penggunaan media audio visual untuk …...ii penggunaan media audio visual untuk meningkatkan...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI
KONSEP ANGKA PERMULAAN ANAK AUTIS USIA PRA SEKOLAH
DI KLINIK NATURA MEDIKA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
Sinta Dewi Susanti
X 5109014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI
KONSEP ANGKA PERMULAAN ANAK AUTIS USIA PRA SEKOLAH
DI KLINIK NATURA MEDIKA SURAKARTA
Oleh:
Sinta Dewi Susanti
X 5109014
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Kependidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Sinta Dewi Susanti (X5109014). PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP ANGKA PERMULAAN PADA ANAK AUTIS USIA PRA SEKOLAH DI KLINIK NATURA MEDIKA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
memahami konsep angka permulaan pada anak autis di klinik Natura Medika
melalui media audio visual.
Penelitian ini dilakukan di Klinik Natura Medika dengan subyek penelitian
seorang anak autis usia pra sekolah. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan satu subyek. Data yang digunakan berupa
nilai anak dalam memahami konsep angka permulaan dengan menggunakan
teknik pengumpulan data berupa pre test dan post test. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan
membandingkan nilai pre test dan pos test.
Prosedur penelitian dilaksanakan meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa media audio
visual dapat meningkatkan kemampuan anak autis usia pra sekolah dalam
memahami konsep angka permulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Sinta Dewi Susanti (X5109014). THE APLICATION OF AUDIO VISUAL TO IMPROVE THE ABILITY OF CHILD WITH AUTISM EARLY AGE IN NATURA MEDIKA TO UNDERSTANDING THE CONCEPT OF BEGINNING NUMBER. Thesis, Surakarta : Faculty of Teacher Training and Science Education. Sebelas Maret University Surakarta, October 2011.
The purpose of this research was to know the increase of child with autism ability in Natura Medika Clinic to understanding the concept of beginning number using the audio visual media..
This research done in Natura Medika and the subject is a child with autism
early age. This is an action class research with single subject. The data is score of
the child in understanding the concept of beginning number. The data can get
from the pre test and post test. The analysis technique is quantitative description
to compare the pre test score and post test score.
The procedure of this research are planning, doing, observing and
reflecting. From this intervention can be concluded that the audio visual media
can be improve the ability of child with autism early age in Natura Medika Clinic
to understanding the concept of beginning number.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, di balik kesedihan pasti ada kebahagiaan.
Mereka jauh lebih berharga daripada orang lain yang menghinanya. Merekalah
yang menjadi tabungan kita di hari yang akan datang. Mereka mempunyai
sejuta keunikan. Merekalah anak autis. Dengan menyayanginya sama saja
kita menyayangi diri sendiri. Dengan menghargai mereka sama saja kita telah
menghargai diri kita sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak Suradi ibu Sri Suciati, kedua orang tuaku yang selalu menyayangiku
Alfan Rosyadi, suamiku yang sangat aku sayangi, kucintai dan kuhormati yang
selalu sabar mendampingiku baik saat sedih maupun senang
Bapak Syamsul Hadi Ibu Hastuti Muji Rahayu, kedua mertuaku yang tiada
bosan menyemangatiku
Rekan-rekan kerja Natura Medika yang telah mengijinkanku melakukan
penelitian ini dengan ikhlas
Teman-teman PLB Transfer angkatan 2009 sebagai teman sharing, dan saling
berbagi pengalaman
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamater tercinta kampus tempatku
menimba ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,yang telah memberikan
izin penulisan skripsi;
2. Drs. Gunarhadi, MA, Phd, Ketua Program Pendidikan Khusus yang
telah memberikan izin penullisan skripsi,
3. Drs. A. Salim Choiri, M. Kes, selaku Pembimbing Akademik sekaligus
pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dorongan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan
Khusus FKIP UNS serta selama penulisan skripsi ini sehingga penulis
dapat menyelesaikannya dengan lancar.
4. Drs. R. Djatun, M.Pd, pembimbing II yang telah memberikan arahan,
bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Khusus yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
6. Pimpinan Klinik Natura Medika Surakarta yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Klinik Natura Medika
Surakarta.
7. Rekan-rekan kerja di Klinik Natura Medika Surakarta yang telah
membantu penulis dalam penelitian ini.
8. Orang tua siswa yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menjadikan putranya sebagai subyek penelitian ini dan telah bersedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
untuk memberikan segala informasi tentang perkembagna putranya dengan sukarela.
9. Rekan-rekan mahasiswa PKh program Penyetaraan angkatan 2009 yang
telah membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan
dalam menyelesaiakan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Oktober 2011
Penulis
(Sinta Dewi Susanti)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI ..................................................................................... ii
PERSETUJUAN ................................................................................................ iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
D. Manfat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
A. Kajian Teori....................................................................................... 5
1. Tinjauan Pustaka Tentang Autisme .............................................. 5
a. Pengertian Autisme ................................................................... 5
b. Penyebab Autisme .................................................................... 6
c. Jenis Autisme ............................................................................ 7
d. Gejala Autisme ......................................................................... 9
2. Tinjauan Pustaka Tentang Angka Permulaan .............................. 11
a. Pengertian Angka..................................................................... 11
b. Tahapan Belajar Angka Permulaan ......................................... 11
c. Prinsip Belajar Anak Usia Pra Sekolah ................................... 13
3. Tinjauan Pustaka Tentang Media Audio Visual .......................... 17
a. Pengertian Media ..................................................................... 17
b. Pengertian Media Audio Visual .............................................. 19
c. Penggunaan Media Audio Visual ............................................ 20
d. Kelebihan Dan Kekurangan Media Audio Visual ................... 21
B. Kerangka Berfikir ............................................................................. 22
C. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 24
A. Setting Penelitian.............................................................................. 24
B. Subyek Penelitian ............................................................................. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Data dan Sumber Data...................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25
E. Validitas Data ................................................................................... 28
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 28
G. Indikator Kerja ................................................................................. 28
H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 30
A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 30
1. Kondisi Awal ............................................................................... 30
2. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 33
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 37
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 39
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Profil Siswa ......................................................................... 49
Lampiran 2 Pembelajaran Individual ...................................................... 52
Lampiran 3 Catatan Aktivitas Intervensi ................................................ 56
Lampiran 4 Foto sebelum dilakukan intervensi ...................................... 60
Lampiran 5 Foto aktivitas intervensi ...................................................... 64
Lampiran 6 Surat Keputusan Dekan FKIP ............................................. 68
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian .................. 69
Lampiran 8 Surat Pengantar untuk Klinik Natura Medika ..................... 70
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .......................... 71
Lampiran 10 Surat Balasan Dari Klinik Natura Medika........................... 72
Lampiran 11 Surat Keterangan Mengadakan Penelitian........................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Format penilaian kemampuan memahami konsep angka
permulaan ...................................................................................... 27
Tabel 2 Prosedur penelitian ........................................................................ 29
Tabel 3 Kemampuan awal anak dalam memahami konsep angka
permulaan ...................................................................................... 32
Tabel 4 Aktivitas intervensi penelitian menggunakan media audio
Visual ............................................................................................. 33
Tabel 5 Pengamatan selama sesi aktivitas intervensi ................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Berpikir ..................................................................... 22
Gambar 2 Grafik peningkatan kemampuan anak autis usia
pra sekolah dalam memahami konsep angka permulaan .......... 38
Gambar 3 Grafik batang peningkatan kemampuan anak autis usia
pra sekolah dalam memahami konsep angka permulaan .......... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bila kita amati lebih jauh, semakin banyak problematika dalam
kehidupan. Baik yang disebabkan karena perkembangan teknologi sampai pada
pencemaran lingkungan. Tanpa kita sadari pola hidup kita yang kurang sehat dan
berbagai polusi yang terjadi mengakibatkan banyak hal yang negative misalnya
saja masalah kesehatan ataupun perkembangan anak. Salah satu masalah
perkembangan anak yang telah banyak dijumpai sekarang ini adalah kasus
autisme.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada
anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.
Setiap tahun, angka kejadian autisme meningkat pesat. Data terbaru dari Centre for
Disease Control and Prevention Amerika Serikat menyebutkan, kini 1 dari 110 anak
di sana menderita autis. Angka ini naik 57 persen dari data tahun 2002 yang
memperkirakan angkanya 1 dibanding 150 anak. Di Indonesia, tren peningkatan
jumlah anak autis juga terlihat, meski tidak diketahui pasti berapa jumlahnya
karena pemerintah belum pernah melalukan survei. Menurut data resmi yang
dikeluarkan pemerintah AS tersebut, disebutkan satu persen anak di sana kini
menunjukkan beberapa gejala autisme, seperti gangguan berkomunikasi, bahasa,
dan kemampuan kognitif, mulai dari yang ringan sampai berat. Data ini juga
menguatkan temuan berbagai studi yang menyebutkan gejala autis lebih sering
terlihat pada anak laki-laki dibanding perempuan (Autis info, 2011).
Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi
fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gangguan fungsi otak tersebut
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya malnutrisi atau keracunan logam berat
pada saat masih di dalam kandungan, hambatan saat proses melahirkan, ataupun
trauma setelah kelahiran.
Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak
mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak
autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi
secara verbal. Anak autis mempunyai perilaku yang khas. Diantaranya membeo
(ekolalia) yaitu menirukan kembali apa yang diucapkan orang lain. Selain itu
biasanya mereka suka menceracau atau mengoceh dengan bahasa planet. Ada
perliaku stereotype misalnya menjentik-jentikkan jari, meremas tangan,
melompat-lompat dan lain-lain. Autis secaara bahasa diartikan dunia sendiri.
Sehingga anak autis cenderung memiliki dunia sendiri, jauh dari dunia orang-
orang pada umumnya. Hal tersebut menjadikaan rentang atensi (perhatian) dan
konsentrasi anak utis menjadi pendek.
Anak autis mengalami hambatan pemusatan perhatian, sehingga ketika
belajar, perhatian mereka akan mudah teralih karena berbagai distraktor
(pengganggu) di sekitarnya. Maka dari itu anak autis juga mengalami hambatan
dalam belajar. Mereka akan kesulitan jika harus mempelajari materi pelajaran
yang banyak atau aktivitas yang kompleks. Sementara itu belajar merupakan salah
satu hal yang esensial bagi generasi penerus bangsa. Meskipun mereka
mempunyai keterbatasan, bukan berarti mereka tidak bisa mengerjakan apapun.
Justru mereka memerlukan perhatian yang lebih untuk menggali segala potensi
yang ada, agar mereka dapat berguna bagi lingkungannya, minimal berguna bagi
keluarganya.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 5 menyatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Begitupula dengan anak-anak
berkebutuhan khusus, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan. Anak Autis
termasuk anak berkebutuhan khusus, maka dari itu seperti tercantum pada UU No.
20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2, bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental dan intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus.
Ketika anak akan masuk sekolah dasar (SD), ada prasyarat bahwa anak
harus mampu membaca dan berhitung. Meskipun persyaratan tersebut tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
terang-terangan tertulis, namun di sebagian besar SD di Negeri ini
memberlakukan prasyarat tersebut. Oleh karena itu, saat anak masih usia TK,
sudah dikenalkan huruf dan angka serta sudah diajarkan membaca, menulis
maupun berhitung. Anak usia TK atau usia pra sekolah adalah masa di mana anak
belum memasuki pendidikan formal dan pada usia ini merupakan saat yang tepat
dalam mengembangkan potensi serta kecerdasan anak secara terarah sesuai
dengan tahapan usianya tersebut.
Bagi anak autis, mungkin akan sulit jika memenuhi persyaratan tersebut.
Anak-anak dengan kondisi autis mengalami berbagai hambatan, diantaranya
hambatan dalam produktivitas. Produktivitas anak usia prasekolah adalah
bermain, sedangkan bagi anak yang sudah masuk usia sekolah, maka
produktivitas mereka adalah belajar. Anak autis, memiliki perilaku autistik,
sehingga menjadikan mereka kurang beratensi pada suatu aktivitas. Oleh karena
hal itu, mereka akan cukup mengalami kesulitan ketika harus diharuskan
menguasai kemampuan akademik seperti berhitung atau membaca sebagai
prasyarat masuk SD.
Pada beberapa anak, berhitung bisa saja menjadi suatu masalah belajar
bagi dirinya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 75% anak-anak dengan
diagnosis autisme, mengalami beberapa kesulitan belajar (Gillian Bird, 2011). Hal
tersebtu termasuk juga kesulitan belajar matematika.
Memahami konsep angka permulaan merupakan salah satu syarat bagi
anak untuk dapat berhitung. Tanpa memahami angka permulaan, anak akan sulit
untuk berhitung, apalagi untuk anak berkebutuhan khusus seperti anak autis yang
memiliki berbagai hambatan yang kompleks. Anak autis membutuhkan
pembelajaran remedial untuk mempersiapkannya masuk ke gerbang sekolah
dasar. Sebagian besar dari mereka kesulitan untuk mempunyai ketertarikan dalam
suatu kegiatan yang produktif. Anak-anak tersebut memerlukan suatu pendekatan
yang mampu membangkitkan ketertarikan mereka dalam suatu aktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mengkaji pengaruh
penggunaan media audio visual berupa gambar bersuara untuk meningkatkan
kemampuan anak autis dalam memahami konsep angka permulaan.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah
penggunaan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan anak autis usia
pra sekolah di klinik Natura Medika dalam memahami konsep angka permulaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan memahami konsep angka permulaan pada
anak autis di klinik Natura Medika melalui media audio visual.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis
Dengan penggunaan media audio visual ini, diharapkan bisa
meningkatkan konsentrasi dan atensi anak, serta memudahkan anak untuk
belajar berhitung permulaan.
2. Menfaat Penelitian Secara Praktis
Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam
mengaplikasikan metode yang efektif dan efisien demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Sedangkan bagi dunia pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan yaitu meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah atau di klinik rehabilitasi anak berkebutuhan khusus.
Serta menambah pengetahuan bagi para guru ataupun terapis untuk
menerapkan metode yang variatif dalam pembelajaran. Selain itu,
diharapakan penelitian ini bisa menjadi referensi kepustakaan untuk
penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan pustaka tentang Autisme
a. Pengertian Autisme
Istilah autis pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner (1943) dan
berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Jadi anak autis memiliki gangguan
dalam interaksi sosial, komunikasi dan memiliki perilaku khas yang
dipertahankan dan diulang-ulang (Reed, 2001). Berdasarkan penelitian
Kanner (1943), autisme bisa diminimalisir gejala negatifnya jika bisa dikenali
sejak kecil yaitu usia 2-5 tahun ketika perkembangan otak anak sedang
mencapai taraf tertinggi (Salim, 2006).
Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada
anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.
Auぼsme disebabkan karena adanya gangguan neurobiologis yang
mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Menurut
Chaplin, Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan
personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan
dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran
dan fantasi sendiri (www.info.autis.com).
Autisme merupakan salah satu masalah neurologis yang
mempengaruhi pikiran, persepsi dan perhatian sehingga menghambat
berbagai rangsang dari lingkungan yang diterima oleh panca indera. Hal
tersebut menyebabkan hambatan bagi seorang anak untuk berinteraksi dengan
orang lain, menghambat imajinasi dan kemampuan menarik kesimpulan. Oleh
karena itu, autis mengaibatkan seorang anak mengalami gangguan baik di
bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial (Rudi,
1997).
Kesimpulannya, autisme merupakan suatu gangguan
perkembangan pada anak, dimana anak mempunyai dunia sendiri yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
terjamah oleh orang lain dan mengakibatkan anak menjadi, tidak mampu
mengolah berbagai input sensori yang masuk, lemah perhatian, mengalami
hambatan perilaku, komunikasi, bahasa serta interaksi sosial.
b. Penyebab autisme
Rudy Sutadi (1997) menerankan beberapa hal yang mungkin dapat
menyebabkan autism. Hal-hal tersebut adalah:
1. Genetik
Para ahli genetika belum menemukan suatpun pertanda yang
menunjukkan gen mana yang menyebabkan autism atau membawa sifat
geentik pada keturunan berikutnya. Mungkin autism tidak dapat
diturunkan secara herediter, tetapi kerentanan terhadap pemicu autisme
(misalnya:virus, kimiawi atau factor lingkungan yang dapat memicu)
mungkin terdapat pada beberapa keluarga yang dapat diturunkan secara
familial. Namun individu dalam keuarga tersebut tidak akan mengalami
kelainan sampai dia mendapa kontak langsung terhadapa bahan
pemicunya.
2. Gangguan pada ssistem saraf pusat
33 persen anak-anak autis mempunyai kelainan pada system saraf
pusatnya. Serebellum mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik juga
sebagai sirkuit atau jalur yang mengatur perhatian dan penginderaan. Jika
sebagai sirkuit ini rusak atau terganggu maka mengganggu funsi bagian
lain dari system saraf pusat (misalnya sisetem limbic yang bertanggung
jawab untuk emosi dan perilaku).
3. Ketidakseimbangan kimiawi
Beberapa anak autis berhubungan dengan alergi makanan seperti susu,
terigu, daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna dan
ragi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Kemungkinan lain
Faktor-faktor selama dan setelah kehamilan ataupun infeksi sebelum atau
sesudah kelahiran dapat merusak otak. Mislanya ibu terinfeksi virus
rubella dan sitomegalovirus selama kehamilan akan menyebabkan
autisme.
Menurut Salim (2006) beberapa ibu yang menderita campak beresiko
melahirkan anak autis, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu sehat
juga bisa melahirkan anak autis. Hal ini dikarenakan adanya penyakit bayi
yang menyebabkan kerusakan otak seperti radang otak atau radang selaput
otak.
Penyebab pasti autisme belum diketahui. Namun berdasarkan
penelitian yang dapat diketahui, berapa ahli telah sepakat bahwa penyebab
autisme adalah karena adanya kelainan pada otak yaitu lobus parietalis,
cerebellum, dan system limbik. Sedangkan timbulnya kelainan pada otak
tersebut, diperkirakan karena factor genetika, infeksi virus, kekurangan gizi
serta polusi udara, air dan makanan (Mirza, 2007).
