pengaruh transparasi dan akuntabilitas pengelolaan dana zakat...

108
PENGARUH TRANSPARASI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA ZAKAT DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKI MEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT (BAZNAS) KOTA JAMBI. SKRIPSI Oleh: SARIPAH EES 150859 Pembimbing: Drs. H. Maulana Yusuf, M.Ag Refky Fielnanda, SE.,M.EI PRODI EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH TRANSPARASI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA

    ZAKAT DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKI MEMBAYAR

    ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT (BAZNAS) KOTA JAMBI.

    SKRIPSI

    Oleh:

    SARIPAH

    EES 150859

    Pembimbing:

    Drs. H. Maulana Yusuf, M.Ag

    Refky Fielnanda, SE.,M.EI

    PRODI EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Salah satu sunatullah yang sudah menjadi ketentuan yang Maha Kuasa

    adalah perbedaan yang terdapat pada setiap diri manusia. Setiap orang yang

    hidup di dunia memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam segala aspek mulai

    dari aspek ekonomi, budaya, sosial, dan kultur. Salah satu perbedaan yang

    mudah terlihat adalah perbedaan dari segi ekonomi. Sebagai manusia ada yang

    menjadi orang kaya dan berada tetapi juga ada yang hidup miskin dan serba

    kekurangan. Namun di balik semua itu terdapat rahasia Allah SWT yang dapat

    membuat manusia menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Selain itu,

    Allah SWT ingin menguji manusia apakah mampu mengoptimalkan segala

    potensi kebaikan yang diberikan kepadanya atau tidak.1

    Zakat merupakan sebuah potensi besar yang dapat menjadi modal

    pembangunan negara. Sebagai sebuah negara yang memiliki populasi muslim

    terbesar di dunia persoalan zakat pun menjadi tidak dapat dipisahkan dari

    kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Yang memiliki potensi sangat penting,

    strategis, dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat melalui

    mekanisme distribusi pendapatan. Beragam nilai-nilai yang terkandung dari

    perintah zakat, memberikan landasan yang kuat dan rasional bagi

    pemberdayaan dan pengembangan kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

    Dilihat dari konteks pembangunan, zakat memiliki tiga fungsi utama. Pertama

    1 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Hal 55.

  • 2

    sebagai buffer APBN atau sejumlah uang yang disimpan untuk pengeluaran

    yang datangnya tiba-tiba maupun tidak terduga, zakat dapat digunakan untuk

    menanggulangi defisit APBN atau ketika pengeluaran lebih besar dari pada

    penerimaan angggaran. Kedua sebagai pengaman sosial dan kesejahteran

    masyarakat. Ketiga zakat dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan basis

    produksi dalam perekonomian masyarakat.2

    Diliihat dari konteks sosial-ekonomi, instrumen zakat memiliki berbagai

    implikasi ekonomi penting baik di tingkat mikro maupun makro. Pada tingkat

    mikro, zakat memiliki implikasi ekonomi terhadap perilaku konsumsi dan

    tabungan individu serta perilaku produksi dan investasi perusahaan tanpa

    berpengaruh negatif pada insentif bekerja. Pada tingkat makro, zakat memiliki

    implikasi ekonomi terhadap efisiensi alokatif, penciptaan lapangan kerja,

    pertumbuhan ekonomi, stabilitas makroekonomi, distribusi pendapatan, dan

    pengentasan kemiskinan. Implikasi zakat terhadap efisiensi alokatif dapat

    dilihat pola transfer pendapatan dalam mekanisme zakat. Zakat mentransfer

    sebagian pendapatan kelompok kaya, yang merupakan bagian kecil dalam

    masyarakat ke kelompok masyarakat miskin, yang merupakan bagian terbesar

    dalam masyarakat.3

    Sejak dicanangkannya Undang-Undang No. 38 tahun 1999, pengelolaan

    zakat di Indonesia mengalami perubahan yang berbeda dengan sebelumnya.

    Jika sebelumnya zakat dikelola oleh kepanitiaan berkala di masjid/mushola,

    atau disalurkan kepada saudara atau orang terdekat, sekarang telah dikelola

    2 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam…, Hal 68. 3 Mardi P. Purba, Profesi Akuntan Publik di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),

    Hal. 25

  • 3

    secara modern oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ). Atsmosfer ini membawa

    dampak bertambahnya jumlah kelompok masyarakat yang mendirikan lembaga

    zakat dengan menggunakan label lembaga zakat yang berbeda-beda.4

    Berdasarkan firman Allah SWT telah dijelaskan tentang wajibnya berzakat

    dan tugas amil dalam memungut zakat dalam surat At-Taubah (9): 103,

    “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

    membersihkan dan menyucikan harta mereka, dan mendoalah untuk

    mereka. Dan sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat

    mereka. Dan Allah maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” surat At-

    Taubah (9): 103.5

    Tabel 1.1

    Potensi Dan Realisasi Penerimaan Dana Zakat Tahun 2014-2018

    NO

    Tahun

    Potensi Penerimaan

    Zakat (Rp)

    Realisasi Penerimaan

    Zakat (Rp)

    1 2014 2.061.143.222.17 2.234.079.056,01

    2 2015 3.186.440.764.99 2.403.255.676,98

    3 2016 3.204.542.095.82 2.317.437.769,09

    4 2017 3.274.957.309.34 2.633.808.539,78

    5 2018 3.309.152.671.74 2.803.413.319,62

    Sumber : Baznas Pusat.6

    4 Juwaini, Ahmad. 2011. Strategi Pengembangan SDM Zakat di Indonesia, in: Aflah,

    Noor: Strategi Pengembangan Zakat di Indonesia. 5 Al-quran dan terjemahan 6 (Data Islamic Development Bank (IDB) PIRAC, http://www.pusat.baznas.go.id diaskes

    pukul 09.00 WIB. Juni 2019

  • 4

    Dari data diatas terlihat perkembangan potensi penerimaan zakat di kota

    jambi yang terus menerus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, tapi sayang

    dari target yang ditetapkan oleh baznas masih jauh dari realisasi penerimaan

    zakat tersebut. Menurut kabag keuangan yaitu ibu Nikmah Prasilia adapaun

    dasar-dasar Baznas Kota Jambi menetapkan potensi penerimaan zakat yaitu

    dari rata-rata jumlah penduduk yang terus meningkat. Yang dimana menurut

    beliau mangatakan bahwa setiap orang muslim yag baru dilahrikan wajib

    membayar zakat. Rata-rata dalam lima tahun terakhir kenaikan realisasi

    penerimaan zakat terjadi pada tahun 2018 yang mencapai sebesar Rp.

    2.803.413.319,62. Dengan target Rp. 3.309.152.671.74. yang dimana hal

    tersebut masih jauh dari pencapaian yang diterapkan oleh Baznas Kota Jambi.

    Bila dilihat dari capaian saat ini, raihan zakat hanya satu persen dari

    potensi yang ada. Secara realistis dan objektif potensi zakat memberikan

    optimisme untuk dapat dijadikan sebagai sarana pengentasan kemiskinan.

    Sedangkan potensi zakat kota Jambi jika ditinjau dari aspek ekonomis

    potensinya sangat besar. Dengan jumlah penduduk sebanyak 3.092.265 jiwa.

    Terjadinya realisasi penerimaan zakat kurang dari 1%. Dikarenakan

    mayoritas muzakki menyalurkan dana zakatnya langsung ke mustahiq ,serta

    profesionalisme OPZ dan hasil pengelolaan zakat yang tidak terpublikasi

    masyarakat luas adalah hal yang membuat rendahnya kepercayaan masyarakat.

    Sebagian muzakki masih meragukan keberadaan BAZ atau LAZ , dalam

    pendistribusian zakat kepada yang berhak, hal ini menunjukkan bahwa

    sebagian muzakki masih menginginkan pengelolaan zakat yang lebih baik ,

  • 5

    yaitu bahwa pengelola zakat harus memiliki profesionalisme, transparansi dan

    akuntabilitas, dalam pelaporan dan penyaluran yang tepat sasaran dengan

    program-program yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat .

    Organisasi pengelola zakat seperti BAZNAS dan LAZ harus melaporkan

    hasil pengelolaan zakatnya. Pengelolaan apapun jika berhubungan dengan

    pemanfaaatan sumber daya publik , harus dikelola secara transparan dan

    akuntabel. Diharapkan ketika ada pelaporan pengelolaan zakat kesadaran

    masyarakat untuk membayar zakat dapat meningkat dan muzakki

    mempercayakan pengelolaan zakatnya.

    Tabel 1:2

    Jumlah Penerimaan Zakat Di Provinsi Jambi

    NO Kabupaten/

    Kota

    Jumlah

    Mustahik

    Jmlah

    muzzaki

    1 Kabupaten Bungo 14.022 49.515

    2 Kabupaten Merangin 20.217 48.523

    3 Kabupaten Tanjjab Barat 49.122 28.450

    4 Kabupaten Tebo 37.046 61.944

    5 Kabupaten Kerinci 34.502 49.002

    6 Kabupaten Sarolangung 33.307 55.837

    7 Kabupaten Batang Hari 32.270 29.945

    8 Kabupaten Tanjab Timur 28.124 18.551

    9 Kabupaten Muaro Jambi 21.295 54.970

    10 Kota Jambi 19.133 51.280

    TOTAL 318.748 448.017

    Sumber : Peta Kemiskinan Dompet Dhuafa (2018)7

    7 Besse Wediawati 2012 REVITALISASI FILANTROPI ISLAM DI KOTA JAMBI (Studi

    pada Lembaga Zakat dan Masyarakat Muslim Pemberi Derma di Kota Jambi) Volume 14,

    Nomor 1, Hal. 47-54 diaskes pukul 10.25 WIB tanggal 15-Juni-2019

  • 6

    Dari Tabel 1.2. untuk Provinsi Jambi, dapat diketahui bahwa Jumlah

    pemberi zakat lebih besar dibanding jumlah penerima zakat dengan rasio 0.71

    yang artinya 100 muzakki dapat menanggung 71 mustahik jika seluruh

    muzakki membayar zakat. Untuk Kota Jambi, rasionya menjadi lebih kecil

    yaitu 0.37 dimana 100 muzakki menanggung 37 orang mustahik. Dari data ini

    pula dapat dihitung potensi Zakat Provinsi Jambi. Untuk zakat

    profesi/gaji/honor, dengan nisab setara 85 gram emas atau 520 kg beras, maka

    potensi Zakat Profesi di Provinsi Jambi dalam sebulannya dapat mencapai

    Rp.35,841 Milyar/bulan atau mencapai Rp. 430 Milyar/tahun. Sementara untuk

    kota Jambi, potensi zakat mencapai Rp. 4,103 Milyar/bulan atau 49,245

    Milyar/tahun. Namun dari seluruh potensi tersebut, untuk provinsi Jambi

    penghimpunan dana ZIS nya baru dapat tercapai sekitar 8 milyar per tahun atau

    sekitar 1,8 %, dan untuk Kota Jambi berdasarkan hasil penerimaan dana ZIS

    BAZDA dan 2 LAZDA Kota Jambi yaitu LAZ Rumah Sosial Insan Madani

    dan LAZ OPSEZI, baru sekitar 2,7 Milyar/Tahun atau sekitar 5,4%. Angka

    yang masih sangat kecil dibanding potensi dana Zakat yang ada.

