Kåñëa meyakinkan mereka agar tidak perlu khawatir. Kåñëa meminta mereka untuk melanjutkan makan siang mereka tanpa rasa cemas dan Kåñëa sendiri yang akan mancari anak-anak sapi dan membawa anak-anak sapi tersebut balik ke tempat semula. Sambil memegang nasi susu asam pada tanganNya, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa berangkat dan mulai mencari anak-anak sapi yang hilang tersebut. Kåñëa mulai mencari anak-anak sapi tersebut di berbagai tempat di hutan, di beberapa gua, di pegunungan, tetapi tidak menemukan mereka.

Pada saat ketidakhadiran Kåñëa, dengan keinginan untuk melihat kekuatannya dan kekuatan Kåñëa, dewa Brahma menyembunyikan anak-anak sapi dan kemudian para gembala sapi juga. Kåñëa yang telah berusaha mencari anak-anak gembala sapi di berbagai tempat namun tidak menemukan mereka, akhirnya memutuskan untuk balik ke tepi sungai Yamunä untuk menemui teman-teman-Nya. Tetapi ketika Kåñëa sampai di tepi Yamunä, Beliau juga menemukan anak-anak gembala sapi sudah tidak ada lagi di tempat tadi. Dengan demikian, Kåñëa mulai mencari cari anak-anak gembala sapi dan juga para anak sapi yang kelihatanya beliau tidak mengerti apa yang terjadi. Setelah mencari-cari teman-teman dan sapi-sapi, namun Kåñëa tidak menemukan mereka. Sebagai roh yang utama yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup termasuk di dalam hati Dewa Brahma, Kåñëa dapat mengerti apa yang terjadi. Untuk memuaskan Brahma dan ibu-ibu para gembala sapi dan sapi-sapi, Kåñëa mengekspansikan diri Beliau menjadi anak-anak gembala sapi dan juga sebagai anak-anak sapi. Kåñëa mengambil bentuk yang persis sama baik dalam jumlah, bentuk badan maupun sifat dan karakter dari masing-masing anak gembala sapi dan anak-anak sapi. Kåñëa yang mengambil

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

108

Page 133: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

bentuk seperti itu memasuki desa Våndävana kemudian masuk ke rumah dari masing-masing anak gembala sapi dan juga masing-masing kandang sapi sebagai anak-anak sapi.

Ketika Kåñëa memasuki rumah masing-masing di dalam bentuk anak gembala sapi, ibu-ibu anak gembala sapi mulai menyayangi anaknya yang baru datang dari mengembalakan sapi. Tetapi saat ini rasa sayang para gopé kepada anaknya menjadi sangat dalam bahkan sama dengan kasih sayang mereka kepada Kåñëa yang tidak seperti biasanya. Begitu juga para sapi yang melihat anak-anak mereka memasuki kandang, air susu mengalir dari kantung susu mereka karena rasa sayang yang mereka rasakan kepada anak-anak mereka seperti kasih sayang yang mereka miliki terhadap Kåñëa. Peristiwa ini berlangsung di Vraja selama satu tahun.

Suatu hari Çré Balaräma merasakan ada sesuatu yang sangat spesial sedang terjadi. Beliau merasakan rasa kasih sayang semua penduduk Vraja terhadap anak-anak gembala sapi dan anak-anak sapi sama dengan kasih sayang mereka kepada Kåñëa. Balaräma sendiri juga merasakan dirinya mengalami hal yang sama. Ketika Kåñëa membunuh raksasa Aghäsura, Çré Balaräma saat itu tidak hadir karena hari itu adalah hari lahir Beliau. Ini merupakan suatu tradisi bahwa di hari kelahiran, seseorang tidak boleh pergi jauh dari rumah melainkan harus tinggal di rumah untuk membagi-bagikan hadiah kepada orang suci seperti brahmana dan para vaiñëava. Karena hari itu adalah hari kelahiran Çré Balaräma, maka beliau tidak diijinkan keluar oleh ibu Rohini. Namun hanya disuruh tinggal dirumah untuk membagikan hadiah kepada para brahmana setempat. Suatu hari, sekitar satu mingu sebelum setahun terbunuhnya Aghäsura berlalu, Kåñëa bersama Balaräma mulai memasuki hutan untuk mengembalakan sapi. ketika mereka melewati bukit Govardhana, induk-induk sapi yang saat itu sedang menikmati rumput segar di atas bukit Govardhan melihat anak-anaknya. Karena rasa kasih sayang yang sangat dalam, mereka tiba-tiba lupa akan diri mereka dan lari dari atas bukit untuk meyusui anak-anak mereka yang saat itu ada di lembah bukit Govardhan. Sebenarnya, sapi-sapi itu sudah memiliki anak baru lagi setelah sapi-sapi yang digembalakan oleh anak-anak gembala sapi, tetapi anak-anak sapi ini mempunyai suatu hal yang khusus yang menyebabkan ibu-ibu mereka penuh dengan rasa kasih sayang. Meskipun para gembala sapi berusaha menghentikan mereka, tetapi para sapi tidak menghiraukannya sehingga

Våndävana

109

Page 134: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

para gembala sapi meninggalkan usaha mereka. Saat itu, para pengembala sapi yang merasa frustasi karena tidak mampu mengontrol sapi-sapi tersebut melihat anak-anak mereka yang sedang mengembalakan anak-anak sapi. Karena rasa kasih sayang yang sangat dalam kepada mereka, para gembala sapi ini juga lupa akan diri mereka yang saat itu sedang mengembalakan sapi dan mulai memeluk anak mereka masing-masing dengan penuh rasa cinta seorang ayah. Saat Balaräma melihat kejadian ini, Beliau mulai mencurigai situasi ini dan bertanya kepada Kåñëa tentang apa yang sebenarnya sedang berlangsung. Kåñëa mulai menguraikan semua kejadian dan akhirnya memperlihatkan diri Beliau yang sejati di dalam bentuk anak-anak gembala sapi dan anak anak sapi.

Setelah beberapa saat bagi Dewa Brahma, yang sebenarnya sudah setahun berlalu di bumi ini, Dewa Brahma kembali lagi untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dewa Brahma melihat Kåñëa seperti biasa yang bermain bersama teman-temanNya. Dewa Brahma mulai kebingungan karena beliau berikir bahwa beliau telah menculik anak-anak sapi termasuk anak-anak gembala sapi. Namun saat ini, jumlah, bentuk badan, dan karakter yang sama dia lihat bermain bersama Kåñëa. Dewa brahma mengecek anak-anak gembala sapi yang beliau sembunyikan ternyata mereka masih ada di sana. Kemudian beliau juga melihat terdapat anak-anak yang sama bermain bersama Kåñëa. Dewa Brahma mulai kebingunan akan dua set anak-anak gembala sapi tersebut. Deva Brahma mulai berpikir, “Siapakah mereka? Dari manakah mereka?” Dewa Brahma mulai berpikir cukup lama dan berusaha menentukan yang mana yang asli dan yang mana yang merupakan ilusi,

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

110

Page 135: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

namun tetap beliau tidak mampu mengerti apa yang sedang berlangsung. Dewa Brahma yang tadinya ingin mempermainkan Kåñëa, saat ini dipermainkan oleh ulahnya sendiri di bawah kendali Çré Kåñëa. Pada saat dewa Brahma menatap anak-anak sapi dan anak-anak gembala sapi yang sedang bermain bersama Kåñëa, tiba-tiba badan mereka berubah wujud menjadi berwarna hitam kebiru-biruan dan memakai pakaian sutra berwarna kuning. Semua kepribadian tersebut berlengan empat yang masing-masing tangannya memegang saìka, cakra, gadä dan padma. Bentuk badan dan pakaian serta perhiasan mereka sama dengan ciri-ciri Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Visnu. Akhirnya, melihat semua ini, Dewa Brahma menjadi kagum dan terharu. Dewa brahma mulai gelisah karena merasa bersalah sudah berani mempermainkan Tuhan pujaannya. Beliau turun dari kendaraan angsanya kemudian menghaturkan sembah sujud dandavat dengan menyentuhkan keempat kepalanya di bawah kaki padma Çré Kåñëa. Beliau bersujud berulang kali sambil menangis dan menyesali tingkah laku yang baru beliau lakukan. Akhirnya beliau mulai menghaturkan doa pujian kepada Çré Kåñëa. Doa ini diuraikan dengan detail di dalam Çrémad Bhägavatam skanda sepuluh bab empat belas. Untuk lebih jelas, silahkan lihat Çrémad Bhägavatam ulasan Çréla Bhaktivedanta Svami Prabhupäda di dalam bab tersebut.Çré Vrajendra nandana Kåñëa Ki jay

éçvaraù paramaù kåñëaùsac-cid-änanda-vigrahaù

anädir ädir govindaùsarva-käraëa-käraëam

12. Gopéçvara MahädevaÇré Gopesvar Mahadev Mandir terletak sangat dekat dengan Çré Çré Rädhä Govinda mandir. Ketika kita keluar Çré Govindadev mandir, kita akan melihat satu bangunan yang sangat megah di seberang jalan. Ini adalah kuil Çré Visnu dari Çré Sampradäya (Çré Raìganätha mandir). kalau kita mengambil jalan kecil di depan kuil ini dan menuju ke belakang kuil Çré Raìganätha, maka kita akan ketemu kuil Lala Babu, kuil yang sangat terkenal di daerah Våndävana. Di sini kalau kita berjalan lurus sekitar 200 meter maka kita akan sampai di sebuah kuil yang sederhana di sebelah

Våndävana

111

Page 136: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

kanan jalan. Kita bisa melihat Çiva linga di luar kuil ini. Ini adalah kuil Çré Gopéçvara Mahädeva. Semua penduduk Våndävana tahu kuil Gopeçvara Mahädeva. Kalau kita masuk ke dalam kuil ini, kita bisa darsan pada sebuah linga Çiva. Çiva lingam ini adalah Sri Gopeçvara Mahädeva yang merupakan salah satu dari empat lingam yang di stanakan oleh Çré Vajranäbha.

Gambar: Gopeçvara Mahädeva di Gopeçvara Mandir

Kalau kita darsan sebelum jam lima sore, kita masih bisa darsan pada Çiva lingam yang utuh tanpa dihias dan bahkan kadang kadang bisa langsung memandikan Çiva lingam tersebut. Setelah jam enam sore, Çiva lingam ini akan dihias seperti seorang gopé dengan pakain sari dan rambut panjang. Ini adalah keunikan dari Çré Gopéçvara Mahädeva yang tidak kita temui pada Çiva lingam lainnya di tempat lain. Dijelaskan bahwa dewa Çiva berkeinginan untuk ikut serta di dalam tarian rasa. Namun karena badan beliau merupakan seorang laki-laki, beliau tidak diijinkan untuk ikut dalam tarian rasa Çré Kåñëa. Karena itu beliau datang ke Våndävana bersama çaktinya, Parvati Devi. Namun, ketika Kåñëa melakukan tarian rasaNya, Beliau menutupi daerah tarian rasa itu dengan tenaga Yogamäyä Beliau sehingga tarian ini tidak terlihat oleh mata orang yang masih

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

112

Page 137: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

mempunyai rasa “purusha abhimana” yaitu sikap laki-laki yang merasa sebagai penikmat. Hanya wanita yang diijinkan masuk ke arena tarian rasa. Dewa Çiva berusaha masuk arena tarian rasa namun keempat pintu gerbang dari empat penjuru untuk masuk ke arena tarian rasa di jaga ketat oleh Yogamäyä, karena itu Deva Çiva tidak mampu berbuat apa-apa. Dewa Çiva bertanya apa yang mestinya dia harus lakukan untuk bisa masuk ke dalam tarian rasa. Deva Çiva dianjurkan agar meminta Yamunä untuk merubah dirinya ke dalam bentuk seorang perempuan. Yamunä dengan sangat senang memberikan beliau perhiasan dan sari kemudian dewa Çiva kembali dengan berpakaian seorang gopé yang sangat menawan. Karena beliau kelihatan sangat cantik dan menawan, Çré Kåñëa memangil beliau dengan nama ‘Gopéçvara”. Çrématé Rädhäräëé juga puas dengan dewa Çiva, namun beliau mengetahui identitas dewa Çiva dan kemudian beliau hanya diberikan tempat sebagai penjaga pintu masuk arena tarian rasa. Karena itulah, di Våndävana, hanya atas karunia Çré Gopéçvara Mahadev seseorang akan mampu mengerti dan memahami dan bahkan melihat tarian rasa Çré Kåñëa dan kemudian dibebaskan dari penyakit “purusa abhiman” yaitu kecendrungan untuk menikmati. Marilah kita memanjatkan doa pujian kita kepada Çré Gopéçvara Mahadev, semoga beliau bersedia berkarunia kepada kita sehingga suatu hari kita mampu mengerti kegiatan Kåñëa yang sangat rahasia ini yaitu rasa lila.

çrémad-gopéçvaraà vande çaìkaraà karuëämayamsarva-kleça-haraà devaà våndäraëya-rati-pradam

“Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada Çré Gopéçvara, yang merupakan deva çiva sendiri yang sangat berkarunia. Beliau menghilangkan segala ganguan dan menganugrahkan cinta bhakti rohani di Vrndvan.”(bhakti Ratnakar)Jay Çré Gopésvar Mahadeva..

13. Çré Çré Rädhä Gopénätha Mandir

gopénätha ghucäo soàsära-jwäläabidyä-jätanä ära nähi sahe

janama-maraëa-mälä

“Oh Gopénätha, mohon lenyapkanlah bara api kehidupan material ini. Hamba tidak tahan dengan siksaan kebodohan dan beratnya untaian dari kelahiran dan kematian”. ( di kutip dari “kalyana kalpataru” bab 3)

Våndävana

113

Page 138: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çré Çré Rädhä Gopénätha dulunya diinstalasi oleh Vajranäbha dan kemudian di temukan kembali oleh Paramänanda Bhaööäcärya di Vaàçé-vaöa. Paramänanda Bhaööäcärya merupakan seorang penyembah yang sangat agung yang berasal dari cabang kelompok Gadädhara. Çré Rüpa dan Çré Sanätana Gosvämé juga pernah belajar pengetahuan pengabdian suci di bawah beliau. Karena rasa kasih sayang yang sangat khusus terhadap Çré Madhu Pandit, beliau memberikan arca Gopénätha kepada Çré Madhu Pandit.

Satu hal yang sangat khusus di kuil ini adalah arca Çré Anaìga maïjaré yang berdiri di sebelah kiri Gopénätha yang biasanya itu merupakan posisi Çrématé Rädhäräëé. Çré Anaìga maïjaré merupakan adik Çrématé Rädhäräëé. Karena rasa sayang kepada adiknya, beliau memberikan kesempatan kepada Anaìga maïjaré untuk berada dekat dengan Kåñëa bahkan menggantikan posisi beliau.

Pada awalnya, Çré Jahnavé devé berkeinginan untuk menyethanakan arca Çrématé Rädhäräëé di altar di samping Çré Gopénätha. Karena itu, beliau meminta seorang murid beliau untuk memahat arca Çrématé

Gambar : bangunan kuil Çré Rädhä Gopénätha yang telah dihancurkan oleh pasukan muslim

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

114

Page 139: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Rädhäräëé. Setelah arca selesai, para vaiñëava yang saat itu berada di Våndävana menyetanakan arca Çrématé Rädhäräëé di sebelah kiri Çré Gopénätha, namun setelah beberapa lama, arca ini tidak kelihatan seperti Rädhäräëé namun persis seperti Jahnavä Devé. Karena Çré Jahnavä Devé tidak berbeda dengan Çrématé Anaìga maïjaré sebab beliau adalah penjelmaan dari Çré Anaëga Maïjaré didalam Caitanya lélä, yang juga merupakan expansi dari Çré Balaräma. karena itu ditetapkan bahwa arca ini bukan Çrématé Rädhäräëé namun Çré Anaìga maïjaré. Kemudian mereka menyethanakan arca Çrématé Rädhäräëé sekali lagi di sebelah

Gambar: altar ( dari kiri) Lalitä, Çré Rädhikä, Çré Kåñëa, Anaìga Manjari dan Viçäkhä

Gambar: Çré Gopénätha Ji

Våndävana

115

Page 140: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

kanan Kåñëa. Anaìga maïjaré adalah adik Çrématé Rädhärané. Karena rasa cinta kasih terhadap adiknya yang sangat dalam, Çré Rädhä kadang kadang sengaja memberikan posisi beliau yang sangat dekat dengan Çré Kåñëa kepada Anaìga maïjaré.

Karena takut dengan pemerintahan raja muslim, Çré Rädhä Gopénätha dan Çré Anaìga Maïjaré dipindahkan ke Jayapur. Sampai saat ini, arca yang asli ini masih di püjä di Jayapur. Di Våndavan, kita masih dapat darsan pada replika arca tersebut. Ada dua kuil di sini. Yang pertama adalah kuil tua yang di bangun untuk Çré Rädhä Gopénätha pada jaman Çré Madhu Pandit, ratusan tahun yang lalu. Bangunan ini dianggap sudah tercemar karena sentuhan yang telah menghancurkan kuil yang dilakukan oleh orang muslim sehingga tidak layak lagi untuk menjadi tempat pemujaan. Karena itu dibangun bangunan kedua di mana Çré-Çré Rädhä Gopénätha dipuja saat ini. Kuil yang baru ini terletak di samping kuil lama tersebut.

Sambil darsan kepada Çré Çré Rädhä Gopénätha, marilah kita memanjatkan pranama kepada beliau;

çrémän räsa-rasärambhévaàçévaöa-taöa-sthitaù

karñan veëu-svanair gopérgopé-näthaù çriye ’stu naù

“Çré Çréla Gopénätha yang merupakan sumber dari rasa rohani tarian rasa, berdiri di tepi Vamçivata dan menarik perhatian para gadis gembala sapi dengan suara serulingnya yang indah. Semoga mereka semua memberikan berkat mereka kepada kita”.

Samädhi Çré Madhupandit berada di daerah kuil ini. Tepatnya di depan kuil Rädhä Gopénätha, sebelum memasuki halaman kuil utama, setelah gopura pertama belok ke kanan sekitar 10 meter. Disana kita akan melihat sebuah bangunan samadhi mandir. Itu adalah samadhi Çré Madhupandita. Kalau kita tanyakan kepada Püjäri, mereka akan menuntun kita untuk datang ke Samädhi ini.Jay Çré Rädhä Gopénätha ki jay

14. Çré Çré Rädhä Ramana Mandir

Kuil Çré Rädhä Ramana terletak di belakang Çré Rädhä Gopénätha Mandir. Keluar dari Rädhä Gopénätha Mandir, belok kanan dan ikuti gang kecil

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

116

Page 141: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

maka kita akan sampai di sebuah pertiagaan gang. Tepat di depan pertigaan ini adalah Çré Çré Rädhä Ramana Mandir.

Çré Rädhä Raman Mandir distanakan oleh Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé pada jaman enam Gosvämé di Våndävana sekitar tahun 1542 M. Çré Rädhä Raman ji adalah salah satu dari beberapa arca asli yang dipuja oleh para Gosvämé dan merupakan satu-satunya arca asli dari keenam Gosvämé yang sampai saat ini masih berada di Våndävana. Arca Çré Rädhä Raman merupakan Svayambhü mürti yang mucul dari Çré Damodar sila, salah satu dari 12 sila yang dipuja oleh Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé. Kemunculan Çré Rädhä Raman Ji diperingati setiap tahun sekali dengan abhiseka menggunakan seratus liter susu sapi dan bahan-bahan lain yang dianggap menguntungkan seperti panca gavya, panca-amrta dan lain lain.

Arca Çré Rädhä Ramana memperlihatkan bentuk sempurna tribhaìga Kåñëa. Bagian bawah dari Arca ini mengambarkan bentuk Çré Madana Mohana, bagian badan dari pingang ke bahu melukiskan Çré Govinda JI dan bagian atas yaitu bagian muka padma Beliau melukiskan bentuk Gopénätha. Seperti yang kita uraikan sebelumnya, masing-masing dari tiga arca yang dipahat oleh Vajranäbha masing-masing melukiskan bagian dari badan Kåñëa ini. Namun Çré Rädhä

Gambar: Pintu gerbang Çré Rädhä Ramana mandir

Gamabar: Arca Çré Radha-Ramana Ji.

