pengaruh pemberian ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) topikal terhadap peningkatan ketebalan...

10
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KETEBALAN EPITEL LUKA BAKAR DERAJAT II A PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR. Mona Novita Trisnaningtyas , Novi Khila Firani * , Ika Setyo Rini ** *Staff Pengajar Laboratorium Biokimia-Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya **Staff Pengajar Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ABSTRAK Luka bakar merupakan insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan terbanyak adalah luka bakar derajat II A. Perawatan yang salah pada luka bakar dapat menyebabkan kondisi yang semakin buruk pada luka. Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan tannin yang berperan dalam proses penyembuhan luka yang melibatkan proses epitelisasi. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap peningkatan ketebalan epitel luka bakar derajat II A pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Penelitian ini adalah studi true experimental pada 24 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi secara random ke dalam 4 kelompok yang terpapar luka bakar derajat II A. Kelompok I sampai III diberi perawatan dengan ekstrak daun sirih dengan dosis yang berbeda (15%, 30%, dan 45%) secara topikal selama 14 hari. Kelompok IV merupakan kontrol negatif yang dirawat lukanya menggunakan Normal Salin 0,9% selama 14 hari. Parameter yang diukur adalah ketebalan epitel pasca luka bakar derajat II A. Analisis data menggunakan metode One Way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc Tukey dan terakhir dilakukan uji Korelasi-Regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih dosis 15% berpengaruh pada peningkatan ketebalan epitel secara signifikan dibandingkan dengan Normal Salin (p<0,05). Kata Kunci : ekstrak daun sirih, ketebalan epitel, luka bakar derajat II A ABSTRACT Burn wound is an incident that happens a lot in the society especially in the neighborhood and the most widely found is a burn wound grade II A. The wrong treatment of a burn wound could cause a worse condition to the wound. Betel leaf extract (Piper betle L.) contains atsiri oil, flavonoid, saponin, and tannin that is important in the process of wound recovery which involves epithelialization. The aim of this research was to know the effect of betel leaf extract (Piper betle L.) to the escalation of burn wound ephitelial thickness grade IIA on white mouse (Rattus Norvegicus) Strain Wistar. This research was true experimental research, conducted on 24 male Wistar rats which are divided randomly in 4 groups. Group 1 to 3 were given a betel leaf extract with different dosage (15%, 30%, and 45%) tipically within 14 days. Group 4 which was a negative control were being treated on their wound using Normal Saline 0.9% within 14 days. The measured parameter was the ephitelial thickness 14 days after burn induction. Data analysis used One Way ANOVA method continued with Post Hoc Tukey test and the last Correlation-Regresssion test, to show that the insertion of betel leaf extract dosage 15% influences the escalation of ephitelial thickness significantly (p<0.05). Keyword : betel leaf extract, epithelial thickness, burn grade II A

Upload: hendra-ssh

Post on 14-Jul-2016

69 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Jurnal Penelitian Analis Kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KETEBALAN EPITEL LUKA BAKAR DERAJAT II A

PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR.

Mona Novita Trisnaningtyas , Novi Khila Firani * , Ika Setyo Rini **

*Staff Pengajar Laboratorium Biokimia-Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

**Staff Pengajar Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Luka bakar merupakan insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan terbanyak adalah luka bakar derajat II A. Perawatan yang salah pada luka bakar dapat menyebabkan kondisi yang semakin buruk pada luka. Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan tannin yang berperan dalam proses penyembuhan luka yang melibatkan proses epitelisasi. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap peningkatan ketebalan epitel luka bakar derajat II A pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Penelitian ini adalah studi true experimental pada 24 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi secara random ke dalam 4 kelompok yang terpapar luka bakar derajat II A. Kelompok I sampai III diberi perawatan dengan ekstrak daun sirih dengan dosis yang berbeda (15%, 30%, dan 45%) secara topikal selama 14 hari. Kelompok IV merupakan kontrol negatif yang dirawat lukanya menggunakan Normal Salin 0,9% selama 14 hari. Parameter yang diukur adalah ketebalan epitel pasca luka bakar derajat II A. Analisis data menggunakan metode One Way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc Tukey dan terakhir dilakukan uji Korelasi-Regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih dosis 15% berpengaruh pada peningkatan ketebalan epitel secara signifikan dibandingkan dengan Normal Salin (p<0,05). Kata Kunci : ekstrak daun sirih, ketebalan epitel, luka bakar derajat II A

