uji efektivitas perbandingan bahan kompos paitan …repository.ub.ac.id/132125/1/aminah...

42
UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia), TUMBUHAN PAKU (Dryopteris filixmas), DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N TANAMAN JAGUNG PADA INCEPTISOL Oleh: AMINAH ARIFIATI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN TANAH MALANG 2017

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

i

UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia), TUMBUHAN PAKU (Dryopteris filixmas), DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N TANAMAN JAGUNG

PADA INCEPTISOL

Oleh:

AMINAH ARIFIATI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN TANAH

MALANG

2017

Page 2: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

ii

UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia), TUMBUHAN PAKU (Dryopteris filixmas), DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N TANAMAN JAGUNG

PADA INCEPTISOL

Oleh:

AMINAH ARIFIATI

MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN TANAH

MALANG

2017

Page 3: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

i

UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN

(Tithonia diversifolia), TUMBUHAN PAKU (Dryopteris filixmas), DAN

KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N TANAMAN JAGUNG

PADA INCEPTISOL

Oleh

AMINAH ARIFIATI

125040200111165

MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian Strarta Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN TANAH

MALANG

2017

Page 4: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

ii

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada perguruan tinggi manapun. Pendapat

dan karya yang tertulis didalamnya telah disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 04 Desember 2016

Aminah Arifiati

ix

Page 5: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Tanggal Persetujuan : …………………………

ix

Page 6: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Tanggal Lulus :

ix

Page 7: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini menjawab pertanyaan “5W1H” Bapak Ahmed Sucipto dan Ibu Sugiyanti

Sucipto. Keluarga besar Kikek Suwarno dan Ninek Djumirah serta Keluarga Besar

Kakung Sutrisno dan Uti Runtah.

Skripsi ini juga dipersembahkan untuk “dulur-dulur 12lios Brawijaya” dan soiler

UB, serta rekan yang pernah berjuang bersama.

ix

Page 8: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

vi

RINGKASAN

Aminah Arifiati. 125040200111165. Uji Efektivitas Perbandingan Bahan

Kompos Paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas),

dan Kotoran Kambing terhadap Serapan N Tanaman Jagung pada Inceptisol.

Di bawah bimbingan Syekhfani dan Yulia Nuraini.

Inceptisol ialah salah satu jenis tanah baru berkembang yang tersebar luas

di Indonesia, dengan kandungan hara N yang relatif rendah. Nitrogen merupakan

unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar. Penambahan unsur

hara N pada inceptisol diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang optimal.

Peningkatan kandungan unsur hara dalam pemanfaatan inceptisol sebagai lahan

pertanian perlu dilakukan. Kompos merupakan bahan organik yang didekomposisi

oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan tanaman. Bahan dasar

pembuatan kompos mempengaruhi kandungan unsur hara pada kompos. Tiga

bahan dasar pembuatan kompos yang dipilih sebagai yaitu: 1) Paitan (Tithonia

diversifolia), memiliki kandungan N 3,1–5,5%. 2) Tumbuhan Paku (Dryopteris

filixmas) memiliki kandungan N 3-4%. 3) Kotoran kambing (Capra aegagrus

hircus) memiliki kandungan N 1,15%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1)

Mengetahui kandungan N pada perbedaan perbandingan komposisi bahan kompos

Tithonia diversifolia, Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas) dan kotoran kambing.

2) Mengetahui efektifitas serapan N tanaman jagung pada perbedaan komposisi

bahan dan dosis pemberian kompos di tanah Inceptisol. Hipotesis dari penelitian ini

adalah: 1) Perbedaan komposisi bahan paitan (Tithonia diversifolia), tumbuhan

paku (Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing menghasilkan perbedaan

kandungan N pada kompos. 2) Perbandingan komposisi bahan paitan (Tithonia

diversifolia), tumbuhan paku (Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing

memberikan pengaruh terhadap serapan N tanaman jagung.

Penelitian ini dilakukan di UPT Kompos Universitas Brawijaya, Rumah

Kaca Universitas Widya Gama dan Laboratorium Kimia Universitas Brawijaya

Malang pada April – November 2016 menggunakan Rancangan Acak Lengkap

dengan 5 perlakuan (K0, Kontrol; K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-

pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3); K2 (2:3:1); K3 (3:1:2); dan K4 (1:1:1) diulang

sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan pada 15, 30, 45, dan 60 HST dengan

parameter pengamatan Kandungan N total dan Serapan N serta pertumbuhan

tanaman jagung (Bisi-2). Analisis data hasil pengamatan dilakukan menggunakan

Ms Excel dan GENSTAT dengan analisis Anova satu arah dan uji lanjut BNT 5%.

Pengaruh ketersediaan hara N kompos pada tanah dan serapan tanaman

terlihat pada pertumbuhan tanaman dan analisis setelah panen. Kandungan N total

kompos tertinggi pada komposisi bahan paitan (Tithonia diversifolia), tumbuhan

paku (Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing dengan perbandingan 1:2:3 (K1)

dengan N total sebesar 2,99%. Komposisi bahan dengan perbandingan 3:1:2 (K3)

tidak menghasilkan kandungan N total yang tertinggi pada kompos, dengan nilai

sebesar 1,55%, namun aplikasi pupuk kompos K3 menunjukan pengaruh tertinggi

terhadap N-total tanah awal dan akhir sebesar 0,27% pada 0 HST dan 0,31% pada

60 HST bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya (K0, K1, K2 dan K4). Kompos

K3 juga memberikan pengaruh paling baik terhadap serapan N dengan nilai serapan

12,9 g tanaman-1. Perlakuan pupuk kompos K3 juga berpengaruh terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman dan kandungan C-Organik pada analisis awal maupun

akhir.

i

ix

Page 9: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

vii

SUMMARY

Aminah Arifiati. 125040200111165. The Comparative Compost Material

Effectiveness Test of Paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku

(Dryopteris filixmas), and goat dung on N Uptake of Maize in Inceptisol.

Supervised by Syekhfani and Yulia Nuraini.

Inceptisol is one of new developing land which is widespread in Indonesia,

with the content of N is relatively low. Nitrogen is the nutrient required by plants

in large amounts. The addition of N on Inceptisol nutrients required for optimal

plant growth. An increase in the utilization of the nutrient content Inceptisol as

agricultural land needs to be done. Compost is organic material which is

decomposed by microorganisms decomposing, so it can be utilized by plants. The

manufacture of compost affect the nutrient compost content. Three basic

composting material selected are: 1) Paitan (Tithonia diversifolia), contains N 3.1

to 5.5%. 2) Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas) has N content of 3-4%. 3) Goat

Manure (Capra aegagrus hircus) contains N 1.15%. The purpose of this study are

for: 1) Determine the N content in compost material composition ratio difference

Tithonia diversifolia, Plant Paku and Goat Manure. 2) Determine the effectiveness

of N uptake of maize on the difference in the material composition and the dosage

of compost in the soil Inceptisol. The hypothesis of this study are: 1) The difference

in the material composition paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku

(Dryopteris filixmas), and goat manure N content produces differences in the

compost. 2) Comparison of the material composition paitan (Tithonia diversifolia),

ferns (Dryopteris filixmas), and goat dung to give effect to the corn crop N uptake.

This research was in Brawijaya University Compost Unit, Greenhouse

University of Widya Gama and Chemical Laboratory of Brawijaya University in

April - November 2016 using a completely randomized design with 5 treatments

(K0, control; K1 (Compost comparison Tithonia, Tumbuhan Paku and Goat

Manure 1 : 2: 3); K2 (2: 3: 1); K3 (3: 1: 2) and K4 (1: 1: 1) repeated 3 times. The

observations were performed in 15, 30, 45, and 60 HST with total N content and N

uptake and growth of maize (Bisi-2) parameters. Analysis of the observed data do

by using MS Excel and GENSTAT with one way Anova analysis and further test

BNT 5%.

Effect of nutrient availability in the soil and compost N plant uptake seen in

the growth of plants and the analysis after harvest. The highest total N content of

compost on the composition of paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku

(Dryopteris filixmas), and Goat Manure in the ratio 1: 2: 3 (K1) with N total of

2.99%. The composition of the material with a ratio of 3: 1: 2 (K3) did not produce

the highest total N content in compost, with a value of 1.55%, but the application

of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end at 0.27

HST at 0% and 0.31% at 60 HST when compared to other treatments (K0, K1, K2

and K4). Compost K3 also provides the most excellent effect on N uptake by plant

uptake value of 12.9 g-1. Treatment compost K3 also affect the growth of plants

and high C-Organic content in analytical beginning nor end.

ii

ix

Page 10: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang hingga kini masih

senentiasa memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Uji Efektivitas Perbandingan Bahan Kompos Paitan (Tithonia

diversifolia), Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas), dan Kotoran Kambing

terhadap Serapan N Tanaman Jagung pada Inceptisol”. Selesainya skripsi ini tidak

terlepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan tenaga,

pemikiran yang strategis maupun do’a kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Pembimbing Akademik, Bapak Prof. Dr. Ir. Syekhfani, MS. dan Ibu Dr. Ir. Yulia

Nuraini, MS., atas bimbingan dan kesabaran dalam memberi arahan dan nasehat

kepada penulis. Segenap dosen atas ilmu dan bimbingannya serta seluruh karyawan

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya atas bantuan dan fasilitas

yang diberikan. Bapak Achmed Sucipto dan Ibu Sugiyanti selaku sosok yang telah

memberi dukungan do’a, materi serta semangat untuk menyelesaikan studi dan

semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan dukungan

bagi penulis.