Våndävana

117

Page 142: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Ramana melukiskan ketiga bagian ini di dalam satu arca. Dibandingkan dengan arca lainnya, Rädhä Raman termasuk arca yang cukup kecil.

Standar pemujaan di kuil ini sangat tingi. Bisa dikatakan kuil ini mempunyai standar pemujaan yang paling tingi di daerah Våndävana. Di dalam altar, Kaupina (pakaian dalam) dan asana Çré Caitanya Mahäprabhu yang beliau pakai secara pribadi dan kemudian dikirim sebagai hadiah untuk Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé masih di simpan dan dipuja di kuil ini. Benda sakral ini akan diperlihatkan kepada publik hanya beberapa kali setahun. Asana tersebut terbuat dari kayu sekitar 10cm x 12cm.

Samadhi mandir Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé juga terletak di daerah kuil ini yaitu di sebelah kiri ketika kita memasuki arena kuil. Ada sebelas çälagräma sila Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé dan satu Govardhan sila (dvadasa sila) yang di püjä di dalam samädhi mandir Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé. Hal yang sangat spesial juga di kuil ini adalah mereka tidak pernah menggunakan alat-alat modern untuk menyalakan api untuk memasak di dapur termasuk korek api, karena api dapur di kuil ini tidak pernah berhenti menyala sejak empat ratusan tahun silam, semenjak arca disthanakan di tempat ini.

Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé dengan Çré Rädhä Ramana Ji

Atas perintah Çré Caitanya Mahäprabhu, Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé berkunjung ke sungai Gandaki di Nepal. Perjalanan waktu itu tidaklah perjalanan yang mudah karena perjalanan tidak dilakukan seperti sekarang ini yaitu dengan bus atau kereta namun harus berjalan kaki.

Gambar 1. Samadhi mandir Çré Gopäl Bhaööa

Gambar 2: Samadhi Çré Gopäl Bhaööa

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

118

Page 143: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Meskipun seperti itu, Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé tidak merasa gentar sama sekali untuk melakukan perjalanan seperti itu. Ketika beliau mandi di sungai Gandaki, beliau menemukan 12 belas çälagräma çilä. Penuh dengan rasa kebahagiaan rohani, beliau kembali ke Vraja Bhumi bersama dengan dua belas çälagräma çilä tersebut. Setelah sampai di våndavana dan memuja çälagräma çilä beberapa saat, beliau merasakan dirinya tidak mempunyai kualifikasi untuk memuja Kåñëa dalam bentuk çälagräma çilä, karena itu beliau memutuskan untuk kembali ke Sungai Gandaki untuk menaruh Çälagräma çilä tersebut. Setelah memutuskan ini dengan bulat, beliau kembali melakukan perjalanan ke sungai Gandaki. Setelah sampai di sungai Gandaki, Çréla Gopäla Bhaööa menaruh kedua belas çälagräma çila tersebut di sungai. Saat itu, suatu keajaiban terjadi pada diri Gopäla Bhaööa Gosvämé . Kedua belas çälagräma çilä itu meloncat kembali ke tangan Çré Gopäla Bhaööa. Sekali lagi beliau menaruh çälagräma tersebut dan hal yang sama terjadi lagi. Kejadian ini terjadi berulang-ulang selama tiga kali sehingga akhirnya Çré Gopäla Bhaööa mengerti bahwa ini merupakan pertanda yang diberikan oleh Çré Kåñëa bahwa mereka ingin kembali lagi ke Våndavan dan beliau harus memuja mereka. Beliau memuja keduabelas çälagräma çilä tersebut setiap hari dan kemudian membungkus Mereka di dalam sebuah kain dan mengalungkannya pada leher beliau.

Sekitar tahun 1542 yang merupakan delapan tahun setelah Çré Caitanya Mahäprabhu meninggalkan planet bumi ini, Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé merasa dan berkeinginan untuk memuja arca vigraha seperti Çré Sanätana dan Çré Rüpa. Suatu hari ada seorang saudagar kaya datang ke Våndävana dan memberikan hadiah berupa pakaian dan perhiasan arca kepada para Gosvämé di Våndävana. Karena Çré Rüpa dan Çré Sanätana mempunyai arca yang mereka puja, maka mereka mempersembahkan pakaian itu kepada arca mereka masing-masing. Tetapi Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé hanya memuja çälagräma çilä yang tidak bisa dipakaikan pakaian tersebut. Beliau hanya merasa bersedih dan meletakan pakaian arca tersebut dekat dengan çälagräma çilä yang beliau puja. Semakin hari keinginan Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé untuk memuja arca semakin kuat. Karena itu beliau sering berdoa kepada Kåñëa untuk berkenan memunculkan wujudNya.

Suatu hari di bulan Vaisakha (April/Mei) tepatnya di malam Nåsiàha caturdaçé, keinginan Çré Gopäla Bhaööa untuk memuja arca mencapai

Våndävana

119

Page 144: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

puncak yang tidak mampu beliau kendalikan. Malam itu beliau menangis sepanjang malam di depan Çré Dämodara çilä (salah satu dari dua belas sila) dan berdoa kepada Çré Dämodara agar berkenan hadir dalam bentuk arca. Beliau berdoa: “kalau di hari yang sama ini Kåñëa telah muncul dari dalam pilar batu di dalam bentuk Çré Nåsiàhadeva, kenapa Kåñëa tidak mampu muncul dari Çälagräma çilä ini dalam bentuk arca?”. Sambil berdoa seperti ini, beliau hanya bisa menangis di depan çälagräma çilä berjam-jam sehingga pada waktu mempersilahkan çälagräma çilä untuk istirahat, beliau meningalkan ruangan pujanya. Besok paginya, ketika Gopäla Bhaööa sampai di tempat beliau untuk memuja Çälagräma çilanya, beliau menemukan hanya sebelas çilä yang masih di tempat semula, sedangkan Çré Dämodara çilä tidak lagi dalam bentuk çälagräma çilä melainkan sudah dalam bentuk arca yang menunjukan bentuk tribhaìga Kåñëa yang sangat tampan dan mempesona. Dalam keadaan seperti ini, Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé menjadi sangat bahagia. Karena kebahagian rohani yang sangat dalam, air mata mengalir dari mata beliau senantiasa dan semua ciri-ciri kebahagian rohani terlihat di dalam badannya. Beliau mulai menjatuhkan badannya ke tanah dan mempersembahkan sujud dandavat kepada arca dan mulai mempersembahkan doa-doa pujian kepada Çré Kåñëa dengan penuh rasa kebahagian rohani. Kemudian dengan sangat kesulitan beliau harus mengendalikan diri dari kebahagian yang beliau rasakan untuk menginformasikan kejadian ini kepada para vaiñëava yang ada di Våndävana saat itu. Dipimpin oleh Çré Rüpa dan Sanätana, para Vaiñëava di Våndävana saat itu mengadakan festival besar dengan kirtan bersama menyambut kemunculan Çré Rädhä Raman Ji.

Semua Vaiñëava menari dan menyanyi dalam kebahagian rohani di bawah pimpinan senopati Çré Caitanya yang agung, Çré Rüpa dan Sanätana. Festival ini masih dirayakan oleh para vaiñëava di Våndävana sampai saat ini. Setiap tahun sekali, tepatnya di hari kemunculanNya, arca Çré Rädhä Ramana di abhiseka dengan seratus liter susu dan berbagai jenis bahan lainnya yang menguntungkan. Di hari itu, ratusan penyembah dari berbagai daerah datang ke Rädhä Ramana mandir memenuhi halaman kuil untuk darsan pada arca.

Sambil menikmati ketampanan arca dan suasana di Vraja Bumi, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Çré Hari yang telah berkenan untuk memberikan kita darsan di tempat favorit Beliau, Çré Vrndvana Dhäma dengan menyanyikan lagu berikut:

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

120

Page 145: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Govinda Jaya Jaya, Gopäla Jaya Jaya,Rädhä Ramana Hari, Govinda Jaya Jaya’’, Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare HareHare Rama, Hare Rama, Rama, Rama, Hare Hare.’’ Çré Rädhä-ramana Ji Ki jay.

15. Çré Çré Rädhä Gokulänanda

Gambar: Arca yang dipuja di Çré-Çré Rädhä Gokulänanda Çré Rädhä Gokulänanda Mandir sangat berdekatan dengan Çré Rädhä Ramana. Keluar dari Rädhä Ramana Mandir, kemudian di depan Simha Dvara (pintu masuk) kuil belok ke kanan. Setelah sekitar 200 m kita akan sampai di Çré Çré Rädhä Gokulänanda mandir yang terletak di sebelah kanan jalan.

Çré Rädhä Gokulänanda adalah salah satu dari ketujuh kuil utama di Våndävana. Kuil ini di dirikan di bawah bimbingan Çréla Lokanätha Gosvämé yang saat itu melakukan bhajana di daerah ini. Di kuil ini ada beberapa arca peningalan para äcärya Gaudia Vaiñëava yang masih di püjä di sini. Arca-arca tersebut adalah sebagai berikut;

Våndävana

121

Page 146: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

1) Çré Mahäprabhu yang di püjä oleh Çré Narotama das Thäkur.

2) Çré Rädhä Vinoda yang dipüjä oleh Çré Lokanätha Gosvämé.

Çré Rädhä Vinod adalah arca yang diberikan oleh Çré Kåñëa secara pribadi kepada Çré Lokanätha Gosvämé. Ketika Çré Lokanäth Gosvämé berada di Kisori kunda, beliau berkeinginan utuk memuja arca Kåñëa. Çré Caitanya Mahäprabhu mengerti keinginan Çré Lokanätha sehingga kemudian Beliau mengunjungi Lokanätha dalam bentuk seorang brahmana. Di dalam bentuk brahmana samaran ini, Çré Caitanya memberikan sebuah bingkisan kepada Lokanätha. Setelah memberikan bingkisan kepada Lokanätha Çré Caitanya kemudian menghilang ditempat. Çré Lokanätha tidak mengerti siapa sebenarnya yang telah memberikan arca Kåñëa ini kepada beliau. Melihat Lokanätha Gosvämé kebingungan seperti itu, arca yang di dalam bingkisan tersebut langsung tersenyum dan tiba-tiba bersabda kepada Çré Lokanätha, ”Namaku adalah Vinoda dan Aku tinggal di sebuah hutan dekat dengan Kisori Kunda di desa Umrau. Aku mengerti bahwa kamu tidak merasa puas dan berkeinginan untuk memuja arca-Ku, karena itu aku datang sendiri kesini tanpa bantuan orang lain. Karena itu, mulai sekarang kamu harus memujaKu”.

Mendengar pernyataan ini, Çré Lokanätha Gosvämé penuh dengan rasa kebahagian rohani, tergesa-gesa memasak untuk Kåñëa kemudian mempersembahkan makanan itu kepada Çré Rädhä Vinod. Setelah pemujaan selesai, Lokanätha mempersilahkan arca istirahat sambil mengipasi Beliau. Arca tersebut dipuja di tempat ini namun karena serangan raja muslim, Rädhä Vinoda dipindahkan ke Jayapur dan sekarang dipuja disana.

3) Çré Rädhä Vijaya Govinda yang dipuja oleh Çré Baladeva Vidyä-

bhüñaëa.

Çré Baladeva Vidyä-bhüñaëa adalah murid Çré Viçvanätha Cakravarté Thäkur yang dikirim ke Jayapur untuk mendiskusikan posisi Gaudia Vaiñëava Sampradäya yang sedang dikecam oleh Çré Sampradäya. Sekitar tahun 1706 M, para Gosvämé kasta mulai menetapkan sampradäya mereka berdasarkan parampara keluarga dengan gelar Gosvämé dibelakang namanya. Mereka juga mulai menolak äcärya Madhva. Pada saat itu, di Çré Çré Rädhä Govinda mandir yang

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

122

Page 147: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

berlokasi di Gulta-Grama, di luar kota Jayapur, ada seorang äcärya dari Çré Sampradäya memprotes bahwa Gaudia Vaiñëava tidak merupakan sampradäya yang sah. Saat itu, untuk diakui sebagai sampradäya yang sah, maka salah seorang dari äcärya sampradäya tersebut harus memberikan penjelasan terhadap Vedänta sutra. Saat itu, karena para Gaudia Vaiñëava äcärya menerima Çrémad Bhägavatam sebagai komentar natural dari otoritas yang sama yang menulis Vedanta sutra yaitu Çréla Vyäsadeva, maka tidak seorangpun sampai saat itu dari Gaudia Vaisnava sampradäya menulis penjelasan terhadap Vedanta sutra. Äcärya dari Çré Sampradäya ini juga menyatakan bahwa Gaudia Vaiñëava tidak berhak untuk melakukan pemujaan arca karena mereka lahir dari kasta bawah dan menantang para Gaudiya Vaiñëava untuk mengadakan diskusi. Sebagai bahan perdebatan atau diskusi tersebut adalah Gaudia Vaiñëava diminta untuk berdiskusi berdasarkan Vedänta sutra. Apakah mereka harus menulis penjelasan mereka sendiri atau menggunakan penjelasan dari Çré Madhväcärya sebagai äcärya dari Madhva Vaiñëava sampradäya. Namun karena para Gosvämé vaàsa saat itu sudah menolak acarya Madhva, maka mereka merasa malu untuk berdebat dengan dasar penjelasan Vedanta sutra oleh Madhväcärya. Saat itu Gaudia vaiñëava benar-benar berada di ambang pintu kehancuran dan hampir tidak akan diakui oleh sampradäya lainnya sebagai sampradäya yang dapat dipercaya.

Pada awalnya para vaiñëava meminta Çréla Viçvanätha Cakravarté Thäkur untuk menulis komentar Vedänta sutra, namun karena beliau sudah sangat tua dan tidak mampu melakukan perjalanan ke Jayapur maka beliau meminta murid beliau yang terkemuka, Çré Baladeva Vidyä-bhüñaëa, untuk menghadiri vaisnava sabha tersebut dan memberikan komentarnya terhadap Vedänta sutra. Atas berkat guru kerohaniannya, Çré Baladeva Vidyä-bhüñaëa berangkat ke Jayapur untuk berdiskusi dengan tujuan mempertahankan Gaudia Vaisnava. Meskipun diberikan kehormatan seperti itu, namun beliau merasa tidak mempunyai kualifikasi untuk menulis komentar terhadap Vedanta sutra. Saat itu, beliau datang ke Rädhä Govinda Mandir untuk memohon berkat dari Çré Govindadeva untuk menulis komentar terhadap Vedänta sutra. Çré Govindadeva secara pribadi meyakinkan Baladeva Vidyä-bhüñaëa bahwa dia akan mampu menulis kementar terhadap Vedänta atas kauniaNya. Dijelaskan bahwa Çré Govindadev

Våndävana

123

Page 148: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

sendiri yang sebenarnya menulis komentar terhadap Vedänta sutra melalui Baladeva Vidyä-bhüñaëa. Komentar Vedänta yang di tulis oleh Çré Baladeva Vidyä-bhüñaëa tersebut dikenal dengan nama “Govinda-bhäñya”. Setelah mengadakan diskusi dengan äcärya Çré Sampradäya di Jayapur, akhirnya Çré Baladeva Vidyä-bhüñaëa mampu mempertahankan Gaudia Vaiñëava sampradäya dan pada saat yang sama memberikan pelajaran kepada para Gosvämé kasta akan kesombongan mereka.

Çré Çré Rädhä Vijaya Govinda adalah arca püjäan Çré Baladeva Vidyä-bhüñaëa. “Viajaya” berarti kejayaan atau kemenangan. Baladeva Vidyä-bhüñaëa merasa keberhasilan beliau mempertahankan Gaudia Vaisnava saat itu bukan karena beliau sendiri, tetapi Govindadeva-lah yang sebenarnya telah memenangkan diskusi tersebut. Baladeva Vidyä-bhüñaëa selalu berpikir bahwa ini hanya atas karunia Çré Govinda yang tiada sebabnya dia telah berhasil. Ini merupakan sifat seorang Vaiñëava sejati yang tidak pernah menerima keagungan mereka tetapi selalu mengangap semuanya merupakan karunia dari guru dan Kåñëa.

4) Çré Rädhä Gokulänanda yang di püjä oleh Çréla Visanath Cakravarti Thäkur.

Arca ini dulunya dipuja oleh Çréla Viçvanäth Cakravarté Thäkur secara pribadi di tepi Rädhä Kunda. Suatu hari ada seorang brahmacari yang memuja arca Çré Gokulänanda sedang berkunjung ke Mathurä. Di dalam mimpi brahmacari tersebut, Çré Gokulänanda datang dan menyuruh dia untuk memberikan arcanya ini kepada Çré Viçvanätha. Brahmacari ini menemui Viçvanätha di Våndävana dan mempersembahkan arca ini kepada Viçvanätha tetapi Viçvanätha merasa dirinya tidak mampu untuk memuja arca karena beliau berada di dalam kehidupan pelepasan ikatan. Karena hal ini, brahmacari tersebut kembali lagi ke Mathurä bersama arca Çré Gokulänanda. Di malam hari di hari yang sama, Çré Gokulänanda datang secara pribadi kepada Viçvanätha dan meyakinkannya bahwa Gokulänanda sendiri yang akan mengurus segala persembahan, jadi Viçvanätha tidak perlu khawatir tentang pemujaan. Beliau hanya perlu melakukan pemujaan semampunya. Pada saat yang sama, Kåñëa juga muncul di dalam mimpi brahmacari tersebut dan sekali lagi menyuruh dia menemui

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

124

Page 149: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Viçvanätha sekali lagi dan memberikan arca tersebut kepadanya. Akhirnya karena ini merupakan perintah Çré Kåñëa, Çré Viçvanätha Cakravarté menerima arca tersebut dan mulai memuja beliau.

5) Govardhan sila yang bertandakan telapak jempol Çré Caitanya Mahäprabhu yang di püjä oleh Çré Raghunätha Däsa Gosvämé.

Ketika Çré Sanätana Gosvämé berada di Våndävana dhäma, beliau sempat mengirimkan bingkisan kepada Çré Caitanya yang saat itu berada di Jagannätha Puré. Bingkisan tersebut berisi tiga benda yang berasal dari Våndävana yang biasanya hanya di temukan di Vraja yaitu: buah pilu, kunja mala dan Govardhan-çilä. Çré Caitanya membagikan buah pilu kepada para penyembah di Puré dan menyimpan gunja mala dan Govardhana Çilä secara pribadi. Diuraikan bahwa beliau menyimpan Govardhana-çilä ini selama 2 tahun. Setiap hari, ketika Çré Caitanya melihat çilä tersebut, Beliau menangis menatap Govardhan sila yang sedang dipegang di tangan padmaNya. Pada saat itu, air mata yang mengalir membanjiri Govardhana çilä yang Beliau pegang dengan sangat erat. Kejadian ini terjadi setiap hari selama dua tahun sehingga telapak jari jempol beliau berbekas di çilä tersebut. Setelah dua tahun, karena rasa kasih sayang Beliau kepada Çré Raghunätha Gosvämé, beliau memberikan Govardhan çilä ini sebagai hadiah kepada Raghunätha Däsa Gosvämé. Setelah Çré Caitanya menghakhiri lila Beliau di dunia ini, Çré Raghunätha Däsa pergi ke Våndävana dengan Govardhana çila tersebut dan memujanya secara pribadi. Kemudian, setelah berpulangnya Çré Raghunätha Däs Gosvämé, çilä ini di pindahkan ke Våndävana dan sampai saat ini dipuja di Kuil Çré Rädhä Gokulänanda.

Gambar: Govardhan sila yang diberikan kepada Çré Raghunätha

Våndävana

125

Page 150: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Gambar 1: Lokanätha Gosvämé Samädhi

Gambar 2: Samadhi: Çré Viñvanätha dan Narottama.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

126

Page 151: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Samädhi mandir Çré Lokannath Gosvämé berada di halaman depan sebelum memasuki kuil. Çré Lokanätha Gosvämé juga dikenal sebagai Gosvämé ke tujuh di Våndävana karena hubungan beliau dengan enam Gosvämé yang sangat dekat. Beliau adalah sahabat dekat Çré Caitanya di dalam lélä beliau di Navadvépa. Namun karena Çré Caitanya Mahäprabhu mengetahui bahwa Lokanätha tidak akan mampu menahan rasa sakit melihat Çré Caitanya mengambil sanyas, Lokanätha disuruh berangkat ke Våndävana sebelum Beliau menerima diksa sanyas. Çré Caitanya juga memberitahu Çré Lokanätha bahwa dia akan mendiksa seseorang yang akan memegang peranan yang sangat penting dalam garis perguruan Gaudiya Vaiñëava yang bernama Narottama yang pada akhirnya memang benar terjadi. Meskipun pada awalnya Çré Lokanätha memutuskan tidak akan menerima murid dan bahkan pernah menolak Narottama, tetapi Çré Caitanya memberikan perintah kepada Lokanätha di dalam mimpinya untuk menerima Çré Narotama Däsa Thäkur menjadi muridnya. Çré Lokanätha Gosvämé adalah inkarnasi dari Maïjulalé maïjaré di dalam Kåñëa-lélä. Maïjulalé maïjaré adalah salah satu rekan terdekat Çrématé Rädhäräëé di dunia rohani.

