pengelolaan pembelajaran ipa di smp it nur hasan …
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SMP IT NUR
HASAN BOARDING SCHOOL BOYOLALI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada
Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjasana
Oleh:
LINA ASTIA TRI W.
Q100170032
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJASANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA
DI SMP IT NUR HASAN BOARDING SCHOOL BOYOLALI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
LINA ASTRIA TRI W.
Q100170032
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Tjipto Subadi, M.Si Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA
DI SMP IT NUR HASAN BOARDING SCHOOL BOYOLALI
Oleh:
LINA ASTRIA TRI W.
Q100170032
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Magister Administrasi Pendidikan
Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Dewan Penguji:
1. Prof. Dr. Tjipto Subadi, M. Si ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Prof. Dr. Sofyan Anif, M. Si ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. P ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sekolah Pascasarjana
Direktur,
Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M. Pd
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Magister
Administrasi Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali secera tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka saya mempertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta,
Penulis,
LINA ASTRIA TRI W.
Q100170032
1
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA
DI SMP IT NUR HASAN BOARDING SCHOOL BOYOLALI
Abstract
Based on the results of the UNBK of Junior High School of IT Nur Hasan
Boarding School in 2017/2018 and 2018/2019, the highest UNBK IPA score is
still far below other UNBK subjects. So that the success of teachers in managing
science learning needs to be studied more deeply through science learning
management research in Junior High School of IT Nur Hasan Boarding School.
This type of research is a qualitative research with a descriptive qualitative
research design with non-numeric data from primary data sources and secondary
data collected through interviews, observations, and documentation which is then
performed the credibility test before entering into data analysis. Science learning
planning is done by the preparation of lesson plans by science teachers that refer
to the curriculum and syllabus that have been nationally established. The science
learning is implementation in the classroom, in the laboratory, and outside the
classroom. Evaluation models used in science learning are carried out through
summative and formative evaluation to find out the learning objectives. So the
teacher can diagnose student learning development, find out the level of
effectiveness and efficiency of various learning components used by the teacher.
Keyword: implementation, learning, management, planning, science.
Abstrak
Berdasarkan hasil UNBK SMP IT Nur Hasan Boarding School tahun 2017/2018
dan 2018/2019, nilai tertinggi UNBK IPA masih jauh di bawah mata pelajaran
UNBK yang lain. Sehingga keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran IPA
perlu dikaji lebih mendalam melalui penelitian pengelolaan pembelajaran IPA di
SMP IT Nur Hasan Boarding School. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan data non numeric
dari sumber data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi yang kemudian dilakukan uji credibility sebelum
masuk ke analisis data. Perencanaan pembelajaran IPA dilakukan dengan
penyusunan RPP oleh guru IPA yang mengacu pada kurikulum dan silabus yang
telah ditetapkan secara Nasional. Pelaksanaan pembelajaran IPA dilakukan di
ruang kelas, di laboratorium, dan di luar ruang kelas. Model evalusi yang
digunakan dalam pembelajaran IPA melalui evaluasi sumatif dan formatif untuk
mengetahui capaian tujuan pembelajaran.
Kata kunci: evaluasi, IPA, pelaksanaan, pembelajaran, pengelolaan.
2
1. PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri setiap individu sehingga
dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada individu tersebut. Proses
pembelajaran yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk
mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
salah satu bidang studi yang diajarkan di tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan global
dan teknologi informasi di masa mendatang.
Agar tercapai tujuan pembelajaran IPA yang baik maka guru harus
memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana yang
disebutkan Depdiknas (2006: 27) bahwa: Mata pelajaran sains di SMP berfungsi
untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari serta
untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah
Aliyah (MA), serta bertujuan menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains
yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari; menanamkan rasa ingin tahu dan
sikap positif terhadap sains dan teknologi; mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;
ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Pengelolaan pembelajaran IPA pada lingkungan sekolah saat ini, atau
manajemen pendidikan secara umum, bersandar pada kualitas dan
penanggulangan dari guru untuk memberdayakan beragam sumber yang ada dan
melaksanakan pembelajaran yang bisa mengembangkan cara berpikir peserta
didik yang teliti, jujur, inovatif, stabil, dan mengarah pada kecakapan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan peningkatan keimanan dan ketakwaan. Oleh
karena itu, pengelolaan pembelajaran membutuhkan kreativitas guru untuk
memiliki rasa ingin tahu dan aktif, jadi guru tersebut bisa menumbuhkan
kreativitas dan rasa ingin tahu siswanya. Pada dasarnya peserta didik memiliki
motivasi diri untuk belajar disebabkan dorongan oleh rasa ingin tahu.