ABSTRACT Burn wound is an incident that happens a lot in the society especially in the neighborhood and the most widely found is a burn wound grade II A. The wrong treatment of a burn wound could cause a worse condition to the wound. Betel leaf extract (Piper betle L.) contains atsiri oil, flavonoid, saponin, and tannin that is important in the process of wound recovery which involves epithelialization. The aim of this research was to know the effect of betel leaf extract (Piper betle L.) to the escalation of burn wound ephitelial thickness grade IIA on white mouse (Rattus Norvegicus) Strain Wistar. This research was true experimental research, conducted on 24 male Wistar rats which are divided randomly in 4 groups. Group 1 to 3 were given a betel leaf extract with different dosage (15%, 30%, and 45%) tipically within 14 days. Group 4 which was a negative control were being treated on their wound using Normal Saline 0.9% within 14 days. The measured parameter was the ephitelial thickness 14 days after burn induction. Data analysis used One Way ANOVA method continued with Post Hoc Tukey test and the last Correlation-Regresssion test, to show that the insertion of betel leaf extract dosage 15% influences the escalation of ephitelial thickness significantly (p<0.05). Keyword : betel leaf extract, epithelial thickness, burn grade II A

Page 2: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

PENDAHULUAN Luka bakar merupakan salah satu

insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbanyak adalah luka bakar derajat II (Astrawinata, 2002). Luka bakar yang terjadi harus segera ditangani dengan prosedur yang tepat agar sembuh dengan sempurna.

Penyembuhan luka merupakan proses yang komplek yang terdiri dari beberapa fase yaitu, fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi. Fase proliferasi mencakup adanya granulasi oleh fibroblast dan kolagen, serta adanya migrasi epitel atau reepitelisasi (Marzoeki, 1993).

Perawatan luka bakar yang sering digunakan adalah cairan normal salin 0,9% untuk membersihkan luka dan memasang balutan yang dibasahi larutan tersebut (Potter & Perry, 2006). Perawatan luka dengan cairan normal salin 0,9% mempercepat proses epitelisasi tetapi tidak melindungi luka bebas dari mikroorganisme (Rahmania, 2008). Selain normal salin, luka bakar dapat juga dirawat dengan menggunakan krim silver sulfadiazine (SSD 1%) yang menghasilkan waktu penyembuhan luka 8-15 hari untuk luka bakar superficial dan 14-21 hari untuk luka bakar yang dalam (Adrianto, 2003). Krim SSD 1% ini harganya masih cukup mahal dan belum sepenuhnya tersedia di seluruh daerah, pemberian SSD berhubungan dengan adanya efek toksik dan memberikan efek negatif pada pembentukan fibroblas dan kolagen (Lee and Moon, 2003), Selain itu jika dibandingkan normal salin, SSD menghasilkan penurunan luas luka yang lebih lambat dari normal salin, oleh karena itu perlu dicari alternatif terapi perawatan luka bakar yang murah dan efisien (Mohajeri et al., 2011).

Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-

obatan modern (Wijayakusuma, 1992). Daun sirih telah secara tradisional digunakan oleh para orang tua, ini berarti telah sejak dahulu diketahui khasiatnya sebagai bahan obat (Kartasapoetra, 1992). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa daun sirih dengan konsentrasi 50% dapat digunakan sebagai antibakteri terhadap mastitis subklinis, berfungsi juga untuk membasmi jamur seperti Candida albicans, serta dapat juga dipakai sebagai gel antiseptik tangan (Poeloengan dkk., 2005; Rachmah dan Aditya, 2010; Sari dan Isadiartuti, 2006). Daun sirih mampu menyembuhkan luka bakar karena salah satu kandungan dari tanaman ini adalah saponin (Suratman dkk., 1996). Saponin terbukti mampu meningkatkan daya rentang, konten kolagen, serta membantu proses reepitelisasi (MacKay dan Miller, 2003). Penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh proses epitelisasi karena semakin cepat proses epitelisasi berlangsung, luka cepat menutup dan semakin cepat pula luka tersebut sembuh (Prasetyo dkk., 2010).

Manfaat daun sirih yang sangat besar dalam penyembuhan luka menjadi alasan pentingnya dilakukan penelitian eksperimental tentang pengaruh ekstrak daun sirih hijau topikal terhadap peningkatan ketebalan epitel pasca luka bakar derajat IIA. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L) dalam sediaan salep secara topikal dapat mempengaruhi peningkatan ketebalan epitel pada luka bakar derajat II A. Manfaat penelitian ini bagi profesi keperawatan adalah penelitian ini dapat menjadi dasar pengetahuan untuk memahami efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) topikal sebagai terapi topikal untuk mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II A. Sedangkan manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah penelitian ini dapat menjadi dasar bagi masyarakat untuk memanfaatkan tanaman sirih hijau (Piper betle L) yang diekstraksi dalam kehidupan sehari-hari yang ternyata memiliki manfaat dalam

Page 3: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

meningkatkan ketebalan epitel pasca luka bakar derajat II A. METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian. Desain penelitian ini adalah true-experiment pasca-tes dengan tiga kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Pada rancangan ini kelompok kontrol diberi Normal Salin 0,9% (Nursalam, 2008). Kelompok perlakuan diberikan terapi ekstrak daun sirih dengan dosis yang berbeda yaitu 15%, 30% dan 45%.

Pembuatan Luka Bakar Derajat II A. Menempelkan balok sterofoam berukuran 2x2 cm dilapisi dan dibungkus kassa yang dicelup air panas 98 0C selama 3 menit dan ditempelkan pada punggung tikus selama 30 detik yang sebelumnya dianastesi menggunakan lidokain non adrenalin berdasarkan hasil studi eksplorasi pada tanggal 17 Desember 2012 di Laboratorium Farmakologi FKUB pada pukul 10.00-13.00 WIB.

Perawatan Luka Bakar Derajat II A. Kelompok perlakuan luka diberi ekstrak daun sirih konsentrasi 15%, 30% dan 45% sesuai masing-masing kelompok, diberikan secara topikal sebanyak 50 mg pada area luka kemudian luka ditutup dengan kassa steril dan diplester. Pada kelompok kontrol dibersihkan dengan NS 0,9% kemudian ditutup dengan kassa steril yang sudah direndam dalam NS 0,9% dan kemudian diperas. Perawatan luka dilakukan sekali setiap hari pukul 10.00-13.00 WIB hingga hari ke-14.

Pembuatan Ekstrak Daun Sirih. Proses ekstraksi menggunakan 100 gram serbuk daun sirih (Piper betle Linn.) kemudian direndam dengan etanol 96% hingga volume 1000 ml, dikocok selama 30 menit lalu dibiarkan selama 24 jam sampai mengendap. Ambil lapisan atas campuran etanol dengan zat aktif, masukkan dalam labu evaporasi 1 liter, isi water bath dengan air sampai penuh, kemudian pasang semua alat termasuk rotary evaporator, pemanas water bath (atur sampai

70-80°C) lalu sambungkan dengan aliran listrik. Biarkan larutan etanol memisah dengan zat aktif. Tunggu sampai aliran etanol berhenti menetes pada labu penampung (± 1,5-2 jam untuk 1 labu). Hasilnya + 1/3 dari serbuk daun sirih. Masukkan hasil ekstrak dalam botol plastik dan simpan dalam freezer.

Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih. Ekstrak daun sirih dicampurkan vaseline dengan menggunakan rumus (Chang, 2004):

Keterangan :

L : Konsentrasi daun sirih (%) a : Ekstrak daun sirih (mg) b : Vaseline (mg) Pembuatan konsentrasi ekstrak daun sirih dilakukan dengan mencampurkan ekstrak daun sirih hijau dan vaselin album sehingga berat total olesan sebesar 50mg (berdasarkan studi eksplorasi luas luka 2x2 cm2 )sesuai rumus di atas, sehingga didapatkan hasil sbb:

- Konsentrasi 15% : 7,5 mg ekstrak daun sirih dicampurkan dengan 42,5 mg vaseline.

- Konsentrasi 30% : 15 mg ekstrak daun sirih dicampurkan dengan 35 mg vaseline.

- Konsentrasi 45% : 22,5 mg ekstrak daun sirih dicampurkan dengan 27,5 mg vaseline.

Identifikasi Epitel. Proses identifikasi ketebalan epitel dilakukan pada hari ke-15. Ketebalan epitel diukur dengan membuat preparat histologi jaringan kulit yang dipotong secara vertical kemudian diamati dengan mikroskop OLYMPUS seri XC 10 Jaringan epitel adalah jaringan yang mempunyai

L = x 100%

Page 4: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

susunan yang rapat, dan terletak atau bercokol pada membran basalis dan tercat ungu kebiruan pada pewarnaan Hematoxylin Eosin pada saat dilakukan pengamatan. Pengamatan ketebalan epitel menggunakan mikroskop perbesaran 100x. ketebalan lapisan epitel diukur menggunakan micrometer (Aryenti, 2008).

Analisa Data. Data-data yang didapat kan dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan software SPSS 17.00. Metode analisis menggunakan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov (p > 0,05). Uji homogenitas menggunakan test of Homogeneity of Varience (p > 0,05). Uji One Way ANOVA (p < 0,05) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Uji Post Hoc Tukey HSD (p < 0,05) untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang paling signifikan di antara kelompok-kelompok uji coba. Uji Regresi Linear untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak daun sirih hijau terhadap peningkatan ketebalan epitel pasca luka bakar derajat II A.

HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 14

hari mulai tanggal 27 Januari sampai 12 Februari 2013 di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pada hari ke 15 dilakukan pengukuran ketebalan dengan hasil seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan ketebalan epitel pada hari ke 15 pasca perlakuan. (Pewarnaan HE, perbesaran 100 kali)

Keterangan :

Garis kuning menunjukkan tebal epitel yang dikur pada tiap-tiap perlakuan.

A. Kelompok kontrol perawatan dengan Normal Salin 0,9%.

B. Kelompok perawatan ekstrak daun sirih hijau 15%. C. Kelompok perawatan ekstrak daun sirih hijau 30%. D. Kelompok perawatan ekstrak daun sirih 45%. Pada penelitian ini dilakukan pengujian efek pemberian ekstrak daun sirih hijau topikal dengan dosis 15%, 30%, 45% terhadap ketebalan epitel pada hari ke- 15 setelah perawatan luka bakar. Tabel 1 merupakan tabel yang menunjukkan adanya perbedaan ketebalan epitel antara tiap-tiap kelompok perlakuan dengan ekstrak daun sirih hijau dan kontrol dengan NS.

A B

C D

Page 5: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Tabel 1. Rata- rata Ketebalan Epitel Pada Masing- masing Perlakuan Secara Kuantitatif.

