pengembangan modul mata pelajaran dasar pola kelas x di smk...
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAJARAN
DASAR POLA KELAS X DI SMK YPPM BOJA
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Tata Busana
Oleh
Nita Candra Sari
NIM.5401414014
PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(QS. Al-Insyirah: 5-8)
2. Tuan, sebutir pelurumu yang nanti menembus kepalaku hanya akan
membunuhku.Tapi tulisan dan buah pikiranku akan menembus ratusan,
ribuan, jutaan kepala orang.
(Sayyid Quthb)
PERSEMBAHAN
1. Ayah dan bunda yang senantiasa
memberikan doa dan dukungannya
kepada saya.
2. Kakak kandungku yang selalu
memberikan semangat.
3. Teman seperjuangan Pendidikan Tata
Busana 2014 atas motivasi dan
persahabatannya.
4. Almamater yang saya banggakan.
vii
SARI
Nita Candra Sari, 2018, “Pengembangan Modul Mata Pelajaran Dasar Pola Kelas
X di SMK YPPM Boja”. Dosen Pembimbing Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd.
Pendidikan Tata Busana, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Pelajaran Dasar Pola ditempuh oleh siswa kelas X yang pada dasarnya
memiliki tingkat pemahaman yang bervariasi dalam belajar pola yang masih ada
kaitannya dengan mata pelajaran produktif lain di kelas XI, oleh karena itu siswa
membutuhkan bahan belajar mandiri yang dapat dipelajari sesuai dengan tingkat
pemahaman masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan
modul pembelajaran Dasar Pola siswa kelas X SMK YPPM Boja; 2) mengetahui
kelayakan modul pembelajaran Dasar Pola siswa kelas X SMK YPPM Boja; 3)
mengetahui tanggapan 28 siswa kelas X SMK YPPM Boja.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang telah
disederhanakan menjadi enam tahap yang meliputi: 1) potensi dan masalah; 2)
pengumpulan data; 3) desain modul; 4) validasi modul; 5) revisi modul; 6) ujicoba
modul. Validasi dilakukan oleh 3 ahli yaitu ahli materi, ahli media dan pengguna
ahli/guru mata pelajaran Dasar Pola. Modul yang telah direvisi selanjutnya
diujicobakan kepada kelas X yang menempuh mata pelajaran Dasar Pola di SMK
YPPM Boja berjumlah 28 siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis deskriptif persentase.
Hasil penelitian berupa: 1) Prosedur pengembangan modul telah
disederhanakan menjadi enam tahapan; 2) Tingkat kelayakan media modul
sebagai media pembelajaran Dasar Pola kelas X dari hasil uji kelayakan oleh ahli
media, ahli materi, dan pengguna ahli rata-rata 91,4%.; 3) Penilaian modul oleh
siswa memperolehan hasil 86,8%.
Simpulan dari penelitian ini yaitu: 1) Penyederhanaan tahapan penelitian
pengembangan menjadi 6 langkah; 2) Modul yang telah divalidasi dikategorikan
sangat layak oleh ahli materi, media, dan pengguna ahli; 3) Hasil penilaian modul
Dasar Pola oleh 28 siswa kelas X SMK YPPM Boja dikategorikan sangat layak.
Saran yang dapat diajukan untuk penelitian yang serupa yakni: 1) Dapat
menambah kompetensi dasar dan materi pokok dalam isi modul; 2) Tahapan
penelitian dapat dilanjutkan hingga tahap menguji keefektifannya; 3) Jumlah
pernyataan setiap aspek dalam lembar validasi ahli hendaknya memiliki jumlah
soal pernyataan yang sama.
Kata Kunci: Pengembangan modul, Pola Dasar, Sistem praktis
viii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Modul Mata Pelajaran Dasar Pola Kelas X di SMK
YPPM Boja”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Sarjana Pendidikan pada Progam Studi Tata Busana, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaat Nya di
yaumil akhir nanti. Aamiin.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri
Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, M.T, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang, Dr. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd, Ketua Jurusan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, dan Dra. Musdalifah, M. Si,
Koordinator Program Studi Pendidikan Tata Busana atas fasilitas yang
disediakan bagi mahasiswa.
3. Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang penuh
perhatian dan atas perkenaan memberi bimbingan dan dapat dihubungi
ix
sewaktu-waktu disertai kemudahan menunjukan sumber-sumber yang
relevan dengan penulisan karya ini .
4. Dra. Musdalifah, M.Si dan Wulansari Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd,
sebagai penguji yang telah memberi masukan yang sangat berharga
berupa saran, ralat, perbaikan, pertanyaan, komentar, tanggapan,
menambah bobot dan kualitas karya tulis ini.
5. Semua dosen jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang yang telah memberi bekal
pengetahuan yang berharga.
6. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk karya tulis ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk pelaksanaan
pembelajaran di SMK dan Perguruan Tinggi.
Semarang, 20 Februari 2019
Penulis
Nita Candra Sari
5401414014
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
SARI .................................................................................................................... vi
PRAKATA .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
1.7 Spesifikasi Poduk yang Dikembangkan ............................................. 7
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ......................................... 9
1.9 Penegasan Istilah ................................................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 12
2.1 Deskripsi Teoritik ............................................................................... 12
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan ......................................................... 39
2.3 Kerangka Pikir .................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 44
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 44
3.2 Model Pengembangan ........................................................................ 44
3.3 Alur Penelitian ................................................................................... 45
xi
3.4 Prosedur Pengembangan .................................................................... 46
3.5 Subjek Penelitian ................................................................................ 55
3.6 Jenis Data ............................................................................................ 56
3.7 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 57
3.8 Uji Coba Instrumen ............................................................................ 62
3.9 Teknik Analisis Data .......................................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 67
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 67
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 87
4.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 91
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 93
5.1. Simpulan........................................................................................... 93
5.2. Saran ................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 95
LAMPIRAN ....................................................................................................... 99
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Belajar Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2017/2018 ........................ 3
2.1 Pengelompokan Media Pembelajaran.................................................... 23
2.2 Kerangka Modul Dasar Pola ................................................................. 37
3.1 Hasil Uji Validitas.................................................................................. 64
3.2 Reliabelitas Instrumen............................................................................ 65
3.3 Penilaian Persentase............................................................................... 66
4.1 Kerangka Modul Dasar Pola.................................................................. 78
4.2 Saran Oleh Ahli...................................................................................... 81
4.3 Hasil Validasi Dalam Aspek Kriteria Pemilihan.................................... 82
4.4 Hasil Validasi Dalam Aspek Tampilan Cover Dan Materi.................... 82
4.5 Hasil Validasi Dalam Aspek Media Kualitas Materi............................. 83
4.6 Hasil Validasi Dalam Aspek Fungsi Dan Manfaat Media..................... 83
4.7 Hasil Validasi Dalam Aspek Karakteristik Modul Sebagai Media........ 84
4.8 Hasil Tanggapan Dalam Seluruh Aspek............................................... 84
4.9 Hasil Penilaian Siswa Dalam Aspek Fungsi Dan Manfaat Media......... 85
4.10 Hasil Penilaian Siswa Dalam Tampilan Cover Dan Materi................... 85
4.11 Hasil Penilaian Siswa Dalam Karakteristik Modul Sebagai Media....... 86
4.12 Hasil Penilaian Siswa Dalam Aspek Kriteria Pemilihan Media............ 86
4.13 Hasil Penilaian Siswa Dalam Aspek Kualitas Materi............................ 87
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerucut Edgar Dale...................................................................................... 21
2.2 Prosedur Pemilihan Media........................................................................... 22
2.3 Bagan Kerangka Pikir.................................................................................. 43
3.1 Alur Penelitian Penulis ................................................................................ 45
3.2 Langkah-langkah Metode R & D................................................................. 46
4.1 Desain Halaman Sampul Modul Dasar Pola................................................ 75
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Hasil validasi 7 ahli .................................................................................... 82
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Usulan Topik ............................................................................................... 100
2. Surat Tugas Dosen Pembimbing ................................................................. 101
3. Permohonan Ijin Observasi .......................................................................... 102
4. Dokumentasi Observasi .............................................................................. 103
5. Silabus ......................................................................................................... 105
6. RPP ............................................................................................................. 112
7. Kisi-kisi Instrumen ...................................................................................... 128
8. Lembar Validasi Oleh Guru Mata Pelajaran ............................................... 133
9. Lembar Validasi Oleh Ahli Media .............................................................. 138
10. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................................ 142
11. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 143
12. Modul .......................................................................................................... 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan telah diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan tentang Jalur,
Jenjang, dan Jenis Pendidikan berturut-turut dari pasal 13 hingga pasal 32.
Pendidikan yang bermutu secara konseptual terinci dalam tujuan pendidikan
nasional. Pendidikan yang berkualitas erat kaitanya dengan mutu lulusan dan
proses pembelajaran yang berkualitas. Untuk meningkatkan pendidikan bermutu,
maka salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan
pendidikan baik formal maupun nonformal.