Kesimpulannya, ada banyak hal yang menyebabkan autisme. Namun
pada umumnya disebabkan karena adanya infeksi virus, kekurangan,
keracunan zat berbahaya akibat dari polusi air,udara dan makanan, bahkan
mungkin juga akibat faktor genetik. Semua hal tersebut menyebabkan
kelainan otak pada anak autis.
c. Jenis autisme
Ada beberapa macam jenis spektrum autis. Seperti terjemahan artikel dari
Megan dan Becky (www.angelswing.or.id), di bawah ini ada 3 macam jenis
autism yaitu:
1. Pervasive developmental disorder-not otherwise specified (PDD-NOS)
Istilah ini merujuk kepada anak-anak dengan kesulitan yang jelas pada
area interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, dan bermain,
namun masih terlalu bersosialisasi untuk bisa disebut benar-benar autis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. rome
dalam hal interaksi sosial, perkembangan pada pola perilaku tertentu dan
berulang-ulang, minat, dan aktivitas. Berlawanan dengan autisma, secara
klinis tidak ada keterlambatan yang berarti pada bahasa, kognisi,
kemampuan membantu diri sendiri, atau perilaku beradaptasi, selain dari
bisa jadi tidak tanggap secara benar atau bahkan mengerti pernyataan
kalimat yang berhubungan dengan perasaan dalam percakapan. anak
-rata
dan mempunyai kelebihan dalam vokabulari namun tidak bisa
menggunakannya dalam kalimat secara benar.
3. Autistic disorder (autism)
Yaitu suatu ketidakmampuan perkembangan anak yang sangat
mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal dan interaksi sosial.
Ketidakmampuan ini sangat jelas pada usia sebelum 3 tahun. Autisme
berpengaruh buruk pada area pendidikan/pembelajaran. Anak yang
terdiagnosa autis menunjukkan aktivitas mengulang-ulang dan pergerakan
meniru (stereotype), menolak perubahan pada lingkungannya atau
perubahan pada kebiasaan sehari-hari, dan mempunyai tanggapan yang
tidak biasa pada sensori/indera.
Menurut sumber lain (http://puterakembara.org/jenis.shtml), ada 4
macam jenis autis yaitu:
1. Kelainan autis
Dikategorikan sebagai ketidakmampuan bersosoialisasi dan
berkomunikasi, mempunyai minat dan aktivitas yang terbatas. Samapi
dengan umur 3 tahun, mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam
bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. PDD-NOS (pervasive developmental disorder not other specified)
Disebut PDD-NOS jika anak tidak memenuhi kriteria diagnostik pada
DSM-IV, namun anak mengalami beberapa gangguan perilaku.
3. Rett Syndrome
Pada kelainan ini, anak mengalami ketidakmampuan yang semakin
hari semakin parah. Awalnya pertumbuhan normal, lalu diikuti
kehikangan kemampuan yang telah dicapai sebelumnya, khususnya
kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti
dengan pergerakan tangan yang berulang-ulang dimulai dari umur 1
samapi 4 tahun.
4. Gangguan disintegrasi masa kanak-kanak
Pada kelainan ini, pertumbuhan anak normal pada usia 1 sampai 2
tahun, kemudian kehilangan kkemampuan yang sebelumnya telah
dikuasi dengan baik.
Sedangkan dari http://wikipedia.org/wiki/autisme ada 5 jenis autis.
Empat jenis sama dengan sumber yang lain (kelainan autis, PDD-NOS,
Rett syndrome dan gangguan disinterasi masa kanak-kanak). Dan 1 jenis
syndrome, mempunyai hambatan interaksi sosial serta adanya minat dan
aktivitas yang terbatas. Secara umum tidak mengalami keterlambatan
bahasa dan bicara, serta memiliki integensi rata-rata hingga di atas rata-
rata.
Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa ada berbagai macam jenis
autisme. Bahkan mungkin lebih dari 5 jenis. Jenis-jenis tersebut mungkin
tidak bisa diperinci satu-persatu, namun secara garis besar jenis-jenis
autism yaitu: kelainan autis, PDD-NOS, Rett syndrome, disintegrasi masa
kanak-
d. Gejala autisme
Ada kriteria dalam DSM-IV untuk mendiagnosa autism (Mirza, 2007),
kriteria tersebut yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, yang
dimanifestasikan melalui paling tidak 2 dari gejala-gejala dibawah ini:
a. Gangguan yang berarti dalam tingkah laku nonverbal, seperti
pandangan/tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak
anggota badan yang mengatur interaksi sosial.
b. Kegagalan untuk membangun hubungan dengan teman sebaya yang
sesuai dengan tingkat perkembangan mentalnya.
c. Kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat, dan
hasil/prestasi dengan orang lain (misalnya: jarang memperlihatkan,
membawa, atau menunjukkan benda/hal yang ia minati).
d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik.
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi, yang dimanifestasikan melalui
paling tidak 1 dari gejala-gejala dibawah ini:
a. Mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak ada perkembangan
bahasa lisan (tidak ada upaya untuk menggantinya dengan cara
berkomunikasi yang lain seperti gerak badan atau mimik wajah).
b. Kemampuan bicara sangat individual, ditandai dengan gangguan
dalam kemampuan untuk memulai dan melakukan pembicaraan
dengan orang lain.
c. Penggunaan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
d. Kurang variasi dan spontanitas dalam permainan berpura-pura atau
peniruan sosial yang sesuai dengan perkembangan mentalnya.
3. Perilaku, minat dan aktifitas yang terbatas dan berulang-ulang, yang
dimanifestasikan oleh paling tidak 1 dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Keasyikan yang tidak wajar dalam hal fokus dan intensitas terhadap
suatu pola minat yang terbatas dan berulang-ulang.
b. Terpaku terhadap rutinitas atau ritual yang tak ada gunanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Perilaku motorik yang terbatas dan berulang-ulang (misalnya:
mengepakkan atau memutar tangan dan jari, atau menggerak-gerakkan
seluruh anggota badan).
d. Keasyikan yang berlebihan terhadap bagian tertentu dari objek/benda.
Pada intinya, ciri khas anak autis yaitu ada gangguan bersosialisasi
atau berinteraksi dengan orang lain, gangguan komunikasi, terdapat
perilaku stereotype atau gerakan-gerakan khas yang dilakukan secara
berulang-ulang ataupun melakukan kegiatan yang sama yang diulang-
diulang.
Pada bidang akademik anak autisme mengalami hambatan. Seperti
yang disampaikan oleh Gillian Bird, 2001 bahwa 75% anak-anak dengan
diagnosis autism mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut juga termasuk
juga kesulitan belajar matematika.
2. Tinjauan tentang pemahaman konsep Angka Permulaan
a. Pengertian angka
Dalam wikipedia online (2011), dijelaskan bahwa secara definisi,
angka, bilangan, dan nomor merupakan tiga hal yang berbeda. Angka adalah
suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk melambangkan bilangan.
Contohnya, bilangan lima dapat dilambangkan menggunakan angka Hindu-
Arab "5" (sistem angka berbasis 10), "101" (sistem angka biner), maupun
menggunakan angka Romawi 'V'. Lambang "5", "1", "0", dan "V" yang
digunakan untuk melambangkan bilangan lima disebut sebagai angka.
Nomor biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang
melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan
bulat yang berurutan. Misalnya kata 'nomor 3' menunjuk salah satu posisi
urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, ..., dst. Nomor biasanya
digunakan untuk menyebut urutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Tahapan belajar konsep angka permulaan
Hurlock (Sisdiknas, 2007: 5) mengatakan bahwa 5 tahun kehidupan
anak merupakan peletak dasar perkembangan selanjutnya. Anak yang
mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik
maupun psikis diawal. Hal ini dapat diramalkan akan mampu melaksanakan
tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Usia prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak. Upaya pengembangan berbagai potensi
dapat dilakukan salah satunya dengan mengajarkan berhitung permulaan.
Dimana sebagai tahap awalnya anak diajarkan dulu tentang konsep angka
permulaan. berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi
kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep bilangan merupakan dasar bagi
perkembangan kemampuan matematika (Budiyanto, 2011).
Anak usia dini adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan
berhitung pada jalur matematika, karena usia dini sangat peka terhadap
rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi
akan tersalurkan apabila mendapatkan stimulus atau rangsangan yang sesuai
dengan tugas perkembangannya (Budiyanto, 2011).
Tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika pada anak
usia pra sekolah, yaitu :
1. Penguasaan konsep
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan
benda dan peristiwa kongkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan
menghitung bilangan.
2. Masa Transisi
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dan pemahaman
kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda
kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini
harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya ketika guru
menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil),
anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama,
sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu tersebut.
3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misalnya lambang 7 untuk
menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan
konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi
untuk menggambarkan konsep bentuk.
Pada kurikulum Taman Kanak-kanak (TK), mengenai kurikulum
dalam mengenalkan anak konsep bilangan ada beberapa tahap, yaitu:
membilang dan menyebut urutan bilangan; membilang dan menunjukkan
benda; mengurutkan bilangan; memasangkan lambang bilangan (angka)
dengan jumlah benda; menunjuk 2 kumpulan benda yang sama, yang tidak
sama, yang banyak dan yang sedikit; menyebutkan kembali benda yang baru
dilihatnya; menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan
sekumpulan benda; dapat memperkirakan urutan, misanya merah-putih-
merah-... (Depdiknas, 2007).
