sistem saraf vegetatif

55
Sistem saraf vegetatif

Upload: ainun-najib

Post on 28-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Sistem saraf vegetatif

• Sistem saraf otonom membawa impuls saraf dari susunan saraf pusat ke organ efektor melalui 2 jenis serat saraf eferen yaitu saraf praganglion dan saraf pascaganglion.

• Lingkaran refleks saraf otonom terdiri dari serat aferen yang sentripental disalurkan melalui N. vagus, pelvikus, splanknikus, dan saraf otonom lainnya.

• Serat eferen terbagi dalam sistem simpatis dan parasimpatis.

• Sistem simpatis disalurkan melalui serat torakolumbal dari torakal 1 sampai lumbal 3, dalam sistem ini termasuk ganglia paravertebral, pravertebral dan ganglia terminal.

• Sistem parasimpatis atau kraniosakral outflow disalurkan melalui saraf otak ke III, VII, IX dan X, dan N. pelvikus yang berasal dari bagian sacral segmen 2, 3, dan 4. Sebagian besar neuron praganglion parasimpatis berakhir di sel-sel ganglion yang tersebar merata atau yang terdapat pada dinding organ efektor

• Pada susunan saraf pusat terdapat beberapa pusat otonom, yaitu di medulla oblongata terdapat pengatur pernapasan dan tekanan darah; hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan air, metabolisme karbohidrat dan lemak, pusat tidur dan sebagainya.

• Hipotalamus dianggap sebagai pusat sistem saraf otonom. Walaupun demikian masih ada pusat yang lebih tinggi lagi yang dapat mempengaruhinya yaitu korpus striatum dan korteks serebrum yang dianggap sebagai koordinator antara sistem otonom dan somatik

• Serat aferen misalnya yang berasal dari presoreseptor dan kemoreseptor dalam sinus karotikus, badan karotis dan aorta yang diteruskan melalui N. IX dan X menuju ke medulla oblongata. Sistem ini berhubungan dengan refleks untuk mempertahankan tekanan darah, frekuensi jantung dan pernapasan.

Terdapat 5 perbedaan pokok antara saraf otonom dan saraf somatik yaitu1. Saraf otonom menginervasi semua struktur dalam tubuh kecuali otot

rangka;2. Sinaps saraf otonom simpatis terletak dalam ganglia yang berada di

medulla spinalis, yakni ganglio pravertebralis dan ganglia paravertebralis. Tetapi sinaps saraf otonom parasimpatis berakhir di ganglia parasimpatis, yang terdapat di luar organ yang dipersarafi, yakni ganglia siliaris, pterigopalatina, submandibula, otikus dan pelvis. Saraf somatik hanya mempunyai satu jenis neuron motorik, yang berasal dari otak atau medulla spinalis langsung menuju otot rangka tanpa melalui ganglia;

3. Saraf otonom membentuk pleksus yang terletak di luar susunan saraf pusat, saraf somatik tidak membentuk pleksus;

4. Saraf somatik diselubungi sarung mielin, saraf otonom pasca ganglion tidak bermielin;

5. Saraf otonom menginervasi sel efektor yang bersifat otonom, artinya sel efektor itu dapat berfungsi tanpa persarafan. Sebaliknya, jika saraf somatik putus maka otot rangka yang bersangkutan mengalami paralisis disusul atropi otot

Fungsi Sistem Saraf OtonomSistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara keseimbangan dalam organism (sistem dunia dalam). Sistem ini mengatur fungsi-fungsi yang tidak di bawah kesadaran dan kemauan, di antaranya:

• Sirkulasi, dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung dan khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.

• Pernapasan, dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot bronkhus.