Pengelolaan pembelajaran IPA selalu mendapat perhatian oleh kepala
sekolah dan guru, mengingat mata pelajaran IPA termasuk mata pelajaran Ujian
3
Akhir Nasional. Setiap sekolah selalu berharap untuk bisa meluluskan seluruh
siswa dalam mengikuti UAN. Kelulusan 100% dalam mengikuti UAN,
mengindikasikan bahwa pengelolaan pembelajaran 4 (empat) mata pelajaran yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA telah dilaksanakan
dengan baik.
Berdasarkan pengamatan di lapangan khususnya dalam pengelolaan
pembelajaran IPA, guru lebih banyak menerapkan strategi dan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, guru lebih banyak
menerapkan pembelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan tujuan
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Menekankan
pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
SMP IT Nur Hasan Boarding School merupakan salah satu sekolah yang
belum lama berdiri dan baru pertama kali meluluskan siswa-siswinya. Walaupun
termasuk kategori sekolah baru, namun tingkat kelulusan siswa-siswi SMP IT Nur
Hasan Boarding School yang diraih adalah 100%, denganperolehan nilai yang
tidak kalah dengan sekolah yang telah lama berdiri. Hal ini dapat dilihat dari rata-
rata nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2017/2018 untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 68,67 ; Bahasa Inggris sebesar49,74 ;
Matematikasebesar 47,2; dan IPA sebesar 53,12. Kemudian untuk rata-rata nilai
UNBK 2018/2019 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 73,71 ; Bahasa
Inggris sebesar 48,09 ; Matematika sebesar 44,96 ; dan IPA sebesar 51,54.
Berdasarkan rata-rata nilai UNBK tersebut, dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata siswa mengalami peningkatan. Namun untuk nilai tertinggi IPA jauh di
bawah mata pelajaran UNBK yang lain, dimana untuk Bahasa Indonesia ada 5
siswa yang mendapatkan nilai tertinggi 90, Bahasa Inggris ada 2 siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi 90, Matematika ada 3 siswa yang mendapatkan nilai
tertinggi 90, sedangkan nilai tertinggi IPA hanya 87 yang diraih oleh 1 siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka keberhasilan guru dalam mengelola
pembelajaran IPA perlu dikaji lebih mendalam melalui penelitian ini
4
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan desain
penelitian kualitatif deskriptif, karena memaparkan atau menggambarkan tentang
pengelolaan pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School.
Penelitian dilakukan di SMP IT Nur Hasan Boarding School, dengan
alamat Jalan Esemka, KM.03, Senting, Sambi, Boyolali selama 6 bulan (Februari
2019-Juli 2019). Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data non
numeric yang berupa kalimat yang memiliki makna, lebih memfokuskan pada
data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Sumber data yang digunakan yaitu data
primer diperoleh secara langsung selama dilakukan penelitian dari sumber
pertama, yaitu dari kepala sekolah, guru dan siswa, serta data sekunder diperoleh
dari narasumber yaitu informan (guru IPA dan siswa) dan key informan (Kepala
SMP IT Nur Hasan Boarding School). Kehadiran peneliti dalam pelaksanaan
penelitian ini bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan menggunakan uji Credibility,
yaitu dengan cara melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi baik dengan menggunakan triangulasi sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif dan member check. Teknis analisis data mengacu pada pendapat
Miles dan Huberman (2007), yaitu data yang berwujud kata-kata yang diperoleh
dari wawanara, observasi dan dokumentasi dianalisis, yang selanjutnya dilakukan
reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan/verifikasi secara
bersama-sama.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum SMP IT Nur Hasan Boarding School
Secara umum SMP IT Nur Hasan Boarding School memiliki fasilitas
pembelajaran yang cukup memadai, diantaranya gedung sekolah bertingkat
dengan fasilitas ruang kepala sekolah, ruang pendidik, 15 ruang kelas, aula, toilet,
gudang, lapangan upacara/olahraga, kantin, parkiran, rumah penjaga, ruang
5
laboratorium IPA, tempat ibadah, ruang BK, ruang TU, UKS dan perpustakaan.