Kelompok Perlakuan

Rata-rata Tebal Epitel Tiap Kelompok Perlakuan (µm)

Standar Deviasi

NS 94,2533 14,39283 EDS 15% 137,3983 32,54181 EDS 30% 114,9050 24,11432 EDS 45% 100,8417 21,67800

Pada kelompok perawatan luka dengan ekstrak daun sirih 15% didapatkan rata-rata ketebalan epitel paling tebal yakni sebesar 137,3983 µm dibandingkan kelompok perawatan luka dengan ekstrak daun sirih dosis 30%, 45% dan dengan Normal salin. Pada kelompok kontrol negatif perawatan luka dengan NS saja didapatkan rata-rata ketebalan epitel paling rendah sebesar 94,2533µm.

ANALISA DATA Dari hasil uji normalitas data setelah

dilakukan test one-Sample Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p-value sebesar 0,902 (p>0.05) yang menunjukkan data terdistribusi normal. Pada Test of Homogenity of Variance didapatkan nilai p-value sebesar 0,119 (p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tebal epitel pada semua kelompok memiliki variasi yang sama (homogen).

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 3,773 dengan signifikansi 0,027 (p<0.05) atau dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan 1, perlakuan 2, perlakuan 3, dan perlakuan 4.

Tabel 2 merupakan hasil uji Post Hoc Tukey HSD yang menunjukkan bahwa EDS 30% (perlakuan 2), EDS 45% (perlakuan 3) dan NS(perlakuan 4) berada pada subset 1, artinya perlakuan 2,3 dan 4 tidak berbeda secara signifikan. Ketebalan epitel setelah diberi perlakuan 2 tidak berbeda dengan ketebalan epitel yang diberi perlakuan 3 dan 4. Sedangkan EDS 15% (perlakuan 1) dan NS (perlakuan 4) berbeda secara signifikan.

Tabel 2. Homogenous Subsets Jenis Perlakuan Subset for alpha = 0.05

1 2 NS 94.25 EDS 45% 100.84 100.84 EDS 30% 114.90 114.90 EDS 15% 137.39

Hasil uji korelasi-regresi menunjukkan

angka korelasi negative sebesar 0.583 (r=0.70-1.00) yang berarti terdapat korelasi substansial pada pemberian ekstrak daun sirih hijau topikal terhadap ketebalan epitel pasca luka bakar derajat II A. Angka korelasi negatif berarti hubungan bersifat tidak searah yaitu jika konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) topikal semakin besar maka tebal epitel semakin kecil.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) topikal terhadap peningkatan ketebalan epitel pada luka bakar derajat II A. Pemilihan daun sirih hijau ini dilakukan karena tanaman sirih hijau banyak ditemukan di Indonesia namun penggunaannya masih terbatas sebagai antiseptik dan belum ada yang memanfaatkan secara optimal untuk menyembuhkan luka pada umumnya dan luka bakar khususnya. Daun sirih memiliki kandungan kimia seperti minyak atsiri yang memberi bau khas pada tanaman sirih, flavonoid, saponin, dan tannin yang mampu membantu proses penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme seluler.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun sirih hijau yang diekstrak dengan etanol 95% dengan metode maserasi. Etanol dipilih sebagai pelarut dalam proses ekstraksi karena kandungan zat aktif yang terdapat dalam daun sirih hijau lebih mudah tersari jika menggunakan pelarut tersebut (Poeloengan dkk, 2006). Sedangkan metode maserasi digunakan karena metode ini

Page 6: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

dinilai lebih efektif dan mudah bila diaplikasikan ke masyarakat.

Penelitian ini menggunakan tiga konsentrasi ekstrak daun sirih yang dipilih berdasarkan studi pendahuluan. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 30% mempunyai kemampuan mempercepat penyembuhan luka yang optimal. Berdasarkan penelitian tersebut dipilih tiga konsentrasi ektrak daun sirih yaitu 15%, 30%, dan 45% serta kelompok kontrol negatif menggunakan Normal Saline 0,9%. Konsentrasi 15% dan 45% diberikan sebagai konsentrasi yang diambil dari setengah di atas dan di bawah konsentrasi optimal.

