penggunaan ekstrak bakteri flavobacterium sp dari … · raodah septi legina. ... anak kedua dari...
TRANSCRIPT
i
PENGGUNAAN EKSTRAK BAKTERI Flavobacterium sp DARI KARANG Acropora muricata SEBAGAI ANTI BAKTERI
TERHADAP Vibrio harveyi
SKRIPSI
Oleh: RAODAH SEPTI LEGINA
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
ii
ABSTRAK
RAODAH SEPTI LEGINA. Penggunaan Ekstrak Bakteri Flavobacterium sp dari Karang Acropora muricata Sebagai Anti Bakteri Terhadap Vibrio harveyi. Dibimbing oleh AKBAR TAHIR dan ARNIATI MASSINAI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak bakteri Flavobacterium sp. asosiasi Acropora muricata dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyi dan konsentrasi hambat minimum (KHM) Flavobacterium sp. asosiasi Acropora muricata yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyi.
Bakteri Flavobacterium sp yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari stok bakteri Laboratorium Mikrobiologi Laut Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Flavobacterium sp tersebut adalah bakteri asosiasi karang Acropora muricata yang terinfeksi penyakit Brown band, diambil di Pulau Barrang Lompo pada bulan Mei 2014. Bakteri V. harveyi yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari stok bakteri Laboratorium Patologi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros.
Ekstraksi dilakukan dengan metode ekstrak kasar dengan pelarut metanol. Pengujian konsentrasi hambat dengan metode difusi agar. Konsentrasi hambat minimum didapatkan pada konsentrasi 10000 ppm dengan diameter zona hambat 1.1 mm.
Kata Kunci : Acropora muricata, Antibakteri, Flavobacterium, Vibrio harveyi
iii
PENGGUNAAN EKSTRAK BAKTERI Flavobacterium sp DARI KARANG Acropora muricata SEBAGAI ANTI BAKTERI TERHADAP Vibrio harveyi
Oleh: RAODAH SEPTI LEGINA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Raodah Septi Legina dilahirkan pada tanggal 29 September
1993 di Kota Palopo, Sulawei Selatan. Penulis ini merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Ayahanda
Muslimin, SE. dan Ibunda Pina Tukaran, SE. Pada tahun 1999
Penulis mengawali pendidikan formal di SD. 76 Malimongan
Palopo. Setelah itu pada tahun 2005 melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Palopo. Pada tahun 2008
penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Palopo . Penulis
diterima sebagai Mahasiswa di Universitas Hasanuddin Makassar, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan pada tahun 2011 melalui jalur
SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten Ekologi Laut,
Planktonologi Laut, Koralogi dan Mikrobiologi Laut. Dibidang keorganisasian
mahasiswa, penulis pernah bergabung dalam Senat Mahasiswa Kelautan Unhas
periode 2011/2012, bergabung dalam Marine Science Diving Club Unhas sebagai
koordinator divisi pendanaan Periode 2014/2015 dan sebagai bendahara umum
periode 2015/2016.
Penulis pernah mengikuti beberapa pelatihan pendidikan seperti Pelatihan
Selam Bintang I (One Star Scuba Diver) CMAS-POSSI yang diadakan oleh Marine
Science Diving Club (MSDC) di Pulau Barrang Lompo, Tahun 2013, pelatihan
Metode Pemantauan Terumbu Karang yang diadakan oleh MSDC di Pulau Badi,
tahun 2013 dan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat
Universitas yang diadakan oleh Universitas Hasanuddin tahun 2012.
Penulis juga memiliki beberapa pengalaman kerja dan penelitian Team
Survei Reef Check yang diadakan oleh MSDC kerjasama dengan JKRI (Jaringan
Kerja Reef Check Indonesia) di Pulau Samalona, Barrang Caddi dan Barrang
Lompo, tahun 2015. Team Survei Reef Check yang diadakan oleh MSDC kerjasama
dengan JKRI (Jaringan Kerja Reef Check Indonesia) di Pulau Samalona, Barrang
Caddi dan Barrang Lompo, tahun 2014. Team Survei Reef Check yang diadakan
oleh MSDC kerjasama dengan JKRI (Jaringan Kerja Reef Check Indonesia) di Pulau
Samalona, Barrang Caddi dan Barrang Lompo, tahun 2013. Team Survei Reef
vi
Check yang diadakan oleh MSDC kerjasama dengan JKRI (Jaringan Kerja Reef
Check Indonesia) dan BKKPN (Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional )
Kupang di Pulau Kapoposang Pangkep, tahun 2013. Team Survei Ekspedisi
Tridacna di Kepulauan Spermonde, tahun 2013.
Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata di Desa
Laoni, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Bone dan Praktek Kerja Lapang di Pulau
Kodingareng lompo, serta melakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN
EKSTRAK BAKTERI Flavobacterium sp DARI KARANG Acropora muricata
SEBAGAI ANTI BAKTERI TERHADAP Vibrio harveyi” pada tahun 2015.
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur penulis ucapkan kepada penguasa semesta raya Allah SWT, berkat
ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan Penggunaan
Ekstrak Bakteri Flavobacterium sp dari Karang Acropora muricata Sebagai Anti
Bakteri Terhadap Vibrio harveyi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Ayah Muslimin, SE., Ibu Pina Tukaran, SE., Kakak Ari Alamsyah, SE. dan
Adik Renaldi Al’Faridzhi yang selalu memberikan semangat, dukungan,
kasih sayang serta doa yang tak pernah putus. Terima kasih telah
memberikan segala yang terbaik untuk penulis Semuanya takkan
terbalaskan sepanjang masa.
2. Prof. Dr. Akbar Tahir, M.Sc dan Dr. Ir. Arniati Massinai, M.Si selaku
dosen pembimbing atas segala bimbingan, pengarahan, serta segala
penjelasan sehingga penulis dapat menyesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP., Prof. Dr. Abdul Haris, M.Si., dan
Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak saran dan nasehat untuk perbaikan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen pengajar pada Jurusan Ilmu Kelautan Universitas
Hasanuddin yang tidak sempat disebutkan namanya satu per satu, yang
telah membekali ilmu kepada penulis sejak awal terdaftarnya sebagai
mahasiswa hingga akhir penyelesaian studi ini.
viii
5. Seluruh staf pegawai Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin yang telah membantu kelancaran dan kemudahan penulis,
sejak mengikuti perkuliahan, proses belajar sampai akhir penyelesaian studi
ini.
6. Tim peneliti Widyastuti, Funty Septiyawati Polapa, Wulan Sari Usman,
kakak Awaluddin Nor dan kakak Nur Abu yang telah membantu penulis
dalam proses pengambilan data penelitian di lapangan maupun di
Laboratorium serta Kakak Huyyirnah, S.P., M.P. yang juga telah membantu
di Laboratorium.
7. Buat sahabat terkasih saya Putri Zahknas, Reva Revita, SE., Dewi Sartika,
Ade Damayanti, Andi Afiatry Muzakkar, Fitriyanti Muis, Armika Kartika
Ayu, Ayuni Syamsu, S.Ip., Dewi, Didit Aditya, Yusda Masto,
Nurfikhayani, Lia, Rezki Merdekawati, SE., dan Suci Indriani, SE., yang
senantiasa memberikan dukungan, doa serta kasih sayang.
8. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Ilmu Kelautan Angkatan Kosong
Sebelas (Kedubes) yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu
namanya, terima kasih atas do’a, dan dukungannya, toleransi yang tinggi
dan kerjasamanya selama ini serta kebersamaannya.
9. Penulis banyak belajar tentang rasa persaudaraan, susah, senang, canda
dan tawa bersama kalian dan teman-teman Posko KKN UNHAS GEL. 87
Desa Laoni Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.
10. Seluruh Keluarga Besar di Senat Ilmu Kelautan UH, yang sangat saya
banggakan, terimakasih atas semua arahan, ilmu dan pengetahuan,
bimbingan serta pelajaran hidup yang diberikan kepada penulis.
ix
11. Keluarga besar Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin
(MSDC UNHAS) penulis banyak belajar tentang rasa persaudaraan, susah,
senang, canda dan tawa bersama kalian.
Terakhir kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun
materil yang tidak sempat disebutkan namanya.
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................Error! Bookmark not defined.
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup .......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
A. Bioekologi Acropora muricata ................................................................... 4
B. Bakteri Asosiasi Karang Keras (Scleractinian) ......................................... 6
C. Genera Flavobacterium ............................................................................. 7
D. Penggunaan ekstrak bakteri sebagai Antibakteri ..................................... 8
III. METODE PENELITIAN................................................................................... 11
A. Waktu dan Tempat .................................................................................. 11
B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 11
C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 12
xi
1. Sterilisasi ............................................................................................ 12
2. Peremajaan bakteri Flavobabterium sp. dan Vibrio harveyi ............. 13
3. Ektraksi bakteri Flavobacterium sp .................................................... 13
4. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode
difusi agar .......................................................................................... 14
D. Analisis Data ............................................................................................ 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 16
A. Hasil Identifikasi Flavobacterium ............................................................ 16
B. Ekstrak Bakteri Flavobacterium sp yang Berasal dari Acropora
muricata ................................................................................................... 17
C. Aktivitas ekstrak Flavobacterium sp Sebagai Antibakteri Vibrio
harveyi ..................................................................................................... 18
D. Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) Ekstrak Flavobacterium
sp terhadap Vibrio harveyi ..................................................................... 19
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 24
A. Simpulan .................................................................................................. 24
B. Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Acropora muricata .................................................................................... 5
2. Ekstrak Bakteri Flavibacterium sp. (A) Hasil ekstrak bakteri
Flavobacterium sp. penelitian Polapa (2015). (B) Hasil ekstrak
bakteri Flavobacterium sp pada penelitian ini. ...................................... 17
3. Hasil Uji KHM ekstrak bakteri Flavobacterium sp. terhadap
bakteri Vibrio harveyi dan Grafik Hasil Uji KHM ekstrak bakteri
Flavobacterium sp. terhadap bakteri Vibrio harveyi .............................. 20
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Ketentuan Kekuatan Antibakteri Terhadap Aktivitas Bakteri
(David Stout, 1971) ................................................................................... 15
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vibriosis merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada larva, post
larva, juvenil, remaja dan udang dewasa dengan presentase 80% - 100% dari total
populasi (Sunaryanto dan Mariyam, 1987). Vibriosis sering pula dikatakan sebagai
penyakit udang menyala, karena udang yang terinfeksi terlihat bercahaya pada
malam hari (Seng,1994), dan merupakan penyakit yang umum dijumpai dan
merupakan masalah yang serius di seluruh usaha budidaya ikan di laut dan air
payau di dunia.
Vibrio harveyi merupakan agen utama penyebab penyakit Vibriosis atau
bercahaya, menyerang organisme vertebrata dan invertebrata laut pada area
geografis yang luas (Zhang & Austin 2000). Penyakit yang diakibatkan oleh Vibrio
harveyi bersifat ganas karena dapat mematikan populasi larva udang yang
terserang dalam waktu 1 sampai 3 hari (Rukyani et. al., 1992).
Penanggulangan penyakit Vibriosis pada udang dengan pemberian antibiotik.
Di Indonesia antibiotik sintetik yang digunakan untuk menaggulangi penyakit udang
yang diakibatkan oleh bakteri yaitu oksitetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,
streptomisin, neomisin, dan enrofloksasin. Untuk penyakit yang diakibatkan oleh
protozoa dan jamur menggunakan Formalin dan malachite green oxalate (Razali ,
2011). Pemberian ini dilakukan pada saat udang masih ditambak sehingga residu
ada yang tertinggal pada tanah dasar tambak dapat mengakibatkan perubahan
diversitas mikrobiota dan keseimbangan ekologi,selain itu residu antibiotik terdapat
dalam tubuh udang yang akan membahayakan manusia apabila mengkonsumsinya.
2
Sehubungan dengan itu penggunaan antibiotik sintetik ini dapat berpengaruh
terhadap ekspor udang. Pada tahun 2002 Amerika dan Eropa menetapkan
Standarisasi pasar untuk produk udang inpor harus bebas dari penggunaan
antibiotik seperti Chloramphenicol dan Nitrofurant (Rakhmawan 2009)
Penggunaan antibiotik dapat dikurangi apabila ada sumber lain yang dapat
menggantikan pengendalian penyakit Vibriosis tersebut adalah bahan bioaktif alami
yang memiliki sifat antibakteri. Beberapa peneliti telah melakukan skriining
antimikroba seperti Saptiani dkk. (2013) melaporkan ekstrak daun jeruju (Acanthus
ilicifolius) mempunyai potensi menghambat pertumbuhan V. harveyi. Selanjutnya
Lisdayanti (2013) mendapatkan fraksi dari ekstrak lamun Enhalus acoroides
yangberasal dari Kepulauan Spermonde Makassar dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Ginting dkk. (2010) melaporkan
bahwa ekstrak kasar bakteri yang berasosiasi dengan spons jenis
Acanthostrongylophora sp memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio cholera,
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtillis.namun khusus untuk bahan aktif dari
bakteri Flavobacterium sp yang asosiasi dengan Acropora muricata belum pernah
dilakukan.
Penggunaan karang keras sebagai bahan baku masih jarang dan tergolong
baru dilakukan. Potensi bahan aktif karang diindikasikan memiliki kandungan
senyawa aktif, hal ini dikarenakan organisme tersebut mengalami tekanan yang
sangat kuat sehingga terus-menerus memproduksi bahan aktif sebagai bentuk
perlawanan atau pertahanan diri terhadap ancaman yang terjadi. Untuk mencengah
eksploitasi organisme yang dimanfaatkan sebagai senyawa bioaktif dari alam maka
dilakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan baku obat tanpa mengambil dari alam
dengan melakukan pembiakan bakteri yang dilakukan dari karang batu. Pastra
3
(2011) dalam Rizka (2013) menyatakan bahwa bakteri yang berasosiasi
menghasilkan zat bioaktif yang sama dengan inangnya. Hasil penelitian Polapa
(2015) bahwa ekstrak bakteri Flavobacterium sp yang merupakan bakteri asosiasi
dengan Acropora muricata yang terinfeksi penyakit BrB memiliki aktivitas sebagai
antibakteri terhadap bakteri Gram positif Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil
uji toksisitas Widyastuti (2015) bahwa bahan aktif bakteri asosiasi Flavobacterium
sp. dari karang keras Acropora muricata yang terinfeksi penyakit brb tidak toksik
terhadap Artemia salina. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri
untuk mengetahui kemampuan senyawa bioaktif ekstrak bakteri Flavobacterium sp.