Namun sekolah ini belum memiliki koperasi, taman, dan laboratorium bahasa.
Khusus untuk mata pelajaran IPA, kualifikasi akademik pendidik IPA (fisika dan
biologi) di sekolah ini adalah S1. Sekolah ini juga sedang dalam masa peralihan
dari KTSP ke kurikulum 2013 di mana kelas VII dan kelas VIII sudah
menggunakan kurikulum 2013 namun kelas IX masih menggunakan KTSP.
3.2 Perencanaan Pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School
Boyolali
Perencanaan pembelajaran IPA dilakukan dengan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh guru IPA guru sebelum melaksanakan
pembelajaran. Adanya RPP yang disusun oleh guru tersebut menunjukkan bahwa
guru telah melaksanakan satu fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan. Fungsi
perencanaan sangat penting dalam mencapai tujuan, termasuk tujuan
pembelajaran, tanpa adanya perencanaan yang baik, maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai dengan efektif dan efisien. Sebelum menyusun
perencanaan pembelajaran guru di SMP IT Nur Hasan Boarding School telah
berupaya untuk memahami tujuan pendidikan, menguasai bahan pengajaran,
memahami teori pendidikan selain teori pengajaran, memahami prinsip-prinsip
mengajar, memahami teori-teori belajar, memahami metode mengajar, memahami
model-model pengajaran, memahami prinsip-prinsip evaluasi, dan memahami
langkah-langkah membuat RPP. Dengan telah dipahaminya hal tersebut, maka
RPP yang dibuat oleh guru telah menggambarkan kegiatan dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah yang disusun dalam RPP tersebut tentunya sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nesari dan Heidari (2014), bahwa
mengembangkan rencana pembelajaran membutuhkan kemampuan, energi, dan
waktu untuk menyelesaikanya. Namun, rencana pembelajaran itu akan membantu
para guru untuk menghemat banyak waktu di tahun-tahun berikutnya karena
rencana pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan beberapa kali tanpa
6
lupa memperbaruinya. Selain itu, rencana pembelajaran juga dapat membantu
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kepercayaan diri.
Guru menganggap penting perencanaan pembelajaran, karena RPP
tersebut nantinya akan digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Tanpa adanya rencana pelaksanaan
pembelajaran yang rinci, maka pelaksanaan pembelajaran tidak akan dapat
dilakukan secara sistematis. Pentingnya RPP bagi guru dalam mengajar sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Muslich (2008) bahwa perencanaan
pembelajaran atau biasa disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah
rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas.
RPP yang disusun oleh guru merupakan penjabaran dari kurikulum dan
silabus, dalam bentuk rencana yang operasional. Secara garis besar tujuan
pembelajaran, dan standar kompetensi pada perangkat pembelajaran telah
dirumuskan dalam kurikulum, dengan kata lain kurikulum merupakan haluan
dalam melaksanakan pendidikan, suatu program yang terencana yang
menggambarkan pandangan secara menyeluruh, sehingga kurikulum ini dipakai
oleh guru sebagai tujuan menyeluruh dalam pelaksanaan pendidikan.
Sebagai haluan dari pelaksanaan pendidikan oleh pemerintah kurikulum
telah dijabarkan sekaligus dalam bentuk silabus, sehingga dalam menyusun RPP
guru mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan secara Nasional.
Dengan demikian RPP yang disusun oleh guru jika benar-benar mengacu pada
kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan secara nasional dan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh semestinya output pendidikan dapat merata, namun
pada kenyataannya output pendidikan sekolah satu dengan sekolah lainnya tidak
merata, hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi
output pendidikan selain rencana dan pelaksanaan pembelajaran.
Adanya kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan tersebut sangat
membantu guru dalam menyusun RPP, karena silabus merupakan sumber pokok
dalam menyusun rencana pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat
Yulaelawati (2011), yang menyatakan bahwa Silabus bermanfaat sebagai
7
pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan rencana
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem
penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana
pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun
satu kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk
merencanakan pengelolaan kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau
pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk
mengembangkan sistem penilaian, yang dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis
kompetensi, sistem penilaian selalu mengacu pada standar kompetensi,
kompetensi dasar dan pembelajaran yang terdapat di dalam silabus.
