perbandingan peraturan tata tertib (ptt) bursa berjangka...

45
Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Komoditi (BBJ) dan Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan Komoditi Syariah Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum (MH) Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Oleh: M. Hanif Fikri 211610116 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: others

Post on 17-Jul-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa

Berjangka Komoditi (BBJ) dan Fatwa DSN MUI

No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan

Komoditi Syariah

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister

Hukum (MH) Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Oleh:

M. Hanif Fikri

211610116

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa

Berjangka Komoditi (BBJ) dan Fatwa DSN MUI

No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan

Komoditi Syariah

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Hukum (MH) Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Oleh:

M. Hanif Fikri

211610116

Dosen Pembimbing:

Prof. DR. H. Jaih Mubarok, MA.

DR. H. Nadratuzzaman, MA.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Perdagangan Komoditi Syariah (Studi Perbandingan

antara Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Fatwa

DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011)” yang disusun oleh M. Hanif Fikri

dengan Nomor Induk Mahasiswa 211610116 telah memenuhi syarat ilmiah

untuk diujikan di sidang munaqasyah.

Pembimbing 1

Prof. Dr. Jaih Mubarok, MA

Tanggal:

Pembimbing II

Dr. Nadratuzzaman, M. Sc., M. Ec.

Tanggal:

Page 4: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “Perdagangan Komoditi Syariah (Studi Perbandingan

antara Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Fatwa

DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011)” yang disusun oleh M. Hanif Fikri

dengan Nomor Induk Mahasiswa 211610116 telah diujikan di sidang

munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada

tanggal 24 Agustus 2016. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Magister Hukum (MH) dalam bidang Ilmu Agama Islam.

Direktur Program

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA.

Panitia Ujian

Keterangan Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. _____________ _______

Ketua Sidang

Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA. _____________ _______

Sekretaris

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. _____________ _______

Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. _____________ _______

Penguji II

Prof. Dr. H. Jaih Mubarok, MA. _____________ _______

Pembimbing I

Dr. H. Nadratuzzaman, M. Sc., M. Ec. _____________ _______

Pembimbing II

Page 5: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : M. HANIF FIKRI

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 09 Agustus 1988

NIM : 211610116

Jurusan/Prodi : Hukum Ekonomi Syariah

Judul Tesis : Perdagangan Syariah Komoditi (Studi

Perbandingan antara Peraturan Tata Tertib

(PTT) Bursa Berjangka Komoditi (BBJ) dan

Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011)

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Jaih Mubarok, MA.

2. Dr. H. Nadratuzzaman, M. Sc., M. Ec.

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat benar-benar hasil

karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis dengan apa yang

saya tulis.

Jakarta, 24 Agustus 2016

Mahasiswa Ybs,

Materai 6000

M. HANIF FIKRI

NIM: 211610116

Page 6: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

iv

بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR

.ورسوله عبده امحمد ان شهدأو الله لاإ لهإ لا نأ أشهد العالمين رب لله الحمد للعالمين رحمة المبعوث محمد ومولنا سيدنا النبيين خاتم على وسلم صل اللهم

،بعد أما .أجمعين وأصحابه لهآ وعلىHanya puji syukur yang pantas terucap atas segala nikmat dan karunia-

Nya tak terhitung dan tak terhingga, sehingga karya tesis yang berjudul

“Perdagangan Komoditi Syariah (Studi Perbandingan antara Peraturan

Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Fatwa DSN MUI

No. 82/DSN-MUI/VIII/2011” ini bisa terselesaikan diantara samudera ilmu

yang ada di alam semesta.

Dan tidak lupa penulis panjatkan shalawat serta salam kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW., yang telah membawa Risalah

Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu keislaman,

sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Merupakan suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat

terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan tesis

merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis menyadari, banyak hambatan yang

menghadang dalam proses penyusunan tesis ini, dikarenakan keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki. Kalaupun akhirnya tesis ini dapat

terselesaikan, tentunya karena bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan yang sangat berarti bagi

penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. selaku Rektor Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta.

2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Prof. Dr. Jaih Mubarok, MA. dan DR. Nadratuzzaman, M. Sc., M. Ec.

selaku pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan

sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar.

4. Tim Dosen Penguji, Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. (Penguji I)

dan Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (Penguji II) Tesis

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Page 7: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

v

5. Seluruh Dosen Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang

telah banyak memberikan materi, arahan dan pengalamannya selama

penulis menempuh studi.

6. Seluruh staf Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

7. Ayahanda dan Ibunda tersayang Bapak Drs. H. A. Murdani Najieb, M. Pd.

dan Ibu Hj. Nasrifah, S. Pd. I serta kedua mertuaku Bapak KH. Ahmad

Syatibi, SH. dan Ibu Hj. Abidah Noer Alie, Lc. yang selalu menjadi

penyemangat.

8. Istriku tercinta Minnatillah yang sangat sabar menemani, membantu,

memberi semangat dan mendo’akan sehingga bisa selesai penulisan tesis

ini dan menjadi motivasi besar bagi penulis untuk bisa menyelesaikan tesis

ini.

9. Kakakku Lilis Nurkholisoh dan suami Kanda Afif Rusydi serta adik-

adikku, M. Lutfi Azhari dan M. Rifki Ilham yang ikhlas mendo’akan dan

memberikan dukungan.

10. Seluruh keluarga besar Attaqwa yang tak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terimakasih untuk semangat dan do’anya selama ini,

11. Kepada teman-teman seperjuangan di Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta dan teman-teman lainnya yang memberikan motivasi dalam

menyelesaikan tesis ini.

12. Ibu Dr. Andam Dewi dan Bapak Isa Abiyasa Djohari selaku Analis Senior

di Jakarta Future Exchange (JFX) atau Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang

telah banyak membantu memberikan informasi dan data untuk penelitian

tesis ini, semoga Allah Swt. memberikan balasan kebaikan yang berlipat.

Amiin.

13. Bapak Dr. Rifki Ismal, SE., MA., Bapak Cecep Maskanul Hakim, M. Ec.,

dan Bapak Sanrego selaku narasumber yang bersedia meluangkan waktu

untuk diwawancarai dan memberikan informasi untuk data penulisan tesis

ini.

14. Kepada seluruh narasumber yang telah bersedia diwawancarai untuk data

penulisan tesis ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak

mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan yang ideal, dan masih banyak

kekurangan baik dalam bentuk penyajian maupun bentuk penggunaan bahasa,

karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis.

Maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik, saran ataupun

masukan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan

tesis ini dan semoga tesis ini kedepannya dapat bermanfaat bagi semua orang.

Amiin Yaa Rabbal ‘aalamiin.

Page 8: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

vi

Demikianlah kata pengantar yang penulis paparkan, atas segala ucapan

yang tidak berkenan dalam tesis ini penulis memohon maaf.

Jakarta, 21 Dzulqaʻidah 1437 H.

24 Agustus 2016 M.

Penulis

Page 9: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

vii

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing .................................................................................. i

Lembar Pengesahan .......................................................................................... ii

Pernyataan Penulis ............................................................................................ iii

Kata Pengantar .................................................................................................. iv

Daftar Isi ........................................................................................................... vii

Pedoman Transliterasi ...................................................................................... ix

Abstrak ..................................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Permasalahan .............................................................................. 17

1. Identifikasi Masalah ............................................................... 17

2. Pembatasan Masalah .............................................................. 18

3. Perumusan Masalah ............................................................... 18

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 19

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 19

E. Studi Pustaka .............................................................................. 20

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 21

BAB II : TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN BERJANGKA

KOMODITI ................................................................................... 22

A. Pengertian dan Tujuan Perdagangan Berjangka Komoditi ......... 22

B. Sejarah Perdagangan Berjangka Komoditi ................................. 25

C. Struktur Industri Perdagangan Berjangka Komoditi .................. 31

D. Sistem Perdagangan Berjangka Komoditi .................................. 49

E. Regulasi Perdagangan Berjangka Komoditi ............................... 65

BAB III : KONSEP AKAD DALAM ISLAM SERTA PENGATURAN

BURSA KOMODITI MENURUT HUKUM DI INDONESIA . 76

A. Tinjauan Umum Perikatan (Akad), Murabahah dan Tawarruq

dalam Islam ................................................................................. 76

1. Tinjauan Umum Akad............................................................ 76

2. Akad Murabahah ................................................................... 93

3. Konsep Tawarruq .................................................................. 96

B. Regulasi dalam Pelaksanaan Bursa Komoditi Syariah ............... 111

C. Pengaturan Perdagangan Komoditi Menurut Hukum di Indonesia

.................................................................................................... 114

1. Pengaturan Perdagangan Komoditi Menurut

Undang-Undang ..................................................................... 114

Page 10: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

viii

2. Pengaturan Perdagangan Komoditi Menurut Fatwa DSN

MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011......................................... 120

3. Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta tentang

Perdagangan Komoditi Syariah ............................................. 129

BAB IV : ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA PERATURAN TATA

TERTIB (PTT) BURSA BERJANGKA JAKARTA (BBJ) DAN

FATWA DSN MUI NO. 82/DSN-MUI/VIII/2011 TENTANG

PERDAGANGAN KOMODITI SYARIAH ............................... 140

1. Analisis Kesesuaian Akad pada Peraturan Tata Tertib (PTT) yang

dikeluarkan oleh Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dengan Fatwa DSN

MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan Komoditi

Syariah ....................................................................................... 140

2. Analisis Kesesuaian Akad Murabahah pada Fatwa DSN No.

82/DSN-MUI/VIII/2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.

17/28/DKMP yang dikaitkan dengan Fatwa DSN No. 04/DSN-

MUI/IV/2000 .............................................................................. 141

3. Analisis Pemenuhan Rukun dan Syarat pada Akad Murabahah yang

digunakan pada Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan

Prinsip Syariah Antarbank (SiKA) ............................................. 143

BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 151

A. Kesimpulan ................................................................................. 151

B. Saran-saran ................................................................................. 152

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 153

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 159

Lampiran1. Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 ...................

Lampiran2. Peraturan Tata Tertib Bursa Berjangka Jakarta ...................

Lampiran3. Berita Wawancara ................................................................