Kesimpulannya, pada masa usia dini kognitif anak sedang dalam laju
pertumbuhan yang pesat. Oleh karena itu anak harus diberi stimulus untuk
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan tugas-tugas
perkembagannya. Dalam mengajarkan konsep berhitung, terlebih dahulu anak
harus menguasai kemampuan membilang dan menyebut urutan bilangan,
mengenal lambang bilangan, memasangkan lambang bilangan sesuai jumlah
benda, menunjuk 2 kumpulan benda yang sama atau tidak sama,
menyebutkan kembali benda yang dilihatnya, menyebtukan hasil penambahan
dan pengurangan dengan sekumpuan benda serta dapat memperkirakan
urutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Prinsip belajar anak usia pra sekolah
Piaget (Isjoni, 2009) menyatakan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak. Perkembangan
kognitif anak tersebut ada 4 tahap yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun),
tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap operasional kongkrit (7-11 tahun)
dan tahap operasional formal (11-18 tahun). Urutan tahapan tersebut tidak
dapat dibalik karena tahap sebelumnya melandasi terbentuknya tahap
sesudahnya. Unsur dari perkembangan sebelumnya tetap tidak dibuang,
sehingga ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga
perbedaan yang sangat mencolok.
1. Tahap sensori-motor (0-2 tahun)
Bayi akan membangun pemahaman mengenai dunia luar dengan
mengkoordinasikan pengalaman sensoris melalui tindakan fisik muali dari
tindakan refleks sampai menggunakan pikiran simbolis (Santrock, 2007).
Pada tahapan ini anak sangat bergantung pada informasi yang didapatnya
melalui gerakan tubuh dan panca inderanya. Informasi-informasi tersebut
bisa didapatkan anak melalui aktivitas bermain dan kontak fisik secara
langsung dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak akan
didukung dengan adanya aktivitas baik di dalam maupun di luar ruangan,
serta adanya berbagai macam bahan dan alat permainan.
2. Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata
dan gambar-gambar tersebut mencerminkan peningkatan pemikiran
simbolis serta melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik
(Santrock, 2007). Pada tahap pra operasional anak harusnya dapat
memanipulasi sejumlah simbol, dan mampu memahami segala sesuatu
dalam satu arah. Misalnya anak pada uisa ini bisa berhitung dari 1-10,
namun belum bisa berhitung mundur dari 10-1 (Isjoni, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Tahap operasional kongkrit (7-11 tahun)
Pada tahap operasional kongkrit, anak mampu memahami operasi yang
dibutuhkan untuk aktivitas mental. Pada usia ini anak mampu mengingat,
mengolah dan meyimpulkan sesuatu walaupun tanpa menggunakan benda
(Isjoni, 2009). Sedangkan menurut Santrock (2007), pada tahap ini anak
dapat menilai secara logis mengenai kejadian kongkrit dan
menggolongkan benda ke dalam kelompok yang berbeda-beda.
4. Tahap operasional formal (11-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja melakukan penalaran dengan cara yang lebih
abstrak, idealis dan logis (Santrock, 2007).
Prinsip-prinsip dalam membelajarkan anak berhitung permulaan
(http:\\karimah.blogspot.com\karimah\blogspot\html) antara lain:
1. Dalam penyajian topik berhitung permulaan hendaknya dimulai dari tahap
yang paling sederhana ke yang lebih komplek, dari yang kongkrit menuju
yang abstrak, dan dari lingkungan yang terdekat dengan anak ke
lingkungan yang lebih luas.
2. Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan berbagai benda-benda
kongkrit sehingga membantu anak dalam pemahaman terhadap pengertian-
pengertian dalam berhitung.
3. Dalam penyajiannya hendaknya semenarik mungkin sehingga anak senang
dan tertarik yang disesuaikan dengan daya tahan dan kemampuan anak.
4. Kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan dengan berulang-ulang tetapi
dengan menggunakan kegiatan yang berbeda sehingga anak tidak
mengalami kejenuhan/kebosanan.
Beberapa prinsip lain yang bisa diterapkan saat mengajarkan anak
konsep berhitung menurut Susilowati (2009), yaitu:
1. Harus dipahamkan terlebih dahulu konsep angka dan bilangan
2. Materi yang diberikan harusnya sesuai dengan dunia anak
3. Hendaknya disajikan dalam bentuk permainan untuk mengantisipasi
kebosanan anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Tidak boleh membebani memori otak anak
5. Alokasi waktu tidal boleh terlalu panjang, kurang lebih cukup 15 menit
saja.
6. Materi mudah diajarkan dalam waktu yang relative singkat.
Selain prinsip-prinsip di atas, masih ada prinsip pembelajaran untuk
anak usia pra sekolah. Prinsip metode pembelajaran bagi anak usia dini atau
pra sekolah menurut Isjoni (2009), yaitu:
1. Berpusat pada anak. Yaitu penerapan metode berdasarkan kebutuhan dan
kondisi anak, bukan berasal dari keinginan dan kemampuan pendidik.
Pendidik yang harus menyesuaikan diri dengan kondisi anak, sehingga
anak bisa terlibat secara aktif baik secara fisik maupun mentalnya.
2. Partisipasi aktif. Penerapan metode pembelajaran ditujukan untuk
membangkitkan anak agar turut berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Anak bukan hanya pendengar dan pengamat, melainkan
pelaku utama, sedangkan pendidik adalah oelayan dan pendamping utama.
3. Bersifat holistic dan integrative. Kegiatan belajar yang diberikan kepada
anak tidak terpisah menjadi bagian-bagian seperti pembidangan
pembelajaran, melainkan terpadu dan menyeluruh. Selain itu aktivitas
belajar yang dilakukan hendaknya melbatkan aktvitas fisik maupun mental
agar potensi anak semakin optimal.
4. Fleksibel. Tugas pendidik adalah mngarahkan dan membimbing anak
berdasarkan pilihan yang ia tentukan. Sehingga metode pembalajaran yang
diterapkan hendaknya bersifat dinamis, tidak terstruktur dan disesuaikan
dengan kondisi dan cara belajar anak yang memang tidak terstruktur.
5. Perbedaan individual. Anak yang satu dengan anak yang lain berbeda.
Meskipun ia kembar, pasti ada perbedaannya oleh karena itu anak idak
dapat diberikan kegiatan dengan pola yang sama. Kalaupun kegiatan
belajar yang diberikan terhadap anak sama, namun pendidik tetap dituntut
untuk dapat memberi pelayanan kepada anak secara individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apapun metode yang akan
digunakan untuk mengajarkan anak konsep berhitung hendaknya berpegang
pada prinsip: beorientasi pada anak, menarik, efisien, tidak monoton, tidak
boleh memaksakan kehendak pada anak, lingkunhan harus kondusif, belajar
sambil bermain, serta harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
3. Tinjauan tentang Media audio visual
a. Pengertian media
Menurut Romiszowski, media adalah pembawa pesan yang berasal
dari suatu sumber pesan yang dapat berupa orang atau benda kepada
penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, yang disebut sebagai
penerima pesan adalah siswa (Wibowo dan Mukti, 2001).
Menururt taksonomi Leshin, dkk kalsifikasi media pembelajaran
sebagai berikut (Kustandi dan Sutjipto, 2002):
1. Media berbasis manusia, meliputi: guru, tutor, main peran, kegiatan
kelompok, dan lain-lain.
2. Media berbasis cetakan, meliputi: buku, charts, grafik, peta, figure atau
gambar, transparansi dan film bingkai atau slide.
3. Media berbasis audio visual, meliputi: video, film, slide bersama tape dan
TV).
4. Media berbasis computer merupakan pembelajaran dengan bantuan
computer dan video interaktif.
Menurut Achmad Sudrajat (2008) media mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya:
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar gambar yang dapat disajikan
secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal
yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : obyek terlalu
besar atau terlalu kecil; obyek yang bergerak terlalu lambat atau bergerak
terlalu cepat; obyek yang terlalu kompleks; obyek yang bunyinya terlalu
halus; obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui
penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak.
Agar media dapat digunakan secara efektif dan dapat meminimalisir
dirtorsi informasi dari sumber ke penerima pesan, maka media harus dipilih
secara tepat. Ada kriteria dalam pemilihan media agar tepat, kriteria tersebut
antara lain:
1. Harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Misalnya jika ingin
menenamkan sebuah konsep, akan lebih tapat jika menggunakan media
foto,slide, atau film.
2. Harus mengenal karakteristik siswa. Siswa dengan hambatan dengan
konsentrasi, fisik, maupun hambatan lainnya akan sulit dalam menerima
pelajaran jika semata-mata hanya diberikan latihan intelektual sehingga
kurang diberikan latihan psikomotorik.
3. Harus mempertimbangkan karakteristik media. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah perihal kelemahan dan kelebihan media.
4. Harus memperhatikan alokasi waktu yang ada.
5. Ada ketersediaan. Baik ketersediaan media, tenaga maupun ketersediaan
aliran listrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Efektivitas media yang digunakan. Maksudnya apakah media yang dipilih
efektif untuk mencapai tujuan yan telah ditetapkan dan apakah efektif
untuk penggunaan dalam waktu yang panjang.
