perbanyakan tan.secara vegetatif
TRANSCRIPT
1
ACARA I
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF
Tanggal Praktikum : 9 april 2011
A. Tujuan
Mengetahui cara-cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
B. Dasar teori
Perkembangbiakan atau perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan
cara perkembangbiakan tanaman dengan memanfaatkan bagian tanaman,
seperti batang, cabang, pucuk daun, umbi, dan akar. Tujuannya untuk
menghasilkan tanaman baru dengan spesifikasi tanaman yang persis sama
dengan induknya. Perbanyakan secara vegetatif yang disengaja oleh manusia
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya, stek tanaman, okulasi,
penyambungan atau grafting, dan cangkok.
1. Stek
Untuk melakukan stek tanaman, tidak memerlukan teknik yang
rumit. Cukup memotong dan menancapkan salah satu bagian tanaman.
Stek tanaman mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Ini sangat
menguntungkan. Apalagi, bahan tanaman induk yang unggul dan ingin
diperbanyak tersedia amat terbatas.
Stek tanaman merupakan sebuah perlakuan yang disengaja oleh
manusia dengan melakukan pemisahan atau pemotongan beberapa
bagian tanaman. Bagian-bagian tanaman dipotong, seperti akar,
batang, daun, dan tunas, untuk mendapatkan anakan baru dengan sifat
seperti induknya. Stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil. Bagi
tanaman monokotil, teknik stek tanaman masih jarang diterapkan
meskipun ada beberapa tanaman monokotil yang bisa di stek, seperti
asparagus.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi akar
dapat merangsang sintesis protein dan roduksi RNA (Baraer, 1972).
2
Dalam perkembangbiakan vegetatif secara stek memiliki beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek pada tanaman antara lain
sebagai berikut:
Faktor endogenus
Faktor hormone
Faktor lingkungan
Faktor dari nutrisi tanaman stok
Faktor dari food reserve
Faktor dari kemampuan memobilisasi food reserve
1. Cangkok
Mencangkok merupakan salah satu cara memperoleh perakaran
dari suatu cabang tanaman tanpa mcmotong cabang tersebut dari
induknya. Ada dua cara mencangkok yang sering dilakukan di
Indonesia, yaitu ‘cangkok kerat’ dan ‘cangkok belah’. Cangkok kerat
dilakukan terhadap tanaman vang kulitnya mudah untuk dilepas,
sedangkan cangkok belah dilakukan untuk tanaman - tanaman yang
kulitnya sukar dilepaskan. Waktu mencangkok sebaiknya dilakukan
pada musim hujan. Bila dilakukan pada musim kemarau, cangkokan
sebaiknya harus selalu disiram untuk mencegah kekeringan.
Banyak keuntungan dari teknik ini, selain caranya mudah, juga
dapat diperoleh keturunan yang banvak dalam waktu yang relatif cepat
sehingga cara ini juga efektif untuk membudidayakan tanaman yang
tergolong langka.
2. Grafting
Perbanyakan dengan cara sambung atau cara grafting pada
dasarnya adalah menggabungkan batang atas hasil memangkasnya
(prunning), dengan batang bawah tumpang. Keunggulan yang diperoleh
dengan cara perbanyakan grafting ini adalah :
3
a. Tanaman hasil grafting / sambung sama seperti induknya atau bahkan
lebih baik karena faktor dominan dari jenis tumpang batang bawah yang
lebih unggul dari induk atas hasil prunning.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk perbanyakan relatif singkat, sekitar ± 14
hari (2 minggu).
c. Satu jenis tanaman tumpang (bawah) dapat disambung beberapa jenis
sesuai keinginan.
d. Kreasi tanaman adenium yang baik dan unik menjadi semakin
menawan.
Adapun penggolongan jenis Grafting adalah sebagai berikut :
Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari
sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar,
yaitu sebagai berikut :
a. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi.
b. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk
atau enten.
c. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman
sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan
akarnya masing-masing.
Penyebab kegagalan grafting atau sambung pada tanaman dapat
dipengaruhi beberapa faktor seperti :
a. Terlalu lama proses penyambungan, sehingga kambium telah
mengering.
b. Kelembaban yang berlebihan atau terkena air langsung saat proses
penyambungan.
c. Alat pemotong atau pisau tidak bersih (tidak steril) atau alat pemotong
atau pisau tumpul (tidak tajam) sehingga menyebabkan guratan serabut
yang menyebabkan kambium sulit bersatu (menempel).
d. Pengikatan sambungan terlalu kencang, sehingga menyebabkan
metabolisme tanaman tercekik.
4
e. Sambungan terkena guncangan / patah, sehingga menyebabkan
perekatan kambium terputus.
f. Faktor alam.
Cara sambung yang lazim dilakukan pada adenium adalah cara
sambung pucuk (top grafting) dan sambung batang (trunk grafting).
Metode grafting dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain :
a. Grafting ” V ”.
b. Grafting Gaya Bor.
c. Grafting Pang.
C. Bahan dan alat
1. Bahan stek
2. Bahan induk tanaman untuk di cangkok(oleander)
3. Adenium
4. Polibag
5. Media tanam (tanah;pupuk kandang)
6. Pisau steril
7. plastik
D. Cara kerja
1. Cara stek
Bahan stek dari batang tanaman
Permukaan batang bagian bawah di potong menyerong,oleskan
dengan rizoton dan tanpa rizoton
Menanaman pada campuran tanah;pupuk kandang
Menyiram setiap hari,jangan sampai becek
2. Cara cangkok
Memiilih pohon induk, tentukan cabang yang pertumbuhanya
baik
5
Membuat keratin melingkar batang(cabang)sebanyak tiga buah
keratin dengan jarak antar keratin 5cm dengan menggunakan
pisau steril.
Mengupas kulit batang yang berada di antara dua keratan kulit
tersebut,bersihkan kambiumnya sampai bersih dengan cara
mengeroknya dengan pisau.
Mengambil media tanah yang sudah di basahi dan balutkan
pada bagian cabang yang telah di kupas.
Cabang yang sudah terbalut segera di bungkus dengan plastik
kemudian di ikat.
Menyiram setiap hari media cangkok, jangan sampai kering.
3. Cara grafting
Menyiapkan batang bawah dan batang atas tanaman adenium.
Memotong batang bagian bawah miring dan berbentuk V
Memotong batang atas miring dan berbentuk V terbalik.
Menyambungkan potongan batang atas dengan bawah sesuai
bentuk potongan.
Mengikat menggunakan tali plastik.
Mengerodongi tanaman dengan plastik agar tidak terkena
hujan.
Menempatkan di bawah naungan.
