perbandingan efektivitas air rebusan...
TRANSCRIPT
i
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR REBUSAN RUMPUT TEKI (CYPERUS ROTUNDUS) DENGAN
AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA, LINN.) DALAM PENYEMBUHAN STOMATITIS APHTOSA REKUREN (SAR)
I GEDE NANDA PRADANA 10.8.03.81.41.1.5.043
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR 2014
ii
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR REBUSAN RUMPUT TEKI
(CYPERUS ROTUNDUS) DENGAN AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI
(PSIDIUM GUAJAVA, LINN.) DALAM PENYEMBUHAN STOMATITIS
APHTOSA REKUREN (SAR)
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran Gigipada fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
I Gede Nanda Pradana NPM : 10.8.03.81.41.1.5.043
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
IGN Putra Dermawan, drg., Sp.PM Intan Kemala Dewi, drg., M.Biomed NPK: 828 010 310 NPK: 828 207 370
iii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigipada fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul: “Perbandingan Efektivitas Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus) dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) Dalam Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)” yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 18 Februari 2014.
Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan
Denpasar, 18 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi
FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
IGN Putra Dermawan, drg.,Sp.PM NPK : 826 394 199
Anggota : Tanda Tangan
1. Intan Kemala Dewi, drg.,M.Biomed 1. ................. NPK : 828 010 310
2. Ni Nyoman Gemini Sari, drg.,M.Biomed 2. ................. NPK : 828 207 370
Mengesahkan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg.,M.Kes,FISID NPK : 19590512 198903 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR REBUSAN RUMPUT TEKI
(CYPERUS ROTUNDUS) DENGAN AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI
(PSIDIUM GUAJAVA LINN.) DALAM PENYEMBUHAN STOMATITIS
APHTOSA REKUREN (SAR)” ini tepat pada waktunya.
Penulis menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam
penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis sangat berterimakasih atas segala hal yang telah penulis dapatkan selama
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Drg. IGN Putra Dermawan, Sp.PM selaku dosen pembimbing I yang
memberikan bimbingan, semangat dan masukan bagi penulis.
2. Drg. Intan Kemala Dewi, M.Biomed selaku dosen pembimbing II atas
bimbingannya dan saran-saran yang sangat bermanfaat.
3. Drg. Ni Nyoman Gemini Sari, M.Biomed selaku dosen penguji serta
masukannya yang sangat berarti.
4. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
5. Keluarga dan kerabat terutama ibu dan bapak, adik, nenek serta semua
kerabat yang selalu memberikan dukungannya.
iv
v
6. Teman-teman dan sahabat yaitu, Risca Pramana Yudha, Benjamin Pabala,
Caesar Kurniantara, Erlangga Nugraha, Dewi, Yoga, Evie, Agek, Gus adi,
Gung Surya Yoga, Karima,Indah dan teman-teman angkatan 2010 lainnya
yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
inspirasi dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Teman-teman anggota Civitas Akademik Yayasan Perguruan Saraswati
yang sudah sangat membantu dalam dakam penyusunan skripsi ini.
8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas semua
hal yang telah diberikan sebagai kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kebaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang memerlukan.
Denpasar, 5 Februari 2014
Penulis
v
vi
Perbandingan Efektivitas Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus) dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) dalam
Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
Abstrak
Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) yang dikenal juga dengan nama sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut,biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu: stomatitis aphtosa rekuren minor, stomatitis aphtosa rekuren mayor dan stomatitis aphtosa rekuren herpetifom. Rumput teki (Cyeperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) diketahui memiliki kandungan seperti flavonoid, patcholulenone sineol cyperene I dan II yang berfungsi sebagai antiseptik, penutup luka, penyegar nafas dan menambah fungsi imunisasi yang berperan dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR). Metode yang digunakan adalah uji statistik parametrik Independen T-Test untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok. Hasil dari penelitian ini menunjukkan 1,02565 untuk kelompok yang menggunakan air rebusan daun jambu biji dan 2,30768 untuk kelompok yang menggunakan air rebusan rumput teki yang artinya waktu penyembuhan dengan menggunakan air rebusan rumput teki lebih lama 1-2 hari. Jadi berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif daripada menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR).
Kata Kunci : Stomatitis aphtosa rekuren (SAR), air rebusan daun rumput teki (Cyperus rotundus), air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.), proses penyembuhan.
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan Pembimbing
Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 D. Hipotesis ............................................................................................ 5 E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5 F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Stomatitis Aphtosa Rekuren .............................................................. 7 1. Pengertian Stomatitis Aphtosa Rekuren ..................................... 7 2. Etiologi ........................................................................................ 10 3. Pengobatan .................................................................................. 16
B. Rumput Teki (Cyperus rotundus) ..................................................... 17 1. Ciri-ciri Rumput Teki .................................................................. 17 2. Klasifikasi Rumput Teki ............................................................. 17 3. Kandungan Kimia Rumput Teki ................................................. 18 4. Manfaat Rumput Teki ................................................................. 19
C. Daun Jambu Biji (Psidium Guajava, Linn.) ...................................... 19 1. Ciri-ciri Daun Jambu Biji ............................................................ 19 2. Klasifikasi Daun Jambu Biji ....................................................... 21 3. Kandungan Kimia Daun Jambu Biji ........................................... 22 4. Manfaat Daun Jambu Biji ........................................................... 22
vii
viii
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...................................................... 24
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 24 B. Idenifikasi Variabel ........................................................................... 24 C. Definisi OperasionaL ........................................................................ 24 D. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 25 E. Alat dan Bahan .................................................................................. 26 F. Jalannya Penelitian ............................................................................ 26 G. Analisis Data ..................................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 29
A. Karakteristik Responden ................................................................... 30 B. Analisis Data ..................................................................................... 31
1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas .......................................... 31 2. Uji Perbandingan Perlakuan Menggunakan
Independent T-test ....................................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 39
A. Kesimpulan ....................................................................................... 39 B. Saran .................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................. 44
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan
air rebusan rumput teki .................................................................... 29
Tabel 4.2 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan
air rebusan daun jambu biji ............................................................. 29
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin .................................................................................. 30
Tabel 4.4 Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk ............................... 31
Tabel 4.5 Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s Test .............. 32
Tabel 4.6 Group Statistic Independent T-Test ................................................. 32
Tabel 4.7 Independent Sample Test ................................................................. 33
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Stomatitis aphtosa rekuren minor ................................................. 8
Gambar 2.2 Stomatitis aphtosa rekuren mayor ................................................ 9
Gambar 2.3 Stomatitis aphtosa rekuren herpetifom ......................................... 10
Gambar 2.4 Rumput teki (Cyperus rotundus) .................................................. 18
Gambar 2.5 Jambu biji (Psidium guajava, Linn.) ............................................ 21
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Perjanjian Tindakan Medis (Informed Consent) .......................... 44 2. Dokumentasi : ........................................................................................ 45
Gambar 1 : Rumput Teki Sebelum Direbus .................................... 45
Gambar 2 : Air Rebusan Rumput Teki ............................................ 45
Gambar 3 : Pemberian Air Rebusan Rumput Teki Kepada
Penderita Stomatitis Aphtosa Rekuren ........................ 46
Gambar 4 : Berkumur Dengan Air Rebusan Rumput Teki
(Cyperus rotundus). ..................................................... 46
Gambar 5 : Daun Jambu Biji Sebelum Direbus .............................. 47
Gambar 6 : Air Rebusan Daun Jambu Biji ...................................... 47
Gambar 7 : Pemberian Air Rebusan Daun Jambu Biji
Kepada Penderita Stomatitis Aphtosa Rekuren ........... 48
Gambar 8 : Berkumur Dengan Air Rebusan Daun
Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) ........................... 48
3. Data Sampel ........................................................................................... 49 4. Olah Data ............................................................................................... 50
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai penyakit mulut sering mengganggu atau berjangkit di
kalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua. Salah satu contoh adalah
penyakit sariawan (Stomatitis Aphtosa Rekuren). Sariawan atau Stomatitis
Aphtosa Rekuren (SAR) adalah salah satu penyakit mulut yang paling umum
di dunia. Penyakit sariawan merupakan penyakit yang sangat menganggu,
karena penyakit tersebut berjangkit di mulut sehingga mengganggu pada saat
makan, berbicara, bahkan dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap. Penyakit
tersebut apabila penanganannya kurang baik dapat berjangkit cukup lama dan
juga dapat menjadi gejala awal kanker mulut. Penyakit sariawan selain karena
kurang vitamin C, biasanya terjadi karena tanpa sengaja tergigit dan membuat
luka di lidah dan mulut. Terserang sariawan di mulut, rasa perih terkadang
membuat bibir pecah-pecah, muka pucat, dan letih (Marty 2012).