Sekolah menengah Kejuruan tergolong ke pendidikan menengah
merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang memiliki 3
tingkatan kelas dengan pembagian program studi keahlian yang sesuai dengan
penjurusan pada SMK. Pembagian jurusan atau kompetensi keahlian yang
dilaksanakan di sekolah merupakan salah satu tujuan pendidikan menengah yang
termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 mengenai
peningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat
dan/melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Mewujudkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terdapat komponen
pembelajaran yang merupakan suatu sistem terdiri dari tujuan, materi/bahan ajar,
metode dan media, evaluasi, peserta didik, dan guru. Setiap sekolah memiliki
kompetensi yang berbeda sesuai dengan taraf yang menjadi kualifikasi sekolah
2
tersebut. Kualifikasi tersebut tentunya berbeda antara Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Pembinaan Pembangunan
Masyarakat (YPPM) Boja merupakan sekolah kejuruan yang berlokasi di Jalan
Raya Bebengan No.122 Boja, Kendal yang membuka beberapa kompetensi
keahlian diantaranya akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP), Busana
Butik (BB), dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).
Kurikulum yang digunakan di SMK YPPM Boja adalah kurikulum 2013
yang telah mengalami beberapa revisi hingga tahun 2017. Perubahan yang telah
dilakukan pada kurikulum tersebut diantaranya perubahan nama mata pelajaran
produktif “Pola Dasar” menjadi “Dasar Pola”. Kegiatan pembelajaran lebih
didominasi oleh ceramah guru di depan kelas. Sehingga guru belum mengetahui
kondisi yang terjadi selama proses demonstrasi didepan kelass. Metode yang
digunakan untuk belajar mengajar pada mata pelajaran Dasar Pola adalah metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan pemberian tugas. Media
pembelajaran yang digunakan yaitu whiteboard. Penyampaikan materi guru
menggunakan satu buku Panduan MGP (Modul Pembelajar Guru).
Peneliti mendapati dalam proses pembelajaran Dasar Pola beberapa siswa
tidak memperhatikan karena guru fokus terhadap pembelajaran menggunakan
whiteboard, siswa tidak menulis kutipan ataupun mengutip materi yang
disampaikan namun tidak lengkap, kendala pemberian tugas yang tidak
3
terselesaikan ketika pembelajaran juga dialami oleh siswa. Hasil belajar siswa
kelas X pada mata pelajaran Dasar Pola dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Hasil belajar Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2017/2018
X Busana Butik
Nilai Jumlah siswa
85-89 1
80-84 1
75-79 3
70-74 3
65-69 6
60-64 5
55-59 4
50-54 3
45-49 4
Sumber : Data Guru mata pelajaran Dasar Pola tahun 2017/2018
Tabel diatas dapat dibaca dan simpulkan bahwa rata-rata hasil belajar tingkat
keberhasilan yang belum memuaskan atau masih rendah dibawah standar
ketuntasan belajar minimal di SMK YPPM Boja yaitu 70.
Belum adanya modul atau buku pegangan/panduan belajar mandiri Dasar
Pola karenakan materi cenderung sulit untuk dipelajari pada siswa kelas X, yang
merupakan siswa yang baru lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Kesulitan
belajar tersebut dihadapi pada saat pemberian tugas yang harus dikerjakan
dirumah ataupun melanjutkan tugas yang belum seleai disekolah, sehingga siswa
perlu memiliki buku panduan agar dapat belajar secara terarah dan efisien.
Permasalahan dari uraian diatas, mendasari perlunya dilakukan penelitian
tentang “PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAJARAN DASAR POLA
KELAS X DI SMK YPPM BOJA” dengan harapan pengembangan media
belajar dapat meningkatkan mutu, memenuhi tujuan pembelajaran, serta
menyiapkan siswa dalam jenjang kelas yang lebih tinggi.
4
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang mungkin menjadi penyebab kurang optimalnya
pembelajaran mata pelajaran Dasar Pola kelas X Tata Busana di SMK YPPM
Boja diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Media yang ada (whiteboard) belum dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran sehingga dibutuhkan media baru yang diduga mampu
meningkatkan pemahaman siswa dalam pemenuhan media pembelajaran.
1.2.2 Modul pembelajaran untuk siswa belum ada khususnya dalam mata
pelajaran Dasar Pola di SMK YPPM Boja sebagai upaya untuk
meningkatkan pembelajaran yang belum optimal.
1.2.3 Minat dan tingkat pemahaman siswa yang bervariasi membutuhkan
penjelasan yang lebih demi tersampaikannya tujuan dari materi yang
dibelajarkan terhadap mata pelajaran Dasar Pola.
1.2.4 Siswa belum dapat mengerjakan dengan baik tugas dan mengikuti
pembelajaran yang telah di berikan oleh guru mata pelajaran, sebagai
upaya guru dalam melatih keterampilan dan pengetahuan peserta didik
mengenai materi yang telah diajarkan.
1.2.5 Mata pelajaran Dasar Pola merupakan mata pelajaran dasar dalam mata
pelajaran produktif, yang masih ada kaitannya dengan mata pelajaran
produktif lain di kelas XI, sehingga modul diduga mampu membantu
proses pembelajaran mandiri siswa.
5
1.3 Pembatasan Masalah
Pembahasan ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti
berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada. Adapun
permasalahan yang perlu dibatasi dalam penelitian ini antara lain :
1.3.1 Siswa SMK YPPM Boja kompetensi keahlian Tata Busana kelas X yang
sedang menempuh mata pelajaran Dasar Pola.
1.3.2 Modul mata pelajaran Dasar Pola di batasi pada materi teknik dan
menggambar pola dasar badan atas, badan bawah (rok), dan lengan secara
konstruksi dengan sistem pola praktis.
1.3.3 Pembahasan mata pelajaran Dasar Pola terkait dengan belum tercapainya
proses pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran, dan minat siswa kelas X
SMK YPPM Boja yang masih rendah.
1.3.4 Mata pelajaran Dasar Pola khususnya materi pola dasar masih ada
kaitannya dengan mata pelajaran produktif pada kelas XI.
1.3.5 Kelayakan media pembelajaran modul mata pelajaran Dasar Pola di
peroleh melalui validasi ahli materi, ahli media, pengguna ahli serta
tanggapan siswa.
1.3.6 Uji coba tanggapan media pembelajaran modul mata pelajaran Dasar Pola
dilakukan pada uji coba kelompok terbatas.
1.4 Rumusan Masalah
Pembahasan yang dapat disimpulkan berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
6
1.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan modul pada mata pelajaran Dasar
Pola di kelas X SMK YPPM Boja?
1.4.2 Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan modul mata pelajaran Dasar
Pola di kelas X SMK YPPM Boja?
1.4.3 Bagaimana tanggapan siswa terhadap modul mata pelajaran Dasar Pola di
kelas X SMK YPPM Boja?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.5.1 Mengetahui prosedur pengembangan modul pada mata pelajaran Dasar
Pola di kelas X SMK YPPM Boja.
1.5.2 Mengetahui kelayakan pengembangan modul mata pelajaran Dasar Pola di
kelas X SMK YPPM Boja.
1.5.3 Mengetahui tanggapan siswa terhadap pengembangan modul mata
pelajaran Dasar Pola di kelas X SMK YPPM Boja.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
baik secara teoritis maupun praktis setelah melakukan penelitian ini adalah:
1.6.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang media pembelajaran khususnya
modul dan bermanfaat untuk pengembangan media pembejaran pada mata
pelajaran Dasar Pola.
7
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis hasil penelitian ini memberikan masukan bagi SMK YPPM
Boja, bagi guru, serta bagi siswa.
1.6.2.1 Manfaat bagi SMK YPPM Boja
Memberikan informasi bagi sekolah mengenai modul pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa dan mencapai tujuan
dan hasil belajar.
1.6.2.2 Manfaat bagi pendidik
Modul sebagai salah satu alternatif atau masukan sebagai media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam penyampaian materi guna
mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan pencapaian proses belajar,
minat dan kerja mandiri siswa.
1.6.2.3 Manfaat bagi peserta didik
1.6.2.3.1 Dapat membantu peserta didik dalam menggambar pola.
1.6.2.3.2 Memberikan pengetahuan dan keterampilan membuat pola kepada
peserta didik untuk dapat menghasilkan busana yang pas dipakai.
1.6.2.3.3 Meningkatkan pencapaian proses belajar, minat, dan kerja mandiri
siswa.
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Penelitian ini menghasilkan modul pola dasar pada mata pelajaran Dasar
Pola di SMK YPPM Boja. Tampilan dan isi modul mata pelajaran Dasar Pola
dibuat lebih kreatif dan inovatif berupa pemilihan warna, penambahan gambar,
8
kejelasan penulisan dan materi dengan tujuan agar modul dapat menarik minat
dan memberi kemudahan siswa dalam belajar mandiri membuat pola dasar.
Bagian isi modul berisi materi pola konstruksi sistem praktis yang meliputi
teknik dan menggambar pola dasar badan, pola dasar lengan yang dilengkapi
dengan sejarah terjadinya lengan, dan pola dasar rok beserta macamnya.
Penambahan materi diawal modul mengenai pola mulai dari dasar terjadinya pola,
pengertian, kualitas, teknik pembuatan, kelebihan dan kelemahan pola, alat dan
bahan, teknik penggunaan penggaris pola, serta tanda-tanda garis pada pola
diberikan agar siswa yang baru lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama dan
baru mempelajari pola lebih paham dan jelas mengenai materi tersebut. Langkah
pembuatan pola disajikan secara sistematis dan jelas sehingga memudahkan siswa
dalam membuat pola dasar dengan sistem praktis.