6
E. Data pengamatan
1.Stek
Tabel Pengamatan Tanaman Ketela
Tanaman OLES TIDAK OLES
Minggu
ke-1
Minggu
ke-2
Minggu
ke-3
Minggu
ke-1
Minggu
ke-2
Minggu
ke-3
Tanaman
ITinggi 23,8 26,4 - 15,2 16,4 -
Daun 6 7 - 6 7 -
Tunas 1 2 - 1 1 -
Tanaman
IITinggi 29,8 32,2 - 17,7 18,4 -
Daun 6 8 - 4 6 -
Tunas 1 3 - 1 2 -
Tanaman
IIITinggi 25,7 26,5 - 12,2 15,4 -
Daun 5 7 - 6 6 -
Tunas 2 3 - 1 1 -
2. Cangkok
Tabel Pengamatan tanaman puring
Cangkok Puring Panjang Akar (cm) Jumlah Akar
Tanah - -
Tanah+Pupuk - -
7
3. Grafting
Pengamatan I
Grafting adenium Tinggi tanaman Jumlah daun
Miring 14,5 2
Bentuk V 13 2
Pengamatan II
Grafting adenium Tinggi tanaman(cm) Jumlah daun
Miring 16 2
Bentuk V 14 2
- Untuk bentuk miring tunas mulai tumbuh pada minggu ke-4 dan
hidup 50 %
- Untuk bentuk V tunas tidak tumbuh
F. Pembahasan
Stek
Sebelum penanaman batang ketela pohon untuk proses stek, 3
(tiga) batang dicelupkan ke air, dan 3 (tiga) lainnya tidak
dicelupkan ke air. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman ketela pohon yang di stek.
Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 30 April 2011,
dan muncul tunas pertama pada tanggal 28 April 2011.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa pada
pengamatan pertama, bagian stek batang ketela yang di celupkan
dalam air memiliki rata - rata tinggi tunas 5,13 cm dan rata - rata
jumlah tunas 1,33 buah. Dan pada pengamatan kedua, memiliki
rata - rata tinggi tunas 9,92 cm dan rata - rata jumlah tunas 2,67
buah. Sedangkan pada stek batang ketela yang tidak dicelupkan
dalam air pada pengamatan pertama memiliki rata - rata tinggi
8
tunas yang lebih tinggi dari stek yang dicelupkan dalam air yaitu
7,5 cm dan rata - rata jumlah tunas 2 buah, lebih banyak juga dari
stek yang di celupkan dalam air. Dan pada pengamatan kedua
memiliki rata - rata tinggi tunas yang lebih tinggi pula, yaitu 9,5
cm dan rata - rata jumlah tunas 3 buah, lebih banyak dari stek yang
di celupkan dalam air.
Hasil pengamatan stek yang tidak dicelupkan dalam air
memiliki rata - rata tinggi tunas dan rata - rata jumlah tunas yang
lebih besar daripada stek yang dicelupkan dalam air. Hal ini karena
air merusak atau mengurai jaringan batang ketela yang akan di
stek. Sehingga, tanaman yang distek akan akan memperbaiki
jaringan tersebut terlebih dahulu, kemudian mulai
pertumbuhannya. Dengan kata lain, tanaman tersebut
membutuhkan waktu yang agak lama untuk memulai
pertumbuhannya.
Cangkok
Pengamatan dinyatakan gagal karena pengairan dan proses
pencangkokan yang tidak maksimal
Grafting
Cara grafting miring muncul tunas pada tanggal 23 April 2011.
Sedangkan cara grafting berbentuk huruf “V” tidak muncul tunas
karena proses perekatan/pengikatan batang pohon tidak maksimal.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, grafting dengan cara miring,
memerlukan waktu untuk tumbuh 2 minggu setelah penempelan.
9
G. Kesimpulan
Stek
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
proses stek, pencelupan batang ketela kedalam air akan mempengaruhi
pertumbuhan stek. Stek yang tidak dicelupkan dalam air memiliki rata
- rata tinggi tunas dan rata - rata jumlah tunas yang lebih besar
daripada stek yang dicelupkan dalam air. Hal ini karena air merusak
atau mengurai jaringan batang ketela yang akan distek. Sehingga,
tanaman yang distek akan akan memperbaiki jaringan tersebut terlebih
dahulu, kemudian mulai pertumbuhannya. Dengan kata lain, tanaman
tersebut membutuhkan waktu yang agak lama untuk memulai
pertumbuhannya.
Cangkok
Mencangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif
yang cukup banyak di minati karena mencangkok salah satu
perbanyakan tanaman yang efektif. Dalam mencangkok haruslah
secara intensif perawatannya karena sangat menentukan hasil
cangkokan tersebut.
Grafting
Dari pembahasan hasil penelitian diatas dapat di ambil
kesimpulan bahwa grafting dengan cara miring, memerlukan waktu
untuk tumbuh lebih singkat dibanding dengan grafting cara
membentuk huruf “V” yang memerlukan waktu lebih lama untuk
tumbuh setelah grafting dilakukan.
10
H. Daftar Pustaka
http://themyfo.blogspot.com/2010/05/teknik-grafting-tanaman.htmldiunduh tanggal 1 Juni 2011
http://www.tentangbiologi.co.cc/2010/05/pembudidayaan-tanaman-dengan-teknik.html diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://organisasi.org/reproduksi-perkembangbiakan-tumbuhan-secara-vegetatif-tak-kawin-alami-dan-buatan. diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2114652-penggolongan-jenis-grafting/#ixzz1MZI8Lmwq
http://unggulcomputindo.wordpress.com/my-adenium/tehnik-grafting-atau-sambung/
http://warniadeniumco.cc
11
ACARA II
PERSEMAIAN
Tanggal Praktikum : 9 april 2011
A. Tujuan :
Mengetahui cara membuat persemaian untuk budidaya tanaman.
B. Dasar teori
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan
memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang
siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di
lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan
merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct
planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih
dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan
biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan
jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau
jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak
penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan
penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-
benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di
lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih
langsung di lapangan.
Fungsi persemaian adalah untuk memperoleh bibit yang bermutu tinggi
dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu untuk ditanam di lapangan.
1. Jenis Persemaian
Sebelum dimulai pembuatan perlu ditentukan terlebih dahalu jenis
persemaian apa yang akan dibuat. Pada umumnya persemaian
12
digolongkan menjadi 2 jenis / tipe yaitu persemaian sementara dan
persemaian tetap. Berikut ini penjelasannya :
a. Persemaian sementara (Flyng nursery)
Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di
dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini
biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan
(bibit / semai) yaitu paling lambat hanya untuk waktu 5 tahun.
a. Keuntungan :
a) Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang
sebenarnya.
b) Ongkos pengangkutan bibit murah.
c) Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena
persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi
miskin.
d) Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
b. Kerugiannya :
a) Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya
pekerjaan dengan hasil yang sedikit.
b) Ketrampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering
berganti petugas.
c) Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang
terlatih.
d) Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan
pengawasan.
b. Persemaian Tetap
Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan
lokasinya menetap di suatu tempat, untuk melayani areal
penanaman yang luas.
1. Keuntungan :
a) Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan.
b) Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki.
13
c) Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf
yang tetap dan terpilih.
d) Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur.
e) Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik
dan pertumbuhannya lebih seragam.
2. Kerugiannya :
a) Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang
sebenarnya.
b) Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis
persemaian sementara.
c) Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi
dibanding persemaian sementara. Hal ini karena untuk
persemaian tetap biasanya keadaan sarana (misal jalan
angkutan, bangunan-bangunan di persemaian) dan
prasarana (misal: peralatan kerja / angkutan ) lebih baik
kualitas dan lebih mahal harganya dibanding yang
diperlukan persemaian sementara.