Page 11: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

1. Konsonan

ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN

q ق z ز a ا

k ك s س b ب

l ل sy ش t ت

m م sh ص ts ث

n ن dh ض j ج

w و th ط h ح

h ه zh ظ kh خ

’ ء ʻ ع d د

y ئ gh غ dz ذ

f ف r ر

2. Vocal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong

a. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA/ARAB LATIN KETERANGAN

A Fatẖah ٲ

I Kasrah ٳ

U Dhammah ٱ

Contoh:

ه Alhamdulillâh :الحمد للـ

Page 12: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

x

b. Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan aksara adalah sebagai berikut:

TANDA/ARAB LATIN KETERANGAN

Ai a dan i أي

Au a dan u أو

Contoh:

بالع ق ود أوف وا : Aufû bilʻuqûd

c. Adapun untuk vokal panjang, ketentuan alih aksara (madd), yang

dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TANDA/ARAB LATIN KETERANGAN

 a dengan topi di atas يا

Î i dengan topi di atas يى

Û u dengan topi di atas يو

Contoh:

أيها ا الذين ي ءامن و : Yâ ʼayyuha al-ladzîna âmanû

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti huruf-huruf al-qamariyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf (l).

Contoh:

المدينة al-Baqarah :البقرة : al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf as-syamsiyah

ditransliterasikan dengan mengganti al dengan huruf-huruf as-syamsiyah

yang mengikutinya.

Contoh:

الرجل : Ar-Rajul السيدة : As-Sayyidah

الشمس : Asy-Syams الدارمي : Ad-Dârimî

Page 13: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

xi

c. Huruf ta marbûthah (ة)

Ta marbûthah dalam bahasa Arab dilambangkan dengan transliterasimya

dilambangkan dengan huruf h

Contoh: الدعوة = ad-Daʻwah

d. Tanda syaddah (tasydîd)

Transliterasinya dilambangkan dengan huruf dobel sesuai dengan huruf

yang diberi tanda.

Contoh:

الذين إن : Inna al-ladzîna

Page 14: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

xii

ABSTRAK

Perdagangan Komoditi Syariah adalah perdagangan komoditi yang diatur

agar sesuai prinsip-prinsip syariah dengan merujuk kepada Fatwa DSN MUI

dan Peraturan Tata Tertib (PTT) yang dibuat oleh Bursa Berjangka Jakarta

(BBJ). Permasalahan yang timbul adalah tentang konsep akad yang terjadi

pada Perdagangan Komoditi Syariah beserta mekanisme transaksinya. Oleh

karena itu perdagangan ini membutuhkan informasi yang jelas tentang akad

yang terjadi. Apakah sudah sesuai syariah dengan merujuk Fatwa DSN MUI

No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 dan Peraturan Tata Tertib (PPT) Bursa Berjangka

Jakarta (BBJ) atau belum.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akad yang terdapat

pada Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) telah sesuai

dengan Fatwa DSN MUI No.82/DSN-MUI/VIII/2011. Namun masih ada

keganjalan dalam hal niat jual beli yang dilakukan oleh para pelaku

perdagangan dalam komoditi ini. -Seperti diketahui bersama bahwa niat itu

sulit untuk diketahui secara zhahir-. Jika niat hanya untuk uang dan

keuntungan semata, lebih baik untuk tidak bertransaksi di perdagangan ini.

Namun jika niat untuk berinvestasi dan memang berniat untuk membeli barang

komoditi tersebut serta bertransaksi karena keperluan mendesak seperti yang

terjadi pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas maka silahkan untuk

bertransaksi di perdagangan ini.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan analisis yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk

mengkaji peraturan-peraturan yang tertulis. Dalam hal ini untuk menganalisis

kesesuaian akad antara Peraturan Tata Tertib yang dikeluarkan oleh Bursa

Berjangka Jakarta dengan Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011

tentang Perdagangan Komoditi Syariah. Sedangkan jenis penelitian ini adalah

library research atau studi pustaka yang sumber primernya adalah Fatwa DSN

MUI No. 82 dan PTT BBJ tentang Perdagangan Komoditi Syariah yang

ditunjang dengan buku-buku lain yang berkenaan dengan hal tersebut. Juga

ditambah dengan hasil wawancara dari lembaga Bursa Berjangka Jakarta dan

Dewan Syariah Nasional MUI serta sumber lain untuk menunjang penelitian

ini.

Page 15: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

xiii

ABSTRACT

Sharia Trading Commodity is a trading commodity set to match the

principles of Sharia that referred to Fatwa DSN MUI (Indonesian Council of

Ulama) and Rules and Regulations (PTT) by Jakarta Future Exchange (BBJ).

The Problem that arises is about the concept of contract (akad) happened

between Sharia Trading Commodity along with their mechanism of

transactions. For that reason, this trading need detail information about the

concept of the contract (akad) that has been made, to assure whether is yet to

be set based on the Sharia rules and regulations which referred from Fatwa

DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 and Rules and Regulations (PTT) by

Jakarta Future Exchange (BBJ).

Based on the results of this study indicate that the contract (akad)

which is in the Rules and Regulations (PTT) by Jakarta Future Exchange

(BBJ) has been compatible to the Fatwa DSN MUI No.82/DSN-

MUI/VIII/2011. However, there are still some issues on the intention of

transaction among the traders in this Sharia commodity. Whereas the

intention is hard to be seen visibly, it is better not to do any transaction in this

trade when the intention (niat) is only for money and interest, but it is

welcome to do the transaction if the intention is to invest and to purchase

these commodities and trade for urgent purposes as happened to banks

experiencing liquidity problems.

The methodology used is Qualitative Method using normative juridical

analysis approach. A study which is focused on reviewing the written rules.

In this case is to analyze the suitability of the contract (akad) between the

Rules and Regulations by Jakarta Future Exchange (BBJ) and Fatwa DSN

MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 on Sharia Trading Commodity. This type

of research is a Library Research or Literature Study which the primary

source is Fatwa DSN MUI No. 82 and PTT BBJ about Sharia Trading

Commodity supported by other books relating to it. Also soupled with the

interviews from Jakarta Future Exchange Institution and National Sharia

Board (DSN) MUI and other sources to support this study.

Page 16: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

xiv

الملخص

، وقد أباحتها فتوى لمبادئ الشرعيةتضبط با هي تجارة عادية ةللشريع السلعتجارة ، واعتمدها القرار التنظيمي لسوق الأوراق مجلس العلماء الإندونيسي، المجلس الإسلامي الوطني المشكلة من تكييف العقد في هذه التجارة، وكيفية عقد الصفقة تظهرالمالية المؤقتة، جاكرتا.

مدى التزامها ي ب ت قد الواقعة فيها، حتى يفيها. لذا لا بد من معلومات واضحة عن صيغ الع مي المذكور.يأو عدم الالتزامها بالحكم الشرعي الذي أصدره مجلس العلماء، وبالقرار التنظ

لسوق للقرار التنظيميالتجارية هذه الصفقة ، أنبالاعتماد على نتائج هذا البحثمجلس ، المجلس الإسلامي الوطنيالصادرة من لفتوى بامطابقة الية المؤقتة، جاكرتاالأوراق الم

ت الإشكال، وهو قصد . ولكن ث ( DSN/-MUI/VII/2011/82 ، )رقمالعلماء الإندونيسي: فإن كان القصد هو -صعب الاطلاع على القصد في الظاهروي–في هذه التجارة المتعاقدين

ستثمار ، ولكن إذا كان القصد هو الافضلالأ هو ب من هذه التجارةتجنالفالمال ومجرد الربح فلا حرج في ،سيولة، مثل ما فعله الفروع البنكية في عملية والشراء الاضطراري لتلك المواد

.ملة بهاعاالموهي التي -يستخدم منهج البحث النوعي بطرق التحليل القانوني المعيارية وهذا البحث

مطابقة هذه الصفقة التجارية للقرار التنظيمي على لل تح -القواني المكتوبة دراسة تركز على، مجلس المجلس الإسلامي الوطنيبالفتوى الصادرة من لسوق الأوراق المالية المؤقتة، جاكرتا

أما نوع ( عن تجارة السلع للشريعة. DSN/-MUI/VII/2011/82العلماء الإندونيسي، )رقم الفتوى الصادرة من المجلس كونتالمكتبي أو الدراسة المكتبية و البحث فيستخدم البحث

القرار التنظيمي لسوق الأوراق المالية و 82الوطني للشريعة، مجلس العلماء الإندونيسي رقم الكتب اويؤيدهم المؤقتة، جاكرتا عن تجارة السلع للشريعة مصدرين أساسي لهذا البحث

دا بالمقابلات الشخصية من سوق الأوراق المالية المؤقتة، مع م زجه م زجا جي المتعلقة بهماجاكرتا والمجلس الوطني للشريعة، مجلس العلماء الإندونيسي والمراجع الأخرى لدعم هذا

البحث.

Page 17: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sektor yang mendorong munculnya bursa komoditi adalah

perkembangan dan perubahan sektor ekonomi dari agraris ke sektor industri

serta derivasinya, yakni bermigrasinya penduduk yang bekerja di sektor

pertanian ke sejumlah kota besar, mengakibatkan penduduk kota menjadi

penuh sesak, oleh sebab itu kebutuhan hidup yang harus ditanggung di kota-

kota ini menjadi kebutuhan yang harus dikelola secara teratur dengan

menjaga bahan makanan dan bebijian yang sulit diperoleh di kota tetap

tersedia. Kondisi ini menuntut adanya pasar yang menjadi pusat

berkumpulnya para pedagang dengan membawa hasil-hasil pertanian, lalu

muncullah sekelompok orang baru dari kalangan pelaku bisnis yang

mengatasnamakan diri mereka sebagai mudhârib (pengelola karena memiliki

keahlian), karena mereka berani menanggung resiko perubahan harga, dan

sejumlah pedagang membangun sejumlah kongsi gudang tempat

penyimpanan barang, dan pihak bank ikut andil membantu para pedagang

tersebut, akhirnya bermunculanlah pasar bursa di sejumlah tempat untuk

memperdagangkan hasil-hasil pertanian tersebut, yang belakangan ini disebut

bursa komoditi (burshah al-badhâ’iʻ). Bursa komoditi pertama kali

berkembang di Paris tahun 1304 M. dan di Amsterdam tahun 1608 M.1

Secara konsep, mungkin Perdagangan Komoditi mirip dengan Baiʻ as-

Salam dan telah sesuai syariah, tetapi ada beberapa hal penting lain yang

perlu diteliti terhadap praktik ini. Beberapa ketentuan dalam hadis dan

berdasarkan mazhab yang empat, kesemuanya berpendapat bahwa tidak

dibenarkan untuk menjual bahan pangan sebelum barang tersebut ada di

tangan penjualnya.2 Apa yang tercantum dalam ketentuan ini sebenarnya

dapat diterapkan terhadap praktik Opsi atas Kontrak Berjangka yang intinya

melarang praktik tersebut. Hal ini tentu saja sepertinya mencerminkan bahwa

1 Syaʻbân M. Islam al-Barwari, Burshah al-Aurâq al-Mâliyah min manzhûrin

islâmiyyin, (Damaskus: Dar al-fikr, 2002), h. 23. 2 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, terj. Nastangin Soeroyo, Vol. 4,

(Yogyakarta: Dhana Bakti Wakaf, 1995), h. 144

Page 18: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

2

Perdagangan Komoditi di satu sisi bertentangan dengan Hukum Islam dan di

sisi lain sesuai dengan Hukum Islam.

Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengungkapkan bagaimana

praktik Perdagangan Komoditi dengan melihatnya dari beberapa aspek yang

perlu ditinjau.

Jual beli merupakan hal yang diperbolehkan oleh Allah Swt.

sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an yang berbunyi :

البيع وحرم الر بوا...""... وأحل الل

“…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba….” (QS. Al-Baqarah [2]: 275)

Ayat ini jelas menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, karena

bermuamalah dengan riba termasuk dosa yang besar.3 Namun yang menjadi

permasalahan adalah; Apakah semua jenis jual beli itu diperbolehkan?

Ataukah ada kriteria-kriteria tertentu yang menyebabkan jual beli itu

diharamkan?

Jual beli menurut syaraʻ yaitu memiliki suatu harta dengan mengganti

sesuatu atas dasar izin syaraʻ atau sekedar memiliki manfaatnya saja dengan

melalui pembayaran yang berupa uang atau yang sejenisnya.4 Dan barang itu

diketahui oleh si penjual dan si pembeli. Zat, bentuk, kadar (ukuran), dan

sifat-sifatnya jelas sehingga antara penjual dan pembeli keduanya tidak saling

kecoh-mengecoh.

Di antara kriteria yang tidak diperbolehkan dalam jual beli adalah tidak

boleh menjual barang yang dia beli sampai dia menerimanya.5 Atau terdapat

unsur gharar, seperti jual beli yang tidak jelas sehingga menjadikannya

berada di antara kerusakan dan manfaat, jual beli gharar yang tidak jelas

3 Mushthafa Diib al-Bugha, Fikih Islam Lengkap; Penjelasan Hukum-Hukum Islam

Madzhab Syâfiʻi, terj. Pakihsati (Solo: Media Zikir, 2010), Cet. ke-1, h. 259. 4 Ahmad Sunarto, Fathul Qarîb, terj. (Surabaya: Al-Hidayah, 1991), h. 334. 5 Mushthafa Diib al-Bugha, Fikih Islam Lengkap; Penjelasan Hukum-Hukum Islam

Madzhab Syâfiʻi, h. 261.

Page 19: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

3

hasilnya, seperti menjual janin dalam rahim dan susu di payudara, serta jual

beli gharar yang tidak jelas jenisnya.6

Para ulama fikih sepakat bahwa tidak semua jenis jual beli itu

perbolehkan, ada kriteria-kriteria tertentu yang menyebabkan jual beli itu

menjadi haram, di antaranya jika terdapat unsur gharar (penipuan), maisir

(judi/spekulasi), riba dan unsur-unsur lainnya yang tidak diperbolehkan

dalam agama. Jika tidak ada, maka jual beli itu diperbolehkan, karena segala

sesuatu dalam muamalat, pada dasarnya diperbolehkan.

Sebagai salah satu buktinya, dalam ilmu fikih dikenal suatu kaidah

besar yang berbunyi:

7ي ه الن ت ب ث ي ت , ح ة ح ب ال اء ي ش ال ف ل ص ال “Hukum asal dalam segala hal adalah boleh, hingga ada penetapan

dalam pelarangannya.”

Para ulama juga telah menyepakati bahwa perniagaan adalah pekerjaan

yang dibolehkan, dan kesepakatan ini telah menjadi suatu bagian dari

Syariʻat Islam yang telah diketahui oleh setiap orang. Sebagai salah satu

buktinya, setiap ulama yang menuliskan kitab fikih, atau kitab hadis, mereka

senantiasa mengkhususkan satu bab untuk membahas berbagai permasalahan

yang terkait dengan perniagaan.

Berangkat dari dalil-dalil ini, para ulama menyatakan bahwa hukum

asal setiap perniagaan adalah boleh, selama tidak bertentangan dengan

syariat.

Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan suatu bentuk

perdagangan yang cukup potensial bagi masyarakat Indonesia dalam

memulihkan perekonomian nasional karena yang ditransaksikan sebagian

besar adalah komoditi pangan.

6 Mushthafa Diib al-Bugha, Fikih Islam Lengkap; Penjelasan Hukum-Hukum Islam

Madzhab Syâfiʻi, h. 263. 7 Ali Ahmad an-Nadwy, al-Qawâʻid al-Fiqhiyyah, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 2011),

Cet. ke-10, h. 122.

Page 20: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

4

Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi memberikan pengertian melalui pasal 1 butir 1, yaitu:

Perdagangan Berjangka Komoditi, yang selanjutnya disebut

Perdagangan Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak

Berjangka atau Opsi atas Kontrak Berjangka.8

Perdagangan Berjangka Komoditi ini merupakan suatu perdagangan

komoditi yang mana komoditi tersebut diserahkan di kemudian hari.

Perdagangan ini diawali dengan suatu perjanjian dagang dan kemudian

diakhiri dengan penyerahan secara tunai yang dihitung dari selisih harga

waktu kontrak ditutup atau harga waktu kontrak jatuh tempo.

Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan sarana bisnis atau

investasi yang menarik, khususnya bagi kalangan usahawan dan investor.

Perdagangan Berjangka Komoditi menawarkan suatu keuntungan yang besar

dengan modal relatif kecil. Bagi para investor yang bermaksud melakukan

hedging, modal yang kecil ini tidak akan memberatkan posisi keuangannya

bila dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung bila tanpa melakukan

hedging. Namun bagi para spekulator, perlu diperhatikan bahwa bisnis atau

investasi ini mengandung resiko yang tinggi.9

Resiko ini sebenarnya tidak hanya dapat terjadi pada spekulator tetapi

juga para hedger dan para investor secara keseluruhan. Kurangnya informasi

para investor akan keadaan komoditi, jumlah, mutu, dan tempat penyerahan,

serta proses peralihan kepemilikan komoditi menjadi suatu resiko tersendiri.

Belum lagi untuk para spekulator, setiap perubahan harga yang relatif kecil

sekalipun dapat menimbulkan dampak terhadap posisi keuangan Kontrak

Berjangka Komoditi ini, sehingga menimbulkan resiko baginya. Para

spekulator itu ibarat berjudi dengan uang yang ditanamnya.

Investor mungkin akan bersikap wajar bila resiko ini timbul karena

keadaan pasar sesungguhnya. Tetapi bagaimana bila resiko ini muncul karena

suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang bisa merugikan para

investor? Tentu saja para investor menginginkan ganti rugi. Perbuatan tadi

8 Indonesia, Undang-undang Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU No. 32,

LN No. 93 Tahun 1997, TLN No. 3720, ps. 1btr 1. 9 Johannes Arifin Wijaya, Bursa Berjangka, cet. 1, (Yogyakarta: Andi, 2002), h. 7.

Page 21: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

5

tidak hanya bertentangan dengan hukum positif tetapi juga dengan Hukum

Islam atau Syariat.

Pada tahun 1977, kegiatan ini sempat dilarang dan ditertibkan melalui

Instruksi Menteri Perdagangan Nomor 3/M/INS/VI/1977.10 Instruksi ini

menyatakan bahwa Perdagangan Berjangka Komoditi identik dengan judi

dan melarang beroperasinya usaha sejenis ini. Tetapi beberapa tahun

kemudian, Perdagangan Berjangka Komoditi diperbolehkan kembali hingga

akhirnya memperoleh legalitasnya yang pasti melalui Undang-undang No. 32

tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka komoditi walaupun masih

terdapat kasus-kasus seperti perdagangan ilegal yang tetap mengiringi

transaksi ini.

Kasus yang terjadi sudah cukup banyak dalam transaksi Perdagangan

Berjangka Komoditi dan sebagian besat diakibatkan karena perdagangan

ilegal yang sering mengakibatkan adanya penipuan (gharar), spekulasi,

penggelapan dan perjudian. Para oknum Pialang Berjangka memanfaatkan

kelemahan dan kekurangtahuan investor tersebut untuk merugikannya.

Online Trading adalah perdagangan produk berjangka seperti valuta

asing, komoditas, indeks saham dan saham. Dalam hal ini transaksi jual beli

produk berjangka dilakukan secara online dengan menggunakan software

yang ada, sehingga transaksi bisa dilakukan dengan mudah, murah dan cepat.

Prinsip perdagangan berjangka adalah perdagangan kontrak yang sudah

dibakukan dan distandarisasikan oleh bursa. Komoditas yang masuk kontrak

akan mempunyai jumlah, kualitas, dan tanggal penyerahan yang ditentukan

oleh bursa11 sehingga seorang pedagang ingin membeli atau menjual kontrak

berjangka, yang disepakati hanya harga.12

Dengan berkembangnya teknologi informasi, produk-produk berjangka

masuk ke tahap baru yang dikenal sebagai produk OTC (over the counter).

Langkah ini untuk mempermudah investor melakukan transaksi, asalkan si

investor punya margin yang cukup bisa melakukan beli/jual melalui pialang

(trader), tanpa harus ke bursa. Karena itu, sekarang dengan adanya internet,

10 Putu Prapti Utami, Investasi Melalui Perdagangan Berjangka Komoditi dan

Permasalahan Hukumnya di Indonesia, (Skripsi Universitas Indonesia, Depok, 1995), h. 8. 11 Tempat memperjualbelikan saham, obligasi, dsb. (KBBI dalam Jaringan),

http://kbbi.web.id/bursa 12 Abe Layman, Scalping (The Art of Science): Cara Dahsyat Mengeruk Keuntungan

dari Pasar Uang, (Jakarta: Visimedia, 2010), Cet. ke-1, h. 1.