Penulis berharap skripsi ini memiliki manfaat untuk banyak pihak. Penulis

juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik serta saran yang membangun penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan dikemudian hari.

Malang, 04 Desember 2016

Aminah Arifiati

iii

ix

Page 11: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan seorang anak tunggal yang dilahirkan di Bumiharjo,

Lampung, 04 Februari 1994 dari pasangan Bapak Ahmed Sucipto dan Ibu Sugiyanti

Sucipto. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PERTIWI

III Sumberejo-Lampung pada tahun 2000, pendidikan sekolah dasar di SD N II

Bumiharjo-Lampung pada tahun 2006, sekolah menengah pertama di SMP N II

Kota Metro-Lampung pada tahun 2009 dan sekolah menengah atas di SMA

KRISTEN 1 Kota Metro-Lampung pada tahun 2012. Penulis lalu melanjutkan

jenjang pendidikan di Universitas Brawijaya Malang, Program studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian pada tahun 2012.

Selama menempuh pendidikan, penulis aktif pada kegiatan keorganisasian

universitas, fakultas, dan kepanitiaan. Pada tahun 2012 penulis menjadi staf PSDM

di Eksekutif Mahasiswa. Penulis aktif sebagai volunteer Brawijaya Mengajar

(SOBAT MENGABDI I) pada tahun 2014. Dan menjabat sebagai Pengurus HMIT

divisi PSDM departemen LITBANG (Penelitian dan Pengembangan) pada 2015.

Kepanitiaan yang pernah diikuti penulis antara lain Pendamping pada kegiatan

RANTAI 2013, koordinator divisi Acara pada Kemah Brawijaya Mengajar

(Tawangsari) 2014, anggota divisi Acara pada: -kegiatan akademik GALIFU

(geomorfologi, analisa lansekap dan intrepetasi foto udara) 2015 -CARNIVAL

Brawijaya 2014, -PASCA GATRAKSI 2015, koordinator Humas pada SLASH

2015, Ketua Pelaksana Olimpiade Ilmu Tanah 2015, Liaison Officer (LO) pada

kegiatan Pertemuan Nasional Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu

Tanah (FOKUSHIMITI) ke XIV 2015, sukarela pada kegiatan GATRAKSI 2015

dan 2016. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum dan perkumpulan Sekolah

Peradaban serta organisasi daerah.

iv

ix

Page 12: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

x

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .. ...................................................................................................... i

SUMMARY ..... ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL.. ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3. Tujuan ......................................................................................................... 3

1.4. Hipotesis ...................................................................................................... 3

1.5. Manfaat ....................................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandungan N Paitan (Tithonia diversifolia) ............................................... 4

2.2. Kandungan N Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas) ................................ 4

2.3. Kandungan N Kotoran Kambing (Copra aegagrus hircus) ........................ 5

2.4. Tanaman Jagung.......................................................................................... 5

2.5. Nitrogen....................................................................................................... 6

2.6. Inceptisol ..................................................................................................... 6

2.7. Kompos ....................................................................................................... 7

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 8

3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................ 8

3.3. Rancangan Penelitian .................................................................................. 9

3.4. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 9

3.5. Pengamatan Penelitian .............................................................................. 11

3.6. Analisis Data ............................................................................................. 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Pupuk Kompos ............................................................................ 13

4.2. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Sifat Kimia Tanah .............. 14

4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Tanaman Jagung........................................................................................ 17

4.4. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Serapan N Tanaman Jagung20

4.5. Pengaruh Aplikasi pupuk Kompos dengan Perbedaan Perbandingan Bahan

terhadap Serapan N dan Pertumbuhan Tanaman Jagung .......................... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 22

5.2. Saran .......................................................................................................... 22

v

ix

Page 13: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

xi

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

LAMPIRAN ......................................................................................................... 27

vi

ix

Page 14: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Pengaruh Aplikasi Perlakuan Pupuk Kompos terhadap Serapan N Tanaman

Jagung ............................................................................................................... 20

vii

ix

Page 15: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Alat dan Bahan .................................................................................................. 8

2. Perbandingan Bahan Pembuatan Kompos ........................................................ 9

3. Perlakuan Penelitian .......................................................................................... 9

4. Parameter Pengamatan .................................................................................... 11

5. Hasil Analisis Pupuk Kompos ........................................................................ 13

6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap pH Tanah .................................. 15

7. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap C-Organik Tanah ..................... 16

8. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap N-total Tanah ........................... 17

9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Tinggi Tanaman Jagung ........... 17

10. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Jumlah Daun Tanaman Jagung..18

11. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering

Tanaman .......................................................................................................... 19

viii

ix

Page 16: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Analisa Dasar Tanah ....................................................................................... 27

2. Analisa Dasar Bahan Kompos ........................................................................ 27

3. Kriteria Unsur Hara Berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2005) ................... 28

4 Persyaratan teknis Minimal Kompos Berdasarkan PERMENTAN (2011) .... 29

5. Denah Percobaan ............................................................................................. 30

6. Perhitungan Pupuk Kompos ............................................................................ 31

7. Perhitungan Dosis Pupuk Dasar Tanaman Jagung (SP36 dan KCl) ................ 32

8. Perhitungan Kebutuhan Air Kapasitas Lapang tiap Polybag .......................... 32

9. Deskripsi Varietas Bisi .................................................................................... 33

10. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Variabel Pengamatan ............ 34

11. Uji Korelasi ..................................................................................................... 37

12. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 38

ix

ix

Page 17: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Inceptisol adalah salah satu jenis tanah baru berkembang yang tersebar luas

di Indonesia, dengan total sekitar 37,5% dari wilayah Indonesia. Jenis tanah ini

memiliki kandungan hara yang relatif rendah dengan kapasitas tukar kation (KTK)

relatif sedang sampai tinggi, kandungan hara N dan K yang rendah, serta kejenuhan

basa (KB) rendah sampai tinggi (Damanik et al., 2011). Nitrogen merupakan unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar (Brady and Weil,

2002). Dalam penelitian Nursyamsi dan Suprihati (2005), menyatakan bahwa

kebutuhan pupuk N pada Inceptisol lebih tinggi. Jenis tanah Inceptisol yang

digunakan sebagai lahan budidaya memerlukan penambahan unsur hara N untuk

pertumbuhan tanaman dengan hasil yang optimal. Setyorini, Saraswati dan Anwar,

2007 menyatakan bahwa perlu peningkatan kandungan unsur hara dalam

pemanfaatan inceptisol sebagai lahan pertanian. Pemberian pupuk anorganik secara

terus menerus pada lahan budidaya kini dirasa kurang baik bagi tanah, oleh karena

itu alternatif pemberian pupuk organik kompos diharapkan mampu meminimalisir

kerusakan pada tanah, selain itu pupuk kompos juga mampu memperbaiki sifat

kimia dan fisika tanah dan menyediakan kandungan hara.

Kompos merupakan bahan organik yang telah didekomposisi oleh

mikroorganisme pengurai, sehingga bahan organik yang belum dapat terurai secara

sempurna atau terurai dengan waktu yang lama dapat dimanfaatkan. Bahan

pembuatan kompos dapat mempengaruhi kandungan unsur hara pada kompos.

Dalam penelitian ini, tiga bahan yang dipilih sebagai alternatif pembuatan kompos

yaitu: Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku (Dryopteris

filixmas), dan Kotoran Kambing (Copra aegagrus hircus).

Paitan (Tithonia diversifolia), adalah salah satu jenis gulma tahunan yang

tumbuh subur di pinggir jalan. Paitan memiliki kandungan N berkisar antara 3,1–

5,5%. Paitan dapat diperbanyak melalui biji, stek batang atau tunas, dan dapat

dipangkas setiap tahun tanpa harus menanam kembali (Agustian dan Lusi, 2012).