2. Pemilihan Lokasi Persemaian
Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi
lapangan. Untuk memilih lokasi persemaian persemaian yang baik,
beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah aspek teknis
seperti :
a. Letak lokasi persemaian
Sejauh mungkin lokasi persemaian diusahakan terletak di
tengah-tengah daerah penanaman atau berjarak sedekat mungkin ke
setiap areal penanaman. Areal persemaian terbuka/kena sinar
matahari cukup / langsung, mudah dijangkau setiap saat dan
terlindung dari angin kencang.
14
b. Jalan angkutan
Adanya dekat jalan angkutan yang memadai sesuai
keperluan, baik lewat darat maupun lewat air / sungai. Tanpa
adanya jalan angkutan ini akan mempersulit pengawasan dan
mempertinggi biaya angkutan.
c. Luas Persemaian
Luas areal persemaian tergantung pada :
1. Jumlah semai yang diproduksi / tahun.
2. cara penanaman apakah sistim akar telanjang (bare root)
atau sistim container dimana lebih banyak ruang
dibutuhkan.
3. Lamanya semai / bibit dipelihara di pesemaian sampai
diperoleh ukuran yang memenuhi persyaratan ukuran
tinggi, diameter kekokohan batang.
C. Bahan dan alat
1. Benih sayuran
2. Pupuk kandang
3. Furadan
4. Cethok
5. Plastik.
D. Cara kerja
1. Membuat media persemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1 menggunakan plastik.
2. Membuat lubang dan tanaman benih sayuran sebanyak 2 benih per
lubang
3. Menyiram media sampai basahdan letakkan di tempat teduh.
4. Setiap hari persemaian di siram
5. Dapat di perlakukan dengan pemberian pupuk organik cair atau zpt.
15
E. Data pengamatan
Pertumbuhan bibit : tinggi, jumlah dan beratPengamatan I
Tanaman cabe Tinggi (cm) Jumlah daun1 2 22 2 23 2 34 2 25 - -6 2 2
Pengamatan II
Tanaman cabe Tinggi (cm) Jumlah daun1 4 42 4 43 5 54 4 45 - -6 6 4
Pengamatan III
Tanaman cabe Tinggi (cm) Jumlah daun1 - -2 - -3 - -4 - -5 - -6 - -
F. Pembahasan
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman cabai dalam persemaian berjalan dengan baik dan
pertumbuhannya lebih seragam. Hal ini ditunjukkan adanya pertambahan
16
tinggi bibit dan pertambahan jumlah daun setiap selang waktu pengamatan
yang dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Penanaman bibit di persemaian lebih dapat menekan angka kegagalan bibit
dibanding dengan penanaman bibit langsung di lapangan. Hal ini terlihat
dengan perbandingan keberhasilan dan kegagalan bibit sebesar 9 : 1.
G. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman cabai dalam persemaian berjalan dengan baik dan
pertumbuhannya lebih seragam. Hal ini dikarenakan, dalam persemaian
lebih mudah untuk mengawasi bibit cabai, dan dapat menjaga kesuburan
tanah dengan pemupukan, sehingga kegagalan bibit dapat diperkecil
dengan menggunakan persemaian, dan akan mendapatkan bibit dengan
kualitas yang lebih bermutu tinggi dan terjamin daripada yang langsung
ditanam di lapangan.
H. Daftar pustaka
http://baskara90.wordpress.com/2010/12/02/persemaian/ diunduh tanggal 1Juni 2011
http://www.wasalam.co.cc/2011/02/cara-bercocok-tanam-padi.html diunduhtanggal 1 Juni 2011
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/jenis-jenis-persemaian.html
Anonim. 1986. Pedoman Pembuatan Persemaian Parmanan. Departeman
Kehutanan, Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi.
17
ACARA III
JARAK TANAM
Tanggal praktikum : 9 april 2011
A. Tujuan
1. Mengetahui kebutuhan ruang untuk tumbuh dan berkembng tanaman
2. Mengetahui luasan minimal yang di butuhkan tanaman agar tanaman
mampu berproduksi.
B. Dasar teori
Faktor -faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman :
a. Faktor Luar
1. Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2
akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan
menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal
yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik
adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis
tumbuhan.
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum
merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat
yang gelap.
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap
intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
b. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
Jarak tanam juga berpengaruh dalam proses pertumbuhan, jarak tanam
yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena
18
tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga
pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping itu juga laju evoporasi
ditekan. Namun, pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman
budidaya akan memberikan hasil relatif kurang karena adanya kompetisi antar
tanaman itu sendiri.oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum
untuk memperoleh hasil yang maksimum
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea
reptans Poir1. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-
sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-
pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan
yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Ada
dua bentuk kangkung. Kangkung mempunyai daun yang licin dan berbentuk
mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar
dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun.
Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna
putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih.
Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus. Ada dua jenis penanaman
diusahakan: kering dan basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan
organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan
subur. Dalam penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci pada
batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji
benih atau keratan akar. Kangkung sering ditanam pada semaian sebelum
dipindahkan di kebun.
Daun kangkung dapat dipanen setelah 6 minggu ia ditanam. Jika
penanaman basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam dalam
lumpur dan dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah
ditenggelami pada tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air
ini kemudian dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat
19
dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang
dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari.
Semasa berbunga, pucuk kangkung tumbuh dengan lambat, tetapi
pembajakan tanah dan panen cenderung menggalakkan lebih banyak daun
yang dihasilkan. Ada dua bentuk kangkung. Kangkung mempunyai daun
yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini
memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang
menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan
menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang
mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus.
Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat antara lain :
1. Sebagai benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati
dapat terkompensasi, sehingga tanaman tidak terlalu jarang.
2. Permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma
dapat ditekan.
3. Jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil
yang tinggi pula.
Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat mempunyai beberapa kerugian
yakni :
1. Polong pertanaman menjadi sangat berkurang, sehingga hasil per
hektarnya menjadi rendah.
2. Ruas batang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman kurang kokoh
dan mudah roboh.
3. Benih yang dibutuhkan lebih banyak.
4. Penyiangan sukar dilakukan.
20
C. Bahan dan alat
1. Benih kangkung
2. Pupuk kandang
3. Garu
4. Tugal
5. Mal jarak tanam
D. Cara kerja
1. Membuat bedengan masing-masing seluas 90X90 cm sebanyak 2 buah
bedengan
2. Memberi pupuk kandang dan furadan secukupnya dan campur dengan
merata
3. Cara penanamanya adalh sebagai berikut :
Melubangi lahan dengan menggunakan tugal denagn jarak
10x10cm dan 10x15 cm(untuk membuat jarak tanam gunakan
mal jarak tanam)
Memasukkan benih kangkung tersebut kedalam lubang
sebanyak 3 buah benih setiap lubangnya, kemudian tutup
lubang itu dengan tanah.
Menyiram lahan dengan menggunakan gembor setiap hari
E. Data pengamatan
Tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah kangkung.
Pada tanaman kangkung jarak tanam yang diterapkan pada persemaian
pertama adalah 10 cm x 10 cm dan pada persemaian kedua adalah 10 cm x
15 cm.