7. Harus memperhatikan kompatibilitas media, baik daya tahan, kepraktisan,
adanya sarana penunjang dan tentunya tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku.
8. Yang terakhir perlu diperhatikan adalah tentang biaya. Tanpa ketersedian
dana yang cukup, hedaknya tidak memilih media yang rumit dan perlu
banyak biaya.
Kesimpulannya media adalah pembawa pesan baik dari orang ataupun
benda kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar agar materi
pelajaran yang disampaikan bisa dipahami oleh siswa, maka media yang
digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa, sarana dan prasarana,
memperhatikan keefektivitasan media, serta disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Pengertian media audio visual
Teknologi media audio visual merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual, ciri utamanya
(Kustandi dan Sutjipto, 2002):
1. Bersifat linear
2. Menyajikan visualisasi yang dinamis
3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang
atau pembuatnya.
4. Merupakan presentasi fisik dari gagasan riil atau gangguan abstrak
5. Dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif.
6. Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat keterlibatan interaktif
siswa yang rendah.
Media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi
kekurangan dari media audio dan media visual. Media ini lebih efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
penggunaannya, apalagi jika dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media
audio visual tidak hanya dapat menyampaikan pesan-pesan yang rumit,
namun juga lebih realistis (Wibawa dan Mukti, 2001).
Menurut Wibawa dan Mukti (2001), berdasarkan karakteristiknya,
media audio visual dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Media audio visual diam
Yang termasuk kategori ini antara lain slow scan TV, time shared TV, TV
diam, film rangkai dengan suara, film bingkai dengan suara, halaman
dengan suara, serta buku dengan suara.
2. Media audio visual gerak
Media-media yang tergolong dalam kategori ini antara lain film bersuara,
pita video, film TV, holografi, TV, video, gambar dan suara.
Kesimpulannya, media yang dilengkapi dengan tampilan yang
menarik disertai dengan suara disebut media audio visual. Media audio visual
digunakan untuk menyempurnakan media audio yang hanya mengandalkan
suara saja atau media visual yang hanya mengandalkan tampilan gambar saja.
Media audio visual ada yang diam dan ada yang bergerak, namun akan lebih
efektif jika menggunakan media audio visual gerak misanya film bersuara
atau video.
c. Penggunaan Media Audio Visual
Media audio visual memang penting dalam proses pembelajaran,
karena dapat membantu pendidik dalam mengkondisikan siswa, memudahkan
siswa dalam memahami ilmu, memusatkan perhatian siswa, merangsang
siswa serta memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi (Effendy,
2008).
Media audio visual dapat dioperasikan dengan komputer, laptop atau
dengan LCD dan proyektor. Media audio visual berupa tampilan gambar
beserta suara. Oleh karena itu, dalam pengoperasiannya memerlukan koneksi
listrik atau stok baterai yang cukup (Kustandi dan Sutjipto, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Media audio visual bukanlah satu-satunya media yang mutlak harus
digunakan dalan pembelajaran sehingga perlu disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Dalam penelitian ini, media audio visual yang digunakan
adalah film. Media film akan dioperasikan menggunakan laptop. Ada dua
film yang akan diputar, masing-masing berdurasi sekitar 15 menit.
d. Kelebihan dan kelemahan media audio visual
Seperti media-media belajar yang lain,media audio visual mempunyai
kelebihan serta kekurangan. Menurut Wibawa dan Mukti, (2001), kelebihan
dari media audio visual yaitu:
1. Penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap
2. Program dapat diputar berulang-ulang
3. Mudah dikontrol oleh guru
4. Lebih menarik perhatian siswa
Sedangkan kekurangan media audio visual antara lain:
1. Daya jangkauannya terbatas
2. Sifat komunikasinya satu arah
3. Peralatannya cukup mahal.
Menurut sumber lain (Uvaya Blog, 2011), kelebihan media audio
visual antara lain: Tampilan visualisasinya bersifat dinamis, Lebih bersifat riil
atau nyata, Bisa diulang-ulang sesuai dengan kebutuhan serta lebih menarik
perhatian siswa, baik dari segi suara maupun visualisasinya, waktu bisa
disesuiakan dengan kondisi di sekitar. Sedangkan kekurangannya, tergantung
suplay baterai laptop atau listrik yang memadai, kondisi laptop atau komputer
harus benar-benar baik.
Semua media ada kelebihan dan kekurangan. Begitu pula dengan
media audio visual. Ketika menggunakan media ini agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka harus dipastikan kondisi
laptop atau computer harus benar-benar baik, menyesuaikan karakteristik
siswa, serta mengusahakan agar siswa ikut aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Kerangka Berfikir
Anak autis meskipun memiliki berbagai hambatan, memerlukan
pengajaran tentang konsep hafalan angka permulaan. Tujuannya untuk
mempersiapkan mereka untuk masuk ke sekolah maupun lembaga pendidikan
lainnya yang lebih tinggi. Mengingat, salah satu syarat untuk masuk ke sekolah
anak harus mampu menulis, membaca dan berhitung. Memahami konsep angka
permulaan sebagai modal bagi anak untuk berhitung.
Anak autis memiki keterbatasan atensi, konsentrasi, komunikasi serta sulit
untuk menemukan ketertarikan terhadap hal yang baru. Sehingga mereka juga
mengalami keterbatasan untuk berfikir secara abstrak. Karena kondisi tersebut,
maka diperlukan media pembelajaran yang atraktif, kongkrit dan menarik bagi
anak autis.
Salah satu media yang bisa menjadi alternatif adalah media audio visual.
Media audio visual mempunyai kelebihan untuk menampilkan hal-hal yang
konkrit. Selain itu media audio visual akan lebih menarik bagi siswa. Dengan
demikian diharapkan, dengan pengunaan media audio visual dapat memudahkan
anak autis untuk menerima pelajaran. Pada awalnya anak belum memahami
konsep angka permulaan, setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan
media audio visual ini, anak diharapkan mampu menguasai konsep angka
permulaan. Secara sederhana kerangka pikir tentang pembelajaran menggunaan
media audio visual ini digambarkan sebagai berikut:
Kemampuan awal anak
Anak belum menguasai konsep angka permulaan
Intervensi dengan media audio
kemampuan anak dalam memahami konsep angka permulaan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian
oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan
penelitian. Perumusan hipotesis yang benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai
berikut (Azwar, 2010):
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan deklaratif (declarative
statement) bukan kalimat pertanyaan.
2. Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antara paling sedikit 2
variabel.
3. Hipotesis harus dapat diuji (test able). Hipotesis yang dapat diuji akan secara
spesifik menunjukkan sebagimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan
bagaimana prediksi hubungan antara variabel-veriabel termaksud.
Hipotesis dari penelitian ini adalah penggunaan media audio visual dapat
meningkatkan kemampuan memahami konsep angka permulaan pada anak autis
usia pra sekolah di Klinik Natura Medika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Angka Permulaan Pada Anak
tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di Klinik Tumbuh Kembang Anak
Natura Medika Jl. Dr. Soepomo no. 64, Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan keterangan kapan penelitian dilaksanakan.
Penelitian dilaksanakan dalam waktu 4 bulan efektif, dilaksanakan pada tahun
ajaran 2010/2011 dari bulan April 2011 sampai dengan bulan Juli 2011.
Rincian kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
No Kegiatan Bulan
April Mei Juni Juli Agustus September
1 Proposal
2 Perijinan
3 Penyusunan
Instrumen
4 Penyusunan
Data
5 Pengolahan
Data
6 Analisa Data
7 Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yaitu benda, hal atau orang tempat data variabel
penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 1995). Dalam penelitian
ini ada 2 variabel yang terdiri dari 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Sebagai
variabel bebas yaitu media audio visual sedangkan sebagai variabel terikatnya
yaitu kemampuan mengenal angka permulaan. Dari hal tersebut dapat diketahui
variabel yang dipermasalahkan adalah kemampuan memahami konsep angka
permulaan, sehingga yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah seorang
anak autis usia pra sekolah di Klinik Tumbuh Kembang Anak Natura Medika.
C. Data dan Sumber Data
Macam data dalam penelitian ini berupa nilai anak dalam mengenal angka
permulaan baik sebelum maupun setelah intervensi menggunakan media audio
visual.
Sumber data yaitu benda, hal, atau orang, tempat peneliti mengamati,
membaca atau bertanya tentang data (Arikunto, 1995). Sumber data dalam
penelitian ini adalah anak autis usia pra sekolah di Klinik Tumbuh Kembang
Anak Natura Medika Surakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menerangkan bagaimanakah cara data
penelitian diperoleh. Data tersebut bisa diperoleh dengan cara test atau non test.
Non test meliputi; wawancara, observasi, dan angket. Sedangkan test biasanya
dilakukan dengan pre test dan post test. Tes merupakan metode pengumpulan data
yang sifatnya mengevaluasi hasil proses (pre dan post test). Instrumennya dapat
berupa soal-soal ujian atau soal-soal test (Wijaya dan Djaelani, 2004).