Epitel adalah lembaran sel yang menutupi permukaan luar tubuh, melapisi rongga dalam, membentuk berbagai organ, dan melapisi salurannya. Epitel memiliki fungsi antara lain untuk menahan gesekan, memberi perlindungan terhadap terjadinya abrasi, desikasi, atau invasi bakteri pada tubuh (Eroschenko, 2003). Saat terjadi luka dengan ketebalan parsial yang mencapai epitel akan sembuh melalui proses epitelisasi. Terdapat dua fenomena utama dalam proses epitelisasi yaitu migrasi dan mitosis. Proses migrasi sel epitel selalu dimulai dari stratum basalis dari epitel dan kelenjar sebasea serta folikel rambut yang terletak lebih dalam. Sel-sel tersebut akan memipih dan membentuk tonjolan-tonjolan ke jaringan sekitarnya. Sel-sel ini juga akan kehilangan perlekatan dengan sel basal di dekatnya, dan mulai bermigrasi. Beberapa hari setelah bermigrasi sel-sel tersebut akan mulai berhenti migrasi dan memulai membelah diri. Beberapa faktor pertumbuhan turut merangsang migrasi dan mitosis sel-sel epitel. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain Fibroblast Growth Factor (FGF), Platelet-derived Growth Factor (PDGF), Transforming Growth Factor-alfa (TGF-alfa), dan Epidermal Growth Factor (EGF) (Schwartz, 2000).

Analisis data ketebalan epitel antara kelompok I (EDS 15%), kelompok II (EDS

30%), kelompok III (EDS 45%), dan kelompok IV atau kelompok kontrol (NS 0,9%) terdapat perbedaan bermakna. Ketebalan epitel yang optimal ditunjukkan oleh ketebalan epitel yang paling tebal yaitu pada kelompok yang diberi perawatan luka bakar derajat II A menggunakan ekstrak daun sirih dosis 15% dimana rata-rata ketebalan epitelnya mencapai 137,3983µm. Rata- rata ketebalan epitel terendah sebesar 94,2533µm didapatkan pada kelompok perawatan luka dengan normal salin 0,9%. Peningkatan ketebalan epitel pada kelompok yang diberi perawatan dengan ekstrak daun sirih dosis 15% ini terjadi dimungkinkan karena adanya kandungan yang terdapat dalam ekstrak daun sirih seperti minyak atsiri, flavonoid, tannin, dan saponin membantu proses penyembuhan luka sedangkan normal salin hanya berisi natrium (Na) dan klorida (Cl) yang fungsinya hanya menjaga kelembapan luka .

Minyak atsiri yang terkandung dalam daun sirih mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Suliantari, 2009). Minyak atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran dari senyawa steroid dan senyawa lainnya yang berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk secara tidak sempurna (Parwata dan Dewi, 2008).

Tannin berpotensi membantu proses penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme seluler, diantaranya: menangkal radikal bebas dan meningkatkan oksigenasi, meningkatkan pembentukan pembuluh darah dan fibroblast, deposisi kolagen, pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, dan meningkatkan kontraksi luka melalui sifat astringent yang dimilikinya (Li et al., 2011; Lai et al., 2011). Peningkatan ketebalan epitel yang mencapai puncak pada hari ke-14 disebabkan adanya fibroblast yang banyak bermigrasi pada area luka terutama hari ke 7-14 dan perlekatan antara kolagen dan fibroblast di tepi epitel luka (Sezer, 2007).

Page 7: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Flavonoid dan tannin masuk dalam kelompok polifenol, dimana polifenol telah dikenal berpotensi sebagai antioksidan berhubungan dengan kemampuannya dalam melawan radikal bebas. Sifat flavonoid dan tannin sebagai antioksidan dapat melindungi fibroblast dari kerusakan oksidatif. Apabila fibroblast terlindung, maka fibroblast dapat banyak bermigrasi ke area luka dan dapat terjadi perlekatan antara kolagen dan fibroblast pada tepian luka sehingga epitel dapat menebal khususnya pada hari ke 7-14.