21
Berikut data pengamatan tanaman kangkung :
Gambar jarak tanam kangkung 10 cm x 10 cmU
O O O O O O 8 O O OO O O O O O O O O OO O O O O O O O O OO O O 6 O O O O O OO O O O O O O O O OO O O O O O O O O OO O 9 7 O O 3 10 O OO O 1 O O 5 O 2 4 OO O O O O O O O O OO O O O O O O O O O
Gambar jarak tanam kangkung 10cm x 15 cmU
O O 10 9 O O O O
O O O 8 O O O O
O O 7 O O O O O
O O 6 O O O O O
O 1 O O O 5 O O
O O O O 3 O O O
O O 2 O O O 4 O
22
Tanaman Kangkung 10 X 10
Kangkung Tinggi Batang Jumlah Daun
I 21 20
II 22 13
III 28 14
IV 25 16
V 20 21
VI 25 18
VII 20 12
VIII 21 19
IX 15 11
X 15 15
BERAT KANGKUNG = 78 GRAM
Tanaman Kangkung 10 X 15
Kangkung Tinggi Batang Jumlah Daun
I 22 12
II 20 10
III 24 21
IV 23 9
V 20 20
VI 26 14
VII 25 12
VIII 24 23
IX 40 21
X 32 23
23
BERAT KANGKUNG = 95,5 GRAM
F. Pembahasan
Penanaman kangkung tiap lubang diisi 3 biji benih kangkung.
Setelah benih kangkung sudah mulai tumbuh dilakukan pemupukan
menggunakan pupuk ZA sebanyak 5 gram tiap bedeng. Setelah selang waktu 1
minggu dilakukan pemupukan lagi menggunakan pupuk Phonska sebanyak 5
gram per bedeng. Namun penanaman tanaman kangkung mengalami banyak
kendala.Yang pertama tanaman terkena banjir dan mengakibatkan tanaman
rusak.Untuk itu diperlukan memperbaikinya dengan menanam benih kembali.
Setelah panen tanaman kangkung ini lebih kecil dibandingkan dengan
tanaman kelompok yang lain karena kelompok kami mengulang kembali
penanaman dari awal.
G. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penanaman kangkung dengan jarak tanam lebih longgar akan menghasilkan
berat segar yang lebih berat dibandingkan dengan menggunakan jarak tanam
yang lebih rapat. Walaupun bedengan I memiliki rata – rata tinggi kangkung
tertinggi, tetapi pertumbuhan kangkung tersebut kurang maksimal, karena
harus bersaing untuk mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara dalam
tanaman. Berbeda dengan tanaman kangkung pada bedengan II yang dapat
tumbuh dengan maksimal, karena tidak perlu bersaing dalam mendapatkan
cahaya matahari dan unsur hara sebagai kebutuhan untuk perkembangannya
24
H. Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Kangkung
Wibowo, S., 1999. Langkanya Benih, Seretnya Langkah Gema Palagung.
Trubus XXX No. 30: hal. 15.
Wuryaningsih, S. 1995. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pemupukan
Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Mawar Kultivar
Cherry Brandy. J. Hort. 5(2):100-106
http://duniatanaman.com/proses-penanaman.html. diunduh 1 Juni 2011
25
ACARA IV
TRANSPLANTING
Tanggal praktikum : 9 april 2011
A. Tujuan :
Mengetahui cara pemindahan bibit ke lapangan.
B. Dasar teori
Pemindahan tanaman atau yang kita kenal dengan transplanting
merupakan hal yang sangat penting dalam teknik budidaya jenis-jenis
tanaman sayur dan buah. Adapun beberapa kegiatan seperti potting,
repotting, pricking off, balling dan setting out merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan transplanting (pemindahan tanam). Potting merupakan
kegiatan pemindahan tanaman/bibit dari bedengan semai atau flat
pembibitan ke pot-pot yang telah disiapkan dengan tanah dan campuran
pupuk. Sementara Repotting merupakan kegiatan pemindahan tanaman
dari pot-pot/polybag yang lebih kecil ke pot-pot yang berukuran lebih
besar. Pricking off merupakan cara persemaian dengan hanya menaburkan
benih di atas bedengan semai untuk kemudian dipindah tanamkan ke
polibag maupun ke bedengan-bedengan yang tersedia. Dan terakhir setting
out merupakan tindakan pemindahan tanaman dari pot-pot, flat maupun
bedengan ke tempat penanaman di lapang.
Dalam pelaksanaan transplanting, bibit yang disemai akan mengalami
proses kerusakan terutama pada sistem perakarannya. Hal ini erat
kaitannya dengan proses absorbsi dengan transpirasi yang berlangsung
secara bersamaan dimana saat pemindahan, tanaman akan berhenti
mengabsorbsi air sementara di lain pihak proses transpirasi tetap
berlangsung. Dengan demikian akan terjadi reduksi air di dalam bibit
tanaman. Untuk mengembalikan pada keadaan awal, diperlukan adanya
daya bangun (recovery) atau daya sembuh dari tanaman-tanaman itu
26
sendiri. Pada dasarnya daya recovery dari tanaman-tanaman sayur dan
buah yang herbaceous (berbatang lunak) tergantung dari :
(a) ukuran dan umur tanaman (size and age of plant),
(b) jenis tanaman dan
(c) perlakuan pada waktu pemindahan.
Pada saat transplanting dilakukan, umur tanaman berbanding terbalik
dengan jumlah akar rambut yang tertinggal. Artinya semakin panjang
umur tanaman, akan mengakibatkan lebih sedikitnya akar rambut yang
tertinggal. Hal ini tentunya berhubungan dengan kemampuan tanaman
tersebut dalam mengadakan absorbsi air dan unsur hara. Pada umumnya
tanaman/bibit sudah dapat dipindahkan setelah terlihat pemunculan daun
sebenarnya (true leaves) sebanyak 2–3 helai. Ukuran dan umur tanaman
juga berhubungan langsung dengan makin luasnya permukaan daun
(transpirasi). Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak pengusaha sayuran
dan tanaman hias mengadakan pemindahan tanaman saat tanaman tersebut
masih kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam transplanting adalah:
1. Harus ada kendaraan khusus untuk mengangkut top soil
2. Tenaga kerja yang digunakan harus maksimal
3. Kondisi areal lahan yang kondusif
4. Iklim yang kondusif
5. Kontrol pekerjaan yang maksimal
Tanaman Terong atau Solanum melongena L. Tanaman terong dapat
hidup pada semua jenis tanah, tetapi keadaan tanah yang paling cocok
adalah tanah jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan
drainasenya baik. PH tanah berkisar antara 5-6, sedangkan tanah yang
bereaksi asam (pH < 5) dan perlu dilakukan pengapuran. Tanaman terong
kurang baik dibudidayakan didaerah yang memiliki tanah berstruktur
padat sehingga air tidak mudah meresap ke dalam tanah dan menyebabkan
tanah menjdi becek dan tanaman peka terhadap serangan penyakit layu,
27
bakteri, dengan intensif penyiraman yang cukup akan mempercepat proses
pembungaan dan pembuahan. Bila tanaman kurang sinar matahari, maka
akan terlihat pertambahan yang kurang baik. Ada dua jenis menia tanam,
yaitu;
a. Media tanam organik
b. media tanam anorganik
Media tanam organik adalah Media tanam yang termasuk dalam kategori
bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup
Karena yang peneliti gunakan adalah media tanam organik, maka peneliti
akan membahasnya.
a. Tanah sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama
untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan
fungsinya sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah.