Page 22: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

6

segala transaksi bisa dilakukan lewat ECN (electronic communications

network) secara real time.13 Dengan demikianlah terciptalah sistem jual beli

secara online trading.

Memasuki perdagangan di bursa bagaikan memasuki rumah makan

yang menyediakan aneka menu masakan, baik yang halal maupun yang

haram. Dari menu-menu yang tersedia, pengunjung tidak dapat membedakan

dengan jelas, mana yang halal dan mana yang haram. Karena itu, sering

terlintas di pikiran, bagaimana jika masakan babi bercampur dengan masakan

lainnya, misalnya opor ayam? Bukan babinya yang menjadi halal, melainkan

ayam dan menu halal lainnya menjadi haram. Seorang muslim pasti

meragukan kehalalan semua menu yang disajikan di sana. Namun, karena

tidak ada pilihan lain, ia tetap makan di sana.14 Kemudian jika menu halal

yang dijual di sana laku dijual sehingga rumah makan itu berkembang

semakin besar, bukankah berarti menu makanan halal menyuburkan yang

haram?15 Inilah yang menjadi kebimbangan dan keraguan bagi umat islam

dalam berinvestasi di bursa tersebut.

Pada prinsipnya, setiap pelaku bisnis syariah diberi kebebasan untuk

mengembangkan kreativitasnya. Pintu ijtihad sangat terbuka lebar. Hal ini

sesuai dengan kaidah fikih yang menyatakan bahwa menurut ketentuan asal,

sesuatu itu dibolehkan, selagi belum ada dalil yang mengharamkan.16

Jika dalam jual beli sudah memenuhi rukun yang ditetapkan oleh

syariah, maka jual belinya sah selama tidak ada unsur-unsur yang

diharamkan dalam praktek jual beli tersebut, seperti adanya unsur kezaliman.

Syariah melarang terjadinya interaksi bisnis yang merugikan atau

membahayakan salah satu pihak. Karena, bila hal itu terjadi, maka unsur

kezaliman telah terpenuhi.

13 Abe Layman, Scalping (The Art od Science): Cara Dahsyat Mengeruk Keuntungan

dari Pasar Uang, h. 1. 14 Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariʻah, (tt.p, Serambi Ilmu Semesta,

2009), Cet. ke-1, h. 227. 15 Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariʻah, (tt.p, Serambi Ilmu Semesta,

2009), Cet. ke-1, h. 227. 16 Imam Suyuti, al-Asybâh wa an-Nazhâ`ir, Juz 1, (Riyâdh: Maktabah Nazzar al-Baz,

1997), Cet. Ke-2, h. 33.

Page 23: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

7

ي ها الذين ءامنوا " إن كنتم مؤ مني يأ ما بقى من الر ب وأا

الل وذروا فإن ل . ات قوا

علوا ر ب فأ ذنوا ت ف تم وإن ورسولهۦ الل م ن ب ولكم رءوس ف لكم ت ب ل أم ."تظ لمون ول تظ لمون

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang

yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa

riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan

memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka

bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)

dianiaya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 278-279)

Jual beli tidak boleh terdapat unsur riba. Bahkan, Rasulullah Saw.

menyamakan dosa riba dengan zina.

ث نا حد ث نا, ممد ب ن حسي اب ن عن , أيوب عن , حازم اب ن ي ع ن جرير حديل حن ظلة ب ن الل عب د عن , ملي كة أب الل رسول قال : قال , ال ملئكة غس

تة من أشد , ي ع لم وهو الرجل ي كله رب ر هم د : " وسلم علي ه الل صلى س 17(د ح أ اه و . )ر " زن ية وثلثي

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad, telah

menceritakan kepada kami Jarir – yakni ibnu Hazim – dari Ayyub, dari

ibni Abi Mulaykah, dari Abdillah bin Hanzhalah, berkata ia:

Rasulullah Saw. bersabda, “Satu dirham yang didapatkan dari

transaksi riba lantas dimanfaatkan oleh seseorang dalam keadaan dia

mengetahui bahwa itu berasal dari riba dosanya lebih ngeri dari pada

berzina sebanyak tiga puluh enam kali" (HR. Ahmad).

17 Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, al-Musnad, (Kairo: Dar al-Hadits, 1995),

Hadis No. 21854, h. 149.

Page 24: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

8

Begitu juga jika terdapat unsur Maisir (perjudian)18, Gharar

(penipuan)19, Risywah (suap/sogok)20, apalagi jika dalam transaksi jual-beli

itu memperjual-belikan barang-barang yang haram, baik dari sumber barang

maupun penggunaan (konsumsi) barang tersebut.

ث نا بة حد ث نا ، سعيد ب ن ق ت ي عطاء عن ، حبيب أب ب ن يزيد عن ، لي ث حد علي ه الل صلى الل رسول سع أنه ، الل عب د ب ن جابر عن ، ربح أب ب ن كة وهو ال فت ح عام : " ي قول ، م وسل ر ب ي ع حرم ورسوله الل إن ب م ، ال

تة نام ، وال ن زير ، وال مي ص تة شحوم أرأي ت ، الل رسول ي : فقيل ، وال ال مي ا يط لى فإنه ا هن ويد السفن ب لود ب بح ال تص ا ويس ل : ف قال ، ؟ الناس ب

ل الشيطن ف اجت نبوه ل ع لكم تفلحون 18 الأ زلم رجس من ع م الأ نصاب و يسر و الم مر و ا الخ نوا إنم ا الذين ءام يأ يه

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk

perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan.” (QS. Al-Maidah [5]: 90) اعيل 19 دث ن ا إسم عف ر ، ق ال ابن أ يوب : ح اعيل بن ج ميعا ، ع ن إسم اب ن حجر ج قت يب ة ، و دث ني ي حي ى بن أ يوب ، و وح

س ل ع ل يه و لى الل ص سول الل ة ، أ ن ر ير ء ، ع ن أ بيه ، ع ن أ بي هر ني الع ل ة ط ع ، ق ال : أ خب ر ر ع ل ى صبر ل ي د ه م ، م ام ف أ دخ

اء ي اب ته السم احب الطع ام ؟ " ، ق ال : أ ص ا ه ذ ا ي ا ص ابعه ب ل ل ، ف ق ال : " م ا ، ف ن ال ت أ ص ع لت ه فيه ، ق ال : " أ ف ل ج سول الل ا ر

ن غ ش ، ف ل اه الناس ، م يس منيف وق الطع ام ك ي ي ر "

Dan telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub, dan Qutaibah, dan ibnu Hujr,

dari Ismaʻil bin Jaʻfar, ibnu Ayyub berkata: Telah Menceritakan kepada kami Ismaʻil,

berkata ia: Telah mengabarkan kepadaku al-ʻAlâʼ dari Bapaknya, dari Abi Hurairah ra.,

Rasulullah saw. pernah lewat dihadapan orang yang menjual setumpuk makanan. Lalu

beliau memasukkan tangannya kedalam tumpukan makanan itu, ternyata tangan beliau

mengenai makanan basah di dalamnya. Kemudian beliau bertanya kepada orang itu,

“mengapa ini basah wahai penjual makanan?” Orang itu menjawab, “Makanan yang di

dalam itu terkena hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu

letakkan di atasnya supaya diketahui oleh orang yang akan membelinya? Barang siapa

menipu, dia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim no. 103, Abû al-Husain Muslim bin al-

Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî, Shahîh Muslim, (Lebanon: Dar al-Kutub al-ʻIlmiyah, 2011),

h. 97.) ن 20 حم ارث بن ع بد الر اله الح دث ن ا أ بو ع امر الع ق دي ح دث ن ا ابن أ بي ذئب ع ن خ د بن المث نى ح م دث ن ا أ بو موس ى مح ح

بن ع مرو ق ال ل ع ة ع ن ع بد الل ديث ع ن أ بي س ل م المرت شي ق ال أ بو عيس ى ه ذ ا ح اشي و م الرس ل ع ل يه و لى الل ص سول الل ن ر

حيح س ن ص ح

“Telah menceritakan kepada kami [Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna], telah

menceritakan kepada kami [Abu Amir Al ʻAqadi], telah menceritakan kepada kami [Ibnu

Abu Dzi`b] dari bibinya [Al Harits bin Abdurrahman] dari [Abu Salamah] dari [Abdullah

bin Umar] ia berkata; Rasulullah shallallahu ʻalaihi wasallam melaknati penyuap dan yang

disuap. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.” (HR. Tirmidzi No. 1337. Abi ʻÎsa

Muhammad bin ʻÎsa, Sunan at-Tirmidzi, (Kairo: Dar al-Hadits, 2010), h. 401.

Page 25: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

9

الل قاتل ذلك عن د : وسلم علي ه الل صلى الل رسول قال ث ، حرام هو لوه اشحومه علي هم حرم لما وجل عز الل إن ، ال ي هود فأكلوا بعوه ث ، أج 21(م ل س م اه و .)ر "ثنه

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Saʻid, telah

menceritakan kepada kami Laits, dari Yazid bin Abi Habib, dari ʻAtho

bin Abi Rabah, dari Jabir bin Abdullah bahwasanya dia mendengar

Rasulullah Saw. pada tahun penaklukan Kota Mekkah dan dia di

Mekkah, berkata ia: “Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya

mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung.” Ada

yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai jual beli

lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk menambal

perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?”

Nabi shallallahu ʻalaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh! Jual beli

lemak bangkai itu haram.” Kemudian, Rasulullah shallallahu ʻalaihi

wa sallam bersabda, “Semoga Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya,

tatkala Allah mengharamkan lemak bangkai, mereka mencairkannya

lalu menjual minyak dari lemak bangkai tersebut, kemudian mereka

memakan hasil penjualannya.” (HR. Muslim).