Modul juga dilengkapi dengan glosarium yang dapat menambah wawasan
mengenai pola, rangkuman materi disetiap bab dalam modul, latihan soal pilihan
ganda untuk mengetahui pencapaian pengetahuan dan ketrampilan peserta didik
yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan, keluwesan, keberhasilan tujuan
yang telah dirumuskan secara efektif dan efisien dengan menggunakan kunci
jawaban sebagai alat mengevaluasi sendiri hasil belajar siswa untuk mengukur
kemampuan. Lembar kerja yang tercantum didalam modul Dasar Pola digunakan
sebagai lembaran untuk menjawab dan mengerjakan pertanyaan dari lembar
latihan yang tertera didalam modul. Lembar kerja berfungsi untuk memudahkan
siswa dan guru dalam meninjau kembali pekerjaan atau tugas yang telah diberikan
9
karena memiliki ruang dan penempatan yang strategis setelah lembar soal/latihan
keterampilan .
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.8.1 Asumsi
Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan modul mata pelajaran
Dasar Pola pada materi pola dasar adalah :
1. Tujuan pembelajaran diduga akan tercapai dan meningkat dengan baik
apabila tersedia modul yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
2. Siswa lebih termotivasi, tertarik, terbimbing, dan terkontrol arah belajarnya
dengan menggunakan modul sebagai pegangan siswa dalam proses
pembelajaran mandiri.
1.8.2 Keterbatasan Pengembangan
Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis memberi batasan pada:
1. Media pembelajaran dibuat berupa modul mata pelajaran Dasar Pola.
2. Materi yang dijadikan sebagai isi modul adalah materi pola dasar dengan
sistem praktis meliputi pola dasar badan, lengan dan rok.
3. Penelitian pengembangan dilakukan hanya sampai dengan validasi oleh ahli
materi, ahli media, pengguna ahli serta tanggapan siswa terhadap modul yang
telah dibuat.
1.9 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas terhadap elemen-elemen yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti
sehingga tidak menimbulkan kesalahan penafsiran.
10
1.9.1 Pengembangan
Pengembangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
mengembangkan suatu produk modul yang dibutuhkan karena belum ada dalam
proses pembelajaran yang diharapkan dan diduga mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran, minat, dan kerja mandiri siswa serta tercapainya tujuan
pembelajaran.
1.9.2 Modul
Modul yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah modul mata
pelajaran Dasar Pola. Sebuah modul yang didesain dengan kebutuhan dan
oerkembangan ilmu pengetahuan yang tidak hanya menyajikan konsep dan latihan
soal saja tetapi mampu merangsang keterampilan-keterampilan proses
penggunanya. Terkait pentingnya modul dalam membantu siswa dalam mengasah
keterampilan proses dalam belajar mandiri.
1.9.3 Mata Pelajaran Dasar Pola
Dasar Pola merupakan kelompok mata pelajaran C2 Dasar Progam
Keahlian Tata Busana, yang mana merupakan langkah awal yang paling mendasar
yang harus dikuasai bagi seseorang yang akan mempelajari menggambar pola,
baik pola dasar, maupun pola busana sesuai desain khususnya pola busana
wanita. Materi yang terdapat dalam mata pelajaran Dasar Pola semester genap
diantaranya (a) pola dasar badan atas; (b) pola dasar bawah(rok); (c) pola dasar
lengan; (d) macam-macam lipit pantas dan pemindahannya. Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 330 Tahun 2017 menyatakan bahwa
perubahan yang dilaksanakan pada kurikulum guna menyesuaikan kebutuhan
11
perkembangan dunia untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dan
pemenuhan tuntutan dunia kerja dan dunia industri.
1.9.4 Kelas X Tata Busana di SMK YPPM Boja
Sumber daya manusia yang menjadi objek penelitian ditujukan pada siswa
kelas X Tata Busana tahun ajaran 2017/2018 yang sedang menempuh mata
pelajaran Dasar Pola. Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Pembinaan
Pembangunan Masyarakat Boja merupakan sekolah kejuruan yang berlokasi di
Jalan Raya Bebengan No.122 Boja, Kendal dengan memiliki beberapa pilihan
bidang keahlian diantaranya akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP),
Busana Butik (BB), dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) yang menunjukan
lokasi penelitian akan dilaksanakan dalam menyusun skripsi penulis.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Deskripsi Teoritik
Pembahasan ini berupa teori yang berisi mengenai penjabaran dari teori-
teori yang relevan dengan penelitian dapat berupa konsep-konsep, variabel serta
definisinya serta asumsi-asumsi dan hubungan antar variabel yang sesuai dengan
judul penelitian yang dapat memperjelas judul penelitian yang dilakukan (Tim
penyusun buku pedoman penulisaan skripsi/TA, 2017: 19).
2.1.1 Tinjauan tentang Belajar
Sarbiran dikutib Jatirahayu (2013: 48) secara operasional, pendidikan
bermutu memiliki lima indikator diantaranya akuntabilitas, akreditasi, otonomi,
evaluasi, dan managemen.Widiartini (2012: 190) menyatakan bahwa untuk
mencapai tujuan pendidikan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah
membekali peserta didik dengan pendidikan keterampilan, yang mana dapat
dilaksanakan sepanjang hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Belajar adalah suatu proses perubahan yang mengandung tiga unsur utama
yaitu berkaitan dengan perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku yang
didahului oleh proses pengalaman, dan perubahan perilaku bersifat relatif
permanen (Rifa’i & Anni, 2012: 66-68). Batthish et al., (2013: 2) menyatakan
bahwa the aim of the present study was to perform a needs assessment of core
pediatric residents who will potentially be using to further understand their
acceptability and requirements of this it educational tool. Pernyataan tersebut
13
memiliki makna belajar adalah tampilan yang menunjukan penilaian masyarakat
yang akan berpotensi dapat digunakan lebih lanjut yang dapat diterima dan
keperluan sebagai alat pendidikan yang lain.
Adapun unsur-unsur belajar menurut Gagne dikutib oleh Rifa’i & Anni
(2012: 68) adalah: (a) Pembelajar dapat berupa peserta didik, warga belajar, dan
peserta pelatihan; (b) Rangsangan (stimulus) merupakan peristiwa yang
merangsang pengindraan pembelajar; (c) Memori, berisi berbagai kemampuan
yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas
belajar sebelumnya; (d) Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari
aktualisasi memori. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah
pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan
kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha atau kegiatan yang dilakukan seseorang, untuk memperoleh
perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengetahuan, pengalaman, keterampilan,
dan sikap dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.2 Tinjauan tentang Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 20 adalah proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Briggs dikutib oleh
Rifa’i dan Anni (2012: 157) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat
14
peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu
memperoleh kemudahan. Keberhasilan proses belajar mengajar antara lain
dipengaruhi oleh kesesuaian, pengemasan antara materi pelajaran dan tingkat
kemampuan guru, tingkat berfikir siswa (Nuroso dan Siswanto, 2010: 35).Leong,
C et al., (2014: 1) menyatakan findings from, this study will be used to improve
exciting modules and evaluation methods. Dapat diartikan bahwa modul dapat
digunakan untuk memperbaiki cara belajar dan metode evaluasi.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, berupa
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan
itu dengan di dapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama dan karena adanya usaha.
2.1.2.2 Komponen Pembelajaran
Idealnya suatu keberhasilan program pembelajaran jika siswa yang
telah melalui suatu proses pembelajaran memiliki penguasaan sesuai
tujuan yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Komponen-
komponen pembelajaran menurut Rifa’i dan Anni (2012: 159) terdiri dari
tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media, dan
penunjang.
1. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menurut Rifa’i & Anni (2012: 159) merupakan tujuan
yang secara eksplisit di upayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran
adalah instructional effect biasanya itu berupa pengetahuan, dan keterampilan atau
15
sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran kelas (TPK)
semakin spesifik dan operasional. TPK dirumuskan akan mempermudah dalam
menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat. Maka tujuan pembelajaran ranah
afektif akan lebih memungkinkan dicapai melalui efek pengiring. Keberhasilan
kompetensi yang telah ditetapkan dibuktikan dengan kemampuan peserta didik
melakukan kegiatan dalam mengerjakan soal dan tugas yang dapat diukur melalui
prestasi belajar siswa (Widihastuti, 2007: 238). Untuk mencapai kualitas lulusan
(output) perlu adanya sistem dan prosedur penjaminan yang jelas proses
penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran disekolah (Kurniawan, 2014: 197).
2. Subyek belajar
Pendidikan memerlukan siswa untuk menjaga pikiran dengan hal positif,
inovatif dan memecahkan masalah dengan bebas (Surindra, Widyaningrum,
Zulistiani, 2016: 94). Siswa merupakan seseorang yang mengikuti suatu progam
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dibawah bimbingan
mentor, guru, ataupun instruktur. Siswa merupakan subyek pembelajaran, maka
tujuan pembelajaran ditunjukan pada siswa sehingga guru harus tahu keadaan
siswa. Leonard et.al., 2012: 1 menyatakan bahwa student have difficulty
remembering and applying the foundational material. Pernyataan tersebut berarti
siswa memiliki kesulitan mengingat dan menerapkan materi dasar.