Kelengkapan alat laboratoriumpun juga tidak luput dari perencanaan di sekolah
ini, karena guru harus menyetorkan data selama satu tahun yang meliputi alat dan
bahan yang akan di gunakan namun belum ada di laboratorium SMP IT Nur
Hasan. Data tersebut akan digunakan sebagai pengajuan dana ke pihak yayasan
Nur Hasan sehingga alat dan bahan bisa tersedia sebelum praktikum dilaksanakan.
Berkaitan dengan kelengkapan laboratorium, Hamidu, Ibrahim, dan
Mohammed (2014), memberikan pendapat bahwa ruang laboratorium harus
tersedia bagi guru dan siswa. Guru IPA harus merencanakan anggaran tahunan
yang cukup untuk membeli bahan dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pembelajaran berbasis inkuiri di laboratorium yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.Pendidikan berkualitas dicapai ketika laboratorium sains,
laboratorium dalam konteks pengajaran, dan pembelajaran sains dibuat relevan
terkait masalah penelitian serta masalah pengembangan dan implementasinya.
Pendapat lain mengenai pembelajaran di laboratorim menurut Karpudewan dan
Meng (2017)menyatakan bahwa, kekurangan dalam lingkungan pembelajaran
laboratorium mungkin dapat menghambat upaya pemerintah untuk
menggabungkan pembelajaran abad ke-21 dalam sains yang berfokus pada
kreatifitas pemecahan masalah dan pembelajaran kolaboratif.Sedangkan menurut
pendapat Antonio (2018) menyatakan bahwa, kinerja siswa di laboratoriumsecara
signifikan berkorelasi dengan jenis kegiatan praktikum dan bahwa siswa
umumnya lebih suka kegiatan terstruktur (langkah-langkah diberikan) daripada
8
kegiatan tidak terstruktur. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
walaupun RPP telah mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan
namun capaian hasil pembelajaran belum tentu sama, karena adanya faktor lain
yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
3.3 Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School
Boyolali
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah di buat
sebelum pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
mata pelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding
School Boyolali, telah menerapkan pembelajaran dengan langkah yang benar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, ruang belajar di SMP IT Nur Hasan
Boarding School yang paling sering digunakan adalah ruang kelas itu sendiri, di
laboratorium sebagai penggali informasi tambahan, bahkan kadang menggunakan
tempat di luar ruang kelas untuk melakukan observasi dan menganalisis secara
langsung tentang kasus-kasus yang terkait dengan materi sekaligus terkait dengan
perkembangan zaman yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Farenga dan
Joyce (2010) yang menyatakan bahwa untuk mendorong kesenangan pada
pelajaran sains,pendidik sebaiknya memastikan bahwa siswa melihat sains itu
menarik melalui kegiatan langsung yang berbasis penyelidikan. Hal ini bertujuan
agar pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School menjadi sesuatu
yang tidak terkesan kuno dan tidak mengikuti zaman, juga menjadi sesuatu yang
menyenangkan untuk dipelajari.
Semua pelaksanaan dan penempatan ruang belajar bagi siswa
menyesuaikan dengan materi dan metode yang akan diterapkan. Pelaksanaan
pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School Boyolali tidak
menggunakan komputer maupun elektronik lainnya karena keterbatasan fasilitas,
meskipun demikian dalam pengajaran selalu menggunakan media yang sudah di
siapkan oleh guru sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.Hal ini
didukung oleh Abdul (2014) yang menyatakan bahwa pendidik mempunyai tugas
9
utama dalam pembelajaran yang ada di sekolah untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat berdampak positif dalam
pencapaian prestasi belajar peserta didik. Nagler (2016) juga memberikan
pendapatnya yang menyatakan bahwa guru memang membutuhkan pengetahuan
untuk berhasil mengajar di berbagai bidang, misalnya: umpan balik dan pujian,
menangani kesalahan, pertanyaan dari siswa, dan pelajaran yang terstruktur
dengan jelas. Iklim kelas juga sangat penting, karena iklim kelas yang positif
dapat menjadikan siswa suka berangkat ke sekolah dan siswa suka belajar.Namun
penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga sangat penting karena akan
memberikan manfaat, berdasarkan hasil penelitian Harris, dkk (2016)
menunjukkan bahwa teknologi bisa menjadi faktor dalam prestasi akademik dan
motivasi belajar siswa, guru mendapatkan pengembangan profesional untuk
mengasah metode pengajaran, dan teknologi juga dapat menjadi katalis yang
diperlukan bagi distrik sekolah untuk membantu siswa mencapai prestasi yang
lebih tinggi.