    Saat ini, persoalan yang menjadi problematika zakat adalah rendahnya

    tingkat kepercayaan umat Islam tentang zakat. Banyak orang yang

    beranggapan bahwa pengetahuan tentang zakat hanya dibebankan kepada

    orang-orang tertentu saja. Lembaga-lembaga konsultasi zakat yang ada belum

    sepenuhnya mampu mensosialisasikan pengetahuan tentang zakat kepada

    masyarakat. Sementara perkembangan sistem ekonomi setiap hari terus

  • 7

    berkembang dan bervariasi. Hal ini menuntut agar visi-visi tentang zakat juga

    harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada.8

    Kepercayaan adalah hal paling utama yang dimiliki oleh setiap muslim,

    terutama dalam hal percaya terhadap seseorang atau pihak yang mengurusi

    kepentingan umat Islam. Kepercayaan dapat timbul dari adanya kepuasan yang

    dirasakan oleh muzakki saat membayarkan zakatnya pada sebuah lembaga amil

    zakat. Muzakki yang merasa puas dan percaya kepada lembaga tersebut akan

    berkomitmen untuk selalu membayarkan zakatnya pada lembaga tersebut.

    Kepercayaan muzakki sangat penting untuk lembaga amil zakat, agar dana dari

    para muzakki dapat tersalurkan dengan baik kepada mustahiq. Namun,

    terkadang masyarakat masih meragukan atau kurang percaya terhadap sebuah

    lembaga amil zakat. Kurangnya kepercayaan dari muzakki terhadap lembaga

    amil zakat salah satunya diakibatkan oleh pandangan masyarakat atau muzakki

    mengenai transparansi dari lembaga amil zakat. Tugas dari lembaga amil zakat

    saat ini adalah mereka harus dapat menghilangkan keraguan para muzakki

    tentang pengelolaan zakat dengan cara meningkatkan transparansi dan

    akuntabilitas laporan keuangannya.

    Transparansi adalah keterbukaan informasi kepada pihak stakeholder

    perusahaan. Manajemen perusahaan harus dapat memberikan informasi terkait

    dengan kondisi keuangan dan operasional perusahaan secara akurat (accuracy),

    benar (truth), dan tepat waktu (timeliness). Dengan adanya prinsip keterbukaan

    informasi tersebut, para stakeholder perusahaan yang melakukan pengambilan

    8 Akhmad Mujahidin, 2007 Ekonomi Islam, Jakarta: Raja GrafindoPersada, Hal 84.

  • 8

    keputusan diharapkan tidak tersesat.9 Prinsip akuntabilitas adalah merupakan

    pelaksanaan pertanggung jawaban dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh

    pihak yang terkait harus mampu mempertanggung jawabkan

    pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip

    akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap

    efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau

    program yang telah ditetapkan itu.10

    Selain itu, transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan sangat

    dibutuhkan oleh muzakki dalam hal pengambilan keputusan untuk

    membayarkan zakatnya pada sebuah lembaga amil zakat yang bersangkutan.

    Transparansi laporan keuangan dalam sebuah lembaga amil zakat

    menunjukkan dana yang dikumpulkan dari masyarakat untuk disalurkan

    kepada masyarakat. Karena dana tersebut dana publik, maka dengan demikian

    publik harus dapat mengetahui kemana dana tersebut disalurkan dan

    dimanfaatkan.

    Lemabaga amil zakat bukan merupakan lembaga profit, dana yang

    terhimpunan adalah dana yang bersala dari umat. Lembaga amil zakat harus

    terbuka untuk di pandang oleh publi sebagai bagian yang secara optimal dalam

    mengelola dana zakat yang terhimpun.

    Adapun Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Badan Amil

    Zakat (BAZNAS) Kota Jambi dengan SK No.70 2001 dan kini telah menjadi

    9 Khadafi. Dkk., Civic Education Pendidikan Kewarganegaraa (Surabaya: UIN Sunan

    Ampel Press, 2013), 123

    10 Supriatna, Tjahya, 2013, Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung: IPDN.

  • 9

    entitas yang menaruh perhatian mendalam pada kemanusiaan yang universal.

    Kehadiran BAZNAS didasari pada kewajiban dan pentingnya menunaikan

    zakat, infaq dan sedekah yang memang sebaiknya dibayarkan oleh tiap-tiap

    muslim, dan dibutuhkan wadah khusus sebagai tempat penghimpun dan

    penyalur dana zakat, infaq, dan sedekah yang amanah dan profesional.

    Badan Amil Zakat (BAZNAS) adalah lembaga yang bergerak dalam

    bidang sosial dan keagamaan dengan cara mengumpulkan dana dari umat Islam

    dan membagikannya untuk kepentingan pendidikan, pembangunan masjid,

    santunan anak yatim piatu, merealisasikan dakwah Islamiyah, dan peduli

    kemanusiaan. Yang memegang prinsip-prinsip sebagai berikut amanah,

    profesional, transparan, independen, adil, responsif dan kooperatif. Sebagai

    organisasi sektor publik Baznas dituntut dapat memberikan informasi

    mengenai pengelolaan kepada seluruh pihak yang berkepentingan.

    Kemampuan untuk memberikan informasi yang terbuka, seimbang, dan merata

    terutama mengenai laporan pengelolaan keuangan adalah salah satu kriteria

    yang menentukan tingkat transparansi dan akuntabilitas lembaga.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti dan

    mengkaji lebih lanjut mengenai “Pengaruh Transparasi Dan Akuntabilitas

    Pengelolaan Dana Zakat Dalam Meningkatkan Kepercayaan Muzaki

    Membayar Zakat Di Badan Amil Zakat (BAZNAS) Kota Jambi”.

    Maka dalam hal ini, objek yang dipilih oleh peneliti memilih Badan Amil

    Zakat (BAZNAS) Kota Jambi dikarenakan Lembaga ini sebagai perwujudan

    konsekuensi adanya BAZIS di pusat pemerintahan. BAZNAS ini lahir sebagai

  • 10

    upaya untuk mengorganisasi pengelolaan zakat masyarakat provinsi Jambi.

    Dan pusat dari semua Oraganisasi maupun lembaga amil zakat yang berada di

    Kota Jambi.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah diatas, agar lebih praktis dan sistematis maka

    permaslaahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :

    1. Seberapa besar pengaruh transparansi dan akuntabilitas secara parsial

    terhadap peningkatan kepercayaan muzaki membayar zakat di BAZNAS

    kota Jambi?

    2. Seberapa besar pengaruh transparansi dan akuntabilitas secara simultan

    terhadap peningkatan kepercayaan muzaki membayar zakat di BAZNAS

    kota Jambi?

    3. Dari kedua variabel tersebut manakah variabel yang paling dominan

    mempengaruhi peningkatan kepercayaan muzaki membayar zakat di

    BAZNAS kota jambi?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai sebagaimana

    berikut:

    1. Untuk mengetahui Akuntabilitas dan Transparansi berpengaruh secara

    parsial terhadap peningkatan kepercayaan muzaki membayar zakat di

    BAZNAS kota Jambi ?

  • 11

    2. Untuk mengetahui Akuntabilitas dan Transparansi berpengaruh secara

    simultan terhadap peningkatan kepercayaan muzaki membayar zakat di

    BAZNAS kota Jambi ?

    3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi

    peningkatan kepercayaan muzaki membayar zakat di BAZNAS kota

    Jambi?

    D. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penenlitian dan penulisan diharpakan mampu untuk memberikan

    manfaat tersendri. Untuk itu penulis berharap, mudah-mudahan bermanfaar

    bagi penulis dan pembaca, yaitu antara lain :

    1. Aspek teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

    wawasan tentang pemahaman dalam dunia sistem pengelolaan maupun

    transparansi dan akuntabilitas dalam meningkatkan kepercayaan muzaki untuk

    membayar zakat di badan amil zakat (baznas) kota Jambi, dan sebagai

    pertimbangan pada kajian penelitian yang akan mendatang.

    2. Aspek praktis

    Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan kepada

    masyrakat maupun Baznas Kota Jambi. hasil penelitian ini juga dapat

    dijadikan sebagai bahan penelitian dan informasi bagi Baznas Kota Jambi

    dalam mengambil keputusan dan kebijakan terkait transparansi laporan

    keuangan, pengelolaan zakat, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

    donator untuk membayar zakat di Baznas Kota Jambi.

  • 12

    E. Batasan Masalah

    Supaya penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan dalam

    penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan peneliti, yang

    hanya akan melakukan penelitian kepada masyarakat Kota Jambi dan

    Perangkat Baznas Kota Jambi. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu

    luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga penelitian ini bisa

    lebih fokus di lakukan.

    F. Kerangka Teori

    a. Transparansi

    Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan

    jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat

    memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

    pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

    dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-

    undangan. Penyelengaraan pemerintahan yang transparan akan memiliki

    kriteria adanya pertanggungjawaban terbuka, adanya aksesibilitas terhadap

    laporan keuangan, adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil

    audit dan ketersediaan informasi kinerja.11

    Transparansi (keterbukaan untuk umum) adalah unsur lain yang

    menompang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip

    transparansi ini, menurut banyak ahli, Indonesia telah terjerembah ke dalam

    hubungan korupsi yang sangat parah. Untuk tidak mengulangi masa lalu dalam

    11 Annisa Ningrum, “Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Laporan Keuangan”,

    http://annisaningrum.blogspot.co.id/2010/07/akuntabilitas-dan-transparansi-dalam.html,

    diakses pada 5 November Februari 2018.