Stomatitis Aphtosa Rekuren adalah salah satu kelainan mukosa yang
paling sering terjadi dan menyerang kira-kira 15-20% populasi di Inggris.
Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan pada golongan sosial ekonomi atas dan
antara para mahasiswa selama waktu-waktu ujian. Berbagai klasifikasi SAR
telah diajukan tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe :
minor, mayor, dan herpetiformis. Semua tipe ulserasi dihubungkan dengan
rasa sakit (Lewis dkk. 1994)
1
2
Sebagian besar pasien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS) yang
ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter kurang dari 5
mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Stomatitis aptosa mayor
yang rekuren (MaRAS), yang diderita oleh kira-kira 10% dari penderita RAS,
lebih hebat daripada MiRAS. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3
cm, berlangsung selama 4 minggu atau lebih. Dan dapat terjadi di bagian
mana saja dari mukosa mulut. Tipe RAS yang terakhir adalah ulserasi
herpetiformis (HU). Istilah “herpetiformis” digunakan karena bentuk klinis
dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip
dengan gingivostomatitis herpetik primer (Porter dkk. 2000).
Beberapa kalangan yang menderita sariawan diobati dengan
menggunakan ramuan tradisional yaitu air rebusan jambu biji atau air rebusan
akar teki, ternyata pemakaian obat ini sangat efektif dan efisien karena dapat
menyembuhkan sariawan selama 2-3 hari, mudah diproses tanpa
mengeluarkan biaya. Tanaman yang berkhasiat menjadi obat sangat banyak
dan bisa ditemukan di sekeliling kita. Terkadang karena ketidaktahuan kita,
tanaman obat tersebut hanya dianggap sebagai gulma (Suriana dan Shobarini
2013).
Daun jambu biji (Psidium guajava, linn.) maupun rumput teki
(Cyperus rotundus) gampang dicari dan sangat mudah diproses menjadi obat.
Rumput teki (Cyperus rotundus) biasanya tumbuh secara liar di tempat
terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong,
lapangan rumput, pinggir jalan, atau lahan pertanian dan tumbuh sebagai
gulma. Jambu biji dalam bahasa latinnya Psidium guajava dan dalam bahasa
3
Inggris dikenal sebagai guava dapat tumbuh dimana-mana. Pohon jambu bisa
tumbuh di dataran tinggi maupun lahan dataran rendah pada ketinggian antara
5 – 1200 meter dari permukaan laut. Pohon jambu bisa tumbuh di segala
macam iklim. Itulah sebabnya jambu bukan hanya terkenal di Indonesia tapi
juga di seantero negeri (Marty 2012).
Jambu Biji ternyata dapat digunakan untuk penyembuhan sariawan
atau stomatitis aphtosa rekuren dikarenakan memiliki kandungan kimia seperti
flavonoid yang berfungsi sebagai antiseptic, penutup luka, penyembuhan
luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Sedangkan
kandungan lain yang berperan adalah quercetin yang merupakan zat sejenis
flavonoid yang berperan sebagai antibakteri (Fadi dkk. 2005).
Rumput teki (Cyperus rotundus) meskipun sebagai gulma, ternyata
menyimpan berbagai manfaat pengobatan. Kegunaan rumput teki (Cyperus
rotundus) adalah untuk menstabilkan siklus hormonal, obat sakit perut, obat
untuk memperlancar kencing, obat cacingan,, obat sakit gigi, untuk obat
borok, radang kuku, nyeri lambung, kencing batu, luka terpukul, bisul, mual,
muntah dan lain-lainya. Rimpang rumput teki (Cyperus rotundus)
mengandung alkaloid, sineol, pinen, siperon, rotunol, siperenon, tanin, siperol,
serta flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut pada umumnya berfungsi sebagai
anti bakteri, anti tumor, anti kanker, dan anti alergi. Beberapa diantaranya
dapat merusak membran sel bakteri dan mengerutkan dinding atau membran
sel bakteri. Sehinga dapat menggangu permeabilitas sel bakteri, hingga
pertumbuhan bakteri akan terhambat atau mati (Apriel 2010 cit. Koen dkk.
2012).
4
Dengan demikian penulis berkeinginan menggali atau mengetahui
manfaat dan keefektifan yang lain dari Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan
daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam mengobati sariawan
(Stomatitis Aphtosa Rekuren).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan dalam skripsi ini
adalah manakah yang lebih efektif penyembuhan dengan pemberian air
rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji (Psidium
guajava, Linn.) ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara
pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji
(Psidium guajava, Linn.) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren
(SAR).
D. Hipotesis
Dari tujuan tersebut, hipotesis nya adalah bahwa penggunaan air
rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif daripada air
rebusan rumput teki (Cyperus rotundus dalam penyembuhan stomatitis
aphtosa rekuren (SAR).