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas diturunkan pertanyaan masalah sebagai berikut :
1. Berapa besaran konsentrasi hambat minimum ekstrak bakteri
Flavobacterium sp. asosiasi Acropora muricata yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui konsentrasi hambat minimum ekstrak bakteri Favobacterium sp.
asosiasi Acropora muricata yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Vibrio harveyi.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah ekstraksi bakteri Flavobacterium, dan
penentuan Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak bakteri Flavobacterium..
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bioekologi Acropora muricata
Karang keras (scleractinia) termasuk dalam Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa,
dan Ordo Scleractinia (Suharsono, 2008). Karang merupakan binatang yang
sederhana berbentuk tabung dengan mulut berada di atas yang juga berfungsi
sebagai anus. Selanjutnya dijelaskan bahwa karakteristik dari hewan tersebut ialah:
bentuk tubuh simetris bilateral, bersifat sesil/sedentari, cara hidup berkoloni
(kelompok), bereproduksi secara seksual dan aseksual, skeleton yang terbuat dari
bahan kapur, dengan jumlah tentakel enam atau kelipatannya (Suharsono, 1996).
Karang membentuk terumbu dalam waktu yang panjang mulai dari proses
reproduksi, pelekatan pada substrat kemudian tumbuh besar menjadi karang
dewasa yang membentuk terumbu (Suharsono, 2008). Jaringan tubuh karang terdiri
dari ektodermis, mesoglea dan endodermis. Ektodermis merupakan jaringan terluar
yang terdiri dari berbagai jenis sel yang antara lain sel mukus dan sel nematosit (sel
penyengat). Mukus berada pada sel glandula yang berfungsi sebagai alat untuk
membebaskan diri dari sedimen yang melekat (Suharsono, 1996) dan pada
beberapa jenis karang juga berfungsi sebagai pengumpul makanan (Nybakken,
1988).
Karang A. muricata memiliki ciri – ciri tumbuh membentuk percabangan
arboresen. Radial koralit berbentuk tabung dengan bukaan membulat yang tersusun
merata dan rapat. Aksial koralit kecil dan menebal, permukaan cabang halus dan
mempunyai warna coklat (Gambar 1). Terdapat disebagian besar habitat terumbu
(Wallace, 1999).
5
Gambar 1. Morfologi Acropora muricata
Sumber : Wallace, 1999
Adapun Klasifikasi karang Acropora muricata.
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Hexacoralia
Ordo : Scleractinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora muricata
Karang memiliki berbagai mekanisme pertahanan terhadap patogen . produksi
lendir salah satu bentuk pertahanan. Asosiasi bakteri karang merupakan sumber
utama pertahanan melalui produksi antibiotik. A. muricata memiliki tingkat produksi
6
lendir tinggi. Oleh karena itu, bakteri asosiasi A. muricata memiliki potensi sebagai
antibiotik (Wallace, 1999).).
B. Bakteri Asosiasi Karang Keras (Scleractinian)
Selain hidup di permukaan hingga dasar laut, bakteri dapat berasosiasi dengan
organisme lain. Salah satu jenis organisme yang dapat berasosiasi dengan karang
adalah bakteri. Peranan bakteri pada terumbu karang sangat besar yaitu sebagai
pengurai (dekomposer) yang mampu mendegradasi bahan organik menjadi bahan
anorganik berupa nitrat, fosfat dan karbondioksida.Selain sebagai dekomposer, juga
berperan dalam aliran energi dan daur ulang unsur hara serta sebagai sumber
utama senyawa aktif. Bakteri yang berasosiasi dengan avertebrata laut dari
Moluska jenis Conus miles mampu menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella,
Pseudomonas, Staphylococcus, E.coli dan Enterobacter (Pringginies, 2010).
Weil et al., (2009) menemukan bakteri pada karang yang terinfeksi penyakit di
LA Parguera yaitu Phormidium coralliticum, DesulfoVibrio , Beggiatoa sp (BBD),
Oscillatoria sp dan Cyanobakteri (RBD), Vibrio harvey, Charcariae (WBD),
Aurantimonas coralicida (WP), Vibrio sp (UWS), Serratia marsences (WPX) dan
Vibrio sp (DSD). Selanjutnya Sutherland (2010) menemukan Faecalentro
bacterium, serratia marcescens pada Acropora palmate yang terinfeksi penyakit
White POX (WPX). Berdasarkan hasil T-RFLP analisis pada karang yang terinfeksi
BBD ditemukan jenis lain selain Cyanobacteria yaitu lima jenis dari divisi
Firmicutes dan dua jenis Cythopaga-Flexibacter-Bacteriodes ditemukan pada
karang yang tidak sehat (Lopez, 2003).
Komunitas bakteri yang berasosiasi dengan karang batu sebagian besar adalah
Proteobacteria, Bacteroidetes, Cilliata, Firmicutes, dan Actinomycetes. Mikroba
7
yang potensial sebagai target penghasil senyawa aktif adalah Cyanobacteria,
Actinomycetes bakteri Pseudomonas (Taylor et al., 2007).
Menurut Rosenberg (2007) bakteri menempati tiga habitat pada polip yaitu
lendir yang terdapat pada lapisan permukaan koloni, jaringan temasuk rongga
gastrodermal dan skeleton. Bakteri yang ditemukan pada penelitian ini kemungkinan
berasa dari karang Acropora yang sehat, Sabdono dan Radjasa (2006) menemukan
bakteri Cytophaga- Flavobacterium-Bacteriodes pada karang Acropora yang sehat.
C. Genera Flavobacterium
Menurut Bernardet et.al., (1996) Genus Flavobacterium merupakan bakteri
dapat diisolasi dari sejumlah beragam habitat seperti tanah, air, lumpur, tanaman,
produk makanan seperti ikan, daging, unggas, susu atau minuman asam laktat.
Genus Flavobacterium merupakan bakteri yang masuk dalam gram-negatif
menghasilkan pigmen kuning, membentuk non--endospora, kebutuhan terhadap
oksigen termasuk aerob, bersifat non motil
Flavobacterium termasuk famili Achromobacteriaceae merupakan bakteri
patogen oportunistik. Diameter koloni mulai dari 0,2-2 μm, koloni berwarna kuning
tua, habitat pada tanah dan air. Bentuk selnya berupa batang, memiliki ciri – ciri
pendek, gram negatif dengan bentuk batang yang bergerak menghasilkan pigmen
kuning, merah atau orange, pengurai protein. Termasuk ke dalam gram negatif.
Kebutuhan terhadap oksigen termasuk aerob, bersifat non motil, oksidasi positif dan
katalase positif (Jaelani, 2014).
Flavobacterium merupakan bakteri oportunistik, dapat menyebabkan penyakit
pada organisme yang tidak mempunyai immunokompetensi (Levinson, 2008).
Flavobacterium columnare menyebabkan penyakit kolumnaris (Columnaris disease)
8
pada insang channel catfish dan pada kulit ikan rainbow trout fingerling (Durborrow
et.al., 1998).