  • 13

    pengelolaan kebijakan publik, khususnya bidang ekonomi, pemerintah di

    semua tingkatan harus menerapkan prinsip transparansi dalam proses kebijakan

    publik. Hal ini mutlak dilakukan dalam rangka menghilangkan budaya korupsi

    dikalangan pelaksana pemerintahan baik pusat maupun yang dibawahnya.

    Dalam pengelolaan negara terdapat delapan (8) unsur yang harus dilakukan

    secara transparansi, yaitu: Menurut Gaffar ada 8 aspek:

    a) Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan.

    b) Kekayaan pejabat publik

    c) Pemberian penghargaan

    d) Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan

    e) Kesehatan

    f) Moralitas pada pejabat dan aparatur pelayanan publik

    g) Keamanan dan ketertiban

    h) Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.12

    Dengan demikian transparansi berarti keterbukaan dalam memberikan

    informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber daya publik kepada

    pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintahan berkewajiban untuk

    memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan

    untuk pengambilan keputusan ekonomi sosial dan politik oleh pihak yang

    berkepentingan. Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-

    fungsi pemerintah dalam menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat

    pemerintah saat memiliki kewenangan mengambil berbagai keputusan penting

    12 Khadafi. Dkk., Civic Education Pendidikan Kewarganegaraa (Surabaya: UIN Sunan

    Ampel Press, 2013), 123

  • 14

    yang berdampak bagi orang banyak, pemerintah harus menyediakan informasi

    yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan transparansi,

    kebohongan sulit untuk disembunyikan.Dengan demikian transparansi menjadi

    instrumen penting yang dapat menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan

    korupsi.

    Dalam pandangan Islam, transparansi merupakan shiddiq (jujur).

    Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 152, yang

    berbunyi:

    Artinya: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan

    cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan

    sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak

    memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar

    kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu

    berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji

    Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu

    ingat. (QS. Al-An’am: 152).13

    b. Indikator Transparansi

    Menurut Mardiasmo dalam Muhammad Rizqi Syahri Romdhon indikator

    dari transparansi adalah:

    13 Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata: Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul &

    Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), 149.

  • 15

    1. Terdapat pengumuman kebijakan mengenai pendapatan, pengelolaan

    keuangan dan aset.

    2. Tersedia laporan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan, dan

    aset yang mudah diakses.

    3. Tersedia laporan pertanggung jawaban yang tepat waktu.

    4. Tersedia sarana untuk suara dan usulan rakyat.

    5. Terdapat sistem pemberian informasi pada publik.

    Jika dilihat dari definisi dan kriteria, tidak ada kriteria yang jelas mengenai

    seperti apa bentuk laporan keuangan itu sehingga sebuah laporan keuangan

    dapat disebut sebagai laporan keuangan yang transparan. Definisi dan kriteria

    tersebut hanya mencakup transparansi dalam pengelolaan keuangan, bukan

    laporan keuangan. Laporan keuangan memang merupakan salah satu hasil dari

    transparansi dan akuntabilitas keuangan publik. Hal ini berarti laporan

    keuangan yang disusun pun harus memenuhi syarat transparansi.

    Kriteria dari transparansi ini adalah adanya pertanggungjawaban terbuka,

    adanya aksesibilitas terhadap terhadap laporan keuangan serta adanya publikasi

    laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan ketersediaan informasi

    kinerja. Agar laporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak menyesatkan,

    seluruh informasi yang relevan seharusnya disajikan dengan cara yang tidak

    memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu. Inilah yang dikenal dengan prinsip

    pengungkapan penuh Semua fakta-fakta perlu diungkapkan secara terbuka agar

    laporan keuangan sebisa mungkin bersifat informatif dan memberi arti bagi

    pihak-pihak yang berkepentingan. Pengungkapan fakta-fakta dilakukan guna

  • 16

    menghindari adanya laporan keuangan yang menyesatkan. Di samping laporan

    utama, terkadang perlu adanya catatan kaki yang memberi deskripsi lebih jauh

    sehubungan dengan laporan keuangan itu.14 Dengan prinsip pengungkapan ini

    diharapkan agar investor yang memiliki pengetahuan rata-rata tidak menjadi

    keliru dalam menafsir isi laporan keuangan. Oleh karena itu, tidak boleh ada

    informasi penting atau kebutuhan informasi rata-rata investor yang hilang atau

    disembunyikan.

    c. Hubungan Transparansi dan Kepercayaan Muzaki

    Transparansi dilihat dari sudut keterbuakaanya suatu lembaga,

    Transparansi diartikan keterbukaan untuk umum keterbukaan yang di maksud

    adalah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolaan

    sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.

    Pemerintahan berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan

    informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi

    sosial dan politik oleh pihak yang berkepentingan. dalam unsur lain yang

    menompang terwujudnya good governance.

    Dalam peneltian yang dilakukan oleh Muhammad Rizqi Syahri Romdhon

    Pengaruh Transparansi laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap

    tingkat kepercayaan muzakki. Hal ini menujukan Ketika kualitas transparansi

    laporan keuangan semakin baik maka tingkat kepercayaaan muzakki pada

    lembaga amil zakat juga meningkat.15

    14 Djarwanto, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: BPFE, 1997),10 15 Arim Nasim, Muhammad Rizqi Syahri Romdhon pengaruh transparansi laporan

    keuangan, pengelolaan zakat, dan sikap pengelola terhadap tingkat kepercayaan muzakki

  • 17

    d. Akuntabilitas

    Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa

    Inggris accountability yang berarti pertanggungan jawab atau keadaan untuk

    dipertanggung jawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawaban.

    Akuntabilitas (accountability) yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak

    jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-

    masing. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari

    individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-

    sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab

    hal-hal yang menyangkut pertanggung jawabannya. Akuntabilitas terkait erat

    dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil

    pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada

    masyarakat.

    Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada

    hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya

    tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk

    menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas adalah

    merupakan pelaksanaan pertanggung jawaban dimana dalam kegiatan yang

    dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggung jawabkan

    pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip

    akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap

  • 18

    efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau

    program yang telah ditetapkan itu.16

    Akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap

    masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan

    mereka.17

    Salah satu untuk menfasilitasi terciptannya transparansi dan

    akuntabilitas publik adalah melalui penyajian Laporan Keuangan yang

    komprehensif. Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah

    diharapkan dapat menyajikan Laporan Keuangan yang terdiri dari atas Laporan

    Surplus atau Desifit.18

    Pada prinsipnya, akuntanbilitas adalah kepada masyarakat, dengan

    indikator pada hasil produk dan pelayanan (output) yang dicapai sesuai target

    (seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, air minum, sanitasi dll). tingkatan

    akuntabilitas dimulai pada akuntabilitas teknis, yaitu pertanggungjawaban

    terhadap input dan output atau produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan

    pembangunan. Selanjutnya, tingkatan akuntanbilitas strategis adalah tuntutan

    terhadap pertanggungjawaban outcomes atau manfaat, misalnya dalam bentuk

    kualitas pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat.19

    e. Indikator Akuntabilitas

    Dari perspektif sistem akuntabilitas, terdapat beberapa karakteristik

    maupun indicator pokok sistem akuntabilitas ini yaitu ;

    16 Supriatna, Tjahya, 2013, Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung: IPDN. 17 Khodafi, Civic Education, 126

    18 Supriatna, Tjahya, 2013, Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung: IPDN. 19 Penny Kusumastuti Lukito, Membumikan Transparansi Dan Akuntabilitas Kinerja

    Sektor Publik: Tantangan Berdemokrasi Ke Depan (Jakarta : PT Gramedia, 2014), 2.

  • 19

    a) Berfokus pada hasil

    b) Menggunakan beberapa indikator yang telah dipilih untuk mengukur

    kinerja

    c) Menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan atas

    suatu program atau kebijakan

    d) Menghasilkan data secara konsisten dari waktu ke waktu

    e) Melaporkan hasil dan mempublikasikannya secara teratur.20

    f. Hubungan Akuntabiltas dan Kepercayaan Muzaki

    Akuntabilitas dapat diartikan pertanggungan jawab atau keadaan untuk

    dipertanggung jawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawaban.

    mengenai keuangan kepada para muzakki sebagai bentuk pertanggungjawaban

    lembaga amil zakat terhadap muzakki

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cut Delsie Hasrina, menguji

    apakah Akuntabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepercayaan

    Afektif, hasil menunjukkan bahwa Akuntabilitas berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap Kepercayaan sehingga hipotesis diterima. Pengaruh

    akuntabilitas terhadap tingkat kepercayaan muzakki dapat dilihat dari

    bagaimana seorang muzakki akan berkesinambungan dalam membayar

    zakatnya langsung kepada mustahiq.

    g. Pengertian Pengelolaan Zakat

    zakat menurut bahasa, berarti nama “kesuburan”, thaharah ”kesucian”,

    barakah “keberkatan”, dan berarti juga takziyah, tathhier “mensucikan

    20 Arja Sadjiarto, “Akuntabilitas dan Transparansi Pengukuran Kinerja Pemerintahan”,

    Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2.

  • 20

    syara”.21 Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 pengelolaan zakat

    adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan

    terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.22

    Definisi dari pengelolaan zakat tersebut sesuai dengan fungsi manajemen yaitu

    planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

    (penggerakan), dan controlling (pengawasan). Dengan menggunakan fungsi

    manajemen, maka pengelolaan zakat dapat dilakukan secara terprogram dan

    terencana termasuk ditentukan jadwalnya dengan jelas, dan tetap berlandaskan

    untuk beribadah kepada Allah secara ikhlas. Bagian terpenting dalam proses

    manajemen pengelolaan zakat adalah tahap alokasi dan pendistribusian dana

    zakat. Karena proses inilah yang langsung bersentuhan dengan sasaran

    penerima zakat.