Dan begitu pula jika terdapat bentuk maksiat di dalam jual beli. Karena

apa pun bentuk maksiat yang terdapat dalam proses transaksi (muʻâmalat)

merupakan hal yang diharamkan. Abu Masʻûd al-Anshâry menuturkan,

ث نا ، حات ب ن ممد وحدثن ب ن ممد عن ، ال قطان سعيد ب ن ي ي حد قال ، خديج ب ن رافع عن ، يد ث ، يزيد ب ن السائب سع ت : قال ، يوسف

21 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî, Shahîh Muslim,

(Lebanon: Dar al-Kutub al-ʻIlmiyah, 2011), Kitab al-Musâqah, Hadis No. 1581, h. 47.

Page 26: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

10

سع ت : ر : ال كس ب شر : " ي قول ، وسلم علي ه الل صلى النب ، ال بغي مه جام وكس ب ، ال كل ب وثن 22(م ل س م اه و )ر ." ال

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim, telah

menceritakan kepada kami Yahya bin Saʻid al-Qatthan, dari

Muhammad bin Yusuf, telah berkata ia: Aku mendengar Saib bin Yazid,

telah menceritakan, dari Rafiʻ bin Khadij, berkata ia: Aku mendengar

Rasulullah Saw. Bersabda: “Seburuk-buruk usaha adalah: uang hasil

pelacuran, uang dari penjualan anjing, dan usaha tukang bekam." (HR.

Muslim).

Di dalam jual beli secara online trading ini, pelaku pasar terlibat dalam

pasar bursa. Dalam hal ini bursa diartikan sebagai: "Tempat transaksi produk-

produk surat berharga di bawah pembinaan dan pengawasan pemerintah".23

Di dalam pasar bursa terdapat pasar uang dan pasar modal. Pasar uang

merupakan tempat pertemuan antara pihak yang bersurplus dana dengan

pihak yang berdefisit dana, di mana dananya berjangka pendek. Pasar uang

melayani banyak pihak seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi dan

lembaga keuangan lainnya.24

Di dalam prakteknya, ada beberapa model transaksi dan jenis jual beli

di bursa yang di bolehkan oleh MUI. Berikut fatwa-fatwa DSN-MUI yang

terkait dengan pengembangan pasar modal syariah:25

1. Jual Beli Saham26

2. Investasi Reksadana27

3. Obligasi Syariah28

4. Obligasi Syariah Mudhârabah29

22 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî, Shahîh Muslim,

(Lebanon: Dar al-Kutub al-ʻIlmiyah, 2011), Kitab al-Musâqah, Hadis No. 1568, h. 43. 23 Husen as-Syahatah & Athiyyah Fayyadh, Bursa Efek - Tuntunan Islam Dalam

Transaksi di Pasar Modal, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2004), Cet. ke-1, h. 3. 24 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal

Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-1, h. 18. 25 Burhanuddin S., Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, t.t), Cet. ke-1, h. 133. 26 No. 05/DSN-MUI/IV/2000 27 No. 20/DSN-MUI/IV/2000 28 No. 32/DSN-MUI/IV/2000 29 No. 33/DSN-MUI/IV/2000

Page 27: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

11

5. Prinsip Syariah di Pasar Modal30

6. Obligasi Syariah Ijarah31

7. Obligasi Mudhârabah Konversi32

Khusus untuk perdagangan saham, para pakar hukum Islam

mengemukakan pandangan sebagai berikut.33

1. Terlibat dalam jual beli saham diperbolehkan untuk saham-saham dari

perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang bersifat mubah. Dalam

hal ini, tidak ada unsur produk haram atau kegiatan ribawi.

2. Terlibat dalam jual beli saham untuk perusahaan-perusahaan yang

memperoduksi produk-produk yang haram (misalnya, perusahaan

minuman keras atau rokok), atau kegiatan usahannya haram karena ada

kegiatan ribawi, maka hukumnya dilarang.

3. Diperbolehkan terlibat dalam jual beli saham dengan sejumlah catatan,

yaitu saham tersebut bukan termasuk jenis saham saham

istimewa/preferen (preffered stock) atau saham kosong. Yang

diperbolehkan adalah jual beli untuk saham saham biasa (common

stock).

4. Tidak ada unsur spekulasi (gambling) dalam kegiatan jual beli saham.

Unsur spekulasi ini akan mendorong terjadinya aktivitas bisnis yang

tidak produktif.

Bagaimana dengan kegiatan trading yang lain, yaitu perdagangan

emas, forex (valas), dan derivatif? Di dalam Islam kegiatan jual beli atau

bisnis harus memenuhi unsur-unsur berikut ini.

1. Bebas dari unsur spekulasi atau gambling (maysir).

2. Terbebas dari unsur riba (ribâ).

3. Bebas dari unsur manipulasi, penipuan, dan ketidakjelasan (gharar).

Dari prinsip-prinsip bisnis dalam syariat Islam ini, kita dapat

membandingkannya dengan praktik kegiatan trading untuk mengetahui

apakah trading sebaiknya kita tinggalkan atau boleh kita lakukan.

30 No. 40/DSN-MUI/IV/2000 31 No. 41/DSN-MUI/IV/2000 32 No. 59/DSN-MUI/IV/2000 33 “Hukum Kegiatan Trading,” http://renunganislami.net/hukum-kegiatan-trading-

saham-emas-forex-derivatif-dalam-islam/, diakses tanggal 29 April 2015.

Page 28: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

12

Berikut adalah pandangan para ulama mengenai hal ini:

1. Faktanya, perdagangan valas (forex) dilakukan bukan untuk memiliki

valas tersebut, melainkan menjadikannya komoditas untuk spekulasi

semata. Jual beli tidak dilakukan secara tunai dan jual putus. Jadi, ada

unsur spekulasi di sini.

2. Kegiatan trading tidak memenuhi rukun ada uang-ada barang yang

merupakan rukun jual beli dalam Islam. Oleh karena itu, banyak ulama

yang menolak jenis jual beli ini.

3. Dalam kegiatan trading ada praktik penjualan melebihi jumlah yang

dimiliki atau dibeli (praktik oversold). Dalam Islam, praktik bisnis

semacam ini merupakan praktik bisnis yang dilarang.

Dalam Sunah Nabi, hanya terdapat larangan menjual barang yang

belum ada, sebagaimana larangan beberapa barang yang sudah ada pada

waktu akad.

Contoh: seorang pedagang kecil menawarkan barang yang tidak dia

miliki kepada pembeli. Ketika pembeli tersebut menyepakati harganya, lalu

penjual tersebut pergi ke pembeli lain untuk membeli barang yang dibeli

tersebut, maka hukumnya haram; demikian pula orang yang mengimpor

barang dari negara lain dan melakukan penjualan barang tersebut sebelum

tiba di negerinya.34 Walhasil, tidak boleh seorang Muslim menjual barang

yang tidak ada padanya atau yang belum dimilikinya,35 karena hal itu dapat

menyakitkan pembeli ketika barang yang dibelinya ternyata tidak ada. Ini

berdasarkan riwayat dari Rasulullah Saw.:

ث نا ث نا ، مسدد حد ر أب عن ، نة عوا أبو حد , ماهك ب ن يوسف عن ، بش زام ب ن حكيم عن لي س ال ب ي ع من ف ييد الرجل ي تين ، الل رسول ي : قال ، ح

34 Taqiyy ad-Din an-Nabhani, asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah, (tt.p, Darul Ummah,

t.t), Juz II, h. 302. 35 Ibn ʻAbd al-Bar, Al-Kâfî, (Beirut: Dâr al-Kutub al-ʻllmiyyah, 1407 H.), Cet. ke-1,

Juz 1, h. 325.; al-Kasani, Badâʼiʻ ash-Shanâʼiʻ, (Beirut: Dâr al-Kutub al-ʻArabi, 1982), Cet.

ke-2. Juz V, h. 147.

Page 29: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

13

وب أ اه و ر )." عن دك لي س ما تبع ل : ف قال . السوق من له أفأب تاعه عن دي 36(د او د

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan

kepada kami Abu ʻAwanah, dari Abi Bisyr, dari Yusuf bin Mahak, dari

Hakim bin Hizam berkata: “Wahai Rosululloh, telah datang kepadaku

seorang lelaki, lalu dia ingin agar aku menjual barang yang tidak aku

miliki. Maka apakah boleh aku membelikan untuknya barang dari

pasar?” Maka beliau menjawab: “Janganlah engkau menjual apa yang

bukan milikmu.”(HR. Abu Daud).

“Causa legis atau ʻillat larangan tersebut bukan ada atau tidak adanya

barang, melainkan gharar,” ujar Dr. Syamsul Anwar, MA dari IAIN SUKA

Yogyakarta menjelaskan pendapat Ibn al-Qayyim. Gharar adalah

ketidakpastian tentang apakah barang yang diperjualbelikan itu dapat

diserahkan atau tidak. Misalnya, seseorang menjual unta yang hilang. Atau

menjual barang milik orang lain, padahal tidak diberi kewenangan oleh yang

bersangkutan.

Jadi, meskipun pada waktu akad barangnya tidak ada, namun ada

kepastian diadakan pada waktu diperlukan sehingga bisa diserahkan kepada

pembeli, maka jual beli tersebut sah. Sebaliknya, kendati barangnya sudah

ada tapi – karena satu dan lain hal - tidak mungkin diserahkan kepada

pembeli, maka jual beli itu tidak sah.

Dalam perspektif hukum Islam, Perdagangan Berjangka Komoditi

(PBK); seperti biji kopi, minyak dan sebagainya, dapat dimasukkan ke dalam

kategori al-masâ’il al-muʻâshirah atau masalah-masalah hukum Islam

kontemporer. Karena itu, status hukumnya dapat dikategorikan kepada

masalah ijtihâdiyyah. Klasifikasi ijtihâdiyyah masuk ke dalam wilayah fi mâ

lâ nassha fîh, yakni masalah hukum yang tidak mempunyai referensi nash

hukum yang pasti.

Dalam kategori masalah hukum as-Sahrastani, ia termasuk ke dalam

paradigma an-nushûsh qad intahat wa al-waqâʼiʻ la tatanâhî. Artinya, nash

36 Abu Daud, Sunan Abi Daud, (Kairo: Dar al-Hadits, 2010), Kitab al-Buyûʻ, Hadis

no. 3503, h. 1518.

Page 30: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

14

hukum dalam bentuk Al-Quran dan Sunnah sudah selesai; tidak lagi ada

tambahan, sedangkan kasus-kasus baru terus bermunculan. Dengan demikian,

kasus-kasus hukum yang baru muncul mesti diberikan kepastian hukumnya

melalui ijtihad.