Semua faktor tersebut haruslah seimbang agar pertumbahan tanaman
baik dan berkelanjutan.
b. Arang sekam atau arang sekam adalah sekam / kulit padi yang dibakar
dengan teknik sedemikian rupa, sehingga menghailkan sekam yang
menjadi arang. Sekam bakar yang baik adalah sekam yang sudah
terbakar, tetapi tidak terlalu hancur. Sifat sekam bakar yang porous dan
mampu menyimpan air,
Sekam bakar juga mampu “memegang” tanaman dengan baik. Relatif
mudah ditemui, serta harga juga relative lebih murah. Kelemahan
sekam bakar adalah, relatif lebih mudah lapuk jika dibandingkan.
c. Pasir, sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses
pengangkatan bibit tanaman. Sementara bobot pasir yang cukup berat
28
akan mempermudah tegaknya tanaman. Selain itu, keunggulan media
tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang
dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan
sebagai media tanam.
Transplanting adalah cara pemindahan bibit ke lapangan. Dalam
praktikum transplanting ini tanaman yang digunakan adalah terong.
Pemindahan bibit terong ke persemaian dimulai pada praktikum minggu
kedua, pengukuran tinggi batang dan jumlah daun dimulai pada minggu
ketiga praktikum. Agar terhindar dari serangan uret, maka sebelum
menanamkan bibit ke persemaian ada baiknya memberikan furadan
secukupnya pada lubang.
C. Bahan dan alat.
1. Bibit sayuran
2. Pupuk kandang
3. Furadan
4. Pacul
D. Cara kerja
1. Menyiapkan lahan bedengan untuk peneneman bibit
2. Menuyampurkan pupuk organik kompos sebagai pupuk dasar dan
furadan
3. Membuat lubang dan tanam bibit sayuran
4. Menyiram lahan sampai basah
5. Setiap hari dilakukan penyiraman
6. Untuk memacu pertumbuhan dapat di berikan pupuk organik cair
29
E. Data pengamatan
Jarak tanam satu dengan yang lain yaitu 50 cm, dan jarak tanaman dari tepi
20 cm. Panjang lahan 240 cm, lebar lahan 40 cm.
Gambar Tanaman Terong Pupuk Ponska dan ZA
Gambar Tanaman Terong Pupuk Daun
Tanaman Terong Pupuk Ponska dan ZA
Tabel Pengamatan Tanggal 7 Mei 2011
Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun
I 7 5
II 8 5
III 8 5
IV 9 5
V 11 6
Tabel Pengamatan Tanggal 14 Mei 2011
30
Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun
I 22 6
II 18 8
III - -
IV 15 6
V 16 7
Tanaman Terong Pupuk Daun
Tabel Pengamatan Tanggal 7 Mei 2011
Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun
I 12 4
II 12 7
III 7 5
IV 10 5
V 13 4
Taberl Pengamatan Tanggal 14 Mei 2011
Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun
I 16 4
II 16 5
III 15 5
IV 14 4
V 12 4
31
F. Pembahasan
Pemindahan bibit ke bedengan dilakukan dengan hati – hati. Jangan
sampai melukai atau bahkan merusak akar tanaman yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setelah
dipindahkan ke bedengan I, tanaman ke 1 sampai 5 diberikan pupuk 15
gram phonska dengan cara ditaburkan disekeliling tanaman. Sedangkan
pada bedengan II, tanaman ke 6 sampai 10 diberikan pupuk dengan cara
disemprotkan pada daun tanaman.
Pada pengamatan pertama yang dilakukan didapatkan rata – rata tinggi
tanaman terong 10,1 cm dan rata – rata banyak daun 5,8 buah. Dan hasil
pengamatan kedua didapatkan rata – rata tinggi tanaman terong 11,875 cm
dan rata – rata banyak daun 8,5 buah.
Dari hasil pengamatan diatas, terjadi selisih rata – rata tinggi tanaman
dan rata – rata jumlah daun yang cukup besar. Pertumbuhan tanaman
terong lebih baik dan maksimal setelah dipindahkan ke bedengan
dibanding dengan pada saat sebelum dipindahkan dari persemaian.
Pada kasus tanaman terong yang mati, kemungkinan disebabkan oleh
cuaca yang kurang kondusif sehingga tanaman mati. Dan juga mungkin
juga karena kerusakan akar pada saat pemindahan, sehingga menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggun dan bahkan mati.
G. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan tanaman terong lebih baik dan maksimal setelah
dipindahkan ke bedengan dibanding dengan pada saat sebelum
dipindahkan dari persemaian. Karena terjadi selisih rata – rata tinggi
tanaman dan rata – rata jumlah daun yang cukup besar antara pengamatan
pertama dan pengamatan kedua.
32
H. Daftar pustaka
http://tchpiagro.blogspot.com/2011/02/transplanting-bibit-pre-nursery-ke-main.html diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18900/4/Chapter%20II.pdf diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://akiuniya.wordpress.com/2011/01/17/lap-pertumbuhan/
http://www.anneahira.com/budidaya-tanaman-terong.htm
http://tchpiagro.blogspot.com/
http://www.google.co.id
33
ACARA V
PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA
Tanggal praktikum : 16 april 2011
A. Tujuan
Mengetahui intensitas cahaya
B. Dasar teori
Pengukur cahaya atau lightmeter adalah sebuah alat untuk
mengukur intensitas cahaya.
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan,
tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada (Pearse, 1939 set
Wilsie,1962).
Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan
oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya (Hari Suseno, 1976).
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman.
Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang
tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh
kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi
ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung (Wilsie,
1962). Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan
mempunyai akar yang pendek.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas
dan lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.
Sehubungan dengan laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakin
tinggi (naik) mengakibatkan lalu fotosisntesis semakin tidak bertambah
lagi walaupun intensitas cahaya terus bertambah. Batas ini disebut titik
saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh saturation point). Pada
keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi maupun sebagai bentuk
perusak..
34
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun meningkat,
sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil menjadi
pecah dan rusak (fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya yang
semakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh
proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh proses
respirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light compensation
point).
Dan secara garis besar dibedakan kreteria penyinaran cahaya
matahari kedalam empat kelompok, yaitu :
1. Sinar kuat, berarti sinar matahari penuh atau 100 % tidak ada
penghalang / peneduh, ini ada di daerah tropis.
2. Agak teduh, intensitas sinar matahari 50 – 100 %. Adanya
peneduh, kalau berupa tirai adalah masih ada antara untuk
masuknya cahaya yang cukup. Peneduh yang berupa pohon
biasanya pohon yang mempunyai daun majemuk yang tips
seperti : Flamboyan, sengon, petai, petai cina, asam, pinus dan
lain-lain.
3. Setengah teduh, intensitas cahaya yang menjadikan keadaan
setengah teduh menggambarkan kondisi cahaya matahari yang
masuk sebesar 50 %. Biasanya digunakan tirai kain, plastik
bening disemprot cat putih susu, dapat pula dipakai tirai bambu.