    Dalam Islam, asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman

    Allah SWT pada surat At Taubah ayat 60 yang berbunyi:

    Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

    fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf

    yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang

    yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang

    21 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy “Pedoman Zakat”. PT pustaka Rizki Putra

    hal, 3 22 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999”, http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm,

    diakses pada 25 September 2019.

    http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm,%20diakses%20pada%20%2025%20September%202015http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm,%20diakses%20pada%20%2025%20September%202015http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm,%20diakses%20pada%20%2025%20September%202015

  • 21

    dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan

    Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60).23

    Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah dalam Muhammad Rizqi

    Syahri Romdhon mengemukakan indikator dari pengelolaan zakat

    menggunakan fungsi dari manajemen, yaitu:

    a. Planning (Perencanaan)

    Perencanaan menentukan di mana organisasi ingin berada di masa depan

    dan bagaimana agar dapat sampai ke sana. Perencanaan berarti menentukan

    tujuan untuk kinerja organisasi di masa depan serta memutuskan tugas

    dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan

    tersebut.24

    Penyusunan sebuah rencana dapat pula didekati dengan berusaha

    mengenali, memahami, dan memenuhi ciri-ciri rencana yang baik, yaitu:

    a) Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan

    sebelumnya.

    b) Perencana sungguh-sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai.

    c) Pemenuhan persyaratan keahlian teknis.

    d) Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat.

    e) Keterkaitan rencana dengan pelaksanaan.

    f) Kesederhanaan.

    g) Fleksibilitas.

    23 Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an…, 196.

    24 Richard L. Daft, Manajemen, (Edward Tanujaya), Edisi 6, (Jakarta: Salemba Empat,

    2004), 7.

  • 22

    b. Organizing (Pengorganisasian)

    Rencana memberikan tempat pada pengambilan risiko. Rencana yang

    pragmatik. Rencana sebagai instrumen peramalan masa depan. Sebuah rencana

    harus benar-benar disusun berdasarkan kenyataan dan perhitungan yang

    matang agar diperoleh hasil yang optimal bahkan jika mungkin yang maksimal.

    Kurangnya perencanaan atau perencanaan yang buruk dapat menghancurkan

    kinerja organisasi.25 Definisi sederhana pengorganisasian adalah keseluruhan

    proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan

    tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat

    digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka

    pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari

    pengorganisasian adalah organisasi. Definisi dari organisasi adalah setiap

    bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk

    pencapaian tujuan bersama dan terikat secara formal yang tercermin pada

    hubungan sekelompok orang yang disebut pimpinan dan sekelompok orang

    yang disebut bawahan.26

    Menurut Ernest Dale, pengorganisasian penting karena sebagai proses

    yang bermulti langkah berusaha untuk :

    a) Memperinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai

    tujuan organisasi.

    b) Membagi beban pekerjaan dalam aktivitas-aktivitas yang secara logis

    dapat dilakukan oleh sekelompok orang.

    25 Richard L. Daft, Manajemen…, 8.

    26 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial…, 60-61.

  • 23

    c) Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam cara yang logis

    dan efisien.

    d) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjan anggota

    organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis.

    e) Mengawasi seberapa jauh organisasi tersebut mengambil langkah-langkah

    penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas

    organisasi.27

    c. Actuating (Penggerakan)

    Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik,

    dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas

    bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan

    efisien, efektif, dan ekonomis. Fungsi penggerakan ini harus dilaksanakan oleh

    pimpinan atau manajer untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai

    dengan apa yang dikehendakinya. Di samping itu fungsi ini juga meliputi

    upaya yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam menyatukan keinginan yang

    bermacam-macam dari anggota organisasi sehingga tujuan dapat tercapai.

    Dalam fungsi ini masalah kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting.28

    Kepemimpinan mencakup kegiatan-kegiatan seperti mengambil keputusan,

    mengadakan komunikasi, memberikan dorongan, memilih orang-orang untuk

    27 Tony Waworuntu, Manajemen untuk Sekretaris, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

    1991),

    28 Tony Waworuntu, Manajemen untuk Sekretaris…, 34.

  • 24

    keperluan lingkungannya dan sekaligus mengembangkannya sehingga cocok

    dengan sikap yang dituntut oleh organisasi tempat mereka bekerja.29

    h. Konsep Zakat

    Makna zakat menurut bahasa artinya tumbuh dan berkembang, bisa juga

    bermakna menyucikan harta karena zakat akan mengembangkan pahala

    pelakunya dan membersihkannya dari dosa. Menurut syariat, zakat ialah hak

    wajib dari harta tertentu pada waktu tertentu. Sedangkan menurut istilah, zakat

    adalah sejumlah harta yang khusus diberikan kepada kelompok-kelompok

    tertentu, dan dibagikan dengan syarat-syarat tertentu pula. Menurut Sulaiman

    Rasyid , zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak

    menerimanya dengan beberapa syarat. Dari segi hukumnya zakat adalah salah

    satu rukun Islam yang merupakan fardhu „ain atas tiap-tiap orang yang cukup

    syarat-syaratnya. Dari segi kebaikan rezeki zakat akan mensucikan harta orang

    beriman, karena rezeki yang diperolehnya terkadang tercampur dengan

    masalah-masalah yang tersebut.30

    i. Dasar Hukum Zakat

    Agama Islam telah menyatakan dengan tegas bahwa zakat merupakan

    rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya

    telah memenuhi kriteria dan syarat tertentu. Jumhur ulama pun telah sepakat

    bahwa zakat merupakan suatu kewajiban dalam agama yang tidak boleh

    diingkari.

    29 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial…, 125.

    30 Fahrur Muiz, Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Praktis Tentang Zakat, (Solo: Tinta Medina, 2011), 22.

  • 25

    Banyak ayat al-Qur’an dan Hadits yang menjadi dalil pensyariatan zakat.

    Salah satunya adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 43:

    Artinya: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah

    bersama orang-orang yang ruku’. (QS. Al-Baqarah: 43).31

    Ada dua model zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam, yaitu:

    1. Zakat fitrah, adalah zakat yang wajib dikeluarkan setelah pelaksanaan

    puasa ramadhan sebagai bentuk penyucian diri. Para ulama sepakat bahwa

    hukum zakat fitrah adalah wajib.

    2. Zakat mal adalah zakat harta benda yang dikeluarkan dalam rangka

    penyucian terhadap harta tersebut. Ada beberapa harta yang wajib

    dikeluarkan, seperti harta perniagaan, harta terpendam (rikaz), buah-

    buahan, dan peternakan.32

    j. Kepercayaan Muzaki

    Trust berarti saling percaya antara sesama. Menurut Mayer, Davis, dan

    Schoorman (1995), trust adalah kesediaan dari pihak untuk berserah ke dalam

    kolaborasi pada pihak lain dan sebaliknya, atas dasar pengharapan bahwa tiap

    pihak akan melakukan aksi-aksi yang bermanfaat bagi pihak lain. Sedangkan

    Carnevale (1995) dalam organisasi publik, mendefinisikan trust sebagai an

    31 hmad Hatta, Tafsir Qur‟an…,7.

    32 M. Mansur Huda, Syubhat Seputar Zakat (Solo: Tim Medina, 2012), 12-13.

  • 26

    expression of faith and confidence bahwa seseorang atau institusi akan

    bertindak fair, reliable, ethical, competent, and non threatenin.33

    Konsep kepercayaan (trust) menjadi isu yang sangat populer dalam bisnis

    dan pemasaran, karena kepercayaan merupakan faktor yang fundamental dalam

    mengembangkan loyalitas konsumen. Kepercayaan konsumen mendapatkan

    perhatian yang cukup besar dari para pelaku bisnis. Mereka akan berusaha

    melakukan berbagai macam strategi agar konsumen mendatangi mereka dan

    melakukan transaksi bisnis. Kepercayaan bukanlah suatu yang ada dengan

    sendirinya dan hilang dengan sendirinya. Akan tetapi kepercayaan adalah salah

    satu simpul dari ikatan beberapa tali yang saling berkaitan.34

    Kepercayaan memainkan peran penting dalam sebuah Lembaga Zakat

    karena kelangsungan hidup Lembaga Zakat tersebut tergantung pada tingkat

    pengumpulan zakat dari pembayar zakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

    bahwa kepercayaan muzakki memainkan peran penting dalam organisasi amal

    karena aktivitas mereka sangat berkorelasi dengan tingkat kepercayaan yang

    mereka dapatkan dari para muzakki tersebut.Lembaga zakat hanya bisa

    bertahan jika ada kontinuitas pembayaran zakat dan penyaluran efektif ke

    Asnaf. Lebih dari seribu tahun yang lalu, bukti menunjukkan bahwa selama

    dinasti Umar bin Abdul Aziz kemiskinan menurun ke tingkat nol karena pola

    pengumpulan dan pendistribusiannya efektif menurut Ahmad Kepercayaan

    sebagai faktor intrinsic yang ada pada pada diri muzakki dipandang sebagai

    33 Dasrun Hidayat, Media Public Relations: Pendekatan Studi Kasus Cyber Public

    Relations Sebagai Metode Kerja PR Digital (Yogyakarta: Graha ilmu, 2014), 55-56.

    34 Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

    2013), 19.

  • 27

    faktor penting dalam hal pengaruhnya terhadap minat muzakki dalam

    membayar zakat profesi melalui Lembaga Zakat.35

    G. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka berisi uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian

    yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

    terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan di laksanakan oleh

    peneliti dan telah diringkas dalam table sebagai berikut :

    Table 1:3

    Tinjauan Pustaka

    NO

    NAMA &

    TAHUN

    JUDUL HASIL PENELITIAN

    1. Irfan

    Syauqi

    Beik

    2013

    “Analisis Peran

    Zakat dalam

    Mengurangi

    Kemiskinan : Studi

    Kasus Dompet

    Dhuafa Republika

    Dalam penelitian ini

    menunjukkan bahwa zakat juga

    terbukti mampu mengurangi

    kesenjangan kemiskinan dan

    kesenjangan pendapatan, yang

    diindikasikan oleh penurunan

    nilai P1 dari Rp 540.657,01

    menjadi Rp 410.337,06 dan nilai

    I dari 0,43 menjadi 0,33.