Menurut Fenchel (2001) bakteri laut dapat dikelompokkan ke dalam dua grup,
yaitu Bakteri Indigeneus yag tidak tumbuh pada medium tanpa air taut, misalnya
Beggiato, Thiotrix, Thiovolum, dan Thiobaccillus. Bakteri transies yang habitat airnya
bukan air laut, tetapi tahan terhadap garam sehingga dapat hidup di dalam air laut,
misalnya Bacillus, Corynebacterium, Actinomyces, dan Sarcina. Selain itu di dalam
air laut juga mungkin terdapat bakteri halofilik, yaitu bakteri yang membutuhkan
konsentrasi garam tertentu untuk pertumbuhannya Spiririllum, Vibrio
parahaemolyticus. Hasil isolasi dan identifikasi yang berasal dari “bakteri
indigenous” yang dilakukan Priadie (2012) didapatkan: Microccocus,
Corynebacterium, Phenylo-bacterium, Enhydro-bacter, Morrococcus, Bacillus,
Flavobacterium, Staphylococcus, dan Pseudomona, yang dapat mendegradasi
logam Pb, nitrat, nitrit, bahan organik, sulfida, kekeruhan, dan amonia.
D. Penggunaan ekstrak bakteri sebagai Antibakteri
Senyawa bioaktif laut atau produk alami laut Marine Natural Products (MNPs)
adalah senyawa organik yang diproduksi oleh mikroba, spons, seaweeds dan
organisme laut lain. Organisme inang mensintesis senyawa ini sebagai metabolit
sekunder untuk melindungi dirinya dan menjaga keseimbangan lingkungan
kaitannya dalam pertahanan diri terhadap predator. Senyawa antibakteri yang
dihasilkan oleh bakteri pada umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak
digunakan untuk proses pertumbuhan (Schlegel, 1993). Zat yang dikeluarkan oleh
karang lunak sebagai alat pertahanan diri tersebut merupakan jenis senyawa
bioaktif. Senyawa bioaktif ini berupa terpenoid, steroid dan steroid glikosida yang
dapat dijadikan sebagai antibakteri patogen (antimikroba).
9
Penelitian tentang penggunaan bahan aktif yang berasal dari laut telah banyak
dilakukan. Pengunaan senyawa bioaktif diterapkan pada bidang farmasi sebagai
bahan baku obat – obatan. Suharyanto (2008), dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa beberapa jenis sponge diketahui juga memiliki senyawa bioaktif, antara lain:
Hyatella intestinalis, Algilus flabellifilus (Gunasekara et al., 1989), Hipospongia
comunis, Spongia offisinalis, Ircina virabilis, Spongia oracillis (Madaio et al., 1989),
Dysidea avara (Crispino et al., 1989), Erylus cendeveldi, dan Dyctionella insica
(Cimminiello et al.,1989), sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk
mengobati penyakit pada manusia dan hewan. Selanjutnya Faikoh dkk. (2013)
melaporkan bahwa ekstrak kasar karang lunak Geodia sp. memiliki aktivitas
antibakteri terhadap E. coli dan Vibrio parahaemolyticus. Dalam penelitian
Lisdayanti (2013) mendapatkan fraksi dari ekstrak lamun Enhalus acoroides yang
berasal dari Kepulauan Spermonde Makassar dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcusaureus.
Selain dibidang farmasi, pengunaan bahan aktif biota laut juga digunakan
dibidang budidaya untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit
pada hewan budidaya. Alwi (2015) menjelaskan bahwa penggunaan ekstrak A.
aaptos berpotensi sebagai senyawa antibakteri terhadap bakteri V.harveyi.
selanjutnya Saptiani dkk. (2013) melaporkan ekstrak daun jeruju (Acanthus
ilicifolius) mempunyai potensi menghambat pertumbuhan V. harveyi. Roihanah dkk.
(2012) juga melakukan penelitian tentang ekstrak kasar teripang (Holothuria sp.)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio harveyi.
Untuk memenuhi kebutuhan baku obat maka dilakukan pembiakan bakteri
tanpa mengambil organisme dari alam. Pastra (2011) melakukan penelitian tentang
penapisan bakteri terhadap spons Alpysina sp. Penapisan bakteri tersebut
10
menghasilkan isolat A23 yang mampu menghambat E.coli dan S.aureus. Ginting
dkk. (2010) menjelaskan ekstrak kasar bakteri yang berasosiasi dengan sponge
Acanthostrongylophora sp. memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio cholerea,
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtillis.
Penelitian tentang asosiasi antara bakteri dan karang lunak penghasil senyawa
bioaktif telah dilakukan oleh Harpeni & Hasani (2005), dari penelitian tersebut
diketahui bahwa bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak memiliki potensi
menghasilkan senyawa antibakteri. Huda (2012) telah melakukan penelitian tentang
penapisan bakteri terhadap karang lunak Sarcophyton sp. Penapisan tersebut
memperoleh isolat bakteri D11 yang mampu menghambat bakteri Escherichia coli
dan isolat D22 yang menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap S. aureus.
Tinambunan dkk. (2012) menambahkan ekstrak isolat bakteri Aplysina sp. efektif
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus.
11
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli –Agustus 2015 di Laboratorium
Mikrobiologi Laut Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung reaksi sebagai wadah
dalam peremajaan bakteri, autoclave untuk mensterilkan peralatan basah, oven
untuk mensterilkan peralatan kaca/kering, hot plate with stirrer untuk membuat
medium, timbangan analitik untuk menimbang bahan, ehrlen mayer sebagai wadah
medium, spatula digunakan untuk memindahkan bahan serbuk, gelas kimia sebagai
wadah cairan, ose bulat/lurus untuk memindahkan bakteri dari medium lama ke
medium yang baru, mikropipet untuk memindahkan bahan cari dengan volume
tertentu, cawan petri sebagai wadah untuk menumbuhkan bakteri, laminary air flow
sebagai tempat untuk melakukan penanaman, inkubator digunakan untuk
membiakkan bakteri, timbangan analitik untuk menimbang bahan, vortex untuk
menghomogenkan bahan, waterbath untuk memanaskan bahan, hot plate with
magnetic stirrer untuk melarutkan dan menghomogenkan bahan, tabung afendof
untuk menyimpan bahan, spoit untuk memindahkan bahan, jangka sorong untuk
mengukur zona bening pada uji KHM, gloves sebagai pengaman tangan, masker
sebagai pelindung pernapasan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak bakteri Flavobacterium sp. diambil
dari stok bakteri Laboratorium Mikrobiologi Laut Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin, bakteri Vibrio harveyi sebagai bakteri uji diambil
12
dari stok bakteri Laboratorium Patologi Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Payau Maros, Trypticase Soy Broth (TSB) sebagai medium
peremajaan bakteri, Triptyc Soy Agar (TSA) sebagai medium pertumbuhan bakteri,
alkohol 70%, aquades, tissue, kapas, almunium poil, kertas saring, kertas label dan
jarum pentul.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap : sterilisasi alat dan pembuatan
medium, peremajaan bakteri Flavobabterium sp. dan Vibrio harveyi, uji khm, dan uji
tantang.
1. Sterilisasi
Sterilisasi alat yang akan digunakan. untuk bahan gelas dibungkus dengan
kertas dan disterilkan dengan sterilisasi kering menggunakan oven pada suhu 180oC
selama 2 jam.
Medium TSB terdiri dari pepton dari casein 17 g, pepton dari soymeal 3 g,
Glucose monohydrate 2,5, sodium chloride 5 g dan di-potassium hydrogen
phosphate 2,5 g. Pembuatannya dengan cara melarutkan 30 gram/liter medium TSB
dalam akuades steril. kemudian dididihkan, selanjutnya disterilkan dengan autoklaf
pada suhu 1210C selama 15 menit.