Fatikhah dan Nurma (2015: 47) mengemukakan bahwa pendidik hendaknya
mengetahui pola pikir dan karakter psikologi peserta didik agar mampu memberi
pengarahan yang sesuai usia. Beberapa hal yang harus dilakukan seperti
mengkondisikan lingkungan belajar sehingga pembelajaran menjadi
16
menyenangkan, membawa peserta didik aktif mengikuti pembelajaran,
memanfaatkan komponen-komponen pembelajaran dengan baik, mendesain
strategi, metode mengajar sehingga sesuai dengan karakteristik siswa, serta
menggunakan media yang tepat (Yuwono dan Suprapto, 2011: 23-24).
3. Materi pelajaran
Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari
kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara
sistematis dan didiskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap
intensitas proses pembelajaran.
4. Strategi pembelajaran.
Puspita (2015: 58) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pola
umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik perlu memilih penerapan strategi
pembelajaran diantaranya, model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang
sesuai, dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode
pembelajaran. Bentuk strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
membagi modul yang terdiri dari beberapa sub kompetensi (Hartoyo, 2009: 66).
Masing-masing individu dapat menyesuaikan kemampuan, motivasi, kecerdasan,
dan bakat yang dimiliki. Mulyadi (2016: 6) menyebutkan penilaian penampilan
guru dibutuhkan untuk jaminan proses kualifikasi belajar dalam semua jenjang
pendidikan. Menentukan strategi pembelajaran yang tepat pendidik dapat
melakukannya dengan mempertimbangkan tujuan, karakteristik peserta didik,
17
materi pelajaran, dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat
berfungsi maksimal. Munadi dikutib Ahmadi (2017:129) menyatakan setiap orang
memiliki sel saraf penghambat dan merupakan sel khusus yang berfungsi
memfokuskan perhatian pada rangsangan yang dianggap menarik dan membuang
rangsangan yang lain.
5. Media pembelajaran
Sholikhah (2017: 10) mengemukakan bahwa hakekatnya proses belajar
mengajar merupakan proses komunikasi penyampaian pesan dari sumber pesan
ke penerima dengan menggunakan media. Media pembelajaran merupakan segala
bentuk baik berupa manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
tertentu sebagai sarana perantara dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran yang memiliki manfaat. Martubi (2009: 89)
menyatakan media berperan sebagai teknologi pembawa pesan berupa informasi
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran atau secara fisik untuk
menyiapkan isi/materi pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran membantu
guru untuk menghindari terjadinya verbalisme dalam metode ceramah yang
cenderung monoton. Penggunaan media pembelajaran secara umum terbukti
meningkatkan kualitas pengajaran.
6. Penunjang
Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah
fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, evaluasi, dan
semacamya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi, dan
mempermudah terjadinya proses pembelajaran, faktor-faktor, pendekatan dan
18
strategi pembelajaran (Rifa’i dan Anni, 2012: 161). Evaluasi bukan saja berfungsi
untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga
berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran. Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru harus memiliki kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
2.1.3 Tinjauan tentang Media Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran menurut Asyhar (2011: 8) adalah segala sesuatu yang
dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana,
sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Rifa’i & Anni (2012: 161) mengemukakan bahwa media pembelajaran
merupakan alat yang digunakan pendidik membantu penyampaian pesan
pembelajaran. Penggunaan media belajar yang seharusnya memerlukan waktu
panjang dapat direduksi dan pembelajaran dapat diulang kembali sesuai dengan
kebutuhan peserta didik (Mustholiq, Sukir, Chandra, 2007: 6).
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat
yang digunakan guru untuk menyampaikan sebuah materi pembelajaran kepada
siswa, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan minat siswa.
19
2.1.3.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran menurut Asyhar (2011: 29) adalah sebagai
berikut: (a) Media sebagai sumber belajar; (b) Media sebagai fungsi semantik; (c)
Media sebagai fungsi manipulatif; (d) Media sebagai fungsi fiksatif; (e) Media
sebagai fungsi distributif; (f) Media sebagai fungsi psikologis; (g) Media sebagai
fungsi sosio-kultural.
Manfaat media menurut Asyhar (2011: 41) yaitu: (a) Memperluas cakrawala
sajian materi pembelajaran; b) Memperoleh pengalaman beragam selama proses
pembelajaran; (c) Memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung
kepada peserta didik; (d) Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit
diadakan, dikunjungi, atau dilihat oleh peserta didik; (e) Memberikan informasi
yang akurat dan terbaru; (f) Media dapat menambah kemenarikan tampilan materi
sehingga meningkatkan motivasi dan minat peserta didik; (g) Dapat merangsang
siswa untuk berfikir kritis; (h) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran; (i)
Memecahkan masalah pendidikan atau pembelajaran dikelas. Fungsi media
pembelajaran yang utama adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru.
2.1.3.3 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Asyhar (2011: 81-82) menjelaskan pemilihan media agar tepat sasaran
harus cermat dan pertimbangan yang matang berdasarkan kriteria: (a) Jelas dan
rapi; (b) Bersih dan menarik; (c) Cocok dengan sasaran; (d) Relevan dengan
topik yang diajarkan; (e) Sesuai dengan tujuan pembelajaran; (f) Praktis,
20
luwes, dan tahan; (g) Berkualitas baik; (h) Ukuranya sesuai dengan lingkungan
belajar.
2.1.3.4 Prinsip – prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihannya adalah media digunakan
dan diarahkan untuk mempermudah siswa dalam upaya memahami materi
pelajaran. Asyhar (2011: 82-85) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa prinsip
yang dapat digunakan dalam pemilihan media antara lain: 1) kesesuaian, 2)
kejelasan sajian, 3) kemudahan akses, 4) keterjangkauan, 5) ketersediaan, 6)
kualitas, 7) ada alternatif, 8) interaktifitas, 9) organisasi, 10) kebaruan.
2.1.3.5 Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran
menurut Asyhar (2011:18-25) yaitu :
1. Landasan empiris, menjelaskan bahwa dalam pemilihan media pembelajaran
hendaknya mempertimbangkan kesesuaian karakteristik belajar dengan materi
serta medianya, karena terdapat temuan bahwa terdapat interaksi antara
penggunaannya dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan proses belajar
siswa sehingga siswa akan mendapat keuntungan apabila menggunakan media
yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
2. Landasan teknologis, menjelaskan bahwa teknologi pembelajaran merupakan
proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan
organisasi untuk menganalis masalah, mencari cara pemecahannya,
melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah dalam situasi
dimana kegiatan belajar mempunyai tujuan dan terkontrol.
21
3. Landasan psikologis, menjelaskan bahwa perbandingan perolehan pencapaian
proses belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol
perbedaannya. Konkrit dan abstrak ini ditunjukkan dalam Dale Cone Of
Experience.
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
( Edgar Dale dalam Asyhar, 2011 : 49)
Dapat dijelaskan bahwa jejang pengalaman belajar yang paling konkret
diletakan pada dasar kerucut, dan semakin kepuncak kerucut pengalaman yang
didapat semakin abstrak. Pengalaman belajar dengan hanya menggunakan simbol
verbal saja, tingkat konkretisitasnya lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan
simbol visual. Pembelajaran yang paling konkret adalah pengalaman langsung
atau observasi ke lapangan/lokasi. Sehingga, penggunaan media real object
adalah paling efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
22
2.1.3.6 Prosedure Pemilihan Media Pembelajaran
Media sangat beragam dan jumlah yang banyak, oleh karena itu para
pengguna harus memilih jenis dan format terlebih dahulu. Adapun langkah-
langkah prosedure pemilihan media secara umum:
Gambar 2.2 Prosedur Pemilihan Media
( Asyhar, 2011: 85)
2.1.3.2 Macam-macam Media Pembelajaran
Prinsip utama dalam memilih harus didasarkan pada kemampuan media
tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Adapun
pengelompokan media pembelajaran sebagai berikut:
Analisis
Kebutuhan
Identifikasi karakter
siswa
Telaah tujuan
pembelajaran
Telaah materi
ajar
Jenis media yang
sesuai kebutuhan
Memilih media
Menetapkan
pilihan media
Ketersediaan
Kemampuan
pengguna
Fasilitas
pendukung
Biaya
23
Tabel 2.1 Pengelompokan Media Pembelajaran
Jenis Media Contoh dalam pembelajaran
1. Media Visual a. Buku
b. Jurnal
c. Poster
d. Globe
e. Modul
2. Media audio a. Tape recorder
b. Radio
c. CD
3. Media audio-visual a. Film
b. Video
c. Siaran Tv
4. Multimedia a. Presentasi power point
5. Media berdasarkan bentuk dan ciri fisik a. Media dua dimensi (grafik, bagan, papan
tulis,foto)
b. Media tiga dimensi (prototipe, meja, kursi)
c. Media pandang diam (gambar)
d. Media pandang gerak (film)
6. Media berdasarkan pengalaman belajar a. Verbal (bahan cetak, siaran radio)
b. Media nyata (hutan, sentra produksi)
c. Media tiruan (prototipe)
7. Media berdasarkan unsur pokok a. Audio (siaran radio, CD)
b. Cetak (buku,modul,leaflet)
c. Audio-cetak (kaset )
d. Proyeksi visual diam (OHT, film bingkai)
e. Proyeksi audio visual diam (film bingkai
slide bersuara)
f. Visual gerak (film bisu)
g. Obyek fisik(model)
h. Manusia dan lingkungan (guru,
pustakawan)
i. Komputer
8. Media berdasarkan penggunaan a. Jumlah pengguna
Individual peserta didik
(kelas/laboratorium, media oto-instrusif,
kotak unit pengajaran)
Berkelompok kelas
(film,mediaproyeksi)
Secara massal (televisi, radio
b. Cara penggunaan
Media tradisional/konvensional (karton,
bambu)
Media modern/kompleks (ruang kelas
otomatis, sistem proyeksi berganda,
sistem interkomunikasi)
Sumber: Asyhar (2011: 46-52)
24
2.1.4 Tinjauan tentang Modul
2.1.4.1 Pengertian Modul
Modul menurut Daryanto (2013: 9) merupakan sebuah bahan ajar yang
disusun secara utuh dan sistematis serta memuat seperangkat pembelajaran yang
terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan
pembelajaran. Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat
dipelajari secara mandiri oleh peserta didik. Sugiyarningsih (2015: 2) menyatakan
modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena didalamnya telah
dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Pernyataan tersebut juga dipertegas
oleh Dewi, Rahmadana, Dalimunthe (2016: 114) bahwa segala aspek dalam isi
dan materi yang dirancang dalam modul telah disesuaikan kaidah dan kriteria
ilmiah, modul juga dapat digunakan dan diimplementasikan dalam diskusi dalam
teman sebaya. Modul disebut media untuk belajar mandiri karena di dalamnya
telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri (Direktorat Tenaga Kependidikan,
2008: 3).
