pengembangan pendidikan berwawasan …

17
Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains Joko Sutrisno, P.062020071 © 2003 Joko Sutrisno Posted 11 December 2003 Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN SEJAK USIA DINI Oleh: Joko Sutrisno P.062020071/PSL Email : [email protected] A. PENDAHULUAN Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, telah lama dilakukan. Bahkan setiap Repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Dari dalam negeri diketahui bahwa NEM SD sampai SLTA relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Dari dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasukidunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Dari

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071

© 2003 Joko Sutrisno Posted 11 December 2003 Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN SEJAK USIA DINI

Oleh:

Joko Sutrisno P.062020071/PSL

Email : [email protected] A. PENDAHULUAN

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, telah lama dilakukan. Bahkan

setiap Repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan

di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan

kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan

tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi

pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas

penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih

jauh dari harapan.

Dari dalam negeri diketahui bahwa NEM SD sampai SLTA relatif rendah dan tidak

mengalami peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Dari dunia usaha muncul keluhan

bahwa lulusan yang memasukidunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Dari

Page 2: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 2

komparasi internasional, mutu pendidikan di Indonesia juga kurang menggembirakan.

Human Development Index (HDI) Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara

yang disurvai. Survai The Political Economic Risk Consultation (PERC) menemukan

bahwa Indonesia berada di peringkat ke 12 dari 12 negara yang disurvai. Studi lain yang

dilakukan The Third International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R,

1999) menemukan bahwa siswa SLTP Indonesia menempati peringkat 32 untuk IPA dan

34 untuk Matematika, dari 38 negara yang distudi di Asia, Australia dan Afrika.

Peningkatan mutu pendidikan berarti peningkatan mutu sumber daya manusia.

Sementara mutu pendidikan belum menggembirakan, berarti mutu sumber daya manusia

Indonesia juga belum menggembirakan. Kini Indonesia menghadapi dua tantangan, ialah

tantangan dari dalam dan dari luar.

Dari dalam negeri krisis ekonomi belum juga berakhir sehingga pengangguran terus

bertambah. Di bidang pendidikan sendiri, data Depdiknas menunjukkan bahwa sekitar

88,4% lulusan SLTA tidak melanjutkan ke PT, dan 34,4% lulusan SLTP tidak melanjutkan

ke SLTA. Mereka setiap tahun menambah jumlah deretan pencari kerja, sementara bekal

untuk kesiapan kerja belum dimiliki.

Dari luar negeri tantangan akan muncul dengan disepakatinya AFTA (Asean Free

Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) tahun 2003. Konsekuensinya adalah

tenaga kerja kita dalam berbagai sektor kehidupan harus mampu bersaing dengan tenaga

kerja asing dari negara-negara tetangga di lingkungan Asean.

B. MENGAPA KEWIRAUSAHAAN?

Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan aktif

menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan

kehidupan baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Ia tidak cukup hanya

menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial.

Ia tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku saekolah/kuliah, tetapi

juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan

jiwa entrepreneurship, ialah jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan

kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut,

jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang

Page 3: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 3

perlu dikembangkan melalui pendidikan pada anak usia pra sekolah dan sekolah dasar,

adalah kecakapan hidup (life skill).

Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan, adalah pendidikan yang menerapkan

prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada

peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.

Tulisan ini mencoba menawarkan suatu model pendidikan yang berwawasan kewirausahaan

untuk tingkat pra sekolah dan sekolah dasar. Dengan model ini jika diterapkan diharap

dunia pendidikan ikut memberikan kontribusi nyata dalam rangka peningkatan mutuSDM

diIndonesia.

Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik dirasakan

sangat penting. Karena pendidik adalah ‘agent of change’ yang diharapkan mampu

menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa ‘entrepreneur’ bagi

peserta didiknya. Disamping itu jiwa ‘entrepreneur’ juga sangat diperlukan bagi seorang

pendidik, karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih

efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri.

