pengelolaan zakat fitrah di dusun tukang kec....
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KEC. PABELAN DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG
NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Cholidatul Chodriah
NIM : 21412026
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Cholidatul Chodriah
Nim : 21412026
Judul : PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KEC. PABELAN DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG
NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 15 September 2016
Pembimbing
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag
NIP. 197411232000032002
v
vi
MOTTO
Hidup di dunia hanya sekali, sekali hidup harus berarti
Berlarilah mengejar mimpi meski jalan terjal berduri
PERSEMBAHAN
Kepada:
Ayah dan Ibunda tercinta
Semoga pengabdian dan jerih payah mu
Mendapat Ridho Allah Swt.
Semuanya yang memberiku arti dan manfaat
Dalam hidup ini, yang tidak dapat dilukiskan
oleh tulisan dan pena, yang juga tidak bisa
tersentuh oleh bahasa…!
vii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmatNya penilitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan.
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad
yang telah membawa umat dari zaman kebodohan kezaman yang tahu akan ilmu.
Semoga selalu mendapatkan Syafaat dari beliau di dunia maupun diakhirat nanti.
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Jurusan
Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul Pengelolaan Zakat Fitrah Di Dusun
Tukang Kec, Pabelan Dalam Tinjauan Undang-Undang No 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Syariah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi
Syari‟ah di IAIN Salatiga.
4. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga.
viii
5. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat
selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
6. Bapak ibu dosen fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya
selama menempuh pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
7. Seluruh anggota tim penguji yang telah meluangkan waktunya untuk
menilai kelayakan proposal dan meguji skripsi dalam rangka
menyelesaikan studi Hukum Ekonomi Syariah di IAIN Salatiga.
8. Kepada Bapak Ibu Dusun Tukang yang telah memberikan data-data yang
penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Bapak Takmir Masjid di Dusun Tukang yang sudah memberikan
informasi.
10. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendidik, memberikan dukungan
pada setiap langkang yang saya ambil hingga saya menjadi sarjana, yang
telah mengorbankan segalanya dan tidak akan mungkin bandinganya
kepada penulis dimanapun dan sampai kapanpun.
11. Bapak Amir Subadi, M.Ag, Pak Ridwan, S.Pd. Kakak ku M. Irfangi, S.Sy
dan segenap keluarga ku semua yang selalu mendukung dan memberikan
semangat dalam perjalanan ini.
12. Kepada Maksum Hidayah. Terimakasih atas kasih sayang, perhatian dan
kesabaranmu yang telah memberiku semangat dan inspirasi dalam
ix
menyelesaikan skripsi ini. Semoga engkau pilihan yang baik buat ku dan
masa depan aku.
13. Teman-teman S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012 terimakasih
atas kebersamaanya motifasi dan dukunganya.
14. Semua yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan
ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari apa yang mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 15 September 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Chodriah,Cholidatul. 2016. Pengelolaan Zakat Fitrah di Dusun Tukang, Kec.
Pabelan Kab Semarang Dalam Tinjauan UU no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi
Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri. Salatiga. Pembimbing: Tri
Wahyu Hidayati,M.Ag.
Kata Kunci: Pengelolaan, Zakat Fitrah.
Zakat fitrah adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang
Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang
berhak menerimanya. Pasal 5 dan 17 Undang-Undang no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat menyatakan bahwa untuk melaksanakan pengelolaan zakat,
Pemerintah membentuk BAZNAZ kemudian untuk membantu pengelolaan zakat,
masyarakat dapat membentuk LAZ. Dalam pengumpulan zakat fitrah
dilaksanakan oleh seluruh warga Dusun Tukang dengan mengumpulkan zakat
fitrah kepada takmir masjid yang menjadi panitia zakat yang berada di Masjid At-
Taqwa Dusun Tukang. Peneliti melakukan penelitian mengenai bagaimana
pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang dan apakah pengelolaan zakat fitrah di
Dusun Tukang sudah sesuai Undang-undang no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang dan mengetahui pengelolaan zakat
fitrah di Dusun Tukang sudah sesuai Undang-undang no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat atau belum.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan, yaitu data yang diperoleh dari penelusuran secara langsung mengenai
pengelolaan di Dusun Tukang Kec Pabelan. Lokasi penelitian ini adalah Dusun
Tukang Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dengan obyek
penelitian para warga dusun Tukang tersebut. Sumber data yang digunakan adalah
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dilapangan dan wawancara
yang bersangktan. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari perpustakaan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah obserasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan pengelolaan zakat fitrah di dusun
Tukang untuk pemahaman terhadap pengelolaan zakat fitrah sebagian besar masih
diberikan sendiri kepada mustahik dan sebagian lainya lewat panitia yang
dilakukan oleh takmir masjid, demikian itu tidak sesuai undang-undang no 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, agar tidak terkena sanki pasal 41 undang-
undang maka takmir selaku amil harus membuat surat tertulis kepada kantor
urusan agama sebagaimana PP no 14 tahun 2014 tentang pengelolaan zakat.
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Penduduk di Dusun Tukang ……………………… 47
Tabel 3.2 Daftar Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian …………. 48
Tabel 3.3 Daftar Penduduk Menurut Tingkat Pendidika .............................. 50
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup.
2. Daftar Nilai SKK
3. Daftar Nota Pembimbing
4. Undang-Undang No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
5. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Zakat.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LOGO IAIN .................................................................................................. ii
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................... ..... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................... 1
A. ............................................................................................Rumusan
Masalah ...................................................................................... 6
B. ............................................................................................Tujuan
Penelitian .................................................................................... 6
xiv
C. ............................................................................................Kegunaan
6
D. ............................................................................................Penegasan
Istilah .......................................................................................... 7
E. ............................................................................................Tinjauan
Pustaka ....................................................................................... 8
F..............................................................................................Metode
Penelitian .................................................................................... 10
G. ............................................................................................Sistematika
Penulisan .................................................................................... 12
BAB II Seputar Zakat Fitrah dan Pengelolaannya ................................. 14
A. ............................................................................................Pengertian
Zakat Fitrah ................................................................................ 14
B. ............................................................................................Dasar
Hukum Zakat Fitrah ................................................................... 18
C. ............................................................................................Syarat-
syarat Wajib Zakat Fitrah ........................................................... 20
D. ............................................................................................Kadar dan
Jenis Zakat .................................................................................. 22
E. ............................................................................................Waktu
Pengeluaran Zakat ...................................................................... 25
F..............................................................................................Hikmah
Zakat Fitri ................................................................................... 27
G. ............................................................................................Mustahik
Zakat ........................................................................................... 29
xv
H. ............................................................................................Amil Zakat
..................................................................................................... 35
I. .............................................................................................Pengelolaa
n Zakat Fitrah (Undang-undang no 23 tahun 2011
dan Peraturan Pemerintah no 14 tahun 2014 ............................. 38
BAB III PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
A. ............................................................................................Kondisi
Umum Dusun Tukang ................................................................ 46
1. .................................................................................Letak
Geografis ...................................................................... 46
2. .................................................................................Keadaan
Sosial, Ekonomi, Agama dan Pendidikan .................... 47
B. ............................................................................................Pelaksanaa
n Zakat Fitrah di Dusun Tukang ................................................ 50
1. .................................................................................Muzzaki
50
2. .................................................................................Mustahik
52
3. .................................................................................Amil
54
4. .................................................................................Pengelolaa
n Zakat Fitrah ............................................................... 55
C. ............................................................................................Pendapat
Ulama di Dusun Tukang Kec. Pabelan ...................................... 60
xvi
BAB IV PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KEC. PABELAN KAB. SEMARANG
A. ............................................................................................Zakat
Fitrah di Dusun Tukang ............................................................. 62
B. ............................................................................................Analisa
Menurut UU dan PP ................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. ............................................................................................Kesimpula
n .................................................................................................. 76
B. ............................................................................................Saran-saran
..................................................................................................... 77
C. ............................................................................................Penutup
77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah salah satu rukun Islam,yang merupakan salah
satu tiang penting dalam Islam. Selain sebagai perintah yang harus
dilaksanakan, zakat juga merupakan bentuk ibadah kepada Allah
sekaligus merupakan bentuk amal sosial terhadap masyarakat serta
sebagai kegiatan untuk mensucikan harta, yang bertujuan juga
menambah tingkat kemakmuran masyarakat dan juga mengurangi
penderitaan masyarakat.
Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menerangkan
secara tegas memeritahkan pelaksanaan zakat. Perintah Allah untuk
melaksanakan zakat tersebut sering kali beriringan dengan perintah
pelaksanaan sholat. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran
zakat dalam kehidupan umat Islam, hal ini berdasarkan firman Allah
dalam surat Al-Baqoroh ayat 43:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'.”
Perintah zakat selalu beriringan dengan perintah sholat karena
kedua perintah tersebut memiliki tujuan yang hampir sama, yakni
perbaikan kualitas kehidupan masyarakat. Zakat bertujuan
2
membersihkan diri dari sifat rakus dan kikir, dan mendorong manusia
untuk mengembangkan sifat kedermawanan dan sensitivitas kesetiaan
sosial. Demikian pula halnya dengan sholat, sholat bertujuan
menghindarkan kehidupan manusia dari kejahatan dan kerusakan.
Hal ini menunjukkan bahwa zakat dan sholat mempunyai
kedudukan yang erat dalam hal keutamaanya, dimana sholat dipandang
seutama-utamanya ibadah bathiniyah begitu juga zakat dipandang
seutama-utamanya ibadah amaliyah. Zakat juga merupakan salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam, maka dari itu siapa yang
mengabaikan rukun ini maka meruntuhkan sendi-sendi Islam.
Agama Islam membagi zakat menjadi dua macam yaitu: zakat
mal dan zakat fitrah. Zakat Mal (zakat harta) merupakan zakat yang
harus dikeluarkan oleh seorang muslim terhadap harta yang
dimilikinya dan telah memenuhi syarat, baik haul, nisab, kadar dan
waktu yang telah ditetapkan oleh ketentuan hukum agama. Zakat
fitrahadalah zakat yang diwajibkan karena berahirnya bulanRamadhan.
Hukumnya wajib atas setiap diri muslim baik anak-anak ataupun
dewasa, laki-laki ataupun perempuan, budak ataupun sudah merdeka.
Mengenai zakat Nafs (Zakat Fitri) disampaikan oleh Nabi
dalam suatu pidato di Masjid pada tahun kedua Hijrah, dua hari
sebelum berahirnya puasa Ramadhan yaitu dimana beliau
menerangkan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah sebelum pergi
3
ketempat sembahyang, melaksanakan sholat Idul Fitri (Jdamal,
1982:243).
Penyaluran zakat fitrah disalurkan kepada Mustahiq
(penerima zakat) sesuai ketentuan Islam yang terdapat dalam Al-
Qur‟an At- Taubah ayat 60:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Ayat diatas menyebutkan bahwa mustahiq zakat terdiri dari
delapan ashnaf, yaitu:fuqoro‟ (orang fakir), masakin (orang miskin),
„amil (pengurus zakat), mu‟allaf (orang yang diluluhkan hatinya),
riqob (orang yang merdeka), ghorimin (orang yang berhutang), fi
sabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu as-sabil
(orang dalam perjalanan).
Dalam surat at-Taubah: 60 tersebut dikemukakan bahwa salah
satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) adalah
orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat („amilina „alaiha).
4
Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas („amil).
Imam Qurthbi ketika menafsirkan ayat tersebut meyatakan bahwa amil
itu adalah orag-orang yang ditugaskan (diutus oleh Imam/pemeritah)
untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat
yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada
yang berhak menerimanya.
Dalam UU no 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Pasal 1 berbunyi: Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengoordiasian dalam pengumpulan, pendistribsian
dan pendayagunaan zakat. Pasal 2 berbunyi: Pengelolaan zakat harus
berasaskan: bersyariatkan Islam,amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegrasi, akuntabilitas. Pasal 3 berbunyi:
Pengelolaan Zakat yang baikbertujuan untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan masyarakat.
Pengelolaan zakat harus syariah baik dalam pembagian
maupun ukuran kadarnya. Zakat fitrah besarnya 2,5 kg berdasarkan
Abu Said al-Khudzri, “Kami pernah membayar zakat fitrah dan
Rosulullah bersama kami, berupa satu sha‟ makanan, kurma atau
gandum, baik atas budak, merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil,
maupun dewasa dari kalangan kaum muslimin” (HR. Al Bukhori
II/161, Muslim II/677-678.).
5
Ada keragaman dimasyarakat dalam mengelola zakat.
Misalnya, di Dusun Tukang Kec. Pabelan pada setiap malam Hari
Raya Idhul Fitri, masyarakat menyisihkan sebagian hartanya untuk
menunaikan zakat fitrah dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari
siapapun. Dalam sistem pengumpulan zakat fitrahnya dilaksanakan
oleh seluruh warga dengan mengumpulkan zakat fitrahnya kepada
panitia zakat yang berada di Masjid At-Taqwa Dusun Tukang.
Sebagian dari masyarakat Dusun Tukang Melaksanaan zakat fitrah
tidak kepada pengurus zakat, tetapi menyerahkan zakat fitrahnya
secara langsung kepada mustahiq.
Masyarakat Dusun Tukang Kec. Pabelan mayoritas
menggunakan literan karena tidak semua rumah punya timbangan, 1
sho‟= 2,5 kg dikira-kirakan kalau menggunakan literan yaitu 3 liter
lebih satu gelas, terkadang ada yang kurang 3 liter lebih satu gelas,
literan disetiap rumah tentu saja berbeda-beda, ada yang menggunakan
literan yang dari kaleng susu bekas ada juga yang dari batok kelapa.