Direktorat Tenaga Pendidikan (2008) menyatakan modul merupakan
jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu para
siswa secara individu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Modul dipandang
sebagai paket progam pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang
berisi tujuan, bahan ajar, metode, alat atau media, serta sumber belajar dan
sistem evaluasi. Materi modul harus dimulai dari hal yang sifatnya sederhana ke
hal yang sifatnya kompleks (Suryanto dan Hendriyanto, 2017: 42-43)
25
Modul menurut Prastowo (2011: 106) adalah sebuah bahan ajar yang disusun
secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai
tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri dengan
bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Lin et al., (2012: 263)
menyatakan bahwa a module is a fundamental unit forming with highly connected
and often possesses spesific functions. Pernyataan tersebut dapat diartikan modul
merupakan sebuah unit dasar yang di bentuk dengan koneksi tinggi dan sering
memiliki fungsi khusus. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang
dikemas secara utuh dan sistematis, yang didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan bertujuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Daryanto, 2013: 9).
Pengguna modul diharapkan mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan
nya terhadap materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul, sehingga apabila
telah menguasainya, maka peserta didik dapat melanjutkan ke tingkat selanjutnya.
2.1.4.2 Fungsi dan Tujuan Modul
Terdapat beberapa fungsi modul menurut (Prastowo 2011: 107-108)
diantaranya: a) Bahan ajar mandiri; b) Pengganti fungsi pendidik; c) Sebagai alat
evaluasi; d) Sebagai bahan rujukan. Modul dapat membantu sekolah dalam
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas (Widyaningrum,et.al., 2013: 103).
Oleh sebab itu, modul juga diharapkan dapat memberikan petunjuk belajar bagi
peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Dengan modul peserta didik dapat
belajar lebih terarah dan sistematis. Peserta didik diharapkan dapat menguasai
kompetensi yang dituntut oleh kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Fungsi
26
modul menurut liu, et al., (2015: 2) diantaranya collectively, our functional
module-based strategy, not only help to explore those underlying mechanisms....,
but also provide to further design their researches. Diartikan bahwa secara
bersamaan, fungsi modul-strategi dasar, tidak hanya membantu pemeriksaan
mekanisme..., tetapi juga menyediakan desain penelitian lebih lanjut.
Tujuan pengajaran modul menurut Prastowo (2011: 108-109) diantaranya a)
Agar peserta didik dapat belajar mandiri; b) Agar peran pendidik tidak terlalu
dominan; c) Melatih kejujuran peserta didik; d) Mengakomodasi tingkat
kecepatan dan tingkat belajar; e) Mampu mengukur tingkat penguasaan materi.
Sementara itu modul juga dapat mengatasi keterbatasaan waktu, ruang, dan daya
indra siswa, serta dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut
kecepatan masing-masing peserta didik (Pratiwi, et.al., 2016: 201).
Modul memiliki berbagai manfaat di tinjau dari kepentingan siswa dan guru.
Modul memiliki manfaat untuk siswa diantaranya (a) Siswa mampu
membelajarkan diri sendiri sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan
dalam berinteraksi langsung dengan modul sebagai sumber belajar maupun
dengan lingkungan; (b) Siswa dapat mengapresiasikan cara belajar sesuai dengan
kemampuan dan minatnya; (c) Siswa dapat melatih diri dengan belajar mandiri;
(d) Siswa dapat mengerjakan soal latihan yang disajikan dalam modul sebagai
upaya dalam melatih dan mengukur kemampuannya; (e) Belajar menjadi lebih
berinovasi karena modul dapat di pelajari dimanapun tempatnya, baik di luar
ruang kelas dan di dalam kelas.
27
Keberadaan modul di rasakan manfaatnya oleh guru karena: (a) Menambah
khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis modul; (b) Memperluas
wawasan karena di buat dengan berbagai referensi; (c) Membangun komunikasi
yang efektif karena pembelajaran tidak harus dilaksanakan secara tatap muka; (d)
mengetasi keterbatasan ruang dan waktu dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jawani (2018: 79) mengenai
pengembangan modul menjelaskan bahwa penggunaan modul efektif dan dapat
meningkatkan minat, hasil belajar siswa, serta memperoleh respon sangat layak
oleh siswa. Penelitian lain mengenai modul menyimpulkan bahwa penggunaan
modul sebagai media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk belajar
mandiri sesuai kecepatannya masing-masing, karena peserta didik dapat
mengulang materi sendiri dalam modul, faktor yang mempengaruhi besarnya
efektivitas yaitu kemauan dan kemampuan peserta didik serta perbedaan daya
tangkap dari masing-masing peserta didik (Ermalena, 2016 :78).
2.1.4.3. Elemen Mutu Modul
Untuk menciptakan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi
dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan
dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang mensyaratkannya
(Daryanto 2013: 13), yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi
kosong, dan konsistensi.
1. Format
a. Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
b. Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal).
28
c. Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus.
2. Organisasi
a. Tampilkan peta/ bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas dalam modul.
b. Organisasi isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahami materi
pembelajaran.
c. Susunan dan penempatan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa,
sehingga informasi mudah dimengerti oleh peserta didik.
d. Organisasikan antar bab, antar unit, dan antar paragraf dengan susunan dan
alur yang memudahkan peserta didik memahami isi modul.
e. Organisasikan antar judul, sub judul, dan uraian yang mudah diikuti oleh
peserta didik.
3. Daya tarik
a. Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna, gambar
(ilustrasi), bentuk, dan ukuran huruf yang serasi.
b. Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
gambar atau ilustrasi, perncetakan huruf tebal, miring, garis bawah, atau
warna.
c. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik
29
4. Bentuk dan ukuran huruf
a. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum peserta didik.
b. Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul, dan isi
naskah.
c. Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat
proses membaca menjadi sulit
5. Spasi kosong
Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambah catatan penting dan
memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik. Gunakan spasi atau ruang
kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul.
Dapat dilakukan di beberapa tempat seperti:
a. Ruangan sekitar judul bab dan sub bab.
b. Batas tepi (margin), batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta didik
untuk masuk ke tengah-tengah halaman.
c. Spasi antar kolom, semakin lebar kolomnya semakin luas spasi diantaranya.
d. Pergantian antar paragraf dimulai dengan huruf kapital.
e. Pergantian antar bab atau bagian.
6. Konsistensi
a. Gunakan bentuk dan huruf secara konsistensi dari halaman ke halaman.
Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan
ukuran huruf yang terlalu banyak variasi.
b. Gunakan jarak spasi konsisten.
30
c. Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun
margin/ batas-batas pengetikan.
2.1.4.4. Karakteristik Modul
Daryanto (2013: 9) menyatakan bahwa untuk menghasilkan model yang
mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus
memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Karakteristik modul
menurut Daryanto (2013: 9) adalah:
a. Self intruction
Self intruction merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter
tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung
pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self intruction, maka modul harus
memenuhi beberapa kriteria seperti:
1. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas.
3. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi
pembelajaran.
4. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan siswa.
5. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
konteks kegiatan dan lingkungan siswa.
31
b. Self contained
Self contained adalah keseluruhan materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul. Tujuan dari self contained adalah memberikan kesempatan
peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi
belajar dikemas kedalam satu-kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi, kompetensi dasar,
harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar
kompetensi/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.
c. Stand alone (berdiri sendiri)
Merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan
ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/
media lain. Peserta didik menggunakan modul tidak perlu bahan ajar yang lain
untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta
didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang
berdiri sendiri.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel,
luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).
32
e. User friendly (bersahat/akrab)
Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat
akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil
bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan
bahasa yang sederhana, mudah, dimengerti, serta menggunakan istilah yang
umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly. Hal tersebut
berkaitan dengan tingkat pemahaman dan ketertarikan peserta didik yang
bervariasi dalam menggunakan modul.