C. KONSEP KEWIRAUSAHAAN

Instruksi Presiden No. 4 Th 1995 tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional

Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh

masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk mengembangkan program-program

kewirausahaan. Inpres tersebut dikeluarkan bukan tanpa alasan. Pemerintah menyadari

betul bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga

harus digenjot sedemikian rupa melalui berbagai Departemen Teknis maupun Institusi-

institusi lain yang ada di masyarakat. Melalui gerakan ini pada saatnya budaya

kewirausahaan diharapkan menjadi bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia,

sehingga dapat melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru yang handal, tangguh dan

mandiri.

Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang

mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri.

Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.

Page 4: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 4

Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan

normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan

berusaha.

Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan

menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah

“tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan

serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan

inovatif.” (Pekerti, 1997).

Bagan 1

KERANGKA BERPIKIR TENTANG KEWIRAUSAHAAN

Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan:

“Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif

terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada

POLA TANGGAPAN

KARAKTERISTIK PERORANGAN KARAKTERISTIK KELOMPOK

SOSIAL

POLA PELUANG

KEBUTUHAN EKONOMI KEMAJUAN TEKNOLOGI

PERILAKU WIRAUSAHA Mendirikan Mengelola Mengembangkan Melembagakan

HASIL USAHA PERUSAHAAN:

Tepat Guna Hemat Usaha Unggul Mutu Pembaharu

Page 5: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 5

pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih

baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja

yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan

manajemen.”

Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif

terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan

yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk

mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut.

Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan

secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi

nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/

masyarakat.

Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain

dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal,

Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul.

Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi

sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya

secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku

dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan

menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur.

Menjadi wirausaha profesional harus memenuhi kriteria ketangguhan dan

ketangguhan. Adapun ciri dari kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a) Ciri dan Kemampuan Wirausaha Tangguh

1) Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam berusaha

mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak besar dan

dalam mengatasi masalah.

2) Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan

dalam memuaskan langganan.

3) Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan

(dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem

pengendalian intern.

Page 6: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 6

4) Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan

terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta pemupukan

permodalan.

b) Ciri dan Kemampuan Wirausaha Unggul

1) Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkan dan berusaha

menghindarinya.

2) Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk

langganan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat, bangsa dan negara.

3) Antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan.

4) Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan

produktivitas dan efisiensi.

5) Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan melalui inovasi

di berbagai bidang.

Sementara itu dalam suatu penelitian tentang Standarisasi Tes Potensi

Kewirausahaan Pemuda Versi Indonesia; Munawir Yusuf (1999) menemukan adanya 11 ciri

atau indikator kewirausahaan, yaitu:

1. Motivasi berprestasi

2. Kemandirian

3. Kreativitas

4. Pengambilan resiko (sedang)

5. Keuletan

6. Orientasi masa depan

7. Komunikatif dan reflektif

8. Kepemimpinan

9. Locus of Contro

10. Perilaku instrumental

11. Penghargaan terhadap uang.

Sementara itu menurut G. Meredith, et.al (1996) mengemukakan bahwa: Para

wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai

kesempatan-kesempatan yang ada; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan

Page 7: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 7

guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna

memastikan sukses.

Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan

bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengerjar tujuannya. Daftar ciri-ciri dan

sifat-sifat berikut memberikan sebuah profil dari wirausaha:

Ciri-ciri Percaya diri Berorientasikan tugas dan hasil Pengambil risiko

W a t a k Keyakinan Ketidaktergantungan, individualitas optimisme Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan inisiatif. Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan.

Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi ke masa depan

Bertingkah laku sebagai pemimpin Dapat bergaul dengan orang lain. Menanggapi saran-saran dankritik Inovatif dan kreatif Fleksibel Punya banyak sumber Serba bisa, mengetahui banyak Pandangan ke depan Perseptif

D. LIFE SKILL SEBAGAI UNSUR DALAM BIDANG KEWIRAUSAHAAN

1. Pengertian life skill

Dalam kehidupan keseharian, manusia akan selalu dihadapkan problema hidup

yang harus dipecahkan dengan menggunakan berbagai sarana dan situasi yang dapat

dimanfaatkan. Kemampuan seperti itulah yang merupakan salah satu inti kecakapan

hidup (life skill). Artinya kecakapan yang selalu diperlukan oleh seseorang di manapun

ia berada, baik yang berstatus peserta didik, pekerja, guru, pedagang, maupun orangtua.

Pengertian life skill adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani

menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,

Page 8: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 8

kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga

akhirnya mampu mengatasinya.