4. Teduh sekali, suatu keadaan dimana sinar matahari tidak
diterima langsung oleh tanaman, tetapi sinar diperoleh dari
difrasi/pemancaran diffuse. Disini intesitas
cahaya matahari besarnya kurang dari 5 %.
Berdasarkan ekologinya terhadap penerimmaan cahaya, tanaman
diklasifikasikan sebagai berikut ini :
1. Heliofit, yaitu tanaman yang tumbuh baik jika kena cahaya
matahari penuh.
35
2. Skiofit, yaitu tanaman yang tumbuh baik di intensitas cahaya
yang lebih rendah.
Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan
mempunyai akar yang pendek, hal ini diperkuat oleh pendapat Shirley sit
Wilsie (1962) bahwa cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih
panjang dan lebih bercabang.
Untuk mengukur intensitas cahaya, dapat menggunakan alat
pengukur cahaya atau lightmeter.
C. Bahan dan alat
1. Tanaman sorgum,terong,jagung.
2. Alat pengukur intensitas cahaya (light meter)
D. Cara kerja
1. Mengukur intensitas cahaya pada tanaman sorgum
2. Mengukur bagian di atas kanopi dan bawah kanopi daun
3. Mencatat intensitasnya, buat 5 sampeluntuk masing-masing jenis
tanaman
E. Data pengamatan
Tanaman yang digunakan dalam pengukuran intensitas cahaya adalah
tanaman sorgum. Untuk pengukuran pertama dilakukan di bagian atas
daun yang letaknya paling tinggi. Dan untuk pengukuran yang kedua
dilakukan pada bagian bawah daun yang letaknya paling rendah.
36
Tabel Pengukuran Intensitas Cahaya pada Tanaman
Sampel tanaman Atas kanopi ( lux ) Bawah kanopi ( lux )
Jagung 770 x 100 = 77000 500 x 100 = 50000
Sorgum 760 x 100 = 76000 500 x 100 = 50000
Terong 630 x 100 = 63000 530 x 10 = 5300
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data intensitas cahaya pada
tanaman sorgum dan tanaman terong. Besarnya intensitas cahaya diatas
kanopi daun sorgum lebih besar dibanding dengan besarnya intensitas
cahaya diatas kanopi daun pada tanaman terong. Hal ini juga terjadi pada
bagian bawah kanopi daun. Tanaman sorgum memiliki intensitas cahaya
dibawah kanopi daun lebih besar daripada besar intensitas cahaya dibawah
kanopi daun tanaman terong.
Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain
ditentukan oleh kualitasnya ternyata juga ditentukan oleh intensitasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap
sifat morfologi tanaman. Tanaman sorgum yang mendapatkan cahaya
matahari dengan intensitas yang tinggi daripada tanaman terong,
menyebabkan daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding
dengan daun tanaman terong.
Intensitas cahaya yang diterima tanaman berbeda satu dengan lainnya.
Banyak sedikitnya tergantung dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.
37
G. Kesimpulan
Dari data hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa intensitas cahaya yang diterima tanaman berbeda satu dengan
lainnya. Banyak sedikitnya intensitas cahaya yang diterima tergantung
dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.
H. Daftar pustaka
http://prabowogetto.blogspot.com/2010/02/laporan-pengaruh-cahaya-
matahari.htmlid.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis – diunduh tanggal 1
Juni 2011
http://harikuyangcerah.blogspot.com/2008/12/bab-i-pendahuluan-1.html
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukur_cahaya
http://nusaanggrek.blogspot.com/
38
ACARA VI
APLIKASI PEMUPUKAN
Tanggal praktikum : 16 april 2011
A. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis pupuk
2. Mengetahui cara memupuk tanaman
B. Dasar teori
Pupuk adalah zat yang ditambahkan secara langsung atau tidak
langsung kedalam media tanam atau tanaman guna mencukupi kebutuhan
hara yang tidak bisa dipenuhi oleh tanah tempat tumbuhnya, sehingga
mampu berproduksi dengan baik. Dilihat dari kandungannya, pupuk
tunggal adalah ketika hanya mengandung satu unsur hara, dan memiliki
lebih dari satu unsur hara hingga 13 unsur hara esensial. Unsur hara
esensial adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhannya. Sedangkan unsur hara adalah unsur kimia yang terdapat
di dalam tubuh tanaman.
Unsur hara sendiri dibedakan menjadi :
1. Unsur hara esensial
Adalah unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Unsur hara esensial dibagi menjadi :
1. Unsur hara makro
Terdiri dari 9 unsur, yaitu C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg.
2. Unsur hara mikro
Terdiri dari 7 unsur, yaitu Fe, B, Zn, Cu, Mo, Mn, dan Cl.
2. Unsur hara non-esensial
Adalah unsur hara yang tidak diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman.
Ketersediaan unsur hara esensial secara maksimal bagi tanaman
umumnya pH 5,5 – 6,5.
39
Fungsi unsur hara secara umum :
1. Membentuk protoplasma, dan dinding sel.
2. Mempengaruhi tekanan osmotik sel tanaman.
3. Mempengaruhi kemasaman cairan sel yang berfungsi sebagai
buffer.
4. Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma.
Efektivitas pemupukan di pengaruhi oleh :
1. Pemilihan jenis pupuk.
2. Pemakaian dosis yang sesuai kebutuhan tanaman.
3. Cara penempatan pupuk.
Cara aplikasi pupuk dibagi menjadi :
1. Larikan.
2. Penebaran merata.
3. Pupuk terlebih dahulu (saat penanaman).
4. Penugalan.
5. Fertigasi (dilarutkan ke air lalu disemprotkan).
Cara aplikasi atau penempatan pupuk harus mempertimbangkan
faktor – faktor berikut :
1. Tanaman yang akan di pupuk
Nilai ekonomis tanaman.
Umur tanaman.
Tipe perakaran.
Jarak tanam dan karakter tajuk.
2. Jenis pupuk yang digunakan
Mobilitas unsur hara di tanah (pupuk kalium dan nitrogen
mudah bergerak dari tempat asal penebaran).
Sifat pupuk (indeks garam, butiran pupuk).
3. Dosis pupuk
4. Faktor lain
Keadaan air tanah (percuma jika pada tanah kering dilakukan
proses pemupukan).
40
Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui
pendekatan yang tepat antara lain dengan menerapkan
teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi.
C. Bahan dan alat
1. Pupuk urea,TSP,KCL,puupk organik.
2. Timbangan analitik.
3. Plastik.
4. Gelas ukur
D. Cara kerja
1. Mendiskripsikan jenis-jenis pupuk yang tersedia
2. Menimbang pupuk urea untuk budidaya kangkung sebanyak 5 gram
3. Menimbang pupuk organic untuk budidaya kangkung sdbanyak 5 gram
4. Mengaplikasikan pupuk yang telah di timbang untuk tanaman
kangkung dengan cara di buat larikan antar baris tanaman kemudian di
tutup kembali
E. Data pengamatan
Pada praktikum aplikasi pemupukan pupuk yang digunakan pada
tanaman adalah pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk ponska dan pupuk
semprot. Pemberian pupuk dilakukan 3x dari awal penanaman sampai dengan
panen.