Tumbuhan Paku jenis (Dryopteris filixmas) belum pernah digunakan sebagai bahan

pembuatan kompos, namun berdasarkan penelitian Novasari (2011), tumbuhan

paku sayur jenis P. irregularis memiliki kandungan No3- yang tergolong tinggi.

Page 18: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

2

Kotoran kambing memiliki kandungan N sebesar 1,15% (Bintoro et al., 2008). Dari

ketiga bahan pembuatan kompos, tumbuhan paku (Dryopteris filixmas) belum

pernah digunakan sebagai bahan pembuatan kompos, sehingga belum diketahui

kandungan hara N di dalam hasil kompos. Berbeda dengan tumbuhan paku-pakuan

jenis Azolla sp. yang sering digunakan sebagai pupuk hijau.

Pembuatan kompos dengan bahan yang memiliki kandungan N yang cukup

tinggi, diharapkan mampu menyediakan kandungan hara bagi tanaman saat

diaplikasikan pada tanah Inceptisol. Kompos yang telah dibuat kemudian

diaplikasikan pada tanaman jagung. Dasar pemilihan tanaman jagung adalah respon

yang cukup cepat terhadap kandungan unsur hara yang ada pada medianya (Bakhri,

2007). Oleh karena itu, penelitian mengenai perbandingan bahan kompos paitan

(Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas), dan kotoran

kambing, dilakukan guna mengetahui kandungan N yang paling tinggi pada empat

perbandingan komposisi bahan pembuatan kompos pada tanaman jagung dan juga

mengetahui efektifitas serapan N Tanaman jagung terhadap kandungan hara

kompos pada jenis tanah inceptisol. Penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat

bagi masyarakat yang bercocok tanam khususnya pada jenis tanah Inceptisol.

1.2. Rumusan Masalah

Tanaman paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku (Dryopteris

filixmas) dan Kotoran Kambing (Capra aegagrus hircus) memiliki kandungan N

yang cukup untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk kompos.

Dengan demikian penulis merumuskan:

1. Berapa besar kandungan hara N pada perbedaan perbandingan komposisi

bahan kompos?

2. Berapa besar efektifitas pupuk kompos mempengaruhi pertumbuhan dan

serapan N tanaman jagung pada tanah Inceptisol?

Page 19: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

3

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hasil analisis kandungan N pada perbedaan perbandingan

komposisi bahan kompos Tithonia diversifolia, Tumbuhan Paku (Dryopteris

filixmas) dan kotoran kambing.

2. Mengetahui efektifitas serapan N tanaman jagung pada perbedaan komposisi

bahan dan dosis pemberian kompos di tanah Inceptisol.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Perbedaan komposisi bahan paitan (Tithonia diversifolia), tumbuhan paku

(Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing menghasilkan perbedaan

kandungan N pada kompos.

2. Perbandingan komposisi bahan paitan (Tithonia diversifolia), tumbuhan paku

(Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing memberikan pengaruh terhadap

serapan N tanaman jagung.

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai alternatif

pemberian unsur hara N pada tanaman jagung dengan pemupukan

menggunakan kompos dengan bahan paitan (Tithonia diversifolia), tumbuhan

paku (Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing pada jenis tanah Inceptisol.

2. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai hasil terbaik perbandingan komposisi kompos paitan (Tithonia

diversifolia), tumbuhan paku (Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing pada

tanah inceptisol.

Page 20: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandungan N Paitan (Tithonia diversifolia)

Tithonia diversifolia merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada

ketinggian 0-1000 m dpl. Pada umumnya tumbuh di tepi sungai, jurang, jalan, di

sekitar kebun petani atau pada tanah yang terbuka (Supriyadi, Utami dan Hairiah,

2002). Tumbuhan yang dikenal sebagai bunga matahari Meksiko ini juga berpotensi

sebagai pupuk hijau dengan kandungan hara yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5 –

4,0% N, 0,35 – 0,38% P, 3,5 – 4,1% K, dan 0,59% Ca, serta 0,27% Mg (Rutunga

et al., 1999 dalam Sanchez and Jama, 2000). Menurut Hartatik (2007), Tithonia

diversifolia mengandung sumber hara dengan kandungan 3,50% N, 0,37% P, dan

4,10% K, sedangkan menurut Bintoro et al. (2008), Tithonia diversifolia memiliki

kandungan 3,59% N, 0.34% P, dan 2,29% K.

2.2. Kandungan N Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas)

Tumbuhan paku-pakuan termasuk ke dalam golongan besar divisi

Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), dengan pemahaman bahwa

paku-pakuan merupakan tumbuhan yang memiliki bentuk daun menyerupai bulu

burung (Rudiyarti, 2012: 24). Tumbuhan paku dapat hidup pada suhu lembab dan

kering, sehingga tidak jarang dijumpai pada banyak tempat di berbagai kondisi

(Rudiyarti, 2012: 17). Tumbuhan paku-pakuan juga sering ditemukan sebagai

tumbuhan epifit pada tanaman kelapa sawit. Epifit merupakan tumbuhan yang

hidup dengan menempel dan tumbuh pada tumbuhan lain akan tetapi tidak

menimbulkan kerugian bagi tumbuhan penopang (Kusumaningrum, 2008).

Berdasarkan penelitian Novasari (2011), tumbuhan paku sayur jenis P.

irregularis memiliki kandungan No3- pada kisaran nilai 38,08 – 36,81 mg 100-1 mg.

Nilai ini tergolong ke dalam nilai yang tinggi, tidak menutup kemungkinan

bahwasanya kandungan tumbuhan paku (Dryopteris filixmas) ini dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos dengan kandungan No3- atau

kandungan (N) yang tidak jauh berbeda dengan jenis tumbuhan paku P. irregularis.

Dari hasil analisis, bahan paku-pakuan (Pteridophyta filixmas) memiliki kandungan

N sebesar 3,33%. Nilai N yang terkandung di dalam nya tergolong cukup besar bila

dimanfaatkan sebagai bahan kompos.

Page 21: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

5

2.3. Kandungan N Kotoran Kambing (Capra aegagrus hircus)

Kotoran kambing memiliki tekstur yang cukup khas karena berbentuk

butiran-bituran yang cukup sulit terpecah secara fisik, sehingga cukup

mempengaruhi proses dekomposisi dan penyediaan unsur hara. Nilai C/N rasio

pada pupuk kandang kambing berada pada nilai diatas 30, dimana C/N rasio yang

cukup baik berada pada kisaran nilai 20 (Widowati et al. 2005). Upaya pemecahan

fisik untuk penyediaan unsur hara yang terdapat pada kotoran kambing dilakukan

dengan proses pengomposan (fermentasi) dengan tujuan mempercepat

dekomposisi.

Kotoran kambing memiliki kandungan 1,15% N, 0,47% P, dan 1,46% K

(Bintoro et al., 2008). Menurut Lingga (1991), kandungan hara pada kotoran

kambing senilai 0,7% N, 0,4% P2O5, 0,25% K2O, sedangkan menurut Afiandi

(2008), kotoran kambing memiliki kandungan 0,60% N, 0,30% P, 0,17% K, dan

60% air. Balittanah (2010), menyatakan menyatakan bahwa kandungan hara

kotoran kambing 1,41% N, 1,97% P, dan 0,75% K serta C/N rasio senilai 32,98%.

Dari keempat sumber yang ada, diketahui bahwa kandungan N dari kotoran

kambing berada pada rentang nilai 0,60% - 1,41%, berdasarkan Hardjowigeno

(1995), kandungan unsur hara N tinggi sampai sangat tinggi berada pada nilai

0,51% - 0,75%, sehingga diharapkan kotoran kambing mampu menyediakan unsur

hara N pada kompos yang dibuat.

2.4. Tanaman Jagung (Zea mays)

Tanaman jagung merupakan tanaman pangan yang dapat digunakan sebagai

parameter pengamatan dalam penelitian, hal ini dikarenakan tanaman jagung dapat

mengekspresikan kekurangan unsur hara secara jelas jika dibandingkan dengan

tanaman lain. Tanaman jagung (Zea mays L.) berasal dari benua Amerika yang

secara taknonomi diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, kelas

Monocotiledoneae, ordo Graminae, famili Graminaceae, genus Zea, dan spesies

Zea mays (Kholis, 2006).

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai

kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang

khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung.

Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil yang baik.

Page 22: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

6

Jagung dapat tumbuh pada daerah yang terletak antara 50° LU - 40° LS pada

ketinggian 0-1800 mdpl, jagung yang dibudidayakan pada ketinggian di bawah 800

mdpl memiliki hasil maksimal (AAK, 2006). Tanaman jagung tumbuh secara

optimal pada suhu antara 21°C - 30°C dan untuk jagung hibrida, suhu optimum

pada 23°C - 27°C. Jagung merupakan tumbuhan yang membutuhkan air yang cukup

banyak. Curah hujan normal pada tanaman jagung berkisar 250 mm tahun-1 sampai

2000 mm/tahun dengan iklim sedang hingga daerah subtropis/tropis basah.