2. Ruang Lingkup life skill

Kecakapan hidup (life skill) dapat dipilah menjadi lima bagian, ialah kecakapan

mengenal diri (self awarness), kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan

sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), dan kecakapan vokasional

(vocational skill).

(1) Kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan personal (personal

skill), adalah kecakapan yang diperlukan bagi seseorang untuk mengenal

dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup :

a) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan

b) penghayatan diri sebagai anggota keluarga dan masyarakat

c) penghayatan diri sebagai warga negara

d) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan diri

e) menjadikan kelebihan dan kekurangan sebagai modal dalam

meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

(2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skill) adalah kecakapan yang diperlukan

dalam pengembangan potensi berpikir, mencakup :

a) kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching)

b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information

processing and decision making skills)

c) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem

solving skill)

(3) Kecakapan sosial ataukecakapan interpersonal (social skill) mencakup :

a) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill). Empati,

sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan,

karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan

pesan, tetapiisi dan sampainya pesan, disertai dengan ‘kesan’baik, akan

menumbuhkan hubungan yang harmonis.

b) kecakapan bekerjasama

Page 9: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 9

(4) Kecakapan akademik (academic skill) ataukemampuan berpikir ilmiah,

mencakup komponen-komponen :

a) kemampuan melakukan identifikasi variabel

b) kemampuan merumuskan hipotesis

c) kemampuan melakukan penelitian

(5) Kecakapan vokasional (vocational skill), adalah keterampilan yang dikaitkan

dengan berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.

Secara sederhana dapat dibuat skema pembagian kecakapan hidup yang perlu

ditanamkan kepada peserta didik, sebagai berikut :

Self Awarness

Thinking Skill General Life Skill

Social Skill

Life Skill

Academic Skill Specific Life Skill

Vocational Skill

3. Kurikulum Berorientasi pada kecakapan hidup

Program pendidikan berwawasan kewirausahaan adalah program pendidikan

yang berorientasi pada kecakapan hidup. Program ini dapat disusun dalam bentuk

kurikulum khusus atau terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran. Untuk tingkat Pra

Sekolah dan SD, program pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup, dapat

dikembangkan menjadi sebagai berikut :

(1) Tujuan Pembelajaran :

a) content Objectives, yaitu penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran. Tidak semua materi pelajaran harus dikuasai siswa

melalui pembelajaran intra kurikuler disekolah. Materi pelajaran yang

memiliki onsep kunci serta tema-tema esensial yang mendorong

tercapainya kemampuan generik, yang wajib dimiliki siswa, selebihnya

dapat ditugaskan di rumah atau kegiatan lain.

Page 10: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 10

b) Methodological Objectives, yaitu penguasaan siswa terhadap proses

penemuan konsep kunci keilmuan, sehingga memungkinkan siswa untuk

memiliki dan menguasai proses penemuan konsep kunci (keterampilan

proses).

c) Life skill objectives, yaitu penguasaan siswa dalam mengaplikasikan

konsep kunci serta keterampilan prosesnya dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan ini disebut kecakapan hidup karena meliputi content

objectives dan methodological objectives dan merupakan kecakapan

yang dapat ditransfer dalam berbagai bidang keilmuan dan teknologi.

Dalam hal ini siswa TK dan SD berlatih basic intelectual skill dan basic

manual skill yang seluruhnya bersifat generik.

(2) Kurikulum Pembelajaran

Materi pembelajaran untuk pembentukan life skill untuk anak TK dan SD

meneurut Panduan Depdiknas 2002 adalah sebagai berikut :

a) General Life Skill, meliputi :

- pendidikan karakter

- pendidikan akademis

- pendidikan jasmani

b) Specific Life Skill, meliputi :

(a) pendidikan personal dan sosial :

- pendidikan kehidupan dalam keluarga

- kebersihan dan kesehatan diri

- makanan dan gizi

- penggunaan obat-obatan yang berguna dan tak berguna

- kesehatan reproduksi/pendidikan seksualitas

- keamanan diri/keselamatan diri

- pemeliharaan lingkungan

- penggunaan waktu luang

- pendidikan kenegaraan

- advokasi menjadi warga masyarakat dan warga negara

Page 11: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 11

(a) pendidikan keterampilan, disesuaikan dengan minat anak dan

kondisi setempat, misalnya :