2.1.4.5 Unsur-unsur Modul
Adapun unsur-unsur dalam modul sebagaimana dikemukakan oleh
Vembriarto dikutib oleh Prastowo (2011: 114-118) terdapat tujuh unsur antara
lain: (1) Tujuan instruksional khusus, dirumuskan secara eksplisit dan spesifik
atau tujuan instruksional khusus. Tujuan belajar tersebut dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa; (2) Petunjuk dasar, memuat penjelasan tentang
bagaimana pembelajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien, kegiatan yang
harus dilakukan dikelas, waktu yang disediakan untuk pelaksanaan modul, media,
dan sumber yang akan digunakan, prosedur evaluasi, dan jenis alat evaluasi; (3)
Lembar kegiatan, memuat materi dalam pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa;
(4) Lembar latihan bagi siswa, memuat pertanyaan-pertanyaan dan masalah-
masalah yang harus dijawab dan dipecahkan siswa; (5) Rangkuman, memuat
ringkasan materi untuk memantapkan pemahaman tentang materi yang diajarkan
kepada siswa; (6) Lembar evaluasi, mempunyai fungsi sebagai alat evaluasi yang
33
digunakan untuk mengukur keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah
dirumuskan oleh pendidik dalam modul pembelajaran; (7) Kunci jawaban tes
formatif, digunakan untuk mencocokan hasil tes formatif yang mana mempunyai
fungsi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah di miliki siswa.
2.1.4.6. Kelebihan dan Kelemahan Modul
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan modul yang dikemukakan oleh
Vembriarto, dikutip Arsyad (2007: 162). Adapun kelebihan menggunakan modul
dalam proses belajar mengajar antara lain: (a) Mengatasi keterbatasan waktu,
ruang, dan daya indra, baik siswa maupun guru; (b) Dapat digunakan secara tepat
dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi atau gairah belajar,
mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan
belajar; (c) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya; (d) Siswa lebih aktif belajar, (e) Guru dapat berperan sebagai
pembimbing, bukan semata-mata sebagai pengajar.
Kelemahan penggunaan modul dalam proses pembelajaran sebagaimana yang
dikemukan oleh Vembriarto dikutib oleh Arsyad (2007: 163) antara lain: a)
Kesukaran pada siswa tidak segera dibatasi; b) Tidak semua siswa dapat belajar
sendiri, melainkan membutuhkan bantuan guru; c) Tidak semua bahan dapat
dimodulkan dan tidak semua guru mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran
menggunakan modul; d) Kesukaran penyiapan bahan dan memerlukan banyak
biaya dalam pembuatan modul; e) Adanya kecenderungan siswa untuk tidak
mempelajari modul secara baik.
34
2.1.4.7. Prosedur Penyusunan Modul
Penulisan modul menurut Daryanto (2013: 16) dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP
untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peseta didik dalam
mempelajari kompetensi yang telah diprogamkan. Tujuan dari analisis kebutuhan
modul adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul
yang harus dikembangkan dalam satu satuan progam tertentu. Analisis kebutuhan
modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
a. Tetapkan satuan progam yang akan dijadikan batas/lingkup kegiatan.
b. Periksa apakah sudah ada progam atau rambu-rambu operasional untuk
pelaksanaan progam tersebut.
c. Identifikasi dan analisis standar kompetensi yang dipelajari, sehingga diperoleh
materi pembelajaran yang perlu dipelajari untuk menguasai standar kompetensi
tersebut.
d. Selanjutnya, susunan dan organisasi satuan atau unit bahan belajar yang dapat
mewadahi materi-materi tersebut.
e. Dari daftar satuan atau unit modul yang dibutuhkan tersebut, identifikasi mana
yang sudah ada dan yang belum ada/tersedia.
f. Lakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhannya.
35
2. Desain
Desain modul dalam hal ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah disusun oleh guru. RPP memuat strategi pembelajaran dan media yang
digunakan, garis besar materi pembelajaran, dan metode penilaian serta
perangkatnya. Penulisan modul belajar diawali dengan menyusun buram atau
draf/konsep modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram sampai
dengan selesainya proses validasi dan uji coba. Apabila proses tersebut
dinyatakan layak, maka modul dapat diimplementasikan secara riil dilapangan.
3. Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur
yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media, dan lingkungan belajar
yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
4. Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul.
Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam
modul. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.
5. Evaluasi dan validasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi
pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesui dengan desain
36
pengembangannya. Evaluasi bersifat objektif, artinya ditujukan antara guru dan
peserta didik sesuai dengan karakteristik modul.
Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan
kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif
untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul
dinyatakan valid (sahih). Validasi dapat dilakukan dengan meminta bantuan ahli
yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Apabila tidak ada ahli, maka dapat
dilakukan oleh sejumlah guru yang mengajar pada bidang yang sesuai dengan
kompetensi tersebut.
6. Jaminan kualitas
Untuk menjamin kualitas, maka selama proses pembuatannya perlu dipantau
untuk meyakinkan bahwa modul telah disusun sesuai dengan desain yang
ditetapkan. Sama halnya pula, modul yang dihasilkan perlu diuji apakah telah
memenuhi setiap elemen mutu yang berpengaruh terhadap kualitas modul.
2.1.4.8. Penulisan Modul
1. Kerangka Modul
Sebaiknya dalam pengembangan modul dipilih struktur atau kerangka yang
sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada
(Daryanto, 2013: 26). Kerangka modul dibuat dan dirancang untuk memudahkan
dalam menyusun modul. Kerangka modul yang akan digunakan dalam penelitian
pengembangan sebagai berikut:
37
Tabel 2.2 Kerangka Modul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Peta Kedudukan Modul
Glosarium
I. PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
B. Deskripsi
C. Waktu
D. Prasyarat
E. Petunjuk Penggunaan Modul
F. Tujuan Akhir
G. Cek Penguasaan Satandar Kompetensi
II. PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran 1
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
6. Lembar Kerja Praktek
B. Pembelajaran 2
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
6. Lembar Kerja Praktek
III. EVALUASI
2.1. Tes Kognitif
2.2. Tes Psikomotor
2.3. Penilaian Sikap
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Daryanto (2013: 25)
2.1.5 Tinjauan tentang Mata Pelajaran Dasar Pola
2.1.5.1 Mata Pelajaran Dasar Pola
Pembelajaran produktif di SMK YPPM Boja kelas X jurusan Tata Busana
meliputi: Dasar Teknologi Menjahit, Dasar Pola, Dasar Desain, dan Pengetahuan
Tekstil. Dasar Pola merupakan salah satu mata pelajaran produktif dengan
kompetensi dasar (1) Teknik pembuatan pola dasar konstruksi; (2) Membuat pola
dasar badan atas teknik konstruksi; (3) Teknik pembuatan pola dasar lengan; (4)
38
Membuat pola dasar lengan; (5) Teknik membuat pola dasar rok secara
konstruksi; (6) Membuat pola dasar rok. Persepsi tentang pembelajaran membuat
pola busana adalah bagaimana seseorang (siswa) memberi pendapat dan kesan
terhadap pembelajaran membuat pola (Harmaida, 2012: 4).Membuat pola busana
dengan teknik konstruksi (Pattern Making) merupakan kompetensi produktif yang
diajarkan di SMK. Porrie dikutib Ningsih (2012) mengemukakan bahwa
konstruksi pola busana adalah salah satu mata pelajaran dibidang studi Tata
Busana yang merupakan inti dari bagian pengetahuan tentang pembuatan pola,
tanpa pola, pembuatan busana dapat dilaksanakan tetapi kup dari busana tersebut
tidak akan memperlihatkan bentuk feminim seseorang. Pola merupakan salah satu
bagian penting dalam membuat busana, yang merupakan perwujudan suatu
busana dari desain, dibutuhkan pola sebagai dasar untuk memotong bahan yang
akan dijahit sesuai dengan model yang diinginkan (Hadijah, Kustono, Sudjimat,
2013: 41). Harapan dengan adanya pola yang sesuai, pembuatan busana menjadi
lebih mudah dan terarah sehingga hasilnya sesuai dengan yang dikehendaki
(Raharjo, Arieshanti, Suciati, 2015: 6).
Kurikulum mencakup empat aspek kompetensi yang meliputi (1) Aspek
kompetensi sikap spiritual; (2) Sikap sosial; (3) Pengetahuan; dan (4)
Keterampilan. Aspek-aspek kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan
karakter peserta didik lebih lanjut.
39
2.1.5.2 Tujuan Mata Pelajaran Dasar Pola
Karmila (2015: 3) mengemukakan bahwa untuk menciptakan SDM yang
handal, salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pendidikan formal, karena
pendidikan mendorong memaksimalkan potensi untuk dapat bersikap kritis, logis
dan inovatif dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.Sukmawaty
(2016: 220) menyebutkan bahwa SMK sebagai lembaga pendidikan yang
menyiapkan tenaga keja, tidak hanya terfokus pada penyiapan siswa dalam
mengisi lapangan kerja di bidang industri akan tetapi dalam sektor informal
maupun mandiri (wirausaha).