    Sedangkan ditinjau dari tingkat

    keparahan kemiskinan, zakat juga

    mampu mengurangi tingkat

    keparahan kemiskinan yang

    ditandai dengan penurunan nilai

    Indeks Sen (P2) dari 0,46

    35 Ahmad Mukhlis Dan Irfan Syauqi Beik . 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang

    Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat: Studi Kasus Kabupaten Bogor. Jurnal Al-

    Muzara’ah, Vol I, No. 1

  • 28

    menjadi 0,33 dan nilai indeks

    FGT dari 0,19 menjadi 0,11.

    2. Firdaus,

    Raudhat

    2011

    Peran BAZNAS

    Dalam

    Implementasi

    Pengaturan Zakat

    Sebagai Pengurang

    Penghasilan Kena

    Pajak: Studi Di

    BAZNAS Kota

    Malang

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pengaturan zakat sebagai

    pengurang penghasilan kena

    pajak di BAZNAS Kota Malang

    belum bisa di implementasikan

    karena kurang adanya komitmen

    tentang zakat dari pihak pajak,

    kurang adanya kesadaran

    masyarakat untuk membayarkan

    zakat ke BAZNAS, dan terdapat

    perbedaan penafsiran Undang-

    Undang. Selain itu BAZNAS

    Kota Malang lebih

    mengutamakan mengumpulkan

    infak, untuk zakat hanya

    diperoleh dari UPZ Kemenag

    Kota Malang, serta sosialisasi

    kepada masyarakat mengenai hal

    ini kurang optimal.

    3. Nafiah,

    Lailiyatun

    2014

    Pengaruh

    Pendayagunaan

    Zakat Produktif

    Terhadap

    Kesejahteraan

    Mustahiq Pada

    Program Ternak

    Bergulir Baznas

    Variabel pendayagunaan zakat

    produktif berpengaruh positif

    dan signifikan terhadap

    kesejahteraan Mustahiq,

    dengan kata lain jika

    pendayagunaan zakat produktif

    ditingkatkan maka

    kesejahteraan mustahiq juga

  • 29

    Kabupaten Gresik.

    akan mengalami peningkatan.

    Dengan prosentase sumbangan

    pengaruh variabel

    pendayagunaan zakat produktif

    terhadap kesejahteraan

    mustahiq adalah 30,5 %.

    Selanjutnya bagi lembaga amil

    zakat diharapkan dapat

    memaksimalkan

    pendayagunaan zakat dengan

    pola pendayagunaan zakat

    produktif dengan disertai

    adanya pendampingan untuk

    pemberian arahan serta

    monitoring bagi mustahiq

    penerima zakat

    4. Rouf, M.

    Abdul

    2013

    Analisis faktor-

    faktor yang

    mempengaruhi

    minat masyarakat

    membayar zakat di

    Rumah Zakat

    cabang Semarang

    Kepercayaan (X1), religiusitas

    (X2) dan pendapatan (X3) secara

    bersama-sama mempunyai

    pengaruh yang signifikan

    terhadap minat masyarakat

    membayar zakat di Rumah Zakat

    cabang Semarang. Terlihat F

    hitung 45,477 dan signifikan

    pada 0,000 < dari α = 0.05 > F

    tabel (3.953) yang berarti

    kepercayaan, religiusitas dan

    pendapatan berpengaruh terhadap

    minat masyarakat membayar

    zakat di Rumah Zakat cabang

    Semarang.

  • 30

    5. Abdul

    Hafiz

    Daulay,

    2012

    Analisis Faktor-

    Faktor Penyebab

    Keengganan

    Masyarakat

    Membayar Zakat

    Melalui Instansi

    Bazis/Laz Di

    Kota Medan (

    Studi Kasus :

    Masyarakat

    Kecamatan

    Medan Tembung

    )

    Penelitian menunjukkan bahwa

    faktor yang paling dominan yang

    menyebabkan orang enggan

    membayar / memperpanjang

    zakat mereka melalui BAZAS /

    LAZ adalah faktor agama

    (mereka lebih baik menyumbang

    langsung ke mustahiqs) yang

    masih kerabat mereka (33%),

    diikuti oleh lokasi (lokasi BAZIS

    / LAZ jauh dari tempat tinggal

    mereka) (24%), layanan (layanan

    yang diberikan oleh BAZIS /

    LAZ tidak memuaskan) (21%),

    kredibilitas (orang tidak percaya

    BAZIS / LAZ dalam

    mendistribusikan zakat ke yang

    membutuhkan karena

    pengelolaan pemberian zakat

    tidak transparan) (12%), dan

    pendapatan (orang

    berpenghasilan tinggi lebih suka

    memperpanjang zakatnya melalui

    BAZIS / LAZ yang terorganisir)

    (10%). 88% dari orang-orang di

    Kecamatan Medan Tembung

    enggan untuk memperpanjang

    zakat mereka melalui BAZIS /

    LAZ, dan hanya 12% dari

    mereka yang membayar /

    memperpanjang zakat mereka

  • 31

    melalui BAZIS / LAZ. Mereka

    ingin BAZIS / LAZ menjadi

    profesional, manajerial, dan

    transparan dan untuk

    meningkatkan layanannya.

    Penulis memilih penetian dengan Pengaruh Transparasi Dan Akuntabilitas

    Pengelolaan Dana Zakat Dalam Meningkatkan Kepercayaan Muzaki

    Membayar Zakat Di Badan Amil Zakat (BAZNAS) Kota Jambi.

    Judul penelitian-penlitian yang telah dipaparkan diatas memiliki kemiripan

    dengan penelitian yang diajukan peneliti, yaitu sama fokusnya mengenai Zakat

    tetapi penelitian-penelitian di atas lebih menekankan kepada penegelolaan

    anggaran pendapatan sedangkan peneliti lebih menekankan kepada transparasi

    dan akuntabiltas atau praktiknya terhadap pengelolaan anggaran agar

    meningkatkan Kepercayaan dari muzaki.

    H. Kerangka Pikir

    Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil zakat, infaq, shodaqah kini tak

    dapat lagi menganggap remeh soal pertanggungjawaban publik atas dana yang

    diserahkan donatur. Akuntabilitas merupakan hal yang kerap dituntut

    masyarakat dari sebuah lembaga publik. Masyarakat merasa perlu mengetahui

    aliran dana dan kinerja lembaga tersebut. Apakah sumber daya yang mereka

    serahkan telah digunakan secara benar atau tidak. Sebagai lembaga umat,

    Badan Amil Zakat Nasioanl dalam mengelola zakat, infaq, dan shodaqah harus

    memiliki akuntabilitas yang tinggi, yang merupakan bentuk

  • 32

    pertanggungjawaban kepada para muzakki. Meskipun mereka secara ikhlas

    menyerahkan dananya untuk keperluan zakat, infaq, shodaqah.

    Adapun Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 1:1

    Kerang Pikir

    H1

    H2

    H3

    I. Hipotesis

    Dalam penelitian ini ada jua jenis hipotesis yang sering kali haru dibuat

    oleh peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian

    hipotesis penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul

    terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa yang ada di dalam

    hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian terbukti, begitupun

    sebaliknya. Sementara itu pengujian hipotesis statistik berarti menguji

    apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti.

    Berdasarkan data sampel tersebut dapat dilakukan pada populasi atau tidak

    Adapun yang menjadai hipotesis dalam penelitian ini adalah

    KEPERCAYAAN

    MUZAKI (Y)

    TRANSPARANSI

    (X1)

    AKUNTABILTAS

    (X2)

  • 33

    Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara transparansi dan

    akuntabilitas terhadap kepercayaan muzaki

    Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara transparansi dan

    akuntabilitas terhadap kepercayaan muzaki

    J. Definisi Oprasional

    Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

    variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

    kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

    mengukur konstrak atau variable tersebut.36 Untuk memperoleh gambaran yang

    jelas dan konkrit tentang arah dan tujuan yang terkandung dalam konsep

    penelitian, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah kunci yang

    ada dalam judul diatas. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan:

    Tabel 1:4

    Definisi Oprasional

    No Variabel Definisi Variabel Indikator

    1 Transparansi

    (X1)

    Yang dimaksud dengan

    Transparansi dalam penelitian ini

    adalah informasi keuangan yang

    terbuka dan jujur kepada

    masyarakat berdasarkan

    pertimbangan bahwa masyarakat

    memiliki hak untuk mengetahui

    secara terbuka dan menyeluruh

    atas pertanggung jawaban

    pengelolaan dana zakat di Baznas

    1. Tersedia laporan

    pertanggung

    jawaban

    2. Tersedia sarana

    untuk suara dan

    usulan

    3. Terdapat pemberian

    informasi ke publik

    36 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 126.

  • 34

    Kota Jambi

    2 Akuntabilitas

    (X2)

    Akuntabilitas adalah kewajiban-

    kewajiban dari individu-individu

    atau penguasa yang dipercayakan

    untuk mengelola sumber-sumber

    daya publik dan yang

    bersangkutan dengannya untuk

    dapat menjawab hal-hal yang

    menyangkut pertanggung

    jawabannya. melalui penyajian

    laporan keuangan yang

    komprehensif.

    1. Berfokus pada hasil

    2. Menghasilkan

    informasi yang

    berguna

    3. Mengahsilakn data

    yang konsisten dari

    waktu-kewaktu

    3 Kepercayaan

    Muzaki

    (Y)

    Kepercayaan memainkan peran

    penting dalam sebuah Lembaga

    Zakat karena kelangsungan hidup

    Lembaga Zakat tersebut

    tergantung pada tingkat

    pengumpulan zakat dari

    pembayar zakat. Hal ini sejalan

    dengan pendapat bahwa

    kepercayaan muzakki

    memainkan peran penting dalam

    organisasi amal karena aktivitas

    mereka sangat berkorelasi dengan

    tingkat kepercayaan yang mereka

    dapatkan dari para muzakki

    tersebut

    1. Integritas

    2. Kebaikan

    3. Kompetensi

  • 35

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan kepada Masyarakat Kota Jambi terkhususnya yang

    membayar zakat di Baznas dan Badan Amil Zakat Kota Jambi (Baznas) yang

    beralamat di Jl. Jendral Basuki Rachmat No 01 Kelurahan Pal Lima,

    Kecamatan Kota Baru, Jambi 36129. Telp. (0741)-40555 Fax.( 0741)-40355.