Sedangkan dari sumber lain menerangkan bahwa test adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang diiginkan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Alma, 2010). Menurut Alma (2010), ada lima macam jenis test, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Test kepribadian
Test kepribadian merupakan test yang digunakan untuk mengungkapakan
kepribadian seseorang.
2. Test bakat
Test bakat merupakan test yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui
bakat seseorang.
3. Test prestasi
Test prestasi adalah test yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari sesuatu.
4. Test intelegensi
Adalah test yang digunakan untuk membuat penaksiran atau perkiraan
terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan beberapa
tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
5. Test sikap
Test sikap adalah test yang digunakan untuk mengadakan pengukuran
terhadap berbagai sikap seseorang.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengadakan pre test dan post test. Tahapan anak untuk belajar konsep angka
permulaan adalah berhitung, mengenal lambang bilangan, memasangkan lambang
bilangan sesuai jumlah benda, menunjuk 2 kumpulan benda yang sama atau tidak
sama, menyebutkan kembali benda yang dilihatnya, menyebutkan hasil
penambahan dan pengurangan dengan sekumpulan benda serta dapat
memperkirakan urutan.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan alat berupa soal. Sedangkan soal-soal yang akan di testkan, secara
garis besar meliputi: kemampuan berhitung 1-10 dan mengidentifikasi angka 1-5
dan menyebutkan angka 1-5. Contoh tabel penilaian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 1. Tabel penilaian kemampuan memahami konsep angka permulaan
anak autis usia pra sekolah di Natura Medika
No Materi Pre test
Post test Rata-rata I II III IV V VI VII
1. Berhitung 2. Identifikasi
angka
3. Menyebutkan angka
Keterangan:
Nilai post test diperoleh dari evaluasi di setiap akhir sesi kegiatan. Criteria
penilaian sebagai berikut:
1. Nilai 9 = jika anak mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan
konsisten tanpa bantuan
2. Nilai 8 = jika anak mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan cukup
konsisten tanpa bantuan
3. Nilai 7 = jika anak mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan cukup
konsisten dengan sedikit dibantu.
4. Nilai 6 = jika anak mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan
kurang konsisten dan banyak dibantu.
5. Nilai 5 = jika anak tidak mampu mengerjakan soal yang diberikan namun
masih bisa dibantu.
6. Niali 4 = jika anak sama sekali tidak mampu mengerjakan soal yang
diberikan.
Hasil post test kemudian di cari nilai rata-ratanya
Rata-rata = jumlah post test
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
E. Validitas Data
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid atau tidak maka
dilakukan trianggulasi peneliti. Trianggulasi data dilakukan dengan
mempersilahkan salah satu rekan kerja untuk menerapkan metode yang sama
terhadap subyek.
F. Teknik Analisis Data
Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang
diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan
membandingkan nilai pre test dan post test tentang pemahaman konsep angka
permulaan. Sebelum melakukan intervensi, kemampuan anak dalam memahami
konsep angka permulaan dites terlebih dahulu. Soal-soal test diberikan secara
lisan kemudian peneliti menulis nilai dari setiap respon jawaban anak sesuai
dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Setelah itu, peneliti akan
mengadakan intervensi dengan media audio visual. Setelah intervensi dilaksanan
beberapa kali (sesuai target pencapaian), maka kemampuan anak dalam
memahami konsep angka permulaan di evaluasi lagi dengan cara yang sama.
Kemudian hasil dari pre test dan post test dibandingkan, apakah ada perubahan
atau tidak.
G. Indikator Kerja
Indikator kerja merupakan tolak ukur keberhasilan suatu program belajar.
Dalam penelitian ini indikator kerja dikatakan tercapai apabila nilai rata-rata anak
pada materi berhitung minimal mencapai 7, mengidentifikasi angka minimal
mencapai 6 dan membilang angka minimal mencapai 6.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan peneltian tindakan kelas (PTK)
dengan subyek 1 anak. Prosedur penelitiannya meliputi kondisi awal, intervensi
dan kondisi akhir. Kondisi awal dapat diperoleh melalui hasil pre test sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menggunakan media audio visual. Kemudian intervensi dilakukan dengan tujuh
kali sesi kegiatan. Dalam intervensi peneliti melakukan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refelksi. Sedangkan kondisi akhir data diketahui melalui hasil
post test setelah menggunakan media audio visual.
Tabel 2. Tabel prosedur kegiatan selama penelitian menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep angka permulaan anak autis usia pra sekolah di Natura Medika.
no Proses Kegiatan
1.
2.
3.
4.
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Pada tahap ini peneliti menentukan tujuan jangka panjang
maupun tujuan jangka pendek yang ingin dicapai
selama proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan penerapan media audio visual,
peneliti memecah aktivitas menjadi beberapa tahap
agar anak tidak terbebani dengan materi pembelajaran.
Misalnya: peneliti mengajarkan angka 1-3 terlebih
dahulu, baru ditingkatkan ke angka-angka selanjutnya.
Dalam peneltian ini, peneliti bertindak sebagai guru
sekaligus sebagai observer yang dilakukan secara
bersamaan. Setelah sesi kegiatan berakhir, guru
mencatat segala respon anak selama proses
pembelajaran berlangsung.
Setelah selesai kegiatan, peneliti akan menilai sendiri apa
kekurangan dari tiap kegiatan yang telah dilakukan
yang selanjutnya akan diperbaiki pada sesi kegiatan
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Kondisi Awal
Riwayat kehidupan anak sejak lahir sampai sekarang dan hasil data
awal yang teleh dilakukan oleh peneliti dapat diketahui dalam kondisi awal
ini.
a. Data anak
1) Identitas siswa
a) Nama : An. Hlm
b) Jenis Kelamin : Laki-laki
c) Tempat lahir : Lhokseumawe
d) Tanggal lahir : 18 Januari 2007
e) Diagnosa : Autis
2) Identitas orangtua
a) Nama bapak : Bp. Rd
b) Nama ibu : Ibu Dn
c) Alamat : Kadipiro
3) Perkembangan Siswa
a) Sejarah semasa dalam kandungan
Kehamilan Hlm adalah kehamilan yang ke tiga. Namun saat
kehamilan yang kedua ibu mengalami keguguran. Setelah periksa ke
dokter ibu didiagnosa terinfeksi virus Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovyrus dan Herpes simpleks (TORCH). Ibu menjalani
pengobatan, setelah pengobatan berjalan 8 bulan ibu mengandung
Hlm. Saat mengandung Hlm, Ibu sudah diyatakan bebas virus
TORCH. Selama 5 bulan pertama kehamilan Hlm ibu mengalami
mual muntah terus menerus terutama saat kandungan berusia 1-3
bulan. Saat usia kandungan menginjak 8 bulan, ibu mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kontraksi hebat dan sudah bukaan 1. Oleh karena itu ibu opname
hampir 1 bulan samapi kelahiran Hlm.
b) Sejarah kelahiran
Hlm lahir secara spontan pada saat kandungan berusia 9 bulan.
Saat lahir kondisi Hlm sehat dengan berat badan dan panjang badan
yang normal.
c) Sejarah kesehatan
Hlm terkena Campak saat berusia 4 bulan. Setelah sembuh dari
campak Hlm terkena Demam Berdarah (DB) lalu opname hampir 1
bulan. Selama diopname Hlm dalam kondisi pre koma. Hlm tidur
sangat dalam dan tidak merespon berbagai rangsang. Ada sedikit
reaksi ketika diberi rangsang sakit itupun hanya sebentar.
d) Riwayat kondisi dahulu
Sebelum pindah ke Solo Hlm beserta bapak ibunya tinggal di
Medan. Selama di Medan Hlm menjalani berbagai terapi, termasuk
terapi okupasi. Karena orangtua tidak begitu puas dengan hasil yang
dicapai selama di Medan, mereka mencari tempat terapi di Solo.
e) Riwayat kondisi sekarang
Hlm menjalani terapi di klinik Natura Medika sudah + 1,5 tahun
yang lalu. Pada saat itu anak sangat cuek dengan lingkungan sekitar
dan hampir setiap saat menceracau atau berbahasa planet. Kontak
mata anak kurang, atensi dan konsentrasi anak saat itu juga masih
sangat kurang. Kosa kata anak masih sedikit serta kepatuhan anak
masih kurang. Saat ini anak mampu mengikuti kelas dengan cukup
baik dan kepatuhan cukup baik. Atensi dan konsentrasi cukup
meningkat jika dibandingkan dengan pertama kali masuk. Terkadang
konsentrasi dan atensi hilang, namun cenderung lebih mudah
diarahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
f) Deskripsi tingkat kemampuan siswa sekarang
Saat ini Hlm sudah cukup kooperatif ketika di kelas dan kontak
mata sudah bagus. Meskipun lebih mudah diarahkan, Hlm masih
sering melamun. Ketahanan duduk saat anak beraktivitas cukup tahan
lama, dalam hal berbahasa terkadang masih muncul bahasa planet dan
membeo (menirukan apa yang dikatakan orang lain). Namun, Hlm
sudah mulai bisa diajak komunikasi 2 arah misalnya menyampaikan
sesuatu yang diinginkannya. Kosa katanya sudah cukup banyak dan
bisa melakukan 2 perintah berurutan dengan arahan. Kemampuan
mengidentifikasi benda di sekitar juga cukup baik. Sedangkan untuk
ketrampilan akademisnya, Hlm sudah bisa berhitung 1-10 dengan
arahan, karena kadang beberapa hitungan terlewati. Hlm belum
mampu mengidentifikasi angka.
b. Hasil data awal
Data awal nilai kemampuan anak dalam memahami konsep angka
permulaan di Klinik Natura Medika Surakarta sebelum dilakukan tindakan
tertera dalam tabel 2 di bawah ini:
Tabel 3. Nilai kemampuan awal anak dalam memahami konsep angka
permulaan di Kllinik Natura Medika Surakarta sebelum dilakukan tindakan.