Medium TSA terdiri dari pepton dari casein 15 g, pepton dari soymeal 5 g,
sodium chloride 5 g dan agar 15 g. Pembuatannya dengan cara melarutkan 40
gram/liter medium TSA dalam akuades steril. Kemudian dididihkan, selanjutnya
disterilkan diautoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
13
2. Peremajaan bakteri Flavobabterium sp. dan Vibrio harveyi
Peremajaan bakteri Flavobabterium sp melalai dua tahap, yang pertama
penanaman pada medium Triptyc Soy Broth (TSB) dan tahap ke dua penanaman
pada medium Triptyc Soy Agar (TSA).
Penanaman pada Medium TSB dilakukan mengambil isolat bakteri dengan ose
bulat kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Medium TSB,
inkubasi dengan suhu 30oC selama 1 x 24 jam. Bakteri yang telah tumbuh ditandai
dengan terjadinya perubahan medium dari jernih menjadi keruh.
Penanaman media TSA dilakukan mengambil 1 ose kultur murni, kemudian
diinokulasi dengan metode gores. Setelah itu diinkubasi pada suhu 30oC selama 24
jam.
3. Ektraksi bakteri Flavobacterium sp
Bakteri Flavobacterium sp yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari stok
bakteri laboratorium Mikrobiologi Laut Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan Unhas.
Flavobacterium sp tersebut berasal dari karang Acropora muricata yang terinfeksi
penyakit Brown band, diambil di Pulau Barranglompo pada bulan Mei 2014, titik
koordinat pengambilan sampel 050 3’ 14” BT dan E 1190 19’ 32” LS.
Ekstraksi dilakukan dari stok bakteri dengan mengkultur bakteri dalam medium
TSB yang diikuti dengan memasukkan Inokulum menggunakan jarum ose ke dalam
Ehrlen mayer 1 L yang berisi medium TSB 500 mL, selanjutnya dishaker pada suhu
30˚C. sedangkan lama inkubasi berdasarkan fase stationer masing-masing bakteri.
Bakteri yang telah tumbuh ditandai dengan terjadinya perubahan medium dari jernih
menjadi keruh.
Stok bakteri yang telah dikultur disentrifus pada 6000 rpm selama 20 menit untuk
memisahkan supernatant dan sel. Supernatan diambil dan dilarutkan dengan pelarut
14
metanol 1:1, dimasukkan ke dalam corong pemisah dikocok selama 20 menit,
setelah terjadi pemisahan antara pelarut (lapisan atas berwarna bening) dan
medium (lapisan bawah berwarna kuning). Lapisan bagian atas diambil dimasukkan
ke dalam wadah kaca dan diupkan hingga didapatkan ekstrak berbentuk pasta.
Untuk biosel diekstraksi dengan cara mencuci telebih dahulu dengan aquades steril
kemudian direndam dengan Etil Asetat 1:10, sebanyak 2 kali ulangan. Selanjutnya
dievaporasi sampai kering seperti yang dilakukan Akhyar (2010).
4. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode difusi agar
Uji KHM dengan metode difusi agar berdasarkan yang telah dilakukan
Zainuddin (2006) yaitu: mengambil 20 µL supernatant bakteri dengan konsentrasi
40000 ppm, diteteskan pada lempeng kertas (ukuran 6mm) dibiarkan sampai kering.
Ekstrak bakteri Flavobacterium sp. dilarutkan dalam metanol sehingga didaparkan
konsentrasi 40000 ppm. Selanjutkan dilakukan pengenceran berseri dengan
memindahkan 500 µl larutan ekstrak dari wadah pertama ke wadah kedua, demikian
seterusnya sampai wadah ke-9. Hasil pengenceran dengan beberapa konsentrasi
(40000 ppm, 20000 ppm, 10000 ppm, 5000 ppm, 2000 ppm, 1000 ppm, 500 ppm,
250 ppm dan 125 ppm). Masing-masing konsentrasi ekstrak diteteskan pada
lempeng kertas, lalu ditanam pada media TSA yang berisi bakteri Vibrio harveyi
(konsentrasinya setara dengan 0,5 x 108 sel/ml standar Mc Farland (Sutton, 2011)).
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30oC. Setelah inkubasi 24 jam
dilakukan pengamatan dan pengukuran zona bening disekitar lempeng kertas.
15
Tabel 1. Ketentuan Kekuatan Antibakteri Terhadap Aktivitas Bakteri (David Stout, 1971)
Zona Hambat (mm) Keterangan
>20 mm Sangat Kuat
10 – 20 mm Kuat
5 – 10 mm Sedang
<5 mm Lemah
D. Analisis Data
Data konsentrasi ekstrak bakteri Flavobacterium sp yang berasal dari karang
Acropora muricata yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri
Vibrio harveyi dianalisis dengan analisis deskriptif dengan bantuan tabel dan
gambar.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Identifikasi Flavobacterium
Hasil Uji biokimia isolate bakteri asosiasi Acropora muricata yang terinfeksi
penyakit Brown band (BrB) termasuk dalam gram negatif. Bakteri gram negatif
mempunyai struktur dinding sel yang tipis yaitu 10-15 nm dan berlapis tiga (multi).
Komposisi dinding sel terdiri dari lipid dengan kandungan tinggi. Peptidoglikan
berada dalam lapisan kaku sebelah dalam dan jumlahnya sedikit sekitar 10% dari
berat dinding sel serta tidak mengandung asam tekoat (Madigan et al, 2003)
Hasil uji Oksidasi / Fermentasi (O/F) menunjukkan bahwa bakteri tidak mampu
melakukan fermentasi. Uji oksidasi menunjukkan bahwa bakteri memiliki sitokrom
oksidasi sebagai akseptor elektron, reaksi positif ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna bakteri pada kertas saring yang menjadi warna ungu gelap setelah
10 hingga 15 detik. Pada uji Katalase terbentuknya gelembung udara mengindifikasi
reaksi katalase positif, menunjukkan bahwa bakteri memproduksi enzim katalase
yang dapat memecahkan H2O2 menjadi H2O dan O2,.
Uji motilitas menunjukkan bahwa bakteri nonmotil dimana pertumbuhan bakteri
terbatas pada garis inokasi pada media Sulfit Indol Motility (SIM) dan positif
membentuk H2S.
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang
berasal dari kelas enterobacteriaceae. Perubahan warna butt (Yellow) dan salnt
(Red) menunjukkan bakteri fermentasi glukosa atau bersifat basa. Sedangkan
bakteri tidak dapat membentuk H2s dan gas.
Hasil negatif pada Uji Methyl Red (MR) menandakan bakteri tidak mampu
menghasilkan asam-asam campuran. Uji Voges-Proskueur (VP) menunjukkan hasil
17
yang positif, karena pada uji terbentuk warna merah pada medium setelah ditetesi
reagen barrit A dan barrit B. Menurut Lay (1994) Uji Voges Proskauer digunakan
untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3
butanadiol. Uji pada media King A dan King B untuk mengisolasi bakteri genus
Pseudomonas, hasil uji menunjukkan bakteri positif pada media King A dan negative
pada media King B.
Berdasarkan hasil identifikasi isolat bakteri yang dilakukan di Laboratorium Uji
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros didapatkan genus
Flavopobacterium.
B. Ekstrak Bakteri Flavobacterium sp yang Berasal dari Acropora muricata
Ekstraksi bakteri Flavobacterium sp. yang berasal dari Acropora muricata
dilakukan dengan metode ekstrak kasar dengan menggunakan pelarut metanol.