Kegiatan guru pada tahap awal adalah menyiapkan fisik dan psikis siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan siswa sebelumnya (pengetahuan awal) dengan materi yang akan
dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi
dan penjelasan uraian singkat kegiatan sesuai silabus. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi motivasi kepada siswa, dan agar perhatian siswa lebih terpusat pada
pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan guru IPA pada tahap inti, melaksanakan pembelajaran dengan
memberikan fasilitas kepada siswa untuk belajar lebih baik dengan menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar, sehingga pada tahap in
guru melakukan berbagai upaya agar kompetensi dasar yang telah ditetapkan
dapat dibentuk pada diri siswa, dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Kegiatan penutup merupakan kegiatan guru untuk merangkum atau
membuat simpulan pelajaran bersama siswa. Pada saat bersamaan guru
melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
10
dan terprogram, dan melakukan kegiatan lainnya yang bersifat memantapkan
materi pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa pemahaman dan
untuk melakukan tindak lanjut pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran IPA menuntut guru harus memiliki kemampuan
yang cukup dan menguasai teori pembelajaran IPA, karena dalam proses
pembelajaran, sebelum siswa melakukan observasi, guru harus memilih alat
peraga atau media yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan
contoh langkah nyata terkait dengan materi pembelajaran IPA. Hal ini telah
dilakukan oleh guru IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School. Dengan
demikian aktivitas guru dalam menggunakan memilih metode dan media
pembelajaran sejalan dengan hasil penelitian Barbara (2007) yang menyimpulkan
bahwa kemampuan guru dalam menggabungkan metode pembelajaran, fasilitas
pembelajaran yang cukup, dan kompetensi guru dalam memanfaatkan dan
memilih media yang tepat dapat memberikan pemahaman materi pembelajaran
kepada siswa.
Kegiatan guru dalam proses pembelajaran IPA, khususnya dalam
melakukan kegiatan eksplorasi, siswa diminta untuk mencari informasi sebanyak-
banyaknya dari benda yang ada di sekitar kelas, dan sekitar sekolah, hal
menunjukkan bahwa guru telah berupaya untuk mengaitkan materi pembelajaran
dengan dunia nyata yang merupakan ciri dari pembelajaran kontekstual, seperti
hasil penelitian Matthew (2011) yang menyimpulkan bahwa kesuksesan guru
dalam menggunakan pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran IPA,
merupakan pendekatan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata,
pendekatan ini ternyata mampu memberikan motivasi belajar siswa. Hal ini
didukung oleh pendapat Jack dan Lin (2018) yang menyatakan bahwa minat
dalam belajar sains memicu dan mempertahankan komponen afektif berupa
kesenangan yang selaras antara kognitif di kelas, integrasi, dan peningkatkan
pengalaman belajar sains.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode yang digunakan
oleh guru di SMP IT Nur Hasan Boarding School Boyolali dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA, adalah model pembelajaran yang berbasis keaktifan siswa. Hal
11
ini didukung oleh pendapat Pringle, dkk (2017) yang menyatakan bahwa melalui
partisipasi siswa, guru IPA siap untuk meningkatkan pengajaran IPA dan proses
pembelajaran di kelas dan memfasilitasi pembelajaran profesional di SMP.
Model pembelajaran berbasis keaktifan siswa ini memerlukan analisis
penggunaan waktu yang tepat, dan pemahaman guru terhadap materi
pembelajaran yang baik, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat
menyesuaikan materi pembelajaran dengan waktu yang tersedia.
Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis keaktifan siswa tersebut
menunjukkan bahwa guru IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School Boyolali,
telah menguasai materi pembelajaran dengan baik dan mampu menganalisis
waktu pembelajaran dengan tepat. Namun, menurut pendapat dari Sukarno (2013)
menyatakan bahwa secara umum guru IPA masih memiliki hambatan dalam
perencanaan, penerapan pendekatan pembelajaran pada proses penilaian dalam
Science Process Skills (SPS).