Kemasaman tanah (pH) optimal untuk tanaman jagung hibrida adalah 5,5-70

(Warisno, 2007).

2.5. Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam

jumlah yang besar (Brady and Weil, 2002). Di dalam tanah umumnya berbentuk

NH4+ atau NO3

- hal ini bergantung pada sifat tanah dan jenis tahapan dalam

pertumbuhan tanaman. Pada pengolahan tanah yang baik, N diserap oleh tanaman

dalam bentuk ion nitrat (NO3-) sebab telah terjadi perubahan (NH4

+ menjadi NO3-)

sedangkan pada tanah tergenang tanaman cenderung menyerap NH4+ (Havlin et al.,

2005). Unsur hara N dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan N

oleh mikroorganisme dari udara, pupuk, dan air hujan (Hardjowigeno, 2003).

Nitrogen pada tanaman memiliki peran sebagai penentu warna hijau pada daun, N

juga berperan sebagai regulator dalam pengaplikasian unsur K (kalium), P (fosfor),

dan beberapa unsur hara lainnya yang memiliki peran dalam proses fotosintesis

(Syekhfani, 1997).

Nitrogen dalam tanah juga mamiliki banyak peranan penting, Sutejo

(2002) menyatakan bahwa, nitrogen yang diserap oleh tanaman mampu: 1)

meningkatkan pertumbuhan tanaman, 2) menyehatkan pertumbuhan daun dengan

warna yang lebih hijau, 3) meningkatkan protein dalam tubuh tanaman, dan 4)

meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.

2.6. Inceptisol

Ordo Inceptisol merupakan salah satu jenis tanah yang belum mengalami

perkembangan secara lanjut, ketebalan solum antara 1,5-10 m diatas bahan induk,

pH 4,5-6,5 dan bila mengalami perkembangan lebih lanjut maka pH akan berada

pada nilai kurang dari 5,0 dimana kejenuhan basa berada pada kisaran rendah

Page 23: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

7

sampai sedang. Umumnya Inceptisol memiliki tekstur liat dengan struktur remah

dan konsistensi gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia tanah Inceptisol

relatif rendah sehingga perlu dilakukan pengupayaan peningkatan kesuburan tanah

(Sudirja, 2007).

Menurut Puslittanah (2000), kandungan N lapisan atas pada tanah Inceptisol

selalu lebih tinggi dari lapisan bawah, dengan rasio C/N tergolong rendah (5-10)

sampai sedang (10-28). Dalam penelitian Nursyamsi dan Suprihati (2005)

menyatakan bahwa kebutuhan pupuk N pada Inceptisol lebih tinggi jika

dibandingkan dengan Andisol dan Oxisol. Hal ini membuktikan bahwasanya jenis

tanah Inceptisol masih tergolong memiliki kesuburan hara yang rendah dan perlu

adanya peningkatan unsur hara, sehingga tanah dapat dimanfaatkan sebagai lahan

budidaya. Pemberian pupuk pada jenis tanah inceptisol diharapkan mampu

menyediakan kandungan hara bagi tanaman. Rendahnya kesuburan tanah Inceptisol

juga disampaikan oleh Abdurachman, Dariah, dan Mulyani (2008), yang

menyatakan bahwa umumnya lahan kering Inceptosol memiliki tingkat kesuburan

tanah yang rendah, sehingga memerlukan pemupukan untuk hasil yang optimal.

2.7. Kompos

Kompos merupakan bahan organik yang didekomposisi oleh

mikroorganisme pengurai, sehingga bahan organik yang belum dapat terurai secara

sempurna atau terurai dengan waktu yang lama dapat dimanfaatkan. Kompos

mengandung mineral-mineral esensial bagi tanaman. Disisi lain, kompos mampu

memperbaiki sifat fisik tanah dengan memperbaiki struktur tanah yang semula

padat menjadi gembur. Perbaikan struktur tanah akan mempengaruhi aerasi

sehingga proses fisiologi pada akar akan lancar dan agregat tanah menjadi lebih

remah. Kompos mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomisetes, bakteri, dan

alga). Penambahan kompos ke dalam tanah tentunya menambah jumlah

mikroorganisme pada tanah (Setyorini et al., 2007).

Sutanto (2002), mengemukakan bahwa bahan organik tidak dapat

digunakan secara langsung oleh tanaman karena perbandingan kandungan C/N

dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah. Pengomposan diperlukan

untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah dan

dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Page 24: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

8

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi yaitu pada UPT Kompos Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya dan Rumah Kaca Universitas Widya Gama, serta

Laboratorium Kimia Universitas Brawijaya Malang. Pembuatan kompos dilakukan

pada bulan April s-d Juni 2016, sedangkan penanaman dilakukan pada Akhir

Agustus-November 2016. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang. Selanjutnya analisis tanah dan pupuk dilakukan di laboraturium

Kimia Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

3.2. Alat dan Bahan

Berikut merupakan tabel alat dan bahan yang digunakan pada penelitian.

Tabel 1. Alat dan Bahan

Jenis kegiatan Alat Bahan

Pembuatan Kompos - Timbangan - Tumbuhan Tithonia diversifolia

- Sabit - Tumbuhan Paku (pteridophyta)

- Terpal/penutup - Kotoran kambing

- Thermometer - Em4

- Pen OHP/Label - Molase

- Sekop - Air

- Mesin pencacah

Penanaman - Polybag - Tanah Inceptisol

- Timbangan - Benih Jagung Hibrida Varietas

Bisi-2

- Sekop/cetok - Kompos yang telah dibuat

- Label - Pupuk SP dan KCl

Pengamatan - Meteran/penggaris - Air

- Kamera

- Alat tulis

- Plastik

- Amplop

Analisis Lab - Peralatan Analisis

tanah dasar dan N

- Bahan Analisis tanah dasar dan

analisis N

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan kombinasi

dari 5 perlakuan (t) dan 3 kali ulangan (r). Perbandingan bahan pembuatan kompos

dan kombinasi 5 perlakuan disajikan dalam table 2 dan tebel 3.

Page 25: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

9

Tabel 2 Perbandingan bahan pembuatan kompos.

Kode Kompos

Bahan Kompos

Paitan

(Tithonia diversifolia)

Tumbuhan Paku

(Dryopteris filixmas)

Kotoran Kambing

K1 5 kg (1) 10 kg (2) 15 kg (3)

K2 10 kg (2) 15 kg (3) 5 kg (1)

K3 15 kg (3) 5 kg (1) 10 kg (2)

K4 10 kg (1) 10 kg (1) 10 kg (1)

Tabel 3. Perlakuan Penelitian

No Kode Perlakuan

1 K0 Tanah tanpa kompos (Kontrol)

2 K1 Tanah + K1 (171 g polybag-1)

3 K2 Tanah + K2 (326 g polybag-1)

4 K3 Tanah + K3 (330 g polybag-1)

5 K4 Tanah + K4 (328 g polybag-1)

Keterangan : Pemberian Kompos K1-K4 setara dengan kebutuhan N tanaman jagung berdasarkan

hasil analisa N tanah dan pupuk untuk memenuhi kebutuhan N jagung setara dengan 350 kg ha-1

(PTT Bandung, 2015)

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pengambilan Tanah sebagai Media Tanam

Penelitian ini menggunakan tanah Inceptisol dari Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang. Tanah diambil pada beberapa titik pada kedalaman 0-20 cm

(lapisan olah) karena pada kedalaman tersebut ketersediaan unsur hara bagi

tanaman masih tersedia, kemudian tanah dikompositkan. Tanah yang telah diambil

dari lahan lalu dikering udarakan serta dihaluskan dan diayak lolos ayakan 2 mm

selanjutnya dimasukan ke dalam polybag sebanyak 10 kg per polybag. Sebelum

dilakukan pengaplikasian kompos, terlebih dahulu dilakukan analisis dasar pada

tanah untuk mengukur kebutuhan kompos tanaman jagung (varietas Bisi-2) per

polybag (Tabel 4).

3.4.2. Pembuatan Pupuk Kompos Paitan (Tithonia diversifolia), Tumbuhan Paku

(Dryopteris filixmas), dan Kotoran Kambing

Pembuatan kompos dilakukan dengan empat perbandingan berat dari tiga

bahan kompos yang berbeda (Tabel 2). Pada kompos K1 bahan kering dari paitan

(Tithonia diversifolia) seberat 5 kg, tumbuhan paku (Pteridophyta filixmas) seberat

10 kg, dan kotoran kambing seberat 15 kg. Kompos K2 bahan kering Tumbuhan

paitan (Tithonia diversifolia) seberat 10 kg, tumbuhan paku (Pteridophyta filixmas)

seberat 15 kg, dan kotoran kambing seberat 5 kg. Pada kompos K3, bahan kering

Page 26: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

10

Tumbuhan paitan (Tithonia diversifolia) seberat 15 kg, tumbuhan paku

(pteridophyta) seberat 5 kg, dan kotoran kambing seberat 10 kg, dan pada kompos

K4 bahan kring Tumbuhan paitan (Tithonia diversifolia) seberat 10 kg, tumbuhan

paku (pteridophyta) seberat 10 kg, dan kotoran kambing seberat 10 kg.

Bahan dari masing-masing jenis kompos dicacah (diselep) dan ditimbang

berdasarkan perbandingan (Tabel 2) lalu dicampurkan secara merata. Selanjutnya

menyiapkan larutan EM4 dengan konsentrasi 5 ml liter-1 air pada setiap pembuatan

kompos. Penggunaan EM4 dalam proses pengomposan ditujukan untuk

mengoptimalkan proses fermentasi dan dekomposisi bahan kompos. Larutan EM4

disiramkan secara merata pada bahan yang telah dicampur (sampai kandungan air

sekitar 30%). Setelah itu, masing-masing campuran kompos dimasukan kedalam

kotak dan ditutup dengan goni/karung. Selama proses terjadi kenaikan suhu hingga

> 50°C hal ini terjadi akibat adanya aktifitas mikroorganisme, namun setelah 4-5

hari suhu berkisar antara 40°C-50°C dan diupayakan suhu tetap berada pada suhu

ini. Bila suhu bahan melebihi 50°C, maka karung penutup dibuka, bahan kompos

dibolak-balik dan selanjutnya gundukan ditutup kembali. Selama proses

pengomposan, dilakukan pembalikan seminggu sekali agar proses dekomposisi

merata. Kompos yang sudah matang dengan ciri warna menjadi coklat kehitaman,

tidak berbau. Sebelum diaplikasikan ke tanah, kompos perlu di analisa kandungan

haranya (Tabel 4).

3.4.3. Pemberian Pupuk dan Penanaman

Setelah tanah yang telah dicampur kompos sebagai tempat media tanam

siap, maka benih jagung ditanam sebanyak 3 benih per polybag. Pada 7 HST

diperlukan penjarangan hingga hanya terdapat 1 tanaman per polybag. Pemupukan

dilakukan dengan dosis rekomendasi untuk tanaman jagung varietas Bisi-2 yaitu,

KCl 100 kg ha-1 dan SP36 150 kg ha-1. Pupuk dasar KCl dan SP36 diberikan sekali

pada saat sebelum tanam dengan cara dihomogenkan dengan tanah sebelum

dimasukan ke dalam polybag. Sedangkan pupuk kompos buatan diberikan pada

awal penanaman yang juga dikompsitkan dengan dasar acuan bahwa ketersediaan

unsur hara N pada kompos tidak mudah menguap ataupun hilang dalam media

tanam, selain itu pada fase ini tumbuhan jagung sedang membutuhkan unsur hara

yang cukup besar untuk pertumbuhan vegetatif awal.

Page 27: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

11

3.4.4. Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman dilakukan untuk menjaga kapasitas lapang. Kapasitas lapang

dihitung dengan perhitungan pF pada jenis tanah inceptisol. Penyiraman dilakukan

dengan menggunakan gembor sesuai dengan hasil perhitungan pF 2 (lampiran 8)

dan kebutuhan air tanaman jagung. Pemberantasan gulma dilakukan secara mekanis

dengan penyiangan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga tanaman untuk bahan

analisis dan akurasi data.

3.5. Pengamatan Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanah, kompos dan tanaman. Pada tanah

dilakukan analisis awal dan akhir, pada pupuk dilakukan analisis awal, pada

tanaman dilakukan pengamatan non-destruktif serta destruktif (perusakan

tanaman). Parameter non-destruktif dilakukan dengan mengamati jumlah daun

serta tinggi tanaman dengan interval 15 hari (15, 30, 45 dan 60 HST). Sedangkan

parameter destruktif dilakukan dengan menimbang berat basah tanaman, berat

kering tanaman, dan analisis serapan N pasca penimbangan berat kering saat panen

(60 HST).

Tabel 4. Parameter Pengamatan

Sampel Jenis Analisis Metode Analisis Waktu Pengamatan

Tanah

pH Glass Elektrode Analisa dasar, 0 HST

dan 60 HST

C Organik Walkey and Black Analisa dasar, 0 HST

dan 60 HST

N total Kjeldahl Analisa dasar, 0 HST

dan 60 HST

N tersedia

(NH4+/NO3

-)

Kjeldahl/Devarda alloy Analisa dasar, 0 HST

KTK NH4OAC Analisa dasar

P tersedia Bray/Olsen Analisa dasar

K tersedia NH4OAC Analisa dasar

Berat Isi Ring Gravimetrik Analisa dasar

Kadar Air pF 2,5 Analisa dasar

Pupuk

pH Glass Elektrode Analisa dasar

Kadar Air Pengukuran Analisa dasar

C Organik Walkey + Black Analisa dasar

N total Kjeldahl Analisa dasar

N tersedia

(NH4+/NO3

-)

Kjeldahl/Devarda Alloy Analisa dasar

C/N Perhitungan Analisa dasar

Page 28: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

12

Lanjutan Tabel 4. Parameter Pengamatan

Sampel Jenis Analisis Metode Analisis Waktu Pengamatan

Tanaman

Tinggi

Tanaman

Pengukuran 15, 30, 45, dan 60 HST

Jumlan Daun Perhitungan 15, 30, 45, dan 60 HST

Berat Basah Perhitungan 60 HST

Berat Kering Perhitungan 60 HST

Kadar Air Perhitungan 60 HST

Serapan N %N x BK 60 HST

3.6. Analisis Data

Dari hasil pengamatan data dianalisis secara statistik dengan analisis varian

(ANOVA) sesuai dengan rancangan yang digunakan. Rancangan yang digunakan

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.

Apabila pengaruh berbeda nyata terhadap variabel yang diamati, maka dilanjutkan

dengan uji BNT taraf 5%. Menggunakan Microsoft Excel dan GENSTAT.

Page 29: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Pupuk Kompos

Pupuk kompos yang telah dibuat sesuai dengan perbandingan selanjutnya

dianalisis kimia untuk mengetahui kandungan C-Organik, N-total, N tersedia (NH4+

dan NO3-) serta pH. Hasil analisis kimia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Pupuk Kompos

Jenis

Kompos pH

C-Organik

(%)

N-Total

(%) C/N

N Tersedia

NH4+ (ppm) NO3

-(ppm)

K1 7,9 28,15 2,99 9,40 88,63 23,41

K2 7,8 18,10 1,57 11,51 92,31 5,65

K3 8,2 16,33 1,55 10,52 113,80 35,56

K4 7,6 15,29 1,56 9,79 60,31 17,93

Keterangan : K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan, dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan, dan Kotoran kambing 2:3:1), K3 (Kompos

perbandingan Tithonia, Paku-pakuan, dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4 (Kompos

perbandingan Tithonia, Paku-pakuan, dan Kotoran kambing 1:1:1).

Analisis dilakukan pada semua jenis pembuatan pupuk yaitu pada K1, K2,

K3, K4 dan menunjukan hasil yang berbeda pada setiap analisisnya. Analisis pH

dari keempat jenis pupuk, pupuk K3 menunjukan nilai pH tertinggi sebesar 8,2 dan

K4 terendah dengan nilai pH 7,6, namun secara keseluruhan nilai pH pupuk sesuai

dengan persyaratan teknis minimal pupuk organik yaitu pada kisaran pH 4-9

(Peraturan Menteri Pertanian No. 70, 2011) (Lampiran 2).

Analisis C-organik pupuk secara keseluruhan sesuai dengan persyaratan

teknis minimal pupuk organik dimana nilai C(%) > 6% menurut Peraturan Menteri

Pertanian No. 70 Tahun 2011 (Lampiran 2). C-organik tertinggi pada pupuk K1

dengan kandungan C-Organik 28,15% dan terendah pada K4 dengan kandungan C-

Organik 15,29%. Menurut Yuniwati, Iskarim dan Padulemba (2012), proses

pembuatan kompos dengan menggunakan EM4 mengakibatkan penurunan rasio

C/N yang disebabkan menurunnya jumlah C pada bahan berubah menjadi CO2 dan

CH4 yang berupa gas pada saat fermentasi.