Diperoleh hasil ekstraksi bakteri Flavobacterium sp. disajikan pada gambar 2:
Gambar 2. Ekstrak Bakteri Flavibacterium sp. (A) Hasil ekstrak bakteri
Flavobacterium sp. penelitian Polapa (2015). (B) Hasil ekstrak bakteri
Flavobacterium sp pada penelitian ini.
Hasil dari proses ekstraksi menghasilkan ekstrak berwarna coklat muda
(Gambar 2). Dari 1000 ml bakteri Flavobacterium sp. yang diekstraksi menghasilkan
4 gram ekstrak bakteri Flavobacterium sp. Gambar 2 menunjukkan bahwa
penelitian ini sesuai hasil penelitian Polapa (2015) yang mengekstrak bakteri
A B
18
Flavobacterium sp. mengunakan pelarut metanol menghasilkan ekstrak berwarna
coklat (Gambar 2A). Pelarut metanol diduga memberi warna coklat muda pada hasil
ekstrak. Seperti penelitian Trianto dkk. (2004) yang mengekstraksi daun Aegiceras
corniculatum dengan metanol menghasilkan ekstrak kasar yang berupa pasta yang
berwarna coklat kehitaman. Muhammad dkk. (2010) dalam penelitiannya
mengekstraksi senyawa bioaktif dari Artocarpus heterophyllus menghasilkan ekstrak
kental metanol berwarna coklat muda
Nur dan Adijuwana (1989) menjelaskan senyawa menunjukkan kelarutan yang
berbeda – beda dalam pelarut yang berbeda dan senyawa kimia akan mudah larut
pada pelarut yang relative sama kepolarannya. Penggunaan pelarut metanol
diharapkan dapat menarik senyawa metabolit sekunder pada bakteri Flavobacterium
sp. baik polar maupun non polar. Metanol yang sifatnya dapat melarutkan berbagai
senyawa polar maupun non polar (Pavia et al.,1985) diduga menjadi alasan pelarut
ini paling sering digunakan dalam proses ekstraksi. Darwis, (2000) menyatakan
bahwa secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak
digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena hampir dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Ada tiga jenis pelarut, yaitu
pelarut polar, semi-polar dan non polar. Menurut Houghton dan Raman (1998) Sifat
polaritas bahan harus sama dengan polaritas pelarut agar bahan dapat larut.
C. Aktivitas ekstrak Flavobacterium sp Sebagai Antibakteri Vibrio harveyi
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Polapa (2015) berdasarkan hasil uji
difusi agar ekstrak bakteri Flavobacterium sp terhadap Vibrio harveyi didapatkan
zona bening sebesar 2 mm di sekitar lempeng kertas, hal ini menunjukan bahwa
ekstrak tersebut memiliki potensi sebagai antibakteri Vibrio harveyi. Sesuatu bahan
uji yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri ditandai dengan adanya zona bening
19
di sekitar kertas cakram/lempeng kertas seperti yang dijelaskan Nofiani et. al.
(2009) bakteri yang menunjukkan aktivitas antimikroba ditandai dengan
terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri. Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Jayanth et al., (2002) mengisolasi bakteri asosiasi rumput laut dan
bivalvia laut memiliki kemampuan antagonis terhadap patogen pada manusia,
kemudian Polapa (2014) menunjukkan bahwa ekstrak bakteri Flavobacterium sp
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli.
Nofiani dkk., (2009) menemukan ekstrak metanol Flavobacterium sp yang berasal
dari rumput laut Euchema cottoni memiliki aktivitisa sebagai bakteriostatik terhadap
Staphylococcus epidermidis. Prem-Anand et al., (2011) menemukan ekstrak
bakteri Flavobacterium sp yang berasosiasi dengan kepiting memiliki aktivitas
terhadap patogen ikan Vibrio harveyi, Vibrio parahaemoliticus dan Aeromonas
hydrophila, Flavobacterium sp yang berasosiasi dengan sedimen memiliki aktivitas
terhadap Vibrio harveyi dan Flavobacterium sp yang berasosiasi dengan alga
memiliki aktivitas terhadap Vibrio harveyi dan Aeromonas hydrophila.
D. Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) Ekstrak Flavobacterium sp
terhadap Vibrio harveyi
Hasil uji zona hambat yang dihasilkan ekstrak bakteri Flavobacterium sp.
terhadap bakteri Vibrio harveyi menunjukkan hasil zona bening yang berarti aktivitas
antibakteri bekerja dengan baik. Konsentrasi hambatan minimum Ekstrak
Flavobacterium sp terhadap Vibrio Harveyi didapatkan pada konsentrasi 10000 ppm
(Gambar 3).
20
Gambar 3. Hasil Uji KHM ekstrak bakteri Flavobacterium sp. terhadap bakteri
Vibrio harveyi dan Grafik Hasil Uji KHM ekstrak bakteri Flavobacterium sp. terhadap bakteri Vibrio harveyi
Gambar 3A menunjukkan bahwa dari 9 pengenceran didapatkan ekstrak bakteri
Flavobacterium sp. memiliki daya hambat pada konsentrasi 40000 ppm, konsentrasi
20000 ppm dan konsentrasi 10000 ppm, untuk konsentrasi 5000 hingga 250 ppm
tidak memiliki aktivitas daya hambat terhadap bakteri Vibrio harveyi. Gambar 3B
menunjukkan dari tiga konsentrasi yang memiliki aktivitas yang paling tinggi
ditemukan pada konsentrasi 40000 ppm (3,05 mm) menyusul konsentrasi 20000
ppm (2 mm) dan konsentrasi 10000 ppm (1,1 mm). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi bahan aktif maka semakin besar aktivitasnya. Menurut
Pelctzar (1986) salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan suatu senyawa
antibakteri dalam menghambat aktivitas mikroba adalah konsentrasi senyawa zat
antimikroba, dimana semakin tinggi konsentrasi zat maka semakin cepat bakteri
akan terbunuh.
Konsentrasi hambat minimum setiap jenis ekstrak berbeda-beda seperti yang
ditemukan oleh Alwi (2015) dari ekstrak spons Aaptos aaptos memiliki aktivitas
terhadap bakteri Vibrio harveyi dengan daya hambat minimum pada konsentrasi
A B
21
927,5 ppm sebesar 7 mm. Roihanah (2012) menemukan zona hambat dari ekstrak
teripang terhadap bakteri Vibrio harveyi menggunakan beberapa pelarut, air (6.062
mm), methanol (6.142 mm), etanol (6.096 mm), cloroform (6.122 mm) dan n-heksan
(8.502 mm).
Menurut David Stout (1971), suatu antibakteri dikatakan mempunyai aktivitas
terhadap bakteri jika mempunyai ketentuan kekuatan sebagai berikut: daerah
hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm (kuat),
daerah hambatan 5-10 mm (sedang), dan daerah hambatan 5 mm atau kurang
(lemah). Sehingga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan luas zona hambat
ekstrak bakteri Flavobacterium sp. masuk dalam kategori lemah yakni 3,05pada
konsentrasi 40000 ppm. Kecilnya zona hambat diduga karena ada koloni bakteri
yang resisten terhadap senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak. Menurut
Edberg dan Berger (1986) dalam Trianto (2004), bakteri mempunyai resistensi
intrinsic yaitu ketidakmampuan antibiotika untuk mempenetrasi maupun mengikat
protein bakteri spesifik.