Terkait dengan persoalan zakat fitrah yang masih diberikan
kepada mustahiq sendiri dan takeran tidak sampai 1 sho‟= 2,5 kg yang
terjadi di Dusun Tukang Kec. Pabelan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang selanjutnya dijadikan skripsi yang berjudul
Pengelolaan Zakat Fitrah Di Dusun Tukang Kec. Pabelan Dalam
Tinjauan UU no 23 Tahun 2011.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di
atas, maka yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec.
Pabelan?
2. Apakah pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec. Pabelan
sudah sesuai dengan UU no 23 Tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan zakat fitrahdi Dusun
Tukng Kec. Pabelan.
2. Untuk mengetahuiapakah pengelolaan zakat fitrah di Dusun
Tukang Kec. Pabelan sudah sesuai UU no 23 Tahun 2011.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
khususnya bagi penulis dan ummnya bagi masyarakat umum. Adapun
kegunaan yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini dapat di jadikan pengembangan
khazanah keilmuan terutama dalam hal zakat fitrah.
7
2. Secara praktis penelitian ini dapat di jadikan sumbangan
pemikiran mengenai masalah penentuan penerima zakat fitrah
yang tepat, khususnya bagi panitia penerima zakat di Dusun
Tukang Kec. Pabelan dan umumnya bagi masyarakat Islam.
3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada umat Islam khususya
warga Dusun Tukang Kec. Pabelan, mengenai pelaksanaan zakat
yang sesuai dengan hukum Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan pengertian yang jelas dan mempermudah
dalam pemahaman serta menghindari kesalahan terhadap judul skripsi
ini, maka terlebih dahulu peneliti akan mengemukakan arti istilah yang
terkandung dalam judul sebagai berikut:
1. Pengelolaan Zakat Fitrah
Di dalam UU didapati pengertian dan pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengkoordiasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat (UU pasal 1 no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat). Dalam UU ini dijelaskan bahwa zakat
meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
8
2. Tinjuan
Tinjauan: Pendapatan meninjau, pandangan, pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari dsb) (Kamus Umum bahasa
Indonesia:1281).
3. UU no 23 tahun 2011
Ketentuan dan peraturan Negara yang di buat oleh pemerintah
(Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Legislatif, dsb) dan di
tandatangani oleh kepala negara (Presiden, Kepala Pemerintah,
Raja) dan mempunyai kekuatan yang mengikat (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
F. Tinjauan Pustaka
Kajian yang serius mengenai segala hal tentang zakat fitrah
telah banyak di kupas dan di kemas memenuhi khasanah koleksi
perpustakaan baik dalam bentuk kitab-kitab berbahasa Arab, kitab-
kitab terjemah, buku-buku serta karya ilmiyah lainya yang ada
kaitanya dengan zakat.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Agus Kanif pada tahun 2008
dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mustahiq Zakat Fitrah
Study Kasus diDesa Banaran Grabag Magelang. Skripsi ini
mengangkat tentang mustahiq zakat fitrah yang dilaksanakan di Desa
Banaran Grabag Magelang yang dibagi menjadi 3 golongan yakni
golongan atas ( berprofesi PNS, perangkat desa, pengusaha), golongan
9
menengah (berprofesi petani, sopir angkutan, dan pengrajin), dan
golongan kebawah ( keluarga yang kurang dalam kecukupan, orang
janda , dan anak-anak yatim), serta bagian yang diperoleh dari tiap-tiap
golongan tersebut berbeda-beda. Penetapan mustahiq seperti ini tidak
diperbolehkan dalam hukum Islam karena tidak tepat sasaran dan
bertentangan hukum syara‟.
M. Syarifudin Juhri 2012 menyusun skripsi yang berjudul
Ulama dan Guru Ngaji sebagai Prioritas Utama Penerimaan Zakat
Fitrah (study kasus di Desa Bendogarap Kec. Klirong Kab. Kebumen).
Skripsi ini membahas tentang pembagian zakat fitrah yang
memprioritaskan ulama dan guru ngaji sebagai mustahiq utama karena
ingin mendapatkan do‟a dari kyai dan juga sebagai tanda rasa hormat
serta balas budi karena kyai mempunyai peran besar dalam kegiatan
keagamaan setempat. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa
memprioritaskan kyai sebagai mustahiq utama jika ditinjau dari
hukum Islam tidak dapat dibenarkan, karena dalam hikmah zakat tidak
disebutkan bahwa do‟a dari kita yang zakati akan diterima atau
dikabulkan dan selain itu masih ada yang lebih membutuhkan serta
lebih berhak menjadi mustahiq utama yaitu faqir miskin.
10
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yaitu
melakukan penelitian dengan obyek utamanya adalah yang berkaitan
dengan masalah-masalah dimasyarakat. Dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan zakat fitri di Dusun Tukang Kec. Pabelan.
a. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus
sebagai pengumpulan data. Kehadiran peneliti juga diketahui
sebagai peneliti. Yang dilengkapi dengan surat penelitian resmi
dari lembaga IAIN salatiga.
b. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di masyarakat Dusun Tukang Kec.
Pabelan yang beragama Islam semua.
c. Sumber Data
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian
ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data antara lain:
1) Data Primer
Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara
langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal
ini data yang didapatkan dari hasil wawancara penelitian
dengan masyarakat Dusun Tukang Kec. Pabelan.
11
2) Data Sekunder
Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data
primer, data sekunder adalah data-data yang diperoleh
dengan cara penelitian kepustakaan melalui literatur
maupun dengan cara peneliti secara langsung datang
kelapangan untuk melakukan observasi.
3) Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, sehingga
memudahkan dalam penganalisaan dan penyimpulan.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Teknik observasi ini merupakan upaya memperoleh data
dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta
melakukan pencatatan terhadap kejadian yang peneliti
ketahui pada masyarakat Dusun Tukang Kec. Pabelan.
b. Wawancara (interview).
Wawancara dilakukan kapada amil zakat dan sebagian
masyarakat. Metode wawancara dilakukan dengan tanya
jawab secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai
rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode
12
wawancara ini peneliti gunakan untuk mengetahui
bagaimana prosedur tentang pembayaran zakat fitrah di
Masjid At-Taqwa Dusun Tukang Kec. Pabelan.
H. SistematikaPenulisan
Untuk mengetahui gambaran tentang pembahasan skripsi ini
peneliti menggunakan sistematika pembahsan, dimana setiap bab memiliki
kesatan yang utuh yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain
serta merupakan gambaran yang singkat mengenai pokok-pokok
pembahasan. Dalam pembahasan skripsi ini peneliti memaparkan kedalam
lima bab, dimana setiap bab terbagi dalam beberapa sub-bab. Adapun
sistematikanya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahas an
alisa pokok penelitian yang terdiri atas: latar belakang masalah, rumusan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II membahas tinjauan umum tentang zakat fitrah yang
meliputi pengertian zakat fitrah, dasar hukum zakat fitrah, waktu
pembayaran, jenis dan ukuran zakat fitrah, muza‟ki (Pemberi zakat),
mustahiq (penerima zakat), Pengelolaan Zakat menurut UU no 23 tahun
2011 serta hikmah zakat fitrah.
Bab III membahas gambaran umum lokasi penelitian yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam bab ini
peneliti akan mendeskripsikan wilayah Dusun Tukang, Kec. Pabelan
13
(keadaan geografis, kondisi ekonomi, dan kondisi pendidikan), kehidupan
sosial, kehidupan beragama, dan pengelolaan zakat fitrah diDusun
Tukang, Kec.Pabelan serta alasan-alasan pembagian zakat diberikan
sendiri kepada mustahiq.
Bab VI merupakan bagian analisis mengenai pengelolaan zakat
diDusun Tukang, Kec Pabelan dalam tinjauan UU no 23 tahun 2011.
Bab V berisi penutup. Dalam bab ini peneliti mencoba
memberikan kesimpulan secara singkat tentang pembahsan dalam skripsi
ini, sekaligus sebagai jawaban dari pokok masalah dan memberikan saran
yang bersifat perbaikan terhadap pengelola zakat ditempat yang diteliti.
14
BAB II
SEPUTAR ZAKAT FITRAH DAN PENGELOLAANNYA
A. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur
(berbuka puasa) pada bulan Ramadhan. Fitri berarti berbuka puasa, yang
dimaksudkan di sini ialah berbuka puasa di waktu matahari terbenam pada
hari terakhir bulan ramadhan. Berakhirnya bulan ramadhan itu merupakan
sebab lahiriah pada kewajiban zakat tersebut sehingga diberi nama zakat
fitrah atau sedekah fitri. Demikian pula nama hari raya fitri, hari yang
berkenaan dengan takbir, tahlil dan tahmid sebagai tanda kemenangan.
Selaindari istilah “zakat fitri” maka yang lebih populer
dimasyarakat adalah zakat fitrah. Fitrah berarti ciptaan, sifat awal, bakat,
perasaan keagamaan dan perangai (Ja‟far, 2007:60-61). Jadi zakat ini
disebut zakat al-fithr, sehubungan dengan masa mengeluarkannya yaitu
waktu berbuka (al-fithr) setelah selesai puasa pada bulan ramadhan dan
disebut zakat fitrah karena dikaitkan dengan diri (al-fithrah) seseorang
bukan dengan hartanya (Nasution, 1995:168).
Zakat Fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar pada
malam dan hari raya Idul Fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena
telah selesai menunaikan ibadah puasa. Zakat Fitri ini, selain dari untuk
menggembirakan hati fakir miskin pada hari raya Idul fitri itu, juga
15
dimaksudkan untuk mensucikan dosa-dosa kecil yang munkin ada ketika
melaksanakan puasa Romadhon, agar orang itu benar-benar kembali kepada
keadaan fitrah, suci ketika dilahirkan ibunya (Ali,1988:49).
Disebut zakat fitrah karena zakat tersebut diwajibkan
setelahberbuka puasa, dan juga karena zakat fitrah untuk membersihkan
jiwa danraga, dan juga amal baiknya bertambah. Hukum zakat dalam al-
Qur‟an masihbersifat mujmal (global), tanpa penjelasan detail mengenai
ketentuan orangyang wajib mengeluarkan zakat, berapa yang wajib di
zakati, dan apa sajayang wajib dizakati. Lalu datanglah sunnah yang
bertugas menjelaskan hal tersebut secara rinci (Azam, 2010:395).
Zakat fitrah ini wajib dikeluarkan untuk dirinya sendiri dan dan
keluarga yang menjadi tanggungannya. Jadi,ayah atau ibu wajib
mengeluarkan zakat fitrah anak-anaknya, dan sebaliknya anakpun wajib
mengeluarkan zakat fitrah ayah dan ibunya, bila mereka itu wajib
dibelanjainya.Suami wajib mengeluarkan zakat fitrah istrinya, kecuali bila
istri itu nusus, karena istri yang nusus tidak wajib dibelanjai. Demikian juga
seorang tuan wajib mengeluarkan zakat budaknya.
16
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui “(QS Ar- Rum: 30).
Fitrah Allah disini maksudnya: Ciptaan Allah, manusia diciptakan
Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama Tauhid. Kalau ada manusia
tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.Mereka tidak beragama
tauhid hanyalah karena pengaruh agama tauhid lingkungan, dan
bertentangan dengan pembawaan lahir batin manusia. Firman Allah:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”( QS Al- A‟raf: 172).
Zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan manusia
kepada fitrahnya artinya mensucikan diri mereka dari kotoran-kotoran yang
disebabkan oleh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia jauh dari
fitrahnya.
ف رض رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم زكاة الفطر طهرةللصائم من اللغو ف ن أداىا ق بل الصالة فهي زكاة مقب ول ومن . والرف وط لل اك
أداىا الصالة فهي ص ق من الص قاا
17
)رواه أ و داود وا ن ماجو وصححو احلاكم)“Rosululloh Saw. telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat
fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari ucapan keji dan tidak
ada gunanya, juga untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.Maka
barang siapa yang menunaikan zakat fitrah sebelum sholat „Id, maka itu
adalah zakat yang diterima, sedang siapa yang menunaikannya setelah
sholat „Id maka hanya bernilai sedekah biasa.”(H.R Abu Dawud, Ibnu
Majah dan dishohihkan oleh Imam Hakim).
Zakat fitrah merupakan salah satu dari kekhususan umat ini,
menurut pendapat yang masyhur, bahwasannya zakat fitrah disyariatkan
pada tahun kedua Hijriah, dua hari sebelum „Idul Fitri yang salah satu
tujuan pentingnya adalah sebagai penutup dari kholal (kekurangan) yang
terjadi di waktu puasa Ramadhan.Sujud sahwi itu menutup kekurangan
yang terjadi di dalam sholat.
Karena zakat adalah ibadah seperti ibadah lainya, maka
pelaksanaan zakatpun tidak sah tanpa niat. Pemilik harta wajib berniat
menunaikan zakat atau shodaqah wajib. Niat itu sebaiknya bersamaan
dengan waktu ia menyerahkan kepada mustahik atau amil zakat.
Orang yang menerima zakat, baik mustahik maupun amil
disunahkan berdoa bagi pemilik harta itu, sesuai dengan tuntunan Allah swt
dalam firmaNya.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
18
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”(At- Taubah: 103).
B. Dasar Hukum Zakat Fitrah
Jumhur Ulama‟ berpendapat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib,
karena ada kata Fardu. Di samping itu, perintah menunaikan zakat secara
umum sebagaimana firman Allah SWT dalam:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS Ar- rum: 30).
Fiman Allah yang lain dalam Al Qur‟an:
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”(QS Al Baqoroh: 110).
Firmah Allah yang lain dalam Al-Qur‟an:
19
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat".(An-Nur: 56).