5
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini kita dapat memberikan informasi tentang
manfaat rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji
(Psidium guajava, Linn.) sebagai alternatif dalam penyembuhan stomatitis
aphtosa rekuren kepada masyarakat sekitar dan demi kemajuan di dunia
penelitian.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Kami membatasi penelitian ini pada :
1. Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium guajava,
Linn.) dalam keadaan segar. Untuk Rumput Teki (Cyperus rotundus) daun
dan umbi yang digunakan, sedangkan untuk daun Jambu Biji (Psidium
guajava, Linn.) hanya daunnya saja yang digunakan.
2. Berat Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium
guajava, Linn.) yang digunakan adalah 50 gram.
3. Orang yang digunakan sampel adalah remaja dan dewasa berumur 13
tahun sampai 25 tahun.
4. Air yang digunakan untuk merebus Rumput Teki (Cyperus rotundus)
dan daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) adalah 600cc dan
pemberian rebusannya 2 kali sehari setiap sampel..
5. Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium
guajava, Linn.) hanya untuk menyembuhkan stomatitis aphtosa
rekuren.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
1. Pengertian Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) yang dikenal juga dengan nama
sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya
berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung,
bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. SAR
merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser
putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari
satu. SAR dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian
dalam, lidah, serta palatum dalam rongga mulut. Penyakit ini relatif ringan
karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi
orang – orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi
akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR
bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan
gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama
(Haikal 2010). SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya,
yaitu:
a. Stomatitis Aphtosa Rekuren Minor
Stomatitis aphtosa rekuren minor adalah penyakit yang paling
sering ditemui, sekitar 70 sampai 90 persen dibandingkan tipe SAR
yang lainnya. Pada stadium awal SAR tipe minor timbul rasa sakit dan
6
7
terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang –
kadang dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam
beberapa jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3
hari terjadi ulserasi yang berangsur – angsur membesar dengan rasa
yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan, atau
makanan. Pasien mengalami demam ringan, kelenjar limpa dan
malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan diameter < 1 cm.
Permukaan abu – abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan
eritematous menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2
sampai 6 dan kadang – kadang bisa sampai 8. Lokasi biasanya di
daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat
terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan
jaringan parut (Haikal 2010).
Gambar 2.1 Stomatitis aphtosa rekuren minor (Haikal 2010)
8
b. Stomatitis Aphtosa Rekuren Mayor
SAR mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari SAR
minor, dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, Stomatitis aptosa
mayor yang rekuren, yang diderita oleh kira-kira 10% dari penderita
RAS, lebih hebat daripada SAR minor. Secara klasik, ulser ini
berdiameter kira-kira 1-3 cm, berlangsung selama 4 minggu atau
lebih, dan dapat terjadi di bagian mana saja dari mukosa mulut,
termasuk daerah-daerah berkeratin. Tanda pernah adanya ulser
seringkali dapat dilihat pada penderita SAR mayor, jaringan parut
terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi (Lewis dkk. 1998).
c. Stomatitis Apthosa Rekuren Herpetiform
Tipe SAR yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis (HU).
Istilah “herpetiformis” digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang
dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan
gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes tidak
mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi
Gambar 2.2 Stomatitis aphtosa rekuren mayor
(Anonim 2013)
9
aptosa. Walaupun sekarang secara klinis sudah dibedakan tiga jenis
SAR, tetap belum jelas apakah lesi merupakan varian dari satu
penyakit atau mewakili kelainan-kelainan yang berbeda yang
bermanifestasi sebagai ulserasi oral rekuren. Walaupun telah
diperkenalkan berbagai teori penyebab SAR belum ada satupun faktor
penyebab yang bisa diidentifikasi (Lewis dkk. 1998).
2. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti.
Ulser pada SAR bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang
memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri
dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate (SLS), trauma,
genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres, defisiensi
nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obat-
obatan (Swain dkk. 2012)
a. Faktor Genetik
Ada beberapa bukti untuk predisposisi genetik. Sejarah
keluarga kadang positif dan penyakit tampaknya mempengaruhi
Gambar 2.3 Stomatitis Apthosa Rekuren Herpetiform
(Haikal 2010)
10
kembar identik lebih sering daripada non-identik. Namun, hal ini
mungkin berlaku untuk minoritas. Berbagai asosiasi HLA telah
dilaporkan tapi tidak ada haplotype tampaknya konsisten. Dalam
penyakit Behcet mungkin terkait ini bukti kecenderungan genetik jauh
lebih kuat (Cawson dan Odell 2008).
b. Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka
penetrasi akibat trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan
klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan
pada mukosa mulut. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat
berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan
gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma
bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya
SAR pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan
sebagai faktor pendukung (Koybasi 2006).
c. Gangguan imunologi
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis
dari SAR, adanya disregulasi imun dapat memegang peranan
terjadinya SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya
respon imun yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan
ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin
dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak
diketahui. Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B dan
IL-6 terhadap resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada
11
SAR terdapat adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein,
dan aliran saliva. Sedangkan menurut Albanidou-Farmaki dkk,
terdapat karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR
(Swain dkk. 2012)
d. Stres
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang
berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan
salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap
stomatitis aphtosa rekuren ini. Banyak orang yang menderita stomatitis
menyatakan bahwa stomatitis yang mereka alami disebabkan oleh
stres. Terkadang orang secara objektif menghubungkan timbulnya
stomatitis dengan peningkatan stres (Zain 1999).
e. Faktor Nutrisi
Isu-isu lain dieksplorasi dalam upaya untuk menentukan
penyebab RAS termasuk kemungkinan hubungan serangan kelebihan
atau kekurangan berbagai faktor gizi, seperti besi serum, asam folat
dan vitamin B12 dan spekulasi bahwa borok aphtous merupakan
manifestasi dari reaksi alergi terhadap makanan tertentu. Para peneliti
meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien menderita
defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15%
defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami
defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2%
defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin
12
B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya
90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan. Faktor nutrisi lain
yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6.
Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami
penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1
terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi ketiganya.
Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan memberikan
hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren berkurang
(Swain dkk. 2012).
Dilaporkan adanya defisiensi Zink pada penderita SAR, pasien
tersebut diterapi dengan 50 mg Zink Sulfat peroral tiga kali sehari
selama tiga bulan. Lesi SAR yang persisten sembuh dan tidak pernah
kambuh dalam waktu satu tahun. Beberapa peneliti lain juga
mengatakan adanya kemungkinan defisiensi Zink pada pasien SAR
karena pemberian preparat Zink pada pasien SAR menunjukkan
adanya perbaikan, walaupun kadar serum Zink pada pasien SAR pada
umumnya normal (Swain dkk. 2012).
f. Hormonal
Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi
bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga
berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap
berperan penting adalah estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum
menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara
mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan
13
aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan
terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut,
memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang
berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal
sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam
mengatur pergantian epitel mukosa mulut (Porter dkk. 2000)
g. Infeksi
Tidak ada bukti bahwa aphtae secara langsung karena ada
mikroba, dan ada bukti yang minim antigen silang bereaksi dari
streptokokus atau bentuk L memainkan peran penting. Dengan
hipotesis bahwa mungkin ada cacat regulasi immun disebabkan oleh
herpes atau virus lainnya yang terbukti (Cawson dan Odell 2008).
h. Alergi dan Sensitifitas
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan
(hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu
reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen,
merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi,
tetapi tidak dapat membentuk antibodinya sendiri. SAR dapat terjadi
karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang
ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan
gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah
berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan
meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa panas, kadang-
kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi
14
sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan
ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR (Porter dkk.2000)
i. Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta
blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan
berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar
untuk terjadinya SAR (Swain dkk. 2012)
j. Penyakit Sistemik
Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan
kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-
menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik
yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter.
Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di
rongga mulut adalah penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi neutrofil,
penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweet’s (Porter
dkk.2000).
k. Merokok
Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan
merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok,
dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR
diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok.
Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti
merokok (Swain dkk. 2012).
15
3. Pengobatan
Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik,
steroid topikal dan imuno modular sistemik, dianjurkan sebagai
pengobatan untuk SAR, walaupun demikian hanya sebagian kecil yang
secara ilmiah terbukti efisien. Kombinasi vitamin B1 (thiamin, 300 mg
sehari) dan vitamin B6 (py-ridoxine, 50 mg setiap 8 jam) diberikan selama
1 bulan dianjurkan sebagai penatalaksanaan empiris tahap awal. Beberapa
pasien memberikan respon yang baik terhadap obat kumur klorheksidin
serta kortikosteroid topikal, seperti hidrokortison hemisuksinat (pellet 2,5
mg diletakkan pada luka 3 kali sehari) atau betametason natrium fosfat
(tablet 0,5 mg dilarutkan dalam air dan digunakan sebagai obat kumur 3
kali sehari). Penggunaan terapi anxiolytic atau rujukan untuk hipnoterapi
dapat membantu bagi penderita yang diperkirakan memiliki faktor
prespitasi berupa stres. Sebagian kecil penderita SAR menghubungkan
timbulnya ulserasi dengan makanan tertentu, sehingga pemeriksaan
terhadap makanan-makanan yang menimbulkan sensitivitas perlu
dilakukan (Lewis dkk. 1998).
Obat-obat sistemik, seperti levamisole, inhibitor monoamine
oksidase, thalidomide, atau dapsone digunakan untuk penderita yang
sering mengalami ulserasi oral yang serius. Tetapi, penggunaan obat-
obatan ini harus dipertimbangkan secara hati-hati berdasarkan
pertimbangan efektivitas serta efek sampingnya (Lewis dkk. 1998).
16
B. Rumput Teki (Cyperus rotundus)
1. Ciri – ciri Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Rumput Teki adalah sejenis rumput semu menahun, tapi bukan
termasuk keluaga rumput-rumputan (Graminae) dapat mencapai tinggi 10
cm. Rimpang (rhizome) berumbi, batang bentuk segitiga. Daun 4-10
berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup di bawah
tanah, berwarna coklat kemerahan, helaian daun berbentuk garis dengan
permukaan atas berwarna hijau tua mengkilat, ujung daun meruncing,
lebar helaian 2-6 mm, panjang 10-60 kali lebar. Bunga berbentuk bulir
majemuk, anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, ber-
kelamin dua. Daun pembalut 3-4, tepi kasar, tidak merata. Sekam dengan
punggung hijau dan sisi coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3,
kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3. Buah memanjang
sampai bulat telur terbalik, bersegi tiga coklat, panjang 1,5 mm (Ekasari
2011)
2. Klasifikasi Rumput Teki (Cyperus rotundus)
a. Divisi : Spermatophyta
b. Sub divisi : Angiospermae
c. Kelas : Dicotiledoneae
d. Bangsa : Cyperales
e. Suku : Cyperaceae
f. Marga : Cyperus
g. Jenis : Cyperus rotundus
17
h. Nama umum : Rumput Teki (Arysanti dkk. 2013).
3. Kandungan kimia Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Menurut Ekasari (2013) dari hasil penelitian diperoleh bahwa umbi
(rimpang) rumput teki ini mengandung alkaloid, glikosida jantung,
flavonoid dan minyak menguap sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi,
tergantung daerah asal tumbuhnya. Akar yang berasal dari Jepang berisi
cyperol, cyperene I & II, alfa-cyperone, cyperotundone dan cyperolone,
sedangkan yang berasal dari China berisi patchoulenone dan cyperene.
Minyak essensial yang diperoleh dari umbi rumput teki ini mengandung
sedikitnya 27 senyawa yang terdiri dari seskuiterpen, hidrokarbon,
epokside, keton-keton, monoterpen dan alifatik alkohol serta beberapa
senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi. Dari kandungan diatas yang
berperan untuk penyembuhan sariawan adalah Flavonoid yang berperan
sebagai antiseptik, penutup luka, penyembuhan luka, mengurangkan
bengkak dan menambah fungsi imun. Patcholulenone sineol juga sebagai
Gambar 2.4 Rumput Teki (Cyperus rotundus)
(Anonim 2011)
18
antiseptik dan membunuh mikroorganisme. Cyperene I dan II berperan
sebagai penyegar nafas.
4. Manfaat Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Secara tradisional, masyarakat di berbagai daerah di banyak negara
telah lama dan banyak memanfaatkan umbi (rimpang) dari tanamaan ini
sebagai obat untuk memperlancar menstruasi, mengurangi rasa sakit pada
waktu haid, penyakit-penyakit kewanitaan, obat sakit perut, obat pencuci
anti keringat, dalam bentuk air rebusan sebagai obat untuk mengatasi
penyakit mulut seperti sariawan (sebagai obat kumur), panas, disentri, obat
untuk memperlancar kencing, obat cacingan, obat antikejang pada sakit
mencret dan juga obat borok (Ekasari 2013).
C. Jambu Biji (Psidium guajava, Linn)
1. Ciri-Ciri Jambu Biji (Psidium guajava, Linn)
Jambu biji berasal dari benua Amerika bagian tropis,
seperti Mexico dan Amerika Serikat. Tetapi negara yang berjasa besar
dalam menemukan dan menyebarluaskan tumbuhan jambu biji adalah
Spayol. Tanaman jambu biji yang berasal dari biji dapat tumbuh secara
alamiah mencapai 5-10 meter. Batang jambu biji cukup licin dan berwarna
coklat keabu-abuan. Daunnya tunggal dan letaknya berhadapan.