No Soal Nilai Keterangan
1. Berhitung 6 Belum mencapai
standar minimal
ketuntasan belajar
2. Mengidentifikasi angka 1-5 5 Belum mencapai
standar minimal
ketuntasan belajar
3. Membilang angka 1-5 5 Belum mencapai
standar minimal
ketuntasan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Nilai dalam tabel tersebut diperoleh peneliti melalui pre test sebelum
dilakukan tindakan. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa anak belum
mampu mengidentifikasi angka permulaan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 siklus yang terdiri dari pre test,
intervensi dan post test. Intervensi dilaksanakan dalam 7 kegiatan.
1) Perencanaan
Dalam peneltian ini itervensi dilakukan dalam tujuh kegiatan yang
bertahap. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah agar anak dapat
memahami konsep angka permulaan melalui media audio visual. Sedangkan
tujuan jangka pendeknya sebagai berikut:
a. Anak mampu berhitung 1-5
b. Anak mampu berhitung 1-10
c. Anak mampu mengidentifikasi angka 1-3
d. Anak mampu mengidentifikasi angka 1-5
e. Anak mampu membilang angka 1-3
f. Anak mampu membilang angka 1-5
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. Ada
tahapan angka yang diajarkan pada tiap sesi kegiatan.
Tabel 4. Aktivitas intervensi pada setiap sesi pelaksanaan penelitian
menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan anak
dalam memahami konsep angka permulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
No Aktivitas
Intervensi
Tanggal Pelaksanaan
11
Juli
2011
16
Juli
2011
25
Juli
2011
26
Juli
2011
30
Juli
2011
6
Agust
us
2011
10
Agust
us
2011
1. Mengatur tempat
belajar senyaman
mungkin bagi
anak dan guru
2. Mengkondisikan
anak terhadap
tempat belajar
3. Membuka
pelajaran dengan
berdoa dan
memberikan
salam
4. Memberikan
motivasi kepaada
anak
5. Memutar video
tentang angka
permulaan
6. Mengajak anak
untuk berhitung
(1-5)
(1-5)
(1-5)
(1-5)
(1-5)
(1-10)
(1-10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
7. Mengusahakan
agar anak teap
fokus pada video
yang diputar
8. Mengenalkan
angka
(1-5)
(1-5)
(1-3)
(1-3)
(1-5)
(1-5)
(1-5)
9. Memberikan
penguat positif
kepada anak
ketika dia berhasil
melakukan tugas
dengan baik
10. Mengulang
angka-angka yang
telah dipelajari
11. Menutup pelajara
dengan berdoa
3) Pengamatan
Tabel 5. Tabel pengamatan selama sesi kegiatan peneltian
berlangsung beserta hasil pre test dan post test
no Materi Pre test
Post Test Rata-rata I II III IV V VI VII
1. Berhitung 6 6 7 6 7 8 8 9 7,28 2. Identifikasi
angka 5 5 6 5 6 7 7 8 6,28
3. Membilang angka
5 5 5 5 6 7 7 7 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Respon yang diberikan anak pada satiap sesi kegiatan berbeda-
beda, ada yang konsisten dan ada yang kurang konsisten. Pada setiap sesi
kegiatan anak tertarik terhadap video yang diputar. Anak juga cukup
kooperatif terhadap terapis. Kepatuhannya terhadap terapis cukup bagus.
Anak mampu duduk dengan tenang selama sesi berlangsung.
Konsentrasi anak kadang mudah teralih. Terkadang anak masih
suka menceracau dan mengalihkan pembicaraan. Terkadang anak juga
masih sering melamun, sehingga ketika diberi pertanyaan kadang
jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Namun
setelah kegiatan dilakukan berulang-ulang konsentrasi anak semakin bagus
serta kemampuan anak dalam berhitung, mengidentifikasi dan membilang
angka juga semakin konsisten. Anak cukup fokus terhadap video yang
diputar.
4) Refleksi
Saat berhitung, awalnya tidak konsisten. Masih ada angka yang
terlewat terutama angka 4, namun setelah diulang-ulang semakin konsisten.
Jika saat mengidentifikasi angka, angka 1-5 ditampilkan sekaligus anak
kebingungan, namun jika ditampilkan 2 sampai 3 angka saja responnnya lebih
konsisten. Saat membilang angka 1-5 anak masih diarahkan oleh guru. Anak
tetap memerlukan pengulangan pembelajaran untuk mencapai hasil yang
lebih optimal.
Jika ditinjau masih ada kekurangan yang dijumpai ketika pelaksanaan
kegiatan. Misalnya di sesi pertama setting tempat kurang tepat sehingga
konsentrasi anak mudah terganggu. Maka dari itu pada setiap sesi kegiatan
peneliti senantiasa berusaha untuk mengatur ruangan agar anak dan peneliti
nyaman serta konsentrasi anak tidak mudah terganggu. Selain itu anak sering
tidak masuk karena sakit, sehingga setelah masuk anak mengalami penurunan
kemapuan. Oleh karena itu terapis berusaha mengulang kembali materi agar
kemampuan anak yang menurun bisa meningkat lagi. Tempo dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengajarkan angka-angka tersebut juga harus secara perlahan-lahan karena
jika terlalu cepat anak kebingungan.
Berdasarkan tabel pengamatan pembelajaran menggunakan media
audio visual di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan
pada anak autis usia pra sekolah di Klinik Natura Medika dalam memahami
konsep angka permulaan.
B. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dengan subyek tunggal yang berjudul
Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami
Konsep Angka Permulaan Pada Anak Autis Usia Pra Sekolah di Klinik Natura
Medika ini dilaksanakan dengan desain penelitian tindakan kelas menggunakan 1
siklus. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 kali sesi kegiatan. Intervensi
atau pelaksanaan penelitian yang dilakukan terdiri dari empat tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Pre test adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan subyek penelitian sebelum dilakukan
intervensi. Setelah dilakukan pre test diketahui hasil bahwa nilai subyek penelitian
belum memenuhi ketentuan indikator penilaian, atau bisa dikatakan bahwa subyek
peelitian belum mengenal konsep angka permulaan. Selama tindakan penelitian,
peneliti berperan sebagai guru kelas dengan satu siswa.
Intervensi merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran
terhadap anak atau subyek penelitian secara berulang menggunakan media yang
telah disesuaikan untuk mengatasi masalah-masalah yang diketahui dari hasil pre
test. Intervensi dalam penelitian ini dilakukan secara terprogram dan kontinyu.
Setelah dilakukan intervensi dapat diketahui bahwa ada beberapa peningkatan
kemampuan anak dalam memahami konsep angka permulaan.
Berdasarkan tabel 5 yaitu tabel hasil pengamatan setiap sesi kegiatan
penelitian menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan
anak autis usia pra sekolah dalam memahami angka permulaan di Natura Medika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dapat diketahui nilai anak pada pre test berhitung 6, sedangkan nilai post test 7,28.
Nilai anak pada pre test identifikasi angka 5, sedangkan nilai post test 6, 28. Nilai
anak pada pre test membilang angka 5, sedangkan nilai post test 6. Nilai-nilai post
test yang dicapai telah mencapai standar ketuntasan minimal. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa media audio visual dapat meningkatkan kemampuan
anak autis usia pra sekolah di Natura Medika dalam memahami konsep angka
permulaan.
Grafik di bawah ini akan menggambarkan peningkatan kemampuan anak
autis usia pra sekolah dalam memahami konsep angka permulaan menggunakan
media audio visual di Klinik Natura Medika.
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7
berhitung
idenぼfikasi
membilang
Grafik 1. Grafik peningkatan kemampuan anak autis usia pra sekolah di Natura Medika dalam memahami konsep angka permulaan
Keterangan:
X = Sesi Kegiatan Y = Nilai Yang Dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7
berhitung
idenぼfikasi
membilang
Grafik 2. Grafik peningkatan kemampuan anak autis usia pra sekolah di Natura Medika dalam memahami konsep angka permulaan.
Keterangan:
X = Sesi Kegiatan
Y = Nilai Yang Dicapai
Grafik diatas merupakan penyajian dari tabel 5, yang dimaksudkan agar
gambaran peningkatan kemampuan memahami konsep angka permulaan anak
autis di Klinik Natura Medika dapat terlihat secara lebih jelas. Dari gambaran
grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media audio visual dapat
meningkatkan kemampuan anak autis usia pra sekolah di Natura Medika dalam
memahami konsep angka permulaan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, subyek diberikan intervensi melalui pembelajaran
konsep angka permulaan menggunakan media audio visual berupa video.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kemampuan memahami konsep angka permulaan pada anak autis di klinik Natura
Medika melalui media audio visual.