Hadist
زكاة : عن ا ن ع ر قال ف رض رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم الفطر من رمضان على الناس صاعا من تر او صاعا من ش ي
رواه البخاري و )على احلر او عب ذكر او أن ثى من ال ل وم وكان طون ق بل الفطر ي و او : و يف البخاري (م لم
“Dari Ibnu Umar Ra ia berkata, Rasulullah SAW mewajibkan
zakat fitrah (terbuka) bulan Ramadan sebanyak 1 sa‟ (3,1 liter) kurma atau
gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan (Muttafaqun „alaih)”. Dalam hadits Bukhari disebutkan :
Mereka membayar fitrah itu sehari atau dua hari sebelum hari raya”
ف رض رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم زكاة الفطر طهرة للصائم من اللغو والرف وط لل اك
“Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah
sebagai penyuci bagi orang yg berpuasa dari perbuatan yg sia-sia dan
kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan utk orang2 miskin.”
ف ن أداىا ق بل الصالة فهي زكاة مقب ول ومن أداىا الصالة فهي ص ق من الص قاا
“Barang siapa mengeluarkan (zakat Fitrah) sebelum shalat („Idul
Fitri), maka zakatnya sah. Barang siapa mengeluarkannya setelah shalat
maka dianggap sedekah sunah.”
20
C. Syarat-syarat Wajib Zakat Fitrah
1. Beragama Islam
Zakat fitrah diwajibkan hanya kepada orang yang beragama
Islam.Hal ini berdasarkan riwayat hadis ibnu Umar ra yang
menyebutkan, Laki-laki dan perempuan muslim, pada hakikatnya,
zakat fitrah pertama-tama diwajibkan kepada kerabatnya yang
muslim, kemudian pembatunya yang muslim, kemudian menunaikan
zakat fitrah orang yang nafaqahnya menjadi tanggunganya. Sebab,
zakat fitrah itu seperti nafaqah (Madani, 2013:143).
2. Adanya kelebihan makanan pokok.
Adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sendiri dan
orang-orang berada dalam tanggungan nafkahnya pada malam hari
raya dan ketika hari raya. Maksudnya zakat fitrah juga tidak wajib
kecuali atas yang memiliki kelebihan makanan untuk kebutuhan
dirinya dan orang-orang maupun hewan yang berada dalam
tanggungannya pada malam hari raya dan ketika hari raya, karena
terpenuhinya nafkah dirinya dan orang-orang tanggungannya pada
hari tersebut sangatlah penting, dan jika memang ada kelebihansetelah
itu maka menurut kesepakatan ulama‟, hal itu mewajibkan
ditunaikannya zakat fitrah atas nama dirinya dan orang-orang yang
menjadi tanggungannya.
21
3. Mendapati bagian akhir Ramadhan dan bagian awal bulan Syawal.
Maksudnya zakat fitrah wajib bagi orang yang telah bertemu
dengan bagian akhir Ramadhan dan bagian awal bulan Syawal, sebab
hadis Rasulullan saw telah menyandarkan zakat fitrah tersebut kepada
fitrah, dan zakat fitrah itu wajib berkaitan dengan puasa dan al-fithr
(fast breaking, lepas dari puasa) keduanya sama-sama masuk dalam
kategori wajib, maka zakatpun disandarkan kepada keduanya tidak
pada salah satunya agar tidak mengharuskan penetapan hukum
sepihak (Azam, 2010:397).
Dan apabila seseorang telah mengumpulkan syarat-syarat
tersebut di atas, maka wajiblah baginya untuk mengeluarkan zakat
fitrah untuk dirinya sendiri. Kemudian setelah dirinya terpenuhi, siapa
lagi yang ia harus bayarkan dari orang-orang yang ditanggungnya.
Maka, dalam hal ini urutannya adalah sebagai berikut:
1. Istrinya
2. Anaknya yang masih kecil
3. Bapaknya
4. Ibunya
5. Anaknya yang sudah besar
Ini semua berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Imam
Muhammad Az-Zuhri Al-Ghomrowi dalam kitabnya Anwarul
Masalik:
“Dan barang siapa yang diwajibkan atasnya zakat fitrah dan
mendapatkan sebagian darinya, maka dirinyalah yang didahulukan
22
(untuk dikeluarkan zakatnya) kemudian istrinya, lalu anaknya yang
kecil kemudian bapaknya kemudian ibunya kemudian anakanya yang
besar (yang belum bekerja)”.
D. Kadar dan Jenis Zakat Fitrah
Jenis benda yang dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan
pokok di Indonesia ini adalah beras. Hal ini dikarenakan tujuan dari zakat
ini tiada lain adalah untuk mengenyangkan fakir miskin dan mustahiq-
mustahiq lain pada malam dan siang hari raya tersebut. Jadi jelasnya orang
yang berada di daerah Jawa kalau dia hendak mengeluarkan zakat fitrahnya,
hendaknya dia mengeluarkan zakat dalam bentuk makanan pokok penduduk
jawa, yaitu beras, karena inilah yang dijadikan makanan pokok pada
lazimnya.
Menurut mazhab syafi‟i, zakat fitrah itu hanya dapat dibayar
dengan biji-bijian (al-hubb), dan tidak boleh digantikan dengan hartanya
dalam bentuk uang atau lainya. Bahan makanan yang dikeluarkan itu
disyariatkan pula mestilah dalam keadaan baik, bersih, tidak busuk, berbau
dan sebagainya.
أمر النب صلى اهلل عليو وسلم زكاة الفطر صاعا من تر أو صاعا من ش ي
“Nabi memerintahkan zakat fitri satu sha‟ kurma atau satu sha‟
gandum.” (HR. Al-Bukhari no. 1507).
Besarnya kadar yang wajib di bagi setiap individu dalam zakat
fitrahbila berwujud beras ialah dua setengah kilogram. Besar satuan zakat
fitrah dua setengah kilogramberas itu di sama dengan satu sha‟.
23
Adapun kadar dan ukuran zakat fitrah adalah satu sha‟ yang pernah
dipakai Rasulullah SAW yang menurut ukuran kita adalah:
1 Sha‟= 4 Mud
1 Mud = 600 gram
4 Mud = 2400 gram = 2,4 Kg
Satu sha‟ menurut ijma‟ setara dengan 4 mud beras itu kurang
lebih2,4 kilogram, kemudian di bulatkan menjadi dua setengah kilogram.
Takaranini berlaku untuk jenis biji-bijian yang bersih dari campuran atau
ulat atauberubah bau, rasa, dan warnanya.
Dari pemahaman di atas dapat dipahami, bahwa yang dijadikan
zakat fitrah itu adalah bahan makanan pokok bagi orang yang mengeluarkan
zakat fitrah atau bahan makanan pokok di daerah tempat berzakat fitrah
(Ja‟far, 2007:64-65).
Kewajiban zakat fitrah itu dibayar dengan mengeluarkan satu sha‟
(2,75 liter) dari biji-bijian yang menjadi bahan makanan pokok utama di
negerinya (Nasution, 1995: 170).
Menurut Imam Malik dalam penjelasannya mengenai ukuran zakat
fitrah terdapat beberapa penjelasan,
”Yahya menceritakan kepadaku, dari Nafi‟, dari Abdullah bin
Umar,bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada
bulanRamadhan atas setiap orang muslim sebanyak satu sha‟ kurma atau
satu sha‟gandum atas setiap orang yang merdeka maupun budak, laki – laki
maupunprempuan dari kalangan kaum muslimin.”
“Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Zaid bin Aslam, dari
Iyadh binAbdullah bin Sa‟ad bin Abu Sarh Al Amiri bahwasanya ia
24
mendengar AbuSa‟id Al Khudri mengatakan, “Kami mengeluarkan zakat
fitrah sebanyak satusha‟ makanan atau satu sha‟ gandum atau satu sha‟
kurma atau sha‟ kejuatau satu sha‟ kismis, dan itu berdasarkan ukuran sha‟
Nabi Muhammad SAW.
“Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi‟, bahwasanya
Abdullah binUmar tidak pernah mengeluarkan zakat fitrah kecuali satu kali
mengeluarkan berupa gandum.”.
ImamMalik mengatakan, “Semua kafarat, zakat fitrah dan zajat
biji-bijian diukur dengan mud kecil, yakni mud Nabi Muhammad SAW,
kecuali kafarat zhihar diukur dengan mud Hisyam, yaitu ukuran mud besar.
Berdasarkan dari penjelasan Imam Malik diatas dapat kita tarik
kesimpulan bahwasanya dalam penyerahan benda zakat harus berupa bahan
makanan pokok, tidak menggunakan uang sebagai alat bayar zakat.
Menurut jumhur ulama, zakat fitrah itu harus dibayarkan
denganmakanan pokok setempat dan tidak sah dibayar dengan uang. Kadar
wajibyang dibayarkan itu menurut mereka sebanyak satu sha‟ (Dahlan,
1997: 2011).
E. Waktu Mengeluarkan zakat.
Zakat fitrah ini boleh dikeluarkan mulai awal bulan Ramadhan dan
disunahkan diakhir bulan Ramadhan.Sedangkan waktu yang paling afdol
adalah ketika selesai shalat subuh dan sebelum shalat Idul Fitri.Jika
dikeluarkan setelah selesai melaksanakan sholat Idul Fitri, maka zakat
fitrahnya disebut shodaqoh biasa. Nabi Bersabda;
25
ف ن أداىا ق بل الصالة فهي زكاة مقب ول ومن أداىا الصالة فهي ص ق من الص قاا
“Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum sholat, ia
menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya setelah
sholat, ia menjadi sedekah biasa.‟‟
Sesungguhnya sebagian Ulama‟ fiqih berpendapat bahwa untuk
membayar zakat fitrah itu ada 5 waktu:
a. Waktu jawaz (boleh), ialah sejak awal bulan
Ramadhan
b. Waktu wajib, ialah waktu yang wajib mengeluarkan
zakat fitrah yaitu pada waktu setelah terbenamnya matahari
pada akhir bulan Ramadhan.
c. Waktu afdol (utama), ialah sebelum orang-orang
keluar untuk mengerjakan sholat hari raya (pagi-pagi hari raya)
d. Waktu makruh, ialah sesudah selesai shalat hari
raya karena menunggu kerabatnya atau orang yang paling
memerlukan.
e. Waktu haram, ialah sesudah selesai hari raya (esok
hari).
Adapun makruh itu tepatnya bila tidak ada udzur. Akan tetapi kalau
ada udzur, umpanya menantikan keluarga yang paling dekat untuk
menerima fitrah itu, tidaklah makruh hukumnya. Begitu pula kalau hartanya
jauh dari tempatnya, yang tak mungkin sampai kepadanya pada hari raya
itu, maka tidaklah haram hukumnya. Dalam hal ini, disunahkan bagi
26
seorang supaya jangan mengakhirkan pembayaran zakat fitrah itu sampai
selesai (Abidin,1998:235).
Hadis Rasulullah SAW menyatakan:
ه ا قال ف رض رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم عن ا ن ع ر رضي اهلل عن ، والذكر زكاة الفطر، صاعا من تر أو صاعا من ش ي، على ال ب واحلروالن ثى، والصغي والكبي، من ال ل ، وأمر با أن ت ؤدى ق بل خروج
(متفق عليو).الناس الصالة Dari Ibnu Umar, radhiyallahu „anhuma ia berkata: Rasulullah
saw. telah mewajibkan mengeluarkan zakat fitrah satu sha‟ kurma atau satu
sha‟ sya‟ir atas hamba sahaya ataupun orang merdeka, laki-laki maupun
perempuan, anak kecil atau dewasa, dari orang-orang (yang mengaku)
Islam. Dan beliau menyuruh menyerahkan sebelum orang-orang keluar dari
shalat Hari Raya Fitri.(muttafaqun „alaih).
Menurut pendapat masing-masing Ulama adalah sebagai berikut;
1. Menurut madzhab Hanafi: Waktu yang diwajibkan
untuk mnegeluarkanya adalah dari terbitnya fajar malam hari raya
sampai akhir umur seorang karena kewajiban zakat fitrah termasuk
kewajiban-kewajiban yang sangat luas waktunya, dan
pelaksanaanya juga sah dilakukan dengan mendahulukan ataupun
mengahirkan.
2. Hambali: Melaksanakan pemberian zakat fitrah
yang terlambat sampai akhir hari raya adalah haram hukumnya.
27
Dan bila dikeluarkan sebelum hari raya atau dua hari sebelumnya
dapat pahala, tetapi bila diberikan sebelum hari-hari tersebu diatas
tidak mendapat pahala.
3. Syafi‟i: Waktu yang diwajibkan untuk
mengeluarkanya adalah akhir bulan Ramadhan dan awal bulan
Syawal, artinya pada tenggelamnya matahari dan sebelumnya
sedikit (dalam jangka waktu dekat) pada akhir bulan Syawal,
artinya pada tenggelamnya matahari dan sebelumnya sedikit
(dalam waktu yang dekat) pada akhir bulan Ramadhan. Dan
disunahkan mengeluarkanya setelah tenggelamnya matahari pada
hari pertama, kecuali ada udhur.
F. Hikmah Zakat
Kesenjangan penghasilan rizqi dan mata pencarian di kalangan
manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa di pungkiri.Hal ini, dalam
penyelesaianya, memerlukan campur tangan Allah swt. Allah melebihkan
sebagian kita dari sebagian yang lain dalam hal rizqi. Beliau mewajibkan
orang kaya untuk memberikan hak yang wajib atau fardu kepada orang
fakir.Kefarduan zakat merupakan jalan yang paling utama untuk
menyelesaikan kesenjangan tersebut. Dan juga zakat bisa menetralisasikan
sifat gotong royong dan tanggung jawab social di kalangan masyarakat
Islam. Adapun hikmah zakat adalah sebagai berikut:
28
Pertama, mendorong orang untuk bekerja keras agar mampu
memberikan zakat pada orang yang membutuhkan, serta kepedulian orang
kaya terhadap orang miskin (Mu`iz, 2001:14).