• Peristaltik saluran cerna.• Tonus semua otot polos lain (misalnya kandung empedu,

ureter, kandung kemih, uterus).• Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lembung,

kelenjar usus, dan kelenjar-kelenjar lain

???• Preganglionik parasimpatik sistem saraf timbul dari sel bodies dari inti

motorik nervus kranialis III, VII, IX, X pada batang otak dan dari segmen korda spinalis sacral kedua, ketiga, dan keempat. Disebut juga sebagai jalur kranio-spinal/kranoisakral.

• Serabut preganglionik berjalan hampir ke semua organ yang dipersarafi, dan sinap pada ganglia yang dekat atau berada pada organ tersebut, meningkatkan impuls ke serabut postganglionik yang mempersarafi jaringan yang sesuai. Sel ganglion dapat terorgansisir menjadi satu (mis. Pleksus mienterikus pada usus halus) atau dapat juga difus (mis. Vesica urinaria, pembuluh darah). Serabut preganglionik terbanyak pada nervus vagus. (sidarta neurol dasar)

• Nervus kranialis III, VII, dan IX mempengaruhi pupil dan sekresi glandula salivarius, sementara nervus vagus (X) membawa serabut saraf ke jantung, paru, lambung, upper intestine dan ureter. Serabut sacral membentuk pleksus yang menginervasi colon distal, rektum, vesica urinaria, dan organ reproduksi

Gangguan sistem saraf autonom perifer

Gangguan fungsi vegetatif

Kandung kemih dan uretra, kedua-duanya memiliki persarafan simpatik dan parasimpatik. Ganglion-ganglion kedua komponen susunan autonom itu terletak di dekat bangunan yang dipersarafinya. Serabut-serabut postganglionar kedua komponen saraf autonom itu tiba di target organ melalui pembuluh darah. Peran simpatetik bersifat inhibisi terhadap pengaruh eksitasi dari komponen parasimpatik. Yang aktif dalam kontraksi otot detrusor kandung kemih ialah komonen parasimpatetik. Pusat parasimpatetik pada S.3 dan S.4 adalah yang paling penting dalam penggalakkan otot detrusor kandung kemih

• Miksi, merupakan suatu refleks yang memiliki lengkung refleks supraspinal dan segmental intraspinal. Penuhnya kandung kemih terasa karena lintasan ascenden menyalurkan impuls yang dicetuskan oleh ujung-ujung serabut aferen perifer akibat teregangnya otot detrusor. Tibanya impuls tersebut di korteks serebri menghasilkan kesadaran akan penuhnya kandung kemih. Terputusnya lintasan tersebut, akan menghilangkan perasaan ingin kencing, yang sewajarnya timbul jika kandung kemih penuh. Oleh karena hal tersebut, maka “inkontinensia melimpah keluar” (overflow incontinence)

• Pada para penderita dengan lesi di medula spinalis di atas konus medularis yang sudah menahun, kandung kemih dapat dikosongkan dengan jalan perangsangan terhadap daerah di sekitar os pubis dan lipatan inguinal. Adakalanya miksi terjadi saat kedua tungkai bergerak secara involuntar. Hal ini sering juga disebut “kandung kemih otomatik”. Pengosongan secara reflektorik ini muncul, karena lengkung refleks yang berada di konus medularisnya masih utuh.

• Lain halnya dengan lesi pada konus medularis. Refleks miksi spinal sudah tidak mungkin dilaksanakan. Oleh karena itu, pengosongan harus dilakukan dengan penekanan suprapubik secara terus-menerus sampai urin yang berada di kandung kemih keluar semua. Oleh karena lengkung refleks terputus oleh lesi konus medularis atau S.3 dan S.4, maka tonus kandung kemih akan hilang sehingga keadaan ini disebut sebagai “kandung kemih atonik”. Keadaan ini akan menyebabkan masih terdapatnya residu-residu urin yang cukup banyak setelah pengosongan dengan penekanan suprapubik. Lama-kelamaan, sfingter akan menjadi lebar, dan pada akhirnya terjadi inkontinensia