Di halaman kuil ini juga terdapat Samädhi Çré Viçvanätha Cakravarté, Narottama Däsa Thäkur dan beberapa vaiñëava lainnya. Di sebelah kiri bangunan Samädhi, begitu kita masuk kuil dari jalan, ada sebuah goçälä. 16. Nidhuvana

Nidhuvana adalah salah satu tempat di mana Kåñëa melakukan kegiatanya bersama para gadis muda Våndävana dan beristirahat di tempat ini setelah bermain bersama mereka. Tempat ini terletak di tengah perjalanan menuju Rädhä Çyämasundara mandir dari Rädhä Raman mandir.

yad-uttare naidhuvanaà vanaà tattan-näma gétaà çruti-citta-nétam

so ‘ntarhito yatra paraà priyaà prägräsonmukhibhyo ramayan priyäbhyaù

”Ke arah utara dari tempat tersebut (Vamsivata) adalah Nidhuvana, nama yang menarik perhatian telinga dan hati nurani. Menggembirakan kekasih tercintaNya, Çré Kåñëa menghilang dari pergaulan para gopé dan bersemangat untuk menikmati tarian rasa di tempat tersebut”.

Våndävana

127

Page 152: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Nidhuvana penuh dengan Kunja (pohon yang membentuk pondok-pondok kecil) karena diuraikan bahwa ketika melakukan tarian rasa, Kåñëa menikmati pergaulan para gopé di dalam kunja-kunja tersebut. Begitu kita memasuki Nidhuvan, kita akan melihat kunja memenuhi semua arena. Di sini kita harus berhati-hati karena biasanya ada banyak monyet yang berkeliaran. Untuk melihat beberapa tempat di dalam, kita harus memasuki kunja. Ada jalan setapak yang akan menggiring kita untuk berkeliling. Di tempat ini para pengunjung sangat dianjurkan hanya mengikuti jalan setapak tersebut. Jika kita tidak mengikuti jalan setapak tersebut, ada kemungkinan tersesat karena semua kunja kelihatan sama dan akan membingungkan kita untuk mencari jalan keluar.

Tempat pertama yang akan kita lihat di dalam Nidhuvana adalah sebuah kunda yang diciptakan oleh Kåñëa untuk memenuhi keinginan seorang gopé yang merasa haus pada saat tarian rasa. Kemudian setelah berjalan mengikuti jalan setapak ke depan, kita akan sampai ke sebuah kuil kecil dimana Çrématé Rädhäräëé memegang seruling. Di sini beliau di kenal dengan nama Vaàsi ki chori-Rädhäräëé. Suatu hari Çrématé Rädhäräëé mencuri seruling Kåñëa di tempat ini dan mulai memainkan seruling tersebut ditemani oleh para gopé lainnya. Untuk mengingat kegiatan tersebut, kuil itu di bangun di tempat ini. Setelah darsan kepada arca Çrématé Rädhikä, kita melanjutkan perjalaan beberapa meter ke depan dan akan sampai di sebuah bangunan kecil yang merupakan tepat dimana Çré Baìkey Bihari Ji di temukan oleh Çré Haridäs Svämé. Çré Haridäs Svämé adalah seorang penyembah mulia yang hidup pada jaman Sad Gosvämé di Våndävana. Beliau merupakan seorang pemusik dan penyanyi terkenal pada waktu itu yang selalu mengagungkan kebesaran Çré Kåñëa. Samädhi mandir beliau berada beberapa meter ke depan dari tempat ditemukan arca Bihari Ji ini.

Melanjutkan perjalanan kedepan dari samädhi mandir Çré Hari däs, kita akan sampai ke sebuah bangunan kecil. Bangunan kecil ini terdiri dari satu kamar yang dipersembahkan kepada Çré Rädhä dan Kåñëa yang sedang menikmati istirahat di tempat ini. Setiap hari püjäré datang ke sini dan mempersembahkan kuìkum kepada Çré Rädhikä. Para pengunjung bisa mendapatkan kuìkum prasadam Çri Rädhä dari sini. Setelah mempersembahkan sembah sujud pada Çré Rädhä Kåñëa di tempat ini, kita akan melangkah ke depan. Pintu keluar Nidhuvan hanya beberapa meter dari tempat ini.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

128

Page 153: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

17. Rädhä Damodar Mandirküjat-kokila-haàsa-särasa-

gaëäkérëe mayüräkulenänä-ratna-nibaddha-müla-viöapa-çré-yukta-våndävanerädhä-kåñëam ahar-niçaà

prabhajatau jévärthadau yau mudä

vande rüpa-sanätanau raghu-yugau çré-jéva-gopälakau

“Hamba menghaturkan sembah sujud kepada enam Gosvämé, yakni Çré Rüpa Gosvämé, Çré Sanätana Gosvämé, Çré Raghunätha Bhaööa Gosvämé, Çré Raghunätha däsa Gosvämé, Çré Jéva Gosvämé, and Çré Gopäla Bhaööa Gosvämé, yang selalu sibuk memuja Çré Çré Rädhä Kåñëa di tanah suci Våndävana

dimana terdapat pohon-pohon indah yang penuh dengan buah dan bunga serta permata yang sangat berharga pada akarnya. Para Gosvämé sepenuhnya mampu menganugerahi para makhluk hidup berkat yang paling utama di dalam mencapai tujuan hidup”.

Rädhä Dämodara mandir merupakan salah satu dari tujuh kuil utama di Våndävana. Tempat ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi para Rüpanuga (pengikut Çré Rüpa Gosvämé) karena badan Çré Rüpa Gosvämé disamädhikan disini. Selain itu, dipimpin oleh Çré Rüpa dan Sanätana, para Gosvämé Våndävana, setelah menulis atau berkeliling di berbagai tempat di Vraja bhumi, mereka akan datang dan berkmpul di tempat ini untuk mendiskusikan Kåñëa-katha.

Bagi para penyembah dalam gerakan kesadaran Kåñëa diseluruh dunia di jaman modern ini, Çré Çré Rädhä Dämodara Mandir mempunyai kenangan yang sangat khusus. Param Pujya Çré Çrémad 108 A.C. Bhaktivedänta Svami Prabhupäda, pendiri äcärya ISKCON, sebelum menginjakan kaki padma beliau ke dunia Barat dan menganugerahkan karunia beliau yang

Gambar: pintu gerbang Radha Damodar mandir.

Våndävana

129

Page 154: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

tiada sebabnya kepada roh-roh yang jatuh di dalam lautan kehidupan material, beliau mempersiapakan segala sesuatunya di tempat ini. Bisa dikatakan bahwa benih gerakan kesadaran Kåñëa di seluruh dunia seperti yang kita lihat sekarang ini mulai disemai oleh Çréla Prabhupäda di tempat ini. Beliau tinggal di Rädhä Dämodara mandir selama + 6 tahun. Selama tinggal disini, beliau menyelesaikan 3 volume Çrémad Bhägavatam kedalam bahasa Inggris yang kemudian beliau bawa ke New York. Tempat ini juga tempat dimana Çréla prabhupäda mendapat darsan pada Çré Rüpa Gosvämé yang meyakinkan dan memberkati Çréla Prabhupäda untuk melanjutkan misinya memenuhi perintah Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté Gosvämé, guru kerohanian Çréla Prabhupäda.

Menurut beberapa Bäbäjé yang tinggal di sekitar daerah ini pada jaman Çréla Prabhupäda tinggal Rädhä Dämodara mandir, menguraikan bahwa Çréla Prabhupäda biasanya setiap hari datang ke samädhi mandir Çréla Rüpa Gosvämé untuk melakukan pelayanan yang sederhana yaitu menyapu halaman samädhi dan memohon berkat dan kekuatan untuk mengemban misi dari guru kerohaniannya. Kadang-kadang beliau datang untuk berdoa di tengah malam sambil menangis di depan samädhi mandir Çré Rüpa Gosvämé dengan menyatakan dirinya tidak mempunyai kualifikasi untuk melakukan perintah guru Mahäräjanya.

Arca Çré Rädhä Dämodar yang asli dipahat dan di instalasi sekitar tahun 1542 oleh Çré Rüpa Gosvämé secara pribadi. Kemudian, karena rasa cintanya kepada Çré Jéva Gosvämé, murid beliau, arca ini diberikan sebagai hadiah kepada Çré Jéva yang kemudian menjaga pemujaan di Çré Rädhä Damodar mandir.

Gambar 1: Ruangan Çréla Prabhupäda di Çré Rädhä

Dämodara Mandir.

Gambar 2: Ruang dapur Çréla Prabhupäda di Rädhä Dämodara

mandir

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

130

Page 155: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bebapa tempat yang perlu di kunjungi di dalam kuil Çré Rädhä Dämodara mandir antara lain:

1. Altar

Arca utama di kuil ini adalah Çré Rädhä Damodar. Arca lain yang juga di püjä adalah:

- Çré Çré Rädhä Våndävana Candra milik Çré Kåñëa Das Kaviraj.- Çré Çré Rädhä Madhava milik Çré Jayadev Gosvämé- Çré Çré Rädhä Chalacikana milik Çré Bhugarbha Gosvämé- Govardhan sila yang dipüjä oleh Çré Sanätana Gosvämé.

- Çré Sanätana Gosvämé menerima Govardhan sila dari tangan Çré Kåñëa

Çré Sanätana Gosvämé bersumpah untuk melakukan Govardhan parikrama (mengellingi bukit Govardhana) setiap hari. Untuk itu beliau tinggal di Govardhan, di tepi Manasi Gaìga, tepatnya di depan kuil Çré Cakraleçvara Mahädeva yang terletak di Cakra tirtha. Saat itu, Govardhana parikrama panjangnya sekitar 40 km. Jadi setiap hari beliau melakukan Govardhan parikrama sepanjang itu.

Setelah beberapa tahun berlangsung, Çré Sanätana Gosvämé semakin tua, namun beliau tetap melakukan sumpahnya meskipun merupakan hal yang sangat sulit. Badan beliau yang sudah tua menimbulkan kesulitan untuk berjalan sepanjang itu setiap hari. Bukan hanya berjalan mengelilingi bukit Govardhana, tetapi beliau selalu bersujud kepada arca yang ada di sekitar parikrama-marga (jalan parikrama) dan juga kepada para vaiñëava yang beliau temui. Melihat pertapaan yang dilakukan oleh Sanätana Gosvämé untuk memuaskan diriNya, Kåñëa merasa sangat sedih melihat penyembahnya yang berada di dalam kondisi seperti itu. Beliau secara pribadi memutuskan untuk menghentikan Sanätana Gosvämé melakukan parikrama setiap hari.

Gambar: Arca Çré Çré Rädhä Dämodara Ji

Våndävana

131

Page 156: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Saat itu Kåñëa datang sebagai seorang anak gembala sapi yang menyapa Sanätana Gosvämé di parikrama marga, ” bäbä! bäbä! anda sudah tua seperti ini, kenapa anda masih melakukan parikrama? Ini tidak bagus untuk badan anda”. Çré Sanätana Gosvämé tersenyum dan menjawab, ”läla! ini merupakan tugasku untuk memuaskan Çré Giriräja. Selain itu, aku sudah bersumpah untuk melakukan parikrama setiap hari. Jadi jangan khawatir, aku baik-baik saja”. Tapi bäbä!, anak itu melanjutkan, “kalau anda terus melakukan ini, anda akan jatuh sakit”.

Çré Sanätana Gosvämé mengangap ini hanya sekedar anak kecil biasa yang belum mengerti banyak hal sehingga hanya tersenyum pada anak ini. Di dalam hati Çré Sanätana, dia merasakan anak tersebut begitu menarik. Karena setelah berusaha untuk menghentikan Sanätana, namun tidak berhasil, Çré Kåñëa yang saat itu menyamar sebagai anak gembala sapi lari ke atas bukit Govardhana di daerah Kusuma-sarovar. Di atas bukit Govardhana Beliau menginjakan kaki padmaNya pada sebuah batu di bukit Govardhana sehingga telapak kaki beliau berbekas di atas Govardhana-çilä tersebut. Kåñëa mengambil batu ini dan memberikan batu ini kepada Çré Sanätana Gosvämé sambil berkata, ”Bäbä, mulai besok anda tidak perlu lagi mengelilingi bukit Govardhana. Anda ambil Govardhana-çilä ini dan kelilingi ini sebanyak 4 kali, maka itu akan sama dengan mengelilingi seluruh bukit Govardhana. Çré Sanätana Gosvämé tidak menghiraukan anak kecil ini lagi. Sanätana hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanannya.

Kåñëa tidak meningalkan usahanya begitu saja. Beliau mengikuti Çré Sanätana sampai di Bhajan kutirnya di tepi Mänasa-gaìgä. Kemudian Kåñëa menaruh Govardhana-çilä tersebut di dalam bhajan kutir Çré Sanätana Gosvämé sambil berkata kepada Çré Sanätana, ”Bäbä! Saya taruh Govardhana çéla itu di dalam, mulai besok anda jangan lagi melakukan Govardhana parikrama”. Setelah beberapa saat, anak itu pergi dan menghilang entah kemana. Çré Sanätana mulai penuh dengan kebahagiaan rohani dan mulai berpikir tentang anak tersebut. Mengingat ciri-ciri anak tersebut, Sanätana ingat bahwa anak itu berwarna kehitam-hitaman, memakai ikatan kepala dihiasi dengan bulu burung merak dan di pingang kananNya, anak itu memiliki seruling. Çré Sanätana mulai memikirkan bahwa anak ini tidak lain dari Tuhan pujaannya, Kåñëa dan beliau jatuh pingsan karena kebahagiaan rohani yang sangat dalam. Akhirnya beliau kembali sadar dan mengingat perintah yang diberikan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

132

Page 157: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

oleh Kåñëa. Sejak saat itu beliau tidak lagi melakukan parikrama tetapi mulai memuja Govardhan-çilä itu dan kemudian mengelilingi empat putaran setiap hari seperti yang diperintahkan oleh Çré Kåñëa. Setelah berpulangnya Çré Sanätana Gosvämé, Govardhana çilä ini dipindahkan oleh Çré Jéva Gosvämé ke Rädhä Dämodara Mandir di Våndävana dan masih dipuja sampai saat ini.

Gambar: Govardhana Çéla yang diberikan oleh Çré Kåñëa kepada Çré Sanätana Gosvämé

Govardhana çilä ini biasanya ditutupi dengan kain di atas altar dan kadang-kadang diperlihatkan kepada para pengunjung. Khususnya jika seseorang memberikan beberapa rupee dana punia, maka püjäri akan memberikan kesempatan kepada kita untuk darsan pada Govardhana çilä tersebut dengan sangat dekat dan akan menjelaskan sedikit tentang kisah Çilä ini. Çré Gopäla ji Kij ayGiriraj Mahäräja Ki jay

2. Samädhi

Samädhi adalah tempat dimana badan orang suci dikubur. Menurut tradisi Veda, badan orang yang meninggal hendaknya dibakar sesegera mungkin karena sang roh yang berada di dalam badan tersebut masih mempunyai

Våndävana

133

Page 158: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

keterikatan terhadap badannya meskipun badan tersebut sudah tidak berfungsi lagi. Dengan demikian, jika badan tidak segera dilebur, maka kemungkinan besar roh dari badan orang yang meninggal akan kesulitan untuk meninggalkan tempat itu sehingga perjalanannya untuk mendapat badan baru menjadi terhambat. Selain itu, kalau terlalu lama tinggal tanpa badan, dan karena keterikatan terhadap badan sebelumnya, roh seperti itu tidak akan mendapatkan badan baru sehingga gentayangan kesana kemari dalam bentuk badan halus. Dengan kata lain, roh itu akan gentayangan sebagai hantu. Menurut sastra, kehidupan hantu merupakan kehidupan yang paling menyiksa. Dalam keadaan sebagai hantu, sang roh masih mempunyai keinginan tetapi karena hantu tidak mempunyai badan kasar, mereka tidak bisa menikmati atau memuaskan keinginannya. Dengan demikian, dengan membakar mayat orang tersebut yang disertai dengan upacara sradha-kriya yaitu persembahan pinda (persembahan sisa makanan yang telah dipersembahkan kepada Çré Viñëu kepada leluhur) maka sang roh akan dengan segera melupakan badannya sehingga akan segera mendapatkan badan baru sesuai karma mereka.

Meskipun sastra memberikan aturan secara umum untuk membakar badan orang yang meninggal, pada saat yang sama sastra yang sama juga menguraikan bahwa badan orang suci selalu bersifat suci karena badan itu sepenuhnya dipergunakan di dalam pengabdian suci yang murni kepada Tuhan Yang Maha Suci. Dijelaskan juga bahwa seseorang akan mendapatkan pengaruh dari orang suci hanya dengan berada dekat dengan mereka. Dengan demikian, sastra menganjurkan untuk tidak membakar tetapi mengubur badan orang suci yang meninggal sehingga orang yang datang ke tempat samadhi kepribadian seperti itu akan mendapat pengaruh rohani dari badan orang suci tersebut. Ini adalah kekuatan orang suci. Bahkan ketika mereka sudah meninggal sekalipun, mereka masih sangat berkarunia kepada roh-roh yang jatuh di dunia material ini.

Tempat dimana orang suci dimakamkan disebut dengan samädhi mandir atau tempat dimana orang suci ini melakukan meditasi (samädhi) untuk selama-lamanya. Meskipun secara fisik orang-orang suci tidak hadir bersama kita, tetapi mereka secara kekal berada bersama kita khususnya di tempat beliau disamädhikan atau dimakamkan. Jika seseorang mempunyai kualifikasi, orang akan mampu menemui dan

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

134

Page 159: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

mendapat wejangan dari mereka secara pribadi. Ini dibuktikan oleh Çréla Prabhupäda yang secara pribadi mendapat darsan Çré Rüpa Gosvämé di Rädhä Dämodara Mandir di depan samädhi beliau. Çréla Prabhupäda berada di Rädhä Dämodara mandir sekitar 50 tahun yang lalu sedangkan Çré Rüpa Gosvämé sudah berpulang + 400 tahun yang lalu, tetapi Çréla Prabhupäda bertemu dengan Çréla Rüpa Gosvämé saat beliau berada di kamar tempat beliau memasak setiap hari di Rädhä Dämodar Mandir, yang berdekatan dengan samädhi Çré Rüpa Gosvämé.

Orang suci tidak pernah mati seperti orang biasa. Orang suci atau para vaisnava, penyembah-penyembah Tuhan sangat mulia bahkan setelah mereka meninggal sekalipun. Çréla Bhaktivinoda Thäkur, seorang vaisnava terpelajar yang hidup sekitar tahun sembilan belas enam puluhan, menulis satu ayat pada makam samädhi Haridäs thakur sebagai berikut:

“Kelirulah dia yang mengatakan para vaisnava matiPadahal engkau masih hidup dalam bentuk suara

Para vaisnava meninggal untuk hidupDan sambil hidup berusaha untuk

Menyebarkan nama suci Tuhan di mana-mana”

Para vaiñëava hidup untuk mengajarkan kesadaran Kåñëa dan meninggal untuk hidup melalui ajaran-ajaran beliau. Ajaran orang suci bahkan lebih penting dari pergaulan secara langsung dengan badan mereka. Karena itu, ketika orang suci mengakhiri kegiatanya di dunia material ini maka para pengikut atau murid-murid harus mengambil ajaran dari beliau dan mengikuti ajaran tersebut. Mereka hendaknya menggangap ajaran itu sebagai hidup mereka, sebagai jéva dan raga mereka.