Dalam firman Allah QS Al-Hasyr ayat 7;
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya.‟‟
Kedua, zakat fitrah merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir
dan orang-orang yang sangat memerlukan bantuan.Zakat fitrah bisa
mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat ketika mereka mampu
melakukanya dan bisa mendorong mereka untuk meraih kehidupan yang
layak. Dengan tindakan ini masyarakat akan terlindung dari penyakit
kemiskinan, dan negara akan terpelihara dari penganiayaan dan kelemahan.
29
Setiap golongan bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan orang-
orang fakir.Seperti firman Allah QS Maidah ayat 2:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.”
Ketiga, zakat fitrah mensucikan jiwa dari penyakit kikir, bakhil,
keji, Rakus dan tamak (Mu`iz, 2011:31)
Keempat, zakat fitrah diwajibkan sebagai ungkapan rasa syukur
atas nikmat harta yang telah di titipkan kepada seseorang.
Kelima, mengurangi kefakiran yang merupakan masalah sosial dan
ekonomi yang penting dalam Islam sebagai ibadah. Salah satu jalan
menwujudkan keadilan sosial (Ali, 1988: 41).
G. Mustahik Zakat
Orang-orang yang menerima zakat itu ada delapan golongan,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an:
30
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa penyaluran zakat itu hanya
diserahkan kepada delapan golongan tersebut (Abidin, 1998:226). Berikut
penjelasan satu persatu:
1. Orang fakir.
Orang fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta,
pekerjaan, dan usaha atau orang yang memilki harta,
pekerjaan, dan usaha, tetapi hasilnya sangat kecil, sehingga
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada
prinsipnya orang fakir adalah orang yang hidup materialnya
sangat kurang. Orang fakir itu, baik ia menyatakan maupun
tidak menyatakan kepayahannya hidupnya diketahui oleh
umum.
2. Orang miskin.
31
Orang miskin yaitu orang yang mempunyai harta, usaha, dan
pekerjaan, tetapi hasilnya masih belum mencukupi kebutuhan
hidupnya, kebutuhan yang dimaksud disini adalah makanan,
minuman, pakaian dan lain-lain menurut keadaan yang layak
baginya, namun tidak kekurangan seperti orang fakir. Oleh
karena itu, orang miskin jarang menampakkan kekurangan
hidupnya dari segi material, sehingga kadang-kadang tidak
diketahui orang bahwa ia itu miskin.
Seperti halnya orang fakir, orang miskinpun diberikan zakat
dalam jumlah yang dapat menutupi kebutuhanya, berupa
makanan, uang, peralatan kerja dan seebagainya sesuai dengan
keadaan.
Abu Hanifah berpendapat, makruh memberikan lebih dari satu
nisab zaka kepada orang miskin, tetapi menurut Imam Malik
dan Syafi‟i, jumlah yang diberikan kepada mereka sama sekali
tidak dibatasi,bila kadaanya menghendaki, seorang fakir atau
miskin dapat saja diberikan melebihi satu nisab.
3. Amilin.
Amilin yaitu orang-orang yang khusus ditugaskan oleh Imam
untuk mengurusi zakat, seperti petugas yang mengutip,
mencatat harta yang terkumpul, membagi-bagi dan
mengumpulkan para wajib zakat atau menumpulkan para
32
mustahik tetapi para qadi dan pejabat pemerintahantidak
termasuk dalam kelompok amil.
Amil dapat menerima bagian dari zakat, hanya sebesar upah
yang pantas untuk pekerjanya. Bila bagian amil ternyata lebih
besar dari jumlah upahnya, maka sisanya dialihkan kepada
mustahik lainya, sedangkan bila jumlah bagian amil itu kurang
dari upahnya, Imam harus memenuhi upah mereka.
4. Muallaf
Muallaf yaitu orang yang dibujuk hatinya karena imanya masih
lemah.Imam Malik, Syafi‟I dan Ahmad berpendapat bahwa
muallaf itu ada 4 golongan;
a. Orang-orang yang baru masuk Islam dan Iman masih
lemah. Mereka diberikan zakat, sebagai bantuan untuk
meningkatkan imannya.
b. Orang Islam yang berpengaruh yang diharapkan
akan mempengaruhi kaumnya yang masih kafir untuk
masuk Islam.
c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir, yang
dengan pengaruhnya kaum muslimin dapat terpelihara dari
kejahatan orang-orang kafir.
d. Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-orang
yang tidak mau membayar zakat (anti zakat).
5. Hamba (Budak Belian)
33
Hamba atau budak belian yang oleh tuanya dijanjikan boleh
menebus dirinya untuk memerdekakannya.Kepadanya diberi
bagian zakat untuk dapat memerdekakan dirinya.Pada masa
sekarang ini golongan budak belian sudah tidak ada lagi.
6. Al-Garimi
Al-Garimi yaitu orang-orang yang berhutang karena
kegiatanya dalam usaha kepentingan umum. Menurut Imam
Syafi‟I, golongan Garimi ada 2 macam:
a. Orang yang berhutang untuk menanggulangi biaya
mendamaikan antara orang-orang yang berselisih.
b. Orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya karena
perbuatan yang bukan maksiat, dapat bagian zakat bila ia
tidak mampu lagi membayar.
7. Sabilillah
Sabilillah yaitu orang-orang yang berjuang dijalan Allah.
Sabilillah ini meliputi kepentingan agama Islam dan umatnya.
Orang yang berperang membela dan menegakkan kalimat
Allah, tanpa mendapatkan gaji, atau tentara suka rela walaupun
ia orang kaya, diberikan zakat untuk sekedar biaya perang.
Besarnya jumlah yang dapat diberikan kepada mereka
34
disesuaikan biaya perjalanan, pengadaan perlengkapan
persenjataan, dan alat-alat pengangkutan yang dibutuhkanya.
Jika setelah menerima zakat itu ternyata ia tidak jadi
melakukan jihad, maka harta yang telah diambilnya itu wajib
dikembalikannya.
Menurut sebagian Ulama, orang-orang yang melakukan ibadah
haji dan umrah juga dibenarkan menerima zakat atas nama fi
sabilillah. Malik dan Hanifah membatasinya pada tempat-
tempat berjihad dan ribath, sedang Imam Syafi‟i mengatakan
bahwa bagian fi sabilillah itu hanya dapat diberikan kepada
orang yang berperang seperti yang dijelaskan diatas.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil yaitu orang-orang yang mengadakan perjalan jauh
dari kampung halamannya. Mereka mendapat bagian zakat
apabila memerlukanya, dan perjalananya bukan perjalanan
maksiat (Abidin,1998:228). Para Ulama sepakat bahwa orang
melakukan perjalanan untuk ketaaan berhak mendapat zakat.
Menurut pendapat yang shohih, orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan yang mubahpun dapat diberikan
bagian zakat, sebagaimana ia berhak mendapat rukhsoh seperti
berbuka puasa dan menqoshor sholat (Nasution, 1995: 179).
H. Amil Zakat
35
1. Pengertian Amil
Kata Amil terambil dari kata amal yang biasa diterjemahkan
dengan yang mengerjakan/pelaksanaan. Sedangkan secara istilah
berarti orang yang diberikan tugas untuk mengurus zakat dan
mengumpulkannya dari orang yang berhak mengeluarkan zakat,
kemudian ia akan membagikan kepada golongan yang berhak
menerima, dan ia diberikan otoritas oleh penguasa untuk mengurus
zakat tersebut.
Sayid Sabiq mengatakan, “Amil zakat adalah orang-orang
yang diangkat oleh penguasa atau wakil penguasa untuk bekerja
mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya. Termasuk amil zakat
adalah orang yang bertugas menjaga harta zakat, pengembala hewan
ternak zakat dan juru tulis yang bekerja di kantor amil zakat.
„Adil bin Yusuf al „Azazi berkata, “Yang dimaksud dengan
amil zakat adalah para petugas yang dikirim oleh penguasa untuk
mengunpulkan zakat dari orang-orang yang berkewajiban membayar
zakat. Demikian pula termasuk amil adalah orang-orang yang menjaga
harta zakat serta orang-orang yang membagi dan mendistribusikan
zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mereka itulah
yang berhak diberi zakat meski sebenarnya mereka adalah orang-
orang yang kaya.
36
Muhammad Rasyid Ridha, 1368:513, ketika menafsirkan
ayat 60 surat Attaubah menjelaskan apa yang dimaksud dengan amil
zakat.
Mereka yang ditugaskan oleh Imam/ Pemerintah
atau yang mewakilinya, untuk melaksanakan pengumpulan
zakat dan dinamai Aljubaat, serta menyimpan/memeliharanya
yang dinamai Alhazanah/Bendaharawan, termasuk pula para
pengembala, petugas administrasi, mereka semua harus dari
orang-orang muslim.
Jika diamati definisi di atas, seorang amil haruslah yang
diangkat sebagai petugas oleh Pemerintah, pendapat ini dilonggarkan
oleh beberapa ulama khususnya Almutaakhirin. Menurut Abu Zahrah,
1965:192 menyatakan bahwa amil adalah sebagai berikut.
Mereka yang bekerja untuk mengelola zakat,
menghimpun , menghitung, mencari orang-orang yang butuh
mustahiqin, serta membagikannya kepada mereka.
Salah satu bentuk perorganisasian zakat yang diusulkannya
adalah melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan tetapi yang
diawasi oleh Pemerintah. Al-Qardhawi lebih jelas lagi memperinci
para amil zakat menyatakan:Semua orang yang terlibat/ikut aktiv
dalam organisasi kezakatan, termasuk penanggung jawab, para
pengumpul, pembagi, bendaharawan, penulis dan sebagainya.
2. Tugas-tugas Amil Zakat
Pada garis besarnya para amil zakat dapat dikatagorikan
menjadi kelompok besar:
a. Para Pengumpul
37
Bertugas mengamati dan menetapkan para muzaki macam-
macam harta mereka yang wajib dizakati, serta jumlah yang
harus mereka bayar, kemudian mengambil dan menyimpanya
untuk kemudian diserahkan kepada petugas-petugas yang
membagikan apa yang telah mereka kumpulkan itu.
b. Para Pembagi
Bertugas mengamati dan menetapkan setelah peengamatan dan
penelitian yang seksama siapa saja yang berhak mendapatkan
zakat, perkiraan kebutuhan mereka, kemudian membagikan
kepada masing-masing dengan pertimbangan jumlah zakat yang
diterima dan kebutuhan mereka masing-masing.
3. Syarat-syarat Amil
Untuk menjadikan pengelolaan yang profesional, maka
diperlukan syarat-syarat tertentu bagi amil zakat. Menurut Yusuf
Qordowi seorang amil zakat hendaknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Hendaknya seorang muslim, karena zakat itu urusan
kaum muslimin, maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan
mereka.
b. Hendaklah petugas zakat itu seorang mukalaf, yaitu
orang dewasa yang sehat akal pikiranya.
38
c. Petugas zakat hendaknya orang yang jujur, karena
diamanati harta kaum Muslimin. Demikian pula sifat keamanahan
yang sangat menonjol dari para petugas zakat di zaman
Rosulullah saw. Dan pada zaman khalifah Ar-Rasyidin yang
keempat, menyebabkan baitul mal tempat menampung zakat
selalu penuh terisi dengan harta zakat kemudian segera disalurkan
kepada orang yang berhak menerimanya.
d. Memahami hukum-hukum zakat. Para ulama
menyaratkan petugas zakat itu faham terhadap hukum zakat
apabila ia diserahi urusan umum.
e. Kemampuan untuk melaksanakan tugas. Petugas
zakat hendaklah memenuhi syarat untuk melaksanakan
tugasnyadan sanggup memikul tugas itu.
f. Disyaratkan laki-laki.
Para amil yang bertugas diharapkan mengetahui tatakrama
pembagian zakat, serta Doa-doa yang berkaitan dengan tugas-tugasnya,
karena hal ini mempunyai arti yang tidak kecil bukan saja bagi para pemberi
dan penerima tetapi juga bagi kesempurnaan ibadah zakat disisi Allah.
I. Pengelolaan Zakat (UU no 23 tahun 2011 dan PP
14 tahun 2014)
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur beradasarkan Undang-
undang no 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, meskipun harus diakui
39
bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang
sangat mendasar, misalnya tidak dijatuhkanya sanki bagi muzakki, tetapi
undang-undang tersebut mendorong upaya pembentukan lembaga
pengelolaan zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat.
Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
mengkoordinasikan dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat (UU Pasal 1 no 23 tahun 2011).
Perencanaan adalah penentuan sasaran yang ingin dicapai,tindakan
yang harus dilakukan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan. Proses perencanaan terdiri dari beberapa langkah yaitu penetapan
penjadwalan waktu, penetapan lokasi, penetapan fasilitas dan lain-lain yang
diperlukan.
Pelaksanaan adalah upaya ketua dalam menggerakkan anggotanya
untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efesiensi berdasarkan
perencanaan dan pembagian tugas. Fungsi pelaksanaan yaitu membuat
orang lain menyukai tugasnya sehingga dapat mengerjakan dengan baik dan
menanamkan dan memupuk tanggung jawab secara penuh.
Pengkoodiasian adalah untuk mengatur urutan proses berjalanya
arus kerja, perlu dibuat ketentuan mengenai prosedur dan hubungan kerja
antar unit. Langkah pokok dalam proses pengkoorganisasian yaitu
menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota dalam
40
kesatuan kerja dan membantu efektifitas organisasi dan mengambil langkah
penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektifitas.
Pengumpulan Pasal 21 “Dalam rangka pengumpulan zakat,
muzzaki melakukan perhitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Kemudian
Pasal 25 tentang pendistribusian “Zakat wajib didistribusikan kepada
mustahik sesuai dengan syariat Islam. Pendayagunaan Pasal 27
menyebutkan “Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam
rangka penanganan fakir miskin dan meningkatkan kualitas umat.
Menurut Undang-undang pasal 4 Pengelolaan zakat juga
berasaskan sebagai berikut:
a. Syariat Islam, b. Amanah, c. Kemanfaatan, d.