- olahraga

- kesenian

- kerajinan

- berkebun/bertani

- beternak

- bahasa inggris dan asing lainnya

- teknologi sederhana dan komputer

E. PRODUKTIVITAS DAN LINGKUNGAN KERJA

Untuk menuju terwujudnya pendidikan berwawasan kewirausahaan, maka salah

satu kuncinya adalah menciptakan “perusahaan” (lembaga) yang dinamis dan fleksibel,

manajer bervisi ke depan, serta lingkungan kerja yang kondusif.

1. Organisasi perusahaan harus dinamis dan fleksibel.

Pengembangan organisasi perusahaan harus didasarkan atas visi, misi dan tujuan

yang jelas. Ada delapan roh oganisasi (perusahaan) agar sukses dan panjang umur :

(1) roh kesucian dan kesehatan

(2) roh kebaikan dan kemurahan

(3) roh cinta dan suka cita

(4) roh keunggulan dan kesempurnaan

2. Peran manajer sangat menentukan.

Manajer harus memiliki visi ke depan agar mampu mengarahkan dan meningkatkan

kinerja perusahaan. Sekurang-kurangnya ada 8 kompetensi manajer bervisi ke

depan, ialah : (1) kemampuan strategi (2) kemampuan sintesis, (3) kemampuan

organisasi, (4) kemampuan komunikasi, (5) kemampuan negosiasi, (6) kemampuan

presentasi, (7) dinamika, dan (8) ketangguhan.

3. Penciptaan lingkungan kerja yang kondusif.

Ada delapan persyaratan kualitas kehidupan lingkungan kerja disebut kondusif,

ialah :

(1) Upah yang layak dan pantas bagi pekerjaan yang dilakukan dengan baik

(2) Kondisi kerja yang aman dan sehat

Page 12: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 12

(3) Kesempatan untuk belajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan

baru

(4) Kesempatan untuk mengembangkan dan memajukan karir

(5) Integrasi sosial ke dalam organisasi

(6) Perlindungan terhadap hak-hak individu

(7) Keseimbangan antara tuntutan kerja dan bukan kerja

(8) Rasa bangga terhadap kerja itu sendiri dan terhadap organisasi

Untuk mencapai produktivitas perusahaan dikaitkan dengan lingkungan kerja dapat

dibuatkan diagram sebagai berikut :

Model Hubungan Produktivitas dan Lingkungan Kerja

Produktivitas

Area Sensitif

Area Pengembangan

Area Kebutuhan Pokok

‘Bertahan”

“Nyaman”

“Puas”

“Jenuh”

Kemungkinan Penurunan Kinerja

Lingkungan Kerja

Page 13: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 13

1. Produktivitas dan Motivasi

Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:

F. MEMBANGUN ETOS KERJA KEWIRAUSAHAAN

Salah satu sumber bala yang menimbulkan bencana nasional akhir-akhir ini adalah

karena tidak dimilikinya etos kerja yang memadai bagi bangsa kita. Belajar dari negara lain,

Jerman dan Jepang yang luluh lantak di PD II. Tetapi kini, lima puluh tahun kemudian,

mereka menjadi bangsa termaju di Eropa dan Asia. Mengapa? Karena etos kerja mereka

tidak ikut hancur. Yang hancur hanya gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur fisik.

Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah : rasional, disiplin

tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar

kesenangan, menabung dan investasi. Di Timur, orang Jepang menghayati “bushido” (etos para

samurai) perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen H. Sinamo

(1999) sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.

Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah : (1) Gi : keputusan benar diambil dengan sikap

benar berdasarkan kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah,

1. Faktor “Pendorong”

2. Faktor “Pemelihara”

Kebersihan

Pengakuan

Kreativitas

Tanggung Jawab

Lingkungan kerja

Insentif kerja

Hubungan Kerja

Keselamatan kerja

Page 14: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 14

terhormat, (2) Yu : berani, ksatria, (3) Jin : murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap

sesama, (4) Re : bersikap santun, bertindak benar, (5) Makoto : tulus setulus-tulusnya,

sungguh-sesungguh-sungguhnya, tanpa pamrih, (6) Melyo : menjaga kehormatan martabat,

kemuliaan, dan (7) Chugo : mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena mereka

komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan berkualitas.