Nampaknya ada korelasi antara bentuk daun dan bentuk buah. Bentuk
buah jambu biji ada yang bulat, lonjong seperti buah peer maupun
perpaduan antara keduanya, yaitu berbentuk agak bulat tetapi lonjong pada
bagian ujungnya. Bunga jambu biji tumbuh di ketiak daun atau pucuk
19
ranting secara berkelompok maupun tunggal. Bunganya berbau wangi dan
memiliki banyak nektar. Pada umumnya buah jambu biji berbau wangi
hingga hambar. Rasanya pun bervariasi, ada yang manis, hambar, asam
manis, masam, hingga sepet. Akar jambu biji termasuk akar tunggang, dan
akar ini mudah membentuk tunas akar (Rismunandar 1987).
Buah Jambu biji memiliki kadar vitamin C dan A yang tinggi.
Selain itu, buah jambu biji juga mengandung banyak zat besi, fosfat dan
kapur. Jambu biji dapat tumbuh di pinggir pantai hingga di daerah
pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 meter. Jambu biji juga dapat
tumbuh di tanah yang banyak mengandung pasir maupun yang berat.
Namun, Jambu biji tumbuh lebih subur di tanah yang cerul, banyak
mmengandung bahan organik. Tanaman jambu biji dapat di
kembangbiakan melalui biji, cangkokan, okulasi, dan stek akar.
Pembiakan dengan biji membawa resiko, yaitu sifatnya belum tentu sama
dengan sifat induknya. Tetapi, perkembangbiakan secara cangkok, okulasi,
dan stek akar menjamin kemantapan sifat pohon induknya (Ganesan
2008).
Kerusakan pada pohon jambu biji lebih sering disebabkan
oleh hama daripada penyakit. Hamayang menyerang pohon jambu biji
seperti ulat daun, yaitu ulat agar-agar (Chalcolis Albiguttata) dan ulat serit
(Ploneta Diducta Sn.). Kutu daun Ceroputo yang mengakibatkan
keringnya daun jambu biji dan tumbuhnya jamur-jamur hitam disekitar
daun dan batang. Selain itu terdapat juga hama lalat buah yang kita kenal
dengan nama sidat khususnya jenis Dacus pedestris. serta nematode, yaitu
20
sejenis cacing berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Nematoda mula-mula menyerang serabur akar, masuk ke
dalam akar lalu merusaknya (Trubus 2013).
2. Klasifikasi Jambu Biji (Psidium guajava, Linn)
a. Kingdom : Plantae
b. Divisi : Magnoliophyta
c. Kelas : Magnoliopsida
d. Ordo : Myrtales
e. Famili : Myrtaceae
f. Genus : Psidium
g. Spesies : Psidium guajava
h. Nama Binomial : Psidium guajava, Linn (Marty 2012)
Gambar 2.5 Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) (Anonim 2009)
21
3. Kandungan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn)
Jambu biji bisa menjadi ramuan tradisional dengan berbagai
kelebihan yang dimilikinya. Mulai dari buah hingga daun jambu biji
bisa dijadikan ramuan tradisional untuk mengobati banyak penyakit.
Obat tradisional yang murah, mudah didapat, tapi kaya khasiat.
Ramuan tradisional memang masih digemari pada saat ini karena
diyakini tubuh manusia lebih gampang menerimaobat yang berbahan
alami seperti obat tradisional dibandingkan dengan obat modern
(Indriani 2006).
Menurut Suriana dan Shobarini (2013) pada daun jambu biji
diketahui mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, asam
psidioklat, zat samak, quercetin, saponin asam guajaverin, asam
oleanolat dan,asam ursolat. Dari kandungan tersebut yang berperan
untuk penyembuhan sariawan atau stomatitis aphtosa rekuren adalah
flavonoid yang berfungsi sebagai antiseptic, penutup luka,
penyembuhan luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi
imun. Sedangkan kandungan lain yang berperan adalah quercetin yang
merupakan zat sejenis flavonoid yang berperan sebagai antibakteri.
4. Manfaat Jambu Biji (Psidium guajava, Linn)
Jambu biji bisa menjadi ramuan tradisional dengan berbagai
kelebihan yang dimilikinya. Mulai dari buah hingga daun jambu biji
bisa dijadikan ramuan tradisional untuk mengobati banyak penyakit.
Obat tradisional yang murah, mudah didapat, tapi kaya khasiat. Berikut
ini beberapa manfaat daun jambu biji menurut Anas (2012) :
22
a. Sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Penyakit yang dapat disembuhkan oleh daun jambu
biji yakni : diare, sariawan, sembelit, maag, kanker, ketahanan
tubuh, batuk dan demam berdarah.
b. Untuk kecantikan kulit dan membasmi jerawat, serta dapat
merawat daerah kewanitaan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah mencatat perancangan dari cara berpikir dan
merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian eksperimental
dengan independent test (Notoatmodjo 2012).
Penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu satu kelompok dengan perlakuan menggunakan air rebusan
rumput teki (Cyperus rotundus) dan satu kelompok dengan air rebusan daun
jambu biji (Psidium guajava, Linn).
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel pengaruh : Efektifitas air rebusan rumput teki (Cyperus
rotundus) dan air rebusan daun jambu biji
(Psidium guajava, Linn).
2. Variabel terpengaruh : Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
C. Definisi Operasional
1. Efektifitas air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dan air rebusan daun
jambu biji (psidium guajava, Linn) adalah suatu kemampuan dari
kandungan rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (psidium
23
24
guajava, Linn) untuk menimbulkan suatu efek penyembuhan pada
stomatitis aphtosa rekuren.
2. Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) adalah radang yang terjadi di daerah
mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan
permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal
maupun kelompok.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada :
1. Waktu : 7 September – 22 Nopember 2013
2. Tempat : dilingkungan desa Tegal Harum kecamatan Denpasar Barat
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah masyarakat di lingkungan desa Tegal Harum
kecamatan Denpasar Barat, sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini
sebanyak 30 sampel yang dibagi 2 kelompok yaitu 15 sampel kelompok A
(menggunakan air rebusan rumput teki) dan 15 sampel kelompok B
(menggunakan air rebusan daun jambu biji). Pengambilan sampel penelitian
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sesuai dengan namanya, sampel
diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil
sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu
tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya (Sastroasmoro
dan Ismael 2011).
25
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
a. Penderita stomatitis aphtosa rekuren yang bersedia diobati
b. Penderita stomatitis aphtosa rekuren bersifat kooperatif
c. Penderita pernah mengalami sariawan minimal 2 kali
b. Kriteria Eksklusi
a. Penderita stomatitis aphtosa rekuren yang tidak bersedia diobati
b. Penderita yang mengalami sariawan hanya sekali.
G. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
a. Handscoon
b. Masker
c. Alat diagnosa
d. Neraca
e. Kompor
f. Gelas Ukur
g. Panci
h. Pengaduk
i. Gelas Minum
j. Saringan
26
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium
guajava, Linn)
b. Air
H. Jalannya Penelitian
1. Menentukan dan menetapkan subyek penelitian.
2. Sebelum melakukan penelitian, calon sampel diminta untuk mengisi dan
menandatangani inform consent untuk kesediaan menjadi sampel.