Keadilan, e.Kepastian hukum
Dalam pasal 3 Pengelolaan zakat bertujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan dalam
pengelola zakat dan
2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
3. Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat
BAZNAS terdiri dari 11 orang anggota (pasal 8 ayat 1).
a. Anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud ayat 1 terdiri atas
8 orang dari unsur masyarakat dan 3 orang dari unsur
pmerintah (pasal 8 ayat 2).
41
b. Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
2 terdiri atas unsur ulama, tenaga profsional,dan tokoh
masyarakat Islam (Pasal 8 ayat 3).
c. Unsur pemerintah sebagaimana ayat 2 ditunjuk dari
kementrian/instansi yang berkaitan dengan pengelola zakat
(Pasal 8 ayat 4).
Zakat mempunyai peran yang penting dalam sistem perekonomian
Islam, karena zakat bisa dijadikan sumber dana bagi menciptakan
pemerataan hidup ekonomi masyarakat Islam.
Zakat disamping fungsinya sebagai sarana mendekatkan diri
kepada Tuhan membersihkan diri dan harta kekayaan dari kotoran-kotoran
juga menjadi batu harapan bagi kaum fakir miskin dan menajadi sarana
penunjang pengembangan dan pelestarian ajaran Islam didalam masyarakat.
Zakat merupakan sarana penciptaan kerukunan hidup antara golongan kaya
dan kaum fakir miskin. Zakat merupakan sumber dana pembangunan umat
Islam, sebagai sumber dana zakat dapat menjadi kekuatan modal yang
sangat besar apabila ditunjang oleh cara pengelolaan yang baik (Daradjat,
1995:246).
Di dalam pelaksanaan, pemeliharaan dan pembagian zakat fitrah
agar betul-betul dapat dilakukan yang baik sehingga tidak terjadi
penyimpangan. Di dalam penentuan sebagian diantara asnaf yang delapan
itu benar-benar sudah dapat dibahas sektor-sektor mana yang amat
mendesak, sehingga perlu diberikan prioritas mendapatkan pembagian yang
42
lebih besar dari lainya, sehingga betul-betul dapat diterapkan azaz manfaat
yang sebesar-besarnya dan prinsip efektifitas dan efisiensi kerja (berdaya
hasil dan berdaya guna) didalam pengelolaan zakat.
Jadi didalam pengelolaan zakat ini dapat dipikirkan cara-cara
pelaksanaanya dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan tujuan zakat ialah membantu meningkatkan taraf hidup
anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan mempercepat kemajuan
agama Islam, menuju tercapainya masyarakat yang adil, maju dan makmur
yang diridoi oleh Allah swt.
Dalam surat at-Taubah: 60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu
golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) adalah orang-orang
yang bertugas mengurus urusan zakat („amilina „alaiha). Yang mengambil
dan menjemput tersebut adalah para petugas („amil). Imam Qurtubi ketika
menafsirkan ayat tersebut meyatakan bahwa amil itu adalah orang-orang
yang ditugaskan (diutus oleh Imam/pemeritah) untuk mengambil,
menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para
muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya
(Didin, 2002:125).
Karena itu, Rasullah saw. Pernah memperkerjakan seorang pemuda
dari suku Asad, yang bernama Ibnu Luthaibah, untuk mengurus urusan
zakat Bani Sulaim. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Tholib ke Yaman
untuk menjadi amil zakat (Didin, 2002:125). Demikian pula yang dilakukan
Khulafaur-rasyidin sesudahnya, mereka selalu mempunyai petugas khusus
43
yang menegatur masalah zakat, baik pengambilan maupun
pendidstribusiannya.
Untuk menciptakan Pengelolaan yang baik diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu yaitu antara lain:
a. Kesadaran masyarakat akan makna, tujuan serta
hikmah zakat.
b. Amil zakat benar-benar orang yang terpercaya,
karena masalah zakat adalah masalah yang sensitive. Oleh
karena itu dibutuhkan adanya kejujuran dan keikhlasan amil
zakat untuk menumbuhkan adanya kepercayaan masyarakat
kepada amil zakat.
c. Perencanaan, dan pengawasan atas pelaksanaan
pemungutan zakat yang baik (Daradjat, 1995:246).
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang
memiliki kekuatan hokum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,
antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan kedisiplinanmembayar
zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat
apabila berhadapan langsung untuk penerima zakat dari para muzaki.
Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat
dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu
tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya jika zakat
diserahkan langsung dari muzaki kepada mustahik, meskipun secara hukum
44
syariah adalah sah, akan tetapi di samping akan terabaikannya hal-hal
tesebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang bekaitan dengan
kesejahteraan umat, akan sulit diwujudkan.
Dalam Undang-Undang Pasal 38 menyebutkan “Setiap orang
dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat
yang berwenang”.
Sebagaimana pasal diatas, masyarakat yang tidak termasuk anggota
yang sudah ditentukan dalam Undang-Undang no 23 tahun 2011 bahwa
organisasi pengelolaan zakat terdiri dari dua organisasi, yaitu Badan Amil
Zakat Nasional (pasal 5) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). Maka
masyarakat yang tidak termasuk dari 2 organisasi tersebut tidak boleh
melakukan pengelolaan zakat termasuk takmir masjid. Bagi masyarakat
yang melanggar pasal 38 diatas akan dikenakan pasal 41, “Setiap orang
yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan
sebagaimana pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun
atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000.00.
Akan tetapi kenyataan dimasyarakat, diberbagai daerah Indonesia
setiap menjelang hari Raya Idul Fitri takmir masjidlah yang mengelola
zakat.Apakah mereka dipidanakan?
Agar mereka tidak terkena pasal 41 yaitu dengan cara merujuk
pada Peraturan Pemerintah Pasal 66 ayat 1 menyebutkan “Dalam hal suatu
komunitas dan wilayah tertentu belum terjangkau oleh BAZNAS dan LAZ,
45
kegiatan pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh perkumpulan orang,
perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), pengurus takmir masjid atau
musola sebagai amil zakat. Selanjutnya ayat 2 juga menyebutkan “ Kegiatan
pengelola zakat oleh amil zakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1
dilakukan dengan memberitahukan secara tertulis kepada kantor urusan
agama kecamatan”.
46
BAB III
PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KECAMATAN PABELAN
A. Kondisi Umum Dusun Tukang Kec. PabelanKab. Semarang
1. Letak Geografis
Dusun Tukang adalah salah satu wilayah yang termasuk
kecamatan Pabelan kabupaten Semarang. Jarak desa dengan pusat
pemerintahan kecamatan 9 km, jarak pemerintahan kabupaten 50 km.
Secara geografis batas dusun Tukang sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatasan dengan dusun Gentan.
b. Sebelah selatan berbatas dengan Desa Terban.
c. Sebelah barat berbatas dengan dusun sindon.
d. Sebelah utara berbatas dengan dusun Maliyan.
Adapun wilayah Dusun Tukang adalah 14 ha yang terdiri dari
2 RT yaitu RT 1 dan RT 2. Dengan jumlah penduduk 336 jiwa yang
terdiri dari 155 KK (165 laki-laki dan 174 perempuan). Adapun
jumlah penduduk Dusun Tukang menurut usia dilihat pada tabel
berikut:
47
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Dusun Tukang kelompok
umur tahun 2016
No Umur Jumlah
1. 0-6 40
2. 7-12 30
3. 13-18 17
4. 19-24 75
5. 25-55 57
6. 56-79 60
7 80 17
Jumlah 336
2. Keadaan Sosial Ekonomi, Agama dan Pendidikan.
a. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan Ekonomi masyarakat dusun Tukang Kec.Pabelan Kab.
Semarang sebagian besar dipengaruhi oleh hasil pertanian,
karena sebagian besar masyarakat dusun Tukang
bermatapencaharian sebagai petani. Selain hal tersebut sebagian
masyarakat Dusun Tukang juga ada yang mencari nafkah untuk
kebutuhan hidunya dari sumber lain seperti berdagang, pegawai
Negri dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya guna mengetahui
keadaan ekonomi masyarakat Dusun Tukang Kec, Pabelan,
maka dapat dilihat tabel di bawah ini tentang keadaan
masyarakat menurut mata pencaharian.
48
Tabel 3.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian.
No JenismataPencaharian Jumlah
1. Petani pemilik tanah 30
2. Petani penggarap tanah 40
3. Pengusaha sedang/besar 23
4. Bangunan 35
5. Pedagang 45
6. PegawaiNegri 25
7. Lain-lain 7
Jumlah 220
b. Keadaan Keagamaan.
Masyarakat Dusun Tukang Kec.Pabelan dalam segi keagamaan
berjalan cukup baik. Keseluruhan masyarakat Dusun Tukang
beragama Islam dan taat pada ajaran agama serta
mengedepankan rasa kerukunan dan kebersamaan.
Sebagai masyarakat yang beragama Islam, masyarakat dusun
Tukang selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
diwujudkan dalam bentuk Ibadah, Pengajian, Pengajian Hari
Besar Islam, silaurrohmi dan sebagainya baik yang
diselenggarakan di masjid-masjid, musola dan rumah penduduk,
diantaranya:
1) Al-Barzanji
Kegiatan ini dilakukan oleh para remaja dan anak-anak
dengan bentuk bacaan Al-Barzanji. Kegiatan ini dilakukan
seminggu sekali pada hari malam minggu yang bertempat
musola atau dirumah.
49
2) Yasinan dan Tahlil
Kegiatan ini dilakukan oleh Bapak-bapak atau Ibu-ibu dan
remaja. Dilaksanakan seminggu sekali pada malam jum‟at
yang bertempat di rumah-rumah secara bergantian.
3) Manakib
Kegiatan ini berbeda dengan kegiatan yang lain. Kegiatan
manakib ini biasanya dilakukan dirumah penduduk yang
mempunyai hajatan tertentu.
Untuk melaksanakan kegiatan ibadah/kegiatan agama
yang lain, di Dusun Tukang telah dibangun sarana/tempat
ibadah. Sebagaiman telah disampaikan bahwa masyarakat
dusun Tukang secara keseluruhan beragama Islam, maka
hanya ada tempat ibadah orang Islam saja yaitu terdapat 1
masjid dan 1 musola.
c. Latar BelakangPendidikan.
Masyarakat Dusun Tukang adalah masyarakat pedesaan yang
agamis, sehingga ada beberapa masyarakat yang berpendidikan dari
pesantren dan pendidikan umum yang masih kurang. Hal ini dapat
dilihat dengan banyaknya masyarakat yang hanya pendidikan
SD/Sederajat dan hanya beberapa saja yang berpendidikan sampai
tingkat perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya sebagaiman tabel
dibawah ini:
50
Tabel 3.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum Sekolah 40
2. Belum Tamat SD 78
3. Tamat SD 69
4. Tamat SLTP 60
5. Tamat SLTA 32
6. Tamat Akademik 57
Jumlah 336
Tabel tersebut hanya menggabarkan pendidikan formal,
sedangkan seperti yang telah dijelaskan bahwasanya lebih dari 115
dari masyarakat dusun Tukang adalah lulusan dari pondok pesantren
namun hanya 70 orang yang lulus dari Aliyah Pesantren.
B. Pelaksanaan Zakat Fitrah Di Dusun Tukang Kec. Pabelan
1. Muzaki
Masyarakat desa Tukang Kec. Pabelan adalah termasuk
masyarakat yang taat dengan perintah agama. Dengan demikian
masyarakat Dusun Tukang selalu taat menjalankan perintah agama
baik dalam hal beribadah ataupun kegiatan-kegiatan yang bernuansa
Islami termasuk kewajiban membayar zakat fitrah.
Kesadaran masyarakat Dusun Tukang mengenai kewajiban
mengeluarkan zakat fitrah relatif tinggi, sebab telah menjadi adat
kebiasaan setiap akhir bulan Ramadhan menjelang hari raya idul fitri
di Dusun Tukang identik dengan membayar zakat fitrah. Sehingga
tanpa disadari mereka menyambut datangnya hari raya idul fitri
dengan membayar zakat fitrah.
51
Dalam permasalahan ini penulis mewawancarai beberapa
kepala keluarga yang diantaranya adalah Bajuri, yang mengatakan
bahwa salah satu bagian dari keluarganya selalu mengeluarkan zakat
fitrah setiap malam hari raya Idul Fitri, zakat tersebut diberikan
kepada guru ngaji. Beliau juga menambahkan bahwa memberikan
zakat fitrah kepada guru ngaji karena sudah menjadi adat dan tanda
terimakasih atas jasa guru ngaji tersebut (wawancara Bapak Bajuri,11
juni 2016).
Lain halnya dengan Munjiatun, beliau selalu mengeluarkan
zakat fitrah melalui panitia zakat karena dengan melalui panitia, maka
zakat akan sampai kepada yang berhak dengan merata tanpa ada yang
terlewati. Beliau juga menambahkan bahwa panitia zakat adalah orang
yang lebih tahu masalah zakat fitrah dan apabila ada kesalahan itu
adalah tanggung jawab panitia (wawancara Ibu Munjiatun,10 Juni
2016).
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa orang-orang yang
membayar zakat fitrah (muzaki) di Dusun Tukang adalah seluruh
penduduk atau masyarakat baik laki-laki maupun perempuan besar
maupun kecil yang mempunyai kelebihan bahan makanan pada malam
hari raya Idul Fitri. Pada umumnya masyarakat Dusun Tukang kurang
begitu mengerti mengenai permasalahan orang yang wajib membayar
zakat fitrah. Namun mereka tahu bahwa zakat fitrah adalah kewajiban
52
tiap-tiap orang Islam (hasil suvai dusun Tukang, 6 juni 2016. Malam
idul fitri).