Tujuan mata pelajaran tertera dalam silabus yang digunakan oleh setiap
satuan pendidikan tujuan yang akan dicapai dalam mata pelajaran Dasar Pola ini
adalah siswa diharapkan dapat : (1) Mengetahui mengenai pola dasar (pengertian,
fungsi, kualitas, teknik pola); (2) Mengetahui sistem pembuatan pola konstruksi;
(3) Mengetahui alat dan bahan menggambar pola dasar; (4) Membedakan fungsi
alat menggambar pola dasar; (5) Mengetahui teknik penggunaan alat menggambar
pola; (6) Menggunakan alat membuat pola dasar dengan baik dan benar sesuai
dengan fungsinya; (7) Menggambar pola dasar badan atas muka dan belakang
secara konstruksi dengan skala 1:4; (8) Mengetahui dasar terjadinya lengan; (9)
Menggambar pola dasar lengan secara konstruksi dengan skala 1:4; (10)
Menggambar pola dasar rok muka dan belakang secara konstruksi dengan skala.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengembangan media pembelajaran
modul dapat dilihat dari penelitian berikut ini:
40
1. Penelitian skripsi Ika Madya Ratri (2016) yang berjudul Perbandingan Hasil
Pembuatan Lengan Draperi Menggunakan Pola Sistem Draping Dan Pola
Sistem.
Hasil lengan draperi yang dikerjakan dengan pola praktis lebih tepat ukuran
jika dibandingkan dengan pola draping didukung oleh jatuh kerung lengan
badan pola draping dan praktis tepat pada badan,tinggi puncak lengan baik pola
draping maupun praktis tepat ukuran, kesimetrisan antara lengan kanan dan kiri
yang menggunakan pola draping kurang tepat, kesesuaian hasil dengan desain
lengan draperi ada yang beberapa kurang tepat dan hasil lengan draperi jika
dilihat secara keseluruhan tampak lebih sesuai pola praktisjika dilihat dari
ukuran.
Hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni berdasarkan saran
penelitian tersebut hasil pembuatan pola praktis tidak kalah bagus dengan pola
draping, hal tersebut didukung dengan hasil penelitiannya.
2. Penelitian skripsi Istia Alif Fanti (2012) yang berjudul Efektivitas Media
Pembelajaran Dengan Adobe Flash Dalam Model Pembelajaran Langsung
Untuk Pencapaian Unjuk Kerja Pembuatan Pola Dasar Badan Wanita Di SMK
N 6 Yogjakarta.
Hasil penelitian berupa siswa lebih senang dalam proses pembelajaran
membuat pola dasar badan wanita menggunakan media pembelajaran Adobe
Flash karena dengan menggunakan media pembelajaran Adobe Flash, siswa
menjadi lebih paham akan materi yang diberikan oleh guru. Siswa lebih tertarik
dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena media yang digunakan
41
menjelaskan langkah-langkah pembuatan pola dasar badan wanita dengan
animasi-animasi yang menarik.
Hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pembelajaran
membuat pola dasar badan wanita, siswa perlu dilibatkan langsung agar dapat
menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam membuat pola
dasar badan wanita. Sehingga dalam penerapannya mereka akan mampu
menerapkan teori dengan baik.
3. Penelitian skripsi oleh Veny Purwantining Tyas (2011) yang berjudul
Pengembangan Modul Pembelajaran Pola Celana Panjang Wanita Dengan
Teknik Konstruksi Di SMK N 3 Purwokerto.
Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian ini R & D melalui tiga
tahap yaitu: 1) analisis kebutuhan; 2) pengembangan produk; 3) validasi dan
uji coba lapangan. Hasil penelitian berupa a) Modul pembelajaran pola celana
panjang wanita dengan teknik konstruksi; b) Kualitas modul pembelajaran pola
celana panjang wanita dengan teknik konstruksi.
Hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah alur tahapan
penelitian skripsi tersebut dapat digunakan menjadi referensi penulis dalam
menyusun skripsi yang akan disusun. Tahapan penelitian tersebut memiliki
tahapan hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
dalam menyusun skripsi.
Penelitian yang relevan di atas maka peneliti mencoba mengembangkan
modul pembelajaran untuk materi yang berbeda dan tampilan yang lebih menarik.
Peneliti mengembangkan Modul Mata Pelajaran Dasar Pola Kelas X SMK YPPM
42
Boja program keahlian Busana Butik. Pengembangkan media ini, diharapkan
dapat bermanfaat bagi guru dan sekolah sebagai media dan referensi serta dapat
menjadi sumber belajar untuk siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Kerangka pikir memaparkan mengenai dimensi-dimensi kajian utama serta
faktor-faktor kunci yang menjadi pedoman belajar baik dalam menyusun metode,
pelaksanaan dilapangan maupun pembahasan hasil penelitian.
Tujuan dari perubahan kurikulum tersebut tidak lain hanya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di Indonesia. Perubahan kurikulum
tersebut terjadi karena kebutuhan masyarakat yang berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman. Kurikulum 2013 merupakan hasil penyempurnaan
kurikulum sebelum yang biasa dikenal dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) 2006. KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004
yaitu kurikulum berbasis kompetensi.
Kegiatan belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Pola dengan metode
ceramah, demonstrasi, pemberian tugas belum sesuai dengan yang diharapkan.
Kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
media pembelajaran. Pembelajaran menggunakan media mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan dengan tanpa menggunakan media.
Siswa yang mempunyai abstraksi rendah akan mengalami kesulitan dalam
memahami materi saat pembelajaran. Media pembelajaran dalam bentuk modul
diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan yang dihadapi oleh siswa karena
modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instructional, yaitu siswa
43
diberi kesempatan belajar menurut irama dan kecepatan masing-masing. Skema
kerangka berfikir dalam penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir
(Analisis Penulis, 2018)
Permasalahan yang ditemukan pada mata pelajaran Dasar Pola berupa :
1. Pembelajaran lebih dominasi oleh ceramah guru tanpa diserta komponen
yang lebih menguatkan.
2. Hasil belajar siswa cenderung dan bisa dikatakan belum menacapai KKM
yang ditetapkan.
3. Siswa kesulitan dalam memahami hasil catatan mereka sendiri.
4. Siswa kurang mengapresiasi tugas dan pembelajaran yang diberikan oleh
Pengembangan Modul mata pelajaran Dasar Pola sebagai media
pembelajaran
Hasil Modul Dasar Pola
Validasi modul oleh ahli
ahli
Uji coba Modul
Revisi Kurikulum 2013 tahun 2017
Mata Pelajaran Dasar Pola
93
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Hasil analisis dan pembahasan, kesimpulan dalam penelitian pengembangan
nodul Dasar Pola yaitu:
1. Pengembangan media pembelajaran dalam penelitian ini produk yang
dihasilkan adalah Modul Dasar Pola Kelas X SMK YPPM Boja yang
digunakan pada Mata Pelajaran Dasar Pola. Pengembangan modul dilakukan
melalui tahapan oleh Sugiyono yang disederhanakan menjadi enam tahapan
dikarenakan keterbatasan waktu. Langkah tersebut diantaranya analisis
potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk,validasi desain
produk, revisi desain produk, dan uji coba produk.
2. Hasil uji kelayakan Modul Dasar Pola Kelas X SMK YPPM Boja
memperoleh penilaian melalui expert judgment oleh ahli materi, ahli media,
pengguna ahli/ guru mata berada dalam kategori ”Sangat Layak“, sehingga
modul dapat digunakan pada proses pembelajaran mata pelajaran Dasar Pola.
3. Hasil tanggapan 28 siswa terhadap modul diperoleh melalui angket siswa
yang berisikan mengenai karakteristik modul dan isi materi. Rata-rata
tanggapan yang diberikan oleh peserta didik berada dalam kategori ”Sangat
Layak“ dan modul Dasar Pola dapat digunakan dalam proses pembelajaran
Dasar Pola.
94
5.1. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa disarankan menambah
kompetensi dasar dan materi pokok ke dalam modul sesuai dengan kebutuhan
peserta didik sehingga modul lebih lengkap.
2. Penelitian lebih lanjut diharapkan pada tahap efektivitas dan implementasi
modul Dasar Pola pada siswa kelas X.
3. Pernyataan tiap aspek dalam lembar validasi ahli hendaknya memiliki jumlah
yang sama, sehinga hasil tidak memiliki perbedaan yang sangat jauh.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, et. al. 2017. Pengembangan Media Edukasi Multimedia Indonesian
Culture (MIC) Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. 34(2): 129.
Asfyra Intan B, Zulkardi, Budi Santoso. 2012. Desain Pembelajaran Operasi
Bilangan Rasional Menggunakan Pola Busana Di Kelas X SMK. Jurnal
Kreno. 3(2): 80-81.
Asyhar, R. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press.
Batthish, et.al. 2013. A Unique, Interactive, And Web Based
Pediatricrheumatology Teaching Modul. International Journal Pedistric
Rheumatology (2).
Ciptaningrum, M.D. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Membuat Pola
Dasar Busana Wanita Sistem Bunka Berbasis Mobile Aplication. E-
Jurnal Teknologi dan Kejuruan 5(2):1-25.
Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogjakarta: Gava Media.