Gambar 3 di atas, dapat dikatakan bahwa ekstrak bakteri Flavobacterium sp.
sebagai bahan antibakterial mampu menghambat dan membunuh bakteri.
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri
diduga berupa perusakan dinding sel. Seperti yang dijelaskan Pelczar dan Chan,
(1988) bahwa senyawa antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri berupa
perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau
mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran
sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel,
perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan
penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
22
Selain karena mampu dalam menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi
bakteri Flavobacterium sp. mengandung beberapa enzim. Hal ini sesuai dengan
penyataan Isharmanto (2010) dalam Widiastuti (2015) bahwa bakteri Flavobacterium
sp memproduksi enzim epoxidase. Bakteri flavobaterium juga penghasil enzim
inulinase berperan mencegah kanker usus besar dan penyakit jantung dibidang
kesehatan (Allais et al, 1987 dalam Wijanarka dkk., 2013) dan mengandung enzim
β-fructosidase, enzim ini mengasilkan Asam Lemak Rantai Pendek, yaitu asam
asetat, propionat dan butirat. Senyawa-senyawa ini menurunkan pH intraluminal dan
secara langsung menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya. ( Allais
dkk.,1986 dalam Polapa, 2015).
Senyawa-senyawa metabolit sekunder diduga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri V. harveyi termasuk gram negatif yang ada di air laut yang menimbulkan
penyakit Vibriosis bercahaya (Luminous Vibriosis) di tambak. Dinding sel bakteri
gram negatife mengandung lipopolisakharida dan sedikit peptidoglikan, yang
fungsinya melindungi sel. Mekanisme penghambatan senyawa alkaloid dengan
merusak komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
sehingga senyawa ini bekerja sebagai antibakteri (Morin et al., 1982). Jadi karena
dinding peptidoglikon koloni bakteri tersebut dihambat senyawa aktif ekstrak bakteri
Flavobacterium sp., maka bakteri Vibrio harveyi tidak mampu mereplikasi diri dan
tumbuh dam medium tersebut. Flavonoid merupakan merupakan senyawa fenol
yang aktif. Senyawa fenol dan senyawa fenolik derivatnya dapat menimbulkan
denaturasi protein yang terdapat pada dinding sel sehingga dapat merusak susunan
dan merubah mekanisme permeabilitas dari mikrosom, lisosom dan dinding sel
(Jawetz., et al, 1986). Pelczar et al. (1977) menyatakan bahwa persenyawaan
23
Flavonoid sebagai anti-bakteri menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri
dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel. Volk
dan Wheeler (1988) menjelaskan bahwa senyawa Flavonoid dapat merusak
membran sitoplasma yang dapat menyebabkan bocornya metabolit penting dan
menginaktifkan sistem enzim bakteri. Kerusakan ini memungkinkan nukleotida dan
asam amino merembes keluar dan mencegah masuknya bahan-bahan aktif ke
dalam sel, keadaan ini dapat menyebabkan kematian bakteri. Menurut Putra (2007),
mekanisme kerja steroid dalam menghambat mikroba, adalah dengan merusak
membran plasma sel mikroba, sehingga menyebabkan bocornya sitoplasma keluar
sel yang selanjutnya menyebabkan kematian sel. Diduga hal tersebut disebabkan
karena molekul steroid memiliki gugus nonpolar (hidrofobik) dan polar (hidrofilik)
sehingga memiliki efek surfaktan yang dapat melarutkan komponen fosfolipid
membran plasma.
24
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
Konsentrasi hambatan minimum Ekstrak Flavobacterium sp terhadap Vibrio
Harveyi didapatkan pada konsentrasi 10000 ppm yaitu 1,1 mm.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut analisis kandungan senyawa aktif
Flavobacterium sp.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang ekstrasi bakteri Flavobacterium sp.
dengan menggunakan beberapa jenis pelarut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, R. 2015. Penggunaan Ekstrak Spons Aaptos Aaptos Sebagai Antibakteri Terhadap Udang Putih (Litopenaeus vannamei) Yang Terinfeksi Vibrio harveyi. Tesis. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bernardet JF, Segers P, Vancanneyt M, Berthe suF, Kersters K, et al. (1996) Cutting a Gordian knot: emended classification and description of the genus Flavobacterium emended description of the family Flavobacteriaceae and proposal of Flavobacterium hydatisnom nov (basonym Cytophaga aquatilis Strohl and Tait 1978). Int J Syst Bacteriol. 46 (1): 128-148.
Darwis.D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam Hayati, Disampaikan pada Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alayam Hayati. FMIPA Universitas Andalas Pandang.
Davis & Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Essay. Journal Of Microbiology. Vol 22 No 4.
Faikoh, E. N., Yuliana, D. E., Suhendriani, S. dan Qurrotul, H. 2013. Studi Daya Antibakteri Ekstrak Karang Lunak (Geodia sp.) Segar Terhadap Bakteri Escherechia coli Dan Vibrio parahaemolyticus Serta Kandungan Senyawa Aktifnya. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya.
Fenchel, T. 2001. Microorganisms (Microbes), Role Of: Encyclopedia of Biodiversity. 4 : 207-219.
Ginting, E. L., Warouw, V. dan Suleman R. W. 2010. Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Kasar Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Sponge Acanthostrongylophora sp. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Manado. Vol. VI-3.
Harpeni, E dan Hasani, Q. 2005. Eksplorasi Bakteri yang Bersimbiosis yengan Karang Lunak yebagai Alternatif Sumber Senyawa Bioaktif (Uji Bioassay Antibakteri). Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Hougton, P.J., A. Raman. 1998. Laboratory Handbook For The Fractination Of Natural Extract. Chapman & Hall. London.
Huda, C., Salni dan Melki. 2012. Penapisan Aktivitas Antibakteri dari Bakteri yang Berasosiasi dengan Karang Lunak Sarcophyton sp. Maspari Journal. Universitas Sriwijaya, Indralaya. 4(1), 69-76.
Jaelani, I. 2014. Bakteri Asosiasi Pada Karang Pachyseris sp. yang Terinfeksi Penyakit BBD ( Black Band Disease) di Perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi FIKP.. Makassar.
26
Jawetz E, 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Diterjemahkan oleh Gerard dan Bonang. Jakarta.
Kantor, M. N. N., Wewengkang, D. S., dan Wullur, A. C. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Karang Lunak Xenia sp. Yang Diperoleh Dari Teluk Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Manado. Vol. 4 No. 3.
Levinson, W. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition. In TheMc Graw-Hill Companies. IncDurbrrow, R.M., Thune, R.L,Howke J.P. dan Camus, A.C. 1998. Columnaris Disease a Bacterial Infection Caused by Flavobacterium columnae. SRAC No 479. New York
Lisdayanti, E. 2013. Potensi Antibakteri dari Bakteri Asosiasi Lamun (Seagrass) dari Pulau Bonebatang Perairan Kota Makassar. Skripsi FIKP. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lopez, G.M., Bongiorni, L., Gilli, C, Biavascoand, F., Danovaro,R. 2003. Vibrio harveyi as a Causativ Agent of the White Syndrome in Tropical Story Corals. Enviromental Microbiology Reports. 2(1): 120-127.
Muhammad, N. A., Supriyanti, F. M. T., dan Zazkiyah. 2010. Penentuan Pelarut Terbaik Dalam Mengektrasi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Artocarpus heterophyllus. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia.