Data para wajib zakat yang ada pada panitia ada ada 248
orang (81 KK). Data tersebut adalah termasuk fakir miskin yang
mendapatkan bagian zakat, karena mereka orang-orang yang
mempunyai kelebihan bahan makan, namun taraf ekonominya masih
rendah (miskin) (Data panitia zakat fitrah dusun Tukang tahun 2016).
2. Mustahik
Di Dusun Tukang Kec. Pabelan berbeda dengan dusun lain
dalam halorang menerima zakat fitrah. Di dalam ketentuan al-Qur‟an
dijelaskan ada delapan asnaf yang berhak menerima zakat fitrah. Namun
di Dusun Tukang pada dasarnya hanya terdapat tiga asnaf yaitu para
Fakir Miskin, Sabilillah dan Amil. Pembagian dari tiga asnaf tersebut
dibagi rata antara fakir, miskin, sabilillah dan amil.
Di Dusun Tukang antara fakir dengan miskin tidak ada
perbedaan yang mendasar, pada intinya keduanya sama-sama orang yang
kurang mampu atau tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Muhyar, beliau
mengatakan bahwa memang beliau adalah orang yang pantas untuk
diberi zakat fitrah karena didusun ini termasuk orang yang fakir
(kekurangan). Beliau menambahkan bahwa beliau setiap tahun selalu
53
mendapat bagian zakat fitrah, bahkan mendapat lebih banyak yaitu dari
pemberi zakat secara langsung dari pada dari panitia (wawancara Bapak
Muhyar, 11 juni 2016, jam 16.00).
Data para fakir miskin ada 89 KK, yang terbagi menjadi 44
KK golongan fakir yaitu pata janda-janda tua dan orang yang berusia 80
tahun keatas yang sudah tidak mampu bekerja, dan 45 KK golongan
orang yang miskin yang kebanyakan adalah orang yang bekerja sebagai
penggarap sawah dan kuli (Data mustahik zakat fitrah panitia zakat
dusun Tukang 2016).
Yang kedua para guru ngaji, Imam masjid, muazdin dan
khotib, mereka dianggap asnaf karena meraka sama-sama menerima
zakat fitrah yang diberikan oleh para yang membayar zakat (muzakki).
Menurut pendapat salah seorang kiai diDusun Tukang mereka semua
termasuk Sabilillah (wawancara Bapak Darusi 6 Juni 2016 19.00 WIB).
Sebagai seorang muslim yang mengaku sebagai umatnya
Nabi Muhammad Saw, merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan
bagi siapapun yang mempunyai ilmu untuk mengajarkan dan
mengamalkannya kepada orang lain walau hanya sedikit atau satu ayat.
Sebagaimana sabdanya‚„„sampaikanlah apa-apa yang berasal dariku
walau hanya satu ayat„„ tutur salah satu guru ngaji (wawancara Ibu
Munjiatun 15 Juli 2016).
Tiap tahun menjelang akhir bulan Ramadhan, berdasarkan
keterangan dari tiap warga bahwa murid-murid tersebut akan
54
memberikan zakatnya kepada para guru ngaji mereka masing-masing
dengan maksud sebagai bayar jasa karena mereka telah mendidik
mereka. Hal ini adalah sebuah tradisi karena hal ini sudah melekat dalam
jiwa dan benak mayoritas masyarakat muslim di Dusun Tukang. Bahkan
ketika penulis bertanya kepada salah satu warga, beliau mengatakan
bahwa hal tersebut sudah berlangsung sejak mbah buyut, masyarakat
beranggapan bahwa memberikan zakat kepada guru ngaji itu adalah
sebuah keharusan bagi muridnya (wawancara Ibu bi‟ah 18 Juli 2016
18.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara Munjiatun, setiap tahun beliau
menerima zakat fitrah dari murid-muridnya baik yang masih aktif
mengikuti proses pengajian maupun yang sudah lulus (wawancara Ibu
Munjiatun 15 Juli 2016).
Jumlah yang menerima zakat fitrah guru ngaji ada 6, Imam
masjid ada 6, muazdin ada 6, khotib ada 6. Jadi ada 24 yang mendapat
bagian zakat fitrah.
3. Amil
Pelaksanaan zakat fitrah di dusun Tukang dilaksanakan
dengan beberapa cara yang salah satunya adalah melalui panitia zakat
(Amil). Amil didusun Tukang adalah sebuah kelompok yang bertugas
mengurus zakat (zakat fitrah).
55
Panitia zakat (amil) didusun Tukang dipilih oleh modin
setempat atas usulan dari pengurus zakat tingkat kecamatan. Dalam
masalah ini modin memilih seorang ketua saja yang dianggap mampu
dan tahu dalam penanganan zakat fitrah, seterusnya anggota lain
dipilih oleh oleh ketua yang dipilih tersebut. Panitia ini terdiri dari
beberapa orang diantaranya adalah ketua, sekretaris, bendahara dan
pelaksana (anggota) (wawancara Bapak Imron 10 Juli 2016).
Sususnan Panitia zakat fitrah didusun Tukang Kec Pabelan,
Kab. Semarang diambil dari mereka yang telah lulusan pondok
pesantren dan minimal ijazah Tsanawiyah yang tersusun sebagai
berikut: sebagai Penasehat dan Penanggung Jawab: Bpk KH Kasrun
Ismail dan Kiai Abdur Rohman, Ketua: Darusi Ahmad, Wakil: Imron
Al-faruq, Sekretaris: Sakroni, Bendahara: Sutrisno (wawancara Bpk
Imron10 Juli201609.00).
Panitia-panitia tersebut mempunyai beberapa tugas antara
lainmemberikanpengarahan,mengumumkan, menerima (menampung)
zakat, mengelola dan membagikan zakat fitrah.
4. Pengelolaan Zakat
Fitrah
Dalam pelaksanaan zakat fitrah ini panitia (amil) tidak
memungut zakat kepada muzzaki tetapi hanya mengumumkan,
56
menerima dan menampung, serta membagikan hasil zakat dari
muzzaki yang membayar zakatnya melalui panitia (amil) zakat.
a. Penerimaan
Dalam penerimaan zakat fitrah di dusun Tukang, panitia lebih
dahulu memberikan pengumumkan atau pengarahan kepada
masyarakat agar dalam pelaksanaan zakat fitrah sedapat
mungkin disampaikan melalui panitia minimal tiap kepala
keluarga satu bagian (wawancara Bapak Zakariya, 6 Juli 2016
20.00). Pada hari pelaksanaan zakat fitrah, menerima zakat dari
para muzzaki dengan bertempat di Masjid sebagai pusat
peribadahan masyarakat Dusun Tukang yang letaknya setrategis
yaitu berada di tengah-tengah desa.
b. Pendistribusian
Pelaksanaan zakat fitrah diDusun Tukang Kec Pabelan pada
dasarnya sama dengan yang dilakukan di tempat-tempat lain,
yaitu dengan menyerahkan bahan makanan (beras) sebanyak 2,5
kg. Pengeluaran zakat fitrah ini dilakukan pada malam hari raya
Idul Fitri atau pada malam akhir bulan dari bulan puasa
Ramadhan.
Namun diDusun Tukang ada yang masih kurang dari 2,5 kg,
berdasarkan survai dan wawancara Darusi, beliau selalu
mengecap bahwa si A ini selalu kurang dari 2,5 kg,yang terdiri
dari 2 orang dengan jumlah zakat 5 kg atau 6 liter lebih 2 gelas,
57
beliau juga menambahkan bahwa si A ini orang yang kurang
mampu dan usia si A tersebut sudah lanjut usia. (wawancara
Bapak Darusi, 6 Juli 2016 18.30).
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan zakat fitrah
di dusun Tukang Kec. Pabelan, penulis melakukan berbagai penelitian
antara lain dengan metode observasi dan wawancara (interview).
Melalui metode observasi penulis dapat melihat langsung bagaiman
proses/pelaksanaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec. Pabelan. Dan
dengan metode wawancara, penulis dapat mengetahui data-data atau
alasan-alasan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Aturan atau system pemberian zakat fitrah di Dusun Tukang
ada yang diberikan secara langsung kepada fakir miskin, ada yang
diberikan kepada guru ngaji dan ada yang diberikan melalui panitia
zakat fitrah.
1) Pembagian Langsung.
Dalam hal ini para muzzaki memberikan langsung kepada
mustahik yaitu ada yang diberikan kepada fakir miskin dan ada
yang diberikan kepada guru ngaji. Sehingga muzaki berhadapan
langsung oleh mustahik. Cara ini adalah merupakan kebiasaan
turun menurun yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Tukang.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Sulasmi, beliau
mengatakan bahwa beliau lebih memilih memberikan zakat
kepada fakir miskin, karena zakatnya dapat secara langsung
58
sampai pada yang berhak tanpa melaui perantara. Hal ini yang
selalu dilakukan oleh masyarakat Dusun Tukang sejak lama
sebelum ada panitia. Beliau juga menambahkan, beliau khawatir
kalau panitia ada yang berbuat curang dan tidak sampai ke
mustahik (wawancara Ibu Sulasmi, 12 Juli 2016).
2) Pembagian oleh panitia
Selain diberikan langsung kepada fakir miskin ada juga yang
diberikan langsung kepada guru ngaji, yang kedua diberikan
melalui panitia zakat fitrah yang kemudian nanti dikelola oleh
panitia zakat fitrah.
Kaitanya dengan pendistribusian zakat fitrah oleh panitia, maka
panitia telah mendata orang-orang yang wajib menerima zakat fitrah yaitu
ada 89 KK, dengan ekonominya kurang dan tidakmempunyai lapangan
kerja/pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu para
petani penggarap dan kuli serta para janda dan duda tua yang sudah tidak
mampu bekerja lagi (Data dari Panitia zakat fitrah Dusun Tukang Tahun
2016).
Pendistribusian zakat fitrah diDusun Tukang yang melalui panitia
setiap tahun adalah rata-rata 75 kepala dari wajib zakat fitrah, tahun 2011
sebanyak 70 KK, 2012 sebanyak 80 KK, 2013 sebanyak 73 KK, 2014
sebanyak 76 KK, 2015 sebanyak 72 KK dan 2016 sebanyak 81 KK.
59
Sedangkan jumlah penduduk Dusun Tukang adalah 155 KK. Dari
panitia mengharapkan minimal setiap KK dapat menyalurkan zakat
fitrahnya kepada panitia satu kepala (wawancara Bpk Sakroni sebagai
panitia, tanggal 6 Juli 2016). Namun jika dibandingkan kenyataan yang ada
sangat jelas bahwa tidakada 30% yang menyalurkan zakat fitrah kepada
panitia.
Bahwa dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan zakat sebagai
potensi umat Islam yang dapat disumbangkan dalam pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya maka diperlukan pengelolaan zakat secara professional
dan tanggung jawab, untuk itu perlu dibentuk dan diterbitkan surat
keputusan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Semarang tentang
pengankatan Unit Pengumpulan Zakat. Namun pada dasarnya di
DusunTukang belum meminta Surat keputusan tersebut. Dalam
permasalahan ini penulis mewawancarai Darusi sebagai Ketua dalam amil
zakat fitrah, beliaumengatakan bahwa belum meminta SK ke Kantor Urusan
Agama karena beliau baru tahu, beliau juga belum tahu dengan adanya
peraturan pemerintah, beliau juga menambahkan bahwa beliau juga tahu
bahwa SK itu penting, akan tetapi tidak adanya waktu karena beliau orang
sibuk dan sudah dekat waktu pada hari raya Idul Fitri (wawancara Bapak
Darusi, 6Juli 2016 18.30).
Sebagaimana Peraturan Pemerinah Republik Indonesia dalam Pasal
66 ayat 1 menyebutkan “Dalam hal disuatu komunitas dan wilayah tertentu
belum terjangkau oleh BAZNAS dan LAZ, kegiatan Pengelolaan Zakat
60
dapat dilakukan oleh perkumpuan orang, perseorangan tokoh umat Islam
(alimulama), atau pengurus / takmir masjid / musholla sebagai amil zakat”.
Kemudian dilanjutkan pasal 2 yaitu “Kegiatan Pengelolaan Zakat oleh amil
zakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan memberi
tahukan secara tertulis kepada kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.
C. Pendapat
Ulama di DusunTukang Kec. Pabelan Kab. Semarang
Mengenai permasalahan zakat fitrah yang terjadi di Dusun Tukang,
pendapat ulama Dusun Tukang sama, hanya saja alasannya yang berbeda.
Sebagaimana yang dikutip berikut adalah pendapat:
Menurut pendapat Bapak Darusi Ahmad, mengenai permasalahan
zakat fitrah yang diberikan kepada guru ngaji itu diperbolehkan. Menurut
beliau, guru ngaji adalah bagian dari sabilillah dan guru ngaji berhak
menerima bagian zakat fitrah sekalipun guru ngaji adalah orang kaya.
Beliau juga menembahkan, bahwa guru ngaji lebih tahu cara pengelolaan
zakat.
Mengenai belum adanya SK, panitia zakat tetap sah, karena itu
sudah menjadi panitia sudah turun temurun dari beberapa generasi
(wawancara Bapak Darus, 10 Agustus 2016).
Menurut Bapak KH. Ismail Nuryanto, bahwasanya untuk
membayar zakat lebih baik lewat amil atau panitia, agar dapat terorganisir
dengan baik, sesuai syarat dan rukun yang ada, karena menurut beliau
61
seorang panitia zakat harus benar-benar tahu tentang hukum zakat, beliau
juga menambahkan agar tidak salah pilihan delapan maka harus liwat amil
atau panitia zakat.
Mengenai permasalahan bagian yang diberikan kepada guru ngaji,
beliau berpendapat bahwa itu diperbolehkan tetapi ketika guru ngaji adalah
orang yang kaya, lebih baik diberikan fakir miskin.
Kemudian beliau juga berpendapat mengenai panitia belum
meminta SK ke KUA, menurut beliau sah-sah saja karena panitia ini juga
dibentuk oleh ulil amri Dusun Tukang (wawancara Bapak Ismail, 10
Agustus 2016).