Di dalam kuil Çré Çré Rädhä Dämodara mandir, ada banyak samädhi para äcärya di garis perguruan Gaudia Vaiñëava. Tetapi ada beberapa diantaranya yang paling terkemuka yaitu,

- Çré Rüpa Gosvämé Samädhi- Çré Jéva Gosvämé Samädhi- Çré Bhugarbha Gosvämé samädhi- Çré Kåñëa Däsa Kaviräj samädhi - Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté Mahäräja puspa samädhi.

Våndävana

135

Page 160: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Selain samädhi mandir, di daerah halaman kuil ini juga ada bhajan kutir Çré Rüpa Gosvämé yang terletak tepat di depan samädhi mandir beliau. Bhajan kutir adalah tempat dimana para äcärya atau seorang penyembah melakukan bhajan/püjä dan meditasi. Çré Rüpa Gosvämé, saat beliau tinggal di Rädhä Damodar mandir, beliau tinggal di dalam pondok tersebut.

Tepat di depan altar, jika kita berdiri di depan altar menghadap arca, di sebelah kanan kita adalah kamar Çréla Prabhupäda. Seperti yang sudah diuraikan di awal pembicaraan kita di sini, Çréla Prabhupäda tinggal di sini sebelum berangkat ke Amerika. Ada dua kamar di sini yang berhadap-hadapan. Yang satu adalah kamar pribadi beliau, dimana beliau menulis dan istirahat dan kadang kadang menerima tamu seperti saudara seguru

Gambar 1: Rüpa Gosvämé samädhi

Gambar 2: Mürti Çré Rüpa Gosvämé di Samädhinya

Gambar 1: Jéva Gos. Samädhi Gambar 2: Mürti Çré Jéva Gos.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

136

Page 161: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

beliau atau para bäbäji lainnya. Kamar yang lain adalah dapur dimana beliau memasak dan melayani prasad. Dijelaskan bahwa beliau mendapat darsan Çré Rüpa Gosvämé dari kamar tempat beliau memasak. Di kamar ini ada sebuah jendela yang langsung menghadap samädhi mandir Çré Rüpa Gosvämé. Melalui jendela inilah beliau mendapat darsan kepada Çré Rüpa Gosvämé. Saat ini, penyembah ISKCON masih memelihara bangunan ini dan melayani Prabhupäda di Rädhä Damodar mandir.

18. Çré Çré Rädhä Çyämasundara mandir

Gambar: Çré Rädhä Çyämasundara Mandir

Çré Çré Rädhä Çyämasundara mandir sangat berdekatan dengan Çré Rädhä Dämodara. Jika kita keluar dari Çré Rädhä Dämodara Mandir dan kemudian mengambil jalan ke kanan di jalan raya, setelah + 200 meter kita akan sampai di Çré Çré Rädhä Çyämasundara mandir yang terletak di sebelah kanan jalan. Arca Çré Çré Rädhä Çyämasundara yang diberikan oleh Çrématé Rädhäräëé secara pribadi kepada Çré Çyämänanda pandit dipuja di sini. Meskipun arca yang asli saat ini berada di Jayapur, tetapi pratibhu mürti dari arca tersebut tidak berbeda dengan yang aslinya. Kåñëa tidak pernah keluar dari Våndävana, jika kita pikirkan kalimat ini, kita bisa mengerti bahwa yang dibawa ke luar Våndävana adalah ekspansi beliau, sedangkan Kåñëa selalu tinggal di Våndävana.

Våndävana

137

Page 162: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kisah singkat Çré Çyämänanda prabhu

Çré Çyämänanda prabhu muncul di dunia material ini di desa ”Dharendra Bahadur pur” di daerah India bagian timur. Beliau lahir dari ayah yang bernama Çré Kåñëa Mandal melalui kandungan istrinya Çrématé Durikä. Çyämananda Prabhu dikenal dengan nama Dukhiya pada masa kecilnya. Dukhiya merupakan anak yang sangat cerdas yang bahkan membuat para pengajarnya keheranan melihat kecekatannya menangkap pelajaran seperti tata bahasa, sastra puisi dan lain-lain dalam waktu yang sangat singkat. Ketika Dukhiya mendengar tantang Çré Caitanya, beliau mulai mengembangkan keterikatanya terhadap Çré Gaura Nitai dan mulai memfokuskan pikiranya pada kaki padma Çré Gaura dan Nitai.

Çré Kåñëa Mandal sendiri merupakan penyembah yang sangat maju dan ketika melihat anaknya, Dukhiya yang sepenuhnya khusuk bermeditasi pada Çré Gaura Nitai, beliau berkata kepada Duhkiya bahwa dia harus mendapat diksa dan menerima mantra rohani. Dukhiya menjawab kepada ayahnya, ”Çré Hådoya Caitanya adalah guru kerohanianku. Beliau saat ini berada di Ambika kalna. Beliau merupakan murid dari Çré Gauri Däsa pandit”.

Ini merupakan suatu yang menakjubkan sekali karena anak ini masih kecil dan tidak pernah ketemu dengan Hådoya Caitanya, tetapi beliau sudah mengetahui bahwa gurunya adalah Hådoya Caitanya. Dukhiya melanjutkan, ”dua bersaudara, Çré Gaura dan Nitai selalu berada di rumah Çré Gauri Däs Pandit. Jika anda memberikan ijin kepada saya, saya akan pergi kesana dan menjadi murid Hådoya Caitanya”. Ayahnya bertanya, bagaimana kamu akan pergi ke sana, Duhkiya? “Ayah! Duhkiya menjawab, ”Ada banyak orang yang pergi ke sana untuk mandi di sungai Gaìgä, jadi saya bisa ikut bersama mereka”.

Setelah memikirkan hal ini selama beberapa waktu, Çré Kåñëa Mandal mengijinkan Duhkiya pergi ke Ambika Kalna di Gauda-deça. Dengan demikian, Duhkiya mempersiapkan diri untuk berangkat. Akhirnya Dukhiya sampai di Navadvépa, kemudian Çantipur dan akhirnya di Ambika Kalna. Di sini Çré Duhkiya menanyakan tempat keberadaan Çré Hådoya Caitanya kepada penduduk setempat. Ketika dia datang ke sebuah kuil di daerah itu, Duhkiya menghaturkan sembah sujud dandavat dan kebetulan saat itu Hådoya Caitanya hadir di sana. Hådoya

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

138

Page 163: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Caitanya memperhatikan anak ini untuk beberapa waktu dan kemudian bertanya, ” kamu siapa? Duhkiya menjawab: “Saya datang ke sini untuk melayani kaki padma anda. Saya berasal dari Darendra Pur, putra dari Çré Kåñëa Mandal yang berasal dari kasta Sad Gopa. Nama saya adalah Duhkiya”. Hrdoy sangat puas mendengar kata-kata manis dari anak ini dan kemudian memberitahu Duhkiya, “Sejak pagi ini saya sudah berpikir bahwa akan ada seseorang yang akan datang hari ini. Sejak hari ini nama kamu adalah Kåñëa Däsa.

Sejak saat itu, Kåñëa Däsa mulai melakukan pelayanan kepada gurunya dengan tunduk hati sehingga pada suatu hari, di hari yang sangat mujur, Çré Hådoy mendiksa Kåñëa Däsa dengan memberikan mantra rohani kepadanya. Hådoy Caitanya mampu melihat bahwa muridnya ini sangat cerdas dan pada saat yang sama sangat tunduk hati. Dengan demikian, beliau memutuskan untuk mengirimnya belajar di bawah bimbingan Çré Jéva Gosvämé di Våndävana Dhäma. Çré Kåñëa Däs dengan sangat tunduk hati menerima perintah guru kerohaniannya dan mempersiapkan diri berangkat ke Våndävana. Di hari keberangkatan Kåñëa Däs, Hådoya Caitanya memberikan nasehat-nasehat kepada Kåñëa Däs dan juga menyampaikan sembah sujud beliau kepada Çré Jéva dan kepada para Gosvämé lainnya.

Sebelum berangkat ke Våndävana, Çré Kåñëa Däs datang ke Navadvip untuk berkunjung ke Jagannätha Misra Bhavan. Saat itu beliau bertemu dengan Ishana Thäkur, pelayan keluarga Çré Nimai. Keesokan harinya, Kåñëa Däs memulai perjalanan ke Mathurä bersama kelompok peziarah yang berasal dari Navadvip.

Pertama-tama Kåñëa Däsa sampai di Gaya Dhäma. Gaya dhäma adalah tempat dimana orang melakukan püjä kepada para luluhurnya. Çré Caitanya Mahäprabhu menerima diksa dari Içvara Puri di tempat ini dan mulai memperlihatkan kebahagiaan rohani dari ciri-ciri badan beliau ketika beliau darsan pada kaki padma Çré visnu di dalam kuil di Gayä. Mengingat kegiatan Çré Caitanya Mahäprabhu di tempat ini, Çré Kåñëa Däsa menjadi penuh dengan kebahagian rohani sehingga air mata mengalir dari mata padmanya yang indah bagaikan bungan padma. Kemudian beliau melanjutkan perjalan dan akhirnya sampai di Kasi Dhäm. Disini Kåñëa Däsa bertemu dengan Çré Tapana Miçra, Candraçekhara dan beberapa penyembah lainnya. Setelah menghaturkan

Våndävana

139

Page 164: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

sembah sujud kepada mereka, Çré Kåñëa Däsa melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di Mathurä. Setelah mandi di Viçräma-ghat, beliau darsan kepada Adi Keçava di tempat kelahiran Çré Kåñëa. Dari Mathurä beliau menuju Våndävana dan menemui Çré Jéva Gosvämé. Setelah bertemu dengan Çré Jéva Gosvämé, Çré Kåñëa Däs menghaturkan sembah sujudnya pada Çré Jéva dan kemudian menyampaikan pesan gurunya kepada Çré Jéva Gosvämé. Çré Jéva sangat bahagia mendengar ini dari Çré Duhkhi Kåñëa Däsa. Sejak saat itu Çré Kåñëa Däs mulai melayani Çré Jéva Gosvämé dan belajar berbagai sastra di bawah bimbingan beliau. Saat itu ada Çré Narottama Däsa dan Çrénivas yang juga belajar dari Çré Jéva. Mereka menjadi sangat dekat dan merupakan tiga sekawan yang sangat disayangi oleh Çré Jéva.

Setelah beberapa saat, Çré Kåñëa Däs diberikan pelayanan khusus oleh Çré Jéva yaitu menyapu di halaman Seva-kuïja. Sejak hari dimana Çré Kåñëa Däsa diberikan pelayanan itu, beliau melakukan pelayanan dengan perasaan yang penuh dengan cinta bhakti rohani. Beliau merasa sangat beruntung dan kehidupannya sukses dengan mendapatkan pelayanan ini. Beliau menyapu dengan perasaan cinta kasih rohani yang dalam dan kadang-kadang menangis dan berteriak menyebut nama Çré Çré Rädhä Govinda. Kadang-kadang beliau menaruh sapu yang penuh dengan debu dari tanah di Seva Kuïja di atas kepalanya.

Dengan pelayanan Çré Kåñëa Däs yang penuh dengan perasaan bhakti, Çré Çré Rädhä Kåñëa menjadi sangat puas kepadanya dan berkeinginan untuk memberikan darsan langsung kepadanya. Suatu hari ketika Çré Kåñëa Däsa menyapu seperti biasa di Seva Kuïja, beliau menemukan sebuah gelang kaki di halaman Seva kuïja. Gelang kaki ini sangat indah dan menyebabkan hati Kåñëa Däs penuh dengan rasa kebahagiaan rohani. Kåñëa Däs mengambil gelang kaki tersebut dan menyentuhkan gelang kaki itu pada keningnya sambil berpikir, ”saya akan menyerahkan gelang kaki ini kepada pemiliknya.

Di dalam lélä Çré Rädhikä yang kekal di Våndävana, saat itu para sakhé melihat kaki padma Rädhäräëé yang sebelah kiri tanpa gelang kaki dan bertanya kepada Çré Rädhä kenapa Çré Rädhä memakai gelang kaki hanya di kaki kanan. Çré Rädhikä menjelaskan kepada mereka “Saat saya menari di Seva kuïja kemarin malam, mungkin gelang yang di kaki kiri saya terjatuh di sana tanpa sepengetahuan-Ku. Tolong cari gelang kaki itu

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

140

Page 165: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

di daerah Seva Kunja”. Çrématé Viçäkhä Devé pergi ke Seva kuïja untuk mencari gelang kaki Çrématé Rädhikä di sana. Di tempat itu beliau melihat Çré Kåñëa Däs yang sedang menyapu di sana. Melihat badan Viçäkhä Devé yang bercahaya itu, beberapa saat Çré Kåñëa Däs hanya menatap Viçäkhä Devé tanpa berkata apa-apa. Sekali lagi Viçäkhä bertanya kepada Çré Kåñëa Däs apakah dia menemukan sebuah gelang kaki di sana. Duhkhi Kåñëa Däs menjawab, “iya, saya menemukan gelang kaki di sini”. Kemudian dia bertanya kepada gadis tersebut, “siapa anda?” “Saya seorang gadis gembala sapi yang tinggal di daerah sekitar ini”, sahut Çré Viçäkhä. “Apakah itu gelang kaki kamu?” Tanya Duhkhi Kåñëa Däs kembali.Viçäkhä menjawab, “Tidak, itu bukan milik saya tetapi itu adalah milik pengantin baru di rumah kami.” “Kenapa ini sampai ada di sini?” Pertannyaan Çré Kåñëa Däs kembali. ”Kemarin dia datang ke sini untuk memetik bunga dan gelang itu terjatuh di sini” sahut Çré Viçäkhä. ”Baiklah, suruh dia sendiri yang datang kesini mengambilnya” minta Çré Kåñëa Däsa. Viçäkhä Devé berusaha meminta dari Kåñëa Däs dengan berkata, “tidakkah bisa kamu memberikan gelang itu kepada saya?” “Tidak!” Çré Kåñëa Däs menjawab ”Saya ingin memberikan ini kepada pemiliknya secara langsung.”

Setelah beberapa saat, Çrématé Viçäkhä Devé kembali menemui Çrématé Rädhikä yang saat itu sedang berdiri dibawah pohon di dekat sana. Kemudian Viçäkhä memanggil Kåñëa Däsa ”Bhakta! Pemilik dari gelang itu sudah datang untuk mengambilnya sendiri.” Çré Duhkhi Kåñëa Däs terheran menatap gadis yang datang ini yang merupakan Çré Rädhikä sendiri. Kemudian dengan perasaan yang penuh dengan kebahagian rohani, Duhki Kåñëa Däs menyerahkan gelang kaki itu kepada Çré Rädhikä.

Viçäkhä menyatakan kepada Duhki Kåñëa Däs “Teman kami ini mau memberikan berkat kepadamu untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepadamu.” Saat itu Kåñëa Däs melihat air Rädhä Kunda di depannya. Setelah bersujud, Duhki Kåñëa Däs masuk kedalam kolam tersebut dan kemudian mendapat badan sebagai seorang gopé. Keluar dari kunda, beliau menyampaikan doa pujian kepada Çrématé Viçäkhä Devé kemudian bersujud kepada beliau. Viçäkhä Devé mengambil tangan Çré Kåñëa Däs yang saat itu dalam bentuk seorang gopé dan membawanya dekat kepada Çrématé Rädhäräëé. Kåñëa Däs menghaturkan sembah sujud pada kaki padma Çré Rädhikä. Kemudian dengan kungkuma yang menghiasi kaki padmaNya, Çré Rädhikä mulai menghiasi dahi Duhki Kåñëa Däs

Våndävana

141

Page 166: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dengan tilaka yang tidak seperti tilak para Gaudia Vaiñëava saat itu. Çré Rädhikä bersabda ”Tilak ini akan selalu utuh di dahimu dan mulai hari ini kamu akan dikenal dengan nama Çré Çyämänanda. Sekarang kamu bisa melanjutkan tugasmu. Setelah Çré Rädhä bersabda demikian, beliau dan para gopé lainnya menghilang dari tempat tersebut. Diuraikan juga bahwa sebelum Çré Rädhikä menghilang, beliau memberikan sebuah arca Çyämasundara kepada Çré Çyämänanda yang beliau ambil dari dalam hati beliau sendiri. Arca terebut masih dipuja sampai sekarang di Jayapur sedangkan arca replika (pratibhu murti) dipuja di Våndävana. Çré Çyämänanda prabhu ki Jay.

19. Çälagräma sila mandir

Kuil ini terletak tepat di seberang jalan di depan gapura Çré Çré Rädhä Çyämasundara mandir. Ada dua çälagräma yang sangat besar yang dipüjä di sini yang mungkin merupakan çälagräma çéla terbesar di Vraja bumi. Çälagräma çéla adalah perwujudan Kåñëa dalam bentuk batu yang hanya di temukan di sungai Gandaki di Nepal. Hal yang bisa dipakai patokan untuk membedakan batu biasa dengan çälagräma sila yaitu adanya lambang-lambang tertentu seperti tanda cakra di permukaan batu tersebut.

Gambar: Arca yang dipuja di altar di Çälagräma çéla mandir

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

142

Page 167: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

20. Çyämänanda prabhu’s samädhi

Tempat ini terletak +100 meter arah ke kiri dari Çyämasundara Mandir. Diuraikan bahwa di tempat inilah Çré Çyämänanda menemukan gelang kaki Çrématé Rädhäräëé dan kemudian mendapat kesempatan darsan langsung pada Lalitä-sakhé dan Rädhäräëé. Tempat gelang kaki Çré Rädhikä ditemukan oleh Çré Çyämänanda prabhu tepatnya berada di dekat tembok sebelah kiri begitu kita memasuki areal samädhi ini. Tempat ini sangat mudah dilihat karena sudah ditandai dengan sebuah prasati kecil di belakang samädhi Çré Çyämänanda prabhu. Jay Çré Çyämänanda Prabhu Kijay

21. Seva Kunja

”Bagian pusat dari hutan Våndävana menyediakan tempat yang sangat cocok untuk tarian Çré Kåñëa dengan para gopé” (Vidagda madhava). Seva kuïja adalah bagian pusat dari hutan Våndävana dan merupakan salah satu dari rasa mandala di Vraja dimana Kåñëa secara kekal menikmati tarian rasa bersama para gopé. Räsa-lélä Kåñëa bersama para gopé diuraikan dengan sangat detail dalam skanda sepuluh Çrémad Bhägavatam. Kegiatan räsa-lélä Çré Kåñëa merupakan kegiatan yang berada pada posisi yang sangat mulia dan dalam. Meskipun secara material, kegiatan menari dengan wanita yang bukan istri di tengah malam seperti itu diangap kegiatan yang sangat buruk dan bersifat amoral, namun karena ini dilakukan oleh kepribadian yang maha agung, yang melampaui hal hal duniawi, Bhagavän Çré Kåñëa yang bersifat rohani, maka kegiatan itu juga bersifat rohani dan patut diagungkan dan melampaui hal-hal material yang bersifat duniawi. Sudah tentu, hendaknya seseorang tidak mengambil kesempatan untuk mendengarkan kegiatan räsa-lélä Kåñëa hanya untuk kenikmatan material yang berhubungan dengan hubungan lawan jenis. Ketika seseorang melakukan hal tersebut dan berusaha meniru kegiatan Kåñëa, maka mereka hanya akan membuka lebar-lebar pintu gerbang ke neraka.

Meskipun kegiatan Kåñëa selalu bersifat rohani dan para pendengar akan disucikan dengan mendiskusikan dan mendengarkan kegiatan Kåñëa, tetapi tetap ada aturan yang mesti kita ikuti. Sebelum mengacu pada Çrémad Bhägavatam skanda sepuluh yang menguraikan kegiatan rohani Kåñëa, orang hendaknya terlebih dahulu mendengarkan dan mempelajari

Våndävana

143

Page 168: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Çrémad Bhägavatam dari awal. Semasih seseorang mempunyai keinginan material, khususnya ketertarikan menikmati lawan jenis, seseorang hendaknya jangan terlalu banyak mendiskusikan kegiatan rasa lélä Kåñëa yang sangat rahasia ini. Pernah seorang murid Çréla Prabhupäda bertanya kepada Çréla Prabhupäda mengenai hal ini. “Prabhupäda! Anda sering menyampaikan bahwa untuk menghilangkan nafsu birahi, seseorang hendaknya mendengarkan kegiatan Kåñëa yang menari bersama para gopé, tetapi untuk saya pribadi, begitu saya membaca lélä tersebut, malahan hasilnya terbalik. Apa yang harus saya lakukan Prabhupäda? Çréla Prabhupäda menjawab, “Berhenti membaca lélä tersebut. Baca dari awal lagi kemudian lewati lélä tersebut.”