Pemupukan pertama menggunakan pupuk kandang.
Aplikasi : Pupuk kandang yang telah disiapkan dicampurkan dengan tanah.
Ini dilakukan pada saat membuat persemaian. Pupuk kandang dengan tanah
diberikan sebanyak 1:1. Kemudian dicampur rata.
Pemupukan kedua dan ketiga menggunakan pupuk ZA dan Ponska.
41
Aplikasi : Pemupukan dilakukan pada saat tanaman sudah tumbuh.
Pemberian pupuk tidak langsung tepat pada tanaman , namun diberikan di
sekitar tanaman dengan cara membuat larikan di antara tanaman
F. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data pada
bedengan I dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, memiliki rata - rata tinggi
kangkung 30,58 cm dan rata - rata jumlah daun 31,1 buah. Sedangkan pada
bedengan II dengan jarak tanam 10 cm x 15 cm diperoleh data rata - rata
tinggi kangkung 25,26 cm dan rata - rata jumlah daun 30,8 buah.
Pada masing – masing bedengan telah diberikan pupuk phonska
sebanyak 15 gr / bedengan. Cara pemupukan dengan cara larikan untuk kedua
bedengan.
Penggunaan pupuk terlihat lebih efektif pada bedengan 1 dengan jarak
tanam 10 cm x 10 cm. Karena dengan jarak tanam yang lebih rapat daripada
bedengan II pemupukan / unsur hara yang terbuang atau meresap jauh ke
dalam tanah lebih sedikit. Sehingga memberikan data rata – rata tinggi
tanaman yang lebih tinggi dari bedengan II.
G. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pupuk lebih efektif dengan jarak tanam yang lebih rapat, karena
unsur hara yang hilang / meresap jauh kedalam tanah lebih sedikit dibanding
dengan bedengan yang menggunakan jarak tanam lebih renggang.
Maksud atau tujuan pemberian pupuk itu sendiri adalah agar dapat
menambah pertumbuhan dan perkembangan bagian – bagian tanaman, yaitu
antara lain, batang dan daun. Pengaplikasian pupuk juga mempunyai fungsi
tersendiri terhadap tanaman, baik yang diberikan langsung pada tanaman,
ataupun yang diberikan pada tanah sebagai media tanamnya. Untuk setiap
bagian tanaman terdapat pupuk tersendiri yang sesuai dengan karakter masing
42
– masing. Pemberian pupuk juga dapat memperkecil hilangnya unsur hara
baik karena terlambat / terikat oleh zarah tanah, maka pemberian pupuk
sebaiknya tidak seluruh dosis diberikan sekaligus. Pemberian pupuk organik
bukan hanya berfungsi menambah hara saja, namun dapat memperbaiki sifat
fisik tanah.
H. Daftar pustaka
dimasadityaperdana.blogspot.com/.../budidaya-kangkung.html
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://www.pemupukan.info/ diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://jabritanah.wordpress.com/2009/04/08/pupuk-organik/
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/10/apa-itu-pupuk-anorganik-apa-itu-
pupuk-organik-apa-itu-pupuk-berimbang/
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://pusri.wordpress.com/2007/10/02/konsep-pemupukan-berimbang
http://www.kencanaonline.com/online/index.php?cPath=43&sort=2a&langua
ge=ID
Prihmantoro, Heru. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. PT. Penebar Swadaya,
Jakarta
43
ACARA VII
PENGUKURAN LUAS DAUN
Tanggal praktikum : 16 april
A. Tujuan
Mengetahui cara-cara pengukuran luas daun
B. Dasar teori
Peningkatan luas daun berhubungan erat dengan peningkatan tinggi
tanaman dan bobot bahan kering. Disamping itu, indeks luas daun makin
meningkat sehingga makin banyak daun yang terlindungi dan dengan
demikian, pada akhir pertumbuhan Laju Tumbuh Tanaman Rata - Rata
(LTT) lebih cepat menurun. Menurut Wareing dan Cooper (1971), LTT
maksimum diperoleh pada saat daun berkembang penuh sehingga dapat
mengkonversi radiasi matahari dan hara secara maksimal untuk
menghasilkan bahan kering yang potensial.
Pentingnya mengetahui luas daun suatu tumbuhan adalah untuk
mengetahui Laju Asimilasi Bersih Rata – Rata (LAB) sepuluh harian
didefinisikan sebagai rata - rata peningkatan bobot kering tanaman per
satuan luas daun per satuan waktu dalm periode sepuluh harian (Gardner et
al., 1991). LAB merupakan ukuran rata - rata fotosintesis daun dalam
suatu komunitas tanaman untuk menghasilkan bahan kering. Pola
perkembangan LAB sepuluh harian selama lima periode 10-harian periode
tumbuh tanaman rami dengan masukan raw mix semen bervariasi dosis
pada setiap taraf konsentrasi M-Bio berupa kurva kuadratik.
Perkembangan LAB semakin menurun dengan bertambahnya umur,
namun kurva - kurva tersebut tidak selalu sejajar atau berimpit, terutama
jika disertai dengan masukan M-Bio. Hal ini disebabkan oleh kecepatan
pertambahan luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan
pertambahan bobot kering. Meningkatnya luas daun yang seiring dengan
44
bertambahnya umur tanaman tidak meningkatkan fotosintesis. Hal itu
diduga terjadi karena daun - daun tidak efisien dalam melakukan
fotosintesis karena daun saling menaungi. Ternaungi daun pada bagian
bawah menyebabkan produk total fotosintat lebih sedikit dibandingkan
dengan luas daun.
LAB paling tinggi nilainya pada saat tanaman masih kecil dan
sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Dengan
tumbuhnya tanaman dan dengan meningkatnya ILD, makin banyak daun
yang terlindungi menyebabkan penurunan LAB sepanjang masa
pertumbuhan selanjutnya. Stoskopf (1981) menginformasikan bahwa
penuaan daun menyebabkan rendahnya LAB karena berkurangnya laju
fotosintesis, sedangkan respirasi tetap berlangsung.
C. Bahan dan alat
1. Bahan daun kacang tanah, jagung ke tela pohon
2. Timbangan anlalitis
3. Penggaris
4. Kertas millimeter
5. Gunting
6. pensil
D. Cara kerja
1. Penentuan luas daun bedasarkan berat kertas
Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal berikut
a) Menggambar bentuk daun yang akan di cari luasnya pada
kertas millimeter
b) Memotong gambar daun tersebut diatas sesuai dengan bentuk
daunnya
c) Menimbang gambar daun tersebut dan mencatatnya (Ag)
d) Memotong kertas millimeter dengan ukuran 10x10
cmkemudian di timbang(missal B g)
e) Menghitung luas daun yang akan di ukur dengan rumus :
45
LUAS DAUN=A/Bx100cm2
2. Penentuan luas daun berdasarkan lusan pada kertas mili meter
Untuk masing-masing daun di lakukan hal berikut :
a) Menggambar bentuk daun yang akan di cari luasnya pada
kertas millimeter
b) Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk
daunnya
c) Hitunglah luasan kotak millimeter dengan mengelmpokkkan
sesuai dengan besar kotak (1 cm2) yaitu 80%-100%;60%-
80%;40%-60%;20%-40%dan <20%
d) Luas daun berdasar jumlah persentase masing-masing tersebut
kemudian di hitung,misalnya sebagai berikut :
80-100% = 3 buah--300%
60-80% = 4 buah--240%
40-60% = 6 buah--360%
20-40% = 5 buah--200%
<20% = 5 buah--100%
------------ +
1200%
Jadi luas daun bersangkutan = 1200% x 1 cm =12 cm2
Pengamatan data luas daun di buat table.