3.4 Evaluasi Pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School
Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SMP IT Nur Hasan
Boarding School Boyolali dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif, jenis
penilaian yang digunakan oleh guru yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian secara
tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilain portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian unjuk kerja. Penilaian dilakukan secara tertulis dan lisan, penilaian lisan
dilakukan oleh guru pada kegiatan evaluasi pre test, post test, dan akhir
kompetensi dasar, evaluasi secara tertulis, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh guru
melalui tes tertulis, yang merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada siswa dalam bentuk tulisan dalam bentuk, soal dengan memilih jawaban
(pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan), Soal
dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas, uraian
obyektif atau non obyektif, dan uraian terstruktur atau non terstruktur), dan soal
berbentuk uraian.
Hal ini sesuai dengan pendapat Qu dan Zhang (2013), yang menyatakan
bahwa penilaian sumatif dan penilaian formatif memiliki bentuk dan fungsi yang
12
berbeda. Jenis-jenis pilihan penilaian tergantung pada apa yang ingin kita ketahui,
apa tujuannya. Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif tidak dapat sepenuhnya
dipisahkan. Guru harus menempatkan penilaian sumatif dan penilaian formatif
untuk digabungkan bersama untuk memandu pengajaran dan mendapatkan
penilaian pembelajaran siswa yang lebih komprehensif dan masuk akal, membuat
siswa memainkan berbagai potensi sebanyak mungkin.Hal ini didukung oleh Iliya
(2014) yang menyatakan bahwa penilaian formatif dan sumatif adalah alat yang
diperlukan dalam setiap sistem pendidikan.Penilaian formatif menggunakan
kriteria lebih sempit danberkaitan dengan tujuan pelajaran tertentu, sedangkan
penilaian untuk penilaian sumatif menggunakan kriteria yang lebih luas terkait
dengan tujuan jangka panjang.
Adapun kriteria evaluasi itu baik menurut Smith (2002) adalah validitas,
obyektifitas, prakticability, dimana dari evaluasi yang baik itulah akan dapat
memberi motivasi baik kepada siswa maupun kepada guru. Dalam ilmu evaluasi
pendidikan, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu
program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama
yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan
dengan obyek yang yang di evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru tersebut memungkinkan
guru dapat mengetahui capaian tujuan pembelajaran.Berdasarkan hasil penilaian
tersebut guru dapat mendiagnosis perkembangan belajar siswa, mengetahui
tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang
dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu, menentukan tindak lanjut
pembelajaran bagi siswa. Berdasarkan aktivitas guru dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran dapat diketahui bahwa penilaian hasil belajar IPA di SMP
IT Nur Hasan Boarding School Boyolali, pada dasarnya tidak hanya sekedar
untuk mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses pembelajaran,
seperti guru, dan tujuan belajar.
Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil
tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan.
Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui
13
tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik
bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh
mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah
laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu
sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses
pembelajaran yang ditempuhnya.
Latar belakang guru IPA di SMP IT Nur Hasan Boarding School Boyolali
mayoritas berasal dari pendidikan biologi, Fisika, dan Kimia sehingga Dalam
menyusun soal-soal, guru IPA telah dapat menyesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, namun sayangnya sejauh ini soal-soal yang disusun oleh guru
belum pernah dilakukan uji validitas butir dengan melakukan uji daya beda,
maupun uji tingkat kesukaran soal. Namun demikian soal tes yang digunakan oleh
guru telah dapat mengukur tingkat pengetahuan dan ketrampilan siswa.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka simpulan dari penelitian ini yaitu
perencanaan pembelajaran IPA dilakukan dengan penyusunan RPP oleh guru IPA
yang mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan secara Nasional.
Pelaksanaan pembelajaran IPA dilakukan di ruang kelas, di laboratorium, dan di
luar ruang kelas Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA
dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif untuk mengetahui capaian tujuan
pembelajaran. Sehingga guru dapat mendiagnosis perkembangan belajar siswa.