Kita harus mengerti bahwa tidak ada kesalahan dalam kegiatan Kåñëa. Harus kita sadari bahwa kesalahan terletak pada pikiran kita yang masih material yang cenderung berpikir bahwa Kåñëa sama dengan kita. Dengan demikian, ketika Kåñëa menari bersama para gopé, kita cenderung berpikir kalau kegiatan itu tidak berbeda dengan tarian bersama lawan jenis yang kita alami atau lihat di dunia material ini.

Untuk memberikan penjelasan kepada kita, Çré Parékñit Mahäräja sebagai pendengar utama Çrémad Bhägavatam menanyakan hal ini pada Çré Çukadeva Gosvämé. Kenapa Kåñëa yang turun ke dunia ini untuk menegakkan dharma malahan bertindak seperti orang awam yang amoral yang diangap paling menjijikan di masyarakat, yaitu menari dengan gadis-gadis dan bahkan dengan istri orang lain di tengah malam? Ini kelihatanya sangat tidak masuk akal. Kenapa kegiatan seperti itu dipuja dan diagungkan? Çré Çukadeva Gosvämé menjawab pertanyaan ini dengan contoh yang sangat sederhana. Sebenarnya kalau kita pikirkan, seseorang akan disucikan hanya dengan memuja arca Kåñëa dan mengucapkan nama suci Beliau dimana mereka secara fisik tidak berhubungan dengan Kåñëa, terus apa yang bisa dikatakan dengan orang yang bersentuhan dengan badan Kåñëa secara langsung. Karena para gopé secara langsung bersentuhan dan bahkan memeluk badan Kåñëa yang bersifat rohani maka secara otomatis mereka sepenuhnya dirohanikan. Selain itu, para gopé juga sama sekali tidak mempunyai hawa nafsu seperti nafsu di dunia material. Itu memberikan kita jawaban atas pertanyaan umum yang dilontarkan oleh orang-orang awam yang belum mengerti kedudukan rohani Kåñëa. Sudah tentu, masih ada banyak alasan didalamnya yang masih sangat sulit dimengerti oleh orang-orang umum biasa.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

144

Page 169: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kåñëa, sebagai puruña, penikmat dari semua makhluk hidup, atau dengan kata lain Beliau adalah suami dari para prakrti (para makhluk hidup) ber-acting seperti itu, hanya untuk memuaskan keinginan penyembahNya yang murni seperti para gopé. Selain itu, para gopé sebenarnya tidak lain dari svarüpa çakti dan ekspansi dari svarüpa çakti Çré Kåñëa yang tidak berbeda dengan Çré Kåñëa sendiri. Para makhluk hidup di dunia material ini berpikir bahwa kenikmatan tertinggi adalah kehidupan seks. Karena itu, rasa lélä adalah salah satu kegiatan Kåñëa Untuk menarik perhartian para makhluk hidup agar mereka mengerti bahwa di dunia rohani pun ada kenikmatan yang lebih tinggi dari sekedar seks yang di sebut adi rasa (hubungan antara Kåñëa dan para gopé). kegiatan ini sangat jauh diatas nafsu birahi material yang berkedok dengan kata “cinta” antara lelaki dan perempuan di dunia material ini. Kegiatan ini sepenuhnya bebas dari rasa seperti itu dan selalu diagungkan oleh para paramahaàsa dan para sanyasi yang sudah tidak mempunyai keterikatan di dunia mateial khususnya kenikmatan yang berhubungan dengan kehidupan seks. Kalau memang kegiatan Kåñëa tidak berbeda dengan hubungan antara pemuda dan pemudi di dunia material ini, maka untuk apa seorang resi agung yang sudah meningalkan semua hal duniawi seperti Mahä Åsi Närada, Çréla Vyasadeva, Çukadeva Gosvämé dan masih banyak kepribadian agung seperti itu mengambil kesenangan dari kisah-kisah tersebut? Kepribadian-kepribadian seperti itu tidak akan pernah mengambil kepuasan dalam hal yang bersifat material, tetapi hanya dari hal yang sepenuhnya rohani dan bebas dari hal-hal duniawi.

Di Seva kunja, Kåñëa masih tetap melakukan tarian rasa sampai hari ini. Karena itu, setiap sore setelah jam enam atau setelah matahari terbenam, tempat ini akan ditutup rapat-rapat dan tidak seorangpun diijinkan masuk kedalamnya. Kadang-kadang juga diuraikan bahwa bahkan monyet-monyet yang biasanya berkeliaran dimana-mana di sekitar tempat ini di siang hari pun tidak akan ada lagi di sana setelah mentari tengelam.

Di tempat ini ada sebuah kunda yang diciptakan oleh Kåñëa dengan kaki Beliau untuk memuaskan rasa haus Lalitä-sakhé yang kehausan saat tarian rasa. Kunda tersebut sangat disakralkan dan tidak seorang pun diijinkan untuk mandi di kunda itu karena dikatakan Lalita meminum air dari tempat itu. Jay Seva Kuïja

Våndävana

145

Page 170: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

146

Page 171: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bab VVarñäëä

Varñäëä adalah tempat di mana Våsabhanu, ayah Çrémati Rädhäräëé, bersama istrinya Kirtida devi bertempat tinggal setelah pindah dari Raval, tempat tinggal mereka di seberang sungai Yamunä dari Mathurä. Ketika

Gambar: Istana Çrémati Rädhäräëé di Varsana

147

Page 172: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Nanda Maharäja pindah dari Gokul ke Nanda-gaon, Våsabhanu juga berpindah dari Raval ke Varñäëä. Istana ini terletak di atas bukit Brahma Giri. Brahma Giri adalah Dewa Brahma sendiri yang datang ke Vraja dan mengambil bentuk sebagai bukit untuk melayani Kåñëa dan para penyembahNya. Kisah ini diuraikan di dalam Padma Purana, dimana Deva Brahma ingin melayani Rädhä dan Kåñëa di Vraja. Brahma Giri terdiri dari empat puncak yang merupakan empat kepala Dewa Brahma. Rumah dimana Çrémati Rädhäräëé tinggal adalah di atas salah satu kepala Dewa Brahma yaitu kepala depan Dewa Brahma. Varñäëä memiliki arena parikrama sepanjang + 7 Km, yang memerlukan waktu sekitar 2 jam untuk melakukan parikrama. Varñäëä terletak + 47 Km ke arah barat laut dari Våndävana. Dengan taxi, kita bisa sampai di tempat ini dalam jangka waktu 1,5 jam.

Tempat-tempat di Varsana dalam Parikrama

1. Sankari khor

Dekat dengan terminal kendaraan umum, kita akan melihat tangga yang menuju ke temple utama, namun untuk melakukan parikrama, kita harus mengambil jalan lurus di sini. Dalam parikrama, setelah melewati pasar kecil dan perumahan penduduk lokal, kita akan sampai di tempat yang disebut dengan “Sakara Gully (Sakari kor)”. “Sakara” berarti sempit. Sakara gully berarti jalan setapak (jalan sempit). Tempat ini terletak di antara puncak di mana rumah Rädhäräëé berada dengan salah satu dari keempat puncak Brahmagiri. Para gopé biasanya melewati jalan ini saat membawa produk susu untuk dijual. Çré Kåñëa dan para gopa yang lain sering menghadang para gopé di tempat ini untuk mempermainkan mereka dengan meminta pajak jalan. Ketika para gopé menolak untuk membayar pajak, Çré Vrajendra nandana, Kåñëa, mengambil bongkahan batu dan melempari pot yang terbuat dari tanah yang berisi produk susu yang dibawa oleh para gopé. Kita masih bisa melihat beberapa pecahan pot tanah tersebut di tempat ini namun sudah mengeras atau membatu.

Kegiatan mungut pajak di Varñäëä

Seperti biasanya, Kåñëa selalu berusaha untuk menikmati bersama para penduduk Vraja dalam berbagai aktivitas. Suatu hari, Kåñëa ingin mempermainkan para gopé yang sedang membawa produk susu mereka

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

148

Page 173: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

di daerah yang di sebut Saìkari khor, jalan sempit di atas bukit Brahmagiri di Varñäëä. Kåñëa tahu bahwa para gopé akan lewat di tempat ini setiap hari membawa produk susu mereka sehingga Kåñëa bersama teman-teman gembala sapiNya menungu mereka di tempat ini. Karena tempat ini merupakan tempat yang sangat sempit dan lebih-lebih lagi merupakan perbukitan, maka para gopé akan mengalami kesulitan untuk berjalan di tempat ini. Ketika para gopé tiba di tempat ini sambil membawa produk susu sapi di dalam pot yang mereka bawa, Kåñëa menghadang mereka dengan berdiri tepat di depan mereka. Menghalangi mereka di jalan yang sempit yang berbatu tersebut, para gembala sapi menuntut pajak toll karena mereka lewat di jalan itu setiap hari.

”Hey, gadis-gadis penyelundup!” Sapa para gembala sapi, ”Kalian melewati jalan ini setiap hari dan tidak pernah membayar pajak kepada Brajendra Nandana, yang merupakan pangeran di tanah Vraja. Hari ini kalian tidak akan bisa lolos dari kami. Kalian harus membayar pajak toll untuk lewat disini.” ”Kami tidak mempunyai uang untuk membayar pajak” Çrémati Rädhäräëé menyahut. Membalas kalimat bunga hati-Nya, Çré Kåñëa melantunkan kalimat dengan manis ”terus!! Apa yang kamu miliki untuk membayar pajak?”. Sambil menikmati senda gurauan

Gambar: Sankari khor di Varsana

Varñäëä

149

Page 174: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kåñëa, para gopé menjawab ”Kami penjual susu yang sangat miskin jadi kami hanya punya yogurt dan mentega ini”. ”Nah, kalian bisa berikan itu sebagai pajak kan?” Sahut Kåñëa. Gopé menjawab: “tetapi kami harus membawa barang ini ke desa seberang untuk yajïa, jadi kami ngak bisa memberikan ini kepadaMu”. ”Kalau begitu, kalian harus mengambil jalan lain, dan jangan lewat di jalan ini”. jawab Kåñëa. ”Karena ini jalan tol, setiap orang yang lewat mesti membayar pajak tol” Kåñëa melanjutkan. Gopé menjawab: “kami tidak bisa lewat di jalan selain jalan ini karena ini adalah satu- satunya jalan untuk menuju ke desa seberang”.

Pembicaraan antara para gopé dengan gopa berlangsung beberapa saat sambil Kåñëa dan Rädharani menikmati senda gurauan satu sama lain. Akhirnya Çrématé Rädhikä, memaksa untuk melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan Kåñëa dan gembala sapi lainnya. Namun Kåñëa dan teman-temanNya memaksa mereka untuk kembali dengan menghadang mereka di depan jalan sempit tersebut. Namun karena para gadis memaksakan diri, akhirnya Kåñëa mulai melempari pot tanah yang dibawa oleh para gopé, khususnya yang dibawa oleh Çré Rädhä, yang berisi produk susu sehingga pot-pot tersebut pecah. Ketika yogurt dan mentega berjatuhan di atas batu, Kåñëa dan para gembala sapi lainnya mengambil mentega dan yougurt tersebut dan mulai memakannya. Dengan demikian, Kåñëa menikmati kegiatanNya dengan mempermainkan para gopé di tempat ini. Jaya Çré Çri Rädhä Kåñëa 2. Chiksoli

Setelah menyebrangi sakhari khor, kita akan sampai ke sebuah desa tempat Çrématé Citra Devé dilahirkan. Desa ini dikenal dengan Chiksoli.

3. Dohani Kunda dan Bihar Kunda

Dohani Kunda adalah tempat dimana biasanya sapi-sapi diperah susunya oleh para gembala sapi di Varñäëä. Dohani berarti memerah susu. Rädhä dan Kåñëa sering bermain di dekat kunda ini. Bihara Kunda adalah tempat dimana Rädhä dan Kåñëa bertemu satu sama lain. Kedua kunda ini terletak dekat dengan Ciksholi.

4. Maan mandir

Suatu hari Çrimati Rädhikä merasa tidak dihiraukan oleh Çré Kåñëa

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

150

Page 175: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Gambar: Pemandangan desa Chiksoli

Gambar: Maan mandir

Varñäëä

151

Page 176: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

sehingga Beliau menunjukan rasa marahNya. Maan berarti marah. Tempat ini merupakan tempat untuk mengingat kegiatan Rädharané marah kepada kekasihnya, Kåñëa. Maan mandir terletak di Maan garha, salah satu dari puncak Brahma-giri. Di tempat inilah Çré Rädhikä memperlihatkan amarahnya kepada Kåñëa.

5. Mayur kutir

Mayur atau juga disebut Mor berarti burung merak. Suatu hari Çrématé Rädharané merasa kesal karena Beliau menganggap bahwa di daerah ini tidak ada burung merak yang indah sedangkan beliau berkeinginan untuk melihat tarian merak. Mengerti keinginan Çrématé Rädharané, Çré Kåñëa muncul dengan berpakaian seperti burung merak dan mulai menari di depan Çrématé Rädhikä. Dengan demikian Çré Rädhä menjadi puas.

Di Mayur kutir ini, ada seorang Gaudia Vaisnava yang dalam kondisi buta melakukan bhajana beberapa tahun yang lalu. Suatu hari di dalam samädhinya, dia mendapat darsan Çré Rädhä Kåñëa yang sedang menari berpakaian seperti burung merak. Namun setelah beberapa saat, penyembah ini terbangun dan tidak bisa melihat kegiatan ini meskipun beliau berusaha untuk bermeditasi lagi. Karena hal ini, beliau mulai menangis dan berdoa kepada Çré Çré Rädhä Kåñëa untuk memberikan lagi kesempatan darsan pada tarian tersebut. Suatu malam, Çré Rädhikä datang didalam mimpi penyembah ini dan menyuruhnya mulai melukis bentuk yang dia lihat dalam samädhi. Penyembah ini memberitahukan kepada Çré Rädhikä bahwa dia bukanlah seorang pelukis dan lebih dari itu, dia dalam keadaan buta, jadi mustahil untuk dia melukis bentuk yang dia lihat di dalam samädhi. Namun Çré Rädhä menegaskan kembali kepada penyembah tersebut untuk memulai mengumpulkan alat-alat

Gambar: Kåñëa menari berpakaian seperti burung merak.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

152

Page 177: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

untuk melukis dan mulai melukis sesegera mungkin. Çréàaté Rädhärané juga meyakinkan penyembah tersebut bahwa beliau akan mengatur segalanya. Setelah penyembah ini terbangun, beliau merasa sangat bahagia dan mulai menjalankan perintah Çré Rädhikä. Akhirnya, setelah semua bahan untuk melukis terkumpul, beliau mulai melukis hanya mengikuti gerakan tangannya. Akhirnya setelah lukisan itu selesai, ternyata, beliau berhasil melukis bentuk Rädhä-Kåñëa sesuai dengan lélä yang beliau saksikan dalam samädhinya. Lukisan ini masih disimpan di Mayur kutir sampai sekarang dan siapapun yang berkunjung ketempat ini akan mendapat kesempatan untuk darsan pada lukisan ini asalkan kunjungan itu tepat pada jam darsan. Jay Çré Rädhä Kåñëa

6. Dana mal

Setelah darsan di Mayur kutir, kita akan melanjutkan perjalanan mengikuti jalan parikrama di atas bukit Brahma giri. Setelah beberapa meter kita akan sampai di sebuah tempat bernama Dan mal. Ini adalah tempat dimana para gopé mengayunkan Çré Çré Rädhä Kåñëa. Ada sebuah kuil ditempat ini, bernama Çré Dana-Bihari ji. Dan berarti sedekah.

Gambar: jalan setapak pada Parikram Marg di puncak

Brahma giri.

Gambar: Çré Çré Rädhä Dan Bihari ji di Dana mal-

Varsana

Varñäëä

153

Page 178: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Ada seorang brahmana yang sangat miskin yang mempunyai seorang putri yang harus dinikahkan. Namun karena kemiskinan brahmana ini, dia tidak punya harta benda sama sekali untuk memberikan mas kawin untuk menikahkan putrinya. Suatu hari istri brahmana tersebut mengirim si brahmana untuk meminta-minta sedekah untuk mengawinkan putrinya. Istrinya menegaskan agar dia tidak kembali sebelum mendapatkan harta secukupnya untuk dijadikan mas kawin. Karena mengingat tangung jawabnya sebagai orang tua, brahmana ini memutuskan untuk meminta sedekah untuk menikahkan putrinnya. Akhirnya, brahmana ini menemui Kåñëa di tempat ini dan meminta sedekah kepada Kåñëa. “namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca”, Kåñëa yang mempunyai kasih sayang kepada brahmana dan para sapi, mengatur segala sesuatunya agar brahmana ini mendapatkan perhiasan emas seberat Çré Rädhä. Karena itu Krsna yang dipüjä di tempat ini dikenal dengan nama Dan Bihari Ji.

8. Jaypur Mandir (Kushal Bihari Ji mandir)

Gambar: Jayapur Mandir

Sekitar 50 meter dari Dan mal, ada sebuah kuil besar yang dibangun oleh raja dari Jayapur untuk mengingat kegiatan Radha Kåñëa di daerah ini.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

154

Page 179: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kuil ini dikenal dengan nama Jayapur mandir karena bangunan ini di bangun seperti bangunan traditional di Jayapur.

9. Istana Çré Våsbahanu (larily lal mandir)

Istana Çré Våsabhanu terletak di atas kepala depan Dewa Brahma yang merupakan salah satu puncak Brahma giri. Kuil ini merupakan kuil utama di Varñäëä dan merupakan kuil yang sangat megah sekali. Di sini arca Çré Çré Rädhä Kåñëa dipuja. Arca tersebut adalah arca yang dinstalasi oleh Çré Vajranäbha. Larily lal berarti “yang tercinta” jadi karena ini adalah tempat Çré Rädhä, maka tempat ini adalah tempat yang sangat di

Gambar 1: Dome Larily Mandir-Varsana

Gambar 2: Halaman depan Larily Mandir

Gambar 3: Pintu masuk Larily Mandir

Varñäëä

155

Page 180: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

cintai oleh Çré Kåñëa. Dari kuil ini, kita bisa melihat pemandangan desa yang sangat indah. Kita bisa melihat hampir seluruh daerah Varñäëä yang terdiri dari bangunan terbuat dari batu bata dari depan kuil ini. Rumah-rumah penduduk kebanyakan menggunakan cat rumah berwarna biru langit dan ini akan mengingatkan kita dengan Kåñëa yang warna badannya kebiru-biruan. Di dalam areal kuil, ada banyak lukisan-lukisan Kåñëa melakukan lélä bersama para gopé yang terlukis di tembok kuil. Dekat dengan kuil utama ini, saat kita mau meninggalkan kuil utama ini, setelah melewati beberapa tangga turun dari puncak bukit, dipertengahan perjalanan, di sebelah kanan, kita akan menemukan sebuah kuil yang merupakan tempat di mana kakek dan nenek Çré Rädhä, orang tua Våsabhanu, tinggal. Saat ini di kuil ini kita bisa darsan pada murti dari kedua orang tua Våsabhanu. Rädhäräëé ki jay Maharani ki jayVåsabhanu dulal la kijay jay jay..Jay Çré radha Kåñëa Ki jay jay jayÇré Varñäëä Rané Ki jay jay jay 10. Pila Pokhara

Pokhara berarti kolam. Pila Pokhara adalah sebuah kunda (kolam) dimana Çré Rädhikä mencuci tangan Beliau yang terhiasi dengan serbuk kunyit.

Gambar: pemandangan desa Varsana dari Larily mandir

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

156

Page 181: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Ibu Yäsodä sangat menyayangi Çré Rädhä dan beliau menginginkan Çré Rädhä menikah dengan putranya Çré Kåñëa. Suatu hari ketika Çré Rädhä datang ke Nanda grama seperti biasa, ibu Yäsodä menghiasi tangan Çrématé Rädharané dengan kunyit. Ini merupakan suatu tradisi di India, khusunya di Vraja bumi, bahwa kalau seorang ayah atau ibu setuju untuk menikahkan anaknya dengan seorang gadis, persetujuan ini akan diperlihatkan secara formalitas dengan menghiasi tangan si gadis yang akan menjadi menantu mereka dengan kunyit. Çré Rädhä merasa sangat malu karena tanganya dihiasai dengan kunyit dan Beliau segera pulang dari Nanda gaon dan mencuci tangannya di tempat ini. Begitu Beliau mencuci tanganya, warna kolam berubah menjadi kekuning-kuningan.

Pila Pokhara terletak di lembah bukit Brahma Giri dekat dengan areal parkir. Hampir semua penduduk setempat mengetahui tempat ini.

11. Prema Sarovara

Gambar: Prema Sarovara

Kadang-kadang Kåñëa juga mengembalakan sapi di daerah ini. Suatu hari para sapi menjadi sangat haus. Mengetahui keadaan ini, Kåñëa menancapkan seruling Beliau di tanah sehingga membentuk sebuah kolam tempat sapi meminum air.

Varñäëä

157

Page 182: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Prema sarovar terletak diantara Nanda Gram dan Varñäëä. Prema berarti “cinta” dan sarovara berarti kolam. Suatu hari Çré Kåñëa dan Çré Rädhä sedang duduk bersama di tempat ini. Tiba-tiba ada seekor lebah madu berterbangan mengelilingi mereka. Kåñëa merasa tergangu oleh lebah madu ini dan meminta temanNya untuk mengusir lebah tersebut. Setelah teman-teman Kåñëa berhasil mengusir lebah madu tersebut, dia berteriak “Madu telah pergi”. Madu berarti lebah madu. Kåñëa juga kadang-kadang dikenal dengan nama “Madhu”. Jadi ketika Çré Rädhika mendengar bahwa madu telah pergi, meskipun Beliau sedang duduk bersama Çré Kåñëa, beliau berangapan bahwa Kåñëa telah pergi dari tempat itu. Karena itu Çré Rädhä merasakan perpisahan yang sangat dalam dari Çré Kåñëa dan mulai menanggis. Ketika Çré Kåñëa melihat Çré Rädhä menangis, Kåñëa juga mulai merasa sedih melihat kekasih tercintaNya menangis. Air mata dari tangisan Çré Çré Rädhä Kåñëa mengalir dan membentuk sebuah kunda di tempat ini. Karena itu tempat ini disebut dengan Prema Sarovara.

Kunda ini merupakan kunda yang sangat indah dan luas. Prema Sarovara terletak agak masuk ke dalam dari jalan raya. Tapi tidak sulit untuk menemukan tempat ini karena ada pelang besar yang terpapang di jalan raya, menunjukan “PREMA SAROVA”.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

158

Page 183: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Bab VINanda Grama

Nanda Grama adalah tempat Nanda Maharäj tinggal setelah meninggalkan Gokul seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tempat ini terletak di sekitar bukit Nandéçvara yang merupakan perwujudan Dewa Çiva sendiri. Sampai Kåñëa berumur + 6 tahun, Nanda Maharäj tinggal di Gokul, di seberang sungai Yamunä. Namun karena ada banyak gangguan dari para raksasa setelah kemunculan Kåñëa, Upananda, Kakak laki-laki Nanda Maharäj, menganjurkan untuk kembali ketempat asal mereka di Nandéçvara. Karena selain gangguan dari raksasa akan berkurang, mereka berpikir bahwa tempat itu merupakan tempat yang ideal untuk mengembalakan sapi-sapi dengan keberadaan bukit Govardhan dan Yamunä yang bisa memberikan rumput dan air yang tak terbatas. Selain itu hutan Våndävana juga penuh dengan rumput hijau dan tumbuhan obat yang sangat bagus bagi sapi-sapi. Nanda-grama terletak sekitar 48 Km ke arah barat laut dari Vådävana.

Tempat-tempat di Nanda Grama

1. Nanda Bhavan

Nanda Bhavan juga dikenal dengan kuil Nanda-grama. Kuil ini terletak di atas bukit Nandiçvara. Sebelum kita mendaki bukit ini untuk darsan di Nanda Bhavan, kita hendaknya berdoa kepada dewa Çiva yang berada

159

Page 184: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dalam bentuk bukit Nandéçvara karena kita akan menginjakan kaki di atas badan beliau dan mohon agar beliau berkenan memberikan berkat sehingga cinta kasih kita kepada Kåñëa akan semakin berkembang.

Di kuil utama ini ada sebuah Çiva Lingam yang diinstalasi oleh Vajranäbha. Sebelum kita darsan pada Çré Kåñëa Balaräma dan Nanda Baba di altar utama, kita hendaknya darsan pada dewa Çiva di sini. Ada sebuah kisah kedatangan dewa Çiva di tempat ini. Suatu hari dewa Çiva datang ke Nanda-grama untuk darsan kepada Kåñëa tetapi karena beliau tidak kelihatan seperti orang biasa, namun berpakaian aneh dan memakai kalungan ular, ibu Yaçodä mengira bahwa dirinya adalah sesosok raksasa yang datang lagi untuk menggangu Kåñëa. Karena rasa resah atas pengalaman-pengalaman sebelumnya, ibu Yaçodä tidak mengijinkan dewa Çiva menemui Kåñëa dan menutup pintu rapat-rapat.

Gambar: Pintu gerbang di Nanda Bhavan

Gambar: Çiva Liìgam di Nanda Bhavan.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

160

Page 185: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Karena dewa Çiva tidak diijinkan menemui Kåñëa, beliau meninggalkan rumah Nanda Maharäja dan duduk bermeditasi pada Kåñëa di lembah bukit Nandéçvara. Saat itu, Kåñëa mulai menangis terus-menerus. Ibu Yaçodä berusaha menenangkan Kåñëa, namun Kåñëa tidak ada perubahan sama sekali. Alasan kenapa Kåñëa menangis adalah karena Kåñëa merasa tidak bahagia ketika penyembahNya yang datang ke rumahNya tidak diperlakukan dengan baik oleh ibu Yaçodä meskipun ini dilakukan oleh ibu Yaçodä karena rasa kasih sayangnya terhadap Kåñëa.

Ketika seseorang mengabaikan penyembah, khususnya kalau seorang penyembah datang ke rumah seseorang, maka Kåñëa juga tidak akan merasa puas. Dengan demikian seseorang hendaknya sangat berhati-hati berhubungan dengan penyembah dan berusaha memuaskan mereka. Ada banyak contoh dalam kitab suci dimana seseorang menemui kehancurannya setelah melakukan kesalahan kepada para penyembah. Seperti contoh di dalam Çrémad Bhägavatam, Daksa yang kehilangan kepalanya dan diganti dengan kepala kambing karena melakukan kesalahan kepada dewa Çiva. Çrémad Bhagavatam menguraikan

Gambar: Halaman di depan altar utama di Nanda-gram.

Nanda Grama

161

Page 186: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“vaiñëavänäà yathä çambhuù” diantara para vaisnava, dewa Çiva adalah yang terbaik. Jadi karena secara tidak sengaja ibu Yaçodä telah melalaikan dewa Çiva, maka Kåñëa merasa tidak bahagia sehingga Beliau menangis terus-menerus. Selain itu, alasan kenapa Kåñëa menangis adalah karena Kåñëa berkeinginan untuk menemui penyembahNya tetapi karena ibu Yaçodä merasa takut akan raksasa, akhirnya Kåñëa tidak bisa menemui penyembahNya. Kåñëa akan merasa sangat sedih jika beliau tidak melihat penyembahNya.

Karena Kåñëa menangis terus-menerus, ibu Yaçodä mulai berpikir bahwa mungkin karena beliau telah melakukan kesalahan pada seorang tamu yang datang untuk menemui Kåñëa. Menyadari hal ini, akhirnya ibu Yaçodä mengirim beberapa pelayannya untuk mencari sadhu yang ingin menemui Kåñëa. Ketika Dewa Çiva datang dan menemui Kåñëa, akhirnya Beliau langsung berhenti menangis. Jay Çiva Mahädeva. Setelah kita darsan dan mengambil debu kaki padma Dewa Çiva serta memohon berkat dari beliau, kita akan menuju ke depan altar di kuil utama. Di kuil ini ada arca Nanda Maharäj, Yaçodä, Kåñëa-Balaräma, Çrémati

Rädhäräëé, dan dua teman Kåñëa, Sudama dan Madhumaìgala. Disini, Arca Kåñëa Balarämaa agak spesial karena Kåñëa dan Balaräma memegang seruling yang biasanya hanya Kåñëa yang memegang seruling. Setelah darsan, kita bisa naik ke atas lewat tangga di belakang altar. Dari atas di tempat ini kita bisa melihat daerah Nanda Gaon dengan jelas. Kita juga bisa melihat “ Akrura marg, tempat dari mana Akrura membawa Kåñëa ke Matura. Udhava kyari, tempat Uddhava bertemu dengan para gopi yang terletak diantara Nanda Gaon dan Varsana juga terlihat dari sini.

Gambar: Kunjungan Udhava ke Våndävana

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

162

Page 187: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Uddhava yang merupakan saudara sepupu Çré Kåñëa mempunyai sifat dan bahkan bentuk tubuh yang hampir sama dengan Kåñëa. Suatu hari Uddhava merasa sebagai orang yang paling dekat dengan Kåñëa. Mengerti perasaan Uddhava, Çré Kåñëa ingin menunjukan keagungan penduduk Vraja kepadanya sehingga Beliau mengirim Uddhava ke Våndävana dengan alasan untuk menyampaikan pesan kepada para penduduk Vraja. setelah menyaksikan keagungan para gopi dan penduduk Vraja lainnya yang mempunyai rasa cinta yang sangat dalam kepada Kåñëa, Uddhava merasa dirinya sama sekali tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan mereka. Karena itu Beliau berdoa bahkan kalau diijinkan untuk lahir sebagai rumput di Våndävana akan merupakan suatu anugrah yang sangat luhur baginya. Setelah Uddhava menyampaikan pesan Kåñëa kepada para penduduk Vraja, dia kembali ke Mathura setelah tinggal selama satu bulan di Våndävana. Diuraikan bahwa setelah Çré Kåñëa mengakhiri kegiatanya di dunia material ini, Uddhava pergi ke Badri Nath atas perintah Kåñëa dan kemudian kembali ke Vraja bumi dan tinggal sampai sekarang di Vraja bumi melakukan bhajannya. Uddhava tinggal di daerah Kusum Sarovar, di Govardhan. Kalau seseorang berkualifikasi, dia akan mampu melihat Udhava di Kusuma Sarovara. Çré Uddhava Ki jay

2. Narasimha mandir

Narasiàha mandir terletak di lembah bukit Nandisvara. Di kuil ini terdapat 3 arca yang tela dipuja oleh Nanda Maharäja sendiri yaitu, Çré Narasiàha, Çré Narayana, dan Çré Varahadeva. Karena Vraja sering sekali didatangi oleh raksasa yang berusaha menggangu Kåñëa, Nanda Maharäj merasa

perlu memuja Çré Narasiàha dan Çré Varahadeva untuk melindungi Kåñëa dari serangan para raksasa. Sedangkan arca Näräyaëa adalah arca keluarga Nanda Maharäj yang sudah beliau puja dari sebelumnya. Dari ketiga arca ini, Arca Näräyaëa telah dihancurkan oleh pasukan muslim dibawah pemerintahan Gambar: Altar di Çré Nåsiàha Mandir.

Nanda Grama

163

Page 188: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Gambar 1: Arca Çré Varähadev Gambar 2: Arca Çré Narasiàha

Gambar: Arca Çré Näräyana yang sudah dihancurkan oleh orang muslim

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

164

Page 189: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Aurangzeb yang menyerang dan menghancurkan kuil Hindu di Vraja bumi. Çré Narasiàha deva dan Çré Varäha deva masih utuh dan pemujaan masih dilanjutkan sampai sekarang. Satu hal yang sangat khusus pada Çré Narasimha disini adalah beliau bertindak seperti orang tua, dengan demikian beliau tersenyum dan penuh kasih sayang bagaikan Nanda Maharäj menyayangi Kåñëa. Jay Narasimha

3. Haubilau

Suatu hari ketika Kåñëa bermain dengan teman-temanNya, Kåñëa menjadi terlalu khusuk dalam permainanNya. Karena hari sudah mulai agak siang, ibu Yaçodä mengirim ibu Rohiné memangil Kåñëa dan Balaräma untuk makan siang. Namun karena saking khusuknya bermain, Kåñëa dan Balaräma mengabaikan ibu Rohiné dan melanjutkan permainan bersama teman-temanNya. Karena Ibu Rohiné tidak berhasil memangil Kåñëa dan Balaräm, kemudian ibu Yaçodä sendiri yang datang memanggil mereka. Çrémad Bhagavatam menguraikan dengan sangat indah sekali bagaimana Ibu Yaçodä memangil Kåñëa dan Balaräma agar berhenti bermain dan menyuruh mereka pulang makanan siang sebagai berikut,

kåñëa kåñëäravindäkñatäta ehi stanaà piba

alaà vihäraiù kñut-kñäntaùkréòä-çränto ‘si putraka

he rämägaccha tätäçusänujaù kula-nandanaprätar eva kåtähäras

tad bhavän bhoktum arhati “Ibu Yaçodä berkata: Oh anak kesayanganku, Kåñëa yang mempunyai mata seindah bunga padma, datanglah kesini dan minum susu dari payudaraku. Anak kesayanganku, kamu pasti sudah sangat payah karena rasa lapar dan letih bermain begitu lama. Jadi kamu tidak perlu bermain lagi.”

“Oh Baladeva yang ku sayangi, yang terbaik diantara keluarga kita,

Nanda Grama

165

Page 190: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

datanglah segera bersama adikmu Kåñëa. Kalian berdua hanya makan di pagi hari, jadi sekarang kalian harus makan sesuatu lagi.”

Ibu Yaçodä melanjutkan memangil Kåñëa dan Balarämaa seperti ini namun mereka tidak menghiraukan kata-kata Ibu Yaçodä karena terlalu asyik bermain bersama teman-temanNya. Ibu Yaçodä mulai mengatakan pada Kåñëa dan Balaräma bahwa ayahNya, Nanda Maharäj, sudah menungu mereka untuk makan siang. Nanda Maharäj tidak mau makan sebelum mereka berdua datang. Namun tetap mereka mengabaikan panggilan Ibu Yaçodä. Akhirnya, Ibu Yaçodä datang mendekati Kåñëa dan Balaräma lalu memaksa mereka pulang dengan mengambil tangan mereka berdua. Ibu Yaçodä mulai menakut-nakuti Kåñëa dengan mengatakan, He Kanaiya! He Räma! Kalau kalian tidak mau pulang sekarang dan masih bersikeras bermain, kalian lihat dua raksasa ini? Kata ibu Yaçodä sambil menunjukan patung besar di tempat itu. Kalian tahu, Mereka akan memakan kalian. karena itu kalian harus pulang sekarang. Di desa-desa seperti di Vraja bumi saat itu, biasaanya ada patung besar yang kelihatan seperti raksasa. Di dalam bahasa Vraja basa, orang-orangan seperti ini disebut “Hau”. Karena disini ibu Yaçodä menakut-nakuti Kåñëa dengan mengatakan bahwa kalau mereka tidak mau pulang untuk makan siang, Hau ini akan memakan mereka, karena itu tempat ini dikenal dengan nama “ Haubilau”.

Meskipun Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana diuraikan di dalam Çrémad Bhägavatam bahwa bahkan hanya nama suci Beliau sendiri ditakuti oleh kepribadian rasa takut “yad bibheti svayaà bhayam”, namun ketika ibu Yaçodä menakut-nakuti Kåñëa dan Balaräma dengan patung hau tersebut, Kåñëa kelihatan menjadi ketakutan. Sebenarnya ini adalah pengaruh dari rasa cinta kasih seorang ibu kepada Kåñëa yang dimiliki oleh ibu Yaçodä. Seorang penyembah murni seperti ibu Yaçodä, bahkan mampu menakut-nakuti Keperibadian Tuhan Yang Maha Esa karena kasih sayang yang dimilikinya. Meskipun para Yogi yang telah melakukan pertapaan bertahun-tahun, mereka tidak mampu bahkan untuk bermeditasi pada sinar suci yang bersinar dari kaki padma Beliau. Namun seorang penyembah seperti ibu Yaçodä mampu mengendalikan Kåñëa dengan rasa kasih sayangnya di dalam pengabdian suci bhakti kepada Kåñëa.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

166

Page 191: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Berhubungan dengan kisah diatas, Çréla Visvanath Cakravarti menguraikan kenapa ibu Rohiné tidak berhasil memangil Kåñëa sedangkan ibu Yaçodä mampu mengajak Kåñëa pulang hanya dengan menakut-nakutiNya dengan patung Hau? Diuraikan bahwa, ketika ibu Rohiné memangil Kåñëa, Kåñëa sedang sangat khusuk bermain dengan teman-temanNya seperti Çrédama, Madhumaìgala dan lain-lain yang mempunyai rasa cinta bhakti yang jauh lebih dalam dari ibu Rohiné kepada Kåñëa. Karena rasa cinta bhakti teman-temanNya yang sangat tinggi, Çré Kåñëa mengabaikan ibu Rohiné. Namun, meskipun teman-teman Kåñëa mencintai Kåñëa dengan sangat dalam di dalam sakhya rasa, namun lebih tinggi dari sakhya rasa adalah Vatsalya rasa atau hubungan cinta bhakti sebagai orang tua. Di dunia rohani, setiap makhluk individu mempunyai hubungan mereka masing-masing dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan makhluk individu dengan Tuhan tersebut bersifat kekal. Kedudukan atau hubungan ini disebut dengan Svarupa. Ada lima hubungan yang menghubungkan makhluk individu dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di kerajaan Tuhan. Yang pertama adalah Santa rasa yaitu berada dalam kedudukan pasif seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan di Goloka Våndävana. Mereka semua berada di dalam santa rasa. Kemudian yang kedua adalah dasya rasa yaitu bertindak sebagai pelayan atau lebih jelasnya sebagai pembantu di rumah Nanda Maharäj. Kemudian lebih tinggi dari dasya rasa adalah sakhya rasa, yaitu sebagai sahabat Kåñëa dan Balarämaa. Diantara sahabat-sahabat Kåñëa, Çrédhama adalah yang terkemuka. Çrédhama adalah pemimpin anak-anak gembala sapi setelah Kåñëa dan Balaräma. Kemudian yang lebih tinggi dari sakhya rasa adalah Vatsalya rasa yaitu penyembah bertindak sebagai orang tua Kåñëa. Diantara semua yang memiliki hubungan vatsalya rasa, ibu Yaçodä adalah yang paling terkemuka. Dan yang terakhir, hubungan yang paling tinggi seseorang bisa capai di dalam kesempurnaan kehidupan rohani adalah madhurya rasa, yaitu berhubungan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai kekasih. Di dalam madhurya rasa, Çrémati Radharani adalah yang paling terkemuka.

Jadi diantara penduduk Vraja yang mempunyai hubungan sakhya rasa dengan Kåñëa, Çrédama adalah yang paling terkemuka dan diantara mereka yang mempunyai hubungan vatsalya rasa, ibu Yaçodä adalah yang terkemuka. Dengan demikian, ketika ada persaingan seperti ini, Kåñëa dipaksa oleh rasa cinta sehingga harus memilih penyembah yang memiliki rasa cinta yang lebih tinggi. Meskipun Çrédhama adalah teman

Nanda Grama

167

Page 192: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

tercinta Kåñëa yang memiliki kasih sayang kepada Kåñëa paling tinggi dibandingkan dengan teman-teman lainnya, namun Ibu Yaçodä berada pada kedudukan yang lebih tinggi dari Çrédhama yaitu didalam vatsalya rasa dan beliau adalah kepribadian yang memiliki rasa kasih sayang yang tertingi diantara para tetua penduduk Vraja termasuk Nanda Maharäj. Sedangkan ibu Rohiné, jika dibandingkan dengan Çrédhama, kekuatan daya tarik cinta bhaktinya kepada Kåñëa masih belum cukup untuk menaklukkan cinta kasih Çrédhama kepada Kåñëa. Karena itu, saat ibu Rohiné memanggil Kåñëa, beliau tidak diperhatikan oleh Kåñëa karena sedang sibuk bermain dengan teman-temanNya yang salah satunya adalah Çrédhama.