Saponin merupakan sebuah kelompok dari fitoantisipin yang terdapat di tumbuhan dan memegang peranan penting dalam pertahanan tumbuhan. Saponin diketahui dapat membantu proses penyembuhan luka sehubungan dengan sifat antioksidan dan antimikroba yang dimilikinya. Saponin terbukti mampu meningkatkan daya rentang, konten kolagen, dan proses epitelisasi (Khan, 2012).

Vitamin A dan C yang terkandung dalam daun sirih mampu mempengaruhi proses penyembuhan luka. Pada proses penyembuhan luka, vitamin A berperan meningkatkan pembentukan kolagen, diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan imunitas. Selain itu, vitamin A berperan mempercepat fase inflamasi ke fase proliferasi dengan meningkatkan monosit dan makrofag ke daerah luka (Jeffcoate et al., 2004).

Pada kelompok perawatan luka esktrak daun sirih hijau konsentrasi 30% dan 45% menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan NS 0,9%. Menurut penelitian yang dilakukan Sari, 2010 dosis yang tinggi dalam ekstrak daun sirih dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa, menimbulkan peradangan, dan memicu terjadinya nekrosis pada sel epitel. Minyak atsiri dosis tinggi dalam daun sirih dapat mengiritasi kulit, selain itu saponin juga dapat mengakibatkan terjadinya hemolisis. Flavonoid juga dalam jumlah yang besar dapat menghambat proliferasi sel (Ramadhani, 2009).

Dengan melihat fakta hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih hijau secara topikal dapat meningkatan ketebalan epitel pada luka bakar derajat II A dengan dosis 15% sebagai dosis optimal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dosis 15% mampu meningkatkan ketebalan epitel pada tikus Wistar yang diinduksi luka bakar derajat II A sebesar 137,3983µm dibandingkan dengan NS 0,9%.

2. Dosis ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 30% dan 45% tidak meningkatkan ketebalan epitel luka bakar derajat II A secara signifikan jika dibandingkan dengan perawatan menggunakan Normal Salin 0,9%.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :

1. Efek samping pemberian ekstrak daun sirih sebagai terapi pada luka bakar.

2. Dosis efektif ekstrak daun sirih hijau dalam rentang dosis yang lebih rendah.

3. Pengaruh ekstrak daun sirih dibandingkan silver sulfadiazine dalam perawatan luka bakar derajat II A.

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto A. 2003. Perawatan Luka Bakar Dearajad II Metode Tertutup: Perbandingan Antara Antimikroba Topikal Silfer Sulfadiazine 1% dengan Kombinasi Levertran-Neomisin-Basitrasin. Thesis. Tidak diterbitkan,

Page 8: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Aryenti. (2008). Pengaruh Pemberian Getah Batang Pisang Ambon (Musa Paradisiaca var Sapientum Lamb) Terhadap penyembuhan Luka Bakar pada Kulti Tikus Putih (Rattus norvegicus). Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Astrawinata DAW. 2002. Faktor Prognostik Luka Bakar Derajat Sedang dan Berat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta Tahun 1998 – Mei 2001. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Corwin EJ. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mohajeri D, Mesgari M, Doustar Y, and Nazeri M. 2012. Histopathological Comparison of the Effect of Normal Saline and Silver Sulfadiazine on Scorch Healing in Rats. Current Research Journal Biological Sciences, 4(2): 192-197.

Eroschenko VP, 2000. Di Fiore’s Atlas of Histology With Functional Correlations, 9/E. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9, Jan Tambayong (penterjemah), 2001, EGC, Jakarta, Indonesia, hal 7-14.

Jeffcoate WJ, Price P, dan Harding KG. 2004. Wound healing and treatments for people with diabetic foot ulcers. Diabet Metab Res Rev 20(1): S78-S89

Kartasapoetra AG. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Khan, Mohammed Safwan A., Jais, Abdul M. M., Zakaria, Zainul A., Mohtarruddin, N., Ranjbar, M., Khan, M., et al. Wound healing potential of Leathery Murdah, Terminalia coriacea (Roxb.) Wight & Arn. Phytopharmacology, 2012; 3(1) 158-168.