Indonesia mempunyai falsafah Pancasila, tetapi gagal menjadi etos kerja bangsa kita

karena masyarakat tidak komit, tidak inten, dan tidak bersungguh-sungguh dalam

menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Maaf cakap

“Ketuhanan Yang Maha Esa” misalnya, sering ditampilkan sebagai “Keuangan yang maha

kuasa”. Kemanusiaan yang adil dan beradab, diterapkan menjadi “Kekuasaan menentukan apa

yang adil dan siapa yang beradab”, “Persatuan Indonesia” prakteknya menjadi “persatuan pejabat

dan konglemerat” dsb. Inilah bukti dari ramalan Ronggowarsito dan inilah zaman edan.

Dampak kondisi ini etos kerja yang berkembang adalah etos kerja asal-asalan.

Beberapa pernyataan berikut adalah gambaran ungkapan yang sering muncul ke permukaan

yang menggambarkan etos kerja asal-asalan, atau istilah Sinamo (1999) sebagai “etos kerja

edan”, ialah : (1) bekerjalah sesuai keinginan penguasa, (2) bekerja sebisanya saja, (3)

bekerja jangan sok suci, kerja adalah demi uang, (4) bekerja seadanya saja nggak usah

ngoyo, tak lari gunung dikejar, (5) bekerja harus pinter-pinter, yang penting aman, (6)

bekerja santai saja mengapa harus ngotot, (7) bekerja asal-asalan saja, wajar-wajar saja, kan

gajinya kecil, (8) bekerja semau gue, kan di sini saya yang berkuasa. Ungkapan-ungkapan

seperti tersebut di atas menggambarkan tidak adanya etos kerja yang pantas untuk

dikembangkan apalagi menghadapi persaingan global. Maka dari itu wajarlah jika bangsa ini

harus menerima pil pahit bencana nasional krisis yang berkepanjangan yang tak kunjung

usai.

Untuk mencapai kualifikasi Wirausaha Unggul maka SDM Perusahaan harus

memiliki Etos Kerja Unggul. Jansen H. Sinamo (1999) mengembangkan 8 Etos Kerja

Unggulan sebagai berikut :

1. Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar.

Suci berarti diabdikan, diuntukkan atau diorientasikan pada Yang Suci. Penghayatan

kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil. Bukan harus

dari Tuhan, tapi bisa juga dari idealisme, kebenaran, keadilan, dsb. Dengan kesadaran

Page 15: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 15

bahwa kerja adalah sebuah panggilan suci, terbitlah perasaan untuk melakukannya

secara benar.

2. Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras :

Maksudnya adalah bekerja membuat tubuh, roh dan jiwa menjadi sehat. Aktualisasi

berarti mengubah potensi menjadi kenyataan. Aktualisasi atau penggalian potensi ini

terlaksana melalui pekerjaan, karena kerja adalah pengerahan energi bio-psiko-sosial.

Akibatnya kita menjadi kuat, sehat lahir batin. Maka agar menjadi maksimal, kita akan

sanggup bekerja keras, bukan kerja asal-asalan atau setengah setengah.

3. Kerja itu rahmat, kerja adalah terimakasihku, aku sanggup bekerja tulus :

Rahmat adalah karunia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Respon yang tepat

adalah bersyukur dan berterima kasih. Ada dua keuntungan dari bekerja sebagai rahmat,

(1) Tuhan memelihara kita, dan (2) disamping secara finansial kita mendapat upah, juga

ada kesempatan belajar, menjalin relasi sosial, dsb. Pemahaman demikian akan

mendorong orang untuk bekerja secara tulus.

4. Kerja itu amanah, kerja adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas :

Melalui kerja kita menerima amanah. Sebagai pemegang amanah, kita dipercaya,

berkompeten dan wajib melaksanakannya sampai selesai. Jika terbukti mampu, akhlak

terpercaya dan tanggung jawab akan makin menguat. Di pihak lain hal ini akan menjadi

jaminan sukses pelaksanaan amanah yang akan menguklir prestasi kerja dan

penghargaan. Maka tidak ada pekerjaan yang tidak tuntas.

5. Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif :

Apapun yang anda kerjakan pasti ada unsur keindahan, keteraturan, harmoni, artistik

seperti halnya seni. Untuk mencapai tingkat penghayatan seperti itu dibutuhkan suatu

kreativitas untuk mengembangkan dan menyelesaikan setiap masalah pekerjaan. Jadi

bekerja bukan hanya mencari uang, tetapi lebih pada mengaktualisasikan potensi kreatif

untuk mencapai kepuasan seperti halnya pekerjaan seni.

6. Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja serius :

Tuhan mewajibkan manusia beribadah (dalam arti ritual) dan beribadah (dalam artian

kerja yang diabdikan pada Tuhan). Kerja merupakan lapangan konkrit melaksanakan

kebajikan seperti: untuk pembangunan bangsa, untuk kemakmuran, untuk demokrasi,

keadilan, mengatasi kemiskinan, memajukan agama, dsb. Jadi bekerja harus serius dan

Page 16: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 16

sungguh-sungguh agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara nyata sebagai

bentuk pengabdian pada Tuhan.

7. Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna

Secara moral kemuliaan sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang

yang mulia. Pekerjaan adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi maupun orang lain.

Kita ada untuk orang lain dan orang lain ada untuk kita. Kita tidak seperti hewan yang

hidup untuk dirinya sendiri. Manusia moral seharusnya mampu proaktif memikirkan

dan berbuat bagi orang lain dan masyarakat. Maka kuncinya ia akan sanggup bekerja

secara sempurna.

8. Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul :

Sebagai kehormatan kerja memiliki lima dimensi : (1) pemberi kerja menghormati kita

karena memilih sebagai penerima kerja (2) kerja memberikan kesempatan berkarya

dengan kemampuan sendiri, (3) hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat, (4)

pendapatan sebagai imbalan kerja memandirikan seseorang sehingga tak lagi jadi

tanggungan atau beban orang lain, (5) pendapatan bisa menanggung hidup orang lain.

Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan itu

dengan bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu setinggi–tingginya.

Dengan unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan.

PENUTUP

Jiwa wirausahawan seseorang bukanlah merupakan faktor keturunan, namun dapat

dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi siapapun juga. Yang penting dan yang utama

adalah semangat untuk terus mencoba dan belajar dari pengalaman. “Gagal itu biasa,

berusaha terus itu yang luar biasa”, mungkin seperti itulah gambaran yang harus

dikembangkan oleh manusia-manusia Indonesai agar tetap eksis dalam pertarungan bisnis

yang semakin transparan dan terbuka. Semoga.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN …

Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains

Joko Sutrisno, P.062020071 17

Anugerah Pekerti. 1997. Mitos dan Teori dalam Pengembangan Kewirausahaan,

Makalah Lokakarya Kewirausahaan PT, DP3M Dikti, Puncak Bogor, 18 – 20 Agustus 1997.

Depnaker RI. 1999. Situasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia (Suatu Tinjauan yang dilaksanakan pada tahun 1998). Jakarta.

Geoffrey G. Meredith, et.al. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Instruksi Presiden RI No. 4 Th. 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Jakarta.

Munawir Yusuf. 1997. Operasionalisasi Program Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (Satu Alternatif Konsep Model), Bahan Seminar Operasionalisasi KKN-U dan KKB di UNISSULA Semarang tanggal 13 September 1997.

-------------------. 1999. Standarisasi Tes Kewirausahaan Versi Indonesia Sebagai Penunjang Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Laporan Pelaksanaan Penelitian. Pusbangnis UNS. Solo.

Salim Siagian dan Asfahani. 1995. Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17.8.45. Kloang Klede Jaya PT Putra Timur bekerjasama dengan Puslatkop dan PK Depkop dan PPK. Jakarta.

David E.Rye. 1995. Tolls for Executives: The Vest Pocket Entrepreneur. Terjemahan. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

McClelland. Memacu Masyarakat Berprestasi. Jakarta: CV Intermedia Tim Broad-Based Education, 2002, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life

Skill) Melalui Pendekatan Broad-Based Education (BBE), Departemen Pendidikan Nasional.