• Baik kandung kemih otomatik maupun kandung kemih atonik merupakan kelanjutan dari gejala berupa penimbunan urin di vesica urinaria yang sering disebut sebagai retensio urin. Saraf parasimpatis menggiatkan otot detrusor, akan tetapi juga sekaligus melemaskan otot sfingter internus. Sementara sfingter eksternus sendiri dikendalikan oleh otot motorik somatik nervus pudendus S.1 dan S.2. Lesi pada nervus ini akan menyebabkan inkontinensia. Hal ini sering terjadi pada post partum dimana otot sfingter eksternus dan nervus pudendus mengalami jejas

Gangguan vegetatif pada kulit.Berbeda dengan aktifitas parasimpatik dalm mekanisme miksi dan defekasi, fungsi vegetatif kulit lebih dominan dikendalikan oleh aktifitas simpatik. Persarafan simpatik di kulit dapat terputus karena lesi perifer, atau pada ganglia paravertebralia, beserta serabut preganglionik simpatik. Terputusnya persarafan ini akan ditandai dengan:– kulit sudah tidak dapat merinding lagi jika dirangsang

dengan benda dingin maupun goresan runcing. Karena sudah tidaka ada lagi efektor terhadap pilomotor

– kulit berwarna merah atau terasa panas. Hal ini disebabkan karena kontraksi pembuluh darah

– kulit tidak lagi berkeringat karena hilangnya kontrol terhadap glandula sudorifera.

Gangguan pada Pupil• Dilatasi dan kontraksi pupil disebabkan oleh aktifitas simpatik dan

parasimpatik. Pupil yang lebar (midriasis), yang tidak berespon terhadap penyinaran cahaya dan akomodasi, bisa disebabkan karena hiperaktifitas saraf simpatik, atau lebih sering karena lesi pada komponen parasimpatiknya. Kompresi pada nervus okulomotorius yang memiliki serabut parasimpatis menimbulkan midriasis yang tidak bersepon pada penyinaran cahaya dan akomodasi.dengan penetesan metacholine (2,5%) pada pupil yang normal tidak terdapat perubahan pupil. Akan tetapi bla dilakukan pada pupil yang midriasis karena kompresi nervus okulomotorius akan terjadi konstriksi (miosis). Dengan hal tersebut, maka bisa digunakan sebagai tes bahwa serabut parasimpatik yang bersamaan deng serabut simpatiknya tidak bekerja dengan baik.

• Begitu juga sebaliknya, aktifitas miosis yang disebabkan karena lesi pada nervus simpatiknya, akan memberikan midriasis yang nyata dengan pemberian hematropin. Sementara miosis yang disebabkan oleh hiperaktifitas parasimpatik tidak memberikan perubahan yang nyata.

• Gangguan vegetatif– regulasi suhu

• Peran hipotalamus dalm pemeliharaan suhu tubuh adalah sebagai regulator shuh tubuh. Jika tubuh mengalami rangsangan perubahan suhu, maka hipotalamus akan segera melakukan aktifitas reflektorik melalui serentetan reaksi untuk mengatasi perubahan tersebut.

• Pada penelitian didapatkan bahwa stimulasi bagian posterior hipotalamus akan menyebabkan denyut jantung yang lebih kencang, tekanan darah meningkat, dilatasi pupil, kulit merinding, dan inhibisi peristaltik usus, dan menurunkan tonus kandung kemih (simpatetik). Jika bagian posterior hipotalamus dibuang, timbul letargi dan hipersomnia. Aktivasi bagian anterior hipotalamus menyebabkan reaksi parasimpatetik, seperti reaksi terhadap kepanasan, denyut jantung menurun, peristaltik aktif, tonus kandung kemih meningkat. Sangat mungkin bagian posterior hipotalamus merupakan termostat terhadap suhu dingin, sementara bagian anteriornya adalah termostat terhadap suhu panas.