Lai HY, Lim YY, Kim KH. Potential Dermal Wound Healing Agent in Blechnum

Orientale Linn. BMC Complementary and Alternative Medicine 2011, 11:62.

Lee AR and Moon, 2003. Effect of Topically Applied Silver Sulfadiazine on Fibroblast Cell Proliferation and Biomechanical Properties of The Wound. Archives Pharmacal Res., 26:855-860.

Li, K., Diao, Y., Zhang, H., Wang, S., Zhang, Z., Yu, B., Huang, S., Yang, H. Tannin extract from immature fruits of Terminalia chebula Fructuz Retz. promote cutaneous wound healing in rats. BMC Complementary & Alternative Medicine, 2011, 11: 86.

MacKay D., Miller A., (2003). Nutritional support for wound healing. Alternative Medicine Review 8: 359-377.

Marzoeki D. 1993. Pengelolaan Luka Bakar. Surabaya : Airlangga University Press.

Moenadjat Y. 2003.Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis.Edisi Ke-2 (Dengan Perbaikan),FKUI,Jakarta.

Parwata, O.A. dan Dewi, P.F.S. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). J. Kimia, 2008; Vol. 2. No. 2. Hal. 100-104.

Poeloengan M, Susan MN dan Andriani. 2005. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn) Terhadap Mastitis Subklinis. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Potter PA dan Perry AG .2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses dan Praktik. Edisi 4. EGC, Jakarta.

Prasetyo BF, Wientarsih I & Priosoeryanto BP. 2010. Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisan Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit .Jurnal Veteriner .Vol.11 No.2:70-73. ISSN :1411-8327. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2.%20

Page 9: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

prasetyo%20et%20al.pdf. Diakses Tanggal 29 Maret 2011.

Rahmah N dan Rahman AKN. Uji Fungistatik Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Candida albicans. Bioscientiae Vol. 7 Nomor 2, 2010, 17-24.

Rahmania NL. 2007. Perbedaan Jumlah Bakteri antara Pencucian Luka Terkontaminasi Menggunakan Normal Salin 0,9% dengan Metode Irigasi Tekanan Plabottle (0,1-0,3 PSI) Dibandingkan dengan Tekanan Selang Infus (1,4-1,7 PSI) pada Tikus Putih Rattus novergicus strain wistar.Tugas Akhir.Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Sari WP. 2010. Uji Toksisitas Akut Campuran Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) dan Ekstrak Kering Gambir (Uncaria gambir R.) terhadap Mencit Putih Jantan. Skripsi. Tidak diterbitkan, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sari R. dan Isadiartuti. 2006. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.). Majalah Farmasi Indonesia, 17(4): 163-169.

Schwartz SI. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. EGC, Jakarta.

Sezer A. D., Hatipoğlu F., Cevher E., Oğurtan Z., Baş A. L., Akbuğa J. 2007. Chitosan Film Containing Fucoidan as a Wound Dressing for Dermal Burn Healing: Preparation and In Vitro/In Vivo Evaluation. American Association of Pharmaceutical Scientists. 39:8 (2)

Suliantari, et,al. 2008. Jurnal Penelitian Aktivitas Bakteri Ekstak Sirih Hijau (Piper betle L) Terhadap Bakteri Patogen Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suratman, Sumiwi SA, dan Gozali D. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim dan Jelly terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Cermin Dunia Kedokteran, 1996, 108 : 31-36.

Wijayakusuma H, Dalimartha S, dan A.S. Wirian. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid I. Pustaka Kartini, Jakarta.

Telah disetujui oleh, Pembimbing I

dr. Novi Khila Firani, M. Kes NIP. 19761102 200312 2 001

Page 10: Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle l.) Topikal Terhadap Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Derajat II a Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar