peran seorang mursyid kepada murid untuk mencapai...

103
PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI MAQAMAT DAN AHWAL DALAM KITAB AL- THARIQAH AL-SYADZILIYAH KARYA KHALID IBN NĀSHIR AL-UTAIBY Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Strata Satu (S1) Oleh: SHOLEHODDIN 1112033100068 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK

MENCAPAI MAQAMAT DAN AHWAL DALAM KITAB AL-

THARIQAH AL-SYADZILIYAH KARYA KHALID IBN NĀSHIR

AL-‘UTAIBY

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Serjana Strata Satu (S1)

Oleh:

SHOLEHODDIN

1112033100068

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA
Page 3: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA
Page 4: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA
Page 5: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

iv

ABSTRAK

Kitab al-Thariqah al-Syadziliyah terdiri dari empat jilid, merupakan kitab yang

membahas secara khusus tentang ajaran-ajaran Syadziliyah baik mengenai

Kalam, Filsafat, dan utamanya Tasawuf yang dikutip dari kitab-kitab Ibn

Athaillah. Kitab tersebut (al-thariqah al-syadziliyah) dikarang oleh Dr. Khalid

Ibn Nashir al-„Utaiby merupakan sebuah penyajian dan tinjauan pengarang

terhadap para guru, murid-murid, dan para pengikut Syadzily, karena Abul

Hasan Syadzily tidak mempunyai karangan-karangan atau tulisan-tulisan yang

ditinggalkannya. Abul Wafa‟ al-Taftazany berkata “ Abul Hasan Syadzily tidak

meninggalkan karangan-karangan tentang tasawuf dan yang lainnya begitu

pula muridnya, Abul „Abbas al-Mursi. Setiap sesuatu yang diterima kemudian

(setelah wafatnya Syadzily dan al-Mursi) tentang ajaran-ajaran tasawuf teruma

tarekatnya ditulis oleh pengikut-pengikutnya sperti doa-doa, hizb-hizbnya dll,

adalah Ibn Athaillah al-Syakandary yang menjadi penyambung dakwah al-

Syadzily dan al-Mursi, baik yang disampaikan melalui pengajaran secara

langsung oleh Ibn Athaillah atau melalui karangan-karangannya”. Terdapat

ungkapan Abul Hasan Syadzily yang populer ketika ditanya oleh murid

utamnya al-Mursi “Wahai Tuanku, kenapa engkau tidak mengarang kitab-kitab

yang berisi petunjuk-petunjuk menuju Allah swt,. sebagai pedoman? Abul

Hasan Syadzily menjawab, kitab-kitabku adalah sahabat-sahabatku”. Ibn

Athaillah merrupakan salah satu pengikut Syadziliyah yang pertama kali

mengumpulkan perkataan-perkataan, wasiat-wasiat, dakwah-dakwah dari Abul

Hasan Syadzily melalui lisan gurunya al-Mursi. Ia menjaganya melalui

karangan-karangan yang di tulis sebagai warisan dalam ajaran tarekat

Syadziliyah. Pada penelitian ini yang menjadi fokus penulisan skripsi adalah

tentang Maqamat dan Ahwal di dalam ajaran Tarekat Syadziliyah dan peran

seorang Mursyid (Syeikh) kepada Murid didalam pencapaian tingkatan spiritual

tersebut.

Kata kunci: Mursyid (Syeikh), Murid, Maqamat dan Ahwal.

Page 6: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tuhan

semesta alam yang telah memeberikan kekuatan bagi hamba-Nya untuk

menjalankan segala aktifatasnya. Berkat pertolongan dan kekuatan yang

diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan di beri judul:

PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI

MAQAMAT DAN AHWAL DALAM KITAB AL-THARIQAH AL-

SYADZILIYAH KARYA KHALID IBN NĀSHIR AL-‘UTAIBY. Shalawat

dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang pembawa risalah untuk umat

manusia, sang insan kamil baginda Nabi besar Muhammad SAW, sebagai

panutan bagi ummat islam yang menjadikan teladan dan panutan hidup. Beliau

diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya,

بعثت ألتمم مكارم األخالق نماإ

“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang

mulya”

Semoga kita semua dapat meneladaninya, dalam segala hal yang

telah beliau contohkan kepada kita semua. Kita sebagai ummatnya semoga

mendapatkan syafa‟atnya di dunia dan di akhirat nanti. Selanjutnya penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

kontribusi besar atas selesainya penulisan sikripsi ini, penulis menyadari

sikripsi ini tidak mungkin rampung tampa bantuan, dukungan dan doronganya,

oleh karena itu penulis mengucakan terimakasih banayak kepada;

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

2. Dra. Tien Rohmatin, MA. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA. Sebagai Sekretaris Jurusan Aqidah

Page 7: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

vi

dan Filsafat Islam, dan Dr. Edwin Syarif, MA. Sebagai Dosen

Pembimbing Akademik penulis. Terima kasih banyak atas nasihat,

dorongan dan bantuannya, akhirnya penulis tetap konsisten menyelesaikan

judul skripsi ini.

3. Dr. Edwin Syarif, MA. Sebagai pembimbing skripsi, terima kasih sudah

menerima, membimbing, memberi nasehat, dan bersabar dalam

memberikan masukan serta arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan dengan baik.

4. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu. Semoga ilmu yang telah

diajarkan kepada penulis dapat diamalkan serta mendapat keberkahan dari

Allah sehingga dapat diamalkan dan semoga kelak mendapat balasan dari

Allah.

5. Pimpinan dan segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu kelancaran administrasi

dan birokrasi.

6. Kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Yatim dan Ibunda Taqiyah.

yang telah memberikan restu, ridha dan mengikhlskan penulis untuk

melanjutkan Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena berkat doa

dan dorongan beliau penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan masa

pendidikan dengan baik. Juga kepada kakak dan adik-adik penulis: Siti

Zulaikha, Muhdi Ramadhan, Ainol Yaqin, Ali Hasan dan Royhan Rahibul

Muharrom serta keponakan tercinta; Khoiru Umamiddin, Ali Mukhtar, dan

tidak lupa juga Neng Arzha Azzhofiroh Alivatul Hidayah yang terus

mensupport dan memberi semangat. Karena mereka semua, penulis

Page 8: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

vii

semangat dan gigih dalam menyelesaikan skripsi ini, guna menjadi teladan

yang baik.

7. Kepada teman-teman angkatan AF12 (Aqidah Filsafat 2012), yang berasal

dari Sabang sampai Merauke, yang tidak bisa penulis sebut namanya satu-

satu. Terimkasih banyak atas diskusi-diskusinya.

8. Kepada teman-teman Se-Organisasi: Tretan-tretan Pengurus Forum

Mahasiswa Madura (FORMAD) Se-Jabodetabek. Kawan-kawan Forum

Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB) Se-Asia, utamanya

kawan-kawan FKMSB Se-Jabodetabek. Kakak-kakak angkatan; Umar

Mahmudi, Humaidi, Abduh, Ust. Badrut Tamam dll, terimakasih banyak

telah membantu mendaftar penulis kuliah di UIN Jakarta, memberikan

arahan serta motivasi bagi penulis. Juga buat kawan-kawan seangkatan 12,

Bahriyadi, Suher dll. Dan juga buat adik-adik angkatan khususnya Badrut

Tamam, Syamsuri, yang telah ikut membantu dan yang lainnya yang tidak

bisa saya sebut satu persatu.

9. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016.

Jakarta, 16 Mei 2019

(Sholehoddin)

Page 9: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...............................................iii

ABSTRAK ......................................................................................................iv

KATA PENGANTAR .....................................................................................vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................ix

PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1

B. Permasalahan Penelitian ..............................................................6

a. Identifikasi Masalah ................................................................7

b. Batasan Masalah .....................................................................7

c. Perumusan Masalah ................................................................8

C. Tujuan Penelitian .........................................................................8

D. Manfaat Penelitian .......................................................................9

E. Studi Kepustakaan .......................................................................9

F. Metodologi Penelitian .................................................................10

G. Sistematika Penulisan ..................................................................11

BAB II AWAL ISTILAH MAQAMAT DAN AHWAL DAN

TERMINOLOGI KEMUNCULAN AJARAN TAREKAT .....................13

A. Pengertian Maqamat dan Ahwal .................................................13

B. Awal Istilah Maqamat dan Ahwal ...............................................18

C. Pegertian Tarekat .........................................................................22

D. Sejarah Kemunculan Tarekat ......................................................23

Page 10: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

ix

BAB III ABUL HASAN AL-SYADZILY DAN KITAB AL-THARIQAH

AL-SYADZILIYAH .....................................................................................28

A. Biongrafi Abul Hasan al-Syadzily...............................................28

1. Ajaran Tarekat Abul Hasan al-Syadzily ................................31

2. Guru-guru Abul Hasan al-Syadzily .......................................32

3. Para Pengikutnya ...................................................................33

B. Kitab Al-Thariqah al-Syadziliyah ...............................................37

1. Biografi Pengarang Kitab al-Thariqah al-Syadziliyah ..........37

2. Penjelasan Isi Kitab ...............................................................37

BAB IV PERAN DAN AJARAN MURSYID DALAM MEMBIMBING

MURID UNTUK MENCAPAI MAQAMAT DAN AHWAL DALAM

KITAB AL-THARIQAH AL-SYADZILIYAH .............................................42

A. Mursyid........................................................................................42

1. Definisi Mursyid ...................................................................42

2. Kedudukan Seorang Mursyid ...............................................43

B. Murid ...........................................................................................43

1. Derinisi Murid ......................................................................43

2. Adab Seorang Murid ............................................................44

3. Pembagian Murid .................................................................46

C. Peran seorang Mursyid kepada Murid mengenai Maqamat dan

Ahwal ..........................................................................................47

1. Perbedaan Maqamat dan Ahwal ...........................................47

2. Perbedaan dalam Menentukan Maqamat dan Ahwal ...........48

3. Kedudukan Maqamat dan Ahwal .........................................49

Page 11: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

x

4. Wajibnya keberadaan Seorang Guru dalam Membimbing

untuk mengetahui Maqamat dan Ahwal ...............................50

5. Buah dari Maqamat dan Ahwal ............................................51

D. Peran seorang Mursyid di dalam Memperkenalkan Jenis-jenis

Maqamat ......................................................................................53

E. Peran seorang Mursyid di dalam Memperkenalkan Jenis-jenis

Ahwal ..........................................................................................73

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 85

A. Kesimpulan ..................................................................................85

B. Saran-saran ..................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................89

Page 12: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

th ṭ ط A A ا

zh ẓ ظ B B ب

„ „ ع T T ت

gh Gh غ Ts Th ث

f F ف J J ج

q Q ق ḥ ḥ ح

k K ك Kh Kh خ

l L ل D D د

m M م Dz Dh ذ

n N ن R R ر

w W و Z Z ز

h H ه S S س

, , ء Sy Sh ش

y Y ي Sh ṣ ص

Dl ḍ ض

Page 13: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

xii

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

Ā Ā آ

Ī Ī إِى

Ū Ū أُو

Page 14: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kalangan kaum sufi terdapat beberapa fase yang harus

dijalani oleh seseorang yang menempuh kehidupan tasawuf yang di sebut

dengan tingkatan (maqâmât) dan keadaan/kondisi (ahwâl)1 yang dapat

dilalui oleh seseorang untuk meraih tingkat paling tinggi dari kehidupan

ruhaninya.2

Sebuah perjalanan (thariqah)3 menuju Allah yang ditempuh oleh

seseorang harus dilakukan secara konsisten dan terus-menerus sekalipun

telah mencapai taraf spiritualitas yang tinggi, ia terus melakukan

mujahadah (memerangi hawa nafsu)4 didalam memperjuagkan suatu

tahapan tanpa menghentikan usaha untuk terus berada bersama yang dituju

yaitu Allah.

اما المقامات فهي مجاهدات ومكابدات يقوم بها السالك في طريقة

1Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 197

2Muhammad Jalal Syaraf, Tasawuf Islam Mazdhab Baghdad (Tasawuf Islam fi Madrasah

Baghdad), Terj. Subhan Anshari, (Tangerang Selatan: Gaya Media Pratama, 2014), hlm. 111 3Thariqat yang di maksud disini bukanlah thariqat seperti yang sudah berbentuk lembaga

institusi dalam sebuah aliran atau kelompok yang dijumpai di banyak tempat seperti Qadariyah,

Naqsyabandiyah, Syadziliyah dsb. Akan tetapi thariqat yang dimaksud adalah suatu perjalanan

yang belum melembaga menjadi institusi melainkan hanya berupa pendekatan-pendekatan dan

pelatihan-pelatihan ruhaniyah. 4Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, terj. Kamran As‟at Irsyady dan

Fakhri Ghazali, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011), hlm. 97

Page 15: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

2

Artinya; adapun maqamat merupakan hasil perjuangan yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh dan bersusah payah dalam menghilangkan tabir-

tabir dalam dirinya yang menghalangi dan konsisten dilaksanakan

(maqamat) oleh salik dalam suatu thariqah (perjalanan suatu maqam).5

Suatu riyadhah (latihan ruhani) yang dilakukan seorang hamba

sebagai tahapan adab (etika) dengan berbagai upaya sehingga dapat

wushul (sampai) kepada hakikat tujuannya. Riyadhah dilakukan dengan

satu tujuan dalam pencarian seseorang yang menjadi tugas utamanya.6 Ia

menjalaninya tahap demi tahap untuk dapat menghilangkan segala sesuatu

yang menghalanginya.

Ada banyak tahapan atau tingkatan (maqamat) yang dikemukakan

oleh tokoh-tokoh sufi dalam meniti jalan menuju Allah. Tahapan yang

dimaksud disini adalah dalam arti tahapan-tahapan untuk dapat tercapainya

kebersamaan dengan sebenar-benarnya bersama Allah dalam kata lain

seseorang yang menempuh jalan tasawuf terlebih dahulu mensucikan diri

dari berbagai kotoran yang ada pada dirinya (tazkiyatun nafs) karena ia

merupakan inti dari kegiatan bertasawuf.7

Seperti seseorang yang ingin melaksanakan shalat tentu syarat

utamanya harus benar-benar dilaksanakan dari apa yang menjadi syarat

5 Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby, al-Thariqatu al-Syadziliyah „ardl wa naqd, (Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 2011), hlm. 1892 6 Imam Qusyairy an-Nisabury, Risalatul Qusyairiyah (Induk Ilmu Tasawuf), terj.

Mohammad Luqman Hakiem, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 23 7 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 210

Page 16: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

3

sahnya shalat tersebut. Tidak cukup sampai disitu, ketika shalat sedang

dilaksanakan mulai dari takbir pertama sampai terakhir salam diharuskan

hadirnya hati sehingga shalat yang dikerjakan tersebut sampai pada tahap

yang paling tinggi, karena shalat tidak ada tampa kehadiran hati kepada

Allah di dalam shalat tersebut

ال صالة إال بحضور القلب

Artinya: “tidak ada shalat tampa kehadiran hati”8 begitu juga ibadah-

ibadah yang lain.

Pencapaian maqamat dalam perjalanannya menuju Allah akan

membimbing seseorang pada suatu pengetahuan dan pengenalan secara

khusus (ma‟rifat) dan itu tidak dapat dicapai dengan mudah atau secara

tiba-tiba, terdapat suatu proses panjang yang harus dilalui oleh seseorang

tersebut. Proses yang dimaksud adalah maqamat (tahapan/tingkatan) dan

ahwal jamak dari kata hal (keadaan/kondisi). Dua persoalan tersebut harus

dilalui oleh seorang salik untuk menuju Tuhan.9 Ketekunan dalam

menjalankan suatu tahapan menuju Allah akan merefleksikan sebuah

pengetahuan disertai pengenalan secara khusus.

Hal merupakan perasaan seseorang dikedalaman jati dirinya

dengan berbagai anugerah dari alam ghaib, dan perbedaannya atas

8 Khan Sahib Khaja Khan, cakrawala Tasawuf, terj. Achmad Nashir, (Jakarta: Rajawali

Pers, 1987), hlm. 139 9 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 198

Page 17: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

4

berbagai perbedaan yang terjadi di dalam cakrawala hatinya.10

Kondisi

tersebut ibarat samudera yang tidak bertepian. Samudera yang

dimaksudkan adalah ilmu yang tidak mempunyai batas dan juga tidak

memiliki akhir. Ilmu itu adalah ilmu hati untuk mendekatkan diri kepada

Allah. Ilmu yang bisa membuat pemiliknya menyadari keagungan dan

kebesaran Allah dalam segala sesuatu termasuk pada diri seseorang. Itulah

samudera yang tiada batas dan juga tiada akhirnya.11

Hal dapat terjadi kapan saja tampa terikat waktu dan juga tampa

sebuah perenungan pada masa lalu, masa kini, dan masa depan yang

terencana. Hal adalah suatu keadaan mistik tertentu yang dikaruniakan

Tuhan kepada seorang sufi pada sewaktu-waktu di saat ini.12

Saat ini yang

dimaksud adalah keadaan yang dirasakan tanpa sebuah rencana baik itu di

masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Hal tidak dapat dicapai dengan suatu kehendak dan upaya, ia

diperoleh tampa disengaja. Adapun Maqam dapat dicapai dengan suatu

daya dan upaya13

secara tekun, konsisten, dan terus-menerus.

10

Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita Semua, terj. Fuad Syaifudin Nur,

(Jakarta: Republika, 2013), hlm. 60 11

al-Muhasibi, Renungan Suci Bekal Menuju Taqwa, terj. Wawan Djunaedi Soffandi,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hlm. 275 12

Annemarie Schimmel, Dimensi Mestik Dalam Islam, terj. Sapardi Djoko Damono,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), hlm.134 13

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 199

Page 18: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

5

Jalan menuju Allah s.w.t., memuat jenjang-jenjang maqamat dan

ahwal yang harus dilalui oleh seseorang untuk mencapai kedekatan dan

kebersamaan dengan Allah.14

Maqamat dan Ahwal yang dikemukakan pada uraian diatas

merupakan fase tasawuf pada awal mula kemunculannya dalam dunia

islam (istilah kata tasawuf) yaitu pada awal abad ketiga hijriyah15

yang

mana hanya dijalankan secara individualistik dengan berbagai tingkatan

yang diyakininya dan yang dianggap sebagai tokoh utamanya adalah

Dzunnun al-Mishri.16

Namun pada perkembangan dikemudian yaitu abad

keenam dan abad ketujuh, tasawuf terus melebarkan sayap

perkembangannya dengan corak yang berbeda ialah tasawuf yang dibawa

dan diajarkan oleh Para Pendiri Tarekat.17

Tarekat (thariqoh) dengan metode penerapan pembinaan yang

berbeda baik ajaran ataupun karakter baik terdahulu (tasawuf) maupun

yang muncul kemudia dalam berbagai kelompok orang yang mengikuti

madzhab pemikiran yang dikembangkan oleh seorang alim atau syeikh

14

Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, terj. Kamran As‟at Irsyady dan

Fakhri Ghazali, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011), hlm. 76 15

Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi‟

Ustmani, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1997), hlm. 91 16

Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi al-Taftazani, hlm. 97 17

Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi al-Taftazani, hlm. 234

Page 19: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

6

tertentu (mursyid). Meskipun para syeikh menerapkan metode pembinaan

yang berbeda-beda, tujuan mereka tetap sama.18

Dengan cara yang sama, murid seorang syeikh tertentu akan

menunjukkan ciri khas ajaran dan karakter syeikh tersebut. Karena itu,

setiap mazdhab sufi kaum Tarekat memiliki nama yang berbeda-beda

sesuai dengan nama dan perspektif pendirinya.19

Dalam kasus ini penulis akan meneliti perkembangan tasawuf

tentang maqamat dan ahwal dalam tradisi Para Pendiri Ajaran Tarekat

yang difokuskan pada penelitian Tarekat Syadziliyah.

Dari interpretasi diatas sekaligus sebagai latar belakang dari tujuan

penulisan karya ilmiyah ini, penulis akan menjelaskan bagaimana

Maqamat dan Ahwal menurut Tarekat Syadziliyah sehingga penulisan ini

diberi judul “PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID

UNTUK MENCAPAI MAQAMAT DAN AHWAL DALAM KITAB AL-

THARIQAH AL-SYADZILIYAH KARYA KHALID IBN NĀSHIR AL-

„UTAIBY”.

Berikut beberapa rumusan yang akan dibahas berhubungan dengan

permasalahan yang akan dibahas oleh penulis:

B. Permasalahan Penelitian

18

Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf & Ihsan (anti virus kebatilan dan

kedzaliman), terj. A. Syamsu Rizal, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2015), hlm. 8 19

Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf & Ihsan (anti virus kebatilan dan

kedzaliman), hlm. 9

Page 20: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

7

Mengacu pada pembahasan permasalahan di atas tentang penulis

ingin menjelaskan permasalahan penelitian yang terdiri dari identifikasi

masalah, batasan masalah, dan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apa itu Maqamat?

2. Apa ituAhwal?

3. Apa peran seorang Mursyid dalam mencapai Maqamat?

4. Apa ciri-ciri tiap-tiap Maqamat?

5. Bagaimana sikap seorang murid atau salik ketika sudah

mencapai suatu maqam dan menaiki maqam selanjutnya?

b. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran dan karangka yang jelas mengenai

ruang lingkup penelitian, perlu kiranya diberi batasan-batasan yang

menyangkut permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Latar

belakang yang telah dipaparkan, maka penulis akan membatasi

pembahasan hanya pada “Peran Seorang Mursyid Kepada Murid Untuk

Mencapai Maqamat Dan Ahwal Dalam Kitab Al-Thariqah Al-

Syadziliyah Karya Khalid Ibn Nashir Al-„Utaiby”.

c. Perumusan Masalah

Page 21: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

8

Adapun penelitian pokok pada penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apa pengertian Maqamat dan Ahwal?

2. Bagaimanakah proses dalam mencapai sebuah

Maqamat dan Ahwal?

3. Apa saja yang termasuk jenis-jenis maqamat dan

ahwal?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan skripsi

ini adalah:

a. Mengetahui, mempelajari, menggali, serta mengungkapkan secara

jelas mengenai apakah maqamat dan ahwal dalam Tarekat

Syadziliyah itu ada.

b. Mencoba memberikan penjelasan yang tepat dengan mengambil jalan

tengah, agar tidak terjadi salah paham terhadap pemahaman Peran

Seorang Mursyid Kepada Murid Untuk Mencapai Maqamat Dan

Ahwal Dalam Kitab Al-Thariqah Al-Syadziliyah Karya Khalid Ibn

Nashir Al-„Utaiby.

Memenuhi tugas akhir proses pembelajaran di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

di fakultas Ushuluddin, yaitu berupa penulisan karya ilmiyah/skripsi yang

Page 22: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

9

nantinya dapat dimanfaatkan sebagai dokumentasi almamater dan refrensi

kepada semua pihak, khususnya para peneliti yang sesuai dengan

pembahasan ini.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Penulis dapat memahami serta memperkaya dalam

memperluas khazanah keilmuan teoritis khususnya mengenai

maqamat dan ahwal dalam tradisi Tarekat Syadziliyah

2. Dapat memberikan kontribusi berupa bacaan perpustakaan di

lingkungan sekitar Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

E. Studi Kepustakaan

Sebagaimana oleh Peneliti sebelumnya dalam kitab al-Thariqah al-

Syadziliyah yang diambil dari beberapa rujukan penulisan skripsi dalam

Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap bagaimana maqamat dan

ahwal dalam Tarekat Syadziliyah dan akan dijelaskan secara mendalam

dari berbagai literatur yang dapat dipertanggungjawabkan. Penting sekali

untuk diteliti dengan detail dan gamblang baik secara terminologi maupun

epistemologi dengan mengacu pada sejarah dimulai gerakan tarekat.

F. Metodologi Penelitian

Page 23: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

10

Penelitian ini digolongkan kepada penelitian kualitatif yaitu

dengan menggali informasi melalui data berupa teks atau dokumen yang

berhubungan dengan judul penelitian, kemudian mendeskripsikan dan

menganalisisnya.

Sumber data penelitian yang menjadi rujukan oleh penulis dalam

penelitiannya diambil dari tulisan-tulisan maqamat dan ahwal baik

terdokumentasi dalam buku, makalah, jurnal, artikel, dan majalah yang

mempunyai relevansi dengan maksud uraian skripsi ini merupakan sumber

sekunder yang menjadi pendukung sumber primer.

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode Deskriptif

Analisis. Deskriptif adalah menggambarkan secara jelas terkait dengan

masalah yang akan diteliti yaitu “Peran Seorang Mursyid Kepada Murid

Untuk Mencapai Maqamat Dan Ahwal Dalam Kitab al-Thariqah al-

Syadziliyah Karya Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby”, sedangkan analisis

adalah menyelidiki setiap masalah untuk memperoleh pemahaman yang

lebih mendalam.

Kemudian menyajikan hasil penelitian melalui sumber-sumber

pustaka primer maupun sekunder dengan menggunakan karangan-

karangan kitab Tasawuf khususnya yang membahas maqamat dan ahwal

dalam tarekat dari berbagai sumber dan yang berkaitan dengan

pembahasan maqamat dan ahwal. Teknik pengumpulan data penelitian ini,

Page 24: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

11

penulis dapatkan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan

(library research).

Teknik penulisan penelitian skripsi ini berpedoman pada ketentuan

yang ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

yaitu buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, yang diterbitkan oleh UIN

Press tahun ajaran 2012/2013

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan pada skripsi

ini, maka penulis membagi tulisan dalam beberapa bab, dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I, pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

studi kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II, maqamat, ahwal dan tarekat, yang dimulai dengan,

menguraikan pengertiannya, menguraikan awal kemunculan Maqamat dan

Ahwal, pengertian tarekat dan sejarah kemunculannya.

BAB III, adalah Abul Hasan Syadzily dan Kitab al-Thariqah al-

Syadzilyah, dimulai dengan Biografi, ajaran tarekat, Guru-guru, dan para

Page 25: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

12

pengikutnya yang masyhur. Kemudian dilanjut dengan pembahasan

biografi pengarang kitab serta menguraikan penjelasan isi kitabnya.

BAB IV, menjelaskan hasil penelitian mengenai peran mursyid

kepada murid dengan pembahasan mursyid, pengertian dan

kedudukannya, kemudian dilajut dengan pembahasan murid, definisi, adab

seorang murid dan pembagian murid, selanjutnya membahas tentang peran

mursyid mengenai maqamat dan ahwal baik mulai dari pengertian, jenis-

jenis Maqamat dan Ahwal dalam kitab al-Thariqah al-Syadziliyah, karya

Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby.

BAB V, merupakan bab penutup dari penulisan karya ilmiah ini

yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari penulis.

Page 26: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

13

28

BAB II

AWAL ISTILAH MAQAMAT DAN AHWAL DAN TERMINOLOGI

KEMUNCULAN AJARAN TAREKAT

A. Pengertian Maqamat (Maqam) dan Ahwal (Hal)

Secara lughah (bahasa) Maqamat mempunyai arti;

قام بالفتح مصدر قام يقوم مقاما, واؼبقام أيضا موضع القيام, وأقام الشيئ أي: َاإلقامة واؼب

قامة بالضم: اإلقامة, [٣سورة البقرة: ﴾]ويقيمون الصلوة﴿أدامو, ومنو قولو تعاىل: ُواؼب

قامة بالفتح: اجمللس واعبماعة من الناس, وأما اؼبقام واؼبقام فقد يكون كل واحد منهماَ واؼب

. اإلقامة, واؼبقام موضع القدمُتدبعٌت

Artinya:“kata Iqamah dan Maqam dengan dibaca fathah

merupakan akar kata dari mashdar Qama, Yaqumu, Maqaman.

Maqam mempunyai arti tempat berdiri, melaksanakan,

sebagaimana di dalam firman Allah, “dan orang-orang yang

melaksanakan shalat”, (Q.S. al-Baqârah: 3). Kata Iqamah

(Muqamah dan Maqamah dengan dibaca dhammah dan fathah)

mempunyai arti Majlis, Perkumpulan manusia. Adapun kata

Maqam dan Muqam keduanya dapat bermakna Iqamah, dan kata

Maqam mempunyai arti tempat berpijak atau meletakkan kedua

kaki”.1

Adapun secara istilah Maqamat mempunyai arti;

عبارة عما يتوصل إليو بنوع تصرف, ويتحقق بو بضرب تطلب, ومقاساة تكلف, وقال إبن عجيبة: وأما اؼبقام فهو ما يتحقق العبد دينازلتو واجتهاد من األدب, وما يتمكن فيو من

.وتطلب, فمقام كل أحد موضع إقامتومقامات اليقُت بتكسب

Artinya:“merupakan sebuah ungkapan tentang sesuatu

(tahapan-tahapan spiritual) untuk dapat sampai pada tujuannya

dengan suatu tindakan, merealisasikannya dengan cara berusaha

1 Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby, al-Thariqah al-Syadziliyah („ardl wa naqd),

(Riyadl: Maktabah al-Rusyd, 2011), hlm. 1889

Page 27: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

14

mencari atau menuntut, dan dilakukan dengan susah payah tanpa

mengenal lelah.”

Adapun pengertian Ahwal jamak dari hal secara terminologi

adalah;

هناية اؼباضي وبداية : , واغبال... نزل بو, كاحتلو, وبو فهو حالحل اؼبكان, وبو حيل .اؼبستقبل

Artinya: hal adalah puncak masa lampau dan permulaan

yang akan datang.

Dan menurut istilah pengertian Hal adalah;

, قال أبو اؼبواىب الشاذيل: بَت تصنع, وال اجتالب, وال اكتسامعٌت يرد على القلب من غ"ما ربول وزال, وملك صاحبو ومل ديلكو فهو حال, لو مل ربل ما ظبيت حاال", وقال إبن

.وال اجتالب, وال تسبب وال اكتسابعجيبة: "اغبال: معٌت يرد على القلب من غَت تعمد

Artinya: Makna yang terbersit dalam hati tanpa suatu

keinginan, tanpa proses perjuangan, dan tanpa proses usaha. Abul

Muwahib al-Syadzily berkata “suatu kondisi yang berubah dan

hilang, terkadang pemilik hal mengalami kondisi itu akan tetapi

tidak tetap atau berubah maka disebut hal, jika tidak berubah maka

bukan di sebut hal”. Ibn Ajibah berkata, “hal adalah makna yang

terbersit dalam hati tanpa disengaja, tanpa suatu penyebab, dan

tanpa suatu usaha”.

Jadi Hal adalah suatu kondisi spiritual yang dialami seseorang di

dalam kedalaman hatinya tanpa proses usaha, sebab, ataupun kesengajaan

dll. Hal adalah anugerah Allah kepada seseorang yang mempunyai

kekuatan spiritual baik secara dhohir maupun secara bathin.

Pada dasarnya kajian tentang maqamat merupakan sebuah kajian

yang tidak dapat dipisahkan dengan ahwal kerena kaduanya mempunyai

Page 28: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

15

hubungan yang erat dan kaduanya tidak bisa dibahas secara terpisah.

Dalam al- Luma‟ al-Tuhsi dijelaskan bahwa maqamat adalah tingkatan

antara seorang hamba dengan Allah Swt, yang dibangun atas dasar

pelaksanaan ibadah, mujahadah, riyadhah, dan kebersamaan dengannya,

hal tersebut berlandaskan pada Q.S. Ibrahim:14, danQ.S. al-Shaffat:164.

Sedangkan Ahwal adalah keadaan hati (qalb) seorang sufi sebagai akibat

dari kemurnian dzikirnya.2

Menurut Abu al-Najib al-Suhrawardy dan al-Qusyairy maqamat

adalah tingkatan spiritual seorang hamba dalam ibadah dihadapan Allah

swt. Dari defnisi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

maqamat adalah nilai atau kualitas spritualitas sesorang terhadap Rabb-

nya. Sebagaiama dijelaskan dalam Risallah al-Qusyairiyyah, al-Qusyairi

bahwa maqamat adalah tingkatan spritualn yang akan diraih salik dengan

jalan mujahadah dan mengamalkan adab-adab, perilaku, dan sikap

tertentu, serta riyadhah.3

Menurut al-Ghazali beberapa maqamat yang dapat kita temukan

dalam ihya, seperti tobat, sabar, kefakiran, zuhud, tawakal, mahabbah dan

rida; Pertama, tobat, yaitu pertama berkaitan dengan pengetahuan tentang

dosa serta akibatnya pada masa sekarang, dan keinginan untuk

meninggalkan segala dosa yang telah ia lakukan dimasa lalu dan di masa

2 Ja‟far, Gerbang Tasawuf, (Medan: PerdanaPublishing, 2016), hlm. 48

3 Ja‟far, Gerbang Tasawuf, (Medan: PerdanaPublishing, 2016), hlm. 49

Page 29: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

16

yang akan datang.4 Kedua, sabar, berkaitan dengan fisik, seperti ketabahan

dan ketegaran memikul beban dengan badan. Kesabaran seperti ini biasa

dilakukan dengan perbuatan, seperti melakukan pekerjaan yang berat berupa

ibadah atau lainnya. Sabar yang kedua disebut dengan kesabaran terpuji dan

sempurna, yaitu kesabaran yang berkaitan dengan jiwa dalam menahan diri

dari berbagai keinginan tabiat atau hawa nafsu. Ketiga, kefakiran diartikan

oleh al-Ghazali sebagai ketidaktersedianya apa yang dibutuhkan oleh

seseorang atau sesuatu. Maka dalam arti ini, seluruh wujud selain Allah,

adalah fakir karena mereka membutuhkan bantuan Tuhan untuk

kelanjutan wujudnya. Keempat, zuhud didefinisikan sebagai tidak adanya

perbedaan Kemiskinan, kekayaan, kemuliaan dan kehinaan, pujian dan

celaan. Karena keakrabannya dengan tuhan, tiga tanda zuhud;

(1) tidak bergembira dengan yang ada dan tidak bersedih karena ada

yang hilang.

(2) sama saja baginya orang yang mencela dan memujinya.

(3) keadaan tawakal yang paling tinggi, yaitu hendaknya ia berada

dihadapan Allah dalam semua gerak dan diamnya.

Yang kelima tawakal. Tawakal adalah menyerahkan urusan kepada

seseorang yang kemudian disebut wakil, dan mempercayakan kepadanya

dalam urusan tersebut. Tentu saja dalam hal ini, yang dimaksud adalah

4 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf. (Penerbit Erlangga), hlm. 197

Page 30: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

17

tawakal kepada Allah swt. wakil kita yang dapat kita percaya, Mahakuasa

dan mempunyai kecakapan yang tidak ada batasnya. Keenam, adalah cinta

Ilahi (al-mahabbah). orang yang mencintai sesuatu yang tidak punya

keterkaitan dengan Allah, maka orang itu melakukannya karena kebodohan

dan kurangnya mengenal Allah. Cinta kepada Rasulullah adalah hal yang

terpuji karena cinta ini merupakan buah kecintaan kita kepada Allah.

Ketujuh, Ridha adalah terkait erat dengan cinta. Kalau cinta kepada Allah

telah tertanam dihati seseorang, maka cinta tersebut akan menimbulkan rasa

ridha atau senang atas semua perbuatan Tuhan, karena dua alasan: yang

pertama, cinta bisa menghilangkan rasa sakit atau luka yang menimpa diri

seseorang. Yang kedua, ia mungkin merasakan kesakitan atas dirinya, tetapi

ia merasa rida atas dirinya.

Sedangkan yang dimaksud dengan Ahwal adalah bentuk jamak dari hal

yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami

oleh para sufi disela-sela perjalanan spritualnya. Hal merupakan anugerah

dan rahmat dari Tuhan. Meskipun demikin sikap mental itu semata anugerah

Allah, bukan karena latihan dan perjuangan, namun bagi setiap orang

yang ingin meningkatkan intensitas jiwanya haruslah berusaha menjadikan

dirinya orang yang berhak menerima anugerah Allah tersebut, yaitu dengan

meningkatkan amal perbuatannya, baik dari segi kualitas maupun segi

Page 31: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

18

kuantitasnya. Ada beberapa sifat dan ciri dari pada ahwal dintaranya; Khauf,

Raja‟, Syauq, Uns dan Mahabbah.5

B. Awal Istilah Maqamat dan Ahwal

Penemuan-penemuan mengenai para sufi awal menunjukkan

bahwa batasan-batasan yang dianggap milik para mistik abad ke-9 mugkin

bisa ditelusuri ke masa-masa jauh sebelumnya. Penemuan-penemuan

tersebut juga menunjukkan bahwa gagasan-gagasan sufi, pada tahap

awalnya, saling berkaitan. Namun masih banyak persoalan yang

menunggu pemecahan. Gagasan-gagasan ja‟far dan, mungkin, pemikir-

pemikir sufi lain di zaman awal tentunya tersebar diam-diam, melebar di

dalam kehidupan mistik sampai akhirnya muncul dalam pernyataan-

pernyataan sejumlah tokoh sufi yang hidup hampir bersamaan, yang

mengungkapkan keanekaragaman kemungkinan dalam kehidupan mistik.6

Dari sini dapat kita lihat bahwa pada abad-9 terjadi sebuh siklus dimana

perkembangan sufisme begitu pesat sehingga para sejarawan berusaha

mencari titik terang tentang kehidupan para mistik dan siapa saja tokoh

yang paling berpengaruh waktu itu. Seperti Dzun-Nun Al-Mishri (859),

5 Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar, AkhlakTasawuf, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada), hlm. 53 6 Ibnu Farhan, “Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Perspektif Para Sufi”YAQZHAN

Volume 2, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 160

Page 32: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

19

Bayazid al-Bistami dari iran (874) Yahya bin Mu‟adz dari rayy (871) al-

Harist al-Muhasibi dari irak (875).7

Pada hakikatnya tujuan utama dari pada sufisme dalam

mendekatkan diri sedekat mungking dengan sang maha pencipata yaitu

Allah swt, mekipun masih perdebatan yang terjadi sebagaimana penulis

sebutkan diatas tentang sejarah sufisme namum yang lebih penting adalah

sufisme meruapakan cara bagaiamana manusia bisa dekat dengan tuhan.

Sebab sebagaimana yang dikatakan oleh gibb sufisme adalah pengalaman

keagamaan yang otentik dalam Islam.8

Di dalam perjalanannya menuju Allah SWT, para guru sufisme

mempunyai peranan yang sangat vital. Ia merupakan tokoh sentral dalam

dunia tasawuf. Ia adalah satu-satunya yang mempunyai otoritas dalam

menuntun para salik, dalam melakukan perjalanan menuju Allah SWT.

Lewat pengalamannya para guru Sufi ini kemudian membuat beberapa

metode dan konsep untuk membantu dan memudahkan para Salik

mencapai tujuannya. Dari banyaknya konsep yang ada dan berkembang

dikalangan Sufi konsep mengenai maqamat dan ahwal adalah salah

satunya.

7 Ibnu Farhan, “Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Perspektif Para Sufi” YAQZHAN

Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 hlm. 160 8 William C. Chitick, Sufism; A Beginner‟s Guide (England: One world Publication

Oxford, 2008), hlm. 3

Page 33: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

20

Maqamat merupakan salah satu konsep yang digagas oleh Sufi

yang berkembang paling awal dalam sejarah tasawuf Islam. Kata maqamat

sendiri merupakan bentuk jamak dari kata maqam, yang secara literal

berarti tempat berdiri, stasiun, tempat, lokasi, posisi atau tingkatan. Dalam

al-Qur‟an kata ini maqam yang mempunyai arti tempat disebutkan

beberapa kali, baik dengan kandungan makna abstrak maupun konkrit.

Diantara penyebutannya terdapat pada Q.S. al-Baqarah ayat 125, Q.S. al-

Isra‟ ayat79,Q.S. Maryama yat 73,Q.S. al-Shaffat ayat 164, Q.S. al-

Dukhan ayat 51, dan Q.S. al-Rahman ayat 46. Sedangkan kata ahwal

merupakan bentuk jamak dari kata hal, yang secara literal dapat diartikan

dengan keadaan. Adapaun secara lebih luas ahwal dapat diartikan sebagai

keadaan mental (mental states) yang dialami oleh parasufi disela-sela

perjalanan spiritualnya.

Secara historis konsep maqamat diduga muncul pada abad pertama

hijriyah ketika para sahabat Nabi masih banyak yang hidup. Sosok yang

memperkenalkan konsep tersebut adalah menantu Rasulullah saw yaitu

sahabat Ali bin Abi Thalib. Hal ini dapat ditemukan dalam satu informasi

bahwa suatu ketika para sahabat bertanya kepadanya mengenai Iman, Ali

bin Abi Thalib menjawab bahwa iman itu dibangun atas empat pondasi

yaitu kesabaran (as-sabr), keyakinan (al-yaqinu), keadilan (al-„adl) dan

perjuangan (al-jihadu). Danmasing-masing pondasi tersebut mempunyai

sepuluh tingkatan (maqamat). Hal ini setidaknya menjadi bukti kuat

Page 34: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

21

bahwa sumber tasawuf sudah dapat dilihat pada masa Nabi Muhammad

saw.

Namun dalam tradisi tasawuf, istilah maqamat dan ahwal ini

biasanya disandarkan kepada tokoh sufi mesir yaitu Syekh Dzunnun al-

Mishri. Dia adalah salah satu sufi masyhur yang lahir di Mesir selatan dan

meninggal pada tahun 859 M. Dia adalah seorang sufi yang

memperkenalkan teori ma‟rifah atau gnosis dalam tradisi tasawuf.

Menurut Dzunnun ma‟rifah adalah cahaya yang diberikan Tuhan ke dalam

hati seorang sufi. Sebuah ungkapan mengenai ma‟rifah yang terkenal

darinya “Aku mengetahui Tuhan melalui Tuhan dan jika sekiranya tidak

karena Tuhan, aku tidak akan tahu Tuhan”. Dzunnun juga menambahkan

bahwa ma‟rifah bukan saja merupakan hasil dari usaha seorang sufi untuk

menggapainya tapi juga merupakan anugerah dari Tuhan. Dengan

demikian adanya usaha dan kesabaran dalam menunggu anugerah Tuhan

merupakan keniscayaan untuk menggapai ma‟rifah.9

Dalam perkembangan selanjutnya konsep maqamat dan ahwal ini

merupakan salah satu konsep tasawuf yang pada giliranya mendapat

perhatian yang serius dari para Sufi. Para Sufi kemudian membuat

beberapa definisi dan tingkatan maqamat yang berbeda-beda. Para Sufi

juga membuat beberapa definisi berkenaan dengan ahwal dan bagaimana

9 Ibnu Farhan, “Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Perspektif Para Sufi” YAQZHAN

Volume 2, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161

Page 35: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

22

mengenai proses dari konsep-konsep tersebut. Adapun tujuan dari

pembuatan konsep maqamat atau ahwal oleh para Sufi adalah sebagai

gerakan atau prilaku untuk mencapai kesempurnaan menuju Tuhan secara

sistematik. Berdasarkan konsep maqamat dan ahwal ini maka para sufi

dapat memberikan suatu aturan yang dapat dijalankan oleh pengikutnya

sehingga jalan menuju Tuhan menjadi jelas dan mudah.

C. Pengertian Tarekat

Kata tarekat berasal dari bahasa arab “thariqah” yang berarti jalan,

keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang

ditempuh para sufi. Dapat pula digambarkan sebagi jalan yang berpangkal

dari syariat, sebab jalan utama disebut syar‟, sedangkan anak jalan disebut

“thariq”.10

Dari definisi ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa tarekat

adalah jalan menuju tuhan yang sering identik dengan jalan seorang sufi

untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Tuhan.

Menurut Abu Bakar Aceh, Tarekat adalah jalan, petunjuk dalam

melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan

dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi‟in, turun-

menurun sampai kepada guru-guru, atau suatu cara mendidik, mengajar,

lama-kelamaan meluas menjadi kumpulan kekeluargaan yang mengikat

penganut-penganut sufi yang sepahamdan sealiran, guna memudahkan

10

Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia,2004), hlm. 165

Page 36: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

23

menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari para pemimpinnya dalam

suatu ikatan. Tarekat ialah suatu sistem dan cara-cara beramal atas Irsyad

seseorang mursyid terhadapa murid-muridnya yang mengikat dalam suatu

mazdhab tertentu yang pada dasarnya untuk menjalankan sunnah

Rasulullah secara optimal dan sungguh-sungguh.11

Sufi-sufi yang melakukan Tarekat menggambarkan dirinya yang

sedang mencari Tuhan bagaikan pengembara (salik). Mereka melangkah

maju dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahapan-tahapan itu mereka

menyebutnya dengan “maqamat”. Jalan yang mereka tempuh disebut

“thariqah”. Tarekat atau jalan sufi ini begitu penting sehingga sering kali

Ilmu Tasawuf disebut juga dengan ilmu suluk.12

D. Sejarah Kemunculan Tarekat

Tasawuf merupakan hal yang tak terpisahkan dari dunia tarekat

sebab kemunculan taerekat sendiri tidak terlepas dari keberadaan tasawuf

secara umum. Hal yang perlu kita ketahui adalah perubahan atau peralihan

tasawuf yang bersifat individual kepada tarekat sebagai suatu organisasi.

Hal tersebut merupakan perkembangan, pengamalan serta perluasan dan

keluasan ajaran tasawuf. Kajian tentang tarekat sendiri tidak mungkin

dilakukan tanpa kajian tasawuf. Beraneka ragam asal kata tasawuf. Salah

11

Damanhuri Basyir,Ilmu Tasawuf,(Banda Aceh: Yayasan Pena,2005), hlm. 60 12

Akbarizan, Tasawuf Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf diIndonesia, (Riau:

Suska Press, 2008), hlm. 9-10

Page 37: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

24

satu yang dipandang paling dekat adalah kata Suf yang mengandung arti

„wol kasar‟. Pengertian ini dihubungkan dengan seseorang yang ingin

memasuki tasawuf mesti mengganti pakaian mewah dengan kain wol

kasar, yang melambangkan kesederhanaan dan ketulusan hamba Allah

dalam menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada

alam rohani.13 Pada mulanya atau pada priode awal upaya tersbut mereka

tempuh dikenal sebagai zuhhad.14

Menurut terminologi, tasawuf merupakan upaya mendekatkan diri

sedekat mungkin kepada Tuhan, dengan menggunakan intuisi dan daya

emosional spiritual yang dimiliki manusia sehingga benar-benar merasa

berada di hadirat-Nya. Upaya pencapaian ini dilakukan melalui tahapan-

tahapan panjang yang disebut maqâmât dan ahwâl. Pada tahapan

selanjutnya, tasawuf mengalami perkembangan makna, yang semula

diamalkan secara invidual, seperti yang terjadi pada masa awal Islam

hingga abad ke-5/11. Namun dengan bertambahnya jumlah pengikut

tasawuf, maka secara perlahan terjadi transformasi tasawuf dari semata

sebagai doktrin menjadi organisasi (tarekat) sepanjang abad ke-6/12 dan

hingga saat ini.15

13

Abû al-Wafa‟ al-Ghanimî al-Taftazanî, Sufi dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi‟i

Ustman (Bandung: Pustaka ITB, 1985), hlm. 21 14

J. Spencer Trimingham, Madzhab Sufi, terj. Lukman Hakim (Bandung: Pustaka, 1999),

hlm. 1-2 15

Hidayat Siregar,”Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial” MIQOTVol. XXXIII No. 2

Juli-Desember, 2009 hlm. 171

Page 38: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

25

Dalam konteks ini, Trimingham menggambarkan perkembangan

tasawuf menjadi tarekat ke dalam tiga tahapan. Tahap pertama, Kanaqah,

Guru dan majelis muridnya, yang sering kali berpindah-pindah tempat,

mempunyai aturan yang minimum untuk menempuh kehidupan biasa,

menjurus pada abad ke-10 ke arah pembentukan pondok-pondok yang

seragam dan tidak khusus. Bimbingan di bawah seorang guru menjadi

prinsip yang diterima. Secara intelektual dan emosional merupakan suatu

gerakan yang aristokratik. Menerapkan metode-metode kontemplasi dan

latihan-latihan yang individualistik dan komunal untuk menumbuhkan

ekstase.

Tahap kedua, tharîqah, abad ketiga belas, zaman Saljuq. Periode

formatif 1100-1400 M. Pada periode ini terjadi transmisi doktrin, aturan,

dan metode. Perkembangan mazhab-mazhab mistisisme yang

bersinambung. Silsilah-thariîah, yang berasal dari seseorang yang

tercerahkan, gerakan borjuis. Menyesuaikan dan menjinakkan semangat

mistikal dalam sufisme yang terorganisasi kepada standar tradisi dan

legalisme. Perkembangan tipe-tipe baru metode kolektif untuk

menumbuhkan ekstase. Tahap ketiga, ta‟ifah, abad kelima belas, zaman

pembentukan Kemaharajaan Ottoman. Transmisi baiat bersama-sama

doktrin dan aturan. Sufisme menjadi suatu gerakan yang populer. Fondasi-

fondasi baru terbentuk dalam aliran-aliran thariqah, bercabang menjadi

banyak „ordo‟, yang sepenuhnya menyatu dengan kultus orang suci.

Page 39: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

26

Pada proses selanjutnya, tasawuf yang pada awalnya hanya

merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada

orang tertentu, maka pada tahapan selanjutnya, jumlah pengikut semakin

bertambah, sehingga menjadi suatu komunitas yang membentuk kekuatan

sosial perkumpulan khusus, kemudian memunculkan organisasi sufi yang

melestarikan ajaran syaikhnya, seperti tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah,

Syaziliyah dan lain-lain. Nama tarekat identik dengan nama figur

pendirinya.16

1. Tarekat Qadiriyah, (dihubungkan kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,

yang wafat di Irak pada (1161 H) yang mempunyai penganut di Irak, Turki,

Turbekistan, Sudan, Cina, India, dan Indonesia.

2. Tarekat Syadziliah, (dihubungkan kepada Syaikh Abul Hasan al-Syadzily,

yang wafat di Mesir pada 1258 M), yang mempunyai pengikut di Mesir,

AfrikaUtara, Syiria, dan Negri-negri Arab lainnya..

3. Tarekat Rifaiyah, (dihubungkan kepada Syaikh Ahmad al-Rifai, yang

wafat di Mesir pada 1182 M), yang mempunyai pengikut di irak dan di Mesir.

4. Tarekat Naqsyabandiyah (dihubungkan kepada Syaikh Bahaudin Naqsabandi

yang wafat di Bukhara pada 1389 M), yang mempunyai pengikut di Asia

16

Hidayat Siregar,”Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial” MIQOTVol. XXXIII No. 2

Juli-Desember 2009, hlm. 172

Page 40: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

27

Tenggara, Turki, India, Cina, dan Indonesia. Pandangan tokoh-tokoh tarekat

tentang maqamat dan Ahwal.17

17

M. Solihin, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 249

Page 41: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

28

43

BAB III

ABUL HASAN AL-SYADZILY DAN KITAB AL-THARIQAH AL-

SYADZILIYAH

A. Biografi Abul Hasan al-Syadzily

Abul Hasan al-Syadzily, julukannya adalah Taqiyu al-Din, nama

panggilannya, Abul Hasan dan terkenal dengan sebutan al-Syadzily.

Orang-orang berbeda pendapat tentang nasab Abul Hasan al-Syadzily,

setelah kesepakatan mereka terdapat dua pendapat bahwa Abul Hasan al-

Syadzily bernasab kepada Sayyidina Hasan bin Ali r.a;

a. Pendapat orang-orang Timur

Mereka mengembalikan nasab Abul Hasan al-Syadzily kepada „Isa

bin Muhammad bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, yaitu, Ali bin

Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushoi

bin Yusuf bin Yusya‟ bin Warod bin Bathol bin Ahmad bin Muhammad

bin Isa bin Muhammad bin al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib r.a, yang

mengatakan dengan pendapat ini adalah Ibn Athaillah al-Sakandari dalam

kitabnya lathaiful minan dan Ibn Shabagh dalam kitabnya durrotul asror

wa tuhfatul abror.1

1 Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby, al-Thariqah al-Syadziliyah („ardl wa naqd), (Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 2011), hlm. 115

Page 42: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

29

Imam Al-Dzahabi berpendapat bahwa putra-putra sayyid Hasan bin

Ali r.a mereka adalah Hasan, Zaid, Thalhah, Qosim, Abu Bakr, dan

Abdullah akan tetapi mereka syahid bersama paman-pamannya (Umar,

Abdurrahman, Husain, Muhammad, Ya‟qub, dan Ismail) dalam tragedi

karbala, mereka sama sekali tidak memberi keturunan kecuali dari dua

orang laki-laki yang utama yaitu Hasan dan Zaid. Sayyid Hasan bin Hasan

mempunyai lima keturunan sedangkan sayyid Zaid bin Hasan mempunyai

satu putra yaitu Hasan bin Zaid.

b. Pendapat orang-orang Barat

Mereka mengembalikan nasab Abul Hasan al-Syadzily kepada

golongan Idris, mereka merupakan para sultan di bagian wilayah ujung

barat dunia arab (maroko). Mereka sepakat dengan orang-orang timur

tentang nasab Abul Hasan Syadzily kepada Isa yang merupakan kakek ke

tiga belas, akan tetapi pada setelahnya mereka berbeda pendapat mengenai

nasab Syadzily. Maka mereka berpendapat Isa bin Idris bin Umar bin Idris

al-Azhar bin Idris al-Akbar bin Abdullah bin al-Hasan al-Mutsanna bin

Abi Muhammad al-Hasan bin Amir al-Mu‟minin Ali bin Abi Tholib r.a.,

yang mengatakan dengan pendapat ini adalah Ibn „Iyad dengan

melewatkan Idris al-Azhar, kemudian dia mengatakan, Isa bin Idris bin

Umar bin Idris bin Abdullah, sebagaimana dapat diketahui dalam kitab-

kitab sejarah bahwa Idris al-Akbar bin Abdullah adalah penggagas Daulah

Adarisah, setelah meninggal ia tidak mempunyai pewaris tahta kecuali ia

Page 43: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

30

mengangkat seseorang pada tahun ke tujuh. Ketika dilahirkan ia diberi

nama Idris dan diberi julukan al-Azhar, maka Umar bukan bagian dari

putra Idris al-Akbar. Jadi, urutan yang benar dalam pendapat ini adalah Isa

bin Idris bin Umar bin Idris al-Azhar bin Idris al-Akbar bin Abdullah bin

al-Hasan al-Mutsanna bin Abi Muhammad al-Hasan bin Amiril Mu‟minin

Ali bin Abi Tholib r.a,. Berdasarkan pendapat yang Shahih ini nama-nama

mereka terdapat dua puluh dua jumlahnya, adapun pada pendapat pertama

mereka semua berjumlah tujuh belas.2

Terdapat beberapa pendapat tentang tahun kelahiran dan tempat

dilahirkan Abul Hasan al-Syadzily diantar pendapat tersebut ada yang

mengatakan beliau dilahirkan pada tahun 591 H dan ada juga yang

mengatakan dilahirkan pada tahun 571 H, akan tetapi pendapat paling

shohih mengenai tahun kelahirannya yaitu pada tahun 593 H di Iklim

(ghumaroh) Maghribil Aqsho Tunis dekat dari kota Sabtah.3

Abul Hasan al-Syadzili tumbuh hingga dewasa di tempat

kelahirannya di Iklim (ghumaroh) Maghribil Aqsho, beliau mempunyai

warna kulit sawo mateng, badannya kurus, tinggi, tipis cambang, panjang

jari-jari kedua tangannya sepertinya Dia bangsa Hijaz, fasih dalam

berucap, dan perkataannya penuh hikmah serta menyenangkan bagi orang-

orang yang mendengarkannya. Sebagian penterjemah mengatakan bahwa

2 Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby, al-Thariqah al-Syadziliyah („ardl wa naqd), (Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 2011), hlm. 118 3 Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby, al-Thariqah al-Syadziliyah („ardl wa naqd), (Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 2011), hlm. 122

Page 44: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

31

Abul Hasan al-Syadzily mengalami kebutaan semenjak pertumbuhannya

dan pendapat ini salah. Abul Hasan al-Syadzily tidak mengalami kebutaan

kecuali setelah kedatangannya ke mesir.4

1. Ajaran Tarekat Abul Hasan al-Syadzily

Sebagai mana tarekat-tarekat yang ada kebanyakan mendominasi

pada ajaran-ajaran dan kitab-kitab sebelumnya maka disini dalam

beberapa buku ajaran tarekat Syadziliyah lebih mendominasi tasawuf

imam al-Ghazali yang berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah.5

Abul Hasan al-Syadzily sama sekali tidak mempunyai kitab

karangan yang ditinggalkannya begitu juga muridnya al-Mursi. Mengenai

ajaran-ajaran Syadziliyah yang tersebar dipelopori oleh Ibnu „Athaillah

dalam kitab-kitabnya seperti al-Hikam, Lathaiful Minan, dll.

Ajaran-ajaran tarekat Syadziliyah dapat diikhtisharkan dalam lima

pokok ajaran: ketakwaan kepada Allah, baik diketahui orang atau tidak

diketahui orang; konsisten menjalani al-Sunnah, baik dengan ucapan dan

harus dibuktikan dengan perbuatan, maka ucapan dan perbuatan dapat

sejalan; penghormatan terhadap makhluk, baik diketahui atau tidak

diketahui orang; ridha kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun

4 Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby, al-Thariqah al-Syadziliyah („ardl wa naqd), (Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 2011), hlm. 129 5 Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf (sebuah kajian tasawuf). (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm.

105

Page 45: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

32

kekurangan; dan kembali kepada Allah, baik dalam senang maupun

susah.6

2. Guru-guru Abul Hasan Syadzily

Sebagaimana yang telah dijelaskan didepan bahwa Abul Hasan

Syadzily tumbuh hingga dewasa di Maghrib al-Aqsha dan berpindah ke

suatu wilayah yang berada diantara Iklim (ghumaroh) dan Kota (fes)

dalam permulaan hidupnya dengan perjumpaan dengan guru-gurunya serta

memulai belajar tentang ilmu-ilmu dari para gurunya tersebut.

Berikut guru-guru Abul Hasan Syadzily;

a) Abd Salam Bin Masyis

Beliau Ibn Masyis merupakan Guru spiritual Abul Hasan

Syadzily yang paling Masyhur dan yang paling mempengaruhi

sebagian besar perjalanan spiritualnya. Beliau adalah Abd Salam

bin Masyis bin Abi Bakr bin Ali bin Hurmah bin Isa bin Sallam bin

Mazwar ibn Haidrah.

Ibn Masyis dilahirkan pada tahun 559 H, di gunung al-Alam

dekat kota Tuthwan. Ibn Masyis tidak banyak yang mengetahui

tentang perjalanannya (biografinya).

6 Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf (sebuah kajian tasawuf), hlm. 105

Page 46: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

33

Abdul al-Salam bin Masyis wafat pada tahun 622 H.

Pendapat lain mengatakan wafat apada tahun 625 H. Ia di

kebumikan di Jabal Alam di sekitar kota Tutwan. Ia wafat di bunuh

di Jabal Alam yang merupakan bagian dari Jabal Ghumaroh.

Kuburannya sangat terkenal dan di tempatkan di tempat yang

paling keramat di bagian maghrib. Yang menyebabkan

terbunuhnya Ibnu Masyis adalah Muhammad bin Abi al-Thawajin

al-Kattami.

b) Ibn Harizm

Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin al-Syaikh Abil

Hasan Ali bin Ismail bin Harizm. Ia di tinggalkan orang tuanya

sejak kecil. Ibn Harzm adalah yang pertama kali yang

mempengaruhi Abul Hasan al-Syadzily tentang tasawuf dan

memakaikannya khirqah dan itu dilakukan sebelum Syadzily

berpindah ke tunis. Ibn Harizm wafat pada 633 h.

c) Abu al-Fath al-Washithy

Beliau adalah Najm al-Din Muhammad Abu al-Ghinayam

al-Wasithy wafat pada 580 h dan dimakamkan di iskandariyah.

d) Abu Sa‟id al-Baji

Beliau adalah Khalaf bin Yahya al-Tamimy.

3. Para pengikut Abul Hasan al-Syadzily yang masyhur

Page 47: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

34

a) Abul Abbas al-Mursi

Nama lengkap beliau adalah Syihabuddin Abul Abbas

Ahmad bin Umar bin Muhammad al-Ansori al-Mursi as-Syadzili

al-Maliki. Namun ia lebih dikenal dengan sebutan nama Abul

Abbas al-Mursi. Kelahiran al-Mursi pada paruh pertama abad

ketujuh hijriyah tepatnya pada era akhir al-Muwahhidun di kota

Andalusia Negeri Mursi (616 H).

Masa kehidupan Abul Abbas al-Mursi yang dimulai dari

tahun 616 H. Hingga pada tahun 686 H dapat dibedakan menjadi

tiga fase sebagai berikut;

Pada fase pertama, mengenai kehidupanya, dimulai dari tahun 616

H hingga pada tahun 640 H. Ia meninggalkan Andalus bersama

keluarganya untuk menunaikan ibadah haji. Fase ini merupakan

fase yang sulit yang tidak bisa dijelaskan dengan detail mengenai

perjalanan hidup al-Mursi, dan tidak ada teori sejarah yang dapat

memberikan solusi untuk mengetahui tentang ilmu-ilmu yang

dipelajari al-Mursi dalam permulaan hidupnya. Terdapat sebuah

pendapat bahwa Abul Abas al-Mursi mulai dari sejak kecil

menekuni ilmu tasawuf yang mana hal ini diungkapkan oleh Ibnu

Athaillah dalam kitab Latoifulminan.

Page 48: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

35

Dan pada tahun 640 H, Abul Abbas al-Mursi genap berusia 24

tahun ia bersama keluarganya pergi untuk melaksanakan haji, akan

di tengah perjanannya mereka karam di tengah lautan, karena

perahu yang ditumpanginya mengalami kerusakan, sehingga

mereka terdampar di pesisir pantai Tunis. Ayah dan ibunya

meninggal, sedangkan Almursi dan saudaranya (Muhammad)

selamat.

Adapun fase kedua, dimulai pada tahun 640 H sampai tahun 656 ia

meninggalkan Andalus dan merupakan tahun wafatnya guru al-

Mursi, yaitu al-Syadizili. Fase ini adalah fase di mana ia belajar

kepada gurunya yaitu al-Syadzili dan ia mendapati madzhab

tasawuf Perjalanan menapaki tasawuf dimulai sejak Abu al-Abbas

al-Mursi memasuki negara Tunis. Tidak ada semangat lain kecuali

ia mencari Abu al-Hasan al-Syadzili untuk belajar ilmu tasawuf.

Fase ketiga, dimulai pada tahun 656 H hingga 686 H. Tahun ini

merupakan tahun wafatnya al-Mursi. Dan pada tahun tersebut al-

Mursi menggantikan gurunya sebagai mursyid tarekat Syadziliyah

dan beruasaha menyebarkan ajaran-ajaran tarekat Syadziliyah.

Kemudian mendidik para murid, dan mengirim para Dai.

b) Ibn Athaillah al-Sakandary

Page 49: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

36

Nama lengkapnya adalah, Ahmad bin Muhammad bin

Abdul Karim bin Athaillah Tajuddin Abul Fadl al-Sakandary al-

Syadzily al-Judzami. Ia dilahirkan di kota iskandariyah, tetapi tidak

ada yang tahu pasti terkait tanggal dan tahun kelahirannya, namun

diperkirakan Ia lahir pada paruh kedua abad ketujuh hijriyah. Ia

tumbuh dengan menganut paham Akidah Asy‟ariyah dan

bermadzhab imam Malik.

Masa pertumbuhan Ibn Athaillah dapat dibagi dalam tiga

fase;

Fase Pertama, Ibn Athaillah menuntut ilmu di Iskandaria tentang

ilmu-ilmu syari‟at dibawah bimbingan ulama-ulama ilmu syari‟at,

yang mana para ulama tersebut memungkiri tentang adanya ilmu

tasawuf, karena mereka beranggapan wahwa tasawuf merupakan

bid‟ah dan bersabrangan dengan syari‟at.

Fase Kedua, Ibnu Athaillah menganut tasawuf atas tarikat

Syadzily, Ia merupakan murid utama dari gurunya Abul Abbas al-

Mursi yang menggantikan al-Mursi di kemudian.

Faze Ketiga, Ibnu Athaillah memulai perjalanan hidupnya dari

iskandaria, kemudian ia bermukim di kairo, dan ia wafat pula pada

fase ketiga ini, tepatnya pada tahun 709 H.

Page 50: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

37

c) Ibnu „Ajibah

Nama lengkapnya Abul Abbas Ahmad bin Muhammad al-

ma‟ruf dan ia lebih di kenal dengan sebutan Ibn Ajibah,

bermadzhab maliki dan menganut ajaran tarekat Syadziliyah. Ia

dilahirkan di sebuah desa yang bernama A‟jabis dari kabilah

Anjaroh.

Ibnu Ajibah tumbuh berkembang di negeri mangribil aqso

(maroko) yang merupakan tanah kelahiran Abul Hasan al-Syadzily,

ia tumbuh sebagai seorang sufi sejak permula‟an hidupnya

mengikuti jejak kehidupan keluarganya.

B. Kitab al-Thariqah al-Syadziliyah

1. Biografi pengarang kitab al-thariqah al-syadziliyah

Pengarag kitab al-thariqah al-syadziliyah adalah Dr. Khalid

Ibn Nashir al-„Utaiby. Menurut informasi yang penulis dapatkan Ia

saat ini menjabat sebagai Dekan pada Fakultas Ushuluddin di

Universitas Imam Muhammad bin Su‟ud al-Islamiyah (kerajaan

saudi). Keterangan lengkap mengenai biografinya tidak tercantum

di dalam kitab tersebut, demikian juga di dalam pencarian penulis

melalui situs-situs internet tidak ditemukan mengenai biografinya.

2. Penjelasan isi kitab

Page 51: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

38

Kitab al-Thariqah al-Syadziliyah yang di karang oleh Dr.

Khalid Ibn Nashir al-„Utaiby ini merupakan karangan sebagai

bentuk penyajian dan tinjauan terhadap ajaran-ajaran tarekat

syadziliyah. Dalam kitab ini terdapat tiga pembahasan pokok dalam

sub bab yang mana dalam setiap bab mempunyai fashl-fashl dan

setiap fashl juga terdapat beberapa pembahasan.

Bab pertama membahas mengenai Imam Abu Hasan

Syadzily, pera pengikutnya yang masyhur, dan tarekat Syadziliyah.

Dalam bab ini terdapat tiga fashl dengan masing-masing

pembahasannya. Fashl pertama yaitu informasi tentang Abu Hasan

Syadzily dan masa kehidupannya, pada fashl ini terdapat tujuh

pembahasan pertama yaitu; kehidupan beragama, budaya, politik,

dan sosial, ke dua; pembahasan mengenai nama, tempat lahir,

pertumbuhan, menimba ilmu, dan pengalamannya, ke tiga;

kesibukannya di dalam mengajar dan kedudukannya, ke empat;

pembahasan mengenai para guru dan para muridnya yang utama,

ke lima; pengaruh keilmuannya di dunia, ke enam; akidah dan

madzhabnya mengenai fiqh, ke tujuh; wafatnya. Fashl ke dua yaitu

mengenai para pengikutnya yang masyhur pada fashl ini terdapat

empat pembahasan, pertama yaitu; Abul „Abbas al-Mursi (nama,

tempat lahir, pertumbuhan, menimba ilmu, dan pengalamannya), ke

dua; Ibn „Athaillah al-Sakandary (nama, tempat lahir,

Page 52: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

39

pertumbuhan, menimba ilmu, dan pengalamannya), ke tiga; Ibn

„Ajibah (nama, tempat lahir, pertumbuhan, menimba ilmu, dan

pengalamannya), ke empat; mengenai para pengikut imam syadzily

yang masyhur di dunia modern. Fashl ke tiga pembahasan

mengenai tarekat syadziliyah.

Bab ke dua pembahasan tentang sumber permulaan dan

pembahasan mengenai masalah akidah menurut pengikut imam

Syadzily. Fashl pertama terdapat tujuh pembahasan yaitu, pertama;

ajakan pengikut imam Syadzily untuk berpegang pada al-Quran, al-

Sunnah, manhaj salaf, dan memerangi bid‟ah, ke dua; dakwa untuk

menjumpai Allah tanpa perantara, ke tiga; dakwa mengenai

bertemu nabi baik dalam keadaan sadar atau tidur, ke empat; dakwa

perjumpaan mengenai Nabi Khidlr a.s, ke lima; dakwa mengenai

penerimaan pengetahuan dengan jalan kasyf, ke enam; dakwa

mengenai meneri pengetahuan dengan jalan ru‟yah dalam tidur dan

hikayat, ke tujuh; pengaruh yang sukses tentang sumber yang

menjadi kecenderungan. Fashl ke dua terdapat tujuh pembahasan

yaitu, pertama; akidah mereka tentang kesaan Allah, ke dua; akidah

tentang Rasulullah s.a.w, ke tiga; akidah tentang kewalian, ke

empat; akidah tentang karomah, ke lima; akidah tentang bab takdir

(al-qadr), ke enam; akidah tentang pembagian agama kepada

Page 53: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

40

syari‟at dan hakikat, ke tujuh; akidah tentang pendapat wahdatul

wujud.

Dan Bab ke tiga membahas tentang pandangan mereka

mengenai pendidikan jiwa (al-nafs) manusia, pada bab ini terdiri

dari tujuh fashl. Fashl pertama tentang perhatian pengikut imam

Syadzily mengenai jiwa manusia. Pembahsan pertama; defini,

kedudukan, dan hubungannya dengan badan, ke dua; keburukan

jiwa, penyakit jiwa, pendodrong-pendorong jiwa, obat jiwa, dan

upaya untuk mencapai jiwa yang sempurna, ke tiga;

memberlakukan hukum-hukum syari‟at dan ulama‟ di dalam

mendidik jiwa, ke empat; perbandingan mengenai teori Syadziliyah

tentang jiwa manusia dan manhaj yang sempurna yang mengikuti

manhaj ahlus sunnah wal jamaah. Fashl ke dua yaitu tentang

mujahadatun nafs menurut syadziliyah. Pembahasan pertama;

makna mujahadah, kedudukannya, buahnya, dan pembagian para

salik di dalam mujahadah, ke dua; kaidah mujahadatun nafs antara

manhaj terdahulu dan manhaj yang baru menurut sydziliyah, ke

tiga; praktek-praktek mujahadatun nafs, ke empat; kemuliaan

seorang syeikh atas murid di dalam mujahadah, tugas atau fungsi

seorang syeikh, dan adab seorang murid bersama syeikh, ke lima;

tinjauan terhadap pemahaman mujahadah menurut syadziliyah.

Fashl ke tiga tentang riyadloh menurut syadziliyah. Pembahasan

Page 54: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

41

pertama; makna, dalil-dalil, kedududkan, dan asas riyadloh, ke dua;

cakupan riyadloh, ke tiga; tinjauan atas pemahaman riyadlloh

menurut syadziliyah. Fashl ke empat tentang dzikir dan

kedudukannya menurut syadziliyah. Pembahasan pertama; dzikir,

kedudukan, dan cara memilihnya menurut syadziliyah, ke dua;

fungsi dzikir, ke tiga; tinjauan terhadap dzikir-dzikir syadziliyah.

Fashl ke lima tentang „uzlah dan khalwat menurut syadziliyah.

Pembahasan pertama; „uzlah menurut syadziliyah dan

perbedaannya dengan khalwat, ke dua; kaidah ilmiah, adab yang

dapat mempersahabat kepada „uzlah, dan khalwat, ke tiga; nilai-

nilai „uzlah, ke empat; tinjauan tentang pemahaman „uzlah dan

khalwat menurut syadziliyah. Fashl ke enam tentang adab suluk

menurut syadziliyah. Pembahasan pertama; maksud adab suluk,

kedudukan, buah, dan asas suluk, ke dua; macam-macam adab

suluk, ke tiga; tinjauan adab suluk menurut syadziliyah. Fashl ke

tujuh tentang maqamat dan ahwal. Pembahasan pertama; maqamat

dan ahwal serta hubungan ke duanya, ke dua; kedudukan maqamat,

ke dua; kedudukan ahwal, ke empat; tinjauan maqamat dan ahwal

menurut syadziliyah.

Page 55: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

42

Demikian di atas mengenai penjelasan isi kitab al-Thariah

al-Syadziliyah.

Page 56: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

43

85

BAB IV

PERAN DAN AJARAN MURSYID DALAM MEMBIMBING

MURID UNTUK MENCAPAI MAQAMAT DAN AHWAL DI

DALAM KITAB AL-THARIQAH AL-SYADZILIYAH

A. Mursyid

1. Pengertian Mursyid

Mursyid (syeikh, pir) adalah sosok pembimbing spiritual.

Mursyid merupakan seorang Ahli Waris Sejati NabiMuhammad saw.

Setelah dibawa kehadirat Ilahi selama kenaikan (mi‟raj)-nya, sang hamba

pun dikembalikan oleh Allah kepada mahkluk untuk membimbing dan

menyempurnakan orang-orang yang masih belum sempurna. Dia dibawa

sebagai seorang hamba dan kembali sebagai seorang hamba dan mursyid.

Sifat-sifat seorang mursyid sejati adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh

Syaikh atau Gurunya sendir, yakni nabi Muhammad saw. Hubungan suci

antara seorang mursyid dengan para muridnya terjalin dalam zaman Pra-

keabadian atau keazalian dan berlanjut terus hingga zaman keabadian

(akhirat). Disebabkan oleh berbagai capaian spiritual sang mursyid, maka

segenap muridnyapun mempunyai kemungkinan untuk menjadi para

penempuh jalan spiritual (salikin). Mursyid yang sempurna adalah

Page 57: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

44

seorang malamatiyah,dan segenap muridnya kadang-kadang mencapai

kesempurnaan.1

2. Kedudukan seorang Mursyid

Menurut Syadziliyah seorang Syeikh mempunyai

kedudukan yang besar, Ia merupakan pilar pertama bagi seseorang

yang ingin melakukan mujahadah dan suluk. Tanpa seorang

Syeikh tidak mungkin bagi seseorang dapat melakukan jalan

kesufian. Mujahadah, riyadhoh, khalwat, dan dzikir semua tersebut

tidak akan mempunyai nilai apa-apa tanpa seorang guru. Setiap

orang yang melakukan mujahadah dan jalan kesufian tanpa seorang

syeikh maka akan berakibat pada kesesatan dan kebimbangan.

Abu al-Faidh berkata pusat dari perjalanan seorang salik

baik yang ditempuh melalui maqamat (tingkatan-tingkatan) dan

syuhud (penyaksian) untuk menuju kehadirat Allah terdiri atas tiga

komponin; seorang syeikh yang menuntun, seorang salik, dan

media spiritual untuk dijalani seorang murid menuju Allah.

B. Murid

1. Defini Murid

Abu al-Faidh mengatakan adapun murid adalah seorang

salik yang berada di jalan kebenaran menaiki wilayah syuhud

1 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (khazanah istilah sufi), terj.

M.S. Nashrullah dan Ahmad Baiquni. (Bandung: Mezan Media Utama, 2000), hlm. 197-198

Page 58: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

45

(penyaksian) dan qurb (kedekatan). Alasan atau sebab seorang

salik disebut sebagai murid karena sebuah adanya sebuah keingin

dan tekad yang kuat untuk mencapai kedudukan qurb (berada

sedekat mungkin) dengan tuhan, maka ia melakukan pertauban dan

bertawajjuh kemudian bersungguh-sungguh untuk kembali pada

rumah keabadian (akhirat) serta menjauh dari rumah kehancuran

(dunia).

2. Adab seorang Murid kepada Syeikh

Para Imam tarekat Syadziliyah menetapkan sebuah peraturan-

peraturan untuk mengatur hubungan antara Murid dan Syeikh, dan

mereka para Syaikh mewajibkan kepada seorang murid untuk

dilaksanakannya. Sesiapa yang melaksanakannya maka serang murid

akan futuh (keterbukaaan atau kemenangan) jalan menuju pengalaman

spiritual, dan siapa yang meninggalkannya atau melalaikannya maka

keterbukaan baginya adalah haram, karena proses wushul (persatuan)

seorang murid yang tampa melaksanakan peraturan-peraturan yang

ditetapkan itu muhal baginya.

Ibn „Ajibah membagi adab-adab seorang murid kepada syeikh

dalam delapan bagian, empat kepada dhohir dan empat kepada bathin.

Yang terbagi empat pada dhohir;

Page 59: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

46

1) Melaksanakan semua perintah sang guru sekalipun

bertentangan dengan dirinya, dan menjauhi larangan-

larangannya sekalipun sudah wafat

2) Bersikap damai dan tenang ketika sedang duduk diatara guru,

tidak tertawa, tidak meninggikan suara, tidak makan bersama

syeikh, dan tidak tidur bersamanya ataupun tidur di dekatnya.

3) Berinisiatif atau bersegera di dalam membantu Syeikh sesuai

kadar kemampuan, baik dengan jiwa , harta, atau dengan

perkataan. Karena khidmadnya seorang murid kepada para

guru menajdi sebab wishal kepada pemimpinnya para

pemimpin

4) Selalu menghadiri majlis.

Adapun empat adab bathin adalah;

1) Meyakini kesempurnaan seorang syeikh bahwa seorang

syeikh mampu menjadi guru spiritual dan menjadi pendidik

spiritual yang telah terkumpul di dalam diri seorang syeikh

antara syari‟at dan hakikat, jadzab dan suluk, dan harus

meyakini bahwa syeikh datang dan sudah diajarkan langsung

oleh nabi saw.

2) Memuliakan, menjaga kehormatan baik ketika tidak ada

maupun ketika sedang hadir. Pendidikan mahabbah seorang

Page 60: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

47

syeikh ke dalam hati merupakan dalil kebenaran dan

kejujurannya.

3) Mengucilkan atas akal, kehormatan, ilmu, dan amal dirinya

kecauali atas apa yang telah diperoleh dari gurunya sebgai

pembimbing spiritualnya.

4) Melakukan perpindahan guru pembimbing spiritual dan ini

merupakan sejelek-jeleknya sikap dari semua yang dianggap

jelek, seburuk-buruknya prilaku dari semua prilaku buruk,

karena hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya benih-

benih keinginan, maka rusaklah pohon keinginan itu karena

rusaknya akarnya. Ini berlaku bagi setiap guru pembimbing

spiritual sebagaimana pada penjelesan-penjelesan

sebelumnya. Adapun pembimbing-pembimbing ilmu-ilmu

dhohir maka tidak apa-apa untuk berpindah kepada

pembimbing yang lain dan tidak memerlukan izin.

3. Pembagian Murid

Ibn „Ajibah membagi seorang murid ke dalam tiga kelompok;

I. Seorang murid yang menginginkan keberkahan dan kehormatan

saja.

II. Seorang murid yang menginginkan wishal (penyatuan) dengan

Allah.

Page 61: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

48

III. Seorang murid yang menginginkan sebuah khilafah dan

kesempuranaan ma‟rifah.

C. Peran seorang Mursyid kepada Murid tentang Maqamat dan Ahwal

1. Perbedaan Maqamat dan Ahwal

بالرغم من شهرة اؼبقامات واألحوال عند الصوفية إال أن التفريق بينهما من أصعب األمور, "قد كثر اإلشتباه بُت اغبال واؼبقام, واختلفت إشارات اؼبشايخ يف ذالك قال سهروردي:

ووجود اإلشتباه ؼبكان تشاهبهما يف نفسهما وتداخلهما, فًتاءى للبعض الشيئ حاال وتراءى ا, وكال روايتُت صحيحة لوجود تداخلهما, وال بد من ذكر ضابط يفرق بينهما للبعض مقام

على أن اللفظ والعبارة عنهما تشعر بالفرق, فاغبال ظبي حاال لتحولو, واؼبقام مقاما لثبوتو .الشيئ بعينو حاال, مث يصَت مقاماواستقراره, وقد يكون

Artinya: di dalam kalangan ulama sufi, maqamat dan ahwal

merupakan suatu hal yang populer akan tetapi keduanya merupakan

perkara yang paling sulit untuk dibedakan. Suhrawardi berpendapat

terdapat banyak kemiripan antara maqam dan hal, para syeihk

berbeda-beda di dalam memberikan isyarat mengenai hal tersebut.

Kemiripan-kemiripan yang ada karena saling keberkesinambungan

antara keduanya. Sebagian berpendapat sebagai hal dan sebagian

yang lain mengatakan maqam dan kedua pendapat tersebut dapat

dibenarkan karena keberadaan maqam dan hal yang saling

berkesinambungan. Perlu untuk menyebutkan ukuran yang bisa

membedakan keduanya bahwa secara lafal dan pengungkapan

keduanya dirasa terdapat perbedaan. Hal disebut hal karena

ketidaktetapannya (berubah-ubah) dan maqam disebut sebagai

maqam karena kemantapan, kekonsistenan dan keadaannya yang

tetap.

Bahwa untuk membedakan maqam dan hal merupakan perkara

yang rumit, karena keduanya saling berkaitan, saling berkesinambungan,

dan saling memasuki satu sama lain ke dalam diri seseorang, apakah ia

Page 62: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

49

adalah sebuah maqam atau hal. Perbedaan tersebut dapat diketahui dengan

melihat sifat-sifatnya, jika datang secara tiba-tiba, tidak menetap,

berubah-ubah dan tanpa sebuah usaha maka itu adalah hal, apabila

kemudian menetap, tidak berubah-ubah dan dapat dicapainya dengan

usaha-usaha yang terus-menerus maka itu adalah maqam.

2. Perbedaan pendapat dalam menentukan Maqamat dan Ahwal

األحوال واؼبقمات من اؼبصطلحات اليت درجت الصوفية على ذكرىا يف أقواؽبم ومؤلفاهتم, وبالرغم من شهرهتا لديهم إال أهنم مل يتفقوا على تعيينها, فما يذكره شيخ أنو من

خر بأنو من األحوال, وبالعكس, كما قال إبن عجيبة: "وقد يطلق اغبال آاؼبقامات يذكره الن صار عنده الشهود مثال حاال".على اؼبقام فيقال: ف

Ahwal dan Maqamat merupakan istilah-istilah yang

dipopulerkan oleh para sufi baik di dalam pengungkapan-

pengungkapan dan karangan-karangan mereka, walaupun karena

kemasyhuran ahwal dan maqamat akan tetapi mereka tidak sepakat

dalam menetukannya. Seorang syeikh menyebutnya ini bagian dari

maqamat dan yang lain menyebutnya bahwa ini adalah ahwal dan

sebaliknya, sebagaimana pendapat Ibn „Ajibah, terkadang hal

diceraikan atas maqam maka dikatakan, sebagai contoh hal, fulan

telah mengalami syuhud.

Betapapun maqamat dan ahwal menjadi perbincangan, pembahasan,

perdebatan, diskusi-diskusi, dll, oleh para ulama‟ tasawuf baik sejak pada

awal kemunculannya hingga pada masa selanjutnya mereka tidak dapat

menentukan secara pasti mana yang disebut maqamat dan mana yang

disebut ahwal, diantara mereka ada yang menyebutnya maqamat dan

diantara yang lainnya menyebutnya ahwal. Hal dapat dipisahkan atau

diceraikan dari maqam, artinya bahwa terkadang hal dapat dialami atau

Page 63: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

50

dicapai oleh seseorang tanpa proses maqam. Terkadang sebuah maqam pada

awalnya berupa hal yang dialami secara tiba-tiba kemudian ia menjada

sebuah maqam jika dapat diusahakan pada proses selanjutnya.

3. Kedudukan Maqamat dan Ahwal

تعترب اؼبقامات واألحوال اؼبرحلة األخَتة من مراحل ؾباىدة النفس, فبعد أن يتحقق داب السلوك يصل السالك آالسالك عند الشاذيل باجملاىدة ورياضة النفس والذكر والعزلة و

الو اؼبختلفة, ومن ىنا كان مبحث و إىل شبرة تلك األعمال بتصحيح مقامات سلوكو وأحغاية تلك اجملاىدات, فال عربة لتلك اجملاىدات وال أمهية ؽبا إذا مل )اؼبقامات واألحوال( ىو

يصل السالك إىل )اؼبقامات واألحوال(, ويدل على ذالك أن الشاذيل فضل األحوال ملك السماوات ﴿واؼبقامات على العبادات واؼبعامالت, وذالك يف تفسَته يف قولو تعاىل:

اناث ٩٤ء الذكور آثا ويهب ؼبن يشإن ء آء يهب ؼبن يشآواألرض خيلق ما يش أ و يزوهجم ذكراان وا

نه علمي قديرآ وجيعل من يش ء إناثا آقال: "يهب ؼبن يش [٠٥-٩٤سورة الشورى: ﴾]ء عقامي ا ء الذكور: األحوال والعلوم واؼبقامات".آالعبادات واؼبعامالت, ويهب ؼبن يش

Maqamat dan Ahwal merupakan tahap terakhir dari

beberapa tahap di dalam proses mujahadah. Menurut Imam

Syadzily seorang salik yang telah merealisasikan proses

mujahadah, riyadhoh, melalui dzikri, „uzlah, dan memperhatikan

adab-adab suluk, maka seorang salik akan dapat memperoleh hasil

dari proses amal-amal tersebut dengan cara memperbaiki maqamat

dan ahwal yang bebeda-beda. Maqamat dan Ahwal adalah puncak

dari mujahadah. Proses mujahadah itu tidak akan ada artinya dan

tidak penting jika seorang salik tidak dapat sampai pada maqamat

dan ahwal. Oleh karena itu, Imam Syadzily lebih mengutamakan

ahwal dan maqamat dibanding dengan ibadah dan mu‟amalah. Hal

tersebut sebagaimana penafsiran Imam Syadzily di dalam firman

Alla s.w.t; “milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia

menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak

perempuan kepada yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-

laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan

jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang

Dia kehendaki. Dia maha mengetahui, maha kuasa (Q.S. al-Syura:

49-50)”. Imam Syadzily berkata, maksud dari memberikan anak

Page 64: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

51

perempuan kepada yang Dia kehendaki adalah ibadah-ibadah dan

mu‟amalat, sedangkan maksud dari dan memberikan anak laki-laki

kepada siapa yang Dia kehendaki adalah ahwal, pengetahuan-

pengetahuan, dan maqamat.

قال الشاذيل: "خطر ببايل يوما أين لست بشيئ, وال عندي من اؼبقامات واألحوال شيئ, فغمست يف بيت مسك فكنت فيو غريقا, فلدوام غرقي فيو مل أجد لو تلك الرائحة,

فقيل يل: عالمة اؼبزيد فقدان اؼبزيد لعظم اؼبزيد".Pada suatu hari terlintas dalam diriku bahwa aku tidak

menemukan sesuatu apapun dalam diriku, aku tidak memiliki

sesuatu sebagian dari maqamat dan ahwal, kemudian aku terbenam

di dalam sebuah rumah misik dan aku karam di dalamnya, namun

selama karamku di dalamnya aku tidak dapat menemukan bau

harum itu, kemudian ada yang berkata kepadaku; tanda-tanda

sebuah kelebihan (keutamaan) adalah kosongnya atau hilangnya

keutamaan diri karena keagungan dan kemuliaan yang memberi

keutamaan.

Artinya bahwa maqamat atau ahwal tidak akan pernah dicapai oleh

seseorang kecuali dengan menanggalkan dirinya, mengosongkan dirinya

dari keutamaan dirinya baik lahir maupun bathin semua tersebut tiada lain

karena keutamaan dan keagungan Allah, hanya keutamaan, kemuliaan, dan

keagungan Allah saja yang ada. Kedirian seseorang dapat menghalangi

proses-proses perjalanan spiritualnya.

4. Wajibnya keberadaan seorang guru dalam membimbing untuk

mengetahui Maqamat dan Ahwal

ال يصح للسالك أن يتلقى علوم اؼبقامات واألحوال إال على يد شيخ الًتبية من الصوفية, ومن تلقاىا عن غَته ال يفلح يف ىذا الباب: قال ابن عجيبة "ال تعرف اؼبقامات إال

بصحبة أىل اؼبقامات العالية".

Page 65: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

52

Tidak sah bagi seorang salik menerima ilmu-ilmu maqamat

dan ahwal kecuali mempelajarinya dari seorang syeikh sufi yang

mendidiknya. Seseorang yang menerimanya tanpa seorang syeikh

maka tidak akan pernah sukses. Ibn Ajibah berkata “seseorang

tidak akan pernah mengetahui maqamat kecuali berteman dengan

orang yang telah menguasai maqamat yang tinggi”.

وال يشًتط عندىم يف الشيخ أن يكون عاؼبا بعلم الظاىر بل قد يكون أميا فيو, قال ابن عجيبة: "وقد ربققت تربية كثر من األولياء, كانوا أميُت يف علم الظاىر, وأما علم

الباطن فاؼبطلوب فيو التبحر التام".Seorang syeikh tidak disyaratkan harus orang yang „alim dengan

ilmu dhahir (syari‟at) akan tetapi ia adalah orang ummi dalam ilmu

dhahir. Ibn Ajibah mengatakan sebuah pendidikan dapat dicapai oleh

seseorang melalui para auliya‟, mereka adalah orang-orang yang ummi

mengenai ilmu dhahir, adapun tentang ilmu bathin mereka mempunyai

kemampuan pengetahuan yang mendalam serta sempurna.

Seorang salik atau murid yang ingin menjalani suatu proses spiritual

maka harus melalui seorang syeikh atau guru spiritual yang telah sempurna untuk

membimbingnya, ia (murid atau salik) mempelajari maqamat dan ahwal harus

melalui seorang Syeikh agar tidak terjerembab dalam kesesatan dan keragu-

raguan bahkan yang mejadi pembimbingnya adalah setan, sebagaiman disebutkan

dalam sebuah maqal (ungkapan);

فمرشده الشيطانفمن ال شيخ لو

Artinya: barang saipa yang belajar (menjalani suatu proses spritual

yang khusus) tanapa seorang syeikh, maka guru pembimbingnya adalah

setan.

5. Buah dari Maqamat dan Ahwal

إمنا وضعت اؼبقامات واألحوال عند الصوفية حىت يسار باؼبريد شيئا فشيئا عرب أخَتا إىل اإلديان بوحدة الوجود, وسبب ذلك أن مراحل بعضها أعلى من بعض, حىت يصل

Page 66: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

53

أن يتدرج مع اؼبريد عقل والنقل والفطرة, فكان لزاما عقيدة الوحدة ال ديكن قبوؽبا مباشرة بال .حىت يسهل عليو قبول ىذه العقيدة هبذه اؼبقامات واألحوال

Menurut para Sufi penyusunan maqamat dan ahwal agar

mempermudah seorang murid sesuai kemapuannya, sedikit demi

sedikit seorang murid melintasi perjalanan-perjalanan menuju

tahapan yang lebih tinggi dari sebelumnya sehingga pada akhirnya

ia dapat sampai kepada keimanan wahdatul wujud. Keyakinan

kepada yang Esa tidak serta merta dapat diterima dengan akal,

mengutip, dan fitrah. Seorang murid harus terus menerus berlatih

menempuh maqamat dan ahwal sampai ia dengan mudah menerima

akidah ini.

ينتقل من مقام يف سلوكو, حىت إذا استوىف [اؼبريد]وقال أبو الوفاء التفتازاين: "وىو ىذه اؼبقامات فإنو يصل إىل معرفة ا, ويرى اغبق متجليا يف ىذا الكون".

Abu al-Wafa‟ al-Taftazani mengatakan, seorang murid yang

berpindah maqam dalam suluknya, sehingga ketika ia menerima

maqam-maqam tersebut maka sesungguhnya ia telah sampai

kepada ma‟rifatullah, dan ia melihat Allah bertajalli di dalam alam

semesta ini.

ىي الوصول إىل الوحدة, فالسالك فاؼبقامات واألحوال إذا وسيلة إىل غاية أكرب, و ما, وحاال حاال, حىت يصل إىل اؽبدف األظبى منها, وىي عد اؼبقامات واألحوال مقاما مقايص

فاء هبا, توحدة الوجود, ولذلك حذر أتباع الطريقة من الوقوف مع اؼبقامات واألحوال, واإلكوىذه بعض النصوص الواردة عنهم يف ذم ألنو من أكرب القواطع عن الوصول إىل الوحدة,

وحدة الوجود.ىلاؼبقامات واألحوال اليت ال يتوصل من خالؽبا إMaqamat dan ahwal merupakan perantara untuk sampai

pada puncak yang leih besar. Ia sebuah media sebagai perantara

sampainya dan menyatunya seseorang kepada yang Esa. Seorang

salik menaiki maqamat dan ahwal tahap demi tahap, sehingga ia

dapat sampai kepada tujuan yang tertinggi melalui maqamat dan

ahwal yaitu wahdatul wujud. Oleh karena itu tarekat syadziliyah

sangat memperhatikan agar tidak berhenti dalam menapaki

perlintasan maqamat dan ahwal serta merasa cukup hanya dengan

tahapan yang telah dicapainya. Para pengikut tarekat syadziliyah

menganggap sikap yang demikian akan menjadi terputusnya

seorang salik untuk dapat menyatu atau sampai kepada yang Esa.

Page 67: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

54

وكذلك إعترب إبن عجيبة اإلكتفاء باؼبقامات واألحوال اليت تدل على أعمال القلوب فقط من السموم القاتلة, اليت سبنع من الوصول إىل وحدة الوجود فقال يف نص صريح: "فإن حالوة الطاعة ظبوم قاتلة, دينع الوقوف معها من الًتقي إىل حالوة الشهود ولذة

ها أىوية سبنع فبا ىو أعلى لكرامات, والوقوف مع اؼبقامات, كلا اؼبعرفة, وكذلك الركون إىلمنها, من مقام العيان, فال يزل اؼبريد جياىد نفسو, ويرحلها عن ىذه اغبظوظ, حىت تتمحض

."ؿببتها يف اغبق تعاىل, فال يشتهي إال شهود ذاتو األقدسIbn „Ajibah menganggap bagi seorang salik yang merasa

cukup dengan maqamat dan ahwal yang menuntun atas perbuatan-

perbuatan hati saja dianggap sebagai racun yang mematikan yang

dapat mencegah seorang salik untuk dapak wushul kepada

wahdatul wujud kemudian Ibn „Ajibah mengatakan sebagai

penegasan “bahwa manisnya ketaatan adalah racun yang

mematikan, yang dapat mencegah untuk dapat berhenti untuk dapat

menaiki pada manisnya syuhud dan lezatnya ma‟rifat, begitu juga

keyakinan terhadap karomah-karomah. Sedangkan berhenti

melintasi maqamat semua itu merupakan hawa nafsu yang dapat

mencegah seorang salik untuk mencapai tahap yang lebih tinggi

dari suatu maqam yang jelas. Seorang murid tidak berputus asa

untuk melakukan mujahadah dan terus melakukan proses

perjalanan maqamat hingga beruntung (berhasil atau tercapai)

hingga cintanya menjadi murni kepada Allah, ia tidak

mendambakan sesuatu kecuali hanya menyaksikan dzat Allah yang

suci.”.

D. Peran seorang Mursyid di dalam memperkenalkan Jenis-jenis

Maqamat

a. Perbedaan pendapat dalam pembagian Maqamat dan menyebutkan

syaratnya

جعل ابن عطاء ا مقامات السلوك تسعة, فقال: "فاعلم أن مقامات اليقُت تسعة وىي: التوبة, والزىد, والصرب, والشكر, واػبوف, والرضا, والرجاء, والتوكل, وابة", وتصنيف ابن عطاء ا خيتلف عن تصنيف غَته من الصوفية اؼبتقدمُت, فالطوسي جيعل اؼبقامات سبعة

Page 68: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

55

والورع, والزىد, والفقر, والصرب, والتوكل, والرضا, كما خيتلف عن تصنيف الغزايل ىي: التوبة, إذ جيعلها الغزايل عشرة ىي: التوبة, والصرب, والشكر, والرجاء, واػبوف, والفقر, والزىد,

والتوحيد, والتوكل, وابة.Ibn „Athaillah membagi maqamat ke dalam sembilan

bagian, Ia berkata; ketahuilah bahwa maqamat yang diyakini oleh

sebagian para sufi ada sembilan yaitu, taubat, zuhud, sabar, syukur,

khauf, ridlo, roja‟, tawakkal, dan mahabbah. Pembagian Ibn

„Athaillah mengenai maqamat berbeda dengan pembagian

maqamat para sufi terdahulu, seperti al-Thusy, ia membagi

maqamat ke dalam tujuh bagian yaitu, taubat, wara‟, zuhud, faqr,

sabar, tawakkal, ridlo,sebagaimana imam Ghazali juga berbeda, Ia

membagi maqamat dalam sepuluh bagian yaitu, taubat, sabar,

syukur, raja‟, khauf, faqr, zuhud, tauhid, tawakkal, dan mahabbah.

وجيعلها ابن عجيبة طبسة عشر مقاما فيقول: "اؼبقامات ىي: التوبة, والتقوى, واإلستقامة, والزىد, والورع, واػبوف والرجاء, والرضى والتسليم, واإلخالص, والصدق,

واؼبراقبة, واؼبشاىدة, واؼبعرفة. والطمأنينة,Ibn „Ajibah membagi lima belas maqam yaitu, taubat,

takwa, istiqamah, zuhud, wara‟, khauf, raja‟, ridla, taslim, ikhlas,

jujur, tenang, muraqabah, musyahadah, dan ma‟rifah.

Syarat maqamat;

قال ابن عجيبة: "شرطو: أال يًتقي مقاما حىت يستويف أحكامو, فمن ال توبة لو ال ة لو ال تصح لو إستقامتو... وىكذا, وقد يتحقق اؼبقام األول تصح لو إنابة, ومن ال إناب

بالثاين, إذا ترقى عنو قبل أحكامو, إن كان لو شيخ كامل".Ibn „Ajibah berkata, syaratnya adalah seorang salik tidak

boleh menaiki maqam yang lain sampai ia memenuhi hukum-

hukum yang sedang dijalaninya. Sesorang tidak melaksanakan

maqam taubat maka tidaksah baginya inabah, dan seseorang yang

tidak melakukan inabah maka tidak sah baginya istiqamah dan

seterusnya. Jika seorang salik meanaiki suatu maqam sebelum

memenuhi hukum-hukumnya, maqam pertama dapat dicapainya

dengan maqam yang ke dua, dengan sayarat jika ia mempunyai

syeikh yang telah sempurna.

b. Contoh-contoh Maqamat

Page 69: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

56

أغلب ىذه اؼبقامات اليت سوف اتناوؽبا بالبحث إمنا حبثتها الطريقة الشاذلية بلسان الظاىر, الذي يعنون بو التصوف الظاىر, وأما حقيقة ىذه اؼبقامات فال يذكروهنا يف كتبهم, وأمام الغَت فبن ال يقر بتصوفهم, ومن ىنا نشأ اللبس عند البعض, فظن أن كالمهم عن

لصرب والشكر وغَتىا من اؼبقامات ىي مباحث صحيحة يف ؾبملها, مقامات التوبة واواعبواب على ىذه الشبهة كما سبق من أن حقائق ىذه العلوم إمنا تقال سرا ػبواصهم, وقد

تؤخذ من بعضهم.Biasanya maqamat yang diterima dan di bahas oleh tarekat

syadziliyah adalah maqamat secara dhohir, maksudnya adalah

tasawuf dhohir, adapun hakikat maqamat mereka tidak menyebutya

di dalam kitab-kitab mereka, dan pemimpin tasawuf yang lainnya

juga tidak menetapkannya. Maka disini menurut sebagian timbul

ketidakjelasan, maka perkiraan mengenai pendapat mereka tentang

maqamat yaitu taubat, sabar, syukur, dll, adalah sebagian dari

pembahasan maqamat yang benar secara umum. Jawaban atas

keraguan terebut sebagaimana sebelumnya, bahwa hakikat-hakikat

pengetahuan ini dikatakan sebagai rahasia karena hanya khusus

utuk mereka. Maka hanya sebagian yang diambil dari mereka.

1) Taubat dan pengertiannya

عرف ابن عطاء ا التوبة بأهنا: "الرجوع إىل ا تعاىل من كل ما ال يرضاه لك", وقال ابن عجيبة: "التوبة: الرجوع عن كل وصف ذميم إىل كل وصف ضبيد".

Ibnu Athaillah mengartikan Taubat sebagai kembalinya

seseorang kepada Allah swt dari perkara-perkara yang tidak

diridhoi-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Ajiabah Taubat adalah

kembalinya seorang hamba dari setiap sifat yang tercela menuju

sifat yang terpuji.

Kedudukan Taubat menurut Tarekat Syadziliyah

a) Taubat merupakan Maqam pertama

أول اؼبقامات وأمهها ىو مقام التوبة, وصبيع اؼبقامات األخرى مفتقرة إليها, وال توبة, تصح تلك اؼبقامات إال بتقدم مقام التوبة عليها, قال ابن عطاء ا: "فأول اؼبقامات: ال

".وال يقبل ما بعدىا إال هبا

Page 70: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

57

Maqam Taubat adalah maqam pertama dan uatama dari

pada maqam-maqam lain yang harus dilalui seorang salik, karena

semua maqam membutuhkan atau bergantung pada maqam taubat.

Maqama-maqam yang ada tidak akan menjadi sah atau tidak akan

diterima apibila tidak melalui maqam taubat. Ibnu Athaillah

berkata “merupakan maqamat pertama adalam taubat maka

maqam-maqam yang setelahnya tidak akan diterima kecuali

setelah melalui maqam taubat”.

Setiap maqam bergantung pada maqam taubat, siapapun seorang

salik atau murid yang menjalankan suatu tingkatan spiritual harus

melaksanakan maqam taubat terlebih dahulu.

b) Memperbaiki taubat dan Syarat-syaratnya

أوجبت الطريقة الشاذلية تصحيح التوبة, قال ابن عطاء ا: "وما زكت األحوال, وال قبلت األعمال, وال ثبتت مراتب اإلنزال إال بتصحيح التوبة... وألن يصحح ا لك مقام

سبعُت ألف غيب ويفدك إياىا". التوبة خَت لك من أن يطلعك علىTarekat Syadziliyah mewajibkan untuk memperbaiki

taubat, Ibnu Athaillah berkata, bahwa ahwal tidak akan dicapai,

amal-amal tidak akan diterima, dan kedudukan di suatu tempat

tidak akan tetap kecuali dengan cara memperbaiki pertaubatan

kepada Allah swt. Maqam taubat yang diterima disisi Allah adalah

lebih baik bagimu daripada kamu mengetahui tujuh puluh ribu

keghaiban sekalipun ia hanya datang kepadamu.

Salik atau murid mempunyai kewajiban untuk memperbaiki

taubatnya kepada Allah swt, maksudnya adalah bahwa ia benar-benar

menyesali perbuatan maksiatnya baik secara lahir terlebih scara bathin.

Segala bentuk amal dan kedudukan tidak akan mempunyai nilai apa-apa

tanpa pertaubatan yang baik serta diterima oleh Allah sekalipun

mempunyai kelebihan-kelebihan mengenai perkara ghaib, seperti yang

Page 71: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

58

dikatakan oleh Ibn „Athaillah taubat yang sah dan diterima oleh Allah

adalah lebih baik baginya daripada melihat tujuh puluh ribu perkara ghaib,

sekalipun hanya dialami olehnya.

ة فقد ذكر ابو اؼبواىب الشاذيل فقال: "شروط التوبة عند وأما شروط صحة التوباعبماعة باإلصباع...: الندم على ما فعلو العبد من اؼبخالفات, واإلقالع يف الوقت فورا بال تأن وال التفات, والعزم على أال يعود لفعلو فيما يستقبلو من األوقات, ورد ما أخذه من

عراض".األعراض, واإلستحالل من الوقوع يف األAdapun syarat sahnya taubat dapat diterima yaitu dengan

menyesali segala perbuatan maksiat dan tidak mengulanginya

kembali. Abu al-Muwahib al-Syadzily berkata “syarat-syarat

taubat menurut kesepakatan para ulama ahlus sunnah wal jamaah

adala seorang hamba harus menyesali perbuatan yang telah

dilakukannya yang bertentangan syariat, dan berhenti seketika itu

tanpa menunda-nunda waktu, tanpa pertimbangan, dan

bersunguh-sungguh untuk tidak kembali melakukannya lagi,

menolak untuk mengambil sesuatu sebagian dari harta benda dan

merasa cukup dengan harta yang dimiliki dengan cara yang

halal”.

c) Taubat dan pengguguran pengaturan

ربقيق التوبة وتصحيحها ال يكون إال بإسقاط التدبَت ونفي اإلختيار عن العبد, ومن يسقط تدبَته مل تصح توبتو, وؼبا عد ابن عطاء ا اؼبقامات وصدرىا دبقام التوبة قال بعدىا: "وال يصح كل واحدة من ىذه اؼبقامات إال بإسقاط التدبَت مع ا واإلختيار, وذلك

جيب عليو أن يتوب من ذنبو كذلك جيب عليو أن يتوب من التدبَت واإلختيار أن التائب كما من كبائر الذنوب واألسرار".

Tercapainya sebuah taubat dan benarnya sebuah taubat

tidak akan pernah terjadi kecuali dengan menggugurkan sebuah

pengaturan dan meniadakan sebuah pertimbangan oleh seorang

hamba, dan siapapun yang belum gugur pengaturannya maka

taubatnya dianggap tidak sah. Ketika Ibn „Athaillah menghitung

jumlah maqamat kemudian ia menyampaikan maqam taubat dan

berkata; “setiap maqamat tidak dianggap sah kecuali dengan

menanggalkan sebuah pengaturan dan sebuah pilihan bersama

Page 72: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

59

Allah, seseorang yang melakukan pertaubatan ia harus bertaubat

dari semua bentuk dosa, begitu juga ia harus bertaubat dari sebuah

pengaturan dan sebuah pilihan terhadap dosa-dosa besar dan dosa-

dosa yang sembunyi-sembunyi”.

Bagi seorang hamba yang terlanjur berbuat dosa dan maksiat maka

seketika dan sesegera mungkin melakukan pertaubatan kepada Allah tanpa

sebuah pengaturan, penataan, dan pertimbangan. Pengaturan dan

pertimbangan dalam melaksanakan pertaubatan kepada Allah merupakan

bentuk sikap meremehkan baik atas dosa-dosa kecil lebih-lebih dosa-dosa

besar.

d) Motifasi-motifasi Taubat

سهل حصوؽبا من العبد, ومن ذلك: رغبت الشاذلية يف التوبة, وذكرت ؽبا بواعث تم اليأس من حصول التوبة, ويبُت ابن عطاء ا أن العبد مهما عمل من ذنب فإن ا عد

تعاىل فتح لو باب التوبة وسهلها لو, مث بُت البواعث اليت تعُت على التوبة, فمن ذلك: اعتقاد .قادر على إخراجو من ذنبو بالتوبة, ومن البواعث أيضا: حسن الظن باالتائب بأن ا

Pengikut Imam Syadzlili mengutamakan maqam taubat,

disebutkan tentang perkara-perkara yang dapat memudahkan

seorang hamba untuk mencapai maqam taubat. Motivasi-motivasi

tersebut yaitu, tidak adanya rasa putus asa untuk mencapai maqam

taubat. Ibn „Athaillah menjelaskan sesungguhnya ketika seorang

hamba melakukan perbuatan dosa maka Allah membukakan pintu

taubat baginya dan Allah memudahkan pertaubatan baginya.

Kemudian Ibn „Athaillah menjelaskan motivasi-motivasi yang

ditetapkan atas maqam taubat, yaitu keyakinan seseorang yang

bertaubat bahwa Allah kuasa menghapuskan dosa seseorang

dengan pertaubatan, yang juga merupakan motivasi-motivasi

adalah berbaik sangka kepada Allah”.

Page 73: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

60

Menurut uraian diatas bahwa yang menjadi pendorong bagi

seorang hamba untuk dapat melakukan pertaubatan kepada Allah atas

dosa-dosanya adalah;

1) Tidak berputus asa untuk meraih ampunan Allah

2) Harus yakin bahwa Allah kuasa untuk menghapus dosa-dosa

3) Senantiasa berbaik sangka kepada Allah

e) Buah dari taubat

للتوبة عند الشاذلية درجات, ولكل درجة شبرة وفائدة ربصل ؽبا, فأول تلك الدرجات ىي: ترك اؼبخالفات الشرعية, والندم على ما مضى منها, وىذه أدىن درجات التوبة

عندىم, وتسمى توبة العوام, وشبرتو ترك اؼبخالفات الشرعية.Menurut pengikut tarekat syadzily taubat mempunyai

tingkatan-tingkatan, dan setiap tingkatan mempunyai buah dan

manfaat yang dihasilkan. Adapun tingkat pertama adalah

meninggalkan segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan

syari‟at, menyesali perbuatan yang bertentangan yang telah lalu,

dan ini merupakan tingkatan taubat paling rendah menurut pengikut

syadzily, dan merupakan taubat golongan orang awam, adapun

buahnya adalah dapat meninggalkan perbuatan yang bertentangan

dengan syariat.

مث ينتقلون إىل درجة أخرى للتوبة وىي: الندم على اغبياة الدنيا بكل ملذاهتا ومتاعها, والعزم على لزوم طريق التصوف, واعتقاد أمنا سوى التصوف ذنوبا جيب التوبة منها, وتسمى توبة اػبواص, وشبرهتا التخلص من العادات, مث ينتقلون إىل الدرجة النهائية وىي:

سوى ا من موجود, وأال يرى بعينو وال بقلبو إال ا, وإن خالف ذلك كان التوبة من كل ما ذنب يستحق التوبة منو.

Kemudian beralih pada tingkatan taubat berikutnya yaitu

taubat dengan menyesali kehidupan dunia dengan setiap kelezatan

dan kesenangannya, kemudian bertekad untuk mengikuti dan

melanggengkan jalan tasawuf, dan meyakini bahwa suatu perkara

selain tasawuf adalah dosa-dosa yang diwajibkan untuk bertaubat,

Page 74: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

61

ini disebut sebagai taubatnya orang-orang khusus dan buahnya

adalah terlepasnya diri dari kebiasaan-kebiasaan. Adapun tingkatan

taubat yang paling puncak adalah taubat dari segala sesuatu yang

ada selain Allah, ia tidak melihat apapun baik dengan mata ataupun

hatinya kecuali melihat Allah semata, jika seorang salik berpaling

maka ia berdosa dan wajib bertaubat.

Taubat di bagi dalam tiga tingkatan, yaitu, pertama: taubat orang

awam dengan meninggalkan segala bentuk larangan dan menjalankan

segala bentuk perintah Allah, ke dua: taubat orang khawas yaitu menyesali

kehidupan duniawi dengan segala bentuk kelezatan dan kesenangannya, ke

tiga: taubat orang khawasul khawas yaitu bertaubat dari segala sesuatu

yang ada selain Allah dan tidak melihat baik dengan pandangan mata atau

pandangan hati kecuali Allah.

وإذا ربقق العبد دبقام التوبة واستويف صبيع أحكامو صح لو اإلنتقال إىل اؼبقام الذي يليو, وىو مقام الزىد.

Jika seorang hamba telah melaksanakan maqam taubat

dengan sebenar-benarnya taubat dan telah memenuhi semua hukum

taubat maka boleh baginya untuk pindah kepada maqam yang

berikutnya yaitu maqam zuhud.

2) Zuhud dan pengertiannya

قال الشاذيل: "حقيقة الزىد: فراغ القلب فبا سوى الرب تبارك وتعاىل", وقال ابن عجيبة: "الزىد يف الشيئ ىو خروج ؿببتو من القلب وبرودتو منو, وعند القوم بغض كل ما

".يشغل عن ا, وحيبس عن حضرة اImam Syadzily berkata: “hakikat zuhud adalah kosongnya

hati dari sesuatu selain Allah yang maha memberkati dan maha

tinggi”, Ibn „Ajibah juga mengatakan: “zuhud di dalam sesuatu

yaitu tidak adanya rasa cinta di dalam hati kepada sesuatu selain

Allah dan tidak terpedaya oleh sesuatu selain Allah, dan menurut

Page 75: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

62

suatu kaum zuhud adalah membenci setiap sesuatu yang melalaikan

dari Allah serta menahan diri dari kehadiran Allah”.

a( Pembagian Zuhud

اىر اعبايل: قال ابن عطاء ا: "الزىد زىدان: زىد جلي, وزىد باطن خفي, فالظالزىد يف فضول اغبالل من اؼبأكوالت واؼبلبوسات وغَت ذلك, والزىد الباطن اػبايف: الزىد يف

الرياسة وحب الظهور".Ibn „Athaillah berkata; “zuhud ada dua yaitu zuhud yang

jelas dan zuhud bathin yang samar. Adapun zuhur dhohir adalah

zuhud terhadap keutamaan-keutamaan sesuatu yang halal seperti

makanan, pakaian dan selainnya, sedangkan zuhud bathin ialah

zuhud dalam suatu kedudkan dan zuhud untuk bermegah diri”.

عند حديثهم بلسان التصوف الباطن يقررون أن اؼبريد لن يصل إىل وحدة الوجود ش الذىن, بل ال بد لو من الزىد يف كل ما سوى ا من موجود, وىو مشغول اػباطر, مشو

فإن وصل إىل ىذه اؼبرتبة من الزىد فإن عملو يكون عظيما ولو كان يف أعُت الناس قليال, , ويف اؼبقامات, ويف ويظهر ذلك يف أقسام الزىد اليت ذكرىا ابن عجيبة يف اؼبال, ويف اعباه

الكون بأسره.Menurut para sufi mereka menetapkan bahwa seorang

murid tidak akan pernah sampai kepada wahdatul wujud sedangkan

ia disibukkan dengan keinginannya, pikirannya dipenuhi dengan

perkara dunia. Seorang murid harus zuhud dari setiap sesuatu yang

ada selain Allah, jika seorang murid sudah sampai kepada tingkatan

zuhud tersebut maka perbuatannya menjadi mulia sekalipun itu

sedikit menurut manusia. Penjelasan tentang perkara tersebut

sangat jelas di dalam masalah pembagian zuhud sebagaimana yang

disebutkan oleh Ibn „Ajibah bahwa zuhud yaitu pada harta,

pangkat, kedudukan, dan dalam masalh dunia dengan bagian-

bagiannya.

b) Zuhud dan Pengguguran Pengaturan atau penataan

Page 76: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

63

ال يصح الزىد إال بإسقاط التدبَت واإلختيار عن العبد السالك, فهم يؤكدون على أن يتجرد من كل تدبَت, قال ابن عطاء ا: أنو جيب على السالك قبل أن يسلك مقام الزىد

"وكذلك ال يصح الزىد إال باػبروج عن التدبَت, ألن فبا أنت ـباطب باػبروج عنو, والزىد فيو تدبَتك".

Tidak sah zuhud seorang salik kecuali dengan

menggugurkan pengaturan dan pilihan, para syeikh menegaskan

kepada murid atau salik sebelum ia menjalani maqam zuhud ia

harus membebaskan diri dari segala bentuk pengaturan, Ibn

„Athaillah berkata; “zuhud dianggap tidak sah kecuali keluar dari

pengaturan, sesungguhnya kamu dianjurkan untuk keluar dari

pengaturan itu, karena zuhud sendiri yang telah menjadi pengaturan

terhadapmu”.

3) Sabar dan artinya

. بأنو: "حبس القلب على حكم الربعرف ابن عجيبة الصرب

Ibn „Ajibah memberi tahu tentang sabar yaitu menahan hati

dengan hukum Allah.

a) Sabar dan pengguguran pengaturan penataan

الصرب عند الشالذية ليس كسبا للعبد, وإمنا ىو فضل من ا, دين بو على من يتو, قال ابن عطاء ا: "اعلم أن اغبق سبحانو إذا اراد أن يقّوي عبدا على ما خيتصهم بعنا

يريد أن يورده عليو من وجود حكمو ألبسو من أنوار وصفو, وكساه من وجود نعتو, فتنزلت األقدار وقد سبقت إليها األنوار, فكان بربو ال بنفسو, فقوي ألعبائها, وصرب لألوائها".

Sabar menurut syadziliyah bukan hasil usaha seorang

hamba melainkan merupakan sebuah keutamaan dari Allah, Ia

mengaruniakannya kepada mereka yang dikhususkan karena

pertolongan Allah. Ibn „Athaillah berkata; “ketahuilah bahwa Allah

swt jika menghendaki menguatkan seorang hamba atas sesuatu

yang dikehendaki-Nya, Allah membawanya untuk melaksanakan

hukum Allah, memakaikannya cahaya-cahaya dari sifat Allah,

dihiasinya dengan sifat-sifat Allah ”

b) Buah dari Sabar

Page 77: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

64

قال ابن عطاء ا: "إذا علمت إن الصرب تعود عليك شبرتو, وتنعطف عليو بركتو, يو, وعولت إليو".سارعت إل

Ibn „Athaillah berkata, jika kamu mengetahui bahwa buah

dari sabar akan kembali kepadamu, dan keberkahannya akan

berbelok kepadamu, maka kamu akan bergegas kepadanya, dan

kamu pasti mengharapkannya.

اعتربت الطريقة الشاذلية مقام الصرب مقاما ضروريا ألصحاب اجملاىدات الشاقة, فلواله لًتكت تلك اجملاىدات, ولكنهم أوجبوا عليو الصرب, قال ابن عجيبة: "وال بد يف مبادئ

لراحة".األمور من الصرب, والتحمل للمشاق, وقمع النفس عن اؽبوى وا

Tarekat Syadziliyah menjelaskan bahwa maqam sabar

merupakan maqam yang bersifat keharusan bagi orang-orang yang

melakukan mujahadah yang sulit, jika tidak bersabar maka mereka

akan meninggalkan mujahadah tersebut, bahkan tarekat syadziliyah

mewajibkan maqam sabar. Ibn „Ajibah berkata; “wajib bagi

seorang salik untuk bersabar di dalam permulaan suatu perkara,

bertahan pada suatu kesulitan, dan menahan hawa nafsu dari

keinginan dan kenyamanan”.

4) Syukr dan pengertiannya

شكورا, يا إؽبي, مىت أكون لك عبداقال الشاذيل: "كنت يف مغارة فقلت: فسمعت النداء يف جوف اؼبغارة: إذا مل تر يف الوجود منعما عليك غَته, فأنت إذا عبد

شكور", وقال ابو العباس اؼبرسي: "الشكر: انفتاح القلب لشهود منة الرب".Imam Syadziliy berkata: suatu ketika aku berada disebuah

gua kemudian aku berkata, wahai Tuhanku, kapankah aku menjadi

seorang hamba yang bersyukur kepada-Mu? Lantas aku mendengar

sebuah suara di tengah-tengah gua: ketika kamu tidak melihat di

dunia ini yang memberi nikmat atasmu selain-Nya, maka kamu

adalah hamba yang besyukur. Abul „Abbas al-Mursi berkata:

syukur adalah terbukanya hati untuk menyaksikan karunia Rabb.

a) Faidah-faidah Syukur

اىتمت الطريقة الشاذلية ببيان مكانة الشكر وذكر فوائده:

Page 78: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

65

قال ابن عطاء ا يف بيان منزلتو: "وقال بعض العارفُت: لو علم الشيطان طريقا مث ألتينهم من بُت أيديهم ﴿يوصل إىل ا أفضل من الشكر لوقف فيها, أال تراه كيف قال:

, ومل [٧١سورة األعراف: ﴾]كثرىم شكرينومن خلفهم وعن أدياهنم وعن مشائلهم, وال ذبد أيقل: وال ذبد أكثرىم صابرين, وال خائفُت, وال راجُت", وقال أيضا مبينا منزلة الشكر:

"وأحق ما يفتقد العباد من حقوق ا سبحانو الشكر لو".Tarekat Syadziliyah mengutamakan penjelasan kedudukan

syukur dan menyebutkan faidah-faidahnya;

Ibn „Athaillah berkata di dalam menjelaskan kedudukan

syukur; “ sebagian orang „arif berkata: jika setan mengetahui

sebuah jalan untuk sampai kepada Allah yang lebih utama daripada

syukur maka ia akan berhenti di dalamnya, maka perhatikanlah

bagaimana ia berkata: kemudian aku pasti mendatangi mereka dari

depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri meereka. Dan

engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (Q.S.

al-A‟raf: 17), tidak dikatakan Dan engkau tidak akan mendapati

kebanyakan mereka bersabar, bukan takut, dan bukan berharap”.

Ibn „Athaillah juga menegaskan mengenai kedudukan syukur;

“seorang hamba benar-benar merasa kehilangan sesuatu sebagian

dari hak-hak Allah adalah rasa syukur kepada-Nya”.

م وزيادهتا: قال ابن عطاء ا: "وقد ضمن ومن فوائد الشكر أنو سبب لدوام النعسورة إبراىيم: ﴾]لئن شكرمت ألزيدنكم﴿ا اؼبزيد للشاكرين وما استثٍت, فقال عز من قائل:

, فإذا كان قد ضمن ؽبم الزيادة على ما أعطاىم فكيف ال يدًن ؽبم ما كان منحهم [١ أوال... فقيدوا نعم ا فيكم بوجود الشكر".

Dan sebagian dari faidah-faidah syukur adalah bahwasanya

ia menjadi sebab langgengnya kenikmatan-kenikmatan dan terus

bertambah. Ibn „Athaillah berkata; “sungguh Allah telah menjamin

untuk menambah kenikmatan bagi orang-orang yang bersyukur

tanpa terkecuali, Allah berfirman: sesungguhnya jika kamu

bersyukur, niscaya Aku akan menabahkan (nikmat) kepadamu

(Q.S. Ibrahim: 7). Maka ketika Allah sudah menjami untuk

menambah kenikmatan yang telah diberikan-Nya, lantas bagaimana

mereka tidak mau melanggengkan rasa syukur kepada Allah atas

nikmat yang diberikan kepada mereka. Maka hendaklah kalian

mengikat nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan dengan rasa

syukur kepada-Nya”.

Page 79: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

66

b) Macam-macam Syukur

قال ابن عطاء ا: "الشكر على ثالثة أقسام: شكر اللسان, وشكر األركان, وأما بنعمت ربك ﴿ن, فشكر اللسان: التحدث بنعم ا, قال ا سبحانو: وشكر اعبنا

اعملوا ﴿, وشكر األركان: العمل بطاعة ا, قال ا تعاىل: [١١سورة الضحى: ﴾]فحدث, وشكر اعبنان: اإلعًتاف بأن كل نعمة بك أو بأحد من [١٣سورة سبأ: ﴾]ال داود شكرا

".[٠٣سورة النحل: ﴾]وما بكم من نعمة فمن ا﴿و: العباد ىي من ا, قال ا سبحانIbnu 'Athaillah berkata: "syukur terbagi dalam tiga bagian:

syukur secara lisan, syukur dengan anggota tubuh, dan syukur

dengan bagian yang diberikan. Adapun bersyukur dengan lisan

adalah dengan tahddust (mengakui) dengan nikmat-nikmat Allah.

Allah berfirman,: "dan terhadap nikmat tuhanmu hendaklah engkau

nyatakan (bersyukur) [al-Dhuha: 11]. Syukur dengan anggota

badan adalah dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah sebagai

mana disebutkan dalam firman-Nya; “bekerjalah wahai keluarga

Dawud untuk bersyukur [saba‟: 13]”. Sedangkan Syukur atas

bagiannya yaitu dengan mengakui serta menerima bahwa setiap

nikma yang telah diberikan kepadamu dan orang lain semua berasal

dari Allah bahwa semua rahmat Anda atau salah satu hamba

berasal dari Allah, Allah swt berfirman: “dan segala nikmat ynag

ada padamu (datangnya) dari Allah”[Al-Nahl: 53]".

c) Cakupan-cakupan Syukur

بُت ابن عطاء ا أن الشكر يكون يف العلم, ويف الغٍت, ويف اعباه, وذلك عند فالتبيُت واإلرشاد, ن ذا علما كاكرا؟ فأجاب بقولو: "إذسئالو: ما الذي يصَت بو الشاكر شا

وإذا كان ذا غٌت فالبذل, واإليثار للعباد, وإذا كان ذا جاه فبإظهار العدل فيهم, ودفع األضرار".

Ibnu „Athaillah menjelaskan: bahwa syukur itu pada ilmu,

keakayaan, dan kesuksesan. Kemudian Ibnu „Athaillah melajutkan

penjelasanya dengan menjawab pertanyaan apa yang menjadikan

seorang Syakir (orang yang bersyukur) dapat bersyukur? Maka

Ibnu „Athaillah menjawab: ketika seseorang mempunyai ilmu

kemudian Ia menjelaskan dan mengajarkannya, apabila mempunyai

kekayaan Ia berbagi dan mengutamakan bagi seorang hamba, dan

apabila memiliki kesuksesan Ia menegakkan keadilan dan menolak

kemudharatan.

Page 80: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

67

5) Khauf (takut) dan pengertiannya

قال ابن عجيبة: "اػبوف: انزعاج القلب من غبوق مكروه, أو فوات مرغوب".Ibn „Ajibah berkata; “Khauf adalah cemasnya hati atau rasa

takut yang timbul di hati dari tertimpa sesuatu yang tidak disukai,

atau tidak mendapatkan sesuatu yang diharapkannya”.

a) Pembagian Khauf

تتبُت حقيقة اػبوف اؼبمدوحة عند الشاذلية عند تقسيمهم للخوف, فعند اػباصة ىو: اػبوف من أن تسلب منهم احواؽبم ومقاماهتم, وعند العامة ىو: اػبوف من عقوبة ا ؽبم عند وقوعهم يف اؼبعصية, كما خيافون على أجسادىم من النار, قال اؼبرسي: "اػبوف

لعامة وخوف اػباص, فخوف العامة على أجسادىم من النار, وخوف على قسمُت: خوف ااػباصة على خلعهم اليت كساىم موالىم أن تدنس باؼبخالفة", وقال ابن عجيبة: "خوف العامة: من العقاب, وفوت الثواب, وخوف اػباصة: من العتاب, وفوت اإلقًتاب, وخوف

: من اإلحتجاب بعروض سوء األدب".خاصة اػباصة

Menurut pandangan pengikut syadziliyah Hakikat kahuf

yang terpuji itu jelas dalam pembagiannya, yaitu khaufnya orang

yang khas (khusus), mereka merasa takut ahwal dan maqamat

mereka menjadi rusak, dan khaufnya orang awam, yaitu mereka

takut akan siksa Allah ketika mereka melakukan kemaksiatan,

sebagaimana ketakutan mereka terhadap api neraka. Al-Mursi

berkata; “khauf terbagi dua: yaitu khufnya orang awam dan

khaufnya orang khas. Khaufnya orang awam adalah kekhawatiran

mereka terhadap api neraka sedangkan kahufnya orang khas

(khusus) adalah terlepasnya mereka dari pemberian Allah kepada

mereka dan menodainya dengan perbuatan yang menyimpang”. Ibn

„Ajibah berkata; “Khaufnya orang awam adalah dari siksaan dan

hilangnya pahala, sedangkan khaufnya orang khas (khusus, utama)

adalah dari celaan atau teguran dan hilangnya kedekatan bersama

Allah, dan khaufnya khassatul khassah adalah dari terhijabnya

melihat buruknya adab”. b) Hubungan Khauf dengan Aqidah Wahdatul Wujud

Page 81: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

68

إذا مل يكن يف الوجود عند الطريقة الشاذلية إال ا وحده فإن اػبوف ينقلب أمنا من بو من كل شيئ, آعندىم, كما قال الشاذيل: "أوصاين أستاذي أن أخاف من ا خوفا

فال معٍت للخوف من شيئ, ومع كل شيئ, وربت كل شيئ, وقريب من كل شيئ, وؿبيط بكل شيئ".

Menurut tarekat syadziliyah ketika sudah tidak ada lagi

wujud selain hanya wujud Allah semata, maka sesunggungnya rasa

takut akan menjadi rasa aman, sebagaimana dikatan Imam

Syadzily; “guruku telah berwasiat kepadaku agar aku takut kepada

Allah dengan ketakutan yang membuat rasa aman dari setiap

sesuatu, maka tiada arti takut terhadap sesuatu, bersama segala

sesuatu, diatas segala sesuatu, di bawah segala sesuatu, di dekat

segala sesuatu, dan di sekitar setiap sesuatu”.

6) Raja‟ (harap) dan pengertiannya

قال ابن عجيبة: "الرجاء: سبٌت الشيئ مع السعي يف اسبابو وإال فهو أمنية", وقال أيضا: "الرجاء: سكون القلب إىل انتظار ؿببوب, بشرط السعي يف أسبابو, وإال فأمنية

وغرور".Ibn „Ajibah berkata; “Raja‟ (harap) adalah mengharap

sesuatu disertai usaha di dalam mendapatkannya jika tidak maka ia

hanya sebuah kebohongan atau angan-angan belaka”, Ibn „Ajibah

menegaskan; “Raja‟ (harap) adalah kedamaian hati di dalam

menunggu yang dicintainya, dengan syarat adanya usaha untuk

dapat mencapainya, jika tidak maka ia hanya anngan-angan dan

tipuan”.

a) Pendorong-pendorong Raja‟ (harap)

للرجاء عند الطريقة الشاذلية أسباب وبواعث تعُت السالك على مقام الرجاء, ومن ذلك:

Menurut tarekat syadziliyah Raja‟ (harap) mempunyai

beberapa sebab dan beberapa motivasi-motivasi yang ditentukan

bagi salik di dalam maqam raja‟ ini, yaitu;

إىل أوصاف اؼبرجو: الباعث األول: النظرPertama, memandangi atau memperhatikan kepada sifat-sifat yang

diharapkannya:

Page 82: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

69

جعلت الطريقة الشاذلية النظر إىل أوصاف ا تعاىل من الرضبة واؼبغفرة وغَتىا من صفات العفو سببا عظيما يف رجاء السالك, فالسالك الكامل ىو من يدًن النظر إىل أوصاف اؼبرجو اليت تتضمن الرضبة, قال ابن عطاء ا: "أىل ا إذا خافوا رجوا: عاؼبُت أن وراء

خوفهم وما بو خافوا أوصاف اؼبرجو الذي ال ينبغي أن يقنط من رضبتو".Tarekat syadziliyah menjadikan sebuah perhatian tehadap

sifat-sifat Allah sebagai rahmat dan ampunan Allah, dan sebagian

sifat-sifat yang lainnya menjadi sebab yang mulia di dalam harapan

seorang salik. Seorang salik yang sempurna ia akan senantiasa

memperhatikan sifat-sifat yang diharapkannya yang mana sifat-

sifat tersebut mengandung sebuah rahmat. Ibn „Athaillah berkata;

“orang yang selalu berada bersama Allah ketika mereka merasa

takut mereka berharap kepada Allah; mereka mengetahui bahwa

dibelakang ketakutan mereka terhadap sesuatu, mereka takut

terhadap sifat-sifat yang diharapkan yang tidak sepantasnya

membuat berputus asa dari rahmat yang diharapkan (Allah)”.

الباعث الثاين: النظر إىل نعم ا تعاىل على عبده:Kedua, memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang ada pada hamba-

Nya:

من بواعث الرجاء: أن السالك ينظر إىل ما من ا إليو من نعم وأفضال متتالية, يقوى أملو, وحيسن ظنو با, أما إذا داوم النظر إىل ما منو إىل ا من معصية فهو وعندئذ

جالب ؼبقام اػبوف دون مقام الرجاء, قال ابن عطاء ا: "إذا أردت أن يفتح لك باب الرجاء: فاشهد ما منو إليك, وإذا اردت ان يفتح لك باب اػبوف: فاشهد ما منك إليو",

يمة الذنب عند العارف الصويف.ويلي ىذه اؼبسألة قYang merupakan bagian dari motivasi-motivasi raja‟ adalah

bahwa seorang salik harus memperhatikan sesuatu yang diberikan

Allah kepadanya yang berupa kenikmatan-kenikmatan dan

keutamaan-keutamaan yang berturut-turut, seketika itu ia harus

menguatkan harapannya, dan terus berbaik sangka dengan Allah.

Jika seorang salik sentiasa melihat kemaksiatan yang dilakukan

kepada Allah, ia akan terbawa kepada maqam khauf bukan kepada

maqam raja‟. Ibn „Athaillah berkata; “jika kamu ingin dibukakan

untukmu pintu harapan, maka saksikanlah apa yang telah Allah

berikan kepadamu, dan jika kamu ingin dibukakan kepadamu pintu

Page 83: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

70

khauf (ketakutan), maka saksikanlah apa yang telah kamu perbuat

di hadapan Allah”. Berikut ini akan dijelaskan suatu masalah

tentang nilai suatu dosa menurut orang arif yang sufi.

b) Keberadaan dari suatu amal merupakan Syarat bagi sahnya

Raja‟

زعمت الطريقة الشاذلية أن العمل شرط لصحة الرجاء, وإال كان ؾبرد أمنية, ويف فهو أمنية".ىذا يقول ابن عطاء ا: "الرجاء ما قارنو عمل, وإال

Tarekat Syadziliyah mengklaim bahwa suatu amal merupakan

sebuah syarat untuk sahnya sebuah harapan, jika tidak ia hanya

sebuah kebohongan. Mengenai hal ini Ibn „Athaillah berkata; “raja‟

itu harus dibarengi dengan amal, jika tidak ia merupakan

kebohongan”.

c) Nilai dari suatu Dosa bagi orang-orang yang punya harapan

العارف الصويف ىو الذي يدًن النظر إىل أوصاف ا تعاىل ونعمو اؼبتتالية, وال يلتفت إىل ذنوبو الصادرة منو, بل ال تسبب لو خوفا وال تأنيبا, وقد عد ابن عجيبة عدم خوفهم من الذنب من مظاىر اعتداؽبم يف باب اؼبقامات فقال: "ومن صبلة ذلك اػبوف

م طاعة ال يزيد رجائهم, وإذا وقعت منهم زلة ال يعظم والرجاء حبيث إذا صدرت منه خوفهم, وال تنقص إستقامتهم".

Seorang Arif sufi adalah orang yang senantiasa

memperhatikan terhadap sifat-sifat Allah dan selalu mensyukuri

nikmat-nikmat Allah yang berturut-turut, tidak berpaling dari dosa-

dosa yang telah dikerjakannya, akan tetapi dosa-dosa tersebut tidak

menyebabkan ia takut dan hina. Ibn „Ajibah menganggap bahwa

mereka tidak merasa takut akan dosa adalah demi menjaga aspek

keseimbangan mereka di dalam menjalani maqamat, maka Ibn

„Ajibah berkata; “dari beberapa rasa takut dan harap tersebut ketika

ketaatan mereka mulai tampak tidak membuat harapan mereka

bertambah, ketika mereka tergelincir tidak membuat mereka sangat

ketakutan, dan keistiqamahan mereka tidak berkurang barang

sedikitpun”.

7) Mahabbah dan pengertiannya

Page 84: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

71

قال الشاذيل: "حقيقة ابة: رؤية ابوب على العيان, وكماؽبا فقدانك يف كل وقت وأوان", وسأل الشاذيل شيخو ابن مشيش عن حقيقة ابة فقال: "ابة: آخذة من ا

تعاىل قلب من أحب دبا يكشف لو من نور صبالو, وقدس كمال جاللو".Imam Syadzily berkata: “hakikat mahabbah adalah melihat

yang dicintainya dengan pandangan mata, kesempurnaan

mahabbah adalah ketiadaanmu di setiap waktu dan keadaan”. Imam

Syadzily bertanya kepada gurunya Ibn Masyisy tentang hakikat

mahabbah, kemudia beliau menjawab; “mahabbah yaitu Allah

mengambil hati seseorang yang mencintai-Nya dan Allah

membukakan baginya dengan cahaya keindhan Allah, dan

mensucikan kesempurnaan keagungan Allah”.

a) Derajat Mahabbah

مقام ابة من أكثر اؼبقامات اليت تناولتها الطريقة الشاذلية بالبحث والعناية, .وص الكثَتة عنهم يف بيان مكانتهاوجائت النص

Maqam mahabbah merupakan maqamat yang paling banyak didiskusikan tarekat syadzliyah dengan pembahasan dan perhatian, banyak sekali nash dari mereka tentang keterangan kedudukan mahabbah.

قال الشاذيل: "ابة اصل يف اإلفهام, فمن أحب ا فهم عنو كل شيئ", وقال ابن عطاء ا: "ابة من ايضا: "خصلتان تسهالن الطريق إىل ا تعاىل: اؼبعرفة وابة", وقال

امات اليقُت".أجل مقImam Syadzily berkata; “mahabbah merupakan pokok

utama dalam memberikan pemahaman, siapapun yang mencintai

Allah maka ia akan dipahamkan setiap sesuatu”, ia juga berkata;

“dua perkara yang mudah untuk menuju Allah swt yaitu, ma‟rifat

dan mahabbah”. Ibn „Athaillah berkata; “mahabbah merupakan

paling agunggnya maqamat”.

b) Pembagian Mahabbah

تتبُت حقيقة ابة اؼبمدوحة عند الطريقة الشاذلية عند تقسيمهم للمحبة, فمحبة علماء الشريعة زبتلف عن ؿببة العارفُت من الصوفية, فمحبة العارفُت ىي دوام اغبضور مع ا

Page 85: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

72

ىي سر واؼبعاينة واؼبشاىدة, وىي اؼبقصودة بوحدة الوجود, وىذه ابة ال ديكن البوح هبا, بل .ا خاصة اػباصة منهماختص هب

Menurut Tarekat Syadziliyah hakikat mahabbah yang

terpuji itu jelas dalam pembagiannya. Mahabbah seorang Ulama‟

Syariat tentu berbeda dengan Mahabbah orang Arif Sufi. Adapun

mahabbah seorang Arif adalah mahabbah yang selalu disertai

kehadiran, pemandangan, dan penyaksian bersama Allah dan yang

dimaksud dengan semua itu wahdat al-wujud. Mahabbah yang

disertai kehadiran, pemandangan, dan penyaksian di dalam hati

tidak akan mengacaukan atau menghancurkan, akan tetapi ia akan

menjadi rahasia bagi orang yang khusus.

قال أبو العباس اؼبرسي: "أىل ابة والشوق على قسمُت: قوم اشتاقت نفوسهم إىل الغيبة, فال سكون ؽبم إال باللقاء, وقوم إشتاقت أرواحهم إىل اغبضور, واؼبعاينة, والشهود,

فال سكون ؽبم إال بالغوص يف حبر األسرار, وتنزل اؼبعاين على قلوهبم".Abul Abbas al-Mursi berkata “ahli Mahabbah dan Syauq

ada dua bagian: orang-orang yang tertanam di hatinya kerinduan

kepada yang ghaib (Allah) maka mereka tidak akan pernah diam

kecuali setelah menjumpai yang dirindukannya, dan orang-orang

yang tertanam dalam ruhnya kerinduan akan suatu kehadiran,

pemandangan, dan penyaksian kepada Allah, mereka tidak akan

pernah diam kecuali setelah mereka menyelami lautan sir-sir Ilahi,

dan Allah turunkan makna-makna yang mencerahkan ke dalam hati

mereka”.

بة ؽبا بداية, ووسط, وهناية, فأول ابة وبدايتها: مالزمة وقال ابن عجيبة: "اسورة ﴾]قل إنكنتم رببون ا فاتبعوين حيببكم ا﴿امتثال األمر, واجتناب النهي, قال تعاىل:

, ووسطها: ؽبج اللسان بالذكر, وتعلق القلب بشهود ابوب, وهنايتها: ال [٣١آل عمران: لعبارة, وال ربلقها اإلشارة, ويف ىذا اؼبعٌت قيل:تدرك با

حبيب لقلب غاب عن كل مقصد فلم يبق إال اهلل ال رب غيره فهذا اؼبعاين ال تدركها العامة وال اػباصة وإمنا يذوقها خاصة اػباصة".

Ibn Ajibah berkata “Mahabbah itu mempunyai Permulaan,

pertengahan, dan puncak. Adapun yang pertama dan sebagai

permulaannya yaitu melazimkan segala perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya, Allah berfirman: katakanlah (muhammad)

Page 86: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

73

jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku maka Allah pasti

akan mencintai kalian (ali Imran: 31), sedangkan pertengahannya

adalah membasahi lisan dengan berdzikir, dan menggantungkan

hati dengan menyaksikan yang dicintainya lewat dzikir, dan

puncaknya Mahabbah tidak dapat diketahui dengan ungkapan

apapun, tidak dapat ditangkap melalui isyarat. Tentang hal ini

terdapat sebuah ungkapan dalam bait, yang artinya; tidak ada suatu

apapun kecuali Allah dan tidak ada Rabb selain-Nya, Ia adalah

kekasih hatiku dan sirnalah dari diriku selain-Nya”.

c) Buah dari Mahabbah

بة, قال: "فًتى النفس مائلة ذكر الشاذيل للمحبة شبارا كثَتة ؼبا تكلم على شبرات الطاعتو, والعقل متحصنا دبعرفتو, والروح مأخوذة يف حضرتو, والسر مغمورا يف مشاىدتو, والعبد يستزيد من حبو فيزاد ويفاتح دبا ىو أعذب من لذيذ مناجاتو, فيكسي حلل التقريب

ات العلوم".القربة, وديس أبكار اغبقائق وثيب على بساطImam Syadzily menyebutkan, mahabbah mempunyai

banyak buah, ketika Ia berbicara tentang buah-buah dari mahabbah,

beliau berkata; “ketenangan jiwa condong untuk taat kepada Allah,

akal dibentengi dengan ma‟rifah, ruh diambil dari kehadirat Allah,

sir dilimpahkan di dalam musyahadah kepada Allah. Seorang

hamba yang menambah kecintaannya kepada Allah maka

ditambahkan dan dibukakan kepadanya sesuatu yang memberi

kesegaran dari kelezatan munajatnya, ”

وىذه الثمار اليت تكلم عنها الشاذيل نصت على نوعُت من الثمار وىي: طلب العلوم اللدنية الغيبة, وطلب الوحدة واؼبشاىدة, وتفصيل تلك الثمار فيما يلي:

أوال: حصول العلوم اللدنية واؼبكاشفات:قال ابن عجيبة: "فإذا اراد ا فتح بصَتة العبد أشغلو يف الظاىر خبدمتو, ويف

لباطن دبحبتو, فكلما عظمت ابة يف الباطن, واػبدمة يف الظاىر قوي نور البصَتة, حىت ايستوىل على البصر, فيغيب نور البصر يف نور البصَتة, فال يرى إال ما تراه البصَتة من اؼبعاين

اللطيفة, واألنوار القددية".Ibn „Ajibah berkata; “jika Allah menginginkan kepada

seorang hamba dibukakan mata hatinya, Allah membuat dhohirnya

sibuk berkhidmat kepada Allah, bathinnya dengan mahabbah

Page 87: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

74

kepada Allah, ketika cinta sudah tumbuh besar di hati dan

berkhidmat secara dhohir maka kuatlah cahaya pandangan

bathinnya sehingga ia menguasai pandangan matanya itu. Maka

terbenamlah cahaya matanya di dalam cahaya mata bathinnya

sehingga ia tidak dapat melihatnya kecuali apa yang dilihat oleh

mata bathinnya dari makna-makna yang lembut dan cahaya yang

lampau”.

ثانيا: الوصول لوحدة الوجود:ؼبا سأل الشاذيل شيخو ابن مشيش عن ابة, عرفها وذكر شراهبا, الذي أراد بو الوصول للوحدة, فقال ابن مشيش: "وشراب ابة: مزج األوصاف باألوصاف, واألخالق

ال".عباألخالق, واألنوار باألنوار, واألظباء باألظباء, والنعوت بالنعوت, واألفعال باألفKetika imam Syadzily bertanya kepada gurunya Ibn Masyis

tentang mahabbah, beliau memberitahu dan menyebutkan minuman

mahabbah supaya orang dapat sampai kepada Allah. Maka Ibn

Masyis menjawab; “minuman mahabbah adalah meleburnya sifat

dengan sifat, ahlak dengan akhlak, cahaya dengan cahaya, asma‟

dengan asma‟, karakteristik dengan karakteristik, dan perbuatan

dengan perbuatan”.

Menurut penjelasan diatas tentang buah dari mahabba terdapat dua

pokok pencapaian yaitu;

1) Terbukanya mata bathin (hati) sehingga tersingkap atau tercapai

pengetahuan-pengetahuan Ilahi (ladunni dan mukasyafah).

2) Mahbbah yang sempurna akan mengantarkan pada akidah

wahdatul wujud (hanya satu yang ada) yaitu Allah.

E. Peran seorang Mursyid di dalam memperkenalkan Jenis-jenis

Ahwal

1) Al-Uns dan pengertiannya

Page 88: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

75

"األنس معناه: استبشار القلب فرحو دبطالعة اعبمال, حىت إنو إذا غلب وذبرد عن مالحظة ما غاب عنو وما يتطرق إليو من خطر الزوال عظم نعيمو ولذتو".

Arti al-Uns adalah kegembiraan hati disebabkan melihat yang

maha indah, sehingga hati ketika sudah menguasai al-Uns dan

terbebas dari pengawasan ia tidak akan menjauh dari al-Uns dan

tidak akan menghadapi sebuah bahaya yang dapat melenyapkan

kebesaran nikmat uns dan kelezatannya.

ا واألنس با من األحوال اليت يوردىا ا على السالك, وذلك حُت يقبل على بأنواع الطاعات اليت يتقرب هبا إليو, وإىل ىذا أشار ابن عطاء ا بقولو: "كفي العاملُت جزاء

ما ىو فاربو على قلوهبم يف طاعتو, وما ىو مورده عليهم من وجود مؤانستو".Al-Uns bersama Allah merupakan bagian dari kondisi-

kondisi yang Allah anugerahkan kepada seorang salik, dan itu

didapatkan ketika seorang salik mendekatkan dirinya kepada Allah

dengan berbagai ketaatan. Dalam hal ini Ibn „Athaillah memberi

isyarat dengan perkataannya; “suatu balasan sudah cukup bagi

orang-orang yang melakukan amal yang dapat melapangkan hati

mereka dalam ketaatan kepada Allah, dan ia merupakan sumber

bagi dari keberadaan keramahan (keakraban/keintiman) Allah”.

a. Hakikat al-Uns

مل تًتك الطريقة الشاذلية عقيدة من عقائدىا إال وطبقت عليها نظرية إسقاط التدبَت واإلختيار القاضية باعبرب, ومن ذلك األحوال أيضا, فاألنس ال يكون عندىم إال دبحض العناية اإلؽبية, وليس إلرادة السالك مدخل حقيقي يف ربققو بو, ويف ىذا يبُت ابن عطاء ا

.أن اؼبعرفة وابة واألنس ليست إال دبحض فضل ايف مناجاتو Tarekat Syadziliyah tidak pernah meninggalkan suatu

akidah dari akidah-akidah yang menjadi keyakinanny kecuali ia

telah menerapan suatu teori pengguguran pengaturan atau

penataan, pilihan atau pertimbangan yang sudah menjadi sebuah

ketentuan dalam suatu lembaga, dan juga ahwal-ahwal yang lain.

Hal al-Uns menurut tarekat syadziliyah tidak akan terjadi pada

seseorang kecuali dengan memurnikan kepedulian sifat ketuhanan,

bukan karena keinginan seorang salik untuk masuk secara hakiki di

dalam mencapai kondisi al-uns. Mengenai hal ini Ibn „Athaillah

menjelaskan di dalam munajatnya bahwa ma‟rifat, mahabbah, dan

Page 89: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

76

al-uns tidak akan tercapai kecuali dengan memurnikan keutamaan

Allah.

نس ال يكون إال مقًتنا دبقام ابة , قال ابن عطاء ا: "يا من أذاق أحباءه واأل .حالوة مؤانستو فقاموا بُت يديو متملقُت"

Hal al-Uns tidak dapat terjadi atau tidak dapat dialami oleh

seseorang kecuali melalui maqam Mahabbah kepada Allah. Ibn

„Athaillah berkata; “wahai orang yang ingin merasakan manisnya

keakraban atau keintiman bersama para kekasihnya maka berdirilah

dihadapannya dengan mencari muka dihadapannya”.

b. Sebab-sebab al-Uns

وضعت الطريقة الشاذلية أسبابا جالبة لألنس با, فمن ذلك: Tarekat Syadziliyah menetapkan beberapa sebab untuk

mencapai kondisi al-uns bersama Allah, yaitu; السبب االول: االنقطاع عن اػبلق يف العزلة واػبلوة:

Sebab pertama adalah memutuskan diri dari makhluk dengan cara

„uzlah dan khalwat.

اػبلق لفتح لك باب األنس بو تعاىل, ألن قال ابن عطاء ا: "لو انقطعت عن ن أردت أن تستخرج مرآة لة, فسمعوا من ا وأنسوا بو, فإاألولياء قهروا أنفسهم باػبلوة والعز

.قلبك من األكدار فارفض ما رفضوا وىو األنس باػبلق"Ibn „Athaillah berkata; “jika seseorang memutuskan diri

dari makhluk maka Allah akan membuka pintu al-uns, karena

sesungguhnya para kekasih Allah itu bersikeras memaksakan diri

mereka di dalam melakukan khalwat dan „uzlah, mereka

mendengarkan dari Allah dan mereka akrab bersama-Nya, jika

kamu ingin mengeluarkan kekeruhan cermin hatimu maka tolaklah

sperta apa yang para kekasih Allah tolak, itulah yang disebut al-uns

dengan makhluk”.

السبب الثاين: الوحشة من اػبلق: Sebab ke dua adalah merasa risau dari pada makhluk.

قال ابن عطاء ا: "مبٌت أمرىم يف بدايتهم على الفرار من اػبلق, واإلنفراد باؼبلك ."أنو يريد أن يفتح لك باب األنس بو اغبق", وقال أيضا: "مىت أوحشك من خلقو فاعلم

Page 90: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

77

Ibn „Athaillah berkata; “para kekasih Allah memulai

perkara mereka dengan membebaskan diri dari makhluk, dan

menyendiri bersama Sang Raja Kebenaran. Ketika Allah

membuatmu risau dari makhluk-Nya maka ketahuilah bahwa Allah

ingin membukakan pintu al-uns kepadamu”.

لسبب الثالث: الذكر:ا Seba ketiga adalah dzikir

قال عبد القادر عيسى: "ينفذ الذكر إىل سويداء قلبو: فَتتسم االسم اؼبفرد فيو, ".ويشعر حبالوة األنس با تعاىلوترحل عنو الغفلة, وتزول األغيار,

Abdul Qadir „Isa berkata; “dzikir dapat menembus dan

menerangi kegelapan atau hitamnya hati seseorang, hanya akan

tertulis satu nama dihatinya, pergi darinya kelalaian, hilang

keangkuhan-keangkuhan di dalam hatinya, dan ia hanya akan

merasakan manisnya kemesraan dan keramahan bersama Allah”.

2) Al-Qabdl dan al-Basth serta pengertian keduanya

القبض والبسط حالتان نفسيتان متعاقبتان تردان على السالك, ويف القبض تشعر نفس السالك بالقلق واغبزن واألمل, أما يف البسط فتشعر بالفرح والطمأنينة والرضا.

Dua hal Qabdl (kesempitan)2 dan Basth (kelapangan atau

keluasan) yang saling bergantian dan saling bertoalak belakang

bagi seorang salik, pada kondisi qabdl seorang salik merasakan

kegelisahan, kegundahan, dan kepedihan, sedang dalam kondisi

basth seorang salik akan merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan

kerelaan hati.

ب او األرواح, إما بسبب قرب شهود قال ابن عجيبة: "البسط: فرح يتعري القلو عن أوصاف كمالو, وذبلى ذاتو, أو بغَت ب, أو شهود صبالو, أو بكشف اغبجاباغببي

سبب", وقال يف تعريف القبض: "القبض: حزن وضيق يتعري القلب, إما بسبب فوات مرغوب, أو عدم حصول مطلوب, أو بغَت سبب".

Ibn „Ajibah berkata; “al-Basth adalah kebahagiaan yang

dapat membebaskan hati dan ruh baik disebabkan kedekatan

penyaksian terhadap sang kekasih, menyaksikan keelokan-Nya,

2 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (khazanah istilah sufi), terj.

M.S. Nashrullah dan Ahmad Baiquni. (Bandung: Mezan Media Utama, 2000), hlm. 221

Page 91: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

78

terbukanya tirai-tirai sifat kesempurnaan-Nya, Dzat-Nya menjelma

merasuk ke dalam jiwa, atau tanpa sebab”. Dan Ibn „Ajibah

mengemukakan tentang ta‟rif al-Qabdl yaitu kesedihan dan

kesempitan yang dapat menekan hati seseorang baik disebabkan

luputnya hati dari yang dicintai atau tidak adanya hasil dari yang

diusahakannya, atau tanpa sebab.

a. Posisi al-Qabdl dan al-Basth

نبو ابن عباد النفزي يف شرحو للحكم إىل أن الشاذلية قد استوفوا الكالم يف القبض والبسط على خالف غَتىم من الصوفية الذين ال توجد ؽبم يف القبض والبسط إال إشارات قليلة, ونبو شيوخ الشاذلية على مالزمة حال القبض والبسط للسالك يف ليلو وهناره, حىت شبو

بالليل اؼبظلم, والبسط بالنهار واؼبشرق, يف قولو: "فلما خيلو منهما, يتعاقبان الشاذيل القبض .علينا كتعاقب الليل والنهار"

Ibn „Ibad al-Nafzi memberitahukan di dalam keterangannya

pada kitab al-hikam bahwa para pengikut imam Syadzily mereka

menerima al-qabdl dan al-basth berbeda dengan para sufi lainnya

yang mana mereka tidak ditemukan konsep al-qabdl dan al-basth

kecuali hanya sedikit petunjuk-petunjuk dari mereka. Para syeikh

tarekat syadziliyah mengingatkan bagi seorang salik untuk

melazimkan hal al-qabdl dan al-basth pada waktu siang dan

malam, sampai-sampai imam Syadzily menyeupakan al-qabdl

seperti malam yang gelap, sedangkan al-basth bagaikan siang dan

terang. Dalam perkataan imam Syadzily ketika seseorang kosong

dari keduanya, keduanya saling berurutan bagi kita sebagaimana

saling berurutannya malam dan siang.

b. Buah dari al-Qabdl dan al-Basth

زعموا أن القبض والبسط سبب للكشف عن اغبجاب, والفناء يف ا عن كل موجود, قال ابن عجيبة بعد أن بُت القبض والبسط: "يفتح لك الباب, ويرفع بينك وبينو

الصفات, فتغيب عن اثر اعبالل واعبمال بشهود اغبجاب, فتتنزه يف كمال الذات, وشهودالكبَت اؼبتعال, فال جاللو حيجبك عن صبالو, وال صبالو حيجبك عن جاللو, وال ذاتو رببسك عن صفاتو, وال صفاتو رببسك عن ذاتو, تشهد صبالو يف جاللو, وجاللو يف صبالو, وتشهد

ذاتو يف صفاتو, وصفاتو يف ذاتو".

Page 92: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

79

Para pengikut tarekat syadziliyah mengklaim bahwa al-

qabdl dan al-basth merupakan sebuah sebab bagi terbukanya hijab,

dan fana‟ di dalam Allah dari segala yang ada. Ibn „Ajibah berkata

setelah mengalami al-qabdl dan al-basth maka akan dibukakan

kepadamu sebuah pintu, diangkat diantara kamu dengan-Nya

sebuah hijab, maka kemudian ia berjalan-jalan di dalam

kesempurnaan dzat-Nya, menyaksikan sifat-sifatnya, kamu

terbenam karena jejak keagungan dan keindahan dengan

menyaksikan yang maha besar dan maha tinggi, keagungan Allah

tidak akan menghijabmu dari keindahan-Nya, dan keindahan Allah

tidak akan menghijabmu dari keagungan-Nya, dzat Allah tidak

akan memalingkanmu dari sifat-Nya, sifat Allah tidak akan

memalingkanmu dari dzat-Nya, engkau akan menyaksikan

keindahan Allah di dalam keagungan-Nya, dan keagungan Allah di

dalam keindahan-Nya, engkau akan menyaksikan dzat Allah di

dalam sifat-Nya, dan sifat Allah di dalam dzat-Nya.

c. Adab dari al-Qabdl dan al-Basth

للقبض والبسط آداب ال تصح وال تكمل إال هبا, وقد فصل الشاذيل يف اسباب القبض والبسط, وذكر آداب كل قسم منهما: فالقبض عند الشاذيل: إما أن يعرف سببو أو ال يعرف سببو, فإن عرف سببو فهو ال خيلو من ثالثت أسباب ىي: "ذنب أحدثتو, أو دنيا

ذيك يف نفسك أو عرضك أو ينسبك لغَت دين", ذىبت عنك أو نقصت لك, أو ظامل يؤ مث بُت الشاذيل األدب والعبودية يف ىذا القسم, فإن كان ذنبا فاألدب التوبة, وإن كان ذىاب دنيا أو نقص فاألدب التسليم والرضا, وإن كان ظاؼبا يؤذيك فاألدب الصرب واإلحتمال, وإن

إلرادات, واغبركات.كان القبض بغَت سبب فاألدب السكون يف األقوال, وا

al-Qabdl dan al-Basth mempunyai adab-adab maka tidak

sah dan tidak sempurna kecuali dengan memperhatikan adab-

adabnya. Imam Syadzily telah merincinya di dalam penjelasan

mengenai sebab-sebab tercapainya al-qabdl dan al-basth, kemudian

ia menyebutkan pembagian setiap adab dari keduanya, maka al-

qabdl menurut imam Syadzily penyebabnya dapat diketahui atau

tidak, jika penyebabnya dapat diketahui maka al-qabdl tidak dapat

kosong dari tiga sebab yaitu dosa yang terjadi pada dirinya, dunia

yang pergi atau berkurang darimu, atau orang dholim yang

menyakiti jiwa dan mencederai kehormatanmu atau

Page 93: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

80

menisbahkanmu ke lain agama. Kemudian imam Syadzily

menjelaskan pembagian adab dan „ubudiyah di dalam masalah

tersebut, jika seseorang mempunyai dosa maka adabnya bertaubat,

jika mengalami perginya atau kekurangan harta maka adabnya

adalah merasa tentram dan rela, dan jika kedholiman menimpamu

maka adabnya sabar dan teguh. Apabila seseorang mengalami al-

qabdl tanpa suatu sebab maka adabnya tetap tenang baik dalam

berbicara, berkeinginan, dan aktifitas.

وأما البسط عند الشاذيل: فإما أن يعلم لو سبب أو ال يعلم, فاألسباب ثالثة:

Adapun al-basth menurut imam Syadzily penyebabnya dapat

diketahui atau tidak, sebab-sebanya ada tiga;

زيادة من "السبب األول: زيادة بالطاعة, أو نوال من اؼبطاع, كالعلم واؼبعرفة, والسبب الثاين: دنيا بكسب أو كرامة أو ىبة أو صلة, والسبب الثالث: باؼبدح والثناء من الناس, وإقباؽبم عليك, وطلب الدعاء منك, وتقبيل يدك", مث بُت الشاذيل األدب يف ىذا األقسام وىو: رؤية

العبودية واؼبنة من ا عليك, ومالزمة اػبوف من السلب, وشكر ىذه النعم.

Sebab pertama adalah menambah dengan ketaatan, meraih dari

perintah yang ditaati seperti ilmu dan ma‟rifah, sebab ke dua yaitu

bertambahnya duniawi baik karena bekerja, karomah, karunia, atau

perantara, dan sebab yang ke tiga ialah kemuliaan dan sanjungan

dari manusia serta penerimaan mereka atasmu, meminta didoakan

olehmu, dan menerima tanganmu. Kemudian imam Syadzily

menjelaskan adab di dalam pembagian ini yaitu melihat pengabdian

dan karunia dari Allah atasmu, melazimkan rasa takut dari

kerusakan, dan mensyukuri nikma-nikmat yang telah diberikan.

3) Fana‟ dan Baqa‟ serta pengertian keduanya

عرف شيوخ الطريقة الشاذلية الفناء والبقاء بتعاريف متقاربة, وىي دالة على غياب اػبلف يف عُت الفاين, لفنائو يف ربو, وأما يف حال البقاء فاػبلق ثابتُت يف عُت الباقي إال أن

ه فيهم ىو ا وحده.حقيقة ما يرا

Para syeikh tarekat syadziliyah mengartikan fana‟ dan

baqa‟ dengan pengertian yang saling berdekatan, menunjukkan

Page 94: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

81

tidak adanya perbedaan menurut orang yang mengalami kefanaan,

karena ia telah fana‟ di dalam tuhannya. Adapun di dalam hal baqa‟

makhluk itu tetap menurut pandangan orang yang mengalami

kebaqaan, karena hakikat sesuatu yang dilihatnya di belakang

mereka hanyalah Allah semata.

قال ابن عطاء ا: "الفناء: ىو أن يفٌت اإلنسان عن نفسو, فال حيس بشيئ من ياء اػبارجة عنو, وال العوارض الباطنة فيو, بل يغيب عن صبيع ذلك, ظواىر جوارحو, وال األش

, وقال ابن عجيبة: "الفناء ىو: أوال, مث ذاىبا إليو أخرى" ويغيب عنو صبيع ذلك ذاىبا إىل ربوأن تبدوا لك العظمة, فتنسيك كل شيئ, وتغيبك عن كل شيئ سوى الواحد الذي ليس

ىو: شهود حق بال خلق".كمثلو شيئ, وليس معو شيئ, أو تقول

Ibn „Athaillah berkata; “fana‟ adalah manusia harus sirna

dari dirinya, tidak merasakan sedikitpun keberadaan anggota

tubuhnya sendiri, tidak ada sesuatupun yang keluar darinya, dan

tidak ada anggota-anggota tubuh yang tersembunyi di dalamnya,

akan tetapi ia terbenam dari semua itu. Seseorang sirna dari semua

itu dan berpaling kepada tuhannya, kemudian berpaling kepada-

Nya yang lain”. Ibn „Ajibah berkata; “fana‟ adalah engkau melihat

dengan jelas keagungan-keagungan Allah, maka melupakan segala

sesuatu, dan engkau terbenam dari segala sesuatu selain Allah yang

tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya, dan tidak ada

sesuatupun bersama-Nya, atau kamu mengatakan fana‟ adalah

menyaksikan Allah tanpa makhluk”.

Maksud Fana‟ pada uraian di atas yang dikemukakan oleh Ibn „Athaillah

bahwasanya tidak sesuatu apapun yang ada pada diri manusia baik secara lahir

maupun secara bathin, ia tebenam dari dirinya dan alam sekitarnya yang ada

hanyalah Allah semata semua itu hanya memalingkan diri seseorang kepada Allah

saja, adapun menurut Ibn „Ajibah manusia hanya melihat keagungan-keagungan

Allah semata sehingga segala sesuatu yang tampak dari alam semesta dan yang

tampak pada dirinya semua itu tidak ada dan hanya Allah yang disaksikannya.

Page 95: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

82

وأما البقاء فهو شهود خلق حبق, قال ابو اؼبواىب الشاذيل: "البقاء مقام ديلك حقيقة الشهود على بساط األدب مع الشهود", وقال ابن عجيبة: "الفناء ىو أن تبدوا لك العظمة فتنسيك كل شيئ وتغيبك عن كل شيئ سوى الواحد الذي ليس كمثلو شيئ وليس

خلق, كما أن البقاء ىو شهود خلق حبق". معو شيئ, أو تقول ىو شهود حق بال

Adapun pengertian baqa‟ yaitu menyaksikan ciptaan

dengan Allah. Abul Muwahib al-Syadzily berkata; “baqa‟

merupakan sebuah maqam yang memiliki hakikat syuhud diatas

permadani adab disertai syuhud”. Ibn „Ajibah berkata; “fana‟

adalah engkau melihat dengan jelas keagungan-keagungan Allah

dan kamu melupakan segala sesuatu dan kamu terbenam dari

segala sesuatu selain Allah yang tidak ada sesuatupun yang

menyerupai-Nya, tidak sesuatu apapun membersamai-Nya, atau

kamu katakan fana‟ adalah menyaksikan Allah tanpa ciptaan,

sebagaimana baqa‟ yaitu menyaksikan ciptaan dengan Allah”.

a. Hakikat Fana‟ dan Baqa‟

يغيب الفاين عن كل حال الفناء: حقيقة الفناء والبقاء ىو القول بوحدة الوجود, إال ا وحده, أما يف حال البقاء فال يغيب عنو شيئ, ألنو يرى كل شيئ ىو شيئ, وال يرى

ه.ا وحد

Hakikat Fana‟ dan Baqa‟ merupakan ungkapan lain dari

Wahdatul Wujud. Kondisi fana‟ ialah terbenamnya orang yang

fana‟ dari segala sesuatu, ia tidak melihat suatu apapun kecuali

hanya Allah. Adapun kondisi Baqa‟ ialah tidak terbenam darinya

sesuatu karena ia melihat segala sesuatu hanya Allah semata.

Hubungan antara Fana‟ dan Baqa‟ serta kutamaan keduanya

تعترب الطريقة الشاذلية الفناء بابا للبقاء, فبداية السالك تكون يف حال الفناء, وهنايتو يف حال البقاء, قال ابن عطاء ا: "فإذا أفناك عنك أبقاك بو, فالفناء دىليز البقاء, ومنو يدخل إليو, فمن صدق فناءه صدق بقاؤه, ومن كان عما سوى ا فناءه كان با

بقاءه".

Tarekat Syadziliyah menganggap Fana‟ sebagai sebuah

gerbang untuk mencapai hal Baqa‟, maka permulaan hal seorang

salik terjadi pada kondisi fana‟, dan puncaknya mengalami hal

Page 96: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

83

Baqa‟. Ibn „Athaillah berkata; “ketika Kamu mengalami kefanaan

maka kamu menjadi Baqa‟, karena fana‟ merupakan pintu

masuknya baqa‟, melalui fana‟ dapat memasuki baqa‟. Seseorang

yang benar-benar mengalami kondisi fana‟ maka benar pula

kondisi baqa‟nya. Kefanaan seseorang dari sesuatu selain Allah

maka ia baqa‟ bersama Allah”.

ىم أكمل من ومع أن كال اغبالُت يدل على وحدة الوجود إال أن حال البقاء عند إال أنو ىجر اػبلق و عٍت الوصول إىل حقيقة أنو ال موجود إال احال الفناء, فالفناء ي

وغاب عنهم, أما البقاء فيعٍت الوصول إىل حقيقة أنو ال موجود إال ا, إال أنو ال يغيب عن ال الفناء, وإمنا يشهد الكائنات ويراىا العامل اػبارجي كما ىو الشأن يف حو وبإحساسو بنفس

اغبق فيها, فهي عُت ا يف عينو.لكنو يشهد

Kedua hal fana‟ dan baqa‟ menunjukkan pada wahdatul

wujud, menurut mereka hal baqa‟ lebih sempurna dari pada hal

fana‟. Fana‟ dimaksudkan sebagai menyatu kepada hakikat dan

hanya Allah yang ada dan sesungguhnya makhluk itu berpindah

dan terbenam dari mereka, adapun baqa‟ dimaksudkan sebagai

menyatu kepada yang hakikat sesungguhnya ia tidak ada kecuali

Allah, akan tetapi ia tidak terbenam dari inderanya sendiri dan alam

sekitar sebagaimana di dalam hal fana‟, melainkan menyaksikan

alam semesta dan melihatnya akan tetapi ia menyaksikan Allah di

dalamnya, yaitu pandangan Allah di dalam pandangannya.

b. Sebab Fana‟

حيصل الفناء للسالك نتيجة تعلقو اؼبستمر بالذات اإلؽبية, وحصر شعوره يف اذباه واحد بعينو مدة طويلة, ويكون ذلك يف اػبلوة نتيجة ذكر السر, وذلك أن للذكر ثالث مراتب: ذكر اللسان, وذكر القلب, وذكر السر, وذكر السر ىو الذي يصل السالك من

الذكر الذي يغيب فيو الذاكر عن نفسو سباما وعن الذكر, فإذا خاللو إىل حال )الفناء(, وىوصاحب ىذ اغبال بالعوامل وصل إىل ىذه اغبال فقد وصل غبال الفناء, وعندئذ يكاشف

العلوية.

Kondisi fana‟ dapat dicapai dengan sukses oleh seorang

salik dengan cara terus-menerus bergantung bersama dzat Ilahi,

menahan perasaannya untuk fokus dengan satu pandangan dalam

masa yang panjang, itu bisa di capai dengan sukses di dalam

Page 97: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

84

khalwat dan dzikir sir. Dzikir mempunyai tiga tingkatan: dzikir

lisan, dzikir hati, dan dzikir sir. Melalui dzikir sir seorang salik

dapat mencapai kondisi fana‟, ia merupakan dzikir yang dapat

membuat pedzikir terbenam dari dirinya sendiri secara sempurna.

Ketika seseorang telah sampai pada hal ini maka benar-benar telah

sampai pada hal fana‟, seketika seseorang yang telah mengalami

kondisi fana‟ tersebut akan terbuka baginya pengetahuan-

pengetahuan yang tinggi.

c. Pembagian Fana‟

قسمت الطريقة الشاذلية الفناء إىل ثالثة أقسام: فناء عن أفعالو بأفعالو, وعن م بأفعالو, أوصافو بأوصافو, وعن ذاتو بذاتو, قال ابو العباس اؼبرسي: "إن عبادا ؿبوا أفعاؽب

وأوصافهم بأوصاف, وذاهتم بذاتو, وضبلهم بأسراره ما تعجز عامة األولياء عن ظباعو, وىم , قال ابن عطاء ا معلقا على النص السابق: .الذين غرقوا يف حبر الذات وتيار الصفات"

"فهي إذا فناءات ثالث: أن يفنيك عن أفعالك بأفعالو, وعن أوصافك باوصافو, وعن ذاتك اتو".بذ

Tarekat Syadziliyah mebagikan fana‟ ke dalam tiga bagian;

Fana‟ dari perbuatan diri sendiri ke dalam perbuatan Allah, Fana‟

dari sifat-sifat dirinya ke dalam sifat-sifat Allah, Fana‟ dari dirinya

sendiri ke dalam dzat Allah. Abul „Abbas al-Mursi berkata;

“sesungguhnya Allah mempunyai seorang hamba yang perbuatan-

perbuatannya terhapus karena perbuatan-perbuatan Allah, sifat-sifat

mereka hilang karena sifat-sifat Allah, dan diri mereka tidak ada

karena dzat Allah. Mereka memikul sir-sir Allah yang tidak dapat

melemahkan pendengaran para wali kepada Allah, mereka

tenggelam dalam lautan dzat Allah dan terseret oleh arus sifat-sifat

Allah”. Ibn „Athaillah berkata; “Fana‟ itu tiga: engkau sirna dengan

perbuatan-perbuatanmu dengan perbuatan-perbuatan Allah, engkau

sirna dari sifat-sifatmu dengan sifat-sifat Allah, dan engkau sirna

dari dirimu sendiri dengan dzat Allah”.

Page 98: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab didepan mengenai peran seorang mursyid

kepada murid didalam pencapaian tingkatan spiritual (maqamat dan ahwal)

dapat disimpulkan Maqamat adalah sebuah tingkatan spiritual untuk

menuju Allah s.w.t., ia sebagai sebuah media bagi seorang murid atau

salik. Dalam tradisi kaum tarekat khususnya tarekat Syadzilyah maqamat

dijadikan sebagai azas dan peraturan ketat yang wajib dilaksanakan

dengan tekun, konsisten, terus-menerus, bersusah payah, dan tekad yang

kuat oleh para salik sehingga maqamat dapat dicapai dengan usahanya

yang keras. Sedangkan Ahwal adalah kondisi spiritual yang dialami

didalam kedalaman sanubari salik oleh karena tingginya spiritalitas yang

dijalaninya. Hal jamaknya adalah Ahwal tidak dapat dicapai dengan usaha

salik melainkan ia merupakan sebuah karuni langsung oleh Allah kepada

hambanya, hal (kondisi spiritual) diberikan Allah dengan tiba-tiba,

berubah-ubah, dan tidak menetap.

Seorang salik tidak akan dapat mencapai tingkatan (maqam) dan

kondisi (hal) spiritual jika tidak melalui proses yang tekun, konsisten,

tekad yang kuat, terus-menerus, bersusah payah, usaha yang keras,

mujahadah, riyadlah. Artinya, bahwa setiap perkara yang menghimpun

serta menjadi syarat pencapaian suatu tingkatan dan kondisi spiritual harus

Page 99: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

86

benar-benar dilaksanakan. Apabila seorang salik sudah mencapai suatu

maqam maka ia tidak boleh merasa cukup hanya dengan pencapaian itu

atau meninggalkan maqam yang telah dicapainya ketika berpindah kepada

maqam selanjutnya.

Yang merupakan jenis-jenis maqam dan hal sebagaimana

disebutkan didalam penulisan skripsi ini yaitu, Maqamat; taubat, zuhud,

sabar, syukur, khauf, raja‟, dan mahabbah, adapun Ahwal; al-uns, al-qabld,

al-basth, dan al-fana‟, al-baqa‟. Bagi seseorang yang menempuh jalan

tasawuf khususnya dalam tarekat harus berada dalam bimbingan seorang

Mursyid karena tanpanya tidak mungkin bagi seorang murid menjalani dan

menapaki sebuah Tarekat tanpa keberadaan seorang Syeikh yang

mengajarkan, karena setiap orang yang menapaki suatu jalan spiritual

seperti mujahadah, riyadloh, khalwat, dan dzikir-dizkir tidak akan ada

artinya semua tersebut tanpa peran dan pendidikan guru. Syeikh atau

Mursyid menjadi simbol utama dalam suatu tarekat maka para murid tidak

mungkin akan terlepas dari peranan gurunya, karena Ia menjadi tonggak

terpenting dalam pencapaian di dalam menuju puncak ruhaniyahnya. Abu

al-Faidh al-Manufi mengatakan sesungguhnya pokok utama bagi seorang

salik yang melakukan suluk dalam tingkatan-tingkatan (maqamat) yang

ditempuhnya untuk berada selalu dekat dan syuhud (penyaksian) kepada

kehadirat Allah tidak terlepas dari tiga komponen yaitu, seorang Syeikh

atau Mursyid, seorang salik dalam suatu tarekat, dan Maqamat sebagai

Page 100: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

87

media spiritual yang dijalankan oleh seorang murid untuk sampai kepada

Allah.

B. Saran-saran

Pada bagian akhir pembahasan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan beberpa saran, diantaranya sebagai berikut:

1. Seorang murid atau salik yang menekuni suatu tahapan

spritual pada masa kini harus melalui seorang syeikh atau

mursyid, jika tidak dikhawatirkan ia akan terjerumus pada

kesesatan, meras bingung, dan ragu-ragu.

2. Ketika seorang salik sedang menekuni atau mejalankan suatu

tingkatan spiritual (maqam), maka ia tidak boleh menaiki atau

berpindah ke tingkatan selanjutnya sebelum mencapai dan

memenuhi hukum-hukum pada suatu tingkatan yang sedang di

jalaninya. Misalnya, ketika seorang salik atau murid sedang

melakukan maqam taubat maka ia harus benar-benar

menjalaninya sehingga tercapailah maqam tersebut dan ini

dilakukan dengan harus mengikuti saran seorang mursyid,

karena seorang mursyid mempunyai kedudukan yang muthlak

menurut tarekat syadziliyah.

3. Apabila melihat atau pernah menyaksikan perbuatan seorang

guru yang bertentangan, maka seorang murid tidak boleh

Page 101: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

88

menceritakannya kepada orang lain dan sebaiknya ia

merahasiakannya.

4. Seorang murid harus betul-betul memperhatikan adab-adab

yang sudah menjadi ketentuan dan dilaksanakan dengan

sebenar-benarnya.

Page 102: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

89

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia,

2010.

Akbarizan. Tasawuf Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di

Indonesia. Riau: Suska Press, 2008.

Amstrong, Amatullah. Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (khazanah

istilah sufi). Terj. M.S. Nashrullah dan Ahmad Baiquni.

Bandung: Mezan Media Utama, 2000.

Basyir, Damanhuri. Ilmu Tasawuf. Banda Aceh: Yayasan Pena,

2005.

Chitick, William. C, Sufism; A Beginner‟s Guide. England: One

world Publication Oxford, 2008.

Farhan, Ibnu. “Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Perspektif

Para Sufi”. YAQZHAN Volume 2, Nomor 2, Desember

2016.

Gulen, Muhammad Fethullah. Kalbin Zumrut Tepeleri. Terj. Fuad

Syaifudin Nur. Jakarta: Republika, 2013.

Hajjaj, Muhammad Fauqi. Tasawuf al-Islami wa al-Akhlaq. Terj.

Kamran As‟at Irsyady dan Fakhri Ghazali. Jakarta: Sinar

Grafika Offset, 2011.

Ja‟far, Gerbang Tasawuf. Medan: Perdana Publishing, 2016.

Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf. Penerbit

Erlangga.

Khan, Khan Sahib Khaja. Studies in Tasawuf. Terj. Achmad

Nashir. Jakarta: Rajawali Pers, 1987.

Kabbani, Syekh Muhammad Hisyam. Tasawuf & Ihsan (anti virus

kebatilan dan kedzaliman). Terj. A. Syamsu Rizal.

Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2015.

al-Muhasibi. al-Washaya. Terj. Wawan Djunaedi Soffandi. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2001.

al-Nisabury, Imam Qusyairy. Risalatu al-Qusyairiyah. Terj.

Mohammad Luqman Hakiem. Surabaya: Risalah Gusti,

1996.

Page 103: PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK MENCAPAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46638/1/SHOLEHODDIN...PERAN SEORANG MURSYID KEPADA MURID UNTUK . MENCAPAI MA

90

Nasution, Ahmad Bangun, Siregar, Rayani Hanum. Akhlak

Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syaraf, Muhammad Jalal. Tasawuf Islam fi Madrasah Baghdad.

Terj. Subhan Anshari. Tangerang Selatan: Gaya Media

Pratama, 2014.

Schimmel, Annemarie. Mystical Dimension of Islam. Terj. Sapardi

Djoko Damono. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.

Solihin, M, Akhlak Tasawuf. Bandung: Nuansa, 2005.

Siregar, Hidayat. ”Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial”.

MIQOT Vol. XXXIII No. 2 Juli-Desember 2009.

al-Taftazani, Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi. Sufi Dari Zaman ke

Zaman. Terj. Ahmad Rofi‟ Ustmani. Bandung: Penerbit

Pustaka, 1997.

Trimingham, J. Spencer. Madzhab Sufi. Terj. Lukman Hakim.

Bandung: Pustaka, 1999.

al-„Utaiby, Khalid Ibn Nashir. al-Thariqatu al-Syadziliyah. Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 2011.