Nofiani, R., Kadarisno, Daryati, dan Sapar, A. 2009. Karakteristik Ekstrak Bakteri Berasosiasi dengan Eucheuma cottonii Doty yang .Memiliki Aktivitas Antimikroba. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Provinsi Kalimantan Barat. Vol XII Nomor 2.
Nybakken, J.W., 1998. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.
Jakarta.
Pastra, D. A., Melki, dan Surbakti H. 2012. Penapisan Bakteri yang Bersimbiosis dengan Spons Jenis Aplysina sp sebagai Penghasil Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung. Maspari Journal. Indralaya. 4(1), 77-82.
Pavia, D.L; G.M. Lampman, G.S. Kriz, and R.G. Engel. 1985. Organic Laboratory Techniques, Saunders College Publishing. Florida. USA.
Pelczar MJ Jr dan Chan ECS, 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Terjemahan oleh Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL. Cetakan ke-1.:Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Polapa, F. S. 2015. Potensi Antibakteri Dari Ekstrak Kasar Bakteri Asosiasi Karang Batu Yang Terinfeksi Penyakit Brown Band (Brb) Terhadap Bakteri Patogen Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. Skripsi FIKP. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
27
Putra, I.N. K. 2007. Study Daya Antimikroba Ekstrak Beberapa Bahan Tumbuhan Pengawet Nira Terhadap Mikroba Perusak Nira Serta Kandungan Senyawa Aktifnya. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang.
Prem Anand,. C. Chellaram and C. Felicia Shanthini. 2011. Isolation And Screening Of Marine Bacteria Producing. Antibiotics Against Human Pathogens. Department of Marine Studies and Coastal Resource Management, Madras Christian College, Chennai.
Pringgenies, D. 2010. Karakteristik Senyawa Bioaktif Bakteri Simbion Moluska dengan GC-MS. Jurnal. 2 : 34-40
Priadie, B. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan. Bandung. Vol 10(1): 38-48.
Rakhmawan, H. 2009. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia Di Pasar Internasional. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Razali, M. 2011. Isolasi Dan Uji Antagonis Bakteri Resisten Antibiotik Dari Tambak Udang Terhadap Bakteri Penyebab Penyakit Vibrio sis. Tesis. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Rosenberg, E., Koren, Reshef, L., Efrony, R,, Zilber-Rosenberg, I . 2007. The Roole of Microorganisms in Coral Health, Disease and Evolution. Nat Rev Microbiologi. 5: 355-362.
Rizka Andi. 2013. Skrining Bakteri Simbion Spons Petrosia sp. Asal Pulau Polewali dan Pulau Sarappo lompo Sebagai Penghasil Antibakteri Terhadap Bakteri Patogen Pada Manusia dan Ikan. Skripsi FIKP. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Roihanah, S., Sukoso, dan Andayani,S. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teripang Holothuria sp. Terhadap Bakteri Vibrio harveyi Secara In vitro. Jurnal. Malang. Vol. 2 No. 1.
Romansyah Yudhi. 2011. Kandungan Senyawa Bioaktif Antioksidankarang Lunak Sarcophyton sp. Alami Dan Transplantasi Di Perairan Pulau Pramuka,Kepulauan Seribu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Rukyani, A. 1996. Jenis Penyakit Udang dan Tambak dan Cara Pengendaliannya. Disampaikan pada Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian, tgl 9 – 11 Januari 1996 di BIP Bandung. 17 hal.
Schlegel, G. H. 1993. General Microbiology. Cambridge University Press: England.
Sabdono, A. dan Radjasa,.O.K 2006. Karakterisasi Molekuler Bakteri yang Berasosiasi dengan penyakit BBD (Black Band Disease). Pada karang Acropora sp. Di perairan Karimun Jawa. Ilmu Kelautan 11 (3) : 158 -162.
28
Suharyanto. 2008. Distribusi dan Persentase Tutupan Sponge (Porifera) pada Kondisi Terumbu Karang dan Kedalaman yang Berbeda di Perairan Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan. Jurnal Biodiversitas. 9(3): 209-212
Saptiani, G., Prayitno S. B., dan S. Anggoro. 2013. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus Ilicifolius) Terhadap Vibrio Harveyi Secara In Vitro. Jurnal Kedokteran Hewan. Universitas Diponegoro. Semarang. Vol. 7 No. 1.
Seng, L.T. 1994. Parasites and Diseases of Cultured Marine Finfish in South East Asia.Pusat Pengkajian Sains Kajihayat. Universitas Sains Malaysia. pp 25
Suharsono. 1996. Jenis – Jenis Karang Yang Umum Dijumpai Di Perairan Indonesia. LIPI. Jakarta.
Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. LIPI: Jakarta
Sunaryanto, A. and Mariyam, A. 1987. Occuraence of Pathogenic Bacteria Causing Luminescene in Penaeid Larvae in Indonesia Hatcheries. Bull. Brackhis Water Aqua. 8: 64-70.
Sutherland , K.P,Porter, J.W, Turner J.W., Thomas, B.J, Looney, E.E., Luna T.P., Meyers. MX , Futch J.C., and Lipp EX 2010. Human Sewage Identified as ikely Source of White Pox Disease of the Threatened Carribean elchom Coral, Acropora Palmate. Enviromental Microbiology, 12(5):1122-1131.
Sutton, S. 2011. Measurement of Microbial Cells by Optical Density. Journal of Validation Technology. Vol. 17 no 1.
Taylor, M. T., Radax. R., Steger. D., Wagner. M. 2007. Sponge-associated rnicroorhanisms: evolution, ecology and biotecnological potential. Microbio Mol Bio Rev. 2:295-347.
Tinambunan, H., Melki, dan Isnaini. 2012. Efektifitas Ekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons dan Karang Lunak sebagai Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung. Maspari Journal. Indralaya. 4 (2), 225-230.
Thoyib, H., Setyaningsih, R., dan Suranto. 2007. Seleksi dan Identifikasi Bakteri Alkalifilik Penghasil Xilanase dariTanah Bukit Krakitan, Bayat, Klaten. Jurnal.
Surakarta. (1): 6-12
Trianto, A., Wibowo, E., Suryono dan Rahayu, S. S. 2004. Ekstrak Daun Mangrove Aegiceras corniculatum Sebagai Antibakteri Vibrio harveyi dan Vibrio parahaemolyticus. Jurnal. Semarang. ol. 9 (4) : 186 - 189
Volk, W.A. and Wheeler, 1988. Mikrobiologi Dasar. Eds Markham.Penerbit Erlangga Jakarta.
Wallace, Carden C. 1999. Staghorn corals of the world: a revision of the coral genus Acropora. Museum of Tropical Queensland. Australia.
29
Weil, E., and Crocuer, A., Urreiztieta, L. 2009. Temporal Variability and Impas of Coral Disease and Bleacing in La Parguera, Puerto Rico from 2003-2007. Caribbean Journal Science . 45: 221-246.
Widiastuti. 2015. Potensi Sitotoksisitas Bahan Aktif Bakteri Asosiasi Flavobacterium Sp. Dari Karang Keras Acropora Muricata Yang Terinfeksi Penyakit Brb (Brown Band). Skripsi FIKP. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Zhang, X. H. & B. Austin. 2000. Pathogenicity of Vibrio harveyi to salmonid. Journal
of Fish Disease. 23:93-102.