Kandungan N-total (%) dari pupuk K1-K4 menunjukan hasil yang kurang

sesuai dengan persyaratan teknis minimal pupuk organik menurut Peraturan

Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011 yakni 3-6% (Lampiran 2). Akan tetapi

analisis pada K1 menunjukan bahwa kandungan N mendekati 3 yakni 2,99% dan

Page 30: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

14

ketiga jenis pupuk K2, K3 dan K4 memiliki kandungan N yang hampir sama yakni

1,57%, 1,55% dan 1,56%. Jenis pupuk K3 memiliki N tersedia (NH4+, NO3

-)

tertinggi jika dibandingkan ketiga pupuk lainnya, yakni HN4+ 113,80 ppm dan NO3

-

35,56 ppm. Kadar N tertinggi dari hasil analisis bahan dasar berasal dari paitan

(Tithonia diversifolia) dengan nilai 4,48% kemudian disusul dengan kandungan N

paku-pakuan (Dryopteris filixmas) sebesar 3,33% serta kotoran kambing dengan

nilai N terkecil 2,18%, dari perbandingan kompos yang diaplikasikan,

menghasilkan kandungan N yang berbeda-beda (Tabel 5). N total dan N tersedia

dari keempat jenis pupuk kompos dengan perbedaan perbandingan komposisi

bahan menunjukan nilai yang berbeda-beda, dimana pada N total tertinggi terdapat

pada pupuk K1 dan N tersedia (NH4+, NO3

-) tertinggi terdapat pada pupuk K3. Hasil

ini sesuai dengan Setyorini et al., (2006) yang menyatakan bahwa untuk

memperpendek waktu pengomposan digunakan bahan-bahan yang kaya akan

nitrogen. Kandungan N total pada kompos mengalami penurunan karena

pengomposan hanya berlangsung selama kurun waktu 25-30 hari dengan bahan

yang memiliki kandungan N yang cukup tinggi (Lampiran 2).

4.2. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Sifat Kimia Tanah

4.2.1. pH Tanah

Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk kompos dengan berbagai

perbedaan perbandingan komposisi bahan berpengaruh sangat nyata terhadap pH

awal (0 HST) dan pH akhir (Lampiran 10a dan 10b). Pada analisis pH awal

perbedaan nyata didapatkan nilai tertinggi pada perlakuan K3 dengan nilai 5,61 dan

terendah pada K0 (kontrol) dengan nilai 4,89. Sedangkan pada analisis pH tanah 60

HST nilai tertinggi pada perlakuan K3 dan K2 dengan nilai pH keduanya sebesar

5,58 dan terendah pada K0 (kontrol) dengan nilai pH 4,79. Selisih antara kontrol

dan peningkatan pH pada analisis awal dan akhir mencapai 0,72 dan 0,79. Nilai pH

tanah pada analisis dasar tanah sebesar 5,2 dan pH pupuk kompos berkisar antara

7,6-8,2. Terdapat peningkatan pH tanah meskipun tidak signifikan, namun hal ini

menunjukan bahwa pemberian pupuk kompos dapat meningkatkan pH tanah.

Pemberian kompos mampu memperbaiki pH pada tanah masam dalam jangka

panjang (Setyorini et al., 2006). Adaya penurunan pH pada perlakuan kontrol dari

Page 31: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

15

analisis tanah awal menunjukan bahwasannya penggunaan pupuk kimia (SP36 dan

KCL) mempengaruhi turunnya nilai pH.

Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap pH Tanah

Perlakuan pH

0 HST Kriteria* 60 HST Kriteria*

K0 4,89 (a) Masam 4,79 (a) Masam

K1 5,38 (b) Masam 5,34 (b) Masam

K2 5,35 (b) Masam 5,58 (c) Agak masam

K3 5,61 (b) Agak masam 5,58 (c) Agak masam

K4 5,49 (b) Masam 5,44 (bc) Masam

Keterangan : - *Kriteria berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2005)

- K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 2:3:1), K3

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:1:1).

Analisis pH awal dan akhir menunjukan peningkatan pH dari semua

perlakuan kecuali pada perlakuan kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pemberian

pupuk kompos dapat meningkatkan pH tanah, meski pada aplikasi pupuk kompos

dengan berbagai perbedaan perbandingan komposisi bahan tidak begitu signifikan.

Peningkatan pH sejalan dengan hasil analisis pupuk kompos yang diaplikasikan,

mulai dari pupuk K1-K4 (Tabel 6). Sejalan dengan pernyataan Setyorini et al. (2006)

bahwa pemberian kompos mampu memperbaiki pH pada tanah masam dalam

jangka panjang. Bila dibandingkan dengan K0, perlakuan pupuk telah

meningkatkan pH tanah dari analisis dasar tanah.

4.2.2. C-Organik Tanah

Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk kompos dengan berbagai

perbedaan perbandingan komposisi bahan berpengaruh sangat nyata terhadap C-

organik awal (0 HST) dan akhir (60 HST) (Lampiran 10c dan 10d). Kandungan C-

Organik pada perlakuan K3 menunjukan nilai tertinggi pada analisis awal yaitu

2,35% dan 2,07% pada analisis akhir. Kandungan C-Organik terendah terdapat

pada perlakuan K0 (kontrol) dengan nilai C-Organik pada analisis awal yaitu 1,67%

dan 1,21% pada analisis akhir. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kandungan

C-Organik dalam tanah setelah pengaplikasian pupuk kompos. Sesuai Hasil

Penelitian Zulkarnain, Prasetya dan Soemarno (2013), bahwa penambahan pupuk

Page 32: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

16

kandang, kompos dan Custom Bio dapat meningkatkan dan berpengaruh nyata

terhadap kadar C-Organik dan nitrogen tanah.

Tabel 7. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap C-Organik Tanah

Perlakuan C-Organik (%)

0 HST 60 HST

K0 1,67 (a) 1,21 (a)

K1 1,64 (a) 1,75 (b)

K2 2,03 (bc) 1,99 (c)

K3 2,35 (c) 2,07 (c)

K4 1,96 (ab) 1,74 (b)

Keterangan : - Angka yang diikuti huruf sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

- K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 2:3:1), K3

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:1:1).

Secara logika, penambahan bahan organik berupa kompos dalam tanah

tentunya mampu meningkatkan kandungan C-Organik dalam tanah. Syukur dan

Indah (2006), juga menyatakan bahwa aplikasi kompos dan pupuk kandang dapat

meningkatkan kandungan C-Organik tanah, semakin banyak bahan organik yang

ditambahkan ke dalam tanah maka semakin banyak pula C-Organik yang

dilepaskan sehingga terjadi peningkatan kandungan C-Organik dalam tanah.

4.2.3. N-Total Tanah

Analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk kompos dengan berbagai

perbedaan perbandingan komposisi bahan tidak berpengaruh nyata terhadap

kandungan N dalam tanah awal, namum berpengaruh sangat nyata terhadap

kandungan N total akhir (60HST) (lampiran 10e dan 10f). Hasil analisis awal dan

akhir menunjukan kandungan nilai N tertinggi sebesar 0,27% dan 0,31% yang

terdapat pada perlakuan pupuk K3.

Kandungan N terendah pada analisis awal dan akhir sebesar 0,19% dan

0,22% terdapat pada perlakuan pupuk K0. Kandungan N total pada perlakuan K0

(kontrol) analisis awal dan akhir memiliki nilai terkecil dibandingkan perlakuan

lainnya (K1-K4), hal ini membuktikan bahwa penambahan pupuk kompos

mempengaruhi kandungan N-total dalam tanah. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Lubis (2015) bahwa pemberian pupuk kompos mampu meningkatkan

jumlah N-total dalam tanah.

Page 33: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

17

Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap N-total Tanah

Perlakuan N-Total (%)

0 HST 60 HST

K0 0,19 0,22 (a)

K1 0,23 0,265 (b)

K2 0,24 0,29 (c)

K3 0,27 0,31 (d)

K4 0,25 0,271 (bc)

Keterangan : - Angka yang diikuti huruf sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

- K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 2:3:1), K3

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:1:1).

Pada analisis akhir, kandungan N total lebih tinggi jika dibandingkan

dengan analisis awal, hal ini disebabkan karena pupuk kompos mampu

meningkatkan kandungan N dalam tanah. Menurut Santi (2006) pupuk kompos

mampu mempertahankan dan meningkatkan unsur hara adalah pupuk kompos

tanpa menggunakan campuran bahan kimia dan kandungan NPK yang

dikandungnya sesuai dengan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Tanaman Jagung

4.3.1. Tinggi Tanaman

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 10j), aplikasi pupuk kompos dengan

berbagai perbandingan komposisi bahan menunjukan hasil yang tidak berbeda

nyata pada setiap kali pengamatan tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan dengan

interval 15 hari sekali (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Tinggi Tanaman Jagung

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

15 HST 30 HST 45 HST 60 HST

K0 24 52 96 137

K1 26 59 109 163

K2 27 58 103 151

K3 28 59 122 170

K4 29 57 108 151

Keterangan : - K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 2:3:1), K3

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:1:1).