Saran bagi kepala sekolah supaya lebih sering lagi memberikan
pengarahan dan motivasi kepada guru serta berusaha menyediakan sarana dan
prasarana khususnya untuk pelajaran IPA. Saran bagi Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olah Raga Boyolali supaya melakukan pembinaan guru dalam penyusunan
butir soal. Saran bagi supaya dapat meningkatkan profesionalisme melalui
berbagai kegiatan pembinaan dan pengembangan guru. Bagi penelitian
selanjutnya agardapat memperkaya kajian dalam penelitian ini. Penelitian ini
dapat dijadikan refrensi dan acuan bagi penelitian sejenis berikutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, I. S, 2014, Profesionalisme Guru dalam Mengimplementasikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, Vol. 2, No. 20.
Abdulah, Suyoso. 2010. Pengembangan Pendidikan IPA SD. Jakarta : Dirjendikti
Depdiknas.
Antonio, Vida V, 2018, Science Laboratory Interest and Preferences of Teacher
Education Students: Implications to Science Teaching, Asia Pacific
Journal of Multidisciplinary Research, Vol. 6, No. 3.
Barbara A. Crawford. 2007. Learning to Teach Science as Inquiry in the Rough
and Tumble of Practice. Journal Of Research In Science Teaching Vol.
44, NO. 4, PP. 613–642.
Hamidu M. Y., Ibrahim A. I., Mohammed A, 2014, The Use of Laboratory
Method in Teaching Secondary School Students: a key to Improving the
Quality of Education, International Journal of Scientific & Engineering
Research, Vol. 5, No. 9.
Harris, Jennifer L, Al-Bataineh, Mohammed L, dan Al-Bataineh Adek, 2016, One
to One Technology and its Effect on Student Academic Achievement and
Motivation,Contemporary Educational Technology, Vol. 7, No. 4.
Iliya, Amos, 2014, Formative and Summative Assessment in Educational
Enterprise, Journal of Education and Practice, Vol.5, No.20.
Jack, Brady Michael dan Lin, Huann, 2018, Warning! Increases in Interest
WithoutEnjoyment May not be Trend Predictive of Genuine Interest in
Learning Science, International Journal of Educational Development,
Vol. 6, No. 2.
Joyce, Beverly A dan Farenga, Stephen J, 2010, Science‐Related Attitudes and
Science Course Selection: A Study Of High‐Ability Boys And Girls,
Routledge, Vol. 20, No.4.
Karpudewan, Mageswary dan Meng, Chong Keat, 2017, The effects of classroom
learning environment and laboratory learning environment on the attitude
towards learning Science in the 21st-century Science lessons. Malaysian
Journal of Learning and Instruction, Vol. 1, No. 1.
Matthew B. Etherington. 2011. Investigative Primary Science: A Problem-based
Learning Approach. Australian Journal of Teacher Education Volume
36. Issue 9.
Miles, M. B dan Huberman, A. M. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. Ul-
Press.
Muslich, Masnur. 2008, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan
Kontekstual, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
15
Nagler, Katharina Sieberer, 2016, Effective Classroom-Management & Positive
Teaching, Journal of English Language Teaching, Vol. 9, No. 1.
Nesari, Jamali Ali dan Heidari, Mina, 2014, The Important Role of Lesson Plan
on Educational Achievement of Iranian EFL Teachers' Attitudes,
International Journal of Foreign Language Teaching & Research, Vol.
3, No. 5.
Qu, Wenjie dan Zhang, Chunling, 2013, The Analysis of Summative Assessment
and Formative Assessment and Their Roles in College English
Assessment System, Journal of Language Teaching and Research, Vol.
4, No. 2.
Pringle, Rose M., Jennife Mesa., dan Lynda Hayes, Professional Development
forMiddle School Science Teachers: Does an Educative Curriculum
Make a Difference?, Journal of Science Teacher Education, Vol. 28, No.
1.
Smith, C. L., dan Freeman, R. L, 2002, Using Continuous System Level
Assessment to Build School Capacity, American Journal of Evaluation,
Vol. 23, No. 3.
Sukarno, Permanasari, Anna., Hamidah, Ida., dan Widodo, Ari, 2013, The
Analysis Of Science Teacher Barriers In Implementing Of Science
Process Skills (SPS) Teaching Approach At Junior High School And It’s
Solutions, Journal of Education and Practice, Vol. 4, No. 27.