3. Mempersiapkan alat dan bahan.
4. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava,
Linn) dibersihkan dari kotoran atau tanah, dicuci dan ditiriskan sampai
airnya kering.
5. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava,
Linn) ditimbang sebanyak 50 gram.
6. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava,
Linn) dimasukkan secara terpisah ke dalam panci masing – masing dan
direbus dengan air sebanyak 600 cc di atas kompor sampai mendidih
selama 30 menit dan dibiarkan sampai airnya kira-kira tinggal 300 cc dan
didinginkan.
7. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava,
Linn) disaring dan ditampung dalam gelas.
8. Air rebusan siap diberikan pada penderita Stomatitis Aphtosa Rekuren
(SAR) dengan cara berkumur.
27
9. Pemberian air rebusan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore.
I. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diolah dengan
menggunakan SPSS versi 20 :
1. Analisis Deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan
memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh.
2. Uji Normalitas dan Homogenitas
a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-wilk Test
b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s Test.
3. Uji Efek Perlakuan
Uji efek perlakuan dengan menggunakan uji statistik parametrik
Independen T-Test untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok
(Riwidikdo 2009).
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari pengamatan yang saya lakukan terhadap 30 orang sampel dalam
penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan rumput
teki :
NO PASIEN JENIS KELAMIN
UMUR (TH) WAKTU SEMBUH
1 1 P 15 4 2 2 L 20 5 3 3 P 19 5 4 4 P 14 6 5 5 L 20 5 6 6 L 14 4 7 7 P 20 4 8 8 L 25 3 9 9 L 20 4 10 10 L 21 4 11 11 P 25 6 12 12 P 19 4 13 13 P 17 5 14 14 P 14 6 15 15 P 15 4
Tabel 4.2 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan daun
jambu biji :
NO PASIEN JENIS KELAMIN
UMUR (TH) WAKTU SEMBUH
1 1 P 13 3 2 2 P 15 2 3 3 L 20 2 4 4 L 16 3 5 5 P 19 3 6 6 P 13 4 7 7 P 20 4 8 8 L 24 2
28
29
NO PASIEN JENIS KELAMIN
UMUR (TH) WAKTU SEMBUH
9 9 P 17 2 10 10 P 21 3 12 12 P 17 3 13 13 P 18 4 14 14 L 19 2 15 15 L 20 3
Dari data yang didapat terlihat bahwa :
Sampel kelompok A yang diberikan perlakuan dengan air rebusan rumput teki
waktu penyembuhannya dari Stomatitis Aphtosa Rekuren adalah 3 – 6 hari
sedangkan pada kelompok B yang diberikan perlakuan dengan air rebusan
jambu biji waktu penyembuhannya dari stomatitis aphtosa rekuren adalah 2 –
4 hari.
A. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah masyarakat Banjar Sari
Bhuana,Tegal Harum yang berjumlah 30 orang dan dibagi menjadi 2
kelompok. Dimana 15 orang sebagai kelompok A (diberikan perlakuan
menggunakan air rebusan rumput teki) dan 15 orang sebagai kelompok B
(diberikan perlakuan menggunakan air rebusan daun jambu biji) sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Perlakuan dengan Air Rebusan Rumput Teki
Perlakuan dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
13 – 15 16 - 20 21 - 25
1 3 2
4 4 1
0 4 1
3 5 2
Jumlah 6 9 5 10
Presentase (%)
40% 60% 33,3% 66,6%
30
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dalam
kelompok kontrol yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada
responden yang berjenis kelamin laki-laki. Dimana responden perempuan
sebesar 60% dan responden laki-laki sebesar 40% yang sebagian besar
berada dalam usia 19-21 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Responden
dalam kelompok perlakuan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
daripada responden yang berjenis kelamin laki-laki. Dimana responden
perempuan sebesar 66,6% dan responden laki-laki sebesar 33,3% yang
sebagian besar berada dalam usia 22-24 tahun untuk laki-laki dan
perempuan.
B. Analisis Data Statistik
1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Tabel 4.4 Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk
Hasil penelitian yang diperoleh dari masing-masing kelompok diuji
normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan diuji
homogenitasnya dengan uji Levene’s Test. Hasil uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk memperoleh nilai Sig.= 0,063 untuk
kelompok yang berkumur dengan air rebusan daun rumput teki
(Cyperus rotundus) dan nilai Sig. = 0,70 untuk kelompok yang
berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn)
dari hasil tabel 4.4 nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
.888 15 .063
.891 15 .070
31
Tabel 4.5 Uji Homogenitas menggunakan uji Levene’s Test
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.833 1 28 .369 Uji Levene’s Test dimaksudkan untuk untuk menguji bahwa
setiap kelompok yang akan dibandingkan memilik variansi yang sama.
Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar
berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan
yang terjadi dalam kelompok. Hasil Levene’s Test di atas menunjukkan
nilai Sig. > 0,05 maka data tersebut homogen.
2. Uji Perbandingan Perlakuan Menggunakan Independent T-Test :
Pada tabel 4.6 menunjukkan kelompok A yang menggunakan
air rebusan rumput teki mendapatkan nilai mean (rata-rata) dari 15
sample = 4,6000 hari untuk proses penyembuhan stomatitis aphtosa
rekuren dan kelompok B mendapatkan nilai mean (rata-rata) = 2,9333
hari dari 15 sampel untuk proses penyembuhan dari stomatitis aphtosa
rekuren. Ini menunjukkan adanya pengaruh dalam pemberian air
rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dengan air rebusan daun
jambu biji (Psidium guajava, Linn) dalam penyembuhan stomatitis
aphtosa rekuren (SAR).
32
Tabel 4.6 Group Statistic Independent T-Test
Kelompok N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
Hasil
Air Rebusan Ruput Teki
15 4.6000 .91026 .23503
Air Rebusan Daun Jambu Biji
15 2.9333 .79881 .20625
Independent T-Test digunakan untuk menguji signifikansi beda
rata-rata dua kelompok. Pada hasil penelitian baik kelompok A dan
kelompok B nilai Sig. (2-tailed) = 0,00 atau dibawah 0,05 yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap selisih rata-rata waktu
penyembuhan kelompok yang menggunakan air rebusan rumput teki dan
air rebusan daun jambu biji. Dan juga pada hasil dari perbedaan interval
menunjukkan 1,02565 untuk kelompok A yang menggunakan air rebusan
Tabel 4.7 Independent Sample Test
Levene’s Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differenc
e Std. Error Difference Lower Upper
Hasil Equal variances assumed
.833 .369 5.330 28 .000 1.66667 .31269 1.02614 2.30719
Equal variances not assumed
5.330 27.536 .000 1.66667 .31269 1.02565 2.30768
33
daun jambu biji dan 2,30768 untuk kelompok B yang menggunakan air
rebusan rumput teki yang artinya waktu penyembuhan dengan
menggunakan air rebusan rumput teki lebih lama 1-2 hari. Jadi berkumur
dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif
daripada menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dalam
penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR).