Menurut Bapak Amir Subadi, M.Ag, menurut beliau memberikan
langsung kepada fakir miskin itu lebih baik dari pada liwat amil karena
menurut beliau yang lebih tahu siapa yang menurut beliau pantes diberi
zakat fitrah. Mengenai panitia yang belum meminta SK itu juga sah-sah saja
karena yang menjadi amil itu orang-orang pilihan yang lebih tahu dan lebih
paham tentang zakat di Dusun Tukang (wawancara Bapak Amir, 10 Agustus
2016).
62
BAB IV
PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH
DI DUSUN TUKANG KEC. PABELAN
KAB. SEMARANG TAHUN 2016
A. Zakat Fitrah di Dusun Tukang
1. Muzaki
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa zakat fitrah adalah
kewajiban yang bersifat umum pada setiap kepala atau pribadi dari
kaum muslimin, dengan tidak membedakan antara orang merdeka
dengan hamba sahaya, antara laki-laki atau perempuan, antara kecil
atau orang dewasa sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
زكاة الفطر من : عن ا ن ع ر قال ف رض رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم رمضان على الناس صاعا من تر او صاعا من ش ي على احلر او عب
: و يف البخاري (رواه البخاري و م لم)ذكر او أن ثى من ال ل وم وكان طون ق بل الفطر ي و او Artinya : “Dari Ibnu Umar Ra ia berkata, Rasulullah SAW
mewajibkan zakat fitrah (terbuka) bulan Ramadan sebanyak 1 sa‟ (3,1
liter) kurma atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan (Muttafaqun „alaih)”. Dalam hadits
Bukhari disebutkan : Mereka membayar fitrah itu sehari atau dua
hari sebelum hari raya”
Hadist tersebut menunjukan bahwa zakat fitrah merupakan
kewajiban setiap orang Islam tanpa membedakan orang merdeka atau
budak, karena dalam zakat fitrah seorang budak (pembantu) adalah
63
menjadi tanggungan majikanya yang harus membayar fitrahnya.
Sebagaimana pendapat Jumhur berpegang hadis:
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Rasulullah sw.
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fithrah untuk anak kecil,
orang dewasa, orang merdeka dan hamba sahaya dari orang yang
kamu sediakan makanan mereka (tanggunganmu). Menurut Ibnu
Hamz, yang berpendapat bahwa bayi dalam kandungan juga wajib
dizakati dengan beralasan hadis:
زكاة : عن عب اللها ن ع ر قال ف رض رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم الفطر من رمضان على الناس صاعا من تر او صاعا من ش ي على احلر
(رواه البخاري و م لم)او عب ذكر او أن ثى من ال ل Artinya : “Dari Ibnu Umar Ra ia berkata, Rasulullah SAW
mewajibkan zakat fitrah (terbuka) bulan Ramadan sebanyak 1 sa‟ kurma
atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki
atau perempuan (Muttafaqun „alaih)”
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa “Apabila janin dalam perut
ibunya telah sempurna berumur seratus dua puluh hari sebelum terbitnya
fajar malam hari raya Idul-fitri, maka wajib dikeluarkan zakat fitrah bagi
dirinya, bahwa pada waktu itu telah ditiupkan ruh padanya. Sedang janin
sudah termasuk “anak kecil”, karenanya wajib dikeluarkan zakat fitrah bagi
dirinya. Ibnu Hamz meriwayatkan bahwa Usman bin Affan telah
mengeluarkan sedekah fitrah untuk anak kecil, orang dewasa dan anak yang
masih didalam kandungan. Kemudian alasan tersebut ditentang karena
riwayat dari usman r.a tidak berasan karena munqati‟ (Qardawi, 1973:930).
64
Asy-Syaukani menyatakan, bahwa Ibnu Mundzir
mengemukakan adanya ijma‟ yang tidak mewajibkan zakat fitrah bagi
anak yang masih dalam kandungan (Qardawi, 1973:931).
Dari penjelasan diatas penulis cenderung pada pendapat
jumhur dan jika dikaitkan dengan muzzaki yang ada di dusun Tukang,
seluruh penduduk dusun Tukang baik besar maupun kecil, laki-laki
atau perempuan yang mempuyai kelebihan bahan makanan di hari itu.
Menurut penulis para muzzaki di dusun Tukang sudah selayaknya
mengeluarkan zakat fitrah seperti yang dikehendaki oleh syara‟, yaitu
membayar zakat fitrah pada hari raya Idul Fitri dengan memberikan
2,5 kg kepada orang-orang yang berhak menerima zakat.
2. Mustahik
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Taubah, yang
dijelaskan bahwa mustahik zakat ada delapan golongan antara lain:
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
muallaf yang di bujuk hatinya, memerdekakan budak, orang-orang
yang berhutang untuk jalan Allah, sabilillah dan orang yang dalam
perjalanan.
Sebagai konsekuensi logisnya sangat jelas bahwa yang
berhak menerima zakat adalah sebagaimana yang telah tercantum
dalam Al-Qur‟an surat al-Taubah ayat 60 yang tersebut diatas, maka
dengan demikian para panitia zakat ataupun muzzaki tidak dibenarkan
65
membagi zakat menurut kehendaknya sendiri tanpa memperhatikan
dasar hukum tersebut.
Dalam masalah ini Yusuf Qardawi berpendapat bahwa zakat
ditunaikan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu yang
berhubungan dengan kehidupan pribadi, masyarakat dan kemanusiaan.
Karenanya tidak dibenarkan bagi sembarangan orang yang bukan
mustahiknya mengambil zakat. Begitu pula tidak dibenarkan bagi
muzaki dan panitia zakat memberikan zakat sekehendak hatinya tanpa
tepat sasaran (Qardawi, 1973:673).
Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang berbeda yaitu
perdapat pertama Pendapat yang mewajibkan dibagikanya pada asnaf
yang delapan, dengan rata.Ini adalah pendapat yang masyhur dari
golongan Syafi‟i. Kedua pendapat yang memperkenankan
membagikanya kepada asnaf yang delapan dan mengkhususkanya
kepada golongan fakir.Ini adalah pendapat jumhur, karena zakat fitrah
adalah zakat juga, sehingga masuk pada keumuman ayat 60 dari surat
al-Baqarah. Ketiga pendapat ini mewajibkan mengkhususkan kepada
orang-orang fakir saja. Ini adalah pendapat golongan Maliki (Qardawi,
1973:965).
Sekiranya kita dapat berpegang pada pendapat jumhur yang
memperbolehkan pembagian zakat fitrah kepada asnaf yang delapan
dengan lebih mengutamakan kepada golongan fakir.
66
Kaitannya dengan ketentuan tersebut, para mustahik yang ada
di dusun Tukang pada dasarnya yaitu para fakir, miskin, guru ngaji
dan panitia zakat. Mereka adalah beberapa golongan yang biasa
menerima zakat fitrah di dusun Tukang. Ketiga golongan tersebut
menurut syara‟ adalah merupakan golongan yang berhak menerima
zakat termasuk juga guru ngaji.
Dalam hal ini guru ngaji dapat dikatagorikan sebagai
sabilillah yang berhak menerima zakat fitrah karena pekerja
merekaadalah untuk kemaslahatan umat. Seperti yang dikatakan para
ulama dahulu maupun sekarang, ada yang meluaskan arti sabilillah,
tidak hanya khusus pada jihad dan yang berhubungan denganya, akan
tetapi ditafsirkannya pada semua hal yang mencakup kemaslahatan,
takarrub danperbuatan-perbuatan baik, sesuai dengan penerapan asal
dari kalimat tersebut. (Qardawi,1973:619).
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Imam Ar-Razi
dalam tafsirnya, bahwa dhohir lafadzdalam firman Allah ``wa
sabilillah`` tidak wajib mengkhususkan artinya pada orang yang
berperang saja. Kemudian ia berkata: Maka terhadap arti ini, Imam
Qaffal mengutip dalam tafsirnya dari sebagian fuqaha, bahwa mereka
itu memperkenankan menyerahkan zakat fitrah pada semua bentuk
kebijakan, karena sesungguhnya firman Allah Wa sabilillah bersifat
umum, meliputi semuanya.
67
Pada dasarnya arti dari Sabilillah adalah perang, namun
apabila kita melihat berdasarkan fakta sekarang ini, bahwa perang
yang terjadi tidaklah setiap negara (tempat) dan waktu ada perang.
Dengan demikian apakah bagian sabilillah harus tetap diberikan untuk
dana perang sedangkan hal tersebut sekarang sudah tidak ada, sedang
masih banyak bidang atau sektor yang lain yang harus meminta zakat.
Dengan melihat pemahaman tersebut diatas, perkembangan
pemikiran tentang konsep sabilillah dan pemberikan pemahaman
barunya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya
dan masyarakat dusun Tukang pada khususnya yang memberikan
zakat fitrah kepada guru ngaji. Hal ini disebabkan setiap perubahan
masa dan tempat menghendaki kemaslahatan yang sesuai dengan
keadaan masa itu dan ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan suatu hukum. Sebagaiman kadah fiqhiyah:
“tidak diingkari perubahan hukum disebaban perubahan
zaman dan tempat.”
Dan juga kaidah yang lain:
ت غي ر الفت وى واختالف ها ب ب ت غي الزمن والمكن والحوال والن ياا وال وائ
"Fatwa berubah dan berbeda sesuai dengan perubahan
zaman, tempat keadaan, niat, dan adat kebisaaan"
Kaidah di atas dapat dipahami bahwa suatu hukum yang ada
pada masa lampau didasarkan atas kemaslahatannya yang berubah
maka hukumnya pun harus mengikuti pula. Demikian untuk masa
68
mendatang, apabila kemaslahatanya berubah maka berubah pula
hukum yang didasarkan kepadanya.
Dengan demkian dapat ditegaskan bahwa pemberian zakat
fitrah kepada guru ngaji dapat dibenarkan karena mereka termasuk
katagori sabilillah yang berhak menerima zakat, dan sabilillah dapat
diartikan segala macam kemaslahatan umum dan mendidik serta
mengajak manusia untuk menjalankan dan menjaga agama Allah
adalah termasuk kemaslahatan umum demi tegaknya agama Islam.
Dan halini sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat dusun Tukang.
3. Amil
Amil adalah badan atau orang yang menengani atau
mengurus masalah zakat. Panitia zakat harus dipilih oleh penguasa
yang dalam hal ni dusun Tukang dipegang oleh moden. Mereka inilah
yang bertugas mengumpulkan zakat fitrah yang telah ditugaskan oleh
pemerintah atau pemimpin dalam masyarakat.
Pengumpulan atau pengelolaan zakat fitri, mereka
berhakmendapat gaji dari dana zakat fitrahnya terkumpul
tersebut.Tanpa melihat kondisi keuangan atau kekayaan mereka yang
terlibat dalam pengelolaan dana zakat fitrah tersebut. Sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
69
ل : عن أب س ي اخل ري رضي اهلل عنو أن صلى اللو عليو وسلم قال ها أو لغار تل الص ق لغن ل خل لغاز يف سبيل اللو أو ل امل علي
ق على أو لرجل اشت راىا بالو أو لرجل كان لو جار م ك ف تص (ح ن صحيح أ و داود)ال ك فأى اىا ال ك للغن
Sesuai dengan sabda Nabi saw dari Abu Said Al-Khudri ra : ”
Sedekah itu tidak halal zakat diberikan kepada orang kaya kecuali lima
sebab, orang yang berperang di jalan Allah, atau pengurus sedekah atau
orang yang berhutang atau orang yang membeli sedekah dengan hartanya,
atau orang kaya yang mendapat hadiah dari orang miskin dari hasil
sedekah”.
Menurut Yusuf Qardawi, dalam buku Hukum Zakat
dijelaskan beberapa syarat amil zakat antara lain (Qardawi, 1973:551):
a. Hendaklah petugas seorang muslim, karena zakat itu urusan kaum
muslimin, maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan
mereka. Ibnu Qudamah berkata: Setiap pekerjaan yang
memerlukan syarat amanah (kejujuran) hendaknya disyaratkan
Islam bagi pelakunya seperti menjadi saksi.
b. Hendaknya petugas zakat itu seorang mukallaf, yaitu orang dewasa
yang sehat akal fikiranya.
c. Petugas zakat itu hendaknya orang jujur, karena ia diamanati harta
kaum muslim.
d. Memahami hukum-hukum zakat. Sebab bila ia tidakmengetahui
hukum zakat, berarti ia bukan orang yang cukup baik untuk
mengemban tugas yang dibebankan kapadanya dan
70
memungkinkan untuk melakukan banyak kesalahan dalam
tugasnya.
e. Kemampuan untuk melaksanakan tugas. Petugas zakat hendaklah
memenuhi syarat untuk dapat melaksanakan tugasnya, dan
sanggup memikul tugas itu. Kejujuran saja belum mencukupi
bila tidak disertaikekuatan dan kemampuan untuk bekerja.
f. Sebagaian ulama melarang kerabat NAbi Muhammad SAW untuk
menjadi amil zakat.
g. Amil zakat disyaratkan laki-laki. Tetap hal ini nampaknya tidak
menutup kemungkinan wanita untuk menjadi amil zakat selagi
tugasnya itu sesuai dengan fitrahnya sebagai wanita.
h. Sebagian ulama mensyaratkan amil itu orang merdeka bukan
seorang hamba. Namun ada hadis yang menyatakan budak
juga dapat diangkat sebagai amil zakat.
Adapun tugas dari amil zakat secara garis besar adalah
sebagai berikut (Mufraini, 2006:188): Pertama melakukan pendataan
muzzaki dan mustahik, melalukan pembinaan, menagih,
mengumpulkan, danmenerima zakat, mendoakan muzzaki saat
menyerahkan zakat kemudian menyusun pelenggaraan sistem
administrasi dan manajerial dana zakat yang terkumpul tersebut.