Dalam kasus hukum PBK, ijtihad dapat merujuk kepada teori

perubahan hukum yang diperkenalkan oleh Ibnu Qoyyim al-Jauziyy. Ia

menjelaskan, fatwa hukum dapat berubah karena beberapa variabel

perubahnya, yakni: waktu, tempat, niat, tujuan dan manfaat.37 Teori

perubahan hukum ini diturunkan dari paradigma ilmu hukum dari gurunya

Ibnu Taimiyyah, yang menyatakan bahwa al-haqîqah fi al-ʼaʻyân lâ fi al-

âdzân. Artinya, kebenaran hukum itu dijumpai dalam kenyataan empirik;

bukan dalam alam pemikiran atau alam idea. Paradigma ini diturunkan dari

prinsip hukum Islam tentang keadilan yang dalam Al-Qur’an digunakan

istilah al-Mîzân, al-Qisth, al-Wasth, dan al-ʻAdl.

Dalam kaidah fiqh lainnya disebutkan:

ام د ع ا و د و ج و ة ل ع ال ع م ر و د ي م ك ال

“Hukum itu berputar bersama ʻillatnya (alasan hukum), baik dari sisi

wujudnya maupun ketiadaan ʻillatnya.”38

Dalam penerapannya, secara khusus masalah PBK dapat dimasukkan

ke dalam bidang kajian fiqh as-Siyâsah al-mâliyyah, yakni politik hukum

kebendaan. Dengan kata lain, PBK termasuk kajian hukum Islam dalam

pengertian bagaimana Hukum Islam diterapkan dalam masalah kepemilikan

atas harta benda, melalui perdagangan berjangka komoditi dalam era

globalisasi dan perdagangan bebas.

Realisasi yang paling mungkin dalam rangka melindungi pelaku dan

pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka komoditi dalam

ruang dan waktu serta pertimbangan tujuan dan manfaatnya dewasa ini,

sejalan dengan semangat dan bunyi UU No. 32/1977 tentang PBK.

37 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Iʻlâm al-Muwaqqiʻîn Rabb al-ʻÂlamîn, (Beirut: Dâr al-

Fikr, 1977) h. 14. 38 A. Jazuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu

Syariʻah, (Jakarta Timur, Prenada Media, 2003) h. 57. Mukhtar Yahya dan Fathurrahman,

Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam (Bandung, PT Al-Maʻarif, 1996), h. 550. Abdul

Hamid Hakim, Mabâdî Awwaliyah, (Jakarta: al-Maktabah as-Saʻadiyah Putra, t.t.) h. 46.

Page 31: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

15

Karena teori perubahan hukum seperti dijelaskan di atas, dapat

menunjukkan elastisitas hukum Islam dalam kelembagaan dan praktek

perekonomian, maka PBK dalam sistem hukum Islam dapat dianalogikan

dengan baiʻ as-Salam âjil bi ʻâjil.

Baiʻ as-Salam dapat diartikan sebagai berikut. as-Salam atau as-Salaf

adalah baiʻ âjil bi ʻâjil, yakni memperjualbelikan sesuatu yang dengan

ketentuan sifat-sifatnya yang terjamin kebenarannya. Di dalam transaksi

demikian, penyerahan ra`s al-mâl dalam bentuk uang sebagai nilai tukar

didahulukan daripada penyerahan komoditi yang dimaksud dalam transaksi

itu. Ulama Syâfiʻiyyah dan Hanâbilah mendefinisikannya dengan:

د ق ع ال سل ج ض ب و ب ق م ن م ث ب ل ج ؤ م ة م ذ ب ف و ص و ى م ل ع قد ع

“Akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri tertentu dengan

membayar harganya lebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan

kemudian dalam suatu majlis akad.”39

Kemudian berbicara tentang akad, akad (ikatan, keputusan atau

penguatan) atau perjanjian atau kesepakatan atau transaksi dapat diartikan

sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Dalam istilah

fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk

melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak dan

sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa,

wakalah dan gadai.40 Akad atau transaksi yang biasa digunakan bank syariah

dalam operasinya merupakan merupakan kegiatan turunan dari kegiatan

mencari keuntungan (tijarah) dan sebagian dari kegiatan tolong-menolong

(tabarruʻ).41

Tijarah mempunyai turunan, yaitu perniagaan (al-baiʻ) yang berbentuk

kontrak pertukaran dan kontrak bagi hasil dengan segala variasinya. Selain

turunan tersebut, tijarah dapat dibagi lagi menjai dua, yaitu transaksi yang

39 Wahbah az-Zuhailî, al-Fiqh al-Islâmiyy wa Adillatuhu, Juz IV, (Damaskus: Dâr al-

Fikr, 2009) Cet. Ke-31, h. 359. 40 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

h. 35. 41 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

h. 37.

Page 32: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

16

mengandung kepastian (Natural Certainty Contracts/NCC), yaitu kontrak

dengan prinsip nonbagi hasil (jual beli dan sewa) dan transaksi yang

mengandung ketidakpastian (Natural Uncertainty Contracts/NUC), yaitu

kontrak dengan prinsip bagi hasil. Transaksi NCC berlandaskan pada teori

percampuran.42 Semua transaksi untuk mencari keuntungan tercakup dalam

pembiayaan dan pendanaan, sedangkan transaksi tidak untuk mencari

keuntungan tercakup dalam pendanaan, jasa pelayanan dan kegiatan sosial.43

Dalam kehidupan modern sekarang ini berbagai jenis transaksi

keuangan islam telah berkembang dan terspesialisasi dengan konsep yang

kompleks sekali. Industri keuangan yang paling berkembang adalah industri

perbankan syariah kemudian disusul oleh pasar modal syariah dan bursa efek

syariah. Dalam bursa komoditi berjangkapun ternyata tidak ingin tertinggal,

hal ini terbukti dengan adanya commodity trading atau perdagangan

komoditi.

Hal lainnya adalah mengenai objek transaksi karena produk ini

berkaitan dengan future, kemudian apakah produk ini sesuai dengan tujuan

syariat (maqâshid asy-syarîʻah) dalam berekonomi. Dalam ekonomi islam

segala transaksi bisnis harus berbasis pada sektor riil dan harus menunjukkan

terciptanya barang dan jasa yang merefleksikan penciptaan kekayaan bukan

transfer kekayaan. Penciptaan kekayaan memiliki peranan yang sangat

mendasar bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan

syariah yaitu hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.

Kemaslahatan ini terletak pada keadilan, rahmat, kebahagiaan dan

kebijaksanaan. Aktifitas transfer kekayaan (non produktif) hanya akan

memperkecil perputaran barang dan jasa. Kegiatan ini sudah pasti tidak

sejalan dengan tujuan syariah. Tindakan apa pun yang bertentangan dengan

keadilan, dan mengubah rahmat menjadi kesulitan, kesejahteraan menjadi

kesengsaraan dan hikmah menjadi kebodohan, maka semua itu tidaklah

termasuk dalam bingkai Syariah Islam.44

Berbagai alasan yang telah dikemukakan di atas, tidak menghalangi

pihak DSN-MUI untuk tetap memasukkan kajian komoditi ke dalam siding

42 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 63. 43 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

h. 38. 44 Ibn al-Qayyim al-Jauziah, Iʻlâm al-Muwaqiʻîn, (Beirut: Dâr al-Kutub al-ʻIlmiyah,

1993), Juz III, h. 11.

Page 33: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

17

pleno DSN-MUI. Kajian komoditi terjadi beberapa kali hingga akhirnya pada

bulan Agustus 2011 dikeluarkan fatwa, yaitu fatwa DSN MUI No. 82/DSN-

MUI/VIII/2011 mengenai Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip

Syariah di Bursa Komoditi. Alasan DSN-MUI mengeluarkan fatwa ini agar

produk komoditi murabahah yang nanti akan dioperasikan dan

dikembangkan oleh Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) tetap pada ketentuan

syariah yang berlaku. Dalam fatwa ini menjelaskan pula bahwa komoditi

murabahah telah disahkan oleh DSN-MUI dan juga BBJ selaku pihak

penyelenggara perdagangan bursa komoditi. Terdapat beberapa akad yang

digunakan dalam fatwa DSN-MUI ini, tidak hanya akad murabahah tetapi

juga akad baiʻ, wakalah, waʻd dan muqayyadhah.

Fatwa DSN-MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 mengenai Perdagangan

Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi juga diharapkan

menjadi solusi yang terbaik bagi industry perbankan syariah dalam

pengelolaan likuiditas. Transaksi yang terjadi pada perdagangan komoditi

diharapkan seperti transaksi barang pada umumnya. Terdapat perpindahan

kepemilikan pada objek perdagangan dari penjual kepada pembeli, objek

yang diperdagangkan bernilai sesuai dengan harga pasar, serta lokasi

komoditi atau barang yang diperdagangkan juga diketahui. Selain pengaturan

melalui fatwa DSN-MUI No. 82, perdagangan komoditi syariah juga diatur

dalam Peraturan Tata Tertib (PTT) yang dibuat oleh Bursa Berjankga Jakarta

(BBJ).

Berkaitan dengan latar belakang tersebut maka penulis hendak

membahas mengenai akad yang terdapat pada Peraturan Tata Tertib (PTT)

Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dengan Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-

MUI/VIII/2011 di dalam Perdagangan Komoditi Syariah sudah sesuai dengan

prinsip syariah atau belum.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Ada beberapa masalah yang mungkin muncul dari latar belakang yang

dikemukakan di atas. Beberapa permasalahan tersebut tentang transaksi-

transaksi keuangan yang terjadi pada saat ini, seperti;

a. Akad seperti apa yang terjadi pada transaksi Pasar Modal?

b. Akad seperti apa yang terjadi pada transaksi Pasar Uang?

Page 34: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

18

c. Akad seperti apa yang terjadi pada transaksi Pasar Komoditi?

d. Akad seperti apa yang terjadi pada transaksi Online Trading dan

semacamnya yang terjadi di zaman modern ini?

Penelitian berjudul “Perdagangan Komoditi Syariah (Studi

Perbandingan antara Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka

Jakarta (BBJ) dan Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011)” ini

bermaksud untuk mengetahui secara mendalam tentang akad dan mekanisme

transaksi pada Perdagangan Komoditi Syariah yang terdapat pada Peraturan

Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Fatwa DSN MUI No.