E. Data pengamatan
Pada pengukuran luas daun, daun yang digunakan adalah daun Ketela
Pohon, daun Kacang dan daun Koro Pedang masing-masing sebanyak 3
lembar. Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan menimbang berat kertas
dan berdasarkan pada luasan kertas millimeter.
46
Tabel Pengukuran Berat Kertas
Tanaman Berat Kertas I
(gram)
Berat Kertas II
(gram)
Berat Kertas
III (gram)
Ketela 0,76 0,74 0,54
Kacang 0,35 0,34 0,30
Koro
Pedang
0,47 0,39 0,40
Rumus Pengukuran Luas Daun
Luas Daun = A/B x 100cm2
Keterangan
A = Berat daun
B = Berat Kertas Milimeter (10 cm x 10 cm)
Perhitungan Luas Daun Berdasarkan Rumus
Daun Koro Pedang I : 0,44 g / 1 x 100 cm2 = 44 cm2
Daun Koro Pedang II : 0,39 g / 1 x 100 cm2 = 39 cm2
Daun Koro Pedang III : 0,40 g / 1 x 100 cm2 = 40 cm2
Daun Kacang Panjang I : 0,35 g /1 x 100 cm2 = 35 cm2
Daun Kacang Panjang II : 0,34 g /1 x 100 cm2= 34 cm2
Daun Kacang Panjang III : 0,30 g /1 x 100 cm2 = 30 cm2
Daun Ketela I : 0,76 g /1 x 100 cm2 = 76 cm2
Daun Ketela II : 0,74 g /1 x 100 cm2 =74 cm2
Daun Ketela III : 0,54 g /1 x 100 cm2 = 54 cm2
47
Perhitungan Luas Daun Berdasarkan Luasan pada Kertas
Milimeter
- Luas daun ketela I adalah 20700% x 1cm = 207 cm2
- Luas daun ketela II adalah 18600% x 1cm = 186 cm2
- Luas daun ketela III adalah 11900% x 1cm = 119 cm2
- Luas daun ketela I adalah 9300% x 1cm = 93 cm2
- Luas daun ketela II adalah 8000% x 1cm = 80 cm2
Daun Ketela I
100 - 80 = 108 = 10800%
80 – 60 = 15 = 1500%
60 – 40 = 38 = 3800%
40 – 20 = 15 = 1500%
>20 = 31 = 3100% +
20700%
Daun Ketela II
100 – 80 = 92 = 9200%
80 – 60 = 16= 1600%
60 -40 = 24 = 2400%
40 -20 = 22 = 2200%
>20 = 32 = 3200% +
18600%
Daun Ketela III
100 – 80 = 65 = 6500%
80 – 60 = 12 = 1200%
60 -40 = 14 = 1400%
40 -20 = 10 = 1000%
>20 = 18 =1800% +
11900%
Daun KoroPedang I
100 - 80 = 70 = 7000%
80 – 60 = 5 = 500%
60 – 40 = 5 = 500%
40 – 20 = 6 = 600%
>20 = 7 = 700%+
9300%
Daun Koro P.II
100 – 80 = 59 = 5900%
80 – 60 = 4 = 400%
60 -40 = 6 = 600%
40 -20 = 5 = 500%
>20 = 6 = 600% +
8000%
Daun Koro P. III
100 – 80 = 61 = 6100%
80 – 60 = 7 = 700%
60 -40 = 2 = 200%
40 -20 = 9 = 900%
>20 = 11 = 1100%+
9000%
48
- Luas daun ketela III adalah 9000% x 1cm = 90 cm2
- Luas daun ketela I adalah 8300% x 1cm = 83 cm2
- Luas daun ketela II adalah 7700% x 1cm = 77 cm2
- Luas daun ketela III adalah 7400% x 1cm = 74 cm2
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, terlihat bahwa daun singkong
memiliki luas daun paling kecil dibandingkan dengan daun kacang
panjang dan kacang koro. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan
kebutuhan dan kegiatan tanaman itu sendiri. Perbedaan kebutuhan tersebut
juga akan terlihat berbeda pada morfologi tanaman tersebut. Daun sebagai
tempat fotosintesis yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap
tumbuhan. Luas daun berhubungan erat pula dengan peningkatan tinggi
tanaman dan bobot bahan kering.
Luas daun juga dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar dan dalam
tubuh tanaman tersebut. Seperti jenis tanaman, ketersediaan unsur hara,
ketersediaan air, ketersediaan cahaya matahari, dan lain – lain. Hal
Daun Kacang P. I
100 - 80 = 59 = 5900%
80 – 60 = 4 = 400%
60 – 40 = 8 = 800%
40 – 20 = 4 = 400%
>20 = 8 = 800% +
8300%
Daun Kacang P. II
100 – 80 = 56 = 5600%
80 – 60 = 5 = 500%
60 -40 = 4 = 400%
40 -20 = 4 = 400%
>20 = 8 = 800%+
7700%
Daun Kacang P. III
100 – 80 = 54 = 5400%
80 – 60 = 5 = 500%
60 -40 = 5 = 500%
40 -20 = 6 = 600%
>20 = 4 = 400%+
7400%
49
tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, dan juga akan berpengaruh terhadap luas daun tanaman.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa daun singkong memiliki luas daun paling kecil
dibandingkan dengan daun kacang panjang dan kacang koro. Hal ini
terjadi karena terdapat perbedaan kebutuhan dan kegiatan tanaman itu
sendiri. Perbedaan kebutuhan tersebut juga akan terlihat berbeda pada
morfologi tanaman tersebut. Daun sebagai tempat fotosintesis yang
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap tumbuhan. Luas daun
berhubungan erat pula dengan peningkatan tinggi tanaman dan bobot
bahan kering.
Luas daun juga dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar dan dalam
tubuh tanaman tersebut. Seperti jenis tanaman, ketersediaan unsur hara,
ketersediaan air, ketersediaan cahaya matahari, dan lain – lain. Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, dan juga akan berpengaruh terhadap luas daun tanaman.
H. Daftar pustaka
wiqk.wordpress.com/.../beberapa-metode-yang-digunakan-untuk-
mengukur-luas-daun/ diunduh tanggal 1 Juni 2011
cara-apapun.blogspot.com/2011/.../cara-mengukur-luas-daun.html –
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://www.bppt.go.id
http://www.google.co.id
http://www.bigcassava.com
50
LAMPIRAN
Terong jagung
Kangkung Ubi Kayu
Puring kacang koro pedang
51
PUPUK NPK
PUPUK PHONSKA
PUPUK ZA
52
PUPUK KCL
PUPUK ORGANIK
PUPUK PPC