• Gangguan lesi pada daerah tuber sinerium akan menyebabkna hiperpireksia. Gejala ini sering muncul pada perdarahan yang terjadi di hipotalamus

– regulasi minum dan makan• Lesi di daerah ventromedialis menyebabkan

adipsia (hilang rasa haus) dan polifagia (rakus). Kemungkinan hipotalamus mengendalikan ini dengan cara tersebut dan ditambah secara neurohormonal yaitu dengan pengaturan ADH.

• Pusat makan hipotalamus terletak di daerah nukleus lateralis hipotalami, sementara pusat kenyang terdapat di ventromedial

• Gangguan neurohormonal• Pada dasarnya gangguan pada neurohormonal oleh hipotalamus

bergantung pada sekresi hormonal oleh hipofisis. Oleh karena itu sering disebut istilah hormon hipotalamik yang bersifat hipofisiotropik, yaitu:– faktor pelepas hormon kortikotropin– faktor pelepas hormon tirotropin– faktor pelepas hormon somatotrofin– faktor penhambat hormon somatotropin– Folicle stimulating hormon– faktor penghambat prolaktin– faktor pelepas hormon laktasi

• .

• Gangguan psiko-vegetatif autonom• Gangguan psiko-vegetatif autonom pada sistem susunan

saraf autonom pusat terjadi karena gangguan emosi. Emosi, diekpresikan sebagai peraangai. Perangai ini dapat dimanifestasikan sebagai manifestasi susunan somatomotorik (merengut, senang, dsb) dan susunan autonom (pucat, wajah memerah, berkeringat, dsb)

• Manifestasi gangguan autonom sendiri seringkali didapatkan pada pasien yang memeriksakan diri ke dokter. Serigkali pasien mengalami denyut jantung yang cepat meskipun tidak didapatkan kelainan kardiovaskuler

• Fungsi luhur ialah otak yang menyebabkan manusia berkomunikasi satu sama lain melalui bicara, menulis, dan gerak isyarat. Yang dimaksud dengan fingsi luhur yaitu:

• 1. Fungsi bahasa• 2. Fungsi Persepsi• 3. Fungsi Memori• 4. Fungsi Emosi• 5. Fungsi kognitif

• 1. Fungsi Bahasa• Bahasa merupakan alat komunikasi.

Bahasa terdiri dari bahasa verbal (ucapan), bahasa visual (tulisan). Untuk sebagain besar orang, pusat bahasa terletak dibagian hemisfer otak kiri, yang disebut juga sebagai hemisfer dominan.

• Secara anatomis ada 3 daerah utama otak untuk fungsi bahasa, yaitu:• a. Dua daerah reseptif, yaitu:• 1) Area wenicke merupakan daerah reseptif untuk bahsa yang didengar.• 2) Area garis anggularis merupakan daerah reseptif untuk bahyasa yang

dilihat. Seseorang dapat terganggu wicaranya saja atau terganggu bahasa saja. Berbedaannya yaitu gangguan wicara bersifat perifer, disebabkan kelainan saraf perifer, otot, dan struktur yang dipakai bicara. Sedangkan gangguan bahasa sifatnya sentral, disebabkan oleh kelainan kortexs cerebri (fungsi luhur).

• b. Suatu daerah yang berfungsi ekspresif, area brocca untuk bicara.• Hubungan antara area werniceke dan area brocca melalui serabut fasikulus

arkuatus. Aspek fektif bahasa meliputi yaitu: inotasi bicara dan emosi ekspresi, pusat bahasa efektif bahasa terdapat pada hemisfer dominan (homologi dengan area wernike dan area brocca, dihemisfer dominan).

• Kerusakan pada daerah temporaal non dominan yang homolog dengan area wernike akan terjadi gangguan dalam lagu kalimat. Kerusakan pada daerah brocca akan menjadi dominan yang homolog dengan area brocca akan menjadi gngguan emosi ekspresi dalam bicara. Bila ada kerusakan hemisfer dominan tidak ada kesulitan dalam bahasa non verbal, seperti menggunakan isyarat muka, dan tangan sewaktu bicara.