82/DSN-MUI/VIII/2011.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat adanya berbagai kemungkinan masalah yang muncul dari

judul besar di atas, maka penulis sengaja membatasi kajian ini pada Konsep

Akad yang terjadi pada Perdagangan Komoditi Syariah yang terdapat pada

Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Fatwa DSN

MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan Komoditi Syariah.

Kajian tentang transaksi seperti ini menyangkut persoalan yang sangat

penting, karena ia akan menjadi kebiasaan dalam bermuamalah jika tidak ada

hukum pastinya. Masyarakat akan berbondong-bondong melakukan transaksi

seperti ini. Padahal hasil untung rugi dalam transaksi ini akan masuk ke

dalam tubuhnya, dan memengaruhi kejiwaannya secara hakiki kepada Allah

Swt.

Oleh sebab itu, agar kajian ini lebih fokus, maka yang menjadi

permasalahan yang mendasar dalam penelitian ini adalah:

a. Mengkaji kesesuaian akad menurut Hukum di Indonesia dengan

prinsip syariah yang terjadi pada Perdagangan Komoditi Syariah.

b. Mengkaji akad murabahah yang diatur di dalam Hukum di

Indonesia dan Fatwa DSN MUI No. 82 tentang Perdagangan

Komoditi Syariah.

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka permasalahan pokok dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 35: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

19

a. Apakah akad-akad dalam Peraturan Tata Tertib yang dikeluarkan

oleh Bursa Berjangka Jakarta tentang Perdagangan Komoditi

Syariah telah sesuai dengan prinsip syariah?

b. Apakah akad murabahah pada Perdagangan Komoditi Syariah

telah sesuai dengan prinsip syariah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berpijak dari pembatasan dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini

adalah untuk memperoleh kejelasan dan pengetahuan yang mendalam

tentang:

1. Kesesuaian akad yang terdapat pada Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa

Berjangka Jakarta (BBJ) dengan prinsip syariah.

2. Akad murabahah yang terdapat di dalam Hukum di Indonesia dan

Fatwa DSN MUI No. 82 tentang Perdagangan Komoditi Syariah.

Kemudian dari segi kegunaannya penelitian ini dapat dilihat dari dua

segi, yaitu:

1. Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah yang berharga bagi pengembangan ilmu hukum

Islam, khususnya pada bidang kajian Ilmu Ekonomi Islam atau Fikih

Ekonomi. Temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini

nantinya akan dapat memberikan dorongan bagi para peneliti

berikutnya untuk melahirkan teori-teori baru dalam rangka

pengembangan teori hukum Islam. Lebih-lebih persoalan ini belum

banyak diteliti secara mendalam dalam kaitannya dengan

perkembangan hukum syaraʻ dan perkembangan zaman.

2. Secara praktis bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya melakukan transaksi

yang diperbolehkan oleh syaraʻ dalam bertransaksi, terutama bagi para

ahli ekonomi dan masyarakat umum yang bersentuhan dengan transaksi

model tersebut.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan analisis yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk

Page 36: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

20

mengkaji peraturan-peraturan yang tertulis. Dalam hal ini untuk menganalisis

kesesuaian akad antara Peraturan Tata Tertib yang dikeluarkan oleh Bursa

Berjangka Jakarta yang berkantor di Gedung The City Tower, Lantai 20, Jl.

MH. Thamrin No. 81, Jakarta Pusat dengan Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-

MUI/VIII/2011 yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (DSN MUI) yang berkantor di Jl. Dempo No.19

Pegangsaan, Jakarta Pusat tentang Perdagangan Komoditi Syariah.

Sedangkan jenis penelitian ini adalah library research atau studi pustaka

yang sumber primernya adalah Fatwa DSN MUI No. 82 dan PTT BBJ

tentang Perdagangan Komoditi Syariah yang ditunjang dengan buku-buku

lain yang berkenaan dengan hal tersebut. Juga ditambah dengan hasil

wawancara dari lembaga Bursa Berjangka Jakarta dan Dewan Syariah

Nasional MUI serta sumber lain untuk menunjang penelitian ini.

E. Studi Pustaka

Penelitian ini, secara khusus ditujukan kepada legalitas transaksi

dengan berpedoman kepada aturan transaksi menurut fikih. Dapat

dikemukakan bahwa rujuk kepustakaan terarah kepada kitab fikih, buku-

buku, tulisan atau catatan yang memuat uraian jual beli pada umumnya dan

transaksi modern khususnya.

Penulis akui, sangat sulit mencari referensi yang tepat guna menunjang

kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini. Walau begitu, alhamdulillâh,

penulis menemukan setidaknya beberapa yang bisa menjadi penunjang

penelitian ini, di antaranya:

1. Skripsi yang berjudul “Bursa Berjangka Komoditi: Sebuah Tinjauan

Etika Bisnis Islami.” yang merupakan skripsi tahun 2003 dari Deny

Pribadi, Mahasiswa Program Studi Muʻamalat Fakultas Syariah &

Hukum (FSH) UIN Jakarta.

2. Skripsi yang berjudul “Praktik Perdagangan Berjangka Komoditi

Menurut Perspektif Hukum Islam Dalam Rangka Mewujudkan Pasar

Berjangka Syariah Di Indonesia.” yang merupakan skripsi tahun 2003

dari Muhammad Faiz Aziz, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Indonesia (UI) Depok.

3. Skripsi yang berjudul “Bursa Komoditi Dalam Perspektif Hukum

Islam” yang merupakan Skripsi tahun 2014 dari Nurlaila, Mahasiswa

Fakultas Syariah & Hukum (FSH) UIN Jakarta.

Page 37: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

21

Dari penelitian-penelitian yang disebutkan di atas, hanya membahas

tentang Hukum Bursa Berjangka Komoditi dan Etika Bisnis Islami pada

Bursa Berjangka Komoditi. Sedangkan Tesis ini fokus pada kesesuaian akad

yang terdapat pada hukum di Indonesia dengan Fatwa DSN MUI No. 82

tentang Perdagangan Komoditi Syariah.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan tesis ini, penulis ingin menggambarkan

pola dan alur pemikiran secara sistematis dengan mengelompokannya kepada

bab-bab dan sub-sub bab berdasarkan pokok/rumusan dan batasan masalah.

Pengelompokan kepada bab-bab dan sub-sub bab tersebut adalah sebagai

berikut:

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan

persoalan pada Perdagangan Berjangka Komoditi sebagai latar belakang

pemikiran ini. Pada bab pendahuluan ini, disamping mengemukakan tujuan

penelitian, juga menjelaskan metodologi dan langkah-langkah yang ditempuh

serta pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab Kedua, menjelaskan tentang Tinjuan Umum Perdagangan

Berjangka Komoditi. Pada bab ini diuraikan berbagai tinjauan umum seperti

definisi, sejarah, sistem perdagangan dan yang lainnya pada Perdagangan

Berjangka Komoditi

Bab Ketiga, berbicara konsep akad di Bursa Komoditi. Pada bab ini

pembicaraan berkisar tinjauan umum tentang akad. Akad murabahah dan

konsep tawarruq yang terjadi pada Bursa Komoditi. Regulasi dan pengaturan

Perdagangan Komoditi menurut Hukum Indonesia

Bab Keempat, membahas analisis kesesuaian akad pada Peraturan

Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Fatwa DSN MUI No.

82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan Komoditi Syariah.

Bab Kelima, adalah merupakan bab penutup yang menggambarkan

hasil akhir atau kesimpulan dari penelitian ini dan beberapa saran yang

dipandang perlu untuk menjadi perhatian bagi lembaga/institusi yang

berwenang.

Page 38: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

151

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka penulis dapat

menyimpulkan beberapa hal:

1. Berdasarkan perbandingan antara akad yang terdapat di Peraturan Tata

Tertib (PTT) yang dikeluarkan oleh Bursa Berjangka Komoditi dengan

Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan

Komoditi Syariah telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang

berlaku. Hal ini dikarenakan PTT tersebut disusun berdasarkan Fatwa

DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011.

2. Dikaitkan dengan rukun dan syarat akad menurut hukum islam maka

subjek, objek, Îjâb dan Qabûl pada akad murâbahah yang digunakan

dalam Perdagangan Komoditi Syariah telah sesuai dengan prinsip

syariah yang berlaku. Hanya saja dalam penerapan akad murâbahah

pada Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 mengenai

Perdagangan Komoditi berdasarkan Prinsip Syariah dan Surat Edaran

No.17/28/DKMP tahun 2015 tentang Sertifikat Perdagangan Komoditi

Berdasarkan Prinsip Syariah jika dikaitkan dengan ketentuan Fatwa DSN

MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2002 tentang murâbahah maka pengaturan

akad murâbahah dalam Fatwa DSN tersebut tidak dapat digunakan pada

Surat Edaran No. 17/28/DKMP tahun 2015. Hal ini dikarenakan dalam

Surat Edaran No. 17/28/DKMP tahun 2015 yang menjadi para pihaknya

adalah bank dengan bank, bukan bank dengan nasabah pembiayaannya.

Oleh karena itu, aturan akad murâbahah yang digunakan mengacu pada

aturan Fikih.

Page 39: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

152

B. Saran

Berdasarkan pemaparan keseluruhan isi dan kesimpulan tersebut maka

penulis menyarankan kepada Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN MUI) dan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) agar:

1. Terkait dengan Perdagangan Komoditi Syariah ini yang menggunakan

akad murâbahah maka diharapkan nantinya akan ada fatwa murâbahah

yang baru atau melengkapi fatwa murâbahah yang lama agar dapat

ditujukan kepada semua pihak. Dalam hal ini, tidak hanya antara bank

dengan nasabah pembiayaannya akan tetapi juga antara bank dengan

bank.

2. Berkaitan dengan mekanisme perdagangan komoditi dengan penjualan

lanjutan, diperlukan suatu pengaturan yang pasti pada Peserta Pedagang

Komoditi. Hal ini dikarenakan agar pihak Peserta Pedagang Komoditi

dalam transaksi Perdagangan Komoditi Syariah tidaklah pihak yang

sama ketika bertransaksi dengan Konsumen Komoditi maupun Peserta

Komersial.