34
BAB V
PEMBAHASAN
Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) diklasifikasikan dalam 3 subtipe :
minor, mayor dan herpetiformis. SAR merupakan radang yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa
ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang selaput lendir pipi
bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, serta palatum dalam rongga mulut.
Penyakit stomatitis ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya tapi
memerlukan waktu yang cukup lama hingga 2 minggu maka akan terasa sangat
mengganggu. Pada SAR minor penyembuhan dapat terjadi dalam 10-14 hari tanpa
meninggalkan bekas luka, bahkan pada SAR mayor berdiameter kira-kira 1-3 cm,
penyembuhan berlangsung selama 4 minggu atau lebih, dan dapat terjadi di
bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin (Lewis
dkk. 1994).
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 responden yang terdiri
dari 15 sampel sebagai kelompok A diberi perlakuan berkumur dengan
menggunakan air rebusan rumput teki dan 15 sampel sebagai kelompok B yang
diberi perlakuan berkumur dengan menggunakan air rebusan daun jambu biji,
diketahui bahwa sampel terdiri dari usia 13 sampai 25 tahun, dimana secara
keseluruhan menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia antara 16 sampai
20 tahun yaitu sebanyak 16 orang, dan sampel yang berjenis kelamin perempuan
lebih banyak daripada sampel yang berjenis kelamin laki-laki.
34
35
Hasil penelitian menunjukkan kelompok A yang menggunakan air rebusan
rumput teki mendapatkan rata-rata dari 15 sample = 4,6000 hari untuk proses
penyembuhan dan kelompok B mendapatkan rata-rata = 2,9333 dari 15 sampel
untuk proses penyembuhan dari Stomatitis Aphtosa Rekuren. Ini menunjukkan
adanya pengaruh dalam pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus)
dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dalam penyembuhan
Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR).
Terdapatnya pengaruh dalam proses penyembuhan Stomatitis Aphtosa
Rekuren menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) yang hanya
rata-rata sembuh dalam 4,6 hari dikarenakan dari kandungan kimia yang terdapat
dalam rumput teki tersebut. Menurut Ekasari (2013) dari hasil penelitian diperoleh
bahwa umbi (rimpang) rumput teki ini mengandung alkaloid, glikosida jantung,
flavonoid dan minyak menguap sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi,
tergantung daerah asal tumbuhnya. Akar yang berasal dari Jepang berisi cyperol,
cyperene I & II, alfa-cyperone, cyperotundone dan cyperolone, sedangkan yang
berasal dari China berisi patchoulenone dan cyperene. Minyak essensial yang
diperoleh dari umbi rumput teki ini mengandung sedikitnya 27 senyawa yang
terdiri dari seskuiterpen, hidrokarbon, epokside, keton-keton, monoterpen dan
alifatik alkohol serta beberapa senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi. Dari
kandungan diatas yang berperan untuk penyembuhan sariawan adalah Flavonoid
yang berperan sebagai antiseptik, penutup luka, penyembuhan luka,
mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Patcholulenone sineol juga
sebagai antiseptik dan membunuh mikroorganisme. Cyperene I dan II berperan
sebagai penyegar nafas.
36
Menggunakan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) juga
ada pengaruhnya dalam proses penyembuhan stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR).
Ini dikarenakan jambu biji memilik kandungan kimia yang bisa menjadi ramuan
tradisional dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Mulai dari buah hingga
daun jambu biji bisa dijadikan ramuan tradisional untuk mengobati banyak
penyakit. Obat tradisional yang murah, mudah didapat, tapi kaya khasiat. Ramuan
tradisional memang masih digemari pada saat ini karena diyakini tubuh manusia
lebih gampang menerimaobat yang berbahan alami seperti obat tradisional
dibandingkan dengan obat modern (Marty 2012)
Menurut Suriana dan Shobarini (2013) pada daun jambu biji diketahui
mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, asam psidioklat, zat samak,
quercetin, saponin asam guajaverin, asam oleanolat dan,asam ursolat. Dari
kandungan tersebut yang berperan untuk penyembuhan sariawan atau stomatitis
aphtosa rekuren adalah flavonoid yang berfungsi sebagai antiseptik, penutup
luka, penyembuhan luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun.
Kandungan lain yang berperan adalah quercetin yang merupakan zat sejenis
flavonoid yang berperan sebagai antibakteri.
Dalam melakukan analisis data maka diperlukan uji normalitas dan
homogenitas. Pada uji normalitas disini menggunakan Shapiro-Wilk yang
diperoleh hasil untuk Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,63 untuk kelompok A yang
menggunakan air rebusan rumput teki, dan Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,70 untuk
kelompok B yang menggunakan air rebusan daun jambu biji. Dilihat dari hasil
tersebut maka penelitian ini berdistribusi normal dikarenakan Sig > 0.05. Untuk
hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test didapatkan hasil Sig.=
37
0.369 maka itu menunjukkan data homogen karena Sig. diatas 0,05. Uji ini
dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan
memiliki variansi yang sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam
hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari
perbedaan yang terjadi di dalam kelompok.
Independent-Sample T Test digunakan untuk menguji signifikansi beda
rata-rata dua kelompok. Pada hasil penelitian baik kelompok A dan kelompok B
nilai Sig.= 0,00 atau dibawah 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap selisih rata-rata waktu penyembuhan kelompok yang
menggunakan air rebusan rumput teki dan air rebusan daun jambu biji. Dan juga
pada hasil dari perbedaan interval menunjukkan 1,02565 untuk kelompok A yang
menggunakan air rebusan daun jambu biji dan 2,30768 untuk kelompok B yang
menggunakan air rebusan rumput teki yang artinya waktu penyembuhan dengan
menggunakan air rebusan rumput teki lebih lama 1-2 hari. Jadi berkumur dengan
air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif daripada
menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dalam penyembuhan
Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR).
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava ,Linn.) lebih efektif
dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR) dibandingkan
menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus).
B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan pada penelitian ini :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas
kumur air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dan air rebusan
daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam penyembuhan
stomatitis aphtosa rekuren (SAR) dengan jumlah sampel yang lebih
banyak, frekuensi pemberian yang lebih sering, serta metode atau
sediaan yang berbeda.
2. Disarankan untuk menggunakan obat-obatan tradisional, sebab
harganya lebih terjangkau dan efek samping yang ditimbulkan lebih
kecil dari obat-obatan kimia.
3. Sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung vitamin dan mineral
secukupnya agar kondisi tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai
macam penyakit.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Anas, K., Jayasre, P., Kumar, V., Kumar, M. 2008, ‘In vitro antibacterial activity
of Psidium guajava Linn. leaf extract on clinical isolates of multidrug
resistant Staphylococcus aureus, Indian J Exp Biol, vol.46, hlm. 41-46.