• Bila ada gangguan hemisfer non dominan masih dapat berbahasa dengan tata bahasa yang benar, tapi tampak berbahasa tanpa lagu kalimat, monoton tanpa penekanan dan tidak mampu menggunakan isyarat muka, dan tangan sewaktu bicara

• Bila ada gangguan pada hemisfer dominan akan terjadi afasia, yaitu:• a. Ketidakmampuan untuk mengerti bahasa (afasia wernieke-afasia

sensorik) seperti berikutr ini:• 1) Tidak mengerti bahasa ucapan maupun bahasa lisan.• 2) Tidak dapoat mengulang kata-kata• 3) Tidak dapat memberi nama benda• 4) Tidak bisa membaca dan menulis• b. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan bahasa (afasia brocca-afasia

motorik), seperti:• 1) Berbicara tidak lancar• 2) Kesulitan mengeluarkan kata-kata• 3) Tidak dapat mengulang kata-kata yang didengar• 4) Tidak dapat memberi nama benda walaupun masih mengenal benda

tersebut.

• Pengenalan pusat asosiasi dijumpai dalam hipokampus lobus temporal sebagai memori. Apa yang terjadi pada rangkaian di atas untuk kognisi berikut:

• 1. Resepsi (penerimaan)• 2. Persepsi (pengenalan)• 3. Storage (penyimpanan)• Misalnya pengenalan pada bunga mawar:• a) Indra penghidu: bunga itu harum• b) Indra penglihatan: berwarna merah, putih berdau n, bunga

yang banyak tersusun dalam lingkaran.• c) Indra perabaan: daun bunga terasa timbul dan halus• d) Emosi: timbul rasa sayang

• 2. Fungsi Memori• Memori yaitu kemampuan seseorang untuk menyimpan informasi/pengenalan untuk di

kemukakan suatu saat. Mekanisme memori terjadi melalui tiga tahap yaitu:• a. Resepsi• Informasi diterima dan dicatat oleh pusat otak primer, seperti pengliheten atau

perabaan. Penyimpanan sangat singfkat dan bersifat temporer.

• b. Retensi• Informasi lebih lama dan lebih permanen. Ini disebabkan oleh informasi dan

pengalaman terjadi berulang-ulang.• c. Recall• Proses mengingat kembali informasi yang disimpan.

• Ada tiga bentuk memorial sebagi berikut ini:• a. Immediate memori• Memory ytang berlangsung sangat singkatdan

hanya beberapa detik saja, misalnya mengulang kata-kata.• b. Recent memory• Yaitu mempry yang disimpan dalam waktu yang

bebrapa menit, jam atau hari. Mudah dilupakan dan kadang-kadang sukar diingat kembali misalnya mengingatnama orang tua atau nomor telepon.

• c. Remote memory• Yaitu yang tidak berakar, sukar dilupakan seperti

nama sendiri, nama orang tua, tanggal lahir dan sebagainya.

• Struktur anatomi dalam penyimpanan memori adalah:

• a. Pusat otak primer dan aosiasi ialah korteks serebri, beerperan dalam penyimpanan remot memori.

• b. Sub korteks• 1) Hipokampus, bagian lobus temporalis• 2) Sistem linbik• Berperan dalam penyimpanan rrecen memory

• . Fungsi Emosi• Yang termasuk emosi yaitu rasa senang, marah, sedih, takut, kasih sayang, dll. Emosi

penting untuk mempertahankan aktivitas yang penting untuk kehidupan individu seperti :• a. Makan (feeding)• b. Berkelahi (fight)• c. Melarikan diri (flight)• d. Mempertahankan jenis (perkawinan, merawat, dan mengurus anak)

• Emosi marah dan takut perlu untk mempertahankan diri. Seeokor binatang, anak, marah bila makanannya direbut oleh binatang lain. Anatomi yang terlihat pada emosi yaitu :