3. Terkait niat atau tujuan para pelaku di Perdagangan Komoditi Syariah

semoga bisa diatur atau disusun suatu peraturan agar para pelaku

perdagangan ini bisa diawasi dan dimonitori transaksinya agar sesuai

prinsip syariah dalam melakukan proses transaksi di perdagangan

tersebut.

Page 40: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

153

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerraoef, Al-Quran dan Ilmu Hukum: A Comparative Study, Jakarta:

Bulan Bintang, 1970.

Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar

Modal Syariah Indonesia, Jakarta: Kencana, 1, 2009.

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, terj. Nastangin Soeroyo, Vol. 4,

Yogyakarta: Dhana Bakti Wakaf, 1995.

Alan, Tucker, Financial Futures, Options and Swaps, Republic of Singapore,

West Puclishing Company, 1992.

Antonio, DR. Muhammad Syafiʻi, M. Ec., Bank Syariah: Dari Teori ke

Praktik, Jakarta: Gema Insani, 1, 2001.

Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad

dalam Fikih Muamalat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.

Azzam, Prof. DR. Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat: Sistem

Transaksi Dalam Islam, terj. Nadirsyah Hawari, Lc., MA., Jakarta:

Amzah, 2010.

Badan Pelaksana Bursa Komoditi, Struktur dan Peranan Industri

Perdagangan Berjangka, Jakarta: Bapebti, 1994.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, Perdagangan Berjangka Komoditi

Jakarta, 1999.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Fungsi Ekonomi

Perdagangan Berjangka Komoditi. Jakarta 1999.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Mengenal BAPPEBTI,

Jakarta: BAPPEBTI, 2001.

Page 41: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

154

Bakker, Henry H., Future Trading: Origin, development, and Present

Economics Status, Madison: Mimir Publisher, 1953.

Bappebti, “Instrumen Pengelolaan Risiko,” Wawasan, Kontrak Berjangka,

Edisi Juli 2002.

Bappebti, “Kontrak Berjangka Komoditi, Apa itu?” Wawasan, Kontrak

Berjangka, Edisi September 2002.

al-Barwari, Syaʻban M. Islam, Burshah al-Aurâq al-Mâliyah min manzhûrin

islâmiyyin, Damaskus: Dar al-fikr, 2002.

Basyir, Ahmad Azhar, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),

edisi revisi, Yogyakarta: UII Press, 2000.

al-Bugha, Mushthafa Diib, Fikih Islam Lengkap; Penjelasan Hukum-Hukum

Islam Madzhab Syâfiʻi, terj. Pakihsati, Solo: Media Zikir, 1, 2010.

Burhanuddin S., Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 1, t.t.

Dahlan, Abdul Aziz, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, Jakarta: Ichtiar

Baru van Hoeve, 1996.

Dewi, Gemala, Wirdyaningsih, dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan

Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Djamil, Fathurrahman, “Hukum Perjanjian Syariah”, dalam Kompilasi

Hukum Perikatan oleh Mariam Darus Badrulzaman, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Djamil, Prof. DR. Fathurrahman, MA., Penerapan Hukum Perjanjian Dalam

Transaksi Di Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika,

2012.

Downes, John and Jordan Elliot Goodman, Baron’s Finance and Investment

Handbook. New York: Baron’s, 1990.

Page 42: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

155

Fink, Robert E., Future Trading Concept And Strategies, New York: NYIF

Corp 1988.

Gaol, Arifin Lumban, “Ketentuan Umum Perdagangan Berjangka Komoditi

Menurut Perangkat Hukum Yang Ada.” Makalah disampaikan pada

Seminar Nasional Perdagangan Berjangka Era Reformasi dan

Globalisasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: 19 Agustus 1999.

Gould, Bruce G., Commodities Trading, Illinois: Dow Jones-Irwin Copr,

1981.

Hakim, Abdul Hamid, Mabâdi Awwaliyah, Jakarta: al-Maktabah as-

Saʻadiyah Putra, t.t.

Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin, al-Musnad, Kairo: Dar al-Hadits, 1988.

al-Haritsi, DR. Jaribah, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab, terj. Asmuni

Solihan Zamakhsyari, Jakarta: Khalifah, 2006.

Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat),

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.

Hull, John, Introduction to Futures and Option Markets, New Jersey:

Prentice-Hall, 1991.

Ibn ʻAbd al-Barr, Al-Kafî, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-ʻllmiyyah, 1, 1407

H.

Ibnu Hajar al-Asqalany, Fathul Bârî, al-ʻAbour: Maktabah Mashr, 1, 1421

H/2001 M.

Idris, Prof, DR. M. Ag., Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis

Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Imam an-Nawawy, Shahîh Muslim, Kairo: Dar al-Hadits, 1426 H/2005 M.

Imam Suyuti, al-Asybâh wa an-Nazhâ`ir, Juz 1, Riyâdh: Maktabah Nazzar

al-Baz, II, 1997.

Page 43: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

156

Indonesia, Undang-undang Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU

No. 32, LN No. 93 Tahun 1997, TLN No. 3720.

al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Iʻlâm al-Muwaqqiʻîn Rab al-ʻÂlamîn, Beirut:

Dâr al-Fikr, 1977.

Jazuli, Ahmad, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam

Rambu-Rambu Syariʻah, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003.

Johnson, McBride, Derivatives A Manager’s Guide to the World’s Most

Powerful Financial Instruments, United Stattes of America, The

McGraw-Hill Companies Inc, 1999.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Jaringan, http://kbbi.web.id/

Karim, Ir. Adiwarman A., SE., MBA., MAEP., dan DR. Oni Sahroni, MA.,

Riba, Gharar dan Kaidah-kaidah Ekonomi Syariah: Analisis Fikih dan

Ekonomi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2015.

Karim, Ir. Adiwarman A., SE., MBA., MAEP., dan DR. Oni Sahroni, MA.,

Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam: Sintesis Fikih dan Ekonomi,

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2015.

al-Kasani, Badâ’iʻ ash-Shanâʻi, Juz V, Beirut: Dâr al-Kutub al-ʻArabi, 2,

1982.

Kurnaen, Ridwan, “Peraturan Perundang-Undangan Di Bidang

Perdagangan Berjangka Komoditi Di Indonesia.” Makalah

disampaikan pada Indofutop Derivatives Training, Jakarta, September

20-30 1999.

Kurniawan, Tinjauan Yuridis Atas Undang-undang No. 32 Tahun 1997

Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, Skripsi Universitas

Indonesia, 1998.

Layman, Abe, Scalping (The Art od Science): Cara Dahsyat Mengeruk

Keuntungan dari Pasar Uang, Jakarta: Visimedia, 1, 2010.

Page 44: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

157

Masʻadi, Ghufron A., Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2002.

Mihajat, H.M. Iman Sastra, Lc., PDIBF, MSc Fin., Majalah Sharing Edisi

September 2011.

an-Nabhani, Taqiyy ad-Dîn, asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah, Juz 2, tt.p,

Darul Ummah, t.t.

an-Nadwy, Ali Ahmad, al-Qawâʻid al-Fiqhiyyah, Damaskus: Darul Qalam,

10, 2011.

Nafik, Muhammad, Bursa Efek dan Investasi Syariʻah, tt.p, Serambi Ilmu

Semesta, 1, 2009.

an-Naisabury, Abi Husain Muslim bin Hajjâj al-Qusyairy, Shahîh Muslim,

Lebanon: Dar al-Kutub al-ʻIlmiyah, 1971.

Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syarʻiyyah Modern,

Yogyakarta: ANDI, 2011.

Prodjodikoro, R. Wirjono, Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Sumur

Bandung, 1981.

Rachtamianto, “Supervisory Body: Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi (BAPPEBTI),” Makalah disampaikan pada

Indofutop Derivatives Training, Jakarta, September 1999.

Raditzki, Marian, A Guide to Primary Commodities in the World Economy,

Stockholm: Basil Blackwell, 1990.

Rothstein, Nancy H., and James M. Little, The Handbook of Financial

Futures, New York: McGraw Hill, 1984.

Rozalinda, DR. M. Ag., Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada

Aktivitas Ekonomi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014.

Safitri, Indra, “Ethics and Business Rules”, Makalah disampaikan pada

Indofutop Derivatives Training, Jakarta September 1999.

Page 45: Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/285/3/211610116... · 2020. 3. 24. · Perbandingan Peraturan Tata Tertib (PTT)

158

Ash-Shiddieqy, Teungku Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalat, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 1, 1997.

Soebagjo, Felix O., Beberapa Aspek Hukum dalam Transaksi Futures

Trading, Makalah pada seminar nasional Hukum Ekonomi dalam BKK

II, LK2 SM-FMUI, Depok 7-8 Maret 1993.

Stewart, T.H., Trading in Futures, Great Britain: Woodhead Faulkner, 1989.

as-Sualimi, Sami bin Ibrahim, at-Tawarruq wa at-Tawarruq al-Munazhzham,

Makkah: Râbithah ʻAlam al-Islâmi, 2003.

Sunarto, Ahmad, Fathul Qarîb, terj., Surabaya: Al-Hidayah, 1991.

asy-Syahatah, Husen dan Athiyyah Fayyadh, Bursa Efek - Tuntunan Islam

Dalam Transaksi di Pasar Modal, Surabaya: Pustaka Progressif, 1,

2004.

Utami, Putu Prapti, Investasi Melalui Perdagangan Berjangka Komoditi dan

Permasalahan Hukumnya di Indonesia, Skripsi Universitas Indonesia,

Depok, 1995.

Washil, Prof. DR. Nashr Farid Muhammad dan Prof. DR. Abdul Aziz

Muhammad Azzam, Qawaʻid Fiqhiyyah, terj. Wahyu Setiawan, M.

Ag., Jakarta: Amzah, 2009.

Wijaya, Johannes Arifin, Bursa Berjangka, Yogyakarta: Andi, 1, 2002.

Yaʻcub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup

dalam Berekonomi, Bandung: Diponegoro, 1984.

Yahya, Mukhtar dan Fathurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islam, Bandung: PT Al-Maʻarif, 1996.

az-Zuhailî, DR. Wahbah, al-Fiqh al-Islâmiyy wa Adillatuhu, Damaskus: Dar

al-Fikr, 31, 2009.