Page 34: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

18

Tinggi tanaman jagung tertinggi pada tiap pengamatan sampai pengamatan

akhir sebelum panen adalah pada perlakuan K3 dengan tinggi tanaman 28 cm, 59

cm, 122 cm dan 170 cm. Sedangkan terendah pada tiap pengamatan sampai

pengamatan akhir sebelum panen adalah pada perlakuan K0 dengan tinggi 24 cm,

52 cm, 96 cm dan 137 cm. Hal tersebut menunjukan bahwa pelakuan pemberian

pupuk kompos berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung. Hanya saja pada

analisis ragam perlakuan menunjukan pengaruh tersebut tidak berbeda nyata. Hal

ini sejalan dengan penelitian Salbiah, Muyassir dan Sufardi (2012), bahwa interaksi

antara dosis kompos tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi umur 25, 35 dan 45

hari setelah tanam.

4.3.2. Jumlah Daun

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 10k), aplikasi pupuk kompos dengan

berbagai perbandingan komposisi bahan menunjukan hasil yang tidak berbeda

nyata pada setiap kali pengamatan jumlah daun. Sama halnya dengan pengamatan

tinggi tanaman, pengamatan dilakukan dengan interval 15 hari sekali (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Jumlah Daun Tanaman Jagung

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

15 HST 30 HST 45 HST 60 HST

K0 5 10 13 16

K1 6 10 15 17

K2 6 10 15 17

K3 5 10 15 17

K4 5 11 15 17

Keterangan : - K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 2:3:1), K3

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:1:1).

Jumlah daun pada pengamatan pertama (15 HST) sampai pada pengamatan

ketiga (45HST) tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dengan

aplikasi jenis pupuk kompos dengan perbedaan perbandingan komposisi bahan,

sama halnya dengan pengamatan terakhir sebelum panen (60 HST) jumlah daun

antar perlakuan tidak terlalu signifikan. Hal ini sesuai menurut Chusnul (2007),

bahwa pemberian kompos tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap jumlah

daun.

Page 35: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

19

4.3.3. Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman

Pengamatan bobot basah dan bobot kering tanaman jagung pasca panen

yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan terhadap bobot

basah dan tidak berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman jagung. Hasil analisa

ragam berat basah dan juga bobot kering tanaman disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering

Tanaman.

Perlakuan BB (g tan-1) BK (g tan-1)

K0 371,3 (a) 90,3

K1 539,8 (b) 109,4

K2 533,1 (b) 103,4

K3 522,5 (b) 110,2

K4 546,9 (b) 111,6

Keterangan : - Angka yang diikuti huruf sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

- K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:2:3), K2

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 2:3:1), K3

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2), dan K4

(Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 1:1:1).

Bobot basah tanaman jagung didapatkan dari hasil penimbangan tanaman

yang baru dipanen. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 10h) terhadap bobot

kering tanaman jagung menunjukan hasil yang berbeda nyata. Pada perlakuan K4

menunjukan bobot terbesar dengan nilai 546,9 g dan K0 menunjukan nilai bobot

terkecil yaitu 371,3 g. Bobot basah menunjukan kesesuaian pada penelitian yang

dilaksanakan oleh Aurum (2005) bahwa Interaksi antara media tanam dan pupuk

kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah daun dan sangat

nyata terhadap bobot basah batang, tajuk, akar, bobot kering daun, batang, tajuk

dan akar.

Bobot kering tanaman didapatkan dari hasil penimbangan tanaman yang

telah dioven terlebih dahulu. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 10i) terhadap

bobot kering tanaman menunjukan hasil yang tidak nyata. Meski pada analisis

ragam tidak menunjukan adanya perbedaan nyata, namun pada perlakuan K4

menunjukan bobot kering terbesar dengan nilai 111,6 g dan pada K0 menunjukan

nilai bobot terkecil yaitu 90,3 g, hal ini menunjukan bahwa pengaplikasian pupuk

kompos berpengaruh terhadap bobot kering tanaman. Chairani (2005) menyatakan

bahwa pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering tanaman

jagung, namun hanya pada tanaman bagian atas.

Page 36: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

20

Pengaruh aplikasi pupuk kompos dengan perbedaan perbandingan

komposisi bahan terhadap bobot kering tanaman (Tabel 11) menunjukkan bahwa

hasil yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan

hasil analisis media tanah yang sudah diberi pupuk K1-K4 menunjukkan hasil N-

total yang signifikan dibandingkan dengan kontrol, sehingga unsur hara yang

dimanfaatkan untuk metabolisme tanaman jagung dari perlakuan pupuk kompos

(K1-K4) berbeda dengan perlakuan kontrol. Dugaan lainnya ialah adanya serapan

kandungan unsur lainnya yang diserap oleh tanaman.

4.4. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos terhadap Serapan N Tanaman

Jagung

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 10g) serapan N tanaman jagung

berbeda sangat nyata antar perlakuan. Analisis serapan N yang didapatkan

menunjukan bahwa perlakuan K0 (kontrol) memiliki nilai serapan N terendah

dibandingkan perlakuan K1, K2, K3 dan K4. Hal ini menunjukan bahwa ada

pengaruh dari pemberian pupuk kompos dengan berbagai macam perbedaan

komposisi bahan. Nilai serapan N tertinggi pada perlakuan K3 dengan nilai serapan

sebesar 12,9 g tanaman-1 yang diimbangi dengan K2 dan K3 yang hampir setara

dengan maising-masing nilai 12,8 g tanaman-1 dan 12,7 g tanaman-1. Hal ini sejalan

dengan hasil analisis N tersedia yang menunjukan bahwa kandungan N tersedia

pupuk tertinggi terdapat pada K3 (113,80 g tanaman-1 NH4+ dan 35,56 g tanaman-1

NO3-).

Gambar 1. Pengaruh Aplikasi Perlakuan Pupuk Kompos terhadap Serapan N

Tanaman Jagung

Keterangan : - K0 (kontrol), K1 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran

kambing 1:2:3), K2 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran

kambing 2:3:1), K3 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran

kambing 3:1:2), dan K4 (Kompos perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran

kambing 1:1:1).

4,56 (a)

10,92 (b)

12,81 (b) 12,87 (b) 12,74 (b)

0

2

4

6

8

10

12

14

K0 K1 K2 K3 K4

Ser

ap

an

N (

g t

an

am

an

-1)

Perlakuan

K0

K1

K2

K3

K4

Page 37: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

21

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isrun (2010) menunjukan

bahwa pemberian kompos berpengaruh sangat nyata terhadap serapan nitrogen (N)

tanaman jagung. Aplikasi jenis kompos memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap perubahan serapan N. Hasil analisis serapan N sejalan dengan keberadaan

N-total awal dan akhir. Analisis kandungan N total awal dan akhir pupuk K3

menunjukan nilai tertinggi, begitu juga dengan nilai Serapan N pupuk K3.

4.5. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kompos dengan Perbedaan Perbandingan

Bahan terhadapn Serapan N dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays)

Korelasi merupakan hubungan antar variabel pengamatan. Hasil analisis

korelasi (Lampiran 11) menunjukan bahwa seluruh korelasi dari tiap variabel

pengamatan memiliki jenis korelasi positif dengan tingkat hubungan mulai dari

kuat (0,60-0,799) sampai sangat kuat (0,80-1,0) (Sugiyono 2008). Dari hasil

penelitian, hubungan kuat antar parameter pengamatan dengan korelasi sedang

terdapat pada hubungan anatara tinggi tanaman dan jumlah daun, dimana pada

korelasi keduanya memiliki nilai 0,55. Kemudian pada korelasi kuat terdapat pada

hubungan antara pH dan tinggi tanaman dengan nilai 0,73, pada hubungan antara

C-Organik dan bobot kering dengan nilai 0,78, pada hubungan antara Serapan N

dan tinggi tanaman dengan nilai 0,71, pada hubungan antara tinggi tanaman dan

bobot basah dengan nilai 0,70 serta pada jumlah daun dan bobot kering dengan

nilai 0,72. Korelasi sangat kuat dimiliki oleh semua hubungan variable pengamatan

selain yang telah disebutkan.

Dari tiap korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan-hubungan antar

variabel tersebut menujukan bahwa semakin tinggi kandungan N pupuk maka akan

diikuti dengan semakin meningkatnya pH, kandungan unsur C-Organik N tanah,

serapan N tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering

tanaman. Wahyudi (2009), menjelaskan bahwa bahan organik yang bersumber dari

bahan apapun mampu berperan penting dalam memperbaiki, meningkatkan, dan

mempertahankan produktivitas lahan secara berkelanjutan.