• a. Hipokampus• b. Fosniks• c. Korpus mamilare• d. Nukleus anterior, talamus• e. Gyrus singuli

• 2.3 Gangguan Fungsi Luhur• 1. Sindrom lobus prontalis• a. Kerusakan area 44 (broca) apasia motorik• b. Kerusakan daerah prefontal (9, 10, 11, 12)• 1) Gangguan tingkah laku• 2) Hilangnya sikap pantas teerhadap sekitarnya• 3) Kurangnya pengendalian diri• 4) Kurang inisiatif dan kreasi• 5) Tabulla (masa bodoh)• 6) Bersenang hati yang tidak sesuai (eforia)• 7) Berkelakar tidak pada tempatnya (witzelsucht)• 8) Menangis, tertawa, yang cepat berantian tanpa perasaan sedih dan gembira.

• 2. Sindrom lobus parientalis• a. Kerusakan pada area 5 dan 7 (pusat

asosiasi, perabaan), tidak mengenal perabaan atau agnosia taktil.

• b. Kerusakan pada area 40 (astereo gobsis) yaitu hilangnya kemampuan mengenal dengan sensibilitas taktil, seperti tidak bisa membedakan bentuk, ukuran, dan susunan objek.

• 3. Sindrom lobus oksipitalis• a. Kerusakan pada area 7 (buta central)• b. Kerusakan pada area 18 dan 19 (dominan korpus kulosum

posterior)• c. Kerusakan pada lobus oksipitalis dominan yaitu agnesia

warna etapi tidak sama dengan buta warna• d. Kerusakan pada bagian inferior lobus oksipitalis temporalis

bilateral yaitu tidak mengenal wajah orag yang dikenal tetapi apabia mendengar suaranya aka mengenal orang itu

• e. Kerusakan pada bagian infero lateral lobus okspitalis dominan adalah simul taknosa yaitu tidak mengenal suatu objek secara utuh tetapi mengenal objek itu secara detail.

• 4. Sindrom lobus temporalis• a. Kerusakan pada pusat otak primer area 14 dan 42 yaitu tuli central

atau kortikal,• b. Kerusakan pada area wernike yaitu aphasa sensoris,• c. Kerusakan pada temporalis kiri yaitu ganggua memori verbal dan

agnosia musik.

• 5. Narkolepsia• Penderita dengan penyakit ini adalah orang yang dilanda oleh serangan

tidur beberapa kali sehari. Penderita umumnya pria pada usia remaja mudah sampai dewasa dan manula. Penderita narkolepsia pada umumnya mengalami serangan mengantu setelah makan atau karena suasana fisiologik yang mempermudah seseorang tidur

• 6. Insomnia• Insomna terbagi atas beberapa bagian, sebagai berikut :• a. Insomnia primer• Umumnya penderita ini tidak mempunyai banyak kesulitan dan tampaknya sehat fal

afiat. Seseorang dengan kelhan insomnia ini tidak selalu menunjukkan gejalah-gejalah objektif fenomena ini dapat diiringi oleh tanda-tanda neurologik seperti tremor jari-jari, pitosis ringan, raut muka yang hampa, suara yang bernada rendah, konjung tifa bola mata merah.

• b. Insomnia sekunder psikoneurotik• Penderita biasana mengalami sakit kepala, pusing, perut kembung dan badan pegal.

Lalu penderita ini mempunyai sejenis keluhan insomnia dimana tidurnya terganggu oleh banyak impian yang berlangsung dari saat jatuh tidur sampai bangun tidur pagi hari.

• c. Insomnia sekunder penyakit organik• Adalah insomnia karna terganggu oleh penyakit organik. Penyakit yang sering

mengganggu terlenanya seseorang yang mau tidur ialah penyakit ang diserai nyeri-nyeri pada jari.