    B. Pendekatan Penelitian

    Dalam kamus bersar Bahasa Indonesia, Kata Penelitian diartikan Sebagai

    pemerikasaan yang teliti atau penyelidikan, kata penyelidikan diartikan sebagai

    pemeriksaan atau meniliti sebuah fenomena yang seadng terjadai ataupun yang

    ingin diamati. Penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap

    suatu masalah dengan perlakuan tertentu.1 Jenis penelitian ini dilihat dari

    metodenya adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan

    pada fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kunatitatif.

    Memaksimalkan efektifitas desain penelitin kuantitatif menurut sugiyono

    dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistic, struktur

    dan percobaan terkontrol.2

    Pemilihan pendekatan kuantitatif ini didasarkan pada data-data Badan

    Pusat Statistik, baik dari kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumen-

    dokumen sebagai sumber pendukung untuk menganalisis data.

    1 Iqbal Hasan “analisis data data penelitan dengan statistik” Bumi Aksara Hal, 3-4 2 Sugiono, metode penelitian kuantitatif, Alfabeta, Yogyakarta, Tahun 2012, Hal 7.

  • 36

    C. Jenis Dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini pertama, data yang di

    peroleh secara langsung dari sumber di lapangan atau yang disebut dengan data

    primer. Data primer adalah data yang diambil atau dihimpun langsung oleh

    peneliti.3 Sumber data primer di peroleh dari informasi-informasi yang diterima

    dari Baznas Dan masyarakat di Kota Jambi

    Kedua, data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai

    pendukung data yang diperoleh dari lapangan. Data sekunder merupakan

    sumber data yang memeberikan informasi secara langsung jepada pengumpul

    data, dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan

    dalam bentuk lain atau orang lain.4

    D. Teknik Pengumpulan data

    a. Observasi

    Dimana dalam metode penelitian pengambilan data ini penulis mengamati

    secara langsung objek yang akan diteliti, dimana penelitian berinteraksi secara

    langsung dengan objek penelitian.

    b. Kuisioner Atau Angket

    Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar

    pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk dijawab dengan

    memberikan angket. Jenis angket (kuesioner) yang digunakan bersifat terbuka,

    yang disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, sehingga responden

    3 Ridwan, Metedologi dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian (Bandung, Alfabeta,

    (2009) , hlm.. 24. 4 Roni Kountur, “Metode Penelitian Untuk Menulis Skripsi Dan Tesis”’, (Jakarta :

    PPM,2003), hlm. 29.

  • 37

    diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda

    cheklist. Kuisioner diberikan kepada 100 responden .Kuisioner atau angket

    merupakan data primer untuk menjelaskan fenomena yang sebenarnya terjadi

    di lingkungan BAZNAS kota Jambi.

    Skala yang digunakan dalam penelitian skala likert. Skala likert digunakan

    untuk mengukur sikap, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

    fenomena sosial. Skala likert pada penelitian ini menggunakan lima alternative

    jawaban skor yang diberikan yaitu : sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju,

    sangat tidak setuju.

    a) Bobot 5 : Sangat Setuju

    b) Bobot 4 : Setuju

    c) Bobot 3 : Netral

    d) Bobot 2 : Tidak Setuju

    e) Bobot 1 : Sangat Tidak Setuju

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan data

    sekunder yang telah tersedia dalam perpustakaan, dari instansi yang diteliti atau

    dari tempat lain yang berupa dokumen-dokumen resmi seperti grafik, arsip,

    peta lokasi penelitian, geografis dan demigrafis. Sementara data yang diperoleh

    dari sumber. Dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan data sejarah

    berdirinya BAZNAS kota Jambi, serta data pendukung lainnya.

  • 38

    E. Populasi dan Sampel

    a. Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

    mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.5 Penentuan populasi

    dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Jambi dan para karyawan

    BAZNAS kota Jambi sebanyak 150 orang yang dijadikan populasi.

    b. Sampel

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

    yang ada pada populasi, Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

    betul-betul representatif (mewakili).Sampel pada penelitian ini menggunakan

    metode random sampling atau di pilih secara acak.6 Dalam penelitian ini

    penelitian mengambil sampel kelompok terbaik dengan rajin nya membayaran

    zakat di Baznas kota Jambi, dengan pengambilan sampel menggunakan metode

    slovin. Dengan rumus :

    𝑛 =𝑁

    1 + 𝑁. 𝑒2

    Di mana:

    n : Sampel

    N : Jumlah Populasi

    E : error (kesalahan yang diterima)

    Dengan menggunakan margin error sebesar 10%, maka jumlah sampel

    yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

    5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitastif, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya), Hal 186. 6 Sugiono, metode penelitian kuantitatif, Alabeta, Yogyakarta, Tahun 2015, Hal 61

  • 39

    𝑛 =150

    1 + 738. (0,1)²

    𝑁 = 638

    738

    N = 60 responden

    N = 86,4 Responden

    Jumlah responden sebanyak 86 orang tersebut dianggap sudah

    representatif karena sudah melebihi jumlah dari batas minimal sampel.

    F. Metode Analisis Data

    Analisis data yang dimaksud adalah analisis untuk melakukan pengujian

    hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang telah diajukan. Data-data yang

    telah diperoleh, akan diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif-deskriptif.

    Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus statistik, yakni

    program microsoft excel statistik dan program SPSS. Adapun model statistik

    yang digunakan adalah:

    a. Uji Validitas

    Validitas adalah sejauh mana perbedaan yang didapat melalui pengukur

    mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya diantara responden yang diteliti.

    Arti validitas adalah kebenaran dan keabsahan instrumen penelitian yang

    digunakan. Setiap penelitian selalu dipertanyakan mengenai validitas alat yang

    digunakan. Suatu alat pengkur dikatakan valid jika alat itu dipakai ntuk

    mengukur sesuai dengan kegunaannya. Misalnya meter valid karena dipakai

    mengukur jarak, timbangan valid karena dipakai mengukur berat, dan

    sebagainya. Untuk menentukan niali r hitung, dapat dibantu dengan program

  • 40

    SPSS yang dinyatakan dengan nilai corrected item total correlation. Dapat

    pula digunakan rumus Product Moment Karel Pearson sebagai berikut:

    rxy = NƩXY−(ƩX)(Ʃ𝑌)

    √⦋𝑁Ʃ𝑋2−(Ʃ𝑋)2⦌⦋𝑁Ʃ𝑌2−(Ʃ𝑌)⦌ keterangan :

    rxy = Koefisien korelasi belah dua

    N = Jumlah sampel uji coba

    ƩX = Jumlah skor pernyataan ganjil

    ƩY = Jumlah skor pernyataan genap

    ƩXY = Jumlah skor perkalian X dan Y

    b. Uji Reabilitas

    Setelah Kuisioner disusun dan dilakukan uji coba pada 100 sampel, maka

    hasil uji tersebut dicari tingkat reabilitasnya. Uji reabilitas yang digunakan

    adalah formula :

    Alfa dengan rumus, yaitu :

    R11=[𝑘

    𝑘−1][1 −

    ∑ 𝑎𝑏²

    ⍺t²]

    Keterangan :

    r11 = reabilitas

    k = banyaknya butir pernyataan

    ab2 = jumlah varian butir

    t2 = varian total.7

    c. Uji Parsial (t)

    Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

    masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel

    dependen. Hiotesis yang digunakan adalah :

    Menentukan H0 dan H1 :

    7 Ahmad Ridho (2016), Pengaruh Harga, Kualitas, Lokasi dan Label Halal Terhadap

    Keputusan Beli Konsumen Restoran Solaria di Mall Jamtos Jambi. UIN Sultan Thaha

    Syaifuddin Jambi, hlm.41.

  • 41

    H0 : H1 = 0, berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata antara

    variabel independen dengan variabel dependen

    H0 : H1 ≠0, berarti terdapat pengaruh yang nyata antara variabel

    independen dengan variabel dependen.

    Pada tingkat signifikan 5 persen (5%) dengan kriteria pengujian yang

    digunakan sebagai berikut :

    Jika sig > 0.05,

    maka H1 diterima

    Jika sig < 0.05,

    maka H1 ditolak

    d. Uji Simultan (f)

    Uji statistik F digunakan untuk mencari apakah semua variabel independen

    yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh

    terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah :

    H0 : β1, β2, β3 = 0, variabel independen tidak berpengaruh

    secara bersama-sama terhadap variabel.

    H1 : β1, β2, β3 ≠ 0, variabel independen berpengaruh secara

    bersama-sama terhadap variabel dependen

    Pada tingkat signifikan 5 persen (5%) denga kriteria pengujian yang

    dugunakan sebagai berikut :

    H0 ditolak dan H1 diterima, apabila F hitung > F tabel, artinya

    variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

    variabel dependen secara nyata

  • 42

    H0 diterima dan H1 ditolak, apabila F hitung < F tabel, artinya

    variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

    terhadap variabel dependen secara nyata.

    G. Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan, dilakukan agar

    dapat diketahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang

    baik atau tidak. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji

    normalitas, uji multikolinieritas dan autokorelasi.8

    a. Uji Normalitas

    Uji asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

    regresi ersidu dari persamaan regresinya mempunyai distribusi normal atau

    tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal

    atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

    berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji

    kolmogorov-smirnov (goodnees of fit).

    Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi hasil

    pengamatan sesuai dengan expected normal frequent distribusi. Berikut ini

    probabilitas untuk menentukan apakah distribusi tersebut normal atau tidak

    normal. Kriteria pengambilan kesimpulan adalah:

    H0 = Nilai sig/probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal. 9

    8 Khaidir, PengaruhLabelisasi Halal, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap

    Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran CFC Abadi Jambi, 2017, UIN STS Jambi,

    hlm.48 9 Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap

    Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran CFC Abadi Jambi, 2017, UIN STS Jambi.