Dulunya patung Hau masih ada di Haubilau namun beberapa tahun lalu, patung ini dicuri oleh orang-orang yang tidak bertangung jawab. Meskipun demikian, tempat ini masih memberikan kita kesempatan untuk mengingat kegiatan Kåñëa seperti yang diuraikan diatas. Setelah mengambil debu dari tempat ini dan meletakannya diatas kepala kita, kita akan melanjutkan untuk mengunjungi tempat-tempat berikutnya.

4. Yaçodä KundaYaçodä Kunda terletak tepat di sebelah Haubilau. Ada jalan setapak yang menghubungkan Haubilau dengan Yaçodä Kunda. Ibu Yaçodä memandikan Kåñëa di kunda ini hampir setiap hari.

5. Nanda Kunda dan Nanda BhaitakKeluar dari Yaçodä Kunda kemudian belok kiri, setelah + 300 meter kita akan sampai di sebuah bangunan kuil kecil dan sebuah kunda di luar bangunan ini. Tempat ini dikenal dengan nama Nanda Bhaitak dan kunda ini bernama Nanda Kunda. Biasanya ketika ada hal-hal yang perlu dibicarakan dengan penduduk setempat, atau kalau ada bahaya dan lain-lain, Nanda Maharäj akan mengadakan pesamuhan bersama para penduduk Vraja di sini. Bhaitak berarti tempat duduk. Nanda Bhaitak berarti tempat dimana Nanda Maharäj duduk bersama para peduduk setempat dipimpin oleh Upananda untuk mendiskusikan keadaan mereka. Biasanya Nanda Maharäj mandi di kunda di dekat sini, yaitu di Nanda Kunda.

Tempat ini juga mempunyai kenangan yang khusus bagi para Gaudiya Vaisnawa karena Sanätana Gosvämé tinggal di tempat ini beberapa hari

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

168

Page 193: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

atas permintaan penduduk setempat. Biasanya Sanätana Gosvämé tidak akan tinggal di satu desa lebih dari satu hari, tapi karena rasa cinta yang dalam para penduduk di tempat ini yang meminta beliau untuk tinggal, beliau bersedia tinggal di sini beberapa hari.

6. Ma’ath

Gambar: Ma’ath pot yang dipakai oleh Yaçodä untuk mengocok susu.

Ma’ath adalah pot tanah yang dipakai oleh ibu Yaçodä mengocok susu asam untuk membuat mentega. Tempat ini terletak dekat dengan Narasimha mandir. Kita masih bisa melihat sebuah pot yang sangat besar yang diameternya + 1,3 meter dan tinginya + 1.5 meter. Seseorang bahkan bisa masuk kedalam pot tanah ini. Ini menunjukan kepada kita perbedaan ukuran manusia di jaman Treta yuga. Kita bisa membayangkan kalau pot yang dipakai sehari-hari sebesar ini, maka orang yang memakai pasti sangat besar.

Nanda Grama

169

Page 194: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

7. Pävana Sarovar

Gambar: Pävana Sarovar

Pävana Sarovar terletak di lembah bukit Nandéçvara, sekitar 0,5 meter dari tempat parkir sebelum memasuki kuil utama. Diuraikan bahwa tempat ini adalah salah satu kolam favorit Kåñëa. Kadang-kadang, ibu Yaçodä juga memandikan Kåñëa di sini. Kåñëa biasanya memandikan sapi-sapi dan memberikan mereka minum di kolam ini setelah Beliau mengembalakan sapi-sapi di hutan.

Ada sebuah sumur di tepi kolam ini. Sumur ini adalah sumur dimana Çrémati Rädhäräëé mengambil air yang dipakai memasak untuk Kåñëa. Karena ibu Yaçodä mendengar berkat yang diterima oleh Çré Rädhä yang diberikan oleh Mahäåsi Durväsä Muni, bahwa siapapun yang memakan makanan yang dimasak oleh Çrémati Rädhäräëé, tidak akan pernah jatuh sakit. Karena itu, ibu Yaçodä meminta Çré Rädhikä memasak untuk Kåñëa setiap hari. Beliau biasanya memasak di daerah sekitar tepi kunda ini.

Bhajan kutir Çré Sanätana Gosvämé berada di tepi kunda ini. Suatu hari, ketika Sanätana Gosvämé berada di tempat ini, Kåñëa datang kepada beliau di dalam mimpi dan memberitahukan kepada Sanätana Gosvämé bahwa arca Beliau dan KakakNya Balaräma, bersama orang tua-Nya, Nanda Maharäj dan Ibu Yaçodä ada di sebuah goa di bukit Nandéçvara.

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

170

Page 195: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Kemudian Sanätana Gosvämé mencari arca tersebut dan menemukan arca ini di tempat yang diberitahukan oleh Kåñëa dan kemudian diinstalasi di atas bukit di sini. Ini adalah arca yang tadinya kita lihat di Nandagram mandir atau Nanda Bhavan.

Selain itu, dekat bhajan kutir Çréla Sanätana Gosvämé adalah samädhi mandir dari Çréla Akiïcana Däs Bäbäjé Maharäj. Beliau adalah saudara seguru Çréla Prabhupäda yang merupakan penyembah yang sangat agung. Beliau dikenal sebagai rasika bhakta diantara saudara seguru beliau.

Ada sebuah kisah yang sangat menarik terjadi di tempat ini berhubungan dengan Nanda Maharäja. Suatu hari, Nanda Maharäj mendengar keagungan Prayag. Prayag adalah pemimpin dari semua tempat suci di seluruh jagat raya. Siapapun yang datang ke Prayag dan mandi di sungai Gaìga yang mengalir di daerah itu akan dibebaskan dari berbagai reaksi dosa. Mendengar keagungan ini, Nanda Maharäj berpikir untuk datang ke Prayag dan mengajak Kåñëa untuk mandi di sana. Ketika Kåñëa mendengar rencana Nanda Maharäj, Kåñëa agak tidak setuju namun Nanda Maharäj agak memaksakan untuk berkunjung ke Prayag. Kåñëa akhirnya setuju tapi meminta ayahNya untuk menunggu beberapa hari. Nanda Maharäj setuju dengan usul Kåñëa.

Sambil menunggu hari keberangkatan ke Prayag, Nanda Maharäj mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan dan pada saat yang sama melakukan kegiatan sehari-harinya. Suatu hari, di sore hari, Nanda Maharäj ingin mandi di Pävana Sarovar. Tiba-tiba dia melihat sesosok kepribadian yang menawan yang sangat besar namun badannya hitam. Nanda Maharäj berpikir “Apakah ini seorang raksasa yang datang untuk membunuh atau menggangu Kåñëa lagi?”. Kemudian Nanda Maharäj mendekati kepribadian ini dan bertanya “Tuan! Kalau saya boleh tahu, siapakah anda dan apa urusan anda datang ke tempat ini?” Kepribadian ini menjawab “ Aku adalah adalah Prayag”. Nanda Maharäj agak kebingungan, “ haa...Prayag? kenapa anda ada di sini? Prayag menjawab “Setiap hari orang-orang datang ketempatku untuk mandi dan meninggalkan dosa-dosa mereka di sana. sehingga setelah setahun berlalu, aku tidak akan mampu menahan beban dosa tersebut sehingga aku harus menyucikan diriku. Aku datang ke Pävana Sarovara ini hanya untuk mandi di sini dan menyucikan diriku dari dosa-dosa yang aku terima dari orang-orang yang datang kepadaku. Jadi, aku datang ke tempat ini setiap tahun untuk menyucikan diriku.

Nanda Grama

171

Page 196: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Mendengar dari kepribadian Prayag, Nanda Maharäj berpikir “Kalau Prayag datang ke tempat ini di Vraja untuk menyucikan diri dari dosa-dosa yang dia terima dari pengunjung Prayag, terus untuk apa aku harus pergi jauh-jauh ke Prayag untuk menyucikan diri”. Akhirnya Nanda Maharäj mengurungkan niatnya untuk pergi ke Prayag.

Sampai hari ini, tiap tahun akan ada perayaan di tempat ini untuk memperingati kedatangan Prayag menyucikan diri. Karena tempat ini membebaskan orang-orang yang datang dari reaksi dosa, tempat ini dikenal dengan nama Pävana Sarovara. Pävana berarti sesuatu yang menyucikan. Sambil berdoa untuk memohon karunia di tempat ini, semoga hati kita akan dibersihkan dari berbagai anartha. Kita bisa memercikan air dari kunda ini di atas kepala kita.

8. Moti Kunda

Kunda ini terletak sekitar 1,5 Km dari Pävana Sarovar. Di salah satu tepi Pävana Sarovar, ada jalan yang menghubungkan Nanda gaon dengan desa tetangga. Kalau kita ikuti jalan ini, setelah 1,5 Km kita akan sampai di sebuah kuil kecil di sebelah kanan jalan + 100 meter masuk kedalam. Di depan kuil ini ada sebuah kunda. Kunda itu adalah Moti kunda.

Gambar: Moti Kunda

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

172

Page 197: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Moti berarti mutiara. Disini Kåñëa menanam dan mengasilkan mutiara. Suatu hari, ketika Çré Kåñëa berada di Dvaraka bersama permaisurinya, Satyabama, sedang berbicara seperti suami istri biasa yang membicarakan tentang diri mereka masing-masing. Saat itu Satyabama bertanya “O tuanku yang tercinta, dari mana sebenarnya mutiara yang menghiasi gelang ku ini anda dapatkan? Saya dengar mutiara ini dihasilkan dari tumbuhan menjalar di Våndävana.

Mendengar pertanyaan Satyabama ini, Kåñëa teringat dengan kegiatan Beliau di Våndävana dengan para gopi dan mulai merasakan rasa rindu di dalam hatinya kepada para penduduk Vraja khususnya kepada para gopé. Namun di luar, Kåñëa hanya tersenyum dan menjawab “ Priye!! Iya..., mutiara ini berasal dari tumbuhan menjalar. Suatu hari di bulan kartik, ada sebuah festival Dipamalika di Govardhan. Pada saat festival tersebut, ada banyak lampu yang menghiasa area yang kelihatan seperti bintang-bintang yang berkedap-kedip. Para penduduk Gokula menghias daerah Gokula dengan sangat menakjubkan. Para gadis gembala sapi juga sibuk menghiasi rumah mereka dan juga badannya yang lembut dengan berbagai perhiasan. Diantara mereka, Çré Våñabhänu-suta, Rädhäräëé, sedang duduk di daerah kolam Malyahari bersama teman-teman para gopinya yang sedang sibuk menguntai kalungan mutiara.

Mengetahui hal ini dari burung parkitKu yang cerdik bernama Vicakkan, Aku langsung menuju ke tempat tersebut. Setelah sampai di sana, Aku meminta kepada Rädhä dan para gopi lainnya beberapa mutiara untuk menghiasi dua sapi kesayanganKu yang bernama Hungsi dan Harini.

Mendengar permintaanKu, para gadis gembala sapi tersebut bahkan tidak menatapKu namun dari pojok mata mereka melirikKu melalui sari yang menutupi wajah mereka yang indah yang hanya bisa dibandingkan dengan manisnya madu dari bunga minuman kekekalan. Tanpa melantunkan sepatah katapun, mereka melanjutkan menguntai mutiara menjadi kalung mutiara yang indah dengan keahlian mereka.

Saat itu, sekali lagi aku menyapa mereka “hei sakhé-gana! Kalian baru saja mendapatkan batu cintamani yang sangat mulia berupa kecantikan yang tidak terbandingkan, yang sangat menakjubkan bagaikan gunung yang besar. Apakah kebanggaan ini sekarang telah menutupi telinga kalian? Tolong perhatikan sebentar apa yang baru saja Aku sampaikan

Nanda Grama

173

Page 198: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dengan sangat ramah kepada kalian semua ”kata-kataKu ini kelihatannya bereaksi terhadap mereka.

Saat itu, para gopé mulai tertawa dan menatap satu sama lain. Kemudian Lalitä dengan sangat marah namun sambil tersenyum mulai menyapaku” Oh yang gagah berani! Kamu tahu, ini semua mutiara-mutiara yang sangat berharga dan sangat mahal, yang hanya cocok dipakai oleh seorang raja atau seorang ratu. Tapi kelihatannya ini akan sangat cocok untuk dikenakan pada semua kerbau dan sapi-sapiMu. Kalau begitu, kenapa kita tidak berikan saja semua mutiara ini kepadaMu sehingga Kamu bisa menghiasi sapi-sapiMu. Mendengar kata-kata Lalitä yang penuh dengan permainan, aku melanjutkan menyapa mereka “Hey kalian yang berpakaain sangat menarik! Kalian tidak perlu memberikan semua mutiara tapi paling tidak kalian memberikan beberapa dari mutiara tersebut yang akan pas untuk menghiasi keempat tanduk kedua sapi ini.

Setelah bersabar mendengarkan kata-kataKu Kemudian Lalitä mengambil semua mutiara dari para gopi dan memperlihatkan di depanKu dengan memutar-mutarkan mutiara tersebut dan berkata, ”He Kåñëa! Tidak satupun mutiara ini cocok untuk sapiMu. Apa yang mesti aku lakukan? Aku menjawab, Ayé lalite! Oh kau yang cerdik! Hentikan dan lupakan ini semua. Suatu hari kamu tidak akan berani memangilKu orang pelit.

Setelah Aku meminta mutiara namun tidak diberikan oleh mereka, Aku langsung menemui ibuKu dan berkata ”Janané! Tolong berikan Aku beberapa mutiara, Aku mau bercocok tanam mutiara. Aku meminta kepada ibu berulang kali seperti ini namun ibuKu sambil tertawa bilang “Anakku yang manis! Mutiara tidak akan tumbuh kalau kamu tanam. Meskipun demikian Aku bersikeras untuk diberikan mutiara. Aku bilang ”Mätä! Kamu harus memberikan Aku mutiara, dan dalam tiga hari ini mutiara ini akan tumbuh dan anda bisa menyaksikan sendiri. Melihat kesemangatanKu, ibu tidak bisa menolak sehinga akhirnya ibuKu memberikan beberapa mutiara kepunyaannya kepadaKu.

Membungkus mutiara ini dengan kain, Aku dengan segera membawa ke tepi sungai Yamunä. Aku mulai mengolah tanah dan membagi menjadi 3 lahan dan mempersiapkan untuk menanam mutiara itu. Pada saat aku mempersiapkan lahan dan siap menanam mutiara, para gadis gembala sapi tiba di sana dan melihatKu yang sedang sibuk. Seperti biasa, mereka

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

174

Page 199: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

mulai meledek dengan ketawa mereka satu sama lain. Aku berhasil mentoleransi dan mengabaikan ledekan dan ketawa mereka. Setelah mutiara tersebut tertanam, Aku menutupinya dengan tanah yang segar dan mulai membuat pagar yang kuat dengan tumbuhan berduri. Kemudian Aku merancang rencanaKu sehingga para gopé akan datang untuk mengemis mutiara kepadaKu. Saat itu Aku kirim beberapa temanKu untuk meminta susu untuk menyiram tanaman mutiara. Namun mereka mulai membuat lelucon dengan hal ini. Mereka berkata “Susu kita tidak cocok untuk orang yang terhormat seperti itu. Kalian harus menggunakan susu dari sapi yang kamu gembalakan setiap hari ke tempat yang sangat jauh di hutan. Dengan demikian kalian mungkin akan mendapatkan mutiara yang indah. Meskipun kalau kalian akan menghasilkan mutiara, kami tidak akan datang untuk mengharapkan mutiara tersebut”. Namun di dalam hati mereka, mereka semua sudah merasa was-was dengan apa yang sedang Aku lakukan.

Menerima anjuran mereka, kami mulai menyirami tanaman mutiara tersebut dengan susu dari rumah kami sendiri. Dan dengan demikian, Aku memastikan kalau mereka menyaksikan apa yang Aku lakukan. Di hari keempat, semua mutiara terebut mulai berkecambah. Melihat hal ini, Aku menjadi sangat bahagia dan memegang sari ibuKu, aku menggiring ibu ke tempat ini. Ibu merasa sangat keheranan dan berkata “apa ini semua?” Dengan penuh rasa heran beliau kembali ke rumah sambil bertanya-tanya di dalam pikiran apa sebenarnya yang terjadi mengenai tumbuhan mutiara.

Ketika para gopé mendengar bahwa mutiara ini mulai tumbuh, mereka tetap membuat lelucon sambil ketawa dengan teman-teman mereka. Mereka berkata ”Lihat tumbuhan rasa iri yang menjalar sudah mulai tumbuh sekarang yang akan menghasilkan duri-duri’. Aku tetap mengabaikan ledekan mereka.

Tumbuhan mutiara ini tumbuh menjalar dengan cepat sehingga Aku harus menggiring ke beberapa pohon Kadamba terdekat. Setelah beberapa hari, wangi yang bagaikan wewangian surga yang membuat lebah menjadi gila mulai tercium dari bunga tumbuhan mutiara ini. Wangi ini menyebar ke seluruh pelosok Gokula dan akhirnya tumbuhan ini mulai berbuah. Buah tumbuhan mutiara ini berupa mutiara-mutiara yang sangat langka

Nanda Grama

175

Page 200: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dan sangat indah. Biasanya mutiara didapatkan dari kerang-kerang atau dari ular raja kobra atau dari kepala sejenis ikan, dari batang bambu dan lain-lain, namun semua jenis mutiara tersebut dihasilkan dari tumbuhan ini. Melihat tumbuhan menjalar ini sekarang menghasilkan mutiara yang sedemikian indahnya membuat semua penduduk Vraja khususnya para gopé dibuat bisu oleh rasa keheranan. Mereka datang untuk menyaksikan keanehan ini. Para gopi datang setiap hari untuk melihat tumbuhan mutiara dengan perasaan yang iri kepadaKu.

Melihat hal ini sekarang mulai sangat serius, para gopi mulaé berunding satu sama lain. Mereka berkata “Hei sakhé-gana! Sekarang kita tahu dengan sangat jelas kalau Kåñëa berhasil menanam mutiara dan sudah berbuah mutiara. Satu hal yang pasti lagi adalah bahwa Kåñëa tidak akan memberikan sebiji mutiarapun kepada kita karena kita pernah menolak untuk memberikanNya mutiara sebelumnya. Selain itu, kita juga telah menolak untuk memberikan susu kepadaNya dan bahkan meledek Dia berulang kali. Gopi lain menjawab ”Terus apa artinya semua ini? Kita semua tahu dan menyaksikan bagaimana Kåñëa menanam mutiara dengan jelas. Dengan demikian, dengan meniruNya maka kita juga bisa menanam dan menghasilkan mutiara. Mutiara kita jauh lebih berkualitas dari milik Kåñëa. Selain itu, kita punya susu yang lebih berlimpah dariNya. Jadi saya yakin kita akan menghasilkan mutiara yang lebih indah, lebih berkualitas, dan bahkan dua kali akan lebih besar dari milk Kåñëa.

Mendengar pembicaran para gopé satu sama lain, Lalitä yang diangap paling cerdas diantara mereka menjawab: ”Teman-temanku yang tercinta, apakah kalian semua sudah tidak waras lagi? Kegiatan yang menakjubkan ini bahkan sangat sulit untuk dilakukan oleh para dewa sekalipun namun Kåñëa mampu melakukan semuanya. Kalian masih ingat, Kåñëa yang sama telah membunuh banyak raksasa, mengangkat bukit Govardhana dan sekarang akhirnya berhasil menanam mutiara. Apakah kalian sudah tidak waras sehingga kalian berusaha meniru hal ini. Saya yakin kalau kita berusaha meniru ini, kita hanya akan menjadi bahan ketawaan karena kegagalan kita. Kåñëa hanya akan menjadikan kita bahan lelucon. Apakah kalian semua ingin hal ini terjadi pada diri kita? Kita semua tahu bahwa Kåñëa bukan orang biasa, dan pasti mempunyai ilmu kebatinan atau dia mendapatkan mantra siddhi dari para yogé atau para Dewa. Pemuda yang biru bagaikan tunjung biru yang keluar dari kolam kandungan ibu Yaçodä, yang telah hadir diantara para gembala sapi

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

176

Page 201: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

sebagai putra Maharäja Nanda. Hanya Dia yang akan mampu melakukan aktivitas yang ajaib dan menakjubkan seperti ini. Setelah mengetahui semua hal ini, apakah tetap kalian masih berkeinginan untuk melakukan hal ini, walupun tidak seorang pun dari kalian mempunyai mantra gaib dan tenaga kebatinan?