Kedua, memanfaatkan data terkumpul mengenai peta mustahik dan
muzzaki zakat, memeratakan jumlah kebutuhanya, dan menentukan
kiat distribusinya.
71
4. Pendistribusian zakat
Seperti yang telah djelaskan pada bab terdahulu bahwa
pendistrbusian zakat fitrah di dusun Tukangada dua cara yaitu
diberikan langsung kepada mustahik dan diberikan melalui panitia.
Bahwasannya tidak ada perbedaan dalam pembagian zakat fitrah
dengan pembagian zakat mal sebagaimana yang dikatakan Asy-
Syaukani: Membagi zakat fitrah sama dengan membagi zakat
mal,karena fitrah, Nabi namakan zakat juga.
Potensi yang benar yang melekat pada zakat fitrah, harus
betul-betul dikelola secara maksimal.Muzaki dapat menyalurkan
langsung kepada fakir miskin dilingkungan terdekatnya tanpa harus
melalui pantia atau amil.Dengan penyaluran secara langsung,
penerima langsung dapat mengetahui siapa yang membayarnya,
muzzaki juga dapat mengontrol sampainya zakat fitrah sesuai dengan
sasaran.
B. Analisa Menurut Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan
negara hukum.Ini berarti bahwa segala sesuatu dinegara ini diatur didalam
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Demikan juga dalam
pelaksanaan zakat. Di Indonesia terdapat UU dan PP yang secara khusus
mengatur permasalah zakat.
72
Dalam UU no 23 tahun 2011 pasal 6 menyebutkan “ BAZNAS
merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat
secara nasional”. Selanjutnya dalam pasal 17 menyebutkan “Untuk
membantu BAZNAS dalam melaksanakan pengumpulkan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ”. Lembaga
pengelola zakat itu adalah secara nasional BAZNAS dan dibantu oleh LAZ.
Dengan demikian, masyarakat yang bukan termasuk anggota
BAZNAS dan LAZ tidak boleh melakukan sebagai amil zakat termasuk
juga takmir masjid yang ada di Dusun Tukang khususnya dan di Dusun-
dusun lainya. Tapi pada kenyataanya di Indonsia masih banyak yang
menjadi amil zakat itu takmir masjid.Bagi takmir yang melakukan sebagai
amil zakat tersebut akan dikenai pasal 38.
Dalam Undang-undangPasal 38 menyebutkan: “Setiap orang
dilarang dengan sengaja bertindak selaku Amil zakat tanpa melakukan
pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat
yang berwenang”. Dan barang siapa yang melakukan sebagaimana pasal
tersebut diatas akan dikenai sanksi pidana sebagaimana pasal 41.
Undang-undang pasal 41 “Setiap orang yang dengan sengaja dan
melawan hukum melanggar ketentuan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 38
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun ata pidana denda
paling banyak Rp 50.000.000.00.
Agar tidak terkena pasal 41, maka orang yang menjadi pengelola
zakat juga harus menggunakan Peraturan Pemerintah pasal 66 ayat 1
73
menyebutkan, “Dalam hal suatu komunitas dan wilayah tertentu belum
terjangkau oleh BAZNAS dan LAZ, kegiatan pengelolaan zakat dapat
dilakukan oleh perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim
ulama), pengurus takmir masjid atau musola sebagai amil zakat.” Kemudian
dilanjutkan Pasal 2 berbunyi “Kegiatan pengelola zakat oleh amil zakat
sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan dengan memberitahukan secara
tertulis kepada kepala Kantor Urusan Agama kecamatan.”
Dengan adanya Pasal tersebut, untuk itu takmir masjid yang
menjadi amil zakat harus mendapat izin dan SK tertulis dari KUA, agar
tidak terjerat dalam sanksi pidana yang telah ditentukan.
Hal ini serupa juga disampaikan oleh beberapa Imam, sebagaimana
menurut Imam as-Syaukani, mengatakan:
ث هم اإلما لتحصيل الزكاة ها أي ال اة والباة الذ ن ب وال امل علي ها ق طا فإن هم تحقون من
Amil adalah orang yang diangkat menjadi wali dan memunggut
zakat, yang diutus oleh Imam/Khalifah (kepala negara) untuk
mengumpulkan zakat. Mereka berhak mendapatkan bagian dari zakat
itu.
Kemudian menurut Imam as-sarkhasi, dari mazdhab Hanafi
menyatakan: ها وىم الذ ن ت لهم اإلما على جع الص قاا وال امل علي
و طيهم ا ون كفا ت هم وكفا أعواام ول ق ر ذل الث ن Amil adalah orang yang diangkat oleh Imam/Khalifah menjadi
pekerja untuk mengumpulkan sedekah (zakat). Mereka diberi dari apa
yang mereka kumpulkan sekadar untuk kecukupan mereka dan
kecukupan para pembantu mereka. Besarnya tidak diukur dengan harga
(upah).
74
Sayid Sabiq mengatakan: Amil zakat orang-orang yang diangkat
oleh penguasa atau wakil penguasa untuk bekerja mengumpulkan zakat dari
orang-orang kaya (Sabiq, 1987:110).
Sedangkan menurut Syaikh Muhammad bin Sholeh Al- Utsmaini:
Amil zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk
membagikan zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk
menunaikanya lalu menjaga dan mendistribusikannya.
Berdasarkan pendapat para fuqoha dari dua mazdhab diatas, dapat
disimpulkan, bahwa Amil zakat adalah orang\wali yang diangkat oleh
Imam/kholifah (kepala negara) untuk memungut zakat dari para muzzaki,
dan pendistribusianya kepada mustahik. Hal tersebut diatas bahwa syarat
agar bisa disebut sebagai amil zakat adalah diangkat dan diberi otoritas oleh
penguasa muslim untuk mengambil zakat dan mendistribusikannya
sehinggapanitia-panitia zakat yang ada diberbagai masjid serta orang-orang
yang mengangkat dirinya sebagai amil zakat bukanlah amil secara syar`i.
Jadi amil zakat adalah orang yang ditunjuk oleh para ulil amri
dinegara Islam atau mendapatkan izin atau mereka dipilih oleh lembaga
yang diakui dari pemerintah atau organisasi-organisasiIslam untuk
mengurusizakat, mengumpulkan membagikan dan hal-hal yang
diberkaitanya dengan zakat.
Sedangkan yang ada di Dusun Tukang belum mencari/meminta SK
dari Kantor Urusan Agama. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti salah
75
satunya belum mengetahui dengan adanya Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah.
Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman kepada panitia amil
mengenai pembuatan SK yang benar menurut UU dan PP, sehingga tidak
terjadi kekeliruan dalam proses zakat fitrah yang dilaksanakan oleh panitia
amil zakat fitrah di dusun Tukang Kec. Pabelan Kab. Semarang.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan pembahasan mengenai pelaksanaan zakat fitrah
di Dusun Tukang ada beberapa hal yang di tulis sebagai kesimpulan:
1. Pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang dilakukan oleh takmir
masjid, pengumpulan zakat fitrah dilaksanakan setelah
terbenamnya matahari akhir dari bulan Ramadhan, 2-1 hari
sebelum zakat fitrah di kumpulkan, panitia memberi tahu tentang
pengumpulan zakat tersebut. Kemudian didistribusikan oleh takmir
masjid selaku amil kepada masyarakat sesuai aturan syariah.
2. Berdasarkan Pasal 38 Undang-undang no 23 tahun 2011, bahwa
“Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat
melakukan pengumpulan, pendistribusian atau pendayagunaan
zakat tanpa izin pejabat yang berwenang‟‟. Apa yang dilakukan
oleh takmir masjid di dusun Tukang bisa saja menjadi pelanggaran
atas pasal 38 yang akan dikenakan sanki denda lima puluh
juta/pidana kurungan paling lama 1 tahun sesuai pasal 41. Agar
tidak terkena sanksi seharusnya takmir membuat laporan tertulis
kepada Kantor Urusan Agama sesuai pasal 66 PP no 14 tahun 2014
77
tentang Pengelolaan zakat. Ini belum dilakukan oleh takmir di
dusun Tukang.
B. Saran-Saran
Dengan melihat pelaksanaan dan pengelolaan zakat fitrah yang
terjadi di Dusun Tukang, kiranya penulis dapat memberikan sarana-sarana
sebagai berikut:
1. Perlu adanya sosialisasi lebih jauh tentang Undang-undang
Pengelolaan Zakat.
2. Bagi takmir-takmir masjid agar tidak terkena pidana dan
denda, sebaiknya membuat bukti tertulis kepada KUA.
C. Penutup
Tidak ada ungkapan lain yang pantas untuk mengahiri kata-kata
dalam penulisan skripsi ini, kecuali panjatan puji syukur kehadirat Allah
SWT, atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan segala keterbatasan penulis.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
meskipun penulis telah berusaha mencurahkan segenap kemampuan tenaga
dan pikiran. Oleh karena itu demi kesempurnaan, peneliti sangat berharap
kritik dan saran dari pembaca sekalian.
78
Sebagai akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca yang
budiman. Dan semoga kita masih senantiasa bersama ridho-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an dan terjemahnya. Jakarta
Al-Buhkari,Imam.Shahih al-Bukhari. Bairut: Dar al-Kitabarabi.
Abidin, Slamet. & Moh. Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV.
PustakaSetia.
Ali, Mohammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Cet.1
Jakarta: Penertiban Universitas Indonesia.
Al-Zuhayly, Wahbah,1995. Zakat kajian berbagai mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Andiko, Toha. 2011. Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, panduan praktis dalam merespon
problematika Hukum Islam Kontemporer, cet I, Jogja.
Azam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Ibadah. Jakarta: BumiAksara.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 6,Jakarta: Icthuar Baru
Van Hoeven.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djarajat, Zakiyah.1995. IlmuFiqhJilid 1. Jakarta: Dana BaktiWakaf.
Djamaludin Ahmad Al Buni, 1981, Problematika Harta dan Zakat.
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan. 1990. Pengelolaan Zakat Mal Bagian
Fakir Miskin. Lampung.
Hafidudin, Didin, 2002. Zakat dalam perekonomian Modern. Editor. Irwan
kelana. Cet 1 Jakarta: Gema Insani Prres.
79
Jakfar, Muhammad, 2007. Tuntunan Praktis Ibadah Zakat, Puasadan Haji.
Jakarta: Kalam Mula.
Juhri, M. Syarifudin. 2011. Ulama dan Guru Ngaji sebagai prioritas utama
penerima zakat fitrah (studi kasus di Desa Bendongarap Kec. Klirong
Kab. Kebumen.Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Kalijaga. Jogja.
Kamdi, Nur. 2006. Pengelolaan Zakat Fitrah di Desa Mojokerto Kec, Kragan
Kab. Rembang.Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo. Semarang.
Madani, El. 2013. Fiqh Zakat Lengkap. Yogyakarta: Diva Prees.
Mu‟iz, Fahrur. 2011. Zakat: Panduan Mudah, lengkap dan praktis. Solo: Tinta
Medina.
Mufraini, Arif Muhammad. 2006. Akutansi dan Manajemen zakat:
Mengomunikasikan Kesadaran Dan Mebangun Jaringan. Jakarta: Pusat
Grafika.
Mustafidah, Ayyuaini. 2013. Pelaksanaan Zakat Pertanian Perspektif Umat dan
Elit Lokal (studi kasus Desa Baratwetan Kec, Gradeg Kab.
Mojokerto.Skripsi.Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga,
Jogja.
Nasution, Lahmudin.1995. Fiqh 1, IAIN SunanAmpel Surabaya.
Qardawi, Yusuf. 1973. Hukum Zakat. Terjemahan oleh Didin hafiduddin &
Hasanuddin. 1991. Jakarta: PT PustakaLiteraAntarNusa.
Riadi, Salamet. 2008. Pelaksanaan Zakat Kopi Prespektif Hukum Islam (studi
kasus Desa Tanjung Jati Kec, Warkuk Ranai Selatan Kab, Oku Selatan
Sumatra Selatan). Skripsi. Fakultas Syariah. UIN Sunan Kali jaga. Jogja.
Sabiq, Sayyid. 1978. Fikih Sunnah 3. Terjemahan oleh Muhyuddin Syaf.
Bandung: Alma‟arif.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Zakat.
INTERNET
Assagaff, Hasan Husen. 2012. Siapa berhak dan haram menerima zakat.
(Online),(https://hasansaggaf.wordpress.com/2012/03/05/siapa-
berhak-dan-haram-menerima-zakat/, diakses 20 Juli 2016).
80
Chann. Septi Wulan Sari.2013. Amil Zakat dalam pandangan Islam.
(Online),(http://dolphinsepty9.blogspot.com/2013/10/amil-zakat-
dalam-pandangan-islam.html, diakses 20 Juli 2016).
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Fitrah : Zakat fitrah.
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-
amil-zakat.html : Fiqh dan Muamalah.
81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cholidatul Chodriah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang, 06 Agustus 1993
Kontak Person : 085712227501
Alamat Asal : Dusun Tukang, Desa Tukang, Rt 1 Rw II, Kec
Pabelan Kab Semarang, Kodya Salatiga, Jawa
Tengah
Nama Ayah : Jumanto
Nama Ibu : Munjiatun
Alamat : Dusun Tukang, Desa Tukang, Rt 1 Rw II, Kec
Pabelan Kab Semarang, Kodya Salatiga, Jawa
Tengah
Riwayat Pendidikan
1. SD N TUKANG O2 LULUS 2005
2. MTS N 1 PACITAN LULUS 2009
3. MTS ALTARMASI PACITAN LULUS 2009
4. MA MU‟ADALAH PACITAN LULUS 2012
5. IAIN SALATIGA LULUS 2016
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat yang sebenar-benarnya.
Salatiga, 15 September 2016
Cholidatul Chodriah
21412026