  • 43

    b. Uji Multikolinieritas

    Multikolinieritas merupakan hubungan linier yang sempurna antara

    beberapa atau sama variabel bebas. Pengujian multikolinieritas bertujuan

    untuk mengetahui apakah dalam regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat

    antara variabel bebas atau tidak. Dalam model regresi yang baik seharusnya

    tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

    Untuk melakukan uji multikolinearitas dengan menggunakan software

    SPSS versi 20, penelitian menggunakan pendekatan angka Vactory Influence

    Factor (VIF) dengan hipotesis uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:

    H0 = Jika nilai VIF yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS

    versi 20 menunjukkan angka kecil dari 10 (VIF > 10), atau nilai

    toleransi besar dari 0,1 (TOL > 0,1) maka tidak terdapat gejala

    multikolinearitas

    Ha = Jika nilai VIF yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS

    versi 20 menunjukkan angka kecil dari 10 (VIF > 10), atau nilai

    toleransi kecil dari 0,1 (TOL < 0,1) maka terdapat gejalah

    multikolinearitas.

    c. Uji Autokorelasi

    Autokolerasi adalah kemudahan dimana terjadi korelasi dari residual untuk

    pengamatan yang lain yang disusun menurut runtut waktu. Model regresi yang

    baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokolerasi.10

    10 Albert Kurniawan, Metode Riset untuk Ekonomi & Bisnis Teori, Konsep & Praktik

    Penelitian Bisnis (Dilengkapi Perhitungn Pengolahan Data Dengan SPSS 22.0), Cet. 1,

    (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 158

  • 44

    Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

    autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak

    baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada

    tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Dubrin-Waston (DW) dengan

    ketentuang sebagai berikut:

    d. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)

    e. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 <

    DW < +2

    f. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW diatas +2 atau DW >

    +2.15

    H. Uji Heteroke Dastisitas

    Dalam persamaan ini regresi berganda perlu di uji mengenai sama atau

    varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika

    residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi homoske dastisitas

    dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut juga heteroske dastisitas

    I. Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

    persentase perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh

    perubahan atau variasi dari variabel independen.

    Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi dapat dijelaskan kebaikan

    dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai

    koefisien determinasi akan semakin baik kemampuan variabel independen

  • 45

    dalam menjelaskan prilaku variabel dependen. Hasil pengujian koefisien

    determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R square pada analisis regresi

    berganda. Contoh jika variabel dalam model hanya menjelaskan 0,4 maka

    sebesar 0,6 ditentukan oleh variabel diluar model, nilai diperoleh sebesar R2=

    0,4.

    J. Indikator Skala Ukur Variabel

    Tabel 2:1

    Indikator Serta Tata Skala Ukur Variable.

    Variabel Indikator Skala Ukur

    Variabel

    Independen:

    Transparansi

    (XI)

    1. Berfokus pada hasil

    2. Menggunakan beberapa indikator

    yang telah dipilih untuk

    mengukur kinerja

    3. Menghasilkan informasi yang

    berguna bagi pengambilan

    keputusan atas suatu program atau

    kebijakan

    4. Menghasilkan data secara

    konsisten dari waktu ke waktu

    5. Melaporkan hasil dan

    mempublikasikannya secara

    teratur

    Diukur melalui

    angket (kuesioner)

    menggunakan skala

    likert 1-7 Poin

    Variabel

    Independen :

    1. Seluruh fakta yang terkait dengan

    pengelolaan zakat, baik program

    Diukur melalui

    angket (kuesioner)

  • 46

    Akuntabilitas

    (X2)

    ataupun aktivitas keuangan harus

    mudah diakses oleh pihak yang

    berkepentingan terhadap informasi

    tersebut.

    2. Informasi harus diungkapkan

    secara jujur, lengkap dan meliputi

    segala hal yang terkait dengan

    informasi yang akan diberikan.

    3. Kebijakan perusahaan harus

    dikomunikasikan kepada pemberi

    amanah secara tertulis dan

    proporsional

    menggunakan skala

    likert 1-6 Poin

    Variabel

    Dependen :

    Kepercayaan

    Muzaki

    (Y)

    1. Kejujuran

    2. Kebajikan

    3. Kompentensi

    Diukur melalui

    angket (kuesioner)

    menggunakan skala

    likert 1-6 Poin

    K. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun secara beruntun yang

    terdiri dari beberapa bab yaitu : Bab I pendahuluan, Bab II gambaran umum

    lokasi penelitian, Bab III metode penelitian, Bab IV hasil pembahsan, Bab V

    penutup. Untuk masing-masing isi dari setiap bagian adalah sebgai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitaian, manfaat penelitian, batasan masalah, kerangka

  • 47

    terori, tinjauan pustaka, definisi oprasional dan hipotesis yang diajukam dalam

    penelitian.

    BAB II METODE PENELITIAN

    Pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian dalam penulisan skripsi

    ini. Berisi tentang lokasi penelitian, penedekatan penelitian, jenis dan usmber

    data, teknik pengumpulan data, unit analisis, dan teknik analisis data.

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Pada bab ini menerangkan lokasi penelitian yaitu Baznas Kota Jambi di Jl.

    Jendral Basuki Rachmat Kelurahan Pal Lima, Kecamatan Kota Baru, Jambi

    36129.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini adalah inti dari penelitian, hasil analisi data dan pembahasan.

    BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN

    Merupakan bab akhir dari laporan penelitian yang berisi kesimpulan dan

    saran-saran.

  • 48

    BAB III

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Baznas Kota Jambi

    Di Jambi telah dibentuk Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah. Ini

    berdasarkan SK Walikota Nomor 29 Tahun 2001, tentang pembentukan BAZIS

    daerah tingkat I Jambi dan ini merupakan bentuk pertama dari lembaga

    pengelolaan Zakat yang ada di Kota Jambi, sebelum peralihannya menjadi

    Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA).

    Perubahan BAZIS menjadi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) atau

    Badan Amil Zakat Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan),

    berdasarkan pada Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

    Zakat, dalam arti bahwa BAZDA adalah kelanjutan dan penjelmaan dari

    BAZIS.Dengan adanya UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat

    tersebut yang mengamanatkan untuk membentuk Badan Amil Zakat Daerah

    Kota yang pelaksanaannya dilakukan oleh Bapak Walikota, dan berdasarkan

    data yang telah ada diseluruh Kecamatan sudah dibentuk BAZ Kecamatan

    dengan SK Camat di 8 (Delapan Kecamatan) dalam Kota Jambi.

    Jadi BAZDA adalah merupakan Lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah

    (daerah/propinsi) berdasarkan pada amanat Undang-undang No. 38 Tahun

    1999. BAZDA ini merupakan kesinambungan Lembaga sebelumnya yakni

    BAZIS, namun dengan adanya UU No 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan

    zakat maka terjadilah perubahan nama menjadi BAZDA.

  • 49

    BAZDA Kota Jambi sendiri resmi didirikan pada tanggal 16 Maret 2001

    yang beralamat di Jl. Jend. Basuki Rahmat No. 01 Kotabaru Lantai II Dipenda

    Kota Jambi, namun sebelum keberadaan BAZDA di Kantor yang sekarang ini,

    lembaga ini dulunya beralamat di Kantor Kementerian Provinsi Jambi dan

    ketika itu lembaga masih bernama BAZIS.

    B. Visi dan misi BaznasKota Jambi

    VISI

    Terwujudnya badan zakat nasional (BAZNAS) sebagai organisasi

    pengelolaan zakat yang amanah, profesional, terbuka dan bertanggung jawab.

    Misi

    1. Mewujudkan organisasi BAZNAS sebagai simpul pranata keagamaan

    dalam meningkatkan kesejahtraan umat dan keadilan sosial

    2. Mewujudkan organisasi BAZNAS yang terpercaya ditengah-tengah

    masyarakat

    3. Menggali potensi umat secara bertahap,terencana, realistis dan terukur

    sebagai salah satu intrumen pemeberdayaan ekonomi umat islam yang

    bermoral

    4. Membantu pemerintah dan masyarakat secara berkelanjutan untuk

    mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan

    Moto Baznas Kota Jambi

    “Amanah, Transparant, Profesional, & Akuntabel”

  • 50

    C. Struktur Organisasi dan Personalia Baznas Kota Jambi

    Gambar 3:1 Struktur Baznas Kota Jambi

    Pembina

    Walikota Jambi

    Wakil Wali Kota

    Sekda Kota Jambi

    Pe Wakil Ketua III

    A. Manan Samid

    Wakil Ketua II

    Drs. H. Fachrur

    Wakil Ketua I

    Bidang

    Pengumpulan

    Ketua

    Drs. H Syamsir Nain

    Sekretaris

    Ahmad Ziyadi, S.Sy

    Kabag

    Pengumpulan

    M.Toyib, S,Ag

    Wakil Ketua IV

    Drs. H. Husein

    Satuan Audit Internal

    Ketua : Asisten Bidang Ekonomi dan

    Pembangunan Sekda Kota Jambi

    Kasubag

    Pemberdayaan

    Yosy, S.Pd

    Kabag Keuangan

    Nikmah Prasilia

    Kabag

    pemberdayaan

    KMS. Beni, S,Sy

    Kasubag

    Keuangan

    Endah, S.Sy

    Kabag Admintrasi

    M. Reza, S.Pd

    Kasubag Pelaporan

    Adam Malik, SE

  • 51

    D. Uraian Tugas dan Wewenang

    Adapun uraian tugas dan wewenang Kantor Baznas Kota Jambi sesuai

    dengan SK Walikota Jambi Nomor 95 Tahun 2009, sebagai berikut :

    1. Dewan Pertimbangan :

    a. Ketua :

    b. Wakil Ketua

    c. Sekretaris

    d. Wakil Sekretaris

    e. Anggota

    Tugas dan wewenang Dewan Pertimbangan adalah memberikan

    pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi

    Pengawas BAZDA baik diminta ataupun tidak diminta.

    2. Komisi Pengawas :

    Terdiri dari :

    a. Ketua

    b. Wakil Ketua

    c. Sekretaris

    d. Wakil Sekretaris

    e. Anggota

    Tugas dan wewenang Komisi Pengawas adalah melaksanakan pengawasan

    dan pengendalian terhadap Badan Pelaksana dalam pelaksanaan rencana

  • 52

    kerja dan anggaran yang telah disahkan dan kebijakan-kebijakan yang telah

    ditetapkan .

    3. Badan Pelaksana :

    Tugas dan wewenang Badan Pelaksana secara umum adalah sebagai

    berikut :

    a. menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,

    pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

    b. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk

    penyusunan rencana pengelolaan zakat.

    c. Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan,

    pengumpulan, penditribusian dan pendayagunaan zakat.

    d. Melaksanakan pengumpulan, penditribusian dan pendayagunaan

    zakat, menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan,

    pendistribusian, pendayagunaan zakat serta penelitian dan

    pengembangan pengelolaan zakat.