Dewi R, Rahmadana Muhammad F, Dalimunthe Muhammad B. 2016. Module
Validity Of Peer Counselor Character Service In State University Of
Medan. Journal of Education and Practice. 7(8): 114.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan. 2008. Penulisan Modul. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan
Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C1), Dasar Program
Keahlian (C2), dan Kompetensi Keahlian (C3). Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta.
Ermalena, Siti S. Efektifitas Penggunaan Modul Keterampilan Dasar Menjahit
Pada Hasil Belajar Menjahit Di Panti Asuhan Darotul Hadlonah. Skripsi.
Pendidikan Kesejahteraan Keluargaan Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Fanti, Istia Alif. 2012. Efektivitas Media Pembelajaran Dengan Adobe Flash
Dalam Model Pembelajaran Langsung Untuk Pencapaian Unjuk Kerja
Pembuatan Pola Dasar Badan Wanita Di SMK N 6 Yogjakarta. Skripsi.
Pendidikan Teknik Busana Universitas Negeri Yogjakarta. Yogjakarta
Fatikhah, dan I, Nurma. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika
Bermuatan Emotion Quotient Pada Pokok Bahasan Himpunan. Jurnal
Eduma. 4(2): 47.
Hadijah I, Kustono D, dan Sudjimat Dwi A . 2013. Pengembangan Bahan Ajar
Pola Dasar Busana Wanita Progam Studi D3 Tata Busana. Jurnal
Teknologi dan Kejuruan 3(2): 188-200.
Harmaida J, Ramainas, Ernawati. 2012. Persepsi Siswi Kelas X Tata Busana
Tentang Kompetensi Membuat Pola Teknik Konstruksi di SMKN 3
Sungai Penuh. E-Jurnal Home Economic and Tourism 1(1).
96
Hartoyo. 2009. Upaya Meningkatkan Prestasi Melalui Pembelajaran Dengan
Modul Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan Teknik dan Kejuruan.
18(1): 66.
Jatirahayu. 2013. Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Guru
“COPE” (2): 46-53.
Jawani. 2018. Pengembangan Modul Pecah Pola Model Blazer Pada Mata
Pelajaran Membuat Busana Wanita Di Smk Ibu Kartini Semarang.
Skripsi. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri
Semarang. Semarang
Karmila, I., Ernawati, S. Z Novrita. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran
Konstruksi Pola Busana Di Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang. E-Jurnal Home Economic and
Tourism 8(1).
Kurniawan, D. 2014. Urgensi Penjaminan Mutu Sekolah. Jurnal Edutech 1(2):
194-203.
Liu, Nannan ,et.al. 2015. A Functional Modul Based Exploration Between
Inflamtion An Cancer In Esophagus. International Journal Scientific
Reports (5).
Lin, Chun-Yu, et al. 2012. A Web Server To Infer Homologous Modules and
Module-module Interaction Networks in Vertebrates. International
Journal Nucleic Acids Research 40.
Leonard, et.al. 2013. An Introductory Review Module For Anti-Infective
Therapeutics Course. International Journal American Journal of
Pharmaceutical Education 76(7): 135.
Leong, C, et al., 2014. Intructional Design and Assesmen A Physical Assesmen
Skill Module On Vital Signs American. International Journal of
Pharmateutical Education 78(7): 137.
Martubi. 2009. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Lanjut Melalui
Pembelajaran Menggunakan Modul dan Lembar Kerja Dengan Soal
Latihan Berjenjang. Jurnal Pendidikan Teknik dan Kejuruan 18(1):85-
102.
Mulyadi, Endang. 2016. The Analysis Of Social Teachers Performance In The
Senior Hight School Of Ciamis Regency. Journal Of Education And
Practice. 7(24): 7.
Munib, A dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT Unnes Press.
Mustholiq, Imam MS dan N Ariadie Chandra. 2007. Pengembangan Media
Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia Pada Mata Kuliah Dasar
Listrik. Jurnal Pendidikan Teknik dan Kejuruan 16(1): 1-17.
Ningsih Y.D, Idrus Y, dan Izwerni . 2012.Hambatan-Hambatan Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) Dengan Teknik
Konstruksi Di SMK Negeri 1 IV Angkek Kab. Agam. E-Jurnal Home
Economic and Tourism 1(1).
Nuroso, H dan Siswanto J. 2010. Model Pengembangan Modul IPA Terpadu
Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. Jurnal JP2F 1(1):25-45.
97
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010. Pengelolaan
Dan Penyelenggaraan Pendidikan. 28 Januari 2010. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23 . Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990. Pendidikan
Menengah. 10 Juli 1990. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1990 Nomor 37 . Jakarta.
Putri, H. 2017. Pengembangan Modul Berbasis Pendekatan Kontekstual untuk
Pembelajaran Menulis Teks Anekdot. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra 17(2):241-252.
Puspita, D. 2015. Efektivitas Metode Pembelajaran Proyek Mata Pelajaran Dasar
Teknologi Menjahit Siswa SMK Tata Busana. Fashion and Fashion
Education Journal 4(1): 58.
Pratiwi,et.al. 2016. Pengembangan Modul Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran
Sosiologi Berorientasi HOTS. Jurnal Cakrawala Pendidikan (2).
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogjakarta:
DIVA Press
Raharjo M, Arieshanti I, Nanik S. 2015. Pembuatan Pola Busana Secara Otomatis
Menggunakan Garis dan Kurva B-Spline. Jurnal Systemik 1(1): 5-13.
Ratri, Ika Madya. 2016. Perbandingan Hasil Pembuatan Lengan Draperi
Menggunakan Pola Sistem Draping Dan Pola Sistem Praktis. Skripsi.
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Semarang.
Semarang
Rifa’i, A dan C.T Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Rusdiana, E.H. 2013. Modul Pembelajaran Cahaya Dengan Pendekatan
Keterampilan Proses. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Silabus Tata Busana SMK YPPM Boja Tahun Pelajaran 2017/2018. Boja: SMK
YPPM Boja.
Sa’diyah, W, et al. 2016. Pengembangan Bioteknologi Lingkungan Berbasis
Penelitian Mata Kuliah Bioteknologi Untuk Mahasiswa S1 Universitas
Malang. Jurnal Pendidikan 1(9): 1781-1786.
Sawitri, et.al. 2017. Pengembangan Wirausaha Bagi Ibu-Ibu di Kelurahan
Patemon GunungPati Semarang Melalui Pelatihan Keterampilan
Membuat Hantaran Pengantin. Jurnal Teknobuga 4(1):51-56.
Sholikhah, R. 2017. Pengembangan Modul Interaktif Busana Daerah Sebagai
Media Pengenalan Budaya Indonesia. Jurnal Teknobuga 5(2): 9-16.
Suarsana, I M dan G A. Mahayukti. 2013. Pengembangan E-modul Berorientasi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Indonesia 2(2): 264-275.
Suharsimi, A. 2010. Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.
Sugiyono 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
.2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukmawaty, Wahyu E Pratama. 2016. Pengembangan Model Managemen Unit
Produksi SMK Prodi Keahlian Tata Busana Di Kabupaten Sleman.
Jurnal Pendidikan Vokasi. 6(2): 220.
Suryanto, S dan Hendriyanto, A. 2017. Pengembangan Modul Filsafat Bahasa.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra 17(1): 41-56.
98
Surindra, B., Bakti W, Zuliastini. 2017. The Development Of E conomic Statistic
II Module Of Based On Problem-Based Learning (PBL) In Nusantara
PDRI University Kediri. Journal Of Education And Practice. 8(28): 94.
Sugiyarningsih, A. 2015. Efektivitas Pembelajaran Pembuatan Kamisol
Menggunakan Modul Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK. Fashion and
Fashion Education Journal 4(1): 1-7.
Tim Penyusun Buku. 2017. Pedoman Penulisan Tugas Akhir atau Skripsi.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang
Tyas, V.P. 2011. Pengembangan Modul Pembelajaran Pola Celana Panjang
Wanita Dengan Teknik Konstruksidi SMK N 3 Purwokerto. Skripsi.
Universitas Negeri Yogjakarta. Yogjakarta.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002. Sistem Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahujan dan Teknologi. 29
Juli 2002. Jakarta.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. 8 Juli 2003. Jakarta.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan. 30 Desember 2005. Jakarta.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010. Guru dan Dosen.
28 Januari 2010. Jakarta.
Widiartini, Ni K. 2012. Umpan Balik Pembelajaran pada Materi Membuat Pola
Universita Pendidikan Ganesha Bali. Jurnal Evaluasi Pendidikan 3(2):
188-200.
Widihastuti. 2007. Pencapaian Standar Kompetensi Siswa SMK Negeri Program
Keahlian Tata Busana Di Kota Yogjakarta Dalam Pembelajarana Dengan
KBK. Jurnal Pendidikan Teknik Kejuruan. 16(2): 238.
Widyaningrum R., Sarwanto, dan Puguh K. 2013. Pengembangan Modul
Berorientasi POE Berwawasan Lingkungan pada Materi Pencemaran
untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Bioedukasi 6(1): 100-
117.
Widoyoko, E.P. 2014. Penilaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogjakarta: Pustaka
Belajar.
Yuwono, K.T dan Suprapto. 2011.Pengembangan Modul Praktikum
Mikrokontroler (AVR) Menggunakan Perangkat Lunak Proteus
Profesional V75SP3 . Jurnal Penelitian Tindakan Kelas 20(4): 23-24