7.    Koma1)   Berdasarkan anatomi dan patofisiologi, koma dibagi menjadi dua, yaitu :a.    Koma kortikal                    Merupakan koma atau esefalopati metabolit atau gangguan fungsi lesisruktur korteks bihemisferik. Faktor penyebabnya antara lain sinkop, renjatan, hikoksia.b.    Koma diensifalit                    Terjadinya melalui mekanisme herniasi kulkus tentorial atau central. Penyebabnya antara lain: stroke, tumor otak, edemo otak, hidro sepalus, dan menginitis.

2)   Klasifikasi koma berdasarkan gambaran klinika.    Koma dengan defisit neurologik fokalb.    Koma dengan tanda rangsangan meningealc.    Koma tanpa defisit neurologik fokal

• Pemeriksaan kelancaran berbicara• Pemeriksaan pemahaman (komprehensi)

bahasa lisan• Pemeriksaan repitisi• Pemeriksaan menamai dan menemukan kata• Pemeriksaan sistem bahasa• Pemeriksaan penggunaan tangan• Pemeriksaan berbicara spontan

Klasifikasi afasia

• Lancar• Tidak lancar

afasia lancar

• Afasia reseptif• Afasia konduksi• Afasia amnestik• Afasia transkortikal

Fasia tidak lancar

• Afasia ekspresif• Afasia global

Afasia global

• Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat• Keadaan ini ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa

spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip

• Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagaian besar atau semua daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling sering adalah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya

afasia broca

• Ditandai oleh bicara yang tidak lancar, dan disatria, serta tampak melakukan upaya bila berbicara

• Ciri klini afasia broca:Bicara tidak lancar, tampak sulit memulai bicara,

kalimatnya pendek, pengulangan buruk, kemampuan menamai buruk, kesalahan parafasia, pemahaman lumayan, gramatika bahasa kurang, irama kalimat dan irama berbicara terganggu.

• Lesi yang menyebabkan afasia broca mencakup daerah brodman 44 dan 45

Afasia wernicke

• Pemahaman bahasa terganggu• Pengulangan terganggu berat• Menamai umumnya parafasik• Membaca dan menulis juga terganggu berat

Gambaran klinis afasia wernicke

Keluaran afasik yang lancarPanjang klaimat normalArtikulasi baikProsodi baikAnomiaParafasiaKomprehensi auditif dan membaca burukRepetisi tergangguMenulis lancar tapi isinya kosong

• Lesi yang menyebabkan afasia wernicke terletak di daerah bahasa bagian posterior

Afasia konduksi

• Merupakan gangguan berbahasa yang lancar yang ditandai dengan gangguan yang berat pada repetisi, kesulitan dalam membaca kuat-kuat (namun pemahaman baik), gangguan dalam menulis, parafasia yang jelas.

• Terputusnya hubungan antara area wernicke dan broca diduga menyebabkan manifestasi kelainan ini

Afasia transkortikal

• Ditandai oleh repetisi bahasa lisan yang baik (terpelihara). Namun fungsi bahasa lainnya terganggu

Gambaran klinis afasia sensorik transkortikal

• Keluaran (output) lancar• Pemahaman buruk• Repetisi baik• Ekholaila• Komprehensi auditif dan membaca terganggu• Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai• Didapatkan defisit lapangan pandang

disebelah kanan

Gambaran klinis afasia motorik transkortikal

• Keluaran tidak lancar• Pemahaman• Repetisi baik• Inisiasi output terlambat• Ungkapan ungkapan singkat• Parafasia semantik• ekholalia

Gambaran klinik afasia transkortikal campuran

• Tidak lancar• Komprehensi buruk• Repetisi baik• Ekholalia mencolok

• Afasia transkortikal disebabkan oleh lesi yang luas, berupa infark berbentuk bulan sabit, did dalam zona perbatasan antara pembuluh darah serebral mayor.

Afasia anomik

• Pasien afasia yang defek berbahasanya berupa kesulitan dalam menemukan kata dan tidak mampu menamai benda yang dihadapkan kepadanya