    Tugas dan Wewenang secara khusus :

    a. Ketua :

    Penanggung jawab seluruh aktifitas pelaksanaan rencana kerja dan

    anggaran BAZDA yang dilaksanakan seluruh bidang :

    - Menetapkan keputusan-keputusan administratif dan kebijakan-

    kebijakan organisasi di lapangan.

    - Mendelegasikan kewenangan tertentu kepada pengurus Badan

    Pelaksana lainnya.

  • 53

    - Mengangkat dan memberhentikan staf apabila dipandang perlu.

    b. Wakil Ketua I & Wakil Ketua II :

    - Mewakili Ketua Badan Pelaksana dalam kewenangan yang

    didelegasikan.

    - Mengkoordinir seluruh kegiatan bidang sesuai dengan kewenangan.

    c. Sekretaris :

    - Melaksanakan administrasi umum pelaksana sesuai dengan prosedur

    yang berlaku

    - Mengatur tata kerja administrasi Badan Pelaksana

    - Mengkoordinir pelaksanaan tugas Badan Pelaksana

    - Mengkoordinir penyusunan laporan tahunan BAZDA

    d. Wakil Sekretaris :

    - Mewakili Sekretaris Badan Pelaksana dalam kewenangan yang

    didelegasikan

    - Membantu dan mengkoordinir administrasi bidang-bidang

    e. Bendahara & Wakil Bendahara :

    - Membuat kebijakan dan melaksanakan administrasi keuangan

    BAZDA

    - Mengkoordinir pembuatan rencana kerja dan anggaran BAZDA

    - Membuat laporan Keuangan BAZDA

    f. Ketua Bidang yang terdiri dari Bidang Pengumpulan, Bidang

    Pendistribusian, Bidang Pendayagunaan dan Bidang Penyuluhan dan

    Motivasi :

  • 54

    - Melaksanakan seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab Badan

    Pelaksana sesuai dengan bidangnya

    - Menerjemahkan kebijakan Badan Pelaksana dalam program kerja

    - Mengadakan dan memimpin rapat bidang sesuai dengan kebutuhan

    - Mengikuti serta memberikan gagasan dan saran dalam rapat Badan

    Pelaksana

    - Membimbing dan mengawasi staf bidang masing-masing

    - Melakukan koordinasi dan konsultasi antar bidang

    - Menyampaikan laporan bulanan bidang kepada Ketua Badan

    Pelaksana

    E. Program Baznas Kota Jambi

    1. Paket Beasiswa Reguler untuk siswa sekolah

    SD,MI,SLTP,MTs,SLTA,MA Negeri dan swasta se-Kota Jambi dan

    Beasiswa mahasiswa S-1 sebanyak 10 orang.

    2. Bantuan Renovasi Rumah Ibadah, TPA dan Lembaga Pendidikan

    sebanyak 10 buah.

    3. Mustahiq Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1434 H/2013 M dan

    Program Peduli Kesehatan BAZDA Kota Jambi, untuk 2.391 orang

    mustahiq.

    4. Bantuan Modal Usaha Produktif Binaan BAZDA Kota Jambi Tahun 2013,

    kepada 26 orang pengusaha kecil se Kota Jambi.

    5. Bedah Rumah Tidak Layak Huni Menjadi Layak Huni Khas BAZDA Kota

    Jambi, untuk 4 unit di beberapa Kecamatan se Kota Jambi.

  • 55

    6. Bantuan kepada Ibnu Sabil /musafir terlantar.

    7. Bantuan untuk Kegiatan Keagamaan dan Kegiatan Sosial serta Bantuan

    kepada korban kebakaran.

    Bantuan untuk orang sakit kronis yang bersifat insidentil

    F. Dasar Hukum

    a. NAS AL-QUR’AN HADIST

    1) Terdapat delapan asnaf yang berhak menerima Zakat yaitu : orang-

    orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat (Amil), muallaf,

    memerdekan hamba (riqab), orang yang berhutang dijalan Allah

    (gharim), sabililah, dan orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu

    Sabil) (At-taubah 9:60)

    2) Zakat mempunyai fungsi sosial dalam masyarakat. Keserakahan dan

    kezaliman seseorang tidak bisa ditolerir apabila ia telah memakan dan

    menguasai anak yatim.

    3) Ambillah sebagian dari harta mereka sebagai sedekah untuk

    membersihkan dan mensucikan mereka dengannya (At-taubah 103)

    4) Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah bertanya : Bagaimanakah

    jika seorang lelaki memberikan zakat hartanya ? Jawab Rasulullah :

    barang siapa memberikan zakat hartanya, maka hilanglah

    kejelekannya ( Al-Hadits)

    5) Orang kaya yang syukur lebih baik dari pada orang miskin yang sabar

    (Al-hadits)

  • 56

    6) Tangan diatas (pemberi) lebih baik dari tangan dibawah (penerima)

    (al-hadits)

    b. Undang- Undang

    1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat

    2) Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2104 tentang pengelolaan Zakat.

    3) Pasal 18 Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor D-291 Tahun 2000

    tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

    4) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 451.12/1728/SJ tanggal 7

    Agustus 2002 tentang Pemberdayaan Badan Amil Zakat (BAZDA)

    di daerah.

    5) Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama

    Nomor 29 dan 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil

    Zakat, Infaq dan Shadaqah.

    6) Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan

    UU. No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

    7) Peraturan Pemerintah No. 17/2000 dan Kep Dirjen Pajak No.

    163/PJ/2003 Tentang pemberlakuan Zakat atas penghasilan kena

    Pajak

    8) Surat Edaran Bapak Walikota Jambi No. 377/2007 tentang

    Himbauan Zakat, Infaq dan Shadaqah.

  • 57

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik Responden

    Metode Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kepada

    100 responden yang merupakan masyarakat yang membayar zakat di Baznas.

    a. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Usia

    Tabel 4.1

    Usia Responden

    No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

    1 >25 50 50

    2 27-35 30 30

    3 38-45 14 14

    4 >50 6 6

    Jumlah 100 100

    Sumber (Data Primer)

    Berdasarkan data tabel diatas usia responden penelitian Usia >25 tahun

    sebanyak 50 orang atau 50%, 27-35 Tahun sebanyak 30 orang atau 30%, 38-45

    tahun sebanyak 14 orang atau 14%, dan > 50 tahun sebanyak 6 orang atau 6%.

    b. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel 4.2

    Jenis Kelamin Responden

    No Umur

    (Tahun)

    Jumlah

    (orang)

    Persentase

    (%)

    1 Laki-laki 93 93%

    2 Perempuan 7 7%

    Jumlah 100 100

    Sumber: (Data Primer)

  • 58

    Berdasarkan data tabel diatas diketahui persentase terbesar responden jenis

    kelamin Laki-laki lebih banyak yaitu 93% atau 93 orang, sedangkan jenis

    kelamin Perempuan 7% atau 7 orang.

    c. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan

    Tabel 4.3

    Pekerjaan Responden

    No Pekerjaan Jumlah

    (orang)

    Persentase

    (%)

    1 PNS/POLRI 22 22%

    2 Wirausaha 30 30%

    3 Karyawan swasta 45 45%

    4 Lainnya 3 3%

    Jumlah 100 100

    Sumber : (Data Primer)

    Pekerjaan responden penelitian PNS/POLRI yaitu sebanyak 22 orang atau

    22%, Wirausaha sebanyak 30 orang atau 30%, Karyawan Swasta sebanyak 45

    orang atau 45%, dan lainnya sebanyak 3 orang atau 3%.

    B. Hasil Analisis Data

    a. Uji Validitas

    Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

    kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner

    mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

    tersebut. Pengujian untuk menentukan valid atau tidaknya dengan

  • 59

    membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel. rhitung > rtabel jika rhitung lebih

    besar dari rtabel maka butir pertanyaa/pernyataan tersebut dikatakan valid.1

    a. Transparansi (X1)

    Tabel 4.4

    Hasil Uji Validitas Transparansi (X1)

    Item Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan

    1 0,284 0,196 Valid

    2 0,981 0,196 Valid

    3 0,981 0,196 Valid

    4 0,284 0,196 Valid

    5 0,981 0,196 Valid

    6 0,958 0,196 Valid

    Sumber : Hasil olah data

    Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4 setiap pernyataan

    menghasilkan koefisien korelasi Rhitung yang lebih besar dari Rtabel. Dengan kata

    lain, instrumen penelitian yang berjumlah 6 pernyataan Transparansi (X1)

    dinilai semua butir pernyataan adalah valid.

    b. Akuntabilitas (X2)

    Tabel 4.5

    Hasil Pengujian Uji Validitas Akuntabilitas (X2)

    Item Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan

    1 0,752 0,196 Valid

    2 0,524 0,196 Valid

    3 0,216 0,196 Valid

    4 0,580 0,196 Valid

    5 0,476 0,196 Valid

    6 0,734 0,196 Valid

    7 0,388 0,196 Valid

    Sumber : Hasil olah data

    1 Khaidir, Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan

    Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran CFC Abadi Jambi, 2017, UIN

    STS Jambi, hlm. 64-65.

  • 60

    Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.5 setiap pernyataan

    menghasilkan koefisien korelasi Rhitung yang lebih besar dari Rtabel. Dengan kata

    lain, instrumen penelitian yang berjumlah 7 pernyataan untuk Akuntabilitas

    (X2) dinilai semua butir pertanyaan adalah valid.

    c. Kepercayaan Muzakki ( Y)

    Tabel 4.6

    Hasil Pengujian Uji Validitas Muzakki (Y)

    Item Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan

    1 0,943 0,196 Valid

    2 0,238 0,196 Valid

    3 0,943 0,196 Valid

    4 0,238 0,196 Valid

    5 0,943 0,196 Valid

    6 0,388 0,196 Valid

    Sumber : Hasil olah data

    Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.6 setiap pernyataan

    menghasilkan koefisien korelasi Rhitung yang lebih besar dari Rtabel. Dengan kata

    lain, instrumen penelitian yang berjumlah 6 pernyataan untuk Kepercayaan

    Muzakki (Y) dinilai semua butir pertanyaan adalah valid.

    b. Uji Reabilitas

    Reabilitas adalah alat ukur mengukur suatu kuesioner yang merupakan