Anonim. 2009, Tanaman Obat Herbal-Jambu Biji Bermanfaat, [Online].
Avalaible: http://baitulherbal.com/tanaman-herbal/tanaman-obat-herbal-
jambu-biji-bermanfaat/ [Sabtu 8 Juni 2013].
Anonim. 2011, Berbagai Manfaat Si Rumput Teki Bagi Kesehatan, [Online].
Avalaible: http://kabartop.com/manfaat-rumput-teki-untuk-kesehatan [Sabtu
8 Juni 2013].
Anonim. 2013, Sariawan di mulut, [Online]. Avalaible: http://sariawan.org/ [Kamis
6 Juni 2013].
Cawson, R. A., Odell, E.W. 2008, Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine, Churcill Livingstone, Ed. Ke-8, Philadelphia.
Ekasari, W. 2011, Rumput Teki (Cyperus rotundus L), [Online]. Avalaible:
http://ff.unair.ac.id/sito/?mode=aview&aid=10 [Kamis 6 Juni 2013].
Ganesan, S. 2008, ‘Traditional oral care medicinal plants survey of Tamil Nadu’,
Natural Product Radiance, vol. 7, no. 2, hlm. 166-172.
Haikal, M. 2009, Aspek Immunologi Stomatitis Aftosa Rekuren, Disertasi,
Universitas Sumatra Utara , Medan.
Indriani, S. 2006, Aktivitas antioksidan ekstrak jambu biji (Psidium guajava L.),
J.II.Pert.Indon, vol.11, no.1, hal. 13-17.
39
40
Koen, R. 2012, Uji Efektifitas Ekstrak Rumput Teki (Cyperus rotundus) Sebagai
Permen Obat Alternatif Pereda Nyeri Sariawan, [Online]. Avalaible:
http://www.scribd.com/doc/93592369/Jurnal-uji-efektivitas [Kamis 6 Juni
2013].
Koybasi, S., Parlak, A, H., Serin, E., Yilmaz, F., Serin, D. 2006, ‘Recurrent
aphtous stomatitis : investigation of possible etiologic factors’, Elsevier Inc.,
hlm. 229-232.
Lewis, M. A. O. dan lamey, P-J., 1998, Tinjauan Klinis Penyakit Mulut, Ed. Ke-1,
Widya Medika, Jakarta.
Marty T. 2012, Khasiat Istimewa Jambu Klutuk, Dunia Sehat, Jakarta Timur
Notoatmojo, S. 2012, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Porter, S. R., Hegarty, A., Kaliakatsou, F., Hodgson, T, A., Scully, C. 2000,
‘Reccurent aphtous stomatitis’, Elsevier Science Inc., hlm. 569-578.
Rismunandar. 1987, Tanaman Jambu Biji, Ed. Ke-1, Sinar Baru, Bandung.
Riwidikdo, H. 2009, Statistik Kesehatan (Dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur
Penelitian), Rohima Press, Jakarta.
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2011, Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian
Klinis, Ed. Ke-4, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Suriana, N., Shobarini, I. 2013, Ensiklopedia Tanaman Obat, Rumah Ide. Jakarta.
Swain, N., Pathak, J., Poonja, L, S., Penkar, Y. 2012, ‘Etiological factors of
recurrent aphtous stomatitis’, J. Contempt Dent, vol. 2, no. 3, hlm. 96-100.
41
Trubus T. 2013, Herbal Indonesia Berkhasiat, vol. 10, Trubus, Jakarta Pusat.
Zain, R, B. 1999, ‘Classification,epidemiologi and aetiology of oral recurrent
aphtous ulceration / stomatitis’, Dent Univ Malaya, vol. 6, hlm. 34-37.
42
LAMPIRAN - LAMPIRAN
43
PERJANJIAN TINDAKAN MEDIS
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk diikutsertakan sebagai sampel
dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Efektivitas Air Rebusan Rumput
Teki (Cyperus rotundus) dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava,
Linn.) dalam Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)”, yang dilakukan
oleh : I Gede Nanda Pradana, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
Segala hal menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya
ikuti sesuai prosedur yang dijelaskan oleh peneliti
Denpasar
Yang Membuat Pernyatan
(….…………….………)
44
GAMBAR 1 : Rumput Teki (Cyperus rotundus)
GAMBAR 2 : Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus)
GAMBAR 3 :
GAMBAR 4
GAMBAR 3 : Pemberian Air rebusan rumput teki kepada penderita stomatitis aphtosa rekuren
: Berkumur dengan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus.
45
teki kepada
Berkumur dengan air rebusan rumput teki
46
GAMBAR 5 : Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.)
GAMBAR 6: Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.)
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR 7: Pemberian air rebusan daun jambu biji kepada penderita stomatitis aphtosa rekuren
GAMBAR 7: Berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.)
47
air rebusan daun jambu biji rekuren
air rebusan daun jambu
48
Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan rumput teki :
NO PASIEN JENIS KELAMIN
UMUR (TH) WAKTU SEMBUH
1 1 P 15 4 2 2 L 20 5 3 3 P 19 5 4 4 P 14 6 5 5 L 20 5 6 6 L 14 4 7 7 P 20 4 8 8 L 25 3 9 9 L 20 4 10 10 L 21 4 11 11 P 25 6 12 12 P 19 4 13 13 P 17 5 14 14 P 14 6 15 15 P 15 4
Waktu sembuh kelompok B diberi perlakuan dengan air rebusan daun jambu biji :
NO PASIEN JENIS KELAMIN
UMUR (TH) WAKTU SEMBUH
1 1 P 13 3 2 2 P 15 2 3 3 L 20 2 4 4 L 16 3 5 5 P 19 3 6 6 P 13 4 7 7 P 20 4 8 8 L 24 2
NO PASIEN JENIS KELAMIN
UMUR (TH) WAKTU SEMBUH
9 9 P 17 2 10 10 P 21 3 12 12 P 17 3 13 13 P 18 4 14 14 L 19 2 15 15 L 20 3
49
NPar Tests
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hari_Sembuh Air Rebusan Rumput Teki
.219 15 .052 .888 15 .063
Air Rebusan Daun Jambu Biji
.234 15 .027 .891 15 .070
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.833 1 28 .369
ANOVA
Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20.833 1 20.833 28.409 .000
Within Groups 20.533 28 .733
Total 41.367 29
50
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil Air Rebusan Ruput Teki 15 4.6000 .91026 .23503
Daun Jambu Biji 15 2.9333 .79881 .20625
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference Lower Upper
Hasil Equal variances assumed
.833 .369 5.330 28 .000 1.66667 .31269 1.02614 2.30719
Equal variances not assumed
5.330 27.536 .000 1.66667 .31269 1.02565 2.30768