Mendengar pernyataan dari Lalitä-devé, Tuìga Vidyä berkomentar: ”Kita juga bisa mendapatkan mantra yang memliki kekuatan gaib dari Nändé-mukhé, murid terbaik dari Bhagavat Paurëamäsé. Jadi kenapa kita tidak bersemangat untuk menganggap hal ini? Mendengar usul Tuìga Vidyä, semua gopé datang mendekati Paurëamäsé dan menyampaikan keinginan mereka. Mendengarkan semua hal ini dan mengerti keadaan, dan berpikir di dalam hatinya untuk menyaksikan kegiatan Rädhä Kåñëa yang akan sedang terjadi, yaitu kegiatan berbisnis mutiara, Nändé-mukhé berkata kepada para gopé sebagai berikut, “He sakhé-gana! Kalian harus mengetahui bahwa mutiara tersebut sebenarnya dihasilkan dari tanah Vrajabumi bukan dari tenaga sihir Mukunda-Kåñëa. Para gopi bertanya, “Mutiara dihasilkan dari kerang tiram, bagaimana mungkin mutiara dihasilkan dari tanah tanpa mutiara? Nändé-mukhé menjawab “Oh Sakhé-gana! Jangan berpikir bahwa ada suatu yang tidak mungkin terjadi di tanah Vraja karena tanah Vraja sendiri merupakan cintamani yang bisa menghasilkan berbagai berlian. Saya telah mempelajari hal ini dari Çré Bhagavat Paurëamäsé. Kita semua bisa melihat tempat-tempat di hutan Våndävana yang menghasilkan bunga-bunga berlian. Lanjut Nändémukhé. Dengan demikian, mengingat semua ini, kita juga bisa menghasilkan mutiara seperti Kåñëa dan bahkan lebih bagus dari milik Kåñëa-candra.

Mendengar kalimat-kalimat yang masuk akal dari Nändémukhé, para gadis gembala sapi di Vraja meminum manisnya perkataan Nändémukhé dan dengan perasaan yang sangat bahagia, mereka memutuskan untuk menanam mutiara.

Kåñëa melanjutkan kepada Satyabhämä ”Sampai di tempat yang mereka pilih, dengan sangat bersemangat mereka mulai mengolah tanah untuk menanam mutiara. Karena berkeinginan mendapatkan mutiara lebih bagus dariKu, mereka bahkan membayar para pekerja dengan produk susu dua kali lipat dari biasanya. Mereka mulai melakukan hal yang sama dengan apa yang Aku lakukan. Namun mereka tidak menggunakan

Nanda Grama

177

Page 202: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

susu untuk menyiram tanaman mereka melainkan mentega dan dengan ghee yang sangat harum yang sangat lembut karena berkeinginan untuk menyaingi tanamanKu.

Ketika Candrävalé mendengar bahwa Rädhäräëé dan rekan-rekannya sibuk untuk menanam mutiara, dia juga tidak ingin ketinggalan sehingga mengumpulka teman-temannya untuk melakukan hal yang sama. Setelah beberapa hari, ketika mereka melihat tanaman mulai berkecambah, mereka menjadi sangat bahagia dan bangga dan mulai meledek teman-temanKu kembali dengan berbagai cara.

Suatu hari, para tetua gembala sapi, melihat susu dan hasil produk susu, dan juga mengetahui bahwa mutiara juga mulai habis. Dengan persaan ingin tahu, mereka marah-marah menanyakan hal ini. Mendengar pertanyaan ini, ibu-ibu rumah tanga, mulai menenangkan mereka dan memberikan alasan yang jelas tentang hal ini. Mereka menyampaikan bahwa anak-anak gadis mereka sedang bercocok tanam mutiara untuk menyaingi Kåñëa. Jadi tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Kita sudah melihat Kåñëa telah menghasilkan mutiara yang mulia yang bahkan para ratu kerajaan sekalipun tidak punya. Jadi segera anak-anak gadis ini juga akan menghasilkan mutiara yang sama. Jadi tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan.

Suatu hari, Viçäkhä Devé menganalisa tanaman dengan sangat hati-hati. Dia sangat terkejut menemukan tanamannya sama sekali bukan tanaman mutiara melainkan tumbuhan berduri. Melihat hal ini, Viçäkhä Devé dengan sangat hati-hati menyampaikan hal ini kepada teman-temannya. Viçäkhä Devé berkata “Hei sakhé-gana! Tumbuhan yang tumbuh di kebun kita ini sama sekali tidak mirip dengan tanaman mutiara Kåñëa. Aku tidak tahu apa yang akan dihasilkan oleh tanaman ini. Sekarang kita harus memastikan agar Kåñëa dan kawan-kawanNya tidak mengetahui hal ini. Karena itu, kita harus berpura-pura memagari tanaman ini dengan rapat agar Kåñëa tidak melihatnya. Kita harus memagari tanaman ini hanya untuk berpura-pura melindungi tanaman ini, namun sebenarnya hanya untuk menghindari ledekan Kåñëa. Jadi kalau kita pagari, maka Kåñëa dan teman-temanNya tidak akan bisa melihat tanaman kita dari luar.

Tidak begitu lama, kabar ini tersebar di seluruh pelosok Gokula bahwa kebun para gopé hanya menghasilkan tumbuhan berduri. Mengetahui hal

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

178

Page 203: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

ini, Aku mengirim teman-temanKu untuk menemui beberapa gopi dan mengirim ucapan selamat kepada mereka dengan pesan dalam kalimat-kalimat yang meledek sebagai berikut ”Aku dengar kebun kalian telah menghasilkan banyak mutiara yang menakjubkan. Karena Aku adalah sahabat kalian yang tercinta, Aku harap kalian akan mengirim mutiara pertama yang dihasilkan sebagai hadiah kepadaKu.

Menjawab pesanKu ini, mereka berkata kepada teman-temanKu, “Kalau kami memang benar-benar menyibukkan diri untuk bercocok tanam maka semua tanah Vraja ini akan penuh dengan mutiara-mutiara yang mulia. Apa yang menyebabkan kamu percaya diri beranggapan bahwa kami akan meninggalkan tradisi melindungi sapi-sapi untuk melakukan pekerjaan rendahan hanya karena temanMu Kåñëa telah melakukan kerjaan rendahan tersebut? Saat itu, Aku mulai memancing para gopé dengan menghiasi sapi-sapiKu dengan mutiara. Selain itu aku juga mulai menghiasi gerobak sapi, biri-biri dengan anak-anak mereka, kambing betina dan anak-anak mereka. Bahkan aku menghiasi monyet-monyet betina yang berkeliaran di seluruh Våndävana dengan berbagai mutiara yang dihasilkan dari kebunKu tersebut.

Melihat hal itu, para gopi merasa sangat malu karena mereka sendiri sama sekali tidak memakai mutiara pada badan mereka. Lebih dari itu, mereka penuh dengan rasa takut karena khawatir akan dimarahi oleh tetua mereka. Dalam keadan seperti ini, mereka mulai berdiskusi satu sama lain bagaimana caranya mendapatkan mutiara dariKu untuk menyenangkan tetua mereka. Mereka bahkan mulai menyalahkan Nändémukhé karena telah memberikan usul untuk meniruKu dan mengabaikan saran Lalitä. Tapi karena ini sudah terlambat, mereka dipaksa mencari akal untuk mendapatkan beberapa mutiara dariKu. Mereka mengirim Kaïcanalatä bersama Nändémukhé untuk menentukan harga untuk beberapa mutiara. Mereka mengirim bongkahan emas murni untuk mendapatkan mutiara dariKu.

Melihat Kaïcanalatä datang bersama Nändémukhé dan mengerti keinginan mereka, Aku mulai membuat lelucon pada Kaïcanalatä dengan berkata, “Oh, jadi para sakhé gana telah mengirim Kaïcana ini untuk menggantikan mutiara yang mereka inginkan (kencana juga berarti emas

Nanda Grama

179

Page 204: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dan juga mengacu pada Kaïcanalatä). Nändémukhé yang membawa dua bongkahan gunung emas di depan dadanya, namun ini tidak cukup untuk membayar mutiara yang mereka inginkan.

Mendengar ledekan Kåñëa seperti ini, Kaïcanalatä menjadi sangat marah dan berkata kepada Nändémukhé “Aku sudah bilang kalau aku tidak mau datang menemui orang kurang ajar ini, tetapi kamu bersikeras mengajakku datang ke sini. Sekarang aku lebih baik kembali, dan kamu yang bertransaksi dengan orang gila ini”. Nändémukhé menenangkan mereka, dan setelah begitu lama berlangsung gurauan antara Kåñëa dengan mereka berdua, akhirnya Kaïcana-latä meninggalkan tempat itu. Kaïcana-latä dan Nändémukhé menemui para gopé lainnya dan sambil marah-marah menguraikan semua kejadian.

Akhirnya Rädhäräné sendiri yang datang untuk membeli mutiara dari Kåñëa. Pada awalnya Rädhékä tidak mau datang mendekat pada Kåñëa tapi akhirnya beliau terpaksa mendekati Kåñëa. Setelah berlangsung senda gurau antara para gopé yang dipimpin oleh Rädhékä dengan Kåñëa bersama teman-temanNya, akhirnya Kåñëa memberikan beberapa mutiara sebagai hadiah kepada Çré Rädhékä dan kemudian lélä mereka yang mengembirakan dimulai dengan nyanyian dan tarian bersama-sama dengan meriah. Jay Çré Rädhä Kåñëa. 9. Caran Pahari

Kalau kita melanjutkan perjalanan dari Pävana Sarovar sekitar 1 Km ke jalan menuju Vrnda Kunda, kita akan tiba di Charan Pahari yang terletak + 35 meter di sebelah kiri jalan. Caran Pahari adalah sebuah tempat yang sangat terkenal di daerah ini karena disini ada bekas jejak kaki padma Çré Kåñëa. Kita bisa mengenali tempat ini dengan adanya bangunan kuil kecil yang atapnya kurang lebih lima kaki, setiap orang di sekitar sini tahu Caran Pahari.

10. Vånda Kunda dan Gupta Kunda

Dari Pävana Sarovar, jika kita melanjutkan kedepan dan belok ke kanan di sebuah gang kecil yang masih merupakan jalan tanah, kita akan sampai di Vånda Kunda. Tempat ini masih berada di pedalaman yang

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

180

Page 205: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

dikelilingi oleh ladang dan sawah yang luas. Vånda kunda adalah sebuah kunda tempat Çrémati Vånda Devé merencanakan dan menyusun kegiatan Kåñëa dan Çré Rädhikä setiap hari. Çrématé Vånda Devé mempunyai seekor burung parkit berwarna kuning yang bernama Dakña. Dakña mempunyai seratus ribu murid yang masing-masing murid mempunyai ribuan rekan. Setiap burung parkit di Våndävana akan memberikan laporan kepada murid-murid Dakña yang kemudian melaporkan kepada Dakña. Dakña melaporkan hal tersebut kepada Çrématé Vånda devé yang kemudian berdasarkan laporan itu, Çrémati Vrnda Devi mengatur rencana kegiatan Kåñëa di hari tersebut. Çré Paurëamäsé adalah guru Vånda devé di Våndävana dan Tulasé Devé adalah ekspansi beliau.

Gambar: Vånda Kunda

Sekitar 10 meter, masih di area yang sama adalah Gupta Kunda. Gupta Kunda adalah tempat dimana Rädhä Kåñëa bertemu secara rahasia di pagi hari. Gupta berarti terselubung atau rahasia. Tempat pertemuan antara Rädhä Kåñëa secara dekat dan rahasia disebut dengan nama Yogapéöha. Ada tiga Yogapéöha di Vrajabumi. Yang pertama adalah Gupta Kunda dimana Kåñëa ketemu di siang hari. Kedua adalah Rädhä Kunda, dimana Rädhä-Kåñëa ketemu di siang hari dan yang ketiga adalah di Våndävana, dekat dengan Rädhä Govinda mandir, yang merupakan tempat dimana Kåñëa bertemu dengan Çrémati Radharani di malam hari.

Nanda Grama

181

Page 206: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Dulunya diuraikan ada sebuah arca Rädhä-Kåñëa di Gupta Kunda yang diinstalasi oleh Vajranäbha. Namun kuil itu dihancurkan oleh orang Islam pada masa pemerintahan raja Islam Aurangzeb. Di Vånda-kunda ada sebuah arca Vånda Devé yang sangat indah yang di tangan kirinya duduk seekor burung parkit. Burung parkit itu adalah Dakña sendiri. Pemujaan masih dilakukan secara teratur oleh seorang penyembah, murid dari Mädhava Däs Bäbäjé Maharaj, seseorang bäbäjé yang telah menemukan Vånda Kunda yang telah lama hilang. Saat ini Vånda kunda dan Gupta Kunda berada di bawah naungan ISKCON dan merupakan kuil ISKCON.

Çré Vrndadevy-astakaDelapan doa mengagungkan Vånda Devé

OlehÇréla Viçvanätha Cakravarté Öhäkura

1gäìgeya-cämpeya-taòid-vinindi-rociù-praväha-snapitäyma-våndebandhüka-bandhu-dyuti-divya-

väsovånde namas te caraëäravindam

“Anda bermandikan dengan aliran sungai yang mulia yang menaklukkan emas, petir dan bunga campaka. Pakaianmu yang menawan merupakan sahabat dari bunga bandhuka. O Vånda! Hamba bersujud pada kaki padmamu”.

2bimbädharoditvara-manda-häsya-

näsägra-muktä-dyuti-dépitäsyevicitra-ratnäbharaëa-çriyäòhyevånde namas te caraëäravindam

Gambar: Arca Vånda Devé dan beberapa Govardhana çéla di Altar

kuil Vånda Kunda

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

182

Page 207: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Wajahmu yang diperindah oleh mutiara yang menghiasi ujung hidungmu dan senyum yang menawan dari bibirmu yang bagaikan buah bimba. Anda dihiasai dengan perhiasan-perhiasan permata yang menakjubkan. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

3samasta-vaikuëöha-çiromaëau çré-

kåñëasya våndävana-dhanya-dhämnidattädhikäre våñabhänu-putryävånde namas te caraëäravindam

“Putri Våsabhänu, Çré Rädhä, mengangkatmu sebagai pelindung kemewahan Kåñëa dan Våndävana yang merupakan tempat tinggal yang paling menguntungkan dan planet yang paling utama diantara semua planet Vaikuëöha. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

4tvad-äjïayä pallava-puñpa-bhåìga-mågädibhir mädhava-keli-kuïjaù

madhv-ädibhir bhänti vibhüñyamäëävånde namas te caraëäravindam

“Dibawah perintah anda, kunja-kunja dimana Mädhava menikmati sepenuhnya kegiatanNya terhias dengan megah dengan bunga-bunga yang bermekaran, lebah hitam, rusa, madu, dan berbagai hal lainnya. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

5tvadéya-dütyena nikuïja-yünoratyutkayoù keli-viläsa-siddhiù

tvat-saubhagaà kena nirucyatäà tadvånde namas te caraëäravindam

“Karena anda sebagai penghubung mereka, dua pasangan pemuda rohani yang saling merindukan, menikmati kesempuranaan kegiatan rohani di tengah hutan. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

Nanda Grama

183

Page 208: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

6räsäbhiläño vasatiç ca våndä-

vane tvad-éçäìghri-saroja-sevälabhyä ca puàsäà kåpayä tavaivavånde namas te caraëäravindam

“Atas karunia anda, orang-orang mampu mencapai tempat tinggal di Våndävana, keinginan untuk melayani kaki padma tuan anda serta keinginan untuk mendampingi tarian rasa. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

7tvaà kértyase sätvata-tantra-vidbhir

léläbhidhänä kila kåñëa-çaktiùtavaiva mürtis tulasé nå-loke

vånde namas te caraëäravindam

“Mereka yang berpengetahuan di dalam Sätvata-tantra mengagungkan anda. Anda merupakan tenaga Kåñëa, tumbuhan Tulaéi adalah bentuk anda di alam umat manusia ini. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

8bhaktyä vihénä aparädha-lakñaiù

kñiptäç ca kämädi-taraìga-madhyekåpämayi tväm çaraëaà prapannävånde namas te caraëäravindam

“Oh yang penuh karunia, mereka yang tidak punya bhakti dan yang memiliki jutaan kesalahan yang telah dibuang kedalam gelombang hawa nafsu dan berbagai hal buruk lainnya berlindung pada anda. Oh Vånda! Hamba bersujud pada kaki padma anda”.

9våndäñöakaà yaù çåëuyät paöhed vävåndävanädhéça-padäbja-bhåìgaùsa präpya våndävana-nitya-väsaàtat-prema-seväà labhate kåtärthaù

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

184

Page 209: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

“Orang yang bagaikan lebah madu pada kaki penguasa Våndävana dan ratuNya yang bagaikan bunga padma dan membaca atau mendengar Våndästakam ini, akan secara kekal bertempat tinggal di Våndävana dan mencapai cinta bhakti kepada dua pasangan pemuda rohani, Rädhä dan Kåñëa”.

Jay Çrématé Vånda Dewi.

Oà Tat Sat

Nanda Grama

185

Page 210: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

186

Page 211: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

JABARAN WAKTU KEBERADAAN TUHAN ÇRÉ KÅÑËA SELAMA DI PLANET BUMI LIMA RIBU

TAHUN YANG LALU

Tuhan Çré Kåñëa muncul di tengah malam sebagai putra ke 8 Devaké dan Vasudeva, pada bulan Juli antara tgl 19 dan 20 tahun 3228 SM. Selama Beliau ber-lélä di planet bumi, tepatnya di Vraja Mandal – Uttar pradeç – India, Beliau melakukan banyak aktivitas dengan para penduduk Vraja dan juga penduduk Dvärakä. Berikut adalah jabaran waktu kegiatan-kegiatan Beliau sesuai dengan umurNya.

Tahun pertama- Begitu dilahirkan, Çré Kåñëa Langsung dibawa dari Mathurä ke

tempat Nanda Maharäj dan Yasoda di Gokula oleh Vasudeva.

Umur 1-3 tahun - Berada di Gokula- Membunuh Pütanä, Çakaöäsura dan Tåëävarta.

Umur 3 - 6 tahun- Membunuh Bakäsura, Aghäsura, Dhenukäsura serta raksasa-raksasa

lainnya. (Balaräma membunuh Pralambhäsura)- Pindah dari Gokul ke Nandagrama (Nanda-gaon) setelah

menyelamatkan dua putra Kuvera, Nalaküvara dan Maëigréva dalam Dämodara lélä

187

Page 212: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Umur 7-10 tahun- Brahma-vimohana lélä (Brahma dibingungkan setelah mencuri dan

mengembalikan kembali anak anak gembala sapi dan anak anak sapi kepada Kåñëa)

- Govardhana Püjä- Rasa-lélä dengan para gopé- Diajak ke Mathurä oleh Akrura untuk mengikuti pertandingan

gulat dan kemudian membunuh Cäëüra, Muñöika dan akhirnya membunuh pamanNya, Kaàsa.

- Balaräma membunuh saudara laki-laki Kaàsa

Umur 10-28 tahun- Berada di Mathurä- Diinisiasi bersama Balaräma untuk mengucapkan mantra Gayatri

oleh Garga Muni- Belajar 64 ketrampilan dari Sändépani Muni.- Melindungi Mathurä dari para raksasa.

Umur 29-125 tahun- Membangun kerajaan di Dvärakä Puré.- Menikahi Rukmiëé dan ketujuh permaisuri utama lainnya.- Menikahi 16.100 putri raja setelah membunuh Bhaumäsura- Menyabdakan Bhagavad Gétä di medan perang Kuru Ksetra kepada

Arjuna. - Melindungi Pariksit di dalam kandungan ibunya dari senjata

brahmastra yang dilepas oleh Açvathämä.- Memberikan instruksi kepada Uddhava.

Umur lebih dari 125 tahun- Meninggalkan planet bumi pada 18 Februari 3102 SM- Kali Yuga dimulai

188

Perjalanan Suci Di Tanah Vraja

Page 213: Perjalanan Suci di Tanah Vraja

189