Setelah dilaksanakan intervensi menggunakan media audio visual
kemampuan anak dalam memahami konsep angka permulaan ada kenaikan hasil
belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media audio visual dapat
meningkatkan kemampuan anak autis usia pra sekolah dalam memahami konsep
angka permulaan di Klinik Natura Medika.
Berhitung merupakan suatu ketrampilan yang kompleks bagi anak.
Sebelum anak bisa berhitung secara matematis anak harus terlebih dahulu mampu
berhitung, mampu menghitung benda-benda, mengenal angka atau lambang
bilangan, mampu mengurutkan angka, dan mampu menyamakan antara jumlah
benda dengan lambang bilangannya yang pada akhirnya hal tersebut akan sampai
pada hitungan matematika yang lebih kompleks. Berhitung adalah salah satu hal
yang penting untuk dikuasai seorang anak karena dalam kehidupan sehari-hari
tidak lepas dari suatu hal yang matematis, misalnya membelanjakan uang,
menghitung benda yang ada disekitar dan lain-lain.
Pada beberapa anak, berhitung bisa saja menjadi suatu masalah belajar
bagi dirinya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 75% anak-anak dengan
diagnosis autism, mengalami beberapa kesulitan belajar (Gillian Bird, 2011). Hal
tersebtu termasuk juga kesulitan belajar matematika.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat adanya peningkatan
kemampuan anak dalam memahami angka permulaan. Walaupun tidak menigkat
secara masksimal, namun tetap ada peningkatan dari penguasaan anak berhitung
permulaan sebagai modal awal untuk mengenal angka dan juga sedikit demi
sedikit mulai memahami angka permulaan. Tindakan yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu dengan menerapkan metode audio visual untuk
memperkenalkan konsep angka permulaan. Media audio visual dipilih oleh
peneliti karena subyek penelitian lebih tertarik dengan media tersebut sehingga
diharapakan dengan media tersebut atensi anak meningkat juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
konsentrasinya sehingga memudahkan anak untuk menyerap informasi yang
diberikan.
Perkembangan kognitif pada anak usia 4 tahun dapat ditandai dengan
kemampuan untuk mengenali kata-kata dan suara yang serupa, sudah bisa
berhitung minimal sampai 20, memahami konsep ukuran, dapat memahami urutan
kejadian sehari-hari, dan sudah dapat menyusun puzzle
(http://pakarbayi.com/tahap-tahap-perkembangan-balita-usia-4-5-tahun.html).
Menurut Sisdiknas (2000: 2) berhitung memiliki tujuan agar anak dapat
mengetahui dasar-dasar pembelajarannya sebagai berikut; 1) dapat berpikir logis dan
sistematis sejak dini, 2) dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat, 3) memiliki ketelitian, konsentrasi dan daya apresiasi yang tinggi, 4)
memiliki kreatifitas dam imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan (Sigit
Budiyanto, 2010).
Anak usia dini adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan
berhitung pada jalur matematika, karena usia dini sangat peka terhadap rangsangan
yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan
apabila mendapatkan stimulus/rangsangan yang sesuai dengan tugas
perkembangannya. 3 tahun minat anak terhadap angka umumnya sangat besar.
Sekitar lingkungan kehidupan anak, berbagai bentuk angka seringkali ditemui,
misalnya: pada jam dinding, mata uang, kalender bahkan angka pada kue ulang tahun.
Maka dengan sendirinya anak akan mengenal angka dengan cara mengenal, melihat
dan mengerti.
Anak autis mengalami berbagai gangguan belajar termasuk gangguan
pemusatan perhatian. Konsentrasi dan rentang atensi mereka pada umumnya sangat
pendek dan mudah terdistraksi atau terganggu oleh lingkungan sekitar. Untuk
menanamkan suatu konsep pada anak autis memerlukan pembelajaran yang
konsisten, kontinyu, menggunakan metode dan media belajar yang tepat.
Cara belajar anak autis berbeda-beda tergantung pada usia, kemampuan serta
hambatan yang dimiliki saat belajar dan gaya belajar masing-masing anak autis.
Banyak anak autis merespon baik terhadap pelajaran yang disampaikan dengan media
visual (www.parenting.co.id). Respon anak akan semakin baik bila menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
media belajar audio visual, karena sifat dari media audio visual adalah
menyempurnakan media visual ataupun media audio. Dikatakan bisa
menyempurnakan karena, anak tidak hanya belajar dengan mengandalkan
kemampuan visualnya ataupun kemampuan auditorinya saja melainkan dalam
sewaktu anak bisa belajar baik melalui kemampuan visual dan auditorinya sekaligus.
Sebelum dilakukan intervensi menggunakan media audio visual ada banyak
kendala yang dijumpai. Misalnya anak terlihat sangat malas ketika belajar
menggunakan media kartu karena sudah bosan. Atensi dan konsentrasi anak sangat
kurang. Namun setelah diterapkan media belajar audio visual, anak menjadi lebih
fokus terhadap pelajaran. Hali ini sesuai pendapat yang disampaikan oleh Hamali
dalam Azhar Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangktikan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajarn akan
sangat membantu keefektivan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran.
Dengan metode yang tepat untuk mengenalkan konsep berhitung pada anak
usia dini akan memermudah pemahaman anak terhadap konsep-konsep berhitung
maupun konsep angka. Oleh sebab itu peneliti memilih metode media audio visual
berupa video untuk memperkenalkan konsep angka permulaan dan konsep berhitung
pada anak. Tujuannya adalah agar anak tidak merasa monoton dengan media
konvensional lainnya. Dengan media audio visual diharapkan anak lebih tertarik
untuk memperhatikan materi yang disampaikan. Cara belajar anak autis adalah
dengan pengulangan-pengulangan materi secara kontinyu misalnya dengan memutar
video secara berulang-ulang, anak diharapkan mau memperhatikan dan merekam apa
yang dia lihat secara berulang-ulang, sehingga hal tersebut akan memudahkan peneliti
untuk menanamkan konsep pada anak.
Untuk mengetahui keberhasilan suatu metode pembelajaran maka dilakukan
pengukuran atau penilaian. Hasil pembelajaran tersebut dinamakan hasil belajar.
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang
diakhiri dengan proses evaluasi (Dimyati, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Evaluasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
kemampuan mengenal angka permulaan meskipun tidak terlalu signifikan. Misalnya
dalam memahami angka 1-3 sebelum menggunakan media audio visual anak harus
dibantu penuh untuk mengenalnya, namun setelah dilakukan intervensi menggunakan
media audio visual anak mampu mengenalnya dengan diarahkan. Ada berbagai
hambatan yang dialami peneliti, namun hambatan yang paling berat dirasakan adalah
ketika anak absen hampir 2 minggu karena sakit. Sehingga pembelajaran yang
harusnya dilakukan secara kontinyu jadi terhambat karena kemampuan yang telah
dicapai sebelumnya menjadi menurun dan peneliti harus mengulang kemampuan-
kemampuan yang telah menurun tersebut.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan media audio visual
dapat meningkatkan kemampuan anak autis usia pra sekolah dalam memahami
konsep angka permulaan di Klinik Natura Medika Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang berjudul
Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Angka Permulaan Pada Anak Autis Usia Pra Sekolah di Klinik Natura Medika ini
dapat disimpulkan bahwa media audio visual dapat meningkatkan kemampuan
anak autis usia pra sekolah di Klinik Natura Medika dalam mengenal angka
permulaan.
B. IMPLIKASI
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan media audio visual untuk meningkatkan
kemampuan anak autis usia pra sekolah dalam mengenal angka permulaan. Media
audio visual merupakan salah satu media pembelajaran yang menggunakan
tampilan gambar beserta suara untuk membangkitkan daya tarik siswa, motivasi
siswa, konsentrasi dan atensi siswa terhadap pelajaran.
Dalam penelitian ini pelajaran yang disampaikan adalah pelajaran
berhitung khususnya mengenalkan angka-angka permulaan kepada subyek
penelitian yaitu anak autis usia pra sekolah. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa media audio visual dapat meningkatkan
kemampuan anak autis usia pra sekolah di Klinik Natura Medika dalam mengenal
angka permulaan.
Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikemukakan
implikasi hasil adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka
permulaan anak autis dengan menggunakan media audio visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan di atas, ada beberapa
saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu:
1. Bagi pimpinan Klinik Natura Medika dan para terapis lainnya, agar
mencoba menerapkan media pembelajaran yang tepat bagi anak sesuai
karakteristik dan ketertarikan anak.
2. Bagi para pengajar, ketika menerapkan suatu media hendaklah
disesuaikan dengan ketertarikan anak dan selalu mengusahakan suasana
belajar yang menyenangkan.
3. Bagi orang tua anak, agar tetap menjalin komunikasi dengan terapis
atau guru untuk memantau perkembangan anak dan hendaknya orang
tua juga mencoba menerapkan media audio visual di rumah mengingat
banyaknya waktu anak yang dihabiskan bersama orang tuanya di
rumah.
4. Bagi peneliti lain, agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
informasi awal untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih baik
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user