Page 38: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kandungan N tertinggi terdapat pada perbandingan bahan Paitan (Tithonia

diversifolia), Tumbuhan Paku (Dryopteris filixmas), dan Kotoran Kambing 1:2:3

(K1) dengan kandungan N total sebesar 2,99%. Aplikasi pupuk kompos

perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2 (K3) menunjukan

pengaruh tertinggi terhadap N-total tanah awal dan akhir sebesar 0,27% pada 0 HST

dan 0,31% pada 60 HST, C-Organik tanah awal sebesar 2,35% dan akhir sebesar

2,07%. pH tanah awal sebesar 5,61 dan akhir sebesar 5,58. Bila dibandingkan

dengan perlakuan lainnya (K0, K1, K2 dan K4). Aplikasi pupuk kompos

perbandingan Tithonia, Paku-pakuan dan Kotoran kambing 3:1:2 (K3) juga

memberikan pengaruh paling baik terhadap serapan N tanaman jagung dengan nilai

serapan 12,9 g tanaman-1, juga terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, bobot basah

dan bobot kering tanaman.

5.2. Saran

Penelitian mengenai pupuk kompos dengan berbagai perbedaan

perbandingan komposisi bahan (paitan (Tithonia diversifolia), tumbuhan paku

(Dryopteris filixmas), dan kotoran kambing) ini masih belum lengkap. Oleh karena

itu perlu adanya penelitian lanjutan baik mengenai variasi perbandingan bahan

maupun kandungan unsur makro lainnya dan pengaplikasian perbedaan dosis

aplikasi pupuk.

Page 39: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2006. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta

Abdurachman A, A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi

Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. J.

Litbang Pertanian.

Agustian, F. M., dan M. Lusi. 2011. Respon Pertumbuhan Tithonia diversifolia

terhadap Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA); Universitas

Andalas. Jurnal Solum 8 (2): 70-77.

Aurum, M. 2005. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang terhadap

Pertumbuhan Setek Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.). Skripsi.

Bogor; IPB

Bakhri, S., 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP); Sulawesi Tengah.

Bintoro HMH, Saraswati R., Manohara D., Taufik E., dan Purwani J. 2008.

Pestisida Organik pada Tanaman Lada. Laporan Akhir Kerjasama

Kemitraan Penelitian Pertanian antara Perguruan Tinggi dan Badan Litbang

Pertanian (KKP3T).

Brady, N.C. and R.R. Weil, 2002. The Nature and Properties of Soils. 31th ed.

Prentice-Hall, Upper Saddle River, New York.

Chairani. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Blotong dan Pupuk Sulfomag

Plus terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Typic Paleudult. 3 (3): 73-78.

Chusnul, A. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos terhadap Beberapa Sifat Fisik

Entisol serta Pertumbuhan Tanaman Jagung. Skripsi. Universitas

Brawijaya; Malang.

Damanik, M.M.B., E.H. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hamidah. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan; Medan. USU Press.

Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu Tanah; Jakarta. Akademika Pressindo.

______. 2003. Ilmu Tanah; Jakarta. Akademika Pressindo.

Hartatik, Wiwik. 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. 29 (5): 3-5.

Hartatik, W. dan L.R. Widowati, 2010. Pupuk Kandang. Artikel Online.

http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses 28 Januari 2016.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, dan W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and

Fertilizer, an Introduction to Nutrient Management. Pearson Education,

Inc. New Jersey, USA.

ix

Page 40: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

24

Isrun. 2010. Perubahan Serapan Nitrogen Tanaman Jagung dan Kadar Al-dd Akibat

Pemberian Kompos Tanaman Legum dan Non-legum pada Inseptisols Napu

(Changes in N Uptake By Maize Plant and Soil Exchangeable Aluminum

due to The Application of Legume and Non-legume Composts in Inceptisols

Napu). Jurnal Agroland 17 (1): 23 - 29, ISSN: 0854 – 641X.

Kementan. 2013. Deskripsi Varietas Unggul Jagung Edisi 2013. Maros; Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Kholis, B.M. 2006. Stabilitas Fenotipik Tiga Varietas Jagung Manis (Zea Mays

Saccharata Sturt.) di Dataran Menengah dan Dataran Tinggi. Skripsi.

Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kusumaningrum, B. D. 2008. Analisis Vegetasi Epifit di Area Wana Wisata

Gonoharjo Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah; Kendal.

Lubis, A. 2015. Upaya Peningkatan Kualitas Limbah Tahu Cair untuk

Meningkatkan pH Tanah, Pertumbuhan, Seapan N dan Residu N Tanaman

Sawi (Brassica juncea L.) pada Alfisols Jatikerto, Malang. Jurnal Skripsi.

Universitas Brawijaya. Malang.

Novasari, F. 2011. Karakterisasi dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis

Sayur (Pleocnemiairregularis (c. presl) holttum) di Kecamatan Dramaga,

Bogor; Bogor. IPB Press.

Nursyamsi, D., dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta

Kaitannya dengan Kebutuhan Pupuk untuk Padi (Oryzasativa), Jagung (Zea

mays), dan Kedelai (Glycinemax). Bul. Agron.

Permentan. 2011. Peraturan Menteri Pertanian No.70/PERMENTAN/140/10/2011

tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Artikel

Online. http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/permentan-70-11.

pdf. Diakses pada 31 November 2016.

Rudiyarti, E. 2012. Persebaran dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku–

pakuan pada Ketinggian yang Berbeda di Daerah Terbuka dan Tertutup

Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta; Sleman. UNY.

Rutunga, V., N. K. Karanja, C. K. K. Gachene, and C. Palm. 1999. Biomass

Production and Nutrient Accumulation by Tephrosia vogelii (Hemsley) A.

Grey and Tithonia diversifolia Hook F. Fallows During the Six-month

Growth Period at Maseno, Western Kenya. Biotechnol. Agron. Soc.

Environ.

Salbiah, C., Muyassir, dan Sufardi. 2012. Pemupukan KCl, Kompos Jerami dan

Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Padi

Page 41: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

25

Sawah (Oryza sativa L.) (Effects of KCl Fertilizer and Straw Compost on

Soil Chemical Properties, Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.).

Jurnal Manajemen SDL 2 (3) : 213-222

Sanchez, P.A and B.A. Jama. 2000. Soil Fertility Replenishment Takes off in East

and Southerrn Africa. International Symposium on Balanced Nutrient

Management System for the Most Savana and Humid Forest Zones of

Africa. Cotonou. Benin.

Santi, Triana K. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan

Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Ilmiah Progressif,

3 (9) : 41.

Setyorini, D., R. Saraswati dan Anwar, E. K. 2007. Kompos. Bogor: Balai Besar

Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian.

Setyorini, D., Simanungkalit, R. D. M., Suriarikarta, D.A., Saraswati, R., dan

Hartatik, W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Jawa Barat.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Sudirja R. 2007. Respons Beberapa Sifat Kimia Inceptisol Asal Rajamandala dan

Hasil Bibit Kakao Melalui Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.

Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung

Supriyadi, Utami H., S.R., dan Hariah, K. 2002. Pemanfaatan Bahan Organik Insitu

(Tithonia diversifolia dan Tephrosia candida): Meningkatkan Ketersediaan

Fosfor pada Andisol. Seminar Nasional IV. Mataram: Pengembangan

Wilayah Lahan Kering.

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan

Pengembangannya). Yogyakarta: Kanisius.

Sutejo. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Syekhfani. 1997. Hara-Air-Tanah-Tanaman. Malang: Jurusan Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya.

Syukur A. dan N. Indah. 2006. Kajian Pengaruh Pemberian Macam Pupuk Organik

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe di Inceptisol Karang Anyar.

Jurnal Ilmu Tanah Vol 6. No.2. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Wahyudi, I. 2009. Serapan N Tanaman Jagung (Zea mays L.) akibat Pemberian

Pupuk Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro pada Ultisol Wanga. Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Palu. Jurnal

Agroland 16(4) hal. 265-272.

Page 42: UJI EFEKTIVITAS PERBANDINGAN BAHAN KOMPOS PAITAN …repository.ub.ac.id/132125/1/Aminah Arifiati.pdf · of compost K3 showed the highest influence on the total soil N-start and end

26

Warisno. 2007. Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius. Hal 43-56

Widowati, L.R., Sri Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh Kompos

Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati

terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan Produksi Sayuran Organik.

Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai

Penelitian Tanah, TA 2005 (Tidak dipublikasikan).

Yuniwati, M., Iskarima, F., dan Padulemba, A. 2012. Optimasi Kondisi Proses

Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan Cara Fermentasi

Menggunakan EM4, Jurnal Teknologi, 5 (2): 172 – 181.

Zulkarnain, M., Prasetya, B., dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk

Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil

Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-

Pawon. Indonesia Green